Pengamatan Debit Air d i Areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Oleh : PRANSISCA NIM. 090 500 116
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012
Pengamatan Debit Air d i Areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Oleh :
PRANSISCA NIM. 090 500 116
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: Pengamatan Debit Air Di Areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Nama
: Pransisca
NIM
: 090 500 116
Program Studi
: Manajemen Lingkungan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Adi Supriadi, S.Hut. M.Si NIP. 19751007 200812 1 001Ir.
Ir. Rudy Nurhayadi, MP NIP. 19590111 198703 1 002
Taufiq Rinda Alkas, S.Si, M. Pd NIP. 19780517 200912 1 002
Menyetujui, Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Dadang Suprapto, MP NIP.19620101 198803 1 003
Ir. Hasanudin, MP NIP.19630805 198903 1 005
Lulus Ujian Pada Tanggal : …………...........
ABSTRAK PRANSISCA.
Pengamatan Debit Air dilaksanakan di areal Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda (di bawah bimbingan ADI SUPRIADI).
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan Debit Air selokan pada tiga kondisi yang beda di sekitar areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu pengamatan kurang lebih dari 2 bulan mulai dari tanggal 20 Februari sampai 20 April 2012. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali pada waktu hujan turun, pada waktu musim kering, dan
pada waktu setelah hujan.
Berdasarkan hasil
pengamatan ini ditemukan 3 perbedaan debit air yang berbeda, dari pengukuran debit tersebut, didapatkan perbedaan bahwa debit air yang berbeda pada waktu hujan turun, setelah hujan, dan musim kering. Hal ini dipengaruhi oleh kedalaman dan kecepatan aliran yang berbeda-beda. Kata kunci : Debit, kedalaman, kecepatan.
RIWAYAT HIDUP Pransisca lahir pada tanggal 29 September 1982 di kota Makasar Propinsi Sulawesi Selatan.
Merupakan anak
pertama dari lima bersaudara dari pasangan Alm. Bapak Yohanis dan Ibu Debora. Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Ujung-Pandang Baru pada tahun 1988, lulus pada tahun 1994 di kota Makasar (Sulawesi Selatan). Kemudian melanjutkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 (SMPN 1) di Toraja lulus pada tahun 1997 di tanah Toraja (Sulawesi Selatan).
Pada tahun yang sama melanjutkan
Sekolah Menengah Atas (SMA) Hasanuddin lulus pada tahun 2000 di kota Makasar (Sulawesi Selatan).
Bekerja pada tahun 2000 sampai 2008 di kota Tarakan
(Kalimantan Timur) di PT. IDEC AWI, dan melanjutkan Pendidikan Tinggi pada tahun 2009 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program studi Manajemen Lingkungan, Jurusan Manajemen Pertanian. Pada tanggal 5 Maret 2012 sampai 5 Mei 2012 mengikuti Praktek Kerja Lapang di PT.
Karbon Kartanegara di Kecamatan Samboja dan Muara Badak,
Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur.
Kutai
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan kasih dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktu yang ditetapkan . Dalam penyelesaian karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan penulis mengucapkan kepada: 1.
Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
2.
Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi (KPS) Manajemen Lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
3.
Bapak Adi Supriadi, S. Hut. M. Si selaku dosen pembimbing karya ilmiah yang mengarahkan penulis mulai dari persiapan sampai penyusunan karya ilmiah.
4.
Bapak Ir. Rudy Nurhayadi, MP dan Taufiq Rinda Alkas, S.Si, M. Pd selaku dosen penguji yang banyak memberikan saran dan masukan untuk perbaikan karya ilmiah ini.
5.
Keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis.
6.
Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banya k
terdapat kekurangan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Harapan penulis karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Penulis
Kampus Sei Keledang, Agustus 2012
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .........................................................................................
ii
DAFTAR ISI....................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL.................................................................................. ..........
iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
vi
I.
1
PENDAHULUAN .......................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Tentang Daerah Aliran Sungai (DAS) ........................ 3 B. Curah Hujan ........................................................................................ 5 C. Siklus Hidrologi .................................................................................... 6 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Tempat Penelitian ............................................................. B. Alat dan Bahan .................................................................................... C. Prosedur Kerja ..................................................................................... D. Pengolahan Data.................................................................................
8 8 9 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil...................................................................................................... B. Pembahasan .......................................................................................
12 13
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan........................................................................................... B. Saran ....................................................................................................
14 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
17
LAMPIRAN .......................................................................................................
18
DAFTAR TABEL Nomor
Tubuh Utama
1. Perbandingan debit air saat hujan, bulan kering, sesudah hujan .
Halaman 12
Lampiran 2. Luas penampang............................................................................
26
3. Perbandingan debit .......................................................................
26
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Lampiran
Halaman
1. Hasil perhitungan debit air pada saat bulan kering .............................
20
2. Hasil perhitungan debit air pada saat hujan .......................................
22
3. Hasil perhitungan debit air sesudah hujan .........................................
24
4. Gambar pengukuran kecepatan laju air .............................................
27
5. Gambar pengukuran kedalaman air ...................................................
27
BAB I PENDAHULUAN Hutan sebagai sumber daya perlu dipertahankan, dibina dan dikelola agar diperoleh keseimbangan alam dan keserasian lingkungan hidup.
Selain itu,
pengelolaan sumber daya hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar mungkin bagi kemakmuran bangsa,
untuk mencapai tujuan maka usaha
pengelolaan hutan perlu ditingkatkan. Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dipandang sebagai sistem alami yang menjadi tempat berlangsungnya proses-proses biofisik hidrologis maupun kegiatan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat yang kompleks.
Proses -proses biofisik
hidrologis DAS merupakan proses alami sebagai bagian dari suatu daur hidrologi atau yang dikenal sebagai siklus air. Sedang kegiatan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat merupakan bentuk intervensi manusia terhadap sistem alami DAS, seperti pengembangan lahan kawasan budidaya. Hal ini tidak lepas dari semakin meningkatnya tuntutan atas sumberdaya alam (air, tanah, dan hutan) yang disebabkan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang membawa akibat pada perubahan kondisi tata air DAS. Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali mengarah pada kondisi yang kurang diinginkan, yaitu peningkatan erosi dan sedimentas i, penurunan produktivitas lahan, dan percepatan degradasi lahan. Hasil akhir perubahan ini tidak hanya berdampak nyata secara biofisik berupa peningkatan luas lahan kritis dan penurunan daya dukung lahan, namun juga secara sosial ekonomi menyebabkan masyarakat menjadi semakin
kehilangan kemampuan untuk berusaha dilahannya. Oleh karena itu, peningkatan fungsi kawasan budidaya memerlukan perencanaan terpadu agar beberapa tujuan dan sasaran pengelolaan DAS tercapai, seperti : erosi tanah terkendali, hasil air optimal, dan produktifitas dan daya dukung lahan terjaga.
Dengan demikian
degradasi lahan dapat terkendali dan kesejahteraan masyarakat dapat terjamin. Salah satu Indikator kualitas DAS adalah fluktuasi aliran permukaan yang tidak terlalu tinggi. Hal ini bisa di lihat dengan pengukuran debit air di waktu hujan dan ketika hari terang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui selokan di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
debit air
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Debit Air Daerah Aliran Sungai (DAS)
Samarinda adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Timur. Seluruh wilayah kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara.
Dengan Sungai Mahakam yang membelah di tengah Kota
Samarinda, yang menjadi gerbang menuju pedalaman Kalimantan Timur. Kota ini memiliki luas wilayah 718 kilometer persegi dan berpenduduk 726.223 juta jiwa menjadikan kota ini berpenduduk terbesar di seluruh Kalimantan Timur. Menurut Asdak (2007), daerah aliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai hamparan wilayah yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan,
sedimen,
dan unsur hara serta
mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet) Ekosistem DAS biasanya dibagi menjadi daerah hulu,
tengah,
dan hilir
pada
beberapa tempat merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi di dominasi oleh tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang di dominasi hutan gambut/bakau. Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelola sumberdaya air.
Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang
bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk perencanaan lokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terutama pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai.
Sebagian besar debit aliran pada selokan kecil yang masih alamiah adalah debit aliran yang berasal dari air tanah atau mata air dan debit aliran air permukaan (air hujan).
Dengan demikian aliran air pada sungai kecil pada umumnya lebih
menggambarkan kondisi hujan daerah yang bersangkutan. Sedimentasi adalah hasil proses erosi, baik hasil erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai dan waduk. Hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Hasil sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen terlarut dalam sungai (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di dalam waduk. Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut oleh air dari suatu tempat yang mengalami erosi pada suatu daerah aliran sungai (DAS) dan masuk ke dalam suatu badan air secara umum disebut sedimen. Sedimen yang terbawa masuk ke dalam selokan hanya sebagian saja dari tanah yang tererosi dari tempatnya. Sebagian lagi dari tanah yang terbawa erosi akan mengendap pada suatu tempat di lahan bagian bawah tempat erosi pada DAS tersebut. Kecepatan aliran selokan pada satu penampang saluran tidak sama. Kecepatan aliran selokan ditentukan oleh bentuk aliran, geometri saluran dan faktorfaktor lainnya. Kecepatan aliran selokan diperoleh dari rata-rata kecepatan aliran pada tiap bagian penampang selokan tersebut. Namun apabila alat tersebut tidak tersedia, kecepatan aliran dapat diukur dengan metode apung.
Pengukuran debit
dengan alat pengapung. Pengukuran debit dilakukan dengan jalan mengapungkan suatu benda misalnya bola ping-pong, pada lintasan tertentu sampai dengan suatu titik yang telah diketahui jaraknya.
Pengukuran dilakukan oleh tiga orang yang
masing-masing bertugas sebagai pelepas pengapung di titik awal, pengamat di titik akhir lintasan dan pencatat waktu perjalanan alat pengapung dari awal sampai titik akhir. Langkah pengukuran debit adalah sebagai berikut:
1. Memilih lokasi pengukuran pada bagian selokan yang relatif lurus. Bila selokan relatif lebar, dibawah jembatan adalah tempat pengukuran yang cukup ideal 2. Menentukan lintasan dengan jarak tertentu. 3. Membuat profil selokan pada titik akhir lintasan 4. Mencatat waktu tempuh benda apung mulai saat dilepaskan sampai dengan garis akhir lintasan 5. Mengulangi pengukuran sebanyak tiga kali 6. Menghitung kecepatan rata-ratanya B. Curah Hujan Sifat curah hujan yang paling berpengaruh terhadap erosi adalah intensitasnya. Meningkatnya intesitas curah hujan, mengakibatkan semakin tingginya erosi. Intensitas curah hujan yang tinggi akan mempercepat proses penghancuran dan pengangkutan agregat tanah. Hancurnya agregat tanah tersebut dapat menyumbat pori-pori tanah yang menyebabkan air tidak dapat meresap ke dalam tanah, sehingga
berdampak
pada
meningkatnya
limpasan
permukaan.
Proses
penghancuran tanah (soil detachment) oleh curah hujan ditentukan oleh energi kinetik yang dimiliki curah hujan tersebut. Semakin deras intensitas curah hujan, semakin tinggi pula daya penghancurannya.
C. Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi,
presipitasi,
evaporasi dan
transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinyu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, air terus bergerak secara kontinyu dalam tiga cara yang berbeda: 1.
Evapotranspirasi adalah peritiwa evaporasi dan traspirasi yang terjadi secara bersamaan. a. Evaporasi adalah penguapan yang dilakukan oleh tanah, hutan, dan sekitar vegetasi. b. Transpirasi adalah proses penguapan dari stomata daun. Dengan demikian, penguapan air dari permukaan tanah, permukaan air dan tanaman secara bersama-sama disebut evapotranspirasi
2.
Infiltrasi/perkolasi ke dalam tanah: Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
3.
Aliran Permukaan (run off): Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin land ai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.
Sungai-sungai
bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan di sekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).
Jumlah air di bumi secara
keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Tempat Penelitian
Penelitian
dilaksanakan
di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
waktu penelitian selama 2 bulan.
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dari
tanggal 20 Februari 2012 sampai 20 April 2012 termasuk orientasi lapangan, persiapan alat dan bahan, pengelolaan data dan penyusunan karya ilmiah.
B. Alat Penelitian
1. Alat yang di gunakan Alat-alat yang digunakan pada pengamatan ini terdiri dari :
a. Bola ping-pong, digunakan untu mengukur kecepatan arus b. Alat
tulis
menulis,
digunakan
untuk
mencatat
data-data
hasil
pengukuran debit air c. Meteran/tali ukur, digunakan untuk mengukur panjang parIt d. Patok kayu (jarlon) untuk mengetahui tinggi air. e. Stopwa tch, menghitung kecepatan aliran pada masing-masing titik f.
Kalkulator, digunakan untuk mengelola data hasil pengamatan di lapangan.
g. Kamera digital, digunakan untuk dokumentasi. h. Alat pengukur curah hujan sederhana dengan adanya alat pengukur curah hujan ini kita dapat mengetahui banyaknya curah hujan yang terjadi setiap waktu.
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Orentasi lapangan: Orentasi lapangan ini dilakukan untuk mengetahuai keadaan dilapangan. di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 2. Persiapan alat penelitian: Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama kegiatan pengamatan dilapangan 3. Persiapan pengukuran debit air: Sebelum mengadakan pengukuran, pemilihan lokasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan, karena kesesuaian lokasi akan berpengaruh terhadap akurasi hasil pengukuran. Kriteria lokasi yang ideal untuk melakukan pengukuran adalah: profil selokan rata tanpa ada penghalang aliran air, arus selokan terpusat dan tidak melebar saat tinggi muka air naik. Perlengkapan yang perlu dipersiapkan adalah: alat tulis (buku, pensil, dan spidol), timer (stopwatch), alat pengapung (bola ping-pong), meteran, tongkat bambu atau kayu. 4. Pencatatan dan Pengamatan debit air: Pengamatan debit pada saat hujan turun pada tanggal 20 Februari 2012, pengamatan bulan kering tanggal 27 Juli 2012, dan pengamatan sesudah hujan 21 Februari 2012 setelah 1 hari. 5. Analisis data dan penyusunan laporan hasil pengamatan.
D. Pengolahan Data Pengolahan data di lakukan dengan menghitung pengamatan debit air pada saat hujan, sesudah hujan dan kemarau
di sebelah areal Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda. Menurut Asdak, (2007), debit adalah suatu koefisien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber persatu-satuan waktu, diukur dalam satuan liter per detik.
biasanya
Debit (kecepatan aliran) dan sedimen
merupakan komponen penting yang berhubungan dengan permasalahan DAS seperti erosi, sedimentasi, banjir dan longsor. Oleh harena itu, pengukuran debit dan sedimen harus dilakukan dalam monitoring DAS. Laju aliran permukaan adalah jumlah atau volume air yang mengalir pada suatu titik per detik atau per jam, dinyatakan dalam m3 per detik atau m3 per jam. Laju aliran permukaan dikenal juga dengan istilah debit. Besarnya debit ditentukan oleh luas penampang air dan kecepatan alirannya, yang dapat dinyatakan dengan persamaan : Metode pengukuran langsung dengan rumus : Q = A× V Keterangan : Q = debit air (m3/detik) A = luas penampang air (m 2) V = kecepatan arus sungai (m/detik) Aliran selokan berasal dari hujan yang masuk ke dalam alur selokan berupa aliran permukaan, aliran air di bawah permukaan, aliran air bawah tanah dan butirbutir hujan yang langsung jatuh kedalam alur selokan. Debit aliran akan naik setelah terjadi hujan yang cukup, kemudian akan turun kembali setelah hujan selesai.
Sebagian besar debit aliran pada selokan kecil yang masih alamiah adalah debit aliran yang berasal dari air tanah atau mata air dan debit aliran air permukaan (air hujan). Dengan demikian aliran air pada selokan kecil pada umumnya lebih menggambarkan kondisi hujan daerah yang bersangkutan.
Sedangkan selokan
besar, sebagian besar debit alirannya berasal dari selokan-selokan kecil dan selokan sedang diatasnya.
Sehingga aliran air selokan besar tidak mesti
menggambarkan kondisi hujan di lokasi yang bersangkutan. Aliran dasar pada selokan kecil terbentuk dari aliran mata air dan air tanah, sedang aliran dasar pada selokan besar dibentuk dari aliran dasar selokan-selokan kecil dan sedang diatasnya
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui perbedaan debit air pada saat sesudah hujan, dengan bantuan alat curah hujan sederhana. Berdasarkan hasil pengamatan ini ditemukan 3 perbedaan debit air yang berbeda pada hujan turun air, dari pengukuran debit tersebut, didapatkan perbedaan
bahwa debit air yang
berbeda pada waktu hujan turun, setelah hujan, dan
bulan kering. Hal ini
dipengaruhi oleh lebar dan kedalaman selokan yang berbeda-beda. hubungan curah hujan terhadap debit dimana pergerakan debit mengikuti pergerakan curah hujan Tabel 1. Perbandingan Debit saat Hujan, bulan Kering, Setelah Hujan Kondisi ketika pengamatan No. 1.
Hujan
2.
bulan kering
3.
Sesudah hujan
Q (m3/detik) 1,33 0,16 0,29
Sumber : hasil perhitungan (2012)
Berdasarkan tabel 1 diatas menggunakan perbedaan debit air pada tiga cuaca yang berbeda. Perbedaan dari hasil tersebut ada pada bagian pembahasan.
B. Pembahasan
Hasil pengamatan debit air di areal Politeknik Pertanian Samarinda di ketahui tiga (3) kelompok perbedaan debit air yaitu: pengukuran debit air pada saat hujan, Pengukuran debit air pada setelah hujan, pengukuran debit air pada saat bulan kering. Dari ketiga waktu pengukuran tersebut debit tertinggi adalah pada saat hujan datang dan debit terendah pada bulan kering. Hal ini disebabkan oleh air hujan yang jatuh pada DAS akan mengalami proses yang dikontrol oleh sistem DAS menjadi aliran permukaan (surface runoff), aliran bawah permukaan (interflow) dan aliran air bawah tanah (groundwater flow). Ketiga jenis aliran tersebut akan mengalir menuju selokan, yang tentunya membawa sedimen dalam air sungai tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan debit air di samping areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dari pembahasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan debit air tertinggi terjadi pada saat hujan datang dengan nilai 1,33 m 3/detik dan terendah terjadi pada saat bulan kering dengan nilai 0,18 m3/detik. tentang aspek-aspek debit air yang ada di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda :
1. Hujan, ketika tingkat presipitasinya naik debit air pun naik, curah hujan yang tinggi menyebabkan peningkatan volume air.
Jika terjadi hujan
dengan intensitas relatif besar atau kejadian hujan dengan durasi yang panjang dan telah melampaui kapasitas infiltrasi maka akan menghasilkan debit yang besar. 2. Bulan kering, ketika tingkat persepsinya turun maka kecepatan debit semakin lambat. Kekeringan adalah suatu keadaan di mana curah hujan lebih rendah dari biasanya/normalnya. 3. Setelah hujan, tingkat persepsinya normal . 4. Debit pada saat hujan dengan kecepatan tempuh yaitu: a. Waktu tempuh pinggir kiri 6,55 detik b. Waktu tempuh pinggir kanan 5,55 detik, c. Waktu tempuh tengah dengan laju 5,50 detik. 5. Debit pada bulan kering, air nya sangat sedikit dengan laju waktu
a. Waktu tempuh pinggir kiri 11,00 detik, b. Waktu tempuh pinggir kanan 10,5 detik, c. Waktu tengah dengan laju 10,55 detik. 6. Debit pada setelah hujan, a. Kadar air menaik tapi laju debit dalam keadaan normal dengan waktu laju pinggir kiri 10,50 detik, b. Waktu tempuh pinggir kanan 10,55 detik, c. Waktu tempuh tengah dengan laju 10 detik.
B. SARAN
Perlu adanya pengamatan lanjutan tentang pengamatan
Debit
Air
yang
lainnya, di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap tentang Pengamatan debit air.
DAFTAR PUSTAKA
ANONIM,
(2008) http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/08_Ismail_SS%20NOV09 SIJURI.pdf (diunduh 30 januari 2012)
ANONIM, (2012) http://www.lablink.or.id/Hidro/Siklus/air-siklus.htm 30 januari 2012)
(diunduh
ASDAK CHAY , 2007. Hidrologi dan pengelolaan daerah aliran sungai. Penerbit gadjah mada university press. Dr. Ing. THOMAS KRIST. 1991. Hidrolika. Penerbit Erlangga. SEYHAN ERSIN, 1990. Dasar-dasar Hidrologi . University press.
penerbit Gadjah Mada
RAJU RANGGA. 1986. Aliran saluran terbuka . penerbit Erlangga LAWRENCE S. HAMILTON – PETER N. KING, 1988. Daerah aliran sungai hutan tropika. Penerbit gadjah mada university press LEE RICHARD, 1990. Hidrologi Hutan penerbit Gadjah Mada University Press RAY K.LINSLEY, 1986. Hidrologi Untuk Insinyur Erlangga.jln. kramat IV No.11 Jakarta
edisi ketiga. Penerbit
VEN TE CHOW . EV NENSI ROSALINA, 1989. Hidrologika Saluran Terbuka (open channel hydraulics). Penerbit Erlangga
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran: Metode pengukuran langsung dengan rumus : Q=AV Keterangan : Q = debit air (m3/detik) A = luas penampang air (m 2) V = kecepatan arus sungai (m/detik) L3 d3
L2
L1 d2
d1
L1 = lebar sungai segmen 1 d1 = dalam sungai segmen 1, sdt.
V = S : Jarak T : Waktu tempuh
V = V1 + V2 + V3 3
1. Hasil perhitung an debit air pada saat air bulan kering. Pengukuran Q.= Dalam 1
Dalam 2
Dalam 3 (0,08)
(0,1)
(0,08)
Dik :
l1 = 2 m
l2 = 2 m
l3 = 2 m
d1 = 0,08 m
d2= 0,1 m
d3 = 0,08 m
t1 = 11,00 detik
t2 = 10,55 detik
t3 = 11,5 detik
s = 10 m
Dit :
Q = ………?
Jawab Q = A x V A = 1 (0,1 + 0,08) 2 = 1 (0,018) 2 = 1 (0.09) = 0,09 m 2 x 2 = 0,18 m 2
V1 = S ? 10 = 0,91 T1 11,00 V2 = S
? 10
= 0,95
T2
10,55
V3 = S ? 10 T3 11,5 ?
=
= 0,87
V1 + V2 + V3 = 0,91 + 0,95 + 0,87 = 2.73 m/dtk 3 3 3
= 0,91 m/dtk Q =AxV = 0,18 x 0,91 = 0,16 m 3/dtk
2.
Hasil perhitungan debit air pada saat hujan datang. Pengukuran Q.= Dalam 1
dalam 2
dalam 3 (0,4)
(0,4)
(0,4)
Dik :
l1 = 2 m
l2 = 2 m
l3 = 2 m
d1 = 0,4 m
d2= 0,4 m
d3 = 0,4 m
t1 = 6,15 detik
t2 = 5,55 detik
t3 = 6,50 detik
s = 10 m
Dit :
Q = ………?
Jawab Q = A x V A = 2 x 0,4
= 0,8 m 2
?
=
V1 = S ? 10 T1 6,15
= 1,63
V2 = S ? 10 T2 5,55
= 1,80
V3 = S ? 10 T3 6,55
= 1,53
V1 + V2 + V3 = 1,63 + 1,80 + 1,53 = 4.96 m/dtk 3 3 3
= 1,66 m/dtk Q
= AxV = 0.8 x 1,66 = 1,33 m 3/dtk
3. Pengukuran debit air pada saat sesudah hujan Pengukuran Q.= Dalam 1
dalam 2
dalam 3 (0,1)
(0,2)
(0,1)
Dik :
l1 = 2 m
l2 = 2 m
l3 = 2 m
d1 = 0,1 m
d2= 0,2 m
d3 = 0,1 m
t1 = 10,50 detik
t2 = 10 detik
t3 = 10,55 detik
s = 10 m
Dit :
Q = ………?
Jawab Q = A x V A = 1 (0,1 + 0,2) = 1 (0,3) 2 = 1 (0,15) = 0,15 x 2 = 0,30 m 2
V1 = S ? 10 = 0,95 T1 10,50 V2 = S ? 10 T2 10
= 1,00
V3 = S ? 10 = 0,95 T3 10,55
?
=
V1 + V2 + V3 = 0,95 + 1 + 0,95 = 2.9 m/dtk 3 3 3
= 0,97 m/dtk Q
=AxV = 0,30 x 0,97 = 0,29 m 3/dtk
Tabel 2. Luas Penampang Kondisi Hujan Bulan Kering Sesudah Hujan
Dalam Dalam Dalam Lebar Lebar Lebar A 1 2 3 1 2 3 0,4 0,4 0,4 2 2 2 2,4 0,08
0,1
0,08
2
2
2
0,18
0,1
0,2
0,1
2
2
2
0,30
Tabel 3. Perbandingan Debit Kondisi
V
Q
Hujan
1,66
1.33
Bulan Kering
1,91
0,16
Sesudah Hujan
0,97
0,29
Gambar 1. Proses pengukuran kecepatan laju air
Gambar 2. Proses pengukuran kedalaman air.