Executive Summary 2013
Executive Summary
PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL: PENGEMBANGAN WISATA ALAM DAN BUDAYA DI KAWASAN WISATA BARON Pengenalan Kabupaten Gunung Kidul Kabupaten Gunung Kidul merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul adalah 1.485,36 km2; terletak antara 7º 46’– 8º09’ Lintang Selatan dan 110º21’ – 110º50’ Bujur Timur, dan terletak pada ketinggian yang bervariasi antara 0 – 800 m di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten Gunung Kidul yaitu 1.341,71 km2 atau 90,33% berada pada ketinggian 100 – 500 m di atas permukaan laut (dpl); sedangkan sisanya 7,75% terletak pada ketinggian kurang dari 100 m dpl, dan 1,92% terletak pada ketinggian lebih dari 500 – 1.000 m dpl. Peluang Investasi Pengembangan Kawasan Wisata Baron Peluang investasi yang ditawarkan adalah pengembangan Kawasan Wisata Baron di Kabupaten Gunung Kidul. Peluang investasi yang dimaksudkan adalah untuk lebih meningkatkan berbagai fasilitas yang tersedia berhubungan dengan keberadaan pantai Baron, Baron Technopark dan kawasan Agro Techno Park (ATP) yang sudah ada. Kawasan wisata pantai Baron bersama dengan Baron Technopark dan kawasan Agro Techno Park (ATP) merupakan kawasan wisata yang saling terintegrasi dan mempunyai nilai jual sebagai penggerak kunjungan pariwisata. Wisata di Kawasan Baron merupakan wisata budaya dan wisata alam, seperti wisata untuk melihat peninggalan situs‐situs zaman dahulu, melihat budaya adat turun‐temurun seperti rasulan dan bersih desa, di samping wisata kesenian seperti Wayang Kulit, Reog, Campursari, Tayub, dan Kethek Ogleng. Wisata alam misalnya adalah wisata pantai, wisata goa, panjat tebing, susur goa, tracking/jelajah wisata, wisata pancing, outbond, berkemah, karst, gunung, maupun wisata hutan. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kawasan Baron yang meliputi Kawasan Baron Technopark, Kawasan Agro Techno Park (ATP), dan Kawasan Pantai Baron diharapkan akan membuka segmen pasar lainnya mengenai kepariwisataan, yaitu wisata minat khusus yaitu wisata edukasi dan ecotourism. Segmen wisata edukasi ditawarkan oleh Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 1
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Executive Summary 2013
Baron Technopark berupa pengetahuan tentang energi alternatif dan pengetahuan tentang budidaya pertanian dengan konsep integrated planning dan biocycle farming di Kawasan Agro Tehno Park (ATP). Sementara, ecotourism ditawarkan sebagai salah satu produk wisata di Kawasan ATP dengan mengemukakan konsep wisata yang ramah lingkungan. Kebutuhan dana investasi untuk membiayai pengembangan ODTW yang meliputi Kawasan Baron Technopark, Kawasan Agro Techno Park (ATP), dan Kawasan Pantai Baron diperkirakan sebesar lebih dari Rp 10 milyar, dengan Internal Rate of Return (IRR)
diperkirakan mencapai 47,69% dibandingkan dengan suku bunga berlaku 12%; dan Payback Period sekitar 4 tahun (3 tahun 8 bulan).
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 2
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
A.
GAMBARAN WILAYAH
A.1.
Aspek Geografis dan Administrasi
Wilayah Kabupaten Gunungkidul terletak antara 7º46’‐ 8º09’ Lintang Selatan dan 110º21’ ‐ 110º50’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul tercatat 1.485,36 km2 yang meliputi 18 kecamatan dan 144 desa/kelurahan. Kecamatan Semanu merupakan kecamatan terluas dengan luas sekitar 108,39 km2 atau sekitar 7,30% luas Kabupaten Gunungkidul. Batas wilayah Kabupaten Gunungkidul dapat dirinci sebagai berikut: a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). b. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo (Provinsi Jawa Tengah). c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri (Provinsi Jawa Tengah). d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. A.2.
Kondisi Fisik
A.2.1.
Topografi
Wilayah Kabupaten Gunung kidul terletak pada ketinggian yang bervariasi antara 0 – 800 m di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten Gunungkidul yaitu 1.341,71 km2 atau 90,33% berada pada ketinggian 100 – 500 m di atas permukaan laut (dpl). Sedangkan sisanya 7,75% terletak pada ketinggian kurang dari 100 m dpl, dan 1,92% terletak pada ketinggian lebih dari 500 – 1.000 m dpl. Lahan di Kabupaten Gunungkidul mempunyai tingkat kemiringan yang bervariasi. 18,19% diantaranya merupakan daerah datar dengan tingkat kemiringan 00 – 20, sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan antara 150 – 400 sebesar 39,54% dan untuk tingkat kemiringan lebih dari 400 sebesar 15,95%. Berdasarkan kondisi topografi Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 4 (empat) zona pengembangan, yaitu: 1.
Zona Utara disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 m – 700 m di atas permukaan laut. Keadaannya berbukit‐bukit terdapat sumber‐sumber air tanah kedalaman Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 3
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
6 m – 12 m dari permukaan tanah. Jenis tanah didominasi latosol dengan batuan induk vulkanik dan sedimen taufan. Wilayah ini meliputi Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Ponjong bagian utara. 2. Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan ketinggian 150 m – 200 m di atas permukaan laut. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel‐partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah, tetapi di musim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar antara 60 m – 120 m di bawah permukaan tanah. Wilayah ini meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong bagian tengah, dan Semanu bagian utara. 3. Zona Selatan disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon gebergton atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0 m – 300 m di atas permukaan laut. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan ciri khas bukit‐bukit kerucut (conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah tanah. Zone Selatan ini meliputi kecamatan Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang, Ponjong bagian selatan, dan Semanu bagian selatan. 4. Zona Pesisir di Kabupaten Gunungkidul, secara umum dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) tipologi pesisir primer, yaitu: a. Pesisir erosi lahan‐lahan daratan (land erosion coast) terbentuk akibat bekerjanya proses erosi dan solusional yang intensif pada topogafi karst akibat air hujan dan aliran permukaan, yang menyebabkan sebagian permukaan lahan terkikis membentuk alur‐ alur atau lembah‐lembah sempit dan igir‐igir sisa yang menjorok atau membentuk pola menjari ke arah laut. Tipologi ini tampak di wilayah pesisir Ngerenehan, Baron, Kukup, Sepanjang, Drini, Krakal, dan Sundak. b. Pesisir akibat aktivitas gunung api purba (volcanic coast), yang ditandai oleh adanya bantukan‐bentukan morfologi sisa (residual) yang tersusun atas batuan beku volkan tua berumur Oligosen, yang berada pada tebing dan pelataran pantainya. Tipologi ini dijumpai di pesisir Siung dan Wediombo. c. Pesisir akibat struktural (structurally shape coast), merupakan pesisir yang ditandai oleh adanya tebing‐tebing yang curam, pola garis pantai lurus, dengan gua‐gua abrasi (sea cave) yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia. Tipologi ini meliputi pesisir Ngobaran, Ngungap, dan Sadeng. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 4
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
A.2.2. Iklim dan Curah Hujan Curah hujan rata‐rata Kabupaten Gunungkidul sebesar 1382 mm dengan jumlah hari hujan rata‐rata 89 hari. Bulan basah 4–5 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 7 – 8 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober – Nopember dan berakhir pada Bulan Maret – April setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan Desember – Februari. Wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian Utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan, sedangkan wilayah Gunungkidul bagian selatan mempunyai awal hujan paling akhir. Suhu udara Kabupaten Gunungkidul untuk suhu rata‐rata harian 27,7° C, suhu minimum 23,2° C dan suhu maksimum 32,4° C. Kelembaban nisbi di Kabupaten Gunungkidul berkisar antara 80% – 85%. A.3. A.3.1.
Kependudukan dan Ketenagakerjaan Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul berdasar data menurut BPS Kabupaten Gunungkidul tahun 2011 berjumlah 675.998 jiwa yang terdiri dari laki‐laki sebanyak 327.841 jiwa 2
dan perempuan sebanyak 349.157 jiwa. Dengan luas wilayah 1.485,36 km yang didiami 675 2
ribu jiwa maka rata‐rata kepadatan penduduk Gunungkidul adalah sebesar 455 jiwa/km , laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Gunungkidul dalam kurun waktu tahun 2000 – 2011 sebesar 0,06% pertahun. Tabel A.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Gunungkidul Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011 Kecamatan Panggang Purwosari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari
Laki‐laki 12.760 9.331 14.001 16.563 15.252 12.397 12.004 10.567 24.998 24.151 23.570 38.814 26.488 14.932 17.322
Perempuan 13.844 10.162 15.153 17.790 16.714 13.363 13.963 11.675 26.866 25.772 25.317 40.545 28.308 15.668 17.029
Jumlah 26.604 19.493 29.154 34.353 31.966 25.760 25.967 22.242 51.864 49.923 48.887 79.359 54.796 30.600 34.351
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 5
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
Nglipar 14.442 Ngawen 15.453 Semin 23.796 Total 327.841 Sumber : BPS, Gunungkidul Dalam Angka 2012
15.339 16.298 25.351 349.157
29.781 31.751 49.147 675.998
A.3.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Lapangan kerja di Kabupaten Gunungkidul saat ini belum bisa menampung angkatan kerja yang ada, sehingga belum semua penduduknya mampu mengakses lapangan kerja yang ada atau masih menganggur. Dilihat dari status pekerjaan utama, sebagian besar penduduk Kabupaten Gunungkidul bekerja sebagai pekerja keluarga sekitar 25,21% dari jumlah penduduk yang bekerja, sedangkan yang berusaha dengan dibantu buruh masih sangat sedikit yaitu hanya sekitar 2,48%. Berdasarkan data Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gunungkidul, jumlah pencari kerja pendaftar baru di Kabupaten Gunungkidul tahun 2011 sebanyak 2.837 orang atau mengalami penurunan 35,73% bila dibandingkan dengan tahun 2010. A.4. Kondisi Sarana dan Prasarana A.4.1.
Transportasi Darat
Pergerakan barang dan jasa di Kabupaten Gunungkidul dipengaruhi oleh fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia, salah satunya adalah sarana jalan. Pada tahun 2010, panjang jalan nasional sepanjang 56,11 km, jalan provinsi sepanjang 166,55 km, dan jalan kabupaten sepanjang 415,96 km. Pada tahun 2011, panjang jalan provinsi dan kabupaten bertambah yaitu masing‐masing menjadi 275,91 km dan 686 km. Tabel A.2 Panjang Jalan di Kabupaten Gunungkidul Jalan
Panjang Jalan (km) 2010
2011
Nasional
56,11
56,11
Provinsi
166,55
275,91
Kabupaten
415,96
686,00
Jumlah
995,44
1.018,02
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kab. Gunung Kidul
Selain sarana dan prasarana jalan, kebutuhan mendasar yang tidak kalah penting adalah penyediaan sarana dan prasarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Terkait Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 6
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
dengan penyediaan sarana dan prasarana air bersih hambatan utama adalah kondisi geografi Gunungkidul yang berbukit‐bukit sehingga membutuhkan investasi yang cukup besar, akan tetapi Pemerintah tetap berupaya mencukupi kebutuhan air bersih bagi masyarakatnya antara lain dengan memanfaatkan sumber air bawah tanah yang tersedia melimpah di Kabupaten Gunungkidul. A.5.
Kebijakan Pembangunan Daerah
A.5.1.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Penyusunan visi mempedomani Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005‐2025. Adapun rumusan Visi Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2015 adalah sebagai berikut:
“Mewujudkan Gunungkidul yang Lebih Maju, Makmur, dan Sejahtera” Visi tersebut diarahkan untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dengan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di tingkat lokal. Pengembangan ekonomi lokal memfokuskan kepada: 1.
Pemanfaatan potensi lokal.
2. Pelibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) secara substansial dalam suatu kemitraan strategis. 3. Peningkatan ketahanan dan kemandirian ekonomi. 4. Pembangunan yang berkelanjutan. 5. Pemanfaatan hasil pembangunan oleh sebagian besar masyarakat lokal. 6. Pengembangan usaha kecil dan menengah. 7. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai secara inklusif. 8. Penguatan kapasitas dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. 9. Pengurangan kesenjangan antar golongan masyarakat, antar sektor, dan antardaerah. 10. Pengurangan dampak negatif dari kegiatan ekonomi terhadap lingkungan. Dalam rangka memberikan kemudahan bagi penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan, maka misi pembangunan daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2015 dapat dirumuskan sesuai konten visi sebagai berikut: 1.
Peningkatan pemanfaatan air sebagai sumber kemakmuran. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 7
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
2. Pemanfaatan sumber daya alam untuk menggerakan perekonomian daerah secara lestari. 3. Peningkatan pengelolaan pariwisata . 4. Pengembangan sumber daya manusia yang terampil, profesional, dan peduli. 5. Peningkatan iklim usaha yang kondusif. 6. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik (good government) dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). 7. Peningkatan peluang investasi dan penggalangan sumber‐sumber pendanaan. A.5.2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat, maka Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Gunungkidul yang berisi arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Tujuan penataan ruang wilayah adalah mewujudkan wilayah kabupaten sebagai pusat pengembangan usaha yang bertumpu pada pertanian, perikanan, kehutanan, dan sumberdaya lokal untuk mendukung destinasi wisata menuju masyarakat yang berdaya saing, maju, mandiri, dan sejahtera. Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah maka ditetapkan kebijakan penataan ruang wilayah sebagai berikut: a. Pengembangan dan optimalisasi orientasi pembangunan perekonomian daerah berbasis pertanian, perikanan, kehutanan, dan pariwisata serta kegiatan budi daya yang lain. b. Pemantapan fungsi kawasan lindung dan peningkatan kelestarian fungsi lingkungan hidup yang mampu beradaptasi terhadap dampak resiko bencana. c. Pengembangan dan pemantapan pusat‐pusat pelayanan secara merata dan seimbang serta terintegrasi dengan sistem jaringan prasarana wilayah. d. Peningkatan aksesibilitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi dan informatika, sumber daya air, energi, dan prasarana lingkungan. e. Pengembangan kawasan yang mempunyai nilai strategis sesuai fungsi dan peningkatan potensi ekonomi wilayah, pelestarian sosial budaya, pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi serta pelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. f.
Pengembangan ruang darat, ruang bawah tanah, ruang udara, dan ruang laut serta harmonisasi pemanfaatan yang berwawasan lingkungan. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 8
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
B.
PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH
B.1.
Struktur Perekonomian
Secara makro ekonomi Kabupaten Gunungkidul perekonomiannya di dominasi sektor pertanian dalam arti luas yang berkontribusi besar terhadap pembentukan PDRB. Prioritas utama sektor perekonomian adalah memacu pertumbuhan ekonomi berbasis usaha kecil, menengah dan industri lokal. PDRB Kabupaten Gunungkidul atas dasar berlaku pada tahun 2011 sebesar Rp 7,25 triliun, kontribusi PDRB ini sebagian besar diperoleh dari sektor pertanian 33,84%, sektor jasa‐jasa 17,30%, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran 14,60%. Upaya pengembangan sektor perdagangan dan jasa di Kabupaten Gunungkidul terus ditingkatkan. Angka PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010 Kabupaten Gunungkidul tercatat sebesar Rp 6,62 triliun atau mengalami peningkatan 11,26% dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2011, angka PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Gunungkidul tercatat sebesar Rp 7,25 triliun. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka PDRB tersebut mengalami peningkatan sebesar 9,52% (Sumber: BPS Kabupaten Gunungkidul). Berdasarkan angka PDRB atas dasar harga konstan 2000, perekonomian Kabupaten Gunungkidul juga mengalami pertumbuhan positif, yakni 3,13 triliun pada tahun 2010 dan 3,47 triliun pada tahun 2011. Tabel B.1 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2007 – 2011 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 (Rp Jutaan) Menurut Lapangan Usaha No. 1 2 3 4 5 6
Lapangan Usaha 2007 2008 Pertanian 1.141.121 1.201.241 Pertambangan dan Galian 55.808 55.442 Industri Pengolahan 332.600 337.144 Listrik, Gas, dan Air Bersih 14.922 16.003 Bangunan 235.067 250.400 Perdagangan, Hotel, dan 429.268 447.901 Restoran 7 Pengangkutan dan 206.779 214.371 Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan, dan 131.857 141.824 Jasa Perusahaan 9 Jasa – Jasa 393.866 405.972 PDRB Konstan 2.941.288 3.070.298 Pertumbuhan PDRB per tahun ( %) 3.91 4.39 Sumber: BPS, Gunungkidul Dalam Angka Tahun 2008‐2012
2009 1.272.290 55.939 341.216 17.760 261.856
2010 1.268.080 58.472 368.423 18.999 279.518
2011 1.275.104 64.730 398.588 19.777 299.722
467.729
496.688
518.641
221.826
234.644
246.973
145.797
159.910
176.430
414.901 3.199.315 4.20
445.345 3.130.079 4,09
474.322 3.474.287 4,33
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal itu menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Gunungkidul berkembang relatif lebih lambat dibanding daerah Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 9
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
lain di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun demikian, ternyata laju pertumbuhan ekonomi daerah ini menunjukkan pertumbuhan, menunjukkan perkembangan yang semakin meningkat selama periode 2007‐2011. Pada tahun 2007‐2011 PDRB per kapita atas dasar harga konstan tercatat berturut‐turut sebesar Rp 4,29 juta, Rp 4,47 juta RP 4,64 juta Rp 4,93 dan Rp 5,12. Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran yang telah dicapai penduduk suatu daerah adalah dengan menghitung PDRB per kapita. Gambar B‐1 menunjukkan nilai PDRB yang berubah dengan kecenderungan positif (naik). Gambar B‐1 PDRB Per Kapita Kabupaten Gunungkidul Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2007 – 2011
Sumber: BPS Gunungkidul, Gunungkidul Dalam Angka, 2012
Tabel B.2 Indikator Pembangunan Bidang Ekonomi Kabupaten Gunungkidul Tahun 2007 – 2011 No. 1 2
URAIAN 2007 2008 2009 2010 2011 Angka Kemiskinan (%) 28,04 25,27 24,65 23,15 23,62 Tingkat Pengangguran 3,93 3,29 3,94 4,04 1,97 Terbuka (%) 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 3,91 4,39 4,20 4,09 4,33 4 Inflasi (%) 7,86 8,19 4,4 6,69 3,94 5 PDRB Konstan 2000 2.941.283 3.070.298 3.199.315 3.330.079 3.474.288 (Jutaan Rp) 6 PDRB Berlaku (Jutaan Rp) 4.872.123 5.502.208 5.987.782 6.624.572 7.250.682 7 PDRB per‐kapita konstan 4.292.535 4.470.621 4.649.134 4.930.660 5.124.333 (Rp) 8 PDRB per‐kapita berlaku 7.110.408 8.011.695 8.701.236 9.808.630 10.694.252 (Rp) Sumber: BPS Kabupaten Gunungkidul dalam Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul, 2010 – 2015
B.2. B.2.1.
Potensi Ekonomi Pariwisata
Wisata merupakan salah satu sumber pendapatan bagi daerah, menyadari kondisi dan potensi tersebut kemudian pemerintah membangun fasilitas‐fasilitas untuk menunjang kegiatan Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 10
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
wisata. Potensi wisata di Kabupaten Gunungkidul didominasi wisata alam seperti Gunung Api Purba Nglanggeran, Kawasan Karst Pegunungan Sewu, Hutan Wonosadi, Gunung Gambar, Hutan Bunder/Rest Area, DAM Beton dan Bendungan Simo, Pantai Baron, Kukup, Sepanjang, Drini, Krakal, Sundak, Siung, Wediombo, Sadeng, Ngerenehan, Nguyahan, Ngobaran, Gesing, Goa Langse, Cerme, Maria Tritis, Bribin, Kalisuci,Grubug, Seropan, Lowo, Pasehan, dan daya tarik wisata lainnya berupa kesenian seperti Wayang Kulit, Reog, Campursari, Tayub, dan Kethek Ogleng. Jumlah ini hanya sebagian dari daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Gunungkidul, menurut data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten Gunung kidul terdapat 52 daya tarik wisata alam, 59 daya tarik wisata sejarah, dan 9 wisata buatan. B.2.2. Industri dan Perdagangan Strategi untuk terus meningkatkan sektor industri dan perdagangan menjadi salah satu Prioritas Pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul. Potensi yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sangat beragam, industri yang tersebar di wilayah Kabupaten Gunungkidul yang menonjol antara lain, kerajinan topeng batik, boneka kayu, tatah sungging, ornamen batu alam, batik tulis, perak, akar wangi, tembaga, ukir bambu, dan anyaman bambu. Pada tahun 2011 Jumlah Pengusaha Perusahaan Industri sedang dan besar di Kabupaten Gunungkidul tercatat 13 perusahaan menyerap tenaga kerja sekitar 634 orang, industri kecil menengah sebanyak 4.194 unit dengan jumlah tenaga kerja 17.972 orang, sedangkan pelaku perdagangan dengan jumlah terbanyak adalah para pengusaha kecil (3.860 unit usaha), pengusaha menengah (150 unit usaha), dan pengusaha besar (73 unit usaha). B.2.3. Pertambangan dan Energi Pengolahan potensi pertambangan dan energi di Kabupaten Gunungkidul memiliki peluang untuk dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tabel B.3 Produksi Sumber Daya Mineral Bahan Galian Kabupaten Gunungkidul 2011 No. 1 2 4
Komoditas Kaolin Pasir a. Pasir urug b. Batu pasir c. Pasir kwarsa Andesit
Produksi (m3) 4.831.808 2.972.000 1.686.290.000 3.229.167
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 11
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
a. Andesit 7.881.223 b. Breksi Andesit 1.017.193.560 5 Zeolit 55.000.000 6 Kelompok batu gamping a. Terumbu lunak (keprus) 83.537.154 b. Terumbu keras (bedes) 17.058.257.374 c. Berlapis halus 42.045.107 d. Berlapis kasar (Kalkarenit) 308.867.145 7 Kelompok blok a. Breksi batu apung 2.050.018.491 b. Batu pasir tufan 3.777.267.476 8 Tras 9.007.231 9 Kalsedon 38.000 Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertambangan Kabupaten Gunungkidul
Meskipun sektor pertambangan memiliki potensi yang cukup besar, akan tetapi dengan di terbitkannya Undang‐Undang Tata Ruang yang baru sangat membatasi pemanfaat potensi ini, hal ini dikarenakan sebagian besar kawasan pertambangan yang ada ditetapkan sebagai kawasan lindung yang berdampak pada kecilnya kontribusi sektor ini dalam pembentukan PDRB. Sektor lain yang juga berperan dalam pembentukan PDRB adalah listrik dan air bersih, berikut ini gambaran potensi ke listrik yang tersedia di Kabupaten Gunungkidul yang disuplai oleh PLN sebesar 159.224.800 kWh, disalurkan oleh PLN sebagian besar digunakan oleh rumah tangga sebesar89.163.344 kWh, Bisnis 12.114.219 kWh, Industri 20.133.756 kWh, dan Sosial 4.427.575 kWh. B.2.4. Perikanan, Pertanian dan Perkebunan A. Perikanan Luas wilayah perairan laut (0‐4 mil dari garis pantai) yang dimiliki Gunungkidul adalah 518,56 km2, dengan panjang pantai 70 km. Sedangkan jumlah kecamatan pesisir sebanyak 6 kecamatan, yaitu kecamatan Purwosari, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, dan Girisubo, dengan 17 desa pesisir. Adapun tempat pendaratan ikan sebanyak 8 unit, pelabuhan ikan laut 1 unit, dan tempat pelelangan ikan (TPI dan sub‐TPI) sebanyak 8 unit. Luas kolam air tawar 25 ha, luas tambaknya 1 ha, dan luas keramba 0,392 ha. Tabel B.4 Perbandingan Produksi Perikanan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2011 Produksi 2010 2011 1 Perikanan Tangkap (Ton) 1.685,62 1.122,11 2 Perikanan Budidaya (Ton) 3.073,25 3.767,37 3 Benih ikan BBI dan UPR (ekor) 14.489.500 10.078.400 4 Ikan hias (ekor) 2.630 24.163 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul No.
Komoditas
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 12
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Tabel B.5 Produksi Perikanan Tangkap kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2011 Produksi (kg) 2010 2011 1 Lobster 23.302 82.417 2 Bawal 10.912 19.282 3 Layur 4.125 84.733 4 Tenggiri 3.490 26.370 5 Kembung 51.804 20.470 6 Tongkol 78.230 265.716 7 Cakalang 352.144 374.419 8 Lainnya 1.027.043 96.870 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul No.
Jenis Ikan
B. Tanaman Pangan Wilayah Kabupaten Gunungkidul banyak memiliki lahan tadah hujan. Daerah yang selama ini dikenal gersang ini berhasil swasembada pangan. Produksi tanaman padi berhasil meningkat sehingga surplus gabah. Tabel B.6 Produksi Tanaman Pangan Padi dan Palawija Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2011 Produksi (ton) 2010 2011 1 Padi 258.492,44 277.812,6 2 Jagung 256.443,35 200.353,25 3 Kedelai 30.653,55 25.830,39 4 Kacang Tanah 49.466,39 53.511,07 5 Kacang Hijau 456,03 234,51 6 Ubi Kayu 994.271,27 762.554,00 7 Ubi Jalar 741,01 625,97 8 Centel 224,96 96,24 Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Gunungkidul No.
Komoditas
Dari data di atas dapat dilihat bahwa produksi untuk komoditas tanaman padi dan palawija dari tahun 2010 – 2011 hampir semuanya menunjukkan kecenderung mengalami kenaikan. Kenaikan produksi berbagai tanaman pangan tersebut sebagai akibat adanya kepedulian dan kesungguhan dari semua pemangku kepentingan terhadap pentingnya ketersediaan bahan pangan yang mencukupi. Selain dukungan dari pemerintah pusat hingga daerah, faktor penting lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan tersebut adalah adanya semangat dan partisipasi masyarakat yang sangat besar. C. Perkebunan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 13
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Selama kurun waktu tahun 2010 – 2011 produksi komoditas perkebunan mengalami fluktuasi produksi yang beragam. Produksi kelapa dari 7.340,496 ton menjadi 8.805,100 ton atau naik 19,96%. Untuk kakao produksinya mencapai 343,094 ton menjadi 394,000 ton atau naik 14,86%. Untuk produksi tembakau dari 47,794 ton menjadi 89,600 ton atau naik 87,47%. Produksi cengkeh dari 4,454 ton naik menjadi 4,065 ton atau turun 8,73%. Tabel B.7 Produksi Komoditas Perkebunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2011 Produksi (ton) 2010 2011 1 Kelapa 7.340,496 8.805,100 2 Mete 36,112 524,925 3 Kakao 343,094 394,000 4 Tembakau 47,794 89,600 5 Lada 0,738 0,639 6 Cengkeh 4,454 4,065 7 Jarak Pagar 26,758 25,240 8 Tembakau Virginia 36,241 31,000 9 Tembakau Vike 23,947 20,000 Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab, Gunungkidul No.
Komoditas
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 14
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
C.
PELUANG INVESTASI
C.1.
Sektor Unggulan
Dengan melihat Tabel C.1, diketahui Kabupaten Gunungkidul terdapat 6 (enam) sektor perekonomian yang mempunyai nilai LQ di atas satu, yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa‐ jasa. Hal ini berarti bahwa keenam sektor tersebut merupakan sektor unggulan yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul untuk dapat dioptimalkan pengelolaannya sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan Kabupaten Gunungkidul yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tabel C.1 Nilai LQ Sektoral Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011 No.
Lapangan Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8
PERAN SEKTORAL JATENG GN.KIDUL 17,85% 36,70% 1,12% 1,86% 32,83% 11,47% 0,86% 0,57% 5,89% 8,63% 21,42% 14,93% 5,24% 7,11%
Pertanian Pertambangan dan Galian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih B a n g u n a n Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa 3,76% Perusahaan 9 Jasa‐Jasa 10,18% Sumber: Kabupaten GunungkidulDalam Angka, 2012
5,08% 13,65%
LQ 2,06 1,66 0,35 0,66 1,47 0,70 1,36 1,35 1,34
Berdasarkan hasil penghitungan indeks LQ Kabupaten Gunungkidul terhadap Provinsi Jawa Tengah sektor industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih serta perdagangan, hotel, dan restoran hanya memiliki LQ kurang dari 1. C.2.
Laju Pertumbuhan
Dilihat dari struktur ekonomi, menunjukkan bahwa penyumbang utama perekonomian Kabupaten Gunungkidul selama kurun waktu 2005 – 2009 masih didominasi oleh sektor pertanian, diikuti sektor jasa, sektor perdagangan, dan sektor industri pengolahan. Berdasarkan data tabel C.2, jika ekonomi tumbuh secara wajar maka sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor jasa akan tumbuh pesat dibandingkan dengan sektor pertanian yang merupakan resourced‐based economic. Dengan demikian secara alami andil sektor pertanian akan menurun secara gradual seiring berkembangnya dinamika perekonomian daerah.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 15
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Tabel C.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi per‐Sektor Tahun 2006 – 2011 (%) No. Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Pertanian 5,13 0,41 5,27 5,91 ‐0,33 0,55 2 Pertambangan 1,90 ‐1,85 ‐0,66 0,90 4,53 10,70 3 Industri dan Pengolahan 2,61 1,43 1,37 1,21 7,97 8,19 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,70 5,14 7,24 10,98 6,98 4,09 5 B a n g u n a n 5,14 11,84 6,52 4,58 6,74 7,23 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,38 9,04 4,34 4,43 6,19 4,42 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,53 7,93 3,67 3,48 5,78 5,25 8 Keuangan 0,11 9,92 7,56 2,80 9,68 10,33 9 Jasa‐Jasa 2,91 3,70 3,07 2,20 7,34 6,51 Pertumbuhan Ekonomi 3,82 3,91 4,39 4,20 4,09 4,33 Sumber: BPS Kabupaten Gunungkidul dalam Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul, 2010 – 2015
Berdasarkan data tabel di atas, pertumbuhan ekonomi per‐sektor terbesar di tahun 2011 adalah sektor pertambangan. Sedangkan sektor keuangan menempati urutan kedua dengan pertumbuhan sebesar 10,33%. Sementara itu, sektor jasa sebagai sektor basis (LQ>1) mengalami pertumbuhan sebesar 6,51% memiliki potensi yang belum teroptimalkan terutama kegiatan pariwisata. C.3.
Peluang Investasi
Pengembangan pariwisata di Kabupaten Gunungkidul masih tetap mengandalkan wisata budaya dan wisata alam. Wisata budaya terfokus pada budaya peninggalan situs‐situs dan budaya adat turun‐temurun seperti rasulan dan bersih desa, sedangkan wisata alam berupa pantai, goa, tebing, karst, gunung, maupun hutan. Baru sebagian kecil kawasan wisata di Kabupaten Gunungkidul yang telah di kelola seperti Pantai Ngrenehan, Baron, Kukup, Krakal, Wediombo, dan Sadeng. Kawasan wisata Kabupaten Gunungkidul tidak kalah menarik dengan Pulau Bali seperti kawasan pantai yang berpasir putih, wisata khusus panjat tebing, telusur goa, dan lain‐lain. Potensi dan kondisi Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kabupaten Gunungkidul dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel C.3 Kondisi ODTW di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011 No.
OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA
JUMLAH Sudah Sedang Belum Berkembang Berkembang Berkembang 1 Pantai 5 3 12 2 Goa ‐ 3 21 3 Situs Sejarah ‐ 3 ‐ 4 Hutan 1 1 ‐ 5 Pegunungan Karst ‐ ‐ 27 Jumlah 6 10 60 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Gunungkidul, 2012
TOTAL 20 24 3 2 27 76
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 16
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Dalam rangka pengembangan pariwisata perlu dikembangkan sesuai arah koridor pintu masuk ke Gunungkidul baik lewat timur, barat, utara maupun selatan. Potensi yang ada serta didukung oleh kekuatan hukum yaitu Peraturan Daerah di bidang kepariwisataan akan membuka peluang bagi investor untuk menanamkan modal secara legal dan jelas. Tabel C.4 Jumlah Pendapatan di Objek Wisata Kabupaten Gunungkidul TAHUN (Rp) 2007 2008 2009 1 BARON 807,603,500 1,110,581,500 1,383,817,000 2 TEPUS 31,540,000 46,266,000 60,974,000 3 PULE GUNDES 41,628,000 62,697,500 68,595,000 4 NGRENEHAN 16,608,000 21,370,500 25,710,000 5 WEDIOMBO 18,919,000 20,370,000 24,155,000 6 SADENG 12,544,500 13,298,500 15,642,500 7 SIUNG 6,831,000 7,047,500 11,094,000 JUMLAH 935,674,000 1,281,631,500 1,589,987,500 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Gunungkidul, 2012 No.
C.3.1.
POS WISATA
2010 2011 1.342.022.500 1.690.973.500 52.385.000 11.954.700 54.007.500 130.202.000 21.232.500 33.118.500 25.619.000 44.399.500 16.318.500 26.925.000 18.031.500 45.576.500 1.529.616.500 1.983.149.700
Lokasi Pengembangan
Di pesisir Gunungkidul terdapat 37 lokasi pantai yang sudah bernama, salah satu pantai dengan nuansa yang eksotik berlatar belakang bukit serta pasir putih yang menghampar luas sangat cocok untuk dikembangkan investor adalah Pantai Sepanjang. Konsep pengembangan alternatif yang sesuai dengan kondisi Pantai Sepanjang adalah Theme Park. Dengan memadukan sektor yang lain seperti pertanian, Pantai Sepanjang sangat prospektif bagi investor. Kegiatan wisata yang bisa dilakukan di Gunungkidul selain wisata pantai antara lain: kegiatan panjat tebing, susur gua, tracking/jelajah wisata, wisata pancing, out bond, berkemah. Sehingga sangat terbuka peluang usaha event organizer dan paket wisata yang lengkap dengan wisata kuliner dan kerajinan di Gunungkidul yang mempunyai karakteristik tersendiri. Dengan adanya pengembangan dan pembangunan di kawasan Baron, khususnya terkait dengan pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang meliputi Kawasan Baron Technopark, Kawasan Agro Techno Park (ATP), dan Kawasan Pantai Baron, maka seiring dengan hal tersebut diharapkan mampu meningkatkan pengembangan sektor pariwisata di Kawasan Baron pada khususnya, dan Kabupaten Gunungkidul pada umumnya. Pantai Baron saat ini merupakan Obyek dan Daya Tarik Wisata yang telah relatif berkembang di wilayah pesisir Gunungkidul, dengan tema wisata alam pantai dengan fasilitas penunjang Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 17
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
kegiatan wisata yang membutuhkan penataan, untuk memperkuat citra kawasan wisata Baron. Keberadaan Pantai Baron bersama dengan Baron Technopark dan kawasan Agro Techno Park (ATP), akan membentuk daya tarik wisata dalam bentuk kawasan yang saling terintegrasi dan mempunyai nilai jual sebagai penggerak kunjungan pariwisata. Lokasi rencana pengembangan kawasan wisata Baron sebagaimana nampak pada Gambar C‐1. Gambar C‐1 Lokasi Rencana Pengembangan Kawasan Baron Technopark, Agro Techo Park (ATP), dan Pantai Baron
Dalam hal ini, Baron Technopark menjadi generator pengembangan kawasan wisata Baron dan tumbuhnya Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) lainnya di sekitar kawasan wisata Baron. Selebihnya, lokasi rencana pengembangan Baron Techno park telah ditetapkan berdasarkan hasil studi BPPT, sementara lokasi rencana ATP ditentukan berdasarkan kriteria‐kriteria tertentu terkait dengan kesesuaian bagi pengembangan kawasan Agro Techno Park (ATP). Lokasi kawasan ATP agar pelaksanaan kegiatan/aktivitas di ATP dapat berjalan dengan baik dan lancar, yaitu dengan memperhatikan kedekatan fungsi dari masing‐masing jenis dan karakter kegiatan/aktivitas di dalamnya. C.3.2.
Jumlah Kunjungan Wisatawan
Kenaikan jumlah pengunjung pada objek wisata pantai juga diikuti oleh kenaikan pendapatan objek wisata sehingga dari tahun ke tahun pendapatan pariwisata mengalami peningkatan signifikan seperti pada tabel berikut ini: Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 18
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Tabel C.5 Jumlah Pengunjung Objek Wisata Kabupaten Gunungkidul Tahun 2007 – 2011 No.
POS WISATA
2007 2008 1 BARON 245.648 351.276 2 TEPUS 8.457 12.511 3 PULE GUNDES 12.955 17.912 4 NGRENEHAN 12.710 14.079 5 WEDIOMBO 15.013 15.839 6 SADENG 9.586 9.843 7 SIUNG 5.293 5.085 JUMLAH 309.662 426.545 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Gunungkidul, 2012
TAHUN 2009 430.422 18.902 20.199 20.096 18.795 12.327 8.658 529.399
2010 485.717
17.802 14.912 14.068 359 532.858
2011 349.096 33.621 35.396 25.273 34.756 21.358 33.412 532.912
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul diketahui bahwa jumlah kunjungan wisatawan dan pendapatan retribusi obyek wisata ke Kawasan Pantai Baron dan sekitarnya, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel C.6 Data Kunjungan Wisatawan dan Jumlah Pendapatan Retribusi
No. Tahun Jumlah Wisatawan Pendapatan (Rupiah) 1 2005 325.477 796.055.395 2 2006 209.239 638.295.740 3 2007 309.662 978.129.860 4 2008 426.545 1.323.296.110 5 2009 529.399 1.634.734.330 6 2010 532.858 1.717.937.708 7 2011 532.912 2.186.912.571 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Gunungkidul, 2012
Lokasi pos retribusi: 1) Pos Baron
: Kemadang
2) Pos JJLS
: Kemadang
3) Pos Tepus
: Tepus
4) Pos Pulegundes
: Tepus
Berdasarkan data tersebut di atas, selanjutnya dapat diproyeksikan jumlah kunjungan wisatawan dalam sepuluh tahun mendatang. Proyeksi jumlah kunjungan wisatawan di Kawasan Baron dalam jangka waktu tahun 2011‐2020. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa pada tahun 2020, dengan skenario pessimistic, jumlah kunjungan wisatawan adalah sebesar 1.703.552 wisatawan, dengan skenario moderate sebesar 5.018.156 wisatawan, dan dengan skenario acceleration sebesar 11.639.529 wisatawan. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 19
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
C.3.3.
Segmen Pasar
Seiring dengan pengembangan dan/atau pembangunan Obyek dan Daya Tarik Wisata di Kawasan Baron yang meliputi Kawasan Baron Technopark, Kawasan Agro Techno Park (ATP), dan Kawasan Pantai Baron, maka segemntasi wisatawan tidak lagi bertumpu pada wisatawan alam pantai seperti yang tengah berkembang dewasa ini, namun juga membuka segmen pasar lainnya yaitu wisata minat khusus yaitu wisata edukasi dan ecotourism. Segmen wisata edukasi akan ditawarkan oleh Baron Technopark berupa pengetahuan tentang energi alternatif dan pengetahuan tentang budidaya pertanian dengan konsep integrated planningdan biocycle farming di Kawasan Agro Tehno Park (ATP). Sementara, ecotourism ditawarkan sebagai salah satu produk wisata di Kawasan ATP dengan mengemukakan konsep wisata yang ramah lingkungan. C.3.4. Kelayakan Investasi Pembangunan Obyek dan Daya Tarik Wisata di Kawasan Baron meliputi Kawasan Baron Technopark, Kawasan Agro Techno Park (ATP) dan Kawasan Pantai Baron. Segmentasi wisatawan tidak lagi bertumpu pada wisatawan alam pantai seperti yang tengah berkembang dewasa ini, namun juga membuka segmen pasar lainnya yaitu wisata minat khusus yaitu wisata edukasi dan ecotourism. Segmen wisata edukasi akan ditawarkan oleh Baron Technopark berupa pengetahuan tentang energi alternatif dan pengetahuan tentang budidaya pertanian dengan konsep integrated planning dan biocycle farming di Kawasan Agro Tehno Park (ATP). Sementara, ecotourism ditawarkan sebagai salah satu produk wisata di Kawasan ATP dengan mengemukakan konsep wisata yang ramah lingkungan. Fasilitas wisata yang akan dibangun meliputi fasilitas akomodasi, atraksi wisata tirta, wisata petualangan alam dan atraksi wisata bercocok tanam. Komponen‐komponen sarana prasarana pariwisata dari kawasan Baron Technopark adalah; Restoran, Camping Ground, Jalan Lingkungan, Lintasan tracking, Moda Transportasi air (wisata air), Dermaga perahu, Fasilitas Parkir, Kios Seni, Kios buah/jajanan khas Gunungkidul, Stage Pertunjukkan, Kantor Pengelola, Museum dan Bale.
Estimasi Biaya Rencana anggaran biaya dari obyek wisata ini merupakan keseluruhan biaya yang dibutuhkan dari penyediaan lahan, pembangunan fasilitas wisata dan pemenuhan seluruh sarana Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 20
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
prasarana pendukung kegiatan‐kegiatan dan atraksi wisata di tempat ini. Biaya yang dibutuhkan dihitung dengan pendekatan dari harga‐harga yang berlaku di pasaran saat ini, beberapa bagian dihitung dengan pendekatan lumpsum. Beberapa bagian bangunan seperti lintasan‐lintasan tracking karena telah ada maka sifat pembangunannya hanya penataan saja. Komponen diestimasi biayanya terdiri atas biaya untuk penyediaan lahan dan penataannya serta biaya investasi untuk pembangunan konstruksi, biaya perijinan, biaya operasi dan pemeliharaan. Analisis Biaya Dalam analisis ini struktur perbandingan komponen biaya adalah suku bunga didasarkan atas perkembangan bunga kredit investasi antara tahun 2008 hingga tahun 20012 yaitu diambil pendekatan nilai sebesar 15%. Biaya yang dibutuhkan untuk penyedian lahan pada obyek wisata ini adalah sebesar Rp 10.400.000.000,‐ yang digunakan untuk pembelian tanah seluas 4 ha dengan harga Rp 2.500.000.000,‐ per‐hektarnya dan biaya penataan lahan sebesar Rp 400.000.000,‐. Sementara perhitungan biaya konstruksi dilakukan terhadap bangunan‐bangunan dan fasilitas lainnya yang akan dibangun di obyek wisata ini dengan data harga didapatkan dari survey dan perbandingan terhadap Analisis Standar Belanja (ASB) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 dengan harga‐harga yang berlaku di pasaran. Analisis Standar Belanja (ASB) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Uraian Museum Gedung Pertemuan Kios Seni Camping Ground Jalan Lingkungan Lintasan Tracking Darmaga Perahu Parkir Taman Stage Bale Tempat Ibadah Reatoran Kantor Pengelola M & E
Luas ( m2) 800 600 480 1.000 x2,5 10.000 3.000 600 800 300
Harga satuan 3.000.000,00 3.000.000,00 3.000.000,00 970.000,00 67.500,00 2.000.000,00 3.000.000,00 3.000.000,00
Total Harga 2.400.000.000,00 1.800.000.000,00 1.440.000.000,00 10.000.000,00 243.750.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 970.000.000,00 202.500.000,00 1.200.000.000,00 40.000.000,00 180.000.00,00 2.400.000.000,00 900.000.000,00 500.000.000,00
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 21
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Biaya lain‐lain, terdiri atas Biaya Konsultan yang ditetapkan sebesar Rp 300.000.000,00 dan biaya perijinan sebesar Rp 50.000.000,00. Biaya Operasional adalah biaya yang dilakukan terhadap komponen‐komponen pendukung beroperasinya obyek ini, yaitu: gaji tenaga kerja, telekomunikasi, kompensasi aktivitas subak, peralatan, administrasi, produksi restoran, marketing, dan pementasan kesenian. Tenaga kerja dan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis pariwisata ini didapatkan dari wawancara dengan pelaku usaha dan didapatkan data seperti ditunjukkan pada tabel di berikut ini. Biaya Gaji Tenaga Kerja NO 1 2 3 4 5 6 7
KOMPONEN UPAH Direktur Manajer Administrasi Manajer Keuangan Manajer SDM Manajer Pemasaran Manajer Teknik Staf Jumlah
Vol 1 1 1 1 1 1 50
Satuan Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang
GAJI (Rp) 20,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 2,000,000.00 dalam sebulan dalam setahun
JUMLAH (Rp) 20,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 100,000,000.00 170,000,000.00 2,040,000,000.00
Biaya pemeliharaan sangat penting sekali dianggarkan selama beroperasinya obyek wisata ini, besarnya nilai biaya pemeliharaan ditetapkan sebesar 10% dari biaya pembangunan konstruksinya dan direncakan akan meningkat 5% setiap tahunnya. Pada tahun pertama diperlukan biaya pemeliharaan sebesar Rp 1.238.635.000,‐ Analisis Pendapatan Komponen pendapatan didapatkan dari penjualan produk paket wisata dan penyewaan tempat. Pada komponen penjualan paket wisata sudah termasuk di dalamnya berupa penjualan tiket masuk, pendapatan dari aktivitas dan atraksi wisata, penjualan makanan dan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 22
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
tiket pementasan kesenian, harga‐harga tiket ini juga telah termasuk perhitungan quide fee yang besarnya antara 17,5% (tamu domestik) hingga 20% (untuk tamu asing). Harga‐harga ini juga telah disesuaikan dengan harga‐harga tiket di pasaran untuk obyek wisata sejenis yang berlaku saat ini. Analisis Investasi Berdasarkan model pembiayaan dan model pendapatan tersebut diatas maka analisis selanjutnya adalah analisis kelayakan investasi proyek. Suku bunga investasi diambil berdasarkan faktor suku bunga investasi dari tahun 2008‐2012 dan diambil pendekatan angka 15%. Dengan demikian pembiayaan dan pendapatan di‐discount‐kan pada bunga tersebut diatas. Dari hasil simulasi tersebut didapatkan nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp19.397.935.290,73, dimana nilai tersebut lebih besar dengan nol sehingga rencana investasi pengembangan obyek wisata pada pembangunan Baron Technopark ini dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Nilai Internal Rate of Return (IRR) yang didapatkan adalah 23,22%, dimana jika dibandingkan terhadap bunga investasi tertinggi yang mungkin terjadi yaitu 15%, maka proyek ini cukup prospektif. Nilai Benefit Cost Ratio (BCR) didapatkan sebesar 1,802, hal ini menunjukkan bahwa investasi ini cukup layak dilanjutkan karena nilai yang didapat lebih besar dengan angka satu. Hal tersebut menunjukkan bahwa proyek ini cukup prospektif dan menguntungkan bila dilaksanakan. Analisa sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan‐kemungkinan yang terjadi agar bisa diambil langkah‐langkah yang tepat untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang mungkin terjadi dan menjamin bahwa setiap rencana investasi aman untuk dilaksanakan.
Pemodelan pertama dilakukan dengan mengasumsikan bahwa semua komponen biaya mengalami kenaikan dengan angka pendekatan sebesar 10% sedangkan pendapatannya tetap, dan dari hasil analisis yang dilakukan pada kondisi ini didapatkan hasil NPV Rp 11.214.465.248,16; IRR = 19,45% dan BCR = 1,406. Dengan demikian dari hasil‐hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa rencana investasi ini masih layak untuk dilanjutkan.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 23
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Pemodelan kedua dilakukan dengan mengasumsikan bahwa semua komponen pendapatan mengalami penurunan dengan angka pendekatan sebesar 10% sedangkan biaya‐biaya yang dikeluarkan tetap, dan dari hasil analisis yang dilakukan didapatkan hasil NPV sebesar Rp 12.680.494.084,30; IRR = 20,48% dan BCR = 1,524. Hal ini menunjukan bahwa investasi ini cukup layak dilanjutkan.
Pemodelan ketiga dilakukan dengan mengasumsikan bahwa semua komponen pendapatan mengalami penurunan dengan angka pendekatan sebesar 10% dan biaya‐biaya yang dikeluarkan mengalami peningkatan pula sebesar 10%, dan dari hasil analisis yang dilakukan pada kondisi ini didapatkan hasil NPV sebesar Rp 4.839.854.373,87 ; IRR = 16,96% dan BCR = 1,171.
Dengan demikian dari hasil‐hasil analisis sensitivitas tersebut dapat dinyatakan bahwa rencana investasi ini masih layak untuk dilanjutkan baik pada kondisi biaya‐biaya meningkat, pada saat kondisi pendapatan turun, maupun saat mengalami kondisi biaya‐biaya meningkat dan pendapatan turun pada waktu yang bersamaan.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 24
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia