DAMPAK EKONOMI DAN STRATEGI PENGELOLAAN KEBUN RAYA BOGOR SESUAI DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA
ISTERAH
DEPARTEMEN EKONOMI DAN SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Kebun Raya Bogor Sesuai Daya Dukung Kawasan Wisata adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014
Isterah NIM H44090121
ABSTRAK ISTERAH. Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Kebun Raya Bogor Sesuai Daya Dukung Kawasan Wisata. Dibimbing oleh Meti Ekayani dan Nuva. Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat koleksi tumbuhan dan konservasi ex-situ yang juga dikembangkan untuk rekreasi dan kegiatan wisata edukasi observasi alam. Peningkatan jumlah pengunjung dari tahun ke tahun secara langsung dan tidak lagsung mendatangkan income generating bagi masyarakat lokal. Namun, di sisi lain juga dapat mengurangi manfaat ekologi. Oleh karena itu, merujuk pada potensi dampak positif dan negatif yang timbul dari aktifitas wisata di KRB maka perlu diketahui daya dukung kawasan, dampak ekonomi kegiatan wisata serta strategi pengelolaan objek wisata KRB. Perolehan daya dukung kawasan per hari adalah sebesar 29 655 orang. Rasio yang paling besar terdapat pada kegiatan pengamatan flora yaitu sebesar 41.67%. Angka rasio ini menunjukkan bahwa kondisi KRB saat ini masih dibawah daya dukung kawasan KRB seharusnya. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata diukur dengan nilai efek pengganda (multiplier effect) dan diperoleh nilai keynesian income multiplier sebesar 1.00. Ratio income multiplier tipe 1 sebesar 1.4, dan ratio income multiplier tipe 2 sebesar 1.6. Hasil tersebut menunjukan bahwa kawasan KRB memiliki nilai dampak ekonomi yang cukup besar dan mempengaruhi perekonomian masyarakat lokal. Hasil analisis SWOT menunjukkan beberapa alternatif strategi pengelolaan diantaranya: (1) mempertahankan sistem pengelolaan wisata termasuk penyesuaian harga tiket masuk wisata KRB yang terjangkau; (2) pihak pengelola dan pengunjung wisata saling bekerja sama menjaga kelestarian SDAL di KRB; (3) meningkatkan promosi wisata KRB terutama untuk kegiatan penelitian; (4) penambahan segmentasi wisata yang ditetapkan pihak pengelola agar terhindar dari over carrying capacity di titik-titik area kawasan tertentu; (5) peningkatan edukasi flora bagi pengunjung terutama anak sekolah; (6) meningkatkan kualitas dan menata unit usaha di KRB yang tetap mempertimbangkan kelestarian KRB sebagai konservasi ex-situ; dan (7) meningkatkan dan memperjelas informasi mengenai fasilitas-fasilitas yang tersedia dan info mengenai keberagaman biodiversitas. Kata kunci: Dampak Ekonomi, Daya Dukung Kawasan, KRB, Multiplier Effect, SWOT
ABSTRAK ISTERAH. Economic Impact and Management Strategy of Bogor Botanical Garden According to the Carrying Capacity of Tourism. Supervised by METI EKAYANI and NUVA. Bogor Botanical Garden is an ex-situ conservation which provides variety of flora that developed for recreation and natural observation tourism. The increasing of visitors every year directly and indirectly produce income generating for the local community. Besides, it also can decrease the ecological functions. Therefore, based on the potensial positive and negative impact of the tourism activity, it is necessary to recognize the carrying capacity, economic impact, and management strategy of Bogor Botanical Garden. The result shows that the estimation of area carrying capacity is 29 655 people/day. The highest carrying capacity ratio is the observations of flora that is 41.67%. This ratio indicated that existing condition of Bogor Botanical Garden is still lower than the area carrying capacity should be. The economic impact generated from tourism activities was measured by the value of the multiplier effect. The values of keynesian income multiplier was 1.00, ratio income multiplier type 1 was 1.4, and ratio income multiplier type 2 was 1.6. These results indicate that Bogor Botanical Garden has considerable economic impact and affected the economy of local communities. Based on SWOT analysis, some alternative management strategies are: (1) maintain the tourism management system including affordable entrance fee of Bogor Botanical Garden travel, (2) the management and tourist should work together to preserve natural resources and environment, (3) increase tourism promotion primarily for research activities, (4) tourism segmentation in order to avoid over-carrying capacity in the points of specific areas, (5) improvement of flora education which is offered by the human resources in tourism, (6) improve and manage the business units which considering of sustainability as ex-situ conservation, and (7) improve and explain about the information of availability of facilities and biodiversities. Keywords : Bogor Botanical Garden , Carrying Capacity, Economic Impact, Multiplier Effect, SWOT
DAMPAK EKONOMI DAN STRATEGI PENGELOLAAN KEBUN RAYA BOGOR SESUAI DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA
ISTERAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi dan Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI DAN SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Kebun Raya Bogor Sesuai Daya Dukung Kawasan Wisata Nama : Isterah NIM : H44090121
Disetujui oleh
Dr. Meti Ekayani, S. Hut, M.Sc Pembimbing I
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Nuva, S.P, M.Sc
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah ekonomi wisata, dengan judul Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Kebun Raya Bogor Sesuai Daya Dukung Kawasan Wisata. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Dodi Satam dan Ibunda Betrida, serta adik-adikku tersayang Hardian Satam dan Rayhan Satam yang selalu memberikan doa dan motivasi.
2.
Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Ibu Nuva, S.P, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah mendidik dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
3.
Bapak Ir. Nindyantoro, M.SP sebagai dosen penguji utama, yang telah memberikan masukan dan arahan pada ujian sidang skripsi.
4.
Bapak Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen, yang telah memberikan masukan dan arahan pada ujian sidang skripsi.
5.
Bapak Prof. Dr. Akhmad Fauzi, S.P, M.Sc sebagai dosen pembimbing akademik, yang telah memberi arahan dan masukan selama penulis menjalani kuliah.
6.
Pihak pengelola KRB, LIPI KRB, Kantor Disbudpar Kota Bogor, dan masyarakat sekitar kawasan KRB yang telah banyak memberikan saran dan informasi selama pengumpulan data.
7.
Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB, para dosen beserta staf atas semua dukungan dan bantuan.
8.
Keluarga kosan Harmoni: Mei Lianti, Mirna, Arfi, Wawa, Ria, Weny, Meilisa, Cindy, Tika, Rayteh, Kak Grif dan Ibu Oki yang telah memberi doa, semangat, dan bantuannya.
9.
Azwar Hasyim Nasution yang telah banyak memberikan doa, semangat, dan bantuannya.
10. Rekan-rekan sebimbingan skripsi: Rere, Pipit, Nando, Abhe, Iin, dan Rifki yang telah bekerjasama selama masa bimbingan skripsi. 11. Teman-teman: Septy, Nissa, Nur Cahaya, Diena, Hesti, Anissia, Sari, Lungit, Santi, Widia, Desi, Dear, Romil, Gugat, Yasmin, Anindyah, Yuki dan seluruh keluarga ESL 46. Semoga skripsi ini bermanfaat sebagai panduan penelitian dan berbagai pihak dalam mengembangkan suatu kawasan wisata.
Bogor, Mei 2014
Isterah H44090121
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv I PENDAHULUAN................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 2 1.3 Tujuan ........................................................................................................... 4 1.4 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 4 II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5 2.1 Kebun Raya Bogor........................................................................................ 5 2.2 Konservasi Ek situ (Ex-situ Conservation) ................................................... 5 2.3 Pariwisata ...................................................................................................... 6 2.4 Carrying Capacity ........................................................................................ 7 2.5 Dampak Ekonomi Pariwisata........................................................................ 8 2.6 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 9 III KERANGKA PEMIKIRAN............................................................................. 11 IV METODE PENELITIAN ................................................................................. 14 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 14 4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 14 4.3 Penentuan Jenis Sampel .............................................................................. 14 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 15 4.4.1 Analisis Daya Dukung Kawasan ...................................................... 16 4.4.2 Dampak Ekonomi Kawasan Wisata KRB ........................................ 17 4.4.3 Matriks SWOT.................................................................................. 18 4.4.3.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFEEFE) ...................................................................................... 18 4.4.3.2 Matriks Internal-Eksternal (IE) ............................................ 19 4.4.4.3 Matriks SWOT ..................................................................... 20 V GAMBARAN UMUM ...................................................................................... 21 5.1 Sejarah Kebun Raya Bogor......................................................................... 21 5.2 Manajemen Pengelolaan ............................................................................. 22 5.3 Peranan Kebun Raya dalam Pembangunan ................................................ 23 VI HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 25 6.1 Daya Dukung Kawasan Kebun Raya Bogor............................................... 25 6.1.1 Karakteristik Responden Pengunjung............................................... 25 6.1.2 Persepsi Responden Pengunjung terhadap Kawasan Wisata KRB .................................................................................................. 28 6.1.3 Luas Area Wisata dan Waktu yang diperoleh Wisatawan................ 31
6.1.4 Luas Area Wisata dan Waktu yang disediakan Pihak Pengelola ......33 6.1.5 Daya Dukung untuk Setiap Kegiatan Wisata ....................................34 6.2 Dampak Ekonomi Kebun Raya Bogor ........................................................40 6.2.1 Dampak Ekonomi ..............................................................................40 6.2.2 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Effect) .....................................42 6.2.3 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Effect) ........................43 6.2.4 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Effect)....................................46 6.2.5 Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect)..........................................46 6.3 Strategi Pengelolaan Objek Wisata Kebun Raya Bogor .............................48 6.3.1 Tahapan Masukan (Input Stage) .......................................................48 6.3.1.1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ............................49 6.3.1.2 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) ........................51 6.3.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage) ................................................52 6.3.2.1 Matriks IE (Internal-Eksternal) .............................................53 6.3.2.2 Matriks SWOT ......................................................................55 VII KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................61 7.1 Simpulan......................................................................................................61 7.2 Saran ............................................................................................................62 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................63 LAMPIRAN ...........................................................................................................66 RIWAYAT HIDUP ................................................................................................86
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Beberapa penelitian yang relevan sebelum dijadikan referensi ....................... 9
2.
Matriks metode analisis data .......................................................................... 16
3.
Analisis faktor internal ................................................................................... 19
4.
Analisis faktor eksternal ................................................................................. 19
5.
Matriks SWOT ............................................................................................... 20
6.
Karakteristik responden pengunjung berdasarkan faktor sosial ekonomi ...... 26
7.
Karakteristik kunjungan responden pengunjung kawasan wisata KRB ......... 27
8.
Persepsi responden pengunjung terhadap kawasan wisata KRB ................... 29
9.
Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SDAL) di sekitar kawasan KRB ........................................ 30
10. Preferensi responden pengunjung dalam hitungan luas dan waktu ................ 32 11. Preferensi responden pengunjung dalam hitungan spot dan waktu untuk kegiatan fotografi............................................................................................ 32 12. Luas dan waktu yang disediakan pengelola per kegiatan wisata dalam satu hari .......................................................................................................... 33 13. Luas dan waktu yang disediakan pengelola kegiatan wisata fotografi profesional dalam satu hari ............................................................................. 34 14. Perhitungan daya dukung setiap kegiatan wisata ........................................... 35 15. Perhitungan daya dukung kegiatan wisata fotografi ...................................... 35 16. Daya dukung kawasan KRB ........................................................................... 38 17. Perbandingan daya dukung kawasan KRB dengan jumlah pengunjung saat Low Season dan Peak Season ................................................................. 39 18. Proporsi pengeluaran responden pengunjung di kawasan KRB per bulan Tahun 2013 ..................................................................................................... 41 19. Dampak ekonomi langsung di kawasan KRB per bulan Tahun 2013 ............ 42 20. Pengeluaran unit usaha di kawasan KRB per bulan Tahun 2013 ................... 44 21. Dampak ekonomi tidak langsung di kawasan KRB per bulan Tahun 2013 ................................................................................................................ 45 22. Dampak ekonomi lanjutan di kawasan KRB per bulan Tahun 2013 ............. 46 23. Nilai efek pengganda dari arus uang yang terjadi di kawasan KRB Tahun 2013 ..................................................................................................... 47 24. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ...................................................... 49
25. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) ...................................................51 26. Matriks SWOT Objek Wisata KRB Tahun 2013............................................56 DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Grafik peningkatan jumlah pengunjung ............................................................3
2.
Kerangka pemikiran penelitian .......................................................................13
3.
Matriks Internal-Eksternal (IE) ......................................................................20
4.
Matriks Internal-Eksternal (IE) Objek Wisata KRB Tahun 2013 ..................53
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Perhitungan daya dukung kawasan wisata KRB berdasarkan kegiatan wisata yang dilakukan .....................................................................................67
2.
Proporsi pengeluaran pengunjung kawasan wisata KRB per bulan Tahun 2013 .....................................................................................................70
3.
Pengeluaran unit usaha kawasan wisata KRB ................................................75
4.
Pendapatan tenaga kerja kawasan wisata KRB...............................................78
5.
Pengeluaran tenaga kerja lokal per bulan di kawasan dan di luar kawasan KRB Tahun 2013 .............................................................................79
6.
Perhitungan efek pengganda ...........................................................................82
7.
Pembobotan faktor internal .............................................................................83
8.
Pembobotan faktor eksternal ...........................................................................84
9.
Dokumentasi penelitian...................................................................................85
1
I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara mega biodiversity yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna dengan nilai ekonomi tinggi perlu menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati tersebut agar tidak hilang dan punah. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk serta kebutuhan akan akan lahan yang tinggi dan sulit didapat menyebabkan masyarakat cenderung mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan. Hal ini menyebabkan tekanan terhadap habitat flora di Indonesia termasuk di kawasan hutan. Berdasarkan hal tersebut, pelaksanaan konservasi perlu dilakukan untuk dapat mempertahankan kelestarian berbagai jenis flora yang ada. Upaya konservasi bisa dilakukan secara ex-situ maupun in-situ. Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor – LIPI merupakan salah satu lembaga konservasi ex-situ tumbuhan bagi usaha penyelamatan jenis-jenis tumbuhan dari kepunahan. Pada umumnya tumbuhan dikonservasi di tempat asalnya (in-situ). Namun, hal ini tidak mungkin diterapkan untuk semua jenis tumbuhan dikarenakan terdapat beberapa jenis tumbuhan mempunyai resiko kepunahan di tempat asalnya, baik yang dieksploitasi oleh manusia maupun tumbuhan yang sudah mulai langka, sebaiknya dikonservasi di luar habitatnya (ex-situ) (LIPI 2004). Kebun Raya Bogor (KRB) tercatat sebagai kebun botani tertua di Asia yang memiliki area seluas 80 hektar serta 15 000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Ribuan koleksi spesies tanaman tropis dikelompokan sesuai jenisnya, misalnya dari spesies keluarga palem, bambu, jahe, dan pohon tua yang langka yang umurnya telah mencapai ratusan tahun. Selain koleksi tanaman, di KRB juga terdapat museum hewan (museum zoologi), perpustakaan, koleksi anggrek, serta pusat riset dan pengembangan biologi yang dapat mendukung multifungsi KRB selain sebagai fungsi konservasi eksitu (Sejati 2013). Kebun Raya Bogor tidak hanya sebagai tempat koleksi tumbuhan dan konservasi ex-situ, namun saat ini juga dikembangkan untuk rekreasi dan kegiatan wisata edukasi observasi alam. Oleh karena itu, di dalam kebun raya disediakan berbagai sarana
2
yang dapat menunjang kegiatan wisata alam dan pendidikan lingkungan, seperti papan interpretasi, pemanduan keliling, dan layanan wisata flora. Kebun Raya Bogor menjadi salah satu tujuan wisata yang sangat diminati karena menyajikan paronama arsitekstur lanskap yang bernuansa alami dengan iklim mikro yang dapat memberikan kesegaran dan ketenangan ditengah keramaian Kota Bogor. Peranan KRB sebagai wisata edukasi, khususnya pendidikan lingkungan menjadi lebih populer karena pengunjung dapat menikmati langsung
keindahan
kebun
raya
sekaligus
menambah
wawasan
dan
pengetahuannya tentang tumbuh-tumbuhan. Peningkatan jumlah kunjungan di daerah tujuan wisata secara langsung dan tidak langsung dari kegiatan wisata dapat mendatangkan keuntungan ekonomi khususnya bagi masyarakat lokal (Ekayani and Nuva 2012). Keberadaan KRB sebagai kawasan wisata, mendorong terciptanya lapangan kerja baru sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pelaku usaha di dalam maupun di sekitar kawasan KRB. 1.2
Perumusan Masalah
Wisatawan dari berbagai daerah terutama yang berasal dari Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi (Jabodetabek) memilih KRB sebagai tujuan wisata karena aksesibilitas yang mudah, harga tiket relatif terjangkau serta kekayaan flora yang ditawarkan. Jumlah pengunjung KRB meningkat dari tahun ke tahun (Gambar 1). Jumlah pengunjung KRB lebih besar pada saat musim liburan (peak season) dibandingkan hari biasa. Peningkatan jumlah pengunjung tersebut berpotensi mengakibatkan over carrying capacity atau berlebihnya kapasitas daya dukung KRB sebagai area wisata terutama beberapa area di kawasan KRB yang menjadi sentra atau tempat yang sering dikunjungi oleh wisatawan. Padatnya jumlah pengunjung dapat mengancam fungsi utama KRB sebagai konservasi ex-situ tumbuhan. Hal tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kelestarian KRB,
diantaranya
adalah
terancamnya kelestarian koleksi tanaman, mengurangi keindahan visual KRB, dan meningkatnya polusi udara dari kendaraan bermotor yang digunakan pengunjung.
3
Oleh karena itu, sangat perlu dihitung carrying capacity KRB untuk kegiatan wisata. (orang) Jumlah Pengunjung
1200000 1000000
988,282 927,268 845,021
800000 600000 400000 200000 0 2010
2011
2012
Tahun Sumber : LIPI (2013)
Gambar 1 Grafik peningkatan jumlah pengunjung KRB
Di sisi lain, peningkatan jumlah pengunjung juga memberikan manfaat bagi masyarakat pelaku usaha yang terkait dengan kegiatan wisata di KRB. Semakin banyak jumlah pengunjung KRB maka akan semakin besar dampak ekonomi yang dirasakan para pelaku usaha tersebut. Guna mengetahui seberapa penting kegiatan wisata di KRB bagi masyarakat sekitar, perlu diketahui seberapa besar dampak ekonomi dari adanya kegiatan wisata di KRB. Dampak ekonomi dari kegiatan wisata dapat dilihat dengan mengikuti aliran pengeluaran pengunjung di dalam dan di luar kawasan wisata yang terkait dengan kegiatan wisata. Kegiatan wisata di KRB yang memberikan manfaat bagi perekonomian masyarakat, di sisi lain dapat mengancam kelestarian fungsi utama KRB sebagai kawasan konservasi ex-situ tumbuhan. Oleh karena itu, agar pengelolaan kawasan wisata dapat dilakukan secara berkelanjutan perlu dikaji strategi pengelolaan yang dapat menjamin tidak over carrying capacity namun tetap memberikan manfaat ekonomi, sehingga kelestarian KRB tetap terkelola dengan baik. Berdasarkan permasalahan di atas, maka pertanyaan penelitian yang akan dikaji adalah:
4
1.
Berapa kapasitas daya dukung yang dimiliki kawasan Kebun Raya Bogor terhadap kegiatan wisata?
2.
Bagaimana dampak ekonomi kegiatan wisata di Kebun Raya Bogor?
3.
Bagaimana strategi pengelolaan Kebun Raya Bogor yang sesuai daya dukung kawasan (DDK) dan memberikan manfaat ekonomi? 1.3
Tujuan
Merujuk dari perumusan permasalahan yang sudah diuraikan, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengelolaan wisata Kebun Raya Bogor sesuai daya dukung dan memberikan manfaat ekonomi. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1.
Menghitung daya dukung kapasitas kawasan Kebun Raya Bogor terhadap kegiatan wisata.
2.
Mengestimasi dampak ekonomi kegiatan wisata di Kebun Raya Bogor.
3.
Membangun strategi pengelolaan Kebun Raya Bogor sesuai daya dukung kawasan (DDK) dan memberikan manfaat ekonomi. 1.4
Ruang Lingkup Penelitian
Wilayah penelitian ini adalah kawasan Kebun Raya Bogor (KRB) yang berada di Kota Bogor. Daya dukung kawasan yang digunakan dalam perhitungan adalah daya dukung fisik saja, tidak menghitung DDK biologi dan sosial. Perhitungan daya dukung fisik melihat jumlah maksimum pemanfaatan suatu sumberdaya atau ekosistem yang dapat diadopsi oleh suatu kawasan atau zona tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas fisik. Selain itu, untuk mencegah perhitungan over estimate maka luas dan perhitungan daya dukung sudah dikurangi untuk area pepohonan, sungai, dan danau yang ada di dalam kawasan KRB. Dampak ekonomi dilihat dari unit usaha yang terkait di dalam dan di luar KRB. Unit usaha di luar KRB dibatasi hanya sampai pedagang kaki lima disepanjang trotoar depan gerbang KRB dan di seberang jalan raya KRB sampai di depan Toserba Yogya. Responden wisatawan hanya dibatasi wisatawan domestik yang merupakan mayoritas pengunjung KRB.
5
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebun Raya Bogor Berdasarkan SK Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia No. 1151/M/2001 Kebun Raya Bogor ditetapkan sebagai Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT), berstatus Eselon II, di bawah Kadeputian Ilmu Pengetahuan Hayati – LIPI. Sedangkan Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi dan Kebun Raya Bali masing–masing berstatus sebagai UPT Balai Konservasi Tumbuhan (Eselon III) di bawah koordinasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Ruang lingkup tugas dan fungsi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor – LIPI diuraikan dengan jelas dalam Keputusan Presiden RI No 103 Tahun 2001. Kebun raya merupakan koleksi tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat penyebaran berbagai spesies tumbuhan (Soemarwoto 1983). Sedangkan Mamiri (2008) menyatakan bahwa kebun raya merupakan suatu tempat dimana terdapat berbagai macam varietas tumbuhan yang ditanami dengan tujuan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, ornamental (hiasan), termasuk di dalamnya meliputi perpustakaan, herbarium, greenhouse dan arboretum. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor meningkatkan jumlah koleksi tanaman, dimana pada tahun 2006 pihak setempat melakukan kegiatan eksplorasi flora ke kawasan hutan konservasi di Sumatra Barat dan Sumatra Selatan sesuai dengan kerangka kegiatan yang direncanakan tahun 2003. Hasil analisis menunjukan bahwa kegiatan tersebut berjalan dengan baik. Meskipun demikian masukan dari berbagai pihak yang menekankan perlunya perencanaan dan prioritas jenis tumbuhan yang akan dikoleksi melalui studi pustaka dan spesimen herbarium yang lebih mendalam harus diperhatikan dengan baik dan benar (Soemarwoto 1983). 2.2
Konservasi Ek situ (Ex-situ Conservation)
Konservasi adalah salah satu pengelolaan sumberdaya alam yang menjamin pemanfatannya secara bijaksana, sehingga mutu dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup dapat dipertahankan untuk menjamin pembangunan yang berkesinambungan (Ensiklopedia Nasional Indonesia 2004). Menurut Undang-
6
Undang tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup No. 23 tahun 1997, kegiatan konservasi meliputi tiga hal, yaitu; 1) melindungi keanekaragaman hayati (biological diversity); 2) mempelajari fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati; 3) memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan umat manusia. Bentuk konservasi dapat dibagi menjadi dua yaitu konservasi ex-situ dan konservasi in-situ. Menurut Soemarwoto (2004), konservasi ex-situ adalah perlindungan spesies di luar distribusi alami dari populasi tetuanya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman. Sedangkan konservasi in-situ adalah perlindungan spesies dan habitat alami serta pemeliharaan keanekaragaman hayati dalam lingkungan alaminya, seperti kebun binatang. PKT-KRB merupakan kawasan konservasi ex-situ terbesar di Indonesia dengan koleksi tanaman sebagian besar berasal dari kepulauan Indonesia dan sebagian lagi berasal dari mancanegara. Selain itu, PKT- KRB menjadi salah satu kawasan konservasi tujuan wisata alam di Kota Bogor (LIPI 2004). 2.3
Pariwisata
Menurut Soemarwoto (2004), pariwisata adalah industri yang kelangsungan kegiatannya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan. Tanpa lingkungan yang baik, kegiatan pariwisata tidak akan berkembang. Oleh karena itu di dalam pengembangan pariwisata, asas pengelolaan lingkungan untuk membangun pembangunan yang berkelanjutan bukanlah hal yang abstrak, melainkan pembangunan yang terlihat jelas dan konkrit. Beberapa yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pariwisata adalah : (a) daya dukung lingkungan; (b) keanekaan (pilihan jenis wisata); (c) keindahan alam; (d) vandalisme (kegiatan manusia yang merusak lingkungan); (e) pencemaran; (f) dampak sosial ekonomi budaya; dan (g) zonasi. Pariwisata dapat juga diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, melainkan untuk menikmati perjalanan (Islami 2003). Menurut Yoeti (2008), sektor pariwisata
7
tidak hanya sekedar mampu menjadi sektor andalan dalam usaha meningkatkan perolehan devisa untuk pembangunan, akan tetapi juga mampu mengentaskan kemiskinan. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan yang menyebutkan bahwa tujuan pengembangan pariwisata itu adalah a) Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu dan daya tarik wisata. b) Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antarbangsa. c) Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja. d) Meningkatkan
pendapatan
nasional
dalam
rangka
meningkatkan
kesejahetraan dan kemakmuran rakyat. e) Mendorong pendayagunaan produk nasional. Upaya mengentaskan kemiskinan dilakukan agar dapat meningkatkan dan memperluas lapangan pekerjaan serta dapat mensejahterakan rakyat. Hal ini berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi wisata di KRB dari aliran pengeluaran pengunjung sehingga berdampak positif terhadap dampak ekonomi masyarakat sekitar guna pembangunan berkelanjutan. 2.4
Carrying Capacity (Daya Dukung)
Hendee et al., (1978) menyatakan bahwa daya dukung adalah konsep dasar dalam pengelolaaan sumber daya alam yang merupakan batas penggunaan suatu area yang dipengaruhi oleh berbagai faktor alami untuk daya tahan terhadap lingkungan, misalnya makanan, tempat berlindung, atau air. Daya dukung untuk wisata alam merupakan konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pemanfaatan jasa sumberdaya alam dan lingkungan secara lestari berdasarkan kemampuan sumberdaya alam itu sendiri. Konsep ini dikembangkan dengan tujuan untuk mengurangi atau meminimalisir kerusakan sumberdaya alam dan lingkungannya sehingga dapat dicapai pengelolaan sumberdaya alam yang optimal secara kuantitatif maupun kualitatif dan berkelanjutan (Davis dan Tisdell 1995; Hawkins et al., 2005). Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata.
8
Perencanaan pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan daya dukung berdasar atas tujuan pariwisata. Sarana pariwisata juga merupakan faktor dalam penentuan daya dukung, antara lain jalan dan tempat peristirahatan. Selain itu juga penting untuk melihat dari segi kemampuan lingkungan untuk mendukung sarana itu. Perencanaan wisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akan menurunkan kualitas lingkungan dan rusaknya ekosistem yang dipakai untuk pariwisata itu, sehingga akhirnya akan menghambat bahkan menghentikan perkembangan pariwisata itu (Soemarwoto 2004). Namun, di sisi lain dengan adanya peningkatan jumlah pengunjung, KRB memberikan peluang bagi masyarakat pelaku usaha terkait kegiatan wisata di KRB untuk meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. 2.5
Dampak Ekonomi Pariwisata
Wisatawan yang datang ke suatu daerah tujuan wisata merupakan sumber pendapatan (income generator) dan alat pemerataan (redistribution of income) bagi masyarakat lokal dan unit-unit usaha yang dikunjungi (Yoeti 2008). Wisatawan tersebut datang ke suatu daerah wisata dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan sumber daya dan fasilitas yang telah disediakan. Selain itu, wisatawan biasanya mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan yang kemudian meningggalkan tempat tersebut untuk kembali ke rumah atau negaranya (Pitana dan Diarta 2009). Pengeluaran wisatawan tersebut memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat lokal yang dinamakan multiplier effect. Keberhasilan pengembangan pariwisata di suatu daerah terlihat dari besarnya pengaruh uang yang dibelanjakan wisatawan terhadap perekonomian lokal. Pengaruh
total
pariwisata
terhadap
ekonomi
wilayah
merupakan
penjumlahan dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effect) (Stynes et al., 2000; Vanhove, 2005). Dampak langsung disebut dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan dampak lanjutan disebut dampak sekunder. Dampak langsung meliputi perubahan pendapatan unit usaha penerima awal pengeluaran wisatawan. Dampak tidak langsung meliputi perubahan pendapatan dari tenaga kerja lokal dan biaya yang dikeluarkan unit usaha di lokasi wisata. Sedangkan dampak lanjutan adalah perubahan dalam
9
aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan oleh pembelanjaan rumah tangga. Rumah tangga membelanjakan pendapatan bersumber dari upah atau gaji dari berbagai komponen usaha pariwisata. Selain memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal, terdapat sebagian pengeluaran wisatawan yang tidak berdampak pada perekonomian lokal, hal ini dinamakan kebocoran (leakage) (Yoeti 2008; Vanhove 2005). Pada dasarnya, kebocoran terjadi karena uang tersebut dibelanjakan di luar kegiatan perekonomian daerah tujuan wisata, misalnya digunakan untuk membeli makanan dan minuman yang berasal dari luar daerah tujuan wisata, serta biaya transportasi. 2.6
Penelitian Terdahulu
Tabel 1 Beberapa penelitian yang relevan sebelum dijadikan referensi No 1.
Peneliti Muttaqien (2011)
Judul Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
2.
Ruhiyat (2008)
Studi Daya Dukung Biofisik Kawasan Rekreasi Kebun Raya Bogor
3.
Salim (2010)
Analisis strategi pengembangan Kebun Raya Bogor sebagai objek wisata
Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan dampak ekonomi langsung sebesar 21,4%, dampak ekonomi tidak langsung 4.96%, dampak ekonomi lanjutan 83,5%, keynesian multiplier 0.51%, nilai ratio income multiplier tipe II 1.36. Ditinjau dari kepekaan vegetasi, 65% luasan areal tanaman koleksi Kebun Raya Bogor berdaya dukung tinggi dan 35% berdaya dukung sedang. Berdasarkan kelangkaan satwa, 93% luasan areal tanaman koleksi berdaya dukung tinggi dan 7% berdaya dukung sedang. Berdasarkan hasil analisis SWOT, diperoleh 11 alternatif strategi pengembangan KRB sebagai objek wisata yaitu Strategi S-O : (1) memperkuat aksesbilitas lintas kabupaten atau kota Bogor dengan mengembangkan linkage wisata, (2) mengembangkan kekhasan produk wisata alam yang ada di Kebun Raya Bogor, (3) menambah objek wisata baru; Strategi W-O
Penelitian ini fokus pada dampak ekonomi dan daya dukung kawasan yang ditimbulkan dari kegiatan wisata KRB, yang sampai saat ini masih belum diteliti. Penelitian-penelitian sebelumnya lebih banyak mengkaji tentang aspek biologi dan manajemen KRB. Aspek wisata yang sudah diteliti lebih kepada permintaan
10
wisata dan penetapan harga tiket. Analisis SWOT yang dilakukan pada penelitian ini adalah berdasarkan hasil perhitungan Daya Dukung Kawasan (DDK) dan dampak ekonomi dari kegiatan wisata di KRB.
11
III.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan salah satu kawasan konservasi ex-situ tumbuhan di Indonesia. Sebagai fungsi konservasi ex-situ, KRB perlu mempertahankan kelestarian plasma nutfah dengan mengoleksi beragam tumbuhan endemik dan non-endemik dari berbagai negara, termasuk berbagai daerah di Indonesia yang dikelompokkan sesuai jenisnya. Selain fungsi utamanya sebagai tempat konservasi tumbuhan KRB juga cocok sebagai tempat untuk kegiatan wisata edukasi observasi alam. Keberadaan KRB sebagi objek wisata sejak dahulu hingga kini memiliki peranan penting dan banyak diminati karena menyajikan keindahan paronama yang indah. Hal ini dapat dilihat dari fungsinya untuk melindungi tumbuhantumbuhan yang sudah mulai langka sekaligus bermanfaat untuk mengurangi pemanasan global. Fungsi konservasi dan wisata tersebut pada dasarnya bersifat trade-off, yang berarti pengunjung dengan jumlah yang berlebih akan memberi tekanan terhadap dampak lingkungan dan dampak sosial bagi manusia itu sendiri. Dampak lingkungan yang dialami akan terjadi apabila timbulnya masalah seperti polusi udara karena tingkat polusi bergerak seiring dengan pertambahan jumlah penduduk disuatu wilayah. Polusi ditimbulkan oleh asap kendaraan yang jumlahnya semakin bertambah. Dampak lainnya yang akan timbul adalah masalah timbunan sampah setelah adanya kegiatan wisata yang juga sulit diselesaikan. Dampak sosial yang akan dialami diantaranya keterbatasan ruang dan ketidaknyamanan untuk melakukan aktivitas wisata sebagai akibat kelebihan beban (overload). Kelebihan beban tersebut berbanding searah dengan tekanan (pressure) yang akan ditimbulkan bagi KRB. Semakin besar kelebihan beban, maka semakin tinggi tingkat tekanan yang akhirnya akan mengurangi keindahan visual kebun raya tersebut (Peter 2012). Jumlah kunjungan yang meningkat berpotensi menyebabkan over carrying capacity dan akan mengancam fungsi utama KRB sebagai konservasi ex-situ, sehingga perlu diestimasi berapa carrying capacity kawasan KRB terhadap kegiatan wisata.
12
Peningkatan jumlah pengunjung dari adanya kegiatan wisata dapat mendatangkan manfaat ekonomi (income generating) bagi pengelola maupun masyarakat pelaku usaha terkait wisata di KRB, sehingga perlu diestimasi dampak ekonomi kegiatan wisata di KRB dengan mengikuti aliran pengeluaran pengunjung di dalam dan di luar kawasan wisata kebun raya yang terkait. Strategi pengelolaan KRB terutama terkait fungsi wisata perlu diketahui oleh pengelola KRB. Strategi pengelolaan tersebut perlu mempertimbangkan aktifitas kegiatan wisata agar tidak melebihi daya dukung dan dapat dijaga kelestariannya serta dampak ekonominya dapat terus dirasakan oleh masyarakat sekitar. Selain itu, perlu diketahui strategi pengelolaan unsur kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki objek wisata ini melalui analisis SWOT untuk mendapatkan arah strategi pengelolaan KRB yang berkelanjutan. Strategi pengelolaan ini diharapkan dapat dijadikan suatu bahan pertimbangan untuk pengelolaan Kawasan KRB dalam pengelolaan wisata berkelanjutan yang dapat menjaga fungsi ekologi tanpa menghilangkan manfaat ekonomi dari kegiatan wisata. Gambar 2 menyajikan kerangka pemikiran operasional penelitian.
13
Kawasan konservasi Ex-situ Kebun Raya Bogor
Fungsi Wisata
Trade off
Income Generating
Maksimalisasi manfaat ekonomi dapat mengurangi manfaat ekologi dan sebaliknya
Fungsi Konservasi Ex-situ
Kelestarian Plasma Nutfah
Dampak ekonomi
Daya dukung wisata
Multiplier Effect
Daya dukung kapasitas (DDK)
Analisis SWOT
Strategi pengelolaan Wisata Kebun Raya Bogor sesuai daya dukung dan memberikan manfaat ekonomi
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian
14
IV. METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kebun Raya Bogor dipilih sebagai lokasi penelitian karena KRB merupakan kawasan konservasi ex-situ tertua dan terbesar di Indonesia. Selain sebagai kawasan konservasi, KRB juga diminati wisatawan untuk kegiatan wisata terutama edukasi lingkungan. Carrying capacity perlu diteliti karena untuk menghindari terancamnya fungsi utama KRB sebagai konservasi ex-situ, sedangkan dari aspek dampak ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut. Saat ini, kegiatan ekonomi di sekitar KRB juga berkembang seiring dengan semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung. Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2013. 4.2
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yang digunakan mengenai keadaan umum lokasi penelitian dan berbagai data yang relevan dengan topik penelitian yang bersumber dari pengelola KRB. Sedangkan data primer berupa pengamatan secara langsung terhadap masyarakat pelaku usaha terkait kegiatan wisata di dalam dan di luar kawasan KRB dan wawancara secara langsung terhadap responden dan key person melalui kuesioner. Kuesioner terhadap responden yang akan di wawancarai yaitu pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja yang terkait dengan kegiatan wisata di KRB serta dari pihak pengelola KRB dan Dinas Kebudayaan Pariwisata. 4.3
Penentuan Jumlah Sampel
Penentuan responden wisatawan yang datang ke KRB dilakukan secara non probability sampling yaitu semua objek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden (Juanda 2007). Respoden pengunjung dipilih dengan teknik purposive sampling, dimana pengunjung dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu, yaitu keterwakilan dari aspek
15
demografi, cara kedatangan, dan tujuan wisata. Pemilihan responden wisatawan didasarkan pada kriteria perbedaan aktivitas yang dilakukan secara kedatangan wisatawan, apakah dengan kendaraan umum atau pribadi serta apakah wisatawan tersebut datang berkelompok, keluarga, atau sendiri. Selain pengunjung, wawancara juga dilakukan kepada unit usaha dan tenaga kerja. Unit usaha dan tenaga kerja dipilih usaha yang terkait dengan kegiatan wisata di KRB dan mewakili jenis-jenis usaha tersebut. Jumlah responden yang digunakan untuk penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin (Prasetyo et al., 2007) yaitu : n= N/ (1+Ne²) ...........................................................................................(1) Dimana n adalah ukuran sampel, N adalah banyaknya populasi, dan e adalah nilai kritis. Banyaknya populasi pengunjung yang berwisata ke KRB tahun 2012 sebesar 988 282 orang dengan galat sebesar 10 %, maka diperoleh jumlah responden yang diambil sebanyak 100 responden. Responden terpilih untuk tenaga kerja dan unit usaha sekitar masing-masing sebanyak 30 orang. Hal tersebut sesuai dengan ukuran minimum sampel yang dikemukakan Gay dalam (Wardiyanta 2006). Responden Key Person yang diwawancarai sebanyak 5 orang dari KRB dan 1 orang dari Dinas Kebudayaan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bogor. Sedangkan responden pelaku usaha yang diwawancarai sebanyak 30 unit usaha dan 30 tenaga kerja. Key person yang diwawancara adalah staff LIPI diantaranya adalah Sub.Bagian umum dan Sub.Bidang registrasi, bagian jasa dan informasi, bagian seleksi dan pembibitan, pemeliharaan koleksi serta Kepala bidang pariwisata Disbudpar Kota Bogor. 4.4
Metode Pengolahan dan Analisis data
Pada penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan data kualitatif dan kuantitatif. Selain itu, juga digunakan metode Daya Dukung Kawasan (DDK), multiplier effect, dan metode SWOT. Tabel 2 menyajikan matriks keterkaitan antara sumber data dan metode analisis data untuk menjawab tujuan penelitian.
16
Tabel 2 Matriks metode analisis data No
1.
Tujuan penelitian Menghitung daya dukung kawasan KRB terhadap kegiatan wisata
2.
Mengestimasi dampak ekonomi kegiatan wisata di KRB
3.
Membangun strategi pengelolaan KRB sesuai daya dukung dan memberikan manfaat ekonomi
Data yang dibutuhkan
Data sekunder: 1. Laporan tahunan unit usaha
Metode dan analisis data Analisis deskriptif dan metode multiplier effect
KRB
2. Jumlah pengunjung Data primer: 1. Wawancara dengan pihak pengunjung Data primer: 1. luas area yang disediakan pengelola per kegiatan 2. Waktu kunjungan yang disediakan pengelola per kegiatan 3. Rata-rata kebutuhan area individu per kegiatan 4. Rata-rata yang digunakan individu per kegiatan Melakukan wawancara dengan: 1. Pihak pengelola: Aspek pengembangan wisata yang diharapkan 2. Key person: Aspek pendukung wisata di KRB 3. Pengunjung: Pengembangan selanjutnya menurut responden
Daya Dukung (DDK)
Kawasan
Analisis SWOT
4.4.1 Analisis Daya Dukung Kawasan Analisis daya dukung ditujukan pada pengelolaan Kawasan Wisata Kebun Raya Bogor dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada secara lestari. Dalam analisis ini digunakan data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil wawancara pengunjung dan pihak pengelola. Perhitungan daya dukung kawasan digunakan dengan pendekatan CC (Carrying Capacity) dengan formula sebagai berikut (Boullon, 1985 dalam Libosada, 1998) : Carrying Capacity (CC)
=
.......(2)
Koefesien rotasi
=
.............(3)
Daya dukung kawasan per hari
= CC X koefesien rotasi...........................(4)
17
4.4.2
Dampak Ekonomi Kawasan Wisata KRB Dampak pengeluaran wisata terhadap perekonomian lokal diukur dengan
ukuran yang dinamakan multiplier effect. Wisatawan membelanjakan uangnya di dalam maupun di luar kawasan wisata. Pengeluaran wisatawan di dalam kawasan wisata akan menjadi pendapatan unit usaha lokal, unit usaha lokal akan menyerap tenaga kerja lokal, dan akhirnya meningkatkan pendapatan masyarakat lokal. Sedangkan pengeluaran wisata di luar kawasan wisata tidak berdampak pada perekonomian lokal, sehingga dinamakan kebocoran (leakage). Pada dasarnya, disebut kebocoran karena uang itu dibelanjakan di luar Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang dikunjungi wisatawan, sehingga uang itu tidak memberikan pengaruh terhadap kegiatan perekonomian lokal. Aliran sejumlah uang dari pengeluaran wisatawan di kawasan wisata akan memberikan dampak terhadap perekonomian lokal berupa dampak langsung (direct effect), tidak langsung (indirect effect), dan lanjutan (induced effect) (Vanhove 2005). Dampak langsung (direct effect) dihitung dari pendapatan bersih unit usaha yang diperoleh dari pengeluaran wisatawan di kawasan wisata. Dampak tidak langsung (indirect effect) dihitung dari pendapatan tenaga kerja di tingkat lokal. Ketiga dampak ekonomi tersebut diperoleh dari: - Dampak Ekonomi Langsung (D)
: Pendapatan bersih pemilik unit usaha
- Dampak Ekonomi Tidak Langsung (N) : Pendapatan tenaga kerja dan biaya operasional unit usaha di lokasi wisata - Dampak Ekonomi Lanjutan (U)
: Pengeluaran tenaga kerja di sekitar lokasi wisata
Marine Ecotourism for Atlantic Area (META) (2001) menyatakan bahwa terdapat dua tipe pengganda dalam mengukur dampak ekonomi wisata terhadap masyarakat lokal, yaitu : 1. Keynesian lokal income multiplier, nilai ini menunjukkan seberapa besar peningkatan pengeluaran wisatawan berdampak pada pendapatan lokal. 2. Ratio income multiplier, nilai ini menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran wisatawan terhadap perekonomian
18
lokal. Metode ini mengukur dampak tidak langsung (indirect) dan dampak lanjutan (induced). Secara sistematis, kedua metode tersebut dirumuskan : Keynesian local Income mutiplier = Ratio Income Multiplier, Tipe I
.....................................................(5)
=
....................................................(6)
Ratio Income Multiplier, Tipe II =
.....................................,..............(7)
Dimana: E = Tambahan pengeluaran wisatawan (Rp) D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp) N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari (Rp) U = Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp) 4.4.3 Matriks SWOT Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi pemecahan permasalahan. Analisis ini pada dasarnya dipertimbangkan secara logika dengan memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang (oppotunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). (Rangkuti 2008). 4.4.3.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE) Matriks IFE digunakan untuk menganalisis faktor-faktor internal suatu objek wisata yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan di kawasan wisata KRB. Berbeda dengan matriks EFE, matriks ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal suatu objek kawasan wisata di KRB. Hasil analisis faktorfaktor tersebut kemudian diklasifikasikan menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi objek wisata KRB. Data dianalisis dengan mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) menghasilkan kemungkinan alternatif strategi pengembangan potensi wisata di KRB (David 2009). Pengisian tabel internal maupun eksternal dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
19
1. Data yang telah diperoleh diklasifikasikan berdasarkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). 2. Menentukan data faktor internal IFAS (Internal Factors Analysis Summary). Data yang telah diklasifikasikan menjadi faktor internal diberikan bobot pada setiap data tersebut, dimulai dari skala 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) berdasarkan seberapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap wisata KRB. Jumlah dari semua bobot yang diberikan tidak boleh lebih dari skor 1,00. Kemudian setiap data tersebut juga diberikan rating mulai dari yang paling berpengaruh (diberikan nilai 4) hingga yang tidak berpengaruh (diberikan nilai 1). Setiap bobot lalu dikalikan dengan rating untuk memperoleh faktor pembobotan (bobot*rating). Hasil yang diperoleh akan menunjukkan rating dari unsur internal (Tabel 3). Tabel 3 Analisis Faktor Internal Faktor Strategi Internal
Bobot
Rating
Bobot*Rating (Skor)
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) Total Sumber : Rangkuti (2008)
3. Menentukan data faktor eksternal EFAS (External Factors Analysis Summary) dengan melakukan perlakuan yang sama seperti saat menentukan IFAS terhadap setiap data yang diperoleh (Tabel 4). Tabel 4 Analisis Faktor Eksternal Faktor Strategi Eksternal
Bobot
Rating
Bobot*Rating (Skor)
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) Total Sumber : Rangkuti (2008)
4.4.3.2 Matriks Internal-Eksternal (IE) Matriks Internal-Eksternal (IE) merupakan gabungan matriks EFE dan IFE yang telah dihasilkan dari tahap input (input stage) dan memposisikan kawasan wisata dalam tampilan sembilan sel IE dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda-beda (David 2009), yaitu: 1. Sel 1, 2, dan 4 merupakan daerah tumbuh dan bina (grow and build) Strategi
20
yang paling tepat untuk semua divisi ini adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, ke depan dan horizontal). 2. Sel 3, 5, dan 7 merupakan daerah pertahanan dan pelihara (hold and maintain). Strategi yang tepat untuk tipe ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3. Sel 6, 8 atau 9 adalah daerah panen atau divestasi (harvest or divestiture). Strategi yang sesuai untuk kondisi dalam sel ini adalah strategi divestasi, diversifikasi konglomerat dan likuidasi. Kuat (3.0-4.0) Tinggi (3.0-4.0) Menengah (2.0-2.99) Rendah (1.0-1.99)
Rata-rata Lemah (2.0-2.99) (1.0-1.99)
1
2
3
5
6
8
9
1 1
7
Sumber : David (2009)
Gambar 3 Matriks Internal-Eksternal (IE) 4.4.4.3 Matriks SWOT Matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan untuk menyusun formulasi strategi yang dapat mengembangkan empat jenis strategi : Strategi SO (kekuatanpeluang), Strategi WO (kelemahan-peluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman), Strategi WT (kelemahan-ancaman). Alat analisis pencocokan faktor internal dan eksternal ini merupakan bagian yang sulit untuk mengembangkan Matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang terbaik, dan tidak ada satu pun kecocokan terbaik (David 2009). Tujuan dari formulasi strategi ini adalah untuk menghasilkan rumusan arahan strategi pengembangan potensi wisata di KRB dengan pendekatan Matriks SWOT (Tabel 5). Tabel 5 Matriks SWOT IFAS EFAS OPPORTUNITIES (O) THREATS (T) Sumber : Rangkuti (2008)
STRENGTHS (S)
WEAKNESSES (W)
STRATEGI SO STRATEGI ST
STRATEGI WO STRATEGI WT
21
V GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor (KRB) terletak di tengah-tengah kota Bogor dengan ketinggian 260 m dpl, dengan curah hujan yang tinggi antara 3.000 – 4.300 mm per tahun (Pemerintah Kota Bogor 2012). KRB merupakan museum tanaman hidup dengan koleksi tanaman tropis terlengkap di dunia, dibangun dengan sebuah konsep pertamanan yang indah. Lokasi KRB sangat strategis karena mudah dijangkau dari mana saja. Lokasinya yang dekat dengan jalan tol dapat mudah diakses oleh pengunjung dari luar kota Bogor. Kebun Raya Bogor sebagai kebun botani tropis yang terkenal di dunia disamping berfungsi sebagai kebun riset tanaman tropis, juga merupakan kebun rekreasi yang cukup menyenangkan. (Ningsih 2012). Menurut Subarna (2003), pada tanggal 18 Mei 1817, pihak pengelola melakukan pemancangan patok pertama, kemudian pada saat itu juga sekaligus menandai berdirinya kebun raya yang diberi nama ‘sLands Plantentuin atau Hortus Botanicus Bogoriensis seluas 47 hektar yang berdampingan dengan Istana Gubernur Jendral Hindia Belanda di Bogor atau sekarang terkenal dengan nama Istana Presiden Bogor. Setelah mengalami perkembangan sekarang luasnya menjadi 87 hektar. Tujuan pembentukan kebun raya pada waktu itu adalah melakukan eksplorasi kekayaan alam hayati Indonesia dan melaksanakan percobaan-percobaan penanaman tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang diimpor dari luar Indonesia. Hingga awal abad ke-20, KRB/LIPI sebagai lembaga ilmiah sangat produktif dalam menghasilkan karya dan temuan-temuan baru. Reputasinya sebagai salah satu lembaga nasional telah mencapai taraf internasional. Sejalan dengan perkembangan kegiatan penelitian pada masa itu, KRB menjadi induk dari sejumlah lembaga penelitian di Indonesia dalam bidang biologi dan pertanian, seperti Herbarium Bogoriense, Treub Laboratorium, Bibliotheca Bogoriense, Museum Zoologicum 16 Bogoriense, dan laboratorium Penyelidikan Laut. Terbitan ilmiah lembaga-lembaga ini menjadi salah satu sumber informasi penting bagi lembaga lain didunia pada saat itu.
22
Seiring dengan perubahan kondisi politik dan kebijakan di Indonesia, maka status dan fungsi KRB turut berubah mengikuti peraturan yang berlaku. Ruang lingkup kerja KRB berkembang dengan berbagai fungsi khusus. Lembaga dengan fungsi khusus yang menjadi bagian kebun raya kemudian lepas dan berdiri sendiri. Pada tahun 1986 status KRB ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) berdasarkan Keppres RI No. 1 tahun 1986 yang berada di bawah Kedeputian Ilmu Pengetahuan Alam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan pembina harian Puslitbang Biologi-LIPI dan membawahi tiga Kebun Raya lainnya yaitu: Cabang Balai Pengembangan Kebun Raya Cibodas, Cabang Balai Pengembangan Kebun Raya Purwodadi dan Cabang Balai Kebun Raya “Eka Karya” Bali (Subarna 2003). Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 103 Tahun 2001, tentang susunan Organisasi dan tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dan keputusan kepala lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor : 1151/M/2001 tentang organisasi dan tata kerja LIPI, maka kebun raya mengalami perubahan struktur baik tingkat eselon maupun nama lembaga. Perubahan tersebut dari UPT Balai Pengembangan Kebun Raya Bogor-LIPI (eselon III) menjadi Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor-LIPI (eselon II) (Subarna 2003). 5.2 Manajemen Pengelolaan Menurut Subarna (2003), sebagai kebun botani yang perlu dipelihara dengan baik terutama koleksi tanamannya, maka KRB/LIPI melalui bidang Konservasi ex-situ, melakukan kegiatan yang dimulai dari pengadaan bahan seleksi dan pembibitan, penanaman koleksi baru, pemeliharaan koleksi yang sudah ada, reintroduksi tanaman langka, pencatatan penambahan maupun pengurangan koleksi tanaman di kebun, dan pencatatan pembungaan. Pemeliharaan koleksi tanaman di KRB/LIPI dilakukan dengan cara pemupukan, pemangkasan, penyemprotan anti hama, membersihkan gulma yang mengganggu, dan penggemburan tanah. Pemeliharaan lebih intensif biasanya dilakukan 17 untuk tanaman kritis, langka, sudah tua, kropos dan tanaman yang sensitif terhadap perubahan lingkungan. Adapun visi dan misi KRB sebagai berikut:
23
Visi : Menjadi kebun raya terbaik kelas dunia, terutama dalam bidang konservasi tumbuhan, penelitian dan pelayanan dalam aspek botani, pendidikan lingkungan, hortikultura, lanskap dan pariwisata. Misi : Melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan melalui kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, rekreasi serta peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kebun raya, tumbuhan dan lingkungan dalam upaya pemanfaatan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat (social welfare). 5.3 Peranan Kebun Raya dalam Pembangunan Menurut Subarna (2003), peranan Pusat Konservasi Tumbuhan KRB/LIPI dalam masa pembangunan ini dapat ditinjau dari berbagai sudut. Pertama dari segi preservasi (pengawetan) sumber genetis tumbuh-tumbuhan. Terdapat 18 intensifikasi penebangan pohon-pohon hutan untuk memperoleh devisa dalam jangka pendek, maka banyak sekali jenis tumbuh-tumbuhan yang belum dikembangkan menjadi tanaman ekonomi seperti rotan, pohon sumber getah/resin, buah-buahan
hutan,
anggrek-anggrek
liar
dan
sebagainya
yang
sudah
dipergunakan oleh masyarakat setempat untuk sumber hidupnya musnah tanpa ada kesempatan untuk dikonservasi. Menurut Subarna (2003), luas Pusat Konservasi Tumbuhan KRB/LIPI mencakup areal 87 hektar. Jumlah koleksinya terakhir tercatat sekitar 13.714 spesimen. Berdasarkan data bulan Maret tahun 2003, koleksi tanaman hidup yang ditanam di kebun berjumlah 3 452 jenis (species) mewakili 1.267 marga (genus) atau 220 suku (famili). Koleksi anggrek yang dipelihara di ruang kaca sendiri tercatat berjumlah ± 8 000 spesimen terdiri dari : 432 jenis dari 93 marga. Selain anggrek alam, koleksi lain yang cukup menarik, lengkap dan menonjol adalah polong-polongan
(Fabaceae),
Pinang-pinangan
(Arecacea),
talas-talasan
(Araceae), dan getah-getahan (Apocynaceae). Di samping itu, berbagai jenis koleksi bambu menarik pula untuk dilihat mengingat perannya yang sangat penting dalam kehidupan sosial budaya kita. Koleksi tanaman KRB terdiri dari 70% berasal dari kepulauan Indonesia dan 30% tanaman berasal dari manca negara. Penambahan koleksi selain melalui eksplorasi ke hutan-hutan yang ada di
24
Indonesia juga hasil dari tukar-menukar biji tanaman dengan kebun raya lain di dunia. Selain itu, banyak pula jenis tumbuhan lain yang sama sekali belum diketahui kegunaannya akan hilang tanpa pernah disentuh oleh tangan manusia. Kebun raya dalam hal ini melakukan pengawetan secara selektif dari sumbersumber ini untuk dipergunakan dalam perkembangan dan pembangunan jangka panjang.
25
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Daya Dukung Kawasan Kebun Raya Bogor Daya dukung kawasan Kebun Raya Bogor (KRB) perlu diketahui agar pengembangan wisata yang berkelanjutan dapat tercapai tanpa mengubah keadaan fisik dan mutu lingkungan sekitarnya. Peningkatan jumlah kunjungan setiap tahunnya (Gambar 1) terutama saat peak season merupakan salah satu alasan yang mendasari penting diketahui daya dukung kawasan perlu diteliti sebagai batasan pengembangan agar tidak merusak ekosistem. Oleh karena itu, daya dukung kawasan harus dikaitkan dengan jumlah maksimum wisatawan yang dapat ditampung oleh kawasan wisata berdasarkan kegiatan wisata yang dilakukan, untuk mengetahui daya dukung keseluruhan KRB perlu diketahui daya dukung untuk setiap kegiatan wisata berdasarkan preferensi pengunjung dan pihak pengelola. 6.1.1 Karakteristik Responden Pengunjung Karakteristik responden dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan faktor sosial ekonomi pengunjung yang terdiri dari jenis kelamin, umur, asal kota, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, status pernikahan, dan jumlah tanggungan. Sedangkan untuk karakteristik kunjungan berwisata responden terdiri dari frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, datang ke tempat wisata sendiri/rombongan, tujuan kedatangan, waktu berkunjung, keinginan untuk mengunjungi kembali, dan penyebab ingin mengunjungi kembali. a.
Karakteristik responden pengunjung berdasarkan faktor sosial ekonomi Sebaran karakteristik responden pengunjung KRB berdasarkan faktor sosial
ekonomi yang terdiri jenis kelamin, umur, asal kota, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, status pernikahan, dan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 6.
26
Tabel 6
Karakteristik responden pengunjung berdasarkan faktor sosial ekonomi.
Karakteristik 1.Usia (Tahun) 17-25 26-34 35-43 44-52 >52 2.Asal kota Lokal (Bogor) Kota sekitar (Jadetabek) Luar Jabodetabek 3.Pendidikan terakhir SD SMP SMA Perguruan Tinggi 4.Jenis pekerjaan PNS Mahasiswa Wiraswasta Pegawai Swasta Lainnya 5.Tingkat pendapatan ≤ 500.000 500.001 – 2.500.000 2.500.001 – 4.500.000 ≥4.500.000
Tabel
6
mengedintifikasikan
Persentase (%) 46 27 16 8 3 62 35 3 5 12 48 35 8 18 13 23 38 6 57 17 20
karakteristik
responden
pengunjung
berdasarkan faktor-faktor sosial ekonomi dengan berdasarkan usia, asal kota, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Sebaran usia responden pengunjung KRB sebagian besar berada pada kisaran umur antara 17 sampai 25 tahun, hal ini menggambarkan bahwa kawasan wisata yang di tawarkan digemari oleh pengunjung usia muda baik yang masih SMA hingga sudah bekerja. Sebagian besar responden pengunjung KRB lebih didominasi oleh penduduk lokal (Kota dan Kabupaten Bogor) yang lokasinya masih berdekatan dan jarak yang mudah dijangkau oleh wisatawan. Selain itu letak tempat wisatanya yang strategis sehingga pengunjung cepat mengetahui keberadaan letak Kebun Raya Bogor itu sendiri. Tingkat pendidikan responden KRB sebagian besar adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 48%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden pengunjung cukup menyelesaikan untuk melakukan aktifitas wisata dan mampu menerima informasi mengenai pendidikan konservasi
27
yang terdapat di kawasan tempat wisata tersebut. Jenis pekerjaan responden pengunjung sebagian besar berasal dari semua jenis pekerjaan, karena tingkat kemampuan ekonomi dari semua pekerjaan mampu untuk berwisata dengan tarif tiket masuk yang cukup terjangkau dengan tingkat pendapatan yang didominasi dengan kisaran antara Rp 500 001 sampai Rp 2 500 000 karena untuk berwisata ke KRB tidak membutuhkan biaya yang mahal. a.
Karakteristik kunjungan Karakteristik berwisata responden pengunjung di KRB dapat diidentifikasi
berdasarkan frekuensi kunjungan pengunjung selama satu tahun terakhir, motivasi kunjungan, kegiatan yang dilakukan, mengunjungi tempat wisata, kedatangan tempat dan jenis kendaraan yang digunakan oleh responden pengunjung. Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata ke KRB dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Karakteristik kunjungan responden pengunjung kawasan wisata KRB Karakteristik 1. Frekuensi kunjungan Tahun 2013 1 kali > 2kali 3 kali 4 kali 5 kali 2. Motivasi kunjungan Wisata Pendidikan Penelitian Gathering (keluarga/kantor) 3. Kegiatan yang dilakukan -Duduk santai -Pengamatan flora -Jalan santai -Bersepeda -Fotografi -Kuliner 4. Mengunjungi tempat wisata Sendiri Keluarga Rombongan 5. Kedatangan ke tempat wisata merupakan Tujuan utama Tempat persinggahan 6. Frekuensi berkunjung Satu hari Lebih satu hari
Persentase (%) 42 26 14 4 14 94 2 2 2 100 9 26 6 1 1 5 27 68 96 4 99 1
28
Tabel 7 Lanjutan Karakteristik 7. Keinginan untuk mengunjungi KRB kembali Ya Tidak 8. Penyebab ingin kembali ke KRB kembali Letaknya dekat Biaya rekreasi murah Tempatnya indah dan menarik Lainnya
Persentase (%) 100 0 18 12 17 53
Tabel 7 menunjukkan KRB telah menjadi salah satu tempat wisata strategis di Kota Bogor yang merupakan salah satu Lembaga Botani bersejarah di Indonesia, yang juga dikenal dengan baik di dunia Internasional. Hal ini terlihat dari frekuensi kunjungan sebesar 58% pengunjung telah berkunjung lebih dari satu kali. Berdasarkan hasil wawancara 100% reponden pengunjung mengatakan ingin untuk datang kembali ke KRB. Alasan keinginan kembalinya pengunjung salah satunya adalah letaknya yang strategis karena berada di pusat Kota Bogor dan juga dekat dari daerah Jakarta. Sebagian besar motivasi responden pengunjung yang datang KRB adalah untuk berwisata. Wisatawan KRB memilih berwisata pada akhir pekan. Namun sebagian responden lain memilih hari biasa untuk berwisata dikarenakan agar tidak ramai pengunung dan lebih menikmati suasana yang asri. Responden pengunjung hampir 100% berwisata
bersama rombongan atau
beserta
keluarganya, karena wisata KRB sangat tepat untuk berekreasi dengan keluarga maupun dengan kerabat dekat. 6.1.2 Persepsi Responden Pengunjung terhadap Kawasan Wisata KRB Pengembangan kawasan wisata KRB perlu didukung oleh minat pengunjung untuk datang ke kawasan wisata KRB oleh karena itu, diperlukan pengembangan agar bermanfaat bagi masyarakat dan menjadi salah satu pilar perekomian bangsa Indonesia. Persepsi responden pengunjung KRB terhadap pengembangan yang telah dilakukan selama ini akan menjadi gambaran untuk pengembangan wisata selanjutnya. Dalam penelitian ini dilihat persepsi responden pengunjung terhadap pengembangan KRB yang dibedakan berdasarkan sarana atau prasarana dan
29
kondisi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SDAL) kawasan wisata KRB. Persepsi terhadap pengembangan sarana/prasarana KRB disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Persepsi responden pengunjung terhadap kawasan wisata KRB Persepsi responden 1. Kemudahan dalam mencapai lokasi
2. Keindahan alam
3. Fasilitas
a. Toilet
b. Mushola
c. Tempat sampah
d. Warung makan
e. Kios cinderamata
Kriteria Sangat mudah Mudah Cukup mudah Sulit Sangat indah Indah Cukup indah Kurang indah Sangat lengkap Lengkap Cukup lengkap Kurang lengkap Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk Tidak tersedia Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk Tidak tersedia Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk Tidak tersedia Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk Tidak tersedia Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk Tidak tersedia
Persentase % 57 24 16 3 24 48 24 4 2 37 36 25 4 85 10 1 0 11 81 7 1 0 2 64 29 3 2 0 49 47 1 3 0 53 40 3 4
Sebagian besar persepsi responden mengenai kemudahan dalam mencapai lokasi sangat mudah dan terjangkau, karena tempat wisata KRB yang strategis sehingga memudahkan wisatawan mengunjungi tempat wisata tersebut. Selain itu keindahan alamnya yang indah membuat wisatawan menikmati keasrian dan kesejukan KRB. Selain itu preferensi responden pengunjung terhadap kawasan wisata KRB, seperti toilet, mushola, dan tempat sampah tergolong baik dan cukup lengkap namun disamping itu fasilitasnya masih kurang terawat dan kesadaran
30
pengunjung untuk menjaga kebersihan masih kurang. Fasilitas lain seperti warung makan dan kios cinderamata masih tergolong kurang lengkap dikarenakan pihak pengelola membatasi adanya warung makan guna mementingkan kegiatan konservasi. Sedangkan untuk kios cinderamata pengunjung masih banyak belum mengetahui keberadaan kios cinderamata di dalam KRB dikarenakan kurangnya informasi yang disampaikan di pintu utama masuk KRB. Tabel 9 Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SDAL) di sekitar kawasan KRB Persepsi responden 1. Kebersihan a. Terdapat timbunan sampah b. Kawasan yang anda kunjungi terdapat tempat sampah c. Tindakan yang dilakukan ketika ingin membuang sampah tetapi tidak ada tempat sampah d. Apakah vandalisme menimbulkan dampak negatif 2. Polusi air Apakah suplly air di mushola lancar 3. Polusi udara a. Apakah lebih nyaman jalan kaki atau berkendara di dalam KRB b. Apakah terdapat polusi yang tercemar di dalam KRB c. Apakah terdapat polusi yang tercemar di luar KRB
Kriteria
Persentase %
Ya Tidak Ya Tidak
68 32 72 28
-
- Dimasukkan kedalam plastik - Buang sampah sembarangan - Ya - Tidak
96
99 1
- Lancar - Tidak
95 5
- Jalan kaki - Berkendara
80 20
- Ada - Tidak
28 72
- Ada - Tidak
96 4
4
Keindahan lingkungan perlu dijaga kebersihannya untuk mempertahankan keasrian dan kealamian suatu lingkungan. Oleh karena itu, penilaian terhadap kualitas SDAL perlu dilakukan. Sebagian besar pengunjung menilai SDAL kawasan tergolong sangat baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tabel 9 pada indikator
kebersihan
menunjukan
sebesar
68%
responden
pengunjung
menemukan beberapa sampah tergeletak disepanjang jalan dari awal pintu masuk KRB. Hal ini terlihat bahwa sebagian besar tingkat kesadaran pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya masih kurang. Responden pengunjung
31
beranggapan bahwa tempat sampah di KRB kurang memadai dan tidak terjangkau oleh pengunjung yang akan membuang sampah pada tempatnya. Kegiatan merusak lingkungan lainnya adalah mencoret-coret kursi atau memetik daun sembarangan. Sebesar 99% pengunjung beranggapan kegiatan vandalisme ini menimbulkan dampak negatif yang mengakibatkan lingkungan menjadi tidak terlihat asri lagi. Sedangkan untuk kelancaran air di mushola atau toilet sebesar 95% responden pengunjung menjawab sudah cukup baik dan terjaga kebersihannya. Hal ini terlihat bahwa kondisi airnya yang jernih dan tidak terlalu mengantri lama untuk memakai air yang tersedia di area mushola tersebut. Pada indikator terakhir mengenai polusi udara menunjukkan sebesar 80% pengunjung lebih menikmati jalan kaki untuk mengitari wisata KRB dikarenakan suasana KRB yang masih asri membuat pengunjung nyaman untuk jalan santai mengitari kawasan tersebut. Namun disamping itu, wisatawan pengunjung secara tidak langsung merasakan adanya pencemaran polusi dari aktivitas wisata yang sedang berlangsung seperti terdapat asap rokok yang ditimbulkan oleh pengunjung, asap kendaraan yang masuk ke dalam kawasan KRB serta polusi udara yang tercemar di luar KRB. 6.1.3 Luas Area Wisata dan Waktu yang diperoleh Wisatawan Menentukan daya dukung kawasan berdasarkan kegiatan wisata yang dilakukan di KRB diperlukan luas dan waktu yang digunakan berdasarkan kenyamanan pengunjung per kegiatan wisata serta waktu yang disediakan pengelola. Tabel di bawah ini merupakan preferensi pengunjung mengenai luas dan waktu yang dibutuhkan. Selanjutnya dipilih luas dan waktu yang paling dominan yang dapat mewakili kenyamanan pengunjung. Contohnya duduk santai, luas yang dipakai untuk perhitungan daya dukung adalah sebesar 2 m² karena berdasarkan hasil wawancara terdapat 82% pengunjung yang melakukan kegiatan wisata duduk santai dengan luasan dan waktu dominan tersebut. Preferensi kenyamanan pengunjung terhadap luas dan waktu per kegiatan wisata disajikan pada Tabel 10.
32
Tabel 10 Preferensi responden pengunjung dalam hitungan luas dan waktu No
Jenis kegiatan
1.
Duduk santai
2. 3
Pengamatan flora Jalan santai
4. 5.
Bersepeda Kuliner
Luasan dominan yang dibutuhkan Frekuensi Per meter pemilih (orang) 1 18 2 82 4 9 3 12 5 30 Frekuensi Per unit pemilih (orang) 17 6 120 1
Waktu dominan yang dibutuhkan Frekuensi Menit pemilih (orang) 30 14 60 32 120 54 90 9 30 4 60 10 90 28 Frekuensi Menit pemilih (orang) 60 6 120 1
Berbeda dengan lima kegiatan wisata yang dibahas di atas, kegiatan wisata lain seperti fotografi memiliki perhitungan tersendiri. Hal ini dikarenakan kegiatan wisata yang dilakukan tidak hanya melakukan foto-foto biasa melainkan foto profesional yang ahli di bidang fotografi. Luasan yang digunakan pun berbeda seperti luasan yang digunakan pada kegiatan wisata pada Tabel 10 yaitu dengan mengetahui jumlah titik (per spot) untuk melihat perhitungan daya dukungnya. Preferensi kenyamanan pengunjung pada kegiatan fotografi disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Preferensi responden pengunjung dalam hitungan spot dan waktu untuk kegiatan fotografi No
Jenis kegiatan
1.
Fotografi - Danau Gunting - Jl Kenari - Jembatan Gantung - Cafe De Daunan Jumlah
Jumlah titik (per spot) yang dibutuhkan 3 2 1 5 11
Frekuensi pemilih (orang) 1 1
Waktu yang dibutuhkan (menit) 120 120
Frekuensi pemilih (orang) 1 1
Tabel 10 menunjukkan duduk santai merupakan kegiatan wisata yang paling banyak dilakukan di KRB. Sebagian besar pengunjung memberikan alasan bahwa pemandangan yang indah dan menarik serta udara yang sejuk sangat mendukung untuk melakukan kegiatan wisata ini. Kegiatan wisata ini tentunya akan menjadi hal yang paling utama dalam perhitungan daya dukung karena banyaknya pengunjung yang melakukan kegitan wisata duduk santai. Perhitungan DDK untuk jenis kegiatan bersepeda dan kuliner dilakukan tidak menggunakan jumlah
33
luasan yang disediakan melainkan jumlah unit yang disediakan oleh pihak pengelola. Berbeda dengan Tabel 11 untuk jenis kegiatan wisata fotografi tidak menggunakan luasan yang disediakan, namun memakai perhitungan kegiatan per spot. Hal ini dikarenakan kegiatan fotografi yang dilakukan bukan kegiatan fotofoto biasa melainkan fotografi profesional yang memakai spot-spot tertentu untuk mengambil objek foto. 6.1.4 Luas Area Wisata dan Waktu yang disediakan Pihak Pengelola Selain perferensi pengunjung, untuk menentukan daya dukung kawasan diperlukan data dari pihak pengelola mengenai luas dan waktu yang disediakan. Pihak pengelola menyediakan waktu dan luas yang berbeda-beda untuk setiap kegiatan wisata. Pihak pengelola menyediakan waktu kunjungan untuk wisatawan sebanyak 9 jam dimulai pada pukul 08.00 sampai pukul 17.00. Luas dan waktu yang disediakan untuk setiap setiap kegiatan wisata berdasarkan pihak pengelola disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Luas dan waktu yang disediakan pengelola per kegiatan wisata dalam satu hari No
Kegiatan wisata
1. Duduk santai 2. Pengamatan flora 3. Jalan santai Per unit 4. Bersepeda 5. Kuliner *)Perhitungan dilampiran 1
Luas yang disediakan *) (m²) 13 081 800 1 076 17 120
Waktu yang disediakan (Menit) 540 540 540 450 780
Pada Tabel 13 Luas dan waktu untuk kegiatan fotografi telah disediakan oleh pihak pengelola. Kegiatan fotografi profesional ini boleh mengambil objek foto disemua tempat, namun untuk perhitungannya diperhitungkan berdasarkan spot yang telah ditentukan oleh fotografer itu sendiri sesuai dengan waktu dan view yang bagus. Spot yang dibutuhkan dan waktu yang disediakan disajikan pada tabel 13.
34
Tabel 13 Luas dan waktu yang disediakan pengelola kegiatan wisata fotografi profesional dalam satu hari No 1. -
Kegiatan wisata Per spot Fotografi -Danau gunting -Jl Kenari -Jembatan gantung -Cafe de daunan Jumlah
Spot yang dibutuhkan (Titik) 1 1 1 1 4
Waktu yang disediakan (Menit) 540 540
Pihak pengelola kawasan wisata KRB menyediakan luas dan waktu yang sama kecuali untuk bersepeda dan kuliner. Dari 6 kegiatan wisata yang dapat dilakukan, pengelola menyediakan luasan yang paling besar untuk melakukan kegiatan wisata duduk santai, sedangkan untuk luas yang paling sedikit disediakan untuk kegiatan wisata fotografi dan kuliner. Sebenarnya dari pihak pengelola tidak membatasi pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata, ukuran luasan tersebut digunakan karena luasan tersebut sering digunakan oleh pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata tersebut kemudian pengelola baru menetapkan luasan untuk per kegiatan wisata. Berbeda dengan kegiatan wisata untuk fotografi dan kuliner, untuk fotografi dihitung berdasarkan kegiatan per spotnya sedangkan untuk kuliner dihitung berdasarkan pada jumlah unit bangku yang tersedia. Pihak pengelola KRB menyediakan waktu yang sama sesuai jam buka kunjungan yaitu selama 9 jam setara dengan 540 menit. 6.1.5 Daya Dukung untuk Setiap Kegiatan Wisata Berdasarkan preferensi pengunjung dan data dari pihak pengelola, maka dapat dihitung daya dukung kawasan per kegiatan wisata. Berikut uraian masingmasing daya dukung kawasan sesuai dengan kegiatan wisata berdasarkan Tabel 14 dan 15.
35
Tabel 14 Perhitungan daya dukung setiap kegiatan wisata
Kegiatan wisata
Kebutuhan pengunjung Luas/ Waktu unit (menit) (a) (b)
Disediakan oleh Daya Daya pengelola*) dukung Koefesien dukung Luas Waktu orang rotasi kawasan /unit (menit) per hari f=(d/b) per hari (c) (d)* e=(c/a) g=(e*f) **)
Duduk santai 2 13 001 -RTH ) -T. Duduk (unit) 1 40 - Gazebo (unit) 1 40 Jumlah 4 120 13 081 Pengamatan flora 4 90 800 Jalan santai 5 90 1 076 Bersepeda 1 90 17 Kuliner 1 120 120 Ket : *)data pihak pengelola **)Perhitungan dilampiran 1
540 540 540 450 780
6499 40 40 6579 200 215 17 120
4 6 6 5 6
26 316 1200 1290 85 720
Pada Tabel 15 untuk kegiatan fotografi, perhitungan yang dilakukan sama seperti pada Tabel 13. Daya dukung kawasan per hari yang diperoleh dari hasil perkalian daya dukung dan koefisien rotasi yang telah dihitung. Perhitungan daya dukung kawasan per hari untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 15 Perhitungan daya dukung kegiatan wisata fotografi Kegiatan wisata
a. b. c. d.
Fotografi -Danau gunting -Jl Kenari 2 -Jembatan gantung -Cafe de daunan Jumlah
Waktu (menit) yang dibutuhkan (a) 120 120
Waktu (menit) yang disediakan (b) 540 540
Daya dukung orang per hari (c) 3 2 1 5 11
Koefisien rotasi (d=b/a) 4 4
Daya dukung kawasan per hari (e=c*d) 44
Berdasarkan preferensi pengunjung dan data dari pihak pengelola serta diperoleh daya dukung kawasan kegiatan wisata per hari. Berikut uraian masingmasing daya dukung kawasan sesuai dengan kegiatan wisata dari tabel 14 dan 15. 1. Duduk Santai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kebun Raya Bogor, merupakan salah satu tempat yang cukup digemari untuk melakukan kegiatan duduk santai. Pihak pengelola juga menyediakan fasilitas lain seperti tempat duduk sebanyak 40 buah di pinggir danau gunting, di kolam air mancur, dan di tepi danau teratai dan 4 buah gazebo. Berdasarkan preferensi pengunjung dan fasilitas yang disediakan pengelola maka daya dukung untuk kegiatan duduk santai adalah sebanyak 6 579 orang dan daya dukung kawasan per hari yang diperoleh untuk kegiatan ini adalah
36
26 316 orang/hari. Perhitungan daya dukung kawasan untuk kegiatan duduk santai dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1. 2. Jalan santai Kegiatan kedua yang paling digemari adalah jalan santai. Suasana pemandangan KRB yang sangat sejuk dan asri sangat tepat dilakukan pengunjung untuk jalan santai. Hal ini didukung Tabel 7 yang menunjukkan banyak rombongan dari institusi ataupun sekolah yang mengadakan suatu acara untuk gerak jalan atau untuk manambah pengetahuan mengenai konservasi tumubhan yang ada di KRB. Berdasarkan Tabel 14 kegiatan wisata jalan santai memiliki daya dukung sebanyak 215 serta daya dukung kawasan kegiatan jalan santai sebanyak 1 290 orang per hari. Perhitungan daya dukung kawasan untuk kegiatan jalan santai dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1. 3. Pengamatan Flora Keindahan KRB yang asri dan sejuk membuat pengunjung nyaman untuk berwisata yang lokasinya cukup dijangkau oleh masyarakat khususnya yang berasal dari Bogor. Pohon-pohon yang besar dan rindang yang ada di KRB juga menarik minat pengunjung sehingga pengunjung betah untuk bersantai dan berlindung dari terik matahari. Jenis- jenis tumbuhan yang cukup kita kenal sampai saat ini salah satunya adalah Bunga Bangkai (Amorphophalus Titanum). Bunga ini pada saat akan mendekati mekar, akan mengeluarkan bau bangkai yang menyengat. Tinggi bunga ini dapat mencapai setinggi 4 meter dengan diameter sekitar 1,5 meter dan merupakan bunga majemuk terbesar didunia tumbuhan. Berdasarkan Tabel 14 maka kegiatan wisata pengamatan flora memiliki daya dukung untuk kegiatan pengamatan flora adalah sebanyak 200 orang dan daya dukung kawasan per hari untuk kegiatan wisata ini sebanyak 1200 orang. Perhitungan daya dukung kawasan untuk kegiatan pengamatan flora dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1. 4. Bersepeda Beban kerja yang tinggi dan banyaknya waktu yang terbuang di jalan membuat orang-orang jarang menyempatkan diri untuk berolahraga. Kebun Raya Bogor salah satu tempat wisata wisata yang tidak hanya untuk kegiatan pendidikan lingkungan namun juga bisa untuk berolahraga, salah satunya
37
bersepeda. Sebagian orang menikmati keindahan suasana KRB dengan berjalan kaki, namun ada juga yang ingin menggunakan sepeda untuk mengelilingi KRB. Namun pihak pengelola hanya menyediakan 17 unit sepeda dikarenakan keterbatasan persediaan unit sepeda untuk pengunjung. Wisatawan pengunjung berharap untuk adanya penambahan unit sepeda sehingga memudahkan wisatawan berkelilingi mengitari KRB. Berdasarkan Tabel 14 menunjukan bahwa kegiatan bersepeda memiliki daya dukung kawasan sebanyak 85 orang dalam sehari. Hal ini menunjukkan pengunjung yang masih jarang menggunakan sepeda untuk berwisata di dalam area KRB. Perhitungan daya dukung dan daya tampung untuk kegiatan bersepeda dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1. 5. Fotografi Kebun raya yang terletak di tengah kota Bogor menjadi tempat favorit sebagai tempat untuk berakhir pekan. Rerimbunan pohon yang telah berumur ratusan tahun di kebun raya juga menjadi tempat buruan untuk kegiatan foto hunting. Kegiatan fotografi ini merupakan fotografer profesional yang mencari objek foto dengan latar dan view yang bagus serta pengambilan teknik foto yang handal. Kegiatan fotografi diikuti dengan beberapa lomba dan tema yang mengembangkan keterampilan fotografinya. Selain kegiatan lomba-lomba fotografi, terdapat jasa pemotretan untuk pra wedding dengan ketentuan dan harga yang berlaku. Berdasarkan Tabel 15 daya dukung kegiatan fotografi sebesar 11 orang dan daya dukung kawasan per hari untuk fotografi sebanyak 44 kegiatan dalam sehari. Perhitungan daya dukung kawasan untuk kegiatan fotografi dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1. 6. Kuliner Salah satu tempat makan di KRB yang cukup diketahui masyarakat lokal adalah adalah cafe dedaunan yang terletak di Jl. Ir. Haji Juanda No. 13. Tempat makan yang menyajikan pemandangan pemandangan yang indah dan cukup jauh dari gerbang utama ini menawarkan berbagai macam menu baik nasional maupun internasional dari harga Rp 25 000-Rp 75 000. Keunikan dari cafe dedaunan ini adalah pengunjung dapat memasuki areal KRB dengan gratis bila ingin memasuki Kafe Dedaunan pada sore hari pukul 16.30 hingga 22.00 melalui Pintu 3. Sedangkan pukul 10.00 hingga 16.30 melalui Pintu 1 KRB, sama dengan pintu
38
masuk pengunjung KRB lainnya. Berdasarkan Tabel 14 maka kegiatan wisata kuliner memiliki daya dukung sebanyak 120 orang dan daya dukung kawasan per hari untuk kegiatan wisata ini sebanyak 720 orang. Perhitungan daya dukung dan daya tampung untuk kegiatan kuliner dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1. Berdasarkan uraian di atas maka daya dukung kegiatan wisata dan daya dukung kawasan per hari secara keseluruhan pada kawasan wisata KRB disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Daya dukung kawasan KRB
Kegiatan Wisata
Duduk santai Pengamatan flora Jalan santai Bersepeda Fotografi Kuliner Total
Daya dukung (orang) per hari a 6 579 200 215 17 11 120 7 142
Koefisien rotasi B 4 6 6 5 4 6
Daya dukung kawasan per hari c = (a*b) 26 316 1 200 1 290 85 44 720 29 655
Jumlah pengunjung maksimal saat ini D 10 000 500 500 17 8 120 11 145
Rasio (%)
e= (d/c)*100% 38.00% 41.67% 38.76% 20.00% 18.18% 16.67%
Tabel 16 menunjukan bahwa dari seluruh kegiatan yang dapat dilakukan di KRB, daya dukung kawasan per hari adalah sebanyak 29 655 orang. Daya dukung kawasan terbesar terdapat pada kegiatan duduk santai. Kegiatan wisata ini sangat diminati pengunjung karena sebagian besar pengunjung melakukan rekreasi bersama keluarga atau dengan teman-temannya dengan membawa bekal makanan dari luar lokasi wisata. Rasio yang paling besar terdapat pada kegiatan pengamatan flora yaitu sebesar 41.67%. Hal ini dikarenakan kebutuhan luasan dan waktu yang digunakan pengunjung berbeda dengan kegiatan duduk santai. Angka rasio tersebut menunjukkan bahwa kondisi KRB masih dibawah daya dukung kawasan KRB, namun kondisi tersebut belum mempertimbangkan jumlah pengunjung pada saat peak season dan low season. Perbandingan daya dukung kawasan KRB dengan jumlah pengunjung pada saat kondisi low season dan peak season dengan daya dukung kawasan KRB disajikan pada Tabel 17.
39
Tabel 17 Perbandingan daya dukung kawasan KRB dengan jumlah pengunjung saat low season dan peak season tahun 2013. Hari Kunjungan Jumlah pengunjung per hari (a) *) Senin 1 197 Selasa 1 213 Rabu 1 562 Kamis 1 400 Jumat 806 Sabtu 3 414 Minggu 7 044 Lebaran 24 104 Ket: *)data pihak pengelola
DDK (b) 29 655 29 655 29 655 29 655 29 655 29 655 29 655 29 655
Rasio (a/b*100%) 4.04 4.09 5.27 4.72 2.72 11.51 23.75 81.28
Berdasarkan data pada Tabel 17 perbandingan jumlah pengunjung KRB pada hari kerja yaitu hari senin sampai dengan hari jumat menunjukkan saat kondisi low season masih di bawah batas ambang daya dukung kawasan KRB. Pada waktu pekan jumlah rasio meningkat dikarenakan pengunjung sudah libur kerja ataupun sekolah. Berbeda halnya pada saat hari-hari libur (peak season) seperti hari lebaran. Liburan lebaran juga termasuk libur panjang yang wisatawannya tidak hanya berasal dari jabodetabek saja namun juga berasal dari luar pulau. Hari lebaran tersebut menunjukkan angka rasio sebesar 81.28% yang artinya hampir mendekati over carrying capacity (OCC) atau hampir melebihi batas ambang daya dukung kawasan KRB. Namun hasil perbandingan low season dan peak season tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat ruang untuk mengembangkan KRB sesuai dengan daya dukung kawasan. Jika melihat kegiatan wisatawan di KRB, tidak semua area dikunjungi oleh pengunjung wisatawan, hanya titik-titik tertentu saja yang menjadi tempat favorit aktifitas wisata pengunjung. Lokasi area yang paling dominan dikunjungi diantaranya jembatan gantung, jembatan merah, lapangan di depan cafe de dauanan, area kolam teratai dan area danau gunting. Pada saat peak season wisatawan pengunjung sangat memadati lokasi area tersebut, sementara lokasi lainnya jarang sekali dikunjungi pengunjung. Hal ini dikhawatirkan adanya OCC pada titik tersebut walaupun secara keseluruhan KRB belum OCC. Oleh karena itu agar dapat terhindar dari OCC dititik-titik tersebut maka perlu adanya segmentasi wisata. Segmentasi wisata adalah salah satu strategi pengembangan pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan pengunjung, melindungi lingkungan (konservasi) dan mengembangkan masyarakat guna mencapai wisata yang berkelanjutan (Ekayani
40
dan Nuva 2013; Zografos dan Allcroft 2007). Manfaat segmentasi wisata akan menghasilkan tambahan penerimaan dari adanya tiket kembali selain pada gerbang utama tempat wisata. Selain adanya tambahan penerimaan, segmentasi wisata juga dapat melindungi sumberdaya alam karena pengunjung tersebar dan tidak terpusat di satu titik area wisata. Hal ini akan dijadikan saran untuk strategi pengembangan KRB selanjutnya dan masih perlu pengawasan agar wisata tersebut jika mendekati terjadinya over carrying capacity, pihak pengelola KRB mampu mengendalikan situasi tersebut agar tetap menjadi salah satu tempat wisata yang menarik minat pengunjung namun kelestarian dan keasriannya tetap terjaga. 6.2 Dampak Ekonomi Kebun Raya Bogor 6.2.1 Dampak Ekonomi Keberadaan suatu kawasan wisata dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Salah satu dampak yang timbul dari adanya aktivitas wisata adalah dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat. Vanhove (2005) mengklasifikasikan 3 jenis dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata terhadap masyarakat yaitu dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak lanjutan (induce impact). Hasil proporsi pengeluaran pengunjung dapat dilihat pada Tabel 18 dan keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 2.
41
Tabel 18 Proporsi pengeluaran responden pengunjung di kawasan KRB per bulan Tahun 2013 Biaya
-
-
Pengeluaran konsumsi di luar kawasan wisata Konsumsi dari rumah Transportasi pribadi Transportasi umum Penginapan Total kebocoran/kunjungan (a) Pengeluaran di dalam kawasan wisata Konsumsi di dalam kawasan Parkir Biaya tiket Souvenir Biaya toilet Total pengeluaran di lokasi/kunjungan (b) Total pengeluaran pengunjung c = (a+b) Total pengeluaran pengunjung per tahun (c*12) Rata-rata total kunjungan per tahun (20102012) (d) Total kebocoran tahun (e = c*proporsi a *d)
(1) Rata-rata pengeluaran (Rp)
(2) Persentase (%)= (1/c) *100%
19 765 11 745 7 940 1 500 40 950
24.54 14.58 9.86 1.86 50.84
12 630 6500 14 000 5 250 1 220 39 600 80 550 966 600
15.68 8.07 17.38 6.52 1.51 49.16 100.00
920 190 3 768 178 050 000
Berdasarkan data pihak pengelola KRB rata-rata jumlah kunjungan per tahun dari tahun 2010 sampai dengan 2012 cukup tinggi yaitu sebesar 920 190 orang, sehingga total kebocoran dari pengeluaran pengunjung pertahun yang diperoleh sangat tinggi yaitu sebesar Rp 3 768 178 050 000/tahun. Hasil ini diperoleh dari mengalikan total rata-rata pengeluaran pengunjung dengan proporsi kebocoran dan total kunjungan pertahun. Total rata-rata pengeluaran pengunjung per kunjungan di KRB cukup besar yaitu sebesar Rp 80 550/bulan, tingkat kebocoran dari aktivitas pengeluaran pengunjungpun cukup besar yaitu dengan proporsi 50.84 %, sehingga tingkat kebocoran di KRB sangat tinggi. Kebocoran yang terjadi berasal dari pengeluaran untuk konsumsi dari rumah dan pembelian biaya bahan bakar. Kebocoran terjadi karena sebagian besar pengunjung melakukan kegiatan wisata seperti piknik dengan keluarga ataupun kegiatan family gathering. Selain itu biaya bahan bakar yang cukup besar karena pengunjung wisatawan tidak hanya berasal dari Bogor tetapi juga berasal dari luar Bogor seperti Jakarta, Depok, Tanggerang dan sekitarnya.
42
6.2.2 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Effect) Dampak ekonomi langsung merupakan dampak yang langsung diperoleh dari pengeluaran aliran pengunjung saat berwisata. Dampak ekonomi secara langsung berasal dari transaksi pengunjung dengan unit usaha yang terdapat di kawasan objek wisata KRB. Rata-rata unit usaha yang terdapat pada KRB hanya ramai dikunjungi apabila akhir pekan dan hari libur nasional, namun pada hari kerja sebagian unit usaha masih tetap buka. Perhitungan dampak langsung yang dirasakan oleh unit usaha dapat dilihat pada Tabel 19 dan data perhitungan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 3. Tabel 19 Dampak ekonomi langsung di kawasan wisata KRB per bulan Tahun 2013 Unit usaha
1. Cinderamata - Kios cinderamata - Kaki lima cinderamata Total 2. Makanan -Restaurant -Kios makanan -Warung tenda -Pedagang asongan Total 3. Pedagang kaki lima -PKL kelinci -PKL talas Total 4. Foto keliling Total keseluruhan
Responden unit usaha
Jumlah populasi
(a)
(b)
4 2
15 21
Rata-rata pendapatan per bulan Pendapatan/Rp (c) 28 862 500 7 375 000
Proporsi (%) (e=(c/d)* 100% 21.18 5.41
Dampak ekonomi langsung /Rp (f=b*c) 606 112 500 110 625 000 716 737 500
1 6 6 2
1 8 38 5
82 970 000 4 602 500 969 167 732 500
60.87 3.38 0.71 0.54
82 970 000 36 820 000 36 828 346 3 662 500 160 280 846
3 4
6 13
5 973 333 2 937 500
4.38 2.16
2
2
1 875 000 136 297 500 (d)
1.38 100.00
35 839 998 38 187 500 74 027 498 3 750 000 954 759 844
Pendapatan pemilik unit usaha di KRB berbeda-beda sesuai dengan jenis unit usaha yang ada di dalam dan di luar KRB. Pendapatan pemilik unit usaha terbesar adalah unit usaha restaurant dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 82 970 000/bulan. Hal ini disebabkan unit usaha tersebut cukup ramai dikunjungi oleh pengunjung dengan menu yang menarik dan fasilitas yang cukup memadai. Dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha berupa pendapatan pemilik unit usaha. Dampak ekonomi langsung diperoleh dari hasil
43
pengalian rata-rata pendapatan unit usaha perbulan dengan jumlah unit usaha di objek wisata KRB. Namun untuk nilai dampak ekonomi langsung paling besar dirasakan oleh unit usaha cinderamata sebesar Rp 716 737 500/bulan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya populasi kios dan pedagang kaki lima cinderamata serta rata-rata pendapatan yang cukup besar yang dimiliki oleh unit usaha tersebut di KRB. Selain itu pengunjung wisatawan baik yang berasal dari Bogor maupun dari luar Bogor tertarik untuk membeli cinderamata sebagai oleh-oleh khas dari Bogor. Sehingga total dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha di KRB sebesar Rp 954 759 844/bulan. 6.2.3 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Effect) Keberadaan wisata KRB memberikan peluang bagi masyarakat untuk mendirikan unit usaha. Keberadaan unit usaha di lokasi wisata membuka kesempatan kerja baru bagi masyarakat lokal. Jenis unit usaha yang ada di dalam kawasan wisata KRB antara lain yaitu koperasi unit usaha, kantin dharma wanita, warung tenda, cafe de dauanan, dan garden shop. Sedangkan unit usaha yang ada di luar kawasan wisata diantaranya warung makanan, penjual souvenir, penjual bakso, penjual asinan bogor, penjual talas bogor, dan penjual kelinci. Dampak ekonomi tidak langsung didapatkan dari hasil pengeluaran unit usaha berupa biaya operasional unit usaha yang berada di Kawasan Wisata KRB. Keberadaan Kawasan Wisata KRB juga banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat lokal yang ada disana sehingga menimbulkan dampak ekonomi secara tidak langsung berupa upah yang diterima oleh tenaga kerja yang bekerja di sektor wisata tersebut. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh unit usaha di dalam dan di luar lokasi dapat dilihat pada Tabel 20 dan data perhitungan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 3.
44 44
Tabel 20 Pengeluaran unit usaha di kawasan KRB per bulan Tahun 2013 Unit usaha cinderamata Keterangan
Kios Cinderamata (Rp)
Unit usaha makanan
PKL cinderamata (Rp)
Restaurant (Rp)
Kios makanan (Rp)
Warung tenda (Rp)
Pedagang kaki lima Pedagang asongan makanan (Rp)
PKL kelinci (Rp)
PKL talas
Foto keliling
(Rp)
(Rp)
(1) Pengeluaran di kawasan wisata Biaya sewa
150 000
0
35 000 000
283 333
33 333
0
616 667
150 000
0
Biaya gaji tenaga kerja
975 000
0
30 030 000
1 316 667
375 000
0
0
0
0
Biaya pemeliharaan alat
87 500
0
2 000 000
10 000
7 500
17 500
43 333
0
350 000
3 250 000
525 000
60 000 000
883 333
500 000
225 000
533 333
225 000
175 000
150 000
0
0
29 167
6 667
0
0
0
0
4 612 500 15
525 000 21
127 030 000 1
2 522 500 8
922 500 38
242 500 5
1 193 333 6
375 000 13
525 000 2
69 187 500
11 025 000
127 030 000
20 180 000
3 5055 000
1 212 500
7 159 998
4 875 000
1 050 000
Biaya transportasi
275 000
350 000
0
291 667
233 333
125 000
500 000
187 500
350 000
Jumlah (d) Total pengeluaran di luar lokasi (e=bxd)
275 000
350 000
0
291 667
233 333
125 000
500 000
187 500
350 000
4 125 000
7 350 000
0
2 333 336
8 866 654
625 000
3 000 000
2 437 500
700 000
Biaya bahan baku Biaya keamanan dan kebersihan Jumlah (a) Jumlah unit usaha (b) Total pengeluaran di kawasan wisata (c=axb) (2) Pengeluaran di luar kawasan wisata
45
45
Pengeluaran yang dilakukan di dalam lokasi oleh unit usaha diantaranya adalah biaya sewa, biaya bahan baku, biaya gaji tenaga kerja, dan biaya pemeliharaan. Sedangkan pengeluaran yang dilakukan di luar lokasi wisata adalah biaya transportasi. Berdasarkan tabel 20 unit usaha restaurant mengeluarkan biaya pengeluaran di kawasan wisata yaitu sebesar Rp 127 030 000/bulan, hal tersebut dikarenakan unit usaha restaurant mengeluarkan biaya bahan baku yang paling besar dibandingkan biaya pengeluaran bahan baku unit usaha lainnya. Perolehan total dampak ekonomi tidak langsung objek wisata KRB diperoleh dengan menjumlahkan total pengeluaran unit usaha di kawasan wisata dan total pendapatan tenaga kerja. Tabel dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 21 dibawah ini dan data perhitungan pendapatan tenaga kerja dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 4. Tabel 21 Dampak ekonomi tidak langsung di kawasan KRB per bulan Tahun 2013
Jenis usaha
1. Unit usaha cinderamata -Kios cinderamata -Kaki lima cinderamata 2. Unit usaha makanan -Restaurant -Kios makanan -Warung tenda -Pedagang asongan 3. Pedagang kaki lima -PKL kelinci -PKL talas 4. Foto keliling 5. Pengelola wisata -Petugas kebersihan -Security -Pertamanan -Toilet Total
Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Rp) (e=c+d)
Jumlah tenaga kerja (orang)
Pendapatan Tenaga Kerja (Rp)
Total Pendapatan Tenaga Kerja (Rp)
Pengeluaran Unit Usaha di Kawasan Wisata (Rp)
(a)
(b)
(c=axb)
(d)
9 0
937 500 0
8 437 500
69 187 500 11 025 000
77 625 000 11 025 000
15 15 24 0
2 002 000 1 345 833 740 000 0
30 030 000 20 187 495 17 760 000 0
127 030 000 20 180 000 35 055 000 1 212 500
157 060 000 40 367 495 52 815 000 1 212 500
0 0 0
0 0 0
0 0 0
7 159 998 4 875 000 1 050 000
7 159 998 4 875 000 1 050 000
12 30 11 8
850 000 895 000 2 300 000 700 000
10 200 000 26 850 000 25 300 000 5 600 000
0 0 0 0
10 200 000 26 850 000 25 300 000 5 600 000 421 139 993
Tabel 21 menunjukkan total dampak ekonomi tidak langsung terbesar di objek wisata KRB diperoleh unit usaha restaurant yaitu Rp 157 060 000/bulan. Besarnya biaya operasional yang dikeluarkan di lokasi wisata maupun dikeluarkan
46
di luar lokasi wisata seperti biaya sewa, biaya bahan baku, biaya gaji tenaga kerja, biaya transportasi, biaya pemeliharaan, serta biaya keamanan dan kebersihan merupakan salah satu penyebab besarnya dampak ekonomi tidak langsung pada unit usaha restaurant. Total dampak ekonomi tidak langsung di objek wisata KRB adalah Rp 421 139 993/bulan. 6.2.4 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Effect) Dampak ekonomi ini merupakan dampak lanjutan dari upah yang diterima tenaga kerja yang berada di kawasan wisata KRB dari unit usaha untuk biaya kebutuhan mereka masing-masing. Biaya-biaya yang dikeluarkan diantaranya biaya konsumsi, biaya sekolah anak, biaya transportasi, biaya listrik dan biaya pajak. Pengeluaran tenaga kerja lokal di kawasan wisata akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Dari hasil perhitungan diperoleh
dampak
ekonomi
lanjutan
di
objek
wisata
KRB
sebesar
Rp 108 731 591/bulan. Data mengenai dampak ekonomi lanjutan dapat dilihat pada Tabel 22 dan data perhitungan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 5. Tabel 22 Dampak ekonomi lanjutan di kawasan KRB per bulan Tahun 2013 Tenaga kerja
Unit usaha cinderamata Restaurant Kios makanan Warung tenda Petugas kebersihan Security Pertamanan Toilet Total
Jumlah tenaga kerja (a) 9 15 15 24 12 30 11 8
Total ratarata pengeluaran tenaga kerja (b) 711 250 1 735 000 1 144 333 731 000 735 833 871 667 1045 000 555 000
Proporsi pengeluaran di kawasan wisata (%) (c) 94.90% 89.34% 85.64% 96.58% 92.87% 92.54% 97.13% 94.59%
Dampak ekonomi lanjutan (d=a*b*c) 6 070 786 23 250 735 14 700 102 16 943 995 8 200 417 24 199 219 11 165 094 4 199 796 108 734 144
6.2.5 Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) Nilai efek pengganda (Multiplier Effect) digunakan untuk mengukur seberapa besar dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar lokasi wisata. Berdasarkan META (2001), dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal dibedakan menjadi (1) Keynesian Local Income Multiplier Effect, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung berpengaruh terhadap
47
peningkatan pendapatan masayarakat lokal, (2) Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Nilai efek pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan. Data mengenai efek pengganda dari pengeluaran pengunjung di kawasan wisata KRB dapat dilihat pada Tabel 23 dan perhitungan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 6. Tabel 23 Nilai efek pengganda dari arus uang yang terjadi di kawasan wisata KRB Tahun 2013 Multiplier Keynesian Income Multiplier Ratio Income Multiplier Tipe I Ratio Income Multiplier Tipe II
Nilai 1.0 1.4 1.6
Berdasarkan Tabel 23 diperoleh nilai Keynesian Income multiplier sebesar 1.0 artinya bahwa setiap peningkatan satu rupiah pengeluaran wisatawan akan memiliki dampak terhadap ekonomi lokal sebesar 1.0 rupiah. Nilai Ratio Income Multiplier tipe I adalah sebesar 1.4 artinya bahwa setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1.4 rupiah terhadap pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja. Nilai ratio income multiplier tipe II adalah sebesar 1.6 artinya bahwa setiap kenaikan satu rupiah penerimaan unit usaha maka akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1.6 rupiah pada pendapatan pemilik usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja dalam putaran perekonomian lokal di kalangan masyarakat sekitar. Nilai keynesian multiplier yang diperoleh sama dengan satu, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya keberadaaan objek wisata KRB memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat sekitar karena nilai keynesian multiplier yang diperoleh adalah sama dengan satu (META 2001). Dampak ekonomi yang cukup besar ini dapat mempengaruhi masyarakat lokal untuk tetap mempertahankan kelestarian tumbuhan sebagai kegiatan fungsi konservasi ex-situ dan kelestarian sumber daya alam di sekitar kawasan KRB. Berdasarkan hal tersebut, kelestarian lingkungan sekitar kawasan KRB yang terjaga dapat menjadi nilai ekonomi yang tinggi yang akan berpengaruh terhadap keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi di sekitar kawasan KRB.
48
6.3 Strategi Pengelolaan Objek Wisata Kebun Raya Bogor Analisis Strength, Weakness, Opportunities, and Threats (SWOT) untuk objek wisata merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dari suatu strategi pemecahan permasalahan pengembangan potensi yang terdapat di objek wisata tersebut. Hasil dari data analisis SWOT yang dilakukan menghasilkan kemungkinan alternatif strategi yang terbaik dan menjadi salah satu dasar perumusan rekomendasi dalam pengembangan objek wisata bagi pengelola wisata KRB. Responden yang diwawancara terkait dengan analisis ini terdiri enam orang responden yang terdiri dari lima staf pengelola KRB dibidang pemeliharaan koleksi, sub. bagian umum, seleksi dan pembibitan, jasa dan informasi, sub bidang registrasi, serta satu orang kepala bidang pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Perumusan alternatif strategi meliputi dua tahapan, yaitu tahap masukan (input stage) dan tahan pencocokan (matching stage). Tahap masukan merupakan tahap pengelompokan hasil identifikasi serta menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi dengan menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation). Tahap kedua yaitu tahap pencocokan merupakan tahap perumusan strategi menggunakan analisis matriks IE (Internal – External) dan SWOT. 6.3.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan tahapan pertama yang dilakukan sebelum melanjutkan ke langkah selanjutnya dalam tahap formulasi strategi. Pada tahap ini dilakukan pengelompokan hasil identifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal objek wisata ke dalam matriks IFE dan EFE. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan di lingkungan objek wisata KRB, sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman yang ada. Faktor-faktor dari analisis lingkungan internal dijabarkan ke dalam matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan faktor-faktor dari analisis lingkungan eksternal dijabarkan ke dalam matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation).
49
6.3.1.1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Berdasarkan hasil wawancara dan analisis mengenai faktor-faktor internal terhadap enam responden, maka tahapan selanjutnya dilakukan pembobotan dengan menggunakan kuisioner. Pembobotan faktor internal merupakan suatu upaya untuk membandingkan setiap faktor internal yang mempengaruhi objek wisata KRB. Hasil penilaian bobot dan rating masing-masing responden kemudian dibuat dalam bentuk matriks IFE dari keseluruhan responden. Matriks IFE menjabarkan faktor-faktor strategis internal dalam kategori kekuatan dan kelemahan objek wisata. Hasil analisis matriks IFE menggambarkan seberapa besar pengaruh faktor-faktor strategis internal terhadap objek wisata. Wawancara dari enam orang stakeholder terkait menghasilkan enam kekuatan dan dua kelemahan dari faktor-faktor strategis internal. Data mengenai faktor kekuatan dan kelemahan disajikan dalam Matriks IFE pada Tabel 24 dan keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 24 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor-faktor Strategis Internal Kekuatan 1. Sistem pengelolaan objek wisata 2. Harga tiket masuk objek wisata 3. Infrastruktur dan sarana fasilitas di dalam objek wisata 4. Pemasaran dan promosi objek wisata 5. Keasrian dan kealamian KRB 6. Jumlah dan keahlian SDM KRB di bagian kepariwisataan Kelemahan 1. Pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat aktifitas menumpuknya pengunjung wisatawan di suatu area objek wisata 2. Ketersediaan kios makanan di dalam objek wisata Total
Bobot
Rating
Skor Bobot
0.16 0.15 0.13 0.15 0.14 0.14
3 4 3 3 4 3
0.48 0.60 0.39 0.45 0.56 0.42
0.13
2
0.26
0.11
2
0.22 3.38
Pada Tabel 24 dapat dilihat bahwasanya terdapat beberapa aspek faktor internal yang perlu diidentifikasi untuk menunjukkan kekuatan dan kelemahan pada faktor-faktor internal tersebut. Salah satu faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dengan bobot tertinggi yaitu sistem pengelolaan objek wisata. Faktor strategis internal ini perlu dijadikan perhatian oleh pengelola karena semakin meningkatnya kebutuhan untuk berwisata maka perlu bagi KRB untuk membenahi sistem pengelolaan wisata di KRB agar pengunjung tetap dapat tertarik mengunjungi KRB sekaligus fungsi utamanya sebagai kawasaan
50
konservasi tidak terdegradasi. Guna mencapai tujuan tersebut diperlukannya informasi-informasi mengenai tentang tujuan wisata, objek wisata yang menarik, sarana transportasi yang tersedia, kelengkapan fasilitas pendukung (akomodasi, restoran fasilitas hiburan dan rekreasi) serta produk wisata yang diminati dan lain sebagainya. Selain itu pemasaran dan promosi perlu ditingkatkan
guna
meningkatnya jumlah kunjungan yang berdatangan ke KRB. Hal ini akan berpengaruh pada daya tarik minat pengunjung untuk berwisata ke suatu objek wisata. Di sisi lain, keasrian dan kealamian perlu dijaga agar keberagaman jenis flora yang ada di KRB tidak berkurang dan masih tetap dijaga kelestariannya. Disamping faktor-faktor kekuatan yang perlu dipertahankan, faktor-faktor kelemahan seperti pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat aktifitas menumpuknya pengunjung wisatawan di suatu area objek wisata yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan dan rusaknya ekosistem di dalam objek wisata. Selain itu, kurangnya fasilitas tempat makan yang tersedia menyebabkan
tingginya
kebocoran
dari
pengeluaran
pengunjung
yang
berwisatawan. Hal ini perlu dipertimbangkan karena sebagian pengunjung tidak menjaga kebersihan selama berekreasi, sehingga perlunya penambahan unit usaha makanan yang dikelola dengan baik agar wisatawan bisa membeli konsumsi di dalam kawasan serta tingkat kebocoran dari pengeluaran pengunjung bisa berkurang. Disamping itu kebersihan dan kelestarian objek wisata harus tetap dijaga dengan baik agar tidak merusak ekosistem yang ada di dalam objek wisata. Hasil analisis matriks IFE menunjukan bahwa faktor internal terpenting agar pengelolaan pariwisata di KRB berhasil adalah sistem pengelolaan objek wisata sebagaimana ditunjukan oleh bobot terbesar yaitu 0.16. Namun faktor yang menjadi kekuatan utama faktor internal kawasan wisata KRB adalah harga tiket masuk objek wisata dengan skor bobot tertinggi sebesar 0.60. Sedangkan faktor strategis internal yang menjadi kelemahan utama objek wisata ini adalah pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat aktifitas menumpuknya pengunjung wisatawan di suatu area objek wisata yang memiliki skor bobot yaitu sebesar 0.26. Total bobot faktor strategis internal diperoleh dengan nilai 3.38 di atas rata-rata (titik tengah) 2.5, mengindikasikan bahwa kawasan wisata KRB memiliki posisi internal yang kuat.
51
6.3.1.2
Analisis Matriks EFE
Matriks EFE menjabarkan faktor-faktor strategis eksternal berupa peluang serta ancaman bagi kawasan wisata KRB. Hasil analisis EFE menggambarkan sejauh mana faktor-faktor strategis eksternal berpengaruh terhadap objek wisata ini. Perolehan nilai bobot dan rating didapatkan berdasarkan dari hasil wawancara dengan lima orang pihak pengelola kawasan wisata KRB dan satu orang dari Disbudpar. Penilaian bobot merupakan perhitungan rata-rata penilaian responden terhadap seluruh faktor-faktor strategis eksternal. Rating merupakan penilaian responden dalam pengukuran berapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap lingkungan objek wisata. Matriks EFE menyajikan hasil analisis faktor-faktor strategis eksternal, dimana terbagi dalam golongan lima peluang dan empat ancaman lingkungan eksternal yang dijabarkan dalam matriks EFE pada Tabel 25 dan keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 25 Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor-faktor Strategis Eksternal Peluang 1. Permintaan pengunjung terhadap daya tarik objek wisata 2. Potensi pasar wisatawan Domestik 3. Potensi pasar wisatawan Internasional 4. Akses transportasi terhadap objek wisata 5. Letak dan keterjangkauan objek wisata oleh pengunjung Ancaman 1. Keikutsertaan pengunjung dalam memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola KRB 2. Polusi akibat lalu lintas yang terjadi di luar objek wisata 3. Tingkat pengetahuan masyarakat akan kondisi ex-situ objek wisata KRB Total
Bobot
Rating
Skor Bobot
0.13 0.13 0.15 0.12 0.12
4 4 4 3 3
0.52 0.52 0.60 0.36 0.36
0.13
2
0.26
0.09 0.13
1 2
0.09 0.26 2.97
Berdasarkan Tabel 25 dapat diidentifikasi faktor-faktor eksternal sesuai indikator peluang dan ancamannya. Salah satu faktor strategis eksternal yaitu permintaan pengunjung terhadap daya tarik kawasan wisata. Permintaan pengunjung akan fasilitas-fasilitas serta jasa wisata yang lengkap turut mempengaruhi keberlanjutan dan pembaharuan sistem kepengelolaan yang ada. Selain itu potensi pasar wisatawan domestik dan internasional juga mempengaruhi meningkatnya jumlah kunjungan wisata dan secara langsung turut ikut mempromosikan objek wisata hingga ke mancanegara. Disamping bertambahnya
52
jumlah dan keahlian SDM yang bekerja di bidang kepariwisataan juga turut mempengaruhi peluang strategi pengembangan objek wisata di KRB agar pelayanan dan sistem pengelolaannya dapat berjalan dengan baik. Adapun faktor ancaman yang berpengaruh terhadap keberlangsungan kegiatan wisata yaitu tersedianya jumlah kios makanan yang terdapat di dalam objek wisata KRB cenderung terus meningkat. Pembatasan jumlah kios makanan diperlukan agar tidak mengganggu aktifitas wisatawan serta tidak merusak keberagaman flora yang dapat memicu pencemaran lingkungan. Selain itu tersedianya area lapangan parkir di KRB juga turut memicu rusaknya lingkungan sekitar akibat alih fungsi lahan yang dijadikan lapangan parkir. Hal ini perlu dipertimbangkan oleh pihak pengelola dan instansi terkait guna keberlanjutan kegiatan wisatawan KRB. Faktor yang paling berpengaruh terhadap pengelolaan kawasan wisata KRB yaitu potensi pasar internasional sebagaimana ditunjukan dengan bobot tertinggi yaitu 0.15 dan skor bobot tertinggi yaitu dengan nilai 0.60. Potensi pasar wisatawan internasional merupakan salah satu faktor peluang karena wisatawan internasional memiliki daya tarik yang tinggi terhadap KRB yang memiliki nilai history akan sejarahnya serta memiliki jenis koleksi pohon dan tumbuhan dari berbagai macam negara. Hal tersebut merupakan faktor strategis eksternal yang menjadi peluang utama bagi kawasan wisata KRB. Sedangkan yang menjadi ancaman utama yaitu keikutsertaan pengunjung dalam memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola KRB dan tingkat pengetahuan masyarakat akan kondisi ex-situ objek wisata KRB dengan skor bobot 0.26. Total skor bobot faktor strategis eksternal diperoleh sebesar 2.97 di atas titik rata-rata (titik tengah) 2.5, sehingga kawasan wisata KRB memiliki posisi eksternal yang kuat. 6.3.2
Tahap Pencocokan (Matching Stage) Tahap
pencocokan
merupakan
tahap
untuk
merumuskan
strategi
berdasarkan hasil analisis kondisi internal dan eksternal kawasan wisata KRB. Pada tahap ini alat analisis yang digunakan yaitu matriks Internal-Eksternal (IE) dan matriks SWOT.
53
6.3.2.1 Matriks IE (Internal – External) Matriks IE didasarkan pada perpaduan total skor bobot EFE pada sumbu X dan total skor bobot IFE pada sumbu Y. Hasil analisis faktor internal pada matriks IFE diperoleh total bobot skor sebesar 3.38. Hasil analisis faktor eksternal pada matriks EFE diperoleh total bobot skor sebesar 2.97. Hasil pemetaan matriks IE menempatkan kawasan wisata KRB berada pada sel IV. Hal ini menunjukan bahwa objek wisata tersebut berada pada kondisi tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi yang tepat pada kondisi ini yaitu strategi yang intensif dan integratif. Strategi intensif dapat berupa penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Sedangkan untuk strategi integratif dapat berupa intergrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal. Berdasarkan hasil yang didapat dari matrik IFE dan EFE maka hasil pemetaan matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.
Skor Bobot Total IFE Kuat
Sedang
Lemah
3.0 - 4.0
2.0 - 2.99
1.0 - 1.99
4.0 Tinggi
Skor Bobot Total EFE
3.0 - 4.0
3.0
2.0
1.0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3.0 Sedang 2.0 - 2.99 2.0 Rendah 1.0 - 1,99 1.0
Gambar 4 Matriks IE kawasan wisata KRB Tahun 2013
Strategi penetrasi pasar untuk pengelolaan objek wisata KRB adalah strategi yang mengusahakan peningkatan pasar untuk produk dan jasa yang sudah ada saat ini melalui usaha pemasaran yang lebih besar. Usaha dalam melakukan penetrasi
54
pasar diantaranya dengan peningkatan keterampilan bagi tenaga kerja unit usaha, penambahan biaya untuk iklan dan promosi di dalam dan di luar negeri, selain itu meningkatkan upaya pemasaran melalui pembuatan buku petunjuk serta pembuatan peta yang jelas sebagai petunjuk lokasi wisata. Strategi pengembangan pasar yaitu memperkenalkan produk-produk wisata yang sudah ada ke target pasar yang baru seperti siswa SD/SMP/SMA di luar Kota Bogor. Strategi pengembangan pasar bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar terhadap produk wisata di kawasan wisata KRB. Hal yang dibutuhkan dalam menjalankan strategi ini yaitu tersedianya pasar baru dan adanya jaringan distribusi. Usaha dalam melakukan strategi pengembangan pasar seperti melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk mengadakan kegiatan edukasi flora guna peningkatan pemahaman pendidikan lingkungan. Target kegiatan edukasi flora tersebut dikhususkan bagi siswa sekolah dasar termasuk anak-anak sekolah di luar area Jabodetabek yang pemahaman mengenai pendidikan lingkungan baik secara materi maupun praktek lingkungan masih kurang tersedia di sekolah masing-masing. Pengembangan produk adalah sebuah strategi mengupayakan peningkatan kunjungan wisatawan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi penawaran barang dan jasa wisata yang sudah ada saat ini. Pengembangan produk wisata membutuhkan investasi untuk melakukan inovasi dengan menambah atraksi dan paket wisata. Upaya pengembangan produk wisata seperti penambahan kelengkapan jenis tanaman termasuk penjelasan informasi mengenai daerah asal tanaman tersebut secara spesifik. Selain itu, meningkatkan tampilan video mengenai pendidikan flora serta contoh-contoh kegiatan aksi lingkungan yang berhubungan dengan kelestarian SDAL. Strategi integratif terdiri dari integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal. Integrasi ke depan yaitu meningkatkan kontrol atas penyalur, yaitu pihak-pihak yang berperan dalam promosi wisata. Upaya dalam melakukan integrasi kedepan seperti kegiatan promosi wisata dengan meningkatkan kerjasama travel-travel agen baik lokal maupun non-lokal yang memfasilitasi tersedianya jasa wisata yang telah disediakan oleh KRB. Selain itu, pengontrolan unit usaha yang ada di dalam KRB agar sistem kepengelolaan dan informasi
55
mengenai promosi tetap berjalan dengan baik. Integrasi ke belakang adalah mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok, dalam hal ini adalah stakeholder terkait. Usaha yang dilakukan dalam intergrasi kebelakang adalah perlunya peran stakeholder seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor, beberapa Perguruan Tinggi Negeri serta LIPI yang ada di Bogor dan sekitarnya yang mendukung keberlanjutan kawasan konservasi ex-situ dan jasa pariwsata. Sedangkan integrasi horizontal yaitu mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing. Upaya yang bisa dilakukan dalam integrasi horizontal adalah meningkatkan kontrol atas pesaing kebun raya seperti Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, dan Kebun Raya “Eka Karya” Bali. 6.3.2.2
Matriks SWOT
Berbagai alternatif strategi dapat dirumuskan berdasarkan analisis Matriks SWOT. Analisis tersebut merupakan sebuah alat pencocokan empat strategi utama yaitu
strategi
SO
(Strengths-Opportunities),
strategi
WO
(Weaknesses-
Opportunities), strategi ST (Strenghts-Threats), dan strategi WT (WeaknessesThreats). Matriks SWOT dibangun berdasarkan faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang didapat dari hasil analisis matrik IFE dan EFE sebelumnya.
56
Tabel 26 Matriks SWOT objek wisata KRB Tahun 2013 Internal
Kekuatan (Strengths) 1. Sistem pengelolaan objek wisata 2. Harga tiket masuk objek wisata 3. Infrastruktur dan sarana fasilitas di dalam objek wisata 4. Pemasaran dan promosi objek wisata 5. Keasrian dan kealamian KRB 6. Jumlah dan keahlian SDM KRB dibagian kepariwisataan
Eksternal
Peluang (Opportunities) 1. Permintaan pengunjung terhadap daya tarik objek wisata 2. Potensi pasar wisatawan domestik 3. Potensi pasar wisatawan internasional 4. Akses transportasi terhadap objek wisata 5. Letak dan keterjangkauan objek wisata oleh pengunjung Ancaman (Threats) 1. Keikutsertaan pengunjung dalam memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola KRB 2. Polusi akibat lalu lintas yang terjadi di luar objek wisata 3. Tingkat pengetahuan masyarakat akan kondisi ex-situ objek wisata KRB
Strategi S-O 1. Mempertahankan sistem pengelolaan wisata termasuk penyesuaian harga tiket masuk wisata KRB yang terjangkau (S1,S2,S3,S4,S6,O1,O2,O3,O4,O5) 2. Pihak pengelola dan pengunjung wisata saling bekerja sama menjaga kelestarian SDAL di KRB (S1,S3,S6,O1) 3. Meningkatkan promosi wisata KRB terutama untuk kegiatan penelitian (S1,S2,S3,S4,S5,S6,O1,O2,O3,O4, O5) Strategi S-T 1.Meningkatkan kualitas dan menata unit usaha di KRB yang tetap mempertimbangkan KRB sebagai konservasi ex-situ (S1,S3,S4,S6,T1)
Kelemahan (Weakness) 1. Pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat aktifitas menumpuknya pengunjung wisatawan di suatu area objek wisata 2. Ketersediaan kios makanan di dalam objek wisata Strategi W-O 1. Penambahan segmentasi wisata yang ditetapkan pihak pengelola agar terhindar dari over carrying capacity di titik-titik area kawasan tertentu (W1,W2,O1) 2. Peningkatan edukasi flora bagi pengunjung terutama anak sekolah (W1,O1,O2,O3)
Strategi W-T 1. Meningkatkan dan memperjelas informasi mengenai fasilitasfasilitas yang tersedia dan info mengenai keberagaman biodiversitas (W1,T1)
Berdasarkan hasil Matriks SWOT didapat beberapa alternatif strategi pengembangan Objek Wisata KRB sebagai berikut : 1.
Strategi SO (Strengths-Opportunities) Strategi
SO
(Strengths-Opportunities)
merupakan
strategi
yang
memanfaatkan kekuatan internal kawasan wisata KRB untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Strategi yang dapat diterapkan oleh Objek Wisata KRB yaitu : a) Mempertahankan sistem pengelolaan wisata termasuk penyesuaian harga tiket masuk wisata KRB yang terjangkau
57
Strategi yang dapat diterapkan yaitu harga tiket masuk kawasan wisata yang terjangkau serta menjaga keasrian dan kealamian KRB. Harga tiket masuk KRB yang terjangkau dapat menarik minat pengunjung masyarakat sekitar bogor dan luar bogor serta didukung dengan terjaganya keasrian dan kealamian KRB itu sendiri. Hal demikian dapat meningkatkan investasi dalam pengembangan Objek Wisata KRB. b) Pihak pengelola dan pengunjung wisata saling bekerja sama menjaga kelestarian SDAL di KRB Peran pihak pengelola dan pengunjung sangat mempengaruhi dalam upaya mempertahankan keberlanjutan objek kawasan di KRB. Salah satu contohnya adalah menjaga kelestarian SDAL di KRB dengan tidak merusak tanaman dan tidak mencoret-coret bangku taman yang ada di dalam KRB. Akan tetapi, kesadaran dari pihak pengunjung maupun pengelola untuk menjaga lingkungan masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari masih banyaknya sampah dari pengunjung yang berserakan berupa botol minuman, plastik, kotak makan dan lain-lain mengakibatkan gangguan terhadap ekosistem tumbuhan yang ada di KRB dan panorama arsitektur lanskap menjadi tidak indah. Di sisi lain, kurangnya tempat sampah dan letak tempat sampah yang berjauhan membuat pengunjung susah untuk menjangkaunya sehingga menimbulkan untuk buang sampah sembarang tempat. Oleh karena itu, perlunya dari pihak pengelola untuk membenahi keadaan kelestarian lingkungan agar terciptanya kebersihan dan keindahan lingkungan di KRB. c) Meningkatkan promosi wisata KRB terutama untuk kegiatan penelitian Promosi dan pemasaran sangat diperlukan dalam pengembangan pariwisata. Pemasaran dilakukan untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik, sehingga produk dan jasa yang dipasarkan sesuai dengan keinginan konsumen, sedangkan promosi untuk mendorong kegiatan pariwisata. Dalam hal ini, KRB belum melakukan pemasaran dan promosi yang cukup baik dikarenakan fungsi utama KRB adalah tempat konservasi. Selain itu, pelayanan jasa yang ditawarkan masih tergolong kurang menarik untuk pengunjung wisatawan. Kota Bogor identik dengan KRB, namun KRB memiliki visi salah satunya dibidang pariwisata, sehingga penerapan pengembangan pemasaran dan promosi harus segera
58
dilakukan untuk mengantisipasi penurunan jumlah pengunjung. Upaya dalam kegiatan promosi bisa dilakukan melalui media pendidikan di sekolah-sekolah dengan tawaran jasa wisata yang menarik sesuai kebutuhan minat siswa-siswi disekolah, sehingga para murid sekolah tertarik untuk mengunjungi wisata KRB. 2.
Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) Strategi
Strategi
WO
(Weaknesses-Opportunities)
bertujuan
untuk
memperbaiki kelemahan internal kawasan wisata KRB dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Alternatif strategi yang dapat diterapkan antara lain : a) Penambahan segmentasi wisata yang ditetapkan pihak pengelola agar terhindar dari over carrying capacity di titik-titik area kawasan tertentu Kebun Raya Bogor merupakan salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi di Bogor. Wisatawan KRB rata-rata berasal dari Bogor dan jabodetabek. Bahkan banyak wisatawan yang berasal dari luar jawa hingga luar negeri. Minatnya pengunjung yang berdatangan dihari kerja hingga ramai diakhir pekan membuat pihak pengelola KRB harus mengantisipasi dan mengordinir terhadap kegiatan pengunjung selama wisatawan berlangsung. Namun jika melihat kegiatan wisatawan di KRB tidak semua pengunjung mengunjungi seluruh area wisata, hanya area-area tertentu yang diminati pengunjung wisatawan. Hal ini dikhawatirkan berpotensinya over carrying capcity di titik-titik area tertentu. Oleh karena itu perlu adanya segmentasi wisata agar dapat terhindar dari adanya potensi over carrying capacity. Selain itu strategi pengembangan baru dari pihak pengelola perlu diterapkan untuk mengembangkan suatu area di titik tertentu guna ketertarikan pengunjung untuk mengunjungi area spot-spot wisata yang jarang dikunjungi oleh wisatawan sehingga pengunjung bisa menikmati semua area wisata yang sudah tersedia di dalam KRB. Strategi dari pihak pengelola itu sendiri perlu pengawasan dan kontrol dari pihak-pihak terkait dalam pengembangan suatu program. Hal ini ditujukan agar pelaksanaan segementasi dan peranan wisatawan terkendali guna terjaganya kelestarian dan fasilitas yang telah disediakan. b) Peningkatan edukasi flora bagi pengunjung terutama anak sekolah
59
Salah satu kegiatan wisata yang tersedia di KRB adalah wisata flora. Kegiatan ini cukup menarik dan sangat bermanfaat khususnya bagi rombongan pelajar SD hingga SMA. Namun kegiatan wisata flora ini kurang dinikmati oleh pengunjung wisata lain yang hanya duduk santai dan berekreasi bersama keluarga ataupun kerabat dekat tanpa keinginan untuk mengenal jenis-jenis tumbuhan yang ada didalam KRB. Maka itu perlu ada strategi pengembangan jasa wisata yang mengupayakan
kunjungan
wisatawan
dengan
cara
memperbaiki
atau
memodifikasi penawaran barang dan jasa wisata yang sudah ada saat ini. Pengembangan produk wisata membutuhkan investasi untuk melakukan inovasi dengan menambah dan membuat program baru paket wisata mengenai edukasi flora. Salah satu upaya pengembangan kegiatan edukasi flora seperti kegiatankegiatan aksi lingkungan yang mengunjungi beberapa sekolah dasar hingga sekolah menengah ke atas di Bogor. 3.
Strategi ST (Strengths-Threats) Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk
menghindari dan mengurangi dampak dari ancaman eksternal perusahaan. Strategi S-T yang dapat diterapkan oleh KRB adalah: a) Meningkatkan kualitas dan menata unit usaha di KRB yang tetap mempertimbangkan kelestarian KRB sebagai konservasi ex-situ Jumlah kios makanan yang tersedia di dalam KRB hanya beberapa seperti kantin dharma wanita, koperasi, sebuah restaurant dan beberapa warung tenda. Namun beberapa kios makanan yang ada di KRB tidak sepenuhnya dibuka tiap hari seperti warung tenda yang disediakan hanya waktu pekan, sedangkan untuk kantin dharma wanita tidak sepenuhnya dibuka tiap hari. Pengunjung wisatawan mengharapkan adanya kios makanan atau sebuah foodcourt bagi pengunjung yang tidak membawa bekal dari rumah. Di sisi lain dari pihak pengelola tidak mensetujui adanya penambahan kios makanan untuk didalam kawasan wisata. Maka itu strategi yang diperlukan adalah strategi pengembangan produk atau jasa baru untuk penyediaan layanan jasa makanan seperti cathering makanan atau tersedianya kios makanan yang menyediakan dengan beragam makanan namun lokasi makanan tersebut tidak merusak kelestarian fungsi utama KRB sebagai konservasi. Bagi kios makanan yang sudah
60
ada seperti kantin dharma wanita ataupun koperasi sebaiknya meningkatkan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi produk barang dan jasa wisata yang sudah ada saat ini agar ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berdatangan ke KRB. 4.
Strategi WT (Weaknesses-Threats) Strategi WT (Weaknesses-Threats) merupakan strategi defensif yang
diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal kawasan wisata KRB. Strategi yang dapat diterapkan yaitu: a) Meningkatkan dan memperjelas informasi mengenai fasilitas-fasilitas yang tersedia dan info mengenai keberagaman biodiversitas Sarana dan prasarana sangat diperlukan oleh setiap pengunjung yang berdatangan ke tempat wisata KRB. Fasilitas-fasilitas seperti toilet, mushola, arena bermain anak-anak serta tempat makan yang tersedia sangat menunjang bagi pengunjung selama kegiatan wisatawan berlangsung. Namun beberapa pengunjung wisatawan tidak mengetahui keberadaan sarana dan prasarana yang sudah disediakan. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang disampaikan pihak pengelola terhadap wisatawan. Pihak pengelola sebaiknya terlebih dahulu memberitahukan adanya informasi-informasi mengenai sarana prasarana yang telah tersedia didalam kawasan wisata KRB sehingga memudahkan pengunjung untuk memakai sarana yang telah tersedia. Selain itu, papan reklame yang telah dibuat diperbaharui informasinya dan diperbesar tulisannya, agar memudahkan pengunjung untuk mencari sarana dan prasarana yang ingin dituju.
61
VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1. Perbandingan jumlah pengunjung KRB pada hari kerja dan hari pekan menunjukkan saat kondisi low season yang masih di bawah batas ambang daya dukung kawasan KRB. Berbeda halnya pada saat hari-hari libur (peak season) seperti hari lebaran yang mendekati over carrying capacity (OCC) atau hampir melebihi batas ambang daya dukung kawasan KRB. Namun hasil perbandingan low season dan peak season tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat ruang untuk mengembangkan KRB sesuai dengan daya dukung kawasan. 2. Nilai dampak ekonomi yang diperoleh dari nilai Keynesian Income Multiplier yaitu sebesar 1.0, nilai Ratio Income Multiplier. Tipe I sebesar 1.40, dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1.60. Nilai multiplier effect sama dengan satu (=1) menunjukan bahwa keberadaan objek wisata KRB memberikan dampak ekonomi yang cukup besar dan mempengaruhi perekonomian masyarakat lokal karena nilai keynesian multiplier yang diperoleh sama dengan satu. Dampak ekonomi yang cukup besar ini dapat mempengaruhi masyarakat lokal untuk tetap mempertahankan kelestarian tumbuhan sebagai kegiatan fungsi konservasi ex-situ dan kelestarian sumberdaya alam di sekitar kawasan KRB. Berdasarkan hal tersebut, kelestarian lingkungan sekitar kawasan KRB yang terjaga dapat menjadi nilai ekonomi yang tinggi yang akan berpengaruh terhadap keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi di sekitar kawasan KRB. 3. Berdasarkan hasil analisis SWOT terbentuk formulasi strategi pengelolaan objek wisata KRB, antara lain: Mempertahankan sistem pengelolaan wisata termasuk penyesuaian harga tiket masuk kawasan wisata, pihak pengelola dan pengunjung saling bekerja sama menjaga fasilitas dan kelestarian KRB, meningkatkan promosi KRB terutama untuk kegiatan penelitian, penambahan segmentasi wisata yang ditetapkan pihak pengelola agar terhindar dari OCC di titik-titik area kawasan tertentu, peningkatan edukasi flora bagi pengunjung terutama anak sekolah, meningkatkan kualitas dan menata unit usaha di KRB yang tetap mempertimbangkan KRB sebagai konservasi ex-situ, serta
62
meningkatkan dan memperjelas informasi mengenai fasilitas-fasilitas yang tersedia dan info mengenai keberagaman biodiversitas.
7.2 Saran
1. Penambahan segmentasi wisata di area-area tertentu agar terhindar dari adanya over carrying capcity karena cenderung adanya penumpukan pengunjung. Segmentasi dilakukan terutama area wisata yang masih potensial untuk dikunjungi diantaranya kolam teratai, danau gunting, dan jembatan gantung. 2. Untuk meningkatkan dampak ekonomi kepada masyarakat sekitar objek wisata KRB, perlu adanya pelatihan keterampilan serta kemampuan berwirausaha terutama untuk produk-produk khas Kota Bogor seperti kerajinan tangan dan makanan yang diadakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor dan instansi terkait. Selain itu perlunya penawaran jasa makanan yang disediakan oleh pihak pengelola KRB dan bekerja sama dengan masyarakat sekitar guna menghindari kebocoran dari pengunjung wisatawan. 3. Diperlakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek segmentasi baik secara ekonomi maupun teknis.
63
DAFTAR PUSTAKA David, F. R. 2009. Strategic Management. Jakarta (ID):Penerbit Salemba Empat. Davis D, Tisdell C. 1995. Recreational Scuba Diving and Carrying Capacity in Marine Protected Areas. Ocean and Coastal Management Journals 26, 1940. Ekayani, M., Nuva. 2012. Could Ex-Situ Conservation Play Effective Role to Bridge Ecotourism and Biodiversity? Case of Multipurpose Management of Bogor Botanic Garden, Indonesia. Proceeding of Ecotourism Research Symposium: Ecotourism for Global Peace (book chapter). Marubooks Publishing Co., Seoul, Republic of Korea. ISBN: 978-89-97259-01-4 95300. Ekayani, M., Nuva. 2013. Economic of Ecoutorism. Book Chapter in Opportunities and Challenges of Ecoutourism in ASEAN Countries. Jungmin Publishing Co, Seoul, Republic of Korea. ISBN: 9788994763064 03520. Ensiklopedia Nasional Indonesia. 2004. Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 9 KL-LYSIT Cetakan ke-4. Jakarta: PT Delta Pamungkas. Hawkins JP, Roberts CM, Buchan K, Susan. 2005. White Sustainability of Scuba Diving Tourism on Coral Reefs of Saba. Coastal Management. Volume 33, Number 4/October-December 2005. Hendee J,C, G.H. Stankey and R.C. Lucas. 1978. Wilderness management. Forest service USDA. Washington. D.C. 381. Islami, N. A. 2003. Pengelolaan Pariwisata Pesisir (Studi Kasus Taman Rekreasi Pantai Kartini Rembang, Jawa Tengah) [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Juanda B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis.Bogor(ID): IPB Press. Keputusan Presiden RI No 1 Tahun 1986 Tentang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Keputusan Presiden RI No 103 Tahun 2001 Tentang Susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen (LNPD). Libosada C. 1998. Ecotourism In The Philippines. Makaty City (PH): Bookmark. [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2004. Menanam Masa Depan. Bogor (ID): LIPI
64
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2013. Sekilas Kebun Raya Bogor. Bogor (ID): LIPI Mamiri SA. 2008. Persepsi dan preferensi pengunjung terhadap fungsi dan lokasi objek-objek rekreasi di Kebun Raya Bogor [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Marine Ecotourism for Atlantic Area (META-Project). 2001. Planning for Marine Ecotourism in The EU Atlantic Area. University of The West of England, Bristol. Muttaqien, FA. 2011. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Ningsih. 2012. Menengok keindahan alam Kebun Raya Bogor. http://nantly.mywapblog.com/menengok-keindahan-alam-kebun-raya bogor.xhtml. [21 Desember 2013] Pemerintah Kota Bogor. 2012. Kebun Raya Bogor. http://KotaBogor.go.id/component/content/article/266-wisata-perjalanandan-olahraga/9082-kebun-raya-bogor. [21 Desember 2013] Peter.
2012. Pertumbuhan Penduduk dan Ketahanan Pangan. http://birokrasi.kompasiana.com/2012/10/24/pertumbuhan-penduduk-danketahanan-pangan-503892.html. [15 Desember 2013]
Pitana IG, Diarta IKS. 2009. Pengantar ilmu pariwisata. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi. Prasetyo, Bambang, Lina MJ. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif (Teori dan Aplikasi). Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Ruhiyat, Y. 2008. Studi Daya Dukung Biofisik Kawasan Rekreasi Kebun Raya Bogor [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Salim, MR. 2010. Analisis Starategi Pengembangan Kebun Raya Bogor Sebagai Objek Wisata [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Sejati, IK. 2013. Kebun Raya Bogor Objek Wisata Kebun Botani Tertua di Asia. http://ejawantahtour.blogspot.com/2013/01/kebun-raya-bogor-objek-wisatakebun.html. [02 November 2013].
65
SK Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia No. 1151/M/2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja LIPI. Soemarwoto, O. 1983. Ekologi lingkungan hidup dan pembangunan. Jakarta (ID): Djambatan. Soemarwoto, O. 2004. Ekologi, Lingkungan dan Pembangunan. Jakarta (ID): Djambatan. Stynes, Daniel J. et al, 2000, Estimating National Park Visitor Spending and Economic Impacts, Department of Park Recreation and Tourism Resources, Michigan State University. Subarna, A. 2003. Kebun Raya Bogor. Bogor (ID). Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Undang-Undang Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang Republik Indonesia. Vanhove N. 2005. The Economics of Tourism Destinations. Oxford (UK): Elsevier Butterworth Heinemann. Wardiyanta,. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi. Yoeti OA. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kompas. Zografos C, Allcroft D. 2007. The Environmental Values of Potential Ecotourists: A Segmentation Study [jurnal]. Scotland (UK): BioSS (Biomathematics and Statistics), Jurnal of Sustainable Tourism Vol. 15 No. 1.
66
LAMPIRAN
67
Lampiran 1.
Perhitungan Daya Dukung Kawasan wisata Kebun Raya Bogor berdasarkan Kegiatan Wisata yang dilakukan
1. Duduk Santai Luas area yang disediakan pengelola : a. Tempat duduk kayu yang tersebar di seluruh kawasan sebanyak 40 buah : :
x40
= 40
b. Gazebo 4 buah :
:
x4
= 40
c. Luas dominan yang dibutuhkan individu di ruang terbuka hijau
: 2 m²
d. Ruang terbuka hijau 13 001 m² , terdiri dari : - Area tepi danau gunting
:
= 450
- Area tepi jl utama s/d jembatan
:
- RTH cafe dedaunan+kolam teratai
= 898 :
= 4 651
- Area mushola
= 500
e. Daya dukung kawasan : ( T. duduk +gazebo+area tepi danau gunting+area tepi jl utama s/d jembatan+RTH cafe de daunan+area kolam teratai) :
= 6 579
e. Waktu yang disediakan pengelola
: 9jam (540 menit/hari)
f. Waktu dominan yang dibutuhkan individu
: 2 jam (120 menit)
g. Koefesien rotasi
:
h. Daya tampung per hari
: (DDK x koef.rotasi)
=4
:
= 26 316 orang/hari
2. Jalan santai a. Luas dominan yang dibutuhkan individu : 5 m² b. Luas area yang disediakan pengelola terdiri dari : -
Area tepi dananu gunting
:
= 20
68
-
Jl. Kenari I
:
= 29
-
Jl. Kenari II
:
= 90
-
Jembatan gantung
:
= 40
-
Jembatan merah
:
= 36
c. Daya dukung kawasan
: (area tepi d.gunting + jl
kenari 2 + jembatan gantung + jembatan merah) :
= 215
d. Waktu yang disediakan pengelola
: 9 jam (540 menit/hari)
e. Waktu dominan yang dibutuhkan individu
: 90 menit/orang
f. Koefesien rotasi
:
g. Daya tampung per hari
: (DDK x koef.rotasi) :
:6
6 = 1 290
orang/hari
3. Pengamatan flora a.
Luas dominan yang dibutuhkan individu
: 4 m²
b. Luas area yang disediakan pengelola terdiri dari: -
Jalan Kenari I
= 91
-
Jl utama s/d jembatan
= 109
c. Daya dukung kawasan
: ( jl kenari 1 + jl utama as/d
jembatan) :
= 200
d. Waktu yang disediakan pihak pengelola
: 9 jam (540 menit/hari)
e. Waktu dominan yang dibutuhkan individu
: 90 menit
f. Koefesien rotasi
:
h. Daya tampung per hari
: (DDK x koef.rotasi) : 200
=6
6 = 1200 orang/hari
69
4. Bersepeda a. Jumlah unit sepeda
: 17 buah
b. Waktu yang disediakan pihak pengelolaa
: 7,5 jam (450 menit/hari)
c. Waktu dominan yang dibutuhkan individu
: 90 menit
d. Koefesien rotasi
:
e. Daya tampung per hari
: (DDK x koef. rotasi) : 17
=5
5 = 85 orang/
5. Fotografi a. Luas area yang disediakan pengelola
: Seluruh kawasan
b. Luas area yang dibutuhkan pengunjung (per titik spot) : -
Danau gunting
= 3
-
Jl kenari II
= 2
-
jembatan gantung
= 1
-
RTH cafe dedaunan
= 5
Jumlah
= 11 titik per spot
c. Waktu yang disediakan pihak pengelola
: 9 jam (540 menit/hari)
d. Waktu dominan yang dibutuhkan individu
: 2 jam (120 menit/hari)
e. Koefisien waktu
:
f. Daya tampung per hari
: (DDK x koef.rotasi) : 11
4
4 = 44 kegiatan/hari
6. Kuliner a. Jumlah kursi di tempat makan
: 120 buah
b. Waktu yang disediakan pihak pengelola
: 13 jam (780 menit/hari)
c. Waktu dominan yang dibutuhkan individu
: 120 menit
d. Koefesien rotasi
:
e. Daya tampung per hari
: (DDK x koef.rotasi) : 120
=6
6 = 720 orang/hari
70
70
Lampiran 2. Proporsi Pengeluaran Pengunjung Kawasan Wisata Kebun Raya Bogor No Responden
B1
B2
B3
Biaya B5
B4
B6
B7
B8
Total
B9
1
19 000
12 500
0
16 000
0
0
14 000
0
0
61 500
2
37 500
0
10 000
0
0
5 000
14 000
50 000
2 000
118 500
3
20 000
20 000
30 000
0
0
0
14 000
0
2 000
86 000
4
25 000
20 000
50 000
0
0
30 000
14 000
0
4 000
143 000
5
50 000
33 000
16 000
0
0
30 000
14 000
0
0
143 000
6
50 000
0
25 000
0
0
30 000
14 000
0
0
119 000
7
20 000
30 000
20 000
0
0
30 000
14 000
0
0
114 000
8
25 000
25 000
50 000
0
0
30 000
14 000
0
2 000
146 000
9
42 000
21 000
50 000
0
0
0
14 000
30 000
4 000
161 000
10
15 000
25 000
12 500
0
0
0
14000
0
2 000
68 500
11
25 000
0
0
20 000
0
0
14 000
0
0
59 000
12
12 500
20 000
15 000
0
0
5 000
14 000
0
2 000
68 500
13
20 000
14 000
0
36 000
0
0
14 000
0
0
84 000
14
25 000
20 000
10 000
0
0
5 000
14 000
0
2 000
76 000
15
20 000
0
0
4 000
0
0
14 000
0
0
38 000
16
42 000
14 000
7 000
0
0
30 000
14 000
0
0
107 000
17
20 000
19 000
10 000
0
0
0
14 000
0
2 000
65 000
18
0
25 000
50 000
0
0
5 000
14 000
0
0
94 000
19
20 000
10 000
0
15 000
0
0
14 000
0
0
59 000
20
50 000
14 000
0
22 000
0
0
14 000
0
4 000
104 000
21
15 000
20 000
6 000
0
0
5 000
14 000
0
0
60 000
22
0
25 000
25 000
0
150 000
5 000
14 000
0
0
219 000
71
No Responden
B1
B2
B3
Biaya B5
B4
B6
B7
B8
Total
B9
23
4 000
0
0
4 000
0
0
14 000
0
2 000
24 000
24
30 000
0
0
6 000
0
0
14 000
20 000
0
70 000
25
12 500
12 500
12 500
0
0
30 000
14 000
20 000
10 000
111 500
26
20 000
0
10 000
0
0
5 000
14 000
0
0
49 000
27
0
16 000
12 000
0
0
5 000
14 000
0
0
47 000
28
33 000
16 000
25 000
0
0
30 000
14 000
50 000
10 000
178 000
29
14 000
7 000
7 000
0
0
30 000
14 000
0
2 000
74 000
30
10 000
10 000
10 000
0
0
5 000
14 000
0
4 000
53 000
31
0
40 000
20 000
0
0
0
14 000
0
0
74 000
32
16 000
10 000
0
15 000
0
0
14 000
0
0
55 000
33
20 000
20 000
0
16 000
0
0
14 000
0
2 000
72 000
34
0
10 000
10 000
0
0
5 000
14 000
0
0
39 000
35
0
10 000
0
10 000
0
14 000
0
4 000
38 000
36
50 000
0
50 000
0
0
30 000
14 000
0
0
144 000
37
16 000
20 000
20 000
0
0
30 000
14 000
0
0
100 000
38
10 000
5 000
5 000
0
0
5 000
14 000
0
0
39 000
39
7 500
0
50 000
0
0
30 000
14 000
0
2 000
103 500
40
16 000
0
0
25 000
0
0
14 000
0
0
55 000
41
0
25 000
0
15 000
0
0
14 000
0
0
54 000
42
16 000
8 000
0
10 000
0
0
14 000
50 000
0
98 000
43
20 000
0
0
4 000
0
0
14 000
0
2 000
40 000
44
16 000
20 000
0
6 000
0
0
14 000
25 000
0
81 000
45
33 000
15 000
0
6 000
0
0
14 000
0
0
68 000
71
72 72
No Responden
B1
B2
B3
Biaya B5
B4
B6
B7
B8
Total
B9
46
33 000
15 000
0
20 000
0
0
14 000
50 000
2 000
134 000
47
20 000
10 000
0
6 000
0
0
14 000
40 000
0
90 000
48
12 500
30 000
12 000
0
0
14 000
0
4 000
72 500
49
20 000
0
0
10 000
0
0
14 000
0
0
44 000
50
18 000
0
0
8 000
0
0
14 000
0
0
40 000
51
10 000
10 000
50 000
0
0
30 000
14 000
20 000
10 000
144 000
52
40 000
0
0
17 000
0
0
14 000
0
0
71 000
53
30 000
20 000
0
20 000
0
0
14 000
0
0
84 000
54
33 000
10 000
0
20 000
0
0
14 000
0
2 000
79 000
55
13 000
0
0
15 000
0
0
14 000
0
0
42 000
56
0
5 000
10 000
0
0
5 000
14 000
0
0
34 000
57
0
20 000
0
6 000
0
0
14 000
0
4 000
44 000
58
20 000
0
0
10 000
0
0
14 000
0
0
44 000
59
33 000
20 000
5 000
0
0
0
14 000
0
2 000
74 000
60
30 000
10 000
25 000
0
0
0
14 000
0
0
79 000
61
0
20 000
0
3 000
0
0
14 000
0
0
37 000
62
50 000
10 000
0
22 000
0
0
14 000
0
4 000
100 000
63
0
50 000
0
30 000
0
0
14 000
0
0
94 000
64
0
13 000
18 000
0
0
30 000
14 000
0
2 000
77 000
65
20 000
0
0
2 000
0
0
14 000
0
0
36 000
66
40 000
0
0
150 000
0
0
14 000
0
0
204 000
67
0
20 000
0
5 000
0
0
14 000
0
0
39 000
68
40 000
0
0
5 000
0
0
14 000
0
0
59 000
73
No Responden
B1
B2
B3
Biaya B5
B4
B6
B7
B8
Total
B9
69
38 000
10 000
25 000
0
0
0
14 000
0
0
87 000
70
30 000
20 000
25 000
0
0
0
14 000
0
2 000
91 000
71
20 000
5 000
10 000
0
0
5 000
14 000
0
2 000
72
30 000
20 000
50 000
0
0
30 000
14 000
0
73
25 000
10 000
100 000
0
0
30 000
14 000
0
2 000
181 000
74
25 000
0
0
20 000
0
0
14 000
0
0
59 000
75
15 000
20 000
10 000
0
0
5 000
14 000
0
2 000
66 000
76
20 000
10 000
0
12 000
0
0
14 000
0
2 000
58 000
77
25 000
10 000
0
20 000
0
0
14 000
0
0
69 000
78
0
10 000
33 000
0
0
30 000
14 000
0
0
87 000
79
33 000
20 000
17 000
0
0
0
14 000
0
0
84 000
80
15 000
0
10 000
0
0
5 000
14 000
0
0
44 000
81
25 000
0
0
10 000
0
0
14 000
0
0
49 000
82
0
20 000
20 000
0
0
0
14 000
0
0
54 000
83
0
13 000
0
27 000
0
0
14 000
0
2 000
56 000
84
15 000
0
10 000
0
0
5 000
14 000
0
0
44 000
85
16 000
0
10 000
0
0
5 000
14 000
0
4 000
49 000
86
0
25 000
16 000
0
0
30 000
14 000
0
2 000
87 000
87
60 000
15 000
6 500
0
0
5 000
14 000
0
4 000
104 500
88
0
15 000
10 000
0
0
5 000
14 000
0
0
44 000
89
25 000
0
6 000
0
0
5 000
14 000
0
0
50 000
90
17 000
0
0
20 000
0
0
14 000
0
0
51 000
91
0
15 000
10 000
14 000
0
5 000
14 000
0
0
58 000
56 000 144 000
73
74 74
No Responden
B1
B2
B3
Biaya B5
B4
B6
B7
B8
Total
B9
92
33 000
0
10 000
0
0
5 000
14 000
0
0
62 000
93
17 000
10 000
0
13 000
0
0
14 000
20 000
0
74 000
94
28 000
20 000
18 000
0
0
0
14 000
20 000
0
100 000
95
5 000
0
0
10 000
0
0
14 000
0
0
29 000
96
25 000
30 000
0
30 000
0
0
14 000
0
2 000
101 000
97
20 000
30 000
0
25 000
0
0
14 000
0
2 000
91000
98
40 000
50 000
40 000
0
0
0
14 000
0
0
144 000
99
10 000
0
0
10 000
0
0
14 000
0
2 000
36 000
100
5 000
10 000
0
4 000
0
0
14 000
130 000
0
163 000
1 976 500
1 263 000
1 174 500
794 000
150 000
650 000
1 400 000
525 000
122 000
8 055 000
Rata-rata
19 765
12 630
11 745
7 940
1 500
6 500
14 000
5 250
1 220
80 550
Proporsi
24.54
15.68
14.58
9.86
1.86
8.07
17.38
6.52
1.51
100.00
Total
Keterangan : B1 = Konsumsi dari rumah B2 = Konsumsi di kawasan wisata
B3 = Transortasi pribadi B4 = Transportasi umum B5 = Penginapan
B6 = Biaya Parkir B7 = Biaya Tiket B8 = Souvenir
B9 = Biaya toilet
75
Lampiran 3. Pengeluaran Unit Usaha Kawasan Wisata Kebun Raya Bogor
No Responden
Jenis unit usaha
I
B1
B2
B3
B4
B5
B6
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
Total Pengeluaran (i) (i=b+c+d+e+f+g)
Pendapatan (j) (j=a-i)
1. Unit usaha cinderamata 1
Kios cinderamata
35 000 000
300 000
1 000 000
200 000
400 000
2 000 000
200 000
4 100 000
30 900 000
2
Kios cinderamata
30 000 000
300 000
1 200 000
150 000
300 000
5 000 000
200 000
7 150 000
22 850 000
3
Kios cinderamata
30 000 000
0
900 000
0
400 000
1 000 000
200 000
2 500 000
27 500 000
4
Kios cinderamata Total Rata-rata
40 000 000
0
800 000
0
0
5 000 000
0
5 800 000
34 200 000
135 000 000
600 000
3 900 000
350 000
1 100 000
13 000 000
600 000
19 550 000
115 450 000
33 750 000
150 000
975 000
87 500
275 000
3 250 000
150 000
4 887 500
28 862 500
5
PKL cinderamata
8 000 000
0
0
0
300 000
600 000
0
900 000
7 100 000
6
PKL cinderamata
8 500 000
0
0
0
400 000
450 000
0
850 000
7 650 000
16 500 000
0
0
0
700 000
1 050 000
0
1750 000
14 750 000
8 250 000
0
0
0
350 000
525 000
0
875 000
7 375 000
Restaurant
210 000 000
35 000 000
30 030 000
2 000 000
0
60 000 000
0
127 030 000
82 970 000
Total
210 000 000
35 000 000
30 030 000
2 000 000
0
60 000 000
0
127 030 000
82 970 000
Rata-rata
210 000 000
35 000 000
30 030 000
2 000 000
0
60 000 000
0
127 030 000
82 970 000
Total Rata-rata 2. Unit usaha makanan 7
75
76 76
No Responden
Jenis unit usaha
I
B1
B2
B3
B4
B5
B6
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
Total Pengeluaran(i) (i=b+c+d+e+f+g)
Pendapatan (j) (j=a-i)
8
Kios makanan
8 500 000
0
1 500 000
0
400 000
850 000
50 000
2 800 000
5 700 000
9
Kios makanan
5 000 000
0
1 200 000
0
200 000
600 000
40 000
2 040 000
2 960 000
10
Kios makanan
8 000 000
0
1 200 000
50 000
200 000
1 000 000
35 000
2 485 000
5 515 000
11 12
Kios makanan Kios makanan
9 000 000 7 000 000
1 000 000 700 000
2 000 000 1 000 000
10 000 0
400 000 300 000
1 000 000 1 000 000
0 0
4 410 000 3 000 000
4 590 000 4 000 000
13
Kios makanan
7 000 000
0
1 000 000
0
250 000
850 000
50 000
2 150 000
4 850 000
44 500 000
1 700 000
7 900 000
60 000
1 750 000
5 300 000
175 000
16 885 000
27 615 000
Rata-rata
7 416 667
283 333
1 316 667
10 000
291 667
883 333
29 167
2 814 167
4 602 500
14
Warung tenda
2 500 000
100 000
750 000
0
150 000
700 000
0
1 700 000
800 000
15
Warung tenda
2 000 000
100 000
750 000
20 000
200 000
300 000
0
1 370 000
630 000
16
Warung tenda
2 000 000
0
750 000
0
250 000
350 000
0
1 350 000
650 000
17
Warung tenda
2 500 000
0
0
25 000
200 000
1 000 000
0
1 225 000
1 275 000
18
Warung tenda
1 850 000
0
0
0
300 000
400 000
40 000
740 000
1 110 000
19
Warung tenda
1 900 000
0
0
0
300 000
250 000
0
550 000
1 350 000
12 750 000
200 000
2 250 000
45 000
1 400 000
3 000 000
40 000
6 935 000
5 815 000
Rata-rata
2 125 000
33 333
375 000
7 500
233 333
500 000
6 667
1 155 833
969 167
20
Pedagang asongan
1 000 000
0
0
0
100 000
300 000
0
400 000
600 000
21
Pedagang asongan
1 200 000
0
0
35 000
150 000
150 000
0
335 000
865 000
Total
2 200 000
0
0
35 000
250 000
450 000
0
735 000
1 465 000
Rata-rata
1 100 000
0
0
17 500
125 000
225 000
0
367 500
732 500
Total
Total
77
No Responden
Jenis unit usaha
I
B1
B2
B3
B4
B5
B6
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
Total Pengeluaran(i) (i=b+c+d+e+f+g)
Pendapatan (j) (j=a-i)
3. Pedagang kaki lima (PKL) 22
PKL kelinci
8 000 000
650 000
0
50 000
300 000
500 000
0
1 500 000
6 500 000
23
PKL kelinci
7 500 000
600 000
0
50 000
600 000
650 000
0
1 900 000
5 600 000
24
PKL kelinci
7 500 000
600 000
0
30 000
600 000
450 000
0
1 680 000
5 820 000
23 000 000
1 850 000
0
130 000
1 500 000
1 600 000
0
5 080 000
17 920 000
Rata-rata
7 666 667
616 667
0
43 333
500 000
533 333
0
1 693 333
5 973 333
25
PKL talas
1 500 000
150 000
0
0
100 000
200 000
0
450 000
1 050 000
26
PKL talas
1 500 000
150 000
0
0
150 000
100 000
0
400 000
1 100 000
27
PKL talas
3 000 000
0
0
0
300 000
150 000
0
450 000
2 550 000
28
PKL talas
8 000 000
300 000
0
0
200 000
450 000
0
950 000
7 050 000
14 000 000
600 000
0
0
750 000
900 000
0
2 250 000
11 750 000
3 500 000
150 000
0
0
187 500
225 000
0
562 500
2 937 500
Total
Total Rata-rata 4. Foto keliling 29
Foto keliling
3 000 000
0
0
200 000
300 000
200 000
0
700 000
2 300 000
30
Foto keliling
2 500 000
0
0
500 000
400 000
150 000
0
1 050 000
1 450 000
Total
5 500 000
0
0
700 000
700 000
350 000
0
1 750 000
3 750 000
Rata-rata
2 750 000
0
0
350 000
350 000
175 000
0
875 000
1 875 000
B4 B5 B6
: Biaya transportrasi : Biaya bahan baku : Biaya keamanan dan kebersihan
77
Keterangan: I : Penerimaan per bulan B1 : Biaya sewa B2 : Biaya gaji tenaga kerja B3 : Biaya pemeliharaan alat
78
Lampiran 4. Pendapan tenaga kerja kawasan wisata Kebun Raya Bogor No responden
Pekerjaan
Pendapatan perbulan (Rupiah)
1
Kios cinderamata
950 000
2
Kios cinderamata
900 000
3
Kios cinderamata
900 000
4
Kios cinderamata
1 000 000
Rata-rata
937 500
5
Restaurant
2 002 000
6
Restaurant
2 002 000
Rata-rata
2 002 000
7
Kios makanan
1 375 000
8
Kios makanan
1 500 000
9
Kios makanan
1 000 000
10
Kios makanan
2 000 000
11
Kios makanan
1 000 000
12
Kios makanan
1 200 000
Rata-rata
1 345 833
13
Warung tenda
750 000
14
Warung tenda
750 000
15
Warung tenda
700 000
16
Warung tenda
750 000
17
Warung tenda
750 000
Rata-rata
740 000
18
Petugas kebersihan
850 000
19
Petugas kebersihan
850 000
20
Petugas kebersihan
850 000
21
Petugas kebersihan
850 000
22
Petugas kebersihan
850 000
23
Petugas kebersihan
850 000
Rata-rata
850 000
24
Security
895 000
25
Security
895 000
26
Security
895 000
Rata-rata
895 000
27
Pertamanan
2 300 000
28
Pertamanan
2 300 000
Rata-rata
2 300 000
29
Penjaga toilet
700 000
30
Penjaga toilet
700 000
Rata-rata
700 000
Rata-rata keseluruhan
1 221 291
79
Lampiran 5. Pengeluaran Tenaga Kerja lokal perbulan di kawasan dan di luar kawasan KRB 2013 No responden
Pengeluaran di kawasan (Rp)
Pengeluaran di luar kawasan (Rp)
Tenaga kerja B1
B2
B3
B4
B5
Total keseluruhan (Rp)
1
1. Unit usaha cinderamata Kios cinderamata
600 000
0
50 000
0
0
650 000
2
Kios cinderamata
500 000
0
100 000
0
50 000
650 000
3
Kios cinderamata
550 000
0
150 000
40 000
25 000
765 000
4
Kios cinderamata
500 000
0
250 000
30 000
0
780 000
Rata-rata total keseluruhan
537 500
0
137 500
17 500
18 750
711 250
75,57
0,00
19,33
2,46
2,64
100,00
Proporsi
94.90
Total Proporsi (%)
5.10
2. Unit usaha makanan 5
Restaurant
900 000
500 000
100 000
70 000
200 000
1 770 000
6
Restaurant
1000 000
300 000
300 000
100 000
0
1 700 000
950 000
400 000
200 000
85000
100 000
1 735 000
54,76
23,05
11,53
4,90
5,76
100,00
Rata-rata total keseluruhan Proporsi
89,34
Total Proporsi (%)
10,66
7
Pegawai kios makanan
800 000
0
60 000
0
0
860 000
8
Pegawai kios makanan
750 000
0
0
50 000
250 000
1 050 000
9
Pegawai kios makanan
900 000
0
200 000
0
0
1 100 000
10
Pegawai kios makanan
900 000
0
70 000
40 000
76 000
1 086 000
11
Pegawai kios makanan
850 000
500 000
50 000
70 000
300000
1 770 000
79
80 80
No responden
B5 200 000 137 667 12.03
Total keseluruhan (Rp) 1 000 000 1 144 333 100.00
0
0
800 000
80 000
0
0
680 000
100 000
50 000
0
750 000
50 000
40 000
0
590 000
0
250 000
35 000
0
835 000
590 000
0
116 000
25 000
0
731 000
80.71
0.00
15.87
3.42
0.00
100.0
Pengeluaran di kawasan (Rp)
Pengeluaran di luar kawasan (Rp)
Tenaga kerja B1 600 000 800 000 69.91
B2
12
Pegawai kios makanan Rata-rata total keseluruhan Proporsi Total Proporsi (%)
13
Warung tenda
700 000
0
14
Warung tenda
600 000
0
15
Warung tenda
600 000
0
16
Warung tenda
500 000
0
17
Warung tenda
550 000
Rata-rata Proporsi
0 83 333 7.28 85.64
B3 200 000 96 667 8.45 100 000
96.58
Total Proporsi (%)
B4 0 26 667 2.33 14.36
3.42
3. Pengelola wisata 18
Petugas kebersihan
400 000
0
200 000
0
0
600 000
19
Petugas kebersihan
500 000
0
250 000
40 000
0
790 000
20
Petugas kebersihan
500 000
200 000
100 000
30 000
0
830 000
21
Petugas kebersihan
400 000
300 000
50 000
30 000
150 000
930 000
22
Petugas kebersihan
450 000
0
100 000
35 000
0
585 000
23
Petugas kebersihan
400 000
150 000
100 000
30 000
0
680 000
Rata-rata total keseluruhan
441 667
108 333
133 333
27 500
25 000
735 833
60.02
14.72 92.87
18.12
3.74 7.13
3.40
100.00
Proporsi Total Proporsi (%)
81
No responden
Pengeluaran di kawasan (Rp)
Pengeluaran di luar kawasan (Rp)
Tenaga kerja B1
B2
B3
B4
B5
Total keseluruhan (Rp)
24
Security
600 000
0
220 000
40 000
70 000
930 000
25
Security
700 000
0
200 000
50 000
0
950 000
26
Security
600 000
0
100 000
35 000
0
735 000
Rata-rata total keseluruhan
633 333
0
173 333
41 667
23 333
871 667
72.66
0.00
19.89
4.78
2.68
100.00
Proporsi
92.54
Total Proporsi (%)
7.46
27
Pertamanan
750 000
130 000
50 000
30 000
0
960 000
28
Pertamanan
700 000
300 000
100 000
30 000
0
1 130 000
Rata-rata total keseluruhan
725 000
215000
75 000
30 000
0
1 045 000
69.38
20.57
7.18
2.87
0,00
100.00
Proporsi
97.13
Total Proporsi (%)
2.87
29
Pegawai toilet
400 000
100 000
150 000
30 000
0
680 000
30
Pegawai toilet
300 000
0
100 000
30 000
0
430 000
Rata-rata total keseluruhan
350 000
50 000
125 000
30 000
0
555 000
63.06
9.01
22.52
5.41
0.00
100.00
Proporsi
94.59
Total Proporsi (%)
Keterangan: B1 B2
= Biaya konsumsi = Biaya sekolah anak
B3 B4
= Biaya transportasi = Biaya listrik
5.41
B5
= Biaya pajak
81
82
Lampiran 6. Perhitungan efek pengganda
E
= Rp 1 518 303 600
D
= Rp 954 759 844
N
= Rp 421 139 993
U
= Rp 108 734 144
Keynesian Income Multiplier
=
= 1.0
Ratio Income Multiplier Tipe I
=
= 1.4
Ratio Income Multiplier Tipe II
=
= 1.6
83
Lampiran 7. Pembobotan Faktor Internal No
Faktor Strategis Internal
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Responden 5
Responden 6
Total
Bobot
Total
Bobot
Total
Bobot
Total
Bobot
Total
Bobot
Total
Bobot
1
Sistem pengelolaan objek wisata
16
0,14
16
0,14
15
0,14
16
0,15
17
0,15
16
0,14
2
Harga tiket masuk kawasan wisata
16
0,14
15
0,13
16
0,15
15
0,14
16
0,14
14
0,13
3
Infrastruktur dan sarana fasilitas di dalam objek wisata
12
0,11
14
0,13
13
0,12
13
0,12
14
0,13
13
0,12
4
Pemasaran dan promosi objek wisata
16
0,14
15
0,13
14
0,13
16
0,15
14
0,13
15
0,13
5
Keasrian dan kealamian KRB
15
0,14
13
0,12
14
0,13
14
0,13
14
0,13
15
0,13
6
Jumlah dan keahlian SDM KRB di bagian kepariwisataan
13
0,12
16
0,14
14
0,13
13
0,12
13
0,12
12
0,11
7
Pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat aktifitas menumpuknya pengunjung wisatawan di suatu area objek wisata
13
0,12
14
0,13
12
0,11
12
0,11
13
0,12
15
0,13
8
Ketersediaankios makanan di dalam objek wisata
10
0,09
9
0,08
12
0,11
10
0,09
11
0,10
12
0,11
111
1,00
112
1,00
110
1,00
109
1,00
112
1,00
112
1,00
Total
Keterangan: Responden 1: Sub bid. Registrasi Responden 2: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor Responden 3: Pemeliharaan Koleksi
Responden 4: Seleksi dan Pembibitan Responden 5: Jasa dan Informasi Responden 6: Sub Bagian Umum KRB
83
84
84
Lampiran 8. Pembobotan Faktor Eksternal No
Faktor Strategis Eksternal
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Responden 5
Responden 6
Total
Bobot
Total
Bobot
Total
Bobot
Total
Bobot
Total
Bobot
Total
Bobot
1
Permintaan pengunjung terhadap daya tarik objek wisata
17
0,13
17
0,13
19
0,14
18
0,13
19
0,14
18
0,14
2
Potensi pasar wisatawan domestik
18
0,13
18
0,14
20
0,15
18
0,13
19
0,14
17
0,13
3
Potensi pasar wisatawan internasional
20
0,15
19
0,14
19
0,14
20
0,14
19
0,14
20
0,15
4
Akses transportasi terhadap objek wisata Letak dan keterjangkauan objek wisata oleh pengunjung
18
0,13
15
0,11
16
0,12
18
0,13
18
0,13
16
0,12
16
0,12
17
0,13
17
0,13
17
1,42
16
0,12
15
0,11
Keikutsertaan pengunjung dalam memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola KRB Polusi akibat lalu lintas yang terjadi di luar objek wisata
15
0,11
16
0,12
17
0,13
15
0,11
15
0,11
16
0,12
14
0,10
14
0,10
10
0,07
14
0,10
12
0,09
14
0,10
Tingkat pengetahuan masyarakat akan kondisi ex-situ objek wisata
18
0,13
16
0,12
17
0,13
17
0,13
17
0,13
17
0,13
136
1,00
132
1,00
135
1,00
137
2,29
135
1,00
133
1,00
5 6 7 8
Total
Keterangan: Responden 1: Sub bid. Registrasi Responden 2: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor Responden 3: Pemeliharaan Koleksi
Responden 4: Seleksi dan Pembibitan Responden 5: Jasa dan Informasi Responden 6: Sub Bagian Umum KRB
85
85
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi 1 Pintu Gerbang Objek Wisata KRB
Dokumentasi 2 Keindahan kolam teratai
Dokumentasi 3 Kegiatan pengamatan flora
Dokumentasi 4 Rumah anggrek
Dokumentasi 5 Fasilitas unit usaha makanan
Dokumentasi 7 Gedung konservasi
Dokumentasi 6 Kios cinderamata di luar kawasan KRB
Dokumentasi 8 Papan Informasi
86
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 4 November 1991 dari Ayah Dodi Satam dan Ibu Betrida. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 7 Bogor dan pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif dalam kegiatan Coast Basket FEM pada tahun 2011, serta aktif dalam kegiatan himpunan profesi Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2011-2012 di Divisi SRD (REESA). Penulis pernah meraih penghargaan dalam kegiatan pertandingan olahraga yaitu Juara III Tim Basket Putri pada tahun 2011 Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) dan juara II Tim Tenis Meja Putri pada tahun 2012 Sportakuler FEM. Penulis juga aktif sebagai panitia dalam beberapa kegiatan di IPB.