PENGUKURAN DIAMETER DAN TINGGI TANAMAN KAPUR (Dryobalanops aromatica, D.) UMUR 7 TAHUN DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)
Oleh :
GULIAMUS SULA NIM. 100500011
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
PENGUKURAN DIAMETER DAN TINGGI TANAMAN KAPUR (Dryobalanops aromatica, D.) UMUR 7 TAHUN DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)
Oleh :
GULIAMUS SULA NIM. 100500011
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
PENGUKURAN DIAMETER DAN TINGGI TANAMAN KAPUR (Dryobalanops aromatica, D.) UMUR 7 TAHUN DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)
Oleh :
GULIAMUS SULA NIM. 100500011
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: Pengukuran Diameter dan Tinggi Tanaman Kapur (Dryobalanops aromatica, D.) Umur 7 Tahun Di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS)
Nama
: Guliamus Sula
NIM
: 100500011
Program Studi
: Manajemen Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Ir. Rudy Nurhayadi, MP NIP.19590111 198703 1 005
Penguji I,
Penguji II,
Ir. Herijanto Thamrin, MP NIP.19630805 198903 1 005
Elisa Herawati. S.Hut, MP NIP.19710305 199512 2 001
Menyetujui, Ketua Program Studi Manajemen Hutan
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. M. Fadjeri, MP NIP. 19610812 198803 1 003
Lulus ujian pada tanggal : ………………………..
Ir. Hasanudin, MP NIP.19630805 198903 1 005
ABSTRAK GULIAMUS SULA. Pengukuran Diameter dan Tinggi Tanaman Kapur (Dryobalanops aromatica, D.) Umur 7 Tahun Di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) (di bawah bimbingan RUDY NURHAYADI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tinggi rata-rata dan diameter rata-rata pohon Kapur (Dryobalanops Aromatica, D.spp) pada umur 7 tahun di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) pada tanggal 12 Juni sampai dengan 12 Agustus 2013. Pengolahan data menggunakan rumus rata-rata (mean),simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan diperoleh rata-rata diameter sebesar 10,16 cm dengan simpangan baku 2,84 cm dengan koefisien variasi sebesar 27,90%. Dengan nilai terendah 4,20 cm dan nilai tertinggi 15,50 cm. Sedangkan rata-rata tinggi sebesar 8,86 meter dengan simpangan baku sebesar 2,31 meter dan koefisien variasi sebesar 26,07 %. Dengan nilai terendah 5,23 meter dan nilai tertinggi 16,21 meter. Kata kunci: Kapur, diameter, tinggi
RIWAYAT HIDUP GULIAMUS SULA, lahir pada tanggal 29Juni 1992 di Desa Long Bagun Ilir, Kecamatan Long Bagun Kabupaten Kutai Barat. Merupakan anak ke tujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Cs.Vallentinus Tingang (Alm) dan Ibu Dominika Asung. Memulai pendidkan dasar pada tahun 1998 di Sekolah Dasar Negeri 011Long Bagun, dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 23 Sendawar, dan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkanke Sekolah Menengah Atas 4 Sendawar dan lulus pada tahun 2010. Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda pada Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan Manajemen Pertanian. Tanggal 8 Maret
2013 sampai dengan 8 Mei 2013telah mengikuti
kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Barito Nusantara Indah Camp Sei Belinau Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sehingga Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktu yang telah ditetapkan.Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS)pada tanggal 12 Juni 2012,sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir selama mengikuti program
pendidikandi
Politeknik
Pertanian
Negeri
Samarinda,
untuk
mendapatkan sebutan Ahli Madya. Penyelesaian karya ilmiah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.Padakesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Vallentinus Tingang dan Ibu Dominika Asung selaku orangtua serta saudara/i yang memberikan doa, materi, dan motivasi. 2. Bapak Ir. Rudy Nurhayadi, MP selaku dosen pembimbing karya ilmiah yang mengarahkan penulis mulai dari persiapan sampai penyusunan karya ilmiah. 3. Bapak Ir. Herijanto Thamrin, MP selaku Dosen Penguji I. 4. Ibu Elisa Herawati. S.Hut, MP selaku Dosen Penguji II. 5. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku ketua Program Studi Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 7. Rekan-rekan mahasiswa Angkatan 2010 yang telah membantu selama penelitian. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan karya ilmiah ini, harapan Penulis karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin. Guliamus Sula
Kampus Sei Keledang, September2013
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi I.
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 3 A. Deskripsi Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica) ................................ 3 B. Pengukuran Tinggi .................................................................................. 5 C. Pengukuran Diameter ............................................................................. 7 D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan................................... 8 E. Tinjauan Umum Tentang Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) ....... 10 III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 12 A. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................... 12 B. Alat dan Bahan ........................................................................................ 12 C. Prosedur Penelitian ................................................................................. 13 D. Pengumpulan Data ................................................................................. 13 E. Pengolahan Data..................................................................................... 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 16 A. Hasil......................................................................................................... 16 B. Pembahasan ........................................................................................... 18 V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 20 A. Kesimpulan.............................................................................................. 20 B. Saran ....................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21 LAMPIRAN.......................................................................................................... 22
DAFTAR TABEL Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1.
Deskripsi Statistik Data Diameter Pohon Kapur Tahun 2013..…
16
2.
Deskripsi Statistik Data Tinggi Pohon Kapur Tahun 2013……...
17
Lampiran 3.
data Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi………………..……..
23
4.
Distribusi Diameter Pohon Kapur………………………….………..
25
5.
Distribusi Tinggi Pohon Kapur……………………………………...
25
DAFTAR GAMBAR Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1.
Grafik Pengukuran Diameter Pohon Kapur…..………………
16
2.
Grafik Pengukuran Diameter Pohon Kapur…..………………
17
Lampiran 3.
Pengambilan Data Tinggi Pohon Kapur Umur 7 Tahun…….
26
4.
Pengambilan Data Diameter Pohon Kapur Umur 7 Tahun...
26
5.
Lokasi penelitian di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS)……………………………………………………………
27
Lokasi Penelitian di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS)……………………………………………………………
27
6.
1
BAB I PENDAHULUAN
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat di perbaharuidan dimanfaatkan.Pemanfaatan sumber daya hutan yang haruslah memperhatikan asas bermanfaat dan memberikan hasil terus-menerus bagi manusia. Sumber daya alam berupa hutan, yang akhir-akhir ini yang perlu dijaga kelestariannya baik dalam bentuk produksi maupun ekosistemnya. Hal ini karena hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Kalimantan timur yang sebagian besar wilayahnya masih diliputi hutan alam berupa hutan hujan tropika (Tropical Rain Forest) yang dicirikan oleh kelembapan dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun dengan temperatur rata-rata sedang. Kawasan ini secara mudah dapat dibedakan dari tipe-tipe hutan lainnya, karena sifatnya banyak mempunyai variasi dan keanekaragaman jenis, dimana dalam satuan luas per hektarnya dapat dijumpai sampai ratusan jenis tumbuh-tumbuhan. Salah satu pohon yang dikembangkan sebagai hutan tanaman adalah pohon kapur (dryobalanopsaromatica). Kayu ini jugan merupakan kayu yang sudah lama terkenal terutama untuk bahan mebel. Jenis kayu ini mempunyai karakteristik baik untuk lapisan permukaan dan bersifat awet, sehingga dapat dikategorikan kayu mewah. Oleh karena nilai ekonominya yang tinggi, maka penggunaannya selalu diusahakan
mencapai tingkat maksimum. Dewasa ini
daerah Kalimantan sedang dikembangkan pohon kapur (Dryobalanopsaromatica)
2
secara besar-besaran. Selain ekonomis tinggi,kapur juga mempunyai banyak kelebihan dibandingkan jenis kayu lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tinggi rata-rata dan diameter rata-rata pohon Kapur (Dryobalanops Aromatica, D.) pada umur 7 tahun di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar dapat memberikan informasi tentang tinggi rata-rata dan diameter rata-rata di lokasi tersebut dan sebagai bahan masukan untuk pengembangan Kapur khususnya di Kaimantan Timur yang ada di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS).
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica)
Pohon kapur mempunyai ukuran yang besar dan tinggi. Diameter batangnya mencapai 70 cm bahkan 150 meter dengan tinggi pohon mencapai 60 meter. Kulit pohon berwarna coklat dan coklat kemerahan di daerah dalam. Pada batangnya akan mengeluarkan aroma kapur bila dipotong. Daun Kapur tunggal dan berseling, memiliki stipula di sisi ketiak, dengan permukaan daun mengkilap, dan tulang daun sekunder menyirip sangat rapat dengan stipula berbentuk garis dan sangat mudah luruh. Bunga berukuran sedang, kelopak mempunyai ukuran sama besar, mempunyai mahkota bunga elips, mekar, putih berlilin, dan memiliki 30 benang sari. Pohon Kapur memiliki buah agak besar, mengkilap, dan bersayap sebanyak 5 helai. 1.
Tanaman Penghasil Kapur Barus atau Kamper. Pohon Kapur atau Dryobalanops aromatica merupakan salah satu tanaman penghasil kapur barus atau kamper selain tumbuhan Cinnamomum camphora. Kapur barus dari pohon Kapur ini telah menjadi komoditi perdagangan internasional sejak abad ke-7 Masehi. Untuk mendapatkan kristal kapur barus, dimulai dengan memilih, menebang, dan memotong-motong batang pohon Kapur (Dryobalanops aromatica). Potongan-potongan batang pohon Kapur kemudian dibelah untuk menemukan kristal-kristal kapur barus yang terdapat di dalam batangnya. Mungkin lantaran penebangan yang membabi buta kemudian pohon Kapur menjadi pohon yang langka.
4
Selain menghasilkan kamper, Pohon Kapur juga dapat dimanfaatkan kayunya sebagai bahan bangunan, perkapalan, dinding, dan lantai karena memiliki kualitas kayu yang cukup baik. 2.
Pohon Kapur yang Langka dan Terancam Punah. Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica) semakin sulit ditemukan di habitatnya. Pohon ini termasuk salah satu tanaman langka di Indonesia. Bahkan IUCN Redlist memasukkannya dalam status konservasi Critically Endangered atau Kritis. Status ini merupakan status keterancaman dengan tingkatan paling tinggi sebelum status punah. Kelangkaan dan terancam punahnya spesies tanaman ini diakibatkan oleh penebangan yang membabi buta untuk mendapatkan kristal kapur barus di dalamnya. Padahal kandungan kampur dalam setiap pohon tidak sama, bahkan terkadang sangat kurang. Ancaman lainnya diakibatkan oleh kerusakan hutan dan kebakaran hutan. Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan
: Plantae;
Filum
: Tracheophyta;
Kelas
: Magnoliopsida;
Ordo
: Theales;
Famili
: Dipterocarpaceae;
Genus
: Dryobalanops;
Spesies
: Dryobalanopsaromatica.
5
3.
Keunggulan Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica) Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica), penghasil kapur barus (kamper)ternyata termasuk salah satu tanaman langka. Pohon Kapurmampu menghasilkan kristal kapur barus dengan aroma khas ini menempati status keterancaman tertinggi yakni Critically Endangered (Kritis). Pohon Kapur di Kalimantan disebut juga sebagai Ampadu, Amplang, Kapur, Kayatan, Keladan, Melampit, Mengkayat, Mohoi, Muri, dan Sintok. Di Sumatera selain disebut Kapur atau Barus tanaman ini dinamai Haburuan atau Kaberun. B. Pengukuran Tinggi
1.
Definisi Pengukuran Tinggi Tinggi adalah jarak terpendek antara suatu titik dengan titik proyeksinya pada bidang datar atau horizontal. Panjang adalah jarak antara dua titik yang diukur menurut garis lurus. Pengukuran tinggi pohon adalah jarak antara titik puncak pohon dengan proyeksinya pada bidang datardalam hal ini proyeksi puncak proyeksi pada puncak pohon. Tinggi tidak selalu menyelusuri batangnya, hal ini dilakukan kalau batang itu lurus betul dan puncaknya tepat berada tegak lurus pada kakinya. Pariadi (1979), menerangkan bahwa untuk mengukur tinggi pohon dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a.
Secara langsung, yaitu dengan sebuah bambu atau belebas yang diberi ukuran dan disandarkan dengan menyusuri batang pohon tersebut serta dapat pula dengan menggunakan tangga.
6
b.
Secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan alat untuk mengukur tinggi. Sedangkan untuk kegiatan pengukuran tinggi pohon di lapangan, yang perlu di perhatikan yaitu: 1)
Tinggi pohon seluruhnya yaitu jarak antara titik puncak pohon dengan proyeksinya pada bidang datar atau horizontal.
2)
Tinggi lepas dahan atau lepas cabang atau sampai batas permulaan tajuk dengan proyeksinya pada bidang datar.
Dalam inventarisasi hutan, biasanya dikenal beberapa macam tinggi pohon yaitu: a.
Tinggi total, yaitu tinggi dari pangkal pohon dipermukaan tanah sampai puncak tajuk.
b.
Tinggi batas bebas cabang atau permulaan tajuk, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang dipermukaan tanah sampai batang pertama yang membentuk tajuk.
c.
Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang yang laku dijual dalam perdagangan.
2.
Alat-alat Pengukuran Tinggi Pohon Ada dua jenis pengukuran tinggi pohon yaitu: a.
Pengukuran jarak antara obyek yang diukur (pohon) dengan pengukur. Alat
yang
termasuk
dalam
mengukur
tinggi
pohon
termasuk
Clinometer, haga,Waise,Abnev level. b.
Yang tidak membutuhkan pengukuran jarak yaitu Staff hypsometerdan Wallking stik.
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah Clinometer.
7
C. Pengukuran Diameter
Pengukuran diameter adalah mengukur panjang garis antara dua titik pada garis lingkaran yang melalui titik pusat. Diameter pohon merupakan lebar pangkal pohon yang ditarik dari jarak dua titik tengah lingkaran yang pada umumnya mengecil pada bagian ujungnya (Pariadi,1979). Ada beberapa standar dalam pengukuran diameter yaitu : 1.
Bagi pohon berdiri, diameter diukur pada ketinggian 1,3 meter diatas tanah.
2.
Bagi pohon berbanir berdiri, diameter diukur pada ketinggian 20 cm diatas banir.
3.
Bagi pohon yang bercabang adalah sebagai berikut: a. Ketinggian cabang diatas 1,3 meter diukur pada ketinggian 1,3 meter. b. Ketinggian cabang tetap sama 1,3 meter diukur agak kebawah dari cabang (pohon dianggap satu).
4.
Untuk pohon berdiri pada tanah miring, diameter di ukur pada ketinggian 1,3 meter dari bagian tanah miring yang atas.
5.
Untuk pohon yang mengembung pada ketinggian 1,3 meter diukur pada ketinggian 10 – 20 cm keatas.
6.
Untuk pohon miring, diameter diukur pada ketinggian 1,3 meter searah pohon.
7.
Untuk pohon rebah letak – letak pengukuran tergantung kebutuhan, bisa dipangkal, tengah atau ujung batang, pengukuran dapat dilakukan dengan atau tanpa mengikut sertakan kulit pohon karena ketebalan kulit pohon relatif kecil.
8
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu faktor iklim, biotis dan edafis untuk faktor iklim bagian yang terpenting adalah sinar matahari, suhu, kelembapan. Sedangkan yang termasuk faktor biotis adalah manusia, hewan dan tanaman lainnya dari kelompok itu sendiri yang berhubungan dengan lingkungannya. Dan faktor edafis yang meliputi semua faktor seperti sifat fisik, sifat kimia dan biotis dari tanah (Soekotjo, 1976). Selanjutnya Soekotjo (1976), menyatakan bahwa lingkungan suatu hutan merupakan tempat tumbuh yang dalam keadaan efektif mempengaruhi kehidupan suatu masyarakat tumbuhan. Pengklasifikasiannya dibagi dalam beberapa faktor antara lain: 1.
Faktor klimatis Yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan atmosfir dan semua faktor yang mempengaruhi tanaman, seperti radiasi matahari, kelembapan atmosfir,angin,karbondioksida dan oksigen.
2.
Faktor edafis Yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tanah seperti tekstur tanah dan struktur tanah, zat hara secara kesamaan tanah dan kebasaannya serta bahan organik tanah.
3.
Faktor fisiografis Yaitu keadaan secara tidak langsung mempengaruhi vegetasi hutan seperti lereng dan aspeknya, ketinggian tempat, derajat lintang, konfigurasi bumi, kedudukan terhadap laut dan pegunungan.
9
4.
Faktor biotis Faktor biotis meliputi faktor yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan
vegetasi hutan seperti organisme
penyakit, insekta, mikroorganisme tanah, hewan, tumbuhan termasuk manusia. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan secara langsung adalah radiasi matahari, karbondioksida, air tanah, atmosfir serta oksigen dan zat hara. Jadi jelas bahwa tempat tumbuh merupakan hal yang sangat kompleks dan juga merupakan hasil interaksi dari banyak faktor yang berbeda-beda, dimana kualitas vegetasi yang dihasilkan dalam persatuan luas berhubungan dengan faktor-faktor tempat tumbuh (Idris, 1985). Tumbuhan untuk dapat tumbuh secara optimal memerlukan hal yang menunjang menurut (Danaatmadja, 1989) hal yang menunjang tersebut yaitu: a.
Faktor genetik adalah gen atau sifat bawaan yang diturunkan dari induknya, seperti kecepatan tumbuh, bentuk tajuk,banyaknya cabang, disini termasuk juga kematangan biji atau buah sebagai sifat bawaan hal ini bersifat internal.
b.
Faktor lingkungan (eksternal) Tumbuh-tumbuhan tumbuh teratur dibawah pengaruh lingkungan hidup yang terutama ditentukan oleh faktor iklim, tempat tumbuh, dan bentuk serta letak lapang. Jadi jelas bahwa tempat tumbuh (lingkungan) merupakan hal yang sangat kompleks dan juga merupakan hasil interaksi dari banyak faktor
10
yang berbeda-beda, dimana macam maupun kuantitas vegetasi yang dihasilkan persatuan luas berhubungan dengan faktor tumbuh (Idris, 1985). E. Tinjauan Umum Tentang Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS)
Menurut Firdaus (2012), kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) merupakan areal Hutan Pendidikan Lempake, Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman yang semula merupakan kawasan dari areal konsensi HPH CV. Kayu Mahakam yang telah dieksploitasi secara tebang pilih (selective cutting). Rektor Universitas Mulawarman pada saat itu Ir. R. H. Sambas Wirakusumah, M.Sc. meminta salah satu areal di kawasan hijau seluas 300 Ha kepada Ali Akbar Afloes selaku pemegang konsesi HPH CV. Kayu Mahakam untuk menjadi Hutan Pendidikan (LaboratoriumAlam) Fakultas Kehutanan Unmul. Substansi kesepakatan dalam Piagam Bersama antara Direktur CV. Kayu Mahakam, Ali Akbar Afloes dan Rektor Universitas Mulawarman, R. Sambas Wirakusumah, pada tanggal 9 Juli 1974 dengan disaksikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr. Sjarif Thajeb dan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Kalimantan Timur, Abdul Wahab Syachranie adalah sebagai berikut: 1.
Potensi hutan Indonesia, Kalimantan Timur khususnya semakin bertambah penting peranannya dalam upaya turut menjaga keseimbangan alam dari berbagai macam polusi;
2.
Peningkatan pemanfaatan potensi hutan di wilayah propinsi Kalimantan Timur dapat mengakibatkan terganggunya kelestarian, oleh karena itu perlu dibuat usaha-usaha perlindungan dan pengawetan sumberdaya alam tersebut tanpa mengurangi kegiatan pemanfaatan tersebut;
3.
Seluruh program UniversitasMulawarmanuntukturutsertamembantuusaha–
11
usahaperlindungandanpengawetansumberalamitutanpamengurangikegiatan pemanfaatantersebut. Salah satukeistimewaan lain di KRUS ini adalah di dalamnya banyak spesies binatang yang ditempatkan dalam kandang-kandang khusus, seperti orang hutan, buaya, rusa, beberapa jenis ular, beberapa jenis burung, beberapa jenis monyet dan kera, beberapa jenis ikan, kancil, landak, beruang, komodo, dan beberapa jenis hewan lain yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia (Firdaus, 2012).
12
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi pengamatan dilakukan di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) diareal tanaman kapur. Adapun waktu pengamatan pelaksanaan penelitian dari tanggal 12 Juni 2013 sampai 12 agustusmeliputi orientasi lapangan, penyiapan alat, bahan, pengambilan data dan pegolahan data. B. Alat dan bahan
1.
Alat Alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah:
2.
a.
Kalkulator, untuk menghitung data yang telah didapatkan.
b.
Phiband, untuk mengukur diameter pohon.
c.
Parang, untuk membersihkan tanaman pengganggu disekitar pohon.
d.
Clinometer, untuk mengukur tinggi pohon.
e.
Galah atau tongkat 4 meter
f.
Kamera, untuk dokumentasi.
g.
Alat tulis menulis, untuk mencatat hasil pengamatan.
Bahan Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah tanaman kapur dengan umur 7 tahun sebanyak 60 pohon dengan jarak tanam 6x6m.
13
C. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan pengamatan pertumbuhan tanaman Kapur pada umur 7 tahun di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) dengan urutan sebagai berikut: 1.
Orientasi lapangan dilakukan dengan meninjau lokasi yang akan dijadikan obyekpenelitian dan melihat tanaman kapur dan jarak tanam dengan luas lahan.
2.
Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan didalam pengukuran tinggi dan diameter.
3.
Membersihkan tanaman pengganggu lainnya disekitar tanaman yang akan diamati agar
tidak
menggangu
dan
untuk mempermudah sewaktu
melakukan pengukuran. 4.
Pengambilan data pada tanaman kapur sebanyak 60 pohon dengan cara: a. Pengukuran tinggi Pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan clinometer, diukur dimulai dengan hasil pangkal pohon maka diperoleh hasil tinggi pohon. b. Pengikuran diameter Pengukuran diameter dengan menggunakan alat ukur phiband, diukur setinggi 130cm atau setinggi dada pengukur. D. Pengumpulan Data
Kegiatan yang dilakukan adalah : 1.
Melakukan pendataan tanaman yaitu melakukan pengukuran tinggi dan diameter tanaman kapur umur 7 tahun.
14
2.
Mengukur
diameter
setinggi
dada
dari
permukaan
tanah
dengan
menggunakan phiband. 3. Pengukuran tinggi dilakukan dengan menggunakan alat berupa clinometer dengan alat bantu galah sepanjang 4 meter.pengukuran dilakukan dengan cara: 1. Galah diletakan sejajar dengan obyek tanaman yang akan diukur. 2. Setelah itu melakukan pengukuran dengan menembak clinometer ke arah ujung, tengah dan pangkal tanaman. 3. Menjumlahkan ketiga hasil pengukuran diatas untuk mendapatkan tinggi keseluruhan dengan rumus:
!"
!#$% & !'()* ,4!%$+* & !'()*
Keterangan: h top = tinggi total hpole =tinggi bebas cabang hbase = tinggi permukaan tanah E. Pengolahan data
Data yang diperoleh,di hihitung nilai rata-rata tinggi dan diameter tanama Kapur setelah umur 7 tahun pada areal digunakan rumus sebagai berikut: 1.
Rata-rata(Mean) ∑ 01
.=
0
Keterangan: .= rata-rata (diameter/tinggi) ∑ 2. " jumlah (diameter/tinggi) berdasarkan frekuensi
15
2 2.
= jumlah individu pengukuran
Simpangan Baku (Standard Deviation) Simpangan
baku
merupakan
suatu
nilai
untuk
mengetahui
penyimpangan nilai-nilai individu terhadap rata-rata diameter dan tinggi tanaman bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut: 3∑ 4 5167189
Sd =
476
Keterangan : Sd X
= simpanganbaku = jumlahnilaiindividu
.
= rata-rata (diameter/tinggi)
f
= jumlahsampel
3. Koefisien Variasi Menurut Becking (1981) dalamMustaqim (2006) koefisien variasi yaitu persentase simpangan baku terhadap nilai rata-rata dan rumus dari koefisien variasi adalah sebagai berikut:
:; CV= x 100% 1 Keterangan: CV
= Koefisien Variasi
Sd
= Simpangan baku
.
= rata-rata
16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
1. Diameter Dari hasil pengukuran di lapangan data sebaran frekuensi diameter yang dalam bentuk grafik seperti terlihat dibawah ini:
Grafik Distribusi Diameter (cm)
18 16 14 Frekuensi
12 10 8 6 4 2 0
5
7
9
11
13
Diameter (cm)
Gambar 1. Grafik Pengukuran Diameter Pohon Kapur Hasil penghitungan diameter rata-rata, simpangan baku dan koefisien variasi yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran tahun 2013 seperti terlihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Deskripsi Statistik Data Diameter Pohon Kapur Tahun 2013 Variabel
Diameter (cm)
Rata-rata
10,16
Simpangan Baku
2,84
Koefisien Variasi (%)
27,90
17
3. Tinggi Dari hasil pengukuran di lapangan data sebaran frekuensi tinggi yang dituangkan dalam bentuk grafik seperti terlihat di bawah ini:
Grafik Pertumbuhan Tinggi (m) 25
Frekuensi
20 15 10 5 0
6
8
10
12 Tinggi (m)
14
16
Gambar 2. Grafik Pengukuran Tinggi Pohon Kapur Hasil perhitungan tinggi rata-rata, simpangan baku dan koefisien variasi yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran seperti terlihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Deskripsi Statistik Data Tinggi Pohon Kapur Tahun 2013 Variabel
Tinggi (m)
Rata-rata
8,86
Simpangan baku
2,31
Koefisien Variasi
26,07
18
B. Pembahasan
1. Diameter Dari hasil pengamatan dan pengolahan data didapatkan rata-rata diameter sebesar 10,16 cm dengan simpangan baku 2,84 cm dengan koefisien variasi sebesar 27,90 %. Dengan nilai terendah 4,20 cm dan nilai tertinggi 15,50 cm. Koefisien variasi yang dikatakan besar atau adanya kesenjangan yang besar ini dikarenakan tertutupnya sebagian tajuk tanaman kapur sehingga tidak mendapatkan sinar matahari cukup, akibatnya pertumbuhannya tidak optimal. 2. Tinggi Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan data menunjukan ratarata tinggi sebesar 8,86 meter dengan simpangan baku sebesar 2,31 meter dan koefisien variasi sebesar 26,07 %. Dengan nilai terendah 5,23 meter dan nilai tertinggi 16,21 meter.Besarnya koefisien variasi menunjukan keragaman pertumbuhan yang besar hal ini disebabkan karena sebagian kecil tanaman tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup sehingga menghambat pertumbuhan, sehingga pertumbuhan tinggi pohon Kapur relatif terhambat. Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan pohon Kapur ini walaupun dengan jenis dan umur yang sama, pertumbuhan tidak seragam. Ketidak seragaman ini diduga karena faktor fisiografis dan biotis hal ini terlihat di areal penelitian bahwa tanaman Kapur tumbuh pada topografi berbeda ada yang datar, landai dan relatif curam.Sedangkan faktor biotisnya terlihat ada beberapa pohon Kapur yang di tumbuhi gulma yang mengelilingi batang.
19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan, berdasarkan data analisis hasil, maka dapat disimpulkan: 1.
Diameter rata-rata pohon Kapur (Dryobalanopsaromatica) sebesar 10,16 cm dengan simpangan baku sebesar 2,84 cm dan koefisien variasi sebesar 27,90 %. Koefisien variasi dari pengukuran diameter dapat diketahui koefisien 27,73 % menunjukan variasi yang dikatakan besar atau adanya kesenjangan yang besar dari diameter pohon yang terendah dan tertinggi
2.
Tinggi rata-rata pohon Kapur (Dryobalanopsaromatica) sebesar 8,86 m dengan simpangan baku sebesar 2,31 m dan koefisien variasi sebesar 26,07 %. Koefisien variasi dari pengukuran tinggi di ketahui koefisien variasi menunjukan kesenjangan termasuk dalam kategori besar atau berkesenjangan. B. Saran
1.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih seragam diperlukan kegiatan pemeliharaan tanaman, sehingga diharapkan akan dapat memperkecil koefisien variasi. Selain itu perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pohon Kapur (Dryobalanopsaromatica) di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS).
20
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus.Mauzana 2012.Sejarah mengenai Kebun Raya Unmul Samarinda (online). Tersedia : http// mauzanafirdaus. Blogspot.com./2012/06/ kebun Raya-Unmul-Samarinda-Krus. html (diakses 29 mei 2012,waktu 15.35). Indris, I. 1985. Silvikultur. Pusat Pendidikan Kehutanan Cepu. Perum Perhutani. Cepu. Mustaqim, M.2006. Riap Tahunan Berjalan Diameter dan Tinggi Tanaman Jati Super (Tectonagrandis L.F) di HTI Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. (Hasil Penelitian Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda). Pariadi, A.1979. Ilmu Ukur Kayu Bagian Kedua. Pusat Pendidikan Kehutanan Cepu. Perum Perhutani. Cepu. Ruchaemi, A. 2002. Analisi Pertumbuhan dan Hasil. Laboratorium Biometrika Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda. Soekotjo, W. 1979. Silvika. Proyek Peningkatan Pengembangan Perguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soetrisno. 1996. Silvika. Bahan Kuliah Silvika Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.
24
Lampiran 2 Tabel 3. Data Hasil Pengolahan Diameter dan Tinggi No
Tinggi (m)
Diameter (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
7,69 9,69 6,28 8,66 9,62 8,99 8,61 7,60 9,66 9,69 14,12 9,29 9,92 8,12 6,26 10,50 8,41 6,85 9,12 7,36 11,73 12,12 7,18 10,28 9,88 6,87 15,81 16,21 6,48 8,21 8,73
4,40 7,90 8,10 9,50 11,20 10,30 14,10 8,50 8,40 9,30 7,10 7,20 10,80 9,60 5,70 10,40 7,30 11,40 11,30 6,40 10,90 10,80 10,60 13,40 6,10 7,50 11,50 10,90 13,40 10,60 13,20
25
Lanjutan Tabel 3. No
Tinggi (m)
Diameter (cm)
32 33
6,40 7,90
7,30 5,10
34
6,15
8,90
35
5,23
4,20
36
5,53
8,80
37
9,36
8,40
38
8,00
10,10
39
10,13
14,50
40
8,09
8,60
41
8,74
14,30
42
11,60
14,60
43
10,33
15,30
44
9,47
10,50
45
12,13
9,80
46
9,68
9,20
47
7,77
7,10
48
7,33
11,60
49
6,92
8,20
50
5,00
9,70
51
6,40
13,20
52
7,60
14,10
53
9,00
12,20
54
8,91
6,00
55
10,00
12,90
56
10,40
15,50
57
9,00
8,90
58
6,74
10,60
59
9,27
14,30
60
7,69
11,00
5,00
4,20
16,21 11,21
15,50 11,30
Sd CV
26
No 1 2 3 4 5 6
Interval Kelas 4,00 - 5,99 6,00 - 7,99 8,00 - 9,99 10,00 -11,99 12,00 - 13,99 14,00 - 15,99
Frek
x 4 10 15 17 6 8 60
5,00 7,00 9,00 11,00 13,00 15,00
Fx 19,98 69,95 134,93 186,92 77,97 119,96 609,70
(Xi -rata) -5,17 -3,17 -1,17 0,83 2,83 4,83
1
2
F (Xi -rata) 106,78 110,28 20,42 11,81 48,17 186,89 474,33
Lampiran 3 Table 4. Distribusi Diameter Pohon Kapur =
Sd =
CV=
= 10,045 cm
=
=2,78
x 100% = 27,73 %
Tabel 5. Distribusi Tinggi Pohon Kapur No 1 2 3 4 5 6
Interval Kelas 5,00 - 6,99 7,00 - 8,99 9,00 - 10,99 11,00 - 12,99 13,00 - 14,99 15,00 – 16,99
=
Sd =
CV =
Frek 13 20 20 4 1 2 60
= 8,84
=
= 2,07
x 100% = 26,07 %
X 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00
Fx 77,94 159,90 199,90 47,98 14,12 32,02 531,70
(Xi -rata) -2,87 -0,87 1,13 3,13 5,13 7,13
1
2
F (Xi -rata) 106,83 15,02 25,69 39,27 26,35 101,77 314,93
28
Lampiran 4
Gambar 3. Pengambilan Data Tinggi Pohon Kapur Umur 7 Tahun
Gambar 4. Pengambilan Data Diameter Pohon Kapur Umur 7 Tahun
29
Gambar 5. Lokasi Penelitian di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS)
Gambar 6. Lokasi Penelitian di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS)