17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang sebenarnya masih mau membayar lebih mahal untuk berekreasi atau menikmati pemandangan alam di TWA Gunung Pancar. Hal ini tentu harus disertai dengan peningkatan kualitas dari tempat wisata itu sendiri sehingga manfaat yang didapat baik bagi dari segi pengelola maupun pengunjung TWA Gunung Pancar dari kegiatan rekreasi tersebut dapat mencapai optimum. Nilai ekonomi dari manfaat wisata menunjukkan bahwa TWA Gunung Pancar memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Upaya pencapaian nilai ekonomi TWA Gunung Pancar salah satunya dapat dilakukan dengan menaikan tiket masuk yang sesuai dengan keinginan membayar maksimal pengunjung. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan menambah fasilitas dengan berdasarkan persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR
Analisis terhadap prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial-
74
ekonomi dan aspek spasial. Berikut adalah penjelasan mengenai hasil analisis dari ketiga aspek tersebut. 8.1
Aspek Fisik Pendekatan aspek fisik dilakukan dengan mengkaji kondisi sarana dan
prasarana penunjang kegiatan wisata yang meliputi aksesibilitas, sarana dan prasarana, dan lain-lain saat ini, serta mengkaji potensi alam kawasan yang ada sehingga dapat menentukan kegiatan yang dapat dikembangkan berikut sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan atau dipertahankan pada TWA Gunung Pancar. 8.1.1
Potensi Alam Potensi fisik kawasan yang dimiliki TWA Gunung Pancar bagi
pengembangan kegiatan wisata di taman wisata alam tersebut adalah kondisi alam di TWA Gunung Pancar sendiri. TWA Gunung Pancar menawarkan panorama keindahan alam pegunungan dengan hamparan hutan pinus yang cukup luas, udara yang sejuk, dan kekayaan flora dan fauna sebagai daya tarik utama di kawasan ini. Selain itu, sumber air panas yang ada di kawasan ini juga menjadi daya tarik dari TWA Gunung Pancar. Hal ini ditunjukkan oleh jawaban yang diberikan responden yang menyatakan bahwa pemandangan yang indah, pemandian air panas, dan udara yang sejuk merupakan daya tarik utama di TWA Gunung Pancar.
Tabel 29. Daya Tarik Kawasan TWA Gunung Pancar No. Daya Tarik Persentase Responden (%) 1 2 3 4 5
Udara yang Sejuk Pemandangan Alam yang Indah Pemandian Air Panas Track Sepeda Gunung/Downhill Lain-lain Total
49 14 8 11 18 100 75
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Berdasarkan Tabel 29 terlihat bahwa udara yang sejuk, pemandangan alam yang indah, dan adanya pemandian air panas menjadi alasan utama untuk mengunjungi TWA Gunung Pancar. TWA Gunung Pancar juga memiliki lokasi yang menarik dengan medan yang cukup menantang bagi kegiatan wisata sekaligus olahraga yaitu track sepeda gunung atau downhill yang juga menjadi daya tarik bagi pengunjung di taman wisata alam ini. Hal ini dikarenakan pengunjung tidak saja dapat menikmati keindahan alam dan kesejukan di TWA Gunung Pancar, tetapi juga dapat melakukan kegiatan olahraga yang mereka sukai. Kekayaan flora dan fauna yang terdapat di kawasan meskipun cukup banyak, namun masih dianggap kurang menarik oleh wisatawan yang datang, padahal keanekaragaman flora dan fauna yang ada di kawasan ini sangat cocok bagi wisatawan yang ingin melakukan pengamatan. Uraian di atas menunjukkan bahwa secara fisik kawasan TWA Gunung Pancar memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan kegiatan wisata terutama wisata alam dan wisata olahraga. Kondisi alamnya menawarkan panorama alami dan suasana pegunungan yang menyegarkan. Medan yang menantang dan kekayaan flora-faunanya merupakan modal untuk pengembangan wisata minat khusus bagi pengunjung penggemar flora atau fauna langka seperti anggrek, owa, dan elang jawa. 8.1.2
Potensi Prasarana dan Sarana Penunjang Dalam kaitannya dengan pengembangan kegiatan wisata, potensi fisik
berupa sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur yang juga perlu dipertimbangkan. Di kawasan TWA Gunung Pancar telah berkembang berbagai 76
sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung wisata seperti jalan, angkutan umum, jaringan listrik, WC umum, tempat berteduh, dan warung-warung. Prasarana jalan di kawasan TWA Gunung Pancar cukup baik, jalan di dalam kawasan merupakan jalan beraspal yang kondisinya cukup memadai untuk melayani arus transportasi yang masuk ke kawasan. Prasarana jalan menuju kawasan meskipun tidak sepenuhnya kondisi jalan baik, namun masih cukup memadai untuk melayani arus transportasi pengunjung yang hendak menuju kawasan TWA Gunung Pancar. Hal ini terlihat dari banyaknya pengunjung yang menyatakan bahwa akses untuk menuju kawasan masih mudah yang ditunjukkan pada Tabel 30 berikut ini. Tabel 30. Kemudahan Mencapai Kawasan TWA Gunung Pancar No. Daya Tarik Persentase Responden (%) 1 2 3 4
Sangat Mudah Mudah Sulit Sangat Sulit Total Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
4 59 35 2 100
Berdasarkan wawancara dengan pengunjung TWA Gunung Pancar terdapat beberapa sarana dan prasarana yang dianggap pengunjung perlu ditambahkan dan diperbaiki oleh pengelola TWA Gunung Pancar. Sarana dan prasarana apa saja yang perlu ditambahkan dan diperbaiki tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 31 berikut ini.
Tabel 31. Sarana dan Prasarana TWA Gunung Pancar yang Perlu Ditambahkan dan Diperbaiki Sarana dan Prasarana Jumlah Responden Keinginan (orang) Responden Bangunan tempat berteduh 62 Ditambahkan dan (pondokan/shelter) Diperbaiki 77
WC umum (toilet) Tempat ibadah Penjual makanan Tempat sampah Tempat bermain anak Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
79 67 17 40 34
Ditambahkan Diperbaiki Ditambahkan Ditambahkan Ditambahkan
Menurut responden, bangunan tempat berteduh dirasa perlu untuk ditambahkan dan diperbaiki. Hal ini dikarenakan walaupun bangunan tempat berteduh sudah ada di TWA Gunung Pancar namun jumlahnya dirasa masih kurang memadai dan di beberapa tempat bangunan tempat berteduh ini kondisinya dianggap sudah tidak layak sehingga perlu diperbaiki. Sementara itu sarana prasarana seperti WC umum, penjual makanan, tempat sampah, dan tempat bermain anak, menurut pengunjung perlu ditambahkan jumlahnya. Hal ini dikarenakan pengunjung masih kesulitan untuk menemukan atau mendapatkan WC umum di sekitar obyek wisata yang mereka kunjungi, sehingga pengunjung berharap pengelola menambahkan WC umum terutama di area-area yang dekat dengan obyek wisata dan area-area yang ramai dikunjungi wisatawan. Warung-warung yang ada di kawasan ini juga masih dianggap kurang memadai dan perlu ditambahkan, terutama warung-warung yang menjual makanan seperti nasi dan lauk-pauk. Kebanyakan warung-warung yang ada di kawasan ini hanya menjual minuman dan beberapa makanan ringan saja sehingga pengunjung merasa jumlah penjual makanan di lokasi wisata tersebut perlu ditambahkan. Pada TWA Gunung Pancar sangat sulit ditemui sarana kebersihan seperti tempat sampah sehingga pengunjung juga menganggap tempat sampah masih perlu ditambahkan di TWA Gunung Pancar. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian bagi pengelola TWA Gunung Pancar untuk mencegah masalah lingkungan yang dapat ditimbulkan dari sampah yang disebabkan dari adanya 78
aktivitas wisata. Banyaknya pengunjung TWA Gunung Pancar yang datang bersama anak-anak mereka juga menyebabkan banyak pengunjung yang merasa perlu ditambahkannya tempat bermain anak di TWA Gunung Pancar. Pengunjung TWA Gunung Pancar juga menyatakan bahwa tempat ibadah yang ada di TWA Gunung Pancar perlu diperbaiki karena tempat ibadah yang sudah ada kondisinya dianggap kurang layak untuk pengunjung melakukan ibadah. Tempat ibadah ini dirasa perlu karena pengunjung senang menghabiskan waktu di TWA Gunung Pancar sehingga pengunjung sering menjalankan ibadahnya di lokasi tersebut. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di kawasan TWA Gunung Pancar meskipun sudah cukup memadai, namun untuk beberapa jenis kondisinya masih perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Pengembangan sarana dan prasarana juga merupakan faktor penting bagi pengembangan TWA Gunung Pancar. Peningkatan fasilitas atau pelayanan diharapkan akan meningkatkan minat wisatawan untuk mengunjungi taman wisata alam tersebut. Namun, pengembangan sarana dan prasarana penunjang wisata, terutama pada kawasan yang dilindungi sebaiknya dibatasi untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan. Memperhatikan berbagai uraian tersebut, maka pengembangan sarana dan prasarana penunjang wisata di TWA Gunung Pancar berkaitan dengan kepentingan pengelolaan TWA Gunung Pancar hendaknya berpegang pada dua hal pokok, yaitu : 1. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah ada sebagai modal dasar pengembangan seperti jalan, angkutan umum, jaringan listrik, serta fasilitas lainnya. 79
2. Mengakomodasikan rencana pengembangan yang sudah ada, termasuk rencana yang telah disusun oleh pihak-pihak terkait pada kawasan TWA Gunung Pancar dan sekitarnya. 8.2
Aspek Sosial-Ekonomi Pengembangan kegiatan wisata TWA Gunung Pancar berkaitan dengan
adanya status kawasan Gunung Pancar sebagai taman wisata alam, dimana keberadaan masyarakat sekitar merupakan faktor penting yang perlu mendapat perhatian untuk menciptakan keselarasan antara keberadaan TWA Gunung pancar dengan keberadaan masyarakat sekitar agar dapat saling memberikan manfaat. Dalam pengelolaan pariwisata di TWA Gunung Pancar posisi masyarakat adalah sebagai pihak yang turut menikmati adanya aktivitas wisata yang berlangsung, yaitu dengan membuka warung, berjualan, dan jasa wisata lainnya. Sebagian masyarakat khususnya masyarakat di Kampung Cimandala sudah terlibat langsung dalam kegiatan wisata yang ada di TWA Gunung Pancar. Hanya sedikit yang secara langsung masih menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian atau bertani. Kegiatan wisata yang ada di TWA Gunung Pancar dianggap cukup memberikan manfaat dalam menambah penghasilan dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 32, peningkatan pendapatan masyarakat per bulan sebelum dan setelah adanya TWA Gunung Pancar. Tabel 32. Peningkatan Pendapatan Masyarakat per Bulan Sebelum dan Setelah Adanya TWA Gunung Pancar Jenis Pekerjaan Penjaga Karcis Pedagang Penjaga Taman
Pendapatan Rata-Rata per Bulan (Rp) Sebelum Ada TWA Setelah Ada TWA Gunung Pancar Gunung pancar 500.000 1.250.000 700.000 1.011.000 412.500 575.000
Peningkatan Pendapatan per Bulan (Rp) 750.000 311.000 162.500
80
Buruh Wisata Security Warung Ojeg Supir Angkot Tukang Pijat
413.461 46.666 1.631.333 1.395.000 1.400.000 2.050.000
611.538 1.116.667 2.380.000 1.824.667 1.900.000 2.500.000
198077 1.070.001 748.667 429.667 500.000 450.000
Sumber: Rianah Sary (2011) Dalam rencana pengelolaan TWA Gunung Pancar, meskipun peran masyarakat dalam pengelolaan TWA Gunung pancar belum dirumuskan secara jelas, namun dalam pengembangan kawasan hutan masyarakat telah dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pengelola TWA Gunung Pancar guna membantu meningkatkan kesejahteraan mereka melalui kegiatan penanaman pohon bersama, yang hampir secara rutin dilakukan setiap tahun. Bentuk aktivitas yang seperti itu sangat menguntungkan sekaligus perlu mendapat perhatian, karena dengan begitu tekanan terhadap kawasan hutan oleh masyarakat sangat kecil. Pengelolaan TWA Gunung Pancar termasuk kegiatan pariwisatanya harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat mengingat adanya ketergantungan masyarakat pada pariwisata yang ada di TWA Gunung Pancar.
Keterlibatan
masyarakat juga harus ditingkatkan sebagai mitra dalam pengelolaan kawasan serta diupayakan untuk memanfaatkan tenaga masyarakat sekitar.
8.3
Aspek Spasial Pengelolaan TWA Gunung Pancar dijalankan secara kolaborasi antara
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat dan PT Wana Wisata Indah (WWI), dimana peran pengelolaan yang dijalankan masing-masing pihak disesuaikan dengan surat keputusan yang ada. BKSDA sebagai pemegang 81
izin konservasi kawasan TWA Gunung Pancar, sedangkan PT WWI sebagai pemegang izin pemanfaatan wisata di kawasan TWA Gunung Pancar. Penetapan status kawasan Gunung Pancar menjadi taman wisata alam (TWA) menyebabkan pemanfaatan kawasan ini menjadi kawasan wisata dengan tetap mempertimbangkan keberlanjutan sumberdaya alam yang tedapat di dalamnya. Oleh karena itu, kawasan TWA Gunung Pancar dibagi menjadi dua blok, yaitu blok pemanfaatan dan blok perlindungan. Berdasarkan pembagian tersebut, nantinya hanya blok pemanfaatan saja yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan wisata, sedangkan blok perlindungan yang berupa hutan alam akan terus dijaga kelestariannya dan tidak diperkenankan untuk digunakan dalam kegiatan wisata. Penggunaan blok pemanfaatan untuk kegiatan wisata, walaupun diizinkan namun tetap harus memperhatikan aspek lingkungan, karena pada blok pemanfaatan juga terdapat hutan konservasi, sehingga dalam pengembangannya seperti pembangunan sarana-prasarana maupun pembangunan obyek wisata pada blok ini harus mempertimbangkan kandungan lokalnya, baik bahan maupun arsitekturnya. Saat ini pada blok pemanfaatan telah dibangun gerbang masuk, kantor pengelola, area parkir kendaraan, fasilitas umum seperti tempat berteduh dan WC umum, arena outbound, arena camping ground, aula, dan pemandian air panas, yang semuanya dibangun dengan memperhatikan keseimbangan dan keserasian dengan alam dan sekitarnya seperti yang terlihat pada Gambar 29 berikut ini.
82
Gambar 6. Pembangunan Fasilitas Rekreasi di Blok Pemanfaatan 8.4
Kesediaaan Membayar Dalam penelitian ini juga ditanyakan mengenai kesediaan maksimum
pengunjung untuk membayar tiket masuk ke lokasi TWA Gunung Pancar. Kesediaan membayar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai keinginan maksimum pengunjung dalam membayar tiket masuk TWA Gunung Pancar. Kesediaan membayar erat kaitannya dengan pendapatan seseorang, seseorang yang mempunyai pendapatan tinggi mungkin memiliki kecenderungan kesediaan membayar yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berpendapatan lebih rendah. Tabel 5 menjelaskan mengenai kesediaan maksimum pengunjung TWA Gunung Pancar dalam membayar tiket masuk. Tabel 33. Kesediaan Membayar Tiket Masuk TWA Gunung Pancar Kategori Besaran Rata-rata Rp 3.950,00 Minimum Rp 1.000,00 Maksimum Rp 15.000,00 Median Rp 3.000,00 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Dari tabel terlihat bahwa berdasarkan nilai tengah pengunjung mau membayar tiket masuk sampai pada harga Rp 3.000,00. Hal tersebut berarti walaupun pengunjung menganggap murah, tetapi mereka masih mampu dan bersedia membayar sampai pada harga tersebut. Terdapat pengunjung yang mempunyai minimum kesediaan membayar tiket masuk seharga Rp 1.000,00 dan
83
terdapat pengunjung yang masih mampu dan bersedia membayar tiket masuk sampai harga Rp 15.000,00. Menurut hasil wawancara dan kuesioner di lapangan, sebagian besar pengunjung bersedia untuk mengeluarkan biaya tambahan jika berbagai fasilitas rekreasi ditambah dan ditingkatkan kualitasnya. Adapun bentuk fasilitas yang menurut responden perlu ditingkatkan atau diperbaiki kualitasnya antara lain bangunan tempat beteduh (pondokan/shelter dan tempat beribadah. Sedangkan fasilitas yang perlu ditambahkan adalah WC umum, penjual makanan, tempat sampag, dan tempat bermain anak (playground). Pengelolaan yang baik dari TWA Gunung Pancar sangat diperlukan untuk meningkatkan jumlah pengunjung di kawasan ini.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1
Kesimpulan Berdasarkan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu : 1. Karakteristik sosial ekonomi pengunjung TWA Gunung Pancar yang paling menonjol adalah pengunjung dengan usia antara 18-25 tahun, berasal dari 84