Pengukuran Diameter dan Tinggi Pohon
Pengukuran Diameter (DBH) • Diameter atau keliling merupakan salahsatu dimensi batang (pohon) yang sangat menentukan luas penampang lintang batang pohon saat berdiri atau berupa kayu bulat. • diameter batang merupakan garis lurus yang menghubungkan dua titik di tepi batang dan melalui sumbu batang. • lingkaran batang merupakan panjang garis busur yang melingkar batang.
• Pengukuran diameter atau keliling batang setinggi dada dari permukaan tanah disepakati, tetapi setinggi dada untuk setiap bangsa punya kesepakatan masing-masing yang disesuaikan dengan tinggi rata-rata dada masyarakat bangsa itu • Setinggi dada untuk pengukuran kayu berdiri di Indonesia disepakati setinggi 1,30 meter dari permukaan tanah.
Kondisi Pohon Berdiri
Ketentuan pengukuran diameter atau keliling setinggi 1,30 m didasarkan untuk pohon berdiri tegak pada permukaan tanah yang relatif datar. Jika pohon berdiri miring, maka letak pengukurannya (Lpd) dilakukan pada bagian miring batang di sebelah atasnya (Gambar b), sejauh 1,30 m dari permukaan tanah. Sedangkan untuk pohon berdiri tegak pada permukaan tanah yang cukup miring (lereng) dapat dilakukan dua cara seperti disajikan pada Gambar c.
Kondisi Pohon Berbanir
Jika batas ujung banir (Bub) kurang dari 110 cm, maka pengukurannya dilakukan setinggi 1,30 m dari permukaan tanah. Jika BuB tepat setinggi dari 110 cm, maka pengukurannya (Lpd) ditambah 20 cm di atas banir (Gb. b). Jadi Lpd-nya setinggi 1,30 m dari permukaan tanah. Jika BuB-nya lebih tinggi dari 110 cm, maka pengukurannya (Lpd) ditambah 20 cm di atas banir (Gb. c). Jadi letak pengukurannya setinggi (Bub + 20 cm).
Bentuk batang (batang cacat)
Jika setinggi 110 cm melebihi Bbc, maka letak pengukurannya (Lpd) setinggi (Bac + 20) cm (Gambar a). Jika Bbc lebih tinggi dari 110 cm, maka letak pengukurannya setinggi (Bbc – 20) cm (Gambar b). Jika bagian tengah cacad lebihkurang setinggi 1,30 m dari permukaan tanah (Gambar c), maka pengukurannya dilakukan setinggi Bbc (Lpd2) dan Bac (Lpd1). Sehingga hasil ukurannya (diameter atau keliling) adalah ukuran (Lpd1 + Lpd2)/2.
Batang BERCABANG atau menggarpu
Jika tinggi PERCABANGAN melebihi 1,30 m (Gambar a), maka pengukuran dilakukan tetap setinggi 1,30 m dari permukaan tanah. Jika tinggi cagak kurang dari 1,10 m, maka Lpd-nya dilakukan pada kedua BATANG setinggi 1,30 m.
Pohon lahan basah (rawa, payau)
Untuk jenis Bruguiera spp yang dijadikan awal pengukuran bukan dari permukaan tanah, tapi pada bagian akarnya (Gambar a). Letak pengukurannya setinggi 1,30 m. Untuk jenis Ceriops spp yang dijadikan awal pengukuran pada bagian akar yang berbatasan dengan air (Gambar b). Disamping adanya bagian-bagian akar yang berupa banir, maka ditinjau dulu berapa tinggi banir tersebut. Jika tinggi banir tersebut kurang dari 1,30 m, maka letak pengukuran dilakukan setinggi 1,30 m dari batas bagian akar yang kena air. Untuk jenis Rhizophora spp dilakukan pengukuran setinggi 20 cm dari ujung bagian akar teratas (Gambar c).
Alat Ukur Diameter • Bentuk pisik (Bp) pita ukur berupa pita yang mempunyai • skala (satuan ukur). Satuan ukur yang digunakan adalah cm dengan satuan ukur terkecil dalam mm. Pita ukur dapat berupa pita keliling atau pita diameter (phi band). • Pita ukur dililitkan ke batang pohon setinggi 1,30 m • Hasil ukurannya adalah keliling jika menggunakan pita keliling dan jika menggunakan pita diameter maka hasil ukurannya adalah diameter. • Skala ukuran pita diameter adalah d = k/π konversi dari k = π . d
Spiegel Relaskop / Criterion Dendrometer • Merupakan alat ukur dua fungsi yaitu untuk mengukur diameter batang dan tinggi pohon. • Melihat ke dalam alat melalui celah-pandang akan tampak skala diameter (pita-pita bar) dan skala sudut (di sebelah kanan).
•
•
•
Arahkan garis pertengahan celah-pandang setinggi dada ke batang pohon dan perhatikan banyaknya 1 bar penuh (nF). banyaknya ¼ bar-penuh (nQ) (bisa penuh atau tak penuh untuk satu ¼ bar-penuh). (Posisikan sisi batang sebelah kiri berimpit dengan batas antara dua bar-penuh (putih-hitam atau hitam-putih) sekaligus sisi batang sebelah kanan tidak melampaui batas ¼-bar paling kanan, tapi berada pada salah satu pita ¼ bar-penuh atau pada garis batasnya. Posisi sisi kiri batang (S1) paling jauh di batas bar putih 22 (22 tidak ditulis) paling kiri dan bergeser ke kanan hingga di batas bar hitam-putih yaitu 4 2 (2 tidak ditulis). Posisi sisi kanan batang (S2) paling jauh di batas bar putih 2 dan ¼bar hitam. Kemudian bergeser ke kanan hingga mendekati batas akhir ¼bar (bar putih). Ukur jarak lapangan (m). Jarak lapangan (Jm) sama dengan jarak datar (Jd) jika sudut φ (sudut bidik setinggi mata) lebih kecil atau samadengan ±10%.
Contoh • •
Pembacaan ¼ bar-penuh Hasil pembacaan diperoleh 1F dan 3Q (¼ bar-penuh) dengan jarak bidik (relatif datar) sejauh 12 m.
D = [{(1 x 4) + 3}/2] x 12 = 42,0 cm
Hasil pembacaannya adalah 2F dan 2,5Q (¼ bar tak penuh) dengan jarak bidik (Jd) sejauh 10 m
D = [{(2 x 4) + 2,5}/2] x 10 = 52,5 cm
• Tekan tombol MODE sampai tampil DIAMETER • Tekan tombol EDIT (pilih "F" atau "M") • Ukur jarak datar dari alat ke pohon, isikan • Tembak alat ke “titik pengukuran”, dengan menekan tombol dan lepaskan, tembak ke posisi pengukuran diameter
Pengukuran Tinggi Pohon
• Tinggi pohon total yaitu jarak terpendek dari titik puncak pohon dengan titik proyeksinya pada bidang datar. • Tinggi pohon bebas cabang yaitu jarak terpendek dari titik bebas cabang dengan titik proyeksinya pada bidang datar.
• Rumusan tinggi didasarkan pada rumusan ilmu ukur sudut yaitu rumus tangen. Pengukuran tinggi diilustrasikan berupa segitiga samakaki dengan sudut di kedua kaki sebesar 45⁰. • Terkait dengan keidentikan rentangan sudut-derajat (φ = δ) terhadap sudut-persen (φ = p), sehingga besaran 45⁰ diidentikan dengan 100%.
∆MBC menunjukkan untuk δ = 45° bahwa tan δ = BC/MB ; tan(45⁰) = BC/MB (BC = MB) tinggi BC = MB.tg(45⁰).
Pembacaan sudut derajat
Pembacaan sudut persen
Jika pembacaan sudut saat pembidikan berupa persen (φ = p), maka rumusan tingginya (t1 + t2) adalah T = ((atas% - bawah%) x Jd) / 100 Atas% adalah pembidikan ke bagian atas batang (C) yaitu MC dan bawah% pembidikan ke pangkal batang (A) yaitu MA dengan besaran masing-masing sudut dalam %, maka rumusan di atas menjadi T = (MC% + MA%) x Jd
Alat Ukur Tinggi Pohon
Spiegel Relaskop
Criterion Dendrometer • Tekan tombol MODE sampai tampil HEIGHT • Tekan tombol EDIT (pilih "F" atau "M") • Tembak alat ke “base”, dengan menekan tombol dan lepaskan, tembak ke posisi pengukuran tinggi bebas cabang/total
Pengukuran Pohon Contoh (Basal Area Faktor) • Menentukan ukuran dimensi pohon adalah apakah pohon yang dibidik termasuk pohon contoh, pohon batas atau bukan termasuk pohon contoh. • Pohon contoh : 1, 4, 5, 6 dan 8 • Pohon batas : 3 dan 7 • Bukan pohon contoh : 2
Berdasarkan BAF 4 : • Pohon batas, jika ukuran diameter batang tepat dalam 2 bar. • Pohon contoh, jika ukuran diameter batang melebihi 2 bar. • Bukan pohon contoh, jika ukuran diameter batang kurang dari 2 bar.