INVENTARISASI JENIS BURUNG DI HUTAN KOTA POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Oleh : VENGIE NIM. 120500140
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015
INVENTARISASI JENIS BURUNG DI HUTAN KOTA POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Oleh : VENGIE NIM. 120500140
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015
INVENTARISASI JENIS BURUNG DI HUTAN KOTA POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Oleh : VENGIE NIM. 120500140
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015
HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah
:
Inventarisasi Jenis Burung Di Hutan Kota Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Nama
:
VENGIE
NIM
:
120500140
Program Studi
:
Manajemen Lingkungan
Jurusan
:
Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Ir. M. Masrudy, MP NIP. 19600805 198803 1 003
Adi Supriadi, S.Hut., M.Si NIP. 19751007 200812 1 001
Furqaan Hamsyani. S.Hut., M.Si NIP.1979010 201012 1 002
Menyetujui, Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Dadang Suprapto, MP NIP.19620101 198803 1 003
Ir. M. Masrudy, MP NIP. 19600805 198803 1 003
Lulus ujian pada tanggal : ...........................
ABSTRAK
Vengie. INVENTARISASI JENIS BURUNG DI HUTAN KOTA POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA (di bawah bimbingan M. Masrudy). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman jenis burung di Hutan Kota Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini telah dilaksanakan oleh penulis selama kurang lebih dua bulan terhitung sejak bulan Februari sampai Maret 2015. Metode yang digunakan untuk pengamatan terhadap burung adalah metode secara langsung, di mana pengamatan dilakukan pada titik-titik yang telah ditentukan atau semanyak 3 titik. Pada setiap titik diadakan pengamatan pagi hari yakni pukul 06.00-09.00 dan sore hari pada pukul 16.00-18.00 WITA. Hasil pengamatan menunjukkan, bahwa pada lokasi penelitian di temukan sebanyak 10 jenis burung dari 8 suku. Jenis burung yang dominan selama penelitian adalah burung Gereja (Passer montanus), Cucak Kutilang (Picnonotus aurigaster), Kipasan Belang (Rhipidura javanica) dan Perkutut Jawa (Geopelia striata). Kata kunci : Hutan Kota, Inventarisasi, Burung, Kota Samarinda
RIWAYAT HIDUP Vengie, lahir pada tanggal 12 April 1991 di Dusun Berjoko, Desa Sungai Limau, Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara merupakan putra pertama dari empat bersaudara dari pasangan suami istri Bapak Gregorius Gae dan Ibu Maria Laurlyn Parillo. Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Sebatik Kecamatan Sebatik Tengah Kabupaten Nunukan pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2005, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Katolik Santo Gabriel, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008. Melanjutkan pendidikan kembali di Sekolah Menengah Atas Negeri 1. Nunukan. Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2012 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian pada Program Studi Manajemen Lingkungan. Selama menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Manajemen Pertanian Penulis telah mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) selama kurang lebih 2 bulan terhitung sejak tanggal 01 Maret sampai 30 April 2015 di PT. Sago Prima Pratama (SPP) Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Penulisan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar dengan sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penulis menyusun Karya Ilmiah yang berjudul Inventarisasi Jenis Burung Di Hutan Kota Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca. Amin.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, karena hanya Dialah dzat yang pantas dipuji, Rabb semesta alam, Dialah maha pencipta, maha melihat dan maha pemberi rezeki. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada pimpinan Nabi dan Rasul, Muhammad SAW yang diutus oleh Allah Azza wajallah sebagai rahmat bagi alam semesta. Atas ijin-Nya pula karya ilmiah ini dapat diselesaikan oleh Penulis dengan judul Inventarisasi Jenis Burung di Hutan Kota Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Penulis selama kurang lebih dua bulan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, Penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk ini dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Ir. M. Masrudy, MP. Selaku Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan Penulis. 2. Bapak Adi Supriadi, S.Hut., M.Si. Selaku Dosen Penguji I 3. Bapak Furqaan Hamsyani, S.Hut., M.Si Selaku Dosen Penguji II 4. Bapak Budi Harsono, A.Md. Selaku Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) pada Laboratorium Kualitas Udara dan Cuaca Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 5. Ibu Rosida, SP. Selaku Pranata Laboratorium Pendidikan pada Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Seluruh Dosen dan staf pengajar di Program Studi Manajemen Lingkungan Jurusan Manajemen Pertanian. 7. Bapak Ir.Dadang Suprapto, MP. Selaku Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan. 8. Bapak Ir. M. Masrudy, MP. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 9. Bapak Ir.Hasanudin, MP. Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
10. Keluarga tercinta, Ayah dan Ibu untuk doa dan kesabarannya serta adikadikku yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril kepada Penulis. 11. Rekan–rekan mahasiswa/mahasiswi, Idris, Marsik, Eki, Nowin, Yunita dan seluruh rekan Ps. Manajemen Lingkungan yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta inspirasi bagi Penulis hingga Karya Ilmiah ini selesai. 12. Seluruh pihak yang telah membantu Penulis selama menyelesaikan tugas akhir ini. Sebaik apapun penulis menyusun karya ilmiah ini, Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu Penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi lebih baiknya karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca sehingga dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca. Amiin.
Vengie Sei Keledang, Agustus 2015
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
i
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL............................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
ix
I.
PENDAHULUAN ..................................................................................
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
3
A. B. C. D. E. F. III.
IV.
V.
Keadaan Tempat Penelitian .......................................................... Gambaran Umum Burung ............................................................. Keanekaragaman Jenis Burung .................................................... Habitat Burung ............................................................................... Gangguan Terhadap Burung......................................................... Identifikasi Jenis Burung……………………………………………
3 4 8 12 13 14
METODE PENELITIAN ........................................................................
15
A. B. C. D.
Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... Alat dan Bahan Penelitian.......................................... .................. Metode Pengambilan Data ............................................................ Prosedur Kerja ...............................................................................
15 15 15 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
17
A. Hasil ............................................................................................... B. Pembahasan...................................................................................
17 18
KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
34
A. Kesimpulan ..................................................................................... B. Saran...............................................................................................
34 34
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Morfologi Burung Secara umum...........................................................
5
2.
Sayap Burung Secara Umum ............................................................
8
3.
Bubut (Centropus sinensis)................................................................
19
4.
Cucak Kutilang. (Picnonotus aurigaster) ...........................................
21
5.
Gereja (Passer montanus).................................................................
22
6.
Pipit Benggala (Lonchura fuscan) ......................................................
24
7.
Terkukur Biasa (Streptopelia chinensis)…………............................
26
8.
Perkutut Jawa (Geopelia striata)………………….............................
27
9.
Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)………………………………..
29
10. Pijantung Kecil (Arachnothere longirostra)……………………………
30
11. Madu Leher Merah (Anthreptes rhodolaema)………………………...
32
12. Kipasan Belang (Rhipidura javanica)………………………………….
33
Nomor
Lampiran
Halaman
13. SketsaLetakPenelitian ........................................................................
38
14. Sketsa Peta Hutan Kota PoliteknikPertanianNegeriSamarinda ........
39
15. Kamera ...............................................................................................
40
16. Teropong ............................................................................................
40
17. Papan Nama Hutan Kota Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ...
41
18. Pengamatan Burung Menggunakan Teropong .................................
41
19. Pengambilan Dokumentasi Mengunakan Kamera ............................
42
20. Mencatat Ciri-ciri Jenis Burung ..........................................................
42
21. Bunga dan Serangga Sumber Makanan Burung…………………….
43
22. Buah Terap dan Kates Sumber Pakan Burung..….………………….
43
DAFTAR TABEL Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1.
Tipe Kaki Burung ................................................................................
6
2.
Tipe Paruh Burung .............................................................................
7
3.
Jenis-jenis Burung yang Terdapat di Hutan Kota Politani. ................
17
4.
Sumber Pakan Burung di Hutan Kota Politani ..................................
18
BAB I PENDAHULUAN Burung merupakan bagian dari masyarakat hutan yang memiliki peranan penting bagi kelangsungan dan kelestarian hutan. Burung memegang peranan bagi regenerasi hutan, baik sebagai penyebar biji, penyerbuk tanaman, maupun sebagai control terhadap populasi serangga (Alikodra dkk, 1988). Suatu kawasan tertentu dapat saja memiliki keanekaragaman yang tinggi akan jenis burung, tetapi ada pula kawasan lain yang hanya mempunyai keanekaragaman jenis burung yang rendah, misalnya pada kawasan hutan keanekaragaman jenisnya akan lebih besar bila dibandingkan dengan kawasan perkotaan. Begitu pula dengan areal hutan yang masih murni memiliki jenis burung yang lebih beragam dari pada areal hutan yang sudah memiliki perubahan akibat beberapa sebab seperti penebangan dan kebakaran (Kuspriyanti, 1990). Keberadaan jenis burung sangat didukung oleh kondisi iklim yang baik dan keragaman jenis tumbuhan sebagai sumber pakan dan tempat mereka untuk berkembang biak. Burung merupakan salah satu satwa yang memiliki habitat yang khas. Satu habitat dapat dicirikan oleh jenis burung tertentu yang hidup di dalamnya. Begitu juga sebaliknya, satu jenis burung dapat menjadi penciri habitat tertentu. Menurut Balen (1987), perubahan habitat yang terjadi dapat cukup jelas ditentukan oleh perubahan keanekaragaman jenis burung setempat. Oleh karena itulah burung dapat dimanfaatkan sebagai petunjuk biologi (bio-indikator) untuk menentukan suatu tingkat pencemaran atau tingkat kerusakan suatu lingkungan. Perubahan habitat yang ekstrim dapat berakibat pada perubahan populasi atau
2
keanekaragaman burung penghuninya atau mendukung terjadinya perpindahan burung yang ada ketempat lain ataupun mengalami kematian. Tetapi ada pula beberapa jenis burung yang mampu kembali setelah terjadi bencana besar, seperti setelah kebakaran hutan ataupun gangguan lainnya. Bahkan beberapa jenis diantara mereka mampu berkembang biak dan menjadi jenis yang dominan pada habitat yang telah berubah tersebut (Boer, 1994). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis burung di area hutan kota Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi jenis burung di hutan kota Politani.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Tempat Penelitian Menurut Irwan (1994), Hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota maupun sekitarnya, berbentuk jalur, bergerombol (menumpuk), struktur menyerupai hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa liar dan menimbulkan lingkungan yang sehat, suasana yang nyaman dan sejuk. 1. Luas Lokasi Penelitian Hutan kota yang terletak di area kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, yang letaknya berbatasan sebelah utara dengan Kelurahan Sungai Keledang sebelah timur dengan Kelurahan Rapak dalam sebelah selatan dan barat dengan Kelurahan Sungai Keledang. Hutan kota Politani di tetapkan sebagai hutan kota pada tahun 2004 hal ini berdasarkan adanya pemasangan plang hutan kota yang di lakukan oleh dinas kehutanan kota samarinda oleh karena itu hutan kota di kecamatan samarinda seberang yang dulunya hanya terdapat satu lokasi hutan kota yaitu hutan kota ujung jembatan Mahakam, sekarang bertambah menjadi dua lokasi hutan kota (Abdal, 2014). Selanjutnya dijelaskan dari pengukuran lapangan tahun 2014, luas Hutan Kota Politani sebesar 2,61 Ha hutan kota ini berada di area kampus Politani yang di gunakan sebagai sarana pendidikan dan hutan percontohan bagi mahasiswa, sehingga keberadaan hutan kota tetap terjaga dan terlindungi keberadaannya. Berdasarkan hasil pengukuran lapangan tahun 2014 di ketahui luas hutan kota di kecamatan samarinda seberang sebesar 3,48 Ha atau hanya 0,28% dari total luas wilayah sebesar 1.249 Ha. Hal ini menyebabkan kecamatan
4
samarinda seberang masih kekurangan luas hutan kota sebesar 121.42 Ha. 2. Topografi Tempat Penelitian Keadaan topografi pada area hutan kota Politani adalah berbukit dan dengan kelerengan landai sampai curam. Ketinggian tempat pada kategori 0–700 meter di atas permukaan laut. Tipe Iklim berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson untuk wilayah kota madya adalah termasuk kedalalm tipe iklim A dan rata-rata curah hujan tahunan 2000 mm. B. Gambaran Umum Burung 1. Morfologi burung secara umum Tubuh burung itu dibedakan atas kepala (caput), leher (cervix),dan ekor (caundal). Badan burung ditutupi oleh bulu dan mempunyai sisik pada seluruh bagian kakinya serta bercakar. Pada mulut burung mempunyai paruh yang bermacam-macam tergantung pada jenis makanannya. Burung mempunyai ciri khusus diantaranya sebagai berikut : a. Seluruh badan dan tubuh ditutupi oleh bulu. b. Mempunyai dua pasang anggota bagian luar, dan mempunyai sepasang anggota dibagian belakang disesuaikan untuk hinggap dan berenang. c. Jantung terdiri dari empat ruangan yaitu dua auricular dan dua vientruculus. d. Respirasi dengan paru-paru. e. Suhu tubuh tetap. f. Fertilisasi terjadi dalam tubuh. g. Memiliki dua belas sayap kepala.
5
h. Tidak memiliki vesica uninaria, pada hewan betina biasanya memiliki satu idung telur kiri saluran telur kanan. i. Memiliki skeleton yang kecil dan baik. j. Otak mempunyai serebrum dan lobus optikus dan berkembang baik. k. Memiliki suara-suara yang berbeda menurut jenisnya. 2. Adaptasi morfologi Adaptasi ini ditandai dengan penyesuaian bentuk tubuh terhadap lingkungannya. Beberapa contoh adaptasi morfologi adalah sebagai berikut: Morfologi burung secara umum dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Morfologi Burung Secara Umum Selain morfologi burung, kita ketahui bahwa burung memiliki bentuk kaki yang bermacam-macam sesuai dengan tempat hidup dan jenis makanannya (Anonim, 2013). Berikut ini adalah tipe kaki burung berdasarkan jenisnya dapat dihat pada Tabel 1 dibawah ini:
6
Tabel 1. Tipe Kaki Burung. No. Bentuk kaki 1.
Ciri-ciri Memiliki tiga jari menghadap ke depan dan satu jari bagian belakang tidak tumbuh sempurna Jari kaki berselaput
Contoh Ayam dan burung unta
3.
Jari kaki pendek, kuku melengkung tajam, dan cakar kuat untuk mencengkeram
Burung elang dan rajawali
4.
Jari terdiri atas empat, dengan dua jari berada di depan dan dua jari lainnya berada di belakang
Burung pelatuk
5.
Jari kaki panjang dan telapak kakinya datar untuk bertengger di ranting pohon
Burung kutilang dan kenari
2.
Itik dan angsa
Selain tipe kaki burung yang terlihat pada Tabel 1 diatas, burung juga memiliki bentuk paruh yang bermacam-macam, sesuai dengan makanannya. Berikut adalah bentuk tipe paruh burung berdasarkan jenis makanannya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
7
Tabel 2. Tipe Paruh Burung Bentuk Paruh Keterangan Pemakan biji-bijian (burung pipit)
Bentuk Paruh
Keterangan Pemakan ikan (burung pelican)
Pemakan daging (burung elang)
Penghisap madu (burung kolibri)
Pemakan serangga (burung pelatuk)
Penangkap ikan (bebek)
Pada tahun 1889 di Berlin, terbit buku berjudul, ”Der Vogelflug Als Drunlage Von Der Fliegekunst.“ yang artinya Penerbangan burung sebagai dasar kepandaian terbang oleh manusia. Oleh: Ir. Otto Lilienthal. Berikut adalah bentuk sayap burung secara umum yang dapat dilihat pada Gambar 2. dibawah ini :
Gambar 2. Sayap Burung Secara Umum
8
Keterangan : a. Bulu kecil penutup b. Bulu penutup sayap utama c. Bulu sayap kedua d. Bulu penutup sayap kedua e. Bulu-bulu belikat f. Bulu penutup sayap bagian tengah C. Keanekaragaman Jenis Burung Keanekaragaman dapat digambarkan dengan diketahuinya jumlah jenis atau nilai kelimpahan dari jenis-jenis yang teramati pada suatu lokasi penelitian atau dari
kombinasi
antara
keduanya (Magurran, 1988).
Keanekaragaman jenis burung di suatu lokasi banyak dipengaruhi oleh adanya keanekaragaman jenis tumbuhan yang merupakan sumber pakan, tempat berlindung, bermain maupun bersenang-senang serta keadaan alam yang cocok untuk kehidupan mereka. Kehadiran vegetasi dalam segala dimensinya (vertikal maupun horizontal) erat hubungannya dengan kehadiran banyak jenis burung (Sosilo, 1989). Dammerman (1929) dan Pasquer (1977) dalam Kuspriyanti (1990) membuat pengelolaan burung berdasarkan makanan utamanya sebagai berikut : 1. Pemakan biji-bijian, yaitu burung-burung yang makan biji-bijian sebagai makanan utamanya. Pemakan biji-bijian dapat dibagi lagi menjadi pemakan biji-bijian bukan padi-padian dan pemakan biji-bijian padi-padian. Jenis pemakan biji-bijian bukan padi-padian antara lain jenis burung Cabe (Dicaeum trochileum) yang sering makan biji dari tanaman pasilan (suku
9
Loranthaceae). Jenis-jenis pemakan padi-padian adalah Pipit (Lonchura leucogastroides). 2. Pemakan buah, yaitu burung yang makan buah-buahan sebagai makanan utamanya. Jenis burung pemakan buah adalah Kepodang (Oriolus Chinensis maculatos), Kutilang jenggot (Pycnonotus goiavier analis). 3. Pemakan nectar (madu), yaitu burung yang memanfaatkan nectar dari tumbuh-tumbuhan sebagai makanannya selain serangga. Burung-burung dari suku nektariniidae, selain makan ulat-ulat kecil juga sering menghisap madu yang terdapat pada bunga-bungaan. Jenis-jenis burung penghisap madu adalah matok jantung (Arachnothera longirostris prillwitzi). 4. Pemakan serangga, yaitu burung-burung yang makan serangga sebagai makanan utamanya. Burung-burung yang termasuk pemakan serangga antara lain : jalak siren (Sturnus contra jalla), Pelatuk (Meiglyptes tukki). 5. Pemakan campuran, yaitu burung-burung yang makan buah dan biji, buah dan serangga, biji dan serangga, maupun makan buah, biji, dan serangga. Yang termasuk pemakan buah dan biji antara lain : Betet (Psittacula alexandri), pemakan buah dan serangga misalnya burung kepodang (Oriolus chinensis maculatus) dan pemakan biji dan serangga misalnya kutilang (Pycnonotus aurigaster). Menurut Dammerman (1929) dalam Kuspriyanti (1990) bahwa makanan utama yang dimanfaatkan oleh burung-burung pemakan campuran, dipengaruhi oleh lokasi dimana burung tersebut berada. Jenis-jenis yang sama, misalnya jenis pemakan buah dan serangga seperti burung kepondang disuatu lokasi memanfaatkan serangga
sebagai
makanan
utamanya
tetapi
memanfaatkan buah sebagai makanan utamanya.
dilokasi
yang
lain
10
6. Burung-burung karnvior, yaitu burung-burung yang makan daging binatang lain sebagai makanan utamanya. Burung Dudut candung (Centropus sinensis bubutus) selain makan serangga atau ulat juga makan binatang vertebrata kecil. Jenis-jenis burung dari suku Accipitridae dan Falconidae termasuk golongan burung karnivora. Burung hantu termasuk golongan burung karnivora yang makanan utamanya adalah tikus. Burung-burung yang lebih besar biasanya makan burung-burung yang lebih kecil selain makan ulat. Burung dari suku Falconidae seperti Elang belalang (Microhierax fringillarius) makan burung–burung kecil, serangga dan ulat. Ketersediaan sumber daya makanan dan pola pemanfaatan menentukan kelas makan (tropic group) dari avifauna. Burung secara umum adalah konsumen primer dan sekunder, banyak dari mereka yang pemakan campuran (generalist). Berdasarkan jenis makanannya (tumbuhan atau serangga), maka burung di klasifikasikan sebagai Frugivore atau insectivore. Burung membutuhkan makanan untuk dapat melakukan aktifitas harian, karena burung tidak menyimpan makanan kecuali untuk anaknya. Pagi hari pergi mencari makanan dalam keadaan lapar dan pulang ketempatnya dalam kedaan kenyang. Burung membutuhkan makanan sekitar sepertiga dari berat tubuhnya (Hernowo, 1989). Selanjutnya dijelaskan kehadiran burung sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan sehubungan dengan berbagai jenis makanannya. Jenis burung pemakan serangga sangat berperan dalam mengontrol populasi serangga di hutan. Dalam regenerasi hutan burung mempunyai peranan yang cukup besar terutama dalam penyebaran biji dan penyerbukan bunga.
11
Kehadiran vegetasi dengan segala dimensinya (vertical maupun horizontal) erat hubungannya dengan kehadiran banyak jenis burung (Susilo 1989). Menurut Alikodra (1980), sebaran satwa dapat ditinjau dari segi ruang dan waktu, hal ini penting untuk dipelajari dalam kaitannya dengan pembinaan margasatwa karena penyebaran satwa dapat mencerminkan keadaan populasi dari satwa tersebut. Penyebaran satwa yang ada saat ini bukanlah suatu hal yang kebetulan, melainkan sebagai akibat sejarah geologi bumi. Akibatnya terjadi perbedaan jumlah jenis antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Selain itu satwa tertentu bersifat khas pada suatu daerah dapat ditemukan pada daerah lain. Penyebaran satwa juga dipengaruhi oleh kondisi fisiologinya (Bismark 1986). Ada tiga faktor yang menyebabkan pergerakan satwa dari satu tempat ke tempat lainnya yaitu : a. Faktor yang secara langsung mematikan satwa seperti pemangsa atau predator, perburuan penyakit, kelaparan, kecelakaan, umur tua dan sebagainya. b. Faktor yang menyangkut kualitas dari pada hidup atau habitat satwa misalnya keterbatasan air, keterbatasan sumber pakan, perlindung dan ruang. c. Faktor yang berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas lingkungan hidup satwa
misalnya
pengambilan
hasil
hutan,
pembangunan
industri,
pemukiman, kebakaran hutan, pembangunan pelabuhan dan sebagainya.
12
D. Habitat Burung Secara umum, habitat satwa di definisikan sebagai tempat hidup satwa. Hbitat satwa harus dapat menyediakan keperluan dasar bagi satwa yaitu pakan, air, dan pelindung (Morrison et al. 1992). Habitat merupakan hasil interaksi antara berbagai komponen seperti komponen fisik dan komponen biologis Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan organisme yang hidup di dalamnya secara normal. kelengkapan habitat terdiri dari berbagai jenis termasuk makanan, perlindungan dan faktor lain yang diperlukan oleh jenis satwa untuk bertahan hidup. Beberapa faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan, tempat untuk beristirahat,
bermain,
berkembang
biak,
bersarang,
bertengger,
dan
berlindung. Untuk hidup di dalam suatu habitat, burung memerlukan syaratsyarat tertentu seperti kondisi habitat yang cocok, baik, dan aman dari segala gangguan. Hubungan antara habitat
dengan
satwa liar
dapat terlihat pada
sketsa profil vegetasi. Komposisi dari suatu profil habitat sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan tentang suatu hubungan antara derajat kelimpahan satwa liar dengan tipe habitatnya (Alikodra 2002). E. Gangguan Terhadap Burung Manusia mempunyai peranan yang sangat besar terhadap timbulnya gangguan terhadap burung. Penyebab utama masalah gangguan terhadap satwa
liar
termasuk
burung
yaitu
pertumbuhan
penduduk
yang
membutuhkan lahan hutan lebih banyak untuk pembangunan sehingga mendesak kehidupan burung. Menambahkan bahwa terdapat empat jenis ancaman terhadap burung diantaranya :
13
1. perusakan dan perubahan habitat 2. perburuan dan perdagangan 3. perusakan tempat berkembang biak, 4. pencemaran dan pestisida. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sujatnika et al. (1995), bahwa meningkatnya tekanan terhadap hidupan liar dan ekosistem alami antara lain disebabkan oleh terus meningkatnya jumlah penduduk, ketidak pastian tata guna dan pengelolaan lahan, dan kebijakan ekonomi serta pembangunan. Selain
itu,
erat
kaitannya
dengan
kemiskinan,
tekanan
penduduk,
pemanfaatan sumberdaya dan lahan hutan serta pengembangan pertanian. F. Identifikasi Jenis Burung Untuk identifikasi jenis burung dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri khas burung dan tanda-tanda yang sudah kita catat, misalnya penampilan tubuh, suara, warna bulu burung, bentuk dan ukuran sayap, ekor, warna paruh, mata dan kaki serta ciri-ciri lain yang dilihat mendominasi, dan tempat dimana burung itu hidup (habitat) dengan buku panduan lapangan pengenalan burung-burung di Jawa dan Bali maupun Kalimantan dan Sumatera atau kita bisa menggambar sketsa sederhana burung tersebut dan mencocokannya (Mackinnon dkk., 1992).
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada areal Hutan Kota Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 13 dan Gambar 14. Waktu pengamatan pagi hari dari jam 06.00 s/d. jam 08.00 dan pada sore hari dari jam 16.00 s/d. jam 18.00. Sedangkan pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Februari sampai Maret 2015. Selanjutnya diteruskan dengan pengelolaan data dan penulisan Karya Ilmiah. B. Alat dan Bahan Penelitian Bahan yang digunakan sebagai objek penelitian adalah burung, sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini, adalah: 1. Teropong, digunakan untuk memperjelas penglihatan terhadap burung yang di amati dan untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 16. 2. Kamera, digunakan untuk mengambil gambar burung 3. Parang, digunakan untuk membersihkan tempat pengamatan. 4. Alat tulis menulis, untuk mencatat data C. Metode pengambilan data Metode penelitian yang digunakan yaitu, menurut Anonim (1977) adalah dengan metode secara langsung. D. Prosedur Kerja 1. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara pengamatan pada titik-titik yang telah di tentukan atau dapat dilihat pada Gambar 13.
16
2. Mengamati, mencatat dan mendokumentasikan jenis burung yang datang ke pohon pada pagi (jam 06.00 s/d. jam 08.00) dan sore (jam 16 s/d. jam 18.00). 3. Mengindentifikasi jenis burung yang belum diketahui dengan cara membandingkan dengan buku Mackinnon 1992 dan apabila ada jenis yang belum di ketahui, maka dicatat ciri-ciri dan di bawah ke Laboratorium Konservasi Politani.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dari hasil pengamatan dilapangan pada Hutan Kota Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan di teruskan di laboratorium untuk diidentifikasi jenis-jenis burung seperti yang ditampilkan pada Table 3.di bawah ini: Tabel3. Jenis-jenis Burung yang Terdapat di Hutan Kota Politani No Jenis Suku 1. Bubut (Centropus sinensis) Cuculidae 2. Cucak Kutilang (Picnonotus aurigaster) Pycnonotudae 3. Gereja (Passer montanus) Ploceidae 4. Pipit Benggala (Lonchura fuscan) Oriolidae 5. Terkukur Biasa (Streptopelia chinensis) Columbidae 6. Perkutut Jawa (Geopelia striata) Columbidae 7. Cinenen Kelabu (Orthotomus ruficeps) Silviidae 8. Pijantung Kecil (Arachnothere longirostra) Nectariniidae 9. Burung Madu Leher Merah (Anthreptes rhodolaema) Nectariniidae 10. Kipasan Belang (Rhipidura javanica) Muscicapidae Adapun sumber pakan burung yang dijumpai pada saat pengamatan dapat dilihat pada Tablel 4. berikut: Tabel 4.Sumber Pakan Burung di Hutan Kota Politani No. Nama Pakan 1. Buah Kates 2. Buah Terap 3. Semut/Serangga 4. Sari Bunga Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 21 dan 22 B. Pembahasan 1. Burung Bubut (Centropus sinensis) Burung bubut memiliki ukuran besar (52 cm), berwarna coklat kemerah-merahan dan hitam, berekor panjang.Bulu seluruhnya hitam kecuali sayap, mantel dan bulu penutup sayap berwarna merah seperti buah berangan yang jelas.
18
a. Tanda-tanda khusus Iris merah, paruh hitam, kaki hitam. b. Suara Suara rangkaian “bub” yang dalam, di mulai sengan perlahanlahan temponya meningkat dan nada menurun, lalu nada meninggi dan tempo memanjang menjadi serangkaian nada yang tetap atau sert endek dari tempat bunyi “bub” yang senada, ada juga bunyi “ plenk” yang tiba-tiba. c. Penyebaran India, Cina, Asia Tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatra, Jawa dan Bali kadang-kadang di temui di dataran rendah. d. Habitat dan Kebiasaan Sering mengunjungi belukar-belukar sekunder, padang ilalang, tepi sungai yang bersemak-semak dan hutan bakau. Sering hinggap di atas tanah tetapi juga hinggap di semak-semak kecil dan pohonpohon.Lebih menyukai vegetasi yang rapat bahkan hutan lebat. Kedudukan Burung ini dalam HirarkiTaksonomi : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordate
Kelas
: Aves
Ordo
: Cuculiformes
Family
: Cuculidae
Genius
: Centropus
Spesies
: Centropus sinensis
19
Gambar 3. Burung Bubut (Centropus sinensis)
2. Cucak Kutilang (picnonotus aurigaster) Dalam pengamatan bahwa cucak kutilang atau kutilang adalah sejenis burung pengicau dari suku pycnonotidae. a. Tanda-tanda khusus Tungging ujung ekor 20 cm, punggung dan ekor berwarna coklat kelabu.Tenggorokan, leher, dada dan perut berwarna putih keabuanabuan, atas kepala mulai dari dahi, topi dan jambul berwarna hitam. Tanda-tanda khususberwarna putih, penutup pantat berwarna jingga, iris mata berwarna merah, paru dan kaki berwarna hitam. b. Suara Cuk-cuk c. Penyebaran Jawa, Sumatra, Sulawesi selatan dan Kalimantan.
20
d. Habitat dan Kebiasaan Kebiasaan hidup dalam kelompok yang aktif dan rebut, sering berbaur sesama jenis, lebih menyukai pepohonan terbuka atau habitat bersemak di pinggir hutan, tumbuhan sekunder, taman dan perkarangan bahkan kota besar. Kedudukan Burung ini dalam Hirarki Taksonomi: Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Aves
Ordo
: Passeriformes
Family
: Pycnonotudae
Genius
: phynonotus
Spesies
: Phynonotus aurigaster
Gambar 4. Cucak Kutilang (picnonotus aurigaster)
21
3. Burung Gereja (Passer montanus) Dalam pengamatan burung ini berwarna coklat, berukuran sedang (14 cm).garis mata dan mahkota coklat berangan, dagu krongkongan dan bercak di samping leher warna hitam, bagian bawah kuning tua agak abuabu, tubuh bagian atas berbintik coklat dengan diselingi lutik putih dan hitam. Burung muda lebih cepat dengan bercak yang kurang jelas dan keterangan yang lain, sebagai berikut : a. Tanda-tanda khusus Iris coklat, paruh abu-abu dan kaki coklat b. Suara Ber-“crip” dengan lembut ber-“twit” dengan cepat. c. Penyebaran Eurasia, India, Cina, Sulawesi dan Filipina, Kalimantan, Sumatra, Jawa, Bali d. Habitat dan Kebiasaan Berhubungan sangat dekat dengan manusia, hidup berkelompok di sekitar rumah, gedung dan lain-lain. Mencari makan di taman dan daerah garapan di atas tanah dengan mematuk biji-biji kecil dan padi beras. Kelompok burung ini menyerang sawah pada waktu panen. Kedudukan Burung ini dalam Hirarki Taksonomi : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Aves
Ordo
: Passeriformes
Family
: Placeidae
22
Genius
: Passer
Spesies
: Passer montanus
Gambar 5. Burung Gereja ( Passer montanus) 4. Pipit Benggala (Lonchura fuscan) Burung ini menpunyai ukuran tubuh kecil (± 9,5 cm), atas kepala bagian depan dan tenggorokan berwarna hitam. Atap kepala bagian belakang punggung dan sayap kecoklat-coklatan abu.Paruh keabu-abuan gelap, pada burung yang belum dewasa warna agak puncak. Sedangkan keterangan yang lain, sebagai berikut : a. Tanda-tanda khusus Dibagian dada berwarna putih, tubuh kecoklat-coklatan berwarna hitam b. Suara Priieet-priieet-priieet. c. Penyebaran Jawa, Lombok, Bali, Sumatra dan Kalimantan.
23
d. Habitat dan Kebiasan Umumnya di temukan di perdesaan, daerah-daerah perkarangan, kebun, tegalan, hutan serta daerah-daerah sawah. Di kota pada daerah taman dan di perpohonan yang rimbun sepanjang jalan, hidup berpasangan atau berkelompok, bentuk sarang bulat , agak besar di buat dari rumput-rumput atau daun kering dan jumlah telur biasanya 5 buah. Kedudukan burung ini dalam hirarki taksonomi: Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Aves
Ordo
: Passerifomes
Famili
: Ploceidae
Genius
: Lonchura
Spesies
: Loncura Malacca
Gambar 6. Pipit Benggala (Lonchura fuscan)
24
5. Terkukur Biasa (Sreptopelia bitorquata) Burung
ini
berukuran
sedang
(30
cm),
berwarna coklat
kemerahjambuan ekor tampak panjang, bulu ekor terluar memiliki tepi putih tebal, buluh sayap lebih gelap dari pada bulu tubuh, terdapat garis-garis hitam khas pada sisi leher yang jelas terlihat, berbintik putih halus. a. Tanda-tanda Khusus Iris jingga, paruh hitam, dan kaki merah. b. Suara Nada merdu yang di ulang-ulang “te-kuk-kurr”, dengan nada terakhir memanjang. c. Penyebaran Tersebar luas dan umum terdapat di Asia Tenggara sampai di Nusa Tenggara. Diintroduksi ke tempat lain sampai Australia dan Los Angeles. d. Habitat dan Kebiasaan Hidup bersama manusia di sekitar desa dan sawah, mencari makan di atas permukaan tanah, sering duduk berpasangan di jalan yang terbuka.Bila terganggu, terbang rendah di atas tanah dengan kepakan sayap pelan yang khas. Kedudukan Burung ini dalam Hirarki Taksonomi : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Aves
Ordo
: Columbiformes
Family
: Columbidae
25
Genius
: Streptopelia
Spesies
: Streptopelia chinensis
Gambar 7.Terkukur Biasa (Sreptopelia bitorquata) 6. Perkutut Jawa (Geopelia striata) Burung ini berukuran kecil (21 cm), berwarna coklat, tubuh ramping, ekor panjang kepala berwarna abu-abu, leher dan bagian sisi bergaris halus, punggung coklat dengan tepi hitam, bulu sisi terluar dari ekor kehitaman dengan ujung putih. a. Tanda-tanda Khusus Iris paruh abu-abu biru dan kaki merah jambu tua. b. Suara Berirama merdu, halus, mengalir seperti siulan “per-ku-tu-tut”, seperti tergesa-gesa di ulang-ulang sebanyak enam sampai delapan kali.
26
c. Penyebaran Filipina, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Bali dan Lombok. d. Habitat dan Kebiasaan Menyukai lading dan hutan terbuka dekat desa, berpasangan atau dalam kelompok kecil, mencari makan di atas permukaan tanah, kadang-kadang berkumpul minum di sumber air. Kedudukan Burung ini dalam Hirarki Taksonomi : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Aves
Ordo
: Columbiformes
Family
: Columbidae
Genius
: Geopelia
Spesies
: Geopelia striata
Gambar 8. Perkutut Jawa (Geopelia striata)
27
7. Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) Burung ini berukuran kecil (11 cm), berwarna abu-abu, kepala merah karat.untuk jantan, mahkota, dagu, kerongkongan dan pipih merah karat, bulu yang lain abu-abu dan perut putih. Sedangkan untuk yang betina, kepala tidak semerah jantan, pipi dan kerongkongan atas putih. a. Tanda-tanda Khusus Iris coklat kemerahan, paruh coklat dan kaki merah jambu. b. Suara Getaran nada ganda “trrriii-yip” dan getaran “trrrri”, biasanya di berikan kepada pasangan yang berduet, juga “cicicici” bunyi yang mengharukan. c. Penyebaran Palawan, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar dan Kalimantan d. Habitat dan Kebiasaan Mengunjungi hutan terbuka, pinggir hutan, hutan mangrove, semak-semak tepi pantai, kebun, tumbuhan sekunder dan rumpun bambu.Aktif di lantai hutan dan puncak pohon. Kedudukan Burung ini dalam Hirarki Taksonomi : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Aves
Ordo
: Passeriformes
Family
: Sylviidae
Genius
: orthotomus
Spesies
: Orthotomus ruficeps
28
Gambar 9. Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) 8. Pijantung Kecil (Arachnothere longirostra) Burung ini berukuran agak kecil (15 cm), berwarna zaitun dan kuning, tubuh bagian atas berwarna hijau zaitun, tubuh bagian bawah kuning terang.Tenggorokan abu-abu keputih-putihan khas. a. Tanda-tanda Khusus Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah abu-abu dan kaki nila kebiruan. b. Suara. Tajam seperti suara bersin “cik” sewaktu terbang. Nyayian bernada tinggi sederhana “tik-ti-ti-ti” dengan nada lebih tinggi di tekan, di ulang tampa henti, sekitar tiga nada perdetik. c. Penyebaran India, Cina, Asia Tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
29
d. Habitat dan Kebiasaan Suka bersembunyi, tinggal pada kerimbunan pohon, seperti pohon pisang liar dan jahe-jahean tinggi.Paling sering terlihat terbang melintasi jalan setapak dengan sangat cepat, sambal mengeluarkan suara yang khas,
juga
di
temukan
di
hutan
sekunder,
perkebunan
perkarangan.Mengisap nektar dari bunga pisang dan jahe-jahean. Kedudukan Burung ini dalam Hirarki Taksonomi : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Aves
Ordo
: Passeriformes
Family
: Nectariniidae
Genius
: Arachnothera
Spesies
: Arachnothera longirostra
Gambar 10.Pijantung Kecil ( Arachnothere longirostra)
dan
30
9. Burung Madu Leher Merah (Anthreptes rhodolaema) Burung ini berukuran sedang (12 cm), berwarna-warni.Untuk jantan, mahkota dan mantel hijau metalik berkilau, punggung dan tunggir ungu, tubuh bagian bawah kuning zaitun.Perbedaannya dengan burung madu kelapa, pipi dan penutup sayap atas merah darah tua, tenggorokan merah terang.Sedangkan untuk yang betina, seperti betina burung madu kelapa, perbedaannya, warna lebih suram, lebih zaitun dan lingkar mata kekuningan kecil. a. Tanda-tanda Khusus Iris merah, paruh hitam dan kaki berwarna zaitun. b. Suara Krikan khas dan getaran metalik. c. Penyebaran Palawan, Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Kalimantan. d. Habitat dan Kebiasaan Hidup di antara pohon-pohon kecil dan perdu, di hutan primer dan hutan sekunder.Mengunjungi rumpun-rumpun anggrek. Kedudukan Burung ini dalam Hirarki Taksonomi : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Aves
Ordo
: Passeriformes
Family
: Nectariniidae
Genius
: Meliphagidae
Spesies
: Macgregoria pulchra
31
Gambar 11. Madu Leher Merah (Anthreptes rhodolaema) 10. Kipasan belang (Rhipidura javanica) Burung ini berukuran sedang (19 cm), berwarna hitam dan putih. Dewasa, tubuh bagian atas abu-abu jelaga dengan alis, dagu, tenggorokan putih, ada garis hitam khas pada dada, sisi tubuh bagian bawah putih, ujung bulu ekor putih lebar. Remaja, tunggir dan penutup ekor atas kemerahan, pita pada dada kurang terlihat. a. Tanda-tanda Khusus Iris coklat serta paruh dan kaki hitam. b. Suara Cicitan “cii-cii-wii-wiit” yang bernada tinggi. c. Penyebaran Filipina, Semenanjung Malaysia Sunda Besar dan Lombok.
32
d. Habitat dan Kebiasaan Khas kipasan yang aktif di daerah hutan terbuka, termasuk hutan sekunder, perkarangan dan hutan mangrove.Kadang-kadang terlihat sendirian, berpasangan atau dalam kelompok keluarga.Kadang-kadang mengikuti binatang piaraan atau monyet, menangkapi serangga, kadang-kadang pula bergabung dalam kelompok campuran. Kedudukan Burung ini dalam Hirarki Taksonomi : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Aves
Ordo
: Passeriformes
Family
: Rhipiduridae
Genius
: Rhipidure
Spesies
: Rhipidure javanica
Gambar 12.Kipasan belang (Rhipidura javanica)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Terdapat 10 jenis burung yang ditemukan selama penelitian di Hutan Kota Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, yaitu Bubut (Centropussinensis), Cucak Kutilang (Picnonotusaurigaster), Gereja (Passer montanus), Pipit Benggala (Lonchurafuscan), Terkukur Biasa (Streptopeliachinensis), Perkutut Jawa (Geopeliastriata), Cinenen Kelabu (Orthotomusruficeps), Pijantung
Kecil
(Arachnotherelongirostra),
Madu
Leher
Merah
(Anthreptesrhodolaema), dan Kipasan Belang (Rhipidurajavanica). 2. Pergerakan burung lebih aktif pada pagi hari, yaitu jam 06.00-08.00 wita dibandingkan dengan jam 16.00-18.00 wita. Tingginya pergerakan burung pada pagi hari disebabkan pada saat itu, burung keluar dari sarangnya untuk mencari makan. 3. Terdapat 4 jenis pakan yang ditemukan pada tempat penelitian yaitu buah kates, buah terap, serangga, dan bunga. B. Saran Mengingat waktu penelitian yang cukup singkat, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu yang lebih lama untuk mengetahui keanekaragaman jenis-jenis burung di Hutan Kota Politani.
DAFTAR PUSTAKA Abdal, M. 2014. Perubahan Hutan Kota di Kecamatan Samarinda Seberang dan Loa Janan Ilir Dari Tahun 2005 Sampai dengan Tahun 2014. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Alikodra, H.S. 2002. Dasar-dasar Margasatwa. Fakultas Kehutanan Insitut Pertanian Bogor. Alikodra, H.S. dan Mulyani, 1988. Studi Ekologi Satwa Liar di Hutan Lindung Bukit Soeharto, Kalimantan Timur. Laporan Penelitian. IPB. Alikodra, 1980. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas. Bogor. Anonim. 1977. Pedoman Jenis Inventarisasi/Sensus Satwa. Anonim. 2013. http://Balaiedukasi.blogspot.com/2013/11/Penyesuaian-MakhlukHidup-dengan.html (diakses pada tanggal 23 Mei 2015) Balen, S. 1987. Pedoman untuk Pemanfaatan dan Sensus Burung di Gunung Papandayan. Kursus Analisa Dampak Lingkungan. Angkatan V. Bogor. Bismark, M. 1987. Keragaman Burung di Hutan Bakau. Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur. Buletin Penelitian. 482 : 11 – 12. Boer. C., S. Yasuma dan E. Iskandar. 1994. Rumpang dan Penyebaran Jeneis Burung Bawah Tajuk di Hutan Lindung Bukit Soeharto. Kalimantan Timur. Pusat Studi Reboisasi Hutan Tropis Universitas Mulawarman. Samarinda. Laporan Penelitian. Hernowo, JB. 1989. Konsepsi Ruang Terbuka Hijau di Kota Sebagai Pendukung Pelestarian Burung. Irwan,Z,D. 1997. Tentang Lingkungan dan Konsep Hutan. PT. Pustaka Cidesindo. Jakarta. Kuspriyanti, E. 1990. Studi Keanekaragaman Jenis Burung di Lingkungan Kampus Universitas Mulawarman Gunung Kelua, Samarinda. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Universitas Mulawarman. Mackinnon J., K. Phillipps., dan B. V. Balen. 1992. Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Puslitbang Biologi-LIPI. Indonesia. Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University Press. New. Jersey.
36
Morrison, M.L., B.G. Marcot and R.W. Mannan. 1992. WildlifeHabitat Relationship: Consepts and Applications. The University of Wiscons isn Press. Madison, Wisconsin. Sujatnika, P.J., T.R. Soehartono, M.J. Crosby dan A. Mardiastuti. 1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pendekatan Daerah Burung Endemik (Conserving Indonesian Biodiversity: The Endemic Area Approach). Jakarta: PHPA & BirdLife International-Indonesia Programme. Susilo, A. 1989. Keanekaragaman Jenis Burung pada Hutan Bekas Tebangan di Mentoko Taman Nasional Kutai. Kalimantan Timur. Winatrop Vol. 4. NO. 2.
LAMPIRAN
38
Gambar 13. Sketsa Letak Penelitian
Keterangan: :
TitikPengamatanBurung
39
Gambar 14. Sketsa Peta Hutan Kota Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
40
Gambar 15. Kamera
Gambar 16. Teropong
41
Gambar 17. Papan Nama Hutan Kota Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Gambar 18. Pengamatan Burung Menggunakan Teropong
42
Gambar 19. Pengambilan Dokumentasi Mengunakan Kamera
Gambar 20. Mencatat Ciri-ciri Jenis Burung
43
Gambar 21. Bunga dan Serangga Sumber Makanan Burung
Gambar 22. BuahTerapdan Kates Sumber Pakan Burung