Jenis-jenis Pohon Kayu di Kebun Raya Cibodas
93
JENIS-JENIS POHON KAYU DI KEBUN RAYA CIBODAS Timber Tree Species in Cibodas Botanical Garden Ika WAHYUNI1, Wahyu DWIANTO1, Yusup AMIN1 dan Teguh DARMAWAN1 Corresponding Author :
[email protected]
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Botanical Garden including information on their physical and mechanical properties, natural durability, distribution, prospect and other supporting data; (2) to analyze the lesserknown wood species that could be used for construction materials and then recommend them to be developed through Industrials Plantation Forest. The steps of the study were first collection of data on timber species from herbarium catalogue; second collection of data on the properties of wood from various sources; third, observation of stem morphology in the field. The result of the catalogue study showed that there were 291 timber tree species grown in Cibodas Botanical Garden which were comprised of 14 major commercial timbers, 74 minor commercial timbers, and 142 lesser known timbers. These timber species were also distributed in other parts of Indonesia. Observation in the field then generated 49 lesserknown wood species that could be used for construction materials based on their stem form and branch height. From the reference and catalogue study, it was found that there were 14 wood species belongs to strength class I to III with natural durability ranges from very durable to moderate. These woods were then evaluated based on their morphological features and prospects. Finally, it was found that only ten wood species that were suitable to be used for construction materials, i.e. Acmena acuminatissima (Blume.) Merr. & Perry (Kelat); Adenanthera microsperma Teijsm. & Binn. (Saga); Baccaurea parviflora (Muell. Arg.) (Setambun); Casuarina junghuhniana Miq. (Cemara Gunung); Garcinia parvifolia and G. beccari (Manggis Hutan); Gymnostoma sumatranum (Joogb. ex de Vriese) L.A.S. Johnson (Cemara Sumatra); Mimusops elengi L. (Tanjung); Neonauclea lanceolata and N. obtusa (Ki Anggrit). However, the result of this study needs to be supported by further study on their wood properties since the present data were mostly qualitatives. Further research concerning their silviculture, growth rate, and susceptibility to the diseases were also needed to be done.
Untuk mengantisipasi keterbatasan bahan baku kayu konstruksi yang berasal dari hutan tropis diperlukan upaya diversifikasi bahan. Diperkirakan masih banyak jenis-jenis kayu tropis yang berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi. Menurut Badan Inventarisasi dan Tata Guna Hutan, Departemen Kehutanan, di Indonesia terdapat 3124 jenis kayu yang terdiri dari kayu komersial, non komersial, tak dikenal, maupun jenis kayu budidaya (Anonim 1986). Menurut klasifikasi Prosea, di Indonesia terdapat 51 genera yang tergolong major-commercial timbers, 62 genera minorcommercial timbers dan 309 genera lesser-known timbers (Soerianegara dan Lemmens 1994; Lemmens et al. 1995; Sosef et al. 1998). Sedangkan Atlas Kayu Indonesia baru merangkum sebanyak 92 jenis kayu dari berbagai hasil penelitian, meliputi sifat fisik dan mekaniknya (Martawijaya et al. 1986; Martawijaya et al. 1989; Abdurrohim et al. 2004). Selain itu, informasi mengenai koleksi tanaman berkayu yang terdapat di Kebun Raya di Lingkungan Kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) umumnya masih terbatas pada nama tumbuhan, tahun tanam dan lokasi tempat tumbuh di dalam Kebun Raya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menginventarisasi jenis-jenis kayu di Kebun Raya Cibodas yang berikut informasi mengenai sifat fisik, mekanik, keawetan alami, penyebaran, prospek, dan data-data pendukung lainnya dari jenis yang dijumpai; serta (2) menganalisa jenis-jenis kayu lesser known yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kayu konstruksi dan merekomendasikan pengembangannya melalui pola budidaya Hutan Tanaman Industri (HTI).
Keywords : Lesser-known timbers, Cibodas Botanical Garden.
1 UPT
Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial – LIPI
METODE PENGKAJIAN Tahapan pengkajian adalah sebagai berikut: 1. Studi pustaka katalog jenis-jenis pohon kayu di Kebun Raya Cibodas (Immamudin et al. 2005) dan studi lapangan. 2. Menghimpun informasi dari buku Plant Resources of South East Asia (Soerianegara dan Lemmens 1994; Lemmens et al. 1995; Sosef et al. 1998) mengenai sifat fisik, mekanik, dan keawetan alami kayu, serta penyebaran, prospek, dan data-data pendukung lainnya dari jenis-jenis pohon kayu yang tercatat di katalog herbarium.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1 (2): 93-101 (2008)
Wahyuni et al.
94
3. Menyusun data base, jenis-jenis pohon kayu di Kebun Raya Cibodas yang penyebarannya cukup potensial luas di Indonesia. 4. Menganalisa data yang terhimpun dan merekomendasikan pemanfaatan jenis-jenis kayu lesser known terpilih untuk bahan baku kayu konstruksi. Jenis pohon yang dipilih adalah yang berbatang lurus, batang bebas cabang yang tinggi dan yang kayunya tergolong kelas kuat I sampai III serta memiliki keawetan alami tinggi sampai sedang. HASIL DAN PEMBAHASAN Kebun Raya Cibodas terletak di dataran tinggi basah, tepatnya di lereng Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat, pada ketinggian 1,425 m dari permukaan laut. Luas arealnya 125 ha, dimana 30% wilayahnya adalah kawasan hutan. Kebun Raya ini mempunyai peranan penting dalam mengkonservasi berbagai jenis tumbuhan tropis dataran tinggi basah terutama yang berasal dari Indonesia bagian barat. Koleksi tumbuhan sampai dengan tahun 2004 meliputi 183 famili, 622 genera, 1,189 jenis dan 6,023 spesimen (Immamudin et al. 2005). Studi Pustaka Katalog Dari studi pustaka di katalog, diketahui bahwa jenis tumbuhan yang ada di Kebun Raya Cibodas (Immamudin et al. 2005) berjumlah 1425 jenis. Tumbuhan tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan luar Indonesia. Dari jumlah itu terdapat 678 jenis tanaman berkayu dimana 291 jenis diantaranya tersebar di Indonesia. Dari jumlah 291 tersebut 14 jenis tergolong major commercial timbers, 74 jenis minor commercial timbers, dan 142 jenis lesser known timbers. Selebihnya 61 jenis yang tidak termasuk ketiga kelompok tersebut antara lain termasuk dalamnya kelompok palem-paleman (Arecaceae) dan lain-lain. Katalog tersebut selanjutnya menjadi acuan untuk menelusuri sifat fisik, mekanik, keawetan alami, penyebaran, prospek, serta data-data pendukung lainnya dari ke 291 jenis tanaman berkayu yang penyebarannya di Indonesia. Studi Lapangan Studi lapangan ke Kebun Raya Cibodas telah dilaksanakan sebanyak 4 kali. Selain mendapatkan data dari katalog herbarium, studi lapangan dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi dari Pegawai dari Kebun Raya Cibodas dan mengambil gambar dari jenis pohon kayu tersebut. Selanjutnya dilakukan pengamatan pohon secara fisik untuk menentukan jenis-jenis kayu yang berpeluang sebagai bahan baku kayu konstruksi. Morfologi pohon yang diamati adalah kelurusan batang dan tipe percabangan, karena jenis kayu yang berpeluang sebagai bahan baku kayu konstruksi diantaranya harus memiliki batang yang lurus dengan tinggi bebas cabang maksimal. Berdasarkan pengamatan di
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1 (2): 93-101 (2008)
lapangan dan diskusi dengan Pegawai Kebun Raya Cibodas diperoleh perkiraan jenis-jenis yang berpeluang sebagai bahan baku kayu konstruksi sebagaimana pada Tabel 1. Dari 49 jenis tersebut, terdapat 6 jenis yang tergolong major commercial timbers, 11 jenis minor commercial timbers, dan 27 jenis lesser known timbers; sedangkan sisanya belum digolongkan ke dalam jenis kelompok major, minor, maupun lesser known timbers. Penentuan jenis-jenis kayu sebagaimana Tabel 1 tersebut baru didasarkan pada pertimbangan kelurusan batang dan ketinggian batang bebas cabang dan belum mempertimbangkan kelas kuat, keawetan alami, kestabilan dimensi, sifat pengerjaan, dan aspek silvikulturnya. Penyusunan Data Base Data jenis-jenis tumbuhan berkayu yang dijumpai di Kebun Raya Cibodas dan yang penyebarannya di Indonesia ditabulasikan dengan menggunakan perangkat lunak Mirosoft Excel. Bentuknya dapat dilihat pada Gambar 1. Pada data base tersebut dicantumkan (1) Nama botani; (2) Penggolongan kayu major commercial, minor commercial, dan lesser known; (3) Nama perdagangan; (4) Nama daerah/lokal setempat; (5) Penyebaran secara geografis; (6) Sifat-sifat fisik, mekanik, kimia, dan keawetan alami; (7) Kegunaan; serta (8) Prospek. Data tersebut disusun berdasarkan abjad nama botaninya. Penggolongan kayu major commercial, minor commercial, lesser known serta data lainnya sebagian besar berdasarkan buku Prosea (Soerianegara dan Lemmens 1994; Lemmens et al. 1995; Sosef et al. 1998). Dari hasil studi pustaka ternyata ada beberapa jenis kayu di Kebun Raya Cibodas yang tidak tercantum dalam buku Prosea. Selain itu sangat disayangkan bahwa data mengenai penyebaran yang ada di buku Prosea tidak disertai dengan data potensinya. Besar kemungkinan jenis-jenis yang dikoleksi Kebun Raya Cibodas merupakan jenis yang mulai langka, terancam punah atau daerah penyebarannya di Indonesia tinggal di beberapa areal saja, sesuai fungsi Kebun Raya sebagai kawasan konservasi. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat mendorong kegiatan perbanyakan dan penanaman kembali jenis-jenis kayu koleksi Kebun Raya. Data sifat fisik kayu yang ada di buku Prosea umumnya terdiri dari kerapatan (kuantitatif) dan penyusutan (kualitatif dan kuantitatif); sedangkan data sifat mekanik meliputi kekerasan, keteguhan lentur (MOE = modulus of elasticity), keteguhan patah (MOR = modulus of rupture), keteguhan tekan sejajar dan tegak lurus serat, serta keteguhan geser (kualitatif dan kuantitatif). Selain itu pada beberapa jenis kayu terdapat data sifat kimia (kuantitatif) dan keawetan alami (kualitatif). Tetapi tidak seluruh jenis kayu memiliki data lengkap mengenai sifat fisik, mekanik, kimia dan keawetan alaminya.
Jenis-jenis Pohon Kayu di Kebun Raya Cibodas
Tabel 1.
95
Jenis-jenis kayu di Kebun Raya Cibodas yang berpeluang sebagai bahan baku kayu konstruksi.
No
Jenis Kayu
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49.
Acer laurinum Hassk Actinodaphne glomerata (Blume) Nees Adenanthera microsperma Teijsm. & Binn. Agathis becarii Warb. Agathis borneensis Warb. Alstonia scholaris (L.) R. Br. Aphanamixis sp. Araucaria var. Glauca Endl. Artocarpus heterophyllus Lamk. Arytera litoralis Blume Beilschmiedia madang Blume Calophyllum soulattri Burm. f. Lepisanthes senegalensis (A. Juss. Ex. Por) Leenh Lithocarpus indutus (Blume) Rehder Lithocarpus pallidus (Blume) Rehder Lithocarpus pseudomoluccus (Blume) Rehder Lithocarpus rotundatus (Blume) A. Camus Litsea firma (Blume) Hook. f. Litsea mappaceae Boerl. Litsea tomentosa Blume Lunasia amara Blanco Macaranga rhizinoides (Blume) Muell. Arg. Manglietia calophylla Dandy Manglietia glauca Blume Mastixia trichotoma Blume Merrillia caloxylon Swingle Michelia champaca L. Michelia montana Blume Neonauclea lanceolata (Blume) Merr. Neonauclea obtusa (Blume) Merr. Nephelium sp. Ostodes paniculata Blume Persea excelsa (Blume) Kosterm Persea rimosa (Blume) Zoll. ex Meisn Pinus merkusii Jungh. & de Vriese Planchonia valida (Blume) Blume Platea latifolia Blume Pometia pinnata IR. Forst & G. Forst Radermachera gigantea (Blume) Miq. Rauvolfia javanica Koord. & Valeton Sapindus rarak DC. Sloanea sigun (Blume) K. Schum Spondias sp. Symplocos acuminata Miq. Syzygium polyanthum (Wight) Walp. var. Polyanthum Tabernaemontana macrocarpa Jack. Taxus sumatrana (Miq.) de Laub Vernonia arborea Buch. –Ham var. javanica (DC.) Clarke Weinmannia blumei Planch
Major commercial timbers
Pengelompokkan Minor commercial timbers
√ √ √
Lesser known timbers √ √ √
√
√ √ √ √ √ √
-
√ √ √ √ √ √ √ -
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ -
-
-
√ -
√ √ √ √ √ √
Sources: Soerianegara dan Lemmens 1994; Lemmens et al. 1995; Sosef et al. 1998.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1 (2): 93-101 (2008)
Wahyuni et al.
96
Sources: Soerianegara dan Lemmens 1994; Lemmens et al. 1995; Sosef et al. 1998.
Gambar 1. Draft data base jenis-jenis kayu yang penyebarannya di Indonesia. Rekomendasi Pemanfaatan Jenis-jenis Kayu Kurang Dikenal Sifat yang perlu diperhatikan apabila kayu akan dimanfaatkan sebagai bahan baku konstruksi adalah (1) kerapatan, (2) sifat kekuatan, (3) kestabilan dimensi, (4) keawetan alami, dan (5) sifat pengerjaan. Selain itu juga pohonnya harus memiliki sifat morfologi yang baik, yaitu (7) berbatang lurus dan (8) tinggi bebas cabang yang maksimal. Apabila akan dikembangkan untuk HTI, faktor yang perlu diperhatikan juga adalah (9) kemudahan silvikutur, (10) kesesuaian tempat tumbuh dan kecepatan pertumbuhan, (11) ketahanan terhadap penyakit dan (12) prospek. Pemanfaatan kayu sangat tergantung dari sifat dan karakteristik alaminya. Jenis-jenis kayu tidak komersial maupun tidak dikenal biasanya memiliki berat jenis rendah, tidak kuat dan tidak awet, sehingga terbatas penggunaannya (Prayitno 1994). Dalam penelitian ini banyak ditemukan jenis kayu kurang dikenal yang memiliki sifat kekuatan dan
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1 (2): 93-101 (2008)
keawetan alami tinggi. Menurut Vademecum Kehutanan Indonesia (Anonim 1976), klasifikasi kelas kekuatan kayu didasarkan atas hubungan nilai kerapatan, MOR dan keteguhan tekan sejajar serat. Namun sifat mekanik jenis-jenis kayu kurang dikenal yang tercantum dalam data base ini masih bersifat kualitatif, karena masih didasarkan pada tabel kelas kuat kayu yang disusun oleh Den Berger (1923) yang disusun berdasarkan pada nilai kerapatannya. Dari nilai kerapatannya terdapat 24 jenis kayu lesser known yang termasuk kelas kuat I s/d III. Tetapi dengan mempertimbangkan keawetan alami kualitatif dari sangat s/d cukup awet maka tinggal 14 jenis kayu lesser known yang memenuhi kriteria (Tabel 2).
Jenis-jenis Pohon Kayu di Kebun Raya Cibodas
97
Tabel 2. Jenis-jenis kayu lesser known yang memenuhi persyaratan sifat kekuatan dan keawetan alami. Jenis Kayu Acmena acuminatissima (Blume.) Merr. & Perry.
Kerapatan kering udara (g/cm3) 0,72 ~ 0,94
Sifat Mekanik
Kelas Kuat
Kayu keras, cukup kuat, dan agak sulit dalam pengerjaan, tapi penyelesaian akhir cukup baik.
I ~ II
Kayunya sangat keras dan kuat. Pengerjaannya mudah sampai agak sedikit susah, mudah diketam dan hasil akhir tinggi. Kayu cukup keras dan cukup kuat. Kayu keras sampai sangat keras dan kuat
I ~ III
Adenanthera microsperma Teijsm. & Binn.
0,59 ~ 1,10
Baccaurea parviflora (Muell. Arg.)
0,63 ~ 0,95
Casuarina junghuhniana Miq.
0,79 ~ 1,30
Decaspermum fruticosum J.R. Forst. & G. Forst. var. polymorphum (Blume) Bakh. f. Garcinia parvifolia G. beccari
0,67~ 0,93
Kayu kuat sampai sangat kuat dan sangat keras.
I ~ II
0.69 ~ 1,12
Kayu cukup keras sampai keras dan cukup kuat sampai sangat kuat.
I ~ II
Gymnostoma sumatranum (Joogb. ex de Vriese) L.A.S. Johnson
0,91 ~ 1.20
Kayu sangat keras dan sangat kuat
I
Mimusops elengi L.
0,78 ~ 1,12
Kayu sangat keras, sangat kuat dan berat.
I ~ II
Neonauclea lanceolata N. obtusa
0,56 ~ 0,98
Kayu keras dan kuat
I ~ III
Nephelium sp.
0,61 ~ 1,11
Kayu cukup keras sampai sangat keras, kuat dan berat.
I ~ II
Planchonia valida (Blume) Blume
0,61 ~ 1,01
Kayu cukup kuat sampai kuat, berat dan keras sampai sangat keras.
I ~ II
Ryparosa javanica (Blume) Kurz ex. Koord. &. Valeton
0,46 ~ 0,92
Kayu cukup keras sampai keras
I ~ III
I ~ II I ~ II
Keawetan Alami Sangat awet di bawah atap (dalam keadaan terlindung) dan cukup tahan terhadap pelapukan jika terkena udara, tidak bersentuhan dengan tanah. Tahan terhadap rayap kayu kering. Cukup awet sampai sangat awet. Sangat rentan terhadap sap-stain. Kayu teras tahan terhadap rayap kayu kering. Awet dan dapat diberi perlakuan dengan bahan pengawet. Kayu cukup awet pada saat terkena udara atau bersentuhan dengan tanah. Kayu teras sangat tahan terhadap perlakuan dengan tekanan. Kayu teras tahan terhadap rayap kayu kering. Cukup awet untuk penggunaan exterior yang terlindungi. Kayu biasanya cukup awet. Kayu teras dilaporkan tahan terhadap perlakuan tekanan. Kayu teras cukup tahan sampai tahan terhadap rayap kayu kering. Kayu cukup awet saat tidak terlindung dari udara atau saat bersentuhan dengan tanah. Kayu teras sangat tahan terhadap perlakuan dengan tekanan. Kayu sangat awet, bahkan pada saat tidak terlindung dari udara atau bersentuhan dengan tanah. Kayu teras sangat tahan terhadap impregnasi bahan pengawet. Kayu dilaporkan tahan terhadap marine borer dan rayap kayu kering. Kayu cukup awet sampai awet pada saat tak terlindung dari udara dan bersentuhan dengan tanah, sangat awet dalam keadaan terlindung. Kayu gubal dapat ditembus tapi kayu teras sangat tahan terhadap impregnasi dengan tekanan. Kayu cukup tahan terhadap serangan rayap. Kayu awet dalam keadaan terlindung dan umumnya tahan terhadap serangan serangga, tapi rentan terhadap jamur. Kayu cukup awet sampai awet bahkan pada saat bersentuhan dengan tanah. Banyaknya tilosis menyebabkan kayu teras sangat tahan terhadap perlakuan dengan bahan pengawet di bawah tekanan. Kayu cukup awet sampai awet.
Sumber: Soerianegara dan Lemmens 1994; Lemmens et al. 1995; Sosef et al. 1998.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1 (2): 93-101 (2008)
Wahyuni et al.
98
Kestabilan dimensi merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan juga untuk merekomendasikan kayu sebagai bahan baku konstruksi. Stabilitas dimensi kayu ditunjukkan oleh rasio penyusutan arah tangensial terhadap arah radial (T/R rasio). Semakin rendah perubahan dimensi absolutnya dan T/R rasionya maka kayu tersebut semakin stabil (Panshin dan de Zeeuw 1980). Namun data kuantitatif penyusutan untuk ke 14 jenis kayu lesser known tersebut belum ada dalam buku Prosea 5 (3) (Sosef et al. 1998). Selanjutnya apabila akan dikembangkan untuk bahan baku kayu konstruksi, maka data pendukung lainnya yang perlu ditinjau adalah morfologi, tempat tumbuh dan prospeknya (Tabel 3). Berdasarkan morfologi dan prospeknya maka dari ke 14 jenis kayu lesser known tersebut, 10 jenis diantaranya dapat direkomendasikan sebagai bahan baku kayu konstruksi, yaitu: (1) Acmena acuminatissima (Blume.) Merr. & Perry (Kelat); (2) Adenanthera microsperma Teijsm. & Binn. (Saga); (3) Baccaurea parviflora (Muell. Arg.) (Setambun); (4) Casuarina junghuhniana Miq. (Cemara
Gunung); dua jenis Garcinia (Manggis Hutan), yaitu (5) G. parvifolia dan (6) G. beccari; (7) Gymnostoma sumatranum (Joogb. ex de Vriese) L.A.S. Johnson (Cemara Sumatra); (8) Mimusops elengi L. (Tanjung); dua jenis Neonauclea (Ki Anggrit), yaitu (9) N. lanceolata dan (10) N. Obtusa. Tiga jenis, yaitu: Adenanthera microsperma Teijsm. & Binn., Neonauclea lanceolata dan N. obtusa sebelumnya telah diperkirakan berpeluang digunakan sebagai bahan baku kayu konstruksi dari pengamatan di lapangan dan diskusi dengan Pegawai Kebun Raya Cibodas (lihat Tabel 1). Rekomendasi ini masih sementara karena merupakan hasil kajian yang sebagian besar didasarkan pada data sekunder yang bersifat kualitatif, sehingga perlu didukung dengan kegiatan karakterisasi sifat kayu. Selain itu perlu penelitian lebih lanjut mengenai aspek silvikultur, kecepatan pertumbuhan dan ketahanan jenis-jenis pohon tersebut terhadap hama dan penyakit.
Tabel 3. Data-data pendukung ke 14 jenis kayu lesser known yang akan dikembangkan untuk bahan baku kayu konstruksi. Jenis-jenis Kayu yang Direkomendasikan Acmena acuminatissima (Blume.) Merr. & Perry.
Sifat Morfologi
Tempat Tumbuh
Prospek
Tinggi pohon mencapai 35~40 m. Diameter batang 150~200 cm. Pohon tua umumnya berbanir.
Tumbuh pada hutan primer dan sekunder, kadang-kadang pada ketinggian 2600 m dpl.
Adenanthera microsperma Teijsm. & Binn.
Tinggi pohon mencapai 30~40 m. Diameter batang 100~200 cm. Ketinggian bebas cabang 16 m. Bentuk batang utama lurus dan silinder sampai tidak beraturan. Banir biasanya rendah dan kecil sampai ketinggian 4 m.
Baccaurea parviflora (Muell. Arg.)
Tinggi pohon mencapai 30~40 m. Diameter batang 70 cm. Ketinggian bebas cabang 20 m. Batang utama lurus sampai tidak beraturan dan atau bercabang menjadi 2. Sering dengan banir kecil atau bergalur secara menyolok.
Tumbuh di hutan primer dan sekunder, hutan hijau sepanjang tahun, dan savana; dengan ketinggian dari pemukaan laut sampai 900 m dpl. Ditemukan pada rawa gambut dan rawa air tawar. Dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah termasuk pasir, tanah liat, kapur, dan berbatuan. Tumbuh lokal pada hutan hujan primer dataran rendah. Ditemukan di lokasi dengan pengairan yang baik serta daerah berawa sampai ketinggian 1000~1800 m dpl. Tumbuh pada jenis tanah yang bervariasi.
Sangat sedikit yang diketahui tentang kayu ini dan aspek silvikulturalnya di Asia Tenggara. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan, karena kayunya merupakan kayu bahan bangunan yang bermanfaat di Australia. Penelitian terhadap penegakan tanaman dan manajemen silvikultur Adenanthera akan bermanfaat dalam mempromosikan kegunaannya.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1 (2): 93-101 (2008)
Karena Baccaurea cukup tersebar luas dan umumnya secara lokal sebagai pohon tingkat lebih rendah pada hutan primer. Ada beberapa kemungkinan untuk meningkatkan pemanfaatan kayu sebagai kayu gergajian.
Jenis-jenis Pohon Kayu di Kebun Raya Cibodas
Lanjutan Tabel 3.
99
Data-data pendukung ke 14 jenis kayu lesser known yang akan dikembangkan untuk bahan baku kayu konstruksi.
Jenis-jenis Kayu yang Direkomendasikan Casuarina junghuhniana Miq.
Sifat Morfologi
Tempat Tumbuh
Prospek
Tinggi pohon mencapai 35~60 m. Diameter batang 100~150 cm. Ketinggian bebas cabang 10 m. Batang utama lurus, berbentuk silinder. Kadang-kadang berbanir.
Tumbuh di sepanjang sungai dan lokasi yang berbatu. Semua jenis Casuarina memilih hidup pada iklim musim. Di Jawa, tumbuh secara alami pada ketinggian 1200~3100 m dpl./hutan di puncak gunung. Jenis Garcinia liar umumnya ditemukan terpencar-pencar dan pada pohon tingkat kedua dari hutan primer di tanah datar atau pegunungan sampai ketinggian 900~2100 m dpl. Beberapa jenis ditemukan di hutan sekunder, dimana mereka mungkin hidup berkelompok. Gymnostoma sering ditemukan berkelompok atau sendiri pada tanah miskin, berpasir dan lokasi yang tidak terlindung. G. sumatranum khusus tumbuh di tanah podzolic sampai ketinggian 2000 m dpl. M. elengi umum tumbuh di dekat laut, lokasi berbatu dan hutan di daerah pedalaman, sampai ketinggian 600 m dpl. Tumbuh dengan subur di daerah agak basah atau sedikit bermusim hujan, biasa ditemukan pada habitat dengan musim kering tapi dapat menyimpan air sampai 2 bulan. Tumbuh di hutan tanah datar, bukit, pegunungan sampai ketinggian 1800 m dpl. Beberapa jenis umumnya merupakan jenis sekunder (N. bartlingli, N. calycina), tapi jenis yang lain biasanya tumbuh pada kanopi atau lebih sering pada sub-kanopi hutan primer; sebagian besar jenis tumbuh pada tanah dengan drainase baik. Beberapa jenis Neonauclea sering kali ditemukan pada tanah berkapur (N. excelsioides).
C. grandis memiliki potensi ekonomis sebagai kayu yang pertumbuhannya cepat.
Garcinia parvifolia G. beccari
Tinggi pohon mencapai 25~33 m. Diameter batang 60~100 cm. Ketinggian bebas cabang 18 m. Batang utama lurus. Kadang dengan banir kecil, sering memiliki gumpalan kecil yang keras.
Gymnostoma sumatranum (Joogb. ex de Vriese) L.A.S. Johnson
Tinggi pohon mencapai 35 m. Diameter batang 75 cm. Ketinggian bebas cabang 18 m. Batang utama berbentuk silindris. Kadang dengan banir kecil atau akar jangkungan (stilt roots).
Mimusops elengi L.
Tinggi pohon mencapai 30~40 m. Diameter batang 100 cm. Batang utama seringnya pendek dan terbagi menjadi beberapa cabang utama yang besar tapi kadang-kadang bebas cabang sampai ketinggian 15~20 m. Tidak berbanir atau berbanir sampai ketinggian 2 m.
Neonauclea lanceolata N. obtusa
Tinggi pohon mencapai 40~45 m. Diameter batang 80~150 cm. Ketinggian bebas cabang 25 m. Batang utama lurus. Tidak berbanir atau berbanir sampai ketinggian 2 m.
Garcinia dengan kayu yang sangat keras dan awet memiliki potensi untuk kegunaan tertentu, tetapi sangat sedikit sekali diketahui mengenai aspek silvikulturalnya.
Potensi Gymnostoma untuk penghijauan vegetasi kerangas yang terdegradasi perlu penelitian lebih lanjut, karena sebagian besar jenis lain gagal untuk tumbuh pada kondisi tempat yang sulit. Karena kualitas kayu yang unggul, akan bermanfaat memulai percobaan silvikultural dengan M. elengi. Kayu memiliki potensi yang baik untuk peningkatan pemanfaatan pada skema silvikultur yang sesuai.
Banyak jenis Neonauclea terlalu kecil untuk dimanfaatkan kayunya, tapi beberapa (N. acuminata, N. brasii, N. giabra, N. hagenii, N. lanceolata, N. obversifolia) mencapai ukuran besar dan berpotensi untuk kayu komersil. Karena peningkatan kegunaan dari kayu yang awet ini dapat diharapkan, misalnya untuk konstruksi berat dan sambungan, maka percobaan untuk menaksir potensi silvikulturnya disarankan.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1 (2): 93-101 (2008)
Wahyuni et al.
100
Lanjutan Tabel 3. Data-data pendukung ke 14 jenis kayu lesser known yang akan dikembangkan untuk bahan baku kayu konstruksi. Jenis-jenis Kayu yang Tidak Direkomendasikan Decaspermum fruticosum J.R. Forst. & G. Forst. var. polymorphum (Blume) Bakh. f.
Nephelium sp.
Sifat Morfologi
Tempat Tumbuh
Prospek
Tinggi pohon mencapai 30~40 m. Diameter batang 50 cm.
Tumbuh pada berbagai tipe hutan, primer serta sekunder, sering ditemukan di sepanjang sungai kecil dan hutan rawa, juga pada punggung bukit berkapur.
Keberadaannya yang terpencar-pencar dan ukurannya yang relatif kecil tidak memungkinkan peningkatan dalam pemanfaatan kayu ini. Produksi kayu tidak terlalu penting dalam Nephelium dan tidak terlalu mungkin meningkat pada masa depan. Beberapa jenis mungkin penting sebagai tanaman buah.
Tinggi pohon mencapai 35~44 m. Diameter batang 90~140 cm. Batang utama biasanya cukup ramping/tipis dan lurus atau agak bengkok. Kadang-kadang bergalur, kadang berbanir sampai ketinggian 2~4 m.
Ditemukan sebagai tumbuhan tingkat menengah pada hutan hijau, tanah datar atau kadangkadang di pegunungan, hutan primer atau kadang-kadang sekunder pada perbukitan dan punggung bukit, sampai ketinggian 600~1950 m dpl. Planchonia valida (Blume) Tinggi pohon mencapai 50 m. Ditemukan terpencar-pencar pada Blume Diameter batang 150~200 cm. hutan primer, hutan hijau sampai Ketinggian bebas cabang 20 m. monsoon. Tumbuh ditempat Batang utama lurus dan beraturan. basah, dekat air atau pada tanah Jika berbanir besar dan tingginya alluvial/ delta, juga pada lereng mencapai 4 m. dan sepanjang jurang, sampai ketinggian 650~1000 m dpl. Ryparosa javanica (Blume) Tinggi pohon mencapai 25~35 m. Ryparosa tumbuh terpencarKurz ex. Koord. &. Valeton Diameter batang 60 cm. pencar pada hutan primer atau Batang utama biasanya lurus. hutan sekunder di tanah datar atau Jarang berbanir sampai ketinggian pegunungan sampai ketinggian 1,5 m. 1200~1500 m dpl. Mereka berasal dari hutan campuran Dipterocarpa, kerangas dan hutan rawa. Sumber: Soerianegara dan Lemmens 1994; Lemmens et al. 1995; Sosef et al. 1998.
KESIMPULAN Kebun Raya Cibodas mengkoleksi 291 jenis tanaman berkayu yang penyebarannya di Indonesia. Dari jumlah tersebut terdapat 14 jenis major commercial, 74 jenis minor commercial, dan 142 jenis lesser known. Berdasarkan pengamatan di lapangan terhadap kelurusan batang dan ketinggian cabang, terdapat 49 jenis kayu yang diperkirakan berpeluang sebagai bahan baku kayu konstruksi. Dari analisa data base dijumpai 10 jenis kayu lesser known yang memenuhi persyaratan sifat kekuatan (kelas kuat I s/d III), keawetan alami (sangat s/d cukup awet), memiliki sifat morfologi dan prospek yang baik sehingga dapat direkomendasikan sebagai bahan baku kayu konstruksi, yaitu: Acmena acuminatissima (Blume.) Merr. & Perry (Kelat); Adenanthera microsperma Teijsm. & Binn. (Saga); Baccaurea parviflora (Muell. Arg.) (Setambun); Casuarina junghuhniana Miq. (Cemara Gunung); Garcinia parvifolia dan G. beccari
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1 (2): 93-101 (2008)
Karena informasi tentang aspek silvikultur tidak lengkap, sulit untuk mengindikasikan potensi dari Planchonia, misalnya untuk perbanyakan tanaman. Karena penyediaan terbatas maka tidak terlalu mungkin terjadi bahwa penggunaan kayu Ryparosa akan meningkat.
(Manggis Hutan); Gymnostoma sumatranum (Joogb. ex de Vriese) L.A.S. Johnson (Cemara Sumatra); Mimusops elengi L. (Tanjung); Neonauclea lanceolata dan N. obtusa (Ki Anggrit). DAFTAR PUSTAKA Abdurrohim S, Mandang YI, Sutisna U. 2004. Atlas Kayu Indonesia Jilid III. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Anonim. 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Direktorat Jenderal Kehutanan. Departemen Pertanian. Jakarta. Anonim. 1986. Jenis-jenis Pohon Disusun Berdasarkan Nama Daerah dan Nama Botaninya Di Seluruh Indonesia. Badan Inventarisasi dan Tata Guna Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Jenis-jenis Pohon Kayu di Kebun Raya Cibodas
101
Den Berger LG. 1923. De Grondslagen voor de Classificatie van Nederlansch Indische Timmerhout-soorten. Tectona Vol. XVI.
Martawijaya A, Kartasujana I, Mandang YI, Prawira SA, Kadir K. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan.
Immamudin H, Suryana N, Suhatman A, Hidayat A (editor). 2005. An Alphabetical List of Plant Species Cultivated in the Cibodas Botanic Garden 2005. Indonesian Institute of Sciences Cibodas Botanic Garden – Cianjur.
Panshin AJ, de Zeeuw C. 1980. Textbook of Wood Technology. Volume I. Mc Graw-Hill Book Co. New York, USA.
Lemmens RMHJ, Soerianegara I, Wong WC. 1995. Plant Resources of South-East Asia No. 5(2). Timber trees: Minor Commercial Timber. Prosea Publisher, Bogor Indonesia. Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Prawira SA. 1986. Indonesian Wood Atlas Volume I. Forest Products Research and Development Centre. Agency for Forestry Research and Development. Depertment of Forestry.
Prayitno TA. 1994. Pertumbuhan dan Kualitas Kayu. Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta. Soerianegara I, Lemmens RHMJ. 1994. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1). Timber trees: Major Commercial Timber. Prosea Publisher, Bogor Indonesia. Sosef MSM, Hong LT, Prawirohatmodjo. 1998. Plant Resources of South-East Asia No. 5 (3). Timber trees: Lesser Known Timber. Prosea Publisher, Bogor Indonesia.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1 (2): 93-101 (2008)