TEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA
Bentuk pohon
Diagram
Prosedur pengukuran
Normal
Pengukuran normal
Normal pada lahan yang miring
Jika pohon berada pada lahan yang miring, posisi pengukuran dbh dari sisi miring sebelah atas
Pohon miring pada lahan yang datar
Jika pohonnya miring, pengukuran dbh mengikuti kemiringan pohon pada sisi yang terdekat dengan tanah
Bentuk pohon
Diagram
Prosedur pengukuran
Pohon berbanir <1,3m
Jika pohon mempunyai penopang akar <1,3 m, maka pengukuran dbh 1.3m dimulai di atas penopang akar/banirnya.
1,3m
Pohon berbanir >1,3m
Jika pohon mempunyai penopang akar >1,3 m, maka pengukuran dbh pada 0,5m di atas banir.
0,5m
1,3m
Pohon dengan penopang akar yang sangat tinggi (> 2-3m)
1,3m
-
Jangan panjat pohon
-
Hitung menggunakan rumus perbandingan (gambar 10)
-
Fotolah pohon dengan seseorang berdiri di sebelahnya sambil memegang mistar atau alat pembanding lainnya
Bentuk pohon
Diagram
Prosedur pengukuran
Percabangan pohon
(a)
(a) Jika pohon bercabang dua pada atau di bawah dbh. Hitung pas dibawah titik cabang.
(b)
(b) Jika tidak mungkin untuk menghitung dibawah cabang, maka dihitung sebagai dua pohon.
Bentuk pohon Pohon dengan liana
Diagram
Prosedur pengukuran - Cara1: Jika tumbuhan merambat tumbuh di atas pohon yang akan diukur. Jangan memotong liana untuk membersihkan tempat pengukuran dbh pohon. Jika memungkinkan, tarik liana keluar batang pohon dan lingkarkan pita ukur di bawahnya. Jika liana terlalu besar untuk ditarik dari batang pohon, maka hitung diameter secara visual - Cara 2: Jika mungkin, buatlah lubang dengan pisau atau parang untuk meloloskan pita ukur agar dapat mengelilingi batang pohon - Cara 3: hitunglah diameter ratarata secara visual dari 4 posisi berbeda, dan buatlah catatan pada tally sheet
Pohon berlubang (growong)
- Ukur keliling pohon pada 1,3m - Ukur rata-rata diameter lubang (jika mungkin), atau ukur diameter lubang rata-rata secara visual - Ambil foto dengan pembanding - Buatlah deskripsi lubang tersebut pada tally sheet
Pohon rebah yang masih hidup
Pohon rebah yang masih memiliki daun dianggap sebagai pohon hidup; letakkan tongkat pengukur di bawahnya dan ukur dbh sama halnya jika pohon berdiri tegak lurus (seperti pada di samping).
Menghitung diameter pohon dengan penopang akar/banir yang tinggi (>3meter) Gambar 8.1. Mengukur diameter 1. Pegang rol lebih kurang 10-30cm (Db) dari mata anda (L1) 2. Hitung ketinggian dari tanah ke titik dimana rol tadi ditempatkan. 3. Hitung diameter bagian atas pohon yang kelihatan tepat di atas banir (D) 4. Hitung jarak pohon dari titik pengukuran (L2) 5. Perhatikan unit yang berbeda (cm atau meter) Gambar 8.2. Mengukur sudut 1. Ukur jarak dari pohon ke pengukur 2. Ukur sudut batas bawah pohon menggunakan clinometer 3. Ukur sudut atas pohon tepat pada batas banir menggunakan clinometer Catatan 8: Ukurlah diameter dan sudut dari minimal 3 arah yang berbeda
D
Mengukur sudut
>3m
Jarak (m) L2
D ( m)
Db
Db (cm) xL2 ( m) L1 (cm)
Jangka sorong L1
Mengukur diameter
Gambar Menghitung diameter pohon yang berbanir tinggi (>3m) dengan menggunakan alat bantu
MENGUKUR POHON MATI TEGAK
Jika terdapat pohon mati yang masih tegak berdiri, gunakan metode berikut ini: Tentukan pohon mati kedalam salah satu kategori dibawah ini:
Kategori
Keterangan
Kategori 1
Kategori 2
Pohon yang bercabang/ranting yang menyerupai pohon hidup (namun tanpa daun) Pohon tanpa ranting, tapi dengan percabangan kecil dan cabang yang besar-besar ATAU Pohon dengan cabang-cabang besar. Batang saja, tidak ada cabang
1. Untuk pohon mati kategori 1: ukur keliling pada dbh seperti menghitung pohon hidup 2. Untuk pohon mati kategori 2: ukur batang utama pohon sebagai berikut: a. Ukur diameter pohon pada dasar pohon menggunakan pita ukur b. Ukur tinggi total pohon menggunakan clinometer c. Ambil sampel kayu mati dari batang utama dan tentukan kelas berat jenis kayu, seperti pada prosedur untuk menghitung kayu mati rebah di atas tanah
MENGUKUR POHON MATI REBAH Peralatan: 1. Pita ukur/meteran 2. Parang 3. Plastik sampel 4. Alat tulis Prosedur kerja: 1 Pengukuran pohon mati rebah menggunakan transek garis, yaitu absis plot yang bersilangan (garis ❶-❾-❺ dan garis ❸-❾-❼) seperti ilustrasi gambar 2 Di sepanjang garis, ukur diameter setiap perpotongan bagian kayu mati (diameter >10 cm), menggunakan pita ukur. Jika batang kayu berlubang pada titik perpotongan, ukur diameter lubang; perhitungan volume dikurangi dengan hitungan lubang. Catatan 9: bagian kayu mati hanya akan diukur jika: - Lebih dari 50% batang pohon berada di atas tanah (Tabel ) - Garis sampling melewati paling kurang 50% (persen) diameter batang - jika kayu berlubang, maka ukurlah diameter lubang (growong) 3 Jika sebatang kayu mati berpotongan pada kedua transek, maka ukur diameter yang berpotongan pada satu transek saja. 4 Bacok kayu mati untuk mengetahui kategori kepadatan pohon mati tersebut seperti tabel Error! Reference source not found.
Pohon A
Pohon B
Gambar : Transek garis untuk mengukur pohon mati rebah di atas tanah
Catatan : keterangan gambar Pohon A: diukur diameter pada perpotongan garis transek (Utara-Selatan) - Pohon B: tidak diukur, karena tidak berpotongan pada transek garis Pohon C: diukur diameter pada salah satu perpotongan garis transek saja (Utara-Selatan atau Timur-Barat saja) - Pohon D: tidak diukur, karena <50% batang pohon tinggal di atas tanah
Tabel : mengukur kayu rebah di lapangan Kondisi > 50 % di atas tanah
Tindakan Ukur diameter
50 % di atas tanah
tidak ukur diameter
<50% di atas tanah
tidak ukur diameter
Ilustrasi
Tabel : Kategori kayu mati Kelas Keras (i)
Keterangan Parang tidak masuk (memantul) maka diklasifikasikan sebagai keras
Sedang (ii)
Sebagian parang masuk ke dalam kayu dan ada sebagian kayu yang hilang, diklasifikasikan sebagai menengah
Lapuk (iii)
Parang masuk ke dalam kayu dan banyak bagian kayu yang hilang serta potongan rapuh, diklasifikasikan sebagai lapuk
Ilustrasi
Catatan : Pengambilan sampel kayu mati 1. Ambil bagian berkayu dari batang pohon mati dengan menggunakan parang 2. Ambil sampel yang mewakili kayu mati dari tiga kategori kelas kepadatan (Tabel ) dalam plot dengan menggunakan parang berukuran 10 x 10 x 10 cm (kira-kira 10 cm3), masing-masing satu sampel saja. 3. Simpan dan beri label sampel kayu mati di dalam kantong penyimpan. 4. Label harus berisi informasi mengenai nomor strata, nomor plot, kategori, dan tanggal pengambilan
REFERENSI
Brown, S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forest. A Primer. FAO. Forestry Paper No. 134. F AO, USA. Hairiah, K dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran “Karbon Tersimpan” di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre – ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. 77 p. Sudarman, Susilo. 2008. Pendugaan Cadangan Karbon Di Hutan Rawa Gambut Tripa Kabupaten Nagan Raya Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Skripsi. Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan Sutaryo, Dandun. 2009. Penghitungan Biomassa, Sebuah pengantar untuk studi karbon dan perdagangan karbon. Wetland International Indonesia Programme. Bogor Pilot study TF REDD of Aceh, 2010. Banda Aceh
OUTLINE SOP SOP I. Navigasi ke Plot Pengukuran SOP II. Membuat Plot Pengukuran SOP III. Mengukur Kemiringan Lahan (Plot Slope) SOP IV. Mengukur Diameter Pohon Tegak SOP V. Mengukur Pohon Mati Tegak SOP VI. Mengukur Pohon Mati Rebah SOP VII. Identifikasi Jenis Pohon dan Dokumentasi SOP VIII. Mengukur Tinggi Pohon dan Persentase Kerapatan Tajuk SOP IX. Memindahkan Plot Pengukuran SOP X. Pengambilan Contoh Tanah SOP XI. Tugas Tim Survey REFERENSI