i
DAMPAK EKONOMI DAN DAYA DUKUNG KAWASAN DALAM PENGEMBANGAN WISATA PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA
QONITA MUHLISA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Ekonomi dan Daya Dukung Kawasan dalam Pengembangan Wisata Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Seumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Qonita Muhlisa NIM H44100108
iv
v
ABSTRAK QONITA MUHLISA. Dampak Ekonomi dan Daya Dukung Kawasan dalam Pengembangan Wisata Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA. Kegiatan pariwisata memberikan manfaat penting dalam pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah di Indonesia, seperti meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dan membuka peluang pekerjaan bagi tenaga kerja lokal. Salah satu kawasan yang memiliki potensi untuk pengembangan sektor wisata adalah Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Wisata ini mulai dikembangkan sejak tahun 2009, dimana jumlah kunjungan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi diperoleh dari aliran dana yang dikeluarkan wisatawan di kawasan wisata Pulau Tidung. Dampak ekonomi yang dirasakan adalah dampak langsung, dampak tidak langsung, dan dampak lanjutan. Metode multiplier effect analysis digunakan untuk menganalisis dampak ekonomi di Pulau Tidung. Nilai keynesian income multiplier yang diperoleh adalah 1,7 dan nilai ratio income multiplier tipe I dan tipe II adalah 1,5 dan 1,6. Disisi lain, meningkatnya jumlah wisatawan berpotensi menyebabkan over carrying capacity pada titik area tertentu untuk aktivitas snorkeling dan wisata pantai, terutama saat hari libur (peak season). Sehingga diperlukan strategi yang tepat untuk pengelolaan dan pengembangan yang tetap memberikan manfaat ekonomi terhadap masyarakat namun sesuai dengan daya dukung kawasan. Beberapa alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk pengelolaan wisata Pulau Tidung yakni: mempertahankan sistem pengelolaan wisata; kerjasama antara pihak pengelola, masyarakat dan wisatawan dalam menjaga kelestarian sumberdaya lingkungan; melakukan promosi terhadap wisata yang baru dikembangkan; mengembangkan potensi area lain dan kegiatan wisata baru di Pulau Tidung untuk menghindari over carrying capacity di titiktitik area kawasan tertentu, peningkatan edukasi dan informasi oleh pengelola untuk masyarakat dan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan, kebersihan, dan keasrian kawasan wisata, dan mempersiapkan dan mengelola profesionalitas tenaga kerja lokal dibidang wisata melalui pelatihan. Kata Kunci : Dampak ekonomi, over carrying capacity, Pulau Tidung, strategi pengelolaan
vi
ABSTRACT QONITA MUHLISA. Economic Impact and Carrying Capacity of Developing Tourism in Tidung Island, Seribu Island, DKI Jakarta. Supervised by METI EKAYANI and NUVA. Tourism activities give an advantage in economic growth in some Indonesia areas, such as increasing income and opening job vacancy for local society. One areas that has potency in developing tourism sector is Tidung Island, DKI Jakarta. The tourism development was started in 2009, where the total tourism visiting Tidung Island is increasing every year. It has given a positive impact to the local economic. Economic impact from tourism activities were direct, indirect, and induce impact. Multiplier effect analysis method was used to analize economic impact in Tidung Island. Keynesian income multiplier value was 1.7 and ratio income multiplier type I and type II were 1.5 and 1.6. Moreover, the increasing of tourist number was potentially caused by over carrying capacity in some certain point areas in snorkeling and beach tourism, especially on peak season. So that, appropiate strategy is needed for managing and developing tourism area. Some alternative strategies that can be implemented for Tidung Island tourism management are: maintaining and increasing tourism management system; maintaining cooperation between management party, society, and tourist to protect resource and environment of tourism area; promoting new tourism; developing other potencial areas and new tourism activities to avoid over carrying capacity in some certain areas; increasing education and information to the society and tourist in maintaining the environment preservation, hygiene, and beauty of tourism area; and managing professionalism of local labor in tourism through training. Keywords: Economic impact, management strategy, over carrying capacity, Tidung Island
vii
DAMPAK EKONOMI DAN DAYA DUKUNG KAWASAN DALAM PENGEMBANGAN WISATA PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA
QONITA MUHLISA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
viii
x
xi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNYA sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah ekonomi wisata yang berjudul Dampak Ekonomi dan Daya Dukung Kawasan dalam Pengembangan Wisata Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Penelitian ini membahas tentang dampak ekonomi wisata dan strategi pengembangan wisata yang sesuai dengan daya dukung kawasan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Ir. Muhibul Basyar, M.Si dan Ibunda Lilis Suryani, serta ketiga adik saya: Annisa Muhlisa, Rabbani, dan Masitha Muhlisa yang telah memberikan dukungan dan doa. 2. Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Nuva, S.P, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan mendidik penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc atas bimbingannya dalam penulisan skripsi ini. 4. Dosen penguji utama dan penguji Departemen ESL yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec sebagai dosen pembimbing akademik, yang telah memberi arahan dan bimbingan selama penulis menjalani kuliah. 6. Pihak pengelola Kawasan Wisata Pulau Tidung, Kelurahan Pulau Tidung, masyarakat Pulau Tidung, dan wisatawan yang telah banyak memberikan informasi, bantuan, dan saran selama pengumpulan data. 7. Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB, para dosen beserta staf atas semua dukungan dan bantuan. 8. Rekan-rekan sebimbingan skripsi Mentari, Isterah, Melinda, Melly, Zumar, Dimas, dan Nia. 9. Sahabat-sahabat tersayang Reza S, Yessy, Aulia, Denadia, Fadila, Kartika, Larasati, Kimel, Devi, Astari, Putri, Neng, Nurul, Dessy, Rindang, dan Erlangga atas bantuan, doa, dan dukungan. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Mei 2015
Qonita Muhlisa
xii
xiii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv I
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................................6 1.4 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 7
II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 9 2.1 Pengembangan Wisata Bahari ...................................................................... 9 2.2 Dampak Pariwisata terhadap Ekonomi ...................................................... 10 2.3 Daya Dukung Kawasan Wisata .................................................................. 11 2.4 Ekowisata dan Community Based Tourism ................................................ 12 2.5 Penelitian Terdahulu................................................................................... 13 III KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................................... 17
IV METODE PENELITIAN .............................................................................. 19 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 19 4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 19 4.3 Metode Pengambilan Sampel ..................................................................... 20 4.4 Metode Analisis Data ................................................................................. 20 4.4.1 Analisis Dampak Ekonomi ................................................................ 21 4.4.2 Analisis Daya Dukung Kawasn ......................................................... 22 4.4.3 Analisis Strategi Pengelolaan ............................................................ 24 V GAMBARAN UMUM .................................................................................... 29 5.1 Gambaran Umum dan Kondisi Demografi Pulau Tidung .......................... 29 5.2 Karakteristik Responden Masyarakat Pulau Tidung .................................. 31 5.3 Karakteristik Wisata dan Responden Wisatawan Pulau Tidung ................ 34 5.4 Karakteristik Wisata dan Persepsi Responden Wisatawan terhadap Kondisi Objek Wisata ................................................................................ 38
xiv
VI HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 43 6.1 Dampak Ekonomi dari Aktivitas Wisata di Pulau Tidung ........................ 43 6.1.1 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Effect)...................................... 44 6.1.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Effect) ......................... 46 6.1.3 Dampak Lanjutan ............................................................................... 48 6.1.4 Nilai Efek Pengganda (Multipiler Effect) .......................................... 49 6.2 Daya Dukung Kawasan untuk Aktivitas Wisata di Pulau Tidung ............. 51 6.3 Strategi Pengelolaan Objek Wisata Pulau Tidung ..................................... 54 6.3.1 Tahapan Masukan (Input Stage) ........................................................ 55 6.3.1.1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ............................ 55 6.3.1.2 Matriks External Factor Evaluation (EFE) .......................... 62 6.3.2 Tahapan Pencocokan (Matching Stage) ............................................ 65 6.3.2.1 Matriks IE (Internal - External) ............................................ 65 6.3.2.2 Matriks SWOT ...................................................................... 67 VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 75 7.1 Kesimpulan ................................................................................................ 75 7.2 Saran .......................................................................................................... 76 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 79 LAMPIRAN........................................................................................................... 83 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 103
xv
DAFTAR TABEL No
Halaman
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Jumlah wisatawan Kepulauan Seribu 2012-2013............................................ 4 Penelitian terdahulu ......................................................................................... 13 Matriks metode analisis data ........................................................................... 21 Potensi ekologis wisatawan per satuan unit area (K) dan luas unit area (Lt) .. 23 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)....................................................... 24 Matriks External Factor Evaluation (EFE)..................................................... 25 Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal .................................... 25 Matriks SWOT ................................................................................................ 28 Sarana/prasarana di Pulau Tidung ................................................................... 30 Karakteristik responden pelaku usaha sektor wisata di Pulau Tidung ............ 32 Karakteristik responden tenaga kerja sektor wisata di Pulau Tidung ............. 33 Karakteristik responden wisatawan berdasarkan faktor sosial ekonomi ......... 34 Karakteristik kunjungan responden wisatawan ............................................... 36 Persepsi responden wisatawan terhadap fasilitas yang tersedia di Pulau Tidung ............................................................................................... 39 Persepsi wisatawan terhadap daya tarik dan aspek pendukung wisata di Pulau Tidung ............................................................................................... 40 Proporsi pengeluaran wisatawan di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014 ...................................................................................................... 43 Dampak ekonomi langsung di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014 ...................................................................................................... 45 Dampak ekonomi tidak langsung di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014 ...................................................................................................... 46 Proporsi rata-rata pengeluaran responden tenaga kerja per bulan di kawasan wisata Pulau Tidung ..................................................................... 48 Dampak ekonomi lanjutan di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014 ...................................................................................................... 49 Nilai efek pengganda dan arus yang terjadi di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014 ............................................................................... 50 Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata snorkeling di Pulau Tidung .... 52 Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata pantai di Pulau Tidung ............53 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)....................................................... 56 Matriks External Factor Evaluation (EFE)..................................................... 62 Matriks SWOT kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014 ........................... 68
15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
xvi
DAFTAR GAMBAR Halaman
No
1. Jumlah wisatawan Pulau Tidung 2010-2013 ................................................... 5 2. Dampak dan kebocoran pada perekonomian lokal akibat pengeluaran wisatawan ...................................................................................................... 11 3. Alur kerangka pemikiran ............................................................................... 18 4. Matriks Internal-Eksternal (IE) ..................................................................... 27 5. Matriks IE kawasan wisata Pulau Tidung ..................................................... 65
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1. Peta lokasi penelitian dan peta titik area aktivitas .......................................... 85 2. Pengeluaran wisatawan kawasan wisata Pulau Tidung .................................. 86 3. Rincian Pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata Pulau Tidung ...... 89 4. Rata-rata pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata Pulau Tidung .... 92 5. Pendapatan tenaga kerja kawasan wisata Pulau Tidung................................. 93 6. Pengeluaran tenaga kerja di dalam kawasan wisata Pulau Tidung ................ 95 7. Perhitungan efek pengganda........................................................................... 98 8. Pembobotan faktor internal ............................................................................ 99 9. Pembobotan faktor eksternal ........................................................................ 100 10. Dokumentasi ................................................................................................. 101
1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki peran dan manfaat penting dalam pertumbuhan ekonomi, seperti membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat lokal, memberi peluang daerah tujuan wisata untuk memperkenalkan daerahnya secara luas, menghapus kemiskinan, dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan devisa (Ismayanti 2010). Kekuatan industri pariwisata Indonesia terletak pada kekayaan sumberdaya alam, keanekaragaman hayati, dan pesona bawah laut. Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia dengan panjang 95.181 km dan kurang lebih memiliki 17.480 pulau, hal ini berpotensi untuk dikembangkan bagi sektor pariwisata khususnya wisata bahari (KKP 2011). Selain wisata bahari, sektor wisata lainnya seperti wisata situs, sejarah, kuliner dan religi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk melakukan kunjungan wisata di Indonesia. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia terus meningkat dari 6,3 juta orang pada tahun 2009 menjadi 8,8 juta orang pada tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,2%. Pergerakan jumlah perjalanan wisatawan nusantara juga mengalami peningkatan setiap tahunnya dimulai dari 229,7 juta perjalanan di tahun 2009 menjadi 250 juta perjalanan di tahun 2013. Peningkatan jumlah wisatawan akan berimplikasi pada peningkatan penerimaan pemerintah yang ditunjukkan oleh Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 2013 PDB nasional yang diperoleh adalah sebesar Rp. 347,35 triliun. Selain pencipta nilai tambah, sektor pariwisata menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2013, dampak pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 10,18 juta orang. Sektor pariwisata juga merupakan pencipta devisa yang tinggi. Tahun 2013, sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 10,05 miliar, meningkat dari US$ 9,12 miliar di tahun 2012. Angka-angka tersebut mencerminkan pengaruh pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja (Kemenparekraf 2013). Wisata bahari merupakan salah satu bagian dari sektor pariwisata yang cukup berkembang di Indonesia. Wisata bahari merupakan kegiatan wisata pesisir
2
yang salah satu pengembangannya adalah dengan pendekatan konservasi laut. Pengembangan wisata bahari perlu untuk mendapatkan prioritas karena wisata bahari memberikan manfaat seperti peningkatan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, perolehan devisa dan pembangunan daerah. Wisata pantai (seaside tourism), wisata pesiar (cruise tourism), wisata alam (ecotourism), wisata bisnis (business tourism), wisata budaya (cultural tourism), maupun wisata olahraga (sport tourism) adalah produk wisata bahari yang perlu dilakukan pengembangan (Kusumastanto 2003). Kepulauan Seribu merupakan salah satu daerah tujuan wisata bahari yang cukup dikenal. Letaknya yang dekat dengan Kota Jakarta menjadi salah satu pilihan bagi wisatawan untuk melakukan kunjungan wisata. Kepulauan Seribu memiliki kurang lebih 100 pulau yang terbagi menjadi dua kecamatan. Sebelas pulau diantaranya merupakan pulau yang dihuni oleh penduduk, sisanya adalah pulau untuk rekreasi, konservasi, cagar alam, cagar budaya dan peruntukan lainnya. Sesuai dengan karakteristiknya yang merupakan gugusan pulau-pulau, pengembangan wilayah Kepulauan Seribu diarahkan terutama untuk pemanfaatan sumberdaya perikanan dan meningkatkan kegiatan wisata. Guna menjaga kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekologi, pemerintah membagi gugusan kepulauan ini menjadi tiga zona. Zona pertama diperuntukkan bagi eksplorasi sumberdaya alam seperti pemanfaatan terumbu karang mati yang di eksploitasi untuk kepentingan industri ubin teraso atau lainnya. Zona kedua adalah pulaupulau yang khusus disediakan untuk taman nasional atau tujuan wisata alam. Zona ketiga ditetapkan sebagai kawasan cagar alam yang dilindungi (BPS Kepulauan Seribu 2012). Beberapa pulau yang diperuntukkan sebagai kawasan wisata menjadi destinasi yang diperhitungkan oleh wisatawan. Pulau yang umumnya dikunjungi oleh wisatawan adalah pulau penduduk dan pulau resort. Pulau penduduk adalah pulau yang merupakan pusat pemerintahan dan perumahan penduduk. Pulau penduduk umumnya dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata. Kegiatan wisata di pulau penduduk dikelola langsung oleh penduduk pulau. Fasilitas wisata yang disediakan oleh penduduk adalah homestay, warung makan, jasa transportasi seperti penyewaan sepeda dan becak motor.
3
Sementara itu, pulau resort adalah pulau-pulau yang penduduknya tidak begitu banyak, pulau ini dijadikan sebagai pusat rekreasi dan kunjungan wisata. Kegiatan wisata di pulau ini dikelola oleh pihak swasta. Pihak swasta adalah investor yang bukan merupakan penduduk pulau. Pulau resort yang dikelola oleh pihak swasta untuk wisata dilengkapi dengan fasilitas yang lebih lengkap seperti hotel dan restauran, namun keterlibatan masyarakat lokal terbatas, sehingga masyarakat lokal tidak terkena dampak ekonomi yang lebih dinikmati pihak luar (BPS Kepulauan Seribu 2013). Menurut data jumlah kunjungan wisata, jumlah wisatawan yang datang ke pulau penduduk lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan ke pulau resort. Beberapa pulau resort dengan jumlah kunjungan yang tinggi diantaranya adalah Pulau Bidadari dan Pulau Ayer, sedangkan pulau penduduk yang paling banyak dikunjungi adalah Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung, dan Pulau Pari. Data jumlah kunjungan wisatawan ke pulau penduduk dan pulau resort di Kepulauan Seribu dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah wisatawan Kepulauan Seribu 2012-2013 Wisman (orang) No
Objek
1 2
PULAU PENDUDUK Pulau Pramuka Pulau Tidung
3
Wisnus (orang)
Total (orang) Jumlah Jumlah 2012 2013
2012
2013
2012
2013
1.781 1.784
3.494 3.576
57.855 217.948
119.626 370.311
59.636 219.732
123.120 373.887
Pulau UntungJawa
55
-
275.998
649.846
276.053
649.846
4
Pulau Harapan
33
1.460
17.138
64.836
17.171
66.296
5 6
Pulau Kelapa Pulau Pari/ Lancang Jumlah
112 3.765
3.410 11.940
4.789 36.232 609.960
9.483 215.620 1.429.722
4.789 36.344 613.725
9.483 219.030 1.441.662
1
PULAU RESORT Pulau Ayer
2 3 4 5 6
Pulau Bidadari Pulau Kotok Tengah Pulau Sepa Pulau Putri Pulau Macan
94
-
12.045
17.461
12.139
17.461
858 750 1.370 1.585
1.003 844 1.734 -
25.041 600 1.719 963 1.209
31.673 1.255 1.682 1.040 116
25.041 1.458 2.469 2.333 2.794
31.673 2.258 2.526 2.774 116
Jumlah 4.563 3.581 Total 8.328 15.521 Sumber: BPS Kepulauan Seribu 2013
4.491 614.451
4.093 1.433.815
9.054 622.779
7.674 1.449.336
4
Penelitian ini akan fokus terhadap kegiatan wisata di pulau penduduk yaitu Pulau Tidung. Pulau Tidung adalah salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dan merupakan pulau penduduk yang pengelolaan wisatanya berbasis masyarakat. Kurang lebih empat ribu orang penduduk yang mendiami pulau ini dan mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Luas pulau Tidung adalah sekitar 106 hektar yang terbagi menjadi Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Keindahan bawah laut dan panorama pantai menjadi alasan bagi wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata di Pulau Tidung. Berbagai aktivitas wisata yang dapat dilakukan di Pulau Tidung adalah wisata pantai, renang, memancing, snorkeling, diving, water sport (banana boat, jetsky, kano) dan aktivitas lainnya. Umumnya masyarakat memanfaatkan kedatangan pengunjung dengan menyediakan penginapan (homestay), rumah makan, warung, jasa penyewaan alat-alat snorkeling, jasa penyewaan sepeda sebagai transportasi wisatawan selama di Pulau Tidung, dan usaha lainnya (BPS Kepulauan Seribu 2013). 1.2 Perumusan Masalah Pulau Tidung merupakan salah satu pulau berpenduduk dengan mayoritas mata pencaharian masyarakatnya adalah nelayan. Kesejahteraan masyarakat sebagai nelayan di pulau ini masih perlu mendapat perhatian lebih, karena hasil tangkapan ikan saat ini mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan nelayan mulai menghadapi berbagai kendala saat melaut. Beberapa kendala diantaranya eksplorasi sumberdaya kelautan yang tidak berbasis pada konsep keberlanjutan, faktor cuaca, maupun faktor biaya untuk melaut. Eksplorasi yang berlebihan menimbulkan degradasi lingkungan, penggunaan bahan peledak dan racun untuk menangkap ikan yang dilakukan beberapa tahun kebelakang berdampak pada saat sekarang dan mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas kelautan. Hal ini akan berpengaruh pada pendapatan masyarakat sebagai nelayan, sehingga masyarakat membutuhkan alternatif lain untuk mendapatkan penghasilan tambahan (Terumbu Karang Jakarta 2009). Potensi wisata di Pulau Tidung dapat menjadi sebuah peluang bagi masyarakat sebagai alternatif penghasilan tambahan untuk meningkatkan
5
pendapatannya. Keindahan panorama pantai, pesona bawah laut, dan icon Jembatan Cinta menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk mengunjungi pulau ini. Potensi wisata ini menyebabkan jumlah kunjungan wisatawan meningkat. Pulau Tidung mulai membuka akses wisatanya pada tahun 2009, pulau ini mulai dikenal dan dikunjungi oleh wisatawan. Tahun-tahun selanjutnya wisatawan yang datang mulai bertambah. Gambar 1 menunjukkan jumlah
Jumlah wisatawan (orang)
kunjungan wisatawan ke Pulau Tidung.
373.887
219.732
48.103
71.343
Tahun 2010
2011
2012
2013
Sumber: BPS Kepulauan Seribu 2013; Kelurahan Pulau Tidung 2013
Gambar 1 Jumlah wisatawan Pulau Tidung 2010-2013 Peningkatan jumlah kunjungan ke Pulau Tidung memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat, khususnya masyarakat sebagai pelaku usaha dan tenaga kerja yang terkait dengan wisata. Dampak ekonomi wisata terhadap masyarakat dapat dilihat dengan mengikuti aliran pengeluaran pengunjung di kawasan wisata. Transaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal tentunya memberikan sejumlah dampak ekonomi. Dampak positif yang dirasakan diantaranya adalah memberikan insentif lokal bagi perkembangan ekonomi lokal melalui penciptaan lapangan kerja, dan peluang usaha dalam penyediaan kebutuhan barang dan jasa bagi wisatawan. Masyarakat Pulau Tidung memanfaatkan potensi ini menjadi peluang usaha seperti penyediaan penginapan (homestay), restoran, catering, jasa transportasi, penyewaan alat-alat snorkeling dan pemandu wisata. Penerimaan dari sektor wisata ini menjadi alternatif selain pekerjaan utama masyarakat sebagai nelayan (Wijayanti 2009).
6
Aktivitas wisata yang ditawarkan di Pulau Tidung juga merupakan minat bagi wisatawan untuk melakukan kunjungan. Aktivitas wisata tersebut diantaranya adalah wisata pantai, menyelam, memancing, berenang, snorkeling, water sport dan lainnya. Berbagai aktivitas wisata yang dapat dilakukan di Pulau Tidung melibatkan sumberdaya sehingga harus tetap terjaga kelestariannya. Aktivitas wisata yang banyak diminati adalah wisata pantai dan snorkeling di beberapa spot untuk melihat terumbu karang dan biota bawah laut. Selain memberikan dampak ekonomi, aktivitas wisata di Pulau Tidung juga berpotensi mengurangi kualitas sumberdaya bahkan merusak lingkungan apabila tidak dikelola secara tepat. Peningkatan jumlah kunjungan yang terus meningkat memberikan dampak yang positif bagi ekonomi masyarakat lokal, namun di sisi lain peningkatan jumlah kunjungan tersebut berpotensi menimbulkan over carrying capacity dan akan memberikan dampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya. Guna meningkatkan dampak ekonomi masyarakat lokal serta meminimumkan degradasi lingkungan dan mengantisipasi over carrying capacity dari kegiatan wisata, maka diperlukan suatu arahan strategi pengelolaan dan pengembangan yang tepat. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana dampak ekonomi dari aktivitas wisata terhadap masyarakat di Pulau Tidung? 2. Bagaimana kapasitas daya dukung yang dimiliki kawasan wisata di Pulau Tidung untuk aktivitas wisata? 3. Bagaimana strategi pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung yang memberikan manfaat ekonomi dan sesuai daya dukung kawasan (DDK)? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan umum penelitian ini adalah merumuskan strategi pengelolaan dan pengembangan wisata yang berbasis masyarakat lokal dan sesuai dengan daya dukung kawasan. Tujuan khusus penelitian ini antara lain:
7
1. Mengestimasi dampak ekonomi dari aktivitas wisata terhadap masyarakat di Pulau Tidung. 2. Menghitung kapasitas daya dukung kawasan wisata Pulau Tidung untuk aktivitas wisata. 3. Menyusun strategi pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung yang memberikan manfaat ekonomi dan sesuai daya dukung kawasan (DDK). 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Dampak ekonomi yang dihitung hanya perputaran uang ditingkat lokal dari pengeluaran wisatawan dengan panduan Marine Ecotourism for Atlantic (META 2001) dimana tidak meliputi dampak proyek pembangunan pariwisata secara keseluruhan. Penelitian ini meliputi pengukuran kapasitas daya dukung kawasan wisata bahari yang dilihat dari aktivitas wisatawan. Pengukuran daya dukung kawasan dibatasi hanya untuk aktivitas snorkeling dan wisata pantai karena merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan dan diminati oleh wisatawan dengan asumsi wisatawan melakukan aktivitas snorkeling hanya di satu area saja. Perhitungan ini menggunakan metode benefit transfer, yaitu menggunakan hasil penelitian Yulianda tahun 2007 mengenai Ekowisata Bahari dengan asumsi waktu yang disediakan dan yang dimanfaatkan oleh wisatawan sama. Daya dukung yang diukur dibatasi hanya daya dukung fisik. Strategi pengembangan yang diambil didapatkan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada pada wisata bahari di Pulau Tidung yang diidentifikasi melalui informasi dari stakeholder terkait dengan bantuan alat analisis SWOT.
8
9
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wisata Bahari Wisata
bahari
merupakan
aktivitas
wisata
yang
memanfaatkan
sumberdaya dan daya tarik pesisir dan lautan, mencakup kegiatan untuk menikmati keindahan dan keunikannya serta kegiatan rekreasi lain yang menunjang (Keraf 2000). Wisata bahari pula merupakan kegiatan wisata pesisir yang salah satu cara pengembangannya adalah dengan pendekatan konservasi laut. Kegiatan wisata bahari dilakukan berdasarkan keadaan alam dan keunikan alam yang tersedia, karakteristik ekosistem, serta kekhasan seni dan budayanya (Kusumastanto 2003). Wisata bahari terbagi atas kegiatan secara langsung dan tidak langsung. Kegiatan diving, snorkeling, berenang, berperahu merupakan beberapa kegiatan wisata bahari secara langsung. Sedangkan olahraga pantai, piknik, menikmati atmosfir laut dan panorama pantai merupakan wisata bahari secara tidak langsung (Nurisyah 2001). Kegiatan wisata bahari tidak terlepas dari pemanfaatan sumberdaya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota laut. Objek-objek utama yang menjadi potensi pariwisata bahari adalah wisata bisnis (business tourism), wisata pantai (seaside tourism), wisata budaya (culture tourism), wisata pesiar (cruise tourism), wisata alam (ecotourism), dan wisata olahraga (sport tourism).
Melalui
pendekatan konservasi laut, pengembangan wisata bahari dapat mendorong pembangunan dan pelestarian secara terpadu antara upaya konservasi dengan program pembangunan yang memperhatikan aspek daya dukung lingkungan (carrying capacity) (Kusumastanto 2003). Pengelolaan wisata bahari terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat. Kegiatan ini melibatkan masyarakat secara langsung, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan kegiatan pembangunan pesisir dan lautan. Masyarakat diletakkan sebagai faktor utama yang berpartisipasi secara langsung dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut (Ardiwidjaja, 2003 dalam Azis 2009). Pengembangan pariwisata bahari diharapkan mampu memberikan multiplier effect terhadap ekonomi masyarakatnya. Subsektor pariwisata bahari merupakan sektor yang
10
memiliki masa depan yang menjanjikan untuk menunjang pembangunan kelautan. Beberapa fokus utama dalam kebijakan pengembangan pariwisata bahari diarahkan untuk (Kusumastanto 2003):
1. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana publik yang memberikan pelayanan dan kenyamanan bagi wisatawan domestik maupun mancanegara 2. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia dalam mengelola pariwisata bahari 3. Mengembangkan aktivitas ekonomi nonpariwisata yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan pariwisata bahari, misalnya industri kerajinan, perikanan, restoran, dan jasa angkutan laut 4. Meningkatkan jaminan dan sistem keamanan bagi wisatawan
yang
memanfaatkan potensi pariwisata bahari 5. Mengembangkan model pengelolaan pariwisata bahari yang mampu menjaga kelestarian ekosistem laut dan budaya masyarakat lokal. 2.2 Dampak Pariwisata terhadap Ekonomi Secara umum, dampak pariwisata terhadap perekonomian adalah dampak terhadap penerimaan devisa, pendapatan masyarakat, peluang kerja, harga dan tarif, distribusi manfaat dan keuntungan, pembangunan, dan pendapatan pemerintah (Cohen 1984 dalam Ismayanti 2010). Pariwisata tidak hanya memberikan dampak ekonomi pada tingkat makro saja, tetapi juga pada tingkat mikro atau ekonomi lokal. Kegiatan wisata secara langsung menyentuh dan melibatkan lingkungan serta partisipasi masyarakat lokal sehingga memberikan berbagai dampak. Dampak wisata akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat dan yang paling sering mendapat perhatian adalah dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan (Pitana dan Gayatri 2005). Dampak ekonomi khususnya terhadap masyarakat lokal, dibagi menjadi tiga kategori yaitu dampak langsung, dampak tidak langsung dan dampak lanjutan. Dampak langsung merupakan manfaat yang diberikan melalui pengeluaran wisatawan secara langsung terhadap unit usaha seperti penginapan, rumah makan, pemandu wisata, dan transportasi di area lokasi wisata. Unit usaha
11
yang menerima dampak langsung kemudian memiliki pengeluaran untuk membeli barang dan jasa dari unit usaha lainnya, ini merupakan dampak tidak langsung. Selanjutnya, pekerja rumah makan yang membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa di area lokasi wisata merupakan dampak lanjutan. Apabila unit usaha mengeluarkan uangnya diluar lokasi wisata, hal ini dinamakan kebocoran. Alur perputaran pengeluaran wisatawan ditunjukkan pada Gambar 2 (Lindberg 1996 dalam Ekayani dan Nuva 2013). Pengeluaran Wisatawan Dampak Langsung
Sektor Wisata
Kebocoran
Dampak Tidak Langsung
Sektor pendukung
Pendapatan Rumahtangga Dampak Lanjutan
Sumber: Lindberg 1996 dalam Ekayani dan Nuva 2013
Gambar 2 Dampak dan kebocoran pada perekonomian lokal akibat pengeluaran wisatawan 2.3 Daya Dukung Kawasan Wisata Kegiatan wisata bahari membutuhkan sumberdaya untuk dimanfaatkan serta dikembangkan. Berbagai aktivitas wisata bergantung dengan sumberdaya yang ada di lokasi wisata. Seperti wisata pantai, wisata ini membutuhkan lahan yang dapat menampung jumlah wisatawan yang melakukan aktivitas di pantai. Wisata snorkeling juga membutuhkan sumberdaya yang ada di laut seperti keadaan karang laut, beragam jenis ikan, dan biota bawah laut lainnya. Daya dukung kawasan perlu diperhatikan untuk tetap mendukung kegiatan wisata yang melibatkan sumberdaya. Kawasan yang akan dikembangkan sangat bergantung dengan aspek daya dukung. Daya dukung dapat diartikan sebagai kesanggupan lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Selain itu daya dukung dapat didefinisikan sebagai intensitas penggunaan suatu
12
sumberdaya secara maksimum dan berlangsung terus menerus dengan tetap memperhatikan keseimbangannya (Ketjulan 2010). Konsep daya dukung dikategorikan atas daya dukung fisik, daya dukung ekologi, daya dukung sosial dan daya dukung ekonomi. Daya dukung fisik didasarkan pada batas spasial sebuah areal dengan memperhatikan berapa materi atau unit yang dapat ditampung dalam areal tersebut. Daya dukung ekologi adalah berapa ukuran populasi pada suatu ekosistem agar ekosistem tersebut dapat berkelanjutan. Daya dukung sosial adalah ukuran yang dapat ditoleransi pada suatu tempat yang dikunjungi orang banyak. Sedangkan daya dukung ekonomi dapat digambarkan sebagai tingkat dimana suatu area dapat diubah sebelum aktivitas ekonomi terjadi sebelum mendapat pengaruh yang merugikan (Dahuri 2002). Kawasan yang dikembangkan kegiatan wisata bahari dengan konsep ekowisata sangat bergantung dari aspek daya dukung. Penelitian ini dibatasi hanya pada pengukuran daya dukung fisik, dimana melihat batasan suatu kawasan wisata dalam
menampung jumlah wisatawan dengan kegiatan wisatanya
(Yulianda 2007). 2.4 Ekowisata dan Community Based Tourism Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya konservasi, tidak memberikan dampak negatif, dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi masyarakat lokal. Ekowisata erat kaitannya dengan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan wisata. Masyarakat lokal berperan sebagai subyek dan obyek dalam pengelolaan wisata (World Conservation Union 1996 dalam Nugroho 2011). Community based tourism merupakan bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata. Selain itu, Community based tourism merupakan perwujudan perluasan dampak sektor pariwisata pada pembangunan perekonomian lokal masyarakat di sekitar kawasan wisata. Wisata yang berbasis masyarakat memberikan peluang kepada masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan dan kesempatan berwirausaha di sektor pariwisata secara lebih luas.
13
Indikator terpenting kemajuan sektor pariwisata, selain pemasukan nasional melalui devisa negara, juga peningkatan taraf kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat khususnya masyarakat lokal di area kawasan wisata. Pariwisata harus melibatkan masyarakat lokal, sebagai bagian dari produk turisme. Selain itu masyarakat juga harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan wisata karena masyarakat sendiri yang akan menanggung dampak kumulatif dari perkembangan wisata, (Murphy, 1985 dalam Hadiwijoyo, 2012). 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh beberapa peneliti, sama halnya dengan
penelitian
mengenai daya dukung
kawasan. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dirangkum pada Tabel 2. Tabel 2 Penelitian terdahulu No 1
Peneliti Nuva (2004)
Judul penelitian Analisis Strategi dan Peranserta Masyarakat dalam Pengembangan Wisata Bahari Tiram Ulakan di Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman
2
Wijayanti (2009)
Analisis Ekonomi Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta
Hasil penelitian Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi yang didapat adalah membuat hubungan kerjasama pemerintah dengan masyarakat, pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal melalui pariwisata inti rakyat, pembinaan penduduk disekitar kawasan wisata, meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pariwisata dengan melibatkan pihak swasta, dan lainnya. Penelitian ini membandingkan dampak pada dua pulau di Kepulauan Seribu, yakni Pulau Untung Jawa dan Pulau Pramuka. Nilai Keynesian local multiplier di Pulau Untung Jawa sebesar 1,85 yang artinya peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar 1 rupiah akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal sebesar 1,85 rupiah. Sedangkan nilai di Pulau Pramuka sebesar 1,16 yang artinya peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar 1 rupiah akan menigkatkan pendapatan masyarakat lokal sebesar 1,16 rupiah.
14
Tabel 2 Penelitian terdahulu (lanjutan) No Peneliti Judul penelitian 3
Ketjulan (2010)
Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Bahari di Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara
4
Katalinga (2013)
Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan Ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta
5
Rajab, Fahruddin, Setyobudiandi (2013)
Daya Dukung Perairan Pulau Liukang Loe untuk Aktivitas Ekowisata Bahari
Hasil penelitian Hasil analisis IKW menunjukkan bahwa Pulau Hari tergolong sesuai untuk kegiatan wisata selam dan snorkling, dengan luas area yang dapat digunakan 11,82 ha untuk wisata selam dengan daya tampung wisata 472 orang/trip dan 12,82 ha untuk wisata snorkling dengan jumlah wisatawan 513 orang/trip. Nilai ekonomi wisata sesuai daya dukung kawasan Pulau Hari adalah sebesar Rp 236.979.180,00 per tahun Perhitungan daya dukung di Pulau Pari menggunakan rumus daya dukung kawasan. Tiga lokasi untuk aktivitas snorkeling medapatkan hasil yang berbeda. Lokasi I dapat menampung 14 orang dalam satu hari dengan luas area pemanfaatan 350m². Lokasi II dan III luas area pemanfaatan 9000m² dan 2000m² memiliki daya tampung untuk 36 orang dan 8 orang per hari Berdasarkan penelitian diperoleh hasil analisis untuk tiga kegiatan wisata yaitu wisata pantai, wisata snorkeling dan wisata selam. Daya dukung kawasan untuk wisata pantai di Pulau Liukang Loe adalah 56 orang per hari. Wisata snorkeling memiliki kapasitas daya dukung sebanyak 986 orang per hari dengan asumsi waktu yang dibutuhkan oleh wisatawan adalah 3 jam. Sedangkan wisata selam, daya dukung kawasan untuk wisata ini adalah sebanyak 589 orang per hari
Beberapa penelitian terkait analisis ekonomi berupa dampak ekonomi atau nilai ekonomi telah dilakukan oleh para peneliti, hasil yang didapatkan beragam. Penelitian oleh Wijayanti (2009) menunjukkan hasil perhitungan dampak ekonomi yang positif, nilai keynesian local multiplier menunjukkan penambahan nilai rupiah bagi pendapatan masyarakat lokal dari satu rupiah yang dikeluarkan oleh wisatawan. Penelitian mengenai daya dukung juga telah dilakukan oleh para peneliti, penelitian yang dilakukan oleh Ketjulan (2010), Katalinga (2013), dan Rajab dkk (2013) menunjukkan kapasitas yang dapat ditampung oleh suatu kawasan dan sumberdaya untuk menunjang kegiatan wisata yang dilakukan. Strategi pengembangan wisata dilakukan oleh Nuva (2004) dengan menggunakan analisis SWOT dimana hasil pembobotan menunjukkan posisi kuadran suatu
15
kawasan wisata, untuk kemudian dianalisis strategi pengembangan yang tepat untuk kawasan wisata tersebut. Penelitian ini hampir memiliki kesamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, namun penelitian ini menggabungkan kedua analisis yang dilakukan dilihat dari dampak ekonomi wisata terhadap pendapatan masyarakat lokal dan analisis daya dukung kawasan untuk melihat kemampuan fisik suatu sumberdaya untuk dimanfaatkan sebagai kawasan wisata. Kedua analisis tersebut diidentifikasi untuk mendapatkan faktor kekuatan dan kelemahannya. Faktor tersebut menjadi acuan untuk merumuskan strategi pengelolaan dan pengembangan wisata yang tepat untuk keberlanjutan wisata di Pulau Tidung.
16
17
III. KERANGKA PEMIKIRAN Pulau Tidung merupakan salah satu bagian dari Kepulauan Seribu yang banyak dikunjungi oleh wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Berbagai aktivitas wisata banyak dilakukan di lokasi wisata Pulau Tidung. Kegiatan snorkeling dan wisata pantai lebih dominan dilakukan oleh wisatawan. Penawaran jasa wisata ke Pulau Tidung semakin bertambah dan meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke pulau ini. Kebutuhan wisatawan selama berada di lokasi wisata dijadikan peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan bagi masyarakat, seperti jasa penginapan, penyewaan alat-alat snorkeling, penyediaan jasa transportasi, warung makan, dan lainnya. Masyarakat dalam hal ini adalah pelaku unit usaha dan tenaga kerja lokal yang menerima manfaat dari aliran uang pengunjung selama berwisata. Metode yang digunakan untuk menganalisis dampak ekonomi tersebut adalah keynesian multiplier. Nilai yang didapatkan menunjukkan seberapa besar dampak pengeluaran yang dikeluarkan pengunjung berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat lokal selaku unit usaha dan tenaga kerja lokal, serta melihat seberapa besar kebocoran yang disebabkan aliran pengeluaran wisatawan di luar kawasan wisata. Peningkatan jumlah kunjungan ke Pulau Tidung dalam jangka panjang berpotensi melebihi daya dukung (over carrying capacity) di wilayah tersebut. Kondisi pengelolaan wisata di Pulau Tidung belum menerapkan konsep wisata berbasiskan daya dukung kawasan, sehingga perlu dilakukannya analisis daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Pulau Tidung. Perhitungan kapasitas daya dukung kawasan berbasis dari aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh wisatawan, yaitu snorkeling dan wisata pantai. Kedua aktivitas wisatawan tersebut melibatkan sumberdaya sehingga perlu dilakukan perhitungan daya dukung untuk melihat berapa kapasitas kemampuan suatu wilayah untuk menunjang aktivitas wisata agar tidak over carrying capacity. Analisis dampak ekonomi dan daya dukung kawasan, menjadi dasar pertimbangan untuk pengelolaan dan pembangunan wisata yang berkelanjutan. Strategi pengembangan perlu dianalisis sebagai acuan rencana pengembangan wisata kedepannya. Strategi pengelolaan tersebut dianalisis menggunakan analisis SWOT dengan menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan), dan faktor
18
eksternal (peluang dan ancaman) sehingga menghasilkan kemungkinan alternatif strategi pengelolaan yang tepat di Pulau Tidung. Alur kerangka pemikiran penelitian ini dapat disederhanakan pada Gambar 3.
Peningkatan jumlah kunjungan di Pulau Tidung
Potensi over carrying capacity akibat aktivitas wisata
Analisis Daya Dukung Kawasan terhadap aktivitas wisata
Kapasitas maksimum untuk mendukung aktivitas wisata
Dampak ekonomi terhadap pendapatan masyarakat lokal
Indirect
Direct
Keynesian Multiplier
Nilai dampak ekonomi wisata
Strategi pengelolaan yang efektif dengan analisis SWOT
Pengembangan wisata yang berkelanjutan di Pulau Tidung
Gambar 3 Alur kerangka pemikiran
Induced
19
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pulau Tidung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Lokasi
penelitian
ini
ditentukan
secara
sengaja
dengan
mempertimbangkan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu pulau yang arah pengembangannya adalah peningkatan kegiatan wisata. Kegiatan wisata di Pulau Tidung termasuk rentan terhadap over carrying capacity karena kegiatan wisata di Pulau Tidung melibatkan sumberdaya alam dan laut, terlebih pengelolaan wisata di Pulau Tidung belum menerapkan konsep daya dukung kawasan dan jumlah wisatawan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kegiatan wisata yang paling banyak diminati oleh pengunjung adalah wisata pantai dan snorekling yang melibatkan peran sumberdaya yang apabila pengelolaannya tidak tepat akan mengurangi kualitas sumberdaya. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei dan September 2014. Peta lokasi penelitian dan peta titik area aktivitas wisata dilampirkan pada Lampiran 1. 4.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung ke lokasi penelitian, yaitu berupa pengamatan
dan
wawancara
secara
langsung
pada
responden
dengan
menggunakan fasilitas kuisioner. Dalam hal ini responden adalah wisatawan yang datang untuk tujuan wisata di Pulau Tidung, masyarakat lokal selaku pemilik unit usaha dan tenaga kerja dibidang wisata. Wawancara juga dilakukan kepada pihak pengelola (key person) yaitu pihak Kelurahan
Tidung
bidang
kesejahteraan
masyarakat,
pihak
Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat bidang ekonomi dan wisata, pihak Karang Taruna bidang Badan Pengawas Harian perwakilan travel agent dan tokoh masyarakat. Data sekunder diperoleh dari Kelurahan Pulau Tidung, studi pustaka, literatur, penelitian terdahulu yang terkait serta media informasi internet.
20
4.3 Metode Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel pengunjung dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, yaitu memilih secara sengaja sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki untuk dijadikan sampel. Persyaratan untuk sampel pengunjung adalah keterwakilan dari beberapa aspek yaitu demografi, cara kedatangan, tujuan wisata, dan aktivitas wisata. Jumlah responden pengunjung adalah 42 orang. Pengunjung yang datang berkelompok, dipilih satu orang responden sebagai perwakilan dari kelompok. Jumlah responden untuk unit usaha sebanyak 33 responden unit usaha, pengambilan sampel untuk unit usaha dilakukan secara purposive sampling dimana unit usaha tersebut sudah memenuhi keterwakilan dari seluruh jenis unit usaha yang berada di sekitar lokasi wisata. Kriteria untuk unit usaha yaitu berdasarkan keterwakilan dari jenis usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata seperti tempat penginapan, rumah makan, warung, pedagang kaki lima, penyewaan alat snorkeling dan jenis usaha lainnya. Tenaga kerja lokal dipilih sebanyak 35 responden secara purposive sampling dengan beberapa kriteria yaitu mewakili pekerjaan di bidang wisata seperti penjaga tiket, pegawai homestay, pegawai warung makan, pegawai usaha catering, dan pekerja di bidang wisata lainnya. Teknik pengambilan responden key person dilakukan dengan menggunakan metode snowball sampling dimana key person yang diambil berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari key person sebelumnya (Nasution 2007). 4.4 Metode Analisis Data Metode analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data yang diperoleh dalam bentuk yang lebih mudah untuk diinterpretasikan. Keterkaitan tujuan penelitian, jenis data, sumber data, dan metode analisis data disajikan dalam Tabel 3.
21
Tabel 3 Matriks metode analisis data Tujuan penelitian Menganalisis dampak ekonomi dari aktivitas wisata terhadap masyarakat di Pulau Tidung
Menghitung kapasitas daya dukung kawasan wisata Pulau Tidung untuk aktivitas wisata
Menyusun strategi pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung yang memberikan manfaat ekonomi dan sesuai daya dukung kawasan
Jenis data yang diperlukan Data primer: - Data pendapatan dan pengeluaran pengunjung - Data pendapatan dan pengeluaran unit usaha - Data pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja Data sekunder: - Data jumlah wisatawan - Laporan tahunan kelurahan - Luas area yang disediakan pengelola wisata - Waktu yang disediakan pengelola wisata dalam satu hari - Luas area yang dibutuhkan pengunjung - Waktu yang dibutuhkan pengunjung
- Sistem pengelolaan yang sudah ada - Saran dan rekomendasi pengelolaan dan pengembangan wisata
Sumber data Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja lokal. Data sekunder diperoleh dari Dinas terkait
Data primer diperoleh dari wawancara dengan pengunjung yang melakukan aktivitas wisata pantai dan snorkeling. Data luasan yang dimanfaatkan diukur dengan bantuan alat GPS. Data sekunder diperoleh dari pengelola wisata dan Dinas terkait.
Data primer diperoleh dari wawancara dengan pengelola wisata dan Dinas terkait
Metode analisis data Multiplier Effect Analysis
Analisis daya dukung kawasan menggunakan benefit transer dari (Yulianda 2007) dengan penyesuaian dalam hal nilai parameter yang diukur secara langsung Analisis SWOT
4.4.1 Analisis Dampak Ekonomi Perhitungan dampak ekonomi yang diperoleh dari aliran uang wisatawan berupa dampak langsung (direct effect), dampak tidak langsung (indirect effect) dan dampak lanjutan (induced effect). Dampak langsung dihitung dari pendapatan bersih unit usaha yang diperoleh dari pengeluaran wisatawan di kawasan wisata.
22
Dampak tidak langsung dihitung dari pendapatan tenaga kerja di tingkat lokal. Dampak lanjutan dihitung dari pengeluaran tenaga kerja di dalam kawasan wisata (Vanhove 2005). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis dampak ekonomi adalah multiplier effect analysis yang dibagi menjadi dua aspek, pertama, keynesian income multiplier yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar peningkatan pengeluaran wisata berdampak terhadap pendapatan lokal. Kedua adalah ratio income multiplier yaitu nilai yang menunjukkan sebesar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran wisatawan terhadap pendapatan lokal. Metode ini diformulasikan seperti dibawah ini (META 2001) : Keynesian Income Multiplier = D+N+U .................................................. (1) E Ratio Income Multiplier, Tipe 1 = D+N .................................................. (2) D Ratio Income Multiplier, Tipe 2 = D+N+U ............................................. (3) D keterangan: E : Tambahan pengeluaran pengunjung (Rp) D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp) N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rp) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp)
Pengeluaran wisatawan di luar kawasan dinamakan kebocoran. Wisata bahari khususnya yang terletak di pulau rentan terhadap kebocoran. Metode ini menghitung nilai kebocoran yang menunjukkan sejumlah aliran uang dari wisatawan yang keluar dari perekonomian lokal atau tidak sampai ke masyarakat lokal. 4.4.2 Analisis Daya Dukung Kawasan Daya dukung ekowisata dihitung dengan menggunakan konsep daya dukung kawasan. Daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Adapun
23
rumus yang digunakan untuk menentukan daya dukung kawasan wisata, adalah sebagai berikut (Yulianda 2007) : DDK = K × Lp × Wt .......................................................................................... (4) Lt Wp keterangan: DDK
: Daya Dukung Kawasan
K
: Potensi ekologis wisatawan per satuan unit area
Lp
: Luas Area /panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt
: Unit area untuk kategori tertentu
Wt
: Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari
Wp
: Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk setiap kegiatan tertentu
Potensi ekologis wisatawan adalah kemampuan alam untuk menampung wisatawan berdasarkan jenis kegiatan wisata pada area tertentu. Potensi ekologis dan luas unit area untuk setiap jenis kegiatan wisata bahari ditunjukkan pada Tabel 4 (Yulianda 2007). Tabel 4 Potensi ekologis wisatawan per satuan unit area (K) dan luas unit area (Lt)
Snorkeling
1
Unit area (Lt) 500 m²
Rekreasi pantai
1
50 m
Jenis kegiatan
∑ pengunjung (K)
Keterangan Setiap 1 orang dalam 100 m x 5 m 1 orang setiap 50 m panjang pantai
Sumber: Yulianda, 2007
Kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata, yaitu 2 jam untuk aktivitas snorkeling dan 3 jam untuk aktivitas wisata pantai. Waktu kawasan (Wt) adalah lama waktu areal yang dibuka dalam satu hari di kawasan wisata Pulau Tidung, yaitu 8 jam untuk aktivitas snorkeling dan 12 jam untuk aktivitas wisata pantai.
24
4.4.3 Alternatif Strategi Pengelolaan Analisis upaya pengembangan bagi wisata di Pulau Tidung dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
analisis
SWOT.
Analisis
SWOT
(Strengths,
Weaknesses,
Opportunities, Threats) didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Data diperoleh dari key person yang memahami kondisi dan perkembangan wisata Pulau Tidung melalui interview langsung. Setelah memperoleh informasi, ditentukan faktor internal (kekuatan dan kelemahan), dan faktor eksternal (peluang dan ancaman), (Rangkuti 2008). Bentuk penyusunan faktor-faktor Internal Factors Evaluation (IFE) dijelaskan seperti Tabel 5. Tabel 5 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor-faktor Strategis Internal 1. Pengetahuan masyarakat lokal akan kondisi dan informasi mengenai kawasan wisata Pulau Tidung 2. Posisi dan keterjangkauan kawasan wisata Pulau Tidung oleh wisatawan 3. Sistem manajemen pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung 4. Belum ada penetapan tarif tiket masuk kawasan wisata Pulau Tidung 5. Prasarana (akses transportasi) yang telah tersedia untuk mencapai kawasan wisata Pulau Tidung 6. Infrastruktur dan jalan di dalam kawasan wisata Pulau Tidung 7. Strategi pemasaran dan promosi kawasan wisata Pulau Tidung 8. Peningkatan jumlah kunjungan ke kawasan wisata Pulau Tidung 9. Kelengkapan fasilitas pendukung dikawasan wisata Pulau Tidung 10. Peran organisasi atau lembaga masyarakat dalam pengelolaan wisata Pulau Tidung 11. Batasan dan daya dukung kawasan wisata Pulau Tidung 12. Kondisi sumberdaya (keeasrian, kebersihan dan kealamian pantai, laut, dan terumbu karang) 13. Pertumbuhan ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata di kawasan wisata Pulau Tidung 14. Profesionalitas tenaga kerja lokal dibidang wisata Total
Bobot
Rating
Skor Bobot
25
Menentukan data faktor eksternal External Factor Evaluation (EFE) sama seperti saat menentukan IFE terhadap setiap data yang diperoleh. Analisis faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Faktor-faktor Strategis Eksternal
Bobot
Rating
Skor Bobot
1. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap kegiatan konservasi 2. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap pengembangan kawasan wisata 3. Adanya pilihan wisata ke pulau lain di sekitar Kepulauan Seribu 4. Potensi Pasar Wisatawan Domestik 5. Potensi Pasar Wisatawan Internasional 6. Jumlah Sumberdaya manusia yang bekerja di bidang wisata 7. Keikutsertaan masyarakat dalam memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola Pulau Tidung 8. Pencemaran di lingkungan kawasan akibat aktivitas wisata Total
Kemudian dari faktor-faktor yang telah ditentukan, dilakukan kembali interview kepada lima orang key person selaku pihak yang terlibat dalam pengelolaan wisata Pulau Tidung untuk memberikan bobot pada faktor-faktor tersebut. Untuk menentukan setiap bobot variabel digunakan skala 1, 2, dan 3, dengan kriteria sebagai berikut*. Bentuk pembobotan dapat dilihat pada Tabel 7: *1
= jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2
= jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3
= jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Tabel 7. Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal Faktor Strategi Internal A B ... Total
A
Faktor Strategi Eksternal A A B ... Total Sumber : Kinnear 1991 dalam Nuva 2004
B
...
Total
B
...
Total
26
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus:
=
.................................................................................................. (5)
Keterangan
: i = 1,2,3,...,n = bobot variabel ke i = nilai variabel ke i n = jumlah
Penentuan rating diberikan oleh para key person. Untuk mengukur masing-masing variabel digunakan skala 1,2,3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis dimana untuk matriks IFE, skala nilai yang digunakan adalah: 1 = kelemahan utama
2 = kelemahan kecil
3 = kekuatan kecil
4 = kekuatan utama
Skala nilai peringkat yang digunakan untuk matriks EFE adalah : 1 = rendah, respon kurang
2 = sedang, respon sama dengan rata-rata
3 = tinggi, respon diatas rata-rata
4 = sangat tinggi, respon superior
Selanjutnya, bobot dikalikan dengan rating untuk memperoleh nilai skor bobot yang totalnya akan menunjukkan posisi wisata pada matriks InternalEksternal. Matriks Internal-Eksternal (IE) adalah gabungan matriks IFE dan EFE yang telah dihasilkan dari tahapan input (input stage) dan memperlihatkan posisi kawasan wisata dalam tampilan sel IE yang dapat dibagi menjadi sembilan sel. Strategi tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.
27
Skor bobot total IFE
Skor bobot total EFE
Kuat 3,0-4,0 4,0 Tinggi 3,0-4,0 Sedang 2,0-2,99 Lemah 1,0-1,99
3,0 2,0 1,0
Sedang 2,0-2,99 3,0
Lemah 1,0-1,99 2,0
1,0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sumber: David, 2009
Gambar 4 Matriks Internal-External (IE) Gambar 4 mengidentifikasikan 9 sel strategi yang dapat diterapkan, kesembilan sel dibagi menjadi tiga bagian utama dengan implikasi strategi yang berbeda-beda (David 2009), yaitu: 1.
Sel 1, 2, dan 4 merupakan daerah tumbuh dan bina (grow and build). Strategi yang paling tepat untuk semua divisi ini adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, ke depan, dan horizontal).
2.
Sel 3, 5, dan 7 merupakan daerah pertahanan dan pelihara (hold and maintain). Strategi yang tepat untuk tipe ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.
3.
Sel 6, 8, dan 9 adalah daerah panen atau divestasi (harvest or diversiture). Strategi yang sesuai dengan tipe sel ini adalah strategi divestasi, diversifikasi konglomerat dan likuidasi. Matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan untuk menyusun formulasi
strategi yang dapat mengembangkan empat jenis strategi : Strategi SO (kekuatanpeluang), Strategi WO (kelemahan-peluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman), Strategi WT (kelemahan-ancaman). Analisis pencocokan faktor internal dan eksternal ini merupakan bagian yang sulit, dibutuhkan penilaian yang terbaik untuk mengembangkan Matriks SWOT, namun tetap tidak ada satupun kecocokan yang benar-benar terbaik. Formulasi strategi ini bertujuan untuk menghasilkan
28
rumusan arahan strategi pengembangan potensi wisata di Pulau Tidung dengan pendekatan Matriks SWOT seperti yang disajikan pada Tabel 8 (Rangkuti 2008).
Tabel 8 Matriks SWOT IFAS
Strengths (S)
Weakness (W)
Opportunities (O)
STRATEGI SO
STRATEGI WO
Threars (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
EFAS
Sumber : Rangkuti 2008
29
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum dan Kondisi Demografi Pulau Tidung Pulau Tidung merupakan salah satu gugusan pulau yang berada di Kepulauan Seribu. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 04 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Pulau Tidung adalah salah satu dari tiga kelurahan yang ada di Wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Secara geografis, letak Pulau Tidung berada pada 05° 46’ 15”-05° 59’ 30” LS dan 106° 34’ 40” - 106° 57’ 22” BT. Secara administrasi, Pulau Tidung memiliki luas wilayah 106 Ha yang terdiri dari enam pulau dengan Pulau Tidung Besar sebagai pemukiman penduduk dan pusat pemerintahan. Pulau lainnya diperuntukkan sebagai lahan pertanian, dan pariwisata. Kelurahan Pulau Tidung membawahi 4 RW dan 29 RT. Data statistik Kelurahan Pulau Tidung 2014 mencatat jumlah penduduk Pulau Tidung adalah 4.509 yang terdiri dari 2.223 orang laki-laki dan 2.286 orang perempuan. Kepadatan penduduk di Pulau Tidung adalah sekitar 42 penduduk/ hektar dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.172 KK. Sebelum Pulau Tidung menjadi daerah tujuan wisata yang banyak dikenal, mayoritas masyarakat Pulau Tidung bekerja sebagai nelayan. Pendapatan masyarakat masih tergolong rendah dan tingkat sosial ekonomi di Pulau Tidung tidak merata. Masyarakat Pulau Tidung mencari alternatif lain untuk menambah pendapatan di luar pendapatan utama. Sektor wisata memberikan jalan keluar bagi permasalahan ekonomi bagi masyarakat Pulau Tidung. Masyarakat mulai memanfaatkan kondisi tersebut sebagai pelaku usaha penyedia jasa wisata. Pulau Tidung menjadi kawasan wisata yang berbasis masyarakat, karena besarnya peran masyarakat dalam mengelola wisata. Masyarakat menyediakan homestay untuk wisatawan yang bermalam, penyewaan sepeda untuk sarana transportasi wisatawan selama di pulau, penyewaan alat-alat snorkeling dan water sport untuk menunjang aktivitas wisatawan. Masyarakat pula yang bergerak mempromosikan wisata di Pulau Tidung melalui travel agent. Travel agent adalah penyedia jasa wisata yang membantu wisatawan memenuhi kebutuhannya seperti mencarikan penginapan, tiket kapal, dan pemandu wisata. Travel agent pula yang
30
banyak bergerak melakukan promosi wisata Pulau Tidung ke berbagai media. Selain itu travel agent yang banyak mengetahui perkembangan wisata karena banyak ikut terlibat dalam aktivitas wisatawan dari awal mula wisatawan tiba di pulau hingga kembali meninggalkan pulau. Pengelolaan wisata di Pulau Tidung berawal dari gerakan masyarakat yang melihat adanya peluang pada sektor wisata. Pada saat wisata mulai berkembang, organisasi seperti Karang Taruna mulai mendukung dan membantu masyarakat dalam mengelola wisata. Melalui organisasi ini masyarakat lebih mudah untuk mendapatkan perhatian pemerintah setempat dalam hal dukungan dan bantuan dana. Karang Taruna menjadi jembatan penghubung bagi masyarakat dan pemerintah. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) baru dibentuk pada awal tahun 2014 dengan tujuan yang sama dalam pengelolaan wisata. Guna menunjang kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat di Pulau Tidung, pemerintah mulai melakukan pembangunan seperti memperbaiki Jembatan Cinta yang merupakan icon wisata di Pulau Tidung. Selain itu pemerintah mulai meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana demi untuk kesejahteraan masyarakat dan mendukung kegiatan wisata. Sarana dan prasarana yang ada di Pulau Tidung cukup beragam. Sarana dan prasarana tersebut dikelompokkan ke dalam sektor wisata dan non-wisata, seperti yang disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Sarana dan prasarana di Pulau Tidung No A.
B. 1.
Sarana/prasarana Wisata
Jumlah
Homestay Kapal penumpang Kapal snorkeling Speedboat
186 buah 11 buah 74 buah 9 buah
Alat snorkeling Becak motor (Bentor) Sepeda
70 penyewaan 75 buah 4099 buah
Non- wisata Keagamaan Masjid Musholla
2 buah 7 buah
31
Tabel 9 Sarana dan prasarana di Pulau Tidung (lanjutan) No 2.
3.
Sarana/prasarana Kesehatan Kapal Ambulans Puskesmas Posyandu Umum
Jumlah
ATM Tower
1 buah 2 buah
1 buah 1 buah 8 buah
Sumber: Kelurahan Pulau Tidung 2014
Tabel 9 menunjukkan bahwa kegiatan wisata di Pulau Tidung berbasis pada masyarakat, terlihat pada sarana dan prasarana wisata yang umumnya disediakan oleh masyarakat. Pemerintah dalam hal ini turut menyediakan dan meningkatkan sarana prasarana umum lainnya seperti jalan, jembatan, ketersediaan pasokan air bersih dan listrik. Pada sektor non-pariwisata, beberapa sarana dan prasarana di Pulau Tidung adalah sarana dan prasarana kesehatan, keagamaan dan sarana umum. Masyarakat Pulau Tidung seratus persen adalah pemeluk agama islam, sehingga sarana dan prasana yang tersedia adalah khusus untuk umat muslim. Terdapat pula sarana dan prasarana kesehatan yaitu adanya sebuah puskesmas, kapal ambulans dan posyandu. Sarana dan prasarana tersebut sangat membantu tidak hanya untuk masyarakat tetapi juga wisatawan. Sehingga wisatawan mendapatkan kemudahan dalam memenuhi kebutuhannya. Sarana umum lainnya adalah anjungan tunai mandiri untuk kemudahan menarik uang tunai serta kemudahan sarana telekomunikasi. 5.2 Karakteristik Responden Masyarakat Pulau Tidung Karakteristik responden masyarakat diperlukan untuk melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat di Pulau Tidung. Masyarakat yang menjadi responden adalah pelaku usaha dan tenaga kerja yang berdomisili di Pulau Tidung. Karakteristik sosial ekonomi masyarakat Pulau Tidung meliputi struktur usia, status kependudukan, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian. Karakteristik tersebut dipisahkan antara pelaku usaha dan tenaga kerja. Tabel 10 dibawah ini menjelaskan karakteristik unit usaha yang ada di kawasan wisata Pulau Tidung.
32
Tabel 10 Karakteristik responden pelaku usaha sektor wisata di Pulau Tidung Karakteristik 1. Struktur Usia
Jumlah (orang)
Persentase (%)
19-28 29-38 39-48 49-58 Jumlah 2. Status Kependudukan
4 19 9 1 33
12 58 27 3 100
Penduduk asli Pendatang Jumlah 3. Tingkat Pendidikan
27 6 33
82 18 100
Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Perguruan Tinggi Jumlah 4. Mata Pencaharian
12 12 8 1 33
36 36 25 3 100
17 3 3 6 4 33
52 9 9 18 12 100
Nelayan Pedagang Buruh IRT Lainnya Jumlah
Jenis usaha wisata yang ada di Pulau Tidung cukup beragam, seperti homestay, usaha catering, penyewaan sepeda, penyewaan alat-alat snorkeling, warung makan, pedagang kaki lima, toko souvenir dan lainnya. Umumnya pelaku usaha memulai usahanya sejak kegiatan wisata Tidung.
mulai berkembang di Pulau
Sebagian besar pelaku unit usaha yang tinggal di Pulau Tidung
merupakan penduduk asli, para pendatang umumnya menetap di Pulau Tidung dengan alasan bekerja dan ikut suami/istri. Struktur usia pelaku usaha di Pulau Tidung memiliki persentase yang tinggi pada usia 29-38 tahun, dimana pelaku usaha sudah memiliki pengalaman kerja sebelum membuka unit usahanya. Para pelaku usaha umumnya adalah nelayan yang ingin meningkatkan pendapatan di luar pendapatan utamanya. Namun tingkat pendidikan pelaku usaha masih tergolong rendah, yaitu hanya tamat SD dan SMP. Hal ini disebabkan keterbatasan biaya sehingga dahulu masyarakat tidak dapat mencapai pendidikan yang lebih tinggi.
33
Sektor wisata di Pulau Tidung tidak hanya memberikan peluang usaha bagi masyarakat, kesempatan kerja juga terbuka bagi masyarakat lokal. Pelaku usaha tentunya membutuhkan bantuan pegawai untuk menjalankan usahanya, sehingga membuka peluang bekerja bagi tenaga kerja lokal. Karakteristik tenaga kerja lokal yang bekerja pada sektor wisata dijelaskan pada Tabel 11. Tabel 11 Karakteristik responden tenaga kerja sektor wisata di Pulau Tidung Karakteristik 1. Struktur Usia
Jumlah (orang)
Persentase (%)
19-28 29-38 39-48 Jumlah 2. Status Kependudukan
23 10 2 35
66 25 6 100
Penduduk asli Pendatang Jumlah 3. Tingkat Pendidikan
29 6 35
83 17 100
Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Jumlah 4. Status pekerjaan di bidang pariwisata
9 15 11 35
26 43 31 100
Pekerjaan utama
0
0
Pekerjaan sampingan
35
35
Jumlah
35
100
1-2 tahun 2-3 tahun
20 10
57 29
> 3 tahun
5
14
Jumlah
35
100
< 500.000
8
23
500.001- 1.000.000
25
71
1.000.001-1.500.000
2
6
Jumlah
35
100
5. Lama bekerja
6. Tingkat pendapatan
Para tenaga kerja umumnya berusia 19-28 tahun dimana merupakan usia produktif untuk bekerja. Mayoritas pekerja merupakan masyarakat asli Pulau Tidung, sebagian kecil merupakan pendatang yang datang untuk bekerja dan berdomisili di Pulau Tidung. Tingkat pendidikan para tenaga kerja didominasi
34
oleh tamatan SMP dan SMA. Umumnya para pekerja telah bekerja selama satu hingga dua tahun dengan pendapatan kisaran Rp. 500.001 hingga Rp.1.000.000 per bulan. Pendapatan ini tergolong rendah karena masih dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP) Jakarta yaitu Rp. 2.441.000 per bulan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2014). Hal ini karena jam kerja yang tidak tetap dan pekerjaan di bidang wisata bukan merupakan pekerjaan utama. Pada hari biasa yang pengunjungnya tidak terlalu ramai, tenaga kerja menjalankan pekerjaan utamanya yang mayoritas adalah nelayan karena beberapa unit usaha wisata tidak beroperasi. Namun pada hari libur jumlah pengunjung meningkat dan unit usaha memerlukan bantuan tenaga kerja lebih banyak. 5.3 Karakteristik Responden Wisatawan Pulau Tidung Karakteristik responden wisatawan diperlukan untuk melihat tipe wisatawan yang datang ke lokasi wisata. Karakteristik wisatawan dibedakan berdasarkan faktor sosial ekonomi wisatawan yang terdiri dari jenis kelamin, umur, asal kota, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Sedangkan karakteristik kunjungan berwisata terdiri dari frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, lama kunjungan, keinginan untuk kembali dan alasan ingin kembali. Wisatawan yang menjadi responden adalah 42 orang yang dipilih secara purposive sampling dengan persyaratan memiliki keterwakilan dari aspek demografi, cara kedatangan, tujuan wisata dan aktivitas wisata. Berdasarkan faktor sosial dan ekonomi, karakteristik responden wisatawan disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Karakteristik responden wisatawan berdasarkan faktor sosial ekonomi Karakteristik 1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2. Usia (tahun) 17-25 26-34 35-43 45-52 >52 Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
23 19 42
55 45 100
23 8 5 5 1 42
55 19 12 12 2 100
35
Tabel 12 Karakteristik responden wisatawan berdasarkan faktor sosial ekonomi (lanjutan) Karakteristik 3. Asal kota
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Kota sekitar (Jabodetabek) Luar Jabodetabek Jumlah 4. Pendidikan terakhir
35 7 42
83 17 100
SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah 5. Jenis Pekerjaan
0 0 19 23 42
0 0 45 55 100
PNS Pegawai swasta Wiraswasta Mahasiswa Lainnya Jumlah 6. Tingkat Pendapatan ≤ 500.000 500.001-2.500.000 2.500.001-4.500.000 ≥4.500.001 Jumlah
5 18 1 10 8 42
12 43 2 24 19 100
0 12 16 14 42
0 29 38 33 100
Persentase responden wisatawan laki-laki dan perempuan yang berwisata ke Pulau Tidung tidak jauh berbeda namun didominasi oleh wisatawan laki-laki sebesar 55 persen. Hal ini karena yang dipilih umumnya adalah kepala keluarga yang dirasa lebih mampu dalam mengambil keputusan. Sebagian besar wisatawan yang berkunjung adalah wisatawan muda dengan kisaran usia 17-25 tahun yang umumnya masih kuliah hingga sudah bekerja. Aktivitas wisata yang disediakan cocok untuk wisatawan dengan kisaran usia tersebut. Wisatawan yang datang mayoritas berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) karena letak lokasi wisata yang tidak jauh dari daratan Jakarta. Hanya sebagian kecil yang datang dari luar Jabodetabek seperti Bandung dan sekitarnya. Tingkat pendidikan wisatawan memiliki persentase yang hampir sama antara lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan lulusan Perguruan Tinggi.
36
Jenis pekerjaan responden wisatawan sebagian besar adalah pegawai swasta dan mahasiswa, karena umumnya wisatawan datang dengan rombongan kantor atau kampus. Tingkat pendapatan responden wisatawan menunjukkan bahwa wisatawan umumnya dari berbagai kalangan. Karakteristik kunjungan juga dilihat untuk melihat sebaran frekuensi dan motivasi kunjungan, aktivitas wisata yang dilakukan, cara kedatangan, dan keinginan serta alasan keinginan wisatawan untuk kembali mengunjungi Pulau Tidung. Karakteristik tersebut disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Karakteristik kunjungan responden wisatawan Karakteristik
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Wisata Penelitian Gathering Fotografi Jumlah 2. Sumber informasi wisata
38 1 1 2 42
90 2 2 5 100
Teman/keluarga Internet Televisi Jumlah 3. Aktivitas wisata yang dilakukan
17 19 6 42
40 45 14 100
Snorkeling Memancing Outbond Water sport Menyelam Wisata pantai Jumlah* 4. Cara kedatangan
24 4 3 18 1 41 91
26 5 3 20 1 45 100
Sendiri Kelompok kecil Rombongan dalam jumlah besar Jumlah 5. Tujuan kedatangan
1 35 6 42
3 83 14 100
Tujuan utama Tempat persinggahan Jumlah 6. Frekuensi kunjungan 2014
42 0 42
100 0 100
39 3 42
93 7 100
1. Motivasi kunjungan
1 kali ≥ 2 kali Jumlah
37
Tabel 13 Karakter kunjungan responden wisatawan (lanjutan) Karakteristik 7. Lama kunjungan Satu hari Dua hari Lebih dari dua hari Jumlah 8. Keinginan untuk mengunjungi kembali Ya Tidak Jumlah 9. Penyebab ingin kembali ke Pulau Tidung Biaya rekreasi murah Tempatnya indah dan menarik Akses yang mudah menuju lokasi Jumlah *wisatawan melakukan lebih dari satu aktivitas wisata
Jumlah (orang)
Persentase (%)
5 33 4 42
12 79 9 100
37 5 42
88 12 100
9 25 3 37
24 68 8 100
Informasi mengenai wisata Pulau Tidung umumnya diperoleh dari teman atau keluarga dan dari internet. Informasi ini mulai didengar oleh para calon wisatawan yang tertarik dan ingin mencoba mengunjungi Pulau Tidung, terlihat dari frekuensi kunjungan oleh wisatawan yang baru sekali melakukan kunjungan dengan persentase yang besar. Wisatawan umumnya ingin tahu dan mencoba melakukan kunjungan ke Pulau Tidung. Wisatawan yang datang dengan tujuan utama untuk wisata didominasi oleh kelompok kecil yaitu pasangan, teman, atau keluarga. Sebagian lagi adalah rombongan kantor atau kampus dalam jumlah besar untuk mengadakan acara atau gathering. Wisatawan dapat menggunakan berbagai akses untuk mencapai lokasi wisata Pulau Tidung tanpa tarif tiket masuk, karena belum ada penetapan tarif tiket masuk lokasi wisata Pulau Tidung. Beberapa pelabuhan menyediakan rute kapal ke Pulau Tidung, diantaranya adalah Pelabuhan Muara Angke, Pelabuhan Kali Adem, dan Pelabuhan Marina Ancol. Harga tiket kapal berkisar antara Rp 35.000 hingga Rp. 300.000 dengan kapasitas penumpang dan jenis kapal yang berbeda-beda. Umumnya wisatawan berada di Pulau Tidung selama dua hari satu malam, aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah wisata pantai dan snorkeling. Keindahan pemandangan pantai dan pemandangan bawah laut menjadi daya tarik bagi wisatawan melakukan aktivitas tersebut. Kunjungan oleh wisatawan banyak dilakukan pada akhir pekan atau hari libur, karena wisatawan
38
yang datang mayoritas masih kuliah dan sudah bekerja sehingga hanya memiliki waktu luang saat akhir pekan atau hari libur. Wisatawan yang ingin kembali mengunjungi Pulau Tidung adalah sebesar 86% dari seluruh responden dengan alasan tempat yang indah dan menarik untuk melakukan aktivitas wisata. Sebagian kecil responden yang menjawab tidak ingin kembali melakukan kunjungan karena hanya ingin tahu dan ingin mencoba tempat wisata lain yang lebih memuaskan. 5.4 Karakteristik Wisata dan Persepsi Responden Wisatawan terhadap Kondisi Objek Wisata Pulau Tidung berpotensi sebagai tempat wisata dengan berbagai karakteristik wisatanya. Kawasan wisata Pulau Tidung mulai ramai dikunjungi wisatawan sejak tahun 2009, pulau ini memiliki icon Jembatan Cinta yang cukup dikenal dan menarik minat wisatawan. Jembatan Cinta adalah sebuah jembatan yang menghubungkan antara Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil, letak jembatan ini berada di Pantai Timur. Ada dua pantai yang menjadi tujuan wisatawan, yaitu Pantai Timur dan Pantai Barat. Pantai Timur lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan karena adanya Jembatan Cinta. Selain itu, aktivitas water sport hanya disediakan di Pantai Timur sehingga wisatawan lebih ramai di Pantai Timur. Kedua pantai tersebut tersedia warung makan dan saung untuk wisatawan menikmati suasana pantai, tersedia juga parkiran sepeda untuk sepeda sewaan wisatawan. Selain pantai, Pulau Tidung memiliki keanekaragaman bawah laut yang dijadikan sebagai objek wisata snorkeling dan menjadi daya tarik wisatawan. Aktivitas yang paling diminati oleh wisatawan adalah wisata pantai dan wisata snorkeling. Beberapa spot yang paling sering dijadikan lokasi snorkeling adalah disekitar Pulau Tidung Kecil dan Pulau Payung. Keindahan bawah laut dan kondisi perairan yang cukup tenang, cocok untuk dilakukannya aktivitas snorkeling. Perlu adanya dukungan dan minat wisatawan untuk melakukan pengembangan kawasan wisata Pulau Tidung. Persepsi wisatawan terhadap pengembangan yang telah dilakukan sejauh ini akan menjadi gambaran untuk pengembangan selanjutnya. Kondisi kawasan wisata yang aman, nyaman, bersih
39
dan teratur menjadi sebuah daya tarik bagi wisatawan yang telah berkunjung ingin datang kembali untuk melakukan kunjungan. Serta memberikan kesan yang baik bagi kunjungan pertama bagi wisatawan. Persepsi wisatawan dipisahkan antara persepsi terhadap fasilitas, aspek daya tarik dan aspek pendukung wisata. Tabel 14 menunjukkan persepsi wisatawan terhadap fasilitas wisata yang tersedia di Pulau Tidung. Tabel 14 Persepsi responden wisatawan terhadap fasilitas yang tersedia di Pulau Tidung Persepsi Jenis Fasilitas - Air bersih
Sangat Baik (orang) (%) 1 2
Baik (orang) (%) 26 62
Buruk (orang) (%) 14 33
Sangat Buruk (orang) (%) 1 2
- Toilet umum
0
0
27
64
14
33
1
2
- Tempat sampah
0
0
17
40
23
55
2
5
- Petunjuk arah
0
0
22
52
20
48
0
0
- Tempat duduk
0
0
23
55
19
45
0
0
- Warung makan
0
0
23
55
19
45
0
0
- Telekomunikasi
0
0
18
43
16
38
8
19
- Tempat ibadah
0
0
28
67
14
33
0
0
- Penginapan
14
33
24
57
4
10
0
0
- Toko cinderamata
1
2
24
57
17
40
0
0
3
7
29
69
10
24
0
0
- Penyewaan peralatan aktivitas wisata Ket : N = 42 orang
Persepsi wisatawan mengenai fasilitas wisata di Pulau Tidung sudah cukup baik. Fasilitas yang dianggap cukup baik oleh wisatawan adalah air bersih, toilet umum, tempat duduk, warung makan, tempat ibadah, penginapan, toko cinderamata, dan penyewaan peralatan aktivitas wisata. Hanya perlu penataan yang lebih rapi untuk beberapa fasilitas seperti petunjuk arah agar wisatawan lebih mudah untuk mendapatkan informasi mengenai lokasi wisata dan fasilitas yang ada di Pulau Tidung. Fasilitas yang perlu untuk ditambahkan adalah tempat sampah, sebagian wisatawan masih sulit untuk menemukan tempat sampah disekitar lokasi wisata. Selain itu jaringan telekomunikasi di Pulau Tidung masih perlu untuk dibenahi, karena tidak semua provider yang digunakan oleh wisatawan mendapatkan akses jaringan telekomunikasi di lokasi wisata.
40
Keasrian, keindahan, dan kebersihan di kawasan wisata juga menjadi pertimbangan bagi wisatawan untuk melakukan kunjungan kembali ke lokasi wisata. Selain itu aspek pendukung seperti akses untuk mencapai lokasi wisata, keamanan di lokasi wisata, dan kepuasan wisatawan terhadap jasa wisata juga menjadi pertimbangan bagi wisatawan. Tabel 15 dibawah ini menunjukkan persepsi wisatawan terhadap daya tarik wisata dan aspek pendukung wisata di Pulau Tidung. Tabel 15 Persepsi wisatawan terhadap daya tarik dan aspek pendukung wisata di Pulau Tidung. Persepsi Aspek wisata
Sangat baik (orang) (%)
Baik (orang) (%)
Buruk (orang) (%)
Sangat buruk (orang) (%)
1. Daya tarik wisata - Keindahan alam - Kebersihan kawasan pantai - Kebersihan laut - Keadaan terumbu karang dan biota bawah laut 2. Aspek pendukung
6 1
14 2
34 36
81 86
2 5
5 12
0 0
0 0
3 6
7 14
36 32
86 76
3 4
7 10
0 0
0 0
- Akses menuju lokasi - Keamanan - Kepuasan terhadap jasa wisata Ket : N = 42 orang
0
0
24
57
18
43
0
0
0 1
0 2
42 35
100 83
0 6
0 14
0 0
0 0
Seperti yang terlihat pada Tabel 15, persepsi wisatawan terhadap keindahan alam, kebersihan kawasan pantai dan laut, serta keadaan terumbu karang dan biota bawah laut sudah cukup baik. Wisatawan sudah cukup puas dengan keadaan lingkungan di lokasi wisata. Kesadaran wisatawan akan menjaga kebersihan selama di lokasi wisata juga sudah cukup baik. Aspek pendukung juga menjadi perhatian bagi wisatawan, persepsi wisatawan terhadap akses pendukung sudah cukup baik. Lokasi wisata sudah dianggap aman karena jarang sekali terjadi tindak kriminal ataupun kecelakaan dalam kegiatan wisata. Aktivitas wisatawan selalu diawasi dan dipandu oleh tour guide yang bertanggung jawab atas wisatawan selama kunjungan wisata. Kegiatan
41
wisata snorkeling juga dipandu oleh guide yang berpengalaman untuk keamanan bagi wisatawan yang melakukan kegiatan tersebut. Persepsi wisatawan terhadap akses menuju lokasi wisata terbagi dua, sebagian wisatawan beranggapan bahwa akses untuk mencapai kawasan wisata adalah mudah, sebagian lagi beranggapan cukup sulit untuk mencapai lokasi wisata karena jadwal kapal yang terbatas menuju Pulau Tidung. Sebagian besar wisatawan merasa puas dengan jasa wisata di Pulau Tidung. Jasa wisata yang diperoleh wisatawan adalah berupa pelayanan yang diberikan oleh travel agen yang menyiapkan segala keperluan wisatawan untuk menunjang kegiatan wisata. Termasuk di dalamnya keramahan, kesigapan, dan harga paket wisata yang ditawarkan kepada wisatawan.
42
43
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Dampak Ekonomi dari Aktivitas Wisata di Pulau Tidung Dampak ekonomi merupakan salah satu dampak yang dapat ditimbulkan dari kegiatan wisata di Pulau Tidung, dampak ekonomi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung (indirect impact), dan dampak lanjutan (induce impact) (Vanhove 2005). Dampak ekonomi diperoleh dari aliran pengeluaran wisatawan di kawasan wisata Pulau Tidung. Wisatawan tidak hanya membelanjakan uangnya di kawasan wisata saja, tetapi juga di luar kawasan wisata. Besarnya pengeluaran wisatawan di luar kawasan wisata merupakan kebocoran yang terjadi di Pulau Tidung. Keberadaan kawasan wisata Pulau Tidung dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Dampak yang diperoleh oleh masyarakat adalah aliran uang dari pengeluaran wisatawan. Hasil proporsi pengeluaran wisatawan dapat dilihat pada Tabel 16 dan keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 16 Proporsi pengeluaran wisatawan di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014 Biaya per kunjungan (1)
Rata-rata pengeluaran (Rp) (2)
Persentase (%) (3=1/c*100)
Pengeluaran di luar kawasan wisata Biaya transportasi dan parkir
194.943
34,47
Konsumsi dari rumah Total kebocoran/ kunjungan (a)
32.143 227.086
5,68 40,16
91.976
16,26
Pengeluaran di kawasan wisata Konsumsi di dalam kawasan Penginapan
143.400
25,36
Souvenir/oleh-oleh
39286
6,59
Penyewaan sepeda/alat snorkeling
53.690
9,49
8.780
1,55
Toilet umum 1.286 Total pengeluaran di lokasi per kunjungan (b) 338.418 Total pengeluaran wisatawan per kunjungan (c= a+b) 565.504 Total kebocoran/tahun (e= c*proporsi a *d) 40.481.712.876 Ket: Rata-rata kunjungan pertahun (2010-2013) = 178.266 orang (d)
0,23 59,84
Dokumentasi
100,00
44
Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Tidung per tahun dari tahun 2010 hingga 2013 tercatat sebanyak 178.266 orang (BPS Kepulauan Seribu 2013; Kelurahan Pulau Tidung 2013). Total kebocoran yang dimbulkan dari pengeluaran wisatawan per tahun cukup besar yaitu Rp. 40.481.712.876. Hasil ini diperoleh dari mengalikan total pengeluaran wisatawan dengan proporsi kebocoran dan rata-rata jumlah kunjungan per tahun. Persentase paling besar dari total kebocoran pengeluaran pengunjung adalah pada biaya transportasi yaitu 34,40 %, transportasi yang digunakan oleh wisatawan adalah kapal laut yang tarif tiketnya berbeda untuk setiap jenis kapal. Ongkos kapal mulai dari Rp. 35.000 hingga Rp. 300.000. Biaya ini dikeluarkan di luar kawasan wisata karena kapalkapal yang tersedia merupakan milik pemerintah atau perusahaan di luar kawasan wisata Pulau Tidung. Selain biaya tiket kapal yang cukup besar, biaya transportasi yang dikeluarkan oleh wisatawan adalah biaya angkutan umum atau biaya tol dan bahan bakar apabila wisatawan menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai pelabuhan. Rata-rata total pengeluaran wisatawan yang dikeluarkan per kunjungan adalah sebesar Rp. 565.504, namun proporsi kebocorannya juga cukup besar yaitu 40,16%. Kebocoran dapat diminimalisir dengan meningkatkan pengeluaran proporsi wisatawan di dalam kawasan, hal ini dapat dicapai melalui pengembangan unit usaha yang terkait dengan aktivitas wisata dan banyak diminati wisatawan, diantaranya toko souvenir, rumah makan khas hidangan laut, penyewaan peralatan outbond dan memancing, dan usaha lainnya sehingga lebih banyak pengeluaran yang dikeluarkan oleh wisatawan di dalam kawasan wisata. 6.1.1 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Effect) Dampak ekonomi langsung adalah nilai yang diperoleh dari transaksi wisatawan dengan unit usaha yang terdapat di kawasan wisata Pulau Tidung. Unit usaha di Pulau Tidung umumnya beroperasi pada akhir pekan karena kunjungan wisata pada hari tersebut cukup ramai. Pada hari kerja, hanya beberapa unit usaha yang tetap beroperasi. Dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha adalah pendapatan unit usaha. Perhitungan dampak langsung yang dirasakan oleh unit usaha dapat dilihat pada Tabel 17 dan perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 3.
45
Tabel 17 Dampak ekonomi langsung di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014
Unit usaha
Homestay
Responden unit usaha (a) 6
Jumlah populasi (b) 186
Rata-rata pendapatan per bulan Pendapatan Proporsi (%) bersih (Rp) (c) (e= c/d*100) 22.639.167 29
Dampak ekonomi langsung (Rp) (f=b*c) 4.210.885.062
Toko souvenir
2
6
12.260.000
16
73.560.000
Becak motor Penyewaan sepeda + alat Snorkeling Usaha catering
3
75
3.180.000
4
238.500.000
5
70
5.938.000
7
415.660.000
5
24
2.769.800
4
66.475.200
Warung makan Pedagang kaki lima Travel agen
5
66
4.379.000
5
289.014.000
3
30
2.216.667
3
66.500.010
2
21
5.080.000
6
106.680.000
Cafe
1
1
19.496.000
25
19.496.000
Toilet umum
1
2
760.000
1
1.520.000
33
481
78.718.634 (d)
100
5.488.290.272
Total
Pendapatan unit usaha diperoleh dari penerimaan unit usaha dikurangi total biaya. Pendapatan pemilik unit usaha di Pulau Tidung berbeda-beda tergantung jenis usahanya, pendapatan terbesar diperoleh unit usaha homestay dengan proporsi 29% dari total pendapatan seluruh unit usaha. Hal ini dikarenakan wisatawan umumnya bermalam di lokasi wisata. Proporsi 25% diperoleh unit usaha cafe, cafe menjadi sebuah tren baru bagi wisatawan yang ingin menikmati hidangan khas laut. Lokasi cafe berada dipinggir pantai sehingga banyak wisatawan yang mengunjungi cafe tersebut. Hal ini juga dikarenakan cafe ini belum memiliki pesaing dan harga yang ditetapkan cafe untuk menu hidangan cukup tinggi. Dampak ekonomi langsung diperoleh dari hasil pengalian rata-rata pendapatan unit usaha berupa pendapatan pemilik usaha perbulan dengan jumlah unit usaha di objek wisata Pulau Tidung. Nilai dampak ekonomi langsung terbesar diperoleh unit usaha homestay sebesar Rp. 4.210.885.062. Hal ini disebabkan banyaknya wisatawan yang bermalam di lokasi wisata, sehingga unit usaha homestay mulai berkembang di Pulau Tidung. Populasi homestay semakin banyak dan memberikan dampak langsung yang besar terhadap perekonomian
46
masyarakat. Total dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha di kawasan wisata Pulau Tidung adalah sebesar Rp. 5.488.290.272. Hal ini berarti keberadaan kawasan wisata Pulau Tidung memiliki peran penting bagi masyarakat lokal yang membuka unit usaha di kawasan wisata Pulau Tidung sebagai sumber pendapatan. 6.1.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Effect) Dampak ekonomi tidak langsung diperoleh dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan ditambah dengan pendapatan tenaga kerja lokal di kawasan wisata Pulau Tidung. Pengeluaran unit usaha yang dilakukan di dalam kawasan wisata Pulau Tidung adalah biaya upah karyawan, biaya input, biaya operasional, biaya transport, dan biaya kebersihan. Data perhitungan pengeluaran unit usaha dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Keberadaan unit usaha di kawasan wisata Pulau Tidung memberikan kesempatan kerja baru bagi sejumlah tenaga kerja lokal. Walaupun umumnya unit usaha di Pulau Tidung dikelola langsung oleh pemiliknya, namun pada waktu-waktu tertentu tenaga kerja tetap dibutuhkan oleh unit usaha. Unit usaha yang memerlukan tenaga kerja adalah homestay, penyewaan sepeda dan alat snorkeling, usaha catering, warung makan, cafe dan travel agent. Toko souvenir, becak motor, pedagang kaki lima dan toilet umum mengelola sendiri unit usahanya. Sejauh ini kebutuhan sumberdaya manusia masih dapat dipenuhi oleh masyarakat Pulau Tidung. Kesempatan kerja ini terbuka bagi pemuda setempat yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Tenaga kerja yang bekerja di unit usaha adalah penerima dampak ekonomi tidak langsung dari pengeluaran wisatawan melalui upah yang diterima dari unit usaha. Jumlah tenaga kerja terbanyak adalah pekerja homestay dan travel agen. Pemilik usaha homestay membutuhkan bantuan tenaga kerja kebersihan untuk homestay yang memiliki banyak kamar dan ukuran yang lebih besar, rata-rata pemilik homestay membutuhkan satu orang karyawan, namun karena jumlah homestay di Pulau Tidung cukup banyak, maka tenaga kerja yang dibutuhkan untuk unit usaha homestay juga banyak. Sama halnya dengan travel agent yang membutuhkan pegawai sebagai pemandu wisata bagi tamu yang
47
berkunjung. Rata-rata travel agent membutuhkan tiga atau empat pegawai sebagai pemandu wisata. Data jumlah dan pendapatan tenaga kerja, serta perhitungan dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 18 dan data lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 18 Dampak ekonomi tidak langsung di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014
Jenis usaha
Jumlah populasi tenaga kerja lokal
Pendapatan tenaga kerja (Rp)
Total pendapatan tenaga kerja (Rp)
6
(b) 950.000
(c=a*b) 5.700.000
22
850.000
2
(a) Penjaga tiket kapal ABK kapal wisata Tukang parkir Unit Usaha Homestay Toko souvenir Becak motor Penyewaan sepeda + alat snorkeling Usaha catering Warung makan Pedagang kaki lima Travel agen Cafe Toilet umum Total
Pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata (Rp) (d)
Total dampak ekonomi tidak langsung (Rp)
0
(e=c+d) 5.700.000
18.700.000
0
18.700.000
750.000
1.500.000
0
1.500.000
112 0 0
775.000 0 0
86.800.000 0 0
2.097.614.814 76.440.000 21.500.025
2.184.414.814 76.440.000 21.500.025
42
800.000
33.600.000
112.140.000
145.740.000
24
370.000
8.880.000
31.924.800
40.804.800
66
462.500
30.525.000
132.066.000
162.591.000
0
0
0
123.500.010
123.500.010
100 8 0
500.000 880.000 0
50.000.000 7.040.000 0
66.570.000 20.504.000 280.000
116.570.000 27.544.000 280.000 2.925.284.649
Rata-rata pendapatan paling tinggi adalah penjaga tiket yaitu sebesar Rp. 950.000 dan pegawai homestay sebesar Rp.850.000. Hal ini karena penjaga tiket dan pegawai homestay memiliki waktu kerja yang lebih banyak daripada tenaga kerja lainnya. Rata-rata pendapatan tenaga kerja lokal masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan UMP DKI Jakarta, yaitu Rp. 2.441.000 per bulan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2014), karena pekerjaan dibidang wisata ini bukan pekerjaan utama melainkan pekerjaan sampingan bagi para tenaga kerja lokal.
48
Total pendapatan tenaga kerja paling tinggi diperoleh tenaga kerja homestay, selain itu pengeluaran unit usaha homestay juga cukup besar, sehingga total dampak ekonomi yang paling tinggi diperoleh dari homestay. Total dampak ekonomi tidak langsung secara keseluruhan di kawasan wisata Pulau Tidung adalah Rp. 2.925.284.649. 6.1.3 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Effect) Dampak ekonomi lanjutan merupakan proporsi pengeluaran tenaga kerja untuk kebutuhan sehari-hari. Proporsi yang dilihat adalah pengeluaran tenaga kerja di dalam lokasi wisata. Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah biaya konsumsi, biaya sekolah anak, biaya listrik dan biaya retribusi. Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh tenaga kerja masih berada dalam kawasan wisata karena semua tenaga kerja berdomisili di kawasan wisata Pulau Tidung. proporsi pengeluaran tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 19 dan data lebih jelas pada Lampiran 6. Tabel 19 Proporsi rata-rata pengeluaran responden tenaga kerja per bulan di kawasan wisata Pulau Tidung (%) Biaya pangan (a) 90,00 71,71
Biaya sekolah anak (b) 0,00 7,97
Biaya transportasi (c) 10,00 11,95
Tukang parkir
83,33
0,00
Pegawai homestay Pegawai penyewaan alat Pegawai catering Pegawai warung makan Pegawai cafe Pegawai travel agen Rata-rata
84,58 88,24
Tenaga kerja Penjaga Tiket ABK kapal wisata
0,00 6,37
Biaya kebersihan (e) 0,00 1,99
100,00 100,00
4,17
10,42
2,08
100,00
1,99 0,00
8,46 10,20
3,98 1,18
1,00 0,39
100,00 100,00
91,67 83,83
0,00 2,00
8,33 10,18
0,00 3,19
0,00 0,80
100,00 100,00
84,81 82,03 84,47
2,83 0,00 1,64
8,13 6,25 8,63
3,53 9,38 4,23
0,71 2,34 1,03
100,00 100,00 100,00
Biaya listrik (d)
Total (%)
Rata-rata proporsi pengeluaran tenaga kerja terbesar adalah biaya pangan yaitu 84,47%. Proporsi pengeluaran tenaga kerja untuk biaya sekolah anak adalah 1,64%. Biaya ini tergolong kecil karena untuk biaya pendidikan, para pekerja hanya mengeluarkan biaya untuk uang saku anaknya saja, karena tidak ada
49
pungutan biaya pendidikan di Pulau Tidung. Biaya yang dikeluarkan tenaga kerja untuk listrik adalah sebesar 4,23%, para tenaga kerja menggunakan listrik voucher yang dapat dibeli di sekitar lokasi wisata. Selain itu, proporsi pengeluaran untuk biaya kebersihan hanya 1,03%. Dampak ekonomi lanjutan diperoleh dari hasil pengalian antara total jumlah tenaga kerja lokal, pengeluaran tenaga kerja di kawasan wisata, dan proporsi pengeluaran tenaga kerja di kawasan wisata. Data mengenai dampak ekonomi lanjutan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Dampak ekonomi lanjutan di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014
Tenaga Kerja
6 22
(b) 500.000 627.500
Proporsi Pengeluaran di kawasan wisata (%) (c) 100 100
2 112
480.000 502.500
100 100
960.000 56.280.000
42
510.000
100
21.420.000
24
120.000
100
2.880.000
66
313.125
100
20.666.250
8
566.000
100
4.528.000
100
426.667
100
42.666.667
Jumlah tenaga kerja lokal (orang) (a)
Penjaga Tiket ABK kapal wisata Tukang parkir Pegawai homestay Pegawai penyewaan alat Pegawai catering Pegawai warung makan Pegawai cafe Pegawai travel agen Total Hasil
Total rata-rata pengeluaran tenaga kerja (Rp)
Dampak Ekonomi Lanjutan (Rp) (d=a*b*c) 3.000.000 13.805.000
166.205.917
perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran tenaga kerja
tidak terlalu besar, total rata-rata pengeluaran tenaga kerja yang paling besar adalah tenaga kerja ABK kapal wisata, karena proporsi pengeluarannya untuk pangan dan transportasi yang cukup besar. Maka diperoleh dampak ekonomi lanjutan di kawasan wisata Pulau Tidung Rp.166.205.917. 6.1.4 Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) Nilai efek pengganda (multiplier effect) adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengukur besar dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar
50
kawasan wisata. Nilai efek pengganda dibedakan menjadi dua aspek: (1) Keynesian local income multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar pengeluaran wisatawan memberikan pengaruh terhadap pendapatan masyarakat lokal, dan (2) Ratio income multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan besar dampak tidak langsung dan dampak lanjutan yang dirasakan dari pengeluaran wisatawan terhadap perekonomian lokal. Nilai efek pengganda dari pengeluaran wisatawan dikawasan wisata Pulau Tidung dapat dilihat pada Tabel 21 dan perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 21 Nilai efek pengganda dari arus uang yang terjadi di kawasan wisata Pulau Tidung tahun 2014 Multiplier Keynesian Income Multiplayer Ratio Income Multiplayer I Ratio Income Multiplayer Tipe II
Nilai 1,7 1,5 1,6
Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai Keynesian Income Multiplier adalah sebesar 1,7 yang berarti bahwa setiap peningkatan satu rupiah pengeluaran wisatawan akan memiliki dampak langsung terhadap perekonomian lokal sebesar 1,7 rupiah. Nilai Ratio Income Multiplier tipe I adalah sebesar 1,5 yang artinya setiap pengeluaran wisatawan senilai satu rupiah akan meningkatkan pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja senilai 1,5 rupiah. Nilai Ratio Income Multiplier tipe II adalah senilai 1,6 dimana setiap pengeluaran wisatawan senilai satu rupiah akan meningkatkan pendapatan pemilik usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja dalam perputaran perekonomian lokal sebesar 1,6 rupiah. Mengacu pada penelitian terdahulu, nilai keynesian income multiplier kawasan wisata Pulau Tidung tidak jauh berbeda hasilnya dengan penelitian yang dilakukan di beberapa pulau di Kepulauan Seribu. Pulau penduduk yang sistem pengelolaannya berbasis masyarakat, penelitian (Wijayanti 2009) menunjukkan nilai keynesian income multiplier Pulau Untung Jawa sebesar 1,8 dan Pulau Pramuka sebesar 1,1. Artinya setiap peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar satu rupiah akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat Pulau Untung Jawa sebesar 1,8 rupiah dan peningkatan pendapatan masyarakat Pulau Pramuka sebesar 1,1 rupiah.
51
Suatu kawasan wisata dikatakan memperoleh dampak ekonomi yang tinggi apabila nilai Keynesian Multiplier tersebut lebih besar atau sama dengan satu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kawasan wisata Pulau Tidung memperoleh dampak ekonomi yang tinggi karena nilai Keynesian Multiplier yang diperoleh lebih dari satu (META, 2001). 6.2 Daya Dukung Kawasan untuk Aktivitas Wisata di Pulau Tidung Daya dukung kawasan wisata merupakan batasan suatu kawasan yang mampu menampung jumlah wisatawan dengan kegiatan wisatanya. Daya dukung merupakan cara menerapkan konsep dimana ada pembatasan dalam pemanfaatan sumberdaya. Kegiatan wisatawan tidak terlepas dari pemanfaatan sumberdaya, sehingga diperlukan perhitungan dan analisis yang dapat mangakomodasi tingkat kepuasan wisatawan yang tertinggi dan berdampak minimal terhadap sumberdaya. Daya dukung kawasan disesuaikan dengan karakteristik sumberdaya dan peruntukannya. Untuk kegiatan wisata seperti snorkeling ditentukan sebaran dan kondisi terumbu karang, kebutuhan manusia akan ruang horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh keberadaan manusia (wisatawan) lainnya. Sementara untuk aktivitas wisata pantai, disetiap orang membutuhkan ruang gerak untuk berjemur, menikmati pemandangan, berjalan-jalan dan lain-lain (Yulianda et al 2010). Perhitungan daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Pulau Tidung dilakukan pada empat lokasi penelitian. Tiga lokasi untuk aktivitas wisata snorkeling dan satu lokasi untuk aktivitas wisata pantai. Pemilihan lokasi ini berdasarkan banyaknya wisatawan yang melakukan aktivitas di beberapa lokasi tersebut. Lokasi yang paling banyak digunakan oleh wisatawan untuk aktivitas snorkeling adalah di sebelah utara Dermaga Cinta, Pulau Payung, dan Pulau Tidung Kecil. Sedangkan untuk aktivitas wisata pantai yang paling ramai dikunjungi adalah Pantai Timur Jembatan Cinta. Perhitungan daya dukung kawasan dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu potensi ekologis wisatawan per satuan unit area (K), luas atau panjang area yang dimanfaatkan (Lp), unit area (Lt), waktu yang disediakan untuk kegiatan wisata (Wt), dan waktu yang dihabiskan
52
wisatawan (Wp). Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata snorkeling di Pulau Tidung ditunjukkan pada Tabel 22.
Tabel 22 Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata snorkeling di Pulau Tidung No
Lokasi
1 2 3
Dermaga Cinta Pulau Payung Pulau Tidung Kecil
K* (a) 1 1 1
Lp (b) 4.874 m2 8.576 m2 6.212 m2 Total
Lt* (c) 500 m2 500 m2 500 m2
Wp (d) 2 jam 2 jam 2 jam
Wt (e) 8 jam 8 jam 8 jam
DDK a x (b/c) x (e/d) 39 orang/ hari 69 orang/hari 50 orang/ hari 158 orang/ hari
Sumber : * Yulianda, 2007
Potensi ekologis wisatawan untuk aktivitas snorkeling adalah satu orang dengan unit area 500 m2. Artinya, dalam luasan 500 m2 dapat menampung aktivitas snorkeling untuk satu orang. Rata-rata waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk kegiatan snorkeling adalah 2 jam dengan total waktu yang disediakan dalam sehari adalah 8 jam per hari. Lokasi I yaitu area snorkeling Dermaga Cinta memiliki luas area pemanfaatan 4.874 m2. Luas area pemanfaatan sebesar ini dapat menampung 39 orang/hari. Artinya, dengan total waktu 8 jam yang disediakan kawasan selama satu hari, dan waktu yang digunakan wisatawan untuk snorkeling selama 2 jam, maka jumlah wisatawan yang dapat ditampung pada lokasi tersebut adalah 39 orang dalam satu hari. Lokasi II dan III adalah Pulau Payung dan Pulau Tidung Kecil, masing-masing memiliki luas area pemanfaatan sebesar 8.576 m2 dan 6.212 m2. Berdasarkan hasil perhitungan, daya dukung kawasan di Lokasi II adalah 69 orang/hari dan di Lokasi III adalah 50 orang/hari. Pada Lokasi I, II dan III, daya dukung dapat lebih dari hasil perhitungan jika diasumsikan setiap wisatawan hanya menggunakan waktu selama satu jam untuk aktivitas wisata snorkeling. Ketiga lokasi ini dapat menampung 158 orang/hari untuk aktivitas snorkeling. Selain ketiga lokasi ini, masih terdapat beberapa area snorkeling di Pulau Tidung yang berpotensi untuk dikembangkan. Secara general, aktivitas snorkeling di ketiga tempat ini dapat dikategorikan over carrying capacity karena jumlah wisatawan yang melakukan aktivitas wisata melebihi daya tampung yang tersedia. Jumlah rata-rata kunjungan wisatawan yang mengunjungi Pulau Tidung per hari adalah 488 orang, angka ini
53
diperoleh dari rata-rata jumlah kunjungan per tahun yaitu 178.266 orang (BPS Kepulauan Seribu 2013; Kelurahan Pulau Tidung 2013) dibagi dengan jumlah hari dalam satu tahun. Jumlah wisatawan yang melakukan aktivitas snorkeling adalah 278 orang, angka ini diperoleh dari pendekatan jumlah responden wisatawan yang melakukan aktivitas snorkeling di Pulau Tidung yaitu 57% dari seluruh responden wisatawan. Asumsi jumlah wisatawan yang melakukan aktivitas snorkeling di Pulau Tidung adalah 57% dari rata-rata jumlah kunjungan per hari. Kondisi over carrying capacity di kawasan wisata Pulau Tidung terjadi pada akhir pekan atau hari libur (peak season). Jumlah kunjungan lebih banyak di hari libur dari pada hari kerja, karena umumnya wisatawan yang berkunjung adalah pegawai swasta dan mahasiswa yang memiliki waktu luang hanya akhir pekan dan hari libur. Sementara itu, diluar peak season aktivitas wisata di Pulau Tidung tidak terlalu ramai dan masih dapat menampung aktivitas wisata snorkeling. Aktivitas wisata pantai adalah aktivitas yang juga banyak diminati oleh wisatawan selain wisata snorkeling. Lokasi wisata pantai yang paling ramai dikunjungi wisatawan adalah di Pantai Timur. Lokasi Pantai Timur banyak diminati wisatawan karena adanya Jembatan Cinta yang menjadi icon kawasan wisata Pulau Tidung. Perhitungan daya dukung kawasan juga dilakukan di titik ini, Tabel 23 menunjukkan daya dukung kawasan Pantai Timur Jembatan Cinta di kawasan wisata Pulau Tidung. Tabel 23 Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata pantai di Pulau Tidung No
Lokasi
Pantai Timur Jembatan Cinta Sumber : * Yulianda, 2007 1
K* (a)
Lp (b)
Lt* (c)
Wp (d)
Wt (e)
DDK a x (b/c) x (e/d)
1
1.629 m
50 m
3 jam
12 jam
130 orang/hari
Potensi ekologis wisatawan untuk wisata pantai adalah satu orang dengan unit area 50 m, atau dengan kata lain satu orang dapat melakukan aktivitas wisata pantai setiap 50 m panjang pantai. Rata-rata waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk kegiatan wisata pantai adalah 3 jam dengan total waktu yang disediakan dalam sehari adalah 12 jam per hari.
54
Lokasi IV adalah Pantai Timur Jembatan Cinta yang memiliki area pemanfaatan sepanjang 1.629 m. Secara general, daya dukung yang dapat menampung wisatawan untuk aktivitas wisata pantai adalah sebanyak 130 orang/ hari. Artinya dalam waktu yang bersamaan, dengan total waktu 12 jam yang disediakan kawasan selama satu hari, dan waktu yang digunakan wisatawan untuk kegiatan wisata pantai selama 3 jam, maka jumlah yang dapat ditampung pada lokasi tersebut adalah 130 orang dalam satu hari. Namun apabila wisatawan hanya menggunakan waktu untuk wisata pantai kurang dari 3 jam, maka daya dukung dapat menampung lebih dari 130 orang dalam sehari. Apabila diasumsikan seluruh wisatawan melakukan aktivitas wisata pantai di Pantai Timur, maka jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Tidung per hari nya melebihi daya dukung yang tersedia. Sama hal nya dengan aktivitas snorkeling, kondisi di lokasi menunjukkan kepadatan terjadi hanya pada saat peak season. Pada saat hari kerja, kunjungan wisata ke Pantai Timur cukup normal. Setelah menilai daya dukung kawasan untuk kedua aktivitas wisata yaitu wisata snorkeling dan wisata pantai, kawasan wisata Pulau Tidung mengalami over carrying capacity pada ketiga area snorkeling dan satu area wisata pantai disaat peak season. Perlu adanya strategi untuk mengurangi kepadatan yang terjadi pada saat peak season dan meningkatkan kunjungan diluar peak season. Perlu dilakukan pengembangan pada lokasi lain yang berpotensi untuk dilakukan aktivitas wisata pantai dan snorkeling sehingga tidak menumpuk hanya pada titiktitik area tertentu. Ada beberapa spot snorkeling dan pantai yang berpotensi untuk dikembangkan di Pulau Tidung. Aktivitas lain selain wisata pantai dan wisata snorkeling juga perlu untuk dikembangkan agar konsentrasi wisatawan tidak hanya pada kedua aktivitas tersebut dan wisatawan mendapatkan banyak pilihan aktivitas wisata yang menarik. 6.3 Strategi Pengelolaan Objek Wisata Pulau Tidung Analisis Strength, Weakness, Opportunities, and Threats (SWOT) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dari suatu strategi pemecahan permasalahan pengembangan potensi yang terdapat di objek wisata. Analisis
55
SWOT ini menghasilkan kemungkinan alternatif strategi yang terbaik dan menjadi salah satu dasar perumusan rekomendasi dalam pengembangan objek wisata bagi pengelola kawasan wisata Pulau Tidung. Responden yang diwawancarai adalah pihak yang memahami keadaan dan permasalahan yang ada di kawasan wisata Pulau Tidung. Lima orang yang menjadi responden adalah pihak Kelurahan Pulau Tidung bidang Kesejahteraan Masyarakat, pihak Lembaga Pemberdayaan Masyarakat bidang ekonomi dan wisata, pihak Karang Taruna bidang Badan Pengawas Harian, perwakilan travel agen, dan tokoh masyarakat Pulau Tidung. Perumusan alternatif strategi meliputi dua tahapan, yang pertama adalah tahap masukan (input stage) kemudian dilanjutkan pada tahap kedua yaitu tahap pencocokan (matching stage). Tahap masukan merupakan tahap pengelompokan hasil identifikasi serta menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan dalam perumusan strategi dengan menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE). Tahapan kedua adalah pencocokan perumusan strategi menggunakan matriks Internal-External (IE) dan SWOT. 6.3.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan awal yang dilakukan adalah tahapan masukan (input stage) sebelum melanjutkan ke langkah selanjutnya dalam tahap formulasi strategi. Pada tahap ini dilakukan pengelompokan hasil identifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal objek wisata ke dalam matriks IFE dan EFE. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan di lingkungan objek wisata Pulau Tidung, sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman yang ada di lingkungan objek wisata. Faktor-faktor dari analisis faktor internal dijabarkan ke dalam matriks IFE dan faktor-faktor eksternal dijabarkan ke dalam matriks EFE. 6.3.1.1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Berdasarkan hasil wawancara terhadap lima responden, faktor-faktor internal dianalisis kemudian dilakukan pembobotan. Pembobotan faktor internal merupakan suatu upaya untuk membandingkan setiap faktor internal yang mempengaruhi objek wisata Pulau Tidung. Hasil penilaian bobot dan rating
56
masing-masing responden kemudian dibuat dalam bentuk matriks IFE dari penilaian yang dilakukan oleh seluruh responden. Faktor-faktor internal dijabarkan melalui matriks IFE dalam kategori faktor kekuatan dan kelemahan dari lingkungan objek wisata. Hasil analisis matriks IFE menggambarkan seberapa besar pengaruh faktor-faktor strategis internal terhadap objek wisata. Hasil wawancara terhadap lima stakeholder terkait menunjukkan adanya sepuluh kekuatan dan empat kelemahan dari faktor-faktor strategi internal. Data mengenai faktor kekuatan dan kelemahan disajikan dalam matriks IFE pada Tabel 24 dan lebih rinci dijelaskan pada Lampiran 8. Tabel 24 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) kawasan wisata Pulau Tidung Faktor-faktor Strategis Internal Kekuatan 1. Pengetahuan masyarakat lokal akan kondisi, informasi, dan potensi kawasan wisata Pulau Tidung 2. Posisi dan keterjangkauan kawasan wisata Pulau Tidung yang dekat dengan kota Jakarta 3. Manajemen pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung yang berbasis masyarakat 4. Infrastruktur dan jalan yang tersedia di dalam kawasan wisata 5. Strategi pemasaran dan promosi kawasan wisata Pulau Tidung melalui travel agent dan pemerintah 6. Peningkatan jumlah kunjungan ke kawasan wisata Pulau Tidung 7. Kelengkapan fasilitas pendukung tersedia dikawasan wisata Pulau Tidung 8. Peran organisasi atau lembaga masyarakat yang cukup banyak dalam pengelolaan wisata 9. Kondisi sumberdaya (keeasrian, kebersihan dan kealamian pantai, laut, dan terumbu karang) 10. Pertumbuhan ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata
Bobot
Rating
Skor Bobot
0,06
3
0,18
0,06
3
0,18
0,08
4
0,32
0,07 0,07
3 3
0,21 0,21
0,07
3
0,21
0,08
4
0,32
0,09
4
0,36
0,09
3
0,27
0,08
3
0,24
0,06
2
0,12
0,07
2
0,14
0,06 0,07
2 2
0,12 0,14
Kelemahan 1. 2. 3. 4. Total
Belum ada penetapan tarif tiket masuk kawasan wisata Pulau Tidung Prasarana (akses transportasi yang terbatas) terhadap kawasan wisata Batasan dan daya dukung kawasan Profesionalitas tenaga kerja yang masih rendah dibidang wisata
3,12
Berdasarkan hasil pembobotan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) pada Tabel 24, diperoleh faktor-faktor kekuatan dan kelemahan seperti berikut:
57
a) Faktor strategis kekuatan 1. Pengetahuan masyarakat lokal akan kondisi, informasi, dan potensi kawasan wisata Pulau Tidung Pengetahuan masyarakat lokal dalam hal ini adalah mengetahui kondisi dan potensi wisata yang ada di Pulau Tidung, informasi wisata, barang dan jasa apa yang dibutuhkan wisatawan, serta mengetahui kondisi lingkungan wisata agar masyarakat tetap menjaga kelestarian lingkungan di lokasi wisata. Kondisi saat ini, pengetahuan masyarakat sudah cukup baik. Keterlibatan masyarakat dalam penyediaan barang dan jasa wisata menunjukkan bahwa masyarakat memahami kondisi dan potensi yang ada di wilayahnya. Hal ini menjadi faktor kekuatan karena dianggap penting untuk pengembangan wisata kedepannya agar masyarakat terus turut terlibat serta merasakan manfaat dari kegiatan wisata Pulau Tidung ini. 2. Posisi dan keterjangkauan kawasan wisata Pulau Tidung yang dekat dengan kota Jakarta Posisi atau letak kawasan wisata Pulau Tidung yang berada dekat dengan Kota Jakarta menjadi sebuah faktor kekuatan. Wisatawan Pulau Tidung didominasi oleh warga ibukota dan sekitarnya yang hendak menghabiskan akhir pekan untuk berwisata, Pulau Tidung menjadi salah satu pilihan karena letaknya yang dekat dan dirasa mudah untuk dicapai. 3. Manajemen pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung yang berbasis masyarakat Saat ini pengelolaan wisata di Pulau Tidung dijalankan secara bersama oleh masyarakat dan lembaga masyarakat seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Karang Taruna dengan pengawasan oleh pemerintah setempat yaitu Kelurahan Pulau Tidung. Manajemen pengelolaan yang tepat sangat diperlukan dan menjadi sebuah faktor kekuatan dengan skor bobot yang tinggi.
58
Manajemen dan pengelolaan ini penting agar kegiatan wisata di Pulau Tidung dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat secara menyeluruh serta tidak mengabaikan kondisi lingkungan. 4. Infrastruktur dan jalan yang tersedia di dalam kawasan wisata Kawasan wisata Pulau Tidung memiliki infrastruktur yang sudah cukup baik, tersedia jalan yang dapat dilalui oleh pejalan kaki maupun sepeda dan motor untuk mencapai tempat-tempat aktivitas wisata. Dermaga atau pintu masuk bagi wisatawan juga tersedia dan cukup baik. Selain itu, jembatan yang menghubungkan Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil sudah cukup baik dan terawat sehingga menjadi icon bagi kawasan wisata Pulau Tidung. Hal ini menjadi faktor kekuatan yang menjadi salah satu pertimbangan wisatawan untuk tertarik mengunjungi kawasan wisata Pulau Tidung. 5. Strategi pemasaran dan promosi kawasan wisata Pulau Tidung melalui travel agent dan pemerintah Strategi pemasaran dan promosi menjadi faktor kekuatan karena strategi ini diperlukan untuk memberikan informasi mengenai kawasan wisata Pulau Tidung kepada calon wisatawan. Tujuannya adalah agar wisatawan tertarik untuk mengunjungi kawasan wisata ini dan informasi yang diberikan tepat pada target pasar. Kondisi saat ini, promosi Pulau Tidung dilakukan oleh pihak pemerintah dan travel agent. Promosi di upayakan melalui internet dan televisi. 6. Peningkatan jumlah kunjungan ke kawasan wisata Pulau Tidung Semakin banyak wisatawan yang berkunjung, maka semakin banyak wisatawan mengeluarkan biaya selama di lokasi dan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat Pulau Tidung. Jumlah kunjungan lebih banyak pada akhir pekan dan hari libur. Hal ini menjadi faktor kekuatan internal di kawasan wisata Pulau Tidung.
59
7. Kelengkapan fasilitas pendukung tersedia dikawasan wisata Pulau Tidung Fasilitas yang tersedia adalah fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan seperti tempat menginap, tempat makan, fasilitas hiburan dan rekreasi, tempat ibadah serta pusat informasi wisata. Wisatawan membutuhkan fasilitas di kawasan wisata untuk mendukung aktivitasnya. Hal ini menjadi faktor kekuatan karena fasilitas pendukung yang ada di Pulau Tidung disediakan oleh masyarakat. Menjadi sebuah peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan usaha dan menyerap tenaga kerja melalui penyediaan fasilitasfasilitas tersebut. Sehingga dampak ekonomi lebih dapat dirasakan oleh masyarakat lokal dan wisatawan merasa puas dengan pelayanan dan fasilitas yang tersedia. 8. Peran organisasi atau lembaga masyarakat yang cukup banyak dalam pengelolaan wisata Kegiatan wisata di Pulau Tidung membutuhkan peran serta organisasi atau lembaga masyarakat agar masyarakat dapat berperan aktif dalam pengelolaan wisata. Organisasi atau lembaga masyarakat tentunya lebih dominan terhadap pengelolaan wisata yang dilakukan oleh masyarakat secara bersama untuk mencapai tujuan yaitu memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata ini untuk kesejahteraan
masyarakat
setempat.
Hal
ini
penting
bagi
pengembangan kawasan wisata Pulau Tidung sehingga peran organisasi masyarakat ini menjadi faktor kekuatan dengan bobot skor tertinggi. 9. Kondisi sumberdaya (keeasrian, kebersihan dan kealamian pantai, laut, dan terumbu karang) Kondisi sumberdaya merupakan hal yang sangat penting dan menjadi perhatian bagi wisatawan. Wisatawan tentu lebih menyukai kondisi lingkungan wisata yang asri, bersih, dan teratur. Lingkungan
60
yang baik seperti udara yang segar, lingkungan yang bebas dari sampah, laut yang bersih, dan lainnya dapat mendukung aktivitas wisatawan. Sehingga kondisi sumberdaya menjadi faktor kekuatan bagi kawasan wisata Pulau Tidung. 10. Pertumbuhan ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata Pertumbuhan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat menjadi faktor kekuatan bagi masyarakat untuk dapat terus melakukan pengembangan terhadap kegiatan wisata baik dari segi penyediaan fasilitas pendukung sebagai unit usaha, menambah penyerapan tenaga
kerja,
sehingga
masyarakat
dapat
meningkatkan
kesejahteraannya secara merata melalui kegiatan wisata di Pulau Tidung. Disamping faktor-faktor kekuatan yang perlu dipertahankan, faktor-faktor kelemahan perlu untuk diperhatikan. Sehingga dapat diidentifikasi strategi yang tepat untuk mengantisipasi kelemahan yang ada. Beberapa faktor kelemahan yang ada di kawasan wisata Pulau Tidung adalah sebagai berikut: b) Faktor strategis kelemahan 1. Belum ada penetapan tarif tiket masuk kawasan wisata
Pulau
Tidung Menurut informasi yang didapatkan dari hasil wawancara, belum ada penetapan tarif tiket masuk ke kawasan wisata Pulau Tidung. Menurut para informan, harga tiket masuk ke Pulau Tidung seharusnya perlu untuk ditetapkan agar lebih mudah untuk dikelola sebagai pemasukan bagi kawasan wisata Pulau Tidung. Hal ini menjadi faktor kelemahan yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan kawasan wisata Pulau Tidung kedepannya. 2. Prasarana (akses transportasi yang terbatas) terhadap kawasan wisata Persepsi wisatawan mengenai prasarana dan akses menuju Pulau Tidung beragam, sebagian wisatawan merasa akses untuk menuju Pulau Tidung sulit. Prasarana atau akses transportasi menuju Pulau
61
Tidung juga perlu dibenahi. Saat ini, untuk mengunjungi Pulau Tidung tersedia beberapa kapal dari tiga dermaga berbeda dengan harga tiket kapal yang berbeda. Waktu keberangkatan kapal dirasa masih belum efektif karena hanya pada pagi hari saja menyediakan kapal ke Pulau Tidung, dengan kapasitas kapal yang juga dibatasi. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang menjadi penghalang seperti cuaca, serta biaya operasional kapal. 3. Batasan daya dukung kawasan Kemampuan kawasan yang memiliki batasan dalam mendukung aktivitas wisatawan merupakan sebuah kelemahan yang perlu untuk diperhatikan. Karena pada waktu-waktu tertentu yaitu pada hari libur, jumlah kunjungan wisatawan akan mengalami peningkatan. Perhitungan daya dukung kawasan juga menunjukkan bahwa beberapa area untuk kegiatan wisata snorkeling dan wisata pantai telah mengalami over carrying capacity sehingga perlu untuk dirumuskan strategi untuk mengantisipasi hal ini. 4. Profesionalitas tenaga kerja yang masih rendah dibidang wisata Profesionalitas tenaga kerja dibidang wisata juga merupakan suatu kelemahan yang perlu diperbaiki. Tenaga kerja lokal umumnya hanya mencapai jenjang sekolah menengah pertama. Sehingga masih banyak pengetahuan yang belum diperoleh bagi tenaga kerja lokal dalam kesiapannya dibidang wisata. Profesionalitas tenaga kerja dibutuhkan untuk mampu melayani wisatawan, baik dalam bahasa dan pengetahuan lainnya. Hasil analisis matriks IFE menunjukkan total bobot faktor strategis internal diperoleh dengan nilai 3,12 yang berarti diatas rata-rata (titik tengah) 2,5. Hal ini mengindikasikan bahwa objek wisata Pulau Tidung memiliki posisi internal yang kuat.
62
6.3.1.2 Matriks Excternal Factor Evaluation (EFE) Faktor-faktor strategis eksternal yang dijabarkan dalam matriks EFE adalah berupa peluang dan ancaman bagi kawasan wisata Pulau Tidung. Hasil analisis ini menunjukkan sejauh mana faktor-faktor strategis berpengaruh terhadap objek wisata Pulau Tidung. Penilaian bobot merupakan perhitungan ratarata penilaian responden terhadap seluruh faktor-faktor strategis eksternal. Rating merupakan penilaian responden dalam pengukuran dan besar pengaruh faktor tersebut terhadap lingkungan objek wisata. Hasil analisis matriks EFE yang didapatkan adalah enam peluang dan tiga ancaman lingkungan eksternal yang dijabarkan dalam matriks EFE pada Tabel 25 dan data lebih jelas disajikan pada Lampiran 9. Tabel 25 Matriks External Factor Evaluation (EFE) kawasan wisata Pulau Tidung Bobot
Rating
Skor Bobot
0,14
3
0,42
0,14
3
0,42
0,11 0,14 0,11
3 3 3
0,33 0,42 0,33
6. Keikutsertaan masyarakat dalam memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola Pulau Tidung Ancaman
0,14
3
0,42
1. Potensi pasar wisatawan internasional 2. Pencemaran di lingkungan kawasan akibat aktivitas wisata
0,09 0,12
2 1
0,18 0,12
Faktor-faktor Strategis Eksternal Peluang 1. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap kegiatan konservasi 2. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap pengembangan kawasan wisata 3. Adanya pilihan wisata ke pulau lain di sekitar Kepulauan Seribu 4. Potensi pasar wisatawan domestik 5. Jumlah Sumberdaya manusia yang bekerja di bidang wisata
Total
2,64
Berdasarkan Tabel 25 dapat diidentifikasi faktor-faktor eksternal sesuai indikator peluang dan ancaman seperti dibawah ini: a) Faktor strategis peluang 1. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap kegiatan konservasi Umumnya bantuan untuk konservasi berupa barang seperti bibit mangrove atau blok jangkar yang diletakkan di area snorkeling agar
63
jangkar kapal tidak merusak karang di laut. Hal ini menjadi faktor peluang untuk mendukung kegiatan wisata dan konservasi di Pulau Tidung. 2. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap pengembangan kawasan wisata Bantuan untuk pengembangan wisata adalah bantuan dalam bentuk uang untuk berbagai kegunaan terkait pengembangan wisata. Bantuan ini diberikan oleh perusahaan dan lembaga-lembaga yang ingin turut membantu pengembangan wisata Pulau Tidung. 3. Adanya pilihan wisata ke pulau lain di sekitar Kepulauan Seribu Adanya pilihan wisata pulau lain merupakan sebuah peluang bagi Pulau Tidung untuk lebih dikenal bagi wisatawan. Apabila wisatawan mengunjungi sebuah pulau lain di Kepulauan Seribu, hal ini memungkinkan bahwa wisatawan tersebut mengetahui bahwa ada beberapa pulau lain di Kepulauan Seribu yang dijadikan kawasan wisata yang salah satunya adalah Pulau Tidung. Wisatawan tentunya dapat merencanakan untuk menjadikan Pulau Tidung sebagai destinasi selanjutnya. 4. Potensi pasar wisatawan domestik Sejauh ini potensi pasar wisatawan domestik cukup besar, banyaknya jumlah kunjungan wisatawan domestik yang berdatangan ke lokasi wisata menunjukkan bahwa potensi ini menjadi sebuah peluang bagi pengembangan kawasan wisata Pulau Tidung. 5. Jumlah Sumberdaya manusia yang bekerja di bidang wisata Ketersediaan jumlah tenaga kerja lokal di Pulau Tidung cukup memadai. Hal ini merupakan peluang untuk memperkerjakan masyarakat pada sektor wisata. Hanya perlu pelatihan yang lebih matang untuk tenaga kerja agar profesional dalam pekerjaan terkait wisata.
64
6. Keikutsertaan masyarakat dalam memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola Pulau Tidung Keikutsertaan masyarakat dalam memelihara fasilitas yang disediakan menjadi sebuah peluang yang penting. Perlu adanya kerjasama bagi pihak pengelola yang telah membangun fasilitas dengan masyarakat lain yang dapat secara bersama untuk menjaga dan merawat fasilitas yang ada. Masyarakat Pulau Tidung dapat dipercaya untuk menjaga dan mengelola bersama fasilitas yang ada sehingga dapat dimanfaatkan secara bersama. b) Faktor strategis ancaman 1. Potensi pasar wisatawan internasional Potensi pasar internasional menjadi sebuah ancaman, hal ini karena dikhawatirkan akan banyak pihak swasta yang ingin mengambil alih pengelolaan dari masyarakat. Apabila pengelolaan diambil alih, peluang tenaga kerja lokal akan berkurang karena pihak swasta akan lebih memilih tenaga kerja yang lebih profesional. Pihak swasta dapat mengubah konsep wisata yang berbasis masyarakat menjadi wisata resort yang manfaat ekonominya lebih banyak dirasakan oleh pihak luar, bukan oleh masyarakat setempat. 2. Pencemaran di lingkungan kawasan akibat aktivitas wisata Pencemaran lingkungan akibat aktivitas wisata seperti rusaknya terumbu karang, berkurangnya kuantitas ikan di laut, dan penumpukan sampah di laut maupun di pantai menjadi sebuah ancaman. Ancaman tersebut akan menyebabkan terganggunya aktivitas wisata dan mempengaruhi kepuasan wisatawan. Lingkungan yang tidak bersih, bahkan rusak menyebabkan wisatawan enggan untuk melakukan kunjungan wisata. Selain itu pula kerusakan lingkungan akan berpengaruh kedepannya.
terhadap
keberlangsungan
wisata
Pulau
Tidung
65
6.3.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage) Tahap selanjutnya setelah melakukan tahapan masukan adalah tahap pencocokan (Matching Stage). Tahap pencocokan merupakan tahap perumusan strategi berdasarkan hasil analisis kondisi inteernal dan eksternal kawasan wisata Pulau Tidung. Pada tahapan ini alat analisis yang digunakan adalah matriks Internal-Eksternal (IE) dan matriks SWOT. 6.3.2.1 Matriks IE (Internal-External) Matriks IE didasarkan pada perpaduan total skor bobot IFE pada sumbu X dan total skor bobot EFE pada sumbu Y. Pada matriks IFE diperoleh hasil analisis total bobot skor adalah sebesar 3,12. Hasil analisis faktor eksternal pada matriks EFE diperoleh total bobot skor sebesar 2,64. Hasil pemetaan matriks IE menempatkan objek wisata Pulau Tidung berada pada sel IV. Hal ini menunjukkan bahwa objek wisata Pulau Tidung berada pada kondisi tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi yang tepat untuk kondisi ini adalah strategi yang intensif dan integratif. Strategi intensif dapat berupa penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Sedangkan strategi integratif dapat berupa strategi integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE, pemetaan matriks IE dapat dilihat pada Gambar 5. Skor Bobot Total IFE Kuat
Sedang
Lemah
3,0-4,0
2,0-2,99
1,0-1,99
Skor Bobot Total EFE
4,0
3,0
2,0
1,0
Tinggi 3,0-4,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3,0
Sedang 2,0-2,99
2,0
Rendah 1,0-1,99
1,0
Gambar 5 Matriks IE kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014
66
Strategi penetrasi pasar untuk pengelolaan objek wisata Pulau Tidung adalah strategi peningkatan pasar untuk produk dan jasa yang sudah ada saat ini melalui usaha pemasaran yang lebih besar. Usaha yang dilakukan adalah meningkatkan promosi terhadap aktivitas yang sudah tersedia di kawasan wisata Pulau Tidung khususnya di hari biasa (low season). Strategi pengembangan pasar yaitu memperluas informasi mengenai wisata Pulau Tidung ke kota-kota lain selain daerah Jabodetabek. Tujuannya adalah meningkatkan pangsa pasar dengan target yang baru. Promosi yang diberikan fokus kepada penawaran aktivitas wisata yang telah tersedia. Informasi yang diberikan berupa iklan di berbagai media yang memungkinkan akan menarik pengunjung. Sejauh ini promosi mengenai wisata Pulau Tidung dilakukan melalui media internet dan televisi. Promosi mengenai aktivitas wisata di Pulau Tidung perlu diperluas lagi melalui media lain seperti koran, majalah, radio dan lainnya. Pengembangan peningkatan
kunjungan
produk
merupakan
wisatawan
dengan
strategi cara
yang
mengupayakan
memperbaiki
maupun
memodifikasi penawaran barang dan jasa yang sudah ada saat ini. Guna mengantisipasi over carrying capacity di area tertentu terutama pada saat peak season, perlu dilakukan pengembangan produk, agar konsentrasi wisatawan tidak hanya pada aktivitas wisata snorkeling dan wisata pantai saja. Usaha yang dilakukan seperti pengembangan spot yang berpotensi baik untuk dilakukannya aktivitas wisata snorkeling. Begitu pula untuk aktivitas wisata pantai, Pulau Tidung memiliki pantai di daerah barat yang dapat dikembangkan agar wisatawan tidak hanya menumpuk di Pantai Timur. Aktivitas lain yang dapat dikembangkan berupa wisata outbond, wisata mangrove, wisata memancing, wisata kuliner dan wisata budaya. Paket wisata yang ditawarkan kepada wisatawan harus ditambahkan dengan upaya peduli lingkungan seperti penanaman mangrove dan upaya memelihara terumbu karang serta biota bawah laut lainnya. Selain itu informasi dan edukasi mengenai lingkungan juga perlu agar wisatawan tetap menjaga kelestarian lingkungan di kawasan wisata Pulau Tidung. Strategi integratif terdiri dari integrasi ke depan, intergrasi ke belakang, dan integrasi horizontal. Integrasi ke depan adalah peningkatan kontrol terhadap penyalur, yaitu pihak-pihak yang berperan dalam promosi wisata, seperti travel
67
agen yang menyediakan paket wisata untuk wisatawan. Upaya yang dilakukan adalah peningkatan kerjasama antara travel-travel agen baik lokal maupun nonlokal dalam memfasilitasi wisatawan. Pelayanan terhadap wisatawan melalui travel agent harus diperhatikan. Pihak travel agent harus dapat membantu wisatawan memenuhi kebutuhannya selama berwisata. Integrasi ke belakang adalah mendapatkan kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pemasok, dalam hal ini adalah stakeholder terkait. Perlu adanya peran dan dukungan dari stakeholder seperti Kelurahan Pulau Tidung, lembaga masyarakat, dan kelompok masyarakat Karang Taruna dalam pengelolaan dan pengembangan wisata. Dukungan tersebut seperti penyediaan fasilitas pendukung, mengadakan pendidikan yang baik bagi masyarakat, mengadakan pelatihan untuk tenaga kerja lokal khususnya dibidang wisata, mengajak masyarakat dan wisatawan untuk dapat menjaga serta melestarikan lingkungan. Integrasi horizontal adalah mendapatkan kepemilikan atau kontrol atas pesaing wisata yang berada di sekitar kawasan wisata Pulau Tidung seperti Pulau Pramuka, Pulau Pari, Pulau Untung Jawa, dan pulau yang diperuntukkan bagi wisata di Kepulauan Seribu. Kawasan wisata Pulau Tidung harus dapat memberikan kepuasan terhadap wisatawan agar dapat bersaing dengan pulau lainnya. Apabila kawasan wisata Pulau Tidung dapat menjaga kualitas pelayanan terhadap wisatawan, kebersihan lingkungan terjaga, serta aktivitas wisatanya sesuai dengan minat wisatawan, maka besar kemungkinan wisatawan akan melakukan kunjungan di masa yang akan datang dan kawasan wisata Pulau Tidung dapat besaing dengan pulau lainnya. 6.3.2.2 Matriks SWOT Berbagai alternatif strategi dapat dirumuskan berdasarkan analisis Matriks SWOT. Analisis tersebut merupakan sebuah alat pencocokan empat strategi utama yaitu
strategi
SO
(Strengths-Opportunities),
strategi
WO
(Weakness-
Opportunities), strategi ST (Strengths-Threats), dan strategi WT (WeaknessThreats). Matriks ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang diperoleh dari hasil analisis matriks IFE dan EFE sebelumnya. Alternatif strategi yang telah dirumuskan dapat dilihat pada Tabel 26.
68
Tabel 26 Matriks SWOT kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014 Kekuatan (Strengths) 1. Pengetahuan masyarakat lokal akan kondisi, informasi, dan potensi kawasan wisata 2. Posisi dan keterjangkauan yang dekat dengan Kota Jakarta 3. Manajemen pengelolaan kawasan wisata yang berbasis masyarakat Internal 4. Infrastruktur dan jalan yang tersedia di dalam kawasan wisata 5. Strategi pemasaran dan promosi kawasan wisata melalui travel agent dan pemerintah 6. Peningkatan jumlah kunjungan ke kawasan wisata 7. Kelengkapan fasilitas pendukung Eksternal tersedia di kawasan wisata 8. Peran organisasi atau lembaga masyarakat yang cukup banyak dalam pengelolaan wisata 9. Kondisi sumberdaya (keasrian, kebersihan dan kealamian pantai, laut, dan terumbu karang) 10. Pertumbuhan ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata Strategi S-O Peluang (Opportunities) 1. Adanya bantuan dana dari 1. Mempertahankan dan lembaga swasta (pihak luar) meningkatkan sistem terhadap kegiatan pengelolaan wisata yang berbasis konservasi masyarakat (S1, S3, S8, O2, O6) 2. Adanya bantuan dana dari 2. Kerjasama antara pihak lembaga swasta (pihak luar) pengelola, masyarakat, dan terhadap pengembangan wisatawan dalam menjaga kawasan wisata kelestarian sumberdaya dan 3. Adanya pilihan wisata ke lingkungan kawasan wisata serta pulau lain di sekitar memelihara fasilitas yang telah Kepulauan Seribu disediakan (S1, S3, S4, S7, S8, 4. Potensi pasar wisatawan S9, O1, O2, O6) domestik 3. Meningkatkan promosi terutama 5. Jumlah sumberdaya pada aktivitas wisata di area baru manusia yang bekerja di dan pilihan aktivitas baru bidang wisata terutama saat low season (S2, S4, 6. Keikutsertaan masyarakat S5, S6, S7, S10, O2, O3, O4) dalam memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola Pulau Tidung Strategi S-T Ancaman (Threats) 1. Potensi pasar wisatawan 1. Peningkatan edukasi dan internasional informasi oleh pengelola untuk 2. Pencemaran di lingkungan masyarakat dan wisatawan kawasan akibat aktivitas dalam menjaga kelestarian wisata lingkungan, kebersihan, dan keasrian kawasan wisata (S1, S3, S8, S9, T2)
Kelemahan (Weakness) 1. Belum ada penetapan tarif tiket masuk kawasan wisata 2. Prasarana (akses transportasi yang terbatas) terhadap kawasan wisata 3. Batasan dan daya dukung kawasan 4. Profesionalitas tenaga kerja yang rendah dibidang wisata
Strategi W-O a) Mengembangkan potensi area dan aktivitas wisata baru di Pulau Tidung untuk menghindari over carrying capacity di titik-titik area kawasan tertentu pada saat peak season (W3, O1, O2, O3, O6) b) Menetapkan paket wisata (dikelola oleh travel agent) yang menarik minat wisatawan (W1, W2, O3, O4)
Strategi W-T 1. Mempersiapkan profesionalitas para pekerja (tenaga kerja lokal) dibidang wisata melalui pelatihan (W4, T1)
69
Berdasarkan hasil Matriks SWOT yang telah dijabarkan pada Tabel 26, didapat beberapa alternatif strategi pengembangan Kawasan Wisata Pulau Tidung sebagai berikut: 1.
Strategi SO (Strengths-Opportunities) Strategi
SO
(Strengths-Opportunities)
merupakan
strategi
yang
memanfaatkan kekuatan internal kawasan wisata Pulau Tidung untuk mengambil manfaat dan keuntungan dari peluang eksternal. Strategi yang dapat diterapkan oleh Kawasan Wisata Pulau Tidung yaitu : a) Mempertahankan dan meningkatkan sistem pengelolaan wisata yang berbasis masyarakat Strategi ini adalah upaya untuk mempertahankan sistem pengelolaan yang telah dilakukan. Pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung saat ini adalah berbasis masyarakat lokal, dengan bantuan lembaga dan organisasi masyarakat serta pengawasan dan dukungan dari pemerintah. Pengelolaan seperti ini sudah cukup baik, sehingga para pengelola harus mempertahankan sistem ini. Namun kerjasama yang baik antar pihak pengelola harus ditingkatkan, hak dan kewajiban para stakeholder harus jelas sehingga para pengelola mengetahui tugas apa saja yang harus dipenuhi dalam pengelolaan kawasan wisata di Pulau Tidung. Masyarakat sebagai pelaku unit usaha dan tenaga kerja harus didukung oleh pemerintah dan organisasi masyarakat. Dukungan dapat berupa penyediaan fasilitas pendukung, pengadaan pelatihan bahasa dan keterampilan untuk tenaga kerja lokal. b) Kerjasama antara pihak pengelola, masyarakat, dan wisatawan dalam menjaga kelestarian sumberdaya dan lingkungan kawasan wisata serta memelihara fasilitas yang telah disediakan Peran para pengelola, masyarakat, dan wisatawan sangat penting demi keberlanjutan suatu kawasan wisata. Salah satu contohnya adalah dalam menjaga kelestarian dan kebersihan sumberdaya dan lingkungan di kawasan wisata. Kesadaran dari semua pihak sangat diperlukan, para pihak yang terlibat dalam
70
aktivitas wisata harus bekerja sama untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan agar dapat mencegah serta meminimalisir terjadinya degradasi lingkungan. Selain itu, pihak pengelola harus melengkapi fasilitas yang dibutuhkan untuk aktivitas wisata. Perlu ada penambahan tempat sampah dan mengatur letak yang tepat agar mudah dijangkau oleh masyarakat dan wisatawan, sehingga tidak terjadi penumpukan sampah di lingkungan kawasan wisata. Perlu dukungan dan kerjasama masyarakat dan wisatawan dalam menjaga fasilitas yang telah dibangun. c) Meningkatkan promosi terutama pada aktivitas wisata di area baru dan pilihan aktivitas baru terutama saat low season Pemasaran dilakukan untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik, sehingga dapat diketahui produk dan jasa wisata apa yang diminati oleh pasar. Target pasar wisata Pulau Tidung adalah wisatawan usia muda dan keluarga, karena beberapa aktivitas wisata yang disediakan cocok dan diminati oleh target. Promosi yang perlu dilakukan adalah harus lebih fokus terhadap penawaran aktivitas wisata yang sesuai dengan keinginan pasar. Promosi terhadap area baru untuk
aktivitas
wisata
pantai
dan
snorkeling
yang
berpotensi
untuk
dikembangkan, seperti pengembangan Pantai Barat dan beberapa area snorkeling. Promosi terhadap aktivitas selain wisata pantai dan snorkeling lebih diperluas lagi, sehingga wisatawan memiliki banyak pilihan aktivitas selain kedua aktivitas tersebut. Promosi yang dilakukan juga lebih difokuskan untuk hari-hari biasa diluar peak season dimana kondisi kawasan wisata Pulau Tidung tidak terlalu ramai melalui penawaran harga yang lebih murah di saat low season. 2.
Strategi WO (Weakness-Opportunities) Strategi WO (Weakness-Opportunities) adalah strategi yang bertujuan
untuk memperbaiki kelemahan internal kawasan wisata Pulau Tidung dengan memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi yang dapat diterapkan adalah:
71
a)
Mengembangkan potensi area dan aktivitas wisata baru di Pulau Tidung untuk menghindari over carrying capacity di titik-titik area kawasan tertentu pada saat peak season Kegiatan wisata yang sangat digemari selain wisata pantai wisata
snorkeling, wisata ini membutuhkan spot yang baik agar dapat melihat keindahan pantai dan bawah laut. Pulau Tidung memiliki spot yang cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan yaitu di Dermaga Cinta, Pulau Tidung Kecil, dan Pulau Payung untuk aktivitas snorkeling dan Pantai Timur untuk kegiatan wisata pantai. Masih banyak area snorkeling lainnya yang berpotensi untuk dikembangkan. Area-area tersebut perlu untuk dikembangkan, sehingga dapat mengurangi kepadatan di area yang telah over carrying capacity. Lokasi Pantai Barat di Pulau Tidung juga memiliki potensi untuk dikembangkan, sehingga wisatawan memiliki pilihan lokasi untuk wisata pantai selain di Pantai Timur. Hal tersebut juga dapat mengurangi kepadatan di Pantai Timur. Aktivitas baru yang dapat menarik minat wisatawan perlu dikembangkan untuk mengurangi potensi over carrying capacity. Beberapa aktivitas wisata lainnya yang berpotensi untuk dikembangkan di Pulau Tidung adalah wisata memancing, wisata mangrove, outbond, dan wisata kuliner. Hal ini perlu untuk dikembangkan sebagai alternatif wisata selain wisata pantai dan snorkeling. Upaya ini pula dapat menjadi peluang usaha baru bagi masyarakat, seperti mengembangkan unit usaha rumah makan khas hidangan laut, unit usaha penyewaan alat memancing, penyewaan peralatan outbond, industri olahan makanan laut, kerajinan souvenir, dan pengembangan unit usaha lainnya. Strategi ini dapat membantu meningkatkan pendapatan unit usaha dan penyerapan tenaga kerja lokal melalui pengembangan unit usaha terkait aktivitas wisata tersebut. b) Menetapkan paket wisata (dikelola oleh travel agent) yang menarik minat wisatawan . Paket wisata yang ditawarkan oleh travel agent harus dibenahi, para travel agent harus cermat dalam menentukan penyediaan jasa paket wisata kepada wisatawan. Paket wisata yang ditawarkan dapat tetapkan sesuai dengan segmen pasar. Sebagai contoh paket wisata untuk keluarga dibedakan dengan paket wisata rombongan pelajar atau mahasiswa. Harga yang ditetapkan dan fasilitas yang
72
didapatkan oleh wisatawan harus sesuai. Sehingga wisatawan merasa puas dengan produk dan jasa yang ditawarkan. Misalnya paket wisata sudah termasuk biaya untuk aktivitas wisata mangrove, selain itu wisatawan memperoleh welcome drink atau souvenir berupa buku panduan wisata dan edukasi lingkungan. Paket wisata yang ditawarkan juga perlu ditambahkan dengan unsur edukasi mengenai lingkungan dan konservasi. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah memberikan harga paket wisata yang lebih murah untuk aktivitas wisata baru. Sebagai contoh, memberikan penawaran dengan harga lebih murah untuk wisata outbond dan wisata mangrove, dan menaikkan harga penyewaan alat snorkeling khusus pada saat peak season. Hal tersebut dapat mengurangi kepadatan untuk aktivitas snorkeling namun wisatawan memiliki alternatif aktivitas wisata lain yang menarik. 3.
Strategi ST (Strengths-Threats) Strategi ST (Strengths-Threats) merupakan yang menggunakan kekuatan
internal untuk menghindari dang mengurangi dampak dari ancaman eksternal. Strategi yang dapat diterapkan yaitu : a) Peningkatan edukasi dan informasi oleh pengelola untuk masyarakat dan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan, kebersihan, dan keasrian kawasan wisata Kelestarian lingkungan, keasrian dan kebersihan kawasan wisata penting untuk dijaga. Keberlangsungan kegiatan wisata dimasa akan datang bergantung kepada keadaan sumberdaya dan lingkungan di kawasan wisata. Tugas untuk menjaga kelestarian lingkungan bukan hanya untuk pihak pengelola, perlu ada kerjasama yang baik dan dukungan dari masyarakat dan wistawan. Perlu adanya ajakan dari pihak pengelola kepada masyarakat dan wisatawan terkait informasi dan edukasi mengenai lingkungan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah menambahkan ajakan untuk menjaga lingkungan di papan petunjuk arah atau di ruang iklan wisata Pulau Tidung. Pihak pengelola dapat mengajak masyarakat secara langsung untuk menjaga kelestarian lingkungan wisata yang sekaligus menjadi tempat tinggal masyarakat. Edukasi dan informasi mengenai lingkungan
73
pula dapat dirangkum kedalam paket wisata sehingga pada saat wisatawan melakukan aktivitas wisata, pemandu wisata memberikan informasi mengenai kondisi dan sejarah kawasan wisata serta edukasi mengenai lingkungan.
4.
Strategi WT (Weakness-Threats) Strategi WT (Weakness-Threats) merupakan strategi defensif yang
diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal di kawasan wisata Pulau Tidung. Alternatif strategi yang dapat diterapkan adalah : a) Mempersiapkan dan mengelola profesionalitas para pekerja (tenaga kerja lokal) dibidang wisata melalui pelatihan Pulau Tidung dihuni oleh kurang lebih empat ribu jiwa, mayoritas pekerjaan masyarakat Pulau Tidung adalah nelayan dengan tingkat pendidikan rata-rata adalah di bangku sekolah menengah pertama. Sejak kawasan ini menjadi objek wisata, banyak masyarakat yang menjadikan sektor wisata untuk menambah pendapatan melalui usaha dibidang wisata atau pekerjaan sampingan. Kegiatan wisata di Pulau Tidung memerlukan kesiapan dari berbagai aspek, salah satunya adalah profesionalitas para tenaga kerja. Pekerja memerlukan keterampilan khusus dalam memenuhi kebutuhan wisatawan, termasuk didalamnya pengetahuan dan informasi yang cukup, sikap ramah terhadap tamu, dan yang terpenting adalah kemampuan berbahasa yang baik. Pihak pengelola wisata bersama pemerintah perlu untuk membimbing para pelaku usaha dan tenaga kerja. Bimbingan dapat dilakukan melalui pelatihan khusus, seperti pelatihan bahasa inggris, pelatihan pengembangan usaha, keterampilan dan kerajinan pembuatan souvenir, dan lainnya. Hal ini penting untuk pengembangan wisata berbasis masyarakat seperti di Pulau Tidung, agar masyarakat dapat terus berperan dalam kegiatan wisata ini dan tidak diambil alih oleh pihak-pihak luar yang ingin memanfaatkan keuntungan dari kegiatan wisata di lokasi tersebut.
74
75
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1.
Kebocoran yang terjadi di Pulau Tidung adalah senilai Rp. 40.481.712.876 dengan persentase pengeluaran di luar kawasan yang terbesar yaitu biaya transportasi dengan persentase 34,47% dari nilai kebocoran. Perhitungan dampak ekonomi yang diperoleh dari nilai Keynesian Income Multiplier adalah sebesar 1,7. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan II adalah 1,5 dan 1,6. Nilai Multiplier Effect ≥1 menunjukkan bahwa keberadaan objek wisata memberikan pengaruh dampak ekonomi yang cukup besar terhadap perekonomian masyarakat lokal.
2.
Hasil perhitungan daya dukung untuk aktivitas wisata snorkeling di ketiga lokasi yaitu Dermaga Cinta, Pulau Tidung Kecil, dan Pulau Payung adalah 158 orang/hari, sementara itu untuk aktivitas wisata pantai di Pantai Timur adalah 130 orang/hari. Secara general, jumlah rata-rata kunjungan wisatawan per hari melebihi daya dukung yang tersedia. Melalui pengamatan di lokasi dan informasi dari pihak pengelola, kondisi saat low season dan peak season jauh berbeda. Pada saat hari kerja, jumlah kunjungan wisatawan jauh lebih sedikit dibandingkan saat akhir pekan atau hari libur. Dapat disimpulkan, beberapa area yang digunakan untuk aktivitas wisata snorkeling dan wisata pantai sudah tergolong over carrying capacity disaat peak season.
3.
Berdasarkan dampak ekonomi dan analisis daya dukung, faktor-faktor strategis internal dan eksternal berada pada kuadran IV matriks IE dimana kegiatan wisata di kawasan wisata Pulau Tidung berada pada kondisi tumbuh dan membangun (grow and build). Hasil analisis SWOT terbentuk formulasi strategi
pengelolaan
objek
wisata
Pulau
Tidung,
diantaranya:
mempertahankan dan meningkatkan sistem pengelolaan wisata yang berbasis masyarakat; kerjasama antara pihak pengelola, masyarakat, dan wisatawan dalam menjaga kelestarian sumberdaya dan lingkungan kawasan wisata serta memelihara fasilitas yang telah disediakan; meningkatkan promosi terutama pada aktivitas wisata di area baru dan pilihan aktivitas baru terutama saat low season; mengembangkan potensi area dan aktivitas wisata baru di Pulau
76
Tidung untuk menghindari over carrying capacity di titik-titik area kawasan tertentu pada saat peak season; dan mempersiapkan
profesionalitas para
pekerja (tenaga kerja lokal) dibidang wisata melalui pelatihan. 7.2 Saran 1.
Perlu dikembangkannya unit usaha yang menarik minat wisatawan guna menambah proporsi pengeluaran wisatawan di dalam kawasan wisata. Hal ini bertujuan
untuk
mengurangi
proporsi
kebocoran
yang
disebabkan
pengeluaran wisatawan di luar kawasan wisata. Pengembangan unit usaha yang dapat diupayakan seperti unit usaha rumah makan khas hidangan laut, unit usaha yang terkait aktivitas wisata misalnya wisata outbond, memancing, mangrove, water sport dan lainnya. 2.
Perlu dikembangkan lokasi yang berpotensi untuk aktivitas wisata seperti beberapa area snorkeling yang berbeda, Pantai Barat, dan lokasi untuk aktivitas wisata lainnya. Perlu juga dikembangkan aktivitas wisata baru selain wisata snorkeling dan wisata pantai agar wisatawan memiliki banyak pilihan. Hal tersebut bertujuan agar wisatawan dapat menyebar dengan aktivitas yang berbeda dan mengurangi kepadatan hanya dititik-titik tertentu. Aktivitas lain yang perlu dikembangkan adalah aktivitas wisata yang melibatkan edukasi lingkungan seperti penanaman karang dan penanaman mangrove.
3.
Tata letak homestay, tempat makan, dan perumahan penduduk harus diatur di lokasi yang tepat agar tidak mengganggu kenyamanan wisatawan dalam melakukan aktivitas wisata. Keasrian, keindahan dan kealamian lokasi yang digunakan untuk aktivitas wisata seperti Dermaga Cinta, Pulau Payung, dan Pulau Tidung Kecil harus terus dijaga. Perumahan warga dan prasarana homestay sebaiknya tidak dikembangkan di lokasi aktivitas wisata tersebut. Agar wisatawan dapat menikmati panorama pantai dan alam sekitarnya tanpa terganggu oleh aktivitas lain. Sementara itu kealamian lingkungannya tidak terganggu oleh pembangunan perumahan warga, homestay, maupun bangunan lainnya.
4.
Promosi lebih difokuskan terhadap penawaran aktivitas baru selain wisata snorkeling dan wisata pantai yang dapat menarik minat wisatawan. Promosi
77
juga difokuskan terhadap kondisi season. Harga paket wisata yang lebih murah pada saat low season diharapkan dapat meningkatkan kunjungan. 5.
Pihak pengelola dan pemerintah perlu bekerjasama untuk membimbing para pelaku usaha dan tenaga kerja lokal. Bimbingan dapat dilakukan melalui pelatihan khusus seperti pelatihan bahasa inggris. Pelatihan pengembangan usaha keterampilan dan kerajinan untuk souvenir, dan produksi olahan makanan khas laut. Olahan makanan seperti dari rumput laut, ikan, udang, dan lainnya dapat dijadikan buah tangan bagi wisatawan. Pihak pengelola dan pemerintah juga perlu untuk mengawasi kebersihan produk khususnya makanan agar wisatawan sebagai konsumen tidak ragu untuk membeli produk olahan masyarakat tersebut.
6.
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai dampak ekonomi di pulau resort yang merupakan pulau wisata dengan pengelolaan bukan berbasis masyarakat. Hal ini untuk melihat sistem pengelolaan pada pulau resort guna menjadi gambaran bagi Pulau Tidung dalam pengelolaan dan pengembangan wisata.
78
79
DAFTAR PUSTAKA Azis, A. 2009. Analisis Kelayakan Kawasan Wisata Bahari Menggunakan Aplikasi Delphi. [internet]. [diakses pada 12 November 2009]. http://azisthediver.blogspot.com/2009/11/analisis-kelayakan-kawasanwisata.html [BPS] Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu. 2012. Kepulauan Seribu dalam Angka 2012. Jakarta (ID): BPS Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu [BPS] Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu. 2013. Kepulauan Seribu dalam Angka 2013. Jakarta (ID): BPS Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Pariwisata. Jakarta: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Dahuri, R., Rais, Y., Putra, S.G., Sitepu, M.J. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita David, F.R. 2009. Strategic Management. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat Ekayani M dan Nuva. 2013. Economics of ecotourism. Di dalam: Kim, Seong-il, Mihee Kang, Dian Sukmajaya, editor. Opportunities and challenges of ecotursim in ASEAN countries. Seoul (ID): Depatment of Forest Sciences, College of Agriculture and Life Sciences, Seoul National University, hlm 192-213 Hadiwijoyo, S. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat; Sebuah Pendekatan Konsep. Yogyakarta: Graha Ilmu Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: Penerbit Pt.Grasindo Katalinga, G 2013. Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan Ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta. Bogor: FEM IPB Kelurahan Pulau Tidung. 2013. Laporan Tahunan 2013. Jakarta: Kelurahan Pulau Tidung
80
[Kemenparekraf] Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jakarta: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Keraf. 2000. Dimensi Budaya Ekologi Pesisir Dalam Pengembangan Wisata Bahari. Denpasar: Naskah Seminar, Denpasar Kajian Budaya Universitas Udayana Ketjulan R. 2010. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Bahari Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Kelautan dan Perikanan dalam Angka. Jakarta : Kementerian Kelautan dan Perikanan Kusumastanto,T. 2003. OCEAN POLICY dalam Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Pt. Gramedia [META] Marine Ecotourism for Atlantic Area. 2001. Planning for marine ecotourism in the EU Atlantic Area. Bristol (ID): University vof the West of England Nasution, S. 2007. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara Nugroho, I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Nurisyah, S. 2001. Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir Indonesia. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. Perencanaan, Perancangan dan Pengelolaan, Volume 3, Nomor 2, 2000. Bogor: Studio Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian IPB Bogor Nuva. 2004. Analisis Strategi dan Peranserta Masyarakat dalam Pengembangan Wisata Bahari Tiram Ulakan di Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariama. Bogor: Fakultas Pertanian IPB Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 123 Tahun 2013. 2013. Jakarta: Dinas Komunikasi, Informatika, dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta
81
Pitana, I. dan Surya, I. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi Pitana, I dan Gayatri, P.G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Kajian Sosiologis terhadap Struktur, Sistem, dan Dampak – Dampak Pariwisata. Edisi pertama, Yogyakarta: ANDI Rajab, M.A., Fahruddin, A., Setyobudiandi, I. 2013. Daya Dukung Perairan Liukang Loe untuk Aktivitas Ekowisata Bahari [jurnal]. Bogor: FPIK IPB Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Terumbu Karang Jakarta. 2009. Pengamatan Jangka Panjang Terumbu Karang Kepulauan Seribu (2003-2007). Jakarta (ID): Yayasan Terumbu Karang Indonesia Undang Undang Kepariwisataan 2009.2010. Yogyakarta: Pustaka
Yustisia
Vanhove, N. 2005. The Economics of Tourism Destinations, Elsevier Butterworth: Heinemann Weaver, D dan Opperman, M. (2000). Tourism Management. Australia: John Wiley & Sons Australia, Ltd Wijayanti, P. 2009. Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB Yulianda , F. 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir Berbasis Konservasi. Bogor (ID): FPIK IPB Yulianda, F., Fahrudin, A., Adrianto, L., Hutabarat, A., Harteti, S., Kusharjani., Kang, H. 2010. Pengelolaan Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Bogor (ID):Pusdiklat-Kehutanan-Departemen Kehutanan RI Secem- Korea International Coorperation Agency
82
LAMPIRAN
85 Lampiran 1 a. Peta lokasi penelitian
Sumber: http://www.jakarta-tourism.go.id/sites/default/files/kepulauan%20Seribu.jpg diakses pada 6 Maret 2015
b. Peta titik area aktivitas yang diteliti
Sumber: Citra ALOS, 2009
120.000
126.667
397.500
120.000
129.000
200.000
190.000 436.000 270.000 129.000 224.000
106.000
94.167
191.500
295.000
85.000
165.000
140.000
116.250
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14
15
16
17
18
19
20
21
22
B1 151.667 522.500 152.500
4
1 2 3
No responden
50.000
0
50.000
0
0
0
0
0
15.000 0 100.000 25.000 0
0
15.000
50.000
75.000
120.000
100.000
B2 50.000 20.000 40.000
50.000
100.000
180.000
50.000
200.000
30.000
30.000
65.000
45.000 50.000 200.000 30.000 90.000
100.000
75.000
100.000
100.000
200.000
200.000
B3 100.000 65.000 100.000
112.500
36.956
100.000
100.000
400.000
112.500
83.333
0
150.000 300.000 300.000 87.500 100.000
150.000
125.000
125.000
300.000
83.333
0
B4 700.000 0 400.000
Biaya (Rp)
0
0
100.000
0
100.000
0
0
0
15.000 0 0 0 110.000
50.000
0
0
30.000
0
50.000
B5 100.000 0 35.000
Lampiran 2 Proporsi pengeluaran wisatawan kawasan wisata Pulau Tidung (Rp)
50.000
85.000
70.000
20.000
35.000
85.000
105.000
0
85.000 75.000 75.000 15.000 50.000
85.000
15.000
150.000
100.000
0
0
0 0 50.000
B6
0
25.000
0
0
25.000
15.000
0
0
0 25.000 25.000 0 15.000
25.000
0
0
12.500
0
0
0 0 25.000
B7
0
4.000
0
0
0
0
0
4.000
2.000 0 0 0 0
2.000
0
0
0
0
10.000
0 4.000 0
B8
378.750
390.956
665.000
255.000
1.055.000
434.000
312.500
175.000
502.000 886.000 970.000 286.500 589.000
612.000
359.000
545.000
1.015.000
530.000
480.000
1.101.667 611.500 802.500
Total
86
170.000
425.000
225.000
150.000
80.000
200.000
120.000
127.333
130.000
135.000
8.187.583 194.943 34,47
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
Total Rata-rata Proporsi
141.000
29
120.000
140.000
28
32
147.500
27
90.000
750.000
26
120.000
170.000
25
31
245.000
24
30
140.000
B1
23
No responden
1.350.000 32.143 5,68
25.000
35.000
25.000
25.000
50.000
70.000
20.000
0
50.000
50.000
50.000
0
30.000
70.000
0
0
100.000
0
0
40.000
B2
3.863.000 91.976 16,26
43.000
40.000
180.000
50.000
100.000
50.000
100.000
100.000
150.000
100.000
100.000
35.000
50.000
35.000
85.000
100.000
125.000
100.000
100.000
60.000
B3
6.022.790 143.400 25,36
0
0
133.333
66.667
60.000
125.000
100.000
125.000
125.000
100.000
300.000
0
150.000
125.000
80.000
200.000
250.000
0
200.000
116.667
B4
Biaya (Rp)
1.650.000 39.286 6,59
0
0
0
0
0
0
20.000
0
35.000
80.000
100.000
30.000
0
250.000
0
50.000
300.000
0
45.000
150.000
B5
2.255.000 53.690 9,49
0
50.000
135.000
0
30.000
0
0
75.000
50.000
100.000
100.000
70.000
75.000
50.000
50.000
50.000
100.000
35.000
85.000
50.000
B6
0
0
0
0
0
360.000 8.780 1,55
0
0
12.500
30.000
0
0
12.500
25.000
0
25.000
0
25.000
12.500
25.000
B7
54.000 1.286 0,23
2.000
4.000
0
0
2.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2.000
6.000
10.000
0
2.000
B8
23.742.373 565.504 100
205.000
259.000
613.167
261.667
472.000
325.000
390.000
537.500
860.000
600.000
795.000
255.000
420.000
683.500
380.000
549.500
1.631.000
315.000
675.000
558.667
Total
87
Keterangan : B1 = Transportasi dan parkir B2 = Konsumsi dari rumah B3 = Konsumsi di dalam kawasan B4 = Penginapan B5 B6 B7 B8
= Souvenir/oleh-oleh = Penyewaan sepeda/alat snorkeling = Dokumentasi = Toilet umum
88
Homestay
Homestay
Homestay
Homestay
Homestay
3
4
5
6
Becak motor
11
Rata-rata
Total
Becak motor
10
3.466.667
10.400.000
3.400.000
3.400.000
3.600.000
25.000.000
Rata-rata
Becak motor
50.000.000
Total
9
30.000.000
toko souvenir
20.000.000
toko souvenir
8
33.916.667
203.500.000
60.000.000
68.000.000
16.800.000
15.000.000
13.200.000
I (a) 30.500.000
7
Rata-rata
Total
Homestay
2
Jenis unit usaha
No responden 1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.250.000
7.500.000
2.000.000
2.500.000
0
700.000
800.000
B1 (b) 1.500.000
176.667
530.000
150.000
200.000
180.000
12.500.000
25.000.000
15.000.000
10.000.000
8.333.333
50.000.000
18.000.000
29.000.000
0
0
0
B2 (c) 3.000.000
100.000
300.000
100.000
100.000
100.000
150.000
300.000
100.000
200.000
1.583.333
9.500.000
100.000
1.500.000
2.200.000
1.700.000
2.000.000
B3 (d) 2.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
50.000
100.000
0
100.000
63.333
380.000
180.000
200.000
B4 (e)
Lampiran 3 Rincian pengeluaran unit usaha per bulan di kawasan wisata Pulau Tidung (Rp)
10.000
30.000
10.000
10.000
10.000
40.000
80.000
40.000
40.000
47.500
285.000
40.000
170.000
10.000
15.000
10.000
B5 (f) 40.000
286.667
860.000
260.000
310.000
290.000
12.740.000
25.480.000
15.140.000
10.340.000
11.277.500
67.665.000
20.320.000
33.370.000
2.210.000
2.415.000
2.810.000
Total pengeluaran (i) (i = b+c+d+e+f) 6.540.000
3.180.000
9.540.000
3.140.000
3.090.000
3.310.000
12.260.000
24.520.000
14.860.000
9.660.000
22.639.167
135.835.000
39.680.000
34.630.000
14.590.000
12.585.000
10.390.000
Pendapatan (j) (j = a-i) 23.960.000
89
Penyewaan Sepeda
penyewaan alat snorkeling
penyewaan alat snorkeling
Penyewaan alat snorkeling
14
15
16
Usaha catering
Usaha catering
Usaha catering
Usaha catering
18
19
20
21
Warung makan
Warung makan
Warung makan
Warung makan
23
24
25
26
Rata-rata
Total
Warung makan
22
Rata-rata
Total
Usaha catering
17
Rata-rata
Total
Penyewaan sepeda
13
Jenis unit usaha
No responden 12
6.380.000
31.900.000
9.000.000
2.400.000
9.000.000
5.000.000
6.500.000
4.100.000
20.500.000
5.000.000
5.000.000
4.500.000
4.000.000
2.000.000
7.200.000
36.000.000
7.000.000
8.500.000
7.500.000
10.000.000
I (a) 3.000.000 0
240.000
1.200.000
350.000
0
300.000
300.000
250.000
310.000
1.550.000
300.000
300.000
400.000
350.000
200.000
470.000
2.350.000
850.000
0
800.000
700.000
B1 (b)
1.540.000
7.700.000
2.500.000
700.000
2.000.000
1.000.000
1.500.000
800.000
4.000.000
1.000.000
1.000.000
800.000
800.000
400.000
898.000
4.490.000
340.000
500.000
300.000
3.000.000
B2 (c) 350.000
120.000
600.000
150.000
100.000
100.000
100.000
150.000
180.000
900.000
100.000
200.000
50.000
50.000
500.000
150.000
750.000
50.000
50.000
100.000
500.000
B3 (d) 50.000
64.000
320.000
100.000
20.000
100.000
50.000
50.000
29.200
146.000
30.000
50.000
30.000
36.000
0
66.000
330.000
180.000
50.000
50.000
0
B4 (e) 50.000
37.000
185.000
40.000
80.000
40.000
10.000
15.000
11.000
55.000
10.000
15.000
10.000
10.000
10.000
18.000
90.000
10.000
30.000
10.000
35.000
B5 (f) 5.000
2.001.000
10.005.000
3.140.000
900.000
2.540.000
1.460.000
1.965.000
1.330.200
6.651.000
1.440.000
1.565.000
1.290.000
1.246.000
1.110.000
1.602.000
8.010.000
1.430.000
630.000
1.260.000
4.235.000
Total pengeluaran (i) (i = b+c+d+e+f) 455.000
4.379.000
21.895.000
5.860.000
1.500.000
6.460.000
3.540.000
4.535.000
2.769.800
13.849.000
3.560.000
3.435.000
3.210.000
2.754.000
890.000
5.938.000
27.990.000
5.570.000
7.870.000
6.240.000
5.765.000
Pendapatan (j) (j = a-i) 2.545.000
90
Pedagang es krim
29
900.000
Rata-rata
I B1 B2
= Penerimaan per bulan = Biaya upah karyawan = Biaya input
0
0
0
0
0
0
0
0
10.000.000
10.000.000
10.000.000
1.500.000
3.000.000
1.000.000
2.000.000
B1 (b)
50.000
50.000
50.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
0
0
0
0
3.766.667
11.300.000
1.500.000
3.000.000
B2 (c) 6.800.000
= Biaya operasional = Biaya transportasi = Biaya kebersihan
900.000
Total
B3 B4 B5
900.000
40.000.000
Rata-rata
Toilet Umum
40.000.000
Total
8.250.000 40.000.000
Rata-rata
16.500.000
7.500.000
9.000.000
6.333.333
19.000.000
3.000.000
6.000.000
I (a) 10.000.000
Cafe
Keterangan :
33
32
Travel agen
31
Total
Travel agen
30
Rata-rata
Total
Pedagang es kelapa muda
Pedagang otak-otak
Jenis unit usaha
28
No responden 27
50.000
50.000
50.000
354.000
354.000
354.000
1.500.000
3.000.000
1.000.000
2.000.000
100.000
300.000
50.000
150.000
B3 (d) 100.000
30.000
30.000
30.000
50.000
50.000
50.000
140.000
280.000
180.000
100.000
210.000
630.000
250.000
200.000
B4 (e) 180.000
10.000
10.000
10.000
100.000
100.000
100.000
30.000
60.000
40.000
20.000
40.000
120.000
40.000
40.000
B5 (f) 40.000
140.000
140.000
140.000
20.504.000
20.50.4000
20504000
3.170.000
6.340.000
2.220.000
4.120.000
4.116.667
12.350.000
1.840.000
3.390.000
Total pengeluaran (i) (i = b+c+d+e+f) 7.120.000
760.000
760.000
760.000
19.496.000
19.496.000
19.496.000
5.080.000
10.160.000
5.280.000
4.880.000
2.216.667
6.650.000
1.160.000
2.610.000
Pendapatan (j) (j = a-i) 2.880.000
91
240.000
Warung makan
Toilet umum
Cafe
Travel agent
0
10.000.000
1.500.000
0
310.000
Usaha catering
Pedagang kaki lima
898.000
470.000
50.000
10.000.000
0
3.766.667
1.540.000
800.000
176.667
0
Becak motor Penyewaan sepeda + alat snorkeling
12.500.000
8.333.333
0
1.250.000
50.000
354.000
1.500.000
100.000
120.000
180.000
150.000
100.000
150.000
1.583.333
30.000
50.000
140.000
210.000
64.000
29.200
66.000
0
50.000
63.333
10.000
100.000
30.000
40.000
37.000
11.000
18.000
10.000
40.000
47.500
Rata-rata pengeluaran di dalam kawasan per bulan Biaya upah Biaya Biaya Biaya Biaya karyawan bahan baku operasional transportasi kebersihan
Toko souvenir
Homestay
Jenis unit usaha
140.000
20.504.000
3.170.000
4.116.667
2.001.000
1.330.200
1.602.000
286.667
12.740.000
11.277.499
Jumlah (a)
Lampiran 4 Rata-rata pengeluaran unit usaha per bulan di kawasan wisata Pulau Tidung (Rp)
2
1
21
30
66
24
70
75
6
186
Jumlah unit usaha (b)
280.000
20.504.000
66.570.000
123.500.010
132.066.000
31.924.800
112.140.000
21.500.025
76.440.000
2.097.614.814
Total pengeluaran di dalam kawasan (c=a*b)
92
93 Lampiran 5 Pendapatan tenaga kerja lokal kawasan wisata Pulau Tidung No responden
Pekerjaan
Pendapatan per bulan (Rp)
1
Penjaga tiket
900.000
2
Penjaga tiket
1.000.000
Rata-rata
950.000
3
ABK kapal wisata
1.200.000
4
ABK kapal wisata
500.000
Rata-rata
850.000
Tukang parkir
750.000
Rata-rata
750.000
5 6
Pegawai homestay
1.100.000
7
Pegawai homestay
700.000
8
Pegawai homestay
650.000
9
Pegawai homestay
650.000
Rata-rata
775.000
10
Pegawai penyewaan alat snorkeling
1.000.000
11
Pegawai penyewaan alat snorkeling
800.000
12
Pegawai penyewaan alat snorkeling
700.000
13
Pegawai penyewaan alat snorkeling
700.000
14
Pegawai penyewaan alat snorkeling
800.000
Rata-rata
800.000
15
Pegawai usaha catering
350.000
16
Pegawai usaha catering
300.000
17
Pegawai usaha catering
350.000
18
Pegawai usaha catering
350.000
19
Pegawai usaha catering
500.000
Rata-rata
370.000
20
Pegawai warung makan
600.000
21
Pegawai warung makan
600.000
22
Pegawai warung makan
500.000
23
Pegawai warung makan
350.000
24
Pegawai warung makan
400.000
25
Pegawai warung makan
500.000
26
Pegawai warung makan
350.000
27
Pegawai warung makan
400.000
Rata-rata
462.500
28
Pegawai travel agent
500.000
29
Pegawai travel agent
500.000
30
Pegawai travel agent
500.000
Rata-rata
500.000
94
No responden
Pekerjaan
Pendapatan per bulan (Rp)
31
Pegawai cafe
1.000.000
32
Pegawai cafe
800.000
33
Pegawai cafe
800.000
34
Pegawai cafe
1.000.000
35
Pegawai cafe
800.000
Rata-rata
880.000
500.000 450.000 90%
Penjaga tiket
Rata-rata
Proporsi
2
200.000 425.000 85%
Pegawai homestay
Pegawai homestay
Rata-rata
Proporsi
9
400.000
500.000
Pegawai homestay
8
600.000
Pegawai homestay
83%
Proporsi
7
400.000
Rata-rata
6
400.000
72%
Proporsi
Tukang parkir
450.000
Rata-rata
5
300.000
ABK kapal wisata
4
600.000
ABK kapal wisata
3
400.000
B1
Penjaga tiket
Tenaga Kerja
No responden 1
0%
0
0
0
2%
10.000
0
40.000
0
0
0%
0
0
8%
50.000
0
100.000
B2
Lampiran 6 Pengeluaran tenaga kerja perbulan di kawasan wisata Pulau Tidung (Rp)
8%
42.500
50.000
50.000
20.000
50.000
4%
20.000
20.000
12%
75.000
50.000
100.000
10%
50.000
50.000
50.000
B3
0%
0
0
0
4%
20.000
0
30.000
0
50.000
10%
50.000
50.000
6%
40.000
0
80.000
B4
0%
0
0
0
1%
5.000
0
10.000
0
10.000
2%
10.000
10.000
2%
12.500
0
25.000
B5
100%
502.500
250.000
530.000
520.000
710.000
100%
480.000
480.000
100%
627.500
350.000
905.000
100%
500.000
550.000
450.000
Total
95
400.000 450.000 88%
Pegawai penyewaan alat snorkeling
Pegawai penyewaan alat snorkeling
Pegawai penyewaan alat snorkeling
Rata-rata
Proporsi
13
14
100.000 110.000 92%
Pegawai usaha catering
Pegawai usaha catering
Pegawai usaha catering
Rata-rata
Proporsi
17
18
19
200.000 262.500 84%
Pegawai warung makan
Pegawai warung makan
Pegawai warung makan
Pegawai warung makan
Pegawai warung makan
Pegawai warung makan
Rata-rata
Proporsi
22
23
24
25
26
27
200.000
300.000
200.000
150.000
300.000
350.000
Pegawai warung makan
21
400.000
Pegawai warung makan
20
100.000
100.000
150.000
Pegawai usaha catering
16
100.000
Pegawai usaha catering
15
500.000
400.000
450.000
Pegawai penyewaan alat snorkeling
12
500.000
Pegawai penyewaan alat snorkeling
B1
11
Tenaga Kerja
10
No responden
0%
0
0
0
0
0
0
0%
0
0
0
0
0
0
2%
6.250
0
0
20.000
0
0
0
0
30.000
B2
10%
31.875
40.000
50.000
40.000
40.000
35.000
30.000
0
20.000
8%
10.000
0
0
50.000
0
0
10%
52.000
100.000
50.000
40.000
20.000
50.000
B3
3%
10.000
0
0
30.000
0
0
0
50.000
0
0%
0
0
0
0
0
0
1%
6.000
0
0
0
0
30.000
B4
1%
2.500
0
0
10.000
0
0
0
10.000
0
0%
0
0
0
0
0
0
0%
2.000
0
0
0
0
10.000
B5
100%
313.125
240.000
250.000
400.000
240.000
185.000
330.000
410.000
450.000
100%
120.000
100.000
100.000
150.000
150.000
100.000
100%
510.000
500.000
550.000
440.000
470.000
590.000
Total
96
350.000 350.000 82%
Pegawai travel agen
Rata-rata
Proporsi
85%
Pegawai cafe
Rata-rata
Proporsi
35
= Biaya konsumsi sehari-hari = Biaya sekolah anak = Biaya transportasi = Biaya listrik = Biaya kebersihan
480.000
Pegawai cafe
34
Keterangan : B1 B2 B3 B4 B5
300.000
Pegawai cafe
33 600.000
400.000
500.000
Pegawai cafe
32
600.000
Pegawai cafe
31
400.000
Pegawai travel agen
30
300.000
Pegawai travel agen
B1
29
Tenaga Kerja
28
No responden
0%
0
0
0
0
3%
16.000
0
50.000
0
0
30.000
B2
8%
46.000
30.000
100.000
50.000
50.000
0
6%
26.667
0
30.000
50.000
B3
4%
20.000
0
50.000
0
0
50.000
9%
40.000
50.000
20.000
50.000
B4
1%
4.000
0
10.000
0
0
10.000
2%
10.000
10.000
10.000
10.000
B5
100%
566.000
330.000
810.000
450.000
550.000
690.000
100%
426.667
410.000
460.000
410.000
Total
97
= axb
Total pengeluaran (E)
Ratio Income Multiplier Tipe II
Ratio Income Multiplier Tipe I
Keynesian Income Multiplier
= Rata-rata kunjungan per tahun = 178.266 12 12 = 14.856
Rata-rata total kunjungan per bulan (b)
D
= D+N+U E = D+N D = D+N+U = 1,6
= 1,5
= 1,7
= Rp. 5.027.368.599
= Rp. 338.418
= Rp 5.027.368.599 = Rp 5.488.290.272 = Rp 2.925.284.649 = Rp 166.205.917
Total Pengeluaran di lokasi (a)
E D N U
Lampiran 7 Perhitungan efek pengganda
98
Manajemen pengelolaan kawasan wisata
Belum ada penetapan tarif tiket masuk kawasan wisata
Prasarana (akses transportasi) terhadap kawasan wisata
Infrastruktur dan jalan di dalam kawasan wisata
Strategi pemasaran dan promosi kawasan wisata
Peningkatan jumlah kunjungan ke kawasan wisata
Kelengkapan fasilitas pendukung dikawasan wisata
Peran organisasi atau lembaga masyarakat dalam pengelolaan
Batasan dan daya dukung kawasan
Kondisi sumberdaya (keeasrian, kebersihan dan kealamian pantai,
Pertumbuhan ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata
Profesionalitas tenaga kerja dibidang wisata
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Keterangan : Responden 1 : Kesmas Kelurahan Pulau Tidung Responden 2 : Seksi Ekonomi (LPM) Responden 3 : BPH (Karang Taruna)
364
25
29
34
20
34
28
27
31
20
19
23
31
20
23
1
0,07
0,09
0,09
0,05
0,09
0,08
0,07
0,09
0,05
0,05
0,06
0,09
0,05
0,06
366
29
24
30
18
31
28
28
26
29
30
19
29
24
21
1
0,08
0,06
0,08
0,05
0,08
0,08
0,08
0,07
0,08
0,08
0,05
0,08
0,06
0,06
Bobot
Total
Total
Bobot
Responden 2
Responden 1
362
25
29
31
20
30
29
27
23
26
26
23
31
21
21
Total
1
0,07
0,08
0,09
0,06
0,08
0,08
0,07
0,06
0,07
0,07
0,06
0,09
0,06
0,06
Bobot
Responden 3
Responden 4 : Tokoh masyarakat Pulau Tidung Responden 5 : Pengelola travel agent
Posisi dan keterjangkauan kawasan wisata oleh wisatawan
2
Total
Pengetahuan masyarakat lokal akan kondisi kawasan wisata
Faktor Strategis Internal
1
No
Lampiran 8 Pembobotan Faktor Internal
364
24
31
30
24
29
30
27
24
25
23
22
31
21
23
Total
1
0,07
0,09
0,08
0,07
0,08
0,08
0,07
0,07
0,07
0,06
0,06
0,09
0,06
0,06
Bobot
Responden 4
364
27
26
32
20
31
28
28
28
29
22
22
30
23
18
Total
1
0,07
0,07
0,09
0,05
0,09
0,08
0,08
0,08
0,08
0,06
0,06
0,08
0,06
0,05
Bobot
Responden 5
99
Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap
Adanya pilihan wisata ke pulau lain di sekitar Kepulauan Seribu
Potensi pasar wisatawan domestik
Potensi pasar wisatawan internasional
Jumlah Sumberdaya manusia yang bekerja di bidang wisata
Keikutsertaan masyarakat dalam memelihara fasilitas yang telah
Pencemaran di lingkungan kawasan akibat aktivitas wisata
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan : Responden 1 : Kesmas Kelurahan Pulau Tidung Responden 2 : Seksi Ekonomi (LPM) Responden 3 : BPH (Karang Taruna)
Total
Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap
Faktor Strategis Internal
1
No
Lampiran 9 Pembobotan Faktor Eksternal
1
0,12
0,13
0,09
0,11
0,14
0,16
0,12
0,12
112
13
16
11
10
17
10
18
17
1
0,12
0,14
0,09
0,09
0,15
0,09
0,16
0,15
112
15
15
13
11
15
11
16
16
Total
1
0,13
0,13
0,12
0,10
0,13
0,10
0,14
0,14
Bobot
Responden 3
Responden 4 : Tokoh masyarakat Pulau Tidung Responden 5 : Pengelola travel agent
114
14
15
10
13
16
18
14
14
Bobot
Total
Total
Bobot
Responden 2
Responden 1
112
13
15
12
12
16
10
17
17
Total
1
0,13
0,13
0,12
0,10
0,13
0,10
0,14
0,14
Bobot
Responden 4
112
12
18
15
11
17
11
14
14
Total
1
0,11
0,16
0,13
0,09
0,15
0,09
0,13
0,13
Bobot
Responden 5
100
Aktivitas snorkeling
Pantai Barat Pulau Tidung
Pelabuhan Dinas Perhubungan
Pantai Timur Pulau Tidung
Lampiran 10 Dokumentasi
Dermaga Cinta
Jembatan Cinta
101
102
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bengkalis, Riau pada tanggal 18 November 1992, sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Ir.Muhibul Basyar, M.Si dan Lilis Suryani. Penulis menyelesaikan pendidikan pertama di bangku Sekolah Dasar Negeri 002 Kabupaten Siak pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru dan lulus pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Islam As-Shofa Pekanbaru dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Undangan Daerah (BUD). Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif dalam kegiatan melalui kepanitiaan seperti Trees For Being Green Village (TFGV) yang diselenggarakan oleh REESA, Politik Ceria 2012 yang diselenggarakan BEM FEM, dan aktif dalam kepengurusan organisasi mahasiswa daerah Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau (IKPMR).