NILAI DAN MANFAAT EKONOMI PENGEMBANGAN TAMAN WISATA ALAM BAGI KONSERVASI DAN MASYARAKAT SEKITAR (Studi Kasus Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat)
MUHAMMAD RIFKI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Nilai dan Manfaat Ekonomi Pengembangan Taman Wisata Alam bagi Konservasi dan Masyarakat Sekitar (Studi Kasus Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat)”, adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2013
Muhammad Rifki NIM. H44090003
RINGKASAN SKRIPSI Taman Wisata Alam Rimbo Panti merupakan kawasan wisata yang dikembangkan sebagai penyangga Cagar Alam Rimbo Panti. Taman wisata alam ini memiliki beberapa atraksi wisata yang sebagian besar masih open access. Kondisi ini mengakibatkan penilaian yang rendah terhadap sumberdaya alam yang dijadikan objek wisata dan berpotensi terjadinya penumpukan pengunjung yang dapat membahayakan kelestarian cagar alam. Oleh karena itu, penting dikaji apakah pengembangan Taman Wisata Alam Rimbo Panti memiliki nilai dan manfaat ekonomi bagi konservasi cagar alam dan masyarakat sekitar. Valuasi ekonomi dengan Travel Cost Method (TCM) dan analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata Taman Wisata Alam Rimbo Panti perlu dilakukan untuk melihat pentingnya keberadaan taman wisata alam ini. Segmentasi wisata dan penetapan tarif sesuai Willingness To pay (WTP) pengunjung di tiap segmen perlu dikaji untuk memecah konsentrasi pengunjung dan menghasilkan dana konservasi. Hasil
penelitian menunjukkan nilai
ekonomi
wisata sebesar Rp.
7.026.843.750 dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata di Taman
Wisata Alam Rimbo Panti adalah jarak tempuh, lama mengetahui kawasan, jumlah tanggungan, serta usia yang berpengaruh secara signifikan. Manfaat ekonomi dari wisata di Taman Wisata Alam Rimbo Panti bagi masyarakat berupa penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan. Pemilik penginapan mengalami peningkatan pendapatan terbesar, yaitu dari Rp. 4.500.000 menjadi Rp. 8.000.000, bahkan bagi penjaga kolam pemandian pendapatan dari wisata merupakan pendapatan utama. Manfaat bagi konservasi adalah menurunnya tekanan pengunjung terhadap Taman Wisata Alam Rimbo Panti yang berarti mengurangi potensi ancaman bagi kelestarian cagar alam. penurunan pengunjung tersebut justru dapat meningkatkan pendapatan pengelola. Estimasi pendapatan dengan penetapan tiket di tiap segmen wisata akan meningkatkan pendapatan pengelola dari Rp. 88.180.000 menjadi Rp. 283.305.998 yang dapat dialokasikan untuk dana konservasi cagar alam.
ABSTRAK MUHAMMAD RIFKI. Nilai dan Manfaat Ekonomi Pengembangan Taman Wisata Alam bagi Konservasi dan Masyarakat Sekitar (Studi Kasus Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat). Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA. Taman Wisata Alam Rimbo Panti merupakan kawasan wisata yang dikembangkan sebagai penyangga Cagar Alam Rimbo Panti. Taman wisata alam ini memiliki beberapa atraksi wisata yang sebagian besar masih open access. Kondisi ini mengakibatkan penilaian yang rendah terhadap sumberdaya alam yang dijadikan objek wisata dan berpotensi terjadinya penumpukan pengunjung yang dapat membahayakan kelestarian cagar alam. Oleh karena itu, penting dikaji apakah pengembangan Taman Wisata Alam Rimbo Panti memiliki nilai dan manfaat ekonomi bagi konservasi cagar alam dan masyarakat sekitar. Valuasi ekonomi dengan Travel Cost Method (TCM) dan analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata Taman Wisata Alam Rimbo Panti perlu dilakukan untuk melihat pentingnya keberadaan taman wisata alam ini. Segmentasi wisata dan penetapan tarif sesuai Willingness To pay (WTP) pengunjung di tiap segmen perlu dikaji untuk memecah konsentrasi pengunjung dan menghasilkan dana konservasi. Hasil penelitian menunjukkan nilai ekonomi wisata sebesar Rp. 7.026.843.750 dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata di Taman Wisata Alam Rimbo Panti adalah jarak tempuh, lama mengetahui kawasan, jumlah tanggungan, serta usia yang berpengaruh secara signifikan. Manfaat ekonomi dari wisata di Taman Wisata Alam Rimbo Panti bagi masyarakat berupa penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan. Pemilik penginapan mengalami peningkatan pendapatan terbesar, yaitu dari Rp. 4.500.000 menjadi Rp. 8.000.000, bahkan bagi penjaga kolam pemandian pendapatan dari wisata merupakan pendapatan utama. Manfaat bagi konservasi adalah menurunnya tekanan pengunjung terhadap Taman Wisata Alam Rimbo Panti yang berarti mengurangi potensi ancaman bagi kelestarian cagar alam. penurunan pengunjung tersebut justru dapat meningkatkan pendapatan pengelola. Estimasi pendapatan dengan penetapan tiket di tiap segmen wisata akan meningkatkan pendapatan pengelola dari Rp. 88.180.000 menjadi Rp. 283.305.998 yang dapat dialokasikan untuk dana konservasi cagar alam. Kata kunci: Manfaat Ekonomi, Nilai Ekonomi, Segmentasi, TCM, WTP
ABSTRACT MUHAMMAD RIFKI. The Economic Value and Benefit of Natural Tourism Park for Conservation and Surrounding Communities (Case Study Rimbo Panti Natural Tourism Park in Pasaman District, West Sumatera). Supervised by METI EKAYANI and NUVA. Rimbo Panti Natural Tourism Park which located in the Pasaman District (West Sumatera) is a recreational area specifically developed as a buffer zone for the Rimbo Panti Natural Reserve. The natural recreational park have several recreational attractions but most of them are openly accessible. The open access nature of the attraction has resulted in an under-valuation of the recreational natural resources. It also has a potential for attracting large number of visitors beyond carrying capacity of the park, which in turn will put the nature reserve in danger. Therefore, it is important to examine the economic value and benefit of the natural tourism park for the conservation of the natural reserve and the surrounding communities. The study employs the Travel Cost Method (TCM) and regression analysis to reality factors influencing demand for the Rimbo Panti Natural Tourism Park. Recreational segmentation and pricing according to visitor’s Willingness To Pay (WTP) are used to spread visitor’s concentration and raise conservation fund. The study find that the recreational economic value was IDR 7.02 billion. Factors that significantly influence the demand for Rimbo Panti Natural Tourism Park, ie: the distance of visitor’s home to the park, the length of visitor’s knowledge of the park, number of dependants, and age. The economic benefits of the park for surrounding communities include providing job opportunities and source of additional income. Guest house owner experienced the most significant incremental increase of their income, from IDR 4.5 million to IDR 8 million per month. Revenue from recreational visitors was the main income for the swimming pool keeper. The conservational benefit of market segmentation was the reduction in number of visitors implying a decreasing threat to sustainability of the nature reserve. The reduction in the number of visitors, in fact will increase the income of the recreational park. It is estimated that the introduction of the price segmentation would increase in the income of the recreational park from IDR 88.2 million to IDR 283.3 million per year, which can be allocated for financing the conservation of the natural reserve. Key words: Economic Benefit, Economic Value, Segmentation, TCM, WTP
NILAI DAN MANFAAT EKONOMI PENGEMBANGAN TAMAN WISATA ALAM BAGI KONSERVASI DAN MASYARAKAT SEKITAR (Studi Kasus Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat)
MUHAMMAD RIFKI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
Judul Skripsi : Nilai dan Manfaat Ekonomi Pengembangan Taman Wisata Alam bagi Konservasi dan Masyarakat Sekitar (Studi Kasus Taman Wisata Alam Rimbo Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat) Nama
: Muhammad Rifki
NIM
: H44090003
Disetujui oleh
Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc Pembimbing I
Nuva, S.P., M.Sc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T. Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Judul skripsi ini adalah “Nilai dan Manfaat Ekonomi Pengembangan Taman Wisata Alam bagi Konservasi dan Masyarakat Sekitar (Studi Kasus Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat)”, yang dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2013. Penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Ayahanda tercinta (Drs. Usman, M.Pd), Ibunda tercinta (Mulyani T.), Abang dan Kakak ku tersayang (David Arizki, S.TP dan Alona Dwinata, M.Si), Om Zulfan dan Tante Meilanie Buitenzorgy, serta keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan moril maupun materil, serta limpahan do’a yang tak pernah putus kepada penulis. 2. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama dan Nuva, S.P., M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dengan penuh kesabaran serta kebaikan yang sangat membantu dan memberikan inspirasi penulis selama ini. 3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen penguji utama, yang telah membimbing dan memberikan masukan serta arahan selama penulis menjalani kuliah dan ujian sidang skripsi. 4. Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen, yang telah memberi masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak Joni selaku Kepala Seksi Promosi Pariwisata dari Dinas Pemuda Olahraga, Budaya, dan Pariwisata Kabupaten Pasaman, yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi. 6. Bapak Adrinaldi sebagai Pengendali Ekositem Hutan (PEH) dari BKSDA Kabupaten Pasaman, yang telah memberikan informasi dan data terkait Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Rimbo Panti.
7. Bapak Sriyono sebagai Kepala Resort KSDA Rimbo Panti yang telah memberikan informasi dan mendampingi penulis selama di lokasi. 8. Sahabat penulis: Geni, Febby Febrian, Rafika, dan Putri Wulan Suci kalian adalah sahabat terbaik. Terima kasih atas motivasi dan semangatnya. 9. Luthfi, Dear, Ichi, Qyqy, Tina, Ai, dan Eva kalian adalah teman terbaik. Rekan satu bimbingan: Nando, Abhe, Pipit, Rere, Isti, Iin. Teman-teman di kontrakan Greenland. Keluarga besar di ESL 46 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas berbagai ilmu, kebersamaan, doa, semangat, bantuan, dan dukungan kalian selama ini. 10. Seluruh Dosen dan Tenaga Pendidikan Departemen ESL yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi di ESL. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak khususnya kepada pengelola Taman Wisata Alam Rimbo Panti, Pemerintah Daerah Kabupaten Pasaman, dan Pengelola Taman Wisata Alam sejenis lainnya.
Bogor, Juni 2013
Muhammad Rifki
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR . ..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv I.
II.
PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1
Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2
Perumusan Masalah .......................................................................
3
1.3
Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
1.4
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
7
2.1
Cagar Alam ......................................................................................
7
2.2
Taman Wisata Alam ........................................................................
7
2.3
Pariwisata .......................................................................................
8
2.4
Ekowisata .......................................................................................
9
2.5
Nilai Ekonomi Kawasan Wisata ..................................................... 10
2.6
Travel Cost Method (TCM) ........................................................... 10
2.7
Demand Wisata ............................................................................... 11
2.8
Segmentasi ...................................................................................... 13
2.9
Willingness To Pay (WTP) ............................................................. 13
2.10 Dampak Ekonomi Wisata ............................................................... 14 2.11 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 14 2.12 Keterbaruan (Novelty) dari Penelitian ............................................. 16 III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................. 17 IV. METODE PENELITIAN ....................................................................... 20 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 20
4.2
Metode Penelitian ............................................................................ 20
4.3
Jenis dan Sumber Data..................................................................... 20
4.4
Pemilihan Responden ...................................................................... 21
4.5
Metode Analisis Data ...................................................................... 22 4.5.1 Nilai Ekonomi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata .......................................................................... 23
4.5.2 Penerapan Segmentasi dan Estimasi Tarif Masuk Setiap
V.
Segmen Wisata ......................................................................
26
4.5.3 Manfaat Ekonomi bagi Masyarakat Sekitar dan Konservasi .
30
GAMBARAN UMUM PENELITIAN .................................................
32
Karakteristik Taman Wisata Alam Rimbo Panti ...........................
32
5.1.1 Profil Taman Wisata Alam Rimbo Panti .............................
32
5.1.2 Pengelola Taman Wisata Alam Rimbo Panti ......................
33
5.1
5.1.3 Rencana Pengelola Terhadap Pengembangan Taman Wisata Alam Rimbo Panti ............................................................... 5.2
5.3
33
Karakteristik Responden Pengunjung Taman Wisata Alam Rimbo Panti ...................................................................................
34
5.2.1 Faktor Sosial (Demografi) Responden Pengunjung ............
34
5.2.2 Karakteristik Responden Pengunjung dalam Berwisata ......
36
Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar (Masyarakat NonSector Wisata) Taman Wisata Alam Rimbo Panti ........................
37
5.4
Karakteristik Unit Usaha di Taman Wisata Alam Rimbo Panti......
38
5.5
Karakteristik Tenaga Kerja Lokal di Taman Wisata Alam Rimbo Panti ....................................................................................
39
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
41
6.1
Nilai Ekonomi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata ..................................................................................
41
6.1.1 Fungsi Permintaan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
6.2
Minat Wisata ........................................................................
41
6.1.2 Nilai Ekonomi Taman Wisata Alam Rimbo Panti ..............
45
Penerapan Segmentasi dan Estimasi Tarif Masuk Setiap Segmen Wisata ................................................................................
47
6.2.1 Persepsi Responden Pengunjung .........................................
47
6.2.2 Estimasi Tarif Masuk Setiap Segmen Wisata Berdasarkan WTP Pengunjung ................................................................ 6.3
52
Manfaat Ekonomi bagi Masyarakat Sektor Wisata dan Kegiatan Konservasi .......................................................................................
56
6.3.1 Manfaat Ekonomi bagi Masyarakat .......................................
56
6.3.2 Kontribusi Terhadap Kegiatan Konservasi .......................... 62 VII. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 65 7.1
Simpulan ........................................................................................ 65
7.2
Saran .............................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67 LAMPIRAN ...................................................................................................... 70
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.1 Jumlah permohonan izin pariwisata alam di kawasan pelestarian alam Tahun 2008-2011 ...........................................................................
2
1.2 Jumlah wisatawan TWA Rimbo Panti Tahun 2008-2011......................
4
2.1 Penelitian terdahulu tentang nilai ekonomi ............................................
15
2.2 Penelitian terdahulu tentang segmentasi wisata ....................................
15
2.3 Penelitian terdahulu tentang dampak ekonomi ......................................
16
4.1 Matriks metode analisis data ..................................................................
22
4.2 Indikator analisis persepsi pengunjung TWA Rimbo Panti ...................
27
5.1 Karakteristik responden pengunjung TWA Rimbo Panti berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) Tahun 2013 .....................................
34
5.2 Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata di TWA Rimbo Panti Tahun 2013 ...................................................................................
36
5.3 Karakteristik responden masyarakat sekitar TWA Rimbo Panti (non-sector wisata) Tahun 2013 .............................................................
37
5.4 Karakteristik unit usaha di TWA Rimbo Panti Tahun 2013 ..................
38
5.5 Karakteristik tenaga kerja lokal di TWA Rimbo Panti Tahun 2013 ......
39
6.1 Regresi fungsi permintaan wisata TWA Rimbo Panti ...........................
42
6.2 Perhitungan nilai ekonomi TWA Rimbo Panti Rahun 2012 ..................
46
6.3 Persepsi responden pengunjung terhadap potensi wisata di TWA Rimbo Panti Tahun 2013........................................................................
48
6.4 Persepsi responden pengunjung terhadap fasilitas wisata di TWA Rimbo Panti Tahun 2013........................................................................
49
6.5 Persepsi responden pengunjung terhadap aksesibilitas dan services di TWA Rimbo Panti Tahun 2013..............................................................
50
6.6 Harapan responden pengunjung terhadap pengembangan TWA Rimbo Panti tahun 2013 ........................................................................
51
6.7 Distribusi besaran WTP pengunjung terhadap tarif masuk kolam pemandian air panas Tahun 2013 ...........................................................
53
6.8 Distribusi besaran WTP pengunjung terhadap tarif masuk sumber mata air panas Tahun 2013.....................................................................
54
6.9 Distribusi besaran WTP pengunjung terhadap tarif masuk gedung herbarium.............................................................................................. 55 6.10 Persepsi responden masyarakat sekitar, unit usaha, dan tenaga kerja terhadap pengembangan TWA Rimbo Panti Tahun 2013.................... 57 6.11 Dampak keberadaan TWA Rimbo Panti bagi masyarakat sektor wisata .................................................................................................. 58 6.12 Jumlah unit usaha dan jenis usaha di TWA Rimbo Panti ..................... 58 6.13 Penyerapan tenaga kerja TWA Rimbo Panti ........................................ 59 6.14 Perubahan pendapatan masyarakat dengan dan tanpa adanya TWA Rimbo Panti .......................................................................................... 60 6.15 Proporsi pendapatan rata-rata masyarakat denga adanya TWA Rimbo Panti terhadap pendapatan total Tahun 2013 ....................................... 61 6.16 Estimasi penerimaan wisata dalam satu tahun sebelum penerapan sistem segmentasi ................................................................................. 63 6.17 Estimasi penerimaan wisata dalam satu tahun setelah penerapan sistem segmentasi ................................................................................. 64
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.1 Gambar Jumlah Pengunjung TWA Rimbo Panti Tahun 2006-2011 .....
2
2.1 Faktor intern dan ekstern dalam pengambilan keputusan .....................
12
3.1 Diagram alur pemikiran .........................................................................
19
6.1 Kesediaan membayar pengunjung terhadap tarif masuk setiap atraksi wisata Taman Wisata Alam Rimbo Panti ..............................................
52
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Model hasil regresi berganda variabel yang mempengaruhi minat wisata ke TWA Rimbo Panti.................................................... 71 2. Residual Plot ..................................................................................... 72 3. Uji Kolmogorov Smirnov ................................................................. 72 4. Uji Glejser .......................................................................................... 73 5. Jumlah kunjungan wisatawan ............................................................ 74 6. Hasil analisis regresi Y VS X1 ........................................................... 76 7. Data pendapatan unit usaha dan tenaga kerja....................................
77
8. Dokumentasi penelitian ...................................................................... 78
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam kekayaan alam dan budaya yang terdapat di seluruh Indonesia. Kekayaan alam dan budaya yang dimiliki Indonesia merupakan potensi yang dapat dikembangkan dalam berbagai sektor, termasuk sektor pariwisata. Daya tarik wisata baik yang bersumber dari alam maupun kreasi manusia (man made) merupakan unsur penting dalam mendukung pengembangan sektor pariwisata di Indonesia. Sumberdaya hutan Indonesia memiliki beragam manfaat yang dapat dirasakan pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Manfaat tersebut terdiri atas manfaat nyata yang terukur (tangible) berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu seperti rotan, bambu, damar, dan jasa sumberdaya alam untuk aktivitas pariwisata yang dikembangkan di kawasan hutan tersebut. Manfaat perlindungan lingkungan, jasa lingkungan, dan keragaman genetik merupakan manfaat tidak terukur (intangible). Salah satu fungsi hutan adalah untuk pelestarian dan konservasi ekosistem yang ada. Terutama sebagai sarana konservasi flora dan fauna langka. Cagar alam merupakan salah satu hutan yang memiliki fungsi utama untuk pelestarian dan konservasi (Nash 1990). Akan tetapi, belakangan ini banyak kegiatan pariwisata yang dikembangkan disekitar kawasan cagar alam. Peningkatan
jumlah
penduduk
secara
tidak
langsung
berpotensi
meningkatkan permintaan wisata. Selain itu, kecenderungan masyarakat saat ini untuk berwisata ke tempat yang lebih alami menyebabkan peningkatan permintaan wisata alam (Gambar 1.1). Masyarakat lebih ingin melakukan wisata yang berbasis alam karena ingin bersahabat dengan alam dan ingin mendapat kepuasan yang berbeda. Hal ini sering dikenal dengan istilah back to nature. Banyak wisata alam yang menawarkan keindahan panorama, flora dan fauna yang ada, serta keunikan lainnya. Keindahan panorama yang ditawarkan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk beralih menikmati wisata alam dibanding wisata lainnya.
2
3280635
3500000 Jumlah Pengunjung
3000000 2500000
2072665
2000000
1369706
1500000 1000000
1088928 596672
674927
2006
2007
500000 0
2008 2009 Tahun
2010
2011
Sumber: Kementerian Kehutanan 2012
Gambar 1.1 Data pengunjung Taman Wisata Alam Tahun 2006-2011 Peningkatan intensitas kunjungan terhadap pariwisata alam yang berada dikawasan pelestarian alam dikhawatirkan dapat menjadi ancaman bagi kawasan pelestarian alam salah satunya cagar alam, karena banyaknya kegiatan wisata yang dikembangkan di sekitar cagar alam. Jenis wisata yang dikembangkan di sekitar cagar alam adalah wisata alam, sehingga perlu pengawasan yang ketat terhadap kawasan wisata yang dikembangkan di sekitar cagar alam. Saat ini pariwisata alam yang dikembangkan di sekitar kawasan pelestarian alam cenderung meningkat. Peningkatan pengusahaan pariwisata alam dikawasan pelestarian alam dapat dilihat dari tingginya permohonan izin yang diajukan oleh pihak pengelola. Jumlah permohonan Izin Pengembangan Pariwisata Alam (IPPA) dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Jumlah permohonan izin pariwisata alam di kawasan pelestarian alam di Indonesia Tahun 2008-2011 Lokasi Taman Taman TWA Laut/Taman TWA Nasional Hutan Raya Buru 2008 3 3 0 0 Permohonan 2009 5 4 0 0 IPPA 2010 6 6 0 0 2011 11 7 0 0 Sumber: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2012) Tingkat Perizinan
Tahun
Jumlah 6 9 12 18
Kegiatan wisata alam yang dikembangkan di sekitar kawasan cagar alam diharapkan tidak merusak ekosistem yang ada dan mampu mendukung upaya konservasi. Kegiatan wisata ini tentu juga akan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar kawasan cagar alam. Masyarakat dapat bekerja di sektor
3
wisata sehingga pendapatan masyarakat akan meningkat karena adanya kegiatan wisata ini. Jika sektor wisata yang ada dapat memberikan tingkat pendapatan yang layak bagi masyarakat sekitar, tidak menutup kemungkinan masyarakat yang dulu memanfaatkan hutan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari bisa beralih bekerja di sektor wisata. Hal ini akan berdampak pada terjaganya kelestarian cagar alam. Oleh karena itu, wisata alam yang dikembangkan di sekitar kawasan konservasi diharapkan dapat menjembatani antara kebutuhan ekologi yaitu mendukung upaya konservasi, dan kebutuhan ekonomi berupa pendapatan masyarakat sekitar kawasan wisata untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Salah satu wilayah Indonesia yang memiliki potensi wisata alam adalah Provinsi Sumatera Barat. Dukungan bentang alam dan kondisi alam menjadi salah satu kekuatan dalam pengembangan pariwisata berbasiskan alam. Saat ini pemerintah Sumatera Barat terus mengembangkan objek wisata yang berbasiskan alam. Salah satu objek wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut adalah Cagar Alam Rimbo Panti, di Kabupaten Pasaman. Cagar Alam Rimbo Panti memiliki fungsi utama sebagai kawasan konservasi, namun saat ini juga terdapat kegiatan wisata disekitar cagar alam. 1.2 Perumusan Masalah Cagar Alam Rimbo Panti memiliki fungsi utama sebagai kawasan konservasi dan lindung. Hal ini karena keberadaan satwa langka yaitu Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), dan satwa lain seperti burung madu (Helarctos malayanus), siamang, rusa, tapir, dan berbagai jenis kera (Departemen Kehutanan 2007). Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1967 tentang ketentuanketentuan pokok kehutanan, kawasan hutan lindung dan hutan konservasi tidak boleh dimanfaatkan hasil hutannya, akan tetapi Cagar Alam Rimbo Panti tidak terbebas dari perambahan hutan oleh masyarakat sekitar yang hidupnya bergantung pada pemanfaatan sumberdaya hutan. Selain potensi hasil hutan, Cagar Alam Rimbo Panti juga memiliki potensi wisata alam yang dapat dikembangkan. Jumlah kunjungan ke kawasan wisata Cagar Alam Rimbo Panti dalam lima tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan, kecuali Tahun 2011 (Tabel 1.2).
4
Tabel 1.2 Jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Cagar Alam Rimbo Panti Tahun 2008-2012 Tahun Jumlah Wisatawan Pertumbuhan (%) 2008 11.971 1,27 2009 12.071 0,84 2010 13.123 8,72 2011 11.590 -11,68 2012 22.045 90,20 Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Pasaman (Februari 2013)
Penurunan jumlah kunjungan tahun 2011 diakibatkan oleh bencana dan fenomena alam yang terjadi, yaitu bencana tanah longsor di Kabupaten Pasaman dan penyerangan harimau terhadap pemukiman masyarakat. Tanah longsor mengakibatkan beberapa akses jalan menuju kawasan wisata terputus, sehingga pengunjung tidak bisa menuju lokasi wisata. Selain itu, pengunjung juga khawatir akan keselamatannya dalam berwisata karena adanya penyerangan harimau. Sejak peristiwa itu pengelola (Dinas Pariwisata) terus giat melakukan promosi dan perbaikan kawasan wisata. Usaha yang dilakukan pengelola menunjukkan hasil yang signifikan, karena pada tahun 2012 jumlah pengunjung mengalami peningkatan yang sangat tinggi. Cagar alam ini menawarkan beberapa atraksi wisata yaitu kolam pemandian air panas, sumber mata air panas, dan gedung herbarium. Atraksi wisata yang ditawarkan ini sebagian besar masih bersifat open access. Tarif masuk hanya diterapkan pada kolam pemandian air panas, sedangkan atraksi yang lain masih bisa dinikmati secara bebas. Status open access ini berpotensi mengancam kelesatarian Cagar Alam Rimbo Panti. Ancaman terhadap kelestarian cagar alam ini menjadi perhatian utama, sehingga perlu dikembangkan kegiatan wisata alam yang dapat membatasi jumlah dan akses pengunjung. Penetapan Taman Wisata Alam (TWA) Rimbo Panti yang meliputi areal atraksi wisata yang berbatasan langsung dengan cagar alam bertujuan untuk membatasi kegiatan pengunjung dan masyarakat sekitar. Areal atraksi wisata ini berada di sebelah kiri dan kanan jalan lintas Sumatera. Hal ini bertujuan agar tidak membahayakan cagar alam itu sendiri dan diharapkan dapat mendukung kegiatan konservasi di Cagar Alam Rimbo Panti. Salah satu upaya yang dapat membatasi akses pengunjung ke kawasan konservasi dan memecah konsentrasi pengunjung adalah dengan penerapan sistem segmentasi pasar, dalam pariwisata disebut juga
5
segmentasi wisata. Segmentasi pasar merupakan upaya pemisahan pasar pada kelompok-kelompok pembeli yang terbedakan dengan kebutuhan, karakteristik, dan tingkah laku mereka (Kotler 1997). Penerapan sistem ini akan membatasi akses pengunjung terhadap cagar alam disamping dapat menambah income bagi pengelola melalui penerapan multy-gate pada setiap atraksi wisata. Diharapkan dana yang diperoleh pengelola dapat membantu pendanaan untuk konservasi pada cagar alam. Selain itu, kegiatan wisata juga diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar cagar alam sehingga tidak menggantungkan hidup dari eksploitasi sumberdaya hutan. Oleh karena itu, perlu sistem atau konsep wisata alam yang dapat mendukung kegiatan konservasi di Cagar Alam Rimbo Panti dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Berdasarkan kondisi yang dipaparkan di atas maka terdapat beberapa permasalahan yang akan dikaji, yaitu: 1. Berapa nilai ekonomi wisata dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat wisata TWA Rimbo Panti? 2. Bagaimana penerapan sistem segmentasi dan berapa besarnya tarif masuk tiap segmen wisata? 3. Bagaimana manfaat ekonomi bagi kegiatan konservasi dan masyarakat sekitar TWA Rimbo Panti? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengestimasi nilai ekonomi wisata dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata TWA Rimbo Panti. 2. Menganalisis penerapan sistem segmentasi dan mengestimasi besarnya tarif wisata di tiap segmen wisata. 3. Menganalisis manfaat ekonomi bagi kegiatan konservasi dan masyarakat sekitar TWA Rimbo Panti. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bersifat studi kasus yang meneliti beberapa masalah yang terjadi di lokasi penelitian. Penelitian ini lebih difokuskan pada estimasi nilai
6
ekonomi kawasan wisata, estimasi tarif masuk per segmen wisata, serta manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar dan kegiatan konservasi. Pengunjung yang menjadi objek penelitian hanya sebatas wisatawan domestik yang berkunjung ke lokasi. Manfaat ekonomi yang dibahas oleh peneliti hanya sebatas manfaat ekonomi langsung dari kegiatan wisata alam, yaitu fokus pada kontribusi kegiatan wisata terhadap perubahan pendapatan masyarakat sekitar yang bekerja pada sektor wisata di TWA Rimbo Panti. Masyarakat sekitar yang dipilih dalam objek penelitian merupakan masyarakat yang tinggal sekitar kawasan wisata dalam radius satu kilometer.
7
II.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cagar Alam
Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami (UndangUndang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya). Salah satu sifat alam adalah tidak statik (unstatic) dan berproses secara terus menerus dengan hukum alam. Lingkungan hidup mengalami dinamika dan berevolusi seiring waktu. Wardhana (2001) mengungkapkan ada dua faktor yang menyebabkan kerusakan daya dukung alam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan kerusakan yang berasal dari alam itu sendiri dan sulit untuk dicegah, karena merupakan proses alami yang tejadi pada bumi untuk mencari keseimbangan. Faktor eksternal adalah kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya. Selain aktifitas pembangunan, dampak lingkungan dapat juga diakibatkan oleh aktifitas manusia (Soemarwoto 1989). Upaya pemanfaatan cagar alam juga dapat merusak kelestarian dan kealamian cagar alam itu sendiri, seperti tindakan menebang pohon, mengubah bentuk alami kawasan cagar alam, dan berbagai aktifitas lain yang dapat merusak kealamian kawasan cagar alam. 2.2 Taman Wisata Alam Taman Wisata Alam (TWA) adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. TWA ini merupakan objek dan kegiatan yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia (Arief 2001). TWA dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan wisata alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspekaspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya.
8
Suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasan TWA apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa, atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik. 2. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. 3. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam. Pada kawasan pelestarian alam dapat dilakukan suatu kegiatan bagi kepentingan penelitian dan kegiatan lain yang menunjang budidaya serta kegiatan wisata alam. Kegiatan-kegiatan tersebut akan mampu meningkatkan potensi masyarakat sekitarnya yang ikut aktif dalam kegiatan sehari-harinya. Kawasan Pelestarian Alam terdiri dari Kawasan Taman Nasional, Kawasan Taman Hutan Raya, dan Kawasan TWA. Upaya pengawetan TWA dilaksanakan dalam berbagai bentuk kegiatan berikut, yaitu (1) Perlindungan dan pengamanan; (2) Inventarisasi potensi kawasan; (3) Penelitian dan pengembangan yang menunjang pelestarian potensi; dan (4) Pembinaan habitat dan populasi satwa (BKSDA Sumatera Barat 2012). Menurut Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 dinyatakan bahwa sesuai dengan fungsinya, TWA dapat dimanfaatkan untuk keperluan pariwisata alam dan rekreasi, penelitian dan pengembangan (kegiatan dapat berupa karya wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut), serta pendidikan dan kegiatan penunjang budidaya. 2.3 Pariwisata Menurut Burkart dan Medlik (1987) menjelaskan pariwisata sebagai suatu transformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek ke tujuantujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, serta kegiatankegiatan mereka selama tinggal di tempat tujuan itu. Menurut Wahab (2003) pariwisata dapat dipandang sebagai suatu yang abstrak, misalnya sebagai suatu gejala yang melukiskan kepergian orang-orang di dalam negaranya sendiri
9
(pariwisata domestik) atau penyeberangan orang-orang pada tapal batas suatu negara (pariwisata internasional). Proses berpergian ini mengakibatkan terjadinya interaksi dan hubungan-hubungan, saling pengertian insani, persepsi, motivasi, kepuasan, dan lain-lain diantara sesama pribadi atau antar kelompok. Pariwisata juga disebut sebagai industri yang mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industri pariwisata merupakan usaha yang dapat memberikan keuntungan pada pengusahanya. Sehubungan dengan itu Pemerintah Republik Indonesia sejak dini mengeluarkan Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus 1969 menyatakan bahwa, usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara (Yoeti 1985). Selain itu, UndangUndang No. 9 Tahun 1990 menjelaskan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. 2.4 Ekowisata Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat (Fandeli dan Mukhlison 2000). Ekowisata yang berasaskan konservasi terhadap keanekaragaman hayati dan ekositemnya merupakan prinsip yang penting dalam visi ekowisata, ditambah dengan pemberdayaan masyarakat lokal dan pembangunan ekonomi kerakyatan dapat menjadi landasan pengembangan untuk merumuskan misi. Misi ekowisata dapat dijabarkan melestarikan alam dengan mengkonversi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Penciptaan lapangan kerja setempat, pengembangan ekonomi kerakyatan serta peningkatan pendapatan lokal maupun regional secara adil dapat dirumuskan sebagai strategi pengembangan ekowisata yang menentukan kewilayahannya berlandaskan ekosistem dan kesatuan pengelolaannya. Ciri-ciri ekowisata menurut Fandeli dan Mukhlison (2000)
10
mengandung unsur-unsur utama yaitu, konservasi, edukasi dan pemberdayaan outbound, serta pemberdayaan masyarakat setempat. 2.5 Nilai Ekonomi Kawasan Wisata Fauzi (2004) menyatakan bahwa pengertian nilai atau value, khususnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, diperlukan suatu persepsi yang sama untuk penilaian ekosistem tersebut. Salah satu cara yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian harga pada barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan. Secara umum, nilai ekonomi didefenisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. Secara formal, konsep ini disebut dengan keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekosistem bisa “diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa (Fauzi 2004). 2.6 Travel Cost Method (TCM) Travel Cost Method (Metode Biaya Perjalanan) sebagai suatu metode yang digunakan untuk menilai suatu sumberdaya yang tidak memiliki nilai pasar (nonmarket resources) dapat memodelkan permintaan terhadap jasa lingkungan yang berupa kegiatan rekreasi (Haab dan McConnell 2002). Menurut Fauzi (2004), Metode Biaya Perjalanan (TCM) digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking, dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji tentang semua biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi yang diinginkan Secara umum, ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, yaitu: 1. Pendekatan sederhana melalui zonasi.
11
2. Pendekatan Individual Travel Cost Method (ITCM) dengan menggunakan data sebagian besar dari survei. Haab dan McConnel (2002), menyatakan bahwa dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan, yaitu pertama, menentukan perilaku model itu sendiri dan kedua, menentukan pilihan lokasi. Fokus pertama menyangkut apakah TCM yang dibangun harus ditentukan dulu fungsi preferensinya secara hipotesis, setelah itu baru membangun model perilakunya (behavioural model), atau apakah model perilaku langsung ditetapkan. Fokus kedua berkaitan dengan apakah kita harus melakukan pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model. Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata dengan pendekatan ITCM menggunakan teknik ekonometrik. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan dipengaruhi oleh biaya perjalanan (travel cost) dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang berkemiringan negatif. Menurut Haab dan McConnel (2002), agar penilaian terhadap sumberdaya alam melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar: 1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi. 2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas ataupun disutilitas. 3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multi-trips). 2.7 Demand Wisata Morley (1990) dalam Ross (1998) menyatakan permintaan akan pariwisata tergantung pada ciri-ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Ciri-ciri tersebut akan mempengaruhi kecenderungan orang untuk berpergian mencari kesenangan, ketenangan, dan kenyamanan bagi pribadi masing-masing. Permintaan wisata juga ditentukan oleh karakteristik tempat tujuan wisata, biaya perjalanan, jarak tempuh, tingkat pendapatan, dan daya tariknya. Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah dapat meningkatkan atau
12
menurunkan permintaan wisata secara langsung dan sengaja, sedangkan secara tidak langsung permintaan wisata dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang penting bagi wisatawan, seperti keamanan. Menurut Wahab (2003), ada banyak faktor ekstern atau intern yang besar pengaruhnya dalam diri seseorang ketika mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan berwisata atau tidak. Faktor-faktor tersebut ditunjukan dalam gambar berikut :
IRASIONAL (dorongan bawah sadar)
-
Lingkup pergaulan dan ikatanikatan keluarga Tingkah laku prestise Tiruan dan mode Pengaguman pribadi (dalam pola tingkah laku) Perasaan keagamaan Hubungan masyarakat dan promosi pariwisata
Faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan (permintaan) -
RASIONAL (dorongan yang disadari)
-
-
Fasilitas wisata (pengorganisasian industri pariwisata dalam negara tersebut). Sumber-sumber wisata (asset wisata, seperti: alam, transportasi, prosedur kunjungan, bea cukai) Kondisi lingkungan (sikap masyarakat setempat, keramah tamahan, dan sikap mudah bergaul) Susunan kependudukan (umur, jenis kelamin, dan urbanisasi) Situasi politik (kestabilan dan tingkat kebebasan warganya)
Gambar 2.1 Faktor intern dan ekstern dalam pengambilan keputusan
13
2.8 Segmentasi Menurut Kotler (1997) segmentasi pasar merupakan upaya pemisahan pasar pada kelompok-kelompok pembeli
yang terbedakan dengan kebutuhan,
karakteristik dan tingkah laku mereka. Penerapan segmentasi dalam kegiatan wisata alam diharapkan dapat menjaga kelestarian alam yang ada, sementara kebutuhan pengunjung juga terpenuhi. Manfaat dari adanya segmentasi, yaitu (1) menyediakan keinginan dan kebutuhan pelanggan dengan lebih baik sehingga produsen dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan pelanggan yang bervariasi dengan menggunakan pola berbeda, insentif, dan kegiatan promosi yang berbeda pada setiap segmen yang dituju; (2) meningkatkan pendapatan, karena dengan segmentasi perusahaan mengetahui pasar mana yang berpotensi dapat meningkatkan pendapatannya lebih besar; (3) dengan segmentasi pasar organisasi dapat menciptakan nice product yang akan menarik konsumen lain untuk mencoba dan kemudian membeli produk tersebut sehingga memperbesar peluang untuk tumbuh (Rangkuti 2002). Variabel-variabel utama yang biasa digunakan untuk mensegmentasikan pasar konsumen dengan memperhatikan faktor-faktor karakteristik konsumen yaitu letak geografi, demografi dan psikografi. Segmentasi geografis membagi pasar ke dalam unit-unit geografis seperti wilayah, kota, desa dan iklim. Segmentasi demografis memisahkan pasar ke dalam kelompok-kelompok yang didasarkan pada variabel umur, jenis kelamin, status, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama dan kewarganegaraan. Segmentasi psikogarafi membagi konsumen ke dalam kelompok-kelompok yang didasarkan menurut status sosial, gaya hidup, dan kepribadian (Supranto 2001). Segmentasi pun perlu diterapkan pada sektor wisata dan dapat didasarkan pada jenis atraksi wisata yang ditawarkan pada suatu lokasi wisata. Menurut Fandeli, et. al. (2000) pada dasarnya setiap usaha bisnis harus memilih segmen pasar yang dijadikan sasaran bisnisnya. 2.9 Willingness To Pay (WTP) Willingness To Pay (WTP) merupakan kesediaan membayar sejumlah moneter tertentu dari pengunjung untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. Metode ini merupakan metode untuk menanyakan langsung pada
14
pengunjung mengenai nilai atau harga yang bersedia mereka berikan terhadap barang dan jasa yang tidak memiliki harga pasar. Metode ini sangat berkaitan erat dengan preferensi seseorang terhadap barang dan jasa yang mereka inginkan. Metode willingness to pay biasanya akan dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada responden tentang kesediaan seseorang untuk membayar pihak lain sebagai kompensasi untuk tetap memelihara hutan, sehingga nilai keberadaan hutan tersebut akan tetap lestari (Yakin 1997). Metode WTP akan digunakan sebagai dasar dalam penetepan tarif pada setiap segmen wisata yang ditawarkan. 2.10 Dampak Ekonomi Wisata Dampak ekonomi yang muncul dari aktivitas kegiatan wisata menjadi perhatian utama ketika kegiatan pariwisata mulai dikembangkan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dari adanya suatu kawasan wisata. Banyak penelitianpenelitian terdahulu yang meneliti mengenai dampak ekonomi dari berdirinya suatu kawasan wisata. Dampak ekonomi wisata alam adalah manfaat atau kontribusi produk wisata berbasis alam terhadap ekonomi suatu wilayah. Dampak tersebut dapat berupa: (1) penerimaan dari penjualan produk wisata (tiket masuk TWA, hotel, camp ground, restoran, atraksi, transportasi, dan retail); (2) pendapatan masyarakat; (3) peluang pekerjaan; (4)
penerimaan pemerintah dari pajak dan retribusi
(Frechtling 1987). Dampak ekonomi yang dihasilkan sektor wisata diukur dari keseluruhan pengeluaran pengunjung untuk keperluan akomodasi, konsumsi, perjalanan, dokumentasi, dan keperluan lainnya. Analisis dampak ekonomi kegiatan wisata umumnya berfokus pada perubahan penjualan, penghasilan, dan penempatan tenaga kerja yang terjadi akibat kegiatan wisata. 2.11 Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang pariwisata, penerapan segmentasi, dan dampak ekonomi wisata. Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:
15
2.11.1 Penelitian Mengenai Nilai Ekonomi Kawasan Wisata Penelitian mengenai nilai ekonomi kawasan wisata telah dilakukan sebelumnya oleh Firandari (2009) dan Budiarti (2013). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Penelitian terdahulu tentang nilai ekonomi Peneliti Firandari (2009)
Judul Penelitian Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3) dengan Metode Biaya Perjalanan
Budiarti (2013)
Penilaian Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Wisata dan Estimasi Tarif Masuk Situs Megalitik Gunung Padang
Kesimpulan Penelitian ini menyatakan bahwa surplus konsumen pengunjung Pulau Situ Gintung-3 adalah sebesar Rp. 28.985,51 per kunjungan. Surplus konsumen juga mengindikasikan bahwa sebenarnya pengunjung masih dapat membayar harga tiket lebih tinggi dari harga tiket saat ini. Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata yang memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan memiliki nilai manfaat atau nilai ekonomi sebesar Rp 3.373.130.755. Situs Megalitik Gunung Padang sebagai kawasan yang memiliki potensi wisata berupa situs peninggalan purbakala memiliki nilai ekonomi sebesar Rp. 1.626.388.953,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa Situs Megalitik Gunung Padang mempunyai manfaat intangible sebagai penghasil jasa wisata.
2.11.2 Penelitan Mengenai Segmentasi Wisata Penelitian mengenai segmentasi kawasan wisata telah dilakukan sebelumnya oleh Mita (2011). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Penelitian terdahulu tentang segmentasi wisata Peneliti Mita (2011)
Judul Penelitian Segmentasi Tarif Masuk Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan
Kesimpulan Penelitian ini menyatakan bahwa dari persepsi multipihak, secara keseluruhan pengunjung setuju dengan adanya penetapan tarif masuk di setiap segmentasi wisata. Kesediaan pengunjung untuk membayar tarif masuk ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: usia, status pernikahan, tingkat pendapatan, dan tingkat pengetahuan dari setiap pengunjung
16
2.11.3 Penelitian Mengenai Dampak Ekonomi Wisata Penelitian mengenai dampak ekonomi pengembangan wisata telah dilakukan sebelumnya oleh Novianty (2010) dan Adiyath (2011). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Penelitian terdahulu tentang dampak ekonomi Peneliti Novianty (2010)
Judul Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata dan Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Galunggung Tasikmalaya
Adiyath (2011)
Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Kesimpulan Penelitian ini menyatakan bahwa dampak ekonomi langsung Kawasan Wisata Galunggung yang berupa perubahan tingkat pendapatan dari masyarakat terutama dirasakan oleh tukang ojek Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik usaha sebesar 52,96%. Dampak ekonomi tidak langsung di objek wisata tersebut sebesar 3,52% dan dampak ekonomi lanjutan (induced) sebesar 52,19%. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,07, sedangkan nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan Tipe II sebesar 1,48 dan 2,17.
2.12 Keterbaruan (Novelty) dari Penelitian Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang terkait dengan permintaan wisata, surplus konsumen, dan nilai ekonomi wisata adalah lokasi dan waktu penelitian. Aspek keterbaruan dari penelitian ini adalah berkaitan dengan kontribusi secara tidak langsung kegiatan wisata terhadap upaya konservasi. Terkait dengan kegiatan wisata alam di kawasan konservasi masih sedikit atau belum ada penelitian yang melihat kontribusi pengembangan kegiatan wisata terhadap kegiatan konservasi di kawasan tersebut. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji apakah pengembangan kegiatan wisata dapat memberikan kontribusi secara tidak langsung terhadap upaya konservasi.
17
III.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kawasan Cagar Alam Rimbo Panti yang terletak di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat memiliki fungsi utama sebagai kawasan konservasi. Saat ini Cagar Alam Rimbo Panti memiliki beberapa atraksi wisata yaitu kolam pemandian air panas, sumber mata air panas, dan gedung herbarium. Sebagian kawasan cagar alam ditetapkan sebagai TWA Rimbo Panti, karena memiliki beberapa atraksi wisata tersebut. Penetapan TWA bertujuan untuk membatasi akses masyarakat dan pengunjung terhadap cagar alam. Pengembangan kegiatan wisata TWA Rimbo Panti harus berdasarkan prinsip konservasi, karena letaknya yang dekat dengan cagar alam. Pengembangan TWA ini sebagian besar masih bersifat open access, sehingga memicu peningkatan jumlah pengunjung pada kawasan TWA Rimbo Panti dan under value terhadap kawasan. Peningkatan pengunjung ini dikhawatirkan dapat mengancam kelestarian Cagar Alam Rimbo Panti. Kondisi open access memungkinkan setiap pengunjung dapat secara bebas menikmati semua atraksi wisata dan terkadang sampai pada kawasan cagar alam. Kondisi seperti ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan kerusakan pada ekosistem dan fungsi lindung dari cagar alam. Oleh karena itu, perlu dilakukan penilaian terhadap TWA sehingga tidak terjadi under value. Penerapan sistem segmentasi pada kegiatan wisata juga perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian ekosistem yang ada, sehingga setiap pengunjung tidak dapat masuk secara bebas ke kawasan cagar alam. Segmentasi wisata adalah upaya pemisahan atau pengelompokan kegiatan wisata berdasarkan kebutuhan, karakteristik, tingkah laku, dan tingkat pendapatan. Saat ini sistem segmentasi belum diterapkan secara optimal. Pengunjung hanya dikenakan biaya tiket masuk pada wisata pemandian air panas, sedangkan atraksi wisata lain masih open access. Sistem segmentasi ini bertujuan untuk menjaga kelestarian cagar alam, ekosistem, dan kegiatan konservasi, serta dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Penerapan segmentasi ini didasarkan pada kesediaan membayar dari setiap pengunjung. Kesediaan membayar ini berkaitan erat dengan persepsi dari setiap pengunjung. Kesediaan
18
membayar ini menjadi dasar dalam rangka penetapan tarif masuk untuk objek wisata sumber mata air panas dan gedung herbarium. Uang yang diperoleh dari tarif yang dibayar pegunjung, dapat digunakan sebagai dana untuk pengembangan kegiatan wisata dan kegiatan konservasi pada kawasan cagar alam. Dengan demikian kelestarian ekosistem dan fungsi lindung cagar alam dapat terjaga. Pengembangan objek wisata di TWA Rimbo Panti, diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat dan kegiatan konservasi. Pengembangan kawasan wisata ini seharusnya mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan kegiatan masyarakat yang selama ini terkonsentrasi pada cagar alam. Masyarakat dapat bekerja sebagai penyedia jasa di kawasan wisata ini. Adanya pengembangan kegiatan wisata ini dapat memberikan manfaat ekonomi bagi kegiatan konservasi dan masyarakat sekitar, sehingga pengembangan kegiatan wisata di TWA Rimbo Panti dapat menjembatani antara kebutuhan ekologi dan kebutuhan ekonomi. Penjelasan diatas merupakan struktur penelitian yang akan dilaksanakan. Bagan kerangka pemikiran operasional yang disajikan dalam gambar 3.1 dapat dilihat untuk memperjelas penelitian yang dilakukan.
19
Kawasan Cagar Alam Rimbo Panti
Pengembangan Taman Wisata Alam
Open Access dan Under Value Terhadap TWA
Peningkatan Jumlah Kunjungan dan Aktivitas Wisata pada Titik Rawan Sekitar Cagar Alam
Nilai Ekonomi Wisata Alam
Penerapan Segmentasi
Manfaat Ekonomi
Persepsi Pengunjung
Tidak Setuju
Setuju
Masyarakat (Unit Usaha dan Tenaga Kerja)
Kegiatan Konservasi
Analisis Deskriptif, kuantitatif
Kontribusi bagi Konservasi
Harapan Pengembangan
TCM
WTP
Analisis Pendapatan (Deskriptif, Kuantitatif)
Nilai Ekonomi dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi Minat Wisata
Penetapan Tarif Segmentasi
Proporsi Perubahan Pendapatan
Pengelolaan dan Pengembangan TWA Rimbo Panti yang Mendukung Kelestarian Cagar Alam
Gambar 3.1 Diagram alur pemikiran
20
IV.
METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bersifat studi kasus yang dilakukan di TWA Rimbo Panti Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. TWA Rimbo Panti terletak di jalan lintas Sumatera yang menghubungkan Bukittinggi dengan Medan. Tepatnya TWA Rimbo Panti berada di Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Pemilihan lokasi penelitian di Kabupaten Pasaman dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa atraksi wisata di TWA Rimbo Panti sebagian besar masih bersifat open acces, dan dikhawatirkan akan mengganggu kelestarian cagar alam. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari hingga Februari 2013. 4.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan wawancara menggunakan kuesioner kepada responden pengunjung, masyarakat sekitar, key person, dan unit usaha, serta tenaga kerja lokal. Key person dalam penelitian ini terdiri dari instansi terkait (Dinas BKSDA dan Dinas Pariwisata Kabupaten Pasaman) dan pengelola. Metode ini memerlukan alat bantu kuesioner yang digunakan sebagai instrumen penelitian. Kuesioner merupakan lembaran yang berisi beberapa pertanyaan dengan struktur yang baku (Prasetyo dan Jannah 2005). 4.3 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari kegiatan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung dan pengelola kawasan wisata melalui kuesioner. Data ini berupa informasi mengenai kesediaan pengunjung untuk membayar fasilitas wisata yang dapat mereka nikmati dan berdasarkan kepuasan yang diperoleh pengunjung. Data primer juga diperoleh dari pengelola kawasan wisata berupa informasi tentang nilai-nilai manfaat dan potensi yang terkandung di kawasan ini.
21
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Dinas Pariwisata, serta aparat Desa Panti untuk data gambaran umum desa dan masyarakatnya, yang kemudian akan diolah lebih lanjut dengan menggunakan beberapa pendekatan. Data sekunder juga didapat dari literatur-literatur yang relevan dan memuat berbagai konsep dan teori yang terkait dengan penelitian ini, seperti jurnal, buku teks, majalah, surat kabar, internet, dan penelitian-penelitian terdahulu. 4.4 Pemilihan Responden Kawasan TWA Rimbo Panti merupakan kawasan wisata yang banyak dipadati pengunjung, baik masyarakat lokal, luar kota, dan bahkan turis mancanegara. Kawasan cagar alam ini sangat digemari pengunjung untuk melakukan wisata alam. Terlebih lagi pada saat libur lebaran kawasan wisata ini sangat dipadati oleh pengunjung yang ingin menghabiskan waktu bersama keluarga, sedangkan pada hari-hari biasa pengunjung relatif agak sepi. Pemilihan responden dilakukan terhadap pengunjung yang ada di kawasan wisata. Metode pengambilan
contoh
untuk
responden
pengunjung
dilakukan
dengan
menggunakan metode non-probability sampling, karena sampling frame dari responden tidak tersedia. Responden pengunjung dipilih sebanyak 100 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Responden dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yaitu keterwakilan dari aspek demografi, cara kedatangan, tujuan dan motivasi wisata, serta usia minimal 15 tahun (dengan asumsi sudah mampu memberikan pandangan yang lebih objektif). Menurut Nasution (2003), keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan teknik ini adalah sampel dipilih sedemikian rupa sehingga tetap relevan dengan rancangan penelitian, selain itu cara ini relatif lebih mudah dan menghemat biaya. Kelemahan teknik ini adalah tidak ada jaminan bahwa sampel bersifat representatif dan pertimbangan kriteria tidak terbebas dari unsur subjektivitas. Wawancara juga bertujuan untuk melihat sikap dan kesediaan pengunjung untuk membayar (willingness to pay-WTP) terhadap atraksi wisata yang mereka nikmati. Kesediaan membayar terhadap atraksi wisata yang mereka nikmati akan
22
berbeda dari setiap kalangan. Kesediaan pengunjung untuk membayar ini yang akan menjadi dasar penerapan segmentasi dan besarnya harga tiket masuk pada kawasan wisata ini. Wawancara juga dilakukan terhadap seluruh pelaku usaha dan tenaga kerja di TWA Rimbo Panti, yaitu sebanyak 15 orang pelaku usaha dan 15 orang tenaga kerja. Wawancara bertujuan untuk melihat manfaat ekonomi berupa perubahan pendapatan dari unit usaha dan tenaga kerja lokal. Responden masyarakat sekitar kawasan dipilih secara sengaja (purposive sampling) sebanyak 20 orang dengan kriteria masyarakat yang tinggal sekitar satu kilometer dari kawasan wisata. Wawancara terhadap key person dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Key person dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Seksi Promosi Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Pasaman, Pengendali Ekosistem Hutan dari BKSDA Kabupaten Pasaman, dan Kepala Resort Panti. 4.5 Metode Analisis Data Tujuan dari analisis data adalah menarik kesimpulan dari data yang dikumpulkan oleh peneliti ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk diinterpretasikan. Metode analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk matriks. Matriks metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Matriks metode analisis data No 1.
2.
3.
Tujuan Penelitian
Data yang Dibutuhkan
Mengestimasi nilai ekonomi - Biaya perjalanan yang wisata dan mengidentifikasi dikeluarkan pengunjung faktor-faktor yang mempengaruhi - Faktor-faktor yang minat wisata mempengaruhi minat wisata, dibutuhkan: biaya perjalanan, jumlah pendapatan, lama pendidikan, usia pengunjung, jarak tempuh, wisata alternatif, jumlah tanggungan, dan lama mengetahui kawasan Menganalisis penerapan sistem Persepsi pengunjung dan segmentasi dan mengestimasi pengelola serta besarnya besarnya tarif wisata di tiap Willingness To Pay (WTP) segmen wisata setiap pengunjung Menganalisis manfaat ekonomi Perubahan pendapatan bagi kegiatan konservasi dan masyarakat sekitar dan masyarakat sekitar kawasan kontribusi bagi kegiatan Cagar Alam Rimbo Panti konservasi
Metode Analisis Data Travel Cost Method (TCM)
Willingness Pay (WTP)
Analisis Pendapatan Analisis Deskriptif
To
dan
23
4.5.1 Nilai Ekonomi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata Nilai ekonomi TWA Rimbo Panti diestimasi dengan menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method). Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pengunjung dalam satu kali perjalanan rekreasi meliputi biaya konsumsi selama rekreasi, biaya transportasi, biaya dokumentasi, dan biaya-biaya lain. Dihitung dengan rumus: BP = TR + DC + KR + LL ...........................................................(1) Dimana: BP = Biaya perjalanan rata-rata (Rp/orang/hari) TR = Biaya transportasi (Rp/orang/hari) DC = Biaya dokumentasi (Rp) KR = Biaya konsumsi selama rekreasi (Rp/orang/hari) LL = Biaya lain-lain (Rp) Menurut Fauzi (2006), nilai ekonomi kawasan wisata dapat diperoleh dengan membentuk fungsi permintaan terlebih dahulu. Setelah mengetahui fungsi permintaan, surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi dapat diukur. Nilai surplus konsumen ini yang akan digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi kawasan TWA Rimbo Panti. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula: ................................................................(2) Keterangan: SK = Surplus konsumen pengunjung per individu per kunjungan N = Jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i b1 = Koefisien dari variabel biaya perjalanan Nilai ekonomi wisata dari TWA Rimbo Panti merupakan total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu. Nilai ekonomi TWA Rimbo Panti diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ................................................................(3) Keterangan: NE = Nilai ekonomi kawasan wisata dalam satu tahun SK = Surplus konsumen pengunjung per individu per kunjungan JP = Total jumlah pengunjung selama satu tahun
24
Fungsi permintaan kunjungan ke tempat wisata beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya diestimasi dengan pendekatan Individual Travel Cost Method (ITCM). Menurut Fauzi (2006), pendekatan ITCM didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei dan teknik statistika yang lebih kompleks. Kelebihan dari metode ini adalah dapat memberikan hasil yang lebih akurat. Fungsi permintaan wisata tiap individu per tahun kunjungan adalah sebagai berikut: Y=
-
ԑ............(4)
Dimana: Y
= jumlah kunjungan trip tahunan ke cagar alam (jumlah kunjungan per tahun)
X1 = biaya perjalanan individu ke lokasi cagar alam (Rp./kunjungan) X2 = pendapatan responden (Rp./bulan) X3 = lama pendidikan responden (tahun) X4 = usia responden (tahun) X5 = jarak tempuh ke lokasi cagar alam (km) X6 = tempat rekrasi alternatif X7 = jumlah tanggungan (orang) X8 = lama mengetahui lokasi (bulan) ԑ
= error term = koefisien regresi untuk faktor Hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini terkait variabel-variabel yang
dimasukkan ke dalam model yaitu sebagai berikut: 1. Peningkatan biaya perjalanan akan mengurangi jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Rimbo Panti. 2. Peningkatan jumlah pendapatan akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Rimbo Panti. 3. Semakin lama tingkat pendidikan seseorang, maka intensitas kunjungan ke TWA Rimbo Panti juga akan meningkat. 4. Peningkatan usia akan menambah jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Rimbo Panti.
25
5. Semakin jauh jarak tempuh menuju lokasi, maka intensitas kunjungan wisatan ke TWA Rimbo Panti akan cenderung berkurang. 6. Semakin banyak lokasi alternatif yang tersedia, maka akan mengurangi jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Rimbo Panti. 7. Semakin banyak jumlah tanggungan seseorang, maka akan mengurangi intensitas kunjungan ke TWA Rimbo Panti. 8. Semakin lama seseorang mengetahui keberadaan TWA Rimbo Panti, maka semakin banyak intensitas kunjungannya. Pendekatan ITCM menggunakan teknik ekonometrik seperti regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya (dependent variable) dijelaskan oleh lebih dari satu variabel bebas (independent variable), namun masih menunjukkan hubungan yang linier. Variabel-variabel diatas dipilih berdasarkan teori-teori penelitian terdahulu dan observasi di lapang. Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis regresi berganda agar menghasilkan estimator yang terbaik, sehingga diperoleh model yang lebih akurat. Ada pun beberapa pengujian statistik yang diperlukan adalah: a.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term dari data
observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Hal tersebut dapat dilihat dari normal probability plot dan histogram. Apabila terbentuk kurva normal yang menyerupai bentuk lonceng dalam histogram dan letak titik-titik berada pada garis berbentuk linier dalam normal probability plot, maka asumsi kenormalan terpenuhi. b.
Uji Statistik F Uji F merupakan pengujian hipotesis koefisien regresi berganda untuk
melihat apakah semua variabel bebas secara serentak atau bersama-sama mempengaruhi variabel terikat, dengan kata lain pengujian regresi berganda ini dilakukan terhadap model secara keseluruhan. Tabel pengujiannya disebut tabel F. Hasil uji statistiknya kemudian dibandingkan dengan nilai yang ada pada tabel. c.
Uji Statistik t Uji t merupakan pengujian hipotesis koefisien regresi berganda dengan
hanya satu variabel bebas mempengaruhi variabel terikat (Hasan 2002). Tabelnya
26
disebut tabel t-student. Hasil uji statistiknya kemudian dibandingkan dengan nilai yang ada pada tabel untuk menerima atau menolak hipotesis nol (H0) yang dikemukakan. d.
Uji Multikolinearitas Multikolineritas terjadi jika antara variabel bebas yang satu dengan variabel
bebas yang lain dalam model regresi saling berkorelasi linier. Biasanya korelasinya mendekati sempurna atau sempurna. Cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolineritas dalam model. e.
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua
pengamatan. Heteroskedastisitas akan muncul dalam bentuk residu yang semakin besar jika pengamatan semakin besar. Cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji Glejser. Heteroskedastisitas dapat juga dideteksi dengan metode grafik (uji Bartlett dan Levene), uji Park, Uji Breusch-Pagan, Uji Goldfield-Quandt, dan white test. f.
Uji Autokorelasi Autokorelasi terjadi jika terdapat korelasi antar anggota sampel atau data
pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu (time series) atau ruang (cross section). Cara untuk mendeteksi autokorelasi dalam analisis regresi berganda adalah dengan uji Durbin-Watson. Jika nilai uji Durbin-Watson berada di antara nilai 1,55 dan 2,46 maka tidak terjadi autokorelasi di dalam model (Firdaus 2004). 4.5.2 Penerapan Segmentasi dan Estimasi Tarif Masuk Setiap Segmen Wisata 1. Analisis Persepsi Persepsi dari pengunjung, pengelola, dan masyarakat mengenai rencana penetapan tarif di setiap segmen wisata dianalisis secara deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa masa sekarang. Menurut Whitney dalam Nazir (2003), metode deskriptif merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode deskriptif memiliki tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan, secara sistematis, faktual, dan
27
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis persepsi dilakukan pada beberapa kategori yang terkait dengan pengelolaan kawasan wisata. Indikator dari setiap kategori dalam analisis persepsi para pihak dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Indikator analisis persepsi pengunjung TWA Rimbo Panti No 1.
Kategori Kondisi fasilitas wisata (tempat istirahat, musholla, toilet, tempat sampah)
2.
Aksesibilitas
3.
Keamanan
4.
Keindahan Alam
Indikator - Sangat Memadai
Keterangan - Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya melebihi kebutuhan pengunjung, dan kondisinya sangat terawat. - Memadai - Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan pengunjung, dan kondisinya terawat. - Kurang - Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya tidak Memadai memenuhi kebutuhan pengunjung, dan kondisinya tidak terawat. - Tidak - Fasilitas wisata tersebut tidak ada, sehingga Memadai kebetuhan pengunjung tidak terpenuhi. - Sangat - Informasi mengenai lokasi wisata mudah diperoleh, Mudah kondisi jalan sangat bagus, dan angkutan menuju kawasan tersedia dengan sangat baik - Mudah - Informasi mengenai lokasi kawasan tersedia, kondisi jalan bagus, dan terdapat angkutan umum menuju kawasan - Sulit - Informasi mengenai lokasi kawasan tersedia, kondisi jalan buruk, dan sulit ditemukan angkutan umum menuju kawasan. - Sangat Sulit - Informasi tidak tersedia, kondisi jalan buruk, dan angkutan umum tidak tersedia - Sangat Aman - Sarana dan prasarana keselamatan wisata diatas standar keamanan, serta tidak pernah terjadi pencopetan barang bawaan pengunjung walaupun diluar pengawasan - Aman - Sarana dan prasarana keselamatan wisata sesuai standar keamanan, serta tidak ada pencopetan barang pengunjung. - Kurang Aman - Sarana dan prasarana keselamatan wisata tidak sesuai standar keselamatan, serta kadang-kadang terjadi pencopetan. - Tidak Aman - Sarana dan prasarana keselamatan wisata tidak sesuai standar keselamatan, serta sering terjadi pencopetan. - Sangat Indah - Pemandangan alam yang ada sangat memukau pengunjung, dan pengunjung sangat ingin untuk datang kembali. - Indah - Pemandangan alam yang ada bagus, dan menarik minat pengunjung untuk datang kembali. - Kurang Indah - Pemandangan alam yang tersedia biasa saja, dan pengunjung kurang tertarik untuk kembali. - Tidak Indah - Pemandangan alam yang tersedia tidak dapat memberi kepuasan pengunjung, dan pengunjung tidak ingin untuk datang kembali.
28
No 5.
Kategori Kebersihan
6.
Kondisi Atraksi Wisata (kolam pemandian, sumber mata air panas, herbarium)
Indikator Keterangan - Sangat Bersih - Tidak terdapat sampah yang beserakan, dan semua fasilitas serta warung tertata rapi. - Bersih - Tidak terdapat sampah yang berserakan, tapi fasilitas dan warung kurang tertata rapi. - Kurang - Masih terdapat sampah yang berserakan namun Bersih jumlahnya sedikit, dan fasilitas serta warung kurang tertata rapi. - Tidak bersih - Banyak sampah yang berserakan, dan fasilitas serta warung tidak tertata rapi. - Sangat Baik - Area lokasi objek wisata sangat luas, sangat bersih, dan sangat terawat. - Baik - Luas area lokasi objek wisata dapat menampung dan memenuhi kebutuhan pengunjung, bersih, serta terawat. - Kurang Baik - Area lokasi sempit tapi masih dapat memenuhi kebutuhan pengunjung, kurang bersih, dan kurang terawat. - Tidak Baik - Area lokasi wisata sangat sempit, tidak bersih, dan tidak terawat.
2. Analisis Nilai WTP Pengunjung Ataraksi wisata yang ada saat ini sebagian besar masih bersifat open access. Tiket masuk hanya diterapkan pada kolam pemandian air panas, sedangkan sumber mata air panas dan gedung herbarium dapat dimasuki pengunjung secara bebas. Kondisi seperti ini dikhawatirkan dapat mengganggu kelestarian ekosistem cagar alam, sehingga untuk menjaga kelestarian alam dapat diterapkan sistem segmentasi. Sistem segmentasi merupakan pemisahan atraksi wisata yang ada dengan tujuan memecah konsentrasi pengunjung, sehingga tidak terjadi penumpukan pengunjung pada suatu atraksi wisata. Sistem segmentasi yang diterapkan berupa penetapan tiket masuk untuk setiap atraksi wisata yang ada. Penetapan tiket masuk untuk setiap segmen didasarkan pada kesediaan membayar dari pengunjung. WTP diperoleh dari pengunjung yang setuju dengan sistem segmentasi dan bersedia membayar untuk setiap atraksi wisata. Survey berupa wawancara langsung terhadap pengunjung dilakukan guna mendapatkan nilai WTP pengunjung terhadap segmentasi wisata. Sebelum mendapatkan nilai WTP, penulis mencoba membuat pasar hipotetik yang dibentuk atas dasar upaya pengembangan yang akan dilakukan pengelola tetapi tidak semua segmen memiliki tarif. Hanya ada satu segmen wisata yang sudah ada tarifnya, tetapi masih belum diterapkan secara optimal. Salah satu caranya adalah mendapatkan sumber dana dari pengunjung dengan penetapan tarif di setiap segmen wisata. Pasar hipotetik yang di tawarkan dibentuk dalam skenario sebagai berikut:
29
SKENARIO: Taman Wisata Alam Rimbo Panti merupakan objek wisata alam yang terletak di Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. TWA ini salah satu kawasan wisata yang masih bersifat open access dan cenderung under value terhadap kawasan. Kondisi tersebut akan memicu tingginya jumlah pengunjung, terutama pada saat liburan dan libur lebaran. Oleh karena itu, pengelola berencana akan melakukan upaya pengelolaan dan penjagaan kelestarian kawasan Cagar Alam dan TWA Rimbo Panti. Upaya pengelolaan dan penjagaan kelestarian tentu akan membutuhkan dana yang besar, sehingga pengelola berencana menerapkan sistem segmentasi berupa penetapan tiket masuk pada setiap atraksi wisata. Atraksi wisata yang ditawarkan adalah sumber mata air panas, kolam pemandian air panas, dan gedung herbarium. Setelah penerapan segmentasi, setiap pengunjung yang akan menikmati atraksi wisata akan mengeluarkan biaya sebesar tarif yang ditetapkan. Dana yang bersumber dari tiket masuk tersebut akan digunakan untuk mengelola dan menjaga kelestarian kawasan cagar alam dalam rangka meningkatkan upaya konservasi. Setelah membuat pasar hipotetik guna mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini, teknik yang digunakan untuk memperoleh nilai penawaran yaitu menggunakan metode bidding game (tawar-menawar). Hal ini dikarenakan metode ini memudahkan responden memahami maksud dan tujuan penelitian ini. Metode ”bidding game” (tawar-menawar) dilakukan dengan menanyakan kepada responden berapa yang bersedia dibayarkan dalam rangka pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata. Langkah selanjutnya, memperkirakan nilai ratarata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus (Hanley dan Spash, 1993): ∑WTP =
∑
.................................................................(5)
Dimana: ∑WTP = Dugaan rataan WTP (Rp) WI
= Nilai ke I (Rp)
n
= Jumlah responden (orang)
i
= Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk di setiap segmen wisata (i=1,2,...,n)
30
4.5.3 Manfaat Ekonomi bagi Masyarakat Sekitar dan Kegiatan Konservasi Adanya kegiatan wisata yang dikembangkan di TWA Rimbo Panti sedikit banyaknya telah memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan kegiatan konservasi. 1. Manfaat Ekonomi bagi Masyarakat Sekitar dengan Analisis Perubahan Pendapatan Kegiatan wisata di TWA Rimbo Panti dapat membuka lapangan pekerjaan baru dan menyerap tenaga kerja lokal. Masyarakat dapat membuka usaha di sekitar kawasan wisata dan bekerja disektor wisata. Manfaat ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat dilihat dari perubahan pendapatan yang diperoleh masyarakat sekitar. Estimasi pendapatan dan perubahan pendapatan akibat adanya keberadaan TWA dianalisis dengan mengkaji perubahan pendapatan masyarakat dengan dan tanpa adanya TWA. Perubahan pendapatan masyarakat sekitar dilihat dengan perhitungan pendapatan rata-rata berdasarkan kelompok pekerjaan. Pendapatan rata-rata ini dihitung dengan mengurangi total pendapatan masyarakat dengan adanya TWA dan pendapatan masyarakat di luar TWA. Rumus perubahan pendapatan sebagai berikut: ΔITWA = ITWA2-ITWA1..........................................................(6) dimana: ΔITWA = Perubahan pendapatan masyarakat dari adanya TWA ITWA2 = Total pendapatan masyarakat dengan adanya TWA ITWA1 = Pendapatan masyarakat diluar TWA Analisis ini dilanjutkan dengan mencari besarnya proporsi pendapatan yang diperoleh unit usaha dan tenaga kerja. Hasil analisis dapat menunjukkan apakah pendapatan yang diperoleh dari adanya kawasan merupakan pendapatan utama bagi masyarakat. Persentase proporsi pendapatan yang diperoleh dari adanya TWA dapat dihitung dengan rumus:
% ITWA =
................................................(7)
dimana: %ITWA = Persentase proporsi pendapatan masyarakat dari adanya TWA terhadap total pendapatan
31
ITWA
= Rata-rata perubahan pendapatan masyarakat dari adanya TWA
ITWA2
= Rata-rata total pendapatan masyarakat dengan adanya TWA Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) menjelaskan persentase tipologi
usaha terhadap pendapatan total seseorang, yaitu: 1) Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan kurang dari 30% disebut sebagai usaha sambilan. 2) Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 30-70% disebut sebagai cabang usaha. 3) Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 70-100% disebut sebagai usaha pokok. 2. Manfaat Ekonomi bagi Kegiatan Konservasi Kegiatan wisata yang dikembangkan di TWA secara tidak langsung telah mendukung kegiatan konservasi. Penerapan segmentasi bertujuan untuk mengurangi tekanan pengunjung pada areal TWA, sehingga tidak mengganggu kelestarian cagar alam. Kegiatan wisata juga diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi kegiatan konservasi yang diperoleh dari sebagian total penerimaan wisata sebelum dan sesudah segmentasi. Total penerimaan dapat diestimasi dengan mengalikan persentase jumlah pengunjung yang bersedia membayar dengan jumlah pengunjung setiap tahun dan rataan WTP dari pengunjung. Total penerimaan dapat dihitung dengan rumus berikut: TP = %P × JP × WTP........................................................(8) dimana: TP
= Total penerimaan (Rp.)
%P
= Persentase jumlah pengunjung yang bersedia membayar setiap segmen(%)
JP
= Jumlah pengunjung setiap tahun (orang/tahun)
WTP = Rataan nilai kesediaan membayar pengunjung (Rp.)
32
V. 5.1
GAMBARAN UMUM
Karakteristik Taman Wisata Alam Rimbo Panti
Karakteristik TWA Rimbo Panti yang akan dipaparkan terdiri dari profil tempat wisata, sejarah dan perkembangan tempat wisata, sumberdaya manusia tempat wisata, dan rencana pengelola terkait pengembangan kawasan wisata TWA Rimbo Panti. 5.1.1 Profil Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kawasan Cagar Alam Rimbo Panti yang termasuk register 75 pertama kali ditunjuk melalui Gubernur Besluit No. 34 staablat 420 tanggal 8 Juni 1932 dengan luas awal 3.120 ha, kemudian pada tahun 1979 dengan keputusan Menteri Pertanian No. 284/Kpts/Um/6/1979 tanggal 1 Juni 1979 sebagian areal cagar alam dialih fungsikan menjadi TWA dengan nama sama seluas 570 ha. Saat ini status kawasan ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 101/MenhutII/2011 tanggal 18 Maret 2011 tentang Penetapan Kawasan TWA Rimbo Panti yang terletak di Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat (BKSDA Sumatera Barat 2012). Penunjukan kawasan ini sebagai kawasan konservasi diduga karena keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi, serta kelengkapan tipe ekosistem asli yang mewakili tipe hutan tropis dataran rendah. Cagar Alam Rimbo Panti merupakan salah satu cagar alam yang sebagian kawasannya beralih fungsi menjadi objek wisata di Sumatera Barat, karena memiliki kekhasan tumbuhan dan hewan, serta sumber air panas dengan keindahan estetis dan rekreatif yang menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung kesana. Faktor utama yang menyebabkan terancamnya kelestarian ekosistem cagar alam, yaitu aktivitas pengunjung dan masyarakat yang semakin sulit untuk dikendalikan terutama pada saat peak season dan libur lebaran. Hal ini akan membawa dampak yang buruk terhadap kelestarian dan keberlanjutan ekosistem cagar alam. Menurut tata letak administratifnya, kawasan TWA ini terletak di Kabupaten Pasaman, yang berbatasan langsung dengan Nagari Panti, Petok, dan Padang Lapai. Kawasan TWA Rimbo Panti berada di tepi jalan raya Padang-
33
Medan, tepatnya di ruas Lubuk Sikaping-Panti dengan jarak sekitar 210 km dari Kota Padang, sekitar 20 km dari Lubuk Sikaping, dan sekitar 1 km dari Panti. Kawasan TWA Rimbo Panti ini terletak di ruas jalan yang dikategorikan sebagai jalan negara, sehingga untuk mencapai kawasan ini cukup mudah. 5.1.2 Pengelola Taman Wisata Alam Rimbo Panti Sistem pengelolaan kawasan wisata ini sedikit berbeda, karena kawasan wisata ini berdekatan dengan cagar alam. Kawasan cagar alam tidak boleh dimasuki secara bebas, karena merupakan tempat konservasi flora dan fauna. Oleh karena itu, pengelola kawasan ini terdiri dari dua instansi terkait. Kawasan cagar alam dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Pasaman, dan kawasan TWA dikelola oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Pasaman. Pengelolaan secara teknis di lapangan dilakukan oleh Petugas Resort KSDA Panti yang terdiri dari Polisi Hutan (Polhut) dan juru pelihara. Petugas resort berkewajiban menjaga kondisi dan kelestarian cagar alam. Petugas resort bertugas memantau kegiatan masyarakat dan pengunjung kawasan wisata agar tidak sampai masuk ke kawasan cagar alam, sedangkan juru pelihara bertugas menjaga lingkungan kawasan TWA. Juru pelihara juga ikut bertanggung jawab mengawasi kegiatan pengunjung kawasan wisata agar tidak masuk pada kawasan cagar alam. 5.1.3 Rencana Pengelola Terhadap Pengembangan Taman Wisata Alam Rimbo Panti Rencana
pengembangan
TWA
Rimbo
Panti
diharapkan
agar
pelaksanaannya lebih terarah, sehingga tujuan pengelolaan dapat tercapai, pelayanan fasilitas dapat ditingkatkan, dan kelestarian cagar alam dapat terjaga. Hasil wawancara langsung dengan Kepala Seksi Promosi Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Pasaman, menyatakan rencana pengembangan TWA Rimbo Panti diharapkan mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar kawasan, dan secara tidak langsung bisa mendukung upaya konservasi. Rencana pengembangan TWA Rimbo Panti jangka panjang adalah pembuatan waterboom yang bersumber langsung dari sumber mata air panas yang ada di lokasi wisata. Pengembangan waterboom diharapkan mampu menjadi daya
34
tarik baru pada lokasi ini, akan tetapi ada beberapa hambatan yang dihadapi pengelola dalam mewujudkan pembangunan waterboom ini. Hambatan utama yang dihadapi adalah terkait dengan izin pembangunan waterboom. Terjadi perbedaan konsep antara pihak BKSDA dan Dinas Pariwisata. Dinas pariwisata ingin mengembangkan dan memajukan pariwisata lokal dengan pembangunan waterboom, namun disisi lain pihak BKSDA ingin menjaga fungsi ekologi dari cagar alam agar kelestariannya terjaga. 5.2 Karaktersitik Responden Pengunjung Taman Wisata Alam Rimbo Panti Karakteristik responden pengunjung dibedakan berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pengunjung yang terdiri dari jenis kelamin, umur, asal daerah, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, status pernikahan, dan jumlah tanggungan. Karakteristik responden pengunjung TWA Rimbo Panti juga dibedakan berdasarkan karakteristik dalam berwisata yang terdiri dari frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, cara kedatangan, dan jenis kendaraan. 5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Responden Pengunjung Karakteristik responden pengunjung TWA Rimbo Panti berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Karakteristik responden pengunjung TWA Rimbo Panti berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pada Tahun 2013 Karakteristik 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2. Umur (Tahun) 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 ≥ 61 Jumlah 3. Asal Daerah Kabupaten Pasaman dan sekitarnya Kabupaten Agam Kota Bukittinggi Kota Padang, Padang Panjang, dan Pariaman Kota Payakumbuh Kabupaten Mandailing Natal Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
53 47 100
53 47 100
14 29 19 24 13 1 100
14 29 19 24 13 1 100
59 21 7 9 3 1 100
59 21 7 9 3 1 100
35
Karakteristik 4. Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah 5. Pekerjaan Pokok Petani PNS Pekerja Kebun Pekerja Pabrik Wiraswasta Pelajar/mahasiswa Penambang Pegawai swasta Pensiunan Lainnya Jumlah 6. Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan) < 500.000,00 500.000,00 - 1.500.000,00 1.500.000,01 - 2.500.000,00 2.500.000,01 - 3.500.000,00 Jumlah 7. Status Pernikahan Menikah Belum Menikah Jumlah 8. Jumlah Tanggungan Tidak Ada 1-2 orang 3-4 orang ≥5 orang Jumlah Sumber: Data primer (2013)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
4 17 52 37 100
4 17 52 37 100
35 14 9 9 8 7 6 4 2 6 100
35 14 9 9 8 7 6 4 2 6 100
16 64 14 6 100
16 64 14 6 100
65 35 100
65 35 100
34 24 32 10 100
34 24 32 10 100
Sebagian besar pengunjung TWA Rimbo Panti merupakan wisatawan lokal yang berada disekitar kawasan dengan jarak tempuh relatif dekat. Keberadaan lokasi wisata ini kurang diketahui masyarakat luar daerah, karena kurangnya promosi dan informasi sehingga mengakibatkan sedikitnya pengunjung dari luar daerah datang ke lokasi ini. Sebagian besar pengunjung bekerja sebagai petani dengan tingkat pendidikan SMA. Pendidikan SMA tidak menjamin pertanian daerah itu maju, karena kebanyakan mereka mewarisi cara bertani yang dulu diterapkan orang tua mereka. Jadi tidak ada kemajuan ilmu pengetahuan dalam bertani, sehingga pertanian mereka tetap tidak mengalami kemajuan. Mereka bekerja sebagai petani karena merupakan pekerjaan turun temurun dan terbatasnya dana untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
36
Kebanyakan orang tua mewarisi lahan pertanian bagi anak-anaknya dalam jumlah yang tidak banyak. Cara bertani yang belum maju ini akan berdampak pada penghasilan. Sebagian besar pengunjung berada pada kelompok penghasilan menengah ke bawah dengan umur berkisar antara 21-30 tahun, dan memiliki kondisi fisik yang masih kuat. Hal ini mengingat atraksi wisata yang ditawarkan merupakan wisata keluarga yang memerlukan kekuatan fisik dan terjangkau bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah. 5.2.2 Karakteristik Responden Pengunjung dalam Berwisata Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata ke TWA Rimbo Panti dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata di TWA Rimbo Panti pada Tahun 2013 Karakteristik 1. Frekuensi Kunjungan (kali/tahun) 1–3 4–6 7 – 10 Jumlah 2. Motivasi Wisata Rekreasi Penelitian Pendidikan Lainnya Jumlah 3. Kedatangan Sendiri Kelompok Keluarga Lainnya Jumlah 4. Jenis Kendaraan Motor Mobil Kendaraan Sewa Kendaraan Umum Jumlah Sumber: Data primer (2013)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
79 13 8 100
79,00 13,00 8,00 100,00
90 1 2 7 100
90,00 1,00 2,00 7,00 100,00
17 8 40 35 100
17,00 8,00 40,00 35,00 100,00
42 15 17 26 100
42,00 15,00 17,00 26,00 100,00
Tabel 5.2 memperlihatkan sebagian besar pengunjung melakukan kunjungan sebanyak 1-3 kali per tahun dan sebagian besar dengan tujuan rekreasi. Hal ini, menunjukan cukup tingginya pereferensi wisatawan untuk datang ke TWA Rimbo Panti, karena TWA ini memiliki daya tarik tersendiri dengan adanya atraksi wisata sumber mata air panas. Menurut cara kedatangannya, sebagian besar responden mengunjungi TWA Rimbo Panti bersama keluarga dengan
37
menggunakan kendaraan pribadi berupa motor. Hal ini menunjukkan bahwa TWA Rimbo Panti cocok sebagai sarana rekreasi keluarga. 5.3 Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar (Masyarakat NonSector Wisata) Taman Wisata Alam Rimbo Panti Masyarakat sekitar TWA Rimbo Panti pada umumnya merasakan dampak dari pengembangan kawasan wisata tersebut. Masyarakat sekitar dijadikan responden untuk menilai manfaat pengembangan wisata dan persepsi masyarakat terhadap keberadaan TWA Rimbo Panti, baik dari aspek lingkungan maupun ekonomi. Responden masyarakat dalam penelitian ini merupakan masyarakat Kecamatan Panti yang bertempat tinggal di sekitar TWA Rimbo Panti dalam radius satu kilometer. Karakteristik masyarakat sekitar TWA Rimbo Panti dibedakan berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Keterangan lebih lanjut mengenai karakteristik responden masyarakat sekitar TWA Rimbo Panti dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Karakteristik responden masyarakat sekitar TWA Rimbo Panti (nonsector wisata) Tahun 2013 Karakteristik 1. Umur (Tahun) 20-30 31-40 41-50 51- 60 ≥ 61 Jumlah 2. Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Diploma Sarjana (S1) Magister (S2) Jumlah 3. Pekerjaan Wiraswasta PNS Karyawan Swasta Kuli Bangunan Ibu Rumah Tangga Petani Pensiunan Jumlah Sumber: Data primer (2013)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
3 9 7 0 1 20
15,00 45,00 35,00 0,00 5,00 100,00
0 1 9 3 6 1 20
0,00 5,00 45,00 15,00 30,00 5,00 100,00
2 11 3 1 1 1 1 20
10,00 55,00 15,00 5,00 5,00 5,00 5,00 100,00
38
Tabel 5.3, menunjukkan sebagian besar responden masyarakat sekitar TWA Rimbo Panti berumur antara 31-40 tahun, dengan tingkat pendidikan SMA dan perguruan tinggi. Sebagian besar responden masyarakat sekitar TWA Rimbo Panti bekerja sebagai PNS dan karyawan swasta, karena memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Pekerjaan masyarakat sekitar kawasan wisata sangat berbeda dengan pengunjung yang sebagian besar merupakan petani. Hal ini karena kebanyakan masyarakat sekitar kawasan merupakan pendatang dari luar daerah dan kemudian menetap, bukan masyarakat asli seperti pengunjung pada umumnya. 5.4 Karakteristik Unit Usaha di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Pengembangan wisata di TWA Rimbo Panti membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk berkontribusi dalam aktivitas wisata. Sebanyak 66,67% unit usaha didirikan oleh penduduk asli. Hal ini karena sebagian besar penduduk asli bekerja sebagai petani dengan kelompok pendapatan menengah ke bawah, sehingga membutuhkan usaha tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karakteristik unit usaha di TWA Rimbo Panti dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Karakteristik unit usaha di TWA Rimbo Panti pada Tahun 2013 Karakteristik 1. Pendiri Unit Usaha Masyarakat Asli Bukan Masyarakat Asli Jumlah 2. Lama Mendirikan Unit Usaha 1-2 tahun 3-4 tahun 5-6 tahun >6 tahun Jumlah 3. Jenis Unit Usaha Kios Makanan Warung Makan Pedagang Asongan Penginapan Penduduk Warung Kopi Toilet Umum Jumlah 4. Waktu Membuka Unit Usaha (per minggu) 1-3 hari 4-5 hari 6-7 hari Jumlah Sumber: Data primer (2013)
Jumlah (unit)
Persentase (%)
10 5 15
66,67 33,33 100,00
2 5 4 4 15
13,33 33,33 26,67 26,67 100,00
5 3 3 2 1 1 15
33,33 20,00 20,00 13,33 6,67 6,67 100,00
2 6 7 15
13,33 40,00 46,67 100,00
39
Tabel 5.4 menunjukan sebanyak 33,33% responden masyarakat mulai mendirikan unit usaha selama 3-4 tahun. Sebagian besar jenis usaha yang didirikan di sekitar TWA Rimbo Panti adalah kios makanan, dengan lama membuka unit usaha setiap minggunya selama 6-7 hari. Keberadaan usaha yang didirikan dapat memberikan penghasilan tambahan yang cukup menjanjikan. Unit usaha paling ramai dikunjungi oleh wisatawan pada saat libur lebaran dan peak season, karena jumlah wisatawan yang datang ke TWA Rimbo Panti lebih banyak pada hari tersebut. 5.5 Karakteristik Tenaga Keja Lokal di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Pengembangan TWA Rimbo Panti memberi peluang bagi masyarakat untuk bekerja di sektor wisata. Sebagian besar tenaga kerja di TWA Rimbo Panti merupakan penduduk asli, yaitu sebanyak 86,67%. Sisanya sebanyak 13,33% tenaga kerja di kawasan wisata ini merupakan penduduk pendatang yang menetap di sekitar kawasan wisata. Keterangan lebih lanjut mengenai karakteristik tenaga kerja lokal di TWA Rimbo Panti dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Karakteristik tenaga kerja lokal TWA Rimbo Panti pada Tahun 2013 Karakteristik 1. Status Masyarakat Masyarakat Asli Bukan Masyarakat Asli Jumlah 2. Status Pekerjaan di Bidang Pariwisata Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan Jumlah 3. Jenis Pekerjaan Tukang Ojek Pegawai Penginapan Pegawai Warung Makan Petugas Kebersihan Juru Parkir Penjaga Pemandian Air Panas Jumlah Sumber: Data primer (2013)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
13 2 15
86,67 13,33 100,00
3 12 15
20,00 80,00 100,00
5 3 2 2 2 1 15
33,33 20,00 13,33 13,33 13,33 6,67 100,00
Tabel 5.5 memperlihatkan sebagian besar tenaga kerja di TWA Rimbo Panti menyatakan bahwa pekerjaan di bidang pariwisata merupakan pekerjaan sampingan karena sebelumnya telah memiliki pekerjaan utama, yaitu sebanyak 80% tenaga kerja, dengan jenis pekerjaan sebagai tukang ojek (33,33%). Hal tersebut menunjukkan bahwa pengembangan wisata di TWA Rimbo Panti
40
memberikan dampak postif yaitu berupa penyerapan tenaga kerja lokal untuk bekerja di bidang pariwisata. Sumber pendapatan setiap tenaga kerja berbeda-beda, pegawai warung makan dan pegawai penginapan digaji oleh unit usaha tempat mereka bekerja. Petugas kebersihan dan penjaga pemandian air panas digaji oleh instansi pemerintahan yang terkait. Sumber pendapatan juru parkir diperoleh dari retribusi parkir yang diberikan wisatawan, dan pendapatan tukang ojek bergantung pada pengeluaran wisatawan untuk ojek.
41
VI. 6.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai Ekonomi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata Nilai ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata
merupakan salah satu yang penting diketahui dari suatu kawasan wisata. Sebelum menghitung nilai ekonomi, perlu diketahui fungsi permintaan wisata dari TWA Rimbo Panti. 6.1.1 Fungsi Permintaan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata Fungsi permintaan wisata di TWA Rimbo Panti dibentuk dengan memasukkan 8 variabel bebas (independent variable) yang diduga mempengaruhi variabel terikat (dependent variable) yaitu jumlah kunjungan wisatawan. Variabel bebas (independent variable) tersebut antara lain biaya perjalanan, tingkat pendapatan pengunjung, lama pendidikan, usia responden, jarak tempuh, tempat rekreasi alternatif, jumlah tanggungan, dan lama mengetahui kawasan wisata. Model fungsi permintaan wisata TWA Rimbo Panti dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diestimasi dengan menggunakan analisis regresi berganda (Persamaan 4). Fungsi permintaan wisata ke TWA Rimbo Panti yang diperoleh dari hasil analisis regresi berganda sebagai berikut: Y = 1,90 - 0,000001 X1 + 0,0000001 X2 + 0,0761 X3 + 0,0147 X4 - 0,0194 X5 - 0,023 X6 - 0,0742 X7 + 0,0302 X8 Keterangan: Y = Jumlah kunjungan ke TWA Rimbo Panti (per tahun) X1 = Biaya perjalanan individu ke TWA Rimbo Panti (Rp.) X2 = Jumlah pendapatan (Rp.) X3 = Lama pendidikan (tahun) X4 = Usia Pengunjung (tahun) X5 = Jarak tempuh ke TWA Rimbo Panti (km) X6 = Tempat rekreasi alternatif X7 = Jumlah tanggungan (orang) X8 = Lama mengetahui kawasan wisata (bulan)
42
Hasil output analisis regresi fungsi permintaan wisata TWA Rimbo Panti dapat dilihat pada Tabel 6.1 dan Lampiran 1. Tabel 6.1 Regresi fungsi permintaan wisata TWA Rimbo Panti Variabel Constant X1 (Biaya Perjalanan) X2 (Jumlah Pendapatan) X3 (Lama Pendidikan) X4 (Usia Pengunjung) X5 (Jarak Tempuh) X6 (Tempat Rekreasi Alternatif) X7 (Jumlah Tanggungan) X8 (Lama Mengetahui) R2 R2 (adj) Sumber: Data primer diolah (2013)
Koefisien 1,8967 -0,00000067 0,00000011 0,07612 0,01470 -0,019447 -0,0231 -0,07422 0,030192 64,9% 61,8%
SE Koefisien 0,6263 0,00000126 0,00000025 0,04894 0,01431 0,002363 0,1450 0,08805 0,004854
T 3,03 -0,53 0,46 1,56 1,03 -8,23 -0,16 -0,84 6,22
P VIF 0,003 0,597 3,7 0,650 3,9 0,123 b 2,2 0,307 3,4 0,000 a 1,8 0,874 1,1 0,401 2,7 0,000 a 1,1
Keterangan: Tanda a dan b menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masing-masing variabel berturut-turut pada α : 1%, 15%.
Nilai R-sq dari hasil analisis regresi berganda diperoleh sebesar 65,4%. Nilai tersebut menunjukkan sebesar 64,9% keragaman permintaan wisata dijelaskan oleh variabel bebas (independent variable) yang terdapat di dalam model, dan sisanya 35,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. 1. Pemenuhan Asumsi Regresi Linier Berganda Pelanggaran asumsi yang biasa terjadi dalam analisis regresi linier berganda adalah multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi (Hasan 2002). Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan asumsi untuk mengetahui tingkat keakuratan model yang telah dibangun. Berdasarkan hasil regresi liner berganda yang diperoleh, asumsi regresi liner berganda terpenuhi yaitu data menyebar normal yang terlihat dari titik yang menyebar sepanjang garis linier pada normal probability plot (hasil uji Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai p-value lebih besar dari 0,150 dan nilai Kolmogorov Smirnov sebesar 0,073 lebih kecil dari nilai Kolmogorov Smirnov tabel (0,161), sehingga dapat disimpulkan data yang dimiliki telah menyebar normal (Iriawan dan Astuti, 2006)), dan tidak terjadi multikolinearitas (VIF<10), heteroskedastisitas (Uji Glejser nilai P-value (0,066) > α (0,05)), serta autokolerasi (Nilai Durbin Watson sebesar 1,75833). Hasil analisis regresi linier berganda dan uji yang dilakukukan dapat dilihat Lampiran 1,2,3 dan 4.
pada
43
2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Secara Signifikan Terhadap Minat Wisata ke Taman Wisata Alam Rimbo Panti Hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke TWA Rimbo Panti terdapat beberapa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kunjungan wisatawan, yaitu jarak tempuh, lama mengetahui kawasan wisata, jumlah tanggungan, dan usia pengunjung. Berikut variabelvariabel yang mempengaruhi minat wisata pengunjung secara signifikan: a. Jarak Tempuh Variabel jarak tempuh berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke TWA Rimbo Panti dan memiliki pengaruh nyata pada taraf nyata 1%. Jarak tempuh merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi individu untuk menentukan lokasi wisata yang akan dituju dalam memenuhi kebutuhan akan wisata. TWA Rimbo Panti terletak di jalan lintas Sumatera, tepatnya di Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman. Daerah ini berada cukup jauh dari pusat kota. Oleh karena itu, jarak tempuh menuju lokasi wisata mempengaruhi jumlah kunjungan individu, sehingga semakin jauh jarak yang harus ditempuh individu menuju TWA Rimbo Panti, semakin rendah intensitas kunjungan wisata yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian setiap penambahan jarak tempuh sejauh 100 km, maka intensitas kunjungan wisata akan berkurang sebanyak 3 kali. b. Lama Mengetahui Kawasan Wisata Variabel lama mengetahui keberadaan kawasan wisata berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisata ke TWA Rimbo Panti pada taraf 1% diperoleh berdasarkan uji t. Pengunjung datang ke TWA Rimbo Panti karena ingin melihat keindahan alam yang masih alami dan sumber mata air panas yang menjadi ciri khas dari kawasan wisata ini. TWA Rimbo Panti tidak sering dimunculkan dalam media cetak dan elektronik, tetapi pengunjung yang telah mengetahui keberadaan kawasan wisata ini tetap berkunjung untuk menikmati keindahan alam yang ada. c. Lama Pendidikan Responden Variabel lama pendidikan responden memiliki pengaruh positif dan berpengaruh nyata pada taraf 15% terhadap intensitas kunjungan wisatawan. Lama pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola tingkah laku orang tersebut, termasuk pola tingkah laku terhadap kegiatan wisata. Seseorang yang
44
berpendidikan tinggi cenderung akan memiliki kesadaran yang tinggi akan kebutuhan wisata terutama wisata alam yang memiliki unsur edukasi, sehinggan akan meningkatkan intensitas kunjungannya. 3. Faktor-Faktor yang Tidak Berpengaruh Secara Signifikan Terhadap Minat Wisata ke Taman Wisata Alam Rimbo Panti Hasil analisis regresi berganda menunjukkan terdapat beberapa faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan, yaitu variabel biaya perjalanan, jumlah pendapatan, lama pendidikan, dan wisata alternatif. Berikut variabel-variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan: a. Biaya Perjalanan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji t, variabel biaya perjalanan tidak berpengaruh nyata pada taraf 20% dan memliki pengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan individu ke TWA Rimbo Panti. Pengaruh negatif menunjukkan peningkatan biaya perjalanan akan menurunkan frekuensi kunjungan individu ke kawasan wisata. Biaya perjalanan tidak bepengaruh nyata terhadap frekuensi kunjungan karena responden sebagian besar merupakan masyarakat lokal yang berasal dari sekitar kawasan dengan jarak tempuh yang relatif dekat, sehingga peningkatan biaya perjalanan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan. b. Jumlah Pendapatan Variabel pendapatan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan pengunjung ke TWA Rimbo Panti. Peningkatan pendapatan pengunjung akan menaikkan frekuensi kunjungannya. Variabel ini tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah kunjungan wisatawan pada taraf 20%, karena pekerjaan sebagian besar pengunjung sama (homogen) yaitu petani, sehingga peningkatan pendapatan tidak terlalu mempengaruhi jumlah kunjungan. c. Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan merupakan semua individu yang dibiayai oleh responden pengunjung dalam pemenuhan kebutuhannya. Variabel jumlah tanggungan pengunjung berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke TWA Rimbo Panti dan tidak berpengaruh nyata pada taraf 20%. Sebagian besar pengunjung TWA berpenghasilan rendah dan menganggap kebutuhan akan
45
wisata merupakan kebutuhan sekunder, sehingga jumlah tanggungan tidak berpengaruh signifikan. Mereka hanya akan melakukan wisata jika kebutuhan primer telah terpenuhi. Apabila seseorang individu memiliki jumlah tanggungan yang banyak untuk dipenuhi kebutuhannya, maka intensitas kunjungan wisata yang dilakukan akan cenderung menurun. d. Usia Pengunjung Variabel umur pengunjung berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke TWA Rimbo Panti dan tidak berpengaruh nyata pada taraf 20%. Jenis atraksi wisata yang ditawarkan di lokasi wisata ini lebih bersifat wisata alam dan wisata keluarga. Kebutuhan akan wisata alam akan meningkat seiring dengan pertambahan usia dari pengunjung kawasan wisata. Selain itu, atraksi wisata sumber mata air panas yang ditawarkan diyakini dapat mengobati penyakit yang diderita orang tua seperti rematik. Oleh karena itu, pengunjung yang datang kebanyakan dari mereka yang sudah tua dan mempunyai keluarga, sehingga menyebabkan usia responden tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan. e. Tempat Wisata Alternatif Variabel tempat rekreasi alternatif tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisata ke TWA Rimbo Panti pada taraf 20%, diperoleh dari hasil uji t. Pada umumnya, semakin banyak tempat rekreasi alternatif yang ada di sekitar kawasan tersebut akan mengurangi frekuensi kunjungan individu ke TWA Rimbo Panti. Banyaknya tempat rekreasi alternatif tidak mempengaruhi frekuensi kunjungan individu ke TWA Rimbo Panti, karena semua lokasi alternatif dari pengunjung berada di luar Kabupaten Pasaman. Keterbatasan dana yang dimiliki merupakan faktor utama bagi pengunjung untuk mencapai lokasi alternatif, karena sebagian besar pengunjung hanya bekerja sebagai petani dengan penghasilan rendah, sehingga mereka tetap berwisata ke TWA Rimbo Panti yang relatif dekat dan terjangkau biayanya meskipun ada alternatif wisata lainnya. 6.1.2 Nilai Ekonomi Taman Wisata Alam Rimbo Panti Nilai ekonomi TWA Rimbo Panti diestimasi dengan menggunakan pendekatan Individual Travel Cost Method (ITCM). Nilai ekonomi dapat
46
diperoleh dengan mengetahui nilai surplus konsumen pengunjung terlebih dahulu. Surplus konsumen diperoleh dengan cara mengkuadratkan jumlah kunjungan responden pengunjung satu tahun terakhir yaitu sebanyak 255 kunjungan (Lampiran 4) kemudian dibagi dengan dua kali koefisien biaya perjalanan. Koefisien biaya perjalanan diestimasi berdasarkan fungsi permintaan wisata yang sudah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Analisis regresi antara jumlah kunjungan sebagai variabel terikat dan biaya perjalanan sebagai variabel bebasnya dilakukan agar nilai koefisien biaya perjalanan lebih akurat. Berdasarkan hasil analisis regresi, diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 2,93 - 0,000004 X1........................................................ (Lampiran 6) Dimana: Y = Jumlah kunjungan ke TWA Rimbo Panti (per tahun) X1 = Biaya perjalanan individu ke TWA Rimbo Panti (Rp.) Setelah nilai surplus konsumen diketahui, nilai ekonomi TWA Rimbo Panti dapat diperoleh dengan cara mengalikan surplus konsumen tersebut dengan jumlah wisatawan ke TWA Rimbo Panti pada tahun 2012 (Tabel 1.2). Perhitungan nilai ekonomi TWA Rimbo Panti dapat dilihat pada Tabel 6.2. Tabel 6.2 Perhitungan nilai ekonomi TWA Rimbo Panti pada Tahun 2012 Keterangan Jumlah responden (a) Jumlah kunjungan responden (b) Jumlah kunjungan tahun 2012 ( c ) Koefisien biaya perjalanan (d) Surplus konsumen (e) = b2/2d Surplus konsumen/individu/kunjungan (f) = e/a/b Nilai ekonomi (g) = f x c Sumber : Data primer diolah (2013)
Nilai 100 255 22.045 0,000004 8.128.125.000,00 318.750,00 7.026.843.750,00
Satuan Orang Kali/Tahun Kali/Tahun Satuan Rupiah Rupiah Rupiah
Tabel 6.2 memperlihatkan nilai surplus konsumen pengunjung terhadap TWA Rimbo Panti sebesar Rp. 318.750 per orang per kunjungan, sehingga diperoleh nilai ekonomi TWA Rimbo Panti sebesar Rp. 7.026.843.750. Nilai tersebut menunjukkan bahwa TWA Rimbo Panti sebagai kawasan wisata dengan daya tarik berupa keindahan alam dan atraksi wisata yang ditawarkan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Artinya, kawasan tersebut mempunyai manfaat tangible sebagai penghasil jasa wisata. Oleh karena itu, agar manfaat tersebut dapat dirasakan secara terus menerus maka keberadaan kawasan TWA Rimbo Panti harus dijaga dan dilestarikan secara berkelanjutan.
47
6.2 Penerapan Segmentasi dan Estimasi Tiket Masuk Tiap Segmen Wisata Berdasarkan WTP Pengunjung Saat ini TWA Rimbo Panti masih bersifat open access. Pengunjung hanya membayar tiket masuk pada atraksi kolam pemandian air panas, sedangkan atraksi wisata lainnya masih bisa dinikmati secara bebas. Atraksi wisata yang masih open access sering menjadi pusat keramaian pengunjung pada titik rawan sekitar cagar alam, terutama saat peak season dan libur lebaran. Kondisi ini dikhawatirkan dapat mengganggu kelestarian cagar alam. Sistem segmentasi yang diharapkan mampu memecah konsentrasi pengunjung perlu diterapkan agar kelestarian cagar alam tetap terjaga. Penerapan segmentasi pada kawasan ini merupakan penetapan tarif masuk untuk setiap atraksi wisata yang ada, sehingga tidak semua pengunjung dapat masuk secara bebas ke seluruh kawasan (segmen). Penerapan sistem segmentasi dapat menjaga kelestarian cagar alam, khususnya kawasan yang rentan terhadap tekanan pengunjung. Penerapan segmentasi juga dapat meningkatkan income bagi pengelola, yang kemudian juga dapat dialokasikan untuk membantu biaya konservasi. Sebelum penerapan sistem segmentasi perlu diketahui persepsi dari setiap responden pengunjung tentang potensi wisata, kondisi fasilitas, aksesibilitas dan services, serta kesediaan membayar jika sistem segmentasi diterapkan. 6.2.1 Persepsi Responden Pengunjung Salah satu unsur penting dalam pengembangan suatu kawasan wisata adalah pengunjung, sehingga perlu diketahui persepsi pengunjung terhadap keberadaan dan pengembangan TWA Rimbo Panti. Persepsi pengunjung merupakan pandangan dan penilaian pengunjung terhadap kawasan yang telah dikunjungi. Persepsi pengunjung terhadap TWA Rimbo Panti dibedakan menjadi persepsi pengunjung terhadap potensi wisata, kondisi fasilitas wisata, aksesibilitas dan services, serta harapan pengunjung. Persepsi pengunjung dapat dijadikan sebagai informasi dan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam melakukan pengembangan wisata yang diinginkan oleh pengunjung. 1. Potensi Wisata Taman Wisata Alam Rimbo Panti Persepsi responden pengunjung terhadap potensi wisata TWA Rimbo Panti perlu diketahui agar pengembangan wisata di TWA Rimbo Panti dapat
48
dilestarikan secara berkelanjutan. Tabel 6.3 menyajikan persepsi responden pengunjung terhadap potensi wisata di TWA Rimbo Panti. Tabel 6.3 Persepsi responden pengunjung terhadap potensi wisata di TWA Rimbo Panti pada Tahun 2013 Kondisi Lingkungan (orang) Potensi Wisata 1. Keindahan Panorama Alam Sangat Indah Indah Kurang Indah Tidak Indah Jumlah 2. Kondisi Objek Wisata Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Jumlah Sumber: Data primer (2013)
Kolam Pemandian
Sumber Mata Air Panas
∑
∑
%
0 31 69 0
0,00 31,00 69,00 0,00 100,00
0 92 8 0
0 4 91 5
0,00 4,00 91,00 5,00 100,00
0 97 3 0
% 0,00 92,00 8,00 0,00 100,00 0,00 97,00 3,00 0,00 100,00 100
Herbarium ∑ 0 2 21 77
Rata-Rata Persentase
% 0,00 2,00 21,00 77,00 100,00
0 0,00 0 0,00 7 7,00 93 93,00 100,00
0 41,67 32,67 25,67 100,00 0 33,67 33,67 32,67 100,00
Secara umum, keindahan panorama alam untuk ketiga atraksi wisata yang terdapat di TWA Rimbo Panti dinilai pengunjung indah, karena pemandangan alam pada sumber mata air panas indah dan bisa memberikan kepuasaan tersendiri bagi pengunjung (41,67%). Kondisi objek wisata secara umum dinilai baik dan tidak baik dengan dengan persentase yang sama (33,67%). Keindahan panorama alam merupakan daya tarik tersendiri bagi TWA Rimbo Panti. Keindahan alam tersebut berupa sumber mata air panas yang muncul secara alami dan hutan lindung yang masih asri. Sebanyak 92% responden pengunjung menilai panorama alam sumber mata air panas indah, sehingga pengunjung berminat untuk berwisata di kawasan tersebut. Sebanyak 91% responden pengunjung menilai kondisi kolam pemandian air panas kurang baik, karena kolam yang ada relatif sangat kecil dan tidak terawat. Penilaian yang baik terhadap kondisi atraksi wisata sumber mata air panas diberikan oleh 97% responden pengunjung. Kondisi atraksi wisata ini dijaga oleh pengelola dengan baik, sehingga ciri khas kawasan wisata ini tidak hilang. Sebanyak 93% responden pengunjung menyatakan kondisi gedung herbarium tidak baik, karena bangunan sangat tidak terawat dan koleksi tanaman yang ada sedikit. Secara umum, responden menilai kondisi objek wisata kurang baik.
49
2. Fasilitas Wisata TWA Rimbo Panti memiliki potensi wisata yang unik sehingga dapat menarik minat pengunjung untuk berwisata. Oleh karena itu, diperlukan penyediaan fasilitas wisata yang lengkap, sehingga kebutuhan pengunjung dapat terpenuhi, sehingga kepuasan pengunjung meningkat. Pembangunan fasilitas wisata tersebut tetap harus memperhatikan kelestarian lingkungan cagar alam dan tidak melupakan fungsi utama Cagar Alam Rimbo Panti, serta tidak semata-mata untuk meningkatkan jumlah kunjungan. Tabel 6.4 menyajikan persepsi responden pengunjung terhadap kondisi fasilitas wisata di TWA Rimbo Panti. Tabel 6.4 Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi fasilitas wisata di TWA Rimbo Panti Tahun 2013 Kondisi Fasilitas (orang) Fasilitas Toilet Mushola Tempat sampah Warung Makan Tempat Beli Cinderamata Tempat Istirahat Rata-rata Sumber: Data primer (2013)
Sangat Memadai ∑ % 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0,00
Kurang Tidak Memadai Memadai % ∑ % ∑ % 1,00 95 95,00 4 4,00 10,00 33 33,00 57 57,00 7,00 93 93,00 0 0,00 9,00 87 87,00 4 4,00 1,00 16 16,00 83 83,00 44,00 52 52,00 4 4,00 12,00 62,67 25,33
Memadai ∑ 1 10 7 9 1 44
Jumlah
100 100 100 100 100 100 100
Secara umum kondisi fasilitas wisata di TWA Rimbo Panti dinilai kurang memadai oleh responden pengunjung (62,67%). Ketersediaan fasilitas wisata pada kawasan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan pengunjung dan kondisinya tidak sesuai dengan harapan pengunjung. Kondisi fasilitas yang ada tidak terawat dan tidak bersih, serta kios cinderamata tidak tersedia di sekitar kawasan, sehingga pengunjung membeli cinderamata jauh di luar kawasan dengan jarak tempuh sekitar 2-3 kilometer. Oleh karena itu,
sebaiknya pengelola yang
merupakan Dinas Pariwisata memperhatikan kondisi fasilitas yang ada dan juga perlu memfasilitasi masyarakat setempat untuk menciptakan dan menjual souvenir khas TWA Rimbo Panti kepada wisatawan dengan tetap memperhatikan kelestarian cagar alam sebagai sarana konservasi. 3. Aksesibilitas dan Services Menurut hasil wawancara dengan Kepala Seksi Promosi Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Pasaman, ada empat aspek yang berpengaruh dalam upaya
50
pengembangan TWA Rimbo Panti, yaitu aksesibilitas, keamanan, kemudahan informasi, dan keramahan petugas. Tabel 6.5 menyajikan persepsi responden pengunjung terhadap Aksesibilitas dan Services di TWA Rimbo Panti. Tabel 6.5 Persepsi responden pengunjung terhadap aksesibilitas dan services di TWA Rimbo Panti Tahun 2013 Persepsi 1. Aksesibilitas Mudah Sulit Jumlah 2. Keamanan Sangat Aman Aman Kurang Aman Tidak aman Jumlah 3. Kemudahan Informasi Sangat Mudah Mudah Sulit Sangat Sulit Jumlah 4. Keramahan Petugas Sangat Ramah Ramah Kurang Ramah Tidak Ramah Jumlah Sumber: Data primer (2013)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
81 19 100
81,00 19,00 100,00
0 98 2 0 100
0,00 98,00 2,00 0,00 100,00
0 60 40 0 100
0,00 60,00 40,00 0,00 100,00
0 95 5 0 100
0,00 95,00 5,00 0,00 100,00
Tabel 6.5 menunjukkan bahwa sebanyak 81% responden pengunjung menilai akses menuju TWA Rimbo Panti adalah mudah, karena lokasi kawasan wisata yang berada di jalan lintas Sumatera dan banyak dilalui oleh kendaraan umum yang akan menuju Medan. Keamanan yang dimaksud adalah keselamatan dan kenyamanan pengunjung dalam menikmati atraksi wisata yang ditawarkan. Sebanyak 98% responden pengunjung menilai keamanan di TWA Rimbo Panti adalah aman, karena tidak ada tindak kejahatan seperti pencurian kendaraan dan barang-barang pengunjung di kawasan wisata. Kemudahan informasi tentang keberadaan kawasan wisata dan tingkat keramahan petugas juga akan mempengaruhi pengembangan lokasi wisata. Sebanyak 60% responden pengunjung menilai bahwa informasi tentang kawasan wisata mudah diperoleh, karena kebanyakan responden merupakan masyarakat lokal, sedangkan responden dari luar daerah masih sulit memperoleh informasi keberadaan TWA Rimbo Panti. Selain itu, pengunjung akan merasa nyaman
51
menikmati atraksi wisata apabila dilayani dengan ramah oleh petugas dan akan mendorong mereka untuk berkunjung lagi. Sebagian besar responden pengunjung menilai petugas yang bertugas di lokasi kawasan wisata bekerja dengan ramah dalam melayani pengunjung, karena mereka bersedia memfasilitasi dan melayani pengunjung secara prima. 4. Harapan Responden Pengunjung Terhadap Pengembangan Taman Wisata Alam Rimbo Panti Harapan pengunjung TWA Rimbo Panti perlu diperhatikan oleh pengelola sebagai salah satu informasi dan bahan rujukan untuk mengambil keputusan dalam melakukan pengembangan wisata, sehingga pengelola dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pengunjung. Harapan pengunjung terhadap pengembangan TWA Rimbo Panti dapat dilihat dalam Tabel 6.6. Tabel 6.6 Harapan responden pengunjung terhadap pengembangan TWA Rimbo Panti pada Tahun 2013 Harapan Pengembangan Menjaga kelestarian cagar alam Menambah penginapan (home stay) Pembenahan fasilitas Memperluas kolam pemandian Meperluas bangunan herbarium Menambah tempat sampah Menambah koleksi tanaman herbarium Memperbanyak toilet Membangun kantor informasi Memperluas mushola Menata pembangunan warung-warung Membangun toko souvenir Jumlah Sumber: Data primer (2013)
Tabel
6.6
memperlihatkan
Jumlah (orang) 26 5 12 10 9 8 6 5 5 5 5 4 100
sebanyak
26%
Persentase (%) 26,00 5,00 12,00 10,00 9,00 8,00 6,00 5,00 5,00 5,00 5,00 4,00 100,00
responden
pengunjung
menginginkan untuk menjaga kelestarian cagar alam. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan fungsi cagar alam sudah tinggi, namun karena faktor ekonomi dan pendidikan yang relatif rendah mendorong masyarakat untuk mengeksploitasi sumberdaya alam yang ada. Sebanyak 12% responden pengunjung menginginkan pembenahan fasilitas. Salah satu sarana penunjang kegiatan wisata adalah fasilitas yang tersedia di kawasan wisata tersebut. Fasilitas yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan pengunjung. Sebanyak 10% responden pengunjung menginginkan perluasan kolam pemandian air panas. Kolam pemandian yang tersedia saat ini relatif kecil dan
52
tidak terawat. Pada saat libur lebaran dan peak season pengunjung harus rela antri dan bergantian untuk masuk ke kolam pemandian air panas. Kondisi seperti ini perlu menjadi perhatian utama pengelola karena atraksi wisata ini diminati oleh pengunjung, namun kondisinya sangat tidak sesuai dengan keinginan pengunjung. 6.2.2 Estimasi Tarif Masuk Setiap Segmen Wisata Berdasarkan WTP Pengunjung Sebelum melakukan estimasi terhadap tarif masuk setiap segmen wisata, perlu diketahui kesediaan membayar setiap segmen dari responden pengunjung. 1. Kesediaan Membayar Pengunjung (WTP) Willingness to pay (WTP) pengunjung terhadap tarif masuk setiap atraksi wisata diestimasi dengan cara memberikan pertanyaan kepada seratus orang responden pengunjung mengenai kesediaan membayar jika pengelola menerapkan tarif masuk pada setiap atraksi wisata di TWA Rimbo Panti sebagai salah satu upaya untuk pelestarian, pemeliharaan, dan pengembangan wisata. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung, semua responden bersedia membayar tarif masuk untuk atraksi wisata kolam pemandian air panas, yaitu sebanyak 100%. Hanya sebanyak 83 responden yang bersedia membayar tarif masuk untuk atraksi wisata sumber mata air panas dan gedung herbarium. Kesediaan membayar pengunjung terhadap tarif masuk setiap atraksi wisata di TWA Rimbo Panti dapat dilihat dalam Gambar 6.1. Willingness To Pay Kolam Pemandian Air Panas
Willingness To Pay Sumber Mata Air Panas 17 %
0%
100 %
83 %
Willingness To Pay Gedung Herbarium 17 %
83 %
Bersedia Tidak Bersedia Sumber: Data primer (2013)
Gambar 6.1 Kesediaan membayar pengunjung terhadap tarif masuk setiap atraksi wisata di Taman Wisata Alam Rimbo Panti
53
Pengunjung bersedia membayar tarif masuk setiap atraksi wisata di TWA Rimbo Panti dengan harapan tingkat kenyamanan atraksi wisata yang ada, serta sarana dan prasarana wisata dapat ditingkatkan dengan tetap memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan cagar alam tersebut. Nilai WTP pengunjung terhadap tarif masuk kolam pemandian air panas diestimasi berdasarkan kesediaan membayar dari 100 orang responden, sedangkan atraksi wisata sumber mata air panas dan herbarium diestimasi berdasarkan kesediaan membayar dari 83 orang responden. Nilai penawaran (bid) ditanyakan kepada responden dengan metode close ended question, dimana rentang nilai penawaran sudah ditentukan sebelumnya dan dicantumkan di dalam kuesioner. Rentang nilai penawaran ditentukan berdasarkan WTP yang diperoleh pada saat pra-survey. 2. Estimasi Tarif Masuk Kolam Pemandian Air Panas Nilai penawaran kesediaan membayar pengunjung terendah digunakan besaran retribusi awal yang berlaku saat didirikannya kolam pemandian, yaitu Rp. 2.000. Batas maksimum berdasarkan tarif masuk tempat wisata sejenis yaitu Kolam Pemandian Malibou Anai sebesar Rp. 15.000 untuk atraksi wisata kolam pemandian air panas. Tabel 6.7 menyajikan distribusi besaran WTP pengunjung pada kolam pemandian air panas. Sehubungan dengan tidak adanya pengunjung yang bersedia membayar lebih dari Rp. 10.000, maka batas maksimum WTP yang disajikan dalam Tabel 6.7 hanya sampai Rp. 10.000. Tarif masuk kolam pemandian air panas diestimasi dengan mencari nilai rataan WTP (Persamaan 5). Tabel 6.7 Distribusi besaran WTP pengunjung terhadap tarif masuk kolam pemandian air panas pada Tahun 2013 Besaran WTP (Rp) (a) 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00 10.000,00 Jumlah Sumber: Data primer (2013)
Frekuensi (Orang) (b) 1 6 17 51 5 0 2 0 18 100 (c)
EWTP (b/c) x a 20,00 180,00 680,00 2550,00 300,00 0,00 160,00 0,00 1800,00 5690,00
Tabel 6.7 memperlihatkan nilai rataan WTP pengunjung terhadap tarif masuk kolam pemandian air panas adalah sekitar Rp. 5.700. Hal tersebut
54
menunjukkan bahwa pengunjung masih bersedia membayar tarif masuk kolam pemandian air panas hingga Rp. 5.700, dengan harapan pengelola dapat meningkatkan fasilitas yang ada dan memperluas bangunan kolam pemandian. Retribusi yang berlaku saat ini dirasakan oleh pengelola masih terlalu rendah. Pengelola dapat menetapkan tarif masuk kolam pemandian air panas yang lebih tinggi dari retribusi yang saat ini berlaku. Apabila dilakukan pengelolaan kawasan wisata yang lebih baik dengan konsep berkelanjutan dan perbaikan fasilitas, maka tarif masuk kawasan kolam pemandian air panas dapat ditingkatkan menjadi Rp. 15.000 merujuk pada nilai tarif masuk kawasan wisata sejenis. 3. Estimasi Tarif Masuk Sumber Mata Air Panas Nilai penawaran (bid) kesediaan membayar pengunjung telah ditentukan sebelum melakukan wawancara, dengan batas minimum sebesar keinginan membayar terendah yang diperoleh dari pengunjung pada saat pra survey yaitu Rp. 2.000 dan batas maksimum berdasarkan keinginan dari pihak pengelola yaitu sebesar Rp. 10.000 untuk atraksi wisata sumber mata air panas. Tarif masuk sumber mata air panas diestimasi dengan cara mencari nilai rataan WTP (Persamaan 5). Distribusi besaran WTP pengunjung dapat dilihat pada Tabel 6.8. Tabel 6.8 Distribusi besaran WTP pengunjung terhadap tarif masuk sumber mata air panas pada Tahun 2013 Besaran WTP (Rp) (a) 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00 10.000,00 Jumlah Sumber: Data primer (2013)
Frekuensi (Orang) (b) 4 24 25 25 0 1 1 0 3 83(c)
EWTP (b/c) x a 96,38 867,47 1204,82 1506,02 0,00 84,34 96,38 0,00 361,44 4216,85
Berdasarkan Tabel 6.8 dapat dilihat nilai rataan WTP pengunjung terhadap tarif masuk sumber mata air panas saat ini adalah sebesar Rp. 4.200. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung bersedia membayar tarif masuk sumber mata air panas hingga Rp. 4.200. Nilai rataan WTP pengunjung jauh dari harapan pengelola yang menginginkan tarif masuk sebesar Rp. 10.000. Rendahnya nilai
55
rataan WTP karena kondisi atraksi wisata yang ada saat ini belum sesuai dengan harapan dan keinginan pengunjung. Jika pengembangan ditingkatkan sesuai harapan dan keinginan pengunjung seperti pada Tabel 6.6, kemungkinan nilai WTP pengunjung bisa mendekati tarif yang diinginkan pengelola. Pengembangan yang dilakukan harus tetap memperhatikan kelestarian cagar alam. Saat ini atraksi wisata sumber mata air panas masih bersifat open access. Kondisi ini membuat pengunjung lebih cenderung untuk melihat atraksi wisata ini. Terutama pada saat libur lebaran dan peak season atraksi wisata sumber mata air panas sering menjadi pusat keramaian pengunjung. Hal ini dikhawatirkan terjadinya potensi over carrying capacity, sehingga dapat mengganggu kelestarian cagar alam. Pengelola bisa menerapkan tarif masuk untuk atraksi wisata sumber mata air panas sebesar nilai rataan WTP pengunjung, yaitu sebesar Rp. 4200 untuk menghindari terjadinya hal tersebut. Penetapan tarif masuk ini dapat membatasi jumlah pengunjung karena hanya pengunjung yang bersedia membayar yang dapat menikmati atraksi ini, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap areal ini yang secara tidak langsung dapat membantu menjaga kelestarian cagar alam. 4. Estimasi Tarif Masuk Gedung Herbarium Batas minimum nilai kesediaan membayar pengunjung sebesar keinginan membayar terendah dari pengunjung pada saat pra survey yaitu Rp. 1.000 dan batas maksimum berdasarkan keinginan dari pihak pengelola yaitu sebesar Rp. 6.000 untuk atraksi wisata gedung herbarium. Tarif masuk gedung herbarium diestimasi dengan cara mencari nilai rataan WTP (Persamaan 5). Distribusi besaran WTP pengunjung dapat dilihat pada Tabel 6.9 Tabel 6.9 Distribusi besaran WTP pengunjung terhadap tarif masuk Gedung Herbarium pada Tahun 2013 Besaran WTP (Rp) (a) 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00 5.000,00 6.000,00 Jumlah Sumber: Data primer (2013)
Frekuensi (Orang) (b) 16 19 33 3 8 4 0 83 (c)
EWTP (b/c) x a 192,77 343,37 795,18 90,36 289,16 240,96 0,00 1951,80
56
Tabel 6.9 memperlihatkan nilai rataan WTP pengunjung terhadap tarif masuk gedung herbarium adalah sekitar Rp. 2000. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung bersedia membayar tarif masuk gedung herbarium hingga Rp. 2000, dengan harapan pengelola dapat meningkatkan jumlah koleksi tanaman dan memperluas bangunan herbarium. Nilai rataan WTP pengunjung masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tarif yang diinginkan pengelola, karena kondisi gedung herbarium saat ini belum sesuai dengan harapan pengunjung. Gedung herbarium relatif kecil dan tidak terawat, serta koleksi tanaman masih sangat sedikit. Nilai WTP pengunjung bisa mendakati tarif yang diinginkan pengelola, yaitu sebesar Rp. 6.000 jika pengelola melakukan pengembangan sesuai dengan harapan pengunjung. Saat ini tidak ada tarif masuk yang dikenakan untuk atraksi wisata gedung herbarium. Hal ini karena sedikitnya koleksi herbarium yang ada, kurang luasnya bangunan, dan tidak terawatnya kondisi bangunan. Kondisi ini membuat pengunjung tidak tertarik untuk datang mengunjungi atraksi wisata ini, sehingga atraksi wisata ini hanya dibuka pada saat-saat tertentu. Pengelola bisa menerapkan tarif masuk untuk atraksi gedung herbarium sebesar nilai rataan WTP pengunjung, yaitu sekitar Rp. 2.000 untuk menarik minat pengunjung. Penetapan tarif masuk ini harus diiringi dengan pengembangan lokasi sesuai harapan pengunjung, sehingga dapat menarik minat pengunjung. 6.3 Manfaat Ekonomi bagi Masyarakat dan Kegiatan Konservasi Pengembangan TWA Rimbo Panti dapat memberikan dampak positif dan negatif, baik terhadap lingkungan maupun kondisi sosial masyarakat. Dampak positif dan negatif dari pengembangan TWA Rimbo Panti meliputi banyak aspek dari kondisi lingkungan dan sosial masyarakat. Salah satu dampak positif pengembangan TWA Rimbo Panti terlihat dari manfaat ekonomi yang dirasakan masyarakat dan kegiatan konservasi pada cagar alam. 6.3.1 Manfaat Ekonomi Bagi Masyarakat Persepsi masyarakat sekitar, unit usaha dan tenaga kerja di TWA Rimbo Panti perlu diketahui karena merupakan pihak yang langsung merasakan manfaat dari pengembangan wisata. Tabel 6.10 menyajikan persepsi responden
57
masyarakat, unit usaha, dan tenaga kerja terhadap pengembangan TWA Rimbo Panti. Tabel 6.10 Persepsi responden masyarakat sekitar, unit usaha, dan tenaga kerja terhadap pengembangan TWA Rimbo Panti Tahun 2013 Masyarakat Manfaat yang dirasakan (∑) (%) 1. Membuka lapangan 11 55,00 pekerjaan 2. Peningkatan 7 35,00 pendapatan 3. Menjaga kondisi 0 0,00 lingkungan 4. Menghasilkan 0 0,00 udara bersih 5. Peningkatan 2 10,00 PAD Jumlah 20 100,00 Sumber: Data primer (2013)
Unit Usaha (∑) (%)
Tenaga Kerja (∑) (%)
Jumlah (∑) (Rata-Rata%)
9
60,00
8
53,33
28
56,11
3
20,00
5
33,33
15
29,44
1
6,67
1
6,67
2
4,45
2
13,33
1
6,67
3
6,67
0
0,00
0
0,00
2
3,33
15 100,00
15
100,00
50
100,00
Tabel 6.10 memperlihatkan lebih dari 50% responden masyarakat, unit usaha, dan tenaga kerja menyatakan manfaat yang dirasakan dari pengembangan wisata di Cagar Alam Rimbo Panti adalah peningkatan lapangan kerja, yaitu masing-masing sebanyak 55%, 60%, dan 53,33% responden. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang membuka unit usaha seperti warung makan, penginapan, berdagang asongan, dan lainnya ketika kawasan wisata tersebut mulai dikembangkan dan ramai dikunjungi wisatawan. Pengembangan kawasan wisata juga akan menyerap tenaga kerja untuk kegiatan operasional. Sangat sedikit dari responden yang menyatakan dampak yang terkait dengan lingkungan. Hal ini karena pola pikir dan faktor ekonomi dari responden yang masih rendah. Mereka hanya memikirkan untuk memperoleh penghasilan lebih besar dengan adanya pengembangan TWA Rimbo Panti. Secara umum, responden masyarakat, unit usaha, dan tenaga kerja menyatakan bahwa pengembangan kawasan wisata dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Pengembangan TWA Rimbo Panti membuka peluang bagi masyarakat untuk memiliki usaha dan bekerja sebagai pekerja di unit usaha tersebut. Manfaat ini juga dirasakan oleh masyarakat di luar kawasan Panti, meskipun masih sedikit masyarakat yang dapat merasakan manfaat tersebut.
58
Tabel 6.11 Dampak keberadaan TWA Rimbo Panti bagi masyarakat sektor wisata Penyerapan
Pemilik Unit Usaha
Dampak Peluang Kerja Masyarakat Sekitar Masyarakat Luar Panti Panti 11 4
Tenaga Kerja Jumlah Sumber: Data primer (2013)
Total 15
13
2
15
24
6
30
Tabel 6.11 menunjukkan bahwa dari total pemilik usaha dan penyerapan tenaga kerja karena adanya TWA Rimbo Panti lebih besar dirasakan oleh masyarakat sekitar Panti jika dibandingkan masyarakat di luar Panti. Sebanyak 11 pemilik unit usaha merupakan masyarakat sekitar Panti dan sisanya dimiliki oleh masyarakat di luar panti. Begitu pula dengan tenaga kerja, sebanyak 13 orang tenaga kerja juga berasal dari sekitar Panti dan hanya dua orang yang merupakan masyarakat luar Panti. Beragam jenis unit usaha yang muncul dengan keberadaan TWA Rimbo Panti dapat dilihat pada Tabel 6.12 berikut: Tabel 6.12 Jumlah unit usaha dan jenis usaha di TWA Rimbo Panti No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Usaha Warung Makan Kios Makanan Warung Kopi Pedagang Asongan Penginapan Toilet Umum Total Sumber: Data primer (2013)
Jumlah 3 5 1 3 2 1 15
Tabel 6.12 menunjukkan jumlah unit usaha dan jenis usaha apa saja yang ada di TWA Rimbo Panti. Unit usaha ini mulai dibuka setelah adanya TWA Rimbo Panti. Pemilik unit usaha sudah memiliki pekerjaan utama sebelum adanya kegiatan wisata di TWA. Pekerjaan disektor wisata merupakan pekerjaan sampingan bagi mereka. Unit usaha warung makan menyediakan berbagai menu makan. Sedangkan kios makanan terdiri dari kios bakso, soto, dan jajanan ringan. Beragam jenis pekerjaan yang dapat diserap dengan keberadaan TWA Rimbo Panti. Tabel 6.13 yang menggambarkan jenis pekerjaan dan jumlah penyerapan tenaga kerja yang diperlukan.
59
Tabel 6.13 Penyerapan tenaga kerja TWA Rimbo Panti No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tenaga Kerja Petugas Kebersihan Pegawai Warung Makan Pegawai Penginapan Penjaga Kolam Pemandian Juru Parkir Tukang Ojek Total Sumber: Data primer (2013)
Jumlah 2 2 3 1 2 5 15
Dampak dari adanya TWA Rimbo Panti dalam penyerapan tenaga kerja cukup sedikit. Hal ini dikarenakan sedikitnya unit usaha yang ada disekitar TWA Rimbo Panti dan sedikitnya jumlah pengunjung pada hari-hari biasa, sehingga pekerja yang diperlukan relatif sedikit. Seiring dengan peningkatan jumlah pengunjung terutama pada saat libur lebaran dan peak season, banyak unit usaha yang menambah jumlah pekerja. Juru parkir dan tukang ojek juga akan bertambah dengan sendirinya karena pengunjung yang datang ke lokasi juga meningkat. Dengan demikian, jumlah penyerapan tenaga kerja akan meningkat seiring pertambahan jumlah pengunjung pada saat-saat tertentu. Dampak ekonomi dengan adanya TWA Rimbo Panti akan memberikan perubahan terhadap pendapatan masyarakat (pemilik unit usaha dan pekerja) yang memanfaatkan keberadaan kawasan ini. Perubahan tingkat pendapatan masyarakat dapat dianalisis dengan cara mengurangi total pendapatan masyarakat dengan TWA dan diluar TWA, sehingga didapatkan pendapatan dari dari TWA Rimbo Panti (Persamaan 6). Semua pendapatan yang digunakan pada perhitungan ini sudah merupakan pendapatan bersih yang diperoleh masyarakat. Jika pendapatan rata-rata masyarakat meningkat karena adanya kawasan wisata berarti keberadaan kawasan wisata ini memberikan dampak positif bagi perekonomian mereka. Berikut Tabel 6.14 yang menggambarkan perubahan pendapatan masyarakat dari tiap kelompok pekerjaan. Rincian data pendapatan masyarakat dengan TWA dan tanpa TWA ada di Lampiran 6.
60
Tabel 6.14 Perubahan pendapatan masyarakat dengan dan tanpa adanya TWA Rimbo Panti (Rp./Bulan) Total Jumlah Pendapatan Populasi dengan TWA (a) (b) (c) (d) 1. Pemilik Penginapan 2 8.000.000 2. Pemilik Warung Makan 3 4.600.000 3. Pemilik Kios Makanan 5 4.300.000 4. Pedagang Asongan 3 1.350.000 5. Pemilik Warung Kopi 1 1.000.000 6. Pemilik Toilet Umum 1 900.000 7. Petugas Kebersihan 2 1.900.000 8. Pegawai Warung Makan 2 1.250.000 9. Pegawai Penginapan 3 3.200.000 Penjaga Kolam 10. 1 500.000 Pemandian 11. Juru Parkir 2 1.000.000 12. Tukang Ojek 5 4.150.000 Total Peningkatan Pendapatan No
Kelompok Pekerjaan
Perubahan Pendapatan Pendapatan diluar TWA dari TWA (e) (d-e) 4.500.000 3.500.000 2.100.000 2.500.000 2.500.000 1.800.000 800.000 550.000 700.000 300.000 500.000 400.000 1.100.000 800.000 700.000 550.000 1.700.000 1.500.000 0 500.000 2.400.000
500.000 500.000 1.750.000 14.650.000
Perubahan Pendapatan/ Individu (d-e)/c 1.750.000 833.333 360.000 183.333 300.000 400.000 400.000 275.000 500.000 500.000 250.000 350.000 6.101.666
Sumber: Data primer (2013)
Hasil pada Tabel 6.14 meperlihatkan secara keseluruhan TWA Rimbo Panti setiap bulannya memberikan kontribusi sebesar Rp. 14.650.000 terhadap total pendapatan masyarakat sekitar. Jika dilihat dari kontribusi terhadap tiap individu menurut kelompok usaha atau pekerjaan, rata-rata memberikan peningkatan yang cukup besar. Perubahan pendapatan yang mengalami peningkatan terbesar adalah pemilik usaha penginapan yaitu sebesar Rp. 1.750.000/bulan. Peningkatan yang cukup besar ini disebabkan karena usaha penginapan memang dibutuhkan wisatawan yang datang dari luar kota. Lokasi kawasan wisata yang jauh memaksa pengunjung dari luar kota yang berjarak jauh untuk menginap. Menurut karakteristik responden (Tabel 5.1) sebanyak 41% responden berasal dari luar Kabupaten Pasaman, walaupun tidak semua pengunjung yang dari luar kota datang untuk menginap. Pendapatan yang mengalami peningkatan terbesar kedua dirasakan oleh pemilik usaha warung makan di sekitar kawasan wisata yaitu sebesar Rp. 833.333. Hal ini dikarenakan usaha yang mereka jalani sekarang merupakan usaha tambahan dan sebelumnya mereka hanya bertani dan tidak memiliki usaha tambahan. Selain itu, pengunjung juga butuh konsumsi saat melakukan kegiatan wisata. Perubahan pendapatan terbesar pada tenaga kerja dirasakan oleh kelompok pekerjaan pegawai penginapan dan penjaga kolam
61
pemandian yakni sebesar Rp. 500.000. Adanya TWA Rimbo Panti telah memberikan dampak positif berupa pembukaan lapangan pekerjaan dan penyerapan tenaga kerja. Mereka yang sebelumnya tidak memiliki usaha sampingan atau bahkan tidak memiliki pekerjaan, dapat bekerja pada sektor wisata setelah adanya TWA Rimbo Panti. Dampak ekonomi keberadaan TWA Rimbo Panti dapat dilihat dari perubahan pendapatan yang dirasakan masyarakat. Manfaat ekonomi terhadap pendapatan rata-rata masyarakat juga akan terlihat berdasarkan proporsi pendapatan yang diperoleh dari rata-rata perubahan pendapatan dari TWA Rimbo Panti terhadap rata-rata total pendapatan dengan adanya TWA Rimbo Panti (Persamaan 7). Pendapatan total adalah pendapatan yang diperoleh dari adanya kawasan wisata ditambah pendapatan yang diperoleh dari selain kegiatan wisata. Pendapatan dari adanya kawasan wisata merupakan pendapatan yang diperoleh hanya dari adanya keberadaan kawasan wisata. Nilai proporsi pendapatan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui apakah pendapatan dari wisata merupakan pendapatan utama atau bukan. Tabel 6.15 menyajikan proporsi pendapatan masyarakat dari TWA Rimbo Panti terhadap total pendapatan mereka. Tabel 6.15 Proporsi pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya TWA Rimbo Panti terhadap pendapatan total Tahun 2013 Pendapatan Rata-rata (Rp. /bulan/orang) Rata-Rata Total Rata-Rata Perubahan No. Kelompok Pekerjaan Pendapatan dengan Pendapatan dari TWA TWA (a) (b) (c) (d) 1.750.000 4.000.000 1. Penginapan 833.333 1.533.333 2. Warung Makan 360.000 860.000 3. Kios Makanan 183.333 450.000 4. Pedagang Asongan 300.000 1.000.000 5. Warung Kopi 400.000 900.000 6. Toilet Umum 400.000 950.000 7. Petugas Kebersihan Pegawai Warung 275.000 625.000 8. Makan 500.000 1.066.667 9. Pegawai Penginapan Penjaga Kolam 500.000 500.000 10. Pemandian 250.000 500.000 11. Juru Parkir 350.000 830.000 12. Tukang Ojek Sumber: Data primer (2013)
Persentase Proporsi Pendapatan (e) = (c/d)% 43,75 54,35 41,86 40,74 30,00 44,44 42,11 44,00 46,88 100,00 50,00 42,17
62
Proporsi pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya keberadaan kawasan wisata paling besar dirasakan oleh penjaga kolam pemandian dengan persentase proporsi pendapatan sebesar 100%. Persentase proporsi sebesar 100% menggambarkan bahwa pendapatan yang diperoleh pekerja tersebut merupakan pendapatan utama atau bisa dikatakan sebagai pendapatan pokok. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) yang menyatakan bahwa usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan 70-100% disebut sebagai usaha pokok. Berdasarkan hasil wawancara dengan penjaga kolam pemandian, penjaga tersebut menyatakan bahwa pekerjaan ini memang pekerjaan utama karena sebelumnya tidak memiliki pekerjaan apapun, sedangkan pemilik unit usaha dan tenaga kerja lainnya sebelumnya telah memiliki pengahasilan utama dengan sebagian besar bekerja sebagai petani. Secara umum keberadaan kawasan wisata memberikan perubahan pendapatan bagi pemilik unit usaha dan tenaga kerja lokal (masyarakat sektor wisata). Keberadaan TWA Rimbo Panti secara keseluruhan memiliki dampak dan manfaat yang positif bagi perekonomian masyarakat. Keberadaan kawasan wisata menjadi salah satu alternatif pekerjaan yang mana akan berdampak pada perbaikan perekonomian masing-masing. Jika pengelola dapat mengembangkan potensi TWA Rimbo Panti dan berhasil menambah pengunjung yang datang, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Peningkatan jumlah pengunjung akan berpotensi mengakibatkan over carrying capacity dan mengancam kelestarian TWA bahkan cagar alam, sehingga perlu dihitung nilai carrying capacity kawasan terhadap kegiatan wisata. Penelitian ini tidak mencakup menghitung nilai carrying capacity tersebut. 6.3.2 Kontribusi Terhadap Kegiatan Konservasi TWA Rimbo Panti memiliki potensi wisata karena terdapat beberapa atraksi wisata yaitu kolam pemandian air panas, sumber mata air panas, dan gedung herbarium. Kondisi atraksi wisata pada TWA ini sebagian besar masih bersifat open access. Tiket masuk hanya diterapkan pada kolam pemandian air panas. Kondisi ini mengakibatkan sering terjadinya peningkatan jumlah pengunjung pada titik rawan sekitar cagar alam, terutama pada saat peak season dan libur lebaran. Peningkatan jumlah pengunjung ini dikhawatirkan akan mengancam kelestarian
63
cagar alam, karena sebagian besar atraksi wisata bersifat open access dan semua pengunjung bebas untuk masuk ke kawasan tersebut. Sistem segmentasi dapat diterapkan untuk membatasi jumlah dan memecah konsentrasi pengunjung. Sistem segmentasi ini berupa penerapan tiket masuk untuk setiap atraksi wisata yang ada. Selain bisa mengurangi jumlah pengunjung, penerapan sistem segmentasi juga bisa meningkatkan penerimaan pengelola. Sebagian total penerimaan pengelola setelah penerapan segmentasi dapat dialokasikan untuk kegiatan konservasi, sehingga pengembangan TWA Rimbo Panti dapat mendukung kegiatan konservasi cagar alam. Saat ini belum ada penerimaan pengelola dari kegiatan wisata yang dialokasikan untuk dana konservasi. Estimasi penerimaan pengelola sebelum penerapan sistem segmentasi dapat dilihat pada Tabel 6.16. Tabel 6.16 Estimasi penerimaan wisata dalam satu tahun sebelum penerapan sistem segmentasi Atraksi Wisata
Persentase pengunjung yang Bersedia Membayar (a)
Total Jumlah Pengunjung* (b)
Tarif yang Berlaku Saat Ini (Rp.) (c)
Penerimaan (Rp.) (d = b×c)
Kolam Pemandian Air 100% 22.045 4000 88.180.000,00 Panas Sumber Mata 0% 22.045 0 0,00 Air Panas Gedung 0% 22.045 0 0,00 Herbarium Total 88.180.000,00 Keterangan: * Total Jumlah Pengunjung Tahun 2012 sebanyak 22.045 (Dinas Pariwisata Kabupaten Pasaman 2013) Sumber: Data primer dan sekunder diolah (2013)
Sebenarnya penyediaan dana untuk kegiatan konservasi bisa diwujudkan jika sistem segmentasi dapat diterapkan. Dengan adanya sistem segmentasi penerimaan pengelola dari tiket masuk tentu akan lebih besar jika dibandingkan dengan sebelum diterapkannya segmentasi, serta tekanan jumlah pengunjung juga bisa dikurangi. Tabel 6.17 menyajikan estimasi penerimaan wisata setelah penerapan sistem segmentasi.
64
Tabel 6.17
Atraksi Wisata
Estimasi penerimaan wisata dalam satu tahun setelah penerapan sistem segmentasi Persentase pengunjung yang Bersedia Membayar (a)
Total Jumlah Pengunjung (b)=(a)×(∑ pengunjung*)
WTP Setiap Segmen Wista (Rp.) (c)
Penerimaan (Rp.) (d)=(b)×(c)
Kolam Pemandian Air 100% 22.045 5690,00 125.436.050,00 Panas Sumber Mata 83% 18.297 4216,85 77.157.180,35 Air Panas Gedung 83% 18.297 1951,80 35.712.767,73 Herbarium Total 238.305.998,08 Keterangan: * Total Jumlah Pengunjung Tahun 2012 sebanyak 22.045 (Dinas Pariwisata Kabupaten Pasaman 2013) Sumber: Data primer dan sekunder diolah (2013)
Total penerimaan wisata yang diperoleh pengelola setelah penerapan segmentasi yaitu sebesar Rp. 238.305.998. Hendaknya sebagian dari total penerimaan wisata bisa dialokasikan untuk kegiatan konservasi di cagar alam. Besarnya dana yang akan dialokasikan bisa dimusyawarahkan oleh kedua pihak. Dinas Pariwisata dan BKSDA dapat bekerjasama dalam melakukan kegiatan konservasi agar kelestarian cagar alam terjaga. Pada Tabel 6.17 dapat dilihat bahwa penerapan segmentasi dapat meningkatkan total penerimaan wisata, serta dapat mengontrol dan mengurangi jumlah pengunjung pada setiap segmen wisata yang ada. Harga tiket yang lebih tinggi dapat diterapkan untuk segmen wisata yang rentan terhadap tekanan jumlah pengunjung yang banyak, jika dibanding segmen yang tidak terlalu rentan. Penerapan segmentasi pada kegiatan wisata ini, secara keseluruhan dapat mendukung kegiatan konservasi atau upaya pelestarian di kawasan tersebut.
65
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan TWA Rimbo Panti merupakan kawasan wisata yang dibangun untuk mendukung kegiatan konservasi di Cagar Alam Rimbo Panti. Kawasan wisata ini memiliki nilai ekonomi sebesar Rp. 7.026.843.750, dengan atraksi wisata berupa kolam pemandian air panas, sumber mata air panas, dan gedung herbarium. Faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan wisata TWA Rimbo Panti adalah jarak tempuh berpengaruh negatif, sedangkan tingkat pendidikan dan lama mengetahui kawasan wisata berpengaruh positif. TWA Rimbo Panti cenderung masih bersifat open access karena pengunjung masih bebas masuk ke areal TWA, kecuali pada atraksi wisata kolam pemandian air panas yang sudah ditetapkan tarif masuk. Hal ini mengakibatkan tekanan pengunjung terhadap seluruh areal TWA yang dikhawatirkan dapat membahayakan kelestarian cagar alam. Sistem segmentasi wisata berupa penetapan tarif masuk pada setiap segmen wisata dapat diterapkan untuk memecah konsentrasi pengunjung. Pengelola dapat menetapkan tarif masuk pada tiga segmentasi wisata mengacu pada nilai rataan WTP pengunjung. Berdasarkan WTP pengunjung mau membayar sekitar Rp. 5.700, untuk kolam pemandian air panas, sumber mata air panas sekitar Rp. 4.200 dan gedung herbarium sekitar Rp. 2.000. Penerapan sistem segmentasi di TWA Rimbo Panti dapat meningkatkan penerimaan pengelola dari Rp. 88.180.000 menjadi Rp. 283.305.998. Sebagian dari peningkatan penerimaan tersebut seharusnya dapat dialokasikan untuk kegiatan konservasi. Sistem segmentasi juga bisa sebagai kontrol terhadap jumlah pengunjung, karena dapat menurunkan jumlah pengunjung pada kawasan yang rentan terhadap tekanan pengunjung. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan segmentasi dapat mendukung kegiatan konservasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain mendukung kegiatan konservasi, pengembangan TWA juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat berupa penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan. Secara keseluruhan setiap bulannya TWA Rimbo Panti memberikan kontribusi sebesar Rp. 14.650.000 terhadap total pendapatan
66
masyarakat sekitar. Kontribusi terbesar TWA terhadap pendapatan masyarakat dirasakan oleh pemilik penginapan, dan proporsi pendapatan terbesar dirasakan oleh penjaga kolam pemandian karena merupakan pekerjaan utama. 7.2 Saran 1. Kegiatan konservasi yang dilakukan di kawasan cagar alam harus didukung oleh semua pihak. Sebaiknya perlu dilakukan kerjasama oleh pihak BKSDA dan Dinas Pariwisata tidak hanya dalam hal pengembangan wisata, namun juga dalam hal kegiatan konservasi. 2. Penerapan konsep ekowisata secara optimal dalam pengembangan kegiatan wisata di TWA Rimbo Panti, sehingga kelestarian cagar alam dapat terjaga. Selain itu, juga bisa diadakan wisata minat khusus dan pendidikan lingkungan yang mendukung konsep ekowisata. 3. Penerapan tarif masuk di setiap segmen wisata harus diiringi dengan pengembangan wisata yang sesuai harapan pengunjung, namun tetap harus menjaga kelestarian cagar alam. 4. Pelibatan masyarakat, pelaku usaha, dan tenaga kerja dalam kegiatan pengembangan TWA. Dengan demikian, jika mereka merasa mendapatkan manfaat ekonomi dari adanya TWA, maka mereka akan mau membantu menjaga kelestarian TWA tersebut yang nantinya akan mendukung kelestarian cagar alam.
67
DAFTAR PUSTAKA Adiyath F. 2011. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Aprilian R. 2009. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen TWA Situ Gunung Dengan Metode Biaya Perjalanan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Anonimous. 1990. Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5. Arief A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta (ID): Kanisius. [BPS] Badan Pusat Statistik Sumatera Barat. www.sumbar.bps.go.id diakses tanggal 24 Mei 2012. [BKSDA] Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat. 2012. Buku Informasi Kawasan Konservasi BKSDA Sumatera Barat. Padang (ID): BKSDA Sumatera Barat. Budiarti, N. 2013. Penilaian Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Wisata dan Estimasi Tarif Masuk Situs Megalitik Gunung Padang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Dephut] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Jakarta (ID): Dephut. Fandeli C. dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta (ID): Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta (ID): Gramedia. Firandari T. 2009. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Frechtling, Douglas C. 1987. Assesing the Impacts of Travel and TourismIntroduction to Travel Impact Estimation. In Travel, Tourism and Hospitality Research,J.R. Brent Ritchie and Charles R.Goeldner (ed.), John Wiley and Sons Inc, New York.
68
Gujarati DN. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Edisi Ketiga. Jakarta (ID): Erlangga. Haab TC. dan McConnel, K.E. 2002. Valuing Enviromental and Natural Resources: The Economic of Non-Market Valuation. USA (US): Edward Elgar Publishing Limited. Hanley N, Spash CL. 1993. Cost Benefit Analysis and The Environment. USA (US): Edwar Elgar Publishing Limited. Hasan I. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik (Statistik Inferensia) Edisi kedua. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Iriawan, N, Astuti, SP. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta (ID): Andi Offset. Jogianto HM. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta (ID): CV. Andi Offset. [Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2012. Statistik Kehutanan Indonesia 2011. Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan. Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik www.budpar.go.id. Diakses pada tanggal 3 Januari 2013.
Indonesia.
Kotler P. 1997. Manajemen Pemasaran (Terjemahan) Jilid I. Jakarta (ID): PT. Prehalindo. Mita. 2011. Segmentasi Tarif Masuk Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nash SV. 1990. Pengelolaan Kawasan Konservasi Melalui Pengelolaan Kawasan Penyangga di Irian Jaya dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Kawasan Penyangga. Kanwil Departemen Kehutanan Irian Jaya dan WWF Program Irian Jaya Nasution. 2003. Metode Reasearch (Penelitian Ilmiah). Jakarta (ID): Bumi Aksara. Nazir. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta (ID): Ghalis Indonesia. Novianty R. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata dan Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Galunggung Tasikmalaya [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Prasetyo B, L.M. Jannah. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada.
69
Rangkuti F. 2002. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Ross. 1998. Psikologi Pariwisata. Pengantar Toeti Heraty Noerhad. Penerjemah: Marianto Samosir-ed. 1. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia. Soemarwoto O. 1989. Analisis Dampak Lingkungan. Cetakan ke 2. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Soetanto H. 2002. Strategi Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Dan Teknologi Tepat Guna Pertanian Untuk Meningkatkan Pendapatan Peternak Sapi Potong.http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content& view=article&id=78:makalah-utama&catid=50:prosiding&itemid=33. Diakses pada tanggal 11 Maret 2013. Supranto J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Vanhove, N. 2005. The Economics of Tourism Destinations. Elsevier, Burlington. Wahab S. 1992. Manajemen Kepariwisataan (Frans Gromang, penterjemah). Jakarta (ID): Pradinya Paramita. Wahab S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta (ID): Pradinya Paramita. Wardhana W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, edisi revisi, Andi. Yogyakarta (ID). Yakin A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Teori Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta (ID): Akademika Presindo. Yoeti O. A. 1985. Pemasaran Pariwisata. Jakarta (ID): Angkasa.
70
71
Lampiran 1. Model Hasil Regresi Berganda Variabel yang Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Wisata ke TWA Rimbo Panti Regression Analysis: Y versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; X7; X8 The regression equation is Y = 1,90 - 0,000001 X1 + 0,000000 X2 + 0,0761 X3 + 0,0147 X4 - 0,0194 X5 - 0,023 X6 - 0,0742 X7 + 0,0302 X8 Predictor Constant X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
Coef 1,8967 -0,00000067 0,00000011 0,07612 0,01470 -0,019447 -0,0231 -0,07422 0,030193
S = 0,979711
SE Coef 0,6263 0,00000126 0,00000025 0,04894 0,01431 0,002363 0,1450 0,08805 0,004854
R-Sq = 64,9%
T 3,03 -0,53 0,46 1,56 1,03 -8,23 -0,16 -0,84 6,22
P 0,003 0,597 0,650 0,123 0,307 0,000 0,874 0,401 0,000
VIF 3,7 3,9 2,2 3,4 1,8 1,1 2,7 1,1
R-Sq(adj) = 61,8%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Source X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
DF 1 1 1 1 1 1 1 1
DF 8 91 99
SS 161,645 87,345 248,990
MS 20,206 0,960
F 21,05
P 0,000
SE Fit 0,5526 0,5197 0,3159 0,2057 0,2987
Residual -2,1733 -0,0918 2,0068 2,0584 -2,7152
Seq SS 39,467 16,453 3,165 0,316 64,437 0,014 0,646 37,145
Unusual Observations Obs 3 13 17 19 72
X1 423000 533000 41000 81000 223000
Y 1,0000 1,0000 5,0000 5,0000 1,0000
Fit 3,1733 1,0918 2,9932 2,9416 3,7152
St Resid -2,69RX -0,11 X 2,16R 2,15R -2,91R
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,75833
72
Lampiran 2. Residual Plot Residual Plots for Y Normal Probability Plot of the Residuals 99
Percent
90 50 10 1 0,1
Residuals Versus the Fitted Values Standardized Residual
99,9
-4
-2 0 2 Standardized Residual
2
0
-2
4
0,0
Histogram of the Residuals Standardized Residual
Frequency
15 10 5 -3
-2 -1 0 1 Standardized Residual
2,4 3,6 Fitted Value
4,8
Residuals Versus the Order of the Data
20
0
1,2
2
2
0
-2 1
10
20
30 40 50 60 70 Observation Order
80
90 100
Lampiran 3. Uji Kolmogorov Smirnov Uji Normalitas Normal
99,9
Mean StDev N KS P-Value
99 95
Percent
90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0,1
-3
-2
-1
0 RESI1
1
2
3
-1,58984E-15 0,9393 100 0,073 >0,150
73
Lampiran 4. Uji Glejser Regression Analysis: RESI^2 versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; X7; X8 The regression equation is RESI^2 = 0,537 + 0,000000 X1 - 0,000000 X2 + 0,0433 X3 - 0,00498 X4 - 0,00156 X5 + 0,0113 X6 + 0,0205 X7 + 0,00492 X8 Predictor Constant X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
Coef 0,5369 0,00000038 -0,00000019 0,04327 -0,004978 -0,001557 0,01130 0,02053 0,004925
S = 0,494553
SE Coef 0,3162 0,00000064 0,00000013 0,02471 0,007225 0,001193 0,07318 0,04445 0,002450
R-Sq = 14,5%
T 1,70 0,60 -1,51 1,75 -0,69 -1,30 0,15 0,46 2,01
P 0,093 0,551 0,134 0,083 0,493 0,195 0,878 0,645 0,047
VIF 3,7 3,9 2,2 3,4 1,8 1,1 2,7 1,1
R-Sq(adj) = 6,9%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Source X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
DF 1 1 1 1 1 1 1 1
DF 8 91 99
SS 3,7610 22,2570 26,0180
MS 0,4701 0,2446
F 1,92
P 0,066
Seq SS 0,6756 0,0203 1,3821 0,1637 0,4717 0,0055 0,0538 0,9882
Unusual Observations Obs 3 13 17 19 51 72
X1 423000 533000 41000 81000 170000 223000
ABRESI1 2,1733 0,0918 2,0068 2,0584 0,0809 2,7152
Fit 1,3717 0,4873 0,8654 0,8916 1,0418 0,9907
SE Fit 0,2790 0,2623 0,1595 0,1039 0,1242 0,1508
Residual 0,8016 -0,3955 1,1415 1,1669 -0,9609 1,7245
St Resid 1,96 X -0,94 X 2,44R 2,41R -2,01R 3,66R
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,61890
H0 = Heteroskedastisitas H1 = Homoskedastisitas Karena P-value (0,066) > α (0,05), maka tolak H0
74
Lampiran 5. Jumlah Kunjungan Wisatawan Responden
Jumlah Kunjungan
Responden
Jumlah Kunjungan
1
5
51
4
2
2
52
1
3
1
53
1
4
4
54
1
5
3
55
1
6
1
56
6
7
1
57
1
8
1
58
1
9
4
59
1
10
2
60
1
11
1
61
2
12
1
62
4
13
1
63
2
14
3
64
1
15
1
65
1
16
4
66
4
17
6
67
1
18
10
68
1
19
5
69
1
20
2
70
1
21
1
71
1
22
3
72
2
23
8
73
1
24
2
74
8
25
1
75
8
26
2
76
2
27
1
77
1
28
1
78
1
29
1
79
8
30
1
80
1
31
1
81
1
32
2
82
1
33
6
83
1
34
3
84
1
75
35
4
85
1
36
8
86
1
37
1
87
8
38
1
88
1
39
1
89
1
40
1
90
1
41
8
91
1
42
1
92
1
43
4
93
1
44
1
94
1
45
1
95
2
46
1
96
2
47
1
97
1
48
1
98
1
49
1
99
1
50
1
100
1
Total Kunjungan Responden: 255
76
Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Y VS X1 Regression Analysis: Y versus X1 The regression equation is Y = 2,93 - 0,000004 X1 Predictor Constant X1 S = 1,46219
Coef 2,9299 -0,00000422
SE Coef 0,2631 0,00000098
R-Sq = 15,9%
T 11,13 -4,30
P 0,000 0,000
R-Sq(adj) = 15,0%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 98 99
SS 39,467 209,523 248,990
MS 39,467 2,138
F 18,46
P 0,000
Unusual Observations Obs 10 12 18 21 29 31 33 36 44 56 74 79 92
X1 593000 661000 35000 663000 658000 556000 358000 81000 618000 75000 51000 80000 631000
Y 2,000 1,000 6,000 1,000 1,000 1,000 6,000 6,000 1,000 6,000 6,000 6,000 1,000
Fit 0,428 0,141 2,782 0,133 0,154 0,584 1,419 2,588 0,322 2,613 2,715 2,592 0,268
SE Fit 0,392 0,455 0,235 0,456 0,452 0,358 0,198 0,202 0,415 0,206 0,223 0,203 0,427
Residual 1,572 0,859 3,218 0,867 0,846 0,416 4,581 3,412 0,678 3,387 3,285 3,408 0,732
St Resid 1,12 X 0,62 X 2,23R 0,62 X 0,61 X 0,29 X 3,16R 2,36R 0,48 X 2,34R 2,27R 2,35R 0,52 X
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,65432
77
Lampiran 7. Data Pendapatan Unit Usaha dan Tenaga Kerja Kelompok Pekerjaan
Kios makanan Warung makan Kios makanan Warung makan Kios makanan Pedagang asongan Pedagang asongan Warung makan Penginapan Kios makanan Penginapan Pedagang asongan Kios makanan Warung kopi Toilet umum Penjaga kolam pemandian air panas Juru parkir Petugas kebersihan Pegawai warung makan Pegawai penginapan Petugas kebersihan Pegawai penginapan Pegawai warung makan Juru parkir Tukang ojek Tukang ojek Pegawai penginapan Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek
Lama Bekerja Sehari (jam) 5 6 5 5 7 4 5 6 12 5 10 5 6 5 5
Lama Pendapatan Pendapatan Bekerja dengan Tanpa Seminggu TWA (Rp.) TWA (Rp.) (hari) 5 1.200.000 800.000 5 1.600.000 600.000 6 1.000.000 700.000 5 1.600.000 900.000 6 400.000 0 4 450.000 300.000 3 700.000 500.000 7 1.400.000 600.000 7 4.000.000 2.000.000 5 800.000 500.000 7 4.000.000 2.500.000 5 200.000 0 2 900.000 500.000 4 1.000.000 700.000 6 900.000 500.000
8
7
500.000
0
5 7 7 8 7 7 3 6 5 5 6 6 5 6
4 4 5 5 4 4 4 5 5 3 5 2 3 5
700.000 1.000.000 600.000 1.100.000 900.000 1.200.000 650.000 300.000 300.000 1.050.000 900.000 1.000.000 800.000 1.000.000
500.000 600.000 300.000 600.000 500.000 600.000 400.000 0 0 700.000 500.000 700.000 500.000 500.000
78
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian 1. Foto Rencana Penerapan Segmentasi
Wisata Sumber Mata Air Panas
Kolam Pemandian Air Panas
Gedung Herbarium
Wisata Sumber Mata Air Panas
Kolam Pemandian Air Panas
79
2. Foto Unit Usaha dan Fasilitas Wisata
Unit Usaha Sekitar Kawasan
Area Parkir
Fasilitas Musholla
Unit Usaha Sekitar Kawasan
Area Parkir
Fasilitas Rekreasi dan Istirahat
80
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 27 Maret 1991 dari Ayah Usman dan Ibu Mulyani. T. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 20 Sangkir pada tahun 2003, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Lubuk Basung dan lulus pada tahun 2006. Setelah itu melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Lubuk Basung dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis mengikuti berbagai kepanitian dan organisasi di lingkungan Institut Pertanian Bogor. Salah satu organisasi yang penulis ikuti adalah Sharia Economics Students Club (SES-C) pada tahun 2010 hingga 2011. Berbagai kepanitian yang ada di lingkungan kampus juga sering diikuti penulis. Selain itu penulis juga aktif pada organisasi diluar kampus, salah satunya Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA). Penulis juga aktif mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan Institut Pertanian Bogor.