HUBUNGAN DIAMETER DAN TINGGI TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) UMUR 4 TAHUN DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
OLEH: MUHDIANSYAH NIM. 090 500 159
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014
HUBUNGAN DIAMETER DAN TINGGI TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) UMUR 4 TAHUN DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
OLEH: MUHDIANSYAH NIM. 090 500 159
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya p ada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014
HUBUNGAN DIAMETER DAN TINGGI TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) UMUR 4 TAHUN DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
OLEH: MUHDIANSYAH NIM. 090 500 159
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: Hubungan Diameter dan Tinggi Tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et B ) Umur 4 Tahun Di Areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Nama
: Muhdiansyah
NIM
: 090 500 159
Program Studi
: Manajemen Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Ir. M. Fadjeri, MP Ir. Hasanudin, MP Ir. Herijanto Thamrin, MP NIP.196108121988031003 NIP.196308051989031005 NIP.196211071989031015
Menyetujui, Ketua Program Studi Manajemen Hutan
Mengesahka n, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. M. Fadjeri, MP NIP. 19610812 198803 1 003
Ir. Hasanudin , MP NIP. 19630805 198903 1 005
Lulus ujian pada tanggal : ……………………..
ABSTRAK
MUHDIANSYAH. Hubungan Diameter dan Tinggi Tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et B.) Umur 4 Tahun Di Areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (di bawah bimbingan M. FADJERI) Latar belakang dari penelitian ini adalah hutan sebelum dieksploitasi perlu diketahui potensi sebagai dasar perhitungan produksi bagi perusahaan. Untuk mendapatkan informasi tersebut mutlak dilakukan kegiatan inventarisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh hubungan (keeratan) diameter dengan tinggi dari tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) umur 4 tahun yang ditanam di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang hubungan antara diameter dan tinggi untuk ta naman Ulin yang ditanam di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini dilaksanakan di areal Politeknik Pertanian Samarinda pada tanggal 9 Juni sampai dengan 9 Agustus 2014. Data yang diambil adalah tinggi dan diamete r tanaman ulin umur 4 tahun. Hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan statistik sederhana dan untuk mengetahui keeratan hubungannya digunakan regresi. Berdasarkan hasil pengukuran , analisis dan pembahasan diperoleh diameter terbesar tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) 34,1 mm dan terkecil 12,9 mm. Rata -rata dimeter 24,39 mm dengan simpangan baku 5,67 mm dan koefisien variasi sebesar 23.26%. Jadi koefisien variasi termasuk besar karena pertumbuhannya cukup beragam. Sedangkan pengukuran tingginya diketahui bahwa tertinggi adalah 294,6 cm, dan terendah 106 cm, rata-rata tinggi 203.15 cm dengan simpangan baku 51,35 cm dan koefisien variasi sebesar 25.27% . Jadi koefisien variasi termasuk besar karena pertumbuhannya cukup beragam. Adapun keeretan hubungannya adalah sangat erat dengan nilai koefisien regresi sebesar (r) 0,9020 dan koefisien determinasinya (R 2) adalah sebesar 84,86 % dengan model regresinya adalah : Log T = Log 0.911348021 + 1.005103938 Log D atau T = 8.153574073 D1.005103938 Dengan persamaan regresi ini dapat digunakan untuk menaksir tinggi dari tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B) umur 4 tahun yang ditanam di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda hanya mengukur diameter saja. Kata Kunci : Diameter, Tinggi dan Tanaman Ulin.
RIWAYAT HIDUP
MUHDIANSYAH , lahir pada tanggal 6 Juli 1968 di Birayang Kalimantan Selatan, merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak M. Arif Rahman (alm.) dan Ibu Diyah Yakub . Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 046 Sangkulirang pada tahun 1976, lulus pada tahun 1982. Tahun yang sama melanjutkan sekolah di SMP Negeri I Sangkulirang lulus pada tahun 1985. Kemudian pada ta hun yang sama melanjutkan lagi ke SMA Negeri 2 Samarinda dan lulus pada tahun 1988. Tahun 1992 sampai 1995 menjadi guru honorer di MTs dan Aliyah Nurussa’adah, serta SMA Negeri 1 Sangkulirang mengasuh mata pelajaran matematika. Tahun 1995 menikah dengan Siti Fatimah (alm.) dikaruniai seorang putri bernama Rezky Audina Mahmudah, kemudian pada tahun 1999 menikah dengan Wenti Marlina dikaruniai 4 orang anak, yaitu Sukma Aulia Faradella (alm.), Della Mutia Rahmah, M. Arif Kamil, dan M. Haikal Kamil. Tahun 1997 menjadi Pegawai Negeri Sipil di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dengan Nota Dinas sebagai Teknisi di Laboratorium Konservasi. Pendidikan tinggi di mulai pada tahun 2009 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda pada Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan Manajemen Pertanian. Selama kuliah mengikuti Praktik Kerja Lapang (PKL) di Perum Perhutani I Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur, Bagian Kesatuan
Pemangkuan
Hutan
(BKPH) Kebasen dan Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KRPH) Mandirancan Jawa Tengah.
Resort
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nya Karya Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Karya Ilmiah ini tersusun karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP sebagai dosen pembimbing Karya Ilmiah yang mengarahkan dari persiapan sampai penyusunan. 2. Bapak Ir. Hasanudin, MP sebagai dosen penguji I dan Bapak Ir. Herijanto Thamrin, MP sebagai dosen penguji II. 3. Bapak Ir. Hasanudin, MP se laku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian . 4. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan 5. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dengan doa, spririt, material dalam penyusunan Karya Ilmiah ini sampai terselesaikan. Penulis menyadari Karya Ilmiah ini masih banyak kekurangan namu n dengan keterbatasan tersebut Penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Muhdiansyah Kampus Sei Keledang, Agustus 2014
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR.……………..........……………………………………………
iv
DAFTAR ISI…………..........…………………………………………………………
v
DAFTAR TABEL………..........………………………………………………………
vi
DAFTAR GAMBAR……….........……………………………………………………
vii
I.
PENDAHULUAN
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman Ulin (Eusidroxylon zwageri T. et B.).....….… B. Pertumbuhan dan Perkembangan Tegakan………………….......……… C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan.…….……......……….. D. Hubungan Diameter dan Tinggi …...... ……………...……………………. E. Regresi …………….…………………….......…………..………………….. F. Korelasi………………………….... ……………………....………………… G. Diterminasi…………………………....……………………....………………
3 7 13 15 15 17 19
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian..... …………………………………………… B. Alat dan Bahan .......…………………………………………………………. C. Prosedur Kerja……. .......…………………………………………………… D. Pengolahan Data........……………………………………………………….
19 19 20 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil…………………………...............................………………………… B. Pembahasan .......…………………………………………………………….
25 28
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.........……………………………………………………………. B. Saran ………………....……........……..…………………………………….
32 32
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….........……..
33
LAMPIRAN ………………………………………………………………..................
35
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Analisis Sidik Ragam……..…………………………………....………….
23
2. Frekwensi Diameter dan Tinggi Tanaman Ulin .............………..………
25
3. Nilai Rata-rata Simpangan Baku ( SB ) dan Koefisien Variasi ( CV )…
26
4. Analisa Keragaman Regresi………………………………………………
27
5. Diskripsi Nilai Hasil Perhitungan Uji t……………………………………
28
Lampiran 6. Data Hasil Pengukuran Diamerter dan Tinggi Tanaman Ulin…………
36
7. Data untuk Validasi Regresi……………………………
………………
37
8. Pengolahan Data dengan Bentuk Logaritma………………… ………...
38
9. Validasi Data dengan Regresi Terpilih………………………… ………
40
10. Pengolahan Data Regresi.....................................................................
41
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Bentuk Pohon yang Di Ukur……………..………….…………………
11
2. Pengukuran Diameter……………..………………….........................
12
3. Diagram Pencar untuk Data Diameter dan Tinggi…………………...
26
Lampiran 4. Tanaman Ulin……...………..………………………………………….
42
5. Tanaman Ulin yang Menjadi Objek Penelitian….……..………..……
43
6. Lokasi Penelitian………………………………………………………..
44
7. Pengukuran Tinggi………………………………………………………
45
8. Pengukuran Diameter……………………………………………………
45
BAB I PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia sekarang ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan diberbagai sektor, termasuk salah satunya adalah sektor kehutanan. Pembangunan dalam sektor kehutanan dilakukan dengan cara memanfaatkan hasil-hasil dari hutan baik yang berupa kayu ataupun non kayu. Seiring dengan meningkatkan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, maka kebutuhan akan hasil-hasil hutan terutama yang berupa kayu terus meningkat. Hal ini menuntut akan ketersediaan bahan baku berupa kayu baik secara kualitas maupun kuantitas. Kegiatan eksploitasi hutan merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan hutan, dan rentetan pengelolaan hutan yang mempunyai tujuan akhir yaitu memungut hasil hutan, yang selanjutnya digunakan bagi kepentingan manusia dengan melalui proses lebih lanjut di dalam bentuk industri. Kebutuhan akan kayu bagi manusia akan selalu meningkat baik dalam jumlah penduduk maupun tingkat kemajuan teknologi. Oleh karena itu dalam pengusahaan hutan berdasarkan azas kelestarian agar dari luas hutan itu dapat menyediakan hasil hutan secara terus menerus (Anonim, 1992). Hutan sebelum dieksploitasi perlu diketahui potensi sebagai dasar perhitungan produksi bagi perusahaan. Untuk mendapatkan informasi tersebut mutlak dilakukan kegiatan inventarisasi. Kegiatan inventarisasi hutan memerlukan salah satu aktivitas yang pertama kali dilakukan dalam rangkaian manajemen hutan yang baik dengan tujuan utama menentukan dengan tepat masa tegakan atau nilai-nilai pohon berdiri pada satu tegakan hutan dengan waktu dan biaya terbatas (Hitam, 1980).
2
Untuk meningkatkan efektivitas dalam penafsiran tinggi diperlukan rumusrumus atau cara -cara yang efektif sederhana namun dapat dipertanggung jawabkan ketelitiannya. Berdasarkan uraian tersebut di atas dicoba mencari hubungan antara diameter dan tinggi dari tanaman Ulin. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh hubungan (keeratan) diameter dengan tinggi dari tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B) umur 4 tahun yang ditanam di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda . Hasil yang diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan antara diameter dan tinggi untuk tanaman Ulin yang ditanam di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et B.)
Menurut Samingan (1982), hirarki klasifikasi dan tata nama tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et B.) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisio
: Angiospermae
Sub Divisio
: Tracheophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Laurales
Famili
: Lauraceae
Genus
: Eusideroxylon
Species
: Eusideroxylon zwageri T. et B.
1. Tempat Hidup Tanaman Ulin merupakan salah satu pohon yang menjadi suatu ciri khas dari Pulau Kalimantan. Di Pulau Kalimantan, tanaman ini diperkirakan tumbuh di antara 5 LU -3 LS. Namun di Palembang, Jambi dan Biliton ditemukan juga tanaman Ulin tetapi hanya berkelompok yang luasnya beraneka ragam, luasnya mencapai 100 Ha. Tanaman ini tumbuh pada dataran rendah berpasir yang terletak di atas batas permukaan air dan sungai (Heyne, 1987). Menurut Samingan (1982), habitat pohon Ulin menyebar di kawasan hutan primer tua dan hutan campuran. Terkadang juga dijumpai di hutan sekunder tua sebagai sisa tebangan di tanah berpasir liat, baik di lahan yang mendatar atau pun miring pada ketinggian 20-600 meter di atas permukaan laut.
4
Jenis ini juga tumbuh baik pada tanah podsolik merah kuning yang drainasenya cukup baik. Di Indonesia, pohon Ulin tumbuh liar di kawasan hutan Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat serta Sumatra bagian Selatan, termasuk Bangka dan Belitung. Jenis ini juga ditemukan di Filipina, yakni di Pulau Tawitawi, Sulu dan Palawan. Di Jawa, jenis ini telah dibudidayakan. 2. Habitat Pohon Ulin memiliki tinggi hingga 60 meter dengan diameter 1-1,5 meter. Batangnya lurus tegak dengan bagian bebas cabang 5 – 20 meter. Kulit luar batang berwarna coklat kemerahan sampai coklat keabuan, beralur kecil dan tanpa alur. Daun tersusun spiral, tunggal, tebal, berbentuk lonjong. Permukaan atas gundul sedangkan urat-urat permukaan bawah berbulu halus. Daun muda berwarna ungu. Mahkota bunga berwarna kehijauan dan berbulu halus. Buah tergolong buah batu dengan tangkai berbentuk benjolan, elips dan berwarna hitam. Biji besar, berkulit keras dan beralur memanjang (Samingan, 1982). Menurut Wirasaputra
(2006), pohon Ulin berbuah setiap tahun pada
bulan Juli– Oktober. Buah Ulin berbentuk bulat lonjong dengan garis tengah 510 cm dan panjang 10–20 cm. Buah muda berwarna hijau dan menjadi coklat setelah masak. Daging buah akan lepas dari biji melalui proses pembusukan selama 1-2 bulan. Biji berwarna putih gading dengan kulit biji yang keras stebal 1-2 mm. 3. Sifat Kayu dan Kegunaan Ulin merupakan salah satu jenis kayu yang paling berat, paling keras dan paling awet yang dihasilkan oleh alam. Dalam keadaan kering angin, kayu ini dapat tenggelam dalam air. Berat 1 m3 kayu yang di gergaji adalah 1.200 kg.
5
Pada kayu yang masih segar atau baru saja ditebang merupakan kayu yang indah berkurai dan berwarna coklat kekuning-kuningan yang kemudian berubah menjadi warna coklat lebih tua dan akhirnya menjadi hitam. Kayu ini awet sekali, dalam keadaan yang buruk, karena dasar tanah yang lembab dan dibiarkan terkena pengaruh cuaca dapat tahan selama 80 tahun dan kalau dilindungi terhadap cuaca dapat tahan untuk waktu yang sangat lama (Heyne, 1987). Selanjutnya dikatakan bahwa kayu Ulin tergolong kelas kuat I dan kelas awet I dengan berat jenis 0,88–1,20 berwarna kuning atau kelabu muda. Kayu Ulin tergolong tahan terhadap serangan rayap dan dan penggerak batang, juga tahan terhadap perubahan cuaca serta air laut. Selain kayu sebagai bahan baku kontruksi, isi biji ulin digunakan penduduk setempat untuk mengobati bengkak dengan cara meremas isi biji lalu dioleskan pada bagian yang bengkak. Pohon Ulin biasa diperbanyak melalui biji. Namun karena kulit biji beras dan tebal, maka dianjurkan menggunakan zat tumbuh. Data dari Balai Penelitian Botani, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pohon Ulin telah banyak dibudidayakan di Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan dengan bibit yang berasal dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Bogor. Sementara usaha pelestarian telah dilakukan di Pusat Penelitian Hutan Tropika Wanariset, Samarinda dengan cara menyemai biji-bijian yang telah dikumpulkan di hutan tempat tumbuh asalnya (Iriansyah dan Rayan, 2006). Kayu Ulin memiliki kekuatan seperti namanya hingga kerap digunakan sebagai bahan baku kontruksi berat, seperti kontruksi jembatan, tiang pelabuhan, alas jalan, tiang transmisi dan juga bahan baku utama rumah panjang suku Dayak di Kalimantan. Sayangnya persediaan kayu Ulin mulai menyusut seiring dengan jumlah populasinya yang terus menurun. Pasalnya, penebangan pohon
6
yang juga dijuluki belian ini tidak diiringi dengan peremajaan atau penanaman kembali (Muherda, 2012). 4. Pengadaan Bibit dan Penanaman Menurut Effendi (2004), jumlah permudaan alam semai dalam setiap pohon bervariasi antara 4-144 semai di Samboja dan antara 17-161 semai di hutan lindung Gunung Meratus, keduanya di Kalimantan Timur. Pembuatan bibit Ulin dari cabutan dilakukan dengan mendongkel (bukan mencabut) anakan alam yang tingginya sekitar 30 cm dan diupayakan biji tidak lepas. Selanjutnya cabutan beserta biji dan sedikit tanah dimasukkan ke dalam polibag berukuran 20cmx20cm agar bijinya tidak lepas. Lalu dibawa ke persemaian. Pemeliharaan dipersemaian meliputi penyiraman dan pemberian pestisida bila terdapat serangan hama dan penyakit. Bibit siap tanam bila anakan Ulin sudah tumbuh daun baru dan tinggi sekitar 50 cm. Lamanya di persemaian 6-12 bulan tergantung kondisi bibit. Pengadaan bibit dengan biji lebih mudah, namun tidak selalu terdapat biji di alam. Biji Ulin dibuang kulitnya dengan cara dikupas atau dibiarkan beberapa minggu. Tempurung dilepaskan dengan cara dijemur pada terik matahari selama 1-2 hari. Bila tempurung retak maka tempurung tersebut dilepas, sehingga tinggal biji. Biji selanjutnya disemaikan dengan cara meletakkan biji di polibag ukuran 20cm x 20cm yang telah diberi media tumbuh. Bibit siap tanam setelah mencapai tinggi 50-75 cm dan diperlukan waktu 8-12 bulan untuk memproduksi bibit siap tanam. Bibit Ulin juga dapat diperoleh dengan sistem puteran. Caranya dengan menggali/memutar anakan alam dengan radius 10 cm dari batang sedalam 20 cm menggunakan linggis atau parang. Cabutan beserta tanah dan biji
7
selanjutnya dimasukkan dalam polibag berukuran 20cm x 25 cm. Puteran dipelihara di persemaian. Pengadaan bibit Ulin juga dapat dilakukan dengan stek pucuk namun persentase keberhasilan rendah. Penanaman Ulin umumnya dilakukan dalam sistem jalur. Penanaman dilakukan pada hutan sekunder yang masih terdapat naungan. Ulin termasuk jenis setengah toleran yang pada umur muda memerlukan naungan. Jarak tanam yang digunakan bervariasi 5m x 5m atau 5m x 10mm. Sebaiknya Ulin ditanam pada hutan tanaman campuran bersama dengan jenis lain seperti Meranti, Kapur, Keruing dan Medang sesuai habitat aslinya. Penanaman Ulin dalam rangka konservasi ex-situ dilakukan di Samboja seluas 10 ha yang merupakan kerjasama antara Balai Litbang Kehutanan Kalimantan dan PT. Kelian Equatorial Mining Balikpapan. B. Pertumbuhan dan Perkembangan Tegakan
Pengertian pertumbuhan pohon adalah suatu perkembangan yang menunjukkan pertambahan dan suatu sistem organ hidup yang terdapat di dalam pohon selama hidupnya (Anonim, 1992). Menurut Baker (1950), yang dimaksud dengan pertumbuhan pohon adalah pertambahan tumbuh membesar dan terbentuknya jaringan-jaringan baru. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pertumbuhan pohon meliputi pertumbuhan bawah dan pertumbuhan atas. Dalam bidang kehutanan, pertumbuhan pohon sangatlah penting untuk dipelajari sebagai suatu pedoman atau cara untuk mengetahui pertambahan riap, sehingga dapat diketahui hasil tegakan (volume). Riap merupakan pertambahan tumbuh pohon dalam jangka waktu tertentu, dimana pertumbuhan dan riap ini
8
merupakan dua istilah yang dikenal dari sudut pandang Autekologi (ekologi suatu jenis pohon). Pertumbuhan dan perkembangan dari masing-masing pohon atau tegakan berbeda, seperti tinggi dan diameter dan bidang dasar tidak sama dalam pertumbuhan pohon (Soekotjo, 1976). Menurut Dipodiningrat (1985), kerapatan tegakan memperlambat pertumbuhan diameter, tetapi dapat merangsang pertumbuhan tinggi. Hal ini disebabkan karena pohon mengkonsentrasikan energi untuk tajuknya. 1. Pertumbuhan Tinggi Yang dimaksud dengan tinggi adalah jarak terpendek antara satu titik dengan titik proyeksinya pada bidang horizontal atau bidang datar. Sedangkan yang dimaksud dengan panjang adalah jarak yang menghubungkan antara dua titik yang diukur menurut atau tidak menurut garis lurus (Endang, 1990). Kerapatan tegakan akan memberikan pengaruh yang nyata, terhadap pertumbuhan tertinggi dan pertumbuhan dapat dipercepat dengan menyediakan ruang tumbuh yang lebih luas. Untuk mempelajari pertumbuhan tinggi tegakan, diperlukan rataan tinggi. Dengan bertambahnya nilai rataan ini bukan mewakili suatu jumlah yang tetap, melainkan mewakili populasi yang terus berkurang jumlahnya. Loetsch, et all dan Haller (1973), menyatakan dalam inventarisasi hutan biasanya dikenal beberapa macam tinggi pohon yaitu: a. Tinggi total, yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon. b. Tinggi bebas cabang atau permukaan tajuk yaitu tinggi pohon dari pangkal batang di permukaan tanah sampai batang pertama yang membentuk tajuk.
9
c. Tinggi batang komersial adalah tinggi batang yang pada saat itu laku dijual dalam perdagangan. Beberapa alat ukur tinggi pohon menurut Pariadi (1979) dibedakan atas dua golongan yaitu: a. Alat yang memerlukan pengukuran jarak antara lain abney level, forest service hysometer, fausmen, weise, spigel relascope biterlinch dan lain-lain. b. Alat yang tidak memerlukan jarak yang antara lain christen hypsometer, walking stick dan lain-lain. Kesalahan-kesalahan
pengukuran
tinggi
pohon
berdasarkan
penyebabnya dibedakan: a. Kesalahan alat. b. Kesalahan tenaga pengukur. c. Kesalahan keadaan pohon (obyek) yang diukur. d. Kesalahan faktor hujan, angin, topografi yang sulit dicapai dan sebagainya. 2. Pertumbuhan Diameter. Diameter pohon pada dasarnya adalah merupakan panjang garis lurus antara dua titik pada busur lingkaran yang melalui titik pusat limgkaran tersebut (Suharlan dan Soediono, 1973). Pariadi (1979), mendefinisikan diameter pohon adalah lebar pangkal batang pohon yang ditarik dari jarak dua titik tengah lingkaran yang pada umumnya mengecil kebagian ujung. Perkembangan diameter tegakan dapat dipengaruhi oleh kerapatan pohon, oleh karena diameter ini dipengaruhi pula dengan ruang tumbuh yang ada. Dengan bertambahnya ruang tumbuh dari suatu tegakan, maka tiap
10
diameter dari tegakan akan bertambah besar sampai mencapai pemanfaatan ruang tumbuh yang maksimal (Anonim, 1976). Menurut Pariadi (1979), beberapa standar yang digunakan untuk pengukuran diameter tanaman yaitu: a. Bagi tanaman berdiri, diameter diukur pada ketinggian 130 cm di atas permukaan tanah (diameter setinggi dada atau diameter of breast height = dbh). b. Bagi tanaman berdiri yang berbanir, diameter diukur pada pada ketinggian 20 cm di atas banir. c. Bagi tanaman yang berdiri yang bercabang adalah sebagai berikut : 1) Ketinggian cabang di atas 130 cm, diukur pada ketingian 130 cm dari permukaan tanah. 2) Ketinggian cabang kurang dari 130 cm diukur pada ketinggian 100 cm dari cabang dan dianggap dua pohon. 3) Ketinggian cabang tepat/sama 130 cm, diukur ke bawah dari cabang + 10 cm. 4) Untuk tanaman berdiri pada tanah miring, diameter diukur pada ketinggian 130 cm dari bagian tanah miring yang atas. 5) Bagi tanaman menggembung pada ketinggian 130 cm, diukur pada ketinggian 1- 20 cm di atas bagian tepi yang menggembung. 6) Untuk tanaman miring, diameter diukur pada ketinggian 130 cm searah miring tanaman. Alasan-alasan tentang cara pengukuran diameter setinggi 130 cm yaitu : a. Bagi para rimbawan ketinggian tersebut merupakan ketinggian yang mudah dicapai.
11
b. Biasanya pada ketingiaan tersebut tidak terdapat ketidakrataan batang dan pada kebanyakan pohon daerah beriklim sedang, pengaruh banir sudah berkurang. Anonim (1993), menjelaskan tentang pengukuran diameter untuk pohonpohon bercabang dan sama besar diameternya serta pohon yang condong adalah seperti pada gambar dibawah ini.
a
b
c
d
Gambar 1. Bentuk Pohon yang Diukur Keterangan : a = Percabangan tepat pada ketinggian dada, dihitung sebagai satu pohon dan diameter diukur di bawah percabangan. b=
Percabangan di atas 130 cm, dihitung sebagai satu pohon
c = Percabangan di bawah 130 cm, dihitung sebagai dua pohon dan diameter diukur dua-duanya d=
Pohon condong, diameter diukur 130 cm di atas tanah. Pariadi
(1979),
menjelaskan
bahwa
pengukuran diameter dapat dibedakan oleh: a. Pembacaan skala yang kurang seksama. b. Posisi alat yang tidak benar.
kesalahan-kesalahan
dalam
12
Diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan, karena keterbatasan alat yang tersedia, sering kali pengukuran keliling (K) lebih banyak dilakukan, setelah itu dikonfirmasikan ke diameter (D) dengan menggunakan rumus yang berlaku untuk lingkaran, yaitu D=K/ Pengukuran diameter
adalah mengukur garis antara dua titik pada
lingkaran yang melalui titik pusat lingkaran tersebut.
Gambar 2. Pengukuran Diameter Pengukuran diameter yang lazim dilakukan adalah diameter setinggi dada (Diameter of breast heigh = dbh), karena : a. Merupakan bagian yang paling gampang dinilai dan diukur. b. Diameter setinggi dada merupakan elemen pengukuran yang paling penting dan merupakan dasar untuk banyak perhitungan lain. c. Sebagai dasar penentuan distribusi diameter batang yang merupakan hasil inventarisasi yang paling diperlukan. Dalam mengukur diameter, umumnya diukur pada garis setinggi dada atau mengukur diameter secara langsung yaitu phiband, dengan cara melingkarkan alat pada keliling pohon yang berbanir. Yang dimaksud banir disini adalah pembesaran bagian 130 cm di atas permukaan tanah untuk pohon yang tidak berbanir. Sedangkan untuk bawah batang dekat permukaan tanah yang disebabkan oleh adanya akar tunjang, akar papan atau pembengkakan.
13
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Soekotjo (1979), menyatakan bahwa tempat tumbuh hanya berbeda dengan alam vegetasi yang dihasilkan, namun berbeda juga dalam faktor iklim, tanah dan faktor lainnya. Semua faktor ini menyebabkan perbedaan-perbedaan di dalam vegetasi yang tumbuh pada bermacam-macam tempat tumbuh. Tumbuhan untuk dapat tumbuh secara optimal memerlukan hal-hal yang menunjang, menurut Daatmadja (1989), hal yang menunjang tersebut yaitu: a. Faktor genetik (internal) Faktor genetik ini adalah gen atau sifat bawaan yang diturunkan dari induknya seperti kecepatan tumbuh, bentuk tajuk, banyaknya cabang dan lain-lain, di sini termaksud juga kematangan biji atau buah, sebagai sifat bawaan hal ini bersifat internal. b. Faktor lingkungan (eksternal) Tumbuhan-tumbuhan tumbuh teratur di bawah pengaruh lingkungan hidup yang terutama ditentukan oleh faktor iklim, tempat tumbuh dan bentuk serta letak lapangan (relief). Menurut Soekotjo (1976), faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan antara lain : 1. Air, adalah faktor penting yang sangat diperlukan dalam tumbuhan, kehadiran air di sini sangat penting untuk aktifitas enzim serta penguraiannya, translokasi serta kebutuhan lainnya. 2. Udara juga merupakan faktor luar yang penting untuk pernafasan atau transpirasi pada pertumbuhan organ-organ.
14
3. Tempat tumbuh Soetrisno (1996), menyatakan tempat tumbuh berpengaruh pada kehidupan tumbuh tumbuhan. Faktor-faktor tersebut yaitu : a. Faktor klimatis Cahaya matahari, kelembaban dan temperatur merupakan elemenelemen dari faktor klimatis. Cahaya sangat berperan dalam menentukan pertumbuhan suatu tumbuhan demikian pula dengan kelembaban serta temperatur. Faktor klimatis ini sangat menentukan iklim suatu daerah yang berperan penting dalam pertumbuhan terutama proses metabolisme yang terjadi pada tumbuhan. b. Faktor fisiografis Menggambarkan bentuk permukaan tanah dan sejarah bentuk biologinya (ketinggian tempat, kelerengan dan aspek konfigurasi bumi). Faktor-faktor ini sangatlah menentukan pertumbuhan suatu tanaman. c. Faktor edafis Faktor edafis menggambarkan sifat fisik tanah, kimia tanah dan biologi tanah. Tanah merupakan campuran yang heterogen dan beragam dari partikel mineral anorganik, hasil rombakan bahwa organik dan berbagai jenis mikro organisme, bersama-sama dengan udara dan air yang di dalamnya terlarut berbagai garam-garam anorganik dan senyawa anorganik. Tanah juga merupakan tempat tumbuh dan tumbuhan itu sendiri untuk berkembangbiak. d. Faktor biotis Manusia, hewan dan tumbuhan (lingkungan biotik) merupakan elemen-elemen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kegiatan
15
penebangan,
pembakaran
hutan
serta
aktifitas
lainnya
seperti
pengelolaan tanah, pencemaran udara dan air, yang merupakan aspekaspek biotik yang berpengaruh terhadap penyerbukan, penyebaran biji dan buah juga persaingan antara parasit dan simbiosis dengan tumbuhan lainnya. Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan. D. Hubungan Diameter dan Tinggi
Diameter dan tinggi pohon atau tanaman seumur dan sejenis dapat dijelaskan dengan menggunakan metode regresi (Anonim, 1992 ) yaitu dengan menghitung atau mengetahui nilai persamaan regresi, sehingga dapat diketahui besarnya korelasi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan pertumbuhan seumur dan murni dipengaruhi oleh tahap umur, kualitas tempat tumbuh, jenis, kerapatan dalam arti luas bidang dasar dalam jumlah pohon, dan satuan-satuan yang menyatakan pertumbuhan. Karena faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan biasanya saling tergantung prinsipprinsip pertumbuhan, harus dikembangkan dengan mengamati interaksi faktorfaktor. C. Regresi
Definisi regresi menurut Anonim (1992) adalah mempelajari hubungan yang ada diantara variabel-variabel sehingga dari hubungan yang diperoleh kita dapat menaksir variabel yang satu apabila harga variabel yang lainnya deketahui. Bentuk umum dari persamaan regresi dengan meggunakan metode Least Square adalah sebagai berikut : Y=a+bX Dimana :
16
Y = Variabel terkait ( Dependen Variabel ) X = Variabel bebas ( Independen Variabel ) a = bilangan konstan b = koefisien regresi
Untuk menghitng koefisien-koefisien a dan b, dapat menggunakan rumus : b=
n (∑ XY ) − (∑ X )
a=
∑Y − b ∑ X
∑ Y)
n( ∑ X ) − ( ∑ X ) 2 2
n
n
dimana : n = Jumlah Variabel
Keuntungan menggunakan model linear adalah modelnya sangat sederhana sehingga mudah untuk dianalisis. Meski demikian, terdapat kelemahan dari model linear yaitu sulit untuk menginterpretasikan intersep yang terkadang tidak sesuai dengan substansi permasalahan. Apabila tidak hati-hati dapat mengakibatkan interpretasi tidak sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Mencermati kelemahan yang dimiliki regresi linear maka model regresi logaritma yang diharapkan mampu menutupi kelemahan regresi linear. Model regresi
logaritma merupakan salah satu hasil transformasi dari
suatu model tidak linear menjadi model linear dengan cara membuat model dalam bentuk logaritma yaitu : Y = a Xb dengan teknik transformasi logaritma terhadap bentuk model regresi menghasilkan model berikut: Log Y = Log a + b Log X
akan
17
Metode pengukuran pertumbuhan tanaman yang
dinyatakan dalam bentuk
hubungan-hubungan eksponensial atau logaritma antar organ tanaman yang terjadi secara harmonis dan perubahan secara proporsional
disebut dengan
metode allometrik (Anonim, 2009). Metode allometrik ini menggunakan persamaan
dalam bentuk formulasi
logaritmik sebagai berikut : Y = a Xb Keterangan : Y
= variabel bergantung
X
= variabel bebas
a, b = konstanta Anonim (2009), menyatakan bahwa persamaan allometrik dapat digunakan untuk menghubungkan antara diameter batang pohon dengan variabel yang lain seperti volume kayu, tinggi,
biomassa pohon dan kandungan karbon pada
tegakan hutan yang masih berdiri ( standing stock ).
F . Korelasi
Korelasi berarti cara untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih (Anonim, 1992). Jika terdapat hubungan diantara variabelnya, maka perubahan yang terjadi pada salah satu variabel yang lainnya, disamping itu dengan analisa korelasi dapatlah diketahui apakah hubungan yang terjadi antara variabelvariabel tersebut adalah suatu kebetulan atau memang hubungan benar-benar (Anonim, 1992).
18
Selanjutnya dikatakan ada beberapa cara untuk menunjukan korelasi (hubungan) antara dua variabel, salah satu diantaranya dengan menghitung koefisien korelasi, dimana koefisian korelasi tersebut tidak hanya menunjukan apakah hubungan (korelasi) antara dua variabel tetepi juga seberapa erat korelasinya. Menurut Anonim (1992) koefisien korelasi dapat di hitung dengan menggunakan rumus : r=
n ∑ XY
−
( n ∑ X 2 − (∑ X ) 2
∑ X .∑ Y ( n∑ Y − (∑ Y ) 2
2
dimana : r = koefisien korelasi X= Variabel bebas Y= Variabel terikat n = Jumlah variabel Pada prinsipnya nilai r bervariasi dari -1 melalui 0 hingga +1, dengan kriteria sebagai berikut: a. bila r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangatlah lemah atau tidak terdapat hubungan sama seakli b. bila r = +1 mendekati 1 maka korelasi antara dua variabel dikatakan positif dan sangat kuat sekali. c. Bila r = -1 atau mendekati -1 maka korelasi antara dua variabel dikatakan negatif dan sangat kuat sekali Tanda + dan – pada koefisien korelasi sebenarnya memiliki arti khas, yaitu bila r positif maka korelasi antara dua vriabel bersifat searah dimana kenaikan atau penurunan nilai-nilai X terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau penurunan nilai-ilai Y, dan sebaliknya bila r negatif berarti kenaikan nilai-nilai X terjadi bersama-sama dengan penurunan nilai-nilai Y (Anonim, 1992).
19
G.
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada regresi linear
sering diartikan sebagai
seberapa besar kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan varians dari variabel terikatnya. Secara sederhana Koefisien Determinasi dihitung dengan mengkuadratkan Koefisien Korelasi (r). Sebagai contoh, jika nilai r adalah sebesar 0,92 maka Koefisien Determinasi (R Square) adalah sebesar 0,92 x 0,92 = 0,85. Berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians dari variabel terikatnya adalah sebesar 85,0%. Berarti terdapat 15% (100%-85%) varians variabel terikat yang dijelaskan oleh faktor lain. Berdasarkan interpretasi tersebut, maka tampak bahwa nilai R Square adalah antara 0 sampai dengan 1 (Anonim, 2012).
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi Manajemen
kegiatan Pertanian
pengamatan Politeknik
ini
dilaksanakan
Pertanian
Negeri
di
areal
Jurusan
Samarinda. Waktu
pelaksanaan 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 9 Juni sampai dengan 9 Agustus 2014 yang meliputi persiapan alat dan bahan, orientasi lapangan, perijinan, pengambilan data, penulisan serta penyusunan. B. Alat dan Bahan
1.
Alat Alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah :
2.
a.
Meteran untuk mengukur tinggi pohon.
b.
Mikrocaliper untuk mengukur diameter pohon.
c.
Alat tulis menulis untuk mencatat hasil penelitian.
d.
Kamera untuk dokumentasi di lapangan.
e.
Pelubang kertas untuk melubangi kertas plastik
Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) yang berumur 4 tahun.
b.
Benang untuk mengikat label ke tanaman.
c.
Kertas plastik untuk memberi nomor pada tanaman.
d.
Spidol permanent untuk menulis nomor pada kertas plastik.
20
C. Prosedur Kerja Prosedur kerja yang dilakukan selama pengamatan ini adalah sebagai berikut: 1.
Orientasi lapangan untuk mengetahui lokasi dan tanaman yang diamati.
2.
Menyiapkan semua alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan selama pengamatan.
3.
Pemberian nomor pada tanaman yang diamati untuk memudahkan dalam pengamatan.
4.
Pengambilan data berupa: a. Mengukur tinggi tanaman adalah tinggi total yaitu mulai dari permukaan tanah sampai puncak tanaman. b. Mengukur diameter tanaman adalah mengukur diameter tanaman pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah. Untuk pembuatan regresi digunakan data tanaman yang digunakan sebanyak 49 sampel sedangkan untuk validasi persamaan terpilih digunakan data tanaman ulin sebanyak 20 sampel. D. Pengolahan Data Pengolahan data diameter dan tinggi rata-rata dengan mengunakan rumus : 1. Rata-rata Hitung: X =
∑x n
Keterangan X
: Rata-rata (diameter/tinggi)
∑
: Jumlah dari X (diameter/tinggi)
n
: Jumlah Pohon
21
2. Simpangan Baku (SB) Simpang
Baku
(SB)
merupakan
suatu
nilai
untuk
mengetahui
penyimpangan nilai-nilai individu terhadap rata-rata diameter dan tinggi tanaman. Dapat dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
SB=
∑x
2
−
(∑ x ) 2
n −1
n
Keterangan SB
: Simpangan Baku
∑
: Jumlah Nilai Individu
∑ X2
: Jumlah kuadrat Individu
n
: Jumlah Pohon
3. Coefficient of Variation (koefisien Variasi) Mengingat
ukuran
dispresi
absolut
mudah
menimbulkan
kekaburan, maka sering digunakan ukuran dispresi relatif. Diantara berbagai macam ukuran dispresi relatif yang terkenal ialah yang bernama koefisien Variasi (Coefficient of Variation), yaitu presentasi simpangan baku terhadap nilai rata-rata X (diameter/tinggi). Perhitungan dan nilai-nilai dari koefisien variasi menurut Becking (1981) adalah sebagai berikut: Rumus : C.V=
SB X 100% x
Keterangan : C.V
= Coefficient Of Variation (koefisien Variasi)
SB
= Simpang Baku
X
= Rata-rata
22
Dengan Kriteria sebagai berikut: C.V = 0 – 10% (dikatakan kecil/seragam) C.V = 10 – 20% (dikatakan sedang) C.V = 20 – 30% (dikatakan besar) C.V = > 30% (dikatakan sangat besar) 4. Menghitung Hubungan Diameter dengan tinggi Tinggi pohon kemudian dihubungkan dengan peubah bebas untuk membentuk persamaan.
Dalam penelitian ini persamaan tinggi yang
digunakan dipilih adalah persamaan tinggi: h = b0 D b1 atau Log h = log b0 + b1 log d di mana : h
= tinggi pohon taksiran
d
= diameter setinggi dada
b0, b1
= konstanta regresi
Untuk persamaan tinggi diatas diolah dalam bentuk regresi linier. Bila Y = Log h, maka X = Log d. Konstanta dari regresi (b0, b1) untuk persamaanpersamaan volume di atas diperoleh dengan rumusan : b1 =
n (∑ XY ) − (∑ X )
∑ Y)
n( ∑ X 2 ) − ( ∑ X ) 2
23
b0 =
∑X n
−b
∑X n
bo = Y – b1. X Untuk mengetahui apakah peubah bebas x mempengaruhi peubah terikat y maka digunakan analisis sidak ragam dengan menggunakan uji F seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis Sidik Ragam Sumber Keragaman Regresi Galat Total
Derajat Bebas K (n-k-1) (n-1)
Jumlah Kuadrat JKR JKG JKT
Kuadrat Rataan KRR KRG
Fhitung KRR/KRG
di mana : k
= Jumlah peubah bebas
n
= Jumlah seluruh pasangan data
JKR
= Jumlah kuadrat regresi
JKG
= jumlah kuadrat regresi
Kriteria pengujian : Jika Fhitung > Ftabel berarti ada peranan x terhadap y pada taraf signifikansi 5% dan 1 % Jika Fhitung < Ftabel berarti tidak ada peranan x terhadap y. Untuk menjelaskan hubungan antara peubah bebas dan terikat digunakan nilai koefisien korelasi (r). Besarnya nilai koefisien koreasi dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
r=
n ∑ XY
−
( n ∑ X 2 − (∑ X ) 2
∑ X .∑ Y ( n∑ Y − (∑ Y ) 2
2
24
5. Validasi dari persamaan regresi terpilih Uji-t digunakan dalam validasi persamaan terpilih untuk uji hipotesis bahwa beda rata-rata tinggi antara sebenarnya dan taksiran adalah
sebanding
atau
sama
dengan
nol.
Perbandingan
tinggi
didapatkan dari rumus uji-t yang digunakan :
Thitung =
X1 − X 2 Se pooled
Bila T hitung > T tabel
H0 ditolak dan HA diterima
Bila T hitung < T tabel
H0 diterima dan HA ditolak
Bila t
hit
>t
tab
maka H0 ditolak yang berarti nilai dari kedua rata-rata yang
diperbandingkan berbeda pada tingkat kepercayaan 95%, bila t
hit
tab
maka H0 diterima yang berarti nilai kedua rata-rata yang diperbandingkan tidak berbeda pada tingkat kepercayaan 95%
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
1. Hasil Pengukuran Pengukuran dilakukan terhadap tanaman ulin meliputi diameter setinggi 20 cm dari permukaan tanah dan tinggi total tanaman dari permukaan tanah sampai pucuk. Hasil pengukuran dari 49 sampel diketahui bahwa diameter terendah 12.9 mm dan terbesar adalah
34.1 mm dengan koefisien variasi sebesar 23.26%
sedangkan untuk tinggi terendah adalah 106,0 cm dan tertinggi 294.6 cm dengan koefisien variasi 25.27% . Dari hasil pengukuran diameter dan tinggi (Lampiran 1) dibuat tabel frekuensi dengan kelas tinggi (interval 20 cm) dan kelas diameter (interval 2 mm) seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 2. Frekuensi Diameter dan Tinggi Tanaman Ulin. Diameter (mm) Tinggi Total (mm) 11.0‐12.9 13.0‐14.9 15.0‐16.9 17.0‐18.9 19.0‐20.9 21.0‐22.9 23.0‐24.9 25.0‐26.9 27.0‐28.9 29.0‐30.9 31.0‐32.9 33.0‐34.9 100 2 2 120 1 1 2 140 1 1 2 4 160 1 1 3 5 180 1 2 3 2 8 200 2 1 1 4 220 3 1 1 1 6 240 1 1 2 3 1 8 260 2 3 5 280 1 2 3 300 1 1 2 Total 1 3 2 2 4 9 7 2 4 7 6 2 49
26
Deskripsi nilai-nilai statistika untuk data pengukuran diameter dan tinggi tanaman Ulin dapat dilihat pada Tabel berikut ini : Tabel 3. Nilai Rata-rata, Simpangan Baku (SB) dan Koefisien Variasi (CV) No.
Variabel
N
Rata-rata
SB
(mm)
(mm)
CV (%)
1
Tinggi
49
203.1755
51.3526
25.27
2
Diameter
49
24.3857
5.6728
23.26
Penyebaran data pengukuran diameter dan tinggi seperti pada Tabel 1 dan Lampiran 1. dituangkan dalam gambar diagram pencar seperti terlihat pada
Diameter (mm)
Gambar 3. 40 35 30 25 20 15 10 5 0 0
50
100
150
200
250
300
350
Tinggi (mm)
Gambar 3. Diagram Pencar untuk Data Diameter dan Tinggi 2. Persamaan Regresi Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan dan perhitungan untuk tanaman Ulin (Lampiran 5) didapat persamaan regresi sebagai berikut :
27
Log T = Log 0.911348021 + 1.005103938 Log D atau T = 8.153574073 D1.005103938 Untuk mengetahui tingkat ketelitian persamaan regresi yang telah terbentuk apakah peubah bebas (log D) mempengaruhi peubah terikat (log T)
digunakan analisis
keragaman. Analisis keragaman regresi dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Analisis Keragaman Regresi Sumber Keragaman SK
Jumlah Kuadrat (JK)
Derajat Bebas (DB)
Regresi Kesalahan Total
Kuadrat Rataan (KR)
1
0.56851168
0.56851168
47 48
0.102858917 0.671370596
0.002188488
F-Hitung
259.7737741
** Signifikansi pada taraf 5 % dan 1 %
Besarnya koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (r2) sebagai berikut : Koefisien Korelasi ( r )
= 0.920213367
Koefisien Determinasi (R2)
= 84,68 %
3.
Validasi Model persamaan terpilih divalidasikan terhadap tinggi tanaman ulin yang
ada dilokasi yang sama. Data tinggi pohon contoh untuk validasi model persamaan terpilih diukur dengan cara yang sama seperti untuk
pembentukan model
persamaan. Hasil uji t untuk validasi disajikan pada Tabel berikut ini : Tabel 5. Diskripsi Nilai Hasil Perhitungan Uji t No. 1
Sumber Variasi Rata-rata
T (tinggi) 193.675
T taksiran 196.8733658
28
2 3 4 5 6
Simpangan Jumlah data Derajat Bebas T-Hitung T- Tabel
2987.95461 20 19 1.21437174 1.72913281
2361.008333 20
B. Pembahasan 1.
Persamaan Regresi Berdasarkan dari hasil pengukuran di lapangan dan analisis data maka
diperoleh hubungan antara peubah terikat dengan peubah bebas, dimana peubah terikat yaitu tinggi (T) sedangkan peubah bebas yaitu diameter (D). Adapun persamaan regresi yang terbentuk sebagai berikut : Log T = 0.911348021 + 1.005103938 Log D persamaan regresi tersebut memiliki koefisien korelasi (r) = 0.920213367 Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukan bahwa hubungan antara diameter dengan tinggi didukung tanaman ulin erat sekali dan berkorelasi positif. Korelasi (hubungan) tersebut mendekati r = +1, ini menunjukan bahwa hubungan antara dua variabel (terikat dan bebas) sangat kuat dan positif. Hal ini didukung oleh Anonim (1992) yang menjelaskan bahwa tanda + (positif) dan – (negatif) pada koefisien korelasi sebenarnya memiliki arti khas, yaitu bila r positif maka korelasi antara dua vriabel bersifat searah dimana kenaikan atau penurunan nilai-nilai X terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau penurunan nilai-ilai Y, dan sebaliknya bila r negatif berarti kenaikan nilai-nilai X terjadi bersama-sama dengan penurunan nilai-nilai Y.
29
Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0.84679264,
nilai
tersebut menunjukkan bahwa 84,68 % tinggi tanaman Ulin yang didapat dari persamaan regersi terpilih dipengaruhi oleh diameternya sedangkan 15,32% dipengaruhi yang lain. Persamaan regresi yang terpilih mempunyai hubungan yang sangat erat antara peubah bebas dan peubah terikat dimana peubah bebas sebagai diameter dan peubah terikat sebagai tinggi. Hal ini didukung oleh Prayitno (1981), yang menyatakan
bahwa nilai
koefisien determinasi (R2) dapat digunakan sebagai salah satu kriteria untuk menentukan persamaan yang tepat. Setelah dianalisa keragaman dari persamaan regresi yang terbentuk bahwa F hitung berbeda signifikan pada tingkat kepercayaan 95% dan nilai F hitung sebesar 6414.06484 lebih besar dari F Tabel sebesar 3.90. Dengan demikian memberikan arti
bahwa
peubah bebas (Log D) mempengaruhi peubah terikat
(Log T). Sejalan dengan perkembangan di bidang inventarisasi hutan dan untuk mencapai tujuan efisiensi dan efektif dalam kegiatan inventarisasi hutan, maka telah dilakukan penyederhanaan dalam inventarisasi yaitu dengan tidak mengukur tinggi pohon hal ini tidak mengurangi ketelitian yang signifikan. 2.
Validasi Persamaan Terpilih Dari hasil uji validasi dihasilkan terlihat pada Tabel 5 untuk mengetahui layak
atau tidak layak persamaan regresi yang terbentuk, maka dilakukan validasi terhadap persamaan regresi yang terbentuk. Untuk keperluan tersebut ditentukan sebanyak 20 pohon sampel diluar dari 49 pohon sampel yang digunakan untuk
30
menentukan model persamaan regresi (lampiran 2). Hasil pengukuran diameter dan perhitungan tinggi taksiran untuk validasi dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari hasil uji validasi dihasilkan terlihat pada tabel 5. Hasil uji-t menunjukan bahwa nilai thitung sebesar = 1.2144 lebih kecil dari ttabel sebesar = 1.7291 pada tingkat kepercayaan 95 %. Ini menunjukan bahwa beda rata-rata tinggi antara sebenarnya dan taksiran
adalah sebanding atau sama
dengan nol dan persamaan tidak bias. Sehingga dapat dikatakan bahwa persamaan terpilih dapat digunakan untuk menaksir tinggi tanaman Ulin didaerah tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1.
Hubungan antara diameter dan tinggi tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B) sangat erat sekali koefisien korelasi ( r ) = 0.920213367 dan Nilai Koefisien Determinasi (R2)= 84,68 % .
2.
Model persamaan diameter dan tinggi tanaman ulin yang didapat adalah Log T = Log 0.911348021 + 1.005103938 Log D Atau T = 8.153574073 D1.005103938 Dengan persamaan regresi ini dapat digunakan untuk menaksir tinggi dari tanaman Ulin hanya dengan mengukur diameter saja.
3.
Hasil uji validasi menunjukan bahwa persamaan regresi terpilih dapat dipakai untuk menaksir tinggi tanaman ulin di lokasi penelitian.
B. Saran 1.
Untuk mendapatkan hasil perhitungan tinggi dalam pelaksanan inventarisasi
yang lebih akurat dan praktis
untuk jenis Ulin
pada umur yang sama
sebaiknya menggunakan model persamaan regresi yang terpilih. 2.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk jenis yang sama di areal yang berbeda dan umur yang berbeda agar didapat persemaan regresi yang lebih representative untuk jenis ulin.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1976 . Vandemecum Kehutanan Indonesia. Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Kehutanan. Jakarta. Anonim. 1992. Manual Kehutanan. Departemen kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Anonim. 2009 . Allometrik Berbagai Jenis Pohon Untuk Menaksir Kandungan Biomassa Dan Karbon Di Hutan Rakyat. Program Kerjasama BPKH Wilayah XI Jawa -Madura Dengan Forest Governance and Multistakeholder Forestry Programme (MFP II). Yogjakarta Anonim. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan Tumbuhan . http://faridnyzer. blogspot.com/2011/07/ faktor-faktor -yang-mempengaruhi.html. (diunduh tanggal 4 januari 2014). Anonim. 2012. Koefisien Determinasi pada Regresi . http://www.konsultanstatistik. com/ (diunduh tanggal 31 Agustus 2014). Atmosuseno, B. S. dan Duljapar, K. 1996. Kayu Komersil. Penebar Swadaya. Jakarta. Baker. 1950. Principle Of Silviculture. Mc. Graw Hill Book Company Inc, Newyork. Becking, W. R. 1981. Manual Of Forest Inventory Part Two. Daatmajdja, 1985. Mata Kuliah Tanaman Hutan Semester II dan III. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan tinggi Universitas Pajajaran. Bandung Dipodiningrat, B. S. 1985. Manajemen Hutan. Organisasi dan Tata Laksana Pengusahaan. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan. Univarisitas Gajah Mada. Effendi, R. 2004 . Natural Regeneration of Eusideroxylon zwageri T. et B. At Mount Meratus Protection Forest, East Kalimantan, Indonesia. Journal of Forestry Research.Vol.1 No. 1. Forestry research and Development Agency, Ministry of Forestry Jakarta Heyne, K. 1987 . Tumbuhan Berguna Indonesia, Vol.II, Balai Kehutanan Indonesia, 1432. Indonesian. Hitam, H. 1980. Dasar-dasar Teori dan Penggunaan Teknik Pengambilan Contoh Dalam Inventarisasi Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.
34
Iriansyah, M dan Rayan. 2006 . Pembangunan Plot Konservasi in-situ dan eksitu Ulin (Eusideroxylon zwageri T et B) di Kalimantan Timur. Peran Litbang dalam Pele starian Ulin.Prosiding Workshop Sehari 20 Desember 2006. Puslitbang Hutan Tanaman Bogor. Loetsch, F. Haller. 1973. Forest Inventory Volume II. BLV Verlogsgesel Scharft. Munchen. Muherda. 2012. Anatomi Pohon Bulian / Ulin / Kayu Besi. http://muherda. blogspot. com /2012/02/anatomi -pohon -bulian-ulin-kayu-besi.html. (diunduh tanggal 5 November 2013). Pariadi. 1979. Ilmu Ukur Kayu. Lembaga Penelitian Hutan Bogor. Prawira. S. A. Dan Tantra. 1973 . Pengenalan Jenis-jenis Pohon Penting. Lembaga Penelitian Hutan. Bogor. Samingan C. 1982. Dendrologi di Terbitkan Bagian Kerja Sama Dengan Bagian Ekologi Fakultas Institut Pertanian Bogor. Soekotjo, W. 1976. Diktat Silvika Pusat Pendidikan Cepu.Direksi Perum Perhutani. Soetrisno, K. 1996. Diktat Silvika Bahan Kuliah Fakultas Kehutanan Univerisitas Mulawarman. Samarinda.
Suharlan, A dan J. Soediono. 1973. Ilmu Ukur Kayu. Lembaga Penelitian Hutan Bogor. Bogor Suhendang E. 1990. Hubungan Antara Dimensi Tegakan Hutan Tanaman dengan Faktor Tempat Tumbuh dan Tindakan Silvikultur pada Hutan Tanaman Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese. Disertasi pada Program Doktor Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan. Wirasapoetra, K. 2006 . Teliyon Pelestarian Pohon Ulin – Belajar Bersama Masyarakat Adat. Prosiding Workshop Sehari Peran Litbang dalam Pelestarian Ulin. Kerjasama Puslitbang Hutan Tanaman dan Tropenbos International. Puslitbang Hutan Tanaman Bogor. Yusliansyah, R. Effendi., Ngatiman, Sukanda, Ernayati dan T. Wahyuni. 2004. Status Litbang Ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn ). Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan, Samarinda.
.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
36
Lampiran 1. Tabel 6. Data Hasil Pengukuran Dameter dan Tinggi Tanaman Ulin
No
T (mm) Ø (mm) Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
108 175 214 242 187.5 180 170.5 173 138 157.5 160 294.6 238 271.3 219 106 208.5 213.2 151 199 165 291 205 244 174 160 202.5 258 237 210
14.2 18.3 22.7 33 22.5 21.7 22 23.7 19.4 23.1 22.3 32.6 31.5 32.6 23.4 14.8 21.2 22.5 16.7 26.4 23.1 34.1 21.1 27.6 24.1 23.1 24.1 29.8 26.1 23.4
No
T (mm) 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
173 264 236 240 246 264 129 131 216 253 242 261 186 130 146 220 284 271 111
Ø (mm) 20.6 28.4 29.9 32.3 31.1 28.4 18.1 14.4 25.4 30.7 30.1 29.5 19.1 15.4 19.4 27.5 29.1 31.5 12.9
Keterangan
37
Lampiran 2. Tabel 7. Data untuk Validasi Regresi
No
T (mm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
181.0 199.5 143.0 163.5 142.0 113.0 199.5 196.0 240.0 320.0 279.5 135.0 227.0 188.0 119.5 269.0 192.0 230.0 166.0 170.0
Ø (mm) Keterangan 22.6 23.3 18.6 18.7 17.3 15.7 25.3 25.7 26.3 37.5 32.8 18.4 29.4 21.9 15.9 30.9 23.3 27.9 21.1 22.5
38
Lampiran 3. Tabel 8. Pengolahan Data dengan Bentuk Logaritma
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
T (mm)
Ø (mm)
108 175 214 242 187.5 180 170.5 173 138 157.5 160 294.6 238 271.3 219 106 208.5 213.2 151 199 165 291 205 244 174 160 202.5 258 237 210
14.2 18.3 22.7 33 22.5 21.7 22 23.7 19.4 23.1 22.3 32.6 31.5 32.6 23.4 14.8 21.2 22.5 16.7 26.4 23.1 34.1 21.1 27.6 24.1 23.1 24.1 29.8 26.1 23.4
log H
Log Ø
2.033423755 2.243038049 2.330413773 2.383815366 2.273001272 2.255272505 2.231724383 2.238046103 2.139879086 2.197280558 2.204119983 2.469232743 2.376576957 2.433449794 2.340444115 2.025305865 2.319106059 2.3287872 2.178976947 2.298853076 2.217483944 2.463892989 2.311753861 2.387389826 2.240549248 2.204119983 2.306425028 2.411619706 2.374748346 2.322219295
1.152288344 1.26245109 1.356025857 1.51851394 1.352182518 1.336459734 1.342422681 1.374748346 1.28780173 1.36361198 1.348304863 1.5132176 1.498310554 1.5132176 1.369215857 1.170261715 1.326335861 1.352182518 1.222716471 1.421603927 1.36361198 1.532754379 1.324282455 1.440909082 1.382017043 1.36361198 1.382017043 1.474216264 1.416640507 1.369215857
39
Sambungan …. Tabel 8. Pengolahan Data dengan Bentuk Logaritma
No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
T (mm)
Ø (mm)
173 264 236 240 246 264 129 131 216 253 242 261 186 130 146 220 284 271 111
20.6 28.4 29.9 32.3 31.1 28.4 18.1 14.4 25.4 30.7 30.1 29.5 19.1 15.4 19.4 27.5 29.1 31.5 12.9
log H
Log Ø
2.238046103 2.421603927 2.372912003 2.380211242 2.390935107 2.421603927 2.11058971 2.117271296 2.334453751 2.403120521 2.383815366 2.416640507 2.269512944 2.113943352 2.164352856 2.342422681 2.45331834 2.432969291 2.045322979
1.31386722 1.45331834 1.475671188 1.509202522 1.492760389 1.45331834 1.257678575 1.158362492 1.404833717 1.487138375 1.478566496 1.469822016 1.281033367 1.187520721 1.28780173 1.439332694 1.463892989 1.498310554 1.11058971
40
Lampiran 4. Tabel 9. Validasi Data dengan Regresi Terpilih
No
T (mm)
Ø (mm)
T-taksiran
1
181.0
22.6
187.2266841
6.226684066
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
199.5 143.0 163.5 142.0 113.0 199.5 196.0 240.0 320.0 279.5 135.0 227.0 188.0 119.5 269.0 192.0 230.0 166.0 170.0
23.3 18.6 18.7 17.3 15.7 25.3 25.7 26.3 37.5 32.8 18.4 29.4 21.9 15.9 30.9 23.3 27.9 21.1 22.5
193.0557947 153.9361004 154.7679493 143.1241876 129.8229493 209.7152354 213.047948 218.047512 311.4677221 272.244297 152.2724712 243.8875917 181.398495 131.4852395 256.3959472 193.0557947 231.3824943 174.7388736 186.3940285
-6.444205267 10.93610041 -8.73205067 1.124187642 16.82294928 10.21523543 17.04794799 -21.95248799 -8.532277873 -7.255703033 17.27247116 16.88759166 -6.601505022 11.9852395 -12.60405278 1.055794733 1.382494327 8.738873602 16.39402854
T = 8.153574073^1.005103938
Tt-T
41
Lampiran 5. . Tabel 10. Pengolahan Data Regresi SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics Multiple R
0.920213367
R Square
0.84679264
Adjusted R Square Standard Error Observations
0.843532909 0.046781274 49
ANOVA df Regression Residual Total
Intercept X Variable 1
SS MS F 1 0.56851168 0.56851168 259.773774 47 0.102858917 0.00218849 48 0.671370596
Standard Coefficients Error 0.911348021 0.085980039 1.005103938 0.062361036
t Stat 10.5995302 16.117499
P-value 4.73E-14 8.9572E -21
42
Lampiran 6.
Gambar 4. Tanaman Ulin
43
Gambar 5. Tanaman Ulin yang menjadi obyek Penelitian
Gambar 6. Lokasi Penelitian
44
Gambar 7. Pengukuran Tinggi
Gambar 8. Pengukuran Diameter