No. 76/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014
KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2014 PERSENTASE RUMAH TANGGA DI SEKITAR KAWASAN HUTAN YANG MENGUASAI LAHAN KAWASAN HUTAN SEBESAR 15,42 PERSEN
Dari 208,47 ribu rumah tangga yang tinggal di Sekitar Kawasan Hutan, sebesar 15,42 persen menguasai lahan kawasan hutan. Dari rumah tangga yang menguasai lahan kawasan hutan 1,38 persen diantaranya melakukan perladangan berpindah.
Dari jumlah rumah tangga yang tinggal di sekitar kawasan hutan, 42,88 persen diantaranya mengetahui keberadaan kawasan hutan di sekitar tempat tinggal. Dari sejumlah rumah tangga tersebut, 64,56 persen
diantaranya mengetahui ada batas kawasan hutan; 26,63 persen tidak mengetahui batas kawasan hutan, dan 8,81 persen menyatakan tidak ada batas kawasan hutan.
Dari jumlah rumah tangga yang tinggal di sekitar kawasan hutan, sebesar 61,14 persen diantaranya melakukan pemungutan hasil hutan/menangkap satwa liar.
Dari jumlah rumah tangga yang tinggal di sekitar kawasan hutan, sebesar 17,92 persen sumber pendapatannya dari memungut hasil hutan/menangkap satwa liar. Dari sejumlah rumah tangga tersebut 28,76 persen diantaranya menjadikan memungut hasil hutan/menangkap satwa liar sebagai pendapatan utama.
1. PENDAHULUAN Target Nawa Cita ke-3 dan ke-4 yang berhubungan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah implementasi Undang-Undang Desa (hutan desa dan kelompok tani hutan), perlindungan lingkungan hidup, serta memberantas penebangan liar. Data ST2013 subsektor, melalui Survei Kawasan Hutan (SKH 2014) diharapkan bermanfaat untuk pengambilan kebijakan dalam upaya mencapai target Nawa Cita tersebut. Survei Kehutanan (SKH 2014) merupakan rangkaian dari kegiatan ST2013 yang dirancang untuk menyediakan informasi mengenai profil sosial ekonomi kehidupan rumah tangga di sekitar kawasan hutan. Kegiatan SKH 2014 dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2014.
Berita Resmi Statistik No. 76/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014
1
SKH menyajikan informasi mengenai rumah tangga di sekitar kawasan hutan yang menguasai lahan kawasan hutan, melakukan perladangan berpindah, pengetahuan tentang keberadaan kawasan hutan di sekitar tempat tinggal, pengetahuan tentang batas kawasan hutan, dan rumah
tangga
di
sekitar kawasan hutan
yang melakukan
pemungutan hasil
hutan/penangkapan satwa liar. SKH dilaksanakan pada tahun 2004 dan 2014, dengan demikian kondisi selama 10 tahun terakhir dapat diketahui perkembangannya 2. KEADAAN SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA DI SEKITAR KAWASAN HUTAN A. Penguasaan Lahan Kawasan Hutan Hasil Survei Rumah Tangga di Kawasan Hutan (SKH 2004) Provinsi Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa terdapat 118.886 rumah tangga yang tinggal di kawasan hutan, selanjutnya meningkat sebenar 75,36 persen pada tahun 2014 menjadi sebanyak 208.470 rumah tangga. Dari sejumlah rumah tangga tersebut 15,42 persen diantaranya menguasai lahan kawasan hutan. Gambar 1 . Jumlah Rumah Tangga di Sekitar Kawasan Hutan, 2004 dan 2014 208.470 118.886
2004
2014
Gambar 2 . Persentase Rumah Tangga yang Menguasai Lahan Kawasan Hutan, 2014
15,42%
84,58%
B. Perladangan Berpindah Perladangan tradisional yang dilakukan secara berpindah di kawasan hutan biasanya dilakukan oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan. Hasil survei rumah tangga di kawasan
2
Berita Resmi Statistik No. 76/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014
hutan 2004 (SKH 2004) menunjukkan banyaknya rumah tangga yang melakukan perladangan berpindah sebesar 8,21 persen, sedangkan dari hasil Survei Kehutanan 2014 (SKH 2014) banyaknya rumah tangga yang melakukan perladangan berpindah sebesar 1,38 persen, mengalami penurunan 6,83 persen hal ini disebabkan karena pola perladangan di masyarakat saat ini sudah banyak beralih ke cara pertanian modern, seperti penggunaan pupuk, pestisida, dan lain-lain. Jadi untuk mendapatkan tanah yang subur dan produktif tidak perlu lagi berpindahpindah lahan. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Rumah Tangga di Sekitar Kawasan Hutan yang Melakukan Perladangan Berpindah Tahun (1)
2004 (2)
Jumlah rumah tangga di kawasan hutan Jumlah rumah tangga yang melakukan perladangan berpindah di kawasan hutan Persentase
2014 (3)
118.886
208.470
9.756
2.883
8,21%
1,38%
C. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Keberadaan Kawasan Hutan Kawasan hutan merupakan suatu daerah yang keberadaannya ditetapkan oleh pemerintah. Dari hasil survei rumah tangga di kawasan hutan 2004 (SKH 2004), masyarakat di sekitar kawasan hutan yang mengetahui keberadaan kawasan hutan sebesar 46,58 persen, sedangkan pada tahun 2014 menurun menjadi 42,88 persen. Penurunan tersebut dapat disebabkan karena pada saat ini kawasan hutan tidak semuanya berupa hutan tegakan/tumbuhan yang ada kayunya namun ada yang berupa padang savana (padang rumput) maupun semak belukar. Gambar 3. Persentase Rumah Tangga yang Mengetahui Keberadaan Kawasan Hutan, 2004 dan 2014
2004
53,42%
2014
42,88%
46,58% 57,12%
Berita Resmi Statistik No. 76/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014
3
D. Pengetahuan Masyarakat Tentang Batas Kawasan Hutan Menurut hasil SKH 2014, masyarakat yang mengetahui keberadaan kawasan hutan, 64,56 persen diantaranya
mengetahui adanya batas kawasan hutan berupa pal/tanda batas, jalan,
sungai, dan lainnya; sementara 8,81 persen menyatakan tidak ada batas kawasan hutan;, dan sisanya 26,63 persen tidak mengetahui adanya batas kawasan hutan. Dibandingkan dengan hasil Survei Rumah Tangga Kawasan Kehutanan 2004, untuk tingkat masyarakat yang mengetahui adanya batas kawasan hutan, mengalami kenaikan sekitar 9,18 persen.
Tabel 2.
Persentase Rumah Tangga di Sekitar Kawasan Hutan Yang Mengetahui Batas Kawasan Hutan, 2004 dan 2014
Provinsi (1) Ada Batas Kawasan Hutan
2004 (2) 55,38 %
2014 (3) 64,56 %
Tidak Ada Batas Kawasan Hutan
10,75 %
8,81 %
Tidak Mengetahui Adanya Batas Kawasan Hutan
33,87 %
26,63 %
Jumlah
100,00 %
100,00 %
E. Pemungutan Hasil Hutan/Penangkapan Satwa Liar Hutan merupakan sumber daya alam yang juga merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Dari hasil Survei Kehutanan 2014 (SKH 2014) rumah tangga di sekitar kawasan hutan yang melakukan pemungutan hasil hutan/penangkapan satwa liar sebanyak 61,14 persen. Gambar 4. Persentase Rumah Tangga di Sekitar Kawasan Hutan Yang Melakukan Pemungutan Hasil Hutan/Penangkapan Satwa Liar, 2014
38,86 % 61,14 %
Melakukan Pemungutan Hasil Hutan
Tidak Melakukan Pemungutan Hasil Hutan
4
Berita Resmi Statistik No. 76/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014
F. Rumah Tangga yang Sumber Pendapatannya dari Memungut Hasil Hutan/Menangkap Satwa Liar Hasil SKH2014 menunjukkan bahwa masih banyak rumah tangga yang menggantungkan sumber pendapatan hidupnya dari memungut hasil hutan/menangkap satwa liar. Rumah tangga yang memungut hasil hutan/menangkap satwa liar sekitar 17,92 persen dari total rumah tangga yang berada di sekitar kawasan hutan. Gambar 5. Persentase Rumah Tangga yang Sumber Pendapatannya dari Memungut Hasil Hutan/Menangkap Satwa Liar
17,92 %
82,08 %
Rumah Tangga yang Sumber Penghasilannya dari Pemungutan Hasil Hutan/ Penangkapan Satwa Liar Rumah Tangga yang Sumber Penghasilannya Bukan dari Pemungutan Hasil Hutan/ Penangkapan Satwa Liar
G. Rumah Tangga yang Sumber Pendapatan Utamanya dari Memungut Hasil Hutan/ Menangkap Satwa Liar Memungut hasil hutan/menangkap satwa liar masih menjadi salah satu sumber penghasilan utama masyarakat di sekitar kawasan hutan. Dari Hasil Survei Kehutanan 2014 (SKH 2014),
banyaknya rumah tangga yang sumber pendapatan utamanya dari memungut hasil
hutan/menangkap satwa liar sebesar 28,76 persen dari total rumah tangga yang memungut hasil hutan/menangkap satwa liar. Gambar 6. Persentase Rumah Tangga yang Sumber Pendapatan Utamanya dari Memungut Hasil Hutan/Menangkap Satwa Liar
28,76 % 71,24 %
Rumah Tangga yang Sumber Penghasilan Utamanya dari Pemungutan Hasil Hutan/ Penangkapan Satwa Liar Rumah Tangga yang Sumber Penghasilan Utamanya Bukan dari Pemungutan Hasil Hutan/ Penangkapan Satwa Liar
Berita Resmi Statistik No. 76/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014
5
3. METODOLOGI, KONSEP, DAN DEFINISI A. Metodologi Metode sampling yang digunakan adalah metode sampling dua tahap terstratifikasi. Pada tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus, dipilih sejumlah blok sensus secara probability proportional to size sistematik dengan size jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran. Tahap kedua, dari kerangka sampel rumah tangga dipilih sejumlah rumah tangga secara sistematik. Sesuai dengan metode sampling yang digunakan, kerangka sampel yang digunakan juga ada 2 jenis. Untuk pemilihan blok sensus, kerangka sampel yang digunakan yaitu daftar blok sensus biasa dan blok sensus persiapan bermuatan cakupan ST 2013 pada desa-desa yang terletak di kawasan hutan dan diurutkan menurut strata. Identifikasi desa kawasan hutan diperoleh dari hasil overlay peta kawasan hutan dengan peta desa. Blok sensus yang memenuhi syarat adalah blok sensus yang memiliki jumlah eligible rumah tangga sebanyak 10 atau lebih. Sedangkan, kerangka sampel untuk pemilihan sampel rumah tangga, yaitu daftar nama kepala rumah tangga hasil pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus terpilih. B. Konsep dan Definisi Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Rumah tangga di sekitar kawasan hutan adalah rumah tangga yang bermukim di desa yang berada di dalam dan di tepi kawasan hutan. Perladangan berpindah adalah suatu kegiatan usaha tani tanaman semusim/pangan secara tradisional/pindah-pindah di dalam maupun di luar kawasan hutan tanpa memperhatikan aspek pelestarian sumber daya hutan, tanah, dan air. Pemungutan hasil hutan/Penangkapan Satwa Liar adalah kegiatan memungut/ mengambil hasil hutan dan juga menangkap satwa-satwa liar di hutan seperti: memungut kayu, getah, kulit kayu, buah-buahan, rumput, rotan, tumbuhan obat, gaharu, serta menangkap ayam hutan, babi hutan, rusa, dan sebagainya.
6
Berita Resmi Statistik No. 76/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014