KERAGAMAN DAN KELIMPAHAN LUMUT HATI EPIFIT DI KEBUN RAYA BOGOR
DIAN APRIANA
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ABSTRAK DIAN APRIANA. Keragaman dan Kelimpahan Lumut Hati Epifit di Kebun Raya Bogor. Dibimbing oleh HILDA AKMAL dan SRI SUDARMIYATI TJITROSOEDIRDJO. Indonesia memiliki keragaman jenis hayati yang tinggi khususnya lumut. Studi mengenai keragaman jenis lumut di Indonesia belum banyak dilakukan. Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan salah satu tempat konservasi ex-situ yang sesuai bagi habitat berbagai lumut baik epifit maupun terestrial sehingga perlu dilakukan checklist terhadap lumut di KRB. Pengambilan sampel lumut dilakukan di tiga blok yang ditentukan yaitu pada koleksi pohon blok Meliaceae, Myrtaceae dan Lauraceae. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan perbedaan posisi tempat tumbuh pada pohon yaitu pada posisi 0-100 cm dan 100-200 cm dari atas tanah serta pada perbedaan arah mata angin (barat, timur, selatan, dan utara). Selanjutnya, sampel lumut hati yang diperoleh diidentifikasi di laboratorium penelitian. Selain itu, dilakukan juga pengecekan spesimen lumut hati dari koleksi Herbarium Bogoriense (BO), LIPI. Studi mengenai lumut hati epifit di KRB menunjukkan bahwa terdapat 92 jenis lumut hati berdaun yang diperoleh dari hasil inventarisasi pengambilan sampel di dalam dan di luar blok, serta spesimen dari BO. Pada penelitian ini, terdapat 33 jenis lumut yang dikoleksi di antaranya tujuh jenis lumut hati yang sama dengan koleksi dari BO sedangkan 26 jenis lumut hati berbeda dan merupakan lumut yang baru ditemukan di KRB. Suku Lejeuneaceae memiliki jumlah jenis lumut hati yang paling banyak dan memiliki persentase penutupan yang tinggi. Blok Myrtaceae merupakan blok yang memiliki jumlah jenis dan kelimpahan jenis lumut hati yang paling tinggi yaitu 17 dan 52.9%. Pada semua blok, posisi pohon 0-100 cm memiliki kelimpahan jenis dan persentase frekuensi persebaran yang tertinggi. Pada tulisan ini, disajikan pula kunci determinasi lumut hati epifit di KRB. Kata Kunci: Lumut hati, Epifit, Keragaman, Kelimpahan, Kebun Raya Bogor.
ABSTRACT DIAN APRIANA. Diversity and Abundance of Epiphytic Hepaticae in Bogor Botanical Garden. Supervised by HILDA AKMAL and SRI SUDARMIYATI TJITROSOEDIRDJO. Indonesia has a high biodiversity of plants including bryophytes. Studies on the bryophyte diversity of Indonesia has not comprehensively done. Bogor Botanical Garden is one of the ex-situ conservation providing suitable habitat for bryophytes. Studies on the hepaticae of Bogor Botanical Garden are urgently needed. In this studies, bryophyte sampling were done in three blocks where the collection of Meliaceae, Myrtaceae and Lauraceae. Sampling was done based on the difference of growth position of tree (0-100 cm and 100-200 cm above ground) and at the difference of compass point (west, east, south, and north). Specimens checklist of bryophytes in the Herbarium Bogoriense (BO) as well as the herbarium specimens were studied. There are 92 species leafy liverworts are known at the sampling areas in Bogor Botanical Garden and herbarium specimens record at BO. There are 33 species leafy liverworts of epiphyte hepaticae were collected. In this studies, 7 species are recorded as the same as the BO specimens, the rest of 26 species are different with BO specimens. Lejeuneaceae has the highest diversity number, and highest percentage of coverage. Myrtaceae block has the highest diversity number and species abundance of hepaticae, that is 17 species and 52.9% of the total coverage. All of the blocks, position of tree 0-100 cm has the highest species abundance and frequency. A determination key to the species epiphytic hepaticae of Bogor Botanical Garden is presented. Keywords: Hepaticae, Epiphyte, Diversity, Abundance, Bogor Botanical Garden.
KERAGAMAN DAN KELIMPAHAN LUMUT HATI EPIFIT DI KEBUN RAYA BOGOR
DIAN APRIANA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi : Keragaman dan Kelimpahan Lumut Hati Epifit di Kebun Raya Bogor Nama : Dian Apriana NIM : G34052612
Menyetujui:
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Hilda Akmal NIP 19540901 198303 1001
Dr. Sri Sudarmiyati T., M.Sc NIP 19470628 198103 2001
Mengetahui: Ketua Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena NIP 19641002 198903 1002
Tanggal Lulus: 18 januari 2010
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW atas perjuangan beliau, Islam mampu menerangi dunia. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini antara lain, kepada, Dra. Hilda Akmal, Dr. Sri Sudarmiyati T., M.Sc, dan Dr. Nunik Sri Aryanti, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran; Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si. sebagai Dosen Penguji; Kepala Kebun Raya Bogor atas izinnya untuk pengambilan sampel lumut; para staf Kebun Raya Bogor; ibu Ida Haerida (Herbarium Bogoriense), Indah, Nita, Pak Parman, Isni, Cicin, Rina, Yeni, Uni Lesi, Teh Pera, Ka Saepulloh dan teman-teman seperjuangan Biologi Angkatan 42 atas dorongan dan semangatnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan adikku atas perhatian, doa dan motivasi. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Meskipun demikian penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Januari 2010
Dian Apriana
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 April 1986 dari ayah Harun Zaelani dan ibu Yayah Mardiyanti. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari SMAN 1 Leuwiliang Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Tahun 2006 penulis diterima pada Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan pada tahun yang sama penulis diterima dalam program beasiswa Beastudi Etos, Dompet Duafa Republika. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Biologi Alga dan Lumut pada tahun ajaran 2008/2009, serta asisten Biologi Dasar pada tahun ajaran 2009/2010. Pada tahun 2009 penulis mengikuti training Fifth Regional Training Course on Biodiversity and Conservation of Bryophytes and Lichens yang diselenggarakan oleh SEAMEO BIOTROP, Bogor. Penulis menjadi anggota aktif BKIM (Badan Kerohanian Islam Mahasiswa) pada tahun 2006-2008, anggota Himabio pada tahun 2006/2007. Penulis pernah mengikuti Praktik Lapangan di Perusahaan PT Dafa Teknoagro Mandiri Bogor dari bulan Juli sampai Agustus 2008 dengan judul Teknik Perbanyakan Bibit Pisang Raja (Musa paradisiaca) Secara Kultur Jaringan di PT Dafa Teknoagro Mandiri Bogor.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...........................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................
x
PENDAHULUAN Latar Belakang...................................................................................................... Tujuan ..................................................................................................................
1 1
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat................................................................................................ Bahan ................................................................................................................... Metode Pengambilan Sampel Penentuan blok............................................................................................ Pengambilan sampel di dalam blok.............................................................. Pengambilan sampel di luar blok ................................................................. Inventarisasi dan identifikasi ...................................................................... Pembuatan kunci identifikasi ....................................................................... Analisis data ...............................................................................................
1 1 2 2 2 2
HASIL ............................................................................................................................
2
PEMBAHASAN Keragaman Lumut Hati ......................................................................................... Kelimpahan Lumut Hati ........................................................................................
6 7
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan............................................................................................................... Saran.....................................................................................................................
8 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................
8
GLOSARIUM.................................................................................................................
10
LAMPIRAN....................................................................................................................
11
1 1
DAFTAR TABEL Halaman 1 Daftar jenis- jenis lumut hati di Kebun Raya Bogor (di dalam blok dan di luar blok) ...
3
2 Karakter pembeda empat suku lumut hati yang ditemukan ..........................................
4
3 Jenis-jenis lumut hati pada tiga blok di KRB dengan rata-rata luas penutupan per kuadrat (60 × 10 cm) .................................................................................................
5
4 Penutupan kanopi pohon per masing-masing pohon tempat pengambilan sampel lumut..........................................................................................................................
5
5 Kesamaan jenis lumut hati antar tiga blok ..................................................................
6
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Metode pengambilan sampel lumut hati epifit pada pohon...........................................
2
2 Karakter pembeda empat suku (susunan daun, lobul, dan underleave) .........................
4
3 Rata-rata penutupan jenis dan persentase frekuensi persebaran lumut pada tiga blok berdasarkan perbedaan posisi tempat tumbuh (A = 100-200 cm, B = 1-100 cm di atas tanah).........................................................................................................................
6
3 Rata-rata penutupan jenis dan persentase frekuensi persebaran lumut pada tiga blok berdasarkan perbedaan arah mata angin (Barat, Selatan, Timur, dan Utara)..................
6
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Denah Kebun Raya Bogor .........................................................................................
12
2 Kunci identifikasi menuju jenis dari lumut hati berdaun ..............................................
13
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Lumut merupakan tumbuhan sederhana, memiliki 1200 marga dengan 15000 jenis (Gradstein et al. 2001) sehingga lumut dikategorikan sebagai kelompok tumbuhan terbesar kedua setelah Angiospermae (Shaw & Goffinet 2001). Lumut bersifat poikilohidrik yaitu tekanan turgor sel-sel tubuhnya bergantung pada kelembaban lingkungan (Gradstein et al. 2001). Lingkungan yang lembab sangat diperlukan untuk reproduksi, perkecambahan spora, perkembangan, dan metabolisme lumut. Lumut dapat dibedakan menjadi tiga divisi yaitu lumut hati (Marchantiophyta), lumut sejati (Bryophyta), dan lumut tanduk (Anthophyta) (Shaw & Goffinet 2001). Marchantiophyta meliputi dua kelompok yaitu lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun. Lumut hati memiliki anggota lebih dari 5000 jenis (Gradstein et al. 2001), tumbuh pada berbagai macam substrat seperti batang pohon, cabang atau ranting, pada daun tumbuhan lain, batang kayu yang melapuk, bebatuan, dan tanah. Potensi lumut secara ekologi yaitu mampu mengabsorpsi dan sebagai tempat menyimpan air hujan (Kirmaci & Agcagil 2009), mencegah erosi tanah, sebagai substrat perkecambahan biji (Glime 2001), dan sebagai bioindikator terhadap perubahan lingkungan (Gignac 2001). Selain itu, beberapa lumut dapat digunakan sebagai obat karena memiliki kandungan zat antibiotik dan antifungi seperti dijumpai pada beberapa jenis lumut hati bertalus Marchantia dan lumut hati berdaun Frullania. Beberapa jenis lumut juga digunakan sebagai bahan kosmetik, dekorasi ruangan dan taman (Glime 2007). Dengan iklim yang tropis, Indonesia memiliki keragaman jenis hayati yang tinggi khususnya lumut tetapi studi mengenai keragaman jenis lumut di Indonesia belum banyak dilakukan. Koleksi lumut hati di Jawa Barat pertama kali dipublikasikan oleh Reinwardt, Blume, dan Nees von Esenbeck pada tahun 1824 serta Nees von Esenbeck (1830). Diperkirakan terdapat sekitar 200 jenis lumut hati yang terdapat di Jawa Barat, berdasarkan pengambilan sampel yang dilakukan di Kebun Raya Bogor (KRB), Kebun Raya Cibodas, dan Gunung Gede Pangrango. Dengan kurun waktu yang lama tentunya banyak terjadi perubahan, seperti perubahan iklim dan lingkungan yang akan mempengaruhi persebaran lumut sehingga
perlu dilakukan pengecekan kembali jenis lumut yang tumbuh, khususnya di KRB. Kebun Raya Bogor merupakan tempat konservasi ex-situ dengan luas mencapai 87 hektar, terletak pada ketinggian 235-250 m dpl (LIPI 2001). Keberadaan KRB menyediakan tempat hidup yang sesuai bagi berbagai lumut baik epifit maupun terestrial. Inventarisasi lumut hati yang ada di KRB pernah dilakukan oleh Schiffner, Verdoorn, Kurr, Meijer, Lowenty, dan Windardi. Spesimen jenis lumut tersebut disimpan di Herbarium Bogoriense namun sampai saat ini belum ada checklist yang berkaitan dengan keragaman lumut di KRB. Dengan demikian, penelitian terhadap tumbuhan lumut ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keragaman dan kelimpahan lumut di KRB. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan kelimpahan lumut hati epifit yang ada di KRB, membandingkan jumlah jenis lumut hati dan kelimpahannya pada perbedaan posisi tempat tumbuh.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2009 sampai bulan Agustus 2009. Penelitian ini meliputi tahap pengambilan sampel lumut di Kebun Raya Bogor. Tahap identifikasi dilakukan di Laboratorium Penelitian Departemen Biologi FMIPA IPB. Tahap pengecekan koleksi lumut hati di Herbarium Bogoriense (BO)-LIPI, Cibinong. Bahan Bahan yang diamati pada penelitian ini adalah lumut hati epifit. Metode Pengambilan Sampel Penentuan blok Blok pengambilan sampel ditentukan berdasarkan survey pada seluruh area KRB, yaitu tiga blok pengambilan sampel yang merupakan tempat koleksi tumbuhan dari suku Meliaceae (Blok A), Myrtaceae (Blok B), dan Lauraceae (Blok C) (Lampiran 1). Pengambilan sampel di dalam blok Pada setiap blok yang telah ditentukan dipilih lima pohon dengan diameter >20 cm dan jarak antar pohon >10 m. Pada setiap pohon yang dipilih ditempatkan empat plot berukuran
2
10x60 cm dengan posisi mata angin di arah utara, selatan, timur, dan barat pada posisi 0100 cm serta empat plot pada posisi 100-200 cm dari atas tanah (Gambar 1). Data yang dicatat pada setiap plot adalah nomor koleksi sampel dan kelimpahan jenis (persentase penutupan setiap sampel lumut) pada plot posisi dan arah mata angin. Setiap jenis lumut hati dalam plot diambil sampelnya, kemudian dibuat herbarium untuk diidentifikasi di laboratorium. Selain itu, dicatat data pohon tempat pengambilan sampel meliputi jenis pohon, jenis tekstur permukaan kulit pohon, dan diameter pohon. Sampel dan data yang diperoleh digunakan untuk identifikasi lebih lanjut.
dicocokkan dengan buku identifikasi flora lumut di antaranya yaitu Piippo 1985, Hattori & Piippo 1986, Mizutani 1970, So 1995, Zhu RL & So 1996, Gradstein et al. 2001, Zhu RL & So 2001, Gradstein et al. 2002, dan Zhu & Gradstein 2005. Pembuatan kunci identifikasi Pembuatan kunci identifikasi dilakukan dengan melihat karakteristik dari morfologi lumut hati yaitu dengan mengidentifikasi karakteristik dati tingkat suku, marga, sampai pada tingkat jenis (Lampiran 2). Kunci identifikasi sederhana ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan dalam mengidentifikasi lumut hati yang ada di KRB. Analisis data Data dianalisis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) untuk mengetahui keragaman dan kelimpahan jenis lumut hati. Kesamaan jenis lumut hati antar blok dianalisis dengan Indeks Similaritas Sorensen (Cox 2002) dengan rumus sebagai berikut :
Gambar 1 Metode pengambilan sampel lumut hati epifit pada pohon Pencatatan data lingkungan meliputi persentase penutupan kanopi pohon dan jarak antar pohon. Pengambilan sampel di luar blok Untuk melengkapi data jenis-jenis lumut hati epifit yang diambil di tiga blok yang sudah ditentukan, pengambilan sampel lumut juga dilakukan dengan menelusuri seluruh area yang ada di KRB. Sampel lumut yang di ambil, kemudian dibuat herbarium untuk diidentifikasi. Inventarisasi dan identifikasi Inventarisasi lumut hati dilakukan dalam dua tahap yaitu pertama, inventarisasi lumut hati epifit di KRB dengan metode sampling di dalam blok dan di luar blok di KRB, spesimen lumut hati epifit tersebut disimpan di laboratorium penelitian Departemen Biologi. Kedua, tahap inventarisasi spesimen lumut yang disimpan di Herbarium Bogoriense. Identifikasi dilakukan di laboratorium dengan mengamati struktur vegetatif maupun reproduktif menggunakan mikroskop dan
Is Keterangan : Is = Indeks Similaritas Sorensen A = Jumlah jenis yang terdapat pada blok A B = Jumlah jenis yang terdapat pada blok B C = Jumlah jenis yang sama yang ditentukan di kedua blok
HASIL Lumut hati epifit yang berhasil diidentifikasi dari tiga blok di KRB meliputi 24 jenis lumut hati berdaun yang termasuk ke dalam 9 marga, dan 3 suku. Sembilan marga tersebut meliputi Acrolejeunea, Archilejeunea, Cheilolejeunea, Drepanolejeunea, Frullania, Lejeunea, Lopholejeunea, Mastigolejeuenea, dan Heteroscyphus yang termasuk ke dalam 3 suku yaitu Frullaniaceae, Lejeuneaceae, dan Lophocoleaceae. Inventarisasi lumut di luar di tiga blok diperoleh sebanyak 21 jenis lumut hati berdaun, 10 marga dan 4 suku. Namun, dari 21 jenis lumut hati, terdapat 9 jenis lumut yang tidak ditemukan pada tiga blok yang termasuk ke dalam suku Lejeuneaceae dan Cephaloziellaceae sehingga total lumut yang ditemukan neliputi 33 jenis, 11 marga, dan 4 suku (Tabel 1).
2
Tabel 1 Daftar jenis- jenis lumut hati di Kebun Raya Bogor (di dalam dan di luar blok) Suku
Subsuku
Frullaniaceae
Lejeunaceae
Jenis Frullania apiculata (Reinw., Blume & Nees) Dumort. Frullania ericoides (Nees ex Mart.) Mont.
Lejeuneoideae
Cheilolejeunea osumiensis (S. Hatt.) Mizut. Cheilolejeunea trifaria (Reinw., Blume & Nees) Mizut. Drepanolejeunea ternatensis (Gottsche) Stephani Drepanolejeunea vesiculosa (Mitt.) Stephani Lejeunea alata (Stephani) Stephani Lejeunea anisophylla Mont. Lejeunea discrete Lindenb. Lejeunea efrigii Mizut. Lejeunea miracalyx (Eifrig) Mizut. Lejeunea obscura Mitt. Lejeunea parva (Hatt.) Mizut. Lejeunea sordida (Nees) Nees Lejeunea tuberculosa Stephani Lejeunea sp. 1 Lejeunea sp. 2
Ptychanthoideae
Acrolejeunea arcuata (Nees) Grolle & Gradst. Archilejeunea planiuscula (Mitt.) Stephani Lopholejeunea evansiana Verd. Lopholejeunea eulopha (Taylor) Schiffner Lopholejeunea horticola Schiffner Lopholejeunea latilobula Verd. Lopholejeunea nigricans (Lindenb.) Stephani Lopholejeunea subfusca (Nees) Schiffner Mastigolejeunea auriculata (Wilson & Hook.) Schiffner Mastigolejeunea indica Stephani Schiffneriolejeunea tumida var. haskarliana (Gottsche) Gradst. & Terken Schiffneriolejeunea tumida var. tumida (Nees) Gradst.
Lophocoleaceae
Heteroscyphus argutus (Nees) Schiffner Heteroscyphus coalitus (Hook.) Schiffner
Cephaloziellaceae
Cephaloziella sp. (Spruce) Schiffner
Inventarisasi lumut hati di Kebun Raya Bogor pernah dilakukan pada tahun 1886, 1893, 1894, 1928, 1930, 1951, 1952, 1953, 1954, dan 1990an oleh beberapa peneliti yaitu Fendler, Schiffner, Lowenty, Leewer, Kurr, Verdoorn, Meijer, dan Windardi. Total lumut hati berdaun di KRB sebanyak 92 jenis diperoleh dari hasil inventarisasi pengambilan sampel di dalam
dan di luar blok KRB, serta spesimen lumut dari Herbarium Bogoriense. Dari 92 jenis lumut hati, terdapat 33 jenis lumut hati yang ditemukan pada penelitian ini. Sebanyak tujuh jenis lumut hati ditemukan kembali pada penenlitian ini sedangkan 26 jenis lumut hati baru ditemukan di KRB.
4
Perbedaan dari empat suku yang ditemukan disajikan pada Tabel 2 dan Gambar
2.
Tabel 2 Karakter pembeda empat suku lumut hati yang ditemukan Pembeda
Frullaniaceae
Lejeuneaceae
Lophocoleaceae
Cephaloziellaceae
Susunan daun
Incubous
Incubous
Succubous
Transverse
Lobus daun
Rata
Rata
Terbelah atau bergigi (2-8)
Terbelah dua (bifid)
Lobul
Ada, tidak menempel pada stem (free margin)
Ada, menempel pada stem, berbentuk keel
Tidak ada
Tidak ada
Underleave (daun bawah)
Ada, berlobus atau berbagi
Ada, berbagi (bifid) atau tidak berbagi
Ada, bercuping dua
Tidak ada
Habitat
Epifit
Epifit
Epifit/terestrial
Epifit/terestrial
Sumber: Gradstein et al. 2001
Gambar 2 Karakter pembeda empat suku (susunan daun, lobul, dan underleave) Kekayaan dan kelimpahan jenis (persentase penutupan) pada tiga blok ditunjukkan oleh Tabel 3. Kekayaan jumlah jenis pada masing-masing blok Meliaceae, Myrtaceae, dan Lauraceae yaitu 9, 17, dan 14. Blok Myrtaceae memiliki kekayaan jenis tertinggi sedangkan blok Meliaceae memiliki kekayaan jenis terendah. Berdasarkan analisis ragam (anova) kekayaan jenis antar blok berbeda nyata (p < 0.05). Kelimpahan jenis yang ditunjukkan dengan luas penutupan (cm2) oleh lumut pada kuadrat ukuran 60 x 10 cm tampak bervariasi antara blok satu dengan lainnya. Kelimpahan jenis yang tertinggi pada masing-masing blok Meliaceae, Myrtaceae, dan Lauraceae yaitu Lejeunea sordida 15.55%±27.91, Cheilolejeunea trifaria 29.22% ±33.98, dan Lejeunea anisophylla 19.51% ±28.07.
Dari ketiga blok diperoleh lima jenis yang memiliki kelimpahan tertinggi yakni Cheilolejeunea trifaria 40.31%, Lejeunea sordida 35.95%, Mastigolejeunea indica 32.56%, Lejeunea mitracalyx 31.94%, dan Lejeunea anisophylla 26.83%. Rata-rata penutupan jenis pada blok Meliaceae, Myrtaceae, dan Lauraceae yaitu 34.8 ± 32.89, 52.9% ± 25.75, dan 49.6 ± 26.9. Berdasarkan analisis ragam (anova) kelimpahan jenis antar blok menunjukkan berbeda nyata (p < 0.05). Penutupan kanopi pohon memiliki peranan dalam pemeliharaan tempat tumbuh lumut. Ketiga blok pengambilan sampel memiliki penutupan kanopi pohon yang berbeda (Tabel 4). Blok Meliaceae memiliki presentase penutupan kanopi yang tertinggi yaitu 13.35%, sedangkan blok Myrtaceae
5
memiliki presentase penutupan kanopi yang
paling rendah yaitu 7.5.
Tabel 3 Jenis-jenis lumut hati pada tiga blok di KRB dengan rata-rata luas penutupan per kuadrat (60 × 10 cm) Jenis Acrolejeunea arcuata Archilejeunea planiuscula Cheilolejeunea osumiensis Cheilolejeunea trifaria
Rata-rata penutupan lumut (%)
Blok Meliaceae
Blok Myrtaceae
Blok Lauraceae
Penutupan lumut (%) 1.53 ± 6.16
Penutupan lumut (%) 0±0
Penutupan lumut (%) 0.01 ± 0.07
0±0
0.75 ± 3.39
0±0
0±0
0±0
0.29 ± 1.44
3.84
0.01 ± 0.04
29.22 ± 33.98
0±0
40.31
12.32 10.01
Drepanolejeunea ternatensis
0±0
1.63 ± 5.91
1.09 ± 6.1
15.5
Drepanolejeunea vesiculosa
0±0
0.06 ± 0.39
0.36 ± 1.09
2.79
Frullania apiculata
0±0
0.23 ± 1.19
0±0
4.63
Frullania ericoides
0±0
0±0
3.11 ± 11.82
20.73
Heteroscyphus argutus
0±0
0.42 ± 1.42
0±0
3.32
Heteroscyphus coalitus
0±0
0.17 ± 1.11
0±0
6.99
Lejeunea alata Lejeunea anisophylla
0±0
0±0
0.03 ± 0.16
1.04
12.82 ± 21.89
0.04 ± 0.23
19.51 ± 28.07
26.83
Lejeunea efrigii
0±0
0±0
0.03 ± 0.17
1.08
Lejeunea mitracalyx
0±0
0±0
1.6 ± 9.74
31.94
5.67 ± 14.39
1.9 ± 4.86
0±0
13.16
0±0
0.01 ± 0.07
0±0
0.44
15.55 ± 27.91
2.43 ± 10.41
0±0
35.95
0±0
0±0
0.59 ± 3.72
23.53
2.19 ± 5.71
2.17 ± 5.04
18.12 ± 21.27
19.98
Lejeunea obscura Lejeunea parva Lejeunea sordida Lejeunea sp. 1 Lejeunea tuberculosa Lopholejeunea eulopha
0±0
0.95 ± 3.13
0.32 ± 1.55
5.61
Lopholejeunea nigricans
0.2 ± 0.96
0.28 ± 1.02
0.26 ± 1.64
4.23
Lopholejeunea subfusca
0.21 ± 0.78
0.05 ± 0.29
4.3 ± 6.97
7.93
Mastigolejeunea auriculata
0.15 ± 0.95
0.43 ± 2.71
0±0
11.6
0±0
12.21 ± 22.1
0±0
32.56
34.8 ± 32.89
52.94 ± 25.75
49.6 ± 26.9
14.01 ± 11.93
Mastigolejeunea indica Rerata penutupan
Tabel 4 Penutupan kanopi pohon per masing-masing pohon tempat pengambilan sampel lumut
6
Blok Meliaceae
Pohon Aphanamixis polystachya Sandoricum borneensis Cedrela mexicana Azadirachta excelsa Dysoxylum acutangulum
kanopi/pohon (%) 11.09 11.83 12.77 13.73 17.31
Myrtaceae
Syzygium lineatum Rhodamnia cinerea (cuspidatus) Rhodamnia cinerea (macrophylla)2 Rhodamnia cinerea (macrophylla)1 Syzygium granda
3.99 5.75 7.33 7.84 12.96
Lauraceae
Parabenzoin trilobum Persea yunnanensis Litsea firma Cinnamomum camphora Cinnamomum iners
5.34 7.18 10.66 11.20 21.09
kanopi/blok (%) 13.35
7.57
11.10
lumut dan persentase frekuensi persebaran lumut yang berbeda. Persentase rata-rata penutupan lumut dan frekuensi persebaran lumut pada posisi 0-100 cm dan 100-200 cm di atas tanah memiliki persentase yang tinggi yaitu 7.56 % dan 9.6 % sedangkan pada posisi 100-200 cm di atas tanah memiliki persentase rata-rata penutupan jenis dan frekuensi persebaran yang rendah yaitu 6.97 % dan 7.73 % (Gambar 3).
Indeks Similaritas antar blok menunjukkan bahwa blok Meliaceae dan Myrtaceae memiliki kesamaan jenis tertinggi yaitu 61.54%, terdapat 8 jenis lumut yang sama. Berbeda dengan blok Meliaceae dan Lauraceae yang memiliki kesamaan jenis terendah yaitu 43.48%, hanya terdapat 5 jenis lumut yang sama (Tabel 5). Tabel 5 Kesamaan jenis antar tiga blok pengambilan sampel lumut
Blok Meliaceae dan Myrtaceae Meliaceae dan Lauraceae Myrtaceae dan Lauraceae
A
B
C
Is (%)
9
17
8
61.54
9
14
5
43.48
17
14
7
45.16
Perbedaan posisi tempat tumbuh lumut berdasarkan posisi 0-100 cm dan 100-200 cm di atas tanah serta berdasarkan arah mata angin menunjukkan persentase rata-rata penutupan
Gambar 3
Rata-rata penutupan jenis dan persentase frekuensi persebaran lumut pada tiga blok berdasarkan perbedaan posisi tempat tumbuh (A = 100-200 cm, B = 1-100 cm di atas tanah)
Persentase rata-rata penutupan lumut dan frekuensi persebaran lumut pada perbedaan arah mata angin ditunjukkan pada Gambar 4. Persentase rata-rata penutupan jenis yang tertinggi pada sisi timur yaitu 4.48 %, sedangkan persentase rata-rata penutupan terendah terdapat pada sisi barat yaitu 3.05 %. Persentase frekuensi
6
persebaran lumut yang tertinggi terdapat pada sisi selatan yaitu 5.13%, sedangkan persentase frekuensi persebaran lumut yang terendah pada utara yaitu 3.8 %. Berdasarkan analisis ragam (anova), baik pada perbedaan posisi antara 0-100 cm dan 100200 cm maupun perbedaan arah mata angin menunjukkan tidak berbeda nyata (p > 0.05).
Gambar 4 Rata-rata penutupan jenis dan persentase frekuensi persebaran lumut pada tiga blok berdasarkan perbedaan arah mata angin (Barat, Selatan, Timur, dan Utara)
PEMBAHASAN Keragaman Lumut Hati Suku Lejeuneaceae merupakan suku terbesar di daerah tropis yang memiliki sekitar 90 marga (Gradstein et al. 2001). Jenis dari suku Lejeuneaceae paling banyak dijumpai di KRB, ditemukan 7 marga dan dua subsuku yaitu Lejeuneoideae dan Ptychanthoideae. Pada subsuku Lejeuneoideae diperoleh 16 jenis lumut hati berdaun yang memiliki ciri yaitu daun ventral (underleave) yang terbagi atau bifid dan terkadang memiliki sel ocelli, sedangkan pada subsuku Ptychanthoideae diperoleh 12 jenis lumut hati berdaun yang memiliki ciri yaitu daun ventral (underleave) yang tidak terbagi dan tidak memiliki sel ocelli. Semua marga yang ditemukan pada penelitian merupakan marga yang cocok tumbuh pada dataran rendah dan dataran tinggi dimana KRB merupakan habitat
yang cocok untuk jenis lumut tersebut. Jenis lumut hati dari marga Frullania, Lejeunea, dan Acrolejeunea selalu ditemukan tumbuh pada batang pohon (Putrika 2009). Hal ini terbukti dengan keberadaan ketiga marga tersebut yang tumbuh epifit pada pohon di KRB. Lumut hati yang tumbuh epifit pada pohon mempunyai struktur adaptasi yang bertujuan untuk bertahan hidup pada lingkungan epifit. Struktur tersebut adalah berkembangnya alat untuk absorpsi dan penyimpanan air, yaitu lobul (Lampiran 2, Gbr. 3) yang berguna sebagai kantung air yang terdapat pada lumut hati suku Frullaniaceae dan Lejeuneaceae (Gradstein & Pocs 1989). Berdasarkan hasil inventarisasi dari pengambilan sampel di dalam dan di luar blok KRB, serta spesimen lumut dari Herbarium Bogoriense, total lumut hati berdaun di KRB diperoleh sebanyak 92 jenis. Pada penelitian ini, terdapat 33 jenis lumut yang dikoleksi di antaranya tujuh jenis lumut hati yang sama dengan koleksi dari BO sedangkan sebanyak 26 jenis lumut hati merupakan lumut yang baru ditemukan di KRB. Tujuh jenis lumut yang ditemukan pada penelitian ini yaitu Drepanolejeunea vesiculosa, Frullania ericoides ,Lejeunea sp., Lejeunea sordida, Lopholejeunea horticola, Lopholejeunea eulopha, dan Lopholejeunea subfusca. Tujuh jenis lumut hati ini merupakan jenis-jenis lumut yang dapat bertahan tumbuh di KRB sedangkan jenis-jenis lumut lainnya kemungkinan punah atau tidak terambil pada saat pengambilan sampel. Selain itu, ada beberapa nama ilmiah jenis lumut yang sudah kadaluarsa sehingga ada perubahan nama ilmiah jenis tersebut. Salah satu jenis lumut hati yang ditemukan di KRB merupakan jenis lumut hati data baru untuk Jawa Barat yaitu Mastigolejeunea indica Stephani (Haerida 2009). Lumut ini hanya di temukan pada blok Myrtaceae.
Kelimpahan Lumut Hati Kelimpahan jenis lumut yang diukur berdasarkan luas penutupan pada substrat menunjukkan bahwa blok Myrtaceae merupakan blok yang memiliki persentase penutupan yang paling tinggi (52.9%) sedangkan blok Meliaceae memiliki persentase penutupan yang paling rendah (34.8%). Hal ini terjadi karena perbedaan kondisi blok seperti perbedaan jenis substrat pohon (tekstur kulit pohon). Kulit pohon pada blok Myrtaceae memiliki tekstur yang kasar dan mengelupas sedangkan pada blok Meliaceae memiliki tekstur kulit pohon yang kasar dan
7
keras (Sutisna dkk. 1998). Kondisi substrat pada blok Myrtaceae memungkinkan rizoid lumut lebih mudah melekat pada substrat dibandingkan dengan substrat pada blok Meliaceae. Pada penelitian ini, tidak ditemukan jenis lumut tertentu yang tumbuh pada jenis substrat tertentu, seperti pada Lejeunea anisophylla Mont., Lejeunea tuberculosa Stephani, Lopholejeunea subfusca (Nees) Schiffner, dan Lopholejeunea nigricans (Lindenb.) Stephani yang dapat tumbuh pada jenis substrat di ketiga blok. Namun di sisi lain, blok Myrtaceae mempunyai persentase penutupan kanopi yang paling rendah (7.57%) dibandingkan dengan blok lainnya. Berdasarkan hipotesis, blok yang memiliki penutupan kanopi pohon yang sedikit akan menunjukkan kelimpahan lumut yang sedikit. Sampai saat ini belum diketahui hubungan antara penyebaran jenis lumut dan kanopi pohon karena adanya kompleksitas struktur tubuh lumut (Gonzales et al. 2004). Berdasarkan analisis ragam (anova) kekayaan jenis (p < 0.05) dan kelimpahan jenis (p < 0.05) antar blok berbeda nyata. Hal ini karena adanya perbedaan kondisi dari ketiga blok seperti perbedaan substrat tempat pelekatan lumut dan waktu pengambilan sampel yang berbeda. Waktu pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan pada musim peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau sehingga keragaman jenis yang diperoleh sedikit dan kelimpahan jenis lumut juga rendah. Walaupun demikian, sampai saat ini KRB masih layak dijadikan tempat konservasi bagi lumut. Selain disebabkan oleh perbedaan kondisi blok, hasil yang diperoleh kemungkinan dipengaruhi juga oleh kondisi KRB, pengaruh iklim makro dan kondisi lingkungan mikro. Selain sebagai tempat konservasi, KRB juga dijadikan sebagai tempat wisata sehingga banyaknya pengunjung yang datang serta tingkat polusi yang tinggi di area KRB akan mempengaruhi pertumbuhan lumut. Pertumbuhan lumut dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya: iklim, curah hujan, tipe vegetasi, dan tingkat polusi (Etherington 1975). Lumut sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan mikro, sehingga lumut cenderung akan merespon secara spesifik terhadap perubahan tersebut (Frego & Carleton 1995). Kondisi lingkungan mikro tersebut seperti substrat, cahaya, dan suhu (Mishler 2001). Lumut akan tumbuh optimal pada suhu 15-25ºC, tetapi toleran pada suhu 40-50ºC serta pada kelembapan udara di atas 50% (Asakawa 2007). Area KRB memiliki suhu rata-rata 25ºC dan kelembaban udara rata-rata di atas 50% sehingga
KRB merupakan tempat yang sesuai bagi tumbuhnya lumut. Dilihat dari perbedaan posisi tempat tumbuh, posisi 0-100 cm (pada pangkal pohon), memiliki persentase penutupan dan frekuensi persebaran lumut yang lebih besar daripada posisi 100-200 cm dari atas tanah. Hal ini terjadi karena pada pangkal pohon terdapat banyak humus atau tanah yang menempel sehingga rizoid lumut lebih mudah melekat pada kulit pohon dan mungkin lumut terestrial ikut tumbuh di bagian pangkal pohon tersebut, seperti pada Heteroscyphus argutus dan Heteroscyphus coalitus. Kedua jenis ini selain ditemukan epifit pada pohon, ditemukan juga tumbuh pada substrat tanah. Perbedaan posisi arah mata angin menunjukkan bahwa sisi timur memiliki persentase penutupan lumut hati yang paling tinggi. Jenis lumut hati yang berada di sisi timur menggunakan cahaya matahari untuk proses fotosintesis sehingga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan lumut.
SIMPULAN Studi mengenai lumut hati epifit di KRB menunjukkan bahwa terdapat 92 jenis lumut hati berdaun yang diperoleh dari hasil inventarisasi pengambilan sampel di dalam dan di luar blok, serta spesimen lumut dari BO. Pada penelitian ini ditemukan 33 jenis lumut hati berdaun yang termasuk ke dalam 11 marga dan 4 suku. Suku Lejeuneaceae memiliki jumlah jenis lumut hati yang paling banyak dan memiliki persentase penutupan yang tinggi. Blok Myrtaceae merupakan blok yang memiliki jumlah jenis dan kelimpahan jenis lumut hati yang paling tinggi. Pada semua blok, posisi 0-100 cm memiliki kelimpahan jenis dan frekuensi persebaran yang tertinggi pula. Kekayaan dan kelimpahan jenis lumut pada tiga blok menunjukkan persebaran yang berbeda nyata (p < 0.05). Hal ini disebabkan adanya perbedaan kondisi blok, kondisi KRB yang dipengaruhi oleh iklim makro, dan kondisi lingkungan mikro.
SARAN Perlu dilakukan pengambilan sampel lumut pada dua musim yang berbeda yaitu musim penghujan dan musim kemarau, sehingga dapat diperoleh lumut yang beragam serta untuk melengkapi data keragaman jenis lumut di KRB.
DAFTAR PUSTAKA
8
Asakawa, Y. 2007. Biologically active compounds from bryophyte. Pure Apll. Chem. 79 (4): 557 580. Cox GW. 2002. General Ecology Laboratory Manual. 8th Ed. USA : The McGrawHill Companies. Etherington JR. 1975. Environmental and Plant Ecology. New York: University of Hull. Frego KA, Carleton TJ. 1995. Microsite Condition and Spatial Pattern in a Boreal Bryophyte Community. Canadian Journal of Botany 73: 544551. Gignac LD. 2001. Bryophytes as indicators of climate change. Bryologist 104: 410 420. Glime JM. 2001. The role of bryophytes in temperate forest ecosystems. Hikobia 13: 267 289. Glime JM. 2007. Bryophyte Ecology. Volume ke-1, Physiological Ecology. Michigan: Michigan Technological University and the International Association of Bryologists. Gonzales JM et al. 2004. Forest floor bryophytes of laurel forest in Gomera (Canary Islands): life strategies and influence of the tree species. Lindbergia 29: 5-16. Gradstein SR, Pocs T. 1989. Tropical Rain Forest Ecosystems. Amsterdam: Elsevier Science Publisher. Gradstein SR, Churchill SP, Salazar-Allen N. 2001. Guide to The Bryophytes of Tropical America: Memoirs of The New York Botanical Garden. Di dalam: William RB, editor. New York: The New York Botanical Garden Comp. Gradstein SR, Churchill SP, Salazar AN. 2001. Guide to the Bryophytes of Tropical America. Memoirs of the New York Botanical garden 86 : 1-577. Gradstein SR, X-L He, Piippo S, Mizutani M. 2002. Bryophyte flora of the Huon Peninsula, Papua New Guinea. LXVIII. Lejeuneaceae subfamily Ptychanthoideae (Hepaticae). Acta Botanica Fennica 174 :1-88. Haerida I. 2009. Lejeuneaceae subfamily Ptychanthoideae (Hepaticae) in West Java [tesis]. Bogor: The Graduate School, Bogor Agricultural University. Hattori S, Piippo S. 1986. Bryophyte flora of the Huon Peninsula, Papua New Guinea. XV. Frullania (Frullaniaceae, Hepaticae). Acta Botanica Fennica 133: 25-58. Kirmaci M, Agcagil E. 2009. The Bryophyte Flora in the Urban Area of Aydin
(Turkey). International Journal of Botany 5 (3): 216-225. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2001. An Alphabetical List of Plants Species Cultivated in The Bogor Botanical Garden. Bogor: Botanic Gardens of Indonesia, Indonesian Institute of Science. Mishler BD. 2001. The Biology of Bryophytes. American Journal of Botany, 88 (11) : 2129 2131. Mizutani M. 1970. Lejeuneaceae, subfamilies Lejeuneoideae and Cololejeuneoideae from Sabah (North Borneo). Journal of the Hattori Bot. Lab. 33: 225-265. Piippo S. 1985. Bryophyte flora of the Huon Peninsula, Papua New Guinea. XII. Geocalycaceae (Hepaticae). Acta Botanica Fennica 131: 129-167. Putrika A. 2009. Keanekaragaman marga lumut sejati dan lumut hati di wilayah hutan kota dan FMIPA Universitas Indonesia Depok [skripsi]. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Shaw AJ, Goffinet B. 2000. Bryophyte Biology. United Kingdom: Cambridge University Press. So ML. 1995. Mosses and Liverworts of Hong Kong (Vol.1). Hong Kong: Heavenly People Depot. Sutisna U, Kalima T, Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan Di Indonesia. Bogor: Yayasan Prosea Bogor, Pusat Diklat Pegawai dan SDM Kehutanan. Zhu RL, So ML. 1996. Mosses and Liverworts of Hong Kong (Vol.2 ). Hong Kong: Heavenly People Depot. Zhu RL, So ML. 2001. Epiphyllous Liverworts of China. Nova Hedwigia 121 : 1-418 (descry. & illustr. to many species, especially of Lejeuneaceae). Zhu RL, Gradstein SR. 2005. Monograph of Lopholejeunea in Asia. Systematic Botany Monographs 74: 1-98.
9
Acuminate
GLOSARIUM Acute
Ujung daun runcing dengan sudut kurang dari 90o tetapi lebih dari 45º
Ujung daun runcing dengan sudut kurang dari 45º Antheredium Alat kelamin jantan pada tumbuhan lumut Archegonium Alat kelamin betina pada tumbuhan lumut Bifid Terbagi dalam dua bagian Bracteola Daun pelindung Convolute Menggulung secara bersamaan Costa Menyerupai tulang daun pada lumut sejati Cordate Berbentuk hati. Pada trigon: dengan 2 sisi convex dan satu sisi concave Curve Melipat Daun lateral Daun pada lumut hati yang terletak pada bagian samping batang Distal bagian yang jauh dengan pangkal pelekatan Dorsal Permukaan atas, yang jauh dari substrat Fragil Mudah patah Heterogenous Potongan melintang midrib yang mempunyai lebih dari satu tipe sel Hexagonal Bentuk sel yang mempunyai enam sisi Hyaline Transparan atau tidak berwarna Hyaline papilla Organel kecil, berdinding tipis, sel sekretori yang berasosiasi dengan sel inisial daun pada lumut hati. Posisi papilla berada proximal atau distal pada apex lobul Incubous Susunan daun pada lumut hati dimana daun lateral menutupi daun lateral di atasnya Incurve Melipat ke dalam atau ke luar Inovasi Adanya struktur percabangan secara langsung di bawah perianth Involute Menggulung ke dalam Isodiametric Bentuk teratur dengan diameter yang sama Keel Lipatan Linear Sangat panjang dan menyempit dengan kedua sisi sejajar. Lobul Bagian daun yang kecil pada lumut hati Lobus Bagian daun yang besar pada lumut hati Mammillose memiliki mammillae
Margin Tepi Midrib Struktur seperti ibu tulang daun Multistratose Mempunyai banyak lapisan sel
10
Ocelli Oil body
Orbicular Ovatus Plane Perianth Proximal Quadrate Rectangular Recurved Reniform Rhomboidal Rigid Rizoid
Rounded Seta
Sel daun yang memiliki oil body yang besar dan tidak berkloroplas Organel/badan minyak yang berikatan dengan membran pada lumut hati yang mengandung terpen bentuk seperti lingkaran Bentuk seperti telur; bagian terlebar berada di dekat pangkal Rata Daun-daun yang melindungi archegonium Bagian yang dekat dengan pangkal pelekatan Sel berbentuk persegi Sel berbentuk persegi panjang Melipat pada bagian bawah dan dalam Berbentuk seperti ginjal Sel berbentuk belah ketupat Kaku Struktur seperti akar yang berfungsi untuk melekat pada substrat Membulat Tangkai sporofit
Sel hyalin Spiral Squarrose Succubous
Stem Thallose
Thallus
Triangular Trigon Tristicous Truncate Underleaves
Ventral
LAMPIRAN
Sel yang tidak berwarna atau transparan Susunan daun yang mengelilingi batang pada lumut sejati Menjalar atau mengembang pada sisi kanan Susunan daun pada lumut hati; daun lateral menutupi daun lateral di bawahnya Menyerupai batang Struktur pada lumut hati yang seperti talus, pipih, dan berbentuk pita Tubuh pada tumbuhan tingkat rendah yang tidak terdiferensiasi menjadi akar, batang, dan daun Berbentuk segi tiga Penebalan pada ujung dinding sel pada daun lumut hati Daun bersusun tiga Bagian yang terpotong pada apex Daun ketiga yang ditemukan pada permukaan ventral batang pada lumut hati Permukaan bawah yang menghadap substrat
12
Lampiran 1 Denah Kebun Raya Bogo r
13
Lampiran 2 Kunci identifikasi lumut hati berdaun Kunci menuju suku :
14
1
1 2 2
3
3
Tumbuhan lumut ini dapat tumbuh epifit atau terrestrial. Tidak memiliki lobul .. 2 Tumbuhan lumut ini hanya tumbuh epifit. Memiliki lobul 3 Daun lateral succubous, ada underleave. ..Lophocoleaceae Daun lateral tranverse, tidak ada underleave ... ...Cephaloziellaceae (Cephaloziella sp.) Daun lateral incubous. Memiliki lobul yang menempel pada stem dan berbentuk keel . Lejeuneaceae Daun lateral incubous. Memiliki lobul yang tidak menempel pada stem (free margin) dan berbentuk seperti kantung atau telinga ... ....Frullaniaceae Kunci menuju jenis dari suku Lophocoleaceae:
1
1
Gametofit berwarna hijau tua. Apex daun dengan 4-10 gigi kecil .. ..Heteroscyphus argutus Gametofit berwarna hijau pucat sampai hijau tua. Apex daun dengan 0-4 gigi .Heteroscyphus coalitus
Kunci menuju jenis dari suku Frullaniaceae: 1
1
Memiliki lobul berbentuk kantung, panjangnya sama dengan lebarnya. Daun squarrose.. ..... ..Frullania ericoides Memiliki lobul yang berjarak dengan stem. Daun apiculate ............... .Frullania apiculata
Kunci menuju jenis dari suku Lejeuneaeceae: 1 1 2 2 3
Ada underleave 2 Tidak ada underleave .Cololejeunea* Underleave terbagi dua lobe .......14 Underleave tidak terbagi ..3 Gametofit berwarna hijau hingga kehitaman, flat saat kering. Perianth memiliki 3 keels. Memiliki lobul hanya satu gigi (lobul dengan 3-4 gigi pada Mastigolejeunea indica .. Mastigolejeunea (4)
3
Gametofit berwarna hijau hingga kecoklatan, tidak pernah kehitaman, tidak flat saat kering. Perianth memiliki
4-10 keels yang membulat. Memiliki lobul dengan lebih dari satu gigi.. ... .. 5 4 Memiliki lobul dengan gigi satu sel yang panjang dan tumpul. Tidak curved Mastigolejeunea auriculata 4 Memiliki lobul yang besar, ½ dari panjang daun dengan beberapa gigi triangular ... Mastigolejeunea indica 5 Memiliki stem yang fragile, dinding sel epidermis tipis. Badan minyak (oil body) homogenous, 20-30 per sel. Perianth dengan 8-10 keels . ..Acrolejeunea (6) 5 Memiliki stem yang rigid, dinding sel epidermis tebal. Badan minyak (oil body) bersegmen, kurang dari 10 per sel. Perianth dengan 4-6 keels Schiffneriolejeunea (7) 6 Gametofit sering berwarna kemerahan hingga kecoklatan. Trigon cordate orbicular. Memiliki lobul yang panjangnya 2.5 x lebarnya .. ................................Acrolejeunea arcuta 6 Gametofit mengalami pigmentasi berwarna kehitaman. Trigon tidak cordate ... 8 7 Ventral margin dan apex daun ± involute sehingga membentuk kantung. Dua gigi pada lobul terlihat in situ ... ........Schiffneriolejeunea tumida var tumida 7 Ventral margin dan apex daun ± plane. Dua gigi pada lobul tidak terlihat Schiffneriolejeunea tumida var haskarliana 8 Gametofit berwarna hijau. Sel epidermis pada stem tidak lebih besar daripada sel inner. Perianth memiliki keels yang halus, ada inovasi.......................... .. ..Archilejeunea planiuscula 8 Gametofit berwarna hijau kehitaman, terkadang berwarna coklat. Sel epidermis pada stem lebih besar daripada sel inner. Perianth memiliki keels yang bergigi, tidak ada inovasi........................Lopholejeunea (9) 9 Memiliki lobul yang terhubung oleh satu sel saja .....................10 9 Memiliki lobul yang terhubung dengan beberapa sel .... ...11 10 Underleave orbicular. Bracteola betina berbentuk rata .. .Lopholejeunea nigricans
15
10 Underleave reniform, 1.5-2 x lebih lebar daripada panjangnya. Barcteola betina bergigi ... .Lopholejeunea eulopha 11 Memiliki lobul yang besar, berukuran ½ nya dari lobus .... ... ...12 11 Memiliki lobul kecil, kurang dari ½ nya panjang lobus .. ..Lopholejeunea subfusca 12 Gametofit berukuran kecil, lebarnya kurang dari 1 mm. Bracteole betina tidak berbagi .... .Lopholejeunea horticola 12 Gametofit berukuran besar panjangnya sampai 3 cm. Bracteole betina berbagi atau bifid ............ 13 13 Underleave berukuran besar, dari lebar daun. Apex daun dan atau underleave recurved ..Lopholejeunea evansiana 13 Underleave berukuran kecil, dari lebar daun. Apex daun dan atau underleave plane .... 14 14 Apex daun rounded ..... Lopholejeunea latilobula 14 Apex daun acute-acuminate sampai rounded ... ..15 15 Lobus daun biasanya dengan ocelli... ... ......16 15 Lobus daun dengan atau tanpa ocelli ... ... ......17 16 Sel pada lobus daun berbentuk mammillose. Ocelli terdapat pada bagian pangkal daun dengan 2-3 sel ocelli ....... Harpalejeunea filicuspis 16 Sel pada lobus daun dengan papilla, tidak berbentuk mammillose. Dengan atau tanpa ocelli, dengan posisi menyebar . Drepanolejeunea (ca. 2 spp.) 17 Oil bodies berukuran sangat besar, 1-3 per sel, bersegmentasi. Sel lobus daun dengan trigon. Hyalin papilla distal .. .. Cheilolejeunea (18) 17 Oil bodies berukuran sangat kecil, lebih dari 3 per sel, bersegmentasi atau homogen. Sel lobus daun tanpa atau
dengan trigon berukuran kecil. Hyalin papilla proximal...................................... .Lejeunea (ca. 11 spp.) 18 Underleave berukuran kecil, berbagi atau bifid sampai 1/5 dari panjang underleave ... ..Cheilolejeunea osumiensis 18 Underleave berukuran besar dan berbagi atau bifid sampai atau lebih dari panjang underleave . Cheilolejeunea trifaria *Tidak ditemukan tumbuh epifit, hanya ditemukan tumbuh terrestrial.