HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL DAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN KEPUTUSAN MEMILIH OBYEK WISATA (Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi NTB)
WIDIASTUTI FURBANI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata: Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, September 2008
Widiastuti Furbani Nrp : P054030031
ABSTRACT WIDIASTUTI FURBANI. The Relationships between Personal Characteristics and Communication Behavior toward the Decisions in Selecting Tourism Objects (Study Case in Tourism Objects in Lombok Island West Nusa Tenggara Province). Under the supervision of SARWITITI S AGUNG and TOHA NURSALAM A number of studies on tourism seen from the point of view of communication have been carried out in which they greatly focused on the roles of groups, institution or organization in tourism businesses. Therefore this research was focused more on the utilization of various types of sources of information in supporting the tourists’ decision in visiting tourism objects without considering the organizations, institutions, or groups in tourism businesses. The independent variables used in this study included the personal characteristics of the tourists such as age, sex, hobby, income, and country of origin. The other variables included the communication behavior of the tourists at the stage of initial information search before they arrived in Lombok and the stage of confirmation after they were in the island. The variables of personal characteristics and communication behavior of the tourists were used to find out whether there was a relationship between the decisions in selecting the tourism objects of nature and culture and in determining their length of stay in Lombok. The aims of the research were (1) to find out the relationship between the tourists’ personal characteristics and their decision in selecting the object tourism, and (2) to identify the relationship between the tourists’ communication behavior and their decisions in selecting the tourism objects. The survey method was used in this research, and sample collection using the Convenience technique was carried out in the tourism areas in Lombok where seventy nine tourists were involved in this study. The primary data from the respondents were obtained through questionnaire and interview of those involved in hotel businesses and travel agencies. The secondary data were obtained from the tourism guide book of NTB Annual Figures at the Office Of Tourism NTB Province. The analysis was carried out by using Spearman Correlation. The results of the research showed that the tourists’ personal characteristics and communication behavior were interrelated with their decisions in selecting the tourism objects. The characteristics included (1) the age of the tourists which was related with their length of stay; (2) the country of origin was related with their decisions in selecting their tourism objects. On the other hand, the tourists’ communication behavior related with their decision included (1) the communication behavior at stage of searching the initial information which was related with their decision in selecting the tourism objects; (2) the communication behavior at stage of searching the initial information which was related with their decision in selecting the tourism objects nature and culture in determining the length of stay. Key words: Tourists’ personal characteristics, communication behavior, decisions in selecting tourism object and in determining length of stay.
RINGKASAN WIDIASTUTI FURBANI. Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata (Kasus Obyek Wisata di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat). Dibawah bimbingan SARWITITI S. AGUNG dan TOHA NURSALAM. Penelitian dalam bidang pariwisata dari sudut pandang komunikasi sudah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut mengkaitkan peranan sebuah kelompok, institusi ataupun lembaga yang bergerak dalam bidang pariwisata. Oleh karena itu penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan berbagai macam sumber informasi dalam mendukung keputusan berwisata tanpa melihat lembaga, institusi, ataupun sebuah kelompok yang bergerak dalam bidang pariwisata. Adapun variabel bebas yang digunakan meliputi karakteristik personal wisatawan yang terdiri dari usia, jenis kelamin, hobi, pendapatan, dan asal negara. variabel bebas lainnya adalah perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal sebelum tiba di pulau Lombok dan konfirmasi setelah berada di pulau Lombok. Variabel karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan dalam memutuskan memilih obyek wisata alam, budaya, dan masa tinggal di Pulau Lombok. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui hubungan antara karakteristik personal wisatawan terhadap keputusan memilih obyek wisata. (2) mengetahui hubungan perilaku komunikasi wisatawan terhadap keputusan memilih obyek wisata. Penelitian ini menggunakan metode survai dan pengambilan sampel dilakukan pada kawasan wisata di Pulau Lombok menggunakan tekhnik convenience dengan sampel 79 orang wisatawan asing. Data primer diperoleh melalui kuesioner oleh responden dan wawancara informasi terhadap pihak perhotelan, pemandu wisata, dan agen perjalanan. Data sekunder diperoleh melalui buku pariwisata NTB Dalam Angka Tahun di Dinas Pariwisata Provinsi NTB. Analisis data menggunakan Koefisien Korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata. Adapun karakteristik personal wisatawan tersebut adalah (1) Usia wisatawan berhubungan dengan keputusan menentukan masa tinggal. (2) Asal negara wisatawan berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam. Sedangkan perilaku komunikasi yang berhubungan dengan keputusan adalah (1) perilaku komunikasi pada pencarian informasi awal berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. (2) perilaku komunikasi konfirmasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam,obyek wisata budaya, dan menentukan masa tinggal.
Kata kunci: Karakteristik personal wisatawan, perilaku komunikasi, keputusan memilih obyek wisata dan masa tinggal
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL DAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN KEPUTUSAN MEMILIH OBYEK WISATA (Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi NTB)
WIDIASTUTI FURBANI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Ir. Sutisna Riyanto, M.S.
Judul Tesis
:
Hubungan
Karakteristik
Personal
dan
Perilaku
Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata (Kasus Obyek Wisata Di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat) Nama
:
Widiastuti Furbani
NRP
:
P054030031
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S. Anggota
Ir. Toha Nursalam, M.Si. Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S.
Tanggal ujian: 01 Agustus 2008
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.
Tanggal lulus:
PRAKATA Puji syukur pada kekuatan ALLAH SWT Raja dan Tuhan manusia atas karunia-Nya penulis dapat meraih gelar M.Si di Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih yang tulus pada Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S & Ir. Toha Nursalam, M.Si selaku pembimbing yang sabar memberi dorongan, arahan, saran dan masukan hingga tersusunnya tesis ini. Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S, penguji Luar Komisi Ir. Sutisna Riyanto, M.S dan seluruh staff pengajar KMP. Terima kasih pada seluruh teman-teman KMP, asrama Putra-Putri NTB Bogor, Klinik Medika, Puri Madani & teman-teman lainnya atas dukungan dan persaudaraannya. Saya & keluarga mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga pada bapak Drs. Cecep Rustandi, M.M. (staf pengajar di IPB) hanya Allah SWT yang bisa membalasnya dengan sempurna. Secara khusus terima kasih disampaikan pada bapak Drawani-Pemda Lotim & R. Kurnianingsih, M.Si, Lutfi & sahabatku Juarman, S.Sos untuk pendakian Rinjani - survai penelitian & Kusumawardani, S.E yang membantu penyebaran kuesioner di Senggigi, Human Resources Manager Senggigi Beach Hotel an Hairul Chotib, Senggigi Reef Resort dan Taman Restauran Senggigi an Taufan, Yellow Flower Bar & Restauran an Made dan Café & Bungalow Putri Nyale-Kuta Lombok Tengah yang telah memberi kesempatan dalam pengumpulan data yang dibutuhkan. Penghargaan tertinggi untuk kedua orang tua atas doa, motivasi dan dukungannya Drs. Zainal Abidin - Rosniwangi, kakaku Habiburrahman Hidayat, S.Psi, kedua adiku: Sufiani Roza, S.T, Aulia Fitria Sandi untuk kasih sayangnya & Lalu Muhammad Fathurrahman, S.Hi atas kesetiaan, kesabaran & cinta yang tulus hingga terwujudnya kesempurnaan ibadah ini, semuanya adalah pelitaku yang tak pernah padam. Penulis juga tidak akan pernah melupakan segala bentuk dukungan, motivasi, waktu, & dorongan saat penulis kehilangan semangat menyelesaikan tesis ini yaitu kedua pembimbingku, para sahabat: Dwi Nurul Mahmudah - Lamongan, Undang Suryatna - Bogor, Yusnidar - Aceh, Mas Ayu Ambayoen - Malang, Fahrul Abdullah - Nunukan, Mercy Patanda - Toraja, Ibrahim Arifin - Maluku, Syam Sulaeha - Jakarta, Hasnia Arami - Kendari, & Adi Rini Rahmania - Jakarta, terimakasih untuk semuanya. Bogor,
September 2008 Widiastuti Furbani
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan sebagai anak kedua dari empat bersaudara pada tanggal 19 Mei 1979 di Aikmel Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat dari pasangan Drs. Zainal Abidin dan Rosniwangi. Jenjang pendidikan formal di mulai dari SDN 4 Ampenan Lombok Barat lulus tahun 1991, SMPN 1 Mataram lulus tahun 1994 dan tahun 1997 lulus dari SMAN 5 Mataram. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Provinsi Jawa Timur pada program studi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Jurusan Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi Media Audiovisual dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis mempunyai kesempatan melanjutkan studi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs IPB) dengan mengambil program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan - KMP.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xiii xiv xv
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
Latar Belakang .................................................................................. Permasalahan .................................................................................... Tujuan dan Manfaat ............................................................................
1 4 4
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………...... Pengertian Komunikasi ....................................................................... Komunikasi Massa ...................................................................... Komunikasi Interpersonal ............................................................... Perilaku Komunikasi ........................................................................... Konfirmasi ...................................................................................... Terpaan (Exposure) Media Informasi ........................................... Image Daerah Tujuan Wisata ....................................................... Peranan Agen Perjalanan .............................................................. Komponen dalam Kegiatan Pariwisata Batasan Ruang Lingkup Wisatawan ............................................... Masa Tinggal dalam Konteks Pariwisata ........................................ Konsep Pemasaran dalam Produk Pariwisata ...................................... Pengertian Komunikasi Pemasaran ............................................... Bauran dalam Komunikasi Pemasaran........................................... Model Perilaku Pengambilan Keputusan............................................... Faktor Demografi dan Psikografi ....................................................
5 5 5 7 8 8 11 12 13
KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... Hipotesis .............................................................................................. Definisi Operasional..............................................................................
23 27 28
METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................. Metode Penelitian ................................................................................. Metode Pengambilan Sampel ............................................................... Validitas dan Reliabilitas Instrumen ....................................................... Pengumpulan Data ............................................................................... Analisis Data .........................................................................................
33 33 34 34 34 35 35
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ Letak Geografis dan Obyek Wisata ....................................................... Karakteristik Personal Wisatawan ........................................................... Perilaku Komunikasi Wisatawan ............................................................ Tahap Pencarian Informasi Awal ................................................... Tahap Konfirmasi .......................................................................... Keputusan Dalam Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal ................. Keputusan Pemilihan Obyek Wisata Alam ..................................... Keputusan Pemilihan Obyek Wisata Budaya ..................................
37 37 40 43 44 53 62 62 65
13 14 15 15 16 17 20
Keputusan Menentukan Masa Tinggal ........................................... Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................. Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................... Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................. Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................. Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................. Hubungan Perilaku Komunikasi Pada Tahap Pencarian Informasi Awal Terhadap Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal ..... Hubungan Perilaku Komunikasi Pada Tahap Konfirmasi dengan Keputusan Memilih Objek Wisata dan Masa Tinggal ..............................
70
KESIMPULAN ............................................................................................. Kesimpulan ............................................................................................ Saran .....................................................................................................
90 90 90
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
91
74 76 77 79 81 83 86
DAFTAR TABEL Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Distribusi Wisatawan Menurut Karakteristik Personal ............................ 41 Distribusi Wisatawan Menurut Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi Awal ...................................................................... 44 Distribusi Wisatawan Menurut Jenis Sumber Informasi dalam Tahap Pencarian Informasi Awal ........................................................................ 46 Distribusi Wisatawan Menurut Saluran Informasi yang Digunakan pada Tahap Pencarian Informasi Awal ................................................... 47 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana Wisata pada Tahap Pencarian Informasi Awal ....................................... 50 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Tentang Keamanan dalam Informasi Awal .............................................................................. 52 Distribusi Wisatawan Menurut Tingkat Perilaku Komunikasi Wisatawan pada Tahap Konfirmasi ........................................................ 54 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Sumber Informasi pada Tahap Konfirmasi .......................................................................... 55 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Saluran Informasi pada Tahap Konfirmasi..................................................................................... 57 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana pada Tahap Konfirmasi ......................................................................... 59 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Isi Informasi Tentang Keamanan dalam Tahap Konfirmasi..............................................................61 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Obyek Wisata Alam.......................................................................... 63 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan pada Masing-masing Obyek Wisata Alam.............................................................. 64 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Obyek Wisata Budaya ........................................................................... 66 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Masing-masing Obyek Wisata Budaya ................................................... 67 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan Masa Tinggal di Pulau Lombok .................................................................................................. 70 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Masa Tinggal dan Alokasi Waktu yang Digunakan ....................................................... 71 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Alokasi Waktu pada Obyek Wisata ................................................................................. 72 Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................. 74 Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal ..................................................................................... 76 Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal ..................................................................................... 78 Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................. .. 79 Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal .................................................................................. 81 Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal ...... . 84
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Unsur Komunikasi Pemasaran dalam Pariwisata ..................................... 2 Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen Menurut Engel ......... 3 Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunkasi Wisatawan Terhadap Keputusan Obyek Wisata ...................
17 19 26
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 2 3 4 5
Lokasi Penelitian ....................................................................................... 94 Obyek Wisata Alam Pendakian Gunung Rinjani ...................................... 95 Lokasi Kawasan Pantai Senggigi di Kabupaten Lombok Barat ................ 96 Kuesioner ................................................................................................ 97 Validitas dan Reliabilitas Instrument ......................................................... 101
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada abad 21 ini, komunikasi dan industri wisata sudah berkembang pesat yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan ini mengakibatkan terjadinya proses pembentukan tatanan dunia baru yang merupakan integrasi dari kehidupan multisektoral. Ibrahim (1999) melihat tatanan baru ini sebagai sesuatu yang ditandai dengan adanya arus investasi,
industri,
informasi,
dan
gerakan
individualisme
konsumen.
Individualisme konsumen merupakan pemenuhan kebutuhan untuk diri pribadi pada sektor barang dan jasa. Sumarwan (2004) melihatnya sebagai elemen krusial dalam pertukaran antara pelanggan dan penyuplai. Bagi daerah tujuan wisata hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan pelayanan dan jasa bagi kebutuhan para wisatawan. Masing-masing pihak memberikan sesuatu yang bernilai kepada pihak lain dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Semuanya mengalir melalui jaringan telekomunikasi, transportasi, dan turisme. Saat ini komunikasi sudah berkembang menjadi industri dan telah mampu membentuk lembaga industri komunikasi seperti media massa, jasa komunikasi atau manajemen komunikasi, periklanan, public relation, ataupun lahirnya lembaga-lembaga penelitian dalam bidang komunikasi dan media. Perubahan dalam teknologi komunikasi diakui juga oleh Rakhmat (2001) yang mengutip pendapat dari Frederick Williams bahwa teknologi komunikasi mampu mengubah
pola
kehidupan
santai
kita,
transportasi,
kesehatan,
politik,
pendidikan, dan seluruh tatanan sosial. Kemudahan dalam mengakses informasi ini berdampak pada lahirnya pemikiran baru dimana informasi dijadikan pertimbangan ketika akan mengambil suatu keputusan. Informasi tersebut berhubungan dengan perkembangan yang terjadi di belahan dunia lain, hiburan, dan tidak kalah pentingnya adalah informasi mengenai daerah tujuan wisata. Saat ini pertumbuhan tingkat kunjungan wisata dunia mengalami peningkatan yang sangat pesat. Menurut Orams (1999) pertumbuhan perjalanan wisata saat ini dapat disusun sebagai satu agenda industri terbesar didunia. Perjalanan wisata tersebut didorong oleh meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat dunia terutama pada negaranegara industri maju, seperti negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Australia, maupun negara-negara Asia lainnya (Wahab, 2003).
2
Seiring meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat dunia, negaranegara maju mempunyai Undang-undang resmi yang khusus mengatur masa liburan dan diberlakukan pada seluruh instansi pemerintah dan swasta, seperti Amerika Serikat yang mempunyai masa liburan penting pada perayaan Thanksgiving dan Natal. Selain Amerika Serikat ada juga perbedaan jumlah masa liburan di negara-negara maju lainnya, seperti negara Australia dan Belanda yang mempunyai masa libur selama 20 hari setiap tahun, Perancis mempunyai masa libur 25 hari setiap tahun, dan Cina menetapkan 10 hari masa libur setiap tahunnya (Hall dan Cooper, 2008). Adanya masa libur yang tetap dan tingginya minat wisatawan asing berlibur keberbagai negara, menjadikan Pemerintah Indonesia lebih serius mengembangkan pariwisata dengan menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan wisata dunia. Langkah dari keseriusan pemerintah Indonesia dapat dilihat dengan dicanangkannya program Visit Indonesia 2008 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia Jero Wacik. Pemerintah mengajak seluruh provinsi yang mempunyai potensi wisata untuk lebih aktif mengembangkan sektor pariwisata. Salah satunya adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang potensi wisatanya tidak kalah menarik dengan provinsi lainnya di Indonesia. Dilihat dari peta tujuan wisata Indonesia, Provinsi NTB secara geografis mempunyai posisi yang cukup strategis karena berada di antara Pulau Bali, Tana Toraja, dan Pulau Komodo. Posisi strategis tersebut dinamakan ”segitiga emas” kawasan wisata. Peranan media massa cetak maupun elektronik yang digunakan pemerintah Provinsi NTB sebagai sarana promosi obyek wisata diduga menyebabkan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing yang cukup signifikan di Provinsi NTB. Berdasarkan statistik yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi NTB jumlah kunjungan wisatawan asing tahun 2005 mencapai 128.768 (DIKPAR, 2005). Hal ini tidak lepas dari peran aktif pemerintah Provinsi NTB dan pelaku wisata lainnya dalam mempromosikan obyek wisata alam maupun budaya melalui media massa cetak dan elektronik. Isi pesan mengenai informasi wisata umumnya bersifat persuasif karena bertujuan mengajak calon wisatawan untuk mengunjungi Provinsi NTB. Hal ini sejalan dengan pandangan Liston (2005) bahwa untuk kegiatan apapun yang
bertujuan
promosi,
kriteria
pesan
haruslah
tepat,
dapat
dipertanggungjawabkan, memiliki perbedaan, dan bersifat persuasif atau
3
mengajak. Selain itu isi pesan harus bersifat strategis artinya pesan mampu memberi motivasi ataupun inspirasi untuk meyakinkan khalayak bahwa apa yang diungkapkan adalah sebuah kebenaran. Untuk itu perlu dilakukannya suatu penelitian mengenai pariwisata dengan sudut pandang komunikasi. Penelitian mengenai pariwisata dari sudut pandang komunikasi sudah banyak dilakukan seperti melihat peranan sebuah kelompok, institusi atau lembaga yang bergerak dalam bidang pariwisata. Salah satu penelitian yang melihat peranan sebuah kelompok dalam pariwisata dilakukan oleh Ichwanudin pada tahun 1998 dengan judul ”Peserta kelompok penggerak pariwisata (kompepar) dengan adopsi program Sapta Pesona di Kabupaten Sukabumi”. Variabel bebas yang diteliti adalah karakteristik personal yang meliputi usia, pendidikan, pendapatan dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Variabel bebas lainnya adalah perilaku komunikasi yang terdiri dari mencari informasi dan menyebarkan informasi Sapta Pesona. Sedangkan variabel terikatnya yaitu adopsi inovasi yang terdiri dari pengetahuan, persepsi, dan penerepan unsur-unsur Sapta Pesona. Penelitian tersebut menyimpulkan 1) semua peubah perilaku komunikasi responden berhubungan nyata dengan tingkat pengetahuan, persepsi, dan penerapan masyarakat terhadap unsur-unsur program Sapta Pesona. 2) tingkat hubungan antar peubah karakteristik dan perilaku komunikasi bervariasi diantaranya (a) pendidikan sekolah, pendapatan dan jumlah tanggungan dalam keluarga berhubungan nyata dengan perilaku mencari informasi; (b) umur dan pendidikan formal maupun non formal berhubungan nyata dengan penyebarkan informasi. Sedangkan penelitian lainnya mencoba mengevaluasi program promosi wisata melalui web side milik Departemen Pariwisata Seni dan Budaya dari tahun 1995 - 2001. Evaluasi pada penelitian tersebut hanya bersifat formatif yang lebih ditekankan pada proses dan mekanisme pengelolaan program serta output kegiatan yang dapat dicapai. Penelitian dilakukan oleh Astuty (2002) dengan judul ”Strategi Komunikasi Promosi Pemasaran Elektronik Pariwisata Indonesia”. Program yang dianalisa adalah program promosi pemasaran pariwisata Indonesia dalam rangka Penyelamatan Citra Pariwisata Indonesia dalam website www.indonesia-tourisminfo.co.id. Kesimpulan dari evaluasi program tersebut adalah (1) dilihat dari pembuatan website, telah dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan baik dalam proses dan mekanisme program maupun dalam hal out-put kegiatan yang
4
telah dilaksanakan. (2) dilihat dari tujuan program, untuk membangun citra positif pada masyarakat internasional sepenuhnya belum berhasil. (3) dilihat dari pengamatan terhadap penggunaan internet, diketahui adanya peningkatan dalam menggunakan internet oleh wisatawan maupun calon wisatawan. Berdasarkan uraian dari penelitian yang pernah dilakukan maka penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan sumber informasi beserta salurannya dalam mendukung keputusan berwisata tanpa melihat peranan suatu lembaga, institusi, ataupun sebuah kelompok yang bergerak dalam bidang pariwisata. Oleh karena itu penelitian ini mengkaji hubungan antara masingmasing karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi terhadap keputusan memilih obyek wisata dan masa tinggal di Pulau Lombok. Khusus mengenai karakteristik perilaku komunikasi dibagi menjadi dua yaitu pencarian informasi sebelum berada di Pulau Lombok dan setelah berada di Pulau Lombok. Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan dalam penelitian adalah: 1. Bagaimana hubungan karakteristik personal wisatawan dengan keputusan memilih obyek wisata? 2. Bagaimana hubungan perilaku komunikasi wisatawan dengan keputusan memilih obyek wisata? Tujuan Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik personal wisatawan dengan keputusan memilih obyek wisata. 2. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku komunikasi dengan keputusan wisatawan memilih obyek wisata. Manfaat Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Provinsi NTB, khususnya seluruh kabupaten yang ada di Pulau Lombok untuk menggunakan media informasi yang tepat sebagai sarana promosi dan informasi daerah tujuan wisata sehingga hasil penelitian ini bisa lebih bermanfaat untuk pengembangan dan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing.
5
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi Komunikasi Massa Pengertian komunikasi mengacu pada penggunaan media komunikasi secara massa. Istilah massa menurut McQuail (1987) adalah khalayak yang sangat luas maknanya dan seringkali lebih besar dari suatu kebanyakan kelompok, kerumunan atau publik. Massa ditandai dengan adanya komposisi yang selalu berubah dan berada dalam batas wilayah yang selalu berubah pula serta terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Khalayak tidak bertindak untuk dirinya sendiri tetapi dikendalikan untuk melakukan suatu tindakan. Para anggotanya berasal dari semua lapisan sosial dan kelompok demografis. Selain itu McQuail menambahkan bahwa kata massa kadangkala digunakan untuk menyebutkan para konsumen di pasar massal atau sejumlah besar pemilih (khalayak pada pemberi suara). Kumpulan semacam itu seringkali ada hubungannya dengan pengertian khalayak. Media massa digunakan untuk mengarahkan atau mengendalikan perilaku konsumen dan perilaku politik sejumlah besar pemilih. Pengembangan konsep massa mengandung pengertian masyarakat secara keseluruhan atau masyarakat massa (McQuail, 1987). Shannon dan Weaver melihat komunikasi dalam arti yang sangat luas untuk menampung semua prosedur yang bisa digunakan oleh satu pikiran untuk mempengaruhi pikiran lain. Selain itu komunikasi bertujuan sebagai suatu usaha untuk mempengaruhi tingkah laku sasaran (tujuan) komunikasi (atau penerima pesan) yang diaplikasikan dalam situasi komunikasi massa sehingga komunikasi dapat dilihat dalam berbagai bentuk hubungan (Shannon dan Weaver, diacu dalam Severin dan Tankard 2005). Secara lengkap Lasswell mengemukakan bahwa komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut, who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa) dan with what effect (dengan efek apa)? Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni komunikasi interpersonal dan komunikasi massa (Lasswell 1948, diacu dalam Effendy 1988).
6
Dalam menggambarkan unsur penting dalam komunikasi massa diperlukan gambaran institusi media massa. Unsur penting dalam proses komunikasi massa dapat dibandingkan dengan komunikasi tatap muka antara beberapa orang (antarpribadi dan komunikasi di dalam kelompok atau komunikasi organisasi). Hal ini terkait dengan sumber dalam komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan suatu organisasi formal dan pengirimnya seringkali merupakan komunikator profesional (McQuail, 1987). Sedangkan
Ardianto
dan
Erdinaya
(2004)
melihat
komunikasi
interpersonal sebagai suatu proses adalah komunikator dan komunikannya tatap muka (face to face communication) dan di antaranya saling berbagi ide, informasi dan berbagi sikap. Sedangkan komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Lebih jauh Ardianto dan Erdinaya melihat bentuk komunikasi lain yang tidak dapat dikategorikan sebagai komunikasi interpersonal tetapi memiliki sifat interpersonal karena komunikannya sering kali hanya satu orang dan dikenal oleh komunikatornya. Bentuk komunikasi ini tidak dapat dikategorikan ke dalam komunikasi massa meskipun memiliki situasi pada komunikasi massa. Bentuk komunikasi tersebut adalah komunikasi medio (seperti telepon, teleks, faksimili, dan sejenisnya). Kata medio berasal dari bahasa Latin yang berarti tengah-tengah dan mempunyai karakteristik yang berada di antara komunikasi interpersonal dan komunikasi massa. Kategori komunikasi media dalam dunia periklanan adalah poster, spanduk, transit/panel bis, pameran, direct mail, kalender, display. Oleh karena itu Severin dan Tankard (2005) mendefenisikan komunikasi massa secara lengkap sebagai berikut: 1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim. 2. Pesan-pesan yang disebarkan bertujuan untuk mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.
7
Komunikasi Interpersonal Komunikasi selalu mempunyai dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindakan komunikasi. Dalam hubungan interpersonal yang melibatkan komunikasi antara dua orang maka salah satunya bertujuan untuk mempengaruhi dan membantu meningkatkan efektifitas komunikasi masingmasing individu (DeVito, 1997). Sedangkan Rakhmat (2001) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yaitu 1. Percaya. Dalam
proses komunikasi, percaya dapat meningkatkan komunikasi
interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai tujuannya. 2. Adanya sikap suportif. Suportif merupakan sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Sikap defensif ditandai dengan seseorang akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Seperti dari faktor personal ditandai dengan adanya ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, dan lainnya. 3. Adanya sikap terbuka. Sikap yang ditandai dengan adanya dorongan untuk saling mengerti ataupun saling menghargai. Komunikasi interpersonal bisa lebih efektif dalam mempengaruhi komunikan daripada media massa. Hal ini dinyatakan oleh Rivers at al. (2003) bahwa komunikasi interpersonal dalam proses penyampaian pesan mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam mempengaruhi seseorang. Faktor personal ini terjadi (orang-orang dekat yang berpengaruh ataupun pembuat opini) ada di antara pesan media dan respon individu. Sedangkan Middleton dan Clarke (2001) memaknai komunikasi interpersonal sebagai komunikasi informal karena dilakukan secara lisan dan terdiri dari teman maupun kelompok acuan. Dalam usahanya untuk membujuk, media dihadapkan pada suatu jaringan komplek yaitu adanya hubungan interpersonal yang bisa melemahkan pesannya. Artinya masing-masing individu mempunyai gambaran yang berbeda terhadap makna pesan yang disampaikan, dilihat, ataupun yang didengar sehingga komunikasi interpersonal dapat dimaknai sebagai aktivitas manusia dalam menyampaikan dan menerima pesan dari orang lain. Aktivitas tersebut
8
dapat dilihat sebagai suatu situasi yang memungkinkan suatu sumber menyebarluaskan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima (Miller, diacu dalam Mulyana 2001). Sebelum pesan sampai pada penerima ada suatu proses yang dapat mendukung berhasilnya suatu informasi. Hybels dan Weafer memaknai komunikasi sebagai suatu proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan tulisan tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya, penampilan diri atau menggunakan alat bantu di sekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan (Hybels dan Weafer, diacu dalam Liliweri 2003). Perilaku Komunikasi Konfirmasi Dalam lingkup pariwisata, informasi memegang peranan sangat penting. Menurut Gunn (1994) istilah informasi berisikan tentang deskripsi mengenai peta, buku panduan wisata, rekaman gambar dalam format video, artikel majalah, narasi para pemandu wisata, dan brosur. Perpaduan antara informasi peta (lokasi wisata) dengan buku panduan wisata dapat membantu wisatawan menemukan kebutuhan informasi tentang perjalanan wisata apa yang ingin mereka saksikan dan kerjakan. Kolb (2006) menyatakan bahwa pencarian informasi dilakukan sebelum membuat keputusan mengenai tujuan wisata. Wisatawan menggunakan sejumlah waktu untuk mencari informasi melalui banyak sumber-sumber informasi sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan pada berbagai pilihan sebelum memutuskan apa yang akan dikunjungi. Sumber informasi tersebut berisikan fakta tentang produk, jasa, dan keuntungan yang diperoleh melalui internet, bertanya pada teman dan keluarga. Pentingnya pencarian informasi dinyatakan juga oleh Ricci dan Werthner (2001) bahwa wisatawan selalu berdasarkan informasi dalam menentukan kebutuhan mengenai tempat yang dituju, aktivitas yang akan dilakukan, pelayanan, pemilihan batasan waktu, dan anggaran. Contohnya pada perilaku mencari informasi mengenai hotel yang menyangkut fasilitas dan restaurant pada perencana perjalanan (agen perjalanan). Selain itu informasi wisata dapat diperoleh melalui media informasi formal yang bertujuan untuk membujuk wisatawan melalui brosur, promosi melalui
9
teknik penjualan langsung, aktivitas public relation dan Internet. Selain informasi formal, wisatawan dapat memperoleh informasi secara informal melalui keluarga mereka, para teman dan kelompok orang dengan siapa mereka saling berhubungan di tempat kerja dan secara sosial melalui kelompok acuan atau biasa dikenal sebagai pembentuk opini (Middleton dan Clarke, 2001). Internet menjadi pilihan wisatawan dalam memperoleh informasi bisa disebabkan mudah mengaksesnya dengan biaya yang relatif lebih murah. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Chang (Chang 1988, diacu dalam Severin dan Tankard, 2005) bahwa untuk kategori daya akses atau jangkauan pengunjung situs internet lebih melihat pada nilai ekonomisnya (gratis atau murah) dibandingkan hanya untuk kesenangan (kemudahan mengakses informasi). Selain itu negara-negara Eropa, Amerika, Australia, maupun sebagian besar Asia menjadikan internet sebagai media informasi yang sangat populer setelah buku ataupun media informasi lainnya. Fitur
internet
yang
berisikan
informasi
wisata
diantaranya
www.travel.discovery.com atau www.travelchanel.com. Website ini mencakup informasi perjalanan wisata di seluruh dunia dengan berbagai macam lokasi tujuan wisata dan jenis wisata yang diinginkan. Informasi wisata yang bisa diakses diantaranya adalah adventure travel & sports, beaches, budget travel, museums & culture, romance & honeymoons, travel tips, world's best lists, dan lainnya. Sedangkan situs resmi pariwisata Indonesia adalah www.budpar.go.id yang menampilkan secara lengkap informasi wisata di seluruh Provinsi di Indonesia
dalam
berbagai
bahasa
Internasional.
Situs
lainnya
adalah
www.indonesia-tourisminfo.co.id yang menampilkan informasi daerah tujuan wisata seperti Sumatra, West Java, Central Java, Sumba, North Aceh, dan Bengkulu. Website tersebut menggunakan lima bahasa yaitu Indonesia, Inggris, Perancis, Belanda, dan Jerman (Astuty, 2002). Adanya perilaku wisatawan ketika mencari informasi secara berulangulang dapat sebut sebagai konfirmasi. Pengertian konfirmasi merujuk pendapat dari Rogers (Severin dan Tankard, 2005) bahwa konfirmasi merupakan penguatan atau pembalikan keputusan inovasi yang dibuat. Sedangkan dari kamus komunikasi istilah konfirmasi adalah penegasan yang mengandung kenyakinan atau pengesahan sehingga tidak diragukan lagi (Effendy, 1989). Dalam buku Psikologi Komunikasi yang ditulis oleh Rakhmat (2001) bahwa dalam konteks hubungan interpersonal sangat diperlukan suatu
10
peneguhan yang terangkum dalam konteks respon yang tepat. Respon yang tepat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan interpersonal yang terjadi. Respon terbagi menjadi dua yaitu konfirmasi dan diskonfirmasi. Konfirmasi akan memperteguh hubungan interpersonal dan diskonfirmasi akan merusak hubungan tersebut. Respon dalam konfirmasi tersebut dapat dilihat sebagai berikut: 1. Pengakuan langsung yaitu tahap dimana seseorang memberikan respon segera yang ditandai dengan menerima informasi dari sumber dan bentuk media komunikasi yang digunakan. 2. Perasaan positif yaitu tahap dimana seseorang menanggapi informasi dengan bersikap positif. 3. Respon meminta (bertanya) yaitu tahap menggali informasi lebih banyak lagi. 4. Respon setuju yaitu sikap yang ditandai dengan kesetujuannnya terhadap pilihan. Pada tahap ini terjadi peneguhan terhadap fakta tentang pilihan yang telah diketahui. 5. Respon suportif yaitu ungkapan dalam bentuk pengertian, dukungan, atau memperkuat keyakinan. Sumber informasi wisata lainnya berupa media massa yang terdiri dari media cetak dan elektronik. Adanya penggunaan berbagai sumber informasi sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan tujuan wisata menunjukan ketidakpuasan wisatawan dengan satu sumber informasi. Umumnya seseorang merasa tidak puas hanya dengan satu jenis media saja dan jika seseorang ingin mengetahui lebih jauh tentang sesuatu maka ia akan mencarinya dari macammacam media (Lazarfeld dan Merton, diacu dalam Rivers at al. 2003). Media informasi tersebut salah satunya adalah buku panduan wisata. Beberapa negara Eropa ada yang menerbitkan buku mengenai wisata dunia. Negara-negara tersebut terdiri dari negara Jerman, Inggris, dan Perancis. Negara Jerman dan Inggris mempunyai buku terbitan mengenai panduan wisata yang memuat informasi secara menyeluruh mengenai wisata yang ada diseluruh dunia termasuk Indonesia dengan berbagai daerah tujuan wisatanya. Sedangkan Perancis belum mempunyai terbitan buku panduan (biasanya yang diterbitkan berupa buku panduan informasi perhotelan yang cukup lengkap) dengan kualitas setaraf dengan negara-negara seperti Jerman dan Inggris. Namun negara Perancis cukup dikenal sebagai negara yang dapat memberikan informasi terbaik mengenai informasi wisata (Wahab, 2003).
11
Selain
menggunakan
buku
panduan
wisata,
wisatawan
dapat
menggunakan brosur-brosur wisata. Dalam industri perjalanan (travelling), pariwisata, taman bermain, daerah wisata, atraksi, dan perhotelan merupakan pengguna brosur yang paling besar. Mereka menyebarkan informasi kepada pebisnis, pencari kesenangan, dan profesional yang sering melakukan perjalanan. Selain itu itu brosur mampu mengidentifikasi penempatan informasi suatu produk atau jasa (Roman at al. 2005). Terpaan (Exposure) Media Informasi Terpaan (exposure) menurut Shimp (2003) adalah konsumen yang berinteraksi dengan pesan dari pemasar (mereka melihat iklan di majalah, mendengar iklan di radio, dan lainnya). Terpaan sendiri merupakan tahap awal menuju tahap-tahap dalam proses informasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam proses informasi dari tahapan sumber informasi yang digunakan hingga bagaimana khalayak dapat menerima informasi yang dibutuhkan. Terpaan tidak menjamin bahwa pesan akan menghasilkan efek tetapi ini merupakan tahapan penting untuk taraf berikutnya dalam memproses informasi. Terpaan membutuhkan beberapa hal diantaranya: 1. Saluran media yang ditayangkan atau didistribusikan (surat kabar, majalah, radio, televisi dan sebagainya). 2. Konsumen menerima terpaan dari saluran media (dengan membaca surat kabar, majalah, mendengarkan radio, menonton televisi dan sebagainya). 3. Konsumen menerima terpaan dari iklan tertentu dan pengiklan yang disampaikan pada media yang ada melalui saluran media. Jadi ketika individu menerima informasi dari penyampai pesan yang memiliki tujuan tertentu dari saluran media yang dikonsumsi oleh individu, maka keadaan ini disebut sebagai terpaan individu (Amini, 2004). Donohew at al. (1980) dalam teorinya tentang Aktivasi Terpaan Informasi (Activation Theory of Information Exposure) menjelaskan bahwa seorang individu akan berusaha mencari (memenuhi) stimulasi dan informasi dari suatu pesan yang sesuai dengan keinginannya, sebelum mereka memenuhi kebutuhannya terhadap informasi itu sendiri. Kebutuhan akan informasi dan stimulasi bias berbeda untuk setiap individu. Oleh karena itu setiap orang akan memilih
stimulasi
dan
informasinya itu sendiri.
informasi
yang
menarik
perhatiannya
daripada
12
Image Daerah Tujuan Wisata Image muncul tidak lepas dari peranan sumber informasi yang memberikan sebuah gambaran positif atau negatif tentang kawasan wisata. Hal ini merupakan efek dari komunikasi massa dimana realitas yang terbentuk merupakan gambaran yang mempunyai makna (Rakhmat, 2001) sehingga Yoety (2002) menyatakan gambaran positif tentang produk daerah tujuan wisata merupakan image atau citra positif terhadap daerah tujuan wisata. Adanya gambaran positif tidak lepas dari peranan stimuli dan stimuli merupakan setiap input yang dapat ditangkap oleh alat indra (Rakhmat, 2001). Stimuli dapat juga dipahami dari konteks pemasaran yaitu stimuli merupakan hal terpenting dari realitas artinya suatu proses dengan mana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan dan menginterpretasi stimuli kedalam suatu gambaran dunia yang berarti (Simamora 2004). Gambaran realitas ini dapat dilihat pada bentuk pilihan media seperti visual, visual gerak, audio, dan audiovisual. Media mampu di terima oleh stimuli panca indra yang merespon bentuk media. Panca indra akan cepat merespon bila terdapat warna-warna terang dan adanya penggabungan dalam bentuk gerak. Kemampuan dalam menstimuli pesan tidak lepas dari kemampuan masing-masing panca indra. Hal ini terlihat pada panca indra penglihatan yang mampu menstimuli pesan lebih tinggi hingga 83% bila dibandingkan dengan panca indra pendengar yang hanya mencapai 11%. Sedangkan untuk panca indra penciuman hanya mencapai 3,5%, indra perasa mencapai 1,5%, dan indra pengecap hanya 1% (Soedarmanto, 1998). Dalam komunikasi periklanan penggunaan media (media massa, elektronik) adalah hal yang sangat penting. Menurut Roman at al. (2005) image adalah adanya interaksi langsung dengan konsumen. Interaksi langsung ini lebih cepat mempengaruhi calon konsumen dan dalam ilmu komunikasi interaksi langsung terjadi dalam komunikasi dua arah. Gunn (1994) dalam bukunya tourism planning: basic, concepts melihat gambaran wisata erat kaitannya dengan informasi pada media dan peranan para biro perjalanan. Kaitan terhadap peranan tersebut lebih kepada pemberian informasi positif tentang daerah tujuan wisata dengan segala fasilitas pendukung. Selain itu pihak agen perjalanan lebih menekankan untuk merekomendasikan kawasan wisata yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan ataupun kemampuan dari calon wisatawan itu sendiri.
13
Peranan Agen Perjalanan Sejarah mencatat orang pertama yang dianggap sebagai traveller adalah Marcopolo pada tahun 1254-1374 yang melakukan perjalanan dari benua Eropa ke daratan Tiongkok dan kembali ke Venesia. Awal abad ke-XIX ditandai dengan kemajuan dalam bidang transportasi yang meliputi darat, laut dan udara sehingga memungkinkan dan memudahkan seseorang untuk berkunjung antar negara atau kota. Menurut Suwantoro (2004) dan Gunn (1994) tercatat dalam sejarah bahwa Thomas Cook dianggap sebagai orang pertama yang menjalankan profesi travell agent atau agen perjalanan di tahun 1855 pada The Paris Exhibition. Peranan Agen perjalanan sangat penting dalam memberikan informasi tentang daerah tujuan wisata dan Wahab (2003) menyatakan bahwa agen perjalanan menangani kira-kira 70 % usaha perjalanan. Profesi agen perjalanan bertumpu pada kepercayaan yaitu kepercayaan pelaku perjalanan tentang bentuk
pelayanan
dan
macam
wisata
yang
diinginkan.
Wahab
juga
menambahkan bahwa profesi agen perjalanan sifatnya sangat kompleks karena variasi jasa dan pelayanannya kepada pelanggan menyebabkan agen perjalanan menjadi salah satu sektor penting dalam industri pariwisata. Hal ini dikarenakan agen perjalanan menjadi salah satu tempat mengakses hampir semua produk di dalam pariwisata dan traveling (Middleton dan Clarke, 2001). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Gunn (1994) bahwa agen perjalanan mempunyai keleluasaan yang lebih luas dibandingkan dengan sumber informasi lainnya dalam hal mempengaruhi calon wisatawan tentang lokasi wisata yang dapat dikunjungi. Lebih jauh lagi Gunn menyatakan dari sudut bisnis, lokasi bangunan ataupun gedung-gedung yang dimiliki suatu kawasan daerah tujuan wisata kedudukannya sedikit lebih penting dari seluruh produk wisata yang dapat ditawarkan. Wisatawan lebih mementingkan di mana letak lokasi wisata yang akan di kunjunginya. Komponen dalam Kegiatan Pariwisata Batasan dan Lingkup Wisatawan Pariwisata pada umumnya adalah suatu hal yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme. Hal ini dipertegas oleh Gunn (1994) bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan yang merangkum seluruh perjalanan dengan tujuan menikmati keindahan suatu tempat pada saat
14
liburan ataupun menikmati sebuah perjalanan yang menyenangkan. Istilah lain yang berhubungan dengan pariwisata adalah wisatawan. Orang yang datang ke lokasi wisata tidak semuanya dapat dikatakan sebagai seorang wisatawan. Hal ini berdasarkan pengertian akan makna dari wisatawan itu sendiri. Menurut Wahab (2003), Suwantoro (2004) dan Gunn (1994) dapat dirangkum makna wisatawan (tourist) yaitu pengunjung yang menetap sekurangkurangnya 24 jam disuatu negara dan maksud mereka berkunjung dapat didasarkan atas dua hal yaitu 1). Waktu luang seperti berekreasi, cuti, untuk kesehatan, studi, dan olah raga; 2). Bisnis, keluarga, misi, rapat dinas. Jadi seseorang dapat dikatakan sebagai seorang wisatawan jika memiliki masa tinggal selama 24 jam atau lebih yang tersebar di seluruh kawasan wisata dengan tujuan untuk berlibur, usaha perdagangan, dinas (bekerja) ataupun datang untuk mengunjungi kerabat atau handai tolan mereka. Masa Tinggal dalam Konteks Pariwisata Masing-masing wisatawan mempunyai masa tinggal yang berbeda pada daerah tujuan wisata. Salah satu prinsip dasar dari pariwisata adalah masa tinggal karena akan diperoleh informasi mengenai jumlah masa tinggal wisatawan dari yang terendah hingga jumlah maksimum (Cooper dan Hall, 2008). Para pemasar yang bergerak dalam bidang pariwisata menganggap penting data mengenai jumlah kedatangan dan masa tinggal wisatawan. Dengan adanya informasi tersebut maka akan mudah bagi para pemasar untuk mengetahui kegiatan wisata dan jumlah penerimaan yang dihasilkan dari pengeluaran wisatawan. Menurut Wahab (2003) dalam mengukur lalu lintas wisata dibutuhkan informasi mengenai jumlah masa tinggal wisatawan yang diketahui dari penjumlahan seluruh lamanya malam wisatawan menginap di hotel. Untuk menentukan rata-rata lama tinggal para wisatawan dapat dilakukan dengan lebih sederhana yaitu dengan mengelompokan wisatawan berdasarkan asal negaranya dengan memberikan suatu batasan atau kategori mengenai lama tinggalnya. Misalnya saja kurang dari tujuh hari, delapan hari sampai lima belas hari, dan seterusnya. Ada juga yang membagi jumlah malam menginap dengan jumlah wisatawan pada daerah tujuan wisata. Namun penghitungan tersebut sangat
15
lemah karena dapat terjadi penghitungan jumlah masa tinggal pada wisatawan yang sama. Hal ini disebabkan sebagian wisatawan suka berpindah tempat menginap dari hotel A ke hotel B. Konsep Pemasaran dalam Produk Pariwisata Pengertian Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya yaitu komunikasi dan pemasaran. Menurut Shimp (2003) pemasaran merupakan sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya. Pemasaran lebih umum pengertiannya daripada komunikasi pemasaran namun kegiatan pemasaran banyak melibatkan aktivitas komunikasi. Jika digabungkan maka komunikasi pemasaran dapat merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. Secara garis besar konsep produk dalam pemasaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu produk berupa barang berwujud (tangible products) dan barang tidak berwujud (intangible products). Menurut Yoety (2002) produk industri pariwisata lebih bersifat intangible products. Selain sifatnya tidak nyata, dalam produk industri pariwisata terdapat bermacam-macam kegiatan yang harus dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi. Namun prinsip pemasaran dalam pariwisata umumnya tetap sama untuk pemasaran jasa (marketing of service) dengan pemasaran barang (marketing of goods). Lebih jauh Yoety (2002) membagi beberapa karakteristik produk industri pariwisata yang berbeda dengan sifat barang-barang manufaktur diantaranya: 1. Tourism is a servise. Produk industri pariwisata tidak berwujud karena itu produk tersebut tidak dapat dipindahkan, dicoba, ataupun dikumpulkan. Pada barang berwujud terjadi pemindahan hak milik dari penjual kepada pembeli terjadi setelah transaksi selesai dilakukan. Tidak demikian dengan produk industri pariwisata dimana pembeli sangat bergantung pada penjual untuk mengkonsumsinya. Dalam transaksi tersebut tidak mengakibatkan terjadinya pemindahan hak milik tetapi hanya ada hak pakai untuk sementara waktu. Hal ini terlihat ketika wisatawan membeli paket wisata. Pada saat itu wisatawan tersebut tidak
16
menerima apapun kecuali selembar kuitansi sebagai bukti bahwa ia telah membelinya tetapi apa yang dibelinya tidak bisa dikonsumsi sendiri tanpa bantuan penjual (tour operator) yang biasanya diwakili oleh pemandu wisata. 2. Travel motivations are heterogeneous. Motivasi perjalanan wisata yang dilakukan seseorang berbeda satu dengan yang lain. Diantaranya ada yang ingin menyaksikan hasil kebudayaan, kesenian, adat istiadat atau kebiasaan hidup masyrakat. Selain itu ada juga yang bertujuan untuk menyaksikan keindahan alam atau melakukan kegiatan olah raga. 3. Fragmented supply vs composite demand Produk industri pariwisata merupakan kumpulan dari beberapa produk perusahaan-perusahaan termasuk kelompok industri pariwisata dalam hal ini bertindak sebagai penyedia jasa (supplier). Penyedia jasa tersebut terdiri dari akomodasi hotel, restauran, entertainment, maupun pusat perbelanjaan dimana antara yang satu dan lainnya terpisah (fragmanted) dan berbeda dalam hal lokasi, fungsi, pemilik, manajemen, dan produknya. Sedangkan dalam hal permintaan selalu dalam bentuk kombinasi atau campuran (composite) dari beberapa produk seperti produk transportasi, kamar untuk menginap di hotel, dan sarapan pagi di hotel. Bauran dalam Komunikasi Pemasaran Bentuk bauran komunikasi pemasaran dalam konteks pariwisata meliputi
price, promotion, place, product (Yoety, 2002). Produk (product)
merupakan keseluruhan totalitas produk yang akan ditawarkan meliputi jenis, bentuk dan nama produk, kwalitas produk dan desain produk. Harga (price) merupakan keseluruhan aspek yang menyangkut kebijakan mengenai harga dari produk. Umumnya konsumen menggunakan harga sebagai referensi untuk memberikan perhatian terhadap sesuatu produk. Bagi konsumen harga sering dikonotasikan dengan kualitas produk yang ditawarkan. Biasanya konsumen akan berfikir apakah harga sesuai dengan nilai produk tersebut bagi dirinya. Tempat (place) menyangkut kebijakan penentuan tempat penawaran produk untuk membentuk citra positif mengenai tempat di dalam hati sanubari dan pikiran konsumen. Citra yang dimaksud meliputi lokasi (jauh dekat dari konsumen), bentuk bangunan (arsitektur, desain eksterior dan interior), logo, pegawai/pelayan toko, tata cara pelayanan angkutan barang, dan lainnya.
17
Promosi (promotion) bertujuan untuk menginformasikan produk kepada konsumen dan mempengaruhi konsumen untuk membelinya. Promosi yang dilakukan oleh pemasar ataupun suatu agen priklanan lebih sering menggunakan media massa yang dapat mencakup khalayak lebih luas. Gunn (1994) melihat pasar wisata dari sudut demand (markets) dan supply (development) seperti dalam gambar 1 dibawah ini. Transportsi
Pelayanan
Promosi
Atraksi
Informasi
Gambar 1 Unsur Komunikasi Pemasaran dalam Pariwisata Dari pendapat Gunn (1994) akan diketahui why (alasan, motif) dari wisatawan ketika datang mengunjungi daerah atau negara tujuan wisata. Kemudian akan diketahui what (apa saja) macam-macam obyek wisata yang tersedia. Satu hal yang terpenting disini adalah mengetahui where (dimana) para wisatawan mengetahui informasi tentang obyek wisata yang akan dikunjungi. Secara keseluhan hal tersebut merupakan bagian dari komunikasi pemasaran yang lebih menekankan pada makna persuasion atau membujuk. Menurut Fill (1999) dari sudut pemasaran, kegiatan pameran secara tidak langsung sudah mengarah pada penjualan langsung terhadap image wisata yang ditawarkan. Penjualan langsung sebagai respon dari komunikasi langsung dapat membangun hubungan antar orang perorang ataupun membangun hubungan kemitraan. Terpenting pada penjualan langsung adalah adanya interaksi dalam berkomunikasi dengan masing-masing pelanggan. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dapat mengetahui informasi suatu produk tidak lepas dari peranan sebuah iklan. Dikalangan praktisi bisnis, iklan difungsikan sebagai perangsang dan pembentuk perilaku konsumen sehingga dapat dirumuskan
18
beberapa tujuan dan fungsi penyajian iklan. Menurut Wibowo (2003) tujuan dan fungsi penyajian iklan adalah sebagai berikut: 1. Untuk menarik perhatian masyarakat calon konsumen. 2. Menjaga atau memelihara citra nama (brand image) yang terpatri dibenak masyarakat. 3. Menggiring citra nama itu hingga menjadi perilaku konsumen Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk maupun jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan setelah tindakan ini. Lebih jauh lagi Engel menyatakan bahwa akar utama dari perilaku konsumen adalah ekonomi dan pemasaran. Selain itu proses pembelian lebih menjadi perhatian para pemasar (profit atau nonprofit) daripada proses konsumsi (Engel at al. 1994). Keputusan berarti pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan yang diambil biasanya berdasarkan pertimbangan situasional bahwa keputusan tersebut adalah keputusan terbaik. Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002) keputusan merupakan kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan yang
terjadi
setelah
dikesampingkan.
satu
kemungkinan
Pertimbangan
disini
dipilih
adalah
sementara
yang
menganalisa
lain
beberapa
kemungkinan atau alternatif lalu memilih satu di antaranya. Menurut Wahab (2003) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan berwisata adalah yaitu: 1. Produk wisata yang ditawarkan. Jenis produk wisata yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata yang terdiri dari seni tradisional, pengunungan, alam pedesaan, pantai, dan lainnya. 2. Sarana dan prasarana. Hal ini mencakup pelayanan dari tempat penginapan (hotel, villa, losmen, bungalow),
sarana
transportasi
(pelabuhan
laut,
udara,
kendaraan),
restauran, pusat perbelanjaan, pusat informasi pariwisata, art shop, dan lainnya. 3. Situasi politik. Faktor keamanan pada negara tujuan wisata yang umumnya berkaitan dengan situasi politik, seperti adanya peperangan, kerusuhan, dan lainnya. Selain itu Middleton dan Clarke (2001) menambahkan bahwa keamanan dan keselamatan berkaitan dengan keputusan memilih obyek wisata pada daerah tujuan wisata. Faktor keselamatan tersebut meliputi adanya perasaan
19
ancaman dari kejahatan, resiko kesehatan (kondisi kesehatan), dan ketidakstabilan politik daerah tujuan wisata. 4. Pola hidup masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari sikap masyarakat terhadap wisatawan, makanan yang menjadi ciri khasnya, dan yang terpenting adalah keramahan masyarakat daerah tujuan wisata. Adapun model keputusan secara lengkap dapat dilihat dalam gambar 2.
Pengaruh Lingkungan yang meliputi: Budaya, kelas sosial, pengaruh sosial, keluarga, dan sosial
Perbedaan Individu yang meliputi: Sumber daya konsumen, motivasi & keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, demografi
Proses Keputusan Pengenalan
Proses Psikologi meliputi: Pengolahan, informasi, pembelajaran, perubahan, dan sikap/perilaku
Pencarian informasi
Evaluasi
Pembelian
Hasil
Gambar 2 Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen Menurut Engel at al. (1994)
20
Keputusan berarti pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan yang diambil biasanya berdasarkan pertimbangan situasional bahwa keputusan tersebut adalah keputusan terbaik. Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002) keputusan merupakan kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan yang
terjadi
setelah
dikesampingkan.
satu
kemungkinan
Pertimbangan
disini
dipilih
adalah
sementara
yang
menganalisa
lain
beberapa
kemungkinan atau alternatif lalu memilih satu di antaranya. Menurut Wahab (2003) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan berwisata adalah sebagai berikut: a. Produk wisata yang ditawarkan. Jenis produk wisata yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata yang terdiri dari seni tradisional, pengunungan, alam pedesaan, pantai, dan lainnya. b. Sarana dan prasarana. Hal ini mencakup pelayanan dari tempat penginapan (hotel, villa, losmen, bungalow),
sarana
transportasi
(pelabuhan
laut,
udara,
kendaraan),
restauran, pusat perbelanjaan, pusat informasi pariwisata, art shop, dan lainnya. c. Situasi politik. Faktor keamanan dalam di negara tujuan wisata. d. Pola hidup masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari sikap masyarakat terhadap wisatawan, makanan yang menjadi ciri khasnya, dan yang terpenting adalah keramahan masyarakat daerah tujuan wisata. Faktor Demografi dan Psikografi Segmentasi sangat berguna secara efektif bagi pemasar ketika digunakan
untuk
membantu
perencanaan
dan
mendorong
peningkatan
penjualan guna memperoleh keuntungan bagi perusahaan. Secara khusus segementasi dapat mengindentifikasi prospek atau peluang pada kelompok kecil konsumen sehingga secara garis besarnya, segmentasi mempunyai dua tujuan utama yaitu mengidentifikasi kelompok konsumen di dalam pasar dan memposisikan produk-produk pariwisata dan kesenangan dengan melibatkan periklanan (Morgan dan Pritchard, 1999). Selain itu segmentasi sangat relevan digunakan untuk memberi batasan mengenai motivasi dan perilaku individu dalam melakukan pembelian (Middleton dan Clarke, 2001).
21
Segmentasi tersebut diantaranya faktor demografi, gaya hidup dan lainnya. Engel at al. (1994) menyatakan bahwa para pemasar dapat mengkonsentrasikan penggunaan bagian-bagian dari perilaku konsumen melalui bagian mana saja dalam model perilaku pengambilan keputusan konsumen pada Gambar 2. Segmentasi lainnya yaitu geografi yang merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan adanya permintaan dalam suatu perjalanan dan pariwisata (Middleton dan Clarke, 2001). Lebih jauh Engel at al. (1994) menjelaskan bahwa faktor demografi merupakan mata pencarian dari penelitian pemasaran sejak tahun 1920-an dimana sasarannya adalah mendeskripsikan pangsa konsumen dalam istilah seperti usia, pendapatan, pekerjaan, ukuran keluarga, tempat tinggal, geografi, ukuran kota, dan pendidikan. Selain itu faktor demografi dan gaya hidup merupakan hal terpenting dalam pemasaran. Selain itu bagian demografi bila disertai dengan psikografi dapat memberikan keterangan mengenai sifat dan komposisi pasar. Psikografi digunakan sebagai ukuran dalam operasional dari gaya hidup yang mengacu pada aktivitas (tindakan nyata), sikap, dan minat konsumen. Aktivitas tersebut meliputi hobi, liburan, hiburan, kerja, dan lainnya (Engel at al. 1994). Selain itu Yoety (2002) menyatakan bahwa psikografi sangat bermanfaat bagi para pemasar karena dapat diketahui alasan penting mengapa wisatawan tertarik datang berkunjung pada daerah tujuan wisata. Adapun karakteristik demografi secara umum yaitu usia, pendapatan, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan kelas sosial. Selain itu demografi dapat menginformasikan makna dari usia seperti apakah seseorang masih tergolong anak-anak, orang dewasa muda yang masih tinggal di rumah, orang dewasa yang telah menikah tetapi tanpa anak-anak, ataupun lanjut usia (Middleton dan Clarke, 2001) Jenis kelamin yang merupakan salah satu variabel dalam kependudukan yang mudah ditetapkan atau diukur daripada segmen lainnya. Hal ini memberi peluang untuk membagi segmen pasar dalam mengelompokan dengan cara yang lebih efisien (Mill dan Morrison 1985, diacu dalam Yoety 2002). Dalam pemasaran faktor jenis kelamin sangat membantu dalam berhasil tidaknya suatu produk dipasarkan.
22
Hal ini dikarenakan para pemasar sangat menyakini bahwa produk tertentu mempunyai hubungan dengan adanya perbedaan jenis kelamin sehingga dalam promosipun para pemasar menggunakan gaya dan teknik yang berbeda pula (Engel at al.1994 ). Hal tersebut tidak lepas dari faktor psikologis seseorang yang ingin diperlakukan sesuai dengan jenisa kelaminnya. Menurut teori perkembangan kognitif tentang identitas jenis yang dikembangkan oleh Kohlberg menyatakan bahwa setelah anak dapat mengidentifikasi dirinya sebagai laki-laki atau perempuan maka mereka termotivasi untuk mendapatkan perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Perlakuan itu akan digunakan hingga dewasa dan teori tersebut didukung oleh Piaget dalam teorinya tentang pemahaman kekonstanan jenis kelamin yaitu menyadari bahwa jenis kelamin seseorang tetap tidak berubah walaupun usia dan penampilan berubah (Atkinson at al. 1993).
23
KERANGKA PEMIKIRAN Pemasaran suatu produk barang dan jasa tidak akan bisa lepas dari konteks komunikasi. Transaksi tersebut tidak saja menyangkut komunikasi satu arah tetapi menyangkut dua arah. Komunikasi dua arah tersebut berkaitan dengan berbagai kepentingan yaitu kepentingan konsumen (akifitas mencari informasi mengenai produk dan jasa dari obyek wisata yang dapat memuaskan wisatawan) dan kepentingan dari produsen (bagaimana menciptakan dan menginformasikan produk atau jasa kepada wisatawan). Adanya kebutuhan untuk berwisata menyebabkan wisatawan melakukan pencarian informasi atau disebut juga dengan perilaku komunikasi. Dalam proses keputusan, terlebih dahulu wisatawan melakukan tahap pengenalan kebutuhan dan guna mendukung kebutuhan tersebut wisatawan akan melakukan pencarian informasi. Tahapan pencarian informasi merupakan bagian dari rangkaian proses keputusan. Selain itu, penelitian ini hanya memfokuskan pada tahap pencarian informasi. Pencarian informasi yang dilakukan wisatawan ditandai dengan adanya penggunaan berbagai sumber informasi dan diperoleh melalui agen perjalanan, hotel, pemandu wisata, maupun dari media massa berupa elektronik dan cetak. Televisi, buku panduan wisata, leaflet/ brosur/booklet merupakan sebagian dari macam-macam sumber informasi yang dapat digunakan oleh wisatawan. Selain itu wisatawan dapat menjadikan teman/keluarga sebagai sumber informasi wisata. Pencarian informasi bukan saja mencakup berbagai macam obyekobyek wisata melainkan berkaitan juga dengan informasi sarana dan prasarana. Informasi tersebut berupa tempat penukaran mata uang asing, restaurant, tempat-tempat hotel, akomodasi selama perjalanan, dan lainnya. Selain itu informasi wisata berisikan tentang kondisi keamanan negara tujuan wisata. Hal ini menjadi sangat penting kerena berkaitan dengan kenyamanan wisatawan dalam beraktivitas wisata. Informasi mengenai keamanan dapat berupa situasi politik negara tujuan wisata, resiko terhadap kesehatan, dan lainnya. Agar informasi wisata tersebut dapat dengan mudah diterima oleh wisatawan maka digunakanlah berbagai saluran berupa audio (radio), visual (majalah, koran, booklet, leaflet, brosur). Informasi wisata yang diperoleh melalui majalah maupun koran diketahui dari rubrik yang menuliskan obyek wisata di
24
Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek wisata), maupun menggunakan internet. Pada umumnya internet menjadi pilihan wisatawan dalam memperoleh informasi wisata dan sangat populer setelah buku ataupun media informasi lainnya. Hal ini tidak lepas dari kemudahan mengakses internet dengan biaya yang relatif lebih murah. Selain itu internet dapat memberikan berbagai macam informasi tentang wisata di seluruh dunia secara lengkap. Adanya ketidakpuasan wisatawan dengan informasi yang diperoleh dari satu sumber menyebabkan adanya penggunaan sumber informasi lebih dari satu. Penggunaan berbagai sumber informasi guna lebih menyakinkan wisatawan dalam membuat keputusan dapat disebut dengan istilah konfirmasi. Hal tersebut diikuti juga dengan penggunaan berbagai saluran informasi. Namun, untuk memperjelas konteks konfirmasi dengan istilah informasi awal maka peneliti membedakan perilaku komunikasi yang dilakukan oleh wisatawan. Perilaku komunikasi tersebut adalah tahapan informasi awal yang menitikberatkan pada pencarian informasi ketika wisatawan belum tiba di Pulau Lombok. Sedangkan konfirmasi difokuskan pada saat wisatawan melakukan pencarian informasi dari berbagai sumber ketika sudah berada di Pulau Lombok. Hal ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan berbagai sumber informasi apa yang paling banyak digunakan wisatawan dalam memenuhi kebutuhan informasi wisata sebelum dan setelah berada di Pulau Lombok. Selain itu wisatawan dapat diidentifikasi melalui berbagai karakteristik yang mendukungnya. Karakteristik tersebut dapat dilihat dalam kategori demografi yang terdiri dari usia dan pendapatan. Sedangkan karakteristik asal negara wisatawan merupakan salah satu bagian dari kategori geografi. Asal negara
dikelompokan berdasarkan benua agar
lebih
mudah dianalisa.
Pengelompokan benua tersebut adalah benua Afrika, Amerika, Asia, Australia, dan Eropa. Selain demografi faktor psikografi sangat dibutuhkan dalam memperkuat analisa keputusan wisatawan dalam menentukan obyek wisata dan masa tinggalnya. Salah satu bagian dari kategori psikografi adalah bagian aktivitas yang lebih difokuskan pada kategori hobi. Hal ini dilakukan untuk menganalisa ada tidaknya hubungan antara hobi dengan obyek wisata yang dikunjungi. Adapun penggolongan hobi diantaranya adalah a). hobi melakukan pendakian gunung;
25
b). menyukai seni; c). Olahraga; d). tidak menyukai pendakian gunung, seni, maupun olahraga; dan e). hanya menyukai salah satu dari hobi tersebut. Hal lainnya yang mendukung karakteristik wisatawan adalah faktor jenis kelamin. Hal ini dimaksudkan untuk mencari informasi apakah ada hubungan antara gender dengan keputusan memilih obyek wisata di Pulau Lombok. Obyek wisata secara umum dapat dikategorikan ke dalam wisata alam dan wisata budaya. Obyek wisata alam merupakan obyek wisata mengenai keindahan lingkungan alam yang terbentuk secara alamiah, lebih menonjolkan aspek visual dan bersifat statis. Sedangkan obyek wisata budaya merupakan keindahan yang dibentuk berdasarkan hasil karya cipta manusia, berbentuk karya seni, baik dalam bentuk visual maupun audiovisual yang cenderung lebih bersifat dinamis. Pada umumnya obyek wisata alam lebih menonjolkan faktor keindahan lingkungan alam sehingga untuk mengunjunginya ada yang memerlukan stamina dan ada pula yang tidak membutuhkan stamina tinggi. Untuk itu obyek wisata alam dapat dilihat dari sudut tanpa memerlukan stamina tinggi dan yang memerlukan stamina tinggi. Adapun obyek wisata alam di Pulau Lombok yang tidak membutuhkan stamina tinggi seperti melihat air terjun, sunset, berenang di pantai, berjemur di pantai, snorkling, memancing, menikmati panorama alam pegunungan,
dan
memancing.
Sedangkan
obyek
wisata
alam
yang
membutuhkan stamina tinggi yaitu melakukan pendakian gunung, menyelam, surfing. Dengan demikian selain menonjolkan aspek keindahan visual obyek wisata alam juga dapat berbentuk aktivitas fisik yang memerlukan kemampuan fisik (stamina). Khusus untuk pendakian gunung dibutuhkan stamina yang cukup prima ketika melakukan pendakian kepuncak Rinjani maupun ketika surfing. Obyek wisata budaya lebih menonjolkan keindahan karya seni, seperti seni tari, seni bela diri, musik, perkampungan tradisional, musium, cagar budaya dan sebagainya. Selain menonjolkan cita rasa seni, obyek wisata budaya juga tidak memerlukan suatu keterampilan ataupun kemampuan fisik (stamina). Artinya lebih ditunjukan pada suatu kegiatan yang lebih bersifat santai, dalam hal ini tidak memerlukan suatu stamina tinggi. Penelitian tentang hubungan karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi dalam memilih obyek wisata bertujuan untuk menganalisis dan mengukur derajat hubungan antara karakteristik personal wisatawan dengan
26
perilaku komunikasi dalam menentukan pilihan obyek wisata dan menentukan masa tinggal di Pulau Lombok. Adapun yang diuji dan diukur derajat hubungannya adalah: 1. Faktor usia dengan keputusan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata. 2. Faktor jenis kelamin dengan keputusan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata. 3. Faktor hobi dengan keputusan wisatawan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata. 4. Faktor pendapatan dengan keputusan wisatawan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata. 5. Faktor asal negara dengan keputusan wisatawan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata. 6. Perilaku komunikasi pada tahap informasi awal dengan dengan keputusan wisatawan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata. 7. Perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi dengan keputusan wisatawan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata. Untuk mengetahui secara jelas bentuk masing-masing hubungan Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka dapat digambarkan bentuk hubungan antara masing-masing variabel pada Gambar 4 berikut ini:
X1. Karakteristik Personal: X1.1. Usia X1.2. Jenis kelamin X1.3. Hobi X1.4. Pendapatan X1.5. Asal negara
X2. Perilaku Komunikasi:
Y. Keputusan Pemilihan Obyek Wisata: Y1. Obyek wisata alam Y2. Obyek wisata budaya Y3. Masa tinggal
X2.1. Pencarian informasi awal X2.2. Konfirmasi
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam, Budaya, dan Menentukan Masa Tinggal
27
Hipotesis Berdasarkan
kerangka
pemikiran
dapat
disusun
hipotesis
yang
berhubungan dengan masing-masing karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi terhadap keputusan memilih obyek wisata dan menentukan masa tinggal: X1.
Hubungan karakteristik personal wisatawan dan keputusan wisatawan.
X1.1. Usia H1 Terdapat hubungan antara usia dengan keputusan memilih obyek wisata alam H1 Terdapat hubungan
antara usia dengan keputusan memilih obyek
wisata budaya H1 Terdapat hubungan antara usia dengan keputusan memilih masa tinggal X1.2. Jenis kelamin H2 Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan keputusan memilih obyek wisata alam H2 Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan keputusan memilih obyek wisata budaya H2 Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan keputusan memilih masa tinggal X1.3. Hobi wisatawan H3 Terdapat hubungan antara hobi dengan keputusan memilih obyek wisata alam H3 Terdapat hubungan antara hobi dengan keputusan memilih obyek wisata budaya H3 Terdapat hubungan antara hobi dengan keputusan memilih masa tinggal X1.4. Pendapatan H4 Terdapat hubungan antara pendapatan dengan keputusan memilih obyek wisata alam H4 Terdapat hubungan antara pendapatan dengan keputusan memilih obyek wisata budaya H4 Terdapat hubungan antara pendapatan dengan keputusan memilih masa tinggal.
28
X1.5. Asal negara H5 Terdapat hubungan antara asal negara dengan keputusan memilih obyek wisata alam. H5 Terdapat hubungan antara asal negara dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. H5 Terdapat hubungan antara asal negara dengan keputusan memilih masa tinggal. X2.
Hubungan perilaku komunikasi dan keputusan wisatawan.
X2.1. Pencarian informasi awal H1 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal dengan keputusan memilih obyek wisata alam. H1 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. H1 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal dengan keputusan memilih masa tinggal. X2.2. Konfirmasi H2 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi dengan keputusan memilih obyek wisata alam. H2 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. H2 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi dengan keputusan memilih masa tinggal. Definisi Operasional Variabel bebas terdiri dari karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi. Sedangkan variabel terikat adalah keputusan memilih obyek wisata yang meliputi obyek wisata alam, obyek wisata budaya, dan menentukan masa tinggal. Pengkategorian pada masing-masing variabel digunakan hanya untuk membantu menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan masingmasing variabel secara deskriptif. Masing-masing pengkategorian dalam penjelasan deskriptif tersebut tidak akan diuji secara statistik. Adapun defenisi masing-masing variabel berikut pengkategorian yang digunakan untuk mendeskripsikan hal-hal yang berhubungan dengan variabel tersebut adalah sebagai berikut:
29
1. Karakteristik personal wisatawan: X1.1. Usia adalah jumlah umur wisatawan pada saat dilakukannya penelitian yang di hitung dari bulan kelahiran hingga bulan Desember 2006. Batasan usia wisatawan menggunakan acuan Badan Pusat Statistik yang merupakan kelompok usia produktif. Untuk menentukan rentang muda, dewasa, dan tua digunakan rumus (angka tertinggi – angka terendah) + 1 / pengkategorian sehingga pengkategorian usia wisatawan asing adalah sebagai berikut: 1. Muda
: ≤ 30 tahun
2. Dewasa
: 31 tahun s/d 45 tahun
3. Tua
: ≥ 46 tahun
X1.2. Jenis kelamin adalah pengkategorian berdasarkan jenis kelamin lakilaki dan perempuan. X1.3. Hobi merupakan kegemaran ataupun suatu kesenangan (dapat bersifat istimewa) yang dapat dilakukan pada waktu senggang dan bukan bersifat sebagai pekerjaan utama. Hobi dikategorikan berdasarkan 5 pilihan diantaranya adalah: 1. Tidak menyukai seni, olah raga, ataupun mendaki gunung seperti membaca, travelling, memasak. 2. Sebagian hanya menyukai seni, olah raga, ataupun mendaki gunung 3. Sangat menyukai seni yaitu menyukai kegiatan atau hal-hal yang bersifat seni. Seperti menyanyi, melukis, menari, mendengarkan musik, dan lainnya. 4. Sangat menyukai olahraga seperti surfing, menyelam, berenang, main kano, snowboarding, icekating, golf, bersepeda, sepakbola, bulutangkis, bersepeda motor, ataupun joging. 5. Sangat menyukai pendakian gunung. X1.4. Pendapatan yaitu jumlah pendapatan bersih yang diperoleh wisatawan asing dari pekerjaan yang digelutinya dalam satu bulan dan dinyatakan dalam mata uang Euro (€). Untuk menentukan rendah, sedang, dan tinggi digunakan rumus (angka tertinggi – angka terendah) + 1 / pengkategorian.
30
Adapun tingkatan pendapatan wisatawan asing adalah sebagai berikut: 1. Rendah € 790 - € 2360 2. Sedang € 2361 - € 3930 3. Tinggi € 3931 - € 5500 X1.5. Asal negara merupakan pengelompokan tempat tinggal wisatawan berdasarkan wilayah atau negara. Untuk lebih memudahkan dalam analisa deskriptif maka dilakukan pengelompokan berdasarkan benua negara tersebut. Pengkategorian kelompok asal negara berdasarkan benua tersebut adalah sebagai berikut: 1. Benua Afrika 2. Benua Amerika 3. Benua Asia (Jepang) 4. Benua Australia 5. Benua Eropa terdiri dari Jerman, Belanda, Italia, Zwitzerland, Austria, Prancis, Norwegia, Swiss, dan Inggris 2. Perilaku komunikasi yaitu aktivitas wisatawan ketika mencari informasi pariwisata sebelum berada di Pulau Lombok dan setelah berada di Pulau Lombok berdasarkan penggunaan sumber informasi berupa komunikasi tatap muka dan media massa dengan saluran informasi berupa audio, visual, dan audiovisual. X2.1. Pencarian
informasi
awal
yaitu
aktivitas
pencarian
informasi
pariwisata sebelum berada di pulau Lombok dari jumlah penggunaan kombinasi
sumber
informasi
berupa
komunikasi
tatap
muka
(komunikasi antrapribadi, agen perjalanan, hotel) dan media massa seperti melalui saluran informasi berupa visual (foto-foto lokasi dan obyek wisata, booklet, leaflet, majalah, koran, buku-buku panduan wisata, slide foto dan internet), audio (radio), dan audiovisual (televisi dan compact disk). Pengkategorian ditentukan dari jumlah total skor penggunaan sumber dan saluran informasi. Untuk menentukan rentang kurang aktif, aktif, dan sangat aktif digunakan rumus (jumlah tertinggi – jumlah terendah) + 1 / pengkategorian. Adapun pengkategorian tersebut dapat dilihat sebagai berikut: 1. Tidak aktif atau pasif yaitu wisatawan yang tidak melakukan pencarian informasi.
31
2. Melakukan pencarian informasi awal yang dibedakan menjadi: a. Kurang aktif dengan total skor ≤ 45. b. Aktif dengan total skor 46 hingga 65. c. Sangat aktif dengan total skor ≥> 66. X2.2. Konfirmasi yaitu aktivitas pencarian informasi pariwisata setelah berada di pulau Lombok dengan tujuan untuk penguatan atau peneguhan kembali informasi awal yang menggunakan kombinasi sumber informasi berupa komunikasi tatap muka (komunikasi antrapribadi, agen perjalanan, hotel, pemandu wisata, dan melalui Bandara udara Selaparang Mataram) dan media massa melalui saluran informasi dalam bentuk audio, visual, dan audiovisual. Pengkategorian ditentukan dari jumlah total skor penggunaan sumber dan saluran informasi. Untuk menentukan rentang kurang aktif, aktif, dan sangat aktif digunakan rumus (jumlah tertinggi – jumlah terendah) + 1 / pengkategorian. Adapun pengkategorian tersebut dapat dilihat sebagai berikut: 1. Tidak aktif atau pasif yaitu wisatawan yang tidak melakukan konfirmasi dan hanya berpegangan pada informasi awal. 2. Melakukan konfirmasi dan dibedakan menjadi: a. Kurang aktif dengan total skor ≤ 45. b. Aktif dengan total skor 46 hingga 65. c. Sangat aktif dengan total skor ≥ 66. Y. Keputusan memilih obyek wisata adalah jumlah keputusan yang dibuat oleh wisatawan terhadap pemilihan berbagai macam obyek-obyek wisata alam, obyek wisata budaya, dan masa tinggal. Y.1. Keputusan memilih obyek wisata alam adalah jumlah kunjungan wisatawan pada berbagai obyek wisata yang terdiri dari aktivitas pendakian yaitu mendaki puncak gunung Rinjani, berkemah dan pemandian air panas di danau Segara Anak); aktivitas wisata di kawasan
pantai
dan
sekitarnya
(berenang,
surfing,
snorkling,
menyelam, memancing, jalan-jalan menikmati sunset, berjemur di pantai); mengunjungi air terjun, melihat kawanan kera, dan lainnya. Untuk menentukan rentang jumlah keputusan memilih obyek wisata alam digunakan rumus (jumlah tertinggi – jumlah terendah)+1/
32
pengkategorian. Adapun jumlah keputusan pemilihan obyek wisata alam tersebut dikategorikan sebagai berikut: 1. Sedikit
: ≤ 4 obyek wisata
2. Sedang
: 5 s/d 8 obyek wisata
3. Banyak
: ≥ 9 obyek wisata
Y.2. Keputusan memilih obyek wisata budaya adalah jumlah aktivitas kunjungan wisatawan pada berbagai macam obyek wisata yang terdiri dari seni tradisional maupun non seni tradisional suku Sasaq. Adapun macam-macam seni tradisional suku Sasaq meliputi seni musik tradisional gendang Beleq, tari-tarian tradisional, upacara adat tradisional, atraksi bela diri tradisional peresean, pasar tradisional, perkampungan asli suku Sasaq, taman bekas kerajaan Selaparang di Narmada, masjid kuno Bayan Beleq, dan musium. Sedangkan macam-macam obyek wisata budaya yang termasuk dalam non seni tradisional suku Sasaq terdiri dari club-club malam, restauran, kafe, Spa, dan lainnya. Untuk menentukan rentang sedikit, sedang, dan banyak digunakan rumus (angka tertinggi – angka terendah) + 1 / pengkategorian. Jumlah keputusan pemilihan obyek wisata tersebut dikategorikan sebagai berikut:
Y3.
1. Sedikit
: ≤ 4 obyek wisata
2. Sedang
: 5 s/d 8 obyek wisata
3. Banyak
: ≥ 9 obyek wisata
Masa tinggal adalah jumlah hari yang digunakan wisatawan selama tinggal di Pulau Lombok sampai masa liburannya berakhir. Untuk menentukan rentang sangat singkat, singkat, dan sangat lama digunakan rumus (masa tinggal tertinggi – masa tinggal terendah) + 1 / pengkategorian. Adapun kategori dalam menentukan masa tinggal adalah sebagai berikut: 2. Sangat singkat yaitu 4 hari 3. Singkat yaitu 5 hari hingga 8 hari 4. Sangat lama yaitu diatas 9 hari
33
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan wisata di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lampiran 1). Kawasan wisata yang dijadikan sebagai lokasi penelitian merupakan kawasan wisata yang menjadi andalan masingmasing kabupaten di Pulau Lombok dan paling ramai kunjungan wisatawan asingnya. Adapun lokasi penelitian tersebut adalah kawasan wisata Senggigi di kabupaten Lombok Barat (Lampiran 3), kawasan wisata pantai Kute di Kabupaten Lombok Tengah, dan kawasan wisata Senaru beserta kawasan hutan lindung Gunung Rinjani di Kabupaten Lombok Timur (Lampiran 2). Penelitian berlangsung pada bulan September-Oktober 2006. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain survai korelasional dengan analisis terhadap semua indikator peubah dan hubungan liniear antar peubah. Menurut Kerlinger (2003) desain penelitian dengan korelasional bukanlah untuk mengetahui hal-hal khusus tertentu melainkan mengetahui hubungan atau relasi antara fenomena-fenomena. Variabel bebas yang diamati yaitu karakteristik wisatawan yang terdiri dari usia, jenis kelamin, hobi, pendapatan, dan asal negara. Variabel bebas lainnya adalah perilaku komunikasi yang terdiri dari dua tahapan yaitu tahap mencari informasi awal sebelum wisatawan berada di Pulau Lombok. Tahap kedua yaitu konfirmasi dimana wisatawan melakukan pencarian informasi setelah berada di Pulau Lombok. Sedangkan variabel terikatnya adalah keputusan memilih macam-macam obyek wisata alam, budaya dan menentukan masa tinggal Untuk membuat interval pada masing-masing frekuensi digunakan cara matematika sederhana seperti yang dikutip oleh Faisal (1999) dari pendapat John W. Best yang menyatakan biarpun tidak ada jawaban pasti interval dapat ditentukan dengan rumus: (angka tertinggi – angka terendah) + 1 / angka terendah. Maka interval frekuensi data kelompok yang akan dihitung dapat disusun dan disajikan secara konsisten.
34
Contoh penggunaan rumus tersebut dapat dilihat pada salah satu karakteristik yaitu pendapatan. Jumlah pendapatan terendah adalah 790 dan tertinggi adalah 5500. Adapun cara penghitungannya adalah (5500 – 790)+ 1 / 3 = 1570. Hasil pembagian tersebut digunakan sebagai dasar untuk menentukan jumlah interval masing-masing kategori sehingga akan diperoleh bantasan dalam menentukan tinggi rendahnya tingkat pendapatan wisatawan. Metode Pengambilan Sampel Populasi merupakan kumpulan obyek dalam penelitian dan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wisatawan asing di Pulau Lombok yang berasal dari seluruh dunia yang tergabung dalam berbagai benua seperti Eropa, Asia, Australia, dan lainnya. Jumlah populasi wisatawan pada 3 kabupaten di Pulau adalah 162.362 orang. Sampel (contoh) adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti Pengambilan sampel wisatawan dilakukan di kawasan wisata, restaurant ataupun
Cafe,
dan
disekitar
hotel
tempat
mereka
menginap
dengan
menggunakan tekhnik Convenience yaitu periset memilih orang yang paling mudah dihubungi (Simamora, 2004). Besarnya ukuran sampel yang diambil untuk tingkat kesalahan (sampling error) 12 % dari seluruh populasi wisatawan asing di Pulau Lombok tahun 2005 dengan jumlah
162.362 orang wisatawan asing dengan
menggunakan rumus :
N n = --------1+Ne2
n=
162.362 ---------------------------1+ (162.362) (0,12)2
Ket: n = Jumlah sampel N= Ukuran populasi e= persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang masih dapat ditolerir = 69,41 = 69
Dengan demikian besarnya sampel yang diteliti dalam penelitian ini minimal adalah 69 orang dan peneliti menggunakan sampel wisatawan asing hingga 79 orang.
35
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang akan diukur dan penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan yang berhubungan dengan variabel yang dianalisa (Lampiran 4). Uji validitas menitikberatkan pada validitas isi. Menurut Singarimbun (1989) validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Butir-butir pertanyaan kuesioner dianalisis dengan rumus korelasi product moment (Lampiran 5).
r=
n(∑XY)−(∑X)(∑Y)
√[n∑X2 − (∑X)2][n∑Y2 − (∑Y)2 Keterangan: r = koefisien korelasi product moment n = jumlah wisatawan X = butir soal ke-x Y = total butir soal dalam kuesioner. Angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan nilai angka kritik tabel korelasi nilai − r. Hasil uji reliabilitas kuesioner yang dilakukan diperoleh nilai α Cronbach reliabilitas tinggi yakni 0.789 (rhitung > rtabel 0.444). Nilai tersebut menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan reliabel dalam pengumpulan data yang sesungguhnya. Pengumpulan Data Data primer diperoleh melalui kuesioner terstruktur terhadap wisatawan asing sebagai responden. Untuk mendukung informasi mengenai pariwisata dilakukan wawancara terhadap berbagai pihak terkait. Seperti perhotelan, pemandu wisata, dan agen perjalanan. Selain itu dibutuhkan data-data sekunder yang diperoleh melalui buku laporan pariwisata NTB yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata NTB yang digunakan untuk membantu menjelaskan analisis data kuantitatif.
36
Analisis Data Analisa data primer dilakukan dengan dua cara yaitu analisis deskriptif dan analisis korelasional. Data primer yang dianalisis dengan statistik deskriptif menggunakan distribusi frekuensi dan persentase mengenai penjelasan hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik personal wisatawan, perilaku komunikasi dan keputusan terhadap pemilihan obyek wisata. Analisis lainnya adalah analisis korelasional menghasilkan informasi mengenai suatu besaran nilai yang dapat menggambarkan seberapa erat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Besaran nilai itu dikenal sebagai koefisien korelasi dan analisis yang digunakan adalah Koefisien Korelasi Spearman (rho=rs) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau asoisasi antara dua variabel pada variabel bebas dan terikat. Rumus Korelasi Rank Spearman adalah: n
6∑ d i rs = 1 −
i
(n − 1) n (n + 1) n
6∑ d i
= 1−
2
2
i =1
n3 − n
Keterangan rs = koefisien korelasi pangkat Spearman di2 = selisih antara peringkat n = banyaknya pasangan pangkat
37
HASIL DAN PEMBAHASAN Letak Geografis dan Obyek Wisata Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak antara 115°45” dan 9°5” Bujur Timur serta berada di Selatan Khatulistiwa yaitu antara 8°5” dan 9°5” Lintang Selatan. Provinsi NTB terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Sumbawa serta dikelilingi oleh puluhan pulau-pulau kecil yang biasa disebut sebagai Gili. Provinsi NTB sebagian besar terdiri dari pegunungan dan bukit dengan dataran tinggi serta dataran rendah yang terbentang dari kota Ampenan di bagian Barat Pulau Lombok sampai kota Sape sebelah Timur Pulau Sumbawa. Suku asli di Pulau Lombok adalah suku Sasaq dan mayoritas beragama Islam. Suku dan etnis lain yang mendiami Pulau Lombok yaitu suku Bali, suku Jawa, suku Banjar, suku Mandar, suku Bugis, Cina, dan Arab. Sedangkan suku yang ada di Pulau Sumbawa merupakan orang-orang pendatang yang berasal dari Sulawesi seperti suku Bugis, suku Mandar, ataupun suku Selayar (Dinas Pariwisata NTB, 2005). Wisatawan yang masuk ke Provinsi NTB dapat melalui jalur udara ataupun jalur darat. Pelabuhan Lembar merupakan pintu masuk ke Pulau Lombok yang banyak digunakan oleh wisatawan asing dari pelabuhan Padang Bae di Pulau Bali. Penyeberangan ke Pulau Lombok menggunakan kapal penyeberangan fery dengan waktu tempuh 4 jam hingga 5 jam dan biaya relatif lebih murah. Selain melalui pelabuhan Lembar wisatawan asing juga bisa menggunakan jalur udara dari Bandara Udara Ngurah Rai Denpasar dengan jarak tempuh 20 menit menuju Bandara Udara Selaparang Mataram. Kawasan wisata yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu: 1. Wisata Alam Hal ini dapat dilihat dari potensi wisata alamnya seperti keindahan puncak Gunung Rinjani dengan panorama danau Segara Anak. Bagi mereka yang suka mendaki tempat ini sangat cocok sekali karena rute perjalanan dan panoramanya alam sekitarnya masih alami sekali. Kawasan pendakian Gunung Rinjani telah memperoleh penghargaan khusus untuk tingkat keamanan bagi pendaki dari kejahatan seperti perampokan. Penghargaan tersebut diberikan oleh negara Swedia.
38
Taman Nasional Gunung Rinjani mempunyai beberapa air terjun yang selalu ramai dikunjungi banyak wisatawan asing dan salah satunya adalah Sindang Gile. Letak air terjun tersebut cukup dekat dengan perkampungan tradisional suku Sasaq di desa Senaru. Disamping itu terdapat satwa yang dilindungi oleh pemerintah dan masyarakat Lombok khususnya yaitu kera yang masih banyak hidup bebas di sekitar hutan lindung. Obyek wisata bahari merupakan aset wisata yang paling banyak dipromosikan oleh pemerintah Provinsi NTB. Hal ini tidak lepas dari posisi geografis Pulau Lombok yang dikelilingi oleh laut dan pulau-pulau kecil. Adapun kawasan wisata laut adalah sebagai berikut: a. Kegiatan surfing dapat dilakukan di Pantai Kuta, Tanjung A’an, Ekas, Kaliantan (Kabupaten Lombok Tengah), Mawun, Tampa, Rowok Gili Lawang, Sulat, Petangan, Pulau Lampu (Kabupaten Lombok Timur), Pantai Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan, kawasan Pantai Senggigi, Krandangan,
Klui
Mangsit,
Sekotong,
Tawun,
dan
Gili
Nanggu
(Kabupaten Lombok Barat). b. Penyelaman dapat dilakukan di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di Kabupaten Lombok Barat. 2. Wisata Budaya. Wisata budaya berhubungan dengan kesenian dan adat istiadat yang masih dipertahankan hingga saat ini oleh pemerintah Provinsi NTB dan masyarakat. Banyak sekali tempat-tempat wisata budaya yang tersebar di seluruh Kabupaten di Pulau Lombok hingga Kabupaten Bima di Pulau Sumbawa. Adapun bagian dalam wisata budaya di Pulau Lombok yang menjadi bagian dari pembahasan meliputi: a. Adat istiadat dalam kehidupan masyarakat suku Sasaq. Wisatawan yang ingin melihat secara langsung kehidupan masyarakat asli suku Sasaq dapat mengunjungi perkampungan yang oleh pemerintah Provinsi NTB ditetapkan sebagai kawasan wisata budaya. Perkampungan tersebut berada di Utara Kabupaten Lombok Barat yaitu Desa Senaru tepatnya di bawah kaki Gunung Rinjani. Perkampungan Senaru dikenal juga sebagai pos pertama jika ingin melakukan pendakian ke Gunung Rinjani.
39
Wisatawan dapat menyaksikan secara langsung acara adat yang dilaksanakan dan informasi tersebut tidak lepas dari peranan kepala Desa Senaru yang telah bekerjasama dengan pihak penyelenggara wisata. Selain itu perkampungan asli suku Sasaq lainnya dapat dilihat di Kabupaten Lombok Tengah yaitu Desa Sade dan Desa Rambitan. Masing-masing perkampungan tersebut mempunyai adat istiadat yang sedikit berbeda tetapi secara keseluruhan perkampungan asli suku Sasaq masih mempertahankan tata cara kehidupan tradisionalnya. b. Cagar budaya meliputi masjid kuno Bayan di Desa Bayan, Museum, dan Taman
Narmada
yang
merupakan
bagian
peninggalan
kerajaan
Selaparang. Ketiga tempat tersebut berada di Kabupaten Lombok Barat. c. Kesenian yang terdiri dari musik tradisional dan hasil kerajinan masyarakat suku Sasaq. Adapun lokasi kawasan pusat industri hasil kerajinan tenun dan Gerabah di Kabupaten Lombok Barat dapat dikunjungi di Kecamatan Banyumulek dan Desa Sayang-sayang. Untuk Kabupaten Lombok Timur meliputi Desa Pringgasela dan Kecamatan Masbagik. Sedangkan untuk Kabupaten Lombok Tengah seperti Desa Rungkang, Desa Loyok, dan Desa Kotaraja. Untuk kesenian asli daerah suku Sasaq di Pulau Lombok meliputi: 1. Atraksi Peresean Peresean salah satu bagian dari kegiatan rutin dalam festival seni dan budaya yang sering dipusatkan di kawasan wisata pantai Senggigi. Masyarakat Lombok sangat menyadari bahwa Peresean merupakan salah satu warisan budaya nenek moyang yang harus tetap dilestarikan. Untuk itu banyak dibangun tempat khusus untuk atraksi Peresean sehingga masyarakat luas bisa menyaksikannya tidak pada festival saja. Daya tarik Peresean adalah adanya pertarungan antara dua orang yang memiliki kekuatan dalam hal tenaga dan mempunyai kemampuan menari mengikuti alunan musik pengiringnya. Atraksi tersebut melambangkan kekuatan seorang lelaki yang dalam bahasa suku Sasaq di sebut sebagai Pepadu. Peresean dilengkapi dengan perlengkapan senjata berupa tongkat yang panjangnya kurang lebih 1 meter dan berfungsi sebagai
40
alat memukul lawan. Tongkat tersebut terbuat dari kayu rotan dan dilengkapi dengan alat tameng berbentuk segiempat yang terbuat dari kulit kerbau. Tameng tersebut berfungsi sebagai pelindung dari pukulan-pukulan lawan. 2. Seni musik Gendang Beleq. Merupakan alat musik gendang yang merupakan ciri khas asli suku Sasaq di Pulau lombok Provinsi NTB. Dalam bahasa Indonesia Beleq artinya besar dan gendang tersebut mempunyai ukuran sangat besar sehingga menghasilkan suara menggelegar dengan keras. Sebagai upaya untuk melestarikan kesenian tersebut maka setiap acara adat hingga acara perkawinan, alat musik ini selalu dimainkan. Gendang Beleq dimainkan oleh orang dewasa diikuti oleh alat musik pengiring lainnya sehingga menghasilkan alunan musik dengan ritme sangat cepat. Festival Gendang Beleq yang rutin diadakan menjadi atraksi yang sangat menarik bagi masyarakat lokal dan juga para wisatawan mancanegara. Karakteristik Personal Wisatawan Karakteristik personal wisatawan yang diamati meliputi usia, jenis kelamin, hobi, pendapatan, status perkawinan, jumlah tanggungan dan asal negara.
Pengelompokan
benua
dilakukan
untuk
memudahkan
dalam
pembahasan mengenai deskriptif asal negara. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan asing berusia muda (51,8%) dan usia dewasa hanya 31,7%. Sedangkan wisatawan yang berusia tua hanya 16,5% dari keseluruhan wisatawan yang datang ke Pulau Lombok. Adapun jenis kelamin wisatawan tersebut menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih dominan (57%) daripada perempuan (43%) sebagai pelaku wisata. Sebagian besar wisatawan mempunyai hobi sangat menyukai olahraga, seni, dan pendakian gunung hingga 46,8%. Diantara wisatawan tersebut ada yang mempunyai hobi menyukai seni dan olah raga, menyukai hobi seni dan pendakian gunung, dan menyukai hobi olah raga dan pendakian gunung. Dengan kata lain wisatawan tersebut tidak sepenuhnya menyukai ketiga hobi tersebut yaitu olah raga, seni dan mendaki gunung.
41
Selain itu terdapat 24,1% wisatawan yang hanya menyukai hobi olah raga seperti surfing, menyelam, berenang, main kano di pantai, snowboarding, iceskating, golf, bersepeda, sepakbola, bulutangkis, bersepeda motor, ataupun joging. Tabel 1 Distribusi Wisatawan Menurut Karakteristik Personal
Karakteristik Usia
Jenis kelamin
Hobi
Pendapatan
Status perkawinan Jumlah tanggungan Asal negara
Kategori 1. Muda (≤ 30 tahun) 2. Dewasa (31 - 45 tahun) 3. Tua (≥ 60 tahun) 1. Perempuan 2. Laki-laki 1. Tidak menyukai seni, olah raga, dan mendaki gunung (membaca, travelling, memasak) 2. Menyukai seni, olah raga, dan mendaki gunung 3. Menyukai seni (mendengarkan musik) 4. Menyukai olah raga 5. Menyukai pendakian gunung 1. Rendah € 790 - € 2360 2. Sedang € 2361- € 3930 3. Tinggi € 3931- € 5500 1. Lajang 2. Menikah 1. Mempunyai tanggungan 2. Tidak mempunyai tanggungan 1. Benua Afrika 2. Benua Amerika 3. Benua Asia 4. Benua Australia 5. Benua Eropa
Wisatawan (N=79) Jumlah % 41 51,8 25 31,7 13 16,5 34 43,0 45 57,0
8
10,1
37 7 19 8 31 27 21 49 30 7 72 0 1 5 6 67
46,8 8,9 24,1 10,1 39,2 34,2 26,6 62,0 38,0 8,9 91,1 0 1,3 6,3 7,6 84,8
Pada Tabel 1 dalam karakteristik hobi olah raga secara khusus terdapat beberapa jenis olah raga yang biasa dilakukan oleh wisatawan asing di negara asalnya. Seperti bermain snowboarding dan iceskating yang biasa dimainkan ketika musim salju. Ketika bermain Snowboarding, alat yang digunakan berbentuk papan peluncur pada kedua kaki dan sepasang tongkat yang berfungsi untuk menahan ataupun mengatur arah gerakan meluncur. Bentuknya mirip dengan papan skateboard yang biasa dimainkan oleh anak-anak muda di jalanan. Olah raga surfing juga menggunakan sebuah papan peluncur yang ukurannya jauh lebih besar dan hanya bisa dimainkan di pantai pada ketinggian
42
ombak dengan kecepatan angin yang tinggi. Olahraga ini dapat dilakukan pada salah satu kawasan wisata Pantai Kuta di Kabupaten Lombok Tengah maupun di sekitar kawasan Pantai Gili Trawangan yang ada di Kabupaten Lombok Barat. Secara umum hobi seni menitikberatkan pada kesenangan individu dengan hal-hal yang berhubungan dengan seni. Adapun macam-macam jenis hobi yang terkait dengan seni antara lain bernyanyi, melukis, dan terutama mendengarkan musik. Hanya sebagian kecil atau 8,9% dari wisatawan asing yang benar-benar menyatakan sangat menyukai hobi seni. Jumlah pendapatan wisatawan asing sebagian besar masuk dalam kategori rendah (39,2%) dengan jumlah pendapatan dari € 790 sampai dengan € 2.360. Jumlah pendapatan rendah bisa disebabkan karena wisatawan masih berada dalam usia yang masih muda dan sebagian mempunyai bidang pekerjaan dengan pendapatan rendah. Mereka ada yang bekerja sebagai pekerja bangunan, sebagai penata dekorasi perumahan, dan arsitek. Wisatawan asing dengan status lajang lebih mendominasi hingga 62% daripada yang sudah menikah (38%) di Pulau Lombok. Selain itu dengan status lajang mereka merasa lebih nyaman berlibur tanpa harus berbagi keputusan tentang obyek wisata ataupun lokasi wisata yang akan dikunjungi. Jika dikaitkan dengan jumlah tanggunggan justru menunjukan bahwa hampir seluruhnya tidak mempunyai tanggungan hingga 91,1%. Walaupun ada juga wisatawan dengan status menikah mempunyai tanggungan berupa anak yang berjumlah dari 2 orang hingga 4 orang. Anak-anak mereka ada yang baru memasuki masa pra sekolah hingga kuliah dan bekerja (belum menikah). Pada saat penelitian berlangsung diketahui bahwa wisatawan asing yang telah menikah dan mempunyai anak tidak membawa serta anggota keluarganya. Alasannya anak-anak mereka harus tetap kesekolah dan hanya ingin melakukan perjalanan wisata tanpa anggota keluarga mereka. Selain itu wisatawan asing juga menyatakan bahwa walaupun mempunyai tanggungan dalam keluarga (khususnya anak yang masih sekolah dan kuliah) mereka tidak menganggap kegiatan berwisata akan mengganggu kebutuhan anak-anak mereka dan bukan suatu beban. Khusus untuk pendidikan, mereka sudah mengalokasikan sebagian pendapatannya dalam bentuk tabungan, asuransi, ataupun semacam deposito bagi jenjang pendidikan. Hal ini menunjukan adanya kesadaran bahwa kegiatan wisata bukan hanya sekadar bersenang-senang tetapi merupakan bagian
43
terpenting dalam kehidupan pribadinya tanpa harus mengorbankan kebutuhan pendidikan anak-anak mereka. Masih dalam Tabel 5 diketahui bahwa karakteristik asal negara wisatawan sebagian besar (84,8%) berasal dari negaranegara Eropa dibandingkan dari benua Asia yaitu Jepang (6,3%), benua Australia (7,6%) ataupun benua Amerika (1,3%). Adapun negara-negara Eropa tersebut meliputi Jerman, Belanda, Italia, Zwitzerland, Austria, Perancis, Norwegia, Swiss, dan Inggris. Menurut data dari Dinas Pariwisata NTB diketahui bahwa kunjungan wisatawan asing ke Pulau Lombok setiap tahunnya paling banyak berasal dari negara Jerman, Belanda, dan Perancis (Dinas Pariwisata NTB, 2005). Hal tersebut sesuai dengan asal negara wisatawan yang sebagian besar berasal dari Jerman, Belanda, maupun Perancis. Ada banyak tujuan yang menyebabkan wisatawan asing tertarik datang ke Pulau Lombok dan tujuan tersebut antara lain: a). Melakukan kunjungan bisnis. b). Mengelola berbagai macam hotel dan kafe dikawasan-kawasan wisata (kawasan wisata Pantai Kuta di Kabupaten Lombok Tengah ataupun kawasan wisata Pantai Senggigi di Kabupaten Lombok Barat). c). Berbulan madu. d). Melakukan penelitian sosial budaya di kawasan wisata Pantai Kuta di Kabupaten Lombok Tengah. Perilaku Komunikasi Wisatawan Peran media komunikasi sangat penting sebagai penyampai informasi bagi dunia pariwisata. Penggunaan berbagai macam media informasi merupakan bentuk dari perilaku komunikasi. Sebelum masuk pada tahapan komunikasi konfirmasi terlebih dahulu harus diketahui penggunaan sumber informasi awal yang digunakan wisatawan asing ketika merencanakan kunjungannya. Penelusuran
informasi awal
dan
konfirmasi memberikan sebuah
pemahaman bahwa sebelum dan setelah berada di Pulau Lombok wisatawan asing menggunakan berbagai macam media komunikasi. Mulai dari sumber informasi yang digunakan, saluran informasinya hingga isi pesan yang paling banyak dibutuhkan oleh wisatawan asing. Informasi
44
Tahap Pencarian Informasi Awal Tingkat perilaku komunikasi yang dilakukan oleh wisatawan sangat beragam. Tingkatan perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal secara keseluruhan dapat dikategorikan sebagai perilaku komunikasi yang kurang aktif, aktif, dan sangat aktif. Pengkategorian tersebut merupakan gabungan dari keseluruhan penggunaan jumlah sumber informasi, saluran informasi, dan isi informasi yang berhubungan dengan wisata. Adapun sumber informasi yang digunakan terdiri dari media massa, komunikasi tatap muka maupun kombinasi antara media massa dengan komunikasi tatap muka. Kebutuhan informasi mengenai wisata sangat beragam dan informasi tersebut mencakup sarana maupun prasarana yang mendukung kegiatan wisata. Informasi wisata tersebut pada umumnya mencakup tempat penukaran mata uang asing hingga tersedianya rumah sakit di kawasan wisata. Informasi yang dibutuhkan wisatawan diperoleh melalui saluran informasi dalam bentuk audio, visual, dan audiovisual. Penggunaan berbagai macam sumber informasi denngan saluran informasi beserta isi pesan dari informasi yang dibutuhkan wisatawan dapat menggambarkan tingkat keaktifan perilaku komunikasinya. Tingkat keaktifan dalam perilaku komunikasi tersebut dapat digolongkan dalam tiga bagian yaitu kurang aktif, aktif, dan sangat aktif. Berikut penjelasan mengenai seberapa besar tingkat perilaku komunikasi yang ditunjukan oleh wisatawan pada Tabel 3. Tabel 2 Distribusi Wisatawan Menurut Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi Awal Tingkat Perilaku Komunikasi pada Pencarian Informasi Awal 1. Tidak melakukan pencarian informasi awal 2. Melakukan pencarian informasi awal: a. Kurang aktif b. Aktif c. Sangat aktif
Wisatawan (N=79) Jumlah % 0 0 15 38 26
19,0 48,1 32,9
Tabel 2 memperlihatkan bahwa sebagian besar wisatawan (48,1%) menunjukan tingkat perilaku komunikasi yang aktif pada tahap pencarian informasi awal. Adanya penggunaan kombinasi sumber informasi dengan saluran informasi dalam bentuk audio, visual, dan audiovisual dapat dilihat sebagai suatu tindakan positif. Artinya pemahaman wisatawan tentang informasi daerah tujuan wisata menjadi lebih baik daripada menggunakan satu sumber informasi saja.
45
Perbedaan kategori aktif dan sangat aktif hanya terletak pada jumlah penggunaan saluran informasi visual dan audiovisualnya saja. Sumber informasi dengan penggunaan saluran informasi fungsinya saling melengkapi. Dilihat dari kekurangannya, media siaran memberi perhatian pada suatu peristiwa dan biasanya waktu maupun perhatian untuk peristiwa lain menjadi
berkurang.
Kekurangan
inilah
yang
menjadikan
media
cetak
melengkapinya. Seperti yang diungkapkan oleh Severin dan Tankard (2001) bahwa media siaran mampu menyampaikan suatu informasi dengan cepat namun tidak dapat menguraikan segala aspeknya secara lengkap dan mendalam sehingga kekurangan inilah kemudian menjadikan media cetak mengisi kekurangan tersebut. Salah satu media cetak tersebut adalah buku panduan wisata. Buku panduan mempunyai kemampuan menginformasikan mengenai berbagai macam informasi wisata yang terangkum cukup lengkap dengan ulasan yang lebih luas sehingga wisatawan asing menggunakan buku sebagai salah satu saluran informasi wisatanya. Walaupun isi buku terkadang tidak melakukan revisi tetapi secara umum informasinya masih tetap dibutuhkan oleh wisatawan asing. Hal menarik disini adalah sebagian besar wisatawan asing merupakan negara-negara Eropa yang aktifitas membacanya sudah menjadi sebuah budaya. Seperti yang dikutip oleh Severin dan Tankard dari pernyataan Hellmut LehmanHaupt yang merupakan seorang sejarawan penerbitan buku menyatakan bahwa bangsa-bangsa
Eropa
memperkaya
pemikiran
masyarakatnya
dengan
penggunaan buku. Hal tersebut dimulai sejak buku dicetak secara massa, harga murah untuk digandakan dan bertujuan untuk mempelajari naskah-naskah klasik (Severin & Tankard 2001). Selain itu isi pesan informasi mengenai sarana dan prasarana merupakan bagian yang sangat penting dalam dunia pariwisata. Informasi yang dibutuhkan tersebut antara lain mengenai alat penukaran mata uang asing, obyek wisata yang ingin dikunjungi, informasi tempat menginap seperti hotel, bungalow, cottage dan lainnya. Dari Tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar wisatawan (60,8%) menggunakan kombinasi sumber informasi. Kombinasi sumber informasi tersebut adalah komunikasi tatap muka dan penggunaan media massa. Komunikasi tatap muka merupakan bentuk komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih. Hal ini dapat dilihat ketika calon wisatawan mencari informasi melalui sumber-sumber informasi dalam hubungan interpersonal yaitu melalui
46
teman ataupun keluarga. Selain itu komunikasi tatap muka dapat terjadi antara hubungan interpersonal dan komunikasi di dalam kelompok atau komunikasi organisasi seperti pihak hotel dan agen perjalanan. Tabel 3 Distribusi Wisatawan Menurut Jenis Sumber Informasi dalam Tahap Pencarian Informasi Awal Jenis Sumber Informasi 1. Komunikasi tatap muka 2. Media Massa 3. Kombinasi sumber informasi
Wisatawan (N = 79) Jumlah % 12 15,2 19 24,0 48 60,8
Selain itu penggunaan media massa berupa media cetak dan elektronik mampu melengkapi kebutuhan wisatawan mengenai informasi kawasan wisata. Penggunaan kombinasi sumber informasi yang terdiri dari komunikasi tatap muka dan penggunaan media massa menunjukan ketidakpuasan wisatawan dengan satu sumber informasi saja. Bentuk ketidakpuasan ini diperkuat dengan pernyataan Lazarfeld dan Merton bahwa pada umumnya seseorang merasa tidak puas hanya dengan satu jenis media saja dan jika seseorang ingin mengetahui lebih jauh tentang sesuatu maka ia akan mencarinya dari macam-macam media (Rivers at al. 2003). Jadi perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal diperoleh dari penggunaan kombinasi melalui komunikasi tatap muka dan media massa. Penggunaan kombinasi sumber informasi melalui komunikasi tatap muka dan media massa tidak lepas dari saluran informasi dan isi pesan yang dibutuhkan wisatawan. Oleh karena itu akan dijabarkan secara rinci macammacam saluran informasi yang telah digunakan oleh wisatawan. Saluran informasi yang digunakan berupa audio, visual, dan audiovisual. Dari Tabel 4 diketahui bahwa terdapat berbagai macam saluran informasi yang digunakan oleh wisatawan. Dari berbagai sumber informasi tersebut, internet merupakan saluran informasi yang sebagian besar digunakan wisatawan asing (87,3%) dibandingkan penggunaan majalah, koran, ataupun tabloid yang hanya mencapai 5%. Internet memungkinkan hampir semua orang di belahan dunia manapun saling berkomunikasi dengan cepat dan mudah. Alasan seseorang untuk mengakses internet selain karena mudah mengaksesnya juga karena biaya yang digunakan relatif lebih murah. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Chang (1998) bahwa untuk kategori daya akses atau jangkauan pengunjung situs internet lebih melihat pada nilai ekonomisnya
47
(gratis atau murah) dibandingkan hanya untuk kesenangan (kemudahan mengakses informasi). Selain itu negara-negara Eropa, Amerika, Australia, maupun sebagian besar Asia menjadikan internet sebagai media informasi yang sangat populer setelah buku ataupun media informasi lainnya (Severin dan Tankard, 2001) Tabel 4 Distribusi Wisatawan Menurut Saluran Informasi yang Digunakan pada Tahap Pencarian Informasi Awal Wisatawan (N = 79) Jumlah %
Saluran Informasi Visual: 1. Internet 2. Buku-buku panduan wisata 3. Foto-foto berupa dokumentasi obyek wisata 4. Leaflet/booklet/brosur-brosur wisata 5. Foto-foto obyek wisata dalam bentuk Slide 6. Majalah/koran/tabloid Audiovisual : 7. Foto-foto obyek wisata dalam bentuk Compact Disk 8. Televisi Audio: 9. Radio
69 46 34 20 10 4
87,3 58,2 43,0 25,3 12,7 5,0
12
15,2
10
12,7
1
1,3
Fitur internet yang paling populer selain e-mail adalah world wide web (www) merupakan sebuah sistem situs komputer yang sangat luas dan dapat dikunjungi oleh siapa saja dengan program browser sebuah fitur yang dipakai oleh pengguna internet untuk bertukar pesan. Dari wawancara di lapangan diketahui dari sekian banyak situs tentang wisata ada dua website yang pernah mereka kunjungi untuk mencari informasi wisata yaitu www.travel.discovery.com atau www.travelchanel.com. Website ini mencakup informasi perjalanan wisata di seluruh dunia dengan berbagai macam lokasi tujuan wisata dan jenis wisata yang diinginkan. Informasi wisata yang bisa diakses diantaranya adalah adventure travel & sports, beaches, budget travel, museums & culture, romance & honeymoons, travel tips, world's best lists, dan lainnya. Situs
resmi
pemerintah
Indonesia
yang
dapat
diakses
yaitu
www.budpar.go.id yang menampilkan secara lengkap segala macam informasi wisata di seluruh Provinsi di Indonesia dalam berbagai bahasa Internasional seperti bahasa Inggris. Selain itu pemerintah Indonesia melalui Departemen Pariwisata Seni dan Budaya telah meresmikan website informasi wisata tanggal 23 Maret 1999 yaitu www.indonesia-tourisminfo.co.id. Salah satu menu
48
utamanya pada Destinations menampilkan berbagai informasi daerah tujuan wisata dan wisata khusus yang menarik untuk dikunjungi. Pulau Lombok termasuk sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang direkomendasikan selain Bali. Adapun daerah tujuan wisata tersebut adalah Sumatra, West Java, Central Java, Sumba, North Aceh, dan Bengkulu. Website tersebut menggunakan lima bahasa yaitu Indonesia, Inggris, Perancis, Belanda, dan Jerman (Astuty, 2002). Selain itu wisatawan juga menggunakan buku-buku panduan wisata yang dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko buku ataupun diberikan oleh teman atau kerabat mereka yang pernah berkunjung ke Pulau Lombok hingga 58,2%. Kekuatan dari sebuah buku adalah pemaparan isinya lebih luas dan lebih terinci. Namun kelemahan dari buku adalah isi yang dipaparkan bisa tidak up to date lagi walaupun terdapat istilah revisi tetapi tidak akan merubah keseluruhan isi buku sehingga untuk mengimbangi kekurangan dari buku tersebut maka wisatawan menggunakan saluran informasi lainnya. Adapun saluran informasi informasi lainnya seperti adanya penggunaan foto-foto obyek wisata dalam bentuk dokumentasi pribadi ataupun slide hingga 12,7%. Dokumentasi pribadi atau slide tersebut diperoleh melalui teman atau kerabat yang pernah mengunjungi Pulau Lombok maupun yang tinggal di Pulau Lombok. Beberapa negara Eropa ada yang menerbitkan buku mengenai wisata dunia. Negara-negara tersebut terdiri dari negara Jerman, Inggris, dan Perancis. Negara Jerman dan Inggris mempunyai buku terbitan mengenai panduan wisata yang memuat informasi secara menyeluruh mengenai wisata yang ada diseluruh dunia termasuk Indonesia dengan berbagai daerah tujuan wisatanya. Sedangkan Perancis belum mempunyai terbitan buku panduan (biasanya yang diterbitkan berupa buku panduan informasi perhotelan yang cukup lengkap) dengan kualitas setaraf dengan negara-negara seperti Jerman dan Inggris. Namun negara Perancis cukup dikenal sebagai negara yang dapat memberikan informasi terbaik mengenai informasi wisata (Wahab, 2003). Buku-buku panduan wisata pada umumnya mempunyai kelemahan dengan terbatasnya informasi mengenai data-data tertentu. Foto yang memuat lokasi atau obyek wisata tidak dicantumkan, adanya gambar obyek wisata yang tidak berwarna, cakupan informasi wisatanya tidak mendetail, dan lainnya sehingga penggunaan kombinasi sumber informasi dengan salurannya oleh wisatawan menjadi beragam.
49
Saluran informasi yang banyak digunakan wisatawan asing untuk melengkapi informasi yang diinginkan setelah buku adalah leaflet, booklet, dan brosur-brosur wisata hingga 25,3%. Saluran informasi tersebut oleh para pemasar banyak digunakan sebagai media informasi guna mempromosikan produk-produk barang maupun jasa. Tidak kecuali oleh pemasar pariwisata dalam hal ini pemerintah melalui Departemen Pariwisata, pihak swasta yang bergerak dalam bidang wisata seperti agen perjalanan, hotel, dan lainnya. Hanya 5,0% dari wisatawan asing yang menggunakan majalah, koran, dan tabloid serta 1,3% menggunakan radio sebagai saluran informasi awal dalam menentukan tujuan dan obyek wisata yang akan dikunjungi. Selain bentuk visual, wisatawan asing juga menggunakan informasi dalam bentuk audiovisual yang ciri-cirinya menggunakan suara disertai adanya gambar bergerak atau movie. Pemilihan foto-foto obyek wisata dalam bentuk Compact Disk (CD) oleh wisatawan mencapai 15,2% sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan televisi
yang
hanya
12,7%.
Bentuk
audiovisual mempunyai kemampuan sebagai penyampai informasi secara cepat yang dilengkapi dengan ulasan penjelas sehingga audiovisual lebih mampu memberi pemahaman lebih baik daripada media lainnya. Hal ini diperkuat juga dengan pendapat Soedarmanto (1998) yang menyatakan bahwa audiovisual mempunyai kemampuan untuk menstimuli indra penglihatan lebih tinggi hingga mencapai 83% dalam merespon informasi secara visual dan adanya kemampuan indra pendengar yang mencapai 11%. Informasi yang dibutuhkan wisatawan asing sangat beragam dan sesuai dengan kebutuhan tentang tujuan wisatanya. Informasi mengenai sarana dan prasarana yang dibutuhkan mulai dari tempat penukaran mata uang asing hingga adanya rumah sakit di kawasan wisata Pulau Lombok. Jumlah persentasi merupakan hasil pilihan wisatawan pada masing-masing informasi yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan masing-masing wisatawan mencari informasi lebih dari satu macam informasi wisata. Pada Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (44,3%) wisatawan asing mencari informasi tentang tempat penukaran mata uang asing atau yang dikenal dengan sebutan money changer. Dengan adanya informasi tempat penukaran mata uang asing akan lebih memudahkan mereka melakukan aktivitas wisata yang berkenaan dengan transaksi pembayaran. Namun tidak semua wisatawan asing melakukan pembayaran dengan mata uang rupiah di
50
kawasan wisata seperti Senggigi ataupun di Kuta Kabupaten Lombok Tengah. Wisatawan tersebut antara lain Amerika Serikat, negara-negara Eropa, ataupun Australia melakukan pembayaran dengan menggunakan mata uang dari negaranya seperti Euro, Dollar Amerika ataupun Dollar Australia. Tabel 5 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana Wisata pada Tahap Pencarian Informasi Awal Isi Informasi Mengenai Sarana dan Prasarana 1. Tempat penukaran mata uang asing 2. Jalur transportasi 3. Obyek wisata 4. Restauran 5. Hotel 6. Club malam dan kafe 7. Rumah sakit 8. Pemandu wisata 9. Jaringan telekomunikasi 10. Festival Seni dan Budaya 11. Acara party khusus untuk wisatawan
Wisatawan (N = 79) Jumlah % 35 44,3 34 43,0 30 37,9 26 32,9 25 31,6 15 18,9 9 11,4 9 11,4 8 10,1 5 6,3 2 2,5
Selain itu Informasi yang tidak kalah pentingnya adalah jalur tranportasi dari dan menuju tujuan wisata merupakan hal yang sangat penting bagi wisatawan asing hingga 43,0%. Adapun informasi jalur transportasi mencakup rute penerbangan menuju negara tujuan, kendaraan yang bisa digunakan untuk melihat obyek wisata, gambaran biaya transportasi yang akan dikeluarkan, dan yang sangat penting adalah kemudahan untuk menuju obyek wisata. Adanya gambaran tentang jalur transportasi yang jelas akan menyakinkan mereka untuk datang mengunjungi Pulau Lombok. Sebagian lagi mencari informasi tentang obyek-obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi hingga 37,9%. Pada umumnya hal ini tidak lepas dari tujuan wisatawan asing yang datang untuk berlibur dengan mengunjungi beberapa obyek wisata alam maupun budaya yang merupakan ciri khas atau keunggulan produk wisata di Pulau Lombok. Sebagian wisatawan menyatakan bahwa informasi hotel sangat penting diketahui hingga 31,6%. Informasi hotel tidak saja mencakup mengenai standar pelayanannya yang cukup dikenal dalam konteks hotel kelas melati hingga hotel berbintang. Melainkan informasi mengenai tersedianya tempat menginap dalam bentuk cottage ataupun bungalow. Selain hotel wisatawan mencari informasi mengenai ada tidaknya
51
berbagai macam restauran terbaik yang ada di sekitar kawasan wisata hingga 18,9%. Informasi mengenai restauran sangat dibutuhkan sekali oleh wisatawan yang menginap di hotel kelas melati. Hal ini dikarenakan tempat mereka menginap tidak menyediakan pelayanan makanan secara lengkap sehingga informasi tersebut dapat dijadikan persiapan agar rencana kunjungannya dapat berjalan dengan lebih baik. Dapat dikatakan bahwa money changer, jalur transportasi, hotel, dan restauran merupakan sebagian informasi yang sangat dibutuhkan oleh wisatawan asing ketika berencana mengunjungi suatu negara dengan tujuan berlibur. Ada juga wisatawan yang menyatakan bahwa informasi restauran menjadi penting untuk mencoba berbaga berbagai masakan dari berbagai negara hingga makanan asli daerah Pada bulan Juli di kawasan wisata Senggigi terdapat Festival Seni dan Budaya yang salah satu agendanya menampilkan kesenian gendang yaitu gendang Beleq. Selain itu Pulau Lombok akan lebih ramai dikunjungi wisatawan asing pada bulan Juli hingga Agustus (sebagian berkaitan dengan libur sekolah) dan kunjungan di atas bulan Agustus sedikit berkurang hingga kunjungan akan ramai kembali pada bulan Desember. Walaupun wisatawan asing datang berlibur pada bulan Oktober 2006 (saat penelitian berlangsung) sebagian kecil atau 6,3% menyatakan mencari informasi tentang Festival Seni dan Budaya. Walaupun sudah dapat dipastikan mereka tidak dapat melihat secara langsung acara festival tersebut. Selain itu hanya 2,5% wisatawan asing yang mencari informasi mengenai acara party di kawasan Pantai Senggigi. Acara party umumnya berkaitan dengan hari-hari khusus seperti melakukan acara pernikahan, bulan madu, valentine, ataupun kegiatan lain yang memang sengaja dibuat wisatawan asing untuk mengadakan khusus acara pesta. Acara party tersebut biasanya dilakukan oleh hotel untuk menarik minat wisatawan agar datang ke Pulau Lombok dan menginap di hotel tersebut. Setelah mengetahui isi informasi mengenai sarana dan prasarana umum lainnya maka pembahasan berikutnya mengenai isi informasi yang berhubungan dengan keamanan. Dari Tabel 6 diketahui bahwa wisatawan asing lebih mencari informasi tentang keamanan mengenai lokasi kantor polisi yang ada disekitar kawasan wisata hingga 32,9%. Informasi tersebut sangat penting bagi wisatawan karena berkaitan dengan isu-isu politik tentang Indonesia yang kurang baik
52
sehingga menyebabkan mereka menempatkan adanya kantor polisi sebagai bahan pertimbangan memilih obyek dan lokasi wisata. Pada saat itu Indonesia menjadi sorotan dunia dengan peristiwa bom Bali yang terjadi pada tahun 2001 silam. Tabel 6 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Tentang Keamanan Dalam Informasi Awal Wisatawan (N = 79) Jumlah % 1. Kantor polisi 26 32,9 15 18,9 2. Jaminan keamanan dalam hotel 3. Private of security 8 10,1 4. Keamanan didalam di hotel 7 8,9 5. Pecalang* 7 8,9 Keterangan: * Pecalang adalah sekumpulan orang-orang yang bertugas memberikan pengamanan pada masyarakat khususnya di Bali dan wisatawan yang berada di kawasan wisata ataupun di lingkungan Banjar (kampung/desa). Informasi Tentang Keamanan
Pada Tabel 6 terdapat 18,9% informasi yang dibutuhkan wisatawan mengenai jaminan keamanan bagi pekerja asing yang bekerja mengelola beberapa tempat wisata. Hal ini tidak jauh berbeda dengan alasan pemilihan informasi mengenai kantor polisi. Adanya cara pandang dan gaya hidup yang berbeda menyebabkan sebagian wisatawan yang datang untuk bekerja menilai jaminan terhadap mereka harus ada dan dapat dijamin dengan baik. Pemerintah daerah sebagai tuan rumah bekerjasama dengan seluruh instansi terkait dapat memberikan jaminan dalam bentuk pengamanan disekitar tempat tinggal mereka. Selain itu pihak perusahaan tempat orang asing bekerja menyediakan layanan pengawal atau bodyguard jika mereka sedang bertugas di luar perusahaan. Ada juga beberapa wisatawan yang tidak menggunakan fasilitas tersebut dengan alasan mereka merasa tidak terlalu khawatir akan terjadi sesuatu selama berada di luar perusahaan. Karena dalam kontrak kerja keamanan sudah dijamin oleh pihak perusahaan dan pemerintah daerah sendiri. Sebagian lagi mencari informasi mengenai tersedianya pengamanan dalam bentuk private of security sebanyak 10,1%. Sedangkan 8,9% mencari informasi mengenai keamanan didalam hotel dan ada tidaknya Pecalang di Pulau Lombok. Wisatawan yang mencari informasi mengenai Pecalang merupakan wisatawan asing yang pernah mengunjungi Pulau Bali. Kunjungan ke Pulau Lombok lebih dikarenakan ingin mengetahui daya tarik obyek wisata yang tidak kalah bagusnya dengan Pulau Bali.
53
Dari penjelasan di atas dapat ditarik beberapa alasan pencarian informasi mengenai sarana dan prasarana yang mendukung wisata maupun keamanan di Pulau Lombok. Alasan tersebut adalah sebagai berikut: a). Wisatawan tersebut sudah berada di Indonesia dengan kunjungan awalnya di Pulau Bali; b). Belum pernah mengunjungi Pulau Lombok sebelumnya; c). Pernah mengunjungi Pulau Lombok namun informasi mengenai sarana dan prasarana tetap menjadi hal yang penting. d). Informasi mengenai keamanan sangat penting ketika berencana untuk melakukan pendakian ke Gunung Rinjani. Tahap Konfirmasi Pada tahap konfirmasi wisatawan melakukan peneguhan terhadap informasi yang telah diketahui sebelumnya. Selain itu peneguhan juga terjadi saat wisatawan menemukan informasi baru dan mencari informasi lainnya guna mendukung keputusan mengenai informasi tersebut. Komunikasi tatap muka yang terjadi pada tahap konfirmasi lebih banyak macamnya dibandingkan pada saat proses pencarian informasi awal. Adapun macam-macam komunikasi tatap muka tersebut meliputi hubungan interpersonal yang hanya terjadi melalui teman atau kerabat, hotel, melalui agen perjalanan, jasa seorang pemandu wisata yang ada dikawasan wisata dan melalui Bandara Udara Selaparang di Mataram Nusa Tenggara Barat. Adanya komunikasi tatap muka dalam komunikasi organisasi yang melibatkan wisatawan dengan seseorang yang berada dalam suatu lingkup organisasi seperti wisatawan dengan resepsionis hotel, agen perjalanan, dan saat tiba di Pulau Lombok melalui Bandara Udara Selaparang Mataram. Tahap konfirmasi terjadi bila wisatawan sudah memutuskan untuk menerima atau menolak informasi yang telah di peroleh sebelumnya (tahap pencarian informasi awal). Tingkat perilaku komunikasi yang ditunjukan wisatawan berbeda dibandingkan ketika mencari informasi pada tahap informasi awal. Perbedaan tersebut terlihat dengan adanya sebagian wisatawan yang tidak melakukan konfirmasi di Pulau Lombok. Dari Tabel 7 diketahui bahwa tahap konfirmasi menunjukan perilaku komunikasi yang kurang aktif (39,2%). Alasan mereka tidak melakukan konfirmasi
adalah
sebagian
informasi
yang
mereka
ketahui
sebelum
54
mengunjungi Pulau Lombok sudah di rasa cukup akurat. Sebagian lagi menyatakan
bahwa
mereka
datang
mengunjungi
Pulau
Lombok
tidak
membutuhkan terlalu banyak aktivitas wisata sehingga hanya membutuhkan informasi mengenai obyek wisata yang akan dikunjungi saja. Tabel 7 Distribusi Wisatawan Menurut Tingkat Perilaku Komunikasi Wistawan Pada Tahap Konfirmasi Tingkat Perilaku Komunikasi pada Konfirmasi 1. Tidak melakukan konfirmasi 2. Melakukan konfirmasi: a. Kurang aktif b. Aktif c. Sangat aktif
Wisatawan (N=79) Jumlah % 20 25,3 31 17 11
39,2 21,5 13,9
Konfirmasi yang dilakukan wisatawan asing setelah sampai di Pulau Lombok lebih bersifat peneguhan dari informasi yang diperoleh saat di negara asal. Dari wawancara peneliti dengan pemandu wisata diketahui bahwa ada beberapa wisatawan asing yang perjalanan wisatanya tidak diatur oleh agen perjalanan biasanya akan lebih aktif melakukan konfirmasi daripada yang telah diatur oleh agen perjalanan. Walaupun penggunaan sumber informasi dan saluran informasi yang digunakan tidak sebanyak saat informasi awal. Perilaku konfirmasi yang sangat aktif ditunjukan dengan menggunakan kombinasi antara komunikasi tatap muka dengan media massa. Wisatawan asing menggunakan salah satu dari bentuk komunikasi tatap muka yaitu melalui agen perjalanan, hotel tempat menginap, hubungan antar pribadi, pemandu wisata, dan Bandara Udara Selaparang Mataram. Adapun saluran informasi yang digunakan lebih banyak menggunakan bentuk visual antara lain leaflet/brosur, buku panduan wisata, foto-foto lokasi wisata, internet, atau majalah/koran wisata (biasanya disediakan di hotel atau agen perjalanan). Informasi yang banyak dibutuhkan wisatawan asing pada konfirmasi berkaitan dengan kegiatan wisatanya. Adapun informasi tersebut meliputi lokasi obyek wisata, tempat penginapan atau hotel, lokasi penukaran mata uang asing, restauran/kafe/club malam, maupun informasi mengenai ketersediaan jaringan telekomunikasi. Dapat dikatakan bahwa perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi terjadi karena wisatawan asing masih membutuhkan banyak informasi mengenai kegiatan wisatanya. Informasi tersebut dibutuhkan guna mendukung ataupun memperkuat keputusan wisatawan dalam berwisata.
55
Penelusuran informasi pada tahap konfirmasi sama dengan tahap pencarian informasi awal yaitu mencari tahu penggunaan sumber informasi, bentuk-bentuk saluran informasi, dan isi dari informasi yang dibutuhkan wisatawan ketika berada di Pulau Lombok. Berikut ini pembahasan dimulai dari persentasi wisatawan pada penggunaan sumber-sumber informasi. Distribusi wisatawan menurut penggunaan sumber informasi pada tahap konfirmasi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Sumber Informasi pada Tahap Konfirmasi Sumber Informasi 1. Tidak melakukan konfirmasi 2. Melakukan konfirmasi menggunakan: a. Komunikisi tatap muka b. Media massa c. Kombinasi
Wisatawan (N=79) Jumlah % 20 25,3 19 4 36
24,1 5,1 45,6
Dari wawancara yang dilakukan pada sejumlah pemandu wisata diketahui bahwa ada sebagian wisatawan asing yang pernah mengunjungi Pulau Lombok lebih mempercayai pemandu wisata daripada agen perjalanan pada kunjungan berikutnya. Alasan wisatawan tersebut adalah para pemandu wisata lebih memahami kondisi ataupun tingkat keamanan di obyek wisata yang akan dituju. Selain itu jika mereka menggunakan jasa agen perjalanan pun para pemandu wisata
akan
diikutsertakan
untuk
menemani
wisatawan
asing
selama
mengunjungi lokasi wisata. Hal yang paling disukai wisatawan asing jika menggunakan jasa para pemandu wisata adalah mereka merasa privacy lebih terjaga karena selama perjalanan hanya mereka saja atau beberapa wisatawan asing lainnya ikut dalam rombongan wisata. Sebagian besar (45,6%) wisatawan asing menggunakan kombinasi sumber informasi dari media massa dan komunikasi tatap muka guna memperteguh informasi ataupun melengkapi informasi yang dibutuhkan. Kedua sumber informasi tersebut lebih luas cakupan informasi wisatanya daripada hanya menggunakan media massa atau melalui komunikasi tatap muka. Terpenting disini adalah penggunaan media massa dan komunikasi tatap muka sama-sama saling melengkapi kebutuhan wisatawan terhadap informasi wisata pada tahap konfirmasi. Selain kombinasi, wisatawan asing juga lebih banyak menggali informasi
56
wisata hanya bersumber dari komunikasi tatap muka saja (24,1%). Jika dikaitkan dengan kredibilitas sumber hal tersebut dilakukan wisatawan dengan asumsi bahwa agen perjalanan di kawasan wisata maupun dari Bandara Selaparang Mataram lebih luas cakupan informasinya. Selain itu lokasi agen perjalanan dan Bandara jelas tempatnya, lebih dekat dan mudah ditemui oleh wisatawan. Hanya sebagian kecil (5,1%) yang menggunakan media massa sebagai sumber informasi wisatanya. Alasan utamanya adalah informasi pada media massa sudah terangkum sangat jelas dan lengkap. Dari keseluruhan responden (79 orang wisatawan asing) hanya 59 orang (74,5%) yang melakukan konfirmasi setelah berada di Pulau Lombok. Sedangkan 20 orang wisatawan atau 25,3% tidak melakukan konfirmasi. Ada beberapa alasan mengapa wisatawan asing tersebut tidak melakukan konfirmasi antara lain: a). Melakukan kunjungan wisata pada beberapa obyek wisata yang telah diatur oleh agen perjalanan. b). Selama mengunjungi beberapa obyek wisata selalu didampingi oleh pemandu wisata. c). Kunjungan wisatawan asing hanya pada satu obyek wisata saja seperti melakukan aktivitas surfing di pantai Kuta Kabupaten Lombok Tengah ataupun di Pantai Gili Trawangan Kabupaten Lombok Barat. d). Wisatawan tersebut pernah mengunjungi Pulau Lombok sehingga informasi mengenai lokasi ataupun tingkat keamanan dikawasan wisata sudah di ketahui dengan cukup baik. e). Wisatawan asing tersebut tinggal di Pulau Lombok untuk bekerja. Setelah mengetahui beberapa alasan wisatawan asing tidak melakukan konfirmasi di Pulau Lombok maka pembahasan selanjutnya berkaitan dengan penggunaan berbagai macam saluran informasi. Selama berada di Pulau Lombok wisatawan asing tidak menggunakan saluran informasi melalui radio. Hal ini dikarenakan pemerintah Provinsi NTB dan pihak swasta yang bergerak dalam bidang pariwisata tidak menyediakan informasi wisata melalui radio. Informasi wisata melalui radio sudah dilakukan oleh Pulau Bali yang bekerjasama dengan pihak swasta yaitu radio Hard Rock. Pada Tabel 9 diketahui bentuk informasi yang digunakan wisatawan dalam konfirmasi hanya dua yaitu visual dan audiovisual. Dalam bentuk visual saluran informasi yang digunakan sebagian besar melalui leaflet, booklet, dan
57
brosur-brosur wisata hingga 55,7%. Hal ini lebih dikarenakan leaflet, booklet, dan brosur-brosur lebih mudah ditemukan di hotel, agen perjalanan, pada seorang guide, dan di Bandara Udara Selaparang Mataram saat tiba di Pulau Lombok. Dari bentuk dan ukurannya yang sangat ringan dan mudah dibawa kemana saja maka media informasi tersebut lebih banyak digunakan oleh wisatawan asing. Tabel 9
Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Saluran Informasi pada Tahap Konfirmasi Saluran Informasi yang Digunakan
Wisatawan (N = 59) Jumlah %
Visual: 1. Leaflet, booklet, brosur-brosur wisata 2. Buku-buku panduan wisata 3. Foto-foto berupa dokumentasi obyek wisata 4. Foto-foto obyek wisata dalam bentuk slide 5. Internet 6. Majalah/koran/tabloid Audiovisual: 7. Televisi
44 28 24 14 10 10
55,7 35,4 30,8 17,7 12,7 12,7
10
12,7
Selain itu leaflet, booklet, dan brosur-brosur wisata dapat digunakan sebagai dasar informasi untuk bisa membandingkan informasi yang diketahui pada informasi lainnya. Gambar yang ada pada leaflet mempunyai warna yang cukup menarik dan bisa meyakinkan wisatawan untuk mengunjunginya sehingga informasi yang telah diketahui sebelumnya lebih kuat dan lebih menyakinkan wisatawan untuk berkunjung pada obyek wisata yang diinginkan. Bentuk informasi visual lainnya adalah penggunaan buku panduan wisata hingga 35,4% untuk melengkapi informasi dari media lainnya. Dibandingkan dengan leaflet, booklet, dan brosur-brosur wisata, buku panduan wisata mengulas lebih luas segala informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan obyek wisata, lokasi, ataupun informasi wisata lainnya. Terdapat beberapa kelemahan dalam buku panduan wisata yang biasanya digunakan wisatawan. Kelemahan buku panduan wisata tersebut sebagai berikut: a). Tampilan gambar tentang obyek wisata tidak mendetail. b). Adanya sebagian buku yang tidak menampilkan gambar-gambar obyek wisata dengan kertas berwarna. c). Terkadang halaman yang memuat semua obyek wisata tidak tersedia dan hanya menerangkan adanya obyek wisata tertentu yang menarik untuk dikunjungi.
58
d). Terkadang gambar ataupun informasi mengenai obyek wisata yang ditampilkan tidak sesuai dengan yang apa diinginkan wisatawan. Bisa saja informasi mengenai obyek wisata lainnya yang menurut penulis buku tidak perlu ditampilkan justru yang ingin diketahui oleh wisatawan. e). Secara keseluruhan buku panduan wisata mempunyai keterbatasan dalam jumlah halaman untuk memuat berbagai informasi mengenai obyek wisata. Adanya kekurangan pada buku panduan wisata tersebut dapat dilengkapi dengan penggunaan slide foto oleh wisatawan. Adanya foto-foto mengenai obyek wisata alam dan budaya dalam bentuk slide semakin memperteguh dan meyakinkan wisatawan asing untuk mengunjunginya. Slide merupakan teknik menampilkan gambar diam (bukan bergerak seperti film) dalam satuan frameframe foto. Gambar-gambar yang diperlihatkan pada slide mempunyai arah gerakan yang dapat disesuaikan seperti arah vertikal ataupun horizontal. Selain slide, wisatawan asing juga menggunakan saluran informasi dalam bentuk audiovisual yaitu televisi. Walaupun persentasi penggunaannya sangat sedikit namun penggunaan media komunikasi ini tetap bisa melengkapi informasi yang diinginkan. Informasi mengenai obyek wisata ditelevisi dapat diketahui melalui siaran televisi lokal yaitu LombokTV dan diduga melalui siaran televisi swasta nasional. Bisa dikatakan bahwa adanya gerakan-gerakan gambar dengan obyek diam dan beragamnya warna dari leaflet, booklet, ataupun brosur berwarna mampu menstimulasi alat indra mata. Rakhmat (2001) menyatakan bahwa stimulasi yang diperoleh mata dikirim kesistem syaraf otak dengan batas ambang gelombang cahaya antara 380–780 nanometer sehingga informasi dalam bentuk simbol-simbol tersebut mampu meyakinkan wisatawan untuk memutuskan memilih obyek wisata alam dan obyek wisata budaya. Adanya perbedaan jumlah persentasi masing-masing saluran informasi dari yang lebih dominan hingga persentasi terendah hanya memberikan gambaran tentang penggunaan saluran informasi mana yang lebih banyak digunakan wisatawan sehingga tidak dapat dikatakan bahwa penggunaan saluran informasi yang dominan lebih baik daripada yang terendah. Karena dalam penelitian ini sebagian besar wisatawan lebih banyak mengkombinasikan bentuk-bentuk saluran informasi. Distribusi wisatawan menurut isi informasi sarana dan prasarana dalam tahap konfirmasi dapat dilihat pada Tabel 11.
59
Tabel 10 Distribusi Wisatawan Menurut Isi Informasi Sarana dan Prasarana dalam Tahap Konfirmasi Isi Informasi Tentang Sarana dan Prasarana 1. Hotel 2. Club malam dan kafe 3. Obyek wisata 4. Money changer 5. Restauran 6. Jaringan telekomunikasi 7. Jalur transportasi 8. Jasa penyewaan mobil 9. Pemandu wisata 10. Festival seni dan budaya di kawasan Senggigi 11. Rumah sakit
Wisatawan (N = 59) Jumah % 19 24,1 19 24,1 18 22,8 17 21,5 17 21,5 16 20,3 11 13,9 10 12,7 8 10,1 4 5,1 1 1,3
Menurut Tabel 10 bahwa sebagian besar wisatawan asing mencari informasi mengenai hotel dari kelas melati hingga kelas berbintang lima dan informasi tentang tempat-tempat hiburan seperti club-club malam ataupun kafe terbaik di kawasan wisata hingga 24,1%. Pencarian informasi tentang hotel dikarenakan setelah berada di kawasan wisata wisatawan lebih leluasa untuk memilih dan menentukan hotel jenis apa yang akan digunakan sebagai tempat beristirahat. Selain itu sebagian wisatawan tidak tetap untuk tinggal pada satu hotel saja tetapi berpindah pada hotel lainnya. Ada beberapa alasan yang dinyatakan oleh wisatawan antara lain untuk kenyamanan beristirahat saat berlibur, agar jarak antara obyek wisata lebih dekat dengan hotel, ataupun adanya ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan pihak hotel. Informasi obyek wisata tetap menjadi hal utama yang dicari oleh wisatawan dalam tahap konfirmasi hingga 22,8%. Informasi mengenai obyekobyek wisata setelah berada di kawasan wisata lebih beragam sehingga lebih memudahkan wisatawan untuk menentukan keputusannya. Bisa dikatakan bahwa wisatawan yang melakukan konfirmasi cenderung akan mengunjungi apa yang mereka telah ketahui dan telah putuskan dari keputusan pada informasi awal. Konfirmasi mengenai informasi lainnya yang dibutuhkan wisatawan asing adalah keberadaan restauran yang menyajikan berbagai menu favorit dari mancanegara hingga makanan asli Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dari pengamatan selama di lokasi penelitian diketahui bahwa kunjungan wisatawan
60
asing kerestauran biasanya mulai ramai dari jam 4 sore hingga tengah malam. Sebagian baru datang dari kunjungannya dari obyek-obyek wisata. Sambil berjalan-jalan disekitar kawasan wisata para wisatawan juga mencari informasi mengenai restauran yang dapat memuaskan selera dan sebagai tempat bersantai yang lebih nyaman. Begitu juga dengan tempat-tempat penukaran mata uang asing tetap merupakan informasi yang penting bagi wisatawan asing. Hal ini dikarenakan sebagian besar wisatawan datang ke Pulau Lombok masih membawa mata uang negara mereka. Walaupun sebagian dari wisatawan asing ada juga yang melakukan pembayaran dengan mata uang negaranya seperti dollar Australia ataupun Euro. Nilai kurs mata uang asing tersebut telah disesuaikan dengan kurs rupiah yang harus mereka bayar. Namun penukaran mata uang asing dalam bentuk rupiah tetap dilakukan oleh wisatawan dengan mempertimbangkan efiseinsi dan lebih mempermudah pembayaran pada tempat-tempat yang tidak menggunakan mata uang asing sebagai alat pembayaran. Informasi lainnya yang diperlukan wisatawan asing adalah informasi mengenai ketersediaan jaringan telekomunikasi hingga 20,3% pada kawasan wisata. Jaringan telekomunikasi tersebut terkait dengan penggunaan internet ataupun penggunaan jaringan telepon seluler. Selama melakukan perjalanan kesuatu tempat wisatawan asing kerap melakukan kontak informasi dengan teman, kerabat ataupun relasi diluar Indonesia ketika masih berada di Pulau Lombok. Selama melakukan pengamatan di lokasi penelitian dan wawancara dengan pemilik rental internet diketahui bahwa wisatawan asing sangat membutuhkan sekali sarana internet dalam menunjang kegiatan wisata. Sebagian
kecil konfirmasi
dilakukan untuk
mengetahui
informasi
mengenai jalur transportasi menuju lokasi wisata. Informasi tersebut berkaitan dengan kemudahan untuk menjangkau lokasi wisata sebanyak 14%. Biasanya informasi jalur transportasi sangat dibutuhkan bagi wisatawan yang belum pernah mengunjungi Pulau Lomkok dan sebagian yang belum pernah mengunjungi lokasi obyek wisata. Bagi wisatawan asing yang ingin mengunjungi suatu lokasi obyek wisata dengan ruang privasi yang lebih terjaga maka biasanya membutuhkan jasa penyewaan mobil (12,7%). Dari wawancara dengan para driver yang sering disewa oleh wisatawan asing menuju beberapa lokasi obyek wisata menyatakan bahwa wisatawan sangat menyukai penggunaan jasa penyewaan mobil. Dalam satu mobil
61
biasanya berjumlah 2 orang hingga 6 orang wisatawan asing. Disamping harga lebih murah mereka bisa menentukan obyek wisata mana yang akan dikunjungi. Selain itu dari sudut privacy lebih terjaga dan tentunya lebih nyaman selama perjalanan dalam melakukan kunjungan wisata. Terdapat juga beberapa informasi yang dirasakan sudah cukup ataupun sebagian menyatakan tidak terlalu penting. Hal ini dapat dilihat pada informasi mengenai pemandu wisata, tentang adanya pertunjukan festival seni dan budaya di kawasan wisata Senggigi. Hanya 1,3% yang membutuhkan informasi mengenai rumah sakit ataupun klinik berobat di kawasan wisata. Distribusi wisatawan menurut penggunaan isi informasi tentang keamanan dalam tahap konfirmasi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Distribusi Wisatawan Menurut Penggunaan Isi Informasi Tentang Keamanan dalam Tahap Konfirmasi Isi Informasi Tentang Keamanan 1. Private of security 2. Kantor polisi 3. Pecalang
Wisatawan (N = 59) Jumlah % 18 22,8 12 15,2 6 7,6
Konfirmasi mengenai keamanan tentang private of security sebagian menjadi hal yang penting untuk kenyamanan berada di Pulau Lombok hingga 22,8% dibandingkan dengan adanya kantor polisi disekitar kawasan wisata yang hanya 15,2%. Dari pengamatan dan wawancara dilokasi wisata diketahui wisatawan yang membutuhkan jasa pengamanan pribadi cenderung merupakan wisatawan yang benar-benar membutuhkan sebuah privacy eksklusif. Artinya ketika mengunjungi suatu obyek
wisata tertentu
yang lokasi
ataupun
keamanannya masih kurang maka jasa pengaman pribadi sangat dibutuhkan. Selain itu adanya aktivitas lainnya seperti melakukan transaksi bisnis diperlukan satu atau dua orang jasa pengaman pribadi. Konfirmasi mengenai pecalang juga dibutuhkan walaupun persentasinya sangat kecil sekali. Hal ini tidak lepas dari adanya kunjungan wisata di Pulau Bali sebelumnya dan berharap menemukan pecalang dikawasan wisata Pulau Lombok. Namun pemerintah daerah bisa menjamin keamanan wisatawan asing selama berada dikawasan wisata walaupun bukan dalam bentuk pecalang. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perilaku komunikasi wisatawan menunjukan kategori kurang aktif pada tahap konfirmasi. Walaupun melakukan kombinasi sumber informasi namun saluran informasi lebih banyak
62
melalui bentuk visual yaitu leaflet/brosur/booklet. Dalam komunikasi tatap muka saluran informasi tersebut banyak digunakan oleh pemandu wisata, hotel, maupun agen perjalanan. Selain itu booklet dan buku panduan wisata dapat diperoleh melalui toko yang menjual kebutuhan informasi wisata pada kawasan wisata di Pulau Lombok. Pada dasarnya penggunaan sumber informasi yang terdiri dari komunikasi tatap muka dan media massa sama-sama mempunyai kemampuan dalam menyakinkan khalayak. Media massa efektif dalam merubah pendapat (pengetahuan) dan komunikasi tatap muka efektif merubah sikap. Terpenting adalah informasi wisata yang dapat diperoleh dengan mudah. Keputusan Wisatawan dalam Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Pendeskripsian tentang keputusan mencakup pemilihan obyek wisata alam, obyek wisata budaya, dan masa tinggal. Selain itu lamanya penggunaan waktu ketika mengunjungi obyek wisata sangat beragam. Dalam sehari seorang wisatawan asing dapat mengunjungi lebih dari 1 obyek wisata sekaligus sehingga dapat diketahui total penggunaan waktu yang dihabiskan ketika mengunjungi obyek wisata. Mulai dari 10 menit hingga di atas 5 jam. Dari yang hanya berenang di pantai hingga mengunjungi obyek-obyek wisata budaya. Obyek wisata budaya amat beragam dan diantaranya adalah Festival seni budaya hingga perkampungan asli masyarakat suku Sasaq yang merupakan salah satu cagar budaya di Provinsi NTB. Selain kunjungan pada obyek wisata terdapat juga penjabaran mengenai masa tinggal wisatawan. Dari 4 hari hingga lebih dari 9 hari. Berikut penjelasan masing-masing keputusan mengunjungi obyek wisata alam, budaya, dan menentukan masa tinggal. Keputusan Pemilihan Obyek Wisata Alam Pulau Lombok mempunyai banyak potensi wisata alam yang tidak kalah dengan Provinsi lainnya. Saat ini obyek wisata pantai tetap menjadi andalan Pemerintah NTB dalam menarik minat wisatawan asing maupun domestik. Jumlah keputusan memilih obyek wisata alam sangat beragam sehingga dilakukan pengkategorian dalam menjelaskan jumlah obyek wisata alam yang dipilih.
Pengkategorian
jumlah
keputusan
memilih
obyek
wisata
alam
dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Keputusan wisatawan tersebut merupakan jumlah aktivitas wisata yang dikunjunginya.
63
Tabel 12 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Obyek Wisata Alam Jumlah Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam 1. Sedikit 2. Sedang 3. Banyak
: ≤ 4 obyek wisata : 5 s/d 7 obyek wisata : ≥ 8 obyek wisata
Wisatawan (N=79) Jumlah % 45 57,0 32 40,5 2 2,5
Pada Tabel 12 bahwa jumlah keputusan wisatawan asing untuk memilih obyek wisata alam termasuk dalam kategori sedikit atau 57,0%. Hal ini dikarenakan aktivitas wisatawan asing hanya pada 1 obyek wisata hingga 4 obyek wisata alam. Seperti keputusan memilih wisata pantai antara lain menyelam, berenang di pantai, berjalan-jalan sambil menikmati sunset. Bahkan ada keputusan wisatawan asing hanya pada 1 obyek wisata alam saja seperti surfing atau melakukan pendakian di Gunung Rinjani. Selain di pantai wisatawan asing juga mengkombinasikan kunjungannya pada kawasan Taman Nasional hutan lindung Gunung Rinjani. Salah satu obyek wisata tersebut adalah melihat air terjun ataupun melihat kawanan kera yang banyak ditemui di sepanjang jalur menuju air terjun (jika melewati jalur Senggigi). Untuk itu jumlah keputusan wisatawan asing dapat dikategorikan sedang (40,5%) dengan jumlah kunjungan wisata 5 hingga 8 obyek wisata. Wisatawan dengan keputusan tinggi mempunyai jumlah aktivitas wisata di atas 9 obyek wisata. Adapun keputusan obyek wisata tersebut antara lain kombinasi dari obyek wisata pantai, pendakian Gunung Rinjani, dan adanya kunjungan wisatawan ke Gili Trawangan. Untuk mengetahui lebih jelas masing-masing jumlah persentase obyek wisata alam yang dikunjungi wisatawan dapat dilihat pada Tabel 13. Keputusan wisatawan asing pada obyek wisata alam sebagian besar memilih obyek wisata pantai daripada obyek wisata pendakian Gunung Rinjani. Hal ditunjukan dengan keputusan wisatawan asing yang sebagian besar memilih untuk berenang di pantai (63,3%). Wisatawan asing ingin merasakan adanya perbedaan antara berenang di pantai yang ada di Pulau Lombok dengan pantai lainnya seperti Pantai Kute Bali. Khusus di Pantai Senggigi memang sangat cocok digunakan untuk berenang. Hal ini dikarenakan Pantai Senggigi memiliki ombak yang tenang dengan arus laut yang tidak kuat sehingga aman digunakan untuk berenang.
64
Tabel 13 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan pada Masingmasing Obyek Wisata Alam Jumlah Keputusan Wisatawan pada Masing-masing Obyek Wisata Alam Pendakian Gunung dan sekitarnya: 1. Melihat air terjun 2. Melihat kawanan monyet 3. Mendaki puncak Gunung Rinjani 4. Berkemah di danau Segara Anak - Gunung Rinjani 5. Mengunjungi pemandian air panas Pantai dan sekitarnya: 6. Berenang di pantai 7. Menikmati sunset 8. Berjemur di pantai 9. Snorkeling 10. Surfing 11. Menyelam 12. Memancing 13. Lainnya: a. Keliling disekitar kawasan pantai dengan menggunakan sepeda motor b. Mengunjungi hutan lindung & pemandian Tete Batu b. Keliling seputar kawasan hutan lindung dengan menggunakan sepeda gunung c. Berjalan-jalan di sekitar kawasan pantai di Gili Trawangan d. Main kano di pantai
Wisatawan (N = 79) Jumlah % 35 34 21 12 5
44,3 43,0 26,6 15,2 6,3
50 43 41 35 19 19 2
63,3 54,4 51,9 44,3 24,1 24,1 2,5
7
8,9
7 5
8,9 6,3
4
5,1
3
3,8
Pada Tabel 13 diketahui bahwa 54,4% wisatawan asing memilih berenang di pantai wisatawan asing memutuskan untuk menikmati indahnya sunset sambil berjalan-jalan di pinggiran pantai atau sekadar duduk santai. Selain itu 51,9% memutuskan untuk berjemur di pantai agar kulit menjadi lebih coklat. Wisatawan asing banyak berjemur di pinggir pantai terutama di Gili Trawangan karena merasa terik panas matahari sangat cocok untuk berjemur. Selain itu kawasan pantai di Pulau Lombok pada umumnya masih tertata secara alami. Keputusan wisatawan lainnya adalah melihat keindahan karang di laut hanya dengan snorkeling (44,3%). Obyek wisata tersebut lebih mudah dilakukan daripada penyelaman yang membutuhkan ketrampilan khusus. Wisatawan asing yang memilih untuk melakukan penyelaman hanya 24,1%. Kawasan yang paling banyak dikunjungi wisatawan untuk penyelaman adalah Gili Trawangan. Keadaan terumbu karangnya masih terjaga walaupun telah terjadi kerusakan terumbu karang. Namun pada umumnya terumbu karang
65
tersebut masih terlihat sangat indah. Selain memutuskan mengunjungi beberapa obyek wisata di pantai ada juga wisatawan asing yang datang secara khusus untuk melakukan penyelaman. Selain obyek wisata pantai, Pulau Lombok juga mempunyai obyek wisata alam lainnya yaitu Taman Nasional Gunung Rinjani. Pada kawasan tersebut terdapat beberapa air terjun yang banyak dikunjungi oleh wisatawan asing maupun domestik. Salah satunya adalah air terjun Sindang Gile yang selalu ramai di kunjungi wisatawan asing hingga 44,3%. Selain itu wisatawan asing dapat melihat kera liar yang banyak dijumpai di sepanjang perjalanan menuju kawasan Taman Nasional (43,0%). Kera-kera tersebut oleh pemerintah dan masyarakat sekitar telah dilindungi keberadaannya sehingga perjalanan menuju wisata air terjun tersebut tidak terasa membosankan. Selain itu sebagian wisatawan asing melakukan pendakian di puncak Gunung Rinjani hingga 26,6%. Untuk melakukan pendakian kepuncak Rinjani seseorang harus mempunyai stamina yang prima dan harus didampingi oleh porter atau pemandu wisata yang sudah berpengalaman. Hal ini terkait langsung dengan keselamatan jiwa para pendaki. Seperti waktu yang baik untuk berada di puncak (diatas jam 5 pagi) dan harus segera turun dari puncak sebelum jam 7 pagi. Biasanya setelah di atas jam 7 pagi angin bertiup sangat kencang. Selain memutuskan melakukan pendakian diketahui hanya 15,2% wisatawan yang bertujuan untuk melihat Danau Segara Anak di Gunung Rinjani. Diantara wisatawan tersebut ada yang bertujuan untuk melihat danau setelah melakukan pendakian di puncak Rinjani dan segera kembali untuk mengakhiri pendakiannya. Lainnya memang bertujuan untuk melihat Danau Segara Anak. Untuk obyek wisata lainnya sebagian kecil memilih aktivitas bersepeda motor dengan tujuan berkeliling diseputar kawasan wisata pantai Senggigi. Wisatawan asing tersebut ingin melihat secara langsung keadaan dan suasana di sekitar kawasan wisata Senggigi. Selain itu ada juga wisatawan asing yang memutuskan kunjungannya kepemandian Tete Batu yang ada di Kabupaten Lombok Timur. Pemandian tersebut berada di tengah hutan lindung yang merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani. Keputusan Pemilihan Obyek Wisata Budaya Obyek wisata tradisional Suku Sasaq di Pulau Lombok amat beragam. Mulai dari kesenian hingga cagar budaya yang masih terjaga hingga saat ini.
66
Keputusan wisatawan memilih obyek wisata budaya jumlahnya berbeda-beda. Mulai dari 2 obyek wisata hingga di atas 5 obyek wisata. Selain itu ada juga wisatawan yang sama sekali tidak memilih obyek wisata budaya baik itu bersifat tradisional maupun non tradisional. Untuk memudahkan pembahasan mengenai keputusan memilih obyek wisata budaya maka dilakukan pengkategorian dengan hanya berdasar pada jumlah obyek wisata budaya yang dipilih. Pengkategorian jumlah obyek wisata menggunakan istilah rendah untuk pemilihan di bawah 4 obyek wisata. Kategori sedang diberikan pada wisatawan yang mempunyai jumlah pemilihan di bawah 7 obyek wisata budaya. Jumlah pemilihan di atas 7 obyek wisata budaya dapat diketagorikan dalam keputusan tinggi. Bagi wisatawan asing yang mempunyai jumlah keputusan di atas 7 obyek wisata budaya maka dapat dikategorikan sebagai keputusan tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini. Tabel 14 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Obyek Wisata Budaya Jumlah Keputusan Wisatawan dalam Memilih Obyek Wisata Alam a. Wisatawan yang tidak memilih obyek wisata budaya b. Wisatawan yang memilih obyek wisata budaya: 1. Sedikit : ≤ 4 obyek wisata 2. Sedang : 5 s/d 7 obyek wisata 3. Banyak : ≥ 8 obyek wisata
Wisatawan (N=79) Jumlah % 12 15,2 54 13 -
68,4 16,5 -
Dari Tabel 14 diketahui bahwa umumnya obyek wisata budaya yang ada di Pulau Lombok kurang diminati oleh wisatawan asing. Hal ini terlihat dengan jumlah keputusan wisatawan asing pada obyek wisata budaya tergolong sedikit (15,2%). Wisatawan asing sama sekali tidak tertarik memilih obyek wisata budaya yang berhubungan dengan seni tradisional maupun non tradisional. Sebagian
juga
menyatakan
pernah
mengunjungi
obyek
wisata
yang
berhubungan dengan seni tradisional suku Sasaq pada kunjungan sebelumnya. Lainnya menyatakan kurang tertarik dengan obyek wisata tersebut. Contohnya ketika wisatawan asing memutuskan untuk tidak mengunjungi restauran di luar hotel karena hotel tempat mereka menginap telah menyediakan secara lengkap berbagai menu makanan. Terdapat 68,4% wisatawan asing yang memutuskan mengunjungi obyek wisata budaya. Obyek wisata non tradisonal lebih banyak menjadi pilihan
67
wisatawan asing daripada yang berkaitan dengan seni tradisional suku Sasaq. Hal ini terlihat dengan banyaknya kunjungan wisatawan asing pada kafe dan restauran. Hal inilah yang menjadikan alasan masih sedikitnya wisatawan asing yang memutuskan memilih obyek wisata budaya di Pulau Lombok. Masih sedikitnya wisatawan yang memutuskan memilih obyek wisata budaya dapat dilihat pada Tabel 15. Pada Tabel 15 akan dijabarkan secara terperinci obyek wisata budaya apa saja yang dikunjungi oleh wisatawan asing. Tabel 15 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan dalam Memilih Masing-masing Obyek Wisata Budaya Jumlah Keputusan Wisatawan dalam Memilih Masing-masing Obyek Wisata Budaya Tradisional: 1. Melihat pasar tradisional 2. Mengunjungi perkampungan asli suku Sasaq di desa Sade 3. Menyaksikan Festival musik tradisional gendang yaitu Gendang Beleq 4. Menyaksikan upacara tradisional di desa Senaru 5. Mengunjungi masjid kuno Bayan Beleq 6. Menyaksikan atraksi bela diri tradisional yaitu Peresean 7. Museum 8. Taman bekas kerajaan Selaparang yaitu taman Narmada 9. Melihat aktivitas kehidupan masyarakat tradisional di desa Senaru Non tradisional: 10. Restauran 11. Kafé 12. Club-club malam 13. Melakukan Massage 14. Kunjungan pada beberapa tempat di Mataram 15. Jalan-jalan di seputar kawasan wisata 16. Travelling seputar Pulau Lombok 17. Mengunjungi Gym 18. Berbelanja (di pasar seni / bukan di pasar seni) 19. Travelling di luar Pulau Lombok (Sumbawa & Bima)
Wisatawan (N = 79) Jumlah % 25 18
31,6 22,8
12
15,2
10 9 9
12,7 11,4 11,4
7 5
8,9 7,6
3
3,8
42 40 16 4 4 3 3 2 1 1
53,2 50,6 20,3 5,0 5,0 3,8 3,8 2,5 1,3 1,3
Berdasarkan Tabel 15 diketahui jumlah kunjungan wisatwan pada masing-masing obyek wisata budaya. Tingkat kunjungan wisatawan asing pada obyek wisata budaya lebih banyak pada non tradisional. Hal ini terlihat dengan hampir sebagian besar (53,2%) wisatawan asing memutuskan mengunjungi restauran yang tersebar hampir disepanjang kawasan wisata. Selain karena kebutuhan akan makanan wisatawan tersebut berkeinginan untuk mencoba
68
berbagai macam masakan. Mulai dari makanan khas Provinsi NTB hingga makanan mancanegara. Alasan wisatawan asing memutuskan untuk mengunjungi restauran yaitu: a). Menginap di bungalow ataupun hotel kelas melati. Jenis penginapan tersebut tidak menyediakan pelayanan makanan. b). Mencoba menu andalan dari masing-masing restauran. c). Sangat menyukai suasana restauran untuk bersantai. Selain restauran, wisatawan juga memutuskan mengunjungi kafe yang mudah ditemui di seputar kawasan wisata hingga 50,6%. Kafe sendiri memberikan suasana nyaman setelah seharian beraktifitas. Ada juga yang datang hanya untuk sekadar minum sambil menikmati suasana sore di pantai. Sebagian kecil atau 3,8% wisatawan asing hanya berjalan-jalan saja disepanjang kawasan wisata. Selain menyediakan makanan kafe juga menyediakan berbagai minuman yang mengandung alkohol. Pada Tabel 16 akan dijabarkan persentase jumlah kunjungan wisatawan asing pada masing-masing obyek wisata yang berhubungan dengan seni tradisional maupun non tradisional. Adanya rasa ingin tahu terhadap aktivitas langsung perekonomian masyarakat lokal pada umumnya menarik minat wisatawan asing untuk mengunjungi pasar tradisional hingga 31,6%. Pasar tradisonal tersebut secara umum bukan agenda sebagai tempat tujuan wisata. Namun dari observasi sebelum dilakukannya penelitian diketahui bahwa pasar tradisional dikunjungi juga oleh wisatawan asing. Begitu juga saat dilakukan penelitian ada sebagian wisatawan yang menyatakan bahwa mereka pernah mengunjungi pasar tradisional. Keputusan
wisatawan
asing
lainnya
adalah
22,8%
mengunjungi
perkampungan suku Sasaq yang ada di desa Sade di Kabupaten Lombok Tengah. Selain dapat melihat langsung kehidupan masyarakatnya wisatawan asing juga dapat melihat proses pembuatan hasil kerajinan desa Sade. Ada juga wisatawan asing yang mencari infromasi mengenai club-club malam yang ada disekitar kawasan wisata hingga 20,3%. Budaya clubing dan alkohol merupakan bagian dari gaya hidup wisatawan asing dan lokasinya tepat berada dijantung kawasan wisata Senggigi. Seperti yang diungkapkan oleh Mulyana dan Rakhmat (2001) bahwa aktivitas seseorang tidak lepas dari kebiasan. Hal tersebut dapat di pahami bahwa masing-masing wisatawan cenderung ingin beraktivitas seperti yang biasa
69
dilakukan di negara mereka. Seperti berjemur disinar matahari pantai, menyukai clubing, bersantai di kafe ataupun di bar. Informasi mengenai obyek wisata budaya lainnya adalah pagelaran musik tradisional yang menjadi ciri khas pariwisata Provinsi NTB berupa tabuhan gendang yang disebut Gendang Beleq. Sebagian dari wisatawan asing tiba di Pulau Lombok pada bulan Agustus dan tidak dapat menyaksikan festival tersebut. Namun pertunjukan gendang Beleq dapat disaksikan di kawasan wisata Senggigi yang diadakan oleh sanggar seni sehingga hanya 15,2% saja yang menyatakan pernah menyaksikan pertujukan gendag Beleq. Selain itu hanya 3,8% wisatawan asing yang mengunjungi desa Senaru di bawah kaki Gunung Rinjani di Kabupaten Lombok Barat untuk menyaksikan kehidupan masyarakat suku Sasaq lainnya yang ada di Pulau Lombok. Justru wisatawan asing tertarik mengunjungi desa Senaru untuk melihat kegiatan upacara tradisional yang biasa di gelar di desa Senaru hingga 12,7%. Kunjungan wisatawan asing lainnya mengunjungi masjid kuno Bayan Beleq di kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Barat. Cagar budaya ini masih dipertahankan oleh pemerintah Provinsi NTB dan lokasinya tidak jauh dari perkampungan asli suku Sasaq di desa Senaru sehingga hanya 11,4% saja yang tertarik mengunjungi cagar budaya tersebut. Selanjutnya 8,9% wisatawan asing mengunjungi Museum yang berada di Mataram Kabupaten Lombok Barat. Dari wawancara dengan wisatawan alasan mereka mengunjungi museum adalah tertarik melihat peninggalan kuno masyarakt NTB pada umumnya. Seperti barang-barang peninggalan kerajaan yang ada di Provinsi NTB. Selain museum kunjungan wisatawan asing mengunjungi bekas taman Kerajaan Selaparang di Taman Narmada Kabupaten Lombok Barat hingga 7,6%. Hal lainnya yang dapat dikunjugi di taman Narmada adalah mencoba minum air yang khasiatnya dipercaya untuk membuat awet muda. Bagi wisatawan asing yang suka dengan benda-benda seni hasil kerajinan tangan dari masyarakat Lombok memutuskan mengunjungi pasar seni yang ada di kawasan wisata maupun di luar kawasan wisata. Pasar seni tersebut dikenal dengan sebutan Art Shop. Selain itu Art Shop mudah ditemui di sepanjang jalur menuju kawasan wisata. Hanya 1,3% wisatawan asing yang melakukan travelling ke kota Sumbawa & Bima (di luar Pulau Lombok). Mereka ingin mengetahui lebih dekat perbedaan budaya yang ada di Pulau Lombok dengan budaya yang ada di Sumbawa dan Bima.
70
Keputusan Menentukan Masa Tinggal Masa tinggal yang digunakan oleh wisatawan asing sangat bervariasi yaitu kurang dari 4 hari hingga 2 bulan lebih. Mereka mengunjungi Pulau Lombok dengan berbagai tujuan seperti berlibur, melakukan kunjungan bisnis, bekerja, dan melakukan penelitian. Adanya perbedaan tujuan kunjungan maka berbeda juga penggunaan waktu selama beraktivitas pada obyek wisata. Informasi mengenai penggunaan waktu kunjungan tidak akan diuji hubungannya dengan keputusan baik dalam memilih obyek wisata alam, budaya, dan masa tinggal. Penggunaan waktu kunjungan pada masing-masing obyek wisata berfungsi untuk memberikan pengetahuan atau informasi mengenai perbedaan penggunaan waktu oleh masing-masing wisatawan asing. Berikut adalah pembahasan mengenai persentase keseluruhan masa tinggal wisatawan di Pulau Lombok. Tabel 16 Distribusi Wisatawan Menurut Jumlah Keputusan Masa Tinggal di Pulau Lombok Jumlah Keputusan Masa Tinggal Sangat singkat Singkat Sangat lama
: ≤ 4 hari : 5 s/d 8 hari : ≥ 9 hari
Wisatawan (N=79) Jumlah % 32 40,5 23 29,1 24 30,4
Dari Tabel 16 diketahui bahwa sebagian besar wisatawan asing (40,5%) memutuskan masa tinggal yang sangat singkat di Pulau Lombok. Mereka adalah murni kelompok wisatawan yang datang untuk berlibur ataupun menghabiskan sisa liburannya dari negara atau daerah lainnya di Indonesia. Terdapat 30,4% yang memutuskan masa tinggal di atas 9 hari. Sebagian besar merupakan wisatwaan yang datang untuk berlibur. Sebagian lagi tidak murni sebagai wisatawan yang datang untuk berlibur. Mereka merupakan kelompok pekerja asing yang baru bekerja mengelola beberapa tempat kawasan wisata. Seperti di kawasan wisata Senggigi dan sekitarnya (Kabupaten Lombok Barat) serta kawasan wisata pantai Kuta di Kabupaten Lombok Tengah. Tempat yang paling banyak dikelola pekerja asing meliputi hotel atau tempat penginapan lainnya, kafe, tempat clubing dan restauran. Selain itu masa tinggal wisatawan asing ada yang mencapai 90 hari dan mereka merupakan kelompok wisatawan yang sedang melakukan penelitian sosial budaya mengenai kehidupan masyarakat asli suku Sasaq. Saat melakukan wawancara dengan koordinator peneliti diketahui bahwa mereka sudah tinggal selama 60 hari.
71
Ada beberapa alasan wisatawan yang memutuskan masa tinggal singkat selain berlibur yaitu: 1. Wisatawan asing datang dari Pulau Bali. 2. Meninggalkan Pulau Lombok menuju Bali guna mengikuti peringatan bom Bali pada tanggal 4 September 2006. 3. Bertolak menuju negara lain untuk melanjutkan liburannya. 4. Datang mengunjungi Pulau Lombok menemui kolega bisnis. 5. Terdapat beberapa wisatawan asing yang hanya bertujuan untuk melakukan pendakian dan segera bertolak dari Pulau Lombok. Untuk lebih jelas mengenai jumlah masing-masing masa tinggal wisatawan dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini. Tabel 17 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Masa Tinggal dan Alokasi Waktu yang Digunakan Kategori Masa tinggal wisatawan (hari )
Masing-masing Keputusan Masa Tinggal Wisatawan 1. 4 hari 2. 5 hari 3. 6 hari 4. 7 hari 5. 8 hari 6. 9 hari 7. 10 hari 8. 11 hari 9. 12 hari 10. 14 hari 11. 20 hari 12. 23 hari 13. 60 hari
Wisatawan (N=79) Jumlah % 32 40,5 10 12,7 8 10,1 2 2,5 3 3,8 4 5,1 4 5,1 2 2,5 1 1,3 3 3,8 1 1,3 1 1,3 8 10,1
Pada Tabel 17 diketahui bahwa 40,5% memutuskan masa tinggal 4 hari di Pulau Lombok. Masa tinggal dapat dikaitkan dengan keputusan memilih obyek wisata. Sebagai gambaran mengenai hal tersebut maka akan dikaitkan dengan keputusan memilih obyek wisata alam pendakian. Wisatawan yang melakukan pendakian ke puncak Gunung Rinjani tanpa berkemah di danau Segara Anak hanya memerlukan waktu hingga 2 hari hingga sampai kembali ke hotel. Begitu juga dengan pendakian tanpa kepuncak dan hanya bertujuan untuk berkemah di danau Segara Anak membutuhkan waktu 2 hari hingga 3 hari sampai kembali ke hotel. Sedangkan wisatawan yang melakukan pendakian kepuncak Gunung Rinjani disertai berkemah di danau maka jumlah hari yang dibutuhkan hingga kembali kehotel 3 hari sampai 4 hari.
72
Dari 79 wisatawan hanya 6,3% atau 5 orang wisatawan asing yang menambah waktu liburnya di Pulau Lombok dengan alasan sebagai berikut: a). Menyukai budaya di Pulau Lombok. b). Menyukai masyarakat Lombok yang ramah berikut keindahan obyek-obyek wisatanya. c). Bertujuan untuk berbisnis dan sangat menyukai tinggal di Lombok. d). Ingin mengetahui hal-hal baru tentang kehidupan masyarakat di Pulau Lombok yang tidak pernah mereka jumpai seperti di negara asal mereka. Selain masa tinggal, wisatawan asing juga menggunakan waktu secara berbeda pada masing-masing obyek wisata. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 18 berikut ini. Tabel 18 Distribusi Wisatawan Menurut Keputusan Alokasi Waktu pada Obyek Wisata
Obyek Wisata Alam :
Obyek Wisata Budaya
:
Keseluruhan Alokasi Waktu dalam 1 Hari (jam) 1. ≤ 1 jam 2. 1 – 2 jam 3. 2 – 3 jam 4. 3 – 4 jam 5. ≥ 5 jam 1. ≤ 1 jam 2. 1 - 2 jam 3. 2 - 3 jam 4. 3 – 4 jam 5. ≥ 5 jam Wisatawan yang memilih Wisatawan yang tidak memilih
Wisatawan (N=79) Jumlah % 3 3,7 28 35,4 27 34,2 5 6,3 16 20,3
11 37 10 1 8 67 12
13,9 46,8 12,7 1,3 10,1 84,8 15,2
Penggunaan waktu akan dihubungkan dengan obyek wisata yang dikunjunginya. Pada Tabel 18 diketahui bahwa waktu yang digunakan wisatawan asing ketika berada di puncak adalah mulai dari 20 menit, 30 menit hingga maksimal 1 jam. Bagi yang ingin kepuncak Gunung Rinjani biasanya sudah harus berada dipuncak sekitar jam 5 pagi hingga jam 7 pagi. Pendaki yang ingin melihat bagaimana matahari pertama kali muncul maka sudah harus berada di puncak sebelum jam 5 pagi dan pengalaman tersebut merupakan hal yang sangat menarik bagi banyak pendaki. Keselamatan pendaki menjadi sangat berbahaya jika masih berada di puncak lebih dari jam 7 pagi. Hal ini dikarenakan adanya angin yang sangat
73
kencang sekali dan mereka harus segera turun dari puncak. Jadi jumlah hari tidak berkaitan dengan jumlah alokasi waktu pada saat sampai di tempat obyek wisata. Alokasi waktu yang digunakan wisatawan selama beraktivitas di obyekobyek wisata alam selain pendakian dalam 1 hari sangat beragam. Dalam sehari 35,4% melakukan aktivitas wisata hingga 2 jam. Obyek wisata yang dapat dikunjungi berjumlah 2 hingga 3 obyek wisata sekaligus dengan lama berwisata dari 20 s/d 90 menit. Bagi wisatawan asing yang memutuskan memilih obyek wisata alam pantai akan melakukan aktivitas wisata seperti berjalan-jalan di sepanjang pantai sambil menikmati sunset, dan berenang (20 menit hingga 1 jam). Selain itu obyek wisata alam lainnya yaitu mengunjungi air terjun selama 30 s/d 90 menit dan melihat kawanan kera yang ada disepanjang perjalanan menunju lokasi air terjun tersebut selama 5 s/d 15 menit. Untuk aktivitas wisata seperti surfing selalu menggunakan waktu dari 3 jam hingga di atas 4 jam dalam sehari. Sedangkan penyelaman membutuhkan waktu paling sedikit 2 – 3 jam. Biasanya wisatawan dapat menikmati wisata lainnya sebelum kembali kehotel atau tempat penginapannya seperti berjalanjalan menikmati sunset. Sebagian kecil wisatawan asing atau 4% mempunyai waktu kunjungan keobyek wisata alam yang relatif singkat. Obyek wisata tersebut antara lain melihat kawanan monyet ( 10 s/d 20 menit), berenang di pantai (15 s/d 40 menit), berjalan-jalan di pinggir pantai (30 s/d 40 menit). Hanya 84,8% yang memutuskan memilih obyek wisata budaya di Pulau Lombok. Sedangkan 15,2% tidak tertarik mengunjungi obyek wisata budaya yang berhubungan dengan seni tradisional suku Sasaq maupun yang bersifat non tradisional. Bagi wisatawan yang memutuskan memilih obyek wisata budaya tidak jauh berbeda dengan waktu yang digunakan ketika mengunjungi obyek wisata alam. Sebagian besar wisatawan asing (46,8%) mengunjungi obyek wisata budaya dari 1 – 2 jam dalam sehari seperti mengunjungi restauran yang membutuhkan waktu dari 30 menit – 50 menit. Sebagian dari wisatawan asing (12,7%) menggunakan waktu kunjungan 3 jam, seperti menyaksikan tabuhan gendang Beleq pada Festival Seni Budaya ataupun bukan pada festival (20 menit - 3 jam). Hanya 1,3% yang menggunakan waktu 4 jam dengan mengunjungi beberapa tempat di sekitar kawasan wisata ataupun mencari hal-hal yang menarik untuk dikunjungi. Sebagian kecil lagi menggunakan waktu kurang dari 1 jam hingga 2 jam sebanyak 22%.
74
Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang nyata antara usia hanya terbukti pada keputusan menentukan masa tinggal. Sedangkan hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang nyata antara usia dengan keputusan memilih obyek wisata alam dan obyek wisata budaya tidak terbukti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian Tabel 19 di bawah ini. Tabel 19 Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Keputusan Memilih Karakteristik
Korelasi Sperman
Koefisien korelasi Nilai probabilitas Usia N Ket: ** signifikan pada taraf 0.01
Obyek wisata alam -.167 .142 79
Obyek wisata budaya -.034 .767 79
Masa tinggal -.389** .000 79
Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam Hipotesa yang menyatakan terdapat hubungan antara usia dengan keputusan memilih obyek wisata alam tidak terbukti. Logika yang mendasari hipotesa yaitu terdapat perbedaan stamina antara wisatawan yang berusia muda dengan usia tua dalam memilih obyek wisata alam. Perbedaan stamina tersebut dapat dilihat pada saat wisatawan asing yang berusia muda lebih memilih obyek wisata alam pendakian daripada usia tua yang lebih memilih obyek wisata alam pantai. Adapun obyek wisata alam pantai yang tidak membutuhkan stamina tinggi seperti berenang di pantai, berjemur, snorkeling, dan lainnya. Tidak adanya hubungan tersebut menunjukan arah negatif. Artinya makin muda usia wisatawan maka makin rendah keputusannya memilih obyek wisata alam pendakian daripada pantai. Dengan kata lain wisatawan usia muda yang mempunyai stamina lebih prima dari usia tua cenderung memilih obyek wisata alam pantai daripada pendakian. Hal ini dikarenakan kawasan pantai di Pulau Lombok dapat dinikmati oleh segala lapisan usia. Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya Dari Tabel 19 diketahui nilai -.034 dari usia terhadap keputusan memilih obyek wisata alam tidak menunjukan hubungan yang signifikan. Dalam memutuskan obyek wisata budaya usia muda cenderung memilih obyek wisata
75
budaya bukan seni tradisional suku Sasaq daripada usia tua yang cenderung memilih obyek wisata seni tradisional suku Sasaq. Obyek wisata bukan seni tradisional terdiri dari mengunjungi kafe, restauran, clubing, dan lainnya. Namun usia wisatawan menunjukan arah negatif terhadap keputusan memilih obyek wisata budaya. Hal ini ditunjukan dengan adanya kecenderungan dari usia muda yang lebih memilih obyek wisata budaya bukan seni tradisional suku Sasaq. Obyek wisata tersebut adalah restauran dan kafe yang banyak tersebar di kawasan wisata. Restauran ataupun kafe menjadi pilihan wisatawan asing dari segala usia dikarenakan tempat dan suasananya yang sangat nyaman untuk bersantai terutama setelah melakukan aktivitas wisata. Selain itu restauran menjadi kunjungan dari seluruh tingkatan usia karena adanya kebutuhan terhadap makanan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan usia terhadap keputusan memilih obyek wisata budaya disebabkan kunjungan dari tingkatan usia lebih banyak pada restauran dan kafe. Hubungan Usia dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal Usia wisatawan menunjukan hubungan negatif (-.389**) terhadap keputusan menentukan masa tinggal. Hal ini menunjukan bahwa semakin muda usia wisatawan maka keputusan masa tinggalnya akan lebih lama dari wisatawan yang berusia tua. Secara kausalitas usia muda mempunyai masa tinggal lebih lama dikarenakan adanya pekerjaan mengelola beberapa hotel dan kafe di kawasan wisata serta adanya penelitian yang dilakukan di kawasan wisata Pantai Kuta selama 90 hari dan baru menyelesaikan sebagian risetnya selama 60 hari. Sedangkan usia muda memutuskan masa tinggal sangat singkat yaitu 3 hari hingga 4 hari di Pulau Lombok karena wisatawan tersebut datang bukan untuk bekerja dan merupakan daerah tujuan wisata kedua setelah Bali. Begitu juga dengan usia tua yang memutuskan masa tinggal singkat di Pulau Lombok karena bukan untuk bekerja. Dapat disimpulkan bahwa masa tinggal menjadi sangat singkat dikarenakan wisatawan datang bukan untuk bekerja dan Pulau Lombok merupakan daerah tujuan wisata kedua setelah Bali. Sedangkan bagi wisatawan asing yang memutuskan masa tinggal sangat lama merupakan wisatawan yang bekerja mengelola restauran dan kafe serta ada yang melakukan penelitian di kawasan wisata.
76
Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Adanya perbedaan jumlah wisatawan laki-laki dan perempuan tidak menunjukan bahwa laki-laki lebih baik dari perempuan ataupun sebaliknya dalam mengambil keputusan terhadap berbagai macam obyek wisata maupun menentukan masa tinggal. Karakteristik jenis kelamin diduga berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam, budaya, dan menentukan masa tinggal. Adapun dugaan yang mendukung hipotesa tersebut adalah wisatawan laki-laki
lebih memilih
obyek
wisata
alam
yang
berhubungan
dengan
kemaskulinan daripada wisatawan perempuan yang lebih memilih obyek wisata alam yang tidak berhubungan dengan kemaskulinan. Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran hubungan antara jenis kelamin dengan masing-masing keputusan dapat dilihat dalam uraian di bawah ini. Tabel 20 Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal
Karakteristik
Jenis kelamin
Korelasi Sperman Koefisien korelasi Nilai probabilitas N
Keputusan Memilih Obyek Masa Obyek wisata tinggal wisata alam budaya -.143 -.052 -.002 .209 .651 .988 79 79 79
Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam Jenis kelamin wisatawan tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan terhadap keputusan memilih obyek wisata alam. Arah hubungan yang terjadi bersifat negatif (-.143) terhadap keputusan memilih obyek wisata alam. Hal ini menunjukan bahwa ada kecenderungan wisatawan laki-laki untuk memilih obyek wisata alam yang tidak bersifat maskulin. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan dalam memilih obyek wisata alam yang tidak bersifat maskulin. Dengan demikian keputusan dalam pemilihan obyek wisata alam tidak terkait dengan gender. Hal ini dikarenakan baik laki-laki maupun perempuan lebih senang mengunjungi pantai untuk berenang.
77
Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya Pada Tabel 20 diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan keputusan memilih obyek wisata budaya di Pulau Lombok. Logika yang mendasari hipotesa tersebut adalah wisatawan laki-laki perempuan lebih memilih obyek wisata budaya yang menunjukan sifat feminim daripada wisatawan laki-laki seperti merawat kecantikan di spa, massage, berbelanja, dan lainnya. Jenis kelamin wisatawan menunjukan sifat negatif (-.052) terhadap keputusan memilih obyek wisata budaya. Artinya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam memilih obyek wisata budaya. Keputusan memilih obyek wisata budaya tidak ada kaitannya dengan gender dan tidak ada hubungannya dengan sifat feminim. Wisatawan laki-laki dan perempuan cenderung lebih memilih restauran untuk kebutuhan makanan dan tempat bersantai. Hubungan Jenis Kelamin dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin wisatawan terhadap keputusan masa tinggal di Pulau Lombok. Adanya aktivitas wisata yang bersifat maskulin menjadikan wisatawan laki-laki lebih lama masa tinggalnya dibandingkan wisatawan perempuan yang memutuskan masa tinggal lebih singkat. Aktivitas wisata yang bersifat maskulin lebih banyak membutuhkan waktu dan stamina terutama ketika melakukan pendakian gunung, surfing, dan lainnya dibandingkan dengan aktivitas wisata yang bersifat feminim. Tidak adanya hubungan tersebut menunjukan sifat negatif yaitu -.002 terhadap
keputusan
masa
tinggal.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
ada
kecenderungan dari wisatawan laki-laki untuk memutuskan masa tinggalnya menjadi lebih singkat. Dengan demikian keputusan masa tinggal tidak ada hubungannya dengan gender karena masa tinggal sudah diputuskan dan disesuaikan dengan kebutuhan untuk berlibur oleh masing-masing wisatawan. Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Secara
keseluruhan
masing-masing
hipotesa
tidak
menunjukan
hubungan nyata antara hobi terhadap keputusan memilih. Keputusan wisatawan tersebut terdiri dari obyek wisata alam, budaya, dan menentukan masa tinggal.
78
Tabel 21 Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Keputusan Memilih Karakteristik
Korelasi Sperman
Hobi
Koefisien korelasi Nilai probabilitas N
Obyek wisata alam .213 .059 79
Obyek wisata budaya -.011 .926 79
Masa tinggal .037 .743 79
Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam Tidak ada hubungan yang signifikan antara hobi dengan keputusan memilih obyek wisata alam dengan nilai korelasi 0.213. Diduga wisatawan asing yang mempunyai hobi olahraga dan pendakian akan lebih memilih obyek wisata alam pendakian yang membutuhkan stamina tinggi daripada wisatawan yang mempunyai hobi seni. Adapun jenis obyek wisata alam yang dihubungkan dengan hobi olahraga maupun pendakian yang membutuhkan stamina tinggi meliputi pendakian kepuncak gunung Rinjani ataupun berkemah di danau Segara Anak dan pada obyek wisata pantai yaitu surfing. Khusus untuk pendakian mutlak diperlukan stamina yang tinggi. Namun keputusan wisatawan asing tidak berkaitan dengan hobi pada obyek wisata alam. Hal ini dikarenakan masing-masing hobi lebih banyak mengunjungi obyek wisata alam pantai untuk berenang sambil menikmati sunset dan berjemur. Pantai menjadi daya tarik yang paling disukai oleh wistawan asing dan dapat dikunjungi oleh seluruh kategori hobi. Selain itu obyek wisata tersebut tidak membutuhkan stamina tinggi untuk dapat menikmatinya. Hubungan Hobi dengan Keputusan memilih Obyek Wisata Budaya Diduga wisatawan asing yang mempunyai hobi seni lebih suka memilih obyek wisata budaya yang berhubungan dengan seni tradisional suku Sasaq dibandingkan wisatawan asing yang mempunyai hobi pendakian dan olahraga. Namun, keputusan memilih obyek wisata budaya tidak ada hubungannya dengan hobi dan menunjukan arah negatif (-.011). Arah negatif menunjukan adanya wisatawan asing yang mempunyai hobi seni cenderung memutuskan memilih obyek wisata budaya yang dengan berkaitan non tradisonal suku Sasaq. Mereka lebih memilih mengunjungi restauran ataupun kafe. Hal ini dikarenakan kafe maupun restauran mudah ditemui disekitar kawasan wisata dan cenderung mempunyai mempunyai lokasi yang sangat dekat dengan obyek wisata.
79
Hubungan Hobi dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal Hobi tidak ada hubungannya dengan keputusan menentukan masa tinggal di Pulau Lombok. Diduga wisatawan asing yang mempunyai hobi olahraga dan pendakian akan memutuskan masa tinggal yang lebih lama dibandingkan wisatawan asing yang mempunyai hobi seni. Hal ini terkait dengan kunjungan wisatawan asing yang mempunyai hobi mendaki kepuncak Gunung Rinjani maupun obyek wisata yang terkait dengan olahraga seperti surfing. Namun keputusan menentukan masa tinggal tidak ada hubungannya dengan hobi masing-masing wisatawan. Diketahui masa tinggal lebih lama bukan saja dilakukan oleh wisatawan asing yang mempunyai hobi pendakian maupun olahraga tetapi wisatawan dengan hobi senipun memutuskan masa tinggal yang lebih lama di Pulau Lombok. Hal ini dikarenakan mereka adalah wisatawan yang mempunyai ijin tinggal untuk bekerja dan melakukan penelitian. Sedangkan bagi wisatawan asing yang tinggal lebih lama dengan tujuan berlilbur sangat menyukai suasana Pulau Lombok yang lebih tenang untuk menghabiskan sisa liburannya. Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Hampir dapat dipastikan bahwa sebagian besar wisatawan asing yang datang ke Pulau Lombok adalah kelompok pekerja yang produktif sehingga pada bulan-bulan tertentu mereka mempunyai masa libur atau cuti yang dimanfaatkan untuk berlibur di Pulau Lombok. Wisatawan tersebut mempunyai tingkat pendapatan yang berbeda mulai dari rendah hingga tinggi. Untuk itu akan dilihat apakah ada hubungan antara pendapatan dengan keputusan memilih obyek wisata dan menentukan masa tinggal. Untuk lebih jelasnya mengenai bahasan tersebut dapat dilihat pada uraian Tabel 23 berikut ini. Tabel 22 Hubungan Pendapatan dengan Keputusan memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Keputusan Memilih Karakteristik
Pendapatan
Korelasi Sperman
Koefisien korelasi Nilai probabilitas N
Obyek wisata alam -.169 .138 79
Obyek wisata budaya .017 .880 79
Masa tinggal -.130 .254 79
80
Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan wisatawan terhadap keputusan memilih obyek wisata alam. Diduga wisatawan asing yang mempunyai pendapatan tinggi akan mengkombinasikan keputusan wisatanya pada pantai dan pendakian dibandingkan wisatawan yang mempunyai pendapatan rendah dan hanya memutuskan mengunjungi obyek wisata pantai atau pendakian saja. Hipotesa tersebut menunjukan sifat negatif yaitu -.169. Hal ini mengindikasikan bahwa makin tinggi tingkat pendapatan wisatawan maka semakin cenderung untuk tidak mengkombinasikan keputusan wisata alamnya. Dapat dikatakan juga bahwa tidak ada perbedaan tingkat keputusan antara wisatawan yang mempunyai pendapatan rendah dengan dengan tinggi dalam memilih obyek wisata alam ketika memilih obyek wisata pantai atau pendakian saja. Hal ini dikarenakan wisatawan dari seluruh tingkat pendapatan cenderung memilih obyek wisata alam pantai seperti berenang dipantai yang tidak membutuhkan uang untuk menikmatinya. Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Obyek wisata Budaya Diduga wisatawan asing yang mempunyai pendapatan tinggi akan mengkombinasikan kunjungan wisatanya pada obyek wisata budaya tentang seni tradisional suku Sasaq dengan non tradisional suku Sasaq dibandingkan wisatawan asing yang mempunyai pendapatan rendah. Namun hipotesis tersebut tidak menunjukan adanya hubungan nyata antara pendapatan dengan keputusan memilih obyek wisata budaya di Pulau Lombok (0.017). Wisatawan
asing
yang
mempunyai
pendapatan
rendah
dapat
mengkombinasikan keputusannya mengunjungi obyek wisata budaya. Kombinasi tersebut dapat dilihat ketika wisatawan asing banyak mengunjungi restauran, kafe, pasar tradisional, perkampungan suku Sasaq di desa Sade, clubing, menyaksikan pertunjukan Gendang Beleq, dan lainnya. Pengkombinasian ini lebih dikarenakan obyek-obyek wisata tersebut lebih banyak berada dalam satu kawasan wisata sehingga lebih memudahkan wisatawan untuk melihat obyek wisata tersebut. Hubungan Pendapatan dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal Wisatawan asing yang mempunyai pendapatan tinggi mempunyai keputusan masa tinggal yang lebih lama dibandingkan dengan wisatawan asing
81
yang mempuyai pendapatan rendah. Namun hipotesa tersebut tidak menunjukan hubungan nyata dan arah hubungannya bersifat negatif (-.130). artinya semakin tinggi tingkat pendapatan wisatawan maka semakin singkat keputusan masa tinggalnya di Pulau Lombok. Hal ini disebabkan wisatawan tersebut hanya bertujuan untuk berlibur. Sedangkan bagi wisatawan asing yang mempunyai pendapatan rendah cenderung memutuskan masa tinggal yang lebih lama. Selain bertujuan untuk berlibur, sebagian dari mereka bertujuan untuk bekerja dan melakukan penelitian. Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Asal negara wisatawan seluruhnya merupakan kelompok negara maju baik secara teknologi dan ilmu pengetahuan. Merekapun mempunyai standar pembagian jam kerja yang diikuti dengan pembagian waktu cuti dan hari libur yang tetap sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengunjungi negaranegara lain sebagai tempat untuk berlibur. Selain itu kelompok negara-negara maju juga sangat menyadari pentingnya menggunakan waktu berlibur dengan sangat baik sehingga Pulau Lombok menjadi salah satu daerah tujuan wisata dari negara Eropa maupun non Eropa. Pada umumnya wisatawan dari negar-negara Eropa lebih memilih obyek wisata alam pantai dibandingkan dari negara-negara non Eropa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 23 berikut ini. Tabel 23 Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Keputusan Memilih Karakteristik
Korelasi Sperman
Obyek wisata alam Koefisien korelasi .291** .009 Asal negara Nilai probabilitas N 79 Keterangan: ** signifikan pada taraf 0.01
Obyek wisata budaya .101 .377 79
Masa tinggal -.103 .368 79
Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam Diduga wisatawan asing dari negara Eropa dan non Eropa lebih memilih obyek wisata alam pantai dibandingkan wisatawan asing dari negara Asia. Hipotesa tersebut menunjukan hubungan antara asal negara terhadap keputusan
82
memilih obyek wisata alam pantai di Pulau Lombok. Semakin banyak wisatawan asing dari negara Eropa dan non Eropa maka semakin banyak keputusannya memilih obyek wisata alam pantai. Negara-negara Eropa dan non Eropa lebih menyukai obyek wisata pantai di Pulau Lombok karena keunikan pantainya yang masih tertata secara alami. Keunikan tersebut adalah ketika berenang wisatawan dapat melihat langsung keaslian terumbu karang dengan snorkeling ataupun melakukan penyelaman. Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya Wisatawan asing dari negara-negara Eropa dan non Eropa lebih tertarik memilih obyek wisata budaya yang berhubungan dengan seni tradisional suku Sasak daripada wisatawan asing dari negara Asia. Namun hipotesa tersebut tidak menunjukan hubungan yang signifikan (0.101). Hal ini dikarenakan wisatawan asing tidak tertarik dengan obyek wisata budaya yang berkaitan dengan seni budaya suku Sasaq. Wisatawan asing justru lebih memillih obyek wisata budaya yang bukan berhubungan dengan seni budaya suku Sasaq seperti restauran maupun kafe. Selain itu wisatawan asing sebagian besar datang dari Pulau Bali yang kita tahu obyek wisata budayanya sangat beragam sehingga wisatawan asing tidak tertarik mengunjungi obyek wisata budaya tradisional suku Sasaq. Dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan antara asal negara dengan obyek wisata budaya disebabkan wisatawan asing dari Eropa, non Eropa, maupun Asia lebih memilih restauran maupun kafe karena adanya kebutuhan akan makanan. Hubungan Asal Negara dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal Masa tinggal wisatawan asing yang bertujuan untuk berlibur dari negara Eropa dan non Eropa lebih lama dibandingkan wisatawan asing dari Asia. Hipotesa tersebut tidak berhubungan nyata dan arah hubungannya bersifat negatif (-.103). Dapat dikatakan bahwa semakin banyak wisatawan dari Eropa dan non Eropa maka makin singkat masa tinggalnya di Pulau Lombok. Adanya masa tinggal yang singkat disebabkan karena tujuan wisatawan hanya untuk berlibur maupun melakukan bisnis di Pulau Lombok. Sedangkan wisatawan asing yang mempunyai masa tinggal sangat lama dikarenakan mereka bekerja dan melakukan penelitian di kawasan wisata di Pulau Lombok.
83
Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Perilaku
komunikasi
pada
tahap
informasi
awal
memfokuskan
penggunaan media komunikasi dalam mendukung keputusan wisatanya sebelum berada di Pulau Lombok. Sumber informasi berupa komunikasi tatap muka dan media massa merupakan media komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan segala macam informasi wisata. Saluran komunikasi yang digunakan dapat dilihat dalam bentuk audio, visual, dan audiovisual yang memungkinkan sumber informasi menjangkau khalayak dalam jumlah yang besar dan tersebar luas. Tepat dan tidaknya komunikasi yang dilakukan dapat dilihat dari respon penerima pesan. Artinya komunikasi dapat dikatakan berhasil baik jika tumbuh reaksi penerimaan dan kepercayaan dari komunikan. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni komunikasi antarpersonal dan komunikasi massa. Karakteristik komunikasi antarpersonal sebagai suatu proses adalah komunikator dan komunikannya tatap muka (face to face communication) dan di antaranya saling berbagi ide, informasi dan berbagi sikap. Sedangkan komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto dan Erdinaya, 2004). Untuk lebih jelasnya bagaimana hubungan antara informasi awal terhadap keputusan memilih obyek wisata dan menentukan masa tinggal dapat dilihat pada pembahasan Tabel 24. Tabel 24 Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Pencarian Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Keputusan Memilih Perilaku komunikasi
Korelasi Sperman
Koefisien korelasi Nilai probabilitas N Ket: ** signifikan pada taraf 0.01 Informasi awal
Obyek wisata alam .205 .070 79
Obyek wisata budaya .345** .002 79
Masa tinggal .087 .445 79
84
Hubungan Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam Diduga bahwa semakin aktif wisatawan mencari informasi wisata alam dengan kombinasi antara sumber informasi dan saluran informasi dalam bentuk audio,visual, dan audiovisual maka semakin kuat keputusannya memilih obyek wisata alam pantai dan pendakian dibandingkan perilaku komunikasi yang kurang aktif dengan keputusan wisata pada pantai atau pendakian saja. Namun hipotesa tersebut tidak menunjukan hubungan yang signifikan. Adanya perilaku komunikasi yang aktif dengan kombinasi sumber informasi melalui saluran informasi secara audio, visual, dan audiovisual tidak menjamin kuatnya keputusan memilih kombinasi obyek wisata pantai dan pendakian. Wisatawan cenderung memilih beberapa obyek wisata pantai dan pendakian seperti berenang, melakukan penyelaman dan mengunjungi air terjun. Kombinasi lebih banyak pada obyek wisata pantai karena informasi yang diperoleh lebih banyak mengenai obyek wisata pantai daripada pendakian. Selain itu kurangnya wisatawan memutuskan kunjungan wisatanya pada obyek wisata pendakian bisa disebabkan kurangnya informasi mengenai keamanan dan sarana prasarana yang mendukung wisata pendakian dan sekitarnya. Seperti tingkat keamananya, jalur transportasinya, dan lainnya. Wisatawan asing menggunakan berbagai media informasi sesuai dengan seberapa besar informasi tersebut mampu memberikan kepuasan terhadap informasi obyek wisata. Hal ini menurut Rivers at al. (2003) merupakan tindakan seleksi artinya khalayak memilih media sesuai dengan keinginannya dan cenderung memilih media informasi yang paling dekat jangkauannya. Dapat
disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan antara perilaku
komunikasi yang sangat aktif maupun kurang aktif karena wisatawan hanya memilih beberapa obyek wisata alam pantai atau pendakian saja. Hubungan Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya Diduga bahwa semakin aktif perilaku komunikasi dengan kombinasi sumber informasi dan saluran informasi dalam bentuk audio, visual, dan audiovisual maka semakin kuat keputusan memilih kombinasi antara seni tradisional dan non seni tradisional dibandingkan perilaku komunikasi kurang aktif dengan keputusan yang kurang kuat dan ditandai hanya memilih obyek wisata budaya seni tradisional atau non seni tradisional saja.
85
Hipotesa tersebut menunjukan hubungan yang signifikan (0.345**) dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. Kombinasi keputusan wisatawan lebih kuat untuk melihat kehidupan masyarakat asli suku di perkampungan suku Sasaq di desa Sade maupun di desa Senaru dan mengunjungi restauran ataupun kafe (non tradisional suku Sasaq). Adanya kebutuhan akan makanan dan tempat yang nyaman untuk bersantai menjadikan obyek wisata restauran dan kafe banyak dikunjungi wisatawan asing. Hal ini didukung dengan lengkapnya informasi mengenai lokasi perkampungan suku Sasaq dan restauran maupun kafe yang mudah diperoleh dari agen perjalanan, hotel, atau teman melalui bentuk visual yaitu leaflet/brosur. Dapat disimpulkan bahwa lengkapnya informasi mengenai obyek wisata seni tradisional suku Sasaq (perkampungan asli suku Sasaq) dan obyek wisata non seni tradisional menjadikan restauran dan kafe sebagai tempat bersantai dan menikmati makanan setelah aktivitas wisata. Hubungan Informasi Awal dengan Keputusan Memilih Menentukan Masa Tinggal Diduga bahwa dengan perilaku komunikasi yang aktif menyebabkan keputusan masa tinggal menjadi lebih lama dibandingkan wisatawan yang kurang aktif dengan keputusan masa tinggal yang lebih singkat. Hipotesa tersebut
tidak
menunjukan
hubungan
yang
signifikan
pada
keputusan
menentukan masa tinggal (0.087). Hal ini dikarenakan informasi wisatawan dalam menentukan masa tinggal hanya terkait dengan jumlah obyek wisata yang akan dikunjungi saja. Pada umumnya masa tinggal yang diatur oleh agen perjalanan mulai 4 hari hingga 8 hari. Bagi yang memutuskan mengunjungi obyek wisata alam dan budaya masing-masing di bawah 4 obyek wisata biasanya mempunyai masa tinggal 4 hari hingga di bawah satu minggu. Sedangkan wisatawan asing yang memutuskan memilih obyek wisata alam dan budaya di atas 4 obyek wisata biasanya keputusan menentukan masa tinggalnya lebih lama yaitu di atas 9 hari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku komunikasi yang aktif pada keputusan menentukan masa tinggal terjadi setelah adanya penentuan jumlah obyek wisata apa yang akan dikunjungi dan pihak agen perjalanan akan mengatur masa tinggal sesuai dengan pilihan obyek wisata yang diinginkan wisatawan asing.
86
Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Konfirmasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata dan Masa Tinggal Informasi yang telah diolah melalui proses berfikir. Sebelum informasi dinyatakan dalam bentuk sikap atau tindakan terlebih dahulu diolah dalam gudang memori yang tersimpan dalam otak. Dalam psikologi komunikasi terdapat istilah sensori storage yaitu proses perseptual daripada memori. Dengan sensori storage kita dapat melihat rangkaian obyek baik secara visual maupun audio (Rakhmat 2001) sehingga apa yang akan diputuskan oleh wisatawan asing menjadi sebuah dasar untuk mengunjungi obyek wisata apa yang diinginkan. Pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa memang kurang kuat dalam merubah sikap kecuali kalau pesan-pesan tersebut justru memperkuat nilai-nilai dan kepercayaan khalayak. Sedangkan pesan-pesan yang bertentangan akan disaring oleh khalayak melalui tingkat selektivitas mereka. Mekanisme selektivitas terjadi baik pada komunikasi antarpersonal maupun pada komunikasi massa. Hanya pada komunikasi massa terlihat mekanisme ini lebih berperan dan seringkali melalui pemanfaatan berbagai macam jenis media massa dan penggabungannya dengan berbagai macam saluran informasi oleh wisatawan. Tabel 25 Hubungan Perilaku Komunikasi pada Tahap Konfirmasi dengan Keputusan Wisatawan Perilaku komunikasi
Keputusan Memilih Korelasi Sperman
Obyek Obyek wisata wisata alam budaya Koefisien korelasi .358** .457** Nilai probabilitas .001 .000 Konfirmasi N 79 79 Ket:* signifikan pada taraf 0.05 ** signifikan pada taraf 0.01
Masa tinggal .275* .014 79
Hubungan Konfirmasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam Wisatawan yang memutuskan kunjungan wisatanya pada kombinasi obyek wisata alam pantai dan pendakian akan melakukan konfirmasi yang lebih aktif dibandingkan dengan wisatawan yang hanya memutuskan kunjungan obyek wisata alamnya hanya pada obyek wisata pantai saja ataupun hanya untuk melakukan pendakian. Hipotesa tersebut menunjukan hubungan yang signifikan antara konfirmasi dengan memilih obyek wisata alam (0.358**). Perilaku
konfirmasi
yang
lebih
aktif
ditunjukan
dengan
tetap
menggunakan kombinasi antara komunikasi tatap muka dengan media massa.
87
Komunikasi tatap muka dilakukan melalui agen perjalanan, hotel tempat menginap, hubungan antarpribadi, pemandu wisata, dan Bandara Udara Selaparang Mataram. Sedangkan saluran informasi yang digunakan lebih banyak menggunakan bentuk visual antara lain leaflet/brosur, buku panduan wisata, fotofoto lokasi wisata, internet, atau majalah/koran wisata (biasanya disediakan di hotel atau agen perjalanan). Informasi yang banyak dibutuhkan wisatawan asing berkaitan penunjang aktivitas wisata. Seperti informasi mengenai lokasi obyek wisata, hotel, tempat penukaran mata uang asing, restauran/kafe/club malam, jalur tranportasi, jaringan telekomunikasi, informasi pemandu wisata, dan informasi mengenai keamanan. Bagi wisatawan asing yang perjalanan wisatanya diatur agen perjalanan cenderung kurang aktif bahkan tidak melakukan konfirmasi Khusus untuk pendakian gunung selain informasi di atas ada informasi yang paling utama dicari oleh wisatawan asing. Informasi tersebut berhubungan dengan keamanan dan pemandu wisata. Kedua informasi tersebut menjadi hal yang sangat penting bagi wisatawan asing sebelum melakukan pendakian. Karena untuk pendakian wisatawan asing harus didampingi pemandu wisata atau porter yang telah disediakan pihak penyelenggara pendakian. Dapat disimpulkan bahwa konfirmasi yang dilakukan oleh wisatawan seluruhnya berkaitan dengan penunjang aktifitas wisata dengan menggunakan kombinasi sumber informasi melalui komunikasi tatap muka dan saluran informasi dalam bentuk visual yaitu leaflet/brosur. Hubungan Konfirmasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Budaya Diduga wisatawan yang memutuskan mengunjungi obyek wisata budaya seni tradisional menunjukan perilaku komunikasi yang sangat aktif dibandingkan wisatawan yang memutuskan mengunjungi obyek wisata budaya non seni tradisional. Hipotesa tersebut menunjukan hubungan yang signifikan (0.457**). Pada dasarnya penggunaan media informasi dari yang sangat aktif hingga kurang aktif tujuannya sama dengan konfirmasi yang dilakukan wisatawan asing pada obyek wisata alam. Tahap konfirmasi tidak merubah keputusan yang telah direncanakan pada tahap informasi awal. Tahap-tahap pencarian informasi dari sumber informasi, saluran informasi, dan isi pesan sama dengan tahap konfirmasi dalam obyek wisata alam. Namun jika dilihat dari proses keputusan Engel at al, (1994) tahap
88
konfirmasi tidak melalui tahap pengenalan tetapi mulai dari tahap kedua yaitu pencarian informasi, evaluasi, pembelian (menetapkan obyek wisata yang akan dikunjungi), dan hasil (dalam hal ini memutuskan obyek wisata yang akan dikunjungi). Informasi wisata mengenai seni tradisional dan non tradisional diperoleh dari kombinasi sumber informasi yaitu komunikasi tatap muka melalui agen perjalanan, pemandu wisata, hotel, teman, dan Bandara Udara Selaparang Mataram dan menggunakan media massa yaitu buku panduan wisata. Komunikasi tatap muka menggunakan saluran informasi lebih banyak melalui leaflet/brosur. Wisatawan asing yang bertujuan mengunjungi obyek wisata seni tradisional suku Sasaq lebih banyak mengunjungi perkampungan suku Sasaq yang ada di desa Sade, melihat kehidupan masyarakat asli suku Sasaq dengan upacara tradisionalnya di desa Senaru, menyaksikan seni musik gendang Beleq, menyaksikan bela diri tradisional, mengunjungi masjid kuno Bayan. Sedangkan untuk obyek wisata budaya yang tidak berhubungan dengan seni tradisional suku Sasaq lebih banyak memilih restauran dan kafe. Kesimpulannya
adalah
informasi
wisata
yang
berkaitan
dengan
keputusan memilih seni tradisional dan non seni tradisional diperoleh dari kombinasi antara komunikasi tatap muka dan media massa melalui saluran informasi leaflet/brosur dan buku panduan wisata. Hubungan Konfirmasi dengan Keputusan Memilih Masa Tinggal Diduga bahwa terdapat perbedaan perilaku komunikasi konfirmasi antara wisatawan yang mempunyai masa tinggal di bawah satu minggu dengan wisatawan asing yang mempunyai masa tinggal di atas satu minggu. Hipotesa tersebut menunjukan hubungan yang signifikan dengan keputusan masa tinggal (0.275*). Wisatawan asing yang mempunyai masa tinggal di bawah satu minggu merupakan wisatawan yang bertujuan bukan untuk bekerja dan merupakan kelompok wisatawan yang menjadikan Pulau Lombok sebagai daerah tujuan wisata kedua setelah Bali. Perilaku komunikasi konfirmasi yang ditunjukan cenderung kurang aktif. Hal ini disebabkan penggunaan sumber informasi lebih banyak melalui komunikasi tatap muka yang diperoleh dari agen perjalanan, hotel, ataupun pemandu wisata.
89
Saluran informasi lebih banyak menggunakan bentuk visual yaitu leaflet/brosur maupun dari foto-foto tentang obyek wisata yang digunakan oleh agen perjalanan, pihak hotel, dan para pemandu wisata. Informasi yang dibutuhkan tidak merubah keputusan masa tinggal tetapi lebih kepada pemenuhan kebutuhan informasi seperti tempat penukaran mata uang asing, tempat berbelaja, dan lainnya. Bagi wisatawan asing yang memutuskan masa tinggal di atas satu minggu di Pulau Lombok bukan murni untuk berlibur tetapi bekerja mengelola hotel dan kafe dikawasan wisata. Selain itu wisatawan asing tersebut ada yang melakukan penelitian sosial dikawasan wisata. Perilaku komunikasi yang dilakukan cenderung aktif dengan menggunakan sumber informasi berupa komunikasi tatap muka melalui hubungan interpersonal, hotel, pemandu wisata. Konfirmasi yang dilakukan pada masa tinggal tidak untuk merubah keputusan masa tinggal yang telah diputuskan sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku komunikasi wisatawan dengan masa tinggal di bawah satu minggu menunjukan perilaku komunikasi konfirmasi kurang aktif dan wisatawan asing yang memutuskan masa tinggal di atas satu minggu menunjukan konfirmasi aktif.
90
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi yang tidak berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam, budaya, dan menentukan masa tinggal adalah: a. Usia, jenis kelamin, hobi, tingkat pendapatan dan perilaku komunikasi pada pencarian informasi awal tidak berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam. b. Usia, jenis kelamin, hobi, pendapatan, dan asal negara tidak berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. c. Jenis kelamin, hobi, pendapatan, asal negara, dan perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal tidak berhubungan dengan keputusan memilih masa tinggal.
2. Karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi yang menunjukan hubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam, budaya, dan menentukan masa tinggal adalah: a. Asal negara wisatawan dan perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata alam. b. Perilaku komunikasi konfirmasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. c. Perilaku komunikasi konfirmasi berhubungan dengan keputusan memilih masa tinggal di Pulau Lombok. Saran Leaflet/brosur dan internet dapat dijadikan sebagai media promosi wisata oleh pemerintah Provinsi NTB dan para pelaku wisata khususnya di Pulau Lombok.
91
DAFTAR PUSTAKA Amini F. 2004. Hubungan kepribadian, persepsi dan terpaan kampanye komunikasi dengan perilaku ”word of mouth”; survey terhadap perilaku ”word mouth” tentang kondom di kalangan remaja pengunjung Mal di Jakarta [tesis]. Jakarta, Program Pascasarjana: Universitas Indonesia. Ardianto E, Erdinaya LK. 2004. Komunikasi Massa; Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Astuty ER. 2002. Strategi komunikasi promosi pemasaran elektronik pariwisata Indonesia [tesis]. Jakarta, Program Pascasarjana: Universitas Indonesia. Atkinson RL, Atkinson RC, Smith EE, Bem DJ. 1993. Pengantar Psikologi Jilid 11. Ed ke-1. Kusuma W, penerjemah, Saputra L, Editor. Batam: Interaksara. Terjermahan dari: Introduction to Psychology 11th. Ed. Cooper C, Hall CM. 2008. Contemporary Tourism: An International Approach. Ed ke-1. Amsterdam: Elsevier. [DIKPAR NTB] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Nusa Tenggara Barat. 2005. Pariwisata Nusa Tenggara Barat dalam Angka Tahun 2005. Mataram: DIKPAR NTB. DeVito JA. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Ed ke-5. Maulana A, penerjemah. Jakarta: Professional Books. Terjemahan dari: Human Communication. Donohew LP, Palmgreen, Duncan J. 1980. An Activation Model of Information Exposure. Communication Monographs. Effendy OU. 1988. Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktik. Bandung: Remaja Karya. __________. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju. Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen jilid 1. Ed ke-6. Budiyanto FX, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Consumer Bahavior. Faisal S. 1999. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Fill C. 1999. Marketing Communications Contexts, Contents and Strategies. Ed ke-2. London: Prentice Hall. Gunn CA. 1994. Tourism Planning: Basic, Concepts, Case. Ed ke-3. Washington: Taylor & Francis. Ibrahim IS. 1999. Perkembangan Penelitian Ilmu Komunikasi di Perguruan Tinggi: Catatan Pendahuluan. Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia 3: 6-16.
92
Ichwanudin. 1998. Hubungan perilaku komunikasi peserta kelompok penggerak pariwisata (kompepar) dengan adopsi program sapta pesona dikabupaten sukabumi [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Kerlinger FN. 2003. Asas-asas Penelitian Behavioral. Ed ke-3. Simatupang LR, penerjemah, Koesoemant, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada Press. Terjemahan dari: Foundation of Behavioral Research. Kolb BM. 2006. Tourism Marketing for City and Town. Amsterdam: Elsevier. Liliweri A. 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. Yogyakarta: LKiS. Liston A. 2005. NDI Consultation Meeting with Ann Liston “Building a Strong Media Image For Your Fraction”. Makalah disampaikan oleh National Democratic Institute (NDI). Jakarta: Hotel Crown Plaza. 6 Desember 2005. McQuail D. 1987. Teori Komunikasi Massa.Ed ke-2. Dharma A, Ram A, penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Mass Communication Theory, Second Edition. Middleton VTC, Clarke J. 2001. Marketing in Travel and Tourism. Ed ke-3. Oxford: Elsevier. Mulyana D. 2001. Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. Mulyana D, Rakhmat J. 2001. Komunikasi Antar Budaya. Mulyana D, Editor; Bandung: Remaja Rosdakarya. Orams M. 1999. Marine Tourism Development Impact and Management. New York: Routledge. Rakhmat J. 2001. Psikologi Komunikasi. Ed Rev. Surjaman T, editor; Bandung: Remaja Rosdakarya. Ricci F, Werthner H. 2001. Case base querying for travel planning recommendation. http://www.ectrl.itc.it.html. [15 Juli 2008]. Rivers WL, Jensen JW, Peterson T. 2003. Media Massa Dan Masyarakat Modern. Ed Ke-2. Munandar H, Priatna D, penerjemah; Jakarta: Prenada Media. Terjemahan dari: Mass Media and Modern Society. Roman K, Maas J, Nisenholtz M. 2005. How To Advertise: Membangun Merek Dan Bisnis Dalam Dunia Pemasaran Baru. Ed Rev. Satyadi G, penerjemah. Jakarta: Elex Media Komputindo. Terjemahan dari: How To Advertise. Ed ke-3. Severin WJ, Tankard JW. 2005. Teori komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan Dalam Komunikasi Massa. Ed ke-5. Hariyanto S, penerjemah. Jakarta: Prenada Media. Terjemahan dari: Communication Theories: Origins, Method & Use in the Mass Media.
93
Shimp TA. 2003. Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid 1. Ed ke-5. Sjahrial R, Anikasari D, penerjemah; Mahani N, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Advertising Promotion and Supplemental Aspect of Integrated Marketing Communications. Simamora B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Singarimbun M. 1989. Metode Penelitian Survai. Ed Rev. Effendy S, Editor; Jakarta: LP3ES. Soedarmanto. 1998. Dasar-dasar Pengelolaan Penyuluhan Pertanian. Malang: Brawijaya Press. Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Suryadi K, Ramdhani MA. 2002. Sistem Pendukung Keputusan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suwantoro G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Ed ke-2. Yogyakarta: Andi. Wahab S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Ed ke-4. Gromang F, penerjemah. Jakarta: Pradnya Paramita. Terjemahan dari: Tourism Management. Wibowo W. 2003. Sihir Iklan Format Komunikasi Mondial dalam Kehidupan Urban-Kosmopolit. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yoety HOA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta: Pradnya Paramita.
94
LAMPIRAN
95
Lampiran 1 Lokasi penelitian
96
Lampiran 2 Lokasi Kawasan Pendakian Gunung Rinjani
97
Lampiran 3 Lokasi Kawasan Pantai Senggigi di Kabupaten Lombok Barat
98
Lampiran 4 Kuesioner THE CHARACTERISTICS OF TOURISTS 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Name : Age : Gen : [ ] Female [ ] Male Country : Status : [ ] Single [ ] Married The total of monthly income of the working tourist (including the income of the working wife/working husband) [ ]. Overseas ………… 7. The number of children in the family (if any) is ………… (* still at school/university) *Cross out the unnecessary word(s) 8. Hoby : [ ] Tracking [ ]. Surfing [ ] Lisent to music [ ] Others................ COMMUNCATION BEHAVIOR SEEN FROM THE USAGE OF INFORMATION SOURCES GUIDELINES: Any answer marked with a checklist [√] represents the answer that you think is the right answer. 9. A. Does the information source on the tourism objects at NTB Province that you used come from: [ ]. Friend, Family, Other persons; [ ] Mass-Media; [ ]. Hotel; [ ]. Travel Berau; [ ] Airport at Selaparang – Mataram. B. Does the form of the information on the tourism objects at NTB Province you used include the following? VISUAL; [ ] Photo Files of tourism objects; [ ] Magazine, newspaper, tabloid; [ ] Leaflet, Booklet, Brochures; [ ].Tourism Guide Book [ ].Internet; [ ] Slides of photos AUDIO: [ ]. From Radio Broadcast AUDIOVISUAL: [ ]. Television; [ ] Compact Disk (Records of tourism sites and objects)
99
C. Did you also search for information on the facilities and infrastructure at NTB Province, which include the following? [ ]. money Changer [ ]. hotels from Melati level to five-star hotels. [ ]. the entertainment areas such as nightclubs and the best Cafes in the tourism objects [ ]. the best restaurants, which serve various kinds of favorite menus from overseas to traditional cuisines from Nusa Tenggara Barat Province [ ]. locations of the performance of Art and Culture Festivals at Senggigi area [ ]. special clinics for tourists [ ]. transportation routes to the tourism sites, which are easily accessed [ ]. parties, which are commonly held at the tourism objects for the tourists [ ]. the availability of various nets of telecommunication D. Security in the areas of tourism includes: [ ]. the police station [ ]. others (please write them on the space) ............................... KONFIRMASI 10. Did you still require information on tourism objects after you arrived at NTB Province? [ ].Yes (Go on to number 11) [ ]. No (Do not respond question number 11) 11. A. Does the information source on the tourism objects at NTB Province that you used come from: [ ]. Friend, Family, Other persons; [ ] Mass-Media; [ ]. Hotel; [ ]. Travel Berau; [ ] Airport at Selaparang – Mataram. B. Does the form of the information on the tourism objects at NTB Province you used include the following? VISUAL; [ ] Photo Files of tourism objects; [ ] Magazine, newspaper, tabloid; [ ] Leaflet, Booklet, Brochures; [ ].Tourism Guide Book [ ].Internet; [ ] Slides of photos AUDIO: [ ]. From Radio Broadcast
100
AUDIOVISUAL: [ ]. Television; [ ] Compact Disk (Records of tourism sites and objects) C. Did you also search for information on the facilities and infrastructure at NTB Province, which include the following? [ ]. money Changer [ ]. hotels from Melati level to five-star hotels. [ ]. the entertainment areas such as nightclubs and the best Cafes in the tourism objects [ ]. the best restaurants, which serve various kinds of favorite menus from overseas to traditional cuisines from Nusa Tenggara Barat Province [ ]. locations of the performance of Art and Culture Festivals at Senggigi area [ ]. special clinics for tourists [ ]. transportation routes to the tourism sites, which are easily accessed [ ]. parties, which are commonly held at the tourism objects for the tourists [ ]. the availability of various nets of telecommunication D. Security in the areas of tourism includes: [ ]. the police station [ ]. others (please write them on the space).................... DECISION ON TYPES OF TOURISM OBJECT MADE BY THE TOURISTS GUIDELINES: 1. Read the questions carefully and read the instructions on how to respond the questions. 2. For questions 9 – 10 write down the days you did the activities in the tourism objects on the column “Day”. 3. If you did not visit the tourism objects, please do not respond to the questions. NO Questions
ACTIVITIES RELATED TO NATURAL TOURISM 12 On what day did you do the activities in the following object tourisms? 1. Climbing the top of Mount Rinjani 2. Camping at the Segara Anak Lake 3. Soaking in the hot spring water containing sulfur 4. Enjoying the natural beauty of the Fall 5. Watching the crowd of monkeys protected by the local government and the society 6. Diving to see the Blue Corals 7. Sighting the beauty of Corals at the sea by
The Activities Of a Touris In One Unit Day Hours
101
Snorkeling 8. Surfing 9. Swimming at the beach 10.Fishing 11.Enjoying the sunset along the beach or while sitting bear the beach. 12. Sunbathing to tan the skin 13. Others …………. ACTIVITIES RELATED TO CULTURE TOURISM 13. On what day did you do the following activities in the culture tourism objects? 1. Watching the performance of traditional music of Gendang Beleq, which becomes the characteristic of the tourism in NTB Province 2. Watching the traditional martial art of Sasaq tribe known as Peresean. 3. Watching various kinds of traditional ceremonies, which are regularly held at Senaru Village at the foot of Mount Rinjani 4. Observing the activities of the indigenous community of Sasaq tribe in its traditional village at Sade village, Central Lombok Regency. 5. Visiting the old mosque, which stands firmly at Senaru village. 6. Drinking the water, which is believed to make people stay young, and this water can be obtained from the old park of Selaparang Kingdom at Narmada Park- West Lombok Regency. 7. Visiting the museum in Mataram – West Lombok. 8. Enjoying the activities of night- clubs in the tourism areas. 9. Eating all kinds of foods from favorite menus from overseas to traditional foods at NTB Province at the best restaurants in a relaxed atmosphere. 10. Observing the economic activities of the local people at their traditional market directly. 11. Enjoying more relaxing time at Cafes. 12. Others ………………….. 14. Did you extend your stay in NTB Province? If the answer is “NO”, do not respond to question 15. If the answer is ”Yes”, what were your reasons in extending your stay?
102
Lampiran 5 Validitas Dan Reliabilitas Instrument Item-Total Statistics
usia hoby pendapatan asal.negara sumber.awal radio internet buku foto leaflet slide majalah.dll CD televisi obyek wisata money changer info.hotel club.cafe restauran festival klinik.berobat jalur.transportasi acara.party jaringan.telekomunikasi guide kantor.polisi keamanan.hotel pecalang keamanan.bekerja private.of.security sumber.konfirmasi konfir.leaflet.dll konfir.buku konfir.foto konfir.slide konfir.internet konfir.majalah.dll konfir.CD konfir.TV konfir.obyek.wisata konfir.money.changer konfir.club.cafe konfir.hotel konfir.restauran konfir.festival konfir.klinik.berobat konfir.transportasi konfir.telekomunikasi
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
164,6000 165,3000 164,7000 162,6000 154,4000 167,1500 159,9000 160,9000 163,9000 164,9000 165,9000 165,9000 163,6500 165,1500 165,6500 165,6500 165,9000 164,4000 165,9000 166,9000 166,6500 165,4000 166,6500 166,4000 166,6500 165,9000 166,1500 166,4000 164,4000 166,9000 158,4000 161,4000 163,4000 160,9000 165,4000 166,4000 164,4000 166,6500 163,6500 165,9000 167,1500 166,4000 164,4000 166,4000 167,1000 166,6500 166,1500 164,9000
2940,989 2938,958 2904,011 2911,832 2765,095 2907,713 2956,516 2861,989 2814,200 2802,832 2913,568 2811,463 2798,555 2726,239 2794,239 2849,503 2951,989 2938,779 2864,095 2861,674 2826,555 2968,463 2772,871 2883,937 2812,345 2852,516 2856,976 2843,937 2844,042 2875,884 2658,042 2926,042 2663,305 2759,884 2704,779 2859,726 2724,568 2818,134 2594,871 2887,253 2877,187 2817,095 2824,042 2870,779 2931,779 2798,134 2791,187 2808,621
-,181 -,228 ,022 -,029 ,374 ,012 -,136 ,047 ,139 ,187 -,042 ,220 ,096 ,268 ,426 ,210 -,184 -,127 ,162 ,282 ,414 -,235 ,696 ,101 ,488 ,209 ,204 ,285 ,224 ,195 ,468 -,075 ,428 ,246 ,442 ,125 ,334 ,228 ,399 ,070 ,267 ,409 ,300 ,161 -,185 ,562 ,487 ,350
Cronbach' s Alpha if Item Deleted ,792 ,791 ,789 ,789 ,781 ,789 ,799 ,793 ,790 ,787 ,794 ,786 ,796 ,785 ,782 ,786 ,794 ,793 ,787 ,786 ,783 ,795 ,779 ,788 ,782 ,786 ,786 ,785 ,786 ,787 ,776 ,799 ,778 ,785 ,778 ,788 ,782 ,785 ,779 ,789 ,787 ,783 ,784 ,787 ,791 ,781 ,781 ,783
103
konfir.guide konfir.rentcar konfir.kantor.polisi konfir.pecalang konfir.private.of.security mendaki.gunung.rinjani berkemah pemandian.air.panas air.terjun kawanan.monyet menyelam snorkling surfing berenang.dipantai memancing sunset mandi.matahri bersepeda.motor bersepeda.gunung main.kano kegili.trawangan tete.batu atraksi.gendang peresean desa.senaru desa.sade masjid.kuno taman.narmada musium clubing restaurant pasar.tradisonal cafe membaca keliling.kawasan.wisata message keliling.kota.mataram gym pasar.seni masyarakat.senaru traveling.luar.lombok traveling.pulau.lombok masa.tinggal
166,4000 166,4000 166,1500 166,4000 164,9000 166,8000 166,9500 166,9500 166,0500 165,9000 166,8000 166,3500 166,6500 165,4500 166,8000 165,4500 165,4500 166,8000 166,8000 166,9500 167,1000 166,6500 166,5000 166,6500 166,6500 166,6500 167,1000 167,2500 167,2500 166,6500 165,6000 166,3500 165,6000 166,9500 167,1000 167,2500 167,1000 167,1000 167,1000 167,2500 167,2500 167,1000 158,9000
2822,358 2880,253 2799,082 2912,358 2867,042 2943,747 2936,050 2935,734 2841,945 2868,937 2902,379 2884,450 2872,450 2884,261 2871,747 2868,155 2848,576 2910,589 2824,695 2870,366 2898,305 2932,766 2833,316 2947,924 2884,766 2847,503 2923,884 2922,092 2876,618 2866,450 2814,463 2860,450 2859,937 2870,366 2907,779 2918,303 2889,147 2888,200 2856,305 2918,303 2900,934 2893,253 2448,411
,385 ,118 ,453 -,028 ,134 -,260 -,225 -,222 ,405 ,238 ,050 ,151 ,254 ,153 ,282 ,255 ,381 -,012 ,644 ,330 ,114 -,167 ,501 -,271 ,167 ,430 -,143 -,167 ,464 ,296 ,586 ,305 ,299 ,330 ,018 -,114 ,206 ,216 ,540 -,114 ,126 ,165 ,677
Case Processing Summary N % Cases Valid 20 100,0 Excluded(a) 0 ,0 Total 20 100,0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,789
N of Items 91
,783 ,788 ,782 ,790 ,788 ,792 ,791 ,791 ,784 ,786 ,789 ,787 ,786 ,787 ,786 ,786 ,785 ,789 ,782 ,786 ,788 ,791 ,783 ,792 ,787 ,784 ,790 ,790 ,786 ,786 ,782 ,786 ,786 ,786 ,789 ,789 ,787 ,787 ,785 ,789 ,788 ,788 ,763