PERBANDINGAN TINGKAT KEBISINGAN DI KOTA SAMARINDA
Oleh:
AHMAD AWALUDDIN NIM. 090 500 099
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
PERBANDINGAN TINGKAT KEBISINGAN DI KOTA SAMARINDA
Oleh: AHMAD AWALUDDIN NIM. 090 500 099
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
PERBANDINGAN TINGKAT KEBISINGAN DI KOTA SAMARINDA
Oleh:
AHMAD AWALUDDIN NIM. 090 500 099
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah
: Perbandingan Tingkat Kebisingan di Kota Samarinda
Nama
: Ahmad Awaluddin
Nim
: 090 500 099
Program Studi
: Manajemen Lingkungan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing
Fachruddin Azwari,ST. M.Si NIP. 19750521 200812 1 001
Penguji I
Ir. Noorhamsyah,MP NIP. 19640523 199703 1 001
Penguji II
Kemala Hadidjah. ST,MSi NIP. 19807182 0101 2200 4
Menyetujui, Ketua Program StudiManajemenLingkungan
Mengesahkan, KetuaJurusan Manajemen Pertanian
Ir. DadangSuprapto, MP NIP.19620101 198803 1 003
Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005
Lulus ujian pada tangga l:.....................................
ABSTRAK Ahmad Awaluddin. Perbandingan Tingkat Kebisingan di Wilayah Kota Samarinda (di bawah bimbingan FACHRUDDIN AZWARI). Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehata n lingkungan di kota-kota besar. Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat menganggu dan atau membahayakan kesehatan. Salah satu sumber bising adalah lalulintas jalan, antara lain berasal dari kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan pada tiga stasiun yaitu di Jl. Dr. Sutomo, Jl. Pangeran Antasari dan Jl. Cipto Mangun Kusumo. Masing-masing stasiun ini diambil tiga kali pengukuran tingkat kebisingan pada satu tempat yang tidak berubah dan dipilih karena merupakan pusat keramaian lalulintas pada jalan tersebut, yang selanjutnya dihitung rataannya untuk mewakili tingkat kebisingan pada jalan tersebut. Waktu pengambilan data kebisingan dilakukan pada jam yang berbeda yaitu pada jam 07.00-07.30 pagi di Jl. Dr. Sutomo, pada jam 08.00- 08.30 di Jl. Pangeran Antasari, sedangkan jam 08.30-09.00 di Jl. Cipto Mangun Kusumo. Masing -masing stasiun dilakukan pembacaan yang sama yaitu setiap 10 (sepuluh) menit selama 3 kali pengukuran, sehingga setiap stasiun memerlukan waktu sebanyak 3 x 10 menit atau 30 menit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebisingan di wilayah Kota Samarinda, khususnya di Jl. Dr. Sutomo, Jl. Pangeran Antasari dan Jl. Cipto Mangun Kusumo untuk dibandingkan dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 48 Tahun 1996 tentang bakumutu tingkat kebisingan. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan terli hat bahwa nilai tingkat kebisingan di Jl. Dr. Sutomo, Jl. Pangeran Antasari dan Jl. Cipto Mangun Kusumo bertur ut-turut sebesar 73,7 dB, 70,7 dB dan 68,5 dB. Semuanya berada pada kebisingan yang melampaui batas baku mutu yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia sebesar 60 dB. Kata kunci : Kebisingan Kota Samarinda, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 48 Tahun 1996.
RIWAYAT HIDUP Ahmad Awaluddin lahir pada tanggal 20 september 1991
di
Desa
Batuah,
Kecamatan
Loa
Janan,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, merupakan anak kelima dari lima bersaudara dari Bapak Murjani dan Ibu Nurmiah. Tahun 1998 melaksanakan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 008 Loa Janan, dan melanjutkan pendidikan pada tahun 2003 ke jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Loa Janan (SMPN 2 Loa Janan) Kabupaten Kutai Kartanegara, dan melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Loa Janan pada tahun 20062009. Selama mengenyam pendidikan di SMA Negeri 1 Loa Janan pernah menjuarai beberapa kegiatan seperti juara 2 gambar abstrak, juara 3 sepak takrau di Kutai Kartanegara. Aktif pada kegiatan kemasyarakatan seperti Ikatan Remaja Masjid (IRMA) Al-Hidayah. Pendidikan Tinggi dimulai di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Manajemen Lingkungan pada tahun 2009, dan pernah menjadi salah satu anggota Himpunan Mahasiswa Manajemen Lingkungan (HIMA ML). Pada bulan Maret-April 2013 mengikuti program PKL (Praktik Kerja Lapang)
di
CV. Sanga-sanga
Perkasa,
Kecamatan Sanga-sanga,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas-tugas selama melaksanakan Karya lmiah. Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peranserta dan bantuan dari beberapa pihak, untuk ini segala kerendahan hati dan sikap hormat penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Fachruddin Azwari, ST.M.Si, selaku dosen pembimbing Karya lmiah yang telah mengarahkan penulis dari persiapan sampai dengan penyusunan laporan Karya Ilmiah ini. 2. Bapak Ir. Noorhamsyah. MP, selakuPenguji I yang telah banyak membantu dan memberikan saran/masukan kepada penulis di dalam penelitian serta penyusunan Karya llmiah ini. 3. Ibu Kemala Hadidjah ST. Msi, selaku penguji II yang telah memberikan arahan dan nasehat di dalam penyusunan Karya llmiah ini. 4. Bapak Dadang Suprapto, MP, selaku Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 5.
Bapak Ir. Hasanudin,MP, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
6. Seluruh Staf Dosendan Teknisi Manajemen Lingkungan yang telah banyak memberikan masukkan baik itu didalam proses belajar mengajar maupun diluar jam perkuliahan. 7. Ayah, Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara materi maupun moral. 8. Dan Spesial Buat Hudyah Fitriani yang senantiasa memberi semangat dan dukungan dalam penyusunan laporan ini. 9. Kepada Widi Haryanto, Suprayitno, Niko Agus Bintoro, Retno Ristadi, Eko Wahyu Utomo dan semua teman-teman Manajemen Lingkungan yang
khususnya angkatan 2010 yang selalu mendukung dan senantiasa memberi saran, nasehat serta semangat dalam kegiatan penyusunan Karya Ilmiah ini. Semoga apa yang mereka berikan kepada penulis baik do’a maupun dukungan moral dapat dibalas oleh Allah SWT, Amin. Dalam penyusunan laporan ini penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Penyusunan Karya IImiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda untuk mendapatkan gelar Ahli Madya. Penulis berharap agar laporan Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Ahmad Awaluddin Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR TABEL ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... BAB I. PENDAHULUAN BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D.
v vii ix x xi
Tinjauan Umum Tentang Kebisingan.................................... Kebisingan Jalan Raya..................................................... Sumber Kebisingan........................................................... Jenis Kebisingan.................................................................... 1. Kebisingan Kontinyu......................................................... 2. Kebisingan Terputus-putus................................................... 3. Kebisingan Inplusif................................................................ 4. Kebisingan Inpulsif................................................................ Faktor–faktor yang Mempengaruhi Intensitas Kebisingan Raya.................................................................................... Efek Kebisingan ....................................................................... Pengukuran Nilai Intensitas Kebisingan.............................. Nilai ambang batas (NBA) kebisingan yang terjadi............
4 4 4 Jalan 5 7 8 9
BAB III. METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian........................................... B. Alat dan Bahan.................................................................. C. Prosedur Penelitian...........................................................
10 10 11
E. F. G. H.
3 3 4 4 4
1. Persiapan alat pengukur tingkat kebisingan(Sound level meter)11 2. Pengambilan sampel kebisingan .............................................. 11 3. Perbandingan tingkat kebisingan pada sampel 1, 2,dan 3....... 11
D.Pengolahan Data................................................................. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
12
A. Hasil..................................................................................... 13 B. Pembahasan......................................................................... .. 14 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN . 1. Kesimpulan .............................................................................. 15 2. Saran ....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Baku mutu tingkat kebisingan .......................................................... 9 2. Hasil Penelitian di Kota Samarinda ................................................. 13
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Grafik tingkat kebisingan........................................................... ...... 13
Lampiran 2. Posisi pengambilan sempel di Jl. Dr. Sutomo ................................. 21 3. Posisi pengambilan sampel di Jl. P. Antasari.................................. 22 4. Posisi pengambilan sampel di Jl. Cipto Mangun Kusumo .............. 23
1
BAB I PENDAHULUAN Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di kotakota besar. Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau membahayakan kesehatan. Suara yang tidak diinginkan akan memberikan efek yang kurang baik terhadap kesehatan. Suara merupakan gelombang mekanik yang dihantarkan oleh suatu medium yaitu umumnya oleh udara. Kualitas dan kuantitas suara ditentukan antara lain oleh intensitas (loudness), frekuensi, periodesitas (kontinyu atau terputus) dan durasinya. Faktor-faktor tersebut juga ikut mempengaruhi dampak suatu kebisingan terhadap kesehatan. Lalulintas jalan merupakan sumber utama kebisingan yang mengganggu sebagian besar masyarakat perkotaan. Salah satu sumber bising lalulintas jalan, antara lain berasal dari kendaraan bermotor, baik roda dua, tiga maupun roda empat, dengan sumber penyebab bising antara lain dari bunyi klakson saat kendaraan ingin mendahului atau minta jalan dan saat lampu lalulintas tidak berfungsi. Gesekan mekanis antara ban dengan badan jalan pada saat pengereman mendadak dan kecepatan tinggi, suara knalpot akibat penekanan pedal gas secara berlebihan atau knalpot imitasi, tabrakan antara sesama kendaraan, pengecekan perapian di bengkel pemeliharaan dan frekuensi mobilitas kendaraan, baik dalam jumlah maupun kecepatan. Pengaruh buruk kebisingan, didefinisikan sebagai suatu perubahan morfologi dan fisiologi suatu organisma
yang
mengakibatkan
penurunan
kapasitas
fungsional
untuk
mengatasi adanya stress tambahan atau peningkatan kerentanan suatu organisma terhadap pengaruh efek faktor lingkungan yang merugikan, termasuk
2
pengaruh yang bersifat sementara maupun gangguan jangka panjang terhadap suatu organ atau seseorang secara fisik, psikologis atau sosial. Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa gangguan pendengaran, gangguan komunikasi, gangguan istirahat, gangguan tidur, psikofisiologis, gangguan mental, kinerja, pengaruh terhadap perilaku permukiman, ketidaknyamanan, dan juga gangguan berbagai aktivitas sehari-hari (Putri, 2012) Dari sekian banyak nama jalan yang berada di wilayah Samarinda dengan segala bentuk keramaian lalu lintasnya,
Jalan Dokter Sutomo, Jalan
Pangeran Antasari dan Jalan Cipto Mangun Kusumo dianggap representatif untuk dijadikan sampel tingkat kebisingan jalan raya di Samarinda. Ketiga jalan ini telah mewakili kelas keramaian lalu lintas mulai dari yang paling padat, sedang dan agak sepi.
Jl. Dr. Sutomo mewakili yang padat, sedangkan Jl.
Pangeran Antasari mewakili lalu lintas yang sedang, pada lokasi jalan raya yang agak sepi diwakili oleh Jl. Cipto Mangun Kusumo. Penelitian ini dilakukan penulis dengan tujuan
untuk menerangkan
tingkat kebisingan dari 3 (tiga) jalan di Samarinda, khususnya Jl. Dr. Sutomo, Jl. Pangeran Antasari dan Jl. Cipto Mangun Kusumo. Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada pembuat kebijakan atau pemerintah kota mengenai tingkat kebisingan di tiga jalan tersebut sebagai dasar kebijakan selanjutnya khususnya dalam pembenahan polusi suara di jalan raya tersebut.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain. Apabila orang mendengar bunyi suatu benda ada tiga hal yang dapat diperhatikan kerasnya, tingginya, dan macamnya. Keras ditentukan oleh lebar getaran yang memiliki telinga.macamnya ditentukan oleh sumber getar. Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak teratur dan periodik, ada pula yang mengartikan bahwa kebisingan adalah suara yang tidak diketahui yang bersumber dari alat-alat yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Anonim, 2012). B. Kebisingan di Jalan Raya Berbagai negara di dunia yang terus mengalami perkembangan lalu lintas akan diiringi pula dengan penambahan tingkat kebisingan di sepanjang jalan raya. Lalu lintas di jalan raya merupakan sumber utama kebisingan yang mengganggu
sebagian
besar
masyarakat
perkotaan.
Bukti
yang
ada
menunjukkan bahwa kebisingan lalu lintas adalah sumber utama gangguan lingkungan. Penelitian membuktikan adanya korelasi positif antara tingkat kebisingan dan tingkat gangguan. Bunyi yang ditimbulkan oleh lalu lintas adalah bunyi dengan tingkat suara yang tidak konstan. Tingkat gangguan kebisingan yang berasal dari bunyi lalu lintas dipengaruhi oleh tingkat suaranya, seberapa sering terjadi dalam satu satuan waktu, serta frekuensi bunyi yang dihasilkannya.
4
C. Sumber Kebisingan Gangguan kebisingan dari kendaraan yang ada di jalan mempunyai tingkat kecenderungan yang selalu meningkat, dengan adanya peningkatan jumlah kendaraan dan panjang jalan. Kebisingan dari pesawat terbang pada umumnya bervariasi dan sifatnya terputus-putus. Lain halnya yang berasal dari kendaraan darat yang biasanya terjadi apabila pesawat landing dan take off dari bandara udara. Kebisingan yang ditimbulkan dari mesin-mesin dalam industri dan proses- proses yang ada di dalamnya. D. Jenis Kebisingan 1. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state,wide band noise) adalah kebisingan yang fluktuatif dan intensitas tidak lebih dari 6 dB dan dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara. Misalnya : mesin-mesin kipas angin. 2. Kebisingan terputus-putus (inter mittent) adalah kebisingan yang terjadi secara terputus-putus atau tidak stabil. Misalnya : lalulintas di jalan raya dan suara kapal terbang 3. Kebisingan inplusif (impact or impulsive noise) adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai puncaknya tidak lebih dari 35 milidetik dan waktu yang di butuhkan untuk menurunkan intensitas sampai 20 dB tidak lebih dari 550 mili detik. Misalnya : tembakan atau meriam. 4. Kebisingan impulsif. Adalah kebisingan yang terjadi berulang-ulang dengan intensitas relatif rendah. Misalnya : mesin tempa di perusahaan.
5
E. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Intensitas Kebisingan Jalan Raya Faktor yang mempengaruhi intensitas kebisingan jalan raya dilihat dari sumbernya adalah jumlah kendaraan bermotor. Salah satu sumber bising lalu lintas jalan raya yaitu berasal dari kendaraan bermotor, baik roda dua, roda tiga, maupun roda empat, dengan sumber kebisingan antara lain dari bunyi klakson kendaraan, sirine, gesekan mekanis antara ban dengan badan jalan pada saat pengereman mendadak dan kecepatan tinggi, suara knalpot, dan kecelakaan antara sesama kendaraan. Semakin banyak jumlah kendaraan yang melintas di jalan raya maka intensitas kebisingannya semakin tinggi. Selain berdasarkan sumber yang mempengaruhi intensitas kebisingan adalah media, yaitu meliputi jarak, serapan udara, arah angin, jenis permukaan bumi dan tingkat kerapatan tanaman. Penjelasan tentang faktor jarak adalah bahwa gelombang bunyi merupakan waktu untuk merambat. Gelombang bunyi merambat melalui udara di permukaan bumi. Gelombang bunyi akan mengalami penurunan intensitas karena gesekan dengan udara dalam perjalanannya. Oleh karena itu semakin jauh jarak sumber kebisingan maka akan semakin kecil intensitas kebisingan. Serapan udara dapat diterangkan bahwa udara mempunyai massa, mengisi ruang kosong di atas bumi dan digunakan oleh suara untuk merambat. Akan tetapi adanya udara juga sebagai penghambat gelombang suara. Gelombang suara akan mengalami gesekan dengan udara. Udara yang kering akan lebih menyerap udara dari pada udara yang lembab, karena adanya uap air akan memperkecil gesekan antara gelombang bunyi dengan massa udara. Udara yang bersuhu rendah akan lebih menyerap suara dari pada udara bersuhu tinggi, karena suhu rendah membuat udara menjadi lebih rapat sehingga gesekan terhadap gelombang bunyi akan lebih besar. Arah angin sebagai factor pengaruh
6
intensitas kebisingan dari media dapat diterangkan sebagai berikut: arah angin akan mempengaruhi besarnya frekuensi bunyi yang diterima oleh pendengar. Arah angin yang menuju pendengar akan mengakibatkan suara terdengar lebih keras, begitu juga sebaliknya. Jenis permukaan bumi mempengaruhi intensitas kebisingan karena permukaan bumi yang berupa tanah dan rumput, merupakan penghambat yang sangat alami. Suara yang datang akan terserap langsung. Sebaliknya, permukaan yang tertutup aspal jalan atau paving blok akan langsung memantulkan bunyi. Demikian pula tingkat kerapatan tanaman mempengaruhi intensitas kebisingan karena jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai massa daun yang padat dan dapat menyerap pencemar udara dari gas emisi kendaraan dan kebisingan. Tanaman merupakan pereduksi kebisingan yang ramah lingkungan dan memberikan keindahan bila dilihat dari aspek visual. Penelitian di Jepang menyatakan bahwa kesan keindahan dirasakan masyarakat dengan adanya tanaman. Penelitian di China membuktikan bahwa tanaman mampu mereduksi kebisingan psikologis seseorang. Tanaman jika cukup tinggi, lebar, dan padat, dapat menurunkan kebisingan lalu lintas jalan raya. Efektivitasnya tergantung pada kerapatan tanaman sepanjang jalan raya dan kepadatan daun (jenis tanaman). Tanaman pereduksi kebisingan yang efektif dapat mengurangi tingkat kebisingan dengan 10 sampai 15 desibel. Hasil pengukuran pada penelitian yang dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB) memperlihatkan bahwa tanaman memiliki kemampuan yang berbeda dalam mereduksi kebisingan. Berdasarkan tingkatan frekuensi sumber bunyi, tanaman tersebut juga mempunyai kemampuan mereduksi kebisingan yang berbeda pada setiap frekuensi yang layak didengar manusia. Penelitian tersebut
7
telah membuktikan adanya perbedaan kemampuan reduksi kebisingan menurut jenis vegetasi berdasarkan tingkat kerapatan tanaman. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian di Iran. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa campuran Pinus eldarica dan Robinia pseudoacasia mampu mereduksi kebisingan lebih besar daripada hutan dengan murni Pinus eldarica atau murni Robinia pseudoacasia. Hal ini membuktikan bahwa besarnya reduksi kebisingan sebanding dengan kerapatan tanaman (Anonim, 2012). F. Efek Kebisingan Pada umumnya kebisingan bernada tinggi lebih mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba dan tak terduga, pengaruhnya sangat terasa apabila sumber kebisingan tersebut tidak diketahui. Suara yang mendadak dan keras akan memekakkan telinga atau suara yang monoton akan merangsang otak telinga untuk bekerja terus menerus sehingga
akan
menebal
dan
mengurangi
sensitivitas
atau
kepekaan
pendengaran terutama pada pekerja pabrik, lalu lintas dan lain-lain. Kebisingan yang terjadi juga bisa berakibat pada
gangguan terhadap
jantung dan tekanan darah. Suara yang mendadak dan keras akan menimbulkan rasa terkejut dengan denyut jantung cepat dan teratur, muka menjadi pucat, otak menjadi tegang, hilang kontrol dan lain-lain. Demikian halnya dengan urat syaraf dapat terganggu dengan kebisingan tertentu yang bisa menimbulkan ketegangan terus menerus, membebani kerja syaraf sehingga menimbulkan kelelahan syaraf, kurang tidur
yang bisa
mengakibatkan gangguan jiwa. Gangguan fisiologis terjadi jika bising bernada tinggi, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa
8
peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, destruksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Gangguan psikologis, dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, stres, kelelahan, dan lain-lain. Gangguan keseimbangan, bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual. Komunikasi terganggu, sebagai resiko potensial kepada pendengaran terjadi apabila komunikasi pembicaraan harus dijalankan dengan berteriak, gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan (Anonim, 2011). G. Pengukuran Nilai Intensitas Kebisingan Pengukuran intensitas kebisingan ditujukan untuk membandingkan hasil pengukuran pada suatu saat dengan standar yang telah ditentukan serta merupakan langkah awal untuk mengendalikan alat yang dipergunakan untuk pengukuran intensitas kebisingan adalah sound level meter. Maksud pengukuran adalah untuk memperoleh data kebisingan di lokasi, atau dimana saja untuk mengetahui tingkat kebisingan yang terjadi (Anonim 2010). H. Nilai ambang batas kebisingan yang terjadi Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan sesuai dengan baku mutu yang sudah
9
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep -
48/MENLH/11/1996, Tentang Baku Tingkat Kebisingan. Untuk baku mutu kawasan kegiatan pemerintahan dan fasilitas umum yaitu 60 dB. Berikut adalah tabel baku mutu lingkungan untuk tingkat kebisingan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48/1996. Tabel 1. Baku Mutu Tingkat Kebisingan PERUNTUKAN KAWASAN/LINGKUNGAN KEGIATAN
TINGKAT KEBISINGAN dB (A)
a. Peruntukan kawasan 1.
Perumahan dan pemukiman
55
2.
Perdagangan dan jasa
70
3.
Perkantoran dan perdagangan
65
4.
Ruang terbuka hijau
50
5.
Industri
70
6.
Pemerintahan dan fasilitas umum
60
7.
Rekreasi
70
8.
Khusus : -
Bandar udara
-
Stasiun kereta api
70
-
Pelabuhan laut
60
-
Cagar budaya
b. Lingkungan kegiatan 1. Rumah sakit atau sejenisnya
55
2. Sekolah atau sejenisnya
55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya
55
10
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Tempat Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi, yaitu di Jl. Doktor Sutomo, Jl. Pangeran Antasari dan di Jl. Cipto Mangun Kusumo Kota di Kota Samarinda. Adapun waktu penelitian dilakukan penulis selama kurang lebih dua bulan yang dimulai dari bulan Juli sampai Agustus 2013 yang meliputi kegiatan
studi
literatur, persiapan alat dan penentuan titik lokasi pengambilan sampel, pengambilan sampel kebisingan, analisa data dan penulisan karya ilmiah. B. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Sound Level Meter, digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan (gambar. 2, 3 dan 4, lampiran) 2. Stopwatch, digunakan untuk menghitung waktu pergantian pengambilan sampel pada setiap stasiun pengukuran. 3. Alat tulis, digunakan untuk mencatat data tingkat kebisingan dari ketiga lokasi pengamatan 4. Kamera digital, digunakan untuk mendokumentasikan semua kegiatan penting selama penelitian Sedangkan bahan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah suara kendaraan, suara kendaraan ini digunakan sebagai penilaian terhadap tingkat kebisingan di masing-masing lokasi pengamatan.
11
C. Prosedur Penelitian 1. Persiapan alat pengukur tingkat kebisingan (Sound level meter) Alat pengukur tingkat kebisingan (sound level meter) yang digunakan adalah milik Laboratorium Kualitas Udara dan Cuaca Manajemen Lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, digunakan sebanyak 1 pcs. 2. Penentuan titik lokasi pengambilan sampel kebisingan Titik lokasi pada Jl. Dr. Sutomo, ditentukan di depan Masjid Al Ma’ruf di pinggir jalan raya, untuk yang di Jl. Pangeran Antasari ditentukan di depan rumah makan Minang di pinggir jalan raya, sedangkan penentuan titik lokasi pengambilan sampel kebisingan di Jl. Cipto Mangun Kusumo ditentukan di depan Kompi C di pinggir jalan raya. Pada ketiga stasiun ini dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali pengukuran pada setiap sepuluh menit. Pelaksanaan pengukuran dilakukan pada jam yang berbeda, yaitu jam 07.0007.30 di Jl. Dr. Sutomo, jam 08.00- 08.30 di Jl. Pangeran Antasari, sedangkan di Jl. Cipto Mangun Kusumo dilakukan jam 09.00-09.30. 3. Pengambilan sampel kebisingan Dengan menggunakan cara sederhana dengan alat ukur tingkat kebisingan (Sound Level Meter), dengan menggunakan jeda waktu selama setiap sepuluh menit sebanyak 3 kali ulangan pengambilan sampel pada setiap stasiun. D. Pengolahan data Data tingkat kebisingan yang telah diperoleh masing-masing sebanyak 3 kali pengukuran, dirata-ratakan nilainya untuk mewakili tingkat kebisingan setiap stasiun pengukuran, dengan rumus sebagai berikut:
12
Rataan tingkat kebisingan: Jumlah nilai tingkat kebisingan 3 kali pengukuran/ banyaknya pengukuran
Sampel A + Sampel B + Sampel C = D D : 3 = Hasil
Hasil
rataan
tingkat
kebisingan
dari
tiga
stasiun
pengamatan
diperbandingkan dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 48/1996 (Tabel 1.), serta satu sama lain dibandingkan.
13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di tiga lokasi yaitu Jl. Dr. Sutomo, Jl. Pangeran Antasari dan Jl. Cipto Mangun Kusumo terhadap tingkat kebisingan dapat dilihat pada Tabel 2. berikut: Tabel 2: Hasil Penelitian di Kota Samarinda
Tingkat Kebisingan
Kode Sampel
Sampel I
Sampel II
Sampel III
Rata-Rata
Jl. Dokter Sutomo
70,9
72,2
78,1
73,7
Jl. Pangeran Antasari
72,2
74,5
65,4
70,7
Jl. Cipto Mangun Kusumo
73,1
64,3
68,2
68,5
Untuk lebih jelasnya Tabel 2. Di atas dapat dilihat pada Gambar 1. di bawah ini:
Gambar 1. Grafik Tingkat Kebisingan
14
B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditampilkan pada Tabel 2. dan Gambar 1, menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada tiga lokasi jalan raya, di wilayah kota Samarinda berturut-turut yang paling bising adalah Jl. Dr Sutomo dan dikuti Jl. Pangeran Antasari dan Jl. Cipto Mangun Kusumo dengan nilai tingkat kebisingan masing-masing secara berurutan sebes ar 73,7 dB, 70,7 dB dan 68,5 dB. Merujuk pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996, bahwa tingkat kebisingan jalan raya termasuk dalam peruntukan kawasan pemerintahan dan fasilitas umum dengan tingkat kebisingan yang diperbolehkan sebesar 60 dB, maka kebisingan pada ketiga lokasi yang diamati masuk kategori yang melebihi baku mutu tingkat kebisingan. Jalan Dokter Sutomo yang dalam kenyataannya lebih padat keramaian lalu lintasnya, tercermin pada nilai tingkat kebisingannnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kebisingan yang terjadi pada Jl. Pangeran Antasari maupun yang di Jl. Cipto Mangun Kusumo. Hal ini bisa kita pahami karena lalu lintas di Jl. Dr Sutomo dipengaruhi oleh pengguna jalan raya yang berasal dari banyak penjuru seperti dari pasar Segiri, Jl.M. Yamin, Jl. Let.Jend. Suprapto dan yang menuju perkantoran sekitar Jl. Kusuma Bangsa (Pemerintahan dan Dinas), sedangkan akses Jl. Pangeran Antasari lebih terbatas yang hanya digunakan oleh pengendara yang akan ke Balikpapan dan Tenggarong, demikian juga pada Jl. Cipto Mangun Kusumo adalah akses jalan yang lebih sedikit digunakan oleh warga Samarinda dan sekitarnya, karena merupakan jalan peralihan (akses menuju Balikpapan, Tenggarong atau Sanga-sanga).
15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah disampaikan di muka, maka dapat disampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikurt: a. Jl. Dokter Sutomo Samarinda memiliki rata-rata tingkat kebisingan yang paling tinggi di antara Jl. Pangeran Antasari maupun Jl. Cipto Mangun Kusumo b. Nilai Tingkat kebisingan di Jl. Dr. Sutomo, diJl. Pangeran Antasari dan di Jl. Cipto Mangun Kusumo berturut-turut adalah sebesar 73,7 dB, 70,7 dB dan 68,5 dB. c. Ketiga lokasi pengamatan setelah dibandingkan dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Republik Indonesia No 48 tahun 1996 ternyata
melewati nilai ambang atau baku mutu tingkat kebisingan. .B. Saran a. Pemerintah Kota Samarinda harus mulai berbenah terhadap adanya gangguan polusi suara yang berdampak pada pengguna di jalan raya, khususnya pada ketiga jalan yang dilakukan penelitian, misalnya melakukan upaya-upaya pengurangan jumlah kendaraan.
Dalam hal ini pemerintah
tidak
pajak
boleh
hanya
memikirkan
masuknya
kendaraan
tetapi
mengorbankan kerusakan kualitas lingkungan, khususnya kenyamanan dan keamanan pengguna jalan raya upaya-upaya ke arah mengurangi kemacetan perlu segera dilakukan, seperti pembangunan jembatan layang dan sebagainya.
16
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2010. Teknik Pengambilan Sampel Kebisingan http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/download/229/225.(diakses pada tanggal 16Januari 2013) Anonim, 2011. Hubungan kebisingan http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-res2000-i-865-kebisingan. (diakses pada tanggal 16 Februari 2013) Anonim, 2012. Analisis Hubungan Kebisingan Jalan Raya http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-primanitam-65453- bab ii. pdf (diakses pada tanggal 17 Februari 2013) Putri,LB, 2012, Kebisingan lalu lintas dan hubungannya dengan tingkat ketergangguanmasyarakat.httpwww.ftsl.itb.ac.idkkteknologi_pengelolaan_ lingkunganwpcontentuploads201010PI-EH2-Linasari-Putri-B15305031.pdf.(diakses pada tanggal 22 Februari 2013)
17
LAMPIRAN
18
Gambar 2. Posisi pengambilan sampel tingkat kebisingan di Jl. Dr. Sutomo.
Gambar 3. Posisi pengambilan sampel tingkat kebisingan di Jl. Pangeran Antasari.
Gambar 4. Posisi pengambilan sampel tingkat kebisingan di Jl. Cipto Mangun Kusumo.