KEBERADAAN JAMUR MAKRO DI TAPAK ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
OLEH : LA KONO NIM. 130500023
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
KEBERADAAN JAMUR MAKRO DI TAPAK ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
OLEH : LA KONO NIM. 130500023
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
KEBERADAAN JAMUR MAKRO DI TAPAK ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
OLEH : LA KONO NIM. 130500023
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: Keberadaan Jamur Makro Di Tapak Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Nama
: LA KONO
NIM
: 130 500 023
Program Studi
: Pengelolaan Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing
Dwinita Aquastini, S.Hut, MP NIP. 19700214 199703 2 002
Penguji I
Penguji II
Ir. Emi Malaysia, MP NIP. 19650101 199203 2 002
Ir. Muhammad Nasir, MP NIP. 19611220 198803 1 002
Menyetujui, Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan
Mengesahkan Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Agustina Murniyati, S. Hut. MP NIP. 19720803 199802 2 001
Ir. M. Masrudy. MP NIP. 19620805 198903 1 005
ABSTRAK
LA KONO. Keberadaan Jamur Makro Di Tapak Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (di bawah bimbingan Dwinita Aquastini). Mengingat jenis jamur di hutan banyak sekali jenisnya maka perlu mengenal jenis-jenis jamur tersebut, khususnya jenis jamur yang berada di tapak hutan. Usaha ini dilakukan untuk mengenal lebih jauh terhadap jenis-jenis jamur yang berada di tapaknya. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis jamur makro yang berada di tapak hutan Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang keberadaan jenis-jenis jamur makro yang tumbuh di tapak hutan Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini dilaksanakan di Areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dengan luas areal 2 Hektar. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 1 (satu) bulan yaitu mulai dari 3 Februari 2016 sampai dengan 3 Maret 2016. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jamur makro yang tumbuh ditapak hutan Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensus. Hasil penelitian ditemukan sebanyak 13 jenis jamur makro yang tumbuh pada 3 tempat. Ada 12 jenis jamur yang dapat teridentifikasi dan 1 jenis yang tidak teridentifikasi. Jenis jamur makro yang tumbuh pada kayu mati/lapuk sebanyak 11 jenis yaitu Ganoderma lucidium, Ganoderma boninense, Ganoderma sp, Ganoderma applanatum, Trametes versicolor, Tremetes sp, Polyporus arcularius, Clitocybe nebularis, Lactarius sp, Psathyrella sp, Rigidoporus microporus dan yang tumbuh pada serasah ada 1 jenis yaitu Lepiota sp serta 1 Jamur yang tidak teridentifikasi adalah jamur makro A dan tempat tumbuhnya ditanah
RIWAYAT HIDUP
La Kono, lahir pada tanggal 28 November 1993 di Wasaga, Sulawesi Tenggara. Merupakan anak ke 3 (ketiga) dari 3 (tiga) bersaudara dari pasangan La Kaoke dan Wa Sari Bunga. Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Negeri Kancinaa pada tahun 2001, dan pada tahun 2006 melanjutkan di Sekolah Dasar Negeri 1 Kahulungaya
dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang
sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasarwajo , lulus pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pasarwajo pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2013. Pendidikan tinggi dimulai di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mengambil Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Manajemen Hutan pada tahun 201 3. Aktif dalam organisasi UKM Futsal sebagai Bendahara periode 2014/2015. Pada bulan Maret sampai April 2016 mengikuti program PKL (Praktik Kerja Lapang) di PT. INHUTANI I Wilayah Berau Unit Manajemen Hutan Labanan, Kecamatan Segah, Kabupaten Berau.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah dapat disusun karena adanya bantuan dari berbagai pihak dan kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1.
Ibu Dwinita Aquastini, S.Hut, MP, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan masukan dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
2.
Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
3.
Bapak Ir. M. Masrudy, MP, selaku Ketua Jurusan Pengelolaan Hutan
4.
Ibu Agustina Murniyati S.Hut, MP selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan
5.
Ibu Ir. Emi Malaysia, MP selaku Dosen Penguji I
6.
Bapak Ir. Muhammad Nasir, MP , selaku Dosen Penguji II
7.
Kedua orang tua yang telah mendukung baik secara moril maupun material dan do'a sehingga Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
8.
Teman-teman mahasiswa serta pacar saya Amellya Thisnawati yang telah memberikan dorongan serta membantu menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
9.
Kedua kakak yang telah turut mendukung dan membantu dalam bentuk material dan do'a Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan, untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaannya. Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya dan khususnya mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Penulis Kampus Gunung Panjang, Agustus 2016
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3 A. Pengertian Umum Jamur.................................................................... 3 B. Gambaran Umum Arboretum ............................................................. 19 BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 22 A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 22 B. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 22 C. Prosedur Penelitian ............................................................................ 22 D. Pengolahan Data ............................................................................... 24 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 25 A. Hasil ................................................................................................... 25 B. Pembahasan ...................................................................................... 31 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 34 A. Kesimpulan ........................................................................................ 34 B. Saran ................................................................................................. 34 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 35 LAMPIRAN...................................................................................................... 37
DAFTAR GAMBAR
No
Lampiran
Halaman
1.
Tampak Depan Jamur Ganoderma lucidium
37
2.
Tampak Belakang Jamur Ganoderma lucidium
37
3.
Tampak Depan Jamur Trametes versicolor
37
4.
Tampak Belakang Jamur Trametes versicolor
37
5.
Tampak Depan Jamur Psathyrella sp
38
6.
Tampak Belakang Jamur Psathyrella sp
38
7.
Tampak Depan Jamur Ganoderma applanatum
38
8.
Tampak Belakang Jamur Ganoderma applanatum
38
9.
Tampak Depan Jamur Ganoderma boninense
39
10. Tampak Belakang Jamur Ganoderma boninense
39
11. Tampak Depan Jamur lactarius sp
39
12. Tampak Belakang Jamur lactarius sp
39
13. Tampak Depan Jamur Lepiota sp
40
14. Tampak Belakang Jamur Lepiota sp
40
15. Tampak Depan Jamur Polyporus arcularius
40
16. Tampak Belakang Jamur Polyporus arcularius
40
17. Tampak Depan Jamur Clitocybe nebularis
41
18. Tampak Belakang Jamur Clitocybe nebularis
41
19. Tampak Depan Jamur Ganoderma sp
41
20. Tampak Belakang Jamur Ganoderma sp
41
21 Tampak Depan Jamur Trametes sp
42
22. Tampak Belakang Jamur Trametes sp
42
23. Tampak Depan Jamur Rigidoporus microporus
42
24. Tampak Belakang Jamur Rigidoporus microporus
42
25. Tampak Depan Jamur A
43
26. Tampak Belakang Jamur A
43
27. Lokasi Pengamatan 1
43
28. Lokasi Pengamatan 2
43
29. Lokasi Pengamatan 3
44
30. Lokasi Pengamatan 4
44
31. Lokasi Pengamatan 5
44
DAFTAR TABEL
No
Tubuh Utama
Halaman
1.
Tabel. Identifikasi jenis-jenis jamur
23
2.
Identifikasi Hasil Pengamatan Jamur Makro di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
25
BAB I PENDAHULUAN
Hutan merupakan ekosistem ilmiah yang sangat kompleks dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang rapat, mulai dari yang kecil sampai dengan yang berukuran yang lebih raksasa. Termasuk didalamnya adalah lumut dan jamur yang kemudian mengadakan hubungan kehidupan yang saling menunjang, terutama pada hutan yang berisi struktur aneka lingkungan hidup. Di lantai hutan yang kelembapannya tinggi dan gelap, akan ditemui sedikit kehidupan tumbuh-tumbuhan yang memerlukan sinar matahari tidak akan mampu hidup pada daerah tersebut (Arief, 1994 dalam Rahmadani, 2011). Sejak dahulu manusia telah mengenal jamur, terutama karena dalam kehidupan sehari-hari sering menemukan jamur. Makanan yang tersimpan dapat ditumbuhi jamur, pakaian berjamur, tanaman pemeliharaan terserang jamur. Sel jamur tidak mengandung klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis seperti tumbuhan. Jamur memperoleh makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari bahan organik. Bahan-bahan organik yang ada di sekitar tempat tumbuhnya diubah menjadi molekul-molekul sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh hifa. Untuk selanjutnya molekul-molekul sederhana tersebut dapat diserap langsung oleh hifa. Jadi, jamur tidak seperti organisme
heterotrof
lainnya
yang
menelan
makanannya
kemudian
mencernakannya sebelum diserap (Gunawan, 2001) Di hutan berbagai tipe substrat dapat ditempati oleh jenis-jenis jamur tertentu, sehingga dalam satu tipe hutan akan dihuni oleh beragam jenis jamur. Jamur dapat hidup dan menempati berbagai tipe substrat mulai dari tanah, air,
2
kayu-kayu yang mengalami pelapukan, serasah-serasah, kotoran hewan dan sebagainya. Suatu spesies jamur biasanya memiliki kekhususan baik terhadap substrat tempat tumbuhnya, maupun terhadap kondisi lingkungan tertentu. Perbedaan subsrat biasanya akan menyebabkan berbeda pula jenis jamur yang tumbuh, begitu pula perbedaan kondisi lingkungan, seperti kelembaban udara, kelembaban tanah, suhu, keasaman (pH) tanah, intensitas cahaya akan dapat menimbulkan perbedaan jenis jamur yang dapat dijumpai (Ronald, 2000). Selanjutnya dijelaskan di hutan jamur berperan penting dalam ekosistem karena jamur merupakan agen dekomposer bersama dengan organisme lain seperti bakteri, aktinomycetes, rayap dan sebagainya dalam melakukan degradasi terhadap penumpukkan berbagai material didalam hutan. Dengan adanya proses perombakan material ini telah membantu menjaga keseimbangan ekosistem dimana hasil perombakan material organik dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan dan organisme tanah lainnya. Sementara dalam kehidupan manusia jamur juga memiliki potensi sebagai bahan pangan. Beberapa jamur yang tumbuh di dalam hutan juga dikonsumsi karena memiliki nutrisi yang baik bagi manusia, seperti Pleurotus, Auricularia, dan lentinus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis-jenis jamur makro yang tumbuh di tapak hutan Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi tentang keberadaan jenis-jenis jamur makro yang tumbuh di tapak hutan Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Jamur 1. Pengertian Jamur Jamur dari arti luar disebut cendawan (dalam bahasa indonesia) atau fungi (dalam bahasa botani). Sedangkan dalam bahasa daerah (Sunda) dikenal dengan sebutan supa atau dalam bahasa inggris disebut mushroom termasuk golongan fungi atau cendawan yang mempunyai ratusan ribu jenis atau varietas. Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak mempunyai zat hijau daun (khlorofil). Dengan tidak adanya khlorofil maka jamur tidak dapat mengadakan transpirasi, respirasi dan berfotosintesis, dapat hidup sama baiknya ditempat gelap maupun terang, sinar matahari langsung tidak diperlukan, makanannya dari zat organic yang mati (Gunawan, 1989). Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan, seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme lain (Parjimo dan Andoko, 2007). Anonim (2011) Jamur mikroskopis jamur yang hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop, contoh jamur Candida albicans penyebab sariawan, penyakit mulut dan tenggorokan, serta keputihan Menurut Zoberi (1972) macrofungi (jamur makroskopis) adalah mencakup banyak jamur yang berukuran besar, makroskopik dengan tubuh buah yang kompleks. Sebagian besar spesies habitat terestrial dan terdiri dari
2
Ascomycetes dan Basidiomycetes. Jamur adalah tumbuhan berinti, berspora, tidak berklorofil, berupa sel atau benang -benang bercabang. Melalui dinding dari selulosa atau dari kitin atau dari keduanya jamurbisa berkembang biak secara seksual (kawin) atau aseksual (tak kawin). Jamur disebut juga cendawan, supa, suung, mushroom, atau champignon. Jamur termasuk jenis tumbuh-tumbuhan. Pada umumnya tumbuh-tumbuhan mempunyai hijau daun (klorofil), sehingga dapat memenuhi sendiri kebutuhan karbohidratnya melalui proses fotosintesis. Namun,jamur tidak memiliki klorofil, sehingga kebutuhan karbohidrat harus dipenuhi dari luar. Karena itu, jamur harus hidup secara saprofitik atau secara parasitik (Suriawiria, 2002). 2. Tinjauan Umum Jamur Suriawiria (2002) menyatakan bahwa untuk kelangsungan hidupnya jamur berperan sebagai saprofitik dan parasitik. 1.
Hidup secara saprofitik adalah hidup pada sisa mahluk lain yang sudah mati, misalnya pada tumpukan sampah, tumpukan kotoran hewan, serbuk gergajian kayu, ataupun pada batang kayu yang sudah lapuk.
2.
Hidup secara parasitik adalah hidup pada jasad mahluk lain, misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia yang masih hidup. Kehadiran jamur tersebut biasanya menjadi penyebab penyakit atau gangguan.
Tubuh jamur atau soma jamur dinamakan hifa yang berasal dari spora. Jamur membentuk struktur reproduksi seksual yang berada di dalam struktur tubuh buah yang bentuknya mencolok dan ukurannya makroskopik. Perbedaan struktur dalam alat pembiakannya merupakan dasar untuk
3
membuat klasifikasi jamur (Gunawan, 2001). 1. Sifat dan kehidupan jamur Kehidupan jamur dapat menjadi jasad yang saprofitik ataupun jasad yang parasitik. Kalau kemudian kehidupan jamur ditelah dari segi sifat kehidupan mikroba secara umum, ternyata jamur termasuk jasad heterotrofik. Artinya untuk keperluan hidupnya mempunyai ketergan tungan nutrient (zat atau sumber makanan) terutama untuk karbohidrat dari sumber lain yang sudah ada, misalnya dari kotoran atau buangan, dari tumbuhan ataupun hewan yang sudah mati. Sifat kehidupan jamur yang heterotrofik tidak saja didapatkan di dalam kehidupan secara alami, tetapi juga secara buatan dilingkungan laboratorium. Di dalam lingkungan alami jamur akan tumbuh subur pada tempat-tempat yang mengandung sumber karbohidrat, baik dalam bentuk yang sudah terurai atau siap digunakan. 2. Lingkungan kehidupan jamur Lingkungan kehidupan jamur, baik lingkungan hidup ataupun lingkungan non hidup besar sekali pengaruhnya terhadap kehidupan jamur. Ini akan sangat terasa sekali kalau memelihara jamur untuk tujuan tertentu, maka kegagalan yang terjadi kemungkinan besar disebabkan oleh faktor lingkungan kecil yang terkendali atau kurang diperhatikan sebelumnya. 3. Habitat atau tempat pertumbuhan jamur Habitat adalah tempat yang mempunyai sumber nutrien (bahan makanan) untuk tempat pertumbuhan yang sesuai. Sumber nutrient senyawa lainnya. Kehadiran jamur pada suatu subtrat mungkin sifat normal, yang artinya jamur tersebut selalu didapatkan.
4
Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan jamur. Suhu ekstrim, yaitu suhu minimum dan maksimum merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan jamur sebab di bawah batas suhu minimum dan di atas suhu maksimum jamur tidak akan hidup (Gunawan, 2001). Pada umumnya, pertumbuhan fungi (jamur) dipengaruhi oleh faktor substrat, cahaya, kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia di lingkungannya (Gandjar, 2006). Umumnya jamur tingkat rendah memerlukan kelembapan nisbi 90 %, dan dari jenis hyphomycetes dapat hidup pada kelembapan yang lebih rendah yaitu 80 %. Pada fungi xerotilik dapat hidup pada kelembapan pada 70%, misalnya Wallenia sedi, Aspergillus, Glaucus, A. Flafus (Santoso, 1999). Derajat keasaman substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya menyenangi pH dibawah 7,0. Jenis-jenis Khamir tertentu bahkan tumbuh pada pH cukup rendah yaitu pH 4,5
5,5 (Gandjar, 2006). Di laboratorium umumnya jamur akan tumbuh pada kisaran pH yang
cukup luas yaitu antara 4,5-8,0 dengan pH optimum antara 5,5-7,5 atau bergantung pada jenis jamurnya. Kisaran pH untuk pertumbuhan miselium yang optimum umumnya berbeda dengan yang diperlukan untuk pembentukan tubuh buah jamur (Gunawan, 2001). Menurut Gunawan (2001), ada beberapa faktor fisiologi yang mempengaruhi pertumbuhan jamur sebagai berikut:
5
a. Kelembapan Kebutuhan jamur akan kelembapan berbeda-beda, akan tetapi hampir semua jenis jamur dapat hidup pada subtrat yang belum jernih air. Kadar air substrat yang rendah sering menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan jamur. Hal inilah terutama berlaku bagi jenis jamur yang hidup pada kayu atau tanah. Secara umum jamur memerlukan kelembapan relatif yang cukup tinggi. Kelembapan relatif sebesar 95-100% menunjang pertumbuhan yang maksimum pada kebanyakan jamur. b. Oksigen Oksigen sangat dibutuhkan oleh jamur untuk melakukan respirasi 2
yang menghasilkan karbon dioksida (CO ) dan air (H 2O). Sebaliknya untuk pertumbuhan optimum, oksigen harus diambil secara bebas dari udara. Tanpa adanya oksigen, tidak ada jamur yang dapat hidup. Kebutuhan jamur akan oksigen sesuai dengan kebutuhan akan air. Dalam hal ini kadar air minimum adalah 16%, optimum 35-50% dengan temperatur maksimum bermacam-macam. 4. Pengenal jenis jamur Menurut Suhardiman (1983), pengenal jenis jamur telah dikenal oleh manusia sejak dahulu terutama dalam kehidupan sehari-hari. Pengenalan jamur dapat dilakukan dengan antara lain: a. Membandingkan jenis jamur yang sudah diketahui identitasnya melalui gambar atau foto. b. Survey kelapangan langsung mengambil gambar atau foto kemudian dicocokan dengan literatur yang ada.
6
c. Konfirmasi atau konsultasi dengan pembimbing atau ahli jamur, apabila dijumpai jenis jamur yang tidak diketahui. 3. Klasifikasi jamur Anonim (2011) dalam Rahmadani (2011), jamur menurut cara reproduksi dan bentuk tubuhnya terdiri dari 5 divisi namun yang biasa dipakai adalah 4 divisi. Berikut adalah devisi-devisinya: 1. Zygomycota Zygomycota
adalah
jamur
yang
disebut
demikian
karena
reproduksinya menghasilkan zigot. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: a. Hifanya tidak bersekat b. Intinya haploid c. Bentuk benang hifa yang umumnya bersekat d. Multiseluler e. Bersifat senositif Cara reproduksi: a. Seksual (Generatif) terjadi dalam 5 tahap, yaitu: 1) Hifa talus(+) dan talus(-) saling berdekatan karena aktivitas hormon. Diujung benang hifa tumbuh gametangium yang mengandung banyak inti haploid (n) 2) Dinding gametangium pecah dan terjadi persatuan inti diploid (2n) yang disebut zigospora 3) Zigospora menebal dan berwarna hitam. Inti diploid yang tumbuh hanya satu. Zigospora akan beristirahat (masa dorman) 4) Setelah beristirahat, inti diploid melusa menjadi inti spora
7
5) Jika sporangium matang, kadar air (gerak higroskopis) akan membuat kotak spora pecah dan sporanya tersebar membentuk miselium baru b. Akseksual (Vegetatif) Pada miselium tumbuh cabang yang ujungnya memiliki kotak spora yang mengembung, kotak spora tersebut akan pecah dan spora aseksualnya akan jatuh dan membentuk miselium baru. Contoh-contoh Zygomycota: 1) Rhyzopus oryzae 2) R. Nigricans 3) R. Stolonifer 4) Mucor mucedo 2. Ascomycota Ascomycota
diberi
nama
demikian
karena
ia
bereproduksi
menggunakan askus sebagai alatnya. Jenis ini memiliki paling banyak jenis dibandingkan yang lainnya dan banyak dipakai di industri makanan. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: a. Hifa bersekat dan senositik b. Bersifat saprofit, parasit, atau bersimbiosis c. Alat reproduksi disebut askus d. Uniseluler dan multiseluler Cara reproduksinya adalah sebagai berikut: a. Seksual (Generatif): menggunakan askus yang menghasilkan askospora b. Akseksual (Vegetatif): tunas pada yang uniseluler (Saccharomyces) spora aseksual / konidia yang multiseluler
8
Jenis-jenisnya: 1) Saccharomyces cereviceae 2) S. Tuac 3) Ellipsoids 4) Aspergillus oryzae 5) A. Wentii 6) A. Niger 7) A. Flavus 8) A. Fumigatus 9) A. Oryzae 10) Panicillium notatum 11) P. Chrysogenum 12) P. Camemberti 13) P. Requeforti 14) Trichoderma 15) Xyloria tabacina 16) Neurospora sitophilia 17) N. Crassa 3. Basidiomycota Basidiomycota adalah jamur yang disebut demikian karena memiliki alat reproduksi yang disebut basidiokarp. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: a. Hifa bersekat b. Bersifat saprofit atau parasit c. Dapat berbentuk lembaran atau bertudung
9
d. Tubuh buahnya disebut basidiokarp dengan tudungnya yang disebut basidium, yang mengandung basidiospora Cara reproduksi: a. Seksual (Generatif) Pada tudung jamur akan direproduksi spora generatif. Lalu, intinya akan menyatu menjadi diploid. Setelah itu, inti dari jamur ini akan menjadi empat dengan meiosis. Setelah itu, bukusnya yang disebut sterigma akan pecah dan basidiospora akan jatuh ke tanah. Di tanah, ia akan membentuk miselium primer yang dikariotik dan memiliki ciri seksual. Miselium tersebut akan menyatu dan membentuk miselium sekunder yang dikariotik, dan dari sana akan dibentuk jamur yang baru. b. Aseksual (Vegetatif) Reproduksi vegetatif dengan konodia, kuncup, dan fragmentasi miselium. Contoh Basidiomycota: 1) Volvariella volvaceae 2) Auricularia polytricha 3) A. Auricula 4) Pleurotus 5) Amanita phalloides 6) A. Caesarina 7) Puccinia graminis 8) Corticium salmonella 9) Ustilago maydis 10) Ganoderma ginganteus
10
11) Agaricus campetris 4. Deuteromycota Deuteromycota adalah jamur yang disebut fungi imperfecti (jamur tidak sempurna) karena tidak diketahui reproduksi seksualnya. Jamur ini multiseluler dengan hifa bersekat dan bereproduksi vegetatif dengan konodiaspora. Hidup jamur ini bersifat saprofit atau parasit. Jenis-jenisnya adalah: a. Epidermophyton floccosum b. Microsporium audoini c. Trychophyton sp d. Epiderophyton sp e. Scelothium rolfsii f. Helmintrosporium oryzae g. Malassezia furfur h. Fusarium sp Pemanfaatan jamur dan pengaruhnya dalam kehidupan manusia adalah sebagai berikut: 1. Zygomycota a. Rhizopus oryzae, untuk membuat tempe. b. Rhizopus nigricans, menghasilkan asam fumarat yang digunakan dalam industri makanan dan pembuatan polyester. c. Rhizopus stolonifer, jamur hitam yang membusukan roti. d. Mucor mucedo, saprofit pada kotoran hewan dan sisa makanan yang beracun
11
2. Ascomycota a. Saccharomyces cereviceae, ragi untuk membuat roti. b. S. Tuac, untuk mengubah nira menjadi tuak. c. S. Ellipsoids, untuk fermentasi anggur. d. Panicillium notatum dan P. Chrysogenum, untuk antibiotik. e. P. Camemberti dan P. Requeforti, untuk mengharumkan keju. f. Aspergillus wentii, untuk membuat kecap. g. A. Oryzae, untuk membuat sake. h. A. Niger, untuk menjernikan sari buah. i. A. flavus, menghasilkan racun aflatoksin yang sangat mematikan j. A. Fumigatus, menghasilkan penyakit paru-paru pada burung dan manusia. k. Trichoderma, menjadi sumber protein tinggi (SPT). l. Xyloria tabacina, parasit pada petai cina. m. Neurospora crassa dan N. Sitophilia, untuk membuat tape. 3. Basidiomycota a. Volvariella volvacea, jamur merang dapat dimaka b. Auricularia auricula, A. Polytricha, jamur kuping dapat dimakan c. Agaritus campetris, champignon dapat dimakan d. Pleurotus, jamur kayu dapat dikosumsi e. Ganoderma aplanatum (jamur akan merah) dan Polyporus gingaetum (jamur papan), dapat dijadikan bahan obat-obatan f. Amanita caesarina, dapat dimakan g. A.phalloides dan A. Muscarina, hidup pada kororan ternak, mengeluarkan racun muscarin yang menyebabkan kematian
12
h. Puccinia graminis, jamur api yang parasit pada graminae, memiliki spora merah seperti api. Disebut juga karat karena meninggalkan bercak seperti karat i. Ustilago maydis, jamur parasit pada jagung dan tebu j. Corticium salmonella, jamur upas menyerang batang karet, jeruk, dan melinjo 4. Deuteromycota a. Microsporum audodini, Trychophyton, dan Epiderophyton, penyebab kurap dan ketombe (kurap dikepala). b. Epidermophyton floccosum, penyebab penyakit kaki atlet. c. Sclothium rolfsii, penyebab penyakit busuk pada tanaman. d. Helmintrosporium oryzae, perusak kecambah dan buah. e. Malassezia furfur, penyebab panu. f. Fusarium sp, menyerang tanaman kentang, tomat pisang, dan tembakau. 5. Mikoriza Mikoriza (akar jamur) adalah bentuk hubungan simbiosis mutualistik antara akar tumbuhan dengan jamur. Dalam hubungan ini jamur
menginfeksi
sel-sel
korteks
dan
menyerap
makanan
(karbohidrat)bdari dalam sel korteks tersebut. Tumbuhan tidak rugi, karena jamur memberikan kepada tumbuhan bahan-bahan makanan yang belum jadi dan air. Hubungan ini sangat baik untuk daerah kering, karena jamur dapat menjadi sarana memperluas jangkauan akar mencari makanan
13
dan air. Selain itu jamur berguna sebagai penghalang masuknya patogen ke dalam akar tumbuhan yang ditumpanginya. Mikoriza terbagi atas 3 kelompok yaitu: a. Endomikoriza Jamur memasuki sel-sel korteks dari akar tumbuhan (intraseluler). Hal ini tidak menyebabkan pembekakan sel-sel korteks. b. Ektomikoriza Jamur memasuki sel-sel korteks dari akar tumbuhan, kemudian membentuk hartig net / jaring hartig (interseluler) dan diluar menyelubungi akar. Bentuk akar menjadi membesar dan pasda akar tumbuhan tertentu bercabang atau seperti bunga karang. c. Ektendomikoriza Gabungan antara ke dua kelompok di atas dengan hifa intra dan interseluler. Akar tumbuhan yang terdapat mikoriza jenis ini besarnya sama dengan akartumbuhan yang tidak memilikinya. 4. Morfologi Jamur Bigelow (1974) dalam Rahmadani (2011), jamur adalah suatu tumbuhan yang sangat sederhana, berinti, berspora, tidak berklorofil, berupa sel atau bercabang-cabang dengan dinding dari selulosa atau khitin atau bahkan dari keduanya. Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Morfologi jamur terdiri dari struktur somatik atau vegetatif yaitu: 1. Thallus yang merupakan filamen atau benang hifa. 2. Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa.
14
Pada hifa yang bersekat-sekat, ada aliran protoplasma dari sel yang satu ke sel yang lain lewat pori yang terdapat di sekat. Bahkan intinya pun dapat pindah tempat melalui pori tersebut. Dinding sel atau dinding hifa pada umumnya terdiri satu selulosa. Tetapi pada jamur bertingkat tinggi dindingnya terdiri atas kitin (chite) yaitu suatu polisakaida yang mengandung Nitrogen. Dinding dari beberapa jamur tertentu mengandung kalosa (suatu karbohidrat yang terbelit-belit) atau zat serupa lignin Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dangan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit bisanya mengalami modefikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat, haustoria dapat menembus jaringan substrat inti sel jamur lengkap, yang disebut juga dengan eukarion, yaitu inti yang berdinding, mempunyai nukleolus dan bahan inti (kromatin) (Anonim, 2011 dalam Rahmadani, 2011). 5. Spora Jamur Menurut Suhardiman (1990), pada tanaman tingkat tinggi, maka tumbuhan terdiri dari akar, batang, buah, biji. Akar batang dan daun, merupakan bagian vegetatif, sedangkan bagian bunga, buah dan biji, merupakan bagian generatif. Pada jamur tingkat tinggi (yang kita bicarakan disini) seakan-seakan terlihat bahwa mycelium seperti akar, stalk seperti batang
dan
tudungnya
seperti
daun/bunga/buahnya.
Meskipun
pada
hakekatnya, mycelium merupakan tanaman, sedangkan yang lain buahnya. Jamur tidak mempunyai chloriphyl, sehingga tidak memerlukan sinar matahari untuk assimilasi. Oleh karena itu jamur bisa bersifat saprofit ataupun parasit. Anggaplah spora jamur sebagai bijinya, seperti pada tanaman tingkat
15
tinggi, yang berarti bahwa spora merupakan alat kembang biak bagi jamur. Spora jamur berukuran sanagat kecil (mikroskopis), sehingga kita tidak akan tahu bahwa spora jamur tertentu beterbangan di alam atau didekat kita. Oleh karena itu wajarlah bahwa di sekitar kita, di kebun, di hutan, di kolong rumah tiba-tiba muncul jamur. Oleh peneliti dikatakan bahwa satu tumbuhan jamur bisa melepaskan jutaan spora. Bentuk spora dari berbagai jenis/klas jamur berbeda-beda. Spora dari sub klas basidiomycetes, karena dibentuk di atas basidiumnya, disebut basidiospora. Apabila kita meneliti akan terlihat bahwa faktor tumbuhnya jamur dari: media, suhu tertentu dan kelembapan (bersama adanya air), begitu pula pada jamur kayu, akan terlihat bahwa sesudah hujan, dibeberapa pokok kayu akan ditumbuhi jamur-jamur jenis tertentu. Tentu saja, bila kita akan menanam jamur kayu, kita harus mengetahui syarat tumbuh yang optimal baginya, agar hasilnya bisa memuaskan. Untuk menanam jamur kayu secara alami, kita tidak perlu sibuk menyediakan spora, karena telah disediakan oleh alam, meskipun kita tidak bisa menseleksi jenis spora yang kita tumbuhkan. Dengan mengusahakan kondisi serta tempat yang sesuai dengan jamur, spora yang akan tumbuh diharapkan pula dari jamur yang kita inginkan. 6. Bagian-bagian Jamur Makro Menurut Sinaga (1991) dalam Rahmadani (2011), bagian-bagian jamur terdiri dari antara lain : 1. Tudung (Pelius) 2. Bilah (Lamellae) 3. Spora
16
4. Cincin 5. Cawan 6. Akar Semu (Rhizoides) Namun juga tidak semua jenis jamur memiliki bagian-bagian yang lengkap, seperti : ada yang memiliki cincin tanpa cawan atau pun sebaliknya. 7. Tanda-tanda Jamur Beracun Menurut Suhardiman (1993) dalam Rahmadani (2011), untuk menentukan beracun atau tidak beracunnya suatu jamur dapat dilihat dari beberapa ciri -ciri di bawah ini : 1. Jenis jamur beracun pada umumnya mempunyai warna yang mencolok: merah-darah,
hitam-legam,
biru-tua,
ataupun
warna-warna
lainnya.
Walaupun ada pula jenis jamur beracun yang mempunyai warna terang (kuning muda) atau putih, dan jamur yang dapat dimakan berwarna gelap, misal coklat tua. 2. Jenis jamur beracun dapat menghasilkan bau yang menusuk hidung, seperti bau telur busuk ataupun ammoniak. 3. Jenis jamur beracun mempunyai cincin atau cawan. Walaupun ada yang sebaliknya, seperti jamur-merang mempunyai cawan dan jamur kompos mempunyai cincin, tetapi tidak beracun. 4. Jenis jamur beracun umumnya tumbuh pada tempat yang kotor: tempat pembuangan sampah, kotoran kandang, dan sebagainya. Walaupun untuk penanaman dan pemeliharaan jamur kompos justru dipakai kotoran kandang/kotoran kuda. 5. Kalau jenis jamur beracun digores oleh pisau yang terbuat dari perak, atau dikerat oleh pisau biasa kemudian benda perak didekatkan kepada keratan
17
tadi, maka pada benda perak terbentuk warna hitam atau biru, itu menandakan bahwa jamur tersebut beracun. 6. Jenis jamur beracun cepat sekali berubah warna, misal dari putih ke warna gelap, kalau dimasak atau dipanaskan. 7. Ada kebiasaan yang turun-temurun di antara petani di desa untuk menentukan apakah jamur beracun atau tidak, dengan jalan memepes jamur bersama nasi putih. Kalau kemudian warna nasi berubah menjadi warna gelap, menandakan bahwa jamur termasuk jenis beracun. 8. sengaja membawa babi terlatih untuk membedakan jenis beracun atau tidak. Selanjutnya
dikatakan
bahwa
senyawa
beracun
yang
umum
didapatkan pada jenis-jenis jamur antara lain adalah Kholin yaitu racun yang paling berbahaya dan besar sekali daya mematikannya. Semua jenis jamur
Amanita, Lepoita, Russula, Collybia, dan Boletus. Muskarin juga racun jamur yang cukup berbahaya dan mematikan. Dengan takaran antara 0,003 -0,005 gram sudah dapat membunuh manusia. Racun ini juga terdapat pada semua
jamur sama seperti muskarin. Asam helvelat sama seperti muskarin. Dapat pula jenis jamur tidak beracun menjadi beracun kalau dibiarkan membusuk karena kemungkinan besar pada jamur membusuk akan ditumbuhi bakteri penghasil racun, seperti Clostridium, Pseudomonas, Salmonella.
18
B. Gambaran Umum Arboretum Istilah Arboretum sendiri pertama kali digunakan oleh John Claudius Loudon (1933), walaupun sebenarnya sudah ada konsepnya terlebih dahulu. Muttaqin dkk (2007) Arboretum merupakan kebun koleksi pepohonan dengan luasan tertentu berisi berbagai j enis pohon yang ditanam sedapat mungkin mengikuti
habitat
aslinya
dan
dimaksudkan
sebagai
areal
pelestarian
keanekaragaman hayati dan sedikitya dapat memperbaiki atau menjaga kondisi iklim di sekitarnya. Selain itu, keberadaan arboretum dapat berperan sebagai sarana pendidikan, penelitian dan pengembangan. Pembangunan Arboretum juga ditujukan sebagai bentuk lain dari konservasi sumberdaya hayati
yang aman dan efisien dalam pelestarian
sumberdaya genetik. Keberadaan arboretum saat ini dianggap penting baik bagi negara dan masyarakat secara umum, terutama bagi perguruan tinggi dan lembaga pendidikan secara umum, mengingat semakin berkurangnya tempat penelitian dan pengkajian ekosistem hutan bagi pelajar, mahasiswa dan peneliti. Selain itu, keberadaan arboretum dapat dijadikan sumber pendapatan dengan turut dibudi dayakannya tanaman buah-buahan atau penanaman tanaman sela bernilai ekonomi tinggi atau pemeliharaan ternak serta menjadikannya sebagai areal rekreasi alami Arboretum Politeknik Pertanian negeri samarinda terletak pada lingkungan Kampus Sungai Keledang Kota madya Samarinda Propingsi Kalimantan Timur. Pada saat ini Arboretum masih dalam
tahap perkembangan dari luasan 2
hektar, terdiri dari dua tahapan penanaman yaitu tahapan pertama 0,5 hektar yang ditanam pada bulan oktober tahun 1995 dan tahap kedua seluas ± 1,5 hektar yang ditanam pada bulan November tahun 1996. Untuk tahap pertama
19
dikoleksi jenis campuran antara jenis cepat tumbuh (fast growing species) seperti Acacia mangium, Gmelina arborea, eucalyptus deglupta paronema canencens dan swetenia macrophylla dengan jenis-jenis family Dipterocarpaceae antara lain : Shorea leprosula, Shorea seminis, Shorea ovalis, Shorea parvifolia, Shorea johorensis, Shorea lamilata, Shorea ocraasea, Shorea leavis, Dry obalanop lanceolata, Hope mangarawan dan jenis tanaman lokal lainnya seperti Eusideroxylon zwageri, Agularia malaccensis, Aleuritas molucana, Mimosops elengi. Pada lokasi penanaman tahap kedua dengan luas ± 1,5 hektar dikoleksi jenis campuran antara jenis cepat tumbuh (fest growing spesies) dengan jenisjenis family Dipterocarpaseae dan jenis-jenis buah-buahan local antara wanyi (Mangifera gedebe), Kasturi (Mangifera sp), Mangga (Mangifera sp), Rambutan (Nephelium lapeceum), Durian (Durio zibetinus), Lai (Durio Kutejensis) Serta jenis lainnya antra lain : Sepatu afrika (Spatudea campanulata) dan (Agathis bomeensis. Jarak tanam untuk jenis cepat tumbuh 1,5 m × 1,5 m dan jarak tanam jenis family Dipterocarpaceae di tengah-tengah di antara empat tanaman jenis fast growing sedangkan untuk jenis buah -buahan dengan jarak tanam 5 m × 5 m. Pemeliharaan yang telah dilakukan antara lain penyiangan total (total weding), penyulaman, pemupukan ( untuk semua jenis tanaman ), pewiwilan, dan pemangakasaan ( untuk jenis tanaman cepat tumbuh ). Khusus pada areal pengamatan yaitu pada lokasi penanaman tahap kedua pemeliharaan yang telah dilaksanakan untuk jenis tanaman capat tumbuh adalah penyiangan total (2 kali), penyulaman, pemupukan (1 kali), pewiwilan (2 kalai) dan pemangkasan (2 kali). Sedangkan jenis tanaman lain khusus jenis jenis family Dipterocarpacea dan
20
agathis borneensis sebagai besar mati akibat tidak tahan terhadap musim kering yang panjang.
1
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan mulai 3 Februari sampai 3 Maret 2016. Meliputi orietasi lapangan, persiapan alat dan bahan, pengambilan data, pengumpulan data. B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat yang digunakan dalam penelitian a. Penggaris untuk mengukur bentuk jamur b. Parang untuk merapikan areal pengamatan c. Alat tulis menulis un tuk mencatat data d. Kamera untuk pengambilan gambar atau foto (dokumentasi) e. Hygrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan 2. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis-jenis jamur makro yang tumbuh pada areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. C. Prosedur Penelitian 1. Orientasi lapangan Orientasi lapangan untuk mengetahui keadaan, kondisi dan topografi lapangan secara umum dari luas areal Arboretum yang dijadikan wilayah penelitian.
2
2. Pengambilan data Pengambilan data di lapangan dengan cara mengsurvey semua jenis yang ada pada areal Arboretum di dalam areal pengamatan. Jenis jamur yang ditemukan dicatat dan diambil fotonya (didokumentasikan) secara langsung di lapangan
dan
selanjutnya
diambil
specimennya
untuk
selanjutnya
diidentifikasi. Pengambilan
data
suhu
dan
kelembapan
dilapangan
dengan
menggunakan Hygrometer. Hygrometer diletakan ditempat yang rata dan pada lokasi yang mewakili areal pengamatan, setelah 20 menit dilakukan pencatatan suhu dan kelembapan yang ditunjuk an oleh hygrometer. 3. Identifikasi Identifikasi jenis jamur yang ditemukan pada masing-masing dilakukan dengan cara mencatat ciri-ciri jamur seperti warna, bentuk, dan habitat serta yang ada pada areal pengamatan. Mencocokkan specimen yang diambil dengan gambar-gambar yang terdapat pada literatur-literatur yang ada maupun melalui internet. Tabel 1. Identifikasi jenis-jenis jamur No Jenis 1. 2. 3. 4.
Ciri-ciri
Keterangan
D. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan mencocokkan specimen yang didapatkan di areal pengamatan dengan literatur-literatur maupun melalui internet, caranya dengan melihat ciri-ciri jamur seperti warna, bentuk, dan habitat .
1
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian yang dilaksanakan di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mendapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Identifikasi Hasil Pengamatan Jamur Makro di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda No Jenis Jamur Ciri - ciri Beracun/tidak Keterangan beracun 1 Ganoderma Memiliki bentuk seperti lucidium payung atau buah gijal, berbentuk bundar, bagian tepi berlekuku, sedikit bergerigi, Tumbuh dagingnya tebal,bagian atas Beracun pada tubuh jamur berwarna merah kayu/lapuk tua dan bagian bawah jamur berwarna putih serta bagian tepi atas tubuh jamur berwarna putih 2 Memiliki lembaran tebal dan keras, bagian atas tubuh jamur berwarna kecoklatan, bagian bawah tubuh jamur Tumbuh Ganoderma berwarna putih serta tepinya Beracun pada kayu applanatum berwarna coklat kekuningan, mati/lapuk tidak memiliki batang sehingga langsung menempel pada kayu 3 Ganoderma Jamur ini hanya memiliki dua boninense warna yaitu warna hitam dan putih, warna hitam hanya Tumbuh terdapat di tengah atas tubuh Beracun pada kayu jamur, selain itu semua mati/lapuk berwarna putih, tepi sedikit bergelombang 4 Ganoderma Memiliki lembaran tebal tidak sp terlalu keras,, tubuh bagian atas berwarna coklat Tumbuh keputihan, bagian bawah Beracun pada kayu tubuh jamur berwarna putih, mati/lapuk bentuknya sperti lembaran kipas
2
Tabel 2. lanjutan 5
6
7
8
9
10
Warna coklat tua sampai coklat muda pada bagian atas tubuh jamur, terdapat batasan-batasan warna pada Trametes bagian atas tubuh jamur, versicolor bagian tepi atas tubuh jamur berwarna keputih-putihan, tidak memiliki tangkai sehingga melekat langsung pada kayu Memiliki lembaran tidak terlalu tebal, bagian tubuh atas berwarna coklat kemerahan, Trametes tepi berwarna putih, tubuh sp bagian bawah berwarna kecoklatan, bentuknya seperti kipas Memiliki tudung dan tangkai, tudung berwarna kecoklatan dan tangkai berwarna putih, Psathyrella terdapat seperti bintik-bintikan sp kecil pada bagian atas tubuh jamur, bentuknya seperti payung yang agak tertutup Lactarius sp Jamur ini berwarna kuning kecoklatan, memiliki batang, tudung lebar berbentuk cembung dengan bagian tengah yang tampak melengkung kebawah, berongga, pada tudung terdapat bintik-bintik. Memiliki tudung berwarna coklat, spora, tangkai berwarna putih polos, Lepiota sp bentuknya seperti payung dan bagian tubuh jamur berwarna putih Memiliki tubuh atas berwarna coklat tua, bagian tepi atas berwarna putih, tudung Polyporus berdaging tipis, dengan arcularius bentuk tudung cembung hingga mirip pot bunga dangkal, batang lurus dan berada di tengah tudung
Beracun
Tumbuh pada kayu/lapuk
Beracun
Beracun
Tumbuh pada kayu mati/lapuk
Beracun
Tumbuh pada kayu mati/lapuk
Beracun
Tumbuh di serasah yang sudah lapuk
Tidak Beracun
Tumbuh pada kayu mati/lapuk
3
Tabel 2. lanjutan 11 Clitocybe nebularis
12 Rigidoporus microporus 13 Jamur Makro A
Tudung berwarna abu-abu kecoklatan, aroma busuk, tudung berbentuk cembung, batang berwarna putih lurus, bagian tubuh bawah jamur berwarna kecoklatan Tidak memiliki batang, tubuh bagian atas berwarna merah kecoklatan, bagian bawah tubuh berwarna kecoklatan, bentuknya seperti kipas. Bagian tubuh atas berwarna kekuningan, tepi berwarna putih, bagian bawah tubuh jamur berwarna kekuningan, memiliki bilah, memiliki batang berwarna putih, tepi bergerigi, bentuk jamur seperti payung.
Tidak Beracun
Tumbuh pada kayu mati/lapuk
Beracun
Tumbuh pada kayu mati/lapuk
-
Tumbuh di tanah
Tabel 2 terlihat ada 13 jenis jamur makro yang ditemukan selama pengamatan. 13 jenis jamur makro ini tumbuh pada tempat-tempat yang berbeda yaitu pada kayu mati/lapuk, serasah yang sudah lapuk dan tumbuh di tanah. Kebanyakan jenis jamur makro tumbuh pada kayu mati/lapuk. Berikut ini adalah dari klasifikasi dari 12 jenis jamur makro yang ditemukan: 1. Ganoderma lucidium, Ganoderma applanatum, Ganoderma boninense, Ganoderma sp (menurut Tini Rosalia Gultom, 2011 ) Kerajaan
: Fungi
Filum
: Basidiomycota
Kelas
: Agaricomycetes
Ordo
: Polyporales
Famili
: Ganodermataceae
Genus
: Ganoderma
4
Spesies
: Ganoderma lucium, Ganoderma applanatum, Ganoderma boninense, Ganoderma sp
2. Trametes versicolor, Trametes sp (menurut Iswanto, 2009) Kerajaan
: Fungi
Filum
: Basidiomycota
Kelas
: Agaricomycetes
Ordo
: Polyporales
Famili
: Polyporaceae
Genus
: Trametes
Spesies
: Trametes versicolor, Trametes sp
3. Psathyrella sp (menurut K.E. Loeffler, 1999) Kerajaan
: Fungi
Filum
: Basidiomycota
Kelas
: Agaricomycetes
Ordo
: Agaricales
Famili
: Psathyrellaceae
Genus
: Psathyrella
Spesies
: Psathyrella sp
4. Lactarius sp (menurut Dielanz, 2012) Kerajaan
: Fungi
Filum
: Basidiomycota
Kelas
: Agaricomycetes
Ordo
: Rassulales
Famili
: Rassulaceae
Genus
: Lactarius
5
Spesies
: Lactarius sp
5. Lepiota sp (menurut Lincoff, 1981) Kerajaan
: Fungi
Filum
: Basidiomycota
Kelas
: Agaricomycetes
Ordo
: Agaricales
Famili
: Agaricaceae
Genus
: Lepiota
Spesies
: Lepiota sp
6. Polyporus arcularius (menurut Kuo, 2010) Kerajaan
: Fungi
Filum
: Basidiomycota
Kelas
: Agaricomycetes
Ordo
: Polyporales
Famili
: Polyporaceae
Genus
: Polyporus
Spesies
: Polyporus arcularius
7. Clitocybe nebularis (menurut Kuo, 2010) Kerajaan
: Fungi
Filum
: Basidiomycota
Kelas
: Agaricomycetes
Ordo
: Agaricales
Famili
: Tricholomataceae
Genus
: Clytocibe
Spesies
: Clitocybe nebularis
6
8. Rigidoporus microporus (menurut Alexopoulus and Mins, 1979) Kerajaan
: Fungi
Filum
: Basidiomycota
Kelas
: Basidiomycetes
Ordo
: Homobasidiomycetes
Famili
: Polyporaceae
Genus
: Rigidoporus
Spesies
: G. microporus B. Pembahasan
Dari pengamatan yang dilakukan ditapak hutan Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda terdapat 13 jenis jamur yang dimana 12 jenis jamur dapat identifikasi dan 1 jenis tidak dapat teridentifikasi karena ada beberapa faktor antara lain: 1. Pencocokan jamur yang ditemukan dengan gambar-gambar tidak cocok 2. Kurangnya literatur-literatur mengenai jamur yang dapat digunakan untuk diidentifikasi Areal pengamatan Arboretum merupakan tempat dimana derada dibawah tegakan yang memiliki beberapa jenis tanaman seperti pohon Gmelina ( Gmelina arborea), Sungkai (Paronema canescens), Gaharu (Aquilaria malaccensis), Meranti (Shorea spp), Sengon (Paraserianthes falcataria), Karet (Hevea braziliensis), Akasia mangium (Acacia mangium), Spatu Afrika (Spatudea campanulata), Jabon (Anthocephalus spp), Buah bolo (Ficus hispida), Kemiri (Aleurites moluccana), Sukun (Artocarpus incisa), Mangga (Mangifera indica) yang agak rapat tajuk pohonnya sehingga sinar matahari tidak dapat menyinari secara langsung, kondisi kelembapanpun terlindungi dan banyaknya sumber zat
7
makanan yang dibutuhkan oleh jamur yang terdapat di lantai hutan yaitu serasah, kayu-kayu mati yang sudah lapuk. Suhu pada areal pengamatan berkisar antara 28?&- 30? C sedangkan kelembapannya adalah 60% -80%. Hal ini sesuai dengan pendapat Tambunan dan Nandika (1989), kayu sebagai produksi terbesar dari tumbuhan hijau merupakan sumber makanan bagi berbagai jenis jamur dan bakteri. Rachmadiansyah (1998) dalam Herliyuni (1999), berkurangnya vegetasi yang berakibat terbukanya tempat tumbuh sehingga sinar matahari dapat langsung menyinari lantai hutan maka jenis jamur yang ditemukan sedikit disbanding dengan daerah lain, namun jamur masih dapat hidup karena substrata tau bahan makanan yang dibutuhkan banyak terdapat yaitu berupa kayu-kayu yang mati/lapuk. Jenis-jenis jamur yang ditemukan kebanyakan hidup pada batang kayu mati/lapuk, ada juga di serasah yang sudah lapuk dan di tanah hutan sehingga jamur-jamur makro ini bias dikatagorikan jamur yang berperan sebagai saprofit. Hal ini didukung oleh Suriawiria (2002) jamur yang hidup secara saprofik adalah yang hidup pada sisa makhluk hidup yang sudah mati misalnya pada tumpukan sampah, tumpukan kotoran hewan, serbuk gergajian kayu, ataupun batang kayu yang sudah mati. Jenis jamur makro yang ditemukan kebanyakan jamur beracun yang tidak dapat didapat dikonsumsi secara langsung harus melalui beberapa tahap pengolahan untuk dapat dijadikan bahan obat -obatan seperti Ganoderma lucidium. Juga dapat dilihat dari kenampakan jamur itu sendiri yang memiliki warna terang dan berbau menyengat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di depan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 1.
Jenis jamur makro yang ditemukan sebanyak 13 jenis jamur dan memiliki 3 tempat tumbuh. Ada 12 jenis jamur yang dapat teridentifikasi dan 1 jenis yang tidak teridentifikasi. Jenis jamur makro yang tumbuh pada kayu mati/lapuk sebanyak 11 jenis yaitu Ganoderma lucidium, Ganoderma boninense, Ganoderma sp, Ganoderma applanatum, Trametes versicolor,
Tremetes sp,
Polyporus arcularius, Clitocybe nebularis, Lactarius sp, Psathyrella sp, Rigidoporus microporus dan yang tumbuh pada serasah ada 1 jenis yaitu Lepiota sp 2.
1 Jamur yang tidak teridentifikasi adalah jamur makro A dan tempat tumbuhnya ditanah B. Saran Adapun saran-saran sehubungan dengan keberadaan jenis jamur makro
tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Perlu adanya pengamatan lebih lanjut pada bulan-bulan lain mengenai jenis jamur makro di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
2.
Perlu adanya literatur-literatur yang lebih banyak mengenai identifikasi dan klasifikasi
dari
pada
mengidentifikasinya.
jamur
makro
sehingga
memudahkan
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulus and Mins, 1979. http://balieachmad. blogspot.co.id/2012/09/ pengelolaan penyakit terpadu jamur akar.html (diunduh 15 agustus 2016) Anonim.2011.http://ChanlightzBlogspot.com/2011/05/Koleksi-dan-Identifikasi-Ja mur.html\ (di unduh 14 januari 2016). Dielanz, 2012. http://danissukabakso.blogspot.co.id/ (di unduh 15 agustus 2016) Gandjar, 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.2006.http://dokumen.tips/documents/proposal-kkl-kelompok-jamur .html (di unduh 28 januari 2016) Gunawan A.W. 2001. Usaha Pembibitan Jamur Penerbit PT. Penebar Swadaya anggota IKAPI. Jakarta . Herliyuni, 1999. Inventarisasi Jenis Jamur Di Lantai Hutan Sekunder Hutan Pendidikan Unmul Lempake. Karya Ilmiah Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Iswanto,2009.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/905/1/08E00913.p df (di unduh 15 agustus 2016) Jhon C.L. 1933. Https:// Id.Wikipedia.org/Wiki/ Kebun._botani (di unduh 2 februari 2016). K.E. Loeffler, 1999. http://www.academia.edu/20420607/baban (di unduh 15 agustus 2016 Kuo, 2010. http://ojs.unm.ac.id/index.php/bionature/article/viewFile/1402/485 (di unduh 15 agustus 2016) Lincoff,1981. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12323/Pend ahulun.pdf;jsessionid=584BBFE6ED8D579AEAB5DB0847236A97?equen ce=12 Muttaqin, Z, Noorhamsyah, R. Yuliani. 2007. Keadaan Umum Arboretum Poltanesa. Laporan Hasil Penelitian Dosen Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Panjimo dan Andoko. A. 2007. Budidaya Jamur (Jamur Kuping Jamur Tiram, dan Jamur Merang). Penerbit AgroMedia Pustaka. Rahmadani, 2011. Inventarisasi Jenis Jamur Makro Di Tapak Hutan Tanaman Industri Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. (Hasil Penelitian Mahasiswa Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan Manajemen Pertanian.
Ronald, W. 2000. Inventarisasi Jamur Makroskopis (cendawan) dan Potensinya Bagi Masyarakat di Desa Napacilin Kb. Musi Rawas di Kawasan TNKS Sumatera Selatan dalam hasil penelitian taman nasional kerini Seblat tahun 1999-2000. Dephut. Santoso,1999.https://www.google.com/search?q=materi+tentang+jamur&ie=utf8&oe=utf-8#q=materi+tentang+jamur+makro+beberapa+ahli (di unduh 1 februari 2016). Suhardiman, P. 1983. Jamur Kayu. Penerbit PT. Penebaran Swadaya. Suhardiman, P. 1990. Jamur Kayu Penerbit PT. Penebar Swadaya anggota IKAPI. Jakarta. Suhono B. 2012. Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan Runjung dan Jamur. Penerbit PT. Lentera Abadi Jakarta Suriawiria, HU. 2002. Budidaya Jamur Tiram Penerbit KANISIUS ( anggota IKAPI) Tambunan dan Nandika,1989. hhtp:// ruslialdiputra.blogspot.com/2014/06/ makalah Roteksi Bangunan Berkayu.html (di unduh 15 agustus 2016) Tini R. G, 2011. http://wwwmahkotadewaochacintahardie.blogspot.co.id/2011/11/ ganoderma-sp.html (di unduh 15 agustus 2016)
Zoberi,1972.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20456/4/Chapter%2 0II.pdf (di unduh 20 agustus 2016)
37
Gambar 1. Tampak depan jamur Ganoderma lucidium
Gambar 2. Tampak belakang jamur Ganoderma lucidium
Gambar 3. Tampak depan jamur Trametes versicolor
Gambar 4. Tampak belakang jamur Trametes versicolor
38
Gambar 5. Tampak depan jamur Psathyrella sp
Gambar 7. Tampak depan jamur Ganoderma applanatum
Gambar 6. Tampak belakang jamur Psathyrella sp
Gambar 8. Tampak belakang jamur Ganoderma applanatum
39
Gambar 9.Tampak depan jamur Ganoderma boninense
Gambar 10. Tampak belakang jamur Ganoderma boninense
Gambar 11.Tampak depan jamur lactarius sp
Gambar 12.Tampak belakang jamur lactarius sp
40
Gambar 13. Tampak depan jamur Lepiota sp
Gambar 14.Tampak belakang jamur Lepiota sp
Gambar 15. Tampak depan jamur Polyporus arcularius
Gambar 16. Tampak belakang jamur Polyporus arcularius
41
Gambar 17. Tampak depan jamur Clitocybe nebularis
Gambar 18. Tampak belakang jamur Clitocybe nebularis
Gambar 19. Tampak depan jamur Ganoderma sp
Gambar 20. Tampak belakang jamur Ganoderma sp
42
Gambar 21. Tampak depan jamur Trametes sp
Gambar 22. Tampak belakang jamur Trametes sp
Gambar 23. Tampak depan jamur Trametes sp
Gambar 24. Tampak belakang jamur Trametes sp
43
Gambar 25. Tampak depan jamur A
Gambar 26. Tampak belakang jamur A
Gambar 27. Lokasi Pengamatan 1
Gambar 28. Lokasi Pengamatan 2
44
Gambar 29. Lokasi Pengamatan 3
Gambar 30. Lokasi Pengamatan 4
Gambar 31. Lokasi Pengamatan 5