DORMANSI PADA BOKASHI GULMA DARI LAHAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DORMANCY IN THE WEED BOKASHI FROM THE LAND OF PALM PLANTS (Elaeis guineensis Jacq) Riama Rita Manullang Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Riama
[email protected] ABSTRACT Weeds are plants that its presence is not desirable on farmland because of lower results that can be achieved by the plant production, the presence of weeds lower results due to disturbed production plant growth through competition. Of losses – losses due to weeds, weed is one of the benefits can be used as bokashi. Bokashi is a organic materials rich in biological resources. This research aims to identify the growth of weeds on bokashi. The research was carried out on 2 places that is housed in the laboratory and pilot plant production of oil palm Poleteknik Farm Country Samarinda. The result of the identification of weeds in oil palm crop land there are types of Axonopus compressusAgeratum conyzoides, Asystania, ganggetica (L), Chromolaena odorata, Clidemia hirta (l.), Colocasia sp, Cyperus rotundus, Davallia denticulata, Eleisune indica, Lantana camara, Mikania micrantha, Melastoma malabratichum, Nheprolepis biserata and Stenochlaena palustris. Based on the results of observation of the growth of weed seeds in the bokashi not found the presence of seeds of weed growth. It is alleged that weed seeds are still in a State of dormancy. Keywords: Weed, Bokashi, Dormancy.
PENDAHULUAN Gulma adalah tumbuhan yang mengganggu atau merugikan manusia sehingga manusia berusaha mengendalikannya. Di samping kerugian yang ditimbulkan oleh gulma ternyata gulma dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat pupuk organik dengan cara mempermentasikannya terlebih dahulu. Pembangunan pertanian secara alami yang ramah lingkungan saat ini banyak dilakukan untuk menghasilkan bahan makanan yang aman, serta bebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya dan beracun. Pembangunan pertanian alami ini semula hanya menerapkan pertanian organik, tetapi ternyata hasilnya kurang memuaskan. Pupuk bokashi merupakan salah satu pupuk organik yang banyak memberikan manfaat bagi masyarakat. Dengan penggunaan pupuk bokashi diharapkan dapat membantu menyuburkan tanaman, mengembalikan nsur hara dalam tanah, sehingga kesuburan tanah terjaga dan rama lingkungan. Kelangkahan dan tingginya harga pupuk kimia buatan di sejumlah wilayah saat ini sangat meresahkan para petani. Sejumlah petani di beberapa daerah bahkan mulai telah mulai melirik jenis pupuk lain sebagai pupuk kimia salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan kelangkahan pupuk kimia tersebut adalah pupuk kompos atau bokashi..
Karena bahan yang digunakan adalah gulma, dimana gulma merupakan tumbuhan penghasil biji yang banyak sehingga kemungkinan terdapat masalah-masaah yang ditimbulkannya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai biji-biji gulma pada bokashi dengan perlakuan panas an dingin METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan. Dan dilakukan di laboratorium Produksi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: meteran, kamera, parang, buku identifikasi, kantong plastik, , timbangan, ember, ember, baki, lemari es dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan tanah, EM-4, air, gula merah dan gulma yang diambil dari lahan tanaman kelapa sawit C. Pelaksanaan Penelitian 1. Identifikasi gulma pada lahan tanaman kelapa sawit a) Pengukuran areal kebun dengan luasan 1 ha Pengambilan plot untuk identifikasi dengan cara : membuat plot 1 ukuran 1
38 x 1 m2 (P1), memotong semua jenis gulma yang ada pada P1 kemudian memisahkan gulma berdasarkan jenisnya mencatat semua jenis gulma dan mengidentifikasinya. Setelah memperoleh jenis gulma pada P1 membuat plot 2 ukuran 1 x 1 m2 (P2) sama dengan perlakuan P1. Karena menemukan jenis yang berbeda pada P2 sehingga membuat kembali plot 3 (P3) sama dengan perlakuan PI dan P2. Pada P3 ini tidak ditemukan adanya perbedaan jenis gulma sehingga tidak dilakukan kembali pembuatan plot selanjutnya ( 4 x 4 m2 ). b) Cara mengidentifikasi gulma dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari cara-cara di bawah ini : mencari sendiri dengan buku identifikasi, membandingkan dengan gambar-gambar yang tersedia, konsultasi langsung ke para ahli dibidang yang bersangkutan (Nasution, 1986 ; Sobiapradja, 1987 ; Tjitrosoetirdjo, S, 1984) 2. Pembuatan bokashi a) Setelah semua jenis gulma selesai diidentifikasi, gulma-gulma yang telah dipotong dimasukan ke dalam karung dan ditambah dengan gulma-gulma yang ada di sekitar plot identifikasi b) Gulma-gulma yang telah diambil ditimbang sebanyak 30 kg kemudian dicacah menggunakan mesin pencacah. Hasil cacahan tersebut dimasukkan ke dalam ember, kemudian memberikan larutan EM-4 (15 ml/l air), dengan cara menyiramkannya menggunakan gembor samai cacahan gulma menjadi basah merata, menutup ember dengan menggunakan plastik transparan, setelah 3 hari dilakukan pembalikan terhadap bokashi dan menunggu hingga bokashi matang/jadi (berwarna coklat kehitaman dan berbau tanah) c) Mengecambahkan biji gulma, setelah bokashi matang/jadi,lalu menimbang bokashi masing-masing sebanyak 1 kg untuk diberi perlakuan : 1) perlakuan kontrol (tanpa adanya perlakuan diberi simbol K. 2) perlakuan panas dengan cara mengoven dengan suhu 1000C diberi simbol P. 3) Perlakuan dingin dengan cara memasukkan kompos ke dalam prizer lemari es dengan suhu 40C diberi simbol D. Setelah selesai
diberikan perlakuan, bokashi tersebut ditambahkan tanah steril masing-masing 1 kg dan dicampur hingga rata, kemudian ditaburkan ke dalam baki untuk ditumbuhkan. D. Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati baki semai seminggu sekali selama 2 bulan dengan mengamati pertumbuhan biji gulma. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Identifikasi gulma pada lahan tanaman kelapa sawit Berdasarkan hasil identifikasi gulma terdapat 14 jenis gulma. Adapun jenis-jenis gulma tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Jenis-jenis gulma pada lahan tanaman kelapa sawit di kebun percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Biji No Jenis Gulma Tidak Berbiji berbiji 1.
Ageratum conyzoides
√
2.
Asystasia ganggetica
√
3.
Axonopus compressus
√
4.
Chromolaena odorata
√
5.
Clidemia hirta
6.
Colocasia sp
√
7.
Cyperus rotundus
√
8.
Davallia denticulata
9.
Eleusine indica
√
10.
Lantana camara
√
11.
Melastoma malabratichum
√
12.
Mikania micrantha
√
13.
Nheprolepis biserata
-
14.
Stenochlaena palustris
-
Keterangan √ = berbiji - = tidak berbiji
-
-
39 2. Pertumbuhan Biji Gulma Pada Bokashi Berdasarkan hasil pengamatan tidak terdapat adanya pertumbuhan biji gulma. Hasil pertumbuhan biji gulma pada kompos dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Pengamatan pertumbuhan biji gulma pada bokashi No Perlakuan Pengamatan pada minggu ke 1 2 3 4 5 6 7 8 - - - - - - - 1. Kontrol (K) - - - - - - - 2. Panas (P) - - - - - - - 3. Dingin (D)
B. Pembahasan 1. Identifikasi Gulma Pada Lahan Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan hasil identifikasi gulma pada lahan tanaman kelapa sawit terdapat 14 jenis gulma. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2012), gulma yang terdapat di perkebunan sawit di desa Killagan Kecamatan Muaro Bulian Kabupaten Batang Hari adalah : Paspalum conjugatum Berg, Asystasia coromandeliana Nees, Clidemia hirta, Axonopus compressus, Eupatorium odoratum, Ageratum conyzoides, Imperata cylindrica, Borreria alata, Euphorbia hirta, Melastoma malabathricum Anonim (2014) menambahkan benar bahwa gulma jenis Asystasia coromandeliana Nees, Clidemia hirta, Ageratum conyzoides, Borreria alata merupakan jenis-jenis gulma yang mudah tumbuh di areal perkebunan tanaman kelapa sawit. Fauzi (2001), bahwa gulma Asystania coromandeliana, Axonopus compressus, Ageratum conyzoides L, Imperata cylindrica, Borreria alata, Melastoma malabathricum, Cyperus rotundus merupakan jenis-jenis gulma tanaman kelapa sawit., Sedangkan gulma gulma pada lahan tanaman kelapa sawit di PT. Bumiduta Agromakmur adalah Asystasia coromandeliana Nees, Amaranthus spinosus, Ageratum conyzoides, Axonopus compressus, Brachiria mutica, Borreria alata, Chromolaena odorata, Cyperus rotundus, Cleome rutidosperma, Cyclosorus aridus, Dicranopteris linearis, Eleusine indica, Euphobia hirta, Imperata cylindrica, Lantana camara, Melastoma malabathricum, Mikania micrantha, Nephrolepis biserata, Panicum repens,
Paspalum conjugatum, Solanum tortum, Sporobolus diander, Tretacera scandens (Sanjaya, 2014). 2. Pertumbuhan Biji Gulma Pada Bokashi Berdasarkan pengamatan pertumbuhan biji gulma pada bokashi tidak ditemukan adanya pertumbuhan biji, hal ini diduga biji-biji gulma mengalami dormansi. Menurut Sutopo (2004) dormansi benih dapat berlangsung beberapa hari, beberapa minggu dan beberapa bulan tergantung jenis tanaman, apabila benih mengalami dormansi maka benih tidak akan berkecambah walaupun diletakkan dalam keadaan umum dianggap memenuhi persayaratan bagi suatu perkecambahan. Dormansi pada biji atau benih gulma merupakan salah satu strategi gulma untuk tetap bertahan hidup. Selain itu dormansi memberikan masa penyimpanan untuk menyediakan cadangan bahan tanam untuk musim berikutnya. Karena benih atau biji gulma mengalami dormansi sehingga gulma memiliki sifat persistensi. Sifat persistensi paa gulma artinya gulma akan tetap ada sepanjang masa. Apabila dalam keadaan kondisi yang optimum, maka sifat dormansi ini akan tetap membantu kelangsungan hidup gulma karena jika biji gulma berkecambah ada kemungkinan kecambah yang terbentuk tidak mampu tumbuh menjadi gulma dewasa, bahkan akan mati. Sebagai contoh apabila mekanisme dormansi biji tidak dimiliiki gulma, maka biji gulma yang berada pada lapisan bagian tanah bagian dalam akan berkecambah, karena kecambah tidak mampu menembus lapisan tanah tersebut maka gulma akan mati sebelum muncul ke permukaan. Menurut Sastroutomo (1990) ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya dormansi biji gulma dapat disebabkan oleh ciri-ciri dari kulit biji gulma yang dimiliki kriteria-kriteria seperti ini kulit biji inpermeabel terhadap air/O2, bagian biji yang impermeabel : membran biji, kulit biji, nucellus pericarp, endocarp. Impermeabel dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya cutin,suberin, lignin) pada membran. Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. Bagian biji yang mengatur masuknyaair ke dalam biji, mikrofil, kulit biji, raphe/hilum, strophiole, adapun
40 mekanisme higroskoisnya diatur oleh hilum. Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Gulma mempunyai perbedaaan dengan tanaman lain selain mempunyai daya saing yang kuat, gulma dapat tumbuh di tanah yang miskin, musah berkembang biak, namum biji-biji gulma mempunyai sifat dormansi yang memungkinkan untuk dapat bertahan hidup dalam kondisi yang kurang menguntungkan inilah sifat khusus yang dimiliki gulma. Karena sifat ini dormansi yang dimiliki gulma pada bokashi yang ditumbuhkan tidak terdapat adanya pertumbuan gulma (Moenandir, 1993) Triharso (1994) menambahkan bahwa biji-biji gulma mengalami dormansi bawaan atau dormansi primer, dormansi rangsangan dan dormansi paksaan. Dormansi bawaan biji-bijian terus bertahan akibat adanya beberapa faktor dan mekanisme diantaranya : pertumbuha embrio yang belum sempurna, kulit biji yang tidak kedap air, kulit biji yang tidak memungkinkan untuk berlangsungnya pertukaran gas, kulit biji yang keras yang tidak dapat ditembus oleh tunas dan adanya hormon tumbuhan yang tidak seiimbang di dalam embrio. Dormansi rangsangan biji-biji dari beberapa jenis yang berada dalam keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan tidak dapat nerkecambah, meskipun mendapatkan rangsangan cahaya. Dormansi paksaan banyak biji-bji gulma yang tidak dapat berkecambah disebabkan kurangnya kelembaban yang dapat mempengaruhi penyerapan air oleh biji. Dormansi adalah tahap istirahat bagi benih dan merupakan mekanisme benih untuk bertahanhidup guna mencegah agar benih tidak berkecambah saatkondisi tidak memungkinkan untuk bertahan hidup. Dormansinya bersifat 1. innate,2. induced atau 3. enforced pada pengamatan terjadi adalahInduced Dormansi adalah dormansi sementara yang terjadi saat benihmendapatkan suhu panas atau dingin atau dalam kondisi lingkungan lainnya. Hal ini terus berlanjut setelahlingkungan mengalami perubahan dan mence-gah perkecambahan pada waktu yang salah.Seringkali dibutuhkan masa bagi benihuntuk berkecambah setelah masak. Embrionya mungkin sudah berkembang
sempurna tapi benih tidak akan berkecambah meskipun lapisankulitnya sudahmengelupas sehingga bisa menyerap air dan oksigen dengan mudah. Adatidaknya cahaya tidak berpengaruh sama sekali. Terkadang suhu yang sejuk selama beberapa bulan akan mengakhiri masa dormansi ini.Suhu panas mungkin bisa merangsang terjadinya dormansi pada tanaman musim panasseperti Setaria pumila dan Amaranthus spp. Hal ini dapat mencegah benihagar tidak berkecambah di musim gugur. Suhu dingin selama musim gugur dan musimdingin akanmenghentikan masa dormansi ini sehingga benih bisa berkecambah dimusim semi saatkondisinya benar-benar tepat (Bradbeer, 1988). KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Terdapat 14 jenis gulma yang teridentifikasi pada lahan tanaman kelapa sawit dan setelah dijadikan pupuk bokashi pada ke 14 jenis gulma tersebut untuk ditumbuhkan kembali tidak terdapat pertumbuhan jenis gulma pada bokashi baik pada perlakuan kontrol, panas dan dingin. B. Saran Perlu diteliti kemballi mengenai perlakuan panas dan dingin terhadap bokasi pada ke 14 jenis gulma tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Keuntungan serta kelebihan gulma di Perkebunan. http://kejarlingkungan hidup. Anonim. 2014. Pengertian gulma dan manfaatnya. http://www.agronomers.com. Bradbeer.J.W. 1988. Seed Dormancy Germination. Publisher Springer Us. Barus,
and
E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Penerbit Kanisius, Jakarta
Fauzi, Y, Y.E. Widyasturi, I. Satyawibawa dan R. Hartono . 2001. Budidaya Tanaman kelapa sawit. Penebar Swadaya, Jakarta. Djafaruddin. 2007. Dasar-dasar perlindungan tanaman. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
41 Moenandir, J. 1993. Pengantar ilmu dan pengendalian gulma. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta Nasution, U. 1986. Gulma dan pengendaliannya di perkebunan karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM). Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi gulma. Penerbit Gramedia, Jakarta. Soebiapraja, R. 1983. Pedoman pengenalan berbagai jenis gulma penting pada tanaman perkebunan. Departemen pertanian direktorat jenderal perkebunan Sutopo. L. 204. Tehnologi Benig. Penerbit Rajawali, Jakarta. Tjitrosoetirdjo, S, dkk. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Penerbit Gramedia, Jakarta. Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Penerbit Gadja Mada University Press, Yogyakarta.