VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Tongkol Dalam menyalurkan KUR kepada debitur, ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan oleh calon debitur. Secara umum prosedur pengambilan KUR melewati dua tahap, yaitu tahap pengajuan permohonan dan tahap pembayaran kembali. Tahap pengajuan permohonan diawali dengan mengisi formulir yang tersedia di BRI Unit Tongkol. Formulir dilengkapi dengan pas foto suami dan istri ukuran 4 x 6, foto copy KTP, dan foto copy kartu keluarga. Formulir diserahkan kepada BRI Unit Tongkol untuk kemudian Mantri KUR dari pihak BRI Unit Tongkol melakukan kunjungan ke rumah calon debitur dengan membawa Laporan Kunjungan Nasabah (LKN) dimana dalam LKN tersebut ada beberapa hal yang harus diisi oleh calon debitur, meliputi identitas responden, lama usaha, alamat usaha, modal usaha, penghasilan per bulan gabungan antara penghasilan istri dan suami, dan pengeluaran keluarga per bulan. Setelah Mantri melakukan kunjungan nasabah, kemudian Mantri tersebut melakukan analisis dari hasil LKN tersebut, analisis yang dilakukan meliputi menghitung pendapatan bersih, R/C ratio, dan jumlah angsuran (anuitas) kemampuan debitur. Dari hasil analisis perhitungan mantri dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu, seberapa besar kemampuan calon debitur dalam membayar angsuran, jumlah kredit yang dapat diberikan, dan berapa lama jangka waktu yang diberikan. Hasil ini yang kemudian menjadi rekomendasi dari mantri terhadap calon debitur tersebut, apakah calon debitur tersebut layak diberikan kredit atau tidak. Hasil analisis calon debitur dari Mantri tersebut kemudian diberikan kepada Kepala Unit (Kaunit). Kaunit melakukan peninjauan dan menilai analisis LKN yang dilakukan oleh Mantri. Hasil analisis yang dikatakan layak oleh Kaunit kemudian dilakukan pengecekan/identifikasi nasabah yang terhubung secara online ke bagian kredit Bank Indonesia. Dalam sistem tersebut dicari nama nasabah yang akan mengajukan kredit tersebut. Pengecekan/identifikasi ini dilakukan dengan tujuan apakah calon debitur memiliki pinjaman lain di bank lain dan juga melihat apakah calon debitur merupakan debitur yang masuk daftar
hitam atau tidak. Hal ini dilakukan karena KUR diperuntukkan bagi nasabah yang tidak memiliki pinjaman lain di lembaga keuangan yang lain Apabila dalam analisis usaha tersebut dinyatakan layak, maka Kaunit dapat langsung memutuskan pemberian kredit, kemudian nasabah tersebut akan dihubungi oleh pihak bank. Lama proses realisasi mulai dari permohonan kredit sampai dengan realisasi adalah 7 hari. Dalam proses pencairan kredit yang dilakukan BRI Unit Tongkol, tidak ada biaya apapun seperti biaya provisi, asuransi, dan percetakan. Nasabah mendapatkan pinjaman secara utuh tanpa adanya potongan. Plafond KUR di Unit Tongkol yang dapat direalisasi sebesar lima juta rupiah. Proses realisasi KUR kurang dari seminggu setelah pengajuan kredit. Dalam penyaluran KUR, tidak terlepas dari prinsip 5C (Character, Capacity, Collateral, Capital, dan Condition of Economy).
6.2. Karakter (Character) Salah satu prinsip 5C, yaitu karakter yang merupakan persyaratan dalam mekanisme penyaluran KUR. Nasabah BRI Unit Tongkol memiliki karakter yang berbeda, realisasi KUR dipengaruhi dari baik tidaknya seorang debitur dalam pengajuan kredit. Pemberian kredit berdasarkan atas kepercayaan atau adanya keyakinan bahwa debitur mempunyai watak atau sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Selain itu, juga memiliki rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya sebagai anggota masyarakat, ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya, secara sadar untuk membayar seluruh kewajibannya termasuk hutang. Manfaat dari penilaian karakter ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik, yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari calon debitur. Karakter ini merupakan faktor yang dominan, sebab walaupun calon debitur tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan hutangnya tetapi jika tidak memiliki itikad baik, tentu akan membawa kesulitan bagi bank dikemudian hari. Pada dasarnya pihak perbankan lebih suka memberikan kredit kepada nasabah yang telah lama menjadi nasabah di bank tersebut. Hal ini dikarenakan pihak bank merasa lebih mengetahui watak dan karakteristik debitur sehingga
50
pihak perbankan tidak merasa takut jika debitur tersebut tidak membayar kewajibannya. Nasabah KUR di BRI Unit Tongkol memiliki itikad baik dalam membayar angsuran dan tidak memiliki tunggakkan. Hal ini disebabkan sebelum permohonan kredit direalisasikan, pihak bank sebelumnya mencari informasi apakah nasabah tersebut baik dalam pembayaran dan tidak ada tunggakkan di bank lain dengan mencari informasi dari Bank Indonesia. Pencarian informasi dilakukan secara langsung dengan jaringan yang berhubungan dengan Bank Indonesia. Dalam pencarian informasi tersebut pihak bank BRI Unit Tongkol mencari data tentang calon nasabah apakah nasabah tersebut bermasalah atau tidak dengan melihat track record nasabah tersebut dalam pengembalian kredit. Nasabah yang dapat mengajukan KUR adalah nasabah yang tidak memiliki pinjaman lain baik di BRI ataupun di bank lain. Hal ini untuk mengurangi resiko dalam tingkat pengembalian kredit karena KUR tidak menggunakan agunan dan dikhawatirkan nasabah tidak terlalu peduli dengan angsuran pembayaran KUR. Nasabah KUR BRI Unit Tongkol memiliki frekuensi kredit yang tidak memiliki masalah dalam pengembalian. Frekuensi kredit nasabah KUR BRI Unit Tongkol sangat bervariasi mulai dari satu kali yang merupakan frekuensi kredit terkecil hingga di atas tiga kali yang terbesar. Frekuensi kredit nasabah KUR BRI Unit Tongkol dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Frekuensi Kredit Menurut Pengalaman Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Frekuensi Kredit Responden
Jumlah Responden (Orang)
Persentase (%)
1 Kali
42
51,85
2 Kali
24
29,63
3 Kali
18
16,05
7
2,47
81
100
> 3 Kali Total
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar nasabah KUR BRI Unit Tongkol memiliki frekuensi kredit selama satu kali atau masih termasuk
51
kategori nasabah baru karena memiliki frekuensi kredit satu kali. Hal ini disebabkan bahwa tujuan KUR yaitu memberikan bantuan kredit bagi para pengusaha yang tidak memiliki kredit.
6.3. Kapasitas (capacity) Kapasitas merupakan suatu penilaian kepada calon debitur yang mengajukan KUR mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukan atau kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Penilaian terhadap kapasitas ini untuk menilai sampai mana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut mampu melunasi kewajiban tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Dalam pengukuran kapasitas oleh BRI dalam menilai calon debitur dilakukan berbagai pendekatan diantaranya yaitu pendekatan historis, pendekatan finansial, pendekatan edukasional, pendekatan yuridis, pendekatan manajerial, dan pendekatan teknis. Pendekatan historis dilakukan dengan menilai past performance dari nasabah apakah usahanya banyak mengalami kegagalan atau selalu menunjukkan perkembangan yang semakin maju dari waktu ke waktu. Pendekatan finansial dilakukan dengan menilai posisi neraca dan laporan perhitungan rugi atau laba untuk beberapa periode terakhir, dengan tujuan untuk mengetahui besarnya kemampuan debitur dalam melunasi kewajibannya. Dalam pendekatan edukasional pihak bank menilai latar belakang pendidikan para calon debitur. Hal ini diharapkan para calon debitur cakap dalam mengetahui hak dan kewajiban yang harus dilakukan sehingga pemahaman tentang kredit dapat diterima dengan baik. Selain itu, pihak bank juga menilai pendekatan yuridis dengan menilai apakah calon debitur secara yuridis memiliki kapasitas mewakili dirinya untuk mengadakan ikatan perjanjian kredit dengan bank. Penilaian yang dilakukan pendekatan manajerial yaitu menilai sampai sejauh mana kemampuan dan keterampilan nasabah dalam melaksanakan fungsifungsi manajemen dalam memimpin perusahaannya. Pihak bank juga menilai kapasitas nasabah dengan pendekatan teknis dimana calon debitur dinilai sampai sejauh mana kemampuan calon debitur dalam mengelola faktor-faktor produksi.
52
6.4. Modal (capital) Modal merupakan jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Hal ini terlihat kontradiktif dengan tujuan kredit yang berfungsi sebagai penyedia dana. Namun dalam kaitan bisnis yang murni, semakin kaya seseorang maka semakin dipercaya untuk memperoleh kredit. Rata-rata
modal
nasabah
KUR
BRI
Unit
Tongkol
sebesar
Rp 2.290.740,74. Sebagian besar nasabah KUR BRI Unit Tongkol memiliki modal
antara Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta atau 66,67 persen. Dengan melihat rata-rata jumlah modal yang digunakan dan sebagian besar modal debitur maka dapat disimpulkan bahwa skala usaha debitur KUR BRI Unit Tongkol merupakan skala kecil. Hal ini sesuai dengan tujuan dari KUR dimana KUR digunakan untuk memberikan bantuan modal bagi usaha dengan skala kecil. Berdasarkan 81 responden yang ada, sebanyak 38 responden memiliki modal usaha dibawah ratarata dan sisanya 41 responden berada diatas rata-rata. Jumlah modal yang digunakan reponden dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Modal Usaha Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Modal Usaha (Rp)
Jumlah Responden (Orang)
Persentase (%)
<1,5 Juta
14
17,28
1,5-3 Juta
55
67,90
>3 Juta
12
14,82
Total
81
100
6.5. Agunan (collateral) Agunan merupakan barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam/debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Manfaat agunan yaitu sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usaha secara normal. Jaminan juga dapat berfungsi sebagai alat pengamanan dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saat kredit tersebut harus dilunasi.
53
Dalam penyaluran KUR bagi calon nasabah, tidak ada agunan yang diberikan debitur kepada pihak bank untuk menjamin kredit tersebut. Karena KUR merupakan program pemerintah sehingga pmerintah menjamin kredit yang diajukan debitur. Jaminan KUR dijamin pemerintah sebesar 70 persen melalui PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan 30 persen sisanya ditanggung oleh pihak bank itu sendiri.
6.6. Kondisi Ekonomi (condition of economy) Kondisi ekonomi merupakan suatu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu. Hal ini memiliki kemungkinan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit baik yang bersifat positif maupun negatif. Kondisi ini dapat digambarkan dengan adanya KUR yang merupakan program pemerintah dalam memberikan bantuan modal bagi UMKM, program ini bersifat positif sehingga diharapkan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dan dapat membantu usaha yang kesulitan modal.
6.7. Karakteristik Responden KUR BRI Unit Tongkol Responden dalam penelitian ini adalah nasabah KUR sektor agribisnis yang berjumlah 81 orang dan berdomisili di wilayah kerja BRI Unit Tongkol. Karakteristik responden yang dilihat dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin, umur responden, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, waktu tempuh, dan jenis usaha.
6.7.1. Jenis Kelamin Responden Dalam pemberian KUR kepada debitur, BRI Unit Tongkol tidak membedakan pria dan wanita. Oleh karena itu nasabah KUR BRI tidak mengenal gender. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, nasabah yang menjadi responden di BRI Unit Tongkol berjenis kelamin pria sebesar 58,02 persen lebih banyak dibandingkan dengan nasabah berjenis kelamin wanita sebesar 41,98 persen (Tabel 11).
54
Tabel 11. Jenis Kelamin Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol
Jenis Kelamin
Jumlah Responden
Persentase
(Orang)
(%)
Pria
47
58,02
Wanita
34
41,98
Total
81
100
Berdasarkan data pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa nasabah KUR berjenis kelamin pria berjumlah 47 orang, sedangkan nasabah wanita berjumlah 34 orang. Hal ini karena seorang pria memiliki tanggung jawab terhadap keluarga dalam mencari nafkah. Selain itu, pria memiliki pekerjaan dan memiliki penghasilan sehingga tingkat kepercayaan pada nasabah pria lebih besar. Walaupun debitur KUR Unit Tongkol lebih banyak pria, namun permohonan kredit juga harus diketahui oleh istri karena seorang istri juga memiliki tanggung jawab bersama dalam pengembalian kredit.
6.7.2. Usia Responden Usia responden memiliki pengaruh dalam melihat karakter seorang debitur. Apabila umur seorang debitur terlalu muda, dikhawatirkan debitur tersebut belum dapat bertanggung jawab terhadap kredit yang diajukan. Selain itu, debitur yang terlalu muda belum memiliki pengalaman dalam menjalankan suatu usaha, sedangkan usia yang terlalu tua dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap tingkat produktifitas debitur tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, usia responden nasabah KUR di BRI Unit Tongkol dapat dilihat pada Tabel 12. Pada Tabel 12, usia responden nasabah KUR BRI Unit Tongkol paling banyak berusia 41-50 tahun sebanyak 38 orang atau sebesar 46,91 persen. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa responden yang menjadi nasabah KUR di BRI Unit Tongkol termasuk ke dalam umur yang produktif dimana seseorang masih mampu bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Semakin produktif seorang nasabah maka diharapkan akan semakin besar pula kemungkinan untuk memajukan usahanya.
55
Tabel 12. Usia Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol
Usia Responden
Jumlah Responden
Persentase
(Orang)
(%)
<30 Tahun
3
3,70
30-40 Tahun
32
39,51
41-50 Tahun
38
46,91
8
9,88
81
100
>50 Tahun Total
Dalam penyaluran KUR, BRI Unit Tongkol mempertimbangkan umur nasabah. Nasabah yang terlalu muda dikhawatirkan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam menjalankan usaha sedangkan nasabah dengan umur yang sudah tua dikhawatirkan sudah tidak mampu lagi menjalankan usaha. Dengan demikian, nasabah dengan umur produktif dipertimbangkan telah memiliki pengalaman usaha yang cukup baik dari segi teknis maupun manajemen. Umur calon nasabah yang dapat mengajukan KUR yaitu antara 21 tahun atau telah berkeluarga hingga umur 60 tahun pada saat jatuh tempo pembayaran terakhir.
6.7.3. Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan menjadi salah satu indikator dalam realisasi KUR, karena semakin tinggi pendidikan diharapkan seorang debitur memiliki pola pikir yang lebih luas dalam pengajuan kredit serta mengetahui hak dan kewajiban sebagai nasabah KUR sehingga peluang keterlambatan pembayaran pinjaman akan semakin kecil. Tingkat pendidikan nasabah KUR Unit Tongkol mulai dari SD sampai D3 atau sarjana. Tingkat pendidikan nasabah KUR BRI Unit Tongkol dapat dilihat pada Tabel 13.
56
Tabel 13. Tingkat Pendidikan Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Tingkat Pendidikan Responden
Jumlah Responden
Persentase
(Orang)
(%)
SD
20
24,69
SMP
13
16,05
SMU
43
53,09
5
6,17
81
100
D3/Sarjana Total
Pada Tabel 13, dapat dilihat bahwa nasabah KUR BRI Unit Tongkol memiliki tingkat pendidikan yang beragam, namun tingkat pendidikan nasabah lebih banyak responden yang mengenyam pendidikan sampai akhir SMU sebanyak 43 orang atau 53,09 persen. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan walaupun nasabah KUR berpendidikan SD namun dapat menjadi nasabah KUR. Dalam hal ini, tingkat pendidikan SD juga dianggap dapat bertanggung jawab dan mengetahui hak dan kewajiban dalam mengajukan kredit.
6.7.4. Tingkat Pendapatan per Bulan Responden Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria yang benar-benar diperhatikan oleh pihak bank karena berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit. Pendapatan bersih ini disebut juga sebagai Re-payment Capacity (RPC) yaitu besar kapasitas pembayaran kredit oleh nasabah tersebut. Nasabah yang dianggap mampu melunasi kredit yaitu apabila nilai RPC lebih besar dari jumlah angsuran per bulan. Dalam hal ini tingkat RPC yang digunakan BRI dalam memberikan kredit yaitu sebesar 75 persen dari nilai RPC, sehingga apabila 75 persen dari nilai RPC lebih besar dari jumlah angsuran yang ada, maka nasabah tersebut dapat diberikan kredit berapapun jumlah pendapatannya. Dalam pemberian kredit ini tidak ada penghasilan minimum atau maksimum selama nilai RPC lebih besar dari jumlah angsuran, maka akan diberikan kredit. Tingkat pendapatan nasabah Unit Tongkol sangat bervariasi tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Tingkat pendapatan dapat berupa omset usaha untuk wiraswasta, pengusaha agribisnis, dan upah untuk pegawai negeri, buruh, dan pegawai swasta. Rata-rata pendapatan nasabah KUR BRI Unit 57
Tongkol sebesar Rp 5.161.728,40. Sebanyak 26 orang memiliki pendapatan diatas rata-rata dan sisanya sebesar 55 orang memiliki pendapatan di bawah rata-rata setiap bulannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasabah KUR BRI Unit Tongkol sebagian besar merupakan para pengusaha yang memiliki pendapatan dibawah rata-rata sebesar Rp 5.161.728,40. Tingkat pendapatan nasabah KUR BRI Unit Tongkol dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Tingkat Pendapatan per Bulan Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Pendapatan per Bulan
Jumlah Responden
Persentase
(Rp)
(Orang)
(%)
<3 Juta
13
16,05
3-5 Juta
38
46,91
5,1-7,5 Juta
14
17,28
>7,5 Juta
16
19,76
Total
81
100
Dari data pada Tabel 14, responden nasabah KUR di BRI Unit Tongkol sebagian besar memiliki pendapatan antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta atau 46,91 persen dari total responden. Penghasilan ini merupakan total dari penghasilan suami dan istri para debitur KUR. Tingkat penghasilan ini sangat berpengaruh terhadap keputusan bank dalam memberikan KUR terhadap debitur karena adanya keterkaitan dengan kewajiban debitur terhadap pengembalian kredit. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pula nasabah KUR yang memiliki jumlah penghasilan di bawah tiga juta rupiah yang mendapatkan KUR. Hal ini dapat digambarkan bahwa tujuan KUR terpenuhi dimana pengusaha kecil dapat dipercaya mendapatkan kredit untuk menjalankan usahanya.
6.7.5. Waktu Tempuh Responden ke BRI Nasabah KUR BRI Unit Tongkol diutamakan masyarakat yang tinggal dekat dengan ruang lingkup Unit Tongkol. Karena berpengaruh terhadap aksesibilitas dan kontrol terhadap nasabah. Hal ini disebabkan karena tidak
58
adanya agunan dalam KUR sehingga pihak bank tidak ingin mengambil resiko apabila nasabah tersebut lari dari tanggung jawab. Sebagian besar tempat usaha nasabah KUR Unit Tongkol berada di lingkungan rumah para debitur itu sendiri, namun ada juga nasabah yang tempat usahanya berada jauh dari tempat tinggal. Sebagian besar waktu tempuh nasabah ke BRI Unit Tongkol yaitu selama 1-15 menit atau 80,25 persen. Fakta ini menggambarkan bahwa debitur KUR BRI Unit Tongkol merupakan masyarakat sekitar yang memiliki usaha dekat dengan BRI Unit Tongkol. Debitur yang dekat dengan BRI Unit Tongkol dapat dikontrol oleh Mantri KUR sehingga resiko tidak kembalinya kredit dapat diperkecil dengan memilih responden yang usahanya dekat dengan BRI Unit Tongkol. Waktu tempuh nasabah KUR Unit Tongkol dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Waktu Tempuh Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Waktu Tempuh
Jumlah Responden
Persentase
(Menit)
(Orang)
(%)
1-15 menit
65
80,25
16-30 menit
10
12,35
6
7,40
81
100
>30 menit Total
6.7.6. Jenis Usaha Responden Jenis usaha berpengaruh terhadap realisasi kredit karena setiap usaha memiliki resiko yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi kemampuan usaha dalam menghasilkan keuntungan yang nantinya digunakan dalam membayar pinjaman. Jenis usaha yang dijalankan para responden sangat beragam. Umumnya usaha nasabah KUR BRI Unit Tongkol merupakan rumah makan, toko sembako, kelontong, dan usaha sayuran atau ikan. Jenis usaha yang dilakukan merupakan jenis usaha yang bergerak dibidang pemasaran. Jenis usaha debitur KUR Unit Tongkol keseluruhannya merupakan usaha agribisnis yang bergerak pada usaha off farm. Hal ini disebabkan karena DKI Jakarta merupakan salah satu pasar yang potensial dalam memasarkan suatu
59
produk. Sebagian besar responden memiliki jenis usaha kelontong sebanyak 25 orang atau 30,86 persen. Jenis usaha kelontong sangat diminati karena merupakan penyedia kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi oleh seseorang. Jenis usaha responden dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Jenis Usaha Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol
Jenis Usaha
Jumlah Responden
Persentase
(Orang)
(%)
Sembako
15
18,53
Kelontong
25
30,86
Rumah Makan
19
23,46
Sayuran/ikan
22
27,15
Total
81
100
Dari hasil gambaran karakteristik debitur KUR BRI Unit Tanjung Priok, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar debitur BRI Unit Tongkol mayoritas berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah persentase sebesar 58,02. Hasil ini menggambarkan bahwa nasabah laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan dan pihak bank lebih percaya terhadap nasabah laki-laki karena lakilaki dianggap memiliki tanggung jawab yang tinggi dibandingkan dengan perempuan. Sebagian besar responden berumur antara 41-50 tahun atau 46,91 persen, batas umur calon debitur yaitu 21 tahun atau sudah menikah sampai dengan umur 60 tahun pada saat jatuh tempo. Hasil ini menggambarkan bahwa nasabah KUR Unit Tongkol merupakan nasabah yang memiliki usia produktif. Tingkat pendidikan debitur KUR Unit Tongkol mayoritas mengenyam pendidikan SMU sebesar 53,09 persen. Selain itu, ada juga nasabah yang mengeyam pendidikan hanya sampai SD. Hal ini menggambarkan bahwa pihak BRI Unit Tongkol menganggap tingkat pendidikan tidak terlalu berpengaruh terhadap realisasi KUR. Tingkat pendidikan SD telah dianggap mampu dan cakap dalam melakukan hak dan kewajiban seorang debitur. Responden KUR sebagian besar memiliki pendapatan berkisar antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta atau 46,91 persen. Pendapatan ini berada di atas UMR kota Jakarta. Tingkat pendapatan yang
60
diperoleh mempengaruhi sampai sejauh mana kemampuan calon debitur dalam membayar angsuran KUR. Kemampuan calon debitur dalam membayar angsuran atau Re-payment Capacity (RPC) didapat dari pengurangan antara total pendapatan gabungan antara suami dan istri dengan total pengeluaran keluarga selama satu bulan. Pihak bank dalam menentukan apakah calon nasabah mendapatkan kredit KUR atau tidak dengan cara menghitung nilai RPC. Nilai RPC yang digunakan yaitu sebesar 75 persen dari total RPC. Apabila nilai 75 persen RPC lebih besar dari angsuran per bulannya, nasabah tersebut diberikan kredit oleh pihak bank. Namun apabila nilai dari 75 persen RPC lebih kecil dari jumlah angsuran per bulan, maka calon debitur tersebut tidak dapat realisasi dari pihak bank. Modal usaha yang digunakan responden KUR berkisar antara Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta atau dapat dikatakan sebagian besar debitur KUR merupakan usaha dengan skala kecil. Responden KUR BRI Unit Tongkol merupakan masyarakat yang tinggal dekat dengan BRI Unit Tongkol, sebagian besar responden hanya membutuhkan 1-15 menit untuk sampai ke BRI Unit Tongkol. Hal ini disebabkan karena pihak BRI Unit Tongkol tidak mau menanggung resiko besar. Apabila nasabah dekat dengan BRI Unit Tongkol, maka pihak bank dapat lebih mengawasi para debitur KUR.
61