Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh Vol.III No.5 Maret 2012
ISSN :
2086-6011
PENGARUH PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PROPENSITY INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Ismed Wijaya Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe email:
[email protected]
ABSTRACT A company’s income statement constitutes an important component which is usually used as a means to inform the company’s performance, especially the profit. The information of profit is usually used as the manipulating target managerial opportunists’ actions to maximize their satisfaction although their actions are not detrimental to the shareholders or investors. One of the manipulating actions is income smoothing; that is, an action which is done by management in order to increase market returns. This research gave a description about banking corporations which tend to obtain profit as high as possible. The variables which were studied were profitability, financial leverage, company’s development and their influences on Propensity Income Smoothing. The research was conducted in the Indonesian Stock Exchange by using secondary data. The type of the research was descriptive quantitative. The population was 25 banking corporations; 19 of them were used as the saturated samples based on the population target with the selected criteria. The nature of the research was descriptive explanatory. Hypothesis was tested by using logistic regression analytic method with the reliability level of 95 percent. The results of the research showed that partially financial leverage and company’s development did not have any significant influence on the propensity income smoothing, whereas profitability influenced the propensity income smoothing. The test conducted simultaneously showed that profitability, financial leverage, and company’s development influenced the propensity income smoothing which was done by companies registered in the Indonesian Stock Exchange. Keywords: Propensity Income Smoothing, Profitability, Financial Leverage
1. Pendahuluan Sejak krisis ekonomi 1998 telah banyak terjadi skandal keuangan diperusahaan Kuncimelibatkan : Bonus Demografi publikKata dengan persoalan laporan keuangan yang pernah diterbitkan, khususnya yang terjadi pada lembaga-lembaga
keuangan bank di Indonesia, seperti insider trading pada saham PT Bank Central Asia tahun 2001 maupun kasus laporan keuangan ganda PT Bank Lippo pada tahun 2002 yang diterbitkan oleh pihak manajemen perusahaan yang melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari
Ismed Wijaya|Pengaruh Profitabilitas , Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap . . .
52
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh Vol.III No.5 Maret 2012
terdeteksi adanya manipulasi (Boediono, 2005). Penyalahgunaan informasi keuangan ini banyak merugikan pihak-pihak yang berkepentingan terutama para investor yang akan menanamkan modalnya. Selanjutnya kejadian krisis global yang terjadi pada tahun 2008 tepatnya awal bulan oktober yang melanda hampir seluruh dunia, khususnya pada sektor perbankan, harga saham perbankan mengalami penurunan/ anjlok pada perdagangan di lantai bursa efek Indonesia. Akibatnya berdampak likuiditas perbankan yang semakin sulit. Lantai Bursa Efek Indonesia yang sempat suspensi (penghentian sementara perdagangan saham) selama 3 hari (tgl. 8, 9 dan 10 Oktober 2008) yang menyebabkan banyak insvestor – investor asing yang meninggalkan lantai bursa efek Indonesia. Hal ini berakibat pada harga saham perbankan di Indonesia makin merosot tajam dan harga tukar rupiah terhadap mata uang asing yang makin terpuruk pada saat itu, sehingga BI mengambil tindakan dengan mencoba menahan rush dengan meningkatkan Bank Indonesia rate 25 basis poin menjadi 9,50 % dan meningkatkan batas jaminan deposito dari Rp. 100 juta menjadi Rp. 2 milyar untuk menenangkan issue negative yang membuat semakin terpuruknya perekonomian Indonesia Statement of Financial Concepts (SFAC) No.1, informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Income statement perusahaan merupakan komponen penting yang seringkali dijadikan alat untuk menginformasikan kinerja perusahaan khususnya laba. Laba sebagai salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Informasi laba ini sering menjadi target rekayasa tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya, tetapi dapat merugikan pemegang saham atau investor. Propensity income smoothing adalah kecendrungan manajemen dalam melakukan perataan laba untuk meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen mungkin melakukan perilaku slack organisasional, perilaku slack peranggaran atau perilaku menghindar resiko masing-masing perilaku mengharuskan keputusan yang mempengaruhi penyerapan dan
ISSN :
2086-6011
atau alokasi biaya diskresioner (Masodah, 2007). Perbankan sebagai industri yang sarat dengan berbagai regulasi, hal ini karena bank adalah suatu lembaga perantara keuangan yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. Untuk menjalankan aktifitasnya perbankan harus mempunyai integritas tinggi supaya masyarakat memiliki kepercayaan dalam rangka menjalin hubungan kerja. Penilaian atas status suatu bank (apakah bank tersebut merupakan bank yang sehat atau tidak) oleh Bank Indonesia (BI) menggunakan laporan keuangan sebagai dasar dalam menentukannya. Oleh karena itu, manajer memiliki inisiatif untuk melakukan manajemen laba supaya perusahaan mereka dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh BI (Setiawati dan Na,im, 2001, dan Rahmawati dan Baridwan, 2006) dalam Nasution dan Setiawan (2007). Berdasarkan fenomena terlihat adanya kecendrungan manajemen melakukan praktik perataan laba hal ini dapat mengundang terjadinya praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar dibursa efek Indonesia khususnya pada industri beresiko, salah satunya industri perbankan. Masalah tersebut sangat mengganggu pada keakuratan informasi laporan keuangan yang seharusnya dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan investasi bagi investor.
2. Tinjauan Kepustakaan 2.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori yang menjelaskan hubungan antara pihak-pihak tersebut (pihak principal dan agent) disebut teori keagenan (agency theory). Masalah yang mendasari dari teori keagenan adalah konflik kepentingan antara pemilik dan manajer dalam perusahaan tersebut. Manajer yang disebut agent dan pemilik yang disebut principal merupakan dua pihak yang masing-masing memiliki tujuan berbeda dalam mengendalikan perusahaan terutama menyangkut bagaimana memaksimumkan kepuasan dan kepentingan dari hasil yang dicapai melalui aktivitas usaha. Wolk et al. (2001) menyebutkan bahwa perbedaan kepentingan yang terdapat dalam perusahaan antar pemilik dan manajer merupakan dua kepentingan yang saling
Ismed Wijaya|Pengaruh Profitabilitas , Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap . . .
53
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh Vol.III No.5 Maret 2012
berbeda. Pemilik perusahaan lebih tertarik untuk memaksimalkan return on investment (ROI) dan menginginkan security prices (kestabilan harga), sementara manajer cenderung memiliki motivasi yang lebih luas baik dari sisi ekonomi maupun psikologi untuk memaksimumkan total kepuasannya. 2.2. Teori Asimetri Informasi (Information Asymmetry Theory) Ketidakmerataan informasi (information asymmetry) adalah satu kondisi yang menyebabkan perbedaan antara agen dan pemilik, yang berakibat pada besarnya peluang manajer untuk melakukan hal yang menguntungkan bagi kepentingannya. Menurut Scott (2006) terdapat dua jenis information asymmetry yang mengakibatkan keuntungan tersebut yaitu adverse selection dan moral hazard. 2.3. Manajemen Laba (Earnings Management) Menurut Healy, Paul dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan yang menyesatkan terhadap pemegang saham atas dasar kinerja ekonomi organisasi atau untuk mempengaruhi hasil sesuai dengan kontrak yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Kedua pendapat tersebut secara implisit dapat diartikan bahwa manajemen laba erat kaitannya dengan motivasi-motivasi yang mendasari manajer melakukan manajemen laba, sasaran-sasaran yang ingin dicapai manajer dan penggunaan judgment-judgment dalam pelaporan keuangan. Tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer saat ini, menurut Scott (2006) meliputi empat hal yaitu: 1) Taking a bath, pola ini biasanya terjadi pada waktu terjadinya pengangkatan CEO yang baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah yang besar. Tindakan manajemen ini diharapkan dapat meningkatkan laba pada masa datang. 2) Income minimization, hal ini dilakukan pada saat perusahaan mengalami profitabilitas yang cukup tinggi. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi apabila laba pada tahun yang akan datang menurun secara drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
ISSN :
2086-6011
3) Income maximization, hal ini dilakukan pada saat laba menurun. Income maximization bertujuan untuk melaporkan nett income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian utang. 4) Income smoothing, hal ini dilakukan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Dari empat hal yang telah disebutkan di atas, jelas terlihat bahwasannya perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu bagian dari manajemen laba. 2.4. Perataan Laba (Income Smoothing) Praktik perataan laba adalah salah satu tindakan yang dilakukan manajemen untuk meningkatkan market returns (Michelson et al. 2000). Tindakan tersebut sengaja dilakukan manajemen untuk mencapai posisi laba yang diinginkan dalam laporan rugi laba perusahaan guna menarik minat pasar dalam berinvestasi, karena perhatian investor seringkali hanya terpusat pada prosedur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan informasi laba tersebut (Beattie et al. 1994). Menurut Koch (1981) yang dikutip oleh Kamaruddin et al. (2003) menyatakan bahwa income smoothing merupakan suatu alat yang digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas yang menyolok dari laba yang dilaporkan dalam batas target yang diharapkan dengan memanipulasi variabel akuntansi atau transaksi yang terjadi dalam perusahaan. Fudenberg & Tirole (1995) yang dikutip oleh Stolowy & Breton mengemukakan bahwa income smoothing (perataan laba) adalah suatu proses manipulasi laba yang sengaja diatur pada waktu terjadinya atau usaha yang sengaja dirancang berkaitan dengan pengurangan arus laba yang dilaporkan, bukan pada saat menambah jumlah laba yang dilaporkan dalam jangka panjang. 2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba Faktor-faktor pendorong perataan pada umumnya dapat dibedakan atas faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi dan faktor-faktor laba (Kelly, 1983 dan Holthausen & Leftwich, 1983 dalam Moses, 1987). Faktor konsekuensi ekonomi lebih dipengaruhi oleh angka-angka akuntansi,
Ismed Wijaya|Pengaruh Profitabilitas , Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap . . .
54
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh Vol.III No.5 Maret 2012
sehingga setiap perubahan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan akan mempengaruhi setiap kondisi dimana saat perubahan tersebut dilakukan. Rencana bonus (Moses, 1987), profitabilitas (Ashari et.al,1994), jenis industri (Michelson et. al, 2000), ukuran perusahaan (Kamaruddin et. al, 2003) dan pembayaran dividen (Beattie et. al, 1994), serta pertumbuhan perusahaan (Kustono, 2007), merupakan contoh-contoh dari kondisi yang dipengaruhi oleh angka-angka akuntansi, sedangkan untuk faktor laba, yang mampu mempengaruhi adalah angka-angka laba itu sendiri yang akan mendorong prilaku perataan laba oleh manajer. 2.6. Perumusan Konsep Variabel 1). Profitabilitas (Profitability) Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebagai kelebihan pendapatan daripada biaya (Foster, 1986), sehingga sangat bermanfaat bagi investor dalam membandingkan antar perusahaan untuk melihat perbedaan sumber daya yang dimiliki, sedangkan bagi kreditor profitabilitas digunakan untuk memutuskan apakah memberikan pinjaman atau tidak. Menurut Sartono (2001) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Hanafi & Halim (2005) membagi profitabilitas ke dalam tiga jenis rasio yaitu profit margin, return on assets (ROA) dan return on equity (ROE). Rasio profitabilitas yang kedua adalah return on assets (ROA) atau yang sering disebut return on investment (ROI) dapat dijadikan sebagai ukuran dari tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh asset organisasi (Atkinson et al. 2004) atau bagaimana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. Semakin tinggi rasio yang diperoleh maka semakin efisien manajemen asset perusahaan. Dengan demikian ROA dipakai untuk melihat berapa besar kombinasi pengaruh antara margin dan tingkat perputaran asset (Higgins, 2004). 2). Financial Leverage Menurut Sartono (2001) financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta
ISSN :
2086-6011
tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Financial leverage merupakan hal penting dalam penentuan struktur modal perusahaan. Oleh Riyanto (1995) dinyatakan bahwa financial leverage merupakan penggunaan dana yang disertai biaya tetap. Sedangkan menurut Weston (2009) menyebutkan financial leverage atau disebut juga leverage factor adalah rasio nilai buku seluruh hutang terhadap total aktiva. 3). Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan dampak dari arus dana perusahaan dari perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha, (Helfert, 1997). Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk memperoleh deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Hal ini dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun. Kallapur et. al, (1999) menyatakan partumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size, dan tingkat pertumbuhan perusahaan dapat diukur dari beberapa variable seperti price/ earning ratio (price per share/earning per share), price/cash flow ratio (price per share/cash flow per share), market/book ratio (market price per share/book value per share).
3. Metode Penelitian 3.1. Objek dan Data Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahanperusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2009. Data penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), serta mem-
Ismed Wijaya|Pengaruh Profitabilitas , Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap . . .
55
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh Vol.III No.5 Maret 2012
pelajari dokumen-dokumen yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode waktu 2004-2009. Jumlah perusahaan perbankan yang menjadi populasi dalam penelitian ini sebanyak 25 perusahaan perbankan yang terdaftar. Selanjutnya ditentukan target populasi yang akan dijadikan sampel berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1) Perusahaan yang tidak melakukan company restructuring seperti akuisisi dan merger untuk periode 2004 sampai dengan 2009. 2) Perusahaan perbankan yang tidak mengalami delisting selama periode 2004 sampai 2009 di Bursa Efek Indonesia. 3) Laporan keuangan disajikan dalam bentuk mata uang rupiah. Berdasarkan penetapan kriteria diatas maka jumlah target populasi perusahaan perbankan yang akan dijadikan sampel (sampel jenuh) dalam penelitian ini adalah 19 perusahaan perbankan. Sugiyono (2006) membagi sampel kedalam beberapa jenis, diantaranya “Sampel Jenuh” atau “Sampling Jenuh” dimana teknik pengumpulan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 sampel, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. 3.3. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan model logit (logistic regression), dimana variabel dependennya berupa variabel dummy (binary dependent variable) atau bersifat dikotomi (Hair, 1998). Model logit yang digunakan adalah : g(X) = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 Model prediksinya adalah: 1 ; P X 1 e b0 b1 X 1 b2 X 2 b3 X 3
Perusahaan diprediksi melakukan perataan laba jika p > 0,5 dimana: P=probabilitas melakukan perataan laba b1 ...b3 = koefisien regresi logistik X1 ...X3 = variabel independen 3.4. Operasionalisasi Variabel Penelitian
ISSN :
2086-6011
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel independen (X), yaitu; a. Profitabilitas (X1), diukur dengan Return on Assets (ROA) b. Financial Leverage (X2), diukur dengan Debt to Equity Rasio (DER) c. Pertumbuhan perusahaan (X3), diukur dengan Earning Per Share (EPS). 2. Variabel dependen (Y), yaitu status kecendrungan perataan laba. Status propensity income smoothing adalah status perusahaan di mana perusahaan tersebut diindikasikan sebagai perusahaan yang kemungkinan atau memiliki kecendrungan melakukan perataan laba atau perusahaan yang kemungkinan tidak memiliki kecendrungan melakukan perataan laba. Indikator propensity income smoothing yang digunakan adalah indeks Eckel (1981). Dengan menggunakan indeks Eckel dapat diketahui jumlah perusahaan yang kemungkinan melakukan praktik perataan laba dan perusahaan yang kemungkinan tidak melakukan praktik perataan laba. Formula matematisnya adalah sebagai berikut (Eckel, 1981), yaitu: Indeks Perataan Laba (IPL )
CVI CVS
dimana: I = Perubahan laba dalam satu periode S = Perubahan penjualan dalam satu periode CV= Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan. CV ΔI: Koefisien variasi perubahan laba CV ΔS: Koefisien variasi untuk perubahan penjualan CVI dan CVS dapat dihitung sebagai berikut: CVI
sales X isales
searnings dan CVS earnings
Xi
dimana: sales = Standar deviasi penjualan earnings = Standar deviasi laba
X isales
= Rata-rata penjualan
earnings i
= Rata-rata laba Untuk mengetahui adanya indikasi perataan laba yang dilakukan perusahaan akan ditunjukkan oleh CVI ≤ CVS atau sebaliknya untuk bukan perata laba, atau dengan kata lain bahwa perusahaan yang diindikasikan melakukan perataan laba akan mempunyai indeks lebih kecil dari satu dan
X
Ismed Wijaya|Pengaruh Profitabilitas , Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap . . .
56
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh Vol.III No.5 Maret 2012
sebaliknya untuk yang tidak melakukan perataan laba. Selain itu variabel ini merupakan variabel dummy, untuk menunjukkan ada atau tidaknya kualitas atau sebuah atribut (Gujarati, 2003). Perusahaan yang diindikasikan melakukan perataan laba = 1 dan untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba = 0.
4. Hasil Dan Pembahasan Hasil perhitungan dengan menggunakan indeks Eckel terhadap 114 observasi yang diamati dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1 Hasil Identifikasi Perusahaan yang Cenderung Melakukan Perataan Laba Identifikasi
Jumlah Observasi
Persentase
78
68.4%
36
31.6%
114
100%
Tidak Melakukan Perataan Laba Cenderung Melakukan Perataan Laba Total
Sumber: Data sekunder (diolah) Tabel 1 menunjukkan dari 19 (114 observasi) perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004 sampai dengan 2009, terdapat 78 (68.4%) observasi terindentifikasi tidak melakukan perataan laba dan terdapat 36 (31.6%) teridentifikasi memiliki kecendrungan melakukan perataan laba. Tabel 2 Hasil Pengujian Regresi Logistik dengan Uji Wald Variables in the Equation B
S.E.
Wald
Df
Sig.
Exp(B)
ROA_X1
-.285
.144
3.942
1
.047
.752
DER_X2
.002
.041
.002
1
.960
1.002
EPS_X3
.000
.000
.203
1
.652
1.000
Constant
-.009
.542
.000
1
.987
.991
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS. Dari Tabel 2 diatas didapat diaplikasikan kedalam bentuk hubungan fungsional sebagai berikut :Model logitnya adalah g(X)=-0.009 – 0.285(ROA)+0.002(DER)+0.000(EPS)
Model prediksinya adalah:
Makna dari persamaan tersebut : 1) Nilai Konstanta sebesar -0.009 menunjukkan ceteris paribus, maka probabilitas/ kecendrungan emiten untuk melakukan perataan laba meningkat sebesar 0.5%.
ISSN :
2086-6011
2) Koefisien variabel ROA bernilai -0.285 menunjukkan ceteris paribus, bermakna bila terjadi peningkatan satu unit ROA maka kecendrungan perusahaan melakukan income smoothing meningkat sebesar 0.57%. 3) Koefisien variabel DER bernilai 0.002 menunjukkan ceteris paribus, bermakna bila terjadi peningkatan satu unit DER maka kecendrungan perusahaan melakukan income smoothing meningkat sebesar 0.5%. 4) Apabila koefesien EPS bernilai 0 menunjukkan ceteris paribus, bermakna bila terjadi peningkatan satu unit EPS maka kecendrungan perusahaan melakukan income smoothing meningkat sebesar 0.5%. Berdasarkan hipotesis yang telah diajukan pada pembahasan sebelumnya, setelah dilakukan analisis maka hasil yang ditunjukkan adalah : H1: Profitabilitas berpengaruh terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel Return on Assets dalam tabel diatas menunjukkan pengaruh sebesar sebesar 3.942 dengan signifikansi 0.047, dimana signifikansi ini berada dibawah signifikansi 0.05 (5%) artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dikarenakan koefisien tersebut signifikansinya berada dibawah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima, yang berarti bahwa profitabilitas yang diproksikan oleh ROA berpengaruh terhadap Propensity Income Smoothing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa investor masih sangat mengandalkan profitabilitas dalam menilai kelangsungan hidup perusahaan serta kelayakan investasi dengan memanfaatkan secara maksimal informasi yang tersedia di pasar. H2: Financial Leverage berpengaruh terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Melalui tabel hasil pengujian diatas didapat bahwa variabel Financial Leverage mempunyai koefisien positif sebesar 0.002 dengan signifikansi sebesar 0.960. dikarenakan koefisien yang diterima adalah positif dengan signifikansi sebesar 0.960 dimana signifikansi ini berada jauh diatas signifikansi 0,05 (5%) maka disimpulkan bahwa hipotesis
Ismed Wijaya|Pengaruh Profitabilitas , Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap . . .
57
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh Vol.III No.5 Maret 2012
kedua tidak dapat diterima (ditolak), yang berarti variabel Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap kebijakan perataan laba karena kemungkinan struktur equitas yang besar ataupun posisi hutang yang besar. Posisi hutang yang besar disebabkan kebutuhan akan ekspansi usaha perbankan di Indonesia yang giat untuk mendirikan cabang baru agar dapat mengembangkan sayap usahanya. Nilai DER yang semakin membaik (DER semakin menurun) menunjukkan semakin membaiknya keadaan emiten khususnya peningkatan laba yang terjadi, dimana emiten yang sebelumnya mengalami kerugian, lalu ditahun berikutnya telah mendapat laba yang lebih baik. Bagaimanapun juga perubahan tersebut terjadi karena adanya perbaikan kinerja dari perusahaan itu sendiri. Dampaknya ekuitas akan terus bertambah sehingga menurunkan rasio DER. Semakin tinggi rasio perbandingan antara total hutang yang ada dengan total ekuitas yang ada semakin tinggi tingkat leverage suatu unit usaha. Leverage antar usaha berbeda, leverage yang tinggi menunjukkan tingginya suatu usaha yang didanai yang bersumber dari hutang. Semakin tinggi hutang yang ada menyebabkan semakin sulitnya suatu usaha untuk melunasi kewajiban dengan asumsi cash flows yang terbatas. H3: Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel pertumbuhan earning per share tidak berpengaruh signifikan terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hal ini ditandai dengan nilai beta sebesar 0.000 dengan nilai signifikansi sebesar 0.652. Maka hipotesis ketiga tidak dapat diterima (ditolak), yang berarti variabel pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tinggi rendahnya nilai pertumbuhan earning per share tidak mengidentifikasikan kecendrungan perusahaan dalam melakukan praktik perataan laba. Hal ini tidak mempe-
ISSN :
2086-6011
ngaruhi para pemilik perusahaan maupun investor dalam menilai kelayakan perusahaan untuk meninvestasikan dananya. a. Pengaruh Profitabilitas terhadap Propensity Income Smoothing Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa profitabilitas (X1) memiliki pengaruh signifikan terhadap propensity income smoothing (Y), dengan nilai koefisien sebesar -0.285, ini menunjukkan semakin rendah nilai profitabilitas perusahaan maka semakin besar kecendrungan perusahaan melakukan praktik perataan laba sebaliknya semakin besar nilai profitabilitas perusahaan maka semakin kecil kecendrungan perusahaan melakukan praktik perataan laba. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang diajukan, berdasarkan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kecendrungan perataan laba yang dilakukan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berpengaruhnya profitabilitas secara signifikan terhadap kecendrungan praktik perataan laba yang dilakukan oleh manajemen pada perusahaan perbankan di Indonesia disebabkan pihak manajemen ingin mempertahankan reputasi perusahaan dan nilai perusahaan dimata publik sekaligus untuk menarik minat investor. Hal ini relevan dengan keadaan di pasar bursa Indonesia saat ini yang semakin menunjukkan pesatnya pertumbuhan investasi. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jatiningrum (2000), dan Juniarti dan Corolina (2005). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Michelson et al. (2000), dimana membukti bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kecendrungan perataan laba. Hasil penelitian yang sama juga diperoleh oleh penelitian terdahulu oleh Jin dan Machfoedz (1998). b. Pengaruh Financial Leverage terhadap Propensity Income Smoothing Hasil pengujian menunjukkan bahwa financial leverage secara parsial tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap indikasi kecendrungan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil hipotesis penelitian diperoleh bahwa financial leverage (X2) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap propensity income smoothing (Y), dengan
Ismed Wijaya|Pengaruh Profitabilitas , Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap . . .
58
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh Vol.III No.5 Maret 2012
nilai koefisien sebesar 0.002, ini dapat diartikan semakin besar nilai financial leverage maka semakin besar kecendrungan perusahaan melakukan praktik perataan laba. Hal ini menunjukkan tidak berpengaruhnya financial leverage terhadap indikasi kecendrungan perataan laba yang dilakukan oleh manajemen disebabkan proporsi tingkat hutang perusahaan masih pada batas yang wajar serta pengelolaan hutang oleh pihak manajemen telah berjalan dengan baik. c. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Propensity Income Smoothing Hasil pengujian menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan secara parsial tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap indikasi kecendrungan praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil hipotesis penelitian diperoleh bahwa pertumbuhan perusahaan (X3) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap propensity income smoothing (Y), dengan nilai koefisien sebesar 0.000. Ini dapat diartikan semakin besar nilai pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kecendrungan perusahaan melakukan praktik perataan laba. Kondisi ini menandakan bahwa investor dalam menginvestasikan dananya tidak didasari tinggi rendahnya variabel pertumbuhan earning per share perusahaan. 5. Simpulan Dan Saran 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, berikut kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh: 1. Profitabilitas yang diwakili oleh return on asset (ROA) secara parsial berpengaruh terhadap kecendrungan praktik perataan laba. Hal ini disebabkan oleh keinginan manajemen dalam menjaga reputasi dan meningkatkan nilai perusahaan dalam menarik investasi. 2. Financial Leverage yang diwakili oleh debt to equity ratio (DER) secara parsial tidak berpengaruh terhadap kecendrungan praktik perataan laba. Hal ini disebabkan oleh kemampuan perusahaan dalam menjaga dan pengelolaan hutangnya dengan baik. 3. Pertumbuhan perusahaan yang diwakili oleh earning per share (EPS) secara
ISSN :
2086-6011
individu tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hal ini dikarenakan investor masih tertarik dengan nilai keuntungan dari setiap lembar saham yang dimilikinya. 4. Profitabilitas, financial leverage dan pertumbuhan perusahaan secara serempak berpengaruh dalam memprediksi perusahaan yang cenderung melakukan praktik perataan laba. Hal tersebut disebabkan oleh kepentingan pemilik dan manajemen perusahaan dalam menjaga tanggung jawab dan wewenangnya serta aturan yang berlaku di Bursa Efek Indonesia telah berjalan dengan baik, disamping itu di karena tuntutan kinerja perusahaan yang harus lebih baik dari tahun ke tahun. 6.2 Saran a. Diharapkan kepada investor maupun pengguna laporan keuangan lainnya untuk lebih tanggap dan teliti, menyangkut adanya indikasi penyimpangan perilaku yang sering dilakukan manajemen, dan tidak hanya melihat angka yang tercantum dalam laporan keuangan semata. b. Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel yang digunakan tidak hanya pada perusahaan perbankan, selain itu juga menggali faktor-faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi praktik perataan laba seperti adanya rencana bonus bagi manajer, rasio liquiditas, maupun quick ratio perusahaan
Daftar Pustaka Ashari, N., H. C. Koh, S. L. Tan dan W. H. Wong, 1994. “Factor Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Singapore”, Journal of Accounting and Business Research, Autumn, 291-301. Atkinson, Anthony A., Kaplan, Robert S. and Young, S. Mark. 2004. Management Accounting.4th Ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Beattie, Vivie., Stephen Brown, David Erwers, Brian John Stuart Manson, Dylan Thomas dan Michael Turner. 1994. Extraordinary Items and Income Smoothing: A Positive Accounting Approach. Journal of Business Finance and Accounting, 21(6), September, p. 791-811 Eckel, N. 1981. The Income Smoothing Hypothesis Revisited. Abacus, Juni Vol.17, No.1, pp. 28-40.
Ismed Wijaya|Pengaruh Profitabilitas , Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap . . .
59
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh Vol.III No.5 Maret 2012
Foster, G. 1986. Financial Statement Analysis. 2nd Ed. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall International Inc. Fudenberg, Drew dan Tirole Jean.(1995). A Theory of Income and Dividend Smoothing Based on Incumbency Rents. Journal of Political Economy. Vol 103, p. 75-93. Gideon S.B. Boediono. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics.4th Ed.International Edition. New York: McGraw Hill Companies. Hair, Joseph F. Jr., Ralph E. Anderson, Ronald L. Tatham, and William C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis. Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc. Healy, Paul M. dan Wahlen James M. 1999. “Commentary: A Review of The Earnings Management Literature and Its Implications for Standard Setting”. Accounting Horison. page 365 – 383. Helfert, E.A. 1997. Teknik Analisis Keuangan. Penerjemah Herman Wibowo. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Higgins, Robert C. 2004. Analysis Financial Management. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Hosmer, David and Stanley Lemeshow, 2000. Applied Logistic Regression. Second Edition. Jhon Willey and Son. New York. Jatiningrum. 2000. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Perataan Penghasilan Bersih / Laba pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.2 No.2, Agustus. Jin, Liauw She dan Mas’ud Machfoeds. 1998. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.1 No.2, Juli: 174-191. Juniarti dan Corolina. 2005. Analisa FaktorFaktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-Perusahaan Go Public. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 7, No. 2, Nopember. Kallapur, S., dan Mark, A. T. 1999. The Association Between Investment Opportunity Set Proxies and Realized Growth, Journal of Business & Accounting. Kamaruddin, Khairul Anuar, Wan Ismail, Wan Adibah dan Ibrahim, Muhd Kamil, 2003. Market Perception of Income Smoothing Practices: Malaysian Evidence. Journal of
ISSN :
2086-6011
Accounting Research (Supplement) 6(3). Pp. 101-116. Key, K.G. 1997. Political Cost Incentives for Earning Management in The Cables Television Industry, Journal of Accounting & Economics, Vol. 23 No. 3. Kustono, Alwan Sri. 2009. “Pengaruh Ukuran, Deviden Payout, Risiko Spesifik, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Studi Empiris Bursa Efek Jakarta 2002 – 2006”. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14. No. 3. 200 – 205. Universitas Jember. Masodah. 2007. Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal ISSN : 18582559, Vol 2, Agustus Michelson, Stuart E., Jordan-Wagner, James. And Wootton, Charles W. 2000. The Relationship between the smoothing of reported Income and Risk-Adjusted Returns.Journal of Economics and Finance Vol. 24 No. 2, Summer 2000. pp. 141-159 Moses, O.D. 1987. Income Smoothing and Incentives: Empirical Test Using Accounting Changes. Accounting Changes. Accounting Review, April pp. 358-377 Nasution M dan Setiawan D. 2007. Pengaruh Corporate Governace Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi X Riyanto, Bambang. 1999. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta: Penerbit BPFE. Scott, William R. 2006. Financial Accounting Theory. 4th Ed. United Stated of America: Prentice Hall. Sholihin, Mahfud dan Ainun Na’im. 2004. “Ethical Judgment Manajer Terhadap Praktik Earnings Management”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.7 No.2, Mei Sugiyono. 1999. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suwito, Edy dan Arleen Herawaty, 2005. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan oleh Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15 – 16 September. Trueman, B., and S. Titman. 1988. An Explanation for Accounting Income Smoothing, Journal of Accounting Research. Vol 26. pp 127-139 Trueman, B., and S. Titman. 1988. An Explanation for Accounting
Ismed Wijaya|Pengaruh Profitabilitas , Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap . . .
60
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh Vol.III No.5 Maret 2012
Income Smoothing, Journal of Accounting Research. Vol 26. pp 127-139 Watts, Ross L and Zimmerman, Jerold L. 1986. Positive Accounting Theory. New Jersey: Prentice Hall Inc. Weston, J. Fred and Copeland, Thomas E. 1992. Managerial Finance, New York: CBS Colledge Publishing. Wolk, Harry I., Michael.G.Tearney and James L.Dodd. 2004. Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach.
ISSN :
2086-6011
Fifth Edition. United Stated of America: South-Western College Publishing. Website: http://www.idx.co.id
Penulis:
Ismed Wijaya, SE, M.Si Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe-Aceh
Ismed Wijaya|Pengaruh Profitabilitas , Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap . . .
61