PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG Pelaksanaan teknis magang yang dilakukan di PT National Sago Prima meliputi persiapan lahan (Land clearing), pengambilan anakan, persemaian, sensus, penanaman dan penyulaman, pemeliharaan tanaman serta panen.
Persiapan Lahan Persiapan lahan atau land clearing merupakan kegiatan mempersiapkan lahan untuk mempersiapkan penanaman. Persiapan lahan dilakukan dengan mengkombi- nasikan sistem mekanis menggunakan alat eksavator dan sistem manual dengan cara tebang habis tanpa pembakaran. Kegiatan tersebut terdiri atas perintisan (imas) tumbang yang dilakukan dengan memotong semua vegetasi yang berdiameter <20 cm menggunakan parang dan kapak. Tebang dilakukan dengan memotong semua tumbuhan diameter >20 cm dengan menggunakan chainsaw. Cincang yang dilakukan memotong batang, dahan, dan ranting untuk memudahkan pembersihan dan pengumpulan hasil porongan tersebut ke dalam rumpukan. Pelaksanaan kegiatan LC dilakukan dengan sistem kontrak, yang berlangsung hingga target yang diharapkan perusahaan dapat tercapai. Luas areal yang saat dilaksanakan kegiatan LC yaitu pada Divisi 4, 5 dan 7. Tahapan LC yaitu: 1. Pembagian blok (Bloking area) Bloking area adalah penentuan luasan yang akan dibuat, kegiatan tersebut meliputi : pengambilan koordinat (pembuatan arah) Barat, Timur, Utara dan Selatan dengan menentukan panjang dan lebar terlebih dahulu. 2. Pembuatan jalur (Trase) Trase yaitu kegiatan dalam membuat jalur atau batas yang akan dibuat sebagai jalur tanam untuk penanaman bibit sagu, kegiatan tersebut menggunakan dua alat yaitu kompas dan theodolit.
15
3. Pembuatan rumpukan (Stacking) Kegiatan ini menggunakan eskavator dalam melaksanakan stacking. Jam kerja eskavator yaitu 10-18 jam perhari dengan prestasi dua lorong perhari (Gambar 1). Tahapan dalam pelaksanaan pembuatan rumpukan a. Perintisan (imas) tumbang, yaitu memotong semua vegetasi atau tumbuhan yang berdiameter lebih dari 20 cm dengan parang atau kapak. b. Tebang, yaitu memotong semua tumbuhan berdiameter lebih dari 20 cm dengan menggunakan gergaji mesin (chainsaw). c. Cincang, yaitu memotong batang, dahan dan ranting untuk memudahkan pembersihan dan pengumpulan hasil potongan tersebut kedalam rumpukan. 4. Pemancangan Beberapa alat yang digunakan pada kegiatan pemancangan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan kompas, theodolit dan tali. Kegiatan pemancangan dilakukan dengan sistem borongan selain dengan buruh harian lepas (BHL). 5. Penanaman Kegiatan penanaman dilakukan dengan sistem kontrak penanaman hingga bibit selesai tertanam dan hidup pada lahan yang telah ditentukan.
Gambar 1. Kegiatan perumpukan dengan menggunakan Eskavator
16
Pembibitan Pengambilan anakan Anakan sagu yang berada pada suatu rumpun sagu merupakan salah satu bahan tanam dalam perbanyakan tanaman sagu. Berdasarkan sumber diperolehnya sumber bibit terdapat dua jenis yaitu bibit yang diperoleh dari dalam kebun (inhouse) maupun dari luar kebun atau berasal dari masyarakat (outsource). Kriteria anakan sagu yang sehat dan berkualitas serta akan diambil diseleksi berdasarkan bentuk, ukuran, bobot dan kesegaran bibit yaitu pelepah segar dan berwarna hijau, bonggol/banir keras dan tidak terserang hama, bibit sudah tua yang dicirikan bonggol sudah keras, pelepah dan pucuk masih hidup dengan ciri petiol berwarna merah muda, tidak terserang hama dan penyakit, bobot bibit berkisar antara 2-4 kg, serta diutamakan bibit dengan bonggol berbentuk “L” karena persentase hidupnya lebih tinggi (Bintoro,2008) (Gambar 2).
Gambar 2. Bibit dengan banir berbentuk L Pengambilan bibit dilakukan oleh tenaga borongan yang dikontrak oleh perusahaan dengan diberikan target oleh perusahaan. Pembayaran oleh perusahaan oleh tenaga kontrak akan dilakukan sesuai dengan abut yang didapatkan dengan harga Rp 1200,00. Bibit yang telah didapatkan akan diseleksi sesuai dengan ketentuan (SOP) yang ditentukan oleh perusahaan. Proses seleksi dilakukan oleh Divisi Pembibitan. Prestasi kerja para pekerja borongan adalah 80-100 bibit per hari, sedangkan mahasiswa hanya dapat mengambil bibit 50 per hari. Kecepatan pengambilan bibit
17
ditentukan oleh beberapa faktor seperti posisi banir dalam tanah, kondisi piringan, ketersediaan bibit dalan satu rumpun dan lainya (Gambar 3).
Gambar 3. Kegiatan pengambilan anakan pada rumpun sagu Persemaian Sistem persemaian di PT National Sago Prima dibagi menjadi tiga bagian yang berbeda yaitu berkerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PT Prima Kelola dan swakelola. Sistem swakelola dibawahi oleh Divisi Pembibitan. Divisi Pembibitan merupakan salah satu divisi yang baru dibentuk di PT National Sago Prima yang berfungsi sebagai controling dalam kegiatan persemaian yaitu baik di PT Primakelola maupun BPPT Divisi Pembibitan juga melakukan kegiatan persemaian tersendiri yang berfungsi untuk melengkapi kebutuhan bibit pada areal yang akan ditanam yaitu dari persiapan bahan tanam hingga bibit siap tanam. Sistem persemaian yang dilakukan yaitu dengan sistem persemaian kanal yaitu dengan meletakkan anakan sagu yang telah diambil dari rumpun induk dan diletakkan diatas rakit yang terbuat dari pelepah kering.
18
Gambar 4. Kegiatan Persemaian di Rakit Sistem persemaian kanal menggunakan rakit berukuran 3 m x 1 m yang terbuat dari pelepah sagu yang telah kering, dan disusun hingga terbentuk rakit. Bibit disemai selama 3-4 bulan atau memiliki 2-3 helai daun. Pembuatan rakit juga menggunakan tenaga borongan dengan harga Rp 10 000 per-rakit. Bibit yang telah diambil oleh tenaga borongan dan telah melewati proses seleksi yang dilakukan oleh Divisi Pembibitan, langsung disusun didalam rakit dan diletakkan ke dalam kanal (Gambar 4). Lokasi persemaian yang baik yaitu pada kondisi air yang mengalir, yang berfungsi sirkulasi udara dan hara berjalan dengan baik. Pemilihan tempat persemaian dilakukan pada sub kanal, selain kondisi air mengalir juga tidak terganggu dengan aktivitas transportasi dan panen.
Gambar 5. Perendaman Bibit pada Larutan Fungisida Bibit sebelum disemai diatas rakit terlebih dahulu direndam dalam larutan Fungisida dan Insektisida (Dithane 45) agar terhindar dari serangan hama dan cendawan. Bibit direndam selama ± 3 menit dalam larutan dengan konsentrasi 2
19
gram/liter air dan dikering anginkan selama ± 15 menit (Gambar 5). Bibit yang telah direndam sebelum disemai harus dipotong bagian pelepahnya hingga tinggi bibit dari banir 30-40 cm. Pemangkasan dilakukan untuk mengurangi transpirasi bibit selama dipersemaian dan mempercepat terbentuknya tunas baru. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) merupakan badan
pemerintahan yang bekerjasama dengan PT National Sago Prima dalam penyediaan bibit siap tanam. Sistem persemaian yang digunakan yaitu dengan menggunakan polibag dengan media tanam tanah gambut. Bobot bibit yang digunakan juga cukup ringan yaitu diantara 200-500 gram/bibit. Bibit yang sudah ditanam dalam polibag diberikan naungan dengan paranet. BPPT bekerjasama dengan PT National Sago Prima dalam hal teknologi pembibitan. Keseluruhan biaya kegiatan dilaksanakan oleh PT National Sago Prima. Beberapa tahapan pelaksanaan persemaian polibag meliputi pengambilan anakan sagu dalam rumpun sagu, seleksi dan pembersihan bibit dari lapang, perendaman dalam larutan selama satu hari, penanaman dalam polibag, inkubator selama 2 bulan, keluar inkubator (aklimatisasi) selama 2 bulan, dengan naungan paranet sekitar 60 mes, nursery dengan diberikan naungan paranet sekitar 50 mes, bibit dikeluarkan dari paranet selama 2 bulan yang diikuti proses seleksi sebelumnya dan penanaman dilapang. PT Primakelola merupakan perusahaan milik Institut Pertanian Bogor yang bekerjasama dengan PT Sampoerna Agro yang bertugas dalam menyediakan bibit dan menanami areal PT National Sago Prima. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh PT National Sago Prima adalah jumlah bibit yang hidup dan telah ditanam oleh PT Prima Kelola. Sistem persemaian yang dilakukan PT Primakelola adalah sistem persemaian rakit pada kanal khusus persemaian. Sumber bibit berasal dari inhouse dan dari masyarakat. Pengambilan bibit inhouse dilakukan oleh tenaga borongan dengan harga Rp 1000 per bibit dengan harga rakit Rp 10 000 per rakit. Pengambilan sumber bibit dari masyarakat dibeli dengan harga Rp 2500-Rp 3500 per bibit dan dibawa hingga lokasi persemaian. Bibit yang telah didapatkan dilakukan seleksi terlebih dahulu sesuai dengan kriteria bibit yang telah ditentukan sebelumnya.
20
Rakit yang digunakan pada sistem persemaian rakit yang dilakukan oleh PT Prima Kelola dibeli dari masyarakat setempat dengan harga Rp 10 000 per rakit. Setiap satu rakit dapat menampung 100-150 bibit. Bibit yang telah tersusun dalam rakit disemai selama 3-4 bulan atau hingga memiliki 2-3 helai daun. Setelah 3-4 bulan bibit yang siap tanam diseleksi dan ditanam pada lahan yang telah ditentukan oleh PT National Sago Prima. Jumlah bibit hidup setelah 3 bulan setelah tanam akan dilakukan proses serah terima dari PT Prima Kelola kepada PT National Sago Prima. Penanaman dan Penyulaman Pemancangan Pemancangan merupakan pemberian tanda pada tempat yang akan ditanam sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan. Kegiatan pemancangan di PT National Sago Prima dapat menggunakan beberapa alat yaitu theodolit, kompas, tali dan meteran (Gambar 6). Tenaga kerja dalam kegiatan pemancangan yaitu dengan tenaga borongan. Jarak tanam yang digunakan dalam pemancangan yaitu 8mx8m.
Gambar 6. Kegiatan pemancangan menggunakan kompas
Pembuatan Lubang Tanam Pembuatan lubang tanam merupakan salah satu tahapan penanaman setelah kegiatan pemancangan. Lubang tanam dibuat pada tempat yang telah diberi pancang. Ukuran lubang tanam berdasarkan Standar Operating Procedure (SOP) yaitu berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm atau dengan kedalaman hingga menyentuh permukaan air.
21
Penyulaman Penyulaman merupakan kegiatan menanam kembali tanaman sagu yang mati, terserang hama dan penyakit tanaman serta tanaman yang tidak mampu beradaPTasi dengan baik dengan lingkungan. Pelaksanaan penyulaman dilakukan setelah dilaksanakan sensus hidup mati. Berdasarkan hasil sensus hidup didapatkan kebutuhan bibit pada lahan yang akan disulam. Berdasarkan hasil sensus diketahui jumlah bibit yang diperlukan pada kegiatan penyulaman pada area tertentu. Sebelum dilaksanakan penyulaman bibit dari persemaian dilakukan seleksi dan didistribusikan dengan menggunakan pompong melalui kanal menuju area penyulaman. Penanaman dilakukan setelah lubang tanam selesai dibuat oleh tenaga borongan. Penanaman dilakukan dengan meletakkan bibit pada lubang tanam yang telah tersedia. Sebelum bibit ditanam, lubang tanam diberikan pupuk dasar terlebih dahulu yaitu Rock Phosphate dengan dosis 500 gram per lubang tanam. Posisi bibit pada lubang tanam menempel pada dinding lubang tanam kemudian bibit tersebut diberi sampiang. Sampiang merupakan dua kayu yang menjepit banir bibit yang bertujuan supaya bibit lebih kokoh (Gambar 7). Penanaman dilakukan oleh tenaga borongan, biasanya pada setiap lorong terdapat dua orang yang bertugas menanam dan membawa bibit. Supaya lebih efektif dalam membawa bibit, orang yang bertugas membawa bibit menggunakan ambung. Ambung merupakan keranjang yang terbuat dari bambu. sampiang
Gambar 7. Bibit sagu yang telah ditanam
22
Pemeliharaan Pengendalian Gulma Pengendalian gulma yaitu salah satu kegiatan pemeliharaan dalam perkebunan sagu. Kegiatan pengendalian gulma bertujuan untuk menekan kompetisi tanaman sagu dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara, air dan sinar matahari agar pertumbuhan tanaman sagu optimal. PT National Sago Prima menerapkan dua cara dalam mengendalikan gulma yaitu secara manual atau mekanis dan pengendalian secara kimia Pengendalian gulma secara manual biasa dilakukan dengan menggunakan parang. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan penebasan jalur tanam, lorong dan piringan. Lebar tebasan yaitu 1.5 m-2.0 m pada lorong pikul, sedangkan lebar tebasan pada piringan 1 m dari rumpun sagu. Tinggi tebasan yaitu 0-5 cm dari permukaan tanah. Gulma hasil tebasan dan pelepah kering harus dibuang keluar piringan. Penebasan lorong dilakukan berfungsi untuk mempermudah dalam melakukan pekerjaan seperti sensus, penyemprotan dan pengangkutan pupuk. Kegiatan penebasan dilakukan dengan tenaga borongan dengan prestasi kerja 6 orang dapat menyelesaikan 6 lorong/hari atau 1 lorong/HK. Adapun yang mempengaruhi prestasi kerja yaitu kondisi lahan, kondisi penutupan gulma dan kondisi rumpun tanaman. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan herbisida dengan bahan aktif paraquat yang bersifat kontak dan metil metsulfuron yang bersifat sistemik. Dosis yang diberikan yaitu 1.5 liter paraquat dan 62.5 g metil metsulfuron/ha dengan volume semprot 400 liter/ha, warna nozel semprot hitam. Penyemprotan dilakukan pada lorong dan piringan tanaman. Prestasi kerja yaitu penyemprotan dilakukan oleh 10 orang sebanyak 15 lorong/hari.
Penjarangan Anakan Penjarangan anakan merupakan kegiatan pembuangan anakan secara selektif pada setiap rumpun sagu. Kegiatan penjarangan anakan bertujuan untuk mengurangi jumlah anakan yang berlebihan sehingga didapatkan jumlah anakan yang ideal pada satu rumpun yaitu 6-10 anakan (Gambar 8). Penjarangan anakan terbagi menjadi 2 jenis yaitu Pruning dan Thining out. Pruning dilakukan dengan
23
memangkas anakan hingga ketinggian 10 cm dari permukaan tanah, Thining out membuang anakan dengan mendongkel hingga akar ikut terbuang. Pruning dan Thining out untuk mengurangi persaingan antara anakan sagu, mempercepat pertumbuhan dan memudahkan alam pengaturan panen (Andany,2010). Kegiatan penjarangan anakan dilaksanakan oleh masing-masing divisi dengan prestasi kerja 15 rumpun per HOK. Namun pada kegiatan thining out prestasi yang dihasilkan hanya 5 rumpun per HOK.
a.
b.
Gambar 8. (a)Kondisi rumpun sebelum penjarangan anakan, (b)Kondisi rumpun setelah penjarangan anakan Sensus Hidup mati Sensus hidup mati merupakan sensus atau menghitung jumlah bibit yang hidup atau mati. Hasil dari sensus hidup dan mati akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan jumlah bibit yang diperlukan untuk menyulam pada suatu blok tertentu. Pencacatan sensus hidup mati meliputi nama blok, arah sensus, nomor baris, nomor pancang dan jumlah tanaman yang hidup dan mati. Prestasi kerja karyawan yaitu menyensus 4-8 lorong/HK, sedangkan prestasi kerja mahasiswa hanya 3-6 lorong/HK. Prestasi kerja sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan dan kebersihan blok tersebut.
Produksi Sensus produksi merupakan sensus yang bertujuan untuk memprediksi hasil yang dapat dipanen, waktu panen dan inventarisasi jumlah anakan. Kegiatan
24
sensus produksi meliputi tinggi dan jumlah anakan. Prediksi hasil panen dapat dilihat berdasarkan tinggi tanaman sedangkan waktu panen dapat dilihat dari fase tanaman tersebut. Sensus produksi dilakukan setiap tahun, namun pada tahun ini masih belum dilaksanakan oleh perusahaan.
Panen Panen merupakan kegiatan pengambilan hasil dari kebun yang telah layak panen. Bagian batang merupakan bagian yang memiliki nilai ekonomis. Sagu yang layak panen adalah tanaman yang telah memasuki fase nyorong (Gambar 9). Menurut Bintoro (2010) tanaman sagu yang dipanen adalah tanaman sagu yang telah mencapai masak fisiologis yang ditandai dengan fase menyorong (munculnya calon bunga). Tanaman sagu yang hidup di lahan gambut mencapai usia matang fisiologis antara 12-15 tahun. Setelah melewati fase tersebut maka kandungan pati berkurang.
Gambar 9. Tanaman pada Fase Nyorong Beberapa tahapan pada kegiatan panen meliputi penentuan posisi tebang agar tidak mengenai anakan sagu, penebangan, pembersihan batang (nyisik), pengukuran batang sepanjang 106 cm (42 inci), pemotongan batang yang telah diukur sebelumnya, pembuatan hidung tual dan pengangkutan batang (tual) ke kanal dengan menggunakan kiau (golek) dan perakitan tual di kanal. Perakitan tual dilakukan dalan 1 tali (10 m) terdapat 25-30 tual tergantung diameter batang. Proses selanjutnya yaitu penarikan tual oleh anggota divisi ke DAM dengan menggunakan pompong perusahaan.
25
PT National Sago Prima sudah melakuakan beberapa kali panen yang dimulai dari tahun 2008. Kegiatan panen oleh PT National Sago Prima dilakukan oleh tenaga borongan, dalam 1 blok 5000 tual yang dipanen. Setiap batang sagu yang ditebang rata-rata terdapat 6-7 tual. Waktu yang diperlukan dalam 1 blok panen yaitu 4 bulan. Harga tual dari kebun hingga kanal yaitu Rp 4.700/tual yang dibayarkan oleh perusahaan kepada tenaga pemborong. Kesalahan dalam penebangan akan dikenakan denda Rp 120.000/batang sagu.