PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek teknis yang dilakukan di Hikmah Farm yaitu kegiatan budidaya tanaman kentang yang secara umum hampir sama seperti budidaya tanaman lain. Dimulai dari persiapan bahan tanam, persiapan lahan penanaman, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Selain itu juga dilakukan kegiatan pemasaran kentang. Produksi Bibit kentang Hikmah Farm memproduksi bibit kentang dari generasi nol (G0) sampai generasi keempat (G4). Perbanyakan bibit kentang bersertifikat mengikuti pola satu generasi (Gambar 2), dimulai dengan pengadaan bibit induk berupa planlet melalui kultur jaringan. Planlet tanaman kentang ditanam dengan cara stek. Hasil dari stek kentang yang ditanam merupakan umbi G0 (generasi vegetatif nol). Perbanyakan umbi G0 menghasilkan umbi G1 (generasi vegetatif pertama), tahap perbanyakan selanjutnya adalah umbi kentang kelas G2 (generasi vegetatif kedua). Setelah menghasilkan umbi G3 (generasi vegetatif ketiga) maka diperbanyak dan menghasilkan umbi G4 (generasi vegetatif keempat). Planlet (tanaman kultur jaringan)
Umbi G0
Umbi G1
Umbi G2
Umbi G3 Umbi G4 Gambar 2. Pola Perbanyakan Bibit Kentang
23
Produksi bibit kentang diawali dengan permohonan sertifikasi kepada Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH). Bibit kentang bermutu merupakan syarat utama pada budidaya kentang. Produksi kentang yang tinggi hanya dapat dicapai melalui bibit kentang bermutu. Bibit kentang bermutu adalah bibit yang telah bersertifikat (Wattimena, 2000). Pelaksanaan sertifikasi benih dilakukan beberapa tahap. Tahap pertama yaitu kelayakan sejarah lahan untuk dilakukan penangkaran bibit serta tanaman yang pernah ditanam sebelum penanaman kentang. Tahap pemeriksaan yang kedua adalah pada masa penanaman yang dilakukan tiga kali yaitu saat tanaman berumur 30-40 HST (Hari Setelah Tanam), 40-50 HST, dan saat berumur 60-70 HST. Pemeriksaan yang dilakukan di lapang meliputi penyakit yang menyerang tanaman. Pihak pengawas benih memeriksa setiap kebun dengan mengambil sampel kurang lebih 1 000 tanaman dari setiap hektar. Pemeriksaan umbi merupakan tahap pemeriksaan setelah umbi disortasi dan grading. Pengawas bibit akan memeriksa kurang lebih 1 000 butir umbi secara acak dari setiap lot umbi. BPSBTPH akan mengeluarkan sertifikat dan label setelah permintaan penangkar bibit dinyatakan lulus pemeriksaan. Sertifikat diberikan untuk lot bibit yang lulus pemeriksaan sedangkan label dikeluarkan setelah sertifikat diberikan. Label tersebut dicantumkan nama penangkar, alamat, jenis tanaman, varietas, nomor lot, berat setiap kemasan, tanggal panen, ukuran umbi, dan tanggal pemasangan label (Lampiran 8). Benih dasar (G2) berlabel putih, benih pokok (G3) berlabel ungu, dan benih sebar (G4) berlabel biru. Batas toleransi pemeriksaan lapang dan umbi kentang bersertifikasi dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Standar Toleransi Pemeriksaan Lapang Sertifikasi Benih Kentang Faktor Isolasi (minimal) Virus (maksimal) Layu bakteri Busuk daun, penyakit lain CVL (campuran varietas lain) Sumber : BPSBTPH, 2003
Benih G2 10 m 0.1 % 0.5 % 10 % 0%
Benih G3 10 m 0.5 % 1% 10 % 0.1 %
Benih G4 10 m 2% 1% 10 % 0.5 %
24
Tabel 3. Standar Toleransi Pemeriksaan Umbi Kentang Sertifikasi Benih Kentang Faktor Busuk coklat dan busuk lunak (maksimal) Common scab, black scurf, powdery scab, late blight (infeksi ringan) (maksimal) Busuk kering (maksimal) Penggerek umbi (maksimal) Nematoda bintil akar (infeksi ringan) (maksimal) CVL (maksimal Kerusak mekanis, serangga atau hewan kecil
Benih G2 (%) 0.3 3
Benih G3 (%) 0.5 5
Benih G4 (%) 0.5 5
1 3 3
3 5 5
3 5 5
0 3
0.1 5
0.5 5
Sumber : BPSBTPH, 2003
Pembibitan Kentang G0 Produksi umbi G0 diawali dengan penyediaan bahan tanam yang berupa tanaman kultur jaringan untuk diperbanyak (Gambar 3). Tanaman Kultur Jaringan
Aklimatisasi
Produksi Stek Mini
Tanam
Umbi G0
Gambar 3. Bagan Produksi Umbi Kentang G0 Tanaman kultur jaringan kentang (Gambar 4) diperoleh dari Balitsa dengan harga Rp 25 000 per botol, dalam satu botol terdapat 12 sampai 14 tanaman. Tanaman tersebut dicuci kemudian dipotong menjadi 1-2 buku per tanaman, sehingga menghasilkan 3-5 potong dalam satu tanaman. Kemudian dilakukan aklimatisasi dengan menanam bagian tanaman dalam bak plastik yang
25
berisi media arang sekam dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm. Arang sekam mempunyai sifaf porous (berpori-pori), tidak kotor, dan cukup menahan air. Aklimatisasi merupakan kegiatan untuk mengadaptasikan planlet dari kondisi terkendali ke lingkungan lapang yang kondisinya tidak terkendali (Zacky, 2009). Aklimatisasi dilakukan selama 3 minggu di greenhouse. Setelah aklimatisasi, tanaman kentang di stek bagian pucuk daunnya untuk bahan stek mini. Stek mini dilakukan dengan memotong 1-2 daun per tanaman. Stek mini ditanam di bak bedengan dengan ukuran 1.5 m x 16 m dengan jarak tanam (5 cm-10 cm) x (5 cm - 10 cm). Stek mini dapat di stek kembali sampai 2 bulan. Setelah 5-6 bulan dari perhitungan terakhir stek mini, umbi mini kentang G0 dipanen. Jumlah populasi dari stek mini yang ditanam dalam setiap bak bedengan sebanyak 2 400 tanaman. Terdapat 6 bak bedengan dalam greenhouse, sehingga jumlah tanaman sebanyak 14 400 tanaman. Hama dan penyakit yang menyerang dalam setiap bak bedengan masing-masing adalah 37.5 %, 43.75 %, 18.75 %, 50 %, 25 %, dan 50 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 7 umbi, sehingga menghasilkan 63 000 umbi dalam setiap greenhouse. Tabel 4 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G0. Tabel 4. Produksi Umbi Kentang G0 Ukuran Umbi (gram)
Jumlah Umbi (%)
Total Umbi (umbi)
L (> 60)
10
15 750
M (31-60)
25
31 500
S (21-30)
20
18 900
SS (<20)
20
18 900
15
9 450
Afkir dan Busuk
Umbi mini yang dihasilkan dipanen dan dikering anginkan selama beberapa hari, kemudian diperlakukan dengan fungisida sebelum disimpan di tempat yang kering sekitar 2-3 bulan. Setelah umbi bertunas kemudian ditanam di lapang untuk menghasilkan umbi G1 (Purwito dan Wattimena, 2008).
26
Gambar 4. Planlet Hasil Kultur Jaringan yang akan Menghasilkan Benih G0 Setiap 3 kali sehari tanaman disiram menggunakan sprinkler dengan sistem drip irrigation fertigation, yaitu memberikan unsur hara bersamaan dengan pengairan. Unsur hara yang diberikan yaitu Multigrand-K dengan dosis 30 gram per 200 m2 dengan volume semprot 12 liter. Penyiangan gulma dilakukan apabila terdapat rumput atau gulma yang tumbuh. Kegiatan ini harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengganggu perakaran mengingat jarak tanam yang sempit. Jika terdapat tanaman yang layu atau berwarna kuning harus segera dicabut dan disulam dengan stek yang baru. Pembibitan kentang G0 dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Pembibitan kentang G0 di Greenhouse Hasil panen umbi kentang G0 dikumpulkan dan disimpan ke gudang. Di gudang penyimpanan umbi kentang disortasi dan grading menurut ukuran (Tabel 5).
27
Tabel 5. Pengkelasan Umbi Bibit G0 Berdasarkan Ukuran Kelas umbi L (besar) M (sedang) S (kecil) SS (sangat kecil)
Ukuran (gram) > 60 31-60 21-30 <20
Sumber : Hikmah Farm, 2009
Umbi yang telah disortir dan grading disimpan dalam cool storage. Ruang pendingin ini berfungsi untuk memperpanjang umur simpan bibit kentang. Umbi disimpan pada suhu 17-20 0C. Bibit yang disimpan di ruang pendingin setelah panen, masa dormansinya semakin panjang. Sebelum dimasukkan dalam cool storage (ruang pendingin), umbi disemprot pestisida menggunakan knapsack sprayer, diantaranya Probox (30 gram), Score (15 ml), Alika (15 ml), dan Previcur (30 ml) dengan volume semprot 14 liter. Menurut Novary (1999) penyimpanan pada suhu rendah dilakukan dalam lemari es dengan suhu 5-8 0C. Penyimpanan cara ini mampu menghambat kegiatan respirasi dan metabolisme umbi, proses penuaan, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan oleh bakteri dan kapang, serta proses pertumbuhan yang tak dikehendaki seperti tumbuhnya tunas. Kegiatan sortasi umbi dilakukan selama penyimpanan atau jika ada pesanan dari pembeli. Rata-rata umbi kentang G0 dijual dengan harga Rp 2 500 per umbi. Namun jika ukurannya lebih kecil maka bisa kurang dari Rp 2 500 per umbi. Pembibitan Kentang G1 Bibit kentang yang digunakan untuk menghasilkan kentang G1 adalah bibit kentang G0. Penanaman kentang G0 dilakukan di Rumah Ketat Serangga (screenhouse) (Gambar 6). Media yang digunakan untuk menanam adalah media tanah. Pengolahan tanah dilakukan dengan dicangkul dan disterilkan. Sterilisasi yang dilakukan adalah menggunakan fungisida yaitu Basamid dengan dosis 40 g/m2 dan bahan aktif Dazomet 98 %. Pemberiannya dengan cara ditabur di atas bedengan kemudian diaduk dengan cangkul sampai merata.
28
Gambar 6. Rumah Ketat Serangga (Screenhouse) untuk Pembibitan Kentang G1 Bedengan ditutup dengan mulsa plastik dan dibiarkan selama satu sampai dua minggu. Setelah mulsa plastik dibuka, bedengan diberi pupuk kandang campuran sekam dan kotoran ayam dengan perbandingan 2 : 1, dengan dosis 280-360 kg per 200 m2. Kemudian tanah dicangkul sampai pupuk merata. Menurut Umboh (2000) sebelum diberi mulsa tanah perlu diolah. Pertama-tama tanah dibersihkan lalu digemburkan. Penggemburan tanah ditujukan untuk perbaikan sistem aerasi tanah. Jarak tanam yang digunakan yaitu 20 cm x 20 cm. Pembuatan lubang tanam menggunakan kayu berbentuk seperti garpu berukuran 20 cm atau tugal kayu. Umbi yang ditanam adalah umbi yang telah bertunas 1-3 cm dengan mata tunas menghadap ke atas. Selanjutnya umbi ditutup dengan tanah dan diratakan. Penyiangan gulma dilakukan bila rumput sudah tumbuh di areal tanaman kentang. Kegiatan ini dilakukan secara manual dengan mencabut dan membuang tanaman penganggu dan dilakukan secara hati-hati agar tidak terkena perakaran tanaman kentang. Pengairan dilaksanakan seminggu sekali untuk menjaga kelembaban tanah. Pengairan dilakukan dengan cara irigasi sprinkler. Menurut Jumin (2008) pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia dalam tanah, karena air mempunyai peranan penting dalam proses kehidupan tanaman. Kekurangan air akan menggangggu aktivitas fisiologi maupun morfologi sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Kegiatan pembumbunan tanah dilakukan dua kali. Pembumbunan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30 HST. Pembumbunan dilakukan
bersamaan
dengan
pemupukan
susulan.
Pemupukan
susulan
29
menggunakan pupuk kelelawar dengan dosis 16 kg per m2. Pupuk susulan lain yaitu Ponska. Pupuk Ponska diberikan dengan dosis 2 kg per m2. Ketinggian tanah bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 35-45 HST dengan cara yang sama pada pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan akhir sekitar 20 cm. Kegiatan roguing bertujuan untuk membuang tanaman yang tumbuh abnormal atau terserang hama dan penyakit. Roguing dilakukan sejak awal penanaman. Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia dilakukan dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer. Terdapat tiga kriteria umur tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat muda berumur 15-30 HST, tanaman muda dengan umur 30-60 HST, dan tanaman tua dengan umur 60-95 HST. Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman sangat muda membutuhkan larutan unsur hara Multigrand-K sebanyak 30 gram dengan volume semprot 12 liter setiap 200 m2. Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST) membutuhkan campuran pestisida Aminil, Acrobat, Alika, dan Aquarez masing-masing 40 gram, 4 gram, 10 ml, dan 4 ml dengan volume semprot 20 liter setiap 200 m2. Penyemprotan tahap akhir dilakukan pada tanaman tua (60-95 HST). Tanaman umur ini membutuhkan campuran pestisida Equation sebanyak 8 gram, Agrifos sebanyak 40 ml, dan Aquarez sebanyak 4 ml dengan volume semprot 16 liter per 200 m2. Pemanenan kentang dilakukan pada saat tanaman berumur 97-100 HST. Tanaman kentang yang siap dipanen ciri-cirinya daun dan batang sudah mengering, kulit umbi telah melekat sempurna pada daging dan tidak mudah terkelupas saat ditekan. Jumlah populasi dari penanaman bibit kentang G0 dalam setiap bedengan sebanyak 660 tanaman. Terdapat 6 bedengan dalam schreenhouse, sehingga jumlah tanaman sebanyak 3 960 tanaman. Daya tumbuh tanaman kentang G1 dalam setiap bedengan masing-masing adalah 87.5 %, 87.5 %, 68.75 %, 87.5 %,
30
75 %, dan 84.25%. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi, sehingga menghasilkan 32 175 umbi dalam setiap schreenhouse. Tabel 6 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G1. Tabel 6. Produksi Umbi Kentang G1 Ukuran Umbi (gram) XL (> 120) L (91-120) M (61-90) S (30-60) SS (<30) Afkir dan Busuk
Jumlah Umbi (%) 5 20 25 30 10 10
Total Umbi (umbi) 1 608 6 435 8 043 9 652 3 217 3 217
Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam kondisi bersih dan aman. Di gudang penyimpanan ini dilakukan sortasi dan grading. Bibit yang disortasi dan grading berdasarkan ukuran terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengkelasan Umbi Kentang Bibit G1 Berdasarkan Ukuran Kelas Umbi XL (paling besar) L (besar) M (sedang) S (kecil) SS (sangat kecil)
Ukuran (gram) > 120 91-120 61-90 30-60 <30
Sumber : Hikmah Farm, 2009
Umbi yang telah disortasi dan grading disimpan di gudang. Kegiatan sortasi dan grading dilakukan 3-4 kali sampai dilakukan pemeriksaan umbi oleh BPSBTPH untuk sertifikasi benih. Pembibitan Kentang G2, G3, dan G4 Bahan tanam yang digunakan untuk menghasilkan bibit kentang G2 adalah umbi kentang G1. Pembibitan ini dilakukan di lapang tidak menggunakan greenhouse ataupun screenhouse.
31
1. Pembukaan dan Persiapan Lahan a) Pengolahan tanah Pengolahan tanah yang dilakukan adalah secara konvensional yaitu menggunakan cangkul. Hal ini dikarenakan letak lahan yang berada pada daerah lereng gunung sehingga tidak memungkinkan alat olah tanah seperti traktor. Cara ini digunakan bila lahan yang akan diolah adalah bekas penanaman kentang sebab bedengan sudah tidak terbentuk lagi dan rata dengan tanah. Cara lain yang sering digunakan dalam pengolahan tanah adalah metode ”Laci”. Metode ”Laci” digunakan bila lahan yang akan diolah yaitu bekas penanaman jagung dan kubis. Metode ini dilakukan dengan cara mencangkul dan menggeser rumput dan gulma yang berada di atas bedengan dan parit ke parit berikutnya, kemudian sisa-sisa rumput tersebut ditimbun tanah yang berasal dari bedengan di kanan dan kiri sisa rumput tersebut kemudian diratakan dengan diinjak-injak dengan kaki. b) Pembuatan bedengan Bedengan dibuat untuk melindungi kerusakan akar umbi kentang terhadap genangan air, sebab akar tanaman kentang sangat peka terhadap genangan air sehingga mudah mengalami pembusukan dan perkembangan tanaman terganggu. Pada umumnya bedengan dibuat dengan panjang 6 m, lebar 76 cm, dan jarak antar bedengan atau parit 15-20 cm (Gambar 7). Hal ini untuk memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan tanaman. Pada musim hujan kedalaman parit sekitar 15 cm. Bila lebih dari 15 cm maka umbi akan membusuk karena tergenang air. Sedangkan pada musim kemarau kedalaman parit sekitar 20 cm, apabila kurang maka tanah sekitar akan kering karena panas. Pada lahan miring arah bedengan searah kemiringan lereng. Bagian bawah bedengan dibuat parit untuk menghambat laju aliran permukaan dari erosi dan sebagai jalan saat penyemprotan, sedangkan pada lahan datar bedengan diatur secara terasering, pembuatan parit berfungsi sebagai saluran irigasi.
32
Gambar 7. Lahan Pembibitan Kentang setelah Diolah 2. Penanaman a) Pemupukan Dasar Sebelum dilakukan kegiatan penanaman umbi kentang, lahan penanaman dipupuk terlebih dahulu. Jenis dan jumlah pupuk yang diberikan pada kentang harus dalam komposisi yang seimbang sebab pemberian suatu unsur hara yang kurang atau lebih akan menyebabkan produksi rendah. Pupuk yang diberikan tanaman dapat bermacam-macam jenis dan dosisnya tergantung pada kebutuhan tanaman tersebut. Pupuk yang biasa diberikan tanaman diantaranya pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan sisa-sisa (serasah) tanaman dan hewan, misalnya pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk hijau, dan sebagainya. Pupuk organik mempunyai fungsi yang penting untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan, meningkatkan populasi jasad renik, serta meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk anorganik atau pupuk kimia merupakan hasil dari pabrik pembuat pupuk yang mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Pupuk tersebut pada umumnya mengandung unsur hara yang tinggi (Sutedjo, 1994). Hikmah Farm menggunakan pupuk dasar antara lain pupuk hayati, pupuk kandang, dan pupuk kimia (Gambar 8). Pupuk hayati adalah pupuk yang mengandung mikroba untuk meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah. Aplikasi pupuk yang pertama diberikan yaitu pupuk hayati emas (PHE) dengan dosis 200 kg per hektar. Bahan aktif dari PHE terdiri dari bakteri penambat N, mikroba pelarut hara P dan K, dan mikroba pemantap agregat. Pupuk tersebut ditabur diantara bedengan yang telah dibuat untuk penanaman. Selanjutnya disebar pupuk kandang yang diletakkan di atas pupuk hayati.
33
Gambar 8. Lahan yang telah di pupuk Pupuk kandang yang digunakan biasanya berasal dari kotoran ayam atau sapi sebanyak 14-18 ton per ha. Pupuk yang terakhir diberikan yaitu pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang diberikan yaitu pupuk yang sudah dicampur sebelumnya di gudang dengan dosis yang telah ditentukan (Tabel 8). Pupuk tersebut disebar di atas pupuk hayati dan pupuk kandang sehingga ketiga pupuk tersebut tertumpuk menjadi satu. Kemudian pupuk ditutup dengan tanah yang berasal dari bedengan di kanan dan kiri sehingga letak bedengan berpindah, yang semula parit menjadi bedengan baru. Tabel 8. Jenis dan Dosis Pupuk pada Kebun Hikmah Farm No
Jenis pupuk
Nama Pupuk
Kandungan Hara (%)
Dosis (kg/ha)
1
Organik
Kotoran Sapi
14 000-18 000
2
Hayati
PHE
3
Anorganik
Ponska
N : 1.52 P : 0.68 K : 0.79 Bakteri Penambat N, Mikroba Pelarut Hara P dan K, dan Mikroba Pemantap Agregat N : 15 P2O5 : 15 K2O : 15 S : 10 P2O5 : 18 N : 46 MgO : 27 S :4 MgO : 6 K2O : 40 Na : 3
Superfos Urea KST Kornkali
Sumber : Hikmah Farm, 2009
200
500
600 100 200 150
34
b)
Penentuan Jarak Tanam dan Penanaman Jarak tanam berpengaruh terhadap produksi dan ukuran umbi. Jarak tanam
yang terlalu rapat dapat menyebabkan persaingan antar tanaman dalam memenuhi unsur hara sehingga umbi yang dihasilkan akan lebih kecil bila dibandingkan dengan umbi yang ditanam dengan jarak yang lebih renggang. Jarak tanam yang digunakan tergantung dari ukuran bibit yang akan ditanam, semakin kecil ukuran bibit maka jarak tanamnya pun semakin rapat. Pada umumnya pembuatan jarak tanam umbi menggunakan tugal dari kayu. Jarak tanam yang digunakan yaitu 76 cm x (15-35) cm untuk kentang bibit. Kegiatan penanaman dilakukan setelah lubang tanam dibuat. Hal yang harus diperhatikan saat penanaman diantaranya penggunaan bibit. Bibit yang ditanam sebaiknya bibit yang bersertifikat yang telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Bibit yang siap untuk ditanam yaitu bibit yang sudah tumbuh minimal 4 mata tunas (Gambar 9). Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan mata tunas menghadap ke atas. Setelah semua bibit ditanam dalam satu bedengan maka langsung ditimbun dengan tanah.
Gambar 9. Bibit Kentang Siap Tanam Selain menggunakan tugal kayu, jarak tanam dibuat menggunakan alat ”gerendel” (roda berjari) berukuran 35 cm (Gambar 10). Keuntungan dari penggunaan alat ini yaitu lebih menghemat waktu dan tenaga kerja untuk membuat lubang tanam. Lubang tanam dibuat dengan cara mendorong ”gerendel” dari bedengan paling ujung ke bedengan selanjutnya sampai bedengan terakhir sambil berjalan dan kembali lagi ke bedengan paling ujung.
35
Gambar 10. ”Gerendel” alat untuk Membuat Jarak Tanam 3. Pemeliharaan Tanaman Kegiatan pemeliharaan tanaman kentang dilakukan sampai tanaman dipanen.
Kegiatan tersebut
meliputi penyiangan
gulma, pembumbunan,
pemupukan susulan, dan pengendalian hama dan penyakit. a) Penyiangan Gulma Penyiangan gulma merupakan kegiatan membuang tanaman pengganggu di areal tanaman kentang. Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual dengan mencabut dan membuang gulma tersebut. Penyiangan gulma dapat pula dengan cara dicangkul kemudian dikumpulkan. Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 20-30 hari setelah tanam (HST) atau setelah terlihat adanya gulma yang tumbuh. Gulma yang disiangi diusahakan sudah terlihat agak tumbuh besar dan banyak, sehingga mudah saat penyiangan. Kegiatan ini harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengenai perakaran tanaman kentang. Gulma yang banyak ditemui diantaranya rumput belulang (Eleusine indica), kirinyuh (Chromolaena odorata), teki (Cyperus cyperoides), dan bubuhan (Bidens biterata). b) Pembumbunan Pembumbunan adalah kegiatan pengolahan lahan secara ringan di sekitar tanaman dan dilanjutkan dengan menaikkan tanah sehingga dapat meninggikan bedengan. Pembumbunan ini bertujuan untuk melindungi umbi dari sinar matahari langsung. Sinar matahari yang mengenai umbi menyebabkan terjadinya reaksi kimia pada kentang yang dinamakan solanin dan mengakibatkan umbi berwarna hijau. Solanin merupakan racun bagi manusia apabila terkena dosis yang banyak (Sumoprastowo, 2000).
36
Selain itu fungsi pembumbunan yaitu menahan batang agar tanaman tidak rebah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mengendalikan gulma, dan menjadikan perakaran tanaman lebih baik. Keterlambatan waktu pembumbunan dapat mengakibatkan umbi keluar sebab tidak tertimbun tanah serta stolon tumbuh menjadi batang sehingga produksi umbi akan berkurang. Kegiatan pembumbunan ini dilakukan dua kali. Pembumbunan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30 HST. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan. Tanah di parit dicangkul dan diangkat kemudian diletakkan di atas bedengan tanaman. Ketinggian tanah bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 35-40 HST dengan cara yang sama pada pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan akhir sekitar 20 cm. c) Pemupukan Tanaman kentang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik memerlukan unsur hara dan nutrisi dengan jumlah, waktu pemberian, dan cara yang tepat. Pemberian pupuk susulan dapat menyokong pertumbuhan tanaman kentang. Pupuk susulan diberikan sebanyak dua kali, yang pertama dilakukan bersamaan dengan pembumbunan pertama pada umur 28-30 HST. Jenis pupuk yang diberikan adalah kotoran kelelawar sebanyak 800 kg per hektar. Penggunaan kotoran kelelawar karena di daerah tersebut banyak tersedia. Pupuk susulan juga dapat menggunakan Ponska atau pupuk lain. Pupuk susulan yang kedua diberikan bersamaan dengan pembumbunan yang kedua yaitu saat tanaman berumur 35-40 HST dosis 200 kg per hektar. Pupuk diletakkan diantara tanaman dengan cara disebar kemudian ditutup dengan tanah. d) Pengairan Air merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan serta produksi tanaman. Menurut Samadi (2007) fungsi air terutama untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mengangkutnya ke seluruh bagian tanaman. Jika pemberian air terlambat, tanaman akan layu karena tidak ada keseimbangan
37
antara besarnya penguapan melalui permukaan daun dengan banyaknya air yang diserap tanaman. Pengairan tanaman kentang dilakukan pada musim kemarau. Saat musim penghujan tidak dilakukan karena air sudah tersedia. Hikmah Farm pengairannya menggunakan sprinkler. Pemberian air dilakukan pada 5-7 hari sekali atau tergantung keadaan tanaman di lapang. e) Pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT) Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan agar dihasilkan produksi yang optimal, untuk mengendalikannya harus diketahui jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman, gejala serangan, dan cara pengendaliannya. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara manual dan menggunakan bahan kimia. Secara manual dilakukan dengan mencabut dan membuang tanaman yang terserang supaya tidak menjalar ke tanaman yang lain. Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia dilakukan dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer (Gambar 11). Pestisida dilarutkan dalam 200 liter air dalam satu drum. Terdapat tiga kriteria umur tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat muda berumur 15-30 HST, tanaman muda dengan umur 30-60 HST, dan tanaman tua dengan umur 60-95 HST. Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman ini setiap hektar membutuhkan 3 drum larutan unsur hara dengan volume semprot 600 liter. Pada musim hujan penyemprotan lebih sering dilakukan antara 2-3 hari sekali. Sebab pestisida yang mengenai daun tercuci oleh air hujan sehingga obat banyak yang terbuang. Sedangkan pada musim kemarau dilakukan penyemprotan antara 4-5 hari sekali.
38
a. Mesin Penggerak
b. Stank Sprayer
Gambar 11. Alat Power Sprayer untuk Penyemprotan Pestisida Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST) membutuhkan sebanyak 5 drum campuran pestisida dengan volume semprot 1000 liter per hektar. Penyemprotan tahap akhir dilakukan pada tanaman tua (60-95 HST). Tanaman umur ini membutuhkan sebanyak 4 drum per hektar dengan volume semprot 800 liter per hektar. Pestisida yang sering digunakan Hikmah Farm dalam budidaya kentang terdapat pada (Tabel 9). Tabel 9. Jenis dan Fungsi Pestisida yang digunakan Hikmah Farm Umur
Volume
Jenis
Tanaman
Semprot
Pestisida
(HST)
(liter/hektar)
15-30
600
30-60
1 000
60-95
800
Multigrand-K Aminil Acrobat Alika Aquarez Equation Agrifos Aquarez
Fungsi
Dosis (per hektar)
Unsur hara Fungisida Fungisida Insektisida Perekat Fungisida Fungisida Perekat
1 500 gram 2 000 gram 200 gram 500 ml 250 ml 400 gram 2 000 ml 200 ml
Unsur hara yang dipakai dalam satu hektar adalah Multigrand-K yang mengandung dua unsur makro yaitu Kalium 46 % dan Nitrogen 22 %. Selain itu juga mengandung unsur lain berupa P2O5, ZnNa, Ca, Mg, dan Mn yang sedikit jumlahnya. Dosis yang digunakan yaitu 1 500 gram per 600 liter. Fungisida yang digunakan dalam satu hektar lahan antara lain Aminil dengan dosis 2 000 gram per 1 000 liter, bahan aktif yang terkandung yaitu chlorothalonil 750 g/kg WP. Acrobat dengan dosis 200 gram per 1 000 liter, bahan aktifnya yaitu dimetomort
39
50 WP. Equation dengan dosis 400 gram per 800 liter, bahan aktif yang terkandung yaitu simoksanil 29 % dan famoksadon 22.5 % WG. Agrifos dosis yang digunakan yaitu 2000 ml per 800 liter, dengan bahan aktif asam fosfit 400 g/l SL. Sedangkan insektisida yang digunakn yaitu Alika dengan dosis 500 ml per 1 000 liter, bahan aktif yang terkandung yaitu lemda sibahytrin 106 g/l dan tiametoksam 141 g/l. Perekat yang digunakan yaitu Aquarez dengan dosis 200 ml per 800 liter, bahan aktif yang terkandung dalam Aquarez yaitu organik kompon 38 %. Alat power sprayer mempunyai jangkauan semburan 3 m ke kanan dan 3 m ke kiri dari parit jalan. Alat ini dihubungkan ke mesin diesel oleh selang. Penyemprotan menggunakan tiga selang sprayer dengan panjang selang masingmasing sekitar 300 m. Masing-masing selang dipegang oleh 3 orang. Satu orang memegang stank sprayer dan menyemprot tanaman kentang dari bedengan paling ujung sampai bedengan paling akhir kemudian kembali lagi ke bedengan paling ujung. Dua orang lainnya menarik dan menggulung selang. Penyakit yang menyerang tanaman kentang di Hikmah Farm diantaranya busuk daun (Phytopthora infestans), layu bakteri (Ralstonia solanacearum), dan penyakit yang disebabkan oleh virus. Sedangkan yang menyerang umbi setelah dipanen diantaranya kudis lak (Rhizoctonia solani), busuk kering (Fusarium spp), dan kudis (Strepromyces scabies). Menurut Suhardi (1984) penyakit busuk daun merupakan penyakit terpenting pada tanaman kentang. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini sangat bergantung pada keadaan cuaca, intensif tidaknya tindakan penyemprotan fungisida, dan toleransi varietas kentang terhadap penyakit tersebut. Selanjutnya Semangun (2007) menambahkan jamur Phytopthora infestans dapat juga menyerang umbi, meskipun di Indonesia jarang terjadi. Jika keadaan baik bagi pertumbuhannya, pada umbi terjadi bercak yang agak mengendap, berwarna coklat. Bagian yang terserang ini tidak menjadi lunak. Jika keadaan membantu perkembangan penyakit, karena pengaruh Phytopthora infestans yang dibantu oleh bakteri atau jamur lain maka umbi menjadi busuk basah.
40
1. Busuk Daun (Phytopthora infestans) Penyakit ini yang paling banyak menyerang tanaman kentang dan sering dikenal dengan nama ”lodoh” yang disebabkan oleh cendawan Phytopthora infestans. Gejala yang ditimbulkan adalah timbulnya bercak basah pada daun hingga berubah menjadi coklat sampai hitam dan akhirnya membusuk, bagian bawah daun yang terinfeksi terdapat serbuk putih yang mengandung spora (Gambar 12). Pengendalian dari penyakit ini diantaranya menggunakan bibit yang sehat saat penanaman, pergiliran tanaman, serta penyemprotan secara teratur dan dengan teknik yang benar.
Gambar 12. Tanaman Terserang Penyakit Busuk Daun (Phytopthora infestans) 2. Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum ini menyebabkan tanaman layu sebagian atau keseluruhan. Mula-mula pucuk tanaman layu kemudian menjalar ke seluruh tanaman dan akhirnya tanaman mati. Gejala infeksi pada umbi yang baru dipanen adalah munculnya lendir yang lengket pada mata tunas (Gambar 13). Cara pengendaliannya adalah menggunakan bibit yang sehat, dilakukan pergiliran tanaman (rotasi tanaman), dan membuang tanaman yang layu.
41
Gambar 13. Tanaman Terserang Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) 3. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Virus Ciri-ciri tanaman yang terserang virus adalah daun bergelombang, menggulung, atau keriting. Pinggir daun bergerigi, ukurannya kecil-kecil, daun menguning, dan umbi yang dihasilkan kecil atau tidak menghasilkan umbi sama sekali (Gambar 14). Belum ada pestisida untuk mengendalikan virus ini, pencegahannya dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, mencabut dan mengubur, atau membakar tanaman yang terserang.
Gambar 14. Tanaman Terserang Penyakit yang Disebabkan Oleh Virus 4.
Kudis Lak (Rhizoctonia solani) Gejala yang ditimbulkan yaitu terdapat jamur hitam kecoklatan pada umbi
(Gambar 15). Cara pengendaliannya adalah menanam menggunakan bibit yang sehat, dilakukan pergiliran tanaman (rotasi tanaman), serta memisahkan umbi yang terserang.
42
Gambar 15. Penyakit Kudis Lak pada Umbi Kentang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani 5.
Busuk Kering (Fusarium spp) Gejala yang terlihat yaitu bercak-bercak berlekuk warna coklat tua, umbi
menjadi kering, berkerut, dan mengeras (Gambar 16). Cara pengendaliannya adalah kegiatan panen dilakukan secara hati-hati jangan sampai melukai umbi. Penanaman menggunakan umbi yang sehat.
Gambar 16. Penyakit Busuk Kering pada Umbi Kentang disebabkan oleh cendawan Fusarium spp. f). Roguing Kegiatan roguing dilakukan sejak awal penanaman dalam waktu satu minggu dua kali atau lebih sampai menjelang pemeriksaan lapangan oleh BPSBTPH Tujuan roguing untuk membuang tanaman yang tumbuh abnormal, terserang hama dan penyakit, serta tumbuhan pengganggu. Pada areal yang luas, roguing dilakukan oleh 5-6 orang. Pekerja berjajar selang dua baris tanaman dan berjalan searah mengamati masing-masing tanaman.
43
4. Panen Kegiatan pemanenan merupakan tahap akhir dari teknik budidaya tanaman yang menentukan produksi yang dihasilkan. Pelaksanaan panen harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu, cara, dan kriteria umbi yang dipanen. Panen tanaman kentang dilakukan pada umur 100-110 HST. Sepuluh hari sebelum panen tanaman diberi herbisida Gramoxone dengan dosis 1 200 ml dengan volume semprot 800 liter per hektar. Tujuan pemberian herbisida adalah untuk mematikan gulma dan membuat batang tanaman kentang menjadi kering sehingga memudahkan pekerjaan panen serta memudahkan umbi lepas dari stolon. Pemanenan yang terlalu awal dapat menyebabkan rendahnya produksi dan kulit umbi dapat terkelupas sehingga terinfeksi busuk umbi dan tidak dapat disimpan lama. Tanaman kentang yang siap dipanen ciri-cirinya daun dan batang sudah mengering bukan karena penyakit namun pengaruh dari pemberian Gramoxon dan kulit umbi telah melekat sempurna pada daging dan tidak mudah terkelupas saat ditekan. Pemanenan dilakukan saat cuaca cerah pada pagi hari dan sedang tidak turun hujan, sebab umbi akan basah dan kotor sehingga akan cepat busuk pada saat penyimpanan. Panen dilakukan dengan mencangkul bagian kanan dan kiri bedengan tanaman secara bergantian dan hati-hati jangan sampai mengenai umbi (Gambar 17).
Gambar 17. Kegiatan Pemanenan Kentang G2 Umbi diambil secara manual dengan tangan dan diletakkan di pinggir bedengan. Umbi dibiarkan sekitar 1 jam di lahan agar terkena sinar matahari langsung sehingga tanah yang menempel pada umbi menjadi kering. Kemudian
44
umbi dipisahkan berdasarkan ukurannya dan dimasukkan dalam karung plastik. Hasil panen diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang penyimpanan kemudian disortasi. Lahan bekas panen disewakan kepada bandar kentang untuk dicangkul dan diambil lagi kentang yang masih tersisa dan tertinggal di lahan. Kegiatan ini disebut ”ngasag”. Harga satu hektar tanah sekitar Rp 1 000 000. Pekerja ngasag dibayar Rp 1 000 per satu ember kentang yang didapat. Pembibitan kentang G2, G3, dan G4 membutuhkan umbi kurang lebih 2 000 kg per hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman pada pembibitan kentang G2 yaitu 2.1 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Tabel 10 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G2. Tabel 10. Produksi Umbi Kentang G2 Ukuran Umbi (gram) XL (>200) L (61-200) M (31-60) S (<30) Afkir
Jumlah Umbi (%) 1.5 18.7 46 31 1.8
Total Umbi (umbi) 304 3 667 9 112 6 074 364
Pembibitan kentang G3 membutuhkan umbi kurang lebih 2 000 kg per hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman yaitu 2.9 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Pembibitan G3 tidak menghasilkan umbi ukuran XL. Tabel 11 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G3. Tabel 11. Produksi Umbi Kentang G3 Ukuran Umbi (gram) L (61-200) M (31-60) S (<30) Afkir
Jumlah Umbi (%) 7 55.36 36.9 0.7
Total Umbi (umbi) 1 153 9 079 6 052 115
Pembibitan kentang G4 membutuhkan umbi kurang lebih 2 000 kg per hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman yaitu 4.2 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Pembibitan
45
G4 tidak menghasilkan umbi ukuran XL dan umbi afkir. Tabel 12 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G4. Tabel 12. Produksi Umbi Kentang G4 Ukuran Umbi (gram) L (61-200) M (31-60) S (<30)
Jumlah Umbi (%) 27.87 43.28 28.85
Total Umbi (umbi) 610 7 159 4 772
5. Pasca Panen Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam kondisi bersih dan aman agar terlindung dari sinar matahari sebab cahaya dapat menyebabkan pertumbuhan tunas, selain itu juga harus terlindung dari hujan dan kehilangan. Agar kondisi umbi dalam keadaan baik maka gudang harus memenuhi syarat seperti fentilasi cukup, dan lantai terbuat dari kayu agar dapat memberikan pertukaran udara bagi umbi. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, pada permukaan umbi diberi insektisida Agrosip dengan dosis 2 kg per ton dengan cara ditabur tipis-tipis. Di gudang penyimpanan ini dilakukan sortasi dan grading. Sortasi merupakan kegiatan memisahkan umbi kentang berdasarkan kualitas yaitu umbi yang bagus dan yang jelek seperti belah karena cangkul, cacat, dan busuk. Sedangkan grading adalah kegiatan memisahkan umbi berdasarkan ukuran. Proses persiapan bibit kentang dilakukan melalui beberapa tahap dimulai dari sortasi dan grading I, pengangkutan ke gudang, penyimpanan dan sortasi grading II, penggasan, penyimpanan dan sortasi III, penyimpanan dan sortasi IV, sampai persiapan sertifikasi oleh BPSBTPH. Kegiatan sortasi dan grading I dilakukan saat umbi masih di kebun. Umbi bibit dipisahkan dengan ukuran XL (> 200 gram), L (61-200 gram), MS (< 61 gram), serta umbi yang afkir (luka akibat tercangkul). Umbi tersebut dikumpulkan berdasarkan ukuran dan dimasukkan ke dalam karung jaring plastik berisi 38-40 kg. Kemudian umbi diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang penyimpanan. Setelah seminggu atau tergantung kondisi setelah panen dilakukan sortasi dan grading II. Umbi bibit ukuran MS (<61 gram) dipisahkan lagi menjadi ukuran M (31-60 gram) dan S (<30 gram).
46
Kegiatan perlakuan gas bertujuan untuk mempercepat masa dormansi dan mencegah dari serangan hama dan penyakit. Kegiatan ini dilakukan bila kebutuhan dan permintaan umbi meningkat. Jenis obat yang digunakan untuk perlakuan gas adalah CS2 dengan dosis 800 ml per 8 ton umbi kentang. Obat diletakkan pada tumpukan krat kentang. Kegiatan perlakuan gas dilakukan selama 24 jam. Setelah umbi digas, kemudian disimpan kembali di gudang penyimpanan. Untuk mencegah hama dan penyakit, permukaan atas umbi diberi insektisida Agrosip dengan dosis 2 kg per ton dengan cara ditabur tipis-tipis, kemudian krat disusun. Sortasi III dilakukan untuk memisahkan umbi yang afkir, umbi yang telah keluar tunas, dan yang belum keluar tunas. Masing-masing umbi yang telah disortir diletakkan pada krat yang berbeda. Kegiatan sortasi tetap dilakukan sampai pemeriksaan umbi oleh BPSBTPH. Pemeriksaan umbi oleh BPSBTPH dilaksanakan antara 1-3 hari setelah kegiatan sortasi yang terakhir. Pengawas akan memeriksa kurang lebih 1 000 butir umbi secara acak dari setiap lot umbi. Setelah permintaan penangkar bibit dinyatakan lulus pemeriksaan, BPSBTPH akan mengeluarkan sertifikat dan label. Label tersebut dicantumkan nama penangkar, alamat, jenis tanaman, varietas, nomor lot, berat setiap kemasan, tanggal panen, ukuran umbi, dan tanggal pemasangan label. Kehilangan
hasil
panen
digudang
disebabkan
diantaranya
oleh
penyimpanan umbi yang terlalu lama sehingga membuat umbi menjadi busuk, tempat penyimpanan yang kurang baik sehingga meyebabkan tempat menjadi lembab dan berpengaruh pada umbi, dan ikut terbawa umbi yang busuk saat panen sehingga menularkan pada umbi yang masih bagus. Hasil panen di kebun Gambung Blok Panarikan 1 sebanyak 44 550 kg. Setelah disortasi kehilangan hasilnya untuk umbi yang busuk sebanyak 336 kg dan umbi yang hilang karena tidak tersortir, jatuh di lantai, atau tercampur dengan bibit yang lain sebanyak 8 304 kg. Sehingga kehilangan hasil panen saat di gudang yaitu 19.39 %.
47
6. Pemasaran Kegiatan pemasaran merupakan hal yang penting dari usaha pertanian. Kegiatan ini meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatankegiatan
yang
bertujuan
merencanakan,
menentukan
harga,
hingga
mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang. Penjualan kentang bibit dilakukan di gudang penyimpanan. Kentang bibit yang dijual meliputi kentang G0, G1, G2, G3, dan G4 dengan harga yang berbeda (Lampiran 9). Pengemasan untuk penjualan kentang bibit diantaranya menggunakan waring tali plastik, tolok bambu, dan peti kayu (Gambar 18).
a. Kemasan Tolok Bambu
b. Kemasan Peti Kayu
c. Kemasan Waring Tali Plastik Gambar 18. Kemasan Penjualan Kentang Bibit Pengemasan kentang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Kemasan tolok bambu dan waring tali plastik digunakan apabila jarak angkut dari gudang pembelian dengan tempat pembelinya lebih dekat, sedangkan kemasan peti kayu digunakan untuk pembelian jarak jauh. Keuntungan dari kemasan peti kayu yaitu jika terjadi goncangan, bibit tidak saling berbenturan dan tidak jatuh di lantai
48
karena tertahan peti kayu. Namun apabila menggunakan kemasan peti kayu harga penjualan bertambah Rp 10 000 untuk setiap peti kayu. Data penjualan bibit kentang G2, G3, dan G4 di Hikmah Farm pada tahun 2004-2006 terlihat pada
volume penjualan (ton)
Gambar 19.
200000 150000
Umbi G2 Umbi G3
100000
Umbi G4
50000 0 2004
2005
2006
tahun
Gambar 19. Penjualan Kentang Bibit G2, G3, dan G4 di Hikmah Farm pada Tahun 2004-2006 Penjualan kentang bibit G2 mengalami penurunan dari tahun 2004 ke tahun 2006, bahkan pada tahun 2006 tidak menjual kentang bibit G2. Hal ini disebabkan kesulitan dalam pengadaan benih G1 karena selain memerlukan perawatan yang intensif dipengaruhi juga oleh bibit yang masih sedikit jumlahnya. Berbeda dengan kentang bibit G3 dan G4. Pada tahun 2005 sempat mengalami kenaikan volume penjualan, namun pada tahun 2006 mengalami penurunan penjualan. Hal ini berkaitan dengan jumlah bibit kentang yang akan digunakan untuk pembibitan jumlahnya masih sedikit, selain itu teknik budidaya yang diterapkan juga sangat berpengaruh. Apabila teknik budidaya dilakukan dengan tepat maka akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas umbi kentang. Penanaman Umbi Kentang G4 Umbi Kentang G4 merupakan generasi terakhir dari bibit bersertifikat. Penanaman kentang G4 akan menghasilkan umbi G5 yang dijadikan kentang konsumsi. Umbi G5 apabila ditanam akan menghasilkan kentang yang bersifat lokal dan tidak dapat dijadikan sebagai bibit. Karena semakin tinggi generasi kentang maka peluang untuk terinfeksi penyakit semakin tinggi pula. Secara umum teknik budidaya penanaman umbi kentang G4 sama dengan penanaman umbi generasi sebelumnya. Pengolahan tanah yang dilakukan adalah
49
secara konvensional yaitu menggunakan cangkul. Bedengan dibuat untuk melindungi kerusakan akar umbi kentang terhadap genangan air. Sebab akar tanaman kentang sangat peka terhadap genangan air sehingga mudah mengalami pembusukan dan perkembangan tanaman terganggu. Pada umumnya bedengan dibuat dengan panjang 6 m, lebar 76 cm, dan jarak antar bedengan atau parit 15-20 cm. Hal ini untuk memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan tanaman. Sebelum dilakukan kegiatan penanaman umbi kentang, lahan penanaman dipupuk terlebih dahulu. Jenis dan jumlah pupuk yang diberikan pada kentang harus dalam komposisi yang seimbang sebab pemberian suatu unsur hara yang kurang atau lebih akan menyebabkan produksi rendah. Pupuk dasar yang diberikan antara lain pupuk hayati, pupuk kandang, dan pupuk kimia. Aplikasi pupuk yang pertama diberikan yaitu pupuk hayati emas (PHE) dengan dosis 200 kg per hektar. Bahan aktif dari PHE terdiri dari bakteri penambat N, mikroba pelarut hara P dan K, dan mikroba pemantap agregat. Pupuk tersebut ditabur diantara bedengan yang telah dibuat untuk penanaman. Selanjutnya disebar pupuk kandang yang diletakkan di atas pupuk hayati. Pupuk kandang yang digunakan biasanya berasal dari kotoran ayam atau sapi sebanyak 14-18 ton per ha. Pupuk yang terakhir diberikan yaitu pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang diberikan yaitu pupuk yang sudah dicampur sebelumnya di gudang meliputi Ponska 500 kg/ha, Superfos 600 kg/ha, Urea 100 kg/ha, KST 200 kg/ha, dan Kornkali sebanyak 150 kg/ha. Pupuk tersebut disebar di atas pupuk hayati dan pupuk kandang sehingga ketiga pupuk tersebut tertumpuk menjadi satu. Kemudian pupuk ditutup dengan tanah yang berasal dari bedengan di kanan dan kiri sehingga letak bedengan berpindah, yang semula parit menjadi bedengan baru. Pembuatan jarak tanam umbi menggunakan tugal dari kayu. Jarak tanam yang digunakan untuk kentang konsumsi yaitu 76 cm x (25-45) cm. Kegiatan penanaman dilakukan setelah lubang tanam dibuat. Bibit yang siap untuk ditanam yaitu bibit yang sudah tumbuh minimal 4 mata tunas. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan mata tunas menghadap ke atas. Setelah semua bibit ditanam dalam satu bedengan maka langsung ditimbun dengan tanah. Kegiatan pemeliharaan tanaman kentang konsumsi dilakukan sampai tanaman dipanen.
50
Kegiatan tersebut meliputi penyiangan gulma, pembumbunan, pemupukan susulan, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan gulma merupakan kegiatan membuang tanaman pengganggu di areal tanaman kentang. Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual dengan mencabut dan membuang gulma tersebut. Penyiangan gulma dapat pula dengan cara dicangkul kemudian dikumpulkan. Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 20-30 hari setelah tanam (HST) atau setelah terlihat adanya gulma yang tumbuh. Pembumbunan adalah kegiatan pengolahan lahan secara ringan di sekitar tanaman dan dilanjutkan dengan menaikkan tanah sehingga dapat meninggikan bedengan. Kegiatan pembumbunan ini dilakukan dua kali. Pembumbunan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30 HST. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan. Tanah di parit dicangkul dan diangkat kemudian diletakkan di atas bedengan tanaman. Ketinggian tanah bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 35-40 HST dengan cara yang sama pada pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan akhir sekitar 20 cm. Pemberian pupuk susulan dapat menyokong pertumbuhan tanaman kentang. Pupuk susulan diberikan sebanyak dua kali, yang pertama dilakukan bersamaan dengan pembumbunan pertama pada umur 28-30 HST. Jenis pupuk yang diberikan adalah kotoran kelelawar sebanyak 800 kg per hektar. Penggunaan kotoran kelelawar karena di daerah tersebut banyak tersedia. Pupuk susulan juga dapat menggunakan Ponska atau pupuk lain. Pupuk susulan yang kedua diberikan bersamaan dengan pembumbunan yang kedua yaitu saat tanaman berumur 35-40 HST dosis 200 kg per hektar. Pupuk diletakkan diantara tanaman dengan cara disebar kemudian ditutup dengan tanah. Pengairan tanaman kentang dilakukan dengan sawah tadah hujan pada musim penghujan. Pengairan saat musim kemarau menggunakan sprinkler. Pemberian air dilakukan pada 5-7 hari sekali atau tergantung keadaan tanaman di lapang. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara manual dan menggunakan bahan kimia. Secara manual dilakukan dengan mencabut dan
51
membuang tanaman yang terserang supaya tidak menjalar ke tanaman yang lain. Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia dilakukan dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer. Pestisida dilarutkan dalam 200 liter air dalam satu drum. Terdapat tiga kriteria umur tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat muda berumur 15-30 HST, tanaman muda dengan umur 30-60 HST, dan tanaman tua dengan umur 60-100 HST. Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman ini setiap hektar membutuhkan 3 drum larutan unsur hara dengan volume semprot 600 liter per hektar. Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST) membutuhkan sebanyak 5 drum campuran pestisida dengan volume semprot 1 000 liter per hektar. Penyemprotan pestisida tahap akhir dilakukan pada tanaman tua (60-100 HST). Tanaman umur ini membutuhkan sebanyak 4 drum per hektar dengan volume semprot 800 liter per hektar. Kegiatan pemanenan merupakan tahap akhir dari teknik budidaya tanaman yang menentukan produksi yang dihasilkan. Pelaksanaan panen harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu, cara, dan kriteria umbi yang dipanen. Panen tanaman kentang konsumsi dilakukan pada umur 110-120 HST. Sepuluh hari sebelum panen tanaman diberi herbisida Gramoxone dengan dosis 1 200 ml dengan volume semprot 800 liter per hektar. Tujuan pemberian herbisida adalah untuk mematikan gulma dan membuat batang tanaman kentang menjadi kering sehingga memudahkan pekerjaan panen serta memudahkan umbi lepas dari stolon. Pemanenan yang terlalu awal dapat menyebabkan rendahnya produksi dan kulit umbi dapat terkelupas sehingga terinfeksi busuk umbi dan tidak dapat disimpan lama. Umbi diambil secara manual dengan tangan dan diletakkan di pinggir bedengan. Umbi dibiarkan sekitar 1 jam di lahan agar terkena sinar matahari langsung sehingga tanah yang menempel pada umbi menjadi kering. Kemudian umbi dipisahkan berdasarkan ukurannya dan dimasukkan dalam karung plastik. Hasil panen diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang kemudian disortasi.
52
Seperti halnya lahan bekas penanaman kentang bibit, lahan bekas panen kentang konsumsi juga disewakan kepada bandar kentang untuk dicangkul dan diambil lagi kentang yang masih tersisa dan tertinggal di lahan. Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam kondisi bersih dan aman. Di gudang penyimpanan ini dilakukan pencucian kentang sebelum disortasi dan grading. Seperempat bagian waring tali plastik berisi kentang (± 9.5 kg) dimasukkan dalam bak pencucian yang berisi air bersih kemudian dibersihkan sampai tanah yang menempel pada kentang terlepas. Setelah kentang bersih kentang diletakkan di atas lantai kayu hingga kering. Umbi untuk konsumsi dipisahkan dengan ukuran
AL (> 200 gram),
AB (126-200 gram), ABC (100-125 gram), AR (< 100 gram), dan umbi yang afkir (luka akibat tercangkul). Umbi tersebut dikumpulkan berdasarkan ukuran dan dimasukkan ke dalam karung jaring plastik berisi 38-40 kg. Umbi konsumsi ukuran AR (< 100 gram) dipisahkan lagi menjadi ukuran D (33-99 gram) dan Ares (<33 gram). Hikmah Farm memasarkan produk kentang konsumsi ke pasar tradisional dan pasar swalayan. Pasar tradisional yang menjadi tujuan pemasaran antara lain pasar Pangalengan Bandung, pasar Caringin Bandung, pasar Kramatjati Jakarta, dan pasar Kemang Bogor. Penjualan kentang di pasar tradisional dilakukan oleh karyawan Hikmah Farm dengan melakukan transaksi dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya. Harga kentang konsumsi yang bagus berkisar antara Rp 3 800 sampai Rp 4 000 per kilogram, atau bergantung harga dipasaran. Sedangkan kentang afkir yang rusak mekanik (umbi terbelah) dijual dengan harga antara Rp 2 500 sampai Rp 3 000 per kilogram. Kegiatan ini biasa dilakukan pagi hari dengan bandar-bandar yang ada di pasar. Kentang konsumsi yang dijual di pasar swalayan adalah kultivar Granola, Pinky, dan Atlantik. Daerah yang menjadi tujuan pemasaran yaitu Bandung dan Jakarta. Daerah pemasaran di Bandung meliputi PT. Yogya Toserba, PT. Makro Indonesia, dan PT. Setiabudi. Sedangkan daerah pemasaran di Jakarta meliputi Hero dan PT Lion Superindo. Harga penjualan di supermarket PT Lion Superindo, PT Makro Indonesia, dan PT Yogya Toserba tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 10, 11, dan 12.
53
Kemasan kentang yang dijual di supermarket menggunakan jaring tali kecil (polinet) berisikan 1.5 kg dan 2 kg serta memakai label. Label yang digunakan ada 3 macam (Gambar 20) yaitu warna hijau untuk kentang kultivar Granola (kentang konsumsi), warna kuning untuk kentang kultivar Atlantik (kentang goreng), warna merah untuk kentang kultivar Pinky (campuran masakan). Ada juga yang menggunakan waring tali plastik untuk kentang ukuran 5, 10, 20, dan 40 kg. Harga kentang kultivar Granola sekitar Rp 6 800/kg, kentang kultivar Atlantik sekitar Rp 7 500/kg, sedangkan kentang kultivar Pinky sekitar Rp 8 200. Harga tersebut dapat berubah sesuai dengan permintaan dan harga dipasaran.
a. Kultivar Granola
b. Kultivar Pinky
c. Kultivar Atlantik Gambar 20. Kemasan Kentang untuk Pasar Supermarket
54
Aspek Manajerial
Aspek manajerial yang dilakukan di Hikmah Farm yaitu sebagai asisten mandor selama satu bulan dan asisten kepala kebun selama satu bulan terakhir. Asisten Mandor Mandor dalam setiap kebun baik jumlah maupun tugasnya berbeda-beda. Namun secara umum tugas pokok mandor sama yaitu mengawasi dan membimbing karyawan dalam setiap kegiatan budidaya kentang maupun pasca panen. Setiap mandor kebun mempunyai pekerja yang harus diawasi tersendiri. Pekerja wanita diawasi oleh satu mandor dan pekerja pria diawasi oleh satu mandor. Ada pula mandor yang mengawasi keduanya baik pekerja pria maupun wanita. Mandor juga bertugas mengamati perkembangan tanaman, menetapkan kebijakan kegiatan kerja di lapang dan bertanggung jawab atas segala aktivitas dan hasil kerja di kebun kepada kepala kebun. Kehadiran para pekerja ditulis setiap hari oleh mandor dalam buku absensi untuk mengetahui jumlah karyawan yang bekerja pada hari itu dan untuk diperhitungkan pembayaran setiap bulannya. Ada pekerja yang sifatnya harian ada juga yang borongan. Untuk pekerja harian, gaji karyawan ditentukan oleh berapa hari karyawan tersebut bekerja dalam 1 bulan. Sedangkan pekerja borongan, gajinya ditentukan oleh prestasi kerja karyawan tersebut. Setiap kebun ada buku besar masing-masing untuk mengetahui kebutuhan fisik maupun biaya pekerjaan yang digunakan. Selama kegiatan pemupukan berlangsung mandor mengawasi dan memeriksa hasil pekerjaan karyawan. Jika terdapat bedengan yang belum rata diberi pupuk maka mandor mencontohkan cara menebar pupuk. Kegiatan pemupukan harus dilakukan dengan teknik yang benar, serta pemberian pupuk yang tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu agar dihasilkan produksi kentang yang maksimal. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Setiap kebun kegiatan ini diawasi oleh satu mandor. Mandor yang menentukan pestisida apa yang dipakai serta jenis, dosis, dan volume yang digunakan.
Mandor
mengawasi
karyawan
secara
langsung.
Mandor
55
mencontohkan cara menyemprot yang benar dan membagi blok mana saja yang disemprot. Kendala yang dihadapi selama penyemprotan adalah kebocoran selang sehingga menghambat pekerjaan. Pemanenan dilakukan apabila tanaman telah memenuhi kriteria panen seperti usia tanaman mencapai 100 HST. Kegiatan ini dilakukan apabila telah mendapat persetujuan dari manajer areal. Sebelum kegiatan panen berlangsung mandor memberi pengarahan mengenai batas blok yang akan dipanen. Asisten Kepala Kebun Kepala kebun hanya dipegang oleh satu orang dalam setiap kebun. Tugas kepala kebun diantaranya membuat laporan harian kebun berisi daftar hadir karyawan. Selain itu ada laporan mingguan seperti laporan modal kebun dan laporan modal karyawan. Laporan modal kebun berisi jumlah bibit yang ditanam di lahan, hasil panen, serta biaya-biaya produksi yang digunakan, sedangkan laporan modal karyawan berisi prestasi kerja karyawan selama satu bulan. Laporan-laporan tersebut dimasukkan dalam buku besar kebun yang ada di kantor. Waktu untuk melaporkan tergantung setiap kepala kebun, ada yang melaporkan setiap hari, tiga hari sekali, dan seminggu sekali. Selain mengkooordinir semua aktivitas masing-masing kebun dan mengontrol karyawan serta mandor di lapang, kepala kebun juga membuat perencanaan kerja. Perencanaan tersebut meliputi kegiatan budidaya tanaman di lapang,
seperti
waktu
pengolahan
lahan,
jadwal
penanaman,
kegiatan
pemeliharaan, serta waktu panen. Semua kegiatan budidaya yang telah direncanakan kepala kebun didiskusikan dengan manajer areal. Setelah mendapat persetujuannya maka kegiatan yang telah direncanakan tersebut dilaksanakan bersama-sama dengan mandor. Kepala kebun bertanggung jawab atas kegiatan yang telah berlangsung di lapang kepada manajer area baik kegiatan budidaya maupun kegiatan sortasi di lapang.