Vol. 02. No. 1, Nopember 2014
PERKEMBANGAN OBJEK WISATA GOA KREO TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT Yus Agustanto Ginting (11140006 – ST) Mahasiswa Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang Abstrak Goa Kreo termasuk sebagai kawasan hinterland Kota Semarang. Sebagai kawasan pinggiran, daerah ini mampu berperan sebagai sumber pendapatan masyarakat Kandri Kecamatan Gunungpati. Ditemukannya manfaat lahan penghasilan baru di bidang dagang dan jasa membawa perubahan bagi masyarakat. Perubahan kondisi ekonomi, sosial-budaya masyarakat dari tahun 2000 mulai terjadi berkat pengembangan pariwisata di Goa Kreo. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah Bagaimanakah Sejarah perkembangan obyek wisata Goa Kreo?bagaimanakah kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar Goa Kreo?faktor-faktor dan hambatan apa sajakah yang memprngaruhi perkembangan obyek wisata Goa Kreo?Bagaimanakah dampak sosial ekonomi dari perkrmbangan obyek wisata Goa Kreo terhadap masyarakat Kandri kecamatan Gunungpati?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah perkembangan obyek wisata Goa Kreo,Untuk mengetahui dinamika kehidupan sosial dan budaya, Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pekembangan obyek wisata Goa Kreo Gunungpati Semarang, Untuk mengetahui dampak sosial ekonomi dari perkembangan obyek wisata Goa Kreo Gunungpati Semarang. Penelitian ini dilakukan di desa Kandri, Gunungpati, Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan selama proses observasi, adapun yang dianalisis obyek wisata Goa Kreo di Desa Kandri, Gunungpati. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran objek wisata Goa Kreo dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dibidang ekonomi, sosial dan budaya bersumber pada tiga unsur pokok, yaitu terbukanya kesempatan berusaha, lapangan kerja dan jasa seperti; kerajinan tangan, berjualan/berdagang dan menjadi guide/pemandu wisata lokal dll. Pemanfaatan peluang objek wisata Goa Kreo telah membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sosial dan budaya. Terciptanya wisata alam dan wisata sejarah sebagai objek kajian pendidikan untuk lebih mengenal Goa Kreo sebagai aset wisata yang memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Pada akhirnya keberadaan dan pengembangan objek wisata ini sangat berpotensi positif kebermanfaatannya terhadap berbagai pihak, pemerintah, masyarakat dan wisatawan atau pengunjung. Sikap strategis pemerintah sebagai pemangku kebijakan dalam upaya pengembangan obyek wisata Goa Kreo dan Kandri sebagai wilayah aktivitas masyarakat pelaku pariwisata memberikan kontribusi positif terhadap kondisi masyarakat Kandri. Dengan demikian saran untuk Goa Kreo. Kandri dan Pemerintah agar saling koordinasi dan bekerjasama dalam meningkatkan komitmen agar dapat mempertahankan eksistensi Goa Kreo dan dapat meningkatkan kualitas masyarakat melalui program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Kata Kunci : Goa Kreo, Sosial Ekonomi, Sosial Budaya PENDAHULUAN Di era globalisasi sekarang ini, kemajuan di bidang pariwisata sangatlah pesat. Pariwisata sudah diakui sebagai industri terbesar abad ini, dilihat dari berbagai indicator perkembangan dunia dan penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan berbagai indikator perkembangan dunia, di tahun-tahun mendatang peranan pariwisata di prediksi akan semakin meningkat. Oleh karena itu, banyak yang harus dilakukan untuk mengembangkan potensi-potensi wisata khususnya di Indonesia. Hal ini juga di karenakan sektor pariwisata sangatlah penting mengingat sektor pariwisata ikut mendorong Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
1
Vol. 02. No. 1, Nopember 2014
pengembangan suatu daerah khususnya daerah yang memiliki potensi wisata sangat besar serta mendatangkan devisa yang cukup besar bagi daerah maupun bagi Negara. Indonesia sebagai Negara berkembang juga mempunyai perhatian khusus terhadap perkembangan industri pariwisata dan pengembangannya di harapkan dapat memacu pertumbuhan perekonomian Indonesia.Selain bermanfaat untuk meningkatkan lapangan kerja, perkembangan pariwisata juga bertujuan untuk memperkenalkan dan membudidayakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia serta lebih mempererat persaudaraan serta persahabatan nasional dan internasional. ( Oka A. Yoeti, 1982 ). Penyelenggaraan kepariwisataan merupakan perangkat yang sangatlah penting dalam pembangunan daerah dalam otonomi daerah sekarang ini, untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat serta memperkenalkan seni budaya daerah dan hasil-hasil kerajinan daerah untuk dapat di pasarkan kepada wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun nusantara. Banyak faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan wisata, diantaranya karena ingin melihat tempat-tempat baru yang belum pernah di kunjungi dan ingin belajar sesuatu, menghindari udara atau musim yang tidak mengenakkan, keinginan untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan di rumah, untuk sekedar rekreasi atau rilaks, dan lain – lain. Selain itu, ada pula faktor yang merupakan hasil ciptaan manusia seperti kebudayaan, tradisi, dan adat istiadat dari penduduk setempat, benda – benda bersejarah, tarian dan upacara tradisional masyarakat setempat. Salah satu pulau di Indonesia yang mempunyai banyak keanekaragaman budaya dan potensi wisata yang sangat menarik adalah pulau Jawa. Pulau Jawa dikenal banyak orang selain karena kekayaan alamnya, tanahnya yang subur di mana rangkaian gunung berapi melintasinya juga karena kekayaan budaya yang dipunyai.Jawa Tengah yang terletak tepat di tengah pulau Jawa merupakan tempat strategis untuk di kunjungi wisatawan.Sejarah munculnya manusia purba jawa, keelokan variasi alam serta keagungan budaya dan juga adat masyarakat jawa semuanya terekam di Jawa Tengah.Budaya dan adat masyarakat Jawa yang selalu “trimo ing pandum” menjadikan Jawa Tengah sebagai tempat yang aman dan damai. Semarang sebagai ibu kota propinsi Jawa Tengah cukup kaya akan bahan yang dapat diolah sebagai produk wisata dengan daya tariknya yang khusus yang bisa dikembangkan menjadi sajian wisata yang mampu menarik wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Kota Semarang sendiri mempunyai potensi objek wisata yang perlu dikaji secara mendalam untuk dikembangkan menjadi sajian wisata yang mampu menarik wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Kota Semarang sendiri mempunyai potensi objek wisata yang perlu dikaji secara mendalam untuk dikembangkan di masa yang akan datang, diantaranya adalah obyek wisata Goa Kreo yang terletak di dukuh Talun Kacang, kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung Pati kurang lebih 13 km dari Tugu Muda kearah selatan, berada di lereng bukit dengan ketinggian 350 meter di atas permukaan laut. Objek wisata Goa Kreo ini merupakan suatu produk pariwisata unggulan kota Semarang dengan tingkat kunjungan tertinggi Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
2
Vol. 02. No. 1, Nopember 2014
pada setiap tahunnya dibanding dengan tingkat kunjungan obyek – obyek wisata lain yang ada di Semarang. Goa kreo merupakan sebuah Goa yang dipercaya sebagai petilasan Sunan Kalijaga bertemu dengan sekawanan kera yang kemudian disuruh menjaga kayu jati tersebut.Kata “Kreo” berasal dari kata Mangreho yang berarti peliharalah atau jagalah.Kata inilah yang kemudian menjadikan goa ini disebut Goa Kreo dan sejak itu kawanan kera yang menghuni kawasan ini dianggap sebagai penunggu.( Nurmaeni, 2010 : 19 ). Untuk mencapai mulut Goa, pengunjung harus melewati anak tangga yang cukup banyak dan curam.Disebelah Utara Goa Kreo terdapat air terjun yang berasal dari berbagai sumber mata air yang jernih dan tidak kering meski musim kemarau panjang. Selain menikmati pemandangan alam yang indah dan udara yang sejuk serta bercanda dengan kera penunggu kawasan ini, pengunjung juga bisa menikmati aliran sungai yang dingin dan segar di bagian bawah daerah ini yang sebentar lagi akan berubah menjadi waduk.( Nurmaelani, 2010 : 20 ). Di kawasan Goa Kreo Semarang ini sekarang sedang dibangun Waduk Jatibarang, yang Pembangunannya dimulai pada Oktober 2009. dengan waktu pelaksanaan selama 1.520 Hari dengan Sumber Dana dari Japan InternationalCorporation Agency (JICA IP-534), berdasarkan data pada papan di lokasi pembangunan Waduk. Waduk Jatibarang ini berfungsi sebagai pengendali banjir di Kota Semarang, menjaga ketersediaan air minum, dan sebagai pembangkit tenaga listrik. Waduk Jatibarang ini akan memiliki luas 46,56 hektar.( Arsip Kompas,2009 : 13 ). Pemanfaatan peluang objek wisata Goa Kreo telah membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sosial dan budaya.Terciptanya wisata alam dan wisata sejarah sebagai objek kajian pendidikan untuk lebih mengenal Goa Kreo sebagai aset wisata yang memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.Pada akhirnya keberadaan dan pengembangan objek wisata ini sangat berpotensi positif kebermanfaatannya terhadap berbagai pihak, pemerintah, masyarakat dan wisatawan atau pengunjung.Sikap strategis pemerintah sebagai pemangku kebijakan dalam upaya pengembangan obyek wisata Goa Kreo dan Kandri sebagai wilayah aktivitas masyarakat pelaku pariwisata memberikan kontribusi positif terhadap kondisi masyarakat Kandri.Dengan demikian saran untuk Goa Kreo Kandri dan Pemerintah agar saling koordinasi dan bekerjasama dalam meningkatkan komitmen agar dapat mempertahankan eksistensi Goa Kreo dan dapat meningkatkan kualitas masyarakat melalui program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
KAJIAN PUSTAKA Pengertian Daerah Tujuan Wisata Daerah tujuan wisata adalah Negara atau bagian wilayah Negara yang daya tarik serta berbagai wacana sarana wisata pokok maupun penunjang yang lengkap dan cukup berkembang telah menjadi tujuan kunjungan wisatawan, baik wisatawan luar maupun dalam negeri yang bukan hanya sekedar lewat tetapi tinggal lebih dari 24 jam ( R.S Darmardjati, 2001 : 126 ). Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
3
Vol. 02. No. 1, Nopember 2014
Di Indonesia telah ditetapkan sepuluh daerah tujuan wisata, yakni Bali, DKI, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Lampung. Sementara tiga belas daerah tujuan wisata sedang dalam proses pengembangan pula.( Nurmaelani, 2010 ). Dalam menentukan suatu objek wisata, harus benar-benar diperhatikan tentang karakteristik alam dan juga letak lokasi objek wisata, karena dapat mempengaruhi minat wisatawan yang akan berkunjung . Oleh sebab itu dengan ditetapkannya kesepuluh propinsi tersebut sebagai daerah tujuan wisata, diharapkan dapat mendatangkan devisa bagi Negara dan khususnya bagi Pemerintah Daerah. Pengertian Sosial Ekonomi Masyarakat Sosial ekonomi masyarakat adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial ekonomi masyarakat, beberapa faktor yang sering diikut sertakan oleh beberapa ahli dalam melihat kondisi sosial ekonominya, yakni antara lain perumahan, kesehatan, dan sosialisasi dalam masyarakat.Banyak aspek yang dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, khususnya, perdesaan, seperti pendapatan yang rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pokok sehari - hari, pendidikan yang rendah, sehingga tidak dapat mengangkat martabat, dan perumahan yang tidak sesuai dengan standar kesehatan. Kedudukan sosial ekonomi meliputi tiga faktor, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Dalam hal ini biasanya disebut sebagai stratifikasi sosial masyarakat berdasarkan ekonomi.
METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu ditetapkan langkah-langkah pendekatan penelitian.Langkah pendekatan penelitian ini ditetapkan sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan di lapangan, sehingga data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, pendekatan kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan gejala-gejala secara holistikkontekstual (menyeluruh dan sesuai konteks) melalui pengumpulan data dari latar alami sebagai sumber instrumen kunci peneliti itu sendiri. Lokasi Penelitian Lokasi yang menjadi objek penelitian ini Desa Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang.Karena ditempat ini terdapat Objek Wisata yang mempunyai nilai sejarah dan potensi wisata yang cukup tinggi. Subjek dan Informan Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Istilah lain yang digunakan untuk menyebut subjek penelitian adalah informan, yaitu orang yang memberi informasi atas suatu perlakuan yang diberikan kepadanya.Informan adalah sumber data yang berupa orang.Orang yang dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan keterangan yang diperlukan untuk melengkapi atau memperjelas Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
4
Vol. 02. No. 1, Nopember 2014
jawaban dari responden. Untuk keabsahan informasi maka tidak cukup bila informasi didapat dari satu informan saja, untuk itu perlu diambil informasi dari beberapa informan yang memahami tentang subyek yang dimaksud.Untuk keabsahan informasi maka tidak cukup bila informasi didapat dari satu informan saja, untuk itu perlu diambil informasi dari beberapa informan yang memahami tentang subyek yang dimaksud.Disini objek dalam melakukan wawancara yaitu dari pihak pengelola obyek wisata Goa Kreo, Lurah Desa Kandri, Pemandu Wisata Goa Kreo, sesepuh desa, Masyarakat setempat, dan wisatawan. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian ini adalah observasi terhadap objek wisata Goa Kreo yang ada di desa Kandri Kecamatan Gunung Pati, serta dari 8 orang informan yang berada di desa Kandri. Informan dipilih berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tentang seluk-beluk objek wisata Goa Kreo, sehingga akan didapat informasi yang akurat dan terpercaya. Sumber data yang digunakan berupa hasil wawancara dan artikel-artikel mengenai Goa Kreo. Instrument Penelitian Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara.Pedoman ini dibuat berdasarkan variable penelitian yang diuraikan sesuai dengan sasaran dan tujuan dari penelitian ini. Adapunvariable dari penelitian ini untuk mengetahui sejarah perkembangan objek wisata Goa Kreo, strategi pariwisata Goa Kreo, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan objek wisata Goa Kreo dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kandri kota Semarang. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara Mendalam ( in-dept interview ) 2. Observasi 3. Studi Dokumentasi Validitas Data Pemeriksaan keabsahan data atau menguji kebenaran data hasil penelitian baik tingkat validitas data digunakan teknik triangulasi, yaitu dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh baik dari hasil observasi identifikasi tentang objek wisata Goa Kreo maupun hasil wawancara yang menggali tentang perkembangan objek wisata Goa Kreo. Dalam hal ini data yang sudah didapatkan dari sumber luar, baik dari artikel maupun dari internet mengenai Goa Kreo diuji kebenarannya dari hasil observasi langsung dan dari hasil wawancara dengan warga sekitar.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
5
Vol. 02. No. 1, Nopember 2014
HASIL PENELITIAN Keberadaan obyek wisata Goa Kreo di wilayah kecamatan Gunungpati merupakan salah satu daya tarik wisata sejarah andalan kota Semarang. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya pengunjung yang antusias untuk berwisata ke Goa Kreo baik dari dalam maupun luar kota Semarang. Obyek wisata Goa Kreo ini terletak di desa Kandri kecanatan Gunungpati kota Semarang. Desa Kandri merupakan salah satu dari 16 desa yang ada di kecamatan Gunungpati. Letak desa Kandri sekitar 13 km dari arah Tugu Muda kea rah selatan, 5 km dari Bandara Ahmad Yani Semarang dan 3 km dari arah jalan raya Kalibanteng ( Jalur Pantura Semarang-Kendal ), berada di bukit dengan ketinggian 350 meter diatas permukaan laut. Kehadiran Goa Kreo sebagai obyek wisata tidak terlepas dari kesadaran masyarakat akan besarnya potensi yang menarik dari Goa Kreo, yaitu berupa goa serta didukung dengan adanya hamparan sawah yang luas, tebing curam penuh pepohonan dan sungai yang jernih itulah masyarakat Dukuh Talun Kacang kemudian melaporkan ke pengurus desa setempat yakni Rt, Rw, Kelurahan dan Kecamatan yang kemudian diteruskan ke pemerintah kota Semarang dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Semarang. Setelah itu Dinas Pariwisata bekerjasama dengan Bappeda mengadakan observasi langsung ke Goa Kreo. Setelah dilakukan penelitian, pemerintah mulai membangun sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pariwisata di Goa Kreo secara bertahap.Pada tahun 1985 dilakukan peletakan batu pertama oleh Walikota Semarang. Kemudian,pada tahun 1986 Goa Kreo mulai diresmikan dan dibuka untuk umum dimana tiket masuk masih belum ditetapkan namun hanya bersifat sukarela dan hanya ramai dikunjungi wisatawan pada waktu lebaran saja. Pada tahun tersebut dibangun pula anak tangga yang menghubungkan tempat loket masuk menuju goa. Proses renovasi dan pembuatan beberapa sarana di Goa Kreo kurang lebih berlangsung selama 2 tahun. Perkembangan obyek wisata Goa Kreo juga mengalami kemajuan dan kemunduran dalam perkembangannya.Tahun 2000-2013 adalah salah satu masa obyek wisata ini mengalami perkembangan yang positif dan maju. Bahkan tahkun 2009 dimulai proses pengerjaan Waduk jatibarang untuk menambah pencitraan obyek wisata Goa Kreo disamping fungsinya sebagai pengendali banjir di kota Semarang, menjaga ketersediaan air minum, dan sebagai pembangkit tenaga listrik. Pembangunan sebagai icon desa Wisata juga sudah mulai di lakukan guna mencapai pemberdayaan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kandri tersebut. Keberadaan Goa Kreo membawa pengaruh bagi kehidupan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat desa Kandri, masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, dengan adanya obyek wisata Goa kreo masyarakat memiliki lebih banyak pilihan mata pencaharian seperti penjualan souvenir, berjualan / berdagang, menjadi pemandu wisata, dll. Pengaruh keberadaan Goa Kreo terhadap terhadap kehidupan ekonomi masyarakat sekitar sangat signifikan, masalah pendidikan, masalah tempat tinggal yang layak mulai ada perubahan, pendidikan masyarakat yang dulu hanya Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
6
Vol. 02. No. 1, Nopember 2014
tamatan SD, sekarang mulai membaik bahkan beberapa sampai ke perguruan tinggi. Tempat tinggal yang dulu hanya papan kayu atau anyaman bambu sekarang beralih ke tembok batu-bata.Untuk masalah budaya kehidupan para masyarakat yang sebagian besar sebagai petani atau petani perkebunan berpengaruh pada masyarakatnya yang turun temurun.Tetapi dengan adanya waduk Jatibarang sebagai pendukung obyek wisata Goa Kreo, tentunya ada peralihan mata pencaharian yang semula dari sektor pertanian ke sektor pariwisata.Tentunya ini merupakan peralihan budaya masyarakat dan perlu waktu untuk menyesuaikannya dengan konstelasi tatanan budaya masyarakat desa Kandri.
KESIMPULAN Obyek wisata alam Goa Kreo terletak di dukuh Talun Kacang, KelurahanKandri, Kecamatan Gunungpati kurang lebih 13 Km dari Tugu Muda ke arahselatan, berada dilereng bukit dengan ketinggian 350 meter diatas permukaan air laut.Untuk mencapai mulut Goa ini harus menuruni anak tangga yang cukup banyak.Menurut legenda Goa Kreo merupakan petilasan Kanjen Sunan Kalijaga. Ketika mencari kayu jati untuk membangun masjid Demak,beliau pernah singgah di Goa ini. Diceritakan saat itu beliau dibantu empatekor kera yang konon merupakan cikal bakal kera – kera yang hidup di GoaKreo.Obyek wisata Goa Kreo ini diresmikan pada tahun 1986 dan bukasetiap hari mulai pukul 07.00 – 18.00. Obyek dan daya tarik wisata Goa Kreo memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan obyek dan daya tarik wisata lain yang ada di kota Semarang, yaitu memiliki potensi yang menarik yakni berupa obyek dan daya tarik wisata alam yang didukung oleh hamparan sawah yang sangat luas, tebing – tebing yang curam penuh dengan pepohonan yang diantaranya pohon langka, sungai jernih berbatu sehingga tercipta panorama alam yang indah. Di obyek wisata ini disediakan juga fasilitas camping ground seluas 5000 meter persegi, sehingga wisatawan bisa berkemah disini dengan biaya yang sangat terjangkau. Dengan berbagai potensi yang dimiliki, maka obyek wisata Goa Kreo sampai sekarang masih menjadi obyek wisata andalan di kota Semarang meskipun fasilitas yang ada di obyek wisata ini jumlahnya masih sangat terbatas terutama untuk arena bermain bagi anak – anak. Adapun strategi – strategi yang dilakukan pihak pengelola dalam upaya mengembangkan obyek wisata Goa Kreo yang meliputi program – program jangka pendek dan jangka panjang. Untuk program jangka pendeknya yaitu penambahan sarana dan prasarana pariwisata di Goa Kreo, pembangunan menara pandang / gardu pandang, pembuatan taman Kreo dan talud dibagian depan obyek wisata Goa Kreo, meningkatkan kualitas obyek wisata Goa Kreo yaitu dengan jalan menciptakan lingkungan yang aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah – tamah dan memunculkan kesan kenangan yang tidak terlupakan ( Sapta Pesona Pariwisata ), memperluas dan meningkatkan upaya pemasaran pariwisata, melakukan peyuluhan kepada masyarakat Talun Kacang pada khususnya dan masyarakat kota Semarang pada umumnya. Program jangka panjangnya yaitu disekitar obyek wisata Goa Kreo yaitu dukuh Talun Kacang akan dijadikan sebagai desa wisata yang diharapkan akan Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
7
Vol. 02. No. 1, Nopember 2014
dapat menunjang keberadaan Goa Kreo itu sendiri dan rencana pembangunan kawasan waduk Jatibarang. Selain itu juga dalam jangka 10 tahun kedepan, di sekitar obyek wisata Goa Kreo akan dibangun waduk. Pembangunan waduk ini terkait dengan rencana pemerintah kota Semarang dalam hal ini yang bertanggung jawab yaitu BAPPEDA bekerja sama dengan pemerintah Jepang ( JICA ) yang akan membangun kawasan waduk Jatibarang. Dalam upaya pengembangan obyek wisata Goa Kreo secara garis besar pengelola juga mengalami beberapa kendala, yaitu terbatasnya dana dari pemerintah, masih terbatasnya fasilitas yang ada khususnya tempat bermainuntuk anak – anak, kurangnya sistem pengawasan keamanan didalam obyek wisata Goa Kreo, belum adanya fasilitas kesehatan disekitar lokasi obyekwisata Goa Kreo seperti klinik dan sarana P3K, tidak adanya pemandu wisatakhusus terutama untuk wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Goa Kreo sehingga mereka harus membawa pemandu wisata sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous . 2003. Buku Panduan Wisata Kota Semarang. Arikunto Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. BP-7, Pusat.UUD’45, Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila Garis –Garis Besar Haluan Negara. Jakarta : BP-7. Darmardjati.R.S. 2001. Istilah – istilah Dunia Pariwisata. Jakarta. Pradnya Paramita. Gamal Suwantoro. 2001. Dasar – Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Hanneman Samuel, 1997. Dasar Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Erlangga. Kompas Arsip.2009. Proyek Raksasa Pariwisata “Waduk Jatibarang”Semarang. Jakarta : Kompas Press Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Musanef. 1996. Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia. Jakarta : PT Gunung Agung. Miles, MB and Huberman, MA. 1984. Qualitative Data Analysis. London:Sage Publication. Oka A. Yoeti. 1982. Perencanaan dan Perkembangan Pariwisata. Jakarta :Pradnya Paramita. Salusu.J .1998. Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik Dan Organisasi Non Profil. Jakarta : PT. Gramedia Widya Sarana Indonesia Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta. ------------------- 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa. ------------------- 1996. Anatomi Pariwisata. Bandung : Angkasa. Samsuridjal D dan Kaelany HD. 1997.Peluang di Bidang Pariwisata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Salah Wahab, (dkk.). 1997. Pemasaran Wisata. Jakarta : PT. Pradnya Paramitha
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
8