PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Pengendalian Gulma Kegiatan pengendalian gulma pada Perkebunan Pantai Bonati dibagi menjadi dua metode yaitu pengendalian gulma secara kimiawi dan pengendalian gulma secara manual. Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi pada Kebun Pantai Bonati dinamakan Block Spraying System (BSS). BSS merupakan sistem penyemprotan/pengendalian gulma kimiawi terkonsentrasi yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu penyemprotan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Block Spraying System terdiri dari kegiatan semprot piringan kimiawi dan semprot gawangan kimiawi. Setiap kegiatan memiliki cara, alat, bahan dan target penyemprotan yang berbeda. Setiap bahan yang digunakan tergantung kondisi areal, yaitu kondisi areal berat, sedang dan ringan. Kegiatan BSS ini membagi tim kerja semprot menjadi dua tim yaitu tim BSS 1 yang mengerjakan semprot piringan kimiawi (Divisi I, II, III) dan BSS II yang mengerjakan semprot gawangan kimiawi (Divisi I, II, III). Semprot piringan memiliki 3 kali rotasi/tahun dan semprot gawangan 2 kali rotasi/tahun. Jumlah rotasi di suatu kebun tergantung pada : umur tanaman, jenis gulma yang dominan, jenis dan dosis herbisida yang digunakan, jenis tanah, kerapatan gulma dan keadaan iklim. Semprot piringan. Tujuan pemberantasan gulma umum di piringan mengurangi kompetisi unsur hara dan air, karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan/tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan, mempermudah kontrol pelaksanaan panen dan aplikasi pemupukan, memudahkan pengutipan brondolan (menekan kehilangan hasil brondolan). Kegiatan semprot piringan dimulai dengan mandor menyebar karyawan pada hancanya masing-masing dimana setiap pekerja memiliki hanca dua pasar pikul untuk volume tanki 6 l, penyemprot bergerak dari sisi collection road kemudian pindah ke pasar pikul sebelahnya yang kosong atau tidak ada benderanya. Kegiatan semprot piringan menggunakan alat Micron Herbiside
16
Sprayer (MHS). Sasaran kerja dari semprot piringan adalah semua piringan, pasar pikul, pasar tengah, kaki lima, kaki lima blok dan TPH. Hasil yang diharapkan dari kegiatan semprot piringan adalah tingkat kematian gulma sasaran di atas 90% dan hasil semprotan merata sesuai sasaran. Bahan herbisida yang digunakan untuk semprot piringan adalah Prima Up (150 ml/ha/rotasi) dan starane (10 ml/ha/rotasi). Starane 0.9 – 1 % berfungsi sebagai herbisida gulma berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides, Borreria latifolia, Mikania micrantha, Pueraria javanica dan gulma berkayu (semak) seperti Chromolaena odorata, Melastoma malabathricum. Prima Up dengan bahan aktif Glyphosate isopropylamine salt (480 g/l) berfungsi sebagai herbisida gulma berdaun sempit seperti kentosan dan pakis-pakisan. Untuk prestasi kerja standar karyawan semprot piringan 6 ha/HK/rotasi. Upah minimum regional utuk kegiatan semprot Rp. 45 000/HK. Teknis pengendalian gulma secara kimiawi dapat dilihat pada Gambar 1.
(a) Kegiatan Semprot Piringan
(b) Kegiatan Semprot Gawangan
Gambar 1. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi Semprot gawangan. Tujuan pengendalian gulma di gawangan : mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain dan menekan populasi hama (terutama pada TBM). Kegiatan semprot gawangan dimulai dengan mandor menyebar karyawan pada hancanya masing-masing dimana setiap pekerja bergerak dari sisi collection road sampai dengan pasar tengah blok, yang kemudian pindah ke pasar pikul sebelahnya yang kosong atau tidak ada benderanya. Kegiatan semprot gawangan menggunakan alat RB - 15 yang besar volume semprot berdasarkan ukuran nozzle. Sasaran kerja dari semprot gawangan
17
adalah semua tumbuhan (gulma berdaun lebar) di gawangan yang berpotensi menjadi kompetitor dalam penyerapan hara dan menganggu aktivitas pekerja (panen, pemupukan dan aktivitas lainnya) kecuali Nephrolephis biserrata, Turnera subulata dan Casia cubanensis. Hasil yang diharapkan dari kegiatan semprot gawangan ini adalah tingkat kematian gulma di atas 90 % dan hasil semprotan merata sesuai sasaran. Bahan yang digunakan untuk kegiatan semprot gawangan adalah Garlon dan Kenlon berbahan aktif triklopir butoksi etil ester 480 g/l untuk gulma Chromolaena odorata, Ally 20 WDG (Water Disperable Granule) dengan bahan aktif metil metsulfuron untuk gulma alang-alang dan pakis-pakisan. Namun untuk saat ini Perkebunan Pantai Bonati tidak lagi menggunakan Ally 20 WDG dan diganti dengan Metafuron yang berbahan aktif sama dengan harga yang lebih murah dan lebih efektif. Prestasi kerja standar karyawan 2.5 ha/HK. Kendala yang terjadi selama semprot gawangan adalah keteraturan dalam dosis herbisida, prestasi kerja karyawan yang sebenarnya masih bisa ditingkatkan, tertundanya kegiatan akibat turunnya hujan, rusaknya alat semprot dan rusaknya unit angkut tanki semprot ditambah berkurangnya anggota tim semprot gawangan akibat dialihkan untuk kegiatan lain seperti sensus daun dan sensus produksi, serta kondisi lapangan yang bergelombang. Apabila terdapat kendala seperti hujan, maka mandor semprot gawangan akan mengganti kegiatan semprot gawangan kimiawi menjadi kegiatan pengendalian gulma manual. Pengendalian gulma secara manual. Pada Perkebunan Pantai Bonati pengendalian gulma secara manual terdiri dari rawat piringan manual, gawangan manual, dan dongkel anak kayu. Mekanisme pekerjaan ini adalah membersihkan gulma penganggu yang tumbuh disekitar tanaman, piringan dan gawangan. Kegiatan pengendalian gulma secara manual dimulai dari pencabutan gulma di sekitar tanaman yaitu gulma epifit dan kentosan yang tumbuh di batang, kemudian dilanjutkan dengan mencabut gulma di sekitar piringan, hal ini bertujuan untuk memudahkan kegiatan pemupukan, pemanenan dan menghindari adanya gulma yang berpotensi sebagai tanaman inang hama dan penyakit. Setelah selesai di piringan dilanjutkan dengan membersihkan pasar pikul dan gawangan mati dengan cara memotong dan mendongkel jika ditemukan anak kayu dan
18
kentosan dengan menggunakan alat cados untuk mengangkat anak kayu dan kentosan sampai ke akarnya. Jika telah sampai collection road berikutnya, pekerja memulai dari depan pasar pikul berikutmya. Gulma yang tumbuh dominan adalah Clidemia hirta, kentosan, Melastoma malabatrichum dan Chromolaena odorata. Prestasi kerja standar karyawan adalah 1 ha/HK.
Leaf Sampling Unit (LSU) Kegiatan pengambilan contoh daun ini dilakukan setiap tahunnya dengan membagi kebun menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang diambil sampel awal tahun (Februari - Maret) dan kelompok yang diambil sampel pada pertengahan tahun (Juni - Agustus). Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan yang terjadi pada saat analisis daun di laboratorium yang mencapai puncak kesibukan di bulan September - Desember. Pengambilan contoh dilakukan di blok LSU, dimana pemupukan terakhir selesai dilakukan minimal 2 - 3 bulan sebelumnya. Pengambilan contoh daun tidak boleh dilakukan secara sembarangan karena akan mempengaruhi hasil analisis yang akan dilakukan. Adapun keadaan yang tidak boleh dilakukan pengambilan contoh adalah pada waktu hujan, harus ditunggu sampai satu jam setelah hujan sampai titik hujan tidak kelihatan di permukaan daun dan curah hujan mencapai 20 mm. Hal ini menyebabkan pengambilan contoh harus ditunda sampai 36 jam sesudahnya. Pengambilan contoh daun dilaksanakan pada pukul 07.00 - 12.00, sehingga dengan alasan apapun pengambilan contoh tidak boleh dilakukan pada sore hari. Hal tersebut disebabkan morfologi daun itu sendiri, yang mengalami keadaan paling segar pada pagi - siang hari, sehingga contoh yang kita ambil benar-benar mewakili keadaan sebenarnya dari tanaman. Pohon contoh pertama dalam LSU adalah pohon yang terletak pada baris ketiga dan pohon ketiga dalam barisan tersebut dari batas blok. Pada salah satu sisi batas blok, pohon diberi tanda berupa nomor LSU. Barisan ketiga dari pohon tersebut, yaitu pada pohon di pinggir jalan (pohon pertama) diberi tanda anak panah ke atas yang berarti dari pohon tanda masuk dalam barisan. Pada pohon terakhir dari barisan ketiga tersebut diberi tanda anak panah kesamping kiri yang berarti pindah baris yang sesuai dengan sistem pengambilan contoh daun yang
19
ditentukan. Daun contoh diambil pada pelepah ke 17, sehingga apabila pelepah ke 17 dari pohon contoh rusak, maka daun contoh harus diambil dari pelepah ke 17 dari pohon yang ada di sekitarnya. Pengambilan contoh daun memiliki prosedur tertentu, yaitu: 1. Jika mungkin contoh daun diambil langsung dari pelepah ke 17 tanpa memotong pelepah tersebut. Jika pohon sudah tinggi maka pelepah ke 17 dipotong di bawah pangkal lidi. 2. Dari pelepah ke 17 diambil delapan helai daun, empat helai di kiri dan empat helai di kanan tepat pada titik pertemuan ke dua sisi pelepah daun. Dari delapan helai daun tersebut potong bagian ujung dan pangkal sehingga didapat bagian tengah daun. 3. Setelah itu daun tersebut dipisah menjadi dua, yaitu daun sebelah kiri dan daun sebelah kanan, untuk kemudian dipotong 25 cm dengan menggunakan parang atau gunting. Helai daun sebelah kanan untuk plastik putih sedangkan helai daun sebelah kiri untuk plastik hitam. 4. Kantong plastik diikat dan dikirim ke kantor divisi 5. Selama di lapangan harus dihindari tercampurnya helai daun dari satu LSU dengan yang lain. Selama itu contoh daun harus dicegah dari terkena sinar matahari langsung. Kegiatan LSU tidak hanya melakukan pengambilan contoh daun melainkan juga sambil melakukan pengamatan visual dengan bantuan foto gejala defisiensi yang bisa menyerang tanaman kelapa sawit. Oleh karena sifat pekerjaan ini yang membutuhkan ketelitian dan pemahaman maka tenaga kerja sensus daun jangan berganti-ganti dari tahun ke tahun. Analisis secara visual dilakukan dengan pengamatan langsung dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut : (1) perbandingan warna hijau daun dengan dengan warna hijau yang baku (hijaugelap); (2) adanya tanda dan gejala defisiensi hara; (3) membandingkan pertumbuhan tanaman dengan tanaman yang tidak mendapat pemupukan. Tenaga kerja sensus daun juga wajib menulis catatan di formulir yang telah disediakan mengenai gejala-gejala defisiensi hara yang khas yang nampak secara dominan di blok LSU yang diamatinya. Gambaran tentang kegiatan LSU dapat dilihat pada Gambar 2.
20
(a)
Penentuan Pelepah ke 17
(b) Pemotongan 8 Helai Daun
(b) Helai Daun Dipotong 25 cm dengan Pisau Gambar 2. Kegiatan Leaf Sampling Unit (LSU)
Pemupukan Tujuan pemupukan adalah menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan mampu menyuplai kebutuhan unsur hara yang tidak diperoleh dari tanah berdasarkan hasil analisis tanah dan analisis daun. Biaya pupuk mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan. Karena itu, untuk mengupayakan efisiensi pemupukan perlu diterapkan empat tepat, yaitu tepat jenis, tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah (dosis). Pemupukan merupakan hal penting bagi perkebunan kelapa sawit. Hal ini antara lain karena tanaman kelapa sawit memiliki kebutuhan akan unsur hara makro dan unsur hara mikro yang jumlah ketersediaan dalam tanah bersifat terbatas. Pada saat tanaman memasuki fase menghasilkan pada saat itulah tanaman memiliki kebutuhan tertinggi dan apabila pengaplikasian yang dilakukan sudah tepat (waktu, cara, bahan, dosis dan jenis), maka hal tersebut akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut melalui produk yang dihasilkan serta memperbaiki kondisi yang tidak menguntungkan.
21
Pemupukan juga mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit. Pemupukan anorganik. Perkebunan Pantai Bonati dilakukan pemupukan anorganik, kegiatan pemupukan ini memiliki sistem yang dinamakan Block Manuring System (BMS). BMS merupakan sistem pemupukan terkonsentrasi yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Organisasi pemupukan meliputi pengangkut pupuk, pelangsir/pengecer pupuk dan penabur pupuk Kegiatan organisasi pemupukan dapat dilihat pada Gambar 3.
(a) Pelangsiran Pupuk
(b) Pengeceran Pupuk
(c) Penaburan Pupuk Gambar 3. Organisasi Kegiatan Pemupukan Pelangsiran dan penyusunan karung. Pelangsiran adalah kegiatan memuat pupuk yang ada di gudang untuk selanjutnya dikirim ke lapang. Kegiatan pelangsiran harus diawasi oleh Mandor Pupuk sebagai pemberi petunjuk berapa jumlah pupuk (karung) yang harus ditempatkan pada setiap tempat peletakan pupuk (TPP). TPP terletak pada setiap kaki lima pada tiap-tiap gawang yang ada pasar pikulnya, hal ini disebabkan metode dari BMS itu sendiri yang mengharuskan setiap pemupuk memasuki gawangan secara bersamaan. Setiap pupuk (karung) yang dilangsir harus
22
diletakkan di kaki lima hal ini berkaitan dengan kemudahan pemupuk untuk mengambil pupuk (karung) dan untuk meminimalisir terjadinya kemungkinan losses disebabkan pupuk tercecer dijalan dan pupuk (karung) rusak akibat tergilas kendaraan bermotor yang melintasi jalan. Tenaga kerja pelangsiran semuanya laki-laki berjumlah lima orang, selain bertugas melakukan langsir pupuk mereka juga bertugas mengumpulkan sak bekas pupuk. Jumlah karung yang dibawa harus sesuai dengan yang terkumpul, karung tersebut dikumpul dan selanjutnya dipindahkan ke truk untuk dibawa ke gudang. Basis untuk langsir pupuk adalah 3 ton/HK dengan premi Rp. 8 000/ton. Pengeceran. Kegiatan pengeceran pupuk dalam barisan tanaman dilakukan dengan menggunakan angkong dengan perbandingan satu pengecer dan dua penabur. Berdasarkan sistem BMS, pupuk (karung) diletakkan oleh pengecer pada tanaman nomor 1, 8, 17 dan 25 (disesuaikan dengan dosis dan kebutuhannya). Karung bekas pupuk (karung) dibawa dan ditaruh rapi di pinggir kaki lima hancanya. Kendala pada kegiatan ini adalah lahan yang berombak dan kurang tersedianya titi panen yang dibutuhkan untuk melewati parit sehingga hal tersebut akan menyulitkan pengecer untuk membawa angkong yang berisi pupuk (karung) tersebut. Penaburan. Kegiatan penaburan disesuaikan dengan jenis pupuk yang akan disebar (tergantung kecepatan pupuk untuk menguap) jika pupuk yang akan ditebar bersifat lambat menguap seperti Rock Phospat dan Dolomite maka pupuk akan ditebar diluar lingkaran piringan atau di pinggir pelepah/janjang kosong dengan membentuk huruf “U” (dimaksudkan untuk menghindari terjadinya aplikasi pada pasar pikul). Pemupukan dengan bentuk “U” dapat dilakukan karena akar sudah menyebar di luar piringan. Hal ini dimaksudkan agar losses yang terjadi akibat pupuk terhanyut air dan tertiup angin dapat diminimalisasikan. Kendala dari kegiatan penaburan adalah lahan akan dipupuk termasuk bergelombang sehingga akan menyebabkan kesulitan bagi penabur. Rekomendasi pemupukan dan prestasi yang diinginkan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 3.
23
Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan oleh Badan Riset dan Prestasi yang Diinginkan Jenis Pupuk
Dosis Pupuk Prestasi (kg/pokok) (kg/HK) NK Blend 2.50 600 2.25 600 2.00 500 1.50 450 Rock Phospat 1.25 450 (RP) 1.00 450 Dolomite 1.25 450 1.00 450 HgB - Borate 0.04 Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011
Kandungan Pupuk N = 13 % K2O = 36 %
Phospat alam MgO = 18 – 22 % CaO = 30 % B2O3 = 48 %
Pemupukan yang optimum dilakukan pada bulan-bulan dengan curah hujan 100 - 200 mm/bulan, sedangkan curah hujan minimum 60 mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Bila curah hujan per bulan < 60 mm/bulan, pemupukan sebaiknya ditunda. Begitu pula jika curah hujan
di perkebunan
mencapai > 300 mm/bulan maka pemupukan juga akan ditunda terlebih dahulu. Pada TM frekuensi aplikasi adalah 1 - 2 kali aplikasi/tahun, pemupukan N dan K agar selalu diusahakan untuk memupuk menjelang akhir dan awal musim hujan, hal ini disebabkan sifat pupuk tersebut yang mudah larut dan menguap. Pemupukan organik. Bahan organik dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah dan memberikan hara bagi tanaman. Umumnya bahan organik ini merupakan produk limbah sehingga tersedia secara murah, terutama jika diaplikasikan dekat dengan tempat pembuangannya. Daur ulang sampah dari pengolahan di pabrik akan sangat bermanfaat bagi tanaman karena secara komparatif memberikan unsur hara yang murah tanpa adanya resiko keracunan bagi tanaman. Pada Perkebunan Pantai Bonati pemupukan organik dilakukan dengan menggunakan mulsa janjang kosong (JJK) yang merupakan limbah padat dari proses pengolahan kelapa sawit. Janjang kosong (JJK) adalah sisa buah tandan sawit yang diolah di Pabrik Kelapa Sawit. Produksi JJK adalah sekitar 23 % tandan buah segar (TBS). JJK adalah bahan organik yang mengandung sejumlah hara terutama Kalium (K). Satu ton JJK segar mengandung jumlah hara yang setara dengan sekitar 5 kg Urea, 1 kg TSP, 16 kg MOP dan 4 kg Kieserit.
24
JJK melapuk relatif lambat (8 bulan), hara N dan P yang terkandung didalamnya bersifat slow-release. Pada tanah berpasir JJK bermanfaat sebagai bahan mulsa. Aplikasi JJK secara rutin dapat menaikkan produksi TBS, terutama di daerah dengan iklim yang mempunyai beberapa bulan kering. Efek kenaikan produksi terutama disebabkan bertambahnya
daya
menyimpan
air dari tanah yang
dimulsa dengan JJK. Pada lereng, JJK bermanfaat untuk mencegah dan mengurangi erosi. Pengangkutan dan aplikasi janjang kosong di Perkebunan Pantai Bonati dilakukan oleh kendaraan yang mengangkut TBS sekembalinya dari PKS. Bobot janjang rata-rata yang diangkut adalah 5 - 6 ton. Pemberian janjang kosong dilakukan dengan dosis 300 kg/tanaman dimana janjang kosong ditempatkan pada gawangan mati. Janjang kosong yang diberikan sebaiknya yang segar yang diangkut langsung dari PKS dan segera diaplikasikan ke lapangan, dan diratakan satu lapis hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu panas, penyebaran hara lebih merata dan tidak merangsang perkembangan kumbang Oryctes rhinoceros. Penyusunan JJK tidak boleh menutupi pasar pikul. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hasil Penyusunan Janjang Kosong Janjang kosong disusun mendatar bukan dalam posisi tegak, hal ini dimaksudkan untuk mempercepat dekomposisi dan pelapukan. Basis standar untuk tenaga SKU adalah 20 tanaman/HK. Pengupahan untuk kegiatan mulsa janjang kosong adalah sebesar Rp 2 000/titik mulai dari tanaman 1 - 8 sedangkan mulai dari tanaman 9 - 16 upah yang diberikan Rp. 2 500. Peningkatan produksi areal yang diaplikasi JJK dengan areal yang tidak diaplikasikan dapat dilihat pada Tabel 4.
25
Tabel 4. Perbandingan Peningkatan Produksi Areal yang Diaplikasi JJK dengan yang Tidak Diaplikasikan JJK Rata – Rata Produksi 10 tahun Terakhir (ton/ha) ............(ton)........... .....................(ton/ha)...................... O021 0 15.31 P014 3 295 18.77 Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011 Blok
Total Aplikasi JJK
Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa aplikasi janjang kosong berpengaruh terhadap peningkatan produksi. Perbandingan antara dua blok menunjukkan bahwa blok yang diaplikasikan dengan JJK memiliki rata-rata produksi lebih tinggi dari blok yang tidak diaplikasikan. Biaya aplikasi janjang kosong/ha sekitar Rp. 144 000/ha.
Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama pada hakikatnya merupakan upaya dari perusahaan untuk menghindari turunnya produktivitas akibat serangan hama yang menyerang perkebunan kelapa sawit. Pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia dan terpadu), serta waktu pengendalian yang dianggap paling cocok akan dilatarbelakangi oleh pemahaman atas siklus hidup hama tersebut. Pengetahuan terhadap bagian paling lemah dari siklus hama tersebut merupakan titik kritis karena akan menjadi dasar acuan untuk pengambilan keputusan pengendaliannya. Pada Perkebunan Pantai Bonati dimana areal pertanamannya sudah memasuki fase tanaman menghasilkan (TM) semua, maka hama yang menyerang sudah tidak terlalu banyak dan beragam. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama melakukan kegiatan magang di Perkebunan Pantai Bonati, hama yang ditemui adalah sedikit hama ulat api dan tikus. Untuk pengendalian hama ulat api dan tikus perusahaan menggunakan metode biologi (hayati) dan kimia. Untuk pengendalian hama ulat api pengendalian dilakukan dengan menanam tanaman Turnera subulata, Antigonon leptotus dan Casia cubanensis sebagai inang dari musuh alami ulat api seperti serangga Sycanus sp. Sedangkan untuk hama tikus pengendalian yang dilakukan adalah pengendalian terpadu dimana pengendalian dilakukan dengan menggunakan metode biologi dan
26
kimiawi. Tindakan pengendalian hama tikus akan berhasil dengan baik, apabila populasinya dapat ditekan dengan semaksimal mungkin sampai ke sumbernya. Pengendalian secara kimia dilakukan sebanyak dua kali setahun tanpa memperhatikan ada atau tidaknya serangan. Untuk pengendalian secara biologi, Perkebunan Pantai bonati melakukan pengembangbiakan burung hantu Tyto alba dengan memasang rumah burung hantu yang disebut Nest Box. Lokasi penempatan kandang ini harus strategis (berdekatan dengan pohon besar atau pada areal di sekitar pemukiman) dan diusahakan agar jauh atau membelakangi lampu penerangan serta aman dari manusia. Hal ini dimaksudkan agar burung hantu tidak mudah mengalami stress. Tingkat predasi burung hantu terhadap Rattus tiomaticus di perkebunan kelapa sawit mencapai 88% sedangkan sisanya 6% adalah Rattus argentiventer dan 6% Rattus ratus diardii. Rumah burung hantu dan Turnera subulata dapat dilihat pada Gambar 5.
(a) Rumah Burung Hantu
(b) Tanaman Turnera subulata
Gambar 5. Pengendalian Hama Secara Biologi
Penunasan (Prunning) Penunasan atau Prunning adalah salah satu kegiatan dari manajemen kanopi yaitu mempertahankan jumlah pelepah sawit produktif yang maksimal untuk menghasilkan produksi yang optimal. Idealnya pembuangan pelepah sawit harus dilakukan secara minimal sepanjang masa produktif kelapa sawit untuk maksimalisasi proses fotosintesis. Namun dalam prakteknya untuk mempermudah pekerjaan potong buah, maka beberapa pelepah harus dibuang atau ditunas apabila tanaman sawit semakin tinggi.
27
Tunasan yang berlebihan (over pruning) akan mengakibatkan terjadinya peningkatan bunga jantan dan diikuti dengan penurunan produksi, jumlah janjang dan BJR (berat janjang rata-rata). Tujuan penunasan adalah untuk mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan penyakit. Untuk mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi maksimum maka harus dihindari terjadinya penunasan yang berlebihan (over prunning). Over prunning adalah terbuangnya pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan mengakibatkan tanaman mengalami stress yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan bobot janjang rata-rata (BJR). Untuk menghindari terjadinya over prunning, perlu dilakukan pelatihan, pengawasan yang ketat dan penggunaan alat yang tepat. Kegiatan penunasan pada perkebunan Pantai Bonati dinamakan penunasan progresif. Tunasan progresif adalah kegiatan penunasan dimana penunasan dilakukan oleh pemanen sendiri pada saat pemanen melakukan kegiatan pemanenan. Salah satu tujuan diterapkan BHS pada sistem panen adalah terintegrasinya panen dan pemeliharaan tunas oleh pemanen sendiri. Hal tersebut diatas dapat mengurangi kebutuhan tenaga khusus tunas dan menambah pendapatan karyawan panen. Pola penghancakan BHS (Hanca Tetap) dapat sekaligus menjadi hanca tetap tunas, sehingga pemeliharaan pelepah produktif dapat dilakukan secara besamaan dengan kegiatan panen. Penambahan tugas dan tanggung jawab pemeliharaan pelepah (tunas progresif) kepada pemanen diberikan kompensasi imbalan berupa Premi Tunas yang besarnya sesuai anggaran dan dibayarkan secara berkala. Tunas progressif memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan tunas progressif dibandingkan dengan tunas periodik adalah tunas menjadi lebih
28
terkontrol dan tidak gondrong. Apabila melakukan tunas periodik pada saat panen puncak maka penunasan akan ditunda terlebih dahulu, hal itu akan menyebabkan penunasan tidak berjalan dengan baik. Pada Perkebunan Pantai Bonati agar tidak terjadi over prunning maka ditetapkan standar jumlah pelepah yang tetap dipertahankan, yaitu dipertahankan 48 - 56 pelepah (songgo 3) atau minimal 40 - 48 pelepah (songgo 2). Hal ini masih memungkinkan karena umur tanaman kelapa sawit pada Kebun Pantai Bonati berdasarkan tahun tanamnya masih berkisar 13 - 15 tahun. Prestasi kerja karyawan untuk kegiatan penunasan adalah 4.5 ha/HK/rotasi dan rotasi untuk kegiatan penunasan adalah 3 rotasi/tahun.
Perawatan Jalan dan Titi Panen Urutan kerja pemeliharaan jalan secara manual adalah mengalirkan terlebih dahulu air yang menggenang pada jalan ke arah parit dengan menggunakan cangkul. Apabila air sudah mengering maka pada lubang jalan diletakkan batu-batu besar sebagai pondasi awal yang kemudian akan ditimbun oleh batu-batu berukuran lebih kecil. Pemeliharaan jalan secara mekanis dengan menggunakan grader, selain itu juga dilakukan tunas jalan, yaitu dengan memotong pelepah disetiap bagian pinggir dari jalan agar tidak menghalangi sinar matahari secara langsung ke bagian jalan yang tergenang. Secara umum kondisi jalan di Perkebunan Pantai Bonati cukup baik, hanya beberapa bagian badan jalan yang tergenang dan itu semua tidak terlepas dari kondisi tanah di Perkebunan Pantai Bonati. Pemeliharaan titi panen juga menjadi hal yang sangat penting dalam kegiatan pemeliharaan kebun. Hal ini disebabkan fungsi titi panen itu sendiri yang langsung bersentuhan dengan pekerja karena sifatnya yang berada di dalam blok kebun. Pada Perkebunan Pantai Bonati dilihat dari jenis material penyusunnya konstruksi titi panen dapat dibedakan menjadi titi panen kayu ulin dan titi panen beton bertulang. Gambaran dari titi panen dapat dilihat pada Gambar 6.
29
Gambar 6. Sarana Titi Panen Untuk titi panen kegiatan kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan mengenai ketersediannya adalah 3 : 1 dimana pengertiannya adalah satu titi panen untuk tiga pasar pikul. titi panen beton lebih mudah untuk dilewati karena tidak licin dan memiliki permukaan yang lebih lebar dibandingkan titi panen ulin. Untuk kegiatan pemeliharaan titi panen, kegiatan yang dilakukan adalah penambahan titi panen dan penggantian titi panen yang mengalami kerusakan.
Konservasi Tanah dan Air Konservasi air Perkebuan Pantai Bonati membuat silt pit/conservation pit yang kegunaanya adalah sebagai tempat penampungan/konservasi air. Ukuran silt pit adalah 4 m x 0.6 m x 0.6 cm. Satu silt pit mewakili delapan tanaman sawit dengan memperhatikan arah aliran air permukaan. Selain itu juga ada pembuatan silt drain/collection drain yaitu parit yang menampung air dari permukaan lapangan terutama bagian-bagian yang rendah. Konservasi tanah dilakukan dengan penanaman Nephrolephis sp. dan LCC. Pada kegiatan konservasi ini penulis melakukan kegiatan pemancangan silt pit/conservation pit. Gambar silt pit dan Nephrolephis sp. dapat dilihat pada Gambar 7.
(a) Silt Pit
(b) Nephrolephis
Gambar 7. Teknis Konservasi di Perkebunan Pantai Bonati
30
Pemanenan Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 1992). Kegiatan pemanenan memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas (Fauzi et al, 2008). Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan pemanenan dan produksi kelapa sawit sangat bergantung pada bahan tanam, tenaga pemanen, peralatan panen, kelancaran transportasi, organisasi pemanenan, keadaan areal dan insentif yang disediakan. Pusat Penelitian kelapa Sawit (2007) menambahkan bahwa keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana panen. keseluruhan faktor tersebut merupakan kombinasi yang tak terpisahkan satu sama lain. Sistem panen. Perkebunan Pantai Bonati menggunakan sistem Block Harvesting System (BHS). Block Harvesting System adalah sistem panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen dan tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem panen ini menggunakan sisitem hanca giring tetap yang merupakan pengembangan dari sistem hanca giring murni dan giring tetap. Hanca panen adalah pembagian jatah luasan areal yang harus dipanen oleh satu orang tenaga potong buah (berdasarkan jumlah baris atau gawangan). Kebutuhan tenaga kerja panen per divisi. Pada Kebun Pantai Bonati yang menggunakan sistem panen Block Harvesting System (BHS) dimana pada sistem ini tenaga kerja yang digunakan bersifat tetap. Oleh karena itu, kebutuhan tenaga kerja pada Perkebunan Pantai Bonati tidak membutuhkan angka kerapatan panen sebagai dasar penentuan kebutuhan tenaga kerja dan ditetapkan pada masa peralihan TBM ke TM sebagai salah satu syarat penentuan luas hanca pemanen. Tenaga Kerja Panen =
luas rata-rata panen per seksi x produktivitas (ton/ha) x 1000 hasil panen yang diinginkan (kg/HK)
Perkebunan Pantai Bonati menggunakan sistem BHS Division of labour (DOL-2) yang berarti memisahkan tugas antara pemanen potong buah (Cutter) dengan pengutip brondolan (Picker), maka total tenaga kerja pemanen yang
31
dibutuhkan dibagi dua karena perbandingan antara tenaga kerja panen dan pengutip brondolan adalah 1 : 1. Penetapan seksi panen. Pada Perkebunan Pantai Bonati terdapat enam seksi panen. Seksi panen atau potong buah tersebut disusun dengan tujuan : satu seksi panen untuk satu hari, mempermudah pindah hanca dari satu blok ke blok lain, mempermudah kontrol Asisten, Mandor I dan Mandor Panen, pengangkutan tandan buah segar lebih efisien dan hasil panen pemanen lebih tinggi. Selain itu penetapan seksi panen juga harus mempertimbangkan: 1. Jumlah rotasi panen/tahun dan umur rotasi normal yang dikehendaki, saat ini yang lazim dipakai di Perkebunan Pantai Bonati adalah 36 - 48 rotasi/tahun dengan interval panen normal 7 - 9 hari, sehingga jumlah seksi panen menjadi enam. 2. Luas area tanaman menghasilkan unit kebun dan divisi. 3. Jumlah jam kerja dalam satu minggu sesuai ketentuan pemerintah 4. Hasil identifikasi blok, dalam hal : luas area blok TM, potensi produksi per blok (ton/ha), jumlah dan sebaran tanaman produktif, kondisi topografi dan posisi blok terhadap blok lain. Basis dan premi panen. Pada Perkebunan Pantai Bonati terdapat tiga jenis basis yang harus dipenuhi oleh tenaga kerja panen, yaitu basis luas, basis waktu, dan basis borong. Basis luas adalah hanca panen yang harus diselesaikan oleh pemanen dalam satu hari kerja walaupun basis borong telah didapatkan, hal ini dilakukan hanca panen tidak terpotong-potong sehingga tujuan dari sistem BHS dapat tercapai. Basis waktu adalah jumlah jam yang harus ditepati pemanen dalam melakukan pekerjaannya, yaitu 7 jam pada hari normal dan 5 jam pada hari jumat. Untuk basis luas, karyawan tidak dikenakan sanksi apabila basis luas/hanca yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi pada saat panen puncak (kerapatan panen tinggi). Basis borong adalah jumlah tandan yang harus dipanen sebagai dasar untuk menghitung kelebihan tandan sebagai premi. Jumlah basis borong ditetapkan dengan pertimbangan rata-rata kemampuan/output (janjang/HK) selama jam dinas (7 jam/hari kerja biasa dan 5 jam/hari untuk hari jumat), umur tanaman, berat janjang rata-rata (BJR), homogenitas tanaman, persentasi populasi pokok produktif dan distribusinya di lapangan.
32
Pada pekerjaan panen terdapat pula premi panen, tujuan pemberian premi panen adalah memberikan penghargaan kepada pekerja apabila hasil kerja di atas standar yang ditentukan (basis borong), selain itu mendorong pekerja untuk berupaya mencapai output/target yang telah ditetapkan, tetapi tidak dengan biaya yang lebih tinggi dari biaya standar jam dinas, serta memupuk rasa tanggung jawab pekerja terhadap tugasnya. Perhitungan premi panen yang diterima oleh Mandor Panen, Kerani Panen dan Mandor 1 adalah sebagai berikut : 1. Mandor Panen : 2. Kerani Panen
:
3. Mandor I
:
jumlah premi pemanen jumlah pemanen jumlah premi pemanen jumlah pemanen
x 150 % x 125 %
jumlah premi Mandor Panen jumlah Mandor Panen
x 150 %
Penetapan jumlah janjang basis borong didasarkan pada : 1. Jumlah janjang standar (basis borong), ditentukan dengan pertimbangan:
Rata-rata kemampuan pemanen/output (janjang/HK) selama jam dinas (7 jam/hari kerja biasa dan 5 jam/hari untuk hari jumat)
Kondisi topografi areal yang akan dipanen (datar, bergelombang atau berbukit)
Kondisi tanaman meliputi umur tanaman (pada tanaman tinggi atau rendah), berat janjang rata-rata (BJR), homogenitas tanaman, persentase populasi tanaman produktif dan distribusinya dilapangan.
Total output (kg/HK) dan biaya panen (Rp/kg upah dan premi) dalam anggaran/budget pada tahun berjalan.
2. Penetapan jumlah janjang standar (basis borong), premi basis borong, premi lebih borong dibuat dan diusulkan oleh unit kebun kepada GM estate masing-masing untuk dilakukan koreksi dan persetujuannya. Untuk mengetahui basis dan premi panen di Perkebunan Pantai Bonati dalam rangka meningkatkan hasil panen dapat dilihat pada Tabel 5.
33
Tabel 5. Basis dan Premi Panen di PBE Div
I
II III
Tahun Tanam
1996 1997 1998 N013 1998 1998
Basis Borong
Premi Siap Borong
P-0 140% (jjg)
P-1 160% (jjg)
P-2 180% (jjg)
P-3 200% (jjg)
P-4 220% (jjg)
P-0 (Rp)
P-1 (Rp)
P-2 (Rp)
P-3 (Rp)
P-4 (Rp)
105 119 133 119 133 133
120 136 152 136 152 152
135 153 171 153 171 171
150 170 190 170 190 190
165 187 210 187 210 210
2 000 2 000 2 000 2 000 2 000 2 000
4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000
7 500 7 500 7 500 7 500 7 500 7 500
6 000 6 000 6 000 6 000 6 000 6 000
6 000 6 000 6 000 6 000 6 000 6 000
Premi Lebih Borong
325 300 275 300 275 275
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011 Keterangan : Untuk Basis Brondolan 225 kg/HK dan lebih borong Rp.100/kg. P-0 = basis standar, P-1 = premi pertama, P-2 = premi kedua, P-3 = premi ketiga, P-4 = premi keempat (dalam rangka meningkatkan output berakhir apabila rotasi sudah kembali normal < 9 hari)
Persiapan panen. Persiapan panen merupakan penyiapan areal yang akan dipanen. Persiapan yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen, kegiatan persiapan panen yang dilakukan pada perkebunan Pantai Bonati meliputi : penentuan kebutuhan tenaga kerja, penetapan seksi potong buah, penetapan luas hanca kerja pemanen, penetapan luas hanca permandoran, peralatan panen (egrek, angkong, ganco, alas brondolan, kampak), transportasi untuk pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik, sarana panen (pasar pikul, piringan, dan gawangan tanaman, pemasangan titi panen, pemeliharaan jalan, pemeliharaan TPH dan pembuatan markah blok). Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen dengan Block Harvesting System dilaksanakan menggunakan sistem panen DOL-2, yaitu menggunakan pemanen dan pemberondol. Pelaksanaan panen terdiri dari tim panen dan kutip brondolan, artinya satu orang pemanen tugasnya hanya memotong buah, menyusun pelepah dan mengangkut buah ke TPH. Brondolan dikutip oleh karyawan kutip brondolan. Potong buah dan kutip brondolan adalah satu kesatuan kerja panen tetapi tanggung jawabnya berbeda, sehingga denda-denda yang dilakukan tergantung pada jenis kerja mana yang melakukan pelanggaran. Untuk meminimalkan kesalahan pencatatan buah atau menjaga agar buah yang telah dipanen tercatat oleh Kerani Panen dan agar kegiatan transportasi lebih tertib, maka pelaksanaan panen selalu diupayakan serentak dari blok yang sama. Sehingga teknisnya pencatatan buah oleh Kerani Panen setelah pemanen
34
menyusun buah di TPH dan begitu juga selanjutnya unit yang memuat buah bekerja setelah Kerani Panen mencatat jumlah buah. Kriteria matang panen. Kriteria matang panen adalah parameter yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan buah sudah layak panen atau belum. Tujuan utamanya adalah memotong semua janjang yang matang panen dengan mutu panen sesuai standar untuk memaksimalisasi perolehan minyak dengan Oil Extraction Rate (OER) dan kualitas minyak yang diolah. Ketentuan yang digunakan oleh Perkebunan Pantai Bonati untuk menentukan apakah buah sudah layak panen adalah sekurang-kurangnya terdapat lima brondolan/janjang di piringan sebelum panen. Brondolan di piringan tersebut adalah brondolan yang lepas secara normal, bukan brondolan yang lepas karena serangan tikus atau serangan penyakit. Selain itu perubahan warna juga menjadi ketentuan, yaitu perubahan warna dari buah yang berwarna hijau berubah menjadi kehitaman kemudian menjadi merah mengkilat atau orange. Rotasi panen. Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan antara panen terakhir dan panen berikutnya ditempat yang sama. Rotasi Panen di Perkebunan Pantai Bonati ditetapkan berdasarkan seksi panen yang ada di Perkebunan Pantai Bonati, yaitu 6/7 (rotasi normal < 9 hari), artinya dalam satu minggu terdapat enam hari panen sehingga terdapat enam seksi panen. Penetapan rotasi panen dapat dipertimbangkan sesuai pengaruhnya terhadap kadar ekstraksi minyak atau Oil Extraction Rate (OER) dan kualitas minyak yang dihasilkan. Rotasi panen erat kaitannya dengan kerapatan panen, kapasitas pemanen (tenaga kerja), kondisi cuaca dan keadaan pabrik. Oleh karena itu, rotasi panen dalam realitanya berubah-ubah tergantung kondisi di lapangan. Rotasi panen merupakan faktor pembatas bagi Perkebunan Pantai Bonati dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di PKS dan biaya eksploitasi. Pada Perkebunan Pantai Bonati panen rendah akan menyebabkan rotasi berubah menjadi 7 - 9 hari (100%) dan pada panen puncak bisa mencapai 9 - 12 hari bahkan melebihi 12 hari. Angka kerapatan panen (taksasi). Kerapatan panen adalah jumlah pokok yang akan dipanen dalam satu blok tertentu dalam satu hari. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memudahkan pengaturan dan pelaksanaan pengerjaan
35
panen di kebun dan pengolahan di pabrik, mengetahui jumlah tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk menyelesaikan panen pada luasan tertentu, memudahkan penyediaan dan pengaturan transportasi. Alat dan perlengkapan panen. Alat yang digunakan dalam kegiatan panen di Perkebunan Pantai Bonati adalah alat panen yang digunakan untuk tanaman kelapa sawit yang berumur > 10 tahun, yaitu egrek, galah panen, kampak, ganco, karung (goni) dan angkong. Galah panen adalah gagang pisau egrek yang dibuat dari aluminium sedangkan ganco digunakan untuk meletakkan buah yang telah dipanen kedalam angkong yang selanjutnya akan dibawa ke TPH menggunakan angkong. Kampak digunakan untuk memotong gagang panjang TBS sebelum dibawa ke TPH. Karung (goni) digunakan oleh pengutip brondolan untuk menampung brondolan yang telah dikutip, untuk kemudian dikumpul di TPH nya masing-masing. Peralatan panen yang digunakan di Perkebunan Pantai Bonati dapat dilihat pada Gambar 8.
(a) Egrek
(c) Kampak
(b) Ganco
(d) Angkong
Gambar 8. Peralatan Panen di Perkebunan Pantai Bonati Untuk lebih mengetahui Alat dan perlengkapan panen, spesifikasi alat beserta penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 6.
36
Tabel 6. Peralatan Panen yang Digunakan di Kebun Pantai Bonati No
Nama Alat
Spesifikasi
1
Pisau Egrek
Berat 0,5 kg, panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung pada sumbu 135
2
Goni (karung)
3
Angkong
4
Ganco
Besi beton 3/8”, panjang sesuai kebiasaan setempat
5
Galah panen
Aluminium ukuran 6 cm dan 12 m
6
Batu asah
7
Kampak
8
Dodos besar
9
Tali nilon
10
Clame 32 (penjepit egrek)
Lebar mata 14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0,5 cm, tebal pangkal 0,7 cm, diameter gagang 4,5 cm, panjang total 18 cm 5 cm, pilin 3, 1 kg=43 m=5 egrek
Penggunaan Potong Buah Tanaman umur > 9 tahun Memuat brondolan ke TPH Wadah transport TBS ke TPH Memuat/membongk ar TBS ke/dari alat transport Galah pisau egrek Pengasah egrek, dodos, dan kampak Memotong gagang panjang Potong buah tanaman umur 5 - 8 tahun
Penjepit egrek dengan galah panen
Sumber : Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation, 2004 Pengangkutan TBS (tandan buah segar). Tandan buah segar yang telah dikumpulkan di TPH harus segera diangkut ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS), hal ini dilakukan untuk mencegah peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB). Buah dimuat kedalam truk pengangkut oleh pemuat. Di Perkebunan Pantai Bonati pemuat terbagi atas kelompok kecil dengan anggota 3 orang/kelompok. Satu kelompok bertugas memuat untuk satu armada angkut TBS dan masingmasing kelompok memiliki hanca sendiri-sendiri yang ditentukan oleh Kerani Transport. Basis untuk pemuat 3 ton/HK sedangkan hari Jumat basis pemuat menjadi 2141 kg/HK. Kendala yang dialami pemuat antara lain sulitnya areal (sulitnya armada menjangkau TPH), kondisi TPH yang berpasir dan tidak bersih, memuat pada waktu malam hari dan cuaca.
Aspek Manajerial
Pendamping Mandor Karyawan pada Perkebunan Pantai Bonati terbagi menjadi dua, yaitu karyawan staf dan karyawan non staf. Staf terdiri dari Estate Manager, Senior Asisten (Asisten Kepala), Asisten Divisi dan Kepala Administrasi. Karyawan tingkat non staf adalah tim supervisi yang terdiri dari Mandor I dan MandorMandor lain, serta Kerani Kebun yang terdiri dari Kerani Divisi dan Kerani Buah atau Kerani Panen. Tugas dan tanggung jawab staf beserta Mandor dimulai dari lingkaran pagi pukul 05.30 yang dilakukan setiap hari kerja dimana Asisten Divisi memberikan pengarahan kepada seluruh Mandor di divisinya mengenai pekerjaan yang akan dilakukan serta evaluasi dari kegiatan sebelumnya. Setelah lingkaran pagi masingmasing Mandor memberikan pengarahan mengenai pekerjaan dan penetapan hanca yang akan dikerjakan pada hari itu ke masing-masing karyawan bawahan. Mandor juga bertugas mengawasi dan menempatkan karyawan sesuai dengan hancanya masing-masing kemudian mencatat hasil pekerjaan pada BKM (Buku Kegiatan Mandor), serta melakukan pengabsenan kepada para karyawan. Kerani Panen bertugas mencatat hasil penghitungan atau pemeriksaan buah di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) ke dalam Buku Penerimaan Buah. Lingkaran pagi dilakukan oleh Asisten Divisi, Mandor, Kerani Transport, Kerani Panen. Pekerjaan dimulai pukul 06.30 – 14.00 WITA dengan istirahat selama 45 menit antara pukul 11.45 – 12.30 WITA. Pekerjaan yang telah dilakukan penulis selama satu bulan menjadi pendamping Mandor di Perkebunan Pantai Bonati adalah mengawasi panen, pengendalian gulma (semprot gawangan kimiawi, semprot piringan kimiawi, pengendalian gulma manual), pemupukan, menghitung buah dan mengawasi kualitas buah sebagai Kerani Panen, serta Kerani Divisi. Target yang dibebankan kepada setiap Mandor oleh perusahaan adalah absensi karyawan > 90 %, jam kerja efektif 7 jam dan memberi laporan pertanggungjawaban yang lengkap pada Mandor I dan Asisten Divisi.
38
Pengendalian gulma. Kegiatan pengendalian gulma yang diawasi penulis terdiri dari pengendalian gulma gawangan kimiawi, piringan kimiawi dan pengendalian gulma manual yang terdiri dari dongkel anak kayu (DAK) dan piringan manual (Racking). Mandor semprot memberikan pengarahan kepada karyawan mengenai pelaksanaan teknis penyemprotan, blok mana yang harus disemprot, konsentrasi atau dosis herbisida yang digunakan sesuai dengan kerapatan gulma, hanca tiap karyawan, serta kekurangan yang terjadi pada hari sebelumnya. Mandor semprot mempunyai tanggung jawab untuk mencapai target yang telah diberikan, yaitu pemeliharaan alat, rotasi tepat jadwal, gulma sasaran mati > 85%, bahan herbisida yang digunakan harus tepat (efektif dan efisien) dan selektivitas penyemprotan terjaga. Pemupukan. Mandor Pupuk memberikan pengarahan kepada karyawan mengenai pelaksanaan teknis pemupukan, blok mana yang harus dipupuk, jumlah pupuk yang akan digunakan beserta dosisnya, membuat surat pengantar permintaan barang (bon pupuk). Mandor Pupuk mempunyai tanggung jawab untuk mencapai target yang telah diberikan, yaitu pupuk teraplikasi semua sesuai dengan rekomendasi pemupukan yang telah diberikan, meminimalisir losses pupuk, karung pupuk tersusun rapi dan mengawasi kegiatan pemupukan dari awal. Aplikasi janjang kosong (JJK). Aplikasi janjang kosong biasanya dilakukan oleh karyawan BHL (Buruh Harian Lepas), Mandor aplikasi janjang kosong memberikan arahan kepada karyawan mengenai pelaksanaan teknis pengaplikasian, blok mana yang akan diaplikasikan, kekurangan-kekurangan yang terjadi pada hari sebelumnya, serta pengawasan terhadap kinerja karyawan. Mandor Janjang Kosong mempunyai tanggung jawab untuk mencapai target yang telah diberikan, program aplikasi janjang kosong yang direncanakan selesai akhir tahun. Perawatan jalan dan titi panen. Memberikan pengarahan kepada karyawan mengenai jalan mana yang harus diperbaiki dan kekurangan yang terjadi pada hari sebelumnya, melakukan survei lokasi dimana saja yang membutuhkan titi panen dan titi panen yang harus diganti, mandor perawatan
39
jalan dan titi panen memilki target utama yaitu memelihara jalan dan titi panen agar dapat dilalui oleh angkutan panen dan pemanen. Panen. Pengawasan kegiatan panen adalah bagian yang sangat penting untuk dilakukan karena panen merupakan sumber pemasukan uang untuk membiayai seluruh kegiatan operasional kebun. Pengawasan panen dilakukan dari tingkat Mandor sampai Manajer yang bersifat kontrol, baik kualitas pekerjaan panen maupun kualitas hasil panen. Adapun target yang diberikan perusahaan kepada Mandor Panen adalah persentase rotasi < 9 hari mencapai 100%, artinya satu seksi selesai 100%. Brondolan tinggal < 2 brondolan/janjang, buah lewat matang < 5%, kematangan > 95%, over prunning 0%, dan susunan pelepah disusun di gawangan mati dan berbentuk huruf “U”. Tugas utama Mandor Panen antara lain : mengikuti lingkaran pagi dengan Asisten dan Mandor I, melaksanakan antrian pagi dengan seluruh karyawan panen di lapangan, memeriksa seluruh perlengkapan kerja pemanen dan pembrondol, memastikan seluruh karyawan telah masuk pada hanca masing-masing, mengawasi seluruh kegiatan potong buah dan pengutipan brondolan, melakukan pengecekan mutu buah dan hanca, memastikan hanca kerja selesai. Kerani panen. Tugas dan tanggung jawab Kerani Panen adalah mengikuti lingkaran pagi dengan Asisten Divisi dan Mandor I, memeriksa mutu buah dan brondolan, menghitung jumlah janjang dan brondolan yang telah dikumpulkan di TPH dan mencatatnya sebelum diangkut oleh angkutan buah. Selanjutnya membuat atau mengisi notes potong buah, laporan kutip brondolan dan laporan penerimaan buah yang diserahkan kepada kantor divisi dan kantor besar kebun. Kerani divisi. Tugas dan tanggung jawab Kerani Divisi adalah membuat laporan harian, mingguan dan bulanan dalam divisinya, membuat permintaan bahan/material yang dibutuhkan di lapangan setiap hari dalam divisinya, membuat daftar hadir karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian perawatan dan produksi, membuat dan merekap data produksi harian serta bertanggung jawab kepada Asisten dan Mandor I, Kerani Divisi dibantu oleh Pembantu Kerani. Kerani transport. Tugas utama Kerani Transport adalah mengikuti lingkaran pagi bersama Asiten dan Mandor I, mengatur operasional unit transport TBS dan kenek muat, menghitung jumlah janjang dan kg brondolan yang
40
terangkut dalam setiap truk, membuat surat pengantar buah (SPB), bertanggung jawab terhadap kelancaran transport buah sampai ke PKS selama 24 jam, serta membuat laporan harian janjang yang diangkut per TPH per blok.
Pendamping Asisten Manajemen tingkat staf terdiri dari dari Manajer Kebun dan Asisten yang dibantu oleh unsur pendukung lainnya. Tugas dan tanggung jawab Asisten Divisi adalah mengawasi seluruh kegiatan kebun dan bertanggung jawab langsung kepada Manajer Kebun, mengelola kegiatan divisi untuk mencapai target produksi, pembinaan sumber daya manusia yang ada di divisi, pengaturan biaya yang telah disetujui Manajer Kebun dan berwenang untuk memberi persetujuan atas buku Mandor. Asisten Kebun juga bertanggung jawab secara penuh terhadap kondisi kebun selama 24 jam, yang meliputi semua pekerjaan yang ada di divisi maupun dalam lingkungan kemasyarakatan. Selama menjadi pendamping Asisten kegiatan yang dilakukan yaitu pengawasan terhadap semua pekerjaan yang ada di Divisi I secara keseluruhan baik terhadap pekerja maupun Mandor. Mengikuti kegiatan administrasi di Kantor Besar, mengontrol pekerjaan bersamaan dengan Asisten Divisi ke setiap blok yang ada pekerjaan dan pengecekan mutu hanca karyawan panen. Untuk kegiatan panen, Asisten akan menyediakan waktu yang lama dalam pengontrolan agar pekerjaan tersebut dilakukan dengan baik.