ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM ESTIMASI DANDI DAMPAK EKONOMI ALAM CURUG NILAI CIGAMEA KAWASAN TAMANWISATA NASIONAL CURUG CIGAMEA DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK GUNUNG HALIMUN SALAK
FERNANDO SINAGA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Wisata Alam Curug Cigamea di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan merupakan bagian dari penelitian yang berada di bawah penelitian BOPTN dengan judul “Pembayaran Jasa Lingkungan Wisata Alam sebagai Alternatif Solusi Trade Off Kepentingan Ekologi dan Ekonomi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak” dengan sumber dana dari BOPTN-DIKTI 2013. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Fernando Sinaga NIM H4409060
xii ABSTRAK FERNANDO SINAGA. Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Wisata Alam Curug Cigamea di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA. Kawasan wisata Curug Cigamea yang masuk ke dalam perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu objek wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Keberadaan wisata Curug Cigamea di TNGHS dapat memberi dampak positif berupa lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat lokal. Dampak positif dapat terus dirasakan oleh masyarakat lokal jika kelestarian sumber daya alam di TNGHS tetap terjaga. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan mau turut menjaga kelestarian sumber daya alam sebagai penunjang keberadaan wisata Curug Cigamea. Estimasi mengenai nilai dan dampak ekonomi wisata Curug Cigamea diperlukan untuk mengetahui seberapa besar dampak keberadaan wisata terhadap perekonomian masyarakat lokal. Berdasarkan hasil estimasi dengan metode Individual Travel Cost Method, diperoleh nilai ekonomi Curug Cigamea sebesar Rp 3 886 099 200. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata diukur dengan nilai efek pengganda (multiplier effect) dan diperoleh nilai keynesian income multiplier sebesar 2.9, ratio Income multiplier tipe 1 sebesar 1.5, dan ratio income multiplier tipe 2 sebesar 1.7. Hasil tersebut menunjukan bahwa wisata Curug Cigamea memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat lokal. Selain dapat memberi dampak positif, keberadaan wisata Curug Cigamea juga dapat memberi dampak negatif, seperti adanya ancaman kerusakan sumber daya alam dan lingkungan akibat besarnya jumlah pengunjung. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengontrol jumlah kunjungan tersebut adalah penerapan tarif masuk optimum. Tarif masuk optimum Curug Cigamea diestimasi dari Willingnes to Pay responden pengunjung jika pengelola meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug Cigamea untuk biaya pelestarian sumber daya alam dan pengembangan objek wisata. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai rataan WTP pengunjung terhadap tarif masuk Curug Cigamea adalah sebesar Rp 10 122. Penerapan tarif masuk sesuai WTP pengunjung tersebut dapat mengurangi jumlah kunjungan, namun disisi lain dapat meningkatkan penerimaan pengelola yang dapat dialokasikan sebagai dana konservasi. Kata kunci :
Multiplier effect, TNGHS, Individual Travel Cost Method, Wisata Alam, Willingnes to Pay
xiii ABSTRACT FERNANDO SINAGA. Estimating Value and Economic Impact of Cigamea Waterfall Natural Tourism at Halimun Salak National Park. Supervised by METI EKAYANI and NUVA Cigamea waterfall tourism area is currently included to the expansions of Gunung Halimun Salak National Park (TNGHS) is famous among who come to TNGHS. Cigamea Waterfall at TNGHS can give a positive impact such as opportunity job and income for the local society. The local society can get positive impact if the preservation of natural resources in TNGHS can be maintained due to the important of natural resources to support natural tourism activities. Therefore the local society expected to support the natural resources sustainability for the existence of Cigamea Waterfall. The value and economic impact of Cigamea Waterfall need to be estimated to know how much the economic impact to the local society. Based on the estimation using individual travel cost method showed that the economic value of Cigamea Waterfall was Rp 3 886 099 200. The Economic impact generated from tourism activities measured by multiplier effect and the value of multiplier effect was 2.9 for the keynesian income multiplier, 1.5 for ratio income multiplier type 1, and 1.7 for ratio income multiplier type 2. The result showed that Cigamea Waterfall has an important part to the economic impact of local society. On the other hand, the existence of Cigamea waterfall not only can give positive impact but also can give negative impact such as threaten damage to natural resources and the environment from the large number of visitors. One of the tools that can be used to control the number of visitors is the application of the optimum entrance fee. The optimum entrance fee in Cigamea Waterfall estimated by using willingnes to pay of visitors. If the managers increasing the entrance fee in Cigamea Waterfall for the conservation fund of natural resource and developing tourism area. Based on the calculation, the average values of visitor’s WTP for the entrance fee in Cigamea Waterfall was Rp 10 122. The entrace tariff that adapted from visitor’s WTP can decrease visitor’s number, but in another part can increase Manager’s income which can be allocated for conservation cost. Keywords : Multiplier Effect, Natural Tourism, TNGHS, Travel Cost Method, WTP
ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM CURUG CIGAMEA DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK
FERNANDO SINAGA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Wisata Alam Curug Cigamea di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak Nama : Fernando Sinaga NIM : H44090060
Disetujui oleh
Dr. Meti Ekayani, S. Hut, M.Sc Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Nuva, S.P, M.Sc Pembimbing II
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah ekonomi wisata, dengan judul Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Wisata Alam Curug Cigamea di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada: 1
Kedua orang tua tercinta yaitu Ayah Elyas Sinaga dan Ibu Maria Turnip, serta saudara-saudara saya tersayang Yohanes, Jonser, Merika, Ferdinan, dan Mawar, yang selalu memberikan motivasi.
2
Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Ibu Nuva, S.P, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah mendidik dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
3
Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen penguji utama, yang telah memberikan masukan dan arahan pada ujian sidang skripsi.
4
Ibu Asti Isiqomah, SP, Msi sebagai dosen penguji wakil departemen, yang telah memberikan masukan dan arahan pada ujian sidang skripsi.
5
Bapak
Ir.
Sutara
Hendrakusumaadmaja
sebagai
dosen
pembimbing akademik, yang telah memberi arahan dan masukan selama penulis menjalani kuliah. 6
Kantor Disbudpar Kabupaten Bogor, Balai TNGHS, Kepala RT/RW, dan masyarakat Gunung Sari yang telah banyak memberikan saran dan informasi selama pengumpulan data.
7
Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB, para dosen beserta staf atas semua dukungan dan bantuan.
8 Keluarga Komisi Kesenian IPB; Fredy, Yoshi, Yeni, Nesvi, Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang telah memberi doa dan bantuannya.
xii 9
Rekan-rekan sebimbingan skripsi; Rifki, Iin, Rere, Pipit dan Isti yang telah bekerjasama selama masa bimbingan skripsi.
10 Sahabat terbaik; Angga, Febri, Yasmin, Nita, Abe, Dear, Gugat, Romil, Charra, Adinna, Reyna dan seluruh keluarga ESL 46. Semoga skripsi ini bermanfaat sebagai panduan penelitian dan berbagai pihak dalam mengembangkan suatu kawasan wisata. Bogor, Februari 2014
Fernando Sinaga
xiii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4 1.4 Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 5 II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6 2.1 Pariwisata .......................................................................................... 6 2.2 Nilai Ekonomi Wisata Alam ............................................................. 7 2.3 Dampak Ekonomi Wisata ................................................................. 8 2.4 Willingness to Pay (WTP) ................................................................ 9 2.5 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 10 III KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 12 IV METODE PENELITIAN........................................................................ 15 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 15 4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 15 4.3 Metode Pengambilan Contoh ......................................................... 15 4.4 Metode Analisis Data ..................................................................... 16 4.4.1 Analisis Persepsi Pengunjung Terhadap Curug Cigamea ... 17 4.4.2 Valuasi Ekonomi Wisata..................................................... 17 4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Curug Cigamea.............................................................................. 23 4.4.4 Estimasi Tarif Optimum Masuk Objek Wisata Curug Cigamea.............................................................................. 24 V GAMBARAN UMUM............................................................................. 26 5.1 Karakteristik Objek Wisata Curug Cigamea .................................. 26 5.2 Karaktersitik Responden Pengunjung Curug Cigamea .................. 27 5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Responden Pengunjung......................................................................... 27 5.2.2 Karakteristik Faktor Responden Pengunjung dalam Berwisata ............................................................................ 28 5.3 Karakteristik Unit Usaha di Objek Wisata Curug Cigamea .......... 29 5.4 Karakteristik Tenaga Kerja Lokal di Objek Wisata Curug Cigamea ......................................................................................... 30 VI HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 32 6.1 Persepsi Responden Pengunjung terhadap Objek Wisata Curug Cigamea ......................................................................................... 32
xiv 6.1.1 Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Alam di Objek Wisata Curug Cigamea ....................................................... 32 6.1.2 Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas di Objek Wisata Curug Cigamea ................................................................... 33 6.1.3 Harapan Responden Pengunjung terhadap Pengembangan Wisata Curug Cigamea ............................. 34 6.2 Nilai Ekonomi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata Curug Cigamea .................................................................. 35 6.2.1 Fungsi Permintaan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata ............................................. 35 6.2.2 Nilai Ekonomi Objek Wisata Curug Cigamea ................... 38 6.3 Dampak Ekonomi di Objek Wisata Curug Cigamea ..................... 39 6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung .............................................. 40 6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung .................................... 42 6.3.3 Dampak Ekonomi Lanjutan ................................................ 44 6.3.4 Nilai Efek Pengganda ......................................................... 45 6.4 Estimasi Tarif Masuk Optimum Curug Cigamea ........................... 46 VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 49 7.1 Simpulan.......................................................................................... 49 7.2 Saran ................................................................................................ 49 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 51 LAMPIRAN ................................................................................................. 53
xv
DAFTAR TABEL Halaman
Nomor 1
Jumlah pengunjung objek wisata di GSE tahun 2011-2012 ............ 2
2
Jumlah pengunjung per lokasi objek wisata di GSE tahun 20112012 ................................................................................................. 2
3
Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi suatu kawasan wisata ............................................................................................. 11
4
Matriks metode analisis data .......................................................... 17
5
Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan kebersihan di wisata Curug Cigamea ............................. 17
6
Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan aksesbilitas di wisata Curug Cigamea ..................................... 18
7
Estimasi penerimaan pengelola dari harga tiket ............................ 25
8
Karakteristik
responden
pengunjung
Curug
Cigamea
berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) tahun 2013.......... 28 9
Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata di objek wisata Curug Cigamea ................................................................... 29
10
Karakteristik unit usaha di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013................................................................................................ 30
11
Karakteristik tenaga kerja lokal di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 ...................................................................................... 31
12
Persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan kebersihan di objek wisata Curug Cigamea ......................................................... 32
13
Persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan aksesbilitas di objek wisata Curug Cigamea .................................................................. 33
14
Harapan responden pengunjung terhadap objek wisata Curug Cigamea ......................................................................................... 34
15
Hasil regresi fungsi permintaan wisata Curug Cigamea ................ 35
16
Perhitungan nilai ekonomi Curug Cigamea ................................... 38
17
Proporsi pengeluaran pengunjung dan kebocoran yang terjadi di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 ...................................... 39
xvi 18
Proporsi rata-rata pendapatan pemilik usaha per bulan di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 ................................................ 41
19
Dampak ekonomi langsung di objek wisata Curug Cigamea pada tahun 2013 ............................................................................. 41
20
Pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata Curug Cigamea tahun 2013 ....................................................................... 42
21
Pengeluaran unit usaha di luar kawasan wisata Curug Cigamea tahun 2013 ...................................................................................... 43
22
Dampak ekonomi tidak langsung di wisata Curug Cigamea tahun 2013 ...................................................................................... 43
23
Proporsi rata-rata pengeluaran responden tenaga kerja lokal per bulan di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 ......................... 44
24
Dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 ................................................................................................ 45
25
Nilai efek pengganda dari pengeluaran pengunjung di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 .................................... ............45
26
Keinginan pengunjung meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 ................................................ 47
27
Distribusi besaran WTP pengunjung terhadap tarif optimum masuk di objek wisata Curug Cigamea .......................................... 47
28
Penerimaan pengelola dengan tarif optimum masuk di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 ................................................ 48
DAFTAR GAMBAR Nomor 1
Halaman Kerangka pemikiran penelitian .................................................... 14
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1
Halaman Hasil model regresi frekuensi kunjungan dengan biaya perjalanan, pendapatan total, lama pendidikan, umur, lama mengetahui objek wisata, waktu yang dihabiskan di lokasi .......... 54
2
Uji normalitas................................................................................. 54
3
Uji F ............................................................................................... 55
4
Uji multikolinearitas ...................................................................... 55
5
Uji autokorelasi .............................................................................. 56
6
Uji heteroskedastisitas................................................................... 56
7
Hasil regresi frekuensi ke TNGHS dengan biaya perjalanan ........ 56
8
Jumlah kunjungan responden pengunjung satu tahu terakhir ........ 57
9
Rata-rata pengeluaran pengunjung per individu ............................ 58
10
Rata-rata pengeluaran unit usaha ................................................... 62
11
Rata-rata pendapatan tenaga kerja lokal per bulan ........................ 64
12
Pengeluaran tenaga kerja lokal ...................................................... 64
13
Perhitungan efek pengganda .......................................................... 65
14
Lampiran gambar ........................................................................... 66
1
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, baik keragaman satwa maupun tumbuhan. Kekayaan sumber daya alam tersebut perlu dijaga dan dilestarikan, dimana salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menetapkan kawasan konservasi sebagai taman nasional. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kawasan taman nasional dikelola berdasarkan sistem zonasi, yang terdiri dari zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, dan zona lainnya menurut keperluan. Zona pemanfaatan merupakan zona di taman nasional yang dapat difungsikan sebagai kawasan wisata, seperti yang terdapat di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Keindahan panorama alam serta kekayaan flora dan fauna di TNGHS merupakan modal penting dalam pengembangan wisata alam. Keberadaan wisata alam di TNGHS dapat memberi dampak positif bagi masyarakat lokal, seperti adanya lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan. Dampak positif tersebut diharapkan dapat membuat masyarakat turut serta menjaga kelestarian alam sebagai penunjang keberadaan wisata alam. Hal ini dikarenakan, dampak positif tersebut akan terus dapat dirasakan masyarakat apabila wisata alam di TNGHS berjalan secara berkelanjutan dengan menjaga kelestarian sumber daya alam. Pengembangan wisata alam didukung dalam “Rencana Pengelolaan TNGHS tahun 2008 sampai dengan 2026” yang mengarahkan salah satu sasaran dan keluaran yang harus didorong adalah berkembangnya wisata alam yang memberi manfaat bagi konservasi alam dan masyarakat lokal (Suparmo et al 2008). Taman Nasional Gunung Halimun Salak terletak di tiga kabupaten yaitu Sukabumi, Lebak, dan Bogor. Gunung Salak Endah (GSE) merupakan salah satu lokasi dari TNGHS di Kabupaten Bogor yang memiliki potensi sumber daya alam untuk kegiatan wisata alam. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa rata-rata jumlah kunjungan pada dua tahun terakhir cukup besar, yaitu mencapai 28 650 kunjungan per tahun. Jumlah tersebut diperoleh dari jumlah kunjungan yang
2 masuk melalui gerbang utama GSE. Besarnya jumlah kunjungan tersebut, dikhawatirkan dapat menjadi ancaman kerusakan bagi sumber daya alam dan lingkungan, sehingga perlu adanya dan pengelolaan yang tepat pada wisata alam di GSE agar sumber daya alam di TNGHS tetap terjaga. Tabel 1 Jumlah pengunjung objek wisata di GSE tahun 2011-2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Jumlah Pengunjung (orang/tahun) 2011 2012 3 950 4 000 1 200 1 100 2 000 1 500 2 150 1 500 2 000 2 000 2 300 2 000 2 350 2 500 1 200 6 000 6 500 1 500 2 000 2 000 2 150 1 850 2 000 1 550 29 800 27 500 28 650
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata- rata per tahun
Sumber : Resort Gunung Salak II 2013
Gunung Salak Endah (GSE) memiliki beberapa jenis wisata yaitu camping ground, kawah, curug (air terjun), dan pemandian air panas. Objek-objek wisata tersebut dikelola oleh dua pihak yaitu pengelola GSE dan Disbudpar Kabupaten Bogor. Beberapa objek wisata yang dikelola oleh Disbudpar Kabupaten Bogor sampai tahun 2012 adalah Curug Ngumpet, Curug Cigamea, Curug Seribu, dan Pemandian Air Panas. Berdasarkan data Disbudpar Kabupaten Bogor (2013), objek wisata yang paling banyak dikunjungi per tahun dari tahun 2009 sampai dengan 2012 di GSE adalah Curug Cigamea. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan rata-rata jumlah pengunjung di Curug Cigamea dari tahun 2009 sampai dengan 2012 sebanyak 19 375 pengunjung per tahun. Tabel 2 Jumlah pengunjung per lokasi objek wisata di GSE tahun 2009-2012 Jumlah pengunjung (orang) Tahun 2009 2010 2011 2012 Rata-rata pertahun
Curug Ngumpet 8 910 8 910 9 801 5 200 8 206
Sumber : Disbudpar Kabupaten Bogor 2013
Curug Cigamea 19 446 19 446 21 407 17 200 19 375
Curug Seribu 9 409 9 409 10 369 0 7 297
Pemandian Air Panas 16 670 16 670 18 373 17 600 17 329
3 Jumlah kunjungan di objek wisata Curug Cigamea yang besar secara tidak langsung memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak positif yang paling dirasakan adalah adanya peningkatan pendapatan bagi masyarakat yang membuka unit usaha di sekitar lokasi, sedangkan dampak negatif yang muncul adalah ancaman kerusakan sumber daya alam di TNGHS. Menurut Liu dalam Pitana dan Diarta (2009), carrying capacity pada pengembangan kawasan wisata merupakan kemampuan suatu kawasan wisata untuk menampung pengunjung dan kegiatan wisata. Pemanfaatan kawasan yang melebihi daya dukung fisiknya dapat menyebabkan degradasi sumber daya alam. Penelitian tentang nilai, dampak ekonomi, serta tarif masuk optimum lokasi wisata Curug Cigamea penting dilakukan untuk memberi pertimbangan bagi stakeholder dalam mengambil kebijakan pengelolaan wisata yang tetap menjaga kelestarian sumber daya alam di TNGHS. 1.2 Perumusan Masalah Curug Cigamea merupakan salah satu objek wisata di GSE yang memiliki beragam daya tarik yang ditawarkan bagi pengunjung. Keindahan air terjun, vegetasi alam, dan udara yang masih sejuk merupakan daya tarik utama yang terdapat di lokasi wisata. Objek wisata ini merupakan salah satu alternatif wisata alam di Bogor bagi pengunjung yang senang menikmati pemandangan alam, selain kawasan puncak. Objek wisata Curug Cigamea merupakan objek wisata yang memiliki ratarata kunjungan terbesar di GSE (Tabel 2). Jumlah kunjungan tersebut mengalami fluktuasi dalam empat tahun terakhir (2009-2012). Pada tahun 2011, jumlah pengunjung meningkat dalam jumlah yang besar dibanding tahun sebelumnya. Hal ini salah satunya dikarenakan terdapat program visit to Bogor pada tahun 2011, sehingga banyak pengunjung yang datang ke objek-objek wisata di Bogor termasuk ke Curug Cigamea (Disbudpar Kabupaten Bogor 2013). Lokasi wisata Curug Cigamea yang sering dikunjungi oleh pengunjung memiliki potensi nilai ekonomi yang cukup besar. Nilai ekonomi perlu diketahui untuk melihat seberapa penting keberadaan wisata Curug Cigamea di TNGHS, dikarenakan nilai ekonomi tersebut menunjukkan nilai jasa sumber daya alam dan
4 lingkungan Curug Cigamea yang berfungsi sebagai wisata alam. Selain itu, jumlah pengunjung yang cukup besar juga secara tidak langsung dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal. Jumlah pengunjung yang besar dapat membuka peluang bagi masyarakat lokal untuk membuka unit usaha di lokasi wisata. Masyarakat lokal di sekitar lokasi wisata akan terus mendapatkan pendapatan dari unit usahanya apabila wisata alam di TNGHS dapat berkelanjutan. Keberlanjutan wisata alam tergantung kelestarian sumber daya alam. Oleh karena itu, sangat penting bagi pengelola dan semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan wisata Curug Cigamea untuk menjaga kelestarian sumber daya alam di TNGHS. Perhitungan dampak ekonomi objek wisata Curug Cigamea perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh pengeluaran pengunjung selama berwisata terhadap perekonomian lokal. Jumlah pengunjung yang cukup besar di objek wisata Curug Cigamea dikhawatirkan berpotensi menimbulkan over carrying capacity dalam jangka waktu panjang. Hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu kelestarian sumber daya alam yang terdapat di TNGHS. Oleh karena itu, tarif masuk optimum perlu diestimasi sebagai upaya untuk mengontrol jumlah kunjungan dan dapat berkontribusi untuk dana konservasi (Vanhove 2005). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai dan dampak ekonomi dari wisata Curug Cigamea, dimana hasilnya dapat membantu para stakeholder untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan dan pengembangan wisata alam di TNGHS. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1 Bagaimana persepsi pengunjung terhadap kawasan wisata Curug Cigamea? 2 Berapa estimasi nilai dan dampak ekonomi pengembangan kawasan wisata Curug Cigamea? 3 Berapa tarif masuk optimum kawasan wisata Curug Cigamea? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menunjukan bahwa wisata Curug Cigamea memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat lokal dan dapat mendukung konservasi di TNGHS. Adapun, tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
5 1 Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap kawasan wisata Curug Cigamea. 2 Mengestimasi besarnya nilai dan dampak ekonomi kawasan wisata Curug Cigamea. 3 Mengestimasi besarnya tarif masuk optimum kawasan wisata Curug Cigamea. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Curug Cigamea yang berlokasi di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dampak ekonomi terhadap unit usaha dan tenaga kerja yang diteliti dilihat dari sisi pengeluaran pengunjung. Unit usaha dan tenaga kerja yang menjadi responden merupakan unit usaha dan tenaga kerja yang bekerja di objek wisata Curug Cigamea. Kebocoran yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan pengeluaran dari responden yang dilakukan di luar Kecamatan Pamijahan. Penelitian ini hanya mengestimasi nilai ekonomi, dampak ekonomi, dan tarif masuk optimum tanpa mengukur carrying capacity di objek wisata Curug Cigamea. Kekhawatiran terjadinya over carrying capacity merupakan dasar perlunya dikaji tarif masuk optimum yang nantinya dapat digunakan sebagai alat kontrol jumlah pengunjung. Selain itu, penerapan tarif masuk optimum juga dapat mengoptimalkan penerimaan pengelola dari tarif masuk kawasan wisata. Tarif masuk optimum dalam penelitan ini, merupakan tarif masuk sesuai rataan kemauan pengunjung untuk meningkatkan harga tarif masuk guna membantu dana pelestarian sumber daya alam dan pengembangan fasilitas wisata.
6
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Suwantoro (2004) pada hakikatnya berpariwisata merupakan suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Pariwisata juga merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya (Wahab 1992). Menurut Fandeli (2000), konsep wisata berdasarkan pemanfaatannya dapat dikelompokan menjadi tiga bagian, antara lain: 1 Wisata alam (natural tourism) merupakan aktifitas wisata yang ditunjukkan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya. Kriteria suatu wilayah dalam penunjukan dan penetapan sebagai kawasan wisata alam, yaitu: a Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam. b Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi, potensi, dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. c Kondisi lingkungan disekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam. 2 Wisata budaya (cultural tourism) merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai objek wisata dengan pendekatan aspek pendidikan. 3 Ekowisata (ecotourism, green tourism, atau alternative tourism) merupakan wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan
sumber
daya
alam
atau
lingkungan
dan
industri
kepariwisataan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka Curug Cigamea dapat dikategorikan sebagai wisata alam. Keberadaan Curug Cigamea sebagai wisata alam di TNGHS diperbolehkan sesuai UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang menyatakan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan taman nasional mencakup: penelitian, pendidikan, menunjang budi daya,
7 budaya, dan wisata alam. Pengelolaan dan pengembangan wisata alam di TNGHS diharapkan
mampu
mewujudkan
kegiatan
wisata
alam
yang
dapat
mempertahankan kelestarian ekosistem hutan TNGHS dan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat. Hal ini juga perlu dilakukan melihat fungsi TNGHS sebagai salah satu kawasan konservasi in situ, artinya daerah konservasi jenis flora dan fauna yang dilakukan di habitat alaminya (Widada et al 2003). 2.2 Nilai Ekonomi Wisata Alam Nilai ekonomi didefenisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. Hal ini sulit jika diterapkan pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan yang tidak memiliki harga pasar seperti wisata alam. Salah satu cara yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian harga pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan (Fauzi 2010). Valuasi nilai ekonomi wisata alam perlu dilakukan untuk melihat nilai dari keberadaan sebuah wisata alam yang terkadang dinilai under value. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur nilai ekonomi suatu kawasan wisata adalah Travel Cost Method (TCM). Menurut Fauzi (2010) TCM merupakan metode yang digunakan untuk mengukur nilai ekonomi sumber daya alam secara tidak langsung. Metode ini pada umumnya digunakan untuk menganalisis atau mengkaji biaya yang digunakan oleh setiap inidvidu pada saat melakukan kegiatan rekreasi di suatu daerah wisata dan mengkaji nilai yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan. Metode ini digunakan untuk menghitung seberapa besar nilai ekonomi dari wisata Curug Cigamea yang berada di kawasan TNGHS. Tujuan dasar dari TCM adalah untuk mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumber daya alam melalui biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumber daya alam digunakan sebagai pendekatan untuk menentukan harga dari sumber daya alam tersebut. Asumsi dasar dari TCM adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktifitas misalnya rekreasi bersifat dapat dipisahkan (Fauzi 2010).
8 Menurut Turner et al. (1994), metode biaya perjalanan memiliki dua teknik pendekatan, yaitu: 1 Metode biaya perjalanan zonal, yaitu dengan membagi lokasi asal pengunjung untuk melihat jumlah populasi per zona, yang digunakan untuk mengestimasi tingkat kunjungan per seribu orang. 2 Metode biaya perjalanan individu, yaitu dengan mengukur tingkat kunjungan individu ke tempat rekreasi dan biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu tersebut. Tujuannya adalah untuk mengukur frekuensi kunjungan individu ke tempat rekreasi tersebut. Pada prinsipnya pendekatan individual sama dengan pendekatan zonal, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survey. Oleh karena itu, metode biaya perjalanan untuk menghitung nilai tempat rekreasi menggunakan pendekatan individual lebih sering digunakan. 2.3 Dampak Ekonomi Wisata Pariwisata merupakan kegiatan wisatawan yang secara langsung melibatkan masyarakat sehingga memberi dampak bagi masyarakat setempat (Ismayanti 2010). Salah satu dampak yang yang dihasilkan dari adanya kegiatan wisata adalah dampak ekonomi. Belanja pengunjung di daerah wisata akan meningkatkan pendapatan pada masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui dampak berganda (multiflier effect) (Suwantoro 2004). Manfaat ini juga dirasakan oleh masyarakat sekitar Curug Cigamea dari keberadaan objek wisata tersebut. Menurut Stynes and Sun (2000), dampak ekonomi adanya wisata terhadap suatu wilayah terdiri dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effects) dan dampak ikutan (induced effects). Dampak langsung lebih dikenal sebagai dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan ikutan disebut dengan dampak sekunder. Dampak primer adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan, dan penerimaan pada usaha akibat pembelanjaan pengunjung. Terdapat dua jenis dampak sekunder, yaitu dampak tidak langsung dan dampak ikutan. Dampak tidak langsung adalah perubahan
9 jumlah pengeluaran unit usaha dan upah tenaga kerja di sekitar lokasi wisata. Dampak lanjutan adalah sejumlah pengeluaran dari beberapa tenaga kerja yang terlibat kegiatan wisata. Pengeluaran wisatawan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal, namun terdapat sebagian pengeluaran wisatawan yang tidak berdampak pada perekonomian lokal, hal ini dinamakan kebocoran. Pada dasarnya, kebocoran terjadi karena uang tersebut dibelanjakan di luar kegiatan perekonomian daerah tujuan wisata sehingga uang tersebut tidak memberi pengaruh terhadap perekonomian daerah wisata yang dikunjungi wisatawan (Yoeti 2008). 2.4 Tarif Masuk Optimum Tarif masuk kawasan wisata alam merupakan penerimaan yang diterima pengelola dari adanya kegiatan wisata. Peneriman tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki/mengembangkan fasilitas wisata dan menjaga kelestarian sumber daya alam yang terdapat pada wisata alam. Besarnya penerimaan dari tarif masuk tersebut dapat dioptimalkan dengan penerapan tarif masuk optimum. Tarif masuk optimum dalam penelitan ini, merupakan tarif masuk sesuai rataan kemauan pengunjung untuk meningkatkan harga tarif masuk guna membantu dana pelestarian sumber daya alam dan pengembangan fasilitas wisata. Selain itu, tarif masuk optimum juga dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengontrol besarnya jumlah kunjungan di objek wisata. Tarif masuk optimum dapat diestimasi dengan pendekatan Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap tarif masuk kawasan wisata. Willingness to Pay (WTP) merupakan keinginan membayar maksimum pengunjung untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. Willingness To Pay (WTP) juga diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu (Fauzi 2010). Metode ini merupakan metode untuk menanyakan langsung pada pengunjung mengenai nilai atau harga yang bersedia mereka berikan terhadap barang dan jasa yang tidak memiliki harga pasar seperti sumber daya alam.
10 Metode WTP biasanya dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada responden tentang kesediaan seseorang untuk membayar pihak lain sebagai kompensasi untuk tetap memelihara sumber daya alam tersebut (Yakin 1997). Metode WTP digunakan sebagai dasar dalam penetapan tarif masuk optimum wisata karena besarnya tarif masuk yang sebenarnya bersedia dibayarkan oleh pengunjung tidak selalu sama dengan harga tiket saat ini. 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi serta estimasi tarif masuk optimum suatu kawasan wisata telah banyak dilakukan di berbagai tempat dan waktu yang berbeda. Beberapa hasil dari penelitian tersebut dijadikan referensi pada penelitian ini. Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi suatu kawasan wisata telah dilakukan oleh Wijayanti et al. (2008), Milasari (2010), dan Hakim et al. (2011), sedangkan penelitian mengenai estimasi tarif masuk optimum kawasan wisata telah dilakukan oleh Prayoga (2013). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Wijayanti et al. (2008) adalah waktu penelitian dan tujuan penelitian, dimana penelitian ini juga bertujuan untuk mengestimasi tarif masuk optimum di Curug Cigamea. Tarif masuk optimum merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengontrol jumlah pengunjung jika terjadi over carrying capacity. Kekhawatiran terjadi over carrying capacity tersebut dikarenakan jumlah pengunjung Curug Cigamea yang cukup besar dibandingkan wisata lain di GSE (Tabel 2). Penelitian ini hanya mengukur nilai ekonomi, dampak ekonomi serta mengestimasi besarnya tarif masuk optimum tanpa mengukur carrying capacity di kawasan wisata Curug Cigamea. Hasil dari penelitian terdahulu mengenai nilai dan dampak ekonomi dapat dilihat pada Tabel 3.
11 Tabel 3 Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi suatu kawasan wisata No 1
Penulis Wijayanti et al 2008
Judul Analisis Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ekowisata (Studi Kasus Kawasan Wisata Gunung Salak Endah Kabupaten Bogor)
2
Milasari 2010
Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam (Studi Kasus:Taman Wisata Tirta Sanita)
3
Prayoga 2013
4
Hakim et al 2011
Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Wisata terhadap Konservasi di TNUK Kab.Pandeglang Provinsi Banten Valuasi Ekonomi Obyek Wisata Alam di Rawapening, Indonesia: Sebuah Aplikasi Biaya Perjalanan dan Penilaian Metode Kontinjensi
Hasil dan metode Nilai surplus ekonomi yang diterima pengunjung di Cigamea sebesar Rp 970 206 per individu per kunjungan dan nilai ekonomi Curug Cigamea adalah Rp 21 480 366 692. Nilai Keynesian Income Multiplier adalah 1.63, Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah 1.42 dan Ratio Income Multiplier Tipe 2 adalah 1.71. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah TCM dan Keynesian multiplier. Dampak ekonomi langsung berupa pendapatan pemilik unit usaha sebesar 54%. Dampak tidak langsung berupa pendapatan tenaga sebesar 2%. Dampak lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja sebesar 59%. Nilai Keynesian Income Multiplier adalah 1.07, Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah 1.22 dan Ratio Income Multiplier Tipe 2 adalah 1.37. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah TCM dan Keynesian multiplier. Nilai WTP pengunjung wisata TNUK adalah Rp 15 666.7, sehingga nilai ini dapat menjadi peluang bagi pengelola untuk menetapkan tiket optimum yang saat ini masih dianggap terlalu murah oleh pengunjung yaitu sebesar Rp 2 500.
Nilai ekonomi dari ekowisata dari surplus konsumen diperkirakan Rp 7 410 000 000. Nilai ekonomi dari wisata alam akan hilang bila terjadi penurunkan kondisi lingkungan alam.
12
III KERANGKA PEMIKIRAN Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi ekologis dan fungsi ekonomis. Gunung Salak Endah (GSE) merupakan salah satu bagian dari kawasan konservasi TNGHS yang memiliki beberapa atraksi wisata alam yang merupakan salah satu dari fungsi ekonomis yang dilakukan TNGHS. Curug Cigamea merupakan salah satu objek wisata di GSE. Kelestarian sumber daya alam di sekitar kawasan objek wisata menghasilkan udara yang sejuk dan panorama alam yang indah. Besarnya jumlah kunjungan di objek wisata Curug Cigamea berpotensi menjadi ancaman bagi kelestarian sumber daya alam dan lingkungan di TNGHS. Ancaman kelestarian sumber daya alam tersebut dapat mengurangi fungsi ekologis dari TNGHS. Oleh karena itu, sangat penting bagi pengelola dan semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan wisata Curug Cigamea untuk menjaga kelestarian sumber daya alam di TNGHS. Setiap lokasi wisata berhubungan erat dengan pengunjung tidak terkecuali Curug Cigamea, sehingga penting untuk mengetahui bagaimana persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan fasilitas wisata di Curug Cigamea. Persepsi pengunjung mengenai kondisi alam digunakan untuk mengetahui dampak keberadaan wisata terhadap kondisi sumber daya alam di TNGHS saat ini sudah mengalami kerusakan atau belum. Persepsi pengunjung mengenai fasilitas wisata juga perlu diketahui agar pengelola dapat meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung tanpa merusak kelestarian sumber daya alam di TNGHS. Setiap lokasi wisata memiliki potensi nilai ekonomi, tidak terkecuali objek wisata Curug Cigamea. Nilai ekonomi tersebut diestimasi berdasarkan pendekatan besarnya biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung dalam berwisata. Biaya perjalanan yang dikeluarkan tersebut merupakan besarnya nilai yang diberikan pengunjung kepada sumber daya alam dan lingkungan di lokasi wisata (Fauzi 2010). Oleh karena itu, nilai ekonomi perlu diketahui untuk melihat seberapa besar manfaat keberadaan objek wisata Curug Cigamea di TNGHS. Kegiatan wisata di Curug Cigamea memberikan dampak ekonomi baik langsung maupun tidak langsung bagi perekonomian daerah setempat, seperti
13 peningkatan pendapatan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya pengeluaran para pengunjung selama berwisata. Adanya transaksi tersebut menimbulkan dampak pengganda bagi sektor ekonomi yang lainnya. Estimasi dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata tersebut merupakan indikator penting mengenai seberapa besar wisata Curug Cigamea berdampak ekonomi bagi masyarakat lokal. Besarnya jumlah pengunjung di objek wisata Curug Cigamea dikhawatirkan akan menimbulkan over carrying capacity dalam jangka waktu panjang. Oleh karena itu, perlu diestimasi tarif masuk optimum yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengontrol jumlah pengunjung. Tarif masuk optimum diestimasi melalui pendekatan Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap harga tiket masuk karena tarif masuk lokasi wisata tidak selalu sama dengan harga sebenarnya yang bersedia dibayarkan. Penerapan tarif masuk optimum tersebut juga dapat mengestimasi besarnya jumlah pengunjung dan penerimaan pengelola dengan harga tiket optimum. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan wisata alam yang dapat menjaga kelestarian SDAL dan memberi dampak ekonomi bagi masyarakat lokal. Selain dapat memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, keberadaan wisata ini juga tidak mengganggu atau merusak sumber daya alam di TNGHS. Kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
14 Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Gunung Salak Endah
Fungsi Ekologis
Fungsi Ekonomi
Jumlah Pengunjung yang Cenderung Meningkat di Curug Cigamea
Ancaman Kerusakan SDAL di GSE
Persepsi Wisatawan terhadap Objek Wisata
Nilai Ekonomi Wisata
Analisis Deskriptif Kualitatif
Travel Cost Method
Analisis Regresi Linier Berganda Harapan wisatawan terhadap Pengembangan Wisata
Nilai Ekonomi Wisata
Wisata Curug Cigamea
Dampak Ekonomi Wisata terhadap Pendapatan Masyarakat
Tiket Masuk Kawasan Wisata
Keynesian Multiplier
Direct
Indirect
Nilai Dampak Ekonomi Wisata
WTP
Induce
Estimasi Jumlah Pengunjung dan Penerimaan Pengelola
Pengembangan Wisata Alam yang dapat Menjaga Kelestarian SDAL dan Memberi Dampak Ekonomi bagi Masyarakat Lokal
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Keterangan: batasan penelitian
Harga Tiket Optimum
15
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Curug Cigamea yang terletak di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Curug Cigamea merupakan salah satu objek wisata alam di TNGHS dengan jumlah kunjungan yang tinggi. Keberadaan objek wisata Curug Cigamea dapat mendorong masyarakat yang mendapatkan keuntungan dari wisata tersebut untuk tetap menjaga kelestarian sumber daya alam di TNGHS. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013. 4.2 Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Data primer merupakan data cross section yang diperoleh dari wawancara terstruktur menggunakan kuesioner secara langsung kepada responden. Responden merupakan pengunjung, unit usaha, serta tenaga kerja lokal objek wisata Curug Cigamea. Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah persepsi responden terhadap objek wisata Curug Cigamea, pengeluaran pengunjung, pengeluaran dan pendapatan unit usaha, pengeluaran dan pendapatan tenaga kerja lokal, serta kesediaan pengunjung membayar tarif masuk optimum. Data sekunder mengenai TNGHS diperoleh dari pihak Balai TNGHS, sedangkan data sekunder mengenai objek wisata Curug Cigamea diperoleh dari Disbudpar Kabupaten Bogor. Selain itu, berbagai data pendukung diperoleh melalui skripsi terdahulu yang relevan, buku, jaringan internet, dan jurnal terkait. 4.3 Metode Pengambilan Contoh Metode pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan metode nonprobability sampling yaitu metode pengambilan contoh dimana semua objek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
16 responden (Juanda 2007). Responden pengunjung dipilih dengan teknik purposive sampling, dimana pengunjung dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu, yaitu keterwakilan dari aspek demografi, cara kedatangan, dan tujuan wisata. Responden pengunjung adalah responden dengan usia minimal 17 tahun agar dapat memahami pertanyaan pada kuesioner. Jumlah responden yang digunakan untuk penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin (Prasetyo dan Lina 2007) yaitu : n= N/ (1+Ne²)....................................................................................................... (1) Keterangan : n = Jumlah responden N = Ukuran populasi e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan contoh yang masih bisa ditolerir. Jumlah pengunjung tahun 2012 sebesar 17 200 digunakan sebagai ukuran populasi dengan galat sebesar 10%, maka diperoleh jumlah responden pengunjung yang diambil sebanyak seratus responden. n = N/ (1+Ne²) = 17 200/(1+17 200 (0.1)²) = 100 responden. Pengambilan contoh dari responden unit usaha dan tenaga kerja juga dilakukan dengan teknik purposive sampling, dimana unit usaha yang dipilih dapat mewakili setiap tipe dan karakteristik unit usaha. Responden untuk unit usaha dan tenaga kerja dipilih sebanyak 35 unit usaha dan 12 tenaga kerja di objek wisata Curug Cigamea. 4.4 Metode Analisis Data Tujuan dari analisis data adalah menyederhanakan data yang dikumpulkan oleh peneliti ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk diinterpretasikan. Metode analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk matriks pada Tabel 4.
17 Tabel 4 Matriks metode analisis data No
Tujuan penelitian
1
Mengetahui persepsi wisatawan terhadap kawasan wisata Curug Cigamea
2
Mengestimasi besarnya nilai dan dampak ekonomi kawasan wisata Curug Cigamea
3
Mengestimasi besarnya tarif masuk optimum kawasan wisata Curug Cigamea
Sumber dan data yang dibutuhkan Wawancara dengan pengunjung mengenai persepsi pengunjung terhadap kawasan wisata Curug Cigamea Wawancara dengan pengunjung mengenai biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung Wawancara dengan unit usaha mengenai pendapatan dan pengeluaran unit usaha Wawancara dengan tenaga kerja mengenai pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja Wawancara dengan pengunjung mengenai besarnya WTP pengunjung terhadap tarif masuk optimum
Metode analisis data Analisis deskriptif
Travel Cost Method Keynesian Multiplier
Willingness to Pay
4.4.1 Analisis Persepsi Pengunjung Terhadap Curug Cigamea Persepsi pengunjung merupakan hal yang penting diketahui untuk lebih mengembangkan pengelolaan objek wisata. Persepsi dari pengunjung dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif. Beberapa kategori dan indikator dalam menganalisis persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan kebersihan di wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan kebersihan di wisata Curug Cigamea No
Kategori
1
Keindahan Alam
Indikator Baik Sedang Buruk
2
Kualitas udara
3
Kualitas Air
4
Kebersihan
Baik Sedang Buruk Baik Sedang Buruk Baik Sedang
Buruk
Keterangan Pemandangan alam yang ada indah, dan menarik minat pengunjung untuk datang kembali. Pemandangan alam yang ada biasa saja, tetapi menarik minat pengunjung untuk datang kembali. Pemandangan alam yang tersedia biasa saja, dan pengunjung kurang tertarik untuk kembali. Terasa sangat segar, sangat sejuk, dan tidak berbau. Terasa segar, sejuk, dan tidak berbau. Kotor dan berpolusi. Sangat jernih, bersih, dan tidak berbau. Jernih, bersih, dan tidak berbau. Kotor, berwarna, dan berbau. Tidak terdapat sampah yang beserakan, dan semua fasilitas serta kios makanan tertata rapi. Masih terdapat sampah yang berserakan namun jumlahnya sedikit, dan fasilitas serta kios makanan kurang tertata rapi. Banyak sampah yang berserakan, dan fasilitas serta kios makanan tidak tertata rapi.
18 Selain persepsi pengunjung terhadap kondisi alam, persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan aksesibilitas juga dilakukan dalam penelitian ini. Beberapa kategori dan indikator dalam menganalisis persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan aksesibilitas di wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan aksebilitas di wisata Curug Cigamea No 1
Kategori Kondisi fasilitas wisata
Indikator Baik Sedang Buruk
2
Aksesibilitas
Tidak tersedia Baik Sedang Buruk
Keterangan Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya memenuhi kebutuhan pengunjung, dan kondisinya sangat terawat. Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan pengunjung, dan kondisinya tidak terawat. Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan pengunjung, dan kondisinya tidak terawat. Fasilitas wisata tersebut tidak ada, sehingga kebetuhan pengunjung tidak terpenuhi. Informasi mengenai lokasi wisata mudah diperoleh dan kondisi jalan baik. Informasi mengenai lokasi kawasan tersedia dan kondisi jalan kurang baik. Informasi mengenai lokasi kawasan tersedia dan kondisi jalan sangat buruk.
Selain persepsi pengunjung, pengembangan objek wisata perlu memberikan perhatian khusus terhadap harapan pengunjung pada pengembangan lokasi obyek wisata. Harapan pengunjung tersebut dijadikan sebagai dasar bagi pengelola untuk meningkatkan kualitas fasilitas wisata. Identifikasi harapan pengunjung diperoleh dengan wawancara langsung pada responden pengunjung melalui kuesioner. 4.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata dan Valuasi Ekonomi Wisata Nilai ekonomi wisata Curug Cigamea diestimasi menggunakan metode Travel Cost Method (TCM). Menurut Fauzi (2010), nilai ekonomi kawasan wisata dapat diperoleh dengan membentuk fungsi permintaan terlebih dahulu. Fungsi permintaan diestimasi dengan pendekatan Individual Travel Cost Method (ITCM). Metode yang digunakan dalam pengelolaan data adalah metode regresi linier berganda. Adapun fungsi permintaan wisata tiap individu per tahun kunjungan adalah sebagai berikut: LnY = b0 + b1 LnX1 + b2 LnX2 + b3 LnX3 + b4 LnX4 + b5 LnX5 + b6 LnX6 + e.... (2)
19 Keterangan : Y
= Jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea (kali)
X1
= Biaya perjalanan individu ke Curug Cigamea (Rp)
X2
= Pendapatan total (Rp)
X3
= Lama pendidikan (tahun)
X4
= Usia (tahun)
X5
= Lama mengetahui objek wisata (tahun)
X6
= Waktu yang dihabiskan di kawasan wisata (jam)
e
= error term Hasil regresi tersebut dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor apa saja
yang berpengaruh positif maupun negatif terhadap jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea. Hipotesis yang digunakan adalah X1 (biaya perjalanan) dan X4 (usia) berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan pengunjung, sedangkan X2 (pendapatan total), X3 (lama pendidikan), X5 (lama mengetahui objek wisata), dan X6 (waktu yang dihabiskan di kawasan wisata) berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan pengunjung. Tanda positif dari suatu variabel menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai dari variabel tersebut akan meningkatkan jumlah kunjungan. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan bahwa semakin meningkatnya nilai dari suatu variabel akan menurunkan jumlah kunjungan pengunjung. Dalam regresi linier berganda perlu dilakukan uji parameter untuk mengetahui apakah fungsi permintaan tersebut layak atau tidak. Uji parameter tersebut antara lain adalah: 1 Uji R2 Menurut Gujarati (2007), koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kecocokan dan kesesuaian dari suatu garis regresi. Secara verbal, R 2 mengukur bagian atau persentase total variasi Y yang dijelaskan oleh model regresi. Besaran selang nilai R2 adalah 0 < R2 < 1. Nilai R2 sebesar 1 berarti seluruh variasi Y dapat dijelaskan oleh regresi, sedangkan nilai R2 sebesar 0 berarti tidak ada hubungannya sama sekali antara Y dan X. Model yang baik adalah model yang memiliki nilai R2 yang tinggi karena variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen.
20 2 Uji Statistik F Menurut Juanda (2009), uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabelvariabel independen yang digunakan dalam model secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji F dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Fhitung = Keterangan: n = Jumlah pengamatan k = Jumlah variabel bebas Hipotesis yang digunakan, yaitu: H0 : data dari sampel yang sama H1 : data dari sampel yang berbeda dengan menggunakan kriteria keputusan sebagai berikut: Fhitung > Ftabel (k-1; n-k) maka tolak H0 Fhitung < Ftabel (k-1; n-k) maka terima H0 Jika tolak H0 maka model tersebut memiliki variabel-variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 3 Uji t Menurut Juanda (2009), uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabelvariabel independen yang digunakan satu per satu berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya variabel dependen. Uji t dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: thitung = Keterangan: bi
= nilai koefisien regresi dugaan
Sbi = simpangan baku koefisien dugaan d
= batasan yang diharapkan
Hipotesis yang digunakan, yaitu: thitung > ttabel (α; n-k) atau Sig. < α maka tolak H0 thitung < ttabel (α; n-k) atau Sig. > α maka terima H0
21 Jika tolak H0 maka variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, sedangkan jika terima H0 maka variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 4 Uji Normalitas Menurut Gujarati (2007), uji normalitas digunakan untuk mengetahui data menyebar normal secara statistik. Model regresi linear pada uji normalitas ini harus memenuhi asumsi bahwa faktor kesalahan mempunyai nilai rata-rata sebesar nol dan dinotasikan dengan ei ~ N(0, σ2). 5 Uji Multikolinearitas Menurut Gujarati (2007), multikolinearitas merupakan hubungan linear yang sempurna diantara variabel-variabel independen. Kolinearitas seringkali terjadi pada model yang memiliki R2 yang tinggi tetapi sedikit rasio t yang signifikan. Pendeteksian multikolinearitas pada suatu model dapat diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel independen. Model memiliki masalah multikolinearitas jika nilai VIF lebih besar dari 10. 6 Uji Heterokedastisitas Heterokedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Model persamaan yang diperoleh dari suatu penelitian terkadang mengalami masalah heteroskedastisitas. Konsekuensi dari heteroskedastisitas salah satunya yaitu penduga OLS tidak lagi efisien (Gujarati 2007). Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat pola titik-titik pada grafik regresi, apabila sebaran titik-titik tidak mengumpul pada satu titik maka dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. 7 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi merupakan pengujian terhadap model regresi linear untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar nilai sisaan (error). Cara mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat dilakukan uji Durbin Watson (DW) (Gujarati 2007). Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan individu pengunjung dalam satu kali perjalanan rekreasi meliputi biaya konsumsi selama
22 rekreasi, biaya transportasi, dan biaya dokumentasi. Biaya perjalanan dapat dirumuskan sebagai berikut: BP = TR + DC + KR + LL................................................................................... (3) Keterangan : BP
= Biaya perjalanan rata-rata (Rp per orang per hari)
TR
= Biaya transportasi (Rp per orang per hari)
DC = Biaya dokumentasi (Rp) KR = Biaya konsumsi selama rekreasi (Rp per orang per hari) LL
= Biaya lain-lain (Rp) Koefisien variabel biaya perjalanan diperoleh dari hasil regresi antara
variabel jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea dengan variabel biaya perjalanan. Analisis regresi diformulasikan sebagai berikut: Y = b0 + b1X1............................................................................................................................................................. (4) Keterangan: Y = Jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea satu tahun terakhir (kali) X1 =
Biaya perjalanan individu (Rp) Nilai surplus konsumen digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi dari
wisata Curug Cigamea. Surplus konsumen diukur melalui formula sebagai berikut (Fauzi 2010):
SK =
.............................................................................................................. (5)
Keterangan: SK
= Surplus konsumen (Rp per orang)
N
= Jumlah kali kunjungan yang dilakukan oleh individu i (kali)
b1
= Koefisien dari variabel biaya perjalanan Nilai ekonomi wisata dari kawasan wisata Curug Cigamea merupakan
total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu. Nilai ekonomi wisata Curug Cigamea diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut: NE = SK x TP....................................................................................................... (6) Keterangan: NE
= Nilai ekonomi kawasan wisata dalam satu tahun (Rp)
SK
= Surplus konsumen pengunjung per individu per kunjungan (Rp per orang)
23 TP
= Total jumlah pengunjung dalam satu tahun (orang)
4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Curug Cigamea Pengeluaran pengunjung di lokasi wisata mengakibatkan timbulnya multiplier effect pada perekonomian daerah tujuan wisata. Pengeluaran pengunjung tersebut akan menjadi penerimaan bagi unit usaha lokal, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Informasi yang didapat dari unit usaha, pengelola, dan pengunjung digunakan untuk memperoleh dampak langsung (direct effect), dampak tidak langsung (indirect effect), dan dampak lanjutan (induced effect). Menurut Marine Ecoutourism for Atlantic Area (META 2001), mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu: 1 Keynesian Local Income Multiplier merupakan nilai yang menunjukkan berapa besar pengaruh dari pengeluaran pengunjung terhadap peningkatan pendapatan masyarakat lokal. 2 Ratio Income Multiplier merupakan nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Metode ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan (induced impact). Secara matematis dapat dirumuskan: Keynesian Income Multiplier
=
....................................... (7)
Ratio Income Multiplier, Tipe I
=
.......................................... (8)
Ratio Income Multiplier, Tipe II
=
....................................... (9)
Keterangan: E
= Tambahan pengeluaran pengunjung (Rp)
D
= Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp)
N
= Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rp)
U
= Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp)
24 4.4.4 Estimasi Tarif Optimum Masuk Objek Wisata Curug Cigamea Tarif masuk lokasi wisata tidak selalu sama dengan harga yang sebenarnya mampu dibayarkan oleh para pengunjung untuk memperoleh kepuasan dari wisata tersebut. Tarif masuk sesuai keinginan pengunjung dapat diestimasi melalui pendekatan WTP pengunjung terhadap besar tarif masuk lokasi wisata. Langkah pertama yang dilakukan untuk memperoleh nilai WTP adalah membuat pasar hipotetik berdasar skenario sebagai berikut: “Curug Cigamea merupakan salah satu wisata alam yang terdapat di TNGHS yang ramai dikunjungi oleh pengunjung. Keindahan air terjun dan udara yang masih sejuk merupakan daya tarik utama yang ditawarkan bagi para wisatawan. Oleh karena itu, pelestarian sumber daya alam dan lingkungan (SDAL) di lokasi wisata tersebut perlu dilakukan agar keindahan alam di Curug Cigamea tetap terjaga. Upaya pelestarian SDAL dan pengembangan fasilitas di lokasi wisata Curug Cigamea membutuhkan dana yang cukup besar. Peningkatan tarif masuk lokasi wisata dapat membantu pendanaan pengembangan dan pelestarian ekosistem di objek wisata Curug Cigamea. Dana tersebut dapat digunakan pengelola untuk melakukan kegiatan pelestarian alam seperti penanaman pohon dan juga dapat digunakan untuk perbaikan fasilitas wisata yang sudah rusak.” Langkah selanjutnya adalah memperkirakan nilai dari penawaran. Nilai penawaran tersebut diperoleh dengan melakukan wawancara yang bertujuan untuk memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari pengunjung menggunakan
teknik
open
ended
question.
Langkah
terakhir
adalah
memperkirakan nilai rataan WTP menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan total nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Nilai rataan WTP diestimasi menggunakan rumus (Hanley dan Spash 1993):
EWTP =
∑
............................................................................................... (10)
Keterangan: EWTP = Nilai rataan WTP (Rp) Wi
= Nilai WTP ke-i (Rp)
25 n
= Jumlah responden (orang)
i
= Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk lokasi wisata (i= 1,2,…,n) Hasil estimasi rataan WTP tersebut digunakan untuk mengestimasi
besarnya tarif masuk optimum. Tarif masuk optimum tersebut digunakan untuk mengestimasi jumlah kunjungan dan penerimaan pengelola saat menggunakan tarif masuk optimum. Estimasi jumlah pengunjug diperoleh dari presentase jumlah pengunjung yang bersedia membayar harga lebih dari tiket awal dikalikan dengan populasi kunjungan wisata tersebut. Estimasi penerimaan pengelola diestimasi dengan mengalikan jumlah kunjungan saat tarif optimum dikalikan dengan besarnya tiket masuk optimum. Estimasi jumlah kunjungan dan penerimaan pengelola saat tarif masuk optimum dapat dihitung sesuai Tabel 7. Tabel 7 Estimasi jumlah kunjungan dan penerimaan pengelola dari harga tiket Harga tiket
Jumlah kunjungan per tahun (orang)
Estimasi penerimaan pengelola Rp)
(Rp) (a)
(b)
(c= a x b)
T0
JK0
P0
T1
JK1
P1
Keterangan: T0 T1 JK0 JK1 P0 P1
= Tarif awal = Tarif optimum = Jumlah kunjungan saat tarif awal = Jumlah kunjungan saat tarif optimum = Penerimaan saat tarif awal = Penerimaan saat tarif awal
26
V GAMBARAN UMUM 5.1 Karakteristik Objek Wisata Curug Cigamea Curug Cigamea terletak di kawasan Gunung Salak Endah (GSE) di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan. Pada awalnya, pengelolaan kawasan wisata Curug Cigamea dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Bogor. Sejak tahun 2003, kawasan GSE menjadi satu kesatuan kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) melalui SK Menteri Kehutanan No. 175/KptsII/2003. Berdasarkan hasil tersebut maka semua pengelolaan wisata di kawasan GSE dikelola oleh pihak taman nasional, namun untuk sementara wisata Curug Cigamea masih dikelola oleh masyarakat sekitar. Curug Cigamea berasal dari mata air Gunung Salak dan mengalir ke Sungai Cigamea. Kondisi air pada Curug Cigamea tergantung pada intensitas air dari hulu Sungai Cigamea. Curug Cigamea terdiri dari dua air terjun utama. Air terjun pertama yang dijumpai dari pintu masuk memiliki tebing curam menyerupai dinding dan didominasi bebatuan hitam. Kolam limpahan air yang berada dibawahnya tidak terlalu dalam dan luas sehingga tidak dapat digunakan untuk berenang. Air terjun kedua memiliki ketinggian sekitar 50 meter dengan tumpahan air yang cukup deras dibandingkan air terjun yang pertama. Kolam limpahan air yang ada di bawah air terjun kedua ini cukup luas dan dalam sehingga dapat digunakan untuk berenang (Lampiran 14). Curug Cigamea merupakan salah satu objek wisata di GSE yang jumlah pengunjungnya banyak. Hal ini disebabkan oleh keindahan alam dan akses yang mudah dicapai dengan hanya menelusuri jalan setapak sekitar 300 meter. Harga tiket masuk Curug Cigamea adalah Rp 5 000 per orang. Curug Cigamea juga menyediakan lahan parkir yang cukup luas dengan harga tiket parkir Rp 3 000 per motor dan Rp 10 000 per mobil. Pengunjung yang datang umumnya menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor karena jarang ditemukan kendaraan umum menuju lokasi. Objek wisata ini lebih ramai dikunjungi saat akhir pekan atau libur nasional terutama saat libur lebaran dan tahun baru.
27 5.2 Karaktersitik Responden Pengunjung Curug Cigamea Karakteristik responden pengunjung dibedakan berdasarkan faktor sosial ekonomi dan faktor berwisata. Faktor sosial ekonomi (demografi) terdiri dari jenis kelamin, umur, asal daerah, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Karateristik responden pegunjung berdasarkan faktor berwisata terdiri dari frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, cara kedatangan, dan jenis kendaraan. 5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Responden Pengunjung Pengunjung yang datang ke objek wisata Curug Cigamea berasal dari berbagai kota yaitu Depok, Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Sebagian besar responden pengunjung (67.0%) berasal dari luar Bogor. Hal ini menunjukkan bahwa Curug Cigamea memiliki daya tarik tersendiri sehingga banyak responden pengunjung yang berasal dari luar Bogor. Apabila dilihat secara spesifikasi asal kotanya, Bogor merupakan daerah asal responden pengunjung terbesar dengan proporsi sebesar 33.0%. Rata-rata umur responden pengunjung berkisar 21 sampai dengan 30 tahun dengan proporsi sebesar 55.0% dan umur dibawah 20 tahun dengan proporsi sebesar 21.0%. Hal ini dipengaruhi kondisi lokasi wisata yang harus ditempuh dengan berjalan kaki beberapa ratus meter, sehingga diperlukan kondisi fisik prima yang umumnya dimiliki oleh pengunjung yang usianya masih muda. Sebagian besar responden pengunjung adalah karyawan swasta dengan proporsi sebesar 41.0% dengan tingkat pendapatan responden berkisar antara Rp 1 500 001 sampai dengan Rp 2 500 000. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bahwa sebagian besar pendapatan responden pengunjung sama dengan rata-rata UMR daerah sekitar Jakarta dan Bogor, yaitu sebesar Rp 2 200 000. Tingkat pendidikan sebagian besar responden pengunjung adalah SMA dengan proporsi sebesar 75.0%. Hal ini disebabkan pada umumnya responden pengunjung memiliki pendidikan terakhir SMA. Data mengenai karakteristik responden pengunjung Curug Cigamea berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) dapat dilihat pada Tabel 8.
28 Tabel 8
Karakteristik responden pengunjung Curug Cigamea berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) tahun 2013
Karakteristik 1 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2 Umur (Tahun) 17-20 21-30 31- 40 > 40 Jumlah 3 Asal daerah (umum) Bogor Luar Bogor - Depok - Jakarta - Tangerang - Bekasi Jumlah 4 Pendidikan terakhir SMP SMA Perguruan tinggi Jumlah 5 Pekerjaan pokok PNS Karyawan swasta Pelajar/mahasiswa Wiraswasta Buruh Guru Lainnya Jumlah 6 Tingkat pendapatan (Rupiah per bulan) < 500 000 500 001 – 1.500 000 1 500 001 – 2.500 000 2 500 001 – 3.500 000 3 500 001 – 4.500 000 > 4 500 000 Jumlah
Jumlah (orang)
Proporsi (%)
62.0 38.0 100.0
62.0 38.0 100.0
21.0 55.0 16.0 8.0 100.0
21.0 55.0 16.0 8.0 100.0
33.0
33.0
67.0 18.0 27.0 21.0 1.0 100.0
67.0 18.0 27.0 21.0 1.0 100.0
7.0 75.0 18.0 100.0
7.0 75.0 18.0 100.0
1.0 41.0 16.0 13.0 1.0 7.0 21.0 100.0
1.0 41.0 16.0 13.0 1.0 7.0 21.0 100.0
8 20 33 15 8 16 100
8 20 33 15 8 16 100
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
5.2.2 Karakteristik Faktor Responden Pengunjung dalam Berwisata Karakteristik berwisata responden pengunjung di Curug Cigamea dapat diidentifikasi berdasarkan frekuensi kunjungan pengunjung selama satu tahun terakhir, motivasi wisata, agenda kedatangan, dan jenis kendaraan yang digunakan oleh responden pengunjung. Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata ke Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 9.
29 Tabel 9
Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013
Karakteristik 1 Frekuensi kunjungan (kali/tahun) 1–2 3–4 >4 Jumlah 2 Motivasi wisata Rekreasi Penelitian Bekerja Jumlah 3 Agenda kedatangan Keinginan sendiri Acara keluarga Acara kantor Acara sekolah Jumlah 4 Jenis kendaraan Kendaraan pribadi Kendaraan sewa Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
77.0 20.0 3.0 100.0
77.0 20.0 3.0 100.0
100.0 0.0 0.0 100.0
100.0 0.0 0.0 100.0
62.0 24.0 9.0 5.0 100.0
62.0 24.0 9.0 5.0 100.0
93.0 7.0 100.0
93.0 7.0 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Tabel 9 memperlihatkan sebagian besar pengunjung melakukan kunjungan sebanyak satu sampai dengan dua kali per tahun dengan proporsi sebesar 77.0%. Semua responden pengunjung mengatakan tujuan mereka datang ke objek wisata Curug Cigamea adalah rekreasi. Hal ini menunjukkan, bahwa Curug Cigamea merupakan wisata alam yang menarik bagi para pengunjung yang memiliki tujuan utama untuk melakukan rekreasi. Menurut jenis kendaraan yang digunakan, sebagian besar responden menggunakan kendaraan pribadi berupa motor atau mobil karena jarang ditemukan angkutan umum yang langsung sampai ke lokasi. 5.3 Karakteristik Unit Usaha di Objek Wisata Curug Cigamea Pengembangan wisata di objek wisata Curug Cigamea membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk memanfaatkan aktivitas wisata. Hal ini dilihat dari banyaknya jumlah unit usaha yang didirikan oleh masyarakat di objek wisata Curug Cigamea. Sebanyak 60.0% unit usaha didirikan oleh masyarakat asli, sedangkan sisanya adalah bukan masyarakat asli. Sebagian besar jenis usaha yang didirikan di objek wisata Curug Cigamea adalah kios makanan dengan proporsi sebesar 65.7% dari 35 total unit usaha. Hal ini terjadi karena, pada umumnya pengunjung akan lebih tertarik untuk membelajakan uangnya di kios makanan.
30 Proporsi terbesar lama mendirikan unit usaha adalah 4 sampai 6 tahun. Hal ini menunjukkan banyak unit usaha yang sudah lama mendirikan usahanya di sekitar lokasi wisata. Rata-rata lama membuka unit usaha setiap minggunya adalah tujuh hari. Hal ini disebabkan jumlah pengunjung yang tetap ada meskipun hari kerja. Unit usaha paling ramai dikunjungi oleh pengunjung saat libur lebaran dan tahun baru karena jumlah pengunjung yang datang ke Curug Cigamea lebih banyak. Karakteristik unit usaha dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Karakteristik unit usaha di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 1
2
3
4
Karakteristik Pendiri unit usaha Masyarakat asli Bukan masyarakat asli (pendatang) Jumlah Lama mendirikan unit usaha 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun > 9 tahun Jumlah Jenis unit usaha Kios makanan Kios makanan dan toilet Cir eng Cenderamata Toilet umum Foto keliling Fish spa Jumlah Waktu Membuka Unit Usaha (per minggu) 2 hari 7 hari Jumlah
Jumlah (unit)
Proporsi (%)
21.0 14.0 35.0
60.0 40.0 100.0
10.0 13.0 4.0 8.0 35.0
28.6 37.1 11.4 22.9 100.0
24.0 1.0 1.0 3.0 2.0 3.0 1.0 35.0
65.7 2.9 2.9 5.7 5.7 8.6 2.9 100.0
13.0 22.0 35.0
37.1 62.9 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
5.4 Karakteristik Tenaga Kerja Lokal di Objek Wisata Curug Cigamea Keberadaan wisata Curug Cigamea memberi peluang bagi masyarakat untuk bekerja di sektor wisata. Sebagian besar tenaga kerja di objek wisata Curug Cigamea merupakan penduduk asli dengan proporsi sebesar 83.3% dari 12 responden tenaga kerja. Sisanya sebanyak 16.7% tenaga kerja di objek wisata ini merupakan penduduk pendatang. Data mengenai karakteristik tenaga kerja lokal di objek wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 11.
31 Tabel 11 Karakteristik tenaga kerja lokal di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Karakteristik 1 Status kependudukan Masyarakat asli Bukan masyarakat asli Jumlah 2 Status pekerjaan di bidang pariwisata Pekerjaan utama Pekerjaan sampingan Jumlah 3 Jenis pekerjaan Penjaga fish spa Karyawan jagung bakar Karyawan penjual cireng Juru parkir Penjaga tiket Safety guard Jumlah 4 Lama bekerja 1 tahun 2 tahun > 2 tahun Jumlah 5 Tingkat pendapatan < 1 000 000 1 000 001 – 2 000 000 2 000 001 – 3 000 000 > 3 000 000 Jumlah
Jumlah (orang)
Proporsi (%)
10.0 2.0 12.0
83.3 16.7 100.0
12.0 0.0 12.0
100.0 0.0 100.0
1.0 1.0 1.0 2.0 5.0 2.0 12.0
8.3 8.3 18.3 16.7 41.7 16.7 100.0
7.0 2.0 3.0 12.0
58.3 16.7 25.0 100.0
4.0 3.0 2.0 3.0 12.0
33.3 25.0 16.7 25.0 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Tabel 11 memperlihatkan, semua responden menyatakan bahwa pekerjaan di objek wisata Curug Cigamea merupakan pekerjaan utama. Hal tersebut menunjukkan bahwa, keberadaan Curug Cigamea memberikan dampak positif yaitu berupa penyerapan tenaga kerja lokal untuk bekerja di objek wisata tersebut. Tingkat pendapatan setiap tenaga kerja lokal berbeda-beda sesuai dengan jenis pekerjaan masing-masing tenaga kerja. Tingkat pendapatan kurang dari Rp 1 000 000 memiliki proporsi nilai lebih tinggi dibandingkan tingkat pendapatan lainnya, yaitu sebesar 33.3%. Lama bekerja responden tenaga kerja paling besar baru satu tahun dengan proporsi sebesar 58.3%. Hal ini karena, sebagian penjaga tiket dan safety guard baru bekerja di wisata Curug Cigamea sekitar satu tahun terakhir semenjak dikelola oleh masyarakat. Pada saat dikelola oleh Disbudpar Kabupaten Bogor, pengelola hanya mempekerjakan beberapa orang saja sebagai penjaga tiket dan safety guard.
32
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Responden Pengunjung terhadap Objek Wisata Curug Cigamea Persepsi pengunjung terhadap objek wisata Curug Cigamea perlu diketahui guna pengembangan kawasan wisata tersebut. Persepsi pengunjung dapat dijadikan sebagai informasi dan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam melakukan pengelolaan wisata yang diinginkan oleh pengunjung, tanpa merusak sumber daya alam di TNGHS. Persepsi pengunjung terhadap objek wisata Curug Cigamea dibedakan menjadi persepsi terhadap kondisi alam, fasilitas wisata, dan harapan pengunjung terhadap pengembangan objek wisata. 6.1.1 Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Alam di Objek Wisata Curug Cigamea Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi alam di objek wisata Curug Cigamea perlu diketahui untuk melihat dampak keberadaan wisata terhadap kondisi alam di TNGHS sampai saat ini. Tabel 12 menyajikan persepsi responden pengunjung terhadap kondisi alam di objek wisata Curug Cigamea. Tabel 12 Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi alam di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Keterangan Panorama alam Kualitas udara Kualitas air Kebersihan
Baik 92.0 95.0 95.0 30.0
Proporsi (%) Sedang Buruk 8.0 0.0 4.0 1.0 3.0 2.0 40.0 30.0
Total 100.0 100.0 100.0 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Rata-rata responden pengunjung (> 80.0%) memberi penilaian baik terhadap keindahan alam, kondisi kualitas udara dan kualitas air di objek wisata Curug Cigamea. Hal ini menunjukan bahwa, sumber daya alam di objek wisata Curug Cigamea saat ini belum mengalami kerusakan. Proporsi penilaian sedang dan buruk responden pengunjung terhadap kebersihan di objek wisata Curug Cigamea adalah 40% dan 30%. Hal ini disebabkan masih banyak sampah berserakan di lokasi wisata. Sampah yang berserakan tersebut, jika dibiarkan terus menerus dapat merusak lingkungan dan keberlanjutan objek wisata Curug Cigamea. Oleh karena itu, harus adanya upaya dari setiap pihak yang terlibat dalam pengelolahan
33 wisata untuk tetap menjaga kebersihan sebagai penunjang dari keberlanjutan wisata Curug Cigamea. 6.1.2 Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas di Objek Wisata Curug Cigamea Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi fasilitas di objek wisata Curug Cigamea perlu diketahui agar dalam pengembangan wisata Curug Cigamea ketersediaan fasilitas dapat sesuai dengan kebutuhan pengunjung. Pembangunan fasilitas wisata tersebut tetap harus memperhatikan kelestarian sumber daya alam di TNGHS. Tabel 13 menyajikan persepsi responden pengunjung terhadap kondisi fasilitas dan aksesbilitas di objek wisata Curug Cigamea. Tabel 13 Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi fasilitas dan aksebilitas di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Kategori - Fasilitas Umum Telekomunikasi (sinyal handphone) Tempat sampah Tempat ibadah Tempat duduk Shelter/pos Papan informasi - Fasilitas Berbayar Kios makanan dan minuman Toilet Tempat parker Penginapan Toko cendramata Penyewaan peralatan/jasa Papan informasi - Aksesibilitas Rata-rata
Baik
Proporsi (%) Sedang Buruk Tidak Tersedia/ Tidak Tahu
Total
24.0
31.0
45.0
0.0
100.0
18.0 21.0 20.0 43.0 18.0
31.0 62.0 50.0 50.0 30.0
51.0 11.0 30.0 7.0 48.0
0.0 6.0 0.0 0.0 4.0
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
59.0 24.0 41.0 2.0 10.0 8.0 18.0 48.0 26.0
37.0 58.0 44.0 0.0 74.0 26.0 30.0 37.0 40.7
4.0 18.0 15.0 0.0 11.0 6.0 48.0 15.0 20.0
0.0 0.0 0.0 98.0 5.0 60.0 4.0 0.0 13.3
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Secara umum kondisi fasilitas wisata di objek wisata Curug Cigamea dinilai sedang oleh responden pengunjung dengan proporsi sebesar 40.7%. Jika dilihat pada masing-masing fasilitas hanya penginapan, penyewaan peralatan/jasa, dan papan informasi yang dinilai tidak tersedia/tidak tahu oleh sebagian responden pengunjung. Sebanyak 98% responden pengunjung tidak mengetahui kondisi
34 penginapan di Curug Cigamea karena responden pengunjung tersebut tidak pernah menginap di Curug Cigamea. Penyewaan peralatan/jasa dinilai tidak tersedia oleh 60% responden pengunjung karena ada responden pengunjung yang tidak tahu ada penyewaan jasa berupa jasa pemotretran. Sebanyak 4% responden pengunjung menilai papan informasi tidak tersedia karena tidak melihat papan informasi yang tersedia dan sebanyak 48% menilai papan informasi yang tersedia masih buruk karena jumlahnya sedikit dan kurang terawat. 6.1.3 Harapan Responden Pengunjung terhadap Pengembangan Wisata Curug Cigamea Harapan pengunjung Curug Cigamea perlu diperhatikan oleh pengelola sebagai salah satu informasi untuk mengambil keputusan dalam melakukan pengembangan wisata, sehingga pengelola dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pengunjung. Identifikasi harapan pengunjung diperoleh dengan wawancara langsung pada responden pengunjung melalui kuesioner. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh dua harapan yang paling banyak disampaikan oleh responden pengunjung adalah peningkatan fasilitas dan kebersihan. Peningkatan fasilitas yang dimaksud adalah peningkatan jumlah toilet, tempat duduk, dan papan informasi. Responden pengunjung menilai toilet dan tempat duduk yang tersedia di Curug Cigamea masih kurang jumlahnya, sedangkan papan informasi mengenai arah menuju lokasi wisata yang tersedia jumlahnya sedikit. Responden pengunjung berharap harus adanya peningkatan kebersihan di lokasi, karena masih ada sampah yang berserakan dan jumlah tempat sampah yang tersedia masih sedikit. Data mengenai harapan responden pengunjung terhadap objek wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Harapan responden pengunjung terhadap objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Harapan Peningkatan fasilitas Peningkatan kebersihan Keamanan dari monyet Dijaga keindahan alamnya Perbaikan jalan Promosi wisata Total Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Proporsi (%) 52.5 21.3 6.6 8.2 9.8 1.6 100.0
35 Harapan lainnya dari responden yaitu perbaikan jalan, menjaga keindahan alam, promosi tempat wisata, dan peningkatan keamanan. Keamanan yang dimaksud responden dalam hal ini adalah keamanan responden dari gangguan monyet yang terkadang mengambil makanan yang dibawa oleh para pengunjung. Hal ini terjadi karena lokasi wisata Curug Cigamea memang merupakan habitat dari monyet tersebut. Responden pengunjung berharap pengelola meminimalisir gangguan yang ditimbulkan dari monyet terhadap pengunjung. 6.2 Nilai Ekonomi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata Curug Cigamea Nilai ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata merupakan salah satu hal yang penting diketahui dari suatu kawasan wisata. Nilai ekonomi menunjukan besarnya manfaat keberadaan wisata Curug Cigamea di TNGHS, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata digunakan untuk melihat faktor apa saja yang mempengaruhi kegiatan berwisata dari pengunjung. 6.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata di Curug Cigamea Fungsi permintaan wisata di Curug Cigamea dibentuk dengan memasukkan enam variabel bebas diduga mempengaruhi variabel terikat yaitu jumlah kali kunjungan dalam satu tahun terakhir. Variabel bebas tersebut antara lain biaya perjalanan, pendapatan total, lama pendidikan, usia, lama mengetahui lokasi wisata, dan waktu yang dihabiskan di lokasi wisata. Hasil output analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 15 dan lebih jelas disajikan pada Lampiran 1. Tabel 15 Hasil regresi fungsi permintaan wisata Curug Cigamea Variabel Constant X1 (Biaya perjalanan) X2 (Pendapatan total) X3 (Lama pendidikan) X4 (Usia Pengunjung) X5 (Lama mengetahui lokasi wisata) X6 (Waktu yang dihabiskan di Lokasi) R2 R2 (adj)
Koefisien -.759 .322 -.066 -.497 -.232 .305 .262 26.3% 21.6%
P value 0.543 0.002a 0.408 0.227 0.252 0.000a 0.088b
VIF 1.404 1.916 1.199 1.478 1.249 1.095
Durbin Watson
2.08
Sumber: Olahan Hasil Data Primer 2013
Keterangan: Tanda a dan b menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masing-masing variabel berturut-turut pada α : 1% dan 10%.
36 Model fungsi permintaan wisata Curug Cigamea dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diestimasi dengan menggunakan analisis regresi berganda. Fungsi permintaan wisata ke Curug Cigamea yang diperoleh dari hasil analisis regresi berganda adalah sebagai berikut: Ln Y = - 0.759 + 0.322 lnX1 – 0.066 lnX2 – 0.497 lnX3 – 0.232 lnX4 + 0.305 lnX5 + 0.288 lnX6 Keterangan: Y
= Jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea (kali)
X1
= Biaya perjalanan individu ke Curug Cigamea (Rp)
X2
= Pendapatan total (Rp)
X3
= Lama pendidikan (tahun)
X4
= Usia (tahun)
X5
= Lama mengetahui objek wisata (tahun)
X6
= Waktu yang dihabiskan di lokasi wisata (jam) Nilai R-adj dari hasil analisis regresi berganda diperoleh sebesar 21.6%.
Nilai tersebut menunjukkan sebesar 21.6% keragaman permintaan wisata dijelaskan oleh variabel bebas yang terdapat di dalam model, dan sisanya 78.4% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Berdasarkan hasil regresi liner berganda, uji normalitas terpenuhi karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0.05 (taraf nyata) yaitu sebesar 0.093 (Lampiran 2). Nilai P value (0.000) lebih kecil dari α (5%), artinya semua variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel Y (Lampiran 3). Uji multikolinearitas diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Berdasarkan pengelolaan data, diperoleh nilai VIF masing-masing peubah bebas antara 1.095 sampai 1.916 (Lampiran 4) sehingga tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas (Lampiran 6), diperoleh sebaran titik-titik tidak mengumpul pada satu titik maka dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. Nilai Durbin Watson yang diperoleh adalah 2.01 (Lampiran 5), dimana nilai ini berada pada selang 1.55 sampai 2.46 sehingga tidak terjadi autokorelasi. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan terdapat beberapa faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan yaitu variabel pendapatan total, lama pendidikan, dan usia responden. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan
37 terhadap kunjungan wisatawan yaitu biaya total, lama mengetahui lokasi wisata, dan waktu yang dihabiskan di lokasi. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata pengunjung secara signifikan: a Biaya perjalanan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji t, variabel biaya perjalanan berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% dan memiliki pengaruh positif terhadap jumlah kunjungan individu ke Curug Cigamea dengan nilai elastisitas 0.322. Hal ini berarti apabila peningkatan biaya perjalanan sebesar 1%, maka ratarata frekuensi kunjungan ke Curug Cigamea akan mengalami peningkatan juga sebesar 0.322% dengan asumsi peubah bebas lain tetap (cateris paribus). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal karena berdasarkan data demografi sebagian besar responden pengunjung berasal dari luar Bogor (Tabel 6), sehingga responden cenderung mengeluarkan banyak biaya perjalanan. Besarnya jumlah pengunjung dari luar bogor diduga karena mereka membutuhkan wisata alam yang tidak ditemukan di daerah asal masing-masing responden pengunjung. b Lama mengetahui lokasi wisata Variabel lama mengetahui keberadaan lokasi wisata berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata ke Curug Cigamea pada taraf nyata 1% diperoleh berdasarkan uji t dan memiliki nilai elastisitas 0.305. Hal ini sesuai hipotesis awal dan memiliki arti apabila terjadi peningkatan lama mengetahui lokasi wisata sebesar 1%, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke Curug Cigamea akan mengalami peningkatan sebesar 0.305% dengan asumsi peubah bebas lain tetap (cateris paribus). Hal ini menunjukkan semakin lama pengunjung mengetahui lokasi wisata semakin sering mereka mengunjungi lokasi wisata Curug Cigamea. c Waktu yang dihabiskan di lokasi Variabel ini memiliki pengaruh positif dan berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10% terhadap intensitas kunjungan pengunjung dengan nilai elastisitas sebesar 0.262. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal dan memiliki arti apabila waktu yang dihabiskan di lokasi meningkat sebesar 1%, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke Curug Cigamea akan mengalami peningkatan juga sebesar 0.262% dengan asumsi peubah bebas lain tetap (cateris paribus). Hal ini menunjukkan
38 semakin lama pengunjung berada di lokasi wisata semakin sering mereka mengunjungi lokasi wisata Curug Cigamea. 6.2.2 Nilai Ekonomi Objek Wisata Curug Cigamea Nilai ekonomi Curug Cigamea diestimasi menggunakan pendekatan Individual Travel Cost Method (ITCM). Nilai ekonomi diperoleh dengan mengetahui nilai surplus konsumen pengunjung terlebih dahulu. Surplus konsumen diperoleh dengan cara mengkuadratkan jumlah kunjungan responden pengunjung satu tahun terakhir yaitu sebanyak 169 kunjungan (Lampiran 9) kemudian dibagi dengan dua kali koefisien biaya perjalanan. Analisis regresi antara jumlah kunjungan sebagai variabel terikat dan biaya perjalanan sebagai variabel bebasnya dilakukan agar nilai koefisien biaya perjalanan lebih akurat. Berdasarkan hasil analisis regresi (Lampiran 7), diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 1.412 + 0.00000374 X1 Keterangan: Y = Jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea satu tahun terakhir (kali) X1 =
Biaya perjalanan individu (Rp) Koefisien biaya perjalanan yang diperoleh digunakan untuk mengestimasi
besarnya nilai surplus konsumen. Kemudian nilai surplus konsumen digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi objek wisata Curug Cigamea, dengan cara mengalikan surplus konsumen tersebut dengan jumlah pengunjung pada tahun 2012. Perhitungan nilai ekonomi objek wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Perhitungan nilai ekonomi Curug Cigamea Keterangan Jumlah responden (a) Jumlah kunjungan responden (b) Jumlah kunjungan tahun 2012 ( c ) Koefisien biaya perjalanan (d) Surplus konsumen (e) = b2/2d Surplus konsumen/individu/kunjungan (f) = e/a/b Nilai ekonomi (g) = f x c
Nilai 100 169 17 200 0.00000374 3 818 315 508 225 936 3 886 099 200
Satuan Orang Kali per tahun Kali per tahun Satuan Rupiah Rupiah Rupiah
Sumber : Hasil olahan data primer 2013
Tabel 16 menunjukkan, surplus konsumen pengunjung terhadap objek wisata Curug Cigamea sebesar Rp 225 936 per orang per kunjungan, sehingga
39 diperoleh nilai ekonomi Curug Cigamea sebesar Rp 3 886 099 200. Artinya, lokasi tersebut mempunyai nilai atau manfaat sebagai penghasil jasa wisata. Manfaat tersebut dapat dirasakan secara terus menerus jika keberadan kawasan Curug Cigamea dijaga dengan melestarikan sumber daya alam yang terdapat di TNGHS. 6.3 Dampak Ekonomi di Objek Wisata Curug Cigamea Kegiatan wisata Curug Cigamea dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar lokasi wisata. Perhitungan dampak ekonomi tersebut diketahui dari besarnya pengeluaran pengunjung di lokasi wisata Curug Cigamea. Pengunjung di Curug Cigamea tidak hanya membelanjakan uangnya di dalam lokasi, tetapi juga di luar lokasi wisata. Besarnya pengeluaran pengunjung diluar kawasan wisata merupakan kebocoran yang terjadi di lokasi wisata Curug Cigamea. Hasil proporsi pengeluaran pengunjung dapat dilihat pada Tabel 17 dan keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 17
Proporsi pengeluaran pengunjung dan kebocoran yang terjadi di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Biaya
Rata-rata pengeluaran (1) (Rp)
Proporsi (%) (2=1/c*100)
Pengeluaran di luar lokasi Biaya transportasi Konsumsi dari rumah Tiket masuk kawasan GSE
22 900 13 290 3 750
30.8 17.9 5.1
Total kebocoran (a)
39 940
53.8
19 343
26.0
Penginapan
3 500
4.7
Pembelian souvenir/oleh-oleh
1 750
2.4
Dokumentasi
3 100
4.2
Biaya parker
1 641
2.2
Tiket masuk objek wisata
5 000
6.7
Total pengeluaran di lokasi (b)
34 334
46.2
Total pengeluaran pengunjung (c=a+b)
74 274
100.00
Pengeluaran di lokasi Konsumsi (di lokasi)
Rata-rata kunjungan pertahun (d) (2009-2012)
19 375
Total kebocoran pertahun (e= c*proporsi a*d) Sumber: Hasil olahan data primer 2013
773 820 346
Proporsi terbesar dalam pengeluaran pengunjung di objek wisata Curug Cigamea adalah proporsi biaya transportasi. Hal ini disebabkan sebagian besar
40 pengunjung berasal dari luar Bogor (Tabel 9), sehingga mempengaruhi biaya perjalanan pengunjung. Biaya perjalanan tersebut merupakan biaya bahan bakar untuk kendaraan karena rata-rata pengunjung menggunakan kendaraan pribadi (Tabel 9). Berdasarkan data Disbudpar Kabupaten Bogor rata-rata jumlah kunjungan ke Curug Cigamea per tahun dari tahun 2009 sampai dengan 2012 adalah 19 375 kunjungan, sehingga diperoleh total kebocoran per tahun yang terjadi adalah Rp 773 820 346 per tahun. Hasil ini diperoleh dari mengalikan rata-rata pengeluaran pengunjung dengan proporsi kebocoran dan total kunjungan pertahun. Tingkat kebocoran dari aktivitas wisata di Curug Cigamea cukup besar dengan proporsi 53.77%. Kebocoran tersebut yaitu biaya transportasi, biaya konsumsi dari rumah, dan biaya tiket masuk kawasan GSE. Tiket masuk kawasan GSE termasuk kebocoran karena uang yang diperoleh langsung masuk ke pendapatan negara. Biaya transportasi termasuk kebocoran karena diasumsikan pengunjung membeli bahan bakar di SPBU yang letaknya tidak ada di sekitar lokasi wisata. 6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung Dampak ekonomi langsung merupakan dampak yang langsung diperoleh dari pengeluaran pengunjung saat berwisata. Dampak ekonomi langsung tersebut berasal adanya dari transaksi jual dan beli antara pengunjung dengan unit usaha yang terdapat di kawasan objek wisata Curug Cigamea. Uang yang dibelanjakan pengunjung ke unit usaha dapat menghasilkan dampak ekonomi secara langsung yaitu pendapatan unit usaha. Unit usaha di objek wisata Curug Cigamea terdiri dari berbagai jenis unit usaha. Rata-rata unit usaha yang terdapat pada Curug Cigamea hanya ramai dikunjungi apabila akhir pekan dan hari libur nasional, namun pada hari kerja sebagian unit usaha masih tetap buka. Data mengenai proporsi pendapatan pemilik unit usaha dapat dilihat pada Tabel 18 dan data perhitungan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 10.
41 Tabel 18
Proporsi rata-rata pendapatan pemilik usaha perbulan di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Rata-rata pendapatan pemilik usaha perbulan Pendapatan (Rp) (a) Proporsi (%)(b=a/c*100)
Jenis unit usaha Kios makanan Foto keliling Toilet Cendramata Kios makanan dan toilet Fish spa Gorengan cireng Total (c)
1 704 792 2 426 667 2 300 000 2 076 000 3 490 000 2 040 000 460 000 14 497 459
11.8 16.7 15.9 14.3 24.1 14.1 3.1 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Pendapatan pemilik unit usaha berbeda-beda sesuai dengan jenis unit usaha. Pendapatan pemilik unit usaha terbesar adalah unit usaha kios makanan dan toilet dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 3 490 000. Hal ini disebabkan unit usaha tersebut memiliki dua pemasukan sekaligus baik dari kios makanan dan juga toilet yang dimiliki. Dampak ekonomi langsung diperoleh dari hasil pengalian rata-rata pendapatan unit usaha per bulan dengan jumlah unit usaha di objek wisata Curug Cigamea. Perhitungan dampak langsung yang dirasakan oleh unit usaha dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Dampak ekonomi langsung di objek wisata Curug Cigamea pada tahun 2013 Jenis unit usaha (a) Kios makanan Foto keliling Toilet Cendramata Kios makanan dan toilet Fish spa Gorengan cireng Total
Responden unit usaha (b) 24 3 2 3 1 1 1 35
Jumlah unit usaha total (c) 30 5 4 5 2 1 1 48
Rata-rata pendapatan per bulan (Rp) (d) 1 704 792 2 426 667 2 300 000 2 076 000 3 490 000 2 040 000 460 000 14 497 458
Dampak ekonomi langsung (Rp) (e=c*d) 51 143 760 12 133 335 9 200 000 10 380 000 6 980 000 2 040 000 460 000 92 337 095
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Nilai dampak ekonomi langsung paling besar dirasakan oleh unit usaha kios makanan sebesar Rp 51 143 750. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah kios makanan di Curug Cigamea yaitu 30 kios makanan. Total dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha di Curug Cigamea sebesar Rp 92 337 095. Hal ini juga menunjukan bahwa, keberadaan wisata memiliki peran penting sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat lokal yang membuka unit usaha di sekitar lokasi wisata.
42 6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung Dampask ekonomi tidak langsung diperoleh dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata dan pendapatan tenaga kerja lokal di objek wisata Curug Cigamea. Kios makanan memiliki total pengeluaran di dalam kawasan wisata paling besar dibandingkan unit usaha lainnya dengan total pengeluaran sebesar Rp 26 452 170. Hal ini disebabkan karena kios makanan merupakan unit usaha yang jumlahnya paling banyak dibanding dengan unit usaha lainnya. Batas kawasan wisata disini merupakan Kecamatan Pamijahan, sehingga pengeluaran unit usaha yang masih di dalam Kecamatan Pamijahan merupakan biaya yang dikeluarkan di dalam kawasan wisata. Data mengenai pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata dapat dilihat pada Tabel 20 dan perhitungan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 10. Tabel 20 Pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata Curug Cigamea tahun 2013 Pengeluaran di dalam kawasan wisata (Rp) Jenis unit usaha
Kios makanan Foto keliling Toilet Cendramata Kios makanan dan toilet Fish spa Gorengan cireng
Jumlah (a)
Jum lah unit usaha (b)
Total pengeluaran di dalam kawasan (Rp) (c = a*b)
Biaya pembelian input bahan baku (Rp)
Biaya pemeliharaan alat (Rp)
881 739 1 000 000 0 650 000
0 0 40 000 0
881 739 1 000 000 40 000 650 000
30 5 4 5
26 452 170 5 000 000 160 000 3 250 000
1 220 000
50 000
1 270 000
2
2 540 000
30 000 0
130 000 540 000
1 1 48
130 000 540 000 38 072 170
100 000 540 000 Total
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Kios makanan memiliki total pengeluaran di luar kawasan wisata paling besar dibandingkan unit usaha lainnya dengan total pengeluaran sebesar Rp 2 006 250. Hal ini disebabkan karena kios makanan merupakan unit usaha yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan unit usaha lainnya. Data mengenai pengeluaran unit usaha di luar kawasan wisata dapat dilihat pada Tabel 21 dan perhitungan yang lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 10.
43 Tabel 21 Pengeluaran unit usaha di luar kawasan wisata Curug Cigamea tahun 2013 Pengeluaran di luar kawasan wisata (Rp) Jenis unit usaha Transportasi Kios makanan Foto keliling Cendramata Kios makanan dan toilet Fish spa
35 417 24 000 57 333 0 30 000 Total
Listrik 31 458 0 33 333 40 000 0
Jumlah (d) 66 875 24000 90 667 40 000 30 000
Total pengeluaran di luar kawasan (Rp) (e = d*b) 2 006 250 120 000 453 330 80 000 30 000 2 689 580
Jumlah unit usaha (b) 30 5 5 2 1 48
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Dampak ekonomi tidak langsung tidak hanya dilihat dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata, tetapi juga diperoleh dengan melihat pendapatan tenaga kerja di objek wisata Curug Cigamea. Proporsi pendapatan tenaga kerja dengan adanya wisata Curug Cigamea memiliki jumlah yang berbeda-beda sesuai dengan unit usaha tempat mereka bekerja. Total dampak ekonomi tidak langsung di objek wisata Curug Cigamea diperoleh dengan menjumlahkan total pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata dan total pendapatan tenaga kerja. Data mengenai dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 22, sedangkan data pendapatan tenaga kerja dijelaskan pada Lampiran 11. Tabel 22 Dampak ekonomi tidak langsung di wisata Curug Cigamea tahun 2013
Jenis tenaga kerja
Rata-rata TK/Unit (populasi) (a)
Jumlah unit usaha (b)
Jumlah (populasi) TK (c=a*b)
Safety 2 1 guard Penjaga 9 1 tiket Parkir 2 1 Unit usaha Kios 0 1 makanan Foto keliling 0 1 Toilet 1 1 Cendramata 0 1 Kios makanan dan 0 1 toilet Fish spa 1 1 Cireng 1 1 Total 16 12 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Total pengeluaran unit usaha di dalam kawasan (Rp) (f)
Total dampak ekonomi tidak langsung (Rp) (g=e+f)
Pendapatan TK (Rp) (d)
Total pendapatan TK (Rp) (e=c*d)
2
1 500 000
3 000 000
0
3 000 000
9
120 000
1 080 000
0
1 080 000
2
950 000
1 900 000
0
1 900 000
0
0
0
26 452 170
26 452 170
0 1 0
0 800 000 0
0 800 000 0
5 000 000 160 000 3 250 000
5 000 000 960 000 3 250 000
0
0
0
2 540 000
2 540 000
1 1 16
800 000 500 000 4 670 000
800 000 500 000 8 080 000
130 000 540 000 38 072 170
930 000 1 040 000 44 052 170
44 Tabel 22 menunjukkan total dampak ekonomi tidak langsung terbesar di objek wisata Curug Cigamea diperoleh unit usaha kios makanan yaitu Rp 26 452 170. Banyaknya jumlah kios makanan yang berada di objek wisata Curug Cigamea dibanding unit usaha lainnya merupakan salah satu penyebab besarnya dampak ekonomi tidak langsung pada unit usaha kios makanan. Dampak ekonomi tidak langsung paling kecil di objek wisata Curug Cigamea diperoleh unit usaha fish spa yaitu Rp 930 000. Hal ini karena total pengeluaran di dalam kawasan wisata unit usaha fish spa jauh lebih kecil dibanding unit usaha lainnya. Total dampak ekonomi tidak langsung di objek wisata Curug Cigamea adalah Rp 44 052 170. 6.3.3 Dampak Ekonomi Lanjutan Dampak ekonomi lanjutan dilihat dari proporsi pengeluaran tenaga kerja untuk kebutuhan mereka masing-masing seperti kebutuhan biaya pangan, biaya transportasi, dan biaya lainnya. Data tentang proporsi pengeluaran tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 23 dan perhitungan lebih jelas pada Lampiran 12. Tabel 23 Proporsi rata-rata pengeluaran responden tenaga kerja perbulan di Curug Cigamea tahun 2013 Tenaga kerja Safety guard Penjaga tiket Parkir Toilet Unit usaha fish spa Unit usaha cireng Rata-rata
Proporsi pengeluaran di sekitar Curug Cigamea (%) Biaya Biaya Biaya sekolah transportasi/bulan pangan/bulan (a) anak/bulan (c) (b) 57.1 4.8 38.1 62.7 4.3 33.0 50.8 3.5 45.7 66.7 0.0 33.3 55.6 33.3 11.1 56.6 15.1 28.3 58.2 10.2 31.6
Total (%) 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Tabel 23 menunjukkan proporsi rata-rata pengeluaran tenaga kerja terbesar adalah biaya pangan dengan proporsi sebesar 58.2%, sedangkan besarnya proporsi rata-rata pengeluaran tenaga kerja untuk biaya transportasi dan biaya sekolah anak adalah 10.2% dan 31.6%. Dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Curug Cigamea diperoleh dari hasil pengalian antara total jumlah tenaga kerja, pengeluaran di sekitar Curug Cigamea dan proporsi pengeluaran di sekitar Curug
45 Cigamea. Dari hasil perhitungan diperoleh dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Curug Cigamea sebesar Rp 24 797 000. Data mengenai dampak ekonomi lanjutan dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Total pengeluaran di sekitar Curug Cigamea (Rp) (b) 1 575 000 1 818 000 1 477 500 450 000 1 350 000 530 000 Total
Jumlah tenaga kerja lokal (a)
Tenaga kerja
Safety guard Penjaga tiket Parkir Toilet Unit usaha fish spa Unit usaha cireng
2 9 2 1 1 1
Proporsi pengeluaran di Sekitar Curug Cigamea (%) (c) 100 100 100 100 100 100
Dampak ekonomi lanjutan (Rp) (d=a*b*c) 3 150 000 16 362 000 2 955 000 450 000 1 350 000 530 000 24 797 000
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
6.3.4 Nilai Efek Pengganda Nilai dari efek pengganda digunakan untuk mengukur seberapa besar dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar lokasi wisata. Berdasarkan Marine Ecotourism For Atlantic Area (META) (2001), dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal dibedakan menjadi (1) Keynesian Local Income Multiplier Effect, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masayarakat lokal, (2) Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan. Data mengenai efek pengganda dari pengeluaran pengunjung di objek wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 25 dan perhitungan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 13. Tabel 25 Nilai efek pengganda dari pengeluaran pengunjung di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Multiplier Keynesian Income Multiplier Ratio Income MultiplierTipe I Ratio Income Multiplier Tipe II Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Nilai 2.9 1.5 1.7
46 Nilai keynesian income multiplier di objek wisata Curug Cigamea sebesar 2.9 artinya setiap peningkatan 1 rupiah pengeluaran pengunjung akan memiliki dampak terhadap ekonomi lokal sebesar 2.9 rupiah. Nilai ratio income multiplier tipe I sebesar 1.5 artinya setiap peningkatan 1 rupiah pada penerimaan unit usaha mengakibatkan peningkatan sebesar 1.5 rupiah terhadap pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja. Nilai ratio income multiplier tipe II sebesar 1.7 artinya setiap kenaikan 1 rupiah penerimaan unit usaha maka akan berpengaruh meningkatkan sebesar 1.7 rupiah pada pendapatan unit usaha, pemilik usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja. Nilai keynesian multiplier yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Curug Cigamea memberikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar karena nilai keynesian multiplier yang diperoleh lebih besar dari satu (META 2001). Hal ini menunjukan keberadaan objek wisata Curug Cigamea di TNGHS memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat, sehingga perlu dipertahankan agar masyarakat dapat terus merasakan manfaat ekonomi dari kegiatan wisata Curug Cigamea. Manfaat ekonomi yang besar ini juga dapat menjadi alasan bagi masyarakat lokal untuk tetap mempertahankan kelestarian sumber daya alam di TNGHS, yang merupakan modal utama dari wisata alam tersebut. 6.4 Estimasi Tarif Masuk Optimum Curug Cigamea Jumlah pengunjung yang besar di wisata Curug Cigamea dikhawatirkan dapat menjadi salah satu ancaman bagi kelestarian sumber daya alam di TNGHS. Oleh karena itu, jumlah kunjungan tersebut harus dikontrol yang salah satunya dengan penerapan tarif masuk optimum. Penerapan tarif masuk optimum dapat mengontrol jumlah kunjungan sehingga resiko kerusakan sumber daya alam di TNGHS akan berkurang. Tarif masuk optimum dalam penelitan ini, merupakan tarif masuk sesuai rataan kemauan pengunjung untuk meningkatkan harga tarif masuk guna membantu dana pelestarian sumber daya alam dan pengembangan fasilitas wisata. Berdasarkan
hasil
wawancara
responden
pengunjung,sebanyak
78
responden yang bersedia membayar lebih tarif masuk di objek wisata Curug
47 Cigamea. Kesediaan pengunjung meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Keinginan pengunjung meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Keinginan meningkatkan harga tarif masuk Ya Tidak Total
Frekuensi (orang) 78 22 100
Proporsi (%) 78 22 100
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Tabel 26 menunjukkan sebanyak 22 responden pengunjung tidak bersedia meningkatkan tarif masuk Curug Cigamea. Rata-rata alasan pengunjung yang tidak bersedia meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug Cigamea karena mereka merasa bahwa kelestarian alam merupakan tanggung jawab pemerintah dan fasilitas yang tersedia masih minim. Tarif masuk optimum Curug Cigamea dilihat dari rata-rata WTP pengunjung terhadap harga tarif masuk. Distribusi besaran WTP pengunjung dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Distribusi besaran WTP pengunjung terhadap tarif optimum masuk di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Besaran WTP (Rp) (a) 5 500 6 000 7 000 7 500 8 000 10 000 12 000 15 000 17 000 20 000 Total
Frekuensi (orang) (b) 1 5 12 2 7 35 1 12 1 2 78 (c)
EWTP (Rp) (b/c) x a) 71 385 1 077 192 718 4 487 154 2 308 218 513 10 122
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Berdasarkan Tabel 27, dapat dilihat nilai rataan WTP pengunjung terhadap tarif masuk Curug Cigamea adalah sebesar Rp 10 122. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung bersedia membayar tarif masuk Curug Cigamea hingga Rp 10 122. Hal ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden pengunjung bersedia membayar tarif masuk dua kali lebih mahal dari tarif sebelumnya. Peningkatan tarif masuk tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjaga kelestarian alam dan meningkatkan fasilitas di objek wisata Curug Cigamea.
48 Penerapan tarif masuk optimum dapat digunakan untuk mengestimasi jumlah pengunjung dan penerimaan pengelola dari tiket masuk. Data mengenai besarnya jumlah pengunjung dan estimasi pendapatan pengelola setelah menggunakan tarif optimum dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28 Penerimaan pengelola dengan tarif masuk sesuai WTP pengunjung di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Harga tiket (Rp) (a) 5 000 10 122
Jumlah kunjungan per tahun (orang) (b) 19 375 15 113
Penerimaan pengelola per tahun (Rp) (c = a x b) 96 875 000 152 973 786
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Tabel 28 menunjukkan bahwa, dengan adanya peningkatan pada tarif masuk optimum akan meningkatkan penerimaan pengelola menjadi Rp 152 973 786 dan pengurangan jumlah kunjungan menjadi 15 113 kunjungan per tahun. Penerimaan pengelola diperoleh dari pengalian tarif dengan jumlah kunjungan per tahun. Jumlah kujungan per tahun diperoleh dari proporsi responden yang bersedia membayar tarif pada harga tersebut (78%) dikalikan dengan rata-rata jumlah kunjungan per tahun di objek wisata Curug Cigamea. Penerapan tarif masuk optimum sesuai WTP pengunjung mengakibatkan jumlah kunjungan juga akan mengalami penurunan sehingga ancaman kerusakan lingkungan akan berkurang. Penerapan tarif masuk kunjungan dapat ditingkatkan sesuai WTP pengunjung maksimum sebesar Rp 10 122. Penerapan tarif masuk tersebut akan memberi peningkatan penerimaan pada pengelola, sehingga diasumsikan dapat digunakan untuk menambah dana bagi pelestarian lingkungan dan peningkatan fasilitas di objek wisata Curug Cigamea. Selain itu, penerapan tarif masuk tersebut juga dapat digunakan untuk mengontol jumlah kunjungan di objek wisata Curug Cigamea.
49
VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1 Secara umum pengunjung menilai bahwa kondisi sumber daya alam dan fasilitas wisata di Curug Cigamea baik. Hal ini menunjukan bahwa, kegiatan wisata belum berdampak negatif terhadap sumber daya alam di TNGHS. Di sisi lain pengunjung menilai tingkat kebersihan di Curug Cigamea masih kurang. Hal ini perlu menjadi perhatian pengelola karena jika tidak dikelola dengan baik dikhawatirkan dapat merusak lingkungan dan mengganggu keberlanjutan wisata. 2 Objek wisata Curug Cigamea memiliki nilai dan dampak ekonomi yang cukup besar. Hal ini menunjukan keberadaan objek wisata Curug Cigamea di TNGHS memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat, sehingga perlu dipertahankan agar masyarakat dapat terus merasakan manfaat ekonomi dari kegiatan wisata Curug Cigamea. 3 Penerapan tarif masuk optimum sesuai WTP pengunjung dapat digunakan untuk mengontrol jumlah kunjungan dan dapat menambah penerimaan pengelola dari peningkatan tarif masuk tersebut. Peningkatan tarif masuk tersebut dapat dimanfaatkan sebagai dana pelestarian sumber daya alam, pengembangan fasilitas wisata alam, serta untuk menghindari over carrying capacity di objek wisata Curug Cigamea. 7.2 Saran 1 Keberlanjutan wisata Curug Cigamea harus terus dipertahankan karena dapat memberi dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar. Wisata tersebut dapat berkelanjutan dengan menjaga kelestarian sumber daya alam di TNGHS yang merupakan salah satu modal dari wisata alam Curug Cigamea. Salah satu langkah kongkritnya adalah dengan mengajak pengunjung turut serta dalam penjagaan sumber daya alam dan lingkungan di Curug Cigamea di TNGHS seperti mengikuti program tanam pohon asuh di TNGHS.
50 2 Pengelolaan objek wisata Curug Cigamea harus ada campur tangan dari pihak TNGHS agar dalam pengembangan wisata tersebut tetap memperhatikan aturan yang telah ditetapkan oleh pihak TNGHS. Hal tersebut dapat direalisasikan dengan adanya pendampingan maupun sosialisasi dari pihak TNGHS kepada masyarakat untuk tetap mengutamakan kelestarian sumber daya alam dalam pengembangan wisata Curug Cigamea. 3 Pengelola diharapkan dapat meningkatkan fasilitas yang tersedia di objek wisata Curug Cigamea terutama menambah jumlah tempat sampah dan papan informasi yang berisi saran selama melakukan aktivitas wisata dan informasi biodiversitas di TNGHS. Gangguan dari hewan liar, seperti monyet juga dapat diminimalisir dengan adanya informasi untuk tidak terlihat membawa bungkusan makanan di depan monyet. 4 Tarif masuk optimum di Curug Cigamea dapat diterapkan saat ini guna meningkatkan dana konservasi dan perbaikan fasilitas penunjang wisata alam, maupun jika sudah terjadi over carrying capacity guna mengontrol jumlah pengunjung. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lanjutan tentang carrying capacity untuk mengetahui seberapa besar kapasitas dari objek wisata Curug Cigamea.
51
DAFTAR PUSTAKA Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. 2013. „Data Kunjungan Wisatawan Curug Cigamea 2009-2012‟. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Bogor. Fandeli C, Mukhlison. 2000. Pengusahaan Wisata alam. Yogyakarta (ID): Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Fauzi A. 2010. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): P.T Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Gujarati DN. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga. Hakim AR, Sri S, dan Mangara T. 2011. Economic Valuation of Nature-Based Tourism Object in Rawapening,Indonesia: An Application of Travel Cost and Contingent Valuation Method. [Journal of Sustainable Development VoI.4/No.2/April 2011]. Hanley N and Spash CL. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environment. (UK): Edward Elgar Publishing Limited. Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta (ID): Grasindo. Juanda B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor(ID): IPB Press. Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor(ID): IPB Press. Milasari. 2010. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [META] Marine Ecotourism for Atlantic Area (META-Project). 2001. Planning for Marine Ecotourism in The EU Atlantic Area. Bristol (UK) : University of The West of England. Pitana G dan Diarta IKS. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta (ID): CV. Andi Offset. Prasetyo B dan Lina MJ. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif (Teori dan Aplikasi). Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. Prayoga E. 2013. Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Resort Gunung Salak II. 2013. „Data Jumlah Pengunjung di GSE tahun 20112012‟. Resort Gunung Salak II. Bogor.
52 Stynes DJ and Sun Y. 2000. Estimating National Park Visitor Spending and Economic Impacts. Department of Park Recreation and Tourism Resources. Michigan State University. Suparmo M, Kusmana M, dan Hartono T. 2008. Rencana Aksi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak 2008-2026. Penerjemah. Suwantoro G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta (ID): Andi. Turner KD, Pearce, and Bateman. 1994. Environmental Economic: An Elementary Introduction. Centre for Social and Economic Research on The Global Environment University of East Angalia and University College London. Undang-undang. 1990. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Vanhove N. 2005. The Economics of Tourism Destination. Elsevier, Burlington. Wahab S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Penerjemah. Frans Gomang. Jakarta (ID): Pradinya Paramitha. Widada, Sri M, dan Hiroshi K. 2003. Sekilas tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Bogor (ID): Biodiversity Conservation Project. Wijayanti P, Novianti T, dan Hastuti. 2008. Analisis Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ekowisata (Studi Kasus Kawasan Wisata Gunung Salak Endah Kabupaten Bogor). [Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia VoI.13/No.3/2008 hal 173-181]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yakin A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Teori Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta (ID): Akademika Presindo. Yoeti OA. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Jakarta (ID): Kompas.
53
LAMPIRAN
54 Lampiran 1 Hasil Model Regresi Frekuensi Kunjungan TNGHS dengan Biaya Perjalanan, Pendapatan Total, Lama Pendidikan, Umur, Lama Mengetahui Objek Wisata, Waktu yang Dihabiskan di Lokasi Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
-.759
1.244
biaya total
.322
.099
pendapatan total
-.066
lama pendidikan Umur
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Toleranc e
VIF
-.610
.543
.344
3.264
.002
.712
1.404
.080
-.102
-.831
.408
.522
1.916
-.497
.409
-.118 -1.215
.227
.834
1.199
-.232
.201
-.125 -1.153
.252
.676
1.478
lama mengetahui objek wisata
.305
.059
.513
5.155
.000
.801
1.249
waktu yang dihabiskan di lokasi wisata
.262
.152
.161
1.724
.088
.913
1.095
a. Dependent Variable: kunjungan ke TNGHS Ln Y = - 0.759 + 0.322 lnX1 – 0.066 lnX2 – 0.497 lnX3 – 0.232 lnX4 + 0.305 lnX5 + 0.262 lnX6 Lampiran 2 Uji Normalitas Hipotesis uji: H0
: Data residual berdistribusi normal
H1
: Data residual tidak berdistribusi normal
Asymp. Sig. (2-tailed)= 0.202 > α 5% maka data residual menyebar normal One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa
100 Mean
Most Extreme Differences
Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
.0000000 .44221023 .124 .124 -.063 1.238 .093
55 Lampiran 3 Uji F Hipotesis uji: H0
: Semua variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y
H1
: Semua variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y
P value (0.000) < α 5% maka tolak H0 artinya semua variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
Df
Mean Square
F
6.919
6
1.153
Residual
19.359
93
.208
Total
26.278
99
Sig. .000a
5.540
a. Predictors: (Constant), waktu yang dihabiskan di lokasi wisata, pendapatan total, lama mengetahui objek wisata, lama pendidikan , biaya total, umur b. Dependent Variable: kunjungan ke TNGHS
Lampiran 4 Uji Multikolerasi Hasil regresi menunjukkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas karena nilai VIF semua variabel bebas kurang dari 10 (VIF<10) Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
-.794
1.234
Biaya Perjalanan
.331
.098
Pendapatan Total
-.073
Lama Penddikan Umur
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-.644
.521
.353
3.370
.001
.709
1.411
.079
-.113
-.921
.360
.520
1.924
-.484
.406
-.115 -1.192
.236
.834
1.199
-.256
.201
-.137 -1.274
.206
.671
1.490
Lama Mengetahui Objek Wisata
.272
.051
.533
5.338
.000
.781
1.280
Waktu yang dihabiskan di Lokasi
.288
.152
.176
1.899
.061
.905
1.106
a. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS
56 Lampiran 5 Uji Autokorelasi Nilai Durbin Watson hasil regresi (2.02) menunjukkan tidak terjadi autokorelasi pada model karena berada pada selang antara 1.55 dan 2.46 Model Summaryb Model
R
1
Adjusted R Square
R Square
.513
a
.263
Std. Error of the Estimate
.216
Durbin-Watson
.45625
2.081
a. Predictors: (Constant), waktu yang dihabiskan di lokasi wisata, pendapatan total, lama mengetahui objek wisata, lama pendidikan , biaya total, umur b. Dependent Variable: kunjungan ke TNGHS
Lampiran 6 Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 7 Hasil Regresi Frekuensi ke TNGHS dengan Biaya Perjalanan Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Biaya Perjalanan
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
Collinearity Statistics T
Sig.
Tolerance
1.412
.192
7.345
.000
3.740E-6
.000
.170 1.706
.091
VIF
1.000 1.000
a. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS
Y= 1.412 + 0.00000374 Model Summaryb Model 1
R
R Square .170
a
Adjusted R Square
.029
a. Predictors: (Constant), Biaya total b. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS
.019
Std. Error of the Estimate 1.022
Durbin-Watson 1.980
57 Lampiran 8 Jumlah Kunjungan Responden Pengunjung Satu Tahun Terakhir Responden
Jumlah Kunjungan
Responden
Jumlah Kunjungan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
2 2 1 1 3 5 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 2 3 1 1 1 1 2 4 3 3 1 2 1 1 1 3 5 1 3 2 1 1 4 1 2 1 5 1 1 1 1 1 1 1
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 Total
1 1 3 1 1 3 1 3 3 1 2 1 2 1 3 3 1 3 1 1 1 3 1 2 1 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 169
58
Lampiran 9 Rata-rata pengeluaran wisatawan per individu (dalam rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1A 21 428.57 7 500 30 000 15 000 30 000 15 000 10 000 6 500 15 000 10 000 10 000 15 000 30 000 15 000 20 000 25 000 11 000 15 000 50 000 100 000 100 000 100 000 25 000 8 500 12 500 25 000 25 000 7 500 25 000 12 500
1B 14 285.71 10 000 25 000 15 000 0 25 000 25 000 5 000 0 25 000 12 000 6 000 0 14 000 15 000 0 25 000 0 6 666.67 3 750 1 875 1 250 10 000 50 000 25 000 10 000 13 000 6 000 0 15 000
1C 14 285.71 15 000 75 000 5 000 50 000 25 000 25 000 5 000 10 000 25 000 10 000 0 25 000 20 000 25 000 5 000 15 000 25 000 0 1 250 1 250 500 50 000 25 000 2 500 10 000 13 000 0 10 000 10 000
1D
1E 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1F 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000
1G 3357.14 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 3700 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 0 0 0 0 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000
1H 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 000 0 0 0 0 0 0 10 000 10 000 10 000 0 0 0 0 0 0 0 0
1I 1 428.57 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 2 000 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 0 0 0 0 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500
Total 59 785.71 43000 140 500 45 z500 90 500 75 500 70 500 27 000 35 500 70 500 42 700 31 500 85 500 59 500 70 500 40 500 61 500 50 500 61 666.67 120 000 118 125 116 750 95 500 94 000 50 500 55 500 61 500 24 000 45 500 48 000
58
58
59
59
No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
1A
1B 12 500 15 000 20 000 25 000 25 000 25 000 25 000 15 000 25 000 9 000 7 500 17 500 10 000 10 000 25 000 17 500 15 000 20 000 10 000 10 000 20 000 25 000 25 000 8 000 10 000 15 000 30 000 3 250 12 000 7 500 14 000 10 000
1C 5 000 0 25 000 0 10 000 37 500 20 000 50 000 10 000 5 000 0 7 500 12 500 0 5 000 39 000 25 000 25 000 0 2 500 12 500 25 000 37 500 6 000 10 000 12 500 4 000 10 000 8 000 10 000 2 000 4 000
0 10 000 25 000 15 000 15 000 25 000 10 000 7 500 50 000 10 000 10 000 30 000 17 500 10 000 25 000 25 000 6 500 25 000 6 000 6 000 8 000 25 000 0 8 000 15 000 10 000 10 000 7 500 0 0 12 000 10 000
1D 0 0 0 0 0 0 0 0 100 000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 250 000 0 0 0 0 0 0
1E 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 000 0 0 0 0 0
1F 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000
1G 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 3 250 3 700 4 000 4 000 3 700 4 000 3 700 4 000 3 700 3 700
1H 0 0 10 000 0 0 20 000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 000 0 60 000 0 0 0 50 000 0
1I 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 250 2 000 1 500 1 500 2 000 1 500 2 000 1 500 2 000 2 000
Total 28 000 35 500 90 500 50 500 60 500 118 000 65 500 83 000 195 500 34 500 28 000 65 500 50 500 30 500 65 500 92 000 57 000 80 500 26 500 29 000 51 000 85 500 72 000 32 700 55 500 298 000 214 700 31 250 30 700 28 000 88 700 34 700
60
No 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
1A 100 000 7 500 35 000 20 000 15 000 10 000 25 000 15 000 30 000 12 500 12 500 100 000 13 000 33 333.33 7 500 30 000 20 000 15 000 15 000 15 000 7 500 15 000 10 000 7 500 25 000 20 000 20 000 7 500 17 500 30 000 50 000 7 500
1B 500 0 0 15 000 7 500 25 000 100 000 5 000 10 000 50 000 0 20 000 0 16 666.67 25 000 0 0 60 000 25 000 25 000 0 5 000 5 000 0 25 000 0 25 000 35 000 0 0 0 0
1C 550 10 000 50 000 50 000 7 500 50 000 50 000 6 250 4 000 0 50 000 10 000 150 000 16 666.67 50 000 50 000 75 000 20 000 25 000 25 000 10 000 7 500 5 000 25 000 10 000 10 000 15 000 5 000 20 000 50 000 75 000 10 000
1D
1E 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 000 0 0 0 0 20 000 0 50 000 0
1F 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000
1G 0 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 3 250 3 700 4 000 4 000 3 700 4 000 3 500 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000
1H 0 0 0 50 000 0 50 000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1I 0 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 500 1 250 2 000 1 500 1 500 2 000 1 500 1 666.67 1 500 1 500 1 500 1 500 2 000 2 000 2 500 2 500 1 500 2 500 2 500 2 500 2 500 2 500 2 500 2 500 2 500 2 500
Total 106 050 28 000 95 500 145 500 40 500 145 500 185 500 35 750 54 700 73 000 73 000 140 700 173 500 76 833.33 93 000 90 500 105 500 105 500 76 000 76 000 29 000 39 000 30 500 49 000 71 500 41 500 71 500 59 000 69 000 91 500 186 500 29 000
60
61 61
No 95 96 97 98 99 100 Total Rata-rata Proporsi
1A 100 000 50 000 25 000 25 000 10 000 20 000 2 290 011.90 22 900.12 30.83
Keterangan : 1A
: Biaya transportasi
1B
: Biaya konsumsi dari rumah
1C
: Biaya konsumsi di kawasan
1D
: Biaya penginapan
1E
: Biaya pembelian souvenir
1F
: Biaya tiket masuk Cigamea
1G
: Biaya tiket masuk GSE
1H
: Biaya dokumentasi
1I
: Biaya parkir
1B 25 000 10 000 0 0 25 000 10 000 1 328 994.05 13 289.94 17.89
1C 10 000 0 10 000 15 000 10 000 15 000 1 934 252.38 19 342.52 26.04
1D
1E
0 0 0 0 0 0 350 000.00 3 500.00 4.71
0 0 0 0 0 0 175 000.00 1 750.00 2.36
1F 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 500 000 5 000 6.73
1G 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 374 957.14 3 749.57 5.05
1H 10 000 0 0 0 0 0 310 000 3 100 4.17
1I 2 500 2 500 2 500 2 500 2 500 2 500 164 095.24 1 640.95 2.21
Total 156 500 71 500 46 500 51 500 56 500 56 500 7 427 310.71 74 273.11 100.00
62
Lampiran 10 Rata-rata pengeluaran unit usaha (dalam rupiah) Keterangan Kios Makanan
Jumlah Rata-rata Foto keliling
Res
I (a) 3 400 000 3 400 000 4 400 000 2 600 000 3 400 000 4 400 000 2 400 000 2 000 000 2 400 000 3 000 000 3 400 000 3 200 000 2 400 000 3 400 000 1 800 000 1 400 000 1 400 000 2 400 000 1 400 000 2 000 000 1 600 000 1 800 000 1 800 000 5 000 000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 24
64 400 000
25 26 27
2 683 333 4 600 000 3 600 000 2 600 000
C1 (b) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C2 (c) 1 060 000 1 480 000 1 480 000 560 000 1 080 000 1 280 000 1 060 000 1 040 000 400 000 1 040 000 1 240 000 1 200 000 840 000 1 280 000 580 000 560 000 520 000 1 020 000 440 000 420 000 580 000 680 000 440 000 1 600 000 21 880 000
911 667 1 000 000 1 000 000 1 000 000
C3 (d)
C4 (e) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 20 000 0 60 000 50 000 100 000 50 000 0 30 000 10 000 0 10 000 25 000 30 000 30 000 50 000 0 0 0 80 000 50 000 80 000 80 000 755 000 31 458 0 0 0
C5 (f) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 150 000 150 000 20 000 70 000 70 000 0 0 0 0 0 150 000 0 0 0 240 000 850 000 35 417 240 000 240 000 240 000
C6 (g) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total pengeluaran (j) (j=b+c+d+e+f+g) 1 060 000 1 480 000 1 500 000 560 000 1 140 000 1 330 000 1 160 000 1 090 000 400 000 1 220 000 1 400 000 1 220 000 920 000 1 375 000 610 000 590 000 570 000 1 020 000 440 000 570 000 660 000 730 000 520 000 1 920 000 23 485 000 978 541.6667 1 240 000 1 240 000 1 240 000
Pendapatan (k) (k=a-j) 2 340 000 1 920 000 2 900 000 2 040 000 2 260 000 3 070 000 1 240 000 910 000 2 000 000 1 780 000 2 000 000 1 980 000 1 480 000 2 025 000 1 190 000 810 000 830 000 1 380 000 960 000 1 430 000 940 000 1 070 000 1 280 000 3 080 000 40 915 000 1 704 792 3 360 000 2 360 000 1 560 000
62
Keterangan Jumlah Rata-rata Toilet Jumlah Rata-rata Cenderamata Jumlah Rata-rata Warung dan toilet Jumlah Rata-rata Fish spa Jumlah Rata-rata Gorengan cireng Jumlah Rata-rata
Res 3 28 29 2 30 31 32 3 33 1 34 1 35 1
I (a)
C1 (b)
11 000 000
0 0 0 320000 320000 160000 0 0 0 0 0 0 0 0 800000 800000 800000 500000 500000 500000
3 666 667 1 400 000 3 600 000 5 000 000 2 500 000 280 000 340 000 240000 8 600 000 3 100 000 4 800 000 4 800 000 4 800 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Keterangan: I C1 C2 C3 C4 C5 C6
: Penerimaan : Upah karyawan : Pembelian Bahan baku : Pemeliharaan alat : Listrik : Transportasi lokal : Pajak
C2 © 3 000 000 1 000 000 0 0 0 0 300 000 1 000 000 1 500 000 2 800 000 933 333 1 220 000 1 220 000 1 220 000 100 000 100 000 100 000 540 000 540 000 540 000
C3 (d) 0 0 30 000 50 000 80 000 40 000 0 0 0 0 0 50 000 50 000 50 000 30 000 30 000 30 000 0 0 0
C4 (e) 0 0 0 0 0 0 0 100 000 0 100 000 33 333 40 000 40 000 40 000 0 0 0 0 0 0
C5 (f) 720 000 240 000 0 0 0 0 72 000 100 000 0 172 000 57 333 0 0 0 30 000 30 000 30 000 0 0 0
C6 (g) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total pengeluaran (j) (j=b+c+d+e+f+g+h+i) 3 720 000 1 240 000 30 000 370 000 400 000 200 000 372 000 1 200 000 1 500 000 3 072 000 1 024 000 1 310 000 1 310 000 1 310 000 960 000 960 000 960 000 1 040 000 1 040 000 1 040 000
Pendapatan (k) (k=a-j) 7 280 000 2 426 667 1 370 000 3 230 000 4 600 000 2 300 000 2 428 000 2 200 000 900 000 5 528 000 2076 000 3 490 000 3 490 000 3 490 000 2 040 000 2 040 000 2 040 000 460 000 460 000 460 000
63
63
64
Lampiran 11 Rata-rata pendapatan tenaga kerja perbulan (dalam rupiah) Pekerjaan Safety Guard Safety Guard Penjaga Tiket Penjaga Tiket Penjaga Tiket Penjaga Tiket Penjaga Tiket Parkir Parkir Unit Usaha Cireng Unit Usaha FISH SPA Unit Usaha Toilet
Pendapatan Perbulan 1 500 000 1 500 000 1 500 000 1 500 000 1 000 000 800 000 1 200 000 1 100 000 800 000 500 000 800 000 320 000
Rata-rata Pendapatan 1 500 000
1 200 000 950 000 500 000 800 000 320 000
Lampiran 12 Pengeluaran Tenaga kerja Tenaga Kerja Safety Guard Safety Guard Rata-rata Proporsi Penjaga Tiket Penjaga Tiket Penjaga Tiket Penjaga Tiket Penjaga Tiket Rata-rata Proporsi Parkir Parkir Rata-rata Proporsi Toilet Rata-rata Proporsi Unit Usaha Fish Spa Rata-rata Proporsi Unit Usaha Cireng Rata-rata Proporsi
Biaya Pangan/Bulan (a) 300 000 1 500 000 900 000 0.5714 1 500 000 300 000 1 500 000 1 500 000 900 000 1 140 000 0.6271 600 000 900 000 750 000 0.5076 300 000 300 000 0.6667 750 000 750 000 0.5556 300 000 300 000 0.5660
Keterangan : a :Biaya pangan/bulan b : Biaya transportasi/bulan c : Biaya sekolah anak/bulan
Biaya Transportasi/B ulan (b) 0 150 000 75 000 0.0476 105 000 75 000 105 000 105 000 0 78 000 0.0429 105 000 0 52 500 0.0355 0 0 0 450 000 450 000 0.3333 80 000 80 000 0.1509
Biaya Sekolah Anak/Bulan (c) 0 1 200 000 600 000 0.3810 450 000 150 000 450 000 900 000 1 050 000 600 000 0.3 300 750 000 600 000 675 000 0.4 569 150 000 150 000 0.3333 150 000 150 000 0.1111 150 000 150 000 0.2830
Total 300 000 2 850 000 1 575 000 1 2 055 000 525 000 2 055 000 2 505 000 1 950 000 1 818 000 1 1 455 000 1 500 000 1 477 500 1 450 000 450 000 1 1 350 000 1 350 000 1 530 000 530 000 1
65
Lampiran 13 Perhitungan efek pengganda E
= Rp 55 449 410
D
= Rp 92 337 095
N
= Rp 44 052 170
U
= Rp 24 797 000
Keynesian Income Multiplier
= = 2.9
Ratio Income Multiplier Tipe I
= = 1.5
Ratio Income Multiplier Tipe II
= = 1.7
66
Lampiran 14
Lampiran
Gambar air terjun yang pertama
Gambar air terjun yang kedua
dijumpai dari gerbang utama
dijumpai dari gerbang utama
Tangga menuju Curug Cigamea
Kondisi hutan di sekitar lokasi wisata
67
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Poncowarno, Lampung Tengah pada tanggal 29 Juli 1991 dari Ayah Elyas Sinaga dan Ibu Maria Turnip. Penulis adalah putra kelima dari enam bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Kalirejo dan pada tahun 2009 penulis diterima melalui Undangan Seleksi Masuk IPB di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif dalam kegiatan keaagamaan dan kemahasiswaan yaitu Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) pada tahun 20092012, serta anggota dari Himpunan Profesi REESA, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Penulis juga pernah meraih penghargaan dalam kegiatan pertandingan olahraga yaitu Juara I Tim Voli Putra Greenstation ESL tahun 2012. Penulis ikut aktif dalam kegiatan kepanitiaan REESA.