PENGARUH KEBUTUHAN AKAN PRESTASI, EFIKASI DIRI, KESIAPAN INSTRUMEN, DAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA (STUDI ANALISIS PADA MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH ANGKATAN 2013)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: AHMAD MUTOHAR NIM. 12.22.1.1.009
JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2017
2
ii
3
iii
4
iv
5
v
6
vi
7
MOTTO “Berfikir dan Berjiwa Besar” (David J. Schwartz) Keinginan adalah setengah kehidupan. Tapi ketidak inginan adalah setengah dari kematian. Jadi untuk terus merasakan kehidupan ini, sebaiknya anda teruslah berkeinginan. (Kahlil Gibran) Keterbatasan adalah jalan untuk tumbuh dan berkembang lebih maju. (Jared Diamond) Berdaulat secara Politik Berdikari secara Ekonomi Berkepribadian secara Sosial Budaya (Ir. Sukarno)
vii
8
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan dengan segenap cinta dan doa Karya yang sederana ini untuk:
Bapak H. Supar dan Ibu Hj. Maemanah tercinta, kakakku Nuraini, Lukman, Toni, Bihri, Lisa dan adikku Rohib tersayang, yang selalu memberikan doa, semangat dan kasih sayang yang tulus dan tiada ternilai besarnya.
Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Terimakasih atas kebersamaan dan silaturahminya selama berlajar bagaimana berjuang dan berproses mencapai insan akademis, pencipta, pengabdi yang diridhoi Allah SWT. Khususnya kawan perjuanganku saudara/i Mu’min, Pauzan, Dadang, Anshori, Zakiyah, Ismi, Dwi, Bernanda, Ainun, Pauji, Yusuf, Huda, Fian, Roby, maaf kawanku yang belum bisa disebutkan namanya satu persatu dan adinda/dinda Kom Walisongo dan Cab. Sukoharjo. Keluarga Besar Manajemen Bisnis Syariah (MBS) Kelas A yang Super Kreatif. Terimakasih selama 4 tahun lebih kita bisa bersama mencari jati diri untuk mencapai cita-cita. Khususnya Diensi, Elly, Muslimin, Alif, Arif, Danur, Anah, Pandu, Purnomo dan lainnya. Thanks. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Darussalam Kunir (IMDAK). Terimakasih atas kebersamaan dan silaturahminya selama di perantauan Solo dan Yogyakarta. Tabroni, Faisal, Syarif, Rio, Ulin, Fadlu, Fadli dan lainnya. Terimakasih atas semuanya, yakinkan dengan Iman, Usahakan dengan Ilmu, dan sampaikan dengan Amal. Semoga karya ini menjadi langkah kesuksesan dan manfaat bagiku dan khalayak umum. Amiin.
viii
9
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang bejudul “Pengaruh Kebutuhan Akan Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Instrumen, Dan Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa (Studi Analisis Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis Syariah Angkatan 2013). Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Jenjang Strata 1 (S1) Jurusan Manajemen Bisnis Syariah, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakata. Penulis menyadari sepenuhnya, telah banyak mendapatkan dukungan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran, waktu, tenaga dan sebagainya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. H. Mudofir, S.Ag, M.Pd., Rektor Institut Agama Islam Negeri Surakarta. 2. Drs. H. Sri Walyoto, MM., Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. 3. Datien Eriska Utami, S.E,. M.Si. Ketua Jurusan Manajemen Bisnis Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. 4. Drs. Azis Slamet Wiyono, M.M., Dosen Pembimbing Akademik Jurusan Manajemen Bisnis Syariah, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam.
ix
10
5. Drs. Basuki Rahardjo, M.S., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan perhatian dan bimbingan selama penulisan menyelesaikan Skripsi. 6. Biro Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam atas bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi. 7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis. Amiin. 8. Ibu dan Bapakku serta Kakak-kakak ku tersayang, terimakasih atas Doa, Cinta, Pengorbanan, yang selalu memberikan semangat dan kasih sayang yang tulus tiada ternilai besarnya dan tak pernah habisnya, kasih sayangmu tak akan kulupakan selamanya. 9. Kawan-kawan dan Rekan seperjuanganku di IMDAK dan teman-temanku angkatan 2012 yang telah memberikan keceriaan dan semangat kepada penulis selama penulis menempuh Studi di Jurusan Manajemen Bisnis Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Terhadap semuanya tiada kiranya penulis dapat membalasnya, hanya doa serta puji syukur kepada ALLAH SWT, semoga memberikan balasan kebaikan. Amiin. Wassalamualaikum Wr. Wb. Surakarta, 30 Desember 2016
Penulis
x
11
ABSTRACT
The purposes of this study were determine: 1) To determine whether there is Need for Achievement effect to the intention of entrepreneurship students. 2) To determine whether there is any influence of self-efficacy to the intention of entrepreneurship students. 3) To determine whether there is any influence the readiness of the instrument to the intention of entrepreneurship students. 4) To determine whether there is any effect to the intention of entrepreneurship education in entrepreneurship students. 5) To determine whether there is any influence the need for achievement, self-efficacy, instument readiness and entrepreneurial education instrument to the intention of entrepreneurship students. This research is quantitative descriptive. This study population is a students of Sharia Business Management force in 2013, the Faculty of Economics and Business Islamic State Islamic Institute Surakarta. The study sample as many as 110 students taken from the formula Isaac and Michael usedsamples (simple random sampling). Data collection techniques used are questionnaires and documentation. Data analysis techniques are performed by multiple linear regression. The and used IBM SPSS version 20. The results of this study are as follows: (1) the Need for Achievement does not have a significant effect to the intention of entrepreneurship 2) selfefficacy has a significant effect on entrepreneurship intention to the intention of entrepreneurship. 3) Readiness of the Instrument has a significant effect to the Intention of Entrepreneurship. 4) Entrepreneurship Education does not have a significant effect on entrepreneurial intention. 5) There is significant influence the Need for Achievement, Self-Efficacy, Readiness and Entrepreneurial Education Instrument jointly to the intention of entrepreneurship.Results 57.1% Coefficient of Determination effect. The remaining 42.9% is influenced by other factors beyond research. Keywords: Need for Achievement, Self Efficacy, Instument Readiness, Entrepreneurship Educationand, and Entrepreneurship Intention.
xi
12
ABSTRACT Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Apakah terdapat pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. 2) Apakah terdapat pengaruh efikasi diri terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. 3) Apakah terdapat pengaruh kesiapan instrumen terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. 4) Apakah terdapat pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. 5) Apakah terdapat pengaruh kebutuhan akan prestasi, efikasi diri, kesiapan intrumen dan pendidikan kewirausahaan secara bersama sama terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif.Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis Syariah angkatan 2013, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta.Sampel penelitian ini sebanyak 110 mahasiswa diambil dari rumus Isaac dan Michael, kemudian diambil secara sampel sederhana (simple random sampling).Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi.Teknik analisis data dilakukan dengan regresi linier ganda. Sedangkan untuk olah data mengggunakan program IBM SPSS Versi 20. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kebutuhan akan Prestasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha. 2) Efikasi Diri memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha. 3) Kesiapan Instrumen memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha. 4) Pendidikan Kewirausahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha. 5) Terdapat pengaruh secara signifikan Kebutuhan akan Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Instrumen dan Pendidikan Kewirausahaan secara bersamasama terhadap Intensi Berwirausaha.HasilKoefisien Determinasi berpengaruh 57,1%.Sisanya yaitu 42,9% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian. Kata Kunci: Kebutuhan akan Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Instrumen, Pendidikan Kewiraushaan dan Intensi Berwirausaha.
xii
13
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN BIRO SKRIPSI .................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI ............................................. iv HALAMAN NOTA DINAS
................................................................................v
HALAMAN PENGESAHAN MUNAQOSAH .................................................. vi HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN
....................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix ABSTRACK .......................................................................................................... xi ABSTRAK ......................................................................................................... xii DAFTAR ISI
.................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xviii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xx BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 1. 1.Latar Belakang Masalah ..............................................................................1 1. 2.Identifikasi Masalah ....................................................................................8 1. 3.Batasan Masalah ..........................................................................................9 1. 4.Rumusan Masalah ......................................................................................10 1. 5.Tujuan Penelitian .......................................................................................11 1. 6.Manfaat Penelitian .....................................................................................11
xiii
14
1. 7.Jadwal Penelitian ........................................................................................12 1. 8.Sistematika Penulisan Skripsi ....................................................................13 BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................14 2. 1. Kajian Teori ............................................................................................14 2. 1. 1. Kewirausahaan .............................................................................14 2. 1. 2. Pengertian Entrepreneurship dan Entrepreneur ..........................17 2. 1. 3. Imbalan berwirausaha ..................................................................18 2. 1. 4. Tantangan Berwirausaha ..............................................................20 2. 1. 5. Karakteristik Wirausaha ...............................................................21 2. 1. 6. Etika Kewirausahaan ....................................................................23 2. 1. 7. Peran Kewirausahaan Dalam Perguruan Tinggi ..........................25 2. 1. 8. Intensi Berwirausaha ...................................................................27 2. 1. 9. Kebutuhan Akan Prestasi .............................................................29 2. 1. 10. Efikasi Diri …………….. ........................................................32 2. 1. 11. Kesiapan Instrumen ..................................................................34 2. 1. 12. Pendidikan Kewirausahaan ......................................................36 2. 2.Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................................39 2. 3.Kerangka Berpikir ......................................................................................42 2. 4.Hipotesis .....................................................................................................43 BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................46 3. 1. Waktu Dan Wilayah Penelitian ...............................................................46 3. 2. Jenis Penelitian.........................................................................................46 3. 3. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................47
xiv
15
3. 4. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................................47 3. 5. Data dan Sumber Data .............................................................................50 3. 6. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................51 3. 7. Variabel Penelitian ...................................................................................53 3. 8. Definisi Operasional Variabel .................................................................54 3. 9. Teknik Analisis Data................................................................................57 1.
Uji Instrumen .................................................................................57 1. Uji Validitas ..............................................................................57 2. Uji Reliabilitas ...........................................................................59
2.
Uji Asumsi Klasik ........................................................................60 1. Uji Normalitas .........................................................................60 2. Uji Autokorelasi.........................................................................60 3. Uji Multikolinieritas ..................................................................61 4. Uji Heteroskedastisitas ..............................................................61
3.
Uji Regresi Berganda .....................................................................62
4.
Uji Hipotesis ...................................................................................63 1. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji T) .............................63 2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ....................................................64 3. Koefisien Determinasi (Uji R2) .......................................................65
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................................66 1. Gambaran Umum Penelitian.........................................................................66 4.1.1. Deskripsi Tempat Penelitian .........................................................66 a. Institut Agama Islam Negeri Surakarta ..................................66
xv
16
b. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam..........................................68 c. Jurusan Manajemen Syariah ......................................................71 d. Deskripsi Responden .................................................................75 2. Pengujian dan Hasil Analisis Data ...............................................................75 4.2.1. Uji Instrumen ..................................................................................75 1. Uji Validitas .............................................................................75 2. Uji Reliabilitas ...........................................................................77 4.2.2. Uji Asumsi Klasik ..........................................................................78 1. Uji Normalitas .........................................................................78 2. Uji Autokorelasi.........................................................................79 3. Uji Multikolonieritas .................................................................80 4. Uji Heteroskedastisitas ..............................................................81 4.2.3. Uji Regresi Berganda .....................................................................82 4.2.4. Uji Hipotesis ...................................................................................85 1. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) ..............................85 2. Uji Signifikan Simultan (Uji f) .................................................87 3. Koefisien Determinasi (R2)........................................................89 3. Pembahasan Hasil Analisis Data ..................................................................90 4.3.1. Pengaruh X1 Kebutuhan akan Prestasi Terhadap Intensi Berwirausaha
...................................................................................90
4.3.2. Pengaruh X2 Efikasi Diri terhadap Intensi Berwirausaha .................93 4.3.3. Pengaruh X3 Kesiapan Instrumen Terhadap Intensi Berwirausaha
……. ..........................................................................95
xvi
17
4.3.4. Pengaruh X4 Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Intensi Berwirausaha ........................................................................................97 4.3.5. Pengaruh Kebutuhan akan Prestasi X1, Efikasi Diri X2, Kesiapan Instrumen X3 dan Pendidikan Kewirausahaan X4Terhadap Intensi Berwirausaha (Y) .................................................98 4.3.6. Koefisien Determinasi Pengaruh Kebutuhan akan Prestasi X1,Efikasi Diri X2, Kesiapan Instrumen X3 danPendidikan Kewirausahaan X4 Terhadap Intensi Berwirausaha (Y) ....................... 99 BAB V PENUTUP ...............................................................................................100 5.1. Kesimpulan
...........................................................................................100
5.2. Keterbatasan Penelitian
........................................................................101
5.3. Saran-Saran ............................................................................................102 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................103
xii
18
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian....................................................................................12 Tabel 2.1 Hasil Penelitian Relevan ........................................................................39 Tabel 3.1 Isaacdan MichaelParaf Kesalahan 1%, 5% dan 10% ...........................49 Tabel 3.2 Variabel, Definisi dan Indikator ..........................................................56 Tabel 4. 1 Jenis Kelamin dan Usia Responden .....................................................75 Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas ProdukMomenKarl Pearson ...................................76 Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabelitas ............................................................................78 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ............79 Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Runs Test .........................................................80 Tabel 4. 6 Hasil Uji Multikolonieritas .................................................................81 Tabel 4. 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ...............................................................82 Tabel 4. 8 Hasil Koefisien Regresi Berganda ........................................................83 Tabel 4. 9 Hasil Uji T (Signifikan Parameter Individual) ......................................86 Tabel 4. 10 Hasil Uji F (Signifikansi Simultan) ....................................................88 Tabel 4. 11 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) .................................................89
Xiii
19
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir .................................................................... 43
xix
20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian .................................................................. 107 Lampiran 2 : Tabulasi Data Penelitian ............................................................. 112 Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas Dan Reliabelitas .......................................... 118 Lampiran 4 : Hasil Uji Normalitas ................................................................... 123 Lampiran 5 : Hasil Uji Autokorelasi ................................................................ 124 Lampiran 6 : Hasil Uji Multikolinieritas........................................................... 125 Lampiran 7 : Hasil Uji Heteroskedastisitas....................................................... 127 Lampiran 8 : Hasil Uji t, Uji F dan Uji Koefisien Determinasi ........................ 128 Lampiran 9 : Lampiran 9 : Tabel t dan r Product Moment ............................. ..129 Lampiran 10: Piagam Peresmian, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2013, dan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor : 6421 Tahun 2016 Intitut Agama Islam Negeri Surakarta .................................................... 132 Lampiran 11: Daftar Riwayat Hidup ............................................................... 137
xx
21
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Salah satu tantangan untuk membangun suatu negara adalah menangani pengangguran. Banyaknya pengangguran (baik yang memiliki keterampilan dan tidak berpendidikan tinggi ataupun berpendidikan tinggi tapi tidak memiliki keterampilan) karena tingkat pertumbuhan usia produktif kerja yang tidak sepadan dengan pertumbuhan ekonomi disebabkan perekonomian dalam negeri yang rendah, sehingga pencari kerja dan lapangan pekerjaan tidak mampu menampung antara pertambahan tenaga kerja dengan kesediaan lapangan pekerjaan sebagai pemicu pengangguran (Saiman, 2014; 23). Pada tahun 2012-2035 Indonesia diproyeksikan akan menikmati bonus demografi. Puncaknya diperkirakan terjadi pada tahun 2017 sampai 2019 artinya komposisi jumlah penduduk dengan usia produktif 15-64 tahun mencapai titik maksimal dibandingkan usia tidak produktif 0-14 dan 65 tahun keatas. Langkah pemerintah dan institusi pendidikan kedepan diharapkan bisa menciptakan tenaga kerja yang cerdas dan memiliki daya saing unggul agar dapat memciptakan usaha padat karya secara mandiri (Kompasiana, 2015). Data Badan Pusat Statistik Per-Februari 2015, tingkat pengangguran terbuka (TPT), menyatakan bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia pada Februari 2015 sebanyak 128,3 juta orang, bertambah sebanyak 6,4 juta orang dibanding Agustus 2014 atau bertambah sebanyak 3,0 juta orang dibanding Februari 2014, sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,81 persen menurun
22
dibanding TPT Agustus 2014 (5,94 persen), dan meningkat dibandingkan TPT Februari 2014 (5,70 persen) dari total angkatan kerja. Data tersebut menggambarkan bahwa jumlah penduduk bekerja masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) kebawah sebesar 45,19 persen, sementara penduduk bekerja dengan pendidikan Sarjana (S1) ke atas hanya sebesar 8,29 persen dan penduduk berstatus menganggur adalah sebesar 493 ribu, sedangkan tamatan diploma sebesar 245 ribu sehingga jumlah pengangguran intelektual sebesar 738 ribu dan diperkirakan jumlah pengangguran intelektual ini akan terus bertambah setiap tahun. Fakta di atas mempertegas data yang menyebutkan jumlah pengangguran terdidik terus meningkat. Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebutkan rata-rata 30% dari 200 ribu lulusan pendidikan tinggi tiap tahun tidak terserap ke dunia kerja. Fenomena pengangguran terdidik sebenarnya bukan baru–baru ini saja terjadi. Bahkan dari tahun ke tahun, jumlahnya semakin meningkat. Tingginya jumlah pengangguran intelektual menunjukkan rendahnya penyediaan lapangan kerja dan kakunya pasar kerja. Tingginya pengangguran terdidik juga menunjukkan lemahnya sistem pendidikan kita dalam mencetak tenaga kerja. Selain itu kelemahan pendidikan juga bisa dilihat dari lemahnya kemampuan mencetak wirausaha baru. Dari sekitar 350 ribu sarjana yang dihasilkan oleh perguruan tinggi di seluruh Indonesia setiap tahunnya, hanya sekitar lima persen yang mampu menciptakan lapangan kerja
23
sendiri. Hampir 30 persen lulusan terdidik di Indonesia dari tingkat SD hingga lulusan Universitas tidak terserap dunia kerja (Rojuaniah, 2014: 138). Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), pengangguran merupakan masalah nasional yang serius dan memerlukan perhatian khusus untuk memberikan solusi yang komprehensif. Upaya yang dilakukan yaitu dengan membentuk tim penyelaras pendidikan dengan dunia kerja yang telah dibentuk pada tahun 2009, Tim ahli penyelarasan pendidikan dan dunia kerja menyampaikan bahwa; ....”Pengurangan pengangguran dan peningkatan kompetensi tenaga kerja indonesia memerlukan usaha dari pemerintah dan semua pihak terkait untuk berupaya secara sinergis, terstruktur, dan sistematis”.... Upaya tersebut ditujukan untuk mengurangi kesenjangan antara pendidikan dengan dunia kerja, serta mendorong tumbuhnya kewirausahaan dalam rangka menciptakan lapangan usaha baru di dalam negeri. Meski belum tampak gebrakannya, di Indonesia selama lebih dua dekade, sesungguhnya
Indonesia mengalami
pertumbuhan
tanpa
lapangan
kerja
(JoblesGrowth). Tidak bisa dielakanbahwa pertumbuhan sektor wirausaha di Indonesia memang masih relatif rendah, padahal sektor tersebut salah satu kunci untuk menggenjot pendapatan masyarakat sebesar USD 3.000 perkapita (Rajuaniah, 2014: 138). Pengembangan kewirausahaan beberapa tahun terakhir memang telah menjadi isu lembaga-lembaga ekonomi mulai dari tingkat daerah, nasional bahkan internasional. Kecenderungan ini karena keyakinan bahwa kewirausahaan adalah kunci untuk sejumlah hasil-hasil sosial yang diinginkan, termasuk pertumbuhan
24
ekonomi, pengangguran yang lebih rendah, dan modernisasi teknologi (Baumol,. 2007 dalam penelitian Sarwoko, 2011: 127). Menurut Handaru. et. al. (2014: 1047), menyatakan pertumbuhan kewirausahaan di Indonesia ini masih sangat jauh tertinggal dengan negara lain seperti Amerika Serikat mencapai 11%, di Asia Tenggara seperti Singapur 7% dan Malaysia 5% dengan perbandingan jumlah penduduk negara masing-masing. Masalah ini disebabkan rendahnya minat seseorang terjun lansung didunia kewirausahaan dan menjadikannya karir yang menjanjikan. Terbentuknya paradigma yang salah di masyarakat dalam mengartikulasikan kewirausahaan, sehingga efikasi diri yang ditanamkan dalam dunia kewirausahaan penuh dengan resiko. Dampak ini bisa dilihat dari rendahnya pertumbuhan wirausahawan baru dimasyarakat. Nastiti,. et.al (2010: 188) menambahkan faktor intensi merupakan faktor yang mempengaruhi terciptanya wirausaha baru, dari hasil membandingkan minat berwirausaha antara mahasiswa Indonesia dan Cina, membuktikan bahwa minat mahasiswa Indonesia memiliki tingkat minat yang rendah daripada mahasiswa Cina. Spirit ini yang menjadi pemicu pesatnya perekonomian negara Cina dibandingkan dengan negara Indonesia. Kalangan yang diharapkan mampu turut berperan jangka panjang ialah pemuda berpendidikan tinggi sebagai agent social of change. Mahasiswa menurut Daryanto (2012: 85) adalah sumberdaya manusia yang paling diharapkan untuk dapat menjadi wirausahawan handal, dan perguruan tinggi adalah tempat menciptakan iklim yang bagus untuk
25
mengembangkan
gugus
ide dan
kreatifitas
sehingga
diharapkan
dapat
menghasilkan lulusan sarjana yang menjadi wirausahawan baru yang mampu mencerahkan dan berdaya saing. Pertanyaan yang sering dikemukakan oleh para ahli adalah; “....Apa yang membuat beberapa orang lebih berjiwa kewirausahaan dari yang lain? Dapatkah para pembuat kebijakan melakukan sesuatu untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan?” (Licht, 2007 dalam Sarwoko, 2011: 127) Iklim motivasi dan lingkungan yang bisa menghapus kesangsian Licht terhadap perbedaan berjiwa kewirausahaan dan tidak. Rojuaniah (2014:139) mengatakan upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk jiwa kewirausahaan sejak dibangku sekolah. Selain itu ada factor lain yang juga berpengaruh terhadap jiwa wirausaha
seperti: kepercayaan diri, lingkungan
keluarga, kemandirian dan intensi untuk berwirausaha. Perilaku wirausaha menurut Saiman (2014: 25) adalah motivasi seorang wirausaha antara lain adalah keberanian untuk mendirikan usaha sendiri seringkali didorong oleh motivasi guru dan dosen dalam lingkungan pendidikan formal. Praktikum kewirausahaan dengan kemasan dan penanaman spirit yang menarik dapat memunculkan minat mahasiswa untuk memulai usaha sendiri, dan ditunjang dorongan dari lingkungan yang membentuk siap mental seseorang membuka diri untuk terus berprestasi membangun kemandirian. Kebutuhan akan prestasi menurut McClelland (dalam Lauer 1993: 137138) masyarakat yang tinggi tingkat kebutuhan akan berprestasinya, umumnya akan menghasilkan wiraswastawan yang lebih sersemangat dan selanjutnya menghasilkan perkembangan ekonomi yang lebih cepat.
26
Kepribadian yang unggul dan berjiwa tidak cepat puas dengan apa yang sudah dicapai menjadi hal yang penting, demi menciptakan produk inovasi, kreatif, dan berdaya jual tinggi. Jiwa wirausaha menjadi aset investasi masa yang akan datang. kepribadian, kesiapan instrument dan pendidikan kewirausahaan sebagai pendorong terbentuknya keterampilan dalam mendirikan usaha secara mandiri (Entrepreneurial Skill). Prilaku seseorang terbentuk bukan sekedar dorongan psikologis dan moral saja. Tentunya dorongan materil salah satu sumbangan seseorang memiliki motif kearah membuka usaha baru. Kesiapan intrumen menurut Nitisusastro (2012: 81-93) merupakan bekal yang diperlukan dalam menjalankan usaha. Dunia usaha tak serupa dengan seseorang yang memasuki dunia kerja menjadi pegawai pada organisasi pemerintah ataupun swasta. Meskipun organisasi tersebut sama bertujuan mencari laba. Gooffrey G. Meredith, 2005 (dalam Rojuaniah, 2014: 141) karakter/ciri wirausahawan dilihat dari sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh seseorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kreatif dengan produk/jasa baru dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang wirausahawan. Agar wirausahawan tersebut dapat maju/sukses. Diantara ciri-ciri kewirausahaan adalah percayadiri,
berorientasi
tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi kemasa depan. Demikian latar belakang di atas, kiranya menjadi tolak ukur bahwa tingginya tingkat pendidikan tidak menjamin benyaknya lapangan kerja yang
27
tersedia, begitupun dari metode pembelajaran yang disiapkan oleh para penggerak pendidik untuk terus berupaya menciptakan wirausaha baru dengan produk/jasa kreatif dan inovatif. Berdasarkan fenomena diatas, menyajikan kesimpulan yang belum tentu sesuai dengan kondisi dan situasi dewasa ini di Indonesia dan khususnya bagaimana intensi berwirausaha pada mahasiswa Manajemen Bisnis Syariah angkatan 2013. Masalah tersebut lebih mendorong penulis mencermati model intensi berwirausaha (intense entrepreneur) pada mahasiswa. Selain model teoretis yang pernah ada. Penelitian yang pernah dilakukan oleh penelitilain, berbeda lokasi, model, objek, subjek, waktu, variabel, analisis, sasaran, ataupun tujuan penelitian, dan pada lingkungan institusi yang berbeda pula. Pertimbangan
pemilihan
variabel
di
antaranya
untuk
lebih
memperhatikan kebutuhan empiris di lingkungan mahasiswa dan lembaga Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan Manajemen Bisnis Syariah angkatan 2013, dengan mempertimbangkan penelitian terdahulu untuk memastikan pengaruh faktor kepribadian dan eksternal yang mendorong intensi berwirausaha pada mahasiswa dengan judul “Pengaruh Kebutuhan Akan Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Instrumen, dan Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa (Study Analisis Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis Syariah angkatan 2013).
28
1. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di analisis, dapat di identifikasi dari beberapa hasil penelitian terdahulu, intensi berwirausaha pada mahasiswa di pengaruhi berbagai faktor internal dan eksternal seperti: 1. Hasil penelitian tentang intensi berwirausaha dari beberapa peneliti ternyata masih memiliki perbedaan, misalnya Yuhendri L.V(2013); Wiyanto (2013) menyatakan bahwa kebutuhan akan prestasi terbukti mempengaruhi intensi mahasiswa, sedangkan Rustiyaningsih (2013); Indarti dan Rostiani (2008) menyatakan bahwa kebutuhan akan prestasi terbukti tidak mempengaruhi intensi berwirausaha. 2. Efikasi diri berpengaruh signifikan oleh Wulandari (2014); Sumarsono (2013), sedangkan tidak terbukti sebagai faktor penyebab intensi berwirausaha oleh Wijaya dan Moerdyanto (2014). 3. Kesiapan Instrument memiliki pengaruh signifikan oleh
Wibowo (2011),
sedangkan Endratno dan Widhiandono menyatakan tidak terdapat pengaruh signifikan. 4. pendidikan kewirausahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa oleh Sinarasri dan Hanum (2011); Octaviani (2015) akan berbeda dengan hasil Lutfiadi dan Rahmanto(2011); Suharti dan Sirine (2011) yang menyatakan tidak ada pengaruh siginifikan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa. Berdasarkan
hasil-hasil
penelitian
terdahulu
tersebut
masih
memunculkan pertanyaan sebenarnya faktor apa yang mempengaruhi intensi berwirausaha (Entrepreneurial Intention) seseorang. Apakah kebutuhan akan
29
berprestasi (need for achievement), efikasi diri (self-efficacy), kesiapan instrument (instrumental
readiness)dan pendidikan kewirausahaan memiliki pengaruh
terhadap intensi berwirausaha (entrepreneurial intention) pada mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis Syariah angkatan 2013, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Surakarta. 1. 3. Batasan Masalah Dalam penelitian terdahulu banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa, seperti faktor demografi, kepribadian dan lingkungan eksternal lainya. Faktor ini menjadi bekal seseorang untuk terdorong membangun suatu prodak/jasa baru yang kreatif dengan berdikari sendiri, khususnya pada mahasiswa untuk menjadi anternatif pekerjaan setelah lulus diperguruan tinggi. Mahasiswa pada umumnya setelah lulus diperguruan tinggi hanya mencari pekerjaan, padahal lapangan pekerjaan saat ini tidak sepadan dengan kapasitas tenaga kerja yang tiap tahun meningkat. Dari berbagai faktor diatas maka dipandang perlu untuk membatasi ruang lingkup masalah dalam penelitian ini, agar tidak terlalu meluas keberbagai faktor lain. Demikian faktor yang menjadi variabel penelitian ini yaitu: pengaruh kebutuhan akan prestasi, efikasi diri, kesiapan instrument dan Pendidikan kewirausahaan.
1. 4. Rumusan Masalah Demikian masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah kebutuhan akan prestasi berpengaruh signifikan terhadap intensi mahasiswa untuk berwirausaha?
30
2. Apakah efikasi diri berpengaruh signifikan terhadap intensi mahasiswa untuk berwirausaha? 3. Apakah kesiapan Instrumen berpengaruh signifikan terhadap intensi mahasiswa untuk berwirausaha? 4. Apakah pendidikan kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap intensi mahasiswa untuk berwirausaha? 5. Apakah kebutuhan akan prestasi, efikasi diri, kesiapan Instrumen dan
pendidikan kewirausahaan berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap intensi mahasiswa untuk berwirausaha?
1. 5. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh kebutuhan akan prestasi, efikasi diri, kesiapan instrumen, pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis Syariah angkatan 2013, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah menempuh praktikum kewirausahaan di Institut Agama Islam Negeri Surakarta
1. 6. Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademisi Menambah referensi terhadap kajian kewirausahaan bahwa kebutuhan akan prestasi, efikasi diri, kesiapan instrumen, pendidikan kewirausahaan mempengaruhi terhadap Intensi berwirausaha mahasiswa dalam menciptakan produk/jasa baru. Sehingga dapat menjadi wacana keilmuan dan sarana
31
pendidikan demi mengangkat harkat martabat anak bangsa dalam menghadapi situasi global. 2. Bagi Praktisi Memahami hubungan antara analisis pengaruh kebutuhan akan prestasi, efikasi diri, kesiapan instrumen, dan pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa Manajemen Bisnis Syariah angkatan 2013, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
1. 7. Jadwal Penelitian Tabel 1.1 Jadwal Penelitian No Bulan
1
2
3
4
5
6
Desember Agustus September Oktober November Desember 2015 2016 2016 2016 2016 2016 Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyusu -nan dan XX X X Acc proposal Konsult -asi revisi X X X X X X XX X X BAB I-III Pengum -pulan dan X X X X X X Analisis Data Penulisa n Akhir X X Naskah Skripsi Pendaft a-aran Munaqo s-ah dan Munaqo s-ah Revisi
32
1. 8. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I. PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jadwal penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II. LANDASAN TEORI Berisi tentang kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis. BAB III. METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang waktu dan wilayah penelitian, metode penelitian, variablevariabel, populasi dan sampel, data dan sumber data, dan alat analisis data. BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang profil objek penelitian, pengujian dan hasil analisis data, pembahasan hasil analisis, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disebutkan dalam perumusan masalah. BAB V. PENUTUP Berisi tentang kesimpulan, keterbatasan peneliti dan saran-saran.
33
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Kewirausahaan Kewirausahaan merupakan fenomena popular dewasa ini dan bahkan mungkin telah menjadi pola baru dikalangan masyarakat. Bagi kalangan tertentu kewirausahaan merupakan jalur baru yang memerlukan pendidikan khusus secara sistematis. Pola yang diharapkan tentunya adalah bagaimana resiko yang akan didapat diminimalisir. Mental yang kuat, ulet pantang mundur dan tak kenal menyerah, kalau disertai perencanaan yang baik, perhitungan yang teliti dan cara tepat, akan membuahkan hasil yang diinginkan. Sebaliknya dengan mental yang lemah, mudah bosan atau malas, merupakan pantangan wirausaha sejati. Seorang werausaha memang mengharap selalu untung dan tidak pernah mengharap rugi, walaupun dapat kita pahami bersama bahwa dunia kewirausahaan adalah dunia bisnis yang penuh ketidakpastian dan resiko antara keberhasilan dan kegagalan bisa saja terjadi. Mendalami dunia bisnis dewasa ini, maka dipandang perlu pemaknaan secara menyeluruh agar pemahaman kita tetap konsisten atau tidak sempit terhadap kewirausahaan tersebut. Kewirausahaan secara epitimologi adalah padanan kata yang diambil dari kata Entrepreneurship dalam bahasa Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa Belanda, sedangkan bahasa yang digunakan di
34
Indonesia adalah kewirausahaan. Kata entrepreneur sebenarnya berasal dari bahasa Prancis yaitu entreprede yang berarti petualang, pengambil resiko, pengusaha (orang yang mengusahankan suatu pekerjaan tertentu), dan pencipta dengan menjual hasil karya ciptaanya (Hendro, 2011: 29) Kewirausahaan menurut Anwar Muhammad (2014: 08) berasal dari dua kata Wira artinya pahlawan, laki-laki, perwira dan usaha artinya perbuatan atau prakarsa, ihtiar daya upaya demi mencapai maksud yang diinginkan. Kewirausahaan bila ditinjau dari etimologi menurut Tarmudji (2000:4) berasal dari kata “Wira” dan “Usaha”, kata wira berarti “Teladan” atau “Patut di contoh”, sedangkan usaha berarti “kemauan keras” memperoleh manfaat. Raymond W. Y Kao (dalam Lupiyoadi dan Wacik, 1993: 3) menyebut kewirausahaan sebagai suatu proses. Yakni proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi), tujuanya adalah mencapai kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat. Begitu pula menurut Haryati Soebadio, tokoh kebudayaan mantan Menteri Sosial (dalam Herawaty, 1998: 14) wirausahawan adalah manusia teladan yang mampu berdiri sendiri disektor swasta dengan mengandalkan kemampuan sendiri.Kewirausahaan dapat diajarkan, tetapi untuk menjadi wirausahawan bukan hanya diperoleh dari belajar ilmu pengetahuan, tetapi justru didapat dari kiat (Art), silat, siasat, dan tekad. Belajar yang terbaik untuk menjadi wirausahawan adalah belajar pada seorang wirausahawan lainnya.
35
Jadi kewirausahaan adalah seorang pahlawan yang patut dicontoh karena memiliki keyakinan kuat dalam mencapai
terobosan baru dan selalu
mempertimbangkan kemungkinan anternatif-anternatif baru demi mencapai tujuan. Istilah kewirausahaan pertamakali diperkenalkan oleh Richard Cantillon (1755) dan pakar ekonomi J.B. Say (1803) (dalam Rojuaniah, 2014: 140) untuk menggambarkan
para pengusaha yang mampu memindahkan sumberdaya
ekonomi dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat yang lebih tinggi dan hasil yang lebih besar. Kewirausahaan menurut Daryanto (2012: 02) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumberdaya mencari peluang sebagai sumber mencapai tujuan sukses. Adapun kewirausahaan dilihat dari berbagai sudut pandang dan konteks di antaranya: 1. Pandangan Ahli Ekonomi; wirausaha adalah orang yang mengkombinasikan dan mengorganisasikan factor produksi untuk tujuan memproduksi barang dan jasa sehingga meningkatkan nilai lebih dari sebelumnya. 2. Pandangan Ahli Manajemen; wirausaha adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur internal yang meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang. 3. Pandangan Pelaku Bisnis; wirausaha adalah seorang pengusaha, yang merupakan pelopor dalam bisnis inovator, penanggung resiko yang mempunyai visi kedepan dan memiliki keunggulan prestasi di bidang usaha.
36
4. Pandangan Psikolog; wirausaha adalah seseorang yang memiliki dorongan kuat dalam dirinya untuk memperoleh suatu tujuan serta suka bereksperimen untuk menampilkan kebebasan dirinya diluar kekuasaan orang lain. 5. Pandangan Pemodal; wirausaha adalah seseorang yang menciptakan kesejahteraan orang lain, inovasi cara baru dalam memanfaatkan sumberdaya, mengurangi pemborosan dan membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Meskipun dipandang dari berbagai sudut pandang secara esensial sebenarnya sama, wirausaha adalah seseorang yang berpegang teguh dalam mencapai tujuan dengan menangkap peluang yang ada menjadi nilai lebih, dalam hal ini seseorang harus kreatif-inovatif dalam segi produk barang atau jasa, sehingga pola pikir yang dikembangkan dan dilakukan tiada lain untuk membuka lapangan pekerjaan demi kesejahteraan individu dan orang lain. Pengertian Kewirausahaan pada milenium baru menurut G. Longenecker et. al (2001: 4) adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagian pendorong perubahan perekonomian pada suatu negara akan datang dari para wirausaha; orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil risiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Secara sederhana pengertian wirausaha ialah orang yang memeiliki jiwa keberanian mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan (Kasmir, 2008: 16). Ungkapan di atas mengandung maksud bahwa seorang wirausaha adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda yang lain dengan produk/jasa yang sudah ada sebelumnya.
37
2.1.2. Pengertian Entrepreneurship dan Entrepreneur Kata Entepreneurship tidak asing lagi bagi mahasiswa namun pemaknaan dari kata tersebut terkadang memiliki pengertian yang berbeda. Entepreneurship Menurut Benedicta P. Dwi Riyanti (2009: 2) adalah kegiatan atau upaya terkait dengan usaha dan memajukan usaha. Berbeda halnya dengan pengertian entrepreneur sendiri yang memiliki pengertian kearah pada diri/pelaku yang menjalankan usaha. Benedicta P. Dwi Riyanti (2009: 2) entrepreneur adalah orang yang memiliki ide usaha dan menjalankan usaha tersebut. padanan bahasa lain dari kata entrepreneur sebenarnya
ada
seperti
kata
“Pengusaha”
namun
kata
tersebut
pada
perkembangannya kini mengalami penyempitan dan mengalami kontaminasi arti. Image pengusaha seperti hanyalah sebuah profesi yang tidak meliputi jiwa dan semangat, sehingga pengusaha belum tentu berjiwa entrepreneur. Kata yang cocok dengan entrepreneur adalah wirausaha. Kata ini sudah memiliki makna dan sifat kemandirian di dalamnya, sama dengan kata entrepreneur. Wirausaha biasa dipakai untuk menjelaskan para pelaku bisnis, kontraktor, industriawan, dan lain-lainnya. Sebutan ini melekat pada seseorang yang awalnya menciptakan terobosan teknis (technical break though), atau mereka yang awalnya mencapai keberhasilan dalam industri manufaktur dan jasa. Jadi wirausaha bukan hal yang dengan tiba-tiba menjadi besar, tapi tumbuh dan mengembangkan suatu produk atau jasa tunggal, suatu proses baru, atau suatu cara baru berbisnis (Qomarun,2000: 1).
38
Makna wirausaha adalah orang yang memiliki sifat atau sikap yang mampu menciptakan ide kreatif-inovatif dan mempunyai dorongan untuk menerapkan kedalam bentuk barang atau jasa yang spesifik serta terus berorientasi pada proses menuju keberhasilan.
2.1.3. Imbalan Berwirausaha Seseorang tertarik membangun usaha karena adanya berbagai imbalan yang kuat. Khususnya pada salah satu imbalan dan lainya tertarik pada berbagai kepuasan yang akan didapatkannya. Kategori imbalan menurut G. Longenecker et.al (2001:7) dapat dibagi menjadi tiga kategori dasar di antaranya; 1. Imbalan Berupa Uang Hasil finansial dari bisnis apapun harus dapat menggantikan waktu (ekuivalen dengan upah) dan dana (ekuivalen dengan tingkat bunga atau deviden) sebelum laba yang sebenarnya dapat direalisasikan. Hal ini tidaklah mengejutkan bila seseorang yang terjun kedalam dunia kewirausahaan memiliki motivasi untuk mencari dan mengumpulkan finansial sebanyak yang ia dapatkan dari bidang usaha yang dia miliki. 2. Imbalan Berupa Kebebasan Kebebasan untuk menjalankan perusahaan merupakan imbalan bagi sebagaian wirausaha. Wirausaha tidak hanya menfokuskan diri pada mendapatkan nilai financial tinggi akan tetapi ada sebagian memfokuskan diri pada bagaimana menjalankan suatu usaha sesuai dengan apa yang dia kehendaki, sehingga kepuasan kebebasan yang didapat lebih berharga daripada motivasi lain.
39
3. Imbalan Berupa Kepuasan Menjalani Hidup Wirausaha seringkali menyatakan kepuasan yang dia dapat dari aktivitas usaha yang dia lakukan. Dari pendapat ini menyatakan bahwa bidang usaha yang dia lakukan semata-mata sebagai pemenuhan kebutuhan pribadi/hobi sehingga setiap seluk-beluk kegiatan usahanya memiliki nilai kepuasan yang berarti dalam hidupnya. Tidak hanya memfokuskan diri pada hasil finansial ataupun kebebasan dalam menjalankan dan menentukan usahanya. Dari tiga ketegori di atas memiliki poin penting dalam mengerakkan minat seseorang dalam membangun usaha baru. Baik motivasi memperkaya diri, memiliki waktu banyak sesuai yang dia inginkan ataupun ingin memenuhi hasrat kesukaan atau merefleksikan kepuasan menjalani hidup.
2.1.4. Tantangan Berwirausaha Meskipun imbalan dalam kewirausahaan menggiurkan, tapi ada juga biaya yang berhubungan dengan kepemilikan bisnis tersebut. Memulai dan pengoprasian usaha sendiri membutuhkan kerja keras, komitmen, waktu yang banyak, kekuatan emosional. Ada wirausaha yang menganggap hal ini sebagai hal yang menyenangkan akan tetapi menyita segalanya. Secara bersamaan kewirausahaan memiliki keuntungan dan disisi lain memiliki resiko yang harus dibayar mahal. Sebab demikianlah yang menjadidasar bahwa menjadi wirausaha harus memiliki jiwa yang kuat dan tahan akan berbagai situasi apapun yang akan dihadapi. Tantangan selanjutnya adalah bidang usaha yang akan di jadikan untuk berwirausaha. Pada umumnya masalah ini yang sering
40
menjadi salah satu kendala bagi wirausaha pemula atau mahasiswa yang memiliki keinginan untuk terjun kedunia bisnis. Bidang usaha yang menjadi objek kewirausahaan umumnya berupa bidang yang belum pernah ada atau justru bersifat umum yang merupakan permasalahan sehari-hari. Inti Berwirausaha menurut Qomarun (2000: 1) adalah pembaharuan atau terobosan (technical break through) dalam bidang apa saja. Sehingga yang bersifat umum tersebut oleh wirausaha menjadi spesifik dan bernilai tambah (sepadan dengan kebutuhan konsumen). Seperti contoh.Bill Gates dibidang computer, Nyonya Menir dibidang jamu dan contoh lainnya.
2.1.5. Karakteristik Wirausaha Pada umumnya dibenak sarjana lulusan universitas menganggap bahwa, mencari pekerjaan merupakan jalan yang harus ditempuh selanjutnya. Demi mengangkat harkat martabat diri, keluarga dan lingkungan.Hal ini sangat ironis sekali, sebab keadaan global dewasa ini. Pekerjaan yang dilakukan oleh manusia mulai terdegradasi kearah mesin teknologi yang lebih produktif. Produktifitas teknologi berdampak perampingan tenaga kerja dari kuantitas sekala besar ke arah minimalisir tenaga kerja. Fenomena tersebut menjadi autokritik terhadap institusi pendidikan dan peranan mahasiswa dalam mencari anternatif menuju kesuksesan. Hendro (2011:14) mengungkapkan bahwa anternatif kewirausahaan sudah menjadi pilihan gaya hidup pada zaman milenium ini, sebagaimana dapat disimak dari berbagai kisah seorang sukses diawali dengan menekuni dibidang wirausaha.
41
Seorang wirausaha sukses memiliki karakteristik menonjol seperti fokus mengaktualisasi diri dalam mencapai kesuksesan dengan meningkatkan kebutuhan prestasi guna mengetahui persaingan dan perkembangannya, supaya dapat ditarik peluang yang ada untuk mencapai kesuksesan. Wirausaha mempunyai karakteristik yang berbeda daripada lain, stereotip umum wirausaha memiliki karateristik seperti yang diungkapkan oleh G. Longenecker et.al (2001:9) memiliki karakteristik seperti tingginya kebutuhan yang dipenuhi, keinginan untuk mengambil risiko, percaya diri yang kuat, dan kemauan berbisnis. Karakteristik ini menjadi simbol karakteristik pembeda dari kuadran yang lain. Perbedaan antara wirausaha dengan pelaku bisnis atau pedagang menurut Qomarun (2000: 2) yaitu; titik perbedaan dari keduanya ada pada kreasiinovasinya. Pelaku bisnis/pedagang lebih cenderung mencuri peluang untuk memperoleh laba (opportunity for again), sedangkan wirausaha menciptakan peluang dan nilai tambah dengan menciptkan produk (barang atau jasa) baru atau memperbaiki yang sudah ada. Wirausahawan memiliki unsur sikap dan sifat sebagai pondasi perbuatan dan tindakan, variabel unsur sikap ini meliputi di antaranya; 1. Sikap bebas dan merdeka 2. Sikap positif (berpikir bahwa setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan yang dapat dipetik hasil positifnya) 3. Sikap peduli terhadap keadaan dan lingkungan 4. Sikap percaya diri dan berani mengambil resiko
42
5. Sikap kreatif dan inovatif 6. Sikap kesempurnaan (selalu tidak puas dengan hasil yang sudah dicapai, ia beranggapan bahwa hari ini lebih baik dari pada hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari pada hari sekarang, ketika tidak ada perubahan maka ia menggap dia mendapatkan kerugian) 7. Kooperatif, dapat dipercaya dan jujur 8. Sikap terbuka 9. Santun 10. Ulet dan tekun serta selalu berusaha dan mencoba Sikap wirausahawan diatas sudah barang tentu tidak dipunyai begitu saja tetapi dilatih dan dibimbing sejak dini. Muara sikap di atas adalah adanya kesadaran diri yang prima tentang hakikat, fungsi, dan peranan diri sebagai mahluk sosial, hamba sang pencipta Allah Swt dan tugas sebagai khalifah.
2.1.6. Etika Kewirausahaan Suatu kegiatan haruslah dilakukan berdasarkan etika atau norma – norma yang berlaku di masyarakat bisnis. Dengan melaksanakan etika yang benar, akan terjadinya keseimbangan hubungan antara pengusaha dengan masyarakat, pelanggan, pemerintah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Etika menurut Kasmir (2008: 20) adalah tata cara berhubungan manusia lainya. Dalam arti lain bahwa tata cara manusia menghormati satu sama lainya agar terjadinya keharmonisan secara professional pada pelaksanaan aktifitas kewirausahaan.
43
Pengertianya etika menurut (Daryanto, 2012: 21), etika dapat dibagi menjadi dua, yakni; etika sebagai praktisi dan etika sebagai refleksi. Etika sebagai praktisi adalah nilai-nilai sebagai norma –norma moral (apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma-moral) dan etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak dilakukan dalam menilai baik buruknya prilaku seseorang. Makna etika memiliki ketentuan yang mengaturnya. Adapun ketentuan yang diatur dalam etika wirausaha secara umum menurut Kasmir (2008: 21) adalah sebagai berikut: 1. Sikap dan perilaku seorang wirausaha harus mengikuti norma yang berlaku dalam suatu Negara atau masyarakat. 2. Cara berpakaian dan berpenampilan sopan, apik, sesuai dengan tempat dan waktuyang berlaku terutama dalam menghadapi situasi atau acara-acara tertentu. 3. Dapat berkomunikasi dengan baik dan lugas. 4. Gerak gerik seorang wirausaha juga dapat menyenangkan orang lain, hindarkan gerak-gerik yang dapat mencurigakan. Kemudian, etika yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap wirausaha adalah sebagai berikut: 1. Kejujuran, Seseorang wirausaha harus memiliki dan selalu bersikap jujur baik dalam berbicara maupun bertindak. Kejujuran dapat menanamkan rasa percaya konsumen dan pihak lain terhadap apa yang akan kita lakukan.
44
2. Bertanggung jawab, seseorang wirausaha harus bertanggungjawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan dalam bidang usahanya. 3. Menempati janji, wirausaha dituntut bisa menempati janji dalam hal dan situasi apapun. 4. Disiplin, wirausaha dituntut dapat menanamkan control dengan tepat disetiap kegiatan yang berkaitan dalam bidang usaha. 5. Taat hokum, wirausaha dituntut memahami dan selalu patuh pada aturan hokum yang berlaku yang terdapat pada masyrakat ataupun pemerintah. 6. Suka membantu, wirausaha secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak yang memerlukan bantuan. 7. Komitmen dan menghormati, wirausaha harus komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan menghargai komitmen dengan pihak pihak lain. 8. Mengejar
prestasi,
wirausaha
yang
sukses
harus
selalu
berusaha
prestasisetinggi mungkin. Tujuannya agar perusahaan dapat terus bertahan dari waktu ke waktu. Prestasi yang berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Disamping itu, wirausaha juga memiliki jiwa tahan banting terhadap berbagai situasi apapun dan situasi yang sedang dihadapi. Pemahaman dan mempraktekan etika yang sudah berlaku dimasyarakat ataupun pemerintah menjadi kewajiban bagi seorang wirausaha, hal ini penting karena bisa menjadi cerminan kesuksesan seseorang di bidang usaha yang sedang digeluti.
45
2.1.7. Peran Kewirausahaan dalam Perguruan Tinggi Data
Badan
Pusat
Statistik
(BPS)
Per-Februari
2015,
tingkat
pengangguran terbuka (TPT) menyatakan bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia pada Februari2015, sebanyak128,3 juta orang, lebih besar dari Agustus 2014 atau bertambah sebanyak 3,0 juta orang dibanding Februari 2014, sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2015 sebesar5,81 persen menurun dibanding TPT Agustus 2014 (5,94 persen), dan meningkat dibandingkan TPT Februari 2014 (5,70 persen) dari total angkatan kerja. Data tersebut jumlah penduduk bekerja masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) kebawah sebesar 45,19 persen, sementara
penduduk bekerja dengan pendidikan Sarjana (S1) ke atas hanya
sebesar 8,29 persen dan penduduk bersetatus menganggur adalah sebesar 493 ribu, sedangkan tamatan diploma sebesar 245 ribu sehingga jumlah pengangguran intelektual sebesar 738 ribu dan diperkirakan jumlah pengangguran intelektual ini akan terus bertambah setiap tahun. Selama setahun terakhir (Februari 2014–Februari 2015) kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi terutama di sektor industri sebanyak 1,0 juta orang (6,43 persen), sektor jasa kemasyarakatan sebanyak 930 ribu orang (5,03 persen), dan sektor perdagangan sebanyak 840 ribu orang (3,25 persen). Fenomena pengangguran terdidik sebenarnya bukan baru–baru ini saja terjadi. Bahkan dari tahun ke tahun, jumlahnya semakin meningkat. Tingginya jumlah
pengangguran
intelektual
menunjukkan
rendahnya
kemampuan
perekonomian dalam menyediakan lapangan kerja dan kakunya pasar kerja.
46
Banyak variabel yang menyebabkan terjadinya pengangguran intelektual tersebut, yaitu antara lain keinginan untuk menjadi pegawai negeri; sifat malas (tidak mau bekerja); belum siap pakai; membagakan orang tua dan lain-lainnya. Sehingga peran pendidikan/penanaman jiwa kewirausahaan merupakan hal yang patut di dukung secara sistematis. Supaya mental lulusan perguruan tinggi sekarang dan masa depan memiliki jiwa kemandirian yang tinggi dan dapat menciptakan produk barang dan jasa baru. Bukan hanya mengharapkan lapangan pekerjaan yang sudah tidak sepadan dengan kebutuhan tenaga kerja yang ada. Peran kewirausahaan dalam pendidikan tinggi berdasarkan ungkapan Qomarun (2000: 4) sebagai berikut: 1. Menumbuh kembangkan budaya kewirausahaan dilingkungan perguruan tinggi dalam rangka melahirkan pengusaha-pengusaha baru. 2. Mendorong pemanfaatan hasil penelitian menjadi perangkat yang dapat digunakan oleh masyarakat dan bernilai komersial. 3. Merintis pengusaha-pengusaha kecil dan menegah yang mampu mandiri yang lahir dari perguruan tinggi. 4. Meningkatkan peluang munculnya pengusaha baru yang berhasil melalui pemberian pembinaan(konsultasi) secara terus menerus. 5. Membantu menanggulangi laju kemiskinan dan sekaligus penyediaan lapangan pekerjaan melalui penciptaan wirausaha baru. Misi di atas jika dikaji lebih dalam, memiliki dampak perubahan yang menjanjikan bagi mahasiswa dan umumnya bagi negara Indonesia.
47
Secara umum diperguruan tinggi dapat ditemukan adanya kelompok mahasiswa menyukai aktivitas riset (dasar atau terapan) dan aktivitas pengembangan. Jika ditelusuri dan dikaji secara mendalam, kesukaan tersebut ternyata lebih didasari oleh karakter pribadi setiap mahasiswa daripada prestasi akademik mereka dalam perkuliahan. Karakter yang memilih resiko tinggi dia akan cenderung kepada aktivitas riset terapan atau pengembangan dan karakter yang mengambil aktiviatas resiko rendah biasanya mengambil riset dasar ataupun fundamental. Karakter pertama memiliki kecenderungan pada visi kewirausahaan dan kedua disebut memiliki kecenderungan periset. Kedua kecenderungan tersebut sebagai dasar bagi pendidik untuk dapat membekali dengan pendidikan kewirausahaan agar keduanya mempunyai jiwa kreatif-inovatif tetap fokus terhadap pembaharuan atau memiliki terobosan produk barang dan jasa bernilai ekonomis serta dapat bersaing secara global.
2.1.8. Intensi Berwirausaha Banyak faktor yang dapat mendorong seseorang menajadi wirausaha. Salah satu kunci mengetahui faktor tersebut adalah dengan memahami apa yang orang butuhkan. Orang dapat termotivasi oleh apa saja, tetapi tidak semua orang termotivasi oleh faktor yang sama, namun saat ini seorang wirausaha yang berbeda-beda pula sesuai gairah kebutuhan akan prestasi, kesiapan instrument, efikasi diri, dan pendidikan kewirausahaan yang ia alami secara mendalam baik secara formal atau informal. Salah satu contoh adalah sejarah negara Jepang dahulu tertinggal dari negara maju lainnya, akan tetapi coba lihat dewasa ini bagaimana Jepang dapat
48
menggerogoti keadidayaan negara maju terdahulu sehingga sekarang sebagai adidaya perekonomian dunia (otomotif, elektronik, dan lain-lain). Menurut Kao (dalam Lupiyoadi dan Wacik, 1998:6) mengatakan ketertinggalan kewirausahaan Amerika Serikat (AS) disebabkan dari motif yang dominan pada diri orang AS adalah semata hanya menginginkan profit dan return yang diberikan kepada pemegang saham. Berbeda dengan orang Jepang yang motivasi diri didominasi oleh ketahanan pangan, dan wilayah georafis negara yang tidak menguntungkan sehingga tidak semata-mata financial gain tetapi lebih kekhawatiranya terhadap nasib bangsanya. Fakta menyebutkan bahwa Jepang merupakan negara penderita pasca perang dunia ke 2 (Bom Hirosima Nagasaki) yang menyebabkan negaranya luluh lantah dan memerlukan pemulihan secepat mungkin untuk keberlanjutan hidup dan generasi selanjutnya. Russell M. Knight (1983, dalam Lupiyoadi dan Wacik, 1998: 7) mengungkapkan di Kanada juga menyimpulkan hal yang sama. Intensi seseorang menjadi wirausahawan disebabkan oleh financial incentive, tetapi oleh keinginan untuk melepaskan diri dari lingkungan yang tidak sesuai, disamping guna menemukan arti baru bagi kehidupanya. Faktor motivasi tersebut dapat diringkas di antaranya sebagai berikut: 1. The Foreign Refugee. Adalah peluang peluang ekonomi dinegara lain yang lebih menguntungkan seringkali mendorong orang untuk meninggalkan negara asal ke negara lain untuk mendapatkan hidup layak dengan berwirausaha.
49
2. The Corporate Refugee adalah karyawan yang tidak puas dengan lingkungan kerja yang ada saat ini, dia merasa bahwa kepuas kerja aka meningkat apabila dia mendirikan usaha secara mandiri. 3. The Parental (parental) Refugee adalah banyak individu yang terbentuk oleh perusahaan keluarga dan memiliki pengalaman bisnis dari sejak kanak-kanak dari lingkungan keluarganya. 4. The Society Refugee adalah anggota masyarakat yang tidak setuju dengan kondisi yang ada sehingga ia ingin mendirikan usaha miliki sendiri agar tidak terikat dengan orang lain. 5. The Education Refugee adalah orang yang gagal terhadap studi sehingga ia ingin membuka usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2.1.9. Kebutuhan akan Prestasi Kebutuhan akan prestasi diartikan sebagai suatu kesatuan watak yang menggerakan seseorang untuk menghadapi tantangan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan. Hal ini menegaskan bahwa kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu karakteristik kepribadian seseorang untuk memiliki intensi kewirausahaan. Menurut Schiffman dan Kanuk (2008, 98-99) mengatakan bahwa individu yang mempunyai kebutuhan yang kuat untuk berprestasi sering mengganggap prestasi pribadi sebagai hasil itu sendiri. Kebutuhan akan prestasi erat kaitanya dengan kebutuhan aktualisasi diri. Berdasarkan teori individu kreatif menurut Hagen (dalam Lauer 1993: 130) dalam sudut kepribadian kreatif dapat dilihat dari dimensi kebutuhan yaitu atas dasar digerakkan, agresif, pasif, atau dipelihara. kebutuhan yang digerakkan
50
termasuk kebutuhan untuk berprestasi, untuk mencapai otonomi, dan untuk memelihara tatanan. Kebutuhan agresif ditunjukan oleh kebutuhan untuk menyerang, kebutuhan untuk menghasilkan oposisi, dan kebutuhan untuk mengungguli. Kebutuhan pasif mencakup kebutuhan untuk bergantung, afiliasi dan untuk dibimbing oleh orang lain. Kebutuhan untuk dipelihara, termasuk kebutuhan baik untuk memberi maupun menerima sesuatu sebagai sokongan, perlindungan dan belas kasihan orang lain. Menurut McClelland (dalam Lauer 1993: 137-138) masyarakat yang tinggi tingkat kebutuhan akan berprestasinya, umumnya akan menghasilkan wiraswastawan
yang
lebih
bersemangat
dan
selanjutnya
menghasilkan
perkembangan ekonomi yang lebih cepat. Pernyataan McClelland dapat diartikan bahwa perkembangan ekonomi dapat terjadi karena adanya semangat kewiraswastaan. Semangat yang dimaksud adalah semangat dalam diri seseorang wirausaha yang berlawanan dengan bayangan umum., tidak hanya didorong oleh motif mencari keuntungan rupiah, tetapi didorong oleh hasrat yang kuat untuk berprestasi, untuk mengerjakan perkerjaan yang lebih baik. Keuntunggan hanyalah salah satu dari antara beberapa ukuran seberapa baik pekerjaan yang telah dikerjakan, namun tujuan tidak harus menjadi tujuan itu sendiri. Orang yang memiliki kebutuhan akan prestasi tinggi ia akan cenderung lebih percaya diri, senang mengambil resiko yang diperhitungkan dan secara aktif mengamati lingkungan mereka dan menghargai umpan balik. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi menyukai keadaan dimana ia dapat
51
mengambil tanggung jawab pribadi untuk menemukan berbagai perpecahan. Mereka akan mencari kegiatan yang memberikan kesempatan untuk melakukan evaluasi diri, menanggapi umpan balik atas kemampuan mereka dengan baik dan mereka melihat prospek ke masa depan. Menurut pandangan McClelland (dalam Wiyanto, 2013: 6) menegaskan bahwa kebutuhan nilai prestasi sebagai salah satu karakteristik kepribadian seseorang yang akan mendorong seseorang memiliki intensi kewirausahaan. Menurutnya, ada tiga karakteristik yang melekat pada seseorang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi, yaitu; (1) menyukai tanggung jawab (2) berani mengambil resiko sesuai dengan kemampuannya, dan (3) introspeksi diri, sekaligus mengevaluasi apa yang telah dilakukan serta berinovasi kedepan. Pendapat lain juga bersifat penyempurnaan disumbangkan oleh Atkinson dalam bukunya The Urge To Achieve And Entrepreneurial Bahavior (dalam Herawaty,1998;16) yang menyebutkan bahwa wirausaha memiliki energi yang menggerakkan motivasi dalam menghadapi peluang. Menurutnya tujuan seorang wirausahawan ada tiga, yaitu pencapaian keberhasilan, perlunya kekuatan, dan dapat bekerjasama dengan pihak lain (achievement, power, affiliation). Seorang wirausaha dituntut berprestasi tinggi dalam setiap langkah yang diambil terutama pandangan jangka panjang bisnisnya (David E. Rye 1996, dalam Saiman, 2014: 48). Semakin banyak memiliki anternatif dalam Pandangan jangka panjang,
seorang
wirausaha
akan
memiliki
informasi-informasi
dalam
mengembangkan kemajuan bidang usahanya dan mengetahui kekurangan yang dimiliki.
52
Prestasi Seseorang dalam wirausahamenjadi cerminankesuksesan, dilihat dari tekad untuk bekerja keras , ingin tampil lebih baik daripada sebelumnya, dan berani mengambil keputusan secara tepat serta menyelesaikan permasalahan secara efektif. Sehingga kebingungan kebutuhan akan prestas sebagaipendorong. ungkapan Mcclelland; bahwa karakteristik seorang wirausaha adalah jiwa yang mampu bersaing dan dapat mengambil resiko menjadi peluang usahaberupa produk unggul baruyang dapat bersaing dari produk yang sudah ada sebelumnya.
2.1.10. Efikasi Diri Efikasi diri menurut David E. Rye (dalam Saiman, 2014: 48) dapat diartikan bahwa seseorang memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi dan menyakini bahwa dirinya mampu dan memiliki kemampuan untuk menguasai hidup tanpa bergantung pada orang lain. Salah satu tantangan seorang wirausaha adalah dia dituntut untuk cepat beradaptasi dan tetap kuat menjaga komitmen dalam situasi apapun. Rasa kepercayaan yang tinggi merupakan bekal yang harus dimiliki seorang wirausaha muda, akan tetapi mahasiswa terkadang masih memiliki kepercayaan yang masih rendah terhadap keyakinan akan menyelesaikan masalah pribadi, akademik dan permasalahan lainnya. Menurut Wulandari (2014: 15) kepercayaan dan keyakinan seseorang setiap saat bisa menurun atau meningkat tergantung dari mana sumber pendekatan yang di gunakan. Sumber Efikasi diri ini memiliki empat pendekatan yakni: 1. Mastery Experience
53
Mastery Experience adalah pengalaman dalam menyelesaikan masalah. Terbentuknya kepercayaan seseorang terhadap usaha baru yang akan ia bangun atau
mempertahankan
usahanya.
bisa
dilihat
bagaimana
seseorang
mengaktualisasikan diri terkait sejauh mana dia memiliki pengalaman dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dialami. Pengalaman ini memiliki peranan penting upaya meningkatkan efikasi diri seorang wirausaha daripada sumber pendorong lainnya. Sehingga semakin banyak pengalaman mahasiswa dalam menyelesaikan berbagai hambatan berwirausaha maka dia akan semakin memiliki efikasi diri yang tinggi. 2. Vicarious Experience Meniru pengalaman orang lain. Seorang wirausaha sukses pada umumnya memiliki pengikut/atau banyak orang yang belajar kepadanya, dalam segi aktifitas, prilaku, sikap, dan sifat kepribadiannya. Hal ini merupakan bagaimana seseorang mengambil contoh dari orang-orang yang sukses untuk menjadi model ataupun merasa memiliki kesamaan terhadap cara yang digunakan seseorang menjadi sukses dibidang usaha produk/jasa. Sumber pendorong yang kedua ini, Memiliki daya kuat membentuk mahasiswa menjadi wirausaha. Mahasiswa yang memiliki sosok figur tokoh wirausaha maka mahasiswa tersebut memiliki efikasi diri yang kuat sehingga dia sanggup menjadi wirausaha.
54
3.
Persuasi Verbal Ajakan
seseorang
ataupun
penolakan
orang-orang
yang
berada
disekelilingnya memiliki pengaruh signifikan pula terhadap keyakinan seseorang untuk mengaktualisasikan kemampuanya dalam menekuni bidang wirausaha. Pertimbangan faktor eksternal mahasiswa menjadi acuan bahwa seseorang mampu membuka usaha/jasa baru, di ukur dari orang yang berada disekelilinya apakah merespon positif atau negatif, apabila positif maka ia akan terus menjalankan usaha sesuaiyang dia lakukan, adapun respon sebaliknya yang dia terima maka dia akan berhenti atau berpindah keusaha lain. Sumber pendorong ini apabila mahasiswa mendapatkan respon positif dari lingkungan maka efikasi diri pada mahasiswa meningkat. Dengan demikian mahasiswaakan terus mendalami bidang kewirausahaan sesuai respon positif yang dia terima. 4.
Keadaan Fisiologis dan Emosi Ketika seseorang mengalami rasa kegelisahan yang besar, kecemasan yang
kuat dan tingkat stress yang tinggi, seseorang yang memiliki efikasi diri yang rendah akan mudah terpengaruh oleh keadaan fisik dan emosionalnya. Mahasiswa seringkali menerima informasi bahwa menjadi seorang wirausaha selalu berhadapan pada situasiyang selalu tidak stabil sehingga seorang wirausaha harus siap dalam menghadapi berbagaimacam resiko. Mahasiswa yang memiliki efikasi lemah akan mudah goyah akan keputusan yang telah diambil dan tidak yakin pada dirinya bahwa ia mampu menjadi seorang wirausaha.
55
Dengan demikian semakin tinggi efikasi diri terdapat pada mahasiswa maka semakin tinggi pula intensi mahasiswa untuk berwirausaha.
2.1.11. Kesiapan Instrumen Berwirausaha merupakan sejumlah pengorbanan.Pengorbanan dimaksud berupa sumber daya manusia, uang, peralatan fisik, informasi dan waktu. Apabila persiapan tersebut dapat di sediakan secara maksimal dapat berimplikasi baik. Tentunya dalam perencanaan membangun/mengembangkan usaha. Menurut Nitisusastro (2012: 81-93) kesiapan intrumen merupakan bekal yang diperlukan dalam menjalankan usaha. Dunia usaha tak serupa dengan seseorang yang memasuki dunia kerja menjadi pegawai pada organisasi pemerintah ataupun swasta, meskipun organisasi tersebut sama bertujuan mencari laba. Ada tiga Kesiapan yang kiranya sangat penting untuk di antisipasi bagi seseorang yang akan berwirausaha di antaranya, kesiapan mental, kesiapan pengetahuan dan kesiapan sumberdaya. 1. Kesiapan Mental Kesiapan mental disini adalah kesiapan diri pribadi seseorang yang berniat memulai di dunia usaha. Apabila seseorang tidak siap mental memasuki dunia usaha maka ia akan merasakan tertekan dengan situasi lingkungannya, seperti malu apabila bertemu orang lain semisal teman, saudara atau kerabat atau kenalan lainnya. 2. Kesiapan Pengetahuan. Seyogyanya sebelum memasuki dunia usaha seseorang perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang bidang usaha yang akan digeluti. Mengetahui dan
56
memahami tentang seluk beluk suatu bidang usaha sama artinya menguasai kompetensi. Cara paling baik membekali diri sebelum memasuki dunia usaha yaitu dengan menjawab sejumlah pertanyaan, seperti apa, mengapa, kapan, bagaimana dan sejauh mana. Dengan mengumpulkan semua jawaban dan hasil pengembangan jawaban pertanyaan baru dari jawaban, maka dengan mudah kita menarik benang merah tentang seluk beluk usaha untuk acuan memasuki dunia usaha. 3. Kesiapan Sumber Daya Kesiapan sumber daya merupakan modal utama pada setiap usaha meliputi, man, money, materials, metode, dan waktu.Hasil penelitian Rustiyaningsih (2013) mengungkapkan bahwa kesiapan instrumen menunjukan pengaruh signifikan terhadahap intensi kewirausahaan mahasiswa.Dalam penelitiannya menjelaskan kesiapan instrumen terdiri dari tiga instrumen yaitu akses modal, memiliki informasi cukup, dan memiliki jaringan sosial. Pertama, akses modal. Modal usaha merupakan langkah seseorang mengembangkan usahanya kearah yang lebih besar, akan tetapi wirausaha pemula menganggap bahwa akses modal usaha merupakan dorongan pertama dia terjun atau tidaknya kedunia kewirausahaan. Semakin akses modal yang mudah maka dorongan mahasiswa untuk berwirausaha semakin tinggi. Kedua, memiliki informasi cukup.Seseorang yang memiliki informasi yang cukupakan dengan mudah mengambil keputusan terbaik bagi pengembangan usahanya. Bukan sekedar itu saja, dia juga akan mengetahui pergerakan semua
57
pesaing dan bagaimana menjadikan produk/jasa usahanya bisa lebih unggul dari yang lain. Ketiga, jaringan sosial dapat menjadi antisipasi untuk mengurangi risiko usaha dan dapat memperbaiki akses terhadap ide bisnis, mempermudah akses terhadap informasi dan juga mempermudah akses modal sehingga akan berdampak terhadap pertumbuhan dan keberlanjutan usaha yang dibangun.
2.1.12. Pendidikan Kewirausahaan Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan, sehingga pendidikan sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi sektor yang sangat penting.Pendidikan sangat berperan dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, trampil, kreatif, inovatif, kompeten dan pada giliranya menentukan pembangunan dalam upaya mencapai masyarakat adil dan makmur. Berkaitan dengan peningkatan kualitas SDM sebenarnya pemerintah sudah mengelaurkan undang-undang nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jika diamati dari kondisi yang terjadi saat ini, maka terlihat adanya ketimpangan antara kebijakan yang diharapkan dan output hasil yang dicapai. Sehingga dibutuhkanya penyalarasan antara pendidikan dan dunia kerja sehingga hasil yang didapat sesuai dengan kebijakan (Suparno, 2010: 54). Pemerintah Indonesia saat ini telah memasukkan kebijakan bahwa mata kuliah kewirausahaan ke dalam kurikulum perguruan tinggi sebagai salah satu mata kuliah pokok yang wajib ditempuh oleh semua mahasiswa.Sikap dan
58
Perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh seseorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kemajuan dan positifmerupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorangwirausahawan. Suatu hasil yang sudah menjadi perdebatan para ahli mengenai tingkah laku adalah apakah hal itu merupakan bawaan atau hasil proses belajar. Menurut Riyanti (2009: 15) tingkah laku adalah output dari aktivitas belajar seseorang bukanlah bawaan seseorang dari lahir. Dengan demikian dapat diartikan pola tingkah laku seseorang dapat terbentuk oleh proses belajar seperti aktivitas berwirausaha dan pengalaman yang didapat disekelilingnya. Proses terjunnya seseorang kedunia entrepreneur
menurut Ward
(Riyanti, 2009:15) dengan melalui suatu cara yang disebut confidence modalities, yaitu karena kebiasaan yang telah menjadi tradisi dilingkunganya. Uraian yang dapat diambil adalah pembentukan niat berwirausaha pada mahasiswa memerlukan proses sistematis dan konsisten. Hal ini bisa tercapai apabila penerapan matakuliah kewirausahaan bukan sebatas trasfer keilmuan. Namun keikutsertaan mahasiswa dalam mengembangkan atau turun dilapangan sebagai langkah anternatif yang dapat membekas sehingga mahasiswa memiliki keyakinan bahwa berwirausahaan merupakan jenjang karir yang menjanjikan untuk masa depan. Pendidikan menurut Fahmi (2014: 87) merupakan bekal penting dan tingkat pendidikan pula memiliki pengaruh besar dalam membentuk diri seorang wirausahawan. Artinya mereka bekerja lebih teratur dan sistematis termasuk memiliki target.
59
Sifat dan prilaku pada seseorang dapat dibangun dengan baik dan terarah seperti seorang anak yang mempunyai bakat untuk berdagang, maka bakat ini dapat
dikembangkan
melalui
pendidikan.
Dengan
bakat
berdagang
memungkinkan si anak tersebut kelak akan menjadi wirausahawan. Bakat seseorang dapat dikembangkan dengan pembinaan melalui pendidikan. Bakat yang terpendam akan tetap menajadi bakat yang terpendam dan tidak akan memberi manfaat bagi kehidupan sendiri, masyarakat dan lingkungan. (Danuhadimedjo, 1998: 12)
2.2. Hasil Penelitian Relevan Hasil penelitian yang relevan terkait penelitian intensi berwirausaha di antaranya: Tabel 2.1 Hasil Penelitian Relevan No
Variabel, Peneliti, Metode, dan Sampel
Hasil Penelitian
Saran Penelitian
1.
Efikasi diri, Norma Subyektif dan Pendidikan Kewirausahaan. Arif Mahmudi (2014). Metode analsisis faktor, Uji t, Uji f dan Koefisien. Populasi mahasiswa Ekonomi, sampel: 80 mahasiswa. Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Tiga faktor utama yang mempengaruhi niat mahasiswa berwirausaha yaitu: faktor internal, faktor sikap, dan faktor keahlian.
Menambah variabel penelitian dan populasi sampel yang digunakan.
2.
Kebutuhan akan prestasi dan Kesiapan instrumentasi, Hendro Wiyanto (Jurnal, 2013) Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Jakarta. Populasi: Mahasiswa Peminatan
Kebutuhan akan prestasi dan kesiapan instrumen positif sebagai pemicu tingkat minat
Memperhatikan situasi dan kondisi responden yang tepat. Terdapat faktor
TTabel berlanjut…
60 Lanjutan Tabel 2.1 No
Variabel, Peneliti, Metode, dan Sampel
Hasil Penelitian
Kewirausahaan Program Studi berwirausaha Manajemen Fakultas ekonomi mahasiswa. Universitas Tarumanagara Sampel: 133 mahasiswa. Metode: Uji kualitas data, Asumsi klasik, Regresi berganda dan Uji t,Uji f dan R2.
3.
Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Minat Berwirausaha Pada Siswa Kelas XII Di SMK Negeri 1 Surabaya, Suci Wulandari (2014). Sampel sebanyak 76 siswa. Metode: Regresi linier sederhana program SPSS 16.0 forwindows. Sedangkan, pengujian hipotesis menggunakan uji t
Efikasi diri secara parsial memilikipengaruh yang signifikan terhadap minat berwira-usaha
4.
Kebutuhan akan prestasi, Efikasi diri, faktor lingkungan kontekstual, latar belakang pendidikan, orang tua dan gender. Hadi Sumarsono (2013). Populasi: Mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Ponorogo sejumlah: 3.564. Sampel: Menggunakan cluster random samplingsejumlah127 mahasiswa. Metode: kualitas data, Asumsi klasik, regresi berganda, uji t, dan uji f.
Faktor kepribdian, kontekstual dan demografi Signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. Variabel gender dan jenis kelamin sudah tidak relevan untuk penelitian intensi kewirausahaan.
Saran Penelitian lain yang mempengaruhi intensi kewirausahaan mahasiswa antara lain: latar belakang bisnis keluarga, dukungan sosial dan bimbingan karir. Memperhatikan dan meningkatkan efikasi pada siswa. Sekaligus menyarankan efikasi diri dapat minat berwirausaha pada siswa dengan menggunakan populasi dan variabel yang lebih luas Memasukkan variabel lain. Model penelitian selanjutnya harus bebas dari: Heteroskedastis itasAutokorelas i dan Multikolinearit as.
TTabel berlanjut…
61 Lanjutan Tabel 2.1
No 5.
6.
7.
Variabel, Peneliti, Metode, dan Sampel Pembelajaran Kewirausahaan Dan Minat Wirausaha Lulusan Smk Oleh : Muladi Wibowo (2011). Responden berjumlah 490 siswa dari 7Sekolah dari berbagai aspekkharakeristik antara lain jeniskelamin, agama, kelas, usia siswa, asal daerah,pekerjaan orang tua, kegiatan dilingkungan sekolah dan kegiatan di luar sekolah. Metode : kualitas data, uji asumsi klasik, dan regresi berganda : uji f, uji t dan R2. Efikasi diri, pembelajaran kewirausahaan dan lingkungan sekolahan. Andri Octaviani (2015). Populasi seluruh siswa SMK Negeri 3 Surakarta, SMK Negeri 6 Surakarta, SMK Negeri 7 Surakarta jurusan pemasaran. Sampel: 211 responden yang akan disebarkan pada 3 SMK di Surakarta. Metode: Asumsi klasik, regresi berganda, uji t, uji f dan koofisien determinan. kebutuhan akan prestasi, tingkat lokus kendali, dan tingkat efikasi diri mahasiswa. Pengaruh kebutuhan akan prestasi, lokus kendali, dan efikasi diri terhadap minat berwirausaha mahasiswa fakultas ekonomi Universitas negeri padang Yuhendri L.V (2013). Metode survey. Teknik sampling yang digunakan yaitu probabilitas sampling. Instrumen penelitian menggunakan angket skala likert.
Hasil Penelitian
Saran Penelitian
Minat siswa SMK untuk berwirausaha setelah lulus sekolah bisa disebabkan oleh faktor internal, faktor eksternal, faktor pembelajaran dan faktor ke-siapan instrumen
Meningkatkan mutu pembelajaran. pelatihan motivasi dan pembentukan karakter di sekolah.
Efikasi diri, pembelajaran kewirausahaan dan lingkungan sekolah secara bersama-sama mempengaruhi secara signifikan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK
Guru harus belajar inovatif dan dibarengi pula dengan pelatihan nyata. Kepala sekolah memperbaiki fasilitas informasi kewira-usahaan dan membenahi Kualitas pembelajaran.
Tingkat kebutu- Mengikuti han akan pres-tasi, kuliah umum, dan tingkat efikasi seminar, diri positif sebagai talkshow, prediktor tingkat pelatihan minat motivasi, berwirausaha, mana-jemen sedangkan tingkat waktu, dan lokus kendali kewirausahaan lemah sebagai . Di samping prediktor tingkat itu, dapat juga minat berwira- dilakukan usaha mahasiswa dengan FE UNP. pemodelan. TTabel berlanjut…
62 Lanjutan Tabel 2.1
No
Variabel, Peneliti, Metode, dan Sampel
Hasil Penelitian
Saran Penelitian
Teknik analisis data menggunakan model regresi linear berganda. 8.
Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Terhadap Motivasi Kewirausahaan Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa Unimus Di Semarang) Andwiani Sinarasri Dan Ayu Noviani Hanum (2012). Respondenmahasiswa UNIMUS berjumlah 80 orang.
faktor mata kuliah kewirausahaan, pengetahuan dan pelatihan serta pengalaman bekerja berpengaruh positif terhadap motivasi kewirausahaan mahasiswa.
institusi pendidikan lebih banyak memberikan materi mengenai kewirausahaan untuk meningkatkan motivasi mahasiswa dalam berwirausaha
2.3. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir adalah sintesa dari berbagai teori dan hasil penelitian yang menunjukan lingkup satu variabel atau lebih yang diteliti, perbandingan nilai satu variabel atau lebih pada sampel atau waktu yang berbeda, hubungan dua variabel atau lebih, perbandingan pengaruh antar variabel pada sampel yang berbeda dan bentuk struktural (Sugiono, 2014: 58).
63
Gambar 2.1 Kerangka berfikir Variabel Independen
Variabel Dependen
Kebutuhan X1
akan
Efikasi
X2
Diri
Y
Intensi
Kesiapan
X3
Berwirausaha
Instrumen Pendidikan
X4
Kewirausa
Keterangan: X1
= Kebutuhan
X2
= Efikasi
X3
= Kesiapan
X4
= Pendidikan
Y
= Intensi
akan Prestasi
Diri Instrumen Kewirausahaan
Berwirausaha
2.4. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang didasarkan atas teori yang relevan (Sugiono, 2014: 59). Hipotesis penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
64
1. H1 terdapat pengaruh signifikan Kebutuhan Akan Prestasi terhadap Intensi Berwirausaha. Hasil penelitian Yuhendri (2013),menggunakan model regresi linear berganda
memperlihatkan bahwa setiap perubahan tingkat kebutuhan akan
prestasi sebesar 1 akan berpengaruh positif pada peningkatan tingkat minat berwirausaha mahasiswa FE UNP sebesar 0,197. Dengan demikian pula Wiyanto (2013), Kebutuhan akan prestasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa dengan nilai signifikan sebesar 6,231. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kebutuhan akan prestasi merupakan prediktor tingkat minat berwirausaha. 2. H2 terdapat pengaruh signifikan Efikasi Diri terhadap Intensi Berwirausaha. Hasil penelitian Wulandari (2014),menggunakan model regresi linear berganda memperlihatkan bahwa setiap perubahan tingkat efikasi diri sebesar 1 akan berpengaruh positif pada peningkatan tingkat minat berwirausaha mahasiswa 43,3%. Dengan demikian pula Sumarsono (2013), secara parsial berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa dengan nilai signifikan sebesar 0.183. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat efikasi diri merupakan prediktor tingkat minat berwirausaha. 3. H3 terdapat pengaruh signifikan Kesiapan Instrumen terhadap Intensi Berwirausaha. Hasil penelitian Muladi (2011),menggunakan model regresi linear berganda memperlihatkan bahwa setiap perubahan tingkat kesiapan instrumen sebesar 1 akan berpengaruh positif pada peningkatan tingkat minat berwirausaha
65
mahasiswa 0,100 atau 10,0 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kesiapan intrumen merupakan prediktor tingkat minat berwirausaha. 4. H4 terdapat pengaruh signifikan Pendidikan Kewirausahaan terhadap Intensi Berwirausahaan. Hasil penelitian Sinarasri dan Hanum (2014),menggunakan model regresi linear berganda
memperlihatkan bahwa setiap perubahan tingkat efikasi diri
sebesar 1 akan berpengaruh positif pada peningkatan tingkat minat berwirausaha mahasiswa 0,157. Dengan demikian pula dan Octaviani (2015), secara parsial berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa dengan nilai signifikan sebesar 3,950. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat efikasi diri merupakan prediktor tingkat minat berwirausaha. 5. H5 Terdapat pengaruh signifikan Kebutuhan akan Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Instrument dan Pendidikan Kewirausahaan secara bersama-sama terhadap intensi berwirausahaan. Berdasarkan penelitian relevan yang dilakukan Yuhendri (2013) dan Wiyanto (2013) variabel Kebutuhan akan Prestasi, Wulandari (2014) dan Sumarsono (2013) variabel Efikasi Diri, Muladi (2011) variabel Kesiapan Instrument dan Sinarasri dan Hanum (2014) dan Octaviani (2015) variabel Pendidikan Kewirausahaan, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat variabel independen merupakan prediktor tingkat minat berwirausaha secara bersama-sama.
66
BAB III METODE PENELITIAN
3. 10. Waktu dan Wilayah Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan dari awal penelitian hingga akhir penelitian dan objek wilayah dilingkungan Jurusan Manajemen Bisnis Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dengan obyek mahasiswa yang telah menempuh matakuliah kewirausahaan pada angkatan 2013 Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
3. 11. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif kerena peneliti mencoba membuktikan hipotesis, menggunakan intrumen penelitian. Penelitian Kuantitatif Menurut Sugiono (2014: 23-24) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positif, digunakan guna meneliti populasi dan sampel tertentu, teknik pengambilan sampel umumnya menggunakan secara random, pengumpulan data menggunakan intrumen penelitian, analsis data bersifat kuantitatif/statistik dengan maksud menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode penelitian kuantitatif ini menggunakan metode survei. Metode penelitian survei adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data yang terjadi pada masa lampau atau saat ini, tentang keyakinan, pendapat, karakteristik, prilaku, hubungan variabel dan untuk menguji beberapa hipotesis yang telah ditetapkan dari sampel yang diambil dari populasi tertentu, pengumpulan datanya menggunakan kuesioner penelitianya cenderung digeneralisasikan.
dan hasil
67
3. 12. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi menurut Sugiyono (2014: 62) adalah wilayah generalisasi yang terdiriatas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis Syariah angkatan 2013 sejumlah 166 mahasiswa yang telah mengikuti Praktikum Kewirausahaan. 2. Sample Sampel menurut Sugiono (2014: 63) adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang mewakili populasi yang diteliti. Sampel penelitian menjadi sangat penting mengingat peneliti akan menggambarkan keadaan populasi hanya mengambil sumber data sebagian dari anggota populasi. Sehingga dari data sampel yang diambil menjadi penentu dalam menyusun kesimpulan dan digeneralisasikan menjadi keadaan populasi. Sampel penelitian ini diambil menggunakan perhitungan rumus Isaac dan Michael dengan jumlah sampel 110 dengan tingkat kesalahan 5%.
3. 13. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan pengambilan sampel sederhana (simple Random Sampling). Sampling Sederhana menurut Sugiono (2014: 152) adalah
68
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Penentuan anggota sampel pada penelitian ini menggunakan perhitungan jumlah sampel dari populasi yang telah diketahui jumlahnya dengan rumusan dari Isaac dan Michael, dengan ketentuan jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 5% rumus Isaac dan Michael:
Keterangan : S = Ukuran sampel N = Ukuran populasi P = Proporsi dalam populasi d = Ketelitian (Error) X2 = Harga tabel ciri kuadrat ∞ tertentu
69
Tabel 3.1 Isaac dan Michael Paraf Kesalahan 1%, 5% dan 10%
Sumber: Sugiono (2014: 161)
70
3. 14. Data dan Sumber Data Data penelitian didapat dari data primer dan sekunder lebih rincinya sebagai berikut: 1. Data Primer Data primer menurut Bungin (2011: 132) adalah data yang diperoleh dari sumber utama dilokasi secara langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis Syariah angkatan 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta yang telah menempuh Praktikum Kewirausahaan. 2. Data Sekunder Data sekunder menurut Bungin (2011: 132) adalah data yang diperoleh lewat sumber kedua atau data diluar subyek berfungsi sebagai pendukung yang kita butuhkan. Data sekunder berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia untuk mendukung teori yang akan digunakan. Data sekunder menurut Indriantoro dan Supomo (2014: 149-150) dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: data internal dan data eksternal. Data internal dimaksud adalah dokumen-dokumen kewirausahaan yang dikumpulkan, dicatat dan disimpan didalam suatu obyek yang akan diteliti, semisal dengan jurnal kewirausahaan dan notulen hasil seminar. Data eksternal adalah data sekunder ekternal yang umumnya disusun oleh suatu entitas selain peneliti dari organisasi
71
yang bersangkutan, semisal buku, data statistik dan jurnal terbitan secara periodik yang dipublikasikan oleh organisasi, pemerintah ataupun media massa. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini menggunakan data berupa data primer dengan cara membagikan kuesioner kepada mahasiswa program studi Jurusan Manajemen Syaraiah angkatan 2013 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Negeri Surakarta dan data sekunder sebagai pendukung data primer berupa teori dan penelitian sebelumnya terkait intensi berwirausaha pada mahasiswa.
3. 15. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data menurut Arikunto (2013: 100) yaitu cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan dua pengumpulan data, pertama studi lapangan dan kedua studi kepustakaan. 3.6.1
Studi lapangan (FieldResearch) Studi dilakukan secara langsung kelapangan untuk memperoleh data dari
obyek penelitian.Pengambilan data penelitian ini menggunakan metode survey yaitu dengan menyebar kuesioner kepada mahasiswa. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner
menurut Arikunto
(2013:101) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ingin diketahui dengan memberikan tanda centang atau tanda cocok (√) pada tempat-tempat yang sudah disediakan.
72
Kuesioner dipandang dari katagori jenis, jawaban, dan bentuknya menurut Arikunto (2013: 102-104) sebagai berikut: 1. Jenis Kuesioner , berupa: a. Kuesioner terbuka,
yang memberikan
kesempatan
kepada responden
untuk menjawab dengan kehendak dan kalimatnya sendiri. b. Kuesioner tertutup,yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memberikan tanda centang pada kolom atau tempat yang sesuai. 2. Jawaban yang diberikan, ada: a. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya. b. Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain. 3. Bentuknya maka ada: a. Kuesioner pilihan ganda, kuesioner ini sama dengan kuesioner tertutup. b. Kuesioner isian, kuesioner ini sama dengan kuesioner terbuka. c. Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda cocok (√) pada kolom yang sesuai. d. Skala bertingkat (rating-scale) yang pada umumnya dikenal dengan Skala Likert,
yaitu
sebuah
pertanyaan
diikuti
oleh
kolom-kolom
yang
menunjukkan tingkat-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Kuesioner yang dipakaidalam penelitian ini adalah kuesioner langsung tertutup, karena telah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih mana yang sesuai dengan dirinya, dan dari bentuknya penelitian ini menggunakan
73
skala interval berupa skala bertingkat (rating–scale) yang menunjukan tingkattingkatan berupa jawaban dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Skor jawaban responden berupa sangat setuju dengan skor 5, setuju skor 4, kurang setuju skor 3, tidak setuju skor 2 dan sangat tidak setuju skor 1. Metode pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner intensi berwirausaha yang pengukurannya dengan menggunakan Skala Likert. Dalam kuesioner yang menggunakan Skala Likert responden diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan alternatif pilihan jawaban yang tersedia pada kolom kuesioner . Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai berupa angka. 3.6.2
Studi Kepustakaan (LibraryResearch) Studi kepustakaan ini dimaksudkan untuk pengumpulan data dari Buku-
Buku, Literatur, dan Jurnal Ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3. 16. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen (Bebas) Variabel independen menurut Indriantoro dan Supomo (2014: 63) adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini berupa Kebutuhan akan Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Intrumen dan Pendidikan Kewirausahaan. 2. Variabel Dependen (Terikat) Variabel dependen menurut Indriantoro dan Supomo (2014: 63) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah intensi berwirausaha.
74
3. 17. Definisi Operasional Variabel Definisi oprasional menurut Indriantoro dan Supomo (2014: 69) adalah penentuan Construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Dalam penelitian ini menggunakan variabel intensi berwirausaha (Y), kebutuhan akan prestasi (X1), efikasi diri (X2), kesiapan instrumen (X3) dan pendidikan kewirausahaan (X4). 1. Intensi Berwirausaha Van Gelderen, et al.(2006:6) intensi diwakili oleh empat faktor, yaitu : desires, preferences, plans dan behavior expectancies. Desires adalah sesuatu dalam diri seseorang yang berupa keinginan untuk memulai suatu usaha. Preferences adalah suatu dalam diri seseorang yang menujukkan bahwa berwirausaha adalah suatu kebutuhan yang harus dicapai. Plans adalah suatu harapan yang tersusun ada dalam diri seseorang untuk memulai suatu usaha dimasa
akan
datang.
Sedangkan
behavior
exspectancies
adalah
suatu
kemungkinan untuk berwirausaha dengan diikuti oleh target memulai usaha. 2. Kebutuhan akan Prestasi Menurut pandangan McClelland (dalam Wiyanto, 2013: 6) menegaskan bahwa kebutuhan nilai prestasi sebagai salah satu karakteristik kepribadian seseorang yang
akan mendorong seseorang memiliki intensi kewirausahaan.
Menurutnya, ada tiga
karakteristik yang melekat pada seseorang memiliki
kebutuhan akan prestasi yang tinggi, yaitu (1) menyukai tanggung jawab (2) berani mengambil resiko sesuai dengan kemampuannya, dan (3) introspeksi diri, sekaligus mengevaluasi apa yang telah dilakukan serta berinovasi kedepan.
75
3. Efikasi Diri Efikasi diri menurut David E. Rye (dalam Saiman, 2014: 48) dapat diartikan bahwa seseorang memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi dan menyakini bahwa dirinya mampu dan memiliki kemampuan untuk menguasai hidup tanpa bergantung pada orang lain. Salah satu tantangan seorang wirausaha adalah dia dituntut untuk cepat beradaptasi dan tetap kuat menjaga komitmen dalam situasi apapun. Rasa kepercayaan yang tinggi merupakan bekal yang harus dimiliki seorang wirausaha muda. 4. Kesiapan Intrumen Berwirausaha merupakan sejumlah pengorbananberupa sumber daya manusia, uang, peralatan fisik, informasi dan waktu. Apabila persiapan tersebut dapat di sediakan secara maksimal dapat berimplikasi baik. Tentunya dalam perencanaan membangun dan mengembangkan usaha. Menurut Nitisusastro (2012: 81-93) Kesiapan intrumen merupakan bekal yang diperlukan dalam menjalankan usaha. Dunia usaha tak serupa dengan seseorang yang memasuki dunia kerja menjadi pegawai pada organisasi pemerintah ataupun swasta, meskipun organisasi tersebut sama bertujuan mencari laba. Hasil penelitian Rustiyaningsih (2013) mengungkapkan bahwa kesiapan instrumen menunjukan pengaruh signifikan terhadahap intensi kewirausahaan mahasiswa. Hasil penelitian menjelaskan kesiapan instrumen terdiri dari tiga instrumen yaitu akses modal, memiliki informasi cukup, dan memiliki jaringan sosial.
76
5. Pendidikan Kewirausahaan Tingkah laku adalah output dari aktivitas belajar seseorang bukanlah bawaan seseorang dari lahir (Riyanti, 2009: 15). Demikian dapat diartikan pola tingkah laku seseorang dapat terbentuk oleh proses belajar seperti aktivitas berwirausaha dan pengalaman yang didapat disekelilingnya. Tabel 3.2 Tabel.Variabel, Definisi dan Indikator No 1.
3.
4.
Variabel Kebutuhan akan Prestasi (Yuhendri L. V. 2013)
Efikasi diri (Indarti dan Rustiani, 2008).
Kesiapan Instrumen (Indarti dan Rustiani, 2008). 5. Pendidikan Kewirausahaan (Octaviani, 2015).
Devinisi Memiliki karakteristik pengambilan risiko sedang, kebutuhanumpan balik segera, puas dengan prestasi, dan asyik dengan tugas. Kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Kondisiyang mendukung kewirausah.
1. 2. 3. 4.
Indikator Mampu mengambil resiko. Membutuhkan umpan balik segera. Puas dengan prestasi. Asyik dengan tugas.
1. Kepercayaan diri dalam memulai usaha. 2. Jiwa kepemimpinan dalam mengelola usaha.
1. Akses kepada modal. 2. Jaringan sosial. 3. Informasi yang valid.
Pembelajaran yang 1. Memperoleh membentuk pola pemahaman dan pikir, sikap, dan pengetahuankewirausah perilaku seseorang aan. menjadi 2. Mengajarkan wirausahawan. ketrampilan berwirausaha. 3. Mengajarkan karakteristikberwirausaha. 4. Memberi kesempatan berkreasi dan berinovasi. Tabel berlanjut…
77 Lanjutan tabel 3.2 6.
Intensi Berwirausaha (Suharti dan Sirine, 2011)
Komitmen 1. Keinginannya dalam seseorang untuk berwira-usaha. memulai usaha baru. 2. Memilih karir sebagai wirausaha. 3. Keberanian dalam memulai usaha.
3. 18. Teknik Analisis Data Analisis data menurut Sugiono (2014: 238) adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: pengelompokan data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisa data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini, yaitu statistik Inferensial. Penelitian ini menggunakan statistik inferensial sebab menurut Sugiono (2014: 240) teknik statistik akan digunakan sebagai alat analisis sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
3.9.1. Uji Instrumen 1. Uji Validitas Validitas menurut Indriantoro dan Supomo (2014: 181) esensi dari validitas adalah akurasi. Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Intrumen yang kurang spesifik mencangkup obyek penelitian memiliki tingkat validitas yang rendah. Intrumen
78
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dan mampu mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Item pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur. Untuk mengukur tingkat validitas item-item peryataan kuesioner terhadap tujuan pengukuran adalah dengan melakukan korelasi antar skor item indikator pernyataan dengan skor konstruk (Ghozali, 2013: 54). Uji signifikan ini membandingkan korelasi antara nilai masing-masing item pernyataan dengan nilai total. Apabila besarnya nilai total koefisien item pernyataan masing-masing melebihi nilai signifikansi maka pernyataan tersebut valid. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi Produk Momen Karl Pearson, sebagai berikut: Rumus teknik korelasi Produk Momen Karl Pearson: rxy= N(∑xy)-(∑x∑y) √{n∑x2-(∑x)2}{n∑y2-(∑y)2} Keterangan : rxy
=
Koefisien korelasi suatu butir
N
=
Cacah objek
X
=
Skor butir
Y
=
Skor total
ΣX
=
Jumlah kuadrat nilai X
ΣY
=
Jumlah kuadrat nilai Y
79
Untuk menguji koefisien korelasi tersebut maka menggunakan level signifikansi 5%. Jika r hitung > rtabel maka pernyataan tersebut valid.
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menurut Indriantoro dan Supomo (2014: 181) merupakan konsistensi diantara butir-butir pernyataan dalam suatu instrumen. Tingkat keterkaitan antar butiir pernyataan dalam suatu instrumen untuk mengukur construct tertentu menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi internal instrumen yang bersangkutan. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat ukur, maka semakin stabil alat tersebut untuk digunakan. Alat ukur dikatakan reliabel kalau dipergunakan untuk mengukur berulangkali dalam kondisi yang relatif sama, akan menghasilkan data yang sama. Penelitian ini menggunakan teknik statistik croanbach alpha, tingkat reliabeilitas suatu construct dapat dilihat dari hasil statistik croanbach alpha (a) suatu variabel, jika dikatakan reliabel jika memberikan nilai croanbach alpha > 0,70 (Ghozali, 2013:48). Untuk menguji reliabilitas suatu konstruk digunakan rumus Croanbach Alpha sebagai berikut:
Keterangan: r11= Realibilitas Instrumen K = Banyaknya butir pernyataan = Jumlah varian butir
80
= Varian total Jika nilai Croanbach Alpha > 0,70 maka dapat dikatakan reliabel.
3.9.2. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji Normalitas menurut Ghozali (2013: 160) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Penggunaan statistik parametris menurut Sugiono (2014: 242) yaitu bekerja dengan asumsi bahwa data setiap variabel penelitian yang akan dianalisis membentuk distribusi normal, maka peneliti harus membuktikan terlebih dahulu, data yang akan dianalsis itu terdistribusi normal. Penelitian ini menggunakan teknik pengujian normalitas data dengan melihat nilai Asymp Sig. pada hasil uji normalitas dengan menggunakan one sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dengan ketentuan suatu model regresi terdistribusi secara normal, dengan melihat dari Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,5 (p>0,05) menggunakan softwere SPSS Versi 20.
2. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi menurut Ghozali (2013: 110) digunakan untuk tujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan Uji
81
Run Test. Run Test menurut Ghozali (2013: 120) digunakan untuk menguji apakah antar residul terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar resedul tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa resedul adalah acak atau rendom. Run Test digunakan untuk melihat apakah data resedual terjadi secara random atau tidak (sistematis). Menurut Ghazali (2013: 121) Untuk melihat output SPSS yang menunjukkan terjadi autokorelasi atau tidak, maka dapat dilihat nilai asymp. Sig. (2-tailed) dibandingkan dengan 0,05. apabila nilai asymp. Sig. (2-tailed)>0,05, maka dapat diasumsikan terhindar dari autokorelasi. Apabila asymp Sig.(2-tailed) <0,05 maka dapat diasumsi terjadi autokorelasi atau dengan kata lain bahwa resedul tidak rendom.
3. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas menurut Ghozali (2013: 105) digunakan untuk menguji suatu model apakah terdapat suatu hubungan linier yang sempurna antara beberapa variabel independen. Tujuan utamanya adalah untuk menguji apakah pada model regresi berganda ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Menurut Ghozali (2013: 105-106), Suatu variabel dikatakan mempunyai masalah multikolinearitas apabila nilai Tolerance lebih kecil dari 0,10 dan memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih besar dari angka 10.
4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas menurut Ghozali (2013: 139) digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari
82
residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Glejser, yaitu dengan membandingkan nilai sig. >0,05 maka dapat diambil keputusan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.9.3. Uji Regresi Berganda Analisis regresi menurut Sugiono (2014: 292) digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel depen den, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi/dinaik turunkan nilainya. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan regresi untuk empat prediktor dengan memakai rumus regresi sebagai berikut: Y= a+b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4 + e Keterangan : Y= Intensi Berwirausaha X1= Kebutuhan akanPrestasi X2= Efikasi Diri X3= Kesiapan Instrumen X4= Pendidikan Kewirausahaan a =Bilangan Konstanta b =Koefisien Regresi e =Variabel gangguan
83
3.9.4. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis merupakan langkah untuk membuktikan pernyataan yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis. Hipotesis akan diterima apabila hasil penelitian dapat mendukung pernyataan hipotesis dan sebaliknya akan ditolak apabila hasil penelitian tidak mendukung pernyataan hipotesis.
1. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Uji t menurut Ghozali (2013: 98-99) adalah suatu analisis statistik yang menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan Software SPSS versi 20, yaitu dengan melihat tabel coefficients pada kolom sig. Jika probabilitas nilai t atau signifikansi <0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial antara variabel bebas (kebutuhan akan prestasi, efikasi diri, kesiapan instrumen dan pendidikan kewirausahaan) terhadap variabel terikat (intensi berwirausaha). Langkah-langkah pengujian secara umum: a. Menentukan hipotesis nilai dan hipotesis alternatif Ho :βi = 0, Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. HA:βi ≠0, Berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. b. Kesimpulan Dengan membandingkan probabilitas nilai t atau signifikansi <0,05 , maka dapat diambil kesimpulan Ho ditolak.
84
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F menurut Ghozali (2013: 98) adalah suatu analisis statistik yang menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.Tingkat signifikansi menggunakan a = 5% atau 0,05. Uji F dalam penelitian ini menggunakan software SPSS versi 20, yaitu dengan melihat tabel ANOVA dalam kolom sig, jika probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel terikat (intensi berwirausaha) dan model regresi bisa dipakai untuk memprediksi variabel terikat. a. Perumusan Hipotesis H0 : βl = β2 = β3= β4= 0, artinya tidak ada pengaruh variabel kebutuhan akan prestasi (X1), efikasi diri (X2) dan kesiapan intrumen (X3) dan pendidikan kewirausahaan (X4) terhadap intensi berwirausaha (Y). HA : βl ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0, artinya ada pengaruh variabel kebutuahan akan prestasi (X1), efikasi diri (X2) dan kesiapan intrumen (X3) dan pendidikan kewirausahaan (X4) terhadap intensi berwirausaha (Y). b. Kesimpulan Dengan melihat hasil tabel ANOVA dalam kolom sig, jika probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan H0 ditolak.
85
3. Koefisien Determinasi (Uji R2) Uji R2 Ghozali (2013: 98) adalah suatu analisis statistik yang menunjukkanseberapa jauh pengaruh model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan Adjusted R Square karena dalam regresi ini menggunakan lebih dari dua variabel bebas. Hasil perhitungan Adjusted R2 dapat dilihat pada output Model Summary. Pada kolom Adjusted R2 dapat diketahui berapa prosentase yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Sisanya dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabelvariabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
86
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilakukan di Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Manajemen Bisnis Syariahangkatan 2013 pada mahasiswa yang telah menempuh Mata Kuliah Kewirausahaan.
4.1.1. Deskripsi Tempat Penelitian 1. Institut Agama Islam Negeri Surakarta Institut Agama Islam Negeri Surakarta yang disahkan melalui Peraturan Presiden No. 1 Tahun 2011 merupakan hasil alih status dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta. Selanjutnya, STAIN Surakarta yang berdiri sejak 30 Juni 1997 (25 Safar 1418 H), awalnya berasal dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo di Surakarta yang berdiri pada 12 September 1992. Berdirinya IAIN Walisongo di Surakarta ini merupakan gagasan H. Munawir Sadzali, MA. yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia sebagai pilot project untuk memperbaiki mutu IAIN yang sudah ada dan dianggap belum ideal serta masih banyak memerlukan pembenahan. Harapan H. Munawir Sadzali, MA waktu itu adalah agar IAIN Walisongo di Surakarta mampu menampilkan diri sebagai IAIN unggulan yang mencetak para lulusan berdaya saing tinggi dan memiliki prestasi-prestasi akademik yang diakui oleh lembaga-lembaga yang kredibel.
87
Selama lebih kurang 5 tahun IAIN Walisongo di Surakarta berjalan, pada 30 Juni 1997 melalui kebijakan Menteri Agama yang baru waktu itu, Drs. Malik Fadjar, M. Sc. IAIN Walisongo di Surakarta ini diubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta. Kebijakan ini juga menetapkan seluruh Fakultas filial (Fakultas Daerah) seperti Fakultas Syariah di Pekalongan dan Fakultas Ushuludin di Kudus yang tadinya telah direlokasi ke Surakarta menjadi STAIN Pekalongan dan STAIN Kudus. Akhirnya pada 3 Januari 2011 STAIN Surakarta bertransformasi menjadi IAIN Surakarta dengan Tiga Fakultas, yakni: Fakultas Ushuludin dan Dakwah, Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam, serta Fakultas Tarbiyah dan Bahasa. Peresmian dilakukan pada 28 Juli 2011 IAIN Surakarta oleh Menteri Agama Drs. H. Suryadharma Ali, M. Si, sekaligus pelantikan Rektor yang pertama. Berdasarkan Ortaker baru Peraturan Menteri Agama RI Nomor 24 Tahun 2013 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Institut Agama Islam Negeri Surakarta dan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 84 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Islam Negeri Surakarta, IAIN Surakarta memiliki Empat Fakultas, yaitu: 1. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2. Fakultas Ushuludin dan Dakwah, 3. Fakultas Syariah, dan 4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
2. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam a. Sejarah Ekonomi dan Bisnis Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam merupakan Satu dari Empat Fakultas yang berada di Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Sejak pada tanggal 14
88
Desember 2013M/11 Shafar 1435 H, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dinyatakan berdiri selaras dengan diresmikannya Peraturan Menteri Agama RI Nomor 24 tahun 2013 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Institut Agama Islam Negeri Surakarta dan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 84 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Islam Negeri Surakarta. Peresmian tersebut dilakukan oleh Menteri Agama oleh Drs. H. Suryadharma Ali, M. Si. Awal mula berdirinya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di Institut Agama Islam Negeri Surakarta memiliki rentetan sejarah yang panjang sekitar 13 tahun. Sejak tahun 2002 berdiri, saat itu masih menggunakan nama Jurusan Manajemen Syariah
dengan Satu Prodi yaitu, Manajemen Syariah. Dalam
perjalanannya Jurusan Manajemen Syariah banyak mengalami tantangan dan beberapa perubahan signifikan diantaranya pada tahun 2006 berubahnya Jurusan Manajemen Syariah menjadi Ekonomi dan Bisnis Islam, sekaligus bertambahnya Dua Prodi sehingga terdapat 3 Prodi: Manajemen Syariah, Perbankan Syariah dan Akuntansi Syariah sampai sekarang. Latar belakang berdirinya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, di antaranya: pertama, merupakan harapan dari semua komponen Jajaran Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Institut Agama Islam Negeri Surakarta dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di bawah naungan Menteri Agama Republik Indonesia untuk memajukan Bidang Studi Ekonomi Syariah. Kedua, mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam yang tiap tahunnya meningkat kurang lebihnya mahasiswa masuk berjumlah 600-700 mahasiswa baru, setiap periode angkatan. Ketiga, konsentarsi Keilmuan yang berbeda antara Jurusan Syariah
89
dengan Jurusan Ekonomi Islam. Keempat, kegiatan-kegiatan mahasiswa yang berbeda secara orientasi studi. Sehingga langkah trasformasi jurusan menjadi Fakultas adalah sebuah kebutuhan yang patut diapresiasi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam institut Agama Islam Negeri Surakarta merupakan Satu dari Enam Fakultas periode Pertama di Indonesia yang diresmikan oleh Menteri Agama sebagai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, maka suatu kebanggaan dan amanah yang besar untuk ikut menciptakan masa depan kualiatas ekonom-ekonom muda muslim profesional. Secara hak, wewenang dan tanggungjawab, maka seluruh komponen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam memiliki otonomi tersendiri dan statusnya sama dengan Fakultas lain yang ada di bawah naungan Institut Agama Islam Negeri Surkarta. Harapan setelah berdirinya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam tertuang sesuai Visi dan Misi Fakultas itu sendiri. b. Visi Terwujudnya Fakultas yang ungguldan mandiri, dalam pengembangan ilmu pengetahuan ekonomi dan bisnis Islam, peradaban Islam serta pembinaan akhlak karimah pada tahun 2020 di tingkat Nasional c. Misi 1) Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat secara inovatif, objektif dan dinamis, dengan mengintegrasikan iman, ilmu dan amal dalam bidang Ekonomi dan Bisnis Islam. 2) Melahirkan lulusan yang unggul, berakhlak karimah, memiliki kemandirian dan daya saing tinggi dalam bidang Ekonomi dan Bisnis Islam;
90
3) Melakukan transformasi dan pencerahan nilai-nilai Islam bagi masyarakat dalam bidang Ekonomi dan Bisnis Islam; 4) Menyelenggarakan tata kelola kelembagaan secara professional, transparan dan akuntabel dalam rangka mencapai kepuasan civitas akademika dan pemangku kepentingan dalam bidang Ekonomi dan Bisnis Islam. d. Tujuan 1) Menghasilkan lulusan yang professional dalam bidang ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam baik dalam tataran teoritis maupun praktis; 2) Menghasilkan lulusan yang relegius, menjunjung tinggi kebenaran dan keterbukaan, kritis, inovatif, dan kreatif dalam kehidupan sehari-hari; 3) Menghasilkan lulusan yang kompetitif dan mampu bersaing ditingkat nasional; 4) Menghasilkan penelitian-penelitian dan pengabdian masyarakat dibidang ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam; 5) Mengembangkan, menyebarluaskan, dan menerapkan ilmu pengetahuan dibidang ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam di masyarakat; 6) Menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga lain dalam penyelenggaran Tri Dharma Perguruan Tinggi; 7) Menciptakan tata kelola Orgaisasi Fakultas yang baik. e. Jurusan Berdasarkan ORTAKER baru Peraturan Menteri Agama RI Nomor 24 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut Agama Islam Negeri Surakarta dan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 84 tahun 2013 tentang
91
Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Islam Negeri Surakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam memiliki Tiga Jurusan, yaitu: 1) Jurusan Manajemen Bisnis Syariah (MBS), 2) Jurusan Perbankan Syariah (PBS), dan 3) Jurusan Akuntansi Syariah (AKS).
3. Jurusan Manajemen Bisnis Syariah a. Sejarah Jurusan Manajemen Bisnis Syariah Berdirinya Jurusan Manajemen Bisnis Syariah pada 2002, Jurusan Manajemen Syariah dengan Prodi Manajemen Syariah. Prodi Manajemen Syariah merupakan Prodi tertua dibandingkan dengan Prodi Perbankan Syariah dan Akuntansi Syariah di bawah naungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Rentetan perjalanan panjang Jurusan Manajemen Syariah mengalami banyak tantangan dan perubahan signifikan seiring perjalanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sampai sekarang. Pada tahun 2016 terdapat kebijakan tentang perubahan nama Jurusan, sesuai Ketetapan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor : 6421 Tahun 2016 tentang Penyesuaian Nomenklatur Program Studi pada Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Jurusan Manajemen Syariah berubah menjadi Jurusan Manajemen Bisnis Syariah dengan gelar akademik Sarjana Ekonomi (S.E) pada sebelumnya menggunakan gelar Akademik Sarjana Ekonomi Syariah (S.E, Sy) disyahkan oleh Direktur Jenderal Kamaruddin Amin.
92
b. Visi Terwujudnya program
studi
yang unggul
dan mandiri, dalam
pengembangan ilmu pengetahuan Manajemen Bisnis Syariah, peradaban Islam serta pembinaan akhlak karimah pada tahun 2020 di tingkat nasional. c. Misi 1) Menyelenggarakan Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian pada masyarakat secara Inovatif, Objektif dan Dinamis, dengan mengintegrasikan Iman, Ilmu dan Amal dalam bidang Manajemen Bisnis Syariah. 2) Melahirkan lulusan yang unggul, berakhlak karimah, memiliki kemandirian dan daya saing tinggi dalam bidang Manajemen Bisnis Syariah 3) Melakukan transformasi dan pencerahan nilai-nilai Islam bagi masyarakat dalam bidang Manajemen Bisnis Syariah 4) Menyelenggarakan tata kelola kelembagaan secara profesional, transparan dan akuntabel dalam rangka mencapai kepuasan sivitas akademika dan pemangku kepentingan dalam bidang Manajemen Bisnis Syariah. d. Tujuan 1) Menghasilkan lulusan yang profesional dalam bidang Manajemen Bisnis Syariah baik dalam tataran teoritis maupun praktis 2) Menghasilkan lulusan yang religius, menjunjung tinggi kebenaran dan keterbukaan, kritis, inovatif, dan kreatif dalam kehidupan sehari-hari. 3) Menghasilkan lulusan yang kompetitif dan mampu bersaing di tingkat nasional.
93
4) Menghasilkan penelitian penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang ilmu Manajemen Bisnis Syariah. 5) Mengembangkan, menyebarluaskan, dan menerapkan ilmu pengetahuan di bidang Manajemen Bisnis Syariah di masyarakat. 6) Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain dalam penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi; 7) Menciptakan tata kelola organisasi program studi yang baik. e. Profil Lulusan 1) Manajer a) Menguasai konsep dan teori-teori dasar dalam menejemen syariah b) Mampu menggunakan ilmu pengetahuan dan sarana teknologi informasi pada bidang manajerial c) Mampu mengimplementasikan potensi diri untuk bekerja sama dalam tim 2) Marketer a) Menguasai strategi pemasaran b) Mampu menganalisis prilaku konsumen c) Memiliki keMampuan melakukan analisis swot pemasaran d) Memiliki kemampuan komunikasi yang baik 3) Peneliti Muda a) Memiliki pengetahuan terhadap isu isu kontemporer b) Mampu beradaptasi terhadap perkembangan teori dan keilmuan di bidang Manajemen Bisnis Syariah
94
4) Wirausahawan Mampu
menerapkan
sikap
wirausaha
(entrepreneurship
dan
intrapreneurship) dalam membangun dan mengembangkan dunia usaha berbasis manajemen. 5) Financial Planner a) Memiliki kemampuan analisis keuangan b) Memiliki kemampuan analisis resiko c) Memiliki kemampuan analisis potret kondisi keuangan d) Memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pengelolaan keuangan 6) Analisis Pasar Modal a) Memiliki kemampuan analisis investasi pasar modal b) Mampu mengaplikasikan model analisis dalam aktifitas pasar modal sesuai prinsip syariah Berdasarkan profil lulusan Manajemen Bisnis Syariah di atas, maka penelitian ini sesuai dengan poin e. Wirausahawan pada profil lulusan yang mengunggkapkan bahwa mahasiswa mampu menerapkan sikap wirausaha (entrepreneurship dan intrapreneurship) dalam membangun dan mengembangkan dunia usaha berbasis manajemen.
95
4. Deskripsi Responden Deskripsi responden menggambarkan jenis kelamin dan usia lebih jelasnya sebagai berikut: Tabel 4.1 Jenis Kelamin dan Usia Responden Keterangan Jumlah Jenis Kelamin
No
Prosentasi
1.
Laki-laki
50 orang
45%
2.
Perempuan
60 orang
55%
Jumlah
110 orang
100%
Sumber: Data diolah 2016 Responden pada penelitian ini berjumlah 110 orang dengan rincian 50 orang atau 45% adalah laki-laki dan 60 orang atau 55% adalah perempuan. Dari jawaban
responden
menyatakan
sudah
pernah
mengkuti
praktikum
kewirausahaan.
4.2. Pengujian Dan Hasil Analisis Data 4.2.1. Uji Instrumen 1. Uji Validitas Validitas menurut Indriantoro dan Supomo (2014: 181) esensi dari validitas adalah akurasi. Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Penelitian ini menggunakan 5 (lima) variabel dan jumlah pernyataan kuesioner variabel terdiri dari 26 item diantaranya: dengan rincian Intensi Berwirausaha (IB) 3 item pernyataan, Kebutuhan akan Prestasi (KP) 8 item pernyataan, Efikasi Diri (ED) 2 item
96
pernyataan, Kesiapan Instrumen (KI) 3 item pernyataan dan Pendidikan Kewirausahaan (PK) 10 item pernyataan. Validitas penelitian ini menggunakan perhitungan statistikSoftware SPSS Versi Windows 20, maka dapat dijelaskan validitas data variabel sebagai berikut:
Item Pernyataan Intensi Berwirausaha 1. IB1 2. IB2 3. IB3
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Produk Momen Karl Pearson r hitung r tabel 5%
Kebutuhan akan Prestasi 4. KP1 5. KP2 6. KP3 7. KP4 8. KP5 9. KP6 10. KP7 11. KP8 Efikasi Diri 12. ED1 13. ED2 Kesiapan Instrumen 14. KI1 15. KI2 16. KI3 PendidikanKewirausahaan 17. PK1 18. PK2 19. PK3 20. PK4 21. PK5 22. PK6 23. PK7
Keterangan
0.846 0.903 0.843
0.195 0.195 0.195
Valid Valid Valid
0.677 0.591 0.435 0.655 0.706 0.600 0.519 0.719
0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0.886 0.897
0.195 0.195
Valid Valid
0.811 0.879 0.822
0.195 0.195 0.195
Valid Valid Valid
0.691 0.732 0.877 0.721 0.654 0.563 0.774
0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
97
24. PK8 25. PK9 26. PK10 Sumber: Data dioleh 2016.
0.550 0.798 0.772
0.195 0.195 0.195
Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.2, skor masing-masing butir pernyataan dengan skor total (PearsonCorrelation) untuk masing-masing variabel menunjukkan korelasi yang positif dan signifikan pada level 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa pernyataan-pernyataan tersebut memiliki validitas yang cukup tinggi sehingga layak digunakan.
4. Uji Reliabilitas Reliabilitas menurut Indriantoro dan Supomo (2014: 181) merupakan konsistensi diantara butir-butir pernyataan dalam suatu instrumen. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan 5 (lima) variabel di antaranya: Intensi Berwirausaha (Y) sebagai variabel dependen dan 4 variabel independen yaitu: Kebutuhan akan Prestasi (X1), Efikasi Diri (X2), Kesiapan Instrumen (X3) dan Pendidikan Kewirausahaan (X4). Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabelitas Reliability Statistics Variabel
Cronbach's Alpha
Critical
N of
Value
Items
Keterangan
Intensi Berwirausaha (Y)
0.823
0,70
3
Reliabel
Kebutuhan akan Prestasi (X1)
0.766
0,70
8
Reliabel
Efikasi Diri (X2)
0.741
0,70
2
Reliabel
Kesiapan Instrumen (X3)
0.787
0,70
3
Reliabel
Pendidikan Kewirausahaan (X4)
0.891
0,70
10
Reliabel
Sumber: Data diolah 2016
98
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa seluruh instrumen dari variabel yang diuji memiliki Cronbach Alpha>0,70. Menurut Ghozali (2013:48) tingkat reliabilitas suatu konstruk/variabel dapat dilihat dari hasil statistik croanbach alpha (a) suatu variabel jika dikatakan reliabel jika memberikan nilai croanbach alpha >0,70. Jadi, hasil pengujian cukup memuaskan karena semua instrumen memiliki tingkat reliabilitas (keandalan) yang cukup tinggi, sehingga dapat dianggap reliabel. 4.2.2. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji Normalitas menurut Ghozali (2013: 160) bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Deteksi normalitas dapat diketahui dengan berdasarkan Uji One Sample Kolomogorov-Smirnov residual berdistribusi normal, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hasil uji normalitas menggunakan uji one sample Kolmogorov-Smirnov pada penelitian ini sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
110
Mean Normal Parametersa,b Std. Deviation Most Extreme Differences
0E-7 1. 23933704
Absolute
. 105
Positive Negative
. 102 -. 105
Kolmogorov-Smirnov Z
1. 106
Asymp. Sig. (2-tailed)
. 173
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
99
(Sumber: Data diolah 2016) Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Asymp. Sig 2-tailed) sebesar 0,173. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,173> 0,05), maka nilai residual tersebut normal. Dengan demikian variabel independen dan dependen terdistribusi normal.
2. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi menurut Ghozali (2013: 110) digunakan untuk tujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t sebelumnya. Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Runs Test Unstandardized Residual Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median Sumber: Data diolah 2016
0 55 55 110 48 -1. 533 . 125
Berdasarkan pada table 4.5 dari pengujian Run Test diperoleh nilai Asymp. Sig. sebesar 0,125. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,125> 0,05), maka nilai residual tersebut rendom/acak. Dengan demikian variabel independen dan dependen tidak terjadi Asumsi Autokorelasi.
100
3. Uji Multikolonieritas Uji Multikolinieritas menurut Ghozali (2013: 105) digunakan untuk menguji suatu model apakah terdapat suatu hubungan linier yang sempurna antara beberapa variabel independen. Cara mendeteksinya dapat dilakukan menggunakan nilai Tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Suatu variabel dikatakan mempunyai masalah multikolinieritas apabila nilai VIF lebih besar dari 10 dan angka Tolerance lebih kecil dari 0,1. Hasil uji multikolinieritas penelitian ini sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta (Constant) . 376 1. 356 KP . 049 . 048 . 083 1 ED . 501 . 129 . 318 KI . 614 . 096 . 514 PK -. 022 . 031 -. 052 a. Dependent Variable: Intensi Berwirausaha Sumber: Data diolah 2016
T
. 277 1. 024 3. 883 6. 369 -. 708
Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance . 782 . 308 . 594 . 000 . 585 . 000 . 605 . 480 . 727
VIF 1. 684 1. 708 1. 652 1. 376
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai tolerance keempat variabel bebas lebih besar dari 0,1. Sedangkan nilai VIF berada di sekitar angka 1 yang artinya lebih kecil dari 10. Maka, dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah multikolinieritas.
101
4. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas Ghozali (2013: 139) digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Glejser. Hasil uji heteroskedastisitas sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
Std. Error 3.028 1.123 -.039 .031 .070 .076 -.070 .069 -.004 .026
(Constant) KP 1 ED KI PK a. Dependent Variable: Res2 Sumber: Data diolah 2016
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta -.137 .095 -.113 -.016
2.697 -1.255 .923 -1.022 -.149
.008 .212 .358 .309 .882
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh hasil bahwa nilai sig untuk semua variabel lebih besar dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas dalam model regresi.
4.2.3. Uji Regresi Berganda Analisis regresi berganda bertujuan mengetahui pengaruh kebutuhan akan prestasi, efikasi diri, kesiapan instrumen dan pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. Dengan kata laisn analisis ini digunakan untuk
102
mengetahui antara variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: Setelah diolah dengan menggunakan Software SPSS 20 For Windows diperoleh nilai koefisien regresi sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil KoefisienRegresi Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Model B (Constant) KP
Standardized Coefficients
Std. Error
T
Sig.
Beta
. 376 . 049
1. 356 . 048
. 277 . 083 1. 024
. 782 . 308
ED
. 501
. 129
. 318 3. 883
. 000
KI
. 614
. 096
. 514 6. 369
. 000
PK -. 022 . 031 a. Dependent Variable: Intensi Berwirausaha Sumber: Data diolah 2016
-. 052 -. 708
. 480
1
Berdasarkan tabel 4.8 hasil coefficients regresi didapat Persamaan regresi untuk empat prediktor dengan memakai rumus regresi sebagai berikut: Rumus persamaan regresi: Y= a (0,376)+b1X1(0,049)+ b2 X2(0,501)+ b3X3(0,614)- b4X4 (-0,022) +e(1,356) Keterangan: Y= Intensi Berwirausaha sebesar 0,376 X1= Kebutuhan akan Prestasi sebesar 0,049 X2= Efikasi Diri sebesar 0,501 X3= Kesiapan Instrumen sebesar 0,614
103
X4= Pendidikan Kewirausahaan sebesar -0,022 e= Variabel gangguan sebesar 1,356 Berdasarkan nilai koefisien regresi dengan persamaan regresi di atas dapat menerangkanbahwa variabel Kebutuhan akan Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Instrumen dan Pendidikan Kewirausahaan memberikan konstribusi positif terhadap intensi berwirausaha mahasiswa, dimana dapat diinterpretasikan sebagai berikut: a. Konstanta sebesar 0,376 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka nilai intensi berwirausaha mahasiswa sebesar 0,376. b. Koefisien regresi Kebutuhan akan Prestasi (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel intensi berwirausaha (Y). Sedangkan koefisien sebesar 0,049 artinya apabila ada peningkatan variabel kebutuhan akan prestasi dengan memperhatikan seperti pekerjaan yang memiliki tantangan dan pengambilan resiko pada mahasiswa maka akan meningkatkan intensi berwirausaha mahasiswa sebesar 0,049. c. Koefisien regresi Efikasi Diri (X2) mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel intensi berwirausaha (Y). Sedangkan koefisien sebesar 0,501artinya apabila ada penambahan variabel efikasi diri dengan memperhatikan keterampilan kepemimpinan dan kematangan mental pada mahasiswa, maka akan meningkatkan intensi berwirausaha mahasiswa sebesar 0,501.
104
d. Koefisien regresi Kesiapan Instrumen (X3) mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel intensi berwirausaha (Y). Sedangkan koefisien sebesar 0,614 artinya bahwa peningkatan variabel kesiapan instrumen dengan memperhatikan akses kepada modal, jaringan sosial, dan akses terhadap informasi pada mahasiswa maka akan meningkatkan intensi berwirausaha mahasiswa sebesar 0,614. e. Koefisien regresi Pendidikan Kewirausahaan (X4) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap variabel intensi berwirausaha. Sedangkan koefisien sebesar
(-0,022)
artinya
bahwa
peningkatan
variabel
pendidikan
kewirausahaan dengan memperhatikan pemahaman dan pengetahuan kewiraushaanpada mahasiswa maka akan menurunkan intensi berwirausaha mahasiswa sebesar -0,022.
4.2.4. Uji Hipotesis 1. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Uji t menurut Ghozali (2013: 98-99) adalah suatu analisis statistik yang menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen. Penelitian ini menggunakan Software SPSS Versifor Windows 20, Uji t digunakan untuk menguji signifikansi koefisien regresi secara individu. Pengujian regresi digunakan pengujian dua arah (two tailed test) dengan menggunakan a=5% yang berarti bahwa tingkat keyakinan adalah sebesari 95%, yaitu dengan melihat tabel coefficients pada kolom sig. Jika probabilitas nilai t atau signifikansi <0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh secara
105
parsial antara variabel independen (Kebutuhan akan Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Instrumen dan Pendidikan Kewirausahaan) terhadap variabel dependen (Intensi Berwirausaha).
Menentukan hipotesis nilai dan hipotesis alternative
sebagai berikut: Ho : βi = 0, Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : βi ≠ 0, Berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.9 Hasil Uji t Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Model
B
1
Std. Error
(Constant)
. 376
1. 356
KP
. 049
. 048
ED
. 501
KI
. 614
T
Sig.
Beta . 277
. 782
. 083
1. 024
. 308
. 129
. 318
3. 883
. 000
. 096
. 514
6. 369
. 000
-. 052
-. 708
. 480
PK -. 022 . 031 a. Dependent Variable: Intensi Berwirausaha Sumber: Data diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.9 hasil pengolahan datadari keempat variabel independen yang dimasukan kedalam model regresi maka dapat diinterpretasikan bahwa: a. Variabel Kebutuhan akan Prestasi (KP X1) diperoleh nilai thitung sebesar 1,024. Oleh karena nilai thitung lebih keci dari ttabel 1,662, dan probabilitas signifikansi untuk kebutuhan akan prestasi sebesar 0,308>0,05; maka H0
106
diterima, yang berarti bahwa kebutuhan akan prestasi tidak berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. b. Variabel Efikasi Diri (ED X2) diperoleh nilai thitung sebesar 3,883. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel 1,662, dan probabilitas signifikansi efikasi diri sebesar 0,000<0,05; maka H0 ditolak, yang berarti bahwa efikasi diri berpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. c. Variabel Kesiapan Instrumen (KI X3) diperoleh nilai thitung sebesar 6,369. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari t
tabel
1,662 dan probabilitas
signifikansi untuk kesiapan instrumen sebesar 0,000<0,05; maka H0 ditolak, yang berarti bahwa kebutuhan akan prestasi berpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. d. Variabel Pendidikan Kewirausahaan (PK X3) diperoleh nilai thitung sebesar 0,708. Oleh karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel 1,662 dan probabilitas signifikansi untuk pendidikan kewirausahaan sebesar 0,480>0,05; maka H0 diterima, yang berarti bahwa pendidikan kewirausahaan tidak berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji f) Uji F menurut Ghozali (2013: 98) adalah suatu analisis statistik yang menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Variabel Kebutuhan akan Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Instrumen dan Pendidikan Kewirausahaan dalam mempengaruhi intensi berwirausaha. Derajat keyakinan yang digunakan a = 5% atau 0,05. Uji F dalam penelitian ini menggunakan
107
software SPSS 20, yaitu dengan melihat tabel ANOVA dalam kolom sig., jika probabilitas <0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama. Perumusan Hipotesis H0 : βl = β2 = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel Kebutuhan akan Prestasi (X1), Efikasi Diri (X2) dan Kesiapan Intrumen (X3) dan Pendidikan Kewirausahaan (X4) terhadap Intensi Berwirausaha (Y). HA : βl ≠ β2 ≠0, artinya ada pengaruh variabel Kebutuhan akan Prestasi (X1), Efikasi Diri (X2) dan Kesiapan Intrumen (X3) dan Pendidikan Kewirausahaan (X4) terhadap Intensi Berwirausaha (Y). Tabel 4.10 Hasil Uji F ANOVA ANOVAa Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression 237. 535 4 59. 384 37. 244 . 000b 1 Residual 167. 419 105 1. 594 Total 404. 955 109 a. Dependent Variable: Intensi Berwirausaha b. Predictors: (Constant), Pendidikan Kewirausahaan, Efikasi Diri, Kesiapan Instrumen, Kebutuhan akan Prestasi. Sumber: Data diolah 2016 Berdasarkan tabel 4.10 Anova atau uji F test didapat nilai Fhitung sebesar 37,244 dengan probabilitas sig 0,000<0,05. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05¸maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi intensi berwirausaha mahasiswa atau dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan prestasi, efikasi diri, kesiapan instrumen dan pendidikan kewirausahaan secara bersamasama berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa, dengan kata lain
108
dapat disebut bahwa model dalam penelitian ini sudah tepat digunakan memprediksikan intensi berwirausaha mahasiswa. 3. Koefisien Determinasi (R2) Uji R2 Ghozali (2013: 98) adalah suatu analisis statistik yang menunjukkan seberapa jauh pengaruh model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan Adjusted R Square karena dalam regresi ini menggunakan lebih dari dua variabel bebas. Hasil perhitungan Adjusted R2 dapat dilihat pada output Model Summary. Pada kolom Adjusted R2 dapat diketahui berapa prosentase yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sisanya dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate a 1 . 766 . 587 . 571 1. 263 a. Predictors: (Constant), PK, ED, KI, KP Sumber: Data diolah 2016 Berdasarkan tabel 4.11 Koefisien Determinasi (R2) atau Model Summary besarnya Adjusted R2
adalah 0,571, hal ini berarti 57,1% variasi intensi
berwirausaha mahasiswa dapat dijelaskan oleh variasi dari ke empat variabel independen Kebutuhan akan Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Instrumen dan Pendidikan Kewirausahaan. Sedangkan sisanya (100%-57,1%=42,9%) dengan Standart error of estimate (SEE) sebesar 1,263, sehingga terdapat variabel
109
independen yang dapat dijelaskan oleh faktor yang lain sebesar 42,9% diluar model penelitian.
4.3. Pembahasan Hasil Analisis Data Berdasarkan analisis Regresi Linier Berganda diperoleh persamaan garis regresi Y = a (0,376) + b1X1 (0,049) + b2X2 (0,501) + b3X3 (0,614) + b4X4 (-0,022) + e (1,356), persamaan garis tersebut berfungsi sebagai pedoman untuk melakukan
prediksi terhadap perubahan variabel dependen yaitu intensi
berwirausaha yang
dipengaruhi variabel independen yaitu, Kebutuhan akan
Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Instrument dan Pendidikan Kewirausahaan. Nilai koefisien regresi positif diartikan bahwa variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen, peningkatan variabel independen akan meningkatkan variabel dependen dan begitu sebaliknya. Berdasarkan perhitungan diperoleh, sebagai berikut:
4.3.1. Pengaruh X1 Kebutuhan akan Prestasi terhadap Intensi Berwirausaha Berdasarkan hasil analisis hipotesis pertama, maka terdapat pengaruh tidak signifikan dari variabel kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha mahasiswa Prodi Manajemen Bisnis Syariah Angkatan 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi berganda diperoleh nilai koefisien sebesar 0,049, artinya apabila ada peningkatan nilai variabel kebutuhan akan prestasi dengan memperhatikan seperti pekerjaan yang memiliki tantangan,
110
pengambilan resiko dan suka akan tugas pada mahasiswa maka akan meningkatkan intensi berwirausaha mahasiswa sebesar 0,049. Hasil uji signifikan menggunakan ujit menunjukkan bahwa, berdasarkan variabel kebutuhanakan prestasi (KP X1) diperoleh nilai thitung sebesar 1,024. Oleh karena nilai thitung lebih keci dari ttabel 1,662, dan probabilitas signifikansi untuk kebutuhan akan prestasi sebesar 0,308>0,05; maka H0 diterima, yang berarti bahwa kebutuhan akan prestasi tidak berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. Berdasarkan landasan teori kebutuhan akan prestasi menurut Hagen (dalam Lauer 1993: 130) dalam sudut kepribadian kreatif dapat di lihat dari dimensi kebutuhan yaitu atas dasar digerakkan, agresif, pasif, atau dipelihara. Kebutuhan yang digerakkan termasuk kebutuhan untuk berprestasi, untuk mencapai otonomi, dan untuk memelihara tatanan. Kebutuhan agresif ditunjukan oleh kebutuhan untuk menyerang, kebutuhan untuk menghasilkan oposisi, dan kebutuhan untuk mengungguli. Kebutuhan pasif mencakup kebutuhan untuk bergantung, afiliasi dan untuk dibimbing oleh orang lain. Kebutuhan untuk dipelihara, termasuk kebutuhan baik untuk memberi maupun menerima sesuatu sebagai sokongan, perlindungan dan belas kasihan orang lain. Penyempurna landasan kebutuhan akan prestasi dapat diambil dari pendapat Mcclelland (dalam Lauer 1993: 137-138) menyatakan bahwa masyarakat yang tinggi tingkat kebutuhan untuk berprestasinya, umumnya akan menghasilkan wiraswastawan yang lebih semangat dan selanjutnya menghasilkan perkembangan ekonomi yang lebih cepat.
111
Pernyataan Mcclelland dapat diartikan bahwa perkembangan ekonomi dapat terjadi karena adanya semangat kewiraswastaan. Semangat yang dimaksud adalah semangat dalam diri seseorang wirausaha yang berlawanan dengan bayangan umum, Tidak hanya didorong oleh motif mencari keuntungan rupiah, tetapi didorong oleh hasrat yang kuat untuk berprestasi, untuk mengerjakan perkerjaan yang lebih baik.
Keuntunggan hanyalah salah satu dari antara
beberapa ukuran seberapa baik pekerjaan yang telah dikerjakan, namun tujuan tidak harus menjadi tujuan itu sendiri. Hipotesis pertama, memberikan informasi bahwa kebutuhan akan prestasi tidak memiliki pengaruh secara signifikan. Karna bukti empiris tidak mendukung hipotesis penelitian. Hal ini disebabkan responden dalam penelitian ini mempunyai pendapat bahwa kebutuhan akan prestasi mereka rendah yang artinya, responden menganggap dalam situasi menghadapi sesuatu hal yang memiliki tantangan, pengambilan resiko dalam setiap tindakan dan suka dengan tugas, atau dengan kata lain mereka kurang memiliki semangat untuk mencapai kesuksesan secara mandiri yang lebih tinggi. Sesuai pendapat Rustiyaningsih (2013); mahasiswa masih banyak yang berorientasi setelah lulus, bekerja sebagai pegawai negeri ataupun swasta bukan menjadi wirausahawan yang memiliki resiko dan tekanan dalam setiap tindakan. Menurut teori kepribadian kreatif menurut Hagen termasuk dalam golongan pasif yang memiliki kecenderungan untuk bergantung, berafiliasi dan untuk dibimbing oleh orang lain. Selaras menurut pendapat Mcclelland bahwa sedikit semangat yang dimiliki mahasiswa untuk berprestasi, maka tingkat
112
ketergantungan terhadap pengambilan keputusan mendirikan usaha, menciptakan produk, meminimalisir resiko dan menyelasaikan tugas dengan baik semakin rendah pula. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurul dan Rokhima (2008) dan Rustiyaningsih (2013). Tetapi tidak mendukung pendapat Yuhendri (2013) dan Wiyanto (2013).
4.3.2. PengaruhX2 Efikasi Diri terhadap Intensi Berwirausaha Hasil analisis hipotesis kedua, maka dapat disimpulkan bahwa variabel efikasi diri menunjukan nilai positif. Berdasarkan hipotesis koefisien setelah diuji menggunakan uji regresi berganda variabel efikasi diri (X2) mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel intensi berwirausaha (Y). Sedangkan koefisien sebesar 0, 501, artinya apabila ada penambahan variabel efikasi diri dengan memperhatikan keterampilan kepemimpinan dan kematangan mental pada mahasiswa, maka akan meningkatkan intensi berwirausaha mahasiswa sebesar 0,501. Hasil uji signifikan menggunakan uji t menunjukkan bahwa, variabel efikasi diri (ED X2) diperoleh nilai thitung sebesar 3,883. Oleh karena nilai t
hitung
lebih besar dari ttabel 1,662, dan probabilitas signifikansi efikasi diri sebesar 0,000<0,05; maka H0 diterima, yang berarti bahwa efikasi diri berpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. Berdasarkan landasan teoriefikasi diri menurut David E. Rye (dalam Saiman, 2014: 48) dapat diartikan bahwa seseorang memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi dan menyakini bahwa dirinya mampu dan memiliki kemampuan
113
untuk menguasai hidup tanpa bergantung pada orang lain. Banyak pendekatan yang digunakan untuk mempengaruhi efikasi diri pada mahasiswa atau keyakinan dan kepercayaan terhadapapa yang dia jalankan dapat dikerjakan dan tetap konsisten. Beberapa pendekatan menurut wulandari (2014: 15)Pertama, Mastery experience adalah pengalaman dalam menyelesaikan masalah. Kedua, Vicarious Experience adalahmeniru pengalaman orang lain. Ketiga, Persuasi verbal adalah ajakan seseorang ataupun penolakan orang-orang yang berada disekelilingnya. Keempat, keadaan fisiologis dan emosi adalah ketika seseorang mengalami rasa kegelisahan yang besar dan tingkat stress yang tinggi, seseorang yang memiliki efikasi diri yang rendah akan mudah terpengaruh oleh keadaan fisik dan emosionalnya, begitupun sebaliknya. Hipotesis kedua, memberikan informasi bahwa efikasi diri memiliki pengaruh secara signifikan. Karna bukti empiris mendukung hipotesis penelitian. Hal ini disebabkan responden dalam penelitian ini mempunyai pendapat bahwa rasa kepercayaan diri mereka tinggi, karena responden menganggap perhatian dalam kemampuan diri sendiri, Kepercayaan diri dalam memulai usaha, dan jiwa kepemimpinan sangat mempengaruhi intensi untuk memulai mendirikan usaha. Secara teoritis efikasi diri adalah faktor pribadi yang mempersepsikan kemampuan yang dimiliki. Kepercayaanakan kemampuan yang dimiliki mendorong mahasiswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Kepercayaan dan keyakinan inilah yang mendorong minat mahasiswa untuk berwirausaha. Hal ini diperoleh dari pengalaman, meniru sosok idola yang sukses menjadi
114
wirausaha, sikap orang-orang yang ada disekelilingnya dan pelatihan-pelatihan kepemimpinan. Aktivitas tersebut menjadi sumber meningkatnya keyakinan mahasiswa terhadap kemampuan yang dimiliki. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2014) dan Sumarsono (2013). Tetapi tidak mendukung hasil penelitian Wijaya dan Moerdyanto (2014).
4.3.3. Pengaruh X3 Kesiapan Instrumen terhadap Intensi Berwirausaha Berdasarkan hasil analisis hipotesis ketiga, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi kesiapan instrumen (X3) mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel intensi berwirausaha (Y). Sedangkan koefisien sebesar 0,614, artinya bahwa peningkatan variabel kesiapan instrumen dengan memperhatikan akses kepada modal, jaringan sosial, dan akses terhadap informasi kewirausahaan pada mahasiswa maka akan meningkatkan intensi berwirausaha mahasiswa sebesar 0,614. Hasil uji signifikan menggunakan Uji t menunjukkan bahwa, variabel kesiapan instrumen (KI X3) diperoleh nilai nilai thitung sebesar 6,369. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel 1,662 dan probabilitas signifikansi untuk kesiapan instrumen sebesar 0,000<0,05; maka H0 diterima, yang berarti bahwa kesiapan akan instrumen berpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. Berdasarkan landasan teori kesiapan intrumen, menurut Nitisusastro (2012: 81-93) Kesiapan Intrumen merupakan bekal yang diperlukan dalam menjalankan usaha. Dunia usaha tak serupa dengan seseorang yang memasuki dunia kerja menjadi pegawai pada organisasi pemerintah ataupun swasta.
115
Meskipun organisasi tersebut sama bertujuan mencari laba. Untuk menjalankan suatu usaha, seyogyanya memiliki komponen mental yang kuat, pengetahuan yang valid untuk usaha yang dijalankan dan kesiapan sumberdaya yang menunjang usaha agar tetap survev disegala keadaan. Modal usaha merupakan langkah seseorang mengembangkan usahanya kearah yang lebih besar, akan tetapi wirausaha pemula menganggap bahwa akses modal usaha merupakan dorongan pertama dia terjun atau tidaknya kedunia kewirausahaan. Selanjutnya informasi cukup akan dengan mudah mengambil keputusan terbaik bagi pengembangan usahanya dan terakhir jaringan sosial menjadi antisipasi untuk mengurangi risiko usaha dan dapat memperbaiki akses terhadap ide bisnis, mempermudah akses terhadap informasi dan juga mempermudah akses modal sehingga akan berdampak terhadap pertumbuhan dan keberlanjutan usaha yang dibangun. Hipotesis ketiga, memberikan informasi bahwa kesiapan instrumen memiliki pengaruh signifikan. Karna bukti empiris mendukung hipotesis penelitian. Hal ini disebabkan responden dalam penelitian ini mempunyai pendapat bahwa mereka akan mendirikan usaha 1-3 tahun yang akan datang, apabila mereka memiliki akses modal, informasi dan jaringan sosial yang bagus. Dapat diartikan bahwa intensi berwirausaha mahasiswa akan meningkat apabila setiap mahasiswa dimudahkan mendapatkan modal usaha, informasi peluang usaha dan memiliki hubungan sosial.
116
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Muladi (2011). Tetapi tidak mendukung hasil penelitian Endratno dan Widhiandono (2014).
4.3.4. Pengaruh X4 Berwirausaha
Pendidikan
Kewirausahaan
terhadap
Intensi
Berdasarkan hasil analisis hipotesis keempat, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi Pendidikan Kewirausahaan (X4) mempunyai pengaruh yang
negatif
terhadap
variabel
koefisiensebesar(-0,022)artinya kewirausahaan
dengan
intensi
bahwa
berwirausaha. penurunan
memperhatikan
Sedangkan
variabel
pemahaman
dan
nilai
pendidikan pengetahuan
kewiraushaanpada mahasiswa maka akan meningkatkan intensi berwirausaha mahasiswa sebesar -0,022. Hasil uji signifikan menggunakan ujit menunjukkan bahwa, variabel Pendidikan Kewirausahaan (PK X3) diperoleh nilai t
hitung
sebesar -0,708. Oleh
karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel 1,662 dan probabilitas signifikansi untuk pendidikan kewirausahaan sebesar 0,480>0,05; maka H0 diterima, yang berarti bahwa
pendidikan
kewirausahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
intensi
berwirausaha mahasiswa. Berdasarkan landasan teori pendidikan kewirausahaan menjelaskan bahwa tingkahlaku adalah output dari aktivitas belajar seseorang bukanlah bawaan seseorang dari lahir (Riyanti, 2009: 15). Demikian dapat diartikan pola tingkah laku seseorang dapat terbentuk oleh proses belajar seperti aktivitas berwirausaha dan pengalaman yang didapat disekelilingnya. Pendidikan merupakan bekal
117
penting, karena sifat dan prilaku pada seseorang dapat dibangun dengan baik dan terarah. Seorang anak yang mempunyai bakat untuk berdagang, maka bakat ini dapat dikembangkan melalui pendidikan. Hipotesis
keempat,
menjelaskan
bahwa
variabel
pendidikan
kewirausahaan tidak memiliki nilai signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa, dengan artian bahwa mahasiswa tidak terdorong dengan adanya aktivitas pendidikan kewirausahaan. Menurut hasil penelitian Lutfiadi dan Rahmanto (2011) bahwa metode pembelajaran kewirausahaan di sekolahnya yang menurut responden terlalu teoritis dan kurang contoh. Lemahnya dorongan mahasiswa untuk berwirausaha diduga
berhubungan
erat
dengan
lemahnya
penguasaan
materi
guru
kewirausahaan, guru kurang berpengalaman dalam kegiatan kewirausahaan sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas kurang menarik dan tidak menimbulkan minat responden untuk memulai berwirausaha setelah lulus nanti. Berdasarkan hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lutfiadi dan Rahmanto (2011) dan Suharti dan Hani Sirine (2011). Tetapi tidak mendukung hasil penelitian Sinarasri dan Hanum (2014) dan Octaviani (2015).
4.3.5. Pengaruh Kebutuhan akan Prestasi X1, Efikasi Diri X2, Kesiapan Instrumen X3 dan Pendidikan Kewirausahaan X4 terhadap Intensi Berwirausaha (Y). Hasil uji signifikan menggunakan Uji f menunjukkan bahwa, diperoleh nilai Anova atau Uji F test didapat nilai Fhitung sebesar 37,244 dengan probabilitas
118
sig 0, 000<0,05. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi intensi berwirausaha mahasiswa atau dapat dikatakan bahwa Kebutuhan akan Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Instrumen dan Pendidikan Kewirausahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap Intensi Berwirausaha mahasiswa, dengan kata lain dapat disebut bahwa model dalam penelitian ini sudah tepat digunakan untuk memprediksikan intensi berwirausaha mahasiswa.
4.3.6. Koefisien Determinasi Pengaruh Kebutuhan akan Prestasi X1, Efikasi Diri X2, Kesiapan Instrumen X3 dan Pendidikan Kewirausahaan X4 terhadap Intensi Berwirausaha (Y). Berdasarkan hasil perhitungan Adjusted R Square dapat dilihat pada output nilai koefisien determinasi (R2) atau Model Summary besarnya adalah 0,571, hal ini berarti 57,1% variasi intensi berwirausaha mahasiswa dapat dijelaskan oleh variasi dari ke empat variabel Kebutuhan akan Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Instrumen dan Pendidikan Kewirausahaan. Sedangkan sisanya (100%-57,1%=42,9%) dengan Standart error of estimate (SEE) sebesar 1,263, sehingga terdapat variabel independen yang dapat dijelaskan oleh faktor yang lain sebesar 42,9% diluar model penelitian.
119
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan analisis data, dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kebutuhan akan Prestasi bernilai positif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa dengan nilai thitung sebesar 1,024< ttabel 1,662 dengan tingkat signifikansi 0,308 dan probabilitas signifikansi sebesar 0,308>0,05. 2. Efikasi Diri bernilai positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa dengan nilai thitung sebesar 3,883>ttabel 1,662 dengan tingkat signifikansi 0,000 dan probabilitas signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. 3. Kesiapan Instrumen bernilai positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa dengan nilai thitung sebesar
6,369>ttabel 1,662
dengan tingkat signifikansi 0,000 dan probabilitas signifikansi sebesar 0,000<0,05. 4. Pendidikan Kewirausahaan bernilai negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa dengan nilai thitung sebesar0,708< ttabel 1,662 dengan tingkat signifikansi 0,480 dan probabilitas signifikansi sebesar 0,480 > 0,05. 5. Kebutuhan akan Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Instrumen dan Pendidikan Kewirausahaan secara bersama-sama bernilai positif terkecuali variabel pendidikan kewirausahaan bernilai negatif dan keseluruhan variabel indpenden
120
berpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha nilai Fhitung sebesar 37,244 dengan probabilitas sig. 0,000<0,05 dengan kata lain bahwa, model dalam penelitian ini sudah tepat digunakan untuk memprediksi intensi berwirausaha. 6. Sumbangsih empat variabel terhadap intensi berwirausaha dilihat dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0,571, berarti 57,1%. Sedangkan sisanya (100%57,1%=42,9%) dijelaskan oleh faktor lain sebesar 42,9% diluar model penelitian.
5.2. Keterbatasan Peneliti Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, sebagai berikut: 1. Kurangnya referensi teori intensi berwirausaha secara komprehensif. 2. Hanya mengambil populasi mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis Syariah angkatan 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sehingga generalisasi hasil sangat rendah. 3. Variabel penelitian yang dimasukkan dalam model penelitian hanya 4, sementara masih ada variabel yang belum dimasukkan dalam model penelitian. 4. Keterbatasan waktu dalam melaksanakan penelitian.
5.3. Saran-Saran Saran-saran bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat: 1. Memaksimalkan referensi intensi kewirausahaan secara komprehensif 2. Bagi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Jurusan Manajemen Bisnis Syariah untuk memfasilitasi buku kewirausahaan relevan dan menarik.
121
3. Memperluas populasi dan sampel penelitian keseluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, sehingga generalisasi lebih tinggi. 4. Menambah variabel karena dalam penelitian ini hanya memberi konstribus 57,1% dan sisanya 42, 9% di pengaruhi variabel lain di luar penelitian. 5. Peningkatan tingkat Efikasi Diri dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kompetensi mahasiswa. Mahasiswa dapat mengikuti kuliah umum, seminar, pelatihan, dan talkshow tentang kewirausahaan, serta dengan pemodelan yaitu dengan cara belajar langsung dari wirausahawan-wirausahawan sukses. 6. Peningkatan kesiapan instrumen dapat dilakukan dengan memanfaatkan Lembaga Konsultasi Wirausaha, dengan kegiatan konsultasi usaha, pelatihan membuka usaha kecil-kecilan, akses permodalan, dan lain-lain.
122
DAFTAR PUSTAKA
Anisha, U.A, Salim, U. dkk. (2011). Peran budaya banjar dalam meningkatkan kinerja dan keunggulan bersaing melalui kewirausahaan islami dan strategi (studi pada industri kecil menengah batu mulia/permata dimartapura kalimantan selatan). Jurnal Aplikasi Manajemen Volume 9 Nomor 3. Anwar, Muhammad. (2014). Pengantar Kewirausahaan Teori Dan Aplikasi. Cet. Pertama. Jakarta: Kencana. Arikunto, S. (2013). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Badan Pusat Statistik. (2015). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sebesar 5,81 Persen. Diakses 09 Oktober 2015. www.bps.go.id. Bungin, Burhan.(2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Danuhadimedjo, D.R.(1998). Kewiraswastaan dan Pembangunan. Bandung: CV Alfabeta. Daryanto. (2012). Pendidikan Kewirausahaan. Yogyakarta: Gava Media. Efendi, H. Madaniya. (2014). Bonus Demografi, Peluang, atau Masalah? Bagaimana Menghadapinya?. Diakses pada 25 Februari 2016. www.kompasiana.com/plano. Endratno, H. dan Widhiandono, H. (2014). Intensi Kewirausahaan Mahasiswa (Studi Perbandingan Antara Mahasiswa FE Ump dan FE UNSOED). Sustainable Competitive Advantage (SCA). Fahmi, Irham. (2014). Kewirausahaan (Teori, Kasus dan Kasus). Bandung: CV. Penerbit Alfabeta. Ghazali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IMB SPSS 21. Cet. Ketujuh. Semarang: Badan Penerbit – Undip. Handaru, A. W., Parimita, W., Achmad, A. dan Nandiswara, C. (2014). Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, dan Efikasi Diri Terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa Magister Management (Kajian Empiris Pada Sebuah Universitas Negeri Di Jakarta). Jurnal Universitas Paramadina Vol. 11 No. 2. Hendro, M. (2011). Dasar-Dasar Kewirausahaan: Panduan Bagi Mahasiswa UntukMengenal, Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga. Herawaty, Silvia. (1998). Kewiraswastaan. Jakarta: Badan Penerbit IPWI.
123
IAIN Surakarta. (2016). Sejarah Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Diakses pada 03 November 2016. www.iain-surakarta.ac.id. Indarti, N. dan Rostiani, H. (2008). Intensi Kewiausahaan Mahasiswa, studi perbandingan antara Indoensia, Jepang dan Norwegia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta : UGM No.4 Volume 23, 369-384 Indriantoro, N. dan Supomo, B. (2014). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen, Edisi Pertama. Cet. Keenam. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Justin G. Longenecker, Carlos, W. Moore, dan Petty, J. William. (2001). Kewirausahaan : Menejemen Usaha Kecil, Terj. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat (PT Salemba Emban Patria). Kasmir. (2008). Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafido Persada. Kementerian Agama RI. (2013). Piagam Peresmian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. (2016). Penyesuaian Nomenklatur Program Studi Pada Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Penyelarasan Pendidikan dan Dunia Kerja Perlu Perubahan Sistemik dan Koordinasi Serius. Diakses 09 Oktober 2015. www.kemdikbud.go.id. Lauer, H. Robert. (1993). Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Cet. Kedua. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Lutfiadi, R. dan Rahmanto, M. Ikhwan. (2011). Analisis Peran Pendidikan Kewirausahaan, Kepribadian, Dan Lingkungan terhadap Minat Siswa SMK untuk Berwirausaha di Kota Bekasi. Cefars : Jurnal Agri bisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 3 No. 1. Lupiyoadi, R. Dan Wacik, J. (1998). Wawasan Kewirausahaan, Cara Mudah Menjadi Wirausaha. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Madiunpos.com (2015). Pengangguran-Jateng-Duh-26-226-Sarjana-Di-JatengMasih-Nganggur. Diakses pada 04 Februari 2017. m.madiunpos.com. Mahmudi, Arif. (2014). Analisis Faktor Niat Berwirausaha Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam). Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan Manajemen Syariah, Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Surakarta. Nastiti, T., Indarti, N. dan Rostiani, R. (2010). Minat Berwirausaha Mahasiswa Indonesia dan Cina. Manajemen & Bisnis, Vol. 9, No. 2, September.
124
Nitisusastro, Mulyadi. (2012). Kewirausahaan dan manajemen usaha kecil. Bandung. CV: Penerbit Alfabeta. Octaviani, A. (2015). Pengaruh Efikasi Diri, Pembelajaran Kewirausahaan, Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Niat Berwirausaha Siswa Pada Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri Surakarta. Thesis tidak diterbitkan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta. Qomarun.(2000). Kewirausahaan (Buku Pegangan Kuliah Teknik Arsitektur). Surakarta: PenerbitUMS. Riyanti, Dwi P. Benedicta. (2009). Kewirausahaan Bagi Mahasiswa (edisi ke-1). Jakarta: Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya. Rojuaniah. (2014). Pengaruh Faktor Kesiapan Instrumendan Karakteristik Pribadi Terhadap Keinginan Berwirausaha Mahasiswa. Universitas Esa Unggul, Forum Ilmiah Vol. 11 No. 1 Januari. Rustiyaningsih, Sri. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kewirausahaan. Jurnal.No. 02 Tahun XXXV II/ Juli.
Intensi
Saiman, Leonardus. (2014). Kewirausahaan: Teori, Praktik, dan Kasus-kasus. Ed. Kedua. Jakarta:SalembaEmpat. Sarwoko, Endi. (2011). Kajian Empiris Entrepreneur Intention Mahasiswa. Jurnal Ekonomi Bisnis, 16 (2), h: 126-135. Sinarasri, A. dan Hanum, A. N. (2012). Pengaruh Latar Belakang Pendidikan terhadap Motivasi Kewirausahaan Mahasiswa (studi kasus pada mahasiswa unimus di semarang). LPPM UNIMUS,Fakultas EkonomiUniversitas Muhammadiyah. Semarang Schiffman, Leon. G dan Kanuk, L. Lazar. (2008). Perilaku Konsumen Edisi Ketujuh. Jakarta: PT Indeks. Sugiono.(2014). Metode Penelitian Manajemen. Cet. Ketiga. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suharti, L. dan Sirine. H. (2011). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention) (Studi Terhadap Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga). Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.13, No. 2, September 2011: 124-134. Sumarsono, Hadi. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi Intensi Wirausaha Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Jurnal Ekuilibrium, Vol. 11, No. 2.
125
Suparno, Erman. (2010). Grand Strategy Indonesia (Kajian Komprehensif Manajemen Pembangunan Negara-Bangsa. Cet. kedua. Jakarta Selatan: Penerbit Milestone. Tarmudji, T. (2000).Prinsip-Prinsip Wirausaha. Yogyakarta: Liberty. Wibowo, M. (2011). Pembelajaran Kewirausahaan dan Minat Wirausaha Lulusan SMK. Ekplanasi Vol. 6 No. 2 Edisi September. Wijaya, T dan Moerdyanto. (2014). Analisis Anteseden Intensi Entrepreneurial. Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship, Vol. 3, No. 2. Wiyanto, Hendro.(2013). Pengaruh Kebutuhan Akan Prestasi dan Kesiapan Instrumentasi Terhadap Intensi Kewirausahaan Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Peminatan Kewirausahaan Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara). Journal Tarumanagara. Karya Ilmiah Dosen Fakultas Ekonomi. Wiyono, A.S,.(2016). Sejarah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam. Wawancara Dekan I Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam. Surakarta. Wulandari, S. Harti. (2013). Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Minat Berwirausaha Pada Siswa Kelas XII Di SMK Negeri 1 Surabaya. Jurnal Pendidikan Tata Niaga (JPTN) No 1. Yuhendri. (2013). Pengaruh Kebutuhan Akan Prestasi, Lokus Kendali, Dan Efikasi Diri Terhadap Minat Berwirausaha: Survey Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. S2 Thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.