BAB IV KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN INDUSTRI PT. KRAKATAU STEEL TAHUN 1970-2008
Pada bab ini membahas mengenai hasil interpretasi dari fakta-fakta yang peneliti peroleh melalui proses yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Fakta-fakta tersebut diperoleh melalui sumber lisan (oral history) dengan menggunakan teknik wawancara, penyebaran angket serta berbagai sumber tertulis seperti buku, arsip, laporan penelitian dan karya tulis ilmiah. Pembahasan bab ini terdiri dari tiga sub pokok bahasan, adapun hasil dari penelitian ini dijelaskan berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang disesuaikan dengan rumusan masalah yang terdapat pada bab I, yaitu pertama gambaran umum keadaan PT. Krakatau Steel yang meliputi letak geografis, perkembangan PT. Krakatau Steel tahun 1970-2008. Kedua, kondisi awal kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Desa Kebon Dalem Kecamatan Purwakarta Kotamadya Cilegon sebelum berdirinya PT. Krakatau Steel, meliputi kondisi geografis, kondisi demografi yang mencakup kondisi penduduk, kehidupan sosialekonomi masyarakat Desa Kebon Dalem. Ketiga dampak perkembangan PT. Krakatau Steel terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Desa Kebon Dalem, meliputi keadaan sosial-ekonomi masyarakat yang terdiri dari beberapa aspek yaitu: aspek mata pencaharian, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, gaya hidup masyarakat serta kesenjangan sosial masyarakat. 4.1. Gambaran umum PT. Krakatau Steel tahun 1970-2008
PT. Krakatau Steel terletak sekitar 110 Km dari Jakarta. PT. Krakatau Steel berada didalam Kawasan Industri Cilegon, tepatnya di jalan Industri No.5 PO BOX 14 Cilegon 42435, sedangkan Kantor Pusat PT. Krakatau Steel terletak di Wisma Baja Jalan Gatot Subroto Kav 54 Jakarta. Secara keseluruhan PT. Krakatau Steel memiliki lahan seluas 350 Ha. Berdasarkan arah mata angin, PT. Krakatau Steel dibatasi oleh kawasan industri Krakatau Steel (Utara), berbatasan Jalan Raya Anyer (Selatan), berbatasan dengan Selat Sunda (Barat), kawasan industri Krakatau Steel (Timur). Adapun yang menjadi pertimbangan pemilihan pabrik adalah: 1. Tersedianya Pelabuhan, sehingga dapat mempermudah pengangkutan bahan baku dan produk menggunakan kapal. 2. Daerahnya yang sangat strategis karena merupakan daerah transit dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa maupun sebaliknya. 3. Dekat dengan daerah pemasaran (Ibukota). 4. Tanah yang tersedia untuk pabrik cukup luas. 5. Tersedianya bahan baku. 6. Sumber air yang cukup memadai. 7. Adanya jaringan rel kereta api dan jalan raya yang memadai untuk pengangkutan bahan baku dan produk melalui jalur darat. 8. Yang terpenting adalah di wilayah ini tersedia banyak tenaga kerja yang sangat membutuhkan pekerjaan selain di bidang pertanian, sehingga dalam hal penyerapan tenaga kerja tidak menemui permasalahan mengenai penyerapan tenaga kerja.
Tujuan dari adanya tata letak pabrik adalah: Pertama, memudahkan pengendalian proses produksi. Karena adanya pengelompokkan peralatan dan bangunan yang selektif berdasarkan
proses masing-masing. Kedua, adanya bengkel di kawasan pabrik memudahkan perbaikan, perawatan, dan pembersihan alat-alat produksi. Ketiga, memudahkan jalur transportasi dalam pabrik untuk menunjang proses produksi dan pengangkutan bahan baku maupun produk. Ketiga, adanya jalan yang cukup memudahkan karyawan dalam bergerak serta dapat menjamin keselamatan kerja karyawannya. Letak PT. Krakatau Steel ini berada di segitiga Kota Cilegon, sehingga mempermudah arus distribusi bahan baku dan produk dari dalam maupun luar kota. Karena letaknya yang strategis serta sarana dan prasarana yang dimiliki Kota Cilegon sangat menunjang terhadap perkembangan PT. Krakatau Steel. Maka jelas bahwa perkembangan PT. Krakatau Steel di Cilegon mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya serta masyarakat Cilegon pada khususnya.
4.1.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan PT. Krakatau Steel Menurut sejarah, manusia telah lama mengenal besi baja yang pada saat itu masih digunakan sebagai alat perhiasan dan juga senjata. Walaupun kualitas baja yang dihasilkan masih rendah namun pembuatan baja pada saat itu sudah menggambarkan suatu peradaban yang maju. Dunia mengalami kemajuan yang sangat pesat, diawali dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), hingga akhirnya manusia mampu mengembangkan pemanfaatan logam bagi kebutuhan manusia tersebut. PT. Krakatau Steel merupakan industri pengolahan besi baja terbesar di Indonesia dan bahkan terbesar ke-3 di Asia Tenggara. Perkembangannya diawali dari munculnya gagasan Ir.
Djuanda pada tahun 1956 yang memandang perlu didirikannya sebuah industri baja di negara berkembang seperti negara Indonesia. Gagasan ini ditinjau dari sejarah negara-negara maju. Besi baja merupakan salah satu bahan yang sangat dibutuhkan pada masa itu, mengingat permintaan baja juga akan meningkat seiring dengan pertumbuhan pembangunan di Indonesia, maka didirikan suatu pabrik baja yang diberi nama PT. Krakatau Steel. Pembangunan Pabrik Baja adalah salah satu realisasi dari persetujuan pokok kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Uni Sovyet yang ditandatangani pada tanggal 15 September 1956, selanjutnya pada tahun 1957 dilakukan penelitian awal oleh Biro Perancangan Negara beserta Konsultan Asing. Pada tahun 1960 ditandatangani kontrak pembangunan Pabrik Baja Cilegon antara Indonesia dengan Uni Sovyet dengan kontrak No.080 tanggal 7 Juni 1960. Awalnya pabrik ini merupakan proyek baja dari pemerintah yang mulai berdiri pada tanggal 20 Mei 1962, proyek ini dikenal dengan nama proyek pabrik baja “TRIKORA” yang mendapat bantuan dari pemerintah Rusia. Namun akibat adanya pemberontakan “Gerakan 30 September 1965”, dapat dikatakan proyek pembangunan pabrik baja TRIKORA terhenti sama sekali, dengan kendala utamanya adalah masalah pembiayaan pembangunan pabrik. Pada awal tahun 1970 diadakan survey lapangan untuk menindaklanjuti pembangunan Pabrik Baja Trikora. Akhirnya pada tanggal 31 Agustus 1970 PT. Krakatau Steel resmi berdiri sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan adanya Surat Keputusan dari Pemerintah Indonesia pada waktu itu oleh Indonesian Goverment Regulation (IGR) dengan dikeluarkannya PP No.35 tahun 1970 yang berisi tentang penindaklanjutan proyek besi baja yang disahkan oleh Tan Hong Kie di Jakarta. PT. Krakatau Steel mulai beropersi secara komersial pada tahun 1977 dengan kapasitas 150.000 ton. Berdasarkan hal tersebut pemerintah memutuskan untuk menyertakan modal negara dalam pembangunan PT. Krakatau Steel. Tujuannya adalah untuk
menyelesaikan pembangunan Proyek Pabrik Baja Trikora Cilegon dan menguraikan serta mengembangkan usaha perindustrian baja dalam arti seluas-luasnya. Pada mulanya bahan baku yang digunakan adalah besi bekas (scrap), tetapi karena tingkat produksi yang rendah maka pada tahun 1978 PT. Krakatau Steel menggunakan bahan baku iron ore pellet yang disebut juga pellet. Sehubungan dengan itu pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam Kepres No.13 tanggal 17 April 1975 yang dilanjutkan dengan Kepres No.50 tahun 1975 yang berisi keputusan untuk melanjutkan pembangunan PT. Krakatau Steel dengan rencana induk 10 tahun (1975-1985) yang pelaksanaannya terdiri dari beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 1) Pada tahap I terdiri dari 2 tahap, yaitu: •
Melanjutkan penyelenggaraan pembangunan Pabrik Baja bekas Uni Sovyet, meliputi pabrik baja beton dan pabrik baja profil serta pelabuhan khusus Cigading.
•
Melanjutkan pembangunan pabrik Billet (Billet Steel Plant-BSP), Wire Rod, PLTU 400 MW dan pengadaan distribusi air secara terpusat. Keseluruhannya direncanakan mulai beroperasi pada bulan Oktober 1979.
2) Pada tahap II dilanjutkan pembangunan Pabrik Baja Slab (Slab Steel Plant-SSP), Pabrik Kapur (Calcining Plant-CP), Pabrik Baja Lembaran (Hot Strip Mill-HSM). 3) Pada tahap III dilakukan pembangunan anak perusahaan PT. Krakatau Steel yang mulai beroperasi pada tanggal 23 Maret 1987, meliputi: •
Pabrik Kimia (PT. Hoechts Cilegon Kimia).
•
Pabrik Mesin Perkakas (PT. Industri Perkakas Indonesia).
•
Pabrik Baja dan Plat Timah (PT. Latinusa).
•
Pabrik Baja Fabrikasi (PT. Garuda Mahakam Prahasta).
•
Pabrik Baja Lembaran (PT. Cold Rolling Mill Indonesia-CRMI).
•
Pabrik Baja H-Beam (PT. Cigading H-Beam Centre-CHC).
Secara kronologis, sejarah pendirian dan perkembangan PT. Krakatau Steel adalah sebagai berikut: •
Tahun 1956 Munculnya gagasan pertama dari perdana menteri Ir.H. Djuanda bahwa suatu negara
berkembang perlu memiliki industri baja. Karena Indonesia merupakan negara berkembang, maka dibentuklah suatu pabrik baja yang terletak di Cilegon yang merupakan salah satu realisasi dari persetujuan pokok kerja sama dalam bidang ekonomi dan teknik antara pemerintah Indonesia dengan Uni Soviet yang ditandatangani pada tanggal 15 September 1956. •
Tahun 1957 Penelitian awal oleh biro perancangan negara, bekerja sama dengan konsultan asing.
•
Tahun 1960 Kontrak pembangunan pabrik baja Cilegon antara Indonesia dengan All Union Export–
Impor Corporation (Tzaspromex Pert) of Moscow, dengan kontrak No.80 tanggal 7 Juni 1960. •
Tahun 1962 Peletakan batu pertama atau peresmian pembangunan proyek besi baja Trikora di
Cilegon pada tanggal 20 Mei 1962, menurut ketetapan MPRS No.2/1962 proyek ini harus sudah selesai sebelum tahun 1968.
•
Tahun 1965 Terhentinya kegiatan pembangunan proyek besi baja Trikora Cilegon karena adanya
pemberontakan G 30 S/PKI. •
Tahun 1967 Terbentuknya proyek besi baja Trikora menjadi bentuk Perseroan Terbatas (PT)
berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No.17 tanggal 28 Desember 1967. •
Tahun 1970 PT. Krakatau Steel resmi didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 tanggal 31
Agustus 1970 dengan maksud untuk melanjutkan, menyelesaikan dan mengoperasikan proyek besi baja Trikora di Cilegon–Banten, serta mengembangkan industri baja dalam arti luas. •
Tahun 1971 Pendirian PT. Krakatau Steel disahkan dengan penandatanganan Akte Notaris No.35
tanggal 23 Oktober 1971 di Jakarta dihadapan notaris Tan Thong Kie, dengan naskah No.25 tanggal 19 Desember 1971. •
Tahun 1973 – 1974 PT. Krakatau Steel dengan bantuan keuangan dari Pertamina telah memutuskan untuk
memperluas kapasitas produksi agar bisa membuat billet sendiri dan baja lembaran, Slab, dan Hot Strip Mill. •
Tahun 1975 Terbentuknya Kepres No.30 tanggal 27 Agustus 1975 tentang pembangunan
Krakatau Steel tahap pertama dengan kapasitas produksi 0,5 juta ton per tahun.
PT.
•
Tahun 1977 Peresmian pabrik besi beton, pabrik besi profil dan pelabuhan khusus Cigading oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 27 Juli 1977. •
Tahun 1979 Presiden Soeharto pada tanggal 9 Oktober 1979 meresmikan pabrik besi spons, pabrik
billet baja, Wire Rod, Krakatau Hoogovens Internasional Pipe Ltd, PLTU 400 MW dan pusat penjernihan air berkapasitas 2000 liter per detik yang berlokasi di Krenceng. •
Tahun 1983 Untuk melengkapi pabrik yang sudah ada di PT.Krakatau Steel, Presiden Soeharto
meresmikan pabrik slab baja, Hot Strip Mill dan pabrik besi spon unit 2 pada tanggal 24 Februari 1983. •
Tahun 1985 PT. Krakatau Steel mulai mengekspor besi baja ke beberapa negara seperti Jepang,
Inggris, Amerika, India, China, Timur Tengah, Korea dan negara-negara ASEAN. •
Tahun 1989 Berdasarkan keputusan Presiden RI No.44 tanggal 28 Agustus 1989, PT. Krakatau
Steel bersama 8 perusahaan strategis lain yaitu: PT. Boma Bima Indra, PT. Dahana, PT. INKA, PT. IPTN, PT. LEN, PT Barata Indonesia, PT PINDAD, dan PT. PAL masuk dalam lingkungan Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) yang diketuai oleh Prof. Dr. B. J. Habibie, status perusahaan menjadi Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS). •
Tahun 1990 Peletakan batu pertama perluasan PT. Krakatau Steel pada tanggal 10 November 1990
oleh Menteri Muda Perindustrian RI, Ir. Tungki Ari wibowo, selaku Direktur Utama PT.
Krakatau Steel. Proyek perluasan ini direncanakan selesai tahun 1993/1994. Di antara proyek perluasan ini adalah Pabrik Besi Spons DRI, SSP dan HSM. Sasaran program perluasan dan modernisasi PT. Krakatau Steel adalah: 1) Peningkatan kapasitas produksi dari 1,5 juta ton per tahun menjadi 2,5 juta ton per tahun. 2) Peningkatan kualitas. 3) Peragaman jenis baja yang dihasilkan. 4) Efisiensi produk. •
Tahun 1993 Peresmian perluasan kedua tahap pertama PT. Krakatau Steel tanggal 18 Februari 1993
oleh Presiden yang meliputi : 1) Modernisasi dan perluasan HSM (1,2 juta – 2 juta ton per tahun). 2) Modernisasi HSM (peningkatan mutu dan efisiensi produksi). 3) Perluasan pelabuhan pellet bijih besi (kapasitas pembongkaran dari 3 juta menjadi 6 juta per tahun). •
Tahun 1994 PT Krakatau Steel mendapat Sertifikat ISO 9002, tanggal 17 November 1994.
•
Tahun 1995 Syukuran penyelesaian proyek perluasan dan modernisasi PT Krakatau Steel oleh
Menteri Muda Perindustrian Republik Indonesia/Komisaris Utama PT Krakatau Steel, Ir. Tunky Ariwibowo, bertepatan HUT ke-25 PT KS tanggal 31 Agustus 1995. 1. Production Control System II – PPC. 2. Pabrik Besi Spons – Hyl III. 3. Pabrik Slab Baja 2.
4. Sizing Press HSM. 5. Gardu Hubung III & Instalasi Kompensasi PLTU 400 MW. •
Tahun 1996 PT Krakatau Steel memisahkan unit-unit otonom (unit penunjang) menjadi anak-anak
perusahaan: 1. PLTU 400 MW menjadi PT Krakatau Daya Listrik. 2. Penjernihan Air Krenceng menjadi PT Krakatau Tirta Industri. 3. Pelabuhan Khusus Cigading menjadi PT Krakatau Bandar Samudera. 4. Rumah Sakit Krakatau Steel menjadi PT Krakatau Medika. •
Tahun 1997 PT. Krakatau Steel mendapat Sertifikat ISO 14001 pada bulan April 1997.
•
Tahun 1998 PT. Krakatau Steel menjadi anak perusahaan PT. Pakarya Industri (Persero) pada
tanggal 10 Agustus 1998 berdasarkan PP No. 35/1998. •
Tahun 1999 PT. Pakarya Industri (Persero) berubah nama menjadi PT. Bahana Pakarya Industri
Strategis (BPIS) total asset Rp 16 triliun. •
Tahun 2001 Neuro Furnace Controller (NFC), yang merupakan sistem pengendali elektroda
terpadu berbasis jaringan saraf tiruan, mulai diterapkan pada operasi rutin Electric Arc Furnace (EAF) pabrik SSP 2 PT. Krakatau Steel. NFC adalah hasil karya inovasi tenaga-tenaga PT. Krakatau Steel dengan LSDE-BPPT, dan telah dipatenkan dengan nomor P990187 serta meraih ASEAN Engineering Awards (24 Oktober 2001).
•
Tahun 2002 Pemerintah melalui Forum RUPS Luar Biasa pada tanggal 28 Maret 2002 telah
membubarkan PT BPIS. Pengalihan asset BUMNIS ke Pemerintah (Kantor Menneg BUMN sebagai pemegang kuasa Menteri Keuangan). Setiap perusahaan maupun instansi-instansi pastinya memiliki visi dan misi yang ingin dicapai pada masa mendatang. PT. Krakatau Steel memiliki acuan dalam pengembangan kualitas dan kuantitas produksi, visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Visi Tahun 2013 : “Dominant Integral Global Steel Player” yaitu pemain baja terpadu dunia yang dominan. Tahun 2020 : “Leading Global Steel Player” yaitu pemain baja dunia terkemuka. 2. Misi “Kami adalah keluarga masyarakat dunia yang berbudaya, mempunyai komitmen untuk menyediakan baja dan produk terkait dengan pendekatan menyeluruh yang menghasilkan solusi industri dan infrastruktur untuk kesejahteraan masyarakat”. Dalam hal kepuasan pelanggan, PT. Krakatau Steel menerapkan sistem kendali mutu yang sangat ketat dan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas produknya serta ketepatan dalam pengiriman. Sistem manajemen mutu produk PT. Krakatau Steel terbukti telah diakui di tingkat Nasional maupun Internasional. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya sertifikasi mutu produk seperti ISO 9902, JIS, dan standar SII. Selain itu juga PT. Krakatau Steel mendapatkan sertifikasi mengenai standar manajemen mutu lingkungan yaitu standar ISO 14001.
Sampai saat ini PT. Krakatau Steel memiliki 6 pabrik yang dibangun dalam jangka waktu yang berbeda-beda, selain itu juga PT. Krakatau Steel memiliki 10 anak perusahaan yang tersebar di kawasan industri Cilegon, antara lain: (1) PT. Krakatau Daya Listrik (PT. KDL), (2) PT. Krakatau Bandar Samudera (PT. KBS), (3) PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI), (4) PT. Krakatau Engineering Corporation (PT. KEC), (5) PT. Krakatau Wajatama (PT. KWT), (5)PT. Krakatau Information Teknologi (PT. KIT), (6) PT. Plat Timah Nusantara (PT. Latinusa), (7) PT. Krakatau Steel Industri Estate Cilegon (PT. KIEC), (8) PT. Krakatau Medika. Seluruh karyawan beserta Manajemen PT. Krakatau Steel mempunyai komitmen yang tinggi untuk memproduksi baja dan memberikan pelayanan yang optimal dan berkualitas bagi pelanggan maupun stake holder lainnya. PT. Krakatau Steel secara intens melakukan peningkatan sistem manajemen serta aktif menggalakkan perlindungan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dengan tujuan untuk: •
Menekan serendah mungkin dampak negatif terhadap lingkungan dengan meminimasi limbah dan emisi serta penghematan energi dan sumber daya.
•
Mengoptimalkan dampak positif terhadap lingkungan dengan meningkatkan pemanfaatan dan daur ulang limbah.
•
Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dengan meminimalkan kemungkinan kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat dari bekerja.
•
Meningkatkan kepedulian, pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam bidang lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja melalui pelatihan internal maupun eksternal. Dalam hal ini PT. Krakatau Steel selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang
terbaik bagi karyawan-karyawannya, masyarakat maupun terhadap lingkungan disekitar kawasan industri PT. Krakatau Steel. Melalui penerapan sistem tersebut, PT. Krakatau Steel
berupaya untuk meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dari keberadaan perusahaan tersebut, misalnya dengan mencegah pencemaran, kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta melakukan perbaikan secara berkesinambungan.
4.1.2. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan perwujudan dari hubungan antara fungsi-fungsi wewenang dan tanggung jawab dari orang yang diberi tugas dan yang bertanggung jawab, yang mana keduanya memiliki hubungan yang erat dan saling membutuhkan satu dengan lainnya. Tanggung jawab tiap orangnya dituangkan dalam job description yang diwujudkan dalam struktur organisasi. PT. Krakatau Steel merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikelola badan pengelola industri strategis yang bernaung dibawah Menteri BUMN. PT. Krakatau Steel dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang tugasnya mengelola jalannya perusahaan dan karyawan perusahaan berupa fasilitas produksi dan tenaga kerja sesuai dengan kebijakan umum yang telah digariskan oleh pemerintah. Dalam tugasnya Direktur Utama dibantu oleh beberapa direktorat, antara lain: 1. Direktorat Produksi Bertugas merencanakan, merumuskan dan mengembangkan kebijakan bidang produksi, pengoperasian fasilitas produksi, prasarana serta mengatur kegiatan produksi agar didapat dukungan dalam jangka panjang. 2. Direktorat Personalia Bertugas merencanakan, merumuskan dan mengembangkan kebijakan bidang personalia, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan dan latihan kerja, serta merencanakan
pengembangan organisasi perusahaan dalam jangka panjang dan hubungan masyarakat, administrasi pengelolaan kawasan, keamanan, dan keselamatan kerja. 3.
Direktorat Keuangan Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijakan bidang
keuangan. 4.
Direktorat Pemasaran Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijakan bidang
pemasaran hasil produksi, baik di dalam maupun luar negeri. 5.
Direktorat Perencanaan dan Teknologi Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijakan perusahaan
dibidang teknologi agar hasil produksinya dapat bersaing di pasar dunia. Sedangkan setiap direktorat di dalam melaksanakan aktivitas personalianya dibantu oleh sub-sub direktorat yang membawahi langsung beberapa divisi.
Bagan 4.1
Direktur Utama
Expansion Project Leader
Kepala Satuan Pengawasan Intern
Direktur Produksi
Sekretaris Persuahaan
Direktur SDM&umum
Asisten Direktur Utama
Direktur Keuangan
Direktur Pemasaran
GM. Perenc. & pengembangan usaha
GM. Perencanaan Produksi
GM. SDM
GM. Akuntansi
GM. Pemasaran
GM. Riset & Teknologi
GM. Produksi Pengolahan Besi dan Baja
GM. Pusdiklat
GM. Perbendaharaan
GM. Penjualan
GM. Teknologi Informasi
GM. Produksi Pengerolan Baja
Kep.Program Kemitraan&Bina Lingkungan
GM. Perawatan Pabrik
GM. Perenc.& Pengendalian Logistik
GM. Penjamin Kualitas
GM. Pembelian
GM. Manajemen Bisnis Anak Perusahaan&PP
GM. Keamanan dan Umum
Struktur Organisasi PT. Krakatau Steel Keterangan:
= Garis Komando = Garis Koordinasi
A. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan komponen terpenting dalam kegiatan proses produksi, sekalipun dalam proses produksinya sudah menggunakan peralatan modern ataupun mesin. Jumlah karyawan yang bekerja di PT. Krakatau Steel saat ini mencapai 7.381 orang, yang terdiri dari berbagai wilayah di Cilegon maupun luar Cilegon. Adapun status kepegawaian pada PT. Krakatau Steel (Persero) adalah sebagai berikut: 1. Status Kepegawaian PT. Krakatau Steel memiliki dua macam status kepegawaian, yaitu: a) Karyawan Organik Karyawan yang telah diangkat sebagai karyawan tetap dan telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, bertugas melaksanakan pekerjaan yang diberikan dalam jangka panjang dan berstatus karyawan BUMN, dan karyawan yang termasuk dalam karyawan organik adalah tenaga staf dan karyawan biasa. b) Karyawan Non Organik Karyawan yang telah diangkat dalam jangka waktu tertentu, yang termasuk didalamnya adalah karyawan harian lepas, karyawan kontrak, dan karyawan honorer. 2. Waktu Kerja Karyawan Untuk mencapai hasil produksi yang maksimal sesuai dengan yang diinginkan, maka waktu kerja karyawan diatur sebagai berikut:
a) Karyawan Non Shift Tabel 4.1.
Hari
Jam Kerja (WIB)
Jam Istirahat (WIB)
Senin –Kamis
08.00-16.30
12.00-13.00
Jum’at
08.00-17.00
11.30-13.00
Sabtu-Minggu
Hari libur karyawan non-shift Waktu Kerja Karyawan Non-Shift
b) Karyawan Shift Waktu kerja karyawan shift diatur secara bergilir dalam 24 jam kerja dengan pembagian 3 waktu kerja (3 shift) yang masing-masing shift bekerja selama 8 jam, dengan pembagian kelompok/grup bekerja sebanyak 4 kelompok/grup dengan pengaturan 3 kelompok/grup bekerja dengan 1 kelompok/grup libur. Pembagian shift kerja antara lain sebagai berikut: a. Shift 1 : jam kerja mulai pukul 22.00 s.d. 06.00. b. Shift 2 : jam kerja mulai pukul 06.00 s.d. 14.00. c. Shift 3 : jam kerja mulai pukul 14.00 s.d. 22.00. Selain itu terdapat juga waktu lembur dan waktu cuti karyawan PT. Krakatau Steel. Waktu lembur dilakukan diluar jam kerja atas perintah atasan yang berwenang. Untuk waktu cuti dibagi menjadi dua macam, yaitu cuti tahunan dan cuti besar. Cuti tahunan yaitu masa cuti selama 12 hari kerja yang tidak dapat digantikan dengan uang dan cuti besar diberikan 4 tahun sekali dengan lama cuti 1 bulan. Upah minimum yang diberikan kepada karyawan minimal sama besarnya dengan SK Menteri Tenaga Kerja (Menaker) tentang penetapan upah minimum yang berlaku. Ketentuan upah yang diberikan berdasarkan ketentuan yang terdiri atas karyawan kontrak dan karyawan honoris.
Selain PT. Krakatau Steel memberikan gaji, perusahaan juga berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan karyawannya dengan cara memberikan fasilitas-fasilitas sebagai berikut: 1. Asuransi Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Asuransi tenaga kerja terdiri dari asuransi kematian dan asuransi kecelakaan, dimana perusahaan akan memberikan asuransi ini melalui asuransi sosial tenaga kerja. 2. Jaminan Kesehatan Jaminan kesehatan berupa pemeriksaan, pengobatan dan perawatan untuk karyawan dan keluarganya yang sedang sakit baik fisik maupun mental. Yang berhak menerima jaminan kesehatan ini adalah karyawan yang telah diangkat menjadi karyawan tetap, istri atau suami karyawan yang sah dan terdaftar di Divisi Personalia dan anak–anak kandung karyawan yang sah dan anak–anak angkat yang sah yang terdaftar di Divisi Personalia dengan ketentuan belum mencapai umur 21 tahun dan belum memiliki penghasilan tetap. Pengobatan gratis ini dilakukan di RS. Krakatau Medika (anak perusahaan KS), ataupun rumah sakit-rumah sakit rujukan yang bekerja sama dengan PT. Krakatau Steel, contoh: RS Gleneagles Karawaci Tangerang, RS PELNI Jakarta, RS Bethesda Yogyakarta. 3. Jaminan Hari Tua Jaminan hari tua merupakan penghargaan dari perusahaan atas jasa-jasa dari karyawan pensiunan selama bekerja di PT. Krakatau Steel. Jaminan Hari Tua ini diberikan kepada karyawan yang sudah tidak lagi memiliki ikatan kerja dengan atau sudah berhenti bekerja dikarenakan PHK, Pensiun, maupun Meninggal dunia. 4. Fasilitas pendidikan
Bagi keluarga karyawan (anak karyawan) disediakan fasilitas pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak hingga SMA/SMK, meskipun tidak gratis namun bagi keluarga karyawan mendapatkan potongan harga. Sejak berdiri, PT Krakatau Steel telah menempatkan
karyawan
sebagai
aset
terpenting
perusahaan.
Sejalan
dengan
perkembangan teknologi, maka upaya peningkatan kualitas SDM juga dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan. Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut disediakan Pusat Pendidikan dan Pelatihan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas. 5. Tunjangan hari raya. Tunjangan Hari Raya (THR) diberikan kepada seluruh karyawan PT. Krakatau Steel menjelang Hari Raya (Idul Fitri/Lebaran) maupun Hari Natal. Setiap tahunnya karyawan PT. Krakatau Steel juga mendapatkan bingkisan Idul Fitri, bingkisan ini berupa alat salat seperti sarung, sajadah dan peci, sembako seperti, minyak goreng, beras, sirup, terigu, dll.
6. Tunjangan transportasi PT. Krakatau Steel memberikan fasilitas transportasi bagi karyawannya. Karyawan PT. Krakatau Steel mendapatkan fasilitas antar jemput dari rumah hingga kawasan industri dan untuk karyawan level atas mendapatkan fasilitas mobil pribadi atau mobil dinas (inventaris). 7. Tunjangan Perumahan Tunjangan perumahan diberikan kepada karyawan yang memenuhi syarat dan ketentuan tertentu. Pada awal berdirinya, PT. Krakatau Steel menyediakan lahan dan fasilitas rumah dinas bagi karyawan, rumah dinas tersebut dapat dimiliki sepenuhnya oleh karyawan
dengan ketentuan gaji bulanannya dipotong untuk mencicilnya, namun bagi karyawan yang tidak mendapatkan fasilitas perumahan, karyawan mendapatkan tunjangan perumahan berupa uang atau kredit pemilikan rumah. 8. Rekreasi PT. Krakatau Steel tidak lupa untuk memberikan fasilitas rekreasi bagi seluruh karyawannya yaitu berupa kunjungan ke tempat-tempat wisata, dimana biaya akomodasi di fasilitasi oleh perusahaan, Krakatau Ria (KR) yang merupakan salah satu bioskop di Kota Cilegon, namun saat ini bioskop tersebut tidak digunakan lagi. 9. Fasilitas Olahraga Untuk meningkatkan kebugaran karyawan dan keluarga karyawan PT. Krakatau Steel juga menyediakan fasilitas olah raga, seperti lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan tenis dan kolam renang, namun sayangnya untuk kolam renang saat ini tidak gratis lagi. Seluruh fasilitas-fasilitas bagi para karyawan PT. Krakatau Steel yang telah disebutkan diatas merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh PT. Krakatau Steel untuk meningkatkan kinerja karyawannya menjadi lebih baik. PT. Krakatau Steel sangat memperhatikan keselamatan kerja karyawannya. Keselamatan kerja di PT. Krakatau Steel diawasi oleh pihak safety yang bertanggung jawab atas keselamatan seseorang yang berada didalam kawasan industri PT. Krakatau Steel. Keselamatan kerja berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahan lingkungan, serta cara–cara melakukan pekerjaan. Tenaga kerja perlu mendapat perlindungan terhadap bahaya–bahaya lingkungan kerja, sehingga tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman.
Tanggungjawab sosial perusahaan adalah sebuah kebutuhan bukan lagi sebuah kewajiban, karena ini merupakan safety belt bagi perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menjamin kenyamanan, keamanan, keutuhan daripada perusahaan dan karyawan perusahaan (Hasil wawancara, Farizi tanggal 16 Jnauari 2009). Lebih jelas Farizi, Kadis KUK (Kredit Usaha Kecil) menjelaskan: “Memperhatikan masyarakat lingkungan sekitar merupakan safety belt untuk kenyamanan, keamanan, keutuhan daripada perusahaan dan karyawan, itu yang idealnya. Perusahaan hidup di suatu wilayah, ya harus bersosialisasi di masyarakat itu memang sudah seharusnya dan merupakan kebutuhan bagi perusahaan-perusahaan dan PT. KS sendiri, untuk apa? sebagai safety belt perusahaan itu sendiri dan mendapat dukungan dari masyarakat sekitar.” Di PT. Krakatau Steel tanggungjawab sosial perusahaan diartikan sebagai kegiatan external relations, karena kegiatan yang menyangkut tanggungjawab sosial kedalam perusahaan (internal relations), seperti pada karyawan dan pemegang saham sudah merupakan hak dan kewajiban, demikian pendapat yang dikemukakan oleh Mohammad Toha, Senior Spesialis Humas PT. Krakatau Steel. Bentuk tanggungjawab sosial perusahaan PT. Krakatau Steel diimplementasikan kedalam kegiatan Community Development dan diwujudkan kedalam sebuah Subdit yang bernama PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). PKBL adalah unit organisasi khusus yang mengelola Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina serta bertanggungjawab langsung kepada Direksi BUMN Pembina. Hal ini sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003. Namun sebelum dikeluarkannya SK Meneg BUMN No. 236 ini, PT. Krakatau Steel sendiri sudah melakukan prinsip-prinsip tanggungjawab sosial perusahaan, tapi istilahnya belum tanggungjawab sosial perusahaan yaitu hubungan sosial perusahaan.
Pelaksanaan PKBL pada PT. Krakatau Steel (Persero) memiliki 3 prinsip. Pertama, Azas manfaat (saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan); Kedua, Tepat sasaran, tepat penyaluran dan tepat pengembalian (Program Kemitraan); Ketiga, Tepat sasaran, tepat penyaluran dan tepat manfaat (Program Bina Lingkungan) dan unsur-unsur yang terkait adalah sebagai berikut: Bagan 4.2. Masyarakat dan Lingkungan Lembaga Pendidikan, Pengetahuan, dan Profesional
PEMDA
PKBL-PT.KS
Dunia Usaha
Peta Kondisi Sosial, Ekonomi dan Kehidupan Masyarakat:
Program Pembinaan Mandiri
PKBL BUMN Pembina Lainnya Lembaga Pemberdayaan UMK
Program Pembinaan Bersama
Pelaksanaan PKBL di PT. Krakatau Steel (Persero) (Sumber: www.km.krakatausteel.com)
Subdit PKBL sendiri membawahi dua buah Divisi, yaitu Divisi Program Kemitraan dan Divisi Bina Lingkungan. Sesuai yang dikemukakan Farizi, “Kita dalam program kerja PKBL memang ada dua. Pertama, Program Kemitaan dan kedua, Bina Lingkungan”. Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Bina
Lingkungan Kemasyarakatan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN di wilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Menurut Duduy Abdulah, Kadis Bina Lingkungan dana yang digunakan untuk mengimplementasikan program-program tanggungjawab sosial perusahaan PT. Krakatau Steel diambil dari dua sumber, yaitu: Pertama, keuangan perusahaan yang telah dianggarkan (RKAP); Kedua, penyisihan laba bersih 1-3% setelah dipotong pajak (wawancara dengan Duduy Abdulah pada tanggal 16 Januari 2009). “.....1-3% dari laba perusahaan yang sudah dipotong pajak. Lalu ada juga dana yang bersumber dari keuangan perusahaan yang sudah dianggarkan”. Untuk Program Kemitraan dana sepenuhnya diambil dari laba perusahaan setelah di potong pajak dan berkisar 1-3%. Sedangkan untuk Bina Lingkungan Kemasyarakatan maksimal dana yang berasal dari laba perusahaan adalah 1%, namun untuk Bina Lingkungan Kemasyarakatan ditambah dengan dana yang berasal dari keuangan perusahaan. Dalam menentukan publik sasaran, menurut Duduy Abdulah (wawancara pada tanggal 16 Januari 2009), PT. Krakatau Steel membaginya kedalam tiga bagian. “kita itu membagi masyarakat ini kedalam 3 ring, ring 1 adalah masyarakat yang paling dekat dengan perusahaan max 5 km dari perusahaan, ring dua itu 5-10 km dari perusahaan, ya luar Cilegon lah dan ring 3 lebih dari 10 km, ya termasuk yang diluar Banten”.
1 2 3
1 2 3
= Perusahaan = Ring 1 = Ring 2 = Ring 3
Dengan wilayah operasi adalah 80% Kota Cilegon dan 20% Banten selain Cilegon dan luar Banten. Program-program kemitraan dibagi kedalam 2 bentuk, antara lain: 1. Pemberian pinjaman, dalam bentuk: a. Pinjaman untuk modal kerja dan atau pembelian barang-barang modal seperti mesin dan alat produksi, alat bantu produksi, dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan produksi dan penjualan produk mitra binaan. b. Pinjaman khusus, yaitu pemberian pinjaman yang dapat diberikan oleh BUMN Pembina yang bersifat jangka panjang dengan waktu maksimum 1 (satu) tahun serta dengan nilai pinjaman yang cukup material bagi mitra binaan. 2. Hibah, dalam bentuk: a. Bantuan pendidikan dan pelatihan serta pemagangan untuk mitra binaan dalam rangka: •
Meningkatkan keterampilan manajerial dan teknik produksi/pengolahan.
•
Meningkatkan pengendalian mutu produksi.
•
Meningkatkan pemenuhan standarisasi teknologi.
•
Meningkatkan rancang bangun dan perekayasaan.
b. Bantuan Pemasaran produk mitra binaan, dalam bentuk: •
Membantu penjualan produk mitra binaan.
•
Membantu mempromosikan produk mitra binaan melalui kegiatan pameran maupun penyediaan ruang pamer (showroom).
Yang menjadi prioritas Program Kemitraan adalah usaha kecil yang belum memiliki kemampuan akses perbankan dan usaha kecil yang tidak memiliki kaitan usaha
maupun yang memiliki kaitan usaha dengan BUMN Pembina, namun diupayakan kearah terwujudnya keterkaitan usaha. Jangka waktu atau masa pembinaan untuk mitra binaan dapat dilakukan terusmenerus sampai mitra binaan tersebut menjadi tangguh, mandiri dan bankable. Sejak tahun 1992 akumulasi dana Program Kemitraan yang telah bergulir mencapai Rp 70 Milyar lebih. Dengan jumlah transaksi 8.247 transaksi, 6.279 berupa kredit berbunga ringan (Rp. 61 Milyar) dan 1.968 transaksi berupa hibah. Usaha Kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah sebagai berikut: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- . 3. Milik Warga Negara Indonesia. 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar. 5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. 6. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun serta mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. Bentuk program tanggungjawab sosial perusahaan yang dilakukan PT. KS melalui Divisi Program Kemitraan adalah bantuan pinjaman modal dengan bunga rendah dalam upayanya meningkatkan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Tidak hanya bantuan berupa pinjaman modal PT. KS melalui Divisi Program Kemitraan juga memberikan hibah berupa pelatihan, pendidikan serta pemagangan dan pemasaran produk. Dapat dikatakan
inilah sebenarnya perilaku bertanggungjawab secara sosial, perusahaan tidak hanya memberikan bantuan pinjaman modal, tetapi ada tindak lanjut yang dilakukan agar bantuanbantuan yang telah tersalurkan tersebut tidak sia-sia. Program-program Bina Lingkungan yang dilakukan PT. Krakatau Steel ini memperoleh dana dari laba perusahaan dan keuangan perusahaan. Bantuan bina lingkungan yang dananya berasal dari laba perusahaan antara lain: 1. Bantuan kepada korban bencana alam, yaitu bantuan yang diberikan untuk meringankan beban para korban yang diakibatkan bencana alam (force major). Bantuan ini meliputi: Penyediaan bahan-bahan kebutuhan pokok, air bersih dan MCK (Mandi Cuci Kakus) pengungsi, bantuan obat-obatan dan atau tenaga medis, bantuan perahu karet, tenda pengungsi/tempat
penampungan
sementara,
penyediaan
dana
untuk
sewa
angkutan/transportasi pengungsi, sewa alat-alat berat. 2. Bantuan pendidikan dan atau pelatihan, yaitu bantuan yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Bantuan ini meliputi: Pengadaan peralatan sekolah, baik untuk sekolah umum maupun pesantren dan madrasah, bantuan biaya pendidikan/beasiswa, pelatihan dan atau pemagangan bagi anak putus sekolah, penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. 3. Bantuan peningkatan kesehatan, yaitu bantuan yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Bantuan ini meliputi: Renovasi balai pengobatan masyarakat dan bantuan untuk kegiatan yang bersifat kesehatan masyarakat. 4. Bantuan pengembangan prasarana dan sasaran umum, yaitu bantuan yang diberikan dalam rangka meningkatkan fasilitas kesejahteraan masyarakat. Bantuan ini meliputi:
Rehabilitasi prasarana pendidikan, pembangunan dan rehabilitasi prasarana dan sarana umum, dan pembangunan dan atau rehabilitasi panti asuhan dan panti jompo. 5. Bantuan sarana ibadah, yaitu bantuan untuk meningkatkan kualitas sarana ibadah masyarakat., bantuan ini meliputi: bantuan pembangunan/rehabilitasi rumah ibadah, pengadaan perlengkapan ibadah, bantuan dana untuk menunjang pelaksanaan kegiatankegiatan keagamaan. Bantuan bina lingkungan yang dana-nya berasal dari keuangan perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Instansi dan Masyarakat. 2. Operasional Masjid di Lingkungan PT. Krakatau Steel. 3. Bantuan Pengembangan Seni Budaya. 4. Operasional Kepala Desa (bersama Krakatau Steel Group) 5. Operasional Panti Asuhan TUNAS BAJA Krakatau Steel. 6. Operasional Daerah Istimewa Al-Khairiyah Citangkil. 7. Operasional MUI Kota Cilegon. 8. Kegiatan Ramadhan & Idul Fitri. 9. Material Produk PT. Krakatau Steel untuk masyarakat. 10. Bantuan Penghijauan. 11. Beasiswa Putra-Putri Pensiunan PT. Krakatau Steel. 12. Kegiatan HUT PT. Krakatau Steel Bidang Sosial. 13. Bantuan untuk YPWKS. 14. Perintisan Usaha Kecil. 15. Riset dan Publikasi.
16. Bantuan Sosial Lainnya. Sampai saat ini PT. Krakatau Steel telah melakukan sejumlah program Bina Lingkungan ke beberapa wilayah, diantaranya: 1. Kecamatan Citangkil yang terdiri dari Kelurahan Citangkil, Kelurahan Taman Baru, Kelurahan Lebak Denok, Kelurahan Kebon Sari, Kelurahan Warnasari, Kelurahan Samangraya, dan Desa Dringo. 2. Kecamatan Ciwandan terdiri dari kelurahan Kubang Sari, Kelurahan Tegal Ratu, Kelurahan Randakari, Kelurahan Kepuh, dan Kelurahan Gunung Sugih. 3. Kecamatan Anyer terdiri dari Desa Kosambi Ronyok, Desa Anyer, Desa Mekarsari, Desa Cikoneng, dan Desa Bandulu. 4. Kecamatan Cinanangka terdiri dari Desa Kamasan, Desa Sindanglaya, Desa Cikolelet, Desa Ranca Sanggal, Desa Cinangka, dan Desa Kubang Baros. 5. Kecamatan Padarincang terdiri dari Desa Kalumpang, Desa Bugel, Desa Citasuk, Desa Padarincang. 6. Kecamatan Mancak terdiri dari Desa Angsana, Desa Labuan, Desa Cikedung, Desa Bulakan, dan Desa Batu Kuda. 7. Kecamatan Purwakarta terdiri dari Desa Kotabumi dan Desa Kebondalem. Meskipun PT. Krakatau Steel menggolongkan bentuk tanggungjawab sosial perusahaan kedalam dua kategori, yaitu: Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. PT. Krakatau Steel juga melakukan prinsip-prinsip tanggungjawab sosial perusahaan seperti kepada karyawan dan lingkungan hidup. Prinsip-prinsip tanggungjawab sosial perusahaan PT. Krakatau Steel kepada lingkungan hidup diwujudkan dalam sebuah divisi, yaitu Divisi KLH (Kemitraan Lingkungan Hidup). Adapun program-programnya Kepada lingkungan
hidup sebagai berikut: Pengendalian emisi cerobong, pengendalian kualitas air buangan, pengendalian kualitas udara ambien, pengendalian kebisingan dan tekanan panas, reboisasi dilingkungan sekitar pabrik. Bentuk tanggungjawab sosial perusahaan PT. Krakatau Steel melalui Divisi Bina Lingkungan telah mencakup berbagai aspek kebutuhan masyarakat. Memberikan bantuan seperti pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sebuah komitmen PT. Krakatau Steel untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan apa yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Memberikan bantuan sarana ibadah dalam rangka meningkatkan kualitas sarana ibadah masyarakat dirasa tepat, karena latar belakang masyarakat Cilegon sangat kental dengan nilai-nilai Islami. Diketahui tanggungjawab sosial perusahaan PT. Krakatau Steel adalah kegiatan exsternal relations yang diimplementasikan dalam kegiatan Community Development melalui Subdit PKBL. Subdi PKBL dibentuk berdasarkan SK Meneg BUMN No 236, PKBL sendiri membawahi 2 Divisi, Pertama Divisi Program Kemitraan; Kedua Divisi Bina Lingkungan. Program Kemitraan adalah divisi yang memberikan bantuan pinjaman modal kepada usaha kecil dan Bina Lingkungan adalah divisi yang menangani pemberdayaan kondisi sosial masyarakat. Dana yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan ini berasal dari keuangan perusahaan dan laba bersih yang berkisar 1-3 % setelah dipotong pajak, dengan wilayah penyebaran bantuan 80% Kota Cilegon dan 20% Banten selain Cilegon dan luar Banten.
B. Produksi PT. Krakatau Steel merupakan pabrik baja terbesar di Indonesia yang banyak menghasilkan baja setengah jadi dengan berbagai macam jenis dan ukuran dengan proses
pengolahan yang berbeda. Terdapat enam pabrik yang terintegrasi menjadi satu kesatuan dalam menghasilkan produk. Adapun keenam pabrik di lingkungan PT. Krakatau Steel sebagai berikut: 1. Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant) Pabrik spons mereduksi langsung bahan baku biji besi (pellet) menjadi besi spons (sponge iron) yang nantinya akan menjadi bahan baku bagi pabrik lainnya, yaitu slab steel dan billet plant. Pabrik besi spons memiliki 2 (dua) buah unit produksi dan menghasilkan 2,3 juta ton besi spons per tahun unit produksi yang pertama yaitu Hyl I mulai beroperasi tahun 1979. Unit ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1 juta ton besi spons per tahun. Unit produksi yang kedua yaitu Hyl III memulai operasi pada tahun 1994 dengan kapasitas produksi sebesar 1,3 juta ton besi spons per tahun. Pabrik besi spons terdiri dari 4 buah module. Setiap module terdiri dari 4 buah reaktor dengan kapasitas tiap reaktor 300 ton sekali pengisian. Proses produksi pabrik besi spons sebagai berikut:
Gambar 4.1.
Proses Pabrik Besi Spons
2. Pabrik Baja Billet (Billet Steel Plant) Pabrik baja billet menghasilkan baja batangan dengan bahan baku utama adalah: a. Besi Spons (sponge iron) yang dihasilkan oleh pabrik besi spons. b. Scrap, yaitu besi yang dibuang dari proses pemotongan-pemotongan yang dilakukan oleh pabrik pengerolan baja lembaran panas (Hot Strip Mill), pabrik pengerolan baja lembaran dingin (Cold Rolling Mill), dan pabrik pengerolan kawat baja (Wire Rod Mill). c.
HB I, CB I, Pig Iron Scull.
d. Hot Briquetted Iron. e.
Cold Briquetted Iron.
f. Bahan baku pembantu yaitu batu kapur. Pabrik billet mempunyai kapasitas produksi lebih dari 675 ribu ton baja per tahun. proses produksi baja billet dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.2.
Proses Pabrik Billet Baja (BSP)
3. Pabrik Baja Slab (Slab Steel Plant) Pabrik baja Slab PT. Krakatau Steel (Persero) mulai berproduksi pada tahun 1983. pabrik ini menggunakan besi spons sebagai bahan baku untuk dijadikan slab (lempengan). Selain itu juga memanfaatkan baja reject hasil proses dari pabril pengerolan baja lembaran panas (Hot Strip Mill), pabrik pengerolan baja lembaran dingin (Cold Rolling Mill), dan pabrik pengerolan kawat baja (Wire Rod Mill). Pabrik baja slab dilengkapi dengan 6 buah elektrik furnace. Pabrik baja slab menghasilkan baja slab dengan ukuran: a. Tebal
: 150-200 mm.
b. Lebar
: 950-2.080 mm.
c. Panjang
: Length group I
: 4.500-6.000 mm.
Length group II
: 6.700-8.600 mm.
Length group III
: 8.600-10.500 mm.
Length group IV
: 10.500-12.000 mm.
d. Berat Maksimum
: 30 ton.
Pabrik baja slab mempunyai kapasitas produksi sebesar 1 juta ton per tahun, dimana bahan baku utamanya adalah sponge iron. Selain itu pula pabrik SSP II dengan kapasitas 1,8 juta ton per tahun. proses produksi pabrik baja slab dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.3.
Proses Pabrik Baja Lembaran (SSP)
4. Pabrik Batangan Kawat (Wire Rod Plant) Pabrik ini mulai beroperasi pada tahun 1979 dengan produk yang dihasilkan antara lain: 1. Batang kawat karbon rendah. 2. Batang kawat untuk eletroda las. 3. Batang kawat untuk membuat mur-baut, dan paku. Pabrik batang kawat menghasilkan batang kawat dengan dimensi: 1. Luas penampang
: 110 mm X 110 mm.
2. Diameter
: 5,5 mm – 14 mm.
3. Panjang
: 10 meter.
4. Berat
: 900 kg.
Gambar 4.4.
Proses Pabrik Batang Kawat (WRM)
5. Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill) Pabrik ini memproduksi baja lembaran dengan cara pengerolan panas, berkapasitas 2,5 juta ton per tahan dan bahan baku yang digunakan adalah slab baja dari Slab Steel Plant. Pabrik ini mulai beroperasi pada tahun 1983 dengan menghasilkan produk dengan ukuran – ukuran sebagai berikut : o Tebal
: 18 - 25 mm.
o Lebar
: 650 - 2080 mm.
o Berat maksimal
: 30 ton per gulung.
Kapasitas produksi adalah 1 juta ton per tahun. Pengontrolan ketebalan dan ukuranukuran lainnya dengan menggunakan sensor radioaktif yang dilengkapi dengan sistem proses dalam rangka optimasi produk. Berikut adalah Proses Pabrik Baja Lembaran Panas (HSM). Berikut adalah Proses Pabrik Baja Lembaran Panas (HSM): Gambar 4.5.
Proses Pabrik Baja Lembaran Panas (HSM)
6. Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill) Bahan bakunya berasal dari HSM yang kemudian mengalami pengerolan untuk mendapatkan produk baja lembaran yang tebalnya 0,18 - 3 mm. Kapasitas produksi 850 ribu ton per tahun yang dapat dikembangkan menjadi 1,5 juta ton per tahun. Dari baja lembaran tersebut dapat diolah kembali menjadi kaleng kemasan makanan atau produk lain yang membutuhkan ketebalan 0,18 – 3 mm. berikut adalah Proses Pabrik Baja Lembaran Dingin (CRM): Gambar 4.6.
Proses Pabrik Baja Lembaran Dingin (CRM)
Selain itu, PT. Krakatau Steel juga memiliki unit-unit pendukung yang membantu dalam proses produksi, antara lain: 1. PT. Krakatau Daya Listrik (KDL). 2. PT. Krakatau Bandar Samudera (PT. KBS). 3. PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI). 4. PT. Krakatau Hoogovent Industries (PT. KHI). 5. PT. Krakatau Engineering Coporation (PT. KEC). 6. PT. Krakatau Wajatama (PT. KWT). 7. PT. Krakatau Information Teknologi (PT. KIT). 8. PT. Plat TImah Nusantara (PT. Latinusa). 9. PT. Krakatau Steel Industri Estate Cilegon (PT. KIEC). 10. PT. Krakatau Medika.
C. Sistem Pengolahan Lingkungan Manusia selalu berusaha dengan segala daya dan upaya yang dimilikinya untuk mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada demi tercapainya kualitas yang diinginkan untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Melalui akalnya manusia mulai meningkatkan dan memperbaharui peralatan-peralatan yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, begitu pula dengan peralatan baru berupa mesin-mesin dan alat-alat lainnya yang berteknologi tinggi untuk dapat meningkatkan produksi dengan waktu yang singkat. Namun siapa sangka bahwa kemajuan dalam teknologi juga terkadang memberikan dampak negatif terhadap lingkungan maupun masyarakat sekitarnya. Daldjoeni, N dan Suyitno, A (1985: 18)
menjelaskan bahwa Kualitas hidup suatu masyarakat yang berada di sekitar kawasan industri dapat dihubungkan dengan kondisi lingkungannya. Kemajuan dalam ilmu dan teknologi yang lebih dulu meresap di perkotaan telah menimbulkan berbagai ragam pencemaran atau polusi. Untuk tidak menimbulkan salah pengertian, perlu diketahui bahwa pencemaran dapat dibagi atas empat kategori: 1) Yang langsung mengganggu kesehatan manusia, misalnya peracunan paru-paru karena polusi udara. 2) Kerusakan yang terjadi pada benda ataupun tubuh manusia, misalnya efek korosif dari polusi udara atas gedung-gedung serta panenan tanaman di pedesaan. 3) Efek langsung yang mengadakan kualitas kehidupan manusia seperti onggokan sampah di kota, sungai yang kotor, pupuk kandang yang terbuka, pecerèn dan jumbleng kering. 4) Efek tak langsung terhadap masyarakat, misalnya usaha pertambangan minyak bumi di wilayah lepas-pantai, pembabatan hutan untuk ekspor kayu, pembinasaan perumputan dengan penggembalaan secara liar, dan seterusnya. Setiap kegiatan pembangunan maupun usaha investasi memiliki potensi menimbulkan dampak bagi karyawannya, masyarakat maupun lingkungan sekitar kawasan tersebut. Adanya pembangunan industri juga berpotensi menimbulkan dampak lingkungan kepada berbagai bidang kegiatan lain, seperti kegiatan pertanian, kesehatan, pendidikan, pemukiman dan lain-lain. Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari adanya kegiatan pembangunan yang salah satunya adalah kegiatan industri, khususnya di kawasan industri Krakatau Steel, PT. Krakatau Steel telah mengupayakan berbagai cara dalam menangani masalah tersebut. Seperti yang dikemukakan dalam buku yang berjudul Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan oleh Otto Soemarwoto (2004: 76) bahwa pengelolaan lingkungan
dapatlah kita artika sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup diperlukan kesadaran manusia dalam melestarikan keseimbangan lingkungan. Bijih besi dan spons mengandung partikel–partikel halus (fines) yang dapat lepas dan beterbangan akibat gesekan–gesekan antara bahan dengan bahan yang mengakibatkan pencemaran tersebut maka dipasang dua buah alat penangkap debu yang masing–masing terpasang pada alat magnetik separator dan conveyor penggangkut bahan. Sistem penangkap debu ini dilakukan dengan sistem wet scrubber, sistem ini terdiri dari tiga bagian yaitu: •
Ruang pembersih awal Udara yang merupakan debu masuk pada bagian bawah dan kemudian dikontakkan dengan air yang masuk pada bagian atas melalui lubang oriffice. Akibat pengontakkan ini maka partikel ini ditangkap oleh air dan menjadi Lumpur.
•
Ruang kipas Putaran dari kipas akan menarik udara yang jenuh oleh uap air dengan kandungan debu yang kecil. Kemudian air dialirkan pada ruangan ini pada dua buah lubang yang ada pada dinding pipa saluran masuk dan saluran keluar udara. Udara dan air ini akan bercampur secara turbulen dan ini akan mengakibatkan partikel yang halus akan membentuk partikel-partikel yang lebih besar sehingga memudahkan untuk melakukan pemisahan.
•
Ruang pemisahan air dan debu Air dan debu akan membentuk bubur yang terlempar ke dinding secara tangensial dan turun ke bagian absorber dan diteruskan ke atmosfer melalui cerobong.
Lumpur besi yang dihasilkan dari sistem wet scrubber dialirkan kedalam clarifier, lumpur ditambahkan kapur (lime) sehingga akan terjadi koagulasi. Koagulan akan mengendap pada bagian bawah clarifier, kemudian lumpur dikeluarkan menggunakan pengaruk. Lumpur akan ditampung pada tempat penampungan sedangkan air dilakukan proses lebih lanjut pada unit pengolahan air. Prinsip tanggungjawab sosial perusahaan yang lain seperti pada lingkungan, PT. Krakatau Steel juga melakukan dengan reboisasi di sekitar pabrik. Sesuai dengan persyaratan di dalam Konferensi Rio De Janeiro bahwa minimum kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) adalah 30%, persyaratan dari World Wild Foundation (WWF) minimum 10%, dan persyaratan dari Departemen Pekerjaan Umum minimum 2,30 m2/orang. Penghijauan yang dipusatkan di area Pabrik SSP II (Slab Steel Plant II) dimulai dengan penanaman 1000 pohon yang dilakukan secara simbolik oleh Direktur Utama PT Krakatau Steel, Daenulhay dan anggota Direksi lainnya. Jika
dikaitan
dengan
pendapat
Schermerhorn
mengenai
kriteria
tahapan
tanggungjawab sosial, yaitu: 1. Tanggungjawab ekonomi. 2. Tanggungjawab hukum. 3. Tanggungjawab etis. 4. Tanggungjawab yang dilakukan secara sukarela. PT. Krakatau Steel telah menduduki kriteria yang ke empat, dimana disebutkan tanggungjawab yang dilakukan secara sukarela berarti organisasi secara suka rela bergerak melampaui batas ekonomi, hukum, harapan etis untuk menjadi pemimpin dalam memajukan kesejahteraan individu, masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan.
4.2. Kondisi awal kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Desa Kebon Dalem sebelum berdirinya PT. Krakatau Steel Pada awalnya Kota Cilegon merupakan wilayah bekas Kewedanaan (Wilayah kerja pembantu Bupati Wilayah Cilegon), wilayahnya terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan, meliputi: Kecamatan Cilegon, Bojonegara, dan Pulomerak. Berdasarkan PP No.40 tahun 1986 tentang pembentukan Kota Administratif (Kotif) Cilegon serta penetapan wilayah Cilegon seluas 17.550 Ha, wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Cilegon, Pulomerak, Cibeber dan 1 (satu) (perwakilan Cilegon) di Cibeber, sedangkan Bojonegara masuk wilayah kerja pembantu Bupati wilayah Kramat Watu. Berdasarkan PP No.3 tahun 1992 mengenai penetapan perwakilan Kecamatan Cibeber. Dengan demikian wilayah Kota Administratif Cilegon terdiri dari 4 (empat) kecamatan yaitu Cilegon, Pulomerak, Ciwandan, dan Cibeber. Perekonomian dan pembangunan Kota Administratif Cilegon sangat didukung sekali oleh sektor perindustrian dan perdagangan. Keberadaan Proyek Industri Baja Cilegon “Trikora” memberikan pengaruh dan peranan yang besar dalam pembangunan Cilegon. Industri dan perdagangan akan semakin berkembang apabila ditunjang dan diperhatikan kebutuhannya sesuai dengan yang telah diberikan. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu diperlukan aparat yang setingkat dengan Daerah Tingkat II. Dengan adanya kemajuan pembangunan yang dicapai Kotif Cilegon diberbagai bidang baik pembangunan fisik, sosial dan ekonomi yang sangat pesat dan diikuti dengan perkembangan pusat perdagangan, jasa, pariwisata, dan pemukiman penduduk, oleh karena itu diperlukan sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk kebutuhan masyarakatnya. Dengan demikian perubahan Kota Administratif (Kotif) menjadi Kotamadya dirasakan perlu.
Di dalam UU No.5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah disebutkan bahwa syarat-syarat pembentukan daerah otonom meliputi luas wilayah, jumlah penduduk, kemampuan ekonomi, pertahanan dan keamanan, politik, serta persyaratan tambahan lainnya. Melihat potensi yang dimiliki oleh Kotif Cilegon, maka dengan ini pemerintahan Kota Cilegon dibentuk pada tanggal 27 April 1999 berdasarkan Undang-undang No.15 tahun 1999 tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon. Berdasarkan letak geografisnya Kota Cilegon berada di ujung sebelah barat Pulau Jawa dan terletak pada posisi 5º 52’24” – 6º 04’07” Lintang Selatan (LS) dan 105º 54’05” - 106º 05’11” Bujur Timur (BT). Kota Cilegon memiliki wilayah seluas 175,50 Km² yang terbagi kedalam 8 (delapan) kecamatan dan 43 kelurahan. Kota Cilegon memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar antara 21,1º C – 34,1º C dan curah hujan rata-rata 114 mm per bulan. Kecamatan Purwakarta merupakan pemekaran dari Kecamatan Pulomerak. Kecamatan Purwakarta mempunyai luas wilayah ± 23,36 km² dengan jumlah penduduk mencapai 35.865 jiwa. Kecamatan Purwakarta terdiri dari 6 kelurahan, yaitu Ramanuju, Kebon Dalem, Kotabumi, Purwakarta, Pabean, dan Tegal Bunder. Berikut adalah peta wilayah Kecamatan Purwakarta Kotamadya Cilegon. Gambar 4.7.
Peta Kotamadya Cilegon (Sumber: Badan Perencana Daerah (BAPEDA) Kota Cilegon 2008)
Ket:
Wilayah kecamatan Purwakarta.
4.2.1. Kondisi Geografis Desa Kebon Dalem yang memiliki luas wilayah sebesar 19,2 Ha pada awalnya merupakan bagian dari kecamatan Pulomerak, setelah adanya pemekaran, wilayah Desa kebon Dalem termasuk kedalam wilayah kecamatan Purwakarta. Sumber Daya Alam lahannya
dipergunakan untuk aktivitas proiritas sebagai kawasan lindung dan pemukiman perkotaan. Desa Kebon Dalem terletak diantara Kelurahan Purwakarta (sebelah utara), Kelurahan Masigit (sebelah selatan), Kelurahan Kotabumi (sebelah barat), dan Kelurahan Gedong Dalem (sebelah timur). Untuk mengetahui lebih jelas mengenai peta wilayah Desa Kebon Dalem akan ditampilkan pada gambar berikut ini: Gambar 4.8.
Peta Wilayah Desa Kebon Dalem (Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Cilegon 2008)
Desa Kebon Dalem terletak tidak jauh dari kawasan industri PT. Krakatau Steel yakni PT. Krakatau Wajatama (KWT) dan PT. KIEC. Bahkan letak Kantor Pemerintahan Kotamadya Cilegon dapat ditempuh dalam waktu ± 5 menit dari wilayah Desa Kebon Dalem. Letaknya yang tidak jauh dari pusat kota inilah yang menjadikan Desa Kebon Dalem dapat berkembang dengan pesat.
Letaknya yang sangat strategis inilah yang membuat masyarakat pribumi maupun pendatang lebih memilih untuk mendirikan rumah dan menetap di Desa Kebon Dalem. Selain itu pula sarana dan prasarana yang dimiliki Desa Kebon Dalem sudah memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai tempat pemukiman penduduk yang nyaman dan strategis, selain itu juga akses untuk keluar-masuk kawasan industri Krakatau Steel sangat mudah dan dapat dijangkau oleh karyawan maupun masyarkat lainnya. Iklim dan Cuaca Desa Kebon Dalem tidak jauh beda dengan iklim Kotamadya Cilegon yaitu beriklim tropis dengan temperatur berkisar antara 21,1º C – 34,1º C dan curah hujan ratarata 114 mm per bulan, karena letak Kota Cilegon yang berada dekat dengan pantai dan kawasan industri. Untuk masyarakat maupun pendatang yang baru pertama kali datang ke Kota Cilegon pasti akan merasakan panas menyengat dan polusi udara yang ditimbulkan dari hasil pembakaran kendaraan umum maupun hasil pembakaran dari kegiatan produksi di kawasan industri PT. Krakatau Steel.
4.2.2. Kondisi Demografis Proses
pembangunan
sebenarnya
merupakan
suatu
perubahan
sosial
budaya,
pembangunan juga tidak hanya perubahan dalam ciri-ciri teknologi dan ekonomi masyarakat, tetapi juga ciri-ciri demografinya. Maka tampak jelas bahwa penduduk memang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Penduduk merupakan objek dan subjek pembangunan suatu daerah, oleh karena itu untuk menilai pembangunan suatu daerah harus dilihat komposisi dan kualitas penduduknya, selain itu juga kuantitas jumlah penduduk akan
menentukan berkembangnya suatu daerah. Maka untuk melihat pertumbuhan penduduk dalam perkembangan Kota Cilegon dapat dilihat dari jumlah penduduknya. Tabel 4.2. Tahun 1961 1971
Jumlah Penduduk 72.054 93.057
1980
140.828
1990 2000
226.083 294.936
2001 2002
301.225 309.097
2003
331.024
2004
334.185
2005
335.913
2006 2007
339.316 338.027
2008
-
Perkembangan Penduduk di Cilegon 1961-2008 (Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Cilegon tahun)
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa perkembangan penduduk di Cilegon dari tahun ke tahun sangat pesat. Perkembangan jumlah penduduk yang sangat pesat ini salah satunya dipicu oleh adanya kegiatan industri di wilayah Kota Cilegon dan menimbulkan peningkatan dalam arus urbanisasi masyarakat dari luar daerah. Dibuktikan dengan adanya lonjakan penduduk yang cukup signifikan pada kurun waktu antara tahun 1980-1990 yaitu pada tahun 1980-an jumlah penduduk Cilegon 140.828 jiwa dan pada tahun 1990-an jumlah penduduk Cilegon meningkat hingga 62,3% yaitu 226.083 jiwa. Namun pada tahun 2007 terjadi penurunan jumlah penduduk menjadi 338.027 jiwa, padahal pada tahun sebelumnya (2006)
jumlah penduduk Kota Cilegon mencapai 339.316 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,32% per tahun dan tingkat kepadatan mencapai 1.936 jiwa/ km². Pertumbuhan penduduk Desa Kebon Dalem dipengaruhi oleh meningkatnya arus mobilisasi dan urbanisasi penduduk dari luar daerah. Mobilitas penduduk merupakan peristiwa yang berlangsung sejak manusia menempati permukaan bumi. Hal senada diungkapkan Lewis (dalam Saefullah, 1992: 1) bahwa “mobilitas penduduk mencakup semua macam gerak territorial, baik yang bersifat sementara maupun yang bersifat menetap dengan bermacammacam jarak. Lebih lanjut Mantra (1985: 14) mendefinisikan mobilitas horizontal atau geografis penduduk sebagai berikut, “mobilitas penduduk horizontal/geografis meliputi semua gerakan (movement) penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode waktu tertentu. Batas wilayah yang digunakan pada umumnya dibatasi oleh propinsi, kabupaten, kecamatan, keluarahan/desa, dan pedukuhan”. Didin Saripudin (2005: 10) menjelaskan bahwa urbanisasi secara umum sebagai suatu proses bertambahnya jumlah penduduk yang bermukim di perkotaan. Urbanisasi mengandung beberapa pengertian, yaitu: 1. Arus perpindahan ke kota. Adanya migrasi dari daerah-daerah lain menuju suatu kota. 2. Bertambah besarnya jumlah penduduk kota yang non agraris di sektor industri dan sektor informal. 3. Tumbuhnya pemukiman-pemukiman menjadi kota. 4. Meluasnya pengaruh kota di pedesaan mengenai segi ekonomi, sosial, budaya, dan psikologi. Dengan demikian, adanya arus urbanisasi maupun mobilisasi penduduk yang melonjak pesat bukanlah suatu hal yang perlu dicegah, karena hal tersebut merupakan suatu proses yang
wajar dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Namun demikian, proses urbanisasi tersebut perlu diarahkan agar tidak terjadi tingkat primacy yang berlebihan. Begitu pula dengan kasus laju pertumbuhan penduduk di Desa Kebon Dalem. Dengan meningkatnya arus urbanisasi dan mobilisasi penduduk tersebut menjadikan Desa Kebon Dalem sebagai Desa yang memiliki potensi tidak berbeda jauh dengan wilayah perkotaan lain.
A. Kehidupan Sosial Karakteristik sosial-budaya masyarakat Desa Kebon Dalem tidak terlepas dari sejarah kesultanan Banten sebagai pusat penyebaran agama Islam dan identik dengan budaya ke-Islam-annya. Budaya yang bernafaskan Islam sangat mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakatnya, serta peranannya sebagai pusat syiar Islam masih terasa sampai saat ini, ditandai dengan banyaknya fasilitas-fasilitas peribadatan yang bernafaskan islami yakni tersedianya pendidikan madrasah, mushola tempat pengajian, dan lain sebagainya. Penghargaan masyarakat kepada para tokoh-tokoh agamanya (ulama) sangat tinggi, sehingga sampai saat ini masih banyak dijumpai tokoh-tokoh yang berperan sebagai pemimpin informal dalam lingkungan tertentu (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Cilegon tahun 2006-2010). Desa Kebon Dalem memiliki potensi lain dari aspek sosial dan budaya yaitu adanya kecenderungan heterogenitas struktur penduduk dari aspek etnis. Penduduk Desa Kebon Dalem didominasi oleh penduduk Banten, namun tidak sedikit pula penduduk yang berasal dari etnis Jawa, Sunda, dan juga dari Sumatera. Komposisi penduduk yang lebih heterogen secara umum akan membentuk aktivitas penduduk yang lebih dinamis terhadap dinamika
ekonomi khususnya ekonomi dalam skala kecil dan informal. Selain itu juga didukung dari aspek sosial budaya lainnya seperti ketersediaan organisasi kemasyarakatan yang diharapkan mampu memberikan atmosfer lain yang sifatnya positif bagi masyarakat setempat maupun masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan industri di PT. Krakatau Steel, yang diharapakan akan berpengaruh signifikan terhadap dinamika masyarakat untuk memenuhi kebutuhan berkumpul, berserikat, berkomunikasi dan berdinamika. Eratnya hubungan kekerabatan antara masyarakat satu dengan lainnya menciptakan sebuah keharmonisan dalam menjalankan segala aktivitas dari warganya. Selain itu pula hampir sebagian dari masyarakat di Desa Kebon Dalem memiliki hubungan darah, hal inilah yang ternyata mampu mempererat hubungan antar masyarakatnya, dan jarang sekali terdengar adanya perselisihan antar sesama kerabat. Bahkan terdapat satu jalan di Kampung Sumampir Timur yang diberi nama Jalan KH. Tb. Mardjuk (Alm). Beliau adalah salah satu tokoh yang sangat terpandang pada saat itu. Sebagaimana dalam budaya masyarakat Banten, seseorang yang menyandang gelar Tubagus “Tb” didepan namanya, berarti orang tersebut adalah masih keturunan bangsawan atau orang penting di daerah tersebut, misalnya saja seperti salah satu narasumber yang peneliti wawancarai yaitu H. Tb. Syarifudin dan Tb. Ichwan Solihin yang kedua masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan KH. Tb. Mardjuk (Alm). Namun dengan zaman yang semakin maju dewasa ini telah mengakibatkan tidak terlalu berarti seseorang yang menyandang gelar Tubagus, karena saat ini banyak masyarakat yang ikut-ikutan menyertakan nama Tubagus pada nama anakanaknya.
Gaya hidup masyarakat Desa Kebon Dalem yang masih sangat kental dengan kehidupan tradisional pedesaan, ditandai dengan masyarakat yang tidak konsumtif terhadap makanan serta kebutuhan barang-barang elektronik seperti komputer, laptop, MP3, MP4, maupun handphone. Sebelum tahun ’70-an, masyarakat Desa Kebon Dalem lebih mementingkan untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok seperti SEMBAKO (Sembilan Bahan Pokok), beda halnya dengan kebutuhan masyarakat perkotaan pada saat ini yang selalu ingin memenuhi segala kebutuhannya karena merasa gengsi dengan orang lain maupun hanya ingin menunjukkan kepada orang lainnya bahwa mereka sudah sejahtera ataupun dipandang sebagai orang yang mampu. Kondisi masyarakat yang tidak konsumtif masih berlangsung hingga akhir ’70-an, karena semenjak munculnya PT. Krakatau Steel di kawasan Cilegon ini gaya hidup masyarakat mulai berubah kearah modernisme, yaitu gay hidup yang ke kota-kota-an ataupu ke barat-barat-an. Terlebih dengan semakin mudah akses masuknya kebudayaan Barat. Seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, bahwa pertumbuhan penduduk Cilegon kian meningkat di tiap tahunnya, begitu pula dengan pertumbuhan penduduk Desa Kebon Dalem. Namun dalam hal ini peneliti tidak menemukan jumlah penduduk yang diteliti yaitu masyarakat Desa Kebon, disebabkan karena data yang diperlukan tidak ditemukan di Kantor Desa Kebon Dalem, Kantor Kecamatan Purwakarta, Badan Pusat Statistik Cilegon, maupun Badan Perencana Daerah Cilegon. Namun data yang peneliti temukan hanya sebagai berikut:
Tabel 4.3.
Penduduk (jiwa) L
P
Jumlah (jiwa)
1970-2005
***
***
***
2006
***
***
10.084
2007
5.532
5.633
11.165
2008
6.320
5.764
12.084
Tahun
Perkembangan Penduduk di Desa Kebon Dalem 1970-2008 (Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Cilegon) Ket: *** = tidak ditemukan datanya.
Dari table 4.3. dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah penduduk dari tahun ketahun. Namun peneliti tidak menemukan data jumlah penduduk dari tahun 1970-2005, hal ini diakibatkan dari kurangnya data yang peneliti temukan di lapangan. Dari tahun 2006-2008 pertumbuhan penduduk di Desa Kebon Dalem cukup stabil dan tidak terlalu terjadi lonjakan penduduk. Pandangan masyarakat Desa Kebon Dalem terhadap pendidikan sebelum adanya PT. Krakatau Steel masih sangat rendah, dengan rendahnya jumlah penduduk yang bersekolah hingga menengah pertama maupun menengah atas. Orang tua dulu beranggapan bahwa anaknya tidaklah perlu sekolah tinggi-tinggi, karena pasti ujung-ujungnya juga mendapatkan pekerjaan. Bahkan tidak jarang orang tua yang menggiring anaknya untuk bekerja seperti orang tua-nya yaitu sebagai petani, pedagang, maupun nelayan. B. Kehidupan Ekonomi Pada awalnya penduduk Cilegon khususnya masyarakat Desa Kebon Dalem matapencahariannya didominasi sebagai petani, nelayan, pedagang, maupun jasa. Namun sejak didirikannya Pabrik Industri Baja Trikora pada tanggal 20 Mei 1962 yang kemudian
digantikan menjadi PT. Krakatau Steel pada tahun 1970, penduduk Desa Kebon Dalem berganti menjadi karyawan pabrik industri baja PT. Krakatau Steel. Meskipun tidak semua masyarakat dapat masuk ke perusahaan tersebut, namun keberadaan sebagian masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi PT. Krakatau Steel memberikan pengaruh terhadap masyarakatnya baik dalam segi sosial maupun ekonomi. Perekonomian masyarakat Desa Kebon Dalem secara berangsur-angsur mengalami peningkatan, baik dari tingkat pendapatan maupun tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Lahan pertanian di wilayah Desa Kebon Dalem dapat dikatakan masih sangat luas. Lambat laun lahan-lahan pertanian tersebut tergerus oleh meningkatnya arus urbanisasi masyarakat dari luar daerah untuk menggantungkan hidupnya di Kota Cilegon, dengan harapan dapat bekerja di PT. Krakatau Steel. Lahan-lahan yang awalnya adalah lahan pertanian, ada yang dibeli oleh perusahaan untuk dijadikan sebagai lahan industri, ada pula yang dijual oleh pemilik lahan untuk dijadikan lahan pemukiman oleh masyarakat lainnya. Pendapatan penduduknya sangat minim, karena sebelum adanya PT. Krakatau Steel sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari sektor pertanian, perdagangan, maupun jasa. Seperti yang kita ketahui bahwa pendapatan masyarakat yang hidup dari beberapa sektor telah disebutkan diatas tidak memiliki pendapatan yang tetap. Oleh karena itu pula tingkat kesejahteraan masyarakatnya masih tergolong biasa-biasa saja. Meskipun begitu, masyarakat Desa Kebon Dalem mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lagipula sebelum PT. Krakatau Steel didirikan di Kota Cilegon, masyarakat Desa Kebon Dalem masih hidup dalam kebudayaan masyarakat agraris yaitu masih mengandalkan dari hasil pertanian, peternakan maupun perikanan (mencari ikan dilaut/sungai/danau). Kebutuhan-kebutuhan hidup juga masih relatif murah, karena pada
saat masih dibawah pemerintahan Presiden Soeharto, banyak kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat yang masih di subsidi oleh pemerintah Indonesia.
4.3. Dampak perkembangan PT. Krakatau Steel terhadap kehidupan Sosial-Ekonomi masyarakat Desa Kebon Dalem Masyarakat Cilegon pada umumnya dan masyarakat Desa Kebon Dalem pada khususnya merasa bangga pada perkembangan ekonomi Kota Cilegon. Kota Cilegon merupakan salah satu pemasok besi baja bagi dalam negeri maupun luar negeri. Pertumbuhan dan perkembangan industri memberikan berbagai dampak, yang tentunya akan menimbulkan berbagai masalah pula dalam kehidupan masyarakatnya, baik masalah sosial, ekonomi, maupun budaya. Namun dalam hal ini masalah yang akan disoroti hanya mengenai masalah sosial ekonomi masyarakatnya saja, yang didalamnya meliputi beberapa aspek yaitu aspek mata pencaharian, aspek pendidikan, aspek kesejahteraan, dan aspek gaya hidup masyarakatnya dengan adanya perkembangan industri di wilayahnya. Berbagai macam tanggapan yang terlontar dari masyarakat mengenai dampak yang ditimbulkan dari keberadaan Industri ini, mulai dari tanggapan positif maupun negatif. Perkembangan industri di wilayah Cilegon telah memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan pembangunan Kota Cilegon, pengaruh baiknya antara lain: sarana dan prasarana di Kota Cilegon dibangun demi kelancaran pendistribusian bahan mentah dan produk dari PT. Krakatau Steel itu sendiri, selain itu juga sarana dan prasarana tersebut ditujukan untuk memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat Cilegon, khususnya bagi karyawan PT. Krakatau Steel. Disekitar kawasan industri mulai berkembang pemukimanpemukiman penduduk, baik penduduk dari dalam maupun luar kota Cilegon. Hal inilah yang
menjadikan Kota Cilegon semakin ramai dan berkembang pesat akibat dari desakan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat akan kebutuhan sandang, pangan, maupun papan. Untuk mengetahui lebih jelas akan dipaparkan pada sub bab berikut ini. Dari beberapa responden yang dimintai keterangan, mereka memiliki anggapan yang bervariasi mengenai dampak dari adanya PT. Krakatau Steel di Cilegon. Menurut mereka dampak dari keberadaan PT. Krakatau Steel di Cilegon itu ada yang berdampak positif maupun negatif. Dampak positif antara lain: menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, banyak masyarakat Cilegon yang bekerja di PT. Krakatau Steel, secara tidak langsung membantu dalam pembangunan Kotamadya Cilegon diberbagai bidang, mengurangi kemiskinan, meningkatnya arus urbanisasi, mendatangkan devisa bagi Cilegon dan Negara Indonesia, pembentukan peningkatan taraf hidup, edukasi, dan daya beli masyarakat, serta banyak memberikan bantuan-bantuan kepada warga yang tidak mampu untuk berwiraswasta. Sedangkan dampak negatif antara lain: banyak lahan-lahan pertanian yang dibeli oleh PT. Krakatau Steel untuk dijadikan lahan industri dan fasilitas perusahaan lainnya, pencemaran udara yaitu dari hasil pembakaran dalam kegiatan produksi PT. Krakatau Steel maupun dari asap kendaraan berat yang mengangkut bahan mentah dan hasil produksi, serta munculnya persaingan kehidupan antara masyarakat pendatang dengan pribumi. (dioleh dari hasil wawancara dan penyebaran angket dengan masyarakat Desa Kebon Dalem). 4.3.1. Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Secara historis, pada awalnya wilayah Desa Kebon Dalem pada umumnya merupakan wilayah pertanian, namun semenjak dijadikan sebagai kawasan industri berat dan menengah yakni dengan didirikannya PT. Krakatau Steel, perlahan-lahan kegiatan pertanian mulai tergeser dan menyempit. Sehingga tidak mengherankan apabila banyak masyarakat yang
awalnya sebagai petani kehilangan pekerjaannya, tetapi ada juga petani yang beralih profesi menjadi padagang, pekerja di PT. Krakatau Steel, dan bahkan ada yang jadi pengangguran. Kehidupan masyarakat Desa Kebon Dalem mengalami peningkatan yang sangat pesat sejak berdirinya PT. Krakatau Steel. Pada awal berdirinya PT. Krakatau Steel di Cilegon telah membuka peluang yang besar dalam hal penyerapan tenaga kerja, dapat dikatakan pada awal didirikannya perusahaan ini adalah perusahaan padat karya. Menurut Usman (2003: 249), ada tiga alasan mengapa aspek sosial yang mencakup pada bidang industri dalam kajiannya membahas dampak lingkungan hidup, terutama hal itu diperlukan bagi para pengambil kebijakan. Pertama, keberadaan suatu usaha atau kegiatan mempunyai dampak positif sekaligus negatif terhadap kehidupan sosial masyarakat disekitarnya. Kegagalan mengidentifikasi dampak negatif tidak hanya dapat mengganggu kelangsungan usaha atau kegiatan tersebut, melainkan juga juga dapat mengganggu keharmonisan hidup masyarakat; Kedua, penilaian atau respon masyarakat terhadap keberadaan suatu usaha atau kegiatan beragama dan berubah-ubah. Sesuatu yang dianggap bermanfaat oleh lapisan atau kelompok tidak selalu diangap bermanfaat bagi lapisan atau kelompok lainnya, dan sesuatu yang diangap baik pada kurun waktu tertentu, tidak selamanya dianggap baik pada kurun waktu selanjutnya; Ketiga, dalam kurun waktu yang sama, kehidupan masyarakat boleh jadi bersentuhan dengan beberapa usaha yaitu kegiatan sekaligus. Jadi, dalam hal ini suatu usaha atau kegiatan tersebut tidak saling berhubungan. Pada mulanya gotong royong hanya berwujud sebagai suatu sistem pengerahan tenaga tambahan pada masa-masa sibuk dalam produksi bercocok tanam, sebagai sistem tolongmenolong antara tetangga dan kerabat dalam kesibukan-kesibukan sekitar rumah tangga, waktu berpesta, dan pada peristiwa-peristiwa kematian dan bencana. Rupanya konsep gotong royong
itu dimulai saat Panitia Persiapan Kemerdekaan dalam jaman Jepang, oleh karena itulah masyarakat mengangkat konsep itu menjadi suatu unsur-unsur yang amat penting dalam rangkaian prinsip-prinsip dasar dari Negara kita (Koentjaraningrat, 1990: 61). Sampai saat ini konsep kegotong-royongan masih sangat melekat di kehidupan seharihari masyarakat Desa Kebon Dalem, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Desa Kebon Dalem yaitu sebagai berikut: “Kegotongroyongan masih bagus… Malah di kita juga disini sebagian besar kegiatan pembangunan karena pelakunya masyarakat maka dilakukan oleh masyarakat. artinya masyarakat disini sudah tradisi karena mayoritas masyarakatnya pribumi, jadi masyarakat-masyarakat pendatang itu tinggal menyesuaikan diri dengan situasi. Masalah gotong-royong seperti kerja bakti, masalah pembangunan jalan, pembersihan sampah, ya kebutulan di kita ini gak ada tempat sampah, tapi dengan semangat kebersamaan masyarakat , alhamdulilah ya.. walaupun tidak bersih amat di sepanajng jalan kami, tapi masyarakat itu tumbuh kebersaaan dalam gotong royongnya” (Hasil wawancara dengan Kepada Desa Kebon Dalem pada tanggal 20 Januari 2009).
Pada hakekatnya dalam sistem nilai-budaya orang Indonesia nilai gotong royong itu mengandung 4 konsep. Pertama, Manusia itu tidak hidup sendiri di dunia ini, tetapi dikelilingi oleh komunitasnya, masyarakatnya, dan alam semesta sekitarnya. Kedua, dengan demikian dalam segala aspek kehidupannya manusia pada hakekatnya tergantung kepada sesamanya. Ketiga, karena itu ia harus selalu berusaha untuk sedapat mungkin memelihara hubungan baik dengan sesamanya, terdorong oelh jiwa sama-rata-sama-rasa, dan Keempat, selalu berusaha untuk sedapat mungkin bersifat conform, berbuat sama dan bersama dengan sesamanya dalam komunitas, terdorong oleh kata sama-tinggi-sama rendah (Koentjaraningrat, 1990: 62). Meskipun saat ini penduduk Desa Kebon Dalem cukup bervariasi dari berbagai etnis, namun tradisi gotong-royong antar masyarakatnya masih tetap terjalin dengan baik. Misalnya saja dalam hal, membangun sarana dan prasarana desa seperti masjid, mushola, bangunan pendidikan, rumah warga, MCK (Mandi Cuci Kakus), pembangunan maupun pembetulan
jalan. Kerja bakti untuk membersihkan jalan maupun sekitar pemukiman warga, menjenguk orang sakit dan meninggal dunia, serta membantu tentangga yang sedang melangsungkan hajatan atau pesta masih sering dilakukan oleh warga Desa Kebon Dalem. Masyarakat pendatang mampu beradaptasi dengan masyakat pribumi meskipun mereka berasal dari etnis yang berbeda-beda. Mereka selalu berpikir bahwa “Dimana langit dijunjung, maka disitulah bumi dipijak”, maksud dari pribahasa itu adalah dimanapun mereka berada, maka mereka harus bisa menyesuaikan dan menghormati adat istiadat yang ada di daerah yang ditempati. A. Aspek Mata Pencaharian Perkembangan PT. Krakatau Steel dan Kotamadya Cilegon menimbulkan berbagai ragam matapencaharian masyarakatnya, mulai dari karyawan PT. Krakatau Steel Group (PT. KSG) maupun kegiatan ekonomi lainnya. Alasan mengapa banyak dari masyarakat yang ingin bekerja di PT. Krakatau Steel adalah masyarakat sudah mengetahui bahwa PT. Krakatau Steel merupakan pabrik baja terbesar di Indonesia, pada tahun 1970-an tidak ada pabrik-pabrik ataupun perusahaan selain PT. Krakatau Steel, ingin mempunyai pekerjaan yang lebih layak karena pada saat itu untuk menjadi salah satu karyawan di PT. Krakatau Steel tidak sesulit seperti saat ini. Namun keberadaan PT. Krakatau Steel menimbulkan semakin berkurangnya masyarakat yang bermatapencaharaian sebagai petani, karena lahan pertanian-nya telah dijadikan pemukiman warga maupun lahan industri, seperti gambar berikut ini: Gambar 4.9.
Lahan pertanian yang semakin sempit (Sumber: Foto dokumentasi pribadi) Lahan-lahan yang awalnya dipergunakan sebagai lahan pertanian kini telah berubah bentuk menjadi lahan pemukiman penduduk, baik bagi penduduk
pribumi maupun penduduk
pendatang. Kondisi seperti ini sangat meresahkan para petani, mereka khawatir lahan-lahan petanian di wilayah Desa Kebon Dalem akan semakin menyempit karena tergantikan oleh “tanaman beton” atau rumah-rumah penduduk. Hal inilah yang dirasakan oleh para petani di Desa Kebon Dalem, bahkan untuk saat ini jumlah petani yang masih aktif hanya tinggal beberapa orang saja. Keberadaan PT. Krakatau Steel menjadi salah satu faktor pendorong berkembangnya industri-industri di Cilegon, mulai dari pabrik kayu (SRIWI), pabrik kimia (Polypet, Chandra Asri, dll), sehingga bagi masyarakat yang tidak diterima di PT. Krakatau Steel mempunyai kesempatan untuk mencari kerja selain di perusahaan PT. Krakatau Steel. Masyarakat berbondong-bondong mencari peluang untuk dapat bekerja di PT. Krakatau Steel, mulai dari yang lulusan SMP sampai dengan Perguruan Tinggi. Sebagian besar masyarakat Desa Kebon Dalem bekerja di PT. Krakatau Steel, mulai dari pekerja kasar sampai dengan Kepada Dinas (Kadis). Banyak-nya masyarakat Desa Kebon Dalem yang menjadi karyawan di PT. Krakatau Steel ini mengakibatkan berubah pula jam kerja masyarakatnya, yaitu pada awalnya
masyarakat Desa Kebon Dalem hanya bekerja sebagai petani, pedagang, dan nelayan yang tidak memiliki jam kerja yang tetap, namun setelah sebagian masyarakatnya bekerja di PT. Krakatau Steel ini secara otomatis jam kerjanya mulai teratur yaitu seperti yang tercantum dalam tabel 4.1. dan waktu kerja karyawan Shift. Perubahan jam kerja pada masyarakat Desa Kebon Dalem ini mengubah pula pada instensitas masyarakatnya dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Namun untuk mengatasi itu semua, masyarakat Desa Kebon Dalem punya cara tersendiri, yaitu dengan meluangkan waktu dalam kegiatan-kegiatan yang mampu mempersatukan seluruh warganya, kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: kerja bakti, gotong-royong, ronda malam, pengajian, arisan, dll. Perkembangan PT. Krakatau Steel serta pertumbuhan Desa Kebon Dalem yang semakin maju, kondisi ini dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat selain karyawan PT. Krakatau Steel untuk membuka usaha dan jasa di wilayah tersebut, usaha dan jasa tersebut antara lain: membuka salon, wartel (warung telekomunikasi), counter pulsa, toko sembako, bengkel, penjahit pakaian, warung nasi, pangkalan ojek, jasa fotocopi-an, rental komputer, dll. Meningkatnya jumlah penduduk dan arus urbanisasi di Desa Kebon Dalem dati tahun ke tahun menjadikan semakin menjamurnya usaha-usaha dan jasa seperti yang telah disebutkan diatas. B. Aspek Pendidikan Semakin berkembangnya zaman dan maju-nya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia ini, meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Pada awalnya masyarakat Desa Kebon Dalem hanya mampu menyekolahkan anaknya sampai Sekolah Dasar/Madrasah, saat ini Orangtua mulai menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi dibandingkan dengan Orangtua-nya. Kesadaran masyarakat akan
pentingnya
pendidikan
bagi
masyarakat
itu
sendiri
dibuktikan
dengan
semakin
berkembangnya pusat-pusat pendidikan baik formal maupun informal di Desa Kebon Dalem. Untuk mengetahui lebih jelasnya, akan dipaparkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4. No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Sekolah (2) SDN Sumampir SDN Kubang Kalak SDN Purwakarta SDN Purwakarta II SDN Blacu SDN Pasar Bunder SDN Pabean SDN Pecinan SDN Purwakarta I SDN Kota Bumi SDN. Kubang Kutu II SDN. Kubang Kutu I SDN Kebon Dalem SDN Simpang Tiga SDN Kenanga SDN Ramanuju SDS YPWKS I SDS YPWKS II SDS YPWKS III
Luas Lahan (M2) (3)
Jumlah Murid Lk
Pr
(5)
(6)
2000
237
178
500
96
1000
Jumlah Guru Jml
Jml
Lk
Pr
(7)
(8)
415
3
15
18
93
189
1
11
12
92
78
170
2
9
11
1700
71
74
145
2
9
11
1414
121
101
222
4
6
10
1654
152
132
284
4
7
11
1981 1500
100 86
104 60
204 146
4 3
6 4
10 7
2795
145
116
261
1
12
13
2500
160
117
277
5
7
12
1300
104
91
195
2
10
12
1300
150
133
283
4
8
12
1240
131
147
278
1
12
13
1455
287
287
574
5
13
18
2560
67
47
114
2
9
11
1300
182
172
354
2
10
12
5960
243
229
472
4
11
15
3494
148
128
276
6
7
13
1500
143
124
267
5
6
11
20 21 22
SDS YPWKS IV SDS Al-Azhar MI AlKhaeriyah Pabean Jumlah
10380
254
244
498
7
9
16
4000
282
247
529
13
16
29
1062
36
43
79
5
3
8
52,595
3,287
2,945
6,232
85
200
285
Sekolah Di Kecamatan Purwakarta 2007 (Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Cilegon) Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah pusat kegiatan pendidikan di Kecamatan Purwakarta semakin berkembang. Dibuktikan dengan banyaknya jumlah sekolah dan murid yang sekolah. Selain itu juga dari pengelola PT. Krakatau Steel berupaya untuk mencerdaskan masyarakat sekitar kawasan industri dengan cara memberikan bantuan pendidikan dan atau pelatihan, yaitu bantuan yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Bantuan ini meliputi: Pengadaan peralatan sekolah, baik
untuk
sekolah
umum
maupun
pesantren
dan
madrasah,
bantuan
biaya
pendidikan/beasiswa, pelatihan dan atau pemagangan bagi anak putus sekolah, penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Program-program tersebut direalisasikan oleh PT. Krakatau Steel dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dana yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan ini berasal dari keuangan perusahaan dan laba bersih yang berkisar 1-3 % setelah dipotong pajak, dengan wilayah penyebaran bantuan 80% Kota Cilegon dan 20% Banten selain Cilegon dan luar Banten. C. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Keberadaan industri disuatu wilayah sedikit banyaknya akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan kehidupan masyarakat disekitar kawasan industri tersebut, begitu pula dengan keberadaan PT. Krakatau Steel di Kota Cilegon ini secara langsung maupun tidak langsung
telah memberikan dampak positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan industri di PT. Krakatau Steel. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakatnya yaitu dengan melihat pendapatnya, berikut adalah pendapatan sebagian dari karyawan PT. Krakatau Steel: Tabel 4.5. Gaji/bulan Tahun
Foreman
1970-an
***
PKB Rp.
200.000,-
30.000,-
1980-an
Rp.
***
1990-an
Rp. 1.200.000,-
Rp.
300.000,-
2000-an
Rp. 2.000.000,-
Rp.
300.000,-
2002
Rp. 2.500.000,-
Rp.
1.200.000,-
2008
Rp. 3.000.000,-
Rp.
1.500.000,-
Pendapatan Karyawan PT. Krakatau Steel tahun 1970-2008 (Hasil wawancara dengan Pak Sulaiman) Ket:
***
: Tidak ditemukan datanya
Dari tabel 4.5. dapat diketahui bahwa pendapatan karyawan PT. Krakatau Steel dari tahun ketahun mengalami kenaikan. Kenaikan yang sangat signifikan yang terjadi dalam kurun waktu tahun 1980-an sampai dengan tahun 1990-an dengan kenaikan mencapai 600%, yaitu dari pendapatan senilai Rp. 200.000,- menjadi Rp. 1.200.000,-. Kenaikan gaji ini dipicu oleh adanya perubahan standar UMR Kota Cilegon. Sedangkan pada tahun-tahun selanjutnya kenaikannya cukup stabil, yaitu berkisar 120% - 166,7% angka kenaikan gaji-nya.
Tabel 4.6. Tahun
Harga Beras (per kilogram)
1970-an
± Rp. 300,-
1980-an
± Rp. 750,-
1990-an
± Rp. 1.200,-
2000-an
± Rp. 1.500,-
2002
± Rp. 3.500,-
2008
± Rp. 6.000,-
Harga Beras per kilogram dari tahun 1970-2008 (Sumber: diolah dari hasil wawancara dengan Ibu Lalah pada tanggal 27 Januari 2009)
Dari tabel 4.6. dapat diketahui bahwa kenaikan harga beras dari tahun 1970-2000 tidak terlalu mencolok, namun pada tahun 2000-2002 harga beras melonjak hingga 233,3%, yaitu dari harga ± Rp. 1.500,- pada tahun 2000-an menjadi ± Rp. 3.500,- pada tahun 2002. Kenaikan harga besar melonjak tinggi sejak Negara Indonesia mulai mengalami krisis moneter sekitar tahun 1998/1999 hingga tahun 2000, semenjak Presiden Soeharto diturunkan secara pasksa oleh Mahasiswa dan masyarakat karena diduga telah melakukan Tindak Korupsi selama menjabat sebagai Presiden RI ke-2. padahal pada saat dibawah pemerintahan Presiden Soeharto, beras merupakan salah satu komoditi yang diberi subsidi oleh pemerintah sehingga harganya sangat terjangkau bagi masyarakat menengah kebawah. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan mengenai pendapatan masyarakat pada tahun 1970 dengan pendapatan masyarakat pada tahun 2008. Pertama, Bapak Sulaiman adalah seorang karyawan yang bekerja di PT. Krakatau Steel sejak tahun 1973. Pada tahun 1980 penghasilnya sebagai karyawan PT. Krakatau Steel sebesar Rp. 200.000,- /bulan, penghasilannya itu digunakan untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya yang terdiri dari seorang istri dan 4 orang anak. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan rincian pengeluaran keluarga Bapak Sulaiman selama sebulan adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan/Gaji perbulan
= Rp. 200.000,-
b. Pengeluaran perbulan Beras (20kg x 6 orang x Rp. 750,-) Lauk Pauk Pendidikan anak (2 anak) Listrik + air PDAM
c. Jumlah Pengeluaran
= Rp. = Rp. = Rp. = Rp.
90.000,60.000,25.000,10.000,= Rp. 185.000.-
= Rp. 200.000 - Rp.185.000 = Rp. 15.000,-
Dari rincian pengeluaran keluarga Pak Sulaiman selama sebulan dapat diketahui bahwa pengeluarannya adalah sebesar Rp.185.000, dengan pendapatannya Rp. 200.000,-/bulan akan diketahui bahwa uang yang tersisa adalah sebesar Rp. 15.000,-. Dengan sisa uang sebesar Rp. 15.000,- keluarga Pak Sulaiman dapat mempergunakannya untuk kepentingan dan kabutuhan lain yang tidak terduga, misalnya seperti membeli peralatan mandi, pakaian, alat-alat elektronika, biaya pengobatan/kesehatan. Dengan demikian keluarga Pak Sulaiman masih mampu memenuhi kebutuhan hidupnya meskipun dengan penghasilan yang kecil. Sedangkan pada tahun 2008 penghasilannya meningkat menjadi Rp. 3.000.000,-. Pada tahun 2008 anggota keluarga yang dibiayai hanya seorang istri dan seorang anaknya yang masih sekolah. Berikut adalah rincian pengeluaran dalam sebulan: a. Pendapatan/Gaji perbulan
= Rp. 3.000.000,-
b. Pengeluaran perbulan Beras (20kg x 3 orang x Rp. 6.000,-) Lauk Pauk Pendidikan anak (1 anak) Listrik + air PDAM Ronda + Iuran sampah Lain-lain c. Jumlah Pengeluaran
= Rp. 360.000,= Rp. 700.000,= Rp.1.000.000,= Rp. 150.000,= Rp. 30.000,= Rp. 500.000,= Rp. 2.740.000.= Rp. 3.000.000 - Rp. 2.740.000 = Rp. 260.000,-
Dari rincian yang telah dipaparkan diatas, dapat diketahui bahwa meskipun penghasilan Pak Sulaiman sebesar Rp. 3.000.000,- namun pengeluaran yang harus dikeluarkan juga semakin besar, hal ini disebabkan mahalnya harga kebutuhan pangan dan kebutuhan sandang pada saat ini. Meskipun begitu keluarga Pak Sulaiman mampu menyisihkan uang sebesar Rp. 260.000 untuk disimpan di bank sebagai tabungan (wawancara dengan Pak Sulaiman pada tanggal 19 Januari 2009). Selain itu juga masyarakat Desa Kebon Dalem kerap kali mendapat bantuan pengembangan prasarana dan sasaran umum dari PT. Krakatau Steel dengan maksud untuk meningkatkan fasilitas kesejahteraan masyarakat. Bantuan ini meliputi: rehabilitasi prasarana pendidikan, pembangunan dan rehabilitasi prasarana dan sarana umum, dan pembangunan dan atau rehabilitasi panti asuhan dan panti jompo.
D. Aspek Gaya Hidup Masyarakat Dampak dari kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangat jelas dan banyak dirasakan di Negara-negara berkembang saja. Pada dasarnya adanya kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangat menunjang dalam pembangunan masyarakat, salah satunya adalah dalam kegiatan proses produksi, karena peralatan dalam proses produksi yang semakin canggih dan maju membuat proses produksi lebih cepat menghasilkan dalam waktu yang relatif singkat. Namun ternyata keberadaannya terkadang mengakibatkan kebudayaan tradisional menjadi luntur karena tergantikan dengan kebudayaan modern. Hal inilah yang dirasakan oleh masyarakat Desa Kebon Dalem yang hingga tahun ’60-an masih merupakan masyarakat tradisional yang masih mengandalkan mata pencaharian sebagai petani, pedagang, maupun nelayan.
Semakin berkembangannya dan maraknya pembangunan-pembangunan di segala bidang, menjadikan masyarakatnya menjadi lebih konsumtif terhadap kebutuhan-kebutuhan yang seharusnya tidak perlu untuk dibeli. Selain itu juga, gaya hidup masyarakatnya dari tahun ketahun mulai berubah, awalnya masyarakat Desa Kebon Dalem merupakan masyarakat tradisional pedesaan kemudian berubah menjadi masyarakat modern perkotaan. Meskipun begitu, masyarakat Desa Kebon Dalem hidup harmonis dan berdampingan dengan tetangga-tetangga lainnya. Untuk mempererat hubungan tersebut salah satu caranya adalah dengan cara melakukan kegiatan arisan ibu-ibu, pengajian di Mushola, dan lain sebagainya. E. Kesenjangan Sosial Masyarakat Ada sebagian masyarakat yang merasa adanya suatu kesenjangan sosial antara masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang. Namun tidak semua masyarakat Desa Kebon Dalem beranggapan bahwa banyaknya jumlah penduduk pendatang yang berhasil masuk menjadi karyawan PT. Krakatau Steel itu menimbulkan kesenjangan sosial, misalnya saja seperti yang diungkapkan oleh H. Ma’shum Marjuqi bahwa: Pada prinispnya benyaknya penduduk pendatang dari luar kota yang bekerja di PT. Krakatau Steel tidaklah bermasalah, sepanjang penduduk pendatang dari luar kota itu mampu bekerjasama dengan penduduk asli (Hasil wawancara pada tanggal 19 Januari 2009).
Hal senada pun diungkapkan oleh Kepala Desa Kebon Dalem yang beranggapan bahwa sebenarnya hubungan antara penduduk pribumi dan penduduk pendatang tidak pernah terjadi kesenjangan sosial, berikut adalah hasil wawancara dengan Kepada Desa Kebon Dalem: “Kayaknya untuk di daerah Cilegon kesan seperti itu sudah hampir tidak ada. Karena masyarakat cilegon itu sendiri sudah menyadari bahwa perusahaan kan punya target, barangkali untuk meningkatkan perusahaan atau “mencari untung”… Artinya disini juga dibutuhkan tenaga-tenaga yg professional dan tenaga-tenaga kasar dsb. Sehingga
masyarakat khususnya di Kebon Dalem gak ada umpamanya orang luar Cilegon gampang masuk sementara masyarakat pribumi hanya jadi penonton. Dan masyarakat Cilegon sudah 30 tahun lebih dengan kehadiran KS ini sudah betul-betul dewasa dan kita menyadari bahwa di daerah heterogen banyak pendatang dan kami tidak mempermasalahkan pendatang atau bukan pendatang. Disini siapapun orangnya, sepanjang dia punya komitmen untuk memajukan Cilegon kami tidak pernah menyatakan pribumi atau bukan pribumi” (Hasil wawancara pada tanggal 20 Januari 2009). Keduanya menyangkal pernah terjadi suatu ketegangan yang terjadi antara penduduk pribumi dengan penduduk pendatang yang mampu bekerja di PT. Krakatau Steel. Namun ada beberapa masyarakat yang setuju bahwa tenaga-tenaga kerja dari luar kota lebih mudah untuk menjadi karyawan di PT. Krakatau Steel. Perasaan kecewa masyarakat pribumi terhadap perusahaan dan penduduk pendatang ditunjukan dari sikap salah satu koresponden yang peneliti temukan pada saat menyebarkan angket. “… Kenapa disetiap instansi atau perusahaan, bila DIRUT-nya berasal dari daerah Jawa sudah pasti karyawannya lebih banyak dari daerahnya. Adapun penduduk aslinya hanyalah bekerja sebagai jasa atau OB (Office Boy)” (Hasil jawaban dari angket/kuisioner Bp. Zaenudin pada tanggal 6 Agustus 2008).
Begitupun yang diungkapkan oleh H. Tb. Syarifudin, bahwa kebanyakan karyawan-karyawan yang bekerja di PT. Krakatau Steel tersebut kebanyakan merupakan bawaan dari para pejabatpejabat maupun orang-orang yang memiliki jabatan tinggi diperusahaan tersebut. Hal tersebut membuktikan bahwa budaya KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme) masih berkembang di perusahaan itu. Terkadang kita tidak pernah sadar telah melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum misalnya seperti budaya KKN, namun ternyata dalam kehidupan sehari-hari hal itu kerap kali kita lakukan, hingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan dan yang lebih parah lagi apabila sudah menjadi sebuah budaya hidup sebagian masyarakatnya.
Perasaan masyarakat yang merasa dirinya tidak dianggap sebagai penduduk pribumi serta merasakan adanya kesenjangan sosial dengan penduduk pendatang lainnya, mungkin saja hal ini diakibatkan dari rasa kecewa yang teramat sangat dari sebagian masyarakat yang tidak diterima sebagai karyawan PT. Krakatau Steel. Padahal sebenarnya mungkin tingkat pendidikan dan potensi yang dimiliki masyarakat pendatang itu lebih baik daripada masyarakat pribumi yang masih berpikiran tradisional. Dari pihak masyarakat pendatang tidak merasa bahwa mereka lebih diistimewakan dan di anak emas-kan berada di Cilegon, karena memang niat mereka mengadu nasib di Kotamadya Cilegon adalah untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.