Akselerasi Pembangunan Kawasan Timur Indonesia Melalui Integrasi Riset Kelautan dan Perikanan
KARAKTERISTIK PEMANFAATAN DAN NILAI MANFAAT TWAL (TAMAN WISATA ALAM LAUT TWAL) GILI MATRA LOMBOK UTARA, NTB Cornelia Mirwantini Witomo, Rizki Aprilian Wijaya, Irwan Muliawan, dan Fatryandi Nur Priyatna Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Jl. K.S. Tubun, Petamburan VI, Jakarta 10260
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengkaji karakteristik pemanfaatan serta menghitung nilai manfaat langsung Kawasan Perairan TWAL (Taman Wisata Alam Laut) Gili Matra. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesoner dan wawancara. Analisis untuk menghitung nilai manfaat langsung yang digunakan untuk memperoleh nilai manfaat langsung adalah menggunakan teknik valuasi Residual Rent (RR) dan Travel Cost Methods (TCM). Hasil dari penelitian ini adalah karakteristik pola-pola pemanfaatan sumberdaya di kawasan perairan Gili Matra terdiri dari beberapa aspek yaitu perikanan tangkap dan pariwisata bahari. Total nilai manfaat langsung Kawasan Perairan TWAL Gili Matra adalah Rp. 149.003.620.349. Kata kunci: pemanfaatan, nilai manfaat langsung, Gili Matra ABSTRACT The purpose of this research is to identify and assess the utilization characteristics and to calculate the direct use value of Tourism Sea Park Gili Matra. The data collected using questioner and interview. The analyzed using in this research are Residual Rent (RR) and Travel Cost Methods (TCM). The result of this research are characteristic patterns of resource use in the waters of Gili Matra region consists of several aspects of capture fisheries and marine tourism. Total value of direct benefits Aquatic area TWAL Gili Matra is Rp. 149.003.620.349. Keywords: utilization, direct use value, gili matra
PENDAHULUAN Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan pertemuan dua ekosistem yaitu ekosistem darat dan ekosistem laut. Keberadaan wilayah pesisir tersebut menunjukkan besarnya potensi sumber daya alam dan pembentukan karakteristik wilayah yang dinamis dan khas. Karakteristik wilayah yang dinamis dan khas membawa dampak pembentukan karakteristik sumber daya manusia dan kelembagaan sosial yang ada di sekitarnya (Wahyudin, 2004). Sumber daya wilayah pesisir dibagi menjadi tiga, yaitu sumber daya hayati, sumber daya non hayati, sumber daya buatan dan jasa-jasa lingkungan (Undang-undang No. 27 Tahun 2007). Sumber daya hayati meliputi ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut lainnya. Sumber daya non hayati meliputi pasir, air laut dan mineral air laut. Sumber daya buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan perikanan dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi gelombang laut yang terdapat di wilayah pesisir. Luas wilayah pesisir Indonesia berdasarkan ekosistem yaitu luas ekosistem terumbu karang 75.000 ha, luas ekosistem mangrove 3.806.119 ha (Supriharyono, 2000 dalam Luncang, 2005). Pembangunan dewasa ini seharusnya memasukan tiga isu utama yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi. Hingga saat ini baru hanya terkait dengan identifikasi fisik dari sumber daya seperti pemanfaatan dan luas lahan saja, tetapi peranan dan karakteristik sosial belum dimasukan sebagai bahan masukan dalam pembangunan. Implikasinya nilai ekonomi dari sumber daya tersebut dapat diketahui (Muliawan, R et al., 2009). Nilai manfaat merupakan suatu cara penilaian atau upaya kuantifikasi barang dan jasa sumber daya alam dan lingkungan ke nilai uang, terlepas ada tidaknya nilai pasar terhadap barang dan jasa tersebut. Nilai manfaat diestimasikan dari seberapa besar manfaat sumber daya baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai manfaat langsung di estimasi dengan menghitung jumlah ekstraksi langsung dari sumber daya alam dan nilai yang terkait dengan menggunakan harga pasar (NRMP-USAIDa, 1996 dalam Kusuma, 2005). Secara geografis TWAL (Taman Wisata Alam Laut) Gili Matra terletak pada 8o 20o - 8o 23o LS dan 116o00o 116 08o BT. Secara administratif, TWAL ini terletak di Desa Gili Indah Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan pada wewenang pengelolaannya, TWAL ini berada di bawah o
392
Simposium Nasional Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan Kawasan Timur Indonesia 2010
pengelolaan Balai KSDA NTB sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 99/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret 2001. Namun sekarang pengelolaan Gili Matra sejak tanggal 4 Maret 2009 berdasarkan keputusan bersama antara Menteri Kehutanan dan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor BA.01/Menhut-IV/2009 dan Nomor BA.108/Men-KP/III/2009 telah beralih dari Departemen Kehutanan ke Departemen Kelautan dan Perikanan. Kini TWAL Gili Matra menjadi salah satu kawasan strategis pengembangan pariwisata yang termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2010 – 2014. Kajian terkait dengan pola-pola pemanfaatan sumber daya bertujuan mengidentifikasi nilai manfaat langsung dari pemanfaatan sumber daya perikanan pesisir tersebut. Sementara kajian terkait karakteristik sumber daya bertujuan mengidentifikasi nilai manfaat tidak langsung serta nilai bukan manfaat dari sumber daya kawasan perairan. Karakterisasi terhadap jenis sumber daya serta pola-pola pemanfaatannya dilakukan untuk mengetahui distribusi manfaat serta kelompok masyarakat yang menerima manfaat tersebut. Selain itu, juga bertujuan mengetahui distibusi biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh kelompok-kelompok masyarakat pemanfaat sesuai dengan beban yang diberikan masing-masing terhadap sumber daya tersebut. Dengan diperolehnya hasil identifikasi serta karakterisasi sosial ekonomi dari sumber daya kawasan perairan, maka dapat diketahui potensi sumber daya kawasan perairan tersebut. Kajian mengenai karakteristik pemanfaatan dan nilai manfaat langsung kawasan perairan TWAL Gili Matra menjadi sangat penting untuk dilakukan, untuk mengetahui lebih jauh tentang permasalahan yang ada, karakteristik pola pemanfaatan berdasarkan potensi sumber daya di TWAL Gili Matra dan serta nilai manfaat langsung dari kawasan tersebut. Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengkaji karakteristik pemanfaatan berdasarkan potensi sumber daya di TWAL Gili Matra dan menghitung nilai manfaat langsung dari TWAL Gili Matra. Penelitian ini dilakukan pada Juni – Oktober 2009 di TWAL Gili Matra, Lombok Utara NTB (Gambar 208). Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan dalam kegiatan penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik sumber daya berdasarkan tipe ekosistem tertentu yang terkait dengan aspek sosial maupun ekonomi. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi statistik, dokumentasi serta laporan-laporan yang dikeluarkan oleh instansi yang terkait dengan potensi sosial ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan (Tabel 111). Pemilihan responden (penguna sumber daya) berdasarkan aktivitas-aktivitas yang secara langsung mengekstraksi sumber daya (purposive sampling) masing-masing sebanyak 30 orang (accidental random sampling).
Gambar 208.Peta Wilayah TWAL Gili Matra Sumber : PT. Lombok Tropic Holidays Indonesia, 2007
Analisis
yang digunakan untuk memperoleh nilai manfaat langsung adalah menggunakan teknik valuasi Residual Rent (RR) dan Travel Cost Methods (TCM). Residual Rent (RR) didefinisikan sebagai perbedaan antar biaya faktor produksi dan nilai panen dari sumber daya alam. Residual rent dapat dilihat sebagai kontribusi sistem alam atau faktor pendapatan (Factor Income) terhadap nilai ekonomi total (Dewi, 2006).
393
Akselerasi Pembangunan Kawasan Timur Indonesia Melalui Integrasi Riset Kelautan dan Perikanan
Tabel 111. Rekapitulasi Kategori Data yang Dibutuhkan dan Sumber Data No 1
2
Jenis Data Data Primer
Identifikasi dan Karakterisasi
Pola Pemanfaatan Nilai Pemanfaatan
Data Sekunder
Nilai Manfaat Langsung Nilai Manfaat Langsung
Kategori Data
Cakupan Data
Teknik Pengumpulan Data Observasi dan Wawancara dengan kuesioner berstruktur
Statistik Perikanan Jumlah Kunjungan ke Kawasan TWAL
Sumber Data Responden yang memanfaatkan SDA Dinas KP Pengelola TWAL
...................1 Keterangan: PV = Present Value Bt = Manfaat bersih dari sumber daya kawasan Ct = Biaya produksi T = Jumlah tahun regresi nilai R = Tingkat diskon riil L = Luasan kawasan sumber daya Tujuan TCM adalah untuk menghitung nilai ekonomi suatu kawasan wisata melalui estimasi rata-rata permintaan terhadap kunjungan wisata di lokasi tersebut. Pendekatan biaya perjalanan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan biaya transportasi atau biaya perjalanan terutama untuk menilai lingkungan pada objek-objek wisata. Pendekatan ini menganggap bahwa biaya perjalanan serta waktu yang dikorbankan para wisatawan untuk menuju objek wisata tertentu dianggap sebagai nilai lingkungan yang wisatawan bersedia untuk membayar. Untuk menghitung nilai ekonomi suatu kawasan wisata menggunakan pendekatan individual travel cost model (PKSPL-IPB, 2007) dengan menurunkan fungsi permintaan sebagai berikut: ...................2 Keterangan: Vi = trip kunjungan individu ke-i TCi = biaya perjalanan individu ke-i Yi = pendapatan individu ke-i Si = biaya perjalanan ke lokasi wisata subtitusi yang dikeluarkan oleh individu ke-i Untuk memperoleh konsumen surplus wisatawan secara individu diperoleh dengan menggunakan formula sebagai berikut: ...................3 Keterangan: CS = consumer surplus/konsumen surplus V = total kunjungan Β = Intersept Untuk menghitung nilai manfaat langsung (total benefit) dengan pendekatan secara individu:
394
Simposium Nasional Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan Kawasan Timur Indonesia 2010
...................4 Keterangan: TB = Total benefit CS = consumer surplus/konsumen surplus TV = Total kunjungan/tahun KARAKTERISTIK PEMANFAATAN SUMBER DAYA Karakteristik pola-pola pemanfaatan sumber daya di TWAL Gili Matra terdiri dari dua aspek yaitu perikanan tangkap dan pariwisata bahari. Pemanfaatan sumber daya perikanan tangkap di Desa Gili Indah terpusat pada Pulau Gili Air dan Gili Meno. Karakteristik alat tangkap yang digunakan diantaranya alat tangkap muroami, jaring seret, jaring tasik, dan pancing. Muroami (bahasa Jepang) berasal dari kata “muro” dan “ami” yang berarti alat dan ikan sebangsa Carrangidae. Bagian-bagian muroami terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian jaring, pelampung, pemberat dan penggiring (Subani et al., 1989). Banyaknya set jaring yang digunakan nelayan di Desa Gili Indah berkisar antara 10-15 pieces, dimana dapat menampung ikan hingga tiga ton. Pada bagian ris atas jaring, diikatkan pelampung-pelampung kecil. Pada bagian ris bawah diberikan pemberat dari batu maupun dari besi. Alat penggiring menggunakan rantai-rantai besi yang telah diikatkan ke bambu agar mudah digunakan. Jaring seret merupakan nama lokal dari pukat cincin yang berada di Desa Gili Indah. Disebut pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin atau tali kerut. Fungsi tali kerut ini agar jaring yang semula tidak berkantong akan menjadi ada kantongnya pada saat di akhir penangkapan (Subani W et al., 19899). Jaring seret dioperasikan di permukaan air dengan komoditas hasil tangkapan berupa ikan-ikan pelagis kecil. Harga alat tangkap jaring seret yaitu berkisar antara Rp 16.000.000 – Rp 30.000.000 dengan jumlah jaring sebanyak 20 – 76 pieces, tergantung dari modal yang dimiliki oleh masing-masing kelompok. Pola pengoperasian jaring seret menggunakan satu hingga dua perahu bermotor berkekuatan 25 - 40 PK bermesin luar (out-board-motor). Tenaga kerja yang diperlukan sekitar 5-8 orang nelayan. Penangkapan dilakukan pada siang hari, namun terkadang bisa juga dilakukan pada malam hari. Daerah penangkapan jaring seret berada diantara Pulau Bali dengan Pulau Lombok dimana rata-rata pemakaian bahan bakar sekali trip sekitar 35 liter dengan harga bensin rata-rata Rp 7.000 per kilo. Jenis ikan yang ditangkap yaitu berupa ikan pasok, horas, balang-balang, teri, tongkol dan sulir. Nelayan jaring seret banyak terdapat di Pulau Gili Air. Jaring tasik merupakan sejenis jaring gillnet yang dioperasikan di sekitar pantai. Disebut jaring gillnet karena ikan yang tertangkap terjerat pada bagian belakang lubang penutup insang (operculum) (Subani et al., 19899). Jaring tasik berbeda dengan jaring-jaring gillnet pada umumnya karena dioperasikan tanpa menggunakan perahu. Hal tersebut dapat dilakukan karena jaring hanya dipasang di sekitar wilayah bibir pantai pada malam hari dan hanya dilakukan oleh 3-5 orang. Harga alat tangkap jaring tasik berkisar antara Rp 400.000 – 12.000.000 dengan jumlah jaring sebanyak 1-20 pieces, tergantung dari modal yang dimiliki oleh nelayan. Pendapatan nelayan jaring tasik dalam satu tahun berkisar antara Rp 308.000 – 17.616.000. Variasi pendapatan nelayan tersebut karena ada nelayan yang beroperasi sendirian maupun secara berkelompok. Selain itu pendapatan juga dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan. Komoditas hasil tangkapan nelayan jaring tasik adalah ikan layang, sulir, kembung, baronang, katambak, dan teri. Nelayan jaring tasik banyak terdapat di Pulau Gili Air. Alat tangkap pancing banyak digunakan oleh nelayan di Pulau Gili Air dan Gili Meno. Pola pengoperasiannya dilakukan secara sendirian dengan menggunakan perahu, baik perahu bermotor maupun dengan sampan. Namun ditemukan juga dalam satu perahu terdapat dua orang yang melakukan pemancingan. Waktu melaut biasanya pada saat dini hari hingga pagi hari. Nelayan menggunakan lampu petromak untuk penerangan. Dalam sekali beroperasi, nelayan biasanya membawa 2-5 unit pancing yang terdiri dari kail, senar, pelampung dan tongkat pancing. Biaya alat tangkap bervariasi yaitu sekitar Rp. 40.000 – 400.000 per nelayan, tergantung dari banyaknya alat yang diperlukan. Pariwisata bahari merupakan andalan utama bagi Desa Gili Indah (Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan). Jenis kegiatan yang dilakukan oleh para wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara adalah berjemur (sun buthing), snorkling dan scuba diving yang dapat dilihat pada Tabel 112 dan didukung oleh sarana dan prasarana pariwisata yang ada (Tabel 113). Kondisi pantai berpasir putih dan kelandaiannya, keanekaragaman biota laut dan ikan karang serta kejernihan air lautnya menjadikan kawasan ini banyak diminati oleh wisatawan (Tabel 113). Disamping itu keberadaan sarana penginapan dengan gaya arsitektur tradisional serta kedekatannya dengan penduduk lokal juga menjadikan salah satu daya tarik tersendiri bagi para wisatawan tersebut. 395
Akselerasi Pembangunan Kawasan Timur Indonesia Melalui Integrasi Riset Kelautan dan Perikanan
Tabel 112. Jenis-Jenis Aktivitas Pariwisata yang Dilakukan di TWAL Gili Matra No
Nama Lokasi Ekowisata
Aktivitas Yang Dapat Dilakukan/
1
Gili Air dan perairan sekitarnya /
Snorkeling, diving, berjemur, perahu kaca, memancing, kano
2
Gili Meno dan perairan sekitarnya
Snorkeling, diving, berjemur, perahu kaca, memancing, kano, selancar, bird watching, Taman Burung Gili Meno
3
Gili Trawangan dan perairan sekitarnya
Snorkeling, diving, berjemur, perahu kaca, memancing, kano, wisata sejarah
Keterangan Potensi Pantai pasir putih (sepanjang pantai), keaneragaman dan penutupan terumbu karang yang baik (sebelah barat), keanekaragaman dan penutupan lamun yang baik (Selatan dan timur), Keanekaragaman dan kelimpahan terumbu karang (Sebelah barat), Kejernihan air, penyu dan biota laut Dinding vertikal terumbu karang (meno wall, sebelah barat), Pantai pasir putih (sepanjang pantai), keaneragaman dan penutupan terumbu karang yang baik (utara dan barat), keanekaragaman dan penutupan lamun yang baik (timur), Keanekaragaman dan kelimpahan terumbu karang (utara dan barat), Kejernihan air, penyu dan biota lainnya, danau air asin, mangrove (barat), deburan ombak dan gelombang yang tinggi (sebelah selatan), Berbagai jenis burung air dan burung migran (danau) Pantai pasir putih (pantai timur dan selatan), keaneragaman dan penutupan terumbu karang yang baik (sebelah barat dan utara), keanekaragaman dan penutupan lamun yang baik (sebelah timur), Keanekaragaman dan kelimpahan terumbu karang (Sebelah utara), Kejernihan air, penyu dan biota laut, karang biru (timur dan selatan gili Trawangan), gua dan benteng Jepang (di bukit Gili Trawangan bagian selatan) Sumber : BKSDA, 200610
Tabel 113. Kisaran Harga Sarana dan Prasarana Pariwisata Gili Matra (Low Season) No
Jenis Sarana dan Prasana Pariwisata
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perahu Penumpang (Gili Matra – Bangsal) Hotel Cottages/Bungalow Restaurant Rumah Makan / Cidomo Penyewaan Sepeda Penyewaan Alat Selam Glass Bottom Boat
Kisaran Harga
Keterangan
8.000 – 10.000 400.000 – 750.000 150.000 – 300.000 10.000 – 50.000 5.000 – 20.000 10.000 – 30.000 40.000 – 50.000 350.000 – 400.000 200.000 – 250.000
Umum
Sumber : Data Primer (2009)
Pada Tabel 114 dapat terlihat bahwa setiap bulannya mulai dari Januari 2004 hingga Mei 2005, jumlah wisatawan asing maupun lokal cenderung meningkat. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada Bulan Januari ke Bulan Februari tahun 2005. NILAI MANFAAT LANGSUNG KAWASAN PERAIRAN GILI MATRA Berdasarkan karakteristik pemanfaatan sumber daya kawasan perairan Gili Matra maka nilai manfaat langsung dari kawasan perairan Gili Matra diperoleh dari kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan pariwisata. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai manfaat langsung perikanan tangkap per kelompok usaha sebesar Rp 405.053.018 per tahun. Nilai manfaat langsung dari kelompok usaha dengan alat tangkap jaring seret memberikan nilai manfaat langsung yang terbesar. Sementara nilai manfaat langsung dari kelompok usaha pancing memberikan nilai manfaat 396
Simposium Nasional Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan Kawasan Timur Indonesia 2010
yang terkecil. Nilai manfaat langsung dari kelompok usaha muroami lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usaha seret disebabkan hanya dua titik penangkapan ikan yang diperbolehkan untuk dimanfaatkan. Hal ini terjadi semenjak diberlakukannya kesepakatan antara kelompok nelayan muroami dengan kelompok pengusaha pariwisata tahun 2005. Total nilai manfaat langsung perikanan tangkap sebesar Rp 148.654.457.621 per tahun dengan jumlah populasi nelayan sejumlah 367 nelayan (Desa Gili Indah, 2008). Tabel 114. Total Pengunjung Pariwisata Bahari di TWAL Gili Matra (2004-2005) Tahun
Bulan
Rekreasi DN
2004 Januari 2004 Februari 2004 Maret 2004 April 2004 Mei 2004 Juni 2004 Juli 2004 Agustus 2004 September Total Pengunjung
LN
427 465 473 586 596 832 823 846 848 Dalam Negeri
698 673 682 273 284 197 174 183 196
Tahun
Bulan
2004 2004 2004 2005 2005 2005 2005 2005
Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei
12.324
Rekreasi DN LN 832 197 913 199 846 214 748 186 725 1.269 725 1.451 812 1.469 827 1.426
Luar Negeri
9.771
Keterangan: DN = Dalam negeri
Sumber : Sarbini (2005)
LN = Luar negeri
Tabel 115. Nilai Manfaat Langsung Perikanan Tangkap di TWAL Gili Matra Unit Usaha/
Nilai Produksi/ (Rp/tahun)
Muroami Jaring Seret Jaring Tasik Pancing
424.800.000 1.310.860.000 221.268.000 110.200.000
Biaya Operasional (Rp/ Tahun) 171.060.000 338.424.000 52.238.000 28.082.000
Total Keuntungan (Rp/tahun) 253.740.000 972.436.000 169.030.000 82.118.000
Nilai Produksi (Rp/kel/ Tahun) 141.600.000 163.857.500 24.585.333 13.775.000
Biaya Total Per Tahun (Rp/Kel/ tahun) 57.020.000 42.303.000 5.804.222 3.510.250
Total Keuntungan (Rp/Kel/ tahun) 84.580.000 121.554.500 18.781.111 10.264.750
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Karakteristik responden berdasarkan sebaran umur menunjukkan bahwa penduduk di Desa Gili Indah di lokasi penelitian berkisar antara 25 hingga > 55 tahun dengan persentase tertinggi pada usia > 55 tahun sebesar 29 % dan persentase terendah pada usia 45-49 tahun sebesar 4 %. Hal tersebut bahwa penduduk aktif dalam perikanan lebih banyak pada usia tidak produktif (Gambar 209).
Gambar 209. Sebaran Usia Responden di Desa Gili Indah 397
Akselerasi Pembangunan Kawasan Timur Indonesia Melalui Integrasi Riset Kelautan dan Perikanan
Tingkat pendidikan responden sebagian besar tidak selesai mengenyam pendidikan formal SD. Hal ini dikarenakan tuntutan ekonomi dan paradigma orang tua yang setiap anak harus membantu orang tua untuk mencari nafkah. Jika dilihat dari faktor pendidikan responden maka diketahui bahwa umumnya responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu tidak sampai tamat sekolah dasar sebesar 75 %. Pendidikan tertinggi hanya setingkat Sekolah Menengah Umum, namun memiliki persentase terendah pada responden sebesar 4 % (Gambar 210).
Gambar 210. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Gili Indah
Sementara itu, pengalaman usaha responden berkisar antara 1 hingga > 40 tahun. Untuk responden nelayan, pengalaman usaha dengan persentase terbanyak berkisar 31-40 tahun sebesar 42 %, sedangkan untuk pengalaman usaha berkisar 1-10 tahun merupakan persentase terendah 4 %, demikian juga untuk pengalaman usaha >4 tahun (4%). (Gambar 211).
Gambar 211. Pengalaman Usaha Responden di Desa Gili Indah
Dari hasil analisa data diperoleh fungsi permintaan untuk kegiatan pariwisata di TWAL Gili Matra sebagai berikut :
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa fungsi permintaan terhadap pemanfaatan pariwisata di TWAL Gili Matra berbanding terbalik dengan total biaya perjalanan (TC) berbanding lurus dengan jarak (D), tingkat pendapatan (I) dan umur (A). Asumsi yang digunakan dalam membangun fungsi tersebut adalah terjadinya keseimbangan pasar dimana penawaran (supply) sama dengan permintaan (demand) sehingga jelas mengapa hubungan antara permintaan dan harga berbanding terbalik. 398
Simposium Nasional Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan Kawasan Timur Indonesia 2010
Dari fungsi di atas kemudian dilakukan estimasi terhadap nilai ekonomi pariwisata TWAL Gili Matra dengan menghitung besarnya nilai surplus bagi konsumen (CS) secara individu. Untuk mendapatkan konsumen surplus secara individu terlebih dahulu didapatkan jumlah kunjungan seluruh responden (V) kemudian dibagi dengan nilai koefisien total biaya perjalanan (TC) yaitu Rp 1.870 per wisatawan. Nilai manfaat langsung pariwisata (tourism benefit) sebesar Rp 349.162.728 per tahun dengan total kunjungan wisatawan ke Lombok pada tahun 2008 sebesar 186.626 orang (Khafid. S, 2009). Menurut responden, wisatawan yang datang umumnya adalah wisatawan mancanegara, wisatawan nusantara sendiri hanya 10.5 %. Daya tarik wisata di TWAL Gili Matra cukup menarik bagi wisatawan, hal ini diindikasikan oleh jumlah pengunjung dengan tingkat kunjungan lebih dari sekali sebanyak 31.6 % dari responden. Gambaran model tersebut mencerminkan bahwa tingkat kunjungan wisatawan yang datang ke TWAL Gili Matra tidak terpengaruh oleh besaran biaya yang harus dikeluarkan oleh wisatawan untuk datang berlibur dan menikmati jasa lingkungan. Kecenderungan ini memang dimaklumi, sebab diketahui bahwa kategori wisata yang ditawarkan oleh TWAL Gili Matra merupakan keindahan alam panoraman bawah laut dan berbagai macam aktivitas wisata bahari lainnya. Dari persamaan diatas juga menggambarkan bahwa umumnya responden yang berkunjung tergolong dalam kategori wisatawan dengan ketertarikan tertentu (special interest). Ketertarikan terhadap wisata selam (diving) untuk menikmati keindahan panorama bawah laut TWAL Gili Matra merupakan hal yang sangat mengesankan (excited) bagi wisatawan. Setidaknya sebagai lokasi wisata bahari kondisi alam TWAL Gili Matra telah memiliki faktor daya tarik yang kurang lebih (relatif) mirip seperti di Bali, yaitu meliputi; (i) Harga-harga (prices) produk wisata yang wajar, (ii) Budaya (culture) dengan segala bentuk daya tariknya, (iii) Pantai (beach) dengan atraksi-atraksi yang ditawarkan, (iv) Kenyamanan (convenience) selama melakukan kegiatan berwisata, (v) Kesempatan untuk relaksasi (relaxation), (vi) Citra (image) atau reputasi atau nama besar yang dimiliki, (vii) Keindahan alam (natural beauty), dan (viii) Keramahan penduduk setempat (people). (Suradnya, 2004). Kunjungan wisatawan ke TWAL Gili Matra pun umumnya telah direncanakan (planned visit) sehingga bukan serta merta ketika mendengar dan mendapat tawaran untuk berkunjung ke Desa Gili Indah (accidental visit). Indikasi ini terlihat pada variabel jarak. Jarak yang jauh dapat terlihat dari asal negara, kebanyakan wisatawan berasal dari negara-negara di Eropa, dan umumnya telah mengetahui keberadaan dan obyek wisata di TWAL Gili Matra Pulau Lombok. Adapun data kunjungan responden berdasarkan negara asalnya dapat dilihat pada Tabel 116. berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, sebagian besar wisatawan berkunjung bersama dengan teman maupun keluarga. Namun ditemukan juga wisatawan yang berkunjung ke TWAL Gili Matra secara individu. Tabel 116. Negara Asal Wisatawan di TWAL Gili Matra No 1. 2. 3. 4.
Negara Asal Eropa Australia Amerika Negara Lain
Persentase (%) 65,8 10,5 7,9 15,8 Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Berdasarkan usia wisatawan, kelompok umur 20 hingga 30 tahun merupakan kelompok umur yang dominan ditemukan di Desa Gili Indah (Gambar 212). Terkait dengan tujuan dan atraksi wisata yang ditawarkan, keinginan dari kelompok umur tersebut untuk berkunjung ke Desa Gili Indah lebih besar. Ketika survei, umumnya wisatawan ini membawa tas punggung (backpack) yang identik dengan sifat dinamis yang dimiliki golongan usia kelompok tersebut.
Gambar 212. Persentase Wisatawan Berdasarkan Kelompok Umur
399
Akselerasi Pembangunan Kawasan Timur Indonesia Melalui Integrasi Riset Kelautan dan Perikanan
Fenomena faktor jarak yang mengindikasikan ketertarikan yang lebih besar bagi responden (wisatawan) yang berasal dari negara yang jauh (Eropa) untuk datang berkunjung, dibanding wisatawan yang lebih dekat juga terlihat. Namun indikasi ini sebenarnya semu, karena secara relatif faktor harga (biaya berkunjung) dari obyek wisata yang ditawarkan lebih mahal. Setidaknya hampir semua responden wisatawan nusantara (wisnus) mengatakan hal tersebut. Faktor harga bagi tiap obyek wisata yang ditawarkan tersebut juga menjadi faktor utama yang jadi pertimbangan wisatawan untuk berkunjung ke lokasi wisata. Perhatian yang semakin besar dari para wisatawan terhadap faktor harga sebagai penentu keputusan mereka untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata merupakan gejala yang berlaku umum (Suradnya, 2004). Implikasinya dalam kasus ini, diindikasikan bahwa kecenderungan berwisata bagi masyarakat Eropa (jauh dari Desa Gili Indah) lebih besar dibandingkan negara yang lebih dekat, dikarenakan hargaharga (prices) produk wisata yang wajar, pantai (beach) dengan atraksi-atraksi yang ditawarkan, dan keindahan alam (natural beauty) khususnya panorama bawah laut dirasakan memuaskan bagi wisatawan (responden). TOTAL NILAI MANFAAT LANGSUNG Nilai manfaat langsung memberikan pengaruh terhadap ekonomi masyarakat Gili Matra. Hal ini terkait dengan pemanfaatan langsung yang terkait dengan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Namun hal ini tidak menjamin bahwa sektor perikanan tangkap yang ada menjadi penghasil utama bagi masyarakat yang mengantungkan kehidupan ekonominya dari sumber daya di Gili Matra. Pariwisata di Gili Matra walaupun tidak memberikan nilai yang paling besar namun sangat berperan dalam memberikan sumber pendapatan yang signifikan bagi masyarakat setempat. Tabel 117. Nilai Manfaat Langsung TWAL Gili Matra Jenis Nilai Nilai Manfaat Langsung Perikanan Tangkap Pariwisata Total
Nilai (Rp. per tahun) 148.654.457.621 349.162.728 149.003.620.349
PENUTUP Sumber daya perairan di Gili Matra terdiri dari terumbu karang (coral reef) dengan luas 448,76 Ha, telah dimanfaatkan oleh perikanan tangkap dan pariwisata bahari. Nilai manfaat langsung TWAL Gili Matra berasal dari perikanan tangkap dan pariwisata yaitu sebesar Rp 149.003.620.349. Pada pemanfaatan TWAL (Taman Wisata Alam Laut) Gili Matra yang dapat diungkapkan adalah berupa kegiatan usaha penangkapan ikan dan pariwisata sangat dimungkinkan bahwa aktivitas pola pemanfaatan yang lain belum teridentifikasi, oleh karena itu, masih diperlukan studi lanjutan untuk menangkap gambaran pola pemanfaatan yang lebih lengkap. Dengan mengetahui nilai manfaat langsung tersebut sudah selayaknya otoritas pengelolaan TWAL Gili Matra agar lebih fokus memperhatikan pelaku usaha perikanan tangkap dan pengendalian aktivitas mereka sehingga keberlanjutan usaha terjamin. DAFTAR PUSTAKA Adrianto, L. 2006. Sinopsis Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumber daya Pesisir dan Laut. PKSPL-IPB, Bogor. BKSDA. 2006. Laporan Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Desa Gili Indah. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat, Mataram. Desa Gili Indah. 2008. Data Potensi Gili Indah. Desa Gili Indah, Lombok Barat. Dewi, E.R. 2006. Analisis Ekonomi Manfaat Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau Ternate Provinsi Maluku Utara. Tesis. Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Khafid, S. 2009. Pasca Bom Carlton-Marriot, Kunjungan Wisata di Lombok Meningkat. (Online). Available at: http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa /2009/08/04/brk,20090804-190611,id.html. (Verified : 28 Oktober 2009). Kusuma, D I. 2005. Economic Valuation Of Natural Resource Management: A Case Study Of The Benuaq Dayak Tribe In Kalimantan, Indonesia (Dissertation). Bogor Institut of Agriculture, Bogor.
400
Simposium Nasional Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan Kawasan Timur Indonesia 2010
Luncang. 2005. Ekosistem Wilayah Pesisir. (Online). Available at: http://mapalateksapala.tripod.com/divisi_ konservasi.htm. (Verified: 2 Februari 2009). Muliawan, R. Elly, R. Sri, L M. 2009. Neraca Sumber daya Kelautan dan Perikanan Sebagai Landasan Kebijakan Dalam Pengelolaan Sumber daya Kelautan dan Perikanan. Globe Volume 11 (1): 18 – 30. PKSPL-IPB. 2007. Valuasi Ekonomi Total : Travel Cost Method. Pelatihan Valuasi Ekonomi 5 – 9 Februari 2007. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan-IPB, Bogor. PT. Lombok Tropic Holidays Indonesia. 2007. East Lombok Property List. PT. Lombok Tropic Holidays Indonesia. (Online). Available at: www.lombokbroker.com/east-lombok-property.htm. (Verified at: 1 Juni 2010). Sarbini, A. L. 2005. Petunjuk Teknis Inventarisasi dan Monitoring Terumbu Karang. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat, Mataram. Subani, W dan Barus H.R. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta. Suradnya, I Made. 2004. Rencana Pemasaran Strategis Untuk Bali Sebagai Daerah Tujuan Wisata Dunia, Makalah Seminar “Mengelola Bali Sebagai Daerah Tujuan Wisata Dunia”, STP Bali, 25 Maret 2004. Wahyudin, Y. 2004. Karakteristik Sumber daya Pesisir dan Laut Kawasan Teluk Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Online) Available at: http://komitmenku.files.wordpress.com/2008/06/ 20040123-karakteristik-sumberdaya-pesisir-dan-laut-kawasan-teluk-palabuhanratu-kabupaten-sukabumi. pdf. (Verified: 2 Februari 2009).
401