i
ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT DI PULAU PRAMUKA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU
Bambang Prasetio
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
iii
RINGKASAN BAMBANG PRASETIO. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh E.K.S HARINI MUNTASIB dan JOKO PRIHATNO. Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) memiliki areal seluas 107.489 Ha yang ditunjuk dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6310/Kpts-II/2002 tanggal 13 Juni 2002. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, kawasan wisata bahari di Pulau Pramuka memiliki potensi wisata seperti terumbu karang, pantai pasir putih, dan penangkaran penyu. Untuk mengetahui dampak ekonomi kegiatan wisata bahari, maka dilakukan penelitian analisis dampak ekonomi wisata bahari terhadap masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi masyarakat sebelum dan setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari serta dampak ekonomi setelah adanya pengembangan kegiatan wisata. Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2010 sampai Januari 2011 di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu. Kajian terhadap pengunjung dan masyarakat terlibat maupun tidak terlibat kegiatan wisata. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, wawancara, dan kuesioner. Faktor-faktor yang mempengaruhi dampak ekonomi dianalisis dengan uji statistik t-student dan konsep Multiplier. Kondisi ekonomi masyarakat Pulau Pramuka sebelum adanya pengembangan kegiatan wisata bahari memiliki profesi sebagai nelayan sebesar 40%, setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari mata pencaharian masyarakat bertambah keragamannya yakni di bidang perdagangan, jasa dan akomodasi, budidaya perikanan, home industry, perbengkelan, industry kerajinan, warung, rumah makan, instansi swasta, pemerintahan dan lain-lain. Dampak yang terjadi akibat adanya pengembangan kegiatan wisata bahari bahwa nilai pengganda Keynesian Multiplier di. Pulau Pramuka sebesar 1,44 artinya peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar 1 rupiah akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal sebesar 1,44 rupiah atau setara dengan Rp.4.896.525. Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 1,45 artinya peningkatan 1 rupiah pendapatan pemilik unit usaha dari pengeluaran wisatawan akan mengakibatkan peningkatan pada dampak langsung dan tidak langsung (berupa pendapatan pemilik unit usaha dan tenaga kerja lokal) sebesar 1,45 rupiah atau setara dengan Rp.2.141.049. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1,8 artinya peningkatan 1 rupiah pengeluaran wisatawan akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,8 rupiah atau setara dengan Rp.2.723.247 pada total pendapatan masyarakat pada dampak langsung, tak langsung dan induced (berupa pendapatan pemilik usaha, tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi di tingkat lokal). Hasil perhitungan nilai t atas pendapatan masyarakat yang terlibat sebesar 4.752 sedangkan –t hitung (-4.752) <-t tabel (t0.025;29), maka kegatan wisata bahari memberikan pengaruh nyata terhadap masyarakat yang terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata baik sebelum dan sesudah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari. KATA KUNCI : Dampak Ekonomi, Wisata Bahari, Efek Multiplier
iv
SUMMARY
BAMBANG PRASETIO. The Impact Analysis of Marine Tourism Economic to Community in Pramuka Island, The National Park of Seribu Islands. Under Supervision of E.K.S HARINI MUNTASIB and JOKO PRIHATNO. The National Park of Seribu Islands has area of 107.489 ha are designated by the Minister of Forestry Number 6310/Kpts-II/2002 at 13th june 2002. As one of tourist destination, nautical tourism in the Pramuka island has the potential of tourism such as coral reefs, white sand beaches, and turtle breeding. To determine the economic impact of marine tourism activities, the economic impact analysis of research conducted marine tourism to the community. This research aims to know the condition of communities before and after the introduction of marine tourism activities and economic impact after the tourist activity. This research was conducted in December 2010 until January 2011 in the Pramuka Island The National Park of Seribu Islands. The respondents were visitors and local people are involved or not involved in tourism activity. Data was collected through literature study, interviews, and questionnaires. The Analysis of Multplier Effect and Statistical t-student was used to determine the factors which influence the economic impacts Pramuka Island economic conditions prior to the marine tourism activities have a profession as a fisherman for 40%, after the introduction of marine tourism activities which people's livelihood in the areas are trade, services and accommodation, aquaculture, home industry, workshop, craft industry, shops, restaurants , private agencies, governments and others.The impact caused by the presence of marine tourism activities that the value of Keynesian multiplier in the Pramuka island was 1.44, it means the increase of tourist expenditure in the amount of 1 rupiah will have an impact on improving the local community in the amount 1.44 rupiah or equivalent to 4.896.525 rupiah. Ratio Income Multiplier Type 1 in the amount of 1.45, it means the increasing of 1 rupiah of business unit owners from tourist expenditure will result an increase in direct and indirect impacts (the income of a business unit owner and local employment) is the amount of 1.45 rupiah or equivalent to 2.141.049 rupiah. The value of Type 2 Ratio Multiplier income is the amount of 1.8, it means an increase of 1 rupiah in tourist expenditure will result in an increase of 1.8 rupiah or equivalent to 2.723.247 rupiah on the total income of the people in the direct, indirect and induced impact (in the form of the business owners income, employment and consumption expenditure at local level). The results of the calculation of t value on the income of the communities that were involved -4752 while t-count (-4752) <-t table (t0.025;29), so the marine tourism activity gave real effect on the communities who were involved and not involved in tourist activities both before and after the tourist activity.
KEY WORDS : Economic Impact, Marine Tourism, Multiplier Effect
ii
ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT DI PULAU PRAMUKA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU
Bambang Prasetio
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
v
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2011
Bambang Prasetio E34060532
vi
Judul Skripsi
:
Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu
Nama
:
Bambang Prasetio
NIM
:
E34060532
Jurusan/Fakultas
:
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata/Kehutanan
Menyetujui : Komisi Pembimbing Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS NIP : 19550410 198203 2 002
Dr. Joko Prihatno NIP : 19600525 198903 1 005
Mengetahui : Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Insititut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 19580915 198403 1 003 Tanggal lulus:
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW atas selesainya karya ilmiah ini. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan penulis sejak Desember 2010 hingga Januari 2011 dengan judul “Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu” Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan wisata Pulau Pramuka di Taman Nasional Kepulauan Seribu harus mendapat perhatian penuh. Banyaknya kunjungan wisatawan dari berbagai daerah ke kawasan mengindikasikan bahwa kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu (Pulau Pramuka) mempunyai daya tarik wisata yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang analisis dampak ekonomi kegiatan wisata bahari, sehingga dapat memberikan masukan terhadap pengelola TNKpS agar dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke TNKpS sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak yang bersangkutan. Kritik dan saran sangat dibutuhkan demi penyempurnaan dan pengembangan penelitian selanjutnya.
Bogor, September 2011
Bambang Prasetio
viii
RIWAYAT HIDUP Penulis (Bambang Prasetio) dilahirkan di Mojokerto pada tanggal 27 Agustus 1988. Penulis adalah putra pertama dari 4 bersaudara, pasangan dari Bapak Pramudji Ruslani dan Ibu Ella Nurlaela. Riwayat pendidikan penulis adalah SD Negeri Kranggan III, SMP Negeri 1 Cigombong, SMA Negeri 1 Bogor dan lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan S1 mayor Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Penulis aktif disejumlah organisasi kemahasiswaan, diantaranya staf pengurus Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) periode 2008-2009, sebagai anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE), sebagai anggota Music Agriculture Xpression (MAX), sebagai anggota Tenis Lapang IPB. Kepanitiaan yang pernah diikuti diantaranya menjadi panitia Gebyar HIMAKOVA tahun 2008, panitia Bina Corsa Rimbawan (BCR) Fakultas Kehutanan tahun 2009, dan sebagainya. Penulis juga pernah melakukan kegiatan praktek lapang yaitu: kegiatan Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Gunung Simpang Cianjur-Bandung tahun 2008, Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur Cilacap-Baturaden, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi tahun 2009, Magang kerja di Perum Perhutani Madiun tahun 2009 dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Meru Betiri-Jember tahun 2010. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu. Penulis dibimbing oleh Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib dan Dr. Ir. Joko Prihatno, MM.
ix
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah S.W.T yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas anugerah sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Keluarga besar penulis : Pramudji Ruslani (Ayah), Ella Nurlaela (Ibu) dan Arief Budiman, Danil Gunawan serta Desi Permatasari (adik) atas kasih sayang, doa dan dukungannya. 2. Ibu Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib dan Bapak Dr. Ir. Joko Prihatno, MM sebagai Kepala Balai Taman Nasional Betung Kerihun selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan motivasi selama penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc selaku ketua sidang dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Ibu Dra. Sri Rahayu, M.Si selaku Dosen penguji dari Departemen Manajemen Hutan. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, yang telah memberikan bekal kepada penulis. 5. Pimpinan dan staf Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. 6. Divisi-divisi Pemerintahan Daerah (PEMDA) Kabupaten Kepulauan Seribu. 7. Keluarga besar Himpunan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA). 8. Teman seperjuangan di Kelompok Pemerhati Ekowisata 43 KSHE. 9. Sahabat terbaik sepanjang masa : Lana Puspitasari, Ril Z, Juno, Oby, Arga, Olop, Angga dan seluruh keluarga besar Cendrawasih KSHE 43 serta teman-teman wisma galih yang setia menemani perjalanan panjang atas kebersamaan dan kenangan yang tak terlupakan. 10. Seluruh pihak dan rekan-rekan yang telah membantu dari awal hingga selesainya tugas akhir penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih.
x
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xv
PENDAHULUAN .........................................................................
1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................... 1.3 Manfaat Penelitian ...................................................................
1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
4
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7
Pariwisata ................................................................................ Ekowisata ................................................................................ Taman Nasional ....................................................................... Dampak .................................................................................... Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari ............... Dampak Ekonomi Langsung, Tidak Langsung dan Induced .. Konsep Multiplier ....................................................................
4 5 7 8 9 12 12
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................
15
BAB I
BAB II
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. Alat dan Bahan ....................................................................... Jenis dan Sumber Data ............................................................ Teknik Pengumpulan Data ...................................................... Teknik Pengambilan Contoh ................................................... Teknik Pengolahan dan Analisis Data .....................................
17 18 18 19 20 23
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................
27
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 BAB V
Sejarah Kawasan ..................................................................... Letak dan Luas ........................................................................ Topografi ................................................................................. Geologi dan Tanah ................................................................... Iklim ........................................................................................ Flora dan Fauna ....................................................................... Aksesibilitas ............................................................................. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ......................................
27 29 29 29 29 30 30 30
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
33
5.1 Potensi Pengunjung ................................................................
33
xi
5.1.1 Tingkat Umur Wisatawan ............................................... 5.1.2 Daerah Asal Wisatawan ................................................ 5.1.3 Tingkat Pendidikan Wisatawan ..................................... 5.1.4 Jenis Pekerjaan Wisatawan ............................................ 5.1.5 Tingkat Pendapatan Wisatawan ..................................... 5.2 Kondisi`Masyarakat Sebelum Adanya Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari Di Pulau Pramuka .............................................. 5.2.1 Jenis Mata Pencaharian Masyarakat di Pulau Pramuka .. 5.2.2 Tingkat Pendapatan dan Pengeluaran Pada Pemilik Unit Usaha ..................................................................... 5.2.3 Jumlah Fasilitas di Pulau Pramuka ................................ 5.2.4 Jumlah Tenaga kerja di Pulau Pramuka .......................... 5.2.5 Tingkat Pendapatan dan Pengeluaran Tenaga Kerja ...... 5.2.6 Tingkat Pendapatan dan Pengeluaran Masyarakat Tidak Terlibat Kegiatan Wisata di Pulau Pramuka ........ 5.3 Kondisi Masyarakat Setelah Adanya Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari Di Pulau Pramuka ............................................. 5.3.1 Jenis Mata Pencaharian Masyarakat di Pulau Pramuka . 5.3.2 Tingkat Pendapatan dan Pengeluaran Pada Pemilik Unit Usaha ..................................................................... 5.3.3 Jumlah Fasilitas di Pulau Pramuka ................................. 5.3.4 Jumlah Tenaga Kerja di Pulau Pramuka .......................... 5.3.5 Tingkat Pendapatan dan Pengeluaran Tenaga Kerja ...... 5.2.6 Tingkat Pendapatan dan Pengeluaran Masyarakat Tidak Terlibat Kegiatan Wisata di Pulau Pramuka ........
35 35 36 36 37 37 38 40 41 43 43 45 46 48 50 54 56 57 60
5.4 Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka ............................................... 5.4.1 Peningkatan Pendapatan Masyarakat Terlibat dan Tidak Terlibat Kegiatan Wisata Bahari di Pulau Pramuka ....... 5.4.2 Jumlah Kepala Keluarga Terlibat dan Tidak Terlibat Kegiatan Wisata di Pulau Pramuka................................ 5.4.3 Kesempatan Kerja yang Tercipta di Pulau Pramuka ..... 5.4.4 Peningkatan Pendapatan Tenaga Kerja........................... 5.4.5 Uji Statistik .................................................................... 5.4.6 Nilai Multiplier ..............................................................
67 68 69 70 71
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
73
6.1 Kesimpulan ........................................................................... 6.2 Saran ......................................................................................
73 74
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
75
LAMPIRAN ...................................................................................................
78
BAB VI
61 62
xii
DAFTAR TABEL No.
Teks
Halaman
1
Proporsi kelompok masyarakat .................................................................
2
Kelompok umur pengunjung, presentasi dan jumlah tiap strata
21
dalam pengambilan sampel wisatawan ....................................................
23
3 Matriks metode analisis data .....................................................................
23
4
Pulau-pulau di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara .............................................................................................
5
28
Jumlah penduduk, luas serta kepala keluarga menurut jenis kelamin tahun 2010 .................................................................................................
31
6 Tingkat pendidikan masyarakat Kepulauan Seribu ...................................
31
7
32
Jumlah penduduk menurut mata pencaharian ...........................................
8 Perbandingan pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa transportasi laut sebelum adanya pengembangan wisata bahari ............... 9
40
Perbandingan pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha warung makan sebelum adanya pengembangan wisata bahari ................
41
10 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha jasa transportasi laut sebelum adanya pengembangan wisata bahari........
44
11 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha jasa warung makan sebelum adanya pengembangan wisata bahari .................
44
12 Pendapatan masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata bahari ....................
45
13 Pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata bahari...................
46
14 Perbandingan pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa transportasi laut setelah adanya pengembangan wisata bahari .................
50
15 Pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa warung makan setelah adanya pengembangan wisata bahari ............................................
51
16 Pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa homestay setelah adanya pengembangan wisata bahari ........................................................
52
17 Pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha souvenir setelah adanya pengembangan wisata bahari ........................................................
53
xiii
18 Pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa penyewaan alat setelah adanya pengembangan wisata bahari ............................................
53
19 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha jasa transportasi laut setelah adanya pengembangan wisata bahari ..........
57
20 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha jasa warung makan setelah adanya pengembangan wisata bahari ...................
58
21 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha homestay setelah adanya pengembangan wisata bahari ...........................
58
22 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha souvenir setelah adanya pengembangan wisata bahari ..............................
59
23 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha jasa penyewaan alat setelah adanya pengembangan wisata bahari ...........
59
24 Jumlah pendapatan masyarakat tidak terlibat wisata di Pulau Pramuka ...
60
25 Jumlah pengeluaran masyarakat tidak terlibat wisata di Pulau Pramuka .
61
26 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa penginapan setelah dikembangkannya wisata bahari ................................
64
27 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa penginapan setelah dikembangkannya wisata bahari.................................
65
28 Pendapatan rata-rata masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata perbulan .....................................................................................................
66
29 Perbandingan jumlah kepala keluarga terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata bahari .............................................................................................
67
30 Sebaran unit usaha pada objek wisata Pulau Pramuka pada kondisi sebelum dan setelah adanya pengembangan wisata bahari ........................
68
31 Pendapatan yang diperoleh tenaga kerja sebelum dan setelah adanya pengembangan wisata bahari ........................................................
70
32 Uji Statistik t-student ....................................................................................
70
33 Nilai Multiplier dari aliran uang kegiatan wisata bahari di Pulau
Pramuka tahun 2011 .................................................................................
71
xiv
DAFTAR GAMBAR No
Teks
Halaman
1 Kerangka pemikiran penelitian ...................................................................
16
2 Lokasi penelitian .........................................................................................
18
3 Pusat pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.................
28
4 Grafik jumlah kunjungan ke Pulau Pramuka ..............................................
34
5 Diagram presentase umur wisatawan...........................................................
35
6 Diagram presentase daerah asal wisatawan .................................................
35
7 Diagram presentase tingkat pendidikan wisatawan .....................................
36
8 Diagram presentase pekerjaan wisatawan....................................................
36
9 Diagram presentase tingkat pendapatan wisatawan ....................................
37
10 Tingkat pertumbuhan masyarakat Pulau Pramuka .....................................
38
11 Diagram jenis mata pencaharian masyarakat Pulau Pramuka ....................
39
12 Diagram jumlah fasilitas di Pulau Pramuka ...............................................
42
13 Diagram jumlah tenaga kerja .....................................................................
43
14 Tingkat pertumbuhan masyarakat Pulau Pramuka .....................................
47
15 Diagram komposisi mata pencaharian masyarakat ....................................
48
16 Diagram presentase unit usaha budidaya ...................................................
49
17 Diagram presentase unit usaha ...................................................................
50
18 Diagram presentase fasilitas di Pulau Pramuka .........................................
54
19 Diagram presentase fasilitas di Pulau Pramuka .........................................
55
20 Gambar fasilitas di Pulau Pramuka ............................................................
56
21 Diagram presentase jumlah tenaga kerja ...................................................
57
22 Unit usaha jasa transportasi laut .................................................................
63
23 Unit usaha jasa penginapan ........................................................................
64
24 Unit usaha penjual souvenir .......................................................................
64
25 Unit usaha jasa penyewaan alat .................................................................
65
26 Unit usaha penjual makanan ......................................................................
66
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Teks
Halaman
1 Kuisoner untuk Wisatawan ..........................................................................
79
2 Kuisoner untuk Tenaga Kerja ......................................................................
81
3 Kuisoner untuk Unit Usaha ..........................................................................
83
4 Kuisoner untuk Masyarakat non wisata ......................................................
85
5 Sebaran Pengeluaran Wisatawan di Pulau Pramuka ...................................
87
6 Hasil Analisis Data Uji t-Student dengan SPSS 16 ......................................
90
7 Hasil Konsep Multiplier dengan Microsoft Excell 2007 ............................
91
8 Foto – Foto Wisata di Pulau Pramuka .........................................................
92
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) memiliki areal seluas 107.489 Ha yang ditunjuk dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6310/Kpts-II/2002 tanggal 13 Juni 2002. Jumlah pulau yang berada di kawasan TNKpS berjumlah 78 buah dimana dari jumlah tersebut tercatat 20 buah yang telah dikembangkan sebagai pulau wisata, 6 buah pulau yang dihuni penduduk (pemukiman) dan sisanya dikuasai perorangan atau badan usaha dalam bentuk Hak Perorangan. Pulau-pulau yang terdapat di Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu sangat berpotensi sebagai obyek wisata. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, sektor pariwisata di kawasan Taman Nasional Kepuluan Seribu yang terletak di Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu sektor yang perlu dikembangkan secara berkelanjutan dan memiliki andil yang cukup besar terhadap perubahan nilai sosial-ekonomi masyarakat sekitar kawasan. Taman Nasional Kepulauan Seribu memiliki pulau wisata yang menjadi tujuan utama wisatawan berkunjung. Salah satu pulau wisata yang terdapat di Kawasan TNKpS adalah Pulau Pramuka. Kawasan wisata bahari Pulau Pramuka memiliki potensi untuk dikembangkan dan berperan dalam peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah. Menurut data statistik Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Tahun 2010 menunjukkan jumlah wisatawan baik mancanegara dan domestik yang datang ke Pulau Pramuka sebanyak 25.654 orang. Meningkatnya jumlah wisatawan mendorong masyarakat lokal untuk terlibat dalam kegiatan wisata. Adanya kawasan wisata Pulau Pramuka mendatangkan dampak bagi masyarakat lokal seperti peningkatan pendapatan, peningkatan kesempatan kerja dan peluang usaha. Pada kondisi masyarakat sebelum adanya kegiatan wisata bahari (dalam arti dikelola secara intensif), masyarakat sekitar kawasan secara ekonomi 40% (Data Monografi Kelurahan Kepulauan Seribu 2002) masih bekerja sebagai nelayan tangkap sehingga pendapatannya masih tergolong rendah. Seiring berkembangnya kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka, banyak wisatawan
2
domestik maupun mancanegara datang untuk menikmati keindahan panorama laut. Pengunjung yang datang sangat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat sekitar lokasi wisata. Hal ini dikarenakan pengunjung yang datang di kawasan Pulau Pramuka akan mengeluarkan sebagian uangnya terhadap kegiatan wisata yang ada di pulau pramuka. Sehingga berdampak terhadap tingkat pendapatan dan mata pencaharian masyarakat yang mulai bervariasi yang dahulu hanya berprofesi sebagai nelayan, saat ini masyarakat memulai membuka unit usaha yang bergerak di bidang wisata seperti rumah makan, homestay, jasa penyewaan alat, souvenir dan jasa transportasi kapal. Menurut Depbudpar (2004), tolak ukur keberhasilan pembangunan pariwisata untuk memperoleh pemasukan adalah jumlah kunjungan, pengeluaran dan lama kunjungan wisatawan mancanegara adalah dari segi pencapaian target: (1) jumlah kunjungan wisata mancanegara; (2) pengeluaran wisatawan mancanegara (foreign tourist expenditures); (3) lamanya wisata mancanegara tinggal (foreign tourist lenght of stay). Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik, mampu menggerakkan ekonomi dari satu kota ke kota lain maupun dari perkotaan ke pedesaan, yang dapat berdampak pada peningkatan ekonomi dan pendapat daerah tujuan wisata yang bersangkutan. Mengingat besarnya potensi sumberdaya yang ada di Pulau Pramuka maka penelitian Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu penting dilakukan. Hal ini terkait dengan potensi yang dimiliki kawasan Pulau Pramuka mengandung nilai ekonomi sehingga berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar kawasan serta untuk membantu masyarakat lokal agar lebih menyadari akan pentingnya lokasi wisata ini bagi peningkatan perekonomian masyarakat lokal dan mendorong masyarakat untuk turut serta melindungi kawasan wisata tersebut.
3
1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis dampak ekonomi wisata bahari di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui
kondisi
ekonomi
masyarakat
sebelum
adanya
setelah
adanya
pengembangan kegiatan wisata bahari. 2. Mengetahui
kondisi
ekonomi
masyarakat
pengembangan kegiatan wisata bahari. 3. Mengetahui dampak ekonomi terhadap masyarakat setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari.
1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pengelola TNKpS dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu tentang besarnya peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat Pulau Pramuka akibat kegiatan wisata bahari yang dikembangkan secara inovatif oleh Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dan TNKpS sejak tahun 2003.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata Pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Menurut Wahab (2003), pariwisata dapat dipandang sebagai suatu yang abstrak, misalnya sebagai suatu gejala yang melukiskan kepergian orang-orang di dalam negaranya sendiri (pariwisata domestik) atau penyeberangan orang-orang pada tapal batas suatu negara (pariwisata internasional). Proses bepergian ini mengakibatkan terjadinya interaksi dan hubungan-hubungan, saling pengertian insani,
perasaan-perasaan,
persepsi-persepsi,
motivasi,
tekanan-tekanan,
kepuasan, kenikmatan dan lain-lain diantara sesama pribadi atau antar kelompok. Pariwisata mengandung tiga unsur, yakni: manusia (sebagai pelaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang tercakup oleh kegiatan itu sendiri), dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan). Menurut Institute of Tourism in Britain (1979) dalam Pendit (2006), pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut, mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata. Menurut WTO (1999:5) dalam Ismayanti (2010), pariwisata dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut untuk tujuan senang-senang, bisnis dan lainnya.
5
2.2 Ekowisata Menurut TIES (2000) dalam Damanik & Weber (2006), ekowisata merupakan perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Selanjutnya, dari definisi ini ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yakni : pertama, ekowisata sebagai produk; kedua, ekowisata sebagai pasar; ketiga; ekowisata sebagai pendekatan pengembangan. Dari definisi di atas dapat diidentifikasi beberapa prinsip ekowisata (TIES 2000 dalam Damanik & Weber 2006), yakni sebagai berikut : a) Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata. b) Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan serta budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya. c) Menawarkan pengalaman-pengalaman langsung positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau konservasi ODTW. d) Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi malalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan. e) Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah tujuan wisata. f) Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal. g) Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak azasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata. Menurut UU No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata merupakan perjalanan orang ke suatu tempat tertentu dengan tujuan rekreasi, pengembangan pribadi dan mempelajari keunikan daya tarik (travel). Eco-tourism atau wisata ekologi menurut Hektor Ceballos-Lascurain (1992) dalam Pendit (2006) wisata ke atau mengunjungi kawasan alamiah yang
6
relatif tidak terganggu, dengan niat betul-betul objektif untuk melihat, mempelajari, mengagumi wajah keindahan alam, flora, fauna, termasuk aspekaspek budaya baik di masa lampau maupun sekarang yang mungkin terdapat di kawasan tersebut. Istilah ekowisata (Depbudpar 2009) dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap linkungan dan budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan nilai konservasi. Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah: (1) jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosialbudaya masyarakat (vs mass tourism); (2) pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi); (3) pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata); (4) membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi); (5) modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi). Australian Department of Tourism, Black (1999) dalam Fandeli dan Mukhlison (2000) yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood 1999 dalam Fandeli dan Mukhlison 2000). Sedangkan pengertian ekowisata bahari menurut Marine Ecotourism for the Atlantic Area (META 2001) adalah segala bentuk aktifitas ekowisata yang mengambil tempat pada daerah-daerah zona pantai dan lingkungan laut. Selain itu, ekowisata bahari memfokuskan pada kenikmatan dan penghargaan terhadap alam yang melibatkan; (1) partisipasi lokal dalam perencanaan dan manajemen; (2) manajemen berkelanjutan dengan perlindungan lingkungan sebagai kunci
7
prioritas; (3) penafsiran yang sesuai dan pendidikan lingkungan secara alami; (4) kebijakan dan manajemen; (5) kerjasama antara pemangku kepentingan; (6) pertanggung-jawaban pemasaran; dan (7) penyesuaian monitoring dan evaluasi.
2.3 Taman Nasional Menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 Bab I Pasal 1, Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan system zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Kriteria umum bagi suatu Taman Nasional adalah terdiri dari areal yang utuh dan belum terganggu pada lahan yang relatif luas, memiliki nilai alamiah serta mempunyai kepentingan pelestarian dan potensi rekreasi yang tinggi, mudah dicapai oleh pengunjung dan dapat memberi keuntungan pada daerah yang bersangkutan. Taman Nasional daratan maupun perairan memiliki ciri khas tertentu, dan mempunyai multi fungsi yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Suatu kawasan untuk dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai Taman Nasional, harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: (1) kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; (2) memiliki sumberdaya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; (3) memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam; (4) merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan dan zona lain yang karena pertimbangan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Menurut
Ngadiono
(2004),
taman
nasional
merupakan
kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Fungsi Taman Nasional adalah
8
sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Menurut Munasef (1995:200) Taman Laut merupakan wilayah laut sebagai wilayah laut yang memiliki ciri khas berupa keindahan atau keunikan yang diperuntukkan secara khusus sebagai kawasan konservasi laut, untuk dibina dan dipelihara yang berguna bagi perlindungan plasma nutfah, rekreasi, pariwisata, pendidikan, dan kebudayaan.
2.4 Dampak Dampak merupakan perubahan yang terjadi di dalam suatu lingkup lingkungan akibat adanya perbuatan manusia. Untuk dapat menilai terjadinya dampak, perlu adanya suatu acuan yaitu kondisi lingkungan sebelum adanya aktivitas (Soemarwoto 1988). Oleh karena itu dampak lingkungan adalah selisih antara keadaan lingkungan tanpa proyek dengan keadaan lingkungan dengan proyek. Dampak dari suatu kegiatan pembangunan berpengaruh terhadap aspekaspek sosial, ekonomi dan budaya. Perkiraan dampak adalah suatu proses untuk menentukan siapa yang akan terkena dampak, dengan cara (melalui proses) seperti apa dan untuk berapa lama dampak itu berlangsung. 1. Siapa yang terkena dampak (Who are going to be affected). Siapa menunjukkan pada beberapa orang yang terkena, ciri-ciri mereka bagaimana (umur, pekerjaan;sebagai nelayan, petani, pedagang, pemerintahan, dan lainlain,
pendidikan;SD,
SMP,
SMA,
Akademi/Universitas,
kelompok
masyarakat;tokoh masyarakat, pemerintah dan sebagainya). Siapa juga bisa menunjukkan satuan analisa;individu (kepala keluarga), keluarga (istri, anak, menantu dan lain-lain) atau masyarakat. 2. Dalam bentuk apa (in what way) mereka terkena dampak, misalnya penduduk yang berada di sekitar atau dalam kawasan wisata bahari. Berdampak dalam bentuk
pekerjaan
sebagai
pemandu,
penyedia
transportasi
pengelola
cottage/homestay, penyedia makanan dan minuman, penyedia honai/pondokan dan lain-lain.
9
3. Berapa lama dampak itu berlangsung. Dampak kegiatan pariwisata dari segi ekonomi sangat penting diketahui, karena hampir semua negara (suatu masyarakat) mengukur posisi dan manfaat pariwisata dalam suatu kaitannya dengan penerimaan ekonominya. Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup menurut Peraturan pemerintah No 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup tahun antara lain: 1. jumlah manusia yang akan terkena dampak; 2. luas wilayah persebaran dampak; 3. intensitas dan lamanya dampak berlangsung 4. banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak 5. sifat kumulatif dampak; 6. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak
2.5 Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari Kegiatan wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi keanekargaman hayati laut sebagai daya tarik utama. Secara tidak langsung kegiatan wisata bahari melibatkan masyarakat lokal serta lingkungan sekitarnya sehingga menimbulkan beberapa dampak. Dampak yang diakibatkan sangat terkait dengan aktivitas ekonomi masyarakat atau dikenal sebagai dampak ekonomi. Wisata bahari secara umum memilki tujuan untuk memperoleh manfaat ekonomi terhadap masyarakat lokal, pemangku kepentingan wisata dan pemerintah daerah. Dampak ekonomi wisata bahari terhadap ekonomi suatu wilayah dapat berupa: (1) penerimaan dari penjualan produk wisata (tiket masuk Taman Nasional, hotel, camping ground, restoran, atraksi, transportasi dan retail), (2) pendapatan masyarakat, (3) peluang pekerjaan dan (4) penerimaan pemerintah dari pajak dan retribusi (Frechtling 1987 dalam Milasari 2010). Dampak ekonomi yang dihasilkan oleh sektor pariwisata umumnya diukur dari keseluruhan pengeluaran pengunjung untuk keperluan akomodasi, konsumsi, perjalanan, dokumentasi dan keperluan lainnya. Jumlah dari seluruh pengeluaran itu diestimasi dari jumlah total hari kunjungan dan pengeluaran pengunjung.
10
Menurut Stynes et al. (2000) dalam Milasari (2010), pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah merupakan penjumlahan dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effects) dan dampak ikutan (induced effects). Dampak langsung selanjutnya lebih dikenal sebagai dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan ikutan biasanya disebut dengan dampak sekunder. Dampak primer atau langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan pada usaha penerima awal pembelanjaan pengunjung, misalnya kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotel-hotel untuk upah dan gaji karyawan, pajak dan kebutuhan barang dan jasa. Terdapat dua jenis pengaruh sekunder, yaitu dampak tidak langsung dan dampak ikutan. Dampak tidak langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan dan pekerjaan. Sedangkan dampak lanjutan adalah sejumlah pengeluaran dari beberapa tenaga kerja yang terlibat kegiatan wisata. Wisatawan yang datang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata merupakan sumber pendapatan (income generator) dan sekaligus juga berfungsi sebagai alat pemerataan (redsitribution of income) (Yoeti 2008). Pengeluaran dari wisatawan pada kawasan wisata bahari, yang meliputi pengeluaran terhadap penyewaan homestay, rumah makan, transportasi kapal, akomodasi serta konsumsi barang dan jasa, akan menghasilkan suatu kesempatan kerja bagi masyarakat lokal dan non lokal. Hal ini berdampak positif dan pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan suatu sumberdaya, karena apabila sumberdaya tersebut rusak, secara tidak langsung jumlah kunjungan akan berkurang dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat pun dapat berkurang. Setiap kunjungan dan kedatangan wisatawan ke tempat tujuan wisata telah memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat sekitar. Secara ekonomi masyarakat mampu merasakan dampaknya langsung. Yoeti 2008, menyatakan bahwa terdapat faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara yang disebabkan akibat adanya kegiatan pariwisata, antara lain :
11
(1)
Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunya prasarana dan sarana demi pengembangan pariwisata sehingga memungkinkan orangorang melakukan aktivitas ekonominya dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik dalam satu wilayah negara tertentu, maupun dalam kawasan internasional pun;
(2)
Meningkatkan industri-industri baru yang erat kaitannya dengan pariwisata;
(3)
Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan restoran;
(4)
Meningkatkan permintaan terhadap handicraft, souvenir goods, art painting, dan lain-lain;
(5)
Memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia internasional termasuk makanan dan minuman;
(6)
Meningkatkan perolehan devisa negara sehinga mengurangi beban defisit neraca pembayaran;
(7)
Memberikan
kesempatan
berusaha,
kesempatan
kerja,
peningkatan
penerimaan pajak bagi pemerintah, dan peningkatan pendapatan nasional; (8)
Membantu membangun daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak tersentuh pembangunan;
(9)
Mempercepat perputaran perekonomian pada negara-negara penerima kunjungan wisatawan (Tourist Receiving Countries);
(10) Dampak penggandaan yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan, sehingga memberi dampak positif bagi pertumbuhan daerah tujuan wisata (DTW) yang dikunungi wisatawan. Pariwisata menyebabkan pertumbuhan ekonomi akibat dari peran wisatawan yang datang ke tempat tujuan wisata tersebut. Yoeti 2008, terdapat faktor-faktor pendorong yang memicu wisatawan datang ke berbagai tempat tujuan wisata dengan berbagai macam alasan. Faktor-faktor tersebut meliputi; (1) kemajuan teknologi sehingga mempermudah wisatawan mengunjungi suatu objek; (2) semakin banyak dan lengkap agen travel yang menyediakan sarana dan prasarana berwisata; (3) kebutuhan akan berwisata semakin tinggi karena semakin padatnya rutinitas manusia bekerja.
12
2.6 Dampak Ekonomi Langsung, Tidak Langsung dan Induced Kegiatan wisata bahari merupakan kegiatan dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia di laut dan digunakan sebagai salah satu obyek. Kegiatan wisata bahari ini sangat berpengaruh dan melibatkan masyarakat sekitar. Secara keseluruhan, kegiatan wisata bahari bertujuan untuk memperoleh manfaat ekonomi. Kegiatan wisata bahari memiliki peranan penting karena kegiatan ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan di sekitar kawasan wisata sehingga masyarakat lokal dapat merasakan manfaat pembangunan ekonomi yang berlangsung. Beberapa studi menunjukan dampak ekonomi dari kegiatan wisata bahari dan manfaat yang dihasilkan bervariasi tergantung pada kualitas atraksi, aksesibilitas, prasarana dan lain sebagainya (Wijayanti 2009). Menurut Ennew (2003) dan Linberg (1996) dalam Wijayanti (2009), dampak ekonomi dari pariwisata dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu manfaat langsung (direct), tidak langsung (indirect) dan Induced. Manfaat langsung dapat diakibatkan dari pengeluaran wisatawan yang langsung, seperti pengeluaran untuk restoran, penginapan, transportasi lokal dan lainnya. Unit usaha yang menerima manfaat langsung tersebut akan membutuhkan input (bahan baku dan tenaga kerja) dari sektor lain dan hal ini akan menimbulkan manfaat tidak langsung (indirect benefit). Kemudian, apabila sektor tersebut mempekerjakan tenaga kerja lokal, pengeluaran dari tenaga kerja lokal akan menimbulkan dampak induced. Tetapi jika industri yang memperoleh direct benefit mendatangkan input dari luar lokasi maka perputaran uang tidak menimbulkan indirect benefit tetapi suatu kebocoran (leakage) manfaat.
2.7 Konsep Multiplier Menurut Cooper et al. 1998, konsep multiplier didasarkan pada penjualan perusahaan yang membutuhkan pembelian dari perusahaan lain di dalam perekonomian lokal, seperti sektor industri ekonomi yang saling bergantung satu sama lain. Keunikan industri pariwisata terhadap perekonomian berupa dampak ganda (multiplier effect) dari pariwisata terhadap ekonomi (Ismayanti 2010). Pariwisata memberikan pengaruh tidak hanya terhadap sektor ekonomi yang
13
langsung terkait dengan industri pariwisata, tetapi juga industri yang tidak langsung terkait dengan industri pariwisata. Analisis dampak ekonomi kegiatan wisata terkait dengan elemen-elemen penghasilan, penjualan dan tenaga kerja di daerah kawasan wisata yang terjadi akibat kegiatan pariwisata. Analisis dampak ekonomi wisata menelusuri aliran uang dari pengeluaran wisatawan terhadap (Cooper et al. 1998) : (1) unit usaha dan pemangku kepentingan usaha selaku penerima pengeluaran wisatawan; (2) unit usaha lainnya selaku pemasok (supplier) barang dan jasa kepada usaha pariwisata; (3) rumah tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang pariwisata dan industri penunjangnya. Dampak secara langsung meliputi perubahan produksi terhadap perubahan belanja wisatawan. Misalnya, kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan Penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotel-hotel untuk upah dan gaji karyawan, pajak dan kebutuhan barang dan jasa merupakan effek langsung (direct effect) dari belanja wisatawan itu. Dampak tidak langsung meliputi perubahan produksi yang dihasilkan dari pembelanjaan berbagai kegiatan berikutnya dari penerimaan hotel kepada industri para pemasoknya, yaitu pemasok barang dan jasa kepada hotel. Misalnya, perubahan penjualan, lapangan kerja dan penghasilan dalam industri adalah salah satu dari efek tidak langsung (indirect effect) dari perubahan penjualan hotel. Nilai multiplier ekonomi merupakan nilai yang menunjukan sejauh mana pengeluaran wisatawan akan menstimulasi pengeluaran lebih lanjut, sehingga pada akhirnya meningkatkan aktivitas ekonomi di tingkat lokal. Menurut terminologi, terdapat tiga efek multiplier, yaitu efek langsung (direct effect), efek tidak langsung(indirect effect) dan efek lanjutan (induced effect). Ketiga efek ini digunakan untuk menghitung ekonomi yang selanjutnya digunakan untuk mengestimasi dampak ekonomi di tingkat lokal. Konsep multiplier dapat dilihat dari jenis dampak secara langsung, tidak langsung dan dampak lanjutan yang mempengaruhi akibat dari tambahan pengeluaran pengunjung ke dalam ekonomi lokal atau ekonomi nasional. Di bawah ini merupakan formula untuk menghitung nilai pengganda dari
14
pengeluaran wisatawan (META 2001); (1) Lokal pendapatan Keynesian Multiplier dimana nilai yang dihasilkan dari pengeluaran lebih atau pengurangan dari pengeluaran yang digandakan untuk mengetahui penambahan dan pengurangan pendapatan lokal. Keynesian merupakan metode terbaik untuk merefleksikan keseluruhan dampak dari pengeluaran lebih dari ekowisata bahari. (2) Rasio pendapatan multiplier yakni nilai yang diperoleh dari peningkatan dan penurunan pendapatan langsung dari ekonomi lokal yang digandakan untuk memperoleh hasil peningkatan dan penurunan total pendapatan lokal. Dibawah ini merupakan bentuk-bentuk dari multiplier (Cooper et al. 1998) : 1. Transaksi (Penjualan) Multiplier yang mengukur jumlah tambahan penghasilan bisnis ekonomi sebagai hasil dari peningkatan pengeluaran wisatawan. Konsep ini sama dengan output multiplier. 2. Output Multiplier yang mengukur jumlah output pendapatan ekonomi sebagai hasil dari peningkatan pengeluaran wisatawan. Perbedaan mendasar antara kedua multiplier ini bahwa output multiplier terlibat dengan perubahanperubahan aktual dalam tingkat produksi dan tidak dengan jumlah dan nilai dari penjualan. 3. Income Multiplier dimana mengukur tambahan pendapatan (upah dan gaji, sewa, bunga dan keuntungan) dari ekonomi sebagai hasil peningkatan pengeluaran wisatawan. 4. Employment Multiplier dimana mengukur salah satu dari total jumlah pendapatan pekerjaan berdasarkan dari unit pengeluaran wisatawan atau pekerjaan itu sendiri. 5. Government Revenue Multiplier yang mengukur dampak dari pendapatan pemerintah dari berbagai sumber yang dihubungkan dengan peningkatan pengeluaran wisatawan.
15
BAB III METODE PENELITIAN
Kerangka pemikiran dalam penelitian Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu memiliki struktur rencana penelitian yang mengaitkan setiap tahapan pelaksanaan penelitian dengan harapan tujuan penelitian dapat tercapai. Penelitian ini diawali dengan mengetahui kondisi ekonomi masyarakat sebelum dan setelah adanya keberadaan kegiatan wisata bahari serta berupa dampak ekonomi setelah adanya kegiatan. Penilaian dampak ekonomi meliputi dampak setelah adanya kegiatan wisata yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan, kesempatan kerja dan tenaga kerja. Kegiatan wisata bahari yang terdapat di Kepulauan Seribu memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal. Semakin banyak wisatawan maka semakin banyak kebutuhan wisatawan yang harus dipenuhi oleh masyarakat lokal. Hal ini berdampak terhadap meningkatnya transaksi antara masyarakat lokal dengan wisatawan. Semakin tinggi transaksi maka semakin besar pengeluaran wisatawan (spending tourist) di lokasi objek wisata. Hal ini akan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar pulau yang membuka usaha terkait dengan kegiatan wisata. Beberapa fasilitas wisata yang diperlukan wisatawan antara lain jasa penginapan (homestay), rumah makan, cinderamata (souvenir), jasa pemandu (guide), transportasi antar pulau dan lainnya.
Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata bahari di kawasan Pulau Pramuka terhadap kehidupan ekonomi masyarakat lokal merupakan indikator penting mengenai sejauh mana pengembangan wisata menguntungkan
masyarakat
dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat lokal setempat. Adapun alur berfikir peneliti dapat disederhanakan pada Gambar 1.
16
Skema Alir Kerangka Penelitiaan
Kawasan wisata bahari Pulau Pramuka
Karakteristik dan penilaian
Dampak ekonomi kegiatan
kondisi ekonomi masyarakat
wisata bahari
Sebelum
Setelah
kegiatan
kegiatan
wisata bahari
wisata bahari
Analisis deskriptif
Analisis Multiplier dan uji statistik
Analisi Dampak Ekonomi
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian. Keterangan: -------- : Metode yang digunakan
17
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Taman Nasional Kepulauan Seribu Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Kabupaten ini terdiri dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara (KKSU) dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan (KKSS) Taman Nasional Kepulauan Seribu berada di Kecamatan Pulau Seribu Utara, yang terdiri dari tiga kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa dan Kelurahan Pulau Harapan. Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Pulau Pramuka Kelurahan Panggang di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara (KKSU). Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan perwakilan wilayah di Kepulauan Seribu yang saat ini tengah giat mengembangkan wisata bahari. Memiliki panorama bawah laut yang kaya akan habitat terumbu karang, hutan mangrove, pengembangbiakan penyu sisik. Selain itu lingkungan sumberdaya laut yang alami, menawarkan banyak kegiatan wisata dan terletak di salah satu pusat kota Jakarta yang memiliki posisi strategis dengan akses transportasi yang lancar. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan antara lain: (1) pendidikan lingkungan seperti penanaman mangrove, adopsi
penanaman
terumbu karang, pelepasan penyu sisik, rehabilitasi dan pelepas liaran elang bondol, pendidikan sertifikasi ikan hias; (2) wisata bahari: diving dan snorkling, bottom glass boat, wisata sejarah bawah laut kapal tenggelam, jetsky, banana boat, fishing; (3) piknik dan belanja: restoran apung Nusa Ayu Keramba dan pasir putih Pulau Semak Daun.Pengambilan data dilakukan pada 24 Desember 2010 sampai dengan 24 Januari 2011.
18
Berikut adalah lokasi penelitian di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu (Gambar 2).
Gambar 2 Lokasi penelitian di Pulau Pramuka. Sumber : Data Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu 2009
3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, Microsoft Excel 2007, SPSS 16. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, pengelola, masyarakat dan pengunjung.
3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung di lokasi penelitian dengan teknik survei yakni dengan mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan baik lisan maupun tertulis menggunakan kuisioner kepada pengunjung dan wawancara mendalam dengan masyarakat yang terlibat dan yang tidak terlibat dalam kegiatan wisata.
19
Setiap kelompok kepala keuarga akan didata menyangkut keadaan ekonomi sebelum dan sesudah kegiatan pengembangan wisata bahari, baik pada masyarakat yang terlibat maupun yang tidak terlibat dalam kegiatan ekowisata bahari. Pengumpulan data untuk kondisi masyarakat sebelum dan setelah adanya kegiatan wisata bahari dilakukan dengan teknik wawancara personal (Wardiyanta 2006). Wawancara personal merupakan metode wawancara langsung terhadap masyarakat dengan melakukan pendekatan personal dan wawancara mendalam. Sedangkan untuk nilai multiplier (dampak ganda), akan dihitung melalui pengeluaran atau aliran uang dari setiap wisatawan, unit usaha, tenaga kerja. Selain itu untuk memperoleh informasi yang lebih detail dilakukan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan aparat pemerintah dalam hal ini khususnya dengan perwakilan dari Suku Dinas (Sudin) Pariwisata, Dinas Pariwisata, dan pihak Taman Nasional Kepulauan Seribu. Data sekunder tentang kegiatan di kawasan Kepulauan Seribu diperoleh melalui laporan lembaga pemerintah, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Balai TNKpS serta studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, buku, artikel hasil penelitian sebelumnya serta penelusuran data melalui internet.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ilmiah, pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting yang kemudian dapat dikumpulkan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun teknik pengumpulan data meliputi: 1) Studi Literatur Metode studi literatur dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data berupa kondisi umum lokasi kawasan wisata pulau pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu, data-data mengenai jumlah pengunjung kawasan, demografi masyarakat dan data tentang perkembangan ekonomi kawasan (supply dan demand).
20
2) Wawancara Wawancara dalam penelitian ini adalah pengumpulan data dengan cara menanyakan secara langsung kepada masyarakat yang terdapat di sekitar kawasan wisata baik masyarakat yang terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata, dengan pedoman pertanyaan yang disusun secara sistematik sebelumnya. Wawancara tersebut dilakukan secara langsung yang dilakukan kepada masyarakat sekitar kawasan wisata tersebut. Wawancara yang dilakukan dimaksudkan untuk mendapatkan data secara keseluruhan yang mencakup mata pencaharian, pendapatan, biaya pengeluaran, pendidikan, umur, jenis kelamin serta mengetahui mengenai kondisi ekonomi masyarakat sebelum adanya kegiatan wisata bahari maupun kondisi ekonomi masyarakat setelah adanya kegiatan wisata. Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui perbedaan kondisi dan pengaruh ada atau tidaknya kegiatan wisata bahari bagi masyarakat sekitar kawasan. 3) Kuisioner Untuk kegiatan wawancara dengan pengunjung dilakukan dengan menggunakan kuisioner secara langsung. Kuisioner yang diberikan bertujuan untuk mengetahui umur, daerah asal, pendidikan, pendapatan dan pengeluaran yang telah dikeluarkan pengunjung selama melakukan aktivitas wisata di kawasan tersebut. 4) Pengamatan Lapang Observasi adalah pengambilan data dengan cara pengamatan langsung di lapangan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi atau keadaan objek kajian dengan cara mengunjungi seluruh kawasan wisata dan melihat keseluruhan kondisi kawasan secara langsung, baik kondisi fisik, sarana dan prasarana, aktifitas pengunjung serta sumberdaya manusia pengelolaannya. Selain itu untuk menyesuaikan data-data yang diperoleh dari hasil studi literatur dengan keadaan yang ada.
3.5 Teknik Pengambilan Contoh Tujuan penelitian pertama menggunakan data primer yakni melalui wawancara dan kuisioner untuk mengetahui aliran uang dan efek multiplier dari
21
pengeluaran wisatawan, pemilik usaha dan tenaga kerja selain itu untuk mengetahui kondisi masyarakat sebelum dan setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari serta dampak ekonomi setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari. Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu : 1. Wisatawan, yang terdiri dari wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnu), 2. Masyarakat yang berada dalam kawasan baik masyarakat yang terlibat dan masyarakat tidak terlibat. Masyarakat yang terlibat yaitu masyarakat pemilik kegiatan usaha ekonomi, pemilik unit usaha jasa penginapan (homestay), pemilik rumah makan, pemilik jasa transportasi laut, pemilik penyewaan alat dan pemilik souvenir sedangkan masyarakat yang tidak terlibat yaitu masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan wisata. Responden adalah unit usaha yang terkait kegiatan wisata, tenaga kerja lokal dan masyarakat lokal yang tidak terkait kegiatan wisata. Penentuan contoh responden pada unit usaha dan tenaga kerja lokal, akan dilakukan dengan bentuk judgement sampling, dimana anggota responden akan dipilih dan disesuaikan berdasarkan kriteria tertentu. Pengambilan responden yang berasal dari masyarakat lokal, menggunakan teknik probability sampling yaitu simple random sampling, karena daftar populasi masyarakat diketahui (Sugiyono 2010). Masing-masing kelompok responden (masyarakat terlibat dan tidak terlibat) menggunakan 30 responden. Dibawah ini merupakan proporsi kelompok masyarakat dalam penelitian (Tabel 1) sebagai berikut: Tabel 1 Proporsi kelompok masyarakat No
Kelompok masyarakat
Kondisi ekonomi Sebelum ada kegiatan Setelah ada kegiatan wisata wisata
Proporsi Masyarakat
1
Terlibat
30 KK
2
Tidak terlibat
30 KK
Adapun pengambilan sampel pengunjung menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin (Sevilla 1993 dalam Prasetyo 2005) digunakan untuk obyek wisata
22
yang telah berkembang dengan jumlah pengunjung ≥ 4.000 orang/tahun. Metode ini adalah penetapan intensitas sampling atau jumlah wisatawan untuk responden dihitung dengan memperhatikan tingkat ketelitian dan jumlah populasi wisatawan yang ada dalam kawasan dan waktu tertentu. Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk mengetahui jumlah pengunjung.
² Dimana : n
= Ukuran sample atau jumlah wisatawan
N
= Ukuran populasi atau jumlah wisatawan dalam waktu tertentu
E
= Nilai kritis (batas ketelitian) . .
,
99
Nilai kritis e atau batas ketelitian yang
biasa dipergunakan dalam
perhitungan adalah 0,1 (10%) untuk populasi besar dan batas ketelitian 0,2 (20%) untuk populasi kecil. Dalam penelitian ini, setelah mengetahui jumlah responden pengunjung yang diwawancara kemudian terlebih dahulu menentukan strata menurut kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Dalam pengambilan jumlah wisatawan keempat kelas umur tersebut harus terwakili. Jumlah sampel wisatawan di kawasan wisata Pulau Pramuka menggunakan metode sampling acak dengan stratifikasi, yaitu mengatur jumlah setiap strata kelompok umur menurut jumlah yang dikehendaki atas kemampuan peneliti (Nasution 2007). Adapun kelompok umur pengunjung, presentase dan jumlah wisatawan setiap strata dapat dilihat pada tabel 2.
23
Tabel 2 Kelompok umur pengunjung, presentase dan jumlah tiap strata dalam pengambilan sampel responden pengunjung Kelompok umur pengunjung ‹15 tahun 15-24 tahun 25-50 tahun ›50 tahun Jumlah
Proporsi sampel
Jumlah sampel
10% 45% 30% 15% 100%
10 44 30 15 99
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Informasi dan hasil keseluruhan yang didapat dihasilkan pengeluaran wisatawan, pendapatan pemilik unit usaha, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja serta aliran uang yang memberikan manfaat langsung, manfaat tidak langsung dan manfaat induced bagi perekonomian lokal. Dampak ekonomi ini dapat diukur dengan menggunakan efek pengganda atau efek multiplier dari aliran uang yang terjadi. Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 3 Matriks metode analisis data No 1 2 3
Tujuan Penelitian Mengetahui kondisi ekonomi masyarakat sebelum adanya pengembangan wisata bahari. Mengetahui kondisi ekonomi masyarakat setelah adanya pengembangan wisata bahari. Mengetahui dampak ekonomi terhadap masyarakat setelah adanya pengembaangan wisata bahari.
Sumber Data Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dengan menggunakan kuisioner.
Metode Analisis Data Analisis Deskriptif, Uji Statistik dan Keynesian Multiplier
Dalam mengukur dampak ekonomi kegiatan pariwisata di tingkat lokal, terdapat dua tipe pengganda, yaitu (META 2001): 1. Keynesian Local Income Multiplier yaitu nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran wisatawan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal. 2. Ratio Income Multiplier yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran wisatawan berdampak pada
24
keseluruhan ekonomi lokal (dampak tidak langsung dan dampak induced). Secara sistematis dirumuskan :
,
,
Dimana : E : Jumlah pengeluaran pengunjung D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara Induced dari E (rupiah) META (2001) memberikan panduan untuk menganalisis dampak ekonomi dari kegiatan wisata bahari. Analisis dampak ini dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata. Kelompok pertama adalah unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi, adalah: (1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran turis ke unit usaha tersebut, (2) proporsi kesempatan kerja yang diciptakan oleh unit usaha, (3) proporsi perputaran aliran uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, pajak. Informasi tersebut memberikan estimasi mengenai dampak langsung (direct impact) dari pengeluaran wisatawan terhadap masyarakat lokal. Kelompok kedua adalah pengusaha (investor). Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi, adalah: (1) rencana investasi ke depan, (2) jumlah tenaga kerja yang dapat direkrut. Data tersebut memberikan informasi mengenai displacement effect kegiatan wisata.
25
Kelompok ketiga adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja di lokasi wisata, (2) jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi pengeluaran sehari-hari pekerja yang dilakukan di dalam wilayah, (4) kondisi pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha saat ini.Data tersebut memberikan estimasi mengenai efek tidak langsung (indirect impact) dan induced impact dari pengeluaran wisatawan. Kelompok terakhir adalah masyarakat lokal. Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai manfaat dan biaya yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut. Sejumlah data tersebut memberikan informasi mengenai manfaat dan biaya yang dirasakan masyarakat lokal dari kegiatan wisata. Dampak ekonomi pariwisata secara umum mengukur tingkat pengeluaran wisatawan pada unit usaha yang menyediakan produk dan jasa terkait kegiatan wisata. Estimasi jumlah kunjungan wisatawan akan pula mengestimasi jumlah pengeluaran yang akan dilakukan oleh wisatawan. Aliran uang yang terjadi dapat diestimasi dengan menggunakan nilai pengganda (multiplier). Dampak langsung dari adanya kegiatan wisata adalah dampak dan manfaat yang diperoleh dari setiap pengeluaran wisatawan. Manfaat langsung dapat diakibatkan dari pengeluaran wisatawan yang langsung, seperti pengeluaran untuk restoran, penginapan, transportasi lokal dan lainnya. Unit usaha yang menerima manfaat langsung tersebut akan membutuhkan input (bahan baku dan tenaga kerja) dari sektor lain dan hal ini akan menimbulkan manfaat tidak langsung (indirect benefit). Apabila sektor tersebut mempekerjakan tenaga kerja lokal, pengeluaran dari tenaga kerja lokal akan menimbulkan dampak induced. Penghitungan nilai multiplier dilakukan dengan bantuan program aplikasi komputer Microsoft Excell 2007. Untuk mengetahui kondisi ekonomi masyarakat sebelum dan setelah kegiatan wisata bahari digunakan analisis sebagai berikut : 1. Analisis Karakteristik Masyarakat Analisis
karakteristik
masyarakat
untuk
mengetahui
karakteristik
masyarakat pada kelompok rumahtangga yang terlibat dan tidak terlibat dalam
26
kegiatan wisata, dilakukan analisis secara deskriptif. 2. Aspek Ekonomi Aspek untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kondisi ekonomi antara rumah tangga yang terlibat dan tidak terlibat dalam kegiatan wisata, dilakukan dengan menggunakan uji statistik t dua sampel yang independen. Prinsip dari uji ini adalah menentukan nilai uji statistik (nilai t0) (Hasan 2004) menggunakan parameter pendapatan antara masyarakat terlibat dan tidak terlibat kemudian dianalisa menggunakan SPSS 16. Nilai hitung yang diperolah dari t-student tersebut dibandingkan dengan ttabel pada selang kepercayaan 95% dan 99% dengan kaidah keputusan : 1. Hipotesis 0 dierima, apabila –t-hitung
t-tabel atau –t-hitung<-t-tabel, maka terjadi perbedaan secara nyata kondisi ekonomi antara rumah tangga terlibat dan tidak terlibat pada kondisi sebelum dan setelah kegiatan wisata dengan selang kepercayaan 95%, sehingga H0 ditolak.
27
BAB IV KONDISI UMUM KAWASAN 4.1 Sejarah Kawasan Kawasan Kepulauan Seribu ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam perairan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6310/Kpts-II/2002 tanggal 13 Juni 2002 tentang Penetapan kawasan pelestarian alam perairan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu seluas 107.489 (seratus tujuh ribu empat ratus delapan puluh sembilan) hektar di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu mempunyai batas-batas sebagaimana batas wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu, yaitu: a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa; b. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa; c. Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kotamadya Jakarta Utara, wilayah Provinsi Banten, dan wilayah Provinsi Jawa Barat; d. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Provinsi Lampung dan Laut Jawa Berdasarkan UU No. 34 tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta dan PP No. 55 tahun 2001 tentang Pembentukan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Kepulauan Seribu yang semula merupakan Kecamatan Kepulauan Seribu sebagai bagian dari Kotamadya Jakarta Utara, ditingkatkan statusnya menjadi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, yang terdiri dari dua kecamatan dan enam kelurahan, yaitu: 1. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, terdiri dari tiga kelurahan dengan 79 pulau yaitu Kelurahan P. Kelapa (36 pulau), Kelurahan P. Harapan (30 pulau) dan Kelurahan P. Panggang (13 pulau). 2. Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, terdiri dari tiga kelurahan dengan 31 pulau yaitu Kelurahan P. Tidung (6 pulau), Kelurahan P. Pari (10 pulau), dan Kelurahan P. Untung Jawa (15 pulau).
28
Dahulu Pulau Pramuka dikenal dengan sebutan Pulau Elang. Pulau ini mulai dihuni penduduk yang sebagian besar berasal dari Pulau Panggang pada tahun 1972, Pulau Panggang berjarak seperempat jam dengan speedboat dari Pulau Pramuka memiliki kepadatan penduduk yang dinilai sangat tinggi. Berikut adalah lokasi Pulau Pramuka yang menjadi pusat pemertintahan kabupaten administrasi Kepulauan Seribu.
Gambar 3 Pusat pemerintahan kabupaten administrasi Kepulauan Seribu. Untuk itu, melalui SK. Gubernur DKI, dimulailah proses transmigrasi dari Pulau Panggang ke Pulau Pramuka. Adapun rincian pulau-pulau yang termasuk dalam wilayah kelurahan pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4 Pulau-pulau di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14
Nama Pulau Pulau Panggang Pulau Pramuka Pulau Karya Pulau Peniki Pulau Karang Bongkok Pulau Karang Congkak Pulau Kotok Besar Pulau Air Besar Pulau Gosong Sekati Pulau Semak Daun Pulau Gosong Pandan Pulau Opak Kecil Pulau Kotok Kecil Gosong Pramuka
Luas 9 Ha /1,1 16 Ha 6 Ha /7,38 3 Ha/4,28 0,50 Ha 0,60 Ha/11,2 20,75 Ha 2,90 Ha 0,20 Ha/0,08 0,75 Ha 0,4 Ha 1,10 Ha/1,3 1,30 Ha 1,61 Ha
Jumlah 62,10 Ha Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Pulau Panggang 2009.
Keterangan Pemukiman Pemukiman Perkantoran / TPU Navigasi Peristirahatan Peristirahatan Pariwisata Peristirahatan Peristirahatan PHU Peristirahatan Peristirahatan PHU DPL
29
4.2 Letak dan Luas Taman Nasional Kepulauan Seribu terletak di perairan Teluk Jakarta yang secara administratif, kawasan ini berada di dalam wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Profinsi DKI Jakarta. Luas Taman Nasional Kepulauan Seribu kurang lebih 108.000 ha, terletak dilepas pantai utara Jakarta dengan posisi memanjang dari utara ke selatan yang ditandai dengan pulau-pulau kecil berpasir putih dan gosong-gosong karang. Pulau-pulau dalam Taman Nasional Kepulauan Seribu terdiri dari 78 pulau dengan peruntukan sebagai pulau rekreasi, pemukiman, pemakaman dan zona inti Taman Nasional. Terdiri dari luas daratan pulau 576.910 ha, rataan pasir dan karang 4.350.379 ha, karang dalam 98.176 ha dan luas perairan laut 102.463,535 ha dengan letak geografis antara 5◦24′ - 5◦45′ LS dan 106◦25′ - 106◦40′ BT.
4.3 Topografi Keadaaan topografi pulau-pulau di Kepulauan Seribu merupakan daratan rendah pantai, topografi datar hingga landai (0–5 %) dengan ketinggian sekitar 0– 2 mdpl. Luas daratan dapat berubah oleh pasang surut dengan ketinggian pasang antara 1–1,5 meter.
4.4 Geologi dan Tanah Umumnya keadaan geologi di Kepulauan Seribu terbentuk dari batuan kapur, karang/pasir dan sedimen yang berasal dari P. Jawa dan Laut Jawa, berupa susunan bebatuan malihan atau metamorfosa dan batuan beku, di atas batuan dasar diendapkan sedimen epiklastik, menjadi dasar pertumbuhan gamping terumbu Kepulauan Seribu. Sebagian besar terumbu karang yang ada masih mengalami pertumbuhan.
4.5 Iklim Keadaan angin di Kepulauan Seribu sangat dipengaruhi oleh angin muson yang secara garis besar dapat dibagi menjadi Angin Musim Barat (DesemberMaret) dan Angin Musim Timur (Juni-September). Musim Pancaroba terjadi antara bulan April-Mei dan Oktober-Nopember. Kecepatan angin pada musim
30
barat bervariasi antara 7-20 knot per jam, yang umumnya bertiup dari barat daya sampai barat laut. Angin kencang dengan kecepatan 20 knot per jam biasanya terjadi antara bulan Desember-Februari. Pada musim Timur kecepatan angin berkisar antara 7-15 knot per jam yang bertiup dari arah timur sampai tenggara. Musim hujan biasanya terjadi antara bulan Nopember-April dengan hujan antara 10-20 hari/bulan. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Januari dan total curah hujan tahunan sekitar 1700 mm.
4.6 Flora dan Fauna Taman Nasional Kepulauan Seribu memiliki potensi flora dan fauna yang beragam. Kawasan ini terdapat ekosistem mangrove yang keberadaanya tidak dominan dengan luasan yang relatif kecil, hanya beberapa pulau yang saja yang diketahui terdapat vegetasi mangrove seperti Pulau Penjaliran Barat, Pulau Penjaliran Timur dan Pulau Puteri Barat. Selain itu di Pulau Peteloran terdapat pelestarian penyu sisik dan di Pulau Kotok besar terdapat penagkaran elang bondol. Padang lamun (seagrass bed) dapat ditemukan di sebagian besar perairan pulau dalam kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu seperti Pulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan. Secara ekologis ekosistem lamun di Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan habitat, tempat mencari makan dan berkembang biak berbagai jenis ikan, udang, teripang, cumi-cumi serta biota laut lainnya.
4.7 Aksesibilitas Dari Muara Angke setiap hari ada kapal kayu/ojeg yang melayani pengunjung untuk ke Kepulauan Seribu, dengan waktu tempuh ±2,5 jam. Atau dari Marina Ancol dengan menggunakan speedboat lama perjalanan ±1 jam.
4.8 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Penduduk yang bermukim di wilayah ini umumnya adalah pelaut yang berasal dari beberapa etnis di Sulawesi, yang paling dominan adalah etnis Bugis, sehingga budaya yang berkembang di masyarakat saat ini mencerminkan etnis-
31
etnis tersebut. Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu umumnya sebagai nelayan (70,99%) perikanan tangkap atau budidaya sebagai petani rumput laut musiman sedangkan sisanya bekerja di sektor jasa perdagangan dan sektor lainnya. Jumlah penduduk yang bermukim di pulau-pulau pemukiman dalam kawasan TNKpS (di Kecamatan Pulau Seribu Utara) sebanyak 11.052 jiwa yang tersebar di lima buah pulau, yaitu Pulau Pramuka, P. Panggang, P. Kelapa, P. Harapan dan P. Kelapa Dua. Pulau Pramuka memiliki jumlah penduduk sebesar 1.639 jiwa. Tabel 5 Jumlah penduduk, luas serta kepala keluarga menurut jenis kelamin tahun 2010 Penduduk Lk Pr 1. Pulau Pramuka 16 Ha 855 834 Sumber : Kelurahan Pulau Panggang 2010 No.
Nama Pulau
Luas
Jumlah 1.689
Lk 390
KK Pr 45
Jumlah 435
Laju pertumbuhan penduduk di Pulau Pramuka sebesar 3,5% dengan kepadatan 350 jiwa per ha.Tingginya angka pertumbuhan penduduk ini umumnya tidak dibarengi dengan animo untuk bermigrasi keluar pulaunya (Laporan RKL TN
Kepulauan
Seribu
1999),
sehingga
pemukiman
penduduk
hanya
terkonsentrasi pada pulau pemukiman yang telah ada. Beberapa pulau mempunyai tingkat kepadatan yang cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari kepadatan penduduk rata-rata DKI Jakarta, seperti Pulau Panggang 35.278 jiwa/km2, Pulau Kelapa 34.156 jiwa/km2, dan Pulau Harapan 10.000 jiwa/km2 yang secara geografis berada dalam kawasan taman nasional. Berikut merupakan tingkat pendidikan masyarakat Kepulauan Seribu. Tebel 6 Tingkat pendidikan masyarakat Kepulauan Seribu. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 1. Tidak Sekolah 509 498 2. Tidak Tamat SD 560 540 3. Tamat SD 1218 1186 4. Tamat SLTP 267 262 5. Tamat SMA 325 315 6. Tamat Akademi 18 10 7. Tamat Perguruan Tinggi 23 9 Jumlah 2.920 2.820 Sumber : Kelurahan Pulau Panggang 2010 No.
Jenjang Pendidikan
Jumlah 1.007 1100 2404 529 640 28 32 5.740
32
Komposisi tingkat pendidikan masyarakat di kabupaten ini 39,21% tidak tamat SD, 43,01% tamat SD, 9,59% tamat SLTP, 7,19% tamat SLTA, 1,17% tamat Akademi/Diploma, dan 0,51% tamat sarjana. Porsi terbesar masyarakat kabupaten ini, yaitu 82,22% berpendidikan SD dan tidak tamat SD. Berdasarkan kriteria kegiatan budidaya perikanan berupa kondisi fisik geofisik (keterlindungan, kedalaman perairan, dan substrat dasar laut), oceanografis (kecepatan arus), dan kualitas air (kecerahan dan salinitas), kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan budidaya perikanan laut seluas 904,17 ha, diantaranya 622,49 ha (66 %) berada dalam zona pemukiman kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Berikut merupakan mata pencaharian masyarakat Kepulauan Seribu (Tabel 7). Tabel 7 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian No Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian 1. Nelayan 2. PNS 3. TNI 4. POLRI 5. Pensiunan / Veteran 6. Pedagang 7. Jasa / Pertukangan 8. Karyawan Swasta 9. Lain – Lain Sumber : Kelurahan Pulau Panggang 2010
Jumlah 1.567 217 2 7 105 102 22 21 58
Mata pencaharian masyarkat Kepulauan Seribu sebagian besar adalah berprofesi sebagai nelayan. Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan berjumlah 1.567, lebih banyak dibandingkan dengan mata pencaharian lainnya. Selain nelayan, terdapat mata pencaharian lain seperti PNS, TNI, POLRI, pensiunan/veteran, pedagang, jasa/pertukangan, karyawan swasta dan lain-lain. Berdasarkan kriteria kepariwisataan berupa keindahan alam, keaslian panorama alam, keunikan ekosistem, tidak adanya gangguan alam yang berbahaya, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan pariwisata seluas 872,06 ha dengan kapasitas pengunjung 2.318 Orang per hari, diantaranya 795,38 ha dan 1.699 Orang per hari (73%) adalah kapasitas dalam kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu.
33
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Potensi Pengunjung Wisatawan yang datang ke Pulau Pramuka berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sekitar 45% persen dari pengunjung berasal dari Jakarta. Tujuan utama wisatawan adalah menyelam, snorkeling dan menikmati suasana panorama laut. Pengunjung datang bersama rombongan yang umumnya pasangan mudamudi dan keluarga 5-10 orang. Wisatawan menggunakan transportasi pribadi mobil dan motor yang diparkirkan di Muara Angke serta melanjutkan perjalanan dengan kapal motor berkapasitas penumpang 150 orang. Waktu perjalanan di laut dari Muara Angke menuju Pulau Pramuka membutuhkan waktu ± 2,5 jam perjalanan dan wisatawan berada di lokasi selama 24 jam. Wisatawan berangkat pada waktu pagi hari sekitar pukul 07.00 dan pulang keesokan harinya pada jam yang sama. Wisatawan Pulau Pramuka didominasi oleh pria dan karyawan swasta. Berdasarkan pendidikan terakhir dan pendapatan, wisatawan di P. Pramuka umumnya memiliki pendidikan yang tinggi. Pengunjung di P. Pramuka berpendidikan
Sarjana
sebesar
60%
serta
memiliki
pendapatan
antara
Rp.1.500.000 – Rp.2.500.000 per bulan sebesar 45%. Wisatawan di P. Pramuka menghabiskan biaya Rp.553.333 – Rp.761.666 dalam setiap kunjungan sebesar 60%. Wisatawan yang berkunjung ke P. Pramuka menginap dan melakukan pengeluaran dalam penyewaan penginapan (homestay), alat (diving dan snorkeling), pembelian souvenir, jasa transportasi laut serta konsumsi makanan dan minuman. Menurut Cohen (1972) dalam Pitana & Gayatri (2005), wisatawan di P. Pramuka dapat digolongkan ke dalam kelompok Explorer. Explorer adalah wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur perjalananya sendiri, dan tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah umum melainkan mencari hal yang tidak umum (off the beaten track). Wisatawan di P. Pramuka umumnya mencari lokasi baru di sekitar pulau untuk diving atau snorkeling dan mereka tidak keberatan dengan fasilitas standar yang ditawarkan masyarakat lokal.
34
Wisata bahari yang terdapat di kawasan Pulau Pramuka menawarkan produk dan jasa. Produk wisata yang ditawarkan terdiri dari semua kebutuhan yang dapat digunakan oleh wisatawan selama melakukan kegiatan wisata. Jasa yang ditawarkan merupakan fasilitas yang diberikan oleh pengelola wisata atau masyarakat terhadap wisatawan ketika mereka memanfaatkan setiap fasilitas tersebut. Produk dan jasa wisata tidak lepas dari unsur atraksi, aksesibilitas dan amenitas (Damanik & Weber 2006). Perkembangan dari kegiatan wisata tentunya akan menimbulkan efek terhadap jumlah wisatawan. Berikut merupakan jumlah
Jumlah wisatawan
kunjungan ke kawasan wisata Pulau Pramuka.
30,000 20,000 10,000 0 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun Gambar 4 Grafik jumlah kunjungan ke Pulau Pramuka. Sumber : Sudin Pariwisata & Kebudayaan kab.Adm Kep Seribu dan Kelurahan Pulau Panggang
Perkembangan jumlah wisatawan yang datang ke ke Pulau Pramuka dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada gambar diatas diperlihatkan bahwa jumlah wisatawan tahun 2007 sampai 2010, jumlah wisatawan mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 jumlah wisatawan mencapai 7.543, tahun 2008 sebesar 14.000, tahun 2009 22.689 dan pada tahun 2010 jumlah kunjungan sebesar 25.654. Peningkatan jumlah wisatawan yang terjadi akibat pengembangan wista bahari di Pulau Pramuka dilakukan secara inovatif dan dikelola secara lebih efektif sejak tahun 2003. Menurut Yoeti 1997, potensi wisata secara umum dibagi menjadi dua yakni, site attraction adalah suatu tempat yang dijadikan obyek wisata seperti tempat-tempat tertentu yang menarik dan keadaan alam serta event attraction adalah suatu kejadian yang menarik untuk dijadikan momen kepariwisataan, seperti pameran, pesta kesenian, upacara keagamaan, konvensi dan lain-lain.
35
5.1.1 Tingkat Umur Wisatawan Umur berkaitan dengan kemampuan fisik wisatawan untuk melakukan kunjungan. Umur juga menjadi faktor yang menentukan pola pikir seseorang dalam menentukan jenis barang dan jasa yang akan dikonsumsi, termasuk keputusan untuk mengalokasikan sebagian dari pendapatannya yang akan digunakan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Di bawah ini merupakan diagram persentase umur wisatawan. Persentase Umur Wisatawan 8% 12%
31% 49%
< 15 15-24 25-50 50
Gambar 5 Diagram persentase tingkat umur wisatawan. Pada diagram diatas terlihat bahwa wisatawan berasal dari kelompok umur kurang dari 15 tahun sebesar 8%, umur 15-24 tahun 49%, umur 25-50 tahun 31% dan umur diatas 50 tahun 12%.
5.1.2 Asal Daerah Wisatawan Pembagian kelompok wisatawan berdasarkan daerah asal dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu Jakarta, Bogor, Bandung, Solo, dan lain-lain. Dibawah ini merupakan gambar yang menjelaskan daerah asal wisatawan yang mengunjungi Pulau Pramuka. Persentase Daerah Asal Wisatawan 21.2% 45.5%
4.0% 6.1%
Jakarta Bogor Bandung Solo lain-lain
23.2% Gambar 6 Diagram persentase derah asal wistawan.
36
Pada diagram diatas terlihat bahwa sebanyak 45,45% merupakan wisatawan yang berasal dari daerah Jakarta. Sebanyak 23,23% wisatawan berasal dari daerah Bogor dan sisanya merupakan wisatawan berasal dari daerah Bandung, Solo dan lain-lain.
5.1.3 Tingkat Pendidikan Wisatawan Pendidikan menunjukkan pendidikan formal yang pernah ditempuh seseorang. Pengelompokkan wisatawan berdasarkan tingkat pendidikan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat kelompok yaitu SD, SMA, Diploma, Sarjana dan Magister. Data wisatawan menurut pengelompokkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 8.
11%
1% 1%
Magister Sarjana Diploma
27%
SMA
60%
SD
Gambar 7 Diagram kelompok tingkat pendidikan wisatawan. Pada diagram diatas terlihat bahwa sebagian besar wisatawan mempunyai pendidikan Sarjana dan Diploma yaitu sebanyak 59,60% dan 24%, sedangkan sisanya adalah wisatawan dengan pendidikan SMA, Magister dan SD.
5.1.4 Jenis Pekerjaan Wisatawan Pekerjaan para wisatawan dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu pelajar, mahasiswa, swasta, PNS dan BUMN. Persentase Jenis Pekerjaan Wisatawan 2.0% 2.0% 7.1% 34.3% 54.5%
pelajar Mahasiswa Swasta PNS
Gambar 8 Diagram persentase jenis pekerjaan wisatawan.
37
Keseluruhan wisatawan sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta sebanyak 54,55%, mahasiswa sebanyak 34,34%, pelajar 7,07%, PNS dan BUMN masing-masing sebanyak 2,02%. Hal tersebut dapat terjadi karena jenis pekerjaan wisatawan akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang sebagian besar merupakan tamatan SMA dan Perguruan Tinggi.
5.1.5 Tingkat Pendapatan Wisatawan Pendapatan dalam hal ini adalah pendapatan per bulan keluarga yang diperoleh dari suami dan istri ataupun salah satu dari mereka yang bekerja. Sedangkan wisatawan yang berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa, pendapatannya dalam hal ini adalah uang saku. Dalam penelitian ini tingkat pendapatan wisatawan dibagi menjadi tiga kelompok. Adapun sebaran pendapatan wisatawan Pulau Pramuka dapat dilihat dalam Gambar 10.
13% 42%
500.000-1.500.000 1.500.001-2.500.000 2.500.001-3.500.000
45%
Gambar 9 Persentase tingkat pendapatan wisatawan. Dari diagram diatas, sebanyak 42% wisatawan mempunyai pendapatan sebesar Rp.500.000 – Rp.1.500.000. Sebanyak 45 % wisatawan mempunyai pendapatan sebesar Rp 1.500.001 – Rp.2.500.000
Sebanyak 13% wisatawan
mempunyai pendapatan sebesar Rp 2.500.001 – Rp.3.500.000
5.2
Kondisi Ekonomi Masyarakat Sebelum Adanya Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari Di Pulau Pramuka Kegiatan wisata bahari di Kepulauan Seribu pertama kali dimulai dengan
adanya pembangunan di Pulau Putri yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti akomodasi (cottage,bungalow), restoran, fasilitas menyelam dan berenang. Menurut Rachmawati 2003, perkembangan kegiatan wisata bahari di Kepulauan Seribu dimulai sejak tahun 1970an, sejak saat itu Kepulauan Seribu belum
38
terbentuk sebagai Taman Nasional. Dari 106 pulau yang ada di Kepulauan Seribu, sebanyak 73 pulau telah dikelola oleh pihak swasta dan 30 pulau dikelola oleh pemerintah. Pihak swasta lebih banyak mempergunakan pulau tersebut untuk kegiatan wisata baik pribadi maupun publik. Sedangkan pulau yang dikelola pemerintah digunakan sebagai pemukiman, perambu lalu lintas, peninggalan sejarah dan cagar alam (BAPPEDA DKI dan ITB,2000 dalam Rachmawati 2003). Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1986 Tahun 2000 tentang wilayah Kepulauan Seribu dinyatakan bahwa jumlah pulau di Kecamatan Kepulauan Seribu adalah 110 pulau yang secara Administratif dibagai menjadi 6 wilayah kelurahan yaitu kelurahan Pulau Panggang, Pulau Tidung, Pulau Kelapa, Pulau Untung Jawa, Pulau Harapan dan Pulau Pari. Dari keenam kelurahan tersebut Kelurahan Pulau Kelapa memiliki pulau yang paling banyak (36 pulau) dan yang paling sedikit pulaunya adalah Kelurahan Pulau Tidung (6
Jumlah masyarakat
pulau). Berikut merupakan pertumbuhan penduduk Pulau Pramuka.
980 960 940 920 900 880 860 840 820 1998
1999
2000
2001
Tahun Gambar 10 Tingkat pertumbuhan masyarakat di Pulau Pramuka. Sumber: Laporan tahunan dan bulanan per kelurahan (2002).
Jumlah masyarakat Pulau Pramuka sebelum berkembangnya kegiatan wisata bahari pada tahun 1998 sebesar 876 jiwa, pada tahun 1999 sebesar 906 jiwa, 2000 sebesar 950 jiwa dan pada tahun 2001 sebesar 963 jiwa.
5.2.1 Jenis mata pencaharian masyarakat Sebelum berkembangnya kegiatan wisata bahari di Pulau pramuka, sebagian besar masyarakat memanfaatkan keberadaan sumber daya laut sebagai mata pencaharian utama, yakni sebagai masyarakat nelayan. Definisi nelayan
39
menurut Undang-Undang Perikanan No. 31 tahun 2004 adalah orang yang mata pencahariannya melakukan usaha penangkapan ikan. Nelayan dikategorikan sebagai tenaga kerja yang melakukan aktivitas produksinya dengan cara berburu ikan di laut atau melaut. Berikut merupakan presentase mata pencaharian masyarakat Pulau Pramuka sebelum berkembangnya kegiatan wisata.
10%
6% 2%
4% 3%
40%
35%
Nelayan Budidaya perikanan Peadagang/buruh TNI/POLRI Pegawai Negeri Swasta Lain-lain
Gambar 11 Komposisi mata pencaharian masyarakat di Pulau Pramuka. Sumber: Data Monografi Kelurahan Kepulauan Seribu (2002).
Sektor perikanan khususnya nelayan merupakan mata pencaharian terbesar yaitu 40% diikuti oleh budidaya perikanan 35%, pedagang/buruh sebesar 3%, pegawai negeri 10%, pegawai swasata 6%, TNI/POLRI 4% dan lain-lainnya sebesar 2%. Nelayan di Pulau Pramuka secara umum adalah nelayan tradisional dengan berbagai tipe, yaitu sebagai nelayan harian, mingguan, nelayan bulanan. Penghasilan yang diperoleh tidak menentu tergantung musim. Masyarakat Pulau Pramuka juga memiliki usaha kegiatan di bidang budidaya perikanan. Pemanfaatan sumberdaya laut untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi di Pulau Pramuka sangat beragam. Kegiatan ekonomi yang berkembang meliputi usaha perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya. Budidaya tersebut bermacam-macam sesuai dengan keberadaan sumberdaya laut yang ada. Aktifitas budidaya laut yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di Pulau Pramuka merupakan mata pencaharian alternatif selain kegiatan menangkap ikan di laut sebagai nelayan. Kegiatan usaha budidaya laut yang dikembangkan di Pulau Pramuka antara lain budidaya rumput laut, teripang dan ikan kerapu. Usaha budidaya rumput laut banyak dikembangkan oleh masyarakat karena biaya yang dibutuhkan sebagai modal tidak terlalu besar namum mempunyai hasil yang cukup baik.
40
5.2.2 Tingkat pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha Pemilik unit usaha yang terdapat di Pulau Pramuka pada kondisi sebelum adanya kegiatan wisata berupa pemilik jasa transportasi dan warung makan. Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan yang mereka peroleh berbeda-beda. Unit usaha jasa transportasi laut yang terdapat di Pulau Pramuka ± 6 unit kapal. Untuk pemilik unit usaha jasa transportasi yang diwawancarai sebanyak 6 pemilik kapal. Berikut merupakan perbandingan pendapatan dan pengeluaran sebelum adanya kegiatan wisata untuk pemilik jasa transportasi kapal (tabel 8). Tabel 8 Perbandingan pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa transportasi laut sebelum adanya pengembangan wisata bahari No
Nama kapal
1 2 3 4 5 6
Bintang Alam I Radja Bintang Alam II KM. Elang Jaya Bahtera Sinar Laut
Pendapatan (Bulan) Rp.20.250.000 Rp.18.000.000 Rp.22.500.000 Rp.27.500.000 Rp.24.750.000 Rp.21.600.000
Pengeluaran (Bulan) Rp.17.500.000 Rp.16.850.000 Rp.17.100.000 Rp.18.650.000 Rp.17.400.000 Rp.19.000.000
Selisih (Bulan) Rp.2.750.000 Rp.1.150.000 Rp.5.400.000 Rp.8.350.000 Rp.7.350.000 Rp.2.600.000
Pendapatan yang diperoleh oleh pemilik unit usaha jasa transportasi laut sebelum adanya kegiatan wisata bahari merupakan uang yang diperoleh dari hasil mengangkut dan mengantarkan masyarakat maupun wisatawan yang hendak bepergian dari Muara Angke ke Pulau Pramuka begitu juga sebaliknya. Dari ke 6 pemilik unit usaha jasa transportasi yang diwawancarai. Pemilik KM Elang Jaya memiliki pendapatan tertinggi dibandingkan dengan pemilik jasa transportasi lainnya. Rata-rata pendapatan pemilik unit usaha jasa transportasi laut Rp.22.433.333 dengan rata-rata pengeluaran Rp.17.750.000. Wisatawan yang datang merupakan para akademisi atau peneliti yang ingin mengetahui keadaan Pulau Pramuka. Sedangkan untuk pengeluaran dari pemilik usaha ini adalah berupa pengeluran untuk bahan bakar, biaya perawatan, tenaga kerja, biaya keluarga dan lain-lain. Selain pemilik unit usaha jasa transportasi laut, terdapat unit usaha warung makan. Pendapatan dan pengeluaran pemilik warung makan (Tabel 9).
41
Tabel 9 Perbandingan pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha warung makan sebelum adanya pengembangan wisata bahari No 1 2 3 4 5 6
Nama Warung Makan Murdia Lucia 2 Flower Paryo Ramsung Hamida
Pendapatan (Bulan) Rp.3.500.000 Rp.2.500.000 Rp.3.000.000 Rp .2.750.000 Rp.3.500.000 Rp.2.500.000
Pengeluaran (Bulan) Rp.2.750.000 Rp.1.500.000 Rp.1.800.000 Rp.1.500.000 Rp.2.300.000 Rp.1.250.000
Selisih (Bulan) Rp.750.000 Rp.1.000.000 Rp.1.200.000 Rp.1.250.000 Rp.1.200.000 Rp.1.250.000
Rumah makan/warung yang terdapat di Pulau Pramuka sebelum adanya kegiatan wisata berjumlah ± 6. Warung makan tersebut merupakan kegiatan unit usaha berskala kecil yang dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk sekitar, wisatawan dan juga para pegawai. Rata-rata pendapatan yang diperoleh dari semua warung makan yang terdapat di Pulau Pramuka adalah sebesar Rp. 2.958.333 dan rata-rata pengeluaran sebesar Rp.1.850.000.
5.2.3 Jumlah fasilitas di Pulau Pramuka Sebelum berkembangnya kegiatan wisata, Pulau Pramuka (sebelum tahun 2002) sudah terdapat fasilitas yang mampu menunjang kegiatan sehari-hari masyarakat. Fasilitas tersebut merupakan sarana prasarana yang dimanfaatkan oleh masyarakat terhadap perkembangan ekonomi yang ada. Fasilitas merupakan sumber buatan manusia yang diperlukan oleh masyarakat maupun wisatawan dalam kegiatan wisata maupun kegiatan seharihari di kawasan tersebut. Untuk menarik perhatian objek-objek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, fasilitas tersebut perlu dibangun dengan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi objek wisata. Pembangunan fasilitas yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesibilitas suatu objek wisata sehingga dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Namun sebelumnya berkembangnya kegiatan wisata, jumlah fasilitas di Pulau Pramuka sangat sedikit. Dibawah ini merupakan presentase fasilitas yang terdapat di Pulau Pramuka.
42
2% 1%
18%
12%
67%
Warung Rumah makan Koperasi Pos Giro Jasa transportasi laut
Gambar 12 Presentase jumlah fasilitas di Pulau Pramuka. Sumber: Data Monografi Kelurahan Kepulauan Seribu (2002).
Fasilitas di Pulau Pramuka terdiri dari warung dengan presentase sebesar 67%, rumah makan 12%, koperasi 1%, pos giro 2% dan jasa transportasi laut 18%. Warung memiliki presentase terbesar, hal ini dikarenakan masyarakat menyadari bahwa keberadaan warung sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Jarak untuk pergi ke Jakarta dirasakan cukup jauh bagi masyarakat sehingga masyarakat lokal memilih untuk membeli kebutuhan sehari-hari di dalam kawasan. Rumah makan yang dimaksudkan disini adalah warung makan yang selalu digunakan oleh para wisatawan yang datang mengunjungi pulau tersebut. Koperasi merupakan unit usaha ekonomi masyarakat yang beranggotakan masyarakat sebagai pengurus koperasi, selain itu koperasi bermanfaat bagi pemenuhan modal bagi masyarakat. Untuk jasa transportasi laut adalah unit kegiatan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk melakukan aktifitas sehari-hari, misalnya untuk menyeberang dari satu pulau ke pulau lain dengan tujuan bekerja, berdagang dan mencari ilmu. Keberadaan fasilitas yang terdapat di pulau Pramuka sangat penting. Masyarakat sekitar sering memanfaatkan fasilitas tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar, fasilitas yang sering digunakan dan sangat vital bagi masyarakat setempat adalah berupa fasilitas jasa transportasi laut.
43
5.2.4 Jumlah tenaga kerja di Pulau Pramuka Masyarakat Pulau Pramuka memiliki tenaga kerja yang bekerja pada setiap unit-unit kegiatan ekonomi. Penyerapan tenaga kerja yang terjadi di Pulau Pramuka memberikan dampak terhadap penerimaan berupa pendapatan tenaga kerja. Dibawah ini merupakan tenaga kerja yang terdapat di Pulau Pramuka.
14% 19%
perikanan 40%
Jasa transportasi laut Rumah makan Kuli angkut
27%
Gambar 13 Presentase jumlah tenaga kerja. Sumber: Data Monografi Kelurahan Kepulauan Seribu (2002)
Berdasarkan diagram diatas, jumlah tenaga kerja di Pulau Pramuka terdiri dari tenaga kerja yang bekerja sebagai kuli angkut sebanyak 14%, sebagai awak kapal di jasa transportasi laut 27%, tenaga kerja di rumah makan 19% dan 40% sebagai tenaga kerja pada bidang perikanan. Tenaga kerja yang yang bekerja pada bidang perikanan adalah masyarakat yang bekerja dalam membudidayakan ikanikan yang telah ditangkap dari laut. Jumlah tenaga kerja dalam bidang perikanan di Pulau Pramuka cukup banyak. Hal ini dikarenakan masyarakat yang sebagaian besar berprofesi sebagai nelayan. Tenaga kerja pada unit usaha jasa transportasi laut merupakan masyarakat yang membantu dalam kegiatan penyeberangan dari satu pulau ke pulau lain dengan tugas sebagai penarik karcis kapal, membantu nahkoda kapal untuk melabuhkan kapal ke darmaga.
5.2.5 Tingkat pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja di Pulau Pramuka Tenaga kerja yang terdapat di kawasan wisata Pulau Pramuka merupakan pekerja yang bekerja pada unit-unit usaha tertentu. Para pekerja tersebut memilki sejumlah pendapatan dan pengeluaran dalam kehidupan sehari-harinya. Dibawah ini merupakan rata-rata pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja yang bekerja di pulau Pramuka.
44
Tabel 10 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha jasa transportasi laut sebelum adanya pengembangan wisata bahari No
Nama kapal
1 2 3 4 5 6
Bintang Alam I Radja Bintang Alam II KM. Elang Jaya Bahtera Sinar Laut
Jumlah Awak Kapal 3 3 3 2 3 2
Rata-rata Pendapatan (Bulan) Rp 250.000-300.000 Rp 200.000-300.000 Rp 250.000-300.000 Rp 200.000-350.000 Rp250.000-300.000 Rp 200.000-300.000
Rata-rata Pengeluaran (Bulan) Rp 150.000-200.000 Rp.150.000-250.000 Rp 150.000-200.000 Rp 200.000-250.000 Rp 100.000-150.000 Rp 150.000-200.000
Pemilik unit usaha jasa transportasi laut memiliki sejumlah tenaga kerja yang membantu dalam setiap perjalanannya. Jumlah tenaga kerja/awak kapal yang bekerja di kapal rata-rata berjumlah 2 – 3 orang dalam satu kapal. Awak kapal tersebut bertugas sebagai penarik karcis dan membantu kapal yang akan berlabuh di suatu pulau. Awak kapal jasa transportasi laut memiliki rata-rata jumlah pendapatan Rp.200.000 – Rp. 350.000 perbulan dengan rata-rata pengeluaran Rp.100.000 – Rp. 200.000 per bulan. Awak kapal tersebut merupakan masyarakat dengan usia 17 – 25 tahun. Jumlah pendapatan masyarakat yang rendah tentunya tidak membuat masyarakat putus asa, masyarakat juga mempunyai pekerjaan sampingan selain menjadi awak kapal. Pekerjaan sampingan yang dimaksud adalah sebagai sebagai nelayan harian apabila kondisi kapal sepi dari penumpang. Pengeluaran yang disebutkan diatas merupakan pengeluaran pribadi awak kapal. Berdasarkan hasil wawancara, pengeluaran tersebut terkadang habis dalam waktu kurang dari seminggu. Selain tenaga kerja pada jasa trasnportasi laut, unit usaha warung makan juga memiliki sejumlah tenaga kerja. Tenaga kerja ini merupakan pekerja yang membantu dalam kesehariannya melayani para pembeli yang datang untung makan. Dibawah ini merupakan rata-rata pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja yang bekerja di pulau Pramuka. Tabel 11 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha jasa warung makan sebelum adanya pengembangan wisata bahari No
Nama Warung Makan
1 2 3 4 5 6
Murdia Lucia 2 Flower Paryo Ramsung Hamida
Jumlah Tenaga Kerja 2 1 1 2 1 2
Rata-rata Pendapatan (Bulan) Rp200.000-250.000 Rp 150.000-250.000 Rp 200.000-250.000 Rp 150.000-200.000 Rp100.000-250.000 Rp 200.000-250.000
Rata-rata Pengeluaran (Bulan) Rp 150.000-200.000 Rp.100.000-200.000 Rp 150.000-200.000 Rp 100.000-150.000 Rp 100.000-150.000 Rp 150.000-200.000
45
Warung makan yang terdapat di Pulau Pramuka terdapat sejumlah tenaga kerja untuk membantu dalam kegiatan kesehariannya. Warung makan ini memiliki jumlah tenaga kerja 2 orang dengan rata-rata pendapatan Rp.200.000 – Rp. 250.000 per bulan. Sedangkan rata-rata pengeluarannya berkisar antara Rp.100.000 – Rp.200.000. Tenaga kerja yang bekerja di warung makan merupakan anggota keluarga atau saudara dekat yang ingin membantu kegiatan berdagang juga untuk menambah penghasilan keluarga. Tenaga kerja ini merupakan tenaga kerja dengan usia rata-rata 15- 23 tahun dengan tidak memiliki pekerjaan tetap.
5.2.6 Tingkat pendapatan dan pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka Masyarakat di Pulau Pramuka tidak semuanya bekerja di pada bidang swasta dengan membuka suatu unit usaha tetapi ada juga yang bekerja di sektor pemerintahan. Masyarakat yang tidak terlibat dalam bidang wisata adalah masyarakat yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, TNI/POLRI dan nelayan. Kegiatan sehari-hari masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata adalah mencari ikan di laut, bekerja di luar Pulau pramuka di Instansi pemerintahan dan swasta. Berikut merupakan pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat yang tidak terlibat pada kondisi sebelum adanya kegiatan wisata (Tabel 12). Tabel 12 Pendapatan masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata Sebelum kegiatan wisata No 1 2 3
Pendapatan (Bulan) Rp.600.000 – Rp. 900.000 Rp. 900.001 – Rp 1.200.000 Rp. 1.200.001 – Rp. 1.500.000 Jumlah
Jumlah 10 5 15 30
(Tahun 2002) Presentase 33,3% 16,7% 50% 100%
Berdasarkan tabel diatas, masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata bahari memilki tingkat pendapatan yang variatif. Untuk pendapatan yang berkisar antar Rp.600.000 – Rp.900.000 sebanyak 10 orang yang umumnya adalah masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, Rp.900.001 – Rp.1.200.000 sebanyak 5 orang yang sebagian masyarakatnya bekerja di instansi swasta dan pendapatan Rp.1.200.001 – Rp.1.500.000 sebanyak 15 orang dengan profesi
46
masyarakat sebagai pegawai pemerintahan seperti guru dan pegawai pemerintah daerah. Pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka pada kondisi sebelum berkembangnya kegiatan wisata merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Berikut merupakan pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata (tabel 13) Tabel 13 Pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata No 1 2 3
Pengeluaran (Bulan) Rp.250.000 – Rp.500.000 Rp.500.001 – Rp.750.000 Rp.750.001 – Rp.1.000.000 Jumlah
Sebelum kegiatan wisata (Tahun 2002) Jumlah Presentase 10 33,3% 15 50% 5 16,7% 30 100%
Berdasarkan tabel diatas, masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata bahari memilki tingkat pengeluaran yang berbeda-beda. Untuk pengeluaran yang berkisar antar Rp.250.000 – Rp.500.000 sebanyak 10 orang, Rp.500.001 Rp.750.000 sebanyak 15 orang dan pengeluaran Rp.750.001 – Rp.1.000.000 sebanyak 5 orang. Pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata di Pulau Pramuka adalah berupa pengeluaran sehari-hari yakni pengeluaran untuk keluarga, biaya perawatan kapal bagi nelayan juga biaya membeli peralatan untuk keperluan mencari ikan serta biaya keperluan sehari-hari lainnya.
5.3 Kondisi Masyarakat Setelah Adanya Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari Di Pulau Pramuka Kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka dikembangkan dan dibangun secara inovatif sejak tahun 2003, melalui pembangunan atraksi-atraksi wisata berupa atraksi pendidikan lingkungan (mangrove, penyu, elang bondol, budidaya terumbu karang dan pendidikan sertifikasi ikan hias), pendidikan diving dan snorkeling. Pada tahun 2007 dimulai penyusunan paket-paket wisata serta melakukan promosi terus menerus melalui media cetak dan media elektronik hingga akhirnya berdampak pada peningkatan tajam jumlah kunjungan wistawan ke Pulau Pramuka sejak tahun 2007. Pulau Seribu semakin populer di kalangan wisatawan sebagai salah satu destinasi wisata bahari yang menjadi pilihan
47
kunjungan bagi pencari tempat rekreasi. Pengembangan dan pengelolaan wisata di Pulau Pramuka yang semakin efektif memiliki dampak ekonomi bagi perekonomian masyarakat lokal setempat. Masyarakat secara tidak langsung terdorong untuk ikut berkontribusi dalam aktivitas wisata dan memperoleh manfaat dari keberadaan wisata ini yaitu meningkatnya lapangan pekerjaan dan pendapatan
masyarakat.
Kondisi
ekonomi
masyarakat
seiring
dengan
perkembangan wisata mengalami perubahan yang signifikan, hal itu terlihat dengan bertambahnya usaha atau kegiatan mata pencaharian masyarakat. Pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata, baik lokal, regional maupun lingkup nasional memiliki dua alasan utama. Alasan pertama selalu berkaitan dengan kepentingan ekonomi daerah, pembukaanlapangan kerja, dan pembangunan infrastruktur. Kedua untuk pelestarian dan pengembangan obyek wisata (Yoeti 1997). Seiring dengan berkembangnya kegiatan wisata, jumlah masyarakat sekitar kawasan wisata Pulau Pramuka mengalami peningkatan jumlah penduduk. Berikut merupakan jumlah masyarakat Pulau
Jumlah masyarakat
Pramuka setelah adanya pengembangan kegiatan wisata.
2000 1000 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tahun
Gambar 14 Tingkat pertumbuhan masyarakat Pulau Pramuka. Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Pulau Panggang 2010.
Jumlah masyarakat Pulau Pramuka setelah berkembangnya kegiatan wisata bahari pada tahun 2002 sebesar 1.136 jiwa, pada tahun 2003 sebesar 1.154 jiwa, 2004 sebesar 1.159 jiwa, pada tahun 2005 sebesar 1.170 jiwa, pada tahun 2006 sebesar 1.283 jiwa, pada tahun 2007 sebesar 1.320 jiwa, pada tahun 2008 sebesar 1.468, pada tahun 2009 sebesar 1.589 dan pada tahun 2010 sebesar 1.689.
48
Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak terkait dan masyarakat sekitar, kegiatan wisata bahari di Pulau pramuka di mulai setelah tahun 2002. Sebelum tahun 2002, kondisi Pulau Pramuka sepi pengunjung. Pengunjung yang datang merupakan para akademisi dan para peneliti. Namun setelah tahun 2007, pengunjung yang datang mengalami peningkatan dan perkembangan kegiatan wisata bahari berkembang pesat. Pembangunan sarana prasarana pun dilakukan. Unit-unit usaha banyak yang bermunculan seperti homestay, penjual souvenir, penyewaan alat dan warung makan. Begitu juga dengan mata pencaharian masyarakat. Kegiatan wisata di Pulau Pramuka, sering dikunjungi pada akhir pekan dan hari libur nasional. Unit usaha yang terdapat di kawasan Pulau Pramuka bisa dijumpai pada sabtu-minggu dan libur nasioanal. Sedangkan untuk penyewaan tempat penginapan (homestay) buka setiap hari. 5.3.1 Jenis mata pencaharian masyarakat Masyarakat Pulau Pramuka memiliki tingkat mata pencaharian yang bermacam-macam. Berikut merupakan diagram presentase mata pencaharian masyarakat setelah berkembangnya wisata bahari.
3% 2% 1% 3%
5% 28%
2% 7%
33% 4% 1%
8%
1%2%
Nelayan TNI/POLRI PNS Pensiunan Warung kelontong Warung nasi Jasa dan akomodasi Karyawan swasta Budidaya perikanan Home industri Perbengkelan Koperasi Industri Kerajinan lain-lain
Gambar 15 Diagram mata pencaharian masyarakat. Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Pulau Panggang 2010.
49
Masyarakat lokal di Pulau Pramuka 28% sebagai nelayan, TNI/POLRI sebesar 2%, PNS 7%, pensiunan 4%, warung kelontong 2%, warung nasi 1%, jasa dan akomodasi 8%, karyawan swasta 1%, budidaya perikanan 33%, home industry 3%, perbengkelan 1%, koperasi 3%, industry kerajinan 2% dan lain-lain 5%. Walaupun kegiatan wisata sudah berkembang, profesi masyarakat sebagai nelayan masih cukup tinggi. Hal ini dikarenakan wilayah Pulau Pramuka yang keberadaannya dikelilingi oleh laut sehingga masyarakat masih tergantung oleh sumberdaya laut. Presentase Unit Usaha Budidaya 6% 4% 1% 8%
34%
47%
Rumput laut Bandeng Kerapu Transplantasi karang Ikan hias Karang hias
Gambar 16 Diagram Persentase Jumlah Unit Usaha Budidaya. Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Pulau Panggang 2010.
Berdasarkan diagram diatas terdapat jenis usaha lain yang terdapat di Pulau Pramuka. Masyarakat sekitar yang terdapat di lokasi wisata memiliki kegiatan ekonomi berupa budidaya diantaranya sebanyak 47% memiliki usaha sebagai budidaya ikan kerapau, 34% budidaya bandeng, 8% memiliki budidaya transplantasi karang, 6% memiliki usaha budidaya ikan hias, 4% memiliki usaha budidaya karang hias, 1% memiliki usaha budidaya rumput laut. Keberadaan kawasan wisata Pulau Pramuka yang melibatkan masyarakat lokal dalam setiap kegiatan pengelolaan wisata merupakan salah satu cara dalam meingkatkan partisipasi masyarakat sekitar kawasan wisata dalam sektor ekonomi. Kawasan Pulau Pramuka yang mengalami jumlah wisatawan yang semakin meningkat, secara tidak langsung berdampak terhadap masyarakat yang ingin membuka usaha. Pemilik unit usaha yang terdapat di sekitar kawasan wisata bahari Pulau Pramuka sebagian besar merupakan penduduk asli desa setempat. Dibawah ini merupakan presentase dari unit usaha yang terdapat di Pulau Pramuka setalah adanya kegiatan wisata bahari.
50
9% 3%
1% 12%
48% 13% 3% 2%
9%
Rumah makan Pedagang kaki lima Pedagang mainan anak Jasa transportasi laut Jasa penginapan Penyewaan alat Pemandu wisata Home industri Warung kelontong
Gambar 17 Diagram Persentase Jumlah Unit Usaha. Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Pulau Panggang 2010
Jenis usaha masyarakat sekitar yang terdapat di lokasi wisata, diantaranya sebanyak 9% memiliki usaha rumah makan, 1% memiliki usaha sebagai pedagang kaki lima, 3% sebagai penjual mainan anak, 12% memiliki usaha jasa transportasi laut, 13% memiliki usaha jasa penginapan, 3% memiliki usaha sebagai penyewaan alat, 9% sebagai pemandu wisata, 2% memiliki usaha home industri makanan dan 48% memiliki warung kelontong. Pemilik unit usaha di pulau Pramuka sebagian besar memulai usahanya sejak 3-5 tahun yang lalu. 5.3.2 Tingkat pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha Kegiatan wisata bahari merupakan aktifitas yang memerlukan tempat dan peralatan yang memadai serta pengetahuan yang cukup tentang suatu kawasan tersebut. Masyarakat memiliki keterlibatan dalam menunjang kegiatan wisata bahari terhadap wisatawan mancanegara dan domestik dalam penyediaan makanan dan minuman, tempat tinggal (homestay), pemandu (guide), sarana dan prasarana transportasi, penyediaan peralatan wisata bahari, hiburan, dan kegiatankegiatan lainnya. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata bahari memberikan tambahan pendapatan masyarakat secara memadai. Tabel 14 Perbandingan pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa transportasi laut setelah adanya pengembangan wisata bahari No
Nama kapal
1 2 3 4 5 6
Bintang Alam I Radja Bintang Alam II KM. Elang Jaya Bahtera Sinar Laut
Pendapatan (Bulan) Rp 82.200.000 Rp 79.800.000 Rp 90.300.000 Rp 96.000.000 Rp 78.600.000 Rp 70.800.000
Pengeluaran (Bulan) Rp 47.500.000 Rp.45.500.000 Rp 46.500.000 Rp 47.250.000 Rp 47.000.000 Rp 45.250.000
Selisih (Bulan) Rp 34.700.000 Rp 34.300.000 Rp 43.800.000 Rp 48.750.000 Rp 31.600.000 Rp 25.550.000
51
Pendapatan pemilik unit usaha jasa transportasi mengalami peningkatan akibat adanya kegiatan wisata bahari. Untuk hari biasa pengunjung rata-rata yang menggunakan jasa transportasi kapal laut sekitar 70 orang sedangkan untuk hari libur/weekend rata-rata pengunjung yang sekitar 150-200 orang dalam 1 kapal. Pengeluaran pemilik kapal sendiri terdiri dari pengeluaran untuk bahan bakar, tenaga kerja, perawatan dan lain-lain. Selain unit usaha jasa transportasi laut, dibawah ini merupakan pendapatan dan pengeluaran unit usaha warung makan. Tabel 15 Pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa warung makan setelah adanya pengembangan wisata bahari No 1 2 3 4 5 6
Nama restoran/warung Murdia Lucia 2 Flower Paryo Ramsung Hamida
Pendapatan (Bulan) Rp 7.500.000 Rp 9.500.000 Rp 8.500.000 Rp 8.000.000 Rp 6.000.000 Rp 10.000.000
Pengeluaran (Bulan) Rp 6.000.000 Rp5.500.000 Rp 4.000.000 Rp 3.000.000 Rp 3.500.000 Rp 5.000.000
Selisih (Bulan) Rp 1.500.000 Rp 4.000.000 Rp 4.500.000 Rp 5.000.000 Rp 2.500.000 Rp 5.000.000
Selain unit usaha jasa trasnportasi kapal, pemilik warung makan yang terdapat di Pulau Pramuka mengalami peningkatan pendapatan juga. Hampir setiap hari warung yang terdapat di Pulau Pramuka ini tidak pernah sepi. Berdasarkan penelitian, rata-rata pengunjung yang makan di tempat tersebut lebih besar ketika hari libur/weekend yakni sekitar 15-20 orang per hari. Menu makan yang ditawarkan pun cukup bervariasi dengan harga yang cukup mahal. Hal ini dikarenakan untuk membeli bahan baku makanan, pemilik harus keluar Pulau Pramuka. Keberadaan warung makan ini sangat bermanfaat bagi pengunjung yang menginap di homestay, karena kebanyakan pengunjung yang datang lebih suka memesan makan dalam jumlah banyak dan dibawa ke tempat penginapan mereka. Warung makan yang terdapat di Pulau pramuka bervariasi, ada warung makan padang, warung nasi dengan sistem prasmanan, warung makan tegal. Homestay yang terdapat di PulauPramuka sekitar ± 30 unit dengan kelas yang berbeda-beda. Hampir setiap weekend atau hari libur homestay yang terdapat di Pulau Pramuka terisi oleh para wisatawan, baik domestik dan mancanegara. Kedatangan para wisatawan ini sangat berpengaruh terhadap pemasukan pemilik unit usaha ini. Dibawah ini merupakan pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha homestay (Tabel 16)
52
Tabel 16 Pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa homestay setelah adanya pengembangan wisata bahari No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Homestay Kelas atas Kelas atas Kelas atas Kelas menegah Kelas menegah Kelas menegah Kelas bawah Kelas bawah Kelas bawah Kelas bawah
Pendapatan (Bulan) Rp 37.800.000 Rp 39.200.000 Rp 29.400.000 Rp 38.000.000 Rp 34.200.000 Rp 47.500.000 Rp 9.200.000 Rp 7.600.000 Rp 13.600.000 Rp 9.200.000
Pengeluaran (Bulan) Rp 5.600.000 Rp6.400.000 Rp 7.100.000 Rp 5.500.000 Rp 6.000.000 Rp 5.500.000 Rp 4.900.000 Rp 4.400.000 Rp 6.400.000 Rp 5.400.000
Selisih (Bulan) Rp 32.200.000 Rp 32.800.000 Rp 22.300.000 Rp 32.500.00 Rp 28.200.000 Rp 42.500.000 Rp 4.300.000 Rp 3.200.000 Rp 7.200.000 Rp 3.800.000
Dari sebanyak ± 30 unit homestay yang terdapat di Pulau Pramuka, diambil sampel sebanyak 10 pemilik homestay untuk dilakukan wawancara. 10 homestay ini terdiri dari homestay dengan kelas yang berbeda-beda yakni kelas bawah, sedang dan kelas atas. Homestay dengan tipe kelas bawah merupakan tempat penginapan dengan fasilitas seperti rumah tinggal warga yang disewakan hanya pada hari libur saja, menyatu dengan pemilik rumah dan harganya per kamar adalah Rp.150.000 – Rp. 200.000 per malam. Tipe homestay kelas sedang merupakan tempat tinggal dengan kapasitas banyak kamar dalam 1 pondokan, tidak menyatu dengan pemilik, terdapat AC, kulkas, listrik 24 jam dan harga per kamar adalah Rp.250.000 – Rp. 300.000 per malam. Sedangkan untuk homestay kelas atas adalah tempat penginapan dengan bentuk pondokan bertingkat denga kapasitas 5 kamar dalam 1 pondokan,memiliki AC, kulkas, listrik 24 jam dan terdapat halaman yang luas untuk kegiatan bersantai keluaga serta memiliki harga per kamar Rp.350.000 – Rp.400.000 per malam. Unit usaha lain yang terdapat di Pulau Pramuka adalah penjual oleholeh/souvenir. Barang yang ditawarkan oleh pemilik souvenir ini bermacammacam. Kerajinan tangan hasil dari olahan masyarakat sekitar yang berasal dari berbagai bahan baku ini sangat bermanfaat dan menghasilkan sejumlah uang bagi pemilik unit usaha souvenir. Berikut merupakan pendapatan dan penegluaran pemilik unit usaha souvenir di Pulau Pramuka.
53
Tabel 17 Pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha souvenir setelah adanya pengembangan wisata bahari No 1 2 3 4
Souvenir Elang Anggara Vira nemo dive Spkp
Pendapatan (Bulan) Rp 3.500.000 Rp 5.000.000 Rp 2.500.000 Rp 4.000.000
Pengeluaran (Bulan) Rp 2.500.000 Rp 3.500.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000
Selisih (Bulan) Rp 1.000.000 Rp 1.500.000 Rp1.000.000 Rp 1.000.000
Berdasarkan keterangan diatas, pendapatan pemilik unit usaha souvenir berkisar antara Rp.2.500.000 – Rp.5.000.000 per bulan. Pendapatan yang diperoleh merupakan hasil dari menjual barang-barang berupa pernak-pernik, kaos, tas, celana dan gantungan kunci. Harga barang yang ditawarkan bervariasi mulai dari Rp.60.000 – Rp.100.000. Toko souvenir ini biasa dikunjungi oleh wisatawan ketika hari libur tiba. Pengunjung rata-rata sering membeli gantungan kunci dan kaos bermotif Kepulauan Seribu. Pulau Pramuka tersedia unit usaha penyewaan alat untuk menikmati keindahan bawah laut. Terdapat 4 unit yang terdapat di Pulau Pramuka yang memberikan jasa untuk menyewakan alat diving dan snorkeling. Umumnya para wisatawan hanya ingin menikmati keindahan panorama bawah laut dengan menggunakan alat snorkel dibandingkan dengan alat diving. Harga yang ditwarkan untuk menyewa alat snorkel lebih murah dan untuk menggunakan alat diving diharuskan mempunyai surat untuk melakukan penyelaman. Berikut merupakan pendapatan dan pengeluaran unit usaha jasa penyewaan alat (tabel 18). Tabel 18 Pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa penyewaan alat setelah adanya pengembangan wisata bahari No
Jasa Penyewaan Alat
1 2 3 4
Elang Ody dive Nemo dive Ris Dive
Pendapatan (Bulan) Rp 35.000.000 Rp 20.000.000 Rp 15.000.000 Rp 15.000.000
Pengeluaran (Bulan) Rp 15.000.000 Rp 10.000.000 Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
Selisih (Bulan) Rp 20.000.000 Rp 10.000.000 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000
Unit usaha jasa penyewaan alat snorkeling dan diving di Pulau pramuka cukup banyak diminati oleh wisatawan yang ingin menikmati keindahan bawah laut kepulauan seribu. Untuk hari libur/weekend pemilk unit usaha mampu menyewakan semua alat snorkelingnya. Rata-rata pengunjung yang menggunakan jasa penyewaan untuk alat snorkeling 5 – 10 orang per hari sedangkan untuk diving minimal dalam 1 grup adalah 8 orang. Harga yang ditawarkan untu menyewa alat snorkeling adalah
54
Rp.35.000/orang sedangkan untuk menyewa alat diving seharga Rp.400.000 dan diwajibkan sudah memilki surat ijin menyelam. Pemilik unit usaha di Pulau Pramuka memperoleh pelatihan dari Suku Dinas Pariwisata, Balai TNLKS dan LSM. Pelatihan ini terus dilakukan, dengan tujuan untuk terus meningkatkan keterampilan, serta mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada wisatawan dan pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan jumlah wisatawan.
5.2.3 Jumlah fasilitas di Pulau Pramuka Setelah berkembangnya kegiatan wisata, Pulau Pramuka sudah memiliki fasilitas yang mampu menunjang kegiatan sehari-hari masyarakat. Fasilitas yang terdapat di Pulau Pramuka sesungguhnya merupakan permintaan wisata yang perlu disediakan apabila ingin mengembangkan kawasan wisata Pulau Pramuka Fasilitas yang ada lebih banyak dan variatif dibandingkan sebelum adanya kegiatan wisata. Dibawah ini merupakan presentase fasilitas yang terdapat di Pulau Pramuka.
5% 2% 10% 21% 5% 2% 2% 2% 5%
31%
2% 2% 2% 2% 2% 2%
Kantor Kabupaten Sekolahan TPI Gedung olah raga Puskesmas Rumah sakit Balai warga Karang taruna Gedung pramuka Gedung serba guna Rudin Kantor Taman Nasional Kantor Pos Asrama Gardu PLTD Koperasi
Gambar 18 Diagram persentase fasilitas di Pulau Pramuka. Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Pulau Panggang 2010.
55
Berdasarkan diagram diatas, setelah berkembangnya wisata bahari di Pulau Pramuka terdapat beberapa fasilitas, antara lain Kantor Kabupaten sebesar 2%, sekolahan 21%, TPI 2%, gedung olahraga 5%, puskesmas 2%, rumah sakit 2%, balai warga 2%, karang taruna 2%, gedung pramuka 2%, gedung serbaguna 2%, rumah dinas 31%, kantor Taman Nasional 2%, kantor pos 2%, asrama 5%, gardu PLTD 10%, dan koperasi 5%. Jumlah fasilitas yang terdapat di Pulau pramuka mengalami peningkatan seiring dengan berkembangnya kegiatan wisata. Selain itu, adanya penunjukan kawasan Pulau Pramuka sebagai kabupaten administrasi Kepulauan seribu menyebabkan Pulau Pramuka menjadi salah satu pulau yang ramai dikunjungi para wisatawan. Selain fasilitas yang diberikan oleh pemerintah, terdapat fasilitas yang dibuat masyarakat untuk kepentingan wisatawan. Dibawah ini merupakan presentase fasilitas yang terdapat di Pulau Pramuka.
8%
2% 4% 2% Wartel
16%
Warnet kantor pos Warung Pedagang bakulan 68%
Koperasi
Gambar 19 Diagram persentase fasilitas di Pulau Pramuka. Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Pulau Panggang 2010.
Berdasarkan diagram diatas, setelah berkembangnya wisata bahari di Pulau Pramuka terdapat beberapa fasilitas, antara lain wartel sebesar 2%, warnet 4%, kantor pos 2%, warung 68%, pedagang bakulan 16% dan koperasi 8%. Jumlah warung di Pulau Pramuka memiliki presentase yang lebih besar, hal ini dikarenakan warung merupakan usaha yang sering dikunjungi. Beberapa fasilitas di obyek wisata Pulau Pramuka dapat dilihat pada Gambar 20.
56
Gambar 20 Beberapa fasilitas di obyek wisata Pulau Pramuka. Upaya peningkatan pelengkapan sarana dan prasarana wisata, yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan menciptakan pendapatan dan kesempatan kerja. Meskipun kegiatan wisata tidak menghasilkan suatu kesempatan kerja yang paling menguntungkan atau memuaskan, namun pada beberapa lokasi obyek tercipta sejumlah kesempatan kerja. Keberadaan investor dari luar wilayah yang melakukan investasi langsung di unit usaha wisata lokal juga memberikan manfaat, yaitu selain menciptakan kesempatan kerja juga dapat meningkatkan kapasitas produksi dan pengetahuan berbisnis di wilayah tersebut.
5.3.4 Jumlah Tenaga Kerja di Pulau Pramuka Keberadaan kawasan wisata Pulau Pramuka yang melibatkan masyarakat lokal dalam setiap kegiatan pengelolaan wisata merupakan salah satu cara dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar kawasan wisata dalam sektor ekonomi. Tenaga kerja lokal yang terdapat di Pulau Pramuka umumnya merupakan masyarakat yang mencari kerja sampingan untuk menambah uang untuk kebutuhan sehari-hari. Berikut untuk lebih jelasnya (Gambar 21).
57 Presentase Jumlah Tenaga Kerja Terlibat Kegiatan Wisata 3%
3%
Industri makanan
9%
Budidaya perikanan 42%
31%
Perbengkelan Angkutan laut Warung kelontong
11%
Restoran Warung nasi
1% Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Pulau Panggang 2010.
Gambar 21 Diagram persentase jumlah tenaga kerja. Masyarakat lokal yang terdapat di lokasi wisata berprofesi sebagai tenaga kerja diantaranya sebanyak 42% sebagai tenaga kerja budidaya perikanan, 31% sebagai tenaga kerja warung kelontong, 11% sebagai tenaga kerja angkutan laut, 9% sebagai tenaga kerja warung nasi, 3% sebagai tenaga kerja restoran, home industry makanan 3% dan 1% sebagai tenaga kerja perbengkelan.
5.3.5 Tingkat pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja di Pulau Pramuka Tabel 19 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha jasa transportasi laut setelah adanya pengembangan wisata bahari No
Nama kapal
1 2 3 4 5 6
Bintang Alam I Radja Bintang Alam II KM. Elang Jaya Bahtera Sinar Laut
Jumlah Awak Kapal 5 5 6 5 4 5
Rata-rata Pendapatan (Bulan) Rp.450.000-600.000 Rp.500.000-600.000 Rp.500.000-600.000 Rp.450.000-600.000 Rp.450.000-500.000 Rp.450.000-500.000
Rata-rata Pengeluaran (Bulan) Rp. 400.000-500.000 Rp. 450.000-500.000 Rp. 450.000-500.000 Rp. 400.000-500.000 Rp. 400.000-500.000 Rp. 400.000-500.000
Berdasarkan tabel diatas, jumlah tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha jasa transportasi laut rata-rata berjumlah 4-6 orang dalam satu kapal. Awak kapal tersebut merupakan masyarakat asli Pulau Pramuka dengan usia 22-27 tahun. Jumlah pendapatan yang diterima tergantung dengan banyaknya penumpang yang menggunakan jasa trasnportasi tersebut. Dalam 1 bulan, awak kapal memperoleh penghasilan rata-rata Rp.450.000 – Rp.600.000 dengan jumlah pengeluaran yang tidak jauh berbeda dengan penghasilan yaitu Rp.400.000 – Rp.500.000. Kawasan wisata Pulau Pramuka memiliki banyak tenaga kerja yang masing-masing bekerja pada unit usaha yang ada. Berikut merupakan jumlah tenaga kerja serta pendapatan dan pengeluaran pada kondisi setelah adanya kegiatan wisata.
58
Tabel 20 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha jasa warung makan setelah adanya pengembangan wisata bahari No
Nama Warung Makan
1 2 3 4 5 6
Murdia Lucia 2 Flower Paryo Ramsung Hamida
Jumlah Tenaga kerja 3 3 4 2 3 2
Rata-rata Pendapatan (Bulan) Rp.350.000-450.000 Rp.350.000-450.000 Rp.300.000-400.000 Rp 300.000-400.000 Rp.350.000-450.000 Rp.300.000-400.000
Rata-rata Pengeluaran (Bulan) Rp.300.000-400.000 Rp. 350.000-400.000 Rp. 300.000-400.000 Rp. 300.000-400.000 Rp. 350.000-400.000 Rp. 300.000-400.000
Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha warung makan di Pulau Pramuka rata-rata berjumlah 2-4 orang dalam satu warung makan. Tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja dengan usia 17-22 tahun. Dalam 1 bulan, tenaga kerja di warung makan Pulau Pramuka memperoleh penghasilan rata-rata Rp.300.000 – Rp.450.000 dengan jumlah pengeluaran yaitu Rp.300.000 – Rp.400.000. Tabel 21 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha homestay setelah adanya pengembangan kegiatan wisata No
Nama Homestay
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kelas atas Kelas atas Kelas atas Kelas menengah Kelas menengah Kelas menengah Kelas menengah Kelas bawah Kelas bawah Kelas bawah
Jumlah Tenaga kerja 2 2 1 1 2 3 3 2 1 3
Rata-rata Pendapatan (Bulan) Rp.400.000-500.000 Rp 400.000-500.000 Rp.400.000-500.000 Rp 350.000-400.000 Rp.350.000-400.000 Rp.350.000-400.000 Rp.250.000-300.000 Rp.250.000-300.000 Rp.250.000-300.000 Rp.250.000-300.000
Rata-rata Pengeluaran (Bulan) Rp.350.000-400.000 Rp. 350.000-400.000 Rp. 350.000-450.000 Rp. 250.000-350.000 Rp. 250.000-300.000 Rp. 250.000-450.000 Rp. 200.000-300.000 Rp. 200.000-250.000 Rp. 200.000-250.000 Rp. 200.000-300.000
Berdasarkan tabel diatas, jumlah tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha homestay rata-rata berjumlah 1-3 orang dalam satu homestay. Jumlah pendapatan yang diterima lebih tinggi ketika hari libur/weekend, karena para penjaga homestay bias mendapatkan uang lebih dari pengungjung. Dalam 1 bulan, tenaga kerja di homestay memperoleh penghasilan rata-rata Rp.450.000 – Rp.600.000 dengan jumlah pengeluaran yang tidak jauh berbeda dengan penghasilan yaitu Rp.400.000 – Rp.500.000.
59
Tabel 22 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha souvenir setelah adanya pengembangan wisata bahari No
Nama Souvenir
Jumlah Tenaga kerja
1 2 3 4
Elang Anggara Vira nemo dive Spkp
2 1 2 2
Rata-rata Pendapatan (Bulan) Rp.350.000-400.000 Rp.250.000-350.000 Rp.250.000-300.000 Rp 250.000-300.000
Rata-rata Pengeluaran (Bulan) Rp.300.000-350.000 Rp. 200.000-250.000 Rp. 200.000-250.000 Rp. 200.000-250.000
Berdasarkan tabel diatas, jumlah tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha souvenir rata-rata berjumlah 1-2 orang dalam satu toko souvenir. Tenaga kerja pada toko souvenir di Pulau Pramuka lebih sedikit dibandingkan dengan tenaga kerja pada unit usaha lain. Hal ini dikarenakan toko souvenir hanya buka pada saat banyak pengungjung saja. Dalam 1 bulan, penjaga toko souvenir memperoleh penghasilan rata-rata Rp.250.000 – Rp.400.000 dengan jumlah pengeluaran yang tidak jauh berbeda dengan penghasilan yaitu Rp.200.000 – Rp.350.000. Tabel 23 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha jasa penyewaan alat setelah adanya pengembangan wisata bahari No
Nama penyewaan alat
1 2 3 4
Elang Ody dive Nemo dive Ris Dive
Jumlah Tenaga kerja 3 3 4 3
Rata-rata Pendapatan (Bulan) Rp.500.000-600.000 Rp.500.000-600.000 Rp.400.000-500.000 Rp.400.000-500.000
Rata-rata Pengeluaran (Bulan) Rp.350.000-450.000 Rp.400.000-500.000 Rp.350.000-400.000 Rp.350.000-400.000
Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha jasa penyewaan alat rata-rata berjumlah 3 – 4 orang dalam unit. Tenaga kerja tersebut merupakan masyarakat sekitar Pulau Pramuka yang memiliki keahlian khusus dalam menyelam sehingga tidak semua masyarakat masuk dalam unit tersebut. Jumlah pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja ini cukup besar, karena selain sebagai instruktur selam juga sebagai pemandu wisata. Tenaga kerja pada unit ini memperoleh penghasilan rata-rata Rp.400.000 – Rp.600.000 dengan jumlah pengeluaran yaitu Rp.350.000 – Rp.500.000. Dampak ini merupakan dampak lanjut dari pendapatan yang diperoleh tenaga kerja lokal dari unit usaha tempat mereka bekerja. Dampak ini berasal dari pengeluaran sehari-hari tenaga kerja lokal. Rendahnya pendapatan yang diperoleh mengakibatkan pendapatan tersebut hanya mencukupi untuk kebutuhan pangan sehari-hari. Sebagian besar tenaga kerja lokal menyatakan bahwa pendapatan yang mereka terima habis untuk makan bahkan tidak cukup sehingga untuk
60
menutupi kekurangan biaya hidup sehari-hari mereka mengandalkan pendapatan lain (pendapatan suami) dari luar kegiatan wisata. Namun beberapa masyarakat untuk mengantisipasi dalam kebutuhan rumah tangga, mencari pekerjaan sampingan seperti berdagang, menjadi kuli angkut dan lain-lain. Adanya kawasan wisata Pulau Pramuka mengundang perhatian banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk menikmati atraksi alam yang terdapat di dalamnya. Keberadaan wisatawan pada kawasan ini membawa pengaruh terhadap kondisi masyarakat, baik dari segi sosial maupun segi ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan partisipasi masyarakat sekitar kawasan yang turut memanfaatkan kegiatan wisata alam sebagai sumber penghasilan pada segi ekonomi. Kesempatan kerja maupun berusaha yang ditimbulkan oleh adanya kawasan wisata memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan lokal. Menurut Damanik & Weber (2006), masyarakat sekitar terutama masyarakat asli setempat yang bermukim di kawasan wisata Pulau Pramuka menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena mereka yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata.
5.3.6 Tingkat pendapatan dan pengeluaran masyarakat terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka Masyarakat yang terlibat kegiatan wisata, masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata juga mengalami peningkatan pendapatan. Berikut merupakan pendapatan masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata di Pulau Pramuka. Tabel 24 Jumlah pendapatan masyarakat tidak terlibat di Pulau Pramuka Setelah kegiatan wisata No 1 2 3
Pendapatan (Bulan) Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.001 – Rp 5.000.000 Rp. 5.000.001 – Rp. 7.000.000 Jumlah
(Tahun 2011) Jumlah 14 13 3 30
Presentase 47% 43% 10% 100%
Berdasarkan tabel diatas, masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata bahari memilki tingkat pendapatan yang berbeda-beda. Untuk pendapatan yang berkisar antar Rp.1.000.000 – Rp.3.000.000 sebanyak 14 orang, Rp.3.000.001 – Rp.5.000.000 sebanyak 13 orang dan pendapatan Rp.5.000.001 – Rp.7.000.000
61
sebanyak 3 orang. Masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata merupakan masyarakat yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, nelayan dan guru. Tabel 25 Jumlah pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata Setelah kegiatan wisata No 1 2 3
Pengeluaran (Bulan) Rp.1.000.000 – Rp1.500.000 Rp.1.500.001 – Rp.2.000.000 Rp.2.000.001 – Rp.2.500.000 Jumlah
(Tahun 2011) Jumlah
Presentase
10 15 5
33,3% 50% 16,7%
30
100%
Berdasarkan tabel diatas, masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata bahari memilki tingkat pengeluaran yang berbeda-beda. Untuk pengeluaran yang berkisar antar Rp.1.000.000 – Rp.1.500.000 sebanyak 10 orang, Rp.1.500.001 – Rp.2.000.000 sebanyak 15 orang dan pengeluaran Rp.2.000.001 – Rp.2.500.000 sebanyak 5 orang.
5.4 Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Pulau Pramuka Keberadaan kawasan wisata Pulau Pramuka mengundang perhatian bagi banyak wisatawan nusantara dan mancanegara untuk menikmati atraksi wisata yang ada didalamnya. Keberadaan pengunjung tentunya membawa efek atau pengaruh terhadap kondisi masyarakat, terutama dari segi ekonomi. Hal ini terlihat dari peran dan keterlibatan masyarakat yang turut memanfaatkan kegiatan wisata bahari di kawasan ini sebagai sumber penghasilan pada segi ekonomi. Apabila dibandingkan dengan kondisi ekonomi sebelum adanya kegiatan wisata bahari, masyarakat Pulau Pramuka hanya bergantung dari hasil alam/laut. Menurut wawancara yang dilakukan sebelum adanya kegiatan wisata bahari pada umumnya masyarakat berprofesi sebagai nelayan, bekerja pada instansi swasta dan negeri serta bekerja diluar tempat tinggal mereka. Namun setelah adanya kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka, masyarakat bukan hanya berprofesi sebagai nelayan, tetapi sudah berprofesi yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang dapat mendukung kegiatan berwisata di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan seribu.
62
Dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat diketahui dengan mengikuti aliran
pengeluaran
pengunjung
dan
kemudian
memperkirakan
dampak
pengeluaran tersebut terhadap jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan masyarakat lokal (Vanhove 2005). Dampak ekonomi ini terbagi Dampak ekonomi langsung merupakan manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat berupa pendapatan yang diterima oleh penerima awal pengeluaran wisatawan. Ketika pengunjung mengeluarkan sejumlah uang untuk melakukan permintaan terhadap produk dan jasa di tingkat lokal dan pada akhirnya akan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat lokal yang bekerja di lokasi itu.
5.4.1 Peningkatan pendapatan masyarakat terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka Jenis lapangan pekerjaan yang tersedia dan terbuka bagi masyarakat Pulau Pramuka akibat dari adanya kegiatan wisata bahari diantaranya adalah berdagang, karyawan wisma/penginapan, pemandu wisata, jasa penyewaan alat diving dan snorkeling, serta jasa ojek kapal antar pulau. Sedangkan kegiatan berdagang antara lain penjual souvenir, makanan dan minuman, penjual hasil tangkapan dan budidaya laut. Menurut Sidarta (2002), kesempatan kerja, pendapatan perseorangan, pendapatan masyarakat, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan distribusi pendapatan merupakan faktor-faktor dalam mengetahui dampak dari kondisi ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian, berbagai jenis pekerjaan yang terdapat di kawasan Pulau Pramuka sehingga memberikan peluang kerja bagi masyarakat dapat dideskripsikan sebagai berikut. a. Jasa transportasi Jasa transportasi yang terdapat di Pulau Pramuka adalah ojek kapal motor. Kapal motor ini mengangkut wisatawan maupun masyarakat setempat yang ingin menyebrang ke pulau lainnya. Untuk jasa transportasi antar pulau jarak dekat dikenakan biaya sekitar Rp.3.000, sedangkan untuk pergi ke Muara Angke dikenakan biaya sebesar Rp. 30.000.
63
Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata pendapatan bersih perbulan yang diterima oleh pemilik jasa transportasi laut ini sebelum adanya kegiatan wisata sebesar Rp.4.683.333. Berbeda dengan kondisi setelah adanya kegiatan wisata, rata-rata pendapatan bersih per bulan yang diterima yakni sebesar Rp.36.950.000 Jadi peningkatan pendapatan yang terjadi akibat adanya kegiatan wisata bahari adalah sebesar Rp.32.266.667.
Gambar 22 unit jasa transportasi antar pulau. b. Jasa penginapan Jasa penginapan yang dimaksud disini adalah berupa pondokan atau homestay. Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia 2009, Homestay adalah sistem akomodasi yang sering dipakai dalam ekowisata. Homestay bisa mencakup berbagai jenis akomodasi dari penginapan sederhana yang dikelola secara langsung oleh keluarga sampai dengan menginap di rumah keluarga setempat. Homestay bukan hanya sebuah pilihan akomodasi yang tidak memerlukan modal yang tinggi, dengan sistem homestay pemilik rumah dapat merasakan secara langsung manfaat ekonomi dari kunjungan turis, dan distribusi manfaat di masyarakat lebih terjamin. Homestay yang terdapat di Pulau Pramuka berjumlah kurang lebih 30 unit. Tipe-tipe homestay berbeda-beda, ada homestay yang merupakan rumah warga namun digunakan untuk tempat penginapan dan homestay yang sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Harga yang ditawarkan bervariasi yakni berkisar antara Rp.250.000 – Rp.400.000. Berikut merupakan rata-rata pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha penginapan.
64
Tabel 26 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa penginapan setelah adanya pengembangan wisata bahari No
Tipe Homestay
1 2 3
Kelas atas Kelas menengah Kelas bawah
Rata-rata pendapatan (Bulan) 35.466.667 39.900.000 9.900.000
Rata-rata pengeluaran (Bulan) 29.100.000 34.400.000 4.625.000
Pendapatan bersih yang diperoleh oleh pemilik homestay tipe kelas atas dalam satu bulan setelah adanya kegiatan wisata sebesar Rp.6.366.667. Pendapatan bersih yang diperoleh oleh pemilik homestay tipe kelas menengah dalam satu bulan setelah adanya kegiatan wisata sebesar Rp.5.500.000. sedangkan pendapatan bersih yang diperoleh oleh pemilik homestay tipe kelas bawah dalam satu bulan setelah adanya kegiatan wisata sebesar Rp.5.275.000.
Gambar 23 unit usaha jasa penginapan. c. Penjual souvenir Barang-barang yang dijual di kawasan wisata Pulau Pramuka berupa kerajinan tangan seperti kerajinan tas, celana, baju, sandal, gantungan, kunci, asbak dan lain-lain. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh pemilik yakni sebesar Rp.3.750.000 sedangkan pengeluaran sebesar Rp.2.625.000. Sehingga pendapatan bersih yang diperolah oleh pemilik unit usaha souvenir sebesar Rp.1.125.000 per bulan.
Gambar 24 unit usaha penjual souvenir.
65
d. Jasa penyewaan alat Alat-alat yang disewakan oleh pemilik unit usaha ini adalah berupa alat diving dan snorkel. Alat snorkel biasanya disewakan dengan harga Rp.25.000 sedangkan alat menyelam disewakan dengan harga Rp.400.000. Pendapatan yang diperoleh oleh unit usaha ini yakni sebesar Rp.21,250,000 per bulan dengan pengeluaran sebesar Rp.11,250,000 Sehingga pendapatan bersih yang diperolah oleh pemilik unit usaha jasa penyewaan alat sebesar Rp.10.000.000 per bulan.
Gambar 25 unit usaha jasa penyewaan alat. e. Penjual makanan Penjual makanan yang terdapat di Pulau Pramuka adalah dalam bentuk warung nasi, warung kelontong dan rumah makan. Rumah makan biasanya sering dikunjungi pada saat jam makan siang atau sore hari. Berikut merupakan jumlah pendapatan dan pengeluaran unit usaha warung makan. Tabel 27 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa penginapan setelah adanya pengembangan wisata bahari No
Tipe warung makan
1 2 3
Rumah makan Warung nasi Warung kelontong
Sebelum adanya wisata rata-rata pendapatan bersih (Bulan) 875.000 1.225.000 1.225.000
Setelah adanya wisata rata-rata pendapatan bersih (Bulan) 2.750.000 4.750.000 3.750.000
Peningkatan pendapatan yang diterima oleh pemilik rumah makan akibat adanya kegiatan wisata bahari yakni sebesar Rp.1.875.000. Sedangkan untuk pendapatan pemilik warung nasi setelah adanya kegiatan wisata yakni sebesar Rp.3.525.000 dan pemilik warung kelontong yakni sebesar Rp.2.525.000. Berikut adalah gambar unit usaha penjual makanan (Gambar 26).
66
Gambar 26 unit usaha penjual makan. Pemilik jasa penginapan (homestay), penyewaan alat dan transportasi kapal melakukan investasi terbesar karena untuk membangun unit usaha tersebut diperlukan biaya yang cukup tinggi terkait dengan biaya bahan baku dan biaya transportasi, namun bila jumlah kunjungan tinggi maka pendapatan yang diterima pemilik homestay dan transportasi kapal juga jauh lebih tinggi dibandingkan pendapatan dari unit usaha yang lain. Dengan semakin berkembangnya kawasan wisata di Pulau Pramuka mendorong tumbuhnya lapangan kerja baru bagi masyarakat yang memungkinkan berubahnya jenis pekerjaan pokok dari pekerjaan tertentu ke jenis pekerjaan lain (Sidarta 2002). Alasan yang menjadi pertimbangan tersebut adalah untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari suatu pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terjadi perubahan jenis pekerjaan sehingga akan mengubah pula hasil dari pendapatan tersebut. Untuk lebih jelasnya akan disajikan oleh tabel 28 berikut. Tabel 28 Pendapatan rata-rata masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata Sebelum kegiatan wisata No
Pendapatan (Bulan)
1 2 3 4 5
Rp.600.000 - Rp.1.880.000 Rp.1.880.001 - Rp. 3.160.000 Rp 3.160.001 - Rp. 4.440.000 Rp.4.440.001 - Rp. 5.720.000 Rp.5.720.001 - Rp.7.000.000 Jumlah
(Tahun 2002) Jumlah Presentase
Setelah kegiatan wisata (2011) Jumlah Presentase
30 -
100% -
14 13 3
47% 43% 10%
30
100%
30
100%
67
Tabel diatas menunjukan bahwa masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata pada kondisi sebelum adanya kegiatan wisata di Pulau Pramuka presentase masyarakat yang pendapatannya antara Rp.600.000 – Rp.1.880.000 sebanyak 30 orang dengan presentase 100%. Setelah adanya kegiatan wisata, terjadi peningkatan terhadap pendapatan masyarakat yang tidak terlibat. Setelah adanya kegiatan wisata, masyarakat yang pendapatannya antara Rp.600.000 – Rp.1.880.000 berjumlah 14 orang, pendapatan antara Rp.4.440.001 – Rp.5.720.000 sebanyak 13 orang dan pendapatan diatas Rp.5.720.001 – RP.7.000.000 sebanyak 3 orang.
5.4.2 Jumlah kepala keluarga terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata di Pulau Pramuka Untuk jumlah masyarakat yang terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata mengalami peningkatan akibat adanya kegiatan wisata. Berikut merupakan perbandingan masyarakat yang terlibat dan tidak terlibat wisata (tabel 29). Tabel 29 Perbandingan jumlah kepala keluarga terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata bahari No
Kepala Keluarga
1 2
Terlibat wisata Tidak terlibat wisata Jumlah
Sebelum kegiatan wisata (Tahun 2002) Jumlah Presentase
Setelah kegiatan wisata (2010) Jumlah Presentase
15 226
6,2 93,8
62 288
17,7 82,3
241
100%
350
100%
Sumber: Kelurahan Pulau Panggang (2010) data BTNKpS.
Berdasarkan tabel diatas, sebelum kegiatan wisata berkembang kepala keluarga terlibat kegiatan wisata memiliki presentase 6,2% dan setelah adanya kegiatan wisata meningkat menjadi 17,%. Terjadi peningkatan sebesar 11,5%. Sedangkan untuk kepala keluarga tidak terlibat kegiatan wisata sebesar 93,8% dan setelah kegiatan wisata berkembang presentase kepala keluarga terlibat wisata naik menjadi 82,3% . Terjadi penurunan jumlah kepala keluarga sebesar 11,5%. Unit usaha di lokasi wisata Pulau Pramuka membuka kesempatan kerja bagi penduduk lokal. Unit usaha yang ada di Pulau Pramuka dikelola secara langsung oleh pemiliknya. Pada waktu hari libur dan akhir pekan, pemilik unit usaha sangat membutuhkan sejumlah tenaga kerja tambahan. Tenaga kerja yang
68
dibutuhkan tergantung pada jumlah wisatawan yang mengunjungi lokasi wisata dan kondisi musim. Beberapa unit usaha yang memerlukan tenaga kerja adalah rumah makan, homestay, penyewaan alat diving dan snorkeling, penjual souvenir serta transportasi kapal. Kesempatan kerja yang tercipta bersifat musiman (hanya hari libur dan akhir pekan), namun dampaknya pada penyerapan tenaga kerja lokal sangat besar. Terutama pada musim-musim kunjungan wisata. Peningkatan jumlah wisatawan membuka kesempatan kerja baru. Tingginya jumlah kunjungan berdampak positif terhadap terbukanya kesempatan kerja bagi tenaga kerja di unit usaha rumah makan, ojek kapal, penyewaan alat dan homestay. Perbedaan jumlah tenaga kerja pada dua kondisi yang berbeda telah memberikan bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja yang terjadi merupakan akibat dari berkembangnya kegiatan wisata bahari sehingga berpeluang bagi masyarakat untuk membuka suatu unit usaha baru dan membutuhkan tenaga kerja.
5.4.3 Kesempatan kerja yang tercipta di Pulau Pramuka Kesempatan kerja adalah peluang untuk mendapatkan pekerjaan dan berusaha terhadap adanya perkembangan wisata. Kesempatan untuk berusaha dan kerja di Pulau Pramuka timbul akibat adanya pembangunan tempat penginapan, rumah makan, jasa transportasi, jasa penyewaan alat dan penjual souvenir. Berikut merupakan unit usaha yang tercipta pada kondisi sebelum dan setelah adanya kegiatan wisata. Tabel 30 Sebaran unit usaha pada objek wisata Pulau Pramuka pada kondisi sebelum dan setelah adanya pengembangan wisata bahari Unit usaha Sebelum adanya wisata Setelah adanya wisata Warung makan 5 10 Pedagang souvenir 4 Jasa transportasi laut 8 15 Jasa penginapan (homestay) 40 Penyewaan alat 5 Pemandu (guide) 4 12 Pengrajin oleh-oleh 3 Budidaya 20 Warnet 1 Wartel 1 Koperasi 3 7 Jumlah 20 118 Sumber: Profil Kelurahan Pulau Panggang 2010 dan Data Balai TNKps.
69
Adanya kesempatan kerja memberikan dampak pula terhadap pendapatan masyarakat lokal. Kesempatan kerja maupun berusaha serta peningkatan pendapatan yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan wisata bahari sehingga menimbulkan pendapatan bagi masyarakat lokal merupakan rona lingkungan ekonomi dalam analisa dampak (Menteri Lingkungan Hidup No.14/1994). Kesempatan kerja yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sebagai karyawan tempat penginapan atau homestay. Dalam bidang usaha yang memberikan kesempatan kerja adalah kios cenderamata, warung, dan rumah makan. Sedangkan dalam bidang jasa adalah penyewaan alat diving dan snorkeling serta transportasi antar pulau.
5.4.4 Peningkatan pendapatan tenaga kerja Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke kawasan tersebut maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat dengan melakukan kegiatan berjualan makanan, minuman dan kebutuhan wisatawan lainnya. Apabila kegiatan wisata terus berlangsung maka taraf kehidupan masyarakat sekitar akan meningkat pula dengan terciptanya kesempatan kerja baru bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi pengangguran. Dampak kegiatan wisata bahari memberikan dampak terhadap jumlah tenaga kerja dari setiap unit kegiatan sehingga terjadi penambahan tenaga kerja sebesar 761, dimana sebanyak 494 merupakan tenaga kerja yang terlibat kegiatan wisata yang terdiri dari unit usaha warung kelontong, jasa dan akomodasi, perbengkelan, industri kerajinan, home industry dan koperasi serta sebanyak 267 merupakan tenaga kerja non wisata. Penduduk lokal yang tidak terlibat dengan adanya kegiatan wisata, menganggap bahwa keberadaan wisatawan yang datang ke kawasan wisata akan memberikan dampak bagi masyarakat lokal khususnya dalam meningkatkan pendapatan. Berikut merupakan pendapatan yang dihasilkan oleh tenaga kerja (Tabel 31).
70
Tabel 31 Perbandingan pendapatan yang diperoleh tenaga kerja sebelum dan setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari No 1 2 3 4 5
Sebelum adanya kegiatan wisata (Bulan) 200.000-300.000 200.000-250.000
Tenaga kerja Transportasi kapal Souvenir Penyewaan alat Homestay Rumah makan
Setelah adanya kegiatan wisata (Bulan) 450.000-600.000 250.000-400.000 400.000-600.000 350.000-500.000 350.000-450.000
Secara umum, tenaga kerja lokal yang bekerja di unit usaha sebelum adanya kegiatan wisat yang ada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut, (1) tidak mempunyai pekerjaan tetap, (2) penghasilan yang tidak menentu Rp 50.000 – Rp.100.000 per minggu atau pendapatan rata-rata per bulan antara Rp.200.000 – Rp.300.000, (3) tenaga kerja di Pulau Pramuka adalah pria dengan rata-rata usia 17-35 tahun, umumnya sudah berkeluarga dan berpendidikan hingga Sekolah Menengah Umum (SMU). Sedangkan setelah adanya kegiatan wisata penghasilan rata-rata perbulan sebesar Rp.100.000 – Rp.150.00 per minggu atau pendapatan rata-rata per bulan antara Rp.400.000 – Rp.600.000. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat,
sehingga
membawa
berbagai
dampak
terhadap
masyarakat setempat (Pitana 2005). Dampak kegiatan wisata bahari di Kepulauan Seribu secara langsung dapat menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga akan menimbulkan beberapa dampak.
5.4.5 Uji Statistik Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke kawasan tersebut maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat dengan melakukan kegiatan berjualan makanan, minuman dan kebutuhan wisatawan lainnya. Apabila kegiatan wisata terus berlangsung maka taraf kehidupan masyarakat sekitar akan meningkat pula dengan terciptanya kesempatan kerja baru bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi pengangguran. Berikut merupakan hasil analisis uji statistik terhadap keberadaan kegiatan wisata bahari. Tabel 32 Uji statistik t-student Uji t-student Masyarakat terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata
t-tabel
t-hitung
-2.405
-4.752
71
Berdasarkan hasil uji t-student, perhitungan nilai t-hitung sebesar -4.752 yang dibandingkan dengan t-tabel sebesar -2.405. dengan hipotesis : H0 : tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok yang dibandingkan H1 : terdapat perbedaan antara kedua kelompok yang dibandingkan. Nilai –t hitung (-4.752) <-t tabel (t0.05/2;n-1) = –t hitung (-4.752) <-t tabel (t0.025;29) sehingga keputusannya adalah tolak H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara masyarakat yang terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata serta terdapat perbedaan antara kondisi ekonomi runah tangga sebelum dan sesudah pengembangan kegiatan wisata.
5.4.6 Nilai Multiplier Dampak ekonomi dari pengeluaran wisatawan yang terjadi di Pulau Pramuka dapat diukur dengan menggunakan nilai efek pengganda atau Multiplier dari aliran uang yang terjadi. Terdapat dua nilai pengganda berdasarkan META (2001) dalam mengukur dampak ekonomi kegiatan pariwisata di tingkat lokal, yaitu: (1) Keynesian Local Income Multiplier yang menunjukkan seberapa besar pengeluaran wisatawan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal dan (2) Ratio Income Multiplier yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran wisatawan berdampak pada keseluruhan ekonomi lokal.
Nilai pengganda mengukur dampak langsung, tidak langsung dan induced. Hasil penelitian menunjukkan dari keseluruhan nilai Keynesian Local Multiplier di Pulau Pramuka sebesar 1,44 artinya peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar 1 rupiah akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal sebesar 1,44 rupiah atau setara dengan Rp.4.896.525. Nilai Keynesian diperoleh dari penjumlahan antara pendapatan unit usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran tenaga kerja, kemudian dibagi dengan pengeluaran wisatawan. Berikut merupakan nilai multiplier di pulau Pramuka (table 33) Tabel 33 Nilai multiplier dari aliran uang kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka tahun 2011 Kriteria Keynesian Local Income Multiplier Ratio Income multiplier Tipe I Ratio Income Multiplier Tipe II
Nilai Multiplier 1,44 1,45 1,8
72
Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I di Pulau Pramuka sebesar 1,45 artinya peningkatan 1 rupiah pendapatan unit usaha dari pengeluaran wisatawan akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,45 rupiah atau setara dengan Rp.2.141.049 pada total pendapatan masyarakat yang meliputi dampak langsung dan tidak langsung (berupa pendapatan pemilik unit usaha dan tenaga kerja lokal). Nilai tersebut dihasilkan dari penjumlahan antara pendapatan pemilik unit usaha dan pendapatan tenaga kerja kemudian dibagi dengan pendapatan pemilik unit usaha. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1,8 artinya peningkatan 1 rupiah pengeluaran wisatawan akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,8 rupiah atau setara dengan Rp.2.723.247 rupiah pada total pendapatan masyarakat yang dihasilkan antara penjumlahan antara pendapatan unit usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran tenaga kerja, kemudian dibagi dengan pendapatan pemilik unit usaha. Nilai keynesian ini merupakan metode pengganda terbaik yang menggambarkan dampak keseluruhan dari peningkatan pengeluaran wisatawan pada perekonomian lokal (META 2001).
73
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1.
Kondisi ekonomi masyarakat Pulau Pramuka sebelum adanya kegiatan wisata bahari sebagian besar adalah sebagai nelayan tangkap sebesar 40%, pendapatan antara masyarakat yang terlibat kegiatan wisata lebih besar dibandingkan masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata, jumlah fasilitas yang masih sangat sedikit yakni warung, warung makan, koperasi, pos giro dan jasa transportasi laut. Jumlah tenaga kerja terdiri dari pekerja di bidang perikanan, jasa transportasi laut, rumah makan dan kuli angkut dan jumlah kepala keluarga terlibat lebih kecil dibandingkan masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata.
2.
Kondisi ekonomi masyarakat Pulau Pramuka setelah adanya kegiatan wisata bahari dapat dilihat adanya penurunan jumlah nelayan menjadi 28% dan meningkatnya keragaman mata pencaharian dibidang wisata terdiri dari mata pencaharian masyarakat di bidang perdagangan, jasa dan akomodasi, budidaya perikanan, home industry, perbengkelan, industri kerajinan, warung, rumah makan, instansi swasta, pemerintahan dan lain-lain, pendapatan terbesar masyarakat terlibat kegiatan wisata adalah pemilik unit usaha jasa transportasi laut, fasilitas yang tersedia bermacam-macam dan banyak terjadi penyerapan tenaga kerja oleh unit usaha.
3. Berdasarkan hasil uji t-student, hasil perhitungan nilai t atas pendapatan masyarakat yang terlibat sebesar -4.752 sedangkan –t hitung (-4.752) <-t tabel (t0.025;29), maka kegatan wisata bahari memberikan pengaruh nyata sehingga terjadi perbedaan secara nyata kondisi ekonomi antara rumah tangga terlibat dan tidak terlibat pada kondisi sebelum dan setelah kegiatan wisata. Hasil penelitian menunjukkan dari keseluruhan nilai pengganda Keynesian Multiplier di. P. Pramuka sebesar 1,44 artinya peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar 1 rupiah akan berdampak pada peningkatan masyarakat lokal sebesar 1,44 rupiah atau setara dengan Rp.4.896.525 . Nilai Ratio
74
Income Multiplier Tipe I di P. Pramuka sebesar 1,45 artinya peningkatan 1 rupiah pendapatan pemilik unit usaha dari pengeluaran wisatawan akan mengakibatkan peningkatan pada dampak langsung dan tidak langsung (berupa pendapatan pemilik unit usaha dan tenaga kerja lokal) sebesar 1,45 rupiah atau setara dengan Rp.2.141.049, sedangkan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1,8 artinya peningkatan 1 rupiah pengeluaran wisatawan akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,8 rupiah atau setara dengan Rp.2.723.247 pada total pendapatan masyarakat pada dampak langsung, tak langsung dan induced (berupa pendapatan pemilik usaha, tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi di tingkat lokal).
6.2 Saran Memperhatikan hasil penilitan bahwa kegatan wisata bahari memberikan pengaruh nyata terhadap kondisi ekonomi antara rumah tangga terlibat dan tidak terlibat pada kondisi sebelum dan setelah kegiatan wisata. Peningkatan jumlah wisatawan akan meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat lokal. Berdasarkan fakta tersebut, maka disarankan kepada Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dapat meningkatkan hal-hal sebagai berikut: 1. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, kenyamanan dan keselamatan dengan menyediakan sarana dan prasarana dasar. 2. Mendorong dan mempermudah masyarakat menggali dan mengembangkan potensi dan peluang usaha dibidang wisata seperti: penambahan bangunan homestay, restoran, toko souvenir, peningkatan kualitas dan keragaman souvenir
khas
Pulau
Seribu,
pelayan
warnet,
meningkatkan kualitas pemandu dan jasa transportasi.
persewaan
peralatan,
75
DAFTAR PUSTAKA Cooper C, Fletcher J, Gilbert D, Wanhill S. 1998. Tourism Principles and Practice. Second edition. Longman. New York. Data Statistik Taman Nasional Kepulauan Seribu. 2009. Taman Nasional Kepulauan Seribu. Departemen Kehutanan. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 1990. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Depbudpar. 2004. Rencana Strategis Pembangunan Kebudayaan dan Kepariwisataan 2005-2009. Laporan akhir Proyek Pengembangan Perencanaan Kebudayaan dan Kepariwisataan. Kementerian dan Pariwisata. Jakarta. Depbudpar, 2009. Prinsip Dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat Lokal. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20099/3/Chapter%20II.pdf. [15 februari 2011] Fandeli C, Mukhlison. 2000. Pengusahaan Pariwisata. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Hasan I. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Bumi Aksara. Jakarta. Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. PT Grasindo. Jakarta. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.14 Tahun 1994. Tentang : Pedoman Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan. Laporan Tahunan Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2002. Kepulauan Seribu. Jakarta. Laporan Tahunan kelurahan Pulau Panggang Tahun 2010. Kepulauan Seribu. Jakarta. Marine Ecotourism for Atlantic Area. 2001. Planning for Marine Ecotourism in The EU Atlantic Area. University of The West Of England, Bristol. Milasari. 2010. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor). Departemen Ekonomi Sumberdaya Dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Munasef. 1995. Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia. Jakarta. PT Toko Gunung Agung.
76
Nasution, S. 2007. Metode Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Ngadiono, 2004. 35 Tahun Pengelolaan Hutan Indonesia : Refleksi dan Prospek. Bogor : Yayasan Adi Sanggoro. Pendit, Nyoman S. 2006. Ilmu Pariwisata. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Prasetyo B, Jannah LM. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: teori dan aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Rachmawati, L. 2003. Peluang dan Kendala Pengembangan Ekowisata Di PulauPulau Kecil : Studi Kasus Kepulauan Seribu. Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan. LIPI Ross. Glenn F. Psikologi Pariwisata. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Sidarta, I Wayan Tagel. 2002. Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial dan Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus Kawasan Pariwisata Sanur, Denpasar-Bali). [Tesis]. Pogram Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Soemarwoto, Otto. 1988. Analisis Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Undang – Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Jakarta: CV Eko Jaya.215 hal. Wahab, S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramita, Jakarta.
Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. C.V ANDI OFFSET (Penerbit ANDI). Weber, F. H dan Damanik, J. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi. Pusat Studi Pariwisata ( PUSPAR ) UGM dan Penerbi ANDI Yogyakarta. Wijayanti, Pini. 2009. Analisis Ekonomi Dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Bebasis Masyarakat Lokal Di Kabupaten Administrsi Kepualauan Seribu Provinsi DKI Jakarta [Tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, IPB. Yoeti, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata (Introduksi, Informasi dan Implementasi). PT Kompas Media Nusantara. Jakarta.
77
LAMPIRAN
78
Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung / Wisatawan INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS KEHUTANAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN DAN EKOWISATA Kampus IPB Darmaga, Kotakpos 168 Bogor 16001. Alamat Kawat : FAHUTAN Bogor Telp. (0251) 621677 Fax. No. (0251) 621256 E-mail : [email protected] KUISIONER PENELITIAN Tanggal wawancara
:
No Responden
:
Nama
:
Alamat
:
Kuisioner ini dugunakan sebagai bahan skripsi mengenai “ Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu”. Kami mohon partisipasi anda untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih. A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin : L/P 2. Usia :………tahun 3. Pendidikan formal terakhir yang telah ditempuh :………(……tahun) 4. Apakah pekerjaan Anda sehari-hari : a. Pegawai Negeri Sipil
e. BUMN
b. Nelayan
f. Buruh
c. Wiraswasta
g. Pelajar
d. Karyawan swasta
h. Lainnya………………..
5. Pendapatan perbulan anda .......................... B. Dampak Ekonomi Wisata Alam Tirta Sanita 1. Lokasi asal :…………………… 2. Berapa besar dana (US dollar / rupiah) yang anda bawa ke Indonesia sebagai bekal?
79
3. Berapa harikah anda berencana mengunjungi Pulau Pramuka ini? a. 1 Hari
c. 3 Hari atau lebih
b. 2 Hari 4. Di penginapan manakah anda menginap? a. Dalam wilayah kecamatan pulau pramuka b. Di luar kecamatan pulau pramuka, tetapi masih dalam wilayah kabupaten kepulauan seribu c. Di luar wilayah kabupaten kepulauan seribu d. Tidak menginap 5. Obyek wisata mana saja yang akan anda kunjungi di TN. Kepulauan seribu ini? 6. Bagaimana sifat tujuan anda ke obyek a. Tujuan utama b. Tujuan persinggahan 7. Kunjungan yang keberapa bagi anda ke obyek Pulau Pramuka kali ini? a. Yang pertama
c. Yang ketiga atau lebih
b. Yang kedua 8. Biaya apa saja yang Anda keluarkan selama melakukan wisata : a. Biaya perjalanan pulang pergi
Rp…………….
b. Biaya tiket masuk
Rp…………….
c. Konsumsi (dari rumah)
Rp…………….
d. Konsumsi (di lokasi)
Rp…………….
e. Pembelian souvenir
Rp…………….
f. Biaya parkir dan tol
Rp…………….
g. Biaya dokumentasi
Rp…………….
h. Biaya toilet
Rp…………….
i. Biaya Sarana Permainan/outbond
Rp…………….
j. Lainnya………………
80
Lampiran 2. Kuisioner untuk Tenaga Kerja INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS KEHUTANAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN DAN EKOWISATA Kampus IPB Darmaga, Kotakpos 168 Bogor 16001. Alamat Kawat : FAHUTAN Bogor Telp. (0251) 621677 Fax. No. (0251) 621256 E-mail : [email protected] KUISIONER PENELITIAN Tanggal wawancara
:
No Responden
:
Nama
:
Alamat
:
Kuisioner ini dugunakan sebagai bahan skripsi mengenai “ Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu”. Kami mohon partisipasi anda untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih. A.
Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin : L/P 2. Usia :………tahun 3. Status : Belum menikah/sudah menikah 4. Pendidikan formal terakhir yang telah ditempuh :………(……tahun) 5. Jumlah tanggungan Anda :…….orang B. Pertanyaan Terkait Lokasi Wisata 1. Apakah anda penduduk asli di wilayah ini? 2. Sudah berapa lama anda tinggal di lokasi ini? ......Tahun 3. Alasan utama anda menetap di lokasi ini adalah ? a. bekerja b. ikut suami/istri c. alasan lain............................................ 4. Apakah anda mengetahui bahwa lokasi ini menjadi salah satu objek wisata ? 5. Apakah anda merasakan adanya manfaat dari keberadaan ekowisata di wilayah ini ?
81
6. Jika ya dalam hal apa manfaat yang anda rasakan ? a. peningkatan pendapatan
d. peningkatan pengetahuan
b. peningkatan sarana infrastruktur
e. alasan lain..........................
c. peningkatan lapangan pekerjaan 7. Apakah anda terganggu dengan keberadaan wisatawan ? .Ya / Tidak 8. Jika ya dalam hal apa anda merasa dirugikan ? Jika ya dalam hal apa manfaat yang anda rasakan ? a. sampah
d. perubahan sosial masyarakat
b. polusi
e. alasan lain...............................
c. kerusakan lingkungan C. Pertanyaan Terkait Dengan Pekerjaan 1. Anda bekerja sebagai:……………………. 2. Sudah lama anda bekerja:……………………… 3. Berapa lama anda bekerja dalam satu hari? ...........................jam 4. Berapa lama anda bekerja dalam satu minggu? ......................hari 5. Sebelum Anda bekerja disini, pekerjaan Anda sebelumnya:……………………. 6. Pendapatan perbulan anda ... 7. Pendapatan Anda sebelum bekerja di unit usaha ini: 8. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan yang Anda sebutkan di atas….. 9. Jika ada berapa kisaran pendapatannya ? 10. Pengeluaran Anda per bulan sebelum dan sesudah kegiatan wisata: a. Biaya konsumsi
Rp……………
b. Biaya sekolah anak
Rp……………
c. Biaya listrik
Rp……………
d. Biaya kebutuhan sehari-hari
Rp……………
e. Biaya transportasi
Rp................
f. Lainnya……………… Rp…………
82
Lampiran 3. Kuisioner untuk Pemilik Unit Usaha INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS KEHUTANAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN DAN EKOWISATA Kampus IPB Darmaga, Kotakpos 168 Bogor 16001. Alamat Kawat : FAHUTAN Bogor Telp. (0251) 621677 Fax. No. (0251) 621256 E-mail : [email protected] KUISIONER PENELITIAN Tanggal wawancara
:
No Responden
:
Nama
:
Alamat
:
Kuisioner ini dugunakan sebagai bahan skripsi mengenai “ Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu”. Kami mohon partisipasi anda untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih. A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin : L/P 2. Usia :………tahun 3. Status : Belum menikah/sudah menikah 4. Pendidikan formal terakhir yang telah ditempuh :………(……tahun) 5. Berapa lama Anda tinggal di lokasi ini: a. Penduduk asli
c. 6-10 tahun
b. 1-5 tahun
d. >10 tahun
6. Alasan Anda tinggal di lokasi ini: a. Penduduk asli
b. Bekerja
c. Ikut suami/istri
B. Pertanyaan Terkait Unit Usaha 1. Unit usaha yang Anda miliki / kelola adalah ............................................... 2. Sudah berapa lama Anda mendirikan unit usaha ini? .........tahun atau .......bulan
83
3. Sebelumnya Anda memiliki unit usaha ini, apakah unit usaha yang anda miliki? 4. Kapan Anda berjualan disini: 5. Jumlah modal usaha Anda: Rp…………. 6. Berapa jumlah tenaga kerja yang bekerja dengan Anda:………………orang 7. Berapa lama Anda bekerja dalam satu hari? ...........................jam 8. Berapa lama Anda bekerja dalam satu minggu? ......................hari 9. Pendapatan Anda perbulan ... a. < Rp 500.000;
: Rp………………
b. Rp 500.000 - Rp 1.000.000
: Rp………………
c. Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000 : Rp……………… d. Rp 1.500.000 - Rp 2.000.000 : Rp……………… e. > Rp 2.000.000
: Rp………………
10. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan yang Anda sebutkan di atas? 11. Jika ada berapa kisaran pendapatannya:Rp.......... 12. Pengeluaran Anda per bulan sebelum dan sesudah kegiatan wisata a.Biaya konsumsi
: Rp……………..
b.Biaya sekolah anak
: Rp……………..
c.Biaya listrik
: Rp…………….
d.Biaya kebutuhan sehari-hari
: Rp…………….
e.Lainnya………………
: Rp……………..
15. Biaya apa saja yang Anda keluarkan selama membuka usaha. a.Biaya sewa
: Rp………….
b.Biaya perizinan
: Rp………….
c.Biaya bahan baku
: Rp………….
d.Biaya gaji tenaga kerja
: Rp………….
e.Biaya transportasi
: Rp…………..
f. Pemeliharaan alat
: Rp……………
g.Lainnya…………………
: Rp…………….
84
Lampiran 4. Kuisioner untuk Masyarakat Non Wisata INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS KEHUTANAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN DAN EKOWISATA Kampus IPB Darmaga, Kotakpos 168 Bogor 16001. Alamat Kawat : FAHUTAN Bogor Telp. (0251) 621677 Fax. No. (0251) 621256 E-mail : [email protected] KUISIONER PENELITIAN Tanggal wawancara
:
No Responden
:
Nama
:
Alamat
:
Kuisioner ini dugunakan sebagai bahan skripsi mengenai “ Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu”. Kami mohon partisipasi anda untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih. A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin: L/P 2. Usia : ……..tahun 3. Status : Belum menikah/sudah menikah 4. Pendidikan formal terakhir yang telah ditempuh : SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi 5. Apakah pekerjaan saudara sehari-hari : a. Pegawai Negeri Sipil
d. Karyawan
b. Pedagang
e. Lainnya, sebutkan………….
c. Wiraswasta 6. Rata-rata pendapatan Saudara per bulan :Rp............... 7. Jumlah tanggungan Anda :............orang 8. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan yang Saudara sebutkan di atas? 9. Jika ada, rata-rata pendapatan tambahan Anda per bulan:.................
85
10. Berapa lama Anda tinggal di lokasi ini: a. Penduduk asli
c. 6-10 tahun
b. 1-5 tahun
d. >10 tahun
11. Pengeluaran Anda per bulan: a. Biaya konsumsi
: Rp………………
b. Biaya sekolah anak
: Rp………………
c. Biaya listrik
: Rp………………
d. Biaya kebutuhan sehari-hari
: Rp………………
e. Lainnya………………
: Rp………………
B. Dampak Adanya Wisata Bahari Pulau Pramuka 1. Pendapat Anda tentang adanya lokasi wisata ini: a. Keberatan b. Tidak keberatan 2. Manfaat yang dirasakan dengan adanya lokasi wisata ini: a. Peningkatan pendapatan b. Peningkatan lapangan pekerjaan c. Peningkatan pengetahuan d. Tidak ada manfaat e. Lainnya………………………. 3. Kerugian yang dirasakan dengan adanya lokasi wisata ini: a. Sampah
d. Tidak ada kerugian
b. Polusi
e. Lainnya……………
c. Kebiasaan yang berubah 4. Jenis pekerjaan sampingan yang ada dengan adanya lokasi wisata ini: a. Berjualan makanan b. Berjualan souvenir c. Penyewaan jasa 5. Harapan Anda ke depannya dengan adanya lokasi wisata ini?
Pengeluaran Pengunjung Di Kawasan Pulau Pramuka No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
TRANSPORTASI 88,000 95,000 125,000 75,000 85,000 100,000 90,000 95,000 100,000 95,000 80,000 98,000 80,000 85,000 90,000 125,000 120,000 100,000 100,000 80,000 98,000 75,000 100,000 100,000 90,000 95,000 100,000 125,000 80,000 90,000 120,000 100,000 100,000 95,000 100,000 90,000 85,000 100,000 90,000 90,000 125,000 100,000
AKOMODASI/PENGINAPAN 350,000 100,000 450,000 150,000 450,000 100,000 350,000 350,000 450,000 100,000 450,000 350,000 100,000 350,000 450,000 100,000 350,000 450,000 100,000 350,000 450,000 100,000 350,000 450,000 100,000 350,000 450,000 100,000 350,000 350,000 100,000 450,000 350,000 100,000 150,000 100,000 450,000 350,000 100,000 450,000 350,000 100,000
MAKANAN/MINUMAN 50,000 75,000 80,000 50,000 75,000 65,000 75,000 100,000 80,000 75,000 65,000 65,000 80,000 75,000 65,000 50,000 65,000 65,000 50,000 75,000 65,000 50,000 65,000 75,000 50,000 65,000 75,000 50,000 65,000 80,000 50,000 75,000 65,000 50,000 80,000 65,000 50,000 65,000 80,000 50,000 65,000 65,000
SEWA BARANG/JASA 35,000 50,000 35,000 65,000 50,000 65,000 35,000 35,000 50,000 35,000 35,000 65,000 35,000 35,000 50,000 35,000 50,000 50,000 35,000 65,000 35,000 35,000 50,000 35,000 65,000 350,000 35,000 50,000 65,000 50,000 35,000 50,000 65,000 35,000 350,000 50,000 65,000 35,000 350,000 50,000 35,000 35,000
SOUVENIR DAN DOKUMENTASI 50,000 75,000 75,000 50,000 50,000 50,000 75,000 50,000 75,000 75,000 50,000 75,000 50,000 75,000 50,000 75,000 50,000 75,000 75,000 50,000 75,000 75,000 50,000 75,000 75,000 75,000 75,000 75,000 75,000 75,000 50,000 75,000 75,000 50,000 50,000 75,000 100,000 100,000 75,000 100,000 50,000 75,000
lain (tol, parkir, tiket) 15,000 20,000 15,000 15,000 35,000 15,000 20,000 15,000 35,000 20,000 15,000 20,000 35,000 20,000 20,000 15,000 35,000 35,000 15,000 35,000 20,000 35,000 20,000 20,000 15,000 35,000 20,000 20,000 35,000 20,000 15,000 35,000 15,000 15,000 15,000 20,000 15,000 15,000 15,000 20,000 15,000 15,000
TOTAL PENGELUARAN 588,000 415,000 780,000 405,000 745,000 395,000 645,000 645,000 790,000 400,000 695,000 673,000 380,000 640,000 725,000 400,000 670,000 775,000 375,000 655,000 743,000 370,000 635,000 755,000 395,000 970,000 755,000 420,000 670,000 665,000 370,000 785,000 670,000 345,000 745,000 400,000 765,000 665,000 710,000 760,000 640,000 390,000
86
No 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84
TRANSPORTASI 125,000 85,000 125,000 125,000 125,000 85,000 100,000 125,000 125,000 85,000 125,000 125,000 125,000 85,000 100,000 125,000 125,000 125,000 100,000 100,000 125,000 125,000 125,000 85,000 100,000 125,000 85,000 100,000 85,000 125,000 100,000 85,000 125,000 125,000 100,000 125,000 125,000 125,000 85,000 100,000 125,000 85,000
AKOMODASI/PENGINAPAN 450,000 350,000 100,000 350,000 350,000 100,000 350,000 350,000 350,000 350,000 350,000 350,000 350,000 350,000 350,000 450,000 350,000 350,000 450,000 350,000 350,000 450,000 350,000 450,000 350,000 100,000 450,000 350,000 350,000 100,000 350,000 350,000 100,000 350,000 350,000 100,000 350,000 350,000 100,000 350,000 100,000 350,000
MAKANAN/MINUMAN 50,000 80,000 65,000 50,000 75,000 65,000 80,000 75,000 75,000 75,000 75,000 50,000 80,000 50,000 65,000 75,000 50,000 80,000 75,000 65,000 65,000 80,000 80,000 65,000 80,000 50,000 75,000 75,000 80,000 50,000 65,000 75,000 80,000 65,000 65,000 50,000 80,000 75,000 50,000 75,000 80,000 50,000
SEWA BARANG/JASA 65,000 350,000 35,000 50,000 35,000 65,000 50,000 35,000 35,000 65,000 35,000 35,000 50,000 350,000 65,000 35,000 35,000 65,000 35,000 50,000 35,000 35,000 65,000 35,000 35,000 65,000 35,000 35,000 50,000 35,000 65,000 50,000 35,000 35,000 35,000 65,000 35,000 35,000 350,000 35,000 65,000 35,000
SOUVENIR DAN DOKUMENTASI 100,000 50,000 75,000 100,000 50,000 75,000 100,000 50,000 75,000 100,000 50,000 75,000 100,000 50,000 75,000 50,000 50,000 100,000 75,000 75,000 75,000 50,000 50,000 75,000 50,000 50,000 75,000 50,000 50,000 100,000 75,000 50,000 100,000 50,000 75,000 50,000 100,000 100,000 75,000 50,000 50,000 100,000
lain (tol, parkir, tiket) 20,000 15,000 15,000 15,000 20,000 15,000 15,000 15,000 20,000 15,000 15,000 15,000 20,000 15,000 15,000 15,000 20,000 15,000 15,000 20,000 15,000 15,000 15,000 20,000 15,000 15,000 20,000 15,000 15,000 15,000 20,000 15,000 15,000 15,000 20,000 15,000 15,000 20,000 15,000 15,000 15,000 20,000
TOTAL PENGELUARAN 810,000 930,000 415,000 690,000 655,000 405,000 695,000 650,000 680,000 690,000 650,000 650,000 725,000 900,000 670,000 750,000 630,000 735,000 750,000 660,000 665,000 755,000 685,000 730,000 630,000 405,000 740,000 625,000 630,000 425,000 675,000 625,000 455,000 640,000 645,000 405,000 705,000 705,000 675,000 625,000 435,000 640,000
87
No 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 Jumlah
TRANSPORTASI 100,000 85,000 125,000 85,000 85,000 125,000 125,000 100,000 125,000 100,000 125,000 125,000 100,000 125,000 100,000 10,309,000
AKOMODASI/PENGINAPAN 100,000 350,000 100,000 350,000 100,000 350,000 100,000 350,000 450,000 200,000 150,000 150,000 350,000 100,000 350,000 28,850,000
MAKANAN/MINUMAN 75,000 50,000 80,000 50,000 50,000 75,000 80,000 50,000 75,000 50,000 80,000 75,000 50,000 80,000 75,000 6,640,000
SEWA BARANG/JASA 35,000 35,000 35,000 65,000 65,000 35,000 35,000 35,000 65,000 35,000 35,000 350,000 350,000 350,000 350,000 7,515,000
SOUVENIR DAN DOKUMENTASI 75,000 50,000 100,000 75,000 50,000 50,000 50,000 75,000 50,000 100,000 50,000 75,000 100,000 75,000 50,000 6,850,000
lain (tol, parkir, tiket) 15,000 35,000 15,000 20,000 15,000 35,000 15,000 20,000 15,000 15,000 35,000 15,000 20,000 15,000 20,000 1,895,000
TOTAL PENGELUARAN 400,000 605,000 455,000 645,000 365,000 670,000 405,000 630,000 780,000 500,000 475,000 790,000 970,000 745,000 945,000 62,059,000
88
Uji t-Student Paired Samples Statistics
Pair 1
pendapatantidakterlibat pendapatanterlibat
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
1.52E6
30
1370658.244
250246.813
1.50E7
30
1.449E7
2645640.092
Paired Samples Correlations N Pair 1
pendapatantidakterlibat
&
Correlation
30
pendapatanterlibat
Sig.
-.726
.000
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of Std. Mean Pair 1
pendapatantidakterlibat pendapatanterlibat
-
Deviation
Std. Error Mean
the Difference Lower
-
1.551
2832594.
1.346E7
E7
241
-1.925E7
Upper
t
df
-
-
7668360.961
4.752
Sig. (2-tailed)
29
.000
89
90
Nilai Multiplier Efek
Keynesian Income Multiplier
D+N+U
=
E = 49.770.000 + 22.200.000 + 17.200.000 62.059.000 = 1,44 Ratio Income Multiplier, Tipe I =
D+N D
= 49.770.000 + 22.200.000 49.770.000 = 1,45 Ratio Income Multiplier, Tipe II =
D+N+U D
= 49.770.000 + 22.200.000 + 17.200.000 49.770.000 = 1,8
91
Foto – Foto Selama Penelitian