PENGARUH WISATA AIR SITU TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL EKOLOGI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR (Kasus Kawasan Wisata Air Situ Gede, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat)
YANTI JULIANA NAIBAHO
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Wisata Situ terhadap Perubahan Sosial Ekologi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar: Kawasan Wisata Air Situ Gede, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2013 Yanti Juliana Naibaho NIM I34090007
ABSTRAK YANTI JULIANA NAIBAHO. Pengaruh Wisata Situ terhadap Perubahan Sosial Ekologi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar : Kawasan Wisata Air Situ Gede, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh IVANOVICH AGUSTA. Sektor pariwisata menunjukkan perkembangan dan kontribusi ekonomi yang meningkat sebagai sumber pendapatan negara. Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia (WTO 2000), yang melibatkan 657 juta kunjungan wisata di tahun 1999 dengan penerimaan $455 miliar di seluruh dunia. Adanya kawasan wisata memberikan pengaruh kepada kondisi sosial ekologi dan sosial ekonomi masyarakat dan tidak menutup kemungkinan menimbulkan krisis ekologi yang berpengaruh terhadap keberlanjutannya. Oleh sebab itu dilakukan kajian mengenai pengaruh wisata situ terhadap perubahan sosial ekologi dan sosial ekonomi masyarakat sekitar di kawasan wisata air Situ Gede dengan menggunakan metode kuesioner dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kawasan wisata Situ Gede dengan kesesuaian wisata bebek-bebekan yang sangat sesuai dan daya dukung kawasan sebesar 64 orang per hari tidak berpengaruh terhadap sosial ekonomi dan sosial ekologi masyarakat, dan tidak berpengaruh terhadap adanya krisis ekologi. Kata kunci: kesesuaian wisata, daya dukung kawasan, sosial ekologi, sosial ekonomi, krisis ekologi.
ABSTRACT YANTI JULIANA NAIBAHO. Influence of Tourism There against change social ecological and social economy community : Situ Gede Water Tourism Area, Bogor, West Java. Supervised by IVANOVICH AGUSTA. Tourism sector shows the development and the increasing economic contribution as a source of State revenue. Tourism is the fastest growing industry in the world (WTO, 2000), involving 657 million tourist visits in 1999 with the receipt of $ 455 billion in the world. The existence of the tourism gives influence to the social conditions of the ecological and social economic community and does not cover the possibility of causing ecological crisis on sustainability. Therefore this research carried out study on the influence of tourism there against ecological and social change social economy community around in tourist areas Situ Gede by using the questionnaire and in-depth interviews methods. The results of this study showed that the presence of the ecotourism suitability of tourism Situ Gede with motor boat that is very appropriate and support the power of 64 people every day had no effect on the social economic and social ecological community, and not effect to the ecological crisis. Keywords: suitability of tourism, power support area, social ecological, social economic, ecological crisis.
PENGARUH WISATA SITU TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL EKOLOGI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR (Kasus Kawasan Wisata Air Situ Gede, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat)
YANTI JULIANA NAIBAHO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Pengaruh Wisata Situ terhadap Perubahan Sosial Ekologi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar: Kawasan Wisata Air Situ Gede, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat Nama : Yanti Juliana Naibaho NIM : I34090007
Disetujui oleh
Dr. Ivanovich Agusta, SP, MSi. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan : ___________________________
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah kajian wisata, dengan judul Pengaruh Wisata Situ terhadap Perubahan Sosial Ekologi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar: Kawasan Wisata Air Situ Gede, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Adanya wisata tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan rumahtangga, tidak berpengaruh terhadap terciptanya peluang usaha dan kerja masyarakat, dan tidak berpengaruh terhadap perubahan mata pencaharian masyarakat selama setahun terakhir. Hal ini karena umumnya masyarakat bekerja di luar kawasan Situ Gede. Adanya kawasan wisata Situ Gede tidak terlalu berpengaruh terhadap keadaan transportasi, kebisingan, dan kemacetan. Adanya Situ Gede sebagai kawasan wisata tidak berpengaruh terhadap berkurangnya debit air. Adanya wisata situ berpengaruh terhadap perubahan warna air Situ Gede. Perubahan warna air situ dari yang tidak berwarna menjadi berwarna karena banyaknya sampah dan limbah rumahtangga yang dialirkan ke Situ Gede. Kesesuaian wisata bebek-bebekan dengan daya dukung sebanyak 64 orang per hari cukup berpengaruh terhadap perubahan warna air ini. Adanya wisata situ berpengaruh terhadap kualitas air minum masyarakat. Masyarakat tidak mau menggunakan air dari Situ Gede karena sudah berwarna dan kotor. Adanya wisata Situ Gede berpengaruh terhadap kesuburan tanah, karena pengunjung dan masyarakat membuang sampah ke dalam maupun pinggiran Situ Gede. Adanya wisata Situ Gede berpengaruh terhadap kondisi air. Kelangsungan pembangunan di kawasan Situ Gede tidak berlangsung setiap bulan, tetapi beberapa kali dalam satu tahun. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ivanovich Agusta, SP, Msi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran, masukan, dan perbaikan dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih kepada Bapak dan Ibu masyarakat Situ Gede, khususnya yang menjadi responden, Bapak Lurah Situ Gede, Bapak Mulyana, Bu Wisda, dan seluruh staf kelurahan, Bapak Uci Sanusi beserta anggota LPM lainnya yang membantu pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah Maniur Naibaho, ibu Minar Simbolon, abang Marolop, kakak Yeni Rahel, adik-adikku Anita, Molisna, Marojahan, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Kepada chibi Dian, Fascah, Evi, Putri, dan Ratna dengan canda tawa dan kebersamaannya, semua suka duka terlewati. Kepada Bonita, Lorenza, Melisa, Mona, Sondang, Vici, teman satu bimbingan Novia, dan seluruh KPM 46 atas kebersamaan di departemen tercinta, dan juga buat KOMPERS dan penghuni Perwira 10. Penulis menyadari bahwa karya ilmah ini belumlah sempurna. Semoga karya ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2013 Yanti Juliana Naibaho
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hipotesis PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pusataka Konsep Wisata Kesesuaian Wisata Daya Dukung Kawasan Konsep Situ Krisis Ekologi Degradasi Lingkungan Debit Air Konsep Sosial Ekoloogis Tingkat Gangguan terhadap Sumber Air Tingkat Pencemaran Air dan Lingkungan Konsep Sosial Ekonomi Tingkat Pendapatan Peluang Usaha dan Kerja Perubahan Mata Pencaharian Pembangunan Berkelanjutan Kerangka Pemikiran Defenisi Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Penentuan Responden Teknik Pengolahan dan Analisis Data GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografis Kondisi Demografi Kondisi Ekonomi Kondisi Pendidikan dan Kesehatan Penduduk Kondisi Sarana dan Prasarana WISATA SITU GEDE Analisis Wisata Situ terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Tingkat Pendapatan Peluang Usaha dan Kerja Perubahan Mata Pencaharian Ikhtisar
x x xi 1 1 2 2 2 3 4 4 4 4 5 6 6 7 7 8 8 8 9 9 9 10 11 11 13 18 18 18 18 18 20 22 22 23 24 24 25 27 27 28 29 30
Analisis Wisata Situ terhadap Krisis Ekologi Degradasi Lingkungan Debit Air Berkurang Ikhtisar Analisis Wisata Situ terhadap Sosial Ekologi Masyarakat Tingkat Gangguan terhadap Sumber Air Kondisi Sumber Air Kualitas Air Minum Tingkat Pencemaran Air dan Lingkungan Kesuburan Tanah Kondisi Air Pemukiman Penduduk Ikhtisar Analisis Krisis Ekologi terhadap Sosial Ekologi Masyarakat Ikhtisar Analisis Krisis Ekologi terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Ikhtisar Pembangunan Berkelanjutan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
31 31 33 34 36 36 36 37 38 38 39 40 41 42 52 54 62 63 64 64 65 66 68 69
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Defenisi Operasional Kondisi dan Nilai Bobot Situ Gede menurut Parameter Penilaian Penilaian Kualitas Situ di Kota Bogor Hasil Penilaian Potensi Situ Gede sebagai Obyek Wisata Jumlah dan Persentase Penduduk Kelurahan Situ Gede menurut Usia Jumlah dan Persentase Penduduk Kelurahan Situ Gede menurut Mata Pencaharian Jumlah dan Persentase Penduduk Kelurahan Situ Gede menurut Tingkat Pendidikan Persentase Kualitas Air Minum Situ Gede Persentase Jenis Sumber Air Minum Penduduk Persentase Kondisi Air Situ Gede
13 20 20 21 23 23 24 37 37 40
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kerangka Pemikiran Uji histogram tingkat pendapatan masyarakat di kawasan wisata air Situ Gede Kategori Tingkat Pendapatan Masyarakat Peluang Usaha Dan Kerja di Kawasan Wisata Air Situ Gede Keadaan Transportasi yang Melintas Sebulan Terakhir di Kawasan Wisata Air Situ Gede Tingkat Kebisingan yang dirasakan Sebulan Terakhir di Kawasan Wisata Air Situ Gede Kondisi Kemacetan Sebulan Terakhir di Kawasan Wisata Air Situ Gede Kondisi Jalan di Lintasan Kawasan Wisata Air Situ Gede Kondisi Debit Air Situ Gede Kondisi Sumber Air di Kawasan Wisata Air Situ Gede Tingkat Kesuburan Tanah di Kawasan Wisata Air Situ Gede Sumber Sampah Yang Ada di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Keadaan Transportasi dan Kualitas Air Minum di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Keadaan Transportasi dan Kualitas Air Minum di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Tingkat Kebisingan dan Kondisi Sumber Air di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Tingkat Kebisingan dan Kualitas Air Minum di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Kondisi Kemacetan dan Kondisi Air di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Kondisi Kemacetan dan Kualitas Air Minum di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Kondisi Jalan dan Kondisi Sumber Air di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Kondisi Jalan dan Kualitas Air Minum di Kawasan Wisata Air Situ Gede
12 27 28 29 31 32 32 33 34 36 39 39 42 43 43 44 45 45 46 47
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Hubungan Antara Keadaan Transportasi dan Kesuburan Tanah di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Keadaan Transportasi dan Kondisi Air di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Tingkat Kebisingan dan Kesuburan Tanah di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Tingkat Kebisingan dan Kondisi Air di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Kondisi Kemacetan dan Kesuburan Tanah di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Kondisi Kemacetan dan Kondisi Air di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan antara kondisi jalan dan kesuburan tanah di kawasan wisata Hubungan Antara Kondisi Jalan dan Kualitas Air Minum di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Keadaan Transportasi dan Tingkat Pendapatan di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Kondisi Keadaan Transportasi Dan Peluang Usaha dan Kerja di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Keadaan Transportasi dan Perubahan Mata Pencaharian di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Tingkat Kebisingan dan Tingkat Pendapatan di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Tingkat Kebisingan dan Peluang Usaha Dan Kerja di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Tingkat Kebisingan dan Perubahan Mata Pencaharian di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Kondisi Kemacetan dan Tingkat Pendapatan di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Kondisi Kemacetan dan Peluang Usaha Dan Kerja di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Keadaan Transportasi dan Perubahan Mata Pencaharian di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Kondisi Jalan dan Tingkat Pendapatan di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Keadaan Transportasi dan Perubahan Mata Pencaharian di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hubungan Antara Kondisi Jalan dan Perubahan Mata Pencaharian di Kawasan Wisata Air Situ Gede Keberlanjutan Wisata Situ Gede
47 48 49 49 50 51 51 52 54 55 56 56 57 58 58 59 60 61 61 62 63
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3
Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) di Situ Gede Daya Dukung Kawasan Wisata Air Situ Gede Matriks Kesesuaian untuk Setiap Kegiatan Wisata yang Akan Dikembangkan di Situ Gede
70 71 72
4 5 6 7 8 9
Data Pekerjaan Responden Peta Lokasi Kawasan Wisata Air Situ Gede, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor Dokumentasi Kerangka Sampling Penelitian Jadwal Penelitian di Kawasan Wisata Air Situ Gede Hasil Uji Korelasi Tau Kendall-b
74 75 76 78 91 92
PENDAHULUAN Lembaga Ketahanan Nasional (1995) dalam Ayuningtyas (2011) menyatakan bahwa bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam dengan daya tarik yang mengagumkan. Sektor pariwisata menunjukkan perkembangan dan kontribusi ekonomi yang meningkat sebagai sumber pendapatan negara. Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia (WTO 2000 dalam Yuzni 2008), yang melibatkan 657 juta kunjungan wisata di tahun 1999 dengan penerimaan $455 miliar di seluruh dunia. Pada tahun 2010 jumlah kunjungan antar negara ini diperkirakan meningkat mencapai 937 juta orang (Yuzni 2008). Akan tetapi, kurangnya perencanaan dalam mengelola kawasan wisata menyebabkan berbagai dampak yang sangat merugikan. Umumnya dampak tersebut mengakibatkan turunnya kualitas lingkungan yang selanjutnya diikuti dengan berubahnya budaya masyarakat setempat (Inskeep 1991 dalam Yuzni 2008). Penurunan kualitas lingkungan dan budaya memacu berkurangnya permintaan pasar terhadap wisata di kawasan tersebut, selanjutnya memberikan kerugian ekonomi bagi kawasan tersebut. Latar Belakang Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusa dengan tujuan keluar dari rutinitas pekerjaan dan keluar dari tempat kediamannya (Marpaung 2002). Berkembangnya kawasan pariwisata di suatu daerah akan mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat, diantaranya manfaat ekonomis, sosial, dan budaya. Namun, jika pengembangannya tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan permasalahan yang merugikan masyarakat (Wardiyanta 2006). Adanya kawasan wisata juga memberikan manfaat baik untuk alam dan memberikan manfaat baik juga kepada masyarakat di kawasan wisata. Situ Gede merupakan salah satu obyek wisata di Kota Bogor. Letaknya strategis. Pengunjung tidak dikenakan retribusi, hanya secara sadar perlu turut menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitarnya. Akan tetapi dalam sebuah berita di harian Radar Bogor dinyatakan bahwa, sejak awal 2011 jumlah pengunjung kawasan wisata Situ Gede menurun signifikan. 1 Kawasan wisata yang menawarkan keindahan panorama danau dan hutan jati ini, biasanya dikunjungi ribuan orang saat akhir pekan. Kurangnya jumlah pengunjung ini disebabkan oleh debit air Situ Gede yang sering surut. 2 Selain sebagai tempat wisata, Situ Gede juga dimanfaatkan sebagai saluran irigasi bagi areal persawahan di sekitar lokasi, sehingga air yang masuk tidak seimbang dengan air yang keluar, sehingga terdapat ketidakseimbangan antara pemanfaatan dan pengelolaan kawasan wisata Situ Gede yang diperkirakan berpengaruh terhadap kondisi sosial-ekologi dan sosial ekonomi masyarakat situ. Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat sejauhmana pengaruh wisata situ terhadap kondisi sosial-ekologis dan sosio-ekonomis sebagaimana terjadi pada rumahtangga masyarakat sekitar kawasan Situ Gede.
1
Dalam harian Radar Bogor, Jumat 8 April 2011. Bisa diunduh dalam http://www.radarbogor.co.id/index.php?rbi=berita.detail&id=72100 2 Menurut Atmaja, pengelola kawasan Situ Gede dalam harian Radar Bogor, Jumat 8 April 2011.
2
Perumusan Masalah Penelitian Keberhasilan pembangunan suatu daerah wisata berkaitan dengan struktur sosial-ekologisnya. Pengelolaan kawasan pariwisata pedesaan, khususnya daerah wisata dapat memberikan pengaruh kepada masyarakat desa sekitarnya, berupa pengaruh ekonomi, sosial, dan lingkungan. Untuk itu perlu dikaji: 1. Sejauh mana wisata situ berpengaruh terhadap perubahan sosial ekologi? 2. Sejauh mana wisata situ berpengaruh terhadap adanya krisis ekologi? 3. Sejauh mana wisata situ berpengaruh terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat? 4. Sejauh mana krisis ekologi mempengaruhi sosial ekologi masyarakat? 5. Sejauh mana krisis ekologi mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat? 6. Sejauh mana adanya kondisi sosial ekologi, krisis ekologi, dan kondisi sosial ekonomi berpengaruh terhadap keberlanjutan wisata Situ Gede? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh wisata situ terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat 2. Menganalisis pengaruh wisata Situ Gede terhadap adanya krisis ekologi 3. Menganalisis pengaruh wisata Situ Gede terhadap perubahan sosial-ekologi masyarakat sekitar. 4. Menganalisis pengaruh krisis ekologi di kawasan wisata Situ Gede terhadap aspek sosial ekologi masyarakat. 5. Menganalisis pengaruh krisis ekologi di kawasan wisata Situ Gede terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat. 6. Menganalisis pengaruh adanya kondisi sosial ekologi, krisis ekologi, dan kondisi sosial ekonomi terhadap keberlanjutan wisata Situ Gede. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan sebagai pengenalan lebih lanjut mengenai kondisi wisata situ dan pemanfaatannya, serta pengaruhnya terhadap ekologis dan ekonomi masyarakat sekitar situ. Melalui penelitian ini, terdapat juga beberapa hal yang ingin penulis sumbangkan kepada berbagai pihak, yaitu: 1. Akademisi, dimana penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai kajian wisata, khususnya wisata situ yang seringkali tidak diperhatikan keberlanjutannya. 2. Masyarakat, dimana penelitian ini diharapkan dapat memberi dampak positif bagi masyarakat, khususnya untuk menambah pengetahuan tentang kondisi situ di sekitar masyarakat, yang seringkali diremehkan cara pengelolaannya. 3. Pemerintah, dimana penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau dijadikan bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan (pemerintah) dalam perencanaan, mengambil keputusan dan membuat kebijakan mengenai keberlanjutan suatu daerah pariwisata, khususnya daerah wisata situ.
3
Hipotesis Penelitian Dari kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: . 1. Wisata situ berpengaruh terhadap aspek sosial ekologi masyarakat. Adanya kawasan wisata Situ Gede menyebabkan tingginya tingkat gangguan terhadap sumber air serta tingginya tingkat pencemaran lingkungan. 2. Wisata situ berpengaruh terhadap aspek krisis ekologi. Adanya wisata situ meningkatkan terjadinya krisis ekologi di kawasan Situ Gede. 3. Wisata situ berpengaruh terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat. Adanya wisata situ menciptakan peluang usaha dan kerja serta merubah mata pencaharian masyarakat. 4. Krisis ekologi di kawasan wisata Situ Gede mempengaruhi aspek sosial ekologi masyarakat. 5. Krisis ekologi di kawasan wisata Situ Gede mempengaruhi aspek sosial ekonomi masyarakat. 6. Kondisi sosial ekologi, krisis ekologi, dan kondisi sosial ekonomi mempengaruhi keberlanjutan wisata Situ Gede. .
4
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Wisata Wisata atau pariwisata merupakan “an agent of cultural changes” yang dapat mempengaruhi perjalanan orang-orang, acra berpikir masyarakat yang dikunjungi, tata cara dan adat istiadat penduduk yang dikunjungi serta upacara-upacara keagamaan. Dengan berkembangnya kepariwisataan, orang-orang bebas bergerak dari suatu tempat ke tempat, dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain yang sama sekali berbeda adat dan kebiasaannya (Windiyarti, Gusman, Da Costa 1993). Windiyarti, Gusman, Da Costa (1993) menyatakan bahwa dalam dunia pariwisata, tidak hanya menjaring wisatawan mancanegara saja, tetapi juga wisatawan nusantara. Hal ini tentunya akan memberikan dampak/pengaruh yang positif maupun negatif. Adapun manfaat dan keuntungan dari pengembangan kepariwisataan, diantaranya adalah : 1. Makin luasnya kesempatan usaha 2. Makin luasnya lapangan kerja 3. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah 4. Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah 5. Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup 6. Terpeliharanya keamanan dan ketertiban 7. Mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan sektor lain 8. Memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta menumbuhkan rasa cinta tanah air. Ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam mengembangkan kepariwisataan selain hal yang menguntungkan, , yaitu : 1. Harga di daerah tujuan pariwisata menjadi semakin tinggi 2. Terjadi pencemaran lingkungan alam dan lingkungan hidup 3. Terjadi sifat ikut-ikutan oleh masyarakat setempat 4. Tumbuhnya sikap mental materialistis 5. Tumbuhnya pedagang asongan 6. Tumbuhnya sikap meniru wisatawan 7. Meningkatnya tindak pidana. Kesesuaian Wisata Analisis kesesuaian wisata adalah analisis kegiatan wisata yang telah diadakan atau akan dikembangkan di suatu kawasan dengan menyesuaikan antara peruntukannya dengan potensi sumberdaya yang dimiliki. Kesesuaian wisata di Situ Gede dianalisis pada setiap kegiatan yang dikembangkan di kawasan wisata air Situ Gede. Analisis kesesuaian wisata ditentukan berdasarkan perhitungan indeks kesesuaian wisata (IKW) yang memiliki persamaan sebagai berikut (Yulianda 2007 dalam Sari 2009): IKW = ∑
5
Keterangan : IKW : indeks kesesuaian wisata : nilai parameter ke-i Ni Nmaks : nilai maksimum dari suatu kategori wisata Nilai parameter ke-i (Ni) merupakan hasil perkalian antara bobot dan skor lokasi penelitian dari suatu parameter. Nilai maksimum dari suatu kategori wisata (Nmaks) merupakan hasil perkalian antara bobot dan skor maksimum dari suatu parameter. Parameter, bobot dan skor yang dimaksud dapat dilihat pada matriks kesesuaian. Matriks kesesuaian wisata yang digunakan berdasarkan matriks kesesuaian menurut Yulianda (2007) dalam Sari (2009) yang telah dimodifikasi. Matriks ini dibuat berdasarkan hasil studi pustaka dan subjektivitas dari ahli dalam bidangnya. Matriks kesesuaian untuk setiap kegiatan wisata yang akan dikembangkan di Situ Gede dapat dilihat pada lampiran 1. Daya Dukung Kawasan Analisis daya dukung kawasan di kawasan wisata air Situ Gede dilakukan agar pemanfaatannya dapat berkelanjutan. Metode yang digunakan untuk analisis daya dukung yaitu dengan menggunakan konsep daya dukung kawasan (DDK). Daya dukung kawasan yang digunakan untuk masing-masing kegiatan wisata dapat dihitung dengan persamaan (Yulianda 2007 dalam Sari 2009): DDK = K x Lp/Lt x Wt/Wp Keterangan : DDK : daya dukung kawasan (orang/hari) K : potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang) Lp : luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (m2/m) Lt : unit area untuk kategori tertentu (m2/m) Wt : waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam/hari) Wp : waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam) Daya dukung kawasan (DDK) untuk kawasan wisata air Situ Gede adalah jumlah maksimum wisatawan yang secara fisik dapat ditampung di setiap lokasi sesuai peruntukannya dalam satu hari agar tidak menimbulkan kerusakan alam dan wisatawan dapat bergerak bebas serta tidak merasa terganggu oleh keberadaan wisatawan lain di lokasi tersebut. Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (K) adalah jumlah wisatawan maksimum yang dapat ditampung oleh suatu sarana atau lokasi dalam waktu yang bersamaan. Kondisi sarana atau lokasi yang digunakan harus dalam kondisi baik (layak pakai) sehingga masih dapat menampung wisatawan sesuai dengan nilai K yang telah ditetapkan. Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (Lp) adalah luas atau panjang suatu area yang telah disediakan oleh pengelola agar wisatawan dapat melakukan kegaitan wisata yang telah ditetapkan di area tersebut. Unit area untuk kategori tertentu (Lt) adalah luas atau panjang suatu area yang dibutuhkan wisatawan agar dapat bergerak bebas melakukan kegiatan wisata yang ditetapkan di area tersebut dan tidak merasa terganggu oleh keberadaan wisatawan lain. Waktu yang disediakan
6
oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu kawasan wisata air Situ Gede dibuka dalam satu hari yaitu sekitar 8 jam (jam 08.0016.00). Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda-beda tergantung kepada jenis tujuan wisata. Suprianto et al. (2005) dalam Damanik dan Weber (2006) menyebutkan potensi wisata ada dua, yaitu: pertama, potensi sumberdaya alam, yang memberikan peluang yang sangat besar dalam memasyarakatkan pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia di tingkat lokal serta mempromosikannya di tingkat internasional dan regional. Kedua, potensi pasar yang seiring bergesernya trend pasar wisatawan dunia “back to nature” berkembang pesat, yang berpeluang meningkatkan perekonomian ataupun tingkat pendapatan masyarakat. Konsep Situ Suryadiputra (1999) dalam Rosnila (2004), sebagaimana dikutip oleh Wardhani (2010) mendefinisikan situ sebagai, karena kondisi topografi yang memungkinkan terperangkapnya sejumlah air ataupun buatan manusia (artificial) yang merupakan sumber baku bagi berbagai kepentingan kehidupan manusia. Sumber air yang ditampung pada umumnya berasal dari air hujan, sungai atau saluran pembuang dan mata air. Krisis Ekologi Sistem alam dan sistem manusia saling memberikan energi, materi, dan informasi dalam jumlah dan bentuk yang berbeda satu sama lain. Dharmawan (2007) menyebutkan bahwa manusia meminta materi, energi, dan informasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup (pangan, sandang, dan papan). Sementara alam lebih banyak mendapatkan energi, materi, dan informasi dari manusia dalam bentuk waste and pollutant yang lebih banyak mendatangkan kerugian bagi penghuni bumi. Oleh karena itu, pertukaran tersebut mengalami ketidakseimbangan akibat ketidaksesuaian hubungan timbal balik antara manusia dengan alam. Manusia memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara alam memperoleh kerugian dari pemanfaatan tersebut karena mengalami eksplooitasi, sehingga akhirnya akan menimbulkan krisis ekologi. Krisis ekologi dapat dilihat dari degradasi lingkungan, kualitas air, dan debit air, yang biasanya terjadi karena tingkat pengelolaan dan tingkat pemanfaatan suatu daerah wisata yang rendah. Hal ini bisa juga disebabkan pengeksploitasian daerah wisata yang berdampak negatif. Kondisi krisis ekologi ini kemudian mempengaruhi keberlanjutan wisata dalam suatu wilayah. Sebagai suatu sumberdaya, situ adalah sumberdaya yang penting dalam kehidupan manusia, yang pada umumnya masih menganggap lingkungan hidup sebagai barang bebas (free goods) dan milik umum, sehingga situ mudah sekali mengalami perubahan dalam kualitas dan kuantitasnya sebagai akibat ketidakjelasan hak-hak atas pengelolaan dan pemanfaatannya. Hal ini mengakibatkan tidak terkendalinya pemanfaatan dan tanggung jawab yang jelas atas kualitas dan prospek situ, maka terjadi pengeksploitasian situ yang berdampak negatif pada keberlanjutannya. Keberlanjutan fungsi situ mutlak dipertahankan untuk kepentingan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Upaya ini dimaksudkan untuk mewariskan kekayaan alam dan sumberdaya hayati kepada semua generasi (Sari 2009).
7
Akar penyebab adanya krisis ekologi secara garis besarnya adalah: populasi penduduk yang terus meningkat, teknologi produksi dan teknologi jasa yang menjadi pemicu kerusakan dan pencemaran lingkungan, kemiskinan, gaya hidup makmur, pudarnya kearifan lokal, kegagalan pasar, tidak ada mekanisme pasar, dan kegagalan kebijkan pembangunan. Jenis krisis ekologi secara garis besar diantaranya adalah kerusakan sumberdaya alam (banjir, longsor, degradasi hutan, deforestasi), pencemaran lingkungan (pencemaran air, udara, kebisingan), degradasi keanekaragaman hayati (kepunahan spesies, perubahan menjadi monokultur, kelangkaan plasma nutfah, dan meluasnya tanaman transgenik), dan perubahan lingkungan global (pemanasan bumi dan perubahan iklim; perluasan gurun; keanekaragaman hayati)3. Degradasi Lingkungan Menurut Dharmawan (2007) sistem sosial suatu masyarakat akan menghadapi tiga aspek terpenting kerusakan lingkungan dari perspektif ekologi politik, yaitu: 1) marjinalitas atau peminggiran secara sosial-ekologi suatu kelompok masyarakat; 2) kerentanan secara sosial ekonomi-ekologi dan fisik akibat berlangsungnya kehancuran secara terus menerus; dan 3) kehidupan yang penuh dengan resiko kehancuran tahap lanjut. Dalam skripsinya Lestari (2011) degradasi lingkungan adalah kerusakan lingkungan yang mengakibatkan terjadinya berbagai bencana, seperti banjir, longsor, dan kebisingan. Degradasi lingkungan juga bisa dilihat dari adanya konversi yang mengubah alih fungsi lahan. Perubahan alih fungsi lahan mengakibatkan berkurangnya lahan terbuka hijau dan diperkirakan akan terus meningkat karena tingginya harga tanah dan pajak yang harus dibayar oleh pemilik tanah. Sebagai contoh, di Kelurahan Kuta pada tahun 2002 lahan terbuka seluas 195,87 Ha dan lahan terbangun seluas 586,13 Ha. Pada tahun 2004 lahan terbuka menyusut menjadi 164,58 Ha dan lahan terbangun menjadi 617,42 Ha. Alih fungsi lahan menyebabkan timbulnya degradasi lingkungan dan menimbulkan dampak negatif bagi bertambahnya bahan pencemaran di air laut Pantai Kuta melalui lolosnya air larian permukaan langsung ke Pantai Kuta.4 Debit Air Daerah aliran sungai (DAS) merupakan satuan wilayah tangkapan air (catchmanarea) yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima hujan, menampung dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau dan laut serta mengisi air bawah tanah. Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sebuah ekosistem, maka terjadilah interaksi antara berbagai faktor penyusunnya seperti faktor abiotik, biotik dan manusia. Sebagai ekosistem dijumpai adanya input dan segala proses yang berkaitan dengan masukan tersebut yang dapat dievaluasi berdasarkan output yang dihasilkan. Bila curah hujan dipandang sebagai unsur input dalam ekosistem DAS, maka output yang dihasilkan adalah debit air sungai, penambahan air tanah dan limpasan sedimentasi. Sementara itu komponen lain seperti tanah, vegetasi, sungai dalam hal ini bertindak sebagai processor (Fahrizal 2009). 3
Handout mata kuliah Ekologi Manusia, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. diambil dari jurnal online ISSN 1907-5626, Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Tingkat Pencemaran Air Laut di Pantai Kuta Kabupaten Badung Serta Upaya Pelestarian Lingkungan dalam ECOTROPHIC | VOLUME 2 NO. 1 MEI 2007, oleh Nita Elyazar, M.S. Mahendra, I Nyoman Wardi. 4
8
Debit air sungai dalam hidrologi adalah tinggi permukaan air sungai yang diukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/det). Konsep Sosial-Ekologis Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani, oekos berarti rumah dan logi atau logos berarti ilmu. Sehingga dapat diartikan ekologi sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup (Adiwibowo 2007). Ekologi juga mempelajari bagaimana makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan hidupnya baik yang bersifat hidup (biotik) dan tidak hidup (abiotik) (Adiwbowo 2007). Menurut Dharmawan (2007) dalam Adiwibowo (2007) perubahan ekologis merupakan dampak yang tidak dapat dielakkan dari interaksi manusia dan alam yang berlangsung dalam proses pertukaran (exchange). Proses pertukaran tersebut melibatkan energi, materi, dan informasi yang diberikan oleh kedua pihak yang saling berinteraksi. Kondisi sosial ekologi dilihat dari adanya tingkat gangguan terhadap sumber air serta tingkat perncemaran air dan lingkungan. Tingkat Gangguan terhadap Sumber Air Noor (2006) dalam Sulton (2011) menyatakan bahwa permasalahan yang sering muncul dari kegiatan pariwisata adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup seperti pencemaran pada tanah, udara, dan hidrologi air. Di Indonesia dapat dijumpai contoh daerah pariwisata yang mengalami penurunan kualitas lingkungan hidup, seperti daerah pesisir Danau Toba. Pembuangan sampah sembarangan dan penangkapan ikan, dapat mengakibatkan daerah yang semula kandungan airnya tinggi menjadi rendah. Pembuangan sampah juga dapat mengakibatkan pengendapan sampah di dalam air dan di dalam tanah, sehingga dapat merusak komposisi air dan komposisi tanah. Diperlukan waktu yang sangat lama untuk kembali ke dalam kondisi semula. Polusi dan degradasi lingkungan juga akan terjadi pada semua kegiatan pariwisata. Tingkat Pencemaran Air dan Lingkungan Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua manusia di bumi. Pengambilan air tidak boleh mengganggu keseimbangan air dan lingkungan. Faktor keseimbangan air lingkungan ini tidak hanya berkaitan dengan jumlah volume (debit) air yang digunakan saja, tapi yang lebih penting lagi adalah menjaga agar air dan lingkungan tidak menyimpang dari keadaan normalnya (Wardhana 2007). Wardhana (2007) mengungkapkan bahwa salah satu indikator atau tanda bahwa air dan lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan warna, bau, dan rasa air. Air normal yang dapat digunakan untuk suatu kehidupan pada umumnya tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat, dari tingkat internasional hingga sumber air pribadi dan sumur. Disebutkan juga bahwa polusi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit, dan tercatat atas kematian lebih dari 14.000 orang setiap harinya. Pencemaran air bisa menyebabkan
9
terjadinya banjir, erosi, kekurangan sumber air, sumber penyakit, tanah longsor, merusak ekosistem sungai, merugikan nelayan. Pencemaran lingkungan dapat terlihat dari adanya pencemaran tanah. Mulyanto (2007) mengungkapkan bahwa pencemaran tanah disebabkan menumpuknya senyawa kimia yang beracun, garam-garam, organisme patogen yang membawa penyakit atau bahan-bahan radioaktif yang dapat merugikan kehidupan tanaman dan satwa. Cara-cara pengelolaan tanah yang tidak sehat sangat mengurangi mutu tanah, menyebabkan polusi tanah dan menambah berat erosi. Konsep Sosial-Ekonomis Rachmawati (2005) dalam laporan akhirnya menyatakan bahwa dampak ekonomi dapat diartikan sebagai bentuk kontribusi dari suatu kegiatan wisata di suatu wilayah terhadap bidang perekonomian di wilayah tersebut. Studi mengenai dampak ekonomi cenderung memberikan tekanan pada keuntungan yang didapatkan dari adanya suatu kegiatan wisata. Kondisi sosial ekonomis dapat dilihat dari tingkat pendapatan, peluang usaha dan kerja, serta perubahan mata pencaharian masyarakat. Tingkat Pendapatan Dampak sosial ekonomi merupakan dampak aktivitas pariwisata pada aspek sosial ekonomi yang dapat bersifat positif dan negatif. Dampak positif akibat aktivitas pariwisata diantaranya adalah terjadinya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), terciptanya lapangan pekerjaan, dan peningkatan ekonomi bagi masyarakat di sekitar wilayah pariwisata. Dampak negatif dari adanya aktivitas pariwisata adalah terjadinya penurunan pendapatan bagi masyarakat yang bergerak di sektor pertanian, karena cenderung menurunnya kualitas lahan yang digunakan. Peluang Usaha dan Kerja Industri pariwisata merupakan industri yang sifatnya menyerap kebutuhan tenaga kerja, sehingga pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja lahir akibat adanya permintaan wisatawan. Kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi pengusaha hotel, warung, dagang, dan lain-lain. Freyer (1993) dalam Damanik dan Weber (2006) membagi industri pariwisata dalam dua golongan utama yaitu: a. Pelaku langsung : usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan. Termasuk dalam kategori ini adalah hotel atau penginapan, restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan, dan lain-lain. b. Pelaku tidak langsung : usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha kerajinan tangan, penerbit buku atau lembar panduan wisata, penjual roti, pertanian, peternakan dan sebagainya. Setiyanti (2011) mengungkapkan peluang usaha dan kerja menurut BPS dalam Tando (1992), dapat dibedakan atas usaha formal dan informal. Usaha informal adalah usaha tradisional yang lokasinya tidak tetap, tidak memakai bangunan dan jam kerja
10
yang tidak teratur. Usaha informal mencakup usaha sendiri dan usaha dengan bantuan keluarga. Usaha formal merupakan usaha yang lokasinya tetap, menggunakan bangunan dan jam kerja yang teratur serta mencakup usaha dengan buruh tetap atau karyawan. Kegiatan informal merupakan kegiatan yang padat karya, tingkat produktivitas rendah, pelanggan yang sedikit, tingkat pendidikan formal yang rendah, penggunaan teknologi menengah, sebagian pekerja keluarga, mudah keluar masuk usaha, serta kurang dukungan dan pengakuan dari pemerintah. Breman dalam Tando (1992) dalam Setiyanti (2012) memberikan batasan usaha formal sebagai semua pekerja yang bergaji bulanan atau harian dalam suatu pekerjaan yang permanen, dan meliputi sejumlah pekerjaan yang saling berhubungan serta terorganisir dan dilindungi badan hukum resmi. Melihat hasil penelitian terdahulu, hasil penelitian Tando (1992) dalam Setiyanti (2011) menunjukkan bahwa kehadiran pariwisata telah memberikan peluang bagi masyarakat lokal dan sekitarnya untuk memanfaatkan peluang tersebut seperti dalam usaha penginapan, travel, rumah makan, perdagangan, transportasi, dan jasa. Kelompok masyarakat yang menggunakan peluang usaha jasa dan tenaga kerja di pariwisata umumnya berasal dari masyarakat lokal. Akan tetapi pada usaha formal, sebagian besar peluang kerja dimanfaatkan oleh karyawan dari luar daerah. Penggunaan peluang usaha di pariwisata juga telah menyebabkan adanya peralihan pemilikan sumberdaya alam antara penduduk lokal dengan penduduk desa lain yang terlihat pada usaha pendirian penginapan. Hasil penelitian Sadono et al. (1992) dalam Setiyanti (2011) menunjukkan bahwa kunjungan wisata berdampak pada penciptaan kesempatan usaha dan kerja serta penciptaan pendapatan bagi masyarakat terutama masyarakat desa lapisan bawah di sekitar obyek wisata. Pendapatan dari sektor pariwisata merupakan tambahan pendapatan yang berarti bagi masyarakat yang berusaha di sektor ini. Tingkat pendapatan usaha atau kerja adalah pendapatan total yang diperoleh masyarakat selama sebulan dari usaha atau kerja yang dilakukan. Perubahan Mata Pencaharian Perubahan mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup seseorang atau masyarakat berkaitan erat dengan perubahan kelembagaan, perubahan sosial ekonomi dan budaya. Perubahan mata pencaharian terjadi karena adanya faktor-faktor penyebab yang dapat berasal dari masyarakat sendiri maupun luar masyarakat. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai keterkaitan yang erat dengan sektor pariwisata. Sektor pertanian menyediakan bahan baku untuk usaha rumah makan, jongko, maupun pedagang buah-buahan dan opak, dan di sisi lain sektor pariwisata menyerap cukup banyak tenaga kerja dari penduduk di sekitar obyek wisata yang berlatarbelakang pertanian. Keadaan ini dapat memberi pilihan pada penduduk untuk mempunyai sikap indifferent untuk bekerja di sektor pertanian dan non pertanian. Menurut Sigit (1989) dalam Fudjaja (2002) dalam Purnamasarie (2011), faktor penyebab terjadinya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) faktor pendorong dan 2) faktor penarik. Faktor pendorong berasal dari sektor pertanian sedangkan faktor penarik berasal dari sektor non pertanian. Secara umum penyebab perubahan pada tingkat pendidikan, penduduk usia muda yang semakin meningkat, perubahan norma-norma yang berhubungan dengan jenis dan situasi pekerjaan di kalangan pencari kerja dan penduduk umumnya, adanya peluang untuk bekerja di luar sektor pertanian, sempitnya
11
pemilikan lahan pertanian (sawah) dan meningkatnya penggunaan teknologi serta tingkat upah yang relatif tinggi di sektor non pertanian. Sementara itu Rachmad (1992) dalam Purnamasarie (2011) menyatakan transformasi tenaga kerja terjadi akibat adanya perubahan sikap mental para tenaga kerja, upah tenaga kerja di sektor pertanian cenderung tetap, timbulnya kesempatan kerja baru di sektor non pertanian, kenyamanan bekerja di sektor non pertanian dan semakin meningkatnya atau membaiknya kondisi komunikasi sehingga terjadi proses transformasi. Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan dalam UU No.32 tahun 2009 didefinisikan sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Menurut Sugandhy dan Hakim (2009) dalam Sulton (2011), pola pembangunan berkelanjutan mengharuskan pengelolaan sumberdaya alam dilakukan secara rasional dan bijaksana. Hal ini berarti bahwa pengelolaan sumberdaya alam, seperti sumberdaya alam pertambangan, hutan pelestarian alam, hutan lindung dan hutan produksi, dapat diolah secara rasional dan bijaksana dengan memperhatikan keberlanjutannya. Untuk itu, diperlukan keterpaduan antara pembangunan dan pengelolaan lingkungan hidup. Proses pembangunan berlangsung secara berlanjut dan didukung sumberdaya alam yang ada dengan kualitas lingkungan dan manusia yang semakin berkembang dalam batas daya dukung lingkupannya. Pembangunan akan memungkinkan generasi sekarang meningkatkan kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraannya (Sugandhy dan Hakim 2009 dalam Sulton 2011). Pertimbangan lingkungan yang menyangkut ekonomi lingkungan, tata ruang, AMDAL dan social cost harus diinternalisasi dalam setiap pembuatan keputusan pembangunan untuk dapat mewujudkan hal ini, keterpaduan antar sektor, antar wilayah dan daerah dengan melibatkan semua stakeholders, menjadi suatu keharusan sehingga diperlukan koordinasi yang mantap. Kerangka Pemikiran Kegiatan wisata yang dilihat dari kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan selalu bersentuhan langsung dengan kondisi ekologis suatu wilayah. Kegiatan wisata dapat mempengaruhi perubahan sosial ekologis yang dilihat dari tingkat gangguan terhadap sumber air dan tingkat pencemaran air dan lingkungan. Kegiatan wisata juga dapat mempengaruhi perubahan sosial ekonomi, yang dilihat dari pendapatan rumahtangga dari sektor pariwisata, peluang usaha dan kerja, dan perubahan mata pencaharian. Kegiatan wisata ini dapat berpengaruh terhadap terjadinya krisis ekologi suatu wilayah wisata. Krisis ekologi dilihat dari degradasi lingkungan, kualitas air, dan debit air, yang biasanya terjadi karena tingkat pengelolaan dan pemanfaatan suatu daerah wisata yang rendah. Adanya krisis ekologi di daerah wisata Situ mempengaruhi kehidupan sosial ekologi dan sosial ekonomi masyarakat.
12
Kondisi ini kemudian dapat mempengaruhi keberlanjutan wisata dalam suatu wilayah. Keberlanjutan wisata dilihat dalam potensi sumberdaya alam, yang memberikan peluang dalam memasyarakatkan pelestarian keanekaragaman hayati serta mempromosikannya. Keberlanjutan wisata ini juga dapat dilihat dari potensi trend pasar wisatawan “back to nature” yang berkembang pesat, sehingga berpeluang meningkatkan perekonomian ataupun tingkat pendapatan masyarakat. Kerangka pemikiran mengenai pemanfaatan situ untuk kawasan wisata ini disajikan pada Gambar 1.
Wisata Situ - Kesesuaian Wisata - Daya Dukung Kawasan
Aspek Sosial Ekologis - Tingkat Gangguan terhadap Sumber Air - Tingkat Pencemaran Air dan Lingkungan
Krisis Ekologi - Degradasi Lingkungan - Debit Air Berkurang
Aspek SosialEkonomis - Tingkat Pendapatan - Peluang Usaha dan Kerja - Perubahan Mata Pencaharian
Keberlanjutan Wisata Situ
Keterangan : : diuji kualitatif : diuji kuantitatif Gambar 1 Kerangka pemikiran
13
Definisi Operasional Tabel 1 Definisi operasional VARIABEL/ INDIKATOR WISATA SITU a. Daya dukung kawasan
b. Kesesuaian wisata
DEFENISI Daya dukung kawasan: jumlah maksimum wisatawan yang secara fisik dapat ditampung di setiap lokasi sesuai peruntukannya dalam satu hari agar tidak menimbulkan kerusakan alam dan wisatawan dapat bergerak bebas serta tidak merasa terganggu oleh keberadaan wisatawan lain di lokasi tersebut Kesesuaian wisata di Situ Gede dianalisis pada setiap kegiatan yang akan dikembangkan di kawasan wisata air Situ Gede
DEFINISI OPERASIONAL KATEGORI
SKALA PENGUKURAN
Catt : menggunakan rumus daya dukung kawasan
Rasio
a. Sangat sesuai : apabila parameter kesesuaian wisata yang diamati di lokasi penelitian tergolong dalam kategori sangat sesuai, skor 3. b. Sesuai : apabila parameter kesesuaian wisata yang diamati di lokasi penelitian tergolong dalam kategori sesuai, skor 2. c. Sesuai bersyarat : apabila parameter kesesuaian wisata yang diamati di lokasi penelitian tergolong dalam kategori sesuai bersyarat, skor 1.
Rasio
14
VARIABEL/ INDIKATOR
DEFENISI
SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT a. Tingkat Jumlah pemasukan yang Pendapatan diperoleh oleh responden sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukan dalam kurun waktu satu tahun. Pengukuran didasarkan pada rata-rata pendapatan rumahtangga dengan skor terendah pada pendapatan paling kecil. b. Peluang usaha Kesempatan bagi dan kerja masyarakat untuk menjadi pelaku usaha di bidang formal dan informal sebagai akibat kedatangan wisatawan ke suatu daerah. a. Perubahan mata Adanya pergantian pencaharian pekrjaan dari bidang pertanian menjadi nonpertanian
DEFINISI OPERASIONAL KATEGORI d. Tidak sesuai : apabila parameter kesesuaian wisata yang diamati di lokasi penelitian tergolong dalam kategori tidak sesuai, skor 0 Catt : dilihat berdasarkan matriks kesesuaian wisata
SKALA PENGUKURAN
a. Rendah : mean-standar deviasi, skor 0;