VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Karakteristik Responden Penentuan karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Pancar sebagai responden diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 60 orang. Responden tersebut merupakan masyarakat Desa Karang Tengah yang berdomisili di sekitar kawasan dan terlibat dalam kegiatan wisata, baik secara langsung maupun tidak langsung. Masyarakat yang secara langsung memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata adalah masyarakat yang mendirikan usaha atau bekerja secara langsung oleh pengelola. Sedangkan masyarakat yang secara tidak langsung memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata adalah kelompok masyarakat yang berada diluar kawasan namun pekerjaan yang dilakukannya secara tidak langsung terlibat dalam kegiatan wisata seperti tukang ojek dan supir angkot. 6.1.1
Jenis Kelamin Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, diperoleh 36 orang laki-laki dan
24 orang perempuan. Sebagian besar responden yang diwawancarai berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan karena hampir sebagian besar responden yang terlibat dalam kegiatan wisata di kawasan ini berjenis kelamin laki-laki. Berikut Tabel 3 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. Tabel 3. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No 1. 2.
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah Responden Frekuensi Persentase 36 60% 24 40% 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011)
55
6.1.2
Status Pernikahan Status pernikahan berhubungan dengan jumlah tanggungan seseorang.
Seseorang yang sudah menikah kemungkinan besar mempunyai jumlah tanggungan yang lebih banyak, misalnya anak dan istri, dibandingkan dengan seseorang yang belum menikah. Jumlah tanggungan yang lebih banyak pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya biaya untuk konsumsi yang harus dikeluarkan. Responden yang berstatus sudah menikah sebanyak 57 orang dan yang belum menikah 3 orang. Berikut Tabel 4 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan status pernikahan. Tabel 4. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan No 1. 2.
Status Pernikahan Sudah Menikah Belum Menikah Jumlah
Jumlah Responden Frekuensi Persentase 57 96% 3 5% 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011)
6.1.3
Umur Berdasarkan karakteristik umur, sebagian besar responden berumur antara
24-33 tahun yaitu sebanyak 28 orang (46%). Responden yang berumur antara 3443 tahun sebanyak 19 orang (32%) dan yang berumur antara 14-23 tahun sebanyak 6 orang (10%). Responden yang berumur antara 44-53 tahun sebanyak 4 orang (7%) dan sisanya berumur lebih dari 54 tahun sebanyak 3 orang (5%). Berdasarkan hasil tersebut 46% dari responden berada pada umur produktif yaitu 24-33 tahun. Berikut Tabel 5 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur.
56
Tabel 5. Data Karakretistik Responden Berdasarkan Umur No 1. 2. 3. 4. 5.
Umur 14-23 tahun 24-33 tahun 34-43 tahun 44-53 tahun >54 tahun Jumlah
Jumlah Responden Frekuensi Persentase 6 10% 28 46% 19 32% 4 7% 3 5% 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011)
6.1.4
Pendidikan terakhir Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan
akhir SD yaitu sebanyak 49 orang (82%). Responden yang tidak sekolah sebanyak 8 orang (13%), yang berpendidikan akhir SMP sebanyak 2 orang (3%) dan berpendidikan akhir SMA sebanyak 1 orang (2%). Sedangkan responden yang lulusan Perguruan Tinggi tidak ada. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa pendidikan responden tergolong masih rendah. Berikut Tabel 6 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir. Tabel 6. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No 1. 2. 3. 4. 5.
Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat Perguruan Tinggi Jumlah
Jumlah Responden Frekuensi Persentase 8 13% 49 82% 2 3% 1 2% 0 0% 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011)
6..1.5 Tingkat Pendapatan Berdasarkan tingkat pendapatan, sebagian besar responden memiliki pendapatan antara Rp 850.000,01 – Rp 1.240.000,00 sebanyak 25 orang (42%). Responden yang memiliki pendapatan antara Rp 1.240.000,01 – Rp 1.630.000,00 sebanyak 18 orang (30%). Responden yang memiliki pendapatan antara Rp 1.630.000,01 – Rp 2.020.000,00 sebanyak 9 orang (15%), responden yang 57
memiliki pendapatan antara Rp 460.000,00 – Rp 850.000,00 sebanyak 5 orang (8%) dan responden yang memiliki pendapatan antara Rp 2.020.000,01 – Rp 2.410.000,00 sebanyak 3 orang (5%). Pendapatan pada penelitian ini adalah pendapatan yang diperoleh masyarakat selama satu bulan. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa pendapatan responden masih tergolong rendah. Berikut Tabel 7 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan. Tabel 7. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan No 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendapatan per bulan Rp 460.000,00 – Rp 850.000,00 Rp 850.000,01 – Rp 1.240.000,00 Rp 1.240.000,01 – Rp 1.630.000,00 Rp 1.630.000,01 – Rp 2.020.000,00 Rp 2.020.000,01 – Rp 2.410.000,00 Jumlah
Jumlah Responden Frekuensi Persentase 5 8% 25 42% 18 30% 9 15% 3 5% 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011)
6.2
Estimasi Pendapatan dan Perubahan Pendapatan Masyarakat Akibat Pengembangan Wisata Keberadaan suatu kawasan wisata telah memberikan perubahan terhadap
masyarakat, salah satunya adalah perubahan yang berdampak pada ekonomi masyarakat. Terkait dengan pernyataan Spillane (1994) mengenai dampak positif pengembangan pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yaitu pariwisata merupakan industri padat karya, karena tenaga kerja sulit digantikan dengan modal atau peralatan. Oleh karena itu, pariwisata merupakan sumber pokok dari pekerjaan regional sehingga menciptakan pekerjaan bagi masyarakat. Berdasarkan pernyataan Spillane (1994) tersebut, saat ini pariwisata menjadi salah satu sektor andalan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Penelitian
ini
mengestimasi
besarnya
kontribusi
perubahan
pendapatan 58
masyarakat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat. Perubahan tingkat pendapatan masyarakat dianalisis dengan cara mengurangi tingkat pendapatan masyarakat dari dan tanpa adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Jika pendapatan rata-rata masyarakat meningkat karena adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar, berarti kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar memberikan dampak positif terhadap masyarakat, begitupun sebaliknya. Rumus yang digunakan untuk melihat perubahan pendapatan rata-rata dapat dilihat pada Bab 4.4.2.1. Berikut Tabel 8 yang menunjukkan perubahan tingkat pendapatan masyarakat Taman Wsata Alam Gunung Pancar karena adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Tabel 8. Perubahan Pendapatan Rata-rata Masyarakat Tanpa dan Adanya Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar 2011 No
Kelompok Pekerjaan
Pendapatan rata-rata perbulan (rupiah) [Tanpa TWA]
1. Penjaga karcis 1.250.000 2. Pedagang 1.011.000 3. Penjaga taman 575.000 4. Buruh wisata 611.538,46 5. Security 1.116.666,67 6. Warung 1.312.500 7. Tukang ojek 1.558.333,33 8. Supir angkot 1.900.000 Total peningkatan pendapatan rata-rata perbulan
Pendapatan rata-rata perbulan (rupiah) ‘Present value’ [Tanpa TWA] 1.815.500,64 1.468.376,92 835.130,29 888.198,77 1.621.847,24 1.906.275,67 2.263.324,13 2.759.560,97
Pendapatan ratarata perbulan (rupiah) [dari adanya TWA]
1.375.000 1.096.000 1.212.500 919.230,77 1.450.000 1.312.500 1.594.444,44 2.125.000
Perubahan Pendapatan (rupiah/bln)
125.000 85.000 637.500 307.692,30 333.333,33 0 36 111.11 225.000 218.704,59
Perubahan Pendapatan (rupiah/bln) setelah ‘Present value’
-440.500,64 -372.376,92 377.369,70 31.031,99 -171.847,24 -593.775,67 -668.879,69 -634.560,97 -309.192,43
Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei, 2011
Pada Tabel 8 dapat dilihat
bahwa pengembangan wisata di kawasan
Taman Wisata Alam Gunung Pancar berkontribusi terhadap perubahan pendapatan masyarakat sekitar. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terjadi perubahan pendapatan rata-rata perbulan adalah Rp 218.704,59,00. Setelah dilakukan perhitungan ke dalam present value, perubahan pendapatan rata-rata
59
masyarakat menjadi Rp -309.192,43,00. Berdasarkan perhitungan present value, pendapatan rata-rata masyarakat mengalami penurunan. Hal tersebut karena berdasarkan nilai nominal pendapatan masyarakat meningkat namun secara riil tidak. Berdasarkan nilai riil, kenaikan upah yang meningkat namun adanya kenaikan inflasi sebesar kenaikan upah, maka sesungguhnya daya beli dengan kenaikan upah sama saja karena harga barang rata-rata juga naik. Hal tersebut juga menunjukkan nilai kesejahteraan yang menurun. Penelitian yang dilakukan terhadap perubahan pendapatan ini diasumsikan mulai tahun 2006. Oleh karena itu, pendapatan tanpa adanya Taman Wisata Alam Gunung Pancar dilakukan perhitungan ke dalam present value dengan suku bunga rata-rata bank sebesar 7,75% (Bank Indonesia, 2011)8. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 8 jenis pekerjaan. Perubahan pendapatan rata-rata yang mengalami peningkatan dirasakan oleh kelompok pekerjaan sebagai penjaga taman yaitu sebesar Rp 637.500,00. Peningkatan yang cukup besar ini disebabkan sebagian besar masyarakat yang berada pada kelompok pekerjaan ini awalnya tidak memiliki pekerjaan tetap. Selain itu, setelah dilakukan perhitungan ke dalam present value, perubahan pendapatan kelompok pekerjaan ini sebesar Rp 377.369,70,00. Perubahan pendapatan rata-rata yang mengalami peningkatan juga dirasakan Rp
oleh
307.692,30,00
kelompok disusul
pekerjaan oleh
sebagai
kelompok
buruh
wisata
sebesar
pekerjaan
security
sebesar
Rp 333.333,33,00. Perubahan pendapatan pada kelompok supir angkot sebesar 8
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/ [25 Oktober 2011 pukul 12.30]
60
Rp 225.000,00, penjaga karcis sebesar Rp 125.000,00, pedagang sebesar Rp 85.000,00, dan tukang ojek sebesar Rp 36.111,11,00. Kelompok pekerjaan warung tidak merasakan perubahan pendapatan atau nol. Setelah dilakukan perhitungan ke dalam
present value, perubahan pendapatan masing-masing
kelompok pekerjaan tersebut sebesar Rp 31.031,99,00, Rp -171.847,24,00, Rp -634.560,97,00, Rp -477.421,05,00, Rp -440.500,64,00, Rp -372.376,92,00, Rp -668.879,69,00 dan Rp -593.775,67,00. Berdasarkan perhitungan ke dalam present value menunjukkan terjadinya nilai negatif. Secara keseluruhan, hampir semua jenis kelompok pekerjaan mengalami perubahan pendapatan yang mengalami peningkatan namun kelompok pekerjaan warung menjadi satu-satunya kelompok pekerjaan yang tidak mengalami perubahan pendapatan. Hal tersebut karena pada kelompok pekerjaan ini persaingan semakin kuat. Banyaknya warung menjadikan kelompok pekerjaan ini harus bersaing satu sama lain. Selain itu, modal yang harus dikeluarkan oleh kelompok warung untuk belanja menjadi alasan mereka merasa pendapatan yang mereka peroleh selama ini sama saja. Hal tersebut terkait dengan adanya tingkat inflasi yang juga mempengaruhi pendapatan mereka. Berdasarkan perhitungan present value, perubahan pendapatan kelompok pekerjaan ini memperoleh hasil sebesar Rp -593.775,67,00. Artinya nilai negatif menunjukkan penurunan nilai nominal uang yang sesungguhnya. Berdasarkan perhitungan present value, sebagian besar pendapatan masyarakat sesungguhnya mengalami penurunan. Hal ini terkait dengan logika dasar uang (nilai riil dan nominal). Sebagian besar orang cenderung memperhatikan nilai nominal daripada nilai riil. Ini mengakibatkan perekonomian
61
menjadi tidak seimbang. Jika seorang pekerja menerima kenaikan upah sebesar 10%, namun tingkat inflasi tahun tersebut juga sebesar 10%, maka sebenarnya daya belinya dengan upah sebelum kenaikan 10% (karena harga barang rata-rata juga naik 10%). Namun, pekerja tersebut akan senang karena mengira upahnya telah naik padahal daya beli riilnya tetap sama. Perbedaaan
pendapatan
rata-rata
masyarakat
juga
akan
terlihat
berdasarkan proporsi pendapatan yang diperoleh dengan adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap pendapatan total. Pengamatan proporsi pendapatan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui apakah dengan adanya keberadaan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar menjadikan pendapatan dalam masyarakat menjadi usaha pokok, cabang usaha atau hanya sebagai usaha sambilan. Berikut Tabel 9 menyajikan proporsi pendapatan masyarakat karena adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Tabel 9. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat dengan Adanya Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar Terhadap Pendapatan Total 2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pendapatan Rata-rata (rupiah /bln) Pendapatan Kelompok Pendapatan dari total perbulan Pekerjaan adanya TWA (rupiah) (rupiah) Penjaga karcis 1.250.000 1.375.000 Pedagang 1.011.000 1.096.000 Penjaga taman 575.000 1.212.500 Buruh wisata 611.538,46 919.230,76 111.666,66 1.450.000 Security Warung 1.312.500 1.312.500 Tukang ojek 1.558.333,33 1.594.444,33 Supir angkot 1.900.000 2.125.000
Persentase (%) 90% 92% 47% 66% 77% 100% 97% 89%
Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei, 2011
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa proporsi pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar paling besar dirasakan oleh kelompok pekerjaan warung yang mencapai 100% sehingga dapat
62
dikatakan sebagai pendapatan pokok. Persentasi proporsi sebesar 100% yang diperoleh kelompok pekerjaan ini sesuai dengan pernyataan Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) yang menyatakan bahwa usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan lebih dari 70-100% disebut sebagai usah pokok. Selain itu, pernyataan tersebut juga diperkuat dengan pernyataan Spillane (1994) yang menyatakan bahwa pengembangan pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yaitu pariwisata, merupakan industri padat karya, karena tenaga kerja sulit digantikan dengan modal atau peralatan. Oleh karena itu, pariwisata merupakan sumber pokok dari pekerjaan regional sehingga menciptakan pekerjaan bagi masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dari jenis pekerjaan, kelompok ini menyatakan bahwa pekerjaan ini memang pekerjaan pokok mereka. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar waktu mereka digunakan dan dihabiskan untuk bekerja di sekitar kawasan wisata bahkan pada kelompok pekerjaan warung menjadikan warungnya sebagai tempat tinggal. Selain
kelompok
tersebut,
berdasarkan
proporsi
pendapatan
dan
wawancara yang diperoleh, kelompok pekerjaan penjaga karcis, pedagang, tukang ojek, supir angkot, security, buruh wisata dan penjaga taman juga memperlihatkan kelompok tersebut menjadikan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai pendapatan pokok. Kelompok pekerjaan ini memang tidak mencapai 100% karena pada kelompok ini memiliki sumber pendapatan lain yang proporsinya jauh lebih kecil diluar wisata. Sumber pendapatan lain oleh kelompok pekerjaan ini adalah bertani. Secara umum perubahan dari aspek ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pengembangan kawasan Taman Wisata Alam Gunung
63
Pancar menunjukkan hasil yang positif. Adanya pengembangan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar memberikan perubahan terhadap pendapatan masyarakat, walaupun belum terjadi secara optimal dan merata. Masyarakat yang secara signifikan mengalami perubahan pendapatan akibat adanya pengembangan wisata adalah masyarakat kampung Cimandala, hal tersebut dikarenakan kampung Cimandala terletak di dalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Berbagai dampak dan manfaat yang dirasakan masyarakat sekitar kawasan karena adanya pengembangan wisata dijadikan sebagai salah satu alternatif strategis untuk memperbaiki perekonomian masyarakat. Hal tersebut juga didukung dari potensi alam yang terdapat di dalam kawasan. Potensi yang terdapat di dalam kawasan ini menjadikan kawasan ini ramai di kunjungi oleh wisatawan. 6.3
Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat Pengembangan wisata yang terjadi di kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Pancar telah memberikan pengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat sekitar kawasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan wisata diduga adalah jumlah tanggungan (X1), umur (X2), lama bekerja di kawasan TWA (X3), tingkat pendidikan (X4), jarak rumah ke TWA (X5), dan jenis kelamin (X6). Jumlah tanggungan adalah jumlah anak dari masyarakat dimana rata-rata jumlah tanggungan masyarakat dalam penelitian ini adalah 3 orang. Rata-rata umur dalam penelitian ini adalah 32 tahun dimana umur tersebut menunjukkan usia produktif seseorang untuk bekerja. Lama bekerja adalah lama kerja masyarakat selama menjadi pekerja di kawasan wisata dimana rata-rata lama bekerja masyarakat
64
adalah 3 tahun (2006-2011). Tingkat pendidikan adalah jumlah tahun mengikuti pendidikan formal dimana rata-rata pendidikan masyarakat selama 4 tahun. Jarak rumah ke TWA adalah jarak tempat tinggal masyarakat ke TWA dalam km dimana rata-rata jarak tempat tinggal masyarakat sebesar 1,3 km. Jenis kelamin merupakan dummy dimana dummy bernilai satu (1) adalah laki-laki dan dummy bernilai nol (0) adalah perempuan. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, sebagian besar masyarakat yang bekerja di kawasan ini berjenis kelamin laki-laki. Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat dari pengembangan wisata dilakukan dengan model regresi linier berganda dengan menggunakan beberapa variabel sosial ekonomi dan diolah dengan menggunakan software Minitab 14. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat Desa Karang Tengah setelah adanya Taman Wisata Alam Gunung Pancar dapat diduga dengan persamaan sebagai berikut : Y = β0 + β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 + β 5X5 + β 6X6 + ε Berdasarkan hasil estimasi model regresi (Lampiran 2), maka didapatkan persamaan sebagai berikut : Y = - 0,344 + 0,134X1 + 0,1112X2 + 0,199X3 + 0,0208X4 – 0,062X5 + 0,068X6 Persamaan regresi diatas memiliki koefisien determinasi (R2) sebesar 66,1% dan koefisien R2 (adjusted) sebesar 62,3%. Nilai R2 (adjusted) tersebut menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas yaitu jumlah tanggungan (X1), umur (X2), lama bekerja di kawasan TWA (X3), tingkat pendidikan (X4), jarak rumah ke TWA (X5), dan jenis kelamin (X6) dapat menjelaskan keragaman dari variabel tak bebas yaitu pendapatan (Y) sebesar 66,1% dan sisanya sebesar 33,9% dapat dijelaskan oleh variable lain diluar model (Tabel 10).
65
Jumlah tanggungan, umur, lama bekerja di kawasan TWA memiliki Pvalue sebesar 0,008, 0,019 dan 0,000 lebih kecil dari taraf α sebesar 5%. Hal ini menunjukan bahwa ketiga variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap pendapatan masyarakat. Variabel pendidikan, jarak rumah ke TWA dan jenis kelamin masing-masing memiliki P- value sebesar 0,261, 0,920, dan 0,518, artinya pendidikan, jarak rumah ke TWA dan jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pada taraf α 5%. Hal ini diduga karena untuk bekerja dikawasan ini tidak memerlukan pendidikan tinggi, sebagian besar jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat adalah jenis pekerjaan sektor informal sehingga jenis kelamin pun tidak berpengaruh karena perempuan pun bisa bekerja di kawasan tersebut dan jarak rumah ke TWA tidak berpengaruh karena secara tidak langsung TWA ini memberikan perubahan pendapatan kepada masyarakat yang berada di luar kawasan bukan hanya yang berada di dalam kawasan. Berikut Tabel 10 hasil analisis estimasi model pendapatan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Tabel 10. Hasil Estimasi Model Pendapatan Masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar Variabel Konstanta Jumlah Tanggungan (X1) Umur (X2) Lama Bekerja di TWA (X3) Pendidikan (X4) Jarak Rumah ke TWA (X5) Jenis Kelamin (X6) R2 R2 (adj)
Koefisien -0,3438 0,13352 0,011178 0,19902 0,02078 -0,00622 0,0680 66.1% 62.3%
SE Koefisien 0,2517 0,04865 0,004613 0,03359 0,01828 0,06182 0,1045
T -1,37 2,74 2,42 5,92 1,14 -0,10 0,65
P-value 0,178 0,008** 0,019** 0,000** 0,261 0,920 0,518
VIF 1,3 1,2 1,7 1,3 1,3 1,5
Sumber: Data Primer, diolah (2011)
dimana :
* **
nyata pada taraf = 1% nyata pada taraf = 5%
Hasil estimasi model regresi tersebut juga diuji masalah normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Pengujian normalitas atau asumsi sisaan 66
menyebar normal dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Berdasarkan diagram residual plots of Y (Pendapatan (juta/tahun)) (Lampiran 2) ditunjukan P-value sebesar 0,438517 lebih besar dari taraf α sebesar 5% yang artinya residual atau eror menyebar normal. Masalah multikolinearitas diuji berdasarkan nilai VIF. Nilai VIF (Tabel 10) untuk seluruh variabel tersebut kurang dari 10, sehingga mengindikasikan tidak adanya multikolinearitas yang serius antar peubah bebas (Juanda 2009). Pemeriksaan asumsi autokorelasi tidak dilakukan karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section. Pengujian tidak adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat hasil plot model apakah membentuk pola atau tidak. Pada model ini tidak terdapat heteroskedastisitas karena plot model tidak membentuk pola atau menyebar bebas. Artinya, model adalah homoskedastisitas. Adapun beberapa variabel yang secara nyata berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat adalah sebagai berikut: 1.
Jumlah Tanggungan Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan alat analisis regresi maka diperoleh P-value sebesar 0,008 yang lebih kecil daripada taraf α 5%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor jumlah tanggungan mempengaruhi pendapatan masyarakat. Faktor jumlah tanggungan berkaitan dengan tanggung jawab seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan tanggungannya. Hal ini sesuai dengan hasil studi lapang dimana sebanyak 57 orang masyarakat telah menikah dan mempunyai tanggungan.
2.
Umur Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan alat analisis regresi maka diperoleh P-value sebesar 0,019 yang lebih kecil daripada taraf α 5%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor umur mempengaruhi pendapatan masyarakat.
67
Faktor umur berkaitan dengan loyalitas pekerjaan yang telah diberikan oleh seseorang sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya selama ini. 3.
Lama Bekerja di TWA Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan alat analisis regresi maka diperoleh P-value sebesar 0,000 yang lebih kecil daripada taraf α 5%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lama bekerja di TWA mempengaruhi pendapatan masyarakat. Hal ini terkait dengan pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan kawasan. Sebagian besar masyarakat yang sudah lama bekerja di kawasan ini cenderung lebih mengetahui kondisi kawasan wisata. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditunjukan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan pendapatan masyarakat adalah jumlah tanggungan, umur, dan lama bekerja di kawasan TWA. Tingkat pendidikan , jarak rumah ke TWA dan jenis kelamin dalam persamaan regresi tersebut merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata atau memberikan pengaruh yang kecil terhadap perubahan pendapatan. Variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan pendapatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan P-value sebesar 0,261, artinya pendidikan tidak signifikan pada taraf α 5% . Hal tersebut sesuai dengan kondisi lapang karena pada kawasan ini sebagian besar jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat adalah pekerjaan sektor informal sehingga tidak memerlukan pendidikan tinggi. Variabel jarak rumah ke TWA tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan pendapatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan P-value sebesar 0,920, artinya jarak rumah ke TWA tidak signifikan pada taraf α 5%. Hal tersebut 68
sesuai dengan kondisi lapang dimana sebagian masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata di kawasan TWA tidak hanya masyarakat yang berada di dalam kawasan tetapi juga di luar kawasan. Variabel jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan pendapatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan P-value sebesar 0,518, artinya jenis kelamin signifikan pada taraf α sebesar 5%. Hal ini terkait bahwa jenis pekerjaan di kawasan ini sebagian besar adalah jenis pekerjaan yang memang diperuntukkan untuk laki-laki namun perempuan pun berpeluang untuk bekerja di kawasan ini. Jenis pekerjaan yang diperuntukan untuk perempuan yaitu penjaga warung. 6.4
Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan Wisata di Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai salah satu obyek
wisata alam di Kabupaten Bogor yang tak luput dari perhatian banyak pihak menjadikan kawasan ini cukup komersil untuk dikembangkan. Pengembangan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar mempengaruhi kondisi sosial dan lingkungan masyarakat. 6.4.1 Dampak sosial Manusia yang dikaruniai akal dan pikiran oleh Tuhan dalam hidupnya pasti akan mengalami suatu perubahan. Perubahan yang terjadi pada prinsipnya merupakan suatu proses terus menerus. Artinya bahwa perubahan itu akan dapat terjadi secara lambat maupun terjadi secara cepat. Perubahan sosial yang dialami oleh setiap masyarakat pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan perubahan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Perubahan sosial dapat meliputi semua aspek kehidupan masyarakat, yaitu perubahan dalam cara berpikir dan
69
interaksi sesama warga; perubahan dalam sikap dan orientasi kehidupan ekonomi; perubahan tata cara kerja sehari-hari; perubahan dalam kelembagaan dan kepemimpinan masyarakat; perubahan dalam tata cara dan alat-alat kegiatan yang makin modern dan tradisional, dan lain-lainnya9. Berdasarkan hal tersebut diatas, penelitian ini mengkaji perubahan sosial masyarakat akibat adanya pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Pengembangan wisata yang terjadi di kawasan ini menyebabkan pertambahan penduduk di kawasan meningkat tiap tahunnya. Hal ini terkait dengan banyaknya masyarakat yang bermigrasi ke kawasan ini baik yang hanya bersifat sementara maupun menetap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bryden (1973) dalam Soekadijo (1997) yaitu, pengembangan pariwisata di suatu daerah akan membutuhkan investasi, yang dengan sendirinya mendorong tumbuhnya perekonomian dan diikuti pula oleh mobilitas penduduk. Akibatnya daerah pariwisata merupakan daerah penerimaan migran, dan merupakan beban daerah yang bersangkutan. Berikut Tabel 11 yang menunjukkan pertumbuhan penduduk di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Tabel 11. Data Pertumbuhan Penduduk Desa Karang Tengah Tahun 20022011 Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) 2002 7.801 2003 8.518 2004 9.236 2005 9.953 2006 10.670 2007 1 1.580 2008 12.490 2009 13.400 2010 14.310 2011 15.220 Rata-rata laju pertumbuhan Sumber : Data Monografi Desa Diolah (2011)
Laju Pertumbuhan (%) 0 0,0842 0,0776 0,0720 0,0672 0,0785 0,0728 0,0679 0,0635 0,0597 0,06
9
http://www.IPEM4439%20Perubahan%20Sosial%20dan%20Pembangunan.htm [12 oktober 2011 pukul 23.00]
70
Desa Karang Tengah pada tahun 2011 memiliki jumlah penduduk sebanyak 15.220 jiwa dengan laju pertumbuhan 0,059 %. Jumlah penduduk ini meningkat setiap tahunnya dimana pada tahun 2002 jumlah penduduk hanya sebanyak 7.801 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk ini salah satunya disebabkan karena adanya pengembangan kawasan wisata di Desa Karang Tengah. Rata-rata laju pertumbuhan di kawasan ini sebesar 6%. Pembangunan merupakan suatu usaha peningkatan kesejahteraan disegala bidang dan proses mengakibatkan perubahan sosial. Proses perubahannya menyangkut peningkatan daya guna sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan teknologi. Interaksi ketiga faktor ini dalam proses perkembangannya tercermin pada pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang pada gilirannya akan mempengaruhi pandapatan masyarakat, lapangan kerja, taraf hidup, ekologi dan tata lingkungan. Pariwisata sebagai salah satu jenis industri yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi faktor-faktor produktivitas lainnya (Pendit, 1999). Pengertian seperti diatas adalah bahwa pariwisata mencakup sejumlah kegiatan yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian secara langsung berhubungan dengan pelaku-pelaku ekonomi, yaitu produsen dan konsumen. Batasan ini lebih banyak menekankan pada aspek sosiologi, psikologi, budaya maupun geografi pariwisata. Pengertian pariwisata mencakup semua macam perjalanan, asal perjalanan yang dilakukan hanya untuk rekreasi, serta tidak bermaksud untuk memangku jabatan. Penelitian mengenai dampak dari pembangunan dan perkembangan pariwisata telah banyak dilakukan tetapi masih lebih banyak menekankan pada
71
aspek fisik saja. Perhatian terhadap dampak sosial ekonomi dari perkembangan pariwisata tersebut masih kurang, walaupun bukan berarti tidak ada. Sayangnya, berbagai penelitian semacam ini ternyata dilakukan oleh mereka yang bukan para pakar dalam bidang ilmu sosial. Tidak mengherankan bilamana hasil penelitian semacam ini biasanya begitu saja menyatukan deskripsi dampak ekonomi (Soekadijo, 1997). Adanya pengembangan wisata ini juga menimbulkan perubahan pola kehidupan masyarakat dan meningkatkan kegiatan masyarakat diberbagai bidang pariwisata. Hal ini terkait pernyataan Karl Marx dalam Suwarsono (1991) yaitu, pada dasarnya melihat perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata perekonomian masyarakat, terutama sebagai akibat dari pertentangan yang terus terjadi antara kelompok pemilik modal atau alat-alat produksi dengan kelompok pekerja. Perubahan tata perekonomian yang dialami masyarakat masyarakat Desa Karang Tengah terlihat dari adanya pergeseran pekerjaan dari petani menjadi pekerja wisata serta penyedia jasa wisata. Pergeseran pekerjaan ini menimbulkan terjadinya penyerapan tenaga kerja pada sektor wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Berikut Tabel 12 yang menunjukkan penyerapan tenaga kerja di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
72
Tabel 12. Penyerapan Tenaga Kerja Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar Tahun 2011 No
Jenis Pekerjaan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Penjaga karcis Pedagang Penjaga taman Buruh wisata Security Warung Tukang Ojek Supir angkot Koreksi Piket Kebersihan kamar Kebersihan lapangan Tiket kamar Total
Jumlah (Orang/Unit Usaha) 2 10 4 13 29 50 50 7 1 4 2 1 173
Jumlah Tenaga Kerja (Org) 19 10 4 13 29 50 50 7 15 10 6 6 219
Persentase (%) 0,086 0,045 0,018 0,059 0,132 0,228 0,228 0,031 0,068 0,045 0,027 0,027 100%
Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei, 2011
Pada Tabel 12 dapat dilihat banyaknya tenaga kerja yang terserap akibat adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Jumlah penyerapan tenaga kerja terbesar yang terserap dari adanya warung dan tukang ojek yaitu sebesar 22,8% dari total tenaga kerja. Keberadaan warung dan tukang ojek di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar tersebar mulai dari obyek Pemandian Air Panas dan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Sebagian besar warung yang ada dijaga oleh pemiliknya masing-masing tanpa adanya tenaga kerja tambahan. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian masyarakat yang berada pada kelompok pekerjaan ini dulunya bekerja sebagai petani dan sekarang bergeser menjadi penyedia jasa wisata. Menurut masyarakat setempat, jumlah tukang ojek di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebanyak 50 orang, namun pada saat-saat tertentu seperti hari libur nasional banyak masyarakat yang menjadi tukang ojek dadakan. Jumlah tukang ojek bisa mencapai 100 orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Spillane (1994), berdasarkan sifat dari pekerjaan dalam sektor pariwisata 73
cenderung menerima gaji yang rendah, menjadi pekerja musiman, tidak ada serikat buruh, hanya bekerja pada sebagian waktu (part time) dan khusus untuk anggota keluarga. Berdasarkan studi lapang terdapat dua unit loket tiket pada kawasan ini, loket awal berada pada saat memasuki kawasan dan yang kedua merupakan loket pada saat memasuki obyek Pemandian Air Panas. Penjaga loket awal merupakan wewenang dari pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA). Pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) menempatkan 2 orang masyarakat asli Desa Karang Tengah untuk menjaga tiket. Selain itu, untuk penjaga loket obyek Pemandian Air Panas telah menyerap tenaga kerja sebanyak 17 orang. Kelompok tenaga kerja security yang terserap pada kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebanyak 29 orang. Adapun security yang sudah terserap oleh PT Wana Wisata Indah (WWI) sebanyak 8 orang. Sementara itu pengelola obyek Pemandian Air Panas juga telah menyerap tenaga kerja security sebanyak 21 orang. Kelompok tenaga kerja yang juga terserap oleh pengelola obyek Pemandian Air Panas adalah kelompok koreksi piket, kebersihan kamar, kebersihan lapangan, dan tiket kamar. Pihak pengelola pemandian air panas ini juga telah menentukan pembagian kerja masing-masing untuk setiap tenaga kerja. Pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) juga kerap kali merekrut tenaga kerja dadakan yang berasal dari masyarakat asli Desa Karang Tengah. Hal ini dilakukan dalam rangka penanaman pohon di sekitar kawasan. Pemilihan masyarakat yang direkrut diserahkan oleh pihak desa yang berwenang.
74
Masyarakat yang mengikuti kegiatan penanaman pohon ini biasanya bekerja selama seminggu. Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat namun pengembangan kawasan ini juga menyebabkan perubahan sikap masyarakat yang memicu pada rusaknya kawasan yaitu banyaknya masyarakat yang melakukan pembuatan jalan, adanya masyarakat yang melakukan perluasan enclave, terjadinya perambahan lahan, adanya pendudukan kawasan secara illegal serta terjadinya pembangunan illegal yang dilakukan masyarakat di dalam kawasan. Berikut penjelasan mengenai hal tesebut. 1.
Pembuatan Jalan Pembuatan jalan yang dimaksud adalah pembuatan jalan secara illegal yang dilakukan masyarakat di dalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Masyarakat mengaspal lahan yang masih dalam status kawasan konservasi. Berdasarkan hasil wawancara pada tahun 2006 di daerah Blok Dorang dilakukan pembuatan jalan dengan menggunakan lahan kawasan seluas 5 x 700 m dan pada tahun 2008 pihak pengelola Kehutanan melakukan penutupan jalan tersebut.
2.
Perluasan enclave Enclave adalah tanah milik masyarakat yang berada di dalam kawasan. Saat ini banyak masyarakat yang melakukan perluasan kawasan enclave secara illegal. Berdasarkan hasil wawancara, pada tahun 2006 diperkirakan lahan enclave yang sudah diperluas secara illegal luasannya masih sekitar 7.8 hektar dari yang awalnya 5 hektar. Pada tahun 2011 kini sudah mencapai 20 hektar.
75
3.
Perambahan lahan Di dalam kawasan ini juga terjadi perambahan lahan secara illegal. Beberapa masyarakat menggunakan lahan konservasi ini untuk menanam tanaman singkong, pisang, pandan dan tanaman lainnya. Pada tahun 2006, perambahan yang terjadi diperkirakan baru mencapai luasan sekitar 6 hektar sedangkan 2010 sudah mencapai 176 hektar dan itu dilakukan oleh 300 Kepala Keluarga.
4.
Pendudukan Kawasan Pembangunan illegal memang juga sudah sering terjadi di kawasan ini namun upaya penertiban juga sudah dilakukan oleh pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) agar masyarakat sendiri menjaga daerah kawasan mereka. Pada dasarnya kawasan ini merupakan daerah yang menjadi penopang bagi kehidupan masyarakat Desa Karang Tengah yaitu sebagai sumber mencari nafkah juga sebagai pencegah longsor dan banjir.
5.
Pembangunan Illegal Pendudukan kawasan secara illegal memang sudah terjadi di kawasan ini sejak berkembangnya menjadi daerah wisata. Pada bulan Maret 2010, pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) melakukan operasi penertiban dan teridentifikasi 28 bangunan berdiri secara illegal. Sejak adanya pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Pancar, kawasan yang seluas 6.695,32 hektar diubah fungsi dan menjadi kawasan wisata dengan luas 447,5 hektar membuat pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) melakukan kegiatan orientasi batas kawasan. Hal ini tekait keberadaan kampung didalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung
76
Pancar yang menyebabkan gangguan terhadap keutuhan kawasan, antara lain hilang dan bergesernya pal batas, penggarapan liar, penguasaan lahan oleh pihakpihak tertentu dan gangguan lainnya. Apabila gangguan tersebut tetap terjadi maka akan mengganggu penataan blok yang dimanfaatkan oleh PT Wana Wisata Indah (WWI) selaku pengusaha pemanfaatan potensi hutan alam. Kegiatan orientasi batas kawasan yang dilakukan pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) bertujuan untuk memperoleh gambaran data lapangan mengenai kondisi pal di lapangan. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengembalikan posisi/letak tanda batas kawasan hutan yang telah dikukuhkan sehingga batas-batas kawasan hutan tersebut sesuai dengan keadaan batas kawasan hutan.
Pada tanggal 22 Mei 2006, pihak Kehutanan
melakukan orientasi batas kawasan (Lampiran 3). Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA), pada tahun 2006 patok 69 s.d 70 sudah dibangun rumah semi permanen ukuran 13.5 x 12.5 m. Patok 70 s.d 74 dikuasai oleh pengelola pemandian air panas yang dibangun secara illegal dan patok 84 s.d 88 berdiri bangunan liar sebanyak 8 bangunan dengan luas 2 hektar. Saat ini daerahdaerah yang digunakan secara illegal semakin meningkat seiring dengan pengembangan kawasan. Tahun 2011 diidentifikasi hampir sebagian patok tersebut sudah hilang. Berdasarkan hasil wawancara, pada bulan Maret 2010 enam tim operasi dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) di Taman Wisata Alam Gunung Pancar bergerak melakukan langkah persuasif dalam upaya menertibkan kawasan hutan konservasi Gunung Pancar. Tim operasi mendatangi
77
para pemilik bangunan di kawasan hutan Taman Wisata Alam Gunung Pancar dan memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan membongkar bangunannya sendiri dan keluar dari kawasan hutan tersebut. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat mengidentifikasi di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sudah berdiri 28 bangunan tanpa izin dan perambahan hutan mencapai 176 hektar. Sasaran operasi tahap pertama adalah 17 titik berupa lapangan terbuka, warung, vila, rumah, usaha pemandian umum, pondok, sekolah dasar, dan lahan garapan atau galian batu/pasir. Bangunan dan lahan hutan yang dirambah diakui perambah memiliki sertifikat dan izin mendirikan bangunan. Oleh karena itu, saat ini Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) lebih intensif melakukan operasi dalam rangka penertiban kawasan. Perubahan sosial yang menyebabkan rusaknya kawasan merupakan dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya pengembangan wisata. Dalam hal ini sesuai dengan teori Max Weber dalam Suwarsono (1991) bahwa perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat adalah akibat dari pergeseran nilai yang dijadikan orientasi kehidupan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat merasakan kehidupan sosial ekonominya berkembang pesat akibat adanya pengembangan wisata sehingga menyebabkan adanya sikap ketidakpedulian terhadap pelestarian alam. Perubahan yang menyebabkan kerusakan pada kawasan pada akhirnya juga akan berdampak pada lingkungan kawasan tersebut. Lingkungan akan mengalami kerusakan seiring dengan perkembangan wisata. Oleh karena itu,
78
diperlukan pengelolaan kawasan yang berkelanjutan agar pengembangan wisata dapat berlangsung tanpa merusak kawasan 6.4.2 Dampak Lingkungan Dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 menyebutkan bahwa konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah beserta masyarakat. Selain itu, pasal 69 Undangundang Nomor 41 tahun 1999 menyebutkan bahwa masyarakat berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan pengrusakan. Berdasarkan bunyi kedua pasal tersebut, pengembangan dan pengelolaan taman wisata dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya apabila dijalankan dengan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait di dalamnya. Pengembangan dan pengelolaan Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang selama ini dijalankan secara kolaborasi antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat dan PT Wana Wisata Indah (WWI) dimana peran pengelolaan yang dijalankan masing-masing pihak disesuaikan dengan surat keputusan yang ada. Semua pihak yang terkait di dalam kawasan ini memiliki peran yang sangat mempengaruhi keberadaan kawasan terutama selain sebagai tempat wisata juga sebagai kawasan konservasi. Adanya Pengembangan wisata di kawasan ini memberikan dampak positif dan negatif. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dampak positif adanya pengembangan wisata memberikan peningkatan pendapatan terhadap ekonomi masyarakat. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya pengembangan adalah perubahan sikap dan perilaku, salah satunya adalah tindakan perambahan. Menurut Rusman (2008) kerugian negara akibat 79
perambahan hutan yang terjadi di berbagai kawasan, baik hutan konservasi, hutan lindung, maupun taman nasional mencapai Rp 30 triliun/tahun. Selain mengakibatkan kerugian negara, juga menimbulkan dampak buruk terhadap ekonomi, ekologi, serta dampak lanjutan bidang sosial, dan budaya serta politik dan keamanan. Berdasarkan hal diatas, kegiatan perambahan hutan yang dilakukan sebagian masyarakat disekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar menyebabkan kawasan konservasi terganggu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tanaman pertanian seperti singkong, pandan, pisang dan lain-lain. Penanaman tanaman tersebut dilakukan di kawasan yang seharusnya menjadi kawasan konservasi dan menyebabkan sebagian pohon disekitar kawasan berkurang. Selain itu, menurut Rusman (2008), dampak ekologi akibat adanya perambahan hutan berupa deforestasi dan peningkatan lahan kritis, kualitas ekosistem dan biodiversiti menurun serta rawan bencana seperti kebakaran hutan, banjir, longsor, dan kekeringan. Perambahan hutan juga telah mendorong terjadinya pergeseran nilai sosial budaya warga setempat, hilangnya kearifan sosial penduduk, cinta alam dan sadar lingkungan sirna dan menimbulkan kesenjangan sosial ditengah masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, perambahan yang dilakukan beberapa masyarakat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar mengakibatkan adanya bencana longsor. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bencana longsor yang terjadi pada tahun 2006 di kampung Cimandala yang terletak di dalam kawasan. Bencana tersebut menyebabkan 45 rumah rusak berat.
80
Pengembangan wisata dikawasan ini juga menyebabkan terjadinya pencemaran. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya sampah yang dihasilkan oleh wisatawan yang datang berkunjung. Selain itu berdasarkan hasil wawancara, beberapa masyarakat pun merasakan perubahan udara yang terjadi disekitar kawasan mereka. Saat ini udara di sekitar kawasan menjadi lebih panas dari sebelumnya. Oleh karena itu, dilakukan kegiatan orientasi kawasan oleh Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) yang bertujuan untuk menjaga kelestarian kawasan. Selain itu, pengelola kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar juga telah melakukan rehabilitasi lahan. Pada tahun 2003 telah dilakukan penanaman pohon pinus, abasia, puspa, rasemala seluas 23 hektar. Penanaman pohon ini dilakukan dalam rangka perayaan hari Bakti. Pada bulan Desember tahun 2009 juga telah dilakukan kegiatan restorasi dengan menanam 500 dan 1000 pohon di blok Dorang dan 250 pohon di blok Cimandala. Kegiatan-kegiatan
tersebut
dilaksanakan
dalam
rangka
menjaga
kelestarian lingkungan kawasan karena kawasan ini merupakan salah satu kawasan resapan air dan sumber airnya dimanfaatkan bagi masyarakat sekitar kawasan. Selain itu, kawasan ini merupakan salah satu sumber air DAS Cikeas yang berfungsi untuk mandi, minum pengairan sawah dan kebutuhan hidup sehari-hari. Kawasan ini juga berfungsi mencegah banjir, erosi dan longsor. Oleh karena itu, dalam pengelolaan kawasan diperlukan kerjasama dari berbagai pihak mengingat pentingnya kawasan ini sebagai penompang ekologi dan ekonomi sehingga pengembangan wisata yang berkelanjutan dapat terwujud.
81