SKRIPSI PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DENGAN METODE GRADASI (PENTAHAPAN) DAN PENGULANGAN PADA SISWA KELAS 4 MI MUHAMMADIYAH DONOREJO KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011-2012
Disusun Oleh : AHMAD MAHFUD NIM : 11410062
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
SKRIPSI PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DENGAN METODE GRADASI (PENTAHAPAN) DAN PENGULANGAN PADA SISWA KELAS 4 MI MUHAMMADIYAH DONOREJO KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011-2012
Disusun Oleh : AHMAD MAHFUD NIM : 11410062
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos.50721 Salatiga http/www.salatiga.ac.id e.mail:
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara : Nama
: Ahmad Mahfud
NIM
: 11410062
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dengan Metode Gradasi (Pentahapan) dan
Pengulangan
Muhammadiyah
Pada Donorejo
Siswa
Kelas
Kecamatan
Kabupaten Magelang 2011/2012
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Salatiga, Agustus 2012 Pembimbing
Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd NIP. 19570520 198601 1 001
IV
MI
Secang
SKRIPSI
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DENGAN METODE GRADASI (PENTAHAPAN) DAN PENGULANGAN PADA SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH DONOREJO KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG 2011/2012
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 07 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Ujian
Ketua Penguji
: Benny Ridwan, M.Hum
______________________
Sekretaris Penguji : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag
______________________
Penguji I
: Dr. H.M. Zulfa, M.Ag
______________________
Penguji II
: Drs. H. Nasafi, M.Pd.I
______________________
Penguji III
: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd ______________________
Salatiga, 7 September 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Ahmad Mahfud
NIM
: 11410062
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 14 Agustus 2012 Yang menyatakan
Ahmad Mahfud
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO “At-toriqotu ahammu min almaaddah” Artinya: Metode lebih signifikan perannya daripada materi (Ismail, 2008: vii).
PERSEMBAHAN
Almamater tercinta, Fakultas Tarbiyah Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga, Bapak, Ibu, Istri, anak serta keluarga semua yang selalu mendoakan dan mendukung dan memberikan motivasi yang begitu besar bagi penulis dalam menuntut ilmu dari awal sampai penyusunan skripsi, dan teman-teman mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Ekstensi STAIN Salatiga khususnya kelas 10B.
KATA PENGANTAR
ﻩﺪﻬ ﻳﻦﺎﻣﻨﺎﻟﻤ ﺍﹶﻋﻴﺌﺂﺕ ﺳﻦﻣﺎﻭﻔﹸﺴِﻨﺭﹺ ﹶﺍﻧﻭﺮ ﺷﻦﺬﹸ ﺑﹺﺎﷲِ ﻣﻌﻧ ﻭﻩﺮﻐﺘﺴ ﻧ ﻭﻪﻨﻴﻌﺘﺴ ﻭ ﻧﻩﻤﺪ ﺤ ﷲ ﻧﺪﻥﱠ ﺍﳊﹶﻤﺍ ﻮﹸﻟﻪﺳﺭ ﻭﻩﺪﺒﺍﻋﺪﻤﺤ ﺍﹶﻥﱠ ﻣﺪﻬﺍﹶﺷﻻﱠﺍﷲ ﻭ ﺍﻟﻪ ﺍﹶﻥﹾ ﻵﺍﺪﻬ ﺍﹶﺷ. ﻟﹶﻪﻱﺎﺩﻞﹾ ﻓﹶﻼﹶ ﻫﻠﻀ ﻳﻦ ﻣ ﻭﻞﱠ ﻟﹶﻪﻀﺍﷲُ ﻓﹶﻼﹶ ﻣ ﺪﻌﺎﺑ ﺍﹶﻣ،ﻦﻴﻌﻤ ﺍﹶﺟﺎﺑﹺﻪﺤﺍﹶﺻ ﻭﻪﻠﹶﻰ ﺁﻟﻋ ﻭﺪﻤﺤﻠﹶﻰ ﻣ ﻋﺑﺎﹶﺭﹺﻙ ﻭّﻢﻠ ﺳﻞﹺّ ﻭ ﺻﻢﺍﹶﻟﻠﱠﻬ Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan pada waktunya. Sholawat serta Salam semoga tetap tercurahkan keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir hayat. Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh Karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada 1. Kaprodi Pendidikan Agama Islam Ekstensi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga beserta staf pengajarnya yang telah banyak memberi kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi 3. Seluruh staff pengajar PAI Ekstensi STAIN Salatiga 4. Keluarga besar dewan guru MI Muhammadiyah Donorejo, Secang, Magelang. 5. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan yang telah diperbuat dengan pahala yang sesuai. Amin.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Secang, September 2012 Penyusun
Ahmad Mahfud
ABSTRAK
Ahmad Mahfud : Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dengan Metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan Pada Siswa Kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo Kecamatan Secang Kabupaten Magelang 2011/2012. Kata Kunci : Peningkatan Prestasi Belajar dengan Metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan Penelitian ini menggunakan penerapan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar materi akidah akhlak serta peningkatan prestasi belajar materi akidah akhlak kelas IV melalui metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan, karena setelah menggunakan metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan siswa memperoleh ketuntasan prestasi belajar di MI Muhammadiyah Donorejo Kecamatan Secang Kabupaten Magelang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IV di MI Muhammadiyah Donorejo yang berjumlah 15 siswa tahun pelajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: metode % observasi dan tes formatif. Adapun analisis datanya dengan rumus: % = Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I, II dan III dilihat dari rata-rata nilai tes fomatif I, II dan III mengalami peningkatan. Pada siklus I, prosentase kelulusan mencapai 70%, sedangkan pada siklus II Prosentase kelulusan mencapai 81% dan siklus III prosentase kelulusan mencapa 85%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan dapat meningkatkan prestasi belajar materi Akidah Akhlak pada siswa kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo Kecamatan Secang Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2011/2012. Peneliti akhirnya merekomendasikan kepada pihak-pihak yang berkompentensi untuk menjadikan metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan sebagai salah satu alternatif yang dapat dipilih dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran materi Akidah Akhlak.
DAFTAR ISI Halaman Halaman Sampul ......................................................................................
i
Lembar Berlogo .......................................................................................
ii
Halaman Judul .........................................................................................
iii
Persetujuan Pembimbing ..........................................................................
iv
Pengesahan Kelulusan .............................................................................
v
Pernyataan Keaslian Tulisan ....................................................................
vi
Moto dan Persembahan ............................................................................
vii
Kata Pengantar .........................................................................................
viii
Abstrak ....................................................................................................
ix
Daftar Isi ..................................................................................................
xi
Daftar Tabel..............................................................................................
xiii
Daftar Lampiran .......................................................................................
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah .......................................................
1
B. Pembatasan Masalah............................................................
7
C. Rumusan Masalah ...............................................................
7
D. Tujuan Penelitian .................................................................
8
E. Manfaat Penelitian ...............................................................
9
F. Definisi Operasional ...........................................................
9
G. Metode Penelitian ...............................................................
10
H. Sistematika Penulisan ..........................................................
11
KAJIAN PUSTAKA A. Analisis Teori .....................................................................
13
1. Metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan .............
13
2. Prestasi belajar ...............................................................
17
BAB III
BAB IV
BAB V
3. Pengertian akidah akhlak ..................................... ..........
24
B. Kerangka Berfikir ................................................................
28
C. Hipotesis Tindakan ..............................................................
29
D. Ketuntasan Belajar .............................................................
29
PELAKSANAAN PENELITIAN A. Perencanaan Penelitian ......................................................
32
B. Pelaksanaan Penelitian .......................................................
40
C. Analisis Data Penelitian .....................................................
41
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Persiklus ...........................................................
42
B. Pembahasan .......................................................................
60
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................
66
B. Saran........................................................................ …….
67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Halaman Hasil Kegiatan Belajar Mengajar pra siklus ............................. 43
Tabel 2
Hasil nilai kegiatan belajar mengajar siklus 1 ..........................
47
Tabel 3
Hasil nilai kegiatan belajar mengajar siklus 2 ..........................
52
Tabel 4
Hasil nilai kegiatan belajar mengajar siklus 3 ..........................
55
Tabel 5
Rekapitulasi nilai semua siklus ...............................................
59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
RPP Pra Siklus
Lampiran 2
RPP Siklus1
Lampiran 3
RPP Siklus 2
Lampiran 4
RPP Siklus 3
Lampiran 5
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 6
Standar Nilai Ketuntasan Belajar (KKM)
Lampiran 7
Lembar Konsultasi Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di setiap bangsa atau negara yang ingin terus maju tentu akan menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama dalam pembangunan, sebab dengan adanya pendidikan akan terbentuklah manusia-manusia yang berkualitas dan mandiri serta menjadi generasi penerus perjuangan bangsa sesuai dengan perkembangan zaman. Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana dan prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih menghadapi
problematika
klasik,
yaitu
mutu
kualitas
pendidikan.
Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan mata rantai yang melingkar dan tidak tahu dari mana mesti harus diawali. Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah sampai saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan. Penulis masih ingat akan standarisasi Ujian Akhir Sekolah dengan nilai masing-masing mata pelajaran diatas empat dikeluhkan oleh semua para pendidik bahkan oleh orang tua siswa sendiri, karena siswanya tidak dapat lulus. Hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa
tersebut, salah satunya adalah pemberian tugas kepada siswa. Dengan pemberian pekerjaan rumah kepada siswa, diharapkan dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan penguatan terhadap materi yang diberikan dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa. Akhir-akhir ini dunia pendidikan Indonesia sedang disorot. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan negara-negara Asia dimana hasilnya menempatkan Indonesia pada peringkat bawah. Hasil yang mengecewakan harus disikapi terutama oleh pendidik atau guru. Di era globalisasi dunia yang serba maju, dunia pendidikan Indonesia menghadapi tantangan yang berat. Pendidikan sekolah formal dituntut untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berkompetensi tinggi, sehingga nantinya akan mampu menghadapi tantangan dan tuntutan zaman yang semakin mengglobal dan menerpa seluruh aspek kehidupan manusia. Pada dasarnya untuk menciptakan manusia yang berakhlak baik serta mengetahui hukum dan syara’ dalam hal agama, diperlukan kesadaran secara individu akan hakikat dan pendidikan agama Islam itu sendiri. Hal ini dikarenakan pendidikan agama Islam bukanlah sekedar untuk memenuhi kurikulum, akan tetapi mempunyai arti dan makna yang lebih penting. Sebagaimana diketahui bahwa intelektual yang tidak didasari oleh pendidikan agama Islam, dimungkinkan disalahgunakan untuk kepentingan pribadi tanpa mempertimbangkan norma-norma yang ada dalam agama Islam. Oleh karena itu pembelajaran yang intensif dan efektif dalam pendidikan agama Islam
harus diutamakan agar mampu menciptakan manusia yang berakhlak mulia serta berwawasan akan hukum Islam yang lebih baik. Tujuan pendidikan Islam secara umum yang berbentuk insan kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan, perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya.
Oleh
karena
itu
tujuan
pendidikan
Islam,
mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir pendidikan Islam dapat dipahami dalam firman Allah :
ÇÊÉËÈ tb qßJ Î=ó¡ •B NçFRr&ur žw Î)¨ûèòqèÿsC Ÿw ur ¾ÏmÏ?$s)è? ¨, ym ©! $#(#qà)®?$#(#qãYtB#uä tûïÏ%©!$#$pkš‰r'¯»tƒ Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenarbenar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.(QS Ali Imran :102) (Nur Uhbiyati, 1999 : 42) Kecenderungan masyarakat sekarang dalam urusan pembelajaran khususnya pelajaran agama, tidak begitu dipentingkan bahkan cenderung agak dikesampingkan. Sebagai contoh dalam memilih pendidikan orang cenderung mengedepankan pendidikan umumnya dari pada pendidikan agamanya. Orang cenderung hanya mengedepankan urusan duniawi pada pendidikan umum saja tanpa mementingkan agama. Begitu juga dalam minat yang mempelajarinya agak luntur dan berkurang dengan drastis, dan lebih cenderung memahami yang umum. Fungsi dan tujuan pendidikan dalam Sisdiknas adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab. Tujuan bukan hanya pendidikan umum saja tetapi juga pendidikan agama, yaitu antara lain Akidah Akhlak. Untuk mencapai tujuan di atas umat Islam perlu mengembangkan dan mengkaji tradisi akademik dan budaya ilmiah. Karena diketahui orang pintar tidak akan lahir dengan sendirinya dan begitu saja. Akan tetapi harus dipersiapkan dengan membangun tradisi akademik dan budaya ilmiah yang kondusif dan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang diharapkan bersama, khususnya dari pelajaran agama Islam. Telah diketahui suatu prinsip yang mengatakan bahwa pendidikan adalah kunci dari suatu kemajuan. Semakin maju kualitas sumber daya manusianya, semakin maju pula taraf kehidupan suatu masyarakat. Akan tetapi pendidikan Indonesia cenderung mengarah kearah yang umum dan agak mengesampingkan pendidikan agama. Kecenderungan orang tua yang memasukkan anak mereka ke sekolah yang tidak berbasis agama di karenakan mereka beranggapan anak akan sukses jika bisa menguasai pendidikan umum. Penulis menganggap pendidikan agama khususnya agama Islam memegang peran yang tidak kalah pentingnya daripada pendidikan umum. Hal-hal lain yang mencuat dalam kajian ini adalah pentingnya mengembangkan ilmu-ilmu keislaman khususnya pelajaran Akidah Akhlak,
melalui berbagai macam penelitian keagamaan. Pendidik terus dituntut untuk melakukan penelitian-penelitian keagamaan, baik pustaka maupun lapangan, untuk mengungkapkan temuan-temuan baru yang sangat bermanfaat bagi pengayaan intelektual dan pengayaan khasanah ilmu keIslaman. Dengan demikian, kontinuitas peningkatan bobot intelektualitas Islam akan lebih maju dan proses pendidikan akan dapat dipahami dengan lebih cepat. Salah satu tolok ukur keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar adalah prestasi belajar dan terbentuknya karakter yang islami. Prestasi belajar siswa baik, merupakan keberhasilan siswa dalam belajar, sedang prestasi belajar yang kurang merupakan kegagalan siswa dalam belajar. Prestasi hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya siswa, metode, strategi pembelajaran, media pembelajaran, bahan atau materi, dan lingkungan belajar. Metode pembelajaran yang selama ini digunakan oleh para guru kurang mengena kepada siswa. Misalnya siswa disuruh menghafal tapi pendidik tidak mengajarkan suatu metode yang tepat dan menyenangkan. Hal inilah menjadi tanggung jawab atau tantangan pendidik. Sebagai guru banyak dihadapkan berbagai perubahan dan paradigma baru. Inovasi dalam pembelajaran mau tidak mau harus dilakukan demi tercapainya peningkatan prestasi belajar siswa karena guru adalah kunci pokok dalam pembelajaran di setiap materi pelajaran, akan tetapi hal ini bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang peserta didik pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua pihak yang sama-sama menjadi subyek pembelajaran akan berjalan secara baik, manakala pendidik mampu
mengubah pribadi
peserta didik dalam arti yang luas serta mampu
menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar. Pengalaman yang diperoleh selama proses pembelajaran itu, dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadinya. Problematika permbelajaran Akidah Akhlak yang penulis temukan selama proses pembejaran terumata pada materi yang membutuhkan hafalan misalnya Asmaul Husna, selama ini jika siswa di suruh menghafal dengan metode konvensional hasilnya siswa kurang menguasai atau sulit dalam menghafal. memberikan
Dari
problema
solusi
pembelajaran
mengunakan
metode
tersebut
penulis
mencoba
gradasi
(Pentahapan)
dan
Pengulangan. Dengan metode tersebut diharapkan dapat mmberikan solusi pembelajaran yang baik bagi problem pembelajaran yang terjadi selama ini. Pelajaran Akidah Akhlak merupakan pelajaran yang utama dalam pembentukan keyakinan dan tingkah laku siswa. Siswa akan dapat meningkatkan kegiatan sehari-hari yang dilakukannya dengan materi pelajaran Akidah Akhlak yang dipelajarinya. Oleh karena itu, penulis melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dengan Metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan Pada Siswa Kelas 4 MI Muhammadiyah Donorejo Kecamatan Secang Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011-2012. Dengan metode tersebut siswa mendapat pengetahuan yang diberikan guru secara bertahap dan terperinci, sehingga anak menerima materi yang diberikan sesuai dengan tingkat pemikirannya masing-masing.
B. Pembatasan Masalah Dari uraian tentang identifikasi masalah, tampak banyak masalah yang muncul dalam proses pembelajaran di MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Melihat banyaknya masalah tersebut, penulis membatasi masalah yang berkaitan dengan prestasi belajar pada mata pelajaran Akidah Akhlak tentang materi pelajaran Memahami Asmaul Husna (
) dan penggunaan metode
pembelajarannya, khususnya metode Gradasi (pentahapan) dan Pengulangan.
C. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah dan judul penelitian maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Apa problem pembelajaran pada mata pelajaran Akidah Akhlak siswa kelas IV pada MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Apa kelebihan / kesesuaian metode metode Gradasi (pentahapan) dan Pengulangan untuk problem pembelajaran Akidah Akhlak siswa kelas IV pada MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012. 3. Apakah penggunaan metode Gradasi (pentahapan) dan Pengulangan dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Akidah Akhlak siswa kelas IV di MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012.
4. Seberapa tingkat ketuntasan belajar siswa kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang dalam pembelajaran Akidah Akhlak
D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui problem pembelajaran pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Untuk mengetahui kelebihan / kesesuaian metode metode Gradasi (pentahapan) dan Pengulangan pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas IV di MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012. 3. Untuk mengetahui apakah penggunaan metode Gradasi (pentahapan) dan Pengulangan dapat meningkatkan prestasi belajar Akidah Akhlak kelas IV di MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012. 4. Untuk mengetahui seberapa tingkat ketuntasan belajar siswa kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang dalam pembelajaran Akidah Akhlak.
E. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam wacana keilmuan khususnya yang berkaitan dengan ilmu pendidikan Islam. 2. Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak terkait dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam khususnya guru Akidah Akhlak. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
sekolahan, guru pembimbing dalam pembentukan kepribadian siswa. c. Sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan dasar pijakan serta sebagai pembanding dalam penelitian-penelitian lebih lanjut yang sejenis.
F. Definisi Operasional Agar tidak salah pengertian bagi para pembaca dalam memahami judul ini, maka penulis memandang perlu untuk memberi penegasan dalam judul Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dengan Metode Gradasi (pentahapan) dan Pengulangan Pada Siswa Kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011-2012 tersebut.
a.
Metode Gradasi (pentahapan) dan Pengulangan adalah pengetahuan yang bersifat global bertahap dan terperinci agar anak mampu menerima pelajaran sesuai dengan perkembangan pemikirannya, dan dilakukan pengulangan agar terjadi pembiasaan.
b. Prestasi belajar adalah suatu hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh anak didik dalam suatu mata pelajaran tertentu di madrasah/sekolah
G. Metode Penelitian Dalam memperoleh hasil yang maksimal maka dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan metode penelitian antara lain : 1. Observasi Metode tersebut digunakan dalam upaya mengetahui gambaran tentang kondisi obyek penelitin yang akan di teliti. 2. Gradasi (Pentahapan) dan pengulangan. Dengan metode tersebut siswa mendapat pengetahuan yang diberikan guru secara bertahap dan terperinci, sehingga anak menerima materi yang diberikan sesuai dengan tingkat pemikirannya masing-masing. 3. Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat
menghasilkan
suatu
kesimpulan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan, maka digunakan analisis data kuantitatif, dan pada metode observasi digunakan data kualitatif. Cara penghitungan
untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Merekapitulasi hasil tes belajar (data kuantitatif) diklasifikasikan kemudian dicari prosentase tertinggi, untuk selanjutnya ditafsirkan dalam bentuk data atau uraian dan ditarik kesimpulan. Adapun rumus yang dipakai dalam mencari prosentase adalah: 100%
%
keterangan: f
= Frekuensi yang sedang dicari prosentasinya
n
= Jumlah frekuensi atau banyak individu
f% = Angka prosentase (Usman Husaini, 2003:74) 4. Evaluasi Evaluasi digunakan dalam rangka melakukan asesmen (penilaian) untuk mengetahui keberhasilan dari sebuah metode yang di gunakan dalam penelitian tindakan kelas tersebut. H. Sistematika Penulisan Sekripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat di jabarkan sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan yang berisi : Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Penelitian,
Rumusan Masalah, Definisi
Sistematika Penulisan.
Tujuan
Operasional,
Penelitian,
Metode
Manfaat
Penulisan
dan
BAB II
Kajian
Teori yang
terdiri dari: Analisis Teori, Kerangka
Berfikir, Hipotesis Penelitian. BAB III
Prosedur
Penelitian yang
meliputi: Perencanaan Penelitian
(Desain Penelitian, Lokasi dan Subyek Penelitian, Definisi Operasional, Teknik dan Instrumen Penelitian), Pelaksanaan Penelitian, Analisis Data Penelitian. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian yang berisi : Hasil Penelitian, Siklus I (Materi Kalimah Toyyibah Asmaul Husna 1), Siklus II (Materi Akhlak Terpuji), Siklus III (Materi Akhlak Tercela). BAB V
Penutup yang terdiri dari : Kesimpulan, Saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. ANALISIS TEORI 1. Metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan Dalam kaitannya dengan metode pembelajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan adalah pengetahuan yang bersifat global bertahap dan terperinci agar anak mampu menerima pelajaran sesuai dengan perkembangan pemikirannya, dan dilakukan pengulangan agar terjadi pembiasaan. Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki daya ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang,
sehingga
mereka
mudah
terlarut
dengan
pengulangan-
pengulangan yang mereka lakukan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai awal proses pendidikan, metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan merupakan cara yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa. a. Landasan Teori Metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal ada teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dan
dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui tahapan dan pengulangan sesuai dengan perkembangan pola pikir anak. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam, memuat prinsip-prinsip umum pemakaian metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan dalam proses pendidikan. Dalam merubah sebuah perilaku negatif misalnya, Al-Qur’an memakai pendekatan pentahapan yang dilakukan secara berangsur-angsur. Kasus pengharaman khamar misalnya, AlQur’an menggunakan beberapa tahap. Nilai positif kedalam anak didik, baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu, pendekatan Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan juga dinilai efisien dalam mengubah kebiasaan negatif menjadi positif. Namun demikian pendekatan ini akan jauh dari keberhasilan jika tidak diiringi dengan contoh teladan yang baik dari pendidik. Berikut ini akan kita lihat syarat-syarat pemakaian dan kelebihan dari pendekatan pengulangan dalam pencapaian tujuan proses pendidikan (Arief Armai, 2002: 111). b. Syarat-syarat Metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan Ditinjau dari segi Ilmu Psikologi kebiasaan seseorang erat kaitannya dengan figur yang menjadi panutan dalam perilakunya.
Seorang anak terbiasa salat karena orang tua yang menjadi figurnya selalu mengajak dan memberi contoh pada anak tersebut tentang salat yang mereka laksanakan setiap waktu salat. Demikian pula kebiasaankebiasaan lainnya. Oleh karena itu, apa syarat-syarat yang harus dilakukan dalam mengimplikasikan pendekatan pengulangan dalam pendidikan. Untuk menjawab persoalan syarat-syarat penggunaan metode pengulangan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Mulailah pentahapan itu sebelum terlambat. Usia sejak bayi dinilai waktu yang tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan dapat membentuk kepribadian seorang anak. Kebiasaan positif maupun negatif itu akan muncul sesuai dengan lingkungan yang membentuk. 2) Pengulangan hendaklah dilakukan secara kontinyu, teratur dan terprogram, sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh, permanen, konsisten. Faktor pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan dari proses ini. 3) Pengulangan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten, tegas. Jangan memberi kesempatan yang luas kepada anak didik untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.
4) Pengulangan yang pada mulanya hanya bersifat mekanistik, hendaknya secara berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik dan menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak didik itu sendiri (Armai Arief, 2002: 114). c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan Sebagaimana pendekatan-pendekatan lain di dalam proses pendidikan, pendekatan pembiasaan tidak terlepas dari kelebihan dan kelemahan: 1) Kelebihan : a)
Pengulangan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tetapi
juga berhubungan dengan aspek bathiniah.
b) Pengulangan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik (Armai Arief, 2002:115). c)
Melatih keberanian anak.
d) Metode ini menarik perhatian siswa sehingga suasana lebih hidup. e)
Untuk mengajar anak didik agar ia bisa menempatkan diri di atas orang lain.
2) Kelemahan : a) Metode ini membutuhkan waktu yang cukup panjang. b) Kadang-kadang anak didik tidak mau melakukan metode ini karena malu. c) Sukar untuk memilih anak yang berwatak cemerlang untuk memecahkan suatu masalah. d) Anak yang tidak mendapat giliran menjadi pasif (Armai Arief, 2002: 115). Peneliti menyimpulkan dengan penggunaan metode gradasi (pentahapan) dan pengulangan terbukti efektif dalam meningkatkan prestasi belajar akidah akhlak pada siswa kelas 4 MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.
2. Prestasi Belajar a.
Pengertian Prestasi Prestasi adalah hasil yang sudah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan. Dalam prestasi ini diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penelitian. Belajar penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru, hasil kerja yang dicapai oleh
seorang karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya (Pusat Bahasa Deppenas, 2007: 895).
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajarnya Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Slameta, 2003: 54) 1) Faktor-Faktor Internal Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Dalam faktor intern ini akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan. a) Faktor Jasmani: (1) Faktor kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagianya bebas dari penyakit. (2) Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. b) Faktor Psikologis Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-
faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. (1) Intelegensi yaitu kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru, cepat dan efektif. (2) Perhatian menurut Ghazali adalah keaktifan jiwa yang di pertinggi. (3) Minat
yaitu
kecenderungan
yang
tepat
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. (4) Bakat yaitu kemampuan untuk belajar. (5) Motif, didalam mencapai tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi
penyebab berbuat
adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/ pendorong. (6) Kematangan yaitu suatu singkat/fase dalam pertumbuhan untuk melaksanakan kecakapan baru. (7) Kelelahan Kelelahan
pada
seseorang
walaupun
sulit
dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi Kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan
lemah
kecenderungan
lunglainya untuk
tubuh
membaringkan
dan tubuh
timbul dan
kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang (Slameta, 2003: 59). 2) Faktor-Faktor Eksternal Faktor ekstern yang mempengaruhi terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat (Slameto, 2003: 60). a)
Faktor Keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga yang berupa cara orang tua mendidik, relasi antara keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. (1) Cara orang tua mendidik. Hal ini dijelaskan oleh Sutjipto Wirowidjojo yang menyatakan
bahwa:
Keluarga
adalah
lembaga
pendidikan yang pertama dan utama, keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya.
(2) Relasi antar anggota keluarga. Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak (Slameto, 2003: 62). (3) Suasana rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor
penting tidak termasuk faktor yang disengaja
(Slameto, 2003: 63). (4) Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan, kesehatan dan lainya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga cukup mempunyai materi atau uang.
b) Faktor Sekolah Faktor
sekolah
yang
mempengaruhi
belajar
ini
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, dan tugas rumah. Berikut ini dibahas faktor-faktor sekolah yang meliputi (Slameto, 2003: 64). (1) Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar untuk menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang itu dapat menerimanya. (2) Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai
dan
mengembangkan
bahan
pelajaran
tersebut. (3) Relasi guru dengan siswa Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaranya
sehingga
sebaik-baiknya.
siswa
berusaha
mempelajari
(4) Relasi Siswa dengan Siswa Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah
diri
akan
diasingkan
dari
kelompoknya.
Akibatnya akan mengganggu belajarnya. (5) Disiplin Sekolah Kedisiplinan sekolah erat hubunganya dengan kerajinan siswa dalam sekolah atau belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai, kebersihan gedung sekolah, kelas, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf dan siswanya dan kedisiplinan bimbingan konseling dalam pelayanan kepada siswanya. (6) Alat Pembelajaran Alat pembelajaran terkait dengan cara belajar siswa, karena alat pembelajaran yang dipakai oleh guru saat mengajar juga siswa untuk menerima bahan yang diajarkan. c) Faktor Masyarakat Masyarakat
merupakan
faktor
ekstern
yang
berpengaruh terhadap belajar siswa. Dalam faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 2003: 69).
3. Pengertian Akidah Akhlak Akidah menurut bahasa adalah “kepercayaan atau keyakinan”, sedangkan akhlak adalah “budi pekerti atau kelakuan”. Jadi pengertian akidah akhlak menurut istilah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan sebagai wahana pemberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan, kepada siswa agar dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari (Rusli Nasrun, 1995: 6). a.
Obyek Akidah Akhlak Obyek pendidikan akidah akhlak itu meliputi dua unsur pokok yaitu (Nasrul Rusli, 1995: 6). 1) Akidah Berisi aspek
untuk
menanamkan
pemahaman
dan
keyakinan terhadap akidah Islam sebagaimana yang terdapat dalam rukun iman. Dalam hal bertauhid dapat dipahami dan diamalkan secara terpadu dua bentuk tauhid yaitu Rububiyyah dan tauhid Uluhiyyah.
ÇËÊÈ tb qà)Gs? öN ä3 ª=yès9 öN ä3 Î=ö6s% ` ÏB tûïÏ%©!$#ur öN ä3 s)n=s{ “ Ï%©!$#ãN ä3 /u‘ (#r߉ ç6ôã $#⨠$¨Y9$#$pkš‰r'¯»tƒ Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa (Al Baqoroh:21). ÇÊÌÒÈ tb qÝÁ Î=øƒèC ¼çms9 ß` øtwUur öN ä3 è=»yJ ôã r&öN ä3 s9ur $oYè=»yJ ôã r&!$oYs9ur öN à6 š/u‘ur $uZš/u‘ uqèd ur «! $#’Îû$oYtRq•_ !$ys è?r&ö@ è% Artinya :
Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan Hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati (Q.S. AlBaqarah:139).
2) Akhlak Dalam akhlak ini berisi akhlak terpuji, akhlak tercela, kisah ketauladanan para rosul Allah, sahabat rosul, orang shaleh serta adab dalam hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam lingkungannya. Berdasarkan paparam di atas, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas melalui metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan ini untuk meningkatkan prestasi belajar kelas 4 MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.
4Óy› qãB ª! $# zN ¯=x.ur 4šø‹n=tã öN ßgóÁ ÝÁ ø)tR öN ©9 Wx ß™ â‘ur ã@ ö6s% ` ÏB šø‹n=tã öN ßg»oYóÁ |Á s% ô‰ s% Wx ß™ â‘ur ÇÊÏÍÈ $VJ ŠÎ=ò6 s? Artinya: Dan (Kami Telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh Telah kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak
kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah Telah berbicara kepada Musa dengan langsung (Q.S. An Nisa’ : 164). b.
Fungsi dari mata pelajaran Akidah Akhlak 1) Pengembangan Yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada Allah SWT yang telah ditanamkan di lingkungan keluarga.
Artinya : Sahabat Abi Hurairah berkata, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : “Orang-orang mukmin yang paling sempurna imanya adalah yang paling baik budi pekertinya. Dan sebaikbaik orang diantara kamu adalah yang paling baik akhlaknya terhadap sanak saudaranya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmizi, dan termasuk hadis hasan shahih). 2) Perbaikan Yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. 3) Pencegahan Yaitu untuk menangkal hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat menghambat seluruhnya.
membahayakan diri siswa dan
perkembangan
menuju
manusia
Indonesia
4) Pelajaran ini dapat menyampaikan ilmu pengetahuan tentang keimanan dan akhlak. Dalam
mata
pelajaran
Akidah
Akhlak
ini
dapat
menggunakan beberapa pendekatan diantaranya : a)
Pendekatan rasa (kalbu) Yaitu pendekatan untuk menggugah perasaan siswa dalam memahami dan meyakini akidah Islam serta memberi informasi agar siswa ikhlas mengamalkan ajaran agama Islam.
b) Pendekatan rasional Yaitu usaha untuk memberikan peranan rasio dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran Islam. c)
Pendekatan fungsional Yaitu usaha untuk menyajikan agama Islam dengan menekankan kepada segi kemanfaatanya bagi siswa dalam kehidupan sesuai dengan tingkat perkembanganya.
d) Pendekatan keteladanan Yaitu menampilkan keteladanan, baik yang langsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antar personal sekolah, perilaku para pendidik dan tenaga kependidikan lain yang mencerminkan
akhlak terpuji
maupun yang tidak langsung melalui ilustrasi berupa kisahkisah keteladanan.
B. Kerangka Berfikir Pelajaran Akidah Akhlak dengan metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan ini dapat
melatih siswa dalam kehidupan sehari-hari,
dilingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga. Jadi mata pelajaran Akidah Akhlak ini sangat erat sekali hubungannya dengan penggunaan metode Gradasi (Pentahapan) dan Pengulangan. Dengan pelajaran Akidah Akhlak ini anak bisa memahami mana yang baik dan bisa meninggalkan mana yang buruk dalam berperilaku, selain dalam berperilaku anak juga terbiasa dengan ucapan-ucapan yang baik, seperti kalimah toyyibah. Jadi mata pelajaran Akidah Akhlak ini sangat penting dalam pendidikan anak untuk membiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan pentahapan dan pengulangan pada intinya adalah pengalaman, karena apa yang kita ulang-ulang itulah yang kita amalkan, dengan demikian metode pentahapan dan pengulangan ini dinilai sangat efektif dalam pendidikan anak, lebih-lebih dalam pembentukan perilaku anak sehari-harinya. Pembentukan kepribadian itu pada dasarnya merupakan upaya untuk mengubah sikap kearah kecenderungan kepada nilai-nilai keislaman. Sedemikian besarnya manfaat dan pentingnya ilmu keislaman khususnya Akidah Akhlak, sehingga penulis menganggap perlunya aktifitas pembelajaran untuk diajarkan kepada anak, sehingga dalam pengenalan nilainilai ajaran Islam akan lebih baik. Dalam proses pembelajaran tentunya harus memperhatikan beberapa faktor agar tercapai tujuan pendidikan kearah yang lebih baik. Faktor-faktor
tersebut haruslah saling melengkapi satu sama lain. Faktor metode cukup dominan dalam meningkatkan prestasi belajar. Oleh sebab itu penerapan metode yang tepat mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar. Sebaliknya kesalahan dalam penerapan metode pembelajaran akan berakibat fatal (Ismail, 2008:2). Dari paparan diatas disimpulkan bahwa penggunaan metode gradasi (pentahapan) dan pengulangan dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Akidah Akhlak pada siswa kelas 4 di MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.
C. Hipotesis Tindakan Dalam hal ini, peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penggunaan
metode
gradasi
(pentahapan)
dan
pengulangan
dapat
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Akidah Akhlak pada siswa kelas 4 di MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang”
D. Ketuntasan Belajar Ketuntasan belajar adalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran yang mensyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu (Hamdani, 2011:60). Ketuntasan belajar dipengaruhi oleh faktor metode pembelajaran yang digunakan, situasi kelas, peran dari guru yang mengajar, dan juga yang penting adalah peran siswa; kondisi kejiwaan siswa, dan
kondisi fisik siswa. Akan tetapi yang juga sebagai pendukung adalah faktor keluarga yang juga berpartisipasi dalam keberhasilan belajar siswa. KKM ditetapkan sebelum awal tahun ajaran, KKM disusun berdasarkan kemampuan anak setiap kelas. Penetapan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatkan kompleksitas, daya dukkung dan intake peserta didik untuk mencapai ketntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi. 1. Ketuntasan belajar individual Ketuntasan belajar individual adalah secara individu siswa dalam belajar dikatakan berhasil jika telah mencapai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah, dalam hal ini KKM mata pelajaran Akidah Akhlak di kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo adalah 65. Jadi apabila siswa kelas IV nilai yang didapat dari mata pelajaran Akidah akhlak lebih atau sama dengan KKM yang telah di tetapkan maka siswa tersebut telah mencapai KKM Individu. 2. Ketuntasan belajar ideal Ketuntasan belajar ideal adalah bahan yang di pelajari di kuasai sepenuhnya oleh siswa atau disebut penguasaan penuh (Hamdani, 2011:60). Siswa yang telah mencapai ketuntasan ideal apabila siswa telah mencapai nilai 75 yaitu nilai yang telah ditetapkan secara nasional.
3. Ketuntasan belajar kelas Ketuntasan belajar kelas adalah sebagai tolak ukur keberhasilan kegiatan pembelajaran suatu kelas. Suatu pembelajaran dapat dikatakan telah mencapai ketuntasan kelas apabila mata pelajaran yang diajarkan telah berhasil mencapai KKM sebanyak 85% dari jumlah keseluruhan siswa. Siswa kelas IV MI Muahammadiyah Donorejo berjumlah 15 siswa berarti 13 siswa harus mendapatkan nilai sesuai KKM.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Perencanaan Penelitian 1. Desain Penelitian Penerapan desain atau model-model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah banyak dikemukakan dapat dilakukan untuk semua mata pelajaran, terutama mata pelajaran yang di dalamnya terdapat praktik. Untuk itu mata pelajaran Akidah Akhlak juga dapat menerapkan salah satu desain Penelitian Tindakan Kelas. Yang perlu mendapatkan perhatian dalam kaitannya dengan diterapkan suatu model Penelitian Tindakan Kelas ini ialah bahwa terdapat langkah-langkah yang seharusnya diikuti oleh peneliti atau guru, yaitu: 1) Ide Awal, 2) Prasurvei, 3) Diagnosa, 4) Perencanaan, 5) Implementasi Tindakan, 6) Observasi, 7) Refleksi, 8) Laporan, 9) Kepada Siapa Hasil Penelitian Tindakan Kelas dilaporkan. a. Ide Awal Peneliti melaksanakan suatu Penelitian Tindakan Kelas pasti diawali gagasan yang dimungkinkan dapat dilaksanakan. Pada umumnya ide awal yang menyangkut Penelitian Tindakan Kelas ialah terdapat suatu permasalahan yang berlangsung di dalam suatu kelas. Ide awal tersebut di antaranya berupa suatu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan penerapan
Penelitian Tindakan Kelas itu peneliti mau berbuat apa demi suatu perubahan dan perbaikan. Ide awal Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatakan prestasi kelas IV dalam mengikuti pembelajaran Akidah Akhlak. Telah diketahui bahwa prestasi dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Agama agak kurang, karena mereka beranggapan pelajaran agama khususnya Akidah Akhlak adalah pelajaran yang menjenuhkan serta membosankan. Diharapkan dengan penelitian serta hasilnya bisa meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Akidah Akhlak di MI Muhammadiyah
Donorejo,
Kecamatan
Secang,
Kabupaten
Magelang. b. Prasurvei Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan penelitian di kelas yang menjadi tanggung jawabnya tidak perlu melakukan prasurvei karena berdasarkan pengalaman selama di depan kelas sudah secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana pengajaran maupun sikap siswanya. Dengan demikian para guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya sudah akan mengetahui kondisi kelas yang sebenarnya.
c. Diagnosis Diagnosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di suatu kelas yang dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar lingkungan kelas atau sekolah perlu melakukan diagnose atau dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis, Peneliti Tindakan Kelas akan dapat menentukan berbagai hal, misalnya strategi pembelajaran, media pembelajaran dan materi pembelajaran yang tepat dalam kaitannya dengan implementasinya Penelitian Tindakan Kelas. Diagnosa yang didapat adalah minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Agama agak berkurang, karena mereka beranggapan bahwa pelajaran Agama khususnya Akidah Akhlak adalah pelajaran yang menjemukan dan membosankan. d. Perencanaan Di dalam penentuan perencanaan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait
Penelitian Tindakan Kelas.
Sementara itu, perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh karenanya dalam perencanaan khusus tiap kali terdapat perencanaan ulang. Hal-hal yang direncanakan di antaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, tehnik atau strategi
pembelajaran, media dan materi pembelajaran untuk melakukan pembelajaran di kelas. e. Implementasi Tindakan Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas dan sebagainya. Materi yang akan diajarkan adalah Kalimah Toyyibah, Akhlak Terpuji dan Akhlak Tercela. Ketiga materi tersebut ada dalam pelajaran Akidah Akhlak kelas IV. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode gradasi (pentahapan) dan pengulangan dalam menyampaikan materi pembelajaran. f. Pengamatan Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat monitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan dan sebagianya. Pengamatan atau observasi merupakan hal yang penting dan harus dilakukan ketika peneliti akan melakukan penelitian, terlebih di MI Muhammadiyah Donorejo, yang berada dilokasi pedesaan dengan kondisi masyarakat yang sebagian besar mata pencaharianya petani. Dalam melakukan pengamatan, peneliti juga bekerjasama dengan
guru kelas empat yang mengampu mata pelajaran lainya, agar pengamatan yang dicapai maksimal dan tepat sasaran. g. Refleksi Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi adalah upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau pertisipan dan peneliti yang terkait dengan suatu Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudahnya adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini suatu perbaikan tindakan selanjutnya ditentukan. h. Penyusunan Laporan Laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu disusun sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir. i. Kepada Siapa Hasil Penelitian Tindakan Kelas Dilaporkan Sebenarnya,
Penelitian
Tindakan
Kelas
lebih
bersifat
individual. Artinya bahwa tujuan utama bagi Penelitian Tindakan Kelas Self Improvement (perbaikan diri), Self-Evaluation (evaluasi diri) dan Self-Reflection (bayangan/refleksi diri), yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasi belajar siswa. Dengan demikian, hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang berupa inovasi pembelajaran akan dilaporkan kepada diri si peneliti
atau guru peneliti. Guru perlu mengarsipkan langkah-langkah dan tehnik pembelajaran yang dikembangkan melalui aktivitas Penelitian Tindakan Kelas demi perbaikan proses pembelajaran yang di lakukan di masa yang akan datang. Namun demikian, hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan tidak tertutup kemungkinan untuk diikuti oleh guru lain atau teman sejawat. Oleh karena itu guna melengkapi predikat guru sebagai ilmuan sejati, guru perlu juga menuliskan pengalaman melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas kedalam suatu karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah tersebut, yang selama ini belum merupakan kebiasaan bagi para guru, sebenarnya masyarakat pengguna lain. Dengan melaporkan hasil Penelitian Tindakan Kelas tersebut kepada masyarakat, teman sejawat, pengamat pendidikan dan para pakar pendidikan lainya, guru
akan
memperoleh
nilai
tambah
yaitu
suatu
bentuk
pertanggungjawaban dan kebanggaan akademis atau ilmiah sebagai seorang ilmuan, hasil kerja guru akan merupakan amal jariyah yang sangat membantu teman sejawatnya dan siswa secara khusus. Melalui laporan kepada masyarakat, Penelitian Tindakan Kelas yang pada awalnya dilaksanakan dalam skala kecil yaitu di ruang kelas, akan memberi sumbangsih yang cukup signifikan terhadap peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa, khususnya pada MI Muhammadiyah Magelang.
Donorejo,
Kecamatan
Secang,
Kabupaten
2. Lokasi dan Subyek Penelitian Keseluruhan anak yang akan diteliti adalah populasi sedangkan sebagian Individu atau anak yang akan mewakili keseluruhan adalah sampel. Adapun yang dijadikan subjek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas seluruh siswa kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 15 siswa. 3. Definisi Operasional Agar tidak salah pengertian bagi para pembaca dalam memahami judul ini, maka penulis memandang perlu untuk memberi penegasan dalam judul Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dengan Metode gradasi (pentahapan) dan pengulangan Pada Siswa Kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011-2012 tersebut. a. Metode gradasi (pentahapan) dan pengulangan adalah metode yang dilakukan untuk membiasakan anak-anak didik berfikir, bersikap sesuai dengan tuntutan agama Islam. b. Prestasi belajar adalah suatu hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh anak didik dalam suatu mata pelajaran tertentu di madrasah/sekolah
4. Teknik dan Instrumen Penelitian Pada sub judul yang ketiga ini, penulis akan menjelaskan teknik dan instrumen penelitian yang akan digunakan pada waktu pelaksanaan penelitian. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari silabus, rencana pembelajaran, tes formatif, dan metode observasi. Keempat instrumen itu akan diuraikan sebagai berikut: 1. Silabus Silabus yaitu perangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar. Adapun isi dari silabus itu adalah Komponen Dasar (KD), Standar Kompetensi (SK), dan materi pokok. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. 3. Tes Formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam meneladani pelajaran Akidah Akhlak 4. Metode Observasi Metode observasi yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Suharsini Arikunto, ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK. Adapun pengertian ini dapat diterangkan sebagai berikut: 1. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat bagi peneliti. 2. Tindakan menunjuk pada suatu gerak yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. 3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dengan menggabungkan pengertian tiga kata ini, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
C. Analisis Data Penelitian Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka digunakan analisis data kuantitatif, dan pada metode observasi digunakan data kualitatif. Cara penghitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Merekapitulasi hasil tes belajar (data kuantitatif) diklasifikasikan kemudian dicari prosentase tertinggi, untuk selanjutnya ditafsirkan dalam bentuk data atau uraian dan ditarik kesimpulan. Adapun rumus yang dipakai dalam mencari prosentase adalah: %
100%
keterangan: f
= Frekuensi yang sedang dicari prosentasinya
n
= Jumlah frekuensi atau banyak individu
f% = Angka prosentase (Usman Husaini, 2003:74) 2. Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara individual dan secara klasikal. 3. Data yang bersifat kualitatif disajikan dalam bentuk uraian, data ditafsirkan dan selanjutnya ditarik kesimpulan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan deskripsi persiklus dan pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu : 1). Mengetahui problem pembelajaran pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo. 2). Mengetahui kelebihan / kesesuaian metode metode Gradasi (pentahapan) dan Pengulangan pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas IV di MI Muhammadiyah Donorejo. 3). Mengetahui apakah penggunaan metode Gradasi (pentahapan) dan Pengulangan dapat meningkatkan prestasi belajar Akidah Akhlak kelas IV di MI Muhammadiyah Donorejo. 4). Untuk mengetahui seberapa tingkat ketuntasan belajar siswa kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo Keamatan Secang, Kabupaten Magelang dalam pembelajaran Akidah Akhlak. A. DESKRIPSI PERSIKLUS 1. Pra Siklus Metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo adalah metode yang biasa dipakai sehari-hari dalam kegiatan pembelajaran sebelum diterapkan metode gradasi (pentahapan) dan pengulangan yaitu metode ceramah dan penugasan (Drill), penugasan yang diberikan oleh guru pada siswa umumnya penugasan berbentuk pemberian soal-soal yang ada di Lembar Kerja Siswa (LKS). Dari hasil penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan, maka ditemukan hasil nilai pra siklus sebagai berikut :
Tabel 4.1 : Tabel nilai hasil pra siklus
NO
NAMA SISWA
Nilai
KKM
KKM
pra
KKG
Ideal
65
75
Siklus
1
Ade Dwi Lestari
70
Tuntas Belum
2
Linda Septiawati
50
Belum Belum
3
Dewi Safitri
55
Belum Belum
4
Rofiudin Zakki
57
Belum Belum
5
Ali Achmadi
57
Belum Belum
6
Andrian Dwi Prayoga
60
Tuntas Belum
7
Arvianti Wulandari
65
Tuntas Belum
8
Berliana Florensia
80
Tuntas Tuntas
9
Erla Verlita
85
Tuntas Tuntas
10
Fella Shasmita Hani A.
85
Tuntas Tuntas
11
Fifi Lisfiani
70
Tuntas Belum
12
Kamilia Rahmawati
58
Belum Belum
13
Prissianingsih
70
Tuntas Belum
14
Rio Wahyu Septiadi
65
Tuntas Belum
15
Uswatun Khasanah
60
Tuntas Belum
Hasil pra siklus dari 15 siswa kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo didapatkan bahwa terdapat 10 siswa yang memperoleh nilai
yang sesuai KKM sekolah, terdapat 5 siswa yang belum mencapai nilai sesuai KKM sekolah, bahkan terdapat 3 siswa yang sekaligus telah mencapai KKM ideal. Pada pra siklus baru mencapai 60% jadi masih jauh apabila mencapai KKM kelas yang seharusnya 85%. a. Minat dan keaktifan 1) Minat Berdasarkan analisis hasil pengamatan terhadap siswa yang berlangsung pada pra siklus, minat yang ada pada siswa sangatlah besar dan itu merupakan modal utama untuk menuju kesuksesan suatu pembelajaran. Minat merupakan poin penting yang harus ada dalam sebuah pembelajaran. Apabila minat siswa rendah maka bisa berpengaruh pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu untuk mencapai minat baik perlu indikator keberhasilan yang meliputi : a) Minat akan berhasil bila siswa sudah tertarik terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh karena itu diperlukan perancangan desain pembelajaran yang inovatif dan tidak monoton. b) Minat akan berhasil bila sewaktu pembelajaran berlangsung siswa memperhatikan pembelajaran dengan seksama dan tidak membuat
gaduh di kelas karena kegaduhan kelas akan
berpengaruh besar pada minat siswa mengikuti pembelajaran.
c) Minat akan berhasil bila siswa mampu menerima dan menjelaskan pembelajaran yang dipelajari dikelas dengan baik dan bila ada kesulitan siswa mau bertanya pada guru. 2) Keaktifan Dalam pembelajaran untuk terjadi sebuah peningkatan prestasi belajar antara minat dan keaktifan saling berhubungan, rasionalnya pembelajaran berhasil bila ditinjau dari minat siswa mengikuti pembelajaran dan keaktifan siswa saat mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian yang akan dijelaskan sebagai berikut: a) Keaktifan akan berhasil bila dalam pembelajaran siswa mau bertanya tentang pembelajaran yang disampaikan dikelas. b) Keaktifan akan berhasil bila dalam pembelajaran dikelas siswa tidak ada yang tidak fokus ketika pembelajaran berlangsung tentang pembahasan lain yang tidak sesuai dengan materi yang akan dibahas, sebab akan mengganggu konsentrasi siswa lain menerima pembelajaran. c) Keaktifan akan berhasil bila siswa mencermati pelajaran yang disampaikan dan bila ada kesulitan mereka bertanya pada gurunya.
b. Refleksi 1) Refleksi keberhasilan Refleksi keberhasilan ditunjang dari 3 siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan minimal (KKM) ideal sebagai berikut : a) Siswa siswi tersebut tergolong cepat dalam menghafal asmaul husna yang sesuai dengan materi b) Siswa-siswi tersebut terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan melakukan hafalan asma’ul husna c) Siswa-siswi mendapat perhatian dan dukungan penuh dari keluarga 2) Refleksi kegagalan Berdasar dari 5 siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) peneliti menemukan beberapa faktor yang menjadi kegagalan pembelajaran sebagai berikut : a) Siswa lemah dalam hal menghafal b) Suasana kelas ramai karena banyaknya siswa yang menghafal secara keras sehingga mengganggu siswa yang hafalannya lemah c) Kurangnya keberanian siswa untuk menyetorkan hafalan di depan kelas d) Belum pahamnya siswa dalam hal asma’ul husna yang terdapat dalam materi akidah akhlak
2. Siklus 1 a.
Deskripsi hasil belajar Berdasar dari hasil pra siklus seperti yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti mencoba merubah metode pembelajaran yang digunakan dengan metode gradasi (pentahapan) dan pengulangan, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.2 : Hasil nilai siklus 1
NO
Nilai
KKM
KKM
Siklus 1
KKG
Ideal
65
75
NAMA SISWA
1
Ade Dwi Lestari
70
Tuntas
Belum
2
Linda Septiawati
55
Belum
Belum
3
Dewi Safitri
58
Belum
Belum
4
Rofiudin Zakki
60
Belum
Belum
5
Ali Achmadi
65
Tuntas
Belum
6
Andrian Dwi Prayoga
65
Tuntas
Belum
7
Arvianti Wulandari
70
Tuntas
Belum
8
Berliana Florensia
85
Tuntas
Tuntas
9
Erla Verlita
88
Tuntas
Tuntas
10
Fella Shasmita Hani A.
90
Tuntas
Tuntas
11
Fifi Lisfiani
80
Tuntas
Tuntas
12
Kamilia Rahmawati
65
Tuntas
Belum
13
Prissianingsih
70
Tuntas
Belum
14
Rio Wahyu Septiadi
70
Tuntas
Belum
15
Uswatun Khasanah
65
Tuntas
Belum
Perbandingan
hasil
tes
antara
pra
siklus
yang
belum
menggunakan metode Gradasi (pentahapan) pengulangan, dengan hasil tes pada siklus 1 yang telah di terapkan metode dengan hasil sebagai berikut : dari 15 siswa yang belum mencapai KKM terdapat 3 siswa, jadi yang telah tuntas KKM pada siklus 1 sebanyak 12 siswa. Bahkan terdapat 4 siswa yang dapat mencapai KKM ideal yaitu Berliana Florensia, Erla Verlita, Fella Shasmita H.A, dan Fifi Lisfiani. Pada siklus 1 ini perolehan keberhasilan pembelajaran baru mencapai 70% meningkat 10% dari pra siklus dan belum mencapai KKM kelas sehingga kurang 15% apabila mencapai 85%. 1. Minat dan keaktifan a) Minat Berdasarkan analisis hasil pengamatan terhadap siswa yang berlangsung pada siklus 1, minat siswa yang besar pada pra siklus yang sudah bagus pada siklus 1 bertambah terbukti dengan nilai yang di dapat oleh para siswa, dan itu merupakan modal utama untuk menuju kesuksesan suatu pembelajaran. Minat merupakan poin penting yang harus ada dalam sebuah pembelajaran. Apabila minat siswa rendah maka bisa
berpengaruh pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu untuk mencapai minat baik perlu indikator keberhasilan yang meliputi : (a). Minat akan berhasil bila siswa sudah tertarik terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh karena itu diperlukan perancangan desain pembelajaran yang inovatif dan tidak monoton. (b). Minat akan berhasil bila sewaktu pembelajaran berlangsung siswa memperhatikan pembelajaran dengan seksama dan tidak membuat
gaduh di kelas karena kegaduhan kelas akan
berpengaruh besar pada minat siswa mengikuti pembelajaran. (c). Minat akan berhasil bila siswa mampu menerima dan menjelaskan pembelajaran yang dipelajari dikelas dengan baik dan bila ada kesulitan siswa mau bertanya pada guru. b) Keaktifan Dalam pembelajaran untuk terjadi sebuah peningkatan prestasi belajar antara minat dan keaktifan saling berhubungan, rasionalnya pembelajaran berhasil bila ditinjau dari minat siswa mengikuti pembelajaran dan keaktifan siswa saat mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian yang akan dijelaskan sebagai berikut: (a). Keaktifan akan berhasil bila dalam pembelajaran siswa mau bertanya tentang pembelajaran yang disampaikan dikelas.
(b). Keaktifan akan berhasil bila dalam pembelajaran dikelas siswa tidak ada yang tidak fokus ketika pembelajaran berlangsung tentang pembahasan lain yang tidak sesuai dengan materi yang akan dibahas, sebab akan mengganggu konsentrasi siswa lain menerima pembelajaran. (c). Keaktifan akan berhasil bila siswa mencermati pelajaran yang disampaikan dan bila ada kesulitan mereka bertanya pada gurunya. (d). Penggunan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi akan mempermudah siswa dalam menerima materi yang di ajarkan
sehingga
dapat
menunjang
kesuksesan
dan
keberhasilan suatu pembelajaran dengan, kata lain ketuntasan belajar akan mudah di capai. Hal lain sebagai penujang keberhasilan pembelajaran adalah keaktifan dan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. (e). Keaktifan dan minat siswa merupakan indikator adanya motivasi dari faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor eksternal tersebut adalah pemilihan serta penggunaan metode yang di pilih sesuai dengan materi yang akan di sampaikan. Hal ini akan berpengaruh pada minat dan keaktifan siswa sebagai
usaha
pengetahuannya.
agar
siswa
dapat
menemukan
sendiri
2. Refleksi 1) Refleksi Keberhasilan Berangkat dari 15 siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), maka ditemukan kriteria-kriteria keberhasilan sebagai berikut : a) Keberanian siswa untuk maju di depan kelas untuk menyetorkan hafalan yang diberikan kepada guru b) Mendapat dukungan yang penuh dari pihak keluarga c) Suasana kelas yang kondusif bagi siswa-siswi tersebut sehingga menjadi faktor keberhasilan yang menentukan 2) Reflekasi kegagalan a) Penggunaan waktu yang kurang efektif b) Kurangnya
kesungguhan
siswa-siswi
dalam
menghafal
asma’ul husna sesuai dengan materi c) Kurangnya konsentrasi siswa dalam menghafal asma’ul husna d) Suasana kelas yang kurang kondusif 3. Siklus 2 Pada siklus 2 penulis mencoba dengan metode yang sama tetapi di aplikasikan pada materi yang berbeda yaitu dengan materi Akhlak Terpuji (Hormat dan patuh, Tabah dan sabar menghadapi cobaan melalui kisah Masyitoh), maka di dapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3 : Hasil nilai siklus 2
NO
Nilai
KKM
KKM
Siklus 2
KKG
Ideal
65
75
NAMA SISWA
1
Ade Dwi Lestari
60
Belum Belum
2
Linda Septiawati
58
Belum Belum
3
Dewi Safitri
55
Belum Belum
4
Rofiudin Zakki
60
Belum Belum
5
Ali Achmadi
60
Belum Belum
6
Andrian Dwi Prayoga
65
Tuntas Belum
7
Arvianti Wulandari
70
Tuntas Belum
8
Berliana Florensia
80
Tuntas Tuntas
9
Erla Verlita
85
Tuntas Tuntas
10
Fella Shasmita Hani A.
80
Tuntas Tuntas
11
Fifi Lisfiani
75
Tuntas Tuntas
12
Kamilia Rahmawati
65
Tuntas Belum
13
Prissianingsih
75
Tuntas Tuntas
14
Rio Wahyu Septiadi
70
Tuntas Belum
15
Uswatun Khasanah
65
Tuntas Belum
Siklus 2 dengan metode yang sama tetapi dengan mata pelajaran yang berbeda yaitu tentang akhlak terpuji, dengan hasil terdapat 8 siswa yang mampu mencapai KKM, dan 5 siswa yang belum bisa mencapai
KKM, tetapi pada siklus 2 ini siswa yang telah mencapai KKM ideal terdapat 5 siswa bertambah satu jika di banding dengan siklus 1. Pada siklus II perolehan prosentase mencapai 81%, kurang 4% lagi untuk mencapai ketuntasan kelas. a. Minat dan Keaktifan Siswa 1) Minat Perubahan perolehan nilai merupakan dampak dari besar kecilnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Terbukti bahwa pada siklus 2 tersebut siswa yang mampu mencapai KKM ideal adalah 5 siswa artinya bahwa meningkat satu siswa di banding pada siklus pertama. Akan tetapi nilai yang mencapai KKM KKG menurun yaitu 10 siswa jika pada siklus 1 sebanyak 12 siswa yang dapat mencapai nilai KKM KKG. Siswa yang pada
pra siklus mempunyai semangat yang tinggi, pada
siklus pertama siswa masih mempunyai semangat yang tinggi, cuma ada 3 siswa yang kurang sempurna. Sedangkan pada siklus dua ini siswa masih mempunyai minat yang tinggi walaupun pada siklus 2 ini materi yang di ajarkan berbeda dengan siklus 1, pada pra siklus dan siklus 1 materinya adalah tentang asma’ul husna akan tetapi pada siklus 2 materinya adalah mengenai akhlak tercela. 2) Keaktifan
Dari 15 siswa nampak 5 siswa yang dapat mencapai secara bagus, dapat mencapai nilai KKM ideal, yaitu Berliana Florensia mendapat 85, Erla Verlita mendapat 85, Fella Shasmita H.A mendapat
nilai 80,
Fifi Lisfianingsih
mendapat
75,
dan
Prissianingsih mendapat nlai 75. Dari perolehan nilai diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Terdapat 2 siswa yang masih belum terlihat keaktifannya nilai yang di dapat masih di bawah KKM yaitu Linda Septiawati mendapat nilai 58 dan Dewi Safitri mendapat nilai 55.
b. Refleksi 1. Refleksi keberhasilan Keberhasilan yang dapat dilihat dari 8 siswa yang telah memperoleh nilai sesuai KKM, maka dapat diketahui beberapa faktor antara lain : a) Materi pada siklus 2 sudah berbeda dengan materi pra siklus atau siklus 1 b) Materi siklus 2 tidak memerlukan hafalan c) Siswa tidak lagi merasa takut untuk maju kedepan karena pada siklus 2 tidak memerlukan untuk siswa maju ke depan kelas d) Siswa bisa lebih fokus untuk memahami materi karena seluruh siswa dapat melakukannya
2. Refleksi kegagalan Dari 15 siswa terdapat 5 siswa yang nilainya belum bisa mencapai KKM, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : a) Beralihnya materi antara siklus 1 dan siklus 2 sehingga konsentrasi siswa terpecah untuk memikirkan materi lain. b) Terdapat siswa yang memang dalam hafalan dia adalah siswa yang mampu akan tetapi dalam masalah pemahaman kurang. c) Kurang terbiasanya penggunaan metode pembelajaran, karena selama ini metode yang dipakai dalam proses pembelajaran hanya menggunakan metode yang monoton 4. Siklus 3 Pada siklus 3 materi yang diajarkan dengan metode Gradasi (pentahapan) dan pengulangan adalah tentang Akhlak Tercela dalam kisah Sa’labah. Akhir dari Penelitian Tindakan Kelas pada kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo diperoleh nilai sebagai berikut : Tabel 4.4 : Hasil nilai siklus 3
NO
1
Nilai
KKM
KKM
Siklus 2
KKG
Ideal
65
75
NAMA SISWA
Ade Dwi Lestari
65
Tuntas Belum
2
Linda Septiawati
55
Belum Belum
3
Dewi Safitri
60
Belum Belum
4
Rofiudin Zakki
65
Tuntas Belum
5
Ali Achmadi
65
Tuntas Belum
6
Andrian Dwi Prayoga
67
Tuntas Belum
7
Arvianti Wulandari
75
Tuntas Tuntas
8
Berliana Florensia
89
Tuntas Tuntas
9
Erla Verlita
90
Tuntas Tuntas
10
Fella Shasmita Hani A.
88
Tuntas Tuntas
11
Fifi Lisfiani
70
Tuntas Belum
12
Kamilia Rahmawati
70
Tuntas Belum
13
Prissianingsih
75
Tuntas Tuntas
14
Rio Wahyu Septiadi
75
Tuntas Tuntas
15
Uswatun Khasanah
70
Tuntas Belum
Pada siklus 3 dapat di deskripsikan sebagai berikut, dari 15 siswa kelas 4 MI Muhammadiyah Donorejo sudah dapat dikatakan tuntas kelas karena nilai yang mencapai KKM sekitar sudah 85% jadinya sudah tuntas kelas. Terdapat 13 siswa yang telah mencapai nilai KKM, terdapat 2 siswa yang memperoleh nilai belum mencapai KKM, akan tetapi terdapat 6 siswa yang mampu mencapai nilai sesuai dengan KKM ideal, yaitu Arvianti Wulandari : 75, Berliana Florensia : 89, Erla Verlita : 90, Fella Shasmita H : 88, Prissianingsih : 75, Rio Wahyu Septiadi : 75.
1. Minat dan Keaktifan Siswa 1) Minat Minat siswa pada siklus 3 minat siswa dalam mengikuti pembelajaran khususnya aqidah akhlak semakin baik terbukti dengan meningkatnya jumlah siswa yang nilainya mencapai KKM dan meningkatnya jumlah siswa yang nilainya mencapai KKM ideal. Minat
siswa
yang
semakin
besar
tentunya
akan
mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran, dengan minat yang besar materi yang disampaikan akan mudah diserap oleh siswa sehingga dari minat tersebut akan berpengaruh pada keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Keaktifan Dari semakin meningkatnya siswa yang memperoleh nilai sesuai dengan KKM ideal artinya terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Terbukti terdapat 6 siswa yang mampu mencapai KKM ideal, 2 siswa yang memang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran yang akhirnya memperoleh nilai yang kurang dari KKM, selain dari itu siswa yang sudah dapat mencapai KKM KKG tapi belum mencapai
KKM ideal termasuk siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. 2. Refleksi 1) Refleksi keberhasilan Siklus 3 merupakan siklus penentu keberhasilan dan tidaknya suatu metode yang dipakai dalam proses pembelajaran. Dari 15 siswa terdapat 13 siswa yang mendapat nilai mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Adapun refleksi keberhasilan antara lain : a) Pada siklus 3 materi yang diajarkan sudah beradaptasi terhadap materi pada siklus 2 karena materi pada siklus 2 sejenis dengan siklus 3 b) Adanya situasi yang kondusif dalam kelas yang menunjang keberhasilan proses pembelajaran c) Semangat dan minat siswa yang telah terbangun setelah melalui beberapa siklus 2) Refleksi kegagalan Dari 15 siswa terdapat 2 siswa yang nilainya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dengan kriteria sebagai berikut : a) Terjadi kebosanan pada siswa karena proses pembelajaran menggunakan metode yang sama padahal materinya berbeda
b) Faktor diri siswa yang menyebabkan kegagalan 2 siswa yang tidak mencapai KKM
Rekapitulasi nilai semua siklus NILAI NO
NAMA SISWA
Pra
Siklus
Siklus
Siklus
Siklus
1
2
3
1
Ade Dwi Lestari
70
70
60
65
2
Linda Septiawati
50
55
58
55
3
Dewi Safitri
55
58
55
60
4
Rofiudin Zakki
57
60
60
65
5
Ali Achmadi
57
65
60
65
6
Andrian Dwi Prayoga
60
65
65
67
7
Arvianti Wulandari
65
70
70
75
8
Berliana Florensia
80
85
80
89
9
Erla Verlita
85
88
85
90
10
Fella Shasmita Hani A.
85
90
80
88
11
Fifi Lisfiani
70
80
75
70
12
Kamilia Rahmawati
58
65
65
70
13
Prissianingsih
70
70
75
75
14
Rio Wahyu Septiadi
65
70
70
75
15
Uswatun Khasanah
60
65
65
70
Jika diamati dari rekapitulasi nilai secara keseluruhan dan akhir dari siklus dapat di simpulkan bahwa metode Gradasi (pentahapan) dan pengulangan dapat di katakan sesuai untuk pembelajaran Akidah Akhlak pada materi Asmaul Husna 1 dan hasil dari semua nilai tersebut dapat dikatakan tuntas kelas karena sudah mencapai 85% dari 15 siswa yang mendapat nilai di atas KKM.
B. PEMBAHASAN 1. Pra siklus Hasil pra siklus dari praktik tindakan kelas yang penulis lakukan pada kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo, maka dapat di deskripsikan bahwa terdapat 8 siswa yang sudah mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), terdapat 7 siswa yang belum mencapai KKM. Bahkan terdapat 3 siswa yang telah mencapai KKM Ideal. Jadi dari hasil tersebut diatas belum dapat mencapai KKM Kelas. Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat 7 siswa yang belum bisa mencapai KKM, dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari ketujuh siswa tersebut dapat di klasifikasikan siswa kurang mampu, dan mempunyai pemikiran yang lambat terutama dalam menghafal. Dari 7 siswa tesebut terdapat siswa yang pernah tidak naik kelas yaitu Linda Septiawati, kalau dilihat dari minat dan semangat dalam mengikuti pembelajaran tergolong siswa yang rajin, jarang sekali tidak masuk
sekolah bahkan jika di nilai dari akhlak siswa dalam bergaul termasuk siswa yang baik. Dari 15 siswa kelas IV dari hasil pra siklus terdapat 3 siswa yang sudah mencapai ketuntasan ideal. Jika dikategorikan 3 siswa tersebut tergolong siswa yang paling mampu dibandingkan dengan siswa lain di kelasnya, 3 siswa tersebut yang selalu mendapat ranking atas di kelasnya sejak kelas III, misalnya Fella Shasmita mendapat ranking 1, Erla Verlita ranking 2 dan Berliana Florensia mendapat ranking 3. Jika dilihat dari kemampuan menghafal berkaitan dengan materi yang di bahas dalam skripsi ini 3 siswa tersebut mempunyai kemampuan lebih dibanding dengan siswa lain di kelasnya. Keberhasilan yang di dapat tersebut sesuai dengan kemampuan siswa dan juga di dukung oleh keluarga yang memang kondusif untuk belajar anak dan besarnya dukungan keluarga untuk mencapai prestasi. Misalnya Berliana Florensia kedua orang tuanya adalah seorang guru. Lain halnya dengan siswa yang lain rata-rata pekerjaan oranng adalah petani dan buruh pabrik. 2. Siklus 1 Berdasarkan tabel di atas terdapat 3 siswa yang pada pra siklus belum tuntas KKM, ternyata pada siklus 1 juga belum bisa tuntas KKM dengan materi yang sama tapi dengan metode yang berbeda 3 siswa tersebut belum mampu untuk mencapai nilai KKM. Seperti yang telah diterangkan diatas bahwa Linda Septiawati adalah siswa yang pernah tidak naik kelas di kelas III. Memang pemikiran siswi tersebut berada di urutan
bawah di kelas IV. Dewi Safitri dengan keluarga yang menengah ke bawah dan pekerjaan orang tua hanya buruh mungkin menjadi faktor penyebab dari ketertinggalannya. Dari hasil survey kakaknya Dewi Safitri juga pernah menjadi siswi MI Muhammadiyah Donorejo pada tahun pelajaran 2010/2011, dan keberhasilan belajar kakaknya tersebut berada pada urutan bawah dibanding dengan teman-teman sekelasnya. Dengan kata lain apakah keadaan Dewi Safitri yang demikian itu adalah faktor keturunan, ataukah hanya faktor lingkungan keluarga yang kurang mendukung ataukah faktor ekonomi yang menjadi penyebab dari semua itu. Rofiudin Zakki walaupun nilainya tidak serendah Linda dan Dewi Tapi belum mampu mencapai KKM. Rofiudin Zakki di kelas IV dapat di kategorikan lemah dalam menghafal, walaupun metode hafalan dengan pentahapan sedikit demi sedikit dan di ulang-ulang. Dari pengamatan penulis ketidakberhasilan siswa-siswi tersebut adalah kurang terbiasanya siswa dengan metode yang di gunakan oleh penulis dalam pembelajaran, sehingga siswa perlu adanya adaptasi dengan metode tersebut. Dari 15 siswa kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo, terdapat 12 siswa yang telah mencapai KKM, bahkan terdapat 4 siswa yang telah mencapai KKM Ideal. Dari 4 siswa tersebut ternyata memang dapat di kategorikan siswa yang mampu di kelas dibanding dengan siswa lainnya. Dari setiap hasil nilai semester 4 siswa tersebut selalu menduduki ranking atas. Dari semua keterangan di atas menunjukkan bahwa pada siklus 1 tersebut belum di kategorkan tuntas kelas karena masih 80% yang tuntas.
3. Siklus 2 Berdasarkan tabel 4.3 hasil nilai siklus 2 di temukan bah wa siswa yang tidak mencapai
KKM sebanyak 5 siswa lebih banyak di
banding pada siklus 1. Menurut perkiraan sementara peneliti penyebab utama bertambahnya siswa yang tidak mencapai KKM adalah makin sulitnya materi pada siklus 2 dibandingkan dengan siklus 1. Misalnya Ade Dwi Lestari pada siklus 1 mendapat nilai 70, ternyata pada siklus 2 setelah ganti materi walaupun menggunakan metode yang sama nilai yang di dapat turun menjadi 60. Demikian juga dengan Ali Ahmadi pada siklus 1 mendapat nilai 65 ternyata pada siklus 2 hanya mendapat nilai 60. Fifi Lisfiani pada siklus 1 mendapat nilai 80 ternyata pada siklus 2 turun enjadi nilai 75 walaupun masih berada di KKM ideal. Pada siklus 2 siswa yang sudah menapai KKM lebih sedikit dibanding dengan siklus 1 yaitu sebanyak 10 siswa. Akan tetapi nilai yang telah mencapai KKM ideal naik menjadi 5 siswa di tambah Prissianingsih yang pada siklus 1 mendapat nilai 70 ternyata pada siklus 2 mencapai nilai 75. Jika dilihat secara keseharian dalam pembelajaran di kelas Prissianingsih adalah siswi yang mempunyai semangat yang tinggi untuk bisa, siswi tersebut mempunyai keaktifan dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Terbukti ketika guru memberikan tugas menghafal pada semua siswa Prissianingsih adalah termasuk siswi yang semangat untuk maju di depan kelas untuk di tes oleh guru tentang hafalannya.
Jadi pada siklus 2 hanya sekitar 60% dari target dalam pencapaian KKM kelas yaitu 85% artinya bahwa siklus 2 belum bisa dikatakan tuntas kelas.
4. Siklus 3 Hasil dari tabel 4.4 di atas dapat di deskripsikan bahwa siswa yang telah mencapai KKM KKG meningkat sebanyak 13 siswa, itu artinya bahwa sudah mencapai 85% dari total siswa kelas IV untuk mencapai KKM kelas. Pada siklus 3 ini materi pelajaran yang di bahas memang lebih ringan di bandingkan dengan materi yang ada pada siklus 2. Materi pada siklus 3 yaitu menceritakan tentang kisah Sa’labah dan akhlak tercela yang dimiliki Sa’labah, jadi siswa mudah menangkap pesan-pesan atau kandungan yang ada dalam cerita tersebut. Dengan metode gradasi (pentahapan) dan pengulangan tersebut guru dalam menyajikan materi yang disampakan secara bertahap sedikit demi sedikit dan selalu di ulangulang sehingga siswa benar-benar hafal dan mengerti tentang kandungan kisah Sa’labah. Dari tabel 4.3 pada siklus 3 tersebut dapat di ketahui siswa yang telah mencapai KKM ideal sebanyak 6 siswa bertambah 1 siswa dibanding dengan siklus 2 yang hanya 5 siswa. Siswa tersebut adalah Rio Wahyu Septiadi yang mendapat nilai 75. Jika dilihat dari prestasi siswa tersebut
mulai dari pra siklus sampai pada siklus 3 memang cukup baik yang akhirnya pada siklus 3 ini dapat mencapai nilai yang sesuai dengan KKM ideal. Terdapat 3 siswa yang mulai dari awal pra siklus sampai siklus 3 ini dapat mencapai nilai yang sesuai dengan KKM ideal secara terus menerus, siswa tersebut adalah Berliana Florensia, Erla Verlita dan Fella Shasmita Hani A. Rofiudin Zakki pada pra siklus mendapat nilai 57, siklus 1 mendapat nilai 60, siklus 2 nilai 60 tapi akhirnya pada siklus 3 telah mencapai KKM KKG dengan nilai 65. Jika diamati dalam pelaksanaan pembelajaran praktek tindakan kelas yang di lakukan oleh peneliti pada siklus 3, memang siswa tersebut mempunyai minat dan semangat yang tinggi untuk mencapai KKM terbukti dengan grafik nilai yang semakin baik. Siklus 3 siswa yang mencapai KKM mata pelajaran Akidah akhlak yaitu telah mencapai 85% jadi siklus 3 dapat di katakan telah mencapai KKM kelas, yang berarti sudah dapat di katakan tuntas.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan selama penelitian, maka hasil pembahasan penelitian serta analisis yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Problematika yang terjadi pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo adalah pada masalah hafalan sehingga untuk memecahkan problematika tersebut peneliti mencoba
menerapkan
metode
Gradasi
(pentahapan)
dan
Pengulangan, dan hasil yang di peroleh dari praktek metode tersebut adalah dapat mencapai ketuntasan kelas. 2.
Penggunaan metode gradasi (pentahapan) dan pengulangan dapat dilaksanakan secara efektif pada mata pelajaran Akidah Akhlak Siswa Kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo, karena siswa di ajak untuk secara bertahap dalam menerima materi sesuai dengan kemampuan siswa.
3.
Perbandingan antara prestasi pra siklus sebelum menggunakan metode dengan siklus 1 yang telah menggunakan metode, mengalami peningkatan yang signifikan. Pada pra siklus siswa yang nilainya belum mencapai KKM sebanyak 7 siswa, akan tetapi setelah metode tersebut di terapkan pada pengajaran materi
Asma’ul Husna pada siklus 1, hasilnya sangat memuaskan yaitu siswa yang nilainya belum mencapai KKM hanya terdapat 3 siswa. 4.
Melalui penggunaan metode gradasi (pentahapan) dan pengulangan dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Akidah Akhlak kelas IV MI Muhammadiyah Donorejo, Kecamatan Secang, Kabupaten. Hal ini dapat dilihat dari hasil per siklusnya yaitu pra siklus : 70%, siklus 1 : 81%, siklus II : 70% dan siklus III : 85%, dari pra siklus ke siklus 1 mengalami peningkatan 11%, dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami penurunan yaitu 11%, dan dari siklus 2 ke siklus 3 mengalami peningkatan sekitar 15%.
B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya, agar proses belajar mengajar pendidikan agama Islam khususnya Akidah Akhlak lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1.
Guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran aktif, sehingga siswa ikut terlibat (subjek), tidak hanya sebagai objek.
2.
Hendaknya guru meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan proses pembelajaran agar mencapai prestasi belajar.
3.
Agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat serta menjadi bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-Dawi Muhammad. (1995). Buku Pintar Para Dai. Surabaya: Duta Ilmu. Arief, A. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres. Aziz, E. (2003). Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Hamzah-Ibnu Yahya, I. (2002). Riyadlah Upaya Pembinaan Akhlak. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Ismail (2008). Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Pakem. Semarang: Rosail Media Grup Muhibbin, S. (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Rosda Grup. Nasrul, R. (1995). Materi Pokok Akidah Akhlak I, PPGI 1246/4SKS Modul 1-6. Jakarta: Ditjen Bimbaga Islam. Nata, A. (1996). Aqidah Akhlak-1, MKMP 3522/N SKS. Modul 1-12. Jakarta: Ditjen Bimbaga Islam. Pusat Bahasa Deppennas (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sabri, A. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Quantum Teaching. Slameta (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsini, A dkk (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Suwito (2004). Filsafat Pendidikan Akhlak. Yogyakarta: Belukar. Tim Redaksi Nuansa Aulia (2005). Undang-Undang Sisdiknas. Bandung: Nuansa Aulia. Usman, dkk. (2003). Pengantar Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.