Jurnal Keuangan dan Bisnis Vol. 4, No. 3, November 2012
PENGARUH PENERAPAN PERBAIKAN PROSES BISNIS INTERNAL DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA BANK DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD (Sensus Pada Bank Umum di Wilayah Kota Banda Aceh) Zulkarnaini (
[email protected]) Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe
ABSTRACT This reaserach aims to know the relationship and effect of implementation of internal business process improvement and corporate social responsibility toward bank performance based on balanced scorecard at Banks in Banda Aceh. The data collection method is obtained through questionaires for 23 Banks. The respondents are 6 staffs who include for the middle to top management and influence the decision, so the respondents are 138. Test of hypothesis is used by using the statistic model of path analysis. The result indicates that internal business process improvement has significantly effects toward the corporate social responsibility, it means that the corporate social responsibility will be better when business process has been well done. Additionally, internal business process improvement has the indirectly relationship through the corporate social responsibility to support the performance based on the balanced scorecard. Simultaneously, internal business process improvement and corporate social responsibility has significantly effect toward bank performance based on balanced scorecard at Banks in Banda Aceh. Partially, both internal business process improvement and corporate social responsibility has significantly effect toward bank performance based on balanced scorecard at Banks in Banda Aceh. Keywords: Internal Business Process Improvement, Corporate Social Responsibility, Bank Performance, Balanced Scorecard
dan cukup signifikan mempengaruhi sektor keuangan dunia. Jenis sektor bisnis ini mampu melibatkan banyak pihak didalamnya dan bahkan mampu mempengaruhi seluruh komponen masyarakat yang selalu membutuhkan jenis bisnis ini untuk dijadikan sebagai wadah atau sarana dalam mempercepat proses bisnis mereka. Lebih jauh lagi lembaga keuangan ini menurut Sinungan (2000) mampu memainkan peranan yang amat strategi dalam menggerakan roda perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga keuangan berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak yang saling membutuhkan dana dalam bisnis ataupun usaha tertentu. Terlaksananya fungsi bank tersebut akan mempercepat proses kegiatan ekonomi pada suatu negara yang berdampak terhadap percepatan pembangunannya. Melihat pentingnya posisi perbankan saat ini, maka sudah selayaknya bisnis ini harus melalukan berbagai upaya yang mampu meningkatkan keberadaannya baik dalam
PENDAHULUAN Dampak persaingan bisnis yang cukup kompetitif telah menuntut manajemen harus mampu dalam memanfaatkan setiap peluang yang ada baik melalui pengetahuan maupun dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki, guna mempertahankan kelangsungan bisnis serta pencapaian tujuan perusahaan. Hampir di seluruh dunia fenomena ini semakin memberikan peluang maupun ancaman sehingga perlu usaha-usaha tertentu dari pihak manajemen untuk terus melakukan pembenahan dan inovasi dalam setiap keputusan. Hal ini harus terus diimplementasikan dengan membuka akses seluas-luasnya dan mampu menjawab seluruh tantangan yang muncul baik dari sisi internal maupun eksternal perusahan, tidak terkecuali pada setiap jenis bisnis usaha. Melihat perkembangan ekonomi yang terus bergerak saat ini, maka jenis bisnis jasa perbankan mendapat porsi yang sangat besar 247
247 – 258
Jurnal Keuangan & Bisnis
jangka pendek maupun jangka panjang. Pihak manajemen harus lebih jeli membaca peluang pasar serta terus berupaya memperbaiki seluruh strategi yang ada melalui proses bisnis maupun peka terhadap masyarakat yang merupakan urat nadi bagi kelangsungan bisnis perbankan. Dua faktor tersebut merupakan indikator keberhasilan bisnis perbankan dewasa ini, karena fenomena dunia tidak terkecuali telah banyak melihat inovasi melalui perbaikan proses bisnis dan mengedepankan corporate social responsibility terhadap masyarakat untuk menunjang kekuatan usaha. Tujuan yang ingin dicapai pada akhirnya mengacu pada kinerja yang akan mencerminkan tingkat kemajuan dan prospek di masa yang akan datang. Perbaikan proses bisnis (business process improvement) adalah suatu metodologi pengembangan yang sistematik untuk membantu suatu organisasi membuat kemajuan yang signifikan dalam mengoperasikan proses bisnisnya. Proses bisnis perlu diperbaiki karena tidak ada produk atau jasa yang dihasilkan tanpa melalui suatu proses bisnis (Harrington, 1991). Jadi perbaikan proses bisnis adalah sebuah pendekatan sistematis yang dapat digunakan untuk membuat perbaikan yang sifatnya berupa terobosan dan peningkatan pada proses yang menghasilkan produk dan jasa untuk para pelanggan. Perbaikan proses bisnis difokuskan untuk mengeliminir pemborosan dan birokrasi internal. Perbaikan proses bisnis itu sendiri menyediakan suatu sistem untuk membantu menyederhanakan dan memodernisasi proses bisnis. Perbaikan yang dilakukan hendaknya memperhatikan tuntutan kebutuhan pelanggan (costumer requirement) serta kemampuan perusahaan dalam merespon tuntutan pelanggan. Perbaikan proses bisnis akan membuat perbankan mampu menghasilkan produk yang berkualitas dengan biaya yang rendah, serta dapat dimanfaatkan tepat waktu. Hal ini akan meningkatkan kepuasan nasabah dan investor dan membuat perbankan mampu bersaing di pasar global. Perbaikan proses bisnis internal merupakan suatu proses integrasi yang signifikan dari orang, material, metode, mesin dan peralatan guna menghasilkan nilai tambah output untuk pelanggan. Jika seluruh tahap perbaikan proses bisnis dilakukan maka, dapat dipastikan bank akan mencapai hasil produk yang berkualitas dengan efesiensi yang tinggi sehingga pelayanannya semakin meningkat
November
dan akan membuat peningkatan terhadap kinerja bank. Faktor berikutnya yang cukup mempengaruhi kondisi kinerja perbankan saat ini adalah dimana perusahaan agar dapat berkesinambungan dalam mempertimbangkan lingkungan sosialnya dalam setiap keputusan yang diambil. Salah satu media yang dapat digunakan untuk mengungkapkan informasi aktivitas sosial perusahaan adalah melalui laporan tahunan perusahaan yang diterbitkan oleh perusahaan. Dalam PSAK No. 1 (IAI, 2001) paragraf 9 dinyatakan bahwa ”Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”. Mengacu pada PSAK di atas akan memberikan gambaran seolah-olah kekhususan yang muncul pada pelaksanaan tanggung jawab sosial hanya terbatas pada jenis bisnis yang berbasis pabrikasi. Hal tersebut tidak sepenuhnya berlaku bagi perusahaan dengan orientasi produk saja, namun bagi perusahaan seperti perbankan, tanggungjawab sosial perusahaan merupakan hal yang sangat peka karena tanpa kepedulian sosial perbankan kepada nasabah atau masyarakat maka dapat dipastikan Bank tidak akan mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi perekonomian di dalam sebuah negara. Hal ini menjadi pertimbangan yang sangat ketat bagi pihak perbankan, ditambah lagi bagi perbankan dengan status BUMN sangat diikat oleh aturan Menteri BUMN No. 05/MBU/2007 agar mengalokasikan 2% dari laba perusahaan untuk kegiatan sosial atau kemasyarakatan. Himbauan ini menjadi hal yang sangat penting bagi seluruh perbankan nasional untuk menjalankan fungsi sosialnya bagi masyarakat. Pernyataan senada juga terdapat dalam tujuan laporan keuangan Trueblood Report, yaitu ”Tujuan laporan keuangan adalah untuk melaporkan aktivitas-aktivitas perusahaan yang mempengaruhi kontinuitas yang mana dapat ditentukan dan dijelaskan atau diukur dan penting bagi perusahaan dalam lingkungan sosialnya”. Perusahaan-perusahaan, terutama perusahaan yang sudah go public, sebaiknya wajib memberikan informasi mengenai 248
2012
Zulkarnaini
tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat, pemerintah dan karyawan atau tenaga kerja. Bagi perusahaan yang go public dan BUMN, laporan sosial dan lingkungan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan keseluruhan hubungan perusahaan dengan semua stakeholdernya, yang meliputi konsumen, karyawan, masyarakat, pemilik/investor, pemerintah dan suplier. Menurut Anis Baridwan bahwa standar pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan wacana dan hal yang baru di Indonesia. Namun di sisi lain sesungguhnya hal ini merupakan tolok ukur bagi operasional perusahaan yang mencakup aspek dari pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, lingkungan hidup dan tanggung jawab sosial (Media Akuntansi, 2004). Pernyataan tersebut merupakan fakta dimana sampai saat ini masalah tanggung jawab sosial perusahaan ataupun standar menyangkut akuntansi sosial di Indonesia masih belum dirumuskan atau ditetapkan secara resmi, sehingga belum ada dampak yang cukup mengikat bagi perusahaan dalam mengembangkan operasionalnya dengan resiko yang ditimbulkan kemudian hari. Melihat begitu pentingnya perbaikan proses bisnis internal maupun tanggungjawab sosial perusahaan bagi bisnis perbankan dewasa ini, maka perlu dihubungkan dengan kinerja bank yang menjadi tuntutan dunia perbankan saat ini dalam mempertahankan eksistensi bisnisnya. Untuk mengetahui keberhasilan pencapian sasaran kinerja perbankan dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator penilaian sesuai dengan ketentuan tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum yang dinyatakan melalui penilaian tingkat kesehatan bank dengan didasarkan pada aspek CAMEL yaitu permodalan (capital), kualitas aktiva produktif (asset), manajemen (management), rentabilitas (earning) dan likuiditas (liquidity). Aspek CAMEL untuk penilaian tingkat kesehatan bank didasarkan pada indikator kinerja keuangan dan non-keuangan perbankan, namun pada dasarnya penilaianya terfokus pada indikator kinerja keuangan saja. Guna mengetahui keberhasilan pencapaian sasaran kinerja keuangan dan non-keuangan
perbankan, maka bisa digunakan metode penilaian kinerja yaitu melalui penilaian kinerja berdasarkan balanced scorecard. Kaplan dan Norton (2000) menyatakan: ”The balanced scorecard comlements financial measures of past performance with measures of the drivers of future performance. The objectives and measures of the scorecard are derived from an organization’s vision and strategy. The objectives and measures view organizational performance from four perspectives: financial, customer, internal business processes, and learning and growth. These four perspectives provide the framework for the balanced scorecard.” Berdasarkan pada pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa tujuan dan ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi perusahaan. Tujuan dan ukuran tersebut memandang bahwa kinerja perusahaan berdasarkan pada empat prespektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Keempat perspektif inilah yang memberi kerangka kerja bagi balanced scorecard. Melalui pendekatan balanced scorecard dapat memberikan informasi yang lebih banyak sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, karena memaparkan kinerja dalam empat prespektif. Pemanfaatan pengukuran pencapaian kinerja perusahaan manufaktur maupun jasa di Indonesia dengan balanced scorecard masih jarang dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mulyadi (2001) bahwa; “Meskipun telah banyak perusahaan di USA yang membukukan keberhasilan dalam memanfaatkan balanced scorecard untuk melipatgandakan kinerja keuangan perusahaan, namun masih sedikit, bahkan dapat dikatakan tidak ada perusahaan Indonesia yang memiliki keberanian untuk melakukan eksperimen dalam menerapkan balanced scorecard guna mendongkrak kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kinerja keuangan.” Namun pada prakteknya kemungkinan telah dilakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan balanced scorecard, walaupun tidak secara resmi. bidang 249
Dihubungkan dengan industri di jasa seperti halnya perbankan,
247 – 258
Jurnal Keuangan & Bisnis
pengukuran balanced scorecard sebagai pengukuran kinerja sangat tepat, karena perbankan yang bergerak dibidang jasa perlu menekankan pada aspek-aspek non keuangan terutama aspek pelanggan. Karena dalam usaha jasa kepuasan pelanggan merupakan ujung tombak yang akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Dengan mengetahui aspek kepuasan pelanggan, manajemen dapat mengambil keputusan-keputusan yang tepat untuk peningkatan kinerja yang pada akhirnya akan mengarah pada kinerja keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pemanfaatan pendekatan metode balanced scorecard dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen Bank umum untuk mengukur pencapaian kinerjanya.
November
membantu suatu organisasi membuat kemajuan yang signifikan dalam mengoperasikan proses bisnisnya. Proses bisnis perlu diperbaiki karena tidak ada produk atau jasa yang dihasilkan tanpa melalui suatu proses bisnis (Harrington, 1991). Jadi perbaikan proses bisnis adalah sebuah pendekatan sistematis yang dapat digunakan untuk membuat perbaikan yang sifatnya berupa terobosan dan peningkatan pada proses yang menghasilkan produk dan jasa untuk para pelanggan. Perbaikan proses bisnis difokuskan untuk mengeliminir pemborosan dan birokrasi. Perbaikan proses bisnis itu sendiri menyediakan suatu sistem untuk membantu menyederhanakan dan memodernisasi proses bisnis. Perbaikan yang dilakukan hendaknya memperhatikan tuntutan kebutuhan pelanggan (Customer requirement) serta kemampuan perusahaan dalam merespon tuntutan pelanggan. Perbaikan proses bisnis akan membuat perbankan mampu menghasilkan produk yang berkualitas dengan biaya yang rendah, serta dapat dimanfaatkan tepat waktu. Hal ini akan meningkatkan kepuasan nasabah dan investor dan membuat perbankan mampu bersaing di pasar global. Perbaikan proses bisnis merupakan suatu proses integrasi yang signifikan dari orang, material, metode, mesin dan peralatan guna menghasilkan nilai tambah output untuk pelanggan. Jika seluruh tahap perbaikan proses bisnis dilakukan maka, dapat dipastikan bank akan mencapai hasil produk yang berkualitas dengan efesiensi yang tinggi sehingga pelayanannya semakin meningkat dan akan membuat peningkatan terhadap kinerja perusahaan. Disamping proses bisnis yang sangat mempengaruhi kinerja perusahaan, masih terdapat faktor lain yang juga sama pentingnya dewasa ini bagi dunia bisnis, yaitu tanggung jawab sosial perusahaan. Perubahan paradigma masyarakat terhadap perusahaan dan dampak dari kegiatan yang ditimbulkannya mulai terjadi pada awal tahun 1970. Kesadaran masyarakat dunia akan dampak negatif aktivitas perusahaan membuat masyarakat tidak lagi menganggap bahwa perusahaan telah memberikan kontribusi yang cukup bagi lingkungannya hanya melalui pemberian kesempatan kerja, penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat, dan pembayaran pajak. Kesadaran akan dampak negatif perusahaan tersebut mengakibatkan tekanan dan tuntutan yang dialamatkan pada
Kemampuan jasa perbankan dalam persaingan pasar global yang telah sedemikian kompetitif sangat ditentukan oleh kemampuannya menjual produk dan jasa yang berkualitas dengan harga bersaing dibanding pesaing. Untuk mencapai maksud tersebut pihak perbankan harus meningkatkan keefektifan, efisiensi, dan adaptabilitasnya melalui perbaikan proses bisnis secara berkesinambungan. Perbaikan proses bisnis yang terus-menerus dilakukan akan melahirkan berbagai hal baru agar perbankan resistant terhadap pesaing serta mampu membaca kelemahan-kelemahan yang ada dengan diikuti oleh tindakan korektif yang cepat dan tepat. Keberhasilan kinerja dalam perbankan juga sangat tergantung pada penerapan tanggungjawab sosial perusahaan yang merupakan salah satu bentuk usaha perbankan untuk menjamin kelangsungan hidupnya dengan tetap mempertahankan image yang baik bagi masyarakat. Sinergi kedua variabel tersebut akan memungkinkan badan usaha perbankan berhasil dalam mencapai kinerja perbankan dengan lebih baik. Penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan di perusahaan perbankan, berkaitan dengan pengaruh proses bisnis internal terhadap tanggung jawab sosial, serta pengaruh perbaikan proses bisnis internal dan tanggung jawab sosial terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard pada Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh. TINJAUAN PUSTAKA Perbaikan proses bisnis (business process improvement) adalah suatu metodologi pengembangan yang sistematik untuk 250
2012
Zulkarnaini
perusahaan, baik dilakukan oleh konsumen dan masyarakat, karyawan, pemerintah, kreditor dan berbagai lembaga swadaya masyarakat (stakeholders) agar perusahaan memperluas tanggung jawab sosialnya. Tekanan dan tuntutan ini menjadi dasar berkembangnya tanggung jawab sosial perusahaan (Maksum dan Kholis, 2003). Sejarah juga menunjukkan bahwa kesejahteraan dan kelangsungan hidup manusia hanya dapat lahir dari sikap kerja sama antar unit-unit masyarakat itu sendiri. Pemerintah tidak bisa berjalan tanpa partisipasi masyarakat, perusahaan tidak bisa berjalan dan maju jika tidak didukung oleh tenaga kerja dan lingkungannya. Sebaliknya pemerintah, tenaga kerja, masyarakat juga membutuhkan perusahaan untuk mengelola sumber daya yang berguna untuk memenuhi kebutuhannya. Kenyataan ini mendorong timbulnya kebutuhan perlunya mempertanggungjawabkan dampak kegiatan perusahaan terhadap lingkungan fisik dan sosial. Pergeseran pemikiran terhadap tanggung jawab pengelolaan organisasi yang semula hanya kepada pemilik (stockholder), tetapi sekarang juga kepada karyawan, pemerintah, dan masyarakat luas (stakeholders) yang menjadi dasar perkembangan teori stakeholder. Freeman dalam Maksum dan Kholis (2003) menyatakan bahwa ”stakeholder is group or individual who can affect or is affected by the achievement of the organization’s objectives”. Definisi Freeman ini menyatakan bahwa stakeholder merupakan kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan, dengan demikian secara implisit definisi ini menunjukkan keberlangsungan hidup (going concern) perusahaan antara lain dipengaruhi oleh perilaku dan respon stakeholders terhadap perusahaan. Teori stakeholders mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholders. Perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaannya akan berusaha menyesuaikan diri dengan kebutuhan dari stakeholders. Semakin kuat stakeholders, semakin besar pula kecenderungan perusahaan mengadaptasikan diri dengan kebutuhan dan keinginan stakeholdersnya (Utomo, 2000). Tujuan akhir dari perusahaan adalah bagaimana mencapai kinerja yang baik, setelah kedua faktor di atas diperhatikan dan ditingkatkan oleh perusahaan. Kinerja
(Bastian, 2001) memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan atau kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum juga dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Larry D Stout (1993) dalam Bastian (2001) menyatakan bahwa : “pengukuran/penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah penilaian misi (mission accomplishment) melalui hasilhasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses”. Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan operasi harus dapat diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan pencapaian arah organisasi dimasa yang akan datang yang dinyatakan dalam visi dan misi organisasi. Produk dan jasa yang dihasilkan diukur berdasarkan kontribusinya terhadap visi dan misi organisasi. Weihrich dan Koontz (2005) mendefinisikan kinerja manajerial sebagai kinerja manajer dalam mengerti dan memahami fungsi manajer dalam mencapai sasaran kinerjanya, yang diukur dari bagaimana manajer tersebut menjalankan aktivitas manajerialnya seperti: planning, organizing, staffing, leading dan controlling. Organisasi dalam bentuk apapun pada dasarnya dijalankan oleh manusia, oleh karena itu penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian prilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar menimbulkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar prilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran (Siegel et.al., 1989). Untuk mengukur kinerja dengan baik maka harus digunakan satu instrumen manajemen yang sangat adil dalam menilai dua sisi perusahaan yaitu sisi keuangan dan nonkeuangan, yang dikenal dengan istilah balanced scorecard. Menurut Kaplan dan Norton oleh Usmara (2003) Balanced Scorecard 251
247 – 258
Jurnal Keuangan & Bisnis
merupakan sistem manajemen yang dapat memotivasi peningkatan terobosan dalam bidang kritis semacam itu, seperti produk, proses pelanggan, dan perkembangan pasar. Sedangkan Mulyadi (2007) menyatakan bahwa “balanced scorecard merupakan alat manajemen kontemporer yang didesain untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melipat gandakan kinerja keuangan luar biasa secara berkesinambungan (sustainable outstanding financial performance)”. Dalam konsep balanced scorecard yang telah dipaparkan di atas, maka empat perspektif yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Kaplan dan Norton (2000) menjelaskan bahwa: a. Perspektif financial; menjelaskan bagaimana perusahaan berpikir untuk mewujudkan keinginan dari pemegang saham melalui berbagai indikator yang mampu ditunjukkan dalam laporan keuangan seperti penilaian berbagai rasio keuangan yang mampu mendorong kinerja perusahaan dari waktu ke waktu. Dalam hal ini perusahaan harus menciptakan berbagai strategi yang mampu mendukung korporasi dengan tujuan meningkatkan profitabilitas, pengembalian aktiva dan pendapatan. b. Perspektif pelanggan; dengan melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki, karena segmen ini akan menjadi komponen penghasilan tujuan financial perusahaan. c. Perspektif proses bisnis internal; pencapaian tujuan dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh proses yang sangat penting untuk menciptakan kepuasan pelanggan dan pemegang saham. Perspektif ini terdiri dari tiga rantai nilai yaitu inovasi, operasi dan layanan purna jual. d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan; kemampuan untuk mencapai sasaran-sasaran ambisius tujuan financial, pelanggan dan proses bisnis internal perusahaan.
2.
3.
November
sosial perusahaan pada Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh. Perbaikan proses bisnis internal dan tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard pada Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh. Perbaikan proses bisnis internal dan tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard pada Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh.
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah sensus dengan menggunakan explanatory research. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah perbaikan proses bisnis internal, tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard. Pengukuran Variabel Penelitian Pengukuran indikator di atas menggunakan skala ordinal dengan mengacu pada teknik skala likert (Likert Scale) yang merupakan skala ordinal antara 1 sampai dengan 5.
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Populasi adalah sekelompok dari elemen penelitian, dimana elemen adalah unit terkecil yang merupakan sumber dari data yang diperlukan (Kuncoro, 2003). Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Bank Umum yang berjumlah 23 bank dan responden ditentukan sebanyak 6 orang yang mewakili manajemen dan yang mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan, masing-masing manager cabang, marketing senior, kepala bagian operasional, staf pembukuan, kepala personalia dan staf senior. Sehingga jumlah responden adalah 138 orang.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Perbaikan proses bisnis internal berpengaruh terhadap tanggung jawab
252
2012
Zulkarnaini
H1 : Ada YXi 0 : i = 1,2
Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah sensus dimana seluruh populasi sama dengan sampel.
Pengujian Koefisien Jalur Secara Parsial
Metode Analisis Data
Setelah prosedur pengujian secara simultan menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan, selanjutnya dilakukan pengujian secara parsial untuk menguji variabel bebas yang pengaruhnya signifikan terhadap kinerja bank. Hipotesis statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial adalah:
Data yang telah dikumpulkan dari kuesioner akan dianalisis dengan mempergunakan analisis jalur (path analysis). Path analysis merupakan model struktural yang bertujuan untuk mengurai keberpengaruhan antar variabel. Teknik analisis ini dipilih karena model hubungan antar variabel merupakan model kausal yang terdekomposisi ke dalam satu struktur hubungan. Demikian pula karena pertimbangan arah pembahasan kepada kontribusi pengaruh, baik pengaruh langsung maupun tidak langsung, serta perbandingannya dalam penentuan variabel dominan. Prosedur analisis jalur yang digunakan sebagaimana merujuk kepada Sitepu (1994) dengan struktur jalur yang dianalisis adalah sebagai berikut:
H0 : YXi = 0 : i = 1,2
H1 : YXi 0 : i = 1,2
X2=PX2X1X2+1 ……..(1) Y = PYX1X1 +PYX2X2 + 2 ...(2 )
Perbaikan proses bisnis internal dan tanggung jawab sosial perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja bank. Perbaikan proses bisnis internal dan tanggung jawab sosial perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja bank.
Statistik uji di atas mengikuti distribusi t dengan derajat bebas n-k-1 dan kriteria pengujiannya adalah “tolak H 0 jika t hitung > ttabel atau t hitung < -ttabel pada tingkat kepercayaan 1- dan derajat bebas (n-k-1). Apabila hasil pengujian secara parsial ada yang tidak signifikan, hal ini menandakan ada koefisien jalur yang tidak berarti (bermakna). Dengan demikian harus dibuat diagram jalur baru dimana jalur yang koefisien tidak signifikan dihilangkan dari diagram. Karena diagram jalur sudah berubah, maka semua tahapan perhitungan diulang kembali dari awal untuk menghitung koefisien jalur baru sampai seluruh hasil pengujian secara individual diperoleh hasil yang signifikan.
Keterangan: Y : Kinerja Perusahaan dengan BSC X1 : Perbaikan Proses Bisnis Internal X2 : Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PXiXj : Koefisien Jalur Variabel Xj terhadap Xi, i & j = 1,2 PYXi : Koefisien Jalur Variabel Xi terhadap Y, i = 1,2 : Pengaruh Faktor Lain Pengujian Hipotesis Pengujian Koefisien Jalur Secara Simultan Untuk menguji apakah perbaikan proses bisnis internal dan tanggung jawab sosial perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap kinerja bank dengan pendekatan balanced scorecard, digunakan statistik uji F. H0 : Semua YXi = 0 : i = 1,2
Perbaikan proses bisnis internal dan tanggung jawab sosial perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap kinerja bank.
HASIL dan PEMBAHASAN
Perbaikan proses bisnis internal dan tanggung jawab sosial perusahaan secara simultan tidak berpengaruh terhadap kinerja bank
Analisis Pengaruh Perbaikan Proses Bisnis Internal dan Tanggungjawab Sosial Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Pendekatan Balanced Scorecard Selanjutnya penulis akan melakukan serangkaian analisis kuantitatif yang relevan 253
247 – 258
Jurnal Keuangan & Bisnis
dengan tujuan penelitian. Karena data skor jawaban responden pada semua variabel masih berbentuk skala ordinal maka agar data tersebut dapat diolah menggunakan analisis jalur terlebih dahulu dikonversi menjadi skala interval melalui method of succesive interval.
Tabel 1 Pedoman Pengklasifikasian Koefisien Korelasi
2
1
Interval Koefisien Korelasi 0,000 – 0,199
Tingkat Hubungan Sangat rendah
2
0,200 – 0,399
Rendah
3
0,400 – 0,599
Sedang
4
0,600 – 0,799
Kuat
5
0,800 – 1,000
Sangat kuat
No
Bentuk hubungan antara perbaikan proses bisnis internal dan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard dapat dilihat pada gambar 1.
X1
November
Sumber: Sugiyono (2009)
PYX1 PX2X1
Berdasarkan nilai koefisien korelasi diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara perbaikan proses bisnis internal (X1) dangan tanggungjawab sosial perusahaan (X2) sebesar 0,4534 dan masuk dalam kategori sedang atau cukup kuat. Arah hubungan positif antara perbaikan proses bisnis internal dengan tanggungjawab sosial perusahaan menujukkan bahwa perbaikan proses bisnis internal yang baik akan diikuti dengan peningkatan tanggungjawab sosial perusahaan (Tabel 2).
Y PYX1
1
X2
Gambar 1. Diagram Jalur Gambar diagram jalur seperti terlihat di atas dapat diformulasikan ke dalam 2 bentuk persamaan struktural sebagai berikut:
Tabel 2 Korelasi Antar Variabel
Persamaan Jalur Sub Struktur Pertama X2 = PX2X1X1 + 1
Correlation Matrix
Persamaan Jalur Sub Struktur Kedua Y = PYX1X1 + PYX2X2 +2
X1 X2 Y
Keterangan: Y X1 X2
= Kinerja Perusahaan = Perbaikan Proses Bisnis Intern = Tanggungjawab sosial = Pengaruh faktor lain
X1 -------1.0000 0.4534 0.6979
X2 -------1.0000 0.6427
Y
1.0000
Sumber : Data Sekunder Diolah
Kemudian hubungan antara perbaikan proses bisnis internal (X1) dengan kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard (Y) sebesar 0,6979 termasuk dalam kategori kuat, demikian juga hubungan antara tanggungjawab sosial perusahaan (X2) dengan kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard (Y) sebesar 0,6427 termasuk dalam kategori kuat dengan arah positif. Secara lengkap diagram dan koefisien jalur yang diperoleh dari hasil pengolahan data (Gambar 2).
Sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan maka data akan diuji dengan menggunakan analisis jalur (path analysis). Hasil komputasi analisis jalur menggunakan bantuan software LISREL 8.7. Untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan antar sesama variabel independen, maka nilai koefisien korelasi yang diperoleh dikonsultasikan ke tabel interpretasi koefisien korelasi beserta koefisien korelasi antar variabel (Tabel 1).
254
2012
Zulkarnaini
Koefisien Jalur Variabel Terhadap Variabel Dependen
perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard. Sementara sisanya sebesar 37,89% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar kedua variabel independen tersebut. Melalui diagram jalur pada Gambar 2, selanjutnya dihitung besar pengaruh variabel perbaikan proses bisnis internal dan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard sebagai berikut: Besar pengaruh perbaikan proses bisnis internal terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard pada Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh. Pengaruh langsung perbaikan proses bisnis internal terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard = (PYX1 ) 2 = (0,5117) x (0,5117) = 0,2618 (26,18%). Pengaruh tidak langsung perbaikan proses bisnis internal terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard = PYX1 x PX2X1 x PYX2 = (0,5117) x (0,4534) x (0,4107) = 0,0953 (9,53%)
Independen
Berikut akan diperlihatkan hubungan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen: Tabel 3 Koefisien Jalur Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Jalur
Koefisien
thitung
R2
X1 X2
0,4534
2,3311
0,2056
X1 Y
0,5117
3,3950
X2 Y
0,4107
2,7252
0,6211
Melalui nilai koefisien determinasi (nilai R2) diketahui bahwa Perbaikan proses bisnis internal memberikan pengaruh sebesar 20,56% terhadap tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil uji nilai statistik uji t sebesar 2,3311, kemudian dari tabel t dengan tingkat signifikansi (0.05) diperoleh nilai ttabel sebesar 2,080. Karena thitung (2,3311) lebih besar dibanding ttabel (2,080) maka pada tingkat kekeliruan 5% ada alasan yang kuat untuk menolak Ho dan menerima hipotesis penelitian (Ha), sehingga dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa perbaikan proses bisnis internal berpengaruh signifikan terhadap tanggungjawab sosial perusahaan pada Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh (Tabel 3).
X1
Jadi total pengaruh perbaikan proses bisnis internal terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard pada Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh = 26,18% + 9,53% = 35,71% dengan arah positif. Artinya perbaikan proses bisnis internal yang baik akan meningkatkan kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard. Besar pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard pada Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh. Pengaruh langsung tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard = (PYX2 ) 2 = (0,4107) x (0,4107) = 0,1687 (16,87%) Pengaruh tidak langsung tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard = PYX2 x PX2X1 x PYX1 = (0,4107) x (0,4534) x (0,5117) = 0,0953 (9,53%) Jadi total pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard pada Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh = 16,87% + 9,53% = 26,40% dengan arah
2 PYX1
=0,5117
PX2X1=0,4534 P YX1 = 0,4107
0,3789
Y
0,7944 X 2 1 Gambar 2. Diagram Jalur Hasil Penelitian Secara bersama-sama perbaikan proses bisnis internal dan tanggungjawab sosial perusahaan memberikan kontribusi (pengaruh) sebesar 62,11% (nilai R2) terhadap kinerja 255
247 – 258
Jurnal Keuangan & Bisnis
positif. Artinya tanggungjawab sosial perusahaan yang tinggi akan meningkatkan kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard.
November
Pengaruh Perbaikan Proses Bisnis Internal Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Pendekatan Balanced Scorecard Hipotesis :
Pengujian Hipotesis
Ho: YX1 Perbaikan proses bisnis internal tidak memiliki pengaruh yang =0: signifikan terhadap Kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard
Pengujian Koefisien Jalur Secara Bersamasama Hipotesis Statistik: Ho: YX1 = Perbaikan proses bisnis internal dan tanggungjawab sosial YX2 = 0 : perusahaan secara bersamasama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard.
Ha: YX1 Perbaikan proses bisnis internal memiliki pengaruh yang signifikan ≠0: terhadap Kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard Nilai statistik uji t variabel perbaikan proses bisnis internal sebesar 3,3950, kemudian dari tabel t dengan tingkat signifikansi (0.05) diperoleh nilai sebesar 2,086. Karena thitung (3,3950) lebih besar dibanding ttabel (2,086) maka pada tingkat kekeliruan 5% ada alasan yang kuat untuk menolak Ho dan menerima hipotesis penelitian (Ha), sehingga dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa perbaikan proses bisnis internal secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard pada Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh.
Ha: YX1 Perbaikan proses bisnis internal dan tanggungjawab sosial YX2 0 : perusahaan secara bersamasama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung sebesar 16,392, sementara dari tabel F untuk tingkat signifikansi 0.05 diperoleh Ftabel sebesar 3,493. Karena Fhitung (16,392) lebih besar dibanding Ftabel (3,493) maka pada tingkat kekeliruan 5% ada alasan yang kuat untuk menolak Ho dan menerima hipotesis penelitian (Ha), sehingga dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan perbaikan proses bisnis internal dan tanggungjawab sosial perusahaan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard pada Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh.
Pengaruh Ttanggungjawab Sosial Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Pendekatan Balanced Scorecard Hipotesis statistik : Ho: YX2 = 0 :
Tanggungjawab sosial perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard
Ha: YX2 ≠ 0 :
Tanggungjawab sosial perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard
Pengujian Koefisien Jalur Secara Parsial Karena dari hasil pengujian secara bersama-sama menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan, selanjutnya dilakukan pengujian parsial untuk melihat lebih jelas variabel mana saja diantara kedua variabel independen, yaitu perbaikan proses bisnis internal dan tanggungjawab sosial perusahaan yang pengaruhnya signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard. Untuk menguji koefisien jalur dari masing-masing variabel independen tersebut digunakan uji t.
Nilai statistik uji t variabel tanggungjawab sosial perusahaan sebesar 2,7252, kemudian dari tabel t dengan tingkat signifikansi (0.05) diperoleh nilai sebesar 2,086. Karena thitung (2,7252) lebih besar 256
2012
Zulkarnaini
dibanding ttabel (2,086) maka pada tingkat kekeliruan 5% ada alasan yang kuat untuk menolak Ho dan menerima hipotesis penelitian (Ha), sehingga dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard pada Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh.
Saran Saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi perbankan agar tetap mempertahankan komitmen untuk terus memperbaiki proses bisnis internal yang dapat menunjang meningkatnya kinerja bank secara keseluruhan. 2. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa penilaian kinerja dengan pendekatan balanced scorecard lebih memberikan ukuran atau nilai yang memadai bagi kinerja bank, oleh karena itu sebaiknya dapat diterapkan secara nyata dalam menunjang performance bank secara utuh. 3. Tanggung jawab sosial perlu ditingkatkan secara berkelanjutan oleh pihak Bank karena faktor ini akan memberikan sisi berbeda bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja khususnya faktor non keuangan dan dengan meningkatnya tanggung jawab sosial ini, maka akan menciptakan image yang baik bagi nasabah serta masyarakat. Dengan demikian akan menciptakan profitabilitas yang tinggi bagi Bank dalam jangka panjang. 4. Penelitian selanjutnya untuk dapat mengembangkan variabel penelitian pada faktor lain seperti informasi akuntansi manajemen, lingkungan maupun tenaga kerja. 5. Penelitian berikutnya dapat memperluas subjek penelitian tidak terbatas pada Bank saja, namun dapat dilakukan pada seluruh jenis perusahaan.
KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh pada bab pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perbaikan proses bisnis internal dan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki hubungan positif terhadap kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard. Hal ini menunjukkan bahwa makin baik perbaikan proses bisnis internal maupun tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan, maka akan meningkatkan kinerja perusahaan khususnya kinerja Bank melalui pendekatan balanced scorecard yang ada di wilayah Kota Banda Aceh. 2. Perbaikan proses bisnis internal berpengaruh secara signifikan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan, artinya bahwa apabila makin baik perbaikan proses bisnis internal yang dilakukan maka akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan tanggung jawab sosialnya. 3. Perbaikan proses bisnis internal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank dengan pendekatan balanced scorecard yang ada di wilayah Kota Banda Aceh. 4. Tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja bank dengan pendekatan balanced scorecard yang ada di wilayah Kota Banda Aceh. 5. Perbaikan proses bisnis internal dan tanggung jawab sosial perusahaan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja bank melalui pendekatan balanced scorecard yang ada di wilayah Kota Banda Aceh.
DAFTAR PUSTAKA Usmara, A. (2003). Implementasi Manajemen Stratejik (Kebijakan dan Proses). Yogyakarta : Penerbit Amara Books. Maksum, Azhar Maksum dan Kholis, Azizul. (2003). Analisis Tentang Pentingnya Tanggung Jawab Sosial Dan Akuntansi Sosial Perusahaan: Studi Empiris Di kota Medan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Ikatan Akuntan Indonesia, Surabaya. Harrington, H. James. (1991). Business Process Improvement (The Breaktrough Strategy for Quality,
257
247 – 258
Jurnal Keuangan & Bisnis
Productivity, and Competitiveness. USA : Mc. Graw Hill. Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat. Bastian, Indra. (2001). Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Pusat Pengembangan Akuntansi. Yogyakarta : BPFE. Kaplan, Robert. S. Dan Norton, David. P. (2000). Balanced Scorecard: Menerapkan Srategi menjadi Aksi. Jakarta : Erlangga Media Akuntansi. (2004). Edisi 42, Tahun XI. Sinungan, Muchdarsyah. (2000). Manajemen Dana Bank. Jakarta : Rineka Cipta. Kuncoro, Mudrajat. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga. -----------. (2001). Balanced Scorecard. Universitas Gajah Mada : Salemba Empat.
November
-----------. (2007). Balanced Scorecard. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Utomo, Muslim. (2000). Praktik Pengungkapan Sosial Pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia. Laporan Penelitian, Simposium nasional Akuntansi III. IAI Kompertemen Akuntan Pendidik, Jakarta. Sitepu, Nirwana SK. (1994). Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung : LP3E Unpad. Siegel, G., Marconi, Ramanauskas and Helena. (1989). Behavioral Accounting. Ohio : South-Western Publishing Co. Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Banudung : Penerbit Alfabeta. Weihrich H & Koontz, H. (2005). Management : A Global Prespective. Asia : McGraw-Hill Education.
258