Karakterisik dan Kepadatan Populasi Genus Microhyla Di Wilayah Cagar Alam dan Taman Wisata Alam (CA-TWA) Telaga Warna Miftah Hadi Sopyan1), Moerfiah2), Rouland Ibnu Darda3) 1,2,3)
Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Email:
[email protected]
ABSTRAK Amfibi tersebar luas di seluruh kepulauan Indonesia terutama kelompok Anura. Pulau Jawa terdapat kurang lebih 30 jenis amfibi salah satunya adalah Microhyla achatina. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik serta kepadatan populasi dari katak Microhyla achatina dengan menggunakan metode Visual Encounter Survey (VES) pada 3 titik pengamatan dengan luas area jelajah 100 m2. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi jenis yang diperoleh yaitu sebesar 12,3 % termasuk ke dalam kategori aksidental (± 0-25%). Kepadatan populasi katak M.achatina pada lokasi titik ke-1 diperoleh nilai 0,3 indv/m2, lokasi titik ke-2 diperoleh nilai 0,04 indv/m2 dan lokasi titik ke-3 diperoleh nilai 0,03 indv/m2 .Total kepadatan semua lokasi pengambilan sampel katak M.achatina yaitu 0,37 indv/m2. Perbedaan nilai kepadatan dari tiap lokasi pengambilan sampel dipengaruhi oleh karakteristik habitatnya serta faktor ketersediaan makanan dari setiap lokasi pengambilan sampel. Kata kunci : Amfibi, Microhyla achatina, Kepadatan populasi, Karakteristik habitat
PENDAHULUAN Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Inilah yang membuat Indonesia sebagai salah satu hotspot keanekaragaman hayati dunia dan dikenal sebagai Mega Biodiversity (Prasetyo dkk, 2015). Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki peranan sangat penting. Secara ekologis, amfibi berperan sebagai pemangsa konsumen primer seperti serangga atau hewan invertebrata lainnya (Iskandar 1998) serta merupakan kelompok binatang
yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan seperti pencemaran air, pengrusakan habitat asli, introduksi spesies eksotik, penyakit, dan parasit (Stebbins & Cohen, 1997) serta perubahan iklim. Di Indonesia ditemukan sekitar 450 jenis yang mewakili sekitar 11 % dari seluruh dunia dengan 28 jenis Anura diantaranya ditemukan di Jawa Barat yang terdiri dari 6 suku, yaitu Bufonidae, Dicroglossidae, Microhylidae, Megophyridae, Ranidae, dan Rhacophoridae (Kusrini, 2013). Menurut Kusrini (2013), di pulau Jawa terdapat kurang lebih 30
1
jenis Amfibi. Dari jumlah tersebut, 15 jenis di antaranya bersifat endemik, salah satunya adalah Microhyla achatina. Microhyla achatina merupakan katak endemik Jawa yang penyebarannya di Jawa Barat meliputi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Cagar Alam dan Taman Wisata Alam (CA-TWA) Telaga Warna merupakan salah satu kawasan konservasi yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. Daerah ini memiliki kemiringan lereng yang umumnya curam, kecuali bagian selatan yang berbatasan langsung dengan perkebunan teh. Ketinggian berkisar 1.400-1.600 mdpl (Sari, 2008) Indonesia memiliki keanekaragaman jenis amfibi yang cukup beragam namun penelitian mengenai amfibi khususnya katak masih sangat minim dan terbatas. Penelitian mengenai katak Microhyla ini dirasa perlu dilakukan mengingat belum adanya data yang lebih rinci mengenai katak tersebut khususnya di daerah Jawa Barat, sehingga diharapkan dari penelitian yang dilakukan dapat diperoleh informasi ilmiah yang dapat bermanfaat di kemudian hari. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret-Mei 2016 di wilayah Taman Wisata Alam Telaga Warna. Pengumpulan data penelitian ini meliputi data satwa amfibi dan data habitatnya. Data satwa amfibi, meliputi jenis, jumlah individu tiap jenis, ukuran snout-vent length, waktu saat ditemukan, perilaku dan posisi
satwa di lingkungan habitatnya, sedangkan data habitat meliputi tanggal dan waktu pengambilan data, kondisi cuaca, substrat tempat ditemukan, suhu lingkungan dan kelembaban udara. Pengambilan sampel katak dilakukan dengan metode Visual Encounter Survey (VES) terestrial amfibi dengan luas wilayah 100 m2 sebanyak tiga titik lokasi. Analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan rumus : 1. Frekuensi Kehadiran (Putra, 2012) Frekuensi Kehadiran = Jumlah ditemukan jenis/ Jumlah total plot pengamatan 2. Kepadatan Populasi (Yeni, 2014) K jenis A = Jumlah individu jenis A pada suatu transek/Luas transek HASIL DAN PEMBAHASAN
A
B
C
Gambar 1. Morfologi Microhyla achatina Keterangan : A : Individu Microhyla achatina B : Corak Punggung Microhyla achatina C : Jari kaki Microhyla achatina
2
Berdasarkan hasil sampling di lapangan, Microhyla achatina yang ditemukan beberapa ada yang memiliki warna lebih dominan coklat yang menutupi warna kuningnya, jarinya tidak tertutupi oleh selaput renang sepenuhnya (Gambar 1). Hal
ini sesuai dengan pernyataan kusrini (2013) Katak M.achatina memiliki ukuran tubuh kecil, berwarna coklat kekuningan dengan garis punggung berwarna kehitaman dan bagian sisi tubuh berwarna gelap. Memiliki jari kaki berselaput tapi tidak penuh.
Tabel 1. Jumlah katak M.achatina dan M.palmipes di tiga titik lokasi pengambilan sampel Lokasi Pengambilan Sampel M.achatina
Microhyla achatina
Microhyla palmipes
Area Telaga Warna
30
-
MES Pengunjung Telaga Warna
4
-
Arah Puncak dari Telaga
3
-
Total Individu
37
-
Berdasarkan hasil sampling yang dilakukan di kawasan CA-TWA Telaga Warna (Tabel 1) diperoleh 1 jenis spesies katak dari genus Microhyla yaitu Microhyla achatina. Dari 3 titik yang dijadikan titik pengambilan sampel, titik pertama (dekat dengan telaga warna) ditemukan jenis Microhyla achatina sebanyak 10 individu pada hari pertama dan 20 individu pada hari kedua. Pengambilan sampel di titik kedua (dekat MES Pengunjung) pada hari pertama dan kedua katak M.achatina hanya diperoleh masingmasing 2 individu saja. Untuk jenis Microhyla palmipes tidak ditemukan dari 3 titik sampel yang telah ditentukan, sehingga dapat diasumsikan bahwa keberadaan Microhyla palmipes sudah jarang
ditemukan atau populasinya sudah semakin sedikit. Hal ini berkaitan dengan adanya kegiatan wisata di daerah Telaga Warna sendiri sehingga keberadaan aktivitas manusia mempengaruhi mikrohabitat dari katak tersebut. Katak M.achatina yang ditemukan di titik ke-3 berjumlah 3 individu saja, berdasarkan pengamatan karakteristik habitat dari lokasi titik ke-3 tersebut sebenarnya sesuai karena sebagian besar lantai hutan tertutupi oleh serasah daun dan tanahnya lembab namun karena jauh dari sumber air maka jumlah individu yang diperoleh tidak terlalu banyak selain itu juga pada habitat tersebut banyak ditemukan sampah-sampah dari aktifitas manusia.
3
Tabel 2. Jumlah individu katak Microhyla achatina berdasarkan perbedaan suhu lingkungan dan kelembaban Lokasi
Hari ke-/Titik
Suhu (0C)
Kelembaban (%)
Jumlah Individu
Telaga Warna Telaga Warna
1/1 2/1
20 20
80 80
10 20
MES Pengunjung Telaga Warna
1/2
20
70
2
MES Pengunjung Telaga Warna
2/2
20
70
2
Arah Puncak Telaga Warna
3/3
18
90
3
Total Berdasarkan Tabel 2 mengenai jumlah individu berkaitan dengan perbedaan suhu lingkungan dan kelembaban terjadi fluktuasi kelembaban pada lokasi pengambilan sampel dimana lokasi pengambilan sampel ke-1 yaitu sebesar 80 %, lokasi pengambilan sampel ke-2 yaitu 70 % dan lokasi pengambilan sampel ke-3 yaitu 90 % sehingga jumlah individu M.achatina yang didapat dari ketiga lokasi pengambilan sampel tersebut berbeda yaitu 30 individu pada lokasi pengambilan sampel ke-1, 4 individu pada lokasi pengambilan sampel ke-2 dan 3 individu pada lokasi pengambilan sampel ke-3 . Hal ini sesuai dengan pernyataan Dhany Ardiansyah dkk (2014) yang menyatakan bahwa Anura membutuhkan kelembaban lebih tinggi dibandingkan reptil dan hewan terestrial lainnya, alasannya karena amfibi memiliki kulit permeabel yang harus selalu terjaga kelembabannya, sehingga beberapa
37 jenis anura sangat bergantung dengan habitat akuatik untuk dapat bertahan hidup. Perbedaan jumlah individu yang diperoleh dari tiap titik lokasi pengambilan sampel dipengaruhi oleh karakteristik habitatnya. titik ke-1 kondisi habitatnya berupa tumpukantumpukan serasah dedaunan sehingga menjadi tempat yang cocok bagi katak M.achatina untuk bersembunyi dan menyamarkan warna tubuhnya sesuai dengan warna dedaunan tersebut. Selain itu juga lokasi yang tertutupi pepohonan yang cukup rindang menjadikan titik pengambilan sampel ke-1 memiliki kelembaban yang tinggi yaitu 80 % dan cukup dekat dengan perairan (Telaga Warna). Hal ini sesuai dengan pernyataan Anton (2010) yang menyatakan bahwa katak membutuhkan kelembaban yang tinggi agar kulitnya terhindar dari kekeringan serta membutuhkan
4
perairan untuk kelangsungan hidupnya. Titik pengambilan sampel ke2 lebih terbuka dan terkena cahaya matahari langsung sehingga kelembabannya tidak terlalu tinggi, selain itu area ini sering dijadikan sebagai tempat penginapan sehingga interaksi aktivitas manusia dengan mikrohabitat katak sangat sering terjadi. Faktor lain juga karena tidak adanya serasah- serasah daun yang menutupi tanah menjadikan katak ini
tidak dapat berlindung dan menyamarkan warna tubuhnya sehingga lebih mudah terlihat oleh predator. Titik ke-3 sebenarnya sesuai karena sebagian besar lantai hutan tertutupi oleh serasah daun dan tanahnya lembab namun karena jauh dari sumber air maka jumlah individu yang diperoleh tidak terlalu banyak selain itu juga pada habitat tersebut banyak ditemukan sampah-sampah dari aktifitas manusia.
Perhitungan Populasi Microhyla achatina Frekuensi Jenis = Jumlah Plot ditemukan Jenis A Jumlah Total Plot Pengamatan = 37 3 = 12,3 % Tabel 3. Perhitungan Kepadatan Populasi Microhyla achatina Nama Spesies Microhyla achatina
Lokasi
Luas Area (m2)
Jumlah Individu
Telaga Warna MES Pengunjung Arah Puncak Telaga Warna
100
30 4 3
Berdasarkan perhitungan populasi katak M.achatina untuk frekuensi kehadiran yang diperoleh yaitu sebesar 12,3 % dan termasuk ke dalam kategori aksidental (Putra, 2012). Untuk kepadatan populasi katak M.achatina pada lokasi pengambilan sampel ke-1 diperoleh nilai tertinggi yaitu 0,3 indv/m2, lokasi pengambilan sampel ke-2 diperoleh nilai 0,04 indv/m2 dan lokasi pengambilan sampel ke-3 diperoleh nilai 0,03 indv/m2 . Total kepadatan semua lokasi pengambilan sampel katak M.achatina yaitu 0,37 indv/m2. Adanya perbedaan jumlah
Prosentase Kepadatan Populasi (indv) 0.3 0.04 0.03
kepadatan dari 3 titik lokasi pengambilan sampel ini dipengaruhi oleh karakteristik habitatnya, selain itu juga faktor makanan dapat mempengaruhi kepadatan suatu jenis dimana makanan utama katak adalah serangga dan invertebrata kecil (Putra, 2012). Faktor Fisik Pengamatan hari pertama hujan turun cukup lebat dan pada hari kedua cuaca cenderung cerah namun angin tetap berhembus cukup kuat. Temperatur udara yang diperoleh dari
5
lokasi penelitian baik di titik ke-1 maupun titik ke-2 yaitu 200C namun di titik ke-3 suhunya turun menjadi 180C sedangkan kelembaban di lokasi penelitian untuk titik ke-1 yaitu sebesar 80 %, untuk titik ke-2 yaitu sebesar 70 % dan untuk titik ke-3 yaitu 90 %. Perbedaan besaran kelembaban dari 3 titik pengamatan ini karna di titik pengamatan ke-2 areanya lebih terbuka dibanding titik pengamatan ke-1 dan ke-3. Sebaran Ekologis Sebaran ekologis digambarkan dengan posisi amfibi pada saat ditemukan. Menurut Boby Darmawan (2010) posisi ini dibedakan menjadi posisi vertikal dan posisi horizontal. Posisi vertikal di habitat terestrial digambarkan sebagai referensi terhadap posisi subpermukaan pada permukaan tanah yang terbuka, permukaan tanah yang ternaungi dan di bawah tanah atau air. Posisi horizontal menggambarkan referensi terhadap badan air, disertai sifat naungan. M.achatina yang ditemukan di 3 titik lokasi pengambilan sampel semuanya berada pada posisi vertikal karena semua individu yang diperoleh didapatkan di atas permukaan tanah yang lembab, di antara serasah daun, diantara semak-semak tumbuhan serta di sekitar batang tumbuhan yang tumbang. Habitat seperti ini sangat cocok untuk katak M.achatina karena dengan adanya naungan dapat menghindarkan katak ini dari predator serta membantu dalam kamuflase tubuh katak tersebut. Aktivitas yang sering ditemui saat pengamatan adalah aktivitas duduk. Sebagian besar amfibi mencari makan dengan strategi diam
dan menunggu (Boby Darmawan, 2010). Katak M.achatina sensitif terhadap gerakan tiba-tiba sehingga katak ini akan segera melompat namun karena kaki yang relatif pendek katak ini hanya akan bersembunyi dan menyamarkan tubuhnya di antara serasah daun jika keadaanya terancam (Iskandar 1998). Gangguan Terhadap Amfibi Pada lokasi penelitian, gangguan yang disebabkan oleh aktifitas manusia sangat sering terjadi. Hal ini dikarenakan kawasan Telaga Warna merupakan kawasan obyek wisata yang setiap harinya selalu dikunjungi oleh pengunjung. Adanya aktifitas manusia tersebut tentu dapat mempengaruhi keberadaan dari jenis-jenis amfibi khususnya katak berkaitan dengan mikrohabitatnya. Katak sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, hal ini sesuai dengan pernyataan Stebins dan Cohen (1997) yang menyatakan katak merupakan kelompok binatang yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan seperti pencemaran air, pengrusakan habitat asli, introduksi spesies eksotik, penyakit, dan parasit. Karakteristik Habitat Pengambilan Sampel Microhyla achatina
Gambar 2. Titik Pengambilan Sampel (Telaga Warna) 6
Lokasi pengambilan sampel katak Microhyla achatina di titik pertama ini berada pada ketinggian 1120 mdpl. Karakteristik habitatnya berupa tanah lembab dengan bagian permukan tanah yang tertutupi oleh serasah-serasah daun. Selain itu lokasi titik pertama pengambilan sampel ini tidak jauh dari air telaga warna dan habitat dinaungi oleh daundaun dari pepohonan yang cukup rindang.
Gambar 3. Titik Pengambilan Sampel (MES Pengunjung) Lokasi pengambilan sampel katak Microhyla achatina di titik kedua ini berada pada ketinggian 950 mdpl. Karakteristik habitat di lokasi ini sebagian besar adalah rerumputan yang cukup lembab dan areanya cukup terbuka sehingga cahaya matahari dapat langsung menembus permukaan tanah, selain itu pada titik kedua ini juga tidak jauh dari perairan.
Gambar 4. Titik Pengambilan Sampel (Arah Puncak dari Telaga Warna)
Pada lokasi pengambilan sampel katak Microhyla achatina di titik ketiga ini berada pada ketinggian 1486 mdpl. Karakteristik habitat di lokasi ini berupa tanah lembab dan beberapa titik dpermukaan tanahnya tertutupi serasah-serasah daun, namun di titik ini juga banyak ditemukan sampah-sampah dari aktifitas manusia. SIMPULAN DAN SARAN Total jumlah individu Microhyla achatina yang diperoleh dari tiga titik lokasi pengambilan sampel katak tersebut yaitu 37 individu dengan nilai kepadatan populasi untuk ketiga titik pengambilan sampel katak yang bervariasi. Titik pengambilan sampel pertama diperoleh nilai kepadatan populasi yang paling tinggi yaitu sebesar 0,3 indv/m2 untuk titik pengambilan sampel kedua dan ketiga masing-masing nilai kepadatan populasi yang diperoleh yaitu 0,04 indv/m2 dan 0,03 indv/m2. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukannya survei menyeluruh di area Telaga Warna guna mendapatkan gambaran jumlah populasi dari katak Microhyla achatina serta pola distribusinya. Selain itu diharapkan waktu pengambilan data lebih diperhatikan terutama untuk musim-musim tertentu mengingat pola perilaku amfibi dipengaruhi oleh perubahan iklim serta perlu dilakukannya upaya pengkoleksian spesimen guna untuk mengetahui ciri-ciri antara jantan dan betina dari katak M.achatina baik secara morfologi maupun anatomi.
7
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Moerfiah, M.Si dan Bapak Rouland Ibnu Darda, M.Si atas segala bantuan, kritikan, masukan yang membangun dan bimbingannya selama ini, Ibu Dra. Tri Saptari Haryani, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan, Kepala Balai Besar konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat atas perizinan lokasi penelitian. DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah, D, A. Karunia, T. Auliandina, D.A Putri, M.I Noer. 2014. Kelimpahan Kodok Jam Pasir Leptophryne borbonica di Sepanjang Aliran Sungai Cisuren, Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jurnal Bioma. Vol. X, No. 2. Ario, A. 2010. Panduan Lapang Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Conservation International (CI) Indonesia. Hal 126-127. Brower, J.E. and J.H Zar. 1997. Field and Laboratory Methods for General Ecology. IOWA. Brown. Iskandar, D. T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali – Seri Panduan Lapangan. Bogor : Puslitbang – LIPI. Kusrini, M. D. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi Amfibi Jawa Barat.Pustaka
Media Konservasi. Hal 94-98.
Bogor.
Prasetyo, C.Y, I. Yustian, D. Setiawan. 2015. The Diversity of Amphibians in Campus Area of Sriwijaya University Indralaya, Ogan Ilir, South Sumatra. BIOVALENTIA: Biological Research Journal. Vol 1, No 1 : 23-33 Putra, K, Rizaldi, D.H Tjong. 2012. Komunitas Anura (Amphibia) pada Tiga Tipe Habitat Perairan di Kawasan Hutan Harapan Jambi. Jurnal Biologi Universitas Andalas. Vol 1(2) : 156-165. Sari, D. 2008. Keragaman KupuKupu Di Kawasan Telaga Warna Cisarua Bogor. Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Stebbins R.C, Nathan W.C. 1997. A Natural History of Amphibians. Princeton Univ. Pr: New Jersey. Yeni, Y.A, M. Wati, A. Lusi Z. 2014. Kepadatan Populasi Katak Sawah (Rana cancrivora Gravenhorst) Yang Ditemukan di Bungo Pasang Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatra Barat
8