55
BAB IV KONDISI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN WISATA KEBUN RAYA CIBODAS
Bab ini merupakan analisis dari hasil penelitian di kawasan Kebun Raya Cibodas untuk menjawab permasalahan yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya. Adapun masalah yang dibahas adalah bagaimana dampak dari adanya Kebun Raya Cibodas terhadap perkembangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar Kebun Raya Cibodas dari tahun 1994-2006. Hasil analisis dalam bab ini terdiri dari sub judul, yaitu : 1) Bagaimana kondisi kehidupan masyarakat kecamatan Cipanas, 2) Bagaimana perkembangan kawasan Wisata Kebun Raya Cibodas, 3) Bagaimana upaya yang dilakukan masyarakat di dalam meningkatkan kehidupan parawisata di kawasan Kebun Raya Cibodas, 4) Bagaimana Dampak Sosial Ekonomi dari adanya Kebun Raya Cibodas. Sub-sub Bab judul tersebut kemudian dijabarkan lagi menjadi beberapa bagian sehingga dapat memberikan gambaran yang menyeluruh. Bagian utama yang akan dibahas adalah mengenai bagaimana kondisi kehidupan masyarakat Kecamatan Cipanas. Pada bahasan ini dikemukakan tentang kondisi geografis mencakup tentang perkembangan administratif, topografi, pemerintahan dan jumlah penduduk Kecamatan Cipanas dan Kabupaten Cianjur, letak dan luas wilayah serta potensi kekayaan alamnya. Pembahasan tentang
kondisi
umum
masyarakat
adalah
berkenaan
dengan
masalah
kependudukan serta kondisi sosial masyarakatanya seperti agama, pendidikan dan lain sebagainya. Peneliti mengkaji mengenai gambaran umum Kecamatan Pacet
56
ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai lingkungan alam dan lingkungan sosial yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan Kawasan Wisata Kebun Raya Cibodas. Pembahasan kedua adalah mengenai perkembangan kawasan Wisata Kebun Raya Cibodas. Dalam sub bab ini penulis mengungkapkan mengenai perkembangan Kebun Raya Cibodas dari masa ke masa yaitu mulai dari berdirinya Kebun Raya Cibodas sampai sekarang. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan Kebun Raya Cibodas serta mengetahui seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari adanya Kebun Raya Cibodas tersebut, baik dalam bidang ekonomi maupun sosial.
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Cipanas Kecamatan Cipanas merupakan suatu kecamatan yang baru terbentuk, sebelum tahun 2004 wilayah Cipanas ini termasuk kedalam Kecamatan Pacet. Namun setelah tahun 2004 Kecamatan Pacet ini akhirnya mengalami pemekaran wilayah menjadi dua kecamatan yakni Kecamatan Cipanas, dan Kecamatan Pacet itu sendiri. Terjadinya pemekaran wilayah Kecamatan Pacet itu sendiri dikarenakan
pesatnya perkembangan daerah-daerah yang ada diwilayah
Kecamatan Pacet itu sendiri. Selain itu pemekaran wilayah Kecematan Pacet ini terjadi dikarenakan terlalu luasnya wilayah administratif Kecamatan pacet itu sendiri yang menyebabkan kurang terperhatikannya wilayah-wilayah yang terdapat di Kecamatan pacet itu sendiri.
57
Kecamatan Pacet yang pada awalnya memiliki luas wilayah sebesar 112,04 Km²
setelah terjadinya pemekaran wilayah, luas wilayah Kecamatan
Pacet akhirnya menjadi 54,11 Km², dan luas wilayah Kecamatan Cipanas yaitu 58,03 Km². terjadinya pemekaran wilayah Kecamatan Pacet ini berdampak postif terhadap wilayah Cipanas yang merupakan daerah yang perkembangannya sangat pesat. Hal ini dikarenakan diwilayah Cipanas ini terdapat berbagai tempat lokasi wisata, yang salah satunya yaitu taman wisata Kebun Raya Cibodas. Dengan terjadinya pemekaran wilayah Kecamatan Pacet, menjadikan Kecamatan Cipanas masyarakatnya mampu lebih terperhatikan dan dapat lebih berkembang. 4.1.1
Kondisi Fisik Kecamatan Cipanas Kecamatan Cipanas merupakan bagian dari kawasan Kabupaten Cianjur
yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Cipanas memiliki luas wilayah administrative sebesar 6.901 Ha (58,03 Km2), yang terbagi atas 262 Ha merupakan pesawahan dan 6.639 Ha merupakan daratan. Luas tanah pesawahan Kecamatan Cipanas berdasarkan jenis pengairannya yaitu Irigasi Teknis 177 Ha dan Tadah Hujan 85 Ha, sedangkan luas daratan berdasarkan penggunaannya yaitu pekarangan 520 Ha, kebun 616 Ha, ladang 709 Ha. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Cipanas adalah sebagai berikut : •
Utara : Kecamatan Sukaresmi
•
Selatan : Kecamatan Pacet
•
Barat : Kabupaten Sukabumi
•
Timur : Kabupaten Bandung
58
Gambar 1. Peta Kabupaten Cianjur (Sumber: http://www.kabupatencianjur.com)
59
Kecamatan Cipanas secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kecamatan Cipanas dan Kabupapaten Cianjur umumnya mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung sekaligus pula berperan di dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan. (sumber buku laporan tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2006) Secara umum iklim di wilayah Kecamatan Cipanas dapat dikatagorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Curah hujan rata-rata tahunan di Kecamatan Cipanas yaitu berkisar antara 1000 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 2500-3000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 22ºC - 25ºC. Selama musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa. Pada musim kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak di tenggara. (sumber buku laporan tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2006) Kecamatan Cipanas berada pada ketinggian 1.080-2.962 m dpl dengan kemiringan yaitu 3-40%. Karakteristik topografi Kecamatan Cipanas yaitu sebelah Utara terdiri dari dataran rendah. Sedangkan bagian Selatan sebagian besar permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat labil. Kecamatan Cipanas mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi
60
antara wilayah yang paling rendah yaitu 1.080 m dpl dan wilayah tertinggi 2.962. Wilayah yang berada pada ketinggian 1.000-2.000 m dpl terdapat di kawasan Cipanas dan Pamulihan dan wilayah yang berada pada ketinggian 2.000-3.000 m dpl terdapat di Kecamatan Cibodas dan kawasan Gunung Gede. Potensi tanah di kecamatan Cipanas berdasarkan sistem D/S yaitu Latosol, Regosol, Andosol, dan Aluvial dengan tekstur tanah sedang dan kedalaman efektif kurang lebih 90 cm. kecamatan Cipanas tidak memiliki daerah aliran sungai (DAS). (sumber buku laporan tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2006). Kecamatan Cipanas termasuk kedalam wilayah utara Kabupaten Cianjur, yang secara geografis Kabupaten Cianjur terbagi ke dalam 3 wilayah yaitu : Tabel 1.1 Pembagian Wilayah Kabupaten Cianjur No
Selatan
Tengah
Utara
1 Kec. Agrabinta Kec. Tanggeung Kec. Cibeber 2 Kec. Leles Kec. Pagelaran Kec. Bojongpicung 3 Kec. sindangbarang Kec. Kadupandak Kec. Ciranjang 4 Kec. Cidaun Kec. Cijati Kec. Karangtengah 5 Kec. Naringgul Kec. Takokak Kec. Cianjur 6 Kec. Cibinong Kec. Sukanagara Kec. Warungkondang 7 Kec. Cikadu Kec. Cempaka Kec. Gekbrong 8 Kec. Campakmulya Kec. Pacet 9 Kec. Cipanas 10 Kec. Mande 11 Kec. Cikalongkulon 12 Kec. Sukaluyu 13 Kec. Sukaresmi (sumber buku laporan tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2006) Kecamatan Cipanas merupakan kecamatan yang baru, yang dahulu daerah Cipanas ini bukanlah merupakan suatu Kecamatan. Wilayah Cipanas ini dahulu tergabung kedalam Kecamatan Pacet. Namun
setelah tahun 2003 terjadi
61
pemekaran wilayah Kecamatan pacet yang menjadikan munculnya kecamatan Cipanas. Adapun kawasan wisata Kebun Raya Cibodas sebelum tahun 2004 termasuk kedalam Kecamatan Pacet namun setelah adanya pemekaran akhirnya Kebun Raya Cibodas termasuk kedalam Kecamatan CIpanas. jumlah Kelurahan di Kecamatan Cipanas yaitu 7 Kelurahan, dan jumlah RW serta RT di Kecamatan Cipanas yaitu sebanyak 80 RW dan 320 RT. Dan luas wilayah menurut menurut pembangunannya yaitu 69,01 Km. (sumber buku laporan tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2006) 4.1.2
Kondisi Sosial Ekonomi Kecamatan Cipanas
4.1.2.1
Penduduk
Perkembangan penduduk di Kecamatan Cipanas relatif stabil kenaikan penduduk sekitar 1,7% pertahun. Jumlah penduduk Kecamatan Cipanas saat ini yaitu 92.783 jiwa. Adapun perkembangan masyarakat Kecamatan Cipanas dari tahun 1994-2007 terus mengalami peningkatan. Adapun perkembangan jumlah penduduk Kecamatan Cipanas tersebut dapat dilihat dari daftar tabel berikut ini:
62
Tabel 1.2 Perkembangan Penduduk Kecamatan Cipanas No
Tahun
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
1
1994
81.125
77.920
159.045
2
1995
81.956
79.167
161.123
3
1996
82.954
80.497
163.451
4
1997
83.562
82.473
166.035
5
1998
85.852
81.674
167.526
6
1999
86.956
83.252
170.208
7
2000
87.753
84.999
172.752
8
2001
88.293
86.788
175.081
9
2002
93.718
83.898
177.707
10
2003
93.556
88.722
182.278
11
2004*
46.305
42.520
88.825
12
2005*
47.251
43.324
90.575
13
2006*
47.457
43.948
91.405
14
2007*
47.703
44.845
92.548
Keterangan : * : Jumlah penduduk setelah mengalami pemekaran wilayah (sumber buku laporan tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 19942006) Berdasarkan data diatas, terlihat antara sebelum tahun 2003 dan sesudah tahun 2004 jumlah penduduk Kecamatan Cipanas mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dikarenakan sebelum tahun 2003 wilayah Cipanas termasuk kedalam wilayah Kecamatan Pacet, namun pada tahun 2004 wilayah Kecamatan Pacet Mengalami pemekaran yang menjadikan Kecamatan Pacet terbagi ke dalam dua kecamatan yaitu Kecamatan Cipanas dan Kecamatan pacet itu sendiri. Hal
63
inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah penduduk yang signifikan antara tahun 2003 dan 2004. Berdasarkan data diatas juga terlihat bahwa jumlah penduduk terus mengalami peningkatan. Misalnya tahun 2005 jumlah penduduk mengalami peningkatan dibanding tahun 2004 yaitu dari 88.825 menjadi 90.575 dan peningkatan tersebut terus terjadi setiap tahunnya. Peningkatan ini karena dipengaruhi oleh banyaknya urbanisasi yang terjadi di Kecamatan Cipanas, karena di Kecamatan Cipanas yang merupakan daerah wisata memberikan banyaknya kesempatan kerja sehingga menjadikan tertariknya warga dari luar daerah untuk melakukan urbanisasi ke Cipanas, yang mengakibatkan terus terjadinya jumlah peninggkatan penduduk. Penduduk di Kecamatan Cipanas dari tahun 1994 sampai tahun 2006 terus mengalami perkembangan yang cukup cepat, yaitu sekitar 1,2 % tiap tahunnya. Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk di Cipanas diimbangai dengan tingkat kelahiran yang cukup baik. Jumlah penduduk sebagaimnaa disebutkan dalam tabel di atas adalah termasuk orang-orang produktif yang merupakan sumber tenaga kerja serta penduduk tidak produktif, seperti anak-anak dan manula. Besarnya jumlah penduduk di Kecamatan CIpanas ini merupakan modal tenaga kerja dalam proses pembangunan, namun di lain pihak juga menimbulkan lahirnya
masalah
baru.
Pemerintah
dituntut
untuk
menyediakan
lahan
permukiman, kesempatan kerja yang luas serta faslitas pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum lainnya yang mempu melayani kebutuhan masyarakat.
64
Dalam kehidupan masyarakat selalu mengalami gerak sosial baik secara vertikal mapun horizontal, ada yang dari bawah statusnya kemudian menjadi tinggi, atau sebaliknya. Semakin seimbang kesempatan-kesempatan untuk mendapatkan kedudukan tersebut akan semakin besar gerak sosialnya, hal itu berarti sistem lapisan masyarakat semakin terbuka. Dalam sosiologi kita lebih mengenalnya dengan mobilitas penduduk yaitu suatu gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial (Soekanto, 2004: 249-252). Wujud dari keingian masyarakat Kecamatan Cipanas terutama yang tinggal di sekitar kawasan tamann wisata Kebun Raya Cibodas, tercermin dalam mata pencaharian yang cukup beragam. Ada yang yang bekerja sebagai buruh tani, buruh pabrik, pengusaha, pedagang, pegawai negeri ataupun swasta dan lainlain. Untuk lebih jelasnya mengenai mata pencaharian masyarakat Cipanas dapat dilihat dalam table berikut: Tabel 1.3 Persentase Masyarakat sekitar Kecamatan Cipanas berdasarkan mata pencahariannya No
Jernis Mata Pencaharian
Jumlah Persentase
1 pertanian/pemilik tanah
30%
2 Perdagangan
45%
3 Karyawan/pegawai negeri sipil
20%
4 Lain-lain
5%
(Sumber: Diolah dari hasil wawancara dengan masyarakat) Berdasarkan data mata pencaharian masyarakat Kecamatan Cipanas tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mata pencaharian masyarakat
65
berada pada sektor perdagangan yaitu sekitar 45%. Sektor pertanianpun banyak diminati oleh masyarakat Kecamatan Cipanas yaitu hampir 30% masyarakat Kecamatan Cipanas bermata pencaharian sebagai petani. Sedangkan masyarakat yang mengandalkan mata pencahriannya sebagai karyawan atau pegawai negeri sipil yaitu sekitar 20%. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Kecamatan Cipanas masih mengandalkan sektor perdaganngan sebagai mata pencaharian utama, hal ini dikarenakan mata pencaharian berdagang tidak memerlukan keahlian khusus serta pendidikan yang tinggi, yang menyebabkan mata pencaharian berdagang sangat di gemari oleh masyarakat. 4.1.2.2 Pendidikan Usaha-usaha peningkatan pendidikan masyarakat di Kecamatan Cipanas secara berangsur-angsur telah dilaksanakan dengan mendirikan sekolah - sekolah. pembanguanan sarana pendidikan dilaksanakan oleh masyarakat secara gotong royong dengan mendapat bantuan dari pemerintah daerah maupun swadaya masyarakat sendiri. peningkatan sarana pendidikan tersebut secara otomatis memberi pengaruh terhadap tingkat pendidikan masyarakat termasuk juga masyarakat sekitar kawasan Wisata Kebun Raya Cibodas. Adapun perkembangan pendidikan tersebut dapat di lihat dari daftar tabel berikut ini:
66
Tabel 1.4 Perkembangan pendidikan masyarakat Kecamatan Cipanas pada lembaga pendidikan formal tahun 1994-2006 JUMLAH SISWA TAHUN
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
1994
15.544
12.255
10.356
1.732
1995
16.103
12.452
10.556
1.749
1996
16.454
12.654
10.621
1.785
1997
16.854
12.769
10698
1.755
1998
16.556
12.785
10.724
1.763
1999
16.956
12.846
10.765
1.796
2000
17.105
12.958
10.854
1.806
2001
17.455
13.255
10.865
1.814
2002
17.655
13.325
10.925
1.826
2003
17.765
13.459
10.958
1.859
2004*
10.854
6.554
4.658
865
2005*
11.255
6.664
4.778
891
2006*
11.963
6.825
4.859
903
Keterangan : * : Jumlah penduduk setelah mengalami pemekaran wilayah (sumber buku laporan tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 19942006) Dari tabel di atas dapat peneliti analisis bahwa Berasarakan tabel diatas, perkembangan pendidikan masyarakat sekitar Kecamatan Cipanas mangalami perbedaan yang signifikan antara tahun 2003 dan 2004, hal ini dikarenakan kecamatan Cipanas merupakan kecamatan yang baru. Sebelum tahun 2004 wilayah cipanas temasuk kedalam kecamatan Pacet namun pada tahun 2004 terjadi pemekaran wilayah pacet menjadi dua kecamatan yakni Kecamatan Cipanas dan kecamatan pacet itu sendiri. Hal inilah yang menyebabkan data statistik antara tahun 2004 dan 2003 mengalami perbedaan yang signifikan. Dari
67
jumlah siswa pada lembaga pendidikan formal tahun 1994-2006, tiap tahunnya mengalami peningkatan
dengan perkiraan rata-rata mencapai 3 % dengan
peningkatan jumlah siswa antara 10 – 300 siswa/tahun, untuk tingkat SD jumlah kenaikan siswa yaitu berkisar antara, 50 - 400 orang/tahun untuk tingakat SMP,50-300 orang/tahun untuk tingakat SMA,50 - 250 orang pertahun dan perguruan tinggi 10-100 orang/tahun. dengan demikian, dapat digambarkan bahwa minat masyarakat sekitar kawasan wisata Kebun Raya Cibodas Terhadap pendidikan formal bisa dikatakan cukup. hal ini seiring dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang besar akan pentingnya pendidikan. Namun selain pendidikan formal, tidak sedikit dari orang tua yang menyekolahkan anaknya ke lembaga penddikan agama. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, diantanya adalah tingkat kemampuan ekonomi keluarga
yang
terbatas. Meraka lebih cenderung memilih mencari pekerjaan terutama di bidang pertanian dan berdagang, karena memang pada dasarnya tidak memerlukan keahlian yang dicapai melalui pendidiakan formal. Sebagian kecil masyarakat Kecamatan Cipanas ada yang mampu menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi dan kebanyakan mereka bekerja sebagai Pegawai Negeri, pengusaha, Pedagang dan berwirausaha, bagi yang memiliki usaha atau bekerja di bidang lain, seperti dipabrik-pabrik besar diluar Cipanas bahkan tidak sedkit yang bekerja di Jakarta, Yogjakarta dan Bandung. Namun ada yang menarik dari segi pendidiakan masyarakat
di sekitar Kecamatan
CIpanas ini, bahwa mereka yang mengandakan kehidupan perekonomiannya dari
68
segi berdagang, sebagian mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat merubah kehidupan mereka kedepannya dari segi ekonomi maupun status sosialnya, dengan cara menyekolahkan anaknya dan berharap anak-anak mereka bisa mengangkat dari segi kesejahteraan ekonomi. Pemaparan tersebut memberi gambaran bagi peneliti bahwa masyarakat Cipanas lebih memilih pekerjaan sebagai wirausaha mengingat kesempatan untuk menjadi pegawai negeri lebih terbatas. Hal itu dapat dikatakan bahwa masyarakat Cipanas memliki keinginan untuk berprestasi yang tinggi. Masyarakat mampu menciptakan hal-hal yang kreatif tanpa disukung oleh potensi sumber daya alam yang memadai. Keinginan untuk mencapai prestasi sebagai pengusaha/wirausaha tersebut menurut McClelland disebut dengan istilah Need For Achiepnment (,nach). 4.1.2.3 Hubungan Kemasyarakatan Hubungan sesama masyarakat Kecamatan Cipanas berjalan secara harmonis, masyarakat sekitar Kecamatan Cipanas juga sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama Islam yang kuat, sehingga ciri-ciri masyarakat wisata yang cenderung terbuka dalam menerima pengaruh serta nilai individulais yang tinggi dapat di minimalisir. Masyarakat Kecamatan Cipanas memiliki pandangan yang luas, objektif dan optimis serta mengahargai setiap perubahan yang terjadi khususnya bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan. Hal ini didasarkan pada persaingan masyarakat dalam hal pekerjaan yang sangat ketat.
69
Terjadimya perubahan
dari masyarakat pertanian ke masyarakat
berwiraswasta khususnya disekitar Wilayah Kebun Raya Cibodas berpengaruh terhadap penghasilan yang diperoleh oleh masyarakat. sebagai masyarakat yang berwiraswasta salah satunya yaitu pedagang memilki tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibanding dengan menjadi buruh tani yang hanya memperoleh penghasilan
pada waktu pannen saja, penghasilan buruh tani besar kecilnya
tergantung dari hasil panen yang didapatkan. Sehingga dalam penggunaanya harus memilki perencaaan yang baik. Kondisi ini berbeda ketika mereka mendapat penghasilan dari sektor berdagang. Penghasilan yang cukup membuat mereka merasa bebas untuk mempergunakan bahkan membeli barang-barang yang kurang diperlukan sekalipun. Namun didalam usaha berdagang ini pendapatan tidak selalu stabil terkadang pendapatan merekapun dirasakan kurang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Perubahan dalam cara menggunakan penghasilan yang diperoleh dapat dlihat dari berbagi aspek. Salah satu aspek yang mencerminkan hal itu dapat dilihat dari bentuk rumah tinggal serta pengunaan peralatan rumah tangga yang lebih lengkap dan pengguaan alat-alat elektronok seperti
TV, radio, dan
sebagainya. Aspek lain yang mencerminkan adalah dalam hal konsumsi makanan mereka terutama dalam hal lauk pauk yang lebih beragam dibanding sebelumnya yang sebagian besar hanya diambil dari hasil pertanian. Kondisi tersebut juga, menandakan bahwa kebutuhan giji keluarganya mencukupi dari penghasilan yang diperoleh.
70
Pengetahuan teknologi memperlihatkan sikap yang memudahkan adaptasi kepada realitas baru. Untuk itu dalam ragka pembangunan perlu disejajarkan pengembangan berbagai sikap baru. Sehingga pada satu pihak tidak timbul ketakutan serta ketidak mampuan mereka dalam menghadapi perubahan teknologi yang lebih maju. Dipihak lain, yang memilki dorongan dengan perkembangan kognitif, sehingga timbul kemampuan dan mengaplikasi pengetahuan dalam mnghadapi situasi yang serba kompleks. Jika dilihat dari taraf
kesejahteraan hidup masyarakat yang tinggal
disekitar wilayah Kebun Raya Cibodas, masyarakat sekitar telah banyak mengalami perubahan, hal ini terbukti dengan banyak beralihnya mata pencahrian masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas dari bertani menjadi seorang pedagang. Hal ini dikarenakan sektor usaha berdagang dirasakan lebih mampu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Berdasarkan hal diatas, perkembangan sektor
wisata yang ada di
Kecamatan Cipanas salah satunya yaitu Kebun Raya Cibodas, jelas memberikan dampak akan adanya stratifikkasi dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini, menjadikan transfomasi
yang terjadi telah menciptakan lapisan-lapisan sosial
baru dalam masyarakat yang semakin kompleks. Sikap mereka yang terbuka dan mau menerima perubahan yang berasal dari luar , karena terjalin interaksi sosial yang dilakukan oleh mereka dengan masyarakat luar menjadikan mereka tidak segan untuk menerima perubahan. Hal ini menyebakan masyarakat berpindah dari satu lapisan kelapisan lainnya dengan dinamis berdasarkan kekuasaan, kekayaan,
71
dan ilmu pengetahuan terutama sejak berkembangnya taman wisata Kebun Raya Cibodas menjadi tempat wisata. Keberadaan taman wisata Kebun Raya Cibodas telah menggeser pola mata pencaharian masyarakat setempat yang tadinya bekerja pada sektor pernaian, kemudian secara bertahap bergeser kepada sektor perdagangan, jasa pegawai wiraswasta dan sebagainya. Pemaparan diatas memberikan gambaan bahwa kehidupan sosial dilingkungan sekitar Kebun Raya Cibodas berlangsung secara harmonis. Hubungan diantara mereka selain didasarkan pada status pekerjaan, juga didasarakna pada nilai-nilai kekeluargaan yang erat. Selain itu hubungan sosial yang terjalin dalam masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas juga sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama Islam yang kuat, sehingga ciri-ciri masyarakat wisata yang cenderung terbuka dalam menerima pengaruh serta nilai individulais yang tinggi dapat di minimalisir. Kehidupan sosial suatu masyarakat pada dasaranya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan ekonomi yang berkembang pada masyarakat tersebut. Untuk masyarakat
sekitar
Kebun
Raya
Cibodas
yang
mata
pencahariannya
mengandalakan keberadaan tempata wisata Kebun Raya Cibodas, Kehidupan masyarakat sekitarnya dapat dikatakan bersifat sederhanana. Penghasilan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga untuk konsumsi saja, sedangkan untuk kebutuhan lainnya mereka harus mencari tambahan dengan bekerja diluar atau sampingan, dengan kondisi tersebut mereka cenderung hidup seadanya. Namun, nilai-nilai Islam yang mendasari kehidupan masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas yang mengandalakan perekonimiannya
72
dari sektor wisata membuatnya selalu berusaha sabar dan tidak putus asa dengan selalu bersaha keras dalam mengatasi kenyataan hidup.
4.2
Perkembangan Kebun Raya Cibodas
4.2.1 Awal Berdirinya Kebun Raya Cibodas Kebun Raya Cibodas berdiri pada bulan april tahun 1852 yang didirikan pada masa pemerintahan Raja Willem III berkuasa di Hindia Belanda. Awal dikatakan berdirinya Kebun Raya Cibodas adalah dimana saat masuknya tanaman kina pertama kali ke pulau Jawa. Gagasan untuk mengintroduksi kina ke pulau Jawa sebenernya telah disampaikan sebelumnya oleh beberapa pakar botani antara lain Prof. C.G.C. Reinwardt, Dr. G. Vrolik (1839), Dr. F.A.W. Miquel (1846), Dr. Fromberg (1848)) dan F.W. Junghuhn, kepada pemerintahan Hindia Belanda. Pada tahun 1852 merupakan tahun dimana pertama kalinya ditanam satu jenis kina di Kebun Raya Cibodas hal inilah yang menjadikan cikal bakal berdirinya Kebun Raya Cibodas ini. Tanaman kina tersebut berasal dari Bolivia Amerika Selatan yang dibawa oleh H.A. Weddell pada tahun 1846 berupa biji yang kemudian disemikan di Perancis. Tanaman kina tersebut didatangkan ke Indonesia oleh Prof. De Vrise dari leiden. Dan De Vrise sendiri menerima pohon kina tersebut dari M.M. Thibaut dari Perancis yang ditukar dengan sejumlah specimen tanaman yang berasal dari India. Pada tanggal 1 Desember tahun 1851 dengan kappal “Frederick Kendrick” yang dinahkodai oleh P. Huidekoper meninggalkan dermaga Negeri Belanda menuju pulau Jawa. Diatas geladaknya terdapat bibit kina yang kelak
73
bernilai tinggi bagi sejarah Indonesia. Tanaman hidup tersebut ditempatkan dalam kotak khusus dan dijaga dengan sangat hati-hati selama perjalanan. Pohon kina tersebut akhirnya tiba di dermaga Batavia dengan kondisi yang sangat kritis dan diperkirakan tidak akan dapat bertahan hidup. Johnnes Ellias Teysmannlah yang telah menyelamatkan bibit kina tersebut, dalam suratnya kepada Profesor De Vriese tanggal 23 april tahun 1852, teysmann melaporkan bahwa tanaman kina yang pertama untuk Hindia Belanda ini telah diterima di Buitenzorg pada tanggal 11 April 1852 yang kemudian untuk ditanam di pasir Tjibodas.
Gambar 2. Johnnes Ellias Teysmann, Pendiri Kebun Raya Cibodas (sumber buku Sejarah Kebun Raya Cibodas (2006) penerbit LIPI hal 1)
Dengan di tanamnya kina yang bersal dari daerah subtropik di pasir Cibodas, dapatlah dikatakan bahwa Kebun Pegunungan Cibodas telah memberikan nilai penting bagi sejarah awal budidaya kina di Indonesia. Kebun pegunungan Cibodas memiliki iklim yang mendekati dengan tempat tumbuhnya kina di hutan-hutan Pegunungan Andes yang meliputi wilayah Bolivia, Peru, Ekuador, Kolombia dan Venezuela. Selain sebagai pilihan untuk tempat aklimatisasi, Kebun Pegunungan Cibodas juga memiliki tanah vulkan yang berasal dari letusan Gunung Gede Pangrango. Tanaman kina ternyata lebih baik
74
tumbuh pada tanah vulkan muda yang ditutupi oleh humus dengan drainase yang baik. Sebenarnya pada waktu itu teysmann sudah memiliki tiga
kebun
aklimatisasi pada berbagai ketinggian dikawasan Gunung Gede Pangrango. Pada bulan juli 1839 ia membuka sebuah kebun aklimatisasi pertama seluas 2 ha di bawah air terjun tjibereum (1.700 dpl). Pada bulan November – Desember tahun yang sama dibuka pula sebuah kebun tipe ini seluas 3 ha (yang kemudian berkembang menjadi 7 ha pada tahun 1842) disekitar puncak pangrango (3000 m dpl) Pada tahun 1840. Teysmann pada waktu yang bersamaan juga membuka sebuah kebun yang terletak antara buitenzorg dari tjipanas untuk ketinggian menengah (hingga sat ini belum diketahui dengan jelas letak kebun ini). Program kebun aklimatisasi di Cibodas tersebut mendapat krtitikan yang keras dari Dr. F. W. Junghuhn. Kritikan tersebut didasarkan pada alasan akan timbulnya kerusakan vegetasi lokal dan kemungkinan introduksi
hama dan
penyakit baru terhadap keanekaragaman jenis flora setempat meskipun kemungkinan tersebut sangat kecil, karena keanekaragaman jenis tumbuhan hutan tropik cukup tinggi. Percobaan penanaman ini mencerminkan visi yang sangat kuat dari teysmann untuk memenuhi cita-cita Prof. C.G.C. Reinwardt, pencetus dan pendiri Kebun Raya Bogor, sebagai lembaga yang mengintroduksi jenis-jenis tanaman yang bernilai ekonomi tinggi ke Indonesia. Oleh sejumlah kalangan, kebun percobaan teysmann ini dinilai sebagai yang tertua di kawsan tropik, dan tanggal 11 april ditetapkan sebagai hari jadi Kebun Raya Cibodas. Sejak saat
75
itulah Kebun Raya Cibodas terungkap ke permukan dan menjadi perhatian baik secara Nasional maupun Internasional. Koleksi jenis kina tersebut kemudian di tambah dan ditingkatkan berdasarkan SK Raja Willem III tanggal 30 Juni 1852, J. K Hasskarl diperintahkan untuk menambah dan meningkatkan koleksi jenis kina yang sudah ada. Maka pada tanggal 4 Desember 1852, J.K. Hasskarl bertolak ke Amerika Selatan untuk meneksplorasi dan mengoleksi kina. Haskarl berhasil membawa 75 tanaman dan biji kina yang kemudian ditanam di kebun pegunungan Cibodas bersama-sama dengan Cinchona Calisaya yang telah ditanam oleh teysamann. Selanjutnya pada bulan Desember 1854 Hasskarl diberi tugas oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mnegurus budidaya kina yang ditanam di Kebun Pegunungan Cibodas. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku dia harus bekerja terpisah dari organisasi induk lembaganya, yaitu Kebun Raya Bogor. Sejak itu dilakukanlah serah terima pemisahan Kebun Raya Cibodas dari Kebun Raya Bogor, pada bulan Januari 1855 Kebun Raya Cibodas secara resmi terpisah dari Kebun Raya Bogor, pemisahan ini berlangsung selama 7 tahun. Pada tahun 1856 Dr. F. W. Junghuhn ditugaskan untuk mengelola budidaya kina di Kebun Pegunungan Cibodas. Dia berpendapat bahwa Cibodas kurang sesuai untuik kina dengan alasan bahwa lingkungan Kebun Pegunungna Cibodas mengandung cadas dengan lapisan humus yang tipis dengan demikian tidak cocok untuk tempat pengembangan kina. Karena itu akhirnya Junghuhn meindahkan tanaman kina tersebut ke kawasan bandung secara bertahap yaitu ke Pangalengan dengan hanya meninggalkan
76
beberapa sepesimen di Kebun Pegunungan Cibodas, sesuai dengan catatan pada catalog‘s Lands Plantetuin tahun 1866 yaitu C. calisaya dan C. pahudina. Catatan resmi pada tangal 20 Juni 1856 diketahui bahwa jumlah tanaman kina yang sudah tumbuh berjumlah 250 spesimen yang meliputi tanaman kina yang terdapat di Pegunungan Cibodas, Kebun Istana Cipanas, dan Cinyiruan serta Gunung Malabar Bandung. Pada tahun 1857, tanaman kina yang ada di Kebun Raya Cibodas berbunga untuk pertama kalinya, namun gagal membentuk buah dan menghasilka biji. Setahun kemudian barulah kina di Ciibodas untuk pertama kalinya memproduksi biji. Aksi pemindahan tanaman kina ke daerah sekitar Bandung tersebut menimbulkan polemic antara Tesmann dan Junghuhn yang dimuat dalam Koran Java Bode. Walaupun dikemudian hari Junghuhn lebih dikenal sebagai figur dalam pengembangan kina di Indonesia (Hindia Belanda) dan Hasskarl sebagai pejabat pembudidayaan kina pertama di Kebun Pegunungan Cibodas, namun Teysmann mempunyai andil yang tidak dapat diabaikan begitu saja dlam meletakan dasar-darsar awal perwujudan cita-cita para pencetus introduksi kina ke pulau Jawa dan ambisi pemerintah Hindia Belanda untuk tampil sebagi yang terkemuka dalam bidang perkinaan dunia. Inilah cirri khas Teysmann yang menurut penilaian Van Steenis dan Van Van Steenis-Kruseman, 1953 : “a man who combined an intense scientific interest with a very practical attitude”. Taysmann telah meletakan dasar yang kuat bagi budidaya tanaman kina di pulau Jawa. Ini didasarkan atas keberhsilan Teysmann dalam menyemai biji dan membuat steak kina, serta memilih Cibodas dengan tanah dan iklimnya yang
77
sesuai dengan penanaman,
memeliharanya hingga tumbuh baik dan berbuah
tanpa gangguan hama dan penyakit, yang berarti dasar-dasar pertimbangan teysmann ini dapat menjadi pegangan yang kuat yang dimanfatkan oleh Hasskarl dan Junghuhn dalam pembudidayaan kina selanjutnya. Pengembangan perkinaan selanjutnya dilakukan disekitar Bandung dimana kemudian banyak didirikan perkebunan kina milik pemerintah yang berkembang hingga sekarang. Ketika J.E. Teysmann yang berjasa dalam perintisan penanaman kina di Indonesia meninggal pada tanggal 22 Juni 1882 di
Buitenzorg,
perkebunan kina telah berkembang di berbagai lokasi, di antaranya di Cinyiruan (1856), di Cibeureum (1857), di Cibitung (1857) dan dikertasari (1870). Oleh karena tanaman kina di Cibodas telah dipindahkan ke perkebunan pemerintah di sekitar Bandung, maka kebun Pegunungan Cibodas tidak lagi berkaitan langsung dengan pengembangan budidaya kina. Oleh karena itu, pada tahun 1862 administrasi Kebun Pegunungan Cibodas secara resmi digabungkan kembali dengan lembaga-lembaga lainnya yang ada dibawah naungan Kebun Raya Bogor. Pada masa pendudukan Hindia Belanda, terjadi beberapa kali pergantian kepemimpinan Kebun Raya Cibodas kepemimpinan Kebun Raya Cibodas pertama oleh pemerintahan Hindia Belanda yaitu Pada tahun 1856, tercatat bahwa Teuscher bertugas sebagai superintendent di Kebun Pegunungan Cibodas (van Gorkom, 1945) namun tahun awal dan akhirnya tidak diketahui dengan jelas. Pada tahun 1870 seorang berkebangsaan Eropa ditugaskan di Kebun Pegunungan Cibodas sebagai petugas kebun (gardener), namun pada tahun 1874 petugas tersebut dipecat tanpa ada penggantinya. Sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor,
78
kepemimpinan Kebun Raya Cibodas dikelola langsung dari Bogor. Adapun tenaga kerjanya diambil dari penduduk yang tinggal di kampung sekitarnya. Selama kurang lebih 30 tahun Kebun Pegunungan Cibodas tidak memiliki pemimpin sendiri beberapa pengawas (Overseers) dicoba untuk dipekerjakan, namun tidak efektif karena mereka hanya bekerja dalam jangka waktu yang singkat sehingga kerjanya tidak tampak. Pada tahun 1883 diangkat seorang petugas yang berkebangsaan Eropa, namun dalam perjalanan menuju Kebun Pegunungan Cibodas ia meninggal dunia. Sebutan yang dipakai untuk pemimpin Kebun Pegunungan Cibodas pada saat itu bermacam-macam antara lain sebagai Kepala, Kurator, Asisten Kurator, Tuinman, Tuinlaiden, Tijd, Opzichter atau Asisten Hortulanus. Personalia yang tercatat pernah memimpin Kebun Pegunungan Cibodas pada saat itu disebabkan oleh rendahnya gaji yang diterima. Penyebab utama tersebut mengakibatkan hampir semua pimpinan meninggalkan jabatannya dari Kebun Pegunungan Cibodas untuk memperoleh posisi lain yang memberikan gaji yang lebih besar. Adapun namanama pimpinana Kebun Raya Cibodas pada masa Kependudukan Belanda dapat dilihat dari daftar tabel berikut ini :
79
Tabel 2.1 Pimpinan Kebun Raya Cibodas pada masa kependudukan Belanda. No
Nama
Tanggal SK
Tahun Jabatan 1856
1.
Teuscher
2. 3 4 5
A. Liefold A. Beunin H.J.Lefebre H.W.L. Couperus
6 7
J.W. Heyl Tj.A. Wouters
8
L.C. Martens
1907
9
P. Houlten
1908
10
J.G. Drogste
1909
11 12
W.M. Westerman Tj.A. Wouters
13 14 15
J.A. Neiuwenhuis A. Schawars M.L.A. Bruggman
25-8-1893 31-12-1897 6-7-1899; 1-1-1905; 30-5-1905
16-9-1909 8-9-1910
1885-1888 1889-1893 1893-1897 1897-1909 1899-1907
1909-1910 1910-1911
Keterangan Superintendent Sebagai adm sementara Pada tahun 1907 ditugaskan ke merauke untuk membangun Kebun Raya Cabang Dipekerjakan semnetara Seorang pensiunan kapten Hanya untuk smester I Semester II Kembali ke Merauke -
27-3-1911 1911-1913 19-2-1912 1913-1921 30-11-1921 1921-1927 27-4-1925 16 C.L.L. Van Woerden 6-4-1927; 1927-1939 31-7-1935; 2-6-1936; 17-3-1937 (sumber buku Sejarah Kebun Raya Cibodas (2006) penerbit LIPI hal 23-24)
Eksistensi pegunungan Cibodas mulai terangkat tahun 1880, yaitu ketika Kebun Raya Bogor dipimpin oleh Dr. Melchior Treub menggantikan R.H.C.C. Scheffer. Kepemimpinan Treub (1880-1905) semkin memberikan status yang lebih nyata bagi Kebun Raya Cibodas meskipun hanya merupakan cabang dari
80
Kebun Raya Bogor. Treub secara berangsung-angsur mengadakan penambahan kelengkapan sarana dan perluasan Kebun Pegunungan Cibodas sebagai stasiun penelitian biologi yang mencakup flora dan fauna dari Cibodas sampai ke puncak Gunung Gede Pangrango. Treub membangun laboratorium ilmiah dikebun Pegunugan Cibodas pada tahun 1891. untuk mengembangkan penelitian ilmiah lebih lanjut Treub dengan gigih memperjuangkan hutan agar hutan primer yang masih murni yang terletak diatas Kebun Pegunungan Cibodas yaitu Lereng Gunung Gede sebelah barat Laut sampai batas sumber air panas dilestarikan untuk penelitian flora dan fauna pegunungan di Jawa. Areal hutan itu dimaksudkan untuk dijadikan cagar alam, digabungkan ke Kebun Pegunungan Cibodas yang pengelolaannya di bawah direktur Kebun Raya Bogor.pada tahun 1889 usaha Treub mendapatkan persetujuan pemerinth dengan dimasukannya seluas 240 ha hutan primer tersebut kedalam wilayah Kebun Raya. Dikemudian hari pada tahun 1925 areal tersebut diperluas sampai puncak Gunung Gede dan Gunung Pangrango, sehingga seluruhnya menjadi 1200 ha. Namun kebijakan pemerintah Republik Indonesia menetapkan bahwa hutan primer ini sekarang menjadi Taman Nasional ini sekarang berada di bawah naungan Departemen Kehutanan Republik Indonesia Di sisi lain perhatian Treub terhdap Kebun Pegunungan Cibodas juga kelihatan nyata. Pada tahun 1890 perubahan mandor yang sudah ada diperbahrui kembali. Berkat kerja sama yang baik pada saat itu, Treub memperoleh bantuan bahan bangunan pada saat itu dari Direktur B.O.W. (Dinas Pekerjaan Umum) Cianjur. Bahkan bahan dari
81
sumbangan tersebut masih cukup untuk membangun wisma tamu bagi peneliti pendatang yang terdiri dari 4 kamar tidur, kamar makan, ruang duduk, dengan perpustakaan dan satu kamar kerja yang besar. Dalam priode tahun 1890-1897 Dr. J. M. Janse Kepala laboratorium Treub pada waktu itu melakukan penelitian pioneer tentang fenomena mikrozia yang dilaksanakan terutama di Cibodas pada tumbuhan hutan pegunungan kawasan Gunung Gede dengan ketinggian 1400-1800 m dpl. Meliputi 75 jenis dan 56 jenis suku. Pada tahun 1897 Prof. Jense mempublikasikan dua karya ilmiah dari penelitiannya ini dalam bahasa perancis berjudul “Les Endophytes radiacux de quelques plantes javanises” dan “Quelques mots ssur le development d’une petite truffe” (Soerohaldoko, 1999), karya penelitian Jenese ini merupakan yang pertama kali di dunia. Hutan primer tersebut Dr. S. H Kooders melakukan penelitian pohonpohon hutan, pemberian label dan pengukuran diameter batang terhadap 319 batang pohon pada kawasan hutan tersebut dilakukan sejak tahun 1898-1903 dan penelitiannya antara tahun 1903-1913 dan penelitian antara tahun 1913-1915 pemberian label dan pengukuran diameter pohon bertambah dengan 192 pohon. Kooders berhasil mempublikasikan daftar flora tersebut dalam “Bulletin du Jardin Botanique de Buitenzorg Series III Vol. IX 1927-1928), yang disunting oleh Dr. M.L.A. Bruggemann. Hasil publikasi tersebut sangat berguna bagi para ahli botani dalam mampelajari flora pegunungan wilayah tropik, terutama dalam pembuatan perancangan expedisi di hutan. Pada tahun 1898 selama sebulan J.G. Boerlage
82
membuat Katalo Tanaman Koleksi Kebun yang pertama dan katalog tersebut dibuat didalam laporan tahunan. Pada tahun 1901 untuk menambah keanekaragaman koleksi dibangun kolam untuk koleksi tanaman air. Koleksi tanaman air di Kebun Pegunungan Cibodas dirintis dengan mengacu kepada koleksi tanaman air di Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1903 menyusul pembuatan sebuah stasiun pengamatan semi otomatik metereologi dan geofisika, kemudian tahun 1994 perangkat serupa dibangun pula di puncak Gunung Pangrango. Pada tahun 1906 J.J. Smith selama 2 minggu melakukan koleksi specimen herbarium. Di dalam perjalanan sejarahnya, Kebun Pegunungan Cibodas senantiasa memiliki mantra pribumi yang terlatih dan handal untuk mendampingi para staf peneliti. Pada era kepemimpinan Treub, arsin dikenal sebagai pembantu peneliti yang handal yang kemudian digantikan oleh Sapiin yang berperan aktif sebagai pemandu sejumlah ahli biologi. Pada tahun 1930 yang dikenal sebagai pembantu peneliti yang tangguh adalah Rossidi dan Nurta. Pada tahun 1917 ketika Kebun Raya Bogor merayakan hari jadinya yang ke 100, banyak ahli botani internasional yang memberikan sumbangan berupa dana untuk membangun laboratorium baru bagi tamu-tamu peneliti di Kebun Pegunungan Cibodas. Pembangunan laboratorium tersebut dimulai pada tahun 1919, dan diresmikan pada tanggal 12 Agustus 1920 dan sebuah perpustakaan disumbangkan oleh Mr. J. Sibanga Mulder, Direktur Pertanian. M.L.A. Bruggeman selama memegang jabatan di Kebun Pegunungan Cibodas telah menyusun buku panduan Kebun Pegunungan Cibodas yang dilengkapi ilustrasi.
83
Disamping perlengkapan penelitian ilmiah sebelumnya juga dibangun sarana rumah dinas untuk pengawas (mandor) kebun. Pada tahun 1924 kebun Pegunungan Cibodas berada dalam keadaan sangat kritis menyusul depresi ekonomi, pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1920. dampak negative dari keadaan tersebut bagi kebun Pegunungan Cibodas adalah niat pemerintah Hindia Belanda pada saat itu untuk menutup Kebun Pegunungan Cibodas. Namun berkat upaya yang gigih dari Dr. J.C. Koningsberg, mantan direktur Kebun Raya Bogor, Prof. J. Cosquini De Bussy, Dr. Jansen, Prof Fete Went (seorang promoter berkebangsaan Belanda terkemuka untuk riset biologi kawasan tropik) serta anak Fete Went yang bernaman Fritz Went (ahli botanu yang menemukan hormone auksin) dapat terhimpun dana untuk membantu Kebun Pegununan Cibodas, sehingga masa kritis itu dapat dilalui. Penataan koleksi tanaman selama dipimpin oleh C.L.L.H. Van Woerden (1927-1939) antarta lain mengembangkan koloksi tanaman sekulen, serta mengadakan penambahan herbarium. Selama kepemimpinannya disusun catalog baru yang tadinya dimuat didalam laporan tahunan. Pada tahun 1929 Katalog Kebun Pegunungan Cibodas bersama-sama dengan koleksi Kebun Raya Bogor seperti pada tahun 1866. perbedaannya adalah catalog sebelumnya selain memuat daftar koleksi Kebun Raya Bogor, memuat pula koleksi tanaman yang dipelihara dikandang badak, Cibereum, Cipanas dan Puncak Pangrango, sedangkan catalog gabungan yang baru ini hanya memuat koleksi tanaman Kebun Raya Bogor dan Kebun Pegunungan Cibodas.
84
Pada masa kependudukan Jepang yaitu Pada tahun 1939, A.A. Neervoort, seorang Arsitek Landsekap dari belanda (1932-1938), yang kemudian menjadi asisten curator di perkebunan karet di Jawa (1938-1939) diangkat sebagai Kurator di Kebun Pegunungan Cibodas menggantikan Van Woeden. Dikebun pegunungan ini dia menjabat pemimpin selama 3 masa yaitu masa pemerintahan Hindia Belanda, masa pendudukan Jepang dan masa kemerdekaan Republik Indonesia. Pada bulan Desember 1941 Neervort menjalani dinas militer dan selama kepergiannya Mantri Wangsa Kusua menggantikannya untuk sementara. Tanggal 13 Maret – 11 Agustus 1942 ia ditawan oleh tentara Jepang di kamp Cimahi. Setelah dibebaskan ia diperintahkan untuk kembali bekerja di Cibodas dengan statussebagai tawanan perang (POW) dengan pengawalan ketat oleh kedua orang tentara Jepang asal Korea, bulan November 1944 ia ditawan kembali sampai dengan Januari 1946. Dibawah supervisi Prof. Dr. Baas Becking, Direktur Kebun Raya Bogor pada tahun 1940 dilakukanlah penataan fisik, misalnya merenovasi kolam besar, memperbaiki dan mengeraskan jalan-jalan didalam kebun. Baas Becking kembali ke Negeri Belanda tahun 1940. keadaan perang di Eropa yang disusul dengan pergantian Direktur Kebun Raya secara berturut-turut dari Dr. Van den Honert ke Dr. D. F. Van Slooten ditambah dengan krisis ekonomi, menjadikan kendala bagi Neervoort untuk melaksanakan rencana kegiatan yang sudah disusun. Walaupun demikian dalam tahun 1940-1941 ia berhasil melakukan penataan kebun. Penanaman jenis-jenis anggota Coniferae berhasil dilakukan.
85
Selama pendudukan Jepang tidak banyak terjadi penambahan koleksi tanaman, sementara itu Prof. Dr. T. Nakai, Direktur Kebun Raya Tokyo diangkat sebagai Direktur Kebun Raya Bogor pada tahun 1943-1945 dan Kebun Pegunungan Cibodas langsung berada dibawah pimpinannya. Pada waktu itu mantra yang ada adalah Msid dan Sarwana di samping Wangsa Kusuma. Pimpinan-pimpinan Kebun Pegunungan Cibodas pada pendudukan Jepang dapat dilihat ditable berikut ini. Table 2.2 Pimpinan Kebun Pegunungan Cibodas pada pendudukan Jepang No
Nama
1
A.M. Nervoort
2
A.M. Nervoort
3
T. Nakai
4
A.M. Nervoort
5
C. Schroeter
Tanggal Tahun SK Jabatan 27-2-1940 1939-1941
Keterangan
Desember 1941 ditawan di kamp tentara Jepang Tanggal 11 Agustus 1942 dilepas namun dalam status POW 1942-1944 Kembali berkantor di Kebun Raya Cibodas di bawah pengawasan 2 tentara Jepang yang berasal dari Korea. Tahun 1944 dikembalikan ke kamp tentara Jepang Masa Kepala Kebun Raya Tokyo pendudukan merangkap sebagai kepala Jepang Kebun Raya Bogor dan Cibodas 1947-1950 Kembali memimpin Kebun Raya Cibodas setelah Indonesia Merdeka 1950 15 September 1950 meninggal tertembak di Wisma tamu Kebun Raya Cibodas
(sumber buku Sejarah Kebun Raya Cibodas (2006) penerbit LIPI hal 39-40) 4.2.2 Pekembangan Kebun Raya Cibodas Dari Tahun 1994-2006 Pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesa sebenarnya Kebun Pegunungan Cibodas masih dalam kondisi baik, termasuk seluruh fasilitas yang
86
terdapat di dalamnya. Namun demikian pada tanggal 7 Juli 1946 terdapat aksi pembakaran yang mengakibatkan seluruh bangunan yang terdapat di Kebun Raya Cibodas antara lain rumah pimpinan, labortorium, perpustakaan, termasuk beberapa buku tamu, catalog kebun, arsip da berkas-berkas lainnya rusak. Setelah Neevort dibebaskan dari tahanan pada bulan januari 1946 dia kemudian memasuki dinas militer dan pada bulan maret 1947, ditemptkan kembali di Kebun Pegunungan Cibodas sebagai Kurtor. Tugas utama yang harus dilakukan adalah melakukan penataan kembali ke kebun, merehabilitasi fasilitas bangunn yang rusak, termasuk membuat koleksi herbarium untuk di tanam kebun dan pengaspalan jalan. Dalam menjalankan tugasnya ia selalu membawa senjata sejenis stengun, sedangkan untuk memperlancar kegiatan yang bersifat ilmiah 1948-1949 Nevoort berhasil mengkoleksi 3.000 paket jamur dan sejumlah sepesimen tanaman lokal baru. Bulan Desember 1949 Neevort meninggalkan Indonesia kembali ke Belanda, dan pimpinan Kebun Pegunungan Cibodas digantikan oleh Schroeter, urich Swiss. Namun Schroeter muda kelahiran Swiss yang sangat menjanjikan itu meninggal dunia tertembak oleh sekelompok orang radikal di wisma tamu Kebun Raya Cibodas. Mulai tahun 1953 pimpinan Kebun Pegunungan Cibodas bukan lagi dipegang oleh bangsa asing melainkan oleh putra-putra Indonesia seperti pada table 3 berikut ini.
87
Tabel 2.3. Pimpinan Kebun Raya Cibodas sejak 1952 sampai sekarang No
Nama
Tahun Jabatan
1
Mien Soekarta
1952-1961
2
Rusdji E. Nasution
1961-1965
3 4 5
I Nengah Wirawan Syafei Aziz, B.Sc Kliwon Niaty
1965-1968 1968-1972 1972-1974
6 7 8 9 10 11
I Gede Ranten B.Sc Lucky P. Soewito Sukasdi Guswara Jaja Sukrya Ir. Robinson Harahap B. Paul Naiola, B.Sc
1974 1975 1975-1977 1977-1978 1978-1979 1979-1980
12
Keterangan Putra Indonesia pertama sebagai Pimpinan Kebun Raya Cibods Katalog pertama yang disusun setelah Indonesia Merdeka Pelaksanaan / Pemimpin Harian; Pimpinan dirangkap langsung oleh Ke pala Kebun Raya Bogor Sda Sda Sda Sda Sda Sda
1980-1981
Sda, tetapi pada tanggal 1-4-1981 diangkat sebagai kepala Kebun Raya Cabang Cibodas 13 Drs. Tahan Uji 1981-1983 Kepala Kebun Raya Cabang Cibodas 14 I.G.G. Mudhita, B.A 1983-1984 Kepala Cabang Kebun Raya Cibodas 15 Gozali Somaatmadja 1984-1989 Pjs. Kepala Kebun Raya Cabang Cibodas 16 Drs. I.G.G. Mudhita 1989-1998 Kepala cabang balai Kebun Raya Cibodas 17 Drs. R. Subekti 1998-2001 Kepala cabang balai Kebun Raya Cibodas 18 Didin Ahmad 2001-2002 Pelaksana Tugas Harian Kepala Nurdin cabang balai Kebun Raya Cibodas 19 Ir. Holif Immamudin 2002Kepala UPT Balai Konservasi sekarang Tumbuhan Kebun Raya Cibodas (sumber buku Sejarah Kebun Raya Cibodas (2006) penerbit LIPI hal 43-44) Kebun Raya Cibodas telah mengukir sejarah yang harum yang tidak dapat dilupakan dalam pembentukan kader peneliti inti diberbagai bidang kepakaran. Awal tahun 1950 pemerintah Republik Indonesia mengambil kebijakan bahwa
88
tenaga berkebangsaan asing harus meninggalkan Indonesia. Kebijakan ini berakibat Lembaga Pusat Penyelidikan alam atau Kebun Raya Indonesia mengalami kekosongan tenaga peneliti. Bertolak dari kenyataan ini maka atas prakarsa Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo, Direktur LPAA, di Kebun Pegunungan Cibodas didirikanlah Akademi Biologi. Peresmian Akademi Biologi ini dilakukan oleh Dr Moch Hatta, Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 10 Oktober tahun 1955 bertempat di Kebun Pegunungan Cibodas. Pembukaan tersebut dihadiri pula oleh menteri pertanian. Pada upacara tersebut Prof. Ir. Kusnoto menyampaikan orasi ilmiah bertemakan konservasi sumber daya hayati yang berjudul Limas Hayati. Mengingat gangguan keamanan oleh gerombolan pengacau keamanan, maka Akademi Biologi dipindahkan ke Kebun Raya Bogor. Kemudian pada bulan September 1957 Akademi Biologi dipindahkan lagi ke Ciawi Bogor sekaligus berganti nama menjadi Akademi Kementrian Pertanian yang akhirnya bernama Akademi Pertanian. Beberapa alumni angkatan I yang kemudian mengabdikan dirinya dilingkungan Kebun Raya adalah Dr. Rusdji W. Nasution yang pernah menjadi pimpinan Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Purwodadi. Kemudian Bapak Sarkat Danihardja, Msc. Yang menjabat pimpinan Kebun Raya Cabang “Eka Karya” Bali. Sedangkan Prof. Dr. Didin S. Sastrapadja selain menjabat wakil ketua Lembaga Biologi Nasional (LBN) yang merupakan lembaga induk Kebun Raya.
89
Masa kepemimpinan Kebun Raya Cibodas merupakan bagian yang sangat penting dalam pertumbuhn dan perkembangan
Kebun Raya Cibodas hingga
sekarang terutama setelah para pimpinan dipegang oleh putra-putra Indonesia. Pada tahun 1994 taman wisata Kebun Raya Cibodas dipimpin oleh Drs.I.G.G. Mudhita yang merupakan kali kedua memimpin Kebun Raya Cibodas. Drs.I.G.G. Mudhita ini menjabat sebagai kepala Kebun Raya Cibodas mulai dari tahun 19891998. pada masa kepemimpinannya Kebun Raya Cibodas berhasil mengikuti standar Internasional didalam pendataan koleksi tanamannya yaitu pada tahun 1995. Perkembangan Kebun Raya Cibodas dari tahun 1994-2006 dihiasi banyak permasalahan yang menarik salah satunya adalah mulai bermunculannya para pedagang yang berusaha untuk menetap dan tinggal dikawasan Kebun Raya Cibodas. Hal ini dikarenakan lahan pertanian yang merupakan mata pencahrian utama masyarakat Cibodas diambil oleh pemerintah guna di bangun sarana dan prasarana penunjang Kebun Raya Cibodas salah satunya lapangan golf (hasil wawancara dengan bapak Komarudin). Menurut bapak Komarudin tanah yang di ambil oleh pemerintah yaitu sekitar 32 H dan masyarakat mendapat ganti rugi yang tidak setimpal dengan luas tanah yang diambil oleh pemerintah tersebut. Dan hal inilah yang menjadikan banyaknya masyarakat yang kehilangan pekerjaannya dan mulai beralih profesi menjadi pedagang. Himpitan ekonomi yang dirasakan masyarakat membuat profesi berdagang menjadi suatu pilihan. Karena profesi ini tidak memerlukan keahlian yang khusus dan pendidikan yang tinggi. Kegiatan berdagang yang dahulu hanya merupakan
90
kegiatan sampingan dan hanya dilakukan di akhir pekan saja yaitu dimana ketika bayaknya wisatawan yang berkunjung ke Kebun Raya Cibodas, kini kegiatan berdagang tersebut menjadi mata pencahrian utama masyarakat. Namun permasalahan ini tidak berakhir sampai disini saja karena kegiatan berdagang menetap yang dilakukan oleh masyarakat pada waktu itu dianggap menggangu kenyamanan tampat wisata Kebun Raya Cibodas yang menjadikan adanya konflik antara masyarakat dengan pengelola Kebun Raya Cibodas yang menginginkan agar tidak ada pedagang didalam kawasan wisata Kebun Raya Cibodas. Para pedagang yang berusaha tinggal menetap harus rela dagangannya di bawa oleh satpol PP menjadikan masyarakat yang sebenarnya terpaksa untuk berdagangpun harus mengalami banyak kerugian. Dan akhirnya permasalahan ini mengalami titik temu dimana pihak masyarakat dan pihak Kebun Raya Cibodas melakukan
negosiasi guna
menyelesaikan permasalahan tersebut. Karena mulai banyaknya masyarakat yang berdagang di Kebun Raya Cibodas akhirnya pihak Kebun Raya Cibodas bekerjasama dengan pemda membangun pasar yang letaknya didalam kawasan wisata Kebun Raya Cibodas. Yang menjadikan masyarakat mulai dapat menetap berdagang di kawasan Kebun Raya Cibodas (hasil wawancara dengan Bapak Komarudin). Dalam hal ini pihak Kebun Raya Cibodas mulai melibatkan masyarakat sekitar didalam pengelolaan taman wisata Kebun Raya Cibodas. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 18 Tahun 1994 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan yang didalam salah satu pasalnya menyebutkan
91
bahwa pengelolaan keparawisataan harus selalu melibatkan masyarakat sekitar, dan pasal tersebut berisi sebagai berikut : •
Cinderamata yang disediakan merupakan cinderamata khas masyarakat setempat dengan mengutamakan hasil pengrajin masyarakat sekitar.
•
Dalam wisata budaya mengutamakan seni budaya tradisional masyarakat setempat dan dilarang seni budaya asing maupun seni budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, kesusilaan atau ketertiban umum. Adanya Peraturan Pemerintah tersebut memeberikan kesempatan yang
luas bagi masyarakat untuk dilibatkan secara langsung di dalam pengelolaan Kebun Raya Cibodas. Dan hal ini sangat berdampak baik bagi masyarkat setempat diamana masyarakat diberikan peluang di dalam memperbaiki ekonominya. 4.2.3
Perluasan Kebun Raya Cibodas Sebagai Kawasan Wisata Perkembangan Kebun Raya Cibodas menjadi tempat rekreasi yaitu
dimulai pada tahun 1987 dimana dikeluarkannya surat Keputusan LIPI No 25/KEP/D.5./87, tanggal 17 Januari 1987, yang menyebutkan bahwa cabang balai Kebun Raya Cibodas terbagi ke dalam Sub Seksi Koleksi, Sub Seksi Registrasi dan Sub Seksi Bina Sarana Usaha. Sub Seksi yang ketiga inilah yang menjadikan Kebun
Raya
Cibodas
menjadi
tempat
wisata
alam
yang
bertujuan
memperkenalkan dan memperluas wawasan kepada masyarakat mengenai keanekaragaman tumbuhan. Pada saat itu Kebun Raya Cibodas di kepalai oleh Gozali Sumaatmadja pada masa kepemimpinan Gozali Sumaatmadja ini penataan Kebun Raya Cibodas lebih diprioritaskan pada pengaspalan jalan seluas 2.500 m2 serta perluasan areal kebun menjadi 9.250 m2 serta pembuatan kolam dan
92
pembuatan pagar besi sepanjang 400 m dan juga pembuatan pintu gerbang Kebun Raya Cibodas. Dan pada tanggal 9 Nopember 1988 diselenggarakan penandatanganan naskah kerjasama peningkatan pelayanan umum antara LIPI dengan Pemerintah Daerah Tingkat II Cianjur. Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi sarana dan prasarana penunjang parawisata seperti penyediaan lapangan parkir dan memperbaiki akses jalan menuju Kebun Raya Cibodas. Dengan dijadikannya Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata memberikan dampak yang positif bagi masyarakat yang tinggal disekitar Kebun Raya Cibodas, hal ini dikarenakan terbukanya peluang bagi masyarakat didalam meningkatkan perekonomiannya. Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata memberikan peluang kerja yang cukup luas bagi masyarakat diantaranya berdagang, pelayanan jasa, dan juga kesempatan yang besar untuk dapat bekerja di Kebun Raya Cibodas dan lain-lain. 4.2.2.1 Pengunjung Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata dari tahun 1994-2006 mengalami perkembangan yang pesat baik dari segi jumlah pengunjung maupun sarana dan prasarana penunjangnya. Hal ini dikarenakan Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata mampu memberikan keanekaragaman wisata alam yang pada masa sekarang ini wisata alam sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat. perkembangan Kebun Raya Cibodas dapat dilihat dari data jumlah pengunjung Kebun Raya Cibodas berikut ini:
93
Table 2.4 Jumlah Pengunjung Taman Wisata Kebun Raya Cibodas NO TAHUN JUMLAH PENGUNJUNG 1 1994 400.256 2 1995 411.256 3 1996 482.610 4 1997 485.465 5 1998 460.548 6 1999 472.652 7 2000 468.763 8 2001 523.629 9 2002 521.441 10 2003 560.774 11 2004 520.241 12 2005 554.887 13 2006 615.925 (Sumber diperoleh dari buku laporan tahunan Kebun Raya Cibodas (1994-2006) Penerbit UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas) Dari data tersebut dapat peneliti analisis bahwa berdasarkan jumlah pengunjung Kebun Raya Cibodas tiap tahunnya hampir selalu mengalami peningkatan. Walaupun di beberapa tahun seperti tahun 1998, 2000, 2002 Kebun Raya Cibodas mengalami penurunan jumlah pengunjung. Namun secara keseluruhan selama 16 tahun pengunjung Kebun Raya Cibodas terus mengalami peningkatan, dengan rata-rata peningkatan sekitar 5 %. Dengan demikian dapat digambarnkan
bahwa
taman
wisata
Kebun
Raya
Cibodas
mengalami
perkembangan yang cukup baik dari segi pengunjung, yang menggambarkan kebutuhan masyarakat akan parawisata alam mulai meningkat. Dan kebutuhan akan wisata alam ini bukan lagi hanya sebagai pelengkap saja melainkan sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat Indonesia. Objek wisata di Kebun Raya Cibodas terbagi ke dalam dua tempat wisata yaitu bumi perkemahan Mandala Kitri dan wanawisata Mandala Wangi. Bumi
94
perkemahan Mandala kitri adalah areal yang digunakan sebagai tempat perkemahan umum bagi masyarakat. Bumi perkemahan Mandala Kitri ini biasanya ramai dikunjungi di waktu libur sekolah dan di akhir pekan. Bumi perkemahan
Mandala Kitripun biasanya sering dijadikan tempat kegiatan
Pramuka. Bumi perkemahan Mandala Kitri sebagai tempat wisata dari tahun 1994-2006 mengalami perkembangan yang pesat baik dari segi jumlah pengunjung maupun sarana dan prasarana penunjangnya. Hal ini dapat dilihat dari data jumlah pengunjung Bumi perkemahan Mandala Kitri berikut ini. Table 2.5 Jumlah Pengunjung Bumi Perkemahan Mandala Kitri NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
TAHUN 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
JUMLAH PENGUNJUNG 28.965 29.652 31.562 31.564 30.562 32.556 31.546 32.561 33.522 32.256 32.721 35.421 42.505
(Sumber diperoleh dari buku laporan tahunan Kebun Raya Cibodas (1994-2006) Penerbit UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas)
Dari data tersebut dapat peneliti analisis bahwa berdasarkan jumlah pengunjung bumi perkemahan Mandala Kitri tiap tahunnya hampir selalu mengalami peningkatan. Walaupun dibeberapa tahun seperi tahun 1998, 2000, 2003 bumi perkemahan Mandala Kitri mengalami penurunan jumlah pengunjung. Namun secara keseluruhan selama 16 tahun pengunjung bumi perkemahan
95
Mandala Kitri terus mengalami peningkatan. Dengan rata-rata peningkatan sekitar 4 %. Dengan demikian dapat digambarnkan bahwa bumi perkemahan Mandala Kitri mengalami perkembangan yang cukup baik dari segi pengunjung, yang menggambarkan kebutuhan masyarakat akan alam mulai meningkat, dan mampu menjadi prioritas bagi kebutuhan sebagian orang. Selain objek wisata bumi perkemahan Mandala Kitri di Kebun Raya Cibodas terdapat objek wisata lain yaitu Wanawisata Mandalawangi. Wanawisata Mandalawangi ini adalah objek wisata alam yang berupa lahan hijau dan sebagai tempat konservasi tumbuhan. Disini terdapat pula rumah kaca yang didalamnya mengkoleksi 350 jenis anggrek. Wanawisata Mandalawangi sebagai tempat wisata dari tahun 1994-2006 mengalami perkembangan yang cukup pesat baik dari segi jumlah pengunjung maupun sarana dan prasarana penunjangnya. Hal ini dapat dilihat dari data jumlah pengunjung Wanawisata Mandalawangi berikut ini. Table 2.6 Pengunjung Wanawisata Mandalawangi NO TAHUN JUMLAH PENGUNJUNG 1 1994 15.546 2 1995 16.102 3 1996 16.558 4 1997 16.655 5 1998 17.556 6 1999 16.554 7 2000 17.556 8 2001 18.564 9 2002 17.556 10 2003 17.102 11 2004 18.815 12 2005 22.142 13 2006 24.557 (Sumber diperoleh dari buku laporan tahunan Kebun Raya Cibodas (1994-2006) Penerbit UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas)
96
Dari data tersebut dapat peneliti analisis bahwa berdasarkan jumlah pengunjung Wananwista Mandalawangi tiap tahunnya hampir selalu mengalami peningkatan. Walaupun di beberapa tahun seperi tahun 1995, 1999, 2002 dan 2003 Wanawisata Mandalawangi mengalami penurunan jumlah pengunjung. Namun
secara
keseluruhan
selama
16
tahun
pengunjung
Wanawisata
Mandalawangi terus mengalami peningkatan. Dengan rata-rata peningkatan sekitar 4 %. Dengan demikian dapat digambarnkan bahwa Wanawisata Mandalawangi mengalami perkembangan yang cukup baik dari segi pengunjung, dan mampu menjadi tempat wisata yang digemari oleh masyarakat. Secara keseluruhan perkembangan Kebun Raya Cibodas dari tahun 19942006 dari tahun ketahunnya tersebut terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan baik dari jumlah pengunjung maupun perkembangan dari sarana dan prasarana Kebun Raya Cibodas itu sendiri sebagai tempat wisata, yang menjadikannya mampu menjadi tempat wisata yang digemari untuk di kunjungi oleh masyarakat. Perkembangan yang cukup baik dari Kebun raya Cibodas inipun berdampak positif terhadap masyarakat yang mamanfaatkan keberadaan Kebun Raya Cibodas. Walaupun hal ini bukan berarti selama tahun 1994-2006 tersebut masyarakat yang tinggal di sekitar Kebun Raya Cibodas tidak mengalami permasalahan dari keberadaan Kebun Raya Cibodas. Permasalahan
yang ditimbulkanpun sebenarnya sangat merugikan
masyarakat seperti dibangunannya lapangan golf
dan sarana pelengkap bagi
wisatawan lainnya, yang mengakibatkan sebagaian masyarakat yang tinggal di sekitar Kebun Raya Cibodas tidak dapat lagi bertani karena lahan pertanian
97
tersebut oleh pemerintah dijadikan lapangan golf sebagai penunjang sarana dan prasarana bagi wisatawan yang berkunjung ke Kebun Raya Cibodas. Hal ini sangatlah berdampak besar terhadap masyarakat, karena sebelum masyarakat memulai berdagang di Kebun Raya Cibodas, kegiatan bertani merupakan mata pencahrian utama masyarakat sekitar. Namun dengan dijadikannya areal pertanian masyarakat menjadi lapangan golf banyak masyarakat yang kehilangan mata pencahrian utamanya dan kegiatan berdagang disekitar Kebun Raya Cibodas yang dahulunya hanya sebagai kegiatan sampingan bagi masyarakat sekitar kini menjadi kegiatan pokok bagi masyarakat karena tidak adanya kegiatan ekonomi lain yang dapat diandalkan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan keterbatasan masyarakat akan pendidikannya yang menjadikan kegiatan berdagang menjadi mata pencahrian utama masyarakat, karena kegiatan berdagang ini tidak memerlukan keahlian khusus. Namun secara umum permasalahan tersebut tidak berdampak besar terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar yang tinggal di Kebun Raya Cibodas. Karena dari kegiatan berdagang tersebut masyarakat mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Hal ini pun dikarenakan perkemabangan dari Kebun Raya Cibodas yang semakin pesat yang menjadikan adanya dampak posistif bagi masyarakat sekitar yang menggantungkan ekonominya dari adanya Kebun Raya Cibodas. 4.2.3.2 Perluasan Fungsi Kebun Raya Cibodas pada awalnya hanya berfungsi sebagai tempat konservasi tumbuhan, namun seiring dengan perkembangan Kebun Raya Cibodas
98
sebagai tempat konservasi tumbuhan, akhirnya berkembanglah Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata yang dikelola oleh pemerintah. Pada tahun 1987 dikeluarkan surat keputusan LIPI No 25/KEP/D.5./87, tanggal 17 Januari 1987 yang menyebutkan bahwa Kebun Raya Cibodas sebagai tempat Bina Sara Usaha. Dengan adanya surat keputusan ini Kebun Raya Cibodaspun memperluas fungsinya sebagai tempat wisata alam yang bertujuan memperkenalkan dan memperluas wawasan kepada masyarakat mengenai keanekaragaman tumbuhan. Perkembangan Kebun Raya sebagai tempat wisata berdampak sangat besar terhadap masyarakat sekitar yang tinggal disekitar wilayah Kebun Raya Cibodas. hal ini menjadikan Masyarakat yang tinggal disekitar wilayah Kebun Raya Cibodas terbuka kesempatannya guna memperbaiki kehidupan perekonomiannya. Dampak dijadikannya Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata menjadikan ramainya wisatawan yang berkunjung sehingga masyarakat dapat memanfaatkan hal tersebut dengan melakukan kegiatan ekonomi seperti berdagang. Objek wisata di Kebun Raya Cibodas terbagi kedalam dua tempat wisata yaitu Bumi Perkemahan Mandala Kitri dan Wanawisata Mandalawangi. Bumi Perkemahan Mandala Kitri adalah areal yang digunakan sebagai tempat perkemahan umum bagi masyarakat. Bumi Perkemahan Mandala Kitri ini biasanya ramai dikunjungi wisatawan diwaktu libur sekolah dan akhir pecan, Bumi Perkemahan mandala Kitripun biasanya dijadikan sebagai temapat perkemahan. Sedangkan objek wisata Wananwisata Mandalawangi adalah objek wisata alam yang berupa hamparan lahan hijau dan merupakan temapat pusat
99
konservasi tumbuhan. Disisni terdapat pula rumah kaca yang didalamnya mengkoleksi sekitar 350 jenis anggrek. Selain itu wilayah Kebun Raya Cibodas merupakan salah satu akses jalan masuk menuju kawasan wisata Gunung Gede dan kawasan wisata Gunung pangrango, yang mengakibatkan taman wisata nasional Kebun Raya Cibodas sering dijadikan tempat peristirahatan bagi para wisatawan yang telah mengunjungi Gunung Gede dan tempat wisata Gunung pangrango. 4.2.4 Pengelolaan Kebun Raya Cibodas Keberhsilan pengembangan parawisata tidak terlepas dari pengelolaan yang dilaksanakan oleh para pengurus objek wisata, hal ini sangat terkait dengan usaha peningkatan profesionlitas dari system pengelolaan untuk mewujudkan suatu fondasi parawisata yang kondusif, nyaman dan dapat memuaskan wisatawan yang datang. Kawasan wisata Kebun Raya Cibodas termasuk kedalam Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) alam. adapun Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 1990 tentang Penyelenggaraan Keparawisataan telah mengatur kegiatan Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam pasal 40 sebgai berikut : Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tat lingkungan yang telah ditetapkan sebagai objek dan daya taik wisata, untuk dijadikan sasaran wisata. Selanjutnya pada pasal 43 telah ditetapkan bahwa Kegiatan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam meliputi : a. Pengembanagn prasarana dan saran pelengkap bahwa fasilitas pelayanan lain bagi wisatawan. b. Pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam, termasuk prasarana dan sarana yang ada; dan
100
c. Penyedian sarana dan fasilitas bagi masyarakat di sekitarnya untuk berperan serta dalam kegiatan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam. Adapun kewajiban bagi pengelola kegiatan pengusaha objek dan daya tarik wisata alam telah diatur pada pasl 44 sebagai berikut : 1. Penyelenggaraan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam wajib : a. Menyediakan sarana dan fasilitas keselamatan dan keamanan. b. Mempekerjakan pramuwisata dan tenaga kerja ahli yang memiliki keterampilan yang diutuhkan; dan c. Menjaga kelestarian objek dan daya tarik wisata serta tata lingkungannya. 2. Penyelnggaraan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan wisatawan yang mengunjungi objek dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa didalam pengelolaan parawisata alam memerlukan sistem pengelolaan yang profesionalisme untuk mewujudkan suatu fondasi parawisata yang kondusif. 4.2.4.1 Peran Pemerintah Kebun Raya Cibodas merupakan lembaga milik pemerintah yang berada di bawah naungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kebun Raya Cibodas berada di bawah naungan pemerintah Setelah Indonesia merdeka, setalah peralihan kekuasaan
dari kepemimpinan Jepang menuju kepemimpinan
pemerintah Indonesia kondisi Kebun Raya Cibodas masih dalam kondisi sangat baik termasuk fasilitas bangunan yang terdapat di dalamnnya. Namun pada tanggal 7 juli 1946 terjadi aksi pembakaran yang mengakibatkan seluruh bangunan yang terdapat di Kebun Raya Cibodas antara lain rumah pimpinan,
101
laboratorium, pepustakaan, termasuk beberapa buku tamu, katalog kebun, arsip dan berkas-berkas lainnya rusak parah, yang akhirnya pemerintah membangun kembali sarana dan prasarana guna penunjang penelitian tumbuhan di Kebun Raya Cibodas tersebut. Setelah Kebun Raya Cibodas diresmikan menjadi tempat parawisata pada tahun 1987 pemerintah tapatnya pemerintah daerah membangun segala sarana dan prasaran penunjang parawisata agar Kebun Raya Cibodas menjadi tempat wisata yang diminati oleh masyarakat. pembangunan sarana dan prasarana Kebun Raya Cibodas tersebut meliputi pembangunan akses jalan menuju Kebun Raya Cibodas, pembangunan lahan parkir yang luas, pembangunan kios-kios agar para pedagang yang berjualan di area Kebun Raya Cibodas tersusun rapi, dan juga pembangunan sarana dan prasarana penunjang lainnya (hasil wawancara dengan Bapak Ngatimin). Pesatnya perkembangan Kebun Raya Cibodas tak lepas dari peran pemerintah, terutama pemerintah daerah setempat. Namun perkembangan Kebun Raya Cibodas yang pesat tidak berjalan seiringan dengan konflik yang terjadi antara pemerintah daerah dan pihak pengelola Kebun Raya Cibodas. Permasalahan ini disebabkan oleh adanya kepengurusan ganda didalam pengelolaan Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata. Dimana Pemerintah Daerah tidak mau berada di dalam satu atap di dalam mengurusi tiket masuk Kebun Raya Cibodas, yang mengakibatkan wisatawan yang berkunjung ke taman wisata Kebun Raya Cibodas harus dirugikan karena harus membayar lebih dari dua kali tiket masuk ke tempat wisata Kebun Raya Cibodas. Wisatawan yang
102
berkunjung harus membayar tiket masuk di depan gerbang menuju Kebun Raya Cibodas dan juga membayar tiket masuk menuju kawasan wisata Kebun Raya Cibodas. Selain itu wisatawan yang membawa kendaraan pribadi harus membayar sewa parkir, hal ini mengakibatkan wisatawan dirugikan karena mereka harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk dapat menikmati keindahan alam Kebun Raya Cibodas. Pihak pengelola taman wisata Kebun Raya Cibodas menginginkan agar pemerintah daerah setempat bersama-sama dalam satu atap untuk mengurusi tiket masuk menuju Kebun Raya Cibodas, agar wisatawan yang berkunjung ke taman wisata Kebun Raya Cibodas tidak banyak dirugikan oleh besarnya biaya yang dikeluarkan untuk tiket masuk. Namun hal ini ditolak oleh pemerintah daerah karena mereka merasa dirugikan apabila didalam pengelolaan Kebun Raya Cibodas menjadi satu atap. Pemerintah daerah beranggapan bahwa mereka telah mengeluarkan biaya yang sangat besar didalam menyediakan sarana dan prasarana pelengkap Kebun Raya Cibodas seperti Pembangunan akses jalan. Pembangunan lapangan parkir yang luas, pembangunan kios-kios dan lain-lain. (wawancara dengan Bapak Ngatimin yang merupakan pengelola pepustakaan Kebun Raya Cibodas). Permasalahan ini sempat mengakibatkan ditutupnya Kebun Raya Cibodas selama satu bulan di tahun 2006. adanya permasalahan ini berdamapak sangat besar
terhadap
masyarakat
sekitar
yang
mengadalkan
kehidupan
perekonomiannya dari taman wisata Kebun Raya Cibodas. Karena dengan ditutupnya Kebun Raya Cibodas mengakibatkan masyarakat yang mengandalakan
103
kehidupan perekonomiannya dari berdagang, menjadikan dagangannya sepi dikarenakan tidak adanya wisatawan yang berkunjung. Hal ini menjadikan masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas berdatangan menuju kantor DPRD agar pemerintah daerah memaksa pengelola Kebun Raya Cibodas membuka kembali taman wisata Kebun Raya Cibodas, karena adanya permasalahan ini sangat merugikan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Kebun Raya Cibodas. Setelah diadakannya perundingan antara pemerintah daerah dengan pengelola Kebun Raya Cibodas akhirnya Kebun Raya Cibodas kembali dibuka, walaupun dalam hal ini permasalahan antar pemerintah daerah dengan pengelola Kebun raya Cibodas belumlah terselesaikan. 4.2.4.2 Peran Masyarakat Peran masyarakat sekitar kawasan Kebun Raya Cibodas didalam meningkatkan kehidupan kepariwisataan, salah satunya yaitu selalu bersama-sama menjaga kenyamanan dan keamananan Kebun Raya Cibodas. Karena mereka menyadari bahwa hal tersebutlah yang dapat meyebabkan wisatwan nyaman dan mau barlama-lama tinggal disana. dan hal itu akan berdampak positif terhadap orang-orang yang mengandalakan kehidupan perekaonomiannya disekitar Kebun Raya Cibodas. Karena dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung maka hal ini akan menjadikan terjadinya kegiatan ekonomi terhadap mayarakat. Didalam menjaga kenyamanan bagi para wisatawan maka masyarakat sekitarpun membentuk organisasi untuk mengelola hal tersebut. tujuan pembentukan organisasi tersebut yaitu untuk
mengatur dan membimbing
masyarakat yang tinggal disekitar Kebun Raya Cibodas agar selalu menjaga
104
kebersihan wilayah Kebun Raya Cibodas. Hal ini bertujuan agar terciptanya kenyamanan bagi wisatawan. Adapun organisasi tersebut salah satunya adalah KOMPEPAR (Kelompok Penggerak Parawisata). KOMPEPAR ini merupakan suatu asosiasi yang menaungi para pedagang yang ada disekitar Kebun Raya Cibodas. Para pedagang
yang ada disekitar Kebun Raya Cibodas tersebut
jumlahnya sekitar 1000 pedagang, ini merupakan pedagang yang menetap di Kebun Raya Cibodas sedangkan di waktu libur para pedagang di Kebun Raya Cibodas dapat bertambah dua kali lipat hal ini dikarenakan bermunculannya pedagang musiman yang memanfaatkan situasi dan kondisi Kebun Raya Cibodas yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan (hasil wawancara dengan pak Komarudin). Oraganisasi
KOMPEPAR bukan hanya mengatur dan menanungi
para pedagang saja tetapi juga mengatur masyarakat, dan para pedagang musiman yang tinggal disekitarnya. Hal ini bertujuan guna menciptakan keselarasan dan kenyamanan bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Kebun Raya Cibodas. 4.2.4.3 Kepengurusan Kebun Raya Cibodas a. Keadaan Umum Kebun Raya Cibodas Terletak di Desa Cimacan, yang jaraknya dari Bandung kira-kira 85 km, sedang dari Cianjur sekitar 23 km. Berlokasi disekitar lereng Gunung Gede pada ketinggian 1.500 m. Udaranya sejuk dengan suhu ratarata 21o C dan luas seluruhnya sekitar 83 hektar. Kebun raya cibodas ini dibangun pada tahun1862 dan merupakan bagian dari kebun raya Bogor. Disini terdapat berbagai macam tumbuhan-tumbuhan dari berbagai negara di seluruh dunia. Di
105
tempat ini terdapat pula area parkir yang cukup luas, kios-kios makanan, penginapan dan tempat menjual tanaman-tanaman hias. b. Visi dan Misi Visi Kebun Raya Cibodas Menjadi salah satu kebun raya terbaik di dunia dalam bidang konservasi tumbuhan tropika khususnya tumbuhan tropika dataran tinggi basah, penelitian, pelayanan pendidikan lingkungan dan pariwisata. Misi Kebun Raya Cibodas 1. Melestarikan tumbuhan tropika khususnya tumbuhan tropika dataran tinggi basah. 2. Mengembangkan penelitian bidang konservasi dan pendayagunaan tumbuhan tropika khususnya tumbuhan tropika dataran tinggi basah. 3. Mengembangkan
pendidikan
lingkungan
untuk
meningkatkan
pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap arti penting tumbuhan dan lingkungan bagi kehidupan. 4. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. c. Tugas Pokok dan Fungsi Kebun Raya Cibodas Tugas Pokok Kebun Raya Cibodas UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas-LIPI mempunyai tugas melakukan inventarisasi, eksplorasi, koleksi, penanaman, dan pemeliharaan tumbuhan pegunungan khususnya kawasan barat Indonesia yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi untuk dikoleksi dalam bentuk kebun botani, serta melakukan pendataan, pendokumentasian, pengembangan, pelayanan
106
jasa dan informasi, pemasyarakatan ilmu pengetahuan di bidang konservasi, introduksi, dan reintroduksi tumbuhan. Fungsi Kebun Raya Cibodas Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas-LIPI menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Pelayanan, inventarisasi, eksplorasi, konservasi dan reintroduksi jenis tumbuhan dataran tinggi basah khususnya kawasan barat Indonesia yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi, pengembangan dan pendokumentasian biodata jenis tumbuhan koleksi yang berkaitan dengan konservasi ex-situ. 2. Pemberian pelayanan jasa ilmiah, pemasyarakatan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi tumbuhan dan introduksi tumbuhan. 3. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Jumlah Pegawai Kebun Raya Cibodas Tabel 2.7 Data jumlah pegawai Kebun Raya Cibodas No Tahun Jumlah Pegawai 1994 199 1 1995 198 2 1996 195 3 1997 194 4 1998 194 5 1999 192 6 2000 192 7 2001 167 8 2002 169 9 2003 168 10 2004 168 11 2005 167 12 2006 167 13 (Sumber diperoleh dari buku laporan tahunan Kebun Raya Cibodas (1994-2006) Penerbit UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas)
107
Struktur Organisasi Kepengurusan Kebun Raya Cibodas
(Sumber diperoleh dari buku laporan tahunan Kebun Raya Cibodas (2008) Penerbit UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas)
e.
Potensi Wilayah Potensi wilayah Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata cukup besar
hal ini dikarenakan Kebun Raya Cibodas memberikan segala kebutuhan reakrisi alam yang diinginkan oleh para wisatawan seperti menikmati pemandangan hutan pinus dan hutan alam, dan keanekaragaman jenis pohon yang cukup tinggi diantaranya pohon Puspa, Rasamala, Nangka, Damar, Saninten, Jamuju, Baros, Huju, Pasang, Syfrus, Suren, Kaliandra, Filisium, Kondang, Salam, Mahoni, Cemara, Kurai, Sengon, Flamboyan, Pulus, Eucalypus, Kihaji, Riung anak, Bungur, Angsana, Beringin, Aksia, Rumput pahit, Jampang pahit, Sulanjana, Alang-alang, Putri malu, Antanan, Totoropongan, Takokak, Kaso, Kecubung,
108
Tepus, Sembung gunung, Kiurat, Lemmo, Kingkilaban, Lakotmala, Paku andom, Kadaka, Rotan, Konyal. Semua jenis pohon tersebut terdapat di Kebun raya Cibodas. Selain berbagai jenis tumbuhan terdapat pula berbagai jenis Fauna antara lain burung pipit, kutilang, tekukur, jogjog, sesap madu, burung hantu, kepodang, bangau, alap-alap dan kalajengking, berang-berang, anjing huhtan, kucing hutan, tupai, menjangan, kelelawar, kera ekor panjang, macan tutul, babi hutan dan trenggiling. Sehingga menjadikan Kebun Raya Cibodas mampu menjadi tempat rekreasi alam yang menyenangkan bagi wisatawan f. Potensi Wisata Di Kebun Raya Cibodas temapt yang berpotensi sebagai tempat wisata yaitu Wananwisata Mandalawangi, Bumi Perkemahan Mandala Kitri dan Rumah Kaca. Kawasan wana wisata Mandalawangi yaitu sebagai tempat wisata harian disini wisatawan dapat menikmati pemandangan alam yang indah serta udaranya yang sejuk. dan untuk wisata berkemah khususnya para pelajar dan umum yaitu di Bumi Perkemahan Mandalakitri. Dan tujuan wisata berikutnya yaitu Rumah Kaca disini Ada lima buah rumah kaca yang bisa ditemui, kaktus, sukulen, anggrek, penjualan tanaman dan persemaian. Untuk rumah kaca kaktus dan sukulen menampung 353 jenis. Koleksinya datang dari seluruh dunia, termasuk Agave, Dracaena, Sansevieria, Yucca dan Aloe.
109
4.3
Perubahan Sosial dan Ekonomi Sub bab ini merupakan hasil analisis terhadap pertanyaan penelitian ke
tiga, yaitu menegenai kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar taman wisata Kebun Raya Cibodas yang mengandalkan kehidupan perekonomiannya dari segi perdagangan, jasa dsb. Menurut klasifikasi tenaga kerja, tingkat kesejahteraan, tingkat pendapatan pedagang dan tingkat kesejahteraan pegawai. Kondisi sosial masyarakat Kecamatan Cipanas pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh adanya berbagai tempat wisata di Kecamatan Cipanas yang salah satunya Kebun Raya Cibodas. Masyarakat Kecamatan Cipanas memiliki pandangnan luas, objektif dan optimis serta mengahargai setiap perubahan yang terjadi khususnya bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan. Hal ini didasarkan pada persaingan masyarakat dalam hal pekerjaan yang sangat ketat. Terjadimya
perubahan
dari
masyarakat
pertanian
ke
masyaralat
berwiraswasta berpengaruh terhadap penghasilan yang diperoleh oleh masyarakat. sebagai masyarakat yang berwiraswasta salah satunya yaitu pedagang memilki tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibanding dengan menjadi buruh tani yang hanya memperoleh penghasilan pada waktu pannen saja, penghasilan buruh tani besar kecilnya tergantung dari hasil panen yang didapatkan. Sehingga dalam penggunaanya harus memilki perencaaan yang baik. Kondisi ini berbeda ketika mereka mendapat penghasilan dari sektor berdagang. Penghasilan yang cukup membuat mereka merasa bebas untuk mempergunakan bahkan membeli barangbarang yang kurang diperlukan sekalipun. Namun di dalam usaha berdagang ini
110
pendapatan tidak selalu stabil terkadang pendapatan merekapun dirasakan kurang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Perubahan dalam cara menggunakan penghasilan yang diperoleh dapat dlihat dari berbagi aspek. Salah satu aspek yang mencerminkan hal itu dapat dilihat dari bentuk rumah tinggal serta pengunaan peralatan rumah tangga yang lebih lengkap dan pengguaan alat-alat elektronik seperti TV, radio, dan sebagainya. Aspek lain yang mencerminkan adalah dalam hal konsumsi makanan mereka terutama dalam hal lauk pauk yang lebih beragam dibanding sebelumnya yang sebagian besar hanya diambil dari hasil pertanian. Kondisi tersebut juga, menandakan bahwa kebutuhan giji keluarganya mencukupi dari penghasilan yang diperoleh. Pengetahuan teknologi memperlihatkan sikap yang memudahkan adaptasi kepada realitas baru. Untuk itu dalam ragka pembangunan perlu disejajarkan pengembangan berbagai sikap baru. Sehingga pada satu pihak tidak timbul ketakutan serta ketidak mampuan mereka dalam menghadapi perubahan teknologi yang lebih maju. Dipihak lain, yang memilki dorongan dengan perkembangan kognitif, sehingga timbul kemampuan dan mengaplikasi pengetahuan dalam mnghadapi situasi yang serba kompleks. Jika dilihat dari taraf kesejahteraan hidup masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah Kebun Raya Cibodas, masyarakat sekitar telah banyak mengalami perubahan, hal ini terbukti dengan banyak beralihnya mata pencahrian masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas dari bertani menjadi seorang pedagang. Hal ini dikarenakan sector usaha berdagang dirasakan lebih mampu mencukupi
111
kebutuhan ekonomi keluarga. Berdasarkan hal diatas, perkembangan sektor wisata yang ada di Kecamatan Cipanas salah satunya yaitu Kebun Raya Cibodas, jelas
memberikan
dampak
akan
adanya
stratifikkasi
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Hal ini, menjadikan transfomasi yang terjadi telah menciptakan lapisan-lapisan sosial baru dalam masyarakat yang semakin kompleks. Sikap mereka yang terbuka dan mau menerima perubahan yang berasal dari luar , karena terjalin interaksi sosial yang dilakukan oleh mereka dengan masyarakat luar menjadikan mereka tidak segan untuk menerima perubahan. Hal ini menyebakan masyarakat berpindah dari satu lapisan kelapisan lainnya dengan dinamis berdasarkan kekuasaan, kekayaan, dan ilmu pengetahuan terutama sejak berkembangnya taman wisata Kebun Raya Cibodas menjadi tempat wisata. Keberadaan taman wisata Kebun Raya Cibodas telah menggeser pola matapencaharian masyarakat setempat yang tadinya bekerja pada sektor pernaian, kemudian secara bertahap bergeser kepada sektor perdagangan, jasa pegawai wiraswasta dan sebagainya. Pemaparan diatas memberikan gambaan bahwa kehidupan sosial di lingkungan sekitar Kebun Raya Cibodas berlangsung secara harmonis. Hubungan diantara mereka selain didasarkan pada status pekerjaan, juga didasarakna pada nilai-nilai kekeluargaan yang erat. Selain itu hubungan sosial yang terjalin dalam masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas juga sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama Islam yang kuat, sehingga ciri-ciri masyarakat wisata yang cenderung terbuka dalam menerima pengaruh serta nilai individulais yang tinggi dapat di minimalisir.
112
Kehidupan sosial suatu masyarakat pada dasaranya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan ekonomi yang berkembang pada masyarakat tersebut. Untuk masyarakat
sekitar
Kebun
Raya
Cibodas
yang
mata
pencahariannya
mengandalakan keberadaan tempata wisata Kebun Raya Cibodas, Kehidupan masyarakat sekitarnya dapat dikatakan bersifat sederhanana. Penghasilan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga untuk konsumsi saja, sedangkan untuk kebutuhan lainnya mereka harus mencari tambahan dengan bekerja diluar atau sampingan, dengan kondisi tersebut mereka cenderung hidup seadanya. Namun, nilai-nilai Islam yang mendasari kehidupan masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas yang mengandalakan perekonimiannya dari sektor wisata membuatnya selalu berusaha sabar dan tidak putus asa dengan selalu bersaha keras dalam mengatasi kenyataan hidup. Sektor parawisata muncul karena adanya kebutuhan batiniayah manusia akan keindahan alam, seni, budaya yang bertujuan untuk mencari keseimbangan, keserasian dalam dimensi sosial budaya dan ilmu. Kemunculan taman wisata Kebun Raya Cibodas dipengaruhi salah satunya oleh kebutuhan manusia akan rekreasi alam yang indah yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, yang menngakibatkan munculnya ketertarikan guna menikmati keindahan yang telah diciptakan. Dimasa sekarang ini bagi sebagian orang menikmati wisata alam adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi karena wisata alam bagi sebagian orang dapat menghilangkan rasa stres akibat kesibukan aktivitas sehari-hari. Adanya taman wisata Kebun Raya Cibodas ini berdampak positif terhadap masyarakat sekitar yang tinggal kawasan Kebun Raya Cibodas. Hal ini
113
dikarenakan terbukanya kesempatan bagi masyarakat didalam meningkatkan kehidupan perekonomiannya. Disamping itu, membuka kesempatan kerja yang luas bagi masyarakat sekitar. Selain berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat adanya taman wisata Kebun Raya Cibodas, di lain pihak berpengaruh luas terhadap banyak hal salah satunya bangsa dan Negara. Menurut Jhon M Bryden (1973) dalam Abdurrachmat dan E. Maryani (1998 : 79) yang menyebutkan suatu penyelenggaraan kegiatan parawisata dan objek wisata dapat memberikan setidaknya ada 5 butir dampak positif, adapun dampak postif tersebut yaitu : 1. Penyumbang devisa negara 2. Menyebarkan pembangunan 3. Menciptakan lapangan kerja 4. Memacu pertumbuhan ekonomi melalui dampak pengadaan (mulitplier effect). 5. wawasan masyarakat tentang bangsa-bangsa di dunia semakin luas. 6. mendorong penduduk.
semakin
meningkatnya
pendidikan
dan
keterampilan
Disamping itu dalam Abdurrachmat dan E. Maryani (1998 : 80) menjelaskan pula dampak-dampak negatif yang timbul dari parawisata secara ekonomi yaitu : a. Semakin ketatnya persaingan harga antar sektor. b. Harga lahan yang semakin tinggi. c. Mendorong timbulnya inflasi. d. Bahaya terhadap ketergantunagn yang tinggi dari negara terhadap pariwisata. Abdurrachmat dan E. Maryani (1998 : 80).
114
e. Meningkatnya kecenderungan impor. f. Menciptakan biaya – biaya yang banyak. g. Perubahan sistem nilai dan moral, etika, kepercayaan, dan tata pergaulan dalam masyarakat. Misalnya mengikis kehidupan bergotong royong, sopan santun dan lain – lain. h. Memudahkan kegiatan mata-mata dan penyebaran obat terlarang. i. Dapat meningkatkan pencemaran lingkungan seperti sampah, vandalisme (corat-coret), rusaknya habitat flora dan fauna tertentu, polusi air, udara dan tanah, dan sebagainya. Adapun Marpaung (200 : 27) menjelaskan bahwa dampak dari kegiatan pariwisata dalam bidang sosial yang dapat terjadi pada masyarakat disekitar objek wisata adalah sebagai berikut : a. Kepadatan wisatawan Seringkali jumlah wisatawan yang berkumpul atau yang berkunjung menumpuk pada satu waktu. Aspek musiman pada pariwisata banyak terjadi di daerah tujuan wisata. Wisatawan berpusat pada daerah wisata selama beberapa bulan. b. Pengaruh prilaku wisatawan Pengaruh prilaku wisatawan mendorong masyarakat lokal untuk bekerja dan mengejar sesuatu yang mereka tidak perlu, sesuatu yang baru dan tampak baik yang dikenakan atau dilakukan wisatawan. c. Migrasi Secara ekonomi dalam mencoba meraih peluang ekonomi dari perjalanan wisatawan, masyarakat pedesaan ikut ambil bagian dengan bekerja di bidang jasa di tempat-tempat kunjungan wisata, sehingga tidak sedikit dari mereka meninggalkan kampung halamanny untuk pekerjaan ini. Hal ini menjadi masalah dalam menjaga kebutuhan tenaga kerja dibidang pertanian. d. Penurunan moral masyarakat Merupakan suatu sugesti bahwa parawisata membawa akibat pada perubahan kondisi moral masyarakat setempat seperti pelacuran, kejahatan dan perjudian.
115
e. Ukuran dampak sosial Merupakan suatu sugesti bahwa indeks dari iritasi wisatawan ada. Tempat tujuan wisata pada indeks tersebut kemungkinan terpengaruh dampak sosial dari parawisata. Jika proses dari kepariwisataan hilang maka dampak sosialnya pun hilang. Adapun tingkatan pengaruh dari penyelenggaraan kegiatan parawisata yang berdampak sosial kepada masyarakat tersebut dapat digambarkan tingkatannya sebagai berikut 1) Euphoria Dari sini terlihat bahwa akan ada kesempatan yang menguntungkan untuk masyarakat setempat dari atraksi yang ditampilkan pada wisatawan. 2) Aphaty Parawisata berkembang sesuia dengan pengunjung yang ada. Tekanan membuat banyak uang kemungkinan ada. Tuan rumah dan tamu salaing berhubungan dimana pembelian dan transaksi terjadi. 3) Iritasi Pada beberapa poin, parawisata berkembang dimanapun. Dalam opini lokal ini, tempat tujuan wisata dapat ditangani sendiri. Jalanjalan menjadi sepi, restoran dan bar menjadi hangat. Pada poin ini keinginan menurun untuk iritasi. 4) Antagonis Ketika mulai dirasakan bahwa masalah mayarakat yaitu polusi, kejahatan yang berkembang, sebagai dampak dari kepadatan, para wisatawan memperkecil pertentangan, akibatnya kadang mereka tertipu. 5) Tingkat akhir Pada tingkat kelima atau akhir ini masyarakat melupakan bahwa wisatawan tertarik karena budaya, perkembangan yang mengubah masyarakat kemungkinan selamanya. Dari gambaran diatas, dapat dihubungkan dengan penelitian yang peneliti kaji yaitu menegnai pembahasan dampak taman wisata Kebun Raya Cibodas terhadap lingkungan hidup masyarakat sekitar. Namun, dalam hal ini masih sedikit yang mengkaji dampak yang ditimbulkan oleh Kebun Raya Cibodas
116
berdasarkan kondisi di daerah penelitian. Untuk membehas dampak dari suatu tempat wisata memang perlu dikaji suatu konsekuensi dari proses parawisata itu sendiri, dilihat sampai sejauh mana pengaruhnya terhadap lingkungan hidup yang ada di sektar kawasan industri tersebut. Dampak dari adanya suatu tempat wisata bisa mencakup beberapa aspek, diantaranya aspek lingkngan hidup. Keberadaan suatu tempat parawisata dalam lingkunan hidup sangat besar pengaruhnya, terutama bagi lingkungan hidup alamiah yang menempatkan adanya suatu interaksi antara wisatawan yang berkunjung dengan lingkungan sekitar maupun masyarakatnya. Hal ini tidak dapat dihindarkan bahwa parawisata bisa mempengaruhi ekosistem yang telah ada sebelumnya. 4.3.1
Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Sekitar Kawasan Wisata Kebun Raya Cibodas Dampak ekonomi kegiatan pariwisata alam yang dilihat dalam kegiatan
penelitian ini adalah dampak ekonomi wisata yang didapatkan oleh masyarakat sekitar dan juga kesempatan lapangan kerja yang terbuka dengan adanya kegiatan pariwisata di kawasan tersebut. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di kawasan wisata Kebun Raya Cibodas dan masyarakat sekitar yang tinggal di kawasan wisata Kebun Raya Cibodas Kecamatan Cipanas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dampak dari adanya kawasn wisata Kebun Raya Cibodas terhadap masyarakat sekitar yang mengandalkan perekonomiannya dari adanya Kebun Raya Cibodas tersebut.
117
Kebun Raya Cibodas terletak dijalur ramai yaitu dijalur utama antara Jakarta-Bandung yang cukup banyak dilalui orang-orang. Selain itu juga, Cibodas letaknya dekat dengan kawasan wisata lainnya seperti kawasan wisata gunung gede, kawasan wisata gunung pangrango, yang menjadikan kawasan wisata Kebun Raya Cibodas banyak didatangi oleh penduduk Jakarta, Bogor dan Bandung dan dari berbagai kota lainnya. Jumlah Pengunjung yang datang ke Kebun Raya Cibodas Pada tahun 2005 hampir mencapai 1.000.000 orang tiap tahunnya, pada tahun 2005 pengeluaran pengunjung yang datang tersebut tiap orangnya
sekitar 25.000
sampai 100.000 perorang dan tujuan pengeluaran tersebut digunakan untuk transportasi, tiket masuk, makan, minum dan penginapan. Selain itu besarnya pengeluaran mereka tergantung dari tujuan mereka datang ke kawasan tersebut yaitu untuk rekreasi/piknik atau untuk hiking atau mendaki dan berkemah. Di Kebun Raya Cibodas, masyarakat mendapat pembagian keuntungan dari kegiatan pariwisata alam melalui iuran perijinan kegiatan pengusahaan wisata alam dan karcis kebersihan yang dikelola oleh karang taruna. Stynes (1997) menyebutkan bahwa dampak ekonomi total dari wisata dalam suatu kawasan merupakan penjumlahan dari direct, indirect dan induced effects di kawasan tersebut. Direct effects adalah perubahan produksi yang berkaitan dengan efek langsung dari perubahan dalam pengeluaran wisata. Direct effects yang dialami para pengusaha jasa wisata di Kebun Raya Cibodas antara lain adanya peningkatan pendapatan pada musim ramai pengunjung.
Pada saat sepi
pengunjung, uang yang diperoleh berkisar antara Rp 30.000 (pedagang kecil,
118
tukang parkir) - Rp 500.000 (pemilik penginapan, hotel, motel) per hari. Apabila pada saat ramai pengunjung pendapatan mereka bisa bertambah sekitar 25% 75% dari hari-hari biasa atau pada saat ramai pengunjung yaitu sekitar 40,000 55,000 (pedagang kecil, tukang parkir) dan 650.000 - 900.000 (bagi pemilik penginapan, hotel dan motel). Indirect effects adalah perubahan produksi yang dihasilkan dari perputaran pengeluaran perindustrian perhotelan untuk industri lainnya yang berkaitan dengan industri perhotelan tersebut (misalnya industri penyedia produk dan jasa untuk hotel tersebut).
Pada umumnya para pengusaha jasa wisata di
Cibodas yang sudah cukup maju, mereka mensuplai produk-produk mereka dari masyarakat sekitar. Tetapi mereka tidak bersedia untuk memberikan data dan informasi secara mendetail. Pada umumnya pengusaha kecil, seperti misalnya warung makanan dan minuman dan penjual cinderamata eceran mereka tidak memiliki catatan pengeluaran yang lebih rinci. Mereka hanya menghitung jumlah uang yang mereka dapatkan dan kemudian menyisihkannya kembali untuk modal keesokan harinya. Induced effects adalah perubahan dalam kegiatan ekonomi yang dihasilkan dari pengeluaran rumah tangga dari pendapatan yang diperoleh secara langsung atau tidak langsung dari wisata. Misalnya saja pegawai hotel dan pengusaha linen yang didukung secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan wisata, membelanjakan pendapatan mereka didaerahnya untuk perumahan, makanan, transportation, dan kebutuhan lainnya. Transaksi, pendapatan, dan pekerjaan
119
yang dihasilkan dari pengeluaran rumah tangga yang meningkatkan gaji, atau pendapatan pemilik usaha merupakan induced effects. Kebijakan dari pengelola kawasan, pemerintah pusat, pemerintah kabupaten dan pemerintah desa yang berkaitan dengan kegiatan pengusahaan wisata di kawasan wisata tersebut tidak terlalu jelas sehingga pungutan-pungutan untuk perijinan menjadi tidak jelas juga. Misalnya saja, sudah membayar pajak pada dinas pendapatan daerah, tetapi masih harus membayar uang keamanan, uang sampah dan pungutan-pungutan lainnya dari pemerintah desa. Hal ini juga disebabkan karena menurut pemerintah desa, tidak ada kontribusi yang jelas dari kegiatan wisata yang dilaksanakan di wilayah desanya terhadap masyarakat di desa tersebut. Kegiatan wisata yang banyak dilakukan dikawasan Kebun Raya Cibodas adalah rekreasi, outbound, pendakian, berkemah, wisata pendidikan untuk anakanak, pertunjukan seni, pameran, berkemah dan foto hunting. Sedangkan jenis lapangan pekerjaan yang terbuka bagi masyarakat sekitar antara lain pedagang, mulai dari penjual makanan/minuman, penjual souvenir, penjual tanaman hias, boneka,
hasil
pertanian,
dan
lain-lain.
Kemudian
menjadi
karyawan
hotel/wisma/penginapan, supir angkot, tukang ojeg, tukang parkir, dan juga pemandu wisata. Dari hasil yang didapat, terlihat bahwa kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar lebih banyak. Hal ini di karenakanan jumlah pengunjung yang datang ke Kebun Raya Cibodas yang ramai. Berkaitan dengan perubahan mata pencaharian pada masyarakat, berdasarkan hasil wawancara, mengatakan bahwa mata pencaharian masyarakat
120
sekitar Kebun Raya Cibodas mengalami perubahan antara lain banyak yang menjadi pedagang, baik itu menjual hasil pertanian, atau souvenir, buruh, penjaga villa. Banyaknya
perubahan
yang
dialami
oleh
masyarakat
dikarenakan
banyaknya jumlah pengunjung yang datang ke kawasan tersebut sehingga masyarakat lebih memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi selain bertani demi untuk melayani dan memenuhi kebutuhan para pengunjung tersebut. Selain dapat menimbulkan dampak positif bagi masyarakat, kegiatan pariwisata alam juga menimbulkan beberapa permasalahan antara lain berupa timbulnya permasalahan kriminalitas, timbulnya tindakan-tindakan yang asusila, kemudian pengurangan debit air bersih, terjadinya pencemaran oleh sampah, dan adanya vandalisme. 4.3.2 Tingkat kesejahteraan Terlibatnya masyarakat sekitar kawasan wisata Kebun Raya Cibodas dalam kegiatan perekonomian secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kesejahteran hidupnya. Dengan penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan ini, telah mampu mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari bahkan lebih dari cukup sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup lainnya. Tingkat kesejahteraan dalam penelitian ini dijelaskan dengan melihat tingkat penghasilan yang diterima oleh masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi di sekitar kawasan Kebun Raya Cibodas. Dalam hal ini yang dimaksud adalah para pedagang dan pekerja yang terlibat dalam kegiatan
121
perekonomian disekitar kawasan Kebun Raya Cibodas. Untuk kesejahteraan, taraf hidup masyarakat sekitar yang tinggal di kawsan Kebun Raya Cibodas memiliki perubahan yang signifikan. Ini dilihat dari kondisi fisik bangunan yang mereka miliki sudah permanen. Hal ini terkait dengan adanya perubahan dalam mata pencaharian pada masyarakat. Mereka mendapat jumlah uang lebih besar dengan menjadi pedagang atau pemilik penginapan daripada menjadi petani. 4.3.2.1 tingkat Kesejahteraan pedagang Kebun Raya Cibodas pada awalnya hanya bertujuan sebagai tempat konservasi tumbuhan, namun seiring dengan perkembangan jaman karena kebutuhan manusia akan rekreasi semakin besar maka pada tahun 1987 Kebun Raya Cibodas diresmikan sebagai tempat wisata alam. Wisata alam ini bertujuan untuk menghilangkan sejenak kesibukan akan rutinitas sehari-hari. Wisata alam menjadi salah satu tempat wisata yang digemari karena mampu memberikan suasana berbeda di bandingkan dengan tempat wisata lainnya. Seiring perkembangan Kebun Raya Cibodas sebagai tempat wisata alam menjadikan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Kebun Raya Cibodas terkena dampak positif dari keberadaan Kebun Raya Cibodas. Walaupun pada awalnya masyarakat sekitar telah mempunyai mata pencaharian tetap sebagai petani namun dengan ramainya taman wisata Kebun Raya Cibodas dikunjungi oleh wisatawan menjadikan masayarakat sekitar tertarik untuk mendagangkan hasil petaniannya di sekitar wilayah Kebun Raya Cibodas. Kegiatan berdagang pada awalnya dilakukan masyarakat sekitar hanya sebagai sampingan saja karena masyarakat sekitar telah mempunyai mata
122
pencaharian tetap yaitu bertani. Kegiatan berdagang hanya dilakukan oleh masyarakat setempat dimana ketika Kebun Raya Cibodas ramai dikunjungi oleh wisatawan. Namun sekitar tahun 1994 lahan pertanian masyarakat oleh Desa stempat di jual kepada pihak swasta guna dijadikan lapangan golf sebagai sarana penunjang tempat wisata Kebun Raya Cibodas. Hal ini menjadikan masyarakat sekitar Kebun Raya Cibodas tidak lagi mempunyai pekerjaan tetap, yang menjadikan mereka terpaksa melakukan kegiatan berdagang sebagai mata pencaharian utama, hal ini dikarenakan keterbatasan pendidikan yang mereka milik. Karena kegiatan berdagang tidak memerlukan keahlian yang khusus yang menjadikan banayak warga sekitar Kebun raya Cibodas yang beralih menjadi pedagang. (wawancara dengan Bapak Komarudin yang merupakan pedagang makanan di Kebun Raya Cibodas). Beralihnya mata pencaharian masyarakat dari bertani menjadi seorang pedagang menetap di kawasan Kebun Raya Cibodas membuat mereka harus berurusan dengan pihak keamanan Kebun Raya Cibodas. Karena pada awalnya keberadaan pedagang di dalam kawasan Kebun Raya Cibodas dianggap mengganggu kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke Kebun Raya Cibodas. Namun karena tidak ada lagi mata pencaharian masayarakat yang bisa diandalkan maka masyarakat setempatpun terus memaksakan untuk melakukan kegiatan berdagang di sekitar kawasan wisata Kebun Raya Cibodas walaupun dengan resiko dagangan mereka akan di bawa oleh pihak keamanan Kebun Raya Cibodas. Namun akhirnya permasalahan ini dapat terselesaikan, yaitu dengan dibangunnya pasar cibodas yang berada di dalam kawasan wisata Kebun Raya
123
Cibodas. Dengan dibangunnya pasar tersebut akhirnya masyarakat setempat mulai bisa berdagang secara menetap di kawasan wisata Kebun Raya Cibodas. Perkembangan Kebun Raya Cibodas yang pesat berdampak positif terhadap masyarakat sekitar yang mengandalkan kehidupan perekonomiannya dari adanya Kebun raya Cibodas. Karena penghasilan yang di dapat dari kegiatan berdagang ini dirasakan mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pada tahun 1994 harga beras 1 kg yaitu berkisar antara Rp. 400 - 500,-. Tidak jauh dengan harga rata-rata barang di kawasan Kebun Raya Cibodas. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan mengenai pendapatan pedagang pada tahun 1994 dengan pendapatan pedagang pada tahun 2006. pada penguraian dibawah ini lebih di spesifikan pada pedagang yang berjualan makanan dan cendramata. Bapak Komarudin adalah seorang pedagang yang berjualan makanan di sekitar kawasan Kebun Raya Cibodas. Pada tahun 1994 Komarudin memperoleh pendapatan perhari yaitu rata-rata sebesar Rp 15.000 Keuntungan tersebut salah satunya digunakan untuk menaggung biaya hidup istri dan 3 anaknya, untuk lebih jelasnya maka perincian anggaran rumah tangga keluarga Pak Komarudin adalah sebagai berikut:
124
-
Penghasilan rata-rata perhari
-
Penghasilan selama 1 bulan Rp. 15.000 × 30
-
Pengeluaran rata-rata modal perhari
-
Pengeluaran selama 1 bulan Rp. 5.000
-
Pengeluran
= Rp. 15.000 = Rp 450.000 = Rp. 5.000 = Rp. 150.000
Beras untuk 5 orang 45 kg × @Rp. 500
= Rp. 22.500
Lauk pauk
=Rp. 150.000
Biaya sekolah (3 anak)
=Rp. 75.000
Listrik
=Rp. 20.000+
Jumlah pengeluaran - Sisa
=Rp. 267.500 Rp. 32.500
Berdasarkan rincian diatas dapat diketahui bahwa Pak Komarudin memperoleh keuntungan yang cukup dari hasil usahanya umtuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sisa dari hasil penghasilan tersebut digunakan untuk memeuhi kebutuhan hidup lainnya seperti biaya kesehatan, membeli pakaian, membeli alat-alat rumah tangga, dan lain-lain. Sisa dari penghasilannya juga dibelikan barang-barang elektronika, dan sebagian dari sisa keuntungannya digunakan untuk menambah modal untuk mengembangkan usahanya (wawancara dengan Bapak Komarudin pada tanggal 20 Desember 2008). Sedangkan pada tahun 2006 pendapatan Pak Komarudin meningkat yaitu berkisar antara 30.000-60.000 perhari. Namun peningkatan pendapatan ini dikarenakan meningkatnya harga-harga kebutuhan sehari-hari, yang menjadikan biaya pengeluaran sehari-haripun semakin besar. untuk lebih jelasnya rincian
125
pengeluaran sehari-hari Bapak Komarudin pada tahun 2006 adalah sebegai berikut: -
Penghasilan rata-rata perhari
-
Penghasilan selama 1 bulan Rp. 15.000 × 30
-
Pengeluaran rata-rata modal perhari
-
Pengeluaran selama 1 bulan Rp. 20.000×30
= Rp. 45.000 = Rp 1.350.000 = Rp. 20.000 = Rp. 600.000 Rp. 750.000
-
Pengeluran Beras untuk 3 orang 30 kg × @Rp. 2.500
= Rp. 75.000
Lauk pauk
=Rp. 300.000
Biaya sekolah (1 anak)
=Rp. 120.000
Listrik
=Rp. 50.000+
Jumlah pengeluaran - Sisa
=Rp. 545.000 Rp.205.000
Berdasarkan rincian diatas penghasilan Bapak Komarudin telah mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Pada tahun 2006, tanggungan hidup Bapak Komarudin sedikit berkurang hal ini dikarenakan kedua anaknya telah berumah tangga. Sehingga tanggungan hidup Pak Komarudin hanya pada istrinya dan satu orang anaknya yang kini masih duduk di bangku SMA. Adapun sisa dari pendapatan Pak Komarudin digunakan untuk mengembangkan usahanya, biaya kesehatan, dan kebutuhan hidup lainnya. Selanjutnya adalah Ibu Lilis Nursilah adalah seorang pedagang yang berjualan makanan di sekitar kawasan Kebun Raya Cibodas. Ibu Lilis Nursilah
126
mulai berjulan makanan pada tahun 2001 yang bertujuan untuk menambah pendapatan suaminya yang bekerja sebagai pedagang cendramata di Kebun Raya Cibodas. Pada tahun 2006 Lilis Nursilah memperoleh pendapatan bersih perhari yaitu rata-rata sebesar Rp 40.000 Keuntungan tersebut salah satunya digunakan untuk kebutuhan keluarga dan 4 anaknya, untuk lebih jelasnya maka perincian anggaran rumah tangga keluarga Lilis Nursilah adalah sebagai berikut: -
Penghasilan rata-rata perhari
=Rp. 40.000
-
Penghasilan selama 1 bulan Rp. 40.000×30
=Rp 1.200.000
-
Pendapatan bersih suami selama 1 bulan 30.000×30
=Rp. 600.000 + Rp. 1.800.000
-
Pengeluaran rata-rata modal perhari Ibu Lilis Nursilah =Rp. 20.000
-
Pengeluaran modal selama 1 bulan 20.000×30
-
Pengeluran
= Rp.600.000
Beras untuk 4 orang 45 kg x @Rp. 2500
= Rp 112.500
Lauk pauk
=Rp. 400.000
Biaya sekolah (2 anak)
=Rp 400.000
Listrik
=Rp. 70.000+
Jumlah pengeluaran
=Rp 982.500 -
- Sisa Berdasarkan
Rp 517.500 perincian
tersebut
diketahui
bahwa
Lilis
Nursilah
memperoleh keuntungan yang cukup besar dari hasil usahanya bersama suami. Uang tersebut biasanya digunakan untuk memeuhi kebutuhan hidup lainnya seperti membayar biaya kesehatan, alat-alat rumah tangga, kegiatan sosial, dan
127
lain-lain Sisa dari penghasilannya juga dibelikan barang-barang elektronika dan Sebagian dari sisa keuntungannya digunakan untuk menambah modal dalam mengembangkan usahanya (wawancara dengan Ibu Lilis Nursilah pada tanggal 20 Desember 2008). Selanjutnya adalah Dedi Supriadi berumur 22 tahun, adalah seorang pedagang Cendramata di sekitar kawasan Kebun Raya Cibodas.Dedi Supriadi mulai berjaulan cendramata pada tahun 2005 yang bertujuan untuk membiayai kebutuhan hidupnya. Pada tahun 2006 Lilis Nursilah memperoleh pendapatan perhari yaitu rata-rata sebesar Rp 20.000-40.000 pendapatan tersebut digunakan untuk
membiayai
kebutuhan
hidupnya
sehari-hari.
Adapun
rincian
pengeluarannya adalah sebagai berikut: Penghasilan rata-rata perhari -
Penghasilan selama 1 bulan Rp. 30.000 × 30
-
Pengeluran
= Rp. 30.000 = Rp 900.000
Beras untuk 3 orang 12 kg × @Rp. 2.500
= Rp. 30.000
Lauk pauk
=Rp. 150.000
Jumlah pengeluaran - Sisa
=Rp.180.000 Rp.720.000
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dengan berjualan sebagai pedagang cendramata di sekitar Kebun Raya Cibodas mereka telah mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Adapun sisa dari penghasillan tersebut digunakan untuk menambah modal usahanya dan juga untuk
mengembangkan usahanya. Dengan demikian para
128
pedagang baik pedagang makanan maupun pedagang cendramata dapat di katakana sejahtera. Karena mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, kebutuhan sandang pangan keluarga mereka dan dapat juga menyekolahkan anakanaknya. 4.3.2.2 Tingkat Kesejahteraan pegawai Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjalankan industri wisata Kebun Raya Cibodas. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki suatu tempat wisata akan berbeda tergantung dari besar kecilnya tempat wisata tersebut. Di taman wisata Kebun Raya Cibodas tenaga kerja di tentukan oleh klasifikasi pendidikan dan spesifikasi keahlian hal ini dikarenakan perlunya keahlian khusus didalam mengerjakan pekerjaan tersebut, sehingga tidak sembarang orang yang dapat melakukannya. Didalam penerimaan tenaga kerja di Kebun Raya Cibodas dilakukan melalui seleksi CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) hal ini dikarenakan taman wisata Kebun Raya Cibodas merupakan taman wisata yang berada di bawah naungan pemerintah yaitu LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Selain seleksi CPNS adapula seleksi yang dilakukan oleh pihak Kebun Raya Cibodas, yaitu guna mencari tenaga kerja honorer. Para pegawai negeri sipil bekerja dari hari senin hingga jum’at namun para pegawai honorer biasanya bekerja tiap hari. Hal ini dikarenakan kebanyakan para pegawai honorer bekerja sebagai penjaga tiket, satpam, bagian informasi, guide dan lain-lain. Yang menjadikan mereka harus bekerja tiap hari karena di waktu libur sabtu dan minggu banyak wisatawan yang berkunjung ke Kebun Raya Cibodas. Dalam hal upah, terhadap pegawai honorer berbeda dengan CPNS dan
129
PNS (Pegawai Negeri Sipil), untuk PNSpun besarnya gaji tergantung kepada golongannya. Untuk pegawai honorer kebanyakan para pekerjanya merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar taman wisata Kebun Raya Cibodas dan masyarakat Kecamatan Pacet umumnya. Hampir sekitar 75% pegawai honorer pekerjanya merupakan warga sekitar. Dan untuk Pegawai Negeri Sipil dan CPNS kebanyakan dari mereka berasal dari luar wilayah kecamatan Cipanas bahkan ada yang berasal dari Yogyakarta. Namun para pegawai yang berasal dari luar wilayah kecamatan Cipanas ini akhirnya tinggal menetap di sekitar wilayah taman wisata Kebun Raya Cibodas dan di sekitar Kecamatan Cipanas Umumnya. Karena bagi PNS tersebut di sediakan rumah dinas bagi pegawai yang menjabat jabatan tertentu di Kebun Raya Cibodas. Adapun untuk pegawai honorer pekerjaan mereka hanya membantu sistem yang sudah ada, sehingga peran serta mereka di dalam meningkatkan kualitas Kebun Raya Cibodas tidak begitu terlihat. Adapun untuk spesifikasi upah pegawai honorer yaitu sebagai berikut : Table 2.8 Spesifikasi Upah Pegawai Honorer Keterangan
Rp
Gaji Pokok
Rp. 280.000
Uang Makan
Rp. 150.000
Uang Lembur
Rp. 150.000
Total
Rp. 580.000
(Sumber : diolah dari hasil wawancara dengan Ai Siti Halimah) Dilihat dari tabel di atas dapat diketaui bahwa total gaji untuk pegawai honorer yaitu sekitar Rp 580.000, yang sudah termasuk uang makan dan uang lembur. Ai Siti Halimah bekerja sebagai Pegawai honorer di Kebun Raya Cibodas
130
sudah hampir selama 4 tahun, beliau bekerja di Kebun Raya Cibodas bertujuan untuk membantu menambah pendapatan suaminya. Pada tahun 2006 pendapatan perbulan Ai Siti Halimah yaitu 580.000, pendapatannya tersebut digunakan untuk membiayai satu orang anaknya yang masih berusia 3 tahun serta untuk memenuhi kebutuhan keluargannya. Adapun rincian pengeluaran Ai Siti halimah yaitu sebagai Berikut : -
Penghasilan selama 1 bulan
=Rp. 580.000
-
Pendapatan suami
=Rp. 600.000 + Rp 1.180.000
-
Pengeluran Beras untuk 3 orang 35 kg x @Rp. 2500
= Rp 87.500
Lauk pauk
=Rp. 300.000
Listrik
=Rp. 50.000+
Jumlah pengeluaran - Sisa
=Rp 437.500 Rp 742.500
Berdasarkan rincian diatas dapat diketahui bahwa Ai Siti Halimah beserta suaminya yang sama-sama bekerja telah mampu mencukupi kebutuhan keluargannya. Adapun Sisa dari hasil penghasilan tersebut digunakan untuk memeuhi kebutuhan hidup lainnya seperti biaya kesehatan, membeli pakaian, membeli alat-alat rumah tangga, serta membiayai kebutuhan sehari-hari anaknya yang masih berusia 3 tahun. Sisa dari penghasilannya juga dibelikan barangbarang elektronika, dan sebagian dari sisanya ditabungkan guna kebutuhan di masa mendatang.
131
4.3.3 Pedagang Musiman Kaum pendatang di kawasan Kebun Raya Cibodas sudah ada sekitar tahun sejak tahun 1970an, pada saat itu kaum pendatang yang ada disana kebabanyakan adalah para pekerja Kebun Raya Cibodas yang berasal dari luar daerah Cipanas. Kebanyakan mereka berasal dari Bogor, Tasik, dan garut dan juga dari daerah-daerah lainnya. Pada perkembangan selanjutnya kaum pendatang ini semakin banyak apalagi setelah Kebun Raya menjadi tempat wisata. Yang menyebabkan banyak para pendatang dari luar daerah Cipanas berdatangan dan mereka berdatangan guna kegiatan berdagang di kawasan Kebun Raya Cibodas. Kaum pendatang tersebut ada yang tinggal menetap dan ada pula yang datang hanya di waktu Kebun Raya Cibodas ramai dikunjungi oleh para wisatawan. Dan para pendatang tersebut disebut pendatang musiman. Dimana ketika Kebun Raya Cibodas ramai dikunjungi oleh wisatawan maka para pendatang yang berasal dari luar daerah Cipanas ini berdatangan guna melakukan kegiatan berdagang. Biasanya para pendatang ini menjual dagangan khas daerahnya sendiri seperti para pendatang dari Bogor kebanyakan dari mereka menjual tales Bogor yang merupakan makanan khas tempat asal mereka. Adapula yang berasal dari garut dan mereka memperjualkan dodol garut sebagai barang dagangannya. Bagi pedagang musiman setelah keadaan Taman Wisata Kebun Raya Cibodas kembali sepi maka merekapun kembali ke daerah asalnya. Kaum pendatang musiman ini biasanya sudah mempunyai pekerjaan menetap di tempat asalnya tersebut. Pekerjaan itu antara lain petani, wiraswasta dan laiu-lain. Mereka melakukan kegiatan berdagang di Kawasan Kebun Raya Cibodas guna
132
mencari tambahan pendapatan. Karena di waktu ramai para pedagang bisa mendapatkan keuntungan yang berlebih bahkan dua kali lipat. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya pendatang yang melakukan kegiatan ekonomi di taman wisata Kebun Raya Cibodas.