J. Tek. Ling
Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”
Hal. 41 - 56
Jakarta, Juni 2012
ISSN 1441-318X
DIVERSITAS FLORA DI KAWASAN KORIDOR TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK Purwaningsih Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI Email:
[email protected] Abstrak Koridor Taman Nasional Gunung Halimun-Salak yang terletak di antara G. Halimun dan G. Salak merupakan daerah perlintasan satwa liar seperti macan (Panthera pardus), elang jawa (Spizaetus bartelsi), surili (Presbytis comata), owa jawa (Hylobates moloch), lutung (Trachypithecus auratus) dsb. Keadaan koridor Halimun–Salak pada saat ini telah terfragmentasi karena adanya infrastruktur bangunan dan sarana prasarana jalan, lahan pertanian/ladang, maraknya penebangan pohon dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat merubah lahan hutan menjadi penggunaan lain. Tipe-tipe hutan koridor TNGHS terdiri dari semak belukar dan hutan sekunder dataran rendah dan sebagian tipe hutan pegunungan bawah. Penelitian ini menggunakan metoda transek yaitu meletakkan 10 transek dengan jarak tiap transek sepanjang ±100 m. Dari hasil penelitian tercatat 250 jenis dan sebagian besar adalah jenis pionir dan sekunder. Dari tingkat kerusakannya di koridor ada dua zona kritis yang sangat perlu direhabilitasi dan sekitar 57 jenis yang disarankan untuk merahabilitasi zona kritis yang ditumbuhi oleh paku andam (Dicranopteris linearis) dan Caliandra calothyrsus Kata kunci: Koridor, TNGHS, jenis sekunder, rehabilitasi, zona kritis Abstract Corridor of Halimun-Salak Mountain National Park, which lies between the Salak and Halimun mountain is an area of wildlife crossings such as the tiger (Panthera pardus), the Javan hawk-eagle (Spizaetus bartelsi), surili (Presbytis comata), Javan gibbons (Hylobates moloch), lutung (Trachypithecus auratus) and so on. The corridor of TNGHS at this point has been fragmented due to the building of infrastructure and road infrastructure, agricultural land/farm, logging and other activities that are changing the forest land to other uses. Forest types TNGHS corridor consists of scrub and secondary lowland forests and submountain forests. This study used a transect method is to put 10 of each transect with a distance of ± 100 m transect. From the results of the study recorded 250 species and most of the pioneer and secondary species. Of the level of damage in the corridor there are two critical zones need to be rehabilitated and about 57 species are recommended for rehabilitating critical zone is overgrown by Dicranopteris linearis and Caliandra calothyrsus Key words: Corridor, TNGHS, secondary species, rehabilitation, critical zone
Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56
41
1. PENDAHULUAN Koridor Taman Nasional Gn. HalimunSalak secara geografi terletak pada 6º42,929’-6º44,959’ LS dan 106º37,087’ BT berdekatan dengan perkebunan teh Cianten. Kawasan ini berada pada ketinggian ± 900 m dpl dengan keadaan medan berbukit-bukit agak terjal dan kemiringan mencapai 30º. Berdasarkan klasifikasi satelite image ahun 1990 – 2001 terlihat adanya fragmentasi dan degradasi hutan dalam koridor, sehingga dalam waktu 11 tahun telah terjadi degradasi sekitar 347.523 ha, dari 666.508 ha di tahun 1991 menjadi 318.985 ha tahun 2001. Lebar koridor 1,4 Km pada tahun 1990 dan pada tahun 2001 menyusut menjadi 0,7 Km. Hasil interpretasi Ikonos image, tutupan lahan kawasan koridor yang berhutan seluas 1.040 Ha (1,3). Berdasarkan gambaran tersebut maka studi koridor difokuskan pada areal yang masih memiliki fungsi ekologis atau daerah yang masih memiliki vegetasi. Target area untuk pengelolaan koridor mencakup kawasan yang berhutan beserta wilayah penyangganya dengan luasan 4.195,76 ha. Secara administratif, kawasan konservasi TN Gunung Halimun – Salak terdapat dalam wilayah tiga(3) Kabupaten, yakni Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat dan Kabupaten Lebak di Propinsi Banten. Topografi wilayah umumnya berbukit-bukit dan bergunung-gunung, terletak pada kisaran ketinggian antara 500–2.211 m dpl. Topografi koridor bagian utara lebih curam dan pendek sedangkan bagian selatan lebih landai. Bagian Utara koridor seluas 1.662,76 ha masuk dalam wilayah Kabupaten Bogor, sedangkan di bagian selatan seluas 2.533 ha berada dalam Kabupaten Sukabumi. Perbatasan kedua kabupaten ini terletak di bagian tertinggi kawasan koridor memanjang dari barat ke timur. Tipe penutupan lahan di kawasan koridor Halimun-Salak sebagian besar terdiri atas semak belukar yaitu sekitar 1484,53 ha. (35,29 %), berikutnya hutan sekunder dengan luas sekitar 759,06 ha. 42
(18,05%). Daerah Lokasi penelitian termasuk dalam wilayah Gunung Salak dan Gunung Halimun. Di daerah ini tipe hutan yang umum dijumpai adalah hutan sekunder muda dan semak belukar yang berdekatan dengan pemukiman dan perkebunan teh. Vegetasi yang mendominasi daerah semak belukar dan hutan sekunder adalah jenis pionir, jenis sekunder, rotan dan liana. Pohon-pohon utama yang masih tersisa antara lain puspa (Schima wallichii) dan manii (Maesopsis eminii). 1.1. Latar Belakang Koridor Taman Nasional Gunung Halimun dan Gunung Salak (TNGHS) sebagai salah satu kawasan yang menghubungkan dua buah fungsi ekologi merupakan areal yang sangat penting bagi pelestarian keanekaragaman hayati baik ditingkat ekosistem, jenis maupun genetik (1,2) . Kawasan koridor tersebut membentang dari barat sampai ke arah timur dengan letak posisi Gunung Halimun terletak di bagian Barat dan Gunung Salak di bagian Timur (3). Sesuai dengan SK 175 (4) areal yang menghubungkan kedua kawasan ini seluas ± 3.853 Ha. Kawasan ini merupakan habitat tersisa yang dapat mendukung kelangsungan hidup, tempat berbiak dan juga sebagai lintasan pergerakan satwa seperti Elang jawa (Spizaetus bartelsi), elang ular (Spilornis cheela), Puyuh gonggong (Arborophylla javanica), Owa jawa (Hylobates moloch), Lutung (Trachypithecus auratus), Surili (Presbytis comata), Kucing hutan (Felis bengalensis), Macan (Panthera pardus), Musang luwak (Paradoxurus hermaproditus), Jelarang (Ratufa bicolor), babi hutan (Sus barbatus), dan Muncak (Muntiacus muntjak) (5,6,7,8) . Keadaan koridor Halimun–Salak pada saat ini telah terfragmentasi oleh adanya infrastruktur bangunan dan sarana prasarana jalan, lahan pertanian/ladang, maraknya penebangan pohon dan kegiatankegiatan lainnya yang merubah lahan hutan
Purwaningsih, 2012
menjadi penggunaan lain. Di beberapa tempat terutama yang berbatasan dengan kampung dan yang berdekatan dengan daerah aliran sungai (DAS) terlihat terjadi penyusutan luas areal hutan akibat adanya penebangan liar (9). Saat ini diperkirakan semak belukar telah mendominasi kawasan koridor, hampir sebagian dari luas koridor. Keanekaragaman jenis flora suatu kawasan berkaitan erat dengan pengetahuan tentang biota daerah tersebut dan hal ini merupakan hal mendasar dalam program konservasi. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan dinamika perkembangannya maka pengelolaan suatu kawasan lebih terarah dan efektif. Ada 3 (tiga) tipe ekosistem hutan di kawasan gunung Halimun-Salak yaitu hutan dataran rendah (ketinggian <1000 m dpl), hutan pegunungan bawah (1000-1500 m dpl) dan hutan pegunungan (>1500 m dpl). Ke 3 (tiga) tipe ekosistem ini telah diungkapkan data ekologi dan vegetasinya (9,10,11,12). Jenis tumbuhan yang banyak ditemui adalah jenisjenis pionir dan jenis tumbuhan sekunder seperti Macaranga spp., Omalanthus populneus, Nauclea lanceolata, Ficus spp, Schima wallichii . Hutan kawasan koridor TNGHS yang mempunyai fungsi penghubung baik sebagai lintasan flora dan satwa antara Gn. Salak dan Gn Halimun. Pentingnya kawasan koridor bagi hidupan liar pada saat ini belum banyak terungkap floranya sebagai habitat dan sumber pakan satwa. Dalam tulisan ini akan diungkapkan keanekaragaman jenis flora di kawasan koridor yang telah banyak mengalami perubahan dari hutan primer dan saat ini sebagian besar telah berubah menjadi hutan sekunder. Diungkapkan juga jenis-jenis hutan yang direkomendasikan sebagai tumbuhan untuk merehabilitasi hutan yang dikategorikan sebagai zona kritis. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang kondisi fisik hutan dan
lahan yang terdapat di kawasan koridor saat ini. Selain itu dalam rangka pemulihan kondisi lahan yang kritis perlu dilakukan usaha untuk mengembalikan kondisi fisik hutan dan lahan dalam bentuk kegiatan penghijauan melalui rehabilitasi dengan jenis-jenis yang di sarankan. Jenis-jenis tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat di sekitar hutan dan menjadi rumah bagi berbagai jenis hewan lainnya. 2. METODA PENELITIAN Penelitian keanekaragaman jenis di daerah koridor Gunung Halimun-Salak dilakukan dengan metoda transek di sepanjang koridor dari arah barat-timur di buat 10 transek dengan menentukan titik awal di sebelah utara ke arah selatan. Tiap transek dibuat 6 titik dengan jarak tiap titik 50-100 m tergantung keadaan medannya. Pada tiap titik dilakukan pengamatan semua jenis tumbuhan yang ada di radius 20m di sekitar titik dan contoh daunnya diambil untuk diidentifikasi. Pengamatan dilakukan di 10 titik di daerah koridor antara Gunung Salak dan Gunung Halimun, pada setiap titik dibuat lagi beberapa sub-titik berjarak 100200m dan pengamatan dilakukan dengan mencatat jenis tumbuhan dari herba-pohon yang ada pada radius 20m serta mencatat populasinya. Sampel daun yang diamati diambil untuk keperluan identifikasi jenis di Herbarium Bogoriense. Titik pertama dari arah Halimun di daerah Awi Rekep dan terakhir di Dekat jalan Cipetey, sedangkan dari arah Gn. Salak dari kaki Gn. Gagak kearah tengah menuju Cipeteuy. 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Di Kawasan koridor TNGHS sedikitnya tercatat 250 jenis tumbuhan yang terdiri dari berbagai bentuk hidup diantaranya pohon, liana, terna, herba pada 10 transek. Berdasarkan pembagian zona kritis sesuai dengan tingkat kerusakan terdapat dua zona yang terlihat tingkat kerusakannya
Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56
43
relatif tinggi yaitu zona 2a dan 2b (lihat gambar 2.). Pada zona kritis 2a terlihat hampir semua tertutup oleh Dicranopteris linearis jenis paku dari suku Gleicheniaceae dengan habitus merambat dan disini tidak ditemukan pohon atau semak lain yang tumbuh. Tetapi pada zona kritis 2b di dekat kawasan gunung Salak terlihat populasi Caliandra calothyrsus cukup padat bahkan dijumpai beberapa pohon caliandra yang berdiameter >20cm. Pada zona kritis dekat dengan Gunung Halimun tercatat 49 jenis tumbuhan dan umumnya masih didominasi oleh jenis tumbuhan sekunder (Tabel1).
Pada tipe vegetasi semacam ini sebagian besar areal tampak terbuka sehingga sinar matahari langsung menembus permukaan tanah. Pada lahan terbuka dengan bukaan kanopi yang sangat luas tampak banyak ditumbuhi jenis-jenis belukar seperti alang-alang (Imperata cylindrica), kirinyuh (Eupatorium odoratum) dan paku andam (Dicranopteris linearis) sehingga daerah ini digolongkan ke dalam kelompok semak belukar. Pada lahan dengan tingkat kerusakan hutan cukup tinggi jenis-jenis hutan primer umumnya terlihat belum mampu untuk tumbuh dengan baik. Pada tipe hutan pegunungan bawah (submontane forest dengan ketinggian >1000 - 1700 m) terlihat banyak ditumbuhi beberapa jenis hutan sekunder bahkan dijumpai pula beberapa jenis hutan primer. Jenis sekunder yang tampak banyak di ketinggian ini antara lain Ficus spp., Macaranga spp., Glochidion spp., Saurauia sp dan Vernonia 44
arborea (13) sedangkan beberapa jenis hutan primer antara lain adalah puspa (Schima wallichii), rasamala (Altingia excelsa), kihujan (Engelhardtia serrata), kelompok huru (Lauraceae), kelompok jambu (Syzygium) dan kelompok suku Fagaceae. Daerah koridor yang terdapat didalam kawasan hutan dataran rendah G.Halimun sebagian besar merupakan hutan sekunder (9) , sedangkan sisa-sisa hutan primer umumnya hanya dapat dijumpai pada daerah-daerah lereng dengan tebing yang curam. Pengaruh kehidupan bertani yang telah diterapkan sejak lama oleh masyarakat setempat tampaknya cukup berperan dalam pengalihan atau berubahnya fungsi kawasan hutan tersebut. Dilaporkan kondisi yang sama juga terdapat di kawasan hutan dataran rendah G.Salak yang berada dibawah ketinggian 900 m. dpl.yang sebagian besar sudah merupakan hutan sekunder yang banyak terganggu oleh aktivitas manusia (14) . Jenis-jenis yang tampak mendominasi pada tingkat pohon adalah Maesopsis eminii (manii/kayu Afrika) dan Schima wallichii (puspa). Pemahaman dalam pelestarian hutan tampaknya sudah tidak menjadi bahan pemikiran lagi bagi banyak kalangan, sehingga penebangan jenis-jenis bermanfaat semakin meningkat, seperti jenis pakis tiang, palahlar (Dipterocarpus hasselthii), jenisjenis Lauraceae dan Fagaceae. Hal ini terlihat dari sisa tunggul bekas penebangan pohon pakis tiang (Cyathea contaminans) dalam jumlah banyak. Jenis pohon paku tiang ini akarnya digunakan untuk media tumbuh anggrek yang banyak diperjual belikan, sehingga diperkirakan populasi Cyathea contaminans dalam beberapa tahun mendatang akan menurun drastis. Pakis benyer yang merupakan pohon kecil dan tinggi batang berkisar antara 2-3 m sering dijumpai dalam populasi yang melimpah. Selain itu di sekitar dan didalam lokasi pengamatan masih banyak dijumpai tunggul-tunggul pohon dari sisa penebangan sebelumnya. Demikian juga populasi jenis
Purwaningsih, 2012
palahlar (Dipterocarpus hasseltii) sangat jarang dan hampir tidak dijumpai lagi, dalam petak penelitian Mirmanto di daerah Cikaniki hanya diketemukan anakannya yang masih berdiameter kecil hal ini membuktikan bahwa populasi Dipterocarpus hasseltii sudah hampir hilang dari daerah penelitian. Di daerah pulau Jawa populasi jenis Dipterocarpus hasseltii sampai sejauh ini hanya dapat dijumpai di kawasan Gunung
Honje Taman Nasional Ujung Kulon. Hutan yang tersisa banyak ditanami rotan manau yang telah berumur ± 5 tahun, dengan terbukanya kanopi hutan menyebabkan rotan manau tersebut dapat tumbuh subur. Potensi lain di kawasan hutan koridor ini juga diperuntukkan sebagai sumber pakan hewan seperti owa, surili, kelelawar, dan mamalia kecil lainnya serta beberapa jenis tumbuhan berpotensi sebagai tanaman hias.
Tabel 1. Jenis-jenis pepohonan yang tercatat di zona kritis daerah koridor TNGHS. No
Nama jenis
Suku
Nama daerah
Populasi
1
Gastonia serratifolia
Araliaceae
Gompong
+++
2
Schefflera longifolia
Araliaceae
Ramogiling
+++
3
Plectocomya elongata
Arecaceae
Bungbuai
+++
4
Vernonia arborea
Asteraceae
Hamirung
++
5
Weinmannia blumei
Cunnoniaceae
Kimerak
+
6
Cyathea contaminans
Cyatheaceae
Paku tiang
+++
7
Cyathea junghuhniana
Cyatheaceae
Paku sieur
+++
8
Cyathea sp.
Cyatheaceae
Paku beunyeur
+++
9
Elaeocarpus grandiflorus
Elaeocarpaceae
Genitri
++
10
Aporosa frutescens
Euphorbiaceae
Kihideung
++
11
Bridelia insularis
Euphorbiaceae
Kanyere
+++
12
Glochidion hypoleucum
Euphorbiaceae
Kipare
+++
13
Homalanthus populneus
Euphorbiaceae
Kareumi
++
14
Macaranga tanarius
Euphorbiaceae
Mara putih
+++
15
Macaranga triloba
Euphorbiaceae
Mara beureum
+++
16
Mallotus paniculatus
Euphorbiaceae
Calikangin
+++
17
Caliandra calothyrsus
Fabaceae
Kaliandra
+++
18
Castanopsis acuminatissima
Fagaceae
Kironyok
++
19
Castanopsis argentea
Fagaceae
Saninten
++
20
Castsnopsis javanica
Fagaceae
Kihiur
+++
21
Lithocarpus pseudomoluccanus
Fagaceae
Kalimorot
++
22
Quercus argentata
Fagaceae
Pasang
+++
23
Quercus gemelliflora
Fagaceae
Batarua
+++
24
Engelhardtia serrata
Juglandaceae
Kihujan
++
25
Cryptocarya ferrea
Lauraceae
Huru leuer
++
26
Cryptocarya ferrea
Lauraceae
Huru leueur
++
27
Litsea angulata
Lauraceae
Huru merang
+
28
Litsea brachystachia
Lauraceae
Huru hiris
+
29
Litsea cubeba
Lauraceae
Kilimo
+
Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56
45
30
Litsea robusta
Lauraceae
Huru gemblung
++
31
Melastoma sylvatica
Mekastomataceae
Harendong
++
32
Memexylon sp.
Melastomataceae
Kisireum
++
33
Pternandra aculeata
Melastomataceae
Piskulit
++
34
Ficus fistulosa
Moraceae
Beunying
+++
35
Ardisia zollingeri
Myrsinaceae
Kiajag
++
36
Pandanus sp.
Pandanus
Cangkuang
++
37
Agathis dammara
Podocarpaceae
Kidamar
+++
38
Helicia robusta
Proteaceae
Kenung
++
39
Maesopsis emenii
Rhamnaceae
Manii
+++
40
Euodia latifolia
Rutaceae
Kisampang
+++
41
Polyosma illicifolia
Saxifragaceae
Kiendog
++
42
Symplocos fasciculata
Symplocaceae
Jirak
+++
43
Symplocos odoratissima
Symplocaceae
Kihuut
+++
44
Eurya nitida
Theaceae
Kiwates
+++
45
Gordonia excelsa
Theaceae
Puspa lembang
++
46
Schima wallichii
Theaceae
puspa
+++
47
Dicranopteris linearis
Gleicheniaceae
Paku andam
+++
48
Antidesma montanum
Euphorbiaceae
Kiseueur
++
49
Artocarpus elasticus
Moraceae
Kiteureup
++
Keterangan : +++ = banyak; ++ = cukup; + = sedikit Untuk tujuan rehabilitasi lahan kritis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu kemiringan, tipe tanah, sumber air, tingkat kerusakan, luasan lahan dan jenis-jenis pepohonannya. Kemiringan lahan >15% pada tipe tanah regosol dan litosol merupakan lahan yang harus dijadikan kawasan lindung. Rusaknya lingkungan akibat hilangnya tegakan pohon alami dapat menyebabkan fungsi pelindung dari ekosistem akan hilang. Dampak negatif dari kerusakan lingkungan ini dapat berpengaruh terhadap perubahan iklim seperti kekeringan di musim kemarau serta banjir dan longsor dimusim penghujan. Berdasarkan inventarisasi di dalam kawasan di wilayah TNGHS terdapat 117 sungai dan anak sungai secara hidrologis dapat menyediakan air bersih untuk konsumsi bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya (15,16) . Pemulihan fungsi ekologis daerah TNGHS harus terus dilakukan melalui 46
beberapa cara terutama membangkitkan kesadaran masyarakat untuk melestastarikan lingkungan khususnya mereka yang tinggal dan melakukan berbagai kegiatan di sekitar TNGHS. Pengembalian fungsi ekologis kawasan TNGHS antara lain bisa melalui penghijauan dengan jenis-jenis yang tepat dan bukan jenis eksotik. Dikatakan secara umum pengembalian tutupan vegetasi adalah salah satu usaha paling baik untuk mengatasi erosi dan bahaya longsor(17). Faktor lain yang mempengaruhi kerusakkan TNGHS adalah status kepemilikan lahan di sekitar kawasan. Karena status kepemilikannya yang tidak jelas sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkannya sebagai ladang, kebun sayur dan tanaman palawija. Padahal tanaman non kayu ini tidak mampu menahan air yang mengalir di permukaan tanah, akibatnya air hujan tidak dapat ditangkap
Purwaningsih, 2012
maupun meresap ke dalam tanah maka hal ini akan mengganggu keseimbangan ekologis dan sistem hidroorologi. Ada beberapa cara untuk mengembalikan fungsi ekologis kawasan TNGHS yaitu dengan merestorasi lahanlahan kritis terutama di lereng-lereng yang cukup terjal untuk mencegah terjadinya longsor. Untuk tujuan rehabilitasi ini harus diperhatikan keadaan lokasi dan jenisjenis pohon yang akan ditanam dengan mengutamakan jenis alami yang pernah tumbuh di daerah tersebut atau yang banyak tumbuh di hutan pegunungan Jawa. Jenis eksotik seperti mahoni, damar, manii, acasia dsb. tidak disarankan untuk usaha rehabilitasi. Jenis pohon yang akan direkomendasikan tentunya berkaitan erat dengan ketersediaan bibit di habitat alami setempat. Pembungaan jenis-jenis pohon alami umumnya tidak terjadi setiap tahun bahkan ada yang pembungaannya setiap 5 tahun sekali sehingga bibit yang yang tersedia mungkin amat terbatas. Oleh karena itu dalam penyediaan bibit dapat dilakukan dengan sistem cabutan dan segera ditanam dalam polibag setelah bibit-bibit tersebut cukup kuat barulah ditanam di daerah kritis tsb Pada sisi luar yang berbatasan dengan pemukiman sebaiknya ditanam jenis buahbuahan berkayu keras dan sifatnya tidak invasif sehingga masyarakat setempat akan menikmati hasil dari buahnya tetapi sebaran dari pohon tsb diupayakan tidak menyebar ke dalam zona inti Taman Nasional. Pada lokasi yang berlereng terjal sebaiknya ditanam jenis yang mempunyai sistem perakaran lateral seperti jenis-jenis bambu yang memiliki diameter batang relatif besar. Pada lokasi yang sangat terbuka dan terdapat di dalam kawasan taman nasional sebaiknya ditanam kembali dengan jenis-jenis alam yang berkayu lunak dan cepat tumbuh dan di daerah semak belukar bisa ditanam kembali dengan jenis-jenis sekunder maupun primer yang toleran terhadap cahaya matahari (Tabel 2).
4. KESIMPULAN Penelitian diversitas flora dan rehabilitasi hutan di kawasan koridor Taman Nasional gunung Halimun-Salak diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan bagi usaha untuk mengembalikan kondisi fisik hutan dan lahan dalam bentuk kegiatan penghijauan melalui rehabilitasi. Pelestarian hutan mutlak harus diperhatikan karena memiliki nilai koservasi bagi kehidupan berbagai jenis tumbuhan dan kelangsungan hidup hewan seperti Elang jawa (Spizaetus bartelsi), elang ular (Spilornis cheela), Puyuh gonggong (Arborophylla javanica), Owa jawa (Hylobates moloch), Lutung (Trachypithecus auratus), Surili (Presbytis comata), Kucing hutan (Felis bengalensis), Macan (Panthera pardus melas), dan Musang luwak (Paradoxurus hermaproditus). Musang luwak seperti diketahui adalah hewan pemencar biji Aren paling utama. DAFTAR PUSTAKA 1. Rinaldi, D; S.A. Harahap, D.M. Prawiradilaga; E.N. Sambas, H. Wiriadinata, Purwaningsih; I. Febriana; I.K. Widyaningrum, N. Faizin, 2008. Ekologi Koridor Halimun-Salak TNGHS. JICA-TNGHS-Dep.Kehutanan. 2.
Haryanto, P.R., 1997. Keanekaragaman hayati Gn. Salak dan kendala pengelolaannya. Manajemen Bioregional TNGP dan TNGHS. Prosiding Diskusi Panel, 109-127.
3.
Cahyadi, I., 2003. Analisis spasial struktur dan fungsi koridor hutan antara TN Gunung Halimun-Salak. Thesis, Program Pascasarjana IPB, Bogor.
4.
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, 2009. Keputusan Menteri Kehutanan No. 175/Kpts-II/2003.
5.
Harahap, S.A.; W. Ikbal; R. Rachmady;
Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56
47
E. Sutrisno, 2004. Corridor Assesment on Leopard to transverse from Gn. Halimun to Gn. Salak. Bogor. Biodiversity Conservation Indonesia. 6.
Dewi, H. 2005. Tingkat Kesesuaian Habitat Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert) di Taman Nasional Gunung H a l i m u n - S a l a k . Te s i s . S e k o l a h Pascasarjana IPB. Bogor.
7. P r a w i r a d i l a g a , D . M . d a n A . Marakarmah,. 2003. Komunitas burung di koridor Halimun-Salak. Laporan Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Bogor. 8.
9.
Iskandar, E. 2005. Populasi and habitat analysis of the javan gibbon (Hylobates moloch) at Gunung Halimun National Park, West Java. The Rufford Small Grants for Nature Conservation 1-3. Yusuf, R. 2004. Keanekaragaman jenis pohon pada hutan terganggu di daerah koridor TNGHS. Berita Biologi Vol.7 (2): 41-50 Simbolon, H and E. Mirmanto,. 1997. Altitudinal zonation of the forest vegetation in Gn Halimun National park, West Java. In: M. Yoneda, J. Sugarjito and H. Simbolon (Eds.). Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia. Vol.II. The inventory of natural Resources in Gunung Halimun Park. LIPI-JICA-PHPA, 14-35
10. Mirmanto, E & H. Simbolon, 1998. Ve g e t a t i o n a n a l y s i s o f C i t o r e k Forest, Gunung Halimun National Park. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia. Vol. IV. The last submontane Tropical Forest in West Java. 41-54. 11. Suzuki, E.; M. Yoneda; H. Simbolon; Z. Fanani; T. Nishimura and M. Kimura, 48
1997. Monitoring of vegetational changes on permanent plots in Gunung Halimun National Park. . In: M. Yoneda, J. Sugarjito and H. Simbolon (Eds.). Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia. Vol.II. The inventory of natural Resources in Gunung Halimun Park. LIPI-JICAPHPA, 60-81 12. Simbolon, H. 1998. Vegetation and land-use mapping in gunung Halimun National Park and its surrounding areas. Research and coservation of Biodiversity in Indonesia. Gunung halimun: The last Submontane Tropical Forest in West Java. Vol.IV: 12-20. 13. UNDP/FAO, 1978. Proposed Halimun Nature Reserve Management Plan 1979-1982. Field Report of UNDP/ FAO Nature Conservation and Wildlife Management Project INS/73/013. 14. IPB, 2009. BAB III. Kondisi umum lokasi penelitian. Kondisi umum 2009asw. pdf-IPB Respiratory Home. repository. ipb.ac.id/.../Bab%20III.Kondisi%20 Umum%202009asw.p.. 15. Sudarsono, R.P. dan S. Oktora, 2003. Halimun-Salak juga untuk kepentingan Jakarta. Sungaibersih2020. Kompas http://www.dishut.jabarprov.go.id/?mo d=detilBerita&idMenuKiri=334&idBeri ta=284 16. Bruijnzeel, L.A. and J. Proctor. 1993. Hydrology and biogeochemistry of tropical mantane cloud forest: What do we do really know? In: L.S.Hamilton; J.O.JuviK and F.N.Acatena (Eds.). Tropical Montane Cloud Forest. Proceeding of an International Symposyum. East-West Center. Honolulu. Pages 25-46.
Purwaningsih, 2012
Tabel 2. Beberapa jenis pohon yang disarankan untuk rehabilitasi lahan.pada daerah kritis: No
Jenis
Suku
Nama daerah
Tipe lahan
1
Dendrocalamus asper
Poaceae
Awi bitung
Lereng terjal
2
Gigantochloa atroviolacea
Poaceae
Awi hideung, awi wulung
Lereng terjal
3
Gigantochloa atter
Poaceae
Awi atter
Lereng terjal
4
Gigantochloa pseudoarundinacea
Poaceae
Awi gombong
Lereng terjal
5
Schizostachyum iraten
Poaceae
Awi tamiang
Lereng terjal Lereng terjal
6
Schizostachyum sp.
Poaceae
Awi sengkol
7
Castanopsis argentea
Fagaceae
Saninten
Semak belukar/ Bekas ladang
8
Cinnamomum burmanii
Lauraceae
Kimanis
Bekas ladang dan kebun
9
Manglietia glauca
Magnoliaceae
Kimanglid
Bekas ladang dan kebun
10
Sandoricum koetjapi
Meliaceae
Kecapi
Bekas ladang dan kebun
11
Pithecellobium jiringa
Fabaceae
Jengkol
Bekas ladang dan kebun
12
Parkia speciosa
Fabaceae
Peteui
Bekas ladang dan kebun
13
Parkia roxburghii
Fabaceae
Pendeuy/kedawung
Bekas ladang dan kebun
14
Nephelium lappaceum
Sapindaceae
Rambutan
Bekas ladang dan kebun
15
Durio zibethinus
Bombacaceae
Durian
Bekas ladang dan kebun
16
Myristica fragrans
Myristicaceae
Pala
Bekas ladang dan kebun
17
Dipterocarpus hasselthii
Dipterocarpaceae
Palahlar
Semak belukar/hutan sekunder
18.
Gonystylus macrophyllus
Thymelaceae
Garu kapas
Semak belukar/hutan sekunder
19.
Litsea cubeba
Lauraceae
Kilimo
Semak belukar/hutan sekunder
20.
Lithocarpus spp.
Fagaceae
Pasang
Semak belukar/hutan sekunder
21.
Schima wallichii
Theaceae
Puspa
Semak belukar/hutan sekunder
22.
Altingia excelsa
Hammamelidaceae
Rasamala
Semak belukar/hutan sekunder
23
Alstonia scholaris
Apocynaceae
Lame
Semak belukar/hutan sekunder
24
Lansium domesticum
Meliaceae
Duku
Semak belukar/ Bekas ladang
25
Artocarpus integer
Moraceae
Nangka
Bekas ladang dan kebun
26
Syzygium jambos
Myrtaceae
Jambu bol
Bekas ladang dan kebun
27
Syzygium commune
Myrtaceae
Jamblang
Bekas ladang dan kebun
28
Syzygium aquea
Myrtaceae
Jambu
Bekas ladang dan kebun
29
Syzygium aromatica
Myrtaceae
Salam
Semak belukar/ Bekas ladang Bekas ladang dan kebun
30
Citrus maxima
Rutaceae
Jeruk bali
31
Citrus spp.
Rutaceae
Jeruk
Bekas ladang dan kebun
32
Baccaurea racemosa
Euphorbiaceae
Menteng
Bekas ladang dan kebun
33
Antidesma montanum
Euphorbiaceae
kiseuer
Bekas ladang dan kebun
34
Garcinia mangostana
Clusiaceae
Manggis
Bekas ladang dan kebun
45
Achras sapota
Sapotaceae
Sawo
Bekas ladang dan kebun
46
Manilkara kauki
Sapotaceae
Sawo kecik
Bekas ladang dan kebun
47
Ficus spp.
Moraceae
Benying, hamerang, seuhang, darangdan dsb
Balukar muda/alang-alang Balukar muda/alang-alang
48
Macaranga spp.
Euphorbiaceae
Mara
49
Vernonia arborea
Asteraceae
hamirung
Balukar muda/alang-alang
50
Ardisia laevigata
Myrsinaceae
kiajag
Balukar muda/alang-alang
Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56
49
51
Artocarpus elasticus
Moraceae
Kiteureup
Balukar muda/alang-alang
52
Aporusa frutescens
Euphorbiaceae
Kihideung
Balukar muda/alang-alang
53
Bridelia glauca
Euphorbiaceae
Kanyere
Balukar muda/alang-alang
54
Glochidoin hypoleucum
Euphorbiaceae
Kipare
Balukar muda/alang-alang
55
Saurauia pendula
Actinidaceae
Kileho
Balukar muda/alang-alang
56
Schefflera javanica
Araliaceae
Gompong
Balukar muda/alang-alang
57
Evodia latifolia
Rutaceae
Kisampang
Balukar muda/alang-alang
Tabel 3. Keanekaragaman Jenis tumbuhan yang terdapat di daerah koridor TNGHS Suku
Jenis
Jal.1
Jal.2
Jal.3
Jal.4
Jal.5
Jal.6
Jal.7
Jal.8
Jal.9
Jal.10
Acanthaceae
Staurogyne elongata (Bl.) O.K.
++
++
Acanthaceae
Strobilanthes bibracteata
++
++
Acanthaceae
Strobilanthes sp.
+++
+++
+++
++
++
+++
+++
++
++
+++
Aceraceae
Acer niveum Bl.
++
++
Actinidaceae
Saurauia nudiflora DC.
++
Actinidaceae
Saurauia pendula Bl.
++
++
++
Alangiaceae
Alangium kurzii Craib
++
++
++
++
++
Anacardiaceae
Semecarpus heterophylla Bl.
-
++
++
++
++
++
Annonaceae
Goniothalamus macrophyllus Miq.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Annonaceae
Orophea hexandra Bl.
++
Annonaceae
Oxymitra sp.
+++
Annonaceae
Polyalthia rumphii Merr.
++
++
++
++
++
++
Araceae
Homalomena cordata Schott.
+++
Araliaceae
Arralidium sp.
+++
+++
+++
Araliaceae
Gastonia serratifolia (Miq.) Phil.
+++
+++
+++
Araliaceae
Phyllodendron sp.
+
Araliaceae
Polyscias javanica Koord.& Valet..
+++
+++
+++
Araliaceae
Trevesia sundaica Miq.
++
Arecaceae
Areca sp.
-
++
++
++
++
++
++
Arecaceae
Calamus heteroideus Bl.
-
++
Arecaceae
Calamus horrens Bl.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Arecaceae
Calamus sp.
Arecaceae
Caryota mitis Lour.
++
++
++
Arecaceae
Daemonorops melanochaetes Bl.
Arecaceae
Pinanga coronate Bl.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Arecaceae
Plectocomia elongate Mart.& Bl.
++
+++
++
Asteraceae
Clibadium surinamensis L.
-
+++
+++
+++
+++
Asteraceae
Eupatorium inulifolium H.B.K.
+++
+++
+++
+++
+++
Asteraceae
Eupatorium odoratum L.
++
Asteraceae
Vernonia arborea Buch.-Ham.
+++
+++
+++
+++
Begoniaceae
Begonia sp1.
+++
+++
+++
+++
Begoniaceae
Begonia sp2.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Bignoniaceae
Oroxyllum indicum (L.) Kurz.
+++
50
Purwaningsih, 2012
Bombacaceae
Neesia altissima Bl.
+++
+++
+++
Celastraceae
Salacia sylvestris Steud.
-
++
++
++
Clusiaceae
Garcinia cambogia Desr.
-
++
Clusiaceae
Garcinia rostrata (Hassk.) Miq.
-
+++
Commelinaceae
Foresttia molissima Koord.
++
Cornaceae
Mastixia rostrata Bl.
++
Cunnoniaceae
Weinmannia blumei A. Gray.
+++
++
++
++
++
Cyatheaceae
Cyathea contaminans (wall.ex Hook.f)) copel.
++
++
++
+++
+++
Cyatheaceae
Cyathea junghuniana (Kuntze.) Copel.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Cyatheaceae
Cyathea raciborskii Copel.
++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Dipterocarpaceae
Dipterocarpus hasselthii Bl.
+
Elaeocarpaceae
Elaeocarpus ganitrus Roxb.& G.Don
++
+++
++
++
Elaeocarpaceae
Elaeocarpus petiolatus A. Gray.
+++
++
++
Elaeocarpaceae
Elaeocarpus sphaericus (Gaertn.) Schum.
-
++
++
++
++
++
Euphorbiaceae
Antidesma neurocarpum Miq.
++
++
Euphorbiaceae
Ostodes paniculata Bl.
++
++
++
Euphorbiaceae
Antidesma tetandrum Bl.
++
+++
+++
Euphorbiaceae
Aporusa arborea M.A.
-
+++
++
++
++
++
++
Euphorbiaceae
Breynia microphylla M.A.
-
+++
Euphorbiaceae
Baccaurea lanceolata M.A.
++
Euphorbiaceae
Aporusa frutescens Bl.
Euphorbiaceae
Blumeodendron elatriospermum J.J. Smith
+++
+++
Euphorbiaceae
Breynia cernua M.A.
++
++
Euphorbiaceae
Bridelia insulana Hance
++
Euphorbiaceae
Bridelia glauca Bl.
-
++
Euphorbiaceae
Glochidion hypoleucum Miq.
+++
+++
+++
Euphorbiaceae
Glochidion arborescens Bl.
++
++
++
++
++
++
Euphorbiaceae
Homalanthus populneus Pax.
+++
Euphorbiaceae
Macaranga tanarius M.A.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Euphorbiaceae
Macaranga triloba M.A.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Euphorbiaceae
Mallotus paniculatus M.A.
+++
+++
+++
+++
+++
Euphorbiaceae
Breynia virgata (Bl.) Muell. Arg.
++
Euphorbiaceae
Omalanthus populneus Kuntze.
++
Euphorbiaceae
Sapium baccatum Roxb.
-
++
++
Fabaceae
Archidendron clypearia (Jack) Nielsen
-
++
++
Fabaceae
Calliandra calothyrsus Meissn.
++
++
++
++
++
Fabaceae
Spatholobus sp.
++
++
Fagaceae
Castanopsis acuminatissima A.DC. ex Hance
-
+++
++
Fagaceae
Castanopsis argentea (Bl.) A. DC.
+++
+++
+++
Fagaceae
Castanopsis javanica A.DC.
++
++
Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56
51
Fagaceae
Quercus argentata Korth.
++
Fagaceae
Quercus oidocarpa Korth.
++
Fagaceae
Castanopsis tungurut A.DC.
++
+++
++
Fagaceae
Lithocarpus spicatus Rehd. Et Wils.
++
++
++
Fagaceae
Lithocarpus indicus Rehd.
-
++
++
Fagaceae
Lithocarpus pseudomoluccanus (Bl.) Rehd.
-
++
++
++
Fagaceae
Lithocarpus sp.
++
++
++
++
Fagaceae
Quercus gemelliflora Bl.
+++
+++
++
++
++
++
Fagaceae
Quercus lineata Bl.
+++
++
++
Fagaceae
Quercus teysmanii Bl.
++
++
Flacourtiaceae
Flacourtia rukam Zol. & Mor.
++
Flacourtiaceae
Ryparosa caesia Kurz ex King
++
Gesneriaceae
Cyrtandra picta Bl.
++
++
++
++
Gleicheniaceae
Dicranopteris linearis (Burm.f.) Und.
+
++++
Hammamelidaceae
Altingia excelsa Norona
++
+++
++
+++
+++
+++
+++
Icacinaceae
Platea excelsa Bl.
++
+++
+++
+++
+++
+++
Icacinaceae
Platea latifolia Bl.
+++
+++
+++
Icacinaceae
Stemonurus malaccensis (Mast.) Sleum.
++
Juglandaceae
Engelhardtia serrata Bl.
+++
+++
++
Lauraceae
Beilschmiedia madang Bl.
++
++
++
++
Lauraceae
Cinnamomum javanicum Bl.
++
Lauraceae
Cryptocarya ferrea Bl.
++
Lauraceae
Cryptocarya reticulata Bl.
++
Lauraceae
Cryptocarya densiflora Bl.
+++
+++
+++
+++
+++
Lauraceae
Cryptocarya mentek Bl.
++
Lauraceae
Beilschmiedia maingayi Hook.f.
-
++
++
Lauraceae
Cinnamomum porrectum (Roxb.) Kosterm.
+++
+++
Lauraceae
Lindera polyantha Boerl.
-
+++
Lauraceae
Endiandra rubescens Bl.ex Miq.
+++
+++
++
++
++
++
Lauraceae
Litsea angulata Bl.
Lauraceae
Litsea brachystachia Boerl.
-
++
Lauraceae
Litsea cubeba (Lour.) Pers
+++
++
++
++
Lauraceae
Litsea noronhae Bl.
++
++
++
Lauraceae
Litsea oppositifolia L.S. Gibbs
++
++
Lauraceae
Litsea robusta Bl.
+++
+++
++
+++
+++
+++
+++
Lauraceae
Litsea javanica Bl.
++
Lauraceae
Litsea accedentoides K. & V.
-
+++
++
++
++
Lauraceae
Litsea impressa Boerl.
++
+++
++
++
++
Lauraceae
Litsea tomentosa Bl.
+++
+++
Lauraceae
Lindera bibracteata (Bl.) Boerl.
++
++
++
Lauraceae
Persea rimosa Zoll.ex Meissn.
++
Lauraceae
Phoebe elliptica Bl.
++
++
++
++
52
Purwaningsih, 2012
Liliaceae
Cordyline terminalis Kunth.
++
Magnoliaceae
Magnolia candollii Link.
++
++
Magnoliaceae
Michelia Montana Bl.
++
++
++
++
++
Magnoliaceae
Talauma candollii Bl.
++
+++
++
++
++
++
++
Malvaceae
Ceiba pentanfra Gaertn.
++
Marattiaceae
Angiopteris evecta (Forst.) Hoffm.
++
++
Melastomataceae
Bellucia axinanthera Triana
++
++
Melastomataceae
Clidemia hirta D. Don
+++
Melastomataceae
Dissochaeta gracilis Bl.
++
++
+++
++
++
++
Melastomataceae
Medinilla eximia Bl.
+++
+++
+++
Melastomataceae
Melastoma sylvatica Bl.
+++
+++
+++
+++
Melastomataceae
Memexylon edule Roxb.
++
++
++
Melastomataceae
Memexylon excelsum Bl.
Melastomataceae
Memexylon myrsinoides Bl.
Melastomataceae
Pternandra caerulescens Jack.
+++
+++
+++
++
+++
+++
+++
+++
Melastomataceae
Pternandra azurea (Bl.) Burkill
++
++
+++
Meliaceae
Aglaia aspera Teijs. & Binn.
++
Meliaceae
Aglaia argentea Bl.
++
++
++
++
Meliaceae
Aglaia odoratissima Bl.
+++
+++
++
++
++
Meliaceae
Dysoxylum gaudichaudianum (Juss.) Miq.
++
++
++
++
Meliaceae
Toona sureni Merr.
++
Meliaceae
Dysoxyllum aliaceum Bl.
++
Menispermaceae
Stephania hernandifolia Walp.
++
Monimiaceae
Kibara coriacea Hook f. & Thoms.
-
++
Moraceae
Artocarpus elasticus Reinw.
++
++
Moraceae
Artocarpus integra Merr.
++
Moraceae
Ficus deltoidea Jack.
+++
Moraceae
Ficus fistulosa Reinw.ex Bl.
+++
+++
+++
Moraceae
Ficus lepicarpa Bl.
+++
+++
Moraceae
Ficus padana Burm.f.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Moraceae
Ficus punctatus Thunb.
+++
++
Moraceae
Ficus ribes Reinw.ex Bl.
+++
+++
+++
Moraceae
Ficus septica Burm.f.
-
+++
++
Moraceae
Ficus sinuaata Thunb.
+++
++
++
Moraceae
Ficus callosa Willd.
+++
+++
+++
+++
Moraceae
Ficus subulata Bl.
+++
++
++
++
Moraceae
Ficus variegate Bl.
-
++
++
Moraceae
Poikilospermum suaveolens (Bl.) Merr.
++
Moraceae
Sloanea sigun (Bl.) Schum.
++
++
++
Musaceae
Musa acuminate Colla.
+++
+++
+++
+++
Myristicaceae
Horsfieldia glabra (Bl.) Warb.
++
++
++
Myristicaceae
Knema cinerea (Poir.)Warb.
++
Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56
53
Myrsinaceae
Ardisia crispa DC.
++
Myrsinaceae
Ardisia javanica DC.
++
++
++
Myrsinaceae
Ardisia zollingeri DC.
++
Myrsinaceae
Embelia sp.
++
Myrsinaceae
Maesa perlarius (Lour.) Merr.
++
Myrtaceae
Rhodamnia cinerea Jack
+++
+++
++
++
Myrtaceae
Syzygium chloranthum Merr.& Perry
+++
+++
++
++
+++
+++
+++
Myrtaceae
Syzygium formosa (Wall.) Masamune
++
Myrtaceae
Syzygium lineatum Merr.& Perry
+++
+++
+++
++
+++
+++
+++
+++
Myrtaceae
Syzygium cf. zollingerianum (Miq.) Amsh.
-
++
Myrtaceae
Syzygium clavimyrtus K. et V.
+++
+++
++
+++
++
++
++
Myrtaceae
Syzygium cupprea K. et V.
-
+++
++
++
Myrtaceae
Syzygium opaca Berg.
++
++
++
++
++
Myrtaceae
Syzygium subglauca K et V.
+++
++
++
Nyssaceae
Nyssa sp.
++
++
++
++
Oleaceae
Jasminum officinale L.
++
++
Pandanaceae
Freycinesia javanica Bl.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Pandanaceae
Pandanus furcatus Roxb.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Piperaceae
Piper aduncum L.
++
+++
+++
++
++
++
Poaceae
Dinochloa scandens Kuntze
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Poaceae
Gigantochloa hasskarliana (Kurz) Backer ex Heyne
++
++
Poaceae
Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja
++
++
Poaceae
Imperata cylindrical Beauv.
+++
+++
+++
+++
Poaceae
Paspalum conjugatum Berg.
+++
+++
Poaceae
Saccharum spontaneum L.
+++
+++
Poaceae
Schizostachyum brachycladum (Kurz) Lurz.
++
Poaceae
Schizostachyum sp.
++
Poaceae
Themeda villosa Hack.
+++
Podocarpaceae
Agathis dammara Richard
-
++
++
+++
Polygalaceae
Polygala venenosa Juss. ex Poir.
++
++
Proteaceae
Helicia attenuata Bl.
++
++
+++
+++
+++
Proteaceae
Helicia robusta Villar.
++
+++
+++
Proteaceae
Helicia serrata Bl.
++
++
++
++
++
++
Rhamnaceae
Maesopsis emenii Engl.
+++
+++
+++
+++
+++
Rhizophoraceae
Gynotroches axillaris Bl.
-
++
++
++
+++
Rosaceae
Prunus arborea (Bl.) Kalkm.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Rosaceae
Prunus griceus Kalkm.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Rosaceae
Rubus acuminatissimus Hassk.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Rosaceae
Rubus molluccanus L.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Rubiaceae
Ixora javanica DC.
++
++
54
Purwaningsih, 2012
Rubiaceae
Lasianthus oculus-rati Miq.
++
+++
++
+++
++
Rubiaceae
Lasianthus sp.
++
++
Rubiaceae
Mussaenda frondosa Blanco
++
++
Rubiaceae
Pavetta montana Reinw.ex Bl.
++
+++
++
++
Rubiaceae
Prismatomeris javanica (Val.) Ridl.
++
Rubiaceae
Psychotria robusta Bl.
+++
++
Rubiaceae
Psychotria viridiflora Reinw.ex Bl.
++
+++
++
Rubiaceae
Saprosma arborea Bl.
-
++
++
Rubiaceae
Tricalysia singularis K. Schum.
++
++
++
Rubiaceae
Psychotria secundiflora Val.
-
++
+++
Rubiaceae
Randia spinosa Karst.
+++
Rubiaceae
Neonauclea lanceolata (Bl.)Merr.
-
++
++
++
Rubiaceae
Urophyllum arboreum Korth.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Rubiaceae
Urophyllum corymbosum Korth.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Rubiaceae
Urophyllum glabrum Jack ex Wall.
+++
+++
+++
+++
+++
Rubiaceae
Ixora fluminalis Ridley
+++
+++
++
++
Rutaceae
Evodia cf. macrophylla Bl.
++
++
+++
Rutaceae
Evodia glabra Bl.
++
+++
+++
++
Rutaceae
Evodia latifolia DC.
+++
+++
++
++
Rutaceae
Acronychia laurifolia Bl.
++
Rutaceae
Luvunga sarmentosa Kurz.
++
Sapindaceae
Lepisanthes tetraphylla (Vahl.)Radlk.
++
Saxifragaceae
Polyosma ilicifolia Bl.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Saxifragaceae
Polyosma integrifolia Bl.
++
Selaginelaceae
Sellaginella plana Hieron
+++
Smilaxaceae
Smilax leucophylla Bl.
++
+++
+++
+++
+++
+++
Smilaxaceae
Smilax zeylanica Bl.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Solanaceae
Solanum torvum Buch.-Ham. ex Wall.
++
Staphyleaceae
Turpinia sphaerocarpa Hassk.
++
++
++
+++
++
++
Sterculiaceae
Firmiana malayana Kosterm.
++
+++
Sterculiaceae
Sterculia coccinea Jack
++
++
++
++
++
Sterculiaceae
Sterculia oblongifolia A. Cheval
-
++
++
Sterculiaceae
Sterculia cordata Bl.
-
++
++
++
Symplocaceae
Symplocos cochinchinensis S. Moore
++
++
Symplocaceae
Symplocos fasciculate Roxb.ex DC.
++
++
++
++
++
Symplocaceae
Symplocos odoratissima Choisy. ex Zoll.
++
+++
Theaceae
Eurya acuminate DC.
+++
+++
+++
+++
++
Theaceae
Eurya nitida Hieron
+++
+++
+++
Theaceae
Gordonia excelsa Bl.
+++
++
+++
Theaceae
Pyrenaria serrata Bl.
++
++
Theaceae
Schima wallichii Choisy.
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Theaceae
Ternstroemia sp.
++
Theaceae
Thea lanceolata Pierre
++
++
++
Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56
55
Urticaceae
Elatostema sp.
++
Urticaceae
Laportea stimulans Miq.
++
++
+++
Urticaceae
Trema cannabina Lour.
++
Urticaceae
Villebrunea rubescens Bl.
+++
++
++
Verbenaceae
Callicarpa longifolia Lam.
+++
+++
Verbenaceae
Lantana camara L.
++
++
++
Vitaceae
Cissus sp.
++
Vitaceae
Tetrastigma lanceolaria Planch.
++
Zingiberaceae
Alpinia sp.
-
+++
+++
++
++
Zingiberaceae
Etlingera punicea (Roxb.) R.M. Smith
+++
+++
+++
+++
+++
+++
56
Purwaningsih, 2012