perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENGRAJIN MAINAN ( Studi Kasus Tentang Relasi Sosial dan Strategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010)
SKRIPSI Oleh: DIANITA KARTIKA SARI NIM : K8406003
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENGRAJIN MAINAN ( Studi Kasus Tentang Relasi Sosial dan Strategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010)
Oleh: DIANITA KARTIKA SARI K8406003
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ABSTRAK
Dianita Kartika Sari, K8406003, KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENGRAJIN MAINAN ( Studi Kasus Tentang Relasi Sosial dan Strategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Agustus 2010. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendiskripsikan relasi sosial yang terjalin antara masyarakat pengrajin dengan masyarakat sekitar, dengan sesama pengrajin, dengan pembeli dan dengan aparat pemerintah terkait, (2) mendiskripsikan strategi bertahan masyarakat pengrajin mainan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan strategi studi kasus tunggal terpancang. Sumber data dari informan atau narasumber serta dokumen dan arsip. Teknik cuplikan menggunakan purposive. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri observasi langsung, wawancara mendalam dan dokumen. Untuk validitas data menggunakan trianggulasi data atau sumber dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, pertama, bahwa relasi sosial yang dibangun masyarakat pengrajin mainan di Desa Ngaglik mencerminkan solidaritas mekanik dicirikan dengan tidak adanya pembagian kerja yang terstruktur dan teradministrasi dengan baik, hubungan masyarakat yang akrab, sangsi sosial yang dibuat dan ditaati bersama, individualitas tidak berkembang, kepatuhan pada pimpinan dan tokoh-tokoh masyarakat, keterlibatan komunitas dalam menghukum orang-orang yang menyimpang, memasarkan sendiri hasil produk kerajinanya, paguyupan yang masih sangat kental jalinan sosial antar individunya. Kedua, strategi bertahan masyarakat pengrajin mainan dijelaskan melalui skema AGIL yaitu melalui adaptasi di bidang ekonomi, organisasi sosial melalui paguyupan dan pasar pahing, strategi penjualan masyarakat pengrajin mainan dengan cara saling membantu diantara pengrajin dan memberi pelayanan yang baik pada pembeli, strategi keberlangsungan pengrajin mainan melalui pendidikan dan sosialisasi orang tua pada anak.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ABSTRACT
Dianita Kartika Sari, K8406003, The Social Economic Life Of Toys Crafting Society (A Case Study on the Social Relation and Resilience Strategy of Toys Crafting Society in Ngaglik Village, Subdistrict Bulukerto, Regency Wonogiri). Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, August 2010. The objectives of research are (1) to describe the social relation established between the craftsmen and the society surrounding, among the craftsmen, and the buyer, and the related governmental apparatus, (2) to describe the resilience strategy of toys craftsman. This research employed a descriptive qualitative method with a single embedded study case strategy. The data sources were informant as well as document and archive. The sampling technique employed was purposive sampling. Techniques of collecting data used were direct observation, in-depth interview and documentation. In order to test the data validity, data or source and method triangulations were used. Technique of analyzing data used was an interactive analysis model. Considering the result of analysis, it can be concluded that firstly, the social relation established by the toys craftsmen in Village Ngaglik reflects on the mechanic solidarity characterized by the absence of the structured and administered labor division, intimate society relation, social sanction is made and complied with jointly, not-developing individuality, the compliance with the society leaders and figures, community involvement in punishing the violating people, marketing the crafting product by themselves, the association with their very close social relation among individuals. Secondly, the resilience strategy of toys craftsmen is explained through AGIL scheme that is through the adaptation in economic sector, social organization through the association and pahing market, marketing strategy of toys craftsmen by means of helping each other among the craftsmen and giving good service to the buyer and the sustainability strategy of toys craftsmen through education and socialization from parents to children.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
MOTTO
Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih (Lao Tse)
Kita semua adalah anggota sebuah orkestra raksasa di mana setiap instrumen menjadi penting demi keutuhan dan keselarasan keseluruhan (J. Allen Bonne)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PERSEMBAHAN
Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Ibu Endang Sulastri dan Bapak Dwi Yatno atas cinta, doa, kasih sayang dan inspirasimu 2. Diana Puspita Sari, untuk kasih sebagai saudara 3. Teman seperjuangan Sos-Ant angkatan’06 4. Almamater
commit to user viii
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
K ATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat karunia-Nya dan kemudahan dalam penyelesain skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidaklah berjalan dengan mudah, akan tetapi banyak hambatan yang menyertainya. Oleh karena itu sudah sepantasnya peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang turut membantu, terutama kepada : 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. 2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. 3. Drs. H. MH Sukarno, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi-Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sebelas Maret. 4. Drs. Amir Fuady, M.Hum pembantu Dekan III FKIP UNS yang telah memberi banyak kemudahan pada peneliti. 5. Drs. Basuki Haryono, M.Pd selaku Pembimbing I yang dengan sabar dan penuh perhatian memberikan pengarahan dan bimbingannya. 6. Ibu Atik Catur Budiati, S. Sos, MA selaku Pembimbing II yang dengan sabar dan penuh perhatian memberikan pengarahan, masukan serta saran yang membangun demi penyempurnaan penulisan skripsi. 7. Drs. Slamet Subagyo, M.Pd selaku Pembimbing Akademik terima kasih atas kesabaran dan petunjuk yang diberikan selama peneliti menempuh studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
commit to user ix
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
8. Segenap
Bapak/Ibu
Dosen Program
Studi Pendidikan
Sosiologi
Antropologi yang telah memberikan ilmu kepada peneliti selama di bangku kuliah. 9. Kepala Badan Kesbangpolinmas Kabupaten Wonogiri beserta stafnya atas pelayanan dalam pembuatan surat ijin penelitian. 10. Bapak Tarno, Kepala Desa Ngaglik yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian. 11. Bapak Supriyatno, Sekretaris Desa Ngaglik yang telah memberikan informasi kepada peneliti sehingga mempermudah peneliti dalam menyusun skripsi. 12. Masyarakat Desa Ngaglik yang telah meluangkan waktu dan kontribusinya dalam memberikan informasi kepada peneliti sehubungan dengan skripsi ini. 13. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas semua bentuk bantuan dan dukunganya
Pada akhirnya peneliti berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pihak-pihak terkait pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Disamping itu peneliti juga mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan penelitian ini.
Surakarta, Agustus 2010
Peneliti
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ..............................................................................................
i
PENGAJUAN ....................................................................................
ii
PERSETUJUAN ...............................................................................
iii
PENGESAHAN..................................................................................
iv
ABSTRAK .........................................................................................
v
MOTTO .............................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ..............................................................................
viii
KATA PENGANTAR........................................................................
ix
DAFTAR ISI ......................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ..............................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR..........................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Perumusan Masalah............................................................
4
C. Tujuan Penelitian................................................................
4
D. Manfaat Penelitian..............................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI................................................................
6
A. Tinjauan Pustaka ................................................................
6
B. Penelitian Yang Relevan.....................................................
20
C. Kerangka Berfikir ...............................................................
22
BAB III METODE PENELITIAN......................................................
24
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................
24
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................
25
C. Sumber Data.......................................................................
28
D. Teknik Cuplikan .................................................................
28
E. Teknik Pengumpulan Data..................................................
30
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
F. Validitas Data .....................................................................
33
G. Teknik Analisis Data ..........................................................
33
H. Prosedur Penelitian .............................................................
35
BAB IV SAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA PENELITIAN…
37
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................
37
1. Gambaran Umum Desa Ngaglik ...................................
37
2. Sejarah Munculnya Kerajinan Mainan di Desa Ngaglik
44
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian......................................
47
1. Relasi Sosial Masyarakat Pengrajin Mainan..................
48
a. Relasi Sosial yang Terjalin Antara Masyarakat Pengrajin dengan Masyarakat Sekitar ..............................
48
b. Relasi Sosial yang Terjalin Antara Pengrajin denganPengrajin ..................................................................
57
c. Relasi Sosial yang Terjalin Antara Pengrajin denganPembeli.....................................................................
62
d. Relasi Sosial yang Terjalin Antara Pengrajin denganAparat Pemerintah ....................................................
65
2. Strategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan ...........
67
a. Adaptasi Ekonomi Masyarakat Pengrajin Mainan .....
67
b. Organisasi Sosial Melalui Paguyupan dan Pasar Pahing
73
c. Strategi Penjualan Masyarakat Pengrajin Mainan DesaNgaglik.....................................................................
77
d. Strategi Keberlangsungan Pengrajin Mainan.............
81
Kesimpulan Hasil Temuan..................................................
85
C. Temuan Studi yang Dihubungkan Dengan Kajian Teori......
88
1. Wujud Solidaritas Mekanik Masyarakat Pengrajin Mainan Desa Ngaglik ...................................................
88
2. Strategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan ..........
96
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN..............................
106
A. Simpulan ............................................................................
106
B. Implikasi ............................................................................
110
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
C. Saran ..................................................................................
112
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
114
.................................................................................
117
LAMPIRAN
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Masyarakat, Subsistem dan Imperatif Fungsionalnya................
18
Tabel 2 Waktu dan Kegiatan Penelitian................................................
25
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Skema Kerangka Berfikir ................................................
22
2. Gambar 2 Skema Model Analisis Interaktif .....................................
35
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR LAMPIRAN 1. Field Note ........................................................................................
117
2. Foto-foto penelitian..........................................................................
195
3. Peta..................................................................................................
208
4. Daftar Aparat Pemerintah Desa Ngaglik...........................................
209
5. Susunan Keanggotaan Permusyawaratan Desa .................................
210
6. Susunan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ..................
211
7. Susunan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
212
8. Data Nama Ketua RW dan Ketua RT ...............................................
213
9. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ........................................
214
10. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada PD 1 .................
215
11. Surat Permohonan Ijin Research Kepada Rektor UNS....................
216
12. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Kepala Bakesbang Polinmas ......................................................................
217
13. Surat Rekomendasi Research dari Bakesbang Polinmas Wonogiri..
218
14. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Kepala Desa Ngaglik ..........................................................................................
219
15. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian...........................
220
16. Curiculum Vitae................................................................... ............
221
17. Lembar Ucapan Terima Kasih...........................................................
224
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian. Petani hidup di daerah pedesaan yang aktivitas hidup utamanya pada bidang pertanian adalah ciri utama agraris. Namun tanah yang merupakan sumber utama kehidupan masyarakat desa semakin sempit disebabkan oleh tingkat pertumbuhan dan penyebaran penduduk yang tidak merata sehingga terjadi pengalihan lahan perumahan dan industri, disamping itu terjadinya mekanisasi di sektor pertanian yang berakibat makin berkurangnya pekerjaan sektor pertanian. Petani di Pulau Jawa mempunyai lahan yang sempit dimana kepemilikan tanah mereka rata-rata kurang dari 0,5 hektar. Faktor sempitnya
tanah
mengakibatkan hasil pertanian tidak sesuai dengan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga (Husein Sawit, 1979: 9). Data ini memperlihatkan bahwa antara jumlah tenaga kerja yang ada dengan luas lahan pertanian yang tersedia tidak seimbang. Berkaitan dengan hal itu diperlukan kesempatan kerja di luar sektor pertanian yang mampu menampung kelebihan tenaga kerja di sektor pertanian serta dapat memperbaiki pendapatan keluarga. Sektor pertanian semakin kurang bisa diandalkan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat desa. Hal tersebut dibuktikan oleh semakin banyaknya orang yang tinggal di lingkungan pertanian yang menyandarkan hidup mereka di sektor perdagangan, jasa, industri dan kerajinan. Pekerjaan diluar sektor pertanian merupakan sumber penting bagi ekonomi rumah tangga pedesaan. Petani dalam banyak kasus menghabiskan sebagian waktu atau bahkan seluruh waktunya baik di desanya atau di luar desanya bekerja di luar sektor pertanian. Masyarakat desa awalnya mengganggap bahwa pekerjaan di luar sektor pertanian hanyalah sebagai pekerjaan sampingan yang terpaksa dilakukan karena keadaan memaksa misalnya saja gagal panen atau
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
2
produksi merosot rendah karena serangan hama penyakit. Namun saat ini banyak fenomena yang cukup menarik yaitu pekerjaan sampingan tersebut justru menjadi pekerjaan utama dari masyarakat desa. Pekerjaan diluar sektor pertanian pada masyarakat pedesaan diharapkan mampu menjadi pengganti pendapatan disektor pertanian bagi masyarakat desa. Masyarakat Bulukerto adalah masyarakat pertanian, Desa Ngaglik termasuk salah satu desa yang ada di Kecamatan Bulukerto yang sumber mata pencahariannya di sektor pertanian. Namun tanah yang pertanian yang dimiliki penduduk tidak dapat mencukupi kebutuhan pokok perkepala keluarga dikarenakan lahan yang mereka miliki sempit dengan tanah pertanian yang bermutu sedang yang mengandalkan pengairan dari air sungai (setengah irigasi) dan tadah hujan, sehingga tingkat produksinya rendah. Hasil pertanian hasilnya hanya cukup untuk makan seluruh penduduk selama 10 bulan setiap tahunnya (Sumber : wawancara di kantor desa tanggal 19 Maret 2009). Oleh karena itu masyarakat berupaya menambah pendapatan dengan membuat kerajinan. Tidak semua wilayah memiliki potensi kerajinan yang mendapat sorotan dari masyarakat. Kalaupun ada tempat industri kerajinan rumah tangga tentunya masing-masing memiliki karakteristik yang tidak dimiliki wilayah lain. Seperti yang diungkapkan Bupati Wonogiri, Begug Poernomosidi SH mengatakan bahwa Wonogiri memiliki potensi kerajinan yang luar biasa dan bersifat spesifik. Oleh karena itu masyarakat diharapkan meningkatkan kreativitas termasuk di Desa Ngaglik Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri yang memiliki industri kerajinan mainan
sehingga
dapat
menambah penghasilan,
memperbaiki
kesejahteraan dan nasib kehidupannya.(Sumber : Bambang Purnomo, 2006) Desa Ngaglik merupakan salah satu penghasil kerajinan mainan yang cukup banyak ditemukan di Kecamatan Bulukerto. Pengrajin mainan dapat ditemui dengan mudah di banyak tempat karena 30% masyarakat berprofesi sebagai pengrajin mainan. Aneka kerajinan mainan tersebut adalah terompet dan empet yang dibuat oleh 630 orang, topeng yang dibuat oleh 15 orang, kitiran dibuat oleh 48 orang dan wayang kardus yang dibuat oleh 32 orang (Sumber : RPJM Desa Ngaglik tahun 2009-2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3
Keberadaan terompet mainan sendiri sudah ada sejak tahun 1978, pertama kalinya terompet-terompet hasil karya masyarakat Ngaglik dijual ke Surabaya. Keberadaan terompet mainan sepertinya tidak dapat dilepaskan dengan event menyambut Tahun Baru. Sebab, telah menjadi tradisi bagi orang kota, pada setiap menyongsong pergantian tahun mereka ramai-ramai meniupkan terompet. Tradisi tahunan penyambutan tahun baru itu memberikan kesempatan kepada para perajin terompet di pedesaan di Kecamatan Bulukerto yang selalu melakukan persiapan panjang sebelum menjajakan terompetnya di malam penyambutan Tahun Baru. Ada yang memulai persiapan sejak tiga atau empat bulan yang lampau. Pada saat Tahun Baru hampir semua penduduk baik pria dewasa dan sebagian penduduk wanita membuat terompet tahun baru. Bahkan mereka yang bekerja sebagai PNS setiap menjelang tahun baru mengambil cuti selama tiga hari hanya untuk membuat terompet tahun baru. Sekdes Ngaglik Supriyatno mengatakan bahwa keuntungan dari berjualan terompet memang menjanjikan, apalagi saat menjelang natal dan tahun baru, biasanya beliau juga mengambil cuti (Sumber : wawancara di kantor desa tanggal 19 Maret 2009). Namun demikian, masih ada kerajinan lain yang dihasilkan masyarakat setempat. Kerajinan tersebut adalah topeng, kitiran, terompet dan wayang yang terbuat dari bahan karton, masyarakat setempat menyebutnya ”Wayang Kardus”. Berbeda dengan terompet yang produksinya mencapai puncaknya saat menjelang tahun baru. Topeng, kitiran dan wayang kardus diproduksi oleh para pengrajin sepanjang tahun. Sejarah adanya kerajinan wayang kardus di mulai jauh sebelum kerajinan terompet ada yaitu sekitar tahun 1950. Menurut Sekretaris desa dan masyarakat setempat asal mula kerajinan itu tidak terlepas dari peran almarhum Mbah Dikromo yang dulu juga menjual kalung opak (sejenis penganan) dan mainan berupa wayang kardus dan kitiran. Saat itu beliau membuat wayang kardus dan kitiran namun masih sederhana baik dalam bentuk dan ukuran, selanjutnya dijual ke berbagai daerah seperti Magelang, Madiun, Nganjuk dengan berjalan kaki (Sumber : wawancara di kantor desa tanggal 19 Maret 2010). Industri mainan di Desa Ngaglik dapat bertahan hingga sekarang meskipun telah banyak muncul produk yang sejenis maupun mainan-mainan
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
4
modern yang beredar di pasaran. Bisa dikatakan semua warga di Desa Ngaglik mahir membuat terompet dan mainan lainya sesuai dengan kreativitasnya masingmasing. Industri mainan ini dikerjakan oleh anggota keluarga yaitu ayah, ibu, anak, kakek dan nenek. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin mainan di Desa Nganglik, Kecamatan Bulukerto Kabupaten
Wonogiri.
“KEHIDUPAN
Dalam
SOSIAL
penelitian
EKONOMI
ini
penulis
mengambil
MASYARAKAT
judul,
PENGRAJIN
MAINAN”(Studi Kasus Tentang Relasi Sosial dan Stategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri).
B. Perumusan Masalah
Bagaimanakah kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri dilihat dari: 1. Bagaimana relasi sosial yang terjalin antara masyarakat pengrajin dengan masyarakat sekitar, dengan sesama pengrajin, dengan pembeli dan dengan aparat pemerintah terkait ? 2. Bagaimana strategi bertahan masyarakat Ngaglik dalam melangsungkan usaha kerajinan mainan ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mendeskripsikan relasi sosial yang terjalin antara masyarakat pengrajin dengan masyarakat sekitar, dengan sesama pengrajin, dengan pembeli dan dengan aparat pemerintah terkait. 2. Untuk mendeskripsikan strategi bertahan masyarakat Ngaglik dalam melangsungkan usaha kerajinan mainan.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
5
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Manfaat Teoritis a. Teridentifikasinya
strategi
bertahan
masyarakat
Ngaglik
dalam
melangsungkan usaha kerajinan terompet di Desa Ngaglik Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri dalam analisis Parson melalui skema AGIL yang meliputi Adaptation (Adaptasi), Goal attainment (Pencapaian tujuan), Integration (Integrasi) dan Latency (Latensi atau pemeliharaan pola). b. Menambah wawasan tentang adanya relasi sosial masyarakat pengrajin mainan dan masyarakat sekitar dalam analisis Emile Durkheim yang melihat solidaritas mekanik yang tercipta di masyarakat c. Dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti-peneliti sejenis untuk tahapan selanjutnya yang lebih baik.
2. Manfaat Praktis a. Bagi
penulis digunakan sebagai salah satu syarat menempuh jenjang
pendidikan Stata-1 Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. b. Bagi Pemerintah serta instansi pemerintah desa, khususnya Pemerintah Daerah tingkat II Kabupaten Wonogiri penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam menetapkan kebijaksanaan pengembangan pedesaan. c. Bagi Pengrajin, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi masyarakat pengrajin mainan, sebagai
bahan
informasi
untuk
mengambil
pengembangan kerajinan.
commit to user
keputusan
untuk
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
6
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Kehidupan sosial ekonomi merupakan aktivitas yang menyangkut seseorang dalam hubungannya dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada sebuah pola saling keterpautan antara dua sendi kehidupan yaitu sosial dan ekonomi. Keduanya berada dalam sebuah sistem yang disebut masyarakat. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama dengan berkelompok dan menempati suatu wilayah dengan menjunjung adat istiadat setempat dikenal dengan istilah masyarakat (Koentjaraningrat, 1990: 146). Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya berkaitan secara golongan dan pengaruhmempengaruhi satu sama lain (Hassan Shadily, 1984: 47). Parson seorang aliran sosial fungsionalis memandang masyarakat sebagai suatu sistem tersendiri yang dilingkupi oleh kepribadian dan sistem budaya (Pasaribu dan Simandjuntak, 1986: 16). Masyarakat bukan hanya sekedar suatu penjumlahan individu semata-mata melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka, sehingga menampilkan suatu realita tertentu yang mempunyai ciri-cirinya sendiri (Durkheim dalam Berry 1981: 5). Sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok yaitu sebagai berikut : 1. kelompok manusia. 2. yang sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal. 3. menempati suatu kawasan. 4. memiliki kebudayan. 5. memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan (Horton dan Hunt dalam Ridwan Effendi, 2004: 10) Dengan demikian, karakteristik dari masyarakat itu terutama terletak pada kelompok manusia yang bebas dan bersifat kekal, menempati kawasan tertentu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
7
memiliki kebudayaan serta terjalin dalam suatu hubungan di antara anggotaanggotanya. Sistem kehidupan masyarakat menimbulkan kebiasaan, sikap, tradisi dan kebudayaan yang selalu didukung oleh masyarakat pendukungnya, oleh karena itu setiap anggota kelompok merasa terikat dan mempunyai hubungan yang sangat erat satu sama lainya. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat pada hakikatnya adalah satu wujud dari kesatuan hidup manusia yang di dalamnya mempunyai ciri-ciri adanya interaksi, adanya ikatan pada tingkah laku khas di dalam suatu sektor kehidupan yang mantap dan kontinyu serta adanya identitas terhadap kelompok dimana manusia itu menjadi bagian dari padanya. Masyarakat biasanya menempati suatu wilayah tempat tinggal. Apabila anggota-anggota suatu kelompok baik itu kelompok besar ataupun kecil hidup bersama sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi disebut masyarakat setempat. ”Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial” (Basrowi, 2006: 37). Di dalam masyarakat setempat terdapat tipe-tipe masyarakat yang saling berpautan, klasifikasi masyarakat setempat menggunakan empat kriteria, yaitu: 1. jumlah penduduk, 2. luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman, 3. fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat, 4. organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan (Soerjono Soekanto, 2007: 143). Klasifikasi masyarakat setempat menurut jumlah penduduk maksudnya, kelompok manusia dapat dikatakan sebagai masyarakat apabila mereka membentuk suatu kelompok yang terdiri dari banyak orang. Masyarakat juga harus memiliki lahan yang luas untuk ditempati sekelompok orang dengan batasbatasnya, lahan tersebut memiliki kekayaan yang dapat digunakan untuk kebutuhan masyarakat seperti bertani, berladang dan mendirikan tempat tinggal dan lain sebagainya. Masyarakat berfungsi sebagai sarana penghubung antar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
8
orang, wadah penampung kebersamaan, serta sebagai pelindung warga masyarakat. Masyarakat juga membentuk organisasi sebagai penampung aspirasi masyarakat dalam berkelompok. Dari pendapat di atas, masyarakat setempat dapat disimpulkan sekelompok manusia yang berhubungan erat saling timbal balik dengan menempati suatu wilayah dengan batas-batasnya dan memiliki norma adat istiadat. Dalam masyarakat modern, masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu masyarakat pedesaan atau rural community dan masyarakat perkotaan atau urban comunity (Soerjono Soekanto, 2007: 136). Rural Communities are localities which are usually small having a homogeneity of culture and personal relationships. Althougt Urban Communities Refer to the cities or urban ettlements characterized by size, density and heterogeneity, which in combination provide the basis for a complex division of labor and fundamental changes in the nature of social relationships. (Sañana and Pajarillo, 2010: 6) Pedesaan adalah daerah yang pada umumnya kecil memiliki homogenitas budaya dan hubungan pribadi. Sedangkan perkotaan dicirikan oleh ukuran, kepadatan dan heterogenitas, yang dalam kombinasi memberikan dasar untuk pembagian kerja yang kompleks dan perubahan mendasar di dalam hubungan sosial (Sañana and Pajarillo, 2010: 6) Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruhpengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual (Soerjono Soekanto, 2007: 136). Dalam memahami masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan tidak bisa di definisikan secara universal dan obyektif, tetapi berpatokan pada ciri-ciri masyarakat. Ciri-ciri itu ialah adanya sejumlah orang, tinggal dalam daerah tertentu, adanya sistem hubungan, ikatan atas dasar kepentingan bersama, tujuan dan bekerja bersama, ikatan atas dasar unsur-unsur sebelumya, rasa solidaritas, sadar akan adanya interdependensi, adanya norma-norma dan kebudayaan. Kesemua ciriciri masyarakat ini di coba ditranformasikan pada realita desa dan kota, dengan menitikberatkan pada kehidupanya (Munandar Soelaeman, 2006 :131-132).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
9
Dalam penelitian ini hal utama yang akan dibahas adalah mengenai kehidupan masyarakat desa. Umumnya penduduk pedesaan di Indonesia ini apabila ditinjau dari segi kehidupan, sangat terikat dan tergantung dari tanah. Biasanya mereka bertani semata-mata untuk mencukupi kebutuhan sendiri dan tidak untuk dijual. Mereka puas apabila kebutuhan keluarga telah terpenuhi, cara bertani inilah yang dinamakan subsistence farming (Wharton dalam Raharjo, 2004: 70). Dalam mengambarkan masyarakat agraris Scott mengungkapkan moral ekonomi petani etika subsistensi berusaha menghindari kegagalan yang menghancurkan kehidupannya dan bukan berusaha memperoleh keuntungan besar dengan mengambil resiko (Damsar, 2002:67). Karena lahan-lahan pertanian juga yang terbatas mendorong masyarakat untuk mencari alternatif lain sebagai mata pencaharian hidup. Seperti yang dikemukakan oleh Scott (1989: 20) bahwa : ”pada satu keluarga yang jumlah anggotanya tidak berubah, proporsisi waktu dalam satu tahun yang digunakan untuk membuat barang-barang kerajinan tangan dan untuk bekerja sebagai tukang semakin besar apabila lahan yang tersedia untuk keluarga itu semakin berkurang.” Hal ini juga yang terjadi di masyarakat Desa Ngaglik, kehidupan pertanian yang tidak menjanjikan menyebabkan para petani mencari usaha lain diluar sektor pertanian. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup pada masyarakat Ngaglik dilakukan dengan membuat kerajinan mainan. Kerajinan mainan di Desa Ngaglik tumbuh dan berkembang secara alamiah dari spesifikasi masyarakat setempat yang menghasilkan beraneka macam mainan. Kerajinan sendiri mempunyai pengertian merupakan ketrampilan yang berhubungan dengan suatu pembuatan barang yang dikerjakan secara
teliti dan biasanya dominan
dikerjakan dengan tangan atau sedikit menggunakan teknologi (Sulaiman dalam Mahendra Wijaya, 2001: 30). Sedangkan Larasati Suliantoro Sulaiman mengemukakan bahwa pengertian dari kerajinan dapat ditinjau dari beberapa arti : 1. Kerajinan secara umum dapat diartikan suatu ketrampilan yang dihubungkan dengan suatu pembuatan barang yang harus dikerjakan secara rajin dan teliti, dan biasanya dikerjakan dengan menggunakan tangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
10
2. Kerajinan dilihat dari aspek budaya Kerajinan berhubungan erat dengan sistem upacara kepercayaan, pendidikan, kesenian, teknologi, peralatan bahkan juga mata pencaharian. (Mubyarto, 1985: 360-363).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerajinan merupakan suatu ketrampilan tenaga manusia untuk menciptakan suatu barang yang bernilai. Dalam suatu penciptaan hasil karya kerajinan tentunya tidak lepas dari keberadaan pengrajin. Pengrajin memegang peranan penting dalam mewujudkan produk kerajinan. Perajin adalah orang yang mempunyai kecakapan atau ketrampilan dalam bentuk suatu seni atau kemahiran dalam menggunakan alat perkakas. Tetapi pekerjaan yang menyangkut kecakapan dalam penguasaan teknis dan perkakas itu tidak menuntut adanya suatu penciptaan ataupun keaslian (Larasati Suliantoro Sulaiman dalam Mubyarto, 1985: 364). Sedangkan pengertian pengrajin menurut Anton M. Moeliono dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 721) pengrajin adalah orang yang pekerjaanya membuat kerajinan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengrajin mainan adalah sekelompok individu yang mempunyai keahlian dan melakukan aktivitas membuat mainan, baik pekerjaan itu sebagai mata pencaharian pokok maupun sampingan dengan menggunakan ketrampilan tangan para pekerjanya dan alat-alat yang sangat sederhana. Kerajinan mainan yang ada di Desa Ngaglik ini tidak membuat masyarakatnya meninggalkan pekerjaanya sebagai seorang petani, sebab kerajinan mainan ini merupakan pekerjaan sampingan dari masyarakat Ngaglik tapi tidak menutup kemungkinan bahwa kerajinan mainan justru menjadi pekerjaan yang primer bagi unit-unit keluarga. Untuk melihat kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin mainan, dalam penelitian ini akan dibahas tentang:
1. Relasi Sosial Masyarakat Pengrajin Mainan Manusia merupakan makhluk sosial
yang tidak dapat hidup sendiri
tanpa bantuan dari orang lain, mulai dari dilahirkan sampai meninggal dunia.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
11
Manusia selalu berelasi, berinteraksi, berkomunikasi dan saling membutuhkan. Di dalam dirinya ada hasrat untuk berhubungan baik dengan orang lain dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Masing-masing individu sadar akan kekurangan yang ia miliki dan tidak mungkin semua kebutuhan hidupnya dapat dipenuhi sendiri. Upaya untuk memenuhi kepentingan individu tersebut bisa terlihat dari terbentuknya relasi sosial dalam masyarakat sesuai dengan lingkunganya dan kemampuanya. Manusia dengan sendirinya akan berelasi atau membentuk hubungan sosial dengan orang lain. Bintarto berpendapat bahwa relasi adalah hubungan antara dua gejala, dua komponen, dua individu atau lebih yang dapat menimbulkan pengaruh (1983: 63). Dengan demikian maka relasi sosial itu merupakan hubungan yang dinamis dalam kehidupan masyarakat yang dapat dimulai dari pertemuan antara dua orang, di mana kedua orang tersebut saling menegur, berjabat
tangan dan saling berbicara,
saling mempengaruhi,
mengemukakan pendapat, perasaan, harapan yang ada di benaknya. Relasi menimbulkan pengaruh timbal balik antara individu dan golongan di antara usaha individu dan golongan itu untuk mencapai tujuannya. Adanya relasi sosial yang terjalin dalam kelompok masyarakat mengakibatkan terbentuknya kesadaran kolektif di antara para pelaku sosial. Kesadaran kolektif ini sangat penting dalam membangun kekuatan suatu komunitas masyarakat, termasuk dalam masyarakat pengrajin mainan di Ngaglik. Perasaan saling memiliki diperlukan untuk meningkatkan produktivitas pengrajin itu sendiri. Selama menekuni pekerjaan membuat kerajinan mainan, pengrajin harus menjalin relasi yang baik dengan berbagai pihak yang nantinya akan menguntungkan pengrajin itu sendiri. Dalam kehidupan bermasyarakat, pengrajin menjalin hubungan satu sama lain dengan prinsip saling memberi dan menerima. Orang akan berelasi dan berinteraksi saling bantu membantu dalam kehidupan sosialnya agar hubungan ekonominya tetap terjalin dengan baik Ferdinand Tonnies memberikan konsep gemeinschaft untuk masyarakat desa. Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni serta bersifat alamiah dan kekal. Bentuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
12
gemeinshaft terutama akan dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, desa dan lain sebagainya (Basrowi, 2006: 128-129). Sedangkan Gesellshaft merupakan bentuk kehidupan bersama dimana para anggotanya mempunyai hubungan yang bersifat pamrih dan dalam waktu pendek (Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 33) Menurut Charles H. Cooley konsep primary group dan secondary group. Primary group adalah kelompok-kelompok yang dicirikan kenal-mengenal antara anggota-anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi. Sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan pribadi tadi adalah peleburan daripada individuindividu dalam satu kelompok sehingga tujuan individu-individu juga menjadi tujuan dalam kelompoknya ( Soerjono Soekanto, 2007 : 110). Kelompok primer atau primary group ini sangat berguna sekali bagi individu, baik dalam hal kepentingan maupun keamanan individu sehubungan dengan adanya hubungan yang erat di antara para anggotanya. Kelompok primer atau primary group dalam konteks masyarakat dapat dikarakteristikan dalam masyarakat pedesaan. Sedang untuk kelompok sekunder atau secondary group, Cooley tidak menyebutkan ciriciri yang khas. Namun dapat dikatakan bahwa segala sesuatu yang telah dikatakan pada kelompok primer adalah kebalikan dari kelompok sekunder. Kelompok sekunder dapat dikarakteristikan seperti masyarakat kota dimana tingkat individualisnya sangat tinggi. Solidaritas sosial juga dapat dijadikan sebagai faktor penentu perbedaan karakteristik antara desa dan kota. Solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama (Johson, 1988: 181). Solidaritas sosial pada masyarakat pedesaan lebih didasarkan atas kesamaan-kesamaan sedangkan pada masyarakat perkotaan justru didasarkan pada perbedaan-perbedaan. Kesamaan-kesamaan atas dasar solidaritasnya menciptakan hubungan yang bersifat informal pada masyarakat desa, sebaliknya pada masyarakat perkotaan, karena solidaritasnya didasarkan pada ketidaksamaan yang tercipta karena adanya pembagian kerja (division of labor) maka hubungan-hubunganya bersifat formal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
13
Durkheim memberikan karakteristik desa dengan konsepnya tentang solidaritas mekanik yaitu dengan ciri-ciri : a. b. c. d. e. f. g. h.
Pembagian kerja rendah Kesadaran kolektif kuat Hukum represif dominan Individualitas rendah Konsensus terhadap pola-pola normatif itu penting Keterlibatan komunitas dalam menghukum orang-orang yang menyimpang Secara relatif saling ketergantungan itu rendah Bersifat primitif atau pedesaan (Johnson, 1988: 188) Ciri-ciri yang diungkapkan Durkheim di atas dapat digunakan untuk
menganalisa masyarakat. Pada masyarakat desa biasanya terdapat kepercayaankepercayan dan sentimen bersama yang sama. Solidaritas tergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang sama dan menganut kepercayaan dan pola normatif yang sama juga, oleh karena itu individualitas tidak berkembang, individualitas terus menerus dilumpuhkan oleh tekanan yang besar sekali untuk konformitas. Konformitas diartikan sebagai bentuk interaksi yang di dalamnya seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompok (Shepard dalam Kamanto Sunarto, 2004: 185). Sedangkan Merton mengartikan bahwa konformitas adalah cara adaptasi individu dalam mana perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat dan mengikuti cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut (Kamanto Sunarto, 2004: 185). Jadi dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat itu sendiri. Suatu kaidah akan timbul dalam suatu masyarakat karena diperlukan sebagai pengatur hubungan antara seorang dengan orang lain, antara seseorang dengan masyarakatnya. Dalam masyarakat yang primitif atau pedesaan, homogen dan tradisional konformitas warga masyarakat kuat. Misalnya dalam pemeliharan dan mempertahankan tradisi. Dalam menghukum seseorang yang menyimpang di masyarakat, terkadang tidak menyesuaikan hukuman itu dengan tindak kejahatan, hukuman itu mencerminkan dan menyatakan kemarahan kolektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
14
Suatu aturan hukum bisa didefinisikan sebagai suatu aturan berperilaku yang mempunyai sanksi. Sanksi represif merupakan ciri khas dari hukum pidana dan terdiri atas suatu pemaksaan suatu bentuk penderitaan atas diri individu sebagai hukuman atas pelanggaran yang dia lakukan. Sanksi-sanksi demikian meliputi pencabutan kebebasan, mengenakan rasa nyeri, kehilangan hormat dan sebagainya. Kejahatan adalah tindakan yang melanggar perasaan yang secara universal telah disepakati anggota-anggota masyarakat. Landasan moral yang tersebar dari hukum pidana terbukti dari sifatnya yang umum (Giddens, 1986: 93) Ciri khas yang penting dari solidaritas mekanik adalah bahwa solidaritas itu didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen dan sebagainya. Homogenitas terjadi jika pembagian kerja sangat minim sehingga secara relatif saling ketergantungan rendah. Durkheim juga memberikan karakteristik kota dengan konsepnya tentang solidaritas organik yaitu dengan ciri-ciri : a. b. c. d. e. f. g. h.
Pembagian kerja tinggi Kesadaran kolektif lemah Hukum retitutif dominan Individualitas tinggi Konsensus pada nilai-nilai abstrak dan umum itu penting Badan-badan kontrol sosial yang menghukum orang-orang yang menyimpang Saling ketergantungan yang tinggi Bersifat industrial-perkotaan (Johnson 1988: 188) Solidaritas organik bukan hanya berasal dari penerimaan suatu perangkat
bersama dari kepercayaan atau sentimen tapi dari ketergantungan fungsional di dalam pembagian kerja. Pada masyarakat kota terdapat spesialisasi pekerjaan, setiap posisi yang ada menuntut adanya keahlian tertentu. Perluasan pembagian kerja kemudian dikaitkan dengan individualisme yang makin meningkat. Hal inilah yang menyebabkan tingkat individualisnya tinggi, bahkan sampai pada kehidupan sosialnya. Masyarakat kota cenderung menutup diri dengan lingkungan sekitar. Masyarakat kota mengenal adanya hukum restitutif. Orang-orang yang menyimpang tersebut dihukum melalui badan-badan kontrol sosial. ”Dalam hukum restitutif, segi komitmen hukum secara khusus di definisikan menurut jenisnya, baik kewajiban maupun hukumanya atas suatu pelanggaran” (Giddens, 1986: 93) Sanksi restitutif melibatkan usaha perbaikan, penegakan kembali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
15
hubungan sebelum terjadi pelanggaran undang-undang. Dengan demikian bila seseorang menyatakan dirugikan orang lain maka inti proses hukumnya adalah mengusahakan ganti rugi kepada si penuntut jika tuntutannya dikabulkan. Ciri khas yang penting dari solidaritas organik adalah bahwa solidaritas itu didasarkan pada suatu tingkat heterogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, kehidupan dan kepercayaan. Heterogenitas tinggi terjadi jika pembagian kerja sangat beraneka ragam sehingga tercipta ketergantungan yang cukup tinggi. Dalam penelitian ini, relasi sosial yang dibahas adalah hubunganhubungan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Ngaglik yang meliputi relasi sosial yang terjalin antara masyarakat pengrajin dengan masyarakat sekitar, pengrajin dengan sesama pengrajin, pengrajin dengan pembeli dan aparat pemerintah terkait dalam kaitannya mengenai masalah perekonomian dengan mengunakan pendekatan analisis Durkheim mengenai konsep solidaritas mekanik dan organik.
2. Strategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan
Masalah pemenuhan kebutuhan hidup merupakan hal yang sangat penting dalam rangka bertahan hidup bagi rumah tangga, oleh karena itu diperlukan strategi yang merupakan usaha pengrajin untuk mengadaptasikan diri pada perubahan sosial, ekonomi, budaya serta kekuatan-kekuatan lainya diluar unit kolektif masyarakat pengrajin tersebut. Seorang pengrajin dalam sebuah komunitas masyarakat mengenal adanya modal sosial (social capital). Social capital can be defined as supporting human relationship that enable people to work together for common purposes. In particular, ”trust” underlies and sustains institutions. Trust is a voluntary relationship built through common pattern of socialization and acceptance of institutions, rules, norms, identities, and beliefs (Fukuyama, 1995). Robert Putnam (1993) showed how social capital or the lack of it operated in different part of Italy. Putnam point out the relationship between social capital and the acceptance of democratic norms. In the United States, social capital is often used to promote community development and economic prosperity (Briggs, Gittel and Vidal dalam Savitch and Paul, 2003: 11).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
16
Modal sosial bisa didefinisikan sebagai pendukung hubungan manusia yang memungkinkan orang untuk bekerja sama untuk tujuan yang sama. Secara khusus, "kepercayaan" mendasari dan mendukung lembagalembaga. Kepercayaan adalah hubungan sukarela dibangun melalui pola umum sosialisasi dan penerimaan dari lembaga-lembaga, aturan, norma, identitas, dan kepercayaan (Fukuyama, 1995). Robert Putnam (1993) menunjukkan bagaimana modal sosial atau kurangnya itu beroperasi di bagian yang berbeda dari Italia. Putnam menunjukkan hubungan antara modal sosial dan norma-norma demokratis penerimaan. Di Amerika Serikat, modal sosial sering digunakan untuk mempromosikan pembangunan masyarakat dan ekonomi kemakmuran (Briggs, Gittel dan Vidal dalam Savitch and Paul , 2003: 11). Social capital merupakan tindakan saling mempercayai antara pihak yang satu dengan yang lain, dimana antara pihak-pihak tersebut selalu sedia membantu satu sama lain. Social capital dapat diukur dan dilihat dari kepercayaan atau sifat amanah (trust), solidaritas dan toleransi (Rusdi Syahra dalam Jurnal Dinamika Vol. 3 No. 2, 2003 :60). Kepercayaan, atau sifat amanah (trust) adalah kecenderungan untuk menepati sesuatu yang telah dikatakan dengan baik secara lisan ataupun tulisan. Adanya sifat kepercayaan ini merupakan landasan utama bagi kesediaan seseorang untuk menyerahkan sesuatu kepada orang lain, dengan keyakinan bahwa yang bersangkutan akan menepati kewajibanya. Solidaritas, adalah kesediaan untuk secara suka rela ikut menanggung suatu konsekwensi sebagai wujud adanya rasa kebersamaan dalam menghadapi suatu masalah. Sedangkan toleransi adalah kesediaan untuk memberikan kelonggaran baik dalam bentuk materi maupun non materi. Konsep social capital mengacu pada relasirelasi sosial, maupun institusi-institusi, norma sosial dan saling percaya antar individu atau kelompok sehingga mempunyai dampak positif terhadap peningkatan kehidupan masyarakat pengrajin itu sendiri. Masyarakat merupakan kehidupan sosial yang berlangsung dalam suatu wadah. Menurut Talcott Parson kehidupan sosial harus dipandang sebagai sebuah sistem sosial. Talcott Parsons mengatakan bahwa: ”... a social system consists in a plurality of individual actors interacting with each other in a situation which has at least a physical or environmental aspect, actors who are motivated in terms of a tendency to the optimization or gratification and whose relation to their situations, including each other, is defined and mediated in terms of a social system
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
17
of culturally structured and shared symbols…”(Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 125) “…sistem sosial terdiri dalam pluralitas aktor individu berinteraksi satu sama lain dalam situasi yang setidaknya aspek fisik atau lingkungan, aktor yang termotivasi dalam hal kecenderungan untuk optimasi atau kepuasan dan yang berkaitan dengan situasi mereka, termasuk masingmasing lain, didefinisikan dan dimediasi dalam suatu sistem sosial budaya terstruktur dan bersama simbol-simbol…”(Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 125) Sistem sosial merupakan kumpulan dari beberapa unsur atau komponen yang dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat yang terdiri dari beberapa peran (Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 125). Misalnya dalam bidang pemerintahan ada peran sebagai presiden, menteri, bupati, kepala desa dan sebagainya, dalam bidang pendidikan terdapat peran sebagai rektor, dosen, guru, kepala sekolah dan lain sebagainya, dalam bidang kesehatan ada dokter, perawat, petugas laboratorium, bidan dan lain sebagainya. Karakteristik dari sistem memperlihatkan bahwa adanya unsur-unsur atau komponen sistem itu saling berhubungan satu sama lain dan saling tergantung yang dapat ditemukan dalam setiap kehidupan masyarakat, dimana peran-peran sosial sebagai komponen sistem sosial itu saling berhubungan dan saling tergantung (Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 125). Sistem sosial dalam analisis Parson ini dapat menjelaskan strategi bertahan dalam sebuah masyarakat. Sistem sosial terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain, saling tergantung dan berada dalam suatu kesatuan (Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 124). Sistem sosial dijelaskan oleh Parson melalui empat subsistem yang menjalankan fungsifungsi utama didalam kehidupan masyarakat yang sering disingkat dengan AGIL, yaitu: a. Adaptation (Adaptasi) sebuah sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhan. b. Goal attainment (Pencapaian tujuan) sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utama. c. Integration (Integrasi) sebuah sistem harus mengatur antar hubungan yang menjadi komponennya. d. Latency (Latensi atau pemeliharaan pola) sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
18
maupun pola–pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi (Ritzer, 2003: 121) Tabel 1 : Masyarakat, Subsistemnya dan Imperatif Fungsionalnya Fungsi pemeliharaan pola dilaksanakan oleh subsistem fiduciary (misalnya sekolah, keluarga, sistem pendidikan dan budaya) Fungsi adaptasi dilaksanakan oleh subsistem ekonomi
Fungsi integrasi dilaksanakan oleh subsistem komunitas kemasyarakatan Fungsi pencapaian tujuan dilaksanakan oleh subsistem politik
Menurut Talcott Parson, fungsi adaptasi (Adaptation) tersebut akan dilaksanakan oleh subsistem ekonomi, fungsi pencapaian tujuan (Goal attainment) akan dilaksanakan oleh subsistem politik (Politicy) dengan mengejar tujuan-tujuan kemasyarakatan dan memobilisasi aktor dan sumber daya untuk mencapai tujuan, fungsi integrasi (Integration) akan dilaksanakan oleh subsistem komunitas kemasyarakatan yang akan mengkoordinasikan berbagai komponen masyarakat, dan fungsi untuk mempertahankan pola dan struktur masyarakat (Latency) akan dilaksanakan oleh subsistem fiduciary (misalnya sekolah, keluarga) dengan menyebarkan kultur (norma dan nilai) kepada aktor sehingga aktor menginternalisasikan kultur itu (Parson dan Platt dalam Ritzer, 2003: 127128). Untuk lebih melaksanakan
jelasnya rinciannya adalah subsistem ekonomi akan
fungsi-fungsi
ekonomi,
dalam
penelitian
ini
pengrajin
melaksanakan produksi barang dan distribusi barang dan jasa. Subsistem ini akan mengusahakan fasilitas, alat atau sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan sistem. Sistem ekonomi memiliki tanggung jawab utama terhadap pemenuhan pemenuhan persyaratan fungsional adaptif untuk masyarakat sebagai suatu sistem sosial. Melalui ekonomi sumber daya alam diubah menjadi fasilitas yang dapat di gunakan oleh sumber daya manusia (pengrajin) dan bermanfaat untuk berbagai tujuan, misalnya bekerja menjadi pengrajin untuk memperoleh uang sehingga bisa memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan, tempat tinggal dan penghidupan yang layak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
19
Sedangkan subsistem politik (policy) akan melaksanakan fungsi distribusi kekuasaan dan juga memonopoli penggunaan unsur paksaan yang sah atau legalized power (Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 130). Dalam masyarakat, subsistem ini
akan bekerja untuk memaksimalkan potensi
masyarakat untuk mencapai tujuan kolektifnya. Tujuan individu berhubungan dengan tujuan masyarakat terutama melalui perannya sebagai warga masyarakat. Untuk masyarakat yang besar dan komplek, keputusan penting yang berhubungan dengan tujuan masyarakat akan dipengaruhi oleh kolektifitas. Misalnya saja pada masyarakat pengrajin ada sebuah paguyupan dan koperasi yang berfungsi sebagai tempat menampung aspirasi masyarakat pengrajin. Integrasi menunjuk pada persyaratan terciptanya suatu solidaritas sehingga para anggotanya bersedia untuk bekerja sama menghindari konflik yang merusakkan. Bukan berarti bahwa konflik tidak ada, tapi kalau terjadi konflik harus di selesaikan agar tidak memburuk. Parson mengidentifikasi sistem hukum dan kontrol sosial keseluruhan sebagai mekanisme utama yang secara khusus berhubungan dengan masalah integrasi (Johson, 1988: 136). Fungsi integrasi dilaksanakan oleh subsistem komunitas kemasyarakatan (Contoh : hukum, kontrol sosial, kebiasaan dan norma-norma sosial) yang mengkoordinasikan berbagai komponen masyarakat, pengaturan perilaku eksternal dan dengan pelanggaran yang terjadi. Selain itu institusi-institusi agama mempunyai pengaruh terhadap fungsi integratif, banyak norma yang mengatur hubungan antarpribadi yang diperkuat oleh kepercayaan agama serta perasaan sebagai kewajiban moral. Subsistem fiduciary akan menangani urusan pemeliharan nilai-nilai budaya yang berlaku dalam proses kehidupan bermasyarakat, terutama untuk tujuan kelestarian struktur masyarakat (Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 130). Subsistem ini akan memaksimalkan komitmen sosial, motivasi dan mengendalikan ketegangan perasaan-perasaan individu sehingga mereka dapat melaksanakan dan berpartisipasi dengan baik dalam kehidupan sosial. Pada pokoknya pemeliharaan pola akan berhubungan dengan aspek moralitas dari komponen-komponen di dalam sistem sosial. Yang termasuk dalam subsistem ini adalah keluarga, agama dan pendidikan (Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto,
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
20
2006: 130). Misalnya institusi keluarga relevan terhadap persyaratan fungsional latent pattern mainance sebab sosialisasi awal bagi anak-anak terjadi dalam keluarga. Meskipun fungsi ini dibagi bersama dengan sekolah, keluarga tetaplah yang terpenting dalam sosialisasi selama anak-anak dan remaja. Sistem pendidikan merupakan struktur utama lainya yang menyumbang fungsi pattern mainance dengan memberikan sosialisasi bagi calon baru dari setiap generasi. Proses sosialisasi sangat penting untuk mempertahankan pola-pola budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. “Keempat subsistem tersebut, masing-masing akan bekerja secara mandiri, tetapi saling tergantung satu sama lain untuk mewujudkan keutuhan dan kelestarian sistem sosial secara keseluruhan” (Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 130). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap individu dalam menjalani kehidupanya selalu ada hambatan. Untuk itu individu selalu berusaha mendapatkan jalan terbaik untuk keluar dari hambatan tersebut, tidak terkecuali masyarakat pengrajin di desa Ngaglik yang berusaha keluar dari hambatan dengan menerapkan keempat sistem tersebut yang meliputi Adaptation (Adaptasi), Goal attainment (Pencapaian tujuan), Integration (Integrasi) dan Latency (Latensi atau Pemeliharaan Pola) sehingga kerajinan tersebut hingga saat ini dapat bertahan dan tetap menjadi pilihan masyarakat.
B. Penelitian Yang Relevan Sumber penelitian relevan yang digunakan oleh peneliti yaitu penelitian dari Firman Afendi adalah seorang mahasiswi dari Universitas Sebelas Maret, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), jurusan Sosiologi. Firman mengambil penelitian dengan judul Jejaring Sosial Ekonomi Perajin Pahat Batu (Studi Kualitatif Mengenai Jejaring Sosial Ekonomi Masyarakat di Industri Kerajinan Pahat Batu di Desa Taman Agung Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang) sebagai syarat untuk memenuhi tugas-tugas dan melengkapi sarjana FISIP. Penelitian ini sangat menarik karena penelitian ini membahas tentang hasil kerja sama perajin dengan pemerintah atau masyarakat desa lainya muncul akibat
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
21
setelah adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan pada yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut, seperti majikan ingin mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari hasil produksi, buruh mendapat timbal balik dengan mendapat gaji, pedagang mendapatkan pemasukan. Khusus hubungan intern antara majikan dengan buruh muncul setelah ada perjanjian terlebih dahulu yang tentunya perjanjian tersebut berisi kesepakatan-kesepakatan dalam bekerja, baik itu hubungan kerja Patron Klien, Homework maupun Sub Kontrak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sektor sosial perajin mempunyai hubungan dengan sektor ekonomi pengrajin, hubungan tersebut adalah tingkat status sosial yang dimiliki perajin akan berpengaruh dengan tingkat ekonomi pengrajin. Mengenai hubungan-hubungan sosial yang terjalin pada umumnya selaras dengan sistem sosial yang berlaku dan mengabaikan adanya konflik maupun perubahanperubahan dalam masyarakat karena masih berkembang rasa kekeluargaan. Penelitian ini memberikan gambaran bagi peneliti untuk mengetahui hasil kerja sama perajin dalam hubungan hubungan sosial yang terjalin dimasyarakat dan keadaan dalam masyarakat sehingga peneliti bisa menjalin interaksi dalam melakukan penelitian.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
22
C. Kerangka Berpikir
Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pengrajin Mainan
Relasi sosial pengrajin dengan masyarakat sekitar, dengan sesama pengrajin, dengan majikan atau dengan pembeli dan dengan aparat pemerintah yang terkait
Strategi Bertahan masyarakat di Desa Ngaglik dalam melangsungkan usaha kerajinan mainan
Sistem AGIL (Talcott Parson)
Solidaritas Sosial (Emile Durkheim)
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Keterangan: Banyak aktivitas terjadi dalam kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari berbagai sisi di antaranya ekonomi, sosial dan budaya. Dari berbagai aktivitas tersebut dalam penelitian ini akan mengangkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin di suatu desa yaitu Desa Ngaglik yang akan dilihat dari relasi sosialnya dan bagaimana stategi yang digunakan oleh masyarakat pengrajin untuk bertahan hidup. Di dalam industri kerajinan mainan terbentuk adanya suatu relasi sosial maupun hubungan kerja, hal ini terbentuk sebagai upaya untuk mencapai tujuan. Dalam setiap relasi sosial maupun hubungan pasti terdapat norma-norma, aturan maupun kerjasama yang bersifat saling menguntungkan dan timbal balik. Kerajinan mainan tentu saja berimbas pada perubahan ekonomi masyarakat setempat dan juga memungkinkan berimbas terhadap masyarakat sekitar yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
23
pekerjaanya bukan sebagai pengrajin mainan, secara langsung pendapatan masyarakat sekitar akan bertambah dengan keberadaan industri kerajinan rumah tangga mainan. Sejalan dengan perubahan kehidupan masyarakat, relasi sosial maupun hubungan sosial ekonomi pada industri mainan tidak hanya bersifat sederhana saja seperti hanya hubungan antara pengrajin dengan masyarakat sekitar, pengrajin dengan pengrajin melainkan hubungan yang lebih luas baik relasi sosial antara pengrajin dengan pembeli maupun pengrajin dengan aparat pemerintah. Durkheim menjelaskan ada relasi yang dapat dikategorikan yaitu solidaritas organik dan mekanik yang akan digunakan untuk menganalisis relasi yang terjadi pada para pengrajin. Manusia dalam usahanya mempertahankan kelangsungan hidupnya membutuhkan suatu adaptasi dengan lingkungan tempat mereka tinggal. Untuk menghadapi persoalan hidup yang melingkupinya maka manusia selalu berusaha terlibat dalam kegiatan beradaptasi yang diwujudkan melalui strategi bertahan sebagai bentuk tanggapan terhadap persoalan hidupnya. Tujuan dari strategi bertahan adalah memenuhi beberapa syarat tertentu agar dapat melangsungkan kehidupan di lingkungan tempat tinggal mereka. Dalam penelitian ini
akan
digunakan empat subsistem yang menjalankan fungsi-fungsi utama di dalam kehidupan masyarakat yang sering disingkat dengan AGIL yang meliputi Adaptation (adaptasi), Goal attainment (pencapaian tujuan), Integration (integrasi) dan Latency (latensi atau pemeliharaan pola) dimana masing-masing fungsi digunakan untuk menganalisis stategi bertahan masyarakat pengrajin mainan di Desa Ngaglik sehingga usaha kerajinan ini masih menjadi pilihan masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
24
BAB III METODE PENELITIAN
Metode adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu secara sistematis. Sementara metodologi adalah studi yang logis dan sistematis tentang proses penelitian. Pengertian penelitian menurut Sudjana dan Ibrahim dalam Djam’an Satori (2009:21), “sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematik untuk mengumpulkan, mengolah dan menyimpulkan data dengan menggunakan metode dan teknik tertentu dalam rangka mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi”. Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2003:42) mengartikan metodologi penelitian adalah “suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian”. Metode penelitian menurut Ary et.al (1982: 50), “ialah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi”. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, metodologi penelitian merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana prosedur kerja mencari kebenaran. Kualitas kebenaran yang diperoleh dalam berilmu pengetahuan terkait langsung dengan kualitas prosedur kerjanya. Sedangkan metode penelitian adalah cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelediki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut.
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di desa Ngaglik Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri, dengan pertimbangan : a. sesuai permasalahan yang akan diteliti. b. pertimbangan kemudahan dan kelancaran penelitian, karena peneliti juga berdomisili di Kabupaten Wonogiri. c. belum pernah dilakukan penelitian yang serupa.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
25
2. Waktu Penelitian Penelitian ini diawali dengan penyusunan proposal, penyusunan desain penelitian, pengumpulan data, analisis data dan penulisan laporan. Penelitian ini dilakukan setelah konsultasi pengajuan judul disetujui oleh Dosen Pembimbing skripsi dan telah mendapatkan ijin dari berbagai pihak yang berwenang baik dari dalam kampus maupun lembaga atau instansi-instansi yang terkait. Penelitian ini dilaksanakan terhitung sejak penyusunan proposal sampai penyusunan laporan yakni dari bulan Februari 2010 sampai bulan Agustus 2010. Tabel 1: Waktu dan Kegiatan Penelitian TAHUN 2010 No 1
Kegiatan
Feb’10
Mar’10
Apr’10
Mei’10
Jun’10
Jul’10
Agt’10
Penyusunan proposal
2
Perijinan
3
Pengumpulan data
4
Analisis data
5.
Penyusunan laporan B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan oleh peneliti disini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian. Dalam sudut pandang naturalistik, topik penelitian kualitatif diarahkan pada kondisi asli (yang sebenarnya) dari subyek penelitian dimana kondisi ini tidak dipengaruhi oleh perlakuan (treatment) secara ketat oleh peneliti. Metode-metode kualitatif memungkinkan kita memahami masyarakat secara
personal
dan
memandang
mereka
sebagaimana
mereka
sendiri
mengungkapkan pandangan dunianya (Bogdan, 1993: 30). Penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
26
subyek penelitian meliputi perilaku, persepsi, tindakan yang sifatnya secara holistik dan naturalistik. Penafsiran kualitatif secara deskriptif dari fenomena sosial disajikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa dan dengan metode yang sistematis. Tan mengatakan bahwa deskripsif bertujuan mengambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekensi adanya hubungan tertentu antara gejala dan gejala lain dalam masyarakat (Ulber Silalahi, 2009: 28). Pelaksanaan penelitian deskripsif lebih terstruktur, sistematis dan terkontrol karena peneliti memulai dengan subyek yang telah jelas. Sehingga penelitian secara deskripsi sangat pas untuk meneliti tentang fenomena sosial khususnya yang berhubungan dengan tindakan atau perilaku ataupun persepsi masyarakat sebab dalam penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan. Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti disini hendak mendeskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai kejadian atau potret apa yang sebenarnya terjadi, apa adanya di lapangan studinya dan mengambarkan fakta-fakta yang tampak dilapangan studinya mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin mainan dengan melihat relasi sosial pengrajin dengan masyarakat sekitar, sesama pengrajin, pembeli dan aparat pemerintah terkait serta strategi bertahan masyarakat di Desa Ngaglik dalam melangsungkan usaha kerajinan mainan. Semuanya akan disajikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan padat dan jelas sehingga dapat menjelaskan kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin mainan .
2. Strategi Penelitian Strategi diperlukan dalam suatu penelitian untuk memecahkan masalah yang dirumuskan. Strategi adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data (H. B Sutopo, 2002: 123). Menurut Dedy Mulyana, (2004: 201), ”Studi kasus ialah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program atau suatu sosial”. Sedangkan menurut Yin (2002: 18) studi kasus adalah
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
27
inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana; batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber dimanfaatkan. Tunggal adalah penelitian yang dilaksanakan pada satu karakteristik karena hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi dan satu subyek)”. Disebut tunggal karena penelitian ini merupakan penataan secara rinci aspek-aspek tunggal. H.B Sutopo (2002: 112-113) mengungkapkan “aspek tunggal bisa dilakukan pada sasaran satu orang atau lebih, satu desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, negara, bangsa atau lebih, tergantung adanya kesamaan karakteristiknya atau adanya keseragaman”. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal terpancang. Menurut H.B Sutopo (2002: 112), penelitian terpancang adalah: Bentuk penelitian terpancang (embedded research) yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian berupa variabel utamanya akan dikaji berdasarkan pada tujuan dan minat penelitianya sebelum peneliti kelapangan studinya. Dalam proposalnya, peneliti sudah menentukan fokus pada variabel tertentu. Aspek tunggal atau karakteristik dalam penelitian ini yaitu meneliti masyarakat pengrajin mainan di Desa Nganglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri. Sedangkan terpancang artinya memfokuskan pada suatu obyek penelitian secara intensif. Dalam penelitian ini, permasalahan terfokus pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin mainan yang dilihat dari dua (2) hal yaitu: a. relasi sosial yang terjalin antara masyarakat pengrajin dengan masyarakat sekitar, dengan sesama pengrajin, dengan pembeli dan aparat pemerintah terkait. b. strategi bertahan masyarakat pengrajin dalam melangsungkan usaha kerajinan mainan. Peneliti menggunakan studi kasus tunggal terpancang untuk memperoleh arahan yang jelas. Studi kasus dimaksudkan agar peneliti bisa berusaha menyajikan realitas dari obyek penelitian terkait dengan penggunaan metode
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
28
deskriptif. Dalam hal ini penemuan fakta sebagaimana adanya merupakan faktor terpenting dalam penelitian kualitatif.
C. Sumber Data Sumber data merupakan bagian yang penting dalam penelitian karena ketepatan memilih dan menentukan sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh. Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber data. Data dibedakan menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2009: 103) 1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari informan yang kemudian diolah sendiri oleh peneliti. Informan yaitu orang-orang yang menurut penulis memiliki representasi untuk memberikan informasi tentang permasalahan yang sedang diteliti. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat pengrajin mainan anak di desa Ngaglik. Selain pengrajin, informan lain yaitu ketua paguyuban pengrajin dan pamong desa. 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui sumber-sumber lain diluar informan yang diolah seperti artikel atau berita dari internet maupun surat kabar. Selain itu juga beragam foto dan catatan lapangan mengenai aktifitas pengrajin mainan. Misalnya, foto hubungan yang terjadi antara pengrajin dengan pembeli di pasar dan jenis kerajinan mainan yang dibuat. Sedangkan informasi lokasi berupa arsip monografi data penduduk kecamatan Wonogiri khususnya Desa Nganglik. Semua dokumen dan arsip yang dikumpulkan berkaitan dengan fokus penelitian yaitu tentang kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri. D. Teknik Cuplikan
Dalam penelitian kualitatif teknik pengambilan informannya lebih ditekankan pada kualitas informan dan bukan pada jumlah atau kuantitasnya (Agus Salim, 2006: 12). Teknik pengambilan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik informan berdasarkan informan kunci. Dalam penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
29
kualitatif yang penting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Untuk pemilihan informan dilakukan dengan sengaja (purposive), selanjutnya apabila dalam pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi informasi, maka peneliti tidak perlu lagi mencari informan baru dan pengumpulan informan dianggap selesai (Burhan Bungin, 2008: 53). Jadi teknik yang cocok digunakan dalam penelitian ini adalah purposive. Secara umum prosedur pengambilan informan dalam penelitian kualitatif memiliki karakter sebagai berikut: 1. Tidak diarahkan pada jumlah yang besar, melainkan pada kekhususan kasus (spesifik) sesuai dengan masalah penelitian 2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, namun bisa berubah ditengah jalan sesuai pemahaman dan kebutuhan yang berkembang selama proses penelitian 3. Tidak diarahkan pada keterwakilan atau representasi, melainkan pada kecocokan pada konteks (siapa dengan jenis informasi apa) (Agus Salim, 2006: 12). Dalam teknik purposive, peneliti tidak menjadikan semua orang sebagai informan, peneliti memilih informan yang dipandang tahu dan cukup memahami tentang masalah yang akan diteliti yaitu mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin mainan dilihat dari relasi sosial dan strategi bertahan. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bisa diajak kerjasama dan bersikap terbuka dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti mengambil 10 informan yang diidentifikasikan sebagai berikut : a. 8 pengrajin mainan anak b. sedangkan untuk keperluan trianggulasi digunakan ketua paguyuban dan 1 informan dari pegawai kelurahan yaitu bapak Supriyatno sebagai sekretaris desa.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
30
E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi Observasi
adalah
kegiatan
keseharian
manusia
dengan
menggunakan pancaindra, karena itu menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata yang dibantu pancaindra lainnya untuk menangkap fenomena yang sedang diteliti (Burhan Bungin, 2008: 15). Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari jenis data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda. Tugas peneliti berupa pengamatan tentang apa yang mereka lakukan, apa yang mereka ketahui dan benda-benda apa saja yang mereka buat dan gunakan dalam kehidupan mereka. Spradley dalam H.B Sutopo (2002: 65) membagi dua yaitu observasi tak berperan dan observasi berperan. Dalam observasi tak berperan, peneliti sama sekali tidak diketahui keberadaannya oleh subjek yang diamati. Sedangkan observasi berperan dilakukan dengan mendatangi subjek penelitian dan objek penelitian mengetahui hal tersebut. Observasi berperan bertujuan untuk mendapatkan keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu kelompok individu dan mengamati perilaku mereka secara intensif dengan lingkungan mereka. Observasi berperan sendiri dibagi menjadi tiga yaitu : 1) berperan pasif, 2) berperan aktif dan 3) berperan penuh. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik observasi berperan pasif dimana peneliti berperan sebagai pengamat saja dan tidak melibatkan diri dalam kegiatan, namun proses pengamatan yang dilakukan peneliti bersifat terbuka diketahui oleh masyarakat sehingga informan dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi sehingga segala macam informasi dapat dengan mudah diperoleh. Data yang didapat dari observasi meliputi penampilan fisik informan dan tingkah laku serta ekspresi subyek penelitian pada saat penelitian dilakukan. Dalam observasi, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang dan mendengarkan apa yang diucapkan mereka. Dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
31
pengamatan tersebut tugas dari peneliti seterusnya adalah menangkap makna dari perilaku informan. 2. Wawancara Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian itu, merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi (pengamatan) (Burhan Bungin, 2008: 62). Dalam penelitian kualitatif posisi narasumber adalah sebagai informan. Menurut Y. Slamet (2006:101), “teknik wawancara adalah cara yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti”. Sedangkan menurut Moleong (2000:135), “wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. Dari pengertian wawancara di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa wawancara merupakan teknik tanya jawab antara dua orang dimana kedudukannya sebagai peneliti dan yang diteliti guna memperoleh informasi atau data secara mendalam. Dalam proses wawancara, peneliti bisa menggunakan alat bantu seperti tape recorder. Bilamana rekaman dilakukan oleh peneliti, hal itu berarti hanya sebagai tambahan kelengkapan untuk lebih memantapkan catatan lapangan (H.B Sutopo, 2002: 53). Namun dalam pemakaian rekaman, etika penelitian mengharuskan peneliti terbuka dan meminta izin pada informan untuk menggunakan tape recorder, peneliti tidak boleh memaksa atau mensiasatinya dengan cara tersembunyi karena jika ketahuan akan merusak hubungan baik antara informan dan peneliti Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur (wawancara mendalam/in-depth interviewing). Wawancara tidak terstruktur atau mendalam dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat “open ended” dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
32
penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. Wawancara dilakukan dengan bebas dengan suasana informal dan pertanyaan tidak terstruktur namun tetap mengarah pada fokus masalah penelitian. Informan yang dipilih adalah informan yang dianggap tahu tentang topik permasalahan yang bersangkutan. Peneliti menerapkan teknik face to face sehingga peneliti dapat mengungkap secara langsung keterangan dari informan tanpa melalui perantara. Peneliti mencatat informasi yang diberikan oleh informan dan mendiskusikan yang belum jelas tanpa memberikan pengaruh terhadap informan mengenai jawaban yang diberikan. Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait yaitu masyarakat pangrajin mainan dan aparat desa guna mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin mainan tentang berbagai kebiasan yang mereka lakukan di masyarakat mulai dari cara mereka menjalin relasi dan strategi bertahan masyarakat pengrajin dalam melangsungkan usaha kerajinan mainan anak di Desa Ngaglik. 3. Dokumen Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang sering memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif, terutama bila sasaran kajian mengarah pada latar belakang atau berbagai peristiwa masa lampau yang sangat berkaitan dengan kondisi atau peristiwa masa kini yang sedang diteliti (H.B Sutopo, 2002: 69). Dokumen memiliki beragam bentuk dari yang sederhana sampai yang lebih lengkap. Dokumen dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data berdasarkan sumber-sumber yang berasal dari buku-buku, literatur dan laporan serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan penulisan sehingga sangat penting dalam penelitian kualitatif sebagai sumber data. Dalam penelitian ini dokumen digunakan dengan melihat literature, rekaman wawancara, foto dari aktivitas pengrajin yang diambil peneliti saat melakukan pengamatan. Serta arsip berupa artikel atau berita dari internet maupun koran dan monografi kelurahan Desa Ngaglik yang relevan dan mendukung penelitian.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
33
F.
Validitas Data
Untuk dapat meningkatkan validitas data yang diperoleh yang diperoleh selama penelitian, dapat dilakukan dengan cara trianggulasi. Metode trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2000: 178). Dalam hal ini peneliti menggunakan trianggulasi dengan sumber, yaitu dengan menguraikan beberapa sumber data untuk data yang sama. Dengan demikian data yang diperoleh akan dapat dikontrol oleh data yang sama meskipun dari sumber yang berbeda. Trianggulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan jalan : 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi 3. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang 4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. (Moleong, 2000: 178) Selain itu, penulis juga menggunakan trianggulasi metode yaitu pengumpulan data dengan teknik pengumpulan data yang berbeda. Teknik yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Sehingga data atau informasi dapat teruji secara mantap dimana hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data atau informasi yang lebih kuat validitasnya. G. Teknik Analisis Data Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Dalam model analisis interaktif meliputi empat komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data (reduction), sajian data (display) dan penarikan kesimpulan dan verifikasinya. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
34
1. Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data merupakan kegiatan yang integral atau menyatu dalam proses analisis data (Burhan Bungin, 2008: 70). Pada waktu pengumpulan data secara tidak langsung peneliti sudah melakukan analisis data. Karena peneliti terlibat langsung dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini data diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, informasi dari berbagai informan, peristiwa, dan sebagainya. Sedangkan pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi berperan pasif dan wawancara mendalam. Dokumen yang sudah dikumpulkan dibuat dalam bentuk fieldnote, agar mempermudah peneliti dalam reduksi data. 2. Reduksi Data (Reduction) Setelah melakukan kegiatan pengumpulan data. Peneliti melakukan reduksi data, dari fieldnote yang telah dibuat. Peneliti memilah-milah data yang ada dan mengkategorikan dalam satu konsep. Reduksi data ialah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data dari fieldnote. Proses reduksi data ini akan terus dilakukan sampai laporan akhir penelitian selesai (H. B Sutopo, 2002: 91). 3. Sajian Data Kemudian setelah melakukan reduksi data, peneliti melakukan sajian data. Dalam sajian data ini peneliti menggabungkan semua data-data yang telah dipilah-pilah atau dikategotrikan menjadi satu hasil data dalam bentuk narasi, agar data hasil data tersebut dapat menyeluruh. Sajian data ini dibuat kalimat yang logis agar mudah dipahami dan mempermudah peneliti menganalisis. Sajian data bentuk narasi kalimat dalam menjelaskan kehidupan sosial ekonomi pengrajin mainan, guna mengerti penjelasan mengenai relasi sosial dan strategi bertahan hidup masyarakat pengrajin mainan 4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi Kegiatan analisis data yang terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasinya. Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa arti dari berbagai hal yang ia temui dengan melakukan peraturan-peraturan, polapola. Pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat dan
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
35
berbagai proporsi guna menarik kesimpulan akhir (H. B Sutopo, 2002: 93). Data yang sudah dianalisis tersebut, kemudian ditarik kesimpulan dan diverifikasi (kroscek). Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan tersebut harus diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Adapun interaksi diantara keempat komponen tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut :
Pengumpulan data Penyajian data
Reduksi data
Penarikan kesimpulan Gambar 2: Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif (H.B Sutopo, 2002: 95-96) H. Prosedur Penelitian Langkah-langkah penelitian kualitatif tidak dapat ditentukan secara pasti seperti halnya penelitian kuantitatif. Langkah-langkah penelitian ini digunakan sebagai bagan atau kerangka yang akan dilakukan oleh peneliti supaya tidak salah langkah dan digunakan agar penelitian mudah dilakukan karena sesuai prosedur yang pasti. Langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan mengambil prosedur penelitian yang meliputi empat tahap, yaitu: persiapan, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan penelitian (H.B Sutopo, 2002: 187-189). Untuk lebih jelas akan diuraikan sebagai berikut. 1. Persiapan. a. Menyusun proposal penelitian yang meliputi pengajuan judul dan tulisan proposal penelitian kepada dosen pembimbing . b. Membuat desain penelitian yaitu dengan mengumpulkan bahan/sumber materi penelitian yang berasal dari lapangan berupa data dan pengamatan awal serta menyiapkan instrumen penelitian atau alat observasi.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
36
c. Mengurus perizinan penelitian. 2. Pengumpulan Data. a. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dan pengamatan atau observasi partisipan dan dokumentasi. b. Membuat fieldnote (catatan lapangan) dan transkrip hasil wawancara. c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan. 3. Analisis Data. a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai desain penelitian yang diawali dari pengumpulan data yang diikuti dengan reduksi data (pembuatan matriks hasil penelitian lapangan), penyajian data (pembuatan matriks hasil lapangan dengan matriks teori) dan penarikan kesimpulan (verifikasi). b. Mengembangkan hasil eksplorasi data dengan analisis lanjut kemudian disesuaikan dengan hasil temuan di lapangan. c. Melakukan pengayaan dalam menganalisis data yang sudah ada dengan dosen pembimbing. d. Membuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian. 4. Penyusunan Laporan Penelitian. a. Penyusunan laporan awal. b. Review laporan yaitu mendiskusikan laporan yang telah disusun dengan dosen pembimbing. c. Melakukan perbaikan laporan sesuai hasil diskusi d. Penyusunan laporan akhir.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
37
BAB IV SAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Desa Ngaglik a. Keadaan Geografis Desa Ngaglik merupakan salah satu dari 9 desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Bulukerto yang terbagi menjadi 8 RW dan 26 RT. Satu RW masing-masing terbagi menjadi 3-8 RT. Secara administratif Desa Ngaglik terbagi menjadi 4 dusun yaitu Dusun Bendo, Soko, Dagangan dan Dukuh. Wilayah Desa Ngaglik terletak di bagian timur laut pusat pemerintahan Kabupaten Wonogiri, terletak pada 111,3 Bujur Timur dan 7,8 Lintang Selatan. Secara administratif batas Desa Ngaglik sebelah utara berbatasan dengan Desa Krandegan; sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sendang Kecamatan Purwantoro; sebelah barat berbatasan dengan Desa Nadi dan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bulukerto, Desa Bulurejo, Desa Ploso. Secara keseluruhan luas wilayah Desa Ngaglik meliputi tanah seluas 284.4465 Ha. Sifat tanah asam sampai basa, dengan kemiringan 10 s/d 45 derajat dengan jenis tanah Litosol (tanah liat berpasir). Suhu rata-rata 22 s/d 30 derajat Celcius. Secara geografis berupa dataran tinggi yakni antara 400 s/d 500 meter dan curah hujan 2200 mm. Wilayah Desa Ngaglik terdiri dari lahan persawahan, tegalan, pemukiman, jalan dan lain-lain. Luas keseluruhan Desa Ngaglik mencapai 284,4465 Ha. Luas tanah pemukiman mendominasi wilayah Desa Ngaglik dengan luas mencapai 157,0665 Ha (55,21%). Luas tanah persawahan yang merupakan sawah tadah hujan 56,7170 Ha (19,93%) dan sawah irigasi setengah teknis dengan luas mencapai 65,5545 Ha (23,04%), penggunaan jalan seluas 16,1340 Ha (5,67%) dan luas tegalan mencapai 4,5550 Ha (1,60%). Penggunaan lahan terkecil dipakai untuk perkantoran, sekolahan, kuburan dan lain-lain seluas 14,7375 Ha (5,18%). Dari data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
38
tersebut, dapat diketahui bahwa 55,21 % wilayah Desa Ngaglik telah banyak digunakan untuk pemukiman. Namun persawahan dan ladang masih banyak dijumpai. Sebagian masyarakat belum meninggalkan pola hidup pedesaan seperti berladang dan sawah. b. Keadaan Demografis Komposisi penduduk menurut umur dapat di golongkan secara garis besar menjadi 3 kategori, Usia Anak dan Remaja 0-14 tahun, Usia Dewasa (Produktif) 15-59 tahun dan Usia Tua (Tidak Produktif) yaitu usia 60 tahun keatas. Jumlah penduduk Desa Ngaglik menurut jenis kelamin dan golongan umur menurut data monografi tahun 2010 tercatat 3962 jiwa, dengan jumlah 832 kepala keluarga, laki-laki sebanyak 1997 jiwa dan wanita 1965 jiwa. Penduduk usia antara 0-4 tahun sebanyak 535 jiwa (13,50%), Penduduk usia antara 5-9 tahun adalah 196 jiwa (4,94%), Untuk rentang usia 10-14 tahun jumlah penduduknya 212 jiwa (5,35%), Sedang pada rentang usia 15-19 tahun jumlah penduduk 192 jiwa (4,84%). Penduduk usia antara 20-24 tahun berjumlah 174 jiwa (4,39%). Rentang usia penduduk pada usia 25-29 adalah 176 jiwa (4,44%). Penduduk pada rentang usia 30-39 tahun berjumlah 485 jiwa (12,24%). Usia antara 40-49 tahun ada 611 jiwa (15,42%). Penduduk pada rentang usia 50-59 tahun ada 929 jiwa (23,44%). Jumlah penduduk pada rentang usia 50-59 merupakan jumlah penduduk terbesar. Penduduk yang berusia 60 ke atas ada 452 jiwa (11,40%). Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa penduduk Desa Ngaglik sebagian besar merupakan golongan usia dewasa (usia produktif), yaitu sebanyak 2567 jiwa (64,80%), bila dibandingkan dengan usia muda yaitu 943 jiwa (23,80%) dan golongan usia tua atau usia non produktif yaitu 452 jiwa (11,40%). Golongan usia dewasa inilah yang mempunyai peran lebih besar dalam membangun dan memajukan desanya. Di Desa Ngaglik jumlah penduduk lebih besar jenis kelamin perempuan yaitu 1997 jiwa dibandingkan jumlah penduduk laki-laki yang berjumlah 1965 jiwa, namun hanya terpaut 0,80% saja.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
39
Menurut mata pencahariannya, jumlah penduduk Desa Ngaglik sebanyak 2739 orang, dikelompokkan sebagai berikut: penduduk sebagai petani sebanyak 1232 orang (44,97%), buruh tani sebanyak 199 orang (7,26%), buruh atau swasta sebanyak 75 orang (2,73%), pegawai negeri sebanyak 31 orang (1,13%), pedagang sebanyak 445 orang (16,24%), peternak sebanyak 5 orang (0,18%), montir sebanyak 1 orang (0,036%), pengusaha sebanyak 4 orang (0,14%), ABRI sebanyak 2 orang (0,073%), pensiunan sebanyak 16 orang (0,58%), dan tenaga kesehatan sebanyak 4 orang (0,14%). Di samping itu penduduk Desa Ngaglik yang tidak memiliki lahan pertanian melakukan mobilitas keluar desa seperti merantau atau “boro”, Hal ini disebabkan karena rata-rata kepemilikan sawah sempit sehingga tidak dapat diandalkan untuk perekonomian keluarga. Menurut data monografi Desa Ngaglik tahun 2010 penduduk yang merantau atau “boro” ada 467 jiwa terdiri dari 306 (11,17%) laki-laki dan 161 (5,87%) perempuan. Menurut data Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Ngaglik tahun 2008, penduduk yang bermata pencaharian sebagai pengrajin mainan anak sebanyak 725 orang (26,46%). Namun pada waktu tertentu misalnya menjelang tahun baru atau lebaran jumlah orang yang membuat terompet dapat meningkat menjadi 3 (tiga) kali lipat dari biasanya. Sebab pada waktu tersebut masyarakat memprioritaskan membuat terompet dan menjual ke kota-kota di hampir seluruh wilayah nusantara.
c. Sarana dan Prasarana Desa Ngaglik 1) Sarana Komunikasi dan Transportasi Komunikasi dan transportasi sangat penting bagi kemajuan dan lancarnya kegiatan penduduk di suatu daerah. Sarana komunikasi yang ada di desa ini telah cukup baik antara lain sudah terdapat televisi sebanyak 782 unit, radio 51 unit, HP dan Warung Telekomunikasi (Wartel). Sarana komunikasi yang ada didukung pula dengan tersedianya sarana transportasi yang cukup memadai, secara umum fasilitas jalan yang ada di Desa Ngaglik relatif baik. Semua jalan menuju Desa Ngaglik sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
40
beraspal. Bahkan antara Desa Ngaglik dengan desa-desa lain di sekitarnya telah dihubungkan oleh jalan-jalan beraspal, sehingga hubungan antar desa lancar karena dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, baik itu kendaraan pribadi maupun angkutan umum berupa colt sebanyak 25 buah. 2) Sarana Keagamaan Menurut sumber yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) tahun 2009, sarana keagamaan yang dimiliki oleh Desa Ngaglik adalah 8 buah masjid dan 2 buah mushola, yang tersebar di seluruh wilayah desa. Banyaknya masjid dan mushola menunjukkan bahwa penduduknya mayoritas beragama Islam sebanyak 3952 orang (99,74%) sedangkan pemeluk agama Kristen sebanyak 10 orang (0,25%). 3) Sarana Kesehatan Sarana kesehatan di Desa Ngaglik terdapat 4 buah Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) sebagai pusat pelayanan kesehatan terutama ibuibu yang akan menimbang berat badan anak, suntik imunisasi maupun ingin mengetahui informasi tentang kesehatan ibu dan bayi dan 1 buah poliklinik milik seorang bidan desa. Sedangkan tenaga kesehatan yaitu seorang paramedis, seorang bidan desa dan 2 dukun terlatih. Dengan minimnya sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang tersedia maka belum memenuhi kebutuhan seluruh warga akan akses kesehatan, sehingga kalau ada warga desa yang mendadak sakit mereka berobat ke rumah sakit yang terletak di ibukota kabupaten yang jaraknya lebih kurang 46 km. 4) Sarana Pendidikan Desa Ngaglik memiliki prasarana pendidikan berupa 3 buah Taman Kanak-kanak (TK) dengan 6 tenaga pengajar, 3 buah Sekolah Dasar (SD) dengan 18 tenaga pengajar dan 3 buah Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) dengan 8 tenaga pengajar. Keterbatasan prasarana pendidikan di desa membuat tingkat pendidikan formal masih sangat rendah. Menurut Data Monografi Desa Ngaglik tahun 2010, jumlah lulusan Sekolah Dasar (SD)
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
41
sebesar 2154 jiwa (54,36%), jauh lebih tinggi dari jumlah penduduk lulusan sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 462 jiwa (11,66%) dan lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 271 jiwa (6,83%). Penduduk yang mampu menempuh hingga perguruan tinggi sebanyak 58 jiwa (1,46%), sedangkan untuk masyarakat yang yang belum tamat SD sebanyak 1.017 jiwa (25,66%). Dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat Desa Ngaglik belum mempunyai kesadaran tinggi tentang pentingnya pendidikan. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Ngaglik secara umum sangat berpengaruh dengan jenis pekerjaan yang diampu seperti petani, buruh, dan pengrajin.
5) Sarana Olah Raga dan Kesenian Sarana olah raga, Desa Ngaglik hanya mempunyai 1 lapangan sepak bola, 2 buah lapangan bulutangkis, 1 buah lapangan meja pingpong atau tenis meja dan lapangan volli sebanyak 3 buah. Jumlah ini terbilang sedikit bila dibandingkan dengan banyaknya jumlah penduduk desa, sehingga hendaknya prasarana olahraga yang ada perlu ditambah jumlahnya. Seni
merupakan
sesuatu
yang
sangat
berharga
untuk
dipertahankan. Keadaan masyarakat yang telah berkembang tidak mengikis kesenian dan kebudayaan yang masih tetap terjaga dengan baik. Fasilitas yang tersedia di Desa Ngaglik dalam rangka mengembangkan bakat seni masyarakat saat ini adalah sebuah kelompok Reog Ponorogo bernama ”Singo Joyo”. Selain itu, untuk menyambut event-event tertentu misalnya saat ada hajatan, di Desa Ngaglik sering mengadakan pertunjukan wayang semalam suntuk. Hal ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana pelestarian kebudayaan tradisional oleh warga masyarakat. 6) Sarana Perekonomian Untuk sarana perekonomian, di Desa Ngaglik hanya terdapat satu pasar dan khusus untuk pengrajin mainan ada sebuah pasar bernama Pasar Pahing yang juga menempati pasar induk. Pasar Pahing adalah pasar yang
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
42
menjual beraneka mainan anak yang hanya ada di waktu pagi dan setelah itu tidak ada lagi pasar kerajinan mainan di tempat tersebut. Di Pasar ini para pembeli mainan anak dari berbagai desa maupun luar kota dan pengrajin dari semua penjuru desa bertemu dan melakukan transaksi jual beli. Di Desa Ngaglik terdapat sebuah toko milik Pak US yang menjual berbagai macam bahan-bahan yang dibutuhkan oleh pengrajin topeng, pengrajin kitiran, dan pengrajin wayang kardus. Menjelang tahun baru Bapak US juga menyediakan pasokan bahan baku untuk membuat terompet tahun baru dalam skala besar. Selain sebagai pengrajin beliau juga menampung hasil kerajinan dari warga Desa Ngaglik dan menjualnya ke Kota Solo. Pak US adalah orang yang pertama kali membuat ide diadakan Pasar Paing, secara langsung beliau menceritakan awal mula terbentuknya pasar tersebut : ”kulo ingkang pertama kali memprakarsai adanya Pasar Pahing, mboten enten campur tangan pemerintah, murni ide kulo, wiwite nggeh tahun 87, sejarahe ngeten mbak, pertama mriki kan kathah pengrajin, jaman semonten wong-wong kan kathah sing pesen perorangan, orang kota kan kalau mencari pengrajin kerumahrumah mesakke, nopo malih pengrajine mboten mesti enten griyo, kadang enten kadang boro teng kota, mboten ajeg, agar pengrajin dan pembeli bisa bertemu saya punya ide membuat Pasar Pahing itu, kalau saya sendiri juga bisa dikatakan pengrajin dan pedagang ning kulo namung damel terompet nek tahun baru, kalau dipasar saya juga menjual hasil mainan buatan pabrik, kulakanya dari Solo, pengrajin mriki sami melu-melu dodol kerajinane teng pasar, jadi kalau ada pembeli dari kota atau dari mana saja langsung bisa njujug pasar, kalau dirumah saya juga menerima dan menampung hasil kerajinan mereka untuk saya setorkan kesolo, jadi barter mbak, saya membawa hasil kerajinan dari desa sini dan membeli mainan-mainan buatan pabrik, saya juga menyediakan bahan-bahan keperluan pengrajin seperti karton, cat, peralatan dan lain sebagainya”(Saya yang pertama kali memprakarsai adanya Pasar Pahing, tidak ada campur tangan pemerintah, murni ide saya, mulainya tahun 87, sejarahnya begini mbak, pertama sini kan banyak pengrajin, jaman dulu kan banyak orang yang pesen perorangan, orang kota kan kalau mencari pengrajin kerumah-rumah kasihan, apalagi pengrajinya tidak pasti ada dirumah, kadang ada kadang merantau ke kota, tidak pasti,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
43
agar pengrajin dan pembeli bisa bertemu saya punya ide membuat Pasar Pahing itu, kalau saya sendiri juga pengrajin dan pedagang tapi saya hanya membuat terompet tahun baru, kalau dipasar saya juga menjual hasil mainan buatan pabrik, kulakanya dari Solo, pengrajin disini ikut-ikutan berjualan kerajinanya dipasar, jadi kalau ada pembeli langsung bisa pergi pasar, kalau dirumah saya menerima dan menampung hasil kerajinan mereka untuk saya setorkan kesolo, jadi barter mbak, saya membawa hasil kerajinan dari desa sini dan membeli mainan-mainan buatan pabrik, saya juga menyediakan bahan-bahan keperluan pengrajin seperti karton, cat, peralatan dan lain sebagainya). (W/US/23/ 05/2010) Sedangkan di ibukota kecamatan tepatnya di depan Pasar Bulukerto terdapat empat toko yang menjual bahan-bahan yang dibutuhkan pengrajin seperti cat, lem dan alat-alat kerajinan. Satu toko diantaranya menampung dan menjual hasil kerajinan pengrajin dalam bentuk sudah jadi. Di Desa Ngaglik juga terdapat 16 buah warung kelontong dan badan usaha sejenis koperasi sebanyak 29 buah.
d. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Ngaglik Masyarakat Desa Ngaglik termasuk masyarakat yang relatif masih bersifat homogen dengan latar belakang yang sama, baik secara budaya, etnis maupun dalam pola kehidupan sehari-hari sebagai masyarakat. Sebagian besar masyarakat masih melestarikan budaya Jawa yang masih melekat kuat, seperti gotong royong, kekeluargaan dan acara-acara tradisi yang dilakukan masyarakat. Meskipun masyarakat mempunyai homogenitas, namun tidak seluruhnya mempunyai keseragaman. Hal ini menyebabkan adanya golongan masyarakat tradisional dan modern. Golongan masyarakat tradisional masih memegang teguh berbagai ritual adat peninggalan nenek moyang dan masih percaya terhadap hal-hal yang bersifat takhayul atau hal-hal yang berbau mistis. Pemberian sesaji pada saat pelaksanaan hajatan seperti prosesi perkawinan, khitanan, peringatan kematian, mendirikan rumah merupakan suatu hal yang tidak boleh ditinggalkan. Tujuan pemberian sesaji pada saat hajatan adalah untuk mendapatkan restu atau memohon kepada arwah para
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
44
leluhur yang sudah meninggal. Selain pemberian sesaji dalam hajatan, di Desa Ngaglik masih banyak ditemukan upacara adat yang masih ada dalam siklus kehidupan manusia mulai dari kelahiran sampai kematian. Upacara yang dimaksud antara lain mitoni, sunatan, midodareni, tedak siti, selapanan, telungdinanan/3 hari, pitungdinanan/7 hari, patangpuluh dinanan/40 hari, nyatus/100hari, nyewu/1000hari, mendhak pisan/35 hari setelah diadakan 1000 hari, mendhak pindho/35 hari kemudian dari diadakanya mendhakpisan, ruwatan. Meskipun demikian, ada masyarakat yang sudah mulai meninggalkan ritual-ritual yang berkaitan dengan hal-hal mistis yang pada umumnya mereka adalah anggota masyarakat yang mengenyam pendidikan tinggi dan orangorang yang seringkali merantau atau “boro”. Namun mereka belum sepenuhnya meninggalkan ritual adat yang masih dianut oleh sebagian besar masyarakat Desa Ngaglik, ada yang tetap mengikuti acara tradisi karena ikutikutan atau karena sungkan terhadap tetangga sekitar dan ada yang tetap mengikuti ritual adat karena mereka berpandangan bahwa ritual adat merupakan warisan nenek moyang yang harus dilestarikan. Hanya saja mereka melakukan perubahan sedikit demi sedikit dan menghilangkan unsur-unsur yang dianggap kurang masuk akal. Contohnya sudah tidak melakukan sesaji pada malam jumat, sudah tidak menaruh makanan di bawah pohon beringin meskipun diantara mereka masih melakukan tradisi nyekar dimakam (ziarah kemakam) dan panggang tumpeng (makan bersama setelah ziarah ke makam)
2. Sejarah Munculnya Kerajinan Mainan di Desa Ngaglik Sejarah adanya aktivitas membuat kerajinan mainan anak dapat diketahui secara pasti dari informasi warga setempat. Pak KR adalah warga Desa Ngaglik yang juga merupakan orang yang pertama kali membuat terompet di Indonesia, ia mendapat ide membuat terompet saat berkunjung ke pelabuhan perak Surabaya dan mendengar bunyi klakson kapal tepat jam 12 malam. Namun terompet yang dibuat masih sangat sederhana dan belum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
45
menggunakan variasi model seperti saat ini. Berikut penuturan dari Pak KR terkait dengan ide pembuatan terompet. ”Menawi terompet, riyen piyambak ingkang damel ide kulo mbak, jaman kolo rumiyin rikolo kulo dereng damel, sumerep kulo pas mlampah-mlampah dateng Suroboyo. Maen-maen dateng pelabuhan perak, bareng ngoten kulo ndik semanten jam 12 dalu mireng sedoyo klakson-klakson kapal-kapal meniko diungelke sedoyo pas jam 12 niku, la kulo terus mikir mekaten mbak, tahun baru wong mlaku, ngepit numpak motor luar biasa arak-arakipun, entene namung gembira senang, langsung kulo sanjang kalih rencang kulo ngajak damel slompret. Dados kulo damel slompret sepindahan dereng manggeake alat-alat, variasi kados jaman sakniki, namung damel gek kulo lonteng-lonteng kertas emas biasa niku le mbak.”(Kalau terompet, pertama kali yang buat ide saya mbak, jaman dulu saat saya belum buat, setahu saya pas jalan-jalan ke Surabaya. Main-main ke pelabuhan perak, habis itu saya jam 12 malam mendengar semua klakson-klakson kapal itu dibunyikan semua pas jam 12 itu, terus saya berpikir begini mbak, tahun baru orang jalan, naek sepeda motor luar biasa arak-arakanya, yang ada hanya gembira senang, langsung saya berbicara dengan dua teman saya ajak buat terompet. Jadi saya buat terompet pertama kali tidak menggunakan alat-alat, variasi seperti jaman sekarang, hanya saya beri kertas emas biasa itu lo mbak). (W/KR/5/6/10) Menurut Pak SN, selaku sekretaris desa menjelaskan awal mula munculnya kerajinan mainan anak yaitu wayang kardus dari tetangganya yang bernama Mbah Dikromo. Dimata Pak SN, Mbah Dikromo adalah seorang pekerja keras dan senang merantau, setelah selesai bertanam padi di sawah ia pergi ke kota untuk berdagang. Berikut penuturan Pak SN : ”Mainan wayang kardus ada sejak tahun 50an, atas prakarsa Mbah Dikromo, Mbah Dikromo niku priyayine kecil, dia seorang petani, tapi sekarang sudah meninggal, beliau anaknya banyak ada 9 orang, biasanya setelah selesai bertani, yang namanya bertanikan dikerjakan sebulan sudah selesai, nah waktu luangnya setiap selesai pertanian tandur itu nanti yang mengurus istrinya yang dirumah, piyambakipun dodol opak kalung, opak kalung itu krupuk yang dikanteti pakai serat nanas itu dan dijual, dodole niku berjalan kaki wiwid saking desa mriki sampe Magetan, Madiun, Nganjuk, Mojokerto sampe Surabaya. Jalan kaki sambil jualan itu kata beliau enak, hari ini jualan sampai dimana, capek ya tidur dipasar atau mushola esoknya jualan lagi kan sambil jalan, trus dapat uang kan enak saja. La niku nanti sampe 1-2 bulan pulang garap tanah pertanian lagi. La awalnya seperti itu mbak,
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
46
trus lama-lama ditambahi mainan anak-anak berupa kitiran-kitiran trus ditambahi lagi wayang kardus cuma tidak disungging cuma diguntingi, waktu itu belum ada tatah sungging. Lama-lama kok payu, la trus ada orang lain yang melu-melu bakul dolanan, trus suwe-suwe hampir wong Jomblang itu sebagian besar dagang mainan anak.” (Mainan wayang kardus dulu ada sejak tahun 50an, atas prakarsa Mbah Dikromo, Mbah Dikromo itu orangnya kecil, ia seorang petani, tapi sekarang sudah meninggal, ia anaknya banyak ada 9 orang, biasanya setelah selesai bertani, yang namanya bertanikan dikerjakan sebulan sudah selesai, nah waktu luangnya setiap selesai pertanian itu nanti yang mengurus istrinya yang dirumah, dirinya berjualan opak kalung, opak kalung itu krupuk yang diikat pakai serat nanas itu dijual, jualanya itu berjalan kaki mulai dari desa ini sampe Magetan, Madiun, Nganjuk, Mojokerto sampe Surabaya. Jalan kaki sambil berjualan itu kata beliau enak, hari ini jualan sampai dimana, capek ya tidur dipasar atau mushola esoknya jualan lagi kan sambil jalan, trus dapat uang kan enak saja. Sampe 1-2 bulan pulang mengerjakan tanah pertanian lagi. Awalnya seperti itu mbak, trus lama-lama ditambahi mainan anak-anak berupa kitiran-kitiran trus ditambahi lagi wayang kardus hanya tidak disungging hanya diguntingi, waktu itu belum ada tatah sungging. Lama-lama kok, terus ada orang lain yang ikut ikutan berjualan mainan, lama-lama hampir orang Jomblang itu sebagian besar dagang mainan anak). (W/SN/20/3/10) Sedangkan Pak YN mengatakan bahwa kerajinan mainan ini berasal dari orang tua yang diajarkan secara turun temurun. Seperti yang dijelaskan oleh Pak Yn : ”Ketrampilan saking bapak, tapi kulo ket alit pun remen wayang, tapi riyin damel wayang alit saking kardus, pewarnane namung saking somo, cet cemeng niku namung ngangge langges tintir niku, lemipu namung saking tlutuh mahoni nek sakniki lak pun ngangge pernis, cat nggeh pun kathah.”( Ketrampilan dari bapak, tapi saya dari kecil sudah suka wayang, tapi dulu buat wayang kecil dari kardus, pewarnanya hanya dari teres, cat hitam itu hanya dari langes lampu teplok, lemnya hanya dari getah mahoni, kalau sekarang kan sudah memakai pernis, cat juga sudah banyak).(W/YN/3/6/2010) Berbeda lagi dengan Ibu PM yang mengenal dan memperoleh ketrampilan membuat mainan berasal dari temannya. Terkait dengan hal tersebut Ibu PM menjelaskan :
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
47
”Riyin enten tiyang engkang marahi kulo mbak, tapi mireng-mireng tiyange malah pun mboten damel niki, tiyange malah kesah teng Jakarta, ketrampilan niki nggeh sing muruki niku, nggeh namung getok tular mekaten gampilane, geh kulo lajengake ngantos semriki niki mbak.”(Dulu ada orang yang mengajari saya mbak, tapi saya mendengar orangnya malah sudah tidak membuat topeng, orangnya malah pergi ke Jakarta, ketrampilan ini yang mengajari orang itu, ya namanya getok tular, ya saya lanjutkan sampai sekarang).(W/PM/5 /6/2010) Begitu juga yang dikatakan Pak BJ bahwa ketrampilan membuat mainan anak diperoleh dari temannya. ”Ketrampilan niki saking rencang kulo, riyin pas enten perlombaan teng kampung gek kulo diajari damel wayang niki, amargi corekane kulo sae nggeh kulo sade, dugi semriki niki.“(Ketrampilan ini dari teman saya, dulu pas ada perlombaan di kampung terus saya diajari membuat wayang ini, karena buatan saya bagus ya saya jual, sampai sekarang ini).(W/BJ/4/6/2010) Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah munculnya kerajinan mainan dibagi menjadi tiga. Yang pertama kerajinan mainan anak adalah bakat yang diturunkan secara turun temurun. Yang kedua kerajinan mainan berupa terompet tahun baru dan wayang diperoleh karena ide tiba-tiba saat seseorang merantau atau ”boro”. Yang ketiga ketrampilan membuat kerajinan mainan diperoleh dari teman atau ”getok tular”. B. Deskripsi Permasalahan Penelitian Deskripsi hasil dan analisis penelitian dimaksudkan untuk menyajikan data yang dimiliki sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini yaitu kehidupan sosial ekonomi pengrajin mainan di Desa Ngaglik Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri di dalamnya akan disajikan tentang relasi sosial dan strategi bertahan masyarakat pengrajin mainan. Adapun nama dari subyek penelitian di bawah ini merupakan inisial dari nama sebenarnya.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
48
1. Relasi Sosial Masyarakat Pengrajin Mainan Masyarakat yang menempati suatu wilayah tidak lepas dari relasi sosial dengan sesama. Mereka saling membutuhkan satu sama lain, saling berinteraksi dan menjalin komunikasi. Begitu juga yang terjadi pada masyarakat di Desa Ngaglik Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri. Masyarakat tersebut berhubungan dengan orang lain
yang ada di
lingkungannya, yaitu lingkungan tempat tinggal dan menjalin relasi dengan masyarakat sekitar, relasi sosial yang terjalin dengan sesama pengrajin, relasi yang terjalin dengan pembeli, relasi dengan aparat pemerintah yang terkait a. Relasi Sosial yang Terjalin Antara Masyarakat Pengrajin dengan Masyarakat Sekitar Pertama, relasi sosial tidak hanya terjadi di lingkungan keluarga tetapi juga dengan lingkungan masyarakat tempat tinggal. Tetangga merupakan orang yang dapat memberi bantuan pertama kali saat musibah datang menimpa. Inilah yang membedakan antara masyarakat kota dengan masyarakat desa untuk kemasyarakatan. Berbagai macam kegiatan gotong royong dan perkumpulan masih terjaga dan berjalan baik di Desa Ngaglik. Hal tersebut dipertegas oleh pernyataan Pak SN selaku Sekretaris Desa “Disini ada gotong royong membersihkan lingkungan, gotong royong memperbaiki jalan yang dilaksanakan setiap hari minggu, ada juga gotong royong 1 kelompok RT seperti rukun kematian artinya kalau ada warga RT ada yang meninggal, ya sudah ada gandengan kepaten ini, RT yang lain membuatkan tempat, biasanya dana diambil dari rukun kematian (RUKEM) cuma memang tidak teradministrasi dengan baik, dana harus selalu ada dan tidak pernah terlambat karena ada dana cadangan, dana tersebut dari semua warga RT, kalau untuk pesta perkawinan atau mantu pasti hampir bisa dipastikan 1 kampung ada dirumah semua, meskipun itu bukan peraturan tertulis tapi kan itu hubunganya dengan sosial kemasyarakatan, artinya kan gantian nanti, jadi kalau tidak datang ada perasaan rikuh pakewuh, kan hubunganya dengan perasaan. Beda dengan kota, diundang saja kadang tidak datang sekalipun ”tepung ropoh” atau tetangga kalau tidak diundang juga tidak akan datang. Kalau disini benten, kalau ada yang punya kerja, punya hajatan itu masing-masing anggota keluarga sudah punya masing-masing pekerjaan sendiri-sendiri, yang biasanya jadi craki dhahar ya dah siap, biasanya jadi craki snaks ya siap, jadi sinoman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
49
sudah ada dan among tamu juga sudah ada sendiri. Tapi kalau pekerjaan yang sifatnya terus menerus dan banyak itu sekarang sudah memakai tenaga bayaran misalnya isah-isah piring, ndamel wedang sebab biasanya kalau orang punya kerja tidak cukup 1 hari, hari pertama dan hari kedua pasti 2 hari jadi pekerjaan-pekerjaan yang banyak, berat, terus menerus dan kontinyu harus menggunakan tenaga bayaran, tenaga yang digunakan juga ada yang dari warga sekitar tapi kalau tidak ada ya mencari diluar desa, sebab biasanya orang punya kerja didesa itu kan bareng-bareng hari baik apalagi kalau hari besar rame sekali. Suro leren, Sapar enten, Mulud leren, Bakdomulud rame, Jumadil awal leren, Jumadil Akhir rame, Rejeb ruwah rame terus, Poso leren, Bakdho/Julhijah rame, Selo leren, Besar niku paling rame soale mau menginjak Suro. Untuk tenaga yang menyinom ya paling tidak 2 hari, biasanya 1 kelompok misalnya 1 kelompok 1 RW atau 2 RT, jadi warga disitu hampir bisa dipastikan ikut kalaupun ada di Jakarta, Surabaya, Semarang, Kalimantan pasti pulang kampung. Itu kan gotong royong yang tidak bisa ditinggal, tidak bisa diganti ya hajatan itu, yang tidak membisakan kita sendiri bukan karena intruksi, bukan karena perintah, jadi atas kesadaran sendiri. Bentuk sumbangan yang diberikan juga bermacam macam ada yang uang, ada yang uang dan barang, biasanya kalau ibu-ibu ya uang dan barang jadi memberi beras gulo, teh, mie, kelopo, kopi, tempe dan lain sebagainya ditambah uang. Tapi sekarang sudah banyak yang berwujud uang karena praktis, sebenarnya yang dibutuhkan orang punya kerja kan sumbangan uang itu buat bayar barang-barang sewaan. (W/SN/20/05/2010) Di lingkungan penelitian tepatnya di Desa Ngaglik Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri, masyarakat masih menjunjung adat kebersamaan yaitu gotong-royong. Mereka cenderung masih peduli dengan lingkungannya dan siap membantu saat tetangga mengalami kesusahan. Seperti pernyataan yang diungkapkan Pak KR : ”Enten tiyang merantau/boro utawi pun gadhah griyo teng kuthokutho menawi enten hajatan nggih sami mantuk mbak. Sumbanganipun dobel, menawi taksih keluarga raket meniko nggih arto taksih gulo, beras, klopo, teh lan sanesipun. Mboten kados kuthokutho lak namung arto menawi mriki taksih rewang nggih taksih noponopo.”(Ada orang merantau atau sudah punya rumah di kota-kota kalau ada hajatan pulang mbak, sumbanganya dobel, kalau masih keluarga dekat itu uang juga masih gula, beras, kelapa, teh dan sebagainya. Tidak seperti kota-kota hanya uang kalau di sini masih membantu tenaga dan juga masih membantu lain-lain).(W/KR/5/6/ 2010)
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
50
Hal senada diungkapkan oleh Pak BJ, dimana kemasyarakatan di desa tempat tinggalnya tidak hanya bantuan berbentuk materi saja melainkan juga tenaga. “Tiyang ndusun mbak, kemasyarakatane taksih sae. Rewang, arisan, kerja bakti taksih kathah.”(Orang desa mbak, kemasyarakatannya masih bagus. Bantu hajatan, arisan, kerja bakti masih banyak). (W/BJ/4/6/ 2010) Menurut Bu PM yang tinggal di Desa Ngaglik, di daerahnya masih terdapat gotong-royong. Misalnya, memberikan sumbangan beras dan tenaga kepada tetangga yang akan melaksanakan hajatan merupakan bentuk partisipasi atau bantuan kepada tetangga. Hal tersebut menunjukkan kerjasama yang sangat tinggi di pedesaan. Tidak hanya sumbangan dalam bentuk materi saja, tetapi juga dalam bentuk tenaga. Sumbangan tenaga dilakukan di lingkungan tempat tinggalnya, ia mendapat tugas di dapur yaitu memasak untuk tamu yang datang. “Nggih nek enten tiyang ewuh nggih rewang mbak, nggih kulo bagian saking niku, yen enten tiyang ewuh kulo bagian masak-masak.” (Kalau ada orang punya kerja ya membantu mbak, saya bagian dari itu, kalau ada orang yang punya kerja saya bagian memasak).(W/PM/6/6/2010) Ibu PM menyempatkan diri untuk membantu tetangga yang akan melaksanakan hajatan, meskipun kadang tidak diberi upah berwujud uang, ia menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat dan membantu tetangga merupakan kewajiban yang harus diutamakan karena suatu saat nanti bantuan tetangga akan diperlukan. Pernyataan di atas didukung oleh pendapat Pak KD yang bertempat tinggal di Dusun Bendo Desa Ngaglik, ia mengatakan bahwa gotong royong di desanya masih bagus dan menerapkan rukun tetangga. Setiap warga wajib saling tolong-menolong agar tidak dikucilkan oleh warga sekitarnya, kewajiban bantu membantu ini adalah suatu keharusan yang bersifat timbal balik. “Kalau ada yang punya hajatan pasti membantu, sumbanganya saged berupa barang atau uang, menawi 1 lingkup ada yang dobel jadi sembako dan uang, laki-laki dan perempuan sama saja, persiapan hajatan kan hampir 1 minggu, sinoman dan among tamu paling tidak 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
51
hari jadi mustahil sekali kalau semua dikerjakan sendiri, mriki kesosialanya dan kegotongroyonganya taksih mlampah, pirukunan, saling membantu, saling mengingatkan, membantu pikiran, tenaga ngantos nopo-nopo kemawon, ciri khas dusun nggih ngoten niku, mboten tumut ngoten niku termasuk tersingkir, dados asing, deweke menawi mangke enten kebutuhan nopo-nopo mboten enten sing mbiyantu.”(Kalau ada yang punya kerja pasti membantu, sumbanganya bisa berupa barang atau uang, kalau 1 lingkup ada yang dobel jadi sembako dan uang, laki-laki dan perempuan sama saja, persiapan hajatan kan hampir 1 minggu, sinoman dan among tamu paling tidak 2 hari jadi mustahil sekali kalau semua dikerjakan sendiri, disini kesosialannya dan kegotongroyonganya masih berjalan, kerukunan, saling membantu, saling mengingatkan, membantu pikiran, tenaga sampai apa saja, ciri khas desa ya seperti itu, kalau tidak ikut jadi tersingkir, jadi asing, kalau nanti dia ada kebutuhan tidak ada yang membantu).(W/KD/28/6/2010) Pernyataan di atas didukung oleh pendapat dari Pak US yang bertempat tinggal di Dusun Bendo Desa Ngaglik, ia sering ditunjuk untuk menerima tamu. ”Masyarakat desa masih ada rewang, among tamu, nek jagong ra oleh mbolos kalau among tamu ya sakrampunge acara.“(Masyarakat desa masih ada rewang, menyambut tamu, kalau ke tempat orang yang punya hajat tidak boleh ijin, kalau menjadi penyambut tamu ya sampai acara selesai). (W/US/23/05/2010) Setiap ada tetangga yang mempunyai hajatan seperti menikahkan atau mengkhitankan Pak US beserta istrinya mendapat bagian untuk menerima tamu. Menerima tamu dalam suatu hajatan merupakan kedudukan yang tinggi di desa, tidak sembarang orang mendapat tugas sebagai penerima tamu saat hajatan. Orang yang mendapatkan tugas tersebut biasanya memiliki kedudukan yang tinggi di desanya seperti RT, Kepala Desa atau orang yang memiliki kedudukan terhormat seperti guru, pengusaha, tokoh desa. Pak US memberikan bantuan materi berupa beras dan bantuan tenaga yaitu sebagai penerima tamu jika ada tetangganya yang melaksanakan hajatan, namun menurut penuturan Pak US sistem kerja di desa itu tidak praktis, berikut penuturanya : ”Sakjane neng ndeso niku nek diitung sistem kerjanya ga efisien mbak, neng nggeh ayem, wong kota ora kerjo yo ra mangan, nek nyang ndeso
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
52
kan iseh iso mangan opo wae, tiwul, jagung pokoknya hasil kebunya.“ (Sebenarnya orang desa kalau dihitung sistem kerjanya tidak efisien mbak, tapi ya tentram, orang kota tidak kerja ya tidak makan, kalau didesa kan masih bisa makan apa saja, tiwul, jagung pokoknya hasil kebunya)(W/US/23/05/2010) Hubungan dengan masyarakat tidak hanya membantu saat tetangga melaksanakan hajatan, tetapi juga kebersamaan lain seperti arisan dan pengajian rutin. Kegiatan arisan dan pengajian dilakukan Pak YN, ia adalah seorang pengrajin wayang kardus dan terompet yang berasal dari Desa Dusun Bendo Desa Ngaglik, meskipun hanya pulang dalam satu bulan sekali ia selalu menyempatkan berkumpul dengan bapak-bapak di sekitar rumahnya. Berikut penuturanya : ”Meski jarang bali, menawi wonten kumpul bapak-bapak mesti melu ko mbak, kulo tumut arisan, arisan ibu-ibu wonten, bapak-bapak nggeh wonten, yasinan hari Jumat menawi siang jatahe ibu-ibu, malem gantos bapak-bapak, mriki kathahipun kan sadeyan mainan dados menawi sing jaler kesah nggeh estri ingkang tumut kegiatan lingkungan kados arisan, bersih desa, menawi mboten didendo 5000 ewu sekali kerja bakti, karang taruna nggih wonten yogo kulo nderek perkumpulan pemuda niku, menawi tonggone ewuh ngeh sedanten sami mantuk mbak, dados sinoman kaliyan estri kulo, la niku sing wonten Jakarta mboten mantuk sami di gremengi mawon, tebiho nggeh kedah tumut sedanten, nek ewuh-ewuh ngoten niku rong RT malah mlumpuk mriko, griyo niku kosong, sumbangane nggeh dobel, menawi ndeso niku nggange ”senik” sing mbeto tiyang estri mangke disukani gulo, beras, teh, menawi dereng bak nggeh dikebaki mie, niku taksih nggange duit, jaler estri enten sing among tamu, pemuda dados sinoman, menawi teng besan nggeh tumut, menawi jaler estri tumut sedanten nggeh iuranipun 50 ewu. Mboten tumut ngeh pekewuh kale tonggo, ngoten niku lak gentosan mbak, kulo riyin pas ngantenan niku nggeh dibantu, untunge kulo namung ngepek tonggo, ibue niku lak namung cewek mriki, kulo nggeh asli mriki, mertua ken nggengeni griyo niki”.(Meski jarang pulang, kalau ada perkumpulan bapak-bapak pasti ikut mbak, saya ikut arisan, arisan ibu-ibu ada, bapak-bapak juga ada, yasinan hari Jumat kalau siang giliran ibu-ibu, malam giliran bapak-bapak, di sini kebanyakan jualan mainan jadi kalau suami pergi ya istri yang ikut kegiatan lingkungan seperti arisan, bersih desa, kalau tidak nanti didenda 5 ribu sekali kerja bakti, karang taruna juga ada, anak saya juga ikut perkumpulan pemuda itu, kalau tetangga punya kerja ya pulang mbak, jadi penyambut tamu dengan istri, itu ada yang di Jakarta tidak pulang jadi bahan gunjingan terus, jauhnya seperti apa ya harus ikut semua, kalau ada orang punya hajatan itu 2 RT malah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
53
berkumpul jadi satu, rumah kosong, sumbanganya dobel, kalau didesa memakai ”keranjang” yang bawa ibu-ibu nanti diberi gula, beras, teh, kalau belum penuh diberi mie, itu masih diberi uang, suami istri ada yang jadi penyambut tamu, pemuda jadi sinoman, kalau pergi ketempat besan ya ikut, kalau ikut semua suami istri iurannya 50 ribu. Tidak ikut juga tidak enak dengan tetangga, itu kan gantian mbak, saya dulu saat menikah juga dibantu, untungya saya cuma tetangga sendiri, istri saya kan hanya wanita asli sini, saya juga asli sini, terus mertua saya menyuruh menempati rumah ini.(W/YN/3/6/2010) Hal senada diungkapkan oleh Pak KD, hubungan dengan tetangga ia lakukan dengan mengikuti arisan, koperasi dan bersih desa, baginya kegiatan tersebut merupakan wujud kerukunan masyarakat. Kerukunan warga juga dapat dilihat saat ada pemilihan kepala desa, dimana tidak pernah terjadi permusuhan maupun keributan, semua warga menerima keputusan dengan bijaksana. ”Pemilihan kepala desa langsung slalu berjalan tertib dan aman, Kulo nggih tumut arisan RT, biasanya 1 lingkup suatu RT ada kegiatan sendiri-sendiri, ada kegiatan bersih-bersih, ada iuran Rp 200-1000 dikumpulkan lama-lama menjadi banyak dan dibelikan apa kebutuhan anggota misalnya seragam, jimpitan juga masih ada tiap hari Rp 100 dimasukan dibambu-bambu depan rumah itu mbak la nanti sore diambil. Kalau koperasi saya juga ikut, iuranya hanya Rp 10.000 mboten sah kathah-kathah sing penting mengikuti kegiatan lingkungan, kegiatan ini kan bisa menguyupkan 1 lingkup, seandainya ada permasalahan lingkungan kan bisa di bicarakan bersama biar tidak berdiri sendiri, mandiri ya bagus untuk usaha tapi kalau berdiri sendiri dan tidak mengikuti perkumpulan atau pirukunan kan kurang pas.”(Pemilihan kepala desa secara langsung dan selalu berjalan tertib dan aman. Saya juga ikut arisan RT, biasanya 1 lingkup suatu RT ada kegiatan sendiri-sendiri, ada kegiatan bersih-bersih, ada iuran Rp 2001000 dikumpulkan lama-lama menjadi banyak dan dibelikan apa kebutuhan anggota, misalnya seragam, jimpitan juga masih ada tiap hari Rp 100 dimasukan dibambu-bambu depan rumah itu mbak nanti sore diambil, kalau koperasi saya juga ikut, iuranya hanya Rp 10.000 tidak perlu banyak-banyak yang penting mengikuti kegiatan lingkungan, kegiatan ini kan bisa menguyupkan 1 lingkup, seandainya ada permasalahan lingkungan bisa di bicarakan bersama biar tidak berdiri sendiri, mandiri ya bagus untuk usaha tapi kalau berdiri sendiri dan tidak mengikuti perkumpulan atau kerukunan kan kurang pas). (W/KD/28/6/2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
54
Kegiatan lingkungan yang juga dapat mengakrabkan masyarakat desa adalah membersihkan desa maupun memperbaiki sarana prasarana desa, setiap 17 Agustus diadakan tirakatan, tapi kegiatan bersih desa dilaksanakan rutin setiap satu bulan sekali dan wajib diikuti oleh semua warga. Biasanya lakilaki yang bekerja membersihkan desa sedangkan wanita menyiapkan makanan dan minuman. ”Mriki gotong-royong taksih sae mbak, menawi mboten tumut didendo Rp.5000,00, damel pager niki nggih dibantu warga, kulo nopo mampu nyewo tukang, kerja bakti menawi mboten nyang didendo mbak, mangke dendane dikempalaken.”(Disini gotong-royong masih bagus mbak, kalau tidak ikut didenda Rp.5000,00, buat pagar itu juga dibantu warga, saya apa mampu membayar tukang, kerja bakti kalau tidak ikut didenda mbak, nanti dendanya dikumpulkan) (W/PM/5 Juni 2010) Untuk Pak PN yang bertempat tinggal di Dusun Dagangan, hubungan dengan masyarakat selain membantu tetangga dalam hajatan dan ikut serta dalam arisan. Ia juga mengikuti kegiatan gotong-royong mendirikan rumah atau ’sambatan“. Setiap warga boleh membantu dalam wujud barang seperti semen, pasir, batu bata dan lain sebagainya atau membantu tenaga seperti penuturan Pak PN :
”Niki tetanggi sebelah mbagun omah, tiyang dusun nggeh ngeten niki mbak, enten sambatan, kulo nggeh tumut kumpul warga, wonten arisan nggeh tumut, koperasi RT kulo nggeh tumut mbak, enten hajatan nggeh tumut, sing penting rukun kaleh tetanggi,menawi enten tetanggi mbangun rumah nggeh kedah tumut mbak, mboten saged maringi semen nggeh urun tenogo, panenan mboten kulo dol nggeh namung dingge piyambak kaliyan kabetahan lingkungan, mriki lak menawi enten tiyang mantu sing estri nyukani senik isi campur enten beras, gulo, teh ngoten niku taksih nyumbang, mengke menawi gantos mantu nggih gantos dibantu kaliyan diparingi niku, mriki menawi sing nyumbang tiyang estri jaler sedanten, menawi teng besan nggeh ditariki iuran, perorang 25ribu-30ribu, menawi mbeto tiyang 100 nggeh 25ribu x 100 orang, sing tumut jaler estri nggeh 50 ribu. Ngoten niku pun umum mbak, nek mboten maringi kan mesakke sing gadhah damel, njaluk ingon tok lak nggeh mboten sae. Nembe kolowingi teng Sukarjo mbak tiyang 200 mbeto 6 bus mini”. (Orang desa ya seperti ini mbak, ada sambatan, saya juga ikut kumpul warga, ada arisan juga ikut, koperasi RT saya juga ikut mbak, ada hajatan juga ikut, yang penting rukun dengan tetangga, kalau ada tetangga membangun rumah
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
55
ya ikut mbak, tidak bisa membelikan semen ya bantu tenaga, hasil panenan tidak saya jual hanya untuk kebutuhan sendiri dan kebutuhan lingkungan, disini kalau ada orang punya hajat yang perempuan memberikan keranjang isinya campur ada beras, gula, teh dan masih memberi uang, nanti kalau punya kerja juga akan dibantu dan juga beri bantuan, disini kalau menyumbang suami istri semua, kalau ketempat besan ditarik iuran, perorang 25 ribu-30 ribu, kalau bawa orang 100 ya 25ribu x 100 orang, yang ikut suami istri ya 50 ribu. Seperti itu sudah umum mbak, kalau tidak mengasih kan kasihan ya punya hajat, kalau hanya minta makan kan kurang pas. Baru kemaren ke Sukoharjo 200 orang bawa 6 bus mini).(W/PN/4/7/2010) Bagi Pak PN hubungan dengan tetangga harus dijaga, karena tetangga merupakan keluarga besar yang harus saling membantu. Kalau ada tetangga yang membangun rumah wajib membantu baik berupa material maupun tenaga. Hal senada juga diungkapkan oleh Mbak SW : ”Sambatan, pirukunan taksih sae, kondangan beyen dugi setahunan, ninggal nggeh dugi nyewunan, yasinan niku, enten tiyang gerah nggeh teng griyo sakit sareng-sareng sak lingkungan”(gotong-royong membuat rumah, kerukunan masih bagus, orang punya bayi sampai setahun, orang meninggal sampai acara seribu hari, yasinan itu, ada orang sakit ya kerumah sakit bersama-sama tetangga sekitar). (W/SW/4/7/2010) Namun
jika
benar-benar
berhalangan
hadir,
biasanya
warga
menitipkan sumbangan, misalnya saat anak sakit atau jarak yang terlalu jauh sehingga tidak memungkinkan untuk ikut. Seperti yang diungkapkan Pak BJ : ”Nitip sumbangan nggeh nate mbak, pas anak loro, la pripun meleh si bu nggeh nek ngebis adoh niku mabukkan, gek anak mboten purun ditilar“(titip sumbangan juga pernah, pas anak sakit, harus gimana lagi, istri saya kalau perjalanan jauh naik bus itu sering mabuk, terus anak tidak mau ditinggal) (W/BJ/4/6/2010) Selain menjalin relasi dengan mengikuti berbagai macam kegiatan kemasyarakatan, pengrajin juga menjalin relasi dengan penjual bambu. Ada dua jenis bambu yang biasa digunakan oleh masyarakat sekitar yaitu bambu wuluh dan bambu biasa. Bambu wuluh merupakan komponen utama dalam terompet dan mainan lainnya, bambu ini berdiameter sangat kecil dan bisa menghasilkan suara. Sedangkan bambu biasa digunakan untuk komponen dalam pembuatan wayang maupun kitiran. Dengan adanya kerajinan mainan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
56
berdampak juga terhadap masyarakat yang bukan bermata pencaharian sebagai pengrajin. Misalnya ada yang menjual bambu wuluh, menjual kertas bekas, menjual botol aqua bekas. Untuk penjual bambu wuluh ini hanya memasok setiap satu bulan sekali. Sedangkan bambu biasa bisa diperoleh sewaktu waktu sebab bambu ini mudah diperoleh dimana saja.
”Bahan bakunipun pring wuluh mbak, pun enten sing setor mriki, pringipun saking trenggalek, pun pasokan saking mriko ngangge trek, aslinipun sing bakul usaha pring nggih tiyang mriki tapi sing pados dugi Jawa Timur, pun diterke teng griyo.”(Bahan bakunya pring wuluh mbak, dah ada yang setor kesini, pringnya dari trenggalek, dah pasokan dari sana pake truk, sebenarnya yang jual bambu ini hanya orang sini tapi mencarinya sampai Jawa Timur, sudah diantar ke rumah).(W/KR/5/6/ 2010) Sedangkan Mbak SW membeli bambu untuk kerajinan wayangnya, bambu tersebut biasannya diperoleh dari tetangganya dengan harga perkodi Rp 5.000,00. ”Jane nggih pring niku kathah teng kebun, tapi bahune sing mboten wonten, mending kulo pesen mawon teng tonggo kulo niku, pun dadi pun di cat, reginipun per kodi Rp.5000,00“(Sebenarnya bambu itu banyak di kebun, tapi tenaganya yang tidak ada, lebih baik saya pesan saja di tetangga saya itu, sudah jadi sudah dicat, harganya per kodi Rp.5000,00). (W/SW/4/7/2010) Tidak berbeda jauh dengan ungkapan Pak LR, ia adalah seorang pengrajin mainan berupa kitiran, bahan baku diperolehnya dari pemulung dan pabrik. ”Kitiran niki lak namung ngangge agua bekas, kulo biasane tumbas saking bakul rosok-rosok lengganan kulo, pokoke kulakan aqua bekas niku saking bakul rosok-rosok niku utawi saking pemulung nggih saged, regine perkilo Rp.5000.00, tumbas teng Pasar Pahing nggeh saged malah pun dicat kari masang, menawi kertas kulo mbeto saking pabrik kertas teng Suroboyo, biasane kulo tumbas rong kwintal.“ (Mainan kitiran hanya dari aqua bekas, saya biasanya membeli dari penjual rosokan lengganan saya, pokoknya beli aqua bekas itu dari penjual rosokan itu atau dari pemulung juga bisa, harganya perkilo Rp 5000.00, beli di Pasar Pahing juga bisa malah sudah dicat tinggal memasang, kalau kertas saya membawa dari pabrik kertas di Surabaya, biasanya saya membeli 2 kg). (W/LR/3/7/2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
57
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa relasi diantara masyarakat tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang nampak pada masyarakat Desa Ngaglik yaitu ”gotong royong“. Adanya kebiasaan untuk kerja gotong royong diwujudkan dengan berbagai kegiatan diantaranya membantu tetangga yang melaksanakan hajatan baik berupa materi maupun dengan tenaga, mengikuti perkumpulan arisan, ibu PKK. Selain kedua kegiatan tersebut rukun masyarakat juga dapat diwujudkan dengan menjenguk tetangga yang sakit, melayat, pengajian rutin, kerja bakti menjaga kebersihan lingkungan, gotong royong mendirikan rumah (sambatan), membangun masjid desa, membagi dalm mengairi sawah-sawah, membangun jalan desa dan jembatan. Wujud nyata dari adanya relasi adalah adanya komunikasi dan saling bertegur sapa jika bertemu di mana saja. Relasi masyarakat sekitar dengan pengrajin juga diwujudkan dalam kegiatan perekonomian dimana masyarakat yang bukan bermata pencaharian sebagai pengrajin juga bisa merasakan manfaat dari berbagai kerajinan yang ada di Desa Ngaglik. Misalnya ada yang menjual bambu wuluh, menjual kertas bekas, menjual botol aqua bekas. Jadi secara tidak langsung kerajinan mainan ini juga membawa dampak positif bagi masyarakat yang bermata pencaharian diluar kerajinan. b. Relasi Sosial yang Terjalin Antara Pengrajin dengan Pengrajin Dalam suatu masyarakat khususnya pengrajin juga terjalin relasi, meskipun mereka memasarkan hasil kerajinannya sendiri-sendiri tetapi suatu waktu pasti juga akan berhubungan dengan pengrajin lain. Relasi yang terjalin dengan sesama pengrajin harus terjalin demi kebaikan bersama. Misalnya mereka dapat mengetahui perkembangan harga, sehingga tidak akan terjadi kerugian besar saat harga jual naik. Dengan menjaga relasi mereka akan saling membantu saat salah satu dari pengrajin kesulitan bahan baku dan kekurangan kerajinan mainan. Menurut Pak KR, relasi dengan sesama pengrajin terjalin sangat baik dan saling membantu. Berikut penuturanya : ”Pirukunanipun sesami pengrajin taksih sae mbak enten mriki, umpamanipun wonten bahan-bahan sajakipun radi telat, menawi wonten rencang angsal bahan meniko nggih digarap sareng-sareng,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
58
menawi kuwalahan ngih sakmampunipun mriki dados 5 kodi, tetangga dados 5 kodi mangke dikempalaken mekaten. Utawi pas ngepasi barang telas, nggih kulo woro-woro teng pengrajin sanesipun.” (Kerukunan sesama pengrajin disini masih bagus, misalnya ada bahanbahan yang telat datang, kalau ada teman yang dapat bahan tersebut ya dikerjakan bersama-sama, kalau tidak sanggup ya semampunya sini bisa 5 kodi, tetangga bisa 5 kodi nanti dikumpulkan. Atau pas barang habis, saya beritahu pengrajin lainya).(W/KR/5/6/2010) Hal serupa diungkapkan oleh Pak PN, tidak pernah ada konflik yang menyebabkan permusuhan diantara para pengrajin, bahkan bahan baku bisa diperoleh pengrajin dari pengrajin lain yang mempunyai cadangan bahan baku. ”Pengrajinipun mboten nate wonten konflik mbak, pun ngadahi pelanggan piyambak-piyambak, umpami niku kirang wayangipun malah kulo padoske mriko-mriko mangke disuwun mriki, mboten nate kok ngantos rebutan pelanggan, menawi kulo kekirangan bahan baku nggeh mendet riyen tenggene Pak Warto, Pak Warto niku kan pengrajin tapi nggeh gadhah toko, dados bon riyin mboten nopo-nopo, mbayare nek pun gadhah arto, sing penting niku beres, menawi enten bakul saking Solo niku nggeh kadang kulo peseni bahan baku, nggeh mesti dibetakke, tapi menawi cat mriki mawon pun kathah sing sadeyan.”(Pengrajinnya tidak pernah konflik mbak, sudah punya pelanggan sendiri-sendiri, misalnya disini kurang wayangnya malah saya carikan disana-sana, tidak pernah rebutan pelanggan, kalau saya kekurangan bahan baku ambil dulu di tempatnya Pak Warto, Pak Warto itu kan pengrajin tapi juga punya toko, jadi hutang dulu tidak apa-apa, membayarnya kalau sudah punya uang, yang penting beres. kalau ada pembeli dari Solo itu ya kadang saya pesen bahan baku, ya pasti dibawakan, tapi kalau cat disini sudah banyak yang menjual).(W/PN/4/7/ 2010) Pernyataan di atas diperkuat oleh pernyataan pak BJ, dimana setiap pembeli bebas memesan dimana saja, sesuai dengan keinginanya.
”Mriki sesama pengrajin akur mbak, mboten peh bakule langganan trus mboten angsal tumbas teng pengrajin sanesipun, nek kirang nggih kulo padoske teng rencang-rencang“(disini sesama pengrajin rukun mbak, meskipun langganan terus tidak boleh beli ke pengrajin lainya, kalau kurang ya saya carikan ke tempat teman-teman) (W/BJ/4/6/ 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
59
Sedangkan pernyataan yang diungkapkan oleh pak YN : ”Mriki coro pengrajin nggeh pun gadhah langanan piyambakpiyambak, enten kekirangan ngoten nggih kulo pendetke tenggene rencang, pelanggan piyambak niku menawi kulo ken mendet teng pengrajin sanesipun mboten purun, kecuali sing mendetke niku kulo.” (Di sini pengrajin sudah punya pelanggan sendiri-sendiri, ada kekurangan malah saya ambilkan ketempat teman, pelanggan sendiri kalau saya suruh mengambil ke pengrajin lainya tidak mau, kecuali yang mengambilkan saya sendiri).(W/YN/3/6/2010) Pak KD juga mengungkapkan hal yang serupa dimana pembeli bebas bertransaksi dengan siapapun yang sesuai dengan keinginannya, dan pengrajin yang kehabisan stok kerajinan bisa mengambil di pengrajin lain. ”Bakul saya datang kesini ingin membeli sekian kodi misalnya dia butuh 20 kodi dan dibutuhkan segera padahal saya cuma punya 15 kodi jadi yang 5 kodi saya suruh ambil di tempat teman saya, itu baru ndak papa, jadi sisteme menawi pengrajin sanesipun gadhah, gek mriki radi kirang malah disuwunke teng pengrajin sanesipun.... saya dulu sering mencari sendiri ke Solo, biaya 1 kelompok itu dibelikan bahan baku, nanti tinggal mengambil dirumah saya, kalau sekarang pundi-pundi wonten.”(Bakul saya datang kesini ingin membeli sekian kodi misalnya dia butuh 20 kodi dan dibutuhkan segera padahal saya hanya punya 15 kodi jadi yang 5 kodi saya suruh ambil di tempat teman saya, itu baru tidak apa-apa, jadi sistemnya kalau pengrajin lainya punya, terus saya kekurangan malah saya carikan dipengrajin lain... saya dulu sering mencari sendiri ke Solo, biaya 1 kelompok itu dibelikan bahan baku, nanti tinggal mengambil dirumah saya, kalau sekarang dimana-mana ada.”(W/KD/28/6/2010) Pak KD mengungkapkan bahwa hubungan dengan sesama pengrajin sama dengan hubungan yang terjalin dengan warga sekitar. Hal ini karena para pengrajin tersebut sudah puluhan tahun mengeluti profesi yang sama yaitu sebagai pengrajin mainan anak sehingga menggangap pengrajin lain sudah selayaknya mitra kerja dan bagian dari hidupnya. Diantara mereka saling memberi, dan mengutamakan kebersamaan sehingga jika terjadi konflik ataupun masalah dapat diselesaikan dengan musyawarah. Pak KD juga menambahkan bahwa
hubungan antara pengrajin dilengkapi dengan
paguyupan agar menjaga pasokan bahan baku tetap berjalan dengan lancar bahkan beliau rela untuk membeli bahan baku di kota dan menerima titipan
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
60
untuk membelikan bahan baku dari sesama pengrajin tanpa mencari laba untuk dirinya sendiri. Solidaritas tidak hanya ditunjukkan saat pengrajin berada dirumah namun juga ditunjukkan saat mereka menjual hasil kerajinan mainan terompet saat tahun baru tiba. Tidak ada pembagian lokasi, hanya saja lokasi atau wilayah berjualan yang sudah ditempati oleh kawan tidak akan ditempati lagi, mereka mencari tempat lain yang masih kosong. Bila ada pembeli, namun penjual sedang makan atau sholat, maka pengrajin itu bisa menitipkan barang daganganya pada teman sesama penjual mainan terompet tahun baru. Seperti yang diungkapkan oleh Pak BJ : “Sami-sami pados nafkah, ingkang sadeyan kathahipun namung tiyang mriki le mbak, pun sami tepang, mboten nate rebutan panggon, la menawi kulo tilar men saged nitip rencang, kulo tilar maem kaleh sholat mboten nopo-nopo“(Sama-sama mencari rejeki, yang jualan kebanyakan hanya orang sini mbak, jadi sudah mengenal, tidak pernah berebut tempat berjualan, kalau saya tinggal bisa menitip pada teman, saya tinggal makan dan sholat tidak apa-apa). (W/BJ/4/6/2010) Keakraban juga terjadi saat pergi ke kota untuk menjual hasil kerajinannya, biasanya mereka menyewa mobil sehingga bisa membicarakan semua hal mulai dari sekolah anak, laba yang diharapkan dan lain sebagainya. Seperti yang diutarakan Pak YN :
”Kulo menawi sadeyan wayang teng Suroboyo pun langganan tiyang travel mbak, namung warga Bulukerto mriki, biasane nggeh piyambak tapi kadang kolo nggeh patungan kaleh rencang, harga saged dinego menawi pun langganan dangu, menawi pas tahun baru nggeh sedanten tiyang mriki rombongan sak-sakke numpak nopo, bus nggeh saged, truk nggeh purun, kemruyuk niko tur sel-selan ning gayeng mbak, crito nopo mawon reti-reti pun dugi panggenan”(Saya kalau berjualan wayang di Surabaya sudah berlangganan orang travel sini mbak, hanya orang Bulukerto sini, biasanya sendirian tapi kadang juga iuran dengan teman, harga bisa diskon kalau sudah langganan lama, kalau pas tahun baru ya semua orang sini rombongan terserah naik apa, bus juga bisa, truk juga mau, ramai dan berdesak-desakan tapi senang mbak, bercerita apa saja lama-lama sudah sampai tempat tujuan). (W/YN/3/6/2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
61
Pak YN juga berkata ia sangat akrab dengan pengrajin lainya sehingga jika ada informasi yang belum diketahui Pak YN, dapat diperoleh melalui teman-temannya sesama pengrajin. ”Kulo tepang sedanten pengrajin wayang ingkang sadeyan teng Suroboyo, pun dangu le kekancan niku, pengrajin wayang kados kulo kathahipun saking Jogja, tapi ingkang mangkal namung kulo, sanesipun keliling, menawi lewat ngoten nggih mampir, kadang maringi informasi enten tanggapan wayang teng daerah pundi” (Saya kenal semua pengrajin wayang yang berjualan di Surabaya, sudah lama berteman, pengrajin wayang seperti saya ini kebanyakan dari Jogja, tapi yang mangkal hanya saya, lainya keliling, kalau lewat sering mampir, kadang memberi informasi ada tangapan wayang di daerah mana).(W/YN/3/6/2010) Dari berbagi pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa relasi dengan sesama pengrajin tidak kalah penting dibandingkan relasi dengan sesama masyarakat sekitar. Pertama, relasi antara pengrajin tersebut dapat dilihat dari wujud yang paling ringan yaitu adanya komunikasi diantara mereka saat ada pertemuan informal seperti berbincang-bincang di dalam mobil ketika menghadiri acara hajatan, menjenguk orang sakit dan saat menjual hasil kerajinannya ke kota. Saling bertegur sapa jika bertemu maupun berkunjung kerumah jika mengalami kesulitan bahan baku. Memesan bahan baku kepada pengrajin lain yang ingin membeli bahan baku di kota dan saling pengertian maupun saling menghormati jika sedang berjualan terompet tahun baru. Terdapat juga pertukaran informasi antar pengrajin jika ada event-event tertentu di kota. Kedua, ada juga pengrajin sekaligus pedagang yang menjual berbagai macam bahan-bahan kerajinan yang memberikan pelayanan terhadap sesama pengrajin. Bentuk pelayanannya yaitu dengan cara memberikan hutang. Jadi pengrajin bisa mengambil bahan-bahan kerajinan kemudian tidak langsung membayarnya (ngalap-nyaur). Ketiga, menurut observasi penulis saat berada di Pasar Pahing, ada juga pengrajin yang menitipkan barang dagangannya jika ada keperluan mendadak sehingga ia tetap bisa menjual hasil kerajinan melalui bantuan temannya.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
62
c. Relasi Sosial yang Terjalin Antara Pengrajin dengan Pembeli Dalam masyarakat pengrajin tentunya berhubungan dengan pembeli, antara pengrajin dan pembeli ada relasi yang tidak dipisahkan sebab keduanya saling berhubungan. Setiap pengrajin mempunyai pembeli atau pelanggan sendiri-sendiri,
biasannya
pengrajin
meminta
tolong
pada
pembeli
langganannya untuk membelikan bahan keperluan pengrajin, seperti yang diungkapkan oleh Pak KD : ”Kulo kagungan bakul langganan saking Solo ingkang munduti wayang kulo la niku nggih betake bahan-bahanipun saking Solo langsung, dados kalih mendet wayange nggih kaleh dibetakke bahan bakune, dados sisan lakune, kaleh mendet nggih kaleh numbaske bahan-bahan saking solo, daripada tumbas dewe kan rodo larang belum transportnya, kan sekeco saking mriko nggeh dibetakke karton, cat, brome (pewarna seperti emas), dados bahan baku ingkang ketinggale mriki awis dibetakke langsung saking Solo, kalau sekarang pundi-pudi wonten, daripada buang-buang waktu, tenaga saya beli bahan baku hanya titip bakul kulo, saya trimakasih banget sama bakul kulo niku.” (Saya punya langganan pembeli dari Solo yang membeli wayang saya, juga membawakan bahan-bahanya langsung dari Solo, jadi sekalian mengambil wayangnya juga sekalian membawakan bahan bakunya, jadi sekalian, mengambil dan sekalian membelikan bahanbahan dari Solo, daripada beli sendiri kan sedikit mahal belum transportnya, lebih baik dari sana di bawakan karton, cat, brome (pewarna seperti emas), jadi bahan baku yang terlihat mahal disini dibawakan langsung dari Solo, kalau sekarang dimana-mana ada, daripada membuang waktu, tenaga, saya beli bahan baku hanya titip pembeli saya, saya berterimakasih sekali dengan pembeli saya). (W/KD/28/62010) Hal senada diungkapkan oleh Mbak SW : ”Dados langganan bakul kulo saking Solo tumbas wayang mriki nggih kalih betakke bahan-bahan saking Solo, kulo peseni nggeh ditumbaske.”(Jadi langganan pembeli saya dari Solo beli wayang sini ya sekalian membawakan bahan-bahan dari Solo, saya pesan ya dibelikan dulu).(W/SW/4/7/2010) Dari pendapat Mbak SW untuk relasi dengan pembeli terjalin dengan baik, tidak pernah ada masalah karena Mbak SW selalu berusaha memenuhi keingginan pembelinya, pekerjaan harus diselesaikan tepat waktu agar pembeli tidak kecewa. Hubungan baik antara pembeli dan pengrajin perlu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
63
dipertahankan sebab relasi yang terjalin diantara mereka sudah cukup lama, bahkan pembeli sudah mengerti keadaan ekonomi pengrajin dan tidak jarang memberi kepercayaan dengan cara memberikan modal terlebih dahulu pada pengrajin seperti penuturan Pak PN : ”Nggeh nyuwune bakul pripun kulo turuti la sing mbekto bahane nggeh bakule piyambak, menawi bakul kulo saking Solo juga sering membawakan bahan baku, malah kadang saya dimodali dulu, kalau ada pembeli dari Solo itu ya kadang saya pesen bahan baku, ya pasti dibawakan, tapi kalau cat disini sudah banyak yang menjual ”(Mintanya pembeli seperti apa saya turuti kan yang membawa bahannya juga pembeli sendiri, pembeli dari Solo juga sering membawakan bahan baku, malah kadang saya dimodali dulu, kalau ada pembeli dari Solo itu ya kadang saya pesen bahan baku ya pasti dibawakan, tapi kalau cat disini sudah banyak yang menjual).(W/PN/4/7/2010) Relasi yang terjalin dengan pembeli terwujud bukan hanya dengan pembeli yang berasal dari kota-kota terdekat melainkan berasal dari luar Jawa, pembeli dapat memesan kerajinan yang diinginkan lewat telepon dan pesanan akan dikirim setelah uang ditransfer oleh pembeli. “Kalau yang pesen dari luar kota seperti Kalimantan, Palembang, Medan, Semarang, Jogja, Bali, Surabaya saya kirim lewat paket ekspedisi lewat kapal, biasanya pesen dulu jumlahnya berapa, totalan, barang sudah siap dikirim jadi tinggal menunggu uang transferan dari sana, kalau uang sudah sampai baru saya kirim, cepet ko mbak namung seminggu sudah sampai, bahan baku kertas kulo saking Semarang, tapi kalau yang Kudus itu dia yang datang kesini, la saya beli banyak sekali, itu kertas bagus-bagus dari pabrik ko mbak, aslinya sampul buku, dereng dipake, saged ngge damel terompet dan lain sebagainya, kalau pringe kulo mendete dari Jatim, Caruban, Kismantoro, Jatipurno mpun lengganan sedanten, dulu saya juga jualan pring ini mbak tapi sekarang tidak.”(Kalau yang pesen dari luar kota seperti Kalimantan, Palembang, Medan, Semarang, Jogja, Bali, Surabaya saya kirim lewat paket ekspedisi lewat kapal, biasanya pesen dulu jumlahnya berapa, totalan, barang sudah siap dikirim jadi tinggal menunggu uang transferan dari sana, kalau uang sudah sampai baru saya kirim, cepet ko mbak hanya seminggu sudah sampai, bahan baku kertas saya dari Semarang, tapi kalau yang Kudus itu dia yang datang kesini, la saya beli banyak sekali, itu kertas-kertas bagus dari pabrik ko mbak, aslinya sampul buku, belum dipake, bisa buat terompet dan lain sebagainya, kalau bambu saya ambilnya dari Jatim, Caruban,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
64
Kismantoro, Jatipurno dah lengganan semua, dulu saya juga jualan bambu ini mbak tapi sekarang tidak) (W/US/23/05/2010) Hal senada dikatakan oleh Pak PN, dimana langganan berasal dari berbagai daerah (misalnya Pacitan, Banten, Sumatra dan Pekanbaru). ”Kulo mulai damel niku tahun 80an mbak, teng griyo mawon damel pesenan saking tiyang Pacitan, tiyang Banten, tiyang Sumatra, Pekanbaru niku, niku bakul-bakul mengke teng mriko ngedarke meleh, menawi kulo namung maketke saking mriki, menawi bakul saking Solo kerepe nggeh mriki, utawi namung ngebel pesen, mengke menawi pun dados tiyange mendet mriki, menawi teng Sumatra kulo paketke mbak, jarak 2 wulan nembe setor, paket teng solo nitip bus niku,”(Saya mulai membuat itu ditahun 80an mbak, dirumah saja membuat pesenan dari orang Banten, orang Sumatra, Pekanbaru itu, itu pembeli-pembeli nanti disana menjual lagi, kalau saya hanya memaketkan dari sini, kalau pembeli dari Solo seringnya kesini, atau hanya telpon dan pesen, nanti kalau sudah jadi orangnya mengambil kesini, kalau ke Sumatra saya peketkan mbak, jarak 2 bulan baru menyetorkan, paket ke Solo titip bus itu).(W/PN/4/7/2010) Berbeda dengan Pak PN dan Pak US, Bu PM justru memberikan kelonggaran pembayaran. Pembelinya bisa membayar dengan cara menyicil sebab Bu PM sudah terlalu akrab dengan para pembelinya yang bukan lain adalah tetangganya sendiri. Meskipun menjual kerajinan dalam skala kecil namun menurut Bu PM sudah mampu membantu perekonomian keluarga.
“Menawi sing tumbas tonggo niku mbayare sok nyicil, nggeh mboten nopo-nopo, la pripun maleh la tonggone, sak entene riyen, jane nggeh mboten saged mlampah, la cat, pernis, bensin nggeh pun awis regine tapi nggeh mboten masalah kulo mendet riyen teng toko nggeh angsal kaliyan Pak Warto.” (Kalau yang beli tetangga, mbayarnya seadanya, ya tidak apa-apa, mau gimana lagi la tetangga, seadanya dulu, sebenarnya juga tidak bisa jalan, cat, pernis, bensin harganya juga sudah mahal tapi tidak masalah saya ambil dulu bahannya di toko juga diperbolehkan Pak Warto).(W/PM/5/6/2010) Kesimpulan dari beberapa uraian di atas, relasi yang terjalin antara pengrajin dan pembeli mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin mainan di Desa Ngaglik, selama mereka menjalin kerjasama yang baik maka tercapai kondisi aman dalam memenuhi kebutuhan ekonomi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
65
keluarga. Pembeli membutuhkan pengrajin untuk membuat barang-barang kerajinan pesanannya sedangkan pengrajin membutuhkan pembeli untuk omset penjualanya. Relasi yang terjalin antara penjual dan pembeli meliputi lima hal yaitu. Pertama, kegiatan jual beli kerajinan mainan. Kedua, pengrajin meminta pada pembeli langganannya untuk membelikan bahan-bahan terlebih dahulu. Ketiga, pembeli memberikan modal terlebih dahulu pada pengrajin. Keempat, kepercayaan pengrajin untuk membuatkan barang kerajinan dan kadang pemesanannya melalui telepon dan bersedia mengirimkan lewat paket pengiriman. Kelima, memberi kelonggaran pada pembeli untuk mencicil pembayaran pada barang kerajinan mainan yang sudah dipesan. d. Relasi Sosial Antara Pengrajin
dengan Aparat Pemerintah yang
terkait Dalam masyarakat pengrajin juga menjalin relasi dengan pemerintah, baik struktur pemerintah terkecil yaitu pemerintahan desa maupun pemerintah kabupaten. Antara pemerintah dan pengrajin ada hubungan yang tidak bisa dilepaskan. Aparat desa yaitu kepala desa biasanya akan memberi tahu masyarakat pengrajin jika ada event-event tertentu seperti pameran dan karnaval, seperti yang dikemukakan oleh Mbak SW : ”Mriki kathah sing damel wayang, topeng, reog, kitiran, kerajinan akar wangi lan sanesipun menawi tahun baru damel terompet, nembe mawon pameran enten Wonogiri niku mendet mriki mbak, nggeh mboten namung mendet ngene kulo, pesene kan kathah sanget, dados dipendetke saking pundi-pundi, pak guru-pak guru saking SMP Wonogiri kota pesen terompet ngge pawaine menawi saking Dinas Peridustrian mendet wayang, topeng, reong, pun nopo mawon komplit diengge stand pameran”(Disini banyak yang buat wayang, topeng, reog, kitiran, kerajinan akar wangi dan sebagainya kalau tahun baru membuat terompet, baru saja pameran dari Wonogiri itu mengambil dari sini mbak, ya bukan hanya mengambil dari saya, pesanya banyak sekali, jadi diambilkan dari mana-mana, pak guru-pak guru SMP Wonogiri kota pesan terompet untuk pawainya kalau dari dinas Perindustrian mengambil wayang, topeng, reog, apa saja komplit untuk stand pameran).(W/SW/4/7/2010) Peran pemerintah tidak berhenti disitu saja, pemerintah khususnya Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri memberikan bantuan kepada kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
66
tani sekaligus pengrajin yang ada di Desa Ngaglik. Seperti yang diungkapkan oleh Pak KD : Dari dinas pertanian itu saya mendapat pinjaman tidak sedikit, buat saya 15 juta itu banyak sekali buat 1 kelompok, pinjaman dari P4K sudah tiga kali sekarang program tersebut sudah dihapus dan diganti BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) pinjaman lunak pengembalianya 3 kali, jangka 3 tahun mengembalikan pokok plus jasa, ini sudah mengangsur dua kali) (W/KD/28/62010) Sebenarnya bantuan pemerintah tidak hanya ditujukan untuk kelompok tani sekaligus pengrajin tapi juga diberikan kepada masyarakat pada umumnya misalnya saja Bantuan Langsung Tunai (BLT). BLT merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk meringankan beban masyarakat bawah dengan adanya kenaikan BBM, karena pengurangan subsidi BBM oleh pemerintah. Selain BLT sebenarnya ada bentuk kopensasi BBM lainya untuk masyarakat yaitu bantuan kesehatan gratis, penyediaan beras murah dan bantuan kredit bagi masyarakat. Ada juga program yang bergerak dari masyarakat dan disusun berdasarkan kondisi kehidupan masyarakat setempat yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), program ini sudah ada sejak tahun 2008 dan mengusung sistem pembangunan dari bawah, seluruh kegiatan diusulkan langsung dan dilaksanakan oleh masyarakat. Misalnya saja saat ini telah dibangun jembatan desa yang diambil dari dana PNPM mandiri, dan pembangunan sebuah masjid yang dibangun atas iuran dari masyarakat Desa Ngaglik, bantuan dari Bupati Wonogiri dan sumbangan pihak ketiga yang berasal dari kelompok-kelompok yang berkeinginan membantu. Untuk masyarakat pengrajin sendiri bantuan berupa transportasi diadakan saat menyambut perayaan tahun baru, para pengrajin diperbolehkan memilih tempat tujuan berjualan terompet dengan alat transportasi yang sudah disediakan oleh pemerintah tanpa di punggut biaya. Hal tersebut diungkapkan oleh Pak YN : “Keleresan mbak taon winggi diparinggi bantuan tranportasi saking salah satu calon bupati, saged milih numpak bus utawi truk kedaerah pundi mawon tujuanipun, wonten sing teng Suroboyo kados kulo, Jakarta,Bali.”(Kebetulan mbak tahun kemarin diberi bantuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
67
tranportasi dari salah satu calon bupati wonogiri, bisa memilih naik bus atau truk kedaerah mana saja tujuanya, ada yang ke Surabaya seperti saya, Jakarta, Bali).(W/YN/3/6/2010) Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah turut ikut andil dalam memajukan usaha pengrajin. Pertama, melalui bantuan yang disediakan oleh pemerintah pusat berupa kredit lunak bagi kelompok tani sekaligus pengrajin. Kedua, pemerintah daerah Wonogiri mengadakan event-event tahunan seperti karnaval budaya dan pameran potensi daerah sehingga masyarakat mengetahui potensi-potensi yang dimiliki masing-masing desa di Wonogiri. Ketiga, setiap menjelang tahun baru ada pihak yang memberi bantuan terhadap pengrajin berupa alat transportasi yang digunakan untuk mengantar para pengrajin terompet ketempat tujuan. Menjelang tahun baru tersebut hampir seluruh penduduk Kecamatan Bulukerto pada umumya dan Desa Ngaglik pada khususnya membuat terompet mainan untuk menyambut tahun baru dan menjualnya ke berbagai kota di wilayah nusantara.
2. Strategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan Masalah pemenuhan kebutuhan hidup merupakan hal yang sangat penting dalam rangka bertahan hidup bagi rumah tangga, oleh karena itu diperlukan strategi yang merupakan usaha pengrajin untuk mengadaptasikan diri pada perubahan sosial, ekonomi, budaya serta kekuatan-kekuatan lainya diluar unit kolektif masyarakat pengrajin tersebut. Di bawah ini ada beberapa cara yang digunakan para pengrajin mainan anak agar tetap bertahan pada situasi yang sulit di dalam kehidupanya. a. Adaptasi Ekonomi Masyarakat Pengrajin Mainan Hidup dalam masyarakat tidak lepas dari hubungan sosial ekonomi. Dalam arti yang paling sederhana, ekonomi merupakan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhanya. Dengan penghasilan tersebut seseorang mampu mempertahankan hidup karena terpenuhi berbagai kebutuhannya meliputi kebutuhan primer yaitu rumah, pakaian dan makanan, kebutuhan sekunder bahkan bisa memenuhi kebutuhan tersier. Ada beragam alasan
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
68
seseorang memilih pekerjaan sebagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. Pak KR misalnya, seorang petani yang memiliki lahan persawahan yang tidak begitu luas dan tidak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Alasan menjadi pengrajin adalah : ”Petani nek kangge pokok, menawi jaman sakmeniko, pas regi pupuk awis nopo-nopo awis nggeh hasilipun mboten sesuai, ning nggih ketutup saking kerajinan. Jane sabine nggih ombo mbak, tegilane nggih ombo tapi nggih niku wau nopo-nopo mendet saking mriku, coro umum paribasan tonggo tepaleh badhe jagong mendhet saking mriku, tiyang sakit nopo-nopo saking mriku nggih mboten ntutut, saestu mboten ntutut nek mboten mencari lain-lain. Saking kerajinan meniko perekonomian saged terpenuhi.”(Petani untuk pokok, kalau jaman sekarang, saat harga pupuk mahal apa-apa mahal ya hasilnya tidak sesuai, tapi tercukupi dari kerajinan. Sebenarnya sawah juga luas, ladang juga luas tapi ya itu tadi apa-apa ambil dari situ, maksudnya buat tetangga mau menyumbang mengambil dari situ, menjenguk orang sakit uangnya dari situ, ya tidak tercukupi, benar-benar tidak tercukupi kalau tidak mencari lain-lain. Dari kerajinan ini perekonomian dapat terpenuhi).(W/KR/5/6/2010) Keinginan memenuhi kebutuhan hidup yang layak pasti ada. Hanya cara mereka untuk menghadapi kesulitan hidup memang berbeda. Begitu juga dengan penuturan Pak YN yang memilih untuk tetap bertahan sebagai seorang pengrajin, karena pekerjaan ini dinilai lebih baik daripada hanya mengandalkan hasil dari pertanian. ”Kulo gadhah sawah namung sekedik kok mbak, namung sepertiga, dados setunggal kopyokan dibagi tigo, hasile mawon namung 4 kwintal niku wau seupamane ngge tumbas rabuk, ngge winih, ngge ntraktorake, mawon pun pas, tapi nggeh tetep kulo garap la pun ditumbas emen-emen menawi ditlantarke..... kulo utamanipun nggih wayang menika,menawi petani kan saged digarap ngge samben, 2-3 dinten mpun rampung tinggal ngentosi panen, menawi kulo kesah ingkang ngurusi nggeh estri kulo, la menawi wayang bendinten damel mboten leren mbak, tangi turu sing dicekel wayang niki, wonten griyo nggeh damel wayang niki, menawi mpun rampung kesah kemalih teng Surabaya).”(Saya punya sawah hanya sedikit mbak, hanya sepertiga, jadi satu patok dibagi tiga, hasilnya saja hanya 4 kwintal itu tadi seumpama buat beli pupuk, untuk bibit, untuk traktor, sudah pas, tapi tetap saya kerjakan karena sudah dibeli sayang sekali kalau ditelantarkan...... kalau saya pekerjaan utama tetap wayang ini, kalau petani kan bisa buat sambilan, 2-3 hari sudah selesai tinggal menunggu panen, kalau saya pergi yang mengurusi istri saya, kalau wayang setiap
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
69
hari buat tidak istirahat mbak, bangun tidur yang dipegang langung wayang ini, ada di rumah juga buat wayang ini, nanti kalau sudah selesai pergi lagi ke Surabaya) (W/YN/3/6/2010) Menurut Pak KD, dengan memiliki lahan pertanian dapat digunakan untuk menyumbang
saat
tetangga
hajatan.
Menunggu
hasil
panen
membutuhkan waktu 3 bulan. Sehingga dengan menjadi pengrajin mainan anak, kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi.
”Wonten ingkang pull dados pengrajin, tapi nggih kebayakan kados kulo pengrajin sekaligus bertani, masalahe lahan pertanian yang dimiliki sedikit, jadi tidak membutuhkan waktu yang banyak, biasanya 2 minggu dah selesai kemudian melanjutkan membuat kerajinan wayang kardus, amargi menawi petani kangge kebetahan sanes-sanesipun mboten nyekapi tapi menawi namung kangge kebetahan konsumsi sehari-hari sudah mencukupi, kangge kebetahan lingkungan nggeh saking niku, kangge pirukunan sederek kathah duwe damel nggeh dipendetke saking niku, menawi mboten ditunjang ketrampilan sanesipun nggih kirang. Kulo mawon namung gadhah sabin setunggal patok wiyaripun 3500 m, perpanen sewa traktor 200 ewu, pupuk 2 kwintal persak reginipun 80 ewu padahal butuhnya 4 sak, kalau diglobal biaya perawatan 1 juta, 1 tahun panen 2 kali diambil rata-rata 6 bulan sekali mendapat hasil 2 juta, pendapatan 3 juta tapi biaya perawatan 1 juta jadi pendapatan 2 juta, tapi hasilnya tergantung baik tidaknya panen kalau dimbil sedangsedang kalau dijual gabahnya mendapat 3 juta nanti kalau jelek berarti kurang dari itu kalau bagus kan lebih sedikit, panen kan kadang bisa 2 kali bisa 3 kali tapi umumnya sini 2 kali, mriki termasuke sawah tadah hujan, nggeh sebagian enten aliran nurut saking gunung tapi menawi mboten jawah nggeh mboten mili dados mriki temasuke tadah hujan., tegalan nggih namung kulo tanami kayu-kayu keras sing mboten kakean perawatan kaliyan kunir niku, menawi ternak sapi enten kalih kulo ”gado” mengke hasile dibagi 2”.(Ada yang pull sebagai pengrajin, tapi kebanyakan seperti saya pengrajin sekaligus petani, masalahnya lahan pertanian yang dimiliki hanya sedikit, jadi tidak membutuhkan waktu banyak, biasanya 2 minggu sudah selesai kemudian melanjutkan membuat kerajinan wayang kardus, karena kalau petani untuk keperluan lain-lainya tidak mencukupi tapi kalau hanya untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari sudah mencukupi, untuk kebutuhan lingkungan dari situ, untuk kerukunan keluarga punya hajat juga diambilkan dari situ, kalau tidak ditunjang ketrampilan lainnya ya kurang. Saya saja hanya punya sawah satu patok luasnya 3500 m, perpanen sewa traktor 200 ribu, pupuk 2 kwintal persak harganya 80 ribu padahal butuhnya 4 sak, kalau diglobal biaya perawatan itu mencapai 1 juta, 1 tahun panen 2 kali diambil rata-rata 6 bulan sekali mendapat hasil 2 juta, pemasukan 3 juta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
70
tapi biaya perawatan 1 juta jadi pendapatan 2 juta, tapi hasilnya tergantung baik tidaknya panen kalau dimbil sedang-sedang kalau dijual gabahnya mendapat 3 juta nanti kalau jelek berarti kurang dari itu kalau bagus kan lebih sedikit, panen kan kadang bisa 2 kali bisa 3 kali tapi umumnya disini 2 kali, disini termasuk sawah tadah hujan, ada sebagian aliran dari gunung tapi kalau tidak hujan tidak mengalir jadi disini termasuknya sawah tadah hujan, tegalan hanya saya tanami kayu-kayu keras yang tidak membutuhkan banyak perawatan dan menanam kunir itu, kalau ternak sapi saya ada dua ”gado” nanti hasile dibagi 2). (W/KD/28/6/2010) Senada yang diungkapkan oleh Pak KD. Sebagai seorang pengrajin kebutuhan keluarga Pak PN sudah dapat terpenuhi. Pekerjaan sebagai petani tetap dilaksanakan namun hanya untuk memenuhi kebutuhan lingkungan tempat tinggal seperti untuk menyumbang saat ada tetangga yang akan melaksanakan hajatan selebihnya untuk konsumsi sehari-hari seluruh anggota keluarga. Bagi sebagian besar masyarakat desa tidak ada istilah meminta beras, tetapi meminta yang lain seperi gula, garam dan kebutuhan hidup lain masih bisa dimaklumi, namun meminta beras dengan tetangga sangat jarang terjadi, karena itu mereka harus bersawah dan bekerja untuk membeli beras terlebih dahulu. Seperti Pak PN yang selalu mempunyai persediaan beras di rumah, kalau sudah ada persediaan beras di rumah, maka hidup akan tenang dan semiskin-miskinnya orang tersebut namun tidak kehilangan harga diri, sedangkan kebutuhan pokok yang lain hanya tinggal mengikuti saja. Pak PN juga kadang berjualan mainan anak, hal tersebut dilakukan jika ada waktu luang sehabis membuat kerajinan atau saat ia jenuh dan bosan di rumah.
”Luweh kathah penghasilan pas dados pengrajin dibandingke dagang mainan mbak, saged nyekapi kebetahan keluarga, menawi wayang itungane mboten samben mbak, tapi mata pencaharian pokok, kangge nyekolahke lare-lare niku saking wayang, nek tani sawahe niku namung ngge pangan mbak, ngge lingkungan, wiwit gadhah bojo niku kulo mboten nate nyuwun tiyang sepah, pun mandiri pados duit piyambak”(Lebih banyak penghasilan saat menjadi pengrajin daripada dagang mainan mbak, bisa mencukupi kebutuhan keluarga, kalau wayang tidak pekerjaan sampingan mbak tapi mata pencaharian pokok, untuk menyekolahkan anak-anak itu dari wayang, kalau tani hanya untuk makan mbak, untuk keperluan lingkungan, mulai saya punya istri itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
71
saya tidak pernah minta orang tua, sudah mandiri mencari uang sendiri).(W/PN/4/7/2010) Menjadi pengrajin merupakan pekerjaan utama Pak KD, sebagai ketua paguyupan ’Sungging Arjuno” ia merasakan manfaat semenjak menjadi pengrajin, hal tersebut juga dirasakan oleh anggotanya, kehidupan mereka lebih sejahtera. Berikut penuturanya :
”Sampingan damel wayang meniko dingge kulo kaliyan kelompok kulo kemajuane ageng sanget, benten kaliyan riyin, masing-masing anggota pun gadhah sapi piyambak, riyin mboten enten sing gadhah, omah riyin nggih saking gedhek sakniki sampun tembok, sanadyan mboten apikapik sanget diengge pun sekeco enten udan angin nggih pun aman. (Sampingan buat wayang itu buat saya dan kelompok saya kemajuanya besar sekali, beda dengan dulu, masing-masing anggota sudah punya sapi sendiri, dulu belum ada yang punya, rumah dulu dari anyaman bambu sekarang sudah tembok, meskipun tidak bagus-bagus sekali tapi ditempai sudah lumayan, ada hujan angin juga sudah aman). (W/KD/28/6/2010) Ibu PM mengungkapkan bahwa dengan menjadi pengrajin telah memberinya penghasilan tambahan dimana ia membantu meringankan beban suaminya, karena kebutuhan keluarga bertumpu pada suami yang bekerja sebagai petani namun sekarang Ibu PM beserta suaminya tidak lagi menanggung beban kebutuhan anak-anaknya sebab ketiga anaknya sudah membangun keluarga Kegiatan membuat kerajinan mainan ini dilakukan setiap ada waktu senggang. ”Timbang nggangur, idep-idep ngge tambah-tambah, kulo sagede namung damel topeng niki menawi damel sanese mboten saged, damel wayang mboten saged, damel empet nggeh mboten saged, mripate pun mboten awas pun rabun yuswo kulo pun 58 le mbak, menawi topeng taksih awas kulo.”(Daripada nganggur, lumayan buat tambah penghasilan, saya bisanya hanya membuat topeng ini, kalau membuat lainya saya tidak bisa, membuat wayang tidak bisa, membuat empet tidak bisa, matanya sudah rabun karena usia saya sudah 58 mbak, kalau topeng saya masih bisa).(W/PM/05/06/2010) Hampir senada yang diungkapkan Pak BJ, pekerjaan sebagai pengrajin mainan anak merupakan pekerjaan sampingan selain sebagai petani. Meskipun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
72
pengrajin mainan hanya pekerjaan sampingan, tetapi hasil dari kerajinan mampu membantu perekonomian keluarga Pak BJ. “Kerajinan ngge samben mbak utamane nggeh tani niku, ning penghasilane nggeh nyucuk saking kerajinan niki, nopo le mbak sawah namung sekedik, namung sepertelon ngoten.“(Kerajinan itu untuk sampingan mbak utamanya bertani itu, tapi penghasilanya lebih banyak kerajinan ini, apa lo mbak sawah hanya sedikit, hanya sepertiga) .(W/BJ/4/6/ 2010) Untuk masalah modal awal saat berjualan memang terkadang sulit dicari oleh pengrajin, sehingga saat pertama kali menjadi pengrajin tidak mampu secara maksimal dikarenakan modal yang terbatas. Kendala modal awal dialami oleh Pak BJ. ”Riyin modal kulo namung pas-pasan, saking tabungan estri kulo niku, nggeh saentene sing penting saged mlampah“( Dulu modal saya hanya pas-pasan, dari tabungan istri saya itu, ya seadanya yang penting bisa berjalan)(W/BJ/6/6/2010) Dulu awal menjadi pengrajin Pak BJ tidak mendapatkan modal pinjaman dari pihak manapun. Berbeda dengan saat ini dimana pengrajin bisa mendapatkan modal dari beberapa pihak seperti bank, pegadaian dan lain sebagainya, hal tersebut diungkapkan oleh Pak US. Untuk masalah modal, Pak US mengatakan modal berasal dari dana pribadi dan pinjaman dari bank sebesar Rp.50.000,00. ”Ndisik modal awal kulo Rp.50.000,00 dari bank, jaman dulu itu dah paling banyak ditambah modal sendiri.”(Dulu modal awal saya Rp.50.000,00 dari bank, jaman dulu itu sudah paling banyak ditambah modal sendiri).(W/US/28/6/2010) Hal senada diungkapkan oleh Pak KR : ”Nek jumlahe kulo kesupen mbak, modal awal meniko terus terang kemawon nggih nyambut-nyambut tonggo tepaleh, nggih pundi sing wonten,riyin nggih saking modal niku, istilahipun kekirangan kebetahan, kepeksanipun riyin mendet saking BRI nggeh pun nate, supados nge nyambut ngoten. Menawi kekirangan modal lan kabetahan selain saking BRI kampung mriki nggih wonten koperasi, koperasi bapak-bapak wonten, ibu-ibu wonten, mangke koperasi perRT wonten, dados wonten pinten-pinten jurusan, kangge sinoman nggih pun enten piyambak, KUD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
73
nggih wonten. Dados menawi enten kendala modal nggih ngampil teng tempat-tempat niku wau.”(Kalau jumlahnya saya lupa mbak, dulu ya dari permodalan itu, istilahnya kebutuhan kurang, terpaksanya dulu pinjam dari BRI juga sudah pernah, supaya bisa jalan kembali. Kalau kekurangan modal dan kebutuhan selain dari BRI desa ini juga ada koperasi, ada koperasi bapak-bapak, ada koperasi ibu-ibu, koperasi perRT ada, jadi ada beberapa jurusan, untuk sinoman juga sudah ada sendiri, KUD juga ada).(W/KR/5/6/ 2010) Berbeda lagi yang diutarakan Pak YN, beliau mendapatkan modal awal dari bantuan sanak saudara. ”Menawi sak niki pun gampil pinjem pundi mawon kan wonten, BPKB itu lak pajeng, riyin modal kulo namung diparingi sedulur’’(Kalau sekarang sudah mudah meminjam dari mana saja ada, BPKB itu kan bisa, dulu modal awal saya hanya di kasih saudara).(W/YN/3/6/2010) Jadi dalam memperoleh modal ada dua cara yaitu modal sendiri dan pinjaman. Untuk modal pinjaman mereka meminjam ke bank, koperasi atau sanak saudara agar lebih aman dengan menyisihkan uang tiap hari untuk angsuran. Mereka tidak meminjam ke rentenir karena dinilai penuh resiko dan takut terlilit hutang. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan, masyarakat pengrajin di Desa Ngaglik berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan menjadi pengrajin baik sebagai pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Pengrajin sebagai pekerjaan utama yang dilakukan Pak Kr, Pak Yn, Pak Kd dan Pak Pn karena sangat membantu dan memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga mereka. Sedangkan bagi Pak BJ dan Ibu PM menjadi pengrajin merupakan pekerjaan sampingan selain bertani, namun mampu memberi penghasilan untuk meringankan beban suami bahkan bagi Pak BJ penghasilan dari kerajinan mainan anak sangat membantu perekonomian keluarga. Dan untuk masalah modal sendiri diperoleh melalui dua cara. Yang pertama yaitu meminjam dari sanak saudara, koperasi dan bank. Yang kedua, dari tabungan pribadi. b. Organisasi Sosial Melalui Paguyupan dan Pasar Pahing Perkembangan yang menggembirakan dalam usaha masyarakat Desa Ngaglik di bidang kerajinan tangan kemudian ditanggapi oleh masyarakat dengan membentuk paguyupan bernama ”Sungging Arjuno” yang terdiri dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
74
10 anggota. Setelah paguyupan ini berdiri mampu mengangkat nama Desa Ngaglik sebagai sentra kerajinan khususnya wayang kardus Selain berusaha untuk membantu para pengrajin mainan di Desa Ngaglik melalui bantuan-bantuan pemerintah, anggota paguyupan juga berusaha untuk mengembangkan pengetahuan dengan mengikuti lokakarya dan temu usaha di berbagai daerah. Acara tersebut biasanya diikuti oleh ketua paguyupan dan selanjutnya informasi disampaikan kepada anggotanya. Dengan adanya paguyupan ini diharapkan pengrajin akan menjadi lebih bersemangat lagi dalam menjalankan usahanya. Kemudahan-kemudahan dalam memperoleh dana pinjaman dari pemerintah khususnya dari dinas pertanian diharapkan mampu memacu perkembangan usaha pengrajin menjadi lebih baik lagi. Meskipun semua pengrajin memasarkan hasil kerajinan sendiri-sendiri namun setiap ada masalah di selesaikan secara musyawarah. Berikut penuturan Pak KD selaku ketua paguyupan : “Paguyupan mriki berjalan terus mbak, meskipun para pengrajin memasarkan kerajinan sendiri-sendiri tapi kan ada pembinaan kemampuan, sebetulnya pengrajin harus begini, pemasaran harus begini, harganya harus begini jadi tidak seenaknya. Nanti kalau seenaknya tidak maksimal, cuma asal payu, kalau membuat wayang harus memperhatikan kualitas, kualitas harus dijaga, jangan asal cepat jadi, kalau kualitas di jaga, mutunya baik, pembeli kan datang sendiri, ndak usah repot-repot memasarkan kesana-sana, pembeli sudah datang sendiri kerumah”.(Paguyupan ini berjalan terus mbak, meskipun para pengrajin memasarkan kerajinan sendiri-sendiri tapi ada pembinaan kemampuan, sebetulnya pengrajin harus begini, pemasaran harus begini, harganya harus begini jadi tidak seenaknya. Nanti kalau seenaknya tidak maksimal, hanya asal laku, kalau membuat wayang harus memperhatikan kualitas, kualitas harus dijaga, jangan asal cepat jadi, kalau kualitas di jaga, mutunya baik, pembeli kan datang sendiri, tidak perlu repot-repot memasarkan kesana-sana, pembeli sudah datang sendiri kerumah).(W/KD/28/6/2010) Jadi menurut Pak KD dengan memperhatikan kualitas, para pembeli akan datang dengan sendirinya tanpa susah-susah untuk memasarkan, beliau juga mengikuti berbagai macam pertemuan seperti seminar, lokakarya, temu usaha demi memajukan usaha kerajinannya, namun ilmu yang didapat ia bagikan kepada pengrajin-pengrajin lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
75
“Kolorumiyin kulo sampun berulang kali mengikuti pameran dari tingkat Kabupaten Wonogiri sampe tingkat provinsi, saya ditunjuk mewakili potensi daerah dari Kecamatan Bulukerto, disana bertemu berbagai macam kerajinan dari seluruh Indonesia, potensi daerah masing-masing mbak, Kalau Wonogiri itu juga banyak dari Manyaran mengirim wayang tatah sungging, batu akik dari KarangTengah, batik tulis dari Wuryantoro nggih wonten, disana saya hanya membawa sample dan disuruh menerangkan. Selain itu saya juga sering ditunjuk saking dinas untuk mengikuti lokakarya, temu usaha, kemaren ada diklat dari dinas pertanian yaitu pembinaan pertanian seprovinsi la manggene wonten Suropadan. Dengan mengikuti temu usaha dan memamerkan produk kerajinan pastinya akan membuahkan hasil dikemudian hari, sedanten pertemuan apapun pasti ada keutunganya, tambah mitra, tambah pengalaman lan sanesipun. La niku tiyang-tiyang saking Malang, Pakis Haji, Singosari madosi mriki, kulo nopo nate mriko, ngoten niku kan berarti yang mempromosikan dari dinas pertanian, kalih nek temu usaha ngoten kan pasti ada pengusaha, pengusaha juga mempromosikan, dados tiyang-tiyang saking tebih niku mireng, retos kalau di daerah Bulukerto adalah sentra pembuatan wayang menawi tahun baru nggeh terompet niku, sami madosi kulo piyambak, mriki tanglet tetangi-tetanggi niku sing jenenge pak niki griyane pundi).” (Dulu saya sudah berulang kali mengikuti pameran dari tingkat Kabupaten Wonogiri hingga tingkat provinsi, saya ditunjuk mewakili potensi daerah dari Kecamatan Bulukerto, disana bertemu berbagai macam kerajinan dari seluruh Indonesia, potensi daerah masing-masing mbak, Kalau Wonogiri itu juga banyak dari Manyaran mengirim wayang tatah sungging, batu akik dari KarangTengah, batik tulis dari Wuryantoro juga ada, disana saya hanya membawa sampel dan disuruh menerangkan. Selain itu saya juga sering ditunjuk saking dinas untuk mengikuti lokakarya, temu usaha, kemaren ada diklat dari dinas pertanian yaitu pembinaan pertanian seprovinsi bertempat di Suropadan. Dengan mengikuti temu usaha dan memamerkan produk kerajinan pastinya akan membuahkan hasil dikemudian hari, semua pertemuan apapun pasti ada keutunganya, bertambah mitra, bertambah pengalaman dan sebagainya. Orang-orang dari Malang, Pakis Haji, Singosari mencari kesini, saya apa pernah kesana, seperti itu kan berarti yang mempromosikan dari dinas pertanian, dan kalau temu usaha pasti ada pengusaha, pengusaha juga mempromosikan, jadi orang-orang dari jauh itu mendengar, mengetahui kalau di daerah Bulukerto adalah sentra pembuatan wayang kalau tahun baru terompet niku, mereka mencari saya sendiri, kesini bertanya dengan tetangga-tetangga saya yang namanya pak ini rumahnya dimana).(W/KD/28/6/2010) Dengan menjadi anggota paguyupan banyak manfaat yang diperoleh seperti yang diungkapkan Pak YN :
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
76
“Tumut paguyuban nggih saged urun rembung kaliyan pengrajin sanesipun, menawi enten karnaval utami pameran nggih saget tumut.”( Ikut paguyupan juga bisa bermusyawarah dengan pengrajin lainnya, kalau ada karnaval atau pameran bisa ikut).(W/YN/3/6/2010) Selain adanya paguyupan di Desa Ngaglik juga terdapat Pasar Pahing, Pasar Pahing hanya diperuntukkan untuk tempat berjualan para pengrajin mainan anak, sehingga antara penjual dan pembeli bisa bertemu dan melakukan transaksi.
”Mriki nggih wonten Pasar Paing mbak, namung bulukerto sing gadhah pasar mainan anak-anak.”(Disini juga ada pasar pahing mbak, hanya di Bulukerto yang punya pasar mainan anak)(W/YN/3/6/2010) Hal senada diungkapkan oleh Mbak SW : Pekenan mriki benten kaliyan pekenan sanesipun ”Pasar Paing”niku le mbak.”(Pasar disini beda dengan pasar lainnya ”Pasar Paing” itu lo mbak).(W/SW/4/7/2010) Tidak berbeda jauh dengan Ibu PM, ia juga sering menjual atau menawarkan hasil kerajinannya berupa topeng ke Pasar Pahing namun karena usia yang sudah tua maka ia lebih senang menjual kerajinan di toko yang dekat dengan rumahnya dengan alasan lebih praktis dan tidak membutuhkan tenaga dibandingkan jika berjualan di pasar yang ditempuh cukup jauh dari rumahnya. Berikut penuturanya :
”Kulo sadeyane teng Pasar Paing mbak tapi sakniki seringe nggeh namung teng tokone Pak Warto mriku mawon ingkang celak menawi teng pasar tebih mbak, tiyang sepah pun cepet kesel”(Saya menjualnya ke Pasar Pahing mbak tapi sekarang seringya hanya ke toko Pak Warto saja yang deket kalau dipasar kan jauh mbak, orang tua dah cepat capek).(W/PM/5/6/2010) Dari keterangan para informan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa di Desa Ngaglik terdapat paguyupan dan pasar khusus untuk pengrajin. Meskipun terorganisasi secara sederhana namun paling tidak para pengrajin dapat merasakan manfaatnya. Tujuan pendirian paguyupan pengrajin adalah untuk dijadikan tempat musyawarah jika terjadi suatu masalah, musyawarah tidak hanya dibatasi untuk anggota paguyupan namun juga bisa diikuti oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
77
masyarakat pengrajin lainya yang tidak tergabung dalam paguyuban. Sedangkan Pasar Pahing di bentuk untuk memudahkan kerja para pengrajin sebab membantu pengrajin dalam pemasaran hasil produksi karena mempermudah pengrajin untuk bertemu dengan pembelinya. c. Strategi Penjualan Masyarakat Pengrajin Mainan Desa Ngaglik Penduduk yang bekerja sebagai pengrajin, khususnya pengrajin mainan anak-anak seperti terompet, wayang kardus, kitiran, empet dan topeng. Pengrajin memasarkan sendiri hasil kerajinannya, namun bila mengalami masalah seperti kesulitan bahan baku, kehabisan stok kerajinan bisa meminta tolong kepada pengrajin lain. Usaha kerajinan mainan ini tidak terorganisir dan tidak ada pembagian kerja di antara pengrajin mainan. Meskipun demikian tidak pernah ada konflik atau saling merebut pelanggan. Berikut penuturan Pak KD, ”Mboten pernah enten bentrok mbak mriki dah punya pelanggan sendiri-sendiri, jadi langganan saya kalau membeli di pengrajin lainya ya ndak mau, begitu juga sebaliknya kalau ada langganan teman saya trus saya paksa beli ditempat saya ya ndak mau, kan sudah punya pelanggan sendiri-sendiri, jadi njujugke langsung sini.(Tidak pernah ada bentrok mbak disini sudah punya pelanggan sendiri-sendiri, jadi langganan saya kalau membeli di pengrajin lainya tidak mau, begitu juga sebaliknya kalau ada langganan teman saya trus saya paksa beli ditempat saya tidak mau, kan sudah punya pelanggan sendiri-sendiri, jadi langsung sini).(W/KD/28/62010) Meskipun tidak terorganisasi, namun hubungan para pengrajin patut dicontoh. Setidaknya mereka tidak saling menjatuhkan hasil kualitas kerajinan pengrajin lain di hadapan pembeli. Bahkan para pengrajin berusaha untuk membantu pengrajin lain dalam proses penjualannya dengan menawarkan hasil pengrajin lain bila jenis kerajinan yang diminta pembeli tidak dimiliki oleh pengrajin atau saat pengrajin kehabisan pasokan kerajinan. Hal tersebut berlaku juga saat menjual terompet tahun baru dikota-kota, tidak pernah ada permusuhan dan bentrokan karena semua sudah saling memahami bahwa mereka sama-sama mencari nafkah. Berikut penuturan Pak KD : ”Tidak mengenal bentrok mbak, nopo njenegen nate mireng bakul terompet gelut, semua jadi sahabat, dari kota manapun semua yang jualan itu kan bertujuan untuk mencari nafkah, jangan bikin bentrok dan gesekan-grsekan yang tidak pas, walaupun jualanya sama itu tidak pernah ada gesekan suara, tidak pernah ada bentrok, kalau tempat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
78
sudah ada yang menempati ya cari tempat lain, tujuan berjualan kan tidak mencari lawan tapi mencari nafkah, kalau berkumpul bersama berdasarkan daerah asal itu mungkin berdasarkan kemampuan membuat terompet, kreatifitas dan kualitas orang membuat terompet kan beda-beda, bikinnya lain-lain baik motifnya, coraknya, harganya, kalau ada yang buat terompet yang standar atau biasa saja dan ”njejeri”pedagang terompet yang bagus nanti kan tidak laku, jadi sudah tau diri mbak.” (Tidak mengenal bentrok mbak, apa mbak pernah dengar pedagang terompet berkelahi, semua jadi sahabat, dari kota manapun semua yang jualan itu kan bertujuan untuk mencari nafkah, jangan membuat bentrok dan gesekan-gesekan yang tidak pas, walaupun jualannya sama itu tidak pernah ada gesekan suara, tidak pernah ada bentrok, kalau tempat sudah ada yang menempati ya cari tempat lain, tujuan berjualan kan tidak mencari lawan tapi mencari nafkah, kalau berkumpul bersama berdasarkan daerah asal itu mungkin berdasarkan kemampuan membuat terompet, kreatifitas dan kualitas orang membuat terompet kan beda-beda, membuatnya lain-lain baik motifnya, coraknya, harganya, kalau ada yang buat terompet yang standar atau biasa saja dan berdekatan dengan pedagang terompet yang bagus nanti kan tidak laku, jadi sudah tahu diri mbak.(W/KD/28/6/2010) Dari wawancara dengan Pak PN harga masing-masing kerajinan tersebut berbeda tergantung jenis dan ukuran, ada yang menjual perkodi ada juga yang menjual perbiji tergantung kesepakatan dengan pembeli, namun selama ini tidak ada masalah dalam penentuan standar harga sebab masing-masing pengrajin mengikuti standar harga yang ditentukan oleh paguyupan ”Sungging Arjuno” namun ada sebagian pengrajin yang menetapkan standar harga sendiri. ”pesenya banyak 35 kodi, harga perkodi 90 ribu tapi yang raksasa 200 ribu perkodi, sudah ikut standar disini, kalau bahan naik ya harga naik.”(W/PN/4/7/2010) Hal senada diungkapkan oleh Pak KD : ”....kanthi harga engkang sami mboten mbenten, memang sini sudah ada musyawarah atau kesepakatan kalau harga sama, jangan menaikkan harga jangan menurunkan harga, kalau harga terlalu tinggi kasihan yang mengedarkan, kalau diturunkan kasihan sendiri ga dapat untung.”(...dengan harga yang sama tidak berbeda, memang sini sudah ada musyawarah atau kesepakatan kalau harga sama, jangan menaikkan harga jangan menurunkan harga, kalau harga terlalu tinggi kasihan yang mengedarkan, kalau diturunkan kasihan sendiri ga dapat untung). (W/KD/28/62010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
79
Di ibukota kecamatan tepatnya di depan Pasar Bulukerto terdapat empat toko yang menjual bahan-bahan yang dibutuhkan pengrajin seperti cat, kertas lem dan alat-alat kerajinan. Di Desa Ngaglik sendiri terdapat satu toko milik Pak US yang biasanya menampung dan menjual hasil kerajinan pengrajin dalam bentuk sudah jadi. Strategi yang dilakukan oleh Pak US agar pengrajin membeli ditempatnya adalah bersikap ramah pada pembeli, memberi kepercayaan pada pengrajin untuk mengambil bahan-bahan kerajinan terlebih dahulu dan tidak langsung membayar (ngalap-nyaur). ”Kadang macet karena terlalu banyak yang berhutang, tapi nggeh mboten nopo-nopo pun mesti baline, tiap minggu nggeh enten transaksi, perkoro nyaur rodo seret pun kersane, sakniki persainganya semakin banyak mbak, mboten kados riyin, sekarang tiap-tiap kabupaten pun enten grosire mainan niku, teng Wonogiri pun enten, Purwantoro pun enten, Ponorogo nggeh pun enten, nek ndisik dereng wonten, nggeh 5 tahunan niki, nek riyen saking Ponorogo dan Kediri mawon mendete mriki, dadi kudu pinter-pinter golek coro gen do mlayu mrene. Nek pengrajin di Desa Ngaglik hampir semua beli disini, biasanya mbayarnya keri, mbayare kadang nggih hasile niku, tapi kadang-kadang nggih macet mbak, kaleh tonggone nggih repot, nek ra ngati-ngati pasedulurane dadi pedot, ya ditunggu sak mbayare, kadang-kadang kulo gor ngelengke pisan pindo, renek jaminane renek perjanjiane, gor nota tok, mriko kei nota kene gor takcateti tok”(Kadang macet karena terlalu banyak yang berhutang, tapi ya tidak apa-apa sudah pasti kembali, iap minggu ada transaksi, perkara membayar hutang terlambat biarkan saja, sekarang persainganya semakin banyak mbak, tidak seperti dulu, sekarang tiap-tiap kabupaten sudah ada grosirnya mainan itu, di Wonogiri sudah ada, Purwantoro juga ada, Ponorogo juga sudah ada, kalau dulu belum ada, ya 5 tahunan ini, kalau dulu dari Ponorogo dan Kediri saja mengambilnya disini, jadi harus pintar-pintar cari cara biar membeli disini. Kalau pengrajin di Desa Ngaglik hampir semua pengrajin beli disini, biasanya bayarnya belakangan, bayarnya kadang hasilnya itu, tapi kadang-kadang ya macet mbak, dengan tetangga ya repot, kalau tidak hati-hati kekerabatan bisa terputus, ya ditunggu sampai membayar, kadang-kadang saya cuma mengingatkan sekali duakali, tidak ada jaminan, tidak ada perjanjian, hanya nota saja, sana saya beri nota dan saya hanya mencatat.(W/US/23/05/2010) Hal senada diungkapkan oleh Ibu PM dimana ia bisa mengambil bahanbahan kerajinan di toko Pak US dan membayar ketika menjual hasil barang kerajinanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
80
”Mendet riyen bahan-bahane teng toko mboten nopo-nopo mbak, mengke menawi stor dipotong.”(Ambil dulu bahan-bahanya di toko tidak apa-apa mbak, nanti kalau stor dipotong).(W/PM/5/6/2010) Dalam menarik pembeli, Pak YN tidak mempunyai strategi khusus, namun ia selalu memperhatikan kualitas kerajinan yang dibuatnya. ”kulo sadeyan wayang niki mboten sekedar sadeyan mbak tapi nggeh kualitas kulo gatekke, nopo maleh menawi turis-turis meniko kan sangat memperhatikan kualitas suatu mahakarya seni, menawi enten sing mirsani nggih kulo paringi kartunama nek mboten purun nggeh sampun, menawi tumbas gek barang sing dikarepke mboten enten nggeh pesen riyen, kulo paringi nomer telepon kulo, menawi mpun enten barang sing dikarepke nggih tinggal transaksi, kulo sedapat mungkin memberikan pelayanan yang ramah, sabar, ngatekke nyuwune pambeli, menawi pesen nggeh kedah ontime, wayang meniko namung kulo bungkus koran ngantos rapi.” (Saya berjualan wayang ini tidak sekedar jualan mbak tapi ya memperhatikan kualitas, apalagi kalau turis-turis itu kan sangat memperhatikan kualitas suatu mahakarya seni, kalau ada yang melihat saya beri kartunama kalau tidak mau ya tidak apa-apa, kalau beli barang dan tidak ada yang diingikan ya pesen dulu, saya beri nomer telepon, kalau sudah ada tinggal transaksi, saya sedapat mungkin memberikan pelayanan yang ramah, sabar, memperhatikan keinginan pembeli, kalau pesen ya buatnya harus ontime, wayang hanya saya bungkus koran supaya rapi) Meskipun tidak ada pembagian kerja di antara mereka tapi mereka saling membantu. Kehidupan harmonis secara ekonomi dipraktekkan juga dalam kegiatan sosialnya. Standar harga ditentukan bersama sehingga perajin tidak mengalami kerugian. Dan diantara penjual dan pembeli terdapat rasa saling percaya dan menghormati satu sama lain. Pengrajin selalu mengerjakan tepat waktu sehingga pembeli tidak kecewa selain itu pengrajin juga harus ramah, bagus, jujur, sabar sehingga memperoleh kepercayaan pembeli. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan, masyarakat pengrajin di Desa Ngaglik memiliki lima strategi penjualan. Pertama, saling membantu pengrajin jika kesulitan bahan baku. Kedua, saling meminjamkan barang kerajinan jika stok kerajinan mainan yang diinginkan pembeli kurang atau tidak ada (nempakke). Ketiga, menciptakan standar harga sendiri agar lebih terjangkau oleh pembeli. Keempat, memperbolehkan pembeli untuk tidak membayar secara langsung barang kerajinan yang sudah di belinya (ngalap-
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
81
nyaur). Kelima, memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pembeli misalnya pengerjaan yang tepat waktu, memperhatikan kualitas, harga disesuaikan dengan bahan baku, sifat ramah dan sopan terhadap pembeli. d.
Strategi Keberlangsungan Pengrajin Mainan Di daerah pedesaan yang memiliki beragam mata pencaharian hidup, tanah
persawahan hanya digunakan sekedar memenuhi kebutuhan pangan keluarga, namun ada juga yang di jual kepasar jika hasil panenan lebih. Sedangkan kebun atau tegalan di gunakan untuk menanam tanaman keras seperti jati, mahoni, durian dan lain sebagainya untuk orientasi pada investasi (celengan) atau jangka panjang yang pada suatu waktu dapat dijual. Sedangkan masyarakat desa yang tidak memiliki tanah pertanian maupun pekarangan biasanya mendapat sistem bagi hasil atau saat musim panen tiba mereka dibayar untuk menjadi buruh tani. Ada juga masyarakat yang bekerja di sektor jasa, pedagang dan pengrajin. Kehidupan rumah tangga telah memanfaatkan segala sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Hal ini terjadi pada masyarakat di Desa Ngaglik dimana semua sumber daya manusia yang ada di dalam rumah tangga dimanfaatkan. Seperti suami, istri dan anak-anak dan sumber daya kepemilikan dimanfaatkan sehingga bisa menopang ekonomi keluarga. Hampir semua masyarakat tidak hanya fokus pada satu titik aktivitas ekonomi namun juga secara bersamaan melakukan aktivitas ekonomi yang lain. Mereka bertani, juga berkebun dan juga menjadi pengrajin mainan. Untuk itu mata pencaharian hidup masyarakat pedesaan tidak terspesialisasikan pada salah satu sistem mata pencaharian hidup tetapi menggunakan beberapa sistem sebagai suatu kesatuan. Kegiatan ekonomi rumah tangga pada hakekatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, namun di dalam rumah tangga di desa juga semakin menunjukkan berkembangnya budaya investasi. Hal tersebut terlihat jelas dalam upaya-upaya rumah tangga dalam mempersiapkan masa depan anakanaknya yaitu dengan cara disekolahkan untuk keluarga yang mampu maupun pemberian
ketrampilan
hidup
bagi
masyarakat
yang
tidak
mampu
menyekolahkan anaknya melalui pendidikan formal. Seperti yang diungkapkan oleh Pak KD :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
82
”Kulo kepengin memajukan anak harapan saya supaya mereka bisa mengenyam pendidikan sampai apa yang diinginkan, pendidikan saya utamakan, saya pentingkan, warisan yang saya berikan adalah kepandaian, kalau pandai insyaallah anak bisa usaha sendiri tapi kalau dikasih warisan berupa materi atau benda atau uang atau tanah itu kalau tidak pintar-pintar mengelola kan akan habis, kalau kepandaian sifatnya kekal dan bisa buat modal usaha, prinsip kulo namung minterke anak soal mboten duwe nopo-nopo mboten masalah, kulo terus berdoa kaliyan berusaha soal rejeki sudah diatur yang diatas.”(Saya ingin memajukan anak harapan saya supaya mereka bisa mengenyam pendidikan sampai apa yang diinginkan, pendidikan saya utamakan, saya pentingkan, warisan yang saya berikan adalah kepandaian, kalau pandai insyaallah anak bisa usaha sendiri tapi kalau dikasih warisan berupa materi atau benda atau uang atau tanah itu kalau tidak pintar-pintar mengelola akan habis, kalau kepandaian sifatnya kekal dan bisa buat modal usaha, prinsip saya hanya membuat anak pintar soal tidak punya apa-apa tidak masalah, saya terus berdoa dan berusaha soal rejeki sudah diatur yang diatas).(W/KD/28/6/ 2010) Keinginan untuk melanjutkan pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi, dilakukan oleh Mbak SW, meskipun telah berkeluarga namun ia tetap bertekad menyelesaikan pendidikan hingga menjadi sarjana. Apalagi niat tersebut mendapat sambutan baik dan dorongan dari suaminya, berikut penuturan Mbak SW secara langsung :
”Kulo riyen lulus SMA kursus njahit riyen, trus sakniki melanjutkan kuliah nderek Universitas Terbuka, manggene teng SMA PGRI, kulo mendet PAUD niki pun semester 5,biaya satunggal semester awis sanget le mbak ngantos Rp.1.450.000,00 taksih nggeh biaya praktek Rp.300.000,00 persemester.”(Saya dulu lulus SMA kursus menjahit dulu, terus sekarang melanjutkan kuliah ikut Universitas Terbuka, tempatnya di SMA PGRI, saya mengambil PAUD ini sudah semester 5, biaya satu semester mahal sekali mbak mencapai Rp 1.450.000,00, masih mengeluarkan biaya praktek Rp. 300.000,00 persemester).(W/SW/4/7/2010) Saat ditanya alasan melanjutkan kuliah, Mbak SW mengatakan : ”Kulo mawon nggih mboten nyangka saged kuliah le mbak, riyin mawon kulo lulus SMP pingine namung kursus mawon, gek weruh pendak ndino enten rencang-rencang mlampah gek nganggo seragam SMA niku kulo kok pengin, bar lulus SMA kulo kursus njahit, trus kulo Wiyata Bakti teng TK niku, menawi sing mulang lulusan SMP lan SMA niku naminipun pengasuh, D2 niku pendamping la S1 baru saged disebut guru. Alhamdulilah kulo gadhah rejeki luweh nggeh kuliah teng UT mendet
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
83
PAUD sareng rencang-rencang. Pun kados banyu milli mawon kok mbak, niki njahitke nggeh kulo tilar, enten tiyang badhe njahite nggeh kulo tolak, la mangke nek kulo ayahi la nggeh wayange keteteran, pesenan saking wayang niku kathah sanget”(Saya saja tidak menyangka bisa kuliah, dulu saya lulus SMP inginya hanya kursus saja, terus melihat tiap hari ada teman-teman berjalan memakai seragam SMA itu saya terus ingin, habis lulus SMA saya kursus menjahit, terus Wiyata Bakti di TK itu, kalau yang mengajar lulusan SMP dan SMA itu namanya pengasuh, D2 itu pendamping, S1 baru bisa di sebut guru. Alhamdullilah saya punya rejeki dan kuliah di Universitas Terbuka mengambil Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bersama teman-teman. Seperti air mengalir saja kok mbak, ini menjahit juga saya tinggal, ada orang mau menjahitkan ya saya tolak, nanti kalau saya sanggupi, wayangnya kewalahan, pesenan dari wayang iru banyak sekali).(W/SW/31/7/2010) Selain menjadi guru TK, Mbak SW juga seorang pengrajin mainan anak, keterampilan tersebut diperoleh dari ibunya. Oleh sebab itu ia mengaku tidak akan pernah meninggalkan kerajinan mainan ini, ia juga mengajarkan ketrampilan ini pada anak pertamanya. Berikut penuturan Mbak SW : ”Sing dipangan kuwi, sing dinggo sekolah soko kuwi, ketrampilan nek saged ampun diilangi, kudu dibudayakan dan dilestarikan, enten sing damel enten sing golek, cocok nggeh terus ket semriki, anak kulo sing mbajeng niku men pun kulo ajari ra ketang gawe sikil gawe tangan, kulo kenalke sekedhik mboko sekedhik ngoten mbak, la kulo nek ketemu pakdhe niku namung disanjangi diken lekas ngajari anak....kerajinan niki nggeh saged dingge media pembelajaran teng TK, cah cilik niku kan seneng, nek nanggis utawi rame ngoten langsung tembangke dan dicritakan melalui media wayang niku pun do meneng, cah cilik kan ngumunan mbak, rencang-rencang kulo do melu-melu ken damelke wayang, sami pesen bentuk-bentuk kewan niku, dosen kesenian kulo malah ken damelke wayang ning bentuknya manusia, komplit enten ayah, ibu, anak, kakek dan nenek”(Yang dimakan itu, untuk sekolah juga dari itu, ketrampilan kalau bisa jangan dihilangkan, harus di budayakan dan dilestarikan, ada yang buat ada yang mencari, cocok terus sampai sekarang, anak saya yang pertama itu saja saya ajari membuat kaki membuat tangan, saya perkenalkan sedikit demi sedikit mabak, la kalau saya bertemu dengan pakdhe itu terus dinasehati untuk segera mengajari anak.....kerajinan ini juga bisa untuk media pembelajaran di TK, anak kecil itu kan senang, kalau menangis atau ramai langsung dinyayikan dan dicritakan melalui media wayang itu sudah diam, anak kecil kan selalu penasaran mbak, teman-teman saya ikut-ikutan menyuruh membuatkan wayang, memesan bentuk –bentuk hewan itu, dosen kesenian saya juga memesan wayang tapi bentuknya manusia, komplit ada ayah ada ibu, anak, kakek dan nenek).(W/SW/31/7/2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
84
Orang tua selalu berusaha agar anaknya memperoleh yang terbaik, begitu juga dengan Pak YN, tetapi keinginan Pak YN tidak terpenuhi karena anak pertamanya justru mengiginkan bekerja dan meneruskan usaha kerajinan mainan anak tersebut. ”Asline nggeh karepe kulo ben sekolah dhuwur, tapi bocahe pingine nerusaken kerajinan niki, mboten ngertos anak mbarep kulo niku, riyin mawon mboten tertarik blas, nyawang pun mboten tau ,eh reti-reti pengin ndamel wayang, niki mawon piyambake pengin nyobi teng Malang, kulo mboten tau mekso pun kajenge dalanipun tiyang kan piyambak-piyambak, kersane adine kemawon mangke ingkang sekolah dhuwur...., pesenan saking guru-guru SMP kathah le mbak, kangge pelajaran Bahasa Jawa ben muride mengenal wayang, menawi sekolah internasional kulo nggeh nate diken mucal teng mriku, kulo namung ngajari natah kaliyan njogetke, neng ngomong mboten saged mbak, wong muride saking luar sedanten, tiyang Indonesia sekelas namung sekawan, niku itungane perjam mbak, satunggal jam 100 ewu, guru Bahasa Jawanipun saking Solo.”(Sebenarnya ingin saya menyekolahkan sampai tinggi, tapi anak saya ingin meneruskan kerajinan ini, saya juga tidak tahu maksud anak pertama saya itu, dulu tidak tertarik sama sekali, melihat saja tidak mau, tahu-tahu ingin membuat wayang, ini saja dia sudah mau mencoba di Malang, saya tidak pernah memaksa biar saja jalannya orang kan sendirisendiri, biarlah nanti adiknya saja yang sekolah tinggi.... pesenan dari guru-guru SMP banyak mbak, untuk pelajaran Bahasa Jawa biar muridnya mengenal wayang, kalau sekolah internasional saya juga pernah disuruh mengajar disitu, saya hanya mengajari menatah dan menarikan, kalau disuruh bicara tidak bisa mbak, muridnya dari luar semua, orang Indonesia sekelas hanya empat, itu hitungane perjam mbak, satu jam 100 ribu, guru Bahasa Jawanya dari Solo).(W/YN/3/6/ 2010) Hal senada juga diungkapkan oleh Pak BJ, ia tidak pernah memaksakan anak untuk membuat kerajinan wayang, namun ketiga anak Pak BJ justru yang tertarik untuk belajar ketrampilan membuat mainan anak baik wayang, topeng dan empet. ”Anak kulo niku saged sedoyo le mbak, sing SD men pun saged, pra nggeh pun apal retos kulo saben dinten ndamel niku, garapane nggeh pun alus pun patut nek disade”(Anak saya itu bisa semua lo mbak, yang SD saja sudah bisa, sudah hapal karena tiap hari melihat saya membuat itu, pekerjaanya juga sudah halus dan layak untuk dijual).(W/BJ/4/6/2010) Tidak berbeda dengan yang diungkapkan oleh Pak KR :
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
85
”Yogo kulo sedanten saged damel kerajinan niki mbak, la pripun wong bedinten niku cepengane nggih niki, anak kulo sing alit piyambak niku nggeh pun saged, tapi kulo mboten nate mekso le mbak, wayahe dolanan nggeh do dolanan kados ngoten, mengke nek lagi pengin nggeh ngewangi wong tuwo.“(Anak saya semua bisa membuat kerajinan ini mbak, tiap hari mengerjakan ini, anak saya yang paling kecil juga sudah bisa, tapi saya tidak pernah memaksa lo mbak, waktu bermain ya bermain seperti itu, nanti kalau lagi ingin ya membantu orang tua). (W/KR/5/6/2010) Menurut sekretaris desa, kerajinan mainan ini tidak bisa dilepaskan dari masyarakat karena sudah diwariskan secara turun temurun. Berikut penuturan Pak SN : Kerajinan mainan ini sudah ada sejak tahun 50an atas prakarsa mbah Dikromo, pada masa OrdeBaru itu perkembangan kerajinan mainan di desa ini berkembang pesat. Sampai sekarang kerajinan ini tetap ada dan tidak mungkin punah, memang kalau kita mencari pemuda-pemuda desa yang benar-benar mengeluti kerajinan ini sangat jarang, kebanyakan memang orang-orang tua, namun kalau sudah menikah dan kebutuhan keluarga mendesak, akhirnya mereka juga membuat kerajinan ini, kan membuat kerajinan ini tidak membutuhkan waktu lama 5-10 hari sudah mendapat uang, berbeda kalau hanya mengandalkan dari hasil menjual padi, 4-6 bulan baru memetik hasil. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan, ada dua hal yang dilakukan para pengrajin dalam upaya melestarikan kerajinan mainan. Pertama, pengrajin mengajarkan ketrampilan membuat kerajinan mainan kepada anaknya mulai dari kecil. Sehingga ketrampilan membuat kerajinan tersebut dapat digunakan untuk bekal mencari nafkah saat berkeluarga nanti. Kedua, pengrajin menggunakan kerajinan mainan wayang sebagai media pembelajaran. Sehingga dapat dijadikan untuk hiburan dan sarana edukasi bagi anak-anak. Dengan demikian kerajinan ini tidak akan hilang atau musnah selama masyarakat pendukungnya masih mau melestarikan dan mau membuat kerajinan mainan seperti terompet, wayang, empet dan topeng. Kesimpulan Hasil Temuan Dari hasil temuan penelitian diperoleh kesimpulan tentang relasi sosial dan strategi bertahan masyarakat Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
86
Bulukerto, Kabupaten Wonogiri. Relasi Sosial yang dibangun oleh masyarakat pengrajin mainan Desa Ngaglik dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertama, bahwa relasi yang dibangun antara masyarakat pengrajin dengan masyarakat sekitar masih terdapat istilah gotong-royong yang diwujudkan dengan berbagai kegiatan diantaranya membantu tetangga yang melaksanakan hajatan baik berupa materi maupun tenaga, mengikuti perkumpulan arisan, PKK, menjenguk orang sakit, melayat, pengajian rutin, kerja bakti menjaga kebersihan lingkungan, gotong royong mendirikan rumah (sambatan), membangun masjid desa, mengairi sawah, membangun jalan desa dan jembatan. Masyarakat yang bukan bermata pencaharian sebagai pengrajin juga bisa merasakan manfaat dari berbagai kerajinan yang ada di Desa Ngaglik. Misalnya yang menjual bambu wuluh, menjual kertas bekas, menjual botol agua bekas. Jadi secara tidak langsung kerajinan mainan ini juga membawa dampak positif bagi masyarakat yang bermata pencaharian diluar kerajinan. Kedua, bahwa relasi yang dibangun dengan sesama pengrajin dapat dilihat dari: Pertama, komunikasi diantara mereka saat ada pertemuan informal seperti berbincang-bincang di dalam mobil ketika menghadiri acara hajatan, menjenguk orang sakit dan saat menjual hasil kerajinannya ke kota, saling bertegur sapa jika bertemu maupun berkunjung kerumah jika mengalami kekurangan pasokan bahan baku, memesan bahan baku kepada pengrajin lain yang ingin membeli bahan baku di kota dan saling pengertian maupun saling menghormati jika sedang berjualan terompet tahun baru. Terdapat juga pertukaran informasi antar pengrajin jika ada event-event tertentu di kota. Kedua, pengrajin bisa mengambil bahan-bahan kerajinan kemudian tidak langsung membayarnya (ngalap-nyaur). Ketiga, pengrajin juga dapat menitipkan barang dagangannya jika ada keperluan mendadak sehingga ia tetap bisa menjual hasil kerajinanya melalui bantuan temannya. Ketiga, relasi yang terjalin antara pengrajin dan pembeli meliputi lima hal yaitu. Pertama kegiatan jual beli kerajinan mainan. Kedua, pengrajin meminta pada pembeli langgananya untuk membelikan bahan-bahan terlebih dahulu. Ketiga, pembeli memberikan modal terlebih dahulu pada pengrajin. Keempat,
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
87
kepercayaan pengrajin untuk membuatkan barang kerajinan dan kadang pemesanannya melalui telepon dan mengirimkan lewat paket pengiriman. Kelima, memberi kelonggaran pada pembeli untuk mencicil barang kerajinan mainan yang sudah dipesannya. Keempat, para pengrajin juga menjalin relasi dengan pemerintah terkait, Relasi terwujud dengan pemberian bantuan-bantuan yang diberikan pemerintah. Pertama, memberi dana bantuan seperti bantuan kredit lunak dari dinas pertanian berupa Bantuan Langsung Masyarakat untuk membantu usaha kerajinan. Kedua, pemerintah memberikan penyuluhan dan pelatihan di balai desa dan setiap ada event seperti karnaval maupun pameran potensi daerah, pemerintah daerah wonogiri memberi informasi kepada kepala desa untuk selanjutnya diteruskan kepada para pengrajin. Sedangkan strategi bertahan masyarakat pengrajin Desa Ngaglik dilakukan melalui empat hal. Pertama, melalui adaptasi di bidang ekonomi. Masyarakat pengrajin di Desa Ngaglik berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan menjadi pengrajin. Baik sebagai pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Untuk masalah modal sendiri diperoleh melalui dua cara. Pertama yaitu meminjam dari sanak saudara, koperasi dan bank. Kedua, dari tabungan pribadi. Kedua, organisasi sosial melalui paguyuban dan pasar pahing. Tujuan pendirian paguyupan adalah untuk dijadikan tempat musyawarah jika terjadi suatu masalah. Sedangkan Pasar Pahing di bentuk untuk memudahkan kerja para pengrajin sebab membantu pengrajin dalam pemasaran hasil produksi karena mempermudah pengrajin untuk bertemu dengan pembelinya. Ketiga, strategi penjualan masyarakat pengrajin mainan yang dilakukan lima strategi. Pertama, saling membantu pengrajin jika kesulitan bahan baku. Kedua, saling meminjamkan barang kerajinan jika stok kerajinan mainan yang diinginkan pembeli kurang atau tidak ada (nempakke). Ketiga, menciptakan standar
harga
sendiri
agar
lebih
terjangkau
oleh
pembeli.
Keempat,
memperbolehkan pembeli untuk tidak membayar secara langsung barang kerajinan yang sudah di belinya (ngalap-nyaur). Kelima, memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pembeli misalnya pengerjaan yang tepat waktu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
88
memperhatikan kualitas, harga disesuaikan dengan bahan baku, sifat ramah dan sopan terhadap pembeli Keempat, strategi keberlangsungan pengrajin yang dilakukan melalui dua cara. Pertama, mengajarkan ketrampilan membuat mainan kepada anak mulai dari kecil. Kedua, mengunakan kerajinan mainan wayang sebagai media pembelajaran. Dengan demikian kerajinan ini tidak akan hilang atau musnah selama masyarakat pendukungnya masih mau melestarikan dan mau membuat kerajinan mainan seperti terompet, wayang, empet dan topeng. C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori Pada sub bab sebelumnya telah dijelaskan adanya penyajian data serta temuan penelitian yang berada di lapangan. Pada sub bab berikut ini akan dibahas lebih lanjut. Pembahasan ini dimaksudkan untuk memperoleh makna yang mendasari temuan-temuan penelitian berkaitan dengan teori-teori yang relevan dan dapat pula terjadi penemuan teori baru dari penelitian ini kemudian dinyatakan dalam bentuk kesimpulan. Temuan data-data yang dihasilkan dari penelitian ini kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori atau pendapat yang ada atau sedang berkembang. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dilakukan pembahasan secara rinci.
1. Wujud Solidaritas Mekanik Masyarakat Pengrajin Mainan Desa Ngaglik Dalam suatu kehidupan ada perkumpulan manusia yang membentuk suatu masyarakat. Manusia tersebut berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama dengan berkelompok dan menempati suatu wilayah dengan menjunjung adat istiadat setempat. Menurut Soerjono Soekanto (2007: 143) dalam masyarakat setempat, ada klasifikasi menurut empat kriteria yaitu jumlah penduduk, luas dan kekayaan yang dimiliki, fungsi masyarakat dan organisasi masyarakat setempat. Desa Ngaglik Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri telah memenuhi empat kriteria yaitu Pertama, untuk jumlah penduduk Desa Ngaglik memiliki penduduk sejumlah 3962 orang; Kedua adalah luas wilayah Desa Ngaglik yang mencapai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
89
284.4465 Ha; Ketiga, Desa Ngaglik juga memiliki satu kantor pemerintahan desa yang dipimpin seorang kepala desa. Kantor tersebut memiliki fungsi sebagai wadah penampung aspirasi masyarakat setempat, mengurus keperluan KTP, pindah rumah maupun agama dan lain sebagainya. Keempat, Desa Ngaglik memiliki organisasi sebagai penampung aspirasi masyarakat seperti perkumpulan organisasi para pengrajin yang bernama Sungging Arjuno, koperasi RT, arisan bapak dan ibu, karang taruna. Masyarakat Desa Ngaglik termasuk dalam Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri. Apabila dilihat menurut tempat tinggalnya, masyarakat Ngaglik termasuk masyarakat pedesaan (rural community). Sesuai dengan pendapat dari Sañana dan Pajarillo (2010: 6) “Rural Communities are localities which are usually small having a homogeneity of culture and personal relationships”(masyarakat pedesaan adalah daerah yang pada umumnya kecil memiliki homogenitas budaya dan hubungan pribadi). Dari hasil penelitian tentang hubungan yang terjalin antara masyarakat menunjukkan mereka masih memiliki keakraban, ramah tamah terhadap tetangga serta menjunjung gotong royong sebab suatu masyarakat tidak bisa lepas hubungan dengan masyarakat lain. Untuk masyarakat pedesaan, hubungan dengan sanak saudara dan tetangga perlu dipertahankan. Apapun profesi mereka semuanya adalah bagian dari masyarakat yang harus menjalin relasi dengan keluarga sebagai unit terkecil dan paling primer serta menjalin relasi dengan masyarakat tempat tinggal agar tercipta suatu solidaritas. Manusia dengan sendirinya akan berelasi atau membentuk hubungan sosial dengan orang lain. Solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas sosial pada masyarakat pedesaan lebih didasarkan atas kesamaan-kesamaan sedangkan pada masyarakat perkotaan justru didasarkan pada perbedaan-perbedaan. Kesamaan-kesamaan atas dasar solidaritasnya menciptakan hubungan yang bersifat informal pada masyarakat desa, sebaliknya pada masyarakat perkotaan,
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
90
karena solidaritasnya didasarkan pada ketidaksamaan yang tercipta karena adanya pembagian kerja (division of labor) maka hubungan-hubunganya bersifat formal. Seperti yang dijelaskan pada teori Durkheim yang membedakan karakteristik desa dan kota. Karakteristik kota dengan konsepnya tentang solidaritas organik memiliki ciri-ciri yaitu pembagian kerja tinggi, kesadaran kolektif lemah, hukum retitutif dominan, individualitas tinggi, konsensus pada nilai-nilai abstrak dan umum itu penting, badan-badan kontrol sosial yang menghukum orang-orang yang menyimpang, saling ketergantungan yang tinggi, bersifat industrial-perkotaan. Durkheim juga memberikan karakteristik desa dengan konsepnya tentang solidaritas mekanik yaitu dengan ciri-ciri pembagian kerja rendah, kesadaran kolektif kuat, hukum represif dominan, individualitas rendah, konsensus terhadap pola-pola normatif itu penting, keterlibatan komunitas dalam menghukum orang-orang yang menyimpang, secara relatif saling ketergantungan itu rendah, bersifat primitif atau pedesaan. Karakteristik masyarakat Desa Ngaglik menurut teori Durkheim memiliki ciri solidaritas mekanik. Adapun ciri solidaritas mekanik yang diperlihatkan di Desa Ngaglik adalah sebagai berikut : a. Pembagian Kerja Rendah Masyarakat Desa Ngaglik mengandalkan sanak saudara untuk membantu kegiatan perekonomianya. Tidak ada pembagian kerja yang benar-benar terstruktur dan teradministrasi dengan baik sebab semuanya berjalan dengan sendirinya. Seperti yang terjadi pada semua informan, dalam mengerjakan kerajinan biasanya hanya menggandalkan bantuan dari anggota keluarga sendiri yaitu anak, istri, suami atau anggota yang luas “extended family” seperti kakek, nenek, dan paman. Relasi yang baik telah ditunjukkan oleh pengrajin di Desa Ngaglik dalam kehidupan ekonomi dan sosialnya. Kerjasama telah terjalin dengan baik meskipun belum ada pembagian kerja yang terorganisir. Mereka bantumembantu atas dasar sifat kekeluargaan dan kemampuan masing-masing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
91
pihak, tidak ada paksaan dari pihak manapun untuk menjalin relasi dengan sesamanya. b. Kesadaran Kolektif Kuat Masyarakat yang ada di Desa Ngaglik, masih mencirikan masyarakat pedesaan. Di sana masih menjalin hubungan dengan masyarakat secara akrab, baik lewat komunikasi atau kegiatan gotong royong. Yang sering dilakukan masyarakat Desa Ngaglik apabila ada tetangga yang melaksanakan hajatan adalah ikut membantu pelaksanaan baik lewat sumbangan materi atau sumbangan tenaga. Sumbangan materi yang diberikan tetangga yang melaksanakan hajatan dapat berupa beras, gula atau teh. Ini dilakukan oleh Pak SN, Pak KR, Pak KD dan Pak YN. Sumbangan berupa tenaga diberikan oleh Ibu PM, saat tetangga hajatan ia datang untuk membantu dan mendapat tugas memasak. Sedangkan Pak US mendapat tugas untuk menerima tamu saat hajatan berlangsung. Keakraban masyarakat Desa Ngalik tidak hanya dilakukan dengan membantu tetangga yang melaksanakan hajatan, tetapi juga saat menjenguk tetangga yang sakit atau saat ada kegiatan arisan. Kebersamaan merupakan ciri masyarakat pedesaan. Masyarakat juga melakukan gotong-royong saat panen tiba, membersihkan lingkungan, memperbaiki jalan dan membuat pagar. Dalam pembangunan rumahpun dilakukan dengan gotong-royong atau masyarakat desa mengenalnya dengan istilah “sambatan”. Seseorang yang sedang mendirikan rumah akan mendapat bantuan dari kerabat dan tetangga-tetangga, baik bantuan dalam bentuk materi seperti semen, pasir dan batu bata namun bisa juga dalam bentuk tenaga seperti yang dilakukan Pak PN dan Pak LR. Kerabat dan tetangga yang telah menolong akan mendapatkan perlakuan yang sama apabila mereka berada dalam kesulitan.
c. Hukum Represif Dominan Suatu aturan hukum bisa didefinisikan sebagai suatu aturan berperilaku yang mempunyai sanksi. Sanksi represif merupakan ciri khas dari hukum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
92
pidana dan terdiri atas suatu pemaksaan suatu bentuk penderitaan atas diri individu sebagai hukuman atas pelanggaran yang dia lakukan. Sanksi-sanksi demikian meliputi pencabutan kebebasan, mengenakan rasa nyeri, kehilangan hormat dan sebagainya. Kejahatan adalah tindakan yang melanggar perasaan yang secara universal telah disepakati anggota-anggota masyarakat. Landasan moral yang tersebar dari hukum pidana terbukti dari sifatnya yang umum (Giddens, 1986: 93). Sanksi sosial yang ditujukan kepada seseorang yang melakukan pelanggaran kadang berlaku untuk seumur hidup. Misalnya saja hilangnya kepercayaan seseorang kepada orang lain. Menurut informan beranama Pak US, ia memperbolehkan para pengrajin untuk mengambil bahan-bahan terlebih dahulu dan tidak langsung membayar (ngalap-nyaur). Asalkan pengrajin berjanji akan membayar, pengrajin hanya di beri nota, namun tetap berkewajiban untuk membayar tepat waktu. Jika pengrajin belum membayar atau lupa, Pak US hanya memperingatkan saja. Sifat kewajiban moral tidak perlu dikatakan secara terperinci di dalam hukum represif karena tiap orang sudah mengetahuinya dan menerimannya. d. Individualitas Rendah Di Desa Ngaglik relasi antara pengrajin mungkin yang terlihat hanya sebatas interaksi pengrajin dan pengrajin seperti masyarakat pada umumnya. Tetapi jika kita melihat lebih dalam relasi antara mereka layaknya relasi yang terjalin antara keluarga atau saudara. Lihat saja relasi antara Pak KD dan Pak KR ketika berbagi rejeki saat salah satu diantara mereka kehabisan stok kerajinan. Hal ini juga diungkapkan oleh Ibu PM dan Pak PM saat kehabisan bahan baku dan bisa mengambil terlebih dahulu bahan-bahan tersebut di toko Pak US. Di luar hubungan layaknya sesama keluarga ini bisa di bilang hubungan sesama pengrajin adalah hubungan pertemanan atau mitra kerja. Bentuk relasi yang mereka tampilkan adalah kerjasama dimana dapat dilihat dalam interaksi mereka sehari-hari. Relasi yang terjalin secara mendalam seperti kekeluargaan dan pertemanan merupakan dampak berlangsungnya kerjasama tersebut.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
93
Relasi tersebut tidak hanya berlaku saat melakukan usaha kerajinan tetapi juga berlaku di kehidupan sosialnya. Individualitas tidak berkembang karena di Desa Ngaglik menonjolkan sifat kegotong-royongan seperti saat hajatan, membangun rumah, menjenguk orang sakit dan lain sebagainya. Harmonisasi kekeluargaan atau perkawanan merupakan suatu etika tersendiri yang harus dipatuhi walaupun tidak tertulis namun dipertahankan oleh komunitas desa. Untuk itu harmonisasi dalam kehidupan mereka selalu dikedepankan agar mudah mencapai kebutuhan-kebutuhan hidup mereka.
e. Konsensus terhadap Pola-Pola Normatif itu penting Kepatuhan pada pimpinan dan tokoh-tokoh masyarakat dan ulama merupakan ciri umum masyarakat pedesaan. Masyarakat pedesaan melihat dan mencontoh pimpinan yang mengatur kehidupan mereka. Masyarakat desa mudah untuk mengikuti apa yang dikatakan dan dilakukan oleh pemimpinya sehingga peraturan yang dibuat oleh pemimpin bersifat umum dan menyeluruh. Hukum adat tradisional masih menunjukkan adanya nilai-nilai tradisional yang dipatuhi bersama yaitu adanya asas gotong royong, fungsi sosial manusia dan kepemilikan bersama sumber daya alam yang menguasai hajat hidup orang banyak dan asas permusyawaratan dalam setiap pengambilan keputusan. Dalam masyarakat pengrajin diperlukan juga suatu kesepakatan bersama agar tidak terjadi konflik. Misalnya saja penetapan harga mainan yang biasanya ditentukan oleh Pasar atau ada juga yang ditentukan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam sebuah paguyupan. Seperti yang diungkapkan oleh Pak KD bahwa penetapan harga ditentukan oleh paguyupan dan secara otomatis di ikuti oleh semua warga masyarakat. f. Keterlibatan
komunitas
dalam
menghukum
orang-orang
yang
menyimpang Suatu kaidah akan timbul dalam suatu masyarakat karena diperlukan sebagai pengatur hubungan antara seorang dengan orang lain, antara seseorang dengan masyarakatnya. Dalam masyarakat yang primitif atau pedesaan,
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
94
homogen dan tradisional konformitas warga masyarakat kuat. Misalnya dalam pemeliharan dan mempertahankan tradisi. Dalam menghukum seseorang yang menyimpang di masyarakat, terkadang tidak menyesuaikan hukuman itu dengan tindak kejahatan, hukuman itu mencerminkan dan menyatakan kemarahan kolektif. Hal tersebut dapat diketahui dari pernyataan Pak BJ ketika ada pencuri yang tertangkap basah maka ia akan dipukuli massa. g. Secara relatif saling ketergantungan rendah, Relasi yang terbentuk antara pengrajin ada dua cara, yaitu relasi langsung dan tidak langsung (melalui perantara). Pembeli bisa memesan secara langsung kerajinan yang diinginkanya sedangkan tidak langsung dapat melalui telepon, karena jaraknya yang terlalu jauh. Setelah mendapat kesepakatan maka barang akan dikirim melalui paket setelah uang ditransfer. Pembeli mau menjalin relasi dengan pengrajin karena merasa puas dengan hasil kerja pengrajin. Dan kepercayaan diperoleh karena pengajin tidak pernah mengecewakan pembeli begitu juga sebaliknya. Dalam proses penjualan hasil kerajinan, pengrajin di Desa Ngaglik tidak mengalami kesulitan yang berarti. Ada dua cara yang biasa ditempuh oleh pengrajin mainan di Desa Ngaglik untuk menjual hasil kerajinanya, yaitu menjual sendiri ke kota-kota dan menjual kepada pembeli atau pemesan yang langsung memesan di rumah. Relasi antara pengrajin dengan pembeli bersifat langsung tanpa perantara di antara mereka. Jadi semua pengrajin mainan di Desa Ngaglik selalu memasarkan sendiri hasil-hasil kerajinanya sehingga tidak ada ketergantungan dari pihak manapun.
h. Bersifat primitif atau pedesaan Kehidupan masyarakat desa biasa dikenal dengan tipe masyarakat paguyuban yang masih sangat kental jalinan sosial antar individunya. Mereka saling membantu satu sama lain, jarang sekali ada pertentangan di antara warga desa. Hal ini berkaitan dengan teori yang dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies yang menyatakan bahwa paguyuban adalah bentuk kehidupan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
95
bersama, di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan. Bentuk paguyuban terutama akan dapat dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, desa dan lain sebagainya. Sifat kekeluargaan yang ada pada masyarakat Desa Ngaglik lebih karena alasan hubungan darah (gemeinschaft by blood) dan persamaan tempat tinggal (gemeinschaft of place). Biasanya mereka cenderung membangun tempat tinggal dan pemukiman tidak jauh dari saudaranya (komunalisme) dengan alasan lebih mempererat rasa kekeluargaan, sehingga bila salah satu anggota keluarga ada yang membutuhkan bantuan akan cepat dibantu. Tidak hanya kehidupan sosial saja yang menjadi penghubung antara anggota masyarakat, perekonomian juga menjadi salah satu cara bagi masyarakat untuk membaur antara yang satu dengan yang lain. Saling bantu membantu dalam bermata pencaharian terutama misalnya di bidang pertanian menjadi salah satu ciri khas kehidupan desa. Namun hanya terbatas pada pemeliharaan air dan saat panen tiba. Hal tersebut juga terjadi di sektor kerajinan mainan dimana para pengrajin saling meminjamkan hasil kerajinanya dan berbagi rejeki jika ada yang kebanjiran order. Jenis usaha yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berprofesi sebagai pengrajin. Seperti yang telah dituturkan Pak SN bahwa kerajinan wayang kardus sudah ada sejak tahun 1950 sedangkan kerajinan terompet sudah ada sejak tahun 1970 atas prakarsa dari Pak Kr, Pada awal perkembangannya kerajinan mainan diminati penduduk Desa Ngaglik hanya untuk kegiatan sampingan saja setelah bertani. Namun sekarang banyak yang menjadikan kerajinan mainan sebagai mata pencaharian pokok. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Desa Ngaglik masih melekat ciri-ciri masyarakat pedesaan. Dari relasi sosial mereka dalam menjalankan kehidupan sosial ekonomi masih terdapat tradisi tolong menolong diantara warga, pembagian kerja menggunakan tenaga dari keluarga sendiri seperti istri, anak dan suami, masih terdapat sistem ngalap nyaur yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
96
dijalankan oleh pengrajin dan mentalitas nrimo takdir, kegagalan dalam pertanian merupakan takdir Allah yang harus di terima dengan lapang dada. Relasi antara pengrajin juga dikenal dengan berbagi rejeki maksudnya jika ada kekurangan kerajinan maka akan diambilkan kepengrajin lainya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa menurut teori Durkheim tentang solidaritas mekanik dan organik, maka di Desa Ngaglik tergolong solidaritas mekanik. Kehidupan masyarakat Desa Ngaglik yang serba kebersamaan, disebabkan oleh homogenitas berbagai kepentingan yang mereka miliki dalam kerangka memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, mereka melakukan aktivitas ekonomi, upacara-upacara adat, dan membangun tempat tinggal dan pemukiman selalu bersama-sama. Relasi pengrajin dengan berbagai elemen masyarakat menunjukkan adanya harmonisasi yang selalu ditunjukkan dan dikedepankan.
2. Strategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan
Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu dihadapkan pada berbagai aktivitas-aktivitas sosial dan ekonomi di dalam bermasyarakat. Sosial digunakan untuk menyebutkan hubungan seseorang di masyarakat melalui peran dan status yang harus dijalankannya. Sedangkan ekonomi lebih menunjuk pada aktivitas dalam pemenuhan kebutuhan. Seseorang dapat bertahan hidup harus memenuhi kebutuhan terutama kebutuhan primer seperti makan, tempat tinggal dan pakaian. Masalah pemenuhan kebutuhan hidup merupakan hal yang sangat penting dalam rangka bertahan hidup bagi rumah tangga, oleh karena itu seseorang harus bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Umumnya penduduk pedesaan di Indonesia apabila ditinjau dari segi kehidupan, sangat terikat dan tergantung dari tanah. Sebab Indonesia masih terkenal dengan sebutan negara agraris dimana kegiatan pertanian merupakan mata pencaharian pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Hal ini juga yang terjadi di masyarakat Desa Ngaglik di mana lahan pertanian masih sangat luas yaitu mencapai 122,2715 Ha dan mayoritas sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
97
masyarakat tani. Namun kehidupan pertanian tidak menjanjikan karena lahan kepemilikan mereka rata-rata sempit dan hasil produksi pertanian tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Biasanya mereka bertani semata-mata untuk mencukupi kebutuhan sendiri dan tidak untuk dijual. Mereka puas apabila kebutuhan keluarga telah terpenuhi. Hal itulah yang menyebabkan para petani mencari usaha lain diluar sektor pertanian. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup pada masyarakat Ngaglik dilakukan dengan membuat kerajinan mainan. Kerajinan mainan di Desa Ngaglik tumbuh dan berkembang dari kreatifitas masyarakat setempat yang menghasilkan beraneka macam mainan. Ada yang terampil membuat topeng, ada yang terampil membuat wayang kardus, ada yang terampil membuat kitiran dan lain sebagainya. Menurut Sulaiman kerajinan sendiri mempunyai pengertian merupakan ketrampilan yang berhubungan dengan suatu pembuatan barang yang dikerjakan secara
teliti dan biasanya dominan
dikerjakan dengan tangan atau sedikit menggunakan teknologi.
Foto 1 : Seorang pengrajin yang sedang mengecat kerajinan wayang
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
98
Foto 2 : Seorang pengrajin yang sedang mengecat kerajinan topeng
Foto 3 : Seorang pengrajin yang sedang membuat mainan topeng dari kertas bekas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
99
Seperti terlihat pada foto 1, foto 2 dan foto 3 bahwa pengrajin hanya menggunakan alat-alat sederhana. Untuk pengrajin wayang kardus hanya menggunakan kuas untuk mewarnai, sebuah meja dari pohon asem untuk menatah dan sebuah palu. Sedangkan untuk pengrajin wayang, kitiran, akar wangi dan lain sebagainya cukup menggunakan ketrampilan tangan saja. Menjadi pengrajin mainan anak merupakan cara masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya. Namun untuk menjadi seorang pengrajin diperlukan strategi yang merupakan usaha pengrajin untuk mengadaptasikan diri pada perubahan sosial, ekonomi, budaya serta kekuatan-kekuatan lainnya diluar unit kolektif masyarakat pengrajin tersebut. Strategi-strategi tersebut digunakan agar tetap bertahan dan tetap melanjutkan usaha sebagai pengrajin. Masyarakat dalam analisis struktural fungsional adalah sebuah sistem sosial yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain, saling tergantung dan berada dalam suatu kesatuan. Strategi bertahan dalam analisis Parson dapat menjelaskan strategi bertahan di masyarakat Desa Ngaglik. Yang dijelaskan melalui empat subsistem dengan menjalankan fungsi-fungsi utama didalam kehidupan masyarakat yang sering disingkat dengan AGIL. Pertama, Adaptation (Adaptasi) sebuah sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhan. Kedua, Goal attainment (Pencapaian tujuan) sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utama. Ketiga, Integration (Integrasi) sebuah sistem harus mengatur antar hubungan yang menjadi komponennya. Keempat, Latency (Latensi atau pemeliharaan pola) sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola–pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi (Ritzer, 2007: 121). Dalam masyarakat pengrajin, adaptasi (adaptation) dilakukan dengan cara memaksimalkan hasil kerajinan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, dengan adanya kerajinan mainan ini ekonomi keluarga lebih baik daripada hanya mengandalkan dari hasil pertanian saja Untuk kehidupan pengrajin, menjadi pengrajin merupakan pekerjaan utama dilakukan oleh masyarakat. Namun juga ada masyarakat yang berprofesi sebagai pengrajin hanya
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
100
sebagai pekerjaan sampingan saja. Dan ada juga yang mengeluti pekerjaan sebagai pengrajin mainan karena hanya ingin meneruskan usaha orang tua. Meskipun berbeda, tetapi dengan menjadi pengrajin membantu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Kreatifitas masyarakat Desa Ngaglik dalam membuat beraneka macam kerajinan tangan yaitu topeng, terompet tahun baru, empet, kitiran, wayang kardus, akar wangi dan tikar mengakibatkan masyarakat memiliki kesempatan
untuk
berusaha
meningkatkan
perekonomian
sehingga
mensejahterakan keluarga. Untuk masalah modal saat berusaha diperoleh melalui dua strategi yaitu tabungan sendiri dan meminjam bank, koperasi maupun sanak saudara. Jika harus memilih meminjam, mereka lebih suka meminjam ke bank, koperasi maupun sanak saudara. Pengrajin tidak meminjam ke rentenir agar mengurangi resiko hutang dengan bunga yang besar. Untuk mencapai tujuan (goal attainment), strategi yang dibutuhkan dalam usaha kerajinan melalui paguyuban dan pasar pahing. Para pengrajin juga mendirikan paguyuban bernama ”Sungging Arjuno” untuk dijadikan tempat bermusyawarah jika terjadi permasalahan. Paguyuban juga berfungsi untuk menetapkan standar harga supaya terjadi kesepakatan harga. Selain Paguyupan di Desa Ngaglik juga terdapat Pasar Pahing untuk bertemunya pengrajin dan pembeli. Pembeli bisa bertransaksi dan tidak bersusah payah untuk mencari pengrajin dirumah. Sehingga memudahkan pengrajin dalam menjalankan aktivitas ekonominya. Pada gambar foto 4, 5, 6, 7 terlihat aktivitas jual beli di Pasar Pahing.
Foto 4 : Aktivitas jual beli kerajinan mainan di Pasar Pahing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
101
Foto 5 : Aktivitas jual beli kerajinan mainan di Pasar Pahing
Foto 6 : Informan 4 yang sedang melayani pembeli
Foto 7 : Informan 7 yang sedang melakukan tawar menawar harga dengan pengrajin lainya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
102
Foto 7 : Pengrajin mainan yang sedang menjual hasil kerajinan Melalui strategi penjualan dapat melaksanakan fungsi integrasi (integration). Pengrajin di Desa Ngaglik memang memasarkan sendiri kerajinan mainannya, bila mengalami masalah seperti kesulitan bahan baku, kehabisan stok kerajinan baru meminta tolong kepada pengrajin lain yaitu dengan cara meminjam barang kerajinan (nempakke) sehingga tidak mengecewakan pembeli. Usaha kerajinan mainan ini memang tidak terorganisir dan tidak ada pembagian kerja di antara pengrajin mainan. Meskipun demikian tidak pernah ada konflik atau saling merebut pelanggan. Meskipun tidak terorganisasi, namun hubungan para pengrajin patut dicontoh. Setidaknya mereka tidak saling menjatuhkan hasil kualitas kerajinan pengrajin lain di hadapan pembeli. Komunitas pengrajin dapat berjalan hingga saat ini karena adanya sikap saling membantu bila terjadi kesulitan apapun, menentukan standar harga secara bersama-sama agar tidak terjadi perselisihan. Dan berupaya memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pembeli misalnya pengerjaan yang tepat waktu, memperhatikan kualitas, harga disesuaikan dengan bahan baku, sifat ramah dan sopan terhadap pembeli. Sedangkan kerjasama antar pengrajin dapat dilihat dari berlakunya sistem hutang, artinya pembeli tidak membayar secara langsung barang kerajinan yang sudah di belinya (ngalap-nyaur). Hal ini dapat dijadikan modal sosial demi terciptanya stabilitas di kalangan pengrajin. Konsep modal sosial mengacu pada relasi-relasi sosial, maupun institusi-institusi, norma sosial dan saling percaya antar individu atau kelompok sehingga mempunyai dampak positif terhadap peningkatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
103
kehidupan masyarakat pengrajin itu sendiri. Modal sosial sendiri merupakan tindakan saling mempercayai antara pihak yang satu dengan yang lain, dimana antara pihak-pihak tersebut selalu sedia membantu satu sama lain seperti pembayaran sistem hutang yang terjadi pada masyarakat pengrajin di Desa Ngaglik. Modal Sosial dapat diukur dan dilihat dari kepercayaan atau sifat amanah (trust), solidaritas dan toleransi (Rusdi Syahra 2000 :60). Kepercayaan, atau sifat amanah (trust) adalah kecenderungan untuk menepati sesuatu yang telah dikatakan dengan baik secara lisan ataupun tulisan. Kepercayaan atau sifat amanah ini selalu di kedepankan oleh pengrajin melalui usaha pengerjaan kerajinan dengan tepat waktu sehingga pembeli tidak kecewa dan merasa senang dengan hasil kerja pengrajin. Pengrajin memperoleh hutang pada saat membeli bahan-bahan kerajinan dilandasi oleh rasa percaya dan keyakinan bahwa yang bersangkutan akan menepati kewajibanya untuk membayar dikemudian hari. Solidaritas antar pengrajin ditunjukkan pada saat pengrajin kehabisan bahan baku, maupun pada saat kehabisan stok kerajinan sehingga diperbolehkan untuk meminjam kerajinan dari pengrajin lain (nempakke). Solidaritas juga dapat dilihat dari pertukaran informasi yang mengguntungkan bagi semua pengrajin, selain itu terdapat juga rasa kebersamaan dalam menghadapi suatu masalah. Sedangkan toleransi adalah kesediaan untuk memberikan kelonggaran baik dalam bentuk materi maupun non materi. Seorang pengrajin diberi kelonggaran waktu untuk membayar hutang dan diberi kepercayaan untuk mengambil bahan-bahan kerajinan terlebih dahulu. Tidak ada sangsi keterlambatan, dan setiap membeli bahan hanya dicatat di buku agar penjual tidak lupa dan bisa mengingatkan pengrajin untuk membayar. Kerajinan maupun seni tidak akan musnah selama masih ada masyarakat pendukungnya. Oleh sebab itu dibutuhkan orang-orang yang mau memelihara, menjaga dan terus melakukan inovasi, fungsi pemeliharaan pola bisa dilakukan melalui berbagai cara. Misalnya memotivasi kepada generasi mudanya untuk terus berkarya dan mempertahankan potensi daerahnya, sosialisasi yang ditanamkan sedini mungkin akan menciptakan dan menopang motivasi masyarakatnya untuk terus mempertahankan keberlangsungan industri rumah tangga kerajinan mainan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
104
Seperti yang terjadi pada masyarakat pengrajin mainan di Desa Ngaglik selain untuk mendukung perekonomian keluarga, kerajinan mainan ini merupakan potensi daerah yang sangat unik dan satu-satunya di Wonogiri. Untuk kerajinan mainan tersebut ada dua hal yang dilakukan para pengrajin dalam menjaga kelangsungan kerajinan mainan tersebut. Pertama, Pengrajin mengajarkan ketrampilan membuat mainan kepada anaknya mulai dari kecil. Sehingga ketrampilan membuat kerajinan tersebut dapat digunakan untuk bekal mencari nafkah saat berkeluarga nanti. Kedua, Ada juga pengrajin mainan yang menggunakan media kerajinan mainan wayang sebagai media pembelajaran (sara na edukatif). Dengan demikian kerajinan ini tidak akan hilang atau musnah karena masyarakat pendukungnya mau melestarikan dan mau terus membuat kerajinan mainan seperti terompet, wayang, empet dan topeng. Seperti terlihat pada gambar foto 8 dimana pengrajin membuat kreasi bentuk wayang untuk digunakan sebagai media pendidikan. Wayang bisa di bentuk sesuai pesanan pembeli, ada bentuk manusia, binatang dan tumbuhan bahkan pengrajin juga melayani pesanan wayang kulit.
Foto 8 : Kreasi Informan 6 membuat wayang sesuai pesanan pembeli Masyarakat yang normal dan ideal dapat terpenuhi jika keempat sistem sosial dapat terpenuhi yaitu ketika ekonomi, sosial, politik dan budaya bisa menciptakan totalitas kehidupan masyarakat yang berjalan baik. Sebab suatu
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
105
sistem mempunyai ketergantungan secara struktur dan fungsi seperti pada tubuh manusia. Demikian pula kehidupan masyarakat di Desa Ngaglik dapat berjalan normal bilamana masyarakat secara terus menerus mencari keseimbangan (equilibrium) diantara subsistem-subsistem yang ada sehingga sebagai sebuah masyarakat dapat berjalan harmoni.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
106
A. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pengrajin Mainan (Studi Kasus Tentang Relasi Sosial dan Strategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri), peneliti dapat mengambil simpulan sebagai berikut:
1. Relasi Sosial Masyarakat Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri, meliputi : a. Relasi Sosial Masyarakat Pengrajin dengan masyarakat sekitar atau tempat tinggal. Relasi di antara masyarakat tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang nampak pada masyarakat Desa Ngaglik yaitu ”gotong royong“. Kegiatan gotong royong masyarakat dibedakan menjadi dua. Pertama, gotong royong
berhubungan dengan
kepentingan
keluarga
yang
diwujudkan dengan berbagai kegiatan di antaranya membantu tetangga yang melaksanakan hajatan baik berupa materi maupun dengan tenaga, mengikuti perkumpulan arisan, menjenguk tetangga yang sakit, melayat, pengajian rutin. Kedua, gotong royong yang berhubungan dengan kepentingan desa atau masyarakat luas yaitu kerja bakti menjaga kebersihan lingkungan, gotong royong mendirikan rumah (sambatan), membangun masjid desa, membangun dan mengairi sawah-sawah, membangun jalan desa dan jembatan. Wujud nyata dari adanya relasi adalah adanya komunikasi dan saling bertegur sapa jika bertemu di mana saja. Relasi masyarakat sekitar dengan pengrajin juga diwujudkan dalam kegiatan perekonomian di mana masyarakat yang bukan bermata pencaharian pengrajin juga bisa merasakan manfaat dari berbagai kerajinan yang ada di Desa Ngaglik. Misalnya menjual bahan baku untuk membuat mainan anak seperti bambu wuluh, menjual kertas bekas, menjual botol aqua bekas. Jadi secara tidak langsung kerajinan mainan ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
107
juga membawa dampak positif bagi masyarakat yang bermata pencaharian diluar kerajinan.
b. Relasi Sosial Masyarakat Pengrajin dengan Sesama Pengrajin. Relasi antara pengrajin tersebut dapat dilihat dari wujud yang paling ringan yaitu adanya komunikasi di antara mereka saat ada pertemuan informal seperti berbincang-bincang di dalam mobil ketika menghadiri acara hajatan, menjenguk orang sakit dan saat menjual hasil kerajinannya ke kota, saling bertegur sapa jika bertemu maupun berkunjung kerumah jika mengalami kesulitan bahan baku, memesan bahan baku kepada pengrajin lain yang ingin membeli bahan baku di kota dan saling pengertian maupun saling menghormati jika sedang berjualan terompet tahun baru. Ada juga pengrajin sekaligus pedagang yang menjual berbagai macam bahan-bahan kerajinan yang memberikan pelayanan terhadap sesama pengrajin. Bentuk pelayanannya yaitu dengan cara memberi pinjaman uang. Jadi pengrajin bisa mengambil bahan-bahan kerajinan kemudian tidak langsung membayarnya (ngalap-nyaur). Terdapat juga pertukaran informasi antar pengrajin jika ada event-event tertentu di kota. Saat berada di Pasar Pahing, ada pengrajin yang menitipkan barang dagangannya jika ada keperluan mendadak sehingga ia tetap bisa menjual hasil kerajinan melalui bantuan temannya.
c. Relasi Sosial Masyarakat Pengrajin dengan Pembeli. Relasi yang terjalin antara penjual dan pembeli meliputi lima hal yaitu; pertama, kegiatan jual beli kerajinan mainan; kedua, pengrajin meminta pada pembeli langgananya untuk membelikan bahan baku terlebih dahulu yaitu kertas karton dan brom (cat warna emas); ketiga, pembeli memberikan modal terlebih dahulu pada pengrajin; keempat, kepercayaan pengrajin untuk membuatkan barang kerajinan dan kadang pemesanannya melalui telepon dan bersedia mengirimkan lewat paket
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
108
pengiriman; kelima, memberi kelonggaran pada pembeli untuk mencicil pembayaran pada barang kerajinan mainan yang sudah dipesan.
d. Relasi Sosial Masyarakat Pengrajin dengan Aparat Pemerintah. Pemerintah turut ikut andil dalam memajukan usaha pengrajin melalui bantuan yang disediakan oleh pemerintah pusat berupa kredit lunak bagi kelompok tani sekaligus pengrajin, sedangkan pemerintah daerah Wonogiri mengadakan event-event tahunan seperti karnaval budaya dan pameran potensi daerah sehingga masyarakat mengetahui potensi-potensi yang dimiliki masing-masing desa di Wonogiri. Selain itu ada pihak yang memberi bantuan terhadap pengrajin berupa alat transportasi yang digunakan untuk mengantar para pengrajin terompet ketempat tujuan menjelang tahun baru tiba sebab menjelang tahun baru hampir seluruh penduduk Kecamatan Bulukerto pada umumya dan Desa Ngaglik pada khususnya membuat terompet mainan untuk menyambut tahun baru dan menjualnya ke berbagai kota di wilayah nusantara.
2. Strategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri a. Adaptasi Ekonomi Masyarakat Pengrajin Mainan Masyarakat pengrajin di Desa Ngaglik berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan menjadi pengrajin baik sebagai pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Pengrajin sebagai pekerjaan maupun sebagai pekerjaan sampingan selain bertani membantu perekonomian keluarga. Untuk masalah modal sendiri diperoleh melalui dua cara. Yang pertama yaitu meminjam dari sanak saudara, koperasi dan bank. Yang kedua, dari tabungan pribadi.
b. Organisasi Sosial Melalui Paguyupan dan Pasar Pahing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
109
Di Desa Ngaglik terdapat paguyupan dan pasar khusus untuk pengrajin. Meskipun sangat sederhana dan terorganisasi secara sederhana namun paling tidak para pengrajin dapat merasakan manfaatnya. Tujuan pendirian paguyupan pengrajin adalah untuk dijadikan tempat musyawarah jika terjadi suatu masalah, musyawarah tidak hanya dibatasi untuk anggota paguyupan namun juga bisa diikuti oleh masyarakat pengrajin lainya yang tidak tergabung dalam paguyuban, sedangkan Pasar Pahing di bentuk untuk memudahkan kerja para pengrajin sebab membantu pengrajin dalam pemasaran hasil produksi karena mempermudah pengrajin untuk bertemu dengan pembelinya.
c. Strategi Penjualan Masyarakat Pengrajin Mainan Desa Ngaglik Masyarakat pengrajin di Desa Ngaglik memiliki lima strategi penjualan. Pertama, saling membantu pengrajin jika kesulitan bahan baku. Kedua, saling meminjamkan barang kerajinan jika stok kerajinan mainan yang diinginkan pembeli kurang atau tidak ada. Ketiga, menciptakan standar harga sendiri agar lebih terjangkau oleh pembeli. Keempat, memperbolehkan pembeli untuk tidak membayar secara langsung barang kerajinan yang sudah di belinya. Kelima, memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pembeli misalnya pengerjaan yang tepat waktu, memperhatikan kualitas, harga disesuaikan dengan bahan baku, sifat ramah dan sopan terhadap pembeli.
d. Strategi Keberlangsungan Pengrajin Mainan Masyarakat pengrajin di Desa Ngaglik berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan cara menjadi pengrajin dan pekerjaan lainya yang dapat mendukung perekonomian keluarga. Untuk kerajinan mainan sendiri ada dua hal yang dilakukan para pengrajin dalam menjaga kelangsungan kerajinan mainan tersebut. Pengrajin mengajarkan ketrampilan membuat mainan kepada anaknya mulai dari kecil. Sehingga ketrampilan membuat kerajinan tersebut dapat digunakan untuk bekal mencari nafkah saat
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
110
berkeluarga nanti. Ada juga pengrajin mainan wayang yang mengunakan kerajinan mainan wayang sebagai media pembelajaran. Dengan demikian kerajinan ini tidak akan hilang atau musnah selama masyarakat pendukungnya masih mau melestarikan dan mau membuat kerajinan mainan seperti terompet, wayang, empet dan topeng.
B. IMPLIKASI Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dapat dikaji implikasi sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis a. Menambah wawasan mengenai teori Solidaritas Sosial Dengan mengunakan analisis Durkheim sangat membantu peneliti dalam menjelaskan relasi sosial. Relasi sosial dalam masyarakat Ngaglik dicirikan solidaritas mekanik yang ditandai oleh delapan hal yaitu pembagian kerja rendah, kesadaran kolektif kuat, hukum represif dominan, individualitas rendah, konsensus terhadap pola-pola normatif, keterlibatan komunitas dalam menghukum
orang-orang
yang
menyimpang,
secara
relatif
saling
ketergantungan rendah, bersifat primitif atau pedesaan.
b. Menambah wawasan mengenai teori dari Parson tentang stategi bertahan hidup Skema AGIL Setiap individu pasti berusaha untuk mempertahan hidup dalam sebuah masyarakat. Masyarakat merupakan kehidupan sosial yang berlangsung dalam suatu wadah. Apa yang disampaikan Parson bahwa kehidupan sosial dipandang sebagai sebuah sistem sosial yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain, saling bergantung dan berada dalam suatu kesatuan. Dengan menggunakan analisis Parson dalam skema AGIL sangat membantu peneliti dalam menjelaskan empat strategi bertahan dalam kehidupan masyarakat. Pertama, adaptation (adaptasi) melalui adaptasi ekonomi. Kedua, goal attainment (pencapaian tujuan) melalui paguyuban dan pasar pahing. Ketiga, integration (integrasi) melalui strategi
commit to user
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
111
penjualan, Keempat latency (pemeliharaan pola) melalui pewarisan budaya dan sarana “edukasi”. c. Dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti-peneliti yang lain tentang kehidupan masyarakat desa.
2. Implikasi Praktis a. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran relasi sosial yang terjadi antara pengrajin dengan masyarakat tempat tinggal yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari yaitu ”gotong royong”. Relasi sesama pengrajin yang dapat dilihat dari adanya komunikasi, memberi pinjaman uang, pertukaran informasi dan menitipkan barang dagangan saat berada di Pasar Pahing. Relasi dengan pembeli yang meliputi lima hal yaitu; pertama, kegiatan jual beli; kedua, pembeli membelikan bahan baku terlebih dahulu; ketiga, pembeli memberi modal pada pengrajin; keempat, pemesanan melalui telepon maupun paket pengiriman; kelima, mencicil pembayaran pada barang kerajinan mainan yang sudah di pesan. Relasi pengrajin dengan pemerintah terkait meliputi tiga hal yaitu; pertama, pemberian pinjaman kredit lunak bagi kelompok tani sekaligus pengrajin; kedua, mengadakan event-event tahunan seperti karnaval budaya dan pameran potensi daerah; ketiga, yaitu bantuan berupa alat transportasi setiap menjelang tahun baru. b. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai strategi bertahan masyarakat pengrajin mainan yang ada di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri. Dengan mengunakan analisis Parson dalam skema AGIL yang menjelaskan empat strategi bertahan dalam kehidupan masyarakat. Pertama, adaptation (adaptasi) melalui adaptasi ekonomi. Kedua, goal attainment (pencapaian tujuan) melalui paguyuban dan pasar pahing. Ketiga, integration (integrasi) melalui strategi penjualan, Keempat latency (pemeliharaan pola) melalui pewarisan budaya dan sarana “edukasi”.
C. SARAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
112
Setelah mengadakan penelitian dan pengkajian tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pengrajin Mainan (Studi Kasus Tentang Relasi Sosial dan Strategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri), peneliti memberikan saran-saran untuk menambah wawasan mengenai hal tersebut sebagai berikut: 1. Bagi Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri a. Para Pengrajin hendaknya tetap dapat mempertahankan hubungan baik atau relasi sosialnya terhadap masyarakat tempat tinggal, sesama pengrajin, dengan pembeli dan aparat pemerintah. b. Para pengrajin hendaknya lebih merespon bantuan yang diberikan pihak lain demi kemajuan usahanya. Misalnya : bersedia mengikuti pameran, bersedia mempertunjukkan hasil kerajinanya di pameran maupun gallery. c. Bagi ketua paguyupan dan anggota paguyuban Sungging Arjuno diharapkan dapat tetap mempertahankan eksistensi Paguyupan sebagai saluran aspirasi para pengrajin. d. Para pengrajin hendaknya lebih meningkatkan upaya penanaman nilainilai budaya maupun edukasi melalui media mainan anak berupa wayang sehingga generasi muda mengetahui dan lebih mencintai budaya luhur yang diwariskan nenek moyang agar tidak hilang dan tetap lestari.
2. Bagi Pemerintah a. Bagi aparat desa diharapkan dapat memberi dorongan kepada masyarakat untuk dapat mempertahankan kreativitas masyarakat pengrajin dalam membuat mainan anak sehingga bisa menjadi ciri khas dari Desa Ngaglik dan bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga pengrajin itu sendiri. b. Khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Keberadaan masyarakat pengrajin mainan ini dapat dijadikan sebagai salah satu upaya memperkaya aset potensi daerah desa wisata dan sebagai salah satu upaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
113
meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga keberadaanya hendakya lebih diperhatikan lagi. c. Hendaknya pemerintah memberikan bantuan secara nyata melalui pinjaman lunak dengan prosedur yang tidak berbelit-belit, sehingga apabila ada pengrajin memerlukan modal untuk memperbesar usaha dapat memperoleh pinjaman dengan mudah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
114
DAFTAR PUSTAKA
Agus Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogjakarta: Tiara Wacana Yogja. Anton. M. Moeliono. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka Ary, Donald, Jacobs, Lucy Cheser, dan Razavieh, Asghar. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Basrowi. 2006. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia. Bambang Purnomo. 2006. Kreatif Menciptakan Model Terompet Baru. http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=UFEGAVQBUARc diakses 4/05/2010. Berry, David. 1981. Pokok-pokok pikiran dalam Sosiologi. Terjemahan Lembaga Penelitian Pengembangan Sosiologi. Jakarta : CV Rajawali. Bintarto. 1983. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahanya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Bogdan, Taylor. 1993. Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian. Surabaya: Usana Offset Printing Burhan Bungin. 2008. Analisis Data Penelitian Kulitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada Media Group. Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Deddy Mulyana. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Djam’an Satori dan Aan Komariyah. 2009. Metode Penelitian Kulaitatif . Bandung : Alfabeta. Giddens, Anthony. 1986. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern. Jakarta : UI Press Hassan Shadily. 1984. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.
commit to user 114
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
115
Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar. 2003. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara Johnson, Doyle Paul. 1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jilid I). Terjemahan Robert M. Z. Lawang. Jakarta: PT Gramedia. Jurnal Dinamika Vol. 3 No. 2 Th. 2003. Masyarakat Dalam Pemilu Perspektif : Social Capital. Surakarta: FISIP UNS Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta. Mahendra Wijaya. 2001. Prospek Industrialisasi Pedesaan. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta. Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rodakarya. Mubyarto. 1985. Peluang Kerja dan Berusaha di Pedesaan.Yogyakarta: BPFE. Munandar Soelaeman. 2006. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT Rafika Aditama. Pasaribu dan Simandjuntak. 1986. Sosiologi Pembangunan. Bandung: Tarsito. Ritzer, George. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media. Raharjo. 2004. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ridwan Effendi. 2004. Masyarakat dan Komunitas. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Sanana and Pajarillo. 2010. Rural and Urban Comunities. http://www.scribd.com/doc/14789876/Rural-and-Urban-Communities diakses 4/05/2010. Savitch and Paul . 2003. Urban Strategies for a Global Era: A Cross- National Comparison. http://abs.sagepub.com diakses 27/02/2009. Sawit, M. Hussein. 1983. Pengembangan dan Pola-Pola Musiman Peluang Kerja Rumah Tangga di Pedesaan Jawa. Yogyakarta: P3PK Scott, James C. 1989. Moral Ekonomi Petani. Jakarta: LP3ES.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Generated by Foxit PDF Creatordigilib.uns.ac.id © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
116
Slamet, Y. 2008. Metode Penelitian Sosial. Surakarta : UNS Press. Soerjono Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Ulber Silalahi. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT.Refika Aditama. Yin, Robert. K. 2002. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
commit to user