A.
Kondisi Umum Taman Nasional Gunung Halimun
1.
Sejarah Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Sejak ditetapkan sebagai Hutan Lindung tahun 1924 oleh Pemerintah Belanda,
Kawasan Gunung Halimun, telah mengalami beberapa kali perubahan status. Status terakhir adalah sebagai taman nasional yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 282lKpts-1111992 tanggal 26 Pebruari 1992 tentang Penetapan Kawasan Taman Nasiona Gunung Halimun dengan luas 40.000 ha. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 1851Kpts-1111997tanggal 31 Maret 1997 tentang Organisasi Balai Taman Nasional dan Unit Taman Nasional, status administrasi pengelolaan TNGH adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) dengan bentuk organisasi Balai setingkat Eselon Ill.
Secara singkat sejarah mengenai status dan pengelolaan
kawasan Gunung Halimun dapat dilihat pada Tabel 5 . Tabel 5. Sejarah Pengelolaan TNGH Pengelola Pemerintah Belanda Pemerintah Belanda & RI (Jawatan Kehutanan) Perum Perhutani 1979 Taman Nasional
- 1990
Balai KSDA Ill -
-
1990 - 1992
TN Gede Pangrango
1992 - 1997
TN Gede Pangrango
1990 -1 992
TN Gede Pangrango
-
1997- sekarang Sumber: Harada et a/. (2001,2003)
Balai TN Gunung Halimun
Pengembangan status dirnaksudhn agar potens! kawasan tersebut ciapat
dimanfaatkan secara febih optimal bagi kasejahteraan rnanusia, baik langsung mapun tidak langsung. 2.
Letak, Luas, clan Zonasi Taman Masional Gunung Halimun Secara geografis TNGH terlstak antara 1m021' 8 T sampai dengan 4 W038'8T
dan antara 6"31' LS sarnpai dengan 6'37
LS. Sedangkan menurut wilayah
administmsi pemerintahan terfetak di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Bogor dan Sukabumi, Propinsi Jawa Barat dan Kabupaten Lebak, Propinsi Banten (Balai TNGI-I
2OUUb). tuas areal TNGH adalah 40.000 he (400 km2) dengan panjang garis batas (keliling) mencapai 433 km. Panjangnya garis batas menunjukkan bahwa TNGH
memiliki bantuk yang tidak karnpak dan banyak tarpapar dengan lahan penrntukan lain, antam lain kamsan hutan lindung dan hutan produksi, lahan usaha dan
pemukiman masyarakat, dan perkebunan teh. S e a m teoritis, ditinjau dari
kekampakan areal, panjang batas paling ideat untuk areat setuas 400 km2adalah 20 km, Di dalam kawasan TNGH terdapat 2.000 ha enclave yang semra yuridis tidak
termasuk areal TNGH. Areal tersebut rnefiputi pekebunan (97l ha) serta lahan petmian dan perrriukirnan (1.029 ha). Dengan dernikian luas efektif TNGH adalah 38,000 ha f8afaiTNGH 2000b).
Sampai Desember 2003, TNGH belurn rnerniliki sonasi kawasan yang dftfinitif. Mengacu pada Undang-undang Narnar 5 tahun 1990, Rencana Pengelolaan "TNGH
2000-2004 rnerekornendasikan untuk mernbagi TNGH rnejadi 5 zana, yaitu zona inti,
zona rirnba, zana pemanfaatan intensif, zana pemanfaatan tradisional, dan zona rehabilitasi (Balai TNNGH 2000b).
Zona inti mencakup areal 26.943,3 ha (67,48%), terdiri atas hutan primer dan areabareal ysng rnerupakan habitat satwa penting;
mna rirnba 12.009,7 ha
(3QjQ3%); zana gemanfaatan intmsif sekitar 4503 ha (1,13%), ?gang tsrsebar di
Cikaniki-ternbah Citalahab, Legok Heulang, Leuwijarnang, dan Cihdug; zona petmanfaatan tradisianal 9Qj0 ha (O,OJ%) yaitu areal yang dipenrntukan bagi pengzambilan kayu bakar dan tanaman abat; dan zona rehabilitasi 596,6ha (.1,4$%), rneliputi areal bekas penambangan liar dan kegiatan perambahan lainnya (Balai TNGH 2000b).
Dalarn kawasan TNGH diperkitakan tedapat lebih dari tOO0 spesies
tumbuhan. Berdasarkan ketinggian ternpat tumbuhanya tumbuhan tersebut dapat dikiitsifikasikan kedatam tiga zona, yaitu (Harada eta!. 2003;Bafai TNGH 2UOUb): 1)
Zona colIine (2 900 rn dpl, kadang-kadang sarnpai 1150 m) yang didaminasi
oleh rasamala (Alfingia excersa) dsngan diameter terbesar mencapai 1,s rn. 2)
Zona submontana (1050 rn s.d. 1400 rn dpl) yang didarninasi oleh puspa
(Schima walichio, Huni (Anfidesma montanumf, Ki Kuhkuran ( € u p acuminata
DC.),Evodia ammath dan beberapa jenis Fagaeae. 3)
Zona montana (1400
rn s.d. 1929 rn
dpl) yang didarninasi aleh janis-jsnis
Fagaceae (Casianopsis spp., Lithocarpus spp., dan Quercus spp,); kondisi
setalu lembab, batang pohon terh~tuplurnut dan dililit tiana tinggi. Menurut dokumentasi TNGH, hingga tahun 2003 telah diternukan 275 jenis
anggrek clan 13 jenis rotan. Penelitian Daphutbun dan Fahutan IF8 (ZQQO),
menemukan 196 spesies ktmbuhan obat yang 10 dianbranya rnenrpakan spesies unggulan karena memiliki nilai kornersial yang tinggi.
Kesepuluh jenis tersebut
adalah: Pulai (Aistonia schola~s(t,) R. Br), Pulasari (AIyxia reinwadtii 81.1, Parahutu (Amomum compacturn Soland ex Maton), Pinang ( A m mfechu L.), Saninten
(Castanopsis argenfea (BI.) DC.), Kayu manis ( Cinnamomum bumanii Nees ex Bf.), Karoya ( Fkus &/toidea Jack.), Gadung ( Dioscoma hipsida Dennst.), Hum lemo (Lifsea cubeba (Lours.) Pets.),dan Cecenat ( Centella asiatica (L.)Urb.).
Jenis-jenis sahva fangka yang rnasih dapat dijumpai pada saat ini, dari
kalompak primah, yaitu Owa Jawa (Hy/obafes moioch), Surili (Presbflis comata), dan Lutung (Trachypifhecus aumtus). Marnalia lain yang dapat dijumpai antara lain
Macan Tutul (Panthem pardus), Kucing Hutan (P#anaiiurus bengalensis), Ajag (Cuan aipinus javanicus), dan Sigung (Mycausjavamnsis).
Dalarn kawasan TNGH terdapat 240 spesies buntng dan 90 spesies diantaranya tercatat sebagai burung yang menatap, terrnasuk s a h a
Salah satu spesies yang
langka adafah Elang Jawa (Spizaefus badelsi). Karena
dikhawatirkan akan mengalami kepunahan, burung ini dijadikan sebagai lambang TNGH dan merupakan satah satu satwa kunci (target specks) pengslalaan TPIGH. 4.
Kondisi fisik Taman Masionai Gunung Halimun
Menurut Balai TNGH (2000b),keadaan tapografi TNGH sekgian besar bempa hkit-bukit dan gegunungan. Bebsrapa fitik tinggi yang rnerupakan puncak-
puncak gunung yang ada dalam kawasan TNGH adalah Gunung Halirnun (1.929 rn dpl), Gunung Sanggabuana (I919 m dpl), Gunung Batol (1.720 rn dpl), dan Gunung Halimun Selatan (1.744 rn dpl). Daerah landai berada pada ketinggian 500
m sampai dengan 1929 rn dpl. Tanat?di kawasan TNGH terdiri atas 12 tipe dan dapat digotongkan menjadi
2 kelornpok, yaitu Andosal dan Latosol. Untuk ktjuan
pertanian, tanah ini
mempunyai kesubumn k i i a w i yang miskin sampai wkup, namun sifat-sifat fSsikanya wkup bagus. Tanah dan batuan di Gunung Halimun mempunyai porositas dan penneabilitas yang baik sebagai daerah tangkapan, akan tetapi peka terhadap erosi. Tekstur tanah umumnya didominasi oleh partikel seukuran debu yang mudah tercuci. Perkembangan tanah menunjukkan adanya evolusi tanah dari vulkanik tua
yang sedang mengalami transisi dari Andosol dan Latosol (Balai TNGH 2000b).. Curah hujan bulanan di wilayah TNGH, berdasarkan empat stasiun pengukur wrah hujan terdekat, bevan'asi antara 140 mm (di Daerah Ninnala) sampai dengan 731 mm (di daerah Cikotok); wrah hujan tahunan bervariasi dari 3.889 mm (di
Nirrnala) sampai dengan 5.265 mm (di Cikotok), secara grafis dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Data curah hujan di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun berdasarkan empat stasiun pengukur curah hujan (Balai TNGH 2000b)
Berdasatkan data keernpat stasiun tersebut, rata-rata curah hujan bulanan di wilayah TNGH adalah 201 $75mrn s.d, 563,75mm. Curah hujan temndah
umumnya terjadi antara M a n Juni s.d. Agustus (kurang dari 3QQrnm per bulan), sedangka antara September s.d. Mei curah hujan di wilayah ini lebih besar dari 300 mm per bulan, (Balai "I"NE 2UUOb). Hidrulogi
5.
Pegunungan Hafirnun merupakan daerah tangkapan air yang penting bag4
50 sungai dan anak sungai yang bemulu di pegunungan tersebut. Sungaisungai tersebut rnengalir melalui daerah pertanian dan permukiman di tiga
propins!, yaitu Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Dari 50 sungai dan anak
sungai tersebut, # 1 sungai diantaranya (Tabel 6) rnenrpakan sungai utarna yang selalu berair sepanjang tahun, meskipun pada musim kernarau panjang. Tabel 6. Sungai-sungai utarne yang rnengalir dari Taman Nasianal Gunung Halimun
No.
Sungai
t
Citarik
DASlSub OAS
Cimandiri
Lautan India Lautan India Lautan India
I Cikurutug I Cikunrtug I 3 1 Clsolok I Cisolok I 4 I Cibareno Cibareno I Lautan India 5 I Cirnadur I Cimadur / Lautan India I 2
I
6.500
900 600 6.600 3.200
6 Cioras
Cioras
Lautan India
2.500
7 Ciasrnara
Cisadane
Laut Jawa
1.800
8
Cisadane
/ Cikaniki
I Laut Jawa
Parsentase dari
Luas sub DAS di TNGH (ha)
Muam
luas TNGH (%)
I I 1 1 1 /
16,25 2,25 1,50 16,50 8,OO 5 '25
4,50
5.200
13,OO
9 Cidurian
Cidurian
Laut Jawa
2.200
5,50
10 Ciherang
Ciujung
Laut Jawa
7.400
18,5Q
la& Jawa
3.100
7,75
1
11
Cisimeut
I Ciujung
Sumber: Balai TNGH 20Wb
dalam bidang ekowisata, d) Penyelenggaman gelatihan tentang
8 kawisab
kgi
rnasyarakat lokwf, dan e) Penyelenggaman promosi dan publikasi ekowisata TNGH (Widada 2001).
Disamping itu, rnelalui kerjasama dangan pernerintah Jepang dalarn program Biodiversity Conservation Project, Phase Il, Tahun 1998 s.d. 2003, TNGH
mendapatkan bantuan antara lain: a) Penguatan surnberdaya rnanusia TNGH, b)
Fasilites, sarana dan prasarana ekowiseta, dan c) Materi informasi ekuwisata (Balai TNGH 2Q00a).
Perkernbangan ekawisata tersebut sarnpai dangan Juni 2003,
rnenunjukkrtn antam lain: a) Tebangunnya fasilitas, sarana dan prasarana
ekowisata TPIGH, b) Terbentuknya Kelornpok Swadaya Masstyarakat {KSM) ekawisata di Citalahab - Cikaniki, Pangguyangan, dan Leuwijamang, c) Tersedianya
tenaga interpreter tetarnpil dafsrm jumlah yang memadai, dan d) tersedianya materi informasi ekowisata dalam bentuk teallet, guide book, CD program, dan peta ekawisata, e) Tersedianya paket-paket ekawisata di tiga fakasi abyek ekowisata, f )
Ekowisata TNGH menjadi dikenal aleh masyarakat kzarena adanya kegiatan promasi
dan publikasi, dan g) Adanya lapangan kerja dan kssernpatan benrsaha bagi para rnasyarakat (Balai TNGH 2000a).
Bedasarkan tagoran Balai TNGH Tahun 2002,atara tahun 1998 s.d. 2002, pengunjung TNGH, baik pengunjung nusantaw rnaupun rnancanegara rnenunjukkan peningkatan dengan kenaikan rata-rat# sebesar 28,69% (Gambar 5). Penuntnan jumlah pengunjung pada tahun 2000 terjadi akibat kekeliman dafarn pencatatan pengunjung. Pengunjung TNGH yang dicatat hanya pangunjung yang rnembeli tiket
rnasuk, sedangkan pada tahuan tersebut TNGH rnemberikan dispensasi untuk memasuki TNGH tanpa memtseli karcis kapada 30Q orang pengunjung.
Dengan
demikian jumlah pengunjung nusantara yang sesungguhnya adalah 1587 orang. Tidak dimasukannya data tersebut karena data jumlah pengunjung berkaiin dengan jumlah dana yang hams disetor kepada Negara.
Gambar 4. Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Halimun untuk ekowisata, pendidikan, dan atau peneliiian (dokumentasi foto Taman Nasiona~ Gunung Halimun)
b.
Pandidikan Taman Nasianaf Gunung Hafirnun msrniliki sumberdaya atam yang potensial
bagi sarana pendidikan, khususnya pendidikan untuk meningkatkan pemahaman tentang a&
ekusisternnya.
pentingnya upaya kanservasi sumberdaya
alam hayati dan
Manajemsn TNGH sangat mendukung larnbaga-lernbaga atau
perguruan tinggi yang selarna ini telah mamanfaatkan TNGH untuk wahana pendidikan rnelalui behagai kegiatan, antam lain praktek lapang, magang, dan widia wisata (study tout).
Selarna tahun 2OUO sarnpai April 2003 TNGH rnenerirna 32 kunjungan rumbongan yang rnencakup 824 orang dari berbagai instansi dengan bertujuan pendidikan flabel 7) (Balai TNGH 2000b). Data pada Tabel 7 magindikasikan
bahwa frekuensi kunjungan terbanyak adalah berasal dari perguruan tinggi dan lernbaga pendidikan pada umurnnya. Berdamrkan tujuannya, frekuensi kunjungan tsrbanyak adalah prztktek lapang dan kunjungan lapang (Sfudy Tour). Untuk rnendukung program konservasi, Balai TNGH menyelenggarakan berbagai kegiafan pendidikan untuk rnasyarakat di sekitar TNGH, ssbagai upaya
rnenumbuhkan dan rnewujudkan masyamkt sadar konservasi yang peduli tehsadap
kelestarian ekosistarn TNGH dengan =saran antam lain (Widada et af. 2003): 1) Anak-enak (siswa Sekofah Dasar),
2) Gum Sekofah Dasar, 3) Remaja atau
Parnuda, dan 4) Orang Oewasa (Batai TNGH 2000b). lmplernenbsi program pendidikan tingkungan yang telah dicapai melalui
program pendidikan BCP, (Mulayati ef a/. 2003)secara ringkas sebagai krikut:
a)
Pendidikan untuk anak
Sf)di sekitar TNGH talah dilakukan di 39 SD dsngan
peserta yang mengikuti sejumlah 6.800siswa terdagzat 153 SD.
SD. Di sekitar kawasan TNGH
Pendidikan untuk Guru SD dan Genarasi muda di sekitar TNGH tsbh
b)
dilakukan sebanyak 7 angkatan, Total guru yang telah dilatih adalah 154 gum dari 7 0 0 SD,dan generasi muda sebanyak 205 pemuda-pernudi dari daerzlh dese genyangga TMGH.
Untuk tingkat dewasa (rnasyamkat) saat ini dilakukan penyuluhan tentang
c)
pentingnya konservasi SDA TNGH dan teknik budidaya ratan.
Tabel 7.
Jen'rs kunjungan ke Tarnan Hasional Gunung Halimun yang bersifat pendidikan selama tahun 2000 - April 2003
No. Tujuan Kunjungan 3.
/
Diklat
2, Ekspedisi llrniah 3. Kunjungan Lapang 4.
PelatihanMagang
5. Praktek Lapang
Frskuansi Jurntah
lnstansi Pergunran Tinggi
I Kelompok llrniah
Orang 56
2
I
1
I
40
Perguman Tinggi, lnstansi Pema rintah
8
353
Perguruan Tinggi
3
13
44
299
Perguruan Tinggi, ternbaga Diklat, SLTA
I
6. Kemah Kanservasi
Perguruan Tinggi
1
20
7. Shooting film dakurnenter
Perguruan Tinggi, lnstansi Pernerintah, Lernbaga NonPernerintah
3
43
Jurnlah
I
32
/
824
,
Surnbec Buku #&tan daftar pangunjung TNGH, tahun 2000 - April 2003, diolah.
Irnplernentasi TNGH sebagai wahana penetitian, diwujudkan dalam bentuk pemberian dukungan Salai TNGH kepada perguruan tinggi, Iembaga .penelitian, t S M dan pihak-pihak lain yang akan rnelakukan kegiatan penelitian di TNEI-I, fasilitas penelitisan yang tersedia, antara lain (8alai TNGH 2003):
a) Stasiun Panelitian Cikaniki yang dDengkapi dengan laboratoriurn panefitian
termasuk peraiatan penelitian [seperti mikroskop etektron, refdgemtor, dry cool statage, pH meter], dan wisma pensliti yang dapat menampung 20 orang. b)
Canopy fmil dengan ketinggian 20 rn sampai dengan 30 m dan panjang 100 m yang dapat digunakan untuk penelitian ekusistem tajuk. Canopy TraiI tersebut
dapat digunakan sebagai sarana ekowisata dan pendidikan lingkungan. c)
Plot permanen di lakasi yang berbeda ketinggiannya yang dapat rnendukung kegiatan penelitian dinamika papulasi tumbuhstn dan satwa.
d) Sarana lain pendukung penaltian, antara lain : teadolit, binokuler, monokulsr,
dan camera trap.
Untuk menunjang tujuan pengelalaan TPIGH, Balai TNGH mernpdaritaskan
penelitian pada: Owa J a w (Hylabates muloch), Langur Jam, Langur Hitam, Macan Tutul (Panthem pardus), Kucing Hutan (FeIis &engalensis), Wlluncak (Muntiacrrs munfjak), Elang Jawa (Spirsletus barfelsi),jenis-jenis epifit (anggrek, paku-pakuan),
rutan dan bambu, serta jenis-jenis Diptermerpus yang langkzt (misalnya: Dipterncaropus ttfnensis, Dip femca@us gmcik, dan Toona sureno.
Berdasarkan hasil penelusuran dakurnentasi (strsip catatan) swat ijin kegiatan penalitian, selama lima tahun terakhir kegiatan penelitian di TNGH rnencapai 936 judul penelitian. Penelitian tersebut dilakukan oleh LIPI, IPB, BSCc, Unpad, Litbang
Dephut, dan fain-lain. Selain itu itu diperkirakan lebih dari 20 judul penetitian yang tidak tercatat di TNGH.
Dalam rangka mengoptirnalkan upaya konsemasi spesies terancam punah, tahun 1999 TNGH rnanetapkan Elang J a w , Owa J a w , dan Macan Tutu1 sebagai
spasies kunci (target). Dalam dua tahun terakhir, penelitian atau monitoring ketiga spesies tersebut difakukan secara terus menems dan intensif (Batai TMGH 2003).
7. Kondisi Ganggum Hutan Dalam pengelolaan TNGH diternui berbagai gangguan yang rnengancam kerusakan skosistem TNGH. Gangguan tersebut antara lain benrpa kegiatan P€Tl
(Penambangan Emas Tanpa ljin), pencurian kayu, dan perambetran hutan (Tabel 8). Tabel 8. Kondisi gangguan kawasan Tarnan Nasional Gunung Hafirnun tahun 2002 Janis Gangguan Hutan Pencurian kayu Persrnbahan
/
Seksi I Resort
No.
Ha Seksi Wil. f (Kab tebak)
1.
I, Resort Cisoka 2. Resort Cibedug 3. Resort G . Bsdil
2.
SsksiWil.II(KsbBogorf 1. Resort Cibersng 2. Resort G. Botol 3. Resort G. Butak 4. Resod Cikaniki Seksi Wil. ffl (Kab Sukaburni) 1. Resort G . sodas
3.
2. Resort Cimantaja 13. Resort G. Kendeng
r
JurnIah
1 - 1 1 - 1 -
36.821
1 4.4351 1 - I - I 1 - 1 - 1 21 1 3.79 101 1 1 I
*
1.084
-
21.271
-
-
30.581
1 KK 1 -
I 12
181.061 38-81 *
I
Ha
-
7 20.50 364 14.30 1.75
-
113.841 30.611 35.20 68.34
380
155 60 174
-
16.49 3.41
PET1 orang
-
1QQ
1 16.75/ 180 - I 12.501 -
- 1 I - 1 *
76!
-
I -
-
12161 05.80
28
Surnber: Laparan Balai Taman Nasional Gunung Halirnun Tahun 2002 Dengan rnernperhatikan data Tabel 8 tersebut, maka sumber ancaman
kenrsakan ekosistern TNGH dapat diidantifikasi sebagai berikut : a.
Pencurian kayu, dan tingkat kerawanan yang paling tinggi adalah di wifayah Sukaburni (73,O %), kernudian Bogor (14,50 %), clan Letrak (12,75 %).
b.
Perarnbahan hutan yang paling tinggi di wilayah Lebak (48,93 %), kernudian
Bagor (47,27 %), dan Sukabumi (3,79 %). c.
Kegiatan PET1 di dua wiIayah, yaitu lebak (55,55 %) dan Bogor (4445 %).
Tabet 9. Tata guna lahan 13 sarnpel desa penyangga Taman Masional Gunung Halirnun h
G 3
I
zE
p 2 3 a,
Q
E z
0
z
4.
Ciladaen
5.
g
A
a
100 352
20
1.4201
44
2.844
0,70
49,931
1,55
24
54
700,UO 2.584
0,93
2,09
/
C
4.d
.s
3
#
I
80
8
3,57
935
2
T'
m
/
7 - l
2.120 12 82,041 0,46 1.3881 18
100,W
2.276
0,79
82.95
fOO.M)
1301 2501
240
3551 1.564
15.981
15,35
22.701 100,00
98
728
1671 1.147
W47
74.56f f00,UO
8.31
1 6 , 0 1 4,881 8,541 358 1 68 1 20 1
28
€
C
C
/
42 893 Lebaksitu 20 Penenas@(%) 2,241 40,091 7,611 2,241 43,111 4,701 f00,UO Purabaka 2M)/ 1871 761 $651 970 4231 2.521
7,
pemntase I
Cissrua
8.
pefl@nt~m {%I
Mafasari
9. I
PemefltaSe[%I
10
Simarasa
? 1.
Cipeuteuy
13.
1
m
6
P
1 71 1 56 /
perwfitase(96f12,44
6.
12.
23
m
v,
=5 s ul ;$
cIf
h
a
C
a
".5 h
c
0,
Situmulya 269 p e ~ @ n t a ~ ( 5"0,57 6) 8 5651 Citarek 24 Pmnta5e(%1 7.53 36,131
3.
tll
6
m
1 13 /
2.
L
5.
80ll.f80 Cisungsang PemenfaSe1%) 2,811 47,491 45 330 Kujangsari Pementase(%j 1,741 12,771
?.
h
-g
m
mentase
, 7,93
7,42
108
36 0,751
2,24
61
150
0,07
19
1
1
1 12 /
0,61
1
/
3,01
/
25,38
1
4.000
0,521
9,541
82#W
135
971
/
460
76,78 f 100,00
38'48
1
25
194
/
/8#
502 16,13
545
/
O,85
4.824
4,021 100,OO
/ 11,72 1 84‘56 ] O,Zf 1 30 / 2.230 1 91 10,35 / 0.96 1 71,66 1 0,29 '9 930 37 2.000 1 847 1
1 f,63 f 322 1
P8TSentase~%~ 0,271 #2,47, 21,28
( 7.007
17
45,771 #9,38
8.286 700,m
3.112
'
7IW,W
4.370 f00,UO
248 369 17 2.6881 22 3.360 7.381 10,98 0,51 80,00/ 0,65 1W,00 19 95 127 8 1.317 217 1.783 Gunung Malang mm@nfaSe f,07 1 5.33 f 7, f2 0,45 73,86 12,17 #00,00 519 4.608 2.442 2.638 26.993 2.367 39.564 Jumlah Peflentase(96) 1,311 17,651 6,17 68,231 598 f00,00 6,67
Cihamerang
17
1
385
pementase@)0,51/
/
1
1 1
Surntser : Data Potensi Desa 2002,data dioleh
1 I /
Penggunaan lain maksudnya adalah lahan yang dimanfaatkan selain yang
telah disabutkan (seperti lahan untuk penggernbafaan, perikanan, dan lahan bekas parkebunan, dan lahan kusang). Lahan untuk penggemblaan dijurnpai di Desa Citorek dan Lebaksitu. Lahan bekas pekebunan di Desa Cipeuteuy dan Cisanra. Di setiap desa pada urnumnya dijumpai lahan (balong) untuk perikanan dan
diusahakan secara ssderhana, henya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri clan bukan untuk kepentingan komersial.
2.
Kondisi Urnurn Sosial Ekonomi
Jumiah penduduk, tingkat pendidikan dan mats penahadan penduduk di masing-masing desa sarnpel pada tahun 2002 dapat difihat pada Tabel fa. Data pada Tabel 10 tersebut rnenunjukkan bahwa penduduk desa-desa di sewtar TNGH sebagian besar pendidikan sangat rendah dan pekarjaannya adalah tani. Sebagai contah, penduduk Desa Citorek
60,68% tidak lulus SD dan 36,79 iullus
SO,
sedangkan pekerjaan penduduk 90,34% adalah tani. Rendahnya fingkat pendidikan tersebut berdasarkan hasil wawancara dikarenakan fasilitas pendidikan yang
tersedia hanya sampai tingkat SD, seclangkan desa yang sudah memiliki sekolah setingkat SLTP seperti Desa Cisungsang, sekolah tersebut dibuka belurn lama
(baru sekitar lima tahun yang falu) dan itupun penyelsnggaman pendidikannya rnasih rnenungpang di SD Cisungsang, Berdasarkan hasil survey di 13 desa mntoh
tersebut, pendapatan rata-rata penduduk sebesaf Rp 388.573,UU per keluarga per bulan atau Rp 93.209,7per orang per bulan.
Tabel 10. Jumlah penduduk, tingirat pencficlikan dan pekerjaan panduduk di 13 sarnpel dssa penyangga Taman Nasianal Gunung Halirnun Penduduk
Pendidikan
I
Pekerjaan
53
Nama Desa
,-
E
C;
= z C
1 a .A
a
11W
4
401 3 Persentax 50.361 49.641 1001 54.281 59.13 4 . 3 2.151 0.15 Kujangw 586 888 8901 17781 2251 3701 49 191 0 P s r s e n h ('3%) 49.94 50.06 891 15501 1528) 3078
isungsaq
838
1
/
80
[ 681 f 120 12811 24041 2821 3791 17 8 2 Pmsntase t36j 46.85 53.35 1001 40.931 55.091 2.47 1.16 0.29 CltaeX 11414 2537 24241 49611 20621 12501 45 36 5 Siturnuiya
Pwsentase Wse)
#.MI
1001 1.06 0.001 5.07 90.34 3.521 fOO 4 2 14391 5 21 133 300 3371 7?7 Persentase PA) 52.22 47.781 1001 59.421 34.95] 5.21) 0.28 (1.14 1001 0.64 0.261 17.12 38.51 43.371 100 51 869 tebaksitii 7031 1458 13851 28431 3841 9631 341 19 2 14021 4 81 67 709 P m b r A ) 551.28 48.72 100 27.391 68.89 2.431 1.38[0.14 fOO 0.47 0.441 7.89 83.51 7.18 100 Prrabakti 115131 3036 3039 6073 6551 830 1751 521 3 1714 14 801 75 14771 234 1910 P m b @) 49.931 50.04 100 38.16 48.42 10.21( 3.031 0.181 100 0.131 3.141 3.93 77.331 f4.87 100 Cima 5661 14371 1483 2900 890 I W 601 301 61 1088 21 15 60 741 P e m h $h) 49.551 50.45 100 81.95 9.23 5.521 2.751 0.551 1W 0.941 0.271 2.02 88.861 8.101 I W sarj 114321 32491 3020 6269 1263 876 1071 381 312287 101 1021 1% 21291 921 P m t a s e PA) 51.831 48.17 $00 55.23 38.30 4.68 2.66) 0.131 100 0.401 4.10 5.451 85.841 3.70 sa ] 12791 25071 2301 4877 975 16931 91 331 51 27981 71 0 521 15791 182 PWHI~M [%) 53.41 48.6) 1001 34.88 60.51) 3.25 t .18] 0.181 3001 0.3910.00 2.891 87.721 9.00 C i k y 14161 25681 26581 52281 835 12111 311 991 151 24721 151 54 1x1 12941 227 1715 PPo] 49.141 100 33.82 48.931 12.58 4.001 0.81 3001 0.871 3.15 7.291 75.451 13.24 100 ~harnmngl[9 7 l 27201 27721 54921 1120 1#0/ 134 711 131 27881 171 175j 1941 12751 414 20 P m b pb) 49.531 50,471 1001 40.03 52.181 4.79 2.511 0.461 3001 0.821 8.43 9.351 61.451 111.95 1 C i M
1
51.14
f00f 60.581 ?&.79] 1.321 1.06 0.15
626 1401 12821 26831 8 3 1 5031
/ /
1
1
751
1 1
TI
/
WI
1 1 1
M.#I
/
1
1
Perren$se pb)
( 50.371 49,631
1001 36.25 57.71
/
/
/
3.56 2,371 0.11 $001 O.M/0.96 6.93 82.891 8.59
Sumber: Data Patens! Desa Tahun 2002, data dialah
C,
Pembinaan Masyarakat Desa Penyangga Pembinaan rnasyarakat desa penyangga TNNG ddilaksanakan dalam upaya
pmingkatan dan penguatan perart serta masyarakat dalam rnendukung kelestarian
TNGH. Kegiatan pernbinaan dilaksanakan rnelalui program pernbinaan daerah penyangga yang ditujukan untuk (Balai TNGH 2001):
a.
Mernberiken dan rnaningkatkan wawasanlpengehhuan masyarakat desa penyangga tentang gentingnya upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya.
b.
Meningkatkan katerampilan masyarakat desa dalam rnelakukan praMik pertanian dan pemanfaatan surnberdaya alam yang betwawasan konservasi,
c,
Meningkatkan keterampilan kewirausahaan rnasyarakat desa sehingga rnarnpu meningkatkan pendapatadkesejahtemannya.
d.
Menjalin kemitraan dengan masyafslkat desa sshingga rnasyarakat mampu
barperan aktif &lam upaya rnenjaga dan rnelestarikan keanekaragaman
tumbuhan, satwa, dan ekosistern kawasan TNGH. Program-program pemtrinaan daerah penyangga diwujudkan melalui kegiatan-
kegiatan, antara lain: 1)
Peningkatan pengetahuan dan keterampilart masyarakat a) Pelatihan pernanduan ekowisata
(lorn!intepteter),
b) Pelatihan budidaya pertanian, c) Pelatihan beternak kambingldornba potang,
d) Pelatihan budidaya utat sutra.
2 ) Pernbrian bantuan dan paluang usaha
a) Pembentukzan Kaperasi Usaha Kunservasi sebagai rnitra dan percontohan,
b) Bantuan ternak clengan sistirn bergulir, c) Bantuan bibit tanaman partanian, d) Bantuan bibit tanaman bras (rnujtypuwose
free species).
3 ) Pendekatan sosial budaya
a) Turut berperan serta dalam sarasahan masyarakat adat. b) Mernbina dan mendukung upaya plsstarian kebudayaan rnasyarakat adat kasepuhan di sekitar kawasan tarnan nasional. 4) Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengamanan kawasan dan
perlindungan hutan
a) Penrbentukan Kadar Konservasi, b) Pernknktkan psngamanan swakarsa yang didasarkan pada keinginan
masyarakat untuk berperan serta dalam pengamanan kawasan. Program penguatan masyamkt desa penyangga sudah dimulai dari tahun 199411995 sebelurn kefembagaan Balai TNGH terbentuk, diantaranya rnelalui
program bantuan usaha peciasaan seperti dapat dilihat pada Tabel t l.
Disarnping itu, dalam rangka mengatasi krisis skonomi yang rnelanda bangsa Indonesia teruhrna pada hhun f 998-f999, Balai TNGH rnengadakan program padat karya. Program padat karya dilakukan di 24 desa penyangga TNGH, antara
fain : 1.
Wilayeh Sukaburni, terdiri dari
dssa: ?) Kabandungan, 2) Cipeuteuy, 3)
Ciharnerang, 4) Sampora, 5) Cikefat, 6) Cicadas, dan 7) Sirnaresmi.
2.
Wilayah Mgor, terdiri dad desa : 3 ) Cileuksa, 2 ) Pasirmadang, 3) Purasafi, dan 4) Pumbakti.
3. Wilayah Lebak, teridiri dari desa ; 3 ) Sirnagalih, 2 ) Situmulya, 3) Kujangsari, 4)
Ciparay, 5) Citorek, 6)Cikate, 7) Cilebang, 8 ) Cirornpang, 9) Sukarnaju, 10) Cituja, 11) Majasari, 12) Lebak Gedok, dan 13) Lebaksikf.
Tabel 11. Bantuan useha gadasaan yang diberikan Balai TNGH dari 1994 s.d. 2002
199711998
2000
2W1
2002
Sirnarasai") ~~sztnta Lebaksitu ('I
I Bibit barnbu 4000 Mg,Aren 1500 Mg,d m b a 24 ekor
I Darnba 20 ekor
Barnbu 4000 btg, Aren 1500 Mg, duren 1068 btg, p h i 11 16 btg, & sengon 4395 btg ~isarua'~' Domba 40 ekor Kujangjaya ''I Do#& 40 ekor Citramerang'sJ Ayam 410 ekor Cicadas"' 1 Dornba 25 ekor Pasir Madanglnl 1 Ayam 410 ekor Curug BRungi" 1 Dornba 25 ekor ~isungsang~j 1 Ayam 410 ekor Sindanglayak'I / Domba 25 ekor Kujangsari 1 Damba 20 akor f Cipsutsy [ Dornba 20 ekor
1
2002,ZQ03) Keterangan :' I=
Wilayah Sukabumi,
WilayaR Bogor, ("= Wilayah Lsbak
Dalern program padat karya tersebut, masyarakat tidak fianya diberi bankran
bibit-bibit tetapi juga mandapat upah harian selama bekerja menyiapkan lafian dan melakukan penanaman. Bantuan bibit yang diberikan adalah jenis-jenis
MPTS
(Multi Purpose Tree Spcies),
bibii palawija, dan sayur-sayuran. Dalam jangka
panjang jenis-jenis MPTS diharapkan dapat mendukung program konsenrasi dan lingkungan, disamping itu hasil-hasil buahnya dapat mendukung peningkatan pendapatan ekonomi. Adapun jenis-jenis palawija dan sayuran, diharapkan dalam jangka pendek akan dapat dipanen dan menghasilkan uang.
.
Kondbi Umum Pemanfaatan
1.
PemanPaatan Air Rumah Tangga Pada umumnya masyarakat di sekitar TNGH menggunakan mata air (M) atau
belik (B), sedangkan yang menggunakan sumur gali masih sedikit. Distribusi jumlah masyarakat berdasarkan sumber air yang diiunakan dapat dilihat pada Gambar 6. HMinum-masak
Mandi
ElCuci
Kakus
lW%----.-----------..-------------------------------.------.---.
80% 70%
---
60%
-*
.-------..-------------.---------------*-----.---------
,----------------------------------------
-------*----------....----.--40% 30%
-------.---*.......-.-----..------------.-*---.....-----.--.--------------.-.-....-----.---
--
-20% -10% -, 0% 1-
I
Mata Air (Belik)
Sungai
Sumur Gali
Sumber Lain
Gambar 6. Cara masyarakat memenuhi kebutuhan air Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat menggunakan mata airlbelik dan sungai untuk berbagai kebutuhan hidupnya. Masyarakat desa di sekitar TNGH terbiasa menggunakan sungai sebagai tempat buang air (kakus), mencuci dan mandi, sedangkan untuk minum terutama
menggunakan air yang bersumber dari mata air.
sumber lainnya refatif masih jarmng.
Penggunaan sumur gali dan
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
tergankmg pada sumtrer air yang tersedia secara alami.
Dalarn menggunakan air yang bersumber dari mata air atau sungai
masyarakat di beberapa desa sekitar TNGH biasanya menyediakan air untuk kebutuhan rumah tangga tersebut di rumah. Semra individu rnaupun berkelompok rnasyarakat membuat suakr jaringan pgnyaturan air, Apabila jaringan itu dibuat
untuk kepentingan sendifi maka ia langsung mengarnbil air dari surnbernya dan dialirkan ke rumah. 8eberapa orang masing-masing memasang selang dari suatu sumber. Ini biasanya dilakukan jika jamk antam sumber air dangan rumah tidak terlstlu jauh dan jumlah orangnya tidak terlalu banyak. Sistern pengambilan air
tersebut dapat digambarkan pada Garnbar 7. Setelah sampai di bak, air dibiarkan terns mengalir, mlaupun bak sampai luber dan air tarbuang ka safuran pembuangan. Walaupun demikian, ada juga orang yang rnengambil air dad bak
tersebut dan mengalirkannya ka rumah bsrikutnya.
Sumber Air (Mata air atau Sungai)
Baknrmahtan~
sew
1
m-mg&a BaIcnrmahtsng$p
1
Gambar 7. Bagan sedsrhslna pengaliran air dari sumber langsung ke rumah Selain secara perorangan di beberapa ternpat pengaliran air juga dilakukan
secara Italompok dengan membangun instalasi panarnpunngan air primer (utama) dan sekunder (Garnbar 8 dan Garnbar 9). Dengan menggunakan pipa, air dari
bagian hulu sungai atau mata air dialirkan ke bak penampungan utama (primer), dari bak penampungan utama diafirkan lagi ke bak penampungan sekunder juga
Uari bak sekunder orang rnengarnbil langsung dangan menggunakan ember atau rnsngalirkannya ke nrmah-rumah dengan menggunakan selang. Di bak
penampungan sekunder rnasyarakat juga dapat mandi dan mencuci. Banyaknya
I Bak Kedua (Sekunder)
Bak Ubma
8ak Kedua
(Primer)
(Sekunder)
1
I
I 8ak K d u a Psrnaanfaatan langsung
(Sekunder)
Mvlandi
Mencuci
Gambar 8. Sistem pengaliran air dad surnber (mata air) rnelalui bak primer dan sekunder sarnpai ke bak rumah tangga
E: 'W
.-
b
-
anggota masyrakat yang menggunakan sungai sebagai sarana mandi, mencuci dan kakus nampaknya lebih dipengaruhi faktor sosial ekonomi. Anggota masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan dan pendidikan lebih tinggi biasanya enggan melakukan mandi dan buang air di sungai karena memiliki kemampuan untuk
-
membangun kamar mandi dan WC di dalam atau di sekitar rumahnya.
-.
-
-
-
--
-
8
-
-
-
-
-
-
-
-. :,:--' --
-
c
> -
-
- -
- 8
-
-
-
8 8
-
. 8
K-
-
--,
e;f, I
I
ll.
,
Gambar 9. Sistem pengaliran dari bak sekunder ke bak rumah tangga di Desa Malasari
2.
Pemanfaatan Air Pertanian Dalam penelitian ini, air pertanian dibatasi pada air yang digunakan untuk
pengairan air sawah. Dalam ha1 ini, yang dimaksud dengan sawah adalah sawah yang diairi dari aliran air (mata air, selokan, atau sungai) yang bersumber dari
TNGH.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kantinuitas sumber air tersebut
tejadi karena keberadaan ekosistem "FPIGI-I, Air yang jatuh di daarah tangkapan (catcbmenf area) diresapkan ke dafarn tanah, disimpan sebagai air resapan,
kemudian dikefuarkan sebagai mata air yang rnerupakan sumber air sungai-sungai yang rnengairi daerah yang dilatuinya.
Pengairan sawah di sekitar TNGH dilakukan secara sederhana; dad
sumbemya air dialirkan ke sawah rnelalui selakan atau saluran irigasi bersifat semi pemanen (Garnbar 10). Sumber air ini dapat barupa mata air afau bagian Rulu dari suatu sungai. Selokan atau saluran irigasi umumnya difruat mengikuti garis kantur.
Pembuatan selakan atau saluran irigasi dilakukan secara hrgotong ruyong atas
swadaya rnasyarakat atau dengan bantuan dana pernerintsth rnelalui subsidi desa.
Untuk rnenjaga kontinuitas aliran irigasi sawah tersebut maka setiap pernilik sawah atau penggarap mslakukan pameliharaan dan perbaikan saluran irigasinya pada saat pengalahan tanah untuk persiapan penanaman. Menurut Berata (1991) ditinjau dari aspsk teknik-teknik irigasi, sistem irigasi dapat dibedakan antara lain : 1) lrigasi teknis, yaitu sistern pengairan sawah yang
benar-benar terafur dafam arti safuran-saluran air telah fengkap serta permanen, sehingga pemasukan air ks petak-ptak sawah benar-bnar dapat dipsmitungkan sa-ra
rnaksirnum, 2) lrigasi setengah teknis, yaitu sistern pengairan yang telah
mempunyai bangunan-bangunan induk permanen unkrk mengalirkan air ke sawah, tetapi M u m ada bangunan parnbagi yang pemanen yang dapat rnengadakan
pembagian air secara teratur, dan 3) lrigasi tidak teknis, yaitu, sistem pengaimn sawah yang sama sekali b a l m mernpunyai bangunan-bangunan permanan yang dapat mengatur pembagian air secara teratur. Ofeh karena itu karaktetistik sawah-
sawah di 13 desa penyangga tersebut dikatagorikan sebagai sawah bsririgasi tidak
teknis. Walaupun demiklan, berdasarkan hasil wmancara kebutuhan air irigasi
sawah tersebut selalu dapat terpenuhi meskipun pada musim kemarau. Kondisi silplus tafa air (hidrologi) tersebut menunjukkan bahwa proses ekdw TNGH yang
menunjang sistem penyangga kehidupan masih terpeliham dengan baik. 7
;L --%?
-
-
-
Gambar 10. Saluran irigasi sederhana atau irigasi dengan bangunan saluran semi permanen