18
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Pengendalian Gulma. Pengendalian gulma adalah tindakan mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh di areal pertanaman agar persaingan dengan tanaman utama dapat ditekan (ambang tindakan) sehingga tidak merugikan (ambang batas ekonomi) dengan mengusahakan biaya pengendalian semurah mungkin. Di perkebunan kelapa sawit kegiatan pengendalian gulma selain bertujuan untuk memperkecil persaingan antara tumbuhan dengan gulma sasaran dalam hal pengambilan unsur hara, juga memiliki tujuan lain yaitu untuk memudahkan pelaksanaan potong buah dan kutip berondolan, memudahkan pelaksanaan pemupukan dan sebagai salah satu kegiatan sanitasi (gulma merupakan sarang bagi hama atau inang bagi penyakit tanaman). Pengendalian atau pemberantasan gulma di ASE difokuskan pada 2 (dua) lokasi, yaitu di piringan dan di gawangan (interrow). Kelompok gulma yang dikendalikan terutama alang-alang di piringan dan gawangan, gulma di piringan, pasar rintis dan TPH (jenis rumput dan kentosan), serta gulma di gawangan (terutama anak kayu). Tidak semua tumbuhan liar diberantas, misalnya pakis Nephrolepis bisserata, Cassia cobanensis, Euphorbia sp., Turnera subulata karena berfungsi sebagai inang musuh alami bagi hama- hama kelapa sawit (beneficial plant) serta berfungsi dalam konservasi tanah (menjaga kelembaban tanah dan mencegah erosi). Pengendalian secara manual. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan membongkar tanaman pengganggu (BTP). Tujuannya adalah untuk menghilangkan semua tumbuhan pengganggu yang tidak dapat atau sulit diberantas dengan cara kimia. Sasaran dari pekerjaan ini adalah semua jenis gulma kayu (anak kayu, dan kentosan) dengan cara didongkel. Pekerjaan dilakukan gawangan per gawangan. Setiap anak kayu di dongkel dengan menggunakan peralatan seperti cados, pacul, sabit, garukan, dan parang kemudian ditumpuk di gawagan mati di atas rumpukan pelepah. Pada areal
19 rendahan, gulma berkayu tidak di dongkel tetapi ditabas (dipotong) sampai pangkal batangnya. Gulma berkayu, kentosan, dan kotoran yang terdapat pada piringan di dongkel dan dicabut dengan cados dan dibersihkan dengan garukan. Standar kerja karyawan dibedakan berdasarkan kondisi gawangan dan piringan yang akan dibersihkan. Kondisi gawangan dan piringan kategori berat (anak kayu >50 %) standar kerjanya adalah 0.25-0.5 ha/HK, pada saat pengamatan prestasi kerja karyawan mencapai 0.42 ha/HK dan prestasi kerja penulis 0.26 ha/HK; kategori sedang (anak kayu mencapai 25%-50%) standar kerjanya adalah 0.5-0.7 ha/HK, pada saat pengamatan prestasi kerja karyawan mencapai 0.6 ha/HK dan pretasi kerja penulis 0.4 ha/HK; kategori ringan (anak kayu 10-25%) standar kerja yang harus dicapai adalah >0.7 ha/HK, pada saat pengamatan pretasi kerja karyawan mencapai 0.75 ha/HK dan prestasi kerja penulis 0.5 ha/HK . Pengendalian secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia di ASE dikenal dengan sistem BSS (Block Spraying System) yaitu sistem penyemprotan yang terkonsentrasi dan dilakukan blok per blok. Dengan sistem ini frekuensi kontrol oleh supervisi dapat ditingkatkan, mobilitas tenaga semprot lebih tinggi, kualitas pencampuran herbisida lebih baik, pengorganisasian kerja menjadi lebih mudah, serta motivasi kerja karyawan menjadi lebih baik. Penyemprotan di gawangan dilakukan oleh tim semprot kebun (TSK) sedangkan penyemprotan di piringan, pasar rintis, dan TPH dilakukan oleh tim MHS (Micron Herby Sprayer). Tujuan dibentuknya tim semprot adalah untuk memaksimalkan kualitas semprot. Masing- masing tim semprot terdiri dari 6 orang untuk tim MHS dan ±20 orang untuk tim TSK (wanita semua) tidak boleh diganti-ganti, satu orang mandor dan satu orang operator/sopir sekaligus mekanik peralatan. Perlengkapan utama dari tim semprot terdiri dari satu unit kendaraan roda empat (drum truck) yang telah dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk keperluan tim semprot seperti tanki air, tempat sprayer, tempat spare part sprayer, tempat bontot/tas. Alat semprot disediakan sejumlah karyawan tenaga semprot ditambah 2-3 unit untuk cadangan dan diberi nomor urut sesuai nomor tenaga semprot. Semprot gawangan. Penyemprotan gulma di gawangan menggunakan alat semprot punggung semi otomatis inter pump RB-15/Solo Sprayer dengan kapasitas tangki 15 liter. Peralatan lainnya antara lain; selang untuk pengisian air,
20 takaran/gelas ukur, bendera berwarna merah dan kuning, wadah peralatan reparasi, serta alat pelindung diri (seragam-baju lengan panjang, masker, apron, sarung tangan, sepatu boots, topi/kerudung). Gulma yang umum tumbuh digawangan antara
lain
alang-alang,
Chromolaena
odorata,
Melastoma
malabathticum, dan gulma berkayu lainnya. Herbisida yang digunakan adalah herbisida purna tumbuh (sistemik) dengan bahan aktif Triklopir butoksi etil ester 400 g/l (nama dagang “Kenlon”). Konsentrasi yang digunakan adalah 0.3% (45 ml/15liter air). Rotasi penyemprotan untuk TM adalah sebanyak tiga kali dalam setahun dan empat kali dalam setahun untuk TBM. Semprot piringan, pasar rintis, dan TPH. Piringan, pasar rintis dan TPH merupakan beberapa sarana penting bagi kegiatan produksi. Piringan berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk dan merupakan daerah tempat jatuhnya tandan panen beserta berondolannya. Pasar rintis berfungsi sebagai jalan untuk mengantrikan buah ke TPH serta mejalankan kegiatan operasional lainnya. TPH berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke PKS. Agar sarana-sarana ini berfungsi maksimal, maka tempat-tempat ini memerlukan pemeliharaan yang berkesinambungan. Penyemprotan di piringan, pasar rintis, dan TPH menggunakan alat semprot CDA (Controlled Droplet Application) dengan merk dagang Micron Herby Sprayer (MHS). Alat semprot ini digunakan untuk penyemprotan dengan volume rendah (Ultra Low Volume) yaitu 20-40 liter per hektar blanket (penyemprotan total). Semprotannya
menghasilkan
butiran
halus
yang
terkendali dengan ukuran yang seragam (±250 mikron) dan konsentrasi herbisida yang tinggi. Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan di piringan, pasar rintis dan TPH adalah herbisida purna tumbuh dengan bahan aktif Fluroksipir 200 g/l (nama dagang “Starane”) dan Isopropilamina Glifosat 480 g/l (nama dagang “Prima-Up”). Dalam aplikasinya, kedua jenis herbisida ini dicampur terlebih dahulu sebelum diaplikasi, tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyemprotan sehingga beberapa jenis gulma yang menjadi sasaran dapat dikendalikan sekaligus. Pencampuran dilakukan dengan perbandingan 1.5 : 7.5 (V/V) Starane dan Prima-Up. Konsentrasi yang digunakan adalah 3%
21 (300 ml/10 liter air). Gulma sasaran yang tumbuh dominan dan harus dikendalikan antara lain Ageratum Conyzoides, Borreria alata, Axonopus compresus, Cynodon dactylon, paspalum conjugatum, Euphorbia valerianifolia, dan kentosan. Prestasi kerja tenaga semprot sangat bergantung pada kondisi blok. Prestasi kerja pada blok dengan banyak area rendahan atau berbukit serta kondisi gulma lebat akan lebih kecil dibandingkan pada blok dengan areal datar dan gulmanya tidak lebat. Prestasi kerja standar yang ditetapkan oleh kebun untuk tim MHS adalah 5 ha/HK, pada saat pengamtan prestasi kerja karyawan adalah 5 ha/HK dan prestasi kerja penulis 1 ha/HK sedangkan untuk tim TSK standar kerjanya adalah 3 ha/HK (TM) dan 2 ha/HK (TBM), pada saat pengamatan prestasi kerja karyawan mencapai 3 ha/HK untuk areal TM dan TBM dan prestasi kerja penulis 0.5 ha/HK. Premi lebih borong untuk tim MHS sebesar Rp 5 500/ha dan untuk tim TSK sebesar Rp 11 000/ha. Angsana Estate sebagai kebun yang hidup berdampingan dengan masyarakat dituntut untuk memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar. Dalam program RSPO (Rountable and Sustainable of Palm Oil) ASE memberlakukan dan melaksanakan peraturan dalam pengendalian gulma secara kimia yaitu dilarang menyemprot pada area buffer zone. Buffer zone merupakan area yang berada pada radius 50 meter dari tepi sungai induk (anak sungai). Hal ini ditujukan agar vegetasi yang ada tetap hidup sehingga erosi dapat dicegah serta meminimalkan pencemaran ke badan air yang mungkin masih digunakan oleh penduduk.
Gambar 1. Area Buffer Zone (kiri) dan Alat Pelindung Diri (kanan)
22 . Keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan juga menjadi perhatian penting bagi perusahaan. Setiap karyawan semprot dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) seperti seragam/baju lengan panjang, apron, masker, sarung tangan, sepatu boots, pelindung mata, dan pelindung kepala (topi/kerudung). Karyawan semprot juga mendapat extra fooding berupa susu yang diberikan secara berkala oleh perusahaan.
Pengendalian Hama Terpadu Pengendalian hama tanaman merupakan upaya untuk mengendalikan suatu kehidupan dengan memanipulasi ekosistem sehingga tidak cocok untuk perkembangbiakan hama. Oleh karena itu, konsep pengendaliannnya dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama itu sendiri. Pemilihan jenis metode (biologi, mekanik, kimia, dan terpadu), serta waktu yang dianggap paling cocok dilatarbelakangi oleh pemahaman atas siklus hidup hama. Kunci kegiatan pengendalian hama terpadu di ASE adalah mendeteksi adanya ledakan hama sebelum diperlukan pengendalian dalam skala yang lebih luas dengan melakukan pemantauan sehingga dapat diterapkan strategi pengendalian secara efektif. Tindakan pengendalian dilakukan dengan memprioritaskan biological control dan minimalisasi penggunaan pestisida. Pemantauan hama (early warning system). Pelaksanaan early warning system untuk deteksi hama secara dini merupakan bentuk penerapan pengendalian hama terpadu (Intergrated Pest Management). Pada dasarnya suatu sistem pengamatan hanya berlaku untuk satu atau lebih spesies hama yang mempunyai perilaku yang sama. Akan tetapi atas pertimbangan efisiensi maka pelaksanaan pengamatan di ASE dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk pemantauan perkembangan populasi hama lainnya. Beberapa jenis hama yang sering menjadi perhatian di ASE antara lain: kumbang tanduk, ulat api, ulat kantong, tikus, rayap, serta babi hutan. Monitoring/sensus hama ulat api dan ulat kantong dilakukan dengan mengambil satu pelepah dari pokok sensus (PS) pada masing- masing titik sensus
23 (TS) yang populasi hamanya paling dominan (untuk menentukan pelepah yang akan diambil). Jika jenis hama yang dominan adalah Setora nitens, Thosea asigna, Susica sp., pelepah yang diambil adalah pelepah ke 9-24, sedangkan jika jenis hama yang dominan adalah Darna trima, Thosea bisura, Thosea vetusta, Ploneta diducta dan golongan ulat kantong, pelepah yang diambil adalah pelepah ke 25-40. Spesies ulat api dan ulat kantong yang sering ditemukan pada tanaman kelapa sawit disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Hama Ulat Api (Limacodidae) dan Ulat Kantong (Psydidae). Hama Ulat Api: (A) Darna trima; (B) Thosea bisura; (C) Setothosea asigna; (D) Ploneta diducta (E) Thosea vetusta; (F) Setora nitens. Hama Ulat Kantong: (G) Cremastopsyche pendula; (H) Metisa plana, (I) Mahasena corbetti. Jenis kumbang yang paling banyak ditemukan adalah Oryctes rhinoceros. Kumbang ini hanya meninggalkan tempat bertelurnya pada malam hari untuk menyerang pohon kelapa sawit. Oryctes rhinoceros memakan pupus daun muda yang belum membuka, dimulai dari pangkal pelepah. Apabila pupus yang terserang itu membuka akan terlihat tanda serangan berupa potongan simetris di kedua sisi pelepah daun tersebut. Pada tanaman muda, serangan hama ini akan menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan tanaman kelapa sawit. Pengamatan terhadap rayap, tikus dan tupai dilakukan setelah pengamatan hama ulat api dan ulat kantong pada pokok yang sama. Serangan rayap ditandai
24 oleh adanya lorong rayap (sarang) yang terbuat dari tanah pada permukaan batang yang mengarah ke bagian atas kemudian dikorek untuk mengetahui keberadaan rayap. Serangan tikus dan tupai dapat dilihat dari bekas gigitan pada buah/berondolan. Tikus hanya memakan mesocarp (daging buah) baik pada tandan muda maupun yang sudah matang, sedangkan tupai memakan mesocarp buah sampai pada inti buah kelapa sawit. Beberapa spesies tikus yang dijumpai banyak merusak tanaman kelapa sawit antara lain Rattus exulans, Rattus argentiventer. dan R. tiomanicus. Spesies yang paling dominan ditemukan di ASE adalah R. tiomanicus. Dari hasil penelitian diketahui bahwa satu ekor tikus dapat mengkonsumsi mesokarp +4 gram/hari, sehingga kehilangan produksi dapat mencapai +5 % dari produksi normal (Manual Referensi Agronomi, 2004). Pengendalian hama. Prinsip pengendalian hama di ASE mengacu pada pengendalian hama terpadu dimana tindakan pengendalian bersifat preventif dan secara biologis dengan memanfaatkan musuh alami dan predator serta meminimalisir penggunaan pestisida (pestisida adalah alternatif terakhir). Pengendalian hama ulat api dan ulat kantong dilakukan dengan menanam beneficial plant. Tanaman yang digunakan merupakan tanaman yang dapat menyediakan madu (nectariferous) sebagai makanan bagi musuh alami serta tempat hidup bagi predator (Sycanus sp.) dan parasitoid (Chaetexorista javana). Jenis beneficial plant yang ditanam di ASE adalah Cassia cobanensis, Euphorbia heterophylla, Turnera sp. dan Antigonon leptopus.
Gambar 3. Beneficial Plant. (A)Turnera subulata, (B) Cassia cobanensis, (C) Euphorbia heterophylla, dan (D) Antigonon Leptopus.
25 Pengendalian hama tikus dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami yaitu burung hantu (Tyto alba). Burung hantu (Tyto alba) termasuk golongan burung buas (karnivora) yang umumnya memakan mangsanya dalam kondisi hidup. Burung hantu banyak dijumpai di daerah tropis dan sub-tropis. Jenis makanannya sangat spesifik yakni berbagai jenis tikus dengan daya konsumsi terhadap tikus mencapai 99.4%. Aktifitas berburunya dimulai dari lepas senja hingga pagi hari. Tingkat predasi burung hantu terhadap R. tiomaticus di perkebunan kelapa sawit mencapai 88% sedangkan sisanya 6% adalah R. argentiventer dan 6% R. ratus diardii. Burung hantu yang telah dewasa diletakkan pada nest box yang telah disediakan di blok kebun. Monitoring dilakukan sebulan sekali untuk mengetahui keberadaan burung hantu pada nest box yang dipasang di kawasan tersebut. Bersamaan dengan pengamatan tersebut juga dilakukan pemeliharaan terhadap kebersihan nest box seperti dari gangguan serangga atau kotoran dari burungburung liar lainnya.
Gambar 4. Rumah Burung Hantu (Nest Box) Pengendalian hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) dilakukan dengan menggunakan pherotraps (perangkap hama yang dilengkapi dengan sex pheromone). Cara ini selain aman terhadap lingkungan juga efisien dalan hal penggunaan tenaga kerja. Hasil pengujian Departemen Riset Minamas pada skala komersial (±5 000 ha) menunjukkan bahwa penggunaan Pherotraps selain efektif juga dapat menghemat biaya hingga ±76% bila dibandingkan dengan penyemprotan.
26 Pengelolaan Tajuk (Penunasan). Salah satu komponen yang sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman adalah kecukupan jumlah pelepah (daun) karena berhubungan dengan kemampuan tanaman menyediakan makanan untuk pertumbuhannya melalui fotosintetis. Inti pekerjaan pengelolaan tajuk adalah memelihara pelepah produktif dengan cara mengurangi jumlah pelepah melalui penunasan sampai batas tertentu. Jumlah pelapah harus dipertahankan tetap optimum yaitu 48-56 pelepah (songgoh tiga) untuk tanaman muda dan 40-48 pelepah (songgoh dua) untuk tanaman tua. Terbuangnya pelepah produktif yang berlebihan (over pruning) akan mengakibatkan penurunan produksi.
Penurunan produksi terjadi akibat
berkurangnya areal fotosintesis dan tanaman akan mengalami stress yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan sex ratio (peningkatan bungan jantan), dan penurunan BJR (berat janjang rata-rata). Tujuan lain penunasan adalah untuk mempermudah pekerjaan potong buah, menghindari tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah, mempermudah pempukan dan penyemprotan, memperlancar penyerbukan alami, serta sanitasi tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit Progresiv pruning. Penunasan untuk tanaman menghsilkan (TM) yang diberlakukan di Angsana Estate adalah sistem progresiv pruning di mana penunasan dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen dan setiap karyawan bertanggung jawab atas hanca masing- masing serta tetap mengacu pada prinsip kecukupan jumlah pelepah. Hal ini sesuai dengan diterapkannya Blok Harvesting System yang terintegrasi antara pemanenan dan pemeliharaan tunas oleh pemanenen sendiri. Pembayaran untuk progresiv pruning dilakukan bersamaan dengan penyerahan gaji yang diberikan dua kali dalam setahun dengan harga tunasan sebesar Rp 500/tanaman Tunas pasar. Tunas pasar dilakukan terhadap tanaman yang berada di sepanjang collection road, main road, dan acses road. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk membuang pelepah yang menutupi badan jalan. Jalan yang ternaungi cenderung akan tetap basah (lembab) atau bahkan tergenang pada saat hujan sehingga menyebabkan jalan menjadi lembek dan cepat rusak. Tunas pasar
27 diharapkan dapat mengurangi kelembaban tanah melalui penguapan (evaporasi). Pekerjaan tunas pasar dilakukan oleh tim yang terdiri dari dua orang tenaga kerja (satu orang memotong pelepah, satu orang lagi merapikan pelepah yang telah di potong). Prestasi kerja yang harus dicapai oleh tenaga tunas pasar adalah 1 km per 7 jam kerja atau ±240 tanaman (satu collection road). Premi diberikan jika prestasi melebihi standar yang ditetapkan (Rp 23 000/collection road).
Kastrasi Kastrasi merupakan pekerjaan penting terutama pada tanaman yang akan beralih dari TBM menjadi TM. Kastrasi bertujuan mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif tanaman dengan membuang semua produk generatif (bungan jantan, bunga betina, buah pasir dan buah busuk pada tanaman muda serta membuang pelepah tua/kering). Kegiatan kastrasi yang dilakukan di ASE dilakukan sekaligus bersamaan dengan sanitasi tanaman (pembuatan piringan) karena tanaman yang di kastrasi akan segera beralih fungsi dari TBM ke TM. Pekerjaan dilakukan oleh tim yang terdiri dari tukang dodos (membuang pelepah dan menyusunnya di gawangan mati, memotong buah matang dan buah busuk dan meletakkannya di pasar rintis), tenaga garuk piringan (membersihkan piringan dari brondolan hitam, mengutip brondolan merah dan meletakkan di pasar rintis), serta tenaga angkut buah (mengantrikan buah dan berondolan dari pasar rintis ke TPH dengan menggunakan angkong).
Sensus Vegetatif Kegiatan sensus vegetatif adalah pekerjaan untuk mengukur karaketer vegetatif tanaman. Pekerjaan ini dilakukan oleh tim riset kebun yang dikoordinir oleh divisi I ASE. Kegiatan ini dilakukan di blok khusus riset (A035) yang berisi tanaman belum menghasilkan (TBM) tahun tanam 2007 yang ditujukan untuk mengetahui karakter vegetatif pada beberapa progeny tanaman kelapa sawit. Terdapat empat ulangan untuk seluruh percobaan yang ada di blok riset. Tiap ulangan terdapat 43 plot dan dalam satu plot terdapat 12 tanaman sehingga tanaman yang diamati sebanyak 2 064 tanaman.
28 Komponen vegetatif yang diamati adalah 1) Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah hingga anak daun pertama/duri pada daun ke-17; 2) Panjang pelepah daun/rachis ke-17; 3) Tebal pelepah/rachis; 4) panjang dan lebar anak daun (3 anak daun sebelah kiri dan sebelah kanan yang diambil dari perpotongan antara pelepah/rachis tua dengan yang muda, ditandai dengan bagian pelepah yang meruncing); 5) Penambahan jumlah pelepah (dihitung dari daun pertama samapi daun terakhir yang disensus pada periode sebelumnya); dan 6) Jumlah anak daun pada pelepah ke-17. Peralatan yang digunakan antara lain meteran, jangka sorong, alat tulis, cat tembok, serta peta plot percobaan.
Pemupukan Anorganik Kemampuan lahan dalam menyediakan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang sangat terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara ini harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Prinsip utama pemupukan di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan. Biaya pemupukan sangat tinggi (mencapai 60% dari total biaya produksi), oleh karena itu ketepatan atau ketelitian pelaksanaan pemupukan menjadi sangat penting (tepat jenis, dosis, waktu, cara dan tempat). Jenis pupuk yang digunakan di ASE periode semester II tahun 2010/2011 (Juli–Juni) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis, Dosis dan Standart Kerja Pemupukan di Angsana Estate
2,5
Standart Penabur (kg/HK) 700
Standart Pengecer (ton/HK) 3,5
Dosis TM Jenis Pupuk
Kandungan
(kg/pokok)
NK Blend
13% N, 36% K2O
RP
28% P2O5
2
400
3,5
Dolo mite
18% MgO, 30% CaO
1,0
650
3,5
Kieserit
27% MgO, 23% S
1,4
650
3,5
48% B2O5 14% N, 13% P2O5, 9% K2O, 2,5% CCM 44 MgO Su mber: Kantor Besar ASE (2011)
0,1
7 ha/HK
3,5
2,5
600
3,5
HGF B
Penentuan dosis pupuk yang diberikan didasarkan pada kebutuhan hara tanaman dan kemampuan tanah dalam meyediakan hara. Pupuk diberikan sebagai
29 penambah unsur hara yang kurang atau tidak dapat disediakan oleh tanah. Rekomendasi dosis pemupukan adalah hasil diagnosa jaringan daun (visual & kimia/LSU), analisis kimia tanah, curah hujan, umur tanaman, sejarah/historis pemupukan sebelumnya, analisa produksi tahun-tahun sebelumnya, serta faktor daya dukung lingkungan lainnya (persen pencucian). Secara visual kekurangan unsur hara pada tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan
melihat
gejala
defisiensi pada
daun
tanaman dan
membandingkannya dengan foto tanaman yang mengalami defisiensi. Beberapa gejala kekurangan unsur hara yang terlihat pada daun tanaman kelapa sawit disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Gejala Defisiensi Hara pada Daun. (A). Defisiensi N; (B). Defisiensi K; (C). Defisiensi Cu (D). Defisiensi Mg; (E). Defisiensi B; (F). Defisiensi Fe Leaf Sampling Unit (LSU). Salah satu rangkaian kegiatan untuk mendapatkan rekomendasi pemupukan (jenis pupuk dan dosisnya) adalah melalui analisis jaringan daun tanaman kelapa sawit secara kimia. Sebelum dianalisis dilaboratorium, salah satu kegiatan penting yang harus dilakukan adalah pengambilan sampel daun. Tujuan utama dari kegiatan pengambilan sampel daun adalah mendapatkan sampel daun yang benar-benar menggambarkan kondisi hara dalam tanaman dan mewakili seluruh tanaman.
30 Pengambilan sampel daun dilakukan antara pukul 07.00-11.00 waktu setempat. Pengambilan sample daun tidak boleh dilakukan pada waktu hujan atau satu jam setelah hujan. Interval antara pengambilan sample daun dengan pemupukan sebelumnya sekurang-kurangnya 2-3 bulan. Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan LSU antara lain adalah plastik kantong hitam dan putih, plastik berukuran 1 kg, gunting, cat, pensil, pisau, egrek, form LSU, map, kuas, dan foto defisiensi hara. Tanaman sampel adalah tanaman yang berada pada barisan tanaman sesuai dengan sistem pengambilan sampel daun. Apabila tanaman sampel yang akan diambil sampel daunnya adalah pokok gajah, tanaman non valuer, tanaman di tepi jalan, tanaman sakit, tanaman di tepi parit atau sungai, dan tanaman yang terserang ulat api maka pokok sampel diganti dengan tanaman yang ada disebelahnya tetapi masih dalam satu barisan. Daun yang diambil adalah daun pada pelepah ke-17 (daun yang berada pada fase perkembangan yang telah sempurna). Pelepah ke-17 dipilih karena dinilai dapat menggambarkan status hara pada tanaman (paling peka/responsife terhadap kekurangan hara) dibanding daun yang lain. Pelepah ke-17 menunjukkan perbedaan yang paling mencolok dalam tingkat kandungan hara N, P, dan K serta memiliki korelasi yang lebih jelas dengan produksi tanaman. Penentuan daun ke-17 diawali dengan menentukan terlebih dahulu pelepah pertama yaitu pelepah paling atas yang telah membuka sempurna atau ±90% telah mekar. Dari pelepah pertama ditentukan terlebih dahulu arah spiral pelepah (kanan atau kiri). Pelepah ke-17 terletak dua spiral dibawah daun pertama (sesuai dengan arah spiralnya). Jika tanaman sudah terlalu tinggi sehingga sulit melihat pupus daunnya dari bawah, daun ke-17 merupakan pelepah yang membentuk sudut 450 kira-kira jatuh pada pelepah ke-3. Pelepah ke-17 diambil dengan menggunakan egrek. Kemudian diambil tiga helai anak daun sebelah kiri dan tiga helai anak daun sebelah kanan pada bagian tengah pelepah (peralihan antara batang pelepah yang sudah tua dan yang muda). Helaian anak daun dipotong sepanjang 40 cm dengan menggunakan gunting dan dimasukkan ke wadah plastik dan dibuat terpisah antara helai bagian kiri dengan yang kanan. Setelah potongan-potongan daun yang sudah terkumpul
31 dipotong-potong lagi menjadi bagian yang lebih kecil (2-3 cm) dan dibuang lidinya dan di keringkan dengan oven selama 5-7 jam pada suhu 80-1000 C untuk mengetahui berat keringnya. Sampel daun kemudian dikirim ke Minamas Research Center (MRC) untuk dianalisis.
Gambar 6. Nomor Daun ke 17 (kiri), Pengambilan Helai Daun (kanan) Sistem dan organisasi pemupukan. Pemupukan di ASE mengacu pada Blok Manuring System (BMS) yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi, dikerjakan blok per blok menggunakan tenaga tim yang terlatih dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik. Kelebihan sistem BMS adalah kegiatan supervisi dapat lebih fokus, produktifitas tenaga kerja lebih tinggi, dan biaya produksi yang rendah (Manual Referensi Agronomi, 2004). Dengan sistem BMS diharapkan permasalahan yang sering terjadi pada program pemupukan seperti keterlambatan pembelian pupuk, kualitas pupuk yang tidak sesuai dengan spesifikasi, penyimpanan yang salah, mutu aplikasi yang jelek, organisasi kerja yang tidak efektif, jadwal pemupukan yang meleset dari rencana, biaya yang mahal dan administrasi yang tidak akurat dapat diatasi. Organisasi pelaksana kegiatan pemupukan dalam sistem BHS meliputi tenaga angkut pupuk, penabur pupuk, mandor pupuk sekaligus kerani pupuk, asisten divisi dan manajer kebun. Perencanaan dan Persiapan. Rekomendasi pemupukan harus sudah diterima kebun selambat- lambatnya bulan oktober untuk pemupukan program tahun berikutnya. Pembelian pupuk mrngacu pada rekomendasi pemupukan dan perkiraan stok pupuk akhir tahun (jika perencanaan dan aktual dilakukan dengan
32 benar, seharusnya tidak ada sisa stok pupuk). Jenis dan jumlah pupuk harus tersedia di kebun pada waktunya, sehingga pembelian pupuk harus sudah dilakukan 2 bulan sbelumnya. Kendaraan pengangkut pupuk dari gudang sentral ke lapngan harus sudah dipastikan kesiapannya sehari sebelum pemupukan. Pagi harinya pupuk harus sudah dimuat dan segera diecer ke lapangan dan diletakkan pada tempat yang telah ditentukan oleh mandor pupuk. Pupuk yang sudah diecer harus segera diaplikasi pada hari itu juga, Jika pemupukan tidak selesai karena hujan atau lainnya, maka pupuk harus segera dibawa ke gudang divisi. Kebutuhan tenaga penabur harus sesuai dengan luas areal yang akan dipupuk tergantung dari jenis dan dosis pupuk per pokopk, topografi lahan, dan kemampuan penabur. Pelaksanaan Pemupukan. Pelaksanaan pekerjaan pemupukan dilakukan blok per blok. Kegiatan dimulai dari rumah tim pupuk (penabur mengambil peralatan kerja serta alat pelindung diri) kemudian apel pagi dengan mandor pupuk di lapangan. Mandor pupuk memberikan instruksi akan pekerjaan yang akan dilakukan (jenis pupuk yang diaplikasikan, dosis/takaran, blok yang akan diaplikasi), mengalokasikan tenaga penabur sesuai KKP masing- masing, absensi karyawan, mengecek kelengkapan peralatan kerja (bin pupuk, mangkuk/takaran) termasuk alat pelindung diri (baju lengan panjang, kerudung/topi, masker, apron, sepatu boots, dan sarung tangan). Penabur menempati hancak masing- masing kemudian membuka karung pupuk secara hati-hati agar tidak tumpah dan memasukkan pupuk ke dalam bin masing- masing. Penaburan dimulai dari pasar tengah menuju collection road (arah timur-barat blok) dengan dosis per pokok sesuai rekomendasi. Penaburan dilakukan melingkar merata di bibir piringan atau diatas rumpukan pelepah. Setiap
penabur wajib
menyelesaikan hancaknya
rintis per rintis dan
menyelesaikan hancak KKP nya (hanca per KKP 23-25 jalur atau 12-13 rintis) sesuai dengan ketentuan, serta mengumpulkan goni bekas pupuk dan mengikatnya setiap 10 goni untuk memudahkan kontrol.
33 Pemanenan Pemanenan adalah pekerjaan penting di perkebunan kelapa sawit karena hasil panen dapat langsung menjadi sumber pemasukan bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Sasaran utama pekerjaan panen adalah tercapainya produksi TBS per hektar yang tinggi, biaya per kg yang rendah, dan mutu produksi yang baik berupa asam lemak bebas yang rendah (FFA <3). Oleh karena itu fokus utama pengelolaan kegiatan panen adalah memotong semua janjang matang pada interval tertentu (7-9 hari), mengutip seluruh brondolan (loose fruit) dan menghantarkanya ke PKS selambatlambatnya dalam waktu 24 jam dengan mutu panen sesuai standar. Kunci sukses kegiatan panen yaitu interval dan rotasi panen harus tepat waktu, jumlah pemanen cukup (hectare labour ratio), kompetensi dan disiplin tenaga panen, supervisi yang efektif, sistem premi dan denda panen, sarana dan prasarana panen yang lengkap (peralatan panen, pasar rintis, piringan, titi panen, TPH), sistem dan organisasi panen yang digunakan serta integrasi antara tahap persiapan/perencanaan, pelaksanaan pemanenan, supervisi, pengangkutan TBS, dan administrasi yang baik. Tingkat keberhasilan kegiatan panen diukur dari mutu produk (kualitas CPO), mutu buah (kriteria matang panen), mutu hancak, dan produktivitas tenaga kerja (Tabel 5). Inte rval panen. Interval panen (umur pusingan) adalah faktor penentu yang mempengaruhi tingkat keberhasilan seluruh kegiatan panen sehingga interval panen harus dijaga agar tidak terlambat (umur pusingan >9 hari) atau terlalu cepat (umur pusingan <7 hari). Akibat pusingan panen terlambat (umur pusingan >9 hari) TBS yang dipanen cenderung overipe (terlalu masak) bahkan sampai empty bunch (janjang kosong). Sehingga persen brondolan sangat tinggi akibatnya penyelesaian hancak terlambat, basis borong sulit untuk terpenuhi, prestasi kerja (kg/hk) turun dan biaya panen (Rp/kg) panen naik, serta peluang losses (janjang masak tinggal dan brondolan tidak terkutip) tinggi. Pusingan terlambat menyebabkan penyelesaian hancak pada seksi pada hari itu menjadi tertunda.
34 Pusingan panen terlalu cepat (<7 hari) akan mengakibatkan pemanen cenderung memotong buah under ripe dan unripe untuk memenuhi basis kerja. Meningkatnya buah under ripe dan unripe selanjutnya akan menyebabkan OER (Oil Extraktion Rate) rendah. Pengolahan di PKS tidak optimal karena proses perebusan tidak sempurna, USB (Unstripe Bunch/buah mogol) tinggi, bila jam perebusan ditambah maka kapasitas oleh PKS menjadi rendah, dan hal ini akan meningkatkan biaya pengolahan (Rp/Kg TBS diolah). Tabel 5. Parameter Tingkat Keberhasilan Kegiatan Pemanenan di ASE
Mutu Produk
Mutu TBS
Mutu Hancak
Produktivitas Tenaga kerja
Parameter 1. OER (Oil Extraktion Rate) 2. KER (Kernel Extraktion Rate) 3. FFA (Free Fatty Acid) 1. Unripe 2. Under Ripe 3. Ripe/Over Ripe 4. Empty Bunch 5. Abnormal 6. Old Crop 7. Long/Cut Stalk 8. Kontaminasi (sampah, pasir, tanah) 1. Berondolan tidak terkutip 2. Janjang matang tidak dipanen 3. Pokok tidak dipanen 4. Pusingan normal ≤ 9hari 1. BJR > 25 kg 2. BJR 18 - 24 kg (ton/ha 20 - 25 ) 3. BJR 15 - 18 kg (ton/ha 16 – 20) 4. BJR < 15 (ton/ha < 15)
Standar > 25 % > 4,5 % <3% 0,0 % < 8,0 % > 90 % <2% <5% < 10 % <5% 0% < 2 butir/janjang 0% 0% 100% > 1 400 kg/HK >1 200–1 400 kg/HK > 1 000–1 200 kg/HK min 1 000 kg/HK
Krite ria matang panen. Buah dikatakan mentah (unripe) jika tidak ada brondolan yang lepas alami (0 brondol/kg janjang) dan masih berwarna hitam. Buah kurang matang/mengkal (under ripe) adalah buah dengan jumlah brondolan kurang dari 2 brondolan/kg (12,5-25% buah luar memberondol) dan berwarna kemerahan. Buah matang (ripe) adalah buah dengan brondolan lepas alami 2 brondol/kg (25-50 % buah luar memberondol) dan berwarna kemerahan. Buah dikategorikan over ripe (lewat matang) jika 51-100% buah luar atau sebagian
35 buah dalam memberondol. Empty bunch adalah buah dengan brondolan lepas alami >95% dan belum ada tanda-tanda busuk pada permukaan potong buah. Buah dikategorikan mempunyai gagang panjang (long stalk) jika hasil potongan gagang panjang lebih dari 5 cm yang diukur dari permukaan buah sampai sisi potongan yang miring (bagian yang terpendek). Old crop adalah buah yang tidak terangkut >2 hari. Kriteria matang panen ditunjukkan oleh Gambar 7.
Gambar 7. Kriteria Matang Panen (A) Unripe/Mentah; (B) Under ripe/Mengkal; (C) Ripe/Matang; (D) Over ripe/Lewat matang; (E) Empty bunch/janjang kosong Sistem dan organisasi panen. Sistem panen di ASE dikenal dengan BHS (Block Harvesting System), yaitu sistem panen yang terkonsentrasi pada pergerakan yang teratur, sistematis dan diselesaikan blok per blok. Target penyelesaian satu seksi panen adalah satu hari untuk menjamin kesinambungan penyelesaian hancak di hari berikutnya. Satu seksi dikerjakan dengan titik awal dan arah gerakan yang sama (searah dengan main road), masing- masing mandor dan tenaga potong buah mengerjakan hancak blok dan seksi panen yang sama. Dalam pelaksanaannya sistem BHS dikelompokan lagi menjadi: 1) BHS Non DOL (Non Division Of Labour) dan 2) BHS by DOL (Division Of Labour) yang terdiri dari BHS DOL-2 dan BHS DOL-3. Kedua sistem BHS ini digunakan pada kondisi yang berbeda yang mengacu pada hectare cover pemanen dan produksi blok atau seksi. Pada TM1-TM6 yang panennya menggunakan dodos
36 biasanya masih menggunakan BHS Non DOL sedangkan untuk tanaman dengan umur >9 tahun (≥TM 7) yang panennya sudah menggunakan egrek digunakan system BHS DOL-2. Dalam sistem BHS Non DOL satu orang tenaga bekerja sebagai cutter, carrier, dan picker. Pada sistem BHS DOL-2 cutter berfungsi sekaligus carrier sedangkan picker adalah orang yang berbeda. Pada BHS DOL-3 tenaga panen terdiri atas tiga orang yang masing- masing sebagai cutter, carrier, dan picker. Tujuan diterapkanya sistem BHS adalah untuk meningkatkan spesialisasi pekerjaan panen, menunjukkan tanggung jawab serta wewenang dengan jelas serta memperbaiki sistem pembayaran untuk kegiatan panen. Organisasi pelaksana kegiatan panen di ASE terdiri dari pemanen, mandor panen, kerani panen, kerani transport, mandor I, asisten divisi dan manager. Jumlah mandoran dan tenaga kerja di masing- masing divisi berbeda tergantung luasan yang harus dipanen. Jumlah mandoran di divisi I ada 3 mandoran, divisi II ada 2 mandoran, dan divisi III ada 3 mandoran serta masing- masing mandoran memiliki 1 orang kerani panen. Tiap mandoran membawahi 20-25 pemanen. Tiap divisi memiliki satu orang kerani transport yang bertanggung jawab terhadap pengangkutan TBS dan berkoordinasi dengan kerani panen. Persiapan dan pe rencanaan panen. Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan sebelum TBM beralih menjadi TM. Secara sistematis sebelum melangkah pada tahap pelaksanaan, proses perencanaan harus dilakukan secara detail, dengan garis besar 1) persiapan kondisi areal, 2) penetapan seksi panen, 3) penetapan luas hancak kerja pemanen dan mandoran, dan 4) penyediaan peralatan kerja. Beberapa hal yang harus dikerjakan dalam persiapan areal sebelum TBM menjadi TM adalah perbaikan jalan dan jembatan baik di main road maupun di collection road. Perbaikan pasar rintis dan pembuatan titi panen, pembersihan piringan dengan jari-jari 2-3 meter, serta pembuatan TPH (4 m x 7 m) pada setiap tiga pasar rintis atau enam baris tanaman dengan ukuran lebar 1.2-1.5 meter. Permukaan TPH dibuat rata dan harus bersih dari gulma dan kotoran atau sampah serta pemberian alas berupa goni bekas untuk tempat peletakan berondolan. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan kontaminasi. Setiap TPH berisi keterangan tentang nomor TPH dan blok tempat TPH berada.
37 Seksi panen berfungsi sebagai kerangka area kerja yang harus diselesaikan dalam satu hari panen. Luas seksi panen ditentukan sedemikian rupa agar dapat diselesaikan dalam satu hari, mempermudah pindah hancak dari satu blok ke blok lain, mempermudah kontrol asisten, mandor I dan mandor panen, transport TBS lebih efisien serta output pemanen lebih tinggi. Penentuan seksi panen adidasrkan pada luas areal TM, potensi produksi (ton/ha) per blok, jumlah dan sebaran pokok produktif, kondisi topografi, dan jumlah jam kerja. Peta seksi panen di ASE disajikan pada Lampiran 10. Penetapan luas hancak mandor berfungsi sebagai kerangka kerja tetap untuk mempertajam proses supervisi, sehingga diharapkan timbulnya rasa tanggung jawab atas pemeliharaan mutu hancak dan siklus buah dalam jangka panjang, membangun budaya kompetisi yang sehat antar mandor panen. Hancak mandor panen terkonsentrasi pada 1-2 blok menyamping dan memanjang 2-3 blok sesuai luas seksi panen divisi. Penentuan luas hancak mandor panen tergantung dari jumlah tenaga kerja potong buah dan keseragaman waktu penyelesaian hancak dengan mandoran lain. Luas hancak pemanen ditentukan berdasarkan target output yang hendak dicapai (ton per hektar), hectare cover pemanen, serta topografi areal. Jumlah baris atau rintis untuk hancak pemanen adalah 3-4 rintis per pemanen dan 2-3 blok ke depan. Dalam sistem BHS dikenal istilah KKP (kelompok kecil pemanen). KKP terdiri dari 3-4 orang pemanen yang diharapkan dapat mengantisipasi adanya ketidakhadiran salah satu tenaga potong buah, tenaga potong buah tidak sanggup menyelesaikan hancak akibat adanya kecelakaan kerja atau alat panen yang rusak, serta fluktuasi kenaikan kematangan buah yang cukup tinggi. Pelaksanaan. Kegiatan panen dimulai dari lingkaran pagi dengan mandor panen (mandor menghancakan pemanen dan pemberondol serta mengecek kelengkapan alat kerja dan pelindung diri). Setelah lingkaran pagi pemanen diikuti pemberondol segera memasuki hancak tetap masing- masing sesuai batas hancak yang telah ditentukan. Pelepah yang menjadi penyangga buah matang dipotong (tidak boleh sengkleh) dijaga agar tidak over pruning atau sebaliknya, kemudian disusun pada gawangan mati. Buah diangkut dan disusun TPH (tempat pengumpulan hasil) secara teratur (kelipatan lima) kemudian diberi nomor
38 pemanen pada permukaan potongan salah satu buah. Pemberondol mengutip berondolan setelah pemanen berada pada beberapa pokok di depannya. Berondolan dikutip dengan tangan dan tidak boleh menggunakan garukan agar tidak tercampur dengan kotoran kemudian dimasukkan ke dalam G-bag dan disusun di TPH di sebelah kiri susunan TBS dan diberi nomor pemberondol (Gambar 8). Kerani panen menghitung dan mencatat TBS serta berondolan. Mandor memeriksa mutu hancak setiap pemanen dan pemberondol serta membuat laporan ke asisten divisi. Peralatan panen yang digunakan untuk pekerjaan panen terbagi menjadi tiga fungsi yaitu alat potong buah, alat kutip berondolan, alat angkut buah ke TPH. Jenis, spesifikasi, dan kegunaan beberapa peralatan panen disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Peralatan Panen di Angsana Estate No Nama Alat
Spesifikasi
1
Dodos Kecil
Berbentuk tembilang lebar mata 8 cm
2
Dodos besar
lebar mata 14 cm
Kegunaan Potong buah TM1 dan TM2 atau umur tanaman 3-4 tahun Potong buah TM3-TM6 atau umur tanaman 5-8 tahun
Harvesting pole Goni bekas pupk
Berat 0,5 kg, panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung. Aluminium ukuran 6 m dan 12 m Ukuran berbeda tergantung jenis pupuk
6
Angkok
Kereta sorong beroda satu
7
G-bag
Berbentuk jarring
8
Ganco
Besi beton 3/8 “, panjang sesuai kebiasaan setempat
Memuat TBS ke angkong
9
Tojok
Besi berbentuk seperti lembing/tombak
Memuat TBS ke alat transport
10
Alat pelindung Helm, sepatu boats, sarung diri (APD) dodos/egrek
3
4 5
Pisau egrek
Potong buah umur tanman > 9 tahun Galah pisau egrek Wadah memindahkan berondolan ke transport Alat untuk angkut TBS ke TPH Pengumpulan/packing brondolan
Melindungi diri dari bahaya keselamatan kerja
39
Gambar 8. Kegiatan Panen: (A) Potong buah dengan egrek; (B) Pengutipan berondolan dengan tangan; (C) Penyusunan buah di TPH; (D) penggunaan g-bag Pengangkutan TBS. Kegiatan transportasi diperkebunan terutama diarahkan untuk menjamin kelancaran arus produksi TBS ke PKS. Organisasi pekerjaan transportasi harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan prinsip utama melakukan evakuasi TBS dari kebun ke PKS secepat-cepatnya (maksimal 24 jam setelah dipanen). Sasaran utamanya adalah untuk menjaga kualitas mutu produk yaitu kandungan asam lemak bebas yang rendah. Penentuan jumlah unit transportasi untuk mengangkut TBS per harinya ditentukan oleh taksasi produksi harian, kapasistas angkut unit, jarak antara lokasi panen dengan pabrik, waktu yang dibutuhkan untuk memuat buah ke unit transport, serta antrian di PKS. Sebagai contoh, taksasi produksi sebanyak 95 ton. Jarak tempuh rata-rata ((jarak terjauh + jarak terdekat/2)) adalah 8 km dan estimasi waktu tempuh 0.75 jam. Waktu yang dibutuhkan untuk memuat TBS ke unit selama 1 jam sehingga satu unit membutuhkan waktu 1.75 jam untuk satu kali pengangkutan. Jika kapasitas rata-rata unit transport sebesar 7 ton/per unit dan jam kerja unit dalam satu hari selama 8 jam maka dalam satu hari tiap unit mampu mengangkut sebanyak 5 kali, sehingga jumlah unit yang harus disiapkan adalah 3 unit.
40 Kapasitas kebun yang melebihi kapasitas oleh pabrik dalam satu hari atau kerusakan di pabrik akan menyebabkan antrian buah di PKS dan hal ini akan menghambat pengangkutan TBS shingga jam kerja alat angkut menjadi berkurang. Jika kondisi seperti ini terjadi maka perlu adanya tambahan transportasi untuk pengangkutan TBS agar tidak terjadi restan di kebun. Sistem pre mi dan denda. Penetapan sistem premi harus didasarkan pada biaya potong buah per kg TBS sesuai anggaran tahun berjalan dan sistem premi sebelumnya. Sistem premi bertujuan untuk memberikan penghargaan pada pekerja pada saat hasil kerja di atas standar (basis), merangsang pekerja untuk berupaya mencapai out put di atas standart, mendorong kenaikan out put dengan biaya yang lebih rendah, dan memupuk tanggung jawab pekerja pada tugasnya. Penentuan standar basis borong ditetapkan dengan pertimbangan, hectare cover dan rata-rata out put pemanen selama 7 jam/hari kerja biasa dan 5 Jam pada hari jumat, kondisi topografi areal panen, kondisi tanaman (umur tanaman-tinggi pokok, BJR, homogenitas tanaman, dan persentase pokok produktif), total output (Kg/HK) dan biaya panen (Rp/kg upah dan premi panen) dalam anggaran/budget pada tahun berjalan. Premi pemanen terdiri atas premi siap borong dan premi lebih borong. Premi basis borong adalah premi yang di berikan pada pemanen ketika jumlah janjang dipotong telah melebihi dan atau sama dengan jumlah janjang yang telah ditentukan sebagai basis borong. Premi lebih borong adalah premi yang diberikan jika pemanen memperoleh jumlah janjang melebihi janjang basis, Besarnya premi lebih borong dihitung berdasarkan selisih antara total perolehan janjang dengan total janjang basis, pada setiap tahun tanamnya. Premi pemberondol hanya diberikan berupa premi lebih borong. Premi lebih borong brondolan diberikan pada saat perolehan berondolan minimal lebih besar dari basis brondolan. Premi untuk
supervisi
dihitung berdasarkan persentase
terhadap
total premi
karyawannya. Premi panen di Angsana Estate disajikan pada Tabel 7.
41 Tabel 7. Premi Karyawan Panen dan Supervisi di ASE Pemanen Basis TT
1996
1998
1999
2000
BJR
Pemberondol
Premi
Siap Borong
Siap Borong
(Jjg)
(Rp)
JJG Lebih Borong (Rp)
Basis
Premi
Siap Borong
Lebih Borong
(kg)
(Rp/kg)
Supervisi
Mandor Panen
Kerani Panen & Mandor I
18.6
P0
120
2 000
325
225
90
150%
125%
18.6
P1
130
6 000
325
225
90
Dari
dari
18.6 18.6
P2 P3
150 172
12 500 18 500
325 325
225 225
90 90
Total Premi
total premi
18.6
P4
189
25 000
325
225
90
Karyawan
Karyawan
17.7
P0
140
2 000
300
225
90
150%
125%
17.7
P1
160
6 000
300
225
90
Dari
dari
17.7
P2
180
12 500
300
225
90
Total
total
17.7
P3
200
18 500
300
225
90
Premi
premi
17.7
P4
220
25 000
300
225
90
Karyawan
Karyawan
16.8
P0
175
2 000
275
225
90
150%
125%
16.8
P1
200
6 000
275
225
90
Dari
dari
16.8
P2
225
12 500
275
225
90
Total
total
16.8
P3
250
18 500
275
225
90
Premi
premi
16.8
P4
275
25 000
275
225
90
Karyawan
karyawan
14.6
P0
180
2 000
250
225
90
150%
125%
14.6
P1
205
6 000
250
225
90
Dari
dari
14.6
P2
230
12 500
250
225
90
Total
total
14.6
P3
258
18 500
250
225
90
Premi
premi
14.6
P4
284
25 000
250
225
90
Karyawan
karyawan
2006 3.87 P0 225 8 500 150 NonDol 60 Idem Idem Sumber: Kantor Besar ASE (2011): Ketentuan dan Ketetapan Premi 2010-2011 Area Sebamban
Kegiatan supervisi bertujuan untuk menjaga kualitas dari pekerjaan panen yaitu menjaga mutu buah dan mutu hanca. Perusahaan menetapkan denda terhadap kesalahan/pelanggaran yang terjadi dengan tujuan untuk meningkatkan disiplin karyawan sekaligus memberikan pembelajaran atas kesalahan yang dilakukan sehingga memberikan manfaat bagi perusahaan. Pemberian denda kepada karyawan di ASE mengacu pada ketentuan seperti pada Tabel 8.
42 Tabel 8. Parameter Pemberian Denda Karyawan di ASE
No A.
Denda /Sangsi Karyawan
Parameter
Cutter-Carrier
Picker
Kenek
Rp 5 000/Jjg
-
-
Mutu Buah
1
Buah Mentah (Unripe)
2
Buah Matahari
Rp 750/Jjg
-
-
3
Buah Diperam
Rp 5 000/Jjg
-
-
4
Gagang Panjang
Rp 250/Jjg
-
-
5
Empty Bunch terangkut ke PKS
-
-
Rp 500/Jjg
B
Mutu Hancak Rp 5 000/Jjg
-
-
- Dalam Piringan
-
Rp 100/ Brd
-
- Poko k Sawit
-
Rp 100/ Brd
-
- Gawangan/Pasar Rintis
-
Rp 100/ Brd
-
-
3
- TPH/pinggir jalan Buah tidak Disusun rapi di TPH
Rp 1 000/TPH
Rp 250/TPH
-
-
4
Pelepah Sengkleh
-
-
-
5
Pelepah Tidak d isusun Rapi
Rp 1 000
-
-
1
Janjang Masak tidak Dipanen Brondolan tidak terkutip
2
6 Over Pruning Rp 500/Plp Su mber: Kantor Besar ASE (2011): Ketentuan dan Ketetapan Premi 2010-2011 Area Sebamban
Administrasi panen. Data hasil kerja berfungsi sebagai bahan analisa dalam proses evaluasi hasil kerja panen, sebagai referensi/pertimbangan dalam proses perencanaan kegiatan panen, membantu kecepatan dalam pengambilan keputusan atas masalah- masalah yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan panen, sebagai salah satu alat bantu dalam proses supervisi, pendukung dalam pembuatan daftar pembayaran upah dan premi karyawan, dan sebagai alat ukur tingkat efesiensi dan efektivitas pengelolaan organisasi panen. Adapun administrasi panen dalam kegiatan harian, mingguan, dan bulanan meliputi; Buku kegiatan Mandor (BKM), Pusingan Potong Buah, Pemeriksaan Mutu Buah dan Hancak, Rekapitulasi Pemeriksan Mutu Buah dan Hancak., Buku Penerimaan Buah dan Brondolan, Notes potong Buah, Surat Pengantar Buah (SPB), Taksasi Produksi, Crop Book, Laporan Potong Buah SKU (LPB-SKU), Laporan Kutip Brondolan (LKB), Laporan Produksi dan Biaya, Laporan
43 Pengolahan TBS Pengolahan TBS dan pemasaran CPO di PT Ladangrumpun Suburabadi menjadi tanggung jawab unit pabrik (Angsana Factory/ASF). ASF memiliki kapasitas olah sebesar 60 ton/jam dan menerima TBS yang berasal dari beberapa kebun yaitu ASE, Pantai Bonati Estate (PBE), Gunung Sari Estate (GSE), Mustika Estate (MTE), dan KKPA 1, 2, 3, 4 dan 5. Secara umum PKS terdiri dari stasiun utama (stasiun penerimaan buah, rebusan, pemipilan, pencacahan dan pengempaan, pemurnian, stasiun nut- kernel) dan stasiun pendukung (stasiun pembangkit tenaga, laboratorium, pengolahan air, penimbunan produk, bengkel, dan stasiun limbah). Stasiun pene rimaan buah. Pada stasiun penerimaan buah terdapat dua unit pendukung yaitu jembatan timbang (weight bridge) dan loading ramp. Setiap unit kendaraan (truck) yang membawa TBS terlebih dahulu ditimbang pada jembatan timbang (weight bridge), untuk kemudian menuangkan (unloading) TBS ke loading ramp kemudian truk kosong ditimbang kembali untuk mengetahui berat bersih dari TBS. Fungsi utama jembatan timbang adalah menimbang TBS yang masuk dan produksi yang diangkut keluar pabrik (CPO, kernel, janjang kosong, cangkang dan lain- lain). Di ASF terdapat 2 unit jembatan timbang kapasitas 40 ton lengkap dengan instalasi komputer didukung dengan software WIS (Weight Bridge Information System) dan printer untuk mencetak karcis timbang. Loading ramp adalah tempat untuk menampung TBS yang diturunkan dari truk, merupakan suatu bangunan dengan lantai miring bersudut ± 27o tujuannya untuk mempermudah pemasukan TBS ke conveyor oleh gaya gravitasi, yang selanjutnya didistribusikan masuk ke lori, kemudian ditarik dengan menggunakan capstand untuk dipindahkan ke jalur rebusan (sterilizer). Stasiun perebusan (sterilizer). Tujuan proses perebusan adalah untuk menghentikan kegiatan enzim penyebab hidrolisis minyak untuk mencegah meningkatnya kadar FFA (Free Fatty Acid), memudahkan proses pemipilan pada thresher untuk melepaskan brondolan dari tandannya, memudahkan proses pelepasan minyak dari daging buah dengan berkurangnya kadar air sehingga mempermudah proses pengempaan (press), serta memudahkan proses pelepasan
44 inti sawit dari cangkangnya dengan berkurangnya daya ikat karena turunnya kadar air. Produk sampingan (by products) dari stasiun ini berupa air kondensat yang kemudian dialirkan ke kolam limbah. Proses perebusan dilakukan dalam bejana tertutup rapat dan berbentuk silinder horizontal yang dilengkapi pipa dan katup-katup pemasukan uap, pengeluaran uap, pengeluaran kondensat, pengukuran tekanan, pintu masuk dan keluar serta rail band. Metode dasar perebusan adalah memasak atau merebus buah dengan uap bertekanan 2.5-2.8 kg/cm2 pada temperatur 120-130 o C. Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali rebusan adalah 80-90 menit. Jumlah bejana rebusan yang terpasang di ASF sebanyak 4 unit lengkap dengan instalasi otomatis, semi otomatis atau manual untuk pengoperasiannya.
Gambar 9. Stasiun Rebusan (Sterilizer) Stasiun bantingan (thresher). Pada stasiun bantingan ini buah matang dari rebusan dipisahkan antara buah (brondolan) dengan janjangannya (janjangan kosong/JJK). Alat yang digunakan adalah rotary drum thresher sebanyak 3 unit dengan kecepatan putaran 24 rpm (rotation per menit). Brondolan yang terpisah selanjutnya diteruskan ke stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser) melalui rangkaian conveyor sedangkan hasil sampingnya (JJK) dengan bantuan conveyor ditampung di hoper JJK pada stasiun janjangan kosong yang selanjutnya JJK dimuat ke truk/traktor untuk diaplikasikan ke kebun.
45 Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser). Digester merupakan suatu unit berbentuk bejana/silinder yang didalamnya terdapat batang pengaduk (strainer) yang berputar terus, dimana buah matang dari stasiun bantingan diaduk dan dilumatkan yang bertujuan untuk memudahkan pemisahan biji dari daging buah dengan tingkat kerugian yang sekecil-kecilnya sehingga memudahkan proses pengempaan (press).
Gambar 10. Stasiun Pengempaan (Presser) Presser yang terpasang di PKS Angsana sebanyak 6 unit dengan kapasitas olah 15 ton/unit/jam. Massa buah yang sudah lumat akibat pengadukan di bejana pengadukan (digester) masuk kedalam kempa ulir (screw press), dan daging buah akan diperas untuk diambil minyak kasar, serabut dan nut/biji. Pada pengempaan ini diharapkan tidak ada minyak kasar yang tertinggal pada serabut dan juga tidak ada nut/biji yang pecah karena pengempaan yang terlalu kuat. Stasiun pemurnian (clrarifier). Minyak kasar yang diperoleh dari proses pengempaan harus dibersihkan dari kotoran, baik kotoran padat maupun cair yang dimaksudkan untuk mendapatkan minyak semurni mungkin yang dikehendaki dan agar minyak tahan lama (tidak turun mutunya karena reaksi pengasaman). Proses pemisahan minyak minyak murni dari minyak kasar (proses pemurnian) ini dilakukan dengan prinsip
penyaringan,
pengendapan,
dan
pemusingan
(sentrifugal) yang terjadi pada beberapa tahap. Minyak kasar yang diperoleh dari proses pengempaan akan melalui vibrating screen untuk kemudian ditampung di COT (Crude Oil Tank). Vibrating
46 screen berfungsi untuk menyaring kotoran seperti fibre, lumpur, dan pasir. Kotoran yang tidak lolos saringan masuk kembali ke digester melalui conveyor dan elevator yang terhubung. COT berfungsi untuk menampung sementara minyak kasar sebelum dialirkan ke CST (Countinous Settling Tank) dan di COT ini sebagian kotoran (padatan dan pasir) juga diendapkan dan dipisahkan dari minyaknya. COT dilengkapi dengan pipa injeksi steam untuk menaikkan temperatur minyak kasar menjadi 95o C dengan tujuan supaya memudahkan pemisahan minyak pada proses selanjutnya.
Gambar 11. Stasiun Pemurnian (Clarifier) CST berfungsi untuk memisahkan minyak dan sludge (lumpur) dengan prinsip pengendapan melalui perbedaan berat jenis. CST dilengkapi pengaduk berputar untuk melepaskan minyak yang terperangkap pada endapan lumpur, injeksi steam untuk mempertahankan suhu pada 950 C, pipa under flow untuk mengalirkan sludge dan mengalirkannya ke sludge tank. Minyak dari CST kemudian di kirim ke POT (Pure Oil Tank) sebelum dikirim ke vacum dryer untuk dipanaskan hingga suhu 90-950 C. Vacum dryer dilengkapi dengan vacum pump yang berfungsi untuk memerangkap butiran air yang terpisah dari minyak murni. Minyak murni kemudian dikirim ke storage tank dan air yang terperangkap ditampung pada hot well tank. Sludge di sludge tank masih mengandung minyak sehingga dilakukan pengutipan kembali, dan minyaknya ditampung di recovery oil tank kemudian dikembalikan ke CST sedangkan sludge (heavy phase) dibuang ke fat fit yang selanjutnya dipompakan kolam limbah.
47 Stasiun nut-ke rnel. Pemisahan biji dan serabut dilakukansecara pneumatic (pemisahan dengan hisapan udara). Ampas press (campuran biji dan serabut) berbentuk gumpalan dipecah di cake breaker conveyor untuk mempercepat penguapan air yang terkandung didalam serabut, agar serabut menjadi lebih ringan dan mudah dipisahkan dari biji. Di dalam depericarper, bahan-bahan ringan seperti seperti serabut dan cangkang halus akan dihisap dan dibawa ke siklon, selanjutnya diteruskan untuk bahan bakar boiler. Biji yang lebih berat akan jatuh ke bawah, masuk ke dalam nut polishing drum yang berputar sehingga biji akan bergesekan dengan dinding tromol. Akibat gesekan sisa-sisa serabut yang masih melekat pada biji akan terlepas.
Gambar 12. Stasiun Nut-Kernel Nut/biji akan dikirim ke ripple mill yang dilengkapi dengan batang baja dimana pada saat rotornya berputar menggerakkan/melempar nut sehingga nut dapat pecah. Kemudian kernel, cangkang, dan kotoran halus dari pemecahan nut di ripple mill dikirim ke LTDS 1 dan 2 untuk dipisahkan. Pertama pemisahan kering, yaitu dengan hisapan udara, dengan memanfaatkan perbedaan berat kernel dengan cangkang (LTDS 1 dan2). Kedua pemisahan basah dengan hydrocyclone, yaitu pemisahan yang didasari pada perbedaan berat jenis antara kernel dan cangkang dengan cara pusingan dan bantuan gaya sentrifugal. Selanjutnya kernel yang sudah siap (matang) dikirim ke bulk silo untuk siap dikirim.
48 Pengelolaan Limbah Pengolahan TBS (tandan buah segar) di PKS akan menghasilkan produk utama (CPO dan kernel) serta hasil sampingan (by-products) dalam bentuk limbah padat berupa janjang kosong (JJK), cangkang, dan sabut serta limbah cair (POME). Pengelolaan limbah penting untuk menjaga kebersihan dan kelancaran pengolahan di PKS serta untuk menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan profit perusahaan. Perusahaan juga harus menaati peraturan pemerintah tentang penanganan limbah/lingkungan hidup dan menjaga keharmonisan sosial dengan masyarakat setempat. Limbah padat (JJK). Janjangan kosong (JJK) adalah sisa buah tandan kelapa sawit yang berasal dari stasiun bantingan (thresher) di (PKS). Produksi JJK sekitar 23% dari tiap ton TBS yang diolah. JJK yang diproduksi di pabrik, ditampung sementara di hopper sebelum diaplikasikan ke lapangan. JJK diangkut dari PKS ke blok aplikasi dengan menggunakan truk yang mengantarkan TBS yang terdiri dari dua jenis yaitu truk jenis PS dengan kapasitas 6 ton dan truk jenis HINO dengan kapasitas 8 ton. Pengangkutan JJK dari hopper JJK di PKS dan penumpukan JJK di collection road ditunjukkan oleh Gambar 13.
Gambar 13. Pengangkutan JJK dari Hopper JJK di PKS dan Penumpukan JJK di Collection Road JJK dari PKS ditumpuk di collection road pada titik yang diberi pancang berupa bambu di barisan gawangan mati (tiap tumpuk JJK sebanyak 6-8 ton) kemudian diaplikasikan ke setiap titik aplikasi di dalam blok secara manual menggunakan kereta sorong (angkong) dengan dosis 37.5 ton/ha atau (275
49 kg/titik) dan rotasi satu kali setahun. Tiap angkong mampu mengangkut 50-60 kg JJK sehingga untuk aplikasi satu titik dibutuhkan 5-6 angkong JJK. Aplikasi JJK dilakukan dengan teknik mulching (JJK diaplikasikan sebagai mulsa), untuk TBM diberikan di piringan dan untuk TM di gawangan mati (antara pohon). JJK disebar menjadi satu lapis (tidak ditumpuk) untuk menghindari perkembangan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Aplikasi JJK di ASE dikerjakan oleh pekerja harian lepas (bukan karyawan SKU). Penggunaan tenaga kerja harian lepas dinilai lebih tepat dibandingkan karyawan SKU karena target aplikasi JJK adalah teraplikasinya JJK tidak lebih dari tiga hari. Tiap mandor JJK membawahi 5-7 orang pekerja. Standar kerja aplikasi JJK yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 5 HK/ha atau sama dengan 27 titik/HK (dosis 37.5 ton/ha atau 275 kg/titik). Prestasi kerja karyawan rata-rata sebanding dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan sedangkan prestasi kerja penulis saat mengikuti kegiatan aplikasi JJK adalah 15 titik/HK. Metode aplikasi JJK di ASE selain dengan teknik mulching yang diaplikasikan di antara pokok (TM) dan piringan (TBM) juga dikenal aplikasi dengan teknik focal feeding yaitu aplikasi JJK yang ditumpuk pada pits atau lubang-lubang buatan. Lubang buatan untuk focal feeding dibuat di gawangan mati dengan ukuran panjang 4 meter, lebar 1 meter, dan dalamnya 0.75 meter secara mekanis dengan menggunakan mini excavator. Lubang dibuat tegak lurus dengan arah baris tanaman dan tegak lurus dengan arah kemiringan lahan untuk mengurangi laju aliran permukaan (run off). Tiap lubang mampu menampung sekitar 2 ton JJK untuk aplikasi pertama dan akan terus berkurang untuk aplikasi kedua dan berikutnya karena penyusutan volume lubang. Metode focal feeding merupakan suatu pendekatan inovatif untuk meminimalkan kehilangan unsur hara yang terkandung dalam JJK sekaligus memaksimalkan penyerapan unsur hara oleh tanaman. Lubang yang dibuat juga dapat digunakan untuk menangkap air dan berfungsi sebagai konservasi air hujan untuk mencegah defisit air pada musim kemarau. Aplikasi JJK di lapangan dengan teknik mulching dan focal feeding ditunjukkan pada Gambar 14.
50
Gambar 14. Aplikasi JJK di Lapangan dengan Teknik Mulching (A) dan Teknik Focal Feeding (B). Departemen Riset setiap tahun merekomendasikan blok-blok mana yang akan diberikan JJK dalam suatu program pemupukan JJK. Blok-blok yang akan diaplikasi JJK disurvei lebih dahulu kelayakannya (terletak pada radius 6 km dari PKS, tanah mineral terutama tanah berpasir, bukan daerah rendahan, drainase baik, sarana jalan dan jembatan serta sarana dalam blok berfungsi baik). Limbah Cair (POME). Limbah cair yang dihasilkan pabrik merupakan produk sampingan dari pengolahan TBS di PKS yang berasal dari proses perebusan (sterilizer), pemurnian (clarifier), air cucian pabrik, dan air hydrocyclon (air buangan dari proses pemisahan cangkang dan inti sawit. Sebelum diaplikasikan ke lahan, limbah cair sebelumnya ditampung di kolam sementara (fat pit) di Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) dan melalui beberapa perlakuan sehingga memenuhi standart mutu (BOD yang sesuai) untuk diaplikasikan yaitu BOD <5 000 mg/L. Sistem aplikasi lahan yang digunakan adalah dengan sistem kolam datar (flat bed) yaitu sistem irigasi yang ditampung pada kolam-kolam datar (seperti rorak-rorak) secara berhubungan dengan ketinggian yang relatif tidak sama atau seperti bentuk terasering. Flat bed dibuat pada gawangan mati yaitu gawangan yang berselingan dengan jalan panen/pasar rintis, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang 3.2 m, lebar 1.4 m dan kedalaman efektif 0.4 m dengan kapasitas 1.792 m3 atau setara dengan 1.792 ton air limbah. Jarak antar flat bed dipisahkan oleh pematang dengan lebar 0.4 meter. Pada ujung baris flat
51 bed dibuat tanggul untuk mencegah kebocoran flat bed dan 1-2 parit pengaman untuk menampung luapan limbah dari dalam flat bed saat hujan lebat. Jumlah flat bed per hektar adalah 150–160 flat bed. Volume dan jumlah flat bed di blok aplikasi secara aktual lebih rendah dari yang seharusnya (aktual rata-rata 140 buah flat bed/ha). Hal ini disebabkan oleh topografi ASE yang bergelombang yaitu antara 20-30% dan jenis tanah oxisol yang cenderung berpasir sehingga sering terjadi pendangkalan flat bed. Pada blok aplikasi dibuat sumur pantau untuk pengamatan adanya dampak aplikasi terhadap kualitas air tanah. Blok untuk aplikasi limbah cair dipilih blok yang tidak terlalu jauh dari areal PKS (berkaitan dengan pemakaian instalasi dan kekuatan tekanan pompa), topografi tidak terlalu datar karena pada prinsipnya aliran limbah cair menggunakan konsep gravitasi, dan tidak terlalu banyak areal rendahan sehingga penyebaran aplikasi dalam satu blok maksimal. Pembuatan flat bed tergantung kepada potensi produksi yang dihasilkan setiap tahun, perencanaannya dimaksudkan agar pembuatan flat bed dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dan menghindari flat bed yang tidak terisi.
Gambar 15. Aplikasi Limbah Cair: (A) Flat bed (B) Sumur Pantau Aplikasi limbah cair dilakukan dengan mengalirkan limbah dari kolam N0.8 di stasiun IPAL ke blok-blok aplikasi di kebun menggunakan sistem pompa dan pipa. Pompa yang digunakan berkapasitas 70.33 ton/jam. Pipa yang digunakan adalah pipa utama jenis PVC berdiameter 6 inch, pipa sekunder PVC berdiameter 4 inch, dan pipa distribusi adalah pipa PVC berdiameter 2 inch. Limbah cair yang akan diaplikasikan dipompakan melalui pipa-pipa kemudian
52 dialirkan ke flat bed. Limbah cair mengalir antar flat bed secara grafitasi melalui pipa penghubung maupun melalui parit kecil penghubung antar flat bed. Aplikasi limbah dilakukan dengan dosis 750 ton/ha/tahun dengan rotasi 3 (tiga) kali setahun atau empat bulan sekali sehingga dosis tiap aplikasinya sebesar 250 ton/ha, maka untuk setiap rotasi aplikasi limbah cair pada flat bed cukup setinggi 37.5 cm dari dasar flat bed. Aplikasi limbah cair harus disupervisi secara ketat sehingga dapat dicegah terjadinya luapan limbah cair dari blok aplikasi ke parit/sungai. Aplikasi tidak boleh dilakukan di saat hujan. Secara periodik dilakukan rehabilitasi atau pengurasan lumpur yang kemudian dibuang ke kanan kiri flat bed di luar piringan. Pekerjaan aplikasi dilakukan selama 24 jam, baik kegiatan pengaliran limbah maupun kegiatan perawatan kolam limbah di IPAL dan flat bed di kebun. Pengaliran limbah dihentikan jika persediaan limbah di IPAL mencapai batas minimum akibat pabrik tidak berproduksi, terjadi kerusakan pompa atau kebocoran pipa. Pelaksanaan aplikasi limbah cair merupakan koordinasi antara pihak PKS dan kebun. PKS berperan memenuhi instalasi pemasangan pompa dan pipapipa serta pemeliharaannya, memelihara dan merawat serta mengatur penggunaan pompa aplikasi sesuai jadwal aplikasi serta melakukan pengawasan terhadap kualitas limbah. Tenaga kerja pabrik yang mengatur pembukaan pompa terdiri dari dua orang yang terbagi menjadi dua shift, satu orang pagi sampai sore dan satu lainnya dari sore sampai pagi lagi esok hari sehingga biaya tenaga kerja dan lain- lain dibebankan ke pihak PKS. Pengambilan sampel air limbah untuk pengujian kualitas air limbah dilakukan oleh petugas laboratorium (sample boy) setiap hari untuk mengamati pH, total alkali (TA), volatile fatty acid (VFA) dan BOD limbah yang akan diaplikasikan. Pengujian terhadap baku mutu limbah cair oleh penguji dari instansi lain dilakukan setiap bulan. Kebun berperan dalam pelaksanaan pendistribusian limbah cair pada setiap flat bed sesuai jadwal aplikasi. Kegiatan aplikasi limbah cair di kebun dilakukan oleh enam orang yang terbagi menjadi dua shift, dua orang untuk shift pertama dari pagi sampai sore dan dua orang untuk shift kedua dari sore sampai pagi esok hari bertugas untuk membuka dan menutup kran serta mengawasi
53 pengaliran, sedangkan dua orang lagi melakukan perawatan flat bed bertugas membersihkan gulma dan menggali flat bed yang mengalami pendangkalan. Kegiatan aplikasi di kebun dikoordinir oleh seorang mandor effluent yang bertugas mengawasi pekerjaan karyawan serta mencatat lama aplikasi dan mencatat jumlah flat bed yang teraplikasi. Standar kerja untuk aplikasi limbah cair adalah 7 jam/HK aplikasi diluar jam kerja dihitung sebagai lembur (pekerja pabrik) dan lebih borong (pekerja kebun). Prestasi kerja yang diperoleh karyawan rata-rata di atas standar yang ditetapkan sedangkan prestasi kerja penulis adalah 7 jam/HK.
Aspek Manajerial Dalam menjalankan seluruh kegiatan yang ada di kebun diperlukan adanya tenaga supervisi agar kegiatan berjalan lancar sesuai dengan target dan rencana yang disusun oleh asisten divisi. Supervisi (mandor dan kerani) merupakan perpanjangan tangan dan bertanggung jawab kepada asisten divisi akan tetapi kelancaran seluruh pekerjaan pada satu hari kerja adalah tanggung jawab asisten divisi dan asisten divisi bertanggung jawab kepada manajer.
Pendamping Mandor Pelaksanaan kegiatan teknis di lapangan dikoordinir oleh mandor sesuai arahan dari asisten divisi. Setiap hari sebelum memulai pekerjaan di lapangan, seluruh mandor dan kerani mengikuti apel pagi pukul 06.00 WITA bersama mandor I dan asisten divisi. Mandor I dan aisten divisi mengevaluasi kegiatan hari sebelumnya dan memberikan arahan akan pekerjaan yang akan dikerjakan hari ini untuk tiap mandoran. Setelah mengikuti apel pagi, setiap mandor mengadakan apel pagi bersama karyawan masing- masing dan memberikan arahan akan pekerjaan yang akan dilakukan, mengecek kelengkapan alat kerja dan alat pelindung diri (APD) serta menghancakan karyawan di lapangan. Setelah apel pagi, karyawan diberangkatkan ke lokasi pekerjaan masing- masing. Pekerjaan dilakukan dimulai dari pukul 07.00 WITA sampai dengan pukul 14.00 WITA untuk hari kerja normal dan sampai dengan pukul 12.00 WITA pada hari jumat.
54 Mandor I. Mandor I bertugas mengkoordinir seluruh mandor dan kerani akan tetapi dalam pelaksanaanya mandor I difokuskan pada kegiatan produksi atau panen. Mandor I wajib mengikuti apel pagi bersama asisten setiap harinya dan mengikuti apel pagi minimal dengan satu mandoran panen. Mandor I bertugas menjaga pusingan panen tetap normal (≤9 hari 100%), menjaga kualitas dan mutu buah, mutu hancak, dan mutu tunasan, berkoordinasi dengan kerani transport untuk pengangkutan TBS ke PKS (memastikan semua buah terangkut/zero restan), memonitor absensi supervisi dan karyawan, memonitor pembagian catu beras, bertanggung jawab atas lingkungan sosial pondok, melakukan verifikasi laporan yang dibuat oleh tiap mandoran, dan melaksanakan tugas lain dari asisten divisi. Kerani divisi.
Kerani divisi bertanggung jawab terhadap seluruh
administrasi divisi. Tugas-tugas kerani divisi antara lain; merekap laporan kegiatan mandor dari buku kegiatan mandor dan laporan potong buah, mengisi central control dan pusingan panen, mengisi buku prestasi kerja, merekap absensi karyawan, mengisi laporan pagi, mengisi administrasi dinding/structure blok supervision (SBS), monitoring produksi dan biaya, membuat SPK, BAPP, PPI dan bon barang, merekap data absensi dan prestasi dalam checkroll di kantor besar, membuat laporan bulanan asisten (LBA), membuat rekapitulasi daftar gaji dan premi karyawan, dan melayani data yang diminta oleh kantor besar. Laporan bulanan asisten (LBA) berisi struktur organisasi kebun dan divisi, daftar mutasi tenaga kerja, hari kerja efektif SKU-H, produksi TBS (statistik, produksi, output potong buah), monitoring mutu buah, pusingan panen, rekap pemeliharaan TM dan TBM, pemupukan anorganik dan anorganik, dan peta kegiatan. Mandor panen. Tugas utama mandor panen adalah mengkoordinir dan mengawasi kegiatan panen/potong buah setiap harinya. Tanggung jawab dari mandor panen adalah menjaga pusingan potong buah tetap normal, menjaga mutu buah, mutu hancak dan mutu tunasan, mengisi buku kegiatan mandor (BKM), mengisi laporan potong buah (LPB), mengisi SBS, serta membuat taksasi produksi untuk panen di hari berikutnya pada seksi berikutnya (hasil taksasi disampaikan ke kerani transport untuk estimasi kebutuhan kendaraan angkut buah).
55 Kerani panen. Kerani panen bertugas menjaga mutu TBS, menjaga mutu brondolan, berkoordinasi dengan kerani transport dan mandor I (memberitahukan posisi buah yang belum terangkut) serta mengisi administrasi panen. Selama menjadi pendamping kerani panen, penulis bersama kerani panen melakukan pengecekan mutu buah di TPH (unripe, under ripe, over ripe, empty bunch, partenocarpy) dan melakukan penimbangan berondolan. Administrasi yang diisi oleh kerani divisi adalah laporan potong buah (output tenaga potong buah dan pemberondol) dan mengisi administrasi dinding (laporan potong buah yang berisi nama pemanen dan buah mentah yang terpanen). Kerani trans port. Kerani transport bertugas mengkoordinir pengangkutan buah dari lapangan ke PKS dan mengkoordinir pengangkutan karyawan. Kerani transport berkoordinasi dengan sopir untuk kesiapan unit transport dan kenek angkut buah. Kerani panen wajib mengawasi unit yang mengangkut buah dan menghitung buah yang diangkut serta membuat surat pengantar buah ke pabrik, berkoordinasi dengan mandor I dan kerani panen, serta mengisi laporan harian. Mandor pupuk. Kegiatan pemupukan merupakan pekerjaan yang paling mahal dalam operasional kebun sehingga pelaksanaan dan pengawasan terhadap aplikasi pupuk di lapangan harus benar-benar diperhatikan. Losses atau kehilangan pupuk harus diusahakan sekecil mungkin. Mandor pupuk bertugas mengkoordinir pelaksanaan pemupukan mulai dari penentuan blok yang akan dipupuk, pengangkutan pupuk dari gudang sentral ke lapangan, mengawasi pelaksanaan penaburan pupuk, serta membuat administrasi pemupukan. Setelah
mengikuti
apel
pagi
dengan
asisten,
mandor
pupuk
menginstruksikan pengangkutan pupuk ke pengecer dan operator angkutan. Kemudian
mandor
mengadakan
apel
pagi
bersama
karyawan
dan
menginstruksikan pekerjaan yang akan dilakukan (pupuk yang akan ditabur, dosis, takaran, blok, dan hanca penabur), mengisi absensi karyawan, serta mengecek kelangkapan alat kerja (bin, takaran, pisau) dan alat pelindung diri (APD). Selama penaburan berlangsung mandor mengawasi karyawan dan mengumpulkan goni bekas pupuk yang telah digulung oleh karyawan (10 karung/gulungan).
56 Mandor semprot.
Tugas dan tanggung jawab mandor semprot yaitu
mengkoordinir pelaksanaan dan melakukan pengawasan terhadap pekerjaan pengendalian gulma secara kimia agar diperoleh kualitas penyemprotan yang maksimal dengan penggunaan bahan (herbisida) sesuai rekomendasi. Mandor semprot bertugas membuat bon permintaan bahan yang berisi jenis herbisisda, volume herbisisda, divisi dan blok yang akan diaplikasi. Bon permintaan bahan dibuat sesuai rencana yang dibuat oleh asisten dan disetujui oleh manajer. Setelah melakukan apel pagi dengan asisten, mandor mengadakan apel bersama karyawan. Mandor memberi arahan kepada karyawan rencana penyemprotan yang akan dilakukan (jenis herbisida, dosis dan konsentrasi herbisisda, volume semprot, jenis gulma utama yang harus disemprot, serta blok-blok yang akan disemprot), mengecek kelengkapan dan kondisi alat semprot serta mengecek kelengkapan alat pelindung diri (seragam, apron, sarung tangan, masker, dan penutup kepala). Mandor Kastrasi. Pekerjaan penting pada areal TMB yang akan beralih menjadi TM adalah kastrasi, karena akan menentukan produksi TBS saat tanaman sudah mencapai masa TM. Mengingat pentingnya pekerjaan ini maka perlu adanya pengawasan khusus oleh supervisi. Mandor kastrasi harus benar-benar mengerti pekerjaan yang akan dilakukan sehingga dapat meminimalisasi kesalahan yang dilakukan oleh karyawan. Setelah apel pagi bersama asisten, mandor kastrasi mengadakan apel pagi untuk karyawan, menghancakan dan mengawasi pekerjaan karyawan. Setiap hari kerja mandor wajib mengisi buku kegiatan mandor (BKM) dan melaporkan hasil pekerjaan kepada asisten. Mandor JJK. Mandor JJK (janjangan kosong) bertugas mengatur dan mengawasi kegiatan aplikasi JJK sebagai pupuk organik. Mandor JJK berkoordinasi dengan mandor transport untuk peletakan JJK pada blok yang akan diaplikasi (biasanyan dengan tanda khusus berupa pancang dari pelepah pada collection road. Mandor JJK melakukan grading USB (unstripe bunch) dengan cara mengambil sampel dari JJK yang telah dikirim dari PKS dan sekaligus melakukan pencatatannya. Mandor JJK bertugas menghitung prestasi kerja karyawan yang dicapai setiap hari dan memasukkannya dalam buku kegiatan mandor (BKM) untuk selanjutnya dilaporkan kepada asisten.
57 Mandor Effluent. Mandor effluent bertugas mengatur dan mengawasi kegiatan aplikasi limbah cair (POME). Mandor effluent bertugas menjaga pusingan aplikasi limbah cair. Setiap hari mandor effluent berkoordinaasi dengan pihak pabrik (operator mesin pompa) dalam hal pengaliran limbah cair. Apabila keadaan di lapangan tidak memungkinkan untuk dilakukan aplikasi (misal; pipa instalasi bocor) maka mandor effluent segera meminta agar aplikasi dihentikan untuk sementara. Mandor effluent bertugas menghitung volume limbah cair yang diaplikasikan setiap hari, jumlah flat bed yang teraplikasi, mencatat prestasi kerja dan lembur karyawan dalam buku kegiatan mandor.
Pendamping Asisten Asisten divisi bertanggung jawab akan seluruh kegiatan dan lingkungan masyarakat yang ada di divisi secara penuh selama 24 jam dan bertanggung jawab langsung kepada manajer. Dalam menjalankan tugasnya asisten divisi dibantu oleh supervisi (mandor dan kerani). Mandor membantu dalam hal keperluan teknis divisi, mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan. Kerani membantu asisten dalam hal administrasi (kerani panen untuk keperluan administrasi panen dan kerani divisi untuk administrasi divisi). Asisten divisi merancang anggaran produksi dan perawatan kebun bersama senior asisten, kasie dan manajer kebun. Anggaran yang telah dibuat digunakan sebagai acuan untuk target produksi semester dan bulanan, penggunaan bahan, serta kebutuhan dan pemakaian tenaga kerja.