http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
STUDI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA SEBAGAI SALAH SATU OBYEK WISATA ALAM DI SAMARINDA. Said Keliwar (Staf Pengajar Jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak Kebun Raya Unmul Samarinda is one of the tourist attractions in the city of Samarinda, the object is a target tourists on holidays with friends and family. This place has a good appeal, especially those of flora and fauna that is still wild and has been cultivated for the purpose of education and research. Nevertheless, the development of potential products such tourist attractions as well as facilities and accessibility is still far from expectations. Lack of human resources, lack of attention from the government to give an injection of funds for the development of tourist objects and facilities is a constraint faced today. Based on these efforts require re-evaluation to determine the development issues associated with the development of tourist attractions, tourist facilities and accessibility that can meet the needs of visitors, in addition to know the profile of visitors who visit to the KRUS. Therefore the study was conducted to examine how development managers conducted KRUS as a tourist attraction in Samarinda. This research is supported by a survey with in-depth interviews, field observations, questionnaires and literature study. While the analysis method possible using qualitative descriptive analysis and Likert scales. meanwhile the sample used in this study used techniques of non-probability purposive sampling to interviews with the management and staff employees as key informants because consider that they may know the condition of the object in depth. In addition, to find out visitor profile to use sampling techniques to accidental sampling of as 20 visitors. The person who provided the questions are visitors who incidentally encountered during the study. Based on the research results can be seen that the development KRUS has yet to be done well. All potential natural and mini zoo, has not managed properly, a less clean environment, security and management of tourist facilities are still far from the expectations of visitors into issues that should concern managers and government. Key words: development, tourism.
PENDAHULUAN Pariwisata merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks karena terkait dengan perjalanan atau perpindahan orang serta kegiatan yang akan dilakukan sejak berangkat dari tempat asal ke Negara atau tempat tujuan wisata hingga kembali lagi ke daerah asal dengan motif-motif tertentu. Kompleksitas kepariwisataan tersebut terkait dengan 4 (empat) komponen pokok yaitu pertama; terkait dengan perencanaan, pengembangan dan
Riset / 1945
pengelolaan potensi alam dan budaya menjadi daya tarik wisata (attraction). Kedua; komponen aksesibitas terutama terkait dengan moda transportasi, sarana jalan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus dan stasiun kereta api dsb. Ketiga; komponen amenitas, yaitu fasilitas utama maupun fasilitas penunjang yang harus ada di suatu obyek wisata. Perencanaan, pengembangan dan pengelolaan fasilitas dapat disesuaikan dengan karakteristik obyek wisata. Keempat; komponen perencanaan pasar wisata. Perencanaan terhadap segmentasi pasar sebagai
JURNAL EKSIS
Vol.7 No.2, Agustus 2011: 1267 – 2000
suatu strategi untuk dapat mengetahui karakteristik dan kebutuhan wisatawan baik yang potensial maupun aktual yang akan dan telah melakukan perjalanan wisata. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di Kebun Raya UNMUL Samarinda (KRUS) yang selama ini dijadikan sebagai salah satu tempat rekreasi bagi warga Samarinda dan sekitarnya menggambarkan bahwa upaya yang telah dilakukan oleh pengelola KRUS dan pemerintah belum mampu menjadikannya sebagai obyek wisata alam yang unggul, hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah kurangnya sumber daya manusia, penataan dan pemanfaatn ruang (zona) yang belum dilakukan dengan baik dan maksimal, pengelolaan fasilitas dan infrastruktur yang belum memadai berdasarkan pada karakteristik obyek wisata alam, kurang maksimal perhatian pemerintah dan pengelola terhadap pengelolaan potensi dan atau atraksi wisata baik flora maupun fauna yang tersedia KRUS. Berdasarkan pada kondisi tersebut maka, kajian atau studi ini dilakukan untuk mencoba memberikan gambaran terhadap kondisi KRUS untuk dikelola menjadi obyek wisata alam yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, pengunjung dan pemerintah. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana studi terhadap pengembangan Kebun Raya Unmul Samarinda Sebagai Salah Satu Obyek Wisata Alam di Samarinda. Tujuan dan Manfaat Penelitian Di dalam penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan temuan yang mencakup identifikasi potensi yang menjadi daya tarik wisata, fasilitas serta infrastruktur yang tersedia di obyek penelitian untuk dikembangkan menjadi menjadi salah satu obyek wisata alam di Samarinda serta mengetahui profil pengunjung yang berkunjung ke KRUS. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kepariwisataan alam, menjadi arahan dan bahan pertimbangan serta masukan bagi pemerintah atau pengelola untuk pengelolaan KRUS pada saat ini dan masa yang akan dating.
TINJAUAN PUSTAKA
JURNAL EKSIS Vol.7 No.2, Agustus 2011: 1816 – 2000
Kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, integrative, berkelanjutan, dan bertanggung jawab terhadap nilai-nilai sosialbudaya, agama, dan lingkungan untuk kepentingan nasional. Selain itu, pembangunan kepariwisataan bertujuan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat dan mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional maupun global serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan Obyek Wisata Alam. Pariwisata alam adalah segalah sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam, termasuk usaha pemanfaatan obyek dan daya tarik serta usaha-usaha lain yang terkait dengan obyek wisata alam. Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara dengan tujuan menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan marga satwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam (Permen Kehutanan RI, No. 48/2010). Pengembangan obyek wisata alam adalah segala upaya atau cara yang dilakukan secara terkoordinir, terintegratif, melibatkan semua stakeholder, dan berkelanjutan yang terkait dengan komponen-komponen kepariwisataan alam sehingga dapat menarik kunjungan wisatawan untuk menikmati keunikan dan keindahan alam flora dan fauna yang terdapat di kawasan taman nasional, kawasan marga satwa, taman hutan raya dan taman wisata alam sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung berupa income (pendapatan) yang diperuntukan sebagai biaya konservasi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pihak lainnya sesuai dengan tujuan pembangunan nasional. Komponen-Komponen Kepariwisataan Alam. Pariwisata merupakan suatu aktifitas yang kompleks dari suatu sistem yang besar, mempunyai berbagai komponen yang saling terkait, jika salah satu sistem atau komponen tidak berjalan dengan baik maka akan mempengaruhi sistem yang lainnya. Pariwisata tidak dapat dilihat sebagai sesuatu yang berdiri sendiri tetapi memiliki keterkaitan dengan aspek-aspek lain yang mungkin ada di luar maupun di dalam pariwisata itu sendiri dan membentuk suatu sistem sebagai satu kesatuan yang utuh. Menurut Mill & Morrison (1985) bahwa pariwisata adalah sistem dari berbagai elemen yang tersusun seperti sarang laba-laba. Sistem pariwisata terdiri dari empat komponen utama, yaitu; (1) Pasar (reaching the marketplace); (2) Travel (the purchase of travel
Riset / 1946
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id products); (3) Destination (the shape of travel demand); (4) Pemasaran (the selling of travel). Sedangkan menurut Leiper (1979) dalam Cooper, et. al; (1998) sistem pariwisata terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu wisatawan, daerah asal wisatawan, daerah tujuan wisatawan, daerah antara (transit routes) dan industri pariwisata. Kelima komponen tersebut ditetapkan berdasarkan adanya keterkaitan secara spasial dan fungsional. Sementara itu menurut Inskeep (1991) pengelolaan pariwisata akan berhasil dengan baik jika penerapan komponen-komponen pariwisata dilakukan secara integratif, yaitu (1) pengelolaan menyangkut aktivitas dan atraksi wisata; (2) pengelolaan tentang transportasi; (3) pengelolaan tentang akomodasi yang baik dan nyaman; (4) Pengelolaan tentang elemen-elemen institusional; (5) Perencanaan tentang infrastruktur lainnya; (6) pengelolaan tentang pelayanan dan fasilitas wisata lainnya. Sedangkan menurut Gunn (2002), sistem pariwisata secara umum terbagi dalam dua bagian yaitu supply dan demand. Di dalam demand terdapat beragamnya kemampuan dan minat wisatawan sedangkan supply menyangkut semua aspek baik fisik maupun non fisik yang dibangun untuk melayani kebutuhan wisatawan. Terdapat lima komponen dari sisi supply dalam sistem kepariwisataan yang saling terkait satu dengan yang lain,yaitu: (1)Daya Tarik (Attractions); merupakan komponen terkuat dari sisi supply pariwista. (2) Pelayanan (Services), fasilitas merupakan salah satu hal penting dalam mendukung daya tarik. (3) Transportasi, merupakan komponen vital dalam sistem kepariwisataan. Transpotasi merupakan faktor penghubung penting antara wisatawan dengan daerah tujuan wisata. (4) Informasi, merupakan komponen yang tak kalah penting dalam sistem kepariwisataan seperti peta lokasi, buku petunjuk, video, artikel majalah, artikel, brosur, internet, narasi dari tour guide. (5) Promosi; merupakan komponen yang menghubungkan antar komponen lainnya sehingga suatu daya tarik dapat diketahui dan mendatangkan wisatawan untuk berkunjung. Misi dari pembangunan dan pengembangan kepariwisataan alam adalah mengelola dan mengembangkan sumer daya hutan dan sumber daya alam hayati untuk kepentingan masyarakat pada saat ini maupun di masa yang akan datang, melalui pemanfaatan secara bijaksana dengan memperhatikan fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan, pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya serta pemanfaatan yang berkelanjutan. Aspek-aspek perencanaan kepariwisataan alam terdiri dari (1)Aspek perencanaan Pembangunan. (2) Aspek kelembagaan. (3) Aspek sarana dan prasarana (infrastruktur). (4) Aspek pengusahaan pariwisata
Riset / 1947
alam. (5) Aspek promosi dan pemasaran. (6) Aspek pengelolaan kawasan. (7) Aspek social budaya dan ekonomi. (8) Aspek penelitian dan pengembangan. (9)Aspek pendanaan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Raya Unmul Samarinda Kecamatan Samarinda Utara Kota Samarinda pada bulan Desember 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian survey digunakan bertujuan untuk memperoleh fakta dari fenomena yang ada di Kebun Raya Unmul Samarinda terkait dengan pola pengembangan fasilitas di objek wisata tersebut. Pendekatan deskriptif dapat digunakan sebagai proses untuk pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan atau menggambarkan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta faktual yang tampak atau bagaimana adanya yang terkait dengan pengembangan Kebun Raya Unmul Samarinda sebagai obyek wisata di Samarinda. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan judul penelitian, penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data yang bersumber dari data primer dan sumber data sekunder. Data-data yang diperoleh dari obyek penelitian berupa data primer adalah: (1) Observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung kemudian mencatat fakta-fakta yang dijumpai pada objek penelitian yang terkait dengan atraksi wisata baik yang bersifat potensi maupun yang actual, aksesibilitas dan fasilitas yang terdapat di Kebun Raya Unmul Samarinda. (2) Wawancara.Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview) dengan pengelola Kebun Raya Unmul Samarinda, serta beberapa orang staf kantor pengelola KRUS sebagai informan kunci dengan pertimbangan bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat memahami kondisi terkait dengan pengembangan yang meliputi pengembangan atraksi wisata, aksesibilitas dan fasilitas wisata. (3) Kuesioner. Selain melakukan observasi dan wawancara untuk mengetahui kondisi obyek penelitian, peneliti juga menggunakan quesiner untuk mengetahui profile (karakteristik) pengunjung yang berkunjung ke KRUS sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan gambaran tentang pangsa pasar sehingga digunakan dalam menentukan arah pengembangan kedepan. Sedangkan data-data yang diperoleh melalui sumber data sekunder adalah kajian terhadap studi dokumen dan referensi yang berkaitan dengan KRUS serta penelusuran terhadap pustaka-pustaka
JURNAL EKSIS
Vol.7 No.2, Agustus 2011: 1267 – 2000
yang berhubungan dengan penelitian ini seperti deskripsi wilayah KRUS (letak, luas iklim, topografi), data kunjungan wisatawan. Teknik Pengambilan Sampel
Selain menjadi daya tarik wisata juga digunakan sebagai media pendidikan dan penelitian serta konservasi. Tabel 6.1 Jumlah Koleksi Satwa di Kebun Binatang Mini KRUS Tahun 2010.
Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik non probabilitas secara purposive sampling, artinya tidak semua populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel yang meliputi kepala pengelola Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS), dan beberapa staf yang bekerja di kantor KRUS, mereka dijadikan sebagai informan kunci dengan pertimbangan bahwa mereka memiliki pemahaman yang luas tentang kondisi perkembangan KURS. Sedangkan sampel yang digunakan untuk mengetahui profile, karakteristik dan pendapat pengunjung tentang KRUS penulis menggunakan teknik pengambilan sampel secara Accidental yaitu hanya wisatawan (pengunjung) yang ditemui pada saat penelitian berlangsung yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini, responden yang dimintai keterangan (informasi) benar-benar diperoleh secara kebetulan tanpa suatu pertimbangan tertentu. dan berhasil menjaring sebanyak 20 (dua puluh) orang pengunjung. Teknik Pengolahan Data Data yang telah terkumpul terkait dengan informasi, dan kondisi pengembangan objek wisata di Kebun Raya Unmul Samarinda kemudian diolah atau dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk menggambarkan kondisi atraksi wisata, fasilitas, aksesibilitas serta profile pengunjung ke KRUS menggunakan skala Likert dengan skor masingmasing adalah; (a) Sangat Setuju/baik/menarik Skor adalah 5. (b) Setuju/baik/menarik Skor 4. (c) Cukup Skor 3. (d) Tidak Setuju/baik/menarik Skor 2. (e) Sangat Tidak Setuju/baik/menarik Skor 1. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumber : Laporan Tahunan KRUS tahun 2010 Berdasarkan data jumlah satwa yang tersedia di kebun mini KRUS berdasarkan hasil pengamatan langsung pada awal tahun 2011 ternyata mengalami menurunan jumlah disebabkan karena kondisi kandang yang tidak terawat dengan baik sehingga banyak diantara satwa tersebut mati. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil observasi pada tahun 2011 sebagai berikut;
Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan pengembangan atraksi wisata, ketersediaan fasilitas dan aksesibilitas di Kebun Raya Unmul Samarinda adalah dapat digambarkan sebagai berikut: a. Atraksi Wisata. Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) memiliki potensi atraksi wisata yang cukup beragam, diantaranya adalah (1) Kebun Binatang Mini dengan koleksi beberapa jenis reptile, mamalia, unggas.
JURNAL EKSIS Vol.7 No.2, Agustus 2011: 1816 – 2000
Tabel6.2 Koleksi Satwa dalam Kandang Kebun Binatang Mini Pada Tahun 2011.
Riset / 1948
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
Berdasarkan data di atas dari pada tahun 2010 sampai 2011 total jumlah satwa yang mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2010 adalah 62 dari total satwa yang ada di KRUS turun menjadi 48. Hal ini disebakan karena kurangnya pengetahuan dari petugas perawatan satwa yang memahami prilaku satwa serta kondisi kandang satwa yang kotor menjadi penyebabnya. Selain itu belum ada upaya yang serius dari pemerintah untuk memberikan pendidikan dan pelatihan tambahan terutama yang terkait dengan pengetahuan tentang satwa. b. Aatraksi yang lain adalah Museum Kayu yang dimanfaatkan sebagai obyek wisata pendidikan dan penelitian. Namun pengunjung belum dapat pemanfaatkan obyek ini sebagai sarana belajar karena kurangnya informasi yang terkait dengan obyek tersebut. c. Laboratorium Alam, merupakan bangunan seluas 7m x 20m yang digunakan sebagai tempat koleksi berbagai spesis satwa, sehingga fungsinya selain sebagai alat peraga juga untuk pendidikan atau penelitian. Beberapa koleksi yang terdapat pada laboratorium alam adalah awetan antara lain:
Jenis-jenis ular awetan basah dan kering Jenis-jenis mamalia awetan kering dan basah Macam-macam jenis hewan reptil untuk awetan basah dan kering
Riset / 1949
Macam-macam jenis hewan unggas awetan kering. macam-macam jenis awetan bentuk kerangka dll. Meskipun demikian, Laboratorium ini tidak terawat dengan baik meskipun ada pengunjung yang ingin melihat dari dekat jenis-jenis satwa yang sudah diawetkan tersebut namun banyak diantara pengunjung yang kecewa dengan kondisi tersebut.
d. Akuarium Mini; dengan luas bangunan 20 m x 10 m ini berfungsi sebagai tempat koleksi berbagai macam jenis ikan air tawar lokal Kalimantan Timur maupun ikan hias, saat ini kondisinya cukup memprihatinkan karena terdapat beberapa bagian akuarium yang kosong dan jenis ikan yang berkurang serta kondisi air di dalam akuarium yang keruh sehingga ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan jenis ikan yang ada. Kerusakan atau tidak terawatnya atraksi wisata juga disebabkan karena kurangnya suntikan dana dari pemerintah untuk biaya pemeliharaan. (5) Danau Buatan. Danau buatan dengan ukuran 47 m x 164,5 m merupakan daya tarik tersendiri bagi Kebun Raya Unmul Samarinda. Danau ini yang cukup digemari oleh pengunjung karena pada danau buatan ini disediakan wahana permainan berupa sepeda air. Berdasarkan laporan tahunan 2010 jumlah sepeda air yang tersedia di danau buatan ini berjumlah 17 unit. Selain itu suasana alam yang sejuk dan nyaman di KRUS dengan kehidupan flora dan fauna lainnya yang tersedia di hutan KRUS menjadi salah satu daya tarik yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Meskipun banyak potensi atraksi wisata yang tersedia di KRUS belum ada upaya yang serius dari pemerintah daerah dan pengelola untuk memanfaatkan secara maksimal untuk dikembangkan sebagai daya tarik yang dapat menarik kunjungan wisatawan baik manca Negara maupun domestik. Fasilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas-fasilitas yang tersedia di KRUS belum maksimal seperti yang seharusnya jika didasarkan kepada karakteristik obyek wisata alam. Fasilitas yang tersedia diantaranya adalah (1)
Bangunan Lamin.
JURNAL EKSIS
Vol.7 No.2, Agustus 2011: 1267 – 2000
Biasanya digunakan untuk berbagai macam aktivitas seperti rapat, seminar, bina akrab mahasiswa dan lainnya. Harga yang ditawarkan untuk sewa lamin ini berkisar antara Rp 2.000.000,- hingga Rp 4.000.000,dengan kapasitas 300 sampai dengan 400 orang. Fasilitas pendukung yang terdapat di dalamnya yaitu meeting room, air, toilet, listrik, kamar, dapur. (2)
(6)
JURNAL EKSIS Vol.7 No.2, Agustus 2011: 1816 – 2000
Camping Ground. Camping Ground adalah suatu area yang diperuntukkan kegiatan perkemahan dengan luas + 2 hektar. Letak fasilitas camping ground ini berada sedikit masuk ke hutan karena disesuaikan dengan fungsinya sebagai tempat kegiatan perkemahan yang menyatu dengan alam. Biasanya yang menggunakan fasilitas camping ground ini adalah para pelajar maupun mahasiswa yang ingin melakukan proses pembelajaran maupun penelitian mengenai alam.
(7)
Play Ground. Play Ground merupakan tempat yang cukup luas dan digunakan sebagai wahana permainan seperti kincir angin, kereta api mini, komedi putar, mobil-mobilan, go cart, dan ATV. Selain itu di area play ground ini disediakan juga fasilitas jalan refleksi. Keberadaan wahana permainan ini merupakan kerjasama antara pengelola dan pihak ketiga yaitu swasta dengan ketentuan membayar fee sesuai dengan kontrak kerjasama yang telah disepakati. Untuk komedi putar dan kincir angin merupakan sumbangan dari pemerintah kota.
(8)
Tempat makan dan minum. Tersedianya fasilitas makan dan minum merupakan salah satu hal yang sangat penting demi mewujudkan kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke suatu objek wisata Tempat makan dan minum yang tersedia di Kebun Raya Unmul Samarinda kebanyakan masih berupa warung- warung kecil yang menyediakan makanan yang relatif sederhana, seperti: mie instant, bakso, gadogado, dan sebagainya.
Taman KPC. Taman KPC adalah sebuah taman yang merupakan sumbangan PT. KPC. Taman ini merupakan taman yang terdapat di depan tepat dimana pengunjung mulai memasuki kawasan rekreasi di Kebun Raya Unmul dengan daya tarik berupa patung Dinosaurus yang sangat tinggi sehingga cukup menarik
Rumah Joglo. Rumah Joglo merupakan fasilitas yang disewakan dengan kapasitas 300 hingga 400 orang. Harga sewa yang ditawarkan berkisar antara Rp 750.000,- hingga Rp 1.250.000,. Rumah Joglo ini memiliki ciri khas berupa bangunan yang menyerupai rumah adat jawa. Rumah joglo ini memiliki halaman yang cukup luas dengan dihiasi tanaman-tanaman hias di depannya. Selain itu Rumah Joglo ini dilengkapi dengan fasilitas air, listrik, dan toilet.
Pondok sederhana. Pondok sederhana ini biasanya digunakan untuk pertemuan keluarga atau kelompok kecil. Kebun Raya Unmul memiliki 3 buah pondok sederhana yang disewakan. Pondokpondok yang disewakan ini kondisinya terbuat dari kayu yang memiliki ukuran berbeda-beda. Pondok-pondok tersebut memiliki harga sewa sebesar Rp 250.000,- per hari dengan kapasitas 20 hingga 30 orang. (4) Taman VICO. Taman VICO adalah suatu taman yang merupakan sumbangan PT.MIGAS- PT.VICO Indonesia seluas + 1,2 ha. pada taman ini terdapat pondok (8m x 8m), kolam pancing , gazebo (2,5m x 2,5m) dan (3m x 3m) sebanyak 9 buah dan lain-lain. Pada taman ini yang menjadi daya tarik adalah terdapatnya kolam pemancingan yang disediakan bagi para pengunjung yang gemar dalam memancing. Kolam-kolam tersebut berisi ikan nila, ikan mas, ikan lele, dan ikan pepuyu yang masing-masing kolamnya disediakan terpisah.
(4)
(5)
Panggung Terbuka. Panggung terbuka merupakan salah satu fasilitas yang disewakan dengan harga sewa sesuai dengan jam-jam yang telah ditentukan oleh pihak pengelola yang berkisar antara Rp 500.000,- hingga Rp 1.000.000. Panggung terbuka ini biasanya digunakan untuk acaraacara hiburan seperti musik band, acaraacara promosi perusahaan, dan sebagainya namun saat ini panggung terbuka ini tidak difungsikan karena mengalami kerusakan. Keberadaan fasilitas seperti ini seharusnya tidak sesuai dengan karakter obyek wisata alam karena dapat mengganggu kenyamanan kehidupan satwa sehingga dapat menyebabkan stress karena suara yang keras dari kegiatan music tersebut.
(3)
para pengunjung. Di taman ini juga terdapat pondok yang terbuat dari kayu dengan ukuran 3.5m x 3,5m.
(9)
Musholah. Mushola merupakan salah satu fasilitas objek wisata yang disediakan oleh pihak pengelola
Riset / 1950
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id Kebun Raya Unmul bagi para pengunjung yang beragama islam yang ingin melaksanakan ibadah di sela-sela kegiatan wisatanya di suatu objek wisata. (10) Area Parkir. Area parkir yang cukup luas serta tersedia papan petunjuk untuk area parkir. Namun karena kurangnya pengaturan terhadap kenderaan yang menggunakan fasilitas parker tersebut. (11) Papan Petunjuk Arah. Terdapat papan petunjuk arah yang tersedia di Kebun Raya Unmul. Meskipun tidak semua tempat yang terkait dengan atraksi maupun fasilitas disediakan papan petunjuk. (12) Fasilitas Air. Sumber air di Kebun Raya Unmul Samarinda berasal dari sumber air alami yaitu anak sungai karena di dalam hutan Kebun Raya Unmul Samarinda banyak terdapat anak sungai. Sumber air ini kemudian dialirkan dengan menggunakan pipa-pipa saluran yang menghubungkan ke beberapa fasilitas Kebun Raya Unmul Samarinda. (13) Fasilitas listrik. Fasilitas listrik di Kebun Raya Unmul merupakan listrik yang berasal dari PLN. Selain itu untuk mengatasi pemadaman listrik, pengelola Kebun Raya Unmul menggunakan genset sebanyak 2 unit agar kegiatan wisata para pengunjung tidak terganggu serta kegiatan operasional di kantor pengelola juga tetap dapat terlaksana dengan baik. Aksesibilitas. Aksesibilitas merupakan salah satu komponen penting di dalam pengembangan pariwisata. Sarana jalan yang sangat baik serta ditunjang dengan tersedianya sarana transportasi yang layak dan nyaman membuat pengunjung dapat menikmati hasil perjalanannya mulai dari dan ke KRUS. Berdasarkan hasil observasi, sarana jalan dari Samarinda dan Bontang cukup baik termasuk jalan pada pintu masuk dan keluar. Meskipun demikian jalan-jalan didalam obyek KRUS belum di tata dengan baik serta disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik obyek wisata KRUS. Penggunaan sarana jalan dengan lebar lebih dari 1 meter menuju fasilitas camping ground seharusnya dihindari. Selain itu, beberapa akses jalan menuju fasilitas lainnya seperti museum kayu, gazebo, kandang buaya dan beberapa pondok menggunakan jembatan kayu yang juga mengalami kerusakan sehingga ini dapat membahayakan pengunjung.
Riset / 1951
Karakteristik Pengunjung. Pengumpulan data dilakukan pada 20 orang pengunjung Kebun Raya Unmul Samarinda berdasarkan sosio-demo-psikografi pengunjung, diperoleh karakteristik sebagai berikut: Berdasarkan jenis kelamin jumlah pengunjung lakilaki adalah 30% dan perempuan 70%. Kondisi ini menunjukkan bahwa keputusan untuk berwisata bagi kaum perempuan di Samarinda lebih tinggi dibandingkan laki-laki, serta jarak yang tidak terlalu jauh dari kota membuat perempuan untuk mudah memutuskan berwisata. Berdasarkan asal daerah sebagian besar (70%) pengunjung berasal dari kota Samarinda sedangkan sisanya (30%) berasal dari luar kota Samarinda. Ini berarti jarak menjadi salah satu pertimbangan bagi seseorang untuk memutuskan berwisata. Namun fenomena seperti ini tidak sama berlaku untuk setiap daerah. Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, 55 % pengunjung adalah berasal dari perguruan tinggi, sedangkan 45 % adalah SMA/SMK. Ini menggambarkan bahwa hubungan antara obyek wisata alam dengan pendidikan. Orang yang berkunjung ke obyek wisata alam biasanya didominasi oleh pengunjung yang berasal dari latar belakang pendidikan tinggi, karena ingin mempelajari kehidupan flora dan fauna yang tersedia di KRUS. Berdasarkan frekuensi pengunjung 75 % menyatakan frekuensi kunjungannya lebih dari dua kali, 20 % menyatakan dua kali, sedangkan hanya 5 % yang menyatakan pertama kali berkunjung. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pengembangan atraksi untuk aktivitas wisata di KRUS terbatas namun banyak yang berkunjung, selain dengan tujuan pendidikan, juga karena keterbatasan pengembangan jumlah obyek wisata di Samarinda menjadi salah satu alasan untuk berkunjung ke KRUS. Sedangkan berdasarkan pekerjaan 9% berasal dari pelajar dan mahasiswa, 20% PNS, 20 % Pegawai swasta dan 15 % adalah wiraswasta. Dengan demikian karakteristik pengunjung ke KRUS sangat beragam dilihat dari status pekerjaan. Sedangkan pengunjung dengan pendapatan > Rp.2.000.000; sebesar 45%. Rp.1.000.000- Rp.2.000.000 sebanyak 10%. Sedangkan yang memiliki penghasilan Rp. 500.000-1000.000 sebesar 35% dan dibawah Rp.500.000 adalah sebesar 10%. Dari tingkat pendapatan sangat beragam, jika dilihat dari profil pengunjung yang sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa tingkat penghasilan dilihat dari biaya bulanan yang diberikan dari orang tua. Sementara itu, tujuan pengunjung ke KRUS sebagian besar (75 %)
JURNAL EKSIS
Vol.7 No.2, Agustus 2011: 1267 – 2000
adalah berlibur dan belajar dan 25 % adalah pendidikan atau penelitian. Selain itu berkunjung bersama keluarga adalah 35 % dan bersama teman 55 %, serta sendiri 10 %. Ini menunjukkan sebagai cirri khas dari wisatawan domestic yaitu berwisata lebih memilih bersama teman atau keluarga. Sedangkan berwisata secara individu hanya dilakukan oleh sebagian kecil saja. Jika dilihat dari lama waktu kunjungan di KRUS adalah 45 % rata-rata antara 2-3 jam, 1-2 jam sebanyak 35 %, sedangkan 3-4 jam adalah 20 %. Dari data ini menggambarkan bahwa sebagian pengunjung tidak berlama-lama di KRUS. Kurangnya fasilitas penunjang aktivitas wisata yang tersedia menjadi penyebab pengunjung tidak akan berlama-lama di obyek wisata. Selain itu berdasarkan jenis transportasi yang digunakan, pengunjung dengan kendaraan sepeda motor adalah 55 % dan mobil 45 %. Hal ini karena sebagian besar pengunjung adalah berwisata bersama teman dan keluarga. Selain itu sebagian besar menggunakan sepeda motor karena jarak tempuh yang berdekatan dengan Pusat Kota Samarinda. Sementara itu pengeluaran pengunjung selama berada di obyek KRUS tidak terlalu banyak, yaitu 70 % menyakatakan bahwa pengeluaran selama di KRUS antara Rp.50.000100.000, sedangkan 15 % menyatakan bahwa ratarata pengeluaran adalah Rp. 100.000-150.000. Sementara yang menyatakan pengeluaran > Rp.150.000 adalah 15 %. Kurangnya pengeluaran di obyek wisata disebabkan karena produk wisata yang disediakan di obyek KRUS sangat kurang sehingga menyebabkan waktu kunjungan yang singkat maka secara tidak langsung sangat berpengaruh terhadap pengeluaran wisatawan di obyek wisata. Selain itu, persepsi pengunjung terhadap kondisi dan pelayanan fasilitas wisata di KRUS adalah 41% menyatakan cukup, 35 % menyatakan kurang baik, 19 % menyatakan baik, sementara itu 4 % menyatakan sangat kurang dan hanya 1 % yang menyatakan sangat baik. Semua jawaban dari responden mengindikasikan bahwa sebenarnya KRUS menjadi salah satu obyek wisata yang menarik di Samarinda hanya saja kurangnya perhatian dalam mengembangkan semua potensi wisata beserta fasilitas dan sarana jalan yang ada sehingga belum dapat menjadi primadona bagi wisatawan, berikut persepsi wisatawan (pengunjung) yang diolah dari skala Likert.
Tabel 6.3 Persepsi Pengunjung Terhadap Kondisi dan Pelayanan atraksi wisata, Fasilitas dan akses di Objek Wisata Kebun Raya Unmul Samarinda
JURNAL EKSIS Vol.7 No.2, Agustus 2011: 1816 – 2000
Persepsi pengunjung terhadap Pengembangan Fasilitas Atraksi Wisata menunjukkan bahwa 55 % pengunjung menyatakan daya tarik wisata belum dikelola dengan baik, sementara 20 % menyatakan bahwa cukup baik, 15 % menyatakan kurang sedangkan 10 % menyatakan sangat baik. Keberagaman persepsi pengunjung dalam memberikan jawaban menunjukkan bahwa pengalaman berwisata seseorang sangat berpengaruh terhadap penilaian atraksi wisata yang tersedia di obyek wisata. Kesimpulan dan Saran Mengacu kepada hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa (1)
pengembangan atraksi wisata belum dilakukan secara maksimal seperti pengelolaan flora dan fauna yang tersedia di KRUS yang menjadi daya tarik wisata.
(2)
Terbatasnya fasilitas wisata menyebabkan lama kunjungan wisatawan menjadi singkat
(3)
Kurangnya sumber daya manusia dan kurangnya dukungan dana dari pemerintah menjadi permasalahan yang dihadapi oleh KRUS dalam mengembangkan seluruh potensi produk wisata yang tersedia termasuk menyebabkan kepunahan satwa.
(4)
Aksesibilitas belum semuanya di rencanakan secara baik.
Berdasarkan pada kesimpulan diatas maka ada beberapa hal dapat disarankan terkait dengan pengembangan KRUS ke depan adalah; (1)
Pemerintah dan pengelola KRUS agar memaksimalkan pengembangan produk atraksi wisata yang tersedia, dengan cara mengevaluasi dan mengidentifikasi kembali terhadap potensi maupun atraksi wisata untuk dapat dikembangkan.
(2)
Pemerintah perlu mendukung dana untuk perbaikan fasilitas yang sudah ada, pengembangan produk atraksi maupun akses jalan yang rusak.
Riset / 1952
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id (3)
Pemerintah dapat memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petugas KRUS untuk meningkatkan pemahaman bagaimana cara merawat satwa dengan baik serta pendidikan pariwisata seperti bahasa inggris, dan pemandu wisata.
(4)
Diversifikasi produk wisata sangat penting dilakukan untuk menambah lama kunjugan wisatawan di KRUS yang pada akhirnya berdampak kepada bertambahnya pengeluaran pengunjung di obyek wisata KRUS.
Daftar Pustaka. Cooper dkk, 1998. Tourism Principles and Practice (2nd edition), Prentice-Hall Dredge D, Jenkins J, 2007. Tourism Planning and Policy. Willey & Sons Australia. Fandeli Chafid, 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fak. Kehutanan UGM. Fandeli Chafid, Mukhlison, 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fak. Kehutanan UGM. Gartner, Willian C, 1999. Tourism Development; princiles, processes, policies, Van Nostrand Reinhold USA. Gunn, Clare A, 2002. Tourism Planning; basic, concepts, cases (Fourth Edition), Routledge New York & London Inskeep, E, 1991. Tourism Planning, an Integrated and Sustainable Development Aproach, Van Nostrand Reinhold, New York
Riset / 1953
JURNAL EKSIS
Vol.7 No.2, Agustus 2011: 1267 – 2000