INVENTARISASI TANAMAN KAPUR (Dryobalanops aromatica Gaerth) UMUR 10 TAHUN DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)
Oleh :
Ardin Saamu NIM .130500006
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
INVENTARISASI TANAMAN KAPUR (Dryobalanops aromatica Gaerth) UMUR 10 TAHUN DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)
Oleh :
Ardin Saamu NIM .130500006
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
INVENTARISASI TANAMAN KAPUR (Dryobalanops aromatica Gaerth) UMUR 10 TAHUN DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)
Oleh :
Ardin Saamu NIM .130500006
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : INVENTARISASI
TANAMAN
KAPUR
(Dryobalanops
aromatica Gaerth) UMUR 10 TAHUN DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS) Nama
: Ardin Saamu
NIM
: 130500006
Program Studi
: Pengelolaan Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Ir. Sofyan Bulkis, MP NIP. 19600321 198903 1 002
Penguji I,
Penguji II,
Ir. Rudy Nurhayadi, MP NIP. 19590111 198703 1 002r. Masrudy, MP NIP. 196008051988031003
Ir. Dadang Suprapto, MP NIP. 19620101 198803 1 003 Rudi Djatmiko, S.Hut. MP NIP. 19700915 199512 1 001
Menyetujui, Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Agustina Murniyati, S.Hut. MP NIP. 19720803 199802 2 001
Ir. Masrudy, MP NIP. 19600805 198803 1 003
Lulus
ABSTRAK
Ardin Saamu Inventarisasi Tanaman Kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) Umur 10 Tahun di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) di bawah bimbingan Sofyan Bulkis Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Tinggi dan diameter pohon merupakan dimensi pohon yang sangat penting dalam pendugaan potensi pohon dan tegakan. Data tinggi dan diameter bukan hanya diperlukan untuk menghitung nilai luas bidang dasar suatu tegakan melainkan juga dapat digunakan untuk menentukan volume pohon dan tegakan, berguna dalam pengaturan penebangan dengan batas tinggi dan diameter tertentu serta dapat digunakan untuk mengetahui struktur suatu tegakan hutan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tinggi rata-rata, diameter rata-rata dan volume pohon Kapur (Dryobalanops aromatic Gaerth) yang ditanam pada tanggal 31 Juli 2006 di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi tentang tinggi rata-rata, diameter rata-rata dan volume di lokasi tersebut dan sebagai bahan masukan untuk pengembangan tanaman kapur khususnya di Kalimantan Timur. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah dengan cara metode sampling. Metode sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Cara Pengambilan data yang digunakan yaitu dengan cara sampling dan pengambilan sampel dengan cara acak. Dari hasil pengukuran tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) Umur 10 Tahun di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) dengan disimpulkan tinggi rata-rata 11,01 m, nilai minimum 6,91 m, nilai maksimum 15,83 m, standar deviasi 1,88 m dan koefisien variasi 17,07%, diameter rata-rata 12,5 cm, nilai minimum 7,5 cm, nilai maksimum 16,6 cm, standar deviasi 2,03 cm dan koefisien variasi 16,24%, dan volume rata-rata 0,10 m 3, nilai minimum 0,02 m 3, nilai maksimum 0,22 m 3, standar deviasi 0,04 m 3 dan koefisien variasi 40%. Kata kunci : Pengukuran Diameter, Tinggi dan Volume kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth)
RIWAYAT HIDUP
Ardin Saamu lahir pada tanggal 02 Januari 1992 di Wasaga, Kelurahan Kahulungaya Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Merupakan anak ke 5 dari 5 bersaudara, dari pasangan Bapak La Saali dan Ibu Wa Muna. Pada tahun 1999 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Kahulungaya, tetapi pada saat naik ke kelas VI jatuh sakit sehingga berhenti melanjutkan pendikan dan tinggal di kebun bersama ayah tercinta selama ± setahun. Pada tahun selanjutnnya lanjut ke Sekolah Dasar Negeri Kancinaa dan lulus pada tahun 2006, pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama dan lulus pada tahun 2009, Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Pasarwajo Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2013 diterima sebagai mahasiswa di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mengambil Program Studi Pengelolan Hutan, Jurusan Manajemen Pertanian. Pada tanggal 02 Maret 2016 sampai tanggal 28 April 2016 mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Inhutani I Wilayah I Tarakan pada UMH Pimping.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, karena hanya Dialah dzat yang pantas dipuji, Rabb semesta alam, Dialah maha pencipta, maha melihat dan maha memberi rezeki. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada pimpinan Nabi dan Rasul Muhammad SAW yang diutus oleh Allah Azza wajallah sebagai rahmat bagi alam semesta. Atas ijin-Nya pula Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan oleh Penulis dengan judul Inventarisasi Tanaman Kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) Umur 10 Tahun di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penel itian yang telah dilakuan oleh Penulis selama kurang lebih dua bulan, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Kehutanan pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, Penulis tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak untuk itu dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Ir. Sofyan Bulkis. MP, sebagai dosen pembimbing 2. Bapak Ir. Rudy Nurhayadi, MP, selaku Dosen Penguji I 3. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP, selaku Dosen Penguji II 4. Ibu Agustina Murniyati S. Hut, MP, selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan. 5. Bapak Ir. M. Masrudy. MP, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian 6. Bapak Ir. Hasanudin. MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 7. Orang tua tercinta Bapak La Saali dan Ibu Wa Muna, yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat yang tiada hentinya. 8. Kakak La Singadi, Wa Samu, Aswad Saamu, Amlia dan Iparku La Camba, La Darman dan Wa Ratna, yang telah membantu membiayai perkuliahan dan selalu memberi semangat. 9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pengelolaan Hutan angkatan 2013 yang telah turut serta membantu panulis baik dalam proses penelitian maupun dalam penyusunan Karya Ilmiah.
10. Sahabat tercinta La Alex, Darfin dan La Kono, yang selalu membantu dan tetap bersama. Sebaik apapun Penulis menyusun Karya Ilmiah ini, Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, namun Penulis berharap Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga segala bantuan yang telah diberikan dalam kegiatan Karya Ilmiah, mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin. Ardin Saamu
Kampus Gunung Panjang, September 2016
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I PENDAHULUAN
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Inventarisasi Hutan 1. Pengertian Inventarisasi Hutan 2. Jenis-jenis Metoda Inventarisasi Hutan 3. Tujuan Inventarisasi Hutan B. Tinjauan Umum Tentang Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) C. Tinjauan Umum Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) 1. Klasifikasi Ilmiah 2. Diskripsi Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) D. Tinjauan Umum Pengukuran 1. Definisi Pengukuran 2. Definisi Pengukuran Tinggi 3. Alat Ukur Tinggi Pohon 4. Cara Pengukuran Tinggi Pohon dengan Clinometer 5. Definisi Pengukuran Diameter 6. Alat Pengukuran Diameter 7. Ketentuan Pengukuran Diameter Pohon 8. Pengukuran Volume Pohon 9. Standar Deviasi 10. Koefisien variasi
3 3 3 5 5 7 11 11 12 13 13 14 17 17 18 19 19 23 24 25
BAB III METODE PENELETIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian B. Alat dan Bahan 1. Alat 2. Bahan C. Prosedur Penelitian 1. Orientasi lapangan 2. Studi literatur 3. Perijinan administrasi 4. Persiapan alat 5. Metode penelitian 6. Penomoran pohon 7. Pengambilan data 8. Memotret pohon
26 26 26 26 26 27 27 27 27 27 27 28 28 28
D. Pengolahan Data 1. Tinggi 2. Volume 3. Standar Deviasi 4. Koefisien Variasi
28 28 29 29 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Hasil Pengukuran Tinggi, Diameter dan Volume 2. Hasil Pengolahan Data B. Pembahasan 1. Diamater 2. Tinggi 3. Volume 4. Potensi
31 31 32 35 35 36 36 36 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran
37 37 37
DAFTAR PUSTAKA
48
LAMPIRAN
40
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Struktur pohon kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth)
12
2. Clinometer
17
3. Pengukuran Tinggi Pohon dengan Trigonometri atau Segitiga Sebangun (Clinometer)
17
4. Pita Ukur Diameter (Phiband) dan Bagian-bagiannya
19
5. Pengukuran Pohon Berdiri
20
6. Pengukuran Pohon Berbanir
21
7. Pengukuran Pohon Cacat
21
8. Pengukuran Batang Bercabang atau Menggarpu
23
9. Pengukuran Pohon Lahan Basah
23
Nomor
Lampiran
Halaman
10. Wawancara dengan Kepala Pengelolah KRUS di Kantor Fahutan UNMUL Samarinda
48
11. Lokasi Penelitian
48
12. Penomoran Pohon
49
13. Pengukuran Tinggi Pohon
49
14. Pengukuran Diameter Pohon
50
15. Pengambilan Data Tinggi dan Doameter
50
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
Halaman
16. Hasil Pengukuran Diameter, Perhitungan Tinggi dan Volume
41
??? Perhitungan Tinggi Pohon
44
18. Perhitungan Volume Perpohon
45
19. Perhitungan Rata-rata Tinggi, Diameter dan Volume
46
20. Perhitungan Standar Deviasi dan Koefisien Variasi untuk data Tinggi, Diameter dan Volume
47
21. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
48
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
22. Hasil Pengukuran Tinggi, Diameter dan Volume
32
23. Hasil Pengolahan Data Tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth)
35
1
BAB I PENDAHULUAN
Hutan ialah suatu kesatuan ekosistem berupa haparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan) Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan
dimanfaatkan.
Pemanfaatan
sumber
daya
hutan
yang
haruslah
memperhatikan asas bermanfaat dan memberikan hasil terus-menerus bagi manusia (Wirakusuma, 2003). Dalam system pengolahan hutan konvensional, inventore hutan diperlukan untuk mengetahui kekayaan yang terkandung didalam suatu hutan pada saat tertentu. Hutan sebagai asosiasi masyarakat tumbu-tumbuhan dengan dominasi pohon-pohon yang selalu mengalami perubahan setiap waktu. Oleh karena itu jumlah kekayaan yang terkandung didalam hutan juga selalu berubah. Hal ini menyebakan inventore hutan tidak mudah dilaksanakan. Inventarisasi hutan adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh data serta informasi tentang sumberdaya, potensi kekayaan alam hutan serta lingkungannya secara lengkap (Anonim, 2011). Inventarisasi
hutan
adalah
kegiatan
pencatatan,
pengukuran
dan
penandaan pohon. Pohon dalam areal blok kerja untuk mengetahui jumlah, jenis dan diameter pohon yang akan ditebang serta pencatatan data lapangnan lainnya. Pohon merupakan pokok tumbuhan yang berkayu keras dan tumbuh tegak berukuran besar dengan percabangan yang kokoh. Pohon didefinisikan sebagai
2
tumbuhan tahunan berkayu yang mempunyai batang utama tunggal dan mencpai tinggi 6 m atau lebih dengan diameter lebih dari 10 cm. Pohon merupakan benda yang jelas akan tetapi batasan antara pohon dan semak atau perdu tidak jelas, sampai saat ini istilah mengenai pohon ada beberapa pendapat. Lembaga pusat penelitian kehutanan mendefinisikan bahwa pohon adalah suatu tumbuhan berkayu yang berdiri tegak yang mempunyai diameter 35 cm (dbh) dan tinggi bebas cabang 2 m serta tinggi totalnya mencapi 10 m (Sutisna, 1998). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tinggi rata-rata, diameter rata-rata dan volume rata-rata pohon Kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) yang ditanam pada tanggal 31 Juli 2006 di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar dapat memberikan informasi tentang tinggi rata-rata, diameter rata-rata dan volume rata-rata di lokasi tersebut dan sebagai bahan masukan untuk pengembangan tanaman kapur khususnya di Kalimantan Timur.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Inventarisasi Hutan 1. Pengertian Inventarisasi Hutan Secara umum inventarisasi hutan didefinisikan sebagai pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya hutan untuk perencanaan
pengelolaan
sumberdaya
tersebut
bagi
kesejahteraan
masyarakat secara lestari dan berguna (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999). Inventarisasi hutan merupakan suatu teknik mengumpulkan mengawasi, dan menyajikan informasi yang terspesifikasi dari suatu areal hutan karena secara umum hutan merupakan areal yang luas, maka data biasanya dikumpulkan dengan kegiatan sampling. Inventarisasi hutan adalah suatu usaha untuk menguraikan kualitas dan kuantitas pohon-pohon hutan serta berbagai karakteristik areal tempat tumbuhnya. Suatu inventarisasi hutan lengkap dipandang dari segi penaksiran kayu harus berisi deskripsi areal berhutan serta pemilikannya, penaksiran pohon-pohon yang masih berdiri, penaksiran temp at tumbuh dan pengeluaran hasil (Husc, 1987) Istilah inventore hutan diterjemahkan dari bahasa Inggris forest inventor. Pada jaman colonial dan setelah kemerdekaan istilah yang dipakai adalah inventarisasi hutan sebagai terjemahan dari istilah bahasa Belanda Bosch Inventarisatie. Istilah lain dari arti yang sama untuk bahasa Indonesia dalam perisalahan atau risalah hutan. Inventarisasi
hutan
merupakan
suatu
teknik
mengumpulkan,
mengevaluasi, dan menyajikan informasi yang terspesifikasi dari suatu
4
areal hutan karena secara umum hutan merupakan areal yang luas, maka data biasanya dikumpulkan dengan kegiatan sampling. Dalam sistem pengolahan hutan konvesional inventore hutan diperlukan untuk mengetahui kekayaan yang terkandung didalam suatu hutan pada saat tertentu. Hutan sebagai asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan dengan dominasi pohon-pohon selalu mengalami perubahan setiap waktu. Oleh karena itu jumlah kekayaan yang terkandung didalam hutan juga selalu berubah hal ini menyebabkan inventore hutan tidak mudah dilaksanakan. Seperti diketahui hutan merupakan persekutuan hidup dari masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup. Hutan setiap saat selalu mengalami perubahan dan melakukan peremajaan untuk mengganti dari anggotanya yang mati. Keadaan ini yang menyebabkan inventarisasi hutan yang dilakukan untuk menaksir besarnya kekayaan dari suatu hutan tidak mudah seperti inventarisasi yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan lain. Kegiatan inventarisasi tegakan merupakan salah satu tahap awal yang sangat penting dalam pengusahaan hutan. Didalam kegiatan inventarisasi hutan keadaan tegakan, komposisi serta penyebaran jenis pohon memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan tindakan-tindakan silvikultur yang akan diterapkan. Ketelitian data yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi potensi tegakan tersebut merupakan kunci dari tercapainya kelestarian pengusahaan dan kelestarian suberdaya yang akan dikelolah. Ketelitian dan keakuratan data hasil inventarisasi yang diperoleh merupakan kunci dari tercapainya azas kelestarian. Hasil inventarisasi tegakan berguna sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-
5
langkah silvikultur hingga akhir daur dalam usaha pembinaan tegakan guna meningkatkan potensi produksi dimasa yang akan datang (pada akhir daur). 2. Jenis-jenis Metoda Inventarisasi Hutan Cara pengambilan sampel dalam kegiatan inventarisasi hutan adalah sebagai berikut: a. Sensus jika memungkinkan (dalam skala kecil/terjangkau) b. Random sampiling (bila keadaan lapangan vegetasi homogen) c. Systematic sampling d. Purposive sampling (sengaja) Inventarisasi hutan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang kekayaan hutan, menguraikan kuantitas dan kualitas pohon-pohon hutan serta berbagai karakteristik areal tanah tempat tumbuhnya.
Untuk
praktek
lapangan
kebutuhan-kebutuhan
tambahan
memang perlu inventore hutan pada umumnya meliputi sejumlah besar pekerjaan lapangannya memerlukan biaya mencapai petak ukur biasanya pencatatan data sering kali sangat tinggi biasanya tambahan yang dikeluarkan untuk mengukur dan mencatat parameter-parameter lain tidak secara langsung berhubungan dengan tujuan inventore dapat terbukti tidak berarti. 3. Tujuan Inventarisasi Hutan Tujuan inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka panjang, jangka menengah, dan operasional
jangka
pendek
sesuia
dengan
tingkat
dan
kedalaman
inventarisasi yang dilaksanakan. Karena inventore hutan tidak hanya berkepentingan pada hutannya saja. Masalah-masalah diluar hutan dan
6
kawasan hutan mempunyai arti yang tidak kalah pentingnya sehingga juga harus dikumpulkan secara cermat dengan persiapan yang memadai. Tergantung pada tujuan inventore hutan jadi tingkat kecermatan ditentukan oleh tujuan inventore hutan yang diinginkan. Berdasarkan penekanan tujuan pada inventarisasi hutan dikenal beberapa macam antara lain adalah sebagai berikut: a. Inventarisasi hutan nasional b. Untuk menyusun rencana karya c. Untuk survey pengenalan d. Untuk penyusunan pembalakan e. Untuk rencana industri kehutanan f.
Untuk menaksir nilai tegakan
g. Untuk st udi tata guna lahan h. Untuk rencana rekreasi i.
Untuk studi watersed (untuk pengelolaan daerah aliran sungai) Berdasarkan dari tujuan masing-masing inventarisasi hutan tersebut
maka diperlukan data akurat dan bervariasi.
Tujuan yang ingin dicapai
inventore hutan dapat bermacam-macam. Biarpun pada pokoknya inventore hutan akan mencatat berbagai macam informasi seperti telah diuraikan di atas namun penekanan pada informasi yang diperlukan tersebut berbeda-beda bergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Hubungan antara tujuan dan penekanan pengambilan informasi yang diperlukan dalam inventore hutan dilukiskan dengan jelas oleh (Husch, 1979).
7
B. Tinjauan Umum Tentang Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) Menurut
Firdaus (2012)
Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS)
merupakan areal hutan Pendidikan Lempake, Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman yang semula merupakan kawasan dari areal konsensi HPH CV. Kayu Mahakam yang telah dieksploitasi secara tebang pilih (selective cutting). Rektor Universitas Mulawarman pada saat itu Ir. H. Sambas Wirakusumah. M.Sc. meminta salah satu areal dikawasan hijau seluas 300 ha kepada Ali Akbar Afloes selaku pemegang konsensi HPH CV. Kayu Mahakam untuk menjadi Hutan Pendidikan (Laboratorium Alam) Fakultas Kehutanan Unmul. Substansi dalam kesepakatan dalam Piagam Bersama antara Direktur CV. Kayu Mahakam, Ali Akbar Afloes dan Rektor Unversitas Mulawarman, R. Sambas Wirakusuma, pada tanggal 09 Juli 1974 dengan disaksikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr. Sjarif Thajeb dan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Kalimantan Timur, Abdul Wahab Syachranie adalah sebagai berikut : 1. Potensi hutan Indonesia, Kalimantan Timur khususnya semakin bertambah penting peranannya dalam upaya turut menjaga keseimbangan alam dari berbagai macam polusi. 2. Peningkatan pemanfaatan potensi hutan di wilayah Propinsi Kalimantan Timur, dapat mengakibatkan terganggunya kelestarian. Oleh karena itu perlu dibuat usaha-usaha perlindungan dan pengawetan sumberdaya alam tersebut tanpa mengurangi kegiatan pemanfaatan tersebut. Program Universitas Mulawarman untuk turut serta dalam membantu usaha-usaha perlindungan dan pengawetan sumber alam itu tanpa mengurangi kegiatan pemanfaatan tersebut. Kebun Raya Unmul Samarinda merupakan objek
8
wisata yang unik karena memadukan Rekreasi dengan Pendidikan seputar alam dan lingkungan. Kebun Raya Unmul Samarinda ini adalah tempat wisata yang dapat dinikmati seluruh kalangan masyarakat, bukan hanya para mahasiswa, meskipun tempat wisata ini mengatasnamakan sebuah Universitas di Kota Samarinda, luas keseluruhan Kebun Raya Unmul Samarinda yaitu seluas 300 Hektar. Dalam perkembangan selanjutnya, 62 Hektar difungsikan sebagai fasilitas jalan, tempat hiburan danau buatan, fasilitas olahraga, tempat hiburan dan lainnya. Sejak diresmikan sebagai hutan pendidikan, kawasan tersebut sering digunakan sebagai tempat kegiatan kemahasiswaan, lokasi penelitian, dan Praktek Kerja Lapangan bagi Mahasiswa, tidak hanya dari kalangan Universitas Mulawarman saja yang boleh melakukan kegiatan dikawasan ini, namun dari kalangan lembaga lain maupun masyarakat umum boleh berkegiatan ditempat ini sesuai Prosedur yang berlaku. Tahun 1976 Universitas Mulawarman memperluas kerja sama penelitian dengan Pemerintah Jepang (JICA) dan Pemeri ntah Jerman (GTZ), sehingga dibangun beberapa fasilitas bangunan untuk keperluan penelitian seperti Pusat Rehabilitasi Hutan (PUSREHUT). Sejak tahun 1976 JICA telah merancang area rekreasi alam seluas lebih ± 65 Ha dan baru terealisasi pada tahun 1997, dengan didanai oleh JBIC Loan No.IP-459 Proyek OCEF-JICA dengan dana sekitar 4,5 miliyar dan hutan pendidikan UNMUL dikembangkan menjadi tempat pendidikan dan penelitian serta rekreasi alam yang disebut sebagai Kebun Botani dan Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan UNMUL.
9
Pada tanggal 26 Juni 1997, Walikota Samarinda H. Lukman Said, mengeluarkas Surat penunjukan No.25/Bangta.3/VI/1997, yang menyatakan bahwa areal/lahan Hutan Pendidikan Lempake seluas ± 300 Ha sebagai Hutan Pendidikan milik Fakultas Kehutanan UNMUL, yang sebelumnya oleh Walikota Samarinda Drs.H.Waris Husein, ditetapkan sebagai hutan kota. Pada tanggal 17 Februari 2001 dilaksanakan kerjasama Memorandum of Understanding (MoU) pertama antara Pemerintah Kota Samarinda dengan Universitas Mulawarman dengan nomor Piagam No.871/OT/2001-556/28/2001 yang ditanda tangani oleh Rektor UNMUL Prof.Ir.H.Rachmad Hernadi, M.Sc dan Walikota Samarinda Drs.H.Achmad Amins, MM. yang disaksika n oleh Gubernur Kaltim Drs.Yurnalis Ngayoh. Dalam Memorandum of Understanding (MoU) ini UNMUL dan Pemkot bersepakat untuk kerja sama melakukan pengembangan kawasan selama 5 tahun. Pemerintah Kota Samarinda akan melengkapi fasilitas rekreasi. Pada tanggal 18 Februari 2003 nama Hutan Pendidikan Lempake di ubah menjadi Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Salah satu keistimewaan lain dari Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) ini adalah didalamnya terdapat banyak spesies binatang yang ditempatkan dalam kandang-kandang khusus yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia (Firdaus, 2012). Adapun jenis-jenis kapur yang ada di KRUS yaitu diantaranya: 1. Kapur singkil (Dryobalanops aromatica Gaerth) Ciri khas adalah batang berwarna coklat kebiruan, tajuk berdaun lebat, kulit kalau dilukai berbau kapur barus, daun kecil, bulat telur, berujung runcing, kalau diremas bau aromatis. Pohon tinggi mencapai 48 m, diameter 70 cm
10
atau lebih, berbanir setinggi ± 2 m. Batang sedikit beralur, mengelupas besar, kulit hidup berwarna kuning sampai merah. Damar berwarna putih jernih, daun kecil panjang sekitar 6
10 cm, lebar 4
6 cm, daun kering berwarna
coklat kemerahan, urat sekunder sangat halus, sejajar sangat rapat, hampit tidak kelihatan pada permukaan atas, tangkai daun panjang ± 1 cm. 2. Kapur tanduk (Dryobalanops lanceolata Burck) Pohon tingi mencapai 50 m, diameter 100 cm atau lebih, berbanir. Batang berwarna abu-abu kecoklatan sampai merah tua atau kadang agak kehitaman, kulit hidup berwarna coklat atau kuning kemerehan. Damar berwarna putih, daun bentuk lonjong memanjang, ujung meruncing, pangkal membulat, panjang 12 sampai 1
16 cm, lebar 2,5
4 cm, agak tipis. Tangkai panjang
1,5 cm.
3. Kapur petanang (Dryobalanops oblongifolia Dyer) Tinggi pohon 15
40 m, diameter sampai 70 cm atau lebih, berbanir. Batang
berwarna abu-abu sampai coklat tua, mengelupas besar-besar, beralur, kulit hidup berwarna kuning atau coklat muda. Damar berwarna putih, daun lonjong atau bulat telur memanjang, panjang 6
8 cm, lebar 2
3 cm, ujung
meruncing.panjang ujung daun ± 1 cm, pangkal membulat, permukaan atas mengkilap, urat sekunder sangat halus, hamper sejajar dan rapat. Tangkai pendek dan tebal, panjang kurang dari 1 cm. 4. Kapur keladan (Dryobalanops beccarii Dyer) Pohon tinggi mencapai 40 m atau lebih, diameter mencapai 80 cm, berbanir. Batang luar berwarna abu-abu kekuningan, tidak beralur, mengelupas besar, kulit higup berwarna kuning. Daun bentuk jorong memanjang, ujung
11
meruncing, panjang 7
9 cm, lebar 2
3,5 cm, urat sekunder halus sejajar
sangat rapat, tangkai daun ± 1 cm. C. Tinjauan Umum Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) Ciri khas adalah batang berwarna coklat kebiruan, tajuk berdaun lebat, kulit kalau dilukai berbau kapur barus, daun kecil, bulat telur, berujung runcing, kalau diremas bau aromatis. Pohon tinggi mencapai 48 m, diameter 70 cm atau lebih, berbanir setinggi ± 2 m. Batang sedikit beralur, mengelupas besar, kulit hidup berwarna kuning sampai merah. Damar berwarna putih jernih, daun kecil panjang sekitar 6
10 cm, lebar 4
6 cm, daun kering berwarna coklat kemerahan, urat
sekunder sangat halus, sejajar sangat rapat, hampit tidak kelihatan pada permukaan atas, tangkai daun panjang ± 1 cm. 1. Klasifikasi Ilmiah Menurut Plantamor (2012), dalam dunia tumbuhan tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) tersusun dalam sistematika sebagai berikut: Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheeobionita (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Devisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kerajaan
: Kingdom
Kelas
: Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Ordo
: Theales
Famili
: Dipterocarpaceae
Genus
: Dryobalanops
Spesies
: Dryobalanops aromatica Gaerth
12
2. Diskripsi Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth)
Gambar 1. Struktur pohon kapur (Dryobalanops aromatic Gaerth) Pohon kapur mempunyai ukuran yang besar dan tinggi yang diameter batangnya mencapai 70 cm bahkan 150 meter dengan tinggi pohon mencapai 60 meter. Kulit pohon berwarna coklat dan coklat kemerahan di daerah dalam. Pada batangnya akan mengeluarkan aroma kapur bila dipotong. Daun Kapur tunggal dan berseling, memiliki stipula di sisi ketiak, dengan permukaan daun memngkilap, dan tulang daun sekunder menyirip sangat rapat dengan stipula berbentuk garis dan sangat mudah luruh. Bunga berukuran sedang, kelopak mempunyai ukuran sama besar, mempunyai mahkota bunga elips, mekar, putih berlilin, dan memiliki 30 benang sari. Pohon Kapur memiliki buah agak besar, mengkilap, dan bersayap sebanyak 5 helai. Tanaman Kapur (Dryobalanops aromatica) tumbuh di hutan dipterocarp campuran hingga ketinggian 300 meter dpl. Persebaran tumbuhan langka ini mulai dari Indonesia (pulau Sumatera dan
Kalimantan)
dan
Malaysia
(Semenanjung Malaysia, Sabah, dan Serawak). Pohon Kapur atau Dryobalanops aromatica merupakan salah satu tanaman penghasil kapur barus atau kamper selain tumbuhan Cinnamomum
13
camphora. Kapur barus dari pohon Kapur ini telah menjadi komoditi perdagangan internasional sejak abad ke-7 Masehi. Untuk mendapatkan kristal kapur barus, dimulai dengan memilih, menebang, dan memotong-motong batang pohon Kapur (Dryobalanops aromatica). Potongan-potongan batang pohon Kapur kemudian dibelah untuk menemukan kristal-kristal kapur barus yang terdapat di dalam batangnya. Mungkin lantaran penebangan yang membabi buta kemudian pohon Kapur menjadi pohon yang langka. Selain menghasilkan kamper, pohon kapur juga dapat dimanfaatkan kayunya sebagai bahan bangunan, perkapalan, dinding, dan lantai karena memiliki kualitas kayu yang cukup baik. D. Tinjauan Umum Pengukuran 1. Definisi Pengukuran Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Dalam fisika dan teknik pengukuran merupakan aktifitas yang membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia nyata. Alat pengukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut. Pengukuran yaitu sesuatu pemerhatian secara kuantitatif yang mengandung dua bagian satu nilai bernomor dan satu unit (Endang, 1990) Pengukuran adalah proses dimana angka atau symbol dinyatakan keatribut-atribut menggambarkan
(objek) objek
dalam
dunia
berdasarkan
nyata aturan
sedemikian yang
telah
rupa
untuk
ditetapkan.
Pengukuran merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuant itatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Pengukuran dapat
14
didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka atau label terhadap atribut dengan aturan yang standar atau yang telah disepakati untuk mempresentasikan atribut yang diukur. 2. Definisi Pengukuran Tinggi Tinggi adalah jarak terpendek antara satu titik dengan titik proyeksinya pada bidang horizontal atau bidang datar. Sedangkan yang dimaksud dengan panjang adalah jarak yang menghubungkan antara dua titik yang diukur menurut atau tidak menurut garis lurus (Endang, 1990 ). Menurut Simon, H (1996) tinggi pohon merupakan parameter lain setelah diameter yang memiliki arti penting dalam penaksiran hasil hutan.
Bersama
diameter,
tinggi
pohon
diperlukan
untuk
menaksir
volume pohon. Terdapat
beberapa
macam
tinggi
pohon
yang
dikenal dalam
inventarisasi hutan, yaitu : a. Tinggi total, yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon. b. Tinggi bebas cabang, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang di permukaan tanah
sampai cabang pertama untuk jenis daun lebar
atau crow point untuk jenis konifer, yang membentuk tajuk. c. Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang yang pada saat itu laku dijual dalam perdagangan. d. Tinggi tunggak, yaitu tinggi pangkal pohon yang ditinggalkan pada waktu penebangan. Menurut Pariadi (1979), mengemukakan tinggi adalah jarak terpendek antara suatu titik dengan titik proyeksinya pada bidang datar atau pada bidang
15
horizontal. Sebagai komponen untuk menentukan volume kayu, tinggi pohon dibedakan atas dua macam notasi yaitu: a. Tinggi pohon seluruhnya (tinggi total), yaitu jarak antara titik puncak pohon dengan proyeksinya pada bidang datar atau horizontal. Tinggi lepas dahan atau bebas cabang atau sampai batas permulaan tajuk yaitu jarak antara titik bebas cabang atau permulaan tajuk dengan proyeksinya pada bidang datar atau horizontal. Ada dua cara besaran yang perlu di perhatikan dalam konteks pengukuran tinggi yaitu tinggi dan panjang (SUHARLAN dan SOEDIONO, 1973) untuk dapat membedakanya, maka di coba memberikan pengertian secara defeinsi sebagai berikut: a. Tinggi
adalah jarak terpendek antara satu titik dengan peroyeksiya,
bidang datar dan horizontal. b. Panjang adalah jarak antara dua titik yang di ukur menurut atau tidak menurut garis lurus. Sebagai komponen untuk menetukan volume kayu, tinggi pohon di bedakan atas beberapa macam notasi : a. Tinggi pohon sebenarnya, yaitu jarak antara titik puncak pohon yang proyeksinya pada bidang horzontal. b. Tinggi lepas dahan atau lepas cabang atu sam[ai permukaan tajuk, yaitu jarak anatara titik lepas cabang atau permulaan tajuk dengan proyeksinya paada bidang datar atau horizontal. c. Tinggi batang komersil, yaitu tinngi batang yang saat itu laku dijual dalam perdagangan .
16
d. Tinggi tunggak, yaitu tinggi pangkal pohon yang ditinggalkan pada waktu penebangan, tinggi tungak ini berkisar antara 30-80 cm, tergantung nilai kayu, biaya transportasi dan permintaan. Tinggi pohon dapat diukur jika masih berdiri. Tapi sering ditentukan sesudah ditebang ( ini lebih sukar, karna sukar menetukan puncaknya dan pangkalnya pun tidak bsah lurus karena percabangan ) Dalam hal ini pngukuran tinggi pohon yang telah di tebang harus diingat bahwa ini hanya benar jika pohon tersebut tadinya berdiri tegak lurus. Menurut
SUHARLAN
dan
SUDIONO
(1973)
kesalahan
dalam
pengukuran tinggi pohon berdasarkan sumber penyebabnya dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu: a. Kesalahan alat, sumber utamanya yaitu pembagian skala alat, tingkat ketelitian alat dan kedudukan alat pada waktu mengukur b. Kesalahan sipengukur dalam menggunakan alat pada waktu mengukur. c. Faktor lingkungan, misalnya pada kondisi fisik lapangan, topografi, cuaca dan lain-lain. d. Kesalahan karena keadaan pohonnya, misal tajuk pohon terlalu lebar serta pohon dalam keadaan miring Beberapa alat ukur tinggi pohon menurut Pariadi (1979) di bedakan atas dua golongan yaitu : a. Alat yang memerlukan pengukuran jarak antara lain abney level, forest service hysometer, fausmen, weise, spigel relascope biterlinch dan lainlain. b. Alat yang tidak memerlukan jarak yang antara lain christen hypsometer, walking stick dan lain-lain.
17
Kemudian menjelaskan tentang kesalahan-kesalahan pengukuran tinggi pohon berdasarkan penyebabnya yang dibedakan: a. Kesalahan alat b. Kesalahan tenaga pengukur c. Kesalahan keadaan pohon (obyek) yang diukur d. Kesalahan faktor hujan, angin, topografi yang sulit dicapai dan sebagainya. 3. Alat Ukur Tinggi Pohon.
Gambar 2. Clinometer
Menurut Pariadi (1979), menjelaskan pula bahwa alat ukur tinggi pohon yang dapat dipergunakan dapat dibedakan menjadi dua golongan menurut bentuk dan teknik pemakaiannya, yaitu: Alat ukur tinggi dengan Trigonometri prinsipnya adalah mengukur sudut lereng pada pembidikan ke pangkal dan puncak pohon terhadap bidang mendatar. Skala alat dapat ditentukan berdasarkan besarnya sudut, persen sudut, dalam bentuk tangen maupun dalam skala tinggi pohon. Jenis alat yang akan digunakan, clinometer.
18
4. Cara Pengukuran Tinggi Pohon dengan Clinometer
Gambar 3. Pengukuran Tinggi Pohon dengan Trigonometri atau Segitiga Sebangun (Clinometer) Tinggi pohon dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Untuk
Keterangan : H
=
tinggi total hasil pengukuran
%ht
=
bacaan pada tinggi total
%hb =
bacaan pada pangkal
%hp =
bacaan pada ujung galah (Anonim 1999).
Menurut Anonim (1999) Metode yang digunakan merupakan metode trigonometri. Metode ini tidak menggunakan alat ukur yang mahal dan canggih, tidak menggunakan pengukuran jarak dan mudah dilakukan baik di hutan tanaman maupun di hutan alam. Variabel -variabel yang diukur dalam pengukuran tinggi adalah tinggi total (H), tinggi bebas cabang (hcp). Perhatikan bahwa posisi tongkat ukur harus di sisi pohon, posisi tongkat pada gambar di atas dimaksudkan untuk mempermudah pengertian saja.
19
5. Definisi Pengukuran Diameter Diameter pohon adalah jarak antara dua titik pada lingkaran yang melalui titik pusat lingkaran. Dalam pelaksanaan pengukuran pohon makin keatas semakin kecil (Pariadi. A, 1979). Diameter pohon adalah panjang garis lurus yang melalui pusat penampang
melintang
pohon
dan
menghubungkan
pohon
dan
menghubungkan dua titik yang terdapat pada garis lingkaran luar pohon (Bruce dan Schumacher, 1950 dalam Handayani, 2003). Diameter rataan adalah diameter rata-rata dari sejumlah pohon yang di ukur untuk mengetahui keadaan pertambahan diameter dari pohon-pohon dalam tegakan (Endang, 1990). 6. Alat Pengukuran Diameter Menurut Anonim (1992), menyatakan bahwa dalam pengukuran diameter pohon maka kita akan menggunakan alat Phi band sebagai alat pendugaan diameter.
Gambar 4. Pita Ukur Diameter (Phiband) dan Bagian-bagiannya
20
Pita Ukur Diameter atau disebut juga dengan Phiband yaitu alat yang berfungsi sebagai pengukur diameter. Cara menggunakan Pita Ukur Diameter adalah sebagai berikut : a. Pita
diameter
dililitkan
pada
batang
pohon
yang
akan
diukur
diameternya. b. Lilitan pita melingkar dan menempel pada batang pohon dengan posisi horizontal/tegak lurus terhadap batang pohon. c. Diameter batang dapat dibaca pada skala diameter yang berimpit dengan titik nol. 7. Ketentuan Pengukuran Diameter Pohon Ketentuan pengukuran pohon adalah berbanir dari 1.3 m di atas permukaan tanah maka pengukuran dilakukan pada 20 cm di atas banir. Diameter pohon diperlukan dalam penentuan volume, luas bidang dasar dan pendugaan umur pohon (Dirjen Kehutanan, 1976 dalam Handayani 2003). Menurut Anonim (1991), disebutkan bahwa Luas bidang dasar (Lbds) suatu pohon adalah luas penampang melintang dari batang pohon tersebut pada setinggi 130 cm dari permukaan tanah. Menurut Anonim (1992), menyatakan bahwa pengukuran diameter atau keliling batang setinggi dada dari permukaan tanah disepakati, tetapi setinggi dada untuk setiap bangsa punya kesepakatan masing-masing yang di sesuaikan dengan tinggi rata-rata dada masyarakat bangsa itu. Setinggi dada untuk pengukuran kayu berdiri di Indonesia disepakati setinggi 1,3 meter/130 cm dari permukaan tanah. Menurut Endang (1990), menyatakan bahwa ada beberapa standar untuk ukuran pohon diameter tertentu yaitu :
21
a. Kondisi Pohon Berdiri
Gambar 5. Pengukuran Pohon Berdiri Pengukuran dilakukan pada: 1) Pengukuran diameter atau keliling setinggi 1,30 m di dasarkan untuk pohon berdiri tegak pada permukaan tanah yang relatif datar. 2) Jika pohon berdiri miring, maka Letak pengukuran diameter (Lpd) dilakukan pada bagian miring batang di sebelah atasnya, sejauh 1,30 m dari permukaan tanah. b. Kondisi Pohon Berbanir
Gambar 6. Pengukuran Pohon Berbanir
Pengukuran dilakukan pada: 1) Jika Batas ujung banir (Bub) kurang dari 110 cm, maka pengukuran (Lpd) dilakukan setinggi 1,30 m dari permukaan tanah.
22
2) Jika Bub tepat setinggi dari 110 cm, maka pengukurannya (Lpd) ditambah 20 cm di atas banir. Jadi Lpd-nya setinggi 1,30 m dari permukaan tanah. 3) Jika Bub-nya lebih tinggi dari 110 cm, maka pengukurannya (Lpd) ditambah 20 cm di atas banir. Jadi letak pengukurannya setinggi (Bub + 20 cm). c. Kondisi Pohon Cacat
Gambar 7. Pengukuran Pohon Cacat
Pengukuran dilakukan pada: 1) Jika setinggi 110 cm melebihi Batas bawah cacat (Bbc), maka letak pengukurannya (Lpd) setinggi Batas atas cacat (Bac + 20) cm 2) Jika Bbc lebih tinggi dari 110 cm, maka letak pengukurannya setinggi (Bbc
20) cm.
3) Jika bagian tengah cacat lebih kurang setinggi 1,30 m dari permukaan tanah maka pengukurannya dilakukan setinggi Bbc (Lpd2) dan Bac (Lpd1). Sehingga hasil ukurannya (diameter atau keliling) adalah ukuran (Lpd1 + Lpd2) / 2.
23
d. Kondisi Pohon Batang Bercabang Atau Menggarpu
Gambar 8. Pengukuran Batang Bercabang atau Menggarpu Pengukuran dilakukan pada: 1) Jika tinggi 1,30 m maka pengukuran dilakukan tetap setinggi 1,30 m dari permukaan tanah. 2) Jika tinggi cacat kurang dari 1,10 m, maka Lpd-nya dilakukan pada kedua batang setinggi 1,30 m. e. Kondisi Pohon Lahan Basah
Gambar 9. Pengukuran Pohon Lahan Basah Pengukuran dilakukan pada: 1) Jenis Bruguiera spp yang dijadikan awal pengukuran bukan dari permukaan tanah, tapi pada bagian akarnya. Letak pengukurannya setinggi 1,30 m.
24
2) Untuk jenis Ceriops spp yang dijadikan awal pengukuran pada bagian akar yang berbatasan dengan air. Di samping adanya bagian-bagian akar yang berupa banir, maka ditinjau dulu berapa tinggi banir tersebut. Jika tinggi banir tersebut kurang dari 1,30 m, maka letak pengukuran dilak ukan setinggi 1,30 m dari batas bagian akar yang kena air. 3) Untuk jenis Rhizophora spp dilakukan pengukuran setinggi 20 cm dari ujung bagian akar teratas. 8. Penghitungan Volume Pohon Volume pohon dengan mempertimbangkan angka bentuk digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: V = Volume (m 3) = 3,141592654 d2 = Diameter pohon (cm) 2 h
= Tinggi Total (m)
f
= Nilai faktor bentuk = 0,7 (Direktorat Jendral Kehutanan, 1976)
9. Standar Deviasi Standar deviasi salah satu teknik statistik yang digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok. Standar deviasi merupakan variasi sebaran data. semakin kecil nilai sebarannya berarti variasi nilai data makin sama, jika sebarannya bernilai 0, maka nilai semua datanya adalah sama sedangkan semakin besar nilai sebarannya berarti data semakin bervariasi.
25
Standar
deviasi (Simpang Baku) merupakan suatu nilai untuk
mengetahui penyimpangan nilai -nilai individu terhadap rata-rata.
Dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
)2
(
2
n
SB
n 1
Keterangan : SB x
= Jumlah Nilai Indvidu 2
X N
= Standar Deviation (Simpang Baku)
= Jumlah Individu yang dikuadratkan = Jumlah Pohon
10. Koefisien variasi Koefisien variasi adalah perbandingan antara simpangan standar dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan persentase. Koefisien variasi berguna untuk melihat sebaran data dari rata-rata hitungnya. Fungsinya, untuk membandingkan variasi dari beberapa gugus data yang mempunyai satuan yang berbeda. Semakin kecil koefisien variasinya, maka data itu semakin homogen. Mengingat ukuran dispersi absolut mudah menimbulkan kekaburan, maka sering digunakan ukuran dispersif relatif. Diantara berbagai macam ukuran dispersi relatif yang terkenal ialah yang bernama Coefficient Of Variation (koefisien variasi), yaitu persentasi standar deviation terhadap nilai rata-rata X dan untuk klasifikasi dari koefisien variasi (Becking, 1981) sebagai berikut: C.V = 0 C.V = 10
10 % (dikatakan kecil / seragam) 20 % (dikatakan sedang)
26
C.V = 20
30 % (dikatakan besar)
C.V = > 30 % (dikatakan sangat besar) Rumus :
Keterangan : CV = Coefficient Of Variation (koefisien Variasi) Sd = Standar Deviasi (Simpang Baku) = Rata-rata
26
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Waktu yang digunakan dalam penelitian selama 2 (dua) bulan, dari tanggal 04 Februari sampai dengan 31 Maret 2016,
yang meliputi situasi
persiapan penelitian, pengumpulan data dan pengolahan data serta penyusunan Karya Ilmiah. B. Alat dan Bahan 1. Alat a. Alat tulis menulis, untuk mencatat hasil penelitian, b. Clinometer, untuk mengukur tinggi pohon, c. Kalkulator, untuk menghitung hasil volume pohon. d. Phiband, untuk mengukur diameter pohon. e. Parang, di gunakan untuk merintis jalan. f. Galah, di gunakan sebagai alat pembanding tinggi pohon. g. Kamera digital, digunakan untuk dokumentasi lapangan. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman
kapur
(Dryobalanops aromatica Gaerth) yang berumur 10 tahun dengan jarak tanam 6 m x 6 m. luas tanaman 1 ha, ditanam pada tanggal 31 Juli 2006 dengan jumlah tanaman 277 pohon.
27
C. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) yang dilakukan di Kebun Raya Unmul Samarinda sebagai berikut: 1. Orientasi lapangan Orientasi lapangan dilakukan sebagai studi pendahulu yang tujuannya untuk menentukan sistem kerja dalam penelitian, serta memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi dan kondisi areal penelitian. 2. Studi literatur Studi literatur dilakukan untuk memperoleh pemahaman terhadap obyek yang akan diamati. 3. Perijinan administrasi Penyelesaian
administrasi
dilakukan
untuk
permohonan
ijin
melaksanakan penelitian. 4. Persiapan alat Mempersiapkan semua alat yang akan dibawa kelapangan. 5. Metode penelitian Adapun metode penelitian yang digunakan adalah dengan cara sampling. Metode sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Cara Pengambilan data yang digunakan yaitu dengan cara sampling dan sampel dengan cara acak. Intensitas sampling
x 100 = 36%.
6. Penomoran pohon Penomoran pohon dapat dilakukan dengan menggunakan label. Label dipasang pada pohon objek secara berurutan dari pohon ke 1 sampai dengan 277 dalam luasan 1 ha. Sesuai kuota yang ditentukan dan dipilih secara acak
28
sebanyak 100 pohon. Jadi pohon yang dilakukan pengukuran adalah pohon telah dipilih secara acak. 7. Pengambilan data Dalam pengambilan data diameter alat yang digunakan yaitu phiband, sedangkan untuk pengukuran tinggi menggunakan alat clinometer dan galah (pole) 4 meter. 8. Memotret pohon Memotret pohon yang dijadikan objek untuk dijadikan dokumentasi kegiatan penelitian. D. Pengelolaan Data 3. Tinggi Untuk menghitung tinggi
dan volume pohon menggunakan rumus
sebagai berikut: Rumus Tinggi Pohon: Tt = Keterangan: Tt
: Tinggi total
HT : H Top HP : H Pole HB : H Base 4 M : Tinggi galah/jalon 4. Volume Untuk
menghitung 2
volume
pohon
menggunakan
rumus:
29
Keterangan: V
= Volume (m 3) = 3,141592654
d2
= Diameter pohon (cm2)
h
= Tinggi Total (m)
f
= Nilai faktor bentuk = 0,7 (Direktorat Jendral Kehutanan, 1976)
5. Standar Deviasi (Simpang Baku) Untuk menghitung Standar Deviasi (Simpang Baku) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 2
)2
( n
SB
n 1 Keterangan : SB x
= Standar Deviation (Simpang Baku) = Jumlah Nilai Indvidu
X2 = Jumlah Individu yang dikuadratkan n
= Jumlah Pohon
6. Koefisien Variasi Untuk menhitung koevisien variasi menggunakan rumus sebagai berikut C.V = 0
10 % (dikatakan kecil / seragam)
C.V = 10
20 % (dikatakan sedang)
C.V = 20
30 % (dikatakan besar)
C.V = > 30 % (dikatakan sangat besar) Rumus :
30
Keterangan : CV = Coefficient Of Variation (koefisien Variasi) Sd = Standar Deviasi (Simpang Baku) = Rata-rata
31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) merupakan areal hutan Pendidikan Lempake, Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman yang semula merupakan kawasan dari areal konsensi HPH CV. Kayu Mahakam yang telah dieksploitasi secara tebang pilih (selective cutting). Rektor Universitas Mulawarman pada saat itu Ir. H. Sambas Wirakusumah. M.Sc. meminta salah satu areal dikawasan hijau seluas 300 ha kepada Ali Akbar Afloes selaku pemegang konsensi HPH CV. Kayu Mahakam untuk menjadi Hutan Pendidikan (Laboratorium Alam) Fakultas Kehutanan Unmul.Dalam perkembangan selanjutnya, 62 Hektar difungsikan sebagai fasilitas jalan, tempat hiburan danau buatan, fasilitas olahraga, tempat hiburan dan lainnya. Adapun jenis-jenis kapur yang ada di KRUS yaitu diantaranya: 1. Kapur singkil (Dryobalanops aromatica Gaerth) 2. Kapur tanduk (Dryobalanops lanceolata Burck) 3. Kapur petanang (Dryobalanops oblongifolia Dyer) 4. Kapur keladan (Dryobalanops beccarii Dyer) Hasil penelitian pengukuran tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) umur 10 tahun di Kebun Raya Unmul Samarinda, pengukuran tinggi menggunakan alat clinometer, sedangkan untuk pengukuran diameter dengan menggunakan alat phiband. Hasil pengukuran tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) tercantum pada cara perhitungan tinggi,
Lampiran 1, sedangkan pada Lampiran 2
Lampiran 3 cara perhitungan volume, Lampiran 4
perhitungan rata-rata tinggi, diameter dan volume, Lampiran 5 Penghitungan
32
standar deviasi dan koefisien variasi, sedangkan pada Lampiran 6 dapat dilihat foto-foto dokumentasi lapangan. 1. Hasil Pengukuran Tinggi, Diameter dan Volume Hasil dari kegiatan penelitian pengukuran tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) umur 10 tahundi Kebun Raya Unmul Samarinda yaitu dapat dilihat pada tablel berikut : Tabel 1. Hasil Pengukuran Tinggi, Diameter dan Volume Diamter Volume No Pohon Tinggi (m) Diameter Diameter (m3) (cm) (m) 1 (116) 15,6364 11,9 0,1190 0,1217 2 (106) 8,3429 11,3 0,1130 0,0586 3 (131) 8,2353 9,6 0,0960 0,0417 4 (18) 11,5294 9,2 0,0920 0,0537 5 (135) 12,8485 13,4 0,1340 0,1268 6 (61) 11,8750 13,1 0,1310 0,1120 7 (5) 13,4815 14,6 0,1460 0,1580 8 (26) 12,9600 12,7 0,1270 0,1149 9 (77) 13,5652 13,8 0,1380 0,1420 10 (1) 15,8333 16,1 0,1610 0,2256 11 (12) 14,2667 16,3 0,1630 0,2084 12 (56) 14,0000 13,6 0,1360 0,1424 13 (7) 13,5714 14,3 0,1430 0,1526 14 (2) 12,0000 13,8 0,1380 0,1256 15 (97) 11,8571 10,7 0,1070 0,0746 16 (49) 11,8750 14,6 0,1460 0,1392 17 (71) 13,1613 15,8 0,1580 0,1806 18 (87) 7,6923 11,6 0,1160 0,0569 19 (139) 10,9744 14,4 0,1440 0,1251 20 (51) 8,5263 8,6 0,0860 0,0347 21 (96) 12,3429 13,2 0,1320 0,1182 22 (89) 10,4516 13,4 0,1340 0,1032 23 (119) 14,5600 15,9 0,1590 0,2024 24 (92) 12,8276 14,3 0,1430 0,1442 25 (6) 11,1515 11,8 0,1180 0,0854 26 (40) 8,9000 10,7 0,1070 0,0560 27 (37) 8,1818 12,9 0,1290 0,0749 28 (42) 9,3333 12,1 0,1210 0,0751 29 (83) 9,3333 12,3 0,1230 0,0776 30 (53) 9,3684 13,8 0,1380 0,0981 31 (76) 9,9000 16,2 0,1620 0,1428
33
Tabel 1. lanjutan 32 (8) 10,9333 33 (55) 10,1176 34 (18) 9,4545 35 (9) 13,2000 36 (16) 10,1622 37 (50) 13,6296 38 (64) 14,9231 39 (54) 12,7742 40 (66) 12,3077 41 (129) 11,5000 42 (122) 12,5517 43 (4) 10,1935 44 (102) 8,4545 45 (46) 11,7949 46 (44) 11,0270 47 (128) 11,5789 48 (25) 10,7317 49 (38) 10,3333 50 (3) 10,6364 51 (120) 11,7000 52 (14) 10,0541 53 (95) 10,1905 54 (125) 12,7111 55 (31) 11,7447 56 (143) 11,4000 57 (163) 9,6842 58 (145) 11,0698 59 (161) 7,9412 60 (137) 10,7451 61 (169) 9,4783 62 (185) 9,1200 63 (201) 10,5306 64 (174) 10,7234 65 (177) 8,6792 66 (187) 9,2000 67 (183) 9,3023 68 (172) 11,7714 69 (178) 11,2000 70 (181) 10,7143 71 (20) 10,6667 72 (173) 9,8605 73 (101) 10,8085 74 (275) 12,8485 75 (141) 10,6047 76 (104) 11,3333
15,2 13,7 11,5 12,7 11,4 13,7 15 12,2 11,5 14,2 14,1 13,2 7,5 14,9 16,4 16,6 14,8 14,9 13,3 11,6 10,1 12,9 14,5 11 15,1 8,6 10,5 8,9 11,7 10,9 9,4 11,9 13,4 10,8 11,8 11,3 13,3 11,7 10,9 12,8 12,8 10,4 15,3 9,8 11,9
0,1520 0,1370 0,1150 0,1270 0,1140 0,1370 0,1500 0,1220 0,1150 0,1420 0,1410 0,1320 0,0750 0,1490 0,1640 0,1660 0,1480 0,1490 0,1330 0,1160 0,1010 0,1290 0,1450 0,1100 0,1510 0,0860 0,1050 0,0890 0,1170 0,1090 0,0940 0,1190 0,1340 0,1080 0,1180 0,1130 0,1330 0,1170 0,1090 0,1280 0,1280 0,1040 0,1530 0,0980 0,1190
0,1389 0,1044 0,0687 0,1170 0,0726 0,1406 0,1846 0,1045 0,0895 0,1275 0,1372 0,0976 0,0261 0,1440 0,1631 0,1754 0,1292 0,1261 0,1034 0,0866 0,0564 0,0932 0,1469 0,0781 0,1429 0,0394 0,0671 0,0346 0,0809 0,0619 0,0443 0,0820 0,1059 0,0557 0,0704 0,0653 0,1145 0,0843 0,0700 0,0961 0,0888 0,0643 0,1654 0,0560 0,0882
34
Tabel 1. lanjutan 77 (74) 10,7692 78 (132) 8,2791 79 (17) 11,1429 80 (34) 9,1613 81 (36) 11,5789 82 (107) 10,2105 83 (127) 12,9032 84 (103) 8,9565 85 (112) 10,2128 86 (59) 7,5556 87 (80) 13,3684 88 (63) 11,2157 89 (72) 10,5116 90 (99) 10,3200 91 (121) 8,1290 92 (133) 8,2000 93 (11) 6,9153 94 (67) 10,9524 95 (21) 12,6667 96 (100) 10,0465 97 (10) 11,7037 98 (207) 10,2727 99 (271) 14,6667 100 (266) 12,4848 Jumlah 1101,1925
11,7 9,9 12,8 12,6 14,4 12,2 13,8 13,4 14,8 9 13,6 12,5 10,5 10,1 11,4 9,5 8,7 10,3 13,6 12,2 10,2 11,5 13,7 12,1 1250,6
0,1170 0,0990 0,1280 0,1260 0,1440 0,1220 0,1380 0,1340 0,1480 0,0900 0,1360 0,1250 0,1050 0,1010 0,1140 0,0950 0,0870 0,1030 0,1360 0,1220 0,1020 0,1150 0,1370 0,1210 12,5060
0,0810 0,0446 0,1004 0,0800 0,1320 0,0836 0,1351 0,0884 0,1230 0,0336 0,1359 0,0963 0,0637 0,0579 0,0581 0,0407 0,0288 0,0639 0,1288 0,0822 0,0669 0,0747 0,1513 0,1005 10,0143
2. Hasil Pengolahan Data Untuk menghitung rata-rata, standar deviasi beserta koefisien variasi dari data tinggi, diameter dan volume dapat menggunakan rumus berikut :
a. Rata-rata,
=
b. Standar Deviasi (Simpangan Baku) 2
SB
)2
( n n 1
35
c. Coefisien of variance
Tabel 2. Hasil Pengolahan Data Tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) Tinggi Tinggi RataNomor Data SB CV Maksimum Minimum rata 1 Tinggi (m) 15,83 6,91 11,01 1,88 17,07 % 2 Diameter (cm) 16,6 7,5 12,5 2,03 16,24 % 3 3 Volume (m ) 0,22 0,02 0,10 0,04 40 %
B. Pembahasan Pada lokasi penelitian tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) banyak terdapat tumbuhan pengganggu atau gulma sehingga menghambat laju pertumbuhan tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) tersebut. Tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) yang tumbuh ditempat yang bersih lebih besar diameter dan tingginya dibandingkan dengan yang berada ditengah-tengah tumbuhan pengganggu atau gulma. 1. Tinggi Tinggi tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) umur 10 tahun dilakukan sebanyak 100 pohon dengan jarak tanam 6 x 6 meter. Dari hasil pengukuran
tinggi
tanaman
kapur
(Dryobalanops
aromatica
Gaerth)
didapatkan data tinggi rata rata 11,01 m. Untuk nilai minimum 6,91 m, nilai maksimum 15,83 m, standar deviasi 1,88 m, dan koefisien variasi 17,07% (sedang). 2. Diameter Diameter tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) umur 10 tahun dilakukan sebanyak 100 pohon dengan jarak tanam 6 x 6 meter. Dari hasil pengukuran diameter tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth)
36
umur 10 tahun didapatkan diameter rata rata 12,5 cm Untuk nilai minimum 7,5 cm, nilai maksimum 16,6 cm, standar deviasi 2,03 cm dan koefisien variasi 16, 24% (sedang). 3. Volume Volume tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) umur 10 tahun dilakukan sebanyak 100 pohon dengan jarak tanam 6 x 6 meter. Dari hasil pengukuran volume tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) didapatkan data volume rata-rata 0,10 m3. Untuk nilai minimum 0,02 m 3 , nilai 3
3
maksimum 0,22 m , standar deviasi 0,04 m dan koefisien variasi 40% (sangat besar). 3. Potensi Potensi tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) umur 10 tahun yang berada di Kebun Raya Unmul Samarinda dalam luasan 1 ha dengan jarak tanam 6 m x 6 m berjumlah 277 pohon yang dimana menjadi sampel sebanyak 100 pohon, sedangkan volume per pohonnya 0,10 m3 x 277 pohon = 27 m3/hektar.
37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpilkan : 1. Didapatkan data tinggi rata-rata sebesar 11,01 m, tinggi minimum 6,91 m, tinggi maksimum 15,83 m, standar deviasi 1,88 m dan koefisien variasi sebesar 17,07%. 2. Didapatkan data diameter rata-rata 12,5 cm, diameter minimum 7,5 cm, diameter maksimum 16,6 cm, standar deviasi 2,03 cm dan koefisien variasi sebesar 16,24%. 3. Didapatkan data volume rata-rata 0,10 m3, volume minimum 0,02 m3, volume maksimum 0,22 m3, standar deviasi 0,04 m3 dan koefisien variasi sebesar 40%. 4. Potensi tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) umur 10 tahun dalam luasan 1 ha dengan jarak tanam 6 m x 6 m, didapatkan 27 m3/hektar. B. Saran 1. Pada tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) harus dilakukan pemeliharaan (pembersihan) agar tanaman bisa tumbuh dengan baik. 2. Diharapkan ada penelitian lanjutan terhadap tanaman kapur (Dryobalanops aromatica Gaerth) di lokasi dan tanaman yang sama agar diketahui pertumbuhan riapnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1991. Pendugaan https://www.google.com.
Luas
Bidang
Dasar
(terhubung
berkala
Anonim, 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Anonim, 1999. Perhitungan dan Penentuan Volume Batang. IPB, Bogor, Indonesia. Anonim, 2011. Pengertian dan Definisi Inventarisasi Hutan. http://pengertiandefinisi.blogspot.co.id/2011/01/inventarisasi-hutan.html Becking, W. R. 1981.Manual Of Forest Inventory Part Two. Direktorat Jenderal Kehutanan, 1976.Vademecum Kehutanan Indonesia, Direktorat Jenderal Kehutanan. Departemen Pertanian. Endang. Dkk, 1990. Manajemen Hutan. Departemen Pendidikan Kehutanan Cepu, Direksi Perum Perhutani Cepu. Firdaus, 2012. Sejarah Mengenai Kebun Raya Unmul Samarinda (online) Tersedia: http//mauzanafirdaus.blogspot.com/2015/02/kebun RayaUnmul-Samarinda. Handayani, Laela. 2003. Penyusunan Tabel Volume Lokal Jenis Tegakan Rhizophora apicula dan Bruguira gymnorriza di Hutan Mangrove HPH. PT. Thai Rajvithi, Riau. Universitas Lancang Kuning. Pekanbaru Harun Al Rasyid, Marfuah, H.Wijayakusumah, D. Hendarsyah, 1991 Vamikum Dipterocarpaseae. Jakarta. Husch, B. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hutan. UI Press. Jakarta. Pariadi, A. 1979. Ilmu Ukur Kayu. Lembaga Penelitian Bogor. Plantamor 2012, hidup-sehat.com/tips/klasifikasi-cengkeh-dari-plantamo Simon, H. 1996. Metode Inventore Hutan. Cetakan Kedua. Aditya Media. Jogjakarta Soeharlan dan Soediono. 1973. Ilmu Ukur Kayu. Lembaga Penelitian Hutan Bogor, Obor Jakarta Sula Guliamus, 2013. Pengukuran Tinggi dan Diameter Tanaman Kapur (Dryobalanops aromatica) di Kebun Raya Unmul Samarinda
39
Sutisna, U.Dkk, 1889. Pedomana Pengenalan Pohon Hutan Indonesia Yayasana Prosesa Bogor, Pusat Diktat Pegawai dan SDM Kehutanan Bogor. Syaripudin, 2015. Inventarisasi Pohon Jati (Tectona grandis) di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Wirakusumah,S. 2003. Dasar-dasar Ekologi bagi Populasi dan Komunitas UI Press. Jakarta.
40
LAMPIRAN
41
Lampiran 1. Hasil Pengukuran Diameter, Penghitungan Tinggi dan Volume No Pohon H.Top (%) 1 76 2 51 3 55 4 72 5 91 6 83 7 68 8 68 9 57 10 67 11 79 12 67 13 72 14 79 15 73 16 88 17 92 18 66 19 102 20 78 21 104 22 76 23 82 24 79 25 80 26 79 27 76 28 88 29 69 30 84 31 93 32 78 33 79 34 68 35 96 36 84 37 78 38 84 39 84
Data Tinggi H.Pole H.Base (%) (%) 12 -10 13 -22 19 -15 8 -26 18 -15 20 -12 4 -23 12 -13 2 -21 -4 -28 2 -28 2 -24 5 -23 19 -11 18 -10 25 -7 21 -10 30 -9 34 -5 35 -3 31 -4 26 -5 16 -9 15 -14 21 -12 30 -10 30 -14 32 -10 25 -8 33 -5 34 -6 26 -4 27 -7 23 -10 27 -3 27 -10 13 -14 13 -13 16 -15
Diamter Tinggi (m) 15,6364 8,3429 8,2353 11,5294 12,8485 11,8750 13,4815 12,9600 13,5652 15,8333 14,2667 14,0000 13,5714 12,0000 11,8571 11,8750 13,1613 7,6923 10,9744 8,5263 12,3429 10,4516 14,5600 12,8276 11,1515 8,9000 8,1818 9,3333 9,3333 9,3684 9,9000 10,9333 10,1176 9,4545 13,2000 10,1622 13,6296 14,9231 12,7742
Diameter (cm) 11,9 11,3 9,6 9,2 13,4 13,1 14,6 12,7 13,8 16,1 16,3 13,6 14,3 13,8 10,7 14,6 15,8 11,6 14,4 8,6 13,2 13,4 15,9 14,3 11,8 10,7 12,9 12,1 12,3 13,8 16,2 15,2 13,7 11,5 12,7 11,4 13,7 15 12,2
Diameter (m) 0,119 0,113 0,096 0,092 0,134 0,131 0,146 0,127 0,138 0,161 0,163 0,136 0,143 0,138 0,107 0,146 0,158 0,116 0,144 0,086 0,132 0,134 0,159 0,143 0,118 0,107 0,129 0,121 0,123 0,138 0,162 0,152 0,137 0,115 0,127 0,114 0,137 0,15 0,122
Volume 3 (m ) 0,1217 0,0586 0,0417 0,0537 0,1268 0,1120 0,1580 0,1149 0,1420 0,2256 0,2084 0,1424 0,1526 0,1256 0,0746 0,1392 0,1806 0,0569 0,1251 0,0347 0,1182 0,1032 0,2024 0,1442 0,0854 0,0560 0,0749 0,0751 0,0776 0,0981 0,1428 0,1389 0,1044 0,0687 0,1170 0,0726 0,1406 0,1846 0,1045
42
Lampiran 1. (Sambungan) Data Tinggi No Pohon H.Top (%) 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77
104 110 86 68 80 101 89 94 94 81 102 104 80 100 130 107 89 100 94 111 108 82 90 122 118 92 90 80 78 50 65 100 95 112 93 98 95 80
H.Pole H.Base (%) (%) 23 35 24 20 31 25 24 22 25 24 29 27 24 35 32 16 15 19 18 44 22 19 26 42 39 30 25 23 10 5 18 30 32 32 20 27 18 14
-16 -5 -5 -11 -13 -14 -13 -16 -16 -12 -15 -13 -13 -7 -13 -31 -25 -38 -25 -24 -29 -27 -24 -7 -8 -23 -25 -20 -25 -20 -10 -12 -11 -15 -13 -16 -24 -25
Diamter Tinggi (m)
Diameter (cm)
Diameter (m)
12,3077 11,5000 12,5517 10,1935 8,4545 11,7949 11,0270 11,5789 10,7317 10,3333 10,6364 11,7000 10,0541 10,1905 12,7111 11,7447 11,4000 9,6842 11,0698 7,9412 10,7451 9,4783 9,1200 10,5306 10,7234 8,6792 9,2000 9,3023 11,7714 11,2000 10,7143 10,6667 9,8605 10,8085 12,8485 10,6047 11,3333 16,7273
11,5 14,2 14,1 13,2 7,5 14,9 16,4 16,6 14,8 14,9 13,3 11,6 10,1 12,9 14,5 11 15,1 8,6 10,5 8,9 11,7 10,9 9,4 11,9 13,4 10,8 11,8 11,3 13,3 11,7 10,9 12,8 12,8 10,4 15,3 9,8 11,9 11,7
0,115 0,142 0,141 0,132 0,075 0,149 0,164 0,166 0,148 0,149 0,133 0,116 0,101 0,129 0,145 0,11 0,151 0,086 0,105 0,089 0,117 0,109 0,094 0,119 0,134 0,108 0,118 0,113 0,133 0,117 0,109 0,128 0,128 0,104 0,153 0,098 0,119 0,117
Volume 3 (m ) 0,0895 0,1275 0,1372 0,0976 0,0261 0,1440 0,1631 0,1754 0,1292 0,1261 0,1034 0,0866 0,0564 0,0932 0,1469 0,0781 0,1429 0,0394 0,0671 0,0346 0,0809 0,0619 0,0443 0,0820 0,1059 0,0557 0,0704 0,0653 0,1145 0,0843 0,0700 0,0961 0,0888 0,0643 0,1654 0,0560 0,0882 0,0810
43
Lampiran 1. (Sambungan)
No Pohon H.Top (%) 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
63 105 62 92 82 96 95 108 62 99 116 92 109 50 61 75 104 115 92 70 97 118 86
Data Tinggi H.Pole (%) 17 30 22 20 23 27 38 35 22 10 24 22 30 18 19 32 31 24 27 18 28 22 16
H.Base (%)
Diamter Tinggi (m)
-26 8,2791 -12 11,1429 -9 9,1613 -18 11,5789 -15 10,2105 -4 12,9032 -8 8,9565 -12 10,2128 -23 7,5556 -28 13,3684 -27 11,2157 -21 10,5116 -20 10,3200 -13 8,1290 -21 8,2000 -27 6,9153 -11 10,9524 -18 12,6667 -16 10,0465 -9 11,7037 -16 10,2727 -14 14,6667 -17 12,4848 Jumlah 1101,1925 Rata-rata =
11,0119
Diameter (cm)
Diameter (m)
9,9 12,8 12,6 14,4 12,2 13,8 13,4 14,8 9 13,6 12,5 10,5 10,1 11,4 9,5 8,7 10,3 13,6 12,2 10,2 11,5 13,7 12,1 1250,6
0,099 0,128 0,126 0,144 0,122 0,138 0,134 0,148 0,09 0,136 0,125 0,105 0,101 0,114 0,095 0,087 0,103 0,136 0,122 0,102 0,115 0,137 0,121 12,506
12,506
0,12506
Volume 3 (m ) 0,0446 0,1004 0,0800 0,1320 0,0836 0,1351 0,0884 0,1230 0,0336 0,1359 0,0963 0,0637 0,0579 0,0581 0,0407 0,0288 0,0639 0,1288 0,0822 0,0669 0,0747 0,1513 0,1005 10,0143
44
Lampiran 2. Perhitungan Tinggi Pohon Contoh Pohon Nomor 1 Htop (ht)
= 76%
Hpole (hp) = 12% Hbase (hb) = -10% Rumus yang digunakan adalah:
Maka pohon nomor 1, tingginya = 15,6 m
45
Lampiran 3. Perhitungan Volume Perpohon Contoh Pohon Nomor 1 Diameter
= 11,9 cm = 0,119 m
Tinggi
= 15,6 m
Faktor bentuk = 0,7 = 3,1415926536
¼
= 0, 25
2
Rumus volume yang digunakan adalah:
3
Maka pohon nomor 1 volumenya = 0,1217 m
3
46
Lampiran 4. Perhitungan Rata-rata Tinggi, Diameter dan Volume a. Rata-rata tinggi :
m Jadi rata-rata tingginya yaitu 12,01 m b. Rata-rata diameter :
cm Jadi rata-rata diameternya yaitu 12,506 cm c. Rata-rata volume :
m3 Jadi rata-rata volumenya yaitu 0,1001 m3
47
Lampiran 5. Perhitungan Standar Deviasi dan Koefisien Variasi untuk data Tinggi, Diameter dan Volume 1. Standar Deviasi dan Koefisien Variasi data Tinggi :
= =
= 1,88 m
=
x 100% = 17, 07%
2. Standar Deviasi dan Koefisien Variasi data Diameter :
= =
= 2,03 cm
=
x 100% = 16, 24%
3. Standar Deviasi dan Koefisien Variasi data Volume :
= =
= 0,04 m 3
=
x 100% = 40 %
48
Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Gambar 10. Wawancara dengan Kepala Pengelolah KRUS di Kantor Fahutan UNMUL Samarinda
Gambar 11. Lokasi Penelitian
49
Gambar 12. Penomoran Pohon
Gambar 13. Pengukuran Tinggi Pohon
50
Gambar 14. Pengukuran Diameter Pohon
Gambar 15. Pengambilan Data Tinggi dan Diameter