PENGAMATAN NEMATODA DI BAWAH TEGAKAN KAPUR (Dryobalanops aromatica ) DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)
Oleh:
NURMAN NIM. 100 500 028
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
PENGAMATAN NEMATODA DI BAWAH TEGAKAN KAPUR (Dryobalanops aromatica ) DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)
Oleh:
NURMAN NIM. 100 500 028
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
PENGAMATAN NEMATODA DI BAWAH TEGAKAN KAPUR (Dryobalanops aromatica ) DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)
Oleh:
NURMAN NIM. 100 500 028
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah
: PENGAMATAN NEMATODA DI BAWAH TEGAKAN KAPUR (Dryobalanops aromatica) DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)
Nama
: Nurman
NIM
: 100500028
Program Studi
: Manajemen Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Dwinita Aquastini, S.Hut, MP NIP. 19700214 1997032002
Penguji I,
Ir. Emi Malaysia, MP NIP. 196501011992032002
Menyetujui, Ketua Program Studi Manajemen Hutan
Ir. M. Fadjeri, MP NIP. 196108121988031003
Penguji II,
Dyah Widyasasi. S.Hut. MP NIP. 19710103 1997032001
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Hasanudin, MP NIP.196308051989031005
Lulus ujian pada tanggal: .................................................
ABSTRAK NURMAN. Pengamatan Nematoda di Bawah Tegakan Kapur (Dryobalanops aromatica) di Kebun Raya Unmul Samarinda (di bawah bimbingan Dwinita Aquastini). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh minimnya penelitian terhadap serangan hama dan penyakit setelah tanam di lapangan terutama yang berada di bawah tanah khususnya nematoda dan belum adanya pengendalian nematoda yang dilakukan khususnya di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui kehadiran jenisjenis nematoda yang mungkin dapat menyerang tanaman Kapur (D. aromatica) di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Metode penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel tanah dan akar tanaman Kapur (D. aromatica) yang diperkirakan terdapat nematoda, kemudian diekstraksi menggunakan metode Bearmen. Pengamatan hasil ekstraksi tersebut dilakukan secara langsung di bawah mikroskop untuk mengetahui keberadaan dan jenis nematoda yang terdapat pada objek penelitian. Hasil pengamatan pada tanaman Kapur (D. aromatica) adalah dari 10 contoh pengamatan dapat di temukan 6 jenis nematoda pada sampel tanah yaitu Nematoda A, Nematoda B, Nematoda C, Nematoda D, Nematoda E, dan Nematoda Heterodera sp. serta 3 jenis nematoda yang terdapat pada sampel akar yaitu Nematoda C, Nematoda Heterodera sp, Nematoda F. Kata kunci : Nematoda dan Tanaman Kapur (Dryobalanops aromatica)
RIWAYAT HIDUP
Nurman lahir pada tanggal 13 Februari 1990 di Enrekang, Sulawesi Selatan. Merupakan anak ke tujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan Bapak Latuo dan Ibu Ramasia. Tahun 1998 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 78 Belalang dan berijazah pada tahun 2003. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Baraka, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang dan berijazah pada tahun 2006, padatahun yang sama melanjutkan pendidikan Madarasah Aliyah Negeri (MAN) Negeri 2 Baraka, dan lulus serta berijazah pada tahun 2009. Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Manajemen Hutan. Bulan Maret 2013 sampai Mei 2013 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL),di PT. Gunung Gajah Abadi, Base Camp Sei Seleq,Kutai Timur.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan selama ± 2 bulan sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya. Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada 1.
Ibu Dwinita Aquastini, S.Hut, MP selaku dosen pembimbing karya ilmiah.
2.
Ibu Ir. Emi Malaysia, MP dan Ibu Dyah Widyasasi, S. Hut., MP selaku Dosen penguji I dan II yang telah memberikan masukan, saran untuk perbaikan karya ilmiah ini.
3.
Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan.
4.
Pimpinan dan Staf Karyawan dari Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS)
5.
Para staf pengajar program Studi Manajemen Hutan.
6.
Ibu Asmah Waty, Amd selaku Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) Laboratorium Konservasi Manajemen Pertanian.
7.
Administrasi
dan
Pranata
Laboratorium
Pendidikan
(PLP)
jurusan
Manajemen Pertanian. 8.
Kedua orang tua, Kakak-Kakak dan Adik serta keluarga yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil.
9.
Rekan-rekan yang telah membantu dalam kegiatan penelitian dan penyusunan karya ilmiah khususnya Alri Wicaksono, Abdul Hafiz, Setiawan May Sagianto dan Achmad Rosihan Ghali serta Yulia Dau Liten. Penulis menyadari ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan
dalam penulisan ini, namun semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Nurman Kampus Sei Keledang,
Agustus 2013
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................
v
DAFTAR ISI..............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
ix
I.
PENDAHULUAN ...............................................................................
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... A. Tinjauan Umum Kebun Raya UNMUL Samarinda (KRUS)……. B. Penyakit Hutan.............................................................................. C. Nematoda .................................................................................... D. Risalah Jenis Kapur (Dryobalanops aromatica)...........................
4 4 8 12
III. METODE PENELITIAN ..................................................................... A. Waktu dan Tempat…………......................................................... B. Alat dan Bahan Penelitian........................................................... C. Prosedur Penelitian..................................................................... D. Pengolahan Data.........................................................................
22 22 22 24 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ A. Hasil............................................................................................ B. Pembahasan...............................................................................
27 27 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. A. Kesimpulan.................................................................................. B. Saran...........................................................................................
39 39 39
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
40
LAMPIRAN...............................................................................................
43
18
DAFTAR TABEL Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1.
Tally sheet Pengamatan Nematoda …………………………………
26
2.
Jenis-jenis Nematoda yang Ditemukan Pada Pohon Kapur (D. aromatica)…………………………………………………….....
27
DAFTAR GAMBAR Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1.
Nematoda A (perbesaran 400x) ………………………………………
8
2.
Nematoda B (perbesaran 400x) ……………………………………….
9
3.
Nematoda C (perbesaran 400x) ……………………………………….
0
4.
Nematoda D (perbesaran 400x) ……………………………………….
0
5.
Nematoda E (perbesaran 400x)………………………………………..
1
6.
Nematoda Heterodera sp. (perbesaran 400x) ……………………….
2
7.
Nematoda C (perbesaran 400x) ……………………………………….
3
8.
Nematoda Heterodera sp. (perbesaran 400x) ……………………….
34
9.
Nematoda F (perbesaran 400x) ……………………………………….
5
Lampiran 10. Tanaman Kapur yang diduga Mengalami Serangan Nematoda…….
4
11. Pengambilan Sampel Tanah dan Akar Kapur di Areal KRUS……….
4
12. Proses Ekstraksi Tanah dan Akar dengan Menggunakan Metode Bearmen ............................................................................................ ..
45
1
BAB I PENDAHULUAN Hutan alam di Indonesia telah berkurang secara drastis bahkan cenderung habis sejak era reformasi. Disastra (2008) laju degradasi hutan di Indonesia adalah 1,6-2,1 ha/thn. Dengan keadaan ini, pembangunan HTI kembali diupayakan oleh pemerintah walaupun pembangunan HTI pada era sebelumnya tidak berhasil. Ketika hutan tanaman dibangun secara luas, kerusakan hutan mulai dirasakan sebagai salah satu masalah yang penting. Karena banyak diantaranya yang menyebabkan kematian tanaman hutan. Kondisi yang sama terjadi di Indonesia pada tahun 1980, yaitu pada saat dimulainya program pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Untuk menjamin kelestarian hutan yaitu berupa kegiatan perlindungan, antara lain perlindungan dari penyakit. Masalah penyakit dijumpai pada tegakan, bahkan sampai hasilnya disimpan di tempat penimbunan. Untuk mendapatkan pohon berkualitas baik, tanaman harus terhindar dari penyakit, karena serangan penyakit dapat menurunkan kualitas dan volume kayu sehingga dapat merugikan secara ekonomis. Banyak faktor yang diketahui dapat menyebabkan kerusakan hutan, baik yang berasal dari luar hutan maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan hutan itu sendiri. Faktor-faktor penyebab kerusakan hutan dapat terdiri atas organisme hidup atau faktor-faktor lingkungan fisik (Sumardi dan Widyastuti, 2004). Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu jamur, bakteri, virus, mikroplasma, tumbuhan parasit tingkat tinggi dan nematoda. Serangan nematoda mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, daun
2
layu dalam musim kering, percabangan akar berlebihan, kerusakan pada akar dan pembengkakan pada tempat serangga. Serangan nematoda dapat menurunkan kualitas dan kuantitas pohon, sehingga dapat merugikan secara ekonomis. Karena itu perlu dipelajari dan diketahui nematoda yang menyerang agar dapat dilakukan usaha-usaha mengatasi dengan cepat dan tepat (Sastrahidayat,1990). Penelitian terhadap hama dan patogen yang berada di bawah tanah untuk tanaman komoditi pertanian dan perkebunan telah lebih maju dari pada komoditi kehutanan dikarenakan umur tanaman pada kedua komoditi tersebut relatif lebih pendek dibandingkan dengan komoditi kehutanan. Di samping itu, akibat yang nyata terhadap hasil panen dari kedua komoditi tersebut yang mengalami penurunan akibat serangan hama dan patogen tanah menyebabkan dilakukannya penyelidikan terhadap penyebab penurunan hasil panen. Berbeda dengan komoditi kehutanan dimana panen berarti hasil kayu yang baik, dimana kerusakan yang tampak besar pada batang pohon selalu menarik penelitian.
Namun hasil kayu yang baik adalah hasil dari suatu
pertumbuhan pohon semenjak dari persemaian hingga di tanam di lapangan dan dibina untuk menghasilkan kayu yang lebih baik. Berbagai penelitian baik saat masih di persemaian maupun setelah tanam di lapangan terhadap serangan hama dan penyakit yang berada di atas tanah sudah banyak dilakukan dibanding yang berada di bawah tanah (Widyasasi dkk, 2007). Untuk itu perlu adanya penelitian mengenai patogen yang berada di bawah tanah yang menyerang tanaman. Ada beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan diantaranya oleh Widyasasi dkk (2007) ditemukan 5 jenis nematoda yang menyerang semai Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq) yaitu nematoda Heterodera sp.,
3
Pratylenchus sp., dan 3 jenis yang belum teridentifikasi. Widyasasi dkk (2010), melaporkan adanya serangan nematoda pada beberapa jenis tegakan cepat tumbuh yaitu tegakan Jati (Tectona grandis) ditemukan 3 jenis nematoda (2 jenis berupa Ditylenchus sp. dan Scutellonema sp. serta 1 yang tidak dapat teridentifikasi), tegakan Sungkai (Peronema canescens) ditemukan 7 jenis nematoda berupa Aphelenchoides sp., Cacopaurus sp., Ditylenchus sp., Hemicycliophrora sp., Heterodera sp., Meloidogyne sp., dan Pratylenchus sp. Suriyadi (2010) menemukan adanya serangan nematoda terhadap pohon Jati (Tectona grandis) dimana pada akar terdapat 4 jenis nematoda yaitu Nematoda A, Nematoda B, Scutellonema bradys dan Nematoda C. Pada tanah terdapat 2 jenis nematoda yaitu Nematoda D dan Nematoda E. Widyasasi dkk (2011), melaporkan kehadiran nematoda sebanyak 3 jenis pada tegakan Gmelina (Gmelina arborea) yaitu Nematoda A, Pratylenchus sp. dan Heterodera sp dan 3 jenis nematoda pada tegakan Akasia (Acacia mangium) yaitu Nematoda A, Pratylenchus sp., dan Heterodera sp. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis nematoda yang menyerang tanaman Kapur (D. aromatica) di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Penelitian ini diharapkan diperoleh informasi tentang jenis-jenis nematoda yang
menyerang tanaman Kapur (D. aromatica), di Kebun Raya Unmul
Samarinda (KRUS) sehingga dapat dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian yang tepat untuk mengurangi kerusakan yang secara ekonomis dapat merugikan.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Kebun Raya UNMUL Samarinda (KRUS) Menurut Muhammad (2009), Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) merupakan areal Hutan Pendidikan Lempake, Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman yang semula merupakan kawasan dari areal konsensi HPH CV Kayu Mahakam yang telah dieksploitasi secara tebang pilih (selective cutting). Rektor Universitas Mulawarman pada saat itu Ir. R. H. Sambas Wirakusumah, M.Sc. meminta salah satu areal di kawasan hijau seluas 300 ha kepada Ali Akbar Afloes selaku pemegang konsesi HPH CV Kayu Mahakam untuk menjadi Hutan Pendidikan (Laboratorium Alam) Fakultas Kehutanan Unmul. Substansi kesepakatan dalam Piagam Bersama antara Direktur CV Kayu Mahakam, Ali Akbar Afloes dan Rektor Universitas Mulawarman, R. Sambas Wirakusumah, pada tanggal 9 Juli 1974 dengan disaksikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr. Sjarif Thajeb dan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Kalimantan Timur, Abdul Wahab Syachranie adalah sebagai berikut: 1. Potensi
hutan
bertambah
Indonesia,
penting
Kalimantan
peranannya
Timur
dalam
khususnya
upaya
turut
semakin menjaga
keseimbangan alam dari berbagai macam polusi; 2. Peningkatan pemanfaatan potensi hutan di wilayah propinsi Kalimantan Timur dapat mengakibatkan terganggunya kelestarian, oleh karena itu perlu dibuat usaha-usaha perlindungan dan pengawetan sumberdaya alam tersebut tanpa mengurangi kegiatan pemanfaatan tersebut;
5
3. Program Universitas Mulawarman untuk turut serta membantu usaha– usaha perlindungan dan pengawetan sumber alam itu tanpa mengurangi kegiatan pemanfaatan tersebut. Tahun 1997 Walikota Samarinda juga kembali memperkuat agar kawasan ini dijadikan hutan pendidikan Universitas Mulawarman. Sejak dikelola oleh Unmul maka kawasan KRUS ini menjadi kawasan riset dan tempat berkumpul civitas akademika Fakultas Kehutanan Unmul, tak sedikit pula masyarakat luas baik dalam maupun luar negeri melakukan aktifitas riset di wilayah ini. Pada tahun 2001 pihak Pemerintah kota Samarinda dan pihak Universitas Mulawarman kembali mengadakan penandatanganan MoU, kedua belah pihak sepakat untuk menjadikan sebagian wilayah KRUS sekitar 62 ha untuk dikelola sebagai kawasan wisata. Saat ini pengelola terus berusaha membenahi KRUS agar semakin menarik bagi pengunjung. 1.
Fungsi konservasi in-situ ( Memelihara dan membina vegetasi) Fungsi konservasi in-situ di dalam KRUS terdapat pada zona-zona berikut: - Zona Hutan Lindung Utama (Primeval Reserve Forest) dengan luas 117 ha. -
Zona Hutan Alami dan Buatan untuk Penelitian (Natural and Artificial Forest for Research) dengan luas hutan 60 ha.
- Zona Arboretum Species Asli (Indigeneous Species Arboretum) seluas 16 ha. - Zona Hutan Kayu Berharga (Precious Wood Arboretum) dengan luas 4 ha.
6
2.
Fungsi konservasi eks-situ (Memperbanyak keanekaragaman flora jenis-jenis eksotik) Fungsi konservasi eks-situ KRUS terdapat pada zona-zona berikut: - Zona Hutan Koleksi (Introduced specieas Arboratum) dengan luas 27 ha. - Zona Hutan Konifer (Coniferous Forest) dengan luas 16 ha.
3.
Tempat Penelitian Fungsi ini telah lama dilakukan oleh KRUS, mengingat kawasan ini merupakan hutan pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman dengan pola ilmiah pokok Hutan Hujan Tropika Basah Dataran Rendah. Banyak objek penelitian yang menarik di kawasan
ini dan telah
menghasilkan hasil-hasil penelitian kehutanan baik oleh peneliti asing, dalam negeri , para mahasiswa dan siswa. 4.
Tempat Pendidikan Lingkungan Hidup KRUS memiliki koleksi tanaman yang cukup banyak baik dari kebun maupun dari hutan. Untuk mengenali tanaman secara keseluruhan dalam waktu singkat memang tidak mudah, oleh karena itu perlu diadakan kegiatan pengenalan tanaman dengan tujuan agar mengenali, mengetahui dan memahami dengan baik tanaman-tanaman yang berada di kawasan Kebun Raya. Aspek-apsek yang
dapat diajarkan kepada para peserta atau
pengunjung khusus adalah bagaimana mengidentifikasi pohon dan tanaman berdasarkan bentuk daun, batang, bunga, bau daun dan ciri-ciri lainnya. Objeknya
meliputi
tanaman liar yang belum kita ketahui, bisa dikenali
dengan ciri-ciri utamanya. Kegiatan lain setelah melakukan identifikasi tanaman, dilanjutkan dengan pembuatan herbarium, baik herbarium kering dan basah. Kegunaan herbarium sangat penting sebagai kelengkapan
7
koleksi untuk kepentingan penelitian dan identifikasi, hal ini dimungkinkan karena pendokumentasian tanaman dengan cara diawetkan dapat bertahan lebih lama. Hal ini dapat bekerjasama dengan Fahutan dan FMIPA UNMUL Samarinda. Tanaman yang akan dibuat herbarium adalah tanaman yang diambil dari hutan yaitu tanaman yang utuh/lengkap yang terdiri dari akar, batang, ranting, bunga dan buah. Petugas memberikan pembimbingan di dalam proses pembuatan herbarium kering mulai dari pengeplakan yaitu menempelkan spesimen di atas kertas plak bebas asam dengan susunan seimbang dan ditata rapih, lalu jahit dan tempelkan spesimen pada kertas plak bagian kayu yang tebal, kemudian tempelkan bagian daun dengan menggunakan isolatip, apabila ada material yang terlepas masukkan ke dalam amplop. Setelah itu tahap pengepresan, siapkan sasak lalu simpan sebagai alas paling bawah, kemudian simpan seng gelombang pada lapisan kedua dan karton gelombang sebagai lapisan ketiga, lalu gelar kertas koran disimpan berseling di atas ketiga lapisan tersebut. Spesimen dipres dan diikat kuat dengan menggunakan tali presser. Tahap selanjutnya yaitu hasil pengeplakan dimasukkan ke dalam oven dengan pemanasan 65º C selama dua hari. Setelah itu masuk ke tahap penyelipan, material dimasukkan ke dalam kotak-kotak spesimen herbarium, disimpan berdasarkan Alphabetis Suku (Family). Marga (Genus), Jenis (Species) untuk memudahkan pencarian. Sedangkan herbarium basah dilakukan pada tanaman yang berdaging atau mengandung banyak air yang prosesnya lebih mudah dan cepat dibandingkan herbarium kering, spesimen hanya dimasukkan ke dalam botol dan tuangkan alkohol kadar 70 persen. Tahap akhir yaitu
8
pelabelan nama spesimen pada kertas dengan lengkap. Itulah proses pembuatan herbarium dari tahap pengeplakan, pengepresan sampai penyelipan. 5.
Tempat Rekreasi Alam ( Ekowisata) Fungsi KRUS sebagai tempat rekreasi adalah realisasi kerjasama
antara
Pemerintah
Kota
Samarinda
dengan
program Universitas
Mulawarman, fungsi KRUS dan tempat wisata ini merupakan salah satu kebanggaan Pemerintah Kota Samarinda dan menjadi objek wisata di Propinsi Kalimantan Timur. Untuk fungsi ini telah disediakan lahan seluas 60 ha. B. Penyakit Hutan 1. Pengertian Penyakit Menurut Sastrahidayat (1990), Ilmu penyakit hutan adalah ilmu yang mempelajari tentang hal – hal yang menyebabkan: 1. Hal-hal yang menyebabkan pohon hutan jadi sakit (biotik dan kondisi lingkungan). 2. Mekanisme faktor-faktor tersebut sehingga menyebabkan penyakit. 3. Interaksi antara inang dan patogen atau penyebab lain (faktor fisik atau lingkungan). 4. Metode pengendalian atau pencegahan dan pengurangan kerugian akibat penyakit. Menurut Mardji (1992), ilmu penyakit hutan adalah ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang menyebabkan: a. Pohon menjadi sakit. b. Mekanisme faktor-faktor tersebut sehingga menyebabkan penyakit.
9
Penyakit suatu tanaman adalah suatu perubahan atau penyimpangan dalam suatu atau lebih yang mengakibatkan hilangnya koordinasi di dalam tanaman inang. Termasuk di dalamnya gangguan dan kemunduran aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan morfologi tanaman inang yang disebut gejala. (Sumardi dan Widyastuti, 2004). Menurut Mardji (2007), ilmu penyakit hutan adalah ilmu yang mempelajari tentang faktor biotik yaitu mikroorganisme (virus, bakteri, mikroplasma, spiroplasma, riketsia, jamur, nematoda) dan mikroorganisme. Faktor abiotik yaitu iklim/cuaca (suhu, kelembapan, pH, aerasi, air, bahan kimia, jenis, tekstur, struktur), bahan kimia (pestisida, pupuk, polutan) dan api (kebakaran hutan), yang dapat menyebabkan tanaman/tumbuhan hutan dan hasil hutan sehingga timbul kerugian. Penyakit adalah suatu proses atau akibat dari suatu penyebab penyakit (patogen). Menurut Mardji (1992), penyakit tumbuhan adalah penyimpangan dari sifat
normal
tumbuhan,
sehingga
tidak
dapat
melakukan
kegiatan
fisiologisnya karena tumbuhan tersebut tidak memiliki kemampuan untuk memberikan hasil yang cukup, baik dalam kualitas maupun kuantitas. 2. Penyebab Penyakit Menurut Sastrahidayat (1990), penyebab penyakit dibagi dalam dua golongan yakni biotik (parasit) dan abiotik (non parasit). Biotik terdiri dari jamur, bakteri, virus, nematoda, tanaman tingkat tinggi, mickroplasma, riketsia dan angensia-angensia lain. Abiotik terdiri dari defisiensi unsur hara, keracunan, mineral, kelembapan, suhu, tidak mempunyai nembran inti. Bakteri yang tidak sesuai, kekuranan oksigen, polusi dan reaksi tanah.
10
Menurut Darma (1990), klasifikasi yang paling banyak digunakan adalah berdasarkan macam penyebab penyakit, sehingga penyakit hutan digolongkan atas: a. Penyakit menular (infectious disiase) disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, nematoda, mikroplasma dan tumbuhan tingkat tinggi. b. Penyakit tidak menular (non infectious disiase) disebabkan oleh faktor lingkungan abiotik seperti kekurangan unsur hara, pH tanah, iklim, keracunan unsur kimia dan sebagainya. Menurut Sastrahidayat (1990),
organisme yang menyebakan
penyakit disebut sebagai patogen. Patogen dapat menyebabkan penyakit dangan cara: a. Mengkonsumsi isi sel tumbuhan b. Membunuh atau mengganggu metabolisme sel tumbuhan melalui toksin, enzim, atau zat tumbuh c. Melemahkan tumbuhan dengan menghisap isi sel untuk digunakan sendiri d. Memblokir jaringan pembuluh. Berdasarkan penyebabnya, penyakit dibagi menjadi dua faktor yaitu : 1. Penyakit biotik terdiri dari komponen inang, patogen (penyebab penyakit), dan lingkungan 2. Penyakit abiotik terdiri dari komponen inang dan lingkungan. Selanjutnya dinyatakan bahwa serangan penyebab penyakit dapat mengganggu fungsi fisiologi, diantaranya dalam proses : 1. Pembentukan cadangan bahan dalam bentuk biji, akar dan tunas. 2. Pertumbuhan juvenil baik pada semai pada perkembangan tunas.
11
3. Perpanjangan akar dalam usaha untuk mendapatkan air dan mineral. 4. Transportasi air. 5. Fotosintesis. 6. Translokasi dan fotosintan oleh sel. Berdasarkan penyebabnya penyakit dibedakan menjadi dua, yaitu penyebab biotik dan abiotik. Penyebab biotik terdiri dari komponen inang; patogen (penyebab penyakit) terdiri dari jamur, bakteri, virus, mikroplasma tumbuhan parasit tingkat tinggi nematoda dan lingkungan. Penyebab abiotik terdiri dari komponen inang dan lingkungan (Sumardi dan Widyastuti, 2004). 3. Gejala dan Tanda Indikasi penyakit secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Gejala, ialah kelainan atau penyimpangan penyakit dari keadaan normal yang ditunjukan oleh tanaman itu sendiri sebagai reaksi dari adanya patogen. 2. Tanda (sign), yaitu indikasi patogen misalnya: tubuh buah, hifa dan spora. Menurut letak gejalanya, penyakit juga dapat dibagi dua yaitu: 1. Gejala lokal adalah gejala-gejala yang timbul hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu pohon yang terserang, misalnya penyakit pada daun, batang, buah, dan akar. 2. Gejala
sistemik
adalah
gejala
yang
timbul
karena
penyebab
penyakit menyerang seluruh bagian tanaman. Dilihat dari posisi patogennya, gejala penyakit dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
12
1. Gejala primer, jika patogennya berada langsung pada bagian tanaman yang bergejala. 2. Gejala sekunder, apabila patogennya tidak berada langsung pada bagian tanaman yang bergejala. C. Nematoda Menurut Mardji (1992), nematoda adalah penyebab penyakit pada tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan, terutama pada semai – semai di persemaian. Kebanyakan nematoda parasitik tanaman adalah kecil berbentuk cacing dengan panjang kira – kira 1 mm sampai 10 mm, yang jantan tumbuh dengan panjang kira – kira 2-3 mm dan lebar 0,3 mmyang memperlihatkan garis – garis melintang yang tegas pada tubuhnya, yang mirip seperti cacing gelang biasa. Nematoda yang betina mirip dengan buah per, atau berbentuk tetes – tetes yang mempunyai ukuran lebih kecil, tetapi lebarnya sampai 0,75 mm. Siklus hidup nematoda parasit tumbuh itu hampir sama. Telur – telur menetes dan keluarlah larva, yang bentuk dan strukturnya biasanya sama dengan nematoda biasa. Mereka bertelur
(300-600 per ekor betina) didalam jaringan tanaman
yang terserang. Larvanya tumbuh dari telur yang sering masuk kedalam tanah dan dapat bergerak aktif serta dapat masuk kedalam akar-akar yang tidak rusak Djafarudin (1995). Semua nematoda parasit tumbuhan mempunyai struktur khusus yang disebut spear (Lembing) atau stylet (Jarum). Spear mirip dengan tabung yang berlubang, terletak di ujung kepela nematoda dan digunakan untuk makan. Stylet mempunyai ujung yang sangat runcing dan digunakan untuk melekat pada
13
jaringan tanaman (Sumardi dan Widyastuti, 2004 dalam Widyasasi, dkk, 2007). Lain dari pada itu dinyatakan bahwa, nematoda ektoparasit adalah nematoda yang pada saat memarasit tanaman tubuhnya tetap berada di luar akar dan hanya sebagian kecil dari tubuh nematoda yang masuk kedalam jaringan tubuh inang. Sedangkan nematoda endoparasit adalah nematoda yang disaat memarasit tanaman, tubuhnya masuk, merusak dan melakukan reproduksi di dalam akar tanaman. 1. Tipe -tipe Nematoda Mardji (1992), membagi nematoda atas empat kelompok, yaitu : a. Nematoda saprofit, dicirikan dengan ukurannya yang kecil dengan lubang mulut untuk memakan bahan-bahan organik dan menelannya ke dalam perut. b. Nematoda parasit pada binatang besar, dicirikan dengan ukurannya yang berpariasi, mulutnya mempunyai alat pengisap (Stylet) untuk menghisap cairan sel di dalam tubuh binatang. c. Nematoda predator pada binatang-binatang kecil, yang tidak bertulang belakang yang berada dalam tanah mempunyai mulut bergerigi dan alat penghisap. d. Nematoda parasit pada tumbuhan, panjangnya antara 0,5 -2,5 mm, mulutnya tajam berbentuk ujung tombak dan mempunyai alat pengisap. Sedangkan menurut cara makannya, nematoda terbagi atas dua kelompok:
14
a. Nematoda ektoparasit, yaitu nematoda yang melukai dinding sel, menghisap makanan atau cairan sel dengan styletnya dan hidupnya berpindah-pindah setelah melukai dinding sel dan menghisapnya. b. Nematoda endoparasit, yaitu nematoda yang tetap tinggal di dalam bagian tumbuhan tempat pertama kali masuk. 2. Morfologi Nematoda Menurut Subagiya (2009), ciri – ciri morfologi nematoda adalah: a. Tubuhnya tidak bersegmen. b. Bentuknya slindris memanjang, kecuali pada beberapa genera yang berjenis kelamin betina. c. Simetris bilateral. d. Merupakan binatang yang mempunyai tiga lapisan (tribloblastik) atau terdiri dari tiga lapis blastula (lapisan ini terbentuk dan berkembang di dalam telur). e. Mempunyai rongga tubuh semu. f.
Tubuhnya transparan dan tidak berwarna.
g. Memiliki sistem organ tubuh lengkap, yang berupa sistem pencernaan (memanjang dengan bentuk esofagus yang bervariasi). h. Nematoda parasit tanaman biasanya mempunyai stylet. 3. Cara Nematoda Menyerang Tanaman. Menurut Mardji (1995) dalam Widyasasi, dkk (2007): a. Stylet digunakan menusuk dinding sel tumbuhan, cairan ludahnya disemprotkan ke dalam sel cair dan cairan sel diisap masuk ke dalam stylet dan masuk kedalam perutnya.
15
b. Nematoda biasanya menyerang akar dan umbi-umbian, sehingga tumbuhan dapat terganggu pertumbuhannya. Nematoda menyebabkan luka pada kulit akar dan umbi-umbian, dimana luka in i menjadi tempat masuknya jamur dan bakteri. c. Nematoda sebagai vektor virus. Penyakit noda cincin (ringspot) pada daun disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui nematoda Xiphinema americanum. d. Nematoda juga sebagai parasit jamur mikoriza, sehingga bisa merana karena jamur bersimbiosis dengan dimakan nematoda.
Contoh:
Hoplolaimus galeatus. Gejala serangan nematoda terbagi atas dua kelompok: a. Gejala serangan di atas permukaan tanah: 1) Pertumbuhan tidak normal yang diakibatkan oleh luka pada tunas, titik tumbuh dan primordinal bunga. a) Tunas mati b) Batang dan daun mengkerut c) Puru biji 2) Pertumbuhan tidak normal sebagai akibat terjadinya luka pada bagian dalam batang dan daun. a) Nekrosis b) Bercak dan luka daun c) Puru pada daun 3) Gejala di bawah permukaan tanah: 1) Puru akar 2) Busuk
16
3) Nekrosis pada permukaan 4) Luka 5) Percabangan akar yang berlebihan (excessive root branching) 4. Klasifikasi Nematoda Menurut Mai dkk (1964), kunci deskripsi dari nematoda digabungkan dengan gambar-gambar dan deskripsi umum serta karakteristik umum dari jenis dapat digunakan untuk membedakan antara nematoda parasit tumbuhan dari tipe-tipe yang ada di tanah dan jaringan tumbuhan. Contoh dari salah satu klasifikasi, yaitu nematoda Heterodera sp. menurut Mai, dkk (1964) dan Agrios (1996) adalah sebagai berikut : Filum
: Nematoda
Kelas
: Secernentea
Ordo
: Tylenchida
Sub Ordo
: Tylenchida
Super Famili
: Heteroderoidea
Famili
: Heteroderidea
Genus
: Heterodera
Species
: Heterodera rostochiensis
5. Penyebaran Nematoda Menurut Sastrahidayat (1990), hampir seluruh nematoda tumbuhan hidup di dalam tanah, memakan akar-akar dan bagian tanaman dalam tanah. Bahkan jenis nematoda yang sangat terikat pada keparasitannya, misalnya Meloidogyne sp.
Telurnya, larva-larvanya pada fase parasitnya, dan
nematoda jantannya juga terdapat dalam tanah. Nematoda terdapat (paling banyak) di lapisan antara 0-20 cm dari atas tanah. Kehidupan, pergerakan
17
nematoda di dalam tanah dipengaruhi oleh temperatur tanah, porositas, kelembapan dan aerasi tanah. Distribusi nematoda dalam tanah yang sudah dimasak (cultivated soil) adalah tidak seragam (teratur) dan yang terbesar adalah di daerah sekitarnya atau di dalam akar-akar tumbuhan yang peka, yang sama kadang-kadang dapat mencapai 30-150 cm. Penyebaran nematoda sebenarnya amat lambat jika menggunakan tenaganya sendiri. Kadang-kadang tidak lebih dari beberapa meter dalam semusim. Tetapi dengan adanya suatu lapisan air di dalam pori-pori tanah atau apabila terjadi penggenangan air, maka nematoda dapat bergerak dengan cepat. Walaupun demikian nematoda dapat dengan mudah terbawa oleh segala sesuatu yang membawa partikel-partikel tanah, misalnya alat-alat pertanian, air irigasi, kaki-kaki hewan dan juga angin yang mengangkut debu. Beberapa nematoda yang menyerang bagian tanaman di atas tanah tersebar melalaui tanah yang terbawa percikan air yang mengenai tumbuhan bila ada hujan atau pengairan “overhead” atau memanjat batang dan daun tumbuhan basah dengan tenaganya sendiri.
Penyebaran selanjutnya dapat melalui
kontak langsung antara tumbuhan yang sakit dengan yang sehat di dekatnya. 6. Gejala Serangan yang Ditimbulkan Nematoda Serangan
nematoda
mengakibatkan
pertumbuhan
tanaman
terhambat, daun menguning, ukuran daun tidak normal, gugur daun sebelum waktunya, mudah layu dalam musim kering, percabangan akar berlebihan seperti akan serabut, kerusakan (luka-luka) pada akar dan pembengkakan pada tempat serangan (Mardji, 1995).
18
D. Risalah Jenis Kapur (Dryobalanops aromatica) a. Deskripsi Kapur Menurut Anonim (2012), Kayu kapur (D. aromatica) mempunyai ketinggian 35 – 45 m, bahkan dapat mencapi 60 m dan diameter pohon antara 80 – 100 cm. Bentuk batang slindris, lurus, tajuk kecil dan kadangkadang pohon berbanir. Kayu terasnya berwarna merah, coklat atau merah kelabu pada jenis Dryobalanops aromatica, sedangkan Dryobalanops iancculata dan Dryobalanops beccasil berwarna lebih muda.
Kayu gubal
berwarna putih sampai kuning merah, berat jenis berkisar antara 0,59 – 0,84 nilai rata-rata 0,76, akelas awet II – IV dan kelas kuat I – III (Martawijaya , 1981). Pohon Kapur (D. aromatica) mempunyai ukuran yang besar dan tinggi. Diameter batangnya mencapai 70 cm bahkan 150 meter dengan tinggi pohon mencapai 60 meter. Kulit pohon berwarna coklat dan coklat kemerahan di daerah dalam. Pada batangnya akan mengeluarkan aroma kapur bila dipotong. Daun Kapur tunggal dan berseling, memiliki stipula di sisi ketiak, dengan permukaan daun mengkilap, dan tulang daun sekunder menyirip sangat rapat dengan stipula berbentuk garis dan sangat mudah luruh. Bunga berukuran sedang, kelopak mempunyai ukuran sama besar, mempunyai mahkota bunga elips, mekar, putih berlilin, dan memiliki 30 benang sari. Pohon Kapur memiliki buah agak besar, mengkilap, dan bersayap sebanyak 5 helai, (Anonim, 2011). Pohon Kapur (D. Aromatica) merupakan salah satu tanaman penghasil kapur barus atau kamper selain tumbuhan Cinnamomum
19
camphora. Kapur barus dari pohon Kapur ini telah menjadi komoditi perdagangan internasional sejak abad ke-7 Masehi, (Balarmedan, 2010). Selain menghasilkan kamper, pohon Kapur juga dapat dimanfaatkan kayunya sebagai bahan bangunan, perkapalan, dinding, dan lantai karena memiliki kualitas kayu yang cukup baik. Pohon Kapur (D. aromatica) semakin sulit ditemukan di habitatnya. Pohon ini termasuk salah satu tanaman langka di Indonesia. Bahkan IUCN Redlist memasukkannya dalam status konservasi Critically Endangered atau Kritis. Status ini merupakan status keterancaman dengan tingkatan paling tinggi sebelum status punah. Kelangkaan dan terancam punahnya spesies tanaman ini diakibatkan oleh penebangan yang membabi buta untuk mendapatkan kristal kapur barus di dalamnya. Padahal kandungan kampur dalam setiap pohon tidak sama, bahkan terkadang sangat kurang. Ancaman lainnya diakibatkan oleh kerusakan hutan dan kebakaran hutan. Klasifikasi Kapur (D.
aromatica), menurut Anonim (2013) adalah
sebagai berikut: Kerajaan
: Plantae
Filum
: Tracheophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Theales
Famili
: Dipterocarpaceae
Genus
: Dryobalanops
Spesies
: Dryobalanops aromatica.
20
b. Habitat dan Tempat Tumbuh Di Kalimantan Timur, khususnya di areal Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto, terdapat terdapat tiga jenis pohon kapur yaitu D. aromatic, D. beccarii dan D. lanceolata. Ketiga pohon ini mempunyai tempat tumbuh yang berbeda bila dilihat dari kondisi tanahnya . Tanaman Kapur (D. aromatica) tumbuh di hutan dipterocarpa campuran hingga ketinggian 300 meter dpl. Persebaran tumbuhan langka ini mulai dari Indonesia (pulau Sumatera dan Kalimantan) dan Malaysia (Semenanjung Malaysia, Sabah, dan Serawak (Bratawinata, 1982). c. Hama Pada Tanaman Kapur Pada tanaman kapur (D.
lanceolata) umur 3 tahun ke atas perlu
dilakukan pengecekan secara periodik. Karena berdasarkan hasil penelitian (Ngatiman, 1996) tanaman kapur di areal bukit Soeharto, tanaman yang terserang hama umumnya berdiameter 5 cm ke atas. Serangan hama tidak tergantung dari topografi. Serangan dapat terjadi baik di lembab, lereng dan punggung bukit.
Biasanya hama ini menyerang pada musim hujan. Di
samping itu karena penanamannya pada hutan sekunder yang lantai hutannya selalu lembab, sehingga kondisi lingkungan yang lembab ini akan memungkingkan terjadinya serangan. Namun bila dilakukan pada areal yang terbuka seperti bekas perladangan, tanaman kapur tidak ada yang terserang hama. d. Ciri-ciri Bentuk Serangan Dan Siklus Hidup Menurut Ngatiman (1998), Hama dalam stadium larva menyerang tanaman kapur, mulai dari pangkal batang (leher akar) hingga melingkar leher akar serta selanjutnya ke bagian perakaran. Bilamana serangan belum
21
melingkar leher akar, maka tanaman akan tetap hidup dan bila serangan sudah melingkar leher akar, maka tanaman akan mati, di tandai dengan daun yang berwarna kuning dan berubah menjadi kuning kecoklatan serta daun rontok. Selanjutnya secara makroskopis cirri-ciri umum adanya serangan hama pada tanaman kapur adalah di sekitar pangkal batang (laher akar) tanah berwarna hitam dan becek serta biasanya pada batang pohon terdapat getah kapur berwarna putih.
Tanah yang becek tersebut mengeluarkan aroma
getah kapur yang cukup menyengat. Pada tanah yang becek inilah larva yang menyerang kulit kayu yang mengakibatkan proses pembusukan secara perlahan-lahan hingga serangannya melingkar batang.
22
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama ± 2 bulan mulai bulan 1 Januari 2013 sampai 2Maret 2013, meliputi kegiatan : persiapan penelitian, pengamatan, dan pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian. Pengambilan sampel tanah dan akar dilakukan di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) sedangkan pengekstrakan dan identifikasi di Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. B. AlatdanBahanPenelitian
1. Alat yang digunakan pada penelitian ini, antara lain adalah: a. Gunting stek, untuk memotong-motong contoh akar. b. Mikroskop, untuk pengamatan nematoda. c. Timbangan, untuk menimbang contoh tanah dan akar yang diamati. d. Blender, untuk menghaluskan contoh akar yang akan diamati. e. Beaker glass 500 ml, untuk proses penyaringan. f.
Beaker glass 100 ml, untuk menyimpan air hasil saringan tanah dan akar.
g. Saringan 325 mesh, untuk menyaring contoh akar. h. Saringan 40 mesh, untuk menyaring contoh akar. i.
Saringan plastik, untuk menyaring contoh tanah.
j.
Piring plastikdan seng, untuk menyaring contoh akar dan penjenuhan contoh tanah.
k. Baki plastik, untuk menampung air hasil penyaringan contoh tanah. l.
Pipet, untuk mengambil contoh hasil saringan dan meletakkanya di atas objek glass.
23
m. Objek glass, untuk pengamatan di bawah mikroskopyaitumenaruhsampel air tanahatauakar. n. Cover glass, untuk menutupobjek glass. o. Lampu duduk, untuk meletakkan lampu yang digunakan menyinari contoh tanah. p. Kamera digital, untuk dokumentasi penelitian. q. Alat tulis menulis, untuk mencatat data selama penelitian. r. Cangkul, untuk mengambil contoh tanah. s. Bukuliteratur, untukidentifikasi. t.
Parang, untukmengambilcontohakar.
2. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: a. TanamanKapur(D. aromatica)berumur+7 tahun, untuk diamati akar dan tanahnya. b. Air,digunakan dalam semua proses mengeluarkan nematoda dari akar maupun tanah. c. Kertas tissue, untuk mengeringkan dan menyaring akar. d. Kain kasa, untuk menyaring tanah. e. Label, untuk penomoran pohon. f.
Kertas saring, untuk menyaring tanah.
g. Lampu 150 watt, untuk menerangi ekstrak tanah yang disaring selama 24 jam agar nematodanya turun ke baki penampung. h. Kantung plastik, untuk menyimpan contoh tanah dan akar.
24
C. Prosedur Penelitian
1.
Orientasi lapangan untuk menentukan dan mempersiapkan lokasi penelitian.
2.
Lokasi penelitian di areal/blok Yayasan Bina Lingkungan Lestari (Bilingtri) dimana ada 3 jenis yang ditanam yaitu Bangkirai (Shorea Laevis), Meranti Merah (Shore pauciflora) dan Kapur (Dryo balanop ssp) dengan jarak tanam 6 x 6 m dan tahun penanaman dilakukan pada 31 Juli 2006.
3.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama kegiatan penelitian.
4.
Mengamati tanaman Kapur yang menunjukkan gejala terserang nematoda seperti pertumbuhan agak terhambat, tajuk tidak sebesar pohon lainnya, daunnya sedikit berwarna kekuningan, batang lebih kecil dari pohon lainnya.
5.
Memberi nomor pada pohon yang menunjukkan gejala-gejala tersebut mulai dari no 1 sampai 10.
6.
Mengambil sampel tanah dan akar pada pohon yang menunjukan gejala adanya serangan nematoda, cara pengambilan sampel tanah adalah menggali tanah dengan cangkul ± 30 cm, banyaknya tanah yang diambil ± 1 kg sedangkan pengambilan akar dilakukan dengan cara memotong akar yang berada didalam tanah dengan menggunakan parang.
7.
Membawa sampel tanah dan akar Kapur ke laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
8.
Melakukan pengamatan nematoda pada pohon Kapur (D. aromatica) dengan ekstraksi contoh pada akar dan pada tanah menggunakan metode Bearmen. Cara kerja ekstraksi contoh akar dengan metode Bearmen (Widyasasi, 2007):
25
a. Contoh akar dipisahkan dari sisa-sisa tanah dan kotoran lain yang melekat dan dicuci sampai bersih. b. Contoh akar dikering anginkan, kemudian dipotong ? 0,5 cm dengan gunting stek. c. Hasil potongan akar ditimbang sebanyak 10 gr, dimasukkan kedalam beaker glass kemudian ditambahkan air sebanyak ± 100 ml. Selanjutnya diblender sebanyak 2 kali, penghalusan pertama dan kedua masingmasing selama 15 detik. d. Hasil penghalusan disaring kedalam saringan 40 mesh yang telah dipasang kertas tissue diletakkan diatas piring plastik, kemudian diisi air sebanyak 100 ml dan diendapkan selama 24 jam. e. Air endapan disaring dengan 2 saringan 325 mesh.
Hasil saringan
diendapkan selama 1 jam. f. Hasilnya dapat langsung diamati atau disimpan didalam lemari pendingin (kulkas) apabila belum diamati. Cara kerja ekstraksi contoh tanah dengan metode Bearmen(Widyasasi, 2007): a. Contoh tanah dipisahkan dari akar dan kotoran lain sampai bersih. b. Contoh tanah dicampur sampai rata, kemudian diambil dengan beaker glasss 100 ml. Selanjutnya dituangkan kedalam piring sengkemudian ditambahkan air sebanyak 500 ml dan dihancurkan dengan jari tangan. c. Contoh tanah dituangkan kedalam corong yang telah diberi saringan plastik yang dilapisi dengan kain kasa dan kertas saring. d. Contoh tanah dipanasi dengan lampu 150 watt selama 24 jam.
26
e. Air yang terkumpul pada baki penampung dibawah dituangkan kedalam beaker glass dan diendapkan. f. Contoh air dapat langsung diamati atau disimpan dalam lemari pendingin (kulkas) bila belum diamati. 9.
Pengumpulan data dan mencatat jenis-jenis nematoda yang menyerang pohon Kapur (D. aromatica) dalam tally sheet seperti pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Tally Sheet Pengamatan Nematoda. No.
No. Pohon
Jenis Nematoda yang Terdapat pada Akar
Keterangan
Tanah
D. Pengolahan Data
Pengolahan data penelitianini adalahsebagaiberikut: 1. Mengetahui kehadiran nematoda pada setiap contoh tanah dan akar dari pohon Kapur (D. aromatica) dengan cara mengamati hasil ekstraksi contoh tanah dan akar dengan mikroskop. 2. Mendokumentasikan nematoda yang ditemukan pada setiap ekstraksi contoh tanah dan akar pohon Kapur (D. aromatica). 3. Mengindentifikasi tipe-tipe dan jenis-jenis nematoda yang ditemukan pada setiap ekstraksi contoh tanah dan akar pada pohon Kapur (D. aromatica) dengan cara membandingkan gambar nematoda yang ditemukan dengan buku-buku literatur nematoda yang ada.
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Hasil pengamatan nematoda yang telah dilakukan terhadap tanaman Kapur (D. aromatica) di KRUS ditemukan baik yang terdapat pada media tanah maupun yang terdapat pada akar. Lebih jelasnya hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Jenis-jenis Nematoda yang Ditemukan pada Tanaman Kapur (D. aromatica) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis-jenis Nematoda yang terdapat pada No Pohon Tanah Akar 1 Nematoda A 2 Nematoda B 3 Nematoda C Nematoda C 4 Nematoda D 5 Heterodera sp. 6 Nematoda F 7 Nematoda E 8 Nematoda A NematodaF 9 Heteroderasp. Nematoda F 10 Nematoda A Heterodera sp. Pada
Tabel
2
diatas
dapat
diketahui
bahwa
Keterangan
nematoda
yang
ditemukanpada sampel tanah ada 6 jenis, yang belum teridentifikasi ada 5 jenis yaitu Nematoda A, Nematoda B, Nematoda C, Nematoda D dan Nematoda E, yang dapat teridentifikasi 1 jenis yaitu Heterodera sp. Nematoda yang ditemukan pada sampel akar ada 3 jenis, yang belum teridentifikasi ada 2 jenis yaitu Nematoda C dan Nematoda F, yang dapat teridentifikasi 1 jenis yaitu Heterodera sp. Pada Tabel 2 di atas juga dapat diketahui bahwa nematoda yang ditemukan sampel tanah dan akar ada 2 jenis dimana 1 jenis dapat teridentifikasi
28
yaitu Heterodera sp.,dan yang 1 jenis belum dapat teridentifikasi yaitu Nematoda C. Sampel tanah nomor 5 dan 6 tidak ditemukan adanya nematoda demikian juga dengan sampel akar pada nomor 1, 2, 4 dan 7 tidak ditemukan adanya nematoda walaupun sudah berulang-ulang kali dilakukan pengamatan. Berikut ini dijelaskan deskripsi singkat mengenai jenis-jenis nematoda yang ditemukan dengan menggunakan mikroskop. 1.
Jenis-jenis Nematoda yang Terdapat pada Media Tanah a. Nematoda A Nematoda A ditemukan pada sampel no. 1, 8 dan 10 memiliki ciriciri sebagai berikuttubuh yang panjang, sedikit melengkung, bentuk kepala tidak begitu jelas, ekornya berbentuk sedikit bulat, stylet tidak tampak, organ-organ dalam terlihat tidak jelas namun dapat dilihat adanya gelembung kecil.Ciri-ciri yang ada belum bisa dicocokkan dengan literatur yang ada. Lebih jelas Nematoda A dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Nematoda A(perbesaran 400x)
29
b. Nematoda B Nematoda B ditemukan pada sampelno 2 dengan ciri-ciritubuhnya lengkap dari kepala sampai ekor, tubuhnya pada waktu pengamatan melengkung, serta bagian kepala dan ekornya dapat dilihat dengan jelas namun tidak tampak ciri-ciri khusus yang mengarah pada jenis nematoda tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Nematoda B (perbesaran 400x) c. Nematoda C Nematoda C ditemukan pada sampelno 3 dengan ciri-cirimemiliki tubuh yang agak besar dan postur tubuh yang pendek, bagian kepala tidak terlihat jelas, tidak terdapat stylet, bagian ekor membulat, bagian dalam nematoda tersebut tidak terlihat begitu jelas selain beberapa gelembung yang nampak kelihatan dan sepanjang tubuh terlihat seperti alat pencernaan yang berwarna lebih terang. Lebih jelasnya lihat pada Gambar 3 berikut.
30
Gambar 3. Nematoda C(perbesaran 400x) d. Nematoda D Nematoda D ditemukan pada sampelno. 4 dengan ciri-ciri stiletnya tidak tampak nyata hanya berupa garis, kelenjar esopagus memanjang bersambung dengan saluran pencernaan tampak hingga bagian tengah badan. Pada perbesaran 400x sepanjang nematoda tersebut tampak seperti memiliki sekat-sekat.
Bagian tengah terdapat titik besar yang
lebih tebal dari nukleus yang tampak. Ekor meruncing, kepalanya sedikit meruncing. Lebih jelasnya lihat pada Gambar 4 berikut.
Gambar 4. Nematoda D(perbesaran 400x)
31
e. NematodaE Nematoda E ditemukan pada sampel no. 7 dengan ciri-ciri bagian tubuh nematode ini kelihatan utuh namun pada bagian ekor tidak terlalu jelas dan bagian dalam tubuhnya memiliki sekat-sekat berwarna selang seling hitam putih. Lebih jelasnya lihat pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5. Nematoda E(perbesaran 400x) f. NematodaHeteroderasp Nematoda Heteroderasp ditemukan pada sampel tanah no. 9 dan pada sampel akar no. 5 dan 10. Dari hasil yang ditemukan dengan ciri-ciri bagian dalam rangka kepala membentuk kerucut dan warna nematoda kekuning-kuningan, bagian ekornya bulat dengan 10-16 annules. Lebih jelasnya lihat pada Gambar 6 berikut.
32
Gambar 6. NematodaHeretodera sp. (perbesaran 400x) Menurut Mai dkk (1964) karakteristik umum dari genus Heterodera adalah sebagai berikut: bentuk betina dewasa dan bentuk kista dari Heterodera adalah bentuk yang biasa dijumpai. Betina dewasa dan kista ditemukan pada berbagai macam akar tanaman. Nematoda ini menyerang tanaman hanya sampai bagian lehernya saja dengan bagian tubuh berada di luar akar. Betina berwana putih atau kekuningan saat hidup dan kista berwarna terang sampai coklat gelap. Berukuran 0,5-0,75 mm. Kista sangat tinggi ketahanannya dari kerusakan. Jantan berbentuk cacing ramping.
Panjang 1,25-1,75 mm.
Bagian depan ramping
meruncing dan bentuk pendek membulat. Jantan ditemukan melimpah pada waktu tertentu setiap tahun tapi kadang-kadang jarang ditemukan pada waktu yang lainnya. Larva panjangnya 0,5 mm, panjang styletnya 20-30 mikron dan ramping pada bagian depannya. Klasifikasi Heterodera sp.
Menurut Mai, dkk (1964) dan Agrios
(1996) dalam Widyasasi dkk (2011) adalah sebagai berikut: 1. Filum : Nematoda 2. Kelas : Secernentea
33
3. Ordo : Tylenchida 4. Sub Ordo : tylenchina 5. Super Famili : Heteroderoidea 6. Famili : Heteroderidea 7. Genus : Heterodera 8. Spesies : Heterodera sp. 2.
Jenis-jenis Nematoda yang Terdapat pada Akar a. Nematoda C Nematoda C inijugamenyerangtanamanmelaluiakar ditemukan pada sampel no. 3 dengan ciri-ciri tubuhnya utuh, ukuran kepala agak besar dengan ekor meruncing, selain itu sel-sel dalam pencernaanya tidak kelihatan jelas namun terlihat samar adanya garis-garis melintang dalam tubuh. Lebih jelasnya lihat pada Gambar 7 berikut.
Gambar 7. Nematoda C(perbesaran 400x)
34
b. NematodaHeterodera sp. Nematoda
Heterodera
sp.jugamenyerangtanamanmelaluiakar
ditemukan pada sampel no. 5dan 10denganciri-ciri sebagai berikut stilet esophagus tidak tampak jelas, demikian pula alat-alat eksresi dan alatalat reproduksi. Jalur-jalur berupa garis saja tampak. Namun kutikulanya mempunyai bidang lateral yang jelas. Ekornya tidak terlihat jelas pada gambar. Lebihjelasnyalihatpadagambar 8berikut.
Gambar 8. Heterodera sp(perbesaran 400x) c. NematodaF Nematoda F ditemukan pada sampel no. 6, 8 dan 9. Dari hasil yang ditemukan pada saat pengamatan nematode ini memiliki bagian rangka kepala berbentuk kerucut dan ekor berbentuk membulat, dalam tubuh terdapat sekat-sekat berbentuk garis yang melintang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.
35
Gambar 9. Nematoda F (perbesaran 400x). B. Pembahasan
Berdasarkan darihasil penelitian diketahui bahwa pada tegakan tanaman Kapur (D. aromatica), dari 10 sampel pengamatan pada tanah dapat ditemukan 6 jenis nematoda
yaitu Nematoda A, Nematoda B, Nematoda C, NematodaD,
,Nematoda E, dan Heterodera sp. Pada sampel tanah ada 2 sampel yang tidak ditemukan adanya nematode yaitu sampel no. 5 dan 6.Nematoda yang ditemukan pada tanah dapat menyerang dan masuk kedalam akar tanaman. Nematoda C dan Heterodera sp.
Adalah nematoda yang termasuk kedalam
endoparasit (Widyasasi dkk 2011).
Menurut Mardji (1995), nematode
endoparasit adalah nematoda yang tetaptinggal di dalam inangnya di bagian tumbuhan tempat pertama kali masuk, mengisap makanan dan akan pindah kebagian (sel) lainnya kalau bagian (sel yang pertama mati).
Sedangkan
menurut Sastra hidayat (1990), sifat nematode endoparasit adalah nematode ini masuk kedalam akar, missal Pratylenchus penetrans sangat polipag dan menyebabkan bercak-bercak nekrotis pada akar. Lain dari itu, menurut Triharso (1994), nematoda-nematoda parasit endoparasit bersifat:
36
a. Aktif, migratory (nematode endoparasit yang bersifat dapat berpindah dari inangnya, bila inangnya tersebut telah rusak atau mati akibat serangan), betina vermiform, misalnya Pratylenchus sp., Pratylencoides, Radopholus, dan Helicotylenchus. b. Sedentary (nematode endoparasit yang tetap tinggal pada inangya walaupun inangnya tersebut telah rusak, sehingga pada umumnya nematoda sedentary tinggal pada inangnya sampai mati), yang betina mempunyai kantung, misalnya Heterodera, Meloidogyne, Meloidodera, Hypsoperime, Nacobbus dan Ditylenchusradicicola (betina tidak berkantung) Dari 10 sampel akar yang diamati ditemukan 3 jenis nematoda yaitu Nematoda C, Heterodera sp., Nematoda F. Pada sampel akar, ada 4 sampel yang tidak ditemukan adanya nematode yaitu sampel no. 1, 2 , 4 dan 7. Ditemukannya 3 jenis nematode pada akar tanaman Kapur dikarenakan tanaman Kapur merupakan inang yang cocok bagi jenis-jenis nematode tersebut sebagai sumber makanannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sastra hidayat (1990), yang menyatakan bahwa di dalam hubungannya antara tumbuhan dan nematoda, tumbuhan merupakan inang yang digunakan sebagai makanan bagi nematoda.Bentuk hubungan antara nematode dan tumbuhan inang tergantung dari jenis tumbuhan, nematode dan iklim. Lain dari itu dinyatakan oleh Sastra hidayat (1990), bahwa sebagian besar nematode parasit tumbuhan hidup dalam ruangan pori tanah dekat akar, di mana mereka di hadapkan pada larutan garam, eksudat akar dan substansi yang dihasilkan oleh jasad renik yang lain, sehingga nematode tersebut akan terangsang untuk mendekatinya.
Beberapa peneliti menulis hasil bahwa
nematode berkumpul sekitar pucuk akar dan pada tempat permukaan akar.
37
Respon nematode terhadap senyawa tersebut dapat taxis (ditunjukan dengan mengarahkan tubuhnya segerake’ arah dimana senyawa tersebut dihasilkan) dan secara kinesis (adanya perubahan kecepatan pergerakan secara linier atau sering mengalami gerakan yang memutar) maupun dapat terjadi kedua-duanya. Ada 2 jenis nematoda yang ditemukan baik itu pada sampel tanah maupun sampel akar yaitu Nematoda C dan Heterodera sp. Beberapa nematoda yang ditemukan,tidak dapat/belum teridentifikasi walaupun gambar terlihat jelas baik itu tubuh secara keseluruhan maupun bagian-bagian dalam nematode tersebut, hal ini dikarenakan kurangannya literatur-literatur yang ada di Lab. Konservasi dan tidak menemukan di website sebagai pembanding. Selanjutnya dinyatakan bahwa tumbuhan yang diserang oleh nematoda akan memberikan reaksi yang berbeda-beda tergantung jenis tumbuhan dan jenis nematoda.
Keterangan mengenai mekanisme yang terlihat dalam
fenomena yang kompleks ini masih sedikit yang diketahui. Lain dari itu, Agrios (1996) dikutip oleh Widyasasi (2007) menyatakan bahwa kerusakan mekanik secara langsung yang disebabkan oleh nematoda sewaktu makan hanya menyebabkan kerusakan kecil terhadap tumbuhan. Nampaknya sebagian besar kerusakan disebabkan oleh sekresi air ludah yang diinjeksi ke dalam tumbuhan sewaktu nematoda makan. Proses makan tersebut menyebabkan sel tumbuhan yang diserang bereaksi, yang mengakibatkan mati atau hilangnya kekuatan ujung akar dan tunas, terbentuknya luka dan pecahnya jaringan.
Berbagai jenis pembengkakan dan puru, dan pengerutan serta
berubahnya batang dan daun.
Beberapa keadaan tersebut disebabkan oleh
rusaknya jaringan yang terinfeksi oleh enzim nematoda, yang dengan atau tanpa bantuan metabolik beracun menyebabkan jaringa hancur dan matinya sel.
38
Pengaruh lain disebabkan oleh pertumbuhan sel secara normal, dengan menekan pembelahan sel atau dengan merangsang pembelahan sel menjadi tidak terkendali sehingga menghasilkan puru atau membesarnya sejumlah akarakar lateral pada atau dekat titik infeksi.
39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian yang sudah dilakukan terhadap sampel tanah dan akar tanaman Kapur (D. Aromatica) diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sampel Tanah ditemukan 6 jenis nematoda yaitu Nematoda A, Nematoda B, Nematoda C, Nematoda D, Nematoda E, dan Nematoda Heterodera sp. 2. Sampel Akar ditemukan 3 jenis nematoda yaitu Nematoda C, Nematoda Heterodera sp, Nematoda F.. 3. Beberapa jenis nematoda yang dijumpai menyerang melalui tanah dan akar ada 2 jenis yaitu Nematoda C dan Nematoda Heterodera sp. 4. Nematoda yang ditemukan
sebagian besar yang tidak dapat/belum
teridentifikasi karena kurangnya literatur yang ada walaupun secara keseluruhan tubuh dan bagian-bagian dalam dapat terlihat jelas. B. Saran Saran-saran untuk lebih menunjang atau meningkatkan penelitianpenelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1.
Perlu adanya penelitian yang sama untuk jenis-jenis tanaman kehutanan lainnya sehingga dapat memperbanyak pengetahuan tentang nematoda yang menyerang.
2.
Perlu diperbanyak literatur-literatur tentang jenis-jenis nematoda agar nematoda yang ditemukan dapat teridentifikasi.
3.
Penelitian ini harus memiliki kesabaran dan ketelitian dalam pelaksanaan, terutama dalam pengamatan menggunakan mikroskop.
40
DAFTAR PUSTAKA Anonim.1973. C.I.H Descriptions of Plant-Parasitic Nematoda Set-2 No.16. Printed in Gread Britain by William Clowesdan Sons Ltd., London, Colchester and Beccles Commonwealth AgriculturaBureaux, 1973. All Rights Reserved. Anonim. 1976. Vandemicum Kehutanan Indonesia, Departemen Pertanian Direktur Jenderal Kehutanan, Jakarta . Anonim. 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim.2011.http://alamendah.org/2011/02/25/pohon-kapur-dryobalanopsaromatica-penghasil-kapur-barus/ .(diunduh15 Agustus 2013). Anonim. 2012. junglediary.com.wp content uploads 2010/06/dryobalanops aromatica. Anonim, 2013.Informasi-budidayablogspot.com/pohon-kapur-dryobalanops aromatic.(diunduh26Juli 2013) Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Madah University Press. Yogyakarta. (Terjemahan Munzir Busnia). Bratawinata, A.A. 1982. Diktat EkologiLanjutan.Fakultas Universitas Mulawarman, Samarinda.
Kehutanan
Balarmedan, 2010. Wordpress. Com /2008/05/13/ kapur barus pohon dan sumber tertulis asing. Disastra, 2008. Dampak Ilegal Logging. WWW. Kabar Indonesia.Com (Diakses pada tanggal 20 Oktober 2008) Darma, I.G. K.T. 1990. Teknik Perlindungan Hutan Tanaman Industri (Ilmu Penyakit Hutan). Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Djafaruddin. 2000. Dasar-dasar Perlindungan Penyakit Tanaman. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Erwin, Muhammad.2009. Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan LingkunganHidup, Bandung. Mai, W.F. H.Lyon and T. H. Krok. 1964. Pictoral Key to General of Plant Parasitic Nematodes. Mardji, D. 1992. Ilmu penyakit Hutan, Diagonis, Biologi dan Pengendalian Penyakit. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda.
41
Mardji.D. 1995. Perlindungan Hutan di Daerah Tropis, Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda. Mardji, D.2007. Deteksi Penyakit Di Hutan Tanaman Industri. Seminar Plantation Day, How to Achieve 35 m/ha/year. PT ITCI Hutani Manunggal Kenangan Balikpapan, Kalimantan Timur. Martawijaya, A ;Kartasujana dan Prawira. S.A. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid II. Kerjasama Bakti Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor. Ngatiman. 1996. Serangan Hama Lalat Pada Tanaman Kapur (Dryobalanopssp) di Samboja, Kalimantan Timur, Wartatrop Vol. 9 No. 1 Balai Penelitian Kehutanan Samarinda. Ngatiman.1998. Teknik Pengendalian Hama Kapur (Dryobalanopslanceolata Burck). Informasi Teknis Vol. 3 No. 1. Balai Penelitian Kehutanan, Samarinda. Sastrahidayat.1990.Ilmu Penyakit Tumbuhan. Indonesia.
Usaha Nasional Surabaya
Sumardi dan S. M. Widyastuti, 2004. Dasar-dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Subagiya.2009. Pengendalian Hayati dengan Nematoda Entomogenus Sterneinemacarpocapsae (ALL) Stain Lokalterhadap Hama Crocidolomiabinotalis Zell. Di Tawangmangu. Suriyadi.2010. Pengamatan Nematoda pada Pohon Jati (Tectonagrandis) Di Areal Agroforestry Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Thiharso. 1994. Dasar-dasar PerlindunganTanaman. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Widyasasi D, Emi M, Rudi D, Noorhamsyah dan Zainal M. 2007. Studi Tentang Kehadiran Nematoda Pada Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq) dan Kapur (Dryobalanops lanceolata Drey) Tingkat Tiang Di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Widyasasi D, Aquastini D, Malaysia E, Nurhayadi R, danDjatmiko R. 2010. Kehadiran Nematoda Pada Beberapa Jenis Tegakan Cepat Tumbuh Di Areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Widyasasi D, Aquastini D, Malaysia E, Yuliani R, Nurhayadi R, danDjatmiko R.2011. Kehadiran Nematoda pada Tegakan Gmelina (GmelinaarboreaRoxb) dan Akasia (Acacia mangium Willd) DI Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.Laporan penelitian APBN Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 1.
Gambar 16 . Tanaman Kapur yang diduga Mengalami Serangan Nematoda
Gambar 17. Pengambilan Sampel Tanah dan Akar Kapur di Areal KRUS
45
Lampiran 2.
Gambar 18. Proses Ekstraksi Tanah dan Akar dengan Menggunakan Metode Bearmen