ANALISIS DAMPAK PENGEMBANGAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN
RIANAH SARY
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Dampak Pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya penerbit maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2011
Rianah Sary H44070042
ii
RINGKASAN RIANAH SARY. Analisis Dampak Pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan. Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL. Seiring dengan perkembangan industrialisasi, semakin banyak orang yang membutuhkan kompensasi untuk menikmati waktu senggangnya (leisure time), dengan melakukan aktivitas wisata. Saat ini pariwisata di Indonesia menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini diharapkan menjadi penghasil devisa nomor satu. Dengan demikian, pengembangan sektor wisata merupakan salah satu upaya dalam pembangunan nasional. Salah satu potensi wisata yang dapat dijadikan sebagai penunjang pengembangan pariwisata adalah taman wisata alam Pengembangan pariwisata yang memperlihatkan kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu menjadi pemicu banyaknya dampak yang ditimbulkan akibat dari adanya kegiatan wisata. Dampak tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan yaitu dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Masyarakat adalah salah satu obyek dari dampak yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan wisata. Pengembangan wisata yang dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Pancar dapat menjadi salah satu pembangunan pariwisata yang menimbulkan berbagai dampak terhadap masyarakat sekitar kawasan baik dampak positif maupun dampak negatif. Penelitian ini memiliki empat tujuan yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik masyarakat TWA Gunung Pancar, (2) mengestimasi pendapatan dan perubahan pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar, (3) mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan TWA Gunung Pancar (4) menilai dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pengelola TWA Gunung Pancar, pihak desa dan studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, serta penyusuran data melalui internet. Analisis yang digunakan analisis perubahan pendapatan dan model regresi linier berganda dengan alat pengolah data Minitab 14 dan Microsoft Excel 2007. Estimasi pendapatan dan perubahan pendapatan masyarakat dilihat dari rata-rata pendapatan masyarakat tanpa dan dari adanya TWA Gunung Pancar. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh perubahan pendapatan rata-rata masyarakat sebesar Rp 218.704,59,00. Perubahan pendapatan berdasarkan present value sebesar Rp -309.192,43,00. Perubahan pendapatan rata-rata masyarakat yang mengalami peningkatan diperoleh jenis pekerjaan sebagai penjaga taman yaitu sebesar Rp 637.500,00. Perubahan pendapatan rata-rata kelompok penjaga taman berdasarkan present value menjadi Rp 377.369,70,00. Hasil estimasi model menunjukkan terdapat tiga variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat secara signifikan. Adapun variabelvariabel tersebut yaitu : jumlah tanggungan, umur dan lama bekerja di kawasan
iii
TWA Gunung Pancar. Tanda koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan pendapatan masyarakat. Penilaian dampak sosial terlihat dari adanya pergeseran profesi pekerjaan dan terserapnya tenaga kerja akibat adanya pengembangan wisata. Selain itu terdapat dampak sosial yang besifat negatif yaitu terjadinya kerawanan sosial. Dampak lingkungan terlihat dari adanya perubahan fisik kawasan baik di dalam maupun sekitar kawasan wisata. Adapun dampak lingkungan tersebut adalah terjadinya pencemaran akibat sampah, terjadi longsor dan perubahan terhadap udara disekitar kawasan.
Kata kunci : pariwisata, taman wisata alam, pengembangan wisata, dampak sosial, dampak ekonomi dan dampak lingkungan
iv
ANALISIS DAMPAK PENGEMBANGAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN
RIANAH SARY H44070042
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
v
Judul Skripsi
: Analisis Dampak Pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan
Nama
: Rianah Sary
NIM
: H44070042
Disetujui
Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr NIP. 19620604 199002 1 001
Diketahui
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus :
vi
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Alm.Ibunda (Hadijah), Ayahanda (Bapak Abdul Karim), Kakak-kakak tercinta (Hajari Jamil, Badriah, Nuriah, Juhairiah, Marhani, Dahriah) dan keluarga besar yang telah memberikan curahan kasih sayang, dukungan dan do’a yang tulus. 2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis. 3. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc sebagai dosen penguji utama dan Novindra, SP, M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran serta pengarahan kepada penulis. 4. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, Ms. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam bidang akademik. 5. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat I serta pengelola Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang telah memberikan informasi dalam skripsi ini. 6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB.
vii
7. Teman-teman satu bimbingan, Devina Marcia, Fachrunnisa, Fiandra, Pristy, Suci, dan Hezron, terima kasih atas segala dukungan, motivasi dan saran yang telah diberikan. 8. Fauzi Iriawan yang telah memberikan semangat, do’a dan perhatian selama ini 9. Lidya R, Wikaniati, Nuzulia F, Vidya, Andrian I, Fatia Ajeng, Agung P, Bahroin, Astrid, Dhani Ratmoko, Ario B.S dan keluarga ESL angkatan 44 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas segala do’a, semangat dan perhatian serta kebersamaan selama ini. 10. Sahabat BEM FEM, sahabat de-Lunix, sahabat Gege, teman-teman ITK, teman kostan pondok Kemuning 25, teman Agric IPB terima kasih atas kebersamaan dan do’a yang diberikan. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini.
Bogor, Desember 2011
Penulis
viii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, Dzat penguasa seluruh kehidupan atas rahmat dan karunia-Nya. Limpahan rahmat serta kemudahan dalam berpikir dan bertindak merupakan sumber kekuatan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Dampak Pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan” disusun sebagai suatu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini mengkaji dampak sosial, ekonomi dan lingkungan terhadap masyarakat akibat adanya pengembangan wisata. Penelitian ini memberi gambaran
mengenai
karakteristik
masyarakat
sekitar
kawasan
wisata,
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat serta mengestimasi perubahan pendapatan masyarakat dan menilai dampak sosial dan lingkungan akibat adanya pengembangan wisata di Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari skripsi ini baik dari segi isi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Bogor, Desember 2011 Penulis
ix
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL . ......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR . ..................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv I.
PENDAHULUAN ................................................................................. 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7
II.
1
Latar Belakang .............................................................................. Perumusan Masalah ...................................................................... Tujuan Penelitian .......................................................................... Manfaat Penelitian ........................................................................ Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ Keterbatasan Penelitian ................................................................. Daftar Istilah....................................................................................
1 8 11 12 12 12 14
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
15
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7
15 16 17 17 18 21
Pariwisata ...................................................................................... Wisata Alam ................................................................................... Taman Wisata Alam ...................................................................... Wisatawan ..................................................................................... Pengertian Wisata yang Berkelanjutan .......................................... Pengembangan Pariwisata Alam ................................................... Pengembangan Pariwisata dan Dampaknya terhadap Sosial Ekonomi ......................................................................................... 2.8 Pengembangan Pariwisata dan Dampak Lingkungan ..................... 2.9 Regresi Linier Berganda ................................................................ 2.10 Penelitian Terdahulu .....................................................................
22 24 26 28
III. KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................
30
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................ 3.1.1 Kawasan yang Dilindungi ................................................. 3.1.2 Pengembangan Pariwisata pada Kawasan yang Dilindungi .......................................................................... 3.1.3 Peran serta Masyarakat terhadap Dampak Pengembangan Wisata ................................................................................. Kerangka Pemikiran Operasional .................................................
31
METODE PENELITIAN.......................................................................
37
4.1 4.2 4.3 4.4
37 37 37 38
3.2 IV.
Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... Jenis dan Sumber Data .................................................................... Metode Pengambilan Sampel .......................................................... Analisis Data ................................................................................... 4.4.1 Identifikasi Karakteristik Masyarakat Sekitar Kawasan TWA Gunung Pancar.......................................................................
30 30
32 33
39
x
4.4.2 Estimasi Perubahan Pendapatan Masyarakat Akibat Adanya Pengembangan Wisata ........................................................... 4.4.3 Mengidentifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat dalam Pengembangan Wisata ......... 4.4.4 Uji Statistik ............................................................................ 4.4.5 Uji Ekonometrik ..................................................................... 4.4.6 Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan Wisata di TWA Gunung Pancar ............................................
39 41 43 44 46
V.
GAMBARAN UMUM ........................................................................... 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis ....................................................... 5.2 Sejarah Status Kawasan TWA Gunung Pancar ............................ 5.3 Potensi Kawasan ........................................................................... 5.3.1 Flora .................................................................................... 5.3.2 Fauna .................................................................................. 5.3.3 Hidrologi ............................................................................ 5.3.4 Geofisik .............................................................................. 5.3.5 Obyek Wisata .....................................................................
48 48 50 52 52 53 53 53 54
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 6.1 Karakteristik Responden ............................................................... 6.1.1 Jenis Kelamin ....................................................................... 6.1.2 Status Pernikahan ................................................................. 6.1.3 Umur .................................................................................. 6.1.4 Pendidikan Terakhir ........................................................... 6.1.5 Tingkat Pendapatan ............................................................. 6.2 Estimasi Perubahan Pendapatan Masyarakat Akibat Pengembangan Wisata .................................................................... 6.3 Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pendapatan . 6.4 Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan Wisata di Kawasan TWA Gunung Pancar .................................................. 6.4.1 Dampak Sosial ...................................................................... 6.4.2 Dampak Lingkungan .............................................................
55 55 56 56 56 57 57
69 69 79
VII. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 7.1 Simpulan ....................................................................................... 7.2 Saran ..............................................................................................
82 82 83
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
84
LAMPIRAN ......................................................................................................
88
58 64
xi
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Data Kunjungan Wisatawan ke Taman Wisata Alam Gunung Pancar Tahun 2006-2010 ...................................................................................
7
2. Matrix Metode Analisis Data .................................................................
38
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..........................
55
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan .....................
56
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .........................................
57
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .................
57
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ..................
58
8. Perubahan Pendapatan Rata-rata Masyarakat Tanpa dan dari Adanya Kawasan TWA Gunung Pancar .............................................................
59
9. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat dari Adanya Kawasan TWA Gunung Pancar Tahun 2011 ................................................................... 62 10. Hasil Estimasi Model Regresi Pendapatan Masyarakat Sekitar TWA Gunung Pancar .......................................................................................
66
11. Data Pertumbuhan Penduduk Desa Karang Tahun 2002-2011 .............
70
12. Penyerapan Tenaga Kerja Kawasan TWA Gunung Pancar Tahun 2011 73
xii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Kabupaten Bogor Tahun 2006-2009 ...................................................................................
5
2. Skema Kerangka Pemikiran Operasional ..............................................
36
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Data Responden Masyarakat Desa Karang Tengah ............................. 89 2. Hasil Estimasi Model Regresi Linier Berganda dengan Minitab 14...... 92 3. Data Kegiatan Orientasi Batas Kawasan................................................ 96 4. Dokumentasi Penelitian ........................................................................ 97
xiv
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Seiring dengan perkembangan industrialisasi, semakin banyak orang yang
membutuhkan kompensasi untuk menikmati waktu senggangnya (leisure time), dengan melakukan aktivitas wisata. Berbagai organisasi Internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Berawal dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya, kini wisata telah menjadi bagian dari hak azazi manusia sebagaimana dinyatakan oleh John Naisbitt dalam bukunya Global Paradox yakni bahwa “where once travel was considered a privilege of the moneyed elite, now it is considered a basic human right”. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan oleh negara berkembang termasuk Indonesia1. Pembangunan pariwisata sebagai bagian dari pembangunan nasional yang mempunyai tujuan, antara lain memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja.
Seiring
dengan
tahap-tahap
pembangunan
nasional,
pelaksanaan
pembangunan pariwisata nasional dilaksanakan secara menyeluruh, berimbang, bertahap, dan berkesinambungan. Hal ini nampak jelas bahwa pembangunan di bidang pariwisata mempunyai tujuan akhir untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Harry et al, 1993).
1
http://www.pariwisata.jogja.go.id/index/extra.detail/1689/pengembangan-pariwisataindonesia.html. [30 Maret 2011 pukul 7.30]
1
Mengingat pentingnya pembangunan di bidang pariwisata tersebut, maka dalam penyelenggaraannya harus berdasarkan asas-asas manfaat, usaha bersama, kekeluargaan, adil, merata, perikehidupan dalam keseimbangan dan kepercayaan (Suswantoro, 1997). Pariwisata termasuk dalam program pembangunan nasional di Indonesia dan sebagai salah satu sektor pembangunan ekonomi (Soemardjan, 1974). Oleh karena itu, pembangunan pariwisata di Indonesia perlu ditingkatkan. Sejak tahun 1978, pemerintah terus berusaha untuk mengembangkan pariwisata. Hal ini dituangkan dalam TAP MPR No. IV/MPR/1978, yaitu pariwisata perlu ditingkatkan dan diperluas untuk meningkatkan penerimaan devisa,
memperluas
Pembinaan
serta
lapangan
kerja,
pengembangan
dan
memperkenalkan
pariwisata
dilakukan
kebudayaan.
dengan
tetap
memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional. Oleh karena itu, perlu diambil langkah-langkah dan pengaturan yang lebih terarah berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu, antara lain bidang promosi, penyediaan fasilitas serta mutu, dan kelancaran pelayanan. Keberhasilan Indonesia dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, memberikan semangat bagi pemerintah untuk meningkatkan persebaran wisatawan nusantara. Hal ini terbukti melalui program pariwisata Tanah Air dengan tag line “Kenali Negerimu Cintai Negerimu” yang memperoleh jumlah kunjungan sebanyak 229,95 juta orang dengan total pengeluaran lebih dari Rp 128,7 triliun pada tahun 2009. Program tersebut dilanjutkan kembali sehingga mampu menyebar wisatawan nusantara ke berbagai daerah tujuan wisata di Indonesia. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) menyatakan kunjungan wisatawan nusantara pada tahun 2010 menghasilkan pendapatan
2
sebesar Rp 137 triliun dengan jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 240 juta orang. Hal tersebut merupakan hasil yang baik diluar target yang diharapkan oleh pemerintah yaitu sebanyak 225 juta orang2. Indonesia memiliki beberapa provinsi yang kaya akan potensi wisata. Salah satu provinsi yang berpotensi adalah Jawa Barat. Jawa Barat memiliki potensi wisata berupa sumberdaya alam, adat istiadat, dan budaya serta keramahtamahan yang merupakan ciri khas kepariwisataan di Jawa Barat. Selain itu, Jawa Barat memiliki daya dukung wisata berupa sumberdaya alam seperti pegunungan, pantai, cagar alam, hutan lindung, hutan buru, taman nasional dan lain sebagainya. Daya dukung wisata tersebut tentu dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke Jawa Barat. Menyadari hal tersebut, Pemerintah Jawa Barat menjadikan Jawa Barat sebagai salah satu daerah unggulan di Indonesia yang mampu bersaing dengan daerah tujuan wisata lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2008-2009 jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Jawa Barat meningkat sebesar 22,7% atau wisnus sebanyak 32 juta orang dan wisman sebanyak 700 ribu orang.3 Menurut Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Kadisbudpar), pada tahun 2009 jumlah wisman mencapai 700 ribu orang sehingga pemerintah daerah optimis untuk menargetkan jumlah wisatawan nusantara pada tahun berikutnya
2
http://www.jurnas.com/_content&view=article&id=768:menbudpar-jumlah-wisatawan naik&catid=100:indonesia&Itemid=475 [12 Oktober 2011 pukul 23.00]. 3 http://www.jabarprov.com_content&view=article&id=768:kadisbudpar-jumlah-wisatawan-jawa barat [12 Oktober 2011 pukul 23.00].
3
sebanyak 800 ribu orang. Akan tetapi, realisasinya melampaui target yaitu sebanyak 1,2 juta orang pada tahun 2010 4. Peningkatan pertumbuhan tingkat kunjungan wisatawan ke Jawa Barat tidak terlepas dari dukungan potensi pariwisata yang tersebar di Kabupaten dan Kota di Jawa Barat. Daerah yang berpotensi meningkatkan pariwisata Jawa Barat salah satunya adalah Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor merupakan daerah tujuan wisata kedua setelah Kabupaten Bandung yang banyak dikunjungi oleh wisatawan nusantara. Potensi wisata yang terdapat di Kabupaten Bogor yaitu wisata alam, wisata kuliner, wisata belanja, wisata seni dan budaya serta minat khusus yaitu wisata pendidikan. Wisata alam merupakan salah satu daya tarik wisata utama yang ditawarkan kepada wisatawan yang datang ke Kabupaten Bogor. Sebagian besar wisatawan yang datang ke Kabupaten Bogor melakukan perjalanan wisata mereka ke atraksi wisata alam yang tersebar di Kabupaten Bogor seperti taman wisata alam, taman nasional, cagar alam, pemandangan Puncak, pegunungan, hutan lindung, perkebunan, dan agrowisata. Atraksi wisata tersebut merupakan keunggulan pariwisata di Kabupaten Bogor sehingga mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Bogor terutama wisatawan yang berasal dari Jakarta, Bekasi, Bandung, Tangerang, Depok, dan kota lainnya. Berikut merupakan data pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara ke Kabupaten Bogor tahun 2006-2009. 4
http://www.jabarprov.com_content&view=article&id=768:kadisbudpar-jumlah-wisatawan-jawa barat [12 Oktober 2011 pukul 23.00].
4
Gambar 1. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Kabupaten Bogor Tahun 2006-2009
Sumber : Disbudpar Provinsi Jawa Barat 2009
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bogor pada tahun 2009 sebanyak 2.393.598. Pada tahun 2008 terjadi penurunan sebesar 0,27% dibandingkan tahun 2007. Menurut Kepala Bidang Promosi Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bogor, menurunnya jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2008 disebabkan oleh pengelolaan atraksi wisata yang belum maksimal, kurangnya dana, dan kurangnya fasilitas tempat wisata. Selain itu, kurangnya upaya pomosi dan informasi kepada masyarakat sehingga atraksi wisata alam di Kabupaten Bogor kurang mendapatkan perhatian dari wisatawan5. Oleh karena itu, saat ini Pemerintah Kabupaten Bogor berupaya untuk mengembangkan wisata alam yang tersebar di wilayah Kabupaten Bogor. Wisata alam yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Bogor yaitu kawasan pariwisata Puncak, Kabupaten Bogor bagian Barat, bagian Selatan dan bagian Utara. Adapun obyek wisata alam yang tersebar di wilayah tersebut antara lain Telaga Warna, Panorama Alam Riung Gunung, Curug Cilember, Curug Nangka, Curug Luhur, Air Panas DSE, Curug Cigamea, Curug Seribu, Curug 5
http://www.sundaurang.com_content&view=article&id=768:kadisbudpar-jumlah-wisatawan-jawa barat [12 Oktober 2011 pukul 23.00].
5
Ngumpet, Bumi Perkemahan Gunung Bunder, Goa Gondawang, Air Panas Ciseeng, TWA Gunung Pancar, Bumi Perkemahan Sukamantri, Curug Cikaracak, Kawah Ratu, Kawah Hitam Giri Tirta (Dinas Kehutanan Jawa Barat, 2011). Berdasarkan data Dinas Kehutanan Jawa Barat (2011) tersebut, salah satu wisata alam yang saat ini berpotensi untuk dikembangkan adalah Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Kawasan ini menyajikan suasana pegunungan yang cukup kental dengan hamparan hutan pinus yang cukup luas. Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar merupakan salah satu kawasan lindung yang saat ini keberadaannya cukup penting bagi kehidupan masyarakat sekitar kawasan. Selain menjadi penompang kegiatan ekonomi, kawasan ini juga menjadi penompang ekologi di wilayah sekitar. Sebelumnya, kawasan ini merupakan kawasan hutan gunung Hambalang yang berfungsi sebagai hutan produksi, namun berubah fungsi menjadi taman wisata alam. Kawasan ini mulai dikembangkan mulai tahun 2006 dimana di tahun tersebut banyak kegiatan wisata alam yang dikembangkan serta tersedianya sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata. Selain itu, Taman Wisata Alam Gunung Pancar juga merupakan salah satu kawasan wisata alternatif di Kabupaten Bogor selain Puncak. Suasana nyaman dan hawa sejuk pada Taman Wisata Alam Gunung Pancar dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi sekaligus relaksasi bagi mereka yang datang berkunjung. Jika mengunjungi taman wisata alam ini, bukan hanya pemandangan indah saja yang ditawarkan tetapi sekaligus sarana olahraga bagi mereka yang ingin berolahraga atau menyalurkan hobinya dan pemandian air panas bagi mereka yang ingin berobat atau menjalankan terapi. Hal inilah yang menjadikan Taman Wisata Alam
6
Gunung Pancar cukup banyak diminati oleh wisatawan. Tabel 1 yang menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Pancar selama tahun 2006-2010. Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan ke Taman Wisata Alam Gunung Pancar Tahun 2006-2010 Tahun
Jumlah Kunjungan (Orang)
2006 2007 2008 2009 2010
4.245 6.825 10.662 10.427 17.270
Persentase Peningkatan 37,80% 35,98% -2,25% 39,62%
Sumber: Balai Pengelolaan TWA Gunung Pancar (2011)
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kunjungan wisatawan ke Taman Wisata Alam Gunung Pancar pada tahun 2010 yaitu sebanyak 17.270 orang dengan persentase peningkatan 39,62%. Jumlah kunjungan ini meningkat setiap tahun, walaupun pada tahun 2009 mengalami penurunan sebanyak 2,25%, namun mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2010. Peningkatan ini disebabkan karena pada tahun 2010 pengelola wisata melakukan promosi di Jakarta Conference Centre. Promosi yang dilakukan pengelola tersebut menyebabkan pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terus berkembang dan mempengaruhi masyarakat yang berada disekitar kawasan terutama penduduk asli kawasan. Adanya kegiatan wisata tersebut, berdampak pada kondisi sosial, ekonomi, maupun lingkungan masyarakat setempat. Berdasarkan beberapa uraian diatas, penelitian ini penting dilakukan untuk melihat dampak pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap kehidupan masyarakat disekitar kawasan baik secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan karena kawasan ini merupakan salah satu wisata 7
alam yang berada di kawasan lindung yang memadukan wisata alam dan sumber air panas yang dimanfaatkan untuk pengobatan. Hingga saat ini penelitian yang terkait dengan wisata hanya membahas nilai ekonomi dari wisata tersebut. Oleh karena itu, diperlukan juga penelitian wisata yang juga berdampak terhadap masyarakat serta perubahan secara fisik akibat kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan yang juga merupakan kawasan lindung. 1.2
Perumusan Masalah Pariwisata dengan segala aspek kehidupan yang terkait di dalamnya akan
menuntut konsekuensi dari terjadinya pertemuan dua budaya atau lebih yang berbeda, yaitu budaya para wisatawan dengan budaya masyarakat sekitar obyek wisata. Budaya-budaya yang berbeda dan saling bersentuhan itu akan membawa pengaruh yang menimbulkan dampak terhadap segala aspek kehidupan dalam masyarakat sekitar obyek wisata. Pada hakekatnya ada empat bidang pokok yang dipengaruhi oleh usaha pengembangan pariwisata, yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup. Dampak positif yang menguntungkan dalam bidang ekonomi yaitu kegiatan pariwisata mendatangkan pendapatan devisa negara dan terciptanya kesempatan kerja, serta adanya kemungkinan bagi masyarakat di daerah tujuan wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standar hidup mereka. Dampak positif yang lain adalah perkembangan atau kemajuan kebudayaan, terutama pada unsur budaya, teknologi dan sistem pengetahuan yang maju. Dampak negatif dari pengembangan pariwisata tampak menonjol pada bidang sosial, yaitu pada gaya hidup masyarakat di daerah tujuan wisata. Gaya hidup ini meliputi perubahan sikap, tingkah laku, dan perilaku karena kontak langsung dengan para wisatawan yang berasal dari budaya berbeda (Pendit, 1990).
8
Sebagaimana yang diungkapkan Pendit (1990) tersebut, pengembangan wisata menimbulkan berbagai dampak pada seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan secara hati-hati dari berbagai pihak sehingga pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya dapat menjamin pengembangan pembangunan wisata yang berkelanjutan. Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar dengan statusnya sebagai kawasan wisata telah meningkatkan dan memberikan kontribusi kepada Pemerintah Kota Bogor dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pengelolaan kawasan ini dilakukan secara kolaborasi antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat dan PT Wana Wisata Indah (WWI). Sebelum kawasan ini berubah fungsi menjadi taman wisata alam, kehidupan masyarakat di kawasan ini sebagian besar adalah petani. Seiring dengan perkembangan wisata, kehidupan masyarakat di sekitar kawasan ini mengalami pergeseran baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Pergeseran dari aspek ekonomi terlihat dari kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat seperti mendirikan usaha-usaha yang menunjang wisata maupun menjadi pekerja wisata yang dianggap lebih menjanjikan dari segi pendapatan. Sementara dari aspek sosial dan lingkungan terlihat dari perubahan pola kehidupan masyarakat seperti sikap dan perilaku masyarakat yang timbul akibat adanya kegiatan wisata. Selain itu, pengembangan wisata di Taman Wisata Alam Gunung Pancar menyebabkan perubahan secara fisik kawasan baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif. Perubahan fisik tersebut dapat dilihat dari dampak visual yaitu terdapat sejumlah sampah akibat kegiatan wisata yang ditimbulkan
9
dari kedatangan wisatawan, adanya longsor akibat pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan munculnya polusi serta terjadinya perubahan udara terhadap lingkungan sekitar kawasan. Pengembangan wisata ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan, standar hidup serta merangsang penggunaan sumberdaya dalam jumlah yang lebih besar. Penginapan dan warung merupakan salah satu contoh kegiatan ekonomi yang timbul dari adanya kegiatan wisata di kawasan ini. Munculnya kegiatan ekonomi juga dapat menimbulkan ancaman terhadap kelangsungan ekosistem. Apabila pengelolaan tidak dilakukan secara bijaksana akan menimbulkan bencana dan pencemaran yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat maupun pengelola di kawasan tersebut. Sebagian besar masyarakat di sekitar kawasan Taman Wisata Gunung Pancar masih berpendidikan rendah. Ketidakmampuan masyarakat dalam mengidentifikasi manfaat pariwisata, disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, masih lemahnya akses ke pasar, serta permodalan merubah pola kehidupan masyarakat sehingga menimbulkan kesenjangan antar kelompok masyarakat terhadap pengembangan wisata dikawasan ini. Oleh karena itu, pengelolaan kawasan ini harus didukung oleh semua pihak baik pemerintah, dan masyarakat yang berada disekitar kawasan serta pihak swasta sebagai pihak penanam modal agar pengelolaan di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar tetap berkelanjutan. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan dari dampak yang terjadi akibat adanya pengembangan wisata di
10
kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap masyarakat sekitar sebagai berikut: 1.
Bagaimana karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung pancar?
2.
Bagaimana pendapatan dan perubahan pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan wisata di Taman Wisata Alam Gunung Pancar ?
3.
Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi pendapatan masyarakat sebagai akibat adanya pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Pancar?
4.
Bagaimana dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.
Mengidentifikasi karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
2.
Mengestimasi pendapatan dan perubahan pendapatan masyarakat sebagai akibat pengembangan wisata.
3.
Mengidentifikasi
faktor-faktor
sosial
ekonomi
yang
mempengaruhi
pendapatan masyarakat di Taman Wisata Alam Gunung Pancar. 4.
Menilai dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
11
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
Menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama menjalani studi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.
2.
Menjadi
pelengkap
khasanah
keilmuan
Ekonomi
Sumberdaya
dan
Lingkungan. 3.
Dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan oleh pengelola dalam perencanaan
pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang
berkelanjutan. 4.
Institusi lingkungan dan sumberdaya terkait dengan pemahaman pentingnya pengembangan wisata guna melibatkan masyarakat sekitar kawasan wisata.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar,
yang terletak di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Penelitian ini membahas mengenai dampak sosial, ekonomi dan lingkungan akibat adanya pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap masyarakat sekitar kawasan. 1.6
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat
dihindari. Hal ini memungkinkan terjadinya perbedaan hasil dengan penelitian sebelumnya yang serupa. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain : 1.
Sampel penelitian yang digunakan terbatas pada masyarakat Desa Karang Tengah di sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar sehingga hasilnya belum tentu dapat digeneralisasikan di tempat lain.
12
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat sebagai akibat adanya pengembangan wisata berdasarkan karakteristik dan kondisi sosial ekonomi hanya untuk masyarakat sekitar kawasan.
3.
Estimasi perubahan pendapatan pada masyarakat dianalisis hanya dengan melihat perubahan pendapatan yang diperoleh masyarakat tanpa dan dari adanya Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang dikembangkan mulai tahun 2006-2011. Perubahan pendapatan ini diasumsikan sebagai dampak pengembangan wisata yang dirasakan masyarakat dari aspek ekonomi.
4.
Penilaian dampak sosial berdasarkan perubahan yang dirasakan masyarakat. Perubahan sosial tersebut adalah perubahan pola kehidupan seperti sikap dan perilaku masyarakat. Perubahan sikap atas dasar orientasi ekonomi menyebabkan munculnya penyerapan tenaga kerja di sekitar kawasan. Sementara perubahan lainnya menimbulkan tingkat kerawanan sosial sehingga mengancam kerusakan kawasan seperti pembuatan jalan, perluasan enclave, perambahan kawasan, pendudukan kawasan dan pembangunan yang dilakukan secara illegal.
5.
Penilaian dampak lingkungan hanya dilihat dari perubahan secara fisik kawasan baik di dalam kawasan wisata maupun lingkungan sekitar. Penilaian tersebut dilihat dari dampak visual yaitu terdapat sejumlah sampah akibat kegiatan wisata yang ditimbulkan dari kedatangan wisatawan, adanya longsor akibat pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan munculnya polusi serta terjadinya perubahan udara terhadap lingkungan sekitar kawasan.
13
1.7
Daftar Istilah Daftar istilah dalam penelitian ini adalah pendapatan, present value,
interest rate, masyarakat sekitar kawasan serta pengertian tanpa dan dari adanya TWA Gunung Pancar. Berikut penjelasan dari masing-masing istilah : 1.
Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan yang diperoleh masyarakat yang berasal dari kegiatan wisata dan non wisata. Pendapatan yang berasal dari wisata digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi masyarakat akibat adanya pengembangan wisata.
2.
Present value yang dimaksud dalam penelitian ini adalah present value (2011) dengan melihat pendapatan masyarakat tanpa adanya TWA (sebelum 2006).
3.
Interest rate yang dimaksud dalam menghitung discount rate adalah rata-rata Interest rate Bank Indonesia tahun 2006-2011 sehingga diperoleh social discount rate sebesar 7,75%.
4.
Masyarakat sekitar kawasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal dengan jarak kurang lebih 500 meter.
5.
Tanpa dan dari adanya kawasan TWA Gunung Pancar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanpa, yaitu sebelum dilakukan pengembangan dan dari adanya wisata, yaitu setelah terjadi pengembangan wisata yang dilakukan pengelola. Pengembangan tersebut dimulai tahun 2006-2011. Hal tersebut ditunjukkan pada tahun tersebut mulai dibangun sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan wisata (sejarah status kawasan).
14
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pariwisata Menurut Soekadijo (1997) pengertian pariwisata adalah segala kegiatan
dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Menurut Damanik et al., (2006), pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Leiper (1981) dalam Yoeti (2006) menyatakan pariwisata adalah suatu sistem terbuka dari unsur-unsur yang saling berinteraksi dalam suatu lingkungan luas, mulai dari unsur manusia seperti wisatawan, tiga unsur geografis: negara asal wisatawan, negara yang dijadikan tempat transit, dan daerah tujuan wisata serta unsur ekonomi, yaitu perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata. Dalam batasan ini, Leiper (1981) menekankan pada empat unsur, yaitu: pertama
: wisatawan (tourist), yaitu orang yang melakukan perjalanan pariwisata, yang tidak lain adalah manusia.
kedua
: negara asal wisatawan (generating region), yaitu negara dimana wisatawan berasal.
ketiga
: daerah tujuan (destination region), yaitu daerah tujuan wisata (DTW) yang merupakan negara atau kota tujuan yang semula direncanakan.
keempat
: industri pariwisata (tourist industry), yaitu perusahaan yang menyediakan kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan pelayanan (service) kepada wisatawan yang datang berkunjung.
15
Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pariwisata meliputi: semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata, pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, seperti kawasan wisata, taman rekreasi, peninggalan-peninggalan sejarah, museum, waduk, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah (keindahan alam, gunung berapi, danau, dan pantai), serta pengusahaan jasa dan sarana pariwisata. 2.2
Wisata Alam Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam, di taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam (PHKA, 2010). Selain itu, wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Anonymous, 1987)6. Menurut Suswantoro (1997), wisata alam merupakan bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Sementara itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 Pasal 1 menyatakan bahwa wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk 6
http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=1144&bih=642&q=definisi+wisata+alam&aq= f&aqi=&aql=&oq=&fp=b982c502b59c367d http [ 18 Maret 2011 pukul 21.30].
16
menikmati pada keunikan dan keindahan alam, di taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Sumberdaya alam yang dimaksudkan adalah sumberdaya alam yang berpotensi serta mempunyai daya tarik bagi wisatawan. 2.3
Taman Wisata Alam (TWA) Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (PHKA, 2003a). Menurut PHPA (1996), fungsi TWA adalah sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan dan sebagai pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan keunikan alam. PHPA (1995) menyatakan, TWA dalam penyelenggaraannya harus didasarkan atas kelestarian dan merupakan usaha konservasi terhadap flora, fauna serta ekosistemnya. Kehadiran pengunjung yang diharapkan sebagai sumber pendapatan devisa dalam usaha pengembangan obyek wisata alam, perlu perhatian dan pengelolaan yang baik dan benar. Hal ini demi terselenggaranya obyek-obyek alamiah secara lestari dan tidak mengalami gangguan dan kerusakan. 2.4
Wisatawan Menurut Yoeti (2001) wisatawan adalah pengunjung sementara yang
paling sedikit tinggal selama 24 jam di tempat yang dikunjunginya dan yang tujuan perjalanannya untuk mengisi waktu luang (rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan, dan olahraga) termasuk keperluan keluarga, bisnis dan konferensi. Menurut Inpres No. 9 (1969) wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu.
17
World Tourism Organization (WTO), menyatakan wisatawan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dan memiliki tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. Terminologi ini mencakup penumpang kapal pesiar (cruise ship passenger) yang datang dari negara lain dan kembali dengan catatan bermalam. Wisatawan
adalah
individu
atau
kelompok
individu
yang
mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang dimilikinya untuk perjalanan rekreasi dan berlibur dengan motivasi perjalanan yang pernah ia lakukan, menambah pengetahuan, tertarik oleh pelayanan yang diberikan oleh suatu daerah tujuan wisata yang dapat menarik pengunjung di masa yang akan datang (Yoeti, 1993). Sedangkan menurut Pendit (1990) wisatawan adalah semua orang yang memenuhi syarat, yaitu mereka meninggalkan rumah untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan mereka mengeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi tanpa dengan maksud mencari nafkah di tempat tersebut. 2.5
Pengertian Wisata yang Berkelanjutan Wisata yang berkelanjutan (sustainable tourism) adalah perluasan dari
paradigma baru akan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) sehingga dapat diaplikasikan pada peningkatan taraf ekonomi dan sosial masyarakat (Fennel, 1999). Beberapa peneliti telah mengidentifikasi pasaran untuk wisata alam berkelanjutan yang mengedepankan penggunaan sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang memiliki keuntungan jangka panjang, melindungi kelestarian lingkungan hidup dan menstimulasikan pembangunan komunitas lokal. 18
Menurut Epler (1996) ekowisata sebagai adanya tanggung jawab dalam kunjungan ke tempat-tempat yang masih alami dimana dapat menjaga, melindungi, dan melestarikan lingkungan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Hall (2000) menyatakan bahwa wisata yang berkelanjutan (sustainable tourism) adalah salah satu kegiatan wisata yang mengusahakan agar kegiatannya itu seminimal mungkin tidak memberikan dampak yang negatif bagi lingkungan dan budaya lokal. Selain itu, dapat membantu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar dan juga dapat menjaga kelestarian ekosistem. Wisatawan juga dituntut untuk bisa menjaga lingkungan dan kebudayaan lokal. Wisata yang berkelanjutan juga mengarah kepada periode jangka panjang dengan adanya potensi wisata alam yang lestari namun belum terciptanya potensi jangka panjang bagi aktivitas manusia. Sementara itu, perkembangan infrastruktur pada industri wisata juga belum bisa dikembangkan kedalam perencanaan jangka panjang. Rasa tanggung jawab dan bersikap adaptif adalah salah satu kunci yang dapat mengembangkan sektor wisata yang berkelanjutan. Adapun prinsip-prinsip wisata yang berkelanjutan (sustainable tourism) adalah (Hall, 2000) : 1.
Menyediakan informasi dan pendidikan lingkungan tentang kehidupan satwa liar, habitat alami dan keadaan alam kepada wisatawan.
2.
Melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan interpretasi lingkungan dan kegiatan teknis di lapangan, serta mengenalkan kebudayaan lokal dan nilainilai tradisional.
3.
Menyempurnakan dalam memulihkan kondisi lingkungan.
19
4.
Mengadakan penelitian dalam kegiatan ekowisata agar dapat mengurangi dampak wisatawan yang ditimbulkan terhadap kelestarian lingkungan.
5.
Memfasilitasi dalam kegiatan spiritual dan penyembuhan emosional.
6.
Memfasilitasi kegiatan rekreasi dan relaksasi.
7.
Memberikan pengetahuan kepada wisatawan tentang kearifan lokal dan nilainilai lingkungan yang baik untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.
8.
Kegiatan wisata diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pekerjaan berhubungan dengan masyarakat lokal.
9.
Program pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk mengelola warisan budaya dan menjaga kelestarian lingkungan serta sumberdaya alam agar tetap terjaga. Wisata berkelanjutan (Sustainable Tourism) meliputi segala segmen dalam
industri pariwisata dengan adanya panduan dan kriteria dalam mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Dalam hal ini adalah mengurai pemakaian sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, meningkatkan peran serta wisatawan dalam menjaga dan melestarikan alam serta lingkungan. Pariwisata berkelanjutan berdasarkan pengertian dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata adalah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan wisatawan dan masyarakat di daerah tujuan wisata dengan tetap menjaga dan meningkatkan kesempatan pemenuhan kebutuhan di masa yang akan datang. Pembangunan pariwisata berkelanjutan dicitrakan menjadi patokan dalam pengaturan sumberdaya sehingga kebutuhan ekonomi, sosial, dan estetika tercapai dengan tetap menjaga integritas budaya, proses-proses dan keanekaragaman hayati.
20
2.6
Pengembangan Pariwisata Alam Pengembangan pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan wisata alam, termasuk pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut dengan memperhatikan prinsip-prinsip pariwisata alam, unsur-unsur pengembangan dan tahapan pengembangan (Direkotrat Wisata Alam dan Jasa Lingkungan, 2001). Pengembangan ODTWA merupakan sub-sistem dari pengembangan pariwisata daerah dan pengembangan wilayah pada umumnya yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Direktorat Wisata Alam dan Jasa Lingkungan (2001) menjelaskan bahwa kegiatan pengembangan suatu kawasan hutan sebagai suatu kawasan wisata alam seyogyanya mencakup paling tidak lima prinsip pengembangan wisata alam : 1.
Konservasi, keberhasilan suatu kawasan yang ditetapkan sebagai tujuan kegiatan wisata alam akan bergantung pada sejauh mana upaya-upaya konservasi kawasan tersebut dapat secara praktis dilaksanakan.
2.
Ekonomi, aspek ini akan berdampak langsung maupun tidak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan khususnya, dan pada pembangunan ekonomi regional secara umum. Kontribusi ekonomi sektor wisata alam yang cukup signifikan dirasakan langsung terutama oleh masyarakat setempat akan mampu mendorong dan menumbuhkan timbulnya rasa memiliki masyarakat tersebut untuk secara bersama-sama menjaga pelestarian kawasan yang selama ini sebagian dari sumber penghasilannya sehari-hari.
21
3.
Pendidikan dan Penelitian Aspek ini mengarah pada upaya-upaya apa yang seharusnya dilakukan dalam rangka mendidik masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian kawasan dan mampu menunjukkan sikap menerima terhadap setiap wisatawan yang datang.
4.
Partisipasi, setiap tahapan kegiatan perencanaan pengembangan harus dilakukan melalui proses dialog yang kreatif antara pengelola dan masyarakat setempat.
Pengembangan
pariwisata
alam
di
hutan
produksi
agar
memperhatikan hal-hal seperti berikut : masyarakat dilibatkan sejak tahap perencanaan
sampai
tahap
monitoring
dan
evaluasi,
meningkatkan
keterampilan masyarakat dalam pengembangan pariwisata alam di hutan. 5.
Produksi melalui pelatihan dan pendidikan, memperhatikan budaya setempat, hak-hak masyarakat terasing, agama dan kepercayaan.
6.
Rekreasi, adanya pengembangan dan perubahan trend pariwisata pada dewasa ini lebih mengarah kepada resource-based recreation, keberadaan tour operator, agen dan para peduli pelestarian alam diharapkan mampu mempertemukan diri ke dalam satu wadah atau kepentingan, yaitu rekreasi dan konservasi dimana kedua aspek tersebut harus berjalan secara sinergik dan memberikan kontribusi yang positif antara yang satu dengan yang lainnya.
2.7
Pengembangan Pariwisata dan Dampaknya terhadap Sosial Ekonomi Menurut Spillane (1994) ada beberapa dampak positif yang ditimbulkan
dengan adanya jasa pariwisata: 1.
Perubahan pada jangka panjang dalam struktur penerimaan yang dapat mendorong perluasan dari sektor jasa dalam perekonomian, khususnya jasa22
jasa pariwisata. Semakin meningkat tingkat pendapatan nyata dan semakin banyak waktu yang disediakan untuk liburan, maka semakin besar permintaan akan rekreasi dan hiburan serta manfaat lain dari pariwisata. 2.
Pariwisata merupakan industri yang padat karya, karena tenaga kerja sulit digantikan dengan modal atau peralatan. Oleh karena itu, pariwisata merupakan sumber pokok dari pekerjaan pada tingkat regional. Terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sebagai tenaga keamanan, kebersihan, tenaga dapur (koki), tenaga cuci dan sebagainya.
3.
Pariwisata sebagai sumber dalam neraca pembayaran.
4.
Pariwisata mendistribusikan pembangunan dari pusat industri kearah wilayah desa yang belum berkembang. Jadi, pariwisata dapat menjadi dasar pembangunan regional. Dalam pengembangan usaha jasa dan akomodasi juga dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap pembangunan ekonomi antara lain (Spillane, 1994): 1.
Pariwisata sering dianggap tergantung pada pasar dan impor.
2.
Terjadinya kebocoran pendapatan industri pariwisata.
3.
Perkembangan fasilitas pariwisata cenderung berpolarisasi secara spasial yaitu berkaitan dengan tempat.
4.
Sifat dari pekerjaan dalam sektor pariwisata cenderung menerima gaji yang rendah, menjadi pekerja musiman, tidak ada serikat buruh, hanya bekerja pada sebagian waktu (part time) dan khusus untuk anggota keluarga.
5.
Permintaan akan pariwisata dapat menaikkan harga tanah sehingga menyebabkan kesulitan bagi penghuni tersebut yang tidak bekerja dalam sektor pariwisata dan ingin membangun rumah atau mendirikan bisnis disana.
23
6.
Perkembangan pariwisata dapat menimbulkan masalah besar terhadap lingkungan misalnya : polusi udara dan air, keramaian lalu lintas dan kerusakan dari pemandangan alam yang tradisional.
2.8
Pengembangan Pariwisata dan Dampak Lingkungan Pengusahaan obyek wisata alam diijinkan untuk dilaksanakan dalam
zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam. Pengusahaan obyek wisata alam ini mempunyai sasaran antara lain sebagai berikut (Irwanto, 2006) : •
Terbukanya bidang usaha dalam bentuk industri wisata alam;
•
Masuknya modal (BUMN, Swasta, Koperasi) di bidang wisata alam;
•
Membuka kesempatan masyarakat di sekitar obyek wisata alam dalam usaha jasa pariwisata. Kegiatan pengelolaan obyek wisata alam dilaksanakan dengan prinsip-
prinsip antara lain sebagai berikut : •
Pemanfaatan kawasan sesuai dengan fungsinya;
•
Dipertahankannya lingkungan obyek wisata sealami mungkin;
•
Pengaturan
dan
pengendalian
dampak
negatif
akibat
aktivitas
pengunjung. Dengan demikian, pada umumnya dampak lingkungan kegiatan pengusahaan obyek wisata alam bersifat positif, yaitu terhadap komponen sosial ekonomi dan budaya. Dampak positif yang timbul antara lain : (a) penyerapan tenaga kerja, (b) peningkatan pendapatan, (c) diversifikasi kesempatan berusaha, (d) perkembangan ekonomi wilayah, (e) peningkatan pendidikan dan kesehatan
24
masyarakat, (f) perhubungan dan komunikasi, (g) perubahan orientasi nilai budaya, dan (h) persepsi masyarakat terhadap kawasan konservasi. Pengembangan pariwisata menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, mempertahankan dan meningkatakan lingkungan, serta meningkatakan pertumbuhan ekonomi wilayah. Akan tetapi pengembangan pariwisata juga dapat menjadi hal yang sangat merugikan, terutama jika berhubungan degan penurunan nilai kelestarian lingkungan. Berikut dipaparkan dampak negatif yang dihasilkan pariwisata terhadap lingkungan fisik alami (Hartanto, dalam Seminar Planning Sustainable Tourism, 1996). 1.
Flora dan fauna • Adanya ganguan terhadap perkembangbiakan spesies tertentu yang diakibatkan oleh aktivitas dan kegiatan para wisatawan. • Lenyapnya populasi spesies tertentu. • Perusakan vegetasi yang disebabkan oleh pembangunan.
2.
Masyarakat setempat Masyarakat lokal adalah pihak yang paling akan menerima dampak dari kegiatan wisata yang dikembangkan di daerahnya. Oleh karena itu aspirasi masyarakat sangat dibutuhkan dan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata.
3.
Polusi • Timbulnya polusi air karena kegiatan-kegiatan para wisatawan. • Polusi udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. • Polusi suara yang disebabkan oleh sesaknya kegiatan manusia dan kemacetan lalu lintas serta tidak terkontrolnya kehidupan malam.
25
4.
Erosi • Timbulnya landslide yang diakibatkan oleh terkontrolnya daerah terbangun dan penggundulan hutan. • Kerusakan tepi sungai diakibatkan oleh tak terawasinya aktivitas pelayaran sungai.
5.
Sumber daya alam • Surutnya sumber daya air tanah dan penipisan tanah dikarenakan terlalu padatnya daerah terbangun dan rusaknya sumber daya mata air. • Bahaya kebakaran disebabkan oleh wisatawan yang tidak bertanggung jawab.
6.
Dampak visual • Daerah terbangun yang tidak asri disebabkan oleh kurangnya perencanan dan pengawasan. • Pemandangan kumuh yang disebabkan oleh sampah dan kurangnya kesadaran akan kebersihan.
2.9
Regresi Linier Berganda Lind et al. (2008) menyatakan regresi digunakan untuk menunjukkan
hubungan antara 2 variabel yang menunjukkan pola keseluruhan dari variabel terikat (Y) terhadap suatu variabel bebas/variabel penjelas (X). Gurajati (1998) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variable) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory). Pada regresi terdapat hubungan sebab akibat antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen merupakan variabel penjelas sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang terikat 26
yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Jika variabel bebas hanya satu, maka analisis regresi tersebut disebut regresi sederhana. Jika variabel bebas lebih dari satu, maka analisis tersebut disebut regresi linier berganda. Persamaan model regresi linier berganda secara umum dituliskan sebagai berikut (Lind et al, 2008) : Y
β X
β X
β X
…
β X
ε
dimana : Y = fungsi linier dari beberapa peubah bebas X1, X2, …, Xk, dan komponen sisaan ε (error) i
= nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data populasi, atau sampai n untuk data contoh (sample).
Xki
= pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk.
Βk
= intersep model regresi. Menurut Juanda (2009), model regresi linier berganda didasarkan pada
asumsi-asumsi sebagai berikut : a.
Spesifikasi model ditetapkan seperti dalam persamaan umum regresi linier berganda.
b.
Peubah Xk merupakan peubah non-statistik (fixed), artinya sudah ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linier sempurna antar peubah bebas Xk.
c.
Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam konstanta untuk semua pengamatan i. E(εi) = 0 dan Var(εi) = σ2.
d.
Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan sehingga Cov(εi,εj) = 0, untuk i ≠ j.
e.
Komponen sisaan menyebar normal.
27
2.10
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai dampak ekonomi wisata terhadap masyarakat telah
dilakukan oleh beberapa peneliti, namun penelitian mengenai dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan pengembangan taman wisata masih sedikit dilakukan karena hasilnya akan berbeda untuk tempat dan waktu yang berbeda. Penelitian Wijaya (2007) mengenai kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dari adanya perkembangan pariwisata. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat pesisir Desa Gili Indah, Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian ini kesempatan kerja yang mampu diserap dari adanya kegiatan pariwisata di Gili Indah sebanyak 4.320 orang di tahun 2005 dan proyeksi pada tahun 2006 dan 2007 masing-masing sebanyak 4.427 dan 4.533 orang. Nilai multiplier tenaga kerja tahun 2005 adalah sebesar 75,28 sehingga pertumbuhan tenaga kerja pada tahun 2005, yaitu sebesar 104 orang telah memberikan kesempatan kerja pada sektor lainnya sebesar 7.800 orang. Analisis aspek mikroekonomi masyarakat memperoleh hasil yaitu pariwisata mempengaruhi pendapatan masyarakat pesisir Desa Gili Indah (Z=-6,401), akan tetapi tidak mempengaruhi pendapatan riil masyarakat (Z=-0,361). Secara sosial budaya, masyarakat pesisir Desa Gili Indah berada pada tingkat sikap apathy, yaitu sikap masyarakat yang menerima wisatawan sebagai suatu yang lumrah dan hubungan antara masyarakat dengan wisatawan didominasi oleh hubungan komersil. Penelitian Rischa (2010). Penelitian tersebut mengenai analisis faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan wisata dan dampak ekonomi kawasan wisata galunggung Tasikmalaya. Hasil penelitian mengenai dampak ekonomi kawasan wisata terhadap masyarakat menunjukkan perubahan pendapatan terbesar sebagai dampak ekonomi langsung kawasan wisata galunggung dirasakan oleh 28
tukang ojek dengan peningkatan pendapatan Rp 1.076.000,00 per bulan. Penyerapan tenaga kerja tertinggi terdapat pada kelompok pekerjaan pemilik warung di kawasan gunung galunggung yaitu sebesar 39,91% dari total tenaga kerja. Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud adalah mengenai dampak pengembangan wisata terhadap masyarakat. Hal yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian pada kawasan ini merupakan penelitian yang mengkaji wisata alam yang dikembangkan di kawasan lindung dengan konsep perpaduan keindahan alam dan sumber air panas alami yang dimanfaatkan untuk pengobatan dimana kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang selain berfungsi sebagai tempat wisata juga berfungsi sebagai kawasan lindung.
29
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan
pada kawasan yang dilindungi, pengembangan pariwisata pada kawasan yang dilindungi dan peran serta masyarakat terhadap pengembangan wisata. 3.1.1
Kawasan yang Dilindungi Kawasan lindung adalah kawasan yang memiliki fungsi utama untuk
melindungi kelestarian lingkungan hidup bagi kepentingan pembangunan berkelanjutan (BKTRN, 1996). Kawasan ini antara lain kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan di bawahnya seperti hutan lindung, kawasan bergambut dan kawasan resapan air. Kawasan lindung termasuk pula antara lain adalah kawasan suaka alam, kawasan pelestarian dalam dan cagar budaya. Secara umum, pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup, dengan sasaran mempertahankan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, nilai sejarah dan budaya serta untuk mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam (BKTRN, 1996). Adapun penetapan sebuah kawasan yang dilindungi memiliki tujuan sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang Nomor 5 pasal 3 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, yakni untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Sementara itu, tujuan perlindungan hutan dan konservasi alam adalah untuk menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya agar fungsi
30
lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi tercapai secara optimal dan lestari (UU No.41 tahun 1999). Bagi pembangunan, pengelolaan kawasan lindung memberikan kontribusi sebagai dasar dan petunjuk cara pembangunan yang baik agar manfaat pembangunan dapat dirasakan secara terus-menerus (Soemarwoto, 2001). Mac Kinnon et al., (1993), mengkategorikan kawasan yang dilindungi menjadi enam macam, yaitu : taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata, taman buru dan hutan lindung. Agar dapat dikelola secara efektif, kawasan tersebut harus memiliki dasar hukum yang pasti (Mac Kinnon et al, 1993). Mengacu pada Undang-undang Nomor 5 pasal 14 tahun 1990, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya diwujudkan dalam pengelolaan pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam dan suaka margasatwa, sementara kawasan pelestarian alam terdiri dari taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam. Tiap-tiap jenis kawasan memiliki batasan kriteria dan tujuan pengelolaan yang berbeda. 3.1.2
Pengembangan Pariwisata pada Kawasan yang Dilindungi Sebagai suatu sistem, pariwisata kadang menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan sekitar, baik terhadap keberadaan sumber daya, keberlangsungan habitat flora dan fauna serta kadang dapat menimbulkan potensi konflik dengan masyarakat sekitar (Hammit et al, 1987). Selain itu, Hammit et al., (1987) juga mengemukakan bahwa kegiatan wisata alam dapat menimbulkan dampak penurunan kualitas tanah, tumbuhan, kehidupan liar dan sumber air di kawasan tersebut. Di samping dampak terhadap lingkungan, pariwisata yang menghasilkan wisata massal dapat pula berdampak negatif terhadap sosial budaya (Fandeli, 31
2002). Selain itu, untuk mengurangi/menekan terjadinya dampak terhadap kawasan yang dilindungi tersebut, Dirjen Pariwisata dalam (Yoeti, 2000) telah menetapkan dasar-dasar pengembangan wisata alam, yang secara umum sebagai berikut: (1) bersifat ramah lingkungan, termasuk lingkungan sosial-budaya, (2) tetap terjaganya fungsi dan daya dukung lingkungan, (3) ada tindakan untuk mengantisipasi dampak, (4) merupakan tanggung jawab semua pihak terkait, (5) ada pendidikan dan pelatihan bagi pekerja kepariwisataan dan (6) adanya akses informasi ke masyarakat tentang konservasi alam. 3.1.3
Peran serta Masyarakat terhadap Pengembangan Wisata Secara normatif konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
menjadi tanggung jawab dan kewajiban pemerintah serta masyarakat (UU No. 5 tahun 1990 pasal 4), namun dalam implementasinya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan taman wisata alam belum cukup jauh dijalankan. Berkaitan dengan keberadaan masyarakat di kawasan pelestarian alam, Mac Kinnon et al., (1993) menyatakan beberapa hal penting dalam pengelolaan kawasan tersebut, yakni sebagai berikut: (1) dalam penetapan kawasan, pemukiman kembali penduduk asli sedapat mungkin dihindari, karena budaya asli akan tetap utuh hanya di wilayahnya sendiri, di mana kapasitas produksi lingkungan telah benarbenar dipahami, (2) kawasan harus cukup luas untuk berfungsi sebagai cagar alam dan cagar bagi penduduk setempat, (3) perencanaan kawasan harus dapat mengantisipasi pertambahan penduduk dan perubahan budaya, (4) pegawai penjaga kawasan harus diambil dari penduduk setempat. Berkaitan dengan itu perlu dilakukan upaya menghubungkan kembali masyarakat dengan lingkungannya sebagai langkah strategis untuk membangun dukungan terhadap pelestarian kawasan (Indriyastuti et al, 2001), di samping itu 32
tingkat peran serta masyarakat yang tinggi dapat menjamin dukungan sosial dan politik yang sebesar-besarnya (Mac Kinnon et al, 1993). Berdasarkan kondisi ini maka paradigma pengelolaan saat ini perlu diubah dari mengeluarkan manusia dari alam menjadi mengintegrasikan kembali manusia ke dalam alam, dan peran masyarakat harus dikembangkan tidak hanya sekedar pemberi informasi, namun terlibat langsung dalam proses perencanaan. Peran serta masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan dan rekreasi dalam kawasan yang dilindungi juga telah tercantum dalam UU No. 5 tahun 1990 pasal 32 yang menyatakan bahwa untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan atas zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam dengan mengikutsertakan rakyat. 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Taman Wisata Alam Gunung Pancar merupakan salah satu kawasan
pelestarian alam atau konservasi yang berada di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain menjadi kawasan pelestarian alam atau konservasi, kawasan ini juga merupakan kawasan wisata yang saat ini diminati oleh berbagai wisatawan khususnya wisatawan yang berasal dari Jakarta. Potensi sumberdaya alam di Taman Wisata Alam Gunung Pancar, baik ekosistem alam maupun buatan, yang kaya akan keanekaragaman hayati, air dan mineral, menunjukkan potensi sumberdaya alam yang sangat tinggi. Oleh karena itu, sumberdaya alam yang terdapat di taman wisata alam ini harus dapat dimanfaatkan dengan baik dan berkelanjutan. Taman Wisata Alam Gunung Pancar memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perkembangan kondisi masyarakat sekitar kawasan. Perubahan 33
status hutan produksi menjadi taman wisata menimbulkan perubahan pola kehidupan masyarakat yang menuntut kebutuhan hidup yang semakin beragam. Pemerintah, pengelola dan masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam pelestarian sumberdaya alam sebagai kawasan wisata. Hal ini mengacu pada Undang- Undang No.5 Tahun 1990 pasal 4, yaitu konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya menjadi tanggung jawab dan kewajiban pemerintah serta masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan wisata ini diperlukan kerjasama antara pemerintah maupun masyarakat. Pengembangan yang terjadi di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan banyaknya bermunculan warung-warung baik warung makanan maupun warung minuman sehingga hal ini berdampak positif terhadap perputaran uang dari daerah lain ke masyarakat yang ada disekitar kawasan wisata. Selain itu, juga memberikan peluang usaha bagi masyarakat untuk bekerja. Hal ini terlihat dari bergesernya pola hidup masyarakat yang dahulu petani menjadi pekerja wisata. Masyarakat menjadikan kawasan ini sebagai sumber mencari nafkah. Perubahan pendapatan masyarakat sekitar yang berhubungan langsung dan tidak langsung dengan Taman Wisata Alam dilihat dengan mengestimasi pendapatan masyarakat tanpa adanya kawasan dan dari adanya kawasan. Setelah perubahan pendapatan masyarakat diperoleh, dapat diduga faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi pendapatan masyarakat. Faktor-faktor sosial ekonomi yang diduga mempengaruhi pendapatan masyarakat yaitu jumlah tanggungan, umur, lama bekerja di TWA, pendidikan akhir, jarak rumah ke TWA dan jenis kelamin.
34
Pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut berguna untuk melihat pengaruh perubahan pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan wisata. Dengan demikian, kawasan wisata ini dapat dijadikan alternatif sumber mata pencaharian oleh masyarakat. Dampak sosial dan lingkungan dianalisis secara deskriptif untuk menilai dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata yang terjadi di kawasan TWA Gunung Pancar. Dampak sosial tersebut meliputi perubahan perilaku masyarakat yang juga menyebabkan pergeseran profesi sehingga menimbulkan penyerapan tenaga kerja dan kerawanan sosial yang terjadi di sekitar kawasan sehingga menimbulkan kerusakan. Dampak lingkungan dilihat dari perubahan secara fisik kawasan. Perubahan fisik tersebut dilihat dari dampak visual yaitu terdapat sejumlah sampah akibat kegiatan wisata yang ditimbulkan dari kedatangan wisatawan, adanya longsor akibat pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan munculnya polusi serta terjadinya perubahan udara terhadap lingkungan sekitar kawasan. Diagram alir kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
35
Kawasan TWA Gunung Pancar Aktivitas Wisata
Pengembangan kawasan TWA Gunung Pancar
Dampak Ekonomi
Dampak sosial
Perubahan pendapatan masyarakat
Estimasi pendapatan dan perubahan pendapatan
Dampak lingkungan
Perubahan pola perilaku dan kerawanan sosial
Faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan TWA Gunung Pancar
Perubahan fisik kawasan
Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif
Analisis regresi linier berganda
Identifikasi karakteristik masyarakat TWA Gunung Pancar Menilai dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar
Alternatif kebijakan pengembangan TWA Gunung Pancar
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional = Objek penelitian
36
IV. METODE PENELITIAN 4.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di kawasan Taman
Wisata Alam Gunung Pancar yang terletak di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Taman Wisata Alam Gunung Pancar merupakan salah satu obyek wisata alam yang potensial untuk dikelola dan dikembangkan serta keberadaannya sebagai hutan lindung. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2011. Data diperoleh melalui survei lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat dan pengelola di Taman Wisata Alam Gunung Pancar. 4.2
Jenis dan Sumber Data yang Digunakan Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui survei dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain, baik dari hasil penelitian lain maupun instansi-instansi yang terkait dalam penelitian. Data tersebut diolah baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. 4.3
Metode Pengambilan sampel Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja (Singarimbun et al, 1987). Pertimbangan yang dimaksud adalah masyarakat Desa Karang Tengah yang berada di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Masyarakat
37
tersebut adalah masyarakat yang terlibat dalam aktivitas wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sampel masyarakat yang diambil dalam penelitian ini sejumlah 60 orang. Penentuan jumlah sampel ini berdasarkan analisa teknik korelasi yaitu jumlah sampel yang diambil minimal 30 orang (Singarimbun et al, 1995). 4.4
Analisis Data Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang akan dilakukan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Matrix Metode Analisis Data No
Tujuan Penelitian
1
2
Sumber Data
Metode Analisis Data
Identifikasi karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
Wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan Microsoft Office Excel.
Mengestimasi pendapatan dan perubahan pendapatan masyarakat di sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar
Wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Analisis perubahan pendapatan: ΔIGPC = IGPC2-IGPC1 %ΔIGPC= 100%
3
Mengidentifikasi faktorfaktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
Wawancara dengan menggunakan kuesioner.
4
Penilaian dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di Taman Wisata Alam Gunung Pancar
Wawancara mendalam dengan masyarakat dan pihak pengelola.
Analisis present value: FV = PV (1+z)^n Analisis regresi linier berganda dengan Microsoft Office Excel dan Minitab 14.
Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Sumber : Penulis (2011)
38
4.4.1
Identifikasi Karakteristik Masyarakat Sekitar Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar Identifikasi karakteristik masyarakat diperoleh melalui wawancara dengan
masyarakat. Hasil identifikasi ini dijelaskan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini diolah dengan menggunakan Microsoft Office Excell 2007. Menurut Agung (2005), rangkuman statistik deskriptif dinyatakan sebagai salah satu bagian terpenting dari laporan setiap hasil penelitian. Hasil analisis deskriptif akan menyajikan rangkuman statistik dalam bentuk tabulasi dan/atau grafik, berdasarkan kelompok-kelompok variabel terpilih. 4.4.2 Estimasi Pendapatan dan Perubahan Pendapatan Masyarakat Akibat Adanya Pengembangan Wisata Estimasi
pendapatan
dan
perubahan
pendapatan
akibat
adanya
pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar dianalisis dengan mengkaji perubahan pendapatan masyarakat dari dan tanpa adanya Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Perubahan pendapatan masyarakat sekitar dilihat dengan perhitungan pendapatan rata-rata berdasarkan kelompok pekerjaan. Pendapatan rata-rata ini dihitung dengan mengurangi pendapatan masyarakat dari adanya Taman Wisata Alam Gunung Pancar dan pendapatan masyarakat tanpa adanya Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Rumus yang digunakan adalah: ΔIGPC = IGPC2-IGPC1 dimana:
ΔIGPC = Perubahan pendapatan rata-rata masyarakat dari adanya TWA Gunung Pancar IGPC2 = Pendapatan rata-rata masyarakat dari adanya TWA Gunung Pancar IGPC1 = Pendapatan rata-rata masyarakat tanpa adanya TWA Gunung Pancar
39
IGPC2 = Pendapatan total (pendapatan dari TWA + Non TWA) IGPC1 = Total Pendapatan – pendapatan dari TWA Selain itu, dilakukan juga perhitungan kedalam present value. Perhitungan ini di asumsikan pada tahun pengembangan kawasan yaitu 2006-2011 dimana di tahun tersebut dilakukan pengembangan wisata tidak hanya pemandian air panas tetapi juga kegiatan wisata alam lain seperti camping ground, flying fox, mountbikel downhill traking dan sebagainya. Penelitian ini merupakan penelitian sosial sehingga dalam perhitungan present value menggunakan rata-rata suku bunga Bank Indonesia sebesar 7,75 %. Perhitungan present value ini menggunakan rumus compounding yaitu : FV = PV (1+z)^n, dimana z merupakan return (dalam desimal), dan n adalah banyaknya waktu (tahun) Selanjutnya analisis ini dilanjutkan dengan mencari besarnya proporsi pendapatan yang diperoleh dari usaha maupun sebagai pekerja di TWA Gunung Pancar. Hasil analisis dapat menunjukkan apakah pendapatan yang diperoleh dari adanya kawasan merupakan pendapatan utama bagi masyarakat. Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002)7 menjelaskan persentase tipologi usaha terhadap pendapatan total seseorang, yaitu: 1.
Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan kurang dari 30 persen (<30%) disebut sebagai usaha sambilan.
2.
Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 30-70 persen (3070%) disebut sebagai cabang usaha.
3.
Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 70-100 persen (70,01100%) disebut sebagai usaha pokok.
7
http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=78: makalah-utama&catid=50:prosiding&itemid=33. [03 Maret 2011 pukul 23.00]
40
Persentase proporsi pendapatan yang diperoleh dari adanya TWA Gunung Pancar dapat dihitung dengan rumus: %ΔIGPC =
100%
dimana: %ΔIGPC = Persentase proporsi pendapatan rata-rata masyarakat dari adanya TWA Gunung Pancar terhadap total pendapatan IGPC2
= Pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya TWA Gunung Pancar
IGPC
= Total pendapatan rata-rata masyarakat
4.4.3
Mengidentifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat akibat Adanya Pengembangan Wisata Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat sekitar kawasan
TWA Gunung Pancar per individu per tahun berdasarkan karakteristik masyarakat yang berada di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Adapun fungsi pendapatan diestimasi dengan model regresi linier berganda dan estimasi metode ordinary least squares (OLS) yaitu : Y = β0 + β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 + β 5X5 + β 6X6 + ε dimana : Y
= Pendapatan (juta/tahun).
X1
= Jumlah tanggungan (juta/orang/tahun).
X2
= Umur (tahun)
X3
= Lama bekerja di kawasan TWA dengan asumsi mulai dari perkembangan TWA Gunung Pancar 5 tahun terakhir (tahun)
X4
= Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan jumlah tahun mengikuti pendidikan formal (tahun).
X5
= Jarak tempat tinggal responden ke TWA Gunung Pancar (km).
X6
= Jenis kelamin (1 = laki-laki, 0 = perempuan).
β0
= Konstanta
β 1- β 6 = Koefisiensi regresi
ε
= Error
41
Hipotesis dari model regresi linear berganda pendapatan masyarakat sebagai berikut : 1. Tanda koefisien untuk jumlah tanggungan (X1) adalah positif. Artinya peningkatan jumlah tanggungan akan meningkatkan pendapatan dimana seseorang yang sudah memiliki jumlah tanggungan cenderung meningkatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan yang ditanggung dan dirinya sendiri. 2. Tanda koefisien untuk umur (X2) adalah positif. Artinya peningkatan umur seseorang akan meningkatkan pendapatan dimana seseorang yang umurnya lebih dewasa cenderung pendapatannya lebih besar karena loyalitas atas pekerjaan yang telah mereka lakukan selama ini. 3. Tanda koefisien untuk lama bekerja di kawasan TWA (X3) adalah positif. Artinya lama bekerja masyarakat akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal tersebut karena masyarakat yang sudah lama bekerja di kawasan ini cenderung lebih mengetahui kondisi kawasan wisata. 4. Tanda koefisien untuk tingkat pendidikan (X4) adalah positif. Artinya semakin tinggi pendidikan seseorang akan meningkatkan pendapatan. Hal tersebut karena semakin tinggi pendidikan, maka seseorang cenderung memiliki pola pikir untuk memperoleh pekerjaan dengan pendapatan tinggi. 5. Tanda koefisien untuk jenis kelamin (X6) adalah positif. Artinya diantara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, laki-laki berpeluang memiliki pendapatan lebih tinggi. Hal tersebut karena jenis pekerjaan di kawasan ini cenderung lebih banyak untuk pekerjaan laki-laki. 6. Tanda koefisien untuk jarak tempat tinggal responden ke TWA Gunung Pancar (X5) adalah negatif. Artinya bertambahnya jarak tempat tinggal
42
masyarakat ke TWA akan menurunkan rata-rata pendapatan yang diperoleh. Hal tersebut karena jika seseorang bertempat tinggal jauh dari kawasan, maka ia akan mengeluarkan biaya untuk menuju kawasan sehingga mengurangi pendapatan. 4.4.4 Uji Statistik Setelah melakukan pendugaan parameter koefisien regresi, hasil estimasi kemudian diuji menggunakan asumsi-asumsi dari model regresi tersebut. Pengujian tersebut dilakukan agar dapat dilakukan pengujian mengenai masingmasing koefisien regresi (uji-t) untuk mengetahui bagaimana hubungan antar variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut (Juanda 2009): 1.
Uji Keandalan Uji keandalan digunakan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Uji ini juga digunakan untuk melihat seberapa kuat variabel yang dimasukkan ke dalam model dapat menerangkan model. Uji keandalan ini dapat dilihat dari nilai R2 terkoreksi. Rumus menghitung R2 terkoreksi adalah: R
1
Vâ ε Vâ
Y
1
1
R
2. Uji F Pengujian parameter secara keseluruhan, bertujuan untuk melihat pengaruh bersama-sama antara variabel independen dengan variabel dependen secara keseluruhan (Gujarati, 2002). Taraf nyata yang digunakan dalam pengujian ini adalah 5 % (α = 0,05). Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini : H0 : β1 = β 2 = β 3 = β 4 = i = 0 43
H1 : minimal ada satu β 1 ≠ 0 Uji statistik yang digunakan :
F
JKR ⁄ k JKG⁄ n
1 K
dimana : JKR = Jumlah kuadrat regresi JKG = Jumlah kuadrat galat k
= Jumlah variabel terhadap intersep
n
= Jumlah pengamatan / sampel
Kaidah pengujian : Jika P-value dari uji F < α maka tolak H0 Jika P-value dari uji F > α maka terima H0 Jika hasil pengujian menolak H0, maka paling tidak ada satu atau seluruh variabel independen di dalam model yang secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependennya atau signifikan secara statistik. Artinya model tepat untuk meramalkan pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Sebaliknya, jika hasil pengujian menerima H0, maka tidak ada variabel independen yang mempengaruhi pendapatan masyarakat dan model tidak tepat untuk meramalkan pengaruh antara independen dengan variabel dependennya (Gujarati, 2002). 4.4.5
Uji Ekonometrik Pengujian Ekonometrik yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari
tiga jenis pengujian. Pengujian ini meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas. Uji autokorelasi tidak dilakukan karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section.
44
1.
Uji Kenormalan Uji normalitas atau uji kenormalan sisaan Kolmogorov- Smirnov dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi normal. Uji ini bertujuan
untuk
membandingkan
distribusi
data
yang
akan
diuji
normalitasnya dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-score dan diasumsikan normal. Hipotesis pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut: H0 : Error term terdistribusi normal H1 : Error term tidak terdistribusi normal. Dengan kriteria uji: Jika P-value < α maka tolak H0 Jika P-value > α maka terima H0 Jika keputusan yang diperoleh menolak H0, artinya error term atau sisaan yang diperoleh tidak menyebar normal. Sebaliknya, jika keputusan yang diperoleh menerima H0 artinya sisaan yang diperoleh telah menyebar normal (Daniel, 1990). 2. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas didefinisikan sebagai adanya korelasi yang kuat antar variabel independen pada model. Adanya multikolinearitas dalam persamaan regresi akan berdampak pada varian koefisien regresi menjadi besar yang akan menyebabkan standar error terlalu tinggi sehingga kemungkinan penduga koefisien regresi menjadi tidak signifikan secara statistik. Pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung nilai
45
VIF. Jika nilai VIF ≤ 10 maka diasumsikan pada model tersebut tidak terdapat multikolinearitas (Juanda, 2009). 3.
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah ragam sisaan (εt) sama (homogen) atau Var(εi)=E(εi2)=σ2 untuk pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam regresi. Mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan grafik. Heteroskedastisitas tidak terjadi jika grafik dari ragam sisaan tidak membentuk pola atau menyebar normal. Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : σ12= σ22=…= σN2= σε2= σ2 (ragam sisaan homogen) Spesifikasi hipotesis alternatif yang diuji tergantung dari prosedur pendugaan yang dipertimbangkan untuk koreksi heteroskedastisitas yang diinginkan.
4.4.6 Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan Wisata di TWA Gunung Pancar Penilaian dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di Taman Wisata Alam Gunung Pancar diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dampak sosial dikaji dengan melihat perubahan sikap atas dasar orientasi ekonomi menyebabkan munculnya penyerapan tenaga kerja di sekitar kawasan. Sementara perubahan lainnya menimbulkan tingkat kerawanan sosial sehingga mengancam kerusakan kawasan seperti pembuatan jalan, perluasan enclave, perambahan kawasan, pendudukan kawasan dan pembangunan yang dilakukan secara illegal. Dampak lingkungan mengkaji perubahan kawasan secara fisik baik di dalam maupun di sekitar kawasan yang dirasakan masyarakat. Dampak lingkungan tersebut dikaji dengan melihat dampak visual yaitu terdapat sejumlah sampah akibat kegiatan wisata yang ditimbulkan dari kedatangan wisatawan, adanya longsor akibat pihak-pihak
46
yang tidak bertanggung jawab dan munculnya polusi serta terjadinya perubahan udara terhadap lingkungan sekitar kawasan.
47
V. GAMBARAN UMUM 5.1
Lokasi dan Kondisi Geografis Taman Wisata Alam
Gunung Pancar mempunyai luas 447,50 hektar.
Secara administrasi pemerintahan, taman wisata alam ini terletak di wilayah Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Secara astronomis berada pada koordinat 106o 52’ – 106o 54’ BT dan 06o 34’ – 06o 39’ LS. Batas Administratif Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Leuwigoong dan Desa Karang Tengah; sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Cimandala dan Desa Karang Tengah; sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Cibingbin dan Desa Bojong Koneng; dan sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Karang Tengah dan Desa Karang Tengah. Ketinggian Taman Wisata Alam Gunung Pancar berkisar antara 300-800 meter di atas permukaan laut. Keadaan topografinya terdiri dari lapangan landai sampai bergelombang dengan kemiringan sekitar 15-80%. Bagian tertinggi yaitu pada puncak Gunung Pancar dengan ketinggian mencapai 800 meter di atas permukaan laut. Adapun curah hujan di daerah ini berkisar 3.000-4.500 mm per tahun dengan jumlah hari hujan per tahun berkisar antara 150-250 hari. Suhu udara rata-rata 24oC pada malam hari dan 33oC pada siang hari dengan kelembaban udara rata-rata 58-82%. Cara untuk mencapai Taman Wisata Alam Gunung Pancar dapat di tempuh melalui dua jalur, yaitu: 1.
Lewat Pintu Tol Sentul menuju Desa Babakan Madang dan Desa Karang Tengah dengan kondisi jalan beraspal yang cukup baik sejauh 13 km dengan waktu tempuh 20 menit. 48
2.
Melalui kota Bogor dengan melewati daerah Bogor Baru terus menuju Desa Karang Tengah sejauh 25 km dengan waktu tempuh 1 jam. Berbagai sarana dan prasarana yang disediakan di Taman Wisata Alam
Gunung Pancar antara lain adalah sebagai berikut : 1.
Kantor pusat informasi dan pelayanan.
2.
Fasilitas outbound: flyingfox, two-lines bridge, elvis walk, dan cargo net.
3.
Sarana olahraga: arena air shootgun, arena panahan, arena berkuda, hiking tracking, dan mountbike/downhill tracking.
4.
Bumi perkemahan atau camping ground yang merupakan rerumputan asri dengan dikelilingi pohon pinus dengan kapasitas 500 orang.
5.
Aula atau hall semi terbuka dengan lantai kayu yang dapat digunakan sebagai ruang pertemuan atau ruang kelas bagi pengunjung yang ingin belajar sambil ditemani suara kicau burung.
6.
Pemandian air panas yang bebas belerang dengan suhu 60oC.
7.
Shelter yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati pemandangan alam.
8.
Fasilitas lainnya yaitu berupa mushola dan MCK (toilet). Taman Wisata Alam Gunung Pancar adalah salah satu tempat wisata di
Kabupaten Bogor yang menyajikan suasana pegunungan yang cukup kental dengan hamparan hutan pinus yang cukup luas. Taman Wisata Alam Gunung Pancar juga merupakan kawasan wisata alternatif di Kabupaten Bogor selain Puncak. Suasana nyaman dan hawa sejuk pada Taman Wisata Alam Gunung Pancar dapat dijadikan sebagai sarana berekreasi sekaligus relaksasi bagi wisatawan yang datang berkunjung. Taman Wisata Alam Gunung Pancar, tidak
49
hanya menawarkan pemandangan indah saja, tetapi juga sarana olahraga bagi pengunjung yang ingin berolahraga atau menyalurkan hobinya dan pemandian air panas bagi pengunjung yang ingin berobat atau menjalankan terapi. Hal inilah yang menjadikan Taman Wisata Alam Gunung Pancar cukup banyak diminati oleh wisatawan. 5.2
Sejarah Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar Gunung Pancar merupakan bagian kelompok Hutan Gunung Hambalang
seluas 6.695,32 hektar yang berfungsi sebagai hutan produksi. Seiring waktu, kawasan ini berubah fungsi menjadi taman wisata alam dan disahkan oleh Menteri Pertanian tanggal 23 Maret 1976 dan pengelolaannya diserahkan kepada Perhutani. Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai salah satu kawasan pelestarian alam ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 156/Kpts-II/1988 tanggal 21 Maret 1988 seluas 447,5 hektar. Taman Wisata Alam Gunung Pancar selain mempunyai fungsi sebagai sarana pendidikan dan penelitian dapat juga dikembangkan sebagai sarana rekreasi, khususnya rekreasi di alam terbuka. Guna mengoptimalkan fungsi Taman Wisata Alam Gunung Pancar, maka berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan Nomor 54/Kpts-II/1993 tanggal 8 Februari 1993 pengusahaan kawasan tersebut dipercayakan kepada PT Wana Wisata Indah (WWI). PT Wana Wisata Indah memiliki hak Pengusahaan Pariwisata Alam di areal kawasan seluas 447,5 hektar. Sebelum dikembangkan menjadi kawasan taman wisata alam, kawasan ini sudah dikenal dengan pemandian air panasnya. Pemandian air panas ini dikelola oleh masyarakat. Pemandian air panas ini sudah ada sejak tahun 1950, lalu pada 50
tahun 1983 masyarakat membuat kolam pemandian dan tahun 1990 dibukalah pemandian air panas tersebut untuk umum. Pada tahun tersebut harga tiket yang diberlakukan sebesar Rp 3.000,00/orang. Berlakunya harga tiket sebesar Rp 3.000,00/orang terjadi sampai tahun 1993. Sejak berkembangnya pemandian air panas di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar, menyebabkan banyaknya wisatawan yang berminat untuk mengunjungi kawasan ini sehingga pada tahun 1994-1997 harga tiket menjadi Rp 8.000,00/orang. Setelah itu pada tahun 1998-sekarang terjadi kenaikan harga tiket yaitu sebesar Rp 10.000,00/orang. Pemandian air panas ini terus dikembangkan dan sekarang telah didirikan pemandian air panas yang lebih eksklusif dengan fasilitas yang lebih modern. Harga tiket Pemandian air panas eksklusif ini sebesar Rp 100.000,00/orang. Berkembangnya
pemandian
air
panas
ini
juga
menyebabkan
berkembangnya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Saat ini obyek wisata yang berkembang di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar tidak hanya pemandian air panas saja tetapi obyek wisata alam lain yang telah dikembangkan PT Wana Wisata Indah (WWI) selaku pengusaha pemanfaatan potensi hutan alam di Gunung Pancar di tahun 2006. Berbagai sarana dan prasarana mulai dikembangkan di tahun 2006 guna mengoptimalkan fungsi taman wisata alam ini. Pada tahun 2006 dibangun gerbang masuk kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Selanjutnya pada tahun 2008 dibuka objek wisata alam camping ground, flying fox, highrope dan lain sebagainya. Pada tahun 2009 dibangun 7 shelter (tempat peristirahatan) dan 6 buah lampu penerangan. Sarana dan
51
prasarana tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan serta mendukung kegiatan wisata dikawasan ini. 5.3
Potensi Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar mempunyai berbagai macam potensi,
diantaranya adalah potensi flora dan fauna, hidrologi, geofisik dan obyek daya tarik wisata alam. Berikut penjelasan mengenai potensi yang terdapat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. 5.3.1 Flora Tipe vegetasi hutan di Taman Wisata Alam Gunung Pancar terdiri dari hutan alam pegunungan, hutan tanaman, dan semak belukar. Tipe vegetasi hutan alam terletak di lereng sampai puncak Gunung Pancar yaitu sekitar 15 hektar dengan jenis tumbuhan meliputi Rasamala (Altingia exelsa), Huru (Quercus sp.), Beringin
(Ficus
benyamina),
Puspa
(Schima
walichii),
Saninten
(Castanopsisargentea), Jamuju (Podocaspus imbricatus), Rotan (Calamus sp.) dan beberapa jenis liana. Selain itu terdapat tumbuhan epiphyt yang menempel pada pohon besar seperti Anggrek, Paku Sarang Burung (Asplenium nidus), dan Paku Tanduk Rusa (Platicerium coronarium). Tipe vegetasi hutan tanaman menempati sebagian besar kawasan ini yaitu sekitar 160 hektar dengan jenis tanaman meliputi Pinus (Pinus merkusii), Sengon (Albizia falcatria), Kayu Afrika (Maesopsis emanii) dan Meranti (Shorea sp.) yang ditanam pada tahun 1982-1983. Sedangkan jenis tanaman lainnya adalah tanaman budi daya masyarakat seperti singkong, pisang, dan tanaman pertanian lainnya. Tumbuhan semak belukar terdiri dari jenis Kirinyuh (Chromalalna odorata), Harendong, Jarong, Saliara, Lantana (Lantana camara), dan Alangalang (Imperata cylindricaI).
52
5.3.2 Fauna Fauna yang terdapat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar antara lain adalah : Owa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis cornata), Kera (Macaca fascicularis), Jelaran (Ratufabicolor), Kulibang (Pycnonotus aurigaster), Babi Hutan (Sus scrofa), Kadal (Mabuaya multifasciata), Ular Hijau (Dryophis prasinus), dan jenis-jenis burung seperti Jalak (Stunopastor jalla), Elang (Haliasturindus), Kutilang (Pygnonotus aurigaster), Ayam Hutan Merah (Galus bankiva), Jalak (Sturnus melanopterus), Srigunting (Dicrurus paradiseus), dan Enggang (Buceros sp). 5.3.3 Hidrologi Sumber air sungai-sungai yang ada di daerah ini berasal dari mata air di Taman Wisata Alam Gunung Pancar dan Pegunungan Hambalang. Sungai-sungai yang mengalir disekitar kawasan adalah Sungai Citeureup, Sungai Cibingin, dan Sungai Ciherang yang merupakan sungai dengan debit terbesar, yang mengalir ke arah utara dan bermuara di Laut Jawa. Di samping itu, terdapat sumber air panas dengan suhu yang bisa mencapai 70oC yang berasal dari proses geothermal di Gunung Pancar. Sumber air tersebut telah dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan wisata dan pengobatan. 5.3.4 Geofisik Bahan induk pembentuk tanah di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar merupakan tuf volkan intermedier yang berasal dari aliran lava gunung tua. Jenis tanah yang mendominasi kawasan ini adalah Latosol coklat dengan solum dalam (>100 cm). Struktur tanah remah sampai gumpal remah dengan tekstur halus, permeabilitas dan drainase sedang sampai cepat. Kepadatan berkisar antara
53
1,00 –1,39/cc dengan porositas antara 50 – 60%. Kesuburan tanah rendah sampai sedang dengan pH tanah masam. 5.3.5 Obyek Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar memiliki keanekaragaman flora dan fauna serta pemandangan alam yang indah dengan udara yang sejuk. Di samping itu, di dalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terdapat sumber air panas alami yang dikembangkan untuk keperluan wisata. Sumber air panas di kawasan ini tidak berbau belerang sehingga sangat aman bagi pengunjung yang ingin melakukan relaksasi dalam waktu yang lama. Selain pemandian air panas, pengunjung juga dapat melakukan aktivitas outbound seperti camping dan aktivitas olahraga lainnya seperti memanah, menembak, berkuda, dan bersepeda. Khusus untuk olahraga sepeda gunung (downhill), di kawasan ini sudah disediakan track khusus yang cukup menantang bagi mereka yang menyukai olahraga ini.
54
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Karakteristik Responden Penentuan karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Pancar sebagai responden diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 60 orang. Responden tersebut merupakan masyarakat Desa Karang Tengah yang berdomisili di sekitar kawasan dan terlibat dalam kegiatan wisata, baik secara langsung maupun tidak langsung. Masyarakat yang secara langsung memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata adalah masyarakat yang mendirikan usaha atau bekerja secara langsung oleh pengelola. Sedangkan masyarakat yang secara tidak langsung memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata adalah kelompok masyarakat yang berada diluar kawasan namun pekerjaan yang dilakukannya secara tidak langsung terlibat dalam kegiatan wisata seperti tukang ojek dan supir angkot. 6.1.1
Jenis Kelamin Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, diperoleh 36 orang laki-laki dan
24 orang perempuan. Sebagian besar responden yang diwawancarai berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan karena hampir sebagian besar responden yang terlibat dalam kegiatan wisata di kawasan ini berjenis kelamin laki-laki. Berikut Tabel 3 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. Tabel 3. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No 1. 2.
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah Responden Frekuensi Persentase 36 60% 24 40% 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011)
55
6.1.2
Status Pernikahan Status pernikahan berhubungan dengan jumlah tanggungan seseorang.
Seseorang yang sudah menikah kemungkinan besar mempunyai jumlah tanggungan yang lebih banyak, misalnya anak dan istri, dibandingkan dengan seseorang yang belum menikah. Jumlah tanggungan yang lebih banyak pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya biaya untuk konsumsi yang harus dikeluarkan. Responden yang berstatus sudah menikah sebanyak 57 orang dan yang belum menikah 3 orang. Berikut Tabel 4 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan status pernikahan. Tabel 4. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan No 1. 2.
Status Pernikahan Sudah Menikah Belum Menikah Jumlah
Jumlah Responden Frekuensi Persentase 57 96% 3 5% 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011)
6.1.3
Umur Berdasarkan karakteristik umur, sebagian besar responden berumur antara
24-33 tahun yaitu sebanyak 28 orang (46%). Responden yang berumur antara 3443 tahun sebanyak 19 orang (32%) dan yang berumur antara 14-23 tahun sebanyak 6 orang (10%). Responden yang berumur antara 44-53 tahun sebanyak 4 orang (7%) dan sisanya berumur lebih dari 54 tahun sebanyak 3 orang (5%). Berdasarkan hasil tersebut 46% dari responden berada pada umur produktif yaitu 24-33 tahun. Berikut Tabel 5 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur.
56
Tabel 5. Data Karakretistik Responden Berdasarkan Umur No 1. 2. 3. 4. 5.
Umur 14-23 tahun 24-33 tahun 34-43 tahun 44-53 tahun >54 tahun Jumlah
Jumlah Responden Frekuensi Persentase 6 10% 28 46% 19 32% 4 7% 3 5% 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011)
6.1.4
Pendidikan terakhir Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan
akhir SD yaitu sebanyak 49 orang (82%). Responden yang tidak sekolah sebanyak 8 orang (13%), yang berpendidikan akhir SMP sebanyak 2 orang (3%) dan berpendidikan akhir SMA sebanyak 1 orang (2%). Sedangkan responden yang lulusan Perguruan Tinggi tidak ada. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa pendidikan responden tergolong masih rendah. Berikut Tabel 6 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir. Tabel 6. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No 1. 2. 3. 4. 5.
Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat Perguruan Tinggi Jumlah
Jumlah Responden Frekuensi Persentase 8 13% 49 82% 2 3% 1 2% 0 0% 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011)
6..1.5 Tingkat Pendapatan Berdasarkan tingkat pendapatan, sebagian besar responden memiliki pendapatan antara Rp 850.000,01 – Rp 1.240.000,00 sebanyak 25 orang (42%). Responden yang memiliki pendapatan antara Rp 1.240.000,01 – Rp 1.630.000,00 sebanyak 18 orang (30%). Responden yang memiliki pendapatan antara Rp 1.630.000,01 – Rp 2.020.000,00 sebanyak 9 orang (15%), responden yang 57
memiliki pendapatan antara Rp 460.000,00 – Rp 850.000,00 sebanyak 5 orang (8%) dan responden yang memiliki pendapatan antara Rp 2.020.000,01 – Rp 2.410.000,00 sebanyak 3 orang (5%). Pendapatan pada penelitian ini adalah pendapatan yang diperoleh masyarakat selama satu bulan. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa pendapatan responden masih tergolong rendah. Berikut Tabel 7 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan. Tabel 7. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan No 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendapatan per bulan Rp 460.000,00 – Rp 850.000,00 Rp 850.000,01 – Rp 1.240.000,00 Rp 1.240.000,01 – Rp 1.630.000,00 Rp 1.630.000,01 – Rp 2.020.000,00 Rp 2.020.000,01 – Rp 2.410.000,00 Jumlah
Jumlah Responden Frekuensi Persentase 5 8% 25 42% 18 30% 9 15% 3 5% 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011)
6.2
Estimasi Pendapatan dan Perubahan Pendapatan Masyarakat Akibat Pengembangan Wisata Keberadaan suatu kawasan wisata telah memberikan perubahan terhadap
masyarakat, salah satunya adalah perubahan yang berdampak pada ekonomi masyarakat. Terkait dengan pernyataan Spillane (1994) mengenai dampak positif pengembangan pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yaitu pariwisata merupakan industri padat karya, karena tenaga kerja sulit digantikan dengan modal atau peralatan. Oleh karena itu, pariwisata merupakan sumber pokok dari pekerjaan regional sehingga menciptakan pekerjaan bagi masyarakat. Berdasarkan pernyataan Spillane (1994) tersebut, saat ini pariwisata menjadi salah satu sektor andalan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Penelitian
ini
mengestimasi
besarnya
kontribusi
perubahan
pendapatan 58
masyarakat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat. Perubahan tingkat pendapatan masyarakat dianalisis dengan cara mengurangi tingkat pendapatan masyarakat dari dan tanpa adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Jika pendapatan rata-rata masyarakat meningkat karena adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar, berarti kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar memberikan dampak positif terhadap masyarakat, begitupun sebaliknya. Rumus yang digunakan untuk melihat perubahan pendapatan rata-rata dapat dilihat pada Bab 4.4.2.1. Berikut Tabel 8 yang menunjukkan perubahan tingkat pendapatan masyarakat Taman Wsata Alam Gunung Pancar karena adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Tabel 8. Perubahan Pendapatan Rata-rata Masyarakat Tanpa dan Adanya Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar 2011 No
Kelompok Pekerjaan
Pendapatan rata-rata perbulan (rupiah) [Tanpa TWA]
1. Penjaga karcis 1.250.000 2. Pedagang 1.011.000 3. Penjaga taman 575.000 4. Buruh wisata 611.538,46 5. Security 1.116.666,67 6. Warung 1.312.500 7. Tukang ojek 1.558.333,33 8. Supir angkot 1.900.000 Total peningkatan pendapatan rata-rata perbulan
Pendapatan rata-rata perbulan (rupiah) ‘Present value’ [Tanpa TWA] 1.815.500,64 1.468.376,92 835.130,29 888.198,77 1.621.847,24 1.906.275,67 2.263.324,13 2.759.560,97
Pendapatan ratarata perbulan (rupiah) [dari adanya TWA]
1.375.000 1.096.000 1.212.500 919.230,77 1.450.000 1.312.500 1.594.444,44 2.125.000
Perubahan Pendapatan (rupiah/bln)
125.000 85.000 637.500 307.692,30 333.333,33 0 36 111.11 225.000 218.704,59
Perubahan Pendapatan (rupiah/bln) setelah ‘Present value’
-440.500,64 -372.376,92 377.369,70 31.031,99 -171.847,24 -593.775,67 -668.879,69 -634.560,97 -309.192,43
Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei, 2011
Pada Tabel 8 dapat dilihat
bahwa pengembangan wisata di kawasan
Taman Wisata Alam Gunung Pancar berkontribusi terhadap perubahan pendapatan masyarakat sekitar. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terjadi perubahan pendapatan rata-rata perbulan adalah Rp 218.704,59,00. Setelah dilakukan perhitungan ke dalam present value, perubahan pendapatan rata-rata
59
masyarakat menjadi Rp -309.192,43,00. Berdasarkan perhitungan present value, pendapatan rata-rata masyarakat mengalami penurunan. Hal tersebut karena berdasarkan nilai nominal pendapatan masyarakat meningkat namun secara riil tidak. Berdasarkan nilai riil, kenaikan upah yang meningkat namun adanya kenaikan inflasi sebesar kenaikan upah, maka sesungguhnya daya beli dengan kenaikan upah sama saja karena harga barang rata-rata juga naik. Hal tersebut juga menunjukkan nilai kesejahteraan yang menurun. Penelitian yang dilakukan terhadap perubahan pendapatan ini diasumsikan mulai tahun 2006. Oleh karena itu, pendapatan tanpa adanya Taman Wisata Alam Gunung Pancar dilakukan perhitungan ke dalam present value dengan suku bunga rata-rata bank sebesar 7,75% (Bank Indonesia, 2011)8. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 8 jenis pekerjaan. Perubahan pendapatan rata-rata yang mengalami peningkatan dirasakan oleh kelompok pekerjaan sebagai penjaga taman yaitu sebesar Rp 637.500,00. Peningkatan yang cukup besar ini disebabkan sebagian besar masyarakat yang berada pada kelompok pekerjaan ini awalnya tidak memiliki pekerjaan tetap. Selain itu, setelah dilakukan perhitungan ke dalam present value, perubahan pendapatan kelompok pekerjaan ini sebesar Rp 377.369,70,00. Perubahan pendapatan rata-rata yang mengalami peningkatan juga dirasakan Rp
oleh
307.692,30,00
kelompok disusul
pekerjaan oleh
sebagai
kelompok
buruh
wisata
sebesar
pekerjaan
security
sebesar
Rp 333.333,33,00. Perubahan pendapatan pada kelompok supir angkot sebesar 8
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/ [25 Oktober 2011 pukul 12.30]
60
Rp 225.000,00, penjaga karcis sebesar Rp 125.000,00, pedagang sebesar Rp 85.000,00, dan tukang ojek sebesar Rp 36.111,11,00. Kelompok pekerjaan warung tidak merasakan perubahan pendapatan atau nol. Setelah dilakukan perhitungan ke dalam
present value, perubahan pendapatan masing-masing
kelompok pekerjaan tersebut sebesar Rp 31.031,99,00, Rp -171.847,24,00, Rp -634.560,97,00, Rp -477.421,05,00, Rp -440.500,64,00, Rp -372.376,92,00, Rp -668.879,69,00 dan Rp -593.775,67,00. Berdasarkan perhitungan ke dalam present value menunjukkan terjadinya nilai negatif. Secara keseluruhan, hampir semua jenis kelompok pekerjaan mengalami perubahan pendapatan yang mengalami peningkatan namun kelompok pekerjaan warung menjadi satu-satunya kelompok pekerjaan yang tidak mengalami perubahan pendapatan. Hal tersebut karena pada kelompok pekerjaan ini persaingan semakin kuat. Banyaknya warung menjadikan kelompok pekerjaan ini harus bersaing satu sama lain. Selain itu, modal yang harus dikeluarkan oleh kelompok warung untuk belanja menjadi alasan mereka merasa pendapatan yang mereka peroleh selama ini sama saja. Hal tersebut terkait dengan adanya tingkat inflasi yang juga mempengaruhi pendapatan mereka. Berdasarkan perhitungan present value, perubahan pendapatan kelompok pekerjaan ini memperoleh hasil sebesar Rp -593.775,67,00. Artinya nilai negatif menunjukkan penurunan nilai nominal uang yang sesungguhnya. Berdasarkan perhitungan present value, sebagian besar pendapatan masyarakat sesungguhnya mengalami penurunan. Hal ini terkait dengan logika dasar uang (nilai riil dan nominal). Sebagian besar orang cenderung memperhatikan nilai nominal daripada nilai riil. Ini mengakibatkan perekonomian
61
menjadi tidak seimbang. Jika seorang pekerja menerima kenaikan upah sebesar 10%, namun tingkat inflasi tahun tersebut juga sebesar 10%, maka sebenarnya daya belinya dengan upah sebelum kenaikan 10% (karena harga barang rata-rata juga naik 10%). Namun, pekerja tersebut akan senang karena mengira upahnya telah naik padahal daya beli riilnya tetap sama. Perbedaaan
pendapatan
rata-rata
masyarakat
juga
akan
terlihat
berdasarkan proporsi pendapatan yang diperoleh dengan adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap pendapatan total. Pengamatan proporsi pendapatan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui apakah dengan adanya keberadaan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar menjadikan pendapatan dalam masyarakat menjadi usaha pokok, cabang usaha atau hanya sebagai usaha sambilan. Berikut Tabel 9 menyajikan proporsi pendapatan masyarakat karena adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Tabel 9. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat dengan Adanya Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar Terhadap Pendapatan Total 2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pendapatan Rata-rata (rupiah /bln) Pendapatan Kelompok Pendapatan dari total perbulan Pekerjaan adanya TWA (rupiah) (rupiah) Penjaga karcis 1.250.000 1.375.000 Pedagang 1.011.000 1.096.000 Penjaga taman 575.000 1.212.500 Buruh wisata 611.538,46 919.230,76 111.666,66 1.450.000 Security Warung 1.312.500 1.312.500 Tukang ojek 1.558.333,33 1.594.444,33 Supir angkot 1.900.000 2.125.000
Persentase (%) 90% 92% 47% 66% 77% 100% 97% 89%
Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei, 2011
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa proporsi pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar paling besar dirasakan oleh kelompok pekerjaan warung yang mencapai 100% sehingga dapat
62
dikatakan sebagai pendapatan pokok. Persentasi proporsi sebesar 100% yang diperoleh kelompok pekerjaan ini sesuai dengan pernyataan Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) yang menyatakan bahwa usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan lebih dari 70-100% disebut sebagai usah pokok. Selain itu, pernyataan tersebut juga diperkuat dengan pernyataan Spillane (1994) yang menyatakan bahwa pengembangan pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yaitu pariwisata, merupakan industri padat karya, karena tenaga kerja sulit digantikan dengan modal atau peralatan. Oleh karena itu, pariwisata merupakan sumber pokok dari pekerjaan regional sehingga menciptakan pekerjaan bagi masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dari jenis pekerjaan, kelompok ini menyatakan bahwa pekerjaan ini memang pekerjaan pokok mereka. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar waktu mereka digunakan dan dihabiskan untuk bekerja di sekitar kawasan wisata bahkan pada kelompok pekerjaan warung menjadikan warungnya sebagai tempat tinggal. Selain
kelompok
tersebut,
berdasarkan
proporsi
pendapatan
dan
wawancara yang diperoleh, kelompok pekerjaan penjaga karcis, pedagang, tukang ojek, supir angkot, security, buruh wisata dan penjaga taman juga memperlihatkan kelompok tersebut menjadikan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai pendapatan pokok. Kelompok pekerjaan ini memang tidak mencapai 100% karena pada kelompok ini memiliki sumber pendapatan lain yang proporsinya jauh lebih kecil diluar wisata. Sumber pendapatan lain oleh kelompok pekerjaan ini adalah bertani. Secara umum perubahan dari aspek ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pengembangan kawasan Taman Wisata Alam Gunung
63
Pancar menunjukkan hasil yang positif. Adanya pengembangan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar memberikan perubahan terhadap pendapatan masyarakat, walaupun belum terjadi secara optimal dan merata. Masyarakat yang secara signifikan mengalami perubahan pendapatan akibat adanya pengembangan wisata adalah masyarakat kampung Cimandala, hal tersebut dikarenakan kampung Cimandala terletak di dalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Berbagai dampak dan manfaat yang dirasakan masyarakat sekitar kawasan karena adanya pengembangan wisata dijadikan sebagai salah satu alternatif strategis untuk memperbaiki perekonomian masyarakat. Hal tersebut juga didukung dari potensi alam yang terdapat di dalam kawasan. Potensi yang terdapat di dalam kawasan ini menjadikan kawasan ini ramai di kunjungi oleh wisatawan. 6.3
Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat Pengembangan wisata yang terjadi di kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Pancar telah memberikan pengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat sekitar kawasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan wisata diduga adalah jumlah tanggungan (X1), umur (X2), lama bekerja di kawasan TWA (X3), tingkat pendidikan (X4), jarak rumah ke TWA (X5), dan jenis kelamin (X6). Jumlah tanggungan adalah jumlah anak dari masyarakat dimana rata-rata jumlah tanggungan masyarakat dalam penelitian ini adalah 3 orang. Rata-rata umur dalam penelitian ini adalah 32 tahun dimana umur tersebut menunjukkan usia produktif seseorang untuk bekerja. Lama bekerja adalah lama kerja masyarakat selama menjadi pekerja di kawasan wisata dimana rata-rata lama bekerja masyarakat
64
adalah 3 tahun (2006-2011). Tingkat pendidikan adalah jumlah tahun mengikuti pendidikan formal dimana rata-rata pendidikan masyarakat selama 4 tahun. Jarak rumah ke TWA adalah jarak tempat tinggal masyarakat ke TWA dalam km dimana rata-rata jarak tempat tinggal masyarakat sebesar 1,3 km. Jenis kelamin merupakan dummy dimana dummy bernilai satu (1) adalah laki-laki dan dummy bernilai nol (0) adalah perempuan. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, sebagian besar masyarakat yang bekerja di kawasan ini berjenis kelamin laki-laki. Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat dari pengembangan wisata dilakukan dengan model regresi linier berganda dengan menggunakan beberapa variabel sosial ekonomi dan diolah dengan menggunakan software Minitab 14. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat Desa Karang Tengah setelah adanya Taman Wisata Alam Gunung Pancar dapat diduga dengan persamaan sebagai berikut : Y = β0 + β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 + β 5X5 + β 6X6 + ε Berdasarkan hasil estimasi model regresi (Lampiran 2), maka didapatkan persamaan sebagai berikut : Y = - 0,344 + 0,134X1 + 0,1112X2 + 0,199X3 + 0,0208X4 – 0,062X5 + 0,068X6 Persamaan regresi diatas memiliki koefisien determinasi (R2) sebesar 66,1% dan koefisien R2 (adjusted) sebesar 62,3%. Nilai R2 (adjusted) tersebut menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas yaitu jumlah tanggungan (X1), umur (X2), lama bekerja di kawasan TWA (X3), tingkat pendidikan (X4), jarak rumah ke TWA (X5), dan jenis kelamin (X6) dapat menjelaskan keragaman dari variabel tak bebas yaitu pendapatan (Y) sebesar 66,1% dan sisanya sebesar 33,9% dapat dijelaskan oleh variable lain diluar model (Tabel 10).
65
Jumlah tanggungan, umur, lama bekerja di kawasan TWA memiliki Pvalue sebesar 0,008, 0,019 dan 0,000 lebih kecil dari taraf α sebesar 5%. Hal ini menunjukan bahwa ketiga variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap pendapatan masyarakat. Variabel pendidikan, jarak rumah ke TWA dan jenis kelamin masing-masing memiliki P- value sebesar 0,261, 0,920, dan 0,518, artinya pendidikan, jarak rumah ke TWA dan jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pada taraf α 5%. Hal ini diduga karena untuk bekerja dikawasan ini tidak memerlukan pendidikan tinggi, sebagian besar jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat adalah jenis pekerjaan sektor informal sehingga jenis kelamin pun tidak berpengaruh karena perempuan pun bisa bekerja di kawasan tersebut dan jarak rumah ke TWA tidak berpengaruh karena secara tidak langsung TWA ini memberikan perubahan pendapatan kepada masyarakat yang berada di luar kawasan bukan hanya yang berada di dalam kawasan. Berikut Tabel 10 hasil analisis estimasi model pendapatan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Tabel 10. Hasil Estimasi Model Pendapatan Masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar Variabel Konstanta Jumlah Tanggungan (X1) Umur (X2) Lama Bekerja di TWA (X3) Pendidikan (X4) Jarak Rumah ke TWA (X5) Jenis Kelamin (X6) R2 R2 (adj)
Koefisien -0,3438 0,13352 0,011178 0,19902 0,02078 -0,00622 0,0680 66.1% 62.3%
SE Koefisien 0,2517 0,04865 0,004613 0,03359 0,01828 0,06182 0,1045
T -1,37 2,74 2,42 5,92 1,14 -0,10 0,65
P-value 0,178 0,008** 0,019** 0,000** 0,261 0,920 0,518
VIF 1,3 1,2 1,7 1,3 1,3 1,5
Sumber: Data Primer, diolah (2011)
dimana :
* **
nyata pada taraf = 1% nyata pada taraf = 5%
Hasil estimasi model regresi tersebut juga diuji masalah normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Pengujian normalitas atau asumsi sisaan 66
menyebar normal dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Berdasarkan diagram residual plots of Y (Pendapatan (juta/tahun)) (Lampiran 2) ditunjukan P-value sebesar 0,438517 lebih besar dari taraf α sebesar 5% yang artinya residual atau eror menyebar normal. Masalah multikolinearitas diuji berdasarkan nilai VIF. Nilai VIF (Tabel 10) untuk seluruh variabel tersebut kurang dari 10, sehingga mengindikasikan tidak adanya multikolinearitas yang serius antar peubah bebas (Juanda 2009). Pemeriksaan asumsi autokorelasi tidak dilakukan karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section. Pengujian tidak adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat hasil plot model apakah membentuk pola atau tidak. Pada model ini tidak terdapat heteroskedastisitas karena plot model tidak membentuk pola atau menyebar bebas. Artinya, model adalah homoskedastisitas. Adapun beberapa variabel yang secara nyata berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat adalah sebagai berikut: 1.
Jumlah Tanggungan Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan alat analisis regresi maka diperoleh P-value sebesar 0,008 yang lebih kecil daripada taraf α 5%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor jumlah tanggungan mempengaruhi pendapatan masyarakat. Faktor jumlah tanggungan berkaitan dengan tanggung jawab seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan tanggungannya. Hal ini sesuai dengan hasil studi lapang dimana sebanyak 57 orang masyarakat telah menikah dan mempunyai tanggungan.
2.
Umur Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan alat analisis regresi maka diperoleh P-value sebesar 0,019 yang lebih kecil daripada taraf α 5%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor umur mempengaruhi pendapatan masyarakat.
67
Faktor umur berkaitan dengan loyalitas pekerjaan yang telah diberikan oleh seseorang sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya selama ini. 3.
Lama Bekerja di TWA Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan alat analisis regresi maka diperoleh P-value sebesar 0,000 yang lebih kecil daripada taraf α 5%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lama bekerja di TWA mempengaruhi pendapatan masyarakat. Hal ini terkait dengan pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan kawasan. Sebagian besar masyarakat yang sudah lama bekerja di kawasan ini cenderung lebih mengetahui kondisi kawasan wisata. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditunjukan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan pendapatan masyarakat adalah jumlah tanggungan, umur, dan lama bekerja di kawasan TWA. Tingkat pendidikan , jarak rumah ke TWA dan jenis kelamin dalam persamaan regresi tersebut merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata atau memberikan pengaruh yang kecil terhadap perubahan pendapatan. Variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan pendapatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan P-value sebesar 0,261, artinya pendidikan tidak signifikan pada taraf α 5% . Hal tersebut sesuai dengan kondisi lapang karena pada kawasan ini sebagian besar jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat adalah pekerjaan sektor informal sehingga tidak memerlukan pendidikan tinggi. Variabel jarak rumah ke TWA tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan pendapatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan P-value sebesar 0,920, artinya jarak rumah ke TWA tidak signifikan pada taraf α 5%. Hal tersebut 68
sesuai dengan kondisi lapang dimana sebagian masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata di kawasan TWA tidak hanya masyarakat yang berada di dalam kawasan tetapi juga di luar kawasan. Variabel jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan pendapatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan P-value sebesar 0,518, artinya jenis kelamin signifikan pada taraf α sebesar 5%. Hal ini terkait bahwa jenis pekerjaan di kawasan ini sebagian besar adalah jenis pekerjaan yang memang diperuntukkan untuk laki-laki namun perempuan pun berpeluang untuk bekerja di kawasan ini. Jenis pekerjaan yang diperuntukan untuk perempuan yaitu penjaga warung. 6.4
Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan Wisata di Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai salah satu obyek
wisata alam di Kabupaten Bogor yang tak luput dari perhatian banyak pihak menjadikan kawasan ini cukup komersil untuk dikembangkan. Pengembangan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar mempengaruhi kondisi sosial dan lingkungan masyarakat. 6.4.1 Dampak sosial Manusia yang dikaruniai akal dan pikiran oleh Tuhan dalam hidupnya pasti akan mengalami suatu perubahan. Perubahan yang terjadi pada prinsipnya merupakan suatu proses terus menerus. Artinya bahwa perubahan itu akan dapat terjadi secara lambat maupun terjadi secara cepat. Perubahan sosial yang dialami oleh setiap masyarakat pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan perubahan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Perubahan sosial dapat meliputi semua aspek kehidupan masyarakat, yaitu perubahan dalam cara berpikir dan
69
interaksi sesama warga; perubahan dalam sikap dan orientasi kehidupan ekonomi; perubahan tata cara kerja sehari-hari; perubahan dalam kelembagaan dan kepemimpinan masyarakat; perubahan dalam tata cara dan alat-alat kegiatan yang makin modern dan tradisional, dan lain-lainnya9. Berdasarkan hal tersebut diatas, penelitian ini mengkaji perubahan sosial masyarakat akibat adanya pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Pengembangan wisata yang terjadi di kawasan ini menyebabkan pertambahan penduduk di kawasan meningkat tiap tahunnya. Hal ini terkait dengan banyaknya masyarakat yang bermigrasi ke kawasan ini baik yang hanya bersifat sementara maupun menetap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bryden (1973) dalam Soekadijo (1997) yaitu, pengembangan pariwisata di suatu daerah akan membutuhkan investasi, yang dengan sendirinya mendorong tumbuhnya perekonomian dan diikuti pula oleh mobilitas penduduk. Akibatnya daerah pariwisata merupakan daerah penerimaan migran, dan merupakan beban daerah yang bersangkutan. Berikut Tabel 11 yang menunjukkan pertumbuhan penduduk di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Tabel 11. Data Pertumbuhan Penduduk Desa Karang Tengah Tahun 20022011 Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) 2002 7.801 2003 8.518 2004 9.236 2005 9.953 2006 10.670 2007 1 1.580 2008 12.490 2009 13.400 2010 14.310 2011 15.220 Rata-rata laju pertumbuhan Sumber : Data Monografi Desa Diolah (2011)
Laju Pertumbuhan (%) 0 0,0842 0,0776 0,0720 0,0672 0,0785 0,0728 0,0679 0,0635 0,0597 0,06
9
http://www.IPEM4439%20Perubahan%20Sosial%20dan%20Pembangunan.htm [12 oktober 2011 pukul 23.00]
70
Desa Karang Tengah pada tahun 2011 memiliki jumlah penduduk sebanyak 15.220 jiwa dengan laju pertumbuhan 0,059 %. Jumlah penduduk ini meningkat setiap tahunnya dimana pada tahun 2002 jumlah penduduk hanya sebanyak 7.801 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk ini salah satunya disebabkan karena adanya pengembangan kawasan wisata di Desa Karang Tengah. Rata-rata laju pertumbuhan di kawasan ini sebesar 6%. Pembangunan merupakan suatu usaha peningkatan kesejahteraan disegala bidang dan proses mengakibatkan perubahan sosial. Proses perubahannya menyangkut peningkatan daya guna sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan teknologi. Interaksi ketiga faktor ini dalam proses perkembangannya tercermin pada pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang pada gilirannya akan mempengaruhi pandapatan masyarakat, lapangan kerja, taraf hidup, ekologi dan tata lingkungan. Pariwisata sebagai salah satu jenis industri yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi faktor-faktor produktivitas lainnya (Pendit, 1999). Pengertian seperti diatas adalah bahwa pariwisata mencakup sejumlah kegiatan yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian secara langsung berhubungan dengan pelaku-pelaku ekonomi, yaitu produsen dan konsumen. Batasan ini lebih banyak menekankan pada aspek sosiologi, psikologi, budaya maupun geografi pariwisata. Pengertian pariwisata mencakup semua macam perjalanan, asal perjalanan yang dilakukan hanya untuk rekreasi, serta tidak bermaksud untuk memangku jabatan. Penelitian mengenai dampak dari pembangunan dan perkembangan pariwisata telah banyak dilakukan tetapi masih lebih banyak menekankan pada
71
aspek fisik saja. Perhatian terhadap dampak sosial ekonomi dari perkembangan pariwisata tersebut masih kurang, walaupun bukan berarti tidak ada. Sayangnya, berbagai penelitian semacam ini ternyata dilakukan oleh mereka yang bukan para pakar dalam bidang ilmu sosial. Tidak mengherankan bilamana hasil penelitian semacam ini biasanya begitu saja menyatukan deskripsi dampak ekonomi (Soekadijo, 1997). Adanya pengembangan wisata ini juga menimbulkan perubahan pola kehidupan masyarakat dan meningkatkan kegiatan masyarakat diberbagai bidang pariwisata. Hal ini terkait pernyataan Karl Marx dalam Suwarsono (1991) yaitu, pada dasarnya melihat perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata perekonomian masyarakat, terutama sebagai akibat dari pertentangan yang terus terjadi antara kelompok pemilik modal atau alat-alat produksi dengan kelompok pekerja. Perubahan tata perekonomian yang dialami masyarakat masyarakat Desa Karang Tengah terlihat dari adanya pergeseran pekerjaan dari petani menjadi pekerja wisata serta penyedia jasa wisata. Pergeseran pekerjaan ini menimbulkan terjadinya penyerapan tenaga kerja pada sektor wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Berikut Tabel 12 yang menunjukkan penyerapan tenaga kerja di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
72
Tabel 12. Penyerapan Tenaga Kerja Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar Tahun 2011 No
Jenis Pekerjaan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Penjaga karcis Pedagang Penjaga taman Buruh wisata Security Warung Tukang Ojek Supir angkot Koreksi Piket Kebersihan kamar Kebersihan lapangan Tiket kamar Total
Jumlah (Orang/Unit Usaha) 2 10 4 13 29 50 50 7 1 4 2 1 173
Jumlah Tenaga Kerja (Org) 19 10 4 13 29 50 50 7 15 10 6 6 219
Persentase (%) 0,086 0,045 0,018 0,059 0,132 0,228 0,228 0,031 0,068 0,045 0,027 0,027 100%
Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei, 2011
Pada Tabel 12 dapat dilihat banyaknya tenaga kerja yang terserap akibat adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Jumlah penyerapan tenaga kerja terbesar yang terserap dari adanya warung dan tukang ojek yaitu sebesar 22,8% dari total tenaga kerja. Keberadaan warung dan tukang ojek di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar tersebar mulai dari obyek Pemandian Air Panas dan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Sebagian besar warung yang ada dijaga oleh pemiliknya masing-masing tanpa adanya tenaga kerja tambahan. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian masyarakat yang berada pada kelompok pekerjaan ini dulunya bekerja sebagai petani dan sekarang bergeser menjadi penyedia jasa wisata. Menurut masyarakat setempat, jumlah tukang ojek di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebanyak 50 orang, namun pada saat-saat tertentu seperti hari libur nasional banyak masyarakat yang menjadi tukang ojek dadakan. Jumlah tukang ojek bisa mencapai 100 orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Spillane (1994), berdasarkan sifat dari pekerjaan dalam sektor pariwisata 73
cenderung menerima gaji yang rendah, menjadi pekerja musiman, tidak ada serikat buruh, hanya bekerja pada sebagian waktu (part time) dan khusus untuk anggota keluarga. Berdasarkan studi lapang terdapat dua unit loket tiket pada kawasan ini, loket awal berada pada saat memasuki kawasan dan yang kedua merupakan loket pada saat memasuki obyek Pemandian Air Panas. Penjaga loket awal merupakan wewenang dari pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA). Pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) menempatkan 2 orang masyarakat asli Desa Karang Tengah untuk menjaga tiket. Selain itu, untuk penjaga loket obyek Pemandian Air Panas telah menyerap tenaga kerja sebanyak 17 orang. Kelompok tenaga kerja security yang terserap pada kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebanyak 29 orang. Adapun security yang sudah terserap oleh PT Wana Wisata Indah (WWI) sebanyak 8 orang. Sementara itu pengelola obyek Pemandian Air Panas juga telah menyerap tenaga kerja security sebanyak 21 orang. Kelompok tenaga kerja yang juga terserap oleh pengelola obyek Pemandian Air Panas adalah kelompok koreksi piket, kebersihan kamar, kebersihan lapangan, dan tiket kamar. Pihak pengelola pemandian air panas ini juga telah menentukan pembagian kerja masing-masing untuk setiap tenaga kerja. Pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) juga kerap kali merekrut tenaga kerja dadakan yang berasal dari masyarakat asli Desa Karang Tengah. Hal ini dilakukan dalam rangka penanaman pohon di sekitar kawasan. Pemilihan masyarakat yang direkrut diserahkan oleh pihak desa yang berwenang.
74
Masyarakat yang mengikuti kegiatan penanaman pohon ini biasanya bekerja selama seminggu. Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat namun pengembangan kawasan ini juga menyebabkan perubahan sikap masyarakat yang memicu pada rusaknya kawasan yaitu banyaknya masyarakat yang melakukan pembuatan jalan, adanya masyarakat yang melakukan perluasan enclave, terjadinya perambahan lahan, adanya pendudukan kawasan secara illegal serta terjadinya pembangunan illegal yang dilakukan masyarakat di dalam kawasan. Berikut penjelasan mengenai hal tesebut. 1.
Pembuatan Jalan Pembuatan jalan yang dimaksud adalah pembuatan jalan secara illegal yang dilakukan masyarakat di dalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Masyarakat mengaspal lahan yang masih dalam status kawasan konservasi. Berdasarkan hasil wawancara pada tahun 2006 di daerah Blok Dorang dilakukan pembuatan jalan dengan menggunakan lahan kawasan seluas 5 x 700 m dan pada tahun 2008 pihak pengelola Kehutanan melakukan penutupan jalan tersebut.
2.
Perluasan enclave Enclave adalah tanah milik masyarakat yang berada di dalam kawasan. Saat ini banyak masyarakat yang melakukan perluasan kawasan enclave secara illegal. Berdasarkan hasil wawancara, pada tahun 2006 diperkirakan lahan enclave yang sudah diperluas secara illegal luasannya masih sekitar 7.8 hektar dari yang awalnya 5 hektar. Pada tahun 2011 kini sudah mencapai 20 hektar.
75
3.
Perambahan lahan Di dalam kawasan ini juga terjadi perambahan lahan secara illegal. Beberapa masyarakat menggunakan lahan konservasi ini untuk menanam tanaman singkong, pisang, pandan dan tanaman lainnya. Pada tahun 2006, perambahan yang terjadi diperkirakan baru mencapai luasan sekitar 6 hektar sedangkan 2010 sudah mencapai 176 hektar dan itu dilakukan oleh 300 Kepala Keluarga.
4.
Pendudukan Kawasan Pembangunan illegal memang juga sudah sering terjadi di kawasan ini namun upaya penertiban juga sudah dilakukan oleh pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) agar masyarakat sendiri menjaga daerah kawasan mereka. Pada dasarnya kawasan ini merupakan daerah yang menjadi penopang bagi kehidupan masyarakat Desa Karang Tengah yaitu sebagai sumber mencari nafkah juga sebagai pencegah longsor dan banjir.
5.
Pembangunan Illegal Pendudukan kawasan secara illegal memang sudah terjadi di kawasan ini sejak berkembangnya menjadi daerah wisata. Pada bulan Maret 2010, pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) melakukan operasi penertiban dan teridentifikasi 28 bangunan berdiri secara illegal. Sejak adanya pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Pancar, kawasan yang seluas 6.695,32 hektar diubah fungsi dan menjadi kawasan wisata dengan luas 447,5 hektar membuat pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) melakukan kegiatan orientasi batas kawasan. Hal ini tekait keberadaan kampung didalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung
76
Pancar yang menyebabkan gangguan terhadap keutuhan kawasan, antara lain hilang dan bergesernya pal batas, penggarapan liar, penguasaan lahan oleh pihakpihak tertentu dan gangguan lainnya. Apabila gangguan tersebut tetap terjadi maka akan mengganggu penataan blok yang dimanfaatkan oleh PT Wana Wisata Indah (WWI) selaku pengusaha pemanfaatan potensi hutan alam. Kegiatan orientasi batas kawasan yang dilakukan pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) bertujuan untuk memperoleh gambaran data lapangan mengenai kondisi pal di lapangan. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengembalikan posisi/letak tanda batas kawasan hutan yang telah dikukuhkan sehingga batas-batas kawasan hutan tersebut sesuai dengan keadaan batas kawasan hutan.
Pada tanggal 22 Mei 2006, pihak Kehutanan
melakukan orientasi batas kawasan (Lampiran 3). Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA), pada tahun 2006 patok 69 s.d 70 sudah dibangun rumah semi permanen ukuran 13.5 x 12.5 m. Patok 70 s.d 74 dikuasai oleh pengelola pemandian air panas yang dibangun secara illegal dan patok 84 s.d 88 berdiri bangunan liar sebanyak 8 bangunan dengan luas 2 hektar. Saat ini daerahdaerah yang digunakan secara illegal semakin meningkat seiring dengan pengembangan kawasan. Tahun 2011 diidentifikasi hampir sebagian patok tersebut sudah hilang. Berdasarkan hasil wawancara, pada bulan Maret 2010 enam tim operasi dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) di Taman Wisata Alam Gunung Pancar bergerak melakukan langkah persuasif dalam upaya menertibkan kawasan hutan konservasi Gunung Pancar. Tim operasi mendatangi
77
para pemilik bangunan di kawasan hutan Taman Wisata Alam Gunung Pancar dan memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan membongkar bangunannya sendiri dan keluar dari kawasan hutan tersebut. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat mengidentifikasi di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sudah berdiri 28 bangunan tanpa izin dan perambahan hutan mencapai 176 hektar. Sasaran operasi tahap pertama adalah 17 titik berupa lapangan terbuka, warung, vila, rumah, usaha pemandian umum, pondok, sekolah dasar, dan lahan garapan atau galian batu/pasir. Bangunan dan lahan hutan yang dirambah diakui perambah memiliki sertifikat dan izin mendirikan bangunan. Oleh karena itu, saat ini Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) lebih intensif melakukan operasi dalam rangka penertiban kawasan. Perubahan sosial yang menyebabkan rusaknya kawasan merupakan dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya pengembangan wisata. Dalam hal ini sesuai dengan teori Max Weber dalam Suwarsono (1991) bahwa perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat adalah akibat dari pergeseran nilai yang dijadikan orientasi kehidupan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat merasakan kehidupan sosial ekonominya berkembang pesat akibat adanya pengembangan wisata sehingga menyebabkan adanya sikap ketidakpedulian terhadap pelestarian alam. Perubahan yang menyebabkan kerusakan pada kawasan pada akhirnya juga akan berdampak pada lingkungan kawasan tersebut. Lingkungan akan mengalami kerusakan seiring dengan perkembangan wisata. Oleh karena itu,
78
diperlukan pengelolaan kawasan yang berkelanjutan agar pengembangan wisata dapat berlangsung tanpa merusak kawasan 6.4.2 Dampak Lingkungan Dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 menyebutkan bahwa konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah beserta masyarakat. Selain itu, pasal 69 Undangundang Nomor 41 tahun 1999 menyebutkan bahwa masyarakat berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan pengrusakan. Berdasarkan bunyi kedua pasal tersebut, pengembangan dan pengelolaan taman wisata dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya apabila dijalankan dengan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait di dalamnya. Pengembangan dan pengelolaan Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang selama ini dijalankan secara kolaborasi antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat dan PT Wana Wisata Indah (WWI) dimana peran pengelolaan yang dijalankan masing-masing pihak disesuaikan dengan surat keputusan yang ada. Semua pihak yang terkait di dalam kawasan ini memiliki peran yang sangat mempengaruhi keberadaan kawasan terutama selain sebagai tempat wisata juga sebagai kawasan konservasi. Adanya Pengembangan wisata di kawasan ini memberikan dampak positif dan negatif. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dampak positif adanya pengembangan wisata memberikan peningkatan pendapatan terhadap ekonomi masyarakat. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya pengembangan adalah perubahan sikap dan perilaku, salah satunya adalah tindakan perambahan. Menurut Rusman (2008) kerugian negara akibat 79
perambahan hutan yang terjadi di berbagai kawasan, baik hutan konservasi, hutan lindung, maupun taman nasional mencapai Rp 30 triliun/tahun. Selain mengakibatkan kerugian negara, juga menimbulkan dampak buruk terhadap ekonomi, ekologi, serta dampak lanjutan bidang sosial, dan budaya serta politik dan keamanan. Berdasarkan hal diatas, kegiatan perambahan hutan yang dilakukan sebagian masyarakat disekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar menyebabkan kawasan konservasi terganggu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tanaman pertanian seperti singkong, pandan, pisang dan lain-lain. Penanaman tanaman tersebut dilakukan di kawasan yang seharusnya menjadi kawasan konservasi dan menyebabkan sebagian pohon disekitar kawasan berkurang. Selain itu, menurut Rusman (2008), dampak ekologi akibat adanya perambahan hutan berupa deforestasi dan peningkatan lahan kritis, kualitas ekosistem dan biodiversiti menurun serta rawan bencana seperti kebakaran hutan, banjir, longsor, dan kekeringan. Perambahan hutan juga telah mendorong terjadinya pergeseran nilai sosial budaya warga setempat, hilangnya kearifan sosial penduduk, cinta alam dan sadar lingkungan sirna dan menimbulkan kesenjangan sosial ditengah masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, perambahan yang dilakukan beberapa masyarakat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar mengakibatkan adanya bencana longsor. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bencana longsor yang terjadi pada tahun 2006 di kampung Cimandala yang terletak di dalam kawasan. Bencana tersebut menyebabkan 45 rumah rusak berat.
80
Pengembangan wisata dikawasan ini juga menyebabkan terjadinya pencemaran. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya sampah yang dihasilkan oleh wisatawan yang datang berkunjung. Selain itu berdasarkan hasil wawancara, beberapa masyarakat pun merasakan perubahan udara yang terjadi disekitar kawasan mereka. Saat ini udara di sekitar kawasan menjadi lebih panas dari sebelumnya. Oleh karena itu, dilakukan kegiatan orientasi kawasan oleh Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) yang bertujuan untuk menjaga kelestarian kawasan. Selain itu, pengelola kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar juga telah melakukan rehabilitasi lahan. Pada tahun 2003 telah dilakukan penanaman pohon pinus, abasia, puspa, rasemala seluas 23 hektar. Penanaman pohon ini dilakukan dalam rangka perayaan hari Bakti. Pada bulan Desember tahun 2009 juga telah dilakukan kegiatan restorasi dengan menanam 500 dan 1000 pohon di blok Dorang dan 250 pohon di blok Cimandala. Kegiatan-kegiatan
tersebut
dilaksanakan
dalam
rangka
menjaga
kelestarian lingkungan kawasan karena kawasan ini merupakan salah satu kawasan resapan air dan sumber airnya dimanfaatkan bagi masyarakat sekitar kawasan. Selain itu, kawasan ini merupakan salah satu sumber air DAS Cikeas yang berfungsi untuk mandi, minum pengairan sawah dan kebutuhan hidup sehari-hari. Kawasan ini juga berfungsi mencegah banjir, erosi dan longsor. Oleh karena itu, dalam pengelolaan kawasan diperlukan kerjasama dari berbagai pihak mengingat pentingnya kawasan ini sebagai penompang ekologi dan ekonomi sehingga pengembangan wisata yang berkelanjutan dapat terwujud.
81
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1
Simpulan Beberapa hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut: 1.
Karakteristik responden terdiri dari 36 orang laki-laki dan 24 orang perempuan berumur antara 24-33 tahun, sudah menikah, berpendidikan SD, dengan tingkat pendapatan antara Rp 850.000,01 - Rp 1.240.000,00.
2.
Perkembangan Kawasan TWA Gunung Pancar memberikan pengaruh positif terhadap perubahan pendapatan masyarakat. Estimasi pendapatan dan perubahan pendapatan rata-rata masyarakat sebesar sebesar Rp 218.704,59,00 per bulan. Peningkatan pendapatan berdasarkan present value sebesar Rp -309.192,43,00 per bulan. Peningkatan pendapatan rata-rata terbesar dirasakan oleh kelompok pekerjaan penjaga taman dengan peningkatan pendapatan Rp 637.500,00. Berdasarkan present value peningkatan pendapatan rata-rata penjaga taman menjadi Rp 377.369,70,00.
3.
Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan wisata adalah jumlah tanggungan, umur, dan lama bekerja di kawasan TWA. Pendidikan, jarak rumah ke TWA dan jenis kelamin tidak mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat.
4.
Penilaian dampak sosial dan lingkungan pengembangan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar yaitu dampak sosial adanya pengembangan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap kehidupan masyarakat adalah terjadinya pergeseran profesi pekerjaan dari petani menjadi pekerja wisata maupun penyedia jasa wisata. Hal ini dilihat dari adanya penyerapan tenaga kerja tertinggi pada kelompok pekerjaan pemilik 82
warung dan ojek yaitu sebesar 22,8% dari total tenaga kerja. Pengembangan ini juga merubah sikap dan perilaku masyarakat yang juga merugikan kawasan seperti adanya pembuatan jalan, perluasan enclave, perambahan kawasan, pendudukan kawasan, dan pembangunan bangunan yang dilakukan secara illegal. Dampak lingkungan adanya pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam ini yaitu terjadinya bencana longsor akibat pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, terjadi pencemaran akibat sampah dari kegiatan wisata dan perubahan cuaca akibat perambahan pohon. 7.2
Saran Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dijelaskan, dapat
disarankan beberapa hal yang terkait dengan pengembangan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai berikut: 1.
Ketidakmerataan manfaat kawasan
untuk masyarakat sebaiknya
diatasi
melalui kerjasama antara pengelola dan pihak terkait dalam meningkatkan kualitas SDM masyarakat dan standar bekerja yang sesuai dengan kualifikasi lapangan pekerjaan yang ada di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. 2.
Pelaksanaan program pelatihan keterampilan masyarakat melalui kegiatan kerajinan tangan harus dikembangkan untuk menunjang potensi dan meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
3.
Sebaiknya dilakukan atraksi wisata yang mengedepankan wisata alam yang berkelanjutan.
4.
Penelitian selanjutnya sebaiknya meneliti sistem kelembagaan yang terdapat di kawasan TWA Gunung Pancar agar pengembangan wisata di kawasan ini bisa lebih optimal. 83
DAFTAR PUSTAKA Agung, I.G.N. 2005. Manajeman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Anonymous. 1987. Wisata Alam Berbasis Hutan. http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=1144&bih=642&q=defin isi+wisata+alam&aq=f&aqi=&aql=&oq=&fp=b982c502b59c367d http [ 18 Maret 2011 pukul 23.00]. Artikel Perubahan Sosial dan Pembangunan. 2011. Aspek-Aspek Perubahan Sosial dan Pembangunan. http://www.IPEM4439%20Perubahan%20Sosial%20dan%20Pembangunan. htm [12 Oktober 2011 pukul 23.00]. Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional. 1996. Tentang Lingkungan hidup dan Tata Ruang. Damanik et al. 2006. Perencanaan Ekowisata, Teori dan Aplikasi. C.V Andi Offset. Yogyakarta. Daniel, W. 1990. Applied Nonparametric Statistics. Second Edition. PWS- KENT Publishing Company. Boston. Departemen Kehutanan Propinsi Jawa Barat. 2011. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/INFPROP/Inf-Jbr.PDF dephut [18 Maret 2011 pukul 23.00]. Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat. 2009. http://www.jurnas.com/_content&view=article&id=768:menbudpar-jumlahwisatawan naik&catid=100:indonesia&Itemid=475 [12 Oktober 2011 pukul 23.00].
Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. 2001. Kriteria Standar Pengembangan Pariwisata Alam di Hutan Produksi. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Epler, W.M. 1996. The Evolution of Ecotourism as a Sustainable Development Tool. Paper presented at The Sixth International Symposium on Society and Natural Resource Management, Pennsylvania State University, 18-23 May 1996. Fandeli, C. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan UGM dan PT. Perhutani (Persero). Yogyakarta. Fennel, K. 1999. Convection and the timing of phytoplankton spring blooms in the western Baltic Sea. Estuarine Coastal and Shelf Science 49:113-128. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Republik Indonesia tahun 1999-2004. Kepariwisataan. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Gurajati, D. 1998. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. PT Erlangga. Jakarta. Hall, M.C. 2000. Tourism Planning : Policies, Processes, and Relationships. Singapore : Pearson Education Asia Ltd.
84
Hammit et al. 1987. Wildland Recreation : Ecology and Management. Kanada : Jhon Wiley and Sons, Inc. Harry et al. 1993. Dukungan Budaya Terhadap Perkembangan Ekonomi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Hartanto. 1996. modul Seminar Planning Sustainable Tourism. http://www.cothm.ac.cy/Tourism%20Today%20No%204.pdf. [7 Desember 2011 pukul 10.30]. Indriyastuti et al. 2001. Menuju Pengelolaan Partisipatif dan Kolaboratif : Pengembangan Semangat Partisipatif dan Koaboratif dalam Pengelolaan Wisata Alam dan Pendidikan Lingkungan. Bina Usaha Lingkungan. UNDP. Inpres No. 9. 1969. Kepariwisataan. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Interest rate Bank Indonesia. 2011. http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/ [25 Oktober 2011 pukul 12.30]. Irwanto. 2006. Penerapan AMDAL Pada Pembangunan di Bidang Kehutanan. http://saveforest.webs.com/amdal_kehutanan.html [ 20 Desember pukul 12.00] Juanda, B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor. Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya. 2009. Artikel Jumlah wisatawan Jawa Barat. www.jabarprov.com_content&view=article&id=768:kadisbudparjumlah-wisatawan-jawa barat [12 Oktober 2011 pukul 23.00]. Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya. 2009. Artikel Sundaurang Jawa Barat. http://www.sundaurang.com_content&view=article&id=768:kadisbudparjumlah-wisatawan-jawa barat [12 Oktober 2011 pukul 23.00]. Lind et al. 2008. Statistical Techniques In Business and Economic with Global Data Sets, 13th ed. The McGraw-Hill Companies. New York. Mac Kinnon et al. 1993. Pengelolaan Kawasan Yang Dilindungi di Derah Tropika. Terjemahan Harry Harsono Amin. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. 2010. Artikel Jumlah wisatawan. http://www.jurnas.com/_content&view=article&id=768:menbudpar-jumlahwisatawan naik&catid=100:indonesia&Itemid=475 [12 Oktober 2011 pukul 23.00]. Naisbit, J. 2011. Artikel Pengembangan Pariwisata di Indonesia. http://pariwisata.jogja.go.id/index/extra.detail/1689/pengembanganpariwisata-indonesia.html. [30 Maret 2011]. Pendit, N.S. 1990. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. PT. Pradana Paramita Jakarta. __________. 1999. Ilmu Pariwisata. Sebuah Pengantar Perdana. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
85
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 Pasal 1. Kepariwisataan. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam [PHKA]. 2003a. Kumpulan Peraturan Perundangan Terkait dengan Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. CV. Maestro Nusantara. Jakarta. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam [PHKA]. 2010. Pengelolaan Taman Wisata Alam Carita. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Serang. Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam [PHPA]. 1995. Informasi dan Promosi Obyek Wisata Alam di Kawasan Taman Wisata Alam (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur). Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Bogor. Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam [PHPA]. 1996. Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Wisata Alam dan Hutan Lindung. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Bogor. Rischa. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Wisata dan Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Galunggung Tasikmalaya. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rusman. 2008. Hutan, Perladangan dan Pertanian Masa Depan. PT. Aditya Media. Yogyakarta. Singarimbun, M et al. 1987. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Yogyakarta. __________________. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Soekadijo, R.G. 1997. Anatomi Pariwisata. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Soemardjan, S. 1974. Pariwisata dan Kebudayaan, dalam Prisma No. 1 Tahun III Februari. Soemarwoto, O. 2001. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta. Soetanto, H. 2002. Strategi Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Dan Teknologi Tepat Guna Pertanian Untuk Meningkatkan Pendapatan Peternak Sapi Potong. http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=ar ticle&id=78: makalah-utama&catid=50:prosiding&itemid=33. [03 Maret 2011 pukul 23.00]. Spillane, J. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta. __________. 1993. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Kanisius. Yogyakarta. Suswantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta.
86
Suwarsono. 1991. Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia : Teori-teori modernisasi, dependensi dan sistem dunia. LP3ES. Jakarta. TAP MPR No IV/MPR/1978. Tentang Pengembangan Wisata. Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 pasal 1 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang Nomor 5. 1990. Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Undang-Undang Nomor 9. 1990. Kepariwisataan. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999. Tentang Kehutanan. Wahab, S. 1976. Manajemen Kepariwisataan Terjemahan Frans Gromang. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Wijaya, D.P.M. 2007. Analisis Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya masyarakat Pesisir Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Yoeti, O.A. 2000. Ekowisata : Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup. PT. Pertja. Jakarta. _________. 1993. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung. _________. 2001. Ilmu Pariwisata Sejarah Perkembangan dan Prospeknya. PT Perja. Jakarta. _________. 2006. Tours and Travel Marketing. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
87
LAMPIRAN
88
Lampiran 1. Data Responden Masyarakat Desa Karang Tengah 2011 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Jenis pekerjaan
Penjaga karcis Pedagang Pedagang Penjaga taman Penjaga taman Penjaga taman Penjaga taman Buruh wisata Pedagang Pedagang Buruh wisata Security Buruh wisata Buruh wisata Buruh wisata Pedagang Buruh wisata Buruh wisata Pedagang Buruh wisata Buruh wisata Buruh wisata Pedagang
Jenis kelamin (L=1 ; P=0)
Umur (thn)
Lama pendidikan (thn)
Jumlah tanggungan (org)
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1
28 42 28 45 35 42 34 40 35 32 35 28 22 31 26 25 35 30 25 50 18 30 44
9 3 6 0 3 3 6 0 6 2 2 0 3 6 2 6 1 3 6 4 3 0 6
4 3 3 2 2 3 2 2 4 3 3 4 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3
Lama bekerja di kawasan TWA (thn) 5 3 2 1 1 1 1 1 2 2 2 4 2 3 1 1 2 1 2 1 1 2 4
Jarak rumah ke TWA (km)
Pendapatan dari adanya TWA (rupiah/bulan)
Pendapatan non TWA (rupiah /bulan)
1 1 1 0,5 0,5 0,5 0,5 1 0,5 1 1 0,5 1 1 0,5 0,5 1 0,5 0,5 0,5 0,5 1 1
1.300.000 950.000 1.100.000 575.000 575.000 575.000 575.000 450.000 1.100.000 1.000.000 600.000 1.400.000 750.000 650.000 750.000 1.200.000 550.000 600.000 900.000 750.000 600.000 550.000 1.100.000
250.000 350.000 0 750.000 550.000 500.000 750.000 650.000 0 0 350.000 0 0 0 300.000 0 350.000 450.000 0 0 350.000 450.000 200.000
Pendapatan total (Pendapatan TWA+Non TWA)
1.550.000 1.300.000 1.100.000 1.325.000 1.125.000 1.075.000 1.325.000 1.100.000 1.100.000 1.000.000 950.000 1.400.000 750.000 650.000 1.050.000 1.200.000 900.000 1.050.000 900.000 750.000 950.000 1.000.000 1.300.000
89
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Buruh wisata Buruh wisata Buruh wisata Pedagang Penjaga karcis Warung Warung Warung Warung Warung Warung Warung Warung Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek Tukang ojek
0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 23 20 29 25 42 60 28 38 60 21 60 35 25 34 35 24 35 25 30 30 28 40 27 30 30 26 30 35 35
0 3 6 6 5 3 0 4 2 3 0 0 6 9 6 4 12 4 3 6 5 6 6 6 5 6 6 6 6 6
2 2 2 3 3 2 2 4 3 2 3 2 4 2 2 4 2 3 3 3 4 3 4 2 5 2 3 3 3 5
2 2 2 2 4 5 1 4 4 5 5 2 4 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
1 0,5 1 0,5 0,5 0,5 1 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 1 0,5 1 3 1 1,5 2 3 2 1,5 2 1 2 3 3 1 1
550.000 650.000 500.000 1.100.000 1.200.000 1.800.000 900.000 1.400.000 1.000.000 1.800.000 1.000.000 1.000.000 1.600.000 1.000.000 1.880.000 1.650.000 1.200.000 1.320.000 1.500.000 1.800.000 1.200.000 1.500.000 1.800.000 1.200.000 1.500.000 1.500.000 1.200.000 1.800.000 1.800.000 2.400.000
350.000 450.000 300.000 300.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 350.000 0 0 300.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
900.000 1.100.000 800.000 1.400.000 1.200.000 1.800.000 900.000 1.400.000 1.000.000 1.800.000 1.000.000 1.000.000 1.600.000 1.350.000 1.880.000 1.650.000 1.500.000 1.320.000 1.500.000 1.800.000 1.200.000 1.500.000 1.800.000 1.200.000 1.500.000 1.500.000 1.200.000 1.800.000 1.800.000 2.400.000
90
54 55 56 57 58 59 60
Tukang ojek Supir angkot Supir angkot Pedagang Pedagang Security Security
1 1 1 1 1 1 1
35 25 27 14 28 45 35
3 3 2 9 6 6 6
4 4 4 3 3 2 2
5 5 5 3 5 3 3
1 1 1,5 0,5 0,5 0,5 1
1.800.000 2.000.000 1.800.000 460.000 1.200.000 1.150.000 800.000
0 150.000 300.000 0 0 450.000 550.000
1.800.000 2.150.000 2.100.000 460.000 1.200.000 1.600.000 1.350.000
91
Lampiran 2. Hasil Estimasi Model Regrsi Linier Berganda dengan Minitab 14. Welcome to Minitab, press F1 for help.
Regression Analysis: Y (juta/thn) versus X1 (jml tang, X2 (umur/thn, ... Weighted analysis using weights in Y (juta/thn) The regression equation is Y (juta/thn) = - 0.344 + 0.134 X1 (jml tanggungan/org)+ 0.0112 X2 (umur/thn) + 0.199 (lama bekerja d TWA/thn) + 0.0208 (pendidikan akhir/thn)0.0062 (jarak rmh/km) + 0.068 (jenis kelamin l=1 ;p=0) Predictor Constant X1 (jml tanggungan/org) X2 (umur/thn) X3 (lama bekerja d TWA/thn) X4 (pendidikan akhir/thn) X5 (jarak rmh/km) X6 (jenis kelamin l=1 ;p=0)
Coef -0.3438 0.13352 0.011178 0.19902 0.02078 -0.00622 0.0680
S = 0.314527
R-Sq(adj) = 62.3%
R-Sq = 66.1%
SE Coef 0.2517 0.04865 0.004613 0.03359 0.01828 0.06182 0.1045
T -1.37 2.74 2.42 5.92 1.14 -0.10 0.65
P 0.178 0.008 0.019 0.000 0.261 0.920 0.518
VIF 1.3 1.2 1.7 1.3 1.3 1.5
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 6 53 59
SS 10.2375 5.2431 15.4806
MS 1.7063 0.0989
Source X1 (jml tanggungan/org) X2 (umur/thn) X3 (lama bekerja d TWA/thn) X4 (pendidikan akhir/thn) X5 (jarak rmh/km) X6 (jenis kelamin l=1 ;p=0)
F 17.25
DF 1 1 1 1 1 1
P 0.000
Seq SS 3.8669 0.5599 5.5808 0.1880 0.0000 0.0419
Unusual Observations Obs 16 40 53
X1(jml tanggungan/org) Y(juta/thn) 2.00 1.2000 2.00 1.2000 5.00 2.4000
Fit SE Fit Residual St Resid 0.5913 0.1252 0.6087 2.36R 0.8883 0.1699 0.3117 1.35 X 1.8966 0.1010 0.5034 2.86R
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Durbin-Watson statistic = 1.83165
Residual Plots for income Pengujian Hipotesis 1. Uji Multikolinearitas Predictor Constant X1 (jml tanggungan/org) X2 (umur/thn) X3 (lama bekerja d TWA/thn) X4 (pendidikan akhir/thn) X5 (jarak rmh/km) X6 (jenis kelamin l=1 ;p=0)
Coef -0.3438 0.13352 0.011178 0.19902 0.02078 -0.00622 0.0680
SE Coef 0.2517 0.04865 0.004613 0.03359 0.01828 0.06182 0.1045
T -1.37 2.74 2.42 5.92 1.14 -0.10 0.65
P 0.178 0.008 0.019 0.000 0.261 0.920 0.518
VIF 1.3 1.2 1.7 1.3 1.3 1.5
Nilai VIF <10 maka artinya tidak terjadi pelanggaran Multikolinearitas
92
2. Kenormalan H0 = eror menyebar normal H1 = tidak menyebar normal Residual Plots for income Normal Probability Plot of the Residuals
Percent
99 90 50 10 1 0.1
Residuals Versus the Fitted Values Standardized Residual
99.9
-4
-2 0 2 Standardized Residual
4
2
0
-2
Frequency
12 9 6 3 0
-2
-1 0 1 2 Standardized Residual
1.0 1.5 Fitted Value
2.0
Residuals Versus the Order of the Data Standardized Residual
Histogram of the Residuals
0.5
3
2
0
-2
1 5
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Observation Order
6 Series: Residuals Sample 1 60 Observations 60
5 4 3 2 1 0 -0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
2.00E-16 0.010221 0.689294 -0.504994 0.271660 0.347009 2.578309
Jarque-Bera Probability
1.648713 0.438517
0.6
Nilai Probability (0,438517) > alpha 5% maka terima H0 artinya asumsi error menyebar normal terpenuhi
93
3. Homoskedastisitas H0 : Homoskedastisitas H1 : Heteroskedastisitas
Residual Plots for SRES1 Normal Probability Plot of the Residuals
Percent
99 90 50 10 1 0.1
Residuals Versus t he Fit ted Values Standardized Residual
99.9
-4
-2 0 2 Standardized Residual
4
4 2 0 -2
Hist ogram of the Residuals Standardized Residual
Frequency
15 10 5 -1.2
0.0 1.2 2.4 Standardized Residual
0.1 Fitted Value
0.2
Residuals Versus the Order of the Data
20
0
0.0
3.6
4 2 0 -2
1 5
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Observation Order
Hasil plot model tidak membentuk pola atau menyebar bebas. Artinya, model adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi pelanggaran asumsi heteroskedastisitas.
Regression Analysis: SRES1 versus X1 (jml tanggung, X2 (umur/thn), ... Weighted analysis using weights in Y (juta/thn) The regression equation is SRES1 = - 0.13 + 0.023 (jml tanggungan/org)+ 0.0031 X2 (umur/thn)+ 0.009 (lama bekerja d TWA/thn) + 0.0129 (pendidikan akhir/thn) - 0.059 (jarak rmh/km) + 0.091 (jenis kelamin l=1 ;p=0)
Predictor Coef Constant -0.128 X1 (jml tanggungan/org) 0.0229 X2 (umur/thn) 0.00314 X3 (lama bekerja di TWA/thn) 0.0090 X4 (pendidikan akhir/thn) 0.01285 X5 (jarak rmh/km) -0.0587 X6 (jenis kelamin l=1 ;p=0) 0.0905 S = 1.28805
R-Sq = 0.4%
SE Coef 1.031 0.1992 0.01889 0.1376 0.07484 0.2532 0.4280
T -0.12 0.11 0.17 0.07 0.17 -0.23 0.21
P 0.902 0.909 0.869 0.948 0.864 0.817 0.833
VIF 1.3 1.2 1.7 1.3 1.3 1.5
R-Sq(adj) = 0.0%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 6 53 59
SS 0.342 87.931 88.272
MS 0.057 1.659
F 0.03
P 1.000
94
Source X1 (jml tanggungan/org) X2 (umur/thn) X3 (lama bekerja di TWA/thn) X4 (pendidikan akhir/thn) X5 (jarak rmh/km) X6 (jenis kelamin l=1 ;p=0)
DF 1 1 1 1 1 1
Seq SS 0.055 0.055 0.037 0.055 0.065 0.074
Unusual Observations Obs 16 29 38 40 53 55
X1 (jml Tanggungan/org) 2.00 2.00 2.00 2.00 5.00 4.00
SRES1 2.356 1.780 1.906 1.347 2.858 1.980
Fit 0.144 0.104 0.208 0.080 0.250 0.158
SE Fit 0.513 0.512 0.416 0.696 0.414 0.327
Residual 2.212 1.676 1.698 1.267 2.608 1.822
St Resid 2.09R 2.06R 2.02R 1.34 X 3.62R 2.14R
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Durbin-Watson statistic = 1.83213
Residual Plots for SRES1
95
Lampiran 3. Data Kegiatan Orientasi Batas Kawasan No
Nama Pal
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Patok E. 89 Patok E. 90 Patok E. 91 Patok E. 65 Patok E. 66 Patok E. 67 Patok E. 68 Patok E. 69 Patok E. 70 Patok E. 71 Patok E. 72 Patok E. 73 Patok E. 74 Patok E. 75 Patok E. 76 Patok E. 77 Patok E. 78 Patok E. 79 Patok E. 80 Patok E. 81 Patok E. 82 Patok E. 83 Patok E. 84 Patok E. 85 Patok E. 86 Patok E. 87 Patok E. 88
Kegiatan Orientasi Batas Kawasan Keterangan Patah Hilang Hilang Ada Hilang Ada Hilang Ada Hilang Hilang Ada Hilang Ada Hilang Ada Hilang Hilang Hilang Hilang Hilang Hilang Ada Hilang Ada Ada Hilang Hilang
Sumber : Balai Pengelolaan TWA Gunung Pancar (2011)
96
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Gambar (a) Gerbang Kawasan TWA Gunung Pancar yang dibangun pada tahun 2006
Gambar (b) Kantor Pusat Informasi BBKSDA
Gambar (d) Hamparan pohon pinus di kawasan TWA Gunung Pancar
Gambar (c) Tanda panah menunjukkan kantor PT WWI
Gambar (e) Pesona keindahan Gunung Pancar
97
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Januari 1989. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara pasangan Abdul Karim dan Hadijah (alm). Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2001 di SD Negeri 05 Pagi Jakarta. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan di SLTP Negeri 110 Jakarta tahun 2004 dan Pendidikan SMA diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 90 Jakarta. Penulis diterima masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2007, dan pada tahun 2008 masuk pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Selama menjalani perkuliahan di IPB, tahun 2008 penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Music Agriculture Expression (UKM MAX) sebagai staf musik corner. Tahun 2008-2010 penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Basket (UKM Basket) sebagai pemain dan tahun 2009-2010 penulis aktif dalam kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM) IPB sebagai staf Bidang Olahraga dan Seni. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitian dan seminar di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
xv