ANALISIS FINANSIAL DAN EKONOMI PENGEMBANGAN TAMAN WISATA ALAM TELAGA WARNA SESUAI DAYA DUKUNG KAWASAN
RENITA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Finansial dan Ekonomi Pengembangan Taman Wisata Alam Telaga Warna Sesuai Daya Dukung Kawasan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2013
Renita NIM H44090067
ABSTRAK RENITA. Analisis Finansial dan Ekonomi Pengembangan Taman Wisata Alam Telaga Warna Sesuai Daya Dukung Kawasan. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan EVA RACHMAWATI. Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna merupakan salah satu kawasan konservasi yang memiliki potensi pengembangan dari segi pengunjung dan keindahan. Untuk mencapai pengembangan potensi yang optimal dan mengatasi keterbatasan dana pada pengelolaan kawasan, atas dasar peraturan pemerintah tahun 1984 tentang pengusahaan pariwisata alam maka pada tahun 2003 Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) bermitra dengan PT LDK untuk mengembangakan kawasan TWA Telaga Warna. Pengembangan TWA Telaga Warna memberikan dampak positif berupa peningkatan jumlah pengunjung, namun di sisi lain peningkatan jumlah pengunjung yang tidak terkendali dikhawatirkan akan memicu terjadinya penurunan kualitas sumberdaya. Oleh karena itu dalam pengembangan Telaga Warna perlu diketahui daya dukung kawasan agar pengembangan yang dilakukan tidak melebihi daya dukung. Analisis ekonomi terhadap pengembangan oleh PT LDK selama 30 tahun juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah program pengembangan wisata tersebut tidak membahayakan kelestarian TWA Telaga Warna. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah kunjungan TWA Telaga Warna masih jauh di bawah ambang batas daya dukung kawasan. Pengembangan TWA telaga Warna layak secara ekonomi, artinya pengembangan wisata oleh PT LDK tidak membahayakan kelestarian sumberdaya alam, bahkan memberikan manfaat bagi pengelola, masyarakat, dan ekosistem. Kata kunci : Analisis Ekonomi, Daya Dukung Kawasan, TWA Telaga Warna ABSTRACT RENITA, 2013. The Financial and Economic Analysis of Telaga Warna Nature Tourism Park Development According to Area Carrying Capacity. Advised by METI EKAYANI and EVA RACHMAWATI. Nature Tourism Park (TWA) of Telaga Warna is one of the conservation areas which has the potential for development in terms of visitors and beauty. To achieve optimal development potential and overcome limited funds in the area management, on the basis of goverment regulation year 1984 on the exploitation of nature tourism, in 2003 the Natural Resources Conservation Agency (BKSDA) was patnered with PT LDK to develop the area of TWA Telaga Warna. The development of TWA Telaga Warna provides positive impact in the increased number of visitors, but on the other hand, an uncontrollable increase in the number of visitors is feared to trigger a decline in the resource quality. The development of Telaga Warna requires a study of area carrying capacity so that do not exceed the carrying capacity. Moreover, an economic analysis is required to measure the positive and negative impacts during the tourism are development, especially for the surrounding ecosystem. The study results show that the condition of TWA Telaga Warna is still far below the area carrying capacity threshold. While the result of economic feasibility of TWA Telaga Warna development is economically feasible, meaning that development of the area provides does not endanger the sustainability of natural resources and many benefits for provides, society and ecosystems. Keywords : Carrying Capacity, Economic Analysis, TWA Telaga Warna
ANALISIS FINANSIAL DAN EKONOMI PENGEMBANGAN TAMAN WISATA ALAM TELAGA WARNA SESUAI DAYA DUKUNG KAWASAN
RENITA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
2
Judul Skripsi : Analisis Finansial dan Ekonomi Pengembangan Taman Wisata Alam Telaga Warna Sesuai Daya Dukung Kawasan Nama : Renita NIM : H44090067
Disetujui oleh
Dr Meti Ekayani,SHut,MSc Pembimbing I
Eva Rachmawati,Shut,MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Aceng Hidayat,MT Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
3
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah ekonomi wisata, dengan judul Analisis Finansial dan Ekonomi Pengembangan Taman Wisata Alam Telaga Warna Sesuai Daya Dukung Kawasan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Ibu Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si selaku pembimbing, serta Ibu Nuva, SP, M.Sc yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Agus dari Badan Konsevasi Sumber Daya Alam, Bapak Ari beserta staf Badan Konservasi Sumber Daya Alam, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Udin Ariawan), ibu (Ernawati), Adikku (Dimas Ari Pradana), Firman Hafithudin Syah serta seluruh keluarga dan sahabat tercinta, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2013
Renita
4
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ...............................................................................x DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi I. PENDAHULUAN ...............................................................................1 1.1 Latar Belakang ..............................................................................1 1.2 Perumusan Masalah ......................................................................2 1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................4 1.4 Ruang Lingkup Penelitian.............................................................4 II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................5 2.1 Pengelolaan Wisata di Kawasan Konservasi ................................5 2.1.1 Kawasan Konservasi ............................................................5 2.1.2 Taman Wisata Alam (TWA) ................................................5 2.1.3 Prinsip Pengembangan Taman Wisata Alam .......................6 2.1.4 Daya Dukung Kawasan ........................................................8 2.2 Analisis Ekonomi Wisata di Kawasan Konservasi .......................9 2.2.1 Kriteria Kelayakan Investasi ..............................................11 2.2.2 Biaya dan Manfaat Sosial ..................................................12 2.3 Penelitian Terdahulu ...................................................................12 2.4 Keterbaruan dari Penelitian ........................................................14 III.KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................15 3.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................15 IV. METODE PENELITIAN ................................................................18 4.1 Lokasi dan Waktu .......................................................................18 4.2 Jenis dan Sumber Data ...............................................................18 4.3 Metode Pengambilan Contoh .....................................................18 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data .......................................19 4.4.1 Analisis Daya Dukung Kawasan .......................................20 4.4.2 Analisis Ekonomi ..............................................................21 V. GAMBARAN UMUM .....................................................................26 5.1 Profil Kawasan TWA Telaga Warna ..........................................26 5.1.1 Sejarah ...............................................................................26 5.1.2 Letak dan Luas ...................................................................27
xiii
5
5.1.3 Potensi Kawasan.............................................................. 27 5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar TWA Telaga Warna ......................................................................................... 28 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 30 6.1 Daya Dukung Kawasan ............................................................ 30 6.1.1 Karakteristik Responden Pengunjung .............................. 30 6.1.2 Daya Dukung Setiap Kegiatan Wisata Sesuai Kebutuhan Pengunjung...................................................................... 33 6.1.3 Daya Dukung Setiap Kegiatan Wisata yang Disediakan Pengelola ........................................................................ 35 6.1.4 Daya Dukung Kegiatan Wisata ....................................... 36 6.2 Analisis Ekonomi Pengembangan TWA Telaga Warna .......... 42 6.2.1 Manfaat ............................................................................ 43 6.2.2 Biaya ................................................................................ 49 6.2.3 Perhitungan Analisis Fianansial dan Ekonomi................ 53 VII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 57 7.1 Kesimpulan .............................................................................. 57 7.2 Saran ......................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 59 LAMPIRAN ....................................................................................... 62 RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 73
6
ix
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1
Jumlah Pengunjung Tahunan TWA Telaga Warna Tahun 2003-2012 ......2
2
Penelitian Menggunakan Analisis Daya Dukung ....................................13
3
Penelitian Menggunakan Analisis Biaya dan Manfaat ............................14
4
Matriks Metode Analisis data ..................................................................20
5
Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Faktor Sosial Ekonomi ...................................................................................................31
6
Karakteristik Kunjungan Responden Pengunjung TWA Telaga Warna..33
7
Preferensi Responden Pengunjung Terhadap Luas untuk Daya Dukung .....................................................................................................34
8
Preferensi Responden Pengunjung Terhadap Waktu untuk Daya Dukung .....................................................................................................34
9
Luas dan Waktu yang Disediakan Pengelola Per Kegiatan Wisata Dalam Satu Hari .......................................................................................35
10 Perhitungan Daya Dukung Setiap Kegiatan Wisata ................................36 11 Daya Dukung Kawasan TWA Telaga Warna ..........................................39 12 Perbandingan Daya Dukung Kawasan TWA Telaga Warna dengan Jumlah Pengunjung Pada Saat Low Season dan Peak Season Tahun 2012 ..........................................................................................................41 13 Komponen Manfaat dari Pengembangan TWA Telaga Warna ...............43 14 Komponen Biaya dari Pengembangan TWA Telaga Warna ...................49 15 Rincian Biaya Investasi PT LDK Pengembangan TWA Telaga Warna ..50 16 Rata-Rata Manfaat dan Biaya Proyek Pengembangan TWA Telaga Warna .......................................................................................................54 17 Analisis Finansial dan Ekonomi Pengembangan TWA Telaga Warna ...55
7
x
DAFTAR GAMBAR Nomor 1
Halaman
Alur Pemikiran Penelitian ....................................................................... 17
8
xi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1
Daya Dukung Kegiatan TWA Telaga Warna ..........................................62
2
Analisis Finansial Pengembangan TWA Telaga Warna ..........................65
3
Analisis Ekonomi Pengembangan TWA Telaga Warna ..........................68
4
Lokasi Penelitian
...............71
9
1
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna merupakan salah satu kawasan konservasi yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata dari segi pengunjung dan keindahan. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 menyatakan bahwa, fungsi utama TWA adalah sebagai pariwisata dan rekreasi alam. Kegiatan wisata alam di TWA Telaga Warna dilakukan pada blok pemanfaatan yang ditetapkan berdasarkan SK Direktur Jenderal PHPA N0.45/Kpts/DJ-V1/95 sebesar 2 hektar. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) sebagai pengelola kawasan TWA Telaga Warna, hanya diperkenankan untuk menarik retribusi tiket masuk kawasan maksimal sebesar Rp 2.500 (Peraturan Pemerintah No 59 Tahun 1998). Di sisi lain, kawasan TWA Telaga Warna memiliki fungsi pelestarian yang membutuhkan dana tidak sedikit untuk kegiatan konservasi. Oleh karena itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) bermitra dengan pihak ketiga dalam pengembangan kawasan wisata. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, BKSDA dapat bermitra dengan pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut (pihak swasta, koperasi dan perorangan) diberikan izin untuk ikut dalam pengembangan wisata di bidang sarana dan prasarana pariwisata alam. Pada tahun 2003 BKSDA bermitra dengan PT Lintas Daya Kreasi (LDK) untuk
mengoptimalkan
pengembangan
TWA
Telaga
Warna.
Kegiatan
pengembangan wisata di TWA Telaga Warna diharapkan dapat memberikan kontribusi positif untuk pengelolaan kawasan khususnya untuk kegiatan konservasi. Nugroho (2011) menyatakan, wisata alam atau ekowisata khususnya menyumbang beragam manfaat bagi upaya konservasi lingkungan untuk perencanaan
dan
pengelolaan
lingkungan,
peningkatan
kesadaran
dan
perlindungan lingkungan. Sejak pengembangan kawasan TWA Telaga Warna, pengunjung menunjukan respon yang sangat positif. Peningkatan jumlah pengunjung dapat dilihat pada Tabel 1.
2
Tabel 1 Jumlah pengunjung tahunan TWA Telaga Warna Tahun 2003-2012 Tahun
Mancanegara Jumlah Kenaikan kunjungan jumlah (Tahun) kunjungan (%/Tahun) 2003 130 2004 130 0 2005 407 2,77 2006 345 -0,62 2007 518 1,73 2008 743 2,25 2009 1.285 5,42 2010 2.041 7,56 2011 5.500 34,59 2012 4.560 -9,4 Rata-rata 4,92
Nusantara Jumlah Kenaikan kunjungan jumlah (Tahun) kunjungan (%/Tahun) 2.449 2.449 0 5.690 32,41 13.061 73,71 12.775 -2,86 12.679 -0,96 20.150 74,71 27.094 69,44 26.013 -10,81 15.640 -39,87 21,75
Total
2.579 2.579 6.097 13.406 13.293 13.422 21.435 29.135 31.513 20.200
Sumber: Pengelola Taman Wisata Alam Telaga Warna (2012)
Pada Tabel 1, terlihat bahwa tingkat kunjungan mengalami fluktuasi, wisatawan mancanegara (wisman) pada tahun 2011 mengalami kenaikan jumlah pengunjung hingga 34,59 persen. Berbeda dengan wisman, untuk wisatawan nusantara (wisnu) kenaikan jumlah pengunjung yang terjadi pada tahun 2006, 2009 dan 2010. Penurunan jumlah pengunjung wisman terjadi pada tahun 2006 dan 2012, sedangkan untuk wisnu terjadi penurunan yang cukup tinggi pada tahun 2012. Hal ini karena promosi yang dilakukan oleh pengelola menurun. Namun jika dilihat dari rata-rata kenaikan jumlah pengunjung menunjukan hasil yang positif yaitu sebesar 4,92 persen untuk wisman dan 27,75 persen untuk wisnu. Dampak dari peningkatan pengunjung tersebut akan memberikan dampak yang positif berupa peningkatan pendapatan pengelola dan pada akhirnya akan meningkatkan dana untuk pengelolaan kawasan konservasi. 1.2 Perumusan Masalah Kegiatan pariwisata alam selain memberi dampak positif juga dapat membawa dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif terhadap lingkungan umumnya terjadi sebagai akibat pengelolaan objek wisata alam yang kurang baik, misalnya perencanaan pengembangan kegiatan wisata yang tidak
3
memperhatikan daya dukung lingkungan dan kurangnya pengetahuan wisatawan terhadap kelestarian lingkungan (Suwantoro, 1997). Pengembangan kawasan TWA Telaga Warna memberikan dampak positif, berupa manfaat ekonomi yang dapat dirasakan oleh pihak yang terlibat dengan pengembangan kawasan. Meningkatnya jumlah pengunjung merupakan hal yang positif untuk menuju pengembangan yang optimal, namun di sisi lain peningkatan jumlah pengunjung yang tidak terkendali dikhawatirkan akan memicu terjadinya penurunan kualitas sumberdaya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994, disebutkan bahwa pengusahaan pariwisata, pengendalian dan pemberian hak pengusahaan pariwisata alam dalam rangka pengamanan sumber daya hayati dan ekosistemnya harus memperhatikan daya dukung kawasan. Oleh karena itu, dalam pengembangan TWA Telaga Warna diperlukan penelitian daya dukung kawasan agar pengembangan yang berkelanjutan dan lestari bisa tercapai serta sebagai batasan apabila nantinya peningkatan jumlah pengunjung semakin meningkat. Pengembangan kawasan TWA Telaga Warna sesuai daya dukung harus dilakukan dengan tujuan mencapai pengembangan wisata yang berkelanjutan. Pengembangan tersebut harus memberikan manfaat bagi pengelola, masyarakat, dan ekosistem kawasan khususnya untuk kegiatan konservasi. Oleh karena itu, BKSDA sebagai pengelola TWA Telaga Warna menggandeng PT LDK sebagai mitra dalam pengembangan wisata di TWA Telaga Warna. PT LDK memiliki rencana pengembangan selama 30 tahun sesuai Ijin Usaha Pengusahaan Pariwisata Alam (IUPPA) yang diperoleh yaitu dari tahun 2003 sampai tahun 2032. Sebagaimana konsep wisata berkelanjutan maka pengembangan yang dilakukan harus dapat menjamin keberlanjutan bagi semua pihak, baik pengelola, sebagai investor, sumberdaya alam sebagai objek utama wisata, dan masyarakat sebagai pihak yang terkait langsung dengan pemanfaatan sumberdaya tersebut. Dapat dikatakan bahwa pengembangan kawasan wisata secara finansial harus mendatangkan keuntungan untuk PT LDK, dan secara ekonomi menguntungkan ekologi dan masyarakat. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi dan dihitung manfaat dan biaya sosial disamping manfaat dan biaya privat. Perhitungan secara
4
komprehensif dengan analisis ekonomi perlu dilakukan untuk melihat apakah program pengembangan wisata TWA Telaga Warna ini memberi manfaat bagi semua pihak dan tidak membahayakan sumberdaya TWA Telaga Warna. Berdasarkan uraian tersebut, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Berapa daya dukung kawasan terhadap kegiatan wisata di TWA Telaga Warna? 2. Berapa manfaat dan kerugian yang ditimbulkan dari pengembangan wisata di TWA Telaga Warna? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengestimasi daya dukung kawasan terhadap kegiatan wisata di TWA Telaga Warna 2. Menganalisis finansial dan ekonomi pengembangan TWA Telaga Warna 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Batasan dalam penelitian ini, pada analisis daya dukung kawasan dilakukan hanya pada blok pemanfaatan TWA Telaga Warna seluas 2 ha. Analisis daya dukung kawasan TWA Telaga Warna merupakan daya dukung dari segi fisik yaitu didasarkan pada kegiatan wisata, yang dilihat dari preferensi pengunjung dan luas dan waktu yang disediakan oleh pihak pengelola. Penelitian ini tidak menghitung daya dukung dari segi sosial dan ekologi. Batasan pada analisis ekonomi, harga yang digunakan dalam analisis ekonomi merupakan harga konstan pada tahun 2013 karena diasumsikan kondisi ekonomi berada pada keadaan stabil dan normal. Umur proyek pengembangan TWA Telaga Warna adalah 30 tahun berdasarkan izin yang diberikan pemerintah kepada PT LDK dalam pengusahaan pariwisata alam. Tingkat suku bunga yang digunakan yaitu sebesar 12%.
5
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Wisata di Kawasan Konservasi 2.1.1 Kawasan Konservasi Pemerintah menetapkan kawasan hutan berdasarkan tiga fungsi pokoknya yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Undang-undang No 5 Tahun 1990 menyebutkan, hutan konservasi merupakan kawasan hutan dengan
ciri khas tertentu yang mempunyai
fungsi
pokok pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011, kawasan hutan konservasi terbagi dua macam yaitu (1) kawasan hutan suaka alam yang merupakan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya,
yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan dan (2) kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan hutan pelestarian alam dapat dimanfaatkan secara lestari salah satunya melalui
pemanfaatan
jasa lingkungan berupa kegiatan pariwisata
alam.
Beberapa tipe kawasan pelestarian alam antara lain adalah Taman Nasional (TN), Taman Hutan Raya (THR) dan Taman Wisata Alam (TWA). 2.1.2 Taman Wisata Alam (TWA) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 menyebutkan bahwa TWA adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkam untuk pariwisata dan rekreasi alam. Kegiatan pariwisata di TWA harus dilakukan tanpa mengurangi fungsi pokok dari kawasan, kegiatan tersebut dapat dilakukan dalam zona pemanfaatan TWA yang dapat dibangun sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan. TWA dapat dimanfaatkan untuk kegiatan:
6
1. Penyimpanan atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air, panas, dan angin serta wisata alam. 2. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. 3. Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam. 4. Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya. 5. Pembinaan populasi dalam rangka penetasan telur dan/atau pembesaran anakan yang diambil dari alam. 6. Pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat. 2.1.3 Prinsip Pengembangan Taman Wisata Alam Undang-undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Wisata Alam, pengembangan ekowisata di Taman Wisata Alam harus berazaskan, keadilan bagi akses pemanfaatan peluang, pemanfaatan secara berkelanjutan, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan mutu kehidupan masyarakat, prioritas pemanfaatan. Undang-undang No 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa penetapan prioritas pemanfaatan kawasan TWA untuk ekowisata disesuaikan dengan potensi dan kesiapan sumber-sumber (resources) serta optimasi peran dalam menggerakkan pertumbuhan dan pengembangan ekonomi wilayah. Pemanfaatan terbuka bagi masyarakat umum dan sejauh dimungkinkan, menciptakan sinergi antara potensi wisata, masyarakat dan pemerintah. Pemanfaatan untuk kebutuhan pariwisata dipadudasarkan dengan beragam kepentingan dari berbagai pihak agar saling menunjang,
untuk
menekan
kemungkinan
konflik
kepentingan
pemanfaaatan. Dengan demikian tercipta pemanfaatan
dalam
yang berazaskan
keseimbangan untuk menuju pemanfaatan yang berkelanjutan. Undang-undang No 5 Tahun 1990 berisi prinsip pengembangan ekowisata di TWA dilakukan untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan lapangan usaha bagi masyarakat setempat. Dalam membina hubungan kemitraan dengan masyarakat, konsep hubungan dilandaskan pada kesetaraan yang saling bergantung dan saling membutuhkan. Oleh karena itu kesinambungan hubungan perlu dibina agar rasa kebersamaan yang tinggi terus berkembang. Azas ini dapat diwujudkan dalam program-program pembinaan, penyuluhan teknis dan
7
pengembangan usaha. Keberhasilan penyelenggaraan ekowisata di TWA sangat tergantung dari kemampuan pengelola dalam menjaga dan memelihara kualitas alam dan budaya kawasan, yang pada gilirannya akan melestarikan manfaat ekonomi dan kualitas hidup yang diperoleh melalui kegiatan ekowisata tersebut. Wahyuningsih (2001) menyatakan, pengembangan ekowisata di TWA harus mencakup, konservasi, edukasi, partisipasi masyarakat, ekonomi, rekreasi. Pengembangan ekowisata harus memenuhi kaidah konservasi dan menciptakan manfaat untuk konservasi seperti,mendukung upaya pengawetan jenis tumbuhan dan satwa terutama tumbuhan dan satwa langka, diantaranya melalui perlindungan terhadap populasi, jenis, habitat, keunikan, kekhasan dan ekosistem tumbuhan dan satwa yang endemik, langka dan dilindungi. Wahyuningsih (2001) menyatakan, program interpretasi dan pendidikan lingkungan untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian pengunjung dan masyarakat terhadap keanekaragaman sumberdaya alam hayati dan ekosistem. Mendukung program-program pendidikan dan penelitian untuk konservasi dan pariwisata. Untuk memastikan pengembangan ekowisata di TWA sejalan dengan konsep pemanfaatan secara lestari, pengembangan ekowisata di TWA harus mampu menyajikan pelayanan berkualitas kepada pengunjung dalam melakukan rekreasi. Dalam menjamin keberlanjutan pemanfaatan, pengembangan ekowisata di TWA harus menciptakan lapangan pekerjaan dan usaha bagi masyarakat, khususnya sekitar kawasan, mempunyai kelayakan finansial pada setiap usaha pemanfaatan sebagai jaminan kelangsungan usaha. Peraturan pemerintah No. 18 Tahun 1994 tentang pengusahaan pariwisata alam menyebutkan bahwa Pengusahaan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam sebagai objek daya tarik wisata alam memberikan dampak positif dalam menciptakan perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan pendapatan negara, dan pemasukan devisa. Di samping itu pariwisata juga meningkatkan rasa cinta tanah air dan budaya bangsa, pemerataan pembangunan dan pengembangan wilayah serta meningakatkan ketahanan nasional. Pengaturan pengusahaan pariwisata alam berperinsip kepada pembangunan dan pengembangan yang berwawasan lingkungan atau ramah terhadap lingkungan, yaitu dengan ketentuan bahwa
8
pemanfaatan hanya terbatas pada zona pemanfaatan di dalam Taman Nasional atau blok pemanfaatan Taman Wisata Alam dan Tahura serta pemanfaatan terbatas pada kawasan konservasi lainnya. Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1994 menyebutkan bahwa pengendalian dan pemberian hak pengusahaan pariwisata alam dalam rangka pengamanan sumber daya hayati dan ekosistemnya harus dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan, dari taraf perencanaan sampai ke taraf pelaksanaan. Kewajiban untuk menyusun Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam, pembangunan sarana dan prasarana dilakukan dengan pertimbangan adaptasi lingkungan, pengendalian melalui
analisis
dampak
lingkungan,
pengaturan
pengunjung
dengan
memperhatikan daya dukung kawasan maupun daya dukung sarana dan prasarana. Namun demikian pada dasarnya kawasan yang diusahakan tersebut masih tetap dikendalikan oleh pemerintah yang mempunyai tanggung jawab penuh atas keutuhan dan kelestarian alam. Suwantoro (1997) menyatakan bahwa, kegiatan pariwisata alam selain memberi dampak positif juga dapat membawa dampak negatif terhadap lingkungan, baik terhadap lingkungan objek wisata alam maupun terhadap lingkungan sosial budaya setempat. Dampak negatif terhadap alam umumnya terjadi sebagai akibat pencemaran pengelolaan objek wisata alam yang kurang baik, misalnya perencanaan pengembangan kegiatan wisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan dan kurangnya pengetahuan, kesadaran, serta pendidikan masyarakat dan wisatawan terhadap kelestarian lingkungan. 2.1.4 Daya Dukung Kawasan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 angka 7 menyebutkan bahwa daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah menyebutkan bahwa penentuan daya dukung lingkungan hidup
9
dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia atau penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai. Hakim (2004) menyatakan bahwa, daya dukung lingkungan dapat menurun atau rusak karena dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Kerusakan karena faktor-faktor internal sering timbul dan berasal dari alam sendiri, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, kebakaran alamiah, tanah longsor serta gempa laut yang menyebabkan gelombang laut naik (tsunami) dan badai. Sebaliknya, kerusakan karena faktor eksternal dapat terjadi karena manusia, seperti polusi air, tanah dan udara, perusakan dan penggundulan hutan, eksploitasi sumberdaya secara berlebihan, konversi lahan, dan sebagainya. 2.2 Analisis Finansial dan Ekonomi Wisata di Kawasan Konservasi Gray et al. (1997) menyatakan bahwa, analisis ekonomi merupakan perhitungan sosial bila yang berkepentingan langsung dalam benefit dan biaya proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini, yang dihitung adalah seluruh benefit yang terjadi dalam masyarakat sebagai hasil proyek dan semua biaya yang terpakai terlepas dari siapa saja yang menikmati benefit dan siapa yang mengorbankan sumber-sumber tersebut. Pada dasarnya, perhitungan dalam analisis finansial dan analisis ekonomi berbeda menurut lima hal, yaitu dalam hal penggunaan harga, perhitungan pajak, subsidi, biaya investasi, pelunasan pinjaman, dan dalam bunga. 1. Harga Harga dalam analisis privat menggunakan harga pasar baik untuk sumbersumber yang dipergunakan untuk produksi maupun untuk hasil-hasil produksi dari proyek, dalam analisis ekonomi menggunakan shadow price atau accounting prices yaitu harga yang disesuaikan sedemikian rupa untuk menggambarkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari barang dan jasa tersebut. Shadow price didasarkan pada pengertian opportunity cost, opportunity cost dalam investasi atau proyek
10
tertentu adalah benefit yang dikorbankan dari proyek marjinal karena sumber sumber-sumber yang seharusnya dapat dipakai untuk proyek marjinal sekarang dipergunakan dalam proyek tertentu. Penentuan shadow price modal berdasarkan opportunity cost modal yaitu benefit yang dapat diperoleh bila modal tersebut diinvestasikan dalam proyek marginal. Shadow price modal adalah opportunity cost tiap-tiap unit modal tesebut yang besarnya sama dengan tingkat bunga sosial. Selain modal, tanah merupakan bagian terpenting dari biaya proyek, misalkan suatu Proyek P, diperkirakan berumur ekonimis n tahun, menggunakan sebidang tanah yang luasnya A hektar dan biasanya dipergunakan untuk menanam tebu. Misalkan selama n tahun tersebut, nilai netto tebu hasil tanah termaksud, penjualan tebu dikurangi biaya lainnya, adalah Y rupiah. Maka Social opportunity cost tanah yang digunakan proyek P adalah Y rupiah, yaitu nilai bersih tebu yang diperoleh sebagai hasil tanah tersebut seandainya tanah tetap dipakai untuk menanam tebu dan bukan untuk proyek P. Shadow price tanah tersebut adalah Y/A rupiah/ha. Penentuan shadow price tenaga kerja adalah opportunity cost tenaga tak terdidik dianggap tidak nol. Hal ini berdasarkan pendapat bahwa dengan ditariknya pekerja desa atau tenaga penganggur ke proyek, maka pendapatannya akan bertambah, dan tingkat konsumsi mereka juga akan bertambah. Pertambahan konsumsi ini mengurangi jumlah investasi masyarakat artinya tiap tenaga tak terdidik yang diperkerjaan di proyek memiliki social opportunity cost paling sedikit sama dengan benefit yang diperoleh seandainya pertambahan konsumsi tersebut diinvestasikan. 2. Pajak Pajak dalam analisis privat adalah bagian biaya yang dibayarkan kepada instansi pemerintah, dengan kata lain, pajak harus dikurangkan dari benefit. Sebaliknya dalam analisis ekonomi, pajak merupakan transfer, yaitu bagian dari benefit proyek yang diserahkan kepada pemerintah. 3. Subsidi Subsisdi adalah transfer yang perhitungannya merupakan kebalikan dari pajak. Dalam analisis privat, penerimaan subsidi berarti pengurangan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik proyek, oleh sebab itu, subsidi mengurangi biaya.
11
Dalam analisis ekonomi, subsidi dianggap sebagai sumber yang dialihkan dari masyarakat untuk digunakan dalam proyek. Oleh sebab itu, subsidi yang diterima proyek adalah beban masyarakat, sehingga dari segi perhitungan ekonomi tidak mengurangi biaya proyek 4. Biaya investasi dan pelunasan pinjaman Biaya investasi pada tahap permulaan proyek pada analisis finansial adalah investasi yang dibiayai dengan modal sendiri. Bagian investasi yang dibiayai dari modal pinjaman, baik pinjaman dalam negeri maupun luar negeri, tidak dianggap sebagai biaya pada saat dikeluarkan. Analisis ekonomi seluruh biaya investasi baik yang dibiayai dengan modal dalam maupun luar negeri, dengan modal saham atau pinjaman dianggap sebagai biaya proyek pada saat dikeluarkan. 5. Bunga Bunga dalam analisis finansial baik bunga atas pinjaman dalam maupun luar negeri merupakan biaya proyek. Analisis ekonomi bunga atas pinjaman dalam negeri tidak dimasukkan sebagai biaya karena modal tersebut dapat dianggap sebagai modal masyarakat dan oleh sebab itu, bunga dianggap bagian dari benefit sosial. Bunga atas pinjaman luar negeri yang dialokasikan ditentukan, sama halnya dengan bunga atas pinjaman dalam negeri tidak dihitung sebagai biaya proyek. Bunga atas pinjaman luar negeri yang terikat dan tersedia hanya untuk satu proyek tertentu diperhitungkan sebagai biaya proyek pada saat (tahun) pembayaran. 2.2.1 Kriteria Kelayakan Investasi Gray et al. (1997) menyatakan bahwa, kriteria investasi yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan usaha antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) hal ini
dikarenakan
ketiga
kriteria
lebih
umum
dipakai
dan
dapat
dipertanggungjawabkan. Berikut penjelasan dari masing- masing kriteria: 1. NPV NPV merupakan selisih nilai sekarang arus benefit dengan nilai sekarang arus biaya. Menghitung nilai sekarang harus ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. NPV menghasilkan nilai positif maka investasi
12
tersebut dapat diterima, sedangkan jika NPV tersebut bernilai negatif maka sebaiknya investasi tersebut ditolak. 2. IRR Investasi dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat bunga diskonto, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat bungan yang berlaku. 3. Net B/C Net B/C adalah besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu tahun. Nilai Net B/C lebih kecil dari satu, maka hal ini berarti bahwa dengan discount rate yang dipakai, present value dari benefit lebih kecil daripada present value dari cost, hal ini berarti bahwa proyek tidak menguntungkan. Kriteria untuk menerima proyek adalah Net B/C sama dengan atau lebih besar dari satu. 2.2.2 Biaya dan Manfaat Sosial Gray et al. (1997) menyatakan bahwa pendirian proyek di samping memiliki tujuan peningkatan barang dan jasa untuk konsumsi juga dapat menimbulkan manfaat sosial misalnya dalam hal penyediaan kesempatan kerja. Dalam keadaan tertentu, Proyek A yang dapat menciptakan kesempatan kerja yang lebih banyak daripada proyek B dapat diaanggap lebih bermanfaat walaupun Proyek B memberikan hasil roduksi yang lebih besar daripada Proyek A. Selain itu pendirian Proyek dapat menimbulkan biaya sosial misalnya pendirian proyek dapat mencermarkan udara dan air. Pendirian proyek-proyek mungkin harus mengorbankan tanaman di sekitar tempat dibangunnya proyek. 2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan untuk mengukur kemampuan lingkungan untuk menopang kegiatan manusia dengan menggunakan metode daya dukung kawasan masih sangat sedikit dilakukan. Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
13
Tabel 2 Penelitian dengan menggunakan metode daya dukung kawasan Peneliti
Judul
Hasil Penelitian
Emelia,F
Alternatif Pemanfaatan Danau bagi Pengembangan Wisata melalui Konsep Keberlanjutan Sumberdaya Perairan dan Perikanan di Danau Singkarak, Sumatera Barat Studi Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan Agrowisata Bina Darma
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi dan potensi sumberdaya Danau Singkarak, tingkat pemanfaatan wisata danau, dan untuk menyusun pemanfaatan wisata yang berkelanjutan sebagai salah satu alternatif pemanfaatan sumberdaya Danau Singkarak, untuk menjawab tujuan tersebut digunakan metode daya dukung kawasan. Hasil penelitian menunjukan Total daya dukung kawasan yang dapat ditampung oleh kawasan wisata Danau Singkarak setiap harinya adalah 8019 orang, tapi harus menyebar dalam kisaran waktu 8 jam/hari atau tidak terakumulasi pada jam-jam yang sama karena dapat menyebabkan over crawded. Tujuan penelitian ini adalah salah satunya mengestimasi daya dukung lingkungan dalam pengembangan wisata agro yang berkelanjutan di agro wisata Bina Darma dengan menggunakan metode daya dukung kawasan. Hasil penelitian yang didapat Daya Dukung Lingkungan tanpa mengubah keadaan fisik sebanyak 764 orang. Daya Dukung Lingkungan tertinggi dimiliki oleh kegiatan wisata dalam bentuk kunjungan kebun wisata agro 200 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah salah satunya menghitung daya dukung lingkungan bagi pengembangan wisata alam yang berkelanjutan di TWA Gunung Meja dengan menggunakan metode daya dukung kawasan Hasil dari penelitian ini adalah jumlah maksimum wisatawan yang dapat menggunakan TWA Gunung Meja tanpa mengubah keadaan fisik atau menurunkan mutu lingkungan sekitar adalah 58.092 dan daya tampung wisatawan per hari adalah 174.211, dimana jumlah pengunjung TWA Gunung Meja saat ini masih under capacity. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui nilai daya dukung efektif (Efective Carrying Capacity/ECC) areal wisata TWA Grojogan Sewu salah satunya dengan menggunakan metode daya dukung kawasan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Hasil penilaian menunjukkan bahwa daya dukung lingkungan yang efektif adalah sebesar 1.002 wisatawan per hari. Nilai ini lebih tinggi daripada daya dukung aktualnya 926 wisatawan per hari.
Mulyana,E
Semet,M,M
Analisis Ekonomi Wisata Alam Berkelanjutan Taman Wisata Alam Gunung
Siswantoro,H
Kajian Daya Dukung Lingkungan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Kabupaten Karanganyar
14
Tabel 3 Penelitian dengan menggunakan analisis biaya dan manfaat Peneliti
Judul
Marwa,S
Studi Kelayakan Pengelolaan Wana Wisata Mantingan Kabupaten Rembang Jawa Tengah
Mulyana,E
Hasil Penelitian
Hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa sebelum dikelola KBM JLPL, usaha ini layak dijalankan karena nilai NPV sebesar Rp 223.397.974, BCR sebesar 1,117 dan IRR sebesar 16,985%. Perhitungan setelah dikelola oleh KBM JLPL, usaha ini juga layak karena nilai NPV sebesar Rp 774.737.902, BCR sebesar 1,572 dan IRR sebesar 47,697%. Pada tahun ke-4 (3 tahun 8 bulan) proyek ini sudah mengembalikan modal yang sudah ditanam. Studi Kegiatan wisata agro di kawasan wisata Agro Pengembangan Bina Darma layak dikembangkan secara wisata Agro berkelajutan baik untuk skenario pengelolaan Berkelanjutan tiket per wahana maupun tiket terusan. Pada (Agrowisata Bina penerapan skenario 1 diperoleh NPV Darma Kabupaten 8.231.963.585, BCR 1,30, IRR 53% dan PP Ogan Ilir Sumatera tahun 2 bulan. Sedangkan untuk penerapan Selatan skenario 2 diperoleh hasil yang lebih baik dengan NPV sebesar 9.885.444.800, BCR 1,36, IRR 73% dab PP 1 tahun.
2.4 Keterbaruan dari Penelitian Aspek keterbaruan dari penelitian ini adalah pengembangan wisata alam yang berkelanjutan dengan memperhatikan daya dukung kawasan wisata dan analisis ekonomi. Dilakukannya penelitian daya dukung kawasan dalam pengembangan wisata yang berkelanjutan merupakan salah satu bentuk acuan dalam mencapai tujuan yaitu manfaat positif dari pengembangan bisa bersifat berkelanjutan dibatasi dengan daya dukung kawasan yang menjaga keseimbangan antara pengembangan wisata dengan kondisi ekosistem sekitar kawasan wisata. Selain itu pada analisis ekonomi manfaat sosial dan biaya sosial yang timbul akibat adanya pengembangan wisata juga diperhitungkan agar manfaat yang diterima bisa diukur secara keseluruhan.
15
III KERANGKA PEMIKIRAN
Kawasan konservasi terbagi dua macam yaitu Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA memiliki fungsi sebagai pengawetan keanekaragaman
tumbuhan
dan
satwa
serta
ekosistemnya, yang
juga
berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, sedangkan KPA dapat dimanfaatkan secara lestari salah satunya melalui pemanfaatan jasa lingkungan berupa kegiatan wisata alam. Salah satu fungsi KPA berupa kegiatan wisata alam merupakan salah satu cara untuk mencegah penurunan baik kualitas maupun kuantitas dari sumberdaya di KSA. Beberapa tipe kawasan pelestarian alam antara lain adalah, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. TWA Telaga Warna merupakan salah satu kawasan yang termasuk dalam kategori KPA yang terletak di Kabupaten Bogor. TWA Telaga Warna memiliki beberapa fungsi yang dapat dimanfaatkan, salah satunya sebagai kegiatan wisata alam dan konservasi. Daya tarik tersendiri berupa pemandangan alam yang indah yang dapat memanjakan mata, serta tren peningkatan demand wisata menjadikan kawasan ini memiliki potensi untuk dilakukan pengembangan yang berkelanjutan dan lestari. Potensi yang dimiliki TWA Telaga Warna merupakan modal dalam mencapai pengembangan wisata yang berkelanjutan dan lestari. Hal tersebut terhambat oleh kebutuhan dana dalam pengelolaan kawasan konservasi yang tidak sedikit. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam BKSDA dapat bermitra dengan pihak ketiga.
Pada
tahun
2003
BKSDA
bermitra
dengan
PT
LDK
untuk
mengoptimalkan potensi wisata TWA Telaga Warna. Respon pengunjung sangat positif ditunjukan dengan jumlah pengunjung terus meningkat. Peningkatan jumlah pengunjung yang tidak terkendali dikhawatirkan akan mengancam keberadaan ekosistem sekitar kawasan wisata. Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1990 Pemanfaatan kawasan konservasi, baik dalam bentuk Kawasan Pelestarian Alam maupun Kawasan Suaka Alam atau kawasan hutan lainnya, tidak lepas dari prinsip pengembangan
16
yang berwawasan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai daya dukung kawasan selain untuk menjadi batasan pengembangan yang diharapkan bisa memberikan dampak yang berkelanjutan terutama pengelolaan kawasan konservasi juga dapat mencegah terjadinya penurunan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan. Daya dukung kawasan TWA Telaga Warna dianalisis dengan menggunakan metode daya dukung kawasan. Daya Dukung kawasan dapat dilihat dari segi fisik, sosial dan ekologi. Penelitian ini hanya melihat daya dukung kawasan dari segi fisik dengan mengetahui luasan dan waktu yang dibutuhkan pengunjung dan disediakan oleh pengelola. Penelitian mengenai analisis finansial dan ekonomi juga perlu dilakukan, agar selain manfaat dan biaya privat yang dirasakan dari pengembangan, juga dapat diukur manfaat dan biaya sosial secara keseluruhan khususnya bagi ekosistem sekitar kawasan. Manfaat sosial dari adanya pengembangan TWA Telaga Warna antara lain dirasakan oleh pemerintah, masyarakat dan lingkungan. Manfaat privat yaitu dirasakan oleh PT LDK sebagai investor dalam pengembangan TWA Telaga Warna. Analisis ekonomi menggunakan metode analisis biaya dan manfaat. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak pengelola sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan mengembangkan dan menentukan strategi wisata alam telaga warna yang berdasarkan daya dukung kawasan dan manfaat ekonomi bisa dioptimalkan sehingga kelestarian lingkungan sekitar kawasan wisata juga bisa terjaga dan terciptanya pariwisata yang berkelanjutan. Adapun alur berfikir peneliti dapat dilihat pada Gambar 1
17
Kawasan Konservasi
Kawasan Pelestarian Alam
Kawasan Suaka Alam
TWA Telaga Warna Tren peningkatan demand wisata TWA Telaga Warna
Jasa lingkungan wisata
Fungsi konservasi
Mitra pengembangan oleh BKDSA dengan PT LDK
Biaya konservasi
Analisis Daya dukung kawasan wisata
Ekologi
Fisik
Sosial
Waktu dan luas yang disediakan pengelola
Analisis finansial dan ekonomi
Waktu dan luas yang dibutuhkan pengunjung
Manfaat dan biaya sosial
Manfaat sosial : 1. Pemerintah 2. Masyarakat 3. Lingkungan
Biaya sosial : 1. rehabilitasi dan pembinaan satwa
Deskriptif
Biaya pengganti
Manfaat dan biaya privat
Manfaat privat : 1. PT LDK
Deskriptif
Daya dukung kawasan
Biaya dan manfaat
Daya dukung kawasan fisik
Manfaat atau kelayakan secara finansial dan ekonomi
Salah satu bahan pertimbangan untuk pengembangan wisata berkelanjutan yang dapat mendukung kegiatan konservasi di TWA Telaga Warna
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Biaya privat : 1. Investasi 2. Tetap 3. Variabel
18
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TWA Telaga Warna, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pengambilan data dilakukan selama dua bulan, yaitu dari awal bulan April 2013 sampai dengan akhir bulan Mei 2013. Pemilihan lokasi dilatarbelakangi karena TWA Telaga Warna merupakan kawasan konservasi yang pengembangannya mengikutsertakan pihak ketiga dan lebih berorientasi pada keuntungan secara finansial, sedangkan daya dukung kawasan dan analisis ekonomi pengembangan wisata TWA Telaga Warna belum diketahui. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yaitu cross section dan time series, yang diolah baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Data primer diperoleh langsung dari hasil penelitian di lapangan, yaitu melalui wawancara dengan pihak pengelola dan pengunjung kawasan wisata. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa instansi dan literatur yang terkait dengan penelitian ini antara lain BKSDA Bogor, dan BKSDA wilayah I Bandung. 4.3 Metode Pengambilan Contoh Metode pengambilan contoh terhadap pengunjung menggunakan metode purposive yaitu berdasarkan keterwakilan dalam demografi dan pola kunjungan. Menurut Mardalis (2004), purposive sampling adalah cara memperoleh sampel yang dilakukan dengan cara disengaja dan dengan menggunakan perencanaan tertentu. Responden yang dipilih adalah pengunjung yang sudah cukup dewasa dengan usia minimal 17 tahun yang memiliki kriteria sehat jasmani dan rohani, mampu berkomunikasi dengan baik serta memahami materi dari kuisioner yang
19
diberikan. Wawancara juga dilakukan kepada 4 orang pengelola TWA Telaga Warna sebagai key person. Pengisian kuesioner kepada responden dilakukan dengan didampingi oleh peneliti. Apabila responden tidak bersedia untuk diwawancarai, maka langsung dipilih responden lainnya dengan kriteria tertentu. Jumlah responden yang
digunakan untuk penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin (Prasetyo et al, 2007) yaitu n= N/ (1+Ne²) ..............................................................................................(1) dengan : n = jumlah responden N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan contoh yang masih bisa ditolerir. Jumlah wisatawan tahun 2012 sebesar 20.200 digunakan sebagai ukuran populasi dengan galat sebesar sepuluh persen, maka diperoleh jumlah responden yang diambil sebanyak seratus responden. n= N/ (1+Ne²) = 20.200/(1+20.200(0.1)²) = 100 responden. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode Daya Dukung Kawasan (DDK) dan Analisis Biaya dan Manfaat (ABM). Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena itu, untuk menjawab tujuan penelitian, pada Tabel 4 dapat dilihat keterkaitan antara sumber data dengan metode analisis data.
20
Tabel 4 Matriks metode analisis data No
Tujuan penelitian
Data yang dibutuhkan
Sumber data
1
Menganalisis daya dukung kawasan pengembangan Taman Wisata Alam Telaga Warna
2
Menganalisis secara finansial dan ekonomi pengembangan Taman Wisata Alam Telaga Warna
Pihak pengelola : - Data primer hasil 1. Luas area yang wawancara disediakan untuk kegiatan dengan wisata pengunjung 2. Luas area yang dan pihak disediakan per kegiatan pengelola 3. Waktu kunjungan yang kawasan disediakan per kegiatan Data sekunder Pengunjung : dari BKSDA 1. Kebutuhan dominan area individu per kegiatan 2. Waktu yang digunakan individu per kegiatan Pihak Pengelola : - Data Primer 1. Manfaat privat wawancara 2. Manfaat sosial dengan masyarakat 3. Biaya privat yang bekerja 4. Biaya sosial di kawasan - Data sekunder RKPPA jangka panjang Telaga Warna
Metode analisis data Analisis daya dukung kawasan
Analisis ekonomi
4.4.1 Analisis Daya Dukung Kawasan Analisis daya dukung kawasan pada objek wisata dilakukan untuk mengetahui kemampuan obyek wisata alam dapat menampung jumlah wisatawan pada luas dan satuan waktu tertentu. Dalam analisis ini digunakan data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil wawancara pengunjung dan pihak pengelola. Daya dukung dapat dihitung dengan rumus (Boullon, 1985 dalam Libosada, 1998). Carrying Capacity (CC) Koefesien rotasi
..................(2)
-
-
............ (3)
Daya dukung kawasan per hari = CC X koefesien rotasi ...................................(4)
21
Perhitungan daya dukung kawasan pada TWA Telaga Warna didasarkan atas aktifitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan. Setiap aktifitas wisata memiliki daya dukung kawasan dan perhitungan yang berbeda. Berikut adalah contoh perhitungan untuk aktifitas wisata berdasarkan rumus Libosada yang disesuaikan dengan kondisi di lapang: a. Daya dukung = (d1+d2+d3+d4).......................................................................(5) Daya dukung kawasan per hari =(d1+d2+d3+d4) x (koefesien rotasi)...........(6) d1 = luas area yang disediakan / rata-rata luas kenyamanan individu (m²) d2 = jumlah sarana 1 yang disediakan pengelola untuk wisatawan (orang) d3 = sarana 2 yang disediakan pengelola untuk wisatawan (orang) d4 = sarana 3 yang disediakan pengelola untuk wisatawan (orang) b. Daya dukung = (b1xb2)...................................................................................(7) Daya dukung kawasan per hari = (b1xb2) X (koefesien rotasi).......................(8) b1 = Jumlah sarana yang disediakan (m²) b2 = jumlah maksimum wisatawan per sarana (orang) 4.4.2 Analisis Finansial dan Ekonomi 4.4.2.1 Identifikasi Manfaat dan Biaya Pengembangan TWA Telaga Warna dilakukan sejak tahun 2003 sampai tahun 2032, sesuai dengan ijin pengembangan yang dimiliki oleh PT LDK. Manfaat dari pengembangan TWA Telaga Warna dapat dirasakan oleh beberapa pihak seperti, pihak pengelola, pemerintah, pengunjung, ekosistem dan masyarakat yang terlibat. Analisis finansisal dan ekonomi dilakukan dengan cara penyusunan cash flow dengan terlebih dulu dikelompokan komponen yang termasuk ke dalam biaya dan manfaat baik privat maupun sosial. Estimasi peningkatan manfaat biaya mengikuti estimasi laju pertumbuhan pengunjung dan dibatasi oleh daya dukung kawasaan.
22
4.4.2.2 Analisis Finansial Analisis finansial pada pengembangan TWA telaga warna dilakukan untuk mengetahui investasi yang dilakukan PT LDK selama 30 tahun memberikan keuntungan secara finansial atau tidak. Analisis finansial menggunakaan 3 indikator kelayakan yaitu NPV, Net B/C, dan IRR. 1. Net Present Value Net Present Value (NPV) digunakan untuk menghitung selisih penerimaan dengan biaya yang telah didiskonto dan dicompounding. Suatu proyek layak dilakukan jika hasil perhitungan NPV > 0 (Gray et al. 1997). NPV =
.....................................................................................(9)
Keterangan: Bt
= manfaat biaya pada tahun ke t
Ct 1/(1+i)
= biaya pada tahun ke t t
= Discounting factor (DF)
t = Waktu
2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan perbandingan yang pembilangnya terdiri atas Present Value (PV) total dari benefit bersih dalam tahun dimana benefit bersih tersebut bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas Present Value (PV) total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih (Bt-Ct) bersifat negatif. S
N B/C ≥ 1 (Gray et al. 1997). Net B/C =
B-
/ 1
C -B / 1
....................................................................(10)
Keterangan: Bt
= manfaat pada tahun ke t
Ct 1/(1+i)
= biaya pada tahun ke t t
= Discounting factor (DF)
t = Waktu
3. Internal Rate of Return Proyek mampu mengembalikan semua investasi yang telah ditanamkan . S bank yang berlaku untuk proyek tersebut (Gray et al. 1997).
IRR ≥
23
IRR = i1 + {
–
–
} .......................................................(11)
Keterangan: i1 = Suku bunga yang menghasilkan NPV positif i2 = Suku bunga yang menghasilkan NPV negative NPV1 = NPV positif NPV 2= NPV Negatif
Analisis pengembangan TWA Telaga Warna dilakukan sejak tahun 2003 sampai tahun 2032. Kelayakan finansial dan ekonomi TWA Telaga Warna pada tahun 2003 sampai tahun 2012 menggunakan metode compounding. Compounding = (1+i)t Keterangan : i = Suku bunga yang digunakan t = Waktu
Analisis kelayakan finansial dan ekonomi dari tahun 2013 sampai tahun 2032 menggunakan metode discounting. Discounting = 1/ (1+i)t Keterangan : i = Suku bunga yang digunakan t = Waktu
4.4.2.3 Analisis Ekonomi Perhitungan analisis ekonomi dalam penelitian ini diharapkan bisa mengkaji pengembangan TWA Telaga Warna oleh PT LDK yang berlangsung sejak tahun 2003 sampai 2032. Analisis ekonomi dilakukan untuk mengetahui apakah pengembangan yang dilakukan oleh PT LDK layak secara ekonomi, dengan memasukan manfaat dan biaya sosial. Indikator kelayakan dalam analisis ekonomi sama dengan indikator yang digunakan dalam analisis finansial yaitu NPV, IRR dan Net B/C. Perbedaaan dalam analisis ekonomi dan finansial yaitu harga yang digunakan pada analisis ekonomi merupakan harga bayangan. Gaji karyawan dalam analisis finansial termasuk ke dalam kompoen biaya, dalam analisis ekonomi gaji karyawan termasuk dalam komponen manfaat karena gaji tersebut merupakan manfaat yang diterima oleh masyarakat. Selain itu pada analisis ekonomi timbul biaya sosial yaitu rehabilitasi ekosistem dan pembinaaan satwa.
24
4.4.2.4 Harga Bayangan Analisis ekonomi menggunakan shadow price atau accounting prices yaitu harga yang disesuaikan sedemikian rupa untuk menggambarkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari barang dan jasa tersebut. Shadow price didasarkan pada pengertian opportunity cost, opportunity cost dalam investasi atau proyek tertentu adalah benefit yang dikorbankan dari proyek marjinal karena sumber sumber-sumber yang seharusnya dapat dipakai untuk proyek marjinal sekarang dipergunakan dalam proyek tertentu (Gray et al. 1997) 4.4.2.5 Metode Biaya Pengganti Metode biaya pengganti dalam hal ini digunakan untuk memoneterkan kerugian dari perkirakan perubahan perilaku satwa yang merupakan biaya sosial yang timbul dalam analisis ekonomi. Biaya yang dikeluarkan pengelola untuk pengamanan sumber daya alam meliputi rehabilitasi ekosistem dan pembinaan satwa. Jadi biaya pengganti untuk perubahan perilaku satwa di TWA Telaga Warna dihitung dari berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pengamanan sumber daya alam di TWA Telaga Warna. 4.4.2.6 Laju Peningkatan Jumlah Pengunjung Ijin usaha pariwisata alam diberikan kepada PT LDK selama 30 tahun mulai dari tahun 2003 sampai tahun 2032. Analisis finansial dan ekonomi pengembangan TWA Telaga Warna dilihat dari sejak awal pengembangan sampai berakhirnya masa pengembangan oleh PT LDK. Oleh karena itu, diperlukan estimasi jumlah pengunjung wisnu dan wisman untuk tahun keberikutnya. Persentase estimasi laju penigkatan jumlah pengunjung dapat dilihat sebagai berikut. Contoh perhitungan laju perningkatan jumlah pengunjung dapat dilihat pada Lampira 4. .......................................................................................................12 Keterangan : t1 = Jumlah pengunjung pada tahun ke 1 t0 = Jumlah pengunjung pada tahun 0
25
Laju pertumbuhan pengunjung wisnu .................................................................................13
Laju pertumbuhan pengunjung wisman .......................................................................................14
Rata- rata laju pertumbuhan pengunjung ...................................................................................................15
Laju peningkatan untuk wisnu adalah sebesar 0,05% dan 0,34% untuk wisman. a. Jumlah pengunjung wisnu tahun 2013 JP wisnu 2013 = (JP wisnu 2012 x 0,05)+(JP wisnu 2012) = (15.640 x 0,05) + 15.640) = 16.484 pengunjung b. Jumlah pengunjung wisman tahun 2013 JP wisman 2013 = (JP wisman 2012 x 0,05)+ (JP wisman 2012) = (4.560 x 0,34) + 4.560) = 6.114 pengunjung
26
V GAMBARAN UMUM 5.1 Profil Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna 5.1.1 Sejarah Kawasan TWA Telaga Warna ditetapkan sebagai Kawasan Hutan (GB tgl 77-1927 No. 26). Kemudian pada tahun 1954 penunjukan sebagai Cagar Alam seluas 23,25 Ha berdasarkan SK Mentan No.131/Kpts/um/1954 tgl 6-12-1954 dan pada tahun 1979 terjadi perluasan Cagar Alam Telaga Warna menjadi 350 Ha. TWA Telaga Warna merupakan bagian dari Cagar Alam Telaga Warna yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 481/Kpts/Um/6/1981 tanggal 8 Desember 1981. Kawasan ini berada di bawah pengelolaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat I (BKSDA Jabar I) yang berkedudukan di Bandung. Kawasan konservasi tidak hanya memiliki fungsi perlindungan dan pengawetan namun juga memiliki fungsi dari segi pemanfaatan, pemanfaatan yang dimaksud adalah pemanfaatan yang lestari dengan tetap memperhatikan aspek kelangsungan keberadaan sumber daya alam baik secara kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu, pemerintah membuat kebijakan yang memberikan kesempatan kepada pihak swasta, BUMN, koperasi dan perorangan untuk berusaha
di
bidang
sarana
dan
prasarana
pariwisata
alam
dengan
mengikutsertakan masyarakat. Salah satu contoh kebijakannya adalah PP No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Persetujuan kerjasama pengusahaan TWA Telaga Warna dan Jember antara Perum Perhutani dengan PT Lintas Daya Kreasi (LDK) ditandai dengan dikeluarkannya surat oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1995. Pada tahun 2001 Menteri Kehutanan mencabut ijin usaha pengusahaan pariwisata alam yang diberikan kepada Perum Perhutani, dan sampai saat ini ijin usaha pengusahaan pariwisata alam Telaga Warna diberikan kepada PT LDK di bawah pengawasan BKSDA Jabar I.
27
5.1.2 Letak dan Luas TWA Telaga Warna berdasarkan letak astronomi berada pada koordinat 107º11’05”- 107º11’20” B
T
6º42’02”- 6º42’15” L
S
dengan luas sebesar 5 Ha. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal PHPH No.45/Kpts/DJ-VI/95 Tanggal 27 Maret 1997 luas blok pemanfaatan TWA Telaga Warna adalah 2 Ha. Kawasan ini berada di tepi jalan Bogor-PuncakCianjur dan sangat mudah dijangkau baik dengan kendaraaan pribadi maupun kendaraan umum. TWA Telaga Warna secara administrasi terletak pada Kecamatan Cisarua, Kabupaten Dati II Bogor, Provinsi Dati I Jawa Barat. Batas areal kerja TWA Telaga Warna sebagai berikut : Sebelah Barat
:Cagar Alam Telaga Warna dan Perkebunan Teh PT XII Gunung Mas
Sebelah Timur : Cagar Alam Telaga Warna dan Gunung Megamendung Sebelah Selatan : TWA Jember dan Cagar Alam Telaga Warna Sebelah Barat
: Perkebunan Teh PT XII Gunung Mas
5.1.3 Potensi Kawasan TWA Telaga Warna memiliki keindahan alam dan daya tarik utama berupa danau di dalam kawasan dengan luas sekitar 7165 m², Selain itu di kaya akan flora dan fauna yang potensial untuk pengembangan wisata alam. Kawasan TWA Telaga Warna memiliki potensi flora yang ditumbuhi vegetasi sekunder muda antara lain pohon Rasamala (Altingia axcelsa), Puspa (Schima wallichii), Mara (Macaranga rhizoides), Kaliandra (Caliandra sp), serta tegakan pinus (Pinus mercusii). Teklan (Eupatorium riparim), Kirinyuh (Eupatorium inulifolium), Salira (Lantana camara), Nampong Bulu (Clibadum surinamense). Di tempat terbuka terdapat jenis tumbuhan suku (Graminae), antara lain Gelagah (Sacharum spontanum), dan alang-alang (Imperta cylindrical). Fauna yang dimiliki kawasan ini antara lain; Babi hutan (Sus sp), Musang (Paradoxurus hermaproditus), Lutung (Presbytis cristata), Wau-wau (Hylobates moloch), Trenggiling (Manis javanica), Kijang (Muntiacus muntjak), Kucing hutan (Felis Bengalengsis). Selain itu terdapat jenis burung seperti Seupah (Pericrocotus sp), Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Sesap madu (Anthreptes sp),
28
Puyuh (Turnix suscitator), Puyuh gonggong (Arbolophyla javanica), Walet (Acrodramus bervirastns), Alap-alap (Accipiter virgatus), Elang (Heliastur indus), Burung hantu hingkik, (Bubo ketupu), Cakahkeh (Halcycon chloris), Ekek geleng (Kitta thalassina sp). Potensi wisata yang dimiliki TWA Telaga Warna adalah wisata alam danau, wisata pendidikan lingkungan, jalan santai, fotografi, penelitian, ruang terbuka hijau, melihat satwa (Badan Konservasi Sumber Daya Alam wilayah 1 Bandung, 2013) 5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar TWA Telaga Warna TWA Telaga Warna secara administratif masuk ke dalam wilayah Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Luas Desa Tugu Selatan 13,43 km² dengan jumlah penduduk 12.223 jiwa (2.527 KK). Jumlah penduduk di Desa Tugu Selatan berdasarkan kelompok umur usia sekolah 33%, usia produktif (angkatan kerja) 60,5% dan lanjut usia 6,5%. a. Pola penggunaan lahan Lokasi TWA Telaga Warna merupakan tanah negara sebagai kawasan pelestarian alam dan di sebelah utara TWA Telaga Warna berbatasan dengan tanah Perkebunan Teh PTP Nusantara VII. Di dalam kawasan taman wisata alam tidak terdapat penduduk yang memanfaatkan tanah untuk kegiatan usaha tani. Hal tersebut dikarenakan penduduk sekitar sudah mengetahui bahwa kawasan tersebut merupakan daerah yang dilindungi. Pemanfaatan yang dilakukan masyarakat sekitar yaitu mengumpulkan ranting kayu kering untuk kayu bakar dan serasah untuk pembuatan kompos dalam usaha tanaman hias. Tanah yang berada di luar kawasan taman wisata alam dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk tempat tinggal mereka dan budidaya lahan kering secara intensif, yang mencakup usaha tani palawija, sayur-sayuran dan tanaman hias. Pola kepemilikan tanah sebagian besar merupakan tanah milik meskipun ada sebagian yang belum mempunyai sertifikat melainkan masih berupa surat girik.
29
b. Kondisi perekonomian Sebagian besar Desa Tugu Selatan bermatapencaharian dari sektor pertanian sedangkan sisanya bergerak di bidang perdagangan, jasa dan buruh. Menurut data dari Kecamatan Cisarua tahun 1999 RKPPA, pendapatan perkapita per tahunnya bisa Rp. 301.129. Penduduk desa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari telah tercukupi dengan membeli di toko atau warung setempat, sedangkan untuk pusat kegiatan perekonomiannya berada di Pasar Cisarua yang dapat ditempuh dengan kendaran umum dengan jarak 8 km.
30
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Daya Dukung Kawasan Daya dukung kawasan TWA Telaga Warna perlu diketahui, agar pengembangan yang berkelanjutan dapat tercapai tanpa mengubah keadaan fisik dan mutu lingkungan sekitarnya. Berdasarkan Tabel 6, hal tersebut ditandai dengan keinginan pengunjung untuk datang kembali mengunjungi TWA Telaga Warna. Kegiatan wisata merupakan faktor yang berpengaruh terhadap daya dukung suatu kawasan. Daya dukung kawasan harus dikaitkan dengan jumlah maksimum wisatawan yang dapat ditampung oleh kawasan wisata berdasarkan kegiatan wisata yang dilakukan, oleh karena itu untuk mengetahui daya dukung keseluruhan TWA Telaga Warna, perlu diketahui daya dukung untuk setiap kegiatan wisata berdasarkan preferensi pengunjung dan pihak pengelola. 6.1.1 Karakteristik Responden Pengunjung Karakteristik responden dalam penelitian ini, berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung di lapangan dan telah dilakukan kepada 100 responden yang dibedakan berdasarkan faktor sosial ekonomi pengunjung yang terdiri dari jenis kelamin, umur, asal kota, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, status pernikahan, dan jumlah tanggungan. Pola kunjungan berwisata responden terdiri dari frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan dan waktu berkunjung. a. Karakteristik responden pengunjung berdasarkan faktor sosial ekonomi Sebaran karakteristik responden pengunjung TWA Telaga Warna berdasarkan faktor sosial ekonomi yang terdiri jenis kelamin, umur, asal kota, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, status pernikahan, dan jumlah tanggungan dari disajikan pada Tabel 5.
31
Tabel 5 Karakteristik responden pengunjung TWA Telaga Warna berdasarkan faktor sosial ekonomi. Karakteristik 1.Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2.Usia (Tahun) 17-25 26-34 35-43 44-52 >52 Jumlah 3.Asal kota Lokal Kota sekitar Luar kota Jumlah 4.Pendidikan terakhir SD SMP SMA Diploma Sarjana Jumlah 5.Jenis pekerjaan Mahasiswa PNS Pegawai swasta Wiraswasta Lainnya Jumlah 6.Tingkat pendapatan ≤ 500.000 500.001 – 2.500.000 2.500.001 – 4.500.000 ≥4.500.000 Jumlah
Jumlah (orang)
Pesentase (%)
63 37 100
63 37 100
48 19 22 7 4 100
48 19 22 7 4 100
48 30 22 100
48 30 22 100
3 5 50 11 31 100
3 5 50 11 31 100
13 8 42 19 18 100
13 8 42 19 18 100
9 58 24 9 100
9 58 24 9 100
Sumber: Data Primer(2013)
Responden pengunjung yang datang ke TWA Telaga Warna berdasarkan Tabel 5 hampir 70% adalah kaum laki-laki. Cohen (1972) menyatakan bahwa pada dasarnya wisata alam memang menjadi kegemaran laki-laki yang hobi dengan tantangan dan petualangan. Lary (1998) menyatakan perbedaan karakter pria dan wanita dalam memilih tempat rekreasi, wanita pada umumnya cenderung
32
untuk melakukan aktifitas feminim seperti bepergian ke tempat umum dan tempat belanja. Sebaran usia responden pengunjung TWA Telaga Warna sebagian besar berada pada kisaran umur antara 17 sampai 25 tahun, hal ini menggambarkan bahwa wisata alam yang di tawarkan banyak menarik minat yang bisa dikategorikan termasuk kaum muda. Yfantidou (2008) juga menyatakan bahwa pengunjung yang berusia 17-50 tahun menginginkan aktifitas wisata berupa petualangan serta menikmati tantangan selama perjalanan menuju objek wisata. Tabel 5 menunjukan bahwa asal responden pengunjung TWA Telaga Warna lebih didominasi oleh penduduk lokal karena jarak yang ditempuh relatif lebih mudah dibandingkan dengan pengunjung yang berasal dari kota sekitar dan luar kota. Widyaningrum (2010) menyatakan bahwa domisili calon pengunjung dan aksesibilitas menuju lokasi menjadi faktor yang menentukan frekuensi kunjungan sebuah kawasan wisata. Sumarwan (2004) menyatakan bahwa tingkat pendidikan pengunjung mempengaruhi selera, cara pandang, dan persepsi. Berdasarkan Tabel 5, pendidikan terakhir responden pengunjung sebagian besar telah menyelesaikan sampai pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden pengunjung cukup untuk melakukan aktifitas wisata dan mampu menerima informasi di kawasan wisata karena pada dasarnya tujuan keberadaan kawasan ini selain tempat rekreasi alam juga diharapkan bisa memberikan pendidikan kawasan konservasi. Parthana (1995) menyatakan bahwa faktor tingkat kemampuan ekonomi atau pendapatan merupakan faktor penting dalam analisis permintaan rekreasi. Jenis pekerjaan responden pengunjung sebagian besar berprofesi sebagai pegawai swasta dengan tingkat pendapatan yang didominasi dengan kisaran antara Rp 1.500.001 sampai Rp 2.500.000 karena pada dasarnya untuk berwisata ke TWA tidak membutuhkan biaya yang mahal. b. Pola kunjungan Penelitian ini juga melihat karakteristik kunjungan wisatawan Telaga Warna yang disajikan pada Tabel 6.
33
Tabel 6 Pola kunjungan responden pengunjung TWA Telaga Warna Karakteristik 1.Frekuensi kunjungan 1 kali > 2kali 3 kali 4 kali 5 kali Jumlah 2.Motivasi kunjungan Wisata Penelitian Gathering (keluarga/kantor) Jumlah 3.Waktu berkunjung Hari biasa (Senin –Jumat) Hari Sabtu Hari Minggu Hari libur nasional Jumlah 4.Ingin datang kembali Ya Tidak Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
37 27 18 4 14 100
37 27 18 4 14 100
87 1 12 100
87 1 12 100
10 4 64 22 100
10 4 64 22 100
100 0 100
100 0 100
Sumber: Data Primer(2013)
Tabel 6 menunjukan TWA Telaga Warna telah menjadi salah satu tempat wisata di kawasan puncak yang mulai diminati wisatawan, hal ini terlihat dari frekuensi kunjungan sebesar 63% telah berkunjung lebih dari satu kali. Hal tersebut didukung dengan 100% responden pengunjung mengatakan ingin untuk datang kembali ke TWA Telaga Warna. Alasan keinginan kembalinya pengunjung salah satunya adalah tertarik dengan pemandangan yang masih sangat alami dan udara yang sejuk. Sebagian besar motivasi responden pengunjung yang datang ke TWA Telaga Warna adalah untuk berwisata. Responden pengunjung datang untuk berwisata sebagian besar pada hari minggu dan hari libur, sehingga dapat terjadi penumpukan pengunjung pada waktu-waktu tersebut. Oleh karena itu, pengembangan wisata perlu memperhatikan daya dukung kawasan sehingga kelestarain sumber daya alam tetap terjaga dan manfaat ekonomi dapat terus dirasakan.
34
6.1.2 Daya Dukung setiap Kegiatan Wisata sesuai Kebutuhan Pengunjung Daya dukung kawasan ditentukan berdasarkan kegiatan wisata yang dilakukan di TWA Telaga Warna diperlukan luas dan waktu yang digunakan berdasarkan kenyamanan pengunjung per kegiatan wisata serta waktu dan yang disediakan pengelola. Tabel di bawah ini merupakan preferensi pengunjung mengenai luas dan waktu yang dibutuhkan Selanjutnya dipilih luas dan waktu yang paling dominan, seperti duduk santai luas yang dipakai untuk perhitungan daya dukung adalah sebesar 1 m karena terdapat 82 pengunjung yang melakukan kegiatan wisata duduk santai dengan luasan tersebut dan sama halnya dengan waktu. Preferensi kenyamanan pengunjung terhadap luas dan waktu per kegiatan wisata disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Preferensi responden pengunjung terhadap luas untuk daya dukung Jenis kegiatan
Jumlah responden pengunjung yang melakukan (orang)
Duduk santai
82 8 21 10 7 1 1
Flying fox Berperahu Jalan santai Fotografi Pengamatan fauna
Luasan yang dibutuhkan responden pengunjung (meter) 1 2 3 150 7165 3 20 5
Sumber: Data Primer(2013)
Tabel 8 Preferensi responden pengunjung terhadap waktu untuk daya dukung Jenis kegiatan
Jumlah wisatawan yang melakukan (orang/aktifitas)
Duduk santai
Flying fox Berperahu Jalan santai Fotografi Pengamatan fauna
Waktu yang dibutuhkan pengunjung (menit) 9 64 4 23 21 10 7 1 1
30 60 90 120 10 20 60 180 540
Sumber: Data Primer(2013)
Tabel 7 dan 8 menunjukan, duduk santai merupakan kegiatan wisata yang paling banyak dilakukan di TWA Telaga Warna. Sebagian besar pengunjung
35
memberikan alasan bahwa pemandangan yang indah dan udara yang sejuk sangat mendukung untuk melakukan kegiatan wisata ini. Kegiatan wisata ini tentunya akan menjadi hal yang paling utama dalam perhitungan daya dukung karena banyak pengunjung yang melakukan kegitan wisata duduk santai. 6.1.3 Daya Dukung setiap Kegiatan Wisata yang disediakan Pihak Pengelola Data dari pihak pengelola mengenai luas dan waktu yang disediakan dibutuhkan juga diperlukan untuk menghitung daya dukung. Pihak pengelola menyediakan waktu kunjungan untuk wisatawan selama 9 jam dimulai pada pukul 08.00 sampai pukul 17.00 dan luas lahan sebesar 2 ha sebagai blok pemanfaatan kegiatan wisata. Luas dan waktu yang disediakan untuk setiap setiap kegiatan wisata berdasarkan pihak pengelola disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Luas dan waktu yang disediakan pengelola per kegiatan wisata dalam satu hari Kegiatan Wisata
Luas yang disediakan (meter)
Duduk Santai Flying fox Berperahu Jalan Santai Fotografi Pengamatan Fauna
20 150 800 20 60
Waktu yang disediakan (menit) 540 480 480 540 540 540
Sumber : Pihak Pegelola (BKSDA 2013)
Pengelola TWA Telaga Warna menyediakan luas dan waktu yang berbeda untuk setiap kegiatan wisata yang dapat dilakukan. Dari 6 kegiatan wisata yang dapat dilakukan, pengelola menyediakan luasan yang paling besar untuk melakukan kegiatan wisata berperahu, sedangkan untuk luas yang paling sedikit disediakan untuk kegiatan wisata duduk santai dan fotografi. Sebenarnya dari pihak pengelola tidak membatasi pengunjung untuk melakukan digunakan kegiatan wisata, ukuran luasan tersebut digunakan karena luasan tersebut sering oleh pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata tersebut. Sedangkan untuk waktu yang disediakan pengelola rata-rata mempunyai waktu yang sama sesuai jam buka kunjungan yaitu selama 9 jam setara dengan 540 menit. Berdasarkan preferensi pengujung dan informasi dari pihak pengelola maka perhitungan daya dukung kegiatan wisata disajikan pada Tabel 10.
36
Tabel 10 Perhitungan daya dukung setiap kegiatan wisata Kegiatan wisata
Luas dan waktu yang dibutuhkan pengunjung Luas Waktu (meter) (menit) (a) (b)
Luas dan waktu yang disediakan oleh pengelola Luas Waktu (meter) (menit) (c) (d)
Daya dukung e=(c/a)
Duduk Santai a. Gazebo b. Selter c. T.duduk d. RTH Total
1 -
60 -
20 -
540 -
80 30 22 20 152
Flying fox Berperahu Jalan santai Fotografi Pengamatan fauna
150 3 4 5
10 20 60 180 540
150 800 20 60
480 480 540 540 540
1 12 266 5 12
Koefesien rotasi f=(d/b)
9 48 24 9 3 1
6.1.4 Daya Dukung Kegiatan Wisata Berdasarkan preferensi pengunjung dan data dari pihak pengelola, maka dapat dihitung daya dukung kawasan per kegiatan wisata. Berikut adalah uraian masing-masing daya dukung kawasan sesuai dengan kegiatan wisata berdasarkan Tabel 10. 1. Duduk Santai Ruang Terbuka Hijau (RTH) TWA Telaga Wana, merupakan salah satu tempat yang cukup digemari untuk melakukan kegiatan duduk santai. Pihak pengelola juga menyediakan fasilitas lain seperti 6 selter yang masing-masing dapat memuat 5 orang, tempat duduk di pinggir danau yang dapat memuat total 22 pengunjung, 10 gazebo yang masing-masing dapat memuat 8 orang pengunjung. Berdasarkan preferesi pengunjung dan fasilitas yang disediakan pengelola maka daya dukung untuk kegiatan duduk santai dengan koefesien rotasi yang dimiliki adalah sebanyak 152 orang ( Tabel 10 ). Sedangkan Tabel 12 menunjukan bahwa, dengan pembatasan waktu yang dilakukan oleh pengelola berdasarkan koefesien rotasi, maka daya dukung kawasan untuk kegiatan ini adalah 1368 orang/hari. Pada Tabel 11 menunjukan bahwa kegiatan ini masih memiliki cukup banyak ruang kosong untuk pengunjung melakukan kegiatan wisata ini karena jumlah
37
pengunjung saat ini hanya 21,92% dari daya dukung kawasan. Perhitungan daya dukung dan daya dukung kawasan untuk kegiatan duduk santai dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1. 2. Flying fox Kegiatan wisata yang paling digemari setelah duduk santai adalah atraksi permainan flying fox hal ini didukung Tabel 6 yang menunjukan dominasi kaum pria yang menyukai tantangan. Selain karena tarifnya tidak terlalu mahal, pihak pengelola menawarkan kepada pengunjung sensasi terbang di atas danau sambil menikmati pemandangan TWA Telaga Warna dari ketinggian ± 10 m, sehingga banyak pengunjung yang penasaran meluncur di atas danau. Berdasarkan Tabel 10 kegiatan wisata flying fox hanya memiliki daya dukung sebanyak 1 orang, karena lintasan yang hanya bisa digunakan satu orang dalam sekali meluncur. Tabel 11 menunjukan bahwa, dengan pembatasan waktu yang dilakukan oleh pengelola berdasarkan koefesien rotasi, maka daya dukung kawasan kegiatan flying fox sebanyak 48 orang per hari. Pada Tabel 11 menunjukan jumlah pengunjung saat ini sudah 62,5% dari daya dukung kawasan, hal tersebut dikarenakan alat yang masih terbatas sedangkan pengunjung yang ingin melakukan kegiatan wisata ini cukup banyak. Perhitungan daya dukung dan daya dukung kawasan untuk kegiatan flying fox dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1. 3. Berperahu Daya tarik utama pada TWA Telaga Warna sebenarnya adalah terdapat pada danaunya yang berwarna hijau, hal ini dikarenakan adanya pantulan sinar matahari yang datang dari celah-celah dedaunan dan jatuh di permukaan danau yang berfungsi sebagai cermin. Pengelola menyediakan atraksi permainan berupa perahu sebanyak dua buah untuk wisatawan yang ingin menikmati pemandangan. Masing- masing perahu dapat mengangkut 6 orang wisatawan untuk berkeliling. Berdasarkan Tabel 10 maka kegiatan wisata berperahu memiliki daya dukung sebanyak 12 orang. Berdasarkan Tabel 11, dengan pembatasan waktu yang dilakukan oleh pengelola berdasarkan koefesien rotasi, maka daya dukung kawasan per hari untuk kegiatan wisata ini sebanyak 288 orang. Pada Tabel 11 menunjukan bahwa kondisi pengunjung saat ini hanya 10,41% dari daya dukung kawasan, artinya untuk kegiatan wisata berperahu masih memiliki banyak ruang
38
untuk menerima pengunjung jika dibandingkan kondisi saat ini yang masih minim akan minat pengunjung untuk kegiatan wisata ini. Perhitungan daya dukung dan daya dukung kawasan untuk kegiatan berperahu dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1. 4. Jalan Santai TWA Telaga Warna merupakan kawasan wisata yang hampir berada di titik puncak pass. Mengetahui potensi yang dimiliki, pengelola membuat rute jalan setapak ke arah atas tepat berada di titik puncak pas. Kegiatan wisata ini cukup digemari oleh wisatawan yang ingin menikmati pemandangan dari atas bukit terlebih lagi jika di dukung cuaca yang cerah jalur ini semakin diminati oleh wisatawan. Berdasarkan preferensi pengunjung dan pengelola maka dapat dilihat pada Tabel 10 daya dukung jalan santai sebanyak 266 orang. Berdasarkan Tabel 11 menunjukan bahwa, dengan pembatasan waktu yang dilakukan oleh pengelola berdasarkan koefesien rotasi, maka daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata ini adalah 2394 orang per hari, jika dibandingkan dengan kondisi saat ini, kegiatan wisata ini masih memiliki sangat banyak ruang untuk menampung pengunjung hal tersebut karena jumlah pengunjung saat ini hanya 0,83% dari daya dukung kawasan. Perhitungan daya dukung dan daya dukung kawasan untuk kegiatan jalan santai dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1. 5. Fotografi TWA Telaga Warna memiliki pemandangan alam yang sangat alami dihiasi dengan pohon besar dan tebing tinggi yang menambah keunikan dalam kawasan ini. Hal ini menjadi alasan bagi fotografher proesional untuk berkunjung dan melakukan pemotretan kawasan. Pada dasarnya pengelola tidak membatasi spot yang bisa digunakan pemotretan, namun dari hasil pengamatan terdapat spot yang paling sering digunakan untuk pemotretan pra wedding yaitu di pojok kiri danau. Berdasarkan Tabel 10 didapat daya dukung untuk kegiatan ini yaitu hanya 1 aktifitas kelompok dengan rata-rata ada 5 orang dalam satu kelompok pemotretan per harinya. Tabel 11 menunjukan bahwa, dengan pembatasan waktu yang dilakukan oleh pengelola berdasarkan koefesien, maka berdasarkan Tabel 11 daya dukung kawasan per hari kegiatan wisata ini adalah bisa dilakukan dengan 3 kali aktifitas pemotretan atau sebayak 15 orang dalam satu hari. Tabel 11 menunjukan
39
bahwa kegiatan fotografi memiliki peluang untuk penambahan aktifitas sesuai dengan frekuensi kegiatan. Hal tersebut ditunjukan dengan kondisi saat ini yang hanya mencapai 33,33% dari daya dukung kawasan. Perhitungan daya dukung dan daya tampung untuk kegiatan fotografi dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1. 6. Pengamatan Fauna Keberagaman dari keberadaan fauna dimanfaatkan oleh para peneliti untuk melakukan penelitian di TWA Telaga Warna. Selama penelitian berlangsung ada peneliti yang sedang melakukan penelitian terkait dengan kebiasaaan atau prilaku yang biasa dilakukan primata. Di TWA Telaga Warna tidak setiap tempat terdapat satwa yang bisa dijumpai melainkan ada spot tertentu yang biasa jadi tempat satwa berkumpul. Spot tersebut dapat ditemukan antara lain, pojok kanan danau pojok kiri danau, di samping pusat informasi, dan samping rute jalan setapak. Berdasarkan Tabel 10, daya dukung kegiatan wisata ini sebanyak 12 orang/hari. Daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata ini sama dengan daya dukung yaitu sebanyak 12 orang per hari karena tidak ada koefesien rotasi. Pada kawasan TWA Telaga Warna hanya terdapat beberapa tempat untuk melakukan pengamatan satwa, hal tersebut berpengaruh pada ruang yang tersedia. Hal tersebut ditunjukan pada Tabel 11 bahwa kondisi saat ini mencapai 42,66% dari daya dukung kawasan. Perhitungan daya dukung dan daya dukung kawasan untuk kegiatan pengamatan satwa dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1. Berdasarkan uraian di atas maka daya dukung kawasan TWA Telaga Warna secara keseluruhan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Daya dukung kawasan TWA Telaga Warna Kegiatan wisata
Duduk santai Flying fox Berperahu Jalan santai Fotografi Pengamatan fauna Total
Daya dukung (orang) per hari e 152 1 12 266 5 12 448
Sumber : Data Primer, 2013
Koefesien rotasi
f 9 48 24 9 3 1
Daya dukung kawasan/ hari g = (e x f) 1368 48 288 2394 15 12 4125
Jumlah pengunjung maksimal saat ini h 300 30 30 20 5 5 240
Rasio
i=(h:g)x100% 21,92% 62,5% 10,41% 0,83% 33,33% 41,66%
40
Berdasarkan Tabel 11, jumlah maksimum wisatawan yang dapat menggunakan TWA Telaga Warna dalam sekali kunjungan tanpa mengubah keadaan fisik atau menurunkan mutu lingkungan sekitarnya adalah 448 orang per kunjungan. Dari beberapa kegiatan wisata yang dapat dilakukan, kegiatan jalan santai memiliki daya dukung yang paling tinggi yaitu sebanyak 266 orang setiap satu kali kunjungan. Hal tersebut dikarenakan pihak pengelola memberikan jalur yang cukup panjang yaitu sepanjang 800 m yang dapat menampung cukup banyak wisatawan. Koefiesien rotasi yaitu jumlah rotasi yang bisa dilakukan oleh wisatawan untuk satu kali kunjungan dalam satu hari. Koefesien rotasi didasarkan dengan jumlah jam yang dibuka bagi kegiatan wisata per rata-rata waktu kunjungan untuk setiap kegiatan wisata berbeda. Berdasarkan Tabel 11 kegiatan wisata yang memiliki koefisien rotasi terbanyak yaitu flying fox karena untuk satu kali melakukan kegiatan ini hanya memerlukan 10 menit sehingga dari waktu yang disediakan selama 8 jam terdapat rotasi 48 kali. Tabel 11 menunjukan bahwa dari seluruh kegiatan yang dapat dilakukan di TWA Telaga Warna, daya dukung kawasan per hari adalah sebanyak 4.125 yang bisa ditolelir oleh lingkungan tanpa merubah bentang alam dengan pembatasan jam kunjungan oleh pengelola sesuai dengan koefesien rotasi masing-masing kegiatan wisata. Jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan yang paling maksimal pada tahun 2011 yaitu hanya mencapai 31.513 orang per tahun, hal ini menunjukan bahwa kondisi tersebut masih di bawah batas ambang daya dukung TWA Telaga Warna yang artinya masih terdapat ruang untuk mengembangkan TWA Telaga Warna sesuai dengan daya dukung kawasan. Namun kondisi tersebut belum mempertimbangkan jumlah pengunjung pada saat peak season dan low season. Perbandingan daya dukung kawasan TWA Telaga Warna dengan jumlah pengunjung pada saat kondisi low season dan peak season (liburan sekolah) dengan daya dukung kawasan TWA Telaga Warna disajikan pada Tabel 12.
41
Tabel 12 Perbandingan daya dukung kawasan TWA Telaga Warna dengan jumlah pengunjung pada saat low season dan peak season Tahun 2012 Kondisi
Jumlah pengunjung (orang/bulan)
Low season Peak season
a 1.526 2.156
Daya dukung kawasan (orang/bulan) b 12.3750 12.3750
Rasio (%)
1,23% 1,74%
Berdasarkan pada Tabel 12 perbandingan jumlah pengunjung TWA Telaga Warna pada saat kondisi low season dengan peak season menunjukan bahwa keduanya masih sangat jauh di bawah batas ambang daya dukung kawasan TWA Telaga Warna. Hal tersebut berarti TWA Telaga Warna masih memiliki ruang kosong meskipun pada saat musim liburan sekolah. . Berdasarkan estimasi jumlah pengunjung hingga tahun 2032 yang diperoleh dari laju peningkatan pengunjung, jumlah pengunjung pada tahun 2032 sudah melebihi daya dukung kawasan TWA Telaga Warna. Oleh karena itu, BKSDA sebagai pengelola kawasan harus menggunakan kewenangannya untuk membatasi pengembangan kawasan yang tidak melebihi daya dukung dengan cara pembatasan jumlah kunjungan ke TWA Telaga Warna, agar ekosistem sekitar TWA Telaga Warna tetap terjaga dan lestari. Kegiatan wisata jalan santai merupakan kegiatan yang masih memiliki banyak ruang untuk menampung jumlah pengunjung hal tersebut ditunjukan pada Tabel 12, karena jumlah pengunjung saat ini hanya 0,83% dari daya dukung kawasan berdasarkan luas yang disediakan pengelola untuk kegiatan jalan santai, artinya hal tersebut bisa dimanfaatkan oleh pengelola kawasan untuk lebih menarik minat pengunjung. Peningkatan jumlah kunjungan bisa dilakukan dengan mengatasi kendala yang membuat kurangnya minat pengunjung salah satunya promosi kawasan. Selama pegembangan kawasan promosi yang dilakukan hanya sebatas membuat plang di pinggir jalan raya Bogor-Cianjur sedangkan untuk mempromosikan TWA Telaga Warna secara intensif melalui internet belum dilakukan. Oleh karena itu, untuk pengembangan selanjutnya promosi kawasan yang lebih intensif bisa dijadikan salah satu strategi pengembangan untuk meningkatan jumlah pengunjung TWA Telaga Warna. Namun hal tersebut harus dibatasi dalam pengembangan TWA Telaga Warna, ketika jumlah pengunjung
42
melebihi daya dukung kawasan. Berdasarkan estimasi jumlah pengunjung hingga tahun 2032, jumlah pengunjung pada tahun 2032 sudah melebihi daya dukung kawasan TWA Telaga Warna. Oleh karena itu, BKSDA sebagai pengelola kawasan harus menggunakan kewenangannya untuk membatasi pengembangan kawasan agar ekosistem sekitar TWA Telaga Warna tetap terjaga dan lestari. 6.2 Analisis Finansial dan Ekonomi Pengembangan TWA Telaga Warna TWA Telaga Warna merupakan kawasan wisata alam yang pengelolaanya di bawah pengawasan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah 1. Ijin pengusahaan pariwisata alam diberikan kepada PT LDK selama 30 tahun, mulai dari tahun 2003 sampai tahun 2032. PT LDK berhak melakukan pengembangan wisata terhadap kawasan wisata Telaga Warna dalam penyediaaan sarana dan prasarana wisata. Sejak pengembangan yang dilakukan oleh PT LDK pada tahun 2003, jumlah pengunjung meningkat dari tahun ke tahunnya. Hal ini tentunya akan memberikan manfaat positif bagi semua pihak, yaitu pemerintah, PT LDK, masyarakat dan lingkungan atau sumber daya alam. Pengembangan tersebut harus dapat seiring sejalan dengan fungsi konservasi dan tidak melebihi daya dukung kawasan, sehingga manfaat dan kerugian bagi lingkungan atau masyarakat perlu dikaji lebih dulu agar dampak negatif dapat diminimalisir. Oleh karena itu perlu dikaji analisis finansial dan ekonomi dari kegiatan pengembangan wisata oleh PT LDK di TWA Telaga Warna agar diketahui layak tidaknya secara ekonomi dengan memasukan biaya sosial dan manfaat sosial manfaat biaya privat. Kriteria analisis kelayakan dilakukan dengan menghitung NPV, Net (B/C) dan IRR. Data yang digunakan untuk menghitung kelayakan ekonomi adalah data manfaat bersih dari pegembangan yang diperoleh dari pengurangan manfaat dengan biaya. Selanjutnya dilakukan discounting dari tahun 2003 sampai 2012 dan compounding dari tahun tahun 2013 sampai 2032 terhadap arus manfaat bersih tersebut dengan tingkat dikonto yaitu 12% untuk tahun. Akhirnya diperoleh cashflow dari hasil perhitungan NPV, IRR dan BCR selama 30 tahun dari tahun 2003 sampai tahun 2032. Analisis finansial dan ekonomi pengembangan TWA Telaga Warna terdiri dari manfaat (inflow) dan biaya (outflow). Dalam analisis
43
ini, manfaat yang diperhitungkan merupakan manfaat yang dapat diukur begitu pula dengan biaya sebagai komponen pengeluaran. 6.2.1 Manfaat Komponen yang termasuk manfaat privat dan manfaat sosial disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Komponen dari manfaat pengembangan TWA Telaga Warna Manfaat Analisis finansial 1. Manfaat privat 1. PT LDK a. Paket wisata b. Penyewaan gazebo c. Flying fox d. Perahu
Analisis ekonomi 1. Manfaat privat 1. PT LDK a. Paket wisata b. Penyewaan gazebo c. Flying fox d. Perahu 2. Manfaat sosial 1. Pemeritah a. Karcis masuk b. Parkir kendaraan 2. Masyarakat a.Terserapnya tenaga kerja b.Peningkatan pendapatan pedagang di dalam kawasan 3. Lingkungan a. Dana untuk konservasi
Sumber: BKSDA (2003)
6.2.1.1 Manfaat Privat 1. PT Lintas Daya Kreasi a. Paket wisata Salah satu pendapatan PT LDK yaitu dari paket wisata yang ditawarkan, berupa wisata pendidikan yang diperuntukan untuk anak-anak tingkat SD, SMP, SMU dan keluarga. Wisata pendidikan yang ditawarkan berupa rekreasi alam sambil belajar bentang alam, interpretasi flora dan fauna, memperkenalkan fungsi hutan, memperkenalkan proses dekomposer di hutan. Kegiatan tersebut akan dikemas ke dalam bentuk permainan dan pengamatan langsung di lapangan sehingga mereka bisa langsung mengerti dan memahami yang terjadi sesungguhnya. Paket wisata ini diperkenalkan kepada pengunjung baru pada tahun 2012. Harga yang ditawarkan adalah Rp 4.500.000 untuk 30 orang atau Rp 150.000/orang. Berdasarkan informasi
44
dari pihak pengelola untuk tahun 2012 baru ada 5 kelompok sekolah yang tertarik dengan paket wisata ditawarkan. Estimasi pengunjung yang akan melakukan paket wisata untuk kedepannya sebesar 0,05% sesuai dengan laju peningkatan pengunjung untuk wisnu, karena berdasarkan informasi dari pengelola yang melakukan paket wisata didominasi oleh wisatawan lokal, namun tidak menutup kemungkinan untuk wisatawan mancanegara apabila nantinya ingin ikut menggunakan paket wisata di TWA Telaga Warna. Berikut adalah contoh estimasi pengunjung yang melakukan paket wisata untuk tahun 2013. Perhitungan estimasi pengunjung yang melakukan paket wisata pada tahun 2013 sebagai berikut. JP paket wisata 2013
= (JP paket wisata 2012 x 0,05) + (JP paket wisata 2012) = (150 x 0,05) + 150) = 158 orang
b. Penyewaan gazebo Gazebo dibuat oleh PT LDK pada Tahun 2012 awal sebanyak 10 buah yang tersebar di seluruh kawasan. Setiap gazebo terdiri dari 2 lantai yang terbuat dari bambu yang bisa ditempati sekitar 8 orang. Penyewaan gazebo dikenakan tarif Rp 20.000 untuk wisnu dan Rp 50.000 wisman, atau sekitar Rp 5000 per orangnya untuk wisnu dan Rp 10.000 untuk wisman. Berdasarkan penjaga gazebo pada tahun 2012 ada 100 penyewaaan dan perbandingan penyewaan gazebo yaitu 70:30 yang didominasi oleh wisnu. Estimasi pengunjung yang menggunakan gazebo untuk tahun kedepannya, mengikuti laju peningkatan pengunjung wisnu dan wisman yaitu 0,05% untuk wisnu dan 0,34% untuk wisman. Perhitungan estimasi pengunjung yang melakukan penyewaan gazebo pada tahun 2013 sebagai berikut : a. Jumlah pengunjung gazebo wisnu 2013 JP gazebo wisnu 2013
= (JP gazebo wisnu 2012 x 0,05) + JP gazebo wisnu 2012) = (70 x 0,05) + 1260) = 74 pengunjung
45
b. Jumlah pengunjung gazebo wisman 2013 JP gazebo wisman 2013
= (JP gazebo wisman 2012 x 0,34) + JP gazebo wisman 2012) = (30 x 0,34) + 30) = 40 pengunjung
c. Flying fox PT LDK juga mendapat pemasukan dengan dibuatnya atraksi permainan flying fox pada tahun 2012 selain mendapat pemasukan dari adanya paket wisata, penyewaan gazebo, dan perahu. Pengunjung tertarik untuk menikmati permainan ini karena pihak pengelola menawarkan sensasi terbang di atas danau dengan ketinggian ± 10 m. Wisnu dikenakan tarif sebesar Rp 20.000 dan Rp 30.000 untuk wisman. Untuk permainan ini peminatnya lebih didominasi oleh wisnu yaitu sebesar 60:40. Laju peningkatan pengunjung wisnu dan wisman dijadikan dasar untuk estimasi pengunjung yang menaiki flying fox pada tahun berikutnya yaitu sebesar 0,05% dan 0,34%. Perhitungan estimasi pengunjung yang melakukan kegiatan wisata flying fox pada tahun 2013 sebagai berikut : a. Jumlah pengunjung flying fox wisnu 2013 JP flying fox wisnu 2013
= (JP flying fox wisnu 2012 x 0,05) + JP flying fox wisnu 2012) = (1260 x 0,05) + 1260) = 1323 pengunjung
b. Jumlah pengunjung flying fox wisman 2013 JP flying fox wisman 2013 = (JP flying fox wisman 2012 x 0,34) + JP flying fox wisman 2012) = (63 x 0,34) + 63) = 66 pengunjung
d. Perahu Daya tarik utama TWA Telaga Warna terletak pada danau, oleh kerena itu PT LDK menyediakan fasilitas untuk mengelilingi danau berupa 2 buah perahu kayu dan setiap perahu dapat memuat penumpang sebanyak 6 orang. Untuk melayani pengunjung yang ingin berkeliling dikenakan tarif Rp 5000 untuk wisnu, sedangkan wisman dikenakan tarif Rp 10.000 per orangnya.
46
Operasi perahu baru dimulai pada tahun 2012 dengan keuntungan yang di dapat sebesar 100 penyewaan. Pengunjung yang berminat yang menaiki perahu antara wisnu dan wisman seimbang hal tersebut disampaikan penjaga perahu yang menyebutkan minat wisnu dan wisman yang berbanding 50:50. Sama halnya seperti paket wisata dan perahu, untuk estimasi pengunjung yang menaiki perahu pada tahun berikutnya, laju peningkatan pengunjung dijadikan dasar yaitu sebesar 0,05% untuk wisnu dan 0,34% untu wisman. Perhitungan estimasi pengunjung yang melakukan kegiatan wisata perahu pada tahun 2013 sebagai berikut : a. Jumlah pengunjung perahu wisnu 2013 JP perahu wisnu 2013 = (JP perahu wisnu 2012 x 0,05) + JP perahu wisnu 2012) = (50 x 0,05) + 50) = 53 pengunjung b. Jumlah pengunjung perahu wisman 2013 JP perahu wisman 2013 = (JP perahu wisman 2012 x 0,34) + JP perahu wisman 2012) = (50 x 0,34) + 50) = 57 pengunjung
6.2.1.2 Manfaat Sosial 1. Pemerintah a. Karcis masuk Dampak positif dengan adanya pengembangan yang dilakukan PT LDK juga dirasakan oleh pemerintah, karena dengan adanya pengembangan yang dilakukan, telah meningkatkan jumlah pengunjung yang signifikan Berdasarkan Tabel 1 yang terlihat jelas mulai tahun 2005. Berdasarkan peraturan pemerintah retribusi tiket dalam pengelolan TWA Telaga Warna dipegang haknya oleh pemerintah. Penetapan harga tiket masuk kawasan untuk wisnu sebesar Rp 2.000 dan Rp 15.000 untuk wisman. Dengan diketahui jumlah pengunjung hingga tahun 2032 maka pemasukan untuk pemerintah bisa diketahui dengan hasil kali antara harga tiket jumlah pengunjung. Pemasukan untuk pemerintah dari retribusi tiket masuk adalah sebesar 95% karena sisanya yaitu sebesar 5% digunakan untuk dana
47
konservasi. Estimasi perhitungan pendapatan karcis masuk tahun 2013 sebagai berikut : Pendapatan karcis masuk 2013 = (JP wisnu x harga tiket)+(JP wisman x harga tiket) = (16.484 x 2.000) + (6.114 x 15.000) = 32.968.000 + 91.710.000 = 124.678.000
b. Parkir kendaraan Pemasukan pemerintah selain dari tiket masuk juga dari biaya parkir kendaraan roda dua dan roda empat. Berdasarkan informasi dari pengelola dan hasil pengamatan di lapangan, wisatawan yang menggunakan kendaraan roda empat didominasi sebesar 98% didominasi oleh wisman dan sisanya 2% menggunakan kendaraan roda 2, sedangkan untuk wisnu kebanyakan sebesar 90% menggunakan kendaraan roda dua dan hanya 10% yang menggunakan kendaraan roda empat. Biaya parkir untuk kendaraan roda dua dan empat dipukul rata yaitu sebesar Rp1.000. Estimasi pendapatan dari adanya parkir kendaraan tahun 2013 dapat dilihat sebagai berikut : a. Wisnu - menggunakan mobil = (10% x jumlah pengunjung wisnu 2013) / 4 = (10% x 16.484) / 4 = 153 kendaraan - menggunakan motor = (90% x jumlah pengunjung wisnu 2013) / 2 = (90% x 16.484) / 4 = 7.418 kendaraan a. Wisman - menggunakan mobil
= (98% x jumlah pengunjung wisman 2013) / 4 = (98% x 6.114) / 4 = 1.498 kendaraan
- menggunakan motor = (2% x jumlah pengunjung wisman 2013) / 2 = (2% x 6.114) / 4 = 61 kendaraan
48
Pemasukan parkir kendaraan roda empat tahun 2013 = (153+1.498) x Rp 1000
= 1.651.000 Pemasukan parkir kendaraan roda dua tahun 2013 = (7.418+61) x Rp 1000
= 7.479.000 2. Masyarakat a. Terserapnya tenaga kerja TWA
Telaga
Warna
dalam
pengembangannya
mengikutsertakan
masyarakat sekitar mulai sejak tahun 2003 masyarakat yang terlibat ada 3 orang yaitu sebagai petugas keamanan, kebersihan dan parkir. Seiring dilakukannya pengembangan dengan disediakan beberapa fasilitas maka pada tahun 2012 massyarakat yang terlibat bertambah 4 dengan tugas masing-masing sebagai penjaga gazebo 2 orang, flying fox dan perahu. Dengan terserapnya tenaga kerja maka masyarakat mendapatkan manfaat positif berupa gaji yang diberikan oleh PT LDK. Rata-rata gaji karyawan adalah sebesar Rp.600.000/bulan/orang. Estimasi peningkatan pendapatan untuk tahun berikutnya mengggunakan rata-rata dari laju peningkatan pengunjung wisnu dan wisman yaitu sebesar 0,195%. Perhitungan estimasi peningkatan manfaat dari terserapnya tenaga kerja dapat dilihat sebagai berikut : Pendapatan tenaga kerja tahun 2013 = (pendapatan 2012x 0,195) + pendapatan
2012 = (75.600.000 x 0,195) + 75.600.000 = Rp 90.342.000 b. Peningkatan pedagang di sekitar kawasan TWA Telaga Warna Pihak pengelola menyediakan 2 kios makanan di dalam kawasan yang dikelola oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Dari hasil penjualan peningkatan pendapatan per harinya sampai Rp30.000 hal ini berarti dalam satu tahun peningkatan pendapatan masyarakat yang membuka kios makanan sebesar Rp 10.800.000. Estimasi peningkatan pendapatan menggunakan dasar laju peningkatan pengunjung wisnu sebesar 0,05%, karena wisatawan yang berbelanja di dalam kawasan lebih
49
didominasi oleh wisatawan nusantara. Perhitungan estimasi peningkatan pendapatan pedangang di dalam kawasan dapat dilihat sebagai berikut : Pendapatan tahun 2013 = (pendapatan 2012x 0,05) + pendapatan 2012 = (21.600.000 x 0,05) + 21.600.000 = Rp 22.680.000 3. Lingkungan a. Dana untuk konservasi Dampak positif dari adanya pengembangan TWA Telaga Warna tidak hanya dirasakan oleh pemerintah, masyarakat dan investor karena dari retribusi tiket masuk kawasan sebesar 5% digunakan untuk biaya konservasi kawasan. 6.2.2 Biaya Manfaat yang ditimbulkan dari adanya pengembangan kawasan wisata juga mengeluarkan biaya. Biaya tersebut terbagi dari biaya privat dan biaya sosial. Biaya privat terdiri dari biaya investasi, tetap dan biaya variabel. Komponen yang termasuk biaya disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Komponen biaya pengembangan TWA Telaga Warna Biaya Analisis finansial 1. Biaya Privat a. Biaya investasi b. Biaya tetap c. Biaya variabel
Analisis Ekonomi 1. Biaya Privat a. Biaya investasi b. Biaya tetap c. Biaya variabel 2. Biaya sosial a.Biaya sosial (biaya rehabilitasi ekosistem dan pembinaan satwa)
Sumber: BKSDA(2003)
Tabel 14 menunjukan perbedaan biaya yang dikeluarkan dalam analisis finansial dan ekonomi. Biaya yang dikeluarkan dalam analisis finansial hanya biaya privat sedangkan biaya yang dikeluarkan dalam analisis ekonomi tidak hanya biaya privat tetapi juga ada biaya sosial yaitu biaya rehabilitasi ekosistem dan pembinaan satwa. Selain itu, gaji karyawan dalam analisis finansial yang masuk ke dalam komponen biaya tetap, namun dalam analisis ekonomi gaji tersebut masuk ke dalam komponen manfaat sosial sebagai penyerapan tenaga kerja.
50
6.2.2.1 Biaya Privat 1. Biaya Investasi Biaya investasi yang dikeluarkan PT LDK berupa biaya pembuatan tangga batu masuk kawasan, penataan lahan parkir, pembutan pos Telaga Warna, pusat informasi dan lain lain. Berikut adalah rincian biaya investasi yang dikeluarkan disajikan pada Tabel 15 Tabel 15 Rincian biaya investasi PT LDK dalam pengembangan TWA Telaga Warna periode tahun 2003 sampai tahun 2032 No Uraian bangunan
1
2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14
Pembuatan tangga batu masuk kawasan Penataan lahan parkir Pos jaga telaga warna Pusat informasi Mushola MCK Gazebo (10 buah) Selter (3 buah) Papan petunjuk, papan arah, papan informasi Billboord potensi kawasan Pembuatan jalan setapak Tempat sampah Pembuatan perahu Pembuatan flying fox
Jumlah unit/ investasi 1
Biaya (Rp)/ satuan
Waktu reinvestasi
Biaya reinvestasi
30.000.000
15 tahun sekali
15.000.000
1
15.000.000
15 tahun sekali
7.500.000
1
15.000.000
15 tahun sekal
7.500.000
1 1 2 10 3 16
30.000.000 20.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 16.000.000
15 tahun sekali 10 tahun sekali 15 tahun sekali 10 tahun sekali 15 tahun sekali 10 tahun sekali
15.000.000 10.000.000 5.000.000 50.000.000 7.500.000 16.000.000
5
2.000.000
10 tahun sekali
10.000.000
1
10.000.000
15 tahun sekali
5.000.000
2 1
300.000 3.500.000 40.000.000
5 tahun sekali 2 tahun sekali 10 tahun sekali
300.000 7.000.000 10.000.000
Sumber: Data RKPPA TWA Telaga Warna oleh PT LDK (2003)
Pembangunan TWA Telaga Warna oleh PT LDK dimulai pada tahun 2003 dengan membangun tangga batu masuk kawasan, penataan lahan parkir, pos jaga Telaga Warna, pusat informasi, mushola, MCK, selter, papan petunjuk, papan informasi, bilbord potensi kawasan, pembuatan jalan setapak dan penyediaan tempat sampah. Seiring dengan meningkatnya jumlah pegunjung, pada tahun 2012 PT LDK meningkatan fasilitas berupa pembuatan tempat peristirahatan (gazebo), pembuatan permainan flying fox dan perahu. Rata-rata untuk umur
51
teknis bangunan berumur 15 tahun yang terbuat dari semen, sedangkan untuk yang terbuat dari kayu umur teknisnya seperti mushola dan gazebo mencapai 10 tahun. 2. Biaya Tetap a. Listrik Listrik diperlukan kawasan TWA Telaga Warna untuk menunjang aktifitas pengunjung. Biaya listrik yang harus dikeluarkan ole PT LDK adalah sekitar Rp 150.000/bulan dalam satu tahunnya sebesar Rp 1.800.000. b. Sewa Lahan PT LDK diberikan ijin untuk melakukan pengusahaan pariwisata alam berdasarkan luas blok pemanfaatan TWA Telaga Warna. Ijin yang diberikan oleh BKSDA adalah sebesar 2 ha, untuk sewa lahan selama pengusahaan pariwisata alam dikenakan biaya Rp. 2.000.000. 3. Biaya Variabel a. Pemeliharaan kawasan Menjaga kawasan agar tetap bersih, dibutuhkan 6 sapu lidi yang bisa dipakai dalam kurun waktu 4 bulan dan serokan sebanyak 4 buah yang bisa bertahan untuk satu tahun. Biaya yag dikeluarkan untuk sapu lidi adalah sebesar Rp 5.000/satuan sedangkan Rp 20.000/satuan untuk serokan. Hal ni berarti dalam pemeliharaan kawasan Telaga Warna PT LDK mengeluarkan biaya sebesar Rp 120.000/tahun. b. Pemeliharaan mushola Dalam satu tahun untuk menjaga kebersihan mushola pihak pengelola mengeluarkan dana sebesar Rp 85.000 untuk membeli peralatan kebersiahan yang dibutuhkan seperti 2 buah sapu lantai senilai Rp 40.000, 1 buah lap pel lantai senilai 25.000 dan pembersih lantai sebesar Rp 20.000. c. Pemeliharaan MCK Rincian biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan MCK terdiri dari biaya untuk pembersih lantai dan sikat kamar mandi. Dalam satu tahun dibutuhkan biaya sebesar Rp. 240.000 untuk pembersih lantai sebanyak 12 botol sedangkan untuk sikat kamar mandi dibutukan biaya Rp 30.000 untuk
52
2 buah sikat kamar mandi. Total biaya pemeliharaan MCK Telaga Warna selama satu tahun adalah sebesar Rp 270.000. d. Pemeliharaan flying fox Flying fox merupakan permainan yang paling digemari pengunjung, oleh kerena itu untuk menjaga agar dapat selalu beroprasi dengan baik, dalam satu tahun PT LDK harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 720.000 untuk membeli 12 botol oli sebagai pelumas alat penggerek. 6.2.2.2 Biaya Sosial 1. Biaya rehabilitasi ekositem dan pembinaan satwa Biaya pengamanan sumberdaya meliputi biaya rehabilitasi ekosistem yang rusak dan pembinaan perilaku fauna yang menyimpan dari kondisi wajarnya. Total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 15.500.000 setiap tahunnya. 6.2.2.3 Penentuan Harga Bayangan Harga yang digunakan dalam analisis ekonomi adalah harga bayangan (shadow price) yang merupakan nilai tertinggi suatu produk atau faktor produksi dalam penggunaan alternatif terbaik (social opportunity cost). Berikut adalah harga bayangan yang digunakan dalam analisis ekonomi pengembangan TWA Telaga Warna oleh PT LDK: a. Harga bayangan lahan Harga bayangan lahan Menurut Gittinger (1989), bahwa harga bayangan lahan ditentukan dengan memakai nilai sewa. Berdasarkan peraturan yang menyangkut Ijin Usaha Pengusahaan Pariwisata Alam (IUPPA), untuk sewa lahan kawasan TWA Telaga Warna adalah sebesar Rp 2.000.000/ha selama 30 tahun berdasarkan kontrak pengusahaan pariwisata alam dengan pemerintah, sedangkan luas area yang digunakan sebesar blok pemanfaatan Telaga Warna yaitu seluas 2 ha. Sehingga harga ekonomi untuk sewa lahan per hektar pada kawasan TWA Telaga Warna adalah sebesar Rp 2.000.000/ha dalam waktu 30 tahun. b. Harga bayangan bahan-bahan bangunan Pengembangan kawasan TWA Telaga Warna diperlukan pembangunan yang memerlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu, kayu, besi dan
53
yang lainnya. Untuk bahan bangunan tersebut didekati melalui harga pasarnya karena harga yang ada di pasar domestik sudah mendekati pasar persaingan sempurna untuk bahan bangunan. c. Harga bayangan tenaga kerja Tenaga kerja yang diikutsertakan dalam pengembangan TWA Telaga Warna adalah tenaga kerja pria. Untuk upah tenaga kerja yang diberikan adalah sebesar Rp 600.000/bulan atau sekitar Rp 20.000/harinya. Dengan upah tenaga kerja sebesar Rp 20.000/hari, harga bayangan untuk tenaga kerjaa adalah sebesar Rp 30.000/hari yaitu berdasarkan opportunity cost masyarakat apabila bekerja di tempat lain sebagai buruh tani. d. Harga bayangan peralatan perawatan Peralatan yang digunakan dalam perawatan kawasan ini meliputi, sapu lidi, serokan, sikat, elap pel, pembersih lantai, pelumas dan sapu lantai. Dalam hal ini harga pasar digunakan untuk menentukan harga bayangan dari peralatan tersebut, karena harga peralatan yang ada pasar domestik mendekati persaingan sempurna dan tidak ada kebijakan pemerintah yang mengatur secara langsung harga peralatan. 6.2.3 Perhitungan Analisis Finansial dan Ekonomi Pada perhitungan analisis finansial dan ekonomi pengembangan TWA Telaga Warna diasumsikan pertumbuhan ekonomi berada pada keadaan normal dan stabil sehingga biaya- biaya yang dikeluarkan tetap jumlahnya hingga kontrak PT LDK berakhir yaitu sampai pada tahun 2032. Rata-rata manfaat dan biaya selama pengembangan yang dilakukan yaitu dari tahun 2003 sampai tahun 2032 disajikan pada Tabel 16.
54
Tabel 16 Rata-rata manfaat dan biaya proyek pengembangan TWA Telaga Warna per tahun Analisis kelayakan Analisis finansial
Komponen 1. Manfaat a. Manfaat privat 1. PT LDK
b. Nilai sisa
Analisis ekonomi
2. Biaya a. Biaya privat 1. Biaya investasi 2. Biaya tetap 3. Biaya variabel 1. Manfaat a. Manfaat privat 1. PT LDK b. Nilai sisa c. Manfaat sosial 1. Pemerintah 2. Masyarakat 3. Lingkungan 2. Biaya a. Biaya privat 1. Biaya investasi 2. Biaya tetap 3. Biaya variabel b. Biaya sosial 1.Biaya rehabilitasi ekosistem dan pembinaan satwa
Total
Rata-rata (Rp)
35.103.906.068
1.170.130.202
35.046.406.068 57.500.000 11.541.167.193
1.168.213.536 1.916.667 384.705.573
594.300.000 1.980.400.000 31.770.000 144.256.563.143
19.810.000 66.013.333 1.059.000 4.808.552.105
35.046.406.068 57.500.000
1.168.213.536 1.916.667
93.774.342.700 16.729.195.075 109.152.657.035 994.070.000
3.125.811.423 559.739.836 3.638.421.902 33.135.667
594.300.000 58.000.000 31.770.000
19.810.000 1.933.333 1.059.000
310.000.000
10.333.333
Sumber: Data Primer (2013)
Tabel 16 menunjukan bahwa, nilai manfaat total yang dihasilkan dalam analisis ekonomi nilainya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan analisis finansial. Hal tersebut dikarenakan pada analisis ekonomi tidak hanya memasukan komponen manfaat privat namun juga memasukan komponen manfaat sosial salah satunya terserapnya tenaga kerja. Selain itu jika dilihat dari segi biaya terdapat perbedaan yang cukup jauh pada biaya tetap. Hal tersebut dikarenakan pada analisis finansial, gaji tenaga kerja yang dianggap biaya, sedangkan pada analisis ekonomi dimasukan sebagai salah satu komponen manfaat sosial. Secara keseluruhan dari Tabel di atas masing-masing analisis memiiliki manfaat positif. Oleh karena itu, perlu dilihat kelayakan finansial dan ekonomi dari adanya pengembangan kawasan wisata oleh PT LDK. Hasil perhitungan analisis ekonomi disajikan pada Tabel 17.
55
Tabel 17 Analisis pengembangan TWA Telaga Warna Analisis kelayakan Analisis finansial
Analisis ekonomi
Parameter NPV Net B/C IRR NPV Net B/C IRR
Hasil 2.891.598.444 3,6 18% 28.059.682.700 61,81 61,71%
Standar layak >0 ≥1 >12% >0 ≥1 >12%
Sumber: Data Primer (2013)
Net Present Value (NPV) merupakan kriteria pertama yang digunakan untuk menentukan kelayakan finansial dalam pengembangan wisata TWA Telaga Warna. NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat suku bunga tertentu selama kegiatan wisata dijalankan. Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat bahwa kriteria kelayakan finansial dapat dipenuhi karena jika hasil perhitungan menghasilkan NPV>0 maka proyek layak untuk dilaksakan. Hasil perhitungan menunjukan dengan tingkat suku bunga sebesar 12%, nilai NPV yang dihasilkan dari kegiatan wisata di Kawasan TWA Telaga Warna lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 2.891.598.444. Nilai NPV tersebut mempunyai arti bahwa selama kegiatan wisata dilakukan yaitu selama 30 tahun akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 2.891.598.444. Kriteria kedua yang dipakai untuk menentukan kelayakan finansial adalah Net Benefit Cost Rasio. Net B/C merupakan kriteria yang digunakan untuk melihat perbandingan antara present value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah present value
f
. N
B/C ≥1
menunjukan bahwa kegiatan wisata layak dan dapat dilaksanakan. Tabel 17, menunjukan bahwa hasil perhitungan menghasilkan Net B/C sebesar 3,6 yang berarti dengan discount rate yang dipakai yaitu sebesar 12% present value dari benefit lebih besar daripada present value dari cost. Internal Rate of Return (IRR) digunakan menjadi salah satu kriteria dalam kelayakan ekonomi pengembangan TWA Telaga Warna karena dengan menggunakan IRR dapat diketahui batas untung dengan rugi yang ditunjukan oleh suku bunga maksimal yang menyebabkan nilai dari NPV=0. Berdasarkan Tabel 17, nilai IRR yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar 18% yang
56
berarti penerimaan bersih yang diperoleh akan bernilai nol berada pada tingkat suku bunga 18%. Karena nilai IRR yang didapat lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang berlaku maka pengembangan kegiata wisata alam Telaga Warna layak dinyatakan untuk dilaksanakan. Berdasarkan hasil perhitungan kriteria kelayakan finansial, semua NPV ≥ 0, N
B/C ≥ 1,
IRR ≥
diskonto atau suku bunga yang berlaku. Dengan demikian pengembangan TWA Telaga Warna yang dilakukan PT Lintas Daya Kreasi dinyatakan layak secara finansial atau menghasilkan keuntungan selama masa pengembangan. Selain kelayakan analisis finansial, pada penelitian ini dilakukan kelayakan pada analisis ekonomi untuk melihat perbandingan kelayakan kedua analisis tersebut. Hasil perhitungan menunjukan bahwa keuntungan yang dihasilkan dari analisis ekonomi nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan analisis finansial. Analisis ekonomi memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan analisis finansial. Hal ini dikarenakan pada analisis ekonomi tidak hanya memperhitungan manfaat dan biaya privat, namun juga memasukan komponen manfaat dan biaya sosial seperti gaji tenaga kerja pada analisis finansial dimasukan ke dalam biaya, namun pada analisis ekonomi dimasukan gaji tersebut dimasukan sebagai manfaat dari terserapnya tenaga kerja, hal tersebut cukup berpengaruh pada besarnya keuntungan yang dilihat dari sisi analisis ekonomi. Selain manfaat sosial, terdapat biaya sosial yang timbul dalam analisis ekonomi yaitu biaya kerugian dari adanya perubahan prilaku satwa namun hal tersebut tidak mempengaruhi kelayakan dari analisis ekonomi, karena manfaat yang timbul dalam analisis ekonomi khususnya manfaat sosial memiliki nilai yang jauh lebih besar. Pengembangan TWA Telaga Warna memberikan keuntungan yang besar, artinya kebutuhan dana pada kawasan konservasi dapat terpenuhi, karena semakin meningkatnya keuntugan maka dana untuk konservasi juga akan semakin meningkat.
57
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 1. Daya dukung kawasan TWA Telaga Warna adalah 4.125 orang per hari. Hasil ini menunjukan bahwa jumlah kunjungan wisatawan saat ini masih jauh berada di bawah daya dukung kawasan meskipun pada saat musim liburan sekolah. Artinya masih terdapat ruang untuk mengembangkan TWA Telaga Warna sesuai daya dukung kawasan. 2. Pengembangan kawasan TWA Telaga Warna oleh BKSDA yang bermitra dengan
PT
LDK
pengembangan
layak
TWA
secara
Telaga
finansial
Warna
dan
secara
ekonomi.
finansial
Artinya
memberikan
keuntungan bagi pihak ketiga, dan secara ekonomi pengembangan TWA Telaga Warna tidak mengganggu kelestarian ekosistem sekitar kawasan. Analisis ekonomi memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan analisis finansial karena pada analisis ekonomi upah tenaga kerja dianggap sebagai manfaat dari penyerapan tenaga kerja (manfaat sosial), sedangkan pada analisis finansial dianggap sebagai biaya yang harus dikeluarkan
pengelola.
Selain
itu,
pada
analisis
ekonomi
juga
memperhitungkan manfaat dan biaya sosial seperti dana konservasi dan rehabilitasi ekosistem dan pembinaan satwa yang tidak diperhitungkan dalam analisis finansial. 7.2 Saran 1. Pengembangan TWA Telaga Warna baik yang melibatkan pihak ketiga atau tidak harus memperhatikan daya dukung kawasan. Analisis finansial dan ekonomi yang sudah memperhitungkan daya dukung kawasan seperti kemitraan dengan PT LDK, dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk pengembangan selanjutnya. 2. Pengembangan wisata TWA Telaga Warna untuk kedepannya perlu juga memperhatikan preferensi pengunjung karena melihat potensi kawasan saat ini masih berada di bawah daya dukung kawasan. Menunjang hal tersebut,
58
tentunya diperlukan kerjasama antara Dinas Pariwisata dan BKSDA untuk meningkatkan promosi yang selama ini masih kurang agar pengembangan kawasan dapat memberikan hasil yang maksimal khususnya untuk kegiatan konservasi. 3. Dengan dilakukannya pengembangan kawasan wisata sejak tahun 2003 oleh PT LDK, telah menimbulkan dampak yang positif khususnya untuk pengelolaan kawasan. Hal ini diharapkan akan terus berkelanjutan sesuai pengembangan wisata yang dilakukan. Dengan demikian peluang BKSDA untuk bermitra dalam pengembangan kawasan selain PT LDK dapat menjadi
rekomendasi
selama
pengembangan
yang
dilakukan
memperhatikan daya dukung kawasan. 4. Penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian mengenai analisis daya dukung kawasan pengembangan TWA Telaga Warna dari segi aspek biologis dan sosial karena penelitian ini hanya melihat dari segi fisik yaitu berdasarkan kegiatan wisata yang dilakukan.
59
DAFTAR PUSTAKA [BKSDA] Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah 1 Bogor. 2003. Rencana Penguasahaan Pariwisata Alam Jangka Panjang Taman Wisata Alam Telaga Warna 2002-2032 Bogor. Cohen E. 1979. Towards a Sociology of International Tourism. Sosial Research 39. Cooper C, Fletcher J, David G, Stephen W. 1998. Tourism. Principles and Practice . New York: Addison Wesley Longman Publishing. Emilia F. 2009. Alternatif Pemanfaatan Danau bagi Pengembangan Wisata melalui Konsep Keberlanjutan Sumberdaya Perairan dan Perikanan di Danau Singkarak, Sumatera Barat [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia Press. Gray C, Simanjuak P, Sabur LK, Maspaitella PFL, Varley RCG. 1997. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Kementerian Kehutanan. 1990. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Alam Hayati dan Ekosistemnya. ____________________. Undang-Undang Nomor 394 Tahun 1979 tentang Penetapan Taman Wisata Alam Telaga Warna. Kementerian Lingkungan Hidup. 2009. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. __________________________. 2009. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah. Lary G. 1998. Privilangingthe Male Gaze: Gendered Tourism Landscapes. Annals of Tourism Research, Vol 27, No 4, pp. 884-905, 1998. Libosada C. 1998. Ecotourism in the Philippines. Makati City (PH): Bookmark. Mardalis. 2004. Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta (ID) : PT. Bumi Aksara. Marwa S. 2011. Studi Kelayakan Pengelolaan Wana Wisata Mantingan Kabupaten Rembang Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mulyana E. 2012. Studi Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan Agrowisata Bina Darma Manokwari Papua Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nazir. 2003. Metodologi Penelitian.Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
60
Nugroho I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan yang Berkelanjutan. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Peraturan Pemerintah. 1994. Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam. Prasetyo, Bambang, Lina MJ. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif (Teori dan Aplikasi). Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. Porteous, J.D. 1977. Environment and Behaviour. Planning and Everyday Urban Life. UK : Addison Wesley Publ. Co. Reading. Semet MA. 2012. Analisis Ekonomi Wisata Alam Berkelanjutan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja Manokwari Papua Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Siswantoro H. 2012. Kajian Daya Dukung Lingkungan Wisata Alam Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Kabupaten [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponogoro. Sumarwan. 2004. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran.PT Ghalia Indonesia. Jakarta Suwantoro G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta (ID): Andi. Wahyuningsih. 2001. Kumpulan Pedoman Pengembangan pariwisata Alam di Kawasan Hutan. Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi alam. Departemen Kehutanan. Widyaningrum, A. 2010. Analisis Persepsi dan Segmentasi Pengunjung terhadap Kawasan Wisata Alam di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Program Studi Manajemen Bisnis Sekolah Pascasarjana IPB Yfantidou G. 2008. Tourist Roles, Gender and Age in Greece: Astudy of Tourist in Greece. International Journal of Sport Management, Recreation, and Tourism. Vol. 1, pp. 14-30, 2008.
61
LAMPIRAN
62
Lampiran 1. Perhitungan Daya Dukung Kawasan TWA Telaga Warna berdasarkan Kegiatan Wisata yang dilakukan 1. Duduk Santai Luas area yang disediakan pengelola : a. Shelter 5 buah yang masing-masing dapat memuat 6 orang untuk setiap shelter b. Tempat duduk kayu yang tersebar di seluruh kawasan, yang dapat memuat 22 pengunjung c. Gazebo 10 buah yang masing-masing dapat memuat 8 orang untuk setiap gazebo d. Ruang terbuka hijau 20 m² e. Rata-rata luas yang dibutuhkan individu di ruang terbuka hijau
: 1 m²
f. Waktu yang disediakan pengelola
: 9 jam (540 menit/hari)
g. Rata-rata waktu yang dibutuhkan individu
: 1,5 jam (90 menit)
Daya dukung per kegiatan
= 152 orang /hari
Koefesien rotasi
=
=9
Daya dukung kawasan per hari = 152
9
= 1368 orang/hari 2. Flying fox a. Luas area yang disediakan pengelola
: 150 m²
b. Rata rata luas yang dibutuhkan individu
: 150 m²
c. Waktu yang disediakan pengelola
: 8 jam (480 menit/hari)
d. Waktu yang dibutuhkan individu
: 15 menit/orang
Daya dukung per kegiatan Koefesien rotasi Daya dukung kawasan per hari
=
= 48 1 48
= 48 orang/hari
63
3. Berperahu a. Luas area yang disediakan pengelola : 7165 m² (Luas Danau) - Terdapat 2 perahu masing-masing dapat memuat maksimal 6 orang b. Waktu yang disediakan pihak pengelola : 8 jam (480 menit/hari) c. Waktu yang dibutuhkan individu
: 20 menit
Daya dukung per kegiatan
12 orang/hari
Koefesien rotasi
=
= 24
Daya dukung kawasan per hari
= 12 = 288 orang/hari
4. Jalan santai a. Luas area yang disediakan pemgelola
: 800 m²
b. Rata-rata luas yang dibutuhkan individu
: 5 m²
c. Waktu yang disediakan pihak pengelola
: 9 jam (540 menit/hari)
d. Rata-rata yang dibutuhkan individu
: 30 menit
Daya dukung per kegiatan
=
266 orang/hari
Koefesien rotasi
=
=9
Daya dukung kawasan per hari = 266
18
= 2394 orang/hari 5. Fotografi a. Luas area yang disediakan pengelola: seluruh kawasan b. Luas yang sering digunakan
: pojok kiri danau 20 m
c. Rata-rata luas yang dibutuhkan per kelompok : 4m /orang d. Waktu yang disediakan pihak pengelola
: 9 jam (540 menit/hari)
e. Waktu yang dibutuhkan individu
: 3 jam (180 menit)
Daya dukung per kegiatan Koefesien rotasi
=
=3
Daya dukung kawasan per hari = 1 3 =15 orang atau 3 kali aktifitas kelompok/hari
64
6. Pengamatan fauna a. Luas area yang disediakan pengelola: seluruh kawasan b. Luas yang sering digunakan
: - pojok kiri danau 20 m² - pojok kanan danau 10 m² - samping pusat Informasi 20 m² - samping jalan setapak 10 m²
c. Rata-rata luas yang dibutuhkan individu: 5 m² d. Waktu yang disediakan pengelola
: 9 jam (540 menit/hari)
e. Waktu yang dibutuhkan individu
: 9 jam (540 menit)
Daya dukung per kegiatan
=
Koefesien rotasi
=
Daya dukung kawasan per hari = 12
orang/hari =1 1
= 12 orang/hari
A. INFLOW (Manfaat) a. Manfaat Privat a.1 Investor (PT LDK) a.1.1 Paket wisata a.1.2 Penyewaan gazebo a.1.3 Flying Fox a.1.4 Perahu Nilai Sisa Total Inflow B. OUTLOW (Biaya) a. Biaya Privat a.1 Biaya Investasi a.1.1 Pembuatan tangga batu masuk kawasan a.1.2 Penataan lahan parkir a.1.3 Pos jaga telaga warna a.1.4 Pusat informasi a.1.5 Mushola a.1.6 MCK a.1.7 Gazebo (10 buah) a.1.8 Selter (3 buah) a.1.9 Papan petunjuk, papan arah, papan informasi a.1.10 Bilbord potensi kawasan a.1.11 Pembuatan jalan setapak a.1.12 Tempat sampah a.1.13 Pembuatan perahu a.1.14 Pembuatan flying fox Total Biaya Investasi a.2 Biaya Tetap a.2.1 Listrik a.2.2 Sewa lahan a.2.3 Gaji tenaga kerja Total Biaya Tetap a.3 Biaya Variabel a.3.1 Biaya pemeliharaan kawasan a.3.2 Biaya pemeliharaan mushola a.3.3 Biaya pemeliharaan MCK a.3.4 Pemeliharaan flying Fox Total Biaya Pemeliharaan Total Outflow Net Benefit DF 12 % PV 21.600.000 23.400.000
21.600.000 23.400.000 200.000 85.000 270.000 555.000 23.955.000 -23.955.000 2,773 -66.429.102
200.000 85.000 270.000 555.000 199.255.000 -199.255.000 3,106 -618.855.785
200.000 85.000 270.000 555.000 23.955.000 -23.955.000 2,476 -59.311.698
1.800.000
-
1.800.000
-
30.000.000 15.000.000 15.000.000 30.000.000 20.000.000 10.000.000 15.000.000 16.000.000 10.000.000 10.000.000 300.000 171.300.000
-
2005 3
1.800.000 4.000.000 21.600.000 27.400.000
-
2004 2
-
2003 1
200.000 85.000 270.000 555.000 23.955.000 -23.955.000 2,211 -52.956.873
21.600.000 23.400.000
1.800.000
-
-
2006 4
200.000 85.000 270.000 555.000 23.955.000 -23.955.000 1,974 -47.282.922
21.600.000 23.400.000
1.800.000
-
-
2007 5
300.000 300.000
-
2008 6
200.000 85.000 270.000 555.000 24.255.000 -24.255.000 1,762 -42.745.598
21.600.000 23.400.000
1.800.000
Lampiran 3. Analisis Finansial Pengembangan TWA Telaga Warna Tahun 2013-2032
200.000 85.000 270.000 555.000 23.955.000 -23.955.000 1,574 -37.693.656
21.600.000 23.400.000
1.800.000
-
-
2009 7
200.000 85.000 270.000 555.000 23.955.000 -23.955.000 1,405 -33.655.050
21.600.000 23.400.000
1.800.000
-
-
2010 8
200.000 85.000 270.000 555.000 52.755.000 -52.755.000 1,254 -66.175.872
50.400.000 52.200.000
1.800.000
-
-
2011 9
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 150.475.000 -76.075.000 1,120 -85.204.000
50.400.000 52.200.000
1.800.000
50.000.000 7.000.000 40.000.000 97.000.000
22.500.000 750.000 50.400.000 750.000 74.400.000
2012 10
65
65
A. INFLOW (Manfaat) a. Manfaat Privat a.1 Investor (PT LDK) a.1.1 Paket wisata a.1.2 Penyewaan gazebo a.1.3 Flying Fox a.1.4 Perahu Nilai Sisa Total Inflow B. OUTLOW (Biaya) a. Biaya Privat a.1 Biaya Investasi a.1.1 Pembuatan tangga batu masuk kawasan a.1.2 Penataan lahan parkir a.1.3 Pos jaga telaga warna a.1.4 Pusat informasi a.1.5 Mushola a.1.6 MCK a.1.7 Gazebo (10 buah) a.1.8 Selter (3 buah) a.1.9 Papan petunjuk, papan arah, papan informasi a.1.10 Bilbord potensi kawasan a.1.11 Pembuatan jalan setapak a.1.12 Tempat sampah a.1.13 Pembuatan perahu a.1.14 Pembuatan flying fox Total Biaya Investasi a.2 Biaya Tetap a.2.1 Listrik a.2.2 Sewa lahan a.2.3 Gaji tenaga kerja Total Biaya Tetap a.3 Biaya Variabel a.3.1 Biaya pemeliharaan kawasan a.3.2 Biaya pemeliharaan mushola a.3.3 Biaya pemeliharaan MCK a.3.4 Pemeliharaan flying Fox Total Biaya Pemeliharaan Total Outflow Net Benefit DF 12 % PV 24.806.250 924.555 73.032.120 1.173.425 99.936.350
7.000.000 7.000.000 1.800.000 71.972.460 73.772.460 200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 82.047.460 17.888.890 0,893 15.972.223
10.000.000 16.000.000 10.000.000 300.000 36.300.000 1.800.000 60.228.000 62.028.000 200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 99.603.000 -14.048.000 1,000 -14.048.000
2014 12
23.625.000 769.500 60.228.000 932.500 85.555.000
2013 11
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 89.082.090 29.389.902 0,797 23.429.450
86.007.090 87.807.090
1.800.000
-
26.046.563 1.127.000 89.805.971 1.492.458 118.471.992
2015 13
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 112.853.472 29.684.143 0,712 21.128.587
102.778.472 104.578.472
1.800.000
7.000.000 7.000.000
27.348.891 1.392.681 111.880.077 1.915.966 142.537.615
2016 14
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 125.895.274 48.079.534 0,636 30.555.413
122.820.274 124.620.274
1.800.000
-
28.716.335 1.742.819 141.036.384 2.479.271 173.974.808
2017 15
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 219.645.228 (4.395.860) 0,567 -2.494.329
146.770.228 148.570.228
1.800.000
15.000.000 7.500.000 7.500.000 15.000.000 5.000.000 7.500.000 5.000.000 300.000 7.000.000 69.800.000
30.152.152 2.205.834 179.661.689 3.229.692 215.249.367
2018 16
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 178.465.422 91.198.010 0,507 46.203.750
175.390.422 177.190.422
1.800.000
-
31.659.760 2.819.798 230.953.244 4.230.631 269.663.433
2019 17
Lampiran 3 Lanjutan. Analisis Finansial Pengembangan TWA Telaga Warna Tahun 2013-2032
66
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 219.666.554 121.973.190 0,452 55.174.477
209.591.554 211.391.554
1.800.000
7.000.000 7.000.000
33.242.747 3.635.709 299.194.257 5.567.030 341.639.744
2020 18
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 253.536.908 183.565.631 0,404 74.139.080
250.461.908 252.261.908
1.800.000
-
34.904.885 4.721.889 390.123.060 7.352.705 437.102.539
2021 19
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 369.376.980 194.610.968 0,361 70.178.666
299.301.980 301.101.980
1.800.000
50.000.000 7.000.000 10.000.000 67.000.000
36.650.129 6.169.871 511.427.794 9.740.153 563.987.948
2022 20
66
A. INFLOW (Manfaat) a. Manfaat Privat a.1 Investor (PT LDK) a.1.1 Paket wisata a.1.2 Penyewaan gazebo a.1.3 Flying Fox a.1.4 Perahu Nilai Sisa Total Inflow B. OUTLOW (Biaya) a. Biaya Privat a.1 Biaya Investasi a.1.1 Pembuatan tangga batu masuk kawasan a.1.2 Penataan lahan parkir a.1.3 Pos jaga telaga warna a.1.4 Pusat informasi a.1.5 Mushola a.1.6 MCK a.1.7 Gazebo (10 buah) a.1.8 Selter (3 buah) a.1.9 Papan petunjuk, papan arah, papan informasi a.1.10 Bilbord potensi kawasan a.1.11 Pembuatan jalan setapak a.1.12 Tempat sampah a.1.13 Pembuatan perahu a.1.14 Pembuatan flying fox Total Biaya Investasi a.2 Biaya Tetap a.2.1 Listrik a.2.2 Sewa lahan a.2.3 Gaji tenaga kerja Total Biaya Tetap a.3 Biaya Variabel a.3.1 Biaya pemeliharaan kawasan a.3.2 Biaya pemeliharaan mushola a.3.3 Biaya pemeliharaan MCK a.3.4 Pemeliharaan flying Fox Total Biaya Pemeliharaan Total Outflow Net Benefit DF 12 % PV PV Positif PV Negatif NPV IRR Net B/C 40.406.767 10.683.475 889.869.279 17.207.172 958.166.693
7.000.000 7.000.000 1.800.000 427.410.709 429.210.709 200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 437.485.709 520.680.984 0,287 149.683.341
10.000.000 16.000.000 10.000.000 300.000 36.300.000 1.800.000 357.665.866 359.465.866 200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 397.040.866 335.887.057 0,322 108.146.643 4.001.909.000 -1.110.310.556 2.891.598.444 18% 3,604315008
2024 22
38.482.636 8.102.294 673.409.283 12.933.710 732.927.923
2023 21
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 513.830.798 744.958.011 0,257 191.212.167
510.755.798 512.555.798
1.800.000
-
42.427.106 14.133.577 1.179.300.715 22.927.411 1.258.788.809
2025 23
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 620.428.178 1.039.936.538 0,229 238.326.614
610.353.178 612.153.178
1.800.000
7.000.000 7.000.000
44.548.461 18.747.599 1.566.482.635 30.586.022 1.660.364.717
2026 24
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 732.447.048 1.464.708.770 0,205 299.708.434
729.372.048 731.172.048
1.800.000
-
46.775.884 24.920.820 2.084.617.390 40.841.724 2.197.155.818
2027 25
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 881.974.597 2.033.094.652 0,183 371.438.792
871.599.597 873.399.597
1.800.000
300.000 7.000.000 7.300.000
49.114.678 33.182.888 2.778.194.496 54.577.188 2.915.069.250
2028 26
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 1.044.636.519 2.830.980.751 0,163 461.794.285
1.041.561.519 1.043.361.519
1.800.000
-
51.570.412 44.243.508 3.706.828.177 72.975.174 3.875.617.270
2029 27
Lampiran 3 Lanjutan. Analisis Finansial Pengembangan TWA Telaga Warna Tahun 2013-2032
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 1.254.741.015 3.906.481.826 0,146 568.956.971
1.244.666.015 1.246.466.015
1.800.000
7.000.000
7.000.000
54.148.933 59.053.661 4.950.399.687 97.620.561 5.161.222.841
2030 28
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 1.490.450.888 5.391.836.088 0,130 701.152.155
1.487.375.888 1.489.175.888
1.800.000
-
56.856.379 78.845.517 6.615.948.007 130.637.072 6.882.286.976
2031 29
200.000 85.000 270.000 720.000 1.275.000 1.847.489.186 5.092.297.790 0,116 591.250.283
1.777.414.186 1.779.214.186
1.800.000
50.000.000 7.000.000 10.000.000 67.000.000
56.856.379 78.845.517 6.615.948.007 130.637.072 57.500.000 6.939.786.976
2032 30
67
67
A. INFLOW (Manfaat) a. Manfaat Privat a.1 Investor (PT LDK) a.1.1 Paket wisata a.1.2 Penyewaan gazebo a.1.3 Flying Fox a.1.4 Perahu Total Manfaat Privat b. Manfaat Sosial a.1 Pemerintah a.1.1 Karcis masuk a.1.2 Parkir kendaraan roda dua a.1.3 Parkir kendaraan roda empat a.2 Masyarakat a.2.1 Terserapnya tenaga kerja a.2.2 Peningkatan pendapatan pedagang di dalam kawasan a.3 Lingkungan a.3.1 Dana untuk konservasi Total Manfaat Sosial Nilai sisa Total Inflow B. OUTLOW (Biaya) a. Biaya Privat a.1 Biaya Investasi a.1.1 Pembuatan tangga batu masuk kawasan a.1.2 Penataan lahan parkir a.1.3 Pos jaga telaga warna a.1.4 Pusat informasi a.1.5 Mushola a.1.6 MCK a.1.7 Gazebo (10 buah) a.1.8 Selter (3 buah) a.19. Papan petunjuk, papan arah, papan informasi 1.1.10 Billbord potensi kawasan a.1.11 Pembuatan jalan setapak a.1.12 Tempat sampah a.1.13 Pembuatan perahu a.1.14 Pembuatan flying fox a.2 Biaya Tetap a.2.1 Listrik a.2.2 Sewa Lahan a.3 Biaya Variabel a.3.1 Biaya pemeliharaan kawasan a.3.2 Biaya pemeliharaan Mushola a.3.3 Biaya pemeliharaan MCK a.3.4 Pemeliharaan flying Fox Total Biaya Privat b. Biaya Sosial a.1 Biaya rehabilitasi ekosistem dan pembinaan satwa Total Biaya Sosial Total Outflow Net Benefit DF 12 % PV 342.400 61.986.000 61.986.000
342.400 40.386.000 40.386.000
1.800.000
200.000 85.000 270.000 2.355.000 2.355.000 59.631.000 2,773 165.361.459
1.800.000 4.000.000 200.000 85.000 270.000 177.655.000 177.655.000 (137.269.000) 3,106 (426.336.678)
-
32.400.000 21.600.000
32.400.000 -
30.000.000 15.000.000 15.000.000 30.000.000 20.000.000 10.000.000 15.000.000 16.000.000 10.000.000 10.000.000 300.000 -
6.505.600 1.103.000 35.000
-
2004 2
6.505.600 1.103.000 35.000
-
2003 1
Lampiran 4. Analisis Ekonomi Pengembangan TWA Telaga Warna Tahun 2013-2032
68
2.355.000 71.805.000 2,476 177.786.536
200.000 85.000 270.000 2.355.000
1.800.000
-
874.250 74.160.000 74.160.000
32.400.000 21.600.000
16.610.750 2.565.000 110.000
-
2005 3
2.355.000 88.916.000 2,211 196.564.948
200.000 85.000 270.000 2.355.000
1.800.000
-
1.564.850 91.271.000 91.271.000
32.400.000 21.600.000
29.732.150 5.881.000 93.000
-
2006 4
2.355.000 90.859.000 1,974 179.339.555
200.000 85.000 270.000 2.355.000
1.800.000
-
1.666.000 93.214.000 93.214.000
32.400.000 21.600.000
31.654.000 5.754.000 140.000
-
2007 5
2.655.000 93.762.000 1,762 165.240.681
200.000 85.000 270.000 2.655.000
1.800.000
300.000 -
1.825.150 96.417.000 96.417.000
32.400.000 21.600.000
34.677.850 5.713.000 201.000
-
2008 6
2.355.000 120.647.000 1,574 189.840.390
200.000 85.000 270.000 2.355.000
1.800.000
-
2.978.750 123.002.000 123.002.000
32.400.000 21.600.000
56.596.250 9.080.000 347.000
-
2009 7
2.355.000 149.212.000 1,405 209.632.117
200.000 85.000 270.000 2.355.000
1.800.000
-
4.240.150 151.567.000 151.567.000
32.400.000 21.600.000
80.562.850 12.213.000 551.000
-
2010 8
2.355.000 242.617.000 1,254 304.338.765
200.000 85.000 270.000 2.355.000
1.800.000
-
6.726.300 244.972.000 244.972.000
75.600.000 21.600.000
127.799.700 11.761.000 1.485.000
-
2011 9
100.075.000 179.520.000 1,120 201.062.400
200.000 85.000 270.000 720.000 100.075.000
1.800.000
50.000.000 7.000.000 40.000.000
4.984.000 205.195.000 279.595.000
75.600.000 21.600.000
94.696.000 7.084.000 1.231.000
22.500.000 750.000 50.400.000 750.000 74.400.000
2012 10
68
A. INFLOW (Manfaat) a. Manfaat Privat a.1 Investor (PT LDK) a.1.1 Paket wisata a.1.2 Penyewaan gazebo a.1.3 Flying Fox a.1.4 Perahu Total Manfaat Privat b. Manfaat Sosial a.1 Pemerintah a.1.1 Karcis masuk a.1.2 Parkir kendaraan roda dua a.1.3 Parkir kendaraan roda empat a.2 Masyarakat a.2.1 Tersarapnya tenaga kerja a.2.2 Peningkatan pendapatan pedagang di dalam kawasan a.3 Lingkungan a.3.1 Dana untuk konservasi Total Manfaat Sosial Nilai sisa Total Inflow B. OUTLOW (Biaya) a. Biaya Privat a.1 Biaya Investasi a.1.1 Pembuatan tangga batu masuk kawasan a.1.2 Penataan lahan parkir a.1.3 Pos jaga telaga warna a.1.4 Pusat informasi a.1.5 Mushola a.1.6 MCK a.1.7 Gazebo (10 buah) a.1.8 Selter (3 buah) a.19. Papan petunjuk, papan arah, papan informasi 1.1.10 Billbord potensi kawasan a.1.11 Pembuatan jalan setapak a.1.12 Tempat sampah a.1.13 Pembuatan perahu a.1.14 Pembuatan flying fox a.2 Biaya Tetap a.2.1 Listrik a.2.2 Sewa lahan a.3 Biaya Variabel a.3.1 Biaya pemeliharaan kawasan a.3.2 Biaya pemeliharaan mushola a.3.3 Biaya pemeliharaan MCK a.3.4 Pemeliharaan flying fox Total Biaya Privat b. Biaya Sosial a.1 Biaya rehabilitasi ekosistem dan pembinaaan satwa Total Biaya Sosial Total Outflow Net Benefit DF 12 % PV 24.806.250 924.555 73.032.120 1.173.425 99.936.350
149.860.600 7.900.000 2.214.000 107.958.690 23.814.000 7.887.400 299.634.690 399.571.040
7.000.000 1.800.000
200.000 85.000 270.000 720.000 10.075.000 15.500.000 15.500.000 25.575.000 373.996.040 0,893 333.925.036
118.444.100 7.479.000 1.651.000 90.342.000 22.680.000 6.233.900 246.830.000 332.385.000
10.000.000 16.000.000 10.000.000 300.000 1.800.000
200.000 85.000 270.000 720.000 39.375.000 15.500.000 15.500.000 54.875.000 277.510.000 1,000 277.510.000
2014 12
23.625.000 769.500 60.228.000 932.500 85.555.000
2013 11
15.500.000 15.500.000 18.575.000 466.795.326 0,797 372.126.376
200.000 85.000 270.000 720.000 3.075.000
1.800.000
-
10.078.200 366.898.335 485.370.326
129.010.635 25.004.700
191.485.800 8.350.000 2.969.000
26.046.563 1.127.000 89.805.971 1.492.458 118.471.992
2015 13
2016 14
15.500.000 15.500.000 25.575.000 569.991.259 0,712 405.708.519
200.000 85.000 270.000 720.000 10.075.000
1.800.000
7.000.000 -
12.989.600 453.028.643 595.566.259
154.167.708 26.254.935
246.802.400 8.833.000 3.981.000
27.348.891 1.392.681 111.880.077 1.915.966 142.537.615
Lampiran 4 Lanjutan. Analisis Ekonomi Pengembangan TWA Telaga Warna Tahun 2013-2032
15.500.000 15.500.000 18.575.000 719.187.902 0,636 457.056.913
200.000 85.000 270.000 720.000 3.075.000
1.800.000
-
16.864.900 563.788.093 737.762.902
184.230.411 27.567.682
320.433.100 9.353.000 5.339.000
28.716.335 1.742.819 141.036.384 2.479.271 173.974.808
2017 15
15.500.000 15.500.000 88.375.000 833.688.775 0,567 473.057.400
200.000 85.000 270.000 720.000 72.875.000
1.800.000
15.000.000 7.500.000 7.500.000 15.000.000 5.000.000 7.500.000 5.000.000 300.000 7.000.000 -
22.031.950 706.814.407 922.063.775
220.155.342 28.946.066
418.607.050 9.914.000 7.160.000
30.152.152 2.205.834 179.661.689 3.229.692 215.249.367
2018 16
15.500.000 15.500.000 18.575.000 1.143.294.435 0,507 579.228.541
200.000 85.000 270.000 720.000 3.075.000
1.800.000
-
28.930.000 892.206.002 1.161.869.435
263.085.633 30.393.369
549.670.000 10.526.000 9.601.000
31.659.760 2.819.798 230.953.244 4.230.631 269.663.433
2019 17
15.500.000 15.500.000 25.575.000 1.449.368.113 0,452 655.620.529
200.000 85.000 270.000 720.000 10.075.000
1.800.000
7.000.000 -
38.146.600 1.133.303.369 1.474.943.113
314.387.332 31.913.038
724.785.400 11.196.000 12.875.000
33.242.747 3.635.709 299.194.257 5.567.030 341.639.744
2020 18
15.500.000 15.500.000 18.575.000 1.866.352.090 0,404 753.788.306
200.000 85.000 270.000 720.000 3.075.000
1.800.000
-
50.470.950 1.447.824.551 1.884.927.090
375.692.861 33.508.689
958.948.050 11.938.000 17.266.000
34.904.885 4.721.889 390.123.060 7.352.705 437.102.539
2021 19
15.500.000 15.500.000 85.575.000 2.337.690.041 0,361 842.994.464
200.000 85.000 270.000 720.000 70.075.000
1.800.000
50.000.000 7.000.000 10.000.000
66.961.050 1.859.277.093 2.423.265.041
448.952.969 35.184.124
1.272.259.950 12.766.000 23.153.000
36.650.129 6.169.871 511.427.794 9.740.153 563.987.948
2022 20
69
69
A. INFLOW (Manfaat) a. Manfaat Privat a.1 Investor (PT LDK) a.1.1 Paket wisata a.1.2 Penyewaan gazebo a.1.3 Flying Fox a.1.4 Perahu Total Manfaat Privat b. Manfaat Sosial a.1 Pemerintah a.1.1 Karcis masuk a.1.2 Parkir kendaraan roda dua a.1.3 Parkir kendaraan roda empat a.2 Masyarakat a.2.1 Terserapnya tenaga kerja a.2.2 Peningkatan pendapatan pedagang di dalam kawasan a.3 Lingkungan a.3.1 Dana untuk konservasi Total Manfaat Sosial Nilai sisa Total Inflow B. OUTLOW (Biaya) a. Biaya Privat a.1 Biaya Investasi a.1.1 Pembuatan tangga batu masuk kawasan a.1.2 Penataan lahan parkir a.1.3 Pos jaga telaga warna a.1.4 Pusat informasi a.1.5 Mushola a.1.6 MCK a.1.7 Gazebo (10 buah) a.1.8 Selter (3 buah) a.19. Papan petunjuk, papan arah, papan informasi 1.1.10 Billbord potensi kawasan a.1.11 Pembuatan jalan setapak a.1.12 Tempat sampah a.1.13 Pembuatan perahu a.1.14 Pembuatan flying fox a.2 Biaya Tetap a.2.1 Listrik a.2.2 Sewa lahan a.3 Biaya Variabel a.3.1 Biaya pemeliharaan kawasan a.3.2 Biaya pemeliharaan Mushola a.3.3 Biaya pemeliharaan MCK a.3.4 Pemeliharaan Flying Fox Total Biaya Privat b. Biaya Sosial a.1 Biaya rehabilitasi ekosistem dan pembinaan satwa Total Biaya Sosial Total Outflow Net Benefit DF 12 % PV PV Positif PV Negatif NPV IRR Net B/C 40.406.767 10.683.475 889.869.279 17.207.172 958.166.693
2.253.334.450 14.771.000 41.636.000 641.116.064 38.790.497 118.596.550 3.108.244.561 4.066.411.254
7.000.000 1.800.000
200.000 85.000 270.000 720.000 10.075.000 15.500.000 15.500.000 25.575.000 4.040.836.254 0,287 1.161.643.864
1.691.673.550 13.701.000 31.049.000 536.498.798 36.943.330 89.035.450 2.398.901.129 3.131.829.051
10.000.000 16.000.000 10.000.000 300.000 1.800.000
200.000 85.000 270.000 720.000 39.375.000 15.500.000 15.500.000 54.875.000 3.076.954.051 0,322 990.696.855 28.486.019.377 (426.336.678) 28.059.682.700 61,71% 66,81578402
2024 22
38.482.636 8.102.294 673.409.283 12.933.710 732.927.923
2023 21
Lampiran 4 lanjutan. Analisis Ekonomi Pengembangan TWA Telaga Warna Tahun 2013-2032
70
15.500.000 15.500.000 18.575.000 5.282.802.527 0,257 1.355.963.830
200.000 85.000 270.000 720.000 3.075.000
1.800.000
-
158.194.000 4.042.588.718 5.301.377.527
766.133.697 40.730.021
3.005.686.000 16.011.000 55.834.000
42.427.106 14.133.577 1.179.300.715 22.927.411 1.258.788.809
2025 23
15.500.000 15.500.000 25.575.000 6.910.413.007 0,229 1.583.688.304
200.000 85.000 270.000 720.000 10.075.000
1.800.000
7.000.000 -
211.249.150 5.275.623.290 6.935.988.007
915.529.767 42.766.523
4.013.733.850 17.470.000 74.874.000
44.548.461 18.747.599 1.566.482.635 30.586.022 1.660.364.717
2026 24
15.500.000 15.500.000 18.575.000 9.084.112.739 0,205 1.858.789.446
200.000 85.000 270.000 720.000 3.075.000
1.800.000
-
282.347.700 6.905.531.921 9.102.687.739
1.094.058.072 44.904.849
5.364.606.300 19.209.000 100.406.000
46.775.884 24.920.820 2.084.617.390 40.841.724 2.197.155.818
2027 25
15.500.000 15.500.000 25.875.000 11.952.507.737 0,183 2.183.678.476
200.000 85.000 270.000 720.000 10.375.000
1.800.000
300.000 7.000.000 -
377.640.350 9.063.313.487 11.978.382.737
1.307.399.396 47.150.091
7.175.166.650 21.313.000 134.644.000
49.114.678 33.182.888 2.778.194.496 54.577.188 2.915.069.250
2028 26
15.500.000 15.500.000 18.575.000 15.780.814.144 0,163 2.574.192.628
200.000 85.000 270.000 720.000 3.075.000
1.800.000
-
505.375.250 11.923.771.874 15.799.389.144
1.562.342.278 49.507.596
9.602.129.750 23.859.000 180.558.000
51.570.412 44.243.508 3.706.828.177 72.975.174 3.875.617.270
2029 27
15.500.000 15.500.000 25.575.000 20.856.068.840 0,146 3.037.568.401
200.000 85.000 270.000 720.000 10.075.000
1.800.000
7.000.000
676.610.250 15.720.420.998 20.881.643.840
1.866.999.023 51.982.975
12.855.594.750 27.105.000 242.129.000
54.148.933 59.053.661 4.950.399.687 97.620.561 5.161.222.841
2030 28
15.500.000 15.500.000 18.575.000 27.628.754.932 0,130 3.592.831.967
200.000 85.000 270.000 720.000 3.075.000
1.800.000
-
906.177.950 20.765.042.956 27.647.329.932
2.231.063.832 54.582.124
17.217.381.050 31.143.000 324.695.000
56.856.379 78.845.517 6.615.948.007 130.637.072 6.882.286.976
2031 29
15.500.000 15.500.000 85.575.000 27.619.254.932 0,116 3.206.782.670
200.000 85.000 270.000 720.000 70.075.000
1.800.000
50.000.000 7.000.000 10.000.000
906.177.950 20.765.042.956 57.500.000 27.704.829.932
2.231.063.832 54.582.124
17.217.381.050 31.143.000 324.695.000
56.856.379 78.845.517 6.615.948.007 130.637.072 6.882.286.976
2032 30
70
71
Lampiran 5. Foto Kawasan Taman Wisata Alam Telaga Warna
Jalan Masuk Menuju Kawasan
Fasilitas Tempat duduk
Permainan Flying Fox
Perahu
Selter yang disediakan pengelola
Gazebo
72
72
Lampiran 5. Lanjutan
Ruang Terbuka Hijau
Spot Pra Wedding
Danau Telaga Warna
Kondisi Toilet
Spot Pengamatan Fauna
Penyimpangan perilaku satwa 1
Pusat Informasi
Penyimpangan perilaku satwa 2
73
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 1 Juni 1991. Penulis merupakan putri sulung dari dua bersaudara pasangan Bapak Udin Aryawan dan Ibu Ernawati. Pada tahun 2009, penulis menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 2 Bogor. Pada tahun yang sama, penulis diterima masuk Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) , dan pada tahun 2010 masuk pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis terlibat dalam berbagai kepanitiaan dan menjadi anggota Resources and Environmental Economics Student Association ( REESA). Selama menempuh studi, penulis mendapatkan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) pada tahun 2011-2013.