1
ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG BUNDER PASCA PERLUASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK
RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
2
3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Kawasan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan merupakan penelitian yang berada di bawah penelitian BOPTN dengan judul “Pembayaran Jasa Lingkungan Wisata Alam sebagai Alternatif Solusi Trade Off Kepentingan Ekologi dan Ekonomi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak” dengan sumber dana dari BOPTNDIKTI 2013. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Rizqiyyah Yasmin K NIM H44090091
4
ABSTRAK RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA. Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL dan NUVA. Kawasan Wisata Gunung Bunder terletak di Desa Gunung Bunder Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Semenjak tahun 2003 kawasan ini masuk ke dalam perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sehingga kawasan ini termasuk ke dalam zona pemanfaatan. Pengalihan status kawasan wisata Gunung Bunder menjadi TNGHS diharapkan memberikan manfaat terhadap masyarakat sekitar maupun pengunjung. Oleh karena itu diperlukan estimasi nilai dan dampak ekonomi serta prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS untuk mengetahui besaran pengaruh keberadaan wisata terhadap masyarakat sekitar dan keberlanjutan wisata tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi wisata dan nilai ekonomi di estimasi dengan menggunakan Individual Travel Cost Method (ITCM). Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan 3 faktor yang mempengaruhi minat wisata, antara lain (1) lama mengetahui objek wisata (2) umur dan (3) jarak. Nilai ekonomi Gunung Bunder yang diperoleh dari hasil perhitungan yaitu sebesar Rp 3 163 231 383. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut berupa dampak langsung, dampak tidak langsung, dan dampak lanjutan yang diukur dengan metode nilai efek pengganda. Hasil perhitungan nilai efek pengganda menunjukkan nilai keynesian income multiplier sebesar 1.77, ratio income multiplier tipe 1 sebesar 1.91, dan ratio income multiplier tipe 2 sebesar 2.43. Namun dari total pengeluaran wisatawan terjadi kebocoran ekonomi (economic leakages) sebesar 53.23%. Prospek pengembangan keberlanjutan wisata diidentifikasi berdasarkan aspek fisik, sosial-ekonomi dan spasial yang menunjukkan bahwa kawasan wisata Gunung Bunder memiliki potensi untuk dijadikan kawasan wisata alam yang harus dijaga keberlanjutannya karena dapat memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat sekitar. Kata kunci : Individual Travel Cost Method, Gunung Bunder, Nilai efek pengganda, Taman Nasional Gunung Halimun Salak
5
ABSTRACT RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA. Estimation of Economic Value and Economic Impact as well as Development Prospect of Gunung Bunder after The Expansion of Gunung Halimun Salak National Park. Supervised by AHYAR ISMAIL and NUVA. Gunung Bunder tourism area is located in Gunung Bunder village Pamijahan district Bogor. Since 2003 this location was included in expansion of Gunung Halimun Salak National Park (GHSNP) so that this area belongs to the utilization zone. The diversion status of Gunung Bunder tourism area to the National Park expected to have a benefit impact for the local community and visitors. Therefore, it was necessary to analyze economic value, economic impact and prospects of the development of the tourist area of Gunung Bunder area to determine how much the generated influences from Gunung Bunder existence for surrounding community and the tourism sustainability. Factors that affect the tourism and economic value was estimated by Individual Travel Cost Method. Based on the study, three factors that affect the interests of tourists to visit Gunung Bunder were (1) the period of tourism object determined (2) age, and (3) distance which subsequently obtained the economic value of Gunung Bunder was Rp 3 163 231 383. Economic impact generated from tourism activities could be direct, indirect and induced impacts which measured by the value of the multiplier effect where the results of this research was 1.77 for the keynesian income multiplier, 1.91 for ratio income multiplier type 1, and 2.43 for ratio income multiplier type 2. However from the total tourist expenditure have occurred the economic leakages about 53.23%. The development prospect analyzed based on the physical, socio-economic and spatial aspect which indicates that the tourist area of Gunung Bunder deserve to be a a natural tourism so the sustainability must be maintained because it could provide a positive benefit for the surrounding community. . Keywords: Gunung Bunder, Individual Travel Cost Method, Multiplier Effect, Gunung Halimun Salak National Park
6
7
ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG BUNDER PASCA PERLUASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK
RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
8
9 Judul Skripsi
Nama NIM
: Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak : Rizqiyyah Yasmin Khoirunnisaa : H44090091
Disetujui oleh
Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr Pembimbing I
Nuva, S.P, M.Sc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
x
xi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Papa tercinta (Dr. Ir. Irzaman, M.Si) dan Mama tercinta (Ir. Linda Safanah Ayu Hamidah) serta adik-adik tersayang (Aufa dan Bilqis) yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan dukungan 2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberi arahan, saran, ilmu, dan kesabaran dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan penelitian 3. Rizal Bachtiar, S.Pi, M.Si dan Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukkan dan saran terkait penelitian 4. Dr. Meti Ekayani S.Hut selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan menginspirasi penulis dalam melakukan penelitian 5. Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB, para dosen beserta staf terimakasih atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan 6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS), dan Kepala Resort Gunung Bunder II 7. Sahabat penelitian terbaik (Fernando dan Laode) terimakasih atas semangat, kerja sama, dan keceriaannya selama ini 8. Sahabat penulis (Nita, Hastin, Susan, Rahayu, Renita, Miranty, Nadia, Charra, Febriana, Khoirunnisa, Dear, Gugat dan Romil) kalian adalah sahabat-sahabat yang sangat berharga, sahabat satu bimbingan (Nurul, Annisia, Galuh, Sandra dan Dita), serta seluruh sahabat di ESL 46 Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi panduan penelitian yang bermanfaat bagi banyak pihak dan menjadi panduan dalam pengembangan suatu kawasan wisata. Bogor, Februari 2014 Rizqiyyah Yasmin
xii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv I
PENDAHULUAN.......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 3 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4 1.4 Ruang Lingkup ........................................................................................ 5
II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6 2.1 Taman Nasional ...................................................................................... 6 2.2 Konservasi ............................................................................................... 7 2.3 Pariwisata ................................................................................................ 8 2.4 Ekowisata ................................................................................................ 9 2.5 Permintaan Wisata ................................................................................ 10 2.6 Metode Biaya Perjalanan ...................................................................... 11 2.7 Dampak Ekonomi Pariwisata ................................................................ 11 2.8 Persepsi ................................................................................................. 13 2.9 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 13
III KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................................... 16 IV
METODE PENELITIAN ............................................................................. 19 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 19 4.2 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 19 4.3 Teknik Penarikan Sampel ..................................................................... 20 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 20 4.4.1 Analisis deskriptif mengenai karakteristik pengunjung .............. 21 4.4.2 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan wisata Gunung Bunder dan estimasi nilai ekonomi ............................... 21 4.4.3 Estimasi dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Bunder terhadap masyarakat sekitar......................................................... 23 4.4.4 Analisis prospek pengembangan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS ....................................................................... 24 4.4.5 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 25
V GAMBARAN UMUM .................................................................................... 26 5.1 Kondisi Umum Kawasan Wisata Gunung Bunder................................ 26 5.2 Potensi, Sarana, dan Prasarana Objek Wisata ....................................... 26 5.2.1 Bumi Perkemahan Gunung Bunder ............................................. 27
xiii 5.2.2 Curug Cihurang ........................................................................... 27 5.2.3 Kawah Ratu ................................................................................. 27 5.3 Karakteristik Responden ....................................................................... 28 5.3.1 Karakteristik Responden Pengunjung ........................................ 28 5.3.1.1 Sosial Ekonomi Responden Pengunjung ...................... 29 5.3.1.2 Karakteristik Responden Pengunjung dalam berwisata 31 5.3.2 Karakteristik Responden Unit Usaha ......................................... 32 5.3.3 Karakteristik Responden Tenaga Kerja ...................................... 34 VI
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 37 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata....................... 37 Gunung Bunder..................................................................................... 37 6.2 Nilai Ekonomi Kawasan Wisata Gunung Bunder ................................ 40 6.3 Dampak Ekonomi ................................................................................. 42 6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung ....................................................... 45 6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung ............................................ 46 6.3.3 Dampak Ekonomi Lanjutan ......................................................... 48 6.3.4 Nilai Efek Pengganda.................................................................. 50 6.4 Prospek Pengembangan Kawasan Wisata Gunung Bunder................... 51 6.4.1 Aspek Fisik ................................................................................. 51 6.4.1.1 Potensi Alam .................................................................. 52 6.4.1.2 Potensi Prasarana dan Sarana Penunjang ....................... 54 6.4.2 Aspek Sosial-Ekonomi ............................................................... 55 6.4.3 Aspek Spasial ............................................................................. 58
VII SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 61 7.1 Simpulan ............................................................................................... 61 7.2 Saran ..................................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 81
xiv
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1
Jumlah pengunjung objek wisata di Gunung Bunder tahun 2011-2012 ........ 2
2
Matriks metode analisis data ........................................................................ 20
3
Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pada Tahun 2013 ............................................. 29
4
Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pada Tahun 2013 ............................................. 30
5
Karakteristik berwisata responden pengunjung Gunung Bunder tahun 2013 .............................................................................................................. 31
6
Karakteristik motivasi wisata responden pengunjung Gunung Bunder ....... 32
7
Karakteristik pemilik unit usaha Gunung Bunder tahun 2013 ..................... 33
8
Karakteristik responden tenaga kerja Gunung Bunder tahun 2013 ............. 35
9
Regresi fungsi permintaan wisata Gunung Bunder ...................................... 38
10
Perhitungan nilai ekonomi wisata Gunung Bunder pada tahun 2012 .......... 41
11
Penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar dengan keberadaan Kawasan Wisata Gunung Bunder tahun 2013 ............................................. 42
12
Proporsi pengeluaran responden wisatawan dan tingkat kebocoran di Kawasan Wisata Gunung Bunder tahun 2013 ............................................. 44
13
Dampak ekonomi langsung di Kawasan Wisata Gunung Bunder ............... 46
14
Total pengeluaran unit usaha di dalam dan di luar daerah tujuan wisata tahun 2013 ......................................................................................... 47
15
Dampak ekonomi tidak langsung di Kawasan Wisata Gunung Bunder tahun 2013 .............................................................................................................. 48
16
Proporsi pengeluaran tenaga kerja di Gunung Bunder tahun 2013.............. 49
17
Dampak Ekonomi Lanjutan di Gunung Bunder Tahun 2013 ...................... 49
18
Nilai efek pengganda dari pengeluaran wisatawan kawasan wisata Gunung Bunder tahun 2013 ......................................................................... 50
19
Daya tarik wisata Gunung Bunder ............................................................... 52
20
Pengetahuan pengunjung mengenai status kawasan Taman Nasional di Gunung Bunder ............................................................................................ 53
21
Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana di Gunung Bunder ..... 54
22
Perubahan penghasilan responden unit usaha di Gunung Bunder ............... 56
23
Perubahan penghasilan tenaga kerja semenjak penetapan kawasan Gunung Bunder menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak .......................... 57
24
Peranan dan Fungsi Stakeholder terkait pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder ............................................................................................ 59
xv
DAFTAR GAMBAR Nomor 1
Halaman
Kerangka Alur Berpikir ................................................................................18
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1
Hasil model regresi frekuensi kunjungan Gunung Bunder...........................66
2
Uji normalitas ...............................................................................................67
3
Uji F ..............................................................................................................67
4
Uji multikolerasi ...........................................................................................68
5
Uji autokorelasi .............................................................................................68
6
Uji heteroskedastisitas ..................................................................................69
7
Jumlah kunjungan responden pengunjung satu tahun terakhir .....................70
8
Model hasil jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan .............................71
9
Rata-rata pengeluaran wisatawan per individu (dalam rupiah) ...................72
10
Rata-rata pengeluaran unit usaha (dalam rupiah) .........................................75
11
Rata-rata pendapatan tenaga kerja perbulan (dalam rupiah) ........................77
12
Pengeluaran tenaga kerja ..............................................................................77
13
Perhitungan efek pengganda .........................................................................78
14
Dokumentasi .................................................................................................79
15
Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) ............80
xvi
1
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada kawasan tropis dengan sumberdaya alam yang berlimpah. Keberadaan sumberdaya alam tersebut dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam adalah dengan mengembangkan potensi sumberdaya tersebut ke dalam sektor pariwisata. Potensi sumberdaya alam yang berlimpah merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap sektor pariwisata di Indonesia. Salah satu daya tarik wisata yang dapat menjadi pilihan alternatif bagi wisatawan adalah kegiatan wisata alam. Potensi keindahan dan kekayaan alam dari suatu kawasan wisata memiliki nilai yang tinggi dalam pasar industri wisata alam. Potensi alam tersebut dapat terus terpelihara apabila kawasan wisata dapat tetap terjaga kelestarian oleh karena itu diperlukan pengelolaan wisata yang dapat menaruh perhatian besar terhadap keberlanjutan sumberdaya. Bentuk pengelolaan wisata yang dapat meminimalisir terjadinya ancaman terhadap keberadaan potensi wisata alam adalah dengan menerapkan ekowisata. Unsur-unsur yang harus diterapkan dalam pengelolaan ekowisata menurut deklarasi Quebac (2002) diantaranya adalah sesuai dengan prinsip konservasi, mengikutsertakan partisipasi penduduk lokal dalam perencanaan, pembangunan dan operasional pada kegiatan wisata agar terciptanya kesejahteraan masyarakat, dan dapat memberikan pengetahuan akan arti pentingnya konservasi kepada masyarakat sekitar maupun pengunjung (Nugroho 2011). Taman nasional merupakan salah satu bagian dari pengembangan ekowisata di kawasan pelestarian alam untuk mendukung upaya konservasi dan tidak merusak ekosistem. Salah satu kawasan taman nasional yang memiliki potensi sumber daya alam hayati dan ekosistem yang menawarkan wisata ekologis adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) terletak di tiga bagian daerah yang berbeda namun berada dalam satu kesatuan yaitu Kabupaten Bogor, Lebak, dan Sukabumi. Kawasan wisata di TNGHS yang berada di Kabupaten Bogor dikenal dengan
2 nama kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). Pada tahun 2003 wilayah ini masuk dalam kawasan perluasan Taman Nasional Gunung Halimun berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003. Kawasan wisata GSE memiliki beberapa sub-kawasan objek wisata alam yakni Gunung Bunder, air terjun (curug), dan pemandian air panas. Kawasan wisata Gunung Bunder memiliki atraksi wisata beragam dan lokasinya mudah dicapai. Kawasan wisata Gunung Bunder memiliki atraksi wisata yang terdiri dari camping ground, pendakian Kawah Ratu dan Curug Cihurang. Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan di kawasan wisata Gunung Bunder pada tahun 2011-2012 tergolong cukup besar sehingga objek wisata ini potensial untuk dikembangkan (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah pengunjung objek wisata di Gunung Bunder tahun 2011-2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata- rata per tahun
Jumlah Pengunjung (orang/tahun) 2011 2012 3 950 4 000 1 200 1 100 2 000 1 500 2 150 1 500 2 000 2 000 2 300 2 000 2 350 2 500 1 200 6 000 6 500 1 500 2 000 2 000 2 150 1 850 2 000 1 550 29 800 27 500 28 650
Sumber : Resort Gunung Salak II 2013
Adanya kegiatan wisata di Gunung Bunder akan membawa sejumlah dampak bagi masyarakat sekitar. Kegiatan wisata yang melibatkan masyarakat tentunya akan memberikan manfaat terhadap perekonomian masyarakat sekitar sekitar dengan adanya aliran uang dari wisatawan ke masyarakat. Hal ini memberikan dampak positif dan negatif baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Dampak positif diantaranya adalah dapat menciptakan atau meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat. Dampak dari aspek sosial dan lingkungan adalah dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat sekitar dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam membangun
3 komunikasi dengan banyak pihak terkait wisata juga memberikan nilai tambah dalam menjaga lingkungan. Dampak negatif yang mungkin terjadi dengan adanya keberadaan kawasan wisata adalah rusaknya sumber-sumber hayati ataupun tercemarnya lingkungan di sekitar kawasan wisata (Yoeti 2008). Status pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder yang saat ini dikelola oleh taman nasional mempunyai fungsi untuk perlindungan dan pemeliharaan keanekaragaman hayati dan konservasi sumberdaya alam. Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian mengenai pengembangan wisata di Gunung Bunder saat ini perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran pengembangan yang dapat dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder. Pengembangan tersebut dapat diamati melalui pendekatan ekonomi sehingga perlu diketahui bagaimana nilai dan dampak ekonomi kawasan wisata Gunung Bunder untuk mengetahui pengambilan keputusan yang seharusnya dilakukan bagi pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder agar tetap lestari dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. 1.2 Perumusan Masalah Kawasan wisata Gunung Bunder sebelumnya merupakan kawasan hutan produksi dan hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani unit III Jawa Barat dan Banten. Pada tahun 2003, kawasan wisata Gunung Bunder termasuk ke dalam kawasan perluasan TNGHS sehingga pengembangan wisata yang dilakukan harus berada pada koridor konservasi. Hal ini dilakukan untuk mendukung keberlanjutan dan kelestarian sumber daya alam yang ada di lokasi wisata. Berdasarkan kondisi tersebut kawasan wisata Gunung Bunder saat ini berada dalam zona pemanfaatan yang merupakan bagian dari kawasan taman nasional dimana letak, kondisi dan potensi alamnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan parwisata alam dan jasa lingkungan. Keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati, panorama alam pegunungan yang indah, dan iklim yang sejuk. Potensi kawasan Gunung Bunder menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung. Potensi obyek wisata yang ditawarkan di kawasan wisata Gunung Bunder diantaranya: 1) camping ground; 2) pendakian Kawah Ratu; dan
4 3) Curug Cihurang. Adanya potensi yang menjadi daya tarik bagi wisatawan tersebut tidak hanya diharapkan dapat terjaga kelestariannya namun juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu, perhitungan manfaat ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder perlu dilakukan. Manfaat yang ditimbulkan dari adanya keberadaan wisata Gunung Bunder dapat dilihat dari adanya aktivitas wisatawan yang berkunjung. Oleh karena itu penting bagi pengelola untuk mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung sehingga dapat diketahui informasi mengenai karakteristik pengunjung yang dapat menjadi acuan untuk pengambilan keputusan selanjutnya. Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi nilai dan dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kawasan wisata Gunung Bunder. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana prospek pengembangan wisata dari adanya perubahan status kawasan Gunung Bunder menjadi TNGHS. Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan diatas maka pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Apa saja faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan kawasan wisata Gunung Bunder ?
2.
Bagaimana estimasi dari nilai ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata Gunung Bunder setelah perluasan TNGHS ?
3.
Bagaimana estimasi dampak ekonomi yang timbul dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata Gunung Bunder terhadap masyarakat sekitar ?
4.
Bagaimana prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1.
Mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan kawasan wisata Gunung Bunder.
2.
Mengestimasi nilai ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder.
5 3.
Mengestimasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata Gunung Bunder bagi masyarakat sekitar.
4.
Menilai prospek pengembangan wisata di Gunung Bunder. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder yang terletak di
Desa Gunung Bunder, Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji manfaat ekonomi yaitu dampak ekonomi yang terjadi dengan kerberadaan kawasan wisata Gunung Bunder. Responden yang digunakan dalam penelitian ini terbatas atas pengunjung lokal, unit usaha yang berada di sekitar kawasan wisata dan tenaga kerja yang mendapatkan manfaat ekonomi dari adanya kawasan wisata serta stakeholder terkait pengelolaan. Penelitian ini membahas nilai ekonomi dan dampak ekonomi serta prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder. Nilai ekonomi diestimasi dengan menaksir surplus konsumen berdasarkan metode individual travel cost method. Data jumlah pengunjung yang dijadikan acuan untuk perhitungan dampak ekonomi berasal dari rata-rata jumlah kunjungan tahun 20112012. Penelitian ini membahas besaran dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat setempat dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata GSE khususnya di areal wisata Gunung Bunder. Dampak ekonomi yang dirasakan dari adanya kawasan wisata Gunung Bunder hanya terbatas dari unit usaha kecil yang berasal dari masyarakat di sekitar lokasi wisata sampai pada tingkat tenaga kerja. Penelitian ini juga membahas prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS berdasarkan aspek fisik, spasial dan aspek sosialekonomi.
6
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Definisi taman nasional menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan adalah adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata,dan rekreasi alam. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya menyatakan bahwa taman nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman flora dan fauna dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara lestari. Kegiatan yang diperbolehkan untuk dilakukan di kawasan taman nasional diantaranya adalah penelitian, pendidikan, kegiatan yang dapat menunjang budi daya, budaya, dan wisata alam sedangkan semua kegiatan yang akan berdampak negatif terhadap fungsi ekosistem taman nasional tidak diperbolehkan untuk dilakukan yaitu seperti mengubah bentang alam kawasan secara permanen, atau yang akan mengakibatkan satwa terancam punah Kawasan taman nasional dikelola berdasarkan sistem zonasi, yang terdiri atas zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, dan zona lain menurut keperluan. Fasilitas wisata dapat dibangun di zona pemanfaatan intensif, sesuai dengan rencana pengelolaan dan hasil analisis mengenai dampak lingkungan. Terkait kegiatan pariwisata dan rekreasi, pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan atas zona pemanfaatan dengan mengikutsertakan masyarakat setempat. Sistem pengelolaan taman nasional dilakukan dengan zonasi yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial. ekonomi, dan budaya masyarakat. Pedoman zonasi taman nasional diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan No 56 Tahun 2006. Sistem zonasi dalam taman nasional dapat dibagi menjadi :
7 1.
Zona inti, merupakan bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi.
2.
Zona rimba, adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan.
3.
Zona pemanfaatan, adalah bagian dari taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya.
4.
Zona lain yang terdiri dari zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, budaya dan sejarah serta zona khusus. Penentuan tata batas zonasi taman nasional tidak hanya dilakukan oleh
pihak balai taman nasional saja tetapi melibatkan pihak-pihak lain yang berkaitan seperti Pemerintah Daerah (Pemda) setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Kelompok Masyarakat dan Mitra Kerja. Begitu pula dalam hal pengelolaan pihak balai taman nasional memiliki wewenang penuh dalam mengelola kawasan taman nasional tetapi dalam hal kebijakan yang menyangkut kawasan juga turut melibatkan pihak-pihak lain yang berkaitan seperti yang disebutkan diatas. 2.2 Konservasi Definisi konservasi berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan
persediaannya
dengan
tetap
memelihara
dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,
8 Kawasan konservasi dibagi menjadi kawasan pelestarian alam dan kawasan suaka alam. Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam dan suaka margasatwa sedangkan kawasan pelestarian alam terdiri dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam sedangkan dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan tidak digunakan istilah kawasan konservasi, tetapi hutan konservasi yang terdiri dari kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam, dan taman buru. 2.3 Pariwisata Definisi pariwisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut meliputi: 1.
Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.
2.
Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah (keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya)
3.
Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata. Wahab (1992) menyatakan bahwa pariwisata dapat dipandang sebagai suatu
yang abstrak, misalnya sebagai suatu gejala yang melukiskan kepergian orangorang didalam negaranya sendiri (pariwisata domestik) atau penyeberangan orang orang pada tapal batas suatu negara (pariwisata internasional). Proses bepergian ini mengakibatkan terjadinya interaksi dan hubungan-hubungan, saling pengertian insani, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, motivasi, tekanan-tekanan, kepuasan, kenikmatan dan lain-lain diantara sesama pribadi atau antar kelompok. Pariwisata juga mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam Negara penerima wisatawan. Pariwisata mengandung tiga unsur, yakni: manusia (sebagai pelaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang tercakup oleh kegiatan itu sendiri), dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan).
9 Suwantoro (2004) mendefinisikan bahwa pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Pengertian pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah tetapi bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu, dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha lainnya. 2.4 Ekowisata Ekowisata secara konseptual merupakan konsep pengembangan dan penyelengaraan kegiatan pariwisata berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan serta berintikan partisipatif aktif masyarakat dengan penyajian produk bermuatan pendidikan dan pembelajaran berdampak negatif minimum terhadap lingkungan, memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan daerah dan diberlakukan pada kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan binaan serta kawasan budaya (Sekartjakrarini 2004) Yoeti (2008) menyatakan bahwa ekowisata berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata sehingga ekowisata dapat dipandang dari tiga perspektif yaitu: 1.
Ekowisata sebagai produk yang merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam.
2.
Ekowisata sebagai pasar yang merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan.
3.
Ekowisata sebagai pendekatan pengembangan yang merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan.
Kegiatan
wisata
yang
bertanggung
jawab
terhadap
kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekan dan merupakan ciri khas ekowisata.
10 Konsep dan implementasi ekowisata tidak dapat dilepaskan dari pengembangan kawasan konservasi. Jasa ekowisata dianggap sebagai pintu masuk, sebagai suatu pendekatan ekonomi, yang menelaah dan mengkaji manfaat sumber daya alam dan lingkungan dalam kaidah-kaidah konservasi. Jasa ekowisata adalah sektor riil terdepan yang mengemas jasa lingkungan dan budaya sehingga menghasilkan manfaat bagi banyak kepentingan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (Nugroho 2011). 2.5 Permintaan Wisata Menurut Wahab (1992) Permintaan wisata dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1) permintaan potensial (potential demand), yaitu seseorang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan rekreasi karena mempunyai uang, keadaan fisik masih kuat, hanya belum memiliki waktu luang untuk bepergian sebagai wisatawan 2) permintaan aktual atau nyata (actual demand), yaitu seseorang yang sedang melakukan perjalanan rekreasi ke suatu daerah tujuan tertentu. Middleton (2001) dalam Vanhove (2005) merangkum faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata kedalam sembilan faktor, antara lain: faktor ekonomi, perbandingan harga, faktor demografi, faktor geografi, kondisi sosial dan budaya, mobilitas, pemerintah atau peraturan pemerintah, media komunikasi, dan teknologi informasi dan komunikasi. Permintaan
dapat
diartikan
sebagai
hubungan
fungsional
yang
menunjukkan jumlah barang yang akan dibeli dengan harga tertentu dan waktu tertentu. Permintaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi ekonomi dan sisi sosial psikologis. Sisi ekonomi menyangkut gejala-gejala permintaan dan hubungannya dengan keseluruhan factor-faktor ekonomi, sedangkan sisi sosial psikologis meninjau persoalan dari sisi manusia sebagai konsumen dalam menentukan pilihannya untuk membeli barang sesuai kebutuhan yang dipengaruhi oleh tiga variable yaitu kualitas produk, harga, dan manfaat produk (Yoeti 2008).
11 2.6 Metode Biaya Perjalanan Fauzi (2006) menyatakan bahwa metode biaya perjalanan atau travel cost method yang digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking, dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji tentang semua biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi yang diinginkan. Tujuan dasar dari travel cost method adalah untuk mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumber daya alam melalui biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumber daya alam digunakan sebagai pendekatan untuk menentukan harga dari sumber daya alam tersebut. Asumsi dasar dari travel cost method adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas misalnya rekreasi bersifat dapat dipisahkan. Terdapat dua teknik yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan travel cost method yaitu: 1.
Pendekatan sederhana melalui zonasi (Zonal Travel Cost Method / ZTCM).
2.
Pendekatan individual dengan menggunakan data sebagian besar dari survey (Individual Travel Cost Method / ITCM). Pada awal perkembangannya, penggunaan metode biaya perjalanan untuk
menghitung nilai tempat rekreasi menggunakan pendekatan zonal, namun belakangan ini metode biaya perjalanan yang digunakan telah beralih menjadi pendekatan individual. Pada prinsipnya pendekatan individual sama dengan pendekatan zonal, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei. 2.7 Dampak Ekonomi Pariwisata Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik, maupun biologi. Dampak pembangunan menjadi masalah karena perubahan yang disebabkan oleh pembangunan selalu lebih luas daripada menjadi sasaran pembangunan yang direncanakan. Dampak dapat bersifat biofisik, dapat juga bersifat sosial-ekonomi dan budaya. Misalnya, dampak pembangunan pariwisata
12 ialah berubahnya nilai budaya penduduk di daerah obyek wisata itu dan ditirunya tingkah-laku wisatawan oleh penduduk (Soemarwoto 2009). Dampak ekonomi kegiatan pariwisata alam suatu bentuk kontribusi alam atau manfaat produk wisata berbasiskan alam terhadap ekonomi suatu wilayah. Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan, yaitu: (1) penerimaan dari penjualan produk wisata (tiket masuk taman nasional, hotel, campground, restoran, atraksi, transportasi dan retail (2) pendapatan masyarakat, (3) peluang pekerjaan, (4) pemerintah melalui berbagai pajak dan dan retribusi (Fretchling 1987). Stynes et al. (2000) menjelaskan bahwa pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah merupakan penjumlahan dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effects) dan dampak lanjutan (induced effects). Dampak langsung selanjutnya lebih dikenal sebagai dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan lanjutan biasanya disebut dengan dampak sekunder. Dampak primer atau langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan pada usaha penerima awal pembelanjaan pengunjung, misalnya kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotel-hotel untuk upah dan gaji karyawan, pajak dan kebutuhan barang dan jasa. Terdapat dua jenis pengaruh sekunder, yaitu dampak tidak langsung dan dampak ikutan. Dampak tidak langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan di sektor-sektor yang mensuplai barang dan jasa kepada komponen usaha penerima awal pembelanjaan pengunjung. Sedangkan dampak ikutan adalah perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan oleh pembelanjaan rumah tangga. Rumah tangga membelanjakan pendapatannya yang bersumber dari upah atau gaji diberbagai komponen usaha yang dipengaruhi oleh keberadaan pariwisata. Menurut Murphy (1985) ukuran multiplier merupakan komponen penting dalam memperkirakan dampak ekonomi pariwisata bagi masyarakat, karena merefleksikan seberapa besar pengaruh dari setiap pembelanjaan pengunjung berada di dalam sistem ekonomi wilayah sebelum mengalami kebocoran. Efek
13 pengganda uang terus sampai akhirnya 'kebocoran' dari ekonomi melalui pembelian barang dari negara lain (impor). 2.8 Persepsi Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa persepsi yang kita kenal memiliki pengaruh terhadap konsep diri seperti: 1.
Pengetahuan: apa yang kita ketahui (atau kita anggap tahu) tentang pribadi lain wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif dan sebagainya.
2.
Pengharapan:
gagasan
kita
tentang
orang
itu
menjadi
apa
dan
maumelakukan apa yang dipadukan dengan gagasan kita tentang seharusnya dia menjadi apa dan melakukan apa. 3.
Evaluasi: kesimpulan kita tentang seseorang didasarkan pada bagaiman seseorang
(menurut
pengetahuan
kita
tentang
mereka)
memenuhi
pengharapan kita tentang dia. Adapun persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (1999) adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya). Adapun alat untuk memahaminya, yaitu kesadaran kognisi. Dalam persepsi sosial ada dua hal yang ingin diketahui, yaitu keadaan dan perasaan orang lain saat ini, di tempat ini komunikasi non lisan (kontak mata, busana, gerak tubuh dan lain sebagainya) atau lisan dan kondisi yang lebih permanen yang ada di balik segala yang tampak saat ini (niat, sifat, motivasi dan sebagainya) yang diperkirakan menjadi penyebab kondisi saat ini. Selanjutnya, perlu diperhatikan bahwa
berbeda
dari
persepsi
pada
umumnya,
persepsi
sosial
sangat
menggantungkan diri pada komunikasi. Persepsi seseorang tentang sesuatu sangat tergantung pada komunikasi yang terjadi antara keduanya.
2.9 Penelitian Terdahulu Agustina (2009) dalam penelitiannya menganalisis Persepsi dan Preferensi pengunjung serta dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Salak Endah. Dampak ekonomi yang berasal dari pengeluaran wisatawan yang dikeluarkan diluar objek wisata sebesar ± 60-70 persen, dimana sekitar 40 persen dihabiskan
14 untuk biaya transportasi. Artinya dampak ekonomi yang berasal dari tingkat pembelanjaan pengunjung masih rendah. Dampak ekonomi langsung (direct impact) yang berasal dari unit usaha berkisar 38-43 persen sedangkan dampak tidak langsung (indirect impact) yang berupa pendapatan tenaga kerja masih sangat rendah berkisar 0-6 persen. Dampak ekonomi yang ditunjukkan dengan nilai pengganda (multiplier) yang dihasilkan di sejumlah lokasi relatif rendah, nilai keynesian income multiplier tertinggi adalah 1.96, ratio income multiplier tipe 1 tertinggi adalah 1.65 dan ratio income multiplier tipe 2 tertinggi sebesar 2.00. Susilowati (2009) melakukan penelitian mengenai Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan menggunakan pendekatan travel cost method. Hasil penelitian memaparkan bahwa terdapat delapan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan rekreasi Tahura Ir. H. Djuanda. Kedelapan faktor sosial ekonomi tersebut adalah biaya perjalanan, total pendapatan, umur, jarak tempuh, waktu tempuh, jumlah tanggungan, jenis kelamin, dan waktu di lokasi. Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui surplus konsumen berdasarkan metode biaya perjalanan individual sebesar Rp 24 926 per kunjungan dan selanjutnya didapat nilai ekonomi lokasi sebesar Rp 3 193 579 412. Sihombing (2011) melakukan penelitian mengenai Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu : biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, waktu di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 297 777 778. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP sehingga dapat diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 5 142 622 222. Analisis terhadap prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial-masyarakat dan aspek spasial.
15 Dritasto dan Anggraeni (2013) melakukan penelitian mengenai Dampak Ekonomi Wisata Bahari terhadap Pendapatan Masyarakat di Pulau Tidung. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai keynesian income multiplier sebesar 0.28 , nilai ratio income multiplier tipe I yang telah didapatkan sebesar 1.35, ratio income multiplier tipe II sebesar 1.59. Secara umum kegiatan wisata yang ada di Pulau Tidung telah memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat walaupun dampak yang dirasakan terbilang cukup kecil. Dampak ekonomi ini terjadi karena adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja. Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan dampak berupa pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha Penelitian mengenai nilai ekonomi dan dampak ekonomi sudah cukup banyak dilakukan. Beberapa aspek dalam penelitian ini mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder adalah keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder yang saat ini termasuk ke dalam TNGHS belum cukup diketahui oleh masyarakat sehingga penelitian ini juga mengkaji bagaimana prospek pengembangan wisata dari suatu kawasan wisata alam yang saat ini termasuk ke dalam wilayah TNGHS.
16
III KERANGKA PEMIKIRAN Kawasan GSE di TNGHS merupakan kawasan konservasi yang memiliki beragam kekayaan sumberdaya alam yang dapat dikembangkan sebagai objek pariwisata alam yang berkelanjutan di Kabupaten Bogor. Penetapan kawasan GSE sebagai salah satu kawasan TNGHS tentunya akan mempengaruhi kebijakan yang dilakukan di kawasan wisata. Salah satu kawasan wisata di GSE adalah kawasan wisata Gunung Bunder. Pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder tidak terlepas dari keterkaitan aktivitas wisatawan dan masyarakat sekitar lokasi wisata. Keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dari adanya kegiatan wisata selain itu pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS juga perlu dilakukan. Aktivitas wisata yang dilakukan akan menunjukkan bagaimana permintaan wisata Gunung Bunder dan nilai ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder. Permintaan wisata tersebut dapat diamati dengan melihat faktorfaktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi permintaan wisata Gunung Bunder yang dianalisis dengan analisis regresi linear berganda sedangkan nilai ekonomi dapat diestimasi dengan metode individual travel cost method. Aktivitas wisata yang langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sekitar membuat keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder memberikan dampak yang positif bagi perekonomian masyarakat. Dampak ekonomi tersebut dapat diketahui dengan mengestimasi nilai dari dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak lanjutan (induced impact). Perhitungan ketiga dampak ekonomi tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder dalam perekonomian masyarakat sekitar yang dinilai melalui analisis multiplier . Sejalan dengan visi TNGHS dalam menjamin kelestarian fungsi sebagai sistem
penyangga
kehidupan
maka
perlu
dilakukan
penilaian
prospek
pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder guna melihat seberapa jauh pengaruh penetapan taman nasional di kawasan wisata tersebut terhadap tiga aspek yaitu aspek fisik, aspek sosial-ekonomi dan aspek spasial. Aspek fisik mengkaji penilaian sarana dan prasarana di kawasan wisata Gunung Bunder
17 dengan tujuan agar dapat mengetahui sarana dan prasarana apa saja yang perlu ditingkatkan. Aspek sosial-ekonomi digunakan untuk melihat sberapa besar pengaruh keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata. Adapun aspek spasial, dilakukan dengan menganalisis pengelolaan yang dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha dan tenaga kerja yang ada di kawasan wisata. Selain itu penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata, mengestimasi nilai ekonomi serta menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan. Penelitian ini juga dilakukan untuk menganalisis prospek pengembangan wisata agar dapat memberikan masukkan bagi pengembangan wisata yang lebih baik. Adapun alur berpikir peneliti dapat disederhanakan pada Gambar 1.
18
Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)
Kawasan Gunung Salak Endah Kabupaten Bogor
Gunung Bunder sebagai wisata Alam yang Potensial
Pemanfaatan
Pengembangan
Pengunjung
Masyarakat
Permintaan Wisata
Dampak Ekonomi Aspek Fisik Langsung (Direct)
Regresi linear berganda
Faktorfaktor yang mempengaruhi Permintaan wisata
Prospek Pengembangan
Travel Cost Method (TCM)
Surplus Konsumen
Tidak Langsung (Indirect)
Lanjutan (Induced)
Aspek SosialEkonomi
Analisis Multiplier
Analisis Deskriptif
Nilai dampak Ekonomi
Menilai prospek pengembangan wisata Gunung Salak Endah
Nilai Ekonomi Rekomendasi Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Wisata Gunung Bunder
Gambar 1 Kerangka alur berpikir Keterangan: batasan penelitian
Aspek Spasial
19 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan GSE, Desa Gunung Bunder Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kawasan GSE merupakan kawasan yang termasuk ke dalam perluasan TNGHS sehingga status tersebut akan mempengaruhi pengelolaan wisata saat ini. Hal ini sangat berpeluang untuk meningkatkan manfaat wisata berbasiskan prinsip pengelolaan wisata yang berkelanjutan. Obyek wisata yang dijadikan lokasi penelitian di kawasan GSE adalah Kawasan Wisata Gunung Bunder. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2013. Data yang diperoleh melalui survei lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal dan stakeholder terkait pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data Primer merupakan data cross section yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden melalui kuesioner. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuesioner. Adapun responden penelitian ini adalah pengunjung, masyarakat yang mempunyai unit usaha, tenaga kerja lokal, dan pengelola kawasan wisata Gunung Bunder. Data primer yang dikaji adalah mengenai karakteristik pengunjung serta penilaian terhadap wisata di Gunung Bunder, pendapatan unit usaha, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja lokal. Data sekunder yang diperoleh meliputi keadaan umum lokasi wisata (sejarah, status, letak dan luas, keadaan fisik serta potensi wisata), peraturan perundangundangan, jumlah kunjungan pengunjung dari data Resort II TNGHS serta data dari lembaga-lembaga lain yang sesuai dengan penelitian seperti Dinas Pariwisata Kabupaten Bogor.
20 4.3 Teknik Penarikan Sampel Responden yang dijadikan penelitian adalah responden wisatawan lokal, pemilik unit usaha, dan tenaga kerja yang mendapatkan manfaat dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder. Responden wisatawan yang dipilih berdasarkan pengamatan dan observasi lapang menggunakan metode non probability sampling yaitu
dengan
teknik
purposive
sampling.
Hal
ini
disesuaikan
untuk
mengidentifikasi tipe-tipe tertentu dari sejumlah sampel dimana responden tersebut dipilih dan disesuaikan berdasarkan kriteria tertentu yaitu berdasarkan keterwakilan dari unsur demografi dan sosial. Responden pengunjung yang dipilih adalah sebanyak 80 orang dengan kriteria yang dimaksud diantaranya merupakan wisatawan lokal, berusia diatas 15 tahun, dan dapat mewakili unsur demografi dan motivasi kunjungan. Unit usaha dan tenaga kerja yang dijadikan responden adalah sebanyak 30 unit usaha dan 10 orang tenaga kerja dengan kriteria dapat mewakili semua jenis unit usaha dan tenaga kerja yang ada di kawasan wisata Gunung Bunder. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang didapatkan selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer dengan program SPSS 16 dan Microsoft Office Excel 2007. Matriks metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Matriks metode analisis data No 1 2
3 4
Tujuan Penelitian Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata Mengestimasi nilai ekonomi dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata di Gunung Bunder Mengestimasi dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar Menganalisis penilaian prospek pengembangan wisata di kawasan Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS
Sumber Data
Analisis Data
Wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Analisis Regresi linear berganda
Wawancara dengan menggunakan kuesioner
Individual Travel Cost Method (ITCM)
Wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Keynesian income multiplier
Wawancara dengan menggunakan
Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan Microsoft Office Excel.
kuesioner.
21 4.4.1 Analisis deskriptif mengenai karakteristik pengunjung Analisis karakteristik pengunjung dilakukan dengan wawancara kepada responden terkait untuk mengumpulkan data-data berupa jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, jumlah tanggungan, domisili, motivasi kunjungan, lama kunjungan, dan intensitas wisata pada periode waktu tertentu. 4.4.2 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan wisata Gunung Bunder dan estimasi nilai ekonomi Menurut Fauzi (2006), nilai ekonomi kawasan wisata dapat diperoleh dengan membentuk fungsi permintaan terlebih dahulu. Fungsi permintaan diestimasi dengan pendekatan biaya perjalanan atau individual travel cost method. Metode yang digunakan dalam pengelolaan data adalah metode regresi linier berganda. Adapun fungsi permintaan wisata tiap individu per tahun kunjungan adalah sebagai berikut: Y = b 0 + b 1 X1 + b 2 X2 + b 3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + е…………………………(1) Keterangan : Y = Jumlah kali kunjungan (kali kunjungan) X 1 = Biaya perjalanan (Rp) X 2 = Pendapatan total (Rp) X 3 = Umur (tahun) X 4 = Jarak (km) X 5 = Tingkat pendidikan (tahun) X 6 = Lama mengetahui Obyek Wisata (tahun) е = error term Dalam regresi linier berganda perlu dilakukan uji parameter untuk mengetahui mengetahui apakah fungsi permintaan tersebut layak atau tidak. Uji parameter tersebut antara lain adalah : 1.
Uji Normalitas Menurut Gujarati (2007) Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data
menyebar normal secara statistik. Model regresi linear pada uji normalitas ini harus memenuhi asumsi bahwa faktor kesalahan mempunyai nilai rata-rata sebesar nol dan dinotasikan dengan e i ~ N(0, σ2).
22
2.
Uji Multikolinearitas Menurut Gujarati (2007), multikolinearitas merupakan hubungan linear
yang sempurna diantara variabel-variabel independen. Kolinearitas seringkali terjadi pada model yang memiliki R2 yang tinggi tetapi sedikit rasio t yang signifikan. Pendeteksian multikolinearitas pada suatu model dapat diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel independen. Model memiliki masalah multikolinearitas jika nilai VIF lebih besar dari 10. 3.
Uji Heterokedastisitas Heterokedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua
pengamatan. Model persamaan yang diperoleh dari suatu penelitian terkadang mengalami masalah heteroskedastisitas.Konsekuensi dari heteroskedastisitas salah satunya yaitu penduga OLS tidak lagi efisien (Gujarati 2007). Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melakukan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan melakukan regresi nilai standar residual terhadap variabel bebas dalam model. Jika P-value lebih besar dari taraf nyata yang dipakai (α) maka model tersebut tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.Sebaliknya, jika P-value lebih kecil dari taraf
nyata
yang
dipakai
(α)
maka
model
tersebut
terjadi
masalah
heteroskedastisitas. 4.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi merupakan pengujian terhadap model regresi linear untuk
mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar nilai sisaan (error).Cara mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat dilakukan uji Durbin Watson (DW). Masalah autokorelasi umumnya terdapat pada data time series, sehingga penelitian ini tidak dilakukan uji autokolinearitas karena menggunakan data cross section (Gujarati 2007). Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pengunjung dalam satu kali perjalanan rekreasi meliputi biaya konsumsi selama rekreasi, biaya transportasi, biaya dokumentasi, dan biaya-biaya lain. Dihitung dengan rumus: BP = TR + DC + KR + LL………………………………………………………(2) Keterangan : BP = Biaya perjalanan rata-rata (Rp/orang/hari)
23 TR DC KR LL
= Biaya transportasi (Rp/orang/hari) = Biaya dokumentasi (Rp) = Biaya konsumsi selama rekreasi (Rp/orang/hari) = Biaya lain-lain (Rp) Analisis
nilai
ekonomi
dilakukan
dengan
teknik
valuasi
yang
mengandalkan harga implisit dimana Willingness To Pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Nilai ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP dengan demikian, maka untuk mendapakan nilai ekonomi perlu diketahui nilai dari surplus konsumen. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula : 𝑁2
WTP ≈ Consumer Surplus ≈ 2𝑏 …………………………………………………(3) 1
Dimana nilai N adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i dan b1 adalah koefisien dari biaya perjalanan (Fauzi 2006). 4.4.3 Estimasi dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Bunder terhadap masyarakat sekitar Informasi yang didapat dari responden akan memberikan informasi mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang akan berdampak langsung, tidak langsung dan ikutan (induced impact) bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini dapat diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat local terdapat dua tipe pengganda, yaitu (META 2001): 1.
Keynesian local income multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.
2.
Ratio income multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan (induced impact).
Secara matematis dirumuskan : Keynesian income multiplier
=
𝐷+𝑁+𝑈 𝐸
……………………..…….(4)
24 Ratio income multiplier, Tipe I
=
Ratio income multiplier, Tipe II
=
Keterangan:
𝐷+𝑁 𝐷
…………………..…….…(5)
𝐷+𝑁+𝑈 𝐷
…………………….……..(6)
E : Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah) D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah) Identifikasi yang dilakukan terhadap dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata dapat menunjukkan produk atau jasa yang belum tersedia di lokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut dan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi pengelola dan Pemerintah Daerah untuk pengembangan objek wisata tersebut. 4.4.4 Analisis prospek pengembangan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS Penetapan suatu kawasan pelestarian menjadi kawasan wisata alam baik pada Taman Nasional maupun Taman Wisata Alam akan mempengaruhi kegiatankegiatan
wisata
yang
dapat
dikembangkan
di
dalam
kawasan,
yakni
pengembangan kegiatan harus selaras dengan tujuan pengelolaan pada taman nasional dan taman wisata alam. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian terhadap prospek pengembangan kegiatan wisata di taman nasional dan taman wisata alam ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial-ekonomi dan aspek spasial (Adirahmanta 2005). Prospek pengembangan wisata dilakukan dengan metode analisis deskriptif yaitu dengan memaparkan potensi wisata alam, sarana dan prasarana penunjang, pengelolaan lokasi, aksesibilitas, dan kegiatan promosi kawasan wisata Bunder. Prospek pengembangan tersebut akan dikaji dalam tiga aspek yaitu aspek fisik, aspek sosial-ekonomi, dan aspek spasial. Hal tersebut dilakukan guna menggambarkan pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder saat ini. Setelah Perluasan TNGHS, kawasan wisata Gunung Bunder diharapkan menjadi suatu kawasan wisata alam berkelanjutan yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi keanekareagaman hayati dan masyarakat. Untuk itu penilaian prospek
25 pengembangan penting untuk dilakukan guna memberikan gambaran kebijakan yang harus dilakukan dalam pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder kedepannya. 4.4.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian disusun untuk mempermudah proses analisis (Juanda 2007). Hipotesis tersebut disesuaikan berdasarkan rancangan penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1.
Biaya perjalanan ke lokasi wisata dan jarak tempuh dan berpengaruh nyata secara negatif terhadap kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder
2.
Total pendapatan, tingkat pendidikan, umur dan lama mengetahui obyek wisata berpengaruh nyata secara positif terhadap kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder. Nilai positif dari suatu variabel menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai
dari variabel tersebut akan cenderung meningkatkan peluang rata-rata jumlah kunjungan. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai dari suatu variabel akan cenderung menurunkan peluang rata-rata jumlah kunjungan wisatawan
26
V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Kawasan Wisata Gunung Bunder Kawasan wisata Gunung Bunder merupakan suatu kawasan wisata dalam ruang lingkup Kawasan Wisata Gunung Salak Endah (GSE) TNGHS (Lampiran 15). Kawasan GSE merupakan kawasan yang berada di bagian barat Kota Bogor , berupa hutan yang memiliki udara yang bersih dan sejuk serta pemandangan alam yang khas. Adapun wilayah kawasan GSE secara geografis terletak pada 106o 36’ 30” BT sampai 106o 45’ 55” BT dan 6o 31’ 0” LS sampai 6o 47’ 15” LS. Luas keseluruhan wilayah kawasan GSE adalah 168,8 km2, meliputi kecamatan Pamijahan dengan luas 80.9 km2, Kecamatan Ciampea 55.6 km2 dan Kecamatan Tamansari 33.2 km2. Batas Kawasan GSE dengan daerah sekitar adalah Desa Pamijahan sebelah utara, Desa Gunung Picung sebelah timur,
Kabupaten
Sukabumi sebelah selatan, dan Desa Ciasihan sebelah barat (Disbudpar 2003). Kawasan wisata Gunung Salak Endah awalnya merupakan kawasan hutan yan berstatus hutan lindung dikenal sebagai Hutan Lindung Gunung Salak (HLGS) yang merupakan gabungan dari lima kelompok hutan yaitu hutan Gunung Salak Utara, Gunung Salak selatan, Gunung Salak Nanggung, Gunung Salak Kendang Kulon, dan Ciampea. Masing-masing kawasan tersebut memperoleh pengesahan tata batas pada tanggal 3 Mei 1941, 5 November 1906, 7 November 1934,
8
Juni
1916
dan
Surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
No.
92/Kpts/Um/8/1945 Tanggal 31 Agustus 1954. Adapun Kawasan Wisata yang dijadikan tempat penelitian merupakan kawasan wisata yang dikenal dengan nama kawasan wisata Gunung Bunder. Pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder sebelum dijadikan TNGHS dilakukan oleh Perum Perhutani. kawasan wisata Gunung Bunder yang dikelola oleh Perum Perhutani tersebut terdiri dari 3 objek wisata yaitu Bumi Perkemahan Gunung Bunder (camping ground), Curug Cihurang dan Kawah Ratu. 5.2 Potensi, Sarana, dan Prasarana Objek Wisata Terdapat tiga objek wisata yang berada di Kawasan wisata Gunung Bunder yaitu Bumi Perkemahan Gunung Bunder, Curug Cihurang dan Kawah Ratu. Pada
27 awalnya ketiga Objek wisata tersebut dikelola dan dikembangkan oleh Perum Perhutani dalam ruang lingkup kawasan wisata Gunung Bunder kemudian pengelolaan saat ini dialihkan kepada TNGHS. Gambaran umum mengenai ketiga objek wisata tersebut dijelaskan dalam keterangan berikut ini. 5.2.1 Bumi Perkemahan Gunung Bunder Bumi Perkemahan Gunung Bunder merupakan objek wisata yang terletak pada ketinggian 830 mdpl dengan temperatur udara 18-23oC. Objek Wisata ini diresmikan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1982 dengan luas sekitar ± 30 Ha yang terletak di lereng gunung Gunung Salak. Kondisi alamnya terdiri dari hutan pinus yang awalnya merupakan hutan produksi milik Perum Perhutani. Adapun areal ini terdapat gerbang pintu masuk dengan failitas pos tiket, visitor centre dan kantor resort. Areal Bumi Perkemahan dibagi dalam beberapa zona dengan topografi datar dan bergelombang. Vegetasi berupa hutan homogeny dengan jenis Pinus, Rasamala, Tepus dan Meranti. Fasilitas umum yang berada di Bumi Perkemahan terdiri dari Toilet, Musholla dan Warung Makan (Laporan Akhir Proyek Pengelolaan TNGHS 2009). 5.2.2 Curug Cihurang Curug Cihurang berada dalam areal kawasan Wisata Gunung Bunder yang merupakan Kawasan Wisata Air Terjun dengan tinggi air terjun sebesar 10 m dengan kolam air terjun seluas 10 m x 7,5 m. Areal penerimaan dengan bangunan pos jaga, pusat informasi, toilet, shelter dan mushola. Fasilitas areal parkir kendaraan roda dua dan roda empat. Fasilitas lain berupa camping ground dengan topografi relatif datar dan terdapat warung makan. Akses jalan berbatu dengan lebar ± 1 m. Vegetasi berupa Pinus, Meranti, Rasamala, dan Anthurium (Laporan Akhir Proyek Pengelolaan TNGHS 2009). 5.2.3 Kawah Ratu Obyek wisata Kawah ratu terletak pada keetinggian ± 1.3348 mdpl dengan suhu berkisar antara 10o-20oC. Obyek wisata Kawah Ratu memiliki daya tarik
28 pendakian yang cocok untuk dijadikan wisata hiking. Selain itu kawah ratu memiliki daya tarik lain yang berupa panorama alam yang indah serta terdapat areal Kawah Mati I yang berjarak sekitar 1.330 mdpl dan Kawah Mati II yang berjarak 1.335 di sebelah utara Kawah Ratu. Sarana yang terdapat di Kawah Ratu diantaranya terdapat akses jalan dengan lebar 2.5 m, warung, papan informasi dan areal terbuka dengan luas ± 0.1 Ha yang bertopografi landai. Pengunjung yang datang rata-rata memiliki motivasi untuk mendaki dan hiking. Setiap pengunjung dianjurkan untuk ditemani oleh Pemandu Wisata yang mana pemandu wisata (guide) tersebut merupakan tenaga kerja yang dibina oleh TNGHS yang sudah terlatih dan mengetahui kawasan Kawah Ratu. Guide tersebut merupakan tenaga kerja yang dinamakan volunteer. 5.3 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu diantaranya pengunjung Kawasan Wisata Gunung Bunder, pemilik unit usaha yang ada di kawasan wisata dan tenaga kerja lokal. Hasil dari wawancara dengan responden dapat menyimpulkan karakteristik dari masing-masing kelompok responden. 5.3.1 Karakteristik Responden Pengunjung Responden pengunjung yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 orang. Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini dibedakan menjadi karakteristik sosial dan ekonomi pengunjung yaitu diantaranya jenis kelamin, umur, asal daerah, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok dan tingkat pendapatan. Karakteristik lain yang diamati adalah karakteristik dalam berwisata untuk mengetahui berapakah sebaran frekuensi kunjungan pengunjung dalam berwisata ke Gunung Bunder, motivasi wisata apa yang melatarbelakangi pengunjung untuk melakukan wisata, cara kedatangan pengunjung dan lama kunjungan.
29 5.3.1.1 Sosial Ekonomi Responden Pengunjung Karakteristik Responden Pengunjung Kawasan Wisata Gunung Bunder diamati dengan melihat faktor-faktor sosial ekonomi dari masing-masing responden. Hal tersebut dilakukan untuk melihat jenis karakteristik apa saja yang paling dominan dalam status sosial ekonomi pengunjung. Karakteristik responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pada tahun 2013 Karakteristik 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2. Umur (Tahun) 15-25 26-35 36-45 >46 Jumlah 3. Asal Daerah Bogor Depok Jakarta Tanggerang Bekasi Jumlah 4 Informasi Objek wisata Informasi dari Teman Informasi dari Internet Informasi dari Surat Kabar Informasi dari Keluarga Informasi dari sumber lain Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
65 15 80
81.25 18.75 100.00
36 21 16 7 80
45.00 26.25 20.00 8.75 100.00
49 2 17 7 5 80
61.25 2.50 21.25 8.75 6.25 100
58 5 1 13 3 80
72.50 6.25 1.25 16.25 3.75 100.00
Sumber: Data Primer, diolah 2013
Jenis kelamin responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 81.25%. Selanjutnya umur responden yang paling dominan berkisar antara 15 sampai 25 tahun yaitu sebesar 45.00%. Sebagian besar responden pengunjung Gunung Bunder berstatus belum menikah yaitu sebanyak 56.25% dengan jenis pekerjaan responden yang paling dominan adalah bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 27.50 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden adalah kelompok umur yang produktif dan dinamis sehingga menyukai atraksi wisata yang dapat memulihkan pikiran dari ritinitas pekerjaan.
30 Sebanyak 61.25% pengunjung berasal dari Bogor sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar pengunjung berasal dari daerah yang dekat dengan kawasan wisata. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar mendapatkan informasi mengenai objek wisata dari teman yaitu sebanyak 72.5% sehingga kedatangan mereka dikarenakan unsur kedekatan lokasi dan akses yang lebih cepat dijangkau. Kedatangan pengunjung dari luar daerah Bogor sebanyak 38.75 % yaitu terdiri berasal kota Depok, Jakarta, Bekasi dan Tanggerang hal tersebut dikarenakan 4 kota tersebut letaknya tidak terlalu jauh dari kota bogor sehingga kawasan wisata Gunung Bunder menjadi pilihan mereka untuk berwisata. Tabel 4 Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi lanjutan (demografi) pada tahun 2013 Karakteristik 1. Status Pernikahan Menikah Belum Menikah Jumlah 2. Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah 3. Pekerjaan Pokok PNS Karyawan Swasta Pelajar/mahasiswa Wiraswasta Buruh Guru Lainnya Jumlah 4. Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan) < 500.000 500.001 – 1.500.000 1.500.001 – 2.500.000 2.500.001 – 3.500.000 3.500.001 – 4.500.000 > 4.500.000 Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
35 45 80
43.75 56.25 100.00
5 7 40 28 80
6.25 8.75 50.00 35.00 100.00
5 22 11 21 2 5 14 80
6.25 27.5 13.75 26.25 2.5 6.25 17.5 100.00
1 27 15 15 3 19 80
1.25 33.75 18.75 18.75 3.75 23.75 100.00
Sumber : Data Primer, diolah 2013
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata responden pengunjung mempunyai status belum menikah dengan pendidikan terakhir responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder adalah SMA yaitu sebanyak 50%. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan menunjukkan bahwa sebagian besar responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder memiliki
31 pendapatan yang beragam dimana tingkat pendapatan paling dominan berkisar antara Rp 500 001 sampai Rp 1 500 000 yaitu sebanyak 33.75%. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa responden pengunjung yang datang memiliki penghasilan yang cukup sehingga pengelola kawasan dapat mengembangkan penawaran wisata yang sesuai dengan standar ekonomi. 5.3.1.2 Karakteristik Responden Pengunjung dalam berwisata Karakteristik berwisata responden pengunjung di kawasan wisata Gunung Bunder dapat diidentifikasi berdasarkan frekuensi kunjungan pengunjung selama satu tahun terakhir, jumlah rombongan, jenis rombongan dan jenis kendaraan yang digunakan oleh responden. Tabel 5 Karakteristik berwisata responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder Tahun 2013 Karakteristik 1. Frekuensi Kunjungan (kali/tahun) 1–2 3–4 >4 Jumlah 2. Jumlah Rombongan < 10 orang 11 - 20 orang 21 - 30 orang > 30 orang Jumlah 3. Jenis Rombongan Sendiri Kelompok/Teman Rombongan Keluarga Rombongan Instansi Rombongan Sekolah/pendidikan Jumlah 4. Jenis Kendaraan Kendaraan Pribadi Kendaraan Sewa Kendaraan Umum Sepeda Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
64 6 10 80
80.00 7.50 12.50 100.00
57 10 10 3 80
71.25 12.50 12.50 3.75 100.00
0 32 22 5 21 80
0.00 40.00 27.50 6.25 26.25 100.00
64 8 2 6 80
80.00 10.00 2.50 7.50 100.00
Sumber : Data Primer, diolah 2013
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa pengunjung telah melakukan wisata ke kawasan Gunung Bunder sebanyak satu sampai dua kali dalam satu tahun ini, dengan mayoritas jumlah rombongan sebanyak kurang dari sepuluh orang atau sebanyak 71.25%. Mayoritas jenis rombongan pengunjung adalah rombongan kelompok atau teman hal tersebut dikarenakan kawasan wisata Gunung Bunder
32 dapat menampung banyak pengunjung wisata sehingga banyak yang mengajak kelompok atau temannya untuk mendatangi kawasan wisata Gunung Bunder. Jenis kendaraan yang dipergunakan oleh pengunjung mayoritas adalah kendaraan pribadi yaitu sebanyak 80% hal tersebut dikarenakan keberadaan angkutan umum yang melalui jalur Kawasan Wisata Gunung Bunder sangat terbatas adapun angkutan umum lain yang melewati kawasan tersebut merpakan angkutan umum yang disewakan sehingga pengunjung memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi. Karakteristik motivasi pengunjung dalam berwisata dapat dibagi menjadi dua karakteristik yaitu dengan melihat motivasi kunjungan dan tujuan kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder. Karakteristik motivasi wisata tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Karakteristik motivasi wisata responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder Karakteristik 1. Motivasi Kunjungan Keinginan Sendiri Acara Keluarga Acara Kantor Acara Sekolah Jumlah 2. Tujuan Kunjungan Rekreasi Penelitian Bekerja Lainnya Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
26 21 29 4 80
32.50 26.25 36.25 5.00 100.00
68 2 4 6 80
85.00 3.00 5.00 7.50 100.00
Sumber : Data Primer, diolah 2013
Pada umumnya pengunjung datang dengan keinginan sendiri yaitu sebesar 32.50%. Rata-rata pengunjung memiliki motivasi wisata dengan tujuan untuk melakukan rekreasi yaitu sebesar 85% hal tersebut dikarenakan umumnya pengunjung memilih kawasan wisata Gunung Bunder untuk berkumpul bersama teman, keluarga atau instansi sehingga tujuan utama mereka adalah rekreasi. 5.3.2 Karakteristik Responden Unit Usaha Keberadaan kawasan wisata akan membuka peluang untuk masyarakat mendirikan unit usaha di dalamnya sehingga akan memberikan manfaat baik sosial maupun ekonomi terhadap masyarakat yang mempunyai unit usaha.
33 Keberadaan unit usaha di kawasan wisata juga akan memudahkan transaksi pengunjung sehingga akan mendukung sektor pariwisata. Adapun unit usaha yang berada di kawasan wisata Gunung Bunder terdiri dari unit usaha kecil dimana mayoritas pemilik unit usaha adalah masyarakat asli yang tinggal di sekitar kawasan wisata. Unit usaha yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 unit usaha dengan jenis dan karakteristik yang bervariasi, karakteristik tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Karakteristik pemilik unit usaha Gunung Bunder tahun 2013 Karakteristik 1. Pendiri Unit Usaha Masyarakat Asli Bukan Masyarakat Asli Jumlah 2. Lama Mendirikan Unit Usaha 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun > 9 tahun Jumlah 3. Jenis Unit Usaha Warung Asongan Bensin dan Bengkel Soto Jagung Bakar Jumlah 4. Waktu Membuka Unit Usaha (per minggu) 2 hari 7 hari Jumlah 5.Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan) < 500.000 500.001 – 1.500.000 1.500.001 – 2.500.000 2.500.001 – 3.500.000 3.500.001 – 4.500.000 > 4.500.000 Jumlah
Jumlah (unit)
Persentase (%)
30 0 80
100.00 0.00 100.00
5 7 6 12 30
16.67 23.33 20.00 40.00 100.00
24 3 1 1 1 30
65.70 2.90 2.90 2.90 5.70 100.00
8 22 30
26.67 73.33 100.00
0 11 13 3 2 1 30
0.00 36.67 43.33 10.00 6.67 3.33 100.00
Sumber : Data Primer, diolah (2013)
Unit usaha di kawasan wisata Gunung Bunder umunya sudah beroperasi semenjak pengelolaan dilakukan oleh Perum Perhutani yaitu semenjak tahun 1998 saat itu nama daerah wisata Gunung Bunder adalah Wana Wisata Gunung Bunder (WWGB) sehingga rata-rata responden unit usaha mendirikan unit usaha lebih dari 9 tahun atau sebesar 40%. Jenis usaha yang memiliki presentase tertinggi adalah jenis usaha warung yaitu sebesar 65.7% hal ini dikarenakan keberadaan warung disesuaikan dengan kondisi kawasan wisata dan kebutuhan wisatawan.
34 Unit usaha warung juga banyak dipilih oleh pengunjung untuk bersantai atau berkumpul dengan rombongan. Selanjutnya, jenis unit usaha umumnya beroperasi setiap hari yaitu sebanyak 73.33% dari total keseluruhan respoden unit usaha hal tersebut dikarenakan unsur kedekatan tempat tinggal dengan keberadaan unit usaha sehingga mayoritas pemilik unit usaha membuka warungnya setiap hari. Mayoritas pendapatan unit usaha rata-rata berkisar antara Rp 1 500 000 sampai dengan Rp 2 500 000 per bulannya yaitu sebanyak 43.33% dari total keseluruhan responden unit usaha. 5.3.3 Karakteristik Responden Tenaga Kerja Pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder yang saat ini dijadikan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) memberikan peluang untuk masyarakat sekitar dalam pengelolaan kawasan wisata. Hal ini dapat dilihat karena sebagianbesar tenaga kerja di kawasan wisata Gunung Bunder merupakan masyrakat asli yang menjadi volunteer di kawasan wisata Gunung Bunder sehingga pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder dapat memberikan pengaruh terhadap masyarakat sekitar. Tugas dari volunteer adalah untuk membantu TNGHS dalam pengelolaan kawasan secara lestari. Volunteer tersebut merupakan tenaga kerja sukarela sebagai bentuk kerja sama TNGHS dengan masyarakat sekitar. Tenaga kerja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 responden yang telah mewakili masing-masing jenis tenaga kerja yang ada, dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Karakteristik responden tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 8.
35 Tabel 8 Karakteristik responden tenaga kerja Gunung Bunder tahun 2013 Karakteristik 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2. Umur (Tahun) 15-19 20-24 25-29 30-35 36-40 > 40 Jumlah 3. Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Jumlah 4. Status Kependudukan Masyarakat asli Bukan masyarakat asli Jumlah 5. Status Pekerjaan di Bidang Pariwisata Pekerjaan utama Pekerjaan sampingan Jumlah 6. Jenis Pekerjaan Volunteer dan pemandu wisata Volunteer dan sewa alat berkemah Volunteer Parkir Jumlah 7. Lama Bekerja 1 tahun 2 tahun > 2 tahun Jumlah 8. Tingkat Pendapatan <500 000 500 001 – 1 000 000 >1 000 001 – 2 000 000 > 2 000.000 Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
18 0 18
100.00 0.00 100.00
2 1 1 2 0 4 10
20.00 10.00 10.00 20.00 0.00 40.00 100.00
4 4 2 10
40.00 40.00 20.00 100.00
8 2 10
80.00 20.00 100.00
10 0 10
100.00 0.00 100.00
3 1 4 2 10
30.00 10.00 40.00 20.00 100.00
2 1 7 10
20.00 10.00 70.00 100.00
2 8 0 0 10
20.00 80.00 0.00 0.00 100.00
Sumber : Data Primer, dioleh (2013)
Rata-rata usia responden adalah lebih dari 40 tahun yaitu sebanyak 40%. Mayoritas responden merupakan lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama yaitu masing-masing sebanyak 40%. Responden tenaga kerja menjadikan pekerjaan di sektor wisata menjadi pekerjaan utama mereka yaitu rata-rata bekerja sebagai volunteer di kawasan wisata umumnya mereka sudah bekerja selama lebih dari 2 tahun. Hal tersebut dikarenakan Balai TNGHS baru memulai perekrutan
36 volunteer semenjak tahun 2007 atau setelah ditetapkannya GSE menjadi TNGHS. Rata-rata pendapatan tenaga kerja berkisar antara Rp 500 000 hingga Rp 1 000 000 yaitu sebanyak 80%. Umumnya tenaga kerja bekerja sebagai volunteer Taman Nasional yang bekerja secara sukarela atau tanpa imbalan tetapi mereka tetap diberikan upah untuk pengelolaan kebersihan dan perawatan kawasan wisata dimana sitem pengupahannya adalah bagi hasil per harinya. Kondisi tempat tinggal yang dekat dengan tempat bekerja menjadikan responden mendapatkan manfaat yang positif bagi keadaan ekonomi sehingga mereka menyatakan bahwa dengan pendapatan tersebut cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
37
VI HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan Kawasan Wisata Gunung Bunder sangat dipengaruhi oleh kegiatan wisata yang dilakukan oleh para pengunjung maupun masyarakat yang terlibat di dalamnya. Adanya kegiatan wisata di Gunung Bunder dapat menunjukkan bahwa kawasan wisata tersebut memiliki nilai ekonomi yang dipengaruhi oleh aktivitas wisatawan. Selain itu keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan. Pengaruh yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan adanya kawasan wisata gunung bunder diantaranya adalah dampak secara ekonomi dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru dan peningkatan pendapatan. Dampak sosial yang dirasakan dapat berupa peningkatan pengetahuan dan peningkatan kesadaran untuk menjaga lingkungan sedangkan dampak lingkungan yang dirasakan dapat berupa banyaknya sampah yang ditimbulkan dari adanya aktivitas wisata di Gunung Bunder. 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Gunung Bunder Kawasan wisata Gunung Bunder memiliki daya tarik berupa keindahan alam dan udara yang sejuk. Daya tarik tersebut membuat wisatawan rela untuk melakukan kegiatan wisata menuju tempat ini. Dengan adanya motivasi serta tujuan untuk mencapai kawasan wisata ini tentunya pengunjung akan mengeluarkan biaya untuk mendapatkan keinginan untuk menikmati nuansa alam di kawasan wisata. Daya tarik tersebut menunjukkan bahwa kawasan gunung bunder memiliki manfaat bagi keberlangsungan wisata. Manfaat yang ditimbulkan dapat dilihat dari seberapa besar nilai ekonomi yang dihasilkan oleh kawasan tersebut. Nilai ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata penting untuk diketahui hal tersebut dapat dilihat berdasarkan fungsi permintaan wisata yang didapatkan. Fungsi permintaan untuk kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder dilakukan dengan pendekatan menggunakan teknik ekonometrik yaitu regresi linier berganda. Fungsi permintaan yang dibentuk terdiri dari 6 variabel bebas
38 (independent variable) yang diduga mempengaruhi variable terikat (dependent variable) dimana variable terikat dalam fungsi permintaan adalah jumlah kunjungan wisatawan. variabel bebas (independent variable) terdiri dari biaya total, pendapatan, umur, jarak, tingkat pendidikan dan lama mengetahui obyek wisata. Berikut ini merupakan model persamaan fungsi permintaan wisata di kawasan wisata Gunung Bunder : Y = 0.540 – 1.055 X1 – 6.895 X2 + 0.42 X3 – 0.12 X4 – 0.46 X5 + 0.340 X6 Keterangan: Y = Jumlah kali kunjungan wisatawan (per tahun) X1 = Biaya Perjalanan (Rp) X2 = Pendapatan (Rp) X3 = Umur (tahun) X4 = Jarak (km) X5 = Tingkat pendidikan formal (tahun) X6 = Lama mengetahui Obyek Wisata (tahun) Hasil output analisis regresi fungsi permintaan wisata Gunung Bunder dapat dilihat pada Tabel 9 dan Lampiran 1. Tabel 9 Fungsi permintaan wisata Gunung Bunder Variabel Constant X 1 (Biaya perjalanan) X 2 (Pendapatan total) X 3 (Umur) X 4 (Jarak) X 5 (Tingkat pendidikan) X 6 (Lama mengetahui Obyek Wisata) R2 R2 (adj)
Koefisien 899999 -1.055E-7 -6.895E-9 0.042 -0.12 -0.46 0.340 66.9% 64.2%
P value
VIF
0.559 0.986 0.836 0.026b 0.052 b 0.398 0.000a
1.371 1.365 1.340 1.357 1.242 1.073
Durbin Watson
1.805
Sumber: Olahan Hasil Data Primer 2013
Keterangan: Tanda a dan b menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masing-masing variable berturut-turut pada α : 1% dan 5%
Berdasarkan hasil regresi, didapatkan nilai R2 sebesar 66.9% dan R2 (adj) sebesar 64.2% . Hal tersebut dapat diartikan bahwa keragaman permintaan jumlah kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder dapat dijelaskan oleh variabelvariabel bebas dalam model sebesar 64.2% dan sisanya sebesar 35.8% dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model. Pengujian asumsi OLS (Ordinary Least Square) dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan tidak adanya pelanggaran asumsi yaitu berupa yaitu uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
39 1
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sisaan data menyebar
normal. Pengujian normalitas dapat dilihat melalui hasil analisis regresi yang telah diketahui yaitu nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0.05 (taraf nyata 5%) sebesar 0.097 (Lampiran 2). 2
Uji Multikolinearitas Pembuktian tidak adanya multikolinearitas dalam model dapat dilihat dari
nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang nilainya kurang dari 10 (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas. 3
Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dapat dilihat berdasarkan nilai Durbin-Watson. Hasil
analisis regresi menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 1.805 dari model yang berada dalam selang 1.65 dan 2.35 (Lampiran 5) sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Berdasarkan hasil analisis regresi beganda yang dilakukan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh secara signifikan dalam model. Adapun variabelvariabel tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1.
Lama Mengetahui Objek Wisata Variabel lama mengetahui objek wisata yaitu lamanya pengunjung
mengetahui kawasan wisata Gunung Bunder dalam jumlah tahun. Variabel lama mengetahui objek wisata berpengaruh secara signifikan pada taraf uji sebesar 1% dengan tanda positif . Artinya apabila terjadi peningkatan lama mengetahui lokasi wisata sebesar 10 tahun, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder akan mengalami peningkatan sebesar 3.4 kali kunjungan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yaitu semakin lama seseorang mengetahui objek wisata maka akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder. Berdasarkan hasil wawancara rata-rata pengunjung memiliki kecenderungan untuk kembali lagi ke lokasi wisata. 2.
Umur Variabel umur dalam model berpengaruh secara signifikan pada taraf uji
sebesar 5% dengan memiliki tanda positif. Artinya apabila terjadi peningkatan umur sebesar 10 tahun maka rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata
40 Gunung Bunder akan mengalami peningkatan sebesar 0.42 kali kunjungan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menunjukkan bahwa umur mempunyai pengaruh yang searah dengan frekuensi kunjungan. Nilai koefisen yang bertanda positif menunjukkan bahwa semakin dewasa umur seseorang akan meningkatkan pengalaman menuju akses ke tempat wisata. Lokasi kawasan wisata Gunung Bunder yang berada di pegunungan cukup membutuhkan waktu untuk mencapainya. Kondisi alam terbuka dan medan yang cukup menantang menjadi salah satu faktor yang menjadi alasan bahwa semakin dewasa seseorang maka aktifitas yang dilakukan pun akan semakin beragam sehingga akan memberikan peluang rata-rata frekuensi kunjungan. 3.
Jarak Variabel jarak tempuh merupakan variable yang dilihat berdasarkan jarak
dari tempat tinggal pengunjung ke lokasi wisata dengan satuan km. Variabel jarak tempuh berpengaruh secara signifikan pada taraf uji sebesar 5% dengan memiliki tanda negatif dan memiliki arti apabila terjadi peningkatan jarak sebesar 10 km, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder akan mengalami penurunan sebesar 1.2 kali kunjungan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin jauh jarak tempat tinggal pengunjung maka akan semakin menurunkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan. Berdasarkan kondisi di lapang rata-rata pengunjung berasal dari wilayah bogor yang dekat dengan lokasi wisata., sebaiknya promosi mengenai kawasan wisata Gunung Bunder diharapkan dapat ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan kunjungan pengunjung yang berasal dari wilayah luar bogor. 6.2
Nilai Ekonomi Kawasan Wisata Gunung Bunder
Nilai ekonomi kawasan wisata gunung bunder dapat di estimasi dengan menggunanakan travel cost method. Metode travel cost method merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumberdaya alam (Fauzi 2006). Perhitungan travel cost method dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu dengan zonal travel cost method dan individual travel cost method. Pendekatan yang dilakukan untuk menentukkan nilai ekonomi yang dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder adalah dengan individual
41 travel cost method. Nilai ekonomi dapat diestimasi dengan menentukkan surplus konsumen terlebih dahulu yaitu dengan cara mengkuadratkan jumlah kunjungan responden dalam satu tahun terakhir kemudian dibagi dengan dua dikalikan koefsien biaya perjalanan. Jumlah kunjungan responden gunung bunder adalah sebanyak 173 kali kunjungan (Lampiran 7). Koefisien biaya perjalanan akan lebih akurat maka dengan melakukan analisis regresi antara jumlah kunjungan dan biaya perjalanan. Berdasarkan analisis regresi didapatkan nilai sebagai berikut : Y = 2.57 – 0.0000094 X1 Keterangan : Y = Jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Gunung Bunder satu tahun terakhir (kali kunjungan) X1 = Biaya perjalanan individu ke kawasan wsiata Gunung Bunder (Rp) Koefisien biaya perjalanan menunjukkan nilai dari surplus konsumen, kemudian untuk mendapatkan nilai ekonomi maka nilai surplus konsumen tersebut dikalikan dengan jumlah kunjungan pengunjung gunung bunder pada tahun 2012. Perhitungan nilai ekonomi kawasan wisata Gunung Bunder dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Perhitungan nilai ekonomi kawasan wisata Gunung Bunder Keterangan Jumlah responden (a) Jumlah kunjungan responden (b) Jumlah kunjungan tahun 2012 ( c ) Koefisien biaya perjalanan (d) Surplus konsumen (e) = b2/2d Surplus konsumen/individu/kunjungan (f) = e/a/b Nilai ekonomi (g) = f x c
Nilai 80 173 27 500 0.0000094 1 591 968 085 115 027 3 163 231 383
Satuan Orang Kali/Tahun Kali/Tahun Satuan Rupiah Rupiah Rupiah
Sumber : Data primer, diolah (2013)
Nilai WTP atau surplus konsumen per individu ke Kawasan Wisata Gunung Bunder adalah sebesar Rp 115 027 per kunjungan sehingga diperoleh nilai ekonomi sebesar Rp 3 163 231 383. Nilai tersebut menunjukkan bahwa daya tarik Kawasan Wisata Gunung Bunder berupa keindahan alam dan udara yang sejuk dapat memberikan manfaat intangible sebagai penghasil jasa wisata. Berdasarkan perhitungan menunjukkan bahwa nilai ekonomi kawasan wisata gunung bunder memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder perlu dipertahankan. Oleh karena itu untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan wisata yang telah dinilai memberikan manfaat yang besar maka kawasan wisata Gunung Bunder harus tetap dijaga dengan memperhatikan unsur-
42 unsur keberlanjutan sesuai dengan prinsip ekowisata dan konservasi mengingat saat ini kawasan wisata Gunung Bunder telah masuk ke dalam kawasan TNGHS. 6.3 Dampak Ekonomi Keberadaan suatu kawasan wisata dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Salah satu dampak yang timbul dari adanya aktivitas wisata adalah dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat. Vanhove (2005) mengklasifikasikan 3 jenis dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata terhadap masyarakat yaitu dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak lanjutan (induce impact). Semenjak kawasan Wisata Gunung Bunder ditetapkan menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak,masyarakat merasakan dampak ekonomi yang positif terhadap masyarakat sekitar yaitu dengan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar untuk menjadi volunteer. Lapangan pekerjaan tersebut saat ini menyerap beberapa masyarakat sekitar yang bersedia terlibat dalam pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder. Jumlah tenaga kerja yang dapat terserap dengan adanya kawasan ini dapat diketahui berdasarkan table 10 berikut ini, Tabel 11 Penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar dengan keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder Jenis Tenaga Kerja Unit Usaha Volunteer Volunteer dan Pemandu Wisata Volunteer dan Sewa alat berkemah Parkir Total Sumber : Data Primer, dioleh (2013)
Total Tenaga Kerja 0 12 4 1 2 19
Kondisi penyerapan tenaga kerja semenjak ditetapkannya kawasan wisata Gunung Bunder menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak berasal saat ini banyak menyerap tenaga kerja untuk menjadi volunteer. Umumnya tenaga kerja volunteer tersebut merupakan masyarakat asli yang tinggal di sekitar lokasi wisata. Taman Nasional Gunung Halimun Salak memberikan kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk berperan dalam pengelolaan kawasan wisata yang sistem upah yang diberikan apabila mereka bertugas untuk menjaga dan mengawasi kawasan wisata. Peran volunteer tersebut selain untuk menjaga kemanan lokasi
43 juga untuk merawat dan memelihara kelestarian kawasan wisata. Penyerapan tenaga kerja dapat terus ditingkatkan apabila unit usaha yang berada di kawasan tersebut membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, namun umumnya unit usaha memilih untuk tidak memiliki tenaga kerja karena kondisi unit usaha yang dekat satu sama lain ataupun memiliki keterikatan keluarga. Oleh karena itu penyerapan tenaga kerja dapat terus ditingkatkan pada jenis tenaga kerja volunteer. Selain dapat meningkatkan pemeliharaan dan pengawasan terhadap kelestarian alam tenaga kerja tersebut juga diberikan pelatihan dalam mengelola kawasan wisata sehingga dapat memberikan dampak positif untuk meningkatkan pengetahuan. Pelatihan juga sebaiknya dilakukan pada unit usaha yang ada di Gunung Bunder agar dapat meningkatkan pengetahuan pemilik usaha tentang taman nasional terutama fungsi jasa lingkungan sehingga terciptanya kawasan wisata yang bersih dan lestari serta berwawasan lingkungan. Dampak ekonomi dapat dilihat dari adanya pengeluaran pengunjung di lokasi wisata. Hasil Wawancara dengan 80 orang responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder pada Tabel 12 menunjukkan presentase pengeluaran pengunjung. Hasil dari sebaran wisatawan yang menjadi responden di kawasan wisata Gunung Bunder diperoleh bahwa struktur pengeluaran wisatawan selama berwisata di antara lain digunakan untuk biaya transportasi, konsumsi, penyewaan alat dan jasa, parkir dan kebutuhan lainnya. Proporsi terbesar dari pengeluaran wisatawan di Kawasan Wisata Gunung Bunder adalah proporsi biaya transportasi yaitu sebesar 29.34%. Hal ini terjadi umumnya wisatawan menggunakan kendaraan roda dua, roda empat ataupun kendaraan sewa untuk berkunjung ke lokasi wisata. Biaya transportasi yang dikeluarkan berasal dari bahan bakar yang dihabiskan selama perjalanan, sedangkan biaya transportasi responden yang menggunakan kendaraan sewa dilihat dari biaya ongkos pulang pergi yang dikeluarkan. Rata-rata pengeluaran untuk biaya transportasi adalah sebesar Rp 12 990/orang/kunjungan. Rata-rata total pengeluaran wisatawan dari akitivitas wisata adalah sebesar Rp 44 267 (Lampiran 9). Pengeluaran tersebut dipengaruhi oleh daerah asal wisatawan, jenis kendaraan yang digunakan, konsumsi yang dikeluarkan dan lainlain. Berdasarkan proporsi biaya rekreasi yang dikeluarkan, pengeluaran
44 wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Wisata Gunung Bunder mengalami kebocoran sebesar 53.23% atau sebesar Rp 23 564 untuk satu kali kunjungan yang berupa biaya perjalanan dan konsumsi dari rumah. Tabel 12 Proporsi pengeluaran responden wisatawan dan tingkat kebocoran kawasan wisata Gunung Bunder tahun 2013 Biaya
Rata-rata pengeluaran (1) (Rp)
proporsi (%) (2=1/c*100)
12 990 10 574 23 564
29.34 23.89 53.23
10 404 3 525 2 000 163 580 4 031 20 703 44 267 28 650
23.50 7.96 4.52 0.37 1.31 9.11 46.77 100.00 100.00 675 089 321
Pengeluaran di luar lokasi Biaya transportasi Konsumsi dari rumah Total kebocoran (a) Pengeluaran di lokasi Konsumsi (di lokasi) Penginapan Penyewaan alat/jasa Dokumentasi Biaya parker Tiket masuk kawasan Total pengeluaran di lokasi (Rp) (b) Total pengeluaran pengunjung (Rp) (c=a+b) Total kunjungan pertahun (2011-2012) (d)* Total kebocoran/tahun (Rp) (e=c x proporsi a x d) Sumber : Data primer, diolah (2013) *Data sekunder, Resort Salak 2
Rata-rata total pengeluaran wisatawan dari akitivitas wisata adalah sebesar Rp 44 267. Pengeluaran tersebut dipengaruhi oleh daerah asal wisatawan, jenis kendaraan yang digunakan, konsumsi yang dikeluarkan dan lain-lain. Berdasarkan proporsi biaya rekreasi yang dikeluarkan, pengeluaran wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Wisata Gunung Bunder mengalami kebocoran sebesar 53.23% atau sebesar Rp 23 564 untuk satu kali kunjungan yang berupa biaya perjalanan dan konsumsi dari rumah. Kebocoran yang berasal dari pengeluaran biaya konsumsi selama diperjalanan atau dari luar lokasi jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran biaya konsumsi di dalam lokasi kawasan wisata Gunung Bunder. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya wisatawan datang bersama keluarga atau rombongan sehingga lebih memilih untuk membawa konsumsi dari rumah. Berdasarkan data dari pengelola Resort Gunung Salak II rata-rata jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Gunung Bunder dari tahun 20112012 adalah 28 650 kunjungan per tahun atau 2 388 per bulan dengan proporsi pengeluaran di lokasi wisata sebesar 46.77%, sehingga total pengeluaran yang dilakukan di lokasi wisata adalah Rp 49 438 764 per bulan.
45 6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung Kawasan Wisata Gunung Bunder dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dengan cara membuka unit usaha di dalam lokasi. Unit Usaha yang ada dapat membantu memenuhi kebutuhan pengunjung yang datang. Adapun unit usaha yang ada di lokasi wisata dalah unit usaha skala kecil walaupun demikian unit usaha ini tetap bertahan karena manfaat yang mereka rasakan sangat membantu perekonomian mereka. Unit usaha yang terdapat di lokasi wisata Gunung Bunder merupakan jenis unit usaha yang umumnya menyediakan makanan dan minuman seperti warung dan pedagang asongan. Unit usaha yang ada tersebut tersebar di tiga lokasi di kawasan wisata Gunung Bunder yaitu di kawasan camping ground, Curug Cihurang dan Kawah Ratu. Jumlah keseluruhan unit usaha tersebut adalah sebanyak 27 unit usaha. Umumnya pemilik unit usaha adalah masyarakat asli yang tinggal di sekitar objek wisata. Penerimaan yang didapatkan oleh unit usaha merupakan penerimaan yang berasal dari adanya kegiatan wisata. Dampak ekonomi langsung adalah dampak yang berasal dari adanya transaksi antara pengunjung dan unit usaha. Umumnya pengunjung yang datang banyak menghabiskan waktunya untuk duduk dan menikmati suasana alam dan memilih untuk membelanjakan uangnya di unit usaha tersebut sehingga unit usaha akan menerima keuntungan dari adanya kegiatan wisata yang dilakukan oleh pengunjung. Dampak langsung yang diterima oleh unit usaha dapat dilihat dari proporsi pemilik unit usaha. Manfaat yang dirasakan oleh unit usaha tersebut pada umunya adalah adanya peningkatan pendapatan terutama pada libur akhir pekan atau peak season. Unit usaha yang terdapat di lokasi rata-rata buka setiap hari dengan jenis unit usaha yang sama. Dampak ekonomi langsung merupakan dampak yang didapatkan dari adanya kegiatan wisata pengunjung di kawasan wisata. Adapun dampak ekonomi langsung unit usaha dapat dilihat berdasarkan pendapatan bersih pemilik unit usaha. Tabel 13 berikut ini menggambarkan perhitungan dampak ekonomi langsung yang diterima oleh unit usaha.
46 Tabel 13 Dampak ekonomi langsung di kawasan wisata Gunung Bunder tahun 2013 Jenis unit usaha (a)
Responden unit usaha (b)
Warung Bengkel dan bensin Jagung bakar Soto Asongan Total
24 1 1 1 3 30
Jumlah unit usaha total (c) 24 1 1 1 10 37
Rata-rata pendapatan per bulan (d) 1 146 750 370 000 1 115 000 778 000 626 667 4 036 417
Dampak ekonomi langsung (e=c*d) 27 522 000 370 000 1 115 000 778 000 6 266 670 36 051 670
Sumber : Data primer, diolah (2013)
Jenis unit usaha yang memiliki keuntungan terbesar berdasarkan Tabel 9 berasal dari unit usaha warung yaitu rata-rata mencapai Rp 1 146 750 per bulannya sehingga unit usaha warung menerima dampak ekonomi langsung yang terbesar yaitu sebesar Rp 27 522 000 sedangkan unit usaha yang memiliki keuntungan terendah berasal dari bengkel dan bensin yaitu Rp 370 000 per bulannya sehingga dampak ekonomi langsung yang diterima adalah sebesar Rp 370 000 per bulannya. Hal tersebut dikarenakan harga bahan baku bensin dan harga yang dijual kepada konsumen tidak terpaut jauh yang sehingga pemilik unit usaha tidak mengambil untung yang besar untuk meningkatkan kemauan konsumen untuk membeli bensin. Adapun total dampak ekonomi langsung yang diterima dari semua unit usaha adalah sebesar Rp 36 051 670 per bulannya. 6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung Dampak ekonomi tidak langsung didapatkan dari hasil pengeluaran unit usaha yang berada di Kawasan Wisata Gunung Bunder. Keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder juga banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat lokal yang ada disana sehingga menimbulkan dampak ekonomi secara tidak langsung berupa upah yang diterima oleh tenaga kerja yang bekerja di sector wisata tersebut. Pihak pengelola kawasan wisata Gunung Bunder memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar untuk bergabung dalam pengelolaan kawasan wisata gunung bunder yang sistem upahnya dilakukan secara sukarela dan bagi hasil berdasarkan banyaknya pengunjung yang datang. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan oleh unit usaha di dalam dan di luar lokasi disajikan pada Tabel 14.
47 Tabel 14 Total pengeluaran unit usaha di dalam dan di luar daerah tujuan wisata tahun 2013 Jenis Keterangan
Warung
Pengeluaran di sekitar lokasi wisata 1 Biaya pembelian Input bahan baku 614 167 2. Gas 56 250 3. Biaya pemeliharaan alat 0 Jumlah (a) 670 417 Jumlah unit usaha (b) 24 Total Pengeluaran di Dalam Lokasi (c=a*b) 16 090 000 Pengeluaran di luar lokasi wisata Transportasi 44 333 Pajak 21 667 Listrik 40 167 Jumlah (d) 106 167 Total Pengeluaran di luar Lokasi (c=d*b) 2 548 000
Bensin dan Bengkel
Jagung Bakar
Soto
2 800 000 0
500 000 90 000
200 000 18 000
30 667 0
300.000 3 100 000 1
0 590 000 1
0 218 000 1
0 30 667 10
3 100 000
590 000
218 000
306 670
100 000 0 30 000 130 000
60 000 0 0 60 000
0 0 0 0
0 0 0 0
130 000
60 000
0
0
Asongan
Sumber : Data primer, diolah (2013)
Pengeluaran yang dilakukan di dalam lokasi oleh unit usaha diantaranya adalah biaya pembelian input bahan baku, gas dan biaya pemeliharaan alat. Data Tabel 13 menyajikan informasi yang menunjukkan bahwa unit usaha warung mengeluarkan biaya pengeluaran terbesar baik di dalam dan di luar lokasi dibandingkan dengan unit usaha lain yaitu sebesar Rp 16 090 000 di dalam lokasi dan Rp 2 548 000 di luar lokasi, hal tersebut dikarenakan unit usaha warung memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan unit usaha lainnya. Unit usaha asongan mengeluarkan biaya pengeluaran terendah baik di dalam dan di luar lokasi yaitu sebesar Rp 306 670 di dalam dan Rp 0.00 di luar lokasi, hal tersebut dikarenakan unit usaha asongan hanya menjajakan dagangannya pada akhir pekan saja sehingga pengeluarannya lebih rendah dibandingkan unit usaha lain. Pengeluaran yang dilakukan oleh pemilik unit usaha di dalam lokasi lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran yang dilakukan di luar lokasi. Pengeluaran di luar lokasi merupakan pengeluaran yang dilakukan pemilik unit usaha di luar kawasan yaitu terdiri dari transportasi, pajak dan listrik. Hal tersebut dapat memperlihatkan bahwa kebocoran yang terjadi adalah sebesar Rp 2 548 000 per bulan. Tabel 15 menunjukkan dampak ekonomi tidak langsung yang diperoleh dari hasil pendapatan tenaga kerja dan rata-rata perhitungan pendapatan kerja perbulan
48 Tabel 15 Dampak ekonomi tidak langsung di kawasan wisata Gunung Bunder tahun 2013
Jenis Unit Usaha
Rata -rata TK/ Unit (a)
Pengelola 1. Volunteer dan 3 Pemandu Wisata 2. Volunteer dan sewa 1 alat kemah 3. Volunteer 4 4. Parkir 2 Unit Usaha 1. Kios makanan dan 0 minuman 2. Bengkel dan bensin 0 3. Jagung bakar 0 4. Soto 0 5. Asongan 0 Total 10 Sumber : Data primer, diolah (2013)
Total Pengeluaran Unit Usaha di dalam Lokasi/Rp (f)
Total Dampak ekonomi Tidak Langsung (g=e+f)
Jumlah Unit Usaha (b)
Populasi TK (c=a*b)
Pendapatan TK/Rp (d)
1
4
786 667
2 360 001
0
2 360 001
1
1
1 000 000
1 000 000
0
1 000 000
1 1
12 2
615 000 480 000
2 460 000 960 000
0 0
2 460 000 960 000
Total Pendapatan TK (e=c*d)
1
0
0
0
16 090 000
16 090 000
1 1 1 10 18
0 0 0 0 19
0 0 0 0 2 881 667
0 0 0 0 6 780 001
3 100 000 535 000 218 000 306 670 20 304 670
3 100 000 535.000 218.000 306.670 32 791 338
Pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja berbeda-beda berdasarkan jenis pekerjaan yang mereka miliki. Pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja tersebut merupakan dampak tidak langsung dari keberadaan Kawasan Wisata Gunung Bunder. Berdasarkan tabel dampak tidak langsung yang dirasakan paling besar berasal dari tenaga kerja volunteer dan pemandu wisata yaitu sebesar Rp 786 667 perbulan dikalikan dengan tenaga kerja total sehingga pendapatan dari seluruh tenaga kerja yaitu sebesar Rp 2 360 001. Dampak ekonomi tidak langsung yang terendah berasal dari tenaga kerja parkir yaitu sebesar Rp 480 000 dikalikan dengan jumlah tenaga kerja menjadi Rp 960 000 hal tersebut dikarenakan tenaga kerja pada unit usaha parkir jumlahnya tidak sebanyak tenaga kerja volunteer dan tenaga kerja parkir hanya bekerja pada akhir pekan atau musim liburan hal tersebut dikarenakan pada harihari biasa tidak banyak kendaraan yang datang. Total dampak ekonomi tidak langsung yang dirasakan adalah sebesar Rp 32 791 338. 6.3.3 Dampak Ekonomi Lanjutan Keberadaan Kawasan Wisata tidak hanya menimbulkan dampak langsung maupun dampak tidak langsung terhadap masyarakat sekitar tetapi juga
49 menimbulkan dampak ekonomi lanjutan. Dampak ekonomi lanjutan didasarkan atas pengeluaran yang dilakukan oleh tenaga kerja. Adapun pengeluaran yang dilakukan tenaga kerja antara lain untuk kebutuhan pangan, biaya trasnportasi dan biaya sekolah anak. Proporsi pengeluaran tenaga kerja dapat diketahui berdasarkan Tabel 16. Tabel 16 Proporsi dan nilai pengeluaran tenaga kerja di kawasan wisata Gunung Bunder tahun 2013 Tenaga Kerja Volunteer dan pemandu wisata Volunteer dan sewa alat kemah Volunteer Parkir rata-rata
Biaya Pangan/ Bulan (%) (a) 87.80 80.60 76.40 100.00 86.20
Biaya Transportasi/ Bulan (%) (b) 2.40 3.20 4.30 0.00 2.50
Biaya Sekolah Anak/ Bulan (%)(c) 9.80 16.10 19.30 0.00 11.30
Total (%) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Data primer, diolah (2013)
Biaya pangan per bulan memiliki proporsi terbesar pada setiap tenaga kerja. Pengeluaran biaya pangan tersebut umumnya digunakan untuk biaya konsumsi sehari-hari yang didapatkan dari sekitar lokasi wisata, sedangkan biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk akomodasi dari rumah ke kewasan Gunung Bunder yang pada umumnya menggunakan motor pribadi ataupun ojek. Pengeluaran tenaga kerja di dalam lokasi berdasarkan Tabel 15 memiliki proporsi sebesar 100% hal tersebut merupakan dampak ekonomi lanjutan di kawasan Gunung Bunder (Tabel 17). Tabel 17 Dampak ekonomi lanjutan di kawasan wisata Gunung Bunder tahun 2013
Tenaga Kerja
Volunteer dan Pemandu Wisata Volunteer dan sewa alat kemah Volunteer Parkir Total
Jumlah Tenaga Kerja Lokal (a) 4 1 12 2 19
Total Pengeluaran di Sekitar Gunung Bunder (Rp) (b) 1 253 333 1 860 000 932 500 270 000 4 315 833
Proporsi Pengeluaran di Sekitar Gunung Bunder (%) (c) 100 100 100 100 4
Dampak Ekonomi Lanjutan (d=a*b*c) 5 013 332 1 860 000 11 190 000 540 000 18 603 332
Sumber : Data primer, diolah (2013)
Dampak ekonomi lanjutan dari adanya kawasan wisata gunung bunder dapat dilihat dari hasil perhitungan pengeluaran tenaga kerja yang dilakukan di dalam lokasi wisata yaitu untuk kebutuhan pangan, biaya sekolah anak dan biaya
50 transportasi (Lampiran 12). Dampak ekonomi lanjutan dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder adalah sebesar Rp 18 603 332. 6.3.4 Nilai Efek Pengganda Nilai efek pengganda atau multiplier effect merupakan nilai yang digunakan untuk mengkur dampak ekonomi yang ditimbulkan dari keberadaan suatu obyek wisata tertentu. Dampak ekonomi tersebut dapat diukur dengan menggunakan tiga tipe perhitungan. Adapun tiga tipe perhitungan efek pengganda tersebut adalah (1) Keynesian Income Multiplier merupakan nilai yang diperoleh dari dampak langsung atas pengeluaran wisatawan, (2) ratio income multiplier tipe 1, merupakan nilai yang diperoleh dari dampak tidak langsung atas pengeluaran wisatawan, dan (3) ratio income multiplier tipe 2 merupakan nilai yang diperoleh dari dampak lanjutan (META 2001). Perhitungan mengenai nilai efek pengganda dapat dilihat pada Lampiran 13. Data mengenai nilai efek pengganda dari pengeluaran wisatawan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Nilai efek pengganda dari pengeluaran wisatawan kawasan wisata Gunung Bunder Multiplier Keynesian Income Multiplayer Ratio Income Multiplier tipe 1 Ratio Income Multiplier tipe 2 Sumber : Data primer, diolah (2013)
Nilai 1.77 1.91 2.43
Hasil perhitungan pada Tabel 18 menunjukkan Nilai keynesian income multiplier sebesar 1.77 artinya bahwa setiap peningkatan satu rupiah pengeluaran wisatawan akan memiliki dampak terhadap ekonomi lokal sebesar 1.77 rupiah. Nilai ratio income multiplier tipe I adalah sebesar 1.91 artinya bahwa setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1.91 rupiah terhadap pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja. Nilai ratio income multiplier tipe II adalah sebesar 2.43 artinya bahwa setiap kenaikan satu rupiah penerimaan unit usaha maka akan mengakibatkan peningkatan sebesar 2.43 rupiah pada pendapatan unit usaha, pemilik usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja dalam putaran perekonomian lokal di kalangan masyarakat sekitar. Menurut META (2001) apabila nilai tersebut terletak diantara nol sampai dengan satu (0 < x < 1), maka
51 lokasi wisata tersebut memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah. Maka dapat dikatakan bahwa dampak ekonomi di kawasan wisata Gunung Bunder memiliki dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar lokasi wisata. 6.4 Prospek Pengembangan Kawasan Wisata Gunung Bunder Prospek pengembangan suatu kawasan dapat diamati melalui kondisi fisik, sosial-ekonomi dan spasial dari adanya suatu kawasan wisata tersebut. Pengembangan yang dilakukan dapat diamati dengan mengkaji ketiga jenis aspek tersebut, aspek-aspek tersebut dapat diamati berdasarkan hasil wawancara dengan responden pengunjung, unit usaha, tenaga kerja dan stakeholder yang terkait. Adapun hasil analisis ketiga aspek tersebut dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini. 6.4.1 Aspek Fisik Aspek fisik dari keberadaan suatu kawasan wisata dapat dilakukan dengan melihat kondisi sarana dan prasarana serta potensi alam apa saja yang dapat dikembangkan di kawasan wisata. Adapun kajian mengenai aspek fisik di kawasan wisata Gunung Bunder dilakukan dengan melihat persepsi pengunjung kawasan wisata guna melihat sarana dan prasarana apa saja yang perlu dikembangkan serta melihat potensi apa saja yang dapat dikembangkan dari keberadaan objek wisata tersebut. Berdasarkan status pengelolaan kawasan Gunung Bunder saat ini termasuk dalam bagian kawasan TNGHS yang tentunya aspek fisik sangat berpengaruh terhadap pengembangan wisata selanjutnya sehingga penilaian pengunjung akan sangat berdampak positif bagi pengelola untuk mengetahui potensi apa saja yang dapat dikembangkan. Aspek fisik yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah selain untuk melihat bagaimana tanggapan pengunjung terhadap sarana, prasarana dan potensi yang dapat dikembangkan juga untuk melihat sejauh mana pengunjung mengetahui tentang status kawasan Gunung Bunder saat ini.
52 6.4.1.1 Potensi Alam Potensi Alam sangat berpengaruh terhadap motivasi pengunjung dalamberwisata. Adapun kawasan wisata Gunung Bunder mempunyai daya tarik pemandangan alam pengunungan yang sejuk dan alami, terlebih lagi status kawasan Gunung Bunder adalah wilayah taman nasional yang akan berdampak positif bagi potensi alam yang ada saat ini. Aktivitas pengunjung dalam berwisata didasarkan atas daya tarik wisata dari kawasan tersebut. Daya tarik wisata yang disukai pengunjung dapat diketahui berdasarkan Tabel 19. Tabel 19 Daya tarik kawasan wisata Gunung Bunder No 1 2 3 4 5 6
Daya Tarik Pemandangan Indah dan Udara Segar Suasana Tenang dan Alami Air Terjun Flora/Fauna yang menarik Pendakian Lokasi Outbound
Jumlah Responden 75 67 32 4 20 7
Presentase Responden 93.75 83.75 40.00 5.00 25.00 8.75
Sumber : Data primer, diolah (2013)
Rata-rata reponden menyatakan bahwa alasan utama mereka untuk datang ke kawasan wisata Gunung Bunder adalah untuk menikmati pemandangan alam ataupun untuk mencari udara segar yang berbeda dari keseharian yang mereka jalankan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 19 yang menunjukkan bahwa 75 responden menyatakan bahwa pemandangan yang indah dan udara segar merupakan daya tarik wisata yang terbesar. Sebesar 67 responden menyatakan bahwa daya tarik yang berpengaruh di kawasan wisata Gunung Bunder adalah suasana tenang dan alami. Hal tersebut menjadikan kawasan wisata Gunung Bunder banyak dipilih pengunjung untuk berekreasi atau sekedar melepas lelah dari keseharian yang dilakukan. Adapun sebanyak 32 orang responden menyatakan bahwa Air terjun merupakan daya tarik yang perlu dikembangkan karena responden banyak menghabiskan waktu untuk menikmati pemandangan yang indah. Kekayaan flora dan fauna di kawasan wisata Gunung Bunder masih dianggap kurang menarik oleh wisatawan yang datang, hal ini disebabkan karena jenis fauna yang terlihat di kawasan wisata ini hanya jenis Monyet sedangkan flora yang ada belum begitu diminati dan diamati oleh pengunjung karena flora yang ada berupa jenis kayu yang umumnya homogen. Selanjutnya sebanyak 20
53 orang responden menyatakan bahwa daya tarik Gunung Bunder adalah adanya jalur pendakian, yaitu pendakian Kawah Ratu. Pendakian merupakan wisata minat khusus sehingga tidak banyak responden yang menyatakan bahwa pendakian merupakan daya tarik Gunung Bunder. Adapun sebanyak 7 orang responden menyaakan bahwa daya tarik Gunung Bunder adalah adanya lokasi outbound yang menarik karena Gunung Bunder mempunyai lahan yang luas sehingga dapat dijadikan outbound. Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa kawasan wisata Gunung Bunder memiliki banyak potensi alam yang dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung yang datang. Potensi alam tersebut dapat terus dikembangkan karena dari berbagai potensi yang ada bayak pengunjung yang berminat terhadap daya tarik wisata tersebut. Untuk meningkatkan minat pengunjung terhadap potensi alam yang ada pengelola dapat mengembangkan potensi alam yang ada dengan cara meningkatkan promosi terhadap pengunjung serta memberikan pengetahuan lainnya terutama pada potensi flora dan fauna yang ada, karena umumnya pengunjung tidak mengetahui jenis flora dan fauna apa saja yang dilindungi di kawasan wisata tersebut hal tersebut akan sangat bermanfaat baik bagi pengunjung juga bagi pengelola karena dapat membantu meningkatkan pendidikan konservasi bagi pengunjung sehingga terciptalah sistem ekowisata yang dapat meningkatkan pengetahuan pengunjung. Pengembangan kawasan wisata menuju ekowisata yang menamakan prinsip konservasi sangat dipengaruhi dari pengetahuan pengunjung mengenai status kawasan wisata Gunung Bunder yang saat ini menjadi Taman Nasional. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan Tabel 20. Tabel 20 Pengetahuan pengunjung mengenai status kawasan taman nasional di Gunung Bunder No 1 2
Tingkat Pengetahuan Status Kawasan Tahu Tidak Tahu Jumlah
Responden 33 47 80
Persentase responden 41.25 58.75 100.00
Sumber : Data Primer, diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa sebanyak 58.75% pengunjung tidak mengetahui status kawasan wisata Gunung Bunder menjadi kawasan TNGHS. Umumnya mereka tidak mengerti fungsi-fungsi jasa lingkungan hutan
54 ataupun fungsi dari konservasi. Tujuan mereka dalam berwisata adalah untuk berekreasi dan menikmati pemandangan sehingga alasan reponden pengunjung menyatakan bahwa tidak terpikirkan ke arah jasa lingkungan dan konservasi. 6.4.1.2 Potensi Prasarana dan Sarana Penunjang Sarana dan prasaran penunjang yang saat ini telah tersedia dapat dinilai keberadaanya berdasarkan penilaian pengunjung. Hal tersebut dilakukan guna melihat sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan untuk kawasan wisata Gunung Bunder. Penilaian pengunjung tersebut dapat memperlihatkan bagaimana keadaan sarana dan prasarana yang menyangkut kepentingan wisatawan. Hal itu penting untuk diketahui untuk mengetahui bagaimana pengembangan yang harus dilakukan (Tabel 21). Tabel 21 Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana di Gunung Bunder Jenis Sarana dan Prasarana 1. Toilet/ WC umum 2. Tempat sampah 3. Tempat Ibadah 4. Tempat Duduk 5. Papan Informasi 7. Aksesibilitas 6. Warung
Presentase Persepsi (%) Kurang Sedang Memadai memadai 56.25 35.00 8.75 67.50 23.75 8.75 41.25 50.00 26.25 28.75 57.50 13.75 72.50 18.75 8.75 37.50 37.50 25.00 1.25 30.00 68.75
Sumber : Data Primer , diolah (2013)
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden terdapat penilaian pengunjung tehadap sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Menurut responden keberadaan toilet dirasakan masih kurang memadai hal tersebut terlihat dari banyaknya pengunjung yang merasa toilet tidak terawat dan kurang bersih yaitu sebanyak 56.25%. Selanjutnya keberadaan tempat sampah saat ini dirasakan masih kurang memadai terlihat sebanyak 67.5% responden menyatakan demikian, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung yang datang
juga berpengaruh terhadap penilaian pengelolaan
kebersihan yang kurang tertata karena akan mengganggu aktivitas pengunjung terutama dalam membuang sampah pada tempatnya sehingga dapat menyebabkan masalah lingkungan yang bedampak negatif. Adapun sarana tempat duduk dirasakan pengunjung cukup yaitu sebanyak 57.5% menyatakan bahwa tempat
55 duduk cukup dikarenakan kawasan Wisata Gunung Bunder memiliki lahan yang luas dan teduh sehingga keberadaan tempat duduk dirasakan sudah cukup. Umumnya responden menyatakan bahwa sarana papan informasi masih kurang memadai yaitu sebanyak 68.75% pengunjung menyatakan papan informasi sangat kurang, rata-rata mereka menyatakan bahwa papan yang ada saat ini sudah lapuk dan tidak terbaca selain itu informasi lainnya seperti nama atau jenis flora dan fauna sebaiknya ditambahkan sehingga akan berdampak positif bagi pengunjung. Selanjutnya sebanyak 37.5% pengunjung menyatakan bahwa aksesibilitas atau akses jalan yang ada sudah cukup memadai. Hal tersebut dikarenakan jalan yang ada saat ini sudah cukup baik dan lebar sehingga memudahkan akses jalan yang umumnya menggunakan kendaraan pribadi. Lain halnya dari sarana dan prasarana yang telah diuraikan, penilaian pengunjung terhadap sarana warung menyatakan baik yaitu sebanyak 68.75%. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan warung dinilai sudah memenuhi kebutuhan pengunjung yang datang. Hasil uraian diatas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di kawasan Gunung Bunder saat ini dikatakan perlu dikembangkan dan diperbaiki. Sejalan dengan tujuan Taman Nasional untuk menjadi pusat keanekaragaman hayati yang berfungsi optimal sebagai sistem penyangga kehidupan dan poenopang sistem sosial-ekonomi budaya pada tingkat wilayah secara lestari, keberadaan sarana dan prasarana yang ada saat ini hendaknya disesuaikan dengan tujuan tersebut terutama sarana dan sarana yang mendukung konservasi tersebut yaitu seperti tempat sampah dan papan informasi. Hal tersebut perlu dilakukan karena aktivitas wisatawan akan sangat berkaitan dengan sarana dan prasarana tersebut dimana apabila tempat sampah dan papan informasi dapat ditingkatkan atau ditambahakan maka pengelola akan menanamkan rasa cinta terhadap lingkungan dan meningkatkan pengetahuan pengunjung terhadap kawasan wisata di Gunung Bunder. 6.4.2 Aspek Sosial-Ekonomi Pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder menjadi TNGHS dirasakan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar yang dijadikan objek
56 penelitian adalah masyarakat yang merasakan dampak langsung baik dalam aspek sosial dan ekonomi. Dalam pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder saat ini taman nasional menjalin kerja sama dengan masyarakat untuk melakukan pengelolaan yang berdasarkan atas konservasi. Dalam pengelolaan wisata kawasan Gunung Bunder saat ini posisi masyarakat sekitar kawasan wisata adalah sebagai pihak yang turut memanfaatkan aktivitas wisata yang ada yaitu diantaranya dengan membuka warung, menjajakan kebutuhan pengunjung, guiding, dan jasa wisata lainnya. Pihak taman nasional memberikan izin kepada masyarakat sekitar yang ingin mendapatkan manfaat dari keberadaan wisata dengan peraturan dan persyaratan yang telah dipahami oleh masyarakat. Masyarakat pemilik unit usaha merasakan dampak ekonomi yang cukup signifikan. Hal ini dapat diketahui berdasarkan tabel hasil wawancara dengan responden unit usaha berikut ini. Tabel 22 Perubahan penghasilan responden unit usaha di Gunung Bunder Penghasilan rata-rata pe bulan (Rp) Jenis Pekerjaan
Sebelum ada wisata
Warung Bengkel dan Bensin Soto Jagung Bakar Asongan
13 435 2 000 000 500 000 1 000 000 300 000
Setelah ada wisata 1 923 333 3 600 000 800 000 1 800 000 1 233 333
Peningkatan penghasilan per bulan (Rp) 1 792 898 1 600 000 300 000 800 000 933 333
Sumber : Data Primer, diolah (2013)
Keberadaan kawasan wisata sangat berpengaruh bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat pemilik unit usaha. Hal tersebut terlihat dari peningkatan penghasilan yang cukup tinggi semenjak mereka membuka unit usaha di kawasan wisata Gunung Bunder. Pada umumnya masyarakat sekitar sudah terlibat langsung dalam kegiatan wisata di Gunung Bunder, sehingga pengalihan pengelolaan oleh Taman Nasional saat ini tidak menganggu aktivitas masyarakat dalam mencari nafkah. Selanjutnya taman nasional juga memberikan peluang bagi masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan dengan menjadi volunteer. Terlibatnya masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata memudahkan pihak pengelola dalam memantau kondisi di lapang sehingga kerja sama antara pihak pengelola dan masyarakat akan saling memberikan dampak yang positif. Taman nasional juga memberikan pelatihan khusus untuk para volunteer pelatihan tersebut dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan
57 arti pentingnya kelestarian lingkungan juga pelatihan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Umumnya mereka merasakan manfaat dari adanya pelatihan tersebut. Selain meningkatnya pengetahuan, umumnya masyarakat yang menjadi volunteer merasakan dampak ekonomi yaitu berupa peningkatan pendapatan dan peningkatan lapangan pekerjaan. Tabel 23 Perubahan penghasilan tenaga kerja semenjak penetapan kawasan Gunung Bunder menjadi TNGHS Pekerjaan sebelum di Wisata Tani Buruh Harian lepas Ojek Buruh Harian lepas Pabrik Restoran Kontraktor Pabrik Tidak Bekerja Tidak Bekerja
Pendapatan (Rp) 200 000 300 000 200 000 500 000 300 000 1 000 000 1 000 000 300 000 -
Pekerjaan di Wisata Volunteer dan pemandu wisata Volunteer dan pemandu wisata Volunteer dan pemandu wisata Volunteer dan sewa alat kemah Volunteer Volunteer Volunteer Volunteer Parkir Parkir
Pendapatan (Rp) 800 000 800 000 760 000 1 000 000 560 000 560 000 600 000 740 000 480 000 480 000
Sumber : Data Primer, diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa dari 10 orang tenaga kerja terdapat 8 tenaga kerja yang mengalami peningkatan pendapatan sedangkan 2 tenaga kerja lain mengalami penurunan pengasilan. Adapun penurunan penghasilan yang dialami oleh responden tenaga kerja tersebut dirasakan tetap bermanfaat bagi kelangsungan ekonomi mereka, dikarenakan tempat mereka bekerja sebelumnya menghabiskan biaya yang lebih tinggi dibandingkan pekerjaan saat ini yang menghabiskan biaya kebutuhan sehari-hari yang lebih rendah terlebih lagi pekerjaan mereka di bidang wisata saat ini lebih dekat dengan tempat tinggal dan keluarga. Perubahan status pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan adanya peningkatan lapangan pekerjaan dan penghasilan masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder sangat mempengaruhi aktivitas sosial maupun ekonomi masyarakat sekitar oleh karena itu pihak pengelola yaitu TNGHS dapat meningkatkan kerja sama dengan masyarakat dengan cara memberikan kesempatan pekerjaan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung lainnya disamping dapat meningkatkan pengelolaan alam yang lestari juga dapat memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat sekitar.
58 6.4.3 Aspek Spasial Aspek spasial merupakan kajian terhadap pengelolaan yang dilakukan pada suatu kawasan wisata serta bagaimana sistem zonasi yang dilakukan terkait keberadaan wisata tersebut. Kajian mengenai aspek spasial yang dilakukan dalam penelitian adalah untuk melihat peran serta fungsi dari masing-masing stakeholder terkait serta membandingkan peran dan fungsi stakeholder sebelum dan sesudah penetapan kawasan wisata Gunung Bunder menjadi TNGHS. Selanjutnya sistem zonasi yang telah dilakukan oleh pengelola dijelaskan secara deskriptif. Hal tersebut dilakukan untuk memperlihatkan kondisi spasial kawasan Gunung Bunder saat ini guna melihat prospek pengembangan kedepan. Kawasan wisata Gunung Bunder merupakan suatu kawasan hutan yang sebelumnya dikelola oleh Perum Perhutani. Dalam pengelolaan yang dilakukan oleh Perum Perhutani kawasan wisata Gunung Bunder merupakan suatu kawasan hutan produksi juga merupakan kawasan wisata yang peruntukkannya adalah sebagai pendukung jasa-jasa lingkungan. Peran Perum Perhutani saat mengelola kawasan wisata Gunung Bunder adalah sebagai pengelola dan pengembang objek wisata secara penuh tanpa adanya kerjasama dengan instansi swasta atau instansi pemerintah lainnya. Kebijakan yang telah dilakukan oleh Perum Perhutani adalah dengan melakukan penataan kawasan hutan sebagai objek wisata termasuk dalam membangun beberapa aset bangunan seperti pintu gerbang, pos tiket, musholla dan toilet. Selama pengelolaan Kawasan Wisata Gunung Bunder Perum Perhutani melibatkan masyarakat sekitar untuk bekerja sama dalam pengelolaan kawasan wisata dengan melibatkan masyarakat dalam K3 (Kebersihan, ketertiban, keamanan) melalui sistem PHBM (Pengelolaan Hutan berbasis masyarakat). Adapun saat ini pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder dilakukan oleh TNGHS. Oleh karena itu Perum Perhutani saat ini tidak memiliki peran apapun dalam pengelolaan tetapi Perum Perhutani tetap menjaga aset yang ada di kawasan wisata tersebut. Pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder saat ini dilakukan oleh pihak taman nasional tentunya sejalan dengan pengelolaan yang dilakukan oleh Perum Perhutani hanya saja pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder saat ini lebih mengedepankan prinsip konservasi dan kelestarian alam serta mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan. Oleh
59 karena itu perlu diketahui peran serta fungsi masing-masing stakeholder terkait pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder untuk mengetahui bagaimana peran dan fungsi pengelolaan sebelum dan sesudah dijadikannya kawasan TNGHS di kawasan wisata Gunung Bunder. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran pengelolaan yang dapat dilakukan terkait peran dan fungsi stakeholder saat ini. peran dan fungsi stakeholder terkait mengelolaan tersebut dapat diketahui pada Tabel 24. Tabel 24 Peranan dan fungsi stakeholder terkait pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder Stakeholder Kepala Resort Gunung Bunder II
Perum Perhutani
Sebelum Peranan Fungsi Mitra Kerja Membantu dalam kelestarian perhutani dalam dan jasa mempertahankan lingkungan jasa lingkungan yang ada di kawasan.
Sebagai pengelola dan pengembang objek wisata tertentu di GSE secara penuh
Penataan kawasan hutan sebagai Objek Wisata dan jasa lingkungan
Sesudah Peranan Fungsi Sebagai Menjaga, pengelola memantau dan kawasan wisata mengelola, Gunung Bunder melestarikan dan GSE. daerah Gunung Salak Endah, membuat zonasi terkait dengan pengelolaan dan konservasi, membatasi dan memagari aktivitas masyarakat yang bertentangan dengan prinsip konservasi Perhutani tidak Menjaga aset memiliki peran yang ada di dalam TNGHS pengelolaan
Sumber : Data Primer, Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa status kawasan wisata Gunung Bunder menjadi TNGHS lebih mengedepankan nilai-nilai konservasi. Hal tersebut merupakan nilai tambah bagi keberadaan wisata Gunung Bunder karena memiliki potensi untuk dikembangkan ke arah ekowisata lebih lanjut. Upaya pencapaian pengembangan wisata tersebut tentunya dapat dilakukan dengan pengelolaan yang baik serta didukung oleh masyarakat sekitar agar tercipta kawasan wisata yang berkelanjutan. Sejalan dengan visi dan misi TNGHS melakukan beberapa kebijakan terkait pengelolaan. Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk menjaga keberadaan
60 kawasan tetap dalam koridor atau batas konservasi. Adapun kebijakan yang dilakukan adalah dengan membuat zonasi di masing-masing wilayah taman nasional termasuk pada kawasan wisata Gunung Bunder. Peran pengeloaan yang dilakukan oleh taman nasional saat ini adalah untuk mengawasi serta menjalankan fungsi-fungsi konservasi dengan membatasi aktivitas-aktivitas yang tidak sejalan dengan kelestarian alam. Oleh karena itu taman nasional mempunyai peran yang kuat dalam pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder. Adapun pengelolaan yang dilakukan saat ini disesuaikan dengan sistem zonasi yang telah dilakukan. Adapun pembagian sistem zonasi yang telah dilakukan disesuaikan dengan kondisi alam serta potensi alam yang ada di kawasan taman nasional. Zonasi tersebut meliputi zona initi, zona rimba, zona pemanfaatan, zona rehabilitasi, zona khusus, zona tradisional, dan zona budaya. kawasan Gunung Bunder termasuk ke dalam zona pemanfaatan dikarenakan kondisi dan potensi alamnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata dan jasa lingkungan. Adapun kriteria zona pemanfaatan merupakan suatu kawasan yang memiliki potensi obyek dan daya tarik wisata yang dapat dikembangkan untuk kegiatan pendidikan, pengembangan, dan jasa lingkungan selain itu zona pemanfaatan juga merupakan suatu kawasan yang memungkinkan dibangun fasilitas wisata, pendidikan, dan penelitian, serta tidak berbatasan langsung dengan zona Inti.
61 VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1.
Terdapat dua faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan kawasan wisata Gunung Bunder. Faktor-faktor tersbut tersebut adalah umur dan lama mengetahui objek wisata.
2.
Hasil perhitungan menunjukkan surplus konsumen pengunjung kawasan Gunung Bunder per kunjungan adalah sebesar Rp 115 027 per individu sehingga didapatkan nilai ekonomi kawasan wisata Gunung Bunder adalah sebesar 3 163 231 383 per tahun.
3.
Nilai dampak ekonomi langsung kawasan wisata Gunung Bunder yaitu sebesar Rp 36 051 670, dampak ekonomi tidak langsung adalah sebesar Rp 32 791 338 dan dampak ekonomi lanjutan adalah sebesar Rp 18 603 332. Nilai keynesian income multiplier adalah sebesar 1.77. Nilai ratio income multiplier tipe I adalah sebesar 1.91 dan ratio income multiplier tipe II adalah sebesar 2.43. Berdasarkan hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa kawasan wisata Gunung Bunder memiliki nilai ekonomi dan dampak ekonomi yang besar pengaruhnya terhadap masyarakat lokal karena dapat memberikan manfaat ekonomi yang cukup besar sehingga wisata Gunung Bunder harus terus dipertahankan.
4.
Kawasan wisata Gunung Bunder berpotensi dikembangkan untuk kawasan wisata alam yang harus dijaga keberlanjutannya. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan daya tarik yang paling diminati oleh pengunjung yaitu pemandangan indah dan udara segar, selain itu keberadaan wisata Gunung Bunder juga memberikan manfaat positif bagi masyarakat sekitar yaitu dapat meningkatkan pendapatan dan menciptakan lapangan pekerjaan baru. 7.2 Saran Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pengambilan
keputusan selanjutnya bagi pengelola kawasan wisata untuk pengembangan dan pengelolaan wisata selanjutnya. Berdasarkan hasil dan pembahasan serta
62 kesimpulan yang telah dijelaskan maka saran yang dapat disampaikan sebagai masukan dalam pengembangan Kawasan Wisata Gunung Bunder adalah : 1.
Pihak pengelola diharapkan dapat meningkatkan upaya promosi kawasan wisata Gunung Bunder sebagai kawasan wisata di taman nasional. Kegiatan promosi dapat berupa pemberian leaflet, peningkatan papan informasi mengenai keragaman biodiversitas dan informasi mengenai perubahan status kawasan ataupun melakukan aktivitas yang mendukung konservasi seperti penanaman pohon.
2.
Agar kondisi alam dan sumberdaya yang ada didalamnya terjaga, pengelola kawasan diharapkan mampu menyesuaikan dengan sarana dan prasarana yang memadai sehingga sarana dan prasarana yang ada harus dirawat, ditingkatkan dan ditambah terutama dengan memperbanyak tempat sampah dan papan informasi. Hal tersebut dirasa sangat penting karena berhubungan langsung dengan aktivitas pengunjung.
3.
Pihak pengelola perlu meningkatkan pemberdayaan terhadap unit usaha, tenaga kerja maupun masyarakat yang terlibat dalam aktivitas wisata untuk mengenal dan mengetahui lebih lanjut mengenai prinsip wisata alam yang berkelanjutan agar keberlanjutan kawasan wisata yang lestari dapat terjaga. Oleh karena itu dukungan dari masing-masing pihak terkait perlu ditingkatkan
4.
Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian mengenai daya dukung lingkungan kawasan wisata Gunung Bunder agar dapat mendukung keberlanjutan wisata dan menghindari adanya kerusakan sumberdaya alam.
63
DAFTAR PUSTAKA Adirahmanta SN. 2005. Prospek Pengembangan Kegiatan Wisata di Kawasan Kaliurang Pasca Penetapan Taman Nasional Gunung Merapi. Tesis. Program Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro, Semarang. Agustina VS. 2009. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Gunung Salak Endah. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Calhoun dan Acocella. 1990. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Ed Ke-3, Terjemahan. IKIP. Semarang Press, Semarang. [Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. 2003. Kegiatan Penyusunan Penataan Kawasan Wisata Gunung Salak Endah – Kabupaten Bogor (Laporan Kegiatan). Dritasto A dan Anggraeni AA. 2013. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari terhadap Pendapatan Masyarakat di Pulau Tidung. Reka Loka Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. Januari 2013. Gujarati DN. 2007a. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi Ketiga: Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): P.T Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Fretchling D. 1987. Assesing the Impacts of Travel and Tourism – Introduction to Travel Impact Estimation. In Travel, Tourism and Hospitality Research, J.R. Brent Ritchie and Charles R. Goeldner (ed.), John Wiley and Sons Inc. New York. Juanda B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press. Bogor. Gunung Halimun – Salak National Park Management Project. Laporan Akhir Proyek Pengelolaan TNGHS Pebruari 2004 – Januari 2009. Hartono T, Kobayashi H, Widjaya H dan Suparmo M. 2007. Menyingkap Kabut Gunung Halimun-Salak. Edisi Revisi. Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Bogor Marine Ecotourism for Atlantic Area (META-Project). 2001. Planning for Marine Ecotourism in The EU Atlantic Area. University of The West of England, Bristol. Murphy PE. 1985. Tourism A Community Approach, Methuen, New York.
64 Nugroho Iwan. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Peraturan Menteri Kehutanan No. 56 Tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional. Resort Gunung Salak II. 2013. ‘Data Jumlah Pengunjung di GSE tahun 20112012’. Resort Gunung Salak II. Bogor. Sarwono SW. 1999. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Sekartjakrarini S. 2004. Ekowisata: Batasan dan Pengertian. Dalam Seri Ekowisata. Jakarta: IdeASK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003 Soemarwoto Otto. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Sihombing DMR. 2011. Penilaian Ekonomi dan Prosepek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Susilowati MI. 2009. Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suwantoro G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta. Stynes DJ and Sun Y. 2000. Estimating National Park Visitor Spending and Economic Impacts. Department of Park Recreation and Tourism Resources, Michigan State University. Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata. Undang-undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Vanhove N. 2005. The Economics of Tourism Destinations. Elsevier ButterworthHelnemann, Oxford University. United Kingdom. Wahab S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramita, Jakarta. Yoeti OA. 2008. Ekonomi pariwisata: Introduksi, informasi, dan implementasi. Jakarta [ID]: Kompas.
65
LAMPIRAN
66 Lampiran 1 Hasil model regresi frekuensi kunjungan Gunung Bunder dengan biaya perjalanan, pendapatan total, lama pendidikan, umur, lama mengetahui objek wisata, dan jarak. a
Coefficients
Standardize Unstandardized
d
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics Toleranc
Model 1
B (Constant)
Std. Error .540
.921
Biaya Perjalanan
-1.055E-7
.000
Pendapatan Total
-6.895E-9
Umur (tahun) Jarak Penddikan formal (tahun) Lama Mengetahui Objek Wisata
T
Sig.
e
VIF
.587
.559
-.001
-.018
.986
.730
1.371
.000
-.016
-.208
.836
.733
1.365
.042
.019
.177
2.266
.026
.746
1.340
-.012
.006
-.155
-1.974
.052
.737
1.357
-.046
.055
-.064
-.850
.398
.805
1.242
.340
.031
.767
10.984
.000
.932
1.073
a. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS dalam 1 Tahun
Beta
67 Lampiran 2.Uji Normalitas Hipotesis uji: H0 : Data residual berdistribusi normal H1 : Data residual tidak berdistribusi normal nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 (taraf nyata) yaitu sebesar 0.097 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
80 a
Normal Parameters
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.28670312
Absolute
.137
Positive
.137
Negative
-.094
Kolmogorov-Smirnov Z
1.230
Asymp. Sig. (2-tailed)
.097
a. Test distribution is Normal.
Lampiran 3 Uji F Hipotesis uji: H0 : Semua variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y H1 : Semua variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y P value (0,000) < α 5% maka tolak H0 artinya semua variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
264.095
6
44.016
Residual
130.793
73
1.792
Total
394.888
79
F 24.567
Sig.
a. Predictors: (Constant), Lama Mengetahui Objek Wisata, Pendapatan Total, Jarak, Penddikan formal (tahun), Umur (tahun), Biaya Perjalanan b. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS dalam 1 Tahun
a
.000
68 Lampiran 4 Uji Multikolerasi Hasil regresi menunjukan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas karena nilai VIF semua variabel bebas kurang dari 10 (VIF<10) a
Coefficients
Standardiz Unstandardized
ed
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics Toleranc
Model 1
B (Constant)
Std. Error .540
.921
Biaya Perjalanan
-1.055E-7
.000
Pendapatan Total
-6.895E-9
Umur (tahun) Jarak Penddikan formal (tahun) Lama Mengetahui Objek Wisata
Beta
t
Sig.
e
VIF
.587
.559
-.001
-.018
.986
.730
1.371
.000
-.016
-.208
.836
.733
1.365
.042
.019
.177
2.266
.026
.746
1.340
-.012
.006
-.155
-1.974
.052
.737
1.357
-.046
.055
-.064
-.850
.398
.805
1.242
.340
.031
.767 10.984
.000
.932
1.073
a. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS dalam 1 Tahun
Lampiran 5 Uji Autokorelasi Nilai Durbin Watson hasil regresi (1,81) menunjukan tidak terjadi autokorelasi pada model karena berada pada selang antara 1,55 dan 2,46 b
Model Summary
Model 1
R
R Square a
.818
.669
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .642
1.339
Durbin-Watson 1.805
a. Predictors: (Constant), Lama Mengetahui Objek Wisata, Pendapatan Total, Jarak, Penddikan formal (tahun), Umur (tahun), Biaya Perjalanan b. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS dalam 1 Tahun
69 Lampiran 6 Uji Heteroskedastisitas a
Coefficients
Standardize d
Collinearity
Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1
B (Constant)
D.Total3
Std. Error .833
.582
-9.901E-7
.000
8.654E-9
Beta
Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
1.432
.156
-.031
-.264
.792
.730
1.371
.000
.049
.414
.680
.733
1.365
.007
.012
.075
.638
.525
.746
1.340
-.005
.004
-.158
-1.342
.184
.737
1.357
-.024
.034
-.077
-.684
.496
.805
1.242
.083
.020
.444
4.230
.000
.932
1.073
Pendapatan Total Umur (tahun) Jarak Penddikan formal (tahun) Lama Mengetahui Objek Wisata
a. Dependent Variable: ABRESID3
70 Lampiran 7 Jumlah Kunjungan Responden Pengunjung Satu Tahun Terakhir Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Jumlah Kunjungan 2 1 2 2 1 1 1 5 1 1 1 10 5 1 1 1 2 5 1 3 2 7 1 1 12 2 2 6 1 3 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1
Responden 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 Jumlah
Jumlah Kunjungan 2 10 1 4 1 2 1 7 2 2 3 4 1 2 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 173
71 Lampiran 8 Model hasil jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan
The regression equation is
Y = 2.57 – 0.0000094 X1
b
Model Summary
Model
R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
1
Adjusted R
.125
.016
.003
Durbin-Watson
2.232
2.091
a. Predictors: (Constant), D.Total3 b. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS dalam 1 Tahun b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
6.165
1
6.165
Residual
388.723
78
4.984
Total
394.888
79
F
Sig.
1.237
a
.269
a. Predictors: (Constant), D.Total3 b. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS dalam 1 Tahun
a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) D.Total3
Coefficients
Std. Error 2.579
.450
-9.406E-6
.000
a. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS dalam 1 Tahun
Beta
T
-.125
Sig.
5.727
.000
-1.112
.269
Lampiran 9 Rata-rata pengeluaran wisatawan per individu (dalam rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1A 43750 50000 8500 13500 6000 7800 8571 6250 7000 8750 6250 6500 3250 4286 12500 20000 8000 10000 4000 3000 2500 18750 15000 30000 5714 12500 15000 3000 10000 12500
1B 60000 45000 0 0 0 5000 7143 0 2000 18750 2000 10000 10000 7143 6250 40000 10000 50000 15000 3000 5000 25000 12500 25000 0 0 5000 0 50000 25000
1C 0 30000 10000 15000 10000 15000 3571 12500 3500 25000 12500 15000 15000 10000 1250 4000 50000 50000 25000 3000 5000 0 12500 25000 1429 12500 7500 4000 10000 0
1D 6000 0 0 0 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 0 0 0 6000 0 6000 6000 6000 0 6000 0 0 0 0 0 0 0 6000 6000
1E 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1F 2500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500
1G
1H 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1I 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1000 1000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 625 1000 0 0 0 0 500 625 0 0 0 1250 1500 0 0 0
Total 112250 128500 23000 33000 31500 43300 34786 34250 28000 68000 36250 35000 31750 24929 30125 68500 77500 119500 53500 12500 22500 47875 43500 83500 10643 29750 32500 10500 79500 47000
72
72
73
1A 5000 6000 33333 6250 16667 10000 15000 25000 12500 30000 12500 2000 2500 5000 3750 3250 3571 12500 3571 12500 5000 10000 25000 15000 25000 31250 15000 7500 37500 50000 7500 37500
1B 2500 4000 8333 6250 8333 7500 12500 15000 0 0 5000 0 5000 6250 3750 6250 2143 0 2857 0 0 0 25000 25000 0 13000 5000 0 25000 25000 0 50000
1C 5000 3000 1667 1250 3333 15000 10000 5000 3333 12500 5000 6000 3333 0 0 2500 3571 25000 4286 50000 25000 6250 10000 15000 0 30000 10000 5000 5000 10000 25000 50000
1D 6000 12000 0 12000 0 0 0 0 0 0 0 6000 6000 6000 6000 6000 6000 12000 6000 6000 6000 12000 6000 12000 12000 12000 0 0 0 0 0 0
1E 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1F 3500 3500 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 5000 5000 5000 5000
1G 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10000 0 5000 5000 5000 5000 5000 10000 5000 5000 0 5000 5000 5000 10000 50000 10000 10000 0 0 0 0
1H 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13000 0 0 0 0 0 0 0 0
1I 0 0 833 625 833 1000 1000 1000 833 1000 1000 0 833 1250 2500 1250 714 0 714 2500 0 1250 0 0 0 0 1500 1000 1000 1000 1000 0
Total 22000 28500 49167 31375 34167 38500 43500 51000 21667 48500 37000 17500 26167 27000 24500 27750 24500 63000 25929 79500 39500 38000 74500 88500 50500 139750 45000 27000 73500 91000 38500 142500
73
No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
74 74
No 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 Total Rata-rata Proporsi
1A 10000 8000 6667 10000 7500 25000 13333 26667 7500 25000 6667 12500 2500 1364 1500 10000 10000 5000 1039211 12990 29.31
1B 0 60000 8333 0 2500 0 0 33333 0 0 8333 16667 8333 0 0 6000 0 0 845951 10574 23.86
Keterangan : 1A : Biaya transportasi 1B : Biaya konsumsi dari rumah 1C : Biaya konsumsi di lokasi 1D : Biaya penginapan 1E : Biaya pembelian souvenir 1F : Biaya tiket masuk 1G : Biaya sewa alat jasa 1H : Biaya dokumentasi 1I : Biaya parkir
1C 5000 0 0 5000 2500 12500 8333 6667 10000 25000 1667 0 3333 1818 2000 0 4000 10000 837091 10404 23.61
1D 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 282000 3525 7.95
1E 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1F 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 3500 322500 4031 9.09
1G 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10000 0 160000 2000 4.51
1H 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13000 163 0.37
1I 1000 1000 833 1000 1000 1250 1667 0 1000 1000 833 833 833 0 0 1000 1000 0 46384 580 1.31
Total 21000 74000 20833 21000 18500 43750 28333 71667 23500 56000 22500 35000 20000 8182 8500 22000 30000 18500 3546137 44267 100
75
Lampiran 10 Rata-rata pengeluaran unit usaha (dalam rupiah) Keterangan
Warung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 24
I (a) 4000000 1560000 1800000 1500000 1500000 1000000 1800000 2600000 2000000 1500000 2000000 1600000 900000 2400000 3000000 1500000 1500000 3200000 2000000 800000 2000000 1800000 1800000 2400000 46160000 1923333
C1 (b)
C2 © 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1600000 750000 800000 600000 400000 450000 320000 400000 400000 400000 400000 300000 400000 500000 1200000 800000 600000 1200000 120000 200000 800000 800000 800000 500000 14740000 614167
C3 (d)
C4 (e) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100000 30000 20000 50000 44000 30000 20000 20000 50000 50000 0 0 0 100000 100000 100000 100000 100000 150000 0 0 0 0 0 1064000 44333
C5 (f) 0 0 0 0 0 0 60000 0 100000 0 0 0 0 0 0 0 0 360000 0 0 0 0 0 0 520000 21667
C6 (g) 30000 0 30000 0 30000 40000 0 30000 0 40000 56000 56000 56000 56000 30000 40000 0 40000 240000 30000 40000 40000 40000 40000 964000 40167
C7 (h) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C8 (i) 90000 72000 72000 54000 54000 54000 54000 54000 54000 72000 54000 36000 0 72000 72000 72000 36000 108000 72000 18000 72000 36000 36000 36000 1350000 56250
Pendapatan (k) (k=a-j) 2180000 708000 878000 796000 972000 426000 1346000 2096000 1396000 938000 1490000 1208000 444000 1672000 1598000 488000 764000 1392000 1418000 552000 1088000 924000 924000 1824000 27522000 1146750
75
Jumlah Rata-rata
Resp
Total pengeluaran (j) (j=b+c+d+e+f +g+h+i) 1820000 852000 922000 704000 528000 574000 454000 504000 604000 562000 510000 392000 456000 728000 1402000 1012000 736000 1808000 582000 248000 912000 876000 876000 576000 18638000 776583
76 76
Keterangan
Bengkel dan bensin Jumlah Rata-rata Jagung bakar Jumlah Rata-rata Soto Jumlah Rata-rata Asongan
Jumlah Rata-rata
Resp
25 1 26 1 27 1 28 29 30 3
I (a)
3600000 3600000 3600000 1800000 1800000 1800000 800000 800000 800000 1000000 1000000 800000 2800000 933333
Keterangan : I C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8
: Penerimaan : Upah karyawan : Pembelian Bahan baku : Pemeliharaan alat : Listrik : Kredit : Transportasi lokal : Pajak : Gas
C1 (b)
C2 ©
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2800000 2800000 2800000 500000 500000 500000 200000 200000 200000 320000 320000 280000 920000 306667
C3 (d)
300000 300000 300000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C4 (e)
100000 100000 100000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C5 (f)
C6 (g)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30000 30000 30000 60000 60000 60000 0 0 0 0 0 0 0 0
C7 (h)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C8 (i)
0 0 0 90000 90000 90000 20000 20000 20000 0 0 0 0 0
Total pengeluaran (j) (j=b+c+d+e+f +g+h+i)
Pendapatan (k) (k=a-j)
3230000 3230000 3230000 650000 650000 650000 220000 220000 220000 320000 320000 280000 920000 306667
370000 370000 370000 1150000 1150000 1150000 580000 580000 580000 680000 680000 520000 1880000 626667
77 Lampiran 11 Rata-rata pendapatan tenaga kerja perbulan (dalam rupiah) Pendapatan Perbulan
Pekerjaan Volunteer dan Pemandu wisata Volunteer dan Pemandu wisata Volunteer dan Pemandu wisata Volunteer dan Sewa alat Kemah Volunteer Volunteer Volunteer Volunteer Parkir Parkir
Rata-rata Pendapatan
Pendapatan Total Perbulan
800 000
2800000
800 000
2800000
Rata-rata Pendapatan Total
760 000
786 667
1200000
2 266 667
1 000 000 560 000 560 000 600 000 740 000 480 000 480 000
1 000 000
1400000 1000000 560000 600000 1200000 480000 480000
1 400 000
615 000 480 000
840 000 480 000
Lampiran 12 Pengeluaran Tenaga kerja Tenaga Kerja Volunteer dan Pemandu wisata Volunteer dan Pemandu wisata Volunteer dan Pemandu wisata Rata-rata Proporsi Volunteer dan Sewa alat Kemah Rata-rata Proporsi Volunteer Volunteer Volunteer Volunteer Rata-rata Proporsi Parkir Parkir Rata-rata Proporsi
Biaya Pangan/Bulan (a)
Biaya Transportasi/Bulan (b)
1 500 000
40 000
300 000
1840 000
900 000
20 000
50 000
970 000
900 000 1 100 000 0.878
30 000 30 000 0.024
20 000 123 333 0.098
950 000 1 253 333 1
1 500 000 1 500 000 0.806 1 200 000 450 000 600 000 600 000 712 500 0.764 300 000 240 000 270 000 1
60 000 60 000 0.032 40 000 40 000 40 000 40 000 40 000 0.043 0 0 0 0
300 000 300 000 0.161 240 000 0 300 000 180 000 180 000 0.193 0 0 0 0
1 860 000 1 860 000 1 1 480 000 490 000 940 000 820 000 932 500 1 300 000 240 000 270 000 1
Keterangan : a b c
: Biaya pangan/bulan : Biaya transportasi/bulan : Biaya sekolah anak/bulan
Biaya Sekolah Anak/Bulan (c)
TOTAL
78 Lampiran 13 Perhitungan efek pengganda
E
=
Rp 49 438 764
D
=
Rp 36 051 670
N
=
Rp 32 791 338
U
=
Rp 18 603 332
Keynesian income multiplier
=
=
𝐷+𝑁
=
𝐷+𝑁+𝑈
36 051 670 + 32 791 338
= 1.91
𝐷
36 051 670
Ratio income multiplier Tipe II
36 051 670 + 32 791 338 + 18 603 332
= 2.43
𝐸
49 438 764
Ratio income multiplier Tipe I
=
𝐷+𝑁+𝑈
36 051 670 + 32 791 338 + 18 603 332
= 1.77
=
=
36 051 670
𝐷
79 Lampiran 14 Dokumentasi
Dokumentasi 1 Pintu Gerbang TNGHS Gunung Bunder
Dokumentasi 2 Keindahan hutan Gunung Bunder
Dokumentasi 3 Kondisi Hutan Gunung Bunder
Dokumentasi 4 Keindahan alam Kawah Ratu
Dokumentasi 5 Keindahan Curug Cihurang
Dokumentasi 6 Masyarakat yang menjadi volunteer
Dokumentasi 7 Unit Usaha Warung
Dokumentasi 8 Aktivitas yang dilakukan di Camping Ground
80 Lampiran 14 Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)
Sumber : Hartono et al (2007)
81
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 14 September 1991 dari Ayah Irzaman dan Ibu Linda Safanah Ayu Hamidah. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 10 Bogor dan pada tahun 2009 penulis diterima melalui Ujian Talenta Masuk (UTM) IPB dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan keaagamaan dan kemahasiswaan yaitu diantaranya menjadi Sekretaris Divisi Media Dakwah dan Fotografi Forum Remaja Islam (FORMASI) Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2010-2011 dan staf Divisi Public Relation di Resources and Environmental Economics Student Association (REESA) masa kepengurusan 2010-2011. Pengalaman penulis lainnya adalah menjadi finalis FEM Ambassador 2012, finalis News Reporter pada acara IPB Youth Journalist 2012 (RCTI Goes To Campus) dan internship reporter Green TV IPB. Penulis juga aktif sebagai panitia dan MC dalam beberapa kegiatan di IPB, seperti FEM mengajar, Recycle, Sportakuler dan The 9th Economic Contest.