23
BAB IV PERKEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 menyebutkan bahwa wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam, di taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam. Sedangkan pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Kawasan Gunung Salak awalnya merupakan kawasan hutan yang berstatus hutan lindung dikenal dengan nama Hutan Lindung Gunung Salak (HL-GS) yang merupakan gabungan dari lima kelompok hutan yaitu hutan Gunung Salak Utara, Gunung Salak selatan, Gunung Salak Nanggung, Gunung Kendang Kulon, dan Ciampea. Masing-masing kawasan tersebut telah memperoleh pengesahan tata batas pada tanggal 3 Mei 1941, 5 November 1906, 7 November 1934, 8 Juni 1916 dan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 92/Kpts/Um/8/1945 Tanggal 31 Agustus 1954. Kawasan ini dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (Utami 2002). Sebagian besar hutan lindung yang dikelola Perum Perhutani termasuk dalam Desa Gunung Sari dan Desa Gunung Bunder 2 dan memiliki potensi wisata yang cukup besar, diantaranya keunikan alam berupa air terjun sebagai hulu berbagai sungai besar, kawah, sumber mata air panas dan pemandangan alam khas pegunungan. Melalui saran dan usulan masyarakat yang diprakarsai tokoh masyarakat kepada pihak pemerintah daerah, maka kawasan wisata GSE secara resmi dibuka pada tahun 1987 oleh Bupati Bogor yang menjabat waktu itu (Ajat Sudrajat). GSE dikenal dengan ”Kawasan Wisata Alam Terbuka Gunung Salak Endah.” Pembangunan sarana dan prasarana umum serta infrastruktur dilakukan secara intensif pada tahun 1990-an yang melibatkan berbagai dinas terkait. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melakukan kegiatan rencana penataan kawasan GSE, dengan potensi wisata diantaranya Curug (Air terjun) Cigamea, Curug Ngumpet, Curug Seribu, Permandian air panas, dan Kawah Ratu. Lima objek tersebut saat
24
ini pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah daerah yakni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. Perum Perhutani sebagai pengelola hutan di RPH Gunung Bunder, BKPH Leuwiliang KPH Bogor, melakukan pengembangan dan pengelolaan di sekitar Gunung Bunder di bidang pariwisata dan hasil hutan bukan kayu. Pada tahun 1998 mulai dibuka lokasi perkemahan, dikenal dengan nama Wana Wisata Gunung Bunder (WWGB), objek wisata yang dikembangkan diantaranya Bumi Perkemahan Gunung Bunder, Curug Cihurang, Curug Ciampea, Curug Ngumpet 2, dan Curug
Cipatat dan mengembangkan pula Wana Wisata Kawah Ratu
dengan objek Kawah Mati I dan II serta Situ Hyang. Karcis tanda masuk obyek wisata mulai diberlakukan pada tahun 2000, karcis tersebut telah disahkan dan dikenai pajak pemerintah daerah Kabupaten Bogor. Pengelolaan WWGB masih terintegrasi dengan kegiatan pengelolaan hutan yang ditangani oleh RPH Gunung Bunder serta selanjutnya mengembangkan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di bidang wisata. Tahun 2003, kawasan Gunung Salak masuk ke dalam wilayah perluasan Taman Nasional Gunung Halimun dari 40.000 Ha menjadi 113.357 Ha berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003 Tanggal 10 Juni 2003. Saat ini dikenal dengan nama Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) dan pengelolaan kawasan dilakukan oleh unit pengelola yakni Balai TNGHS. Perubahan status kawasan berpengaruh pula pada status pengelolaan yang selama ini dikelola oleh Perhutani maupun oleh Pemda. Batas dan luas definitif TNGHS ditentukan setelah diadakan pengukuran dan penataan batas di lapangan. Pengelolaan obyek – obyek wisata di kawasan GSE dilakukan oleh beberapa pihak, antara lain Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Perum Perhutani KPH Bogor dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. Obyek-obyek wisata yang terdapat di Kawasan Gunung Salak Endah antara lain Bumi Perkemahan Gunung Bunder, Curug Cihurang, Curug Ngumpet 1, Kawah Ratu, Curug Ngumpet 2, Curug Seribu, Curug Cigamea, dan Pemandian Air Panas Lokapurna (Gambar 3). Obyek-obyek wisata Pemandian Air Panas, Curug Cigamea, Curug Seribu, Curug Ngumpet 2 dan Kawah Ratu, secara administratif termasuk kedalam
25
wilayah Desa Gunung Sari, terutama di Kampung Lokapurna.
Sedangkan
Kawasan Wisata Gunung Bunder dan Curug Ngumpet 1 termasuk kedalam wilayah Desa Gunung Bunder 2. Sebelum memasuki Kawasan Gunung Salak Endah, terutama Kampung Lokapurna, pengunjung harus membayar karcis seharga Rp 7500/orang di gerbang utama. Pembagian harga tiket tersebut yaitu Rp 5000 untuk Perhutani dan Rp 2.500 untuk Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Hal ini dikarenakan, sebenarnya, lahan di kawasan Kampung Lokapurna tersebut merupakan milik Departemen Kehutanan yang diberikan hak garapnya kepada kelompok masyarakat veteran.
Gambar 3 Peta Obyek Wisata di Kawasan Gunung Salak Endah 4.1.
Obyek – Obyek Wisata di Kawasan Gunung Salak Endah
4.1.1. Pemandian Air Panas Lokapurna Aksesibilitas Pemandian Air Panas dapat ditempuh melalui: Bogor – Cibatok – Gunung Sari – Lokapurna – Air Panas GSE, atau dari: Bogor – Cemplang – Sukamaju Pasarean- Pamijahan – Air Panas GSE, atau melalui: Bogor- Taman SariGunung Bunder II- Lokapurna – Air Panas GSE. Akses menuju pemandian air panas tersebut berupa jalan setapak yang terbuat susunan anak tangga berbatu yang tertata rapi (Gambar 4).
26
(a) (b) Gambar 4 Pintu Gerbang (a) dan Kondisi Jalan Menuju Pemandian Air Panas Lokapurna (b) Sarana dan Prasarana Pemandian air panas Lokapurna terletak di sebuah lembah berbatasan langsung dengan sungai Cikuluwung. Jaraknya 300 m dari pintu gerbang objek. Air panas yang dialirkan dari sumbernya melalui pancuran-pancuran dan ke kolam-kolam berendam (3 buah) dan kolam renang (2 buah) (Gambar 5) dilengkapi dengan fasilitas shelter, toilet, mushola, serta pelayanan pengobatan cara tradisional.
Fasilitas lain yang ada adalah warung-warung kecil yang
menyediakan makanan dan minuman serta tempat duduk atau beristirahat yang disewakan pada pengunjung. Areal parkir yang tersedia bagi kendaraan roda empat sangat terbatas hanya mampu menampung sekitar 4 kendaraan bermotor roda empat. Selain fasilitas-fasilitas tersebut diatas, di areal pemandian air panas tersebut juga terdapat sebuah cottage yang merupakan milik perseorangan yang menawarkan beberapa fasilitas diantaranya tempat pertemuan berkapasitas 40 orang, fasilitas olahraga tenis meja, dan fasilitas outbond. Topografi Pemandian Air Panas GSE sebagian besar memiliki kelerengan relatif datar sampai terjal (0 – 70%) dengan ketinggian 712 – 800 meter dpl (Disbudpar 2003).
27
(a) (b) Gambar 5 Fasilitas Pancuran (a) dan Kolam Renang Air Panas (b) Hidrologi Pemandian Air Panas merupakan sumber mata air yang mengandung belerang, sebagai bagian dari aktivitas vulkanik Gunung Salak. Di bawahnya mengalir Sub DAS Cianten tepatnya Sungai Ci Kuluwung Hulu. Mata Air GSE tersebar di dinding tebing yang berada di sekitarnya (DISPARSENIBUD 2003). Pengunjung Jumlah pengunjung di Pemandian Air Panas GSE paling banyak terjadi pada hari Sabtu dan Minggu. Karakteristik pengunjung yang datang dilihat dari segi umur berkisar dari umur 6 – 60 tahun. Asal pengunjung antara lain dari Kota dan Kabupaten Bogor, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Cikarang, Cianjur dan Sukabumi. Kegiatan yang dilakukan para pengunjung antara lain berjalan-jalan di sekeliling kawasan, mandi air panas, mandi air dingin kali Ci Kuluwung, dan melakukan penelitian.
Para pengunjung tersebut sebagian besar datang
berombongan, baik bersama teman maupun keluarga. Ada juga yang perorangan atau hanya berdua. Sebagian besar pengunjung mengetahui keberadaan kawasan berdasarkan informasi dari teman. Tabel 15 Jumlah Pengunjung Pemandian Air Panas Tahun 2001 – 2006 No.
Asal Wisatawan Domestik Luar Negeri Total
2001 2.689 2.689
2002 2.689 2.689
2003 8.005 8.005
Tahun 2004 5.994 35 6.029
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Bogor 2008
2005 6.598 39 6.637
2006 12.100 12.100
28
Pengelolaan Kawasan Pemandian Air Panas Lokapurna berada dibawah pengelolaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. Harga tiket masuk yang diberlakukan adalah Rp 4000/orang dan tiket parkir Rp 2000/kendaraan. Untuk pelaksanaan pengelolaan harian di dalam areal pemandian seperti pengelolaan kolam, kebersihan, keamanan dan lain sebagainya diserahkan pada KOMPEPAR yang berasal dari masyarakat Kampung Lokapurna. Pegawai Disbudpar hanya bertugas di siang hari, itupun hanya menjadi penjaga pintu gerbang (tiketing). 4.1.2. Curug Cigamea Curug Cigamea terletak di kawasan wisata Gunung Salak Endah, tepatnya di Kampung Lokapurna, Desa Gunung Sari. Letaknya hanya ± 0,5 km dari jalan yang menuju ke Kawah Ratu dan Curug Seribu. Pemandangan curug ini sangat indah walaupun tinggi air terjunnya tidak melebihi 50 m, alamnya yang asli dan udaranya yang segar menjadi daya tarik tersendiri (Gambar 6).
Gambar 6. Curug Cigamea Aksesibilitas Curug Cigamea dapat ditempuh melaui Bogor – Cibatok – Gunung Sari – Lokapurna – Curug Cigamea, atau dari: Bogor – Cemplang –Sukamaju Pasarean- Pamijahan – Curug Cigamea. Untuk menuju lokasi, pengunjung harus menyusuri jalan setapak yang kondisinya telah diperbaiki, sejauh 800 m. Sarana dan Prasarana Sarana prasarana yang terdapat di Curug Cigamea antara lain loket karcis, warung makan (Gambar 7) yang terdapat di luar gerbang dan didekat obyek wisata, tempat parkir motor dan mobil yang luas, toilet, musholla dan shelter/gazebo.
29
(a)
(b)
Gambar 7 Fasilitas yang terdapat di Curug Cigamea : (a) Pintu Gerbang dan Tempat Parkir Motor, (b) Warung Makanan yang Terdapat di Sekitar Obyek Wisata Topografi Curug Cigamea memiliki kelerengan dari landai sampai terjal (0-70%), dengan ketinggian 825 - 900 meter dpl. Hidrologi Curug Cigamea merupakan obyek yang terletak pada Sungai Cigamea yang mengalir pada Sub DAS Cianten dengan kondisi air yang besar pada musim penghujan dan mengecil pada musim kemarau, hal tersebut dikarenakan tingginya instensitas penggunaan tanah di bagian hulu Sungai Ci Gamea dan kurangnya penghijauan di daerah hulu tersebut. Pengunjung Curug Cigamea merupakan obyek wisata di RPKW GSE yang paling digemari oleh pengunjung saat ini.
Jumlah kunjungannya hampir selalu
mengalami peningkatan (Tabel 17). Hal tersebut dikarenakan lokasinya mudah dicapai, pintu gerbang berada tepat di pinggir Jalan Pamijahan dan pemandangannya indah.
Hampir setiap hari obyek wisata Curug Cigamea
dikunjungi wisatawan, dengan puncak kunjungan pada hari-hari libur nasional serta hari Sabtu dan Minggu. Sebagian besar pengunjung yang datang hanya berada di kawasan Curug Cigamea sekitar 2 jam. Hanya sebagian kecil yang tinggal lebih dari 1 hari yaitu pengunjung yang berkemah. pengunjung pergi ke obyek wisata lain di sekitar kawasan GSE.
Selanjutnya
30
Sebagian besar pengunjung berasal dari Kota dan Kabupaten Bogor, kemudian DKI Jakarta, Bekasi, Tangerang, Cianjur dan Sukabumi. Pengunjung datang umumnya secara rombongan, baik bersama teman maupun keluarga. Sebagian besar pengunjung datang ke kawasan dengan menggunakan kendaraan bermotor. Kegiatan yang dilakukan pengunjung selama berada di dalam kawasan antara lain berjalan-jalan, melakukan penelitian, bermain air (mandi di air terjun), berkemah dan piknik dengan menggelar tikar dalam kelompok kecil dan besar sambil menikmati alam sekitar dan makan dari bekal yang sudah disiapkan atau membeli di warung yang ada di sekitar curug. Tabel 16 Jumlah Pengunjung Curug Cigamea Tahun 2001 – 2006 No.
Asal Wisatawan Domestik Luar Negeri Total
2001 4.042 9 4.051
2002 4.061 8 4.069
2003 10.151 9 10.160
Tahun 2004 9.365 33 9.398
2005 10.395 37 10.432
2006 17.300 17.300 17.300
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Bogor 2008
Pengelolaan Objek wisata alam ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor dan masyarakat setempat yang tergabung dalam KOMPEPAR. Disbudpar bertugas untuk memungut karcis, sedangkan KOMPEPAR bertugas untuk menjaga kebersihan dan kemanan kawasan serta menjaga tempat parkir. Lahan yang menjadi lokasi parkir merupakan milik perseorangan yang pengelolaannya diserahkan pada KOMPEPAR dengan sistem bagi hasil. Tiket masuk ke objek wisata ini adalah Rp. 4000,00/orang ditambah dengan biaya parkir sebesar Rp 2.000/kendaraan. Lahan yang berada di sekitar pintu masuk Curug Cigamea, selain dijadikan sebagai lokasi parkir, sebagiannya dijadikan tempat untuk mendirikan warungwarung makanan. Pada awalnya, pemilik lahan lama memberikan kebebasan kepada penduduk setempat untuk mendirikan warung dan tidak ada pemungutan sewa, dengan syarat yang mendirikan warung haruslah penduduk setempat. Tetapi setelah terjadi pergantian kepemilikan lahan, para pemilik warung tersebut diharuskan membayar uang sewa kepada pemilik lahan dan penduduk yang berasal dari luar desa diijinkan untuk mendirikan warung di lahan tersebut. Hal
31
ini cukup memberatkan para pemilik warung lama. Karena dengan bertambahnya jumlah warung di sekitar lokasi cukup mengurangi pendapatan mereka per harinya. Sebelum terjadi penambahan warung, mereka bisa mendapatkan untung sekitar Rp 20.000 pada hari biasa dan sekitar Rp 100.000 pada hari libur. Akan tetapi saat ini, mereka sering tidak mendapatkan uang sama sekali walaupun pengunjung sedang banyak. Selain karena jumlah warung yang semakin banyak, posisi penempatan warung baru juga menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan tersebut. Pada saat perpindahan kepemilikan, lokasi pintu masuk ke Curug Cigamea dipindahkan dan warung-warung baru dibangun didekat lokasi pintu masuk tersebut sehingga banyak dilalui oleh para pengunjung. Lokasi warung lama terletak cukup jauh dari pintu masuk sehingga pengunjung jarang melaluinya. Hal ini pernah dikomunikasikan oleh para pemilik warung lama kepada KOMPEPAR, akan tetapi tidak ada tindak lanjutnya. Yang terjadi adalah penahanan terhadap pemilik warung yang melakukan protes tersebut. Sejak saat itu tidak ada pemilik warung yang memiliki keberanian untuk menyampaikan keinginan dan pendapatnya karena takut masuk penjara. 4.1.3. Curug Seribu Curug Seribu terletak di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, dan berada di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. Curug Seribu merupakan curug yang paling tinggi (+ 100m di Kawasan GSE. Curug ini terletak ± 7 km dari Lokapurna. Dalam perjalanan menuju ke arah Curug Seribu, wisatawan dapat melihat pemandangan alam yang indah dan alami. Aksesibilitas Curug Seribu dapat ditempuh melalui: Bogor – Cibatok – Gunung Sari – Lokapurna – Curug Seribu Ci Gamea, atau dari: Bogor – Cemplang – Sukamaju Pasarean- Pamijahan – Curug Cigamea. Jarak dari Kota Bogor menuju Curug Seribu ± 45 Km. Kondisi akses masuk (500 meter dari Jalan Pamijahan menuju pintu gerbang) masih sangat buruk dengan kondisi jalan berbatu dan lebar jalan sekitar 3 meter.
32
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang terdapat di Curug Seribu antara lain tempat parkir, bumi perkemahan dengan kapasitas 400 orang, wc umum, shelter, dan 4 buah warung. Di areal camping ground terdapat penyewaan tenda, petromak, generator, terpal, tambang, dan perlengkapan camping lainya.
(b) (a) Gambar 8 Kondisi Jalan Menuju Obyek Curug Seribu(a), dan Fasilitas Tempat Parkir yang tersedia di Lokasi Obyek Curug Seribu (b) Topografi Curug seribu didominasi oleh kondisi lereng dari agak terjal sampai terjal sekali, dengan ketinggian 850 – 1025 meter dpl. 200 meter dari pintu gerbang didominasi kelerenganan landai sekali (0 –3)% sampai landai (5 – 10) %, 200 – 1000 meter dari pintu gerbang didominasi kelerengan agak terjal ( 15- 30) %, terjal (30 – 70) % dan sangat terjal (>70 %), 1000 –1200 meter dari pintu gerbang didominasi kelerengan agak terjal (15 – 30 ) %. Hidrologi Curug Seribu merupakan bagian Hulu dari Sub DAS Cianten tepatnya merupakan bagian dari sungai Ci Kuluwung Hulu dengan pola aliran dendritik (tulang daun). Dengan debit air yang besar, sehingga Obyek Curug Seribu airnya selalu besar walaupun pada saat-saat musim kemarau, karena terletak di kawasan konservasi dengan hutan di sekelilingnya.
33
Pengunjung Pengunjung di Curug Seribu berasal dari berbagai daerah diantaranya Sukabumi, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Tangerang dan Jakarta. Pengunjung sebagian besar adalah masyarakat umum, selain itu juga ada dosen, peneliti, mahasiswa serta siswa yang datang untuk rekreasi dan camping. Warga sekitar sering melintasi Curug Seribu untuk melakukan aktivitas berkebun. Peneliti datang untuk mengetahui sumberdaya yang terkandung di dalamnya. Wartawan dan pengunjung lainnya juga pernah berkunjung Curug Seribu. Apabila dilihat dari pola kunjungan, kunjungan mahasiswa biasanya bersifat rutin, misalnya setahun sekali dalam rangka program orientasi. Sedangkan masyarakat umum dari berbagai daerah biasanya hanya datang sekali-sekali saja. Masyarakat yang tinggal di dekat Curug Seribu biasanya datang untuk olahraga atau berjualan yang rutin dilakukan setiap minggu atau setiap hari. Tabel 17 Jumlah Pengunjung Curug Seribu Tahun 2001 – 2006 No.
Asal Wisatawan Domestik Luar Negeri Total
2001 1.256 26 1.282
2002 356 10 366
2003 3.897 3 3.900
Tahun 2004 4.554 25 4.579
2005 5.055 28 5.083
2006 6.400 6.400
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Bogor 2008
4.1.4. Kawah Ratu Obyek Wisata Kawah Ratu terletak pada ketinggian ± 1.338 m dpl, dengan suhu berkisar 100-200C dan dikelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Secara administratif Obyek Wisata Kawah Ratu termasuk ke dalam Kampung Pasir Reungit, Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, dengan luas ± 30 Ha. Kawah Ratu sangat cocok untuk wisata petualangan alam terbuka. Di lokasi ini terdapat Kawah Mati I yang berjarak sekitar 1.330 m dpl dan terletak di sebelah Utara Kawah Ratu, dan Kawah Mati II yang berjarak 1.335 m dpl. Kawah Ratu memiliki daya tarik berupa aktivitas gunung apinya. Sepanjang hari air di kawah ini selalu mendidih dan mengeluarkan gas asam sulfat (H2S), dengan baunya yang khas, dan kadang mengeluarkan suara gemuruh sebagai akibat semburan uap air panas yang membentuk kabut.
34
Kawah Mati I dan Kawah Mati II merupakan gerbang untuk masuk ke Kawah Ratu. Keajaiban kawah ini adalah apabila binatang hutan yang bukan peliharaan manusia, baik yang hidup di darat maupun di udara, kalau melewati kawah ini akan mati. Setibanya di kawah ratu yang berada di ketinggian 1200 m pengunjung akan melihat suatu pemandangan yang sangat menakjubkan. Pemandangan tersebut berupa gumpalan asap belerang dengan baunya yang menyengat, hamparan batuan pasir putih serta desiran uap air panas yang keluar dari celah bebatuan. Yang membedakan dengan obyek wisata lainnya adalah jenis obyeknya yang bukan berupa air terjun namun berupa kawah dan hutan.
(a) (b) Gambar 9 Pemandangan di Kawah Ratu (a), dan Sarana di Kawah Ratu (b) Sarana dan Prasarana Sarana prasarana yang disediakan bagi wisatawan adalah areal berkemah, jogging track, pintu gerbang, toilet, dan tempat parkir. Pengunjung dikenakan tarif masuk Rp. 2.500/orang. Untuk berkemah dikenakan tarif Rp. 2.500/orang/hari. Sebelum memasuki obyek wisata Kawah Ratu, pengunjung yang akan berkemah harus mengajukan surat ijin ke pihak Balai Taman Nasional Gunung Halimun. Aksesibilitas Kawah Ratu dapat ditempuh melalui: a. Bogor – Cibatok – Gunung Sari – Lokapurna – Curug Seribu-Kawah Ratu b. Bogor – Cemplang – Sukamaju - Pasarean- Pamijahan – GSE – Gunung Bunder – Kawah Ratu. c. Bogor –Taman Sari – Gunung Bunder – Kawah Ratu d. Sukabumi – Cidahu – Kawah Ratu.
35
Obyek wisata Kawah Ratu dapat dicapai dengan berjalan kaki selama +2 jam dengan jarak +4 km dari pintu gerbang. Topografi Obyek Wisata Kawah Ratu didominasi kelerengan dari landai sampai agak terjal dengan ketinggian 1025 – 1365 meter dpl. Kelerengan 100 meter dari pintu gerbang didominasi oleh kelerengan agak landai (5 – 10)%, 100 – 1000 meter dari pintu gerbang didominasi oleh kelerengan agak terjal (15 – 30 ) %, 1000 – 3000 meter dari pintu gerbang didominasi oleh kelerengan agak landai (5 – 10) %, 3000 – 4000 meter dari pintu gerbang didominasi kelerengan agak landai (10 – 15)%. Hidrologi Direktorat Vulkanologi mengklasifikasikan Gunung Salak sebagai gunung api tipe A.
Kawahnya merupakan bukit yang di sebelah utara dan sebelah
selatannya dibatasi anak sungai yang bermuara di sungai Ci Kuluwung. Tembusan-tembusan solfatar dan fumarol terdapat mulai dari tepi anak sungai sampai ke puncak bukitnya. Di dekat puncak bukit terdapat terdapat dua tembusan fumarol yang menyemprotkan air sangat kuat. Pengunjung Pada umumnya kondisi pengunjung di Obyek Wisata Kawah Ratu sama dengan obyek-obyek lain di GSE dengan puncak kunjungan terjadi pada hari-hari libur sekolah dan hari libur nasional. Jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan di Obyek Kawah Ratu antara lain hiking atau adventure. Di beberapa lokasi jalur menuju Kawah Ratu ini dapat dimanfaatkan untuk mendirikan kemah, menginap, dan berolah raga. Selama perjalanan dengan melewati hutan, pengunjung dapat sambil melakukan aktvifitas pengamatan terhadap keanekaragaman jenis flora dan fauna hutan. Pengunjung yang datang ke obyek wisata ini berasal dari Kabupaten dan Kota Bogor, Depok, DKI Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Sukabumi.
Asal
pengunjung dari daerah Sukabumi cukup banyak karena obyek ini juga dapat dicapai melalui jalur Cidahu, Kab. Sukabumi. Pengunjung datang biasanya secara berkelompok. Sangat sedikit pengunjung yang datang sendiri sendiri atau berdua (berpasangan). Jumlah pengunjung dari tahun ketahun cenderung stabil (Tabel 18). Catatan pengunjung yang datang ke Kawah Ratu baru ada mulai tahun 2004.
36
Sebelum tahun 2004, pengunjung yang datang ke Kawah Ratu tidak tercatat, karena pintu gerbangnya bersatu dengan (saat itu) Bumi Perkemahan Gunung Bunder. Tabel 18 Jumlah Pengunjung Kawah Ratu Tahun 2001 – 2006 No.
Asal Wisatawan Domestik Luar Negeri Total
2001
2002 -
2003 -
-
Tahun 2004 6.211 33 6.244
2005 6.894 37 6.931
2006 5.193 5.193
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Bogor 2008
Pengelolaan Pada awalnya pengelolaannya obyek wisata Kawah Ratu dilakukan oleh Perum Perhutani Unit III KPH Bogor. Pada tahun 2004, pengelolaan dilakukan oleh Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dengan kebijakan memisahkan pintu gerbang Buper Gunung Bunder dan Kawah Ratu karena melihat potensi Kawah Ratu yang cukup menjanjikan.
Mulai
pertengahan tahun 2009, dengan berubahnya status kawasan menjadi taman nasional, obyek wisata Kawah Ratu berada dibawah pengelolaan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Untuk membantu pelaksanaan pengelolaan di lapangan, pihak TNGHS membentuk kelompok volunteer yang berasa dari masyarakat Desa Gunung Bunder 2. Jumlah anggota volunteer yang ada sekitar 10 orang.
Mereka bertugas sebagai pemandu wisata bagi pengunjung yang
datang, menjadi penjaga keamanan dan kebersihan serta untuk membantu menata obyek wisata. 4.1.5. Curug Ngumpet 1 Salah satu objek wisata yang berlokasi di Desa Gunungsari, Gunung Salak Endah adalah Curug Ngumpet, dengan panorama alam yang indah dengan keasrian alamnya berupa air terjun yang mampu menarik banyak wisatawan. Kawasan ini mulai dikelola oleh Pemda Kabupaten Bogor sejak tahun 1991. Sebelah utara Curug Ngumpet berbatasan dengan Curug Cihurang, sebelah barat berbatasan dengan Curug Seribu, sebelah selatan berbatasan dengan Kawah Ratu, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kota Bogor. Curug Ngumpet berada ± 38 km dengan jarak tempuh ± 45 menit dari arah Bogor-Cibatok. Jika dari Desa Gunung Sari, curug ini berjarak ± 9 km, lalu dilanjutkan dengan jalan setapak ± 300 m. Ketinggian air terjun ini ± 45 m.
37
(a)
(b)
(c)
Gambar 10. (a) Kondisi akses menuju Curug Ngumpet, (b) Curug ngumpet, dan (c) Kondisi sarana prasarana didalam kawasan Curug ngumpet. Aksesibilitas Curug Seribu dapat ditempuh melalui: Bogor – Cibatok – Gunung Sari – Lokapurna – Curug Ngumpet, atau dari: Bogor – Cibadak – Sukamaju Pasarean- Pamijahan – Curug Ngumpet, dan dari timur : Bogor – Taman Sari – Gunung Bunder – Curug Ngumpet. Kondisi aksesibilitas Curug Ngumpet secara umum cukup baik.
Pintu
gerbang berada persis di jalan utama Pamijahan, dan jalan menuju obyek merupakan jalan berbatu dengan jarak sekitar 300 meter. Sarana dan Prasarana Fasilitas yang terdapat di objek wisata ini yaitu warung makanan dan minuman, tempat parkir, toilet, musholla (yang kondisinya sudah rusak dan akan diperbaiki), shelter, dan papan penunjuk/signage. Topografi Obyek Curug Ngumpet didominasi kelerengan agak landai sampai agak terjal, dengan ketinggian 950 –1000 meter dpl. 100 meter dari pintu gerbang didominasi oleh kelerengan sangat landai (5 – 10)%, 100 – 250 meter dari pintu gerbang didominasi oleh kelerengan agak terjal (15 – 30)%. Hidrologi Curug Ngumpet terletak di bagian hulu sungai Cigamea, dengan pola aliran radial yang bermuara di Sub Das Cianten.
38
Pengunjung Jumlah pengunjung yang datang ke Curug Ngumpet tidak seramai obyek – obyek wisata lain di GSE (Tabel 20). Luas area lokasi obyek wisata Curug Ngumpet adalah sekitar 0,5 ha, paling kecil bila dibandingkan dengan obyek wisata lainnya di GSE. Puncak kunjungan terjadi pada musim liburan sekolah dan hari libur nasional atau hari-hari libur lain seperti hari Sabtu dan hari Minggu. Daerah asal pengunjung yang datang ke Curug Ngumpet antara lain dari Kabupaten dan Kota Bogor, Depok, DKI Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Sukabumi. Aktifitas yang dilakukan pengunjung selama berada di lokasi antara lain berjalan-jalan, melakukan penelitian, pelatihan (teater, baca puisi, LDK/Latihan Dasar Kepemimpinan), berkemah, piknik dan mandi di aliran sungai Ci Gamea atau di cekungan air terjun. Tabel 19 Jumlah Pengunjung Curug Ngumpet Tahun 2001 – 2006 No.
Asal Wisatawan Domestik Luar Negeri Total
2001 2.468 6 2.474
2002 604 19 623
2003 4.916 4.916
Tahun 2004 5.044 30 5.074
2005 5.599 33 5.623
2006 7.400 7.400
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Bogor 2008
Pengelolaan Curug Ngumpet 1 berada dibawah pengelolaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. Petugas yang berada di lokasi ini berasal dari masyarakat setempat yang diangkat menjadi tenaga honorer di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Jumlah petugas hanya 1 orang, dan fungsinya adalah untuk
memungut tiket masuk. Harga tiket masuk Rp 4000/orang dan parkir kendaraan Rp 2.000/kendaraan. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di objek wisata ini yaitu foto-foto, menikmati pemandangan, dan sebagainya. Masyarakat setempat ikut membantu dalam pengelolaan, salah satunya dengan menjaga toilet. Adapun jumlah tenaga kerja yang bekerja di tempat ini yakni sebanyak 3 orang. Permasalahan yang ditemui dalam objek wisata ini yaitu sarana yang kurang baik (terutama toilet dan musholla) serta premanisme. Rencana ke depan (tahun 2010) yaitu melakukan pembangunan jalur paving block menuju curug.
39
4.1.6. Curug Ngumpet 2 Objek wisata yang terletak paling dekat dengan jalan raya (100 m). Tinggi curug 15 m, belum terdapat fasilitas yang memadai, masih alami karena belum ada penataan. Pada saat ini, Curug Ngumpet 2 berada dibawah pengelolaan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan sedang dalam tahap pengembangan. Jumlah pengunjung yang datang ke Curug Ngumpet belum tercatat karena pintu gerbangnya masih tergabung dengan Bumi Perkemahan Gunung Bunder. 4.1.7. Curug Cihurang Curug Cihurang berada di Desa Gunung Bunder II, Kecamatan Pamijahan, dikelola oleh Perhutani KPH Bogor. Terletak di areal Buper Gunung Bunder di jalan menuju Pasir Reungit, (15 menit dengan jalan kaki). Curug Cihurang adalah sebuah air terjun dengan tinggi 10 m dan terdapat kolam kubangan seluas 10 m x 7,5 m. Untuk mencapai curug ini, pengunjung harus berjalan dari pintu gerbang Gunung Bunder dengan menyusuri jalan aspal yang berjarak ± 1,5 km. Sarana dan Prasarana Sarana yang disediakan oleh pengelola adalah areal berkemah, jalur tracking, pintu gerbang, shelter, toilet, kamar ganti, tempat parkir, musholla, permainan anak-anak dan warung wisata. Pengunjung Jumlah pengunjung Curug Cihurang pada tahun 2006 tercatat sebanyak 6.332 orang. Asal pengunjung antara lain Kabupaten dan Kota Bogor, Jakarta, Cianjur, dan Sukabumi. Aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung di objek wisata ini yakni menikmati pemandangan, mandi, dan menikmati jagung bakar yang dijajakan di sekitar curug oleh penjual jagung bakar. Pengelolaan Pada awalnya, Curug Cihurang dikelola oleh KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan merupakan bagian dari Kawasan Bumi Perkemahan Gunung Bunder. Pintu gerbang menuju Curug Cihurang dibangun sekitar tahun 2005 dan mulai 2006 pengunjung yang datang ke Curug Cihurang harus membayar tiket masuk. Awalnya harga tiket masuk yang diberlakukan sebesar Rp 1000/orang, kemudian meningkat menjadi Rp 3.500/orang. Pengelola objek wisata ini menawarkan paket wisata pendakian dengan ditemani oleh guide.
40
4.1.8. Bumi Perkemahan Gunung Bunder Bumi Perkemahan Gunung Bunder adalah objek wisata seluas + 30 ha ini terletak di lereng Gunung Salak, pada ketinggian 830 mdpl dengan temperatur udara 18-230C. Sebagian besar kawasannya merupakan hutan produksi milik Perhutani yang ditanami pohon pinus. Kawasan ini mempunyai curah hujan 4.000 mm/tahun. Bumi Perkemahan Gunung Bunder diresmikan pada tahun 1982, oleh Menteri Kehutanan yang menjabat pada saat itu. Daya tarik utama yang ditawarkan yaitu curug dan bumi perkemahan. Potensi yang dimiliki wana wisata Gunung Bunder diantaranya udara yang sejuk dengan pemandangan alam yang indah. Lokasi kawasan wisata ini berada di kawasan hutan pinus dan rasamala yang telah berumur puluhan tahun. Di sekitar hutan Gunung Bunder terdapat beberapa buah air terjun yang menarik seperti air terjun Cigamea, air terjun Sewu, dan sumber air panas yang dapat dicapai melalui jalan setapak. Obyek wisata lain yang terdapat di dalam kawasan Bumi Perkemahan Gunung Bunder adalah Curug Ciampea dan Curug Cipatat. 1) Curug Ciampea adalah air terjun dengan bentuk air terjun bertingkat-tingkat, masih alami, tinggi curug 25 m dengan luas kubangan 20 x 7,5 m. Jarak dari Buper 2,1 km dapat ditempuh selama 45 menit dengan jalan kaki. Pada saat ini obyek wisata ini berada dibawah pengelolaan Perum Perhutani dan KOMPEPAR Desa Gunung Bunder 2. 2) Curug Cipatat, terletak 90 m dari Curug Ciampea, dengan tinggi air terjun 25 m dengan bentuk kubangan melingkar. Obyek wisata ini berada dibawah pengelolaan Perum Perhutani dan KOMPEPAR Desa Gunung Bunder 2. Aksesibilitas Jarak tempuh menuju lokasi ini ± 32 km dari pusat Kota Bogor menuju Desa Gunung Bunder, Kecamatan Pamijahan, dengan kondisi jalan beraspal hingga pintu gerbang objek wisata.
Obyek wisata ini dapat dicapai dari
Kecamatan Cibungbulang (15 km), Ciampea (14 km), Cibinong (33 km), dan 60 km dari Rangkas Bitung. Untuk mencapainya dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, karena kondisi jalan umumnya baik.
41
Sarana dan Prasarana Fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pengunjung diantaranya ruang informasi, papan petunjuk, pondok kerja, musholla, MCK, aula, shelter, area parkir, jogging track/hiking track, area berkemah, sarana off road, sarana outbound training, warung wisata, kolam pemancingan, dan fasilitas lainnya. Pengunjung Pengunjung yang datang ke objek wisata ini berasal dari berbagai usia dan status sosial. Pengunjung yang datang biasanya berasal dari dalam kota seperti wilayah Bogor dan dari luar kota seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Karakteristik perjalanan yang dilakukan adalah untuk kegiatan rekreasi, berkemah, olah raga, outbound, lintas alam, serta sebagai tempat pelantikan pramuka. Para pengunjung yang datang ke objek wisata dikenakan tarif masuk sebesar Rp. 3.000,00/orang (termasuk asuransi jiwa Rp. 300,00 yang disediakan oleh PT. Jasaraharja Putera), dan untuk berkemah dikenakan tarif sebesar Rp. 2.500,00/orang/hari. Program-program yang diadakan yaitu aktivitas camping, outbound, dan pendakian. Untuk kegiatan berkemah, tersedia satu kompleks perkemahan dengan kapasitas tampung keseluruhan 30 unit kemah (400 orang). Pengunjung umumnya adalah anak sekolah dan mahasiswa, yang datang pada musim libur sekolah dan liburan akhir tahun. Masyarakat setempat berjualan dengan menyediakan makanan dan minuman. Pengelolaan Kawasan WWGB mulai dibuka sebagai objek wisata pada tahun 1998 dengan objek berupa perkemahan, sungai, air terjun dan lokasi untuk olahraga hiking menuju Kawah Ratu.
Pengelolaan WWGB dilakukan dengan
mengembangkan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dan direalisasikan
dengan
membentuk
Kelompok
Penggerak
Pariwisata
(KOMPEPAR) Gunung Bunder 2 serta bekerjasama dengan pemerintah Desa Gunung Bunder 2. Sampai dengan tahun 2005 pengelolaan WWGB masih berada di bawah pengelolaan
RPH Gunung Bunder, BKPH Leuwiliang dan
bertanggungjawab kepada KPH Bogor, namun pada akhir tahun 2005, Perhutani membentuk institusi baru yakni Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata Benih dan Usaha lain (KBM – WBU), merupakan satuan unit organisasi yang bertanggung jawab
42
pada penyelenggaraan pengelolaan usaha bisnis secara mandiri di wilayah kerja Unit III, sehingga pengelolaan WWGB secara khusus ditangani langsung oleh KBM-WBU yang berpusat di Bandung. Akhir tahun 2009 Obyek Wisata Bumi Perkemahan Gunung Bunder dikembalikan pengelolaannya pada KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Kawasan ini di bawah pengawasan Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Gunung Salak 2. Sedangkan secara administratif, Obyek Wisata Gunung Bunder termasuk dalam wilayah desa Gunung Bunder II, Gunung Picung, Gunung Sari, Ciasmara dan Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Pada saat ini, pihak Perum Perhutani KPH Bogor sedang mengusakan IPPA (Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam) untuk Bumi Perkemahan Gunung Bunder ini kepada pihak BTNGHS.
Harga tiket masuk yang diberlakukan adalah Rp
7500/orang dengan rincian pembagian Rp 2.500 untuk pihak taman nasional (BPNP), Rp 500 untuk pmerintah desa Gunung Bunder 2, Rp 100 untuk FORMAT Gunung Bunder 2, Rp 400 untuk KOMPEPAR Gunung Bunder 2, dan sisanya untuk Perum Perhutani KPH Bogor. Selain obyek wisata yang dikelola oleh pemerintah (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Perum Perhutani KPH Bogor dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak), di wilayah Kampung Lokapurna Desa Gunung Sari juga terdapat banyak obyek wisata yang dikelola oleh masyarakat setempat, baik secara bersama atau perseorangan. Obyek-obyek wisata tersebut antara lain: 1) The Michael Resort The Michael Resort ini merupakan suatu resort milik seorang pengusaha yang berasal dari Jakarta.s Resort ini berdiri di areal seluas 2,7 ha. Resort yang dapat dicapai dengan mudah dari Jakarta, hanya menempuh waktu sekitar 3 jam. Area bangunan The Michael Resorts hanya menggunakan 20-30 persen dari keseluruhan luas tanah. Resort ini tidak hanya menawarkan kenikmatan menginap di kamar-kamar berfasilitas hotel yang modern dan mewah, tetapi sekaligus untuk menikmati sebuah area pelestarian tanaman asli Indonesia. The Michael Resorts memiliki misi membudidayakan dan melestarikan tanaman-tanaman langka Indonesia. Berbagai jenis bunga dan tanaman asli
43
Indonesia yang langka ini ditanam kembali di The Michael Resorts, seperti berbagai jenis anggrek dan berbagai jenis bunga mawar asli Indonesia. Beberapa koleksi tanaman yang ada antara lain mawar keriting dan mawar rampai, atau mawar matador yang juga sudah jarang ditemukan. Selain itu ada bunga melati Gambir asli Betawi, bunga Kantong Semar asli Kalimantan, bunga Clavia dari Kebun Raya Cibodas, bunga Puspa, pohon Sampur Irian, pohon Kayu Manis, pohon Sirih Merah, dan pohon Arun dari Loknga, (Aceh). Sarana dan Prasarana The Michael Resorts memiliki 13 buah villa cantik yang dapat menampung 70 orang: Villa Kemuning, Villa Meni’i, Villa Bambu, Villa Damar, Villa Eboni, Villa Kayu Manis, Villa Tanjung, Villa Anggrek Bulan, Villa Pinus, Villa Okaria, Villa Cemara, Villa Kenari dan Villa Puspa. Selain itu terdapat juga fasilitas ruang meeting yang berkapasitas 80-100 orang cafe dengan konsep open space, kolam renang dengan airnya berasal langsung dari gunung, fasilitas outbnd, paint ball dll. Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan di The Michael Resort diantaranya hiking, outbond, berenang, dan menikmati pemandangan. The Michael Resort juga menawarkan paket foto pre-wedding. Pengelolaan The Michael Resort merupakan tempat wisata milik perseorangan. Hampir seluruh pegawai yang bekerja di resort tersebut berasal dari luar Kampung Lokapurna. Resort ini merupakan suatu obyek yang tertutup, baik bagi pengunjung maupun masyarakat sekitar. Apabila pengunjung ingin masuk ke resort tersebut maka harus melakukan reservasi dulu sebelumnya. Harga yang ditawarkan berkisar antara USD 30 – USD 100. 2) Kolam Renang Tirta Indah Kolam renang Tirta Indah terdapat di Kampung Lokapurna, Desa Gunung Sari. Harga tiket masuknya Rp 8.000/orang. Kolam renang ini dibangun oleh salah seorang penduduk Kampung Lokapurna dan dikelola oleh masyarakat setempat. Pengunjung yang datang cukup banyak, terutama di hari minggu. Pengunjung yang datang pada sebagian besar berasal dari desadesa di sekitar Kampung Lokapurna tersebut.
44
3) Wahana Outbond Avatar “Adventure Circle” Wahana Outbond ini adalah suatu lokasi yang menawarkan program outbond baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Sarana prasarana yang ada diantaranya fying fox, kolam rintang, paket paint ball, dan penginapan. Pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat Kampung Lokapurna. Sampai saat ini sudah cukup banyak pengunjung yang datang untuk menikmati permainan di lokasi ini. Harga yang ditawarkan berkisar antara Rp 50000 – 150000, tergantung dari program-program outbond yang dipilih. Potensi objek wisata lain yang belum dikembangkan secara optimal contohnya di Curug Geblug dan Curug Sawer yang belum ditata oleh pihak pengelola maupun instansi pemerintah yang berwenang dan hanya ditangani oleh masyarakat sekitar kawasan yang ada di dua desa utama, yakni Gunung Sari dan Gunung Bunder 2. 4.2. Sistem Pengelolaan Wisata Obyek – obyek wisata yang terdapat di Kawasan Gunung Salak Endah termasuk kedalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Secara administratif, obyek-obyek wisata tersebut sebagian besar berada di wilayah Desa Gunung Sari, khususnya di Kampung Lokapurna, dan Desa Gunung Bunder 2. Pengelolaan obyek – obyek wisata dilakukan oleh Balai Taman Nasional Gunung Halimun – Salak, Perum Perhutani KPH Bogor dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Bogor. Untuk membantu pelaksanaan pengelolaan obyekobyek wisata di lapangan, setiap instansi pemerintah membentuk organisasi yang anggota-anggotanya berasal dari masyarakat setempat (Gambar 11).
Dalam
pelaksanaan pengelolaan wisatanya, instansi-instansi tersebut tidak melakukan koordinasi secara langsung dengan pihak pemerintah desa. Bentuk koordinasi yang dilakukan masih sebatas pembuatan MOU (Memorandum of Understanding) mengenai keberadaan kawasan taman nasional di wilayah desa tersebut. Instansiinstansi tersebut memberikan sebagian dari pendapatan tiketnya untuk kas desa. Balai Taman Nasional merekrut masyarakat Desa Gunung Bunder 2 menjadi volunteer untuk membantu pengelolaan obyek wisata Kawah Ratu. Para volunteer tersebut bertugas menjadi pemandu bagi para pengunjung yang ingin berkunjung ke Kawah Ratu, kemudian menjadi penjaga pintu gerbang (ticket
45
Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak
Disbudpar Kab. Bogor
Perum Perhutani
Pemerintah Desa (Administratif)
BLVRI
Pemerintah Desa (Administratif)
KOMPEPAR
KSM GSE
Paguyuban Villa
Kampung Lokapurna, Desa Gunung Sari
Gambar 11 Sistem Pengelolaan Wisata di Kawasan Gunung Salak Endah
KOMPEPAR
Volunteer
Desa Gunung Bunder 2
FORMAT
46
collector), serta menjaga kebersihan dan keamanan kawasan.
Pihak taman
nasional tidak memberikan gaji khusus untuk para volunteer tersebut. Mereka mendapatkan penghasilan dari para pengunjung yang dilayaninya. Selain itu, mereka juga diperbolehkan untuk membuka usaha misalnya warung-warung makanan, menyewakan peralatan berkemah, dan sebagainya. Perum Perhutani KPH Bogor merekrut masyarakat Desa Gunung Bunder 2 yang dulunya sering mengganggu keamanan kawasan. Tujuan perekrutan ini adalah untuk mengurangi gangguan terhadap kawasan dan sekaligus membantu pengelolaan obyek wisata di lapangan. Kelompok masyarakat ini dinamakan Kelompok Penggerak Pariwisata (KOMPEPAR) Gunung Bunder 2. Tugas para anggota KOMPEPAR tersebut antara lain menjadi penjaga pintu gerbang (ticket collector), menjaga kebersihan dan keamanan kawasan, menjadi pemandu wisata, dan lain sebagainya. Obyek wisata yang dikelola oleh KOMPEPAR Gunung Bunder 2 adalah Bumi Perkemahan Gunung Bunder. Dinas
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Kabupaten
Bogor
membentuk
KOMPEPAR di Desa Gunung Sari yang bertugas untuk membantu pelaksanaan pengelolaan obyek-obyek wisata di lapangan. KOMPEPAR Gunung Sari telah memiliki panduan (petunjuk pelaksana) untuk dapat dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi KOMPEPAR, sehingga dapat terselenggara secara lebih tertib dan terarah, untuk selanjutnya secara efektif dan efisien dapat mencapai tujuan dan sasaran kegiatannya.
Akan tetapi pada
kenyataan di lapangan, petunjuk pelaksanaan itu tidak dimanfaatkan dengan baik. Hampir sebagian besar anggota KOMPEPAR tidak mengetahui adanya petunjuk pelaksana ini.