PENGAMATAN PENYAKIT PADA ANAKAN ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) DI ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Oleh:
YULIA DAU LITEN NIM. 100 500 044
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
PENGAMATAN PENYAKIT PADA ANAKAN ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) DI ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Oleh:
YULIA DAU LITEN NIM. 100 500 044
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
PENGAMATAN PENYAKIT PADA ANAKAN ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) DI ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Oleh: YULIA DAU LITEN NIM. 100 500 044
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: PENGAMATAN PENYAKIT PADA ANAKAN ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B. ) DI ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Nama
: Yulia Dau Liten
Nim
: 100500044
Program Studi
: Manajemen Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing
Penguji I,
Penguji II,
Dyah Widyasasi, S. Hut. MP Ir. Emi Malaysia, MP NIP. 19710103 199703 2 001 NIP. 19650101 199203 2 002
Menyetujui, Ketua Program Studi Manajemen Hutan
Ir. M. Fadjeri, MP NIP. 19610812 198803 1 003
Lulus ujian pada tanggal:………………....
Dwinita Aquastini, S. Hut. MP NIP. 19700214 199703 2 002
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Hasanudin, MP NIP.19630805 198903 1 005
ABSTRAK YULIA DAU LITEN. Pengamatan Penyakit pada Anakan Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (di bawah bimbingan DYAH WIDYASASI). Jenis ulin merupakan jenis pohon asli kalimantan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Kayu ulin banyak digunakan untuk kontruksi dalam air, tiang bangunan, sirap, papan lantai, jembatan dan keperluan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus, awet dan kuat. Akibat dari eksplotasi berlebihan menyebabkan jenis ini menjadi langka dan merupakan jenis yang dilindungi. Oleh karena itu untuk membudidayakannya dan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas yang baik, maka perlu diadakannya pengamatan tentang jenis-jenis penyakit yang dapat merusak anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) agar dapat mengetahui langkahlangkah selanjutnya dalam usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit yang dapat menyerang. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis penyakit, gejala serangan, penyebab penyakit, frekuensi dan intensitas kerusakan pada anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pengamatan ini dilaksanakan di Arboretum Politani selama ± 2 bulan mulai dari tanggal 01 Januari 2013 sampai dengan tanggal 01 Maret 2013. Pengamatan jenis penyakit dan gejala penyakit dilakukan dengan cara langsung di lapangan dengan menggunakan 5 kriteria (sehat, ringan, sedang, berat dan mati), mengambil sampel untuk diamati dan diidentifikasi penyebab penyakit yang didapat, dilakukan dengan cara membandingkan bentuk-bentuk tubuh spora dan konodia dengan literatur-literatur yang ada. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan 4 jenis penyakit yang menyerang anakan ulin yaitu bercak daun, menggulung, mengerut dan menguning. Penyebab penyakit mengerut yang berhasil ditemukan yaitu jamur A tetapi belum teridentifikasi, sedangkan 2 penyebab penyakit pada daun menggulung dan menguning tidak ditemukan. Hasil perhitungan frekuensi dan intensitas serangan penyakit pada anakan Ulin yaitu: frekuensi anakan sehat 20 %, frekuensi anakan yang terserang ringan 28,58 %, frekuensi anakan yang terserang sedang 41,42 % dan frekuensi anakan yang terserang berat 10 %, sedangkan Intensitas serangan penyakit adalah 35,35 % termasuk dalam tingkat kerusakan sedang. Kata Kunci: Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.), gejala dan penyebab penyakit (patogen)
RIWAYAT HIDUP Yulia Dau Liten lahir pada tanggal 16 April 1993 di Long Pahangai Kab. Kutai Barat, Kalimantan Timur. Merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Petrus Lawing Ngau dan Ibu Katarina Hanyaq. Pendidikan dimulai di Taman Kanak-Kanak Kartini pada tahun 1997 di Long Pahangai kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri No. 003 Long Pahangai pada tahun 1998, lulus pada tahun 2004. Tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 024 Sendawar Long Pahangai lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Samarinda dan memperoleh ijazah tahun 2010. Pendidikan tinggi di mulai pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan Manajemen Pertanian. Tahun 2012 menikah dengan seorang pria bernama Junis Hendrik Dosen dan dikaruniai seorang anak bernama Ghea Eriska Anastasya Long. Tanggal 5 Maret 2013 sampai dengan 5 Mei 2013 telah melaksanakan Praktik Kerja Lapang di PT Ratah Timber Camp Mamahak Teboq Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat.
RIWAYAT HIDUP Yulia Dau Liten lahir pada tanggal 16 April 1993 di Long Pahangai Kab. Kutai Barat, Kalimantan Timur. Merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Petrus Lawing Ngau dan Ibu Katarina Hanyaq. Pendidikan dimulai di Taman Kanak-Kanak Kartini pada tahun 1997 di Long Pahangai kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri No. 003 Long Pahangai pada tahun 1998, lulus pada tahun 2004. Tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 024 Sendawar Long Pahangai lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Samarinda dan memperoleh ijazah tahun 2010. Pendidikan tinggi di mulai pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan Manajemen Pertanian. Tahun 2012 menikah dengan seorang pria bernama Junis Hendrik Dosen dan dikaruniai seorang anak bernama Ghea Eriska Anastasya Long. Tanggal 5 Maret 2013 sampai dengan 5 Mei 2013 telah melaksanakan Praktik Kerja Lapang di PT Ratah Timber Camp Mamahak Teboq Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat.
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada dua tempat yaitu di Arboretum dan di Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan maret 2013, sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua serta keluarga yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil. 2. Ibu Dyah Widyasasi S. Hut, MP, selaku Dosen Pembimbing Karya Ilmiah 3. Ibu Ir. Emi Malaysia, MP, selaku Dosen Penguji I 4. Ibu Dwinita Aquastini, S. Hut, MP, selaku Dosen Penguji II 5. Bapak Ir. Gunanto, selaku Kepala Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Bapak Ilyas Teba, S. Hut, MP, selaku Kepala Laboratorium Silvikultur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 7. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP, selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan. 8. Bapak Ir. Hasanudin, MP, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 9. Ibu Asmah Waty A.Md dan rekan-rekan yang telah membantu dalam kegiatan penelitian dan penyusunan Karya Ilmiah ini. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ini, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan karya ilmiah ini dan semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Yulia Dau Liten Kampus Sei Keledang, Agustus 2013
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................
vi
DAFTAR ISI...............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
x
I.
PENDAHULUAN …..........................................................................
1
II.
TINJAUAN PUSTAK A .................................................................... A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................... B. Gambaran Umum Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) ........ C. Gambaran Umum Penyakit....................................................... D. Penyebab Penyakit ....................................................................
4 4 5 6 11
III.
METODE PENELITIAN ................................................................... A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... B. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................... C. Prosedur Penelitian …............................................................... D. Pengolahan Data ....................................................................
22 22 22 23 28
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ A. Hasil ............................................................................................ B. Pembahasan .............................................................................
.30 30 36
V.
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ A. Kesimpulan ................................................................................ B. Saran .........................................................................................
39 39 39
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
40
LAMPIRAN ................................................................................................
42
DAFTAR GAMBAR No
Tubuh Utama
Halaman
1.
Bercak Daun pada Ulin (E. zwageri T. et B.)
.............................31
2.
Daun Menggulung pada Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) ..........32
3.
Daun Mengerut pada Ulin (E. zwageri T. et B.)
......................32
4.
Daun Menguning pada Ulin (E. zwageri T. et B.)
.....................33
5.
Jamur A
.................................................................................34 Lampiran
6.
Memasukkan Media ke Petridish
..............................................48
7.
Memotong Daun Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) ......................48
8.
Sterilisasi Bahan dengan Cara di Rendam
..................................48
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1.
Perhitungan Frekuensi Tingkat Kerusakan pada Daun Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) ................................................................................ 47
2.
Perhitungan Intensitas Serangan Penyakit pada Daun Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) .......................................................................... 47
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1
Cara Menentukan Nilai (Skor) Serangan Penyakit pada Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.)..........................................
25
Tally Sheet Pengamatan Serangan Penyakit pada Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.).......................................................
25
3
Cara Penentuan Tingkat Kerusakan Anakan Ulin................
29
4
Jenis dan Gejala Penyakit yang Menyerang Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.)..............................................................
30
5
Jenis dan Penyebab Penyakit pada Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.)…………………………………….………….
34
6
Frekuensi dan Intensitas Serangan Penyakit pada Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.).......................................................
35
2
Lampiran 7
Data Hasil Penelitian Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.)……................................................................................. .
43
BAB I PENDAHULUAN Hutan alam di Indonesia telah berkurang secara drastis bahkan cenderung habis sejak era reformasi. Menurut Disastra (2008) dalam Suryadi (2010), laju degdrasi hutan di Indonesia adalah 1,6 – 2,1 Ha/ tahun. Dengan keadaan ini, pembangunan HTI kembali diupayakan oleh pemerintah walaupun pembangunan HTI pada era sebelumnya tidak berhasil. Ketika hutan tanaman dibangun secara luas, kerusakan hutan mulai dirasakan sebagai salah satu masalah yang penting, karena banyak diantaranya yang menyebabkan kematian tanaman hutan. Kondisi yang sama terjadi di Indonesia pada tahun 1980, yaitu pada saat dimulainya program pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Untuk menjamin kelestarian hutan kegiatan yang dilaksanakan antara lain perlindungan dari penyakit. Masalah penyakit dijumpai pada tegakan, bahkan sampai hasilnya disimpan ditempat penimbunan. Untuk mendapatkan pohon yang berkualitas baik, tanaman harus terhindar dari penyakit, karena serangan penyakit dapat menurunkan kualitas dan volume kayu sehingga dapat merugikan secara ekonomis. Banyak faktor yang diketahui dapat menyebabkan kerusakan hutan, baik yang berasal dari luar hutan, maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan hutan itu sendiri. Faktor-faktor penyebab kerusakan hutan dapat terdiri atas organisme hidup atau faktor-faktor lingkungan fisik (Sumardi dan Widyastuti, 2004 dalam Suryadi, 2010) Jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) merupakan salah satu jenis pohon asli Kalimantan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Penggunaan kayu Ulin telah dimulai sejak berabad-abad oleh masyarakat asli Kalimantan sebelum
digunakan secara meluas dan intensif oleh masyarakat modern untuk keperluan kontruksi ringan sampai dengan berat. Karena selalu diburu seolah tak pernah berhenti, potensi Ulin mengalami penurunan yang drastis. Kayu Ulin banyak digunakan untuk kontruksi dalam air, tiang bangunan, sirap, papan lantai, jembatan dan keperluan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus, awet dan kuat. Akibat dari eksplotasi berlebihan menyebabkan jenis ini menjadi langka dan merupakan jenis yang dilindungi (Anonim, 2004). Oleh karena itu untuk membudidayakannya dan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas yang baik, maka perlu diadakannya pengamatan tentang jenis-jenis penyakit yang dapat merusak anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) agar dapat mengetahui langkah-langkah selanjutnya dalam usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit yang dapat menyerang. Penelitian tentang Ulin telah dilakukan oleh banyak peneliti antara lain adalah
Pramono (2009), meneliti tentang Kehadiran Permudaan Ulin
(Eusideroxylon zwageri) di areal Eks RKT 2007 PT. Hanurata Unit Sangkulirang ; Lisbeth (2009), meneliti tentang Kehadiran Permudaan Alam dan Regenerasi Jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) di areal Kebun Raya Samarinda ; dan Idris (2012), meneliti tentang Kehadiran Pemudaan Alam dan Regenerasi Jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri) di areal Kebun Raya Samarinda. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui jenis penyakit, gejala serangan, penyebab penyakit, frekuensi dan intensitas kerusakan pada anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Hasil dari pengamatan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis penyakit, gejala serangan, penyebab penyakit, frekuensi dan
intensitas kerusakan pada anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda sehingga dapat melakukan usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Menurut Suwarto (1999) dalam Riyadi (2002), Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda memiliki luas ± 2 Ha, yang terdiri dari dua tahapan penanaman, yaitu tahap pertama ± 0,5 Ha yang ditanam pada bulan 10 tahun 1995 dan tahap kedua seluas ± 1,5 Ha yang ditanam pada bulan 11 tahun 1996. Untuk tahap pertama ditanam jenis campuran antara jenis tanaman yang cepat tumbuh (fast growing species) dengan jenisjenis Dipterocarpaceae dan jenis lokal lainnya. Sedangkan pada tahap kedua dengan luas ± 1,5 Ha ditanam jenis campuran antar jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing species) dengan jenis famili Dipterocarpaceae dan jenis buah-buahan lokal. Jarak tanam antara jenis tanaman cepat tumbuh 1,5 x 1,5 m dan jarak tanam jenis famili Dipterocarpaceae 1,5 x 1,5 m. Penanaman jenis-jenis famili Dipterocarpaceae di tengahtengah di antara empat tanaman jenis cepat tumbuh, sedangkan untuk jenis buahbuahan ditanam dengan jarak 5 x 5 m. Pada saat pengamatan, terdapat jenis tanaman baru yaitu Ulin (Eusideroxylon zwageri) masih berupa anakan. Tanaman lain yaitu tanaman cepat tumbuh ( fast growing species) terdiri dari Sengon (Falcataria mollucana), Gamelina (Gmelina arborea), Jabon (Anthocepallus
cadamba)
dan
Akasia
(Acacia mangium).
Jenis
dari
famili
Dipterocarpaceae yaitu jenis Meranti (Shorea sp.) dan Kapur (Dryobalanops sp.). Tanaman buah-buahan yaitu Jingalon (Baccaurea lanceolata), Kapul (Baccaurea sp.), Jambu Air (Syzygium aqueum), Jambu Bol (Syzygium malasccense), Jambu Mawar (Eugenia jambos), Wanyi (Mangifera caesia ), Durian (Durio zibethinus) dan Rambai (Baccaurea motleyana).
B. Gambaran Umum Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.)
Menurut Anonim (2009), hirarki klasifikasi dan tata nama anakan Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisio
: Angiospermae
Sub Divisio
: Tracheophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Laurales
Family
: Lauraceae
Genus
: Eusideroxylon
Species
: Eusideroxylon zwageri T. et B.
Menurut Kebler dan Kade (1999), Ulin (E. zwageri T. et B.) termasuk ke dalam famili Lauraceae, dengan nama lain kayu besi. 1. Sifat-sifat Botani Pohon Ulin tinggi hingga 40 m, berdiameter
± 80 cm. bulung
menyilinder, kadang-kadang bergalar dangkal. Banir tidak ada. Pepegan halus agak mengeripih, cokelat kemerahan. Ranting menggalah, menjuntai. Tangkai daun panjang ± 1 cm. Daun spiral melonjong bundar telur atau menjorong, panjang 20 - 30 cm, pangkal membundar, ujung runcing hingga melancip, tulang daun sekunder 8 - 12. Bunga memelai di ketiak, berkelamin ganda, tabung tajuk pendek, bercuping 6 hampir sama, benang sari 12, benang sari semu ada, bakal buah membulat. Buah melonjong, menyilinder, panjang hingga 15 cm, garis tengah hingga 8 cm.
2. Daerah penyebarannya Daerah penyebaran pohon Ulin adalah di Sumatera, Kalimantan dan Filipina. 3. Kegunaannya Ulin yang dimanfaatkan untuk kontruksi berat, balok, dan sirap. Karena eksploitasi berlebihan, kayunya hanya diperjual-belikan di pasar pedalaman. C. Gambaran Umum Penyakit
1. Pengertian Menurut Tarr (1972) dalam Rahayu (1999), penyakit dapat terjadi karena gangguan proses fisiologis dari tanaman (meliputi bagian biji, bunga, buah, daun, pucuk, cabang, batang dan akar) sebagai akibat terganggunya fungsi atau bentuk jaringan atau organ tanaman oleh penyebab penyakit. Sedangkan apabila pohon-pohon yang ada di dalamnya mengalami tekanan secara terus menerus oleh faktor-faktor biotik (hidup) atau oleh faktor-faktor abiotik (fisik dan kimia) lingkungannya sehingga menimbulkan kerugian. Bentuk kerugian akibat penyakit antara lain berupa kegagalan benih untuk dapat berkecambah, kehilangan bibit karena lodoh batang atau busuk akar, dan kehilangan bibit sesudah ditanam di lapangan. Akibat selanjutnya adalah karena kerugian berupa dana (uang) yang terbuang percuma untuk menyiapkan lahan. 2. Tanda Menurut
Malaysia, dkk.
(2008), beberapa penyakit memiliki gejala
yang sama, karena itu perlu pengetahuan mengenai “ tanda (sign)” untuk menentukan penyakit dan penyebabnya. Tanda (sign) semua pengenal penyakit, yaitu vegetatif dan atau reproduktif dari patogen. Bentuk vegetatif dari patogen, contohnya adalah misellium, appresorium, haustorium dan
basidium. Bentuk reproduktif, contohnya adalah badan buah (fruit body), spora, sclerotia, conidia, dll. Bentuk-bentuk vegetatif dan reproduktif tersebut ada yang dapat dilihat dengan mata biasa dan ada pula yang harus dilihat dengan mikroskop. 3. Gejala Menurut Malaysia, dkk. (2008), gejala (symtom) adalah perubahanperubahan atau penyimpangan-penyimpangan keadaan normal tumbuhan, yang diakibatkan oleh serangan penyebab penyakit (patogen). Gejala yang ditunjukkan lebih dari satu disebut “sindrom” pengetahuan tentang gejala penting untuk dipelajari, guna mengetahui penyebab penyakit sehingga tindakan pencegahan dan pemberantasan dapat dilakukan. Mempelajari lebih lanjut tentang gejala dimana untuk mengamati tumbuhan yang sakit, gejala adalah yang paling dulu tampak. Gejala bisa setempat bisa juga meluas. Gejala “setempat (lesional)” adalah gejala yang terbatas pada tempat tertentu saja contohnya: bercak daun, kanker, dll. Gejala “meluas (sistematik)” adalah gejala yang ditunjukan oleh seluruh bagian tubuh tumbuhan, contohnya: layu daun, klorosis, dll. Berdasarkan pengaruh langsung atau tak langsungnya, gejala terbagi menjadi: a.
Gejala primer, yaitu gejala yang timbul langsung di bagian pohon tempat masuknya patogen (infeksi).
b. Gejala sekunder, yaitu gejala yang timbul pada bagian tidak terserang, tetapi merupakan akibat langsung dari bagian lain terserang.
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada sel, gejala terbagi menjadi tiga, yaitu gejala nekrotik, gejala atrofi (hypoplastis) dan gejala hipetrofi (hyperplastis). a.
Gejala Nekrotik Gejala nekrotik adalah gejala yang disebabkan karena kerusakan atau matinya sel. Pada gejala ini terdapat beberapa penyakit, antara lain adalah: 1)
Nekrosis (bercak/noda hitam atau cokelat) Disebabkan oleh: cendawan Altemaria solani, Phytopora pasarsitica var, Nicotianae, Exobasidium vexans, P. Infestans dan Cescospora apii.
2)
Kanker (sel mati pada bagian berkayu) Disebabkan oleh: Nectaria gloeossporium, Corticium salmonicolor, Botryodiplodia theobromae
3)
Lodoh /damping off (kematian pada sel-sel pangkal batang atau akar). Disebabkan oleh: Phytophtora sp. , Phytium sp. , Fusarium sp., Rhizoctonia sp., Sclerotium sp.
4)
Mati kering / die back (kematian pohon yang dimulai dari atas, tajuk kemudian menjalar sampai ke akar) disebabkan oleh: Diatrypella favacea ,Valsa kitajimana.
5)
Busuk (rot, decay): Matinya jaringan tanaman pada bagian tertentu yang masih lunak / banyak mengandung air, gejala yang ditampakkan mirip dengan nekrosis tetapi untuk bagian tanaman yang tebal, seperti buah, batang dan akar.
Disebabkan oleh: Phellinus (Fomes) pini, P. tremulea, P. ignarius, Phaeollus schweinitzii, Heterobasidium annosum, Armillaria mellea, Ganoderma applanatum. 6)
Terbakar matahari (sun sclad ): Matinya sel atau jaringan tertentu karena sinar matahari.
7)
Terbakar ( bukan karena sinar matahari, scorch): Matinya sel atau jaringan pada daun atau pucuk pohon muda atau kulit pohon karena api / temperatur tinggi / bahan kimia.
b.
Gejala atrofi (Hypoplastis) Gejala atrofi adalah gejala yang menjukkan adanya pertumbuhan yang terhambat atau terhenti sama sekali, disebabkan oleh proses pembelahan sel yang tidak normal/karena degradasi sel. Contoh adalah pada penyakit: 1)
Kerdil, yaitu pertumbuhan terlambat, ukurannya lebih kecil dari biasa.
2)
Klorosis, yaitu menguning atau pucatnya daun muda karena kerusakan klorofil atau tidak mampu membentuk klorofil. Disebabkan oleh: virus kekurangan Nitrogen (N) dan cahaya
3)
Etiolasi, yaitu menguningnya daun atau jaringan muda dan batang yang memanjang. Disebabkan oleh: kekurangan cahaya.
4)
Roset, yaitu pertumbuhan batang yang terhambat, terbentuknya tangkai daun / cabang berada dalam jarak yang rapat. Disebabkan oleh: virus.
c.
Gejala Hipertofi (Hyperplastis) Gejala hipertrofi menunjukkan pertumbuhan sel yang berlebihan atau melebihi ukuran biasa. Contoh-contoh penyakit yang menunjukkan gejala ini antara lain adalah : 1)
Sapu setan (witches broom) Yaitu tumbuhan tunas (cabang-cabang) berlebihan pada satu tempat pada suatu pohon. Disebabkan oleh: Marasmius permicis us, Microstroma juglandis, virus.
2)
Tumor / gall / cecidia Yaitu pembengkakan setempat, beberapa bintil-bintil / bisul yang terdiri dari jaringan tumbuhan. Terjadi pada daun, batang, cabang. Disebabkan oleh: dua macam penyebab, jika hewan penyakitnya disebut zoocecidia dan jika disebabkan oleh tumbuhan disebut phytocecidia.
3)
Resinosis Pengeluaran getah (resin) secara berlebihan, dari cabang batang dan buah. Disebabkan oleh: Corticium salmonicolor, Armillaria mellea, serangga pengebor / penggerek batang, cabang, dan buah. D. Penyebab penyakit
Menurut Malaysia, dkk. (2008), penyebab penyakit terdiri dari penyebab penyakit biotik dan penyebab penyakit abiotik adalah sebagai berikut:
a.
Penyebab Biotik (Patogen) a. Jamur 1)
Ciri umum jamur Cendawan , jamur, fungi (eumycetes ) adalah tumbuhan bersel satu atau banyak, tidak mempunyai klorofil, batang, daun, dan akar; transpirasi, respirasi, dan metabolisme sama seperti tumbuhantumbuhan berklorofil, tetapi fotosintesis (pembuatan karbohidrat) tidak dapat dilaksanakan sendiri.
2)
Cendawan saprofit Yaitu
cendawan
yang
heterotrof
(tidak
dapat
membuat
karbohidrat sendiri), hidup pada bahan organik yang telah mati. Cendawan ini terbagi menjadi dua, yaitu: a) Cendawan saprofit fakultatif: biasanya hidup sebagai parasit tapi dapat hidup saprofit jika keadaan memaksa. Contoh : cendawan upas (Corticium salmonicolor). b) Cendawan saprofit obligat: cendawan yang hanya hidup sebagai saprofit pada bahan organik yang telah mati. Contohnya
:
cendawan
kuping
(Auricularia
auricula)
dan
cendawan merang (Volvariella volvacea). 3)
Cendawan parasit Yaitu cendawan yang hidup di dalam atau pada organisme hidup lain, sehingga dapat merugikan organisme yang ditumpangi. Cendawan ini juga terbagi menjadi dua, yaitu :
a) Cendawan parasit fakultatif: biasanya hidup sebagai saprofit, tetapi dapat hidup sebagai parasit jika mendapat inang yang cocok. Contoh : cendawan lodoh (damping off). b) Cendawan parasit obligat : cendawan yang hanya hidup pada organisme hidup lainnya. Contoh : cendawan tepung (powdery mildew) dan cendawan karat (rust). 4)
Cendawan simbion Yaitu cendawan yang hidup bersama-sama dengan organisme lain dan dari masing-masing tersebut, mereka sering mendapatkan makanannya sehingga saling menguntungkan. Contoh : - Lichen (ganggang cendawan) - Mikoriza (akar bercendawan)
b. Bakteri Bakteri adalah tumbuhan bersel satu, berdinding sel tetapi bersifat prokariotik (tidak mempunyai membran inti). Ada 3 tipe bakteri yaitu : 1) Tipe coccus yang berbentuk bulat 2) Tipe basilus yang berbentuk tongkat 3) Tipe spirillum yang berbentuk spiral Beberapa jenis bakteri mempunyai rambut flagella ada yang satu buah pada satu ujung tubuhnya (monotrichous), beberapa buah pada satu ujung tubuhnya (lophotrichous), beberapa buah pada kedua ujung tubuhnya (amphitrichous), dan banyak flagella pada seluruh tubuhnya. c. Virus Virus adalah mikroorganisme yang berbentuk benang, tongkat, atau bulat, memiliki asam inti ribonucleic acid (RNA) atau deoxyribonucleic acid (DNA) dan
tidak mengadakan respirasi dan metabolisme. Pakar menganggap virus adalah organisme hidup yang masih primitif, karena mempunyai asam inti yang berfungsi dalam perkembangbiakkan sebagaimana organisme hidup lainnya. Tetapi karena tidak melakukan proses respirasi dan metabolisme, maka disimpulkan bahwa virus adalah makhluk yang terletak antara hidup dan mati. Gejala serangan virus akibat serangan virus pada tumbuhan dapat diperlihatkan dengan gejala, tetapi kadang- kadang gejala tidak tampak. Gejala yang khas adalah warna bunga tertentu belang-belang, noda-noda berbentuk lingkaran / licin pada daun (ring spots), nekrosis, mosaic (noda-noda kuning, hijau, atau hijau tua pada daun), klorosis pada seluruh lembaran daun, klorosis pada tulang-tulang dan pinggir daun, daun kriting, tanaman kerdil perubahan bentuk batang, percabangan yang berlebihan (menyapu, witches broom), dan roset (pertumbuhan daun atau atau cabang yang bergerombol dengan jarak tangkai daun atau cabang sangat berdekatan). Serangan virus yang gejalanya tidak nampak pada morfologi tumbuhan, kadang-kadang dapat diketahui dari hasil tumbuhan tersebut, mi salnya produksi buah kurang tidak seperti biasanya. d. Tumbuhan Tingkat T inggi Tumbuhan tingkat tinggi ini sering dikenal sebagai benalu, tetapi biasanya tidak banyak merugikan tanaman kehutanan, kecuali bila memang banyak jumlah individu benalu yang hidup menempel pada pohon, maka pohon akan menderita karena makanannya diambil terus oleh benalu tersebut, contoh : 1) Amyema, benalu Eucalyptus di Australia.
2) Dendrophthoe, di Asia Tenggara. 3) Elytranthe, benalu karet dan jambu mete di Malaya. 4) Loranthus, benalu di Eropa dan Asia. 5) Phthirusa, benalu karet di Brasil. 6) Psittacanthus dan struthanthus, benalu jeruk dan akasia mulai dari Meksiko sampai Chile. 7) Tapinathus, benalu di Afrika. 8) Tristarix, benalu kaktus di Chile. e. Nematoda Nematoda parasit tanaman berukuran sangat kecil, memanjang dan berbentuk silinder. Hampir semua jenis tanaman nematoda mempunyai panjang tubuh kurang dari 2-5 mm, tidak beruas atau mempunyai lengkuk lingkar dangkal. Merupakan organisme yang masih tergolong primiti f tetapi telah dilengkapi dengan sistem pencernaan, saraf dan reproduksi. Banyak spesies merupakan parasit pada tanaman (Widyastuti dan Sumardi, 2004) dalam Malaysia (2008). Semua nematoda parasit tanaman mempunyai struktur khusus yang disebut spear (lembing) atau stylet (jarum). Spear mirip tabung yang berlubang, terletak di ujung kepala nematoda dan digunakan untuk makan. Stylet mempunyai ujung yang sangat runcing dan digunakan untuk melekat pada jaring makanan. Menurut Mardji (1995) dalam Malaysia (2008), berdasarkan cara makan nematoda parasit tumbuhan dibagi atas 2 kelompok yaitu: 1) Nematoda Ektoparasit
Nematoda yang melukai dinding sel, mengisap makanan atau cairan sel dengan styletnya dan hidup berpindah-pindah dari inang yang satu dengan inang yang lainnya. 2) Nematoda Endoparasit Nematoda yang tetap tinggal di dalam inangnya di bagian tumbuhan tempat pertama kali masuk, mengisap makanan dan akan pindah ke bagian (sel) lainnya kalau bagian (sel) pertama mati. b. Penyebab Abiotik a. Temperatur 1)
Temperatur tinggi Yang dimaksud temperatur tinggi disini adalah akibat sinar matahari. Suhu sekitar 60°C dapat mematikan sel-sel yang masih muda dan tipis. Temperatur tinggi akanlebih banyak merusak bila bersamaan dengan faktor lain, misalnya kekurangan air atau ada angin kencang. Akibat yang ditimbulkan: a) Kematian pada semai. b) Mencegah terjadinya regenerasi sel-sel dan reproduksi. seperti pembentukan bunga. c) Luka-luka pada kulit pohon muda. d) Daun rontok sebelum waktunya (prematur defoliation). e) Daun tertutup lapisan zat gula (sugar exudation) karena air banyak menguap dan tinggallah zat gula di permukaan daun.
2)
Temperatur rendah Temperatur udara yang sangat rendah sekitar 0-5°C akan mengurangi penyerapan air oleh akar tumbuhan, sehingga berakibat:
a) Air di dalam sel-sel tumbuhan berkurang. b) Konsentrasi cairan sel tinggi sehingga cairan sel keluar kepermukaan daun (plasmolisis). c) Sel-sel mengerut dan daun menjadi layu. d) Batang pohon dapat retak e) Kerusakan sel-sel xilem Untuk mencegah kerusakan akibat temperatur rendah dengan menghindari penanaman di tempat yang sering bersalju dengan tanaman yang berkulit tipis, melainkan dengan tanaman yang berkulit tebal. Pada umumnya jenis pinus tahan terhadap temperatur rendah (Mardji 1995 dalam Malaysia 2008). b. Air 1)
Kelebihan air Kekurangan air dapat mengakibatkan hal yang tidak menguntungkan bagi pohon, kecuali jenis pohon yang memang hidupnya memerlukan tempat yang banyak mengandung air, misalnya tanaman di rawa-rawa dan payau. Keadaan air yang berlebihan dapat disebabkan karena: a) Hujan, hujan deras dan curah air yang sangat banyak (curah hujan yang sangat tinggi) b) Banjir, banjir berarti air yang banyak menggenang atau bergerak atau menutup tanah hutan. c) Bendungan,
menyebabkan
tanah
sekitar
mendapatkan perembesan air dari bendungan
bendungan
akan
Banjir dapat menimbulkan banyak kerusakan hutan baik yang langsung maupun yang tak langsung: a) Tanaman hutan yang masih kecil akan dapat mati atau tercabut karena dilanda banjir. b) Tanah hutan dapat dicuci dan terbawa air (erosi) c) Akibat dari tercucinya tanah maka akar-akar pohon akan keluar dari tanah. d) Pohon hutan dapat condong atau tumbang. e) Timbul luka-luka pada pohon. f) Longsor atau bergeraknya tanah bersama-sama. g) Tanah tergenang air banjir. Usaha untuk menghindarkan kerusakan hutan akibat dari kelebihan air adalah ditekankan pada keadaan hutan sendiri dan bangunan-bangunan air, baik adanya hutan lindung di tempat tanahnya sangat miring maupun keadaan hutan yang sehat dan mempunyai daya serap dan tanahnya yang baik. Bangunanbangunan air yang berbentuk bendungan-bendungan dan saluran-saluran yang akan mengatur jalannya air. 2)
Kekurangan air Kerusakan hutan karena kekurangan air dapat disebabkan oleh: a) Rendahnya curah hujan menyebabkan kadar air di tanah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum dari pohon-pohon. b) Faktor-faktor
cuaca
seperti
tingginya
temperatur
udara,
rendahnya kelembapan udara dan angin yang keras dapat menyebabkan penguapan dari pohon yang besar sehingga pengisapan air oleh akar tidak dapat mengimbangi atau dapat pula
menyebabkan penguapan air dari tanah pun besar sehingga kadar air di tanah pun menjadi turun. Gejala-gejala yang dapat dilihat dari pohon yang menderita kekeringan adalah: a) Daun akan layu atau daunnya akan berubah warnanya menjadi kuning sampai coklat akhirnya mati dan gugur. b) Gejala layunya daun dan bagian-bagian lunak dimulai dari pucuk pohon kemudian ke bawah dan dari bagian luar kemudian ke dalam. c) Kekeringan dapat pula menghasilkan lingkaran tumbuh yang tidak sempurna. d) Pohon yang kekeringan dapat menggugurkan daun walaupun tidak atau menggugurkan daunnya sebelum musim gugur. e) Kekeringan
dengan
temperatur
udara
yang
tinggi
dapat
menyebabkan pecah batang. f) Kekeringan yang panjang akan menimbulkan banyak kematian pada pohon-pohon di hutan. c. Angin Angin dapat memberikan pengaruh baik dan pengaruh buruk terhadap hutan. Pengaruh yang baik misalnya dalam hal penyerbukan dari bunga-bunga hutan. Pengaruh angin yang merugikan adalah sebagai berikut: 1)
Pengaruh Terhadap Tanah Hutan Pengaruh angin terhadap tanah dapat menyebabkan terjadinya erosi angin sehingga tanah menjadi kering.
Erosi angin adalah perpindahan tanah dari tempatnya karena tiupan angin. Biasanya butir-butir tanah yang halus sewaktu tanah sedang kering akan mudah ditiup angin. Tertiupnya butiran tanah yang terus menerus akan menyebabkan tanah menjadi kurus atau tidak subur lagi. Serasah hutan juga sering tertiup angin sehingga tanah menjadi terbuka dan di tempat lain terdapat timbunan serasah yang tebal. 2) Pengaruh Terhadap Cuaca Hutan Angin kuat yang bertiup di hutan dapat mengganggu atau menyebabkan terjadinya gangguan terhadap penguapan, transpirasi, temperatur, kelembapan dan lain-lain. Akibatnya cuaca hutan akan dapat berubah menjadi cuaca yang tidak menguntungkan bagi hutan, sering terjadi karena adanya tiupan angin, cuaca di hutan menjadi dingin atau menjadi panas. 3) Pengaruh Terhadap Fisiologi Pohon Akibat tiupan angin terhadap fisiologi pohon adalah: a) Bentuk dari tajuk yang tidak normal. b) Berkurangnya tinggi dari pohon. Perubahan-perubahan
fisiologi
pohon
tersebut
adalah
merupakan usaha dari pohon untuk mempertahankan diri agar tetap hidup dalam menghadapi angin. Gejala-gejala ini dapat dilihat pada pohon-pohon yang tumbuh di pinggir hutan sehingga merupakan pohon yang langsung menahan tiupan angin. Makin ke dalam hutan akibat dari angin akan makin berkurang.
4)
Kerusakan Mekanis Pada Pohon Akibat kerusakan mekanis yang disebabkan angin adalah: a) Ranting-ranting patah b) Daun-daun berguguran c) Batang-batang pohon patah d) Pohon-pohon terbongkar dengan akarnya. Kerugian besar dapat terjadi bila ada angin topan, sehingga banyak pohon yang tumbang dan patah. Kerusakan mekanis terjadi bila angin mempunyai kecepatan lebih kurang 45 km perjam ke atas.
5) Penyemprotan Garam Pada Hutan Hutan yang menderita penyemprotan garam adalah hutan yang berada di pantai. Angin dengan kecepatan lebih kurang 150 km perjam akan mampu meniup butir-butir air laut sejauh 45 – 70 km. Hutan yang tersiram air laut daunnya akan menjadi kuning kemerah-merahan. Dalam keadaan merana sering hama dan penyakit akan datang menyerang sehingga dapat mempercepat kematian hutan yang menderita hebat akan nampak seperti terbakar. Mencegah sama sekali timbulnya kerusakan hutan akibat angin sangatlah sulit, tetapi mengurangi besarnya kerusakan dapat dilakukan dengan jalan mengusahakan agar pinggir hutan terutama yang barbatasan dengan tanah terbuka, tertutup oleh vegetasi secara rapat dengan daun-daun yang lebat sehingga angin tidak dapat masuk ke dalam hutan.
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengamatan ini
dilaksanakan pada 2 tempat yaitu di Arboretum untuk
pengambilan data dan di Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda untuk pembiakan penyakit dan identifikasi. Waktu pengamatan ini selama ± 2 bulan, efektif dari tanggal 01 Januari 2013 sampai 01 Maret 2013 meliputi orientasi lapangan, persiapan alat dan bahan, pengamatan dan pengambilan data, pengolahan data dan penyusunan Karya Ilmiah. B. Alat dan Bahan Penelitian 1.
Alat Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan ini terdiri dari: a. Alat tulis-menulis b. Loup untuk memperbesar objek pengamatan di lapangan c. Kalkulator untuk menghitung dalam pengolahan data d. Dissecting set untuk pengambilan bagian tanaman yang terserang penyakit e. Kamera untuk dokumentasi f. Hot plate untuk memasak media g. Autoclave untuk sterilisasi media h. Mikroskop untuk melihat patogen i. Beaker glass tempat untuk memasak media j. Laminar air flow untuk isolasi jamur / bakteri k. Oven untuk sterilisasi alat
l. Timbangan analitik untuk menimbang bahan-bahan PDA m. Cawan petridish untuk tempat media n. Cover glass untuk menutup jamur di object glass o. Object glass untuk meletakkan jamur p. Pengaduk kaca untuk mengaduk q. Saringan plastik untuk menyaring ekstrak kentang r. Buku literatur untuk identifikasi 2.
Bahan Bahan-bahan yang digunakan untuk pengamatan ini adalah: a. Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) umur 3 tahun b. Media Potato Dextrose Agar (PDA) untuk pengembangbiakkan patogen c. Bayclean untuk sterilisasi spesimen d. Alkohol 70 % untuk sterilisasi spesimen e. Aqua destilata untuk sterilisasi spesimen f. Selotipe untuk mengamati patogen g. Kapas untuk menutup botol media PDA h. Kertas saring untuk mengeringkan spesimen i. Kertas label nama untuk memberi nomor pada spesimen j. Plastik 1 kg untuk tempat menyimpan tanaman yang terserang penyakit k. Tissue, untuk membersihkan semua peralatan yang digunakan l. Kertas folio untuk membungkus petridish C. Prosedur Penelitian Prosedur kerja pada pengamatan di Arboretum dan Laboratorium
Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
1.
Orientasi Lapangan Orientasi lapangan dilakukan untuk mengetahui lokasi pengamatan dan keadaan anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
2.
Persiapan Alat dan Bahan Pada kegiatan ini yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama kegiatan pengamatan baik di lapangan maupun di Laboratorium
3.
Pengambilan Sampel Pengamatan Pengambilan sampel pengamatan dilakukan dengan cara sensus terhadap seluruh sampel dengan jumlah sebanyak 70 sampel dan mengambil sampel tanaman yang terserang penyakit dan menyimpannya ke dalam kantong plastik
4.
Pengamatan Melakukan pengamatan pada anakan yang terserang penyakit dengan kriteria menurut Sharma dan Sankaran (1988) dalam Susilo (2003), kriteria derajat kerusakan anakan Ulin dapat dilihat pada Tabel 1.
? Tabel 1. Cara Menentukan Nilai (Skor) Serangan Patogen pada Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) Tingkat kerusakan Sehat
Ringan
Sedang
Berat
Mati
5.
Tanda kerusakan terlihat pada tanaman Tidak ada gejala serangan atau jumlah daun yang terserang sangat sedikit dibandingkan dengan luas daun seluruhnya Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing-masing daun yang terserang sedikit atau daun rontok atau klorosis atau berlubang sedikit atau anakan tampak sehat tetapi ada gejala lain seperti kanker batang atau batang berlubang Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing-masing daun yang terserang relatif agak banyak atau daun rontok atau klorosis atau berlubang agak banyak atau disertai dengan gejala lain seperti kanker batang atau batang berlubang Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing-masing daun yang terserang relatif sangat banyak atau daun rontok atau klorosis atau berlubang sangat banyak atau disertai dengan gejala lain seperti kanker batang atau batang berlubang Seluruh daun layu atau rontok atau tidak ada tandatanda kehidupan
kor 0
1
2
3
4
Pencatatan Data yang diperoleh dari pengamatan anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) di catat dalam Tally Sheet sebagai berikut:
Tabel 2. Tally Sheet Pengamatan Serangan Penyakit pada Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) No Anakan
Gejala Kerusakan
Tingkat kerusakan
Skor
Ket
6. Pengambilan Gambar Melakukan pengambilan gambar terhadap anakan yang menunjukkan gejala terserang penyakit yang dilakukan selama pengamatan terhadap anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) 6.
Membawa Sampel ke Laboratorium Sampel yang ditemukan terserang penyakit dibawa ke Laboratorium Konservasi untuk diisolasi guna mengetahui patogen yang menyerang. Prosedur kerja pengamatan di Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a.
Bagian tanaman yang sakit dimasukkan ke dalam kantong plastik
b.
Mensterilkan semua alat ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 170°C.
c.
Kentang ditimbang sebanyak 125 g dan dikupas kulitnya dipotong kecil dan tipis lalu direbus dalam beaker glass yang berisi 500 ml air suling (aqua destilata) sampai mendidih dan dibiarkan selama 30 menit, kemudian sarinya diambil dengan menggunakan saring plastik. Dextrose sebanyak 10 g dan agar-agar 10 g dimasukkan ke dalam beaker glass berisi air suling 500 ml dan diaduk dengan sendok kecil sampai merata. Sari kentang dimasukkan ke dalam beaker glass tersebut dan diaduk, dimasukkan ke dalam erlenmeyer atau botol reaksi dan ditutup rapat dengan kapas.
Media kemudian disterilkan di dalam autoclave pada
temperatur 105 - 107°C selama 15 menit. Setelah disterilkan kemudian dituang ke dalam cawan petridish sebanyak ± 10 ml sampai dingin kemudian media siap digunakan untuk menumbuhkan jamur.
d.
Bagian tanaman yang menunjukkan gejala penyakit, dipotong dengan menyertakan bagian yang sehat dan yang sakit dengan ukuran kira-kira 0,5 cm x 0,5 cm
e.
Potongan bagian tanaman tersebut disterilkan dengan cara direndam ke dalam bayclean selama 60 detik lalu dikeringkan di atas kertas saring, pindahkan ke dalam alkohol 70% selama 60 detik dikeringkan di atas kertas saring kemudian pindahkan ke dalam aqua destilata selama 60 detik lalu keringkan di atas kertas saring (dilakukan dalam laminar air flow yang sudah disemprot alkohol 70%)
f.
Dengan menggunakan pinset, memasukkan
4 potongan satu persatu
bagian tanaman ke dalam media PDA dan diatur dengan jarak yang sama (dilakukan dalam laminar air flow yang sudah disemprot alkohol 70%), bungkus petridish yang berisi media tadi dengan kertas folio. g.
Memberi kertas nama label pada petridish yang bertuliskan gejala penyakit dan tanggal isolasi
h.
Inkubasikan petridish pada suhu 26° C. Bila terjadi pertumbuhan lebih dari satu jenis jamur maka dipisahkan dan dimurnikan lagi dengan cara yang sama seperti di atas, dalam media PDA sampai hanya 1 jenis jamur saja yang tumbuh.
i.
Pengamatan patogen dengan menggunakan mikroskop.
j.
Mengambil foto patogen yang ditemukan untuk dokumentasi.
k.
Mengidentifikasi patogen yang ditemukan dengan cara membandingkan patogen yang ditemukan dengan buku literatur.
D. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menghitung frekuensi serangan dan intensitas serangan penyakit terhadap kerusakan anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) 1. Frekuensi Serangan Penyakit Menurut Sharma dan Sankaran (1996) dalam Susilo (2003), frekuensi serangan penyakit pada
dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
Keterangan : F = Frekuensi serangan penyakit N = Jumlah tanaman seluruhnya n = Jumlah tanaman yang rusak pada masing-masing tingkat kerusakan 2. Intensitas Serangan Penyakit Menurut Sharma dan Sankaran (1988) dalam Susilo (2003), untuk mengetahui
intensitas
serangan
penyakit
menggunakan rumus berikut :
Keterangan : I = Intensitas serangan X = jumlah seluruh tanaman yang diamati X1 = jumlah tanaman yang terserang ringan X2 = jumlah tanaman yang terserang sedang X3 = jumlah tanaman yang tersserang berat X4 = jumlah tanaman yang mati Y1 = skor 1 Y2 = skor 2
dapat
dihitung
dengan
Y3 = skor 3 Y4 = skor 4 Menurut Sharma dan Sankaran (1988) dalam Susilo (2003), cara penentuan tingkat kerusakan anakan dapat dilihat padaTabel 3. Tabel 3. Cara Penentuan Tingkat Kerusakan Anakan Ulin Intensitas serangan %
Tingkat kerusakan
0– 1
Sehat
1,1 – 25
Ringan
25,1 – 50
Sedang
50,1 – 75
Berat
> 75
Mati
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1.
Jenis Penyakit dan Gejalanya Hasil pengamatan yang telah dilakukan di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dapat diketahui bahwa jenis penyakit dan gejala serangan penyakit yang dapat merusak anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis dan Gejala Penyakit yang Menyerang Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) no
Jenis Penyakit
1
Bercak daun
2
Menggulung
3
Mengerut
4
Menguning
Gejala Serangan Bercak daun berwarna coklat terdapat lubang pada daun. Bercak berukuran kecil ± 1-5 mm pada permukaan daun, bentuk dan letak bercak tidak beraturan. Daun menggulung ke dalam dan tidak menutupi semua permukaan daun sehingga bentuknya tidak normal Adanya kerutan dari pangkal sampai ujung daun, tepi daun bergelombang dan pertumbuhan daun tidak normal Daun hampir seluruhnya menguning, terdapat bercak hitam dan daun berlubang
Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat pada Tabel 4 ditemukan 4 jenis penyakit yang merusak daun anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Bercak Daun Gejala penyakit bercak daun yang terlihat pada saat pengamatan adalah bercak daun berwarna coklat, terdapat lubang pada daun, bentuk dan letak bercak tidak beraturan. Gejala yang tampak seperti terlihat pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Bercak Daun pada Ulin (E. zwageri T. et B.) Menurut Agrios (1996), bercak daun adalah luka atau noda yang bersifat lokal pada daun inang yang terdiri atas sel-sel yang mati dan menurut Sastrahidayat (1990), bahwa bercak daun adalah bercak nekrosis yang mempunyai batas-batas tegas disebabkan oleh jamur dan bercak daun merupakan hasil infeksi lokal. b. Menggulung Gejala yang terlihat pada daun Ulin (E. zwageri T. et B.) yang menggulung adalah daun menggulung ke dalam dan tidak menutupi semua permukaan daun sehingga bentuknya tidak normal. Gejala yang tampak seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Daun Menggulung pada Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) Pada penyakit bercak kering Alternaria solani daun yang diserang daunnya tidak rata, kadang-kadang daun menggulung atau tidak rata (Pracaya, 2003) c. Mengerut Adanya kerutan dari pangkal sampai ujung daun, tepi daun bergelombang dan pertumbuhan daun tidak normal. Gejala yang tampak seperti yang terlihat pada Gambar 3 berikut ini:
Gambar 3. Daun Mengerut pada Ulin (E. zwageri T. et B.)
d. Menguning Gejala yang tampak pada daun Ulin (E. zwageri T. et B.) yang menguning adalah daun hampir seluruhnya menguning, terdapat bercak hitam dan daun berlubang. Gejala yang tampak seperti yang terlihat pada Gambar 4 berikut.
Gambar 4. Daun Menguning pada Ulin (E. zwageri T. et B.) 2.
Penyebab Penyakit Upaya mengetahui penyebab penyakit anakan Ulin pada penelitian ini, dilakukan terhadap semua gejala yang ada, namun untuk gejala bercak daun telah dilakukan terhadap objek yang salah, karena hal tersebut maka upaya mengetahui penyebab penyakit dari gejala bercak daun dianggap tidak dilakukan. Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan di Laboratorium Konservasi diketahui penyebab penyakit yang menyerang anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) seperti yang terlihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Jenis dan Penyebab Penyakit pada Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) no 1 2 3 4
Jenis Penyakit Bercak Daun Menggulung Mengerut Menguning
Penyebab Tidak ditemukan Jamur A (belum teridentifikasi) Tidak ditemukan
Berdasarkan hasil pengamatan yang terlihat pada Tabel 5, hanya penyebab penyakit mengerut yang berhasil ditemukan yaitu jamur A tetapi belum teridentifikasi, sedangkan 2 (dua) penyebab penyakit yang lain tidak ditemukan. Adapun ciri-ciri penyebab penyakit pada jamur A adalah sebagai berikut:
Memiliki hyfa bersekat, mempunyai dinding tebal dan berwarna pucat seperti yang terlihat pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5. Jamur A
3.
Frekuensi dan Intensitas Serangan Penyakit Hasil perhitungan frekuensi dan intensitas serangan penyakit pada anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini. Data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan cara perhitungan pada Lampiran 2. Tabel 6. Frekuensi dan Intensitas Serangan Penyakit pada Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) Tingkat Kerusakan Sehat Ringan Sedang Berat Mati Jumlah
Jumlah Anakan
Frekuensi Kerusakan (%)
15 20 29 6 0 70
20 28,58 41,42 10 0 100
Intensitas Kerusakan (%)
35,35
Pada Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi anakan yang sehat 20 %, frekuensi anakan yang terserang ringan 28,58 %, frekuensi anakan yang terserang sedang 41,42 %, frekuensi anakan yang terserang berat 10 % dan anakan yang terserang mati 0 %. Sedangkan intensitas kerusakan pada anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) adalah 35,35 % dan termasuk dalam tingkat kerusakan sedang. B. Pembahasan 1.
Jenis Penyakit dan Gejalanya Hasil pengamatan pada anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ditemukan 4 jenis penyakit yang menyerang yaitu bercak daun, mengerut, menggulung dan menguning.
Gejala penyakit bercak daun dan menguning termasuk dalam gejala lokal dan gejala nekrotik karena kerusakan yang ditimbulkan menyebabkan matinya sel-sel tanaman hal ini sesuai dengan pendapat Rukmana dan Sugandi (1997), yang menyatakan bahwa gejala nekrotik adalah gejala yang disebabkan karena kerusakan atau matinya sel. Menurut Anonim (2010), menyatakan bahwa gejala lokal adalah gejala yang dicirikan dengan perubahan struktur yang jelas dan sangat terbatas biasanya dalam bentuk bercak, misalnya bercak daun, sedangkan menurut Anonim (2012), gejala kerusakan yang diakibatkan oleh bercak daun diawali dengan bercak-bercak kuning, selanjutnya daun akan mengering. Menurut Purnomo (2006), bahwa klorotik termasuk gejala nekrotik, klorotik adalah kerusakan kloroflas yang mengakibatkan bagian-bagian tanaman yang dalam keadaan normal berwarna hijau menjadi menguning. Gejala penyakit daun mengerut dan menggulung termasuk termasuk dalam gejala hypertrofi (hyperplastis) karena pertumbuhan sel yang tidak normal, hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2010), gejala hypertrofi (hyperplastis) adalah gejala yang timbul karena hasil pertumbuhan yang luar biasa dalam ukuran atau perkembangan dini yang abnormal dari organ tumbuhan misalnya kriting, membengkoknya tajuk dan menggulungnya daun karena pertumbuhan yang berlangsung pada satu sisi. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2008), penyakit daun menggulung, gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala menggulung terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain.
Gejala penyakit menguning termasuk dalam gejala penyakit defisiensi karena daun menguning hampir seluruhnya. Menurut Rahayu (1999), bahwa gejala defisiensi merupakan indikator adanya kekurangan unsur hara di dalam tanah yang menyebabkan daun menguning, hijau pucat. 2.
Jenis Penyakit dan Penyebabnya Hasil pengamatan pada anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) hanya ada 1 penyebab penyakit pada daun mengerut yang ditemukan
tetapi belum
teridentifikasi, sedangkan 2 penyebab penyakit pada daun menggulung dan menguning tidak ditemukan.
Penyebab penyakit daun mengerut pada anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) belum diketahui jenisnya. Setelah beberapa kali dilakukan pembiakan yang tumbuh hanya hifa saja, spora dan konidia tidak ada. Dari Tabel 5 di atas tidak ditemukan penyebab penyakit pada 2 jenis penyakit dikarenakan terjadi kegagalan dalam proses inokulasi walaupun telah diulang beberapa kali. Hal ini terjadi mungkin karena kurang steril ruangan, peralatan, media inokulasi dan proses inokulasi ataupun kesalahan dari faktor manusia (peneliti). 3.
Frekuensi dan Intensitas Kerusakan Berdasarkan hasil perhitungan frekuensi dan intensitas kerusakan pada anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) dapat diketahui frekuensi anakan sehat adalah 20 %, frekuensi anakan yang terserang ringan 28,58 %, frekuensi anakan yang terserang sedang 41,42%, frekuensi anakan yang terserang berat 10 % dan frekuensi anakan yang terserang mati 0 %. Hasil perhitungan intensitas kerusakan 35,35 %, tingkat kerusakan pada anakan Ulin (E. zwageri T. et B.)
di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda masuk dalam tingkat kerusakan sedang dan tidak menimbulkan kematian pada anakan, namun anakan tersebut harus mendapatkan pengawasan yang cukup intensif karena mungkin saja kerusakan dapat meningkat
karena
adanya
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan penyebab penyakit seperti faktor biotik dan faktor abiotik.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penyakit perusak anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Jenis penyakit yang menyerang anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) ditemukan 4 jenis yaitu bercak daun, menggulung, mengerut dan menguning.
2.
Penyebab penyakit pada anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) yang ditemukan ada 1 yaitu jamur A pada daun mengerut tetapi belum teridentifikasi dan ada
2
yang tidak ditemukan
yaitu penyebab penyakit pada daun
menggulung dan menguning. 3.
Frekuensi anakan yang sehat adalah 20 %, frekuensi anakan yang terserang ringan adalah 28,58 %, terserang sedang adalah 41,42 % dan terserang berat adalah 10 %.
4.
Intensitas serangan penyakit pada anakan Ulin (E. zwageri T. et B.) adalah 35,35 % dan termasuk dalam tingkat kerusakan sedang. B. Saran
1.
Perlu adanya pengamatan lanjutan tentang pengamatan penyakit pada anakan Ulin agar informasi yang didapat lebih lengkap.
2.
Untuk menghindari meningkatnya intensitas serangan penyakit yang lebih tinggi sebaiknya dilakukan pengendalian penyakit pada anakan Ulin (E. zwageri T. et B.).
DAFTAR PUSTAKA Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia) Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Anonim. 2004. Status Litbang Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.). Balai Litbang Kehutanan Kalimantan. Samarinda. Anonim. 2008. http://totonunsri.blogsome.com/category/hama/. Diunduh tanggal 25 Mei 2013. Anonim. 2009. Eusideroxylon zwageri T. et B. http://.wikipedia org/wiki/Eusideroxylon zwageri. Diunduh tanggal 10 Mei 2013. Anonim. 2010. http://kuliah-2-2010.pnkktbhn.com/. Diunduh tanggal 15 Mei 2013. Anonim. 2012. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perum Perhutani. Prosiding Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang SDH Perhutani Cepu. Idris. 2012. Permudaan Alam dan Regenerasi Jenis Ulin (E. zwageri) di Areal Kebun Raya Unmul Samarinda. (Karya Ilmiah Mahasiswa Manajemen Hutan). Kebler dan Kade. 1999. Pohon-pohon Hutan Kalimantan Timur. Pedoman Mengenal 280 Jenis Pohon Pilihan di Daerah Balikpapan-Samarinda. MOFEC – Tropenbos – Kalimantan Project. (Alih Bahasa Jenny. A. Kartawinata) Lisbeth. 2009. Kehadiran Permudaan Alam dan Regenerasi Jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) di Areal Kebun Raya Samarinda Malaysia, E, Mariyanto, Balfas M.N dan Widyasasi, D. 2008. Diktat Kuliah Ilmu Perlindungan Hutan. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pracaya. 2003. Hama dan Penyakit Tanaman PT Penebar Swadaya. Depok. Pramono. 2009. Kehadiran Permudaan Ulin (E. zwageri) di Areal eks RKT 2007 PT. Hanurata Unit Sangkulirang. (Karya Ilmiah Mahasiswa Manajemen Hutan) Purnomo. B. 2006. Konsep Ilmu Penyakit Hutan Faperta UNIBRA. Rahayu, S. 1999. Penyakit tanaman hutan di Indonesia. Gejala, Penyebab dan Teknik Pengendaliannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Riyadi. 2002. Studi Kehadiran Jenis Tumbuhan Bawah pada Areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (Karya Ilmiah Mahasiswa Program Studi Manajemen Hutan. Rukmana. R. dan UU Sugandi. S. 1997. Penyakit Tanaman dan Teknik Pengendalian Penyakit.
Sastrahidayat, IR. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penerbit Usaha Nasional Surabaya. Indonesia. Suryadi. 2010. Pengamatan Nematoda Pada Pohon Jati (Tectona grandis) di Agroforestry Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Karya Ilmiah Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Susilo, E. H. 2003. Pengamatan Hama Perusak Daun Sengon Umur 3 Bulan di Persemaian Kebun Agung Lempake Samarinda. Karya Ilmiah Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Lampiran 1. Tabel 7. Data Hasil Penelitian Anakan Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) No. Anakan 1
2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17
Gejala Kerusakan Daun menguning dan menggulung hanya beberapa daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak cokelat dan daun mengerut hanya sedikit. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun Menggulung hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun menggulung agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang Daun Mengerut hanya sedikit. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak kuning hanya beberapa daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak cokelat dan daun mengerut hanya sedikit. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Tidak ada penyakit Daun bercak coklat agak banyak. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun menggulung agak banyak. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak dan mengerut agak banyak. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak dan mengerut yang terserang agak banyak. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun menguning mengerut agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak hanya beberapa daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun mengerut hanya beberapa daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak cokelat, mengerut hanya sedikit. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak dan menggulung hanya sedikit. Tidak terdapat gejala serangan pada batang.
Tingkat Kerusakan
Skor
Sehat
0
Sedang
2
Ringan
1
Sedang
2
Sedang
2
Sehat
0
Ringan
1
Sehat
0
Sedang
2
Sedang
2
Sedang
2
Sedang
2
Sedang
2
Sehat
0
Sehat
0
Ringan
1
Ringan
1
Ket
18 19
Daun mengerut agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun menggulung hanya beberapa daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang.
Sedang
2
Sehat
0
20
Daun bercak agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang.
Sedang
2
21
Daun bercak hanya beberapa daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang.
Sehat
0
22
Daun bercak agak banyak dan daun menggulung hanya beberapa daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang.
Sedang
2
Berat
3
Sedang
2
Sehat
0
Ringan
1
Sehat
0
Ringan
1
Sehat
0
Ringan
1
Sehat
0
Ringan
1
Ringan
1
Sehat
0
Sedang
2
Sedang
2
Ringan
1
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Daun bercak dan mengerut sangat banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang Daun mengerut agak banyak dari jumlah daun. Terdapat luka pada bagian batang Daun bercak hanya beberapa daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak hanya beberapa daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun mengerut hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak hanya beberapa daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun mengerut hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun mengerut hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak hanya beberapa daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak dan menguning agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun menggulung hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang.
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
52 53 54
55
Daun mengerut hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak dan mengerut agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun menggulung relatif terserang agak banyak. Terdapat luka pada batang. Tidak ada penyakit Daun bercak dan mengerut terserang agak banyak. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak hanya beberapa daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak dan menggulung hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Tidak ada penyakit Daun menguning sangat banyak dari jumlah daun. Terdapat bercak putih pada batang. Daun menggulung hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun mengerut agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak dan menguning agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun mengerut hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak dan mengerut agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak dan mengerut agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak dan menggulung sangat banyak dan menggulung hanya beberapa daun Daun bercak sangat banyak dan mengerut agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak dan mengerut agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang.
Ringan
1
Sedang
2
Sedang
2
Sehat
0
Sedang
2
Sehat
0
Ringan
1
Sehat
0
Berat
3
Ringan
1
Sedang
2
Sedang
2
Ringan
1
Sedang
2
Sedang
2
Berat
3
Berat
3
Sedang
2
56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
67
68 69 70
Daun mengerut relatif sangat banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak relatif sangat banyak dan mengerut agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak dan mengerut agak banyak dari jumlah daun Daun mengerut agak banyak dari jumlah daun. Terdapat luka pada batang. Daun bercak hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun mengerut, menguning dan menggulung agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun menguning hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak dan mengerut agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak agak banyak dan mengerut hanya sedikit dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun bercak dan mengerut agak banyak dari jumlah daun. Tidak terdapat gejala serangan pada batang. Daun mengerut hanya sedikit. Terdapat luka pada batang. Daun bercak dan menguning hanya sedikit. Tidak terdapat gejala serangan pada batang.
Berat
3
Ringan
1
Sedang
2
Berat
3
Sedang
2
Sedang
2
Ringan
1
Sedang
2
Ringan
1
Ringan
1
Sedang
2
Sedang
2
Sedang
2
Ringan
1
Ringan
1
Lampiran 2 A. Perhitungan Frekuensi Tingkat Kerusakan pada Anakan Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) Dengan menggunakan rumus : F=
maka dapat di hitung :
Frekuensi tanaman yang sehat (F sehat) F sehat= Frekuensi tanaman yang ringan (F ringan) F ringan = Frekuensi tanaman yang sedang (F sedang) F sedang= Frekuensi tanaman yang berat (F berat) F berat =
B. Perhitungan Intensitas Serangan Penyakit pada Anakan Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) Dengan menggunakan rumus intensitas I= I= I= I = 35, 35 %
Lampiran 1. Data Hasil Penelitian Anakan Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) No. Anakan 1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Gejala Kerusakan Daun menguning 5 % berukuran 2 mm Daun bercak 10 %, mengerut 10 % masing-masing berukuran antara 1-5 mm Daun Menggulung 10 % dengan ukuran 1-2 cm Luka Pada batang 2 cm Daun Mengerut 25 % dengan ukuran 5 mm Daun Bercak kuning 5 % berukuran 2 mm Daun bercak 10 % berukuran 3 mm Tidak ada penyakit Daun bercak 5 % dengan ukuran 1-3 mm, luka pada bagian tengah batang 3 cm Luka pada pangkal batang 3 cm Daun bercak 15 %, mengerut 5 % berukuran 1-5 mm Daun bercak 10 %, mengerut 10 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun menguning 5 %, mengerut 10 % berukuran 1-5 mm Daun bercak 5 % berukuran 2 mm Daun mengerut 5 % dengan ukuran 3 mm Daun bercak 10 %,mengerut 5 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun bercak 15 % berukuran 2 mm Daun mengerut 20 % dengan ukuran 5 mm Daun menggulung 5 % dengan ukuran 2 cm Daun bercak 10 %, berukuran 3 mm dengan ukuran luka pada batang 3 cm Daun bercak 10 % berukuran 3 mm Daun bercak 10 %, menggulung 5 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun bercak 10 %, mengerut 15 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun mengerut 15 % dengan ukuran 5 mm, luka pada tengah batang 2 cm Daun bercak 10 % berukuran 2 mm Daun bercak 10 % berukuran 3 mm Daun bercak 5 % dengan ukuran 2 mm Daun mengerut 10 % berukuran 2-3 mm Daun bercak 5 % berukuran 4 mm
Tingkat Kerusakan Sehat Sedang
Skor 0 2
Ringan
1
Sedang Sedang
2 2
Sehat
0
Ringan Sehat Sedang
1 0 2
Sedang Sedang
2 2
Sedang
2
Sedang
2
Sehat Sehat
0 0
Ringan
1
Ringan Sedang
1 2
Sehat
0
Sedang
2
Sehat Sedang
0 2
Berat
3
Sedang
2
Sehat Ringan Sehat Ringan Sehat
0 1 0 1 0
Ket
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
Daun mengerut 10 % dengan ukuran 2 mm Daun bercak 5 % berukuran 3 mm Daun bercak 10 % berukuran 2 mm Daun mengerut 15 % berukuran 2 mm Daun bercak 10 % dengan ukuran 3 mm Daun bercak 10 %, menguning 5 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun bercak 15 % berukuran 2 mm Daun bercak 10 % dengan ukuran 2 mm Daun mengerut 5 % dengan ukuran 3 mm Daun bercak 10 %, mengerut 5 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun bercak 20 % dengan ukuran 2 mm, luka pada batang 2 cm Tidak ada penyakit Daun bercak 10 %, mengerut 5 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun bercak 5 % berukuran 2 mm Daun bercak 5 %, menggulung 5 % masing-masing berukuran 1-5 mm Tidak ada penyakit Daun menguning 5 % berukuran 2 mm, terdapat bercak putih pada batang 8 cm Daun mengerut 10 % dengan ukuran 3 mm Daun mengerut 20 % berukuran 2 mm Daun bercak 5 %, menguning 10 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun mengerut 10 % dengan ukuran 2 mm Daun bercak 20 %, mengerut 5 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun bercak 15 %, mengerut 5 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun bercak 30 % berukuran 2 mm, menggulung 5 % dengan ukuran 2 cm Daun bercak 40 %, mengerut 15 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun bercak 15 %, mengerut 15 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun mengerut 50 % dengan ukuran 5 mm Daun bercak 15 % berukuran 3 mm Daun bercak 35 % dengan ukuran 2 mm Daun bercak 45 %, mengerut 20 % masing-masing berukuran 1-5 mm
Ringan
1
Sehat Ringan Ringan Sehat Sedang
0 1 1 0 2
Sedang Ringan Ringan
2 1 1
Sedang
2
Sedang
2
Sehat Sedang
0 2
Sehat Ringan
0 1
Sehat Berat
0 3
Ringan
1
Sedang Sedang
2 2
Ringan
1
Sedang
2
Sedang
2
Berat
3
Berat
3
Sedang
2
Berat
3
Ringan Sedang Berat
1 2 3
60 61 62 63
64 65 66 67 68 69 70
Daun bercak 15 %, mengerut 10 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun mengerut 20 % berukuran 4 mm, luka pada batang 5 cm Daun bercak 10 % dengan ukuran 3 mm Daun mengerut 5 %, menguning 10 % berukuran 1-5 mm, menggulung 5 % 2 cm Daun bercak 10 % dengan ukuran 2 mm Daun menguning 10 % berukuran 3 mm Daun bercak 10 %, mengerut 15 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun bercak 20 %, mengerut 10% masing-masing berukuran 1-5 mm Daun bercak 15 %, mengerut 20 % masing-masing berukuran 1-5 mm Daun bercak 5 % berukuran 3 mm, luka pada batang 3 cm Daun bercak 5 %, menguning 10 % berukuran 1-5 mm
Sedang
2
Sedang
2
Ringan Sedang
1 2
Ringan Ringan Sedang
1 1 2
Sedang
2
Sedang
2
Ringan
1
Ringan
1
Lampiran 2 A. Perhitungan Frekuensi Tingkat Kerusakan pada Daun Anakan Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) Dengan menggunakan rumus : F=
maka dapat di hitung :
Frekuensi tanaman yang sehat (F sehat) F sehat= Frekuensi tanaman yang ringan (F ringan) F ringan = Frekuensi tanaman yang sedang (F sedang) F sedang= Frekuensi tanaman yang berat (F berat) F berat = B. Perhitungan Intensitas Serangan Penyakit pada Daun Anakan Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) Dengan menggunakan rumus intensitas I= I= I= I = 35, 35 %
Lampiran 3
Gambar 1. Memasukkan Media PDA ke Petridish
Gambar 2. Memotong Daun Anakan Ulin (E. zwageri T. et B.)
Gambar 3. Sterilisasi Bahan dengan Cara di Rendam