11 telah ditetapkan, serta menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit organisasinya. Dalam menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten Kepala (Askep) yang bertugas membantu dalam pengawasan kegiatan di setiap afdeling, Asisten Kepala membawahi Asisten Afdeling. Pimpinan tertinggi di afdeling adalah Asisten Afdeling, yang bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang ada di afdeling tersebut. Asisten Afdeling membawahi Mandor I yang mengurusi pekerjaan di lapangan, dan Kerani Afdeling serta Kerani Keliling yang mengurusi administrasi afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab langsung kepada Asisten Kepala, Estate Manager, dan General Manager atas pelaksanaan hasil kerja dari afdeling yang dipimpinnya. Jumlah seluruh tenaga kerja yang terdapat pada Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur sebanyak 1 225 orang sehingga diperoleh Indeks Tenaga Kerja (ITK) pada Kebun Buatan sebear 0.22 orang/ha. ITK merupakan rasio antara jumlah tenaga kerja dengan luas kebun. Jumlah ITK yang ideal untuk perkebunan kelapa sawit sebesar 0.2 – 0.3 orang/ha. Pengelolaan tenaga kerja pada Kebun Buatan sudah efisien karena ITK pada Kebun Buatan diantara 0.2 – 0.3 orang/ha.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan Tunas pokok (pruning), pemanenan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pemeliharaan sarana dan prasarana. Pelaksanaan kerja di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur secara umum dilaksanakan selama 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja dalam sehari rata-rata selama 7 jam yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 11.30 WIB, istirahat selama setengah jam (11.30 sampai dengan 12.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul 12.00 sampai dengan 13.30 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti muster morning (apel pagi) yang dimulai pukul 05.30 WIB bersama Asisten, mandor dan krani, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan apel sore hari di kantor Afdeling pada pukul 16.00 sampai dengan 18.00 WIB untuk melaksanakan kegiatan administrasi dan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan untuk esok hari.
Aspek Teknis Tunas Pokok Penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) adalah pemotongan pelepah dengan memperhitungkan jumlah pelepah yang dipertahankan. Tunas pokok adalah pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang yakni mempertahankan jumlah pelepah yang masih produktif dan dilain pihak harus memotong pelepah untuk mempermudah pekerjaan potong buah, memperkecil losses (berondolan tersangkut di ketiak pelepah) dan memelihara
12 sanitasi tanaman sehingga menciptakqan lingkungan yang bersih. Jumlah optimal yang dipertahankan pada tanaman muda adalah 48 - 56 pelepah. PT Inti Indosawit Subur mempunyai kebijakan penunasan progresif (progressive pruning), yaitu penunasan yang dilakukan secara bersamaan dengan panen, jadi pokok yang ditunas adalah pokok yang ada buah matangnya. Kelebihan dari sistem tunas progresif ini adalah ancak akan semakin rapi karena ancak pasti akan dimasuki setiap satu rotasi panen selain itu tunasan ini juga meminimalkan kebutuhan supervisor. Kekurangan dari sistem tunasan ini adalah membutuhkan tenaga pemanen yang banyak, sebab apabila tenaga pemanen kurang dan rotasi panen tinggi maka progressive pruning tidak dapat dilakukan dengan baik. Untuk mengatasi hal ini maka pihak manajemen membentuk suatu tim pekerja yang khusus untuk melakukan penunasan. Rotasi penunasan yang dilakukan adalah 9 bulan untuk pelaksanaan hal ini dapat disesuaikan dengan kondisi tanaman di lapangan. Pelepah yang terlalu banyak ditunas juga tidak baik karena hal ini akan menyebabkan over pruning yaitu terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan menyebabkab peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks ratio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan BJR. Under pruning juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap produksi, karena unsur hara digunakan untuk pelepah yang berlebih dan mengganggu proses panen. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman Jumlah Umur Tanaman Kebijakan Pelepah / Songgo (Tahun) Spriral Pemotongan pelepah tidak diperbolehkan. Prioritas untuk <3 permulaan panen dengan cara memotong pelepah tua dan kering 4–7 Dipertahankan 48 – 56 pelepah 6–7 3 8 – 14 Dipertahankan 40 – 48 pelepah 5–6 2 > 15 Minimum dipertahankan 32 pelepah 4 1 Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)
Di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur terdapat beberapa instruksi kerja dalam melakukan pekerjaan penunasan yaitu : 1 Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda. 2 Selama menunas semua epifit pada batang tanaman dibersihkan dengan mencabut menggunakan tangan dan “digebyok” dengan batang pelepah pada bagian yang lebih tinggi. 3 Pokok yang pertumbuhannya kurang bagus atau kuning karena defisiensi hara harus ditunas lebih hati hati, cukup membuang daun keringnya saja. 4 Pokok yang telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas karena pada akhirnya akan di thinning out.
13 Pemanenan Panen merupakan pekerjaan terpenting pada perkebunan kelapa sawit, alasannya adalah karena panen merupakan tujuan akhir dari proses membangun perkebunan, karena hasil yang didapat dari proses panen adalah uang yang bermanfaaat untuk mendukung kelangsungan perusahaan kedepannya. Sebagai contoh apabila panen di suatu perusahaan tidak berjalan dengan baik dan terdapat banyak pelanggaran yang terjadi maka akan menyebabkan perusahaan merugi. Di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur terdapat Standard Operating Procedure panen atau yang dikenal dengan istilah Sapta Potong Buah, yaitu: 1). Buah matang dipotong semua, 2). Buah mentah tidak ada, 3). Berondolan dikutip semuanya, 4). Buah disusun rapi dan cangkem kodok, 5). Pelepah disusun rapi di gawangan mati, 6). Pelepah sengkleh tidak ada, dan 7). Administrasi diisi dengan teliti dan tepat waktu. Mutasi masa panen. Sebelum dapat dipanen, mutasi dari Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) menjadi Tanaman Menghasilkan (TM) merupakan suatu masa yang sangat perlu mendapatkan perhatian baik dari lamanya maupun dari persiapan yang harus dilakukan. Kedua aspek tersebut sangat perlu diperhatikan dalam rangka mencapai keuntungan per Ha yang cepat dalam artian mempersingkat masa TBM. Dengan memperhatikan genetik tanaman, kultur teknis, dan pemeliharaan yang semakin maju maka masa TBM dapat dipersingkat menjadi kurang dari tiga puluh bulan. Syarat-syarat mutasi dari TBM menjadi TM adalah, umur rata-rata tanaman telah mencapai tiga puluh bulan ataupun kurang dari itu, kerapatan panen besar dari 20%, dan berat janjang rata-rata besar dari tiga kilogram. Persiapan panen. Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum mulai panen pada saat tanaman menghasilkan adalah kastrasi, memotong tunas pasir, sanitasi kebun, pembuatan pasar pikul, pembuatan TPH dengan ukuran 3 x 4m2 untuk tiga pasar pikul dapat ditampung oleh satu TPH yang mencakup 100 - 110 tanaman, dan yang paling penting adalah mempersiapkan karyawan dan peralatan pemanen. Kriteria panen. Kriteria mutu buah yang digunakan sesuai dengan tingkat kematangannya, klasifikasi mutu buah dibedakan menjadi lima kategori, yaitu : 1. Buah Mentah (Unripe) Adalah buah yang membrondol kurang dari satu brondolan per kg janjang 2. Buah Masak (Ripe) Adalah janjang yang warnanya kemerahan dan membrondol paling sedikit satu brondolan per kg janjang dan paling banyak 30% 3. Buah Terlalu Masak (Over-Ripe) Adalah janjang yang membrondol lebih dari 30% hingga maksimum 75% 4. Janjang Kosong (Empty Bunch) Adalah janjang buah membrondol lebih dari 90% hingga membrondol seluruhnya. 5. Buah Abnormal (Abnormal Bunch) Adalah janjang buah yang gagal berkembang menjadi buah masak normal, antara lain : buah parthenokarpi, buah batu, dan buah sakit. Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)
14 Buah matang didasarkan pada jumlah berondolan yang lepas secara alami dari janjang panen. Buah dapat dipanen jika untuk tiap 1 kg berat janjang terdapat satu brondolan yang lepas alami di piringan, tidak termasuk untuk brondolan yang terlepas karena terkena penyakit. Misalkan, jika BJR dalam suatu blok adalah 10 kg maka kriteria matang panen di blok tersebut adalah apabila terdapat sepuluh brondolan di piringan pokok, apabila hanya ada sembilan brondolan masih dikatakan mentah. Taksasi panen. Kegiatan taksasi dilakukan minimal sehari sebelum dilaksanakannya pemanenan pada areal yang akan di panen. Tujuan dari taksasi ini adalah untuk mengetahui banyaknya janjang yang akan dipanen pada hari tersebut, untuk menentukan jumlah tenaga pemanen yang diperlukan dan kebutuhan transportasi untuk pengangkutan buah. Taksasi panen dilakukan oleh mandor panen pada 400 pokok sampel yang dipilih secara acak pada lahan yang akan dipanen atau minimal 10% dari luas lahan yang akan dipanen. Selain itu di PT Inti Indosawit Subur dilakukan juga sensus BBC (Black Bunch Census) setiap enam bulan sekali yang bertujuan untuk mengetahui produksi dalam enam bulan mendatang, sensus BBC ini dilakukan setiap akhir bulan Juni dan akhir bulan Desember. Rotasi panen. Merupakan salah satu faktor penting yang menentukan di lapangan untuk mendapatkan produksi per ha yang tinggi, biaya per kg yang rendah serta kadar ALB yang rendah. Pada saat buah normal, rotasi panen harus dijaga tujuh hari namun jika kerapatan panen rendah rotasi dapat diperpanjang menjadi sepuluh hari. Jika rotasi panen terlalu cepat akan mendorong buah yang tidak matang dipanen karena jumlah buah matang telah menurun dan juga akan meningkatkan biaya panen tetapi output pemanen akan menurun akibat tidak ada buah. Sebaliknya, jika terlalu lama akan menyebabkan buah matang tinggal di pohon dan menyebabkan buah terlalu matang sehingga brondolan semakin banyak dan akan mengakibatkan waktu pemanen terpakai untuk mengutip brondolan. Pada PT Inti Indosawit Subur rotasi panen yang standar dilakukan adalah 6/7 artinya kegiatan pemanen dilaksanakan dalam satu minggu untuk tiap afdeling. Namun pada saat kerapatan buah sangat rendah (low crop) rotasi panen dapat diperpanjang maksimal 10 hari. Sistem panen. Untuk memudahkan pemanenan, dalam satu blok dibagi menjadi enam seksi yaitu A, B, C, D, E, dan F sehingga rotasi panen bervariasi antara 3,5 – 4,5 kali. Maksud dari pembagian seksi ini agar satu seksi selesai dipanen dalam satu hari, mempermudah pemanen untuk pindah ancak, juga mempermudah kontrol dan transport buah dengan harapan output pemanen dapat lebih tinggi lagi. Penetapan seksi panen ditentukan berdasarkan perhitungan produksi masing-masing blok. Jumlah tenaga pemanen buah per mandoran antara 18 – 20 orang. Jumlah mandor panen per afdeling maksimal tiga orang dengan krani buah tiga orang. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperkecil biaya tak langsung. Sistem pengancakan menggunakan ancak giring tetap per mandoran yang terdiri dari 2 – 4 baris tanaman per pemanen. Kelebihan dari sistem ancak ini adalah jumlah tenaga kerja dapat diatur sesuai kebutuhan ataupun kondisi kematangan buah, output mandor dan karyawan dapat dipacu dengan pengancakan yang memperhatikan kekuatan masing-masing karyawan, diharapkan mandor aktif melakukan pengawasan dan antara sesama mandor dapat bersaing secara sehat. Disamping itu sistem ini juga memiliki kekurangan yaitu
15 tanggung jawab karyawan terhadap ancaknya masih relatih kecil dan adanya pelanggaran masih sulit dideteksi apabila kontrol tidak dilakukan dengan ketat. Kegiatan panen dimulai dimulai dengan apel pagi antara mandor buah dengan para pemanen. Pada saat apel pagi mandor membagi ancak pemanen berdasarkan hasil taksasi yang telah di lakukannya pada sore hari sebelumnya. Setelah itu pemanen menuju ke lokasi panen yang telah ditentukan. Alat yang digunakan untuk panen adalah egrek, kampak, gancu, angkong, dan goni. Sebelum buah dipotong, terlebih dahulu pelepah yang berlebihan harus dibuang atau yang biasa disebut dengan “progressive pruning”. Kemudian buah dipotong dan diusahakan agar buah dan pelepah dipotong rapat ke batang untuk menghindari berondolan tersangkut di pelepah sisa. Setelah itu pelepah yang telah dipotong disusun rapi di gawangan mati. Buah yang telah dipotong diangkut dan dikumpulkan di TPH terdekat dengan disusun rapi. Brondolan dikutip seluruhnya dan diangkut ke TPH. Untuk tangkai buah yang masih panjang akan dipotong membentuk huruf V atau yang dikenal dengan istilah “cangkem kodok”. Kemudian diberi kode nomor pemanen pada tangkai buah. Kehilangan (losses) pada panen kelapa sawit cukup tinggi. Sumber kehilangan pada saat panen adalah, berondolan yang tidak dikutip oleh pemanen. buah mentah yang ikut terpanen, buah masak yang tidak terpanen, brondolan atau buah dicuri, buah masak yang tertinggal di piringan, dan buah busuk. Pembagian seksi panen. Sebagai contoh Afdeling V Kebun Buatan dengan luas areal TM 883 ha dengan produksi sebesar 26.45 ton/ha/tahun dan rotasi/tahun sebesar 48, maka untuk menghitung hasil panen harian dan pembagian area tersebut dalam enam seksi dapat dihitung dengan cara perhitungan di bawah. Hasil perhitungan tersebut dapat digunakan untuk menduga produksi harian dan menentukan kebutuhan pemanen. Berikut perhitungannya. Penetapan luas area produksi per seksi per rotasi (ha/seksi/rotasi) Luas rata – rata per seksi (A) : = Luas rata – rata hari jumat (5 jam kerja) (B) : Koefesien penambah luas area (C) : Luas rata- rata seksi hari biasa (7 jam kerja) : 147.2 ha + 7 ha = 154.2 ha Luas seksi hari jumat ( 5 jam kerja ) : 105 ha + 7 ha = 112 ha Penetapan rencana produksi per seksi per rotasi ( ton/ha/seksi/rotasi) Produksi rata – rata / Rotasi : ton/ha/seksi/rotasi Produksi perseksi hari biasa (7 jam kerja) : 0.55 154 ha = 84.7 ton Hari jumat 5 jam kerja) : 0.55 112 ha = 61.6 ton Luas areal seksi yang diperoleh dalam perhitungan tidak sama dengan luas areal aktual yang telah ditetapkan, perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Perbandingan luas areal seksi Seksi A B C D P 154.2 154.2 154.2 154.2 A 167.0 162.0 141.0 133.0
E 112.0 132.0
F 154.2 148.0
Sumber : Kantor Afdeling V Kebun Buatan
P A
: Luas areal hitung (tanpa memperhitungkan faktor lain) : Luas areal aktual
Total 883.0 883.0
16 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perbedaan antara luas areal yang ditetapkan tanpa mempertimbangkan faktor lain dengan luas areal aktual. Faktorfaktor yang menjadi bahan pertimbangan adalah bentuk blok, topografi blok, posisi blok terhadap blok yang lain, dan lain-lain. Dapat diperkirakan hasil panen per seksi pada hari biasa sebesar 84.7 ton. Jika berat janjang rata-rata 25 kg maka dalam panen per seksi per hari ada sekitar 3 388 janjang. Dengan kemampuan rata-rata pemanen memanen 80 Janjang per hari maka dibutuhkan lebih kurang 42 tenaga pemanen untuk memanen satu seksi dalam sehari. Untuk memperkecil biaya tidak langsung, jumlah pemanen dapat diperkecil dengan menaikkan output pemanen baik dengan cara menaikkan basis panen per hari ataupun dengan menggunakan tenaga pemanen yang lebih terampil. Basis, premi, dan denda panen. Basis panen adalah banyaknya jumlah tandan yang harus dipanen oleh pemanen dalam satu hari kerja, sedangkan premi adalah upah yang diberikan untuk pemanen yang melebihi basis borong. Besar basis dan premi panen ditentukan oleh umur tanaman, kondisi topografi, dan berat janjang rata-rata pada areal tersebut. Denda adalah potongan terhadap pemanen yang melanggar kriteria panen yang telah diberlakukan oleh perusahaan, denda berupa pemotongan terhadap upah pemanen dengan besar denda yang berbedabeda tiap kesalahan. Jenis denda dan kesalahan dalam pelaksanaan potong buah disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Jenis kesalahan dan denda pada pelaksanaan potong buah Jenis Kesalahan (pelanggaran) Denda Potong buah mentah Rp. 5 000/jjg Gagang panjang tidak dipotong rapat Rp. 1 000/jjg Buah masak tinggal di pokok/tidak Rp. 5 000/jjg dipanen Buah mentah diperam di ancak Rp. 5 000/jjg Buah mentah tinggal di Rp. 5 000/jjg piringan/diancak/parit Buah matahari / berondolan dipotong Rp. 1 000/jjg Gagang Berondolan tidak dikutip bersih Rp. 3 000/jjg Pelepah tidak disusun rapi di Rp. 1 000/jjg gawangan Pelepah sengkleh Rp. 1 000/jjg Denda di per-7 (dipotong jam kerja) Tidak siap borong 3x berturut-turut diberi peringatan Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)
Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya adalah mengendalikan suatu kehidupan. Oleh karena itu, konsep pengendaliannya dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama atau penyakit itu sendiri. Pegetahuan terhadap setiap bagian dan yang dianggap paling lemah dari seluruh mata rantai siklus hidupnya sangat berguna dalam pengambilan keputusan pengendalian yang efektif
17 Ulat Api. Serangan hama ulat api dan ulat kantong atau disebut ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) telah banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dengan terjadinya eksplosi dari waktu ke waktu. Akibat serangan tersebut dapat menyebabkan kehilangan daun (defoliasi) pada tanaman yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi. Sistem pemantauan rutin sangat membantu pelaksanaan kebijakan pengendalian hama terpadu. Kejadian ledakan hama ulat api dan ulat kantong tidak tejadi secara tiba-tiba melainkan bisa diduga dengan sistem pengamatan yang baik. Semakin cepat diketahui gejala kenaikan jumlah populasi hama, akan semakin mudah pula untuk dikendalikan dan luas areal yang terserang akan lebih terbatas. Tindakan pengamatan yang rutin juga membantu dalam melaksanakan kebijaksanaan pengendalian hama yang terpadu. Sehingga akhirnya dapat dijaga berkurangnya musuh alami dan mewujudkan keseimbangan alami yang lebih serasi Sensus Ulat Api. Sistem sensus meliputi deteksi dan penghitungan hama pada titik sensus. Skema dalam penentuan titik sensus (TS) adalah titik sensus pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat di tepi jalan kemudian setiap 10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah TS terakhir masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok disampingnya, agar tidak terjadi “over prunning” akibat pemotongan pelepah karena sensus setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1 – 2 tanaman. Tenaga kerja yang melakukan sensus ulat terdiri atas dua tim, yang masing-masing tim terdiri atas tiga orang yaitu satu laki-laki sebagai penunas dan dua perempuan sebagai pencatat jenis hama ulat api yang terlihat dan satunya lagi sebagai penyusun pelepah ke gawangan mati. Pengamatan yang dilakukan dicatat yang meliputi jumlah hama pemakan daun dan jenis hamanya. Pada baris keempat pokok keempat (TS4), tim sensus harus memulai menghitung hama pemakan daun. Penghitungan hama pemakan daun hanya pada satu pelepah contoh pada setiap pokok dari tiga pokok dengan ketentuan pelepah yang menunjukkan gejala serangan baru dan pelepah yang memiliki populasi hama tertinggi. Sensus ulat api dilaksanakan setiap akhir bulan tanggal 20. Pengendalian. Apabila semua blok telah selesai disensus maka Asisten Afdeling dan mantri hama dan penyakit langsung merekapitulasi dan menganalisis data hasil pengamatan. Data tersebut menjadi acuan apakah serangan ulat api sudah diambang populasi kritis atau tidak. Ambang populasi kritis diartikan sebagai rata-rata populasi larva sehat per pelepah. Ambang kritis untuk ulat api adalah lima ekor per pelapah. Jenis ulat api yang sasaran utama untuk penanggulangan adalah Setora nitens dan Thosea asigna yang menyerang pelepah muda dan Derna therna yang menyerang pelepah tua. Pengendalian ulat api dilakukan dengan pengasapan menggunakan Polydor dicampur solar. Pengendalian dilaksanakan oleh anggota laki-laki yang menjadi tim sensus, satu kap mengandung 4.6 liter solar dicampur 0.4 liter Polydor, umumnya satu hari diperlukan lima kap untuk 5 ha lahan pengendalian ulat api. Waktu yang paling tepat melakukan pengasapan adalah pada saat pagi atau sore hari pada saat matahari tidak sedang terik, pada kenyataannya di lapang, pengasapan di lakukan pada malam hari. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penguapan sehingga pengasapan akan lebih efektif.
18 Sensus TO (Thinning Out). Merupakan kegiatan untuk mendata dan menandai tanaman yang akan di bongkar. Tanaman kelapa sawit yang akan di TO adalah tanaman dengan bunga jantan yang dominan, tanaman yang mati karena tersambar petir, dan tanaman yang tidak produktif lagi. Pada kegiatan ini juga dilaksanakan pendataan jumlah tanaman yang ada di areal tersebut sebagai acuan untuk TPP (tempat peletakkan pupuk) yang akan digunakan untuk menentukan jumlah untilan tiap TPP. Dalam satu afdeling terdapat 2 - 3 tim sensus dengan prestasi kerja 5 - 7 ha/HK. Setiap tim terdiri dari tiga petugas yaitu Petugas A (sebagai penghitung dan pencatat jumlah pokok), Petugas B (sebagai pembuat nomor dan pembawa cat) dan petugas pembuat administrasi lapangan (Petugas C). Bahan dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu: triplek (hard cover), ballpoint, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), dan cat warna merah dan warna putih. Teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut, petugas berjalan di pasar rintis pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus dan arah berjalan menurut arah barisan. Petugas A menyensus dua baris pokok (baris 1 dan 2) dan secara bersamaan petugas B membersihkan/”mengerok” pelepah pokok terluar yang ada pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A menyensus seluruh pokok dalam barisan tersebut dan memberitahukan jumlah pokok normal/hidup dan pokok mati atau kosong ke petugas B, lalu Petugas B berjalan secepatnya menuju pokok paling ujung, kemudian pelepah dibersihkan/dikerok dan ditulis jumlah pokok hasil sensus dan jumlah untilan dalam TPP tersebut.
Pemupukan Prinsip utama dalam aplikasi penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh bagian riset untuk mencapai produktivitas tanaman yang menjadi tujuan akhir dari bisnis perkebunan. Biaya pemupukan sangat signifikan karena mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan, oleh karena itu ketepatan/ketelitian aplikasi adalah sesuatu yang sangat mutlak untuk dilakukan. Efektifitas dan efisiensi pemupukan ditentukan oleh enam faktor sebagai berikut, jenis pupuk, dosis aplikasi, penyimpanan pupuk, waktu aplikasi, cara aplikasi, tempat diaplikasikan. Selain enam faktor tersebut, kualitas pemupukan mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pemupukan. Kualitas pemupukan dibagi menjadi dua hal yaitu kualitas penaburan pupuk di lapangan yang berkaitan dengan pengolahan dan organisasi kerja pelaksanaan pemupukan di lapangan dan administrasinya dan kualitas pupuk yang ditentukan oleh jumlah/besarnya kandungan unsur hara utama didalam pupuk tersebut dan kadar airnya. Pemupukan di PT Inti Indosawit Subur dilakukan berdasarkan hasil analisis daun (Leaf Sampling Unit) dan analisis tanah yang dilaksanakan sekali dalam satu tahun. Analisis tersebut dilakukan oleh bagian Research and Development (R&D) dari perusahaan. PT Inti Indosawit Subur menggunakan dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan anorganik. Pemupukan organik dilakukan dengan menggunakan limbah berupa janjangan kosong, Decanter Solid (DS), abu janjang,
19 dan Palm Oil Mill Effluent (POME)/Land Application (LA), sementara pemupukan anorganik menggunakan pupuk tunggal (Dolomite, ZA, MOP (Muriate of Potash), RP (Rock Phospate), dan Borax. Dalam satu hektar tanaman kelapa sawit pada umur 8 – 10 tahun untuk mecapai pertumbuhan dan produksi optimal dibutuhkan unsur hara masing-masing 275 kg Nitrogen, 33 kg Phospor, 408 kg Kalium, dan 67 kg Magnesium sebanding dengan pemupukan 4.4 kg Urea, 2.0 kg RP, 6.0 MOP, dan 3.0 kg Kieserite. Oleh sebab itu untuk menjaga agar produksi TBS tetap optimal maka unsur hara tersebut harus dipenuhi dengan cara pemberian pupuk anorganik ataupun disubstitusi dengan pemberian pupuk organik. Pada saat pelaksanaan pemupukan para pemupuk harus mematuhi sapta disiplin pemupukan yang telah di tetapkan oleh PT Inti Indosawit Subur yaitu: 1. Pokok mati ada dua macam yaitu mati alami dan mati TO (thining out). 2. Pokok di pingir parit dan jalan tetap dipupuk tetapi parit dan jalan tidak boleh dipupuk. 3. Mengikuti instruksi mandor, hari ini berapa takaran. 4. Melaksanakan 4 T (tepat tempat, tepat cara, tepat waktu dan tepat dosis). 5. Mengunakan alat pelindung diri (APD) yaitu topi, masker, baju lengan panjang, sarung tangan, apron dan sepatu boot. Waktu pemupukan. Waktu pelaksanaan pemupukan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur, dilaksanakan dua kali aplikasi yaitu semester pertama (Januari-Juni) dan semester kedua (Juli-Desember). Jadwal waktu kegiatan aplikasi pemupukan tiap jenis pupuk terdapat di buku pedoman rekomendasi pemupukan tiap afdeling. Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan terhadap frekuensi dan waktu aplikasi pupuk yaitu curah hujan, topografi dan sturuktur tanah, dan interaksi antara beberapa jenis pupuk yang berbeda. Interval antara dua rotasi pada jenis pupuk yang sama tidak boleh kurang dari dua bulan dengan rotasi pertama sebaiknya dilakukan pada semester I (Januari - Juni) dan lainnya pada semester II (Juli - Desember). Pada umumnya semua pupuk diaplikasi pada bulan dengan curah hujan cukup (60 – 300 mm) karena pada saat itu tanah cukup basah (tidak jenuh) sehingga memudahkan penyerapan unsur hara. Uji analisa daun (leaf sampling unit). Merupakan kegiatan yang dilakukan sekali dalam setahun untuk menentukan dosis pupuk yang sesuai berdasarkan kondisi unsur hara pada jaringan tanaman. Pengambilan sampel daun pada Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur dilakukan oleh pekerja harian lepas (PHL) yang sebelumnya telah dilatih oleh bagian Research and Development (R&D). Peralatan dan bahan yang digunakan dalam analisis daun adalah egrek, pisau, kuas, cat dan kantong sampel yang telah diberi label. Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah menentukan pokok yang menjadi start awal pengambilan sampel. Pengambilan daun sampel dilakukan pada daun ke 17 dengan memotong pelepah daun (pada tanaman tinggi) atau dengan mengait pelepah daun (pada tanaman rendah), dari daun ke 17 diambil delapan helai anak daun yang terdapat di tengah pelepah (4 helai dari sisi kanan dan 4 helai dari sisi kiri), selain itu pangkal pelepah dari daun ke 17 diukur lebar dan tebalnya. Daun ke 17 adalah daun yang lurus ke bawah dengan daun kesatu yang di antarai oleh daun ke 9 (sesuai urutan daun pada spiral yang tegak lurus
20 yaitu 1-9-17-25-33). Jarak antara tanaman sampel pertama dengan kedua dan selanjutnya adalah 10 tanaman. Setelah satu blok selesai diambil daun sampel seluruhnya, daunnya dibersihkan dengan kain basah. Selanjutnya dipotong menjadi tiga bagian dan bagian tengah daun yang diambil untuk dikeringkan dengan oven dan dikirim ke bagian R&D untuk diteliti lebih lanjut. Pada pengambilan sampel daun dilakukan juga identifikasi defisiensi unsur hara pada daun di pokok yang menjadi sampel serta delapan pokok yang berdekatan dengan pokok sampel, tingkat keparahan defisiensi unsur hara dibagi menjadi tiga bagian yaitu ringan, sedang dan berat. Pada setiap pokok sampel diberi tanda khusus berupa cat warna merah berbentuk lingkaran yang bertujuan untuk memudahkan dalam penentuan tanaman sampel pada tahun-tahun yang akan datang, selain itu pada tanaman pinggir jalan dimana baris terpilih, diberi tanda cat merah berbentuk garis vertikal sepanjang 15 cm dengan diberi tanda anak panah, anak panah ke bawah berarti jalur ke dalam, sedangkan anak panah ke atas berarti jalur ke luar. Penguntilan. Merupakan kegiatan membagi pupuk yang dilakukan untuk memudahkan penaburan dan menjamin ketepatan pada saat pemupukan. Pada umumnya satu untilan digunakan untuk memupuk delapan tanaman. Sebagai contoh pemupukan dolomite dengan dosis 2 kg/pokok maka berat satu untilan adalah 16 kg. Penguntilan dilakukan di gudang pupuk dengan menggunakan takaran yang telah di kalibrasi sebelumnya. Pelaksanaan pemupukan. Pada hari pemupukan, pupuk yang telah diuntil pada hari sebelumnya akan di ecerkan di TPP (tempat peletakan pupuk) yang terdapat pada blok yang akan dipupuk dengan menggunakan dump truck berkapasitas lima ton. Pada umumnya satu TPP mencakup enam baris tanaman. Setelah sampai di TPP pupuk diturunkan berdasarkan jumlah untilan yang dibutuhkan. Pada TPP telah tertera jumlah pokok dan jumlah untilan yang dibutuhkan. Losses sering terjadi pada saat menaikkan untilan ke dump truck dan menurunkan untilan dari dump truck. Sistem penaburan pupuk di lapangan menggunakan sistem tunggal, artinya kegiatan pemupukan hanya dilakukan pada satu area blok saja dan tidak boleh ada kegiatan lain di blok tersebut pada hari yang sama. Setelah pemupukan selesai setiap pemupuk wajib untuk mengumpulkan karung dari pupuk yang telah ditebar di lapangan. Tujuan dari pengumpulan karung ini untuk memeriksa atau menyamakan jumlah pupuk yang diangkut dari gudang dengan jumlah karung yang ada di lapangan, selain itu juga untuk memastikan bahwa semua pupuk telah diaplikasikan. Gambar kegiatan pemupukan dapat dilihat pada gambar 1.
(a) (b) Gambar 1. Kegiatan pada saat pemupukan (a) muat pupuk dan (b) aplikasi
21 Pengendalian Gulma Pengendalian gulma adalah tindakan mengendalikan pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan yang tumbuh di areal tanaman yang diusahakan. Tujuan dari pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit adalah untuk mengurangi kompetsisi air dan hara tanaman, pertumbuhan akar tanaman, memudahkan pekerjaan kontrol pemupukan dan pemanenan, dan menjaga sanitasi kebun. Gulma yang terdapat di areal Kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur antara lain Ageratum conyzoides (babadotan), Asystasia coromandeliana, Axonopus compressus (antalobang), Boreria alata, Boreria laevis, Chromolaena odorata (putihan), Clidemia hirta (senggani betina), Dicranopteris linearis (pakis kawat), Elusine indica (lulangan), Imperata cylindrica (alang-alang), Melastoma malabathricum (senduduk), Mikania micrantha, Nephrolepis biserrata (pakis larat), Pteridium osculentum (pakis gajah), dan Setaria plicata (bambuan). Beberapa jenis pakisan dan tanaman lunak dibiarkan tumbuh untuk menjadi sarang bagi musuh alami ulat api dan sarang serangga penyerbuk juga sebagai penahan air hujan untuk mencegah erosi. Gulma dominan di areal Kebun Buatan dapat dilihat pada gambar 2.
(a) Nephrolepis biserrata
(b) Clidemia hirta
Gambar 2. Contoh gulma dominan di areal Kebun Buatan Pengendalian secara manual. Salah satu jenis pengendalian gulma secara manual yang dilakukan pada PT Inti Indosawit Subur adalah dongkel anak kayu yang merupakan kegiatan mendongkel gulma yang berada di piringan maupun di gawangan. Jenis gulma yang didongkel adalah gulma yang umumnya batangnya berkayu seperti Chromolaena odorata (putihan), Climedia hirta (haredong atau akar kala), Lantana camara (bunga tahi ayam), Melastoma malabatricum (Senduduk atau senggani), kentosan/VOPS (voluntary oil palm seedlings) dan semua jenis tanaman berkayu yang tumbuh di piringan dan gawangan. Biasanya bersamaan dengan dilaksanakannya kegiatan dongkel anak kayu dilakukan juga penyusunan pelepah yang terdapat di piringan untuk disusun ke gawangan mati. Rotasi dari kegiatan dongkel anak kayu adalah 4 bulan dengan norma kerja pekerja adalah satu pasar pikul atau sekitar 1.5 ha dalam satu hari kerja. Pengendalian secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi pada PT Inti Indosawit Subur dilaksanakan oleh dua Tim Unit Semprot (TUS) yang langsung berada di bawah tanggung jawab Asisten Kepala dan dua orang mandor. Tim Unit Semprot dibagi berdasarkan alat yang digunakan yaitu, tim yang menggunakan alat semprot Controlled droplet applicator (CDA)/Micron herbi
22 dan tim dengan alat semprot Knapsack sprayer (RB-15/Solo) dengan rotasi penyemprotan empat bulan . Tim pengendalian dengan alat semprot CDA menggunakan mobil pick up dengan tangki berkapasitas 400 liter pada baknya. Herbisida langsung dilarutkan dalam tangki pada saat persiapan penyemprotan di gudang. Kemudian larutan dari tangki ini diecerkan ke dalam tangki CDA berkapasitas 10 liter per kap yang menggunakan nozzle nomor tiga. Bahan Kimia yang digunakan untuk penyemprotan dengan CDA adalah Elang dengan bahan aktif Paraquat konsentrasi 6.15% yang dicampur Sterin dengan bahan aktif floroksifir konsentrasi 1%. Gulma yang menjadi sasaran adalah Asystasia dan golangan rumput yang terdapat pada piringan dan pasar pikul. Rata-rata dengan satu kap dapat digunakan untuk menyemprot 200 pokok dalam waktu 90 menit dengan prestasi kerja karyawan sebesar 5 ha/HK. Tim pengendalian dengan alat semprot knapsack sprayer menggunakan dump truck dengan tangki berkapasitas 2 000 liter dengan herbisida yang telah dilarutkan pada saat persiapan penyemprotan di gudang. Herbisida lalu diecerkan ke dalam tangki knapsack sprayer dengan kapasitas 15 liter yang menggunakan nozzle VLV 200, bahan kimia yang digunakan untuk penyemprotan dengan knapsack sprayer adalah Gramoxone dengan bahan aktif paraquat konsentrasi 0.5% yang dicampur Trapp dengan bahan aktif Methyl metsolfuron konsentrasi 0.03%. Gulma yang menjadi sasaran adalah gulma berkayu, pakisan, dan kentosan yang terdapat pada piringan, pasar pikul, dan TPH. Rata-rata dengan satu kap dapat menyemprot 40 pokok dalam waktu 20 menit dengan prestasi kerja karyawan sebesar 3 ha/HK. Hal-hal yang mempengaruhi kecepatan jalan penyemprot adalah keadaan topografi dan kerapatan gulma. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana ini pada prinsipnya adalah pengelolaan KTA (Konservasi Tanah dan Air) seperti pemasangan gorong-gorong, pemeliharaan gorong-gorong, dan rempesan. Seluruh kegiatan itu dilakukan agar kondisi jalan dalam kebun tetap dalam kondisi yang baik untuk dilalui dalam segala kondisi cuaca. Karena jalan merupakan sarana pendukung untuk berjalannya transportasi di kebun seperti pengangkutan pupuk, pengangkutan TBS, dan untuk memperlancar kegiatan karyawan. Faktor-faktor yang menyebabkan rusaknya jaringan jalan adalah air yang menggenang, bahan organik dalam tanah, tekstur dan struktur tanah, kurangnya sinar matahari dan beban kendaraan itu sendiri. Gorong-gorong. Berfungsi untuk mengalirkan air yang tergenang pada badan jalan karena air yang menggenang menyebabkan tanah menjadi remah dan sulit untuk dilalui kendaraan. Terdapat dua jenis gorong-gorong yaitu goronggorong yang terbuat dari bahan semen/beton dan dari paralon yang masingmasing gorong-gorong tersebut berdiameter 30 cm. Untuk jalan yang berada di lereng bukit, jalan dibuat dengan kemiringan 10° ke arah bukit. Setiap jarak 50 m atau di tempat yang cekung, dibuat rorak dengan ukuran 75 cm x 75 cm dengan kedalaman 1 m. Untuk mengalirkan air yang tertampung didalam rorak dibuat gorong-gorong dengan diameter 30 cm dan diletakkan 20 cm di atas dasar rorak. Setelah pemasangan gorong-gorong selesai, pada sisi jalan dibuat tumpukan karung yang berisi pasir yang berfungsi untuk menahan tanah yang terdapat pada badan jalan agar tidak jatuh kebawah yang akan menyebabkan terjadi
23 penyumbatan pada lubang gorong-gorong. Pemasangan gorong-gorong dilaksanakan oleh tim prasarana yang biasanya terdiri dari empat orang dengan prestasi kerja tiga gorong-gorong/HK. Untuk Pemeliharaan gorong-gorong dilakukan secara manual dengan cangkul dan parang kegiatannya adalah membongkar saluran gorong-gorong yang tersumbat lalu membuang tanah yang menyumbat aliran air dari rorak ke tempat mengalirkan air ke luar, sehingga air parit dapat lancar mengalir keluar dari gorong-gorong. Rempesan. Merupakan kegiatan memotong pelepah yang berada diatas jalan karena akan menghalangi sinar matahari ke jalan yang akan menyebabkan jalan basah menjadi lama kering. Kegiatan rempesan dilaksanakan oleh dengan tiga tim dengan masing-masing tim beranggotakan tiga orang, satu orang sebagai penunas dan dua orang sebagai penyusun pelepah ke gawangan mati. Garuk Rumpang. Merupakan kegiatan membersihkan sampah serasah yang biasanya berasal dari sisa pelepah dari piringan ke gawangan mati. Kegiatan ini bertujuan untuk sanitasi pokok yang akan memudahkan pengutipan brondolan dan aplikasi pemupukan, membersihkan kokon (kepompong ulat api) yang berada di sekitar pokok. Prestasi kerja kegiatan ini rata-rata 170 pokok/HK, hal ini dipengaruhi juga oleh topografi lahan dan keadaan serasah apabila terlalu semak biasanya hanya mencapai 150 pokok/HK.
Aspek Manajerial Kegiatan manajemen merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan yang dilakasanakan guna mencapai tujuan akhir yang telah ditetapkan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan benar maka diperlukan dukungan dari sumber daya manusia yang berkualitas.
Karyawan Non Staf Manajemen tingkat karyawan non staf adalah karyawan yang bertugas membantu jalannya kegiatan, baik di kebun maupun pada administrasi kantor. Karyawan yang termasuk tenaga kerja tingkat non staf terdiri atas Mandor I, Krani Afdeling, Mandor Panen, Krani Buah, Mandor Semprot, dan Mandor Pupuk. Pada minggu keempat sampai dengan minggu kelima selama magang penulis berstatus sebagai pendamping mandor. Mandor merupakan pengelola dan pengawas langsung terhadap kegiatan para PHL di lapangan. Mandor bertanggung jawab terhadap hasil kerja yang dikelolanya dengan selalu berpedoman pada rencana kerja harian (RKH) yang telah ditetapkan bersama antara mandor dan Asisten Afdeling. Selain bertugas mengelola dan mengawasi kegiatan kerja para PHL di lapangan, mandor juga harus dapat memberikan motivasi positif agar kinerja dari para PHL yang menjadi tanggung jawabnya meningkat dan sesuai dengan standar operasional perusahaan. Setiap pagi seluruh mandor wajib mengikuti muster morning (apel pagi) bersama Asisten Afdeling untuk mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan pada hari tersebut. Setelah itu mandor melakukan apel pagi
24 dengan para PHL yang menjadi tanggung jawabnya untuk memberitahu jenis kegiatan dan metode kerjanya. Pada saat di lapangan mandor wajib mengawasi secara langsung dan mengarahkan para pekerja agar bekerja lebih efektif. Sore hari setelah selesai dari lapangan para mandor menghitung dan melaporkan hasil pekerjaannya. Laporan tersebut meliputi prestasi kerja pekerja dan kualitas pekerjaan kepada Asisten Afdeling dalam bentuk buku kerja mandor dan lembar attendance & gang activity yang berisi tentang kehadiran PHL dan jenis pekerjaan yang dilaksanakan pada hari itu. Selain itu juga mandor membuat rencana kerja harian yang akan dilaksanakan untuk keesokan harinya. Mandor I. Mandor I adalah orang yang mengatur semua kegiatan teknis di lapangan, posisi jabatan mandor I berada langsung dibawah asisten afdeling dan diatas mandor-mandor lainnya. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor I lebih luas jika dibandingkan dengan mandor-mandor lainnya. Mandor I mempunyai tugas untuk mengontrol dan mengawasi semua jenis pekerjaan yang dilakukan. Mandor I juga berkewajiban membuat rencana kerja harian dan berhak menegur mandor dan karyawan secara langsung jika terdapat kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Seperti halnya Asisten Afdeling, mandor I memiliki wewenang untuk memeriksa semua jenis kegiatan dan harus aktif menyelesaikan permasalahan yang ada serta mencari solusinya. Krani afdeling. Kantor afdeling merupakan salah satu pusat administrasi terkecil dalam sebuah kebun dan menjadi sumber data langsung di lapangan tiap afdeling, tugas kerani afdeling adalah memeriksa laporan baik yang masuk maupun yang keluar seperti absensi mandor, membuat bon untuk pengadaan barang dan laporan hasil kegiatan dari masing-masing mandor. Mandor Panen. Pada perusahaan ini terdapat tiga mandor panen untuk setiap afdeling. Tugas dari mandor panen adalah membuat perencanaan terhadap areal seksi yang akan di panen atas persetujuan dari Asisten Afdeling. Selain itu tugas mandor panen adalah apel pagi dengan para pemanen yang menjadi tanggung jawabnya untuk memberikan pengarahan tentang pelakasanaan panen dan mengingatkan tentang penggunaan alat pengaman diri (APD) untuk keselamatan kerja. Pada saat apel pagi itu mandor panen juga mengabsen para pemanen yang hadir, setelah itu mandor panen membagi ancak masing-masing pemanen dan melaksanakan pengawasan pelaksanaan panen dan pemeriksaan mutu ancak di lapangan. Setelah pelaksanaan panen, mandor panen melaksanakan kegiatan taksasi panen yang bertujuan untuk memperkirakan hasil yang dapat dipanen untuk esok hari. Krani buah. Tugas utama kerani buah adalah mencatat jumlah TBS dan mengawasi mutu buah yang dipanen oleh pemanen agar sesuai dengan kriteria matang yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Data yang telah didapatkan tersebut dicatat dalam buku kerani panen. Kerani buah berhak untuk menegur pemanen yang memanen buah tidak sesuai dengan kriteria matang yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Setelah selesai dari lapangan, krani panen melakukan pendataan ulang total buah yang dipanen oleh pemanen, selain itu juga mencatat total buah yang masak, buah mentah, buah busuk dan buah abnormal yang dipanen oleh setiap pemanen untuk menentukan jumlah premi dan denda yang akan diterima oleh pemanen pada hari itu. Mandor semprot. Tugas mandor semprot adalah menentukan areal yang akan disemprot atas persetujuan dari asisten afdeling dan asisten kepala,
25 melakukan apel pagi untuk memberikan pengarahan dan mengabsen karyawan, lalu mengecek kelengkapan alat pengaman diri (APD) karyawan, dan mempersiapkan larutan yang akan digunakan. Pada saat di lapangan mandor semprot bertugas mengawasi pekerjaan di lapangan dan mengawasi penggunaan herbisida. Setelah kegiatan di lapangan selesai mandor memberikan laporan hasil kegiatan kepada asisten kepala dan asisten afdeling yang afdelingnya disemprot pada hari itu dan juga membuat rencana kerja harian (RKH) untuk kegiatan esok hari. Mandor pupuk. Tugas dari mandor pupuk adalah membuat perencanaan blok/petak yang akan dipupuk atas persetujuan asisten afdeling, membuat permintaan bahan/bon gudang yang disetujui asisten afdeling, KTU dan manajer kebun, mengawasi pengambilan pupuk di gudang, meminta kendaraan untuk mengangkut pupuk dari gudang ke lapangan kepada mandor traksi, menghitung tenaga kerja yang hadir untuk menentukan jumlah luasan yang akan dipupuk. Pada saat apel pagi mandor pupuk memberikan pengarahan tentang pelaksanaan pemumpukan kepada karyawan pemupuk dan memeriksa kelengkapan alat pengaman diri para pemupuk. Pada saat di lapangan mandor pupuk mengawasi distribusi pupuk dari gudang ke tempat peletakan pupuk yang telah ditentukan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemupukan di lapang.
Karyawan Staf Setiap kebun dipimpin oleh seorang estate manager (EM) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kebun dan menjadi pemegang puncak keputusan. EM bertanggung jawab pada General Manager (GM) atas segala kegiatan yang ada di kebun seperti keadaan kebun, proses produksi, administrasi kebun, pengusahaan material, finansial, personalia dan termasuk dalam keamanan kebun. Sedangkan setiap kebun terdiri atas beberapa afdeling, setiap afdeling dipimpin oleh seorang asisten. Sehingga EM dibantu oleh beberapa asisten kepala dan asisten afdeling yang membawahi beberapa mandor yang langsung menangani pelaksanaan kegiatan lapang. Asisten afdeling merupakan orang yang bertanggung jawab langsung terhadap seluruh kegiatan dan hal-hal penting lainnya dalam suatu afdeling. Asisten afdeling bertanggung jawab kepada asisten kepala, manajer kebun dan GM. Asisten afdeling bertugas merencanakan dan mengkoordinasikan program kerja harian dan bulanan yang sesuai untuk mencapai target yang telah ditentukan. Selain itu juga mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dan mengarahkan pemecahan masalah di tingkat afdeling, melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kinerja dari masing-masing mandor, melakukan pembinaan terhadap sumber daya manusia yang ada di afdelingnya, dan melakukan administrasi afdeling yang dibantu oleh kerani afdeling. Asisten afdeling juga bertanggung jawab secara penuh terhadap kondisi kebun selama 24 jam, yang meliputi semua pekerjaan yang ada di lapangan maupun dalam lingkungan kemasyarakatan.