PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan selama magang di PT PAL yaitu sebagai pendamping mandor, asisten kepala divisi, dan pendamping pengawas lapangan. Pada saat menjadi pendamping mandor dan asisten kepala divisi, kegiatan dimulai pada pukul 07.00 WIB - 15.00 WIB. Waktu istirahat pada pukul 12.00 - 13.00 WIB, kecuali pada hari jumat jam istirahat pada pukul 11.30 - 13.00 WIB. Sebagian besar pekerjaan di lapangan dilakukan dengan sistem borongan sehingga tidak menutup kemungkinan pekerjaan selesai lebih awal ataupun lebih lama dari waktu yang telah ditentukan. Kegiatan yang dilakukan selama magang di PT SPM yaitu sebagai QC (quality control). Kegiatan di pabrik dimulai pada pukul 08.00 - 16.00 WIB.
Ubi Kayu Persiapan lahan. Kegiatan pengolahan lahan di kebun PT PAL untuk area penanaman ubi kayu menggunakan bajak. Pembajakan dilakukan tiga kali sebelum tanam. Jika penanaman terlambat, maka akan dilakukan pembajakan ke empat. Pembajakan dilakukan pada saat cuaca sedang cerah. Pembajakan pertama, kedua dan ketiga berselang kurang lebih dua minggu. Setelah dibajak langsung dibentuk guludan dengan menggunakan furrow. Jarak antar guludan yang terbentuk dengan furrow yaitu 90 cm. Pengolahan lahan di petani mitra dilakukan dengan menggunakan tractor. Pengolahan lahan oleh petani berbeda-beda, yaitu bajak satu kali, bajak dua kali, bajak satu kali dan gulud, serta bajak dua kali dan gulud. Perbedaan cara pengolahan disebabkan berbagai faktor. Pengolahan lahan di petani yang lahannya tidak digulud biasanya dikarenakan kondisi modal yang terbatas, dan tidak tersedianya alat untuk membuat gulud. Adanya pola pikir bahwa dengan melakukan pembajakan lahan satu kali pada lahan sudah pernah diolah atau ditanami ubi kayu dan gulmanya sedikit cukup dilakukan satu kali. Namun secara umum, pembajakan dilakukan dua kali dan gulud. Selang waktu antara bajak satu dan bajak dua ± 2 minggu. Setelah dibajak akan dibentuk guludan dengan
32 menggunakan ridger. Jarak antar guludan dapat disesuaikan dengan keinginan petani. Guludan yang dibentuk dengan furrow berbeda dengan guludan yang dibentuk dengan menggunakan ridger. Guludan yang dibentuk dengan menggunakan furrow lebih tinggi dibanding dengan guludan yang dibentuk dengan menggunakan ridger. Guludan yang dibentuk dengan menggunakan ridger pada umunya setelah
satu bulan setelah pembentukan tidak terlihat lagi
(Gambar 3a), sedangkan guludan yang dibentuk dengan menggunakan furrow masih jelas bentuknya pada saat satu bulan setelah pembentukan (Gambar 3b).
a
b Gambar 3. Kondisi Guludan (a. Dibentuk Menggunakan Ridger; b. Dibentuk Menggunakan Furrow) Persiapan bahan tanam. Bahan tanam yang digunakan di kebun PT PAL sebagai bibit adalah stek batang. Stek diambil dari batang ubi kayu yang telah dipanen dari penanam sebelumnya. Batang ubi kayu yang dijadikan bibit saat ini adalah bagian batang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dengan panjang
33 kurang lebih 1 m. Satu batang ubi kayu dipotong menjadi lima bagian, sehingga panjang setiap stek
± 20 cm. Pada saat awal penanaman
bibit dibeli dari
perusahaan lain. Varietas yang banyak ditanam di kebun PT PAL yaitu varietas Kasetsart. Varietas Kasetsart merupakan salah satu varietas ubi kayu yang dipakai untuk bahan baku tapioka. Varietas ini relatif tahan hama dan penyakit, kadar air yang cukup rendah, berwarna putih, kandungan HCN tinggi, kadar pati yang cukup tinggi, dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya yang pernah ditanam. Selain varietas UJ-5, PT PAL pernah menanam varietas Thailand, Umas (ubi kayu kuning), M31, M30, Mangu, dan Mukibat (ubi kayu sambung). Pada persiapan bahan tanam terdapat kegiatan tebang bibit. Tebang bibit biasanya dilakukan oleh BHL laki-laki. Upah akan diberikan berdasarkan jumlah batang ubi kayu yang berhasil ditebang. Setiap batang ubi kayu berukuran 1 m diberi upah Rp. 20. Maka untuk mencapai 1 HK, BHL harus menebang sebanyak 1 710 batang. Jika area tanam bersih dari gulma, seorang BHL dapat menebang sebanyak 2 500 batang atau setara dengan Rp. 50 000. Pada areal tebang bibit umumnya banyak ditumbuhi gulma dan batang ubi kayu banyak yang telah rebah sehingga
memperlambat
penebangan.
BHL
hanya
dapat
menebang
1 500 - 2 000 batang/hari atau setara dengan Rp. 30 000 - Rp. 40 000. Kegiatan persiapan bahan tanam pada petani mitra berupa tebang bibit. Apabila bibit yang dibutuhkan tidak mencukupi, petani mitra akan membeli bibit. Varietas Kasetsart adalah varietas yang disarankan untuk ditanam oleh petani mitra, namun sebagian petani masih menggunakan varietas Thailand. Panjang stek yang digunakan petani mitra sebagai bahan tanam bervariasi. Perbedaan panjang stek yang digunakan dipengaruhi ketersediaan bibit dan kebiasaan petani. Jika kondisi tanaman sebelumnya kurang baik, maka bibit yang digunakan kurang baik. Apabila diameter batang tanaman sebelumnya kecil maka bibit yang ditanaman akan kecil. Apabila ketersediaan bibit sangat melimpah, maka panjang bibit yang ditanam cenderung panjang. Petani berharap dengan semakin panjangnya bibit yang ditanam akan menghasilkan umbi yang banyak dan besar.
34 Beberapa petani juga melakukan penyimpanan bibit. Penyimpanan dilakukan untuk mempersiapakan bibit untuk penanam berikutnya pada area yang sama. Bibit yang disimpan adalah batang umbi yang belum dipotong. Batang-batang ubi kayu tersebut diikat dan disimpan ditempat teduh dengan cara ditidurkan ataupun diberdirikan. Penyimpanan ini akan menyebabkan penurunan daya tumbuh bibit. Bibit pada umunya disimpan sampai satu bulan
Penanaman. Penanaman ubi kayu di PT PAL dilakukan pada sepanjang tahun, tergantung kesiapan lahan dan kondisi cuaca. Penanaman pada saat curah hujan cukup tinggi dapat menyebabkan biaya perawatan untuk pengendalian gulma menjadi tinggi, karena pada saat tersebut gulma akan cepat tumbuh dan dapat menyaingi tanaman ubi kayu. Selain menyebabkan peningkatan biaya perwatan juga meningkatkan waktu penanaman menjadi lama. Kondisi tanah yang mudah terkena banjir menyebabkan kondisi berlumpur. Kondisi ini akan menyebabkan petani susah berjalan di area. Jarak tanam yang digunakan adalah 90 cm x 60 cm, sehingga populasi ± 18 000 tanaman/ha dengan pola monokultur. Pola tanam yang digunakan petani mitra yaitu monokultur dan tumpang sari. Tumpang sari biasanya dengan karet. Jarak tanam yang digunakan petani mitra berbeda-beda, biasanya disesuaikan dengan kondisi tanah, vairtas yang ditanam, sistem tanam (monolultur/tumpangsari), ketersediaan bibit, dan kebiasaan. Jarak tanam di kebun petani mitra pada umumnya lebih rapat dibanding di kebun PT PAL. Penyulaman. Setelah penanaman ubi kayu biasanya akan dilakukan penyulaman. penyulaman di PT PAL dilakukan 2 - 4 MST hari setelah tanam. Jumlah tanaman yang disulam tidak tentu, biasanya sekitar 20 %. Tanaman akan disulam jika persentase bibit tidak tumbuh lebih dari 10 %. Bibit sulaman yang digunakan adalah bibit sisa penanaman yang biasanya disimpan di pinggiran petakan. Karena bibit sulaman yang digunakan tidak disimpan ditempat teduh sehingga daya tumbuh bibit sulaman juga tidk 100 %. Jika bibit sulaman tidak mencukupi, akan diambil dari tanaman yang sudah siap panen. Penyulaman juga dilakukan pada petani mitra. Namun, penyulaman tidak dilakukan oleh semua petani. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam melakukan penyulaman yaitu kondisi modal dan persentase bibit yang mati. Jika
35 persentase bibit yang mati rendah, biasanya bibit tidak perlu disulam. Penyulaman biasanya dilakukan sebelum pemupukan pertama, yaitu sebelum 2 - 6 MST. Pemupukan. Pemupukan ubi kayu di kebun PT PAL biasanya dilakukan dua kali. Pada kondisi tertentu dilakukan pemupukan sebanyak tiga kali. Pemupukan ketiga sangat jarang dilakukan. Pemupukan pertama dilakukan 2 – 6 MST (sebelum dua bulan), pemupukan kedua dilakukan 3 - 6 BST, dan pemupukan ketiga pada 7 BST. Pemupukan dilakukan setelah pengendalian gulma. Karena pengendalian gulma secara kimia, diharapkan setelah penyemprotan tanaman langsung dapat dipulihkan kembali. Cara Pemupukan di Kebun PT PAL dapat dilihat pada Gambar 4.
a
b Gambar 4. Pemupukan Ubi Kayu di Kebun PT PAL (a. Pembuatan Lubang; b. Pemberian Pupuk). Pupuk yang digunakan di kebun PT PAL yaitu pupuk Urea, TSP, dan KCl.
Perbandingan dosis pada setiap hektaran untuk pupuk I yaitu 100 kg : 100 kg : 50 kg, pupuk II 50 kg : 0 kg : 150 kg, dan pupuk III 0 kg : 0 kg : 100 kg atau 0 kg : 0 kg : 150 kg. sistem pemupukan di kebun PT PAL adalah sistem target, ditaman pupuk yang harus disebar adalah 75 kg/HK. Pemupukan ubi kayu di petani mitra juga dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur kurang dari satu bulan, pemupukan kedua pada saat tanaman berumur 3 - 6 bulan, dan pemupukan ketiga pada saat tanaman berumur 7 bulan. Waktu pemupukan disesuaikan dengan waktu panen. Jika ubi kayu akan dipanen pada umur muda (7
36 atau 8 bulan), maka pemupukan kedua akan dilakukan pada bulan ke 3 atau ke 4. Jika pemanenan akan dilakukan pada umur 9 atau 10 bulan, pemupukan akan dilakukan pada bulan ke 5 atau 6. Pemupukan ketiga jarang dilakukan, hanya dilakukan jika diperlukan saja. Pemupukan ketiga dilakukan jika ubi kayu akan dipanen dengan umur lebih dari 9 bulan. Pupuk yang diberikan yaitu pupuk Urea, KCL, dan NPK, SP-36. Dosis yang digunakan berbeda-beda. Dosis yang diberikan biasanya disesuaikan dengan kondisi ekonomi. Anggapan semakin banyak pupuk semakin tinggi hasil masih berlaku untuk sebagian petani mitra. Hal ini mengakibatkan, saat kondisi keuangan petani mitra membaik, petani akan cenderung memupuk ubi kayu dengan dosis pupuk yang lebih tinggi dan begitu juga sebaliknya. Selain pupuk kimia, petani mitra juga menggunakan pupuk organik. Jenis pupuk organik yang pernah digunakan PT PAL berupa onggok dan kompos. Pupuk organik biasanya diberikan oleh petani pada saat pembajakan atau setelah penanaman. Cara pemupukan di petani mitra berbeda dengan di kebun PT PAL. Pada petani mitra, pupuk biasanya disebar di sekitar tanaman tanpa ditutup (Gambar 5). Pemupukan ubi kayu di kebun PT PAL dilakukan dengan pembuatan lubang di sekitar (5 - 10 cm) dari tanaman. Pupuk yang telah dicampur dimasukkan ke dalam lubang dengan dosis 1 sendok the/tanaman lalu ditutup dengan tanah.
Gambar 5. Pemupukan pada Petani Mitra Pewiwilan. Pewiwilan/perempelan yang dilakukan perusahaan yaitu dengan menyisakan dua tunas. Perempelan dilakukan pada saat tanaman berumur
37 kurang dari dua bulan. Perempelan bertujuan untuk memperoleh indeks luas daun yang maksimal. Dengan indeks luas daun yang maksimal, diharapkan akan diperoleh hasil umbi yang maksimal. Perempelan di kebun petani mitra dilakukan berkisar 4 - 16 MST. Namun, tidak semua petani melakukan pewiwilan. Sebagian petani melakukan pewiwilan sebanyak dua kali. Petani mitra yang melakukan perempelan dua kali biasanya akan menyisakan dua batang dan sebagian menyisakan satu batang. Perempelan kedua pada umunya dilakukan jika tanaman terlalu rimbun. Pada sebagian petani, alasan untuk tidak melakukan perempelan adalah untuk menghemat biaya dan dikarenakan jumlah tunas varietas Kasetsart biasanya tidak banyak. Pengendalian Gulma. Pengendalian gulma di area penanam ubi kayu PT PAL saat ini dilakukan secara kimia. Pada tahun sebelumnya, pengendalian gulma dilakukan secara manual dan secara kimia. Beberapa faktor yang menyebabkan pengendalian gulma dilakukan secara kimia adalah terbatasnya tenaga kerja, mengurangi biaya perawatan, dan pengendalian gulma secara kimia cenderung lebih cepat dan awet. Pengendalian gulma dilakukan sebelum pemupukan. Selain sebelum pemupukan, penyemprotan herbisida juga dilakukan sebelum panen. Pengendalian gulma sebelum panen bertujuan untuk memepermudah proses panen. Namun, terkadang pengendalian gulma sebelum panen tidak dilakukan karena tanaman yang dipanen sudah terlalu tua. Cara penyemprotan untuk tanaman muda dibedakan dengan penyemprotan tanaman tua. Pada tanaman muda, ujung alat semprot dilengkapi dengan mangkok. Penyemprotan dilakukan dengan posisi mangkok lebih rendah dari tanaman dan hanya menjangkau satu baris alur guludan dan menggunakan nozel kuning. Hal ini disebabkan tanaman muda tidak tahan terhadap herbisida. Apabila tanaman muda terkena herbisida, maka dapat mengakibatkan tanaman stress bahkan mati. Pada tanaman dewasa, ujung alat semprot tidak dilengkapi mangkok. Ketinggian alat semprot diatur agar semprotan dapat menjangkau tiga baris alur guludan. Pada tanaman tua, batang tanaman sudah tahan terhadap herbisida. Cara penyemprotan herbisida dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.
38
Gambar 6. Cara Penyemprotan Herbisida
Gambar 7. Penyemprotan Herbisida pada Tanaman Muda Pada kenyataan di lapangan, BHL sering tidak memperhatikan nozel yang digunakan saat penyemprotan. Akibatnya terdapat batang dan daun tanaman terkena herbisida sehingga mengalami stres sesaat bahkan ada yang mati (Gambar 8). Tanaman yang mudah mengalami stres dan bahkan mati adalah tanaman muda. Herbisida yang digunakan yaitu herbisida dari golongan Glifosat dengan bahan aktif isopropil Glifosat 480 g/l atau setara dengan Glifosat 356 g/l. Dosis herbisida yang digunakan yaitu sebanyak 3 - 4 l/ha, konsentrasi 2.5 – 3.3 %, dan volume semprot 120 l/ha.
39
Gambar 8. Tanaman Mati dan Stres Akibat Terkena Herbisida (3 HSA) Gulma dominan yang tumbuh di areal ubi kayu PT PAL yaitu Boreria sp., Chromolaena odorata, Phylantus niruri, Echinocloa colonum, Eleusine indica, dan Brachiaria mutica,. Pengendalian gulma di lahan petani dilakukan dengan dua cara yaitu secara kimia dan secara manual dan secara kimia.pengendalian secara manual pada umunya dilakukan satu kali. Pengendalian gulma dilakukan pada 1 - 6 BST dan sebelum panen. Herbisida yang umum digunakan petani mitra adalah Glifosat dengan dosis
1 - 5 l/ha. Selain Glifosat, herbisida lain yang digunakan petani
yaitu herbisida 2.4 D dan Diuron masing-masing dengan dosis 0.25 - 3 l/ha dan 1 kg/ha. Pengendalian Hama dan Penyakit. Terdapat beberapa hama yang menyerang ubi kayu di kebun PT PAL dan lahan petani mitra, yaitu ulat dan white scale (Aonidomytillus albus). Karena hama hanya beberapa tanaman, maka tidak dilakukan pengendalian hama secara khusus. Masalah yang utama saat ini dan telah terjadi selama beberapa tahun terahir baik di kebun PT PAL dan petani mitra adalah adanya busuk umbi. Busuk umbi dapat mencapai 50 % dari total hasil. Busuk umbi akan terlihat pada saat 4 BST, dan kadang pada saat 5 BST. Gejala tanaman yang mengalami kebusukan tidak akan terlihat jika umbi tidak dicabut karena tajuk umbi tetap utuh. Busuk umbi tidak secara terus menerus terjadi walaupun umbi ditanam pada area yang
40 sama. petani menduga bahwa busuknya umbi disebabkan curah hujan yang terlalu tinggi, busuk akar, dan kiondisi tanah yang sudah terlalu banyak herbisida. Beberapa cara yang dilakukan petani untuk memecahkan masalah ini adalah dengan melakukan pemberian pupuk dolomit ke dalam tanah, pemberian pupuk kompos, penguranan intensitas penggunaan herbisida, pewiwilan, diberakan, dan penanaman berselang. Dari hasil perlakuan belum ditemukan solusi yang tepat. Panen. Ubi kayu di kebun PT PAL akan dipanen jika tanaman telah berumur 9 bulan atau lebih. Jika kondisi cuaca baik, tenaga kerja tersedia, dan cuaca baik, maka pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 9 bulan. Namun, karena suatu hal, pemanenan sering terlambat dan akan dipanen pada batas waktu yang tidak ditentukan. Sistem panen yang digunakan adalah sistem rombongan berdasarkan bobot hasil panen (tonase). Pemanenan dilakukan dengan cara dicabut secara mekanis dengan menggunakan bajak panen. Ubi yang telah dipanen akan langsung diangkut. Pada kodisis tertentu, seperti angkutan panen tidak tersedia, hujan lebat, maka pengangkutan ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan. Lokasi kebun yang dekat (± 1 km) dengan pabrik menjadi keuntungan. Ubi kayu yang telah dipanen dan dimasukkan ke dalam truk pada waktu kapanpun dapat langsung dikirim ke pabrik tanpa terlebih dahulu disimpan. Kondisi pabrik yang dekat dengan kebun juga dapat digunakan sebagai acuan dalam memanen. Kondisi bahan baku pabrik dapat dilihat setiap saat, sehingga ketika diketahui bahan baku masih banyak di lapangan, maka pemanenan dapat ditunda. Pemanenan pada petani dilakukan secara manual menggunakan tangan dan kadang menggunakan cangkul. Pencabutan ubi kayu dengan cangkul hanya akan dilakukan jika ukuran umbi besar. Pada kondisi kemarau, petani mitra menggunakan alat bantu panen yaitu gancu (Gambar 9). Pemanenan ubi kayu akan dilakukan jika umur panen sudah cukup (9 bulan). Namun, pada kondisi tertentu, petani sering memanen pada umur 6 bulan. Tanaman yang telah cukup umur dan kondisi jalan tidak mendukung (rusak, berlumpur, lengket), pemanenan biasanya ditunda, bahkan sampai dengan
41 umur tanaman 12 bulan. Sistem panen yang digunakan petani adalah sistem tonase.
Gambar 9. Gancu sebagai Alat Bantu Panen Ubi Kayu pada Musim Kemarau Hasil panen biasanya dijajarkan untuk memudahkan pengangkutan. Hasil panen yang tidak bisa diangkut pada hari yang sama biasanya akan tetap dibiarkan di lahan untuk kemudian diangkut pada hari berikutnya.
Kelapa Sawit Seluruh area kebun di PT PAL pada awal berdirinya ditanami ubi kayu. Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi tanah menjadi semakin tidak sesuai untuk penanaman ubi kayu. Area penanaman yang tidak sesuai untuk ubi kayu kemudian dikonversi menjadi area penanaman kelapa sawit. Proses konversi dilakukan sejak tahun 1999 dan masih dilakukan sampai dengan saat ini. Persiapan bahan tanam. Persiapan bahan tanaman dilakukan 8 - 12 bulan sebelum penanaman. Persiapan bahan tanaman berupa pembibitan kelapa sawit. Pembibitan kelapa sawit di kebun PT PAL dilakukan dengan sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan ini terdiri dari pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Sebelum ditanam di dalam polibag biji yang telah berkecambah diseleksi terlebih dahulu. Kecambah yang telah dipilih lalu direndam dengan fungisida. Fungisida yang
42 digunakan yaitu Dithane (Mankozeb 80 %) dengan konsentrasi 0.15 %. Kecambah ditanam dengan posisi plumula di bagian atas. Pembibitan awal dilakukan selama 2.5 - 3 bulan. Pada pembibitan awal di kebun PT PAL, biasanya tidak diberi naungan. Setelah di pembibitan awal, tanaman dipindahkan ke pembibitan utama. Tanaman dipelihara di pembibitan utama sampai dengan umur 12 bulan.Bibit yang telah ditanam perlu pemupukan. Pupuk majemuk (Scrbok) dan pupuk esensial (Alpadin dan Saputra) adalah pupuk yang digunakan selama di pembibitan. Pemupukan pupuk majemuk dilakukan satu minggu sekali, sedangkan pupuk organik esensial setiap satu bulan sekali. Penyiraman dilakukan jika kondisi curah hujan kurang. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprinkler. Hama dan penyakit yang menyerang di pembibitan biasanya yaitu kumbang Apogonia (penggerek daun), ulat, dan jangkrik. Pengendalian Apogonia biasanya menggunakan Bestox, sedangkan jangkrik dapat dikendalikan dengan menggunakan Furadan 3G. Selama di pembibitan sampai dengan penanaman dilakukan seleksi bibit. Bibit yang terserang penyakit dan abnormal tidak akan ditanam. Ciri-ciri bibit abnormal yaitu bibit yang tumbuh tegak dan kaku, sudut pelepah dengan batang kecil, pelepah muda lebih pendek dari pelepah tua, bibit tumbuh lemah, bentuk anak daun tidak sempurna, dan daun berwarna kuning muda. Persiapan lahan. Persiapan tanam dimulai pengajiran untuk menandai titik-titik mana yang akan ditanami kelapa sawit. Setelah dilakukan pengajiran lalu dilakukan pembuatan lubang tanam. Jika lubang tanaman telah selesai dilakukan, maka setiap lubang tanam diberi pupuk kompos dan pupuk kiserit. Dosis pupuk kiserit yang digunakan adalah 0.3 kg/lubang tanam. Pembuatan lubang dilakukan dengan menggunakan holdiger. Penanaman. Penanaman dilakukan pada saat musim hujan. Bibit yang ditanam adalah bibit yang telah berumur 8 - 12 bulan. penanaman dilakukan dengan cara polibag dari bibit disobek, lalu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanaman. Tanah di sekitar lubang tanam dimasukkan ke dalam lubang tanam, lalu pada perpaduan antara tanah di polibag dengan tanah dari luabang tanam ditekan sampai keras.
43 Pada saat penanaman akan terlihat lubang tanam yang tidak sesuai dengan alur atau baris. Jika tidak sesuai dengan alur maka dilakukan pembuatan lubang secara manual, dan bibit yang telah ditanam dibongkar kembali untuk dipindahkan ke lubang tanam yang baru. Pengawetan tanah. Pengawetan tanah di PT PAL dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan tanah yang lebih buruk. Pengawetan tanah dilakukan secara fisik dan secara biologis. Pengawetan tanah secara fisik dilakukan dengan membuat parit jalan. Pengawetan secara biologis dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah atau legume cover crop (LCC). LCC yang digunakan yaitu Peuraria javanica (PJ) dengan dosis 4 kg/ha. Pada saat penanaman, benih PJ dicampur dengan pupuk Rock phosphat dengan perbandingan 1:1. LCC ditanam 1 m dari tanaman sawit. Setiap gawangan terdiri dari 3 baris kacangan, dimana jarak antar lubang dalam baris 30 cm. Selain PJ, di kebun PT PAL juga ditanam Mucuna chonchinchinensis (MC) Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM).
Pemeliharaan
pada TBM terdiri dari penyisipan tanaman, pemeliharaan piringan, pemeliharaan tanaman penutup tanah, pemupukan, kastrasi, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyisipan tanaman dilakukan jika terdapat tanaman mati. Selain penyisipan untuk tanaman mati, penyisipan juga dilakuakan untuk mengganti tanaman yang tumbuh tidak normal. Pemeliharaan piringan pada TBM dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual dan cara kimia. Pemeliharaan secara manual dilakukan dengan menggaruk kacangan dan gulma yang ada di piringan dibabat menggunakan sabit (arit). Sepanjang jari-jari proyeksi daun harus bebas dari gulma dan LCC. Jari-jari piringan yang harus bebas dari gulma dan LCC yaitu 2 m. Perawatan piringan dilakukan dengan sistem target dan harian. Sistem target diberlakukan jika BHL sudah dianggap mampu. Target yang harus dicapai oleh BHL adalah 50 tanaman/HK. Sistem ini sering merugikan jika pengawasan kurang baik. BHL menjadi lebih fokus untuk menyelesaikan target tanpa memperhatikan kebersihan dari piringan. Keuntungan dari sistem ini adalah, apabila dilakukan pengawasan yang baik, maka pekerjaan dapat diselesaikan lebih
44 cepat. BHL yang baru mengikuti kegiatan perawatan piringan biasanya akan dimasukkan dalam kelompok sistem harian. Keuntungan dari sistem harian adalah piringan hasil babatan cenderung lebih bersih. Namun, jika tidak diawasi dengan baik, hasil yang diperoleh sedikit. Pada sistem harian BHL cenderung lebih fokus pada kebersihan bukan pada kecepatan. Pengendalian gulma pada piringan dengan cara kimia merupakan alternatif yang dipilih jika terjadi kesulitan tenaga kerja. Namun pada tanaman muda tidak dianjurkan. Herbisida yang dipakai biasanya herbisida dengan bahan aktif Glifosat. Konsentrasi yang digunakan 100 ml/15 l. Selaian pemeliharaan tanaman, PT PAL juga melakukan pemeliharaan LCC. Pemeliharaan LCC berupa dongkel anak kayu (DAK) dan aplikasi herbisida. Aplikasi herbisida biasanya dilakukan dengan cara wiping dan spot. Konsentrasi herbisida untuk spot yaitu 0.3%, sedangkan untuk wiping menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 0.5%. Pada TBM pemupukan dilihat dari jenis tanahnya. Keadaan tanah di kebun PAL merupakan tanah mineral, sehingga dosis pemupukan yang diberikan disesuaikan dosis anjuran untuk TBM di tanah mineral. Sistem pemupukan dilakuan dengan sistem target, dimana target yang harus dicapai adalah 7 - 8 zak/HK. Kastrasi dilakukan untuk membuang tandan buah yang belum sesuai kriteria panen. Kastrasi dilakukan agar pada saat tanaman memasuki TM buah yang dihasilkna sudah memenuhi kriteria dan mencegah serangan penyakit busuk tandan Marasmius (Marasmius bunch rot). Rotasi kastrasi yang dilakukan yaitu satu sampai dua bulan sekali dan tergantung dari ketersediaan tenaga kerja. Kastrasi dilakukan pada semester pertama (Januari - Juni). Setelah bulan Juni, bunga dipersiapkan untuk memasuki masa TM. Hama yang menyerang TBM diantaranya yaitu ulat api, ulat kantung, tikus, dan belalang. Pengendalian ulat dan belalang dilakukan sesuai dengan tingkat serangan. Pengendalian ulat dan belalang dilakukan dengan menggunakan insektisida. Dosis dan jenis insektisida disesuaikan dengan jenis hamanya. Pada ulat api pengendalian dilakukan dengan cara diambil menggunakan tangan. Hama tikus dikendalikan dengan menggunakan racun tikus Klerat.
45 Penyakit yang menyerang TBM yaitu Crown Disease. Penyakit ini merupakan penyakit genetis. Tanaman yang terserang penyakit akan dibiarkan sampai tumbuh besar. Pada saat tanaman sudah besar biasanya tanaman akan normal kembali. Jika tanaman sudah besar dan masih terserang penyakit, maka tanaman tersebut dicabut. Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan pada TM berupa pengendalian gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama dan penyakit, pengawetan tanah, pemupukan, dan pemeliharaan jalan. Gulma dominan di area sawit PT PAL adalah alang-alang (Imperata cylindrica) dan gulma-gulma berkayu (Melastosoma malabatricum dan Lantana camara), micania michranta, dan ageratum conizoides. Pengendalian gulma pada TM berupa pengendalian gulma di piringan dan di gawangan. Diameter piringan yang harus bersih yaitu 1.5 m. Rotasi perawatan piringan TM yaitu 2 - 3 kali setahun. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan mencampur herbisida Glifosat dan Mesulfuron methyl dengan dosis masing-masing 1 - 2 l/ha dan 20 g/ha. Pengendalian gulma di gawangan dengan cara manual dilakukan dengan cara mendongkel anakan kayu. Rotasi perawatan gawangan yaitu dua kali setahun. Penunasan atau pruning pada TM dilakukan setiap 8 bulan. Jumlah daun yang disisakan yaitu songgo dua dan sebagian songgo tiga. Pada TM yang sudah besar biasanya digunakan songgo dua. Sulitnya mendapat tenaga kerja menyebabkan pemangkasan sering terlambat. Hal ini dapat mengakibatkan banyak buah masak yang tertinggal di pohon dan mengganggu proses pemanenan. Hama yang menyerang TM yaitu tikus. Jika gawangan bersih, pengendalian hama tikus dilakukan dengan memberikan rodentisida Klerat. Tanaman menghasilkan dipupuk berdasarkan hasil analisis daun. Hasil analisis daun digunakan sebagai dasar pemberian dosis pemupukan untuk satu tahun. Penempatan pupuk pada TM disesuaikan dengan jenis pupuknya. Pupuk Urea diaplikasikan dengan cara disebar di piringan. Pupuk yang tidak mudah larut seperti KCl disebar di sekitar gawangan mati. Perbaikan jalan sangat perlu dilakukan. Jalan yang masih semi permanen sangat mudah rusak pada saat musim hujan. Perbaikan dilakukan dengan cara
46 meratakan jalan dengan alat berat Grader. Rotasi perbaikan jalan disesuaikan dengan kebutuhan. Panen. Sistem panen kelapa sawit di Kebun PT PAL dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ancak panen tetap dan giring. Sistem yang digunakan disesuaikan dengan kebijakan masing-masing mandor panen. Penentuan sistem panen didasarkan pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga kerja. Berdasarkan standar perusahaan, rotasi panen setiap 10 - 15 hari. Namun hampir di semua blok mengalami keterlambatan panen. Meskipun rotasi panen mengalamai keterlambatan, tidak menutup kemungkinan adanya buah mentah yang dipanen. Hal ini pada umumnya terjadi jika basis borong masih kurang. Curah hujan yang tinggi akan sangat mempengaruhi rotasi panen. Pada kondisi curah hujan tinggi, maka proses pemasakan buah akan semakin cepat. Namun, jarang terjadi percepatan rotasi panen. Hal ini disebabkan ketersediaan tenaga kerja panen yang tidak mencukupi. Ketersediaan tenaga kerja menjadi sangat berpengaruh dalam rotasi panen. Pada saat musim buah, panen dilakukan dengan sistem borongan. Harga setiap tandan berbeda tergantung dari umur tanaman. Pada saat musim buah sedang sedikit, sistem panen yang digunakan adalah sistem harian target.
Pengolahan Ubi Kayu di PT SPM I Ubi kayu yang telah tiba di pabrik terlebih dahulu dilakukan penimbangan. Karena timbangan yang tersedia di pabrik hanya satu, maka pada saat panen raya, sering terjadi antrian panjang. Jika antrian sudah terlalu banyak, biasanya bahan baku di kirim ke PT SPM II. Ubi yang telah ditimbang di lapak tidak akan ditimbang lagi di pabrik. Penimbangan ubi kayu dilakukan dengan cara setiap supir ataupun pemilik ubi kayu mendaftar ke bagian penimbangan. Setelah mendapat giliran untuk melakukan penimbangan, angkutan ubi kayu baik puso, truck, trailer, maupun angkutan panen lainnya masuk ke mesin timbangan, termasuk supir angkutan. Setelah ditimbang maka setiap angkutan akan diambil 5 kg ubi kayu untuk diuji kadar acinya. Selanjutnya ubi kayu dikeluarkan ke lapangan penampungan.
47 Angkutan yang telah kosong kemudian ditimbang kembali bersama denga sopir. Kapasitas timbangan yang digunakan PT SPM I adalah 60 ton. Ubi kayu yang telah ditimbang kemudian diukur kadar acinya. Setelah dilakukan pengukuran kadar aci, lalu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan lanjutan dilakukan saat penurunan ubi kayu dari dalam angkutan. Pemeriksaan dilakukan untuk menentukan besarnya rafaksi. Ubi kayu yang telah diturunkan dari angkutan siap untuk diolah. Pengolahan ubi kayu akan segera dilakukan jika bahan baku SPM yang tersedia tercukupi. Tercukupi dalam arti bahan baku telah mencapai 700 ton. Pengolahan ubi kayu dimulai dengan pemasukan ubi kayu ke dalam hopper dengan menggunakan loder. Ubi kayu dalam hopper kemudian
diproses di
screwpeller atau molen. Di dalam molen akan terjadi proses pembersihan bahan baku. Ubi kayu akan tepisah dari pasir, tanah, bonggol, dan benda asing yang tercampur. Ubi kayu dari molen akan dimasukkan ke dalam bak pencucian. Kotoran-kotoran dan kulit ari yang masih melekat akan dibersihkan pada proses pencucian (washer). Proses pencucian berlangsung dalam dua tahap. Limbah pencucian diproses lagi di dalam molen limbah. Pada molen limbah akan dipisahkan antara limbah padat dan limbah cairnya. Limbah padat berupa kulit ari akan dijual yang nantinya digunakan untuk pakan ternak. Sedangkan limbah cair akan digunakan untuk biogas. Ubi kayu yang telah dicuci disortir. Pada penyortiran dilakuakan pembuangan batang kayu maupun benda lain yang terbawa selama pembersihan. Bonggol ubi kayu yang masih menempel dipisahkan yang nantinya akan dipotong secara manual. Ubi yang telah bersih dimasukkan ke dalam chopper. Chopper berfungsi untuk mencacah ubi kayu. Setelah dicacah, bahan baku masuk ke dalam rasper melalui screwfeeder. Rasper berfungsi untuk menghaluskan ubi kayu dengan sistem seperti parut. Hasil parutan diekstrak di dalam extractor. Di dalam extractor parutan ubi kayu dipisahkan antara starch mill dan ampasnya (onggok). Strarch mill dari extractor kemudian dimasukkan ke dalam separator untuk membersihkan sisa fiber dan kotoran. Proses ini disebut pemurnian. Starch mill kemudian dikeringkan. Pengeringan tepung dilakukan dengan dua tahap, yaitu pengeringan dengan menggunakan centrifuge kemudian dikeringkan lagi
48 dengan menggunakan oven. Centrifuge menghasilkan tapioka basah dengan kadar air 30 - 35%. Tapioka basah kemudian
dikeringkan di oven dengan suhu
o
180 - 200 C. Kadar air tapioka yang telah dikeringkan berkisar 12.5 – 13 %. Kadar air ini akan berpengaruh terhadap warna tepung yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar air tepung maka semakin putih tepung yang dihasilkan. Namun, jika kadar air terlalu tinggi maka tepung tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Tapioka yang telah kering dimasukkan ke dalam shifter bagging. Shifter bagging berfungsi untuk menyaring tepung yang telah kering. Saringan yang terdapat dalam shifter bagging adalah 80 mes. Tepung yang telah disaring kemudian dikemas. Tapioka yang telah di bagging kemudian disimpan di gudang untuk selanjutnya dipasarkan. Diagram alir pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka tertera pada Gambar 10, sedangkan foto setiap kegiatan dari tiap tahapan pengolahan ubi kayu menjadi tapioka dapat dilihat pada Lampiran 10.
49
Loader Hoper Root Peller Air bersih
Limbah Padat
Washer Rotary screen
Choper Sulfur
Extractor v
Extractor iv
Rasper
Extractor i
Extractor ii
Extractor iii
Sparator & hydrocyloon Centrifuge Drayer (oven)
Pulp
Shiffter bagging
Xilo bagging
Limbah cair
Packing Storage tapioca starch Gambar 10. Diagram Alir Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Tapioka PT SPM I
50 Aspek Manajerial Asisten Mandor Mandor bertugas untuk mengawasi dan memberi pengarahan kepada, membuat laporan kegiatan di lapangan, membantu mencari tenaga kerja harian, dan membuat pengajuan upah karyawan harian. Mandor membawahi ketua-ketua rombongan (mandor-mandor harian). Penulis menjadi pendamping mandor selama satu bulan. selama satu bulan penulis membantu mandor mengawasi tenaga kerja harian dan membuat laporan. Selama menjadi pendamping mandor, penulis mengawasi persiapan penanaman ubi kayu, tebang bibit, penanaman, penyemprotan herbisida, pemupukan, dan panen.
Asisten Kepala Divisi I Kepala divisi memiliki tugas dan tanggung jawab melaksanakan jadwal tugas dari atasan. Kepala divisi juga bertugas mengawasi dan mengevaluasi kerja mandor-mandor. Untuk bagian perawatan, kepala divisi bertanggung jawab atas mandor-mandor harian karena tidak ada mandor perawatan secara khusus. Penulis mengikuti kegiatan sebagai asisten kepala divisi I selama lima minggu. Pada divisi I terdapat kebun ubi kayu dan kelapa sawit. Selama menjadi asisten kepala divisi I, penulis bertugas untuk membantu mandor dan ikut mengontrol kebun. Mandor yang diawasi selama menjadi kepala wilayah yaitu mandor perawatan piringan, mandor perawatan gawangan, mandor pupuk, mandor pembuatan jalan pikul, mandor kastrasi, mandor panen, dan mandor kutip brondol. Dari hasil pengamatan, terdapat kegiatan yang memerlukan pengawasan yang lebih baik. Kegiatan yang perlu pengawasan yang lebih baik seperti kegiatan perawatan piringan, pemupukan, aplikasi herbisida, dan pemupukan.
Asisten Pengawas Lapangan Pengawas
lapangan
kebun
mempunyai
tugas
pokok
melakukan
pengawasan secara melekat kepada seluruh anggota kemitraan yang menerima kredit melalui penyaluran sarana produksi ataupun kegiatan-kegiatan lainnya yang
51 berhubungan dengan kemitraan sesuai dengan wilayah kerjanya sehingga dana yang telah dikeluarkan dapat diterima kembali. Pengawas lapangan kebun mempunyai wewenang untuk mengatur anggota mitra dalam penjadwalan pemanenan. Penulis menjadi asisten pengawas lapangan selama kurang lebih selama empat minggu (24 hari). Selama menjadi asisten pengawas punulis terlebih dahulu mengikuti penjelasan kegiatan kemitraan, wawancara dengan petani, memeriksa kondisis kebun mitra, kunjungan ke rumah petani mitra, memeriksa kondisi lapak bersama pengawas lapang, mengikuti pendaftaran anggota mitra baru, mengembalikan sertifikat, dan memberikan penjelasan-penjelasan budidaya ubi kayu bagi petani mitra.
Quality Control (QC) SPM I Quality control memiliki fungsi pokok menjalankan pengawasan terhadap mutu produk agar dapat memenuhi syarat-syarat mutu yang diinginkan oleh pelanggan. Selain itu, QC juga bertanggung jawab atas kebersihan laboratorium. Penulis mengikuti menjadi QC selama dua minggu. Pada awal menjadi QC , penulis mengikuti orientasi pabrik selama satu hari. Selama menjadi QC, penulis bertugas untuk mengukur pH sagu, mengukur residu tepung, membuat gumpalan dan perebusan sagu, mengukur losses sagu, pengacaan tepung, mengukur bume, memeriksa tingkat kekasaran dan kehalusan tepung, mengukur kadar air tepung membuat analisis untuk pengiriman sagu, belajar menentukan great sagu, dan membuat laporan harian. Laporan harian berupa hasil analisis selama satu hari. Apabila terjadi pengembalian sagu dari konsumen, maka QC yang memeriksa dan membuat analisi harus bertanggung jawab. Pengukuran pH dilakukan dengan cara, tepung diambil dari setiap kemasan yang belum diberi label. Setiap sampel diambil sebanyak 20 gr tepung. Tepung tersebut kemudian dicampur dengan air sebanyak 80 ml. air dan tepung dicampur sampai rata. Setelah itu, campuran air dan tepung diukur pH dengan menggunakan pH meter. Standar pH yang digunakan adalah pH 20%. Pengukuran residu dilakukan dengan cara, tepung diambil dari setiap kemasan, lalu ditimbang sebanyak 100 gr. Tepung kemudian dicampur dengan air
52 sebanyak 1000 ml, tepung yang telah dicampur dengan air disaring dengan menggunakan saringan 60 mess. Benda asing ataupun tepung kasar yang tertinggal dalam saringan disebut residu. Residu tersebut kemudian dipindahkan ke dalam kertas HVS yang telah ditimbang terlebih dahulu (bobot awal) . Kertas yang berisi residu kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven selam 20 menit dengan suhu 1150C. Setelah 20 menit residu ditimbang (bobot akhir) dimana bobot residu = bobot akhir- bobot awal. Penggumpalan tepung dilakukan untuk mengetahui warna tepung jika digunakan sebagai bahan makanan. Penggumpalan tepung dilakukan dengan cara tepung dimasukkan ke dalam panci masak kemudian dipanaskan sambil menambahan air secara berlahan. Tepung dan air dicampur sampai membentuk gumpalan. Banyaknya tepung ± 20 gr, dan tidak semua tepung akan membentuk gumpalan, karena lingkaran yang dibentuk tidak lebih dari ukuran koin Rp 100. Pemasakan tepung juga dilakukan untuk mengetahui warna tepung. Warna hasil pemasakan biasanya akan digunakan sebagai acuan penggunaan tepung sebagai bahan perekat. Pemasakan tepung dilakukan dengan mengambil tepung dari setiap kemasan yang belum dilberi label. Sebanyak 50 gr tepung dicampur dengan 100 ml air kemudian dicampur. Air yang sudah dicampur dengan tepung kemudian dimasukkan ke dalam 160 ml air mendidih sambil diaduk sampai menggumpal. Air yang digunakan adalah air biasa. Setelah menggumpal lalu dimasukkan ke dalam plastik. Pengacaan tepung dilakukan pada saat bagging. Pada setiap kemasan diambil sampel kemudian dilakukan pengacaan. Tepung diletakkan di atas kaca transparan dimana di dalam kotak tersebut terdapat lampu 200 Watt. Tepung kemudian diratakan setipis mungkin kemudian lampu dinyalakan. Setiap pengacaan cukup menggunakan satu sedok teh tepung. Pada pengacaan, maka pemula tidak dapat menentukan great tepung, karena pada saat awal pengacaan, pada umumnya akan melihat tepung berwarna putih bersih. Untuk itu perlu dilakukan latihan pengacaan agar hasil pengacaan lebih akurat. Pengukuran kekentalan aci (Bume) bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan aci. Pengukuran kekentalan dilakukan pada tanky final, separator dan extractor. Tingkat kekentalan untuk tanky final sebaiknya 22 Bume, untuk
53 separator 5 Bume, dan untuk separator 22 Bume. Jika tingkat kekentalan pada setiap unit terlalu besar, maka nozel extractor akan buntu dan jika terlalu kecil maka aci yang terkandung akan sedikit. Alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan adalah viscometer. Pemeriksaan tingkat kekasaran dan kehalusan tepung juga perlu dilakukan. Pada setiap kemasan tepung harus diraba. Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan agar tepung yang dihasilkan benar-benar halus dan seragam. Pengecekan harus secara terus menerus karena saringan pada bagging sering rusak. Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan infraret moisture. Pada setiap kemasan diambil 5 gr tepung lalu dimasukkan ke dalam infraret moisture. Tepung dibiarkan di dalam infraret moisture selama 10 menit. Kadar air tepung tapioka yang baik adalah 12 % sampai 13 %. Jika kadar air tepung lebih dari 13 %, maka tepung akan diolah kembali karena dengan kadar air yang lebih dari 13 % memiliki daya simpan kurang dari 1 tahun. Jika kadar air tepung kurang dari 12 % maka akan mempengaruhi warna tepung, dimana warna tepung akan menjadi lebih hitam dan lebih merah sehingga tidak baik untuk bahan makanan maupun bahan perekat. Selain denngan menggunakan infraret moisture, pemeriksaan kadar air juga dilakukan dengan cara diraba. Bila terasa lembab, maka tepung tidak perlu diukur kadar airnya tetapi langsung diolah kembali. Perabaan kadar tepung harus dilakukan sesering mungkin agar keakuratan tangan lebih terjamin. Setiap pengiriman bahan baku akan dilampirkan hasil analisis bahan baku. Hasil analisis digunakan sebagai bukti bahwa tepung tapioka yang diproduksi sesuai dengan kebutuhan konsumen.