22
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis adalah aspek teknis dan manajerial. Aspek teknis yang dilakukan penulis berupa pembibitan, pemeliharaan tanaman (penunasan, kastrasi, pemupukan, dan pengendalian gulma), penanaman tanaman menguntungkan (benefical plants) dan pemanenan TBS. Sedangkan untuk aspek manajerial yang dilakukan penulis adalah kegiatan sebagai supervisor untuk mempelajari administrasi dan manjerial kebun. Dalam melaksanakan aspek manajerial, penulis dibimbing oleh pengurus, askep, asisten divisi, mandor-mandor, mantri- mantri dan krani-krani. Kegiatan yang dilaksanakan penulis berada di Divisi II dan Divisi IV Perkebunan Bangun Bandar. Waktu kerja penulis setiap harinya adalah sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh perusahaan, yaitu selama 7 jam dan diwajibkan mengikuti antrian pagi bersama asisten dan mandor. Waktu kegiatan pelaksanaan dimulai pada pukul 06.00-14.00 setiap harinya. Aspek Teknis
Pemeliharaan Tanaman Pengendalian Gulma Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang tidak dikehendaki pertumbuhannya. Pengendalian gulma bertujuan untuk menghilangkan persaingan antara tumbuhan yang diusahakan dengan gulma, sanitasi, memudahkan perawatan, memudahkan pemanenan dan menghilangkan pengaruh buruk bagi tanaman yang diusahakan. Jenis gulma terdiri dari 3 yaitu rumput-rumputan, tekitekian dan tanaman kayu. Pengendalian gulma terdiri dari pengendalian gulma secara manual dan kimiawi. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit umumnya terfokus pada 3 tempat, yaitu di piringan, pasar pikul dan TPH. Hal ini dikarenakan bahwa ketiga tempat tersebut memiliki peranan masing-masing. Piringan sebagai tempat penyebaran pupuk dan tempat jatuhnya tandan buah serta brondolan, sedangkan di pasar pikul sebagai jalan pengangkutan buah ke TPH dan
23
di TPH sebagai tempat pengumpulan TBS ataupun brondolan sebelum diangkut ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Pengendalian gulma secara manual. Metode pengendalian gulma secara manual yang terdapat pada Perkebunan Bangun Bandar meliputi kegiatan: (1). Pencangkulan gulma dari piringan pokok Tanaman Baru (TB) dan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), (2). Pencabutan dan pembabatan secara manual gulma berkayu yang berada di gawangan dan piringan Tanaman Menghasilkan (TM). Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual adalah cangkul dan parang. Jenis gulma berkayu yang ada di Perkebunan Bangun Bandar,
yaitu:(1).
Chromolaena
odorata
(putihan),
(2).
Melastoma
malabathricum (senduduk atau senggani), (3). Lantana sp (bunga tahi ayam), (4). Clidemia hirta (harendong atau akar kala), dan (5). Tukulan (anak sawit liar) yang terdapat pada gawangan dan piringan. Jenis-jenis gulma tersebut dapat dilihat pada Gambar 1-4.
Gambar 1. Melastoma malabathricum
Gambar 3. Chromolaena odorata
Gambar 2. Clidemia hirta
Gambar 4. Lantana sp.
24
Pembabatan dilakukan oleh karyawan harian tetap dengan cara membabat habis gulma anak kayu tersebut sampai ke akarnya dengan sistem ancak giring dengan ancak 1 gawangan untuk 1 orang. Perusahaan menetapkan basis karyawan untuk pengendalian gulma secara manual ini adalah 1 ha/HK. Penulis melakukan pengendalian gulma secara manual di TM 1 Blok 89 Divisi IV. Prestasi penulis adalah 0,7 ha/HK (2 gawangan) dan masih di bawah output yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya gulma kayu di lapangan, alat yang digunakan dipinjam dari pekerja, cuaca yang sangat terik dan kemampuan fisik penulis. Pengendalian Gulma Kimiawi (Penyemprotan Gulma). Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan pengendalian gulma rumput-rumputan, tekitekian, dan gulma berkayu. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan di gawangan dan piringan, pasar rintis (pasar pikul), dan TPH. Metode yang dilakukan oleh Perkebunan Bangun Bandar yaitu dengan sistem penyemprotan pada suatu blok yang dilakukan oleh 6 orang tenaga penyemprot dan seorang tenaga pelangsir herbisida yang diawasi oleh seorang mandor. Metode yang digunakan untuk penyemprotan di gawangan yaitu menggunakan herbisida yang aplikasinya dengan cara disemprotkan langsung pada gulma yang ada di gawangan. Penyemprotan di gawangan dilakukan pada TBM dan TM kelapa sawit. Alat yang digunakan untuk penyemprotan di gawangan adalah Knapsack Sprayer GS 15 dengan kapasitas 15 liter/tangki. Tipe nozzel italic yang digunakan adalah tipe kancing dengan kalibrasi 400 cc/menit. Bahan herbisida yang digunakan untuk semprot gawangan yaitu herbisida merek Roundup 486 SL berbahan aktif
Isopropilamina glifosat 486 g/l atau setara
dengan glifosat 356 g/l dengan konsentrasi 1 % dan Bimaron 80 WP memiliki bahan aktif Diuron 80 % dengan konsentrasi 0,2 %. Basis penyemprotan yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 2 ha/HK atau 12 tangki/HK, hal ini tergantung oleh banyak sedikitnya gulma di gawangan tersebut. Penulis melakukan pekerjaan penyemprotan gawangan di blok 99 Divisi IV dengan output 1,5 ha/HK dalam 12 tangki. Penyemprotan di piringan, pasar pikul dan TPH memiliki tujuan untuk mengefektifkan pemupukan, mempermudah pengutipan brondolan di piringan dan TPH, serta mempermudah pengangkutan TBS ke TPH. Penyemprotan dilakukan
25
dengan menggunakan Knapsack Sprayer
GS 15 dan Controlled Droplet
Applicator (CDA)/ Micron Herbi. Cara penyemprotan di piringan dapat dilihat seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Cara Penyemprotan Gulma di Piringan
Penulis melakukan kegiatan penyemprotan dengan Knapsack Sprayer di Blok 93 Divisi IV. Herbisida yang digunakan, yaitu (1). Roundup 486 SL dengan konsentrasi 1% dan Gramoxone (bahan aktif paraquat) dengan konsentrasi 0,5 %. Jenis gulma yang diberantas dengan alat ini adalah gulma yang tergolong rumputrumputan, anak kayu,
pakis-pakisan dan kentosan. Basis yang ditentukan
perusahaan adalah 2,5 ha/HK atau 12 tangki/HK, sedangkan prestasi penulis adalah ½ ha/HK. Kurangnya prestasi kerja dari penulis adalah karena kurangnya peralatan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan seperti alat semprot dan APD selain itu juga karena penulis mendapatkan ancak dengan topografi berbukit. Penyemprotan gulma dengan alat semprot CDA dilakukan pada tanaman Taruna (umur tanaman 5-20 tahun) dengan kapasitas 10 liter/tangki. Alat semprot CDA tersebut dilengkapi 2 buah nozzel di sebelah kiri dan kanan, baterai dan dinamo sebagai motor penggeraknya. Alat semprot CDA dapat dilihat seperti pada Gambar 6.
26
Gambar 6. Alat Controlled Droplet Applicator (CDA)
Herbisida yang digunakan dalam CDA antara lain (1). Roundup 486 SL dengan konsentrasi 1% + Dacomin 865 SL berbahan aktif 2,4D-Dimetil amina dengan dosis 1 liter/ha. Jenis gulma yang dikendalikan dengan alat CDA adalah jenis Asystasia, rumput-rumputan dan gulma anak kayu. Basis yang ditentukan oleh perusahaan adalah 6 ha/HK atau 6 tangki/HK, tergantung dari banyak sedikitnya gulma tersebut di lapangan. Penulis melakukan kegiatan penyemprotan dengan menggunakan alat semprot CDA pada tanaman TM 9 blok 28 Divisi II. Prestasi penulis adalah 4 ha/HK. Sedangkan prestasi karyawan rata-rata adalah 5 ha/HK. Hal ini disebabkan oleh dinamo CDA yang mudah rusak, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu. Sistem pengambilan herbisida untuk penyemprotan di gawangan ataupun penyemprotan piringan, pasar pikul dan TPH dilakukan pagi hari setelah antrian pagi. Asisten divisi menentukan kalibrasi herbisida yang akan digunakan, kemudian mandor melakukan pencampuran di kantor Divisi, dan selanjutnya di bawa oleh tukang langsir air ke lapangan dengan menggunakan gerobak motor viar. Alat Perlengkapan Diri (APD) yang dibutuhkan untuk tenaga penyemprot
27
adalah topi, sarung tangan, masker, baju semprot, kacamata, sepatu boot, dan rompi. Peralatan ini sangatlah berguna untuk kesehatan penyemprot yakni melindungi dari bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Pada kenyaatannya banyak tenaga penyemprot yang kurang memperhatikan alat kelengkapan diri tersebut sehingga mengganggu keamanan saat melakukan penyemprotan. Pengendalian Hama Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang dibudidayakan, dan harus dikendalikan agar tidak merugikan tanaman budidaya. Salah satu hama yang sangat mengganggu tanaman kelapa sawit adalah Oryctes rhinoceros yaitu sejenis kumbang yang merusak tanaman muda dengan cara melubangi pangkal batang dan memakan bagian pucuk. Jika kerusakan sangat parah, tanaman menjadi rusak dan dapat menjadi kerdil jika mengalami serangan berulang kali. Pengendalian harus segera dilakukan setiap hari selama 3 minggu setelah bibit ditanam di lapangan. Untuk aplikasi selanjutnya dilakukan sesuai dengan sensus yang dilakukan oleh mantri hama. Periode kritis serangan ini bagi tanaman kelapa sawit adalah sampai tanaman memasuki umur 3 tahun di lapangan. Metode pengendalian yang dilakukan oleh Perkebunan Bangun Bandar adalah dengan menyemprotkan pestisida merek Santador berbahan aktif Lamda Sihalotrin 25 gr/l dengan dosis
45 cc/ha dicampur dengan Agristick sebagai perekat pestisida
berbahan aktif Alkilaril Poliglikol Eter 400 ml/l dengan dosis 8cc/ha. Pengendalian dilakukan menggunakan alat semprot Knapsack Sprayer GS15 dengan cara disemprotkan ke dalam pupus batang selama 3 detik. Basis yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 7 ha/HK atau 7 tangki/HK. Penulis melakukan kegiatan pengendalian hama ini pada tanaman TBM 2 dengan prestasi penulis 5 ha/HK. Hal ini disebabkan oleh perlengkapan APD yang dipakai penulis tidak lengkap dan topografi lahan yang berbukit. Pemupukan Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemberian dan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Tanah tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman kelapa
28
sawit. Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tersebut dilakukan program pemupukan. Pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi atau hara pada tanaman, sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun generatif agar dapat menghasilkan produksi yang optimum. Pencapaian pertumbuhan tanaman yang optimal dapat terjadi dengan memenuhi seluruh kebutuhan unsur-unsur hara dalam kondisi yang seimbang. Pemupukan terdiri dari pemupukan organik dan pemupukan anorganik. Kegiatan pemupukan yang dilakukan dapat dilihat seperti pada Gambar 7.
Gambar 7. Kegiatan pemupukan
Pemupukan Organik. Penggunaan pupuk organik pada Perkebunan Bangun Bandar berupa pupuk kompos yang masih dalam tahap percobaan. Tujuan utama dalam penggunaan pupuk kompos adalah memanfaatkan kembali limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik di lapangan. Bahan dasar dalam membuat pupuk kompos terdiri dari Empty Fruit Bunch (EFB), solid, ashes dust dan pome. Seluruh bahan tersebut dicampur ke dalam bunker yang terdapat di Perkebunan Bangun Bandar.
29
EFB berasal dari tandan kosong yang sudah mengalami pengolahan lebih lanjut dengan menggunakan alat empty bunch press yang terdapat di pabrik pengolahan kelapa sawit. Solid berasal dari endapan CPO yang berbentuk lumpur. Ashes dust merupakan abu kernel yang berasal dari pengolahan kernel kelapa sawit. Sedangkan pome merupakan limbah cair yang merupakan produk terakhir dari pengolahan kelapa sawit dan sebagai nutrisi pengaktifan bakteri. Kandungan nutrisi dari keempat bahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan Nutrisi pada Bahan Kompos Bahan Utama I. Padatan EFB Solid Ashes Dust II. Cairan Pome
N (%)
Kandungan Nutrisi P (%) K (%)
Mg (%)
0.58 1.83 -
0.05 0.70 1.38
0.94 1.27 5.34
0.06 0.26 2.23
0.05
0.01
0.22
0.03
Sumber : Departemen Tanaman PT Socfindo, 2012
Perkebunan Bangun Bandar memiliki 6 bunker yang berguna sebagai tempat pemindahan kompos. Pemindahan tersebut bertujuan untuk mempercepat aerasi (penguapan) dan memecah bahan-bahan tersebut supaya pome dapat diserap. Waktu yang diperlukan dalam pembuatan kompos adalah 33 hari, dengan 8-9 kali pemindahan pada 6 bunker tersebut. Aplikasi kompos ke lapangan dilakukan dengan menggunakan cara mekanis dan manual. Alat yang digunakan dalam aplikasi kompos secara mekanis adalah spreader, sedangkan secara manual menggunakan angkong. Dosis kompos yang diaplikasikan untuk Tanaman Baru (TB) adalah 7 ton/ha. Sedangkan untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) 15 ton/ha. Setelah kompos terbentuk, maka diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebanyak 40%. Pemupukan Anorganik. Pemupukan anorganik merupakan pemberian pupuk kimia kepada tanaman kelapa sawit. Perencanaan kegiatan pemupukan
30
direkomendasikan oleh Departemen Tanaman PT. Socfindo. Rekomendasi tersebut berupa jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan. Rekomendasi disusun berdasarkan analisa daun. Pekerjaan pemupukan anorganik terdiri dari (1).Penguntilan
pupuk,
(2).Pelangsiran
pupuk,
(3).Pengeceran
pupuk,
(4).Penaburan pupuk, dan (5).Pengumpulan karung bekas. Tujuan dari penguntilan pupuk adalah untuk mempermudah dalam penaburan pupuk di lapangan, karena sudah diuntil sesuai dengan dosis pupuk yang akan diberikan. Kegiatan penguntilan dilakukan dengan cara 1 karung goni pupuk 50 kg dibagi menjadi beberapa dosis yang digunakan (seperti 8 kg, 12 kg, 15 kg, dan lain-lain) untuk 8 pokok. Penguntilan pupuk dilakukan paling lambat tiga hari sebelum melakukan pemupukan dan dilakukan di gudang pupuk yang terdapat di pabrik Perkebunan Bangun Bandar. Penguntilan pupuk dikerjakan oleh karyawan masing- masing divisi. Basis yang ditetapkan oleh perusahaan dalam penguntilan pupuk adalah 2 ton/HK. Setelah pupuk diuntil, pupuk dimuat ke dalam truck yang akan dilangsir ke lapangan. Pekerjaan memuat pupuk ke dalam truck dilakukan oleh pekerja yang akan melakukan pengeceran pupuk di lapangan. Jumlah pupuk yang dimuat harus sesuai dengan kebutuhan pupuk di lapangan. Waktu untuk memuat pupuk dan pelangsiran pupuk adalah pukul 05.30-07.00. Pengeceran pupuk dilakukan oleh karyawan dengan menggunakan sepeda motor pribadi milik karyawan pengecer pupuk. Penaburan pupuk dilakukan oleh penabur pupuk di lapangan yang dipimpin mandor pupuk. Waktu penaburan pupuk dimulai pukul 07.30-12.00. Basis yang ditetapkan oleh perusahaan dalam melakukan pemupukan adalah 500 kg/HK. Setelah penaburan pupuk selesai, karung bekas pupuk tersebut dikumpulkan lagi oleh pekerja yang mengecer pupuk tersebut untuk mengetahui kesesuaian jumlah pupuk yang ditabur dengan jumlah pupuk semula. Secara teknis dalam pelaksanaannya kegiatan pemupukan dilaksanakan dengan prinsip kerja 4T (tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu). Penulis melakukan kegiatan penaburan pupuk pada tanaman TBM 3 di blok 93 Divisi IV. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk ZA dengan dosis 2,25 kg/ pokok. Jumlah pupuk yang akan ditabur adalah 6 000 kg dengan jumlah untilan
31
333 until. Penulis melakukan penaburan sebanyak 1 000 kg/HK. Cara pemupukan yang dilakukan adalah 1 until yang berisi 18 kg pupuk digunakan untuk 8 pokok dan pupuk ditabur di piringan kelapa sawit. Menurut pengamatan penulis, pada kenyataannya, dalam pelaksanaan pemupukan terdapat ketidakjujuran dari penabur pupuk. Kecurangan tersebut berupa mengaplikasian pupuk menurut dosis per pokok tidak merata atau tidak sesuai dengan ketetapan yaitu 8 pokok sehingga menyebabkan beberapa pokok tidak dipupuk. Hal ini disebabkan oleh topografi lahan yang berbukit sehingga sulit dijangkau oleh pengecer pupuk. Tunas Pasir Kegiatan tunas pasir hanya dilakukan 1 kali saja selama hidupnya kelapa sawit, yaitu pada tanaman berumur 2,5 tahun setelah ditanam di lapangan. Kegiatan ini berupa pemotongan pelepah sebanyak 1-2 lingkaran pertama (maksimum 15 cm dari tanah), kegiatan ini diharapkan TBS dapat menjadi songgo 3. Setelah dipotong, pelepah tersebut dipotong 2 dan disusun ke gawangan mati. Tujuan utama kegiatan ini adalah
memudahkan pemanenan ketika
tanaman tersebut sudah dimutasikan ke TM. Tujuan berikutnya adalah memperlancar penyerbukan alami, menghindari tersangkutnya berondolan di pelepah, menjaga kebersihan dan keindahan lapangan. Alat yang digunakan dalam melaksanakan tunas pasir adalah dengan menggunakan dodos, parang untuk memotong pelepah, dan garukan untuk menyapu pelepah yang berada di piringan. Basis dalam kegiatan tunas pasir adalah 70 pokok/HK dengan premi Rp 575,00/pokok. Penulis melakukan kegiatan tunas pasir di blok 93 Divisi IV dengan prestasi penulis 50 pokok/HK. Prestasi penulis masih dibawah pekerja, hal ini disebabkan oleh alat yang digunakan penulis dipinjam dari pekerja dan kemampuan fisik penulis yang harus mengeluarkan banyak tenaga. Kastrasi Kastrasi adalah pemotongan atau pembuangan bunga jantan dan bunga betina yang masih muda pada tahap pembungaan awal. Menurut Departemen Tanaman PT. Socfindo (2011), kastrasi dilakukan pada Tanaman Belum
32
Menghasilkan (TBM), yaitu pada umur 10-24 bulan setelah ditanam di lapangan dan dihentikan sampai 6 bulan sebelum panen. Hal ini dilakukan karena bunga muda umumnya masih kecil dan belum sempurna, sering gugur atau aborsi, bunga seperti ini tidak menguntungkan bila dipertahankan. Kastrasi dapat dimulai jika 25 % dari tanaman telah berbunga. Alat yang digunakan dalam kegiatan kastrasi adalah chisel dan dodos kecil. Cara memotongnya, bunga dipotong tanpa melukai batang kelapa sawit dan pangkal pelepah daun. Dalam melaksanakan kastrasi harus dijaga agar pelepah daun tidak terluka atau terpotong. Manfaat kastrasi adalah merangsang pertumbuhan vegetatif, mendapatkan buah dengan berat yang seragam, mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit. Kastrasi dihentikan setelah tanaman berumur 24 bulan, sehingga panen perdana dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 30 bulan. Pekerja melakukan kegiatan kastrasi dengan basis 3 ha/HK. Penulis melakukan kegiatan kastrasi pada Blok 101 Divisi IV dengan basis 2 ha/HK. Prestasi penulis masih dibawah pekerja, hal ini disebabkan karena topografi lahan yang berbukit sehinnga menyulitkan penulis dalam melaksanakan kastrasi. Pemanenan Pemanenan merupakan kegiatan pemotongan TBS hingga pengangkutan ke PKS. Keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas pokok, keberhasilan panen didukung manajemen panen yang baik meliputi persiapan panen, kriteria matang panen, angka kerapatan panen, sistem panen, rotasi panen, sistem upah (basis panen, premi panen, dan denda panen). Penulis melakukan kegiatan panen di divisi II Perkebunan Bangun Bandar.
Persiapan Panen Persiapan panen merupakan kegiatan yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemanenan TBS. Persiapan yang dilakukan dengan tepat, dapat menunjang keberhasilan panen. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan berupa pembagian seksi potong buah, penyediaan tenaga kerja pemanen, penyiapan alat kerja panen dan penetapan ancak pemanen.
33
Penjelasan kegiatan persiapan panen dilakukan setiap antrian pagi oleh masing-masing kemandoran. Dalam antrian pagi juga dijelaskan mengenai kriteria buah matang, agar tidak terjadi kesalahan dalam pemanenan. a). Seksi potong buah. Seksi potong buah atau sering disebut juga dengan rotasi panen merupakan pembagian luasan panen yang akan dipanen pada setiap divisi. Rotasi panen dapat ditentukan dari jumlah luasan Tanaman Menghasilkan (TM). Pengerjaan untuk luas areal panen dibagi menjadi 6 hari sesuai dengan proporsi jam kerjanya sehingga diharapkan rotasi panen 6/7 dan output pemanen yang diharapkan menjadi lebih tinggi serta pengangkutan TBS ke PKS tidak mengalami gangguan. Luas panen rata-rata per mandoran setiap harinya di Divisi II masingmasing adalah 47 ha, 41 ha, dan 42 ha. Pada kenyataannya di lapangan, panen sering terkendala sehingga rotasi panen tidak sepenuhnya 6/7. Hal ini disebabkan oleh tenaga kerja pemanen tidak sesuai dengan yang sudah ditentukan, dan adanya libur nasional seperti Hari Raya Idul Fitri, serta terjadi panen rendah (trek buah), dan lain-lain. Mengatasi hal ini, biasanya pemanen diperintahkan untuk memasuki kembali seksi panen tersebut pada keesokan harinya. Pembagian rotasi panen di Perkebunan Bangun Bandar terbagi menjadi 6 seksi, yaitu A, B, C, D, E, F pada setiap mandoran. Pembagian seksi potong buah Divisi II terdiri dari 3 mandoran, sehingga setiap mandoran masing-masing memiliki enam seksi potong buah. Hal ini disebabkan oleh luasan panen yang akan dipanen, seluas ± 800 ha. Menurut Pahan (2010), jumlah mandoran per divisi 800-1 000 ha maksimum 3 mandoran. Jadwal pembagian seksi panen Divisi II di Perkebunan Bangun Bandar dapat dilihat secara rinci dalam Tabel 7.
34
Tabel 7. Pembagian Seksi Panen Divisi II Perkebunan Bangun Bandar Seksi Mandor A A B C D E F Total Mdandor B A B C D E F Total Mandor C A B C D E F Total Total Besar
Blok
Tahun Tanam
Luas (ha)
Pokok/ ha
Ʃ Pokok
37 37 38 31 31 39 39 44 44 45
1984 1984 2000 1992 1992 1998 1998 1986 1986 1986
47.66 1.15 47.34 47.66 33.69 13.00 42.75 5.00 22.18 25.52 285.95
93 93 134 104 104 121 121 95 95 82
4 432 107 6 344 4 957 3504 1 573 5 173 475 2 107 2 093 30 765
42 41 40 40 40 33 33 32 32
2000 1999 2003 2003 2003 2004 2004 2004 2004
39.91 23.08 18.80 41.85 18.48 23.37 15.46 26.40 43.75 251.10
121 120 129 129 129 147 147 136 136
4 829 2 770 2 425 5 399 2 384 3 435 2 273 3 590 5 950 33 055
34 34 28 28 28 27 27 35 35 45
2006 2006 2006 2006 2006 2003 2003 2002 2002 2008
42.40 37.16 5.24 42.40 11.25 31.15 21.19 21.21 17.09 25.31 254.40 791.45
156 156 157 157 157 125 125 125 125 151
6 614 5 797 823 6 657 1 766 3 894 2 649 2 651 2 136 3 822 36 809 100 629
Sumber : Kantor Divisi II Perkebunan Bangun Bandar, 2012
35
b). Sistem panen Sistem panen yang dilaksanakan di Divisi II Perkebunan Bangun Bandar berbeda-beda untuk masing-masing umur tanaman. Pada tanaman taruna (8-20 tahun) menggunakan sistem ancak giring tetap per mandoran, sedangkan pada umur tanaman tua (>21 tahun) menggunakan sistem ancak tetap. Perbedaan sistem panen ini dikarenakan adanya perbedaan pokok yang akan dipanen. Pada tanaman taruna pokok yang akan dipanen belum terlalu tinggi, sedangkan pada tanaman tua pokok yang akan dipanen sudah terlalu tinggi, sehingga disesuaikan terhadap pemanen yang memiliki alat panen sesuai dengan ketinggian pokok tersebut. c). Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja panen merupakan SDM yang paling penting perannya dan sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Tenaga panen Divisi II Perkebunan Bangun Bandar merupakan Karyawan Harian Tetap (KHT) khusus aspek pemanenan. Kebutuhan tenaga kerja pada setiap mandoran berbeda-beda, disesuaikan dengan luasan yang akan dipanen pada hari tersebut. Pengaturan tenaga panen juga disesuaikan dengan keadaan produksi di lapangan. Pada saat musim produksi tinggi seperti setelah liburan nasional dengan rotasi panen yang terlambat, dapat digunakan tenaga bantuan yang diambil dari mandoran lainnya (perawatan) atau menggunakan istri serta saudara pemanen untuk mengutip brondolan. Pada saat musim produksi rendah, mandor panen dapat mengalihkan tugas pemanen untuk melaksanakan kegiatan tunas. Jumlah tenaga kerja panen dapat dihitung secara harian dengan menggunakan taksasi harian yang dilaksanakan setiap harinya oleh mandor panen. d). Kriteria matang panen Kriteria matang panen yang dipakai di Perkebunan Bangun Bandar yaitu jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke piringan secara alami atau dengan istilah lain menghasilkan brondolan dalam jumlah tertentu. Ketetapan TBS yang siap dipanen untuk Perkebunan Bangun Bandar adalah 4 brondolan yang jatuh ke piringan pada seluruh umur Tanaman Menghasilkan (TM).
36
TBS yang mengalami penyakit Parthenokarpi,sp. dan TBS busuk tetap harus dipanen agar tidak mempengaruhi produksi pada rotasi berikutnya. Kriteria matang buah perkebunan Bangun Bandar dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kriteria Matang TBS Perkebunan Bangun Bandar Jumlah Brondolan Lepas 0-4 4-9 > 10
Keterangan Mentah Matang Lewat Matang
Sumber : Kantor Perkebunan Bangun Bandar, 2012
e). Taksasi produksi Taksasi produksi merupakan perkiraan jumlah TBS yang akan dipanen. Taksasi panen yang dilaksanakan di Perkebunan Bangun Bandar terdiri dari 2 bagian, yaitu taksasi kwartalan (4 bulanan) dan harian. Taksasi kwartalan dilakukan melalui sensus buah yang dilakukan oleh mandor sensus buah. Tujuan dari kegiatan sensus buah ini adalah untuk mengetahui perkiraan jumlah TBS yang akan dipanen dalam periode 4 bulan. Penentuan titik perhitungan sensus buah adalah pada baris kelipatan 10 dan pokok kelipatan 10, dari titik sampel tersebut diambil 7 pokok yang akan disampel. Taksasi harian digunakan untuk meramal besarnya produksi harian yang tercemin pada Angka Kerapatan Panen (AKP). AKP ini berfungsi untuk mengetahui rencana kegiatan harian dalam hal pemanenan, selain itu dapat digunakan untuk mempermudah dalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan panen untuk esok harinya. Taksasi panen dilakukan oleh mandor panen. Taksasi panen yang dilakukan oleh mandor panen divisi II Perkebunan Bangun Bandar adalah dengan cara melakukan taksasi 5% dari jumlah pokok yang akan dipanen.
Pelaksanaan panen Kegiatan panen di divisi II Perkebunan Bangun Bandar dimulai pada saat antrian pagi pukul 06.00-06.15 di kantor divisi antara mandor panen, mandor I produksi, dan asisten divisi. Asisten divisi memberi pengarahan pada mandor panen mengenai blok yang akan dipanen, jumlah tenaga kerja pemanen,
37
Standard Operating Procedure (SOP) selama memanen, dan evaluasi kerja pemanen hari kemarin. Kemudian pada pukul 06.30 mandor panen memberi pengarahan kepada pemanen di lapangan. Pengarahan tersebut berupa pembagian ancak panen yang akan dipanen, memeriksa kehadiran pemanen, dan memastikan para pemanen sudah memiliki alat panen serta sudah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa kaca mata, sarung tangan, helm, dan sepatu boot. Teknis panen yang harus dilakukan yaitu pemanen harus memperhatikan jumlah brondolan yang jatuh di piringan untuk mengetahui TBS yang akan dipanen, kemudian memotong beberapa pelepah yang menyanggah TBS (progressive pruning). Pelepah tersebut harus dipotong dan disusun di gawangan mati. Pemanen diwajibkan untuk memotong semua TBS yang masak tanpa terkecuali, TBS yang sudah dipanen harus dibuat “cangkem kodok” dengan cara memotong gagang tandan tersebut dengan rapat. TBS tersebut dibawa ke TPH dengan menggunakan angkong dan disusun 5-10 TBS per baris, lalu TBS tersebut diberi nomor panen sesuai nomor pemanen dan jumlah TBS yang dipanen. Setelah pemanen menyusun TBS di TPH, pemanen harus mengutip berondolan yang tertinggal di ketiak pelepah, batang, piringan, dan gawangan dengan menggunakan karung goni eks pupuk dan mengumpulkannya di samping susunan TBS di TPH. Para pemanen wajib menyelesaikan ancaknya masing-masing pada setiap hari, sehingga ancak mandoran dan rotasi panen dapat terjaga dengan baik. Peletakan TBS di TPH disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Peletakan Tandan Buah Segar (TBS) di TPH
38
Pengawasan Panen Sistem pengawasan ditujukan untuk memeriksa kualitas panen yang sudah dipanen dan mengurangi losses panen yang terjadi pada setiap harinya. Sistem pengawasan yang diterapkan di Perkebunan Bangun Bandar berupa pemeriksaan mutu TBS dan pemeriksaan ancak panen yang dilakukan oleh asisten divisi, mandor 1 produksi, mandor panen, dan mantri panen (rekolte). Sistem pengawasan tersebut dilakukan pada siang hari, ketika pemanen telah selesai melaksanakan pemanenan TBS. Pemeriksaan mutu TBS yang dilakukan yaitu pencatatan jumlah (1).Buah normal yang dipanen, (2).Buah mentah yang dipanen, (3).Buah busuk yang dipanen. Pemeriksaan mutu TBS dilakukan melalui pemeriksaan mutu buah yang telah dikirim pemanen ke TPH dengan cara memeriksa minimal 10 TPH. Untuk pemeriksaan ancak yang dilakukan berupa pencatatan (1).Buah mentah yang telah dipanen, kemudian disembunyikan/ diperam di gawangan, (2).Buah matang yang tidak dipanen, (3).Buah matang tinggal di piringan/ pasar rintis, (4).Berondolan yang terikut pada potongan gagang, (5).Berondolan yang dibuang ke gawangan/lain-lain, (6).Berondolan yang sangkut di ketiak cabang, dan (7).Pelepah yang tidak dipotong pada saat pelaksanaan panen (cabang sengkleh). Sistem pemeriksaan ancak dilakukan dengan sampel 6 gawangan yang dipanen oleh 3 orang pemanen. Formulir pemeriksaan mutu TBS dan pemeriksaan ancak dapat dilihat pada Lampiran 8. Pemeriksaan mutu TBS juga dilakukan oleh kerani buah dengan cara mencatat dan memeriksa buah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pencatatan tersebut berupa jumlah buah yang dipanen, buah yang masak atau normal (N) dan buah mentah (A) yang dilakukan pada saat kerani buah menerima buah dari pemanen yang sudah ada di seluruh TPH. Perkebunan Bangun Bandar juga menerpakan sanksi/ denda panen apabila pemanen melanggar kriteria panen. Kesalahan yang dilakukan pemanen adalah memotong buah mentah, tidak mengutip brondolan di piringan, buah masak yang tidak dipanen. Kesalahan tersebut dapat diminimalisir dengan melakukan pengawasan yang ketat baik di TPH maupun di ancak panen. Pemberian denda dilaksanakan setiap harinya berdasarkan pemeriksaan mutu buah dan pemeriksaan
39
ancak panen. Pemberian denda tersebut berlaku untuk seluruh umur tanaman. Hal ini dilakukan agar menjaga mutu buah tetap optimal dan mengurangi losses panen setiap harinya. Denda yang diterapkan di Kebun Bangun Bandar jika melakukan kesalahan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Parameter Denda Karyawan Potong Buah Jenis Kesalahan (Parameter) Potong Buah Mentah (A) Buah masak tinggal dipokok / tidak dipanen (S) Buah mentah diperam di ancak (M1) Buah mentah tinggal di piringan / di ancak / di parit Brondolan tidak dikutip bersih (>3 buah )
Denda Rp 3 000,00/jjg Rp 3 000,00/jjg Rp 3 000,00/jjg Rp 3 000,00/jjg Rp 75,00/buah
Sumber : Departemen Tanaman PT. Socfindo, 2012
Pengangkutan Tandan Buah Segar Pengangkutan TBS merupakan kegiatan terakhir dalam peaksanaan kegiatan panen. Pengangkutan memiliki peranan penting dalam kegiatan pemanenan, sehingga TBS dan brondolan yang telah dipanen dapat segera tiba di PKS dan langsung diolah. Perencanaan pengangkutan panen sangat penting untuk diperhatikan agar mencapai mutu buah yang baik sehingga didapat rendemen minyak yang tinggi. Pengangkutan TBS tersebut berupa pengangkutan TBS ke TPH dengan menggunakan alat bantu angkong dan pengangkutan dari TPH ke PKS menggunakan dump truck (DT). Truck yang disediakan untuk mengangkut TBS tersebut 1 buah untuk masing-masing divisi. Mekanisme pengangkutan TBS di Perkebunan Bangun Bandar pertama sekali berangkat pukul 08.00 WIB saat sebagian TBS sudah keluar ke TPH dan langsung diantar ke PKS. Umumnya kapasitas satu unit transport dump truck dapat mengangkut 5 ton TBS dan waktu yang dihabiskan dalam satu kali pengangkutan adalah 4 jam . Pada saat pengangkutan supir dump truck mengambil file docket (berisi catatan jumlah TBS yang dipanen) yang telah disediakan oleh kerani buah di TPH. Kemudian file docket tersebut diserahkan kepada petugas stasiun penerimaan buah di PKS. Hal ini ditujukan untuk mengetahui jumlah dan berat
40
TBS yang dipanen. Petugas stasiun penerimaan buah melaporkan jumlah berat TBS yang telah masuk ke PKS kepada asisten divisi, mandor I produksi, mandor panen, dan kerani buah. Pengangkutan dilakukan dengan mendatangi semua TPH dalam blok yang dipanen. TBS dimasukkan ke dalam dump truck oleh tenaga pemuat buah dengan menggunakan tojok besi dan menggunakan gancu untuk menyusun TBS di dalam dump truck. Biasanya, jumlah pemuat buah terdiri dari 3 orang dan disediakan oleh masing-masing divisi. Basis kerja pemuat buah adalah 4 ton/HK, dengan premi Rp 1 070,00/ton. Aspek Manajerial Kegiatan manajerial yang dilakukan penulis yaitu sebagai pendamping mandor selama tiga minggu dan pendamping asisten divisi selama enam minggu. Kegiatan manajerial ini dilakukan penulis di Divisi II dan Divisi IV Perkebunan Bangun Bandar. Pendamping Mandor Mandor merupakan pengelola dan pengawas langsung terhadap kegiatan KHT di lapangan. Selain dalam hal mengatur dan mengawasi kerja KHT, mandor juga harus dapat memberikan motivasi positif kepada KHT agar kinerja KHT meningkat dan bekerja sesuai dengan standar operasional perusahaan. Mandor bertanggung jawab terhadap hasil kerja yang dikelolanya dengan selalu berpedoman pada Rencana Kerja Harian (RKH) yang telah ditetapkan bersama antara mandor dan asisten divisi. Setiap pagi hari semua mandor mengikuti antrian pagi bersama asisten divisi untuk mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan, penjelasan tentang teknik aplikasi pekerjaan yang sesuai dengan ketentuan perusahaan (SOP) dan melaporkan masalah yang dihadapi. Setelah itu di lapangan, setiap mandor melakukan menyampaikan jenis pekerjaan dan teknis pekerjaan kepada KHT di lapangan. Mandor mengawasi pekerjaan secara langsung dan membantu pekerja apabila ada kendala di lapangan, serta memberikan pengarahan kepada pekerja agar bekerja lebih efektif. Setelah pekerjaan selesai di lapangan, mandor melaporkan hasil kerja yang meliputi
41
prestasi dan kualitas pekerjaan kepada asisten divisi dalam bentuk buku kerja mandor. Selama menjadi pendamping mandor, penulis mengikuti kegiatan pengawasan di lapangan diantaranya kegiatan pendamping mandor I, mandor panen, kerani panen, dan mandor perawatan yang terdiri dari mandor pupuk, pengendalian gulma, pengendalian hama, tunas, dan kastrasi. Penulis juga mengikuti kegiatan manajerial terkait administrasi divisi dengan menjadi pendamping kerani keliling. Mandor I. Mandor I adalah orang yang mengatur seluruh kegiatan teknis di lapangan. Divisi II Perkebunan Bangun Bandar memiliki 2 mandor I, yaitu mandor I atas (Produksi) dan mandor I bawah (Perawatan). Mandor I produksi membawahi mandor panen, dan mandor tunas. Sedangkan mandor I perawatan membawahi mandor pupuk, pengendalian gulma, pengendalian hama, dan kastrasi. Mandor I memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap hasil kerja yang diperoleh oleh mandor. Mandor I dapat menegur mandor-mandor bawahannya dan KHT jika terdapat kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Mandor I berwenang untuk mengawasi semua jenis kegiatan dan melaporkan masalahmasalah yang dihadapi kepada asisten Divisi. Selama penulis menjadi pendamping Mandor I, kegiatan yang dilakukan yaitu mengawasi kegiatan mandor panen, pemupukan, penunasan, pengendalian hama, dan pengendalian gulma. Mandor Panen. Tugas dari mandor panen yaitu membuat perancanaan areal yang akan dipanen atas persetujuan asisten divisi, memberikan pengarahan tentang standar pelaksanaan panen, dan mengingatkan karyawan tentang keselamatan pekerja. Kemudian mandor panen melakukan pembagian ancak kepada pemanen, melakukan pengabsenan tenaga pemanen, dan melakukan pengawasan di lapangan berupa memeriksa mutu TBS yang dipanen, memeriksa ancak panen, dan mengatasi kendala- kendala yang dihadapi oleh para pemanen, seperti kerusakan alat panen. Ketika mandor panen melakukan pemeriksaan ancak menemukan buah matang yang belum dipanen, dan berondolan banyak tinggal, maka mandor panen berhak memerintahkan pemanen kembali ke ancaknya masing-masing untuk
42
mengurangi losses panen. Apabila, mandor panen melakukan pemeriksaan ancak menemukan masalah-masalah tersebut dan pemanen sudah pulang, maka mandor panen berhak langsung mengenakan denda kepada pemanen tersebut. Mandor panen tidak boleh meninggalkan lapangan sebelum pemanen selesai memanen TBS. Setelah pelaksanaan panen selesai, mandor panen melakukan taksasi panen untuk hari esoknya. Taksasi panen bertujuan untuk mengetahui perkiraan jumlah TBS yang akan dipanen, dan jumlah tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan. Selama penulis menjadi mandor panen, penulis mengawasi pekerjaan karyawan panen, memeriksa mutu TBS yang dipanen, dan melakukan pemeriksaan ancak panen. Penulis juga melakukan taksasi panen di sore hari setelah pemanen selesai memanen. Kerani Buah. Tugas kerani buah adalah menerima buah yang sudah ada di TPH. Buah yang diterima oleh kerani buah ditulis dalam bentuk file doc dan dimasukkan ke dalam lembar collection sheet. Data yang dimasukkan ke dalam file doc berupa blok yang dipanen, tahun tanam, nomor TPH , dan jumlah TBS yang dipanen. File doc tersebut diletakkan di atas tumpukan TBS. Sedangkan yang dimasukkan ke dalam collection sheet terdiri dari jumlah buah yang dipanen, nomor pemanen, nomor TPH, Jumlah buah yang dipanen, jumlah buah normal, dan jumlah buah mentah. Penulis juga membantu kerani buah dalam mengerjakan laporan potong buah, menghitung premi panen. Pada akhir bulan penulis membantu kerani buah tutup buku, yaitu menghitung jumlah premi yang didapatkan oleh pemanen selama satu bulan. Mandor Pupuk. Mandor pupuk memiliki tugas dan tanggung jawab atas prestasi kerja pemupukan di lapangan. Tugas tersebut berupa melaksanakan arahan asisten divisi pada saat antrian pagi mengenai lokasi yang akan dipupuk, jumlah tenaga pengecer dan penabur pupuk yang dibutuhkan, dosis pupuk yang akan ditabur, dan cara pemupukan yang akan dilaksanakan. Setelah selesai antrian pagi, mandor pupuk langsung menuju ke gudang pusat untuk mengawasi kegiatan pemuatan pupuk yang telah diuntil ke dalam dump truck. Setelah selesai pemuatan
43
pupuk, mandor pupuk mengikuti dan mengawasi distribusi pupuk dari gudang ke lapangan. Pada saat di lapangan, mandor pupuk memerintahkan kepada supir dump truck tersebut agar mengecer pupuk di depan ancak yang akan dipupuk agar memudahkan pelangsir pupuk dalam melangsir pupuk. Mandor pupuk juga harus memperhatikan kelengkapan alat memupuk dan APD yang digunakan oleh penabur pupuk. Kemudian mandor pupuk mengawasi pelaksanaan pemupukan di lapangan. Hal ini bertujuan agar pupuk yang ditabur sesuai dengan dosis dan cara pemupukan yang telah ditentukan. Setelah pemupukan selesai, mandor pupuk memerintahkan kepada pelangsir pupuk untuk mengumpulkan karung bekas yang telah digunakan dalam pemupukan dan dikembalikan ke gudang pusat. Prestasi kerja pemupukan harus dilaporkan kepada asisten divisi. Penulis melakukan kegiatan sebagai mandor pupuk di divisi IV Perkebunan Bangun Bandar. Jumlah karyawan yang diawasi penulis saat menjadi pendamping mandor pupuk adalah 9 orang yang terdiri dari 3 pelangsir dan 6 penabur. Pengawasan pemupukan dilakukan sampai kegiatan pemupukan selesai hingga pukul 12.00. Pada saat menjadi pendamping mandor pupuk, penulis menemukan kecurangan yaitu berupa adanya pupuk yang ditabur tidak sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Hal ini sering terjadi disebabkan oleh areal yang bertopografi berbukit. Mandor Semprot. Sama seperti mandor-mandor lainnya, mandor semprot juga melaksanakan arahan dari asisten divisi pada saat antrian pagi. Mandor semprot di divisi II Perkebunan Bangun Bandar terdiri dari 2 yaitu mandor semprot dengan menggunakan alat semprot knapsack sprayer dan alat semprot CDA. Mandor semprot melaksanakan pencampuran herbisida yang sudah dikalibrasi oleh asisten divisi untuk diantar ke lapangan. Mandor semprot juga bertugas untuk mengecek alat semprot yang akan digunakan di lapangan dan memastikan APD sudah digunakan oleh penyemprot. Pada saat di lapangan mandor bertugas mengawasi pekerjaan karyawan agar penyemprotan dapat ditujukan sesuai dengan yang direncanakan. Setelah selesai dari lapangan mandor memberikan laporan hasil kegiatan kepada asisten divisi. Penulis menjadi pendamping mandor semprot dengan alat semprot
44
knapsack sprayer di Divisi IV sedangkan menggunakan alat semprot CDA di divisi II Perkebunan Bangun Bandar. Kegiatan yang dilaksanakan penulis yaitu apel pagi dengan karyawan, dan mengawasi pekerjaan karyawan. Pendamping Asisten Divisi Asisten divisi merupakan pimpinan pada setiap divisi. Asisten divisi bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan dan pekerja yang terdapat di divisi masing-masing. Asisten divisi bertanggung jawab kepada asisten kepala dan pengurus kebun. Tugas dari seorang asisten divisi di PT. Socfindo di lapangan adalah merencanakan dan mengkoordinasikan program kerja harian dan bulanan. Selain itu, asisten divisi juga melakukan pengawasan, penilaian, dan evaluasi terhadap kinerja dari masing-masing mandor. Dalam menyelesaikan administrasi, asisten divisi dibantu oleh kerani keliling. Selama menjadi pendamping asisten penulis mengikuti kegiatan – kegiatan asisten seperti menyampaikan Rencana Kerja Harian (RKH), mengawasi mutu ancak dan mutu buah pada tiap kemandoran panen, mengawasi kegiatan pemupukan, melakukan pemeriksaan ancak bersama asisten divisi, mengisi lembar biaya dan produksi panen, menginput data yang diminta oleh pengurus kebun, dan kegiatan administrasi lainnya.